“EKONOMIA” JURNAL EKONOMIA
ISSN : 1858 – 2451 VOL. 6 No. 2 Juli 2016 PEMIMPIN UMUM Elvera, S.E., M.Sc PEMIMPIN REDAKSI Laili Dimyati, S.E. M.Si WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Mastriati Hini Hermala Dewi, S.H., S.E., M.H KONSULTAN AHLI Dr. Zakaria Wahab, M.B.A Drs. M. Kosasih Zen, M.Si DEWAN REDAKSI Junaidi, S.I.P., M.Si Sastra Mico, S.E., M.Si Ruaman Yudianto, S.E., M.M Yadi Maryadi, S.E., M.Si PENYUNTING AHLI Yesita Astarina, S.E., M.Si Yusi Nurmala Sari, S.Kom., M.T.I SEKRETARIS REDAKSI Zulaiha, S.E, M.A DISTRIBUTOR Fadhilah Fitriyanti, S.Si Martareza, S.E
DITERBITKAN OLEH : LEMBAGA PENELITIAN & PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM) SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LEMBAH DEMPO PAGARALAM Jl. H. Sidik Adim No. 98 Airlaga Pagaralam Utara Telp. (0730) 624445 Fax (0730) 623259
ANALISIS PRAKTIK PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
NOVRIANSYAH, S.E., M.Si Dosen STIE Lembah Dempo Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kriteria pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan tahun 2014, Populasi penelitian berjumlah 140 perusahaan, Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling dimana terpilih 106 perusahaan manufaktur yang menjadi. Untuk mengukur pengukapan sukarela digunakan beberapa indicator seperti: pengungkapan informasi umum perusahaan, informasi komisaris dan direksi, prospek bisnis, penelitian dan pengembangan, informasi karyawan, tanggung jawab social dan peningkatan produk. Metode analisis data menggunakan angka indeksyang dihitung dengan membagi skor yang dingungkapkan dengan skor maksimal. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa mayoritas tingkat pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia termasuk dalam kategori pengungkapan wajar (62,26%), sedangkan 8 perusahaan (7,54%) telah melakukan pengungkapan secara penuh. Dan 32 perusahaan (30,18%) tingkat pengungkapannya masih termasuk dalam kategori memadai. Kata Kunci : Pengungkapan, Pengungkapan Sukarela
1.
PENDAHULUAN Dalam menilai kinerja dan prospek keuangan perusahaan, investor juga membutuhkan informasi tentang peluang tumbuh perusahaan. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak perusahaan yaitu manajemen dan pihak eksternal perusahaan seperti investor dan kreditor. Pertumbuhan ini diharapkan dapat memberikan aspek positif bagi perusahaan seperti adanya suatu kesempatan berinvestasi di perusahaan tersebut. Prospek perusahaan yang bertumbuh (growth firms) bagi investor merupakan suatu prospek yang menguntungkan, karena
investasi yang ditanamkan diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Pengungkapan sukarela adalah pengukapan secara sukarela oleh perusahaan tanpa di haruskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela merupakan pilihan manajemen peruahaan untuk memberikan informasi akuntansi yang dipandang relevan untuk pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan tahunannya (Nugrahani dan Nugroho 2010). Laporan tahunan dapat dipandang sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan pemegang saham. 55
