Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
EKSISTENSI SUMPAH TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAH KOTA LANGSA Oleh : Bustami. SH.,MH, Drs. Muhammad Natsir. SH.,MH dan Zainuddin, SH.,MH
Dosen Fakultas Hukum Universitas Samudra Langsa ABSTRAK Di Indonesia setiap Pegawai Negeri Sipil ataupun pejabat negara diwajibkan untuk mengangkat sumpah sesuai dengan peraturan pemerintah N0. 21 tahun 1975, tentang sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil, yang kemudian disempurnakan dengan Undang-undang No.5 Tahun 2014, tentang Aparatur Sipil Negara, setiap calon pegawai negeri sipil wajib mengangkat sumpah, konsekwensi mengangkat sumpah apabila dilanggar wajib membayar kafarat sumpah. Di Kota Langsa didapati Pegawai Negeri Sipil yang melanggar sumpah namun tidak ada yang membayar kafarat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tujuan dilakukan penyumpahan terhadap Pegawai Negeri Sipil Kota Langsa, untuk mengetahui bahwa pelanggar sumpah harus membayar kafarat dan untuk mengetahui bentuk bentuk sumpah yang harus membayar kafarat serta bentuk kafaratnya. Untuk menemukan efektifitas sumpah guna meningkatkan motifasi bekerja Pegawai Negeri Sipil di Kota Langsa, dengan unsur-unsur pokok yang harus diungkapkan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tim peneliti menggunakan metode Penelitian kualitatif, dengan mengamati Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas kedinasannya kemudian dihubungkan dengan sumpah yang diucapkannya ketika pelantikannya sebagai Pegawai Negeri Sipil Kota Langsa. Hasil penelitian tujuan dilakukan penyumpahan terhadap Pegawai Negeri Sipil adalah untuk mengikat Pegawai Negeri Sipil supaya tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan bagi setiap Pegawai Negeri Sipil ataupun supaya melaksanakan sesuatu yang telah dibebankan kepada setiap Pegawai Negeri Sipil untuk dikerjakannya sehingga atasan yakin terhadap kinerja bawahannya.Pelanggar sumpah harus membayar kafaratnya dikarenakan sumpah merupakan hukuman yang mengandung makna ibadah, yaitu hak yang berkisar antara ibadah dan hukuman merupakan hak Allah, wajib dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Allah tidak. Setiap pelanggaran kalimat yang diucapkan atas nama Allah yang disebut dengan sumpah wajib membayar kafarat walaupun telah dijalankan hukuman sesuai dengan Undangundang dalam bentuk hukuman disiplin ringan, sedang dan hukuman disiplin berat. Disarankan kepada pejabat pengambil sumpah Pegawai Negeri Sipil, setiap pelaksanaan penyumpahan senantiasa mengungkapkan tujuan dilakukan
113
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
penyumpahan dan kewajiban membayar kafarat apabila sumpah yang diucapkan dilanggar. Mesosialisasi kewajiban membayar kafarat setiap yang melanggar sumpah, serta pemerintah mengeluarkan Qanun Kota Langsa menyangkut dengan pengaturan kafarat bagi siapa saja yang melanggar sumpah baik Pegawai Negeri Sipil maupun lainnya. Di Kota Langsa didapati Pegawai Negeri Sipil yang melanggar sumpah namun tidak ada yang membayar kafarat. Pelanggar sumpah terbagi kepada dua, pertama Pegawai Negeri Sipil yang telah diputukan hakim bahwa Pegawai Negeri Sipil tersebut sudah melanggar ketentuan-ketentuan PNS sehingga ia dihukum. Kedua hanya Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan mengetahui bahwa ia telah melanggar sumpah, maka untuk menghindari murka Allah Pegawai Negeri Sipil tersebut dengan suka rela ia membayar kafarat sumpah, kafarat sumpah tersebut digolongkan ke dalam harta agama, maka sebaiknya kafarat tersebut disetor ke Baitul Mal, namun berdasarkan hasil wawancara belum ada Pegawai Negeri Sipil yang membayar kafarat apalagi menyetor ke Baitul mal Kota Langsa. Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang menjadi bahsan adalah apa tujuan dilakukan penyumpahan terhadap Pegawai Negeri Sipil di Kota langsa, mengapa sumpah harus membayar kafarat bagi pelanggarnya, Pelanggar Sumpah yang bagaimanakah harus membayar kafarat. Harapan dari penelitian ini adalah dengan ditemukannya tujuan dilakukan penyumpahan maka akan
Latar Belakang Sumpah menurut pengertian secara syar’i adalah menguatkan sesuatu dengan menyebut nama Allah atau sifatNya.i Sumpah bagi Allah adalah untuk menekankan berita sesudahnya dan menguatkan kandungan ungkapan yang dimaksud. Menurut Abul Qasim alQusyairi bahwa suatu hukum akan menjadi lebih kuat kalau disertai saksi atau sumpah.ii Sumpah merupakan penekanan yang terkenal untuk memantapkan jiwa dan menguatkannya. Di Indonesia setiap Pegawai Negeri Sipil ataupun pejabat negara diwajibkan untuk mengangkat sumpah sesuai dengan peraturan pemerintah N0. 21 tahun 1975, tentang sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil, yang kemudian disempurnakan dengan Undang-undang No.5 Tahun 2014, tentang Aparatur Sipil Negara, setiap calon pegawai negeri sipil wajib mengangkat sumpah,iii dengan kalimat dan susunan kata sumpah yang telah ditetapkan, PNS yang bergama Islam dengan dimulai dengan kalimat “Demi Allah Saya Bersumpah”. Konsekwensi melakukan sumpah apabila dilanggar wajib membayar kafarat sumpah sebagaimana telah ditetapkan oleh Allah.
