Linguistika Akademia Vol.2, No.1, 2013, pp. 14~33 ISSN: 2089-3884
EKSPRESI IDIOMATIK DALAM DRAMA “THE IMPORTANCE OF BEING EARNEST”
Farihatul Qamariyah e-mail:
[email protected] ABSTRACT Idiomatic expression is an expression whose meaning can not be inferred from the meanings of the words that comprise it. So, everyone could know the real meaning of the idiomatic expression by understanding the context and situation completely. This paper aims to analyze some data about idiomatic expression found in the drama entitled The Importance of Being Earnest by Oscar Wilde and also to interpret the authentical meaning from each idiomatic expression. The method used in this research is the method of pragmatic equality that concerns to interlocutors by describing the context of situation. The result of the analysis shows the real contextual meaning of each idiomatic expressionfound in the dramathat is determined by the interlocutors. For instance, the idiomatic expression of “What brings you up to town?” said by Algernoon to Jack, means “Why do you come here?” The researcher interprets it by knowing the answer of Jack as the interlocutor and seeing the whole context which describes the idiomatic expression uttered.
ABSTRAK Ekspresi idiomatik adalah sebuah ekspresi yang maknanya tidak dapat disimpulkan dari arti kata-kata yang membentuknya. Jadi, seseorang mampu mengetahui makna sebenarnya dari ekspresi idiomatik dengan memahami konteks dan situasi secara keseluruhan. Paper ini bertujuan untuk menganalisis beberapa data tentang ekspresi idiomatik yang ditemukan dalam drama berjudul The Importance of Being Earnest karangan Oscar Wilde dan juga bertujuan untuk menginterpretasi makna sesungguhnya dari setiap ekspresi idiomatik yang ditemukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan pragmatik yang berfokus pada lawan bicara dengan mendeskripsikan konteks situasi. Hasil dari analisis tersebut menunjukkan makna asli secara kontekstual dari setiap ekspresi idiomatik yang terdapat dalam drama dalam hal ini ditentukan oleh mitra tutur. Misalnya, ekspresi idiomatik dari “Apa yang membawamu ke kota?” diucapkan oleh Algernoon kepada Jack, yang berarti “Mengapa kamu datang ke sini?.” Peneliti menginterpretasi makna tersebut dengan mengetahui jawaban Jack sebagai lawan bicara dan melihat konteks keseluruhan yang mendeskripsikan ekspresi idiomatik itu diujarkan. Kata kunci: Ekspresi idiomatik, konteks situasi, makna.
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
15
A. PENDAHULUAN Bahasa merupakan media terpenting untuk menciptakan sebuah komunikasi yang baik antar individu dalam masyarakat. Interaksi yang baik antar sesama manusia tentunya mampu dicapai ketika seseorang memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Hal ini berhubungan dengan intelektual manusia yang berkaitan dengan disiplin pengetahuan lainnya (Alwasilah, 1993: vii). Maka dari itu, seseorang membutuhkan bahasa bahkan harus menjadikannya sebagai hal terpenting untuk menjalin sebuah relasi kehidupan. Hal ini sesuai dengan ungkapan Firth dalam salah satu artikelnya yang diterbitkan pada tahun 1960 bahwasanya mempelajari berbagai bahasa termasuk di dalamnya ragam dan bentuk serta tahapannya merupakan syarat perlibatan seseorang dalam perkumpulanperkumpulan sosial (Catford D Hill ed, 1969: 251). Bahasa bisa dikatakan sebagai syarat multak ketika seseorang memutuskan dirinya untuk hidup bermasyarakat. Jelas sekali bahwa kehidupan masyarakat tidaklah mungkin ada tanpa bahasa (Alwasilah, 1993: VII). Kemampuan bahasa komunikasi semata tidak cukup bagi seseorang untuk menguasai medan interaksi kehidupan,namun ia juga harus mempelajari hal lain yang berkaitan dengan bahasa itu sendiri maupun hal di luar bahasa. Fakta yang ada, tidak semua orang mampu berkomunikasi secara baik dengan orang lain. Bahkan tidak sedikit pula orang yang mampu memahami maksud ucapan orang lain ketika komunikasi sedang berlangsung. Dalam kasus ini bukan hanya mengacu pada Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi nasional Bangsa Indonesia, namun juga Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi internasional dunia. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi kita, masyarakat Indonesia, untuk menguasai bahasa persatuan dunia tersebut demi tercapainya sebuah hubungan luas antar negara. Kasus lainnya adalah kita, sebagai non native speaker Bahasa Inggris, seringkali menjumpai kesulitan untuk memahami ujaran atau perkataan yang jarang didengar sewaktu kita mempelajari Bahasa Inggris, bahkan yang sering pula kita temukan adalah kalimat ekspresi idiomatik yang ketika kita mengartikan kalimat tersebut secara leksikal atau harfiah akan menimbulkan sebuah keanehan tersendiri dalam pemaknaannya. Kasus ini Ekspresi Idiomatik dalam Drama the Importance of Being…(Farihatul Qamariyah)
16