Ada potensi konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham dalam hal pengungkapan sukarela laporan tahunan dimana potensi konflik akan lebih besar ketika saham dipegang secara luas dibandingkan ketika di tangan beberapa orang. Semakin banyak saham yang dimiliki oleh pihak luar perusahaan, maka semakin besar tekanan terhadap perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan tahunannya.Hal ini tidak terjadi bila mayoritas saham dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan. Karakteristik perusahaan yang mengalami pertumbuhan dapat diukur antara lain dengan peningkatan penjualan, pembuatan produk baru atau diversifikasi produk, perluasan pasar,peningkatan kapasitas, pembahasan aset, mengakuisisi perusahaan lain, investasi jangka panjang. Nilai pilihan investasi sangat tergantung pada nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan. Kesempatan yang bersifat intangible namun memiliki peluang yang memberikan keuntungan bagi perusahaan. Kemampuan untuk mengungkapkan atau tidak mengungkapkan suatu informasi akuntansi dimotivasi oleh sejumlah faktor, diantaranya asimetri informasi. Biaya agens dapat timbul dari konflik antara pemegang saham dan kreditur maupun antara pemegang saham dan manajer. Konflik pemegang saham manajer timbul karena principal melihat tindakan manajer telah menyimpang dari tujuan. Hal ini diketahui oleh pemegang saham sehingga mereka mengambil tindakan untuk melindungi hak mereka atas perusahaan. Sedangkan konflik pemegang saham-kreditur timbul karena pemegang saham terdorong
untuk mengganti proyek beresiko rendah dengan proyek beresiko tinggi. Konflik pemegang sahammanajer akan lebih besar dalam perusahaan yang terkonsentrasi pemegang saham dibandingkan dengan perusahaan yang terkonsentrasi manajemen. Bukti empiris mendokumentasikan bahwa asimetri informasi dan biaya agensi adalah lebih besar bagi growth firmas dibandingkan non-growth firms, Hermuningsih (2011). Perusahaan dengan peluang pertumbuhan tinggi mengandung asimetri informasi yang tinggi di antara manajer dan pemegang saham Oleh karena itu, manajer growth firms diharapkan memberikan lebih banyak informasi sukarela untuk memberi sinyal bahwa mereka berkinerja baik dan memiliki opsi investasi yang baik. Hal ini didukung oleh teori agensi yang menyatakan bahwa manajer dari growth firms akan tertarik untuk lebih banyak mengungkapkan informasi sukarela dalam rangka memperoleh keuntungan pribadi, yaitu mendukung kelanjutan posisi mereka dan kompensasinya.Begitupun teori sinyal menyatakan bahwa manajemen akan tertarik dalam memberikan kabar baik ke pasar untuk meningkatkan harga saham (Akhtarudin & Hossian,2008) Akhtaruddin dan Hossain (2008) meneliti hubungan antara investment opportunity set dan pengungkan sukarela. Studi ini menunjukkan bahwa growth firms bercirikan tingkat pengungkapan sukarela yang lebih tinggi, sementara perusahaan dengan opsi low growth (pertumbuhan rendah) bercirikan tingkat pengungkapan sukarela yang lebih rendah. Secara keseluruhan, bukti empiris menunjukkan bahwa peluang investasi perusahaan adalah faktor penting dalam keputusan kebijakan
56
pembiayaan perusahaan, dividendan kompensasi. Namun penelitian yang menjelaskan dampak pada keputusan pengungkapan perusahaan khususnya pengungkapan sukarela masih banyak diselidiki. Terbatasnya penelitian mengenai pengaruh pengungkapan khususnya pengungkapan sukarela mendorong penelitian Akhtaruddin dan Hossain (2008). Berbeda dengan penelitian sebelumnya penelitan ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur dengan maksud agar data yang diperoleh dapat dibandingkan karena terdapat perbedaan pola pengungkapan antara industridengan ketersediaan data yang relatif lengkap. Penelitian ini juga menggunakan 4 variabel control yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, jenis perusahaan audit, dan waktu listing perusahaan. Selain itu, dalam penelitian ini pengukuran pengungkapan informasi sukarela pada laporan tahunan menggunakan daftar item pengungkapan yang dikembangkan oleh Siwi (2010) yang dibandingkan dengan pengungkapan laporan tahunan. 2.
