PENGARUH KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI ANGGOTA DAN PENGURUS UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) DI UNIVERSITAS PARAMADINA Maritha Eka Susanti Abstract This study aims to analyze the role of two dimension of Leadership Communication and Organizational Culture in influencing the Organizational Commitment. Using a sample of 192 students joined in Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) in Paramadina University. This study looked at the relationship and influence of Leadership Communication and Organizational Culture to Organizational Commitment. The analitycal tool used in multiple regression, where the result is Leadership Communication is positively related to Organizational Commitment, Organizational Culture is positively related to Organizational Commitment. Keywords : Leadership Communication, Organizational Commitment.
Organizational
Culture,
Pendahuluan Di dalam organisasi, komunikasi kita dapat diuji apakah kita dapat berkomunikasi dengan baik atau tidak. Karena dalam organisasi tersebut tidak hanya kita saja yang berada dalam kelompok itu tetapi ada banyak individu yang berbeda baik visi maupun misi dalam organisasi itu dan jika kita dapat berkomunikasi yang baik dan dapat diterima oleh orang-orang dalam kelompok tersebut dan dapat mempengaruhi perilaku, nilai maupun pendapat mereka maka komunikasi atau pesan yang kita sampaikan pada mereka berhasil diterima dengan baik. Organisasi menurut Devito (1997) adalah “kelompok individu yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok-kelompok individu tersebut sangat bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainnya. Ada yang beranggotakan tiga atau empat orang yang bekerja secara sangat dekat, dan ada pula organisasi yang jumlah karyawannya berjumlah ribuan orang”. Di dalam setiap organisasi terdapat struktur formal maupun informal sebagai contoh dalam sebuah organisasi Perguruan Tinggi terdapat struktur hierarkhi yang didefinisikan dengan jelas , misalnya saja rektor sebagai pemimpin tertingginya, para deputi rektor pada tingkat hirarki
Maritha Eka Susanti
Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Anggota dan Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina
berikutnya begitu pula ketua program studi. Melalui struktur inilah kegiatan sebuah perguruan tinggi dapat dilaksanakan dengan baik. Sebuah organisasi dengan struktur hirarki yang jelas inilah yang dinamakan organisasi dengan struktur formal (Devito, 1997). Selain terdapat struktur formal dalam perguruan tinggi tersebut banyak pula terdapat organisasi dengan struktur informal misalnya organisasi mahasiswa yang tergabung dalam kelompok-kelompok mahasiswa (Student Club). “Struktur informal ini melayani kebutuhan manusiawi para individunya dan mempertahankan mereka sebagai kesatuan” (Devito, 1997). Setiap orang dalam suatu organisasi secara alamiah mempunyai tujuan yang berbeda-beda, ada yang memang untuk mendapatkan penghasilan, ada yang hanya mengisi waktu luang, mendapatkan pengetahuan baru, mencari pengalaman sampai ada yang hanya ingin mencari jabatan setinggi-tingginya. Jika semua anggota suatu organisasi mempunyai tujuan yang sama maka organisasi tersebut akan bertahan lama. Tujuan dalam organisasi secara keseluruhan dan tujuan para karyawan akan dapat diselaraskan melalui komunikasi formal maupun informal di dalam organisasi. Dengan kata lain untuk memperoleh tujuan dalam organisasi tersebut diupayakan sebuah komunikasi yang bernama komunikasi organisasi (Devito, 1997). “Komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi, baik organisasi formal maupun non formal" (Devito, 1997). Karena organisasi terbagi menjadi dua jenis yaitu formal dan informal maka komunikasi yang digunakan pun dibagi menjadi 2 macam yaitu komunikasi formal dan informal. Berdasarkan pengertian di atas, komunikasi organisasi berhubungan dengan proses penyampaian serta penafsiran pesan dari unit-unit komunikasi di dalam suatu lingkungan organisasi. Seluruh anggota suatu organisasi merupakan unit komunikasi oleh karena itu seluruh anggota dalam organisasi tersebut memiliki peran dalam terciptanya sebuah konteks komunikasi organisasi. Baik komunikasi antara pemimpin ke anggotanya maupun dari anggota ke pemimpinnya. Pemimpin merupakan aktor utama dalam komunikasi organisasi. Pemimpin bertugas sebagai orang yang mengarahkan dan mengendalikan orang-orang yang termasuk dalam suatu organisasi agar dapat berjalan bersama untuk satu tujuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pace dan Faules (2006:276) yang menyatakan bahwa “Tujuan kepemimpinan adalah membantu orang untuk menegakkan kembali, mempertahankan dan 677
Proceeding Research Day 2013
meningkatkan diinginkan”.