114
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
sangat bermanfaat bagi peningkatan kinerja Pegawai Negeri Sipil, termasuk seluruh pejabat yang berpenghasilan berdasarkan gaji dari Negara dan dengan diketahuinya bahwa pelanggar sumpah harus membayar kafarat maka akan berguna dalam meningkatkan kinerja kerja dan disiplin Pegawai Negeri Sipil, serta dengan ditemukannya bentuk bentuk sumpah yang harus membayar kafarat dan bentuk kafaratnya, maka setiap orang dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil tidak semabarangan melakukan sumpah dan melanggarnya, apabila dengan sengaja melanggar sumpah akan membayar kafarat sumpah, karena setiap pelanggar sumpah dan tidak membayar kafarat akan mendapat murka Allah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perjanjian dalam Islam, bahwa berjanji itu harus ditepati dan melanggar janji berarti berdosa. Bukan sekedar berdosa kepada yang berjanji tetapi juga kepada Allah. Dasar dari wajibnya kita menunaikan janji antara lain adalah: Perintah Allah SWT dalam Al-Qur-an: Allah SWT telah memerintahkan kepada setiap muslim untuk melaksanakan janji-janji yang pernah diucapkan, sebagaimana Allah berfirman dalam surah An-Nahlu ayat 91: Dan janganlah kamu jadikan sumpah sumpahmu sebagai alat penipu diantaramu, yang menyebabkan tergelincir kakimu sesudah kokoh tegaknya dan kamu rasakan kemelaratan di
dunia karena kamu menghalangi orang dari jalan Allah dan bagimu azab yang besar. Menunaikan janji adalah ciri orang yang beriman Allah menyebutkan dalam surat AlMu`minun tentang ciri-ciri orang beriman. Salah satunya yang paling utama adalah mereka yang memelihara amanat dan janji yang pernah diucapkannya. (Al -Qur-an Surah Al-Mukminuun ayat 8), ingkar Janji Adalah Perbuatan Syetan, dalam surah an-Nisa’ayat 120, ingkar Janji Adalah Sifat Bani Israil, ( Al-Qur-an Surah al-Baqarah ayat 40). Jadi Janji yang wajib ditunaikan manakala berbentuk sesuatu yang halal dan makruf. Sebaliknya bila janji itu adalah sesuatu yang mungkar, haram, maksiat atau hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan syariat Islam, maka janji itu adalah janji yang batil. Untuk menemukan efektifitas sumpah guna meningkatkan motifasi bekerja Pegawai Negeri Sipil di Kota Langsa, dengan unsur-unsur pokok yang harus diungkapkan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tim peneliti menggunakan metode Penelitian kualitatif, dengan mengamati Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas kedinasannya kemudian dihubungkan dengan sumpah yang diucapkannya ketika pelantikannya sebagai Pegawai Negeri Sipil Kota Langsa.
115
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
Sumber data dan tekhnik pengumpulan data disesuaikan dengan masalah dan tujuan. Untuk mendapat data tentang tujuan dilakukan penyumpahan terhadap Pegawai Negeri Sipil Kota langsa, dengan melakukan studi dokumentasi tentang sumpah dan wawancara dengan kepala instansi terkait, serta pihak intelektual berkenaan dan penyebaran angket. Untuk mendapat data tentang pelanggar sumpah harus membayar kafarat dengan menggali dari konsep utama dari pensyari’atan sumpah adalah al-Qur’an dan Hadis juga ijma’ para ahli hukum, juga dengan studi sejarah. Untuk mendapat data tentang Sumpah yang bagaimanakah harus membayar kafarat, maka akan digali juga dari al-Qur’an, Hadis dan Ijma’ serta peraturan peraturan yang berlaku di Indonesia yang berkaitan dengan wajibnya diangkat sumpah bagi pejabat negara serta seluruh Pegawai Negeri Sipil di Indonesia. Dalam penelitian ini informasi yang dikumpulkan dari informan sangat berharga untuk memahami mekanisme, kegunaan, dan keberadaan sumpah sebagai konsekwensi melaksanakan tugas bagi Pegawa Negeri Sipil dengan informasi ini maka akan dihasilkan sejumlah rekomendasi yang akan disampaikan keberbagai pihak, terutama kepada pemerintah. Sebagai mitra dalam penelitian ini melibatkan pengurus MPU Kota Langsa dan para pengambil kebijakan di pemerintah Kota Langsa, juga dinas Syari’at
Islam, serta Baitul mal. MPU sesuai denga tupoksinya punya kewajiban untuk mengawasi berjalannya pemerintahan sesuai dengan syari’at Islam, Baitul Mal . Pembahasan Lebih mendasar Pada periode pertama, para pakar tafsir dahulu memahami kalimat-kalimat sumpah yang terdapat dalam al-Qur-an, sebagai suatu penegasan terhadap hukum atau berita yang termaktub dibelakang kalimat sumpah tersebut, namun belakangan ini setelah sains mengalami kemajuan pesat melalui berbagai riset dan observasi luar angkasa terutama setelah paroh kedua abad ke-20 lalu, telah mengungkapkan bahwa sedikit demi sedikit fakta tertentu dari fenomenafenomena yang ditegaskan dengan sumpah di dalam al-Qur'an, yang membuka cakrawala baru pemikiran untuk memulai merenungkan keagungan ciptaan-ciptaan Allah terutama isyarat-isyarat sains pada ayat-ayat sumpah. Secara keseluruhan, semua fenomena yang telah ditegaskan Allah dengan kalimat sumpah-Nya di dalam al-Qur’an, merupakan fenomena-fenomena amat dahsyat dan sangat vital dalam kehidupan alam semesta termasuk manusia di dalamnya, penjelasan lebih lanjut akan dibahas berikutnya. Abul Qasim al-Qusyairi menjelaskan, bahwa suatu hukum akan menjadi lebih kuat apabila disertai sumpah atau saksi. Sumpah merupakan penekanan yang masyhur