TINJAUAN PUSTAKA Pengungkapan (disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien Widiastuti, (2012). Evan, membatasi pengertian Pengungkapan hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan keuangan. Pernyataan manajemen dalam surat kabar atau media masa lain serta informasi di luar lingkup pelaporan keuangan tidak masuk dalam pengertian Pengungkapan Sukarela. Hendriksen (2011:203) mengatakan bahwa Pengungkapan
Sukarela dalam pelaporan keuangan merupakan penyajian informasi yang diperlukan untuk operasi optimal pasar modal yang efisien. Hal tersebut mengandung arti bahwa informasi yang memadai harus disajikan untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat bagi pihak pemakai informasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Pengungkapan Sukarela yaitu untuk siapa informasi didisclose , apa tujuan informasi tersebut, berapa banyak informasi yang harus didisclose. (Hendriksen, 2011:205). Berapa banyak informasi yang harus didisclose tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca, namun juga tergantung pada standar yang dianggap cukup. Tiga konsep disclosure yang umumnya dikemukakan yaitu adequate, fair, full disclosure (Hendriksen, 2011:205). Pengungkapan Sukarela menyangkut: 1. Untuk siapa informasi diungkapkan Kerangka konseptual telah menetapkan bahwa investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju oleh pelaporan keuangan sehingga Pengungkapan Sukarela ditujukan terutama untuk mereka. Pengungkapan Sukarela menuntut lebih dari sekedar pelaporan keuangan tetapi meliputi pula penyampaian informasi kualitatif dan non kualitatif. 2. Tujuan Pengungkapan Sukarela Tujuan Pengungkapan Sukarela adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.Hal yang berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi yang harus diungkap
57
3.
4.
disebut dengan tingkat Pengungkapan Sukarela (level disclosure). Suwardjono, (2010) mengidentifikasi tiga konsep Pengungkapan Sukarela adalah Pengungkapan Sukarela yang memadai (adequacy), wajar (fair) dan lengkap (full). Keluasan dan Kerincian Pengungkapan Sukarela Pengungkapan Sukarela yang memadai menyiratkan jumlah Pengungkapan Sukarela minimum yang harus dipenuhi sesuai dengan tujuan pembuatan laporan keuangan yang tidak menyesatkan untuk pengambilan keputusan yang diarah. Pengungkapan Sukarela yang wajar menyiratkan suatu tujuan etika yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada semua calon pembaca. Pengungkapan Sukarela lengkap menyiratkan penyajian seluruh informasi yang relevan. Cara dan waktu mengungkapkan informasi Penyampaian informasi selain disampaikan melalui laporan keuangan dapat juga disampaikan melalui media lain dalam bentuk finansial maupun non finansial. Informasi yang bersifat finansial dapat mengambil bentuk laporan tahunan, prospektus, laporan analisis dan sejenisnya. Sedangkan yang bersifat non finansial antara lain jumpa pers tentang produk baru, rencana perluasan, rencana peningkatan kesejahteraan karyawan dan sebagainya (FASB, SFAC No.5) Sutomo, (2010). Mengingat pentingnya pelaporan keuangan tersebut dan agar pelaporan keuangan dapat di interpretasikan secara tepat, mudah dipahami, dan tidak menyesatkan pihak-pihak
yang berkepentingan maka pelaporan keuangan tersebut harus disusun sesuai standar yang berlaku.Alasan yang mendasari perlunya praktik Pengungkapan Sukarela pelaporan keuangan oleh manajemen kepada pemilik adalah hubungan antara principal dengan agent. Jenis-Jenis Pengungkapan Sukarela Menurut Hendriksen (2011:205), ada tiga jenis Pengungkapan Sukarela yang didasarkan pada luas Pengungkapan Sukarela laporan, yaitu: a. Adequate disclosure. Adequate disclosure mengandung arti disclosure yang minimal harus ada sehingga laporan tidak menyesatkan. b. Fair disclosure Fair disclosure menyatakan tujuan-tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama bagi semua pembaca potensial. Hal ini berarti bahwa Pengungkapan Sukarela dalam laporan tahunan diharapkan dapat dimengerti oleh semua pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. c. Full disclosure Full dislcosure berarti penyajian semua informasi yang relevan. Artinya, semua informasi yang berhubungan secara relevan terhadap perusahaan harus diungkapkan. Tujuan Pengungkapan Sukarela Secara umum tujuan Pengungkapan Sukarela adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani
58
berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda (Suwardjono, 2010:580). Untuk melayani pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda, Tenaya (2010:13) menyatakan tujuan Pengungkapan Sukarela dibagi menjadi sebagai berikut: a. Tujuan untuk melindungi terhadap perlakuan manajemen yang mungkin kurang adil dan kurang terbuka (unfair). Tujuan ini biasanya menjadi pertimbangan badan pengawas yang mendapat otoritas untuk melakukan pengawasan terhadap pasar modal seperti SEC atau Bapepam. b. Tujuan informatif merupakan tujuan yang diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan. Biasanya tujuan ini digunakan sebagai landasan penyusunan standar akuntansi untuk menentukan keluasan Pengungkapan Sukarela c. Tujuan kebutuhan khusus merupakan gabungan dari tujuan perlindungan dan tujuan informasi. Artinya apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang berguna bagi pemakai yang dituju. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi untuk melakukan analisis untuk melihat dan menganalisis praktik Pengungkapan Sukarela pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014.
