Linguistika Akademia Vol.2, No.2, 2013, pp. 156~168 ISSN: 2089-3884
ANALISIS MAKNA UJARAN SEBUAH WACANA PADA DIALOG TEKS DALAM NASKAH DRAMA “THE IMPORTANCE OF BEING EARNEST” Jehan Rizki Rakhmadani e-mail:
[email protected] ABSTRACT Deep understanding of the meaning of utterances in a discourse is very important and needs special attention. With the ability to understand the meaning of utterances one can know for sure what the purpose of speech act is going on between the speakers and the partners speech in a discourse in the form of text dialogue in drama script of The Important of Being Earnest. A speech acts contained in the script does not necessarily have the correct function and rule by the language rules because there is context of situation influences inside it. This paper aims to describe some meaning of utterances that occur in speech acts in dialogue text and find the factors that influence it. The method used in this analysis is a pragmatic equivalent method for this analysis is determined by the dialogue partners. Then, the theory used is the context of situation theory of John Rupert Firth. The analysis showed that the speech act that is spoken by the characters of drama has a different meaning speech or can be said deviate from the rules of correct language. For example, in speech acts between Algernon and Lane; Algernon says, "Did you hear what I was playing, Lane?" Then Lane replied, "I did not think it polite to listen, sir." has the meaning speech that is a question that does not require a definite answer just alias preamble. The meaning of speech is contrary to the rules of correct language that if someone asks a question, he/she would want a definite answer.
ABSTRAK Pemahaman yang dalam mengenai makna ujaran dalam sebuah wacana adalah hal sangat penting dan perlu diperhatikan secara khusus. Dengan adanya kemampuan memahami makna ujaran seseorang dapat mengetahui dengan pasti apa maksud tindak tutur yang sedang terjadi antara penutur dan mitra tutur dalam sebuah wacana yang berbentuk dialog teks dalam naskah drama The Important of Being Earnest. Sebuah tindak tutur yang terdapat dalam naskah tersebut belum tentu mempunyai fungsi dan kaidah yang benar menurut aturan berbahasa karena adanya pengaruh konteks situasi di dalamnya. Paper ini bertujuan untuk mendeskripsikan beberapa makna ujaran yang terjadi dalam tindak tutur pada dialog teks tersebut serta mencari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode padan pragmatik karena analisis ini ditentukan dengan adanya mitra wicara. Kemudian, teori yang digunakan adalah teori konteks situasi John Rupert Firth. Hasil analisis menunjukkan bahwa tindak tutur yang diujarkan oleh para tokoh drama tersebut mempunyai makna ujaran yang berbeda atau boleh dikatakan menyimpang dari kaidah-kaidah berbahasa yang benar. Sebagai contoh, dalam
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
157
tindak tutur antara Algernon dan Lane; Algernon berkata, “Did you hear what I was playing, Lane?” kemudian Lane menjawab, “I didn’t think it polite to listen, sir.” mempunyai makna ujaran yaitu suatu pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban pasti alias hanya basa-basi. Makna ujaran ini bertentangan dengan kaidah berbahasa yang benar yakni jika seseorang bertanya tentunya dia menginginkan jawaban pasti. Kata kunci: makna ujaran; tindak tutur; konteks situasi.