berkaitan dengan hal makna yang harus dimengerti secara kontekstual dan menghubungkan hal-hal di luar perkataan itu sehingga kita mampu memberikan arti sebenarnya atas ekspresi idiomatik yang kita temukan. Berhubungan dengan permasalahan di atas, peneliti menemukan beberapa data percakapan yang tergolong dalam ekspresi idiomatik dalam drama The Importance of Being Earnest karya Oscar Wilde. Data itu memiliki kasus sama dalam hal pemaknaan yakni istilah kalimat ekspresi idiomatik yang tidak dapat dimengerti secara harfiah ketika diucapkan karena ekspresi tersebut bukanlah kategori common expression. Misalnya, “What brings you up to town?” yang secara leksikal dapat diartikan menjadi “Apa yang membuatmu ke kota?”, secara directive meaning kalimat tersebut merujuk kepada media yang membuat seseorang pergi ke kota, dalam hal ini adalah kendaraan. Dan arti itu bukanlah arti yang dimaksud dalam percakapan yang ada. Namun ketika dianalisis menggunakan unsur-unsur dalam bahasa tutur yaitu (1) sikap terhadap acuan, (2) sikap terhadap mitra tutur, (3) sikap terhadap ujaran (Alwasilah, 1993: 68), kalimat tersebut bermakna “Why do you come here?” yang dalam terjemahan Bahasa Indonesia adalah “Mengapa kamu datang kemari?”. Permisalan lainnya adalah kalimat ekspresi idiomatik “What on earth is there in that?”, secara harfiah kalimat tersebut berarti “Apa gerangan yang ada di atas bumi itu?”. Namun seperti data sebelumnya dengan menggunakan pisau analisis metode padan pragmatik, kalimat tersebut bermakna “What is actually stated on it?” yang berarti “Apa sebenarnya yang tertulis di situ?”. Dan tentunya kalimat tersebut dapat diartikan secara benar sesuai yang dimaksud pembicara dengan menganalisis dengan unsur-unsur yang berhubungan dengan kalimat yang diujarkan. Contoh kalimat ekspresi idiomatik di atas ialah sebagian kecil dari contoh-contoh yang ada, yang bisa kita temukan dari berbagai sumber percakapan atau teks misalnya dalam film-film Hollywood, novel-novel berbahasa Inggris, dsb. Penelitian tentang makna kalimat ekspresi idiomatik selanjutnya akan menjadi pembahasan dalam paper ini. Penelitian ini berfokus pada dua masalah, yakni (1) interpretasi makna sesungguhnya secara kontekstual dari data kalimat ekspresi idiomatik yang ditemukan dalam drama The Importance of being Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 14 – 33
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
17
Earnest, dan (2) unsur-unsur apa saja yang berpengaruh terhadap pemaknaan kalimat ekspresi idiomatik tersebut. Penelitian ini menggunakan metode padan (equivalent) yaitu metode analisis sebuah bahasa yang media analisanya berasal dari luar bahasa yang diteliti. Dalam konteks ini, peneliti menerapkan metode padan pragmatik yang berfokus kepada interlocutors (lawan bicara). Selanjutnya, peneliti juga melakukan tiga tahap penelitian dengan menggunakan script drama The Importance of Being Earnest untuk memudahkan dalam mengidentifikasi percakapanpercakapan yang mengandung kalimat ekspresi idiomatik kemudian menginterpretasikannya sesuai dengan konteks yang berhubungan dengan masing-masing data. Dan tahapan yang terakhir adalah menyimpulkan hasil analisis sekaligus makna yang dimaksud dalam percakapan tersebut.
B. SEPUTAR DRAMA THE IMPORTANCE OF BEING EARNEST The Importance of Being Earnest adalah sebuah drama fenomonal karya Oscar Wilde. Drama ini memiliki genre komedi romantis dan pertama kali dipentaskan pada tanggal 14 februari 1895 di St. Jame’s Theater di London Inggris. Drama yang berkisah tentang betapa pentingnya arti sebuah nama dalam kehidupan ini adalah salah satu karya besar Wilde dari sekian banyak karyanya yang mendapatkan apresiasi tinggi dari khalayak masyarakat. Ernest adalah nama samaran dari Jack, salah satu aktor yang ada dalam film ini. Dia memakai nama Ernest, kata yang mirip dengan judul cerita, ketika bepergian ke kota, dan Jack ketika berada di desa,rumah tinggalnya. Di awal cerita, Jack tidak tahu dari mana sebenarnya dia berasal, siapa keluarganya dan di mana dia dilahirkan. Dia hanya ditemukan dan dirawat oleh Miss Prim, guru Bahasa Jerman dari keponakan angkat yang hidup dengannya. Ekspresi Idiomatik dalam Drama the Importance of Being…(Farihatul Qamariyah)
18
Dalam cerita ini, Jack jatuh cinta kepada gadis keturunan bangsawan, Gwendelon. Dia adalah sepupu dari Algernoon, teman Ernest yang sering dia kunjungi ketika ke kota. Suatu hari, Ernest menuju ke kota dengan maksud ingin melamar Gwendelon. Ketika Gwendelon ditanyai tentang pria seperti apa yang diidamkan, Gwendelon hanya menjawab bahwa dia mempunyai mimpi untuk menikah dengan seorang yang bernama Ernest. Sejak itulah Jack berniat untuk mengubah namanya menjadi Ernest, dia berencana akan secepatnya membaptis kembali dirinya dengan nama Ernest. Gwendelon, sebagai gadis dari keluarga berketurunan bangsawan, Lady Bracknell ibunya memiliki banyak kriteria dan persyaratan untukseseorang yang akan dijadikannya menantu. Kriteria tersebut berupa hal yang berhubungan dengan materi dan silsilah keturunan karena baginya kaum bangsawan hanya pantas menikah dengan keluarga yang juga memiliki darah kebangsawanan. Akibatnya, usaha Jack untuk menikahi Gwendelon tidak hanya