116
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
untuk menentramkan jiwa dan menguatkan hati. Dalam al-Qur'an tidak kurang dari 40 kali Allah bersumpah atas nama beberapa fenomena ciptaan-Nya yang istimewa dan amat dahsyat di alam semesta ini. Diantara sumpahsumpah dahsyat itu, terhitung 20 kali bersumpah tentang fenomenafenomena super dahsyat luar angkasa, seperti: langit, bulan, matahari, bintang-bintang, kluster dan objek-objek lain yang nampak di angkasa raya dengan mempergunakan teleskop tercanggih saat ini, maupun yang tidak nampak karena menunggu teleskop yang lebih canggih lagi hasil karya generasi-generasi mendatang.iv Sedangkan 20 kali lainnya Allah bersumpah tentang fenomenafenomena yang ada di alam bumi beserta isinya, seperti: kerak bumi, lempengan bumi, kitab, pena, kuda perang, jiwa, buah tin, buah zaitun, kota Makkah, gunung, laut, bahtera dan lain sebagainya yang dapat disaksikan dan dirasakan di bumi kita ini. v Sumpah Allah tersebut menunjukkan bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk memikirkan tentang alam semesta, langit dan bumi secara seksama dan seimbang antara alam atas dan bawah. Tentang astronomi, matematika, teknik, nature, kimia, fisika, jiwa dan semua jenis ilmu pengetahuan, sekaligus untuk menarik perhatian manusia kepada keagungan fenomena- fenomena yang disumpahkan-Nya.
Pembagian sumpah dalam alQur-an, Sumpah yang dilakukan oleh Allah SWT berkisar antara dua hal. Dia bersumpah dengan Diri-Nya yang menunjukkan kebesaran-Nya. Dalam hal ini terdapat tujuh ayat dalam Al-Qur'an, diantaranya "Orang-orang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: 'Tidak demikian, demi Tuhanku, benarbenar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.' Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (Al-Qur-an Surah At-Taghabun ayat 7). Allah juga bersumpah dengan makhluk-Nya. Sumpah Allah dengan makhluk-Nya banyak terdapat dalam Al-Qur'an, seperti,"Demi matahari dan cahayanya di pagi hari (1)dan bulan apabila mengiringinya (2)dan siang apabila menampakkannya (3)dan malam apabila menutupinya (4)dan langit serta pembinaannya (5)dan bumi serta penghamparannya (6)dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)." (Asy-Syams: 1-7). Sumpah bagi hamba Allah atau manusia hanya dibolehkan bersumpah dengan menyebut nama Allah, kalau bersumpah dengan selain nama Allah digolongkan dalam syirik, sebagaimana sabda Rasulullah saw. Dari ibnu Umar ia berkata: saya mendengar Rasulullah SAW. Bersabda, "Barang siapa bersumpah (dengan menyebut nama) selain Allah, maka sungguh ia telah kafir atau musyrik."(Shahihul Jami’
117
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
no. 6204 dan Tirmidzi III: 45 no.1574)vi. Tujuan sumpah Sumpah bagi Allah adalah untuk menekankan berita sesudahnya dan menguatkan kandungan ungkapan yang dimaksud, sedangkan Sumpah bagi manusia bertujuan untuk mengikat diri supaya tidak melakukan sesuatu atau melakukan sesuatu. Menurut Abul Qasim al-Qusyairi bahwa suatu hukum akan menjadi lebih kuat kalau disertai saksi atau sumpah. Sumpah merupakan penekanan yang terkenal untuk memantapkan jiwa dan menguatkannya
Kafarat sumpah merupakan bagian dari hak Allah, hukum pidana Islam membagi hak kepada hak Allah dan hak manusia, teori Islam tentang hak menyatakan bahwa sumber hak adalah Allah SWT, karena Allah SWT adalah pembuat syariat, undang-undang dan hukum atas manusia dan seluruh alam. Oleh karena itu, hak selalu terkait dengan kehendak Allah SWT dan merupakan pemberian Allah yang dapat diketahui berdasarkan sumber hukum Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur’an dan hadis Rasulullah Saw. Dilihat dari kepemilikan, hak dibagi menjadi empat bagian, yaitu: hak Allah SWT murni, hak manusia murni, hak yang didalamnya tergabung hak Allah SWT dan hak manusia, namun hak Allah SWT lebih dominan dan hak yang di dalamnya tergabung dua hak tersebut, namun hak manusia lebih doninan.viii Hak Allah Murni, ialah setiap perbuatan mukallaf yang memiliki pengaruh luas dan berhubungan dengan kepentingan masyarakat umumix atau sesuatu yang dimaksudkan untuk mewujudkan kepentingan, manfaat, dan kemaslahatan orang banyak tanpa kekhususan pada orang tertentu. Hak tersebut dinisbahkan kepada Allah SWT, karena besarnya kepentingan hak itu dan keumuman manfaatnya bukan untuk kemaslahatan inidividu secara khusus. Hak tersebut bertalian dengan ketertiban umum.