A. PENDAHULUAN Dalam setiap aktivitas kehidupan manusia sehari-hari, antara satu individu dengan individu yang lain selalu melakukan segala aktivitas dengan alat komunikasi. Alat komunikasi di sini yang dimaksud adalah bahasa. Baik bahasa lisan maupun bahasa tulis, dengan menggunakan bahasa setiap individu dapat menjalankan roda kehidupannya dengan baik. Karena bahasa mempunyai peran yang sangat penting sebagaimana yang dikemukakan Kridalaksana (via Chaer 2007: 32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Dalam setiap bahasa pasti mempunyai sistem yang berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi (Chaer 2007: 34). Komunikasi erat hubungannya dengan tutur kata dalam bentuk kalimat yang tentunya mempunyai sistem sehingga terdapat makna ujaran yang ingin disampaikan penutur kepada mitra tutur. Berdasarkan saluran komunikasi, wacana dibedakan atas wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan memiliki ciri antara lain adanya penutur dan mitra tutur, bahasa yang dituturkan, dan alih tutur (turn talking) yang menandai pergantian giliran bicara. Wacana tulis ditandai adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan, dan penerapan sistem ejaan (Kushartanti dan Yuwono, 2005: 94). Jadi, dalam bentuk tertulis seperti wacana yang di dalamnya terdapat sebuah kata, frase, klausa, maupun kalimat tentunya mempunyai makna. Wacana menurut Kalimat mempunyai fungsi ketika digunakan untuk berkomunikasi. Menurut Vespoor dan Sauter (2000: 16) ketika orang berkomunikasi, mereka melakukan demikian untuk berbagai macam alasan; empat alasan utama adalah untuk member tahu seseorang tentang sesuatu, untuk Analisis Makna Ujaran Sebuah Wacana pada Naskah Drama… (Jehan Rizki R.)
158
mendapat informasi dari seseorang, untuk membuat seseorang melakukan sesuatu, dan untuk mengekspresikan sikap seseorang tentang sesuatu. Dengan kata lain, sebuah kalimat memiliki beberapa tipe seperti kalimat pernyataan (declarative), kalimat pertanyaan (interrogative), kalimat perintah (imperative) dan kalimat seruan (exclamatory). Dengan mengikuti kaidah-kaidah tersebut, dalam sebuah percakapan atau tindak tutur tentunya dengan mudah mitra tutur dapat menangkap makna ujaran dalam sebuah percakapan dalam bentuk susunan kalimat dengan mudah dari si penutur. Misalnya dalam percakapan bahasa Inggris si A (penutur) dan si B (mitra tutur), si A berkata, “How are you?” dan kemudian si B menjawab, “I am fine thank you.” Di sini jelas kita dapat mengetahui makna ujaran dari masing-masing kalimat bahwa kalimat yang diucapkan oleh si A (penutur) dan yang diucapkan si B berbeda. Kalimat si A mempunyai makna ujaran bertanya karena tipe kalimatnya adalah kalimat pertanyaan. Sedangkan, kalimat si B mempunyai makna ujaran memberi informasi tentang keadaan karena tipe kalimatnya adalah kalimat pertanyaan. Ironisnya, dalam beberapa wacana terutama dalam bentuk dialog teks seperti drama yang berjudul The Important of Being Earnest, sering sekali seorang pembaca sulit untuk memahami makna ujaran yang ada dalam dialog antara si penutur dan mitra tutur. Kalimat yang terdapat dalam ujaran memiliki kaidah-kaidah yang sudah benar secara gramatikal, tetapi pada kenyataannya ujaran-ujaran dalam bentuk kalimat tersebut memiliki makna ujaran yang menyimpang alias tidak sama seperti fungsi-fungsi dan tipetipe sebuah kalimat. Tidak hanya pada dialog teks drama The Important of Being Earnest, dalam bahasa Indonesia pun sebagai contohnya, menurut Ahmad Izzan (2006: 167) pada zaman sekarang, jika ditanya, “Apa kabar dan bagaimana keadaanmu?”, biasanya orang menjawab, “baik”, tanpa mengungkapkan persoalan yang sebenarnya, karena pertanyaan itu hanya diungkapkan sekedar ucapan rutinitas yang biasa diucapkan tanpa makna lebih jauh. Bahkan, ucapan seperti ini kadang-kadang dilontarkan oleh orang yang lewat di jalan, tanpa memerlukan jawaban. Inilah yang kadang menyulitkan pembaca untuk memahami makna ujaran yang sebenarnya dalam sebuah percakapan.