motivasi mereka untuk memperoleh hasil-hasil yang
Seperti yang dikatakan oleh Barret (2006) bahwa “Through effective communication, leaders lead. Good communication skill enable, foster create the understanding and trust necessary to encourage others to follow a leader. Without effective communication, a manager accomplishes little. Withouut effective communication, a manager is not an effective leader.” . Dalam tulisan ini dimaksudkan bahwa melalui komunikasi yang efektif pemimpin dapat memimpin organisasi itu. Kemampuan komunikasi yang baik akan menciptakan sebuah pengertian dan kepercayaan dan memperkuat anggota dalam mengikuti pemimpinnya. Tanpa komunikasi yang baik pemimpin tidak dapat berbuat banyak. Tanpa komunikasi yang efektif , pemimpin bukan pemimpin yang efektif memimpin sebuah organisasi. Oleh karena itu sangat dibutuhkan sekali komunikasi kepemimpinan yang efektif dalam sebuah organisasi. Dalam lingkungan internal organisasi selalu berkembang budaya organisasi. Ketika melaksanakan aktivitasnya untuk mencapai tujuan organisasi, anggota organisasi secara individual dan kelompok harus berperilaku dengan pola tertentu sesuai dengan norma dan nilai-nilai organisasi. Misalnya anggota organisasi harus mematuhi perintah atasan, berdisiplin melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan petunjuk dan prosedur kerja. Semua hal tersebut merupakan unsur budaya organisasi (Wirawan, 2006:5). Budaya organisasi menurut Wirawan (2007) adalah : norma, nilainilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi dan sebagainya (isi budaya organisasi) yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi sehingga mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen dan mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah norma, nilai-nilai, sikap, kebiasaan, aturan yang ada diorganisasi yang dikembangkan dalam waktu lama oleh para pendiri, pemimpin dan anggota organisasi yang telah ada dan disampaikan oleh anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi sehingga dapat merubah pola pikir, sikap serta perilaku anggota organisasi yang ada. Semua unsur itu dikembangkan untuk mencapai tujuan organisasi.
678
Maritha Eka Susanti
Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Anggota dan Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina
Perilaku dan kinerja anggota organisasi yang ingin dicapai dalam internalisasi budaya organisasi oleh pemimpin salah satunya adalah komitmen organisasi. Komitmen menurut Kamus Bahasa Indonesia (http://bahasa.kemdiknas.go.id) adalah perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Greenberg dan Baron (2003) menjelaskan bahwa komitmen organisasi adalah seberapa jauh seseorang mengidentifikasikan dan melibatkan dirinya pada organisasi dan melibatkan dirinya pada organisasinya dan mempunyai keinginan untuk tetap tinggal di organisasi itu. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah : Perilaku seseorang anggota dalam suatu organisasi yang merasa terikat dan ingin mengidentifikasikan dan melibatkan dirinya lebih jauh pada organisasi yang dipilih dan mempunyai keinginan untuk tetap tinggal dalam organisasi tersebut. Jika hal ini dirasakan dan dilakukan oleh semua organisasi maka organisasi akan utuh dan dapat berjalan menuju tujuan yang ingin di capai. Penjelasan di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mowday, Porter dan Steers (1982) menyatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi lebih termotivasi untuk hadir dalam organisasi dan berusaha mencapai tujuan organisasi. Senada dengan penelitian Rumihati (2007) menjelaskan bahwa karyawan yang memiliki komitmen tinggi akan sangat menguntungkan organisasi karena karyawan tersebut menerima tugas, tanggung jawab terhadap pekerjaan dan berusaha mencapai tujuan organisasi. Penjelasan-penjelasan di atas telah memberikan arah pada penelitian ini yang akan meneliti bagaimana pengaruh dari komunikasi kepemimpinan dan budaya organisasi dengan komitmen pada anggota Unitunit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina. Peneliti memfokuskan pada organisasi kemahasiswan dikarenakan pada penelitian-penelitian sebelumnya hanya fokus pada karyawan, tetapi pada kali ini peneliti berusaha meneliti mahasiswa dikarenakan mahasiswa adalah sebagai agent of change dan penerus bangsa. Jika pada masa mahasiswa sudah berkelakuan baik dan mempunyai pengalaman organisasi yang baik dan terlatih berkomunikasi yang efektif pada orang lain, maka jika ia menjadi karyawan dalam sebuah perusahaan akan menjadi anggota maupun pemimpin yang baik untuk mensejahterakan perusahaannya tersebut.