3.2. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian berjumlah 140 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, metode yang digunakan dalam pemilihan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, dengan kriteria tertentu, yaitu perusahaan sampel mempublikasikan laporan tahunan secara lengkap pada periode 2014 dengan laba yang positif. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 106 perusahaan sebagai sampel penelitian. 3.3. Definisi Operasional Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah Pengungkapan Sukarela. Pengungkapan Sukarela adalah Pengungkapan secara sukarela oleh perusahaan tanpa di haruskan oleh peraturan yang berlaku. Pengukapan sukarela merupakan pilihan manajemen untuk memberikan informasi akuntansi yang di pandang relevan untuk pengambialan keputusan oleh para pemakai laporan keuangan tahunan ( Nugrahani dan Nugroho,2010). Indikator Pengungkapan Sukarela di proksikan dengan menggunakan: a. Informasi Umum Perusahaan b. Informasi Komisaris dan direksi c. Prospek Bisnis d. Penelitian dan Pengembangan e. Informasi Karyawan f. Tanggung jawab sosial (CSR) g. Peningkatan Produk dan Jasa 3.4. Metode Analisis Data Metode Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif atau metode kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
59
analisis kualitatif, yaitu analisis yang berupa penjelasan berdasarkan hasil tabulasi data dari laporan keuangan maupun ringkasan laporan keuangan masing-masing perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Untuk menentukan kriteria Pengungkapan Sukarela apakah termasuk dalam kategori Pengungkapan Sukarela yang memadai (adequancy), wajar (fair) atau lengkap (full) maka diukur dengan menggunakan indeks Pengungkapan Sukarela, dimana indeks tersebut merupakan suatu skor yang diberikan pada informasi yang termuat dalam laporan tahunan sebagai ukuran terhadap kelengkapan Pengungkapan Sukarela perusahaan. Indeks Pengungkapan Sukarela dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1. Memberi skor untuk setiap item Pengungkapan Sukarela secara dikotomi, jika suatu item diungkapkan maka diberi nilai 1 dan jika tidak diungkapkan diberi nilai 0. 2. Skor yang diperoleh setiap perusahaan kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor total 3. Menghitung indeks Pengungkapan Sukarela dengan cara membagikan total skor yang diperoleh perusahaan dengan total skor maksimum yang diharapkan. Perusahaan yang memiliki angka indeks yang tinggi (>80%) menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktik Pengungkapan secara komprehensif atau telah melakukan Pengungkapan secara lengkap (full). Sedangkan perusahaan yang memiliki angka indeks yang kecil (<40%) menunjukkan bahwa perusahaan tersebut belum melakukan
Pengungkapan secara komprehensif dan hanya melakukan Pengungkapan yang minimum/memadai (adequency). Sedangkan perusahaan yang angka indeksnya berada diantara 40%-80% menunjukkan bahwa perusahaan tersebut melakukan Pengungkapan secara wajar (fair). 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengungkapan Sukarela Pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia berdasarkan Tingkat Pengungkapan a. Pengungkapan Kategori Lengkap (Full Disclosure) Pengungapan dengan kategori lengkap (full disclosure) adalah apabila suatu perusahaan memberikan pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela sekaligus. Berikut ini data perusahaan pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang telah melakukan pengungkapan secara lengkap. b. Pengungkapan Sukarela Kategori Wajar (Fair Disclosure) Pengungapan sukarela dengan kategori wajar (fair disclosure) adalah pengungkapan yang menyatakan tujuan-tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama bagi semua pembaca laporan keuangan, sehingga diharapkan isi laporan keuangan dapat dimengerti oleh semua pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. Sebanyak 66 perusahaan dari 106 perusahaan (62,26%) yang telah melakukan pengungkapan dengan kategori wajar (fair). Jumlah ini merupakan jumlah yang terbesar dibandingkan dengan kategori lainnya, hal ini mengindikasikan bahwa secara umum perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia melakukan pengungkapan secara wajar. Berikut
60
ini data perusahaan pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang telah melakukan pengungkapan sukarela dengan kategori wajar. c.