Manfaat sumpah menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al‘Utsaimin mengatakan bahwa faedah dalam bersumpah adalah menjelaskan tentang begitu agungnya yang dijadikan landasan atau dasar dilakukanya sumpah serta Menjelaskan tentang pentingnya sesuatu yang disumpahkan dan sebagai bentuk penguat atas vii pengakuannya. Tujuan dilakukan penyumpahan terhadap Pegawai Negeri Sipil adalah untuk mengikat Pegawai Negeri Sipil supaya tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan bagi setiap Pegawai Negeri Sipil ataupun supaya melaksanakan sesuatu yang telah dibebankan kepada setiap Pegawai Negeri Sipil untuk dikerjakannya sehingga atasan yakin terhadap kinerja bawahannya.
118
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
Menurut Mazhab Hanafi, hak Allah SWT ini dapat dikelompokkan pada delapan macam yaitu: 1) Ibadah murni. 2) Ibadah yang mengandung makna ma’unah, yakni pertolongan ynag diberikan untuk memelihara jiwa dan harta. Misalnya, zakat fitrah. Ma’unah (pertolongan) yang mengandung makna ibadah, seperti mengeluarkan sepersepuluh atau seperduapuluh dari hasil bumi. Ma’unah yang mengandung makna hukuman (uqubah) seperti Ma’unah sebagai hukuman merupakan ganti rugi atas kewajiban jihad yang tidak dibebankan kepada mereka. Uqubah (hukuman) murni, seperti hukuman terhadap pelaku perzinaan, pencurian, meminum minuman keras, dan lainnya. Hukuman terbatas, seperti terhalangnya seorang pembunuh dari hak mewarisi harta orang yang dibunuhnya. Hukuman yang mengandung makna ibadah, yaitu semua hak yang berkisar antara ibadah dan hukuman, seperti kafarat sumpah, kafarat zihar (menyamakan istri dengan ibu kandung), kafarat membunuh karena tersalah dan lainnya. Sisi ibadah dalam kafaratkafarat itu lebih kuat. Hak Allah SWT tersebut mengandung makna ibadah karena dilaksanakan dalaam benutk ibadah, seperti berpuasa, memerdekakan hamba sahaya, atau memberi makanan kepada fakir miskin yang harus dilaksanakan langsung oleh seseorang yang melakukan pelanggaran tersebut sebagimana dalam ibadah pada umunya.
Kandungan makna hukuman pada hak Allah terletak pada kewajibannya sebagai balasan terhadap perbuatan yang dilanggarnya supaya tidak diulanginya kembali. Oleh karena itulah, hukuman tersebut disebut kafarat, artinya penutup atau penghapus dosa,xwajib dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Allah tidak boleh diganti, dimaafkan ataupun dibebaskan tanpa membayarnya. Berdasarkan uraian di atas, orang yang bersumpah untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu, dan dia serius dalam sumpahnya, bersahaja untuk melakukannya kemudian menanda tangani isi sumpahnya, kemudian melanggar sumpahnya, sesuai dengan teori perjanjian dalam Islam maka dia akan mendapat azab Allah atau berdosa. Untuk menebus dosanya, harus membayar kafarat. Bentuk pelanggaran sumpah Pegawai Negeri Sipil telah diatur oleh negara berdasarkan Undangundang Nomor 05 Tahun 2014, tentang Aparatur Sipil Negara dengan tujuan pembinaan bagi Pegawai Negeri Sipil yang bersih, jujur, dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat. Setiap Pegawai negeri sipil yang mengabaikan kewajiban dan melakukan larangan atau tidak menaati ketentuan, maka telah ditetapkan sanksinya, sebagaimana dijelaskan dalam Bab III tentang
119
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
hukuman disiplin secara umum dalam Pasal 5, akan dijatuhi hukuman disiplin. Hukuman disiplin yang akan dijatuhkan sebagaimana ketentuan Pasal 6, bahwa “ Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin. Bermakna bahwa disamping dijatuhi hukuman disiplin juga kemungkinan akan dijatuhi hukuman pidana apabila terpenuhinya unsur pidana dalam pelanggaran kewajiban dan larangan bagi setiap Pegawai Negeri Sipil. Setelah ditelusuri dari bentuk hukuman disiplin, baik hukuman disiplin ringan, sedang maupun berat tidak ada sedikitpun menyangkut dengan kafarat sumpah sebagaimana ketentuan dalam syari’at Islam, sehingga pemerintah harus dengan serius memperhatikan hal tersebut sehingga Pegawai Negeri Sipil yang beragama Islam khususnya Kota Langsa tidak bergelimang dalam kemurkaan Allah karena persoalan sumpah. Katagori pelanggaran sumpah Pegawai Negeri Sipil Kota Langsa mengikuti setiap kalimat sumpah yang diucapkan yaitu “melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian” adalah proses, cara, perbuatan atau mengabdikanxi kepada masyarakat, “kesadaran” adalah tahu dan mengerti, xii keinsafan, terhadap tugas yang diembankan kepadanya, dan
“tanggung jawab” adalah wajib menanggung segala sesuatunya, dapat dituntut di pengadilan apabila dipersalahkan,xiii dalam menjalankan tugas kedinasan yang merupakan tanggung jawabnya. Maksud dari “menjunjung tinggi kehormatan Negara” adalah menjaga nama baik, kebesaran dan kemuliaan),xiv Negara, Pemerintah, dan martabat Pegawai Negeri itu sendiri. Maksud dari senantiasa “mengutamakan” adalah xv mendahulukan, kepentingan Negara daripada kepentingan pribadi sendiri, seseorang atau golongan. Maksud “akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasia” adalah mengurus sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang agar tidak diceritakan kepada orang lain yang tidak berwenang xvi mengetahuinya. Maksud dari “bekerja dengan jujur” adalah tidak berbohong, tidak curang, tulus dan ikhlas,xvii “tertib” adalah teratur serta rapi sesuai aturan yang berlaku,xviii “cermat” adalah penuh perhatian serta berhatu hati dan teliti dalam setiap melaksanakan tugas kewajibannyaxix dan “bersemangat” adalah bergairai serta berjiwa berjuang untuk kepentingan xx Negara. Bentuk pelanggaran sumpah yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil Kota Langsa dapat disimpulkan dari quisioner yang disebarkan secara acak adalah pelanggaran disiplin waktu berkisar 20%, belum cermat dalam bekerja 10%, kurang
120
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
bersemangat 12%, tidak mengingat lagi kalimat sumpah 11%. Ditelusuri secara umum dari keseluruhan quisioner yang terkumpul masih ada Pegawai Negeri Sipil Kota Langsa yang kurang dalam pengabdiannya, kejujuran, ketertiban, kecermatan dan semangat dalam melaksanakan tugas kedinasannya. Bagi Pegawai Negeri Sipil yang termasuk kurang melaksanakan tugas kedinasannya merupakan bentuk pelanggaran sumpah yang wajib membayar kafaratnya. Apabila dilihat dari persentase pelanggaran sumpah memang tergolong kecil, namun yang menjadi pembahasan adalah bagi pelanggar sumpah tersebut yang harus membayar kafarat sumpahnya secara kesadaran sendiri sehingga terlepas dari murka Allah kepadanya.