679
Proceeding Research Day 2013
Berdasarkan pernyataan–pernyataan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa pertanyaan penelitian ini berupa : “Apakah ada pengaruh antara komunikasi kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap komitmen berorganisasi anggota unit-unit kegiatan kemahasiswaan (UKM) di Universitas Paramadina“?. Tinjauan Pustaka Komunikasi Kepemimpinan Dalam sebuah organisasi pemimpin mempunyai sebuah peranan besar untuk memajukan organisasinya. Langkah yang tepat dan produktif tentu harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam sebuah organisasi. Tidak hanya gaya kepemimpinan ataupun perilaku kepemimpinan tepat yang harus digunakan dalam memimpin tetapi sebuah komunikasi yang efektif antara pemimpin dan bawahan ataupun sebaliknya juga sangatlah penting dan diperlukan dalam organisasi. Pentingnya komunikasi yang efektif dimiliki oleh pemimpin dibuktikan dengan penelitian dari Hal ini sesuai dengan survey dari peneliti universitas Harvard Daniel Goleman dan Coleagues (dalam Tubbs, 2006) menyatakan bahwa : banyak 100 perusahaan besar yang ada di Amerika, 96%nya mengatakan bahwa komunikasi dan produktivitas ialah dua hal yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Dan kemampuan pemimpin dalam berkomunikasi itu menentukan suksesnya suatu organisasi. Tubbs (2006 : 477) memberikan sebuah penjelasan lebih mudah mengenai jenis-jenis komunikasi efektif digunakan pemimpin dalam sebuah organisasi yaitu dengan istilah yang diberi nama Leader-Member Exchange (LMX). LMX ini terdiri dari dua tipe komunikasi yaitu Supportive Communication dan Noncontrolling Communication. Supportive Communication terdiri dari (Whetten and Cameron, dalam Tubbs, 2006 :477) : Supervisor :
A. B. C. D. E. F. G. H.
680
Helps employees solve problems Encourages employees to develop new skills Keep informed about how employees think and feel about things Encourages employees to participate in important decisions Praises good work Encourages employees to speak up when they disagree with a decision Explains his or her actions Rewards employees for good performance.
Maritha Eka Susanti
Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Anggota dan Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina
Hasil penelitian yang dilakukan Whetten dan Cameron (dalam Tubbs, 2006 : 477) menyatakan bahwa perilaku-perilaku di atas menunjukkan tingginya kreativitas dan produktivitas karyawan. Oleh karena itu perilaku komunikasi di atas sebaiknya dimiliki oleh pemimpin dalam sebuah organisasi. Selain Supportive Communication, Oldham dan Cummings (Tubbs, 2006) mengatakan hal lain yang sebaiknya dimiliki oleh pemimpin dalam usaha untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas karyawan adalah kemampuan pemimpin dalam Noncontrolling Communication. Noncontrolling Communication terdiri dari : supervisor :
1) 2) 3) 4)
Never seems to be checking on employees work Never force employees to do work his or her way Giving employees a chance to make important decisions on their own Leaves it up to employees to decide how to go about doing their job
Budaya Organisasi Budaya menurut Tubbs dan Moss (2005: 237) suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk system agama san politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Tidak semua anggota dalam kelompok tersebut mempunyai semua unsur budaya yang sama. Selain itu budaya akan berubah dan berevolusi dari waktu ke waktu. Menurut Cushman dan Cahn (dalam Tubbs dan Moss, 2005 : 238) definisi budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipopularisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri. Dari beberapa konsep di atas dapat disimpulkan bahwa definisi budaya adalah suatu cara hidup dan nilai-nilai yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi yang mengandung keistimewaan tersendiri. Nilai-nilai dan perilaku ini sudah dianggap menjadi kebiasaan sekelompok orang-orang tersebut dan menjadi dasar dalam menjalankan organisasi, budaya organisasi bersifat sulit diubah tetapi dinamis dan dapat berevolusi dari waktu ke waktu. Komitmen Organisasi Perilaku dan kinerja anggota organisasi yang ingin dicapai dalam internalisasi budaya organisasi oleh pemimpin salah satunya adalah komitmen organisasi. Komitmen menurut Kamus Bahasa Indonesia (http://bahasa.kemdiknas.go.id) adalah perjanjian (keterikatan) untuk 681