berhenti pada usaha untuk melamar Gwendelon, namun Jack terpaksa harus berusaha mencari tahu mengenai asal-usul keluarganya. Di sisi lain, Algernoon juga jatuh cinta kepada Cecily. Ialah gadis belia keponakan Jack yang tinggal satu rumah pamannnya. Suatu hari,Algernoon terpaksa menyamar menjadi Ernest, saudara Jack yang biasanya dikunjungi di kota, hanya untuk menemui Cecily. Dan ketika Algernoon juga bermaksud untuk melamar Cecily, Gadis yang baru berusia 16 tahun tersebut mengatakan bahwasa dia juga memiliki cita-cita untuk mencintai seorang pria yang bernama Ernest. Di sinilah raising action dari cerita ini. Di mana dua orang laki-laki, Jack dan Algernoon saling berebut untuk mengganti namanya menjadi Ernest, nama yang sama-sama diidamkan oleh Gwendelon dan Cecily. Klimaks dari kisah komedi romantis ini ialah ketika semua kebohongan dan penyamaran Jack dan Algernoon terungkap. Gwendelon dan Cecily mengetahui siapa sebenarnya nama mereka. Selain itu, ternyata kedua sahabat tersebut, Jack dan Algernoon, adalah bersaudara, kakak beradik. Anak dari adik Lady Bracknell, ibunda Gwendelon. Mereka dipisahkan ketika masih kecil setelah ayah mereka meninggal dunia. Dan dalam lingkaran kekeluargaan, Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 14 – 33
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
19
mereka semua adalah keturunan keluarga bangsawan. Ernest adalah nama kristen dari ayah mereka, Ernest Jhon. C. LANDASAN TEORI Teori penelitian ini menggunakan teori struktural aliran London. Teori strukturalisme yaitu teori yang berlandaskan pada pola pemikiran secara behavioristik (Alwasilah, 1993:68). Pemahaman yang berarti anggapan bahwa jiwa seseorang dan hakikat sesuatu hanya bisa dideteksi lewat tingkah laku dan perwujudan lahiriyah yang tampak. Sejalan dengan berkembangnya teori tersebut, aliran strukturalisme mulai mengkaji bahasa dan hakikat perwujudannya yang kongkret dalam bentuk ujaran (Soeparno, 2002: 47). Dalam perkembangannya, aliran linguistik strukturalisme mulai mengkaji beberapa bidang dalam bahasa, salah satunya disebut sebagai aliran Firthian yang pada awalnya dipelopori oleh Malinowsky. Ialah seorang linguis yang meneliti makna kebahasaan melalui konteks situasi. Kemudian teori ini dikembangkan oleh muridnya, Firth. Teori makna yang Firth kembangkan mengacu kepada komponen sosiologis (Chaer, 2002:356). Komponen tersebut berhubungan dengan sebuah tuturan yang harus dikaji dan dianalisis melalui konteks situasinya, sikap orang-orang yang berperan di dalamnya, kata-kata yang mereka ujarkan dan hal-hal lain yang berhubungan. Ada beberapa unsur pokok bahasa tutur yang harus dilibatkan dalam pengaplikasian context of situation. Tiga unsur tersebutsebagai berikut: 1. Sikap terhadap acuan (reference), 2. Sikap terhadap mitra tutur, 3. Sikap terhadap ujaran (Alwasilah,1993:68) Ketiga unsur tersebut merupakan hal penting yang harus ada dan diteliti dalam proses analisis data kalimat ekspresi idiomatik dalam drama The Importance of Being Earnest. Ketika tiga hal tersebut telah mewakili konteks yang ada, peneliti kemudian mampu menarik kesimpulan hasil dari analisis makna dari setiap data yang ada.
Ekspresi Idiomatik dalam Drama the Importance of Being…(Farihatul Qamariyah)
20
D. SEKILAS TENTANG EKSPRESI IDIOMATIK Selanjutnya adalah pembahasan singkat judul paper ini mengenai ekspresi idiomatik. Ada perbedaan definisi dari istilah Ekspresi, Idiom dan Ekspresi idiomatik. Dalam kamus Cambridge Advanced Learner edisi ke-3, Istilah Ekspresi dalam sebuah bahasa adalah ketika seseorang mengatakan apa yang dia pikirkan atau menunjukkan apa yang dia rasakan melalui kata-kata atau tindakan. Sedangkan, Idiom adalah frase yang terdiri dari dua atau lebih yang memiliki arti khusus dan berbeda dari arti harfiah sebenarnya. Kemudian, menurut Robert L. Chapman (2009:1) Ekspresi Idiomatik adalah sebuah ekspresi yang maknanya tidak dapat disimpulkan dari arti kata-kata yang membentuknya. Untuk memahami keduanya, Idiom dan Ekspresi idiomatik, dibutuhkan sebuah petunjuk sebagai penentu sebuah makna yang dimaksud dalam sebuah ujaran. Petunjuk tersebut adalah konteks situasi (Educational Research, 2012: 2). Adapun penelitian ini hanya berfokus pada kalimat ekspresi idiomatik yang ada dalam drama The Importance of Being Earnest dengan mengabaikan kata-kata yang berbentuk idiom. E. PEMBAHASAN Perlu diketahui kembali bahwasanya data yang akan dibahas oleh peneliti di bawah ini adalah sebagian data-data yang ditemukan dalam script drama The Importance of Being Earnest karya Oscar Wilde. Penelitian ini hanya berfokus pada makna ujaran dengan menggunakan konteks situasi (directive reference) dan menekankan pada aspek pola-pola tingkah laku. 1. What brings you up to town? Data pertama, peneliti menemukan sebuah ekspresi idiomatik di halaman 5 di act pertama yaitu “what brings you up to town?”. Sekilas kalimat itu diucapkan dalam sebuah conversation singkat di bawah ini: Algernoon
: “How are you, my dear Ernest? What Brings you up to town?”