Pengungkapan Sukarela Kategori Memadai (Adequancy Disclosure) Pengungapan sukarela dengan kategori memadai (adequancy disclosure) adalah pengungkapan yang hanya mengungkapkan secara minimal informasi yang harus ada dalam laporan tahunan agar tidak menyesatkan. Sebanyak 32 perusahaan dari 106 perusahaan (30,18%) yang telah melakukan pengungkapan sukarela dengan kategori memadai. Hal ini mengindikasikan bahwa masih cukup banyak perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang pengungkapanya sebatas pengungkapan minimal. Berikut ini data perusahaan pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang melakukan pengungkapan sukarela yang termasuk dalam kategori memadai. d. Tingkat Pengungkapan Sukarela Pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tingkat pengungkapan (level disclosure) adalah suatu hal yang berkaitan dengan seberapa banyak informasi yang harus diungkap oleh suatu perusahaan atau instansi. Suwardjono (2010) membagi tingkat pengungkapan menjadi tiga tingkatan yaitu memadai (adequncy), wajar (fair) dan lengkap (full). Berdasarkan hasil analisis didapatkan tingkat pengungkapan sukarela pada industry manufaktur di Indonesia sebagai berikut.
Grafik 1. Tingkat Pengungkapan Sukarela Industri Manufaktur di BEI 66
70 60 50 40
Memadai
32
Wajar
30
Lengkap
20 10
8
0 Tingkat Pengungkapan
Berdasarkan Grafik 1. dapat dianalisis bahwa mayoritas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pengungkapan sukarela nya masih berkategori wajar (62,26%), yang telah melakukan pengungkapan sukarela secara penuh hanya 7,54%, sisanya 30,18% bahkan melakukan pengungkapan sukarela dengan jumlah pengungkapan yang minimum (memadai). Jumlah perusahaan yang melakukan pengungkapan penuh (full) masih tergolong sangat minim, hal ini cukup beralasan karena pada kenyataannya banyak perusahaan manufaktur di Indonesia yang berusaha membatasi tingkat pengungkapan dari laporan tahunannya, hal ini berdasarkan observasi dan kajian tedahulu disebabkan oleh ketakutan manajemen akan adanya free riding, dimana ada pihak tertentu yang memanfaatkan informasi yang potensial untuk tujuan kurang baik bagi perusahaan yang bersangkutan serta adanya adanya hitung-hitungan biaya, dimana apabila menyediakan informasi tambahan memerlukan biaya yang tidak sedikit dan biasanya keuntungan dari biaya tersebut lebih rendah dari biaya yang dibutuhkan. Pembatasan ini tentu saja
61
menimbukan asimetri informasi antara pihak manajemen perusahaan yang memiliki informasi yang lebih banyak sedangkan pihak lain memiliki informasi lebih sedikit. Secara umum perusahaan manufaktur di Indonesia melakukan pengungkapan secara wajar, pengungkapan dengan tingkat wajar ini lebih banyak dilakukan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia dikarenakan perusahaan manufaktur di Indonesia sebagian besar memiliki prinsip mengungkapkan informasi yang menguntungkan bagi perusahaannya selain itu adanya ketakutan jika harus mengungkapkan seluruh informasi untuk mengurangi asimetri informasi. 5.