Proceeding Research Day 2013
melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Greenberg dan Baron (2003) menjelaskan bahwa komitmen organisasi adalah seberapa jauh seseorang mengidentifikasikan dan melibatkan dirinya pada organisasi dan melibatkan dirinya pada organisasinya dan mempunyai keinginan untuk tetap tinggal di organisasi itu. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah : Perilaku seseorang anggota dalam suatu organisasi yang merasa terikat dan ingin mengidentifikasikan dan melibatkan dirinya lebih jauh pada organisasi yang dipilih dan mempunyai keinginan untuk tetap tinggal dalam organisasi tersebut. Jika hal ini dirasakan dan dilakukan oleh semua organisasi maka organisasi akan utuh dan dapat berjalan menuju tujuan yang ingin di capai. Mayer dan Allen (dalam Jaros, 2007) merumuskan bahwa komitmen organisasi memiliki 3 (tiga) dimensi, yaitu : Affective, Continuance, dan Normative. Ketiga hal ini lebih tepat dinyatakan sebagai dimensi atau komponen dari komitmen organisasi, daripada jenis-jenis komitmen organisasi. Hal ini disebabkan oleh hubungan anggota organisasi dengan organisasi tersebut memperlihatkan perbedaan derajat ketiga dimensi tersebut. Ketiga dimensi tersebut adalah : 1. Komitmen Afektif (Affective Commitment) : sikap dan kelekatan emosional karyawan, pada siapa karyawan mengidentifikasikan dirinya serta keterlibatan karyawan dalam suatu organisasi. 2. Komitmen Kontinuansi (Continuance Commitment) : yaitu komponen komitmen organisasi berdasarkan pada persepsi karyawan tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasinya. 3. Komitmen Normatif (Normative Commitment) : yaitu adanya perasaan tentang kewajiban yang harus diberikan kepada organisasi. Dari ketiga dimensi komitmen organisasi di atas memperlihatkan bahwa para karyawan/ anggota organisasi yang mendominasi salah satu dari dimensi tersebut di atas, maka dimensi tersebutlah yang mencerminkan karyawan/anggota organisasi mempunyai komitmen terhadap perusahaan/organisasi. Selain itu menurut Jaros (2007) ketiga dimensi ini telah dipakai oleh beberapa peneliti untuk memprediksi hasil yang diperoleh dari para karyawan, termasuk perilaku turnover, perilaku anggota, kinerja anggota, kehadiran, dan keterlambatan. Dimensi ini juga yang akan menjadi alat ukur dalam penelitian ini.
682
Maritha Eka Susanti
Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Anggota dan Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina
Metode Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah para anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina yang berjumlah 192 mahasiswa. Populasi yang ada dalam penelitian ini adalah jumlah dari masing-masing anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina, yaitu mahasiswa yang masih aktif mengikuti kegiatan organisasi tersebut, dalam periode kepengurusan 2012-2013. Sesuai dengan pernyataan ini Kriyantono (2006) menerangkan bahwa populasi yang akan dijadikan bahan penelitian (kumpulan objek riset) dapat berupa orang, organisasi, kata-kata dan kalimat, simbol-simbol non verbal, dll. Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Dalam penelitian ini teknik sampling dalam pengambilan populasinya yang digunakan adalah probability sampling (Sugiyono,2012:82). Penjelasannya yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan untuk mengambil sampelnya per populasi sample memakai teknik pengambilan sampel aksidental. Pengambilan sampel secara proporsional digunakan untuk menyempurnakan teknik pengambilan berstrata maupun sampel wilayah (Arikunto, dalam Mustafidah, 2011). Apabila keadaan populasi masingmasing wilayah tidak sama, maka pengambilannya dilakukan secara seimbang atau proporsional, sebanding dengan banyak sedikitnya populasi ( Mustafidah, 2011). Jumlah atau besarnya sampel ditentukan dengan pertimbangan dua hal yaitu (1) secara teoritis, semakin banyak sampel yang diambil, semakin kecil kemungkinan kesalahan penelitian. (2) tingkat keseragaman atau keragaman populasi, semakin seragam populasi, semakin sedikit sampel yang diambil dan semakin beragam populasi maka semakin banyak yang diambil (Nurastuti dalam Mustafidah, 2011). Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini akan menggunakan teknik pengambilan sampel dari populasi yang ada melalui pengambilan sampel proporsional yang berstata, dikaren dikarenakan subjek mempunyai jumlah anggota yang tidak sama agar seimbang dan proporsional, sedangkan teknik pengambilan sampel dari populasi tersebut dilapangan dengan menggunakan teknik sampling Aksidental. 683