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 14 – 33
Linguistika Akademia
Jack
ISSN: 2089-3884
21
(Apa kabar, saudaraku Ernest? Mengapa kamu datang kemari?) :“Oh, pleasure, pleasure! What else should bring oneanywhere? Eating as usual, I see, Algy! (oh, cari hiburan saja! Apa lagi alasan orang kesini? Makan seperti biasa, aku tahu. Algy!)
Analisis: Dari percakapan tersebut, peneliti menginterpretasi kalimat “what brings you up to town?”seperti halnya kalimat “why do you come here?”berarti“mengapa kamu datang kemari?”yang biasa diucapkan seseorang terhadap orang lain di waktu tertentu. Ekpresi idiomatikseperti yang tertera di atas ialah kalimat yang tidak common diucapkan oleh banyak orang dalam percakapan Bahasa Inggris. Analisis dari teori makna ini mengacu kepada tiga unsur bahasa tutur yang harus dilibatkan. Tiga unsur itu akan membantu mengarahkan pada sebuah makna tertentu. Untuk memahaminya, peneliti memperhatikan beberapa hal, yang pertama adalah sikap terhadap reference (yang menjadi acuan) dalam konteks ini adalah sikap Algernoon ketika mengucapkan kalimat tersebut dalam keadaan terkejut melihat kedatangan Jack yang tiba-tiba dengan ekpresi wajah penasaran. Faktor kedua adalah sikap terhadap mitra tutur yakni sikap Algernoon terhadap Jack ketika dia mulai mendekati Algernoon, sontak kemudian dia menyambutnya dengan menanyakan kabar dan alasan mengapa Jack datang ke rumahnya. Dan Unsur ketiga adalah sikap terhadap ujaran itu sendiri yang dalam konteks ini Jack menjawab pertanyaan Algernoon dan memberi alasan dia berkunjung ke rumah Algernoon. Dari ketiga unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa makna ekpresi idiomatik“what brings you up to town?”secara ideal memiliki makna yang sangat mirip dengan “why do you come here?” Namun permasalahannya adalah ketika ada orang awam, dalam konteks ini seseorang yang belum mengerti apa itu ekspresi idiomatik, dia mungkin saja akan mengartikan kalimat tersebut melalui kata per kata menjadi “Apa yang membawamu pergi ke kota?”, secara eksplisit hal itu mengarah kepada sebuah alat atau media yang dipakai Jack menuju rumah Algernoon, kendaraan. Padahal fakta yang ada, ekpresi idiomatik tersebut mengarah kepada makna alasan mengapa Jack berkunjung. Ekspresi Idiomatik dalam Drama the Importance of Being…(Farihatul Qamariyah)
22
2.
“Why on earth do you say that?”
Data kedua yang peneleti temukan dalam script drama ini adalah ekspresi idiomatik“Why on earth do you say that?” tertera pada halaman ke 8 diact pertama. Cuplikan percakapannya sebagai berikut: Algernoon: “Well, my dear fellow, you need not eat as if you were going to eat it all. You behave as if you were married to hear already. You are not married to her already, and I don’t think you ever will be.” (Nah, sobat, Kamu tidak perlu makan seolah-olah kamu akan memakannya semua. Kamu berlaku seolah-olah kamu sudah menikah dengannya. Kamu belum menikah dengannya, dan aku tidak berpikir kamu akan pernah menikah dengannya.) Jack: “Why on earth do you say that?” (Mengapa kamu berkata seperti itu?) Algernoon: “Well, in the first place girls never marry the men they flirt with. Girls don’t think it right.” (Nah, hal pertama seorang gadis tidak pernah menikah dengan laki-laki yang mereka godai. Gadis-gadis tidak berpikir itu baik.) Jack : “Oh, that is nonsense!” (Oh, itu omong kosong!)
Analisis: Dari percakapan singkat di atas antara Algernoon sebagai pembicara dan Jack sebagai lawan bicara, kalimat “Why on earth do you say that?” memiliki makna “Why do you say like that?” yang berarti “mengapa kamu mengatakan seperti itu?” Frase “on earth” dalam konteks ini memberikan penekanan tersendiri dalam kalimat tanya tersebut. Peneliti memahami maksud Jack mengatakan kalimat itu dengan melihat tiga hal penting analisis bahasa tuturdalam teori makna. Yang pertama adalah sikap terhadap acuan (reference) yaitu sikap Jack menanggapi apa yang telah diucapkan oleh Algernoon ketika dia memperingati Jack yang sedang memakan sandwiches. Padahal, makanan itu dihidangkan untuk Lady Bracknell, ibunda Gwendelon dan menjelaskan bahwa tingkah laku dia yang seperti itu seakan-akan dia telah menikah dengan Gwendelon, gadis yang dicintainya. Padahal, dia belum menikah dengan Gwendelon, bahkah Algernoon menegaskan bahwa dia tidak Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 14 – 33
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
23
akan pernah menikah dengan sepupunya tersebut. Kedua, sikap terhadap mitra tutur yakni dalam konteks ini Jack mengatakan kalimat tersebut dengan sikap keingintahuan dia, alasan mengapa Algernoon memaparkan pendapatnya. Hal tersebut bisa diinterpretasi bahwasanya Jack secara tidak langsung memaksa Algernoon untuk meneruskan apa yang telah diucapkannya. Dan yang ketiga adalah sikap terhadap ujaran itu sendiri yaitu Algernoon terpaksa meneruskan perkataannya dan menjawab pertanyaan Jack tentang seorang gadis yang tidak ingin menikah karena suatu hal dalam dirinya. Akibatnya, si Jack hanya menanggapi jawaban Algernoon dengan respon omong kosong belaka. Dari analisis ketiga unsur di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya kalimat ekspresi idiomatik dari “Why on earth do you say that?” secara harfiah diartikan menjadi“Mengapa di atas bumi kamu mengatakannya?” namun kalimat itu sebenarnya memiliki arti “Why do you say like that?” yang bermakna “Mengapa kamu berkata seperti itu?”. 3. What have you got to say to me? Data ketiga yang peneliti temukan adalah “What have you got to say to me” pada halaman 16 di act pertama. Berikut adalah percakapannya: Jack
: “Gwendolen!” (Gwendolen!) Gwendolen: “Yes, Mr.Worthing, what have you got to say to me?” (Ya, Tuan Worthing, apa yang akan kamu katakan padaku?) Jack : “You know what I have got to say to you.” (Kamu tahu apa yang harus kukatakan kepadamu) Gwendelon: “Yes, but you don’t say it.” (Ya, tetapi kamu tidak mengatakannya.)