kafaratnya, jenis pelanggaran sumpah yang tidak diwajibkan kafarat, adalah: 1. Sumpah dusta (al-Yamin alGhamus). Sumpah ini hukum asalnya memang tidak sah kerana ia adalah dusta. Disebabkan ia sejak awal adalah tidak sah, maka pelanggarannya tidak mewajibkan kafarat. Akan tetapi orang yang melakukan sumpah dusta tersebut diwajibkan bertaubat dan menyatakan apa yang benar di sebalik pendustaannya itu. 2. Percakapan biasa yang tidak dimaksudkan sebagai sumpah (al-Yamin al-Laghw). Terhadap ayat 89 surah al-Maidah di atas, ‘Abd Allah al-Bassam hafizhahullah menulis: “Aisyah radhiallahu 'anha menafsirkan sumpah yang tidak dimaksudkan adalah perkataan yang sering diucapkan oleh lisan manusia saat mereka berbicara, yaitu ucapan mereka sendiri seperti La wallahi dan Bala billah. Ia adalah ungkapan yang sering diucapkan oleh lisan tetapi tidak diniatkan oleh hati sebagai sumpah. Penafsiran sebegini dikemukakan oleh tiga imam mazhab.” 3. Orang yang melanggar sumpahnya karana terlupa, keliru atau dipaksa. Ini berdasarkan keumuman hadis Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku kesilapan, kekeliruan dan apa yang dipaksa kepadanya.xxiii
Secara bahasa kafarah berasal dari kata kafara, yakfuru, kufran berarti “menutupi” kaffara ‘an yamiinihi, membayar denda sumpahnya, jadi “kaffarah” berarti kifarat membayar denda untuk menghapuskan dosanya.xxi Kafarat yang dimaksud di sini adalah segala bentuk pekerjaan yang dapat mengampuni dan menutupi dosa sehingga tidak meninggalkan pengaruh/bekas yang menyebabkan adanya sanksi di dunia dan di akhirat.xxii Dalam hal kafarat sebagai penebus dosa dapat dijelaskan bahwa, ada sumpah yang wajib dibayar kafaratnya dan ada pula sumpah yang tidak wajib dibayar
121
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa setiap pelanggar sumpah yang sesuai dengan ketentuan sumpah wajib membayar kafarat, walaupun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010, telah menetapkan hukuman disiplin ringan, sedang dan berat, namun tidak dapat mengahapus kafarat sumpah apabila sumpah dilanggar, diantara kafarat yang telah umum diketahui adalah: 1. Memberi makan sepuluh orang miskin dari jenis makanan yang sederhana yang kamu (biasa) berikan kepada keluarga kamu atau memberi pakaian untuk mereka. 2. Atau memerdekakan seorang hamba. 3. Kemudian bagi yang tidak dapat atau tidak sanggup maka hendaklah dia berpuasa tiga hari.xxiv Kafarat sumpah yang berganda, maka ketentuannya sebagai berikut: 1. Orang yang melafazkan sumpah beberapa kali untuk satu perkara yang sama lalu dia melanggarnya, maka kafaratnya hanya sekali. 2. Orang yang melafazkan satu sumpah untuk beberapa perkara dengan satu lafaz, maka satu kafarat bagi setiap perkara yang dilanggarnya.xxv Kafarat sumpah sebagaimana dijelaskan dalam Bab terdahulu ada beberapa bentuk adalah memberi makan fakir miskin 10 orang atau memberi pakaian, membebaskan
budak namun pada saat sekarang tidak ada lagi budak yang harus dibebaskan maka fokusnya adalah memberi makan atau memberi pakaian fakir miskin, kalau ini tidak sanggup maka diwajibkan berpuasa 3 hari dalam satu kali melanggar sumpah. Namun kafarat sumpah bagi PNS sedapat mungkin ditunaikan dengan ukurun memberi makan 10 fakir miskin atau memberi pakaian diukur kebiasaan kemudian dikalkulasikan dengan harga makanan atau pakaian standar. Kafarat sumpah telah dijelaskan oleh Allah dalam firmanNya, dalam al-Qur-an Surah alMaidah ayat 89: “Kaffarahnya adalah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu langgar.” Berdasarkan ayat tersebut di atas, kaffarah sumpah ada 4 bentuk yaitu: 1. Memberi makan 10 orang miskin, memberi makan di sini adalah makanan siap saji, lengkap dengan lauk-pauknya, karen tidak ditemukan dalil yang menetapkan batas minimum satu kali makan, maka tidak salah apabila diambi
122