Proceeding Research Day 2013
Teknik sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan bertemu itu cocok sebagai sumber data. (Sugiyono, 2009:77). Jadi populasi dalam penelitian ini berjumlah 370 mahasiswa, sedangkan sample yang di dapat 192 mahasiswa yang merupakan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Paramadina. Metode penelitian ini adalah penelitian survey. Penelitian survey untuk menguji kebenaran fakta yang menghendaki kepastian informasi. Dan tidak hanya sebatas pengumpulan data saja tetapi ada tahap analisis agar hasil penelitian dapat dibaca dan dapat dikatakan sebagai informasi. Untuk menganalisis data peneliti menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment dan analisis regresi memakai PASW Statistics 18. Hasil dan Pembahasan Perhitungan korelasi menggunakan Person Product Moment untuk mengetahui koefisien korelasi atau derajat kekuatan hubungan antara Komunikasi Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Komitmen Organisasi Anggota dan pengurus Unit-Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina. Correlations Komunikasi_ Budaya_ Pemimpin Organisasi Komunikasi Pearson Correlation 1 .742** _Pemimpin Sig. (2-tailed) .000 N 192 192 Budaya_Or Pearson Correlation .742** 1 ganisasi Sig. (2-tailed) .000 N 192 192 Komitmen_ Pearson Correlation .618** .678** Organisasi Sig. (2-tailed) .000 .000 N 192 192 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Komitmen_ Organisasi .618** .000 192 .678** .000 192 1 192
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hubungan antara variabel Komunikasi Kepemimpinan dengan Budaya Organisasi, Komunikasi Kepemimpinan dengan Komitmen Berorganisasi, dan juga hubungan antara Budaya Organisasi dengan Komitmen berorganisasi.
684
Maritha Eka Susanti
Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Anggota dan Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil sebagai berikut : Komunikasi kepemimpinan dengan Budaya Organisasi : 0,742; Komunikasi kepemimpinan dengan Komitmen Organisasi : 0,618; Budaya Organisasi dengan Komitmen Organisasi : 0,678 Berdasarkan hasil yang didapatkan mengenai korelasi antar variabel yang ada, maka yang hubungan yang terjadi adalah : Hubungan antara komunikasi kepemimpinan dengan budaya organisasi adalah : 0,742 maka dapat disimpulkan berarti ada hubungan yang tinggi dan kuat; Hubungan antara Komunikasi Kepemimpinan dengan Komitmen Organisasi adalah : 0,618 maka dapat disimpulkan berarti ada hubungan yang tinggi dan kuat; Hubungan antara Budaya Organisasi dengan Komitmen Organisasi adalah : 0,678, maka dapat disimpulkan berarti ada hubungan yang tinggi dan kuat. Untuk menguji signifikansi hubungan kedua varibel tersebut, peneliti merumuskan hipotesis penelitian dengan bentuk kalimat : Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap Komitmen Organisasi Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara komunikasi kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap Komitmen Organisasi Pada tabel diperoleh Sig. sebesar 0,000 mengacu pada kaidah keputusan uji signifikansi pada Bab III, dengan membandingkan nilai probabilitas 0,05 diketahui 0,05 ≥ 0,000 artinya nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Sig.peneliti menyimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Komunikasi kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Komitmen Organisasi. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X 1 (Komunikasi Kepemimpinan) dan X2 (Budaya Organisasi) dengan Y (Komitmen Organisasi) digunakan perhitungan Regresi Linear Sederhana. Berikut adalah hasil perhitungan kedua variabel yang diolah dengan PASW Statistics 18.