Analisis: Peneliti menginterpretasi ekspresi idiomatik“what have you got to say to me?” sepertihalnya kalimat “What do you want to say” dalam Bahasa Inggris yang biasa digunakan, sesuai dengan percakapan antara Jack sebagai pembicara dan Gwendelon sebagai lawan bicaranya. Dari tiga unsur yang harus terlibat dalam bahasa tutur, peneliti menganalisis unsur pertama mengenai sikap terhadap Ekspresi Idiomatik dalam Drama the Importance of Being…(Farihatul Qamariyah)
24
acuan (reference) yang mana dalam konteks ini sikap Gwendelon menunjukkan sikap menunggu atas lanjutan perkataan Jack ketika dia memanggil Gwendelon. Unsur kedua adalah sikap terhadap mitra tutur yaitu Gwendelon memaksa Jack untuk mengatakan apa yang sebenarnya ingin dia katakan kepada Gwendelon. Namun Jack tak kunjung mengatakan apa yang ingin dikatakannya karena dia berpikir Gwendelon telah mengetahui apa yang akan dia katakan. Unsur ketiga adalah sikap terhadap ujaran itu sendiri. Dalam konteks ini akhirnya Gwendelon mengakui bahwa dia tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Jack namun dia menyangkal tanggapan Jack karena dia tak kunjung mengatakan kemauannya. Dari tiga unsur tersebut bisa disimpulkan bahwa kalimat “What have you got to say to me?” bukan berarti “Apa yang seharusnya kamu katakan padaku?”, dalam kasus modal “have to” yaitu “must” bermakna “harus.” Namun kalimat tersebut memiliki makna “What do you want to say?” yang berarti “Apa yang akan kamu katakan kepadaku?.” 4. What on earth is there in that? Data keempat, peneliti menemukan ekspresi idiomatik“What on earth is there in that?” dalam sebuah percakapan antara Algernoon dan Jack di halaman 8 act pertama di bawah ini: Algernoon: “(Retreating to back of sofa.) But why does she call herself little Cecily if she is your aunt and lives at Tunbridge Wells? (Reading) ‘From Little cecily with her fondest love’.” (Mundur ke belakang sofa) Tapi mengapa dia menyebut dirinya Cecily kecil jika dia bibimu. Tinggal di Tunbridge Wells? (Membaca) 'Dari Cecily kecil dengan cinta terindahnya.’) Jack : “(Moving to sofa and kneeling upon it.) My Dear Fellow, what on earth is there in that? Some aunts are tall, some aunts are not tall. That is a matter that surely an aunt may be allowed to decide for herself. You seem to think that every aunt should be exactly like your aunt!” (Pindah ke sofa dan berlutut di atasnya) Sahabatku, apa yang sebenarnya tertulis di situ? Beberapa bibi mungkin tinggi, dan beberapa bibi ada yang tidak tinggi. Itu adalah masalah yang pastinya seorang bibi mungkin diperbolehkan untuk Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 14 – 33
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
25
memutuskannya sendiri. Kau tampaknya berpikir bahwa setiap bibi harus persis seperti bibimu!)
