Linguistika Akademia Vol.2, No.1, 2013, pp. 49~59 ISSN: 2089-3884
EKSPRESI DALAM TERJEMAHAN NOVEL ANGEL AND DAMOND OLEH DAN BROWN (ANALISIS TEORI MAKNA J.R. FIRTH)
Lina Hidayatus Sholihah e-mail :
[email protected] ABSTRACT Ekspression is what we think or feel that is allocated to the form of phrase and sentence. This paper aims to clarify that English expression meaning when translated to the Indonesian language will cause grammatical or contextual meaning. The method that used in this paper is the method of pragmatic equality because the analisys is focused on the interlocutor. The result of the analysis indicates that meaning alteration happens when Indonesian English language is translated to the Indonesian language and it is influenced by three factors; the act to the reference, interluctor, and the statement itself. For instance, the expression from the sentence “I’ll have you there in two minutes” when translated to the Indonesian language will be saya akan mengantar Anda dalam waktu dua menit. It shows that English expression will cause meaning alteration in the Indonesian language.
ABSTRAK Ekspresi adalah apa yang kita pikirkan atau rasakan dan dituangkan ke dalam bentuk frasa atau kalimat. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa makna ekspresi yang ada dalam bahasa Inggris jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan menyebabkan makna gramatikal atau kontekstual. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode padan pragmatik karena analisisnya difokuskan pada lawan bicara. Hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan makna terjadi ketika ekspresi yang ada dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan hal itu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu sikap terhadap acuan, mitra tutur dan ujaran itu sendiri. Misalnya, ekspresi dari kalimat “I’ll have you there in two minutes” diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi saya akan mengantar Anda dalam waktu dua menit. Hal ini menunjukkan bahwa makna ekspresi dalam bahasa Inggris jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan terjadi perubahan makna. Kata kunci: makna, terjemahan, acuan, mitra, penikmat novel.
50
A. PENDAHULUAN Novel menjadi salah satu karya sastra yang selalu berkembang di setiap masanya. Dalam penulisan pun kadang akan berbeda antara penulis satu dengan lainnya. Di dalam novel bahasa Inggris sering dijumpai ekspresi-ekspresi dalam bentuk kalimat – kalimat ataupun frasa. Untuk memahami makna dari ekspresi tersebut perlu juga memahami konteks yang ada dalam kalimat sebelum dan setelahnya. Novel – novel best seller bahasa Inggris yang banyak diburu oleh penikmat novel ternyata belum tentu sepenuhnya memahamkan mereka apa makna yang ada dalam novel tersebut. Meskipun penikmat novel dapat menerima maksudnya. Dalam novel prekuel “The Da Vinci Code” yang berjudul “Angel and Damond” karya penulis Buku Best seller, Dan Brown ini terdapat banyak ekspresi-ekspresi jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maknanya akan merubah makna aslinya. Masih banyak penikmat novel tidak memahami apa yang sebenarnya penulis maksudkan tentang ekspresi-ekspresi yang ada dalam novel tersebut. Misalnya, ekspresi dari kalimat “How simple of me” jika diterjemahkan secara harfiah akan menjadi “bagaimana sederhana dari ku”. Terjemahan seperti ini akan sulit untuk memahamkan pembaca. Dalam terjemahan yang lebih tepat seharusnya adalah “betapa bodohnya aku” karena akan lebih sesuai dengan konteks kalimat tersebut. Contoh lain yang bersinggungan dengan terjemahan ekspresi dalam novel “Angel and Damon” ini seperti dalam frasa ““The million dollar question”. Tanpa melihat adanya konteks, maka pembaca akan dengan gamblang menerjemahkannya menjadi “pertanyaan satu jua dolar”. Adanya terjemahan seperti itu karena tidak memperhatikan bagaimana sikap terhadap acuan, mitra tutur atau bahkan ujaran itu sendiri. Jadi, jika dilihat dari beberapa faktor tersebut maka terjemahannya akan mudah dipahami oleh pembaca seperti “pertanyaan bagus”. Jika bukan karena pemaknaan secara kontekstual maka tidak akan terjadi. Dari contoh penelitian terjemahan ekspresi seperti kalimat di atas bisa terjadi karena tidak melihat faktor-faktor penyebab perubahan makna semisal seperti apa sikap penutur, bagaimana sikap terhadap mitra tutur bahkan sikap terhadap ujaran itu sendiri. Dalam Ilmu Linguistik hal ini dapat didekati dengan Teori Makna. Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 49 – 59
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
51
Teori makna itu sendiri adalah jaringan keseluruhan dari relasi-relasi dan fungsi-fungsi ke dalam makna setiap butir linguistik (Firth, 1992 : 68). Selain itu, terjemahan ekspresi juga seharusnya tidak diterjemahkan secara leksikal namun secara kontekstual atau gramatikal. Contoh penelitian terjemahan ekspresi di atas adalah salah satu dari contoh yang ada dalam novel Dan Brown dan tentunya masih banyak lagi yang bisa ditemukan baik dalam bentuk kalimat ataupun frasa. Penelitian terjemahan ekspresi dari novel Dan Brown yang berjudul “Angel and Damon” akan lebih difokuskan pada permasalahan macam-macam ekspresi dalam bentuk frasa atau kalimat dalam bahasa Inggris jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Karena penelitian ini difokuskan pada penentu atau lawan bicara, maka metode yang digunakan adalah metode padan pragmatik, yakni metode analisis bahasa yang alat penganalisisnya atau penentunya adalah lawan bicara / interculator nya, Menurut Einar Haugen (via Sudaryanto, 1985; Soebroto, 1993, Soeparno, 2003) Adapun untuk melengkapi penelitian ini, peneliti juga menggunakan pembanding terjemahan bahasa Indonesia dari Penerbit Serambi Ilmu Semesta (Koesalamwardi, 2000). Selain itu, teori yang digunakan adalah Teori Makna yang didefinisikan sebagai “the thing they refer to. This relation between a linguistic expression and what it refers to isvariously called denotation, linguistic reference, and semantic reference.” (Akmajian, 2001 : 231). Definisi ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Firth bahwa dalam bahasa tutur, untuk mengetahui makna, ada tiga hal yang terlibat, yakni : 1) sikap terhadap acuan, 2) sikap terhadap mitra tutur, dan 3) sikap terhadap ujaran itu sendiri (Ubaidillah, 2012 : 44). B. LANDASAN TEORI Penelitian ini mengambil satu teori yang di populerkan oleh Malinowsky dan dikembangkan oleh muridnya, J. R Firth yaitu Teori makna. Teori makna menurut Firth adalah sosial dan behavioral, yaitu kata-kata merupakan pola tngkah laku, dan dalam pola ini katakata tersebut mempunyai fungsi koordinasi (Ubaidillah, 2012 : 44). Firth dikenal sebagai guru besar pada universitas London dan sangat terkenal dengan nama Aliran Prosodi, tetapi di samping itu Ekspresi dalam Terjemahan Novel Angel and Damond…(Lina Hidayatus S)
52
dikenal pula dengan nama Aliran Firth, Aliran Firthian, atau aliran London. (Chaer, 2007 : 356). Firth mengembangkan gagasan Baronislaw Malinowski tentang bahasa. Dia menyatakan pentingnya menempatkan katakata dalam konteks keseluruhan ujaran pada situasinya. Bagi malinowski konteks lingkungan fisik sebenarnya dari satu ujaran. Firth pun memakai context of situation dengan makna yang lebih umum dan abstrak. Bagi dia konteks tersebut adalah arena hubungan (field of relation), yaitu hubungan antara orang-orang yang memainkan peran dalam masyarakat, kata-kata yang mereka ujarkan, dan objek-objek lain, kejadian-kejadian dan seterusnya yang ada hubungannya dengan orang-orang dan ujarannya itu. C. PEMBAHASAN 1. Kalimat 1 “her smile was magic”. Kalimat ekspresi yang ada dalam paragraf pertama dari novel ini adalah “her smile was magic”. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara harfiah maka akan menjadi senyumnya adalah sihir. Namun jika diterjemahkan secara kontekstual maka terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan yaitu sikap terhadap acuan, sikap terhadap mitra tutur dan sikap terhadap ujaran itu sendiri. Adapun sikap terhadap acuan (reference)nya, Robert mengatakannya karena ketika perempuan muda itu meneriakinya dia tersenyum indah. Dan sikap terhadap mitra tutur terlihat dari raut wajah perempuan muda ketika meneriakinya. Selain itu, sikap terhadap ujaran itu sendiri, George berjuang mengimbangi tetapi tungkai kakinya seperti terpaku. Jadi kalimat tersebut jika diterjemahkan akan menjadi Senyumnya perempuan itu begitu mempesona”. Lihat kutipan berikut. “Robert, hurry up! I knew I should have married a younger man!” Her smile was magic. He struggled to keep up, but his legs felt like stone. “Wait,” he begged. “Please . . .” Jadi, dari analisis kalimat di atas terdapat perubahan makna dari kalimat ekspresi bahasa Inggris “Her smile was magic” dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Senyumnya Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 49 – 59
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
53
begitu mempesona dan bukan diterjemahkan seperti Senyumnya adalah sihir. 2. Kalimat 2 “I’ll have you there in two minutes”. Dalam kalimat “I’ll have you there in two minutes”, secara harfiah bisa kita artikan dengan saya akan mempunyai mu di sana dalam dua menit. Untuk memahami perkataan ini perlu kita lihat bagaimana sikap terhadap acuan (reference)nya. Perkataan pilot itu karena dia tiba-tiba menaikkan kecepatan mobilnya menjadi 170 km per jam. Sikap terhadap mitra tutur, pilot menginginkan mereka cepat sampai di tempat tujuan oleh karena itulah “I’ll have you there in two minutes” bukan berarti saya memiliki kamu dalam dua menit tetapi saya akan mengantarkan Anda dalam waktu dua menit. Selain sikap terhadap acuan dan mitra tutur, sikap terhadap ujaran itu sendiri juga perlu diperhatikan. Langdon di sini sontak langsung mengencangkan sabuk pengamannya ketika mengetahui si pilot akan mengantarkannya dalam waktu dua menit. Ia juga menjawab perkataan pilot tersebut dengan Why not make it three and get us there alive? Mengapa tidak tiga menit saja dan kita sampai dengan selamat? Langdon watched in disbelief as the pilot pushed the speedometer up around 170 kilometers an hour—over 100 miles per hour. What is it with this guy and speed? he wondered. “Five kilometers to the lab,” the pilot said. “I’ll have you there in two minutes.” Langdon searched in vain for a seat belt. Why not make it three and get us there alive? Jadi, kalimat “I’ll have you there in two minutes” tidak diartikan dengan saya akan mempunyai mu dalam dua menit akan tetapi saya akan mengantar Anda dalam waktu dua menit. 3. Kalimat ke 3 “Yes, sir, You damn well do.” Pada halaman 7 di buku “John Dohn” ini terdapat kalimat “You damn well do sir!” yang artinya Ya Tuan, saya benar-benar memperhatikan anda sekarang. sikap terhadap acuan (reference)nya, Langdon Ekspresi dalam Terjemahan Novel Angel and Damond…(Lina Hidayatus S)
54