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 156 – 168
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
159
Contoh penyimpangan makna ujaran di atas terjadi karena ketidakpedulian penutur dan mitra tutur dalam mengikuti kaidahkaidah berbahasa yang benar. Ketika kalimat yang ujarkan oleh penutur berupa kalimat pertanyaan, tetapi yang seharusnya mitra tutur menjawab dengan kalimat pernyataan malah hanya menjawab dengan kalimat yang secara gramatikal tidak dibenarkan karena secara sintaksis tidak memiliki konstituen yang lengkap seperti subjek, predikat, objek dan bahkan keterangan. Penelitian tentang analisis makna ujaran sebuah wacana pada dialog teks dalam naskah drama “The Importance of Being Earnest”, menjadi pembahasan lebih lanjut dalam tulisan ini. Penelitian ini difokuskan pada bagaimana cara memahami makna ujaran dari dialog teks pada drama “The Importance of Being Earnest” dan menunjukkan adanya penyimpangan makna ujaran dari dialog teks tersebut. Karena penelitian ini berkaitan dengan dialog teks yang di dalamnya terdapat penutur dan mitra tutur atau lawan bicara, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan pragmatik. Kemudian untuk memahami makna ujaran dan penyimpangan makna ujaran penulis menggunakan teori konteks situasi. B. LANDASAN TEORI Dalam bukunya yang berjudul Encyclopedia of Linguistik vol.1 (2005: 345-346) Philipp Strazny menjabarkan bahwa seorang ahli bahasa Inggris John Rupert Firth (1890-1960) secara tradisional dikaitkan dengan dua pendekatan berbeda dalam linguistik. Pendekatan pertama berkaitan dengan teori linguistik sosiologis disebut Teori konteks situasi, dipengaruhi oleh karya-karya dari antropolog Bronislaw Malinowski. Yang kedua adalah teknik analisis fonologi dikembangkan oleh London School. Namun, sebuah studi rinci tentang karya dan pembelajaran Firth (terutama 1930-1957) memaksa kita untuk menggambarkan pengaruhnya dalam linguistik dalam hal agak berbeda. Sepanjang karya-karyanya, Firth mengembangkan teori linguistik sendiri yang menempatkan penekanan khusus pada teori dua tingkat analisis: tingkat sosial (setara dengan tingkat pragmatis, dalam istilah modern) dan yang lain adalah fonologi. Analisis Makna Ujaran Sebuah Wacana pada Naskah Drama… (Jehan Rizki R.)
160
Firth menjelaskan teorinya tentang bahasa dalam bukunya Speech (1930) dan The Tongues of Men (1937). Kedua karya tersebut menghadirkan pemikiran fungsionalis dan relativis dalam studi bahasa, yang disebut Firth 'linguistik deskriptif'. Firth mengembangkan sebuah teori untuk bahasa dalam tindakan, bukan sebuah teori universal dari kemampuan linguistik manusia. Bukubuku ini adalah penyajian pemikirannya ini mirip dengan Language milik Sapir (1921) dan Language milik Bloomfield (1933), namun Firth tidak menjelaskan metode analisis linguistik. Sebaliknya, ia menulis untuk masyarakat umum dan menunjukkan pendekatan teoritis multidisiplin, yang ia pertahankan diseluruh karya-karyanya. Dengan demikian, buku-buku ini mengembangkan studi bahasa dari sudut pandang biologis, sejarah, sosiologis, dan linguistik. Sisa dari sebagian besar karya Firth diterbitkan sebagai artikel-artikel teoritis yang sangat khusus atau koleksi-koleksi artikel. Gaya Firth ini telah digambarkan tak jelas, terutama karena ia jarang terfokus pada satu topik seluruh setiap artikel yang diberikan. Esainya biasanya sebuah campuran dari pengetahuan teoritis, bacaan -bacaan, dan pendapatpendapat. Firth memahami bahasa sebagai sistem tanda yang kita gunakan untuk melakukan banyak hal, yang