Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
THE EFFECT OF ORGANIZATIONAL CULTURE, ENTREPRENEURIAL PERSONALITY, AND TRUST ON THE MANAGERIAL EFFECTIVENESS OF BRANCH MANAGERS OF THE PRACTICAL EDUCATION CENTER
EKA YUNITA YUSTANTINA* ABSTRACT This research aims to examine the hypothesis whether managerial effectiveness is affected by organizational culture, entrepreneurial personality, and trust pertaining in an organization. This study used survey method with four questionnaires to collect the data and Path statistical technique to analyze them. This causal study involved 80 Branch Managers of the Practical Education Center as the sample. They were randomly selected from the overall population of 207 branches in the areas of Jakarta, Depok, Tangerang and Bekasi. The result revealed that there was positive direct effects of (1) the organizational culture toward the managerial effectiveness; (2) the entrepreneurial personality toward the managerial effectiveness; (3) the level of trust toward the managerial effectiveness; (4) the organizational culture toward the level of trust; (5) the entrepreneurial personality toward the level of trust. It implies that the managerial effectiveness of the branch managers can be improved by enhancing the implementation of organizational culture, developing the entrepreneurial personality and improving the level of trust in the company. Keywords:
organizational effectiveness.
culture,
entrepreneurial
PENDAHULUAN 10 Era globalisasi dan perdagangan bebas membuat persaingan bisnis semakin ketat dan menuntut organisasi perusahaan untuk semakin kritis dalam mengelola operasional bisnisnya. Keberhasilan suatu organisasi dalam menghadapi persaingan ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor-faktor eksternal maupun faktorfaktor internal. Hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang mampu bertahan dan berkembang, yaitu perusahaan yang memiliki sumberdaya manusia (Human Capital) yang berkualitas. Manajer adalah salah satu sumber keunggulan kompetitif, aset penting dari organisasi. Organisasi membutuhkan manajer yang efektif untuk memfasilitasi Guru SMKN Samarinda
personality,
trust,
managerial
keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang. Namun justru efektivitas kerja manajerial ini menjadi masalah yang sedang dihadapi oleh Practical Education Center (PEC), sebuah organisasi perusahaan yang sedang berkembang dengan 207 cabang di Jabodetabek dan memiliki visi serta tujuan untuk menjadi lembaga pendidikan non formal (kursus) Bahasa Inggeris dan Bimbingan Belajar terkemuka di Indonesia. Dengan visi, misi dan tujuan tersebut tentu diperlukan para manajer atau kepala cabang yang dapat bekerja secara efektif. Kepala cabang merupakan ‘ujung tombak’ keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Namun pada kenyataannya masih banyak kepala cabang yang belum dapat menjalankan fungsi manajerialnya dengan baik. Hal ini diketahui dari riset pendahuluan dan observasi yang dilakukan peneliti terhadap 15 orang kepala cabang.