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
langkah misil maka dapat diukur dengan kebiasaan makanan sederhana, misalnya di Kota Langsa ada porsi makan perorang Rp.100.000,- , Rp.50.000,- ,Rp 25.000,- Rp.15.000,- dan ada pula Rp. 10.000, maka ditetapkan yang pertengahan misalnya Rp.25.000 atau Rp.15.000,- setiap satu orang fakir miskin dikalikan dengan 10 orang, itulah yang harus dibayar setiap satu kali melanggar sumpah. 2. Memberi pakaian 10 orang miskin, memang ulama berselisih pendapat tentang batasan pakaian yang diberikan. Pendapat Imam Malik dan Imam Ahmad bahwa batas pakaian yang dimaksudkan adalah yang bisa digunakan untuk shalat. Karena itu, harus terdiri dari atasan dan bawahan. Dan tidak boleh hanya peci saja atau jilbab saja. Karena ini belum bisa disebut pakaian. Mayoritas ulama berpendapat bahwa orang miskin yang berhak menerima dua bentuk kafarah di atas hanya orang miskin yang muslim. 3. Membebaskan budak, memang pada masa sekarang tidak ada lagi yang namanya budak sebagaimana dimaksud oleh Islam namun sebagi ketentuan hukum yang sudah baku tetap masih termasuk dalam bagian dari pembebasan hukuman. Tiga jenis kaffarah di atas, boleh memilih salah satu, jika tidak mampu untuk melakukan salah satu di antara tiga di atas maka boleh beralih pada kaffarah keempat.
4. Berpuasa selama tiga hari. Pilihan yang keempat ini hanya dibolehkan jika tidak sanggup melakukan salah satu diantara tiga pilihan sebelumnya. Apakah puasanya harus berturut-turut? Ayat di atas tidak memberikan batasan. Hanya saja, madzhab hanafiyah dan hambali mempersyaratkan harus berturutturut. Pendapat yang kuat dalam masalah ini, boleh tidak berturutturut, dan dikerjakan xxvi semampunya. Manfaat kafarat dari sudut kesejahteraan masyarakat dapat mensejahterakan rakyat miskin, hubungan yang paling mendasar dalam kaitan dengan pembayaran kafarat adalah fakir miskin. Dengan adanya kafarat dapat mengurangi angka kemiskinan , karena ketika membayar denda sesuai dengan apa yang dilanggar seperti melanggar sumpah Pegawai Negeri Sipil dan lainnya, yang kemudian akan dikenakan denda yang diukur dengan makanan yang berlaku dirumahnya. jika kebiasaan yang terjadi dirumah seseorang memakan daging, sayurmayur dan roti gandum maka tidak sah jika pembayaran kaffaratnya diukur dengan kadar dibawah standar di rumahnya dan dapat diuangkan. Misalkan seseorang mengkonsumsi makanan sebesar Rp 20.000 maka ia harus membayar Rp. 200.000 untuk 10 orang miskin. Denda ini dapat dibayarkan kepada Badan Baitul Mal mengingat Aceh sudah ada lembaga yang sah menangani harta
123
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
agama termasuk hasil denda kafarat sumpah, yang kemudian akan didistribusikan secara merata kepada orang miskin . Kafarat merupakan dana non zakat yang dikelola oleh Baitul Mal yang kemudian oleh Baitul mal dalam menjalankan programnya dapat mengolah dana berasal dari kafarat untuk pendidikan, membantu kelanjutan pendidikan pelajar, mahasiswa tidak mampu, menjamin ketersediaan dana bagi beasiswa pendidikan dalam jumlah yang cukup dan dalam jangka panjang dan membangun intelektual yang bermoral melalui program pembinaan yang terarah. Manfaat kafarat bagi pelanggar sumpah adalah dengan membayar kafarat sumpah, maka akan terlepas dari ancaman Allah karena orang yang bersumpah wajib melaksanakan isi sumpahnya, sumpah yang isinya dilaksanakan menjadi amal baik, jika tidak melaksanakan, maka wajib xxvii membayar kafarat. Pegawai Negeri Sipil yang melanggar sumpah dapat membayar langsung kepada fakir miskin namun ke Baitul mal merupakan institusi yang dominan dalam perekonomian Islam, merupakan lembaga yang mengurus harta negara. Dalam banyak literatur sejarah peradaban dan ekonomi Islam klasik, mekanisme Baitul Mal selalu tidak terlepaskan dari fungsi khalifah sebagai kepala negara.