mengatakan, bahasa bekerja dengan cara yang berbeda dalam konteks yang berbeda. Bagi Firth, bahasa agak magis, dan kekuatan linguistik adalah apa yang kita pelajari sejak kita dilahirkan. Semua peristiwa dalam kehidupan pembicara (masyarakat, budaya, peranan-peranan, kepribadian-kepribadian, dll) menentukan bentuk bahasa orang ini. Disini, beberapa kritikus mendeteksi sikap behavioris dalam tulisan Firth, diwarisi dari karya-karya dan pembelajaran Malinowski. Namun, seseorang dapat menunjukkan bahwa ini mungkin hanya salah satu dari banyak aspek fungsionalis pemikirannya, dan bahwa ada hubungan antara Malinowski (dan kemudian Firth) dan pragmatisme Amerika dalam karya GH Mead, J. Dewey, dan G. de Laguna. Linguistik deskriptif mengidentifikasi komponen sosial bahasa sebagai aspek penting dari bahasa, dan Firth memperkenalkan sebuah kategori linguistik yang meliputi unsur-unsur yang biasanya terjadi dalam sebuah situasi komunikatif. Dia menamai kategori ini Konteks situasi, dan unsur-unsurnya adalah: Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 156 – 168
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
161
1. Para peserta: orang-orang, kepribadian-kepribadian, dan fitur yang terkait dengan ini. a. Aksi verbal dari peserta. b. Aksi nonverbal dari para peserta. 2. Objek-objek yang terkait dan peristiwa-peristiwa non verbal dan non pribadi. 3. Dampak-dampak dari aksi verbal. Dikemudian hari, teori konteks situasi ini menjadi pelopor munculnya kajian Sosiolinguistik, mengingat unsur-unsur yang diteliti secara mendasar berangkat dari teori ini. Namun demikian, tidak ditemukan penjelasan sejarah yang mengatakan bahwa sosiolinguistik, yang pertama kali dicetuskan oleh J.A. Fishman, berasal dari konteks situasi Malinowsky (Ubaidillah: 2012). C. ANALISIS Dengan menggunakan teori konteks situasi John Rupert Firth penulis mencoba menganalisa makna ujaran yang terdapat pada dialog teks dalam naskah drama “The Importance of Being Earnest”. Di bawah ini penulis menyertakan data yang akan dianalisis. No 1
Ujaran
Makna ujaran
Algernon Lane
2
Algernon
Lane 3
Jack
Gwendolen
: Did you hear what I was playing,Lane? : I didn’t think it polite to listen, sir.
Menanyakan sesuatu namun tidak mendapat jawaban yang pasti.
: I’m sorry for that, for your sake. I don’t play accurately— anyone can play accurately— but I play with wonderful expression. As far as the piano is concerned, sentiment is my forte. I keep science for Life. : Yes, sir. : But you don’t really mean to say that you couldn’t love me if my name wasn’t Ernest? : But your name is Ernest.
Pernyataan yang sombong namun mendapat respon biasa.
Pertanyaan kekawatiran namun mendapat respon sanggahan.
Analisis Makna Ujaran Sebuah Wacana pada Naskah Drama… (Jehan Rizki R.)
162
4
Algernon Jack
: Well, let us go to the Club? : Oh, no! I hate talking.
Ajakan bersenang-senang namun mendapat respon penolakan keras
5
Cecily Gwendolen
: [Sweetly.] Sugar? : [Superciliously.] No, thank you. Sugar is not fashionable any more. [Cecily looks angrily at her, takes up the tongs and puts four lumps of sugar into the cup.] : Uncle Jack seems strangely agitated. : Your guardian has a very emotional nature.
Saling menjatuhkan.
6
Cecily Chasuble
7
Lady Bracknell: My nephew, you seem to be displaying signs of triviality. Jack : On the contrary, Aunt Augusta, I’ve now realised for the first time in my life the vital Importance of Being Earnest.
Pernyataan keheranan yang belum mendapatkan jawaban.
Pernyataan ketidakpercayaan yang mendapatkan jawaban sebuah pengakuan.