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1263
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
Nilai capaian kinerja rata-rata dari 15 orang kepala cabang, menunjukkan 26,66 % tergolong “kurang”, 19,99 % tergolong “agak kurang”, 33,33% tergolong “cukup”, 6,66 % tergolong “baik”, dan hanya 6,66 % yang tergolong “sangat baik”. Fenomena tersebut sangat penting untuk diteliti secara lebih detil mengingat bahwa kelemahan-kelemahan tersebut selanjutnya akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Menurut Reddin sebagaimana dikutip Sharma dan Gupta (2011: 165), efektivitas manajerial adalah sejauh mana manajer mencapai output sesuai target yang telah ditentukan. Efektivitas manajerial adalah fungsi dari tiga variabel yaitu manajer, organisasi dan lingkungan. Gibson et al. (2006: 20) mengatakan bahwa, “effectiveness is the accomplishment of recognized objectives of cooperative efforts. The degree of accomplishment indicates the effectiveness”. Schermerhorn (2010: 15). menambahkan bahwa, “effective managers successfully help others achieve both performance and satisfaction in their life”. Hal tersebut dijalankan dengan melibatkan kegiatan-kegiatan perencanaan (planning), mengorganisir (organizing), memimpin (leading) dan mengendalikan (controlling) dalam penggunanan semua sumberdaya tersebut guna mencapai tujuan-tujuan kinerja. Oleh karena itu, menurut Robbins dan Judge (2011: 41-42) seorang manajer harus memiliki keterampilan manajerial yang terdiri dari kombinasi 3 (tiga) macam keterampilan yaitu; (1) keterampilan teknis, (2) keterampilan mengelola orang, dan (3) keterampilan konseptual, yang dapat membuatnya menjadi pemimpin yang efektif. Efektivitas manajerial dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor yang ada dalam diri manajer itu sendiri dan yang berasal dari luar dirinya. Faktor yang berasal dari dalam diri misalnya kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, kepemimpinan,
kemampuan mengambil keputusan, keterampilan menjalin hubungan interpersonal, karakter, sikap, kepribadian, dan lain-lain. Faktor yang berasal dari luar dirinya antara lain kondisi lingkungan kerja, budaya organisasi, hubungan dengan rekan/tim kerja, pemberdayaan dari atasan, kepercayaan, dan sebagainya. Penelitian ini focus pada 3 (tiga) variabel yang diduga berpengaruh kuat terhadap efektivitas manajerial, yaitu: budaya organisasi, kepribadian yang dalam hal ini adalah kepribadian wirausaha, dan kepercayaan. Penelitian ini dilakukan dalam rangka penulisan Disertasi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia. Budaya organisasi dijabarkan oleh Colquitt, Le Pine dan Wesson (2009: 546) sebagai, “a shared social knowledge within an organization regarding the rules, norms, and values that shape the attitude and behaviors of its employees.” Shani et al. (2009: 433) mengatakan bahwa, “Organizational culture seems to play a critical role when it comes to individual, group, and organizational effectiveness.” Penelitian De Zoysa dan Herath yang dikutip Gupta dan Muita (2013: 88) menemukan bahwa semakin kuat kewirausahaan seorang manajer, semakin tinggi pula kinerja perusahaannya. Colquitt, Lepine, dan Wesson (2009: 219) mendefinisikan kepercayaan sebagai kesediaan untuk menyandarkan diri pada suatu otoritas berdasarkan harapan positif terhadap niat dan tindakan-tindakan otoritas tersebut. Dalam konteks kepala cabang, jika mereka memiliki kepercayaan yang kuat terhadap perusahaan, maka mereka akan rela untuk patuh pada aturan-aturan dan kebijakan yang dibuat oleh manajemen perusahaan, dan berusaha untuk memenuhi harapan perusahaan dengan cara melakukan tugastugasnya secara efektif. Penelitian – penelitian sebelumnya yang khusus tentang efektivitas manjerial
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1264
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
