Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Arief Rahman Hakim,Mahmuddin Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsyiah Email :
[email protected]
ABSTRAK Keujruen Blang merupakan suatu lakab nama/pejabat/pemimpin urusan pengelolaan persawahan (blang) dalam kawasan persawahan di Aceh, Keujruen Blang memiliki fungsi dan wewenang serta tanggung jawab untuk mengatur pengelolaan air di persawahan. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah eksistensi Keujruen Blang dalam pengelolaan air irigasi persawahan khususnya di gampong Blang Pateuk dan eksistensi Keujruen Blang dalam mengatasi konflik masyarakat petani dalam perebutan air irigasi persawahan serta hambatan Keujruen Blang dalam pengelolaan air irigasi persawahan.Penelitian ini bertujuan untuk melihat eksistensi Keujruen Blang dalam pengelolaan air irigasi persawahan khususnya di Gampong Blang Pateuk dan eksistensi Keujruen Blang dalam mengatasi konflik masyarakat petani dalam perebutan air irigasi persawahan serta hambatan Keujruen Blang dalam pengelolaan air irigasi persawahan.
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori peran yang dikemukakan oleh Beth.B. Hess. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi Keujruen Blang dalam pengelolaan air irigasi persawahan yaitu dengan menjalankan tugas dan peran yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi Keujruen Blang dalam mengatasi konflik masyarakat petani dalam perebutan air irigasi persawahan yaitu sebagai pengambil keputusan.
Kata Kunci : Eksistensi, Keujruen Blang, Pengelolaan Air Irigasi Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 2, Mei 2017:789-812
789
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP
ABSTRACT
Keujruen Blang an epithet name / officials / leaders paddy management affairs (blang) in paddy fields in Aceh, Blang Keujruen functions and authority and responsibility to regulate water management in rice field. Formulation of the problem in this study is the existence of Keujruen Blang in rice paddy irrigation water management, especially in the village of Blang Blang Keujruen Pateuk and the existence of farming communities in resolving conflict in the struggle for paddy irrigation water as well as barriers Keujruen Blang in rice paddy irrigation water management. This study aimed to examine the existence of Keujruen Blang in rice paddy irrigation water management, especially in Blang Blang Keujruen Pateuk and the existence of farming communities in resolving conflict in the struggle for paddy irrigation water as well as barriers Keujruen Blang in rice paddy irrigation water management. This research is a qualitative descriptive study. Data collected through interviews, observation and documentation. The theory used in this research is the role theory put forward by Beth.B. Hess. The results of this study indicate that the existence Keujruen Blang in rice paddy irrigation water management, namely by performing tasks and roles that have been defined by the government. This study shows that the existence Keujruen Blang farming communities in resolving conflict in the struggle for paddy irrigation water that is the decision maker.
Key word : Existence, Keujruen blang, Irrigation Water Management
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai
petani.
Sektor
pertanian
merupakan
penyangga
perekonomian dimasa krisis karena telah terbukti kebijakan pembangunan Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
790
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP ekonomi yang tidak berbasis pada sumberdaya pertanian seperti sektor industri dan jasa rentan terhadap goncangan krisis. Pada awal Pembangunan Jangka Panjang Tahap (PJPT) I, kondisi sarana pengairan di Indonesia dalam keadaan rusak parah, Hal ini merupakan salah satu penyebab Indonesia menjadi pengimpor beras di dunia pada waktu itu. Oleh karena itu, pembangunan subsektor pengairan pada PJPT I dititikberatkan pada upaya penyediaan air irigasi yang bertujuan untuk meningkatkan produksi beras. Program intensifikasi sejak tahun 1972 mamapu meningkatkan produksi padi sampai mencapai puncaknya pada tahun 1984, Indonesia untuk pertama kali mencapai swasembada beras pada tahun tersebut. Secara umum berdasarkan PP Tahun 2004 pasal 2 telah menjelaskan bahwa irigasi berfungsi untuk mendukung produktivitas lahan dalam rangka meningkatkan
produktivitas
pertanian,
ketahanan
pangan
nasional,
dan
kesejahteraan masyarakat khususnya petani. Hal tersebut diwujudkan dengan mempertahankan keberlanjutan sistem irigasi melalui penyelenggaraan sistem irigasi. Irigasi
merupakan sarana
penting yang menunjang keberhasilan
peningkatan produksi padi. Dalam hal ini, peranan irigasi sangat besar dalam budidaya padi, khususnya dalam penyediaan air, yang tidak hanya menentukan produktivitas tetapi menjadi penentu keberhasilan budidaya dan intensitas pertanaman (IP). Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertaniannya. Dalam dunia modern saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mangalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu-persatu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram (wikepedia, 2009).
Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
791
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP Ketersedian air yang cenderung menurun dengan kualitas menurun sedangkan kebutuhan air yang meningkat untuk sektor pertanian maupun di luar sektor pertanian menyebabkan adanya persaingan untuk mendapatkan sumberdaya air. Pemerintah desa berusaha meningkatkan luas jaringan irigasi yang berfungsi dengan baik sehingga dapat meningkatkan produksi pangan. (Pasandaran, 2005). Keujreun Blang merupakan suatu wadah masyarakat petani sawah di Kabupaten Nagan Raya masih eksis dengan berbagai fungsinya, fungsi lembaga adat adalah suatu upaya meningkatkan kesejahteraan kelompok tersebut yang didasari pada akar budaya masyarakatnya, disamping itu pula pemanfaatan suatu lembaga adat dalam pembangunan merupakan upaya melibat masyarakat melalui lembaga
adat
untuk
kelancaran
pembangunan
berbasis
lokal
untuk
kesejahteraannya, untuk menciptakan keseimbangan sistem yang ada di setiap masyarakat secara sempurna. Sebagaimana dipahami masyarakat Aceh pada umumnya, bahwa pada setiap lapangan kerja yang menyangkut dengan usaha pembangunan ekonomi bagi masyarakat Gampong dan Mukim, selalu ada lembaga adatnya. Misalnya wilayah laut oleh Panglima Laot, wilayah hutan oleh Pawang Uteun, wilayah peukan oleh Harya Peukan, dan wilayah pelabuhan oleh Syahbadar. Begitu pula pada wilayah persawahan yaitu oleh Keujruen Blang. Keujruen adalah suatu lakab nama/pejabat/pemimpin urusan pengelolaan persawahan (blang) dalam kawasan persawahan di aceh. Blang adalah area persawahan sebagai kawasan pertanian padi, jagung, kacang hijau, kedele dan lain-lain (Rita Khatir 2012). Keujruen Blang memiliki fungsi dan wewenang serta tanggung jawab untuk mengatur pengelolaan air di persawahan dengan seadil-adilnya tertib dan teratur sehingga seluruh petani yang berada dalam kawasan itu mendapat perlakuan yang sama. Atau dengan kata lain Keujruen Blang merupakan pembantu Geuchik di Gampong dalam bidang persawahan sesuai dengan wilayah kewenangan menurut luas areal persawahan dalam wilayah gampong tersebut. Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
792
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Tanggung jawab yang diemban oleh Keujruen Blang sangat penting, tentunya orang yang mejabat sebagai Keujruen Blang memiliki syarat tertentu, sehingga tidak setiap orang dapat menjabati sebagai Keujruen Blang. Adapun syarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang diangkat sebagai Keujruen Blang yaitu: taat beragama, harus petani setempat, berprofesi sebagai petani, memiliki sifat karakter arif dan bijak, mengetahui seluk beluk adat, memahami karakter musim dan lingkungan, suka bermusyawarah, disiplin dan sabar, mengetahui ilmu padi/ cara-cara pemupukan, dipilih melalui musyawarah. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka seseorang Keujruen Blang yang diperlukan saat ini, tidak hanya ahli/ sangat memahami tentang adat aceh, tetapi juga harus memiliki ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan perkembangan peralatan pertanian beserta kepemimpinan manajemen dalam mengelola persawahan. Paling tidak seorang Keujruen Blang harus memahami tentang tata kelola persawahan berkaitan dengan kepemimpinan, sehingga keujruen blang dapat mengelola air irigasi dan mensejahterakan masyarakat petani. Dalam Pemeliharaan saluran memerlukan usaha yang besar, sehingga memerlukan usaha yang maksimal dalam membangun pengertian kebersamaan diantara petani persawahan dalam memelihara salurannya dan memerlukan hubungan yang baik dengan Keujruen Blang – Keujreun Blang di setiap Desa. Belum adanya kesadaran yang baik diantara petani persawahan dalam memanfaatkan air secara bersama. Masalah air irigasi menjadi hal yang paling krusial di bidang pertanian, untuk itulah petani sangat rentan jika terjadi pengurangan distribusi air. Karena kebutuhan akan air khususnya distribusi air yang kian menipis tersebut, akan mengurangi debit air yang dialirkan ke petak sawah petani. Sehingga persaingan dalam perolehan air menjadi bagian yang tak terpisahkan mengiringi krisis air pada saat musim kemarau (Nur Jayanti 2011).
Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
793
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Perebutan air irigasi antar petani disebabkan oleh factor-faktor kepentingannya masing-masing, hal ini menunjukkan bahwa implementasi terjadinya konflik berawal dari masuknya warga luar daerah untuk memiliki lahan pertanian di desa ini. Hal ini disebabkan karena hasil produksi dan ketersediaan air yang bagus. Namun, lambat laun keadaan ini berubah karena kebutuhan petani yang meningkat akan pemakai air tetapi tidak diimbangi dengan ketersediaan air itu sendiri sehingga muncullah konflik. Perbedaan kepentingan antar petani yaitu petani hulu sering meminta perpanjangan waktu irigasi sehingga petani yang bagian hilir terpaksa menggunakan mesin bor untuk mencukupi kebutuhan irigasi pada saat musim kemarau. Di sisi lain, konflik irigasi dikarenakan lemahnya penerapan sanksi yang berlaku. Sanksi yang dibuat tidak berdasarkan kesepakatan semua pengguna air. Oleh karena itu, pengaturan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang ada dipandang masih belum adil oleh semua pihak, akibatnya pelanggaran terus terjadi. Dari sejarah konflik irigasi di atas selanjutnya bentuk aktualisasi dari manifestasi petani dalam memperoleh air meliputi: (1) Memutus aliran air yang masuk kepetak sawah petani yang lain, (2) Merebut kesempatan jadwal giliran air. Petani menggunakan cara “langsung blapor” yaitu ketika proses ngelep berlangsung ia langsung meminta jadwal penentu hari kapan ia bisa dapat air, (3) Mendahului pemakaian air dengan pasang pupuk terlebih dahulu. Memperoleh air dengan memasang rabuk tanpa adanya laporan terlebih dahulu (Nur Jayanti, 2013). Walaupun sudah memiliki dasar hukum yang kuat, namun apa bila memang ditemukan adanya pelanggaran, Keujreun Blang tidak menggunakan dasar hukum tersebut, dan lebih cendrung menggunakan hukum adat, Ada beberapa faktor penyebab pemanfaatan adat dan kebiasaan setempat, antara lain: a. Keujreun Blang pada umumnya tokoh masyarakat yang telah mendiami dalam suatu wilayah dalam waktu yang lama, ketaatan anggotanya bukan didasari kekuasaan, namun ketaatan dan kepatuhan anggotanya telah terjadi sebelumnya Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
794
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP dalam waktu yang lama, karena ketokohannya dalam kehidupan bermasyarakat. b. Keujreun Blang adalah keluarga menjadi bahagian dari dirinya dalam suatu wilayah, sehingga tidak mungkin bertindak dengan hukum formal, karena seluruh petani merupakan sebagai keluargannya. c. Pelaksanaan hukum formal akan menciptakan jurang pemisah sosial bagi Keujreun Blang dengan anggota petani, hal itu bisa saja akan menciptakan permusuhan dikalangan masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA Peran Dalam perspektif sosiologi peran adalah komponen dari struktur sosial. Peran menunjuk pada posisi yang ditampilkan oleh seseorang atau kelompok dalam suatu situasi, berdasarkan norma sosial yang telah disepakati bersama. Dalam struktur sosial mengandung unsur seperti system, status, peran, interaksi, dan kelompok sebagaimana tertuang dalam pernyataan Beth. B. Hess Dkk (1987 : 84) sebagai berikut: Social structure has several components: systems, norms, statuses, roles, interactions, and groups. Lembaga adat adalah suatu komponen dari struktur sosial yang berorientasi pada nilai-nilai kebudayaan yang diperankan, berkenaan dengan mempertahankan sumber daya alam dan kelestarian lingkungannya dalam peningkatan kesejahteraan dan kelangsungan hidupnya sesuai dengan bidangnya masing-masing, demi tercapainya tujuan pembangunan. Peran – peran tersebut telah terinternalisasi dalam kelompok masyarakat didasari pada pengetahuan, nilai dan normanya terhadap sesuatu objek kehidupan.
Jadi lembaga adat adalah suatu institutional cultural masyarakat yang berperan untuk melestarikan, mengembangkan, mengelola sumber daya alam untuk kelangsungan hidupnya dan pembangunan di setiap wilayah. Pelaksanaan peran-peran lembaga adat merupakan salah satu bentuk interaksi sosial dengan lingkungannya yang telah terempati dalam setiap kelompok masyarakat. Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
795
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Masyarakat akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila didasari struktur kehidupannya, baik struktur alam maupun struktur budaya.
Abdulsyani (1992:94) menyatakan bahwa peranan dapat dikatakan sebagai kumpulan harapan yang terencana seseorang yang mempunyai status tertentu dalam masyarakat. Peranan sebagai sikap dan tindakan seseorang sesuai dengan status sosialnya dalam masyarakat. Peranan seseorang lebih banyak menunjukkan suatu proses dari fungsi dan kemampuan mengadaptasi diri dalam lingkungan sosialnya. Terdapat beberapa macam peranan yang melekat pada individu sehubungan dengan fungsinya (Marion J. Levy Jr dalam Abdulsyani 1992) yaitu. 1.
Peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya;
2.
Suatu peranan diletakkan pada individu yang dianggap oleh masyarakat mampu untuk melaksanakannya;
3.
Dalam masyarakat tak jarang dijumpai individu yang tak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat;
4.
Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang yang seimbang.
Seseorang yang berada pada suatu peranan tertentu, tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan sehingga muncullah konflik di dalam peran. Seiring dengan adanya konflik antara kedudukan maka juga terdapat konflik peran (conflict of role) dan bahkan pemisahan antara individu dengan peran yang sesungguhnya harus dilaksanakan (role distance). Role distance terjadi apabila seorang individu merasa dirinya tertekan karena ia merasa dirinya tidak sesuai untuk melaksanakan perannya dengan sempurna. Peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku karena memiliki fungsi untuk memberikan arah pada proses sosialisasi, dan pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma dan pengetahuan. Selain itu, peran juga berfungsi untuk mempersatukan kelompok Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
796
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP dan menghidupkan sistem pengendali sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2007:160).