Dari ketujuh data di atas, berikut akan diuraikan secara berurutan makna-makna ujaran tersebut. 1. Dalam percakapan ini dilihat dari partisipannya, antara Algernon (penutur) dan Lane (mitra tutur) memiliki status dan peran yang berbeda. Dalam drama tersebut Algernon adalah seorang majikan yang kaya, sedangkan Lane adalah pembantu laki-laki yang di gaji untuk mengurusi segala kebutuhan rumah tangga Algernon. Dilihat dari fitur yang terkait dengan ini adalah adanya kegiatan, Lane yang mengatur the di atas meja, dan setelah musik telah berhenti, Algernon memanggil. Kemudian dilihat dari aksi verbal “Did you hear what I was playing, Lane?” Algernon menanyakan apakah Lane mendengar dia bermain musik piano. Jadi Algernon tidak mengucapkan kata-kata yang kasar. Lane kemudian menjawab “I didn’t think it polite to listen, sir” yang artinya Lane menucapkan kata-kata yang sangat sopan. Dilihat dari aksi non verbal dimana penulis mendapatkan gambarannya dari versi film, ekspresi wajah Algernon dan Lane Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 156 – 168
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
163
senang dan memperlihatkan bahasa tubuh yang tidak mengancam. Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan percakapan antara Alegernon dan Lane adalah percakapan yang santai. Namun, tampak terlihat bahwa Lane tidak berani bicara panjang lebar karena sedang bekerja, sehingga tidak sempat menjawab pertanyaan majikannya. Akhirnya makna ujaran yang dapat dipahami adalah pertanyaan Alegernon tidak mendapat jawaban yang pasti. 2. Dalam percakapan kali ini dilihat dari partisipannya, seperti yang dibahas di nomor satu, antara Algernon (penutur) dan Lane (mitra tutur) memiliki status dan peran yang berbeda. Dalam drama tersebut Algernon adalah seorang majikan yang kaya, sedangkan Lane adalah pembantu laki-laki yang di gaji untuk mengurusi segala kebutuhan rumah tangga Algernon. Dilihat dari fitur yang terkait dengan ini adalah adanya kegiatan, Lane
yang mengatur teh sore di atas meja, dan setelah musik telah berhenti, Algernon memulai pembicaraan. Kemudian dilihat dari aksi verbal “I’m sorry for that, for your sake. I don’t play accurately— anyone can play accurately—but I play with wonderful expression. As far as the piano is concerned, sentiment is my forte. I keep science for Life.” Algernon merendahkan diri dengan mengatakan dia tidak bermain secara akurat. Jadi, Algernon tidak mengucapkan kata-kata yang kasar. Dilihat dari Lane menjawab, “Yes, sir.” yang artinya Lane mengucapkan kata-kata yang sangat sopan. Dilihat dari aksi non verbal di mana penulis mendapatkan gambarannya dari versi film, ekspresi wajah Algernon begitu percaya diri, sedangkan Lane tetap tenang dan melanjutkan aktivitasnya. Senang memperlihatkan bahasa tubuh yang tidak mengancam. Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa makna ujaran yang dapat dipahami adalah sebuah pernyataan yang sombong namun mendapat respons biasa. 3. Dalam percakapan ini, dilihat dari partisipannya, antara Jack (penutur) dan Gwendolen (mitra tutur) memiliki status dan peran yang berbeda. Dalam drama tersebut Jack adalah seorang kaya Analisis Makna Ujaran Sebuah Wacana pada Naskah Drama… (Jehan Rizki R.)
164
yang usianya sudah sangat dewasa dan dia adalah protagonis. Sedangkan Gwendolen adalah wanita yang kaya namun keras kepala dan sangat bersemangat yang hidupnya bermewahmewahan. Dilihat dari fitur yang terkait dengan ini adalah adanya kegiatan, Jack dan Gwendolen sedang ditinggal oleh Lady Bracknell dan Algernon ke ruangan bermain piano. Kemudian dilihat dari aksi verbal “But you don’t really mean to say that you couldn’t love me if my name wasn’t Ernest?” Jack menanyakan apakah jika dia bukan bernama Earnest maka Gwendolen tidak akan mencintai Jack lagi. Jadi Algernon bertanya dengan katakata menyindir. Gwendolen kemudian menjawab, “But your name is Ernest.” Yang artinya Gwendolen mengucapkan katakata sanggahan yang sopan. Dilihat dari aksi non verbal di mana penulis mendapatkan gambarannya dari versi film, ekspresi wajah Jack agak pucat. Sedangkan Gwendolen bersemangat. Mereka tidak memperlihatkan bahasa tubuh yang tidak mengancam. Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa makna ujaran yang dapat dipahami adalah pertanyaan kekhawatiran namun mendapat respons sanggahan. 4. Dalam percakapan ini dilihat dari partisipannya, antara Jack (penutur) dan Algernon (mitra tutur) memiliki status dan peran yang berbeda. Dalam drama tersebut Jack adalah seorang kaya yang usianya sudah sangat dewasa dan dia adalah protagonis. Sedangkan Algernon adalah jejaka yang kaya pandai bersilat lidah. Dilihat dari fitur yang terkait dengan ini adalah adanya kegiatan, di mana Algernon masuk ke ruangan yang di situ ada Jack yang sedang emosional karena sebelumnya dia mendapatkan penolakan dan hinaan dari Lady Bracknell. Kemudian dilihat dari aksi verbal “Well, let us go to the Club?” Algernon mengajak Jack pergi ke klab. Jadi Algernon bertanya dengan kata-kata menghibur. Jack kemudian menjawab, “Oh, no! I hate talking” yang artinya Jack mengucapkan kata-kata penolakan yang tidak sopan. Dilihat dari aksi non verbal dimana penulis mendapatkan gambarannya dari versi film, ekspresi wajah Jack adalah sangat kesal. Sedangkan, Algernon bersemangat. Jack memperlihatkan bahasa tubuh yang mengancam dengan pandangan mata yang tajam. Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 156 – 168
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
165
Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa makna ujaran yang dapat dipahami adalah ajakan bersenang-senang namun mendapat respons penolakan keras. 5. Dalam percakapan ini dilihat dari partisipannya, antara Cecily (penutur) dan Gwendolen (mitra tutur) memiliki status dan peran yang berbeda. Dalam drama tersebut Cecily adalah remaja yang pintar dan sangat lincah. Dia adalah keponakan angkat dari Jack. Sedangkan Gwendolen adalah wanita yang kaya namun keras kepala dan sangat bersemangat yang hidupnya bermewah-mewahan. Dilihat dari fitur yang terkait dengan ini adalah adanya kegiatan, Cecily sedang menyambut tamunya
yaitu Gwendolen. Mereka duduk di taman sambil minum teh. Kemudian dilihat dari aksi verbal “Sugar?” Cecily menawarkan gula pemanis untuk the yang akan diminum Gwendolen.. Gwendolen kemudian menjawab, “No, thank you. Sugar is not fashionable anymore.” Yang artinya Gwendolen menolak tawaran yang diberikan ole Cecily. Dilihat dari aksi non verbal dimana penulis mendapatkan gambarannya dari versi film, ekspresi wajah Celily penuh kecurigaan. Sedangkan, Gwendolen berekspresi begitu angkuh. Mereka saling memperlihatkan bahasa tubuh yang mengancam terutama Cecily. Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa makna ujaran yang dapat dipahami adalah saling menjatuhkan. 6. Dalam percakapan ini dilihat dari partisipannya, antara Cecily (penutur) dan Chasuble (mitra tutur) memiliki status dan peran yang berbeda. Dalam drama tersebut Cecily adalah remaja yang pintar dan sangat lincah. Sedangkan, Chasuble adalah seorang kiai yang hidup sederhana. Dilihat dari fitur yang terkait dengan ini adalah adanya kegiatan, Cecily, Chasuble, dan semua tokoh yang ada sedang berkumpul di teras rumah milik Jack yang sangat megah. Kemudian dilihat dari aksi verbal “Uncle Jack seems strangely agitated” Cecily merasa bahwa pamannya Jack berprilaku tidak wajar. Chashuble kemudian menjawab, “Your guardian has a very emotional nature.” Yang artinya Chasuble Analisis Makna Ujaran Sebuah Wacana pada Naskah Drama… (Jehan Rizki R.)
166
keheranan dan menduga bahwa ada yang tidak beres dengan dengan Jack. Dilihat dari aksi non verbal dimana penulis mendapatkan gambarannya dari versi film, ekspresi wajah Celily dan Chasuble heran dan menatap satu sama lain. Meskipn begitu, mereka tidak memperlihatkan bahasa tubuh yang mengancam terutama Cecily. Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa makna ujaran yang dapat dipahami adalah pernyataan keheranan yang belum mendapatkan jawaban.