masih belum banyak dilakukan, namun beberapa penelitian yang berkaitan dengan kinerja dan produktivitas atau kesediaan bekerja mungkin dapat dijadikan acuan. Hasil penelitian Pohankar (2015: 16) menyimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap efektivitas manajerial. Studi kasus yang dilakukan Uddin, Luva dan Hossian (2013: 69) terhadap pekerja di Grameenphone (perusahaan telekommunikasi terbesar di Bangladesh) menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja dan produktivitas. Hasil penelitian Dirks and Ferrin selama 40 tahun yang dikutip Reychav dan Sharkie (2010: 229) menyimpulkan bahwa kepercayaan (Trust) tidak hanya mengendalikan kinerja, namun juga berdampak penting terhadap sikap dan perilaku, yaitu sikap kerja yang lebih positif dan kerjasama yang lebih baik. Penelitian Dickers, Jansen, de Lange, Vinkenburg dan Kooij yang dikutip Gupta dan Muita (2013: 88) juga menemukan bahwa kewirausahaan berhubungan dengan meningkatnya keterikatan karyawan dengan perusahaan sehingga kemudian meningkatkan kinerja. METODE Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis; (1) Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas manajerial, (2) Kepribadian wirausaha berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas manajerial, (3) Kepercayaan berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas manajerial, (4) Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap kepercayaan, (5) Kepribadian wirausaha berpengaruh langsung positif terhadap kepercayaan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode survai dan teknik statistik analisis jalur (Path Analysis). Populasi penelitian ini adalah manager (kepala cabang) yang bekerja di Practical Education Center (PEC) di
seluruh Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi), yang telah bekerja di atas 3 (tiga) tahun. Dengan mengacu pada rumus Slovin, 80 orang diambil sebagai sampel dengan teknik Random Sampling Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa 4 (empat) macam kuesioner untuk mengukur variabel yang diteliti. Keempat instrumen dikembangkan oleh peneliti menggunakan skala Likert dengan 5 (lima) opsi jawaban, telah diujicobakan kepada 30 responden serta diukur validitasnya dan reliabilitasnya menggunakan rumus Pearson Product Moment dan Alpha Cronbach. Dari 34 butir instrumen Efektivitas Manajerial valid 33 butir dengan nilai reliabilitas 0,961. 30 butir instrumen budaya organisasi valid 29 butir dengan nilai reliabilitas 0,954. 35 butir instrumen kepribadian wirausaha valid 34 butir dengan nilai reliabilitas 0,961. 30 butir instrumen budaya organisasi valid 29 butir dengan nilai reliabilitas 0,957. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum data diolah dengan teknik Analisis Jalur (Path Analysis) telah dilakukan uji persyaratan analisis, yaitu: 1) Uji normalitas dengan menggunakan rumus Liliefors dan mendapatkan hasil bahwa seluruh data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2) Uji Signifikansi dan Linieritas Model Regresi menggunakan analisis of variance. Seluruh koefisien korelasi antar variabel bertanda positif, berarti terdapat hubungan positif antar variabel dalam model struktural dan seluruh koefisien korelasi tersebut signifikan. Penghitungan koefisien jalur dilakukan melalui dua langkah dengan membagi model struktural yang diajukan menjadi 2, yaitu sub struktur 1 dan sub struktur 2. Perhitungan koefisien jalur dilakukan dengan bantuan program SPSS 21.
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1265
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur tersebut, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan. Pengujian Hipotesis 1: Koefisien jalur py1 = 0,320 dengan nilai t hitung = 3,516, sedangkan t table = 1,67 (α= 0,05) dan t table = 2,39 (α= 0,01). Karena nilai t hitung > t table maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa Budaya Organisasi berpengaruh langsung positif terhadap Efektivitas Manajerial. Pengujian Hipotesis 2: Koefisien jalur py2 = 0,328 dengan nilai t hitung = 3,990 sedangkan t table = 1,67 (α= 0,05) dan t table = 2,39 (α= 0,01). Karena nilai t hitung > t table maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa Kepribadian Wirausaha berpengaruh langsung positif terhadap Efektivitas Manajerial. Pengujian Hipotesis 3: Koefisien jalur py3 = 0,338 dengan nilai thitung = 4,075 sedangkan ttable = 1,67 (α= 0,05) dan ttable = 2,39 (α= 0,01). Karena nilai t hitung > t table maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa Kepercayaan berpengaruh langsung positif terhadap Efektivitas Manajerial. Pengujian Hipotesis 4: Koefisien jalur p31 = 0,563 dengan nilai t hitung = 5,238 sedangkan t table (α= 0,05) = 1,67 dan t table (α= 0,01) = 2,39. Karena nilai t hitung > t table maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti Budaya Organisasi berpengaruh langsung positif terhadap Kepercayaan. Pengujian Hipotesis 5: Koefisien jalur p32 = 0,312 dengan nilai t hitung = 2,901 sedangkan t table = 1,67 (α= 0,05) dan t table = 2,39 (α= 0,01). Karena nilai t hitung > t table maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa Kepribadian Wirausaha berpengaruh langsung positif terhadap Kepercayaan. Temuan ini menunjukkan bahwa kuat atau lemahnya budaya organisasi mempengaruhi tinggi atau rendahnya terhadap Efektivitas Manajerial kepala cabang. Dalam konteks Practical
Education Center (PEC) hal itu sangat bergantung pada upaya organisasi perusahaan ini menyosialisasikan budaya organsasinya. Peningkatan kepatuhan dan penerapan nilai-nilai, norma-norma, aturan-aturan, dan kebijakan sebagai pedoman dalam berfikir, bersikap dan bertindak para kepala cabang akan menyebabkan peningkatan efektifitas manajerial kepala cabang. Mereka akan lebih efektif dalam menyusun target dan perencanaan, mengembangkan bawahan, memantau dan mengevaluasi, memberikan motivasi, mengambil keputusan, dan membangun jejaring untuk mengembangkan perusahaan. Temuan empirik tersebut juga mendukung hasil penelitian Pohankar (2015: 16) yang menyimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap efektivitas manajerial. Melalui budaya organisasi yang benar, maka efektivitas manajerial para manajer dapat dikembangkan dan ditingkatkan dalam organisasi. Demikian pula hasil penelitian Singh (2010: 382) yang menyimpulkan bahwa penerapan pengembangan sumberdaya manusia bersama-sama dengan budaya organisasi tersebut merupakan prediktor bagi efektivitas manajerial. Secara ringkas, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh langsung positif terhadap efektifitas manajerial kepala cabang. Temuan ini menunjukkan bahwa meningkatnya kualitas Kepribadian Wirausaha yang dimiliki oleh kepala cabang PEC menyebabkan peningkatan Efektivitas Manajerial mereka. Meningkatnya sifat-sifat bertanggung jawab, kreatif, berani menanggung resiko, optimis, terbuka terhadap umpan balik, antusias, dan berpandangan luas ke masa depan akan menyebabkan mereka lebih efektif dalam menyusun target, mengembangkan bawahan, memberikan motivasi, mengambil keputusan, dan
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1266
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
membangun jejaring mengembangkan perusahaan.
untuk
Hal itu mendukung pendapat Waddell et al. (2009: 152 – 153). yang menggambarkan bahwa entrepreneur memiliki harga diri (self esteem) yang tinggi dan merasa mampu menangani berbagai situasi, termasuk situasi stress dan lingkungan yang mengandung ketidakpastian dan mengandung resiko. Entrepreneur memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi dan keinginan kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menantang serta mencapai standar pribadi mereka yang terbaik. Oleh karena itu kepala cabang yang memiliki kepribadian wirausaha sebagaimana gambaran di atas, efektivitas manajerialnya juga baik. Temuan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Halim (2011: 186) terhadap 309 pengusaha industri kreatif di Terengganu, Malaysia yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepribadian wirausaha (sebagai variabel independen utama) dengan kinerja bisnis. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepribadian wirausaha berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas manajerial kepala cabang. Dapat diartikan bahwa meningkatnya kepercayaan yang dimiliki oleh seorang kepala cabang, akan menyebabkan peningkatan Efektivitas Manajerialnya. Bibb & Kourdi sebagaimana dikutip Haugen (2010: 8) mengatakan bahwa kepercayaan memberi inspirasi, meningkatkan produktivitas dan daya saing, meningkatkan komunikasi dan saling pengertian, mengurangi stres, saling membangun kepercayaan, menimbulkan efisiensi yang lebih besar, serta mengarah kepada keberanian untuk mengambil risiko yang lebih besar. Dikaitkan dengan temuan penelitian ini, dapat dimaknai bahwa jika seorang kepala cabang memiliki kepercayaan yang kuat terhadap
perusahaan dan sebaliknya ia pun merasa dipercayai oleh perusahaan, maka kepercayaan itu akan memberikan semangat, inspirasi serta upaya untuk mampu menjalankan tugas dan fungsi manajerialnya serta mencapai tujuan serta target-target tugas sebagai manajer yang telah ditetapkan, secara efektif. Diterimanya hipotesis tersebut memperkuat hasil penelitian Reychav dan Sharkie (2010: 227) terhadap 329 orang yang berasal dari 5 (lima) kantor pemerintahan di Australia yang menemukan bahwa persepsi kepercayaan kepada manajemen, dukungan psikologis, nilai-nilai manajemen dan penghargaan berkorelasi positif dengan “perilaku ekstra” (extra role behavior) karyawan, yaitu perilaku kesediaan bekerja di luar tugas yang muncul tanpa diminta. Juga sejalan dengan penelitian empiris yang dilakukan oleh Dirks and Ferrin (2010: 229) selama 40 tahun yang menyimpulkan bahwa kepercayaan (Trust) tidak hanya mengendalikan kinerja, namun juga berdampak penting terhadap sikap dan perilaku, yaitu sikap kerja yang lebih positif dan kerjasama yang lebih baik. Kepercayaan adalah suatu proses yang dibangun melewati berjalannya waktu. Untuk perusahaan jasa seperti halnya Practical Education Center ini, kepercayaan yang perlu dibangun adalah kepercayaan berdasarkan identifikasi (identification based trust) yang mana seseorang mempercayai pihak lain didasari oleh adanya kesamaan cara pandang, pola pikir, dan perasaan sehingga menimbulkan kemungkinan tindakan atau perilaku kerja yang sama. Mc.Shane dan Glinow (2010: 252) mengatakan bahwa kepercayaan yang dibangun berdasarkan identifikasi ini memiliki tingkat potensi kepercayaan yang paling kuat karena di dalamnya mengandung unsur kesetiaan atau loyalitas dari kedua belah pihak. Berdasarkan hasil empirik penelitian, maka temuan ini menunjukkan bahwa kepercayaan merupakan salah satu variable
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1267
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
yang sangat penting dan berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas manajerial. Temuan ini menunjukkan bahwa kuat lemahnya budaya organisasi akan menyebabkan kuat atau lemahnya Kepercayaan dalam organisasi. Dalam konteks organisasi Practical Education Center (PEC), Membaiknya penerapan nilai-nilai utama seperti kejujuran, keikhlasan dan karakter unggul, yang disosialisasikan perusahaan sebagai pedoman dalam berfikir, bersikap dan bertindak dalam mencapai tujuan organisasi, akan menyebabkan meningkatnya rasa saling percaya di antara anggota organisasi dan kepercayaan mereka terhadap organisasi perusahaan itu sendiri. Terbangunnya budaya organisasi yang kuat akan memberikan kesempatan kepada semua pihak dalam organisasi untuk berinteraksi secara intensif. Hal itu akan membuat semua anggota organisasi saling mengenali satu sama lain sehingga memperkuat kepercayaan di antara anggota organisasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Gillespie dan Mann sebagaimana dikutip Reychav dan Sharkie (2010: 230) yang menjelaskan bahwa mengkomunikasikan dan mencontohkan nilai-nilai yang penting akan mendorong staf untuk mengadopsi nilai-nilai tersebut dalam menjalankan tujuan bersama dan menjadi perantara untuk terbangunnya kepercayaan. Selain itu, sesuai pula dengan pendapat Mc.Shane dan Von Glinow (2010: 252) tentang identification based trust yaitu seseorang mempercayai pihak lain didasari oleh adanya kesamaan cara pandang, pola pikir, dan perasaan yang menimbulkan pula tindakan yang sama, yang pada dasarnya merupakan indikator budaya organisasi. Temuan ini memperkuat temuan Haugen (2010:10) yang melakukan penelitian terhadap 93 orang karyawan sebuah perusahaan besar di Lincoln, Nebraska, USA yang menemukan bahwa norma-norma perilaku mempengaruhi