Hendropuspio dalam (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto 2007:160) mengemukakan bahwa peranan terbagi dalam beberapa macam yaitu berdasarkan pelaksanaannya dan cara memperolehnya. Berdasarkan pelaksanaannya peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagi berikut. 1.
Peranan yang diharapkan (expected role) merupakan cara ideal dalam pelaksanaan
peranan
menurut
penilaian
masyarakat.
Masyarakat
menghendaki peranan yang ditawarkan dan peranan ini tidak dapat ditawar serta harus dilaksanakan; 2.
Peranan yang disesuaikan (actual roles) yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan itu dijalankan sesuai dengan kondisi tertentu. Peranan yang disesuaikan mungkin tidak cocok dengan situasi setempat, tetapi kekurangan yang muncul dianggap wajar oleh masyarakat.
Sedangkan peranan berdasarkan cara memperolehnya dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut. 1.
Peranan bawaan (ascribed roles) yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis bukan karena usaha;
2.
Peranan pilihan (achives role) yaitu peranan yang diperoleh atas dasar keputusan sendiri.
Berdasarkan jenis peranan tersebut, dapat dikatakan bahwa seseorang memiliki lebih dari satu peranan, tidak hanya bawaan tetapi juga yang diperoleh melalui usaha maupun yang ditunjuk oleh pihak lain (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto 2007:161).
Eksistensi Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
797
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Eksistensi berasal dari bahasa Inggris yaitu excitence; dari bahasa latin existere yang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan aktual. Dari kata ex berarti keluar dan sistere yang berarti muncul atau timbul. Pemahaman secara umum, eksistensi berarti keberadaan. Jadi eksistensi adalah bagaimana cara manusia berada, memahami akan keberadaannya, mengaktualisasikan segala potensi yang ada (Lorens Bagus 2005).
Peranan
Peranan merupakan suatu tindakan atau perilaku seseorang dalam menduduki posisi atau jabatan tertentu. Soerjono Soekanto (2007:212) berpendapat bahwa peranan mencakup tiga hal yaitu peranan meliputi normanorma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat dan perilaku individu bagi struktur sosial masyarakat.
Keujreun Blang
Keujreun Blang merupakan wadah masyarakat petani di persawan. Di mana Keujreun Blang (Lembaga Adat) memilik dasar hukum tugas yang tercantum dalam sebuah Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Cara Pengaturan Air dan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pembinaan Petani Pemakai Air. Keujreun Blang disebut sebagai Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), implikasi dari sebutan memperlemah keberadaan Keujreun Blang sebagai salah kearifan lokal, meskipun demikan dalam beberapa dasar hukum tersebut tersebut beberapa tugas Keujreun Blang
yang dapat
dirangkumkan sebagai berikut :
Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
798
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Mengelola air dan jaringan irigasi dalam petak tersier atau daerah irigasi pedesaan, daerah reklamasi rawa dan daerah irigasi pompa agar dapat diusahakan untuk dimanfaatkan oleh para anggotanya secara tepat guna dan 1. berhasil guna dalam memenuhi kebutuhan pertanian dengan memperhatika unsur pemerataan diantara sesama anggota. 2. Membangun, merehabilitasi dan memelihara jaringan tersier atau jaringan irigasi pedesaan, daerah reklamasi rawa dan daerah irigasi pompa sehingga jaringan tersebut dapat tetap terjaga kelangsungan fungsinya. 3. Menentukan dan mengatur iuran dari para anggota yang berupa uang, hasil panen atau tenaga untuk pendayagunaan air irigasi dan pemeliharaan jaringan tersier atau jaringan irigasi pedesaan serta usaha-usaha pengembangan perkumpulan sebagai suatu organisasi. 4. Membimbing dan mengawasi para anggotanya agar memenuhi semua peraturan yang ada hubungannya dengan memakai air yang dikeluarkan oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dan P3A. \ Irigasi Irigasi merupakan kegiatan pemberian air pada suatu lahan pertanian yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lembab pada daerah perakaran tanaman untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman. Yang dimaksud dengan irigasi adalah kegiatan - kegiatan yang bertalian atau berkaitan dengan usaha mendapatkan air untuk sawah, ladang, perkebunan dan lain-lain usaha pertanian, rawa - rawa, perikanan. Usaha tersebut terutama menyangkut pembuatan sarana dan prasarana untuk membagi-bagikan air ke sawah-sawah secara teratur dan membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi untuk memenuhi tujuan pertanian. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007, disebutkan bahwa jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan
Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
799
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP pelengkap yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Sedangkan Small dan Svendsen menyebutkan bahwa irigasi ialah : tindakan intervasi manusia untuk mengubah aliran air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengolah sebagian atau seluruh jumlah tersebut menaikkan produksi pertanian. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Gampong Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya mengenai Keujruen Blang dalam bidang pertanian khususnya persawahan. lokasi ini dipilih karena sesuai dengan objek permasalahan dan merupakan tempat menemukan informasi yang akan membantu dalam proses pengumpulan data, sehingga dapat menunjang dan melengkapi data penelitian ini. Alasan memilih Lokasi ini karena sebagian masyarakat blang pateuk kurang mengetahui apa sebetulnya yang menjadi peran Keujruen Blang dalam pengeloan air persawahan, tentunya hal ini juga paling mendukung dalam responden nantinya selama penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan, penelitian ini akan menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Artinya, penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini digunakan untuk melihat fenomena/perilaku yang terjadi di lapangan, Tohirin (2012:3).