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan : a. Secara umum semua perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia telah melakukan pengungkapan wajib b. Sebagian besar perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tingkat pengungkapannya masih dalam kategori wajar (62,26%) dan hanya ada 8 perusahaan (7,54%) yang telah melakukan pengungkapan secara penuh (full), sisanya 32 perusahaan (30,18%) baru melakukan pengungkapan secara memadai.
DAFTAR PUSTAKA Akhtaruddin, M. dan M. Hossain. 2010. Investment Opportunity Set, Ownership Control and Voluntary Disclosures in Malaysia. JOAAG, vol 3.No. 2. Almulia. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela “Interest Financial and Sustainability Reporting”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol.12 Des. 2007 Bernardi dkk. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan dan Implikasinya Terhadap Asimetri Informasi. Simposium Nasional Akuntansi XII Ferdinand, Augusty. 2015. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian Untuk Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universutas Diponegoro. Fitriani. 2011. Signifikansi Perbedaan Tingkat Pengungkapan Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV.
62
Fury K. Fitriyah. 2011. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Set Kesempatan Investasi Dan Arus Kas bebas Terhadap Utang, Media Riset Akuntansi, Vol.1. No.1. Hal. 38. Hasnawati, Sri. 2015. Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. Usahawan: No. 09. September 2005. Hendriksen, Eldons dan Breda. 2011. Teori Akunting Edisi Kelima. Penerbit Interaksara. Indah
Jacinta
Jati,
Martati.2010. Asosiasi Pendanaan dan Investment Opportunity Set Perusahaan Manufaktur Yang Listed di Bursa Efek Indonesia.Journal Administrasi Bisnis.Vol.2.Hal. 4. Winarto.2015. The Diterminants of Manufacturer firm Value In Indonesia Stcck Exchange. International Journal of Information Bussiness and Management Vol.7 No.4. I Ketut. 2013. Relevansi Dividend Yield and Price Earnings Ratio dengan Moderasi Investment Opportunity Set (IOS) dalam penelitian Harga Saham. Simposium Nasional Akuntansi VI.pp.575-587.
Kashmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Press. Jakarta. Keputusan ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. No: Kep 134/bl/2006. Kusuma. A.B. 2010. Asosiasi Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Peraih Penghargaan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). E-Journal Unesa. Marwata. 2011. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Pubik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IV. Nugrahani, Tri Siwi dan Nugroho Fajar Agus. 2010. Pengaruh Komisaris Independen dan Pengungkapan Sukarela Terhadap Kinerja Perusahaan. Universitas PGRI Yogyakarta. Nugroho, Julianto A. dan J. Hartono. 2012. Confirmatory factory Analysis Gabungan proksi Investment Opportunity Set dan Hubungannya terhadap Realisasi Pertumbuhan. Simposium Nasional Akuntansi 5.pp. 192-212.
63
Putu
Triastini. 2011. Pengaruh Investment Oppurtunity Set dan Struktur Modal Terhadap Return Saham Pada perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia. Tesis Universitas Udayana Denpasar.
Prasetyo, Adi. 2010. Asosiasi antara Investment Opportunity Set (IOS), dengan kebijakan Pendanaan, Kebijakan Deviden, Beta dan Perbedaan Raksi Pasar: Bukti Empiris dari Bursa Efek Jakarta.Simposium Nasional Akuntansi III.pp.878905.
Prayogi.2013. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tesis Program S2 Magister Akuntansi Universitas Diponegoro Saiful dkk. 2011. Analysis of Effect of Investment opportunity Set, Free Cash flow, Corporate Governance and Firm size On Debt. Malaysia-Indonesia Internasinal Conference on
64