merasa ketakutan sampai tangannya bergetar ketika mengangkat telpon dari laki-laki itu. Adapun sikap terhadap mitra tutur, Langdon menjawab pertanyaan laki-laki yang sedang berbicara di telpon dengan kalimat “Yes, sir, You damn well do.” yang di situ maksudnya adalah Ya Tuan, saya benar-benar memperhatikan anda sekarang dan bukan ya Tuan, Anda terkutuk dengan baik. Kalimat tersebut tidak dapat diartikan secara leksikal akan tetapi kontekkstual. Selain sikap terhadap acuan dan mitra tutur, sikap tujuan terhadap ujaran itu sendiri juga perlu diperhatikan. Si laki-laki yang berbicara di telepon hanya menjawab datar ketika Langdon berbalik tanya “mau jelaskan siapa Anda?” dengan nada kaku dan takut. Do I have your attention now?” the man’s voice said when Langdon finally answered the line. “Yes, sir, you damn well do. You want to explain yourself?” “I tried to tell you before.” Jadi, kalimat “Yes, sir, you damn well do.” Bukanlah diartikan secara leksikal seperti ya Tuan, Anda terkutuk dengan baik akan tetapi secara kontekstual dengan kalimat sebelumnya dengan makna Ya Tuan, saya benar-benar memperhatikan anda sekarang. 4. Kalimat ke 4 “You can kiss conventional jets good-bye”. Kalimat pada halaman 10 jika kita artikan secara harfiah adalah kamu dapat mencium jet-jet biasa selamat tinggal. Jika dilihat dari sikap terhadap acuannya, pilot menyebutkan model-model prototype canggih zaman sekarang supaya Langdon tertarik. Disini sikap terhadap mitra tutur bahwa pilot bermaksud untuk membuat Langdon tertarik dengan jet-jet keluaran baru itu. Namun, sikap terhadap ujaran itu sendiri tidak ada perubahan dari ketertarikan Langdon dan itu terlihat dari sikap Langdon ketika melirik ke arah jetjet itu dengan hati-hati kemudian mengatakan rasanya saya lebih suka jet kuno, seperti dalam dialog berikut. The National Aero Space Plane, the Russians have Scramjet, the Brits have HOTOL. The future’s here, it’s just taking some time to get to the public sector. You can kiss conventional jets good-bye.” Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 49 – 59
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
55
Langdon looked up warily at the craft. “I think I’d prefer a conventional jet.” Dan, dari hasil analisa di atas, kalimat tersebut bukanlah diartikan dengan kamu dapat mencium jet-jet biasa selamat tinggal namun tepatnya dapat diartikan dengan Anda boleh mengucapkan selamat tinggal pada jet-jet kuno. 5. Kalimat ke 5 “Comfortable, Mr.Langdon?” Pertanyaan yang ada pada halaman 11 ini diterjemahkan seperti “nyaman, tuan Langdon?”. Karena teori makna ini memperhartikan tiga hal maka pertanyaan itu bisa diartikan dengan “Anda merasa nyaman, tuan Lanngdon?” dalam terjemahan bahasa Indonesia terlihat lebih struktural dibanding dengan kalimat aslinya. Tiga hal yang mempengaruhinya yaitu sikap terhadap acuannya karena melihat Langdon panik ketika mengangkat telpon dari seseorang yang tak dikenal. Adapun sikap terhadap mitra tuturnya pun si pilot langsung bertanya “Comfortable, Mr.Langdon?” yang jika diartikan menjadi “Anda merasa nyaman, tuan Lanngdon?”. Sedangkan sikap terhadap ujaran itu sendiri dapat menjawab pertanyaan tersebut. Langdon berkata “Not at all” tidak juga”, dalam kalimat berikut. A phone on the wall beside him beeped twice. Langdon lifted the receiver. “Hello?” “Comfortable, Mr. Langdon?” “Not at all.” Jadi, pertanyaan “Comfortable, Mr.Langdon?” dalam konteks ini bukan diterjemahkan menjadi “nyaman, tuan Langdon?” namun “Anda merasa nyaman, tuan Lanngdon?”. 6. Kalimat ke 6, “We’re like a small city,” Jika kalimat tersebut diterjemahkan menjadi “Kita seperti kota kecil” itu bisa saja. Namun, kita perlu melihat sikap terhadap acuan terlebih dahulu, kalimat yang diucapkan Pilot ini karena melihat Langdon yang sedang melamunkan kebebasannya untuk melakukan segala aktivitasnya. Sikap terhadap mitra tutur ketika tiba-tiba Pilot mengucapkan kalimat tersebut yang jika diterjemahkan lebih tepatnya menjadi “Kompleks kami seperti sebuah kota kecil” karena dia ingin menghentikan lamunan Langdon. Dan sikap terhadap Ekspresi dalam Terjemahan Novel Angel and Damond…(Lina Hidayatus S)
56