Creswell (2008) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan agak luas. Informasi yang disampaikan oleh partisipan kemudian dikumpulkan. Informasi tersebut biasanya berupa kata atau teks yang kemudian dianalisis. Hasil Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
800
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP analisis itu dapat berupa deskripsi atau dapat pula dalam bentuk tema-tema. Dari data tersebut dibuat interpretasi untuk menangkap arti yang terdalam.
Pada penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan tujuan atau pertimbangan yang tepat untuk dijadikan informan dalam peneliti ini. Jumlah informan adalah 6 orang.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Kepala Desa (keuchik), Keujruen Blang, Tuha Peut, Petani, Teungku Meunasah, Dinas Pertanian.
1. Sumber data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian sebagai sumber informasi yang dicari. Menurut Lexy J. Moleong, sumber data primer dalam penelitian kualitatif adalah “katakata” dan “tindakan”. Berkaitan dengan hal itu, dalam penelitian ini “katakata” diarahkan pada proses wawancara langsung dengan pihak yang terkait di lokasi penelitian di Gampong Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
2. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, yang tidak secara langsung diperoleh oleh penulis dari objek penelitiannya. Sumber data sekunder dapat berupa data tertulis, seperti buku, majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar dan foto. Sumber-sumber data tersebut dalam aplikasinya dapat berbentuk buku-buku, majalah maupun dokumen yang terkait dengan Keujruen Blang dalam pengelolaan air irigasi persawahan. Teknik Pengumpulan Data
Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
801
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, sumber dan pengaturan. Dalam penelitian perolehan data sangat luas serta mendalam, maka perlu diklasifikasikan upaya yag dilakukan dalam penelitian ini melalui wawancara mendalam, observasi, studi kepustakaan. Dalam rangka menjawab perumusan masalah yang ditetapkan penulis maka analisis data yang menjadi acuan dalam penelitian ini mengacu pada beberapa tahapan yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman dalam (Muhammad Idrus, 2009:148) mengungkapkan bahwa dalam penelitian kualitatif dilakukan analisis data secara interaktif yang terdiri dari tiga hal utama yaitu: 1. Pengumpulan data : data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan teknik wawancara terbuka dan menggunakan pedoman wawancara. Data sekunder diperoleh dari catatan, artikel, internet dan tulisan ilmiah yang berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan. 2. Reduksi data : data hasil penelitian ini yang harus direduksi meliputi data hasil wawancara, dokumentasi dan observasi yang berisi tentang Keujruen Blang dalam pengelolaan air irigasi persawahan. 3. Penyajian data : dalam peneliti ini data yang disajikan yakni data-data yang berkaitan dengan topik peneliti. Dalam penelitian penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Biasanya dalam penelitian, kita mendapatkan data banyak. Data yang kita dapat tidak mungkin kita paparkan secara keseluruhan. Penarikan kesimpulan : penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan, dimana dengan bertukar pikiran dengan teman sejawat untuk mengembangkan pemikiran. Selain itu kesimpulan awal Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
802
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP yang dikemukakan masih bersifat awal, karena berubah atau tidaknya penarikan kesimpulan tergantung pada bukti-bukti di lapangan. Sugiyono (2012:99). Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, sehingga data dapat disimpulkan penelitian yang digunakan ini untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa dan melihat dari pengelolaan air irigasi yang menjadi peranan Keujruen Blang dalam pengelolaan air irigasi persawahan di Gampong Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Keujreun Blang merupakan wadah masyarakat petani di persawahan. Di mana Keujreun Blang (Lembaga Adat) memilik dasar hukum tugas yang tercantum dalam sebuah Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Cara Pengaturan Air dan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pembinaan Petani Pemakai Air. Keujreun Blang disebut sebagai Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), implikasi dari sebutan memperlemah keberadaan Keujreun Blang sebagai salah kearifan lokal, meskipun demikan dalam beberapa dasar hukum tersebut tersebut beberapa tugas Keujreun Blang
yang dapat
dirangkumkan sebagai berikut: 1. Mengelola air dan jaringan irigasi dalam petak tersier atau daerah irigasi pedesaan, daerah reklamasi rawa dan daerah irigasi pompa agar dapat diusahakan untuk dimanfaatkan oleh para anggotanya secara tepat guna dan berhasil guna dalam memenuhi kebutuhan pertanian dengan memperhatika unsur pemerataan diantara sesama anggota. 2. Membangun, merehabilitasi dan memelihara jaringan tersier atau jaringan irigasi pedesaan, daerah reklamasi rawa dan daerah irigasi pompa sehingga jaringan tersebut dapat tetap terjaga kelangsungan fungsinya. 3. Menentukan dan mengatur iuran dari para anggota yang berupa uang, hasil panen atau tenaga untuk pendayagunaan air irigasi dan pemeliharaan Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
803
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP jaringan tersier atau jaringan irigasi pedesaan serta usaha-usaha pengembangan perkumpulan sebagai suatu organisasi. 4. Membimbing dan mengawasi para anggotanya agar memenuhi semua peraturan yang ada hubungannya dengan memakai air yang dikeluarkan oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dan P3A. Untuk mengetahui eksistensi Keujruen Blang dalam pengelolaan air persawahan di Gampong Blang Patek itu harus bisa mengetahui dulu apa itu eksistensi. Eksistensi mempunyai arti keberadaan. Dimana keberadaan yang dimaksudkan disini adalah adanya pengaruh atas ada atau tidaknya Keujruen Blang. Dalam perspektif sosiologi peran adalah komponen dari struktur sosial. Peran menunjuk pada posisi yang ditampilkan oleh seseorang atau kelompok dalam suatu situasi, berdasarkan norma sosial yang telah disepakati bersama. Dalam struktur sosial mengandung unsur seperti system, status, peran, interaksi, dan kelompok sebagaimana tertuang dalam pernyataan Beth. B. Hess Dkk (1987 : 84). Bahwa lembaga adat adalah suatu komponen dari struktur sosial yang berorientasi pada nilai-nilai kebudayaan yang diperankan, berkenaan dengan mempertahankan sumber daya alam dan kelestarian lingkungannya dalam peningkatan kesejahteraan dan kelangsungan hidupnya sesuai dengan bidangnya masing-masing, demi tercapainya tujuan pembangunan.