685
Proceeding Research Day 2013
Model Summary Change Statistics
Mo del 1d i m e n s i o n 0
R .699a
Adjusted Std. Error of R R the R Square Square Square Estimate Change 8.654 .489 .489 .483
F Change 90.325
Sig. F Chan ge df1 df2 2 189 .000
a. Predictors: (Constant), Budaya_Organisasi, Komunikasi_Pemimpin
Berdasarkan pernyataan di atas maka peneliti mengambil kesimpulan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel predictors (Variabel X) terhadap variabel Y menggunakan Adjusted R2 sebesar = 48.3%. Kesimpulan : Variabel X/Predictors yaitu variabel Komunikasi kepemimpinan dan Budaya organisasi mempengaruhi variabel Y yaitu variabel Komitmen Organisasi sebesar 48, 3%, sedangkan 51.7% lainnya variabel Komitmen Organisasi dipengaruhi oleh variabel lainnya. ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F 1 Regression 13530.146 2 6765.073 90.325 Residual 14155.557 189 74.897 Total 27685.703 191 a. Predictors: (Constant), Budaya_Organisasi, Komunikasi_Pemimpin b. Dependent Variable: Komitmen_Organisasi
Sig. .000a
Output kedua pada uji analisis regresi ini adalah uji F. Hasil uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi hasil korelasi ganda serta koefisien analisis regresi. Jika nilai F adalah signifikan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi/pengaruh yang signifikan antara variabel X terhadap variabel Y (Wahana computer, 2005:45). Pada output tabel di atas tampak bahwa nilai F hitung sebesar 90.325 dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi berpedoman pada pernyataan bahwa apabila Sig.< 0,05 maka terdapat pengaruh yang signifikan. Dari hasil uji F dapat terlihat bahwa nilai Sig = 0,000 < 0,05 berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap komitmen organisasi. 686
Maritha Eka Susanti
Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Anggota dan Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina
Coefficientsa Model
1
(Constant) Komunikasi_Pemimpin Budaya_Organisasi
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 13.624 6.862 .149 .045 .256 .538 .085 .488
t 1.985 3.300 6.294
Sig. .049 .001 .000
a. Dependent Variable: Komitmen_Organisasi
Pengaruh secara individual ditunjukkan dari nilai Sig.uji t. Jika nilai Sig. uji t < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan secara individual masing-masing variabel X (bebas) nya. Dari tabel di atas diketahui bahwa : Sig. uji t (Komunikasi Kepemimpinan) = 0,001 < 0,05 (Signifikan) Sig.uji t (Budaya Organisasi) = 0,000 < 0,05 (Signifikan) Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Komunikasi Kepemimpinan dengan Komitmen Organisasi Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Budaya Organisasi dengan Komunikasi Kepemimpinan Dari tabel diatas nilai b1 = 0,149, sedangkan nilai b2 = 0,538 , dimana nilai b = positif maka dapat diambil kesimpulan bahwa : - Ada pengaruh yang positif antara Komunikasi Kepemimpinan Komitmen organisasi, yang berarti semakin tinggi/baik Komunikasi kepemimpinan yang ada pada suatu organisasi maka semakin tinggi pula komitmen organisasinya; - Ada pengaruh yang positif antara Budaya Organisasi terhadap komitmen Organisasi, yang berarti semakin tinggi budaya organisasi yang diterapkan pada anggota Organisasi UKM maka semakin tinggi pula komitmen yang ada pada anggota organisasi UKM itu. Dari hasil penelitian mengenai Komunikasi Kepemimpinan dalam organisasi kemahasiswaan maka didapatkan hasil bahwa komunikasi kepemimpinan berada pada kategori “Sedang”. Sedangkan apabila kita melihat secara detailnya dapat terlihat bahwa tipe Komunikasi Kepemimpinan Supportif Communication berada pada kategori “Sedang”. Untuk tipe kepemimpian Non Controlling Communication Berada pada kategori “Sedang”. Dari hasil penelitian terlihat bahwa tingkat efektifitas Budaya Organisasi yang diterapkan pada organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) berada pada kategori cenderung “Tinggi”. Hal ini sebenarnya merupakan latar belakang peneliti mengapa memilih UKM dan bukan organisasi Serikat Mahasiswa (SEMA), atau Himpunan Mahasiswa (HIMA) 687
Proceeding Research Day 2013