kepercayaan (Trust). Budaya organisasi yang meningkatkan prestasi dan aktualisasi diri, membangkitkan kemanusiaan dan perilaku kebersamaan akan membangun budaya saling percaya dimana organisasi dapat membangun tim dan membangun kepercayaan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Sadeghi sebagaimana dikutip Fard, Babelan dan Sattari (2013: 166) yang menemukan bahwa norma-norma perilaku yang konstruktif merupakan prediktor kepercayaan dan sekaligus berdampak pada kepercayaan organisasional. Dari uraian di atas penelitian ini menunjukkan bahwa Budaya organisasi memiliki pengaruh langsung positif terhadap kepercayaan dalam organisasi. Temuan ini menunjukkan bahwa kuat atau lemahnya Kepribadian Wirausaha akan menyebabkan kuat atau lemahnya Kepercayaan dalam organisasi tersebut. Hal itu dapat diartikan bahwa meningkatnya jumlah kepala cabang dalam organisasi Practical Education Center (PEC) yang memiliki Kepribadian Wirausaha akan meningkatkan kepercayaan yang terbangun dalam organisasi perusahaan tersebut. Dalam tataran individual, bertambah kuatnya kepribadian wirausaha yang dimiliki kepala cabang, akan meningkatkan kepercayaannya terhadap organisasi. Hal itu sejalan dengan pandangan Sarasvathy yang dikutip Goel dan Karri (2006: 480) yang mengatakan bahwa entrepreneur lebih cenderung terlalu percaya (over trust) daripada non entrepreneur. Logika efektual yang digunakan oleh entrepreneur memainkan peran dominan dalam menyebabkan sikap terlalu percaya (over trust). Dalam hal ini, karakteristik kepribadian entrepreneur yang berani mengambil resiko mempengaruhi sikap mereka untuk terlalu percaya (over trust) atau mudah percaya terhadap orang lain. Dengan sifat-sifat berani menanggung resiko, optimistik, dan percaya diri, para kepala cabang yang
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1268
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
memiliki kepribadian wirausaha akan lebih berani untuk membangun kepercayaan terhadap rekan sekerja maupun atasan dan manajemen organisasi. Temuan empirik tersebut juga mendukung hasil penelitian Sicora (2015: 46) yang menyimpulkan bahwa karyawan atau bawahan yang memiliki keterbukaan sosial (agreeableness) yang tinggi atau memiliki stabilitas emosi yang tinggi memiliki kecenderungan untuk percaya yang tinggi pula. Keterbukaan, dan stabilitas emosi merupakan bagian dari sifat-sifat yang ada pada kepribadian wirausaha. Dengan demikian, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kepribadian wirausaha mempengaruhi terbentuknya kepercayaan dalam diri seseorang terhadap orang atau pihak lain. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan di perusahaan, maka perusahaan harus mengembangkan kepribadian para kepala cabang agar memiliki kepribadian wirausaha. Orangorang yang memiliki kepribadian wirausaha bersikap lebih terbuka, kreatif, berani menanggung resiko dan optimis sehingga lebih mudah menjalin kerjasama, berbagi informasi, serta membangun rasa percaya. Dengan demikian, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kepribadian wirausaha mempengaruhi terbentuknya kepercayaan dalam diri seseorang terhadap pihak lain dalam organisasi perusahaan. Kuatnya kepribadian wirausaha yang dimiliki kepala cabang berpengaruh terhadap kepercayaan yang dimilikinya terhadap perusahaan. KESIMPULAN 1. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas manajerial kepala cabang Practical Education Center. Hal itu berarti bahwa membaiknya implementasi budaya organisasi dalam perusahaan tersebut akan menyebabkan meningkatnya efektifitas manajerial kepala cabang.