Berdasarkan peraturan Gebernur Aceh nomor 45 tahun 2015, pasal 5 bahwa: Keujruen muda ( Keujruen Blang) sebagaiman dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf b, bertugas mengelola air, melakukan pemeliharaan jaringan irigasi dan menegakkan adat blang di persawahan dalam wilayah gampong. Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) keujruen muda(keujruen blang) mempunyai fungsi: a. pengaturan pembagian air untuk petani, b. pengawasan ketersediaan air untuk petani, c. pengawasan saluran dan penggunaan Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
804
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP air oleh petani, d. penyelesaian sengketa pemanfaatan air antar petani, e. pengawasan pelaksanaan adat blang dalam penggunaan air, f. pelaksanaan dan penegakan adat blang. Dari hasil observasi dan berdasarkan data temuan dilapangan penelitian, peneliti mendapatkan bahwa eksistensi Keujruen Blang dalam mengelola air irigasi persawahan masyarakat petani di Gampong Blang Pateuk. Keujruen Blang begitu menyadari akan fungsi, peran, dan keterlibatannya yang diharapkan oleh masyarakat petani. Semua informan yang peneliti wawancarai juga mengakui bahwa pengelolaan air irigasi persawahan pada masyarakat petani merupakan peran yang harus dijalankan oleh Keujruen Blang. peran ini merupakan tugas yang harus dijalankan oleh Keujruen Blang. Hal ini dikarenakan Keujruen Blang merupakan orang yang paling berpengaruh di dalam persawahan. Keujruen Blang menyadari bahwa pentingnya pengelolaan air irigasi persawahan pada masyarakat petani. Meskipun ada kesibukan atau sibuk dengan pekerjaan lain, Keujruen Blang harus menyempatkan diri untuk mengawasi saluran irigasi atau area persawahan. Sehingga kewajiban sebagai Keujruen Blang paling tidak sedikitnya terlaksanakan.
Keujruen Blang menyadari bahwa salah satu tanggung jawabnya yang paling besar adalah menghindari para petani agar tidak terjerumus ke dalam tindakan atau hal-hal yang menimbulkan konflik. Maka oleh sebab itu Keujruen Blang harus menanamkan norma-norma terhadap masyarakat petani atau sosialisasi kebudayaan yang sangat diperlukan oleh Keujruen Blang untuk mensejahterakan masyarakat petani.
Nilai-nilai kebudayaan atau norma-norma sangat berpengaruh pada terciptanya seorang individu masyarakat petani agar dapat berperan sesuai dengan Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
805
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP harapan masyarakat petani. Baik buruknya seorang individu masyarakat petani dapat dilihat dari pola perilakunya. Hal ini dikarenakan pola perilaku masyarakat petani tersebut sangat tergantung dengan sikap atau norma yang ditanamkan ataupun yang diajarkan oleh Keujruen Blang. Pola perilaku petani tersebut akan berkaitan dalam berpartisipasi atau bergelut sesama masyarakat petani. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Beth dalam teorinya bahwa Peran menunjuk pada posisi yang ditampilkan oleh seseorang atau kelompok dalam suatu situasi, berdasarkan norma sosial yang telah disepakati bersama. Artinya setiap peran yang dijalankan oleh masyarakat petani, itu sangat mempengaruhi pada bimbingan Keujruen Blang terhadap masyarakat petani tersebut. Eksistensi Keujruen Blang Dalam Mengatasi Konflik Masyarakat Petani Dalam Perebutan Air irigasi persawahan Abdulsyani (1992:94) menyatakan bahwa peranan dapat dikatakan sebagai kumpulan harapan yang terencana seseorang yang mempunyai status tertentu dalam masyarakat. Peranan sebagai sikap dan tindakan seseorang sesuai dengan status sosialnya dalam masyarakat. Peranan seseorang lebih banyak menunjukkan suatu proses dari fungsi dan kemampuan mengadaptasi diri dalam lingkungan sosialnya. Terdapat beberapa macam peranan yang melekat pada individu sehubungan dengan fungsinya (Marion J. Levy Jr dalam Abdulsyani 1992) yaitu. a. Peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya; b. Suatu peranan diletakkan pada individu yang dianggap oleh masyarakat mampu untuk melaksanakannya; c. Dalam masyarakat tak jarang dijumpai individu yang tak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat; d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang yang seimbang.
Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
806
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Seseorang yang berada pada suatu peranan tertentu, tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan sehingga muncullah konflik di dalam peran. Seiring dengan adanya konflik antara kedudukan maka juga terdapat konflik peran (conflict of role) dan bahkan pemisahan antara individu dengan peran yang sesungguhnya harus dilaksanakan (role distance). Role distance terjadi apabila seorang individu merasa dirinya tertekan karena ia merasa dirinya tidak sesuai untuk melaksanakan perannya dengan sempurna. Peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku karena memiliki fungsi untuk memberikan arah pada proses sosialisasi, dan pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma dan pengetahuan. Selain itu, peran juga berfungsi untuk mempersatukan kelompok dan menghidupkan sistem pengendali sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2007:160) Muncul pelanggaran peraturan oleh sebagian pengguna air, Akibatnya tumbuh rasa saling tidak percaya di antara para petani pengguna air. Kondisi tersebut mendorong para pengguna untuk memperebutkan air. Hingga keadaan ini menjelma menjadi konflik terbuka. Yang pertama diselesaikan di tempat kejadian pertama yang menjadi kunci masalah yang menimbulkan konflik tersebut, jika Keujruen Blang sendiri tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut maka akan di musyawarahkan di kantor kepala desa dengan aparat gampong. Bila di tingkat gampong tidak menyelesaikan masalah tersebut, maka akan di sesaikan di tingkat kecamatan. Maka akan ditangani oleh camat dan BPP (Balai Penyeluhan Pertanian). Mereka yang akan memimpin mengambil alih dalam menyelesaikan problem yang tidak sanggub dipecahkan di gampong tadi, baik itu mengenai irigasi, mengenai pagar adat, atau mengenai persawahan. Dan bila di kecamatan pun tidak bisa menyelesaikan, maka akan diselesaikan di tingkat kabupaten. Disitu nanti akan duduk bersama pihak-pihak yang terlibat atau dinas yang terkait, untuk memecahkan masalah yang tidak sanggup di pecahkan di gampong dan di kecamatan. Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
807
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP
Setiap pelanggaran pasti akan diselesaikan dengan cara yang baik. Menerapkan sanksi terhadap sebuah pelanggaran akan dapat menyadarkan masyarakat petani untuk tidak melakukan lagi kesalahannya. Bentuk sosialisasi ataupun musyawarah dengan memberi sanksi terhadap mereka ini akan mudah untuk mengubah perilaku masyarakat petani tersebut kearah yang lebih baik. Hal ini dikarenakan pada logikanya para petani tersebut di ibaratkan seperti golok, kalau golok tersebut tidak pernah kita pakai atau tidak pernah kita asah maka golok itu akan berkarat. Begitu juga dengan para petani jika Keujruen Blang tidak memberi arahan atau bimbingan terhadap masyarakat petani maka nantinya mereka akan bertingkah seenaknya, seperti melanggar aturan dan tidak adanya saling percaya di antara para pengguna air maka pelanggaran akan terus terjadi.
Hambatan Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Hambatan dalam pelaksanaan peran Keujruen Blang disebabkan oleh faktor cuaca, sarana dan prasana irigasi yang belum memadai ataupun tidak layak pakai, dan faktor penghambat dari manusia itu sendiri dan tidak adanya bantuan dari pemerintah daerah dalam menanggulangi dalam hal tersebut. Terbatasnya fasilitas yang tersediya seperti kurangnya mesin traktor untuk membajak sawah petani itu belum mencukupi.
Pembangunan Saluran dan irigasi pada umumnya dilakukan oleh Dinas PU Perairan, namun pengamanan dan perawatannya khususnya saluran, tersier dan kwarter pada umumnya dilakukan melalui usaha bersama para anggota petani persawahan setempat dengan memperkuat semangat kebersamaan anggota.
Berdasarkan
hasil
temuan
penelitian
dilapangan
penelitian
dan
berdasarkan wawancara dengan semua imforman, bahwa kurangnya fasilitas seperti traktor pada sektor pertanian sehingga proses pembajakan sawah tidak Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
808
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP dapat dilakukan serentak. Kurangnya pemasukan air sehingga pebajakan sawah sulit dilakukan. Dan saluran irigasi sudah tidak memadai/tidak layak pakai, kurangnya dana, kurangnya perhatian pemerintah terhadap perbaikan saluran. Dan yang paling utama adalah kurangnya gaji bagi Keujruen Blang, sehingga Keujruen Blang nantinya kurang maksimal dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai Keujruen Blang. KESIMPULAN Penelitian ini pada dasarnya membahas tiga titik permasalahan utama yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian yaitu eksistensi Keujruen Blang dalam pengelolaan air irigasi persawahan, eksistensi Keujruen Blang dalam mengatasi konflik masyarakat petani dalam perebutan air irigasi persawahan, dan hambatan Keujruen Blang dalam pengelolaan air irigasi persawahan.