7. Dalam percakapan ini dilihat dari partisipannya, antara Lady Bracknell (penutur) dan Jack (mitra tutur) memiliki status dan peran yang berbeda. Dalam drama tersebut Lady Bracknell adalah wanita paruh baya yang sangat kaya, matrealistis dan mempunyai sifat selalu ingin menang. Sedangkan, Jack adalah seorang yang sangat dewasa yang mampu berargumentasi dengan siapa saja. Dilihat dari fitur yang terkait dengan ini adalah adanya kegiatan, semua yang ada sedang berkumpul
di teras rumah milik Jack yang sangat megah. Di situ terjadi peristiwa di mana asal usul tentang siapakah itu Jack dan darimana asal usul-usul Jack terjawab. Kemudian dilihat dari aksi verbal “My nephew, you seem to be displaying signs of triviality” Lady Bracknell merasa bahwa masih tidak percaya akan apa uang terlah terungkap. Jack kemudian menjawab, “On the contrary, Aunt Augusta, I’ve now realised for the first time in my life the vital Importance of Being Earnest.” Yang artinya Jack percaya bahwa segala usaha yang dia lakukan yaitu bersungguh-sungguh akhirnya mendapatkan hasil. Dilihat dari aksi non verbal di mana penulis mendapatkan gambarannya dari versi film, ekspresi wajah Lady Bracknell dan Jack heran tidak memperlihatkan bahasa tubuh yang mengancam satu sama lain. Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa makna ujaran yang dapat dipahami adalah pernyataan ketidakpercayaan yang mendapatkan jawaban sebuah pengakuan.
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 156 – 168
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
167
D. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas, peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa analisis makna ujaran sebuah wacana pada dialog teks dalam naskah drama “The Importance of Being Earnest” dapat membatu penulis untuk memahami makna ujaran yang terdapat di dalam dialog teks tersebut. Dengan menggunkan teori konteks situasi John Rupert Firth peneliti dapat menemukan berbagaimacam makna ujaran seperti pada percakapan antara (1) Algernon (pentur) dan Lane (mitra tutur) yang memiliki makna ujaran yaitu menanyakan sesuatu namun tidak mendapat jawaban yang pasti, (2) Algernon (penutur) dan Lane (mitra tutur) yang memiliki makna ujaran pernyataan yang sombong namun mendapat respon biasa, (3) Jack (penutur) dan Gwendolen (mitra tutur) yang memiliki makna ujaran pertanyaan kekhawatiran namun mendapat respon sanggahan, (4) Algernon (penutur) dan Jack (mitra tutur) yang memiliki makna ujaran ajakan bersenang-senang namun mendapat respon penolakan keras, (5) Cecily (penutur) dan Gwendolen (mitra tutur) yang memiliki makna ujaran saling menjatuhkan, (6) Cecily (penutur) dan Chasuble (mitra tutur) yang memiliki makna ujaran pernyataan keheranan yang belum mendapatkan jawaban, dan yang terakhir (7) Lady Bracknell (penutur) dan Jack (mitra tutur) yang memiliki makna ujaran pernyataan ketidakpercayaan yang mendapatkan jawaban sebuah pengakuan. Jadi makna ujaran belum bisa dipahami jika belum dimasukkan dalam konteks situasinya. Makna ujaran bisa kita mengerti salah satunya karena adanya konteks situasi.
Analisis Makna Ujaran Sebuah Wacana pada Naskah Drama… (Jehan Rizki R.)
168
E DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.Philipp Strazny. 2005. Encyclopedia of Linguistics. UK: Fitzroy Dearborn an Imprint of the Taylor & Francis Group. Kushartanti dan Untung Yuwono. 2005. Pesona Bahasa; Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Verspoor Marjolijn dan Kim Sauter. 2000. English Sentence Analysis; An introductory course by Marjolijn Verspoor and Kim Sauter. Amsterdam: John Benjamins Publising Company. Izzan, Ahmad. 2006. Laa Taghtarr; Jangan terbuai. Bandung: Oase Mata Air Makna. Ubaidillah. 2012. Diktat Teori Linguistik. Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga.
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 156 – 168