PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa) TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI PUSKESMAS PALANGKA RAYA, KALIMANTAN TENGAH
Oleh: DEWI APRILIYANTI1 MARIA ASTRID2 WILHELMUS HARY SUSILO3
ARTIKEL ILMIAH
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS, JAKARTA AGUSTUS, 2013
i
ii
PROGRAM PASCA SARJANA KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS JAKARTA Tesis, Agustus 2013 Dewi Apriliyanti Pengaruh Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Palangka Raya, Kalimantan Tengah xvi + 176 halaman + 28 gambar + 52 tabel + 39 lampiran Abstrak Ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa) adalah sejenis tumbuhan yang memiliki kandungan kalsium, niasin, dan flavonoid berfungsi sebagai penurunan Kadar Glukosa Darah (KGD). Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh efek pemberian ekstrak kelopak bunga rosella, dan pengaruh faktor perancu (usia, jenis kelamin, riwayat DM, gaya hidup, berat badan) terhadap penurunan KGD pasien DM tipe 2. Desain penelitian menggunakan Quasy Experimental Design dengan rancangan Time Series Design. Pengambilan sampel melalui teknik simple random sampling, diambil berdasarkan sampel frame dengan perhitungan rumus rules of thumbs sebanyak 98 responden di 3 Puskesmas kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Hasil analisis menunjukan pengaruh penurunan KGD pada pasien DM tipe 2 setelah pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) dengan hasil KGD Puasa (P Value 0.000 < 0.05) dan KGD 2 jam post prandial (P Value 0.002 < 0.05), hal ini signifikan. Dari penelitian ini diperoleh bahwa ekstrak kelopak bunga rosella dapat menurunkan KGD pada pasien DM tipe 2. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi perawat untuk menjadikan terapi pemberian ekstrak kelopak bunga rosella sebagai salah satu intervensi keperawatan mandiri dalam penatalaksanaan pasien DM tipe 2. Kata kunci
: Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa), Penurunan Kadar Gula Darah, Pasien DM tipe 2.
Daftar Pustaka : 44 ( 1992–2012 )
1
POST GRADUATE PROGRAMS MEDICAL SURGICAL NURSING HEALTH SCIENCE HIGH SCHOOL OF SINT CAROLUS JAKARTA Thesis, August 2013 Dewi Apriliyanti The Effect of Giving Extract Flower of Rosella (Hibiscus Sabdariffa) for Lowering the Blood Glucose Level of Type 2 Diabetes Patients in Community Health Center of Palangka Raya, Central Kalimantan xvi + 176 pages + 28 pictures + 52 tables + 39 appendices Abstracts The extract flower of Rosela (Hibiscus Sabdariffa) is a kind of plant that contain with calcium, niacin and flavonoid which has function for lowering the Blood Glucose Level (BGL). The purpose of this research was to find out the effect of giving extract flower of Rosella and the effect of bias factors (age, gender, the diabetes history, life style, weight) for lowering the BGL of type 2 diabetes patients. Moreover, the research design that was used in this research was Quasy Experimental Design with Time Series Design. Then, for sample, the researcher used simple random sampling. It was taken based on frame sample by using rules of thumbs as the formula, so there were 98 respondents in 3 Community Health Center of Palangka Raya, Central Kalimantan. Furthermore, the result showed the effect of lowering the BGL for type 2 diabetes patients after giving extract flower of Rosella. The value of BGL of fasting was P Value 0.000 < 0.05 and the value of BGL of 2 hours post prandial was P Value 0.002 < 0.05. So, the result of this research was significance. The research was found that the extract flower of Rosella could make low the BGL of type 2 diabetes patients. The result become a reference for nurse in making therapy by giving extract flower of Rosella as an intervention of independent nursing in taking care of type 2 diabetes patients. Keywords
: Extract Flower of Rosella (Hibiscus Sabdariffa), Lowering the Blood Glucose Level, Type 2 Diabetes Patients
References
: 44 (1992–2012)
2
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Menurut Tarwoto (2012) Diabetes Mellitus tipe 2 (Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus, NIDDM) adalah suatu kelainan metabolisme yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan seseorang, kualitas hidup, harapan hidup, dan pada sistem layanan kesehatan. DM tipe 2 ini merupakan kondisi dimana konsentrasi glukosa dalam darah lebih tinggi dari pada nilai normal (hiperglikemia). Diabetes Mellitus merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Berdasarkan data dari WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Data yang ditemukan dari hasil surveilans terpadu penyakit DM Puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah pada 7 Puskesmas di kota Palangka Raya, pada bulan Januari 2012 hingga bulan Juni 2012 sebanyak 406 orang. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah yang terjadi pada penderita DM pada tiap tahunnya, karena gaya hidup (pola makan) masyarakat yang ada di Palangka Raya kurang terkontrol akibat ketidaktahuan mereka terhadap pengelolaan terapi DM tipe 2. Terapi modern untuk Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) melibatkan pengobatan yang berjenjang. Dimulai dengan modifikasi diet, pengobatan herbal sebelum terapi berlanjut ke antidiabetik oral dan kemudian insulin. Di Indonesia pengobatan tradisional diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 bagian ketiga tentang pelayanan kesehatan tradisional. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/MENKES/PER/IX/2007
tentang
penyelenggaraan
pengobatan
komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan. Saat ini tumbuhan ekstrak kelopak bunga rosella (hibiscus sabdariffa) dapat digunakan untuk kebutuhan pengobatan tradisional atau alternatif. Rosella memiliki kemampuan sebagai antidiabetes yang berperan terhadap penurunan kadar glukosa darah, karena memiliki kandungan yaitu kalsium, niasin dan flavonoid yang dapat menurunkan kadar glukosa darah. (Maryani, 2009 :2).