yang diteliti. Peneliti berasumsi bahwa UKM sudah mempunyai budaya organisasi yang “menetap” dan cenderung tidak berubah karena UKM – UKM ini mempunyai keunikan dan ciri khas masing-masing. Sedangkan apabila dari detail/ dimensi Budaya Organisasi dapat dilihat pada dimensi Involvement, Concistency dan Mission berada pada kategori tinggi sedangkan pada dimensi Adaptability masuk pada kategori sedang. Hal ini dikarenakan pada organisasi UKM merupakan organisasi berdasarkan hobby dan minat bakat mahasiswa, jadi pada sebagian orang (sample) akan menjawab dari segi “keterlibatan/involvementí”, “Kesepakatan yang konsisten/Consistency”, dan juga “ Mission/ misi” jauh lebih tinggi dibandingkan dengan adaptability/ adaptasi yang menuntut anggota dan organisasi juga harus dapat melihat perubahan-perubahan yang terjadi di luar organisasi, dan juga dituntut untuk dapat memuaskan pihak konsumen baik anggota ataupun kampus. Memang dari segi adaptasi yang masih kurang karena sering sekali terjadi bentrok antara apa yang dimau kampus dengan organisasi tersebut, jadi cenderung para anggota memikirkan kemajuan organisasi daripada memikirkan hal-hal diluar organisasi tersebut. Dari data penelitian Komitmen Organisasi terdapat hasil penelitian : Pada penelitian ini total jumlah responden sebanyak 192 mahasiswa, diketahui bahwa 96 mahasiswa berada pada kategori yang “sedang” dengan presentase sebesar 50%, dan 96 mahasiswa berada pada kategori “tinggi” dengan presentase sebesar 50%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat komitmen budaya organisasi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina masih dalam kategori yang “Sedang”, tetapi cenderung “tinggi”.. Hal ini dikarenakan tidak ada perbedaan presentase antara “Tinggi” dan “Sedang tidak terlalu jauh. Sedangkan secara detail komitmen per dimensinya didapatkan hasil sebagai berikut : - Dari hasil penelitian dari total 192 responden, diketahui bahwa 70 mahasiswa berada di kategori sedang dengan presentase 36.5% dan 122 mahasiswa dalam kategori Tinggi dengan presentase 74.5%. Melihat data di atas peneliti menarik kesimpulan Komitmen Organisasi tingkat dimensi Komitmen Afektif anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Paramadina adalah “Tinggi”.
688
Maritha Eka Susanti
Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Anggota dan Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina
- Dari hasil penelitian, dengan total 192 responden, diketahui bahwa 81 mahasiswa berada di kategori “sedang” dengan presentase 42.2 % dan 111 mahasiswa dalam kategori “Tinggi” dengan presentase 57.8%. Melihat data di atas peneliti menarik kesimpulan Komitmen Organisasi tingkat dimensi Komitmen Kontinuans anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Paramadina adalah “Tinggi”. - Dari hasil penelitian dengan total 192 responden, diketahui bahwa 96 mahasiswa berada di kategori sedang dengan presentase 50% dan 96 mahasiswa dalam kategori Tinggi dengan presentase 50%. Melihat data di atas peneliti menarik kesimpulan Komitmen Organisasi Tipe Komitmen Normatif anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Paramadina adalah “Sedang”. Kesimpulan pada anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Paramadina, untuk komitmen secara Afektif, dan Kontinuans nya masuk dalam kategori “Tinggi” sedangkan untuk Komitmen Normatifnya cenderung “Sedang”. Hal ini dikarenakan mahasiswa dalam berorganisasi cenderung aspek yang menonjol sebagai penunjang untuk berkomitmen dalam berorganisasi adalah aspek afektif/ kesenangan pribadi karena banyak teman, butuh tempat sosialisasi, juga aspek untung – rugi masuk organisasi atau tidak. Bisa juga terjadi karena adanya kebijakan poin pada mahasiswa jadi mengharuskan mahasiswa aktif dalam organisasi. Sedangkan secara normative mahasiswa belum sampai taraf berkomitmen secara normative karena biasanya berorganisasi dalam hal ini hanya ingin menyalurkan bakat individu. 1. Dari analisis korelasi dan regresi didapatkan bahwa Ada pengaruh yang signifikan antara Komunikasi kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap komitmen organisasi anggota dan pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina. 2. Dari hasil data penelitian terlihat bahwa Variabel X/Predictors yaitu variabel Komunikasi kepemimpinan dan Budaya organisasi mempengaruhi variabel Y yaitu variabel Komitmen Organisasi sebesar 48, 3%, sedangkan 51.7% lainnya variabel Komitmen Organisasi dipengaruhi oleh variabel lainnya. Jika dari hasil penelitian terlihat bahwa Komunikasi kepemimpinan dan Budaya organisasi mempengaruhi Komitmen Organisasi hanya sebesar 48,3 %, maka komponen yang lain selain Komunikasi kepemimpinan dan Budaya Organisasi adalah : Adanya keharusan atau kewajiban dari sebagian mahasiswa untuk aktif di organisasi, Syarat kelulusan di Universitas Paramadina mewajibkan poin untuk kegiatan non akademik 689