Analisis: Sekilas percakapan di atas memberikan sebuah pemahaman bahwa makna dari kalimat “What on earth is there in that?” adalah “What is actually stated on in?”. Kalimat itu diucapkan oleh Jack ketika menanggapi pernyataan Algernoon sebagai lawan bicaranya. Peneliti kembali menganalisis menggunakan tiga unsur penting yang harus terlibat dalam bahasa tutur. Unsur pertama adalah sikap terhadap acuan (reference) yakni sikap Jack mengatakan kalimat itu dalam keadaan bingung dan tidak tahu sebenarnya apa yang tertulis dalam sebuah tempat rokok yang dimaksud oleh Algernoon. Unsur kedua adalah sikap terhadap mitra tutur yaitu terlihat dari sikap Jack yang mengharap Algernoon agar menunjukkan tulisan yang tertera pada tempat rokok tersebut. Unsur ketiga ialah sikap terhadap ujaran itu sendiri di mana atas pengaruh permohonan Jack terhadap Algernoon akhirnya Algernoon menunjukkan tulisan yang tertera pada barang (tempat rokok) ituSehingga Jack memberikan komentar lain tentang Cecily yang dimaksud Algernoon bibi dari Jack. Kesimpulan dari analisis percakapan menunjukkan bahwa ekspresi idiomatik“What on earth is there in that?” Bukan berarti “apa gerangan yang di atas bumi itu?” melainkan memiliki makna “what is actually stated on it?” yang berarti “apa sebenarnya yang tertulis di situ?”. 5. Is that clever? Data berikutnya yang peneliti temukan dalam drama ini adalah kalimat ekpresi idiomatik“Is that clever?” yang terdapat pada halaman 21 di act pertama. Sekilas percakapannya di bawah ini: Algernoon: “All woman become like their mothers. That is their tragedy. No man does. That’s his.” (Semua wanita menjadi seperti ibu mereka. Begitulah nasib mereka. Tidak ada yang tidak diwariskan. Itulah kenyataannya.) Jack : “Is that clever?” (apakah itu benar?) Ekspresi Idiomatik dalam Drama the Importance of Being…(Farihatul Qamariyah)
26
Algernoon:“It is perfectly phrased! and quite as true as any observation in civilised life should be. ” (Hal ini diutarakan sempurna! dan cukup sebagai benar seperti halnya pengamatan dalam peradaban kehidupan yang seharusnya.)
Analisis: Peneliti menginterpretasi kalimat “Is it clever?” dalam percakapan di atas dengan arti “Is it right?” dalam common expressionsesuai dengan beberapa unsur sebagai pisau analisa dalam data tersebut. Pertama yaitu mengenai sikap terhadap acuan yang mana Jack selaku pembicara dalam konteks ini bersikap seolah-olah tak percaya atas apa yang telah diucapkan oleh Algernoon selaku lawan bicaranya. Algernoon ketika itu memberikan pendapat tentang seorang wanita sejatinya akan mewariskan sebagian sifat dari orang tua, khususnya ibu. Kedua yaitu unsur sikap terhadap mitra tutur yakni terlihat dari sikap Jack meminta penjelasan lebih kepada Algernoon mengenai kebenaran pendapat yang dia lontarkan. Ketiga yaitu sikap terhadap ujaran itu sendiri yang mana Jack pun akhirnya berhasil meminta Algernoon untuk meneruskan pendapatnya mengenai hubungan antara seorang wanita dengan orang tua perempuannya. Algernoon bahkan memberikan pernyataan bahwa apa yang dia ucapkan sesuai dengan berbagai pengalaman orang lain yang terjadi dalam kehidupan sekitarnya. Dari analisis di atas, peneliti mampu memberikan interpretasi makna atas ekspresi idiomatik“Is that clever?” bukan dengan makna secara harfiah yang berarti “apakah itu pintar?” melainkan peneliti mengartikannya dengan “Is it right?” yang berarti “apakah itu benar?”. Hal itu sesuai dengan konteks pembicaraan antara kedua aktor tersebut yang bertujuan untuk menanyakan sebuah kebenaran atas pernyataan. 6. I am sick to death of cleverness Data berikutnya adalah “I am sick to death of cleverness” yang peneliti temukan tepat di percakapan setelah Algernoon memberikan pernyataan lebih lanjut mengenai kasus di data sebelumnya. Berikut percakapan tersebut: Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 14 – 33
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
27
Algernoon:“It is perfectly phrased! and quite as true as any observation in civilised life should be. ” (Hal ini diutarakan sempurna! dan cukup sebagai benar seperti halnya pengamatan dalam peradaban kehidupan yang seharusnya.) Jack: :“I am sick to death of cleverness. Everybody is clever nowadays. You can’t go anywhere without meeting clever people. The thing has become an absolute public nuisance. I wish to goodness we had a few fools felt.” (Aku muak pada kepintaran. Semua orang pintar saat ini. kamu tidak bias pergi ke mana pun tanpa bertemu orang pintar. Hal ini telah menjadi gangguan publik mutlak. Aku berharap pada kebaikan kita masih memiliki orang-orang bodoh yang tersisa.) Algernoon: “We have.” (kita masih memilikinya.)
Analisis: Maksud sebenarnya dari ekspresi idiomatik“I am sick to death of cleverness” ialah “I am bored to smartness” yang makna secara harfiah diartikan dalam Bahasa Indonesia bukanlah “Aku sakit sampai akhir hayat atas kepintaran” melainkan bermakna “aku muak pada kepintaran.” Peneliti menganalisisnya melalui sikap terhadap acuan (reference) yang ditunjukkan oleh Jack atas sikapnya yang tidak menyukai alias muak terhadap hal-hal yang berbahu kepintaran. Bahkan dia menyatakan pendapat atas ketidaksukaannya melihat orang-orang pintar di sekelilinya. Dia pun berharap lingkungan dia dan Algernoon sebagai lawan bicaranya masih memiliki orang-orang yang tidak pintar. Kedua yaitu mengenai sikap terhadap mitra tutur yaitu Jack bersikap seolah-olah Algernoon akan mengiyakan dan menyetujui pendapat yang dia paparkan. Ketiga adalah sikap terhadap ujaran itu sendiri yang mana dalam konteks ini Jack berhasil mempengaruhi Algernoon untuk menanggapi bahwa apa yang dia ucapkan dan dia harapkan atas orang-orang yang tidak pintar tersebut masih ada. Dan hal tersebut terbukti dengan respon Algernoon dengan jawaban “we have”, “kita masih memilikinya.” Peneliti mengambil kesimpulan bahwa kalimat ekpresi idiomatik“I am sick to death of cleverness” bermakna kontekstual Ekspresi Idiomatik dalam Drama the Importance of Being…(Farihatul Qamariyah)
28
yaitu “aku muak pada percakapan di atas.