Kesimpulan Tujuan dilakukan penyumpahan terhadap Pegawai Negeri Sipil adalah untuk mengikat Pegawai Negeri Sipil supaya tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan bagi setiap Pegawai Negeri Sipil ataupun supaya melaksanakan sesuatu yang telah dibebankan kepada setiap Pegawai Negeri Sipil untuk dikerjakannya sehingga atasan yakin terhadap kinerja bawahannya. Pelanggar sumpah harus membayar kafaratnya dikarenakan sumpah merupakan hukuman yang mengandung makna ibadah, yaitu hak yang berkisar antara ibadah dan hukuman merupakan hak Allah, diantaranya adalah kafarat sumpah, kafarat zihar, kafarat membunuh karena tersalah dan lainnya, Sisi ibadah dalam kafarat-kafarat tersebut lebih kuat dikarenakan pelaksanaannya dalaam benutk ibadah, seperti berpuasa, memerdekakan hamba sahaya, atau memberi makanan kepada fakir miskin yang harus dilaksanakan oleh seseorang yang melakukan pelanggaran tersebut sebagimana dalam ibadah pada umunya. Makna hukuman pada hak Allah tersebut pada kewajibannya sebagai balasan terhadap perbuatan yang dilanggarnya supaya tidak diulanginya kembali, sehingga hukuman tersebut disebut kafarat, artinya penutup atau penghapus dosa, wajib dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Allah tidak boleh diganti,
124
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
dimaafkan ataupun dibebaskan tanpa membayarnya. Setiap pelanggaran kalimat yang diucapkan atas nama Allah yang disebut dengan sumpah maka wajib membayar kafarat walaupun telah dijalankan hukuman sesuai dengan Undang-undang dalam bentuk hukuman disiplin ringan, sedang dan hukuman disiplin berat. Saran Kepada pejabat pengambil sumpah Pegawai Negeri Sipil, setiap pelaksanaan penyumpahan senantiasa mengungkapkan tujuan dilakukan penyumpahan serta diingatkan dengan kewajiban membayar kafarat sumpah apabila sumpah yang diucapkan dilanggar. Disetiap instansi yang yang pekerjanya bekerja di bawah sumpah, agar kalimat sumpah yang diucapkan oleh setiap Pegawai Negeri Sipil serta keterangan kemurkaan Allah bagi orang yang tidak membayar kafarat sumpah dipasang di ruangan kerja agar mudah diingat oleh yang mengucapkan sumpah. Agar Pegawai Negeri Sipil mudah untuk membayar kafarat sumpah dan terkoordinir serta kejelasan sumpah yang dilanggar serta kafaratnya, Pemerintah Kota Langsa agar mengeluarkan Qanun Kota Langsa menyangkut dengan pengaturan kafarat bagi siapa saja yang melanggar sumpah baik Pegawai Negeri Sipil maupun lainnya.
REPERENSI Abd Allah bin ‘Abd al-Rahman al-Bassam, Taudhih alAhkam min Bulugh alMaram, jld. 7 ( Mekkah: Maktabah al-Asri, 2003) Abdul
‘Azhim bin Badawi alKhalafi, al-Wajiz Rnsiklopedi Fiqih Islam dalam al-Qur’an dan as-Sunnah as-Shahihah, trj. Ma’ruf Abdul Jalil, ( Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2011)
Abu Malik Kamal bin al-Sayyid Salim, Shahih Fiqh alSunnah wa Adillatuh wa Taudhih Mazahib alAimmah jld. 2, ( Kairo: Maktabah al-Taufiqiyyah) Ahmad http://www.salaf.web.id
Sarwat,
Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah) Artikel www.KonsultasiSyariah.com Ibn Majah Sunan Ibn Majah, hadis no: 1675. Ibnu
Taimiyah, Majmu’ Fatawa (Riyadh; Daar Alamul Kutub, Th.1412 H/1991 M)
Jalaluddin asy-Suyuthi, Al-Itqan fii Ulumil Qur’an, Tahqiq M. Abul Fadhl Ibrahim, juz 4 (Beirut: Al-Maktabah AlAshrah, Th. 1408/1998 M)
125
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
Manna al-Qaththan, Mabahits Fii Ulumil Qur’an (Beirut: ArRisalah 1420 H/1999 M)
Jakarta: Pustaka Imam asySyafi’i, 1999)
Muhammad bin Shaleh Al‘Utsaimin, Ulumul Qur’an. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000)
https://www.facebook.com/notes/sat u-hari-satu-ayatquran/sumpah-dalam-alquran/420709244650 (diakses tgl 17 Okt.2014)
M. Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum, ( Surabaya: Reality Publisher, 2009)
http://imrinfauzi.wordpress.com/200 9/07/16, konsep sumpah dalam alqur’an.
M. Nasiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, ( Jakarta: Gema Insani, 2016)
Sumpah Gajah Mada, https://id.wikipedia.org/wiki/ Sumpah_Palapa (diakses 12 Agustus 2016)
Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif, ( Bandung:Torsito, 1988)
Sumpah Pemuda, https://id.wikipedia.org/wiki/ Sumpah_Pemuda (diakses 12 Agustus 2016)
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, terj. Kamaluddin A.Marzuki, ( Bandung: PT. Alma’arif, 1987) Sugiono, Kualitatif, 1980)
Sumpah dalam al-Qur’an, http://www.alislamu.com/75/ sumpah-dalam-al-quran, (diakses 14 Agustus 2016)
Memahami Penelitian (Bandung: Alfabeta,
Sumpah dalam al-Qur-an, http://www.alislamu.com/75/ sumpah-dalam-al-quran/ (diakses 14 Agustus 2016)
Syekh Faisal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, Bustahul ahbar mukhtashar nail al autar, terj.Amir Hamzah Fachruddin dan Asep Saifullah, ( Jakarta: Pustakaazzam, 2007)
http://www.edukasippkn.com/2015/0 6/cara-mentaati-patuhpada-peraturan.html
Syekh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Ensiklopedi Larangan menurut al-Qur-an dan asSunnah, terjemahan oleh Abu Ihsan al-Atsari, Jld. 3, (
Ibnu Hajar al-Asqalani, Talkhishul Habir, terjemah Amir Hamzah dkk, ( Jakarta: Pustakaazzam, 2012)
126
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
Anonimus, Kamus al-Munir, ArabIndonesia, ( Surabaya: Kashiko, 2000)
-dalam-al-quran/ (diakses 14 Agustus 2016) Muhammad bin Shaleh Al‘Utsaimin, Ulumul Qur’an. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000)
Ahmad Sarwat, http://www.salaf.web.id (diakses 23 Agustus 2016)
Islam Cendikia. www.islamcendikia.com/2014 (diakses 19 September 2016) M. Ali Erkham, m3ngalahsyariah.blogspot.co.id.(diakse s 22 Agustus 2016)
Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah) Artikel www.KonsultasiSyariah.com (diakses 22 agustus 2016)
Syekh Faisal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, Bustahul ahbar mukhtashar nail al autar, terj.Amir Hamzah Fachruddin dan Asep Saifullah, ( Jakarta: Pustakaazzam, 2007)
Umar Ali MS ( KA. Umum Perhimpunan Rakyat Nusantara), Artikel www. Artikel sumpah pejabat.com ( diakses 22 agustus 2016)
Abd Allah bin ‘Abd alRahman al-Bassam, Taudhih alAhkam min Bulugh al-Maram ( Mekkah: Maktabah al-Asri, 2003), jld. 7
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, terj. Kamaluddin A.Marzuki, ( Bandung: PT. Alma’arif, 1987) Sumpah Gajah Mada, https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah _Palapa (diakses 12 Agustus 2016)
Abu Malik Kamal bin alSayyid Salim, Shahih Fiqh alSunnah wa Adillatuh wa Taudhih Mazahib al-Aimmah ( Kairo: Maktabah al-Taufiqiyyah), jld. 2
Sumpah Pemuda, https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah _Pemuda (diakses 12 Agustus 2016)
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah Sayid Sabiq, terj. Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987)
Sumpah dalam al-Qur’an, http://www.alislamu.com/75/sumpah -dalam-al-quran, (diakses 14 Agustus 2016)
http://www.edukasippkn.com /2015/06/cara-mentaati-patuh-padaperaturan.html (diakses 21 Agustus 2016)
Sumpah dalam al-Qur-an, http://www.alislamu.com/75/sumpah
127
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
Anonimoes, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka utama, 2008)
Ibnu Hajar al-Asqalani, Talkhishul Habir, terjemah Amir Hamzah dkk, ( Jakarta: Pustakaazzam, 2012)
Sayyed sabiq, Fiqih Sunnah, trj. H. Kamaluddin A. Marzuki, ( Bandung: PT. Ama’arif, 1987)
Anonimus, Kamus al-Munir, Arab-Indonesia, ( Surabaya: Kashiko, 2000)
Syekh Salim bin ‘Ied alHilali, Ensiklopedi Larangan menurut al-Qur-an dan as-Sunnah, terjemahan oleh Abu Ihsan al-Atsari, Jld. 3, ( Jakarta: Pustaka Imam asySyafi’i, 1999)
Sahih: Dikeluarkan oleh Ibn Majah dan dinilai sahih oleh alAlbani dalam Shahih Sunan Ibn Majah, hadis no: 1675.
i
Abdul ‘Azhim bin Badawi al-Khalafi, al-Wajiz Ensiklopedi Fiqih Islam dalam alQur’an dan as-Sunnah as-Shahihah, trj. Ma’ruf Abdul Jalil, ( Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2011), hlm 737 ii Konsep Supah dalam Al-Qur’an, http://imrinfauzi.wordpress.com/2009/07/16, konsep sumpah dalam al-qur’an. iii Pasal 66 ayat (1) Setiap calon PNS pada saat diangkat menjadi PNS wajib mengucapkan sumpah/janji. iv Ibid. v Ibid. vi ‘Abdul ‘azhim bin Badawi al-Khalafi, Op.Cit., hlm.738 vii Muhammad bin Shaleh Al-‘Utsaimin, Ulumul Qur’an. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), halaman 205 viii M. Ali Erkham, m3ngalah-syariah.blogspot.co.id. ix M. Ali Erkham, m3ngalah-syariah.blogspot.co.id. x Ahmad Adabi, at.al., http://usulfiqhhutm.blogs xi Anonimoes, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka utama, 2008, hlm 22 xii Ibid., hlm. 1198 xiii Ibid., hlm. 1398 xiv Ibid., hlm. 507 xv Ibid., hlm. 1540 xvi Ibid., hlm. 1132 xvii Ibid., hlm. 509 xviii Ibid., hlm. 1455 xix Ibid., hlm. 264 xx Ibid., hlm. 264 xxi Anonimus, Kamus al-Munir, Arab-Indonesia, ( Surabaya: Kashiko, 2000), hlm. 468 xxii Sayyed sabiq, Fiqih Sunnah, trj. H. Kamaluddin A. Marzuki, ( Bandung: PT. Ama’arif, 1987), hlm. 23 xxiii Ibn Majah Sunan Ibn Majah, hadis no: 1675. xxiv Sayyed sabiq, Fiqih Sunnah, trj. H. Kamaluddin A. Marzuki, ( Bandung: PT. Ama’arif, 1987), hlm. 23 xxv Ibid., hlm. 22
128
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.3 Oktober 2016
xxvi
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah Sayid Sabiq, terj. Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987) halaman 23 xxvii Sayyed sabiq, Fiqih Sunnah, trj. H. Kamaluddin A. Marzuki, ( Bandung: PT. Ama’arif, 1987), hlm. 15
129