ujaran itu sendiri, Langdon merasa penasaran dengan apa saja yang dideskripsikan tentang isi dari kompleks tersebut. Lihat dialog ini. the latter being a freedom that enabled him to travel the world, sleep as late as he wanted, and enjoy quiet nights at home with a brandy and a good book. “We’re like a small city,” the pilot said, pulling Langdon from his daydream. “Not just labs. We’ve got supermarkets, a hospital, even a cinema.” Jadi kalimat “We’re like a small city,” bukan diartikan dengan “Kita seperti kota kecil” namun “Kompleks kami seperti sebuah kota kecil” dengan melihat konteks sebelumnya. 7. Kalimat yang ke 7 “How simple of me” Kalimat pada halaman 19 ini jika diterjemahkan secara harfiah menjadi “bagaimana sederhana dari ku”. Jika ditinjau dari sikap terhadap acuannya, Kohler merasa dirinya tidak dapat memahami bahasa Langdon, seorang akademisi dan bukan pendeta. Adapun Sikap terhadap mitra tutur, Kohler menatap ke arah Langdon dengan tatapan agak melunak dan berkata “how simple of me” yang jika diterjemahkan menjadi “betapa bodohnya aku”. Dan sikap terhadap ujaran itu sendiri membuat Langdon berfikir kenapa ada orang yang bisa mempunyai analisa berpikir seperti itu. Berikut dialog lengkapnya. Kohler slowed suddenly and turned, his gaze softening a bit. “Of course. How simple of me. One does not need to have cancer to analyze its symptoms.” Langdon had never heard it put quite that way. Jadi kalimat di atas bukan diterjemahkan menjadi “bagaimana sederhana dari ku” akan tetapi “betapa bodohnya aku” meski tidak terdapat kata “fool” di sana.
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 49 – 59
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
57
8. Kalimat ke 8 “So you ran a web search for it?” Kalimat yang ada pada halaman 26 ini jika diterjemahkan secara harfiah mejadi “jadi kamu berlari sebuah web mencari untuk itu?”. Tiga hal yang menjadi pedoman teori makna. Sikap terhadap acuannya karena Kohler terkaget karena upaya pencarian Langdon tentang keterangan “Illuminati”. Sikap terhadap mitra tutur juga diperhatikan dalam teori ini, dengan rasa tak percayanya, Kohler mengajukan beberapa pertanyaan untuk meyakinkan dirinya. Maka kalimat “So you ran a web search for it?” di sini bukan diterjemahkan menjadi “jadi kamu berlari sebuah web mencari untuk itu?” namun “Jadi anda membuka internet untuk mecari keterangan tentang itu?”. Dalam hal ini, sikap terhadap ujaran itu sendiri, Langdon justru menguatkan rasa ingin tahu Kohler dengan mengatakan ““And the word returned hundreds of references, no doubt.” Langdon nodded. “Had you heard the name before?” “Not until I saw it branded on Mr. Vetra.” “So you ran a web search for it?” “Yes.” “And the word returned hundreds of references, no doubt.” Jadi, kalimat “So you ran a web search for it?” bukan diterjemahkan mejadi “jadi kamu berlari sebuah web mencari untuk itu?” akan tetapi “Jadi anda membuka internet untuk mecari keterangan tentang itu?”. 9. Kalimat ke 9, “I’ll have you there in two minutes” Dalam kalimat “I’ll have you there in two minutes”, secara harfiah bisa kita artikan dengan saya akan mempunyai mu di sana dalam dua menit. Untuk memahami perkataan ini perlu kita lihat bagaimana sikap terhadap acuan (reference)nya. Perkataan pilot itu karena dia tiba-tiba menaikkan kecepatan mobilnya menjadi 170 km per jam. Sikap terhadap mitra tutur, pilot menginginkan mereka cepat sampai di tempat tujuan oleh karena itulah “I’ll have you there in two minutes” bukan berarti saya memiliki kamu dalam dua menit tetapi saya akan mengantarkan Anda dalam waktu dua menit. Selain sikap terhadap acuan dan mitra tutur, sikap terhadap ujaran itu sendiri juga perlu diperhatikan. Langdon di sini sontak langsung mengencangkan sabuk pengamannya ketika mengetahui si pilot akan Ekspresi dalam Terjemahan Novel Angel and Damond…(Lina Hidayatus S)