kepintaran”
sesuai
dengan
konteks
7. How thoughtless of me Data ke-tujuh dari script drama ini, peneliti menemukan sebuah ekspresi idiomatik“How thoughtless of me” pada halaman 30 di act kedua. Berikut ini sekilas percakapannya: Cecily
: “You are looking a little worse.” (kamu terlihat sedikit lebih buruk) Algernoon: “That is because I am hungry.” (itu karena aku lapar) Cecily : “How thoughtless of me. I should have remembered that when one is going to lead an entirely new life, one requires regular and wholesome meals. Won’t you?” (Betapa tidak pedulinya aku. Aku harus ingat bahwa ketika seseorang akan megawali hidup dengan keadaan baru dalam hidupnya, dia membutuhkan makanan secara teratur dan sehat. Maukah kamu makan?) Algernoon: “Thank you, Might I have a buttonholes first?” (Terima kasih, bisakah aku petik bunga terlebih dahulu?)
Analisis: Dari percakapan di atas, peneliti menginterpretasi ekspresi idiomatik“How thoughtless of me” dengan makna “How careless I am”.Unsur pertama, peneliti memperhatikan sikap dari acuan (reference) yang mana dalam konteks ini Cecily merasa kecewa pada dirinya sendiri karena telah membiarkan Algernoon merasa kelaparan. Unsur kedua adalah sikap terhadap mitra tutur yakni terlihat dari sikap Ceciliy yang berusaha mengajak Algernoon untuk makan. Dan unsur ketiga adalah sikap terhadap ujaran itu sendiri yaitu dalam konteks ini akhirnya Cecily tidak berhasil membujuk Algernoon untuk makan bersamanya melainkan Algernoon ingin melakukan hal yang lain. Kasus ini selain juga melihat konteks dari alur percakapan melalui tiga unsur tersebut, peneliti juga mampu mengartikannya melalui sinonim kata dari kata “thoughtless” yang berarti “careless” yaitu kurang peduli atau lebih mementingkan diri sendiri. Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 14 – 33
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
29
8. Why on earth did you break it off? Data selanjutnya, peneliti menemukan sebuah ekpresi idiomatik“Why on earth did you break it off?” pada halaman 39 di act kedua. Berikut ini cuplikan percakapannya: Cecily: “On the 22nd of last March. You can see the entry if you like. (Shows diary) Today I broke off my engagement with Ernest. I feel it is better to do so. The weather still continues charming.” (Pada tanggal 22 Maret lalu. Kamu dapat melihat catatannya kalau kamu mau. (menunjukkan diari) ‘Hari ini aku memutuskan pertunanganku dengan Ernest. Aku merasa lebih baik untuk melakukannya. Cuaca masih terus menawan’) Algernoon: “But why on earth did you break it off? What had I done? I had done nothing at all. Cecily, I am very much hurt indeed to hear you broke it off. Particularly when the weather was so charming.” (Tapi mengapa gerangan kamu memutuskannya? Apa yang telah kulakukan? Aku tidak melakukan apa-apa. Cecily, aku sungguh sangat terluka mendengarmu memutuskannya. Apalagi ketika cuaca sangat menawan.) Cecily: “It would hardly have been a really serious engagement if it hadn’t been broken off at least once. But I forgave you before the week was out” (sebuah pertunangan tidak akan menjadi benar-benar serius jika ia tidak pernah putus sekurang-kurangya satu kali. Namun aku telah memafkanmu sebelum satu minggu yang lalu.)
Analisis: Dari percakapan di atas, peneliti menginterpretasi kalimat “Why on earth did you break it off?” menjadi“why did you break up?”. Data tersebut dianalisis dengan ketiga unsur penting dalambahasa tutur. Yang pertama adalah sikap terhadap acuan (reference), dalam konteks ini sikap Algernoon menanyakan dengan serius mengapa Cecily memutuskan hubungan pertunangannya dengan Algernoon. Dia pun sedikit kebingungan sebab sebelumnya dia belum pernah bertemu Cecily bagaimana mungkin bisa bertunangan dengannya. Dalam cerita sebelumnya, Algernoon hanyalah kekasih imaginasi Cecily. Mereka memang belum pernah bertemu satu sama lain namun sudah mendengar cerita dan nama mereka masing-masing dari Jack. Sebab dalam cerita ini, Cecily berkarakter sebagai Ekspresi Idiomatik dalam Drama the Importance of Being…(Farihatul Qamariyah)
30
seorang gadis yang menyukai lamunan dan khayalan. Faktor kedua adalah sikap terhadap mitra tutur yang mana Algernoon menunjukkan ekspresi sama sekali tidak tahu menahu persoalan pertungan mereka dan dia pun tidak melakukan sesuatu terhada Cecily sehingga dia beranggapan bahwa mereka tidak lagi bertunangan. Unsur ketiga adalah sikap terhadap ujaran yang diucapkan Algernoon. Dalam konteks ini algernoon berhasil merayu Cecily untuk melupakan persoalan putusnya pertunangan mereka dan akhirnya Cecily mengatakan bahwa dia telah memaafkan Algernoon. Dari percakapan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kalimat “Why on earth did you break it off?” bukan bermakna “Mengapa atas bumi kamu telah memutuskannya” secara harfiah jika diartikan kata per kata, namun kalimat itu bermakna “Why did you break it up?” yang berarti “Mengapa gerangan kamu memutuskannya?”. 9. What could have put such an idea into your pretty little head? Data terakhir yang peneliti temukan dalam drama ini adalah kalimat “What could have put such an idea into your pretty little head?” tertera pada halaman 46 di act kedua. Percakapannya sebagai berikut: Jack
: “Gwendelon! Darling! (Offers to kiss her.)” (Gwendelon! Sayang! (hendak menciumnya)) Gwendelon: “(Draws back.) A moment! May I ask if you are engaged to be married to this young lady? (Points to Cecily.)” ((Menarik kembali.) Sebentar! Bolehkah aku bertanya apakah kamu bertunangan dan akan menikah dengan wanita muda ini? (Menunjuk Cecily).) Jack
: “(Laughing.) To dear little Cecily! Of course not! What could have put such an idea into your pretty little had? ” ((Tertawa.) dengan Cecily kecil tersayang? Tentu saja tidak! Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu?)