2. Kepribadian Wirausaha berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas manajerial kepala cabang Practical Education Center. Artinya, bertambah kuatnya kepribadian wirausaha yang dimiliki oleh kepala cabang akan meningkatkan efektifitas manajerialnya sebagai kepala cabang. 3. Kepercayaan berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas manajerial kepala cabang Practical Education Center. Artinya semakin kuatnya kepercayaan kepala cabang terhadap manajemen perusahaan dan terhadap seluruh keluarga besar perusahaan akan meningkatkan efektivitas manajerialnya. 4. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap kepercayaan kepala cabang Practical Education Center. Hal itu berarti bahwa membaiknya penerapan budaya organisasi perusahaan akan menyebabkan kepercayaan kepala cabang terhadap manajemen perusahaan dan terhadap seluruh keluarga besar perusahaan semakin kuat. 5. Kepribadian Wirausaha berpengaruh langsung positif terhadap kepercayaan kepala cabang Practical Education Center. Artinya bertambah kuatnya kepribadian wirausaha yang dimiliki oleh kepala cabang akan menyebabkan kepercayaan mereka terhadap manajemen perusahaan dan terhadap seluruh keluarga besar perusahaan meningkat. DAFTAR PUSTAKA Colquitt, Jason A., Jeffery A. Lepine, Michael Wesson, Organizational Behaviour, Improving Performance and Commitment in the Workplace. New York: Mc Graw Hill, 2009. Fard,
Abbas Mahdavi, Adel ZahedBabelan dan Sadraddin Sattari, The Relation between Organizational Culture and Organizational Trust in
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1269
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
Customs Headquarters of Iran, International Research Journal of Applied and Basic Sciences, © 2013 available online at www.irjabs.com, ISSN 2251-838X / Vol, 4 (1): 164167 Ganji, Masoud, Habib Ebrahimpour dan Adel Zahed, Surveying The Relationship Between Behavioral And Structural Factors Of Culture and Organizational Entrepreneurship At University Of Mohaghegh Ardabili, Arabian Journal of Business and Management Review (OMAN Chapter) Vol. 3, No.2; Sep. 2013. Gibson, James L., John M. Ivanchevich, James H. Donnely, Robert Konopaske, Organizational Behavior. Singapore: McGraw Hill, 2006. Goel,
Sanjay dan Ranjan Karri, Entrepreneurs, Effectual Logic, and Over-Trust, Entrepreneurship Theory and Practice. Department of Management Studies, Labovitz School of Business and Economics, University of Minnesota Duluth, Published by Baylor University, 2006.
Gupta, Atul and Sharon R. Muita, Relationship between Entrepreneurial Personality, Performance, Job Satisfaction and Operations Strategy: An Empirical Examination, International Journal of Business and Management; Vol. 8, No. 2; 2013. Halim, Muhammad Abi Sofian Abdul The Measurement of Entrepreneurial Personality and Business Performance in Terengganu Creative Industry, International Journal of
Business and Management Vol. 6, No. 6; June 2011, Published by Canadian Center of Science and Education. Haugen, Mindy S. Genetzky, Determining the Relationship and Influence Organizational Culture has on Organizational Trust, University of Nebraska – Lincoln, DigitalCommons@University of Nebraska – Lincoln, 2010. Mc.Shane, Steven L., dan Mary Ann Von Glinow, Organizational Behaviour. New York: Mc.Graw Hill Irwin, 2010. Nimalathasan, B., Characteristics Of Entrepreneurs: A Comparative Study Of Small Scale Entrepreneurs Of Srilankan And Bangladesh, Department Of Management Studies, Faculty Of Business Administration, University Of Chittagong, Chittagong-4331, Bangladesh. Pohankar, Sweety, Organizational Culture as a Driving Tool for Developing and Improving Managerial Effectiveness. Research Journal of Management Sciences, ISSN 2319– 1171 Vol. 4(7), 11-17, July (2015) Res. J. Management Sci. Reychav, Iris and Rob Sharkie, Trust: an Antecedent to Employee Extra-role Behaviour, Journal of Intellectual Capital, Vol. 11 No. 2, 2010. Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge, Organizational Behavior. New York: Prentice Hall, 2011. Schermerhorn, John R. Introduction to Management. New Jersey: John Willey & Sons Pte Ltd., 2010.
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1270