Proceeding Research Day 2013
sebesar 40 poin termasuk aktif di organisasi, lalu selain itu bisa juga adanya iklim organisasi yang baik dan sehat, selain itu juga motivasi dari diri anggota itu sendiri yang merupakan nilai terbesar komitmen untuk berorganisasi. Kesimpulan Masalah pokok pada penelitian ini adalah pengaruh Komunikasi Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Komitmen Organisasi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Paramadina. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari sejauhmana komunikasi kepemimpinan organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina, untuk mencari tahu sejauh mana efektifitas budaya organisasi yang sudah diterapkan oleh organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina, dan Bagaimana Komitmen Organisasi anggota dan pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina. Serta untuk mengetahu apakah ada pengaruh Komunikasi Kepemimpinan terhadap Komitmen Organisasi anggota UKM di Universitas Paramadina, dan apakah ada Pengaruh antara Budaya Organisasi terhadap Komitmen Organisasi anggota UKM di Universitas Paramadina, dan juga apakah ada pengaruh antara Komunikasi Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Komitmen Organisasi anggota dan pengurus UKM di Universitas Paramadina. Komunikasi kepemimpinan adalah seseorang yang mengontrol, dapat mentrasfer sebuah pengertian atau makna pada orang lain, kelompok, organisasi atau komunitas. Komunikasi kepemimpinan memakai semua alat komunikasi untuk menghasilkan interferensi, selain itu juga untuk menciptakan atau mengirim pesan yang memberi arahan, memperlihatkan tujuan, memotivasi atau juga menginspirasi orang lain untuk bertindak. Budaya Organisasi adalah budaya organisasi yang meliputi normanorma, nilai-nilai tata cara bagaimana dan apa yang harus dilakukan dalam organisasi tersebut. Hal ini dapat menjadi sebuah pegangan aturan atau pola pikir yang legal pada setiap anggota sehingga identitas dan rasa memiliki dapat dimiliki oleh setiap anggota. Rasa memiliki yang tinggi terhadap organisasi yang ada akan menimbulkan komitmen yang tinggi pada organisasi yang akan terimplementasikan pada kinerja sehari-hari anggota organisasi tersebut.
690
Maritha Eka Susanti
Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Anggota dan Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina
Komitmen Organisasi adalah sebuah sikap dari anggota sebuah organisasi yang menggambarkan perilaku dan keinginan yang kuat untuk tetap tinggal dan bertahan pada suatu organisasi, juga akan terlibat dan rela melakukan apa saja dalam kerja –kerja atau kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Diperoleh Sig. sebesar 0,000 mengacu pada kaidah keputusan uji signifikansi pada Bab III, dengan membandingkan nilai probabilitas 0,05 diketahui 0,05 ≥ 0,000 artinya nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Sig.peneliti menyimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terbukti bahwa terdapat hubungan/pengaruh yang signifikan antara Komunikasi kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Komitmen Organisasi Dari hasil data penelitian terlihat bahwa Variabel X/Predictors yaitu variabel Komunikasi kepemimpinan dan Budaya organisasi mempengaruhi variabel Y yaitu variabel Komitmen Organisasi sebesar 48, 3%, sedangkan 51.7% lainnya variabel Komitmen Organisasi dipengaruhi oleh variabel lainnya. Saran Adapun saran-saran yang kiranya dapat bermanfaat untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dalam meningkatkan komitmen organisasi. 1. Berdasarkan hasil survey tingkat komunikasi kepemimpinan masih dalam taraf