Gwendelon: “Thank you. You may! (Offers her cheek.)” (Terima Kasih. Mungkin kamu begitu (menawarkan pipinya)) Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 14 – 33
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
31
Analisis: Peneliti menginterpretasi kalimat ekspresi idiomatik“What could have put such an idea into your pretty little head?” sepertihalnya kalimat “Why do you think like that?” dalam Bahasa Inggris yang biasa digunakan. Tiga unsur dalam bahasa tutur tentunya sangat berpengaruh terhadap pemaknaan kalimat tersebut. Unsur pertama adalah sikap terhadap acuan yakni dalam konteks ini Jack menunjukkan ekspresi kebingungan dan terkejut atas pertanyaan Gwendelon terhadapnya.Jack pun secara tiba-tiba ditolak ketika diahendak mencium Gwendelon, kekasihnya.Unsur kedua adalah sikap terhadap mitra tutur yang mana Jack berusaha memberikan jawaban secara tegas bahwa dugaan Gwendelon tersebut tidak benar dengan menanyakan kembali mengapa Gwendelon memiliki dugaan seperti itu. Unsur ketiga adalah sikap terhadap ujaran yang dalam hal ini keberhasilan Jack meyakinkan Gwendelon bahwa dugaan dia itu salah dan kembali percaya pada Jack dengan mengizinkan Jack untuk menciumnya. Dari analisis di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwasanya kalimat ekspresi idiomatik dari “What could have put such an idea into your pretty little head?” Bukanlah bermakna “Kok bisa meletakan ide seperti itu di dalam kepala kecilmu yang cantik” melainkan bermakna “Why do you think like that?” yang berarti “Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu?.” Hal tersebut menandakan bahwa memaknai sebuah ekspresi idiomatik diharuskan untuk melihat konteks lain dari sisi lawan bicara sehingga menemukan makna yang sesuai. F. KESIMPULAN Berdasarkan analisis pembahasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwasanya kalimat-kalimat bersifat ekspresi idiomatik yang ditemukan dalam drama The Importance of Being Earnest karya Oscar Wilde memiliki makna kontekstual bukan secara leksikal ataupun harfiah. Ekspresi idiomatik merupakan sebuah ekspresi yang berbeda dari struktur kata leksikal yang sesungguhnya, ia tidak dapat dimaknai sesuai dengan kata-kata yang membentuknya, melainkan memiliki makna tertentu yang hanya dapat dianalisis menggunakan sesuatu di luar ekspresi itu sendiri. Untuk mengetahui maksud dari setiap ekspresi yang ditemukan dalam drama The Ekspresi Idiomatik dalam Drama the Importance of Being…(Farihatul Qamariyah)
32
Importance of Being Earnest, analisa data tersebutmenggunakan tiga unsur penting bahasa tutur dalam teori makna, yakni (1) sikap terhadap acuan (reference), (2) sikap terhadap mitra tutur, (3) sikap terhadap ujaran itu sendiri. Dari ketiga hal tersebut, peneliti kemudian mampu menginterpretasi arti ekspresi idiomatik yang tepat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh lawan bicara di setiap percakapan yang ada. Dan karena data yang dianalisis dalam drama ini hanya sebagian dari sekian banyak ekspresi idiomatik yang ditemukan, peneliti menyarankan agar ada kelanjutan penelitian ekspresi idiomatik ini di setiap act drama secara menyeluruh. Sehingga para pembaca akan memperoleh pengetahuan baru tentang ekpresi idiomatik demi memperkaya bahasa percakapan sehari-hari.
G. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A.Chaedar. 1993. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Penerbit Angkasa.Print. th
Grade Reading Vocabulary 1.2. Anonim. 2012. 4
[email protected]. DataWORKSEducational Research. Januari 13. Web. Anonim. Cambridge Advanced Learner’s Third Edition. Electronic Dictionary. Software. Brenner, Gail. 2009. Webster’s New World American Idioms Handbook. America: American University, Academic Support Center. Pdf. Chaer, Abdul. 2002. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Print. Chapman , Robert L. 2009. The Dictionary of American Slang. America: American University, Academic Support Center. Pdf. Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Penerbit Tiara Wacana. Print.
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 14 – 33
Umum.
Yogyakarta:
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
33
Ubaidillah. 2012. Diktat Mata Kuliah Teori Linguistik. Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya.Print. Wilde, Oscar. 2006. The Importance of Being Ernest. America: The Pennyslvania State Electronic Classic Series Publication. Print.
Ekspresi Idiomatik dalam Drama the Importance of Being…(Farihatul Qamariyah)