3
Mauren Williams pada tahun 2001, telah melakukan studi terhadap 70 orang DM tipe2. Sebagian orang diminta untuk mengkonsumsi teh rosella sebanyak 1 liter sebelum sarapan pagi, sebagian lagi mengkonsumsi 25 mg obat diabetes mellitus. Setelah 4 minggu, ternyata kadar gula darah menurun hingga 5-10 mg/dl untuk 79% orang yang mengkonsumsi rosella dan 84% untuk orang yang mengkonsumsi obat DM. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti ingin mengetahui dan membuktikan pengaruh pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa) terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 di Palangka Raya. 2. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibuscus Sabdariffa) terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas Palangka Raya, Kalimantan Tengah?”. 3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (hibiscus sabdariffa) terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
B. METODE PENELITIAN Desain penelitian pada penelitian ini adalah Quasy Experimental Design (eksperimen semu) dengan menggunakan rancangan Time Series Design. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak ada kelompok kontrol (Sugiyono, 2009: 78). 1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 di Puskesmas Bukit Hindu, Menteng dan Pahandut yang ada di kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Dalam penelitian yang dilakukan ini menggunakan teknik simple random sampling yaitu sampel diambil secara acak. Sampel
4
yang diambil dalam penelitian ini berdasarkan sampel frame (criteria sample), di mana sampel frame terdapat pasien berusia antara 21 s/d > 65 tahun, yang terdiagnosa DM tipe 2 (melalui pemeriksaan gula darah atau medical record), tidak teratur mengkonsumsi obat antidiabetes secara oral dan tidak mendapatkan terapi suntikan insulin. Pasien yang tidak mengalami hipotensi,
hipoglikemi
dan
gastritis
akut
sebelum
maupun
disaat
dilakukannya penelitian. Dan pasien yang tidak mengkonsumsi obat-obat herbal (apotik hidup) selain kelopak bunga rosella, serta bersedia untuk dilakukan treatment/ pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa). Berdasarkan perhitungan dengan rumus rules of thumbs dalam Thabene (2004:23) jumlah responden sebanyak 98 orang di 3 Puskesmas di kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Pada saat penelitian diperoleh 104 responden yang di random menjadi 98 responden sebagai populasi. Dan dari 98 responden dirandom kembali menjadi 38 responden sebagai uji beda berpasangan (dependent test). 2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di 3 Puskesmas yang berada di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Adapun Puskesmas yang dijadikan tempat adalah Puskesmas Bukit Hindu, Puskesmas Menteng, dan Puskesmas Pahandut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2013. 3. Prosedur Pengumpulan Data Peneliti menyusun proposal penelitian dan mengajukan permohonan penelitian. Peneliti menyusun alat ukur berupa kuesioner dan lembar observasi yang di uji validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS terhadap 30 responden di RS. Sumber Waras pada bulan Maret 2013. Diperoleh hasil yaitu 30 soal valid, 2 soal tidak valid, dan 3 soal marginal. Kemudian dilanjutkan pengurusan ijin penelitian kepada komite etik, dan permohonan ijin penelitian pada pihak Dinkes Kota, BAPPEDA dan 3 Puskesmas. Peneliti mendapat asisten dari setiap Puskesmas yang membantu dalam pengumpulan data responden penelitian. Peneliti menentukan populasi target dan sampel sesuai dengan sampel frame yang ditentukan. Pada saat
5
pretest peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian, kemudian memberikan lembar Informed Consent. Peneliti membagi lembar kuesioner untuk diisi oleh responden dengan menjawab pertanyaan yang sudah dibuat peneliti. Selanjutnya peneliti memeriksa dan mengukur tekanan darah, berat badan dan tinggi badan responden diawal pertemuan. Kemudian peneliti mendemontrasikan
sekaligus
mengajarkan
kepada
responden
dan