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan dan melihat uraian permasalahannya dapat disimpulkan bahwa: 1. Eksistensi Keujruen Blang dalam mengelola air irigasi persawahan petani di Gampong Blang Pateuk. Keujruen Blang begitu menyadari akan fungsi, peran, dan keterlibatannya yang diharapkan oleh masyarakat petani. peran ini merupakan tugas yang harus dijalankan oleh Keujruen Blang. Hal ini dikarenakan Keujruen Blang merupakan orang yang paling berpengaruh didalam persawahan. Keujruen Blang adalah dalang bagi masyarakat petani. Keujruen Blang yang mengatur semua, tetapi dalam system pembagian air ke petak sawah petani, disini tidak adanya keterlibatan Keujruen Blang dalam mengalirkan air ke sawah petani. 2. Eksistensi Keujruen Blang dalam mengatasi konflik masyarakat petani dalam perebutan air irigasi persawahan. Konflik itu memang tidak bisa dijauhkan lagi dari para petani. konflik yang terjadi dalam kalangan masyarakat petani itu memang sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
809
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP petani itu sendiri. Segala sesuatu masalah yang terjadi di persawahan itu sudah menjadi tanggung jawab Keujruen Blang. Dia yang membuat keputusan bila adanya terjadi masalah di persawahan ataupun di kalangan masyarakat petani. Bila terjadi pelanggaran peraturan oleh sebagian pengguna air yang menyebabkan konflik di antara petani, di selesaikan dengan secara bertahap. Setiap pelanggaran pasti akan diselesaikan dengan cara yang baik. Menerapkan sanksi terhadap sebuah pelanggaran akan dapat menyadarkan masyarakat petani untuk tidak melakukan lagi kesalahannya. 3. Hambatan Keujruen Blang dalam pengelolaan air irigasi persawahan kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap sarana dan prasarana sektor pertanian khususnya di persawahan. Dalam menyediakan alat-alat seperti traktor yang tidak mecukupi dan perbaikan saluran irigasi yang tidak memadai lagi. Dan dengan penghasilan Keujruen Blang yang sangat minim sehingga Keujruen Blang nantinya kurang maksimal dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai Keujruen Blang. DAFTAR PUSTAKA Buku Abidin Zainal. 2007. Analisis Eksistensi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Abdulsyani. 1992. Sosiologi: Sistematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara. Bagus Lorens. 2005. Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Elly M. Setiadi & Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Alikasi, dan Pemecahannya. Jakarta; Kencana. Hamdani, dkk. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Banda Aceh: Fisip Unsyiah. Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
810
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Scott, John. 2012. Teori sosial masalah-masalah pokok dalam sosiologi. Penerbit pustaka pelajar celeban timur. Yogyakarta.
Kartodirdjo, Sartono. 1987. Transformasi Struktural di Pedesaan Beberapa Pokok Permasalahan. Dalam Prospek Pedesaan. P3PK UGM. Yokyakarta.
Narwoko, Dwi J dan Bagong Suyanto (Ed.). 2007. Sosiologi: Teks dan Terapan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Soekanto Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo, Jakarta.
Sugiyono.(2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tohirin, 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan Konseling, PT. Raja Grafindo, Jakarta.
Jurnal Rusli Yusuf. 2008. Keujruen Blang dan pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air irigasi (suatu penelitian aspek sosiobudaya): Jurnal mentari, Vol 11 No. 1, 2008.
Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
811
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:789-812 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Anwar Yusoef. 2012. Peran lembaga adat Keujruen Blang dalam peningkatan kesejahteraan petani sawah di Kabupaten Bireueun: Jurnal AL-IMAM, Vol 1 No. 6, 2012. Skripsi Nur Jayanti. 2011. Konflik Antar Petani Pengguna Air Irigasi Sawah Petani Di Desa Wongsorejo Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi. Skripsi, Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Jember. Document Ismail, Nazil dkk. 2014. Skema Benefit Sharing Dalam Pengelolaan Panas Bumi Di Aceh. Banda Aceh: Dipublikasikan oleh WWF dan AGF. Majalah Samsuddin Daud dkk. 2013. JEUMALA. Diterbitkan oleh: Provinsi Aceh, Banda Aceh. Majelis Adat Aceh (MAA). Internet http://ejournal.unmuha.ac.id/index.php/mentari/article/view/11 http://aceh.tribunnews.com/2014/06/25/keujruen-blang-dan-panglima-uteun http://digilib.unimed.ac.id/peran-keujruen-blang-dalam-sistem-pengairan-sawahpetani-di-gampong-pulo-blang-mangat-nanggroe-aceh-darussalam-27986.html
Eksistensi Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Air Irigasi Persawahan Di Desa Blang Pateuk Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya (Arief Rahman Hakim,Mahmuddin) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:789-812
812