58
mengantarkannya dalam waktu dua menit. Ia juga menjawab perkataan pilot tersebut dengan Why not make it three and get us there alive? Mengapa tidak tiga menit saja dan kita sampai dengan selamat?. Hal ini dapat dilihat dalam dialog berikut. Langdon watched in disbelief as the pilot pushed the speedometer up around 170 kilometers an hour—over 100 miles per hour. What is it with this guy and speed? he wondered. “Five kilometers to the lab,” the pilot said. “I’ll have you there in two minutes.” Langdon searched in vain for a seat belt. Why not make it three and get us there alive? Jadi, kalimat “I’ll have you there in two minutes” tidak diartikan dengan saya akan mempunyai mu dalam dua menit akan tetapi saya akan mengantar Anda dalam waktu dua menit. 10. Kalimat ke 10, “The million dollar question”. Frasa pada halaman 28 ini diterjemahkan menjadi “pertanyaan bagus”. Kenapa bisa seperti itu karna penerjemah menerjemahkannya tidak per kata yang jika diterjemahkan menjadi “pertanyaan satu juta dolar”. Karena melihat sikap terhadap acuannya kenapa Langdon berkata seperti itu karena Kohler mengajukan pertanyaan yang sangat bagus sehingga dikonotasikan dengan kata “The million dollar question”. Selain itu, sikap terhadap mitra tutur Langdon kepada Kohler yaitu untuk meyakinkan Kohler bahwasanya kematian Leonardo Vetra ada hubungannya dengan penangkapan Galileo. Oleh karena itu, sikap terhadap ujaran itu sendiri membuat Kohler terdiam sunyi mendengar penjabaran tentang Galileo dan Mr. Vetra. Lihat kutipan berikut. What does it have to do with Leonardo Vetra?” The million dollar question. Langdon cut to the chase. “Galileo’s arrest threw the Illuminati into upheaval. Mistakes were made, and the church discovered the identities of four members, whom they captured and interrogated.
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 49 – 59
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
59
Jadi frasa “The million dollar question” tidak diterjemahkan dengan “pertanyaan satu juta dolar” namun dikonotasikan menjadi “pertanyaan bagus”. D. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas, peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa makna ekspresi dalam bahasa Inggris jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan terjadi perubahan makna. Perubahan makna ini dilandasi dengan memperhatikan tiga hal yang harus terlibat di dalamnya, yakini 1) sikap terhadap acuan, 2) sikap terhadap mitra tutur dan 3) sikap terhadap ujaran itu sendiri. Tiga hal tersebut masuk dalam tataran Teori Makna yang diambil dari social dan behavioral. Ekspresi-ekspresi dalam bentuk frasa ataupun kalimat dari novel bahasa Inggris “Angel and Damon ini menimbulkan banyak ketidakpahaman pembaca jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Maka perlu adanya terjemahan secara kontekstual ataupun gramatikal dalam penerjemahan ekspresiekspresi tersebut. E. DAFTAR PUSTAKA Akmajian, Demers, dan Farmer dkk. Linguistics : 2001. An Introduction To Language And Communication. Cambridge. The MIT Press. Alwasiah, A. Chaedar. 1992. Beberapa Madzhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung. Penerbit Angkasa. Brown, Dan. 2006. Angels & Demons: A Novel (Robert Langdon). New York Time. New England. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta. Koesalamwardi, Iis. 2000. Malaikat dan Iblis (Angel and Damond) Dan Brown. Translator. Jakarta. PT Serambi Ilmu semesta Soeparno. 2003. Dasar-dasar Linguistik. Yogyakarta. Mitra Gama Media. Ubaidillah. 2012. Teori Linguistik. Yogyakarta. Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga.
Ekspresi dalam Terjemahan Novel Angel and Damond…(Lina Hidayatus S)