keluarganya, bagaimana cara yang tepat dalam penyajian teh rosella di rumah dan aturan mengkonsumsinya. Pada pertemuan pertama peneliti melakukan pengukuran glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial pada responden yang hasilnya didokumentasi dalam lembar observasi pelaksanaan kegiatan. Setelah 4 minggu (28 hari) mengkonsumsi teh rosella, maka dilakukan Post test kepada responden dipertemuan terakhir (pertemuan di hari ke-28) di mana dilakukan kembali pengukuran glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial pada responden yang hasilnya didokumentasi dalam lembar observasi pelaksanaan kegiatan sebagai hasil evaluasi treatment/ pemberian teh ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa) dari hari pertama sampai dengan hari terakhir pemberian ekstrak kelopak bunga rosella. Data yang diperoleh akan di dokumentasikan untuk dilakukan analisis statistik agar mengetahui efektivitas serta pengaruh treatment/pemberian teh ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa) terhadap penurunan kadar glukosa darah. 4. Instrument Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat glukometer untuk pemeriksaan nilai kadar glukosa darah, kuesioner untuk mengetahui karakteristik responden dan dimensi dari gaya hidup responden terdiri dari 33 pertanyaan dengan pilihan jawaban skala 1-7. Responden cukup memberi tanda check list () pada tempat yang telah disediakan, lembar observasi pelaksanaan pemberian estrak kelopak bunga rosella,dan pengukuran IMT. 5. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 20, yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase. Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui kekuatan dimensi kuesioner dari
6
gaya hidup dengan melihat nilai pearson correlation. Analisis multivariat pada penelitian ini melihat pengaruh dari pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibuscus Sabdariffa) terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 setelah dilakukan intervensi dengan menggunakan regresi linier berganda. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata pre dan post intervensi pada satu kelompok dilakukan dengan uji beda berpasangan/ Z dependent test.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat Statistik Deskritif Tabel 1 Gambaran Umum Responden No.
Variabel
Kriteria
1.
Pemberian Rosella
Tidak Ada Pengaruh Ada Pengaruh
2.
Usia
21-40 tahun 41-65 tahun > 65 tahun
Total
Total 3.
Jenis Kelamin
4.
Riwayat DM
5.
Gaya Hidup
6.
Berat Badan
7.
KGD Puasa Pre Intervensi
8.
KGD 2 Jam PP Pre Intervensi
9.
KGD Puasa Post Intervensi
Perempuan Laki-Laki Total Tidak Ada Keturunan DM Ada Keturunan DM Total Tidak dilakukan dengan Baik Dilakukan dengan Baik Total Buruk (> 25 ) Sedang (23-25) Baik (18.5-23) Total Tinggi (> 100 mg/dl) Normal (90-99 mg/dl) Total Tinggi (> 200 mg/dl) Normal (90-199 mg/dl) Total Tinggi (> 100 mg/dl) Normal (90-99 mg/dl) 7
16 82 98 57 32 9 98 57 41 98 13 85 98
Persen (%) 16.3 83.7 100.0 58.1 32.7 9.2 100.0 58.2 41.8 100.0 13.3 86.7 100.0
59
60.2
39 98 32 26 40 98 90 8 98 70 28 98 57 41
39.8 100.0 32.7 26.5 40.8 100.0 91.8 8.2 100.0 71.4 28.6 100.0 58.2 41.8
Frekuensi
No. 10.
Variabel KGD 2 Jam PP Post Intervensi
Kriteria
Frekuensi
Total Tinggi (> 200 mg/dl) Normal (90-199 mg/dl) Total
98 55 43 98
Persen (%) 100.0 56.1 43.9 100.0
(Sumber : Data Primer diolah berdasarkan data yang diperoleh)
Kesimpulan : Terlihat bahwa Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) memberikan pengaruh terhadap Penurunan KGD pada 82 responden (83,7%) yang berusia 21-40 tahun (Young Adulthood) sebanyak 57 responden (58,1%). Jenis kelamin mayoritas perempuan yaitu 57 responden (58,2%) yang memiliki riwayat keturunan DM sebanyak 85 responden (86,7%). Sebagian besar yaitu 59 responden (60,2%) memiliki gaya hidup yang tidak dilakukan dengan baik, namun sebanyak 40 responden (40,8%) masih memiliki Body Mass Index yang baik. Pada pemeriksaan KGD Puasa Pre Intervensi terlihat sebagian besar yaitu 90 responden (91,8%) memiliki nilai glukosa darah tinggi (> 100 mg/dl), sedangkan untuk KGD 2 Jam Post Prandial Pre Intervensi sebanyak 70 responden (71,4%) memiliki nilai glukosa darah yang tinggi (> 200 mg/dl). Hasil KGD Puasa Post Intervensi terlihat bahwa sebagian besar yaitu 57 responden (58,2%) memiliki nilai glukosa darah yang tinggi (> 100 mg/dl), dan pada KGD 2 Jam Post Prandial Post Intervensi sebanyak 55 responden (56,1%) memiliki nilai glukosa darah tinggi (> 200 mg/dl).
2. Analisis Bivariat Hubungan uji matrix dimensi antar variabel dengan uji person antara lain : Tabel 2 Correlations dari Dimensi Gaya Hidup No. 1.
Dimensi Cek kadar gula darah
Correlations Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
2.
Tanda dan gejala DM
3.
Perilaku makan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation 8
KGD 3 (Y1) -.022 .832 98 -.098 .338 98 -.102
KGD 4 (Y2) .052 .614 98 -.034 .740 98 .046
No.
Dimensi
Correlations Sig. (2-tailed) N
4.
Minum obat
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Rokok
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Olah raga
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N 5.
N 6.
N
KGD 3 (Y1) .320 98 -.136 .182 98 -.071 .487 98 -.102 .315 98
KGD 4 (Y2) .651 98 -.059 .563 98 -.063 .536 98 -.066 .519 98
(Sumber : Data Primer diolah berdasarkan data yang diperoleh)
Intepretasi data di atas yaitu kadar glukosa darah 2 jam post prandial berhubungan terhadap dimensi kepatuhan responden dalam pengecekan kadar gula darah (0.052). Sedangkan tanda (-)/negatif menunjukan adanya hubungan yang berlawanan, mengindikasikan bahwa tiap dimensi yang memiliki nilai negatif memiliki pengaruh yang kuat terhadap penurunan kadar gula darah dan telah dilakukan secara baik.
3. Analisis Multivariate Pada analisis multivariate dilakukan beberapa langkah sebelum masuk pada regresi linier berganda, antara lain : transformasi data, data outlier, missing value, normalitas data, asumsi klasik (uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji linearitas). a. Regresi Linier Berganda Tabel 3 Koefisien Determinasi, Uji Signifikansi Simultan, dan Uji Signifikansi Parameter Individual No. Model
R Square 2J Puasa PP .309 .210
Anova 2J Puasa PP .000b .001b
Coefficients a 2J Puasa PP .046 .574 .001 .002 .174 .767
1. 2. 3.
Constant Usia Berat Badan
4. 5.
Gaya Hidup Pemberian Rosella
.232 .000
.771 .002
6.
Jenis
.217
.061
9
Kelamin
7.
Riwayat DM
.283
.383
Dari tampilan output SPSS model summary besarnya KGD Puasa adjusted R2 adalah 0.309, hal ini berarti 30,9% variasi Income dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen. Sedangkan sisanya (100%-30,9% = 69,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model. Dan KGD 2 Jam Post Prandial adjusted R2 adalah 0.210, hal ini berarti 21% variasi Income dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen. Sedangkan sisanya (100% - 21% = 79%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model. Dari uji ANOVA KGD Puasa nilai probabilitas 0.000 yang menyatakan bahwa variabel pemberian Rosella, Jenis Kelamin, Riwayat DM, Usia, Berat Badan, dan gaya hidup secara bersama-sama berpengaruh terhadap KGD Puasa Post Intervensi. Sedangkan uji ANOVA KGD 2 Jam Post Prandial nilai probabilitas 0.001, maka dikatakan bahwa variabel pemberian Rosella, Jenis Kelamin, Riwayat DM, Usia, Berat Badan, dan gaya hidup secara bersama-sama berpengaruh terhadap KGD 2 Jam Post Prandial Post Intervensi. Dari ke enam variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi, ada dua variabel yang signifikan yaitu variabel Usia (KGD Puasa α 0.001, KGD 2 Jam Post Prandial α 0.002) dan Rosella (KGD Puasa α 0.000, KGD 2 Jam Post Prandial α 0.002), maka disimpulkan bahwa variabel KGD Puasa Post Intervensi dan KGD 2 Jam Post Prandial Post Intervensi dipengaruhi oleh variabel Usia dan Rosella, dengan persamaan matematis: KGD 3 = 1.835 – 0.312 Usia + 0.155 Berat Badan – 0.224 Gaya Hidup + 0.413 Rosella – 0.090 Jenis Kelamin + 0.117 Riwayat DM KGD 4 = 0.561 – 0.322 Usia + 0.037 Berat Badan + 0.060 Gaya Hidup + 0.341 Rosella + 0.150 Jenis Kelamin - 0.104 Riwayat DM Sedangkan keempat variabel yang tidak signifikan diantaranya; variabel Berat Badan, gaya hidup, jenis kelamin dan riwayat DM dinyatakan tidak signifikan, karena probabilitas sig jauh di atas 0.05.
10
b. Pengaruh Pre dan Post Test Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosella Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara pre test dan post test pada pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa) terhadap penurunan nilai KGD pada Pasien DM tipe 2, yang telah diberikan ekstrak kelopak bunga rosella selama 28 hari dengan frekuensi pemberian 1 kali sehari yang disajikan sebanyak 250 ml dengan bunga rosella sebanyak 25 mg (2-3 kuntum) yang direndam di air panas selama 3-5 menit sebelum di minum. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terlihat bahwa pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2. Peneliti meyakini bahwa tumbuhan Hibiscus Sabdariffa memberikan pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kadar gula darah karena di dalam rosella itu sendiri terdapat kandungan kimia antara lain; kandungan kalsium, niasin, riboflavin dan besi yang cukup tinggi. Di sini kalsium berperan dalam proses sekresi insulin. Metabolisme glukosa yang diinduksi oleh glukokinase yang menyebabkan perubahan rasio ATP/ADP. Hal ini menyebabkan menutupnya kanal ion kalium dan terjadi depolarisasi sel β pankreas. Sebagai kompensasi, terjadi aktivasi kanal ion kalsium dan ion ini akan masuk ke sel β. Selanjutnya kalsium intrasel ini merangsang sekresi insulin dari granulanya. Kandungan
niasin
juga
berfungsi
sebagai
komponen
koenzim
nikotinamida adenine dinukleotida (NAD) dan nikotinamida adenin dinukleotida fosfat (NADP) yang berada pada semua sel dan diperlukan dalam reaksi oksidasi reduksi pada glikolisis, metabolisme protein, asam lemak, pernapasan sel dan detoksifikasi, di mana peranannya adalah melepas dan menerima atom hidrogen. Nikotinamida adenine dinukleotida (NAD) juga berfungsi dalam proses glycogenesis. Manfaat flavonoid sendiri antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C, anti inflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik. Di sini flavonoid dapat merangsang efek insulin dengan cara mempengaruhi phosphokinase protein. Selain itu,
11
flavonoid juga memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah dengan menghambat enzim-enzim penting yang berperan dalam pemecahan karbohidrat menjadi monodakarida yang dapat diserap oleh usus yaitu enzim alfa amilase dan enzim alfa glukosidase. Penghambatan pada kedua enzim tersebut berakibat terganggunya proses pemecahan karbohidrat menjadi monosakarida sehingga tidak dapat diserap oleh usus. Dengan demikian, kadar glukosa darah tidak meningkat setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung glukosa (Putri, 2012 : 18-21). Pemberian ekstrak kelopak bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) merupakan bagian dari pengobatan komplementer–alternatif. Dalam UndangUndang Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengenai penyelenggaraan pengobatan tradisional. Pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa) merupakan salah satu bentuk terapi yang berdasarkan biologi yaitu dengan menggunakan subtansi-subtansi yang ditemukan di alam seperti produk herbal dalam terapi komplementer untuk pasien DM tipe 2 (Tarwoto, 2012 : 204). Hasil penelitian ini sama dengan temuan Mauren Williams (2001) yang melakukan penelitian di Canada, bahwa setelah empat minggu, ternyata kadar gula darah menurun hingga lima sampai sepuluh angka untuk 79% orang yang mengkonsumsi rosella dan 84% untuk orang yang mengkonsumsi obat diabetes mellitus. Perbedaan glukosa darah pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar menunjukkan signifikansi dengan glukosa puasa t = 5.5, p=0.000 dan 2 pp t = 6.6, p=0.000). Jadi bunga rosella efektif terhadap penurunan glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah, pada penelitian ini tidak memiliki kelompok kontrol. Namun hasil pada kedua penelitian tersebut, sama-sama menunjukan bahwa bunga rosella berpengaruh terhadap penurunan glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2.
12
c. Pengaruh Usia terhadap Penurunan KGD Puasa dan 2 Jam Post Prandial Pada Pasien DM Tipe 2 Post Intervensi Umumnya penderita DM tipe 2 mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat setelah usia 30 tahun dan semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun serta akan terus meningkat pada usia lanjut. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin (Riyadi, 2008 : 73). Secara garis besar konsentrasi glukosa darah pada orang dewasa normal merupakan manifestasi dari kemampuan sekresi insulin oleh pankreas dan kemampuan ambilan glukosa oleh sel-sel jaringan sasaran. Menurut Morrow and Helter timbulnya gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut diduga karena adanya penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas pada usia tersebut (Sudoyo and Rochmah et all, 2009 : 1969). Proses menua yang berlangsung setelah umur 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel berlanjut ke tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang mempengaruhi fungsi homeostasis. Komponen tubuh yang mengalami perubahan adalah sel β pankreas penghasil insulin, sel-sel jaringan target yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa darah. Perubahan anatomi, fisiologi, dan biokimia yang terjadi pada pasien DM tipe 2 ini, mempengaruhi sel β pankreas dalam menghasilkan insulin sehingga produksi insulin berkurang, sementara hormon counter regulasi yang mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah meningkat. Perubahan ini terjadi karena proses menua atau degeneratif, dan prosesnya lebih cepat terjadi pada pasien DM tipe 2 karena dipicu oleh kadar glukosa darah yang tinggi dalam waktu yang lama. WHO menyebutkan bahwa setelah usia 30 tahun kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg/dl/tahun pada saat puasa dan naik 5,6-13 mg/dl/tahun pada 2 jam setelah makan (Sudoyo and Rochmah et all, 2009 : 1969).
13
d. Pengaruh pada Semua Faktor Secara Simultan Terhadap Penurunan KGD Puasa dan 2 Jam Post Prandial Post Intervensi DM tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan produksi insulin. Ada beberapa faktor yang secara silmultan dapat menyebabkan kadar gula darah naik, yaitu pertambahan usia, perbedaan jenis kelamin, memiliki riwayat DM, gaya hidup yang tidak dilakukan secara sehat, serta bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga menyebabkan Berat Badan meningkat (obesitas). Selain itu adanya peredaran zat-zat gizi dari karbohidrat, lemak, dan protein dalam proses metabolisme, dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. Hormon insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, yang menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong penyimpanan zat-zat gizi tersebut. Umumnya penderita DM tipe 2 mengalami penurunan fisiologis dengan cepat pada usia setelah 40 tahun, dan beresiko terjadinya penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin (Riyadi, 2008 : 73). Baik pria maupun wanita mempunyai risiko yang sama terkena DM hingga awal masa dewasa. Namun wanita berisiko lebih tinggi dibanding pria, sebab wanita yang terkena diabetes selama kehamilan beresiko lebih tinggi terkena DM tipe 2 (Ramaiah, 2003 : 20). Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, ini karena DNA pada orang DM akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin. Hal ini menyebabkan gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik (Riyadi, 2008 : 73). Beberapa studi terbaru mengindikasikan bahwa orang-orang dengan kehidupan santai dan obesitas cenderung terkena DM tipe 2 dibandingkan mereka yang hidupnya aktif. Karena gaya hidup yang aktif dan baik seperti olah raga dan aktivitas fisik yang rutin dapat meningkatkan efek insulin dalam sel (Ramaiah, 2003 : 20). Hubungan obesitas terhadap terjadinya resistensi insulin yaitu karena sindrom metabolik. Di mana insulin mempunyai peran penting dalam penyimpanan lemak maupun sintesis lemak dalam jaringan adipose. Resistensi insulin dapat menyebabkan terganggunya proses penyimpanan lemak maupun
14
sintesis lemak sehingga meningkatkan glukosa dalam darah (Sudoyo and Sugondo et all, 2009 : 1980).
e. Uji Beda Paired Sample Tabel 4 Paired Samples Test pada Uji Beda Pair 1 Pair 2
KGD1 New - KGD3 New KGD2 New - KGD4 New
T -1.522 -11.958
df
Sig. (2-tailed) 37 .137 37 .000
Maka nilai sig pada Pair 1 hasilnya adalah 0.137/ 2 = 0.0685 > 0.025, Ho tidak dapat ditolak, sehingga kedua rata-rata populasi adalah identik. Maka dapat disimpulkan bahwa pada Pair 1 yaitu tidak ada perbedaan pre test dan post test pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa) terhadap nilai Kadar Gula Darah Puasa pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2. Sedangkan nilai sig pada Pair 2 hasilnya adalah 0.000/ 2 = 0 < 0.025, Ho ditolak, sehingga kedua rata-rata populasi adalah tidak identik. Maka dapat disimpulkan bahwa pada Pair 2 yaitu terdapat perbedaan antara pre test dan post test pada pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa) terhadap penurunan nilai Kadar Gula Darah 2 jam post prandial pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2. Hal ini disebabkan oleh karena asupan makanan yang dikonsumsi terutama melalui makanan berenergi tinggi atau kaya karbohidrat dan serat yang rendah dapat menggangu stimulasi sel-sel beta pancreas dalam memproduksi insulin. Asupan lemak di dalam tubuh juga perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap kepekaan insulin. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak gula juga dapat meningkatkan produksi insulin pada tubuh yang berfungsi untuk memproses gula dalam makanan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan membrane sel lebih banyak yang membuka untuk menyerap glukosa darah ke dalam sel. Akibatnya, glukosa akan diserap dalam sel sehingga dapat mempengaruhi kadar glukosa dalam tetes darah yang bisa menyebabkan naiknya nilai kadar gula darah pada saat pemeriksaan dengan menggunakan glokumeter. Rosella sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku makanan dan minuman karena nilai nutrisi yang terkandung dalam buah
15
rosella. Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah flavonoid, kalsium dan Niasin. Di mana flavonoid berperan sebagai antioksidan dan dapat merangsang efek insulin dengan cara mempengaruhi phosphokinase protein. Selain itu, flavonoid juga memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah dengan menghambat enzimenzim penting yang berperan dalam pemecahan karbohidrat menjadi monodakarida yang dapat diserap oleh usus yaitu enzim alfa amilase dan enzim alfa glukosidase. Kemudian kandungan kalsium yang berperan dalam proses sekresi insulin, dan niasin berfungsi sebagai komponen yang berada di semua sel dan diperlukan dalam reaksi oksidasi reduksi pada glikolisis, metabolisme protein, asam lemak, pernapasan sel dan detoksifikasi, di mana peranannya adalah melepas dan menerima atom hydrogen dan berfungsi dalam proses glikogenesis. Karena itu, terdapat perbedaan pada pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam post prandial antara sebelum dan setelah diberikan rosella.
D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan teori, hasil penelitian, dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu; ada pengaruh pre test dan post test pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa) terhadap penurunan kadar gula darah (KGD) pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Palangka Raya, Kalimantan Tengah dengan P Value untuk KGD Puasa 0.000, dan P Value untuk KGD 2 jam post prandial 0.002. Usia juga berpengaruh terhadap penurunan KGD Puasa dengan P Value 0,001 dan KGD 2 Jam Post Prandial pada pasien DM tipe 2 post test dengan P Value 0,002. Secara Simultan, dimana semua faktor (Usia, Jenis Kelamin, Riwayat Diabetes, Gaya Hidup, dan Berat badan) berpengaruh terhadap penurunan KGD Puasa dengan P Value 0,000, dan KGD 2 Jam Post Prandial pada pasien DM tipe 2 post test dengan P Value 0,001. Ada perbedaan pre test dan post test pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa) terhadap penurunan KGD 2 Jam Post Prandial pada
16
Pasien DM tipe 2 di Puskesmas Palangka Raya, Kalimantan Tengah dengan P Value 0,000.
2. Saran a. Bagi Perkembangan Pelayanan Perawat Diharapkan tindakan pemberian ekstrak kelopak bunga rosella yang dilakukan pada penelitian ini dapat dipergunakan sebagai intervensi keperawatan tradisional, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan komplementer atau alternatif di masyarakat. b. Bagi Pelayanan Puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah Dari hasil penelitian ini, diharapkan praktisi kesehatan memperoleh suatu pengetahuan dan pengalaman sebagai dasar untuk mengembangkan pelayanan dan penatalaksanaan bagi pasien dan masyarakat. c. Bagi Perkembangan Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber bagi perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan khususnya yang terkait dengan intervensi keperawatan mandiri. d. Bagi Peneliti Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi inspirasi dalam melakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu yang ditambahkan lebih dari 1 bulan dan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga dapat menyempurnakan penelitian ini.
E. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2007).“Destilasi dan Ekstraksi (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional)”. Tawangmangun : Instalasi Galenika. Arikunto, Suharsimi. (2010). “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, A. (1992). “Antropologi Kesehatan Indonesia Jilid 1Pengobatan Tradisional”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Baharuddin, Muhammad Awaluddin. (2012). “Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah dan Cara Racik Volume 10”. Jakarta : PT. Trubus Swadaya.
17
Ganong, William F. (2008). “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ; Review of Medical Physiology”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Ghozali, Imam. (2011). “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19 Edisi V”. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). “Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data”. Jakarta : Salemba Medika. I Wayan, S. (2004). “Pemanfaatan Obat Diabetes Mellitus oleh Masyarakat Angkah, Tabanan Bali, dalam Prosiding Seminar Nasional XXV Tumbuhan Obat Indonesia”. Tawangmangu : Pokjanas. Kee, Joyce LeFever. (2008). “Laboratory And Diagnostic Tests With Nursing Implications, 6th Edition”. (Alih Bahasa : Sari Kurnianingsih, S.Kp., dkk) Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/ MENKES/ SK/ VII/ 2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Kozier, Barbara ; Erb, Glenora., et all. (2010). “Fundamentals Of Nursing ; Concepts, Process, and Practice, 7th Edition”. (Alih Bahasa : Ns. Esty Wahyuningsih, S.Kp., dkk). Edisi 7, Volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Mardiah, Sawarni ; Ashadi ; A. Rahayu. (2009). “Budi Daya dan Pengolahan Rosella Si Merah Segudang Manfaat”. Cetakan 1. Jakarta : Agromedia Pustaka. Maryani, H.; Kristiana, Lusi. (2009). “Khasiat dan Manfaat Rosella”. Jakarta : Agromedia Pustaka. Murti, Bhisma. (2010). “Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan”. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Nursalam. (2008). “Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2 ; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan”. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). “Metodologi Penelitian Kesehatan”. Jakarta : Rineka Cipta. Pagano, Marcello. Gauvreau, Kimberlee. (1993). “Principles Of Biostatistics”. Belmond, California : Wadsworth Publishing Company.
18
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/ MENKES/ PER/ IX/ 2007 tentang Penyelenggara Pengobatan Komplementer- Altetrnatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Ramaiah, Savitri. (2003). “Terapi Baru Menyembuhkan Diabetes”. Yogyakarta : Diglossia. Riduwan, (2003). “Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian”. Bandung : Alfabeta. Riyadi, Sujono ; Sukarmin. (2008). “Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Eksokrin dan Endrokrin Pada Pankreas”. Yogyakarta : Graha Ilmu. Santoso, Singgih. (2012). “Aplikasi SPSS PADA Statistik Multivariat”. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Sarjono, Haryadi ; Julianita, Winda. (2011). “SPSS vs LISREL ; Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Riset”. Jakarta : Salemba Empat. Smettzer, S.C. ; Bare, B.G. (2004). “Tex Books of Medical Surgical Nursing Edition 10th”. Lippincott Williams and Wilkins. Snyder, M. ; Lindquis, R. (2002). “Complementary or Alternative Therapies in Nursing 4th Edition. New York : Spinger. Subroto, A. (2006). “Ramuan Herbal untuk Diabetes Mellitus”. Jakarta : Penebar Swadaya. Sudoyo, Aru W ; Soewondo, Pradana., dkk. (2009). “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V”. Jakarta : Interna Publishing. Sugiyono (2011). “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif”. Bandung : Alfabeta. Susilo, Wilhelmus Hary. (2012). “Statistika dan Aplikasi Untuk Penelitian Ilmu Kesehatan”. Jakarta : Trans Info Media. Susilo, Wilhelmus Hary ; Limakrisna, Nandan. (2012). “Biostatistika Lanjut, Alikasi dengan SPSS dan LISREL Pada Ilmu Keperawatan”. Jakarta : Trans Info Media. Susilo, Wilhelmus Hary ; Limakrisna, Nandan. (2012). “Cermat Menyusun Kuisoner Penelitian Ilmu Keperawatan”. Jakarta : Trans Info Media. Suyono, Slamet ; Waspadji, Sarwono., dkk. (2011). “Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu ; Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi Dokter dan Edukator”. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.
19
Tamher, Sayuti ; Heryati. (2008). “Patologi Untuk Mahasiswa Keperawatan”. Jakarta : Trans Info Media. Tarwoto ; Wartonah., dkk. (2012). “Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin”. Jakarta : Trans Info Media. Thabane, Lehana. (2004). “Sample Size Determination in Clinical Trials, HRM733 Class Notes, Biostatistician Center for Evaluation of Medicine St. Joseph’s Heathcare,”. 105 Main Street East, Level P1 Hamilton ON L8N 1G6. Tjay, T.H., Kirana, R. (2008). “Khasiat Hibiscus Sabdariffa, Penggunaan, dan Efek-efek sampingnya”. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Tjokroprawiro, Askandar. (1992). “Diabetes Mellitus Klasifikasi, Diagnosis dan Dasar-Dasar Terapi Edisi Kedua”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Wijayakusuma. (2002). “Tumbuhan Berkhasiat Obat : Rempah, Rimpang dan Umbi”. Jakarta : Milenia Populer. The Normal Distribution : Farombi, E.O., Ige, O.O. (2007). “Hypolipidemic and Antioxidant Effects Of Ethanolic Extract From Dried Calyx Of Hibiscus Sabdarifffa in Alloxaninduced Diabetic Rats”. http://pt.wkhealth.com/pt/re/fncp/abstract.00003837_200712000_00005. Htm;jsession=Kjyh3pTw5hzMYxs87nJ25y7sS5j49wi1Hvh1pM1w45yRGb pL2zLW!-793513949!181195629!8091!-1 (di unduh tgl. 21 September 2012 ; pukul : 22.55 wib). Nirmala.(2011).http://forum.tribunnews.com/showthread/Obat_Herbal_Diabetes _Melitus. html (di unduh tgl. 20 September 2012 ; pukul : 00.35 wib). Ogundipe, O.O., Moody, J.O., Akiyemi, T.o., Raman, A. (2003). “Hypoglicemic Potentials of Methanolic Extracts of Selected Plant Foods in Alloxanizedmice”. http://www.springerlink.com/content/jp87971655n3m53u/ (di unduh tgl. 20 September 2012 ; pukul : 01.45 wib). Putri, Olivia Bunga. (2012). “Pengaruh Pemberian Ekstrak Hibiscus Sabdariffa Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang Di induksi Aloksan”. http://eprints.undip.ac.id/37718/1/Olivia_Bunga_G2A008138_Lap.KTI.pdf (di unduh tgl. 04 Maret 2013 ; pukul : 23.15 wib) Reindi. (2009). http://www.warungedukasi.co.cc/2009/02/rosella-sebagai-zatantioksidan.html. (di unduh tgl. 19 September 2012 ; pukul : 20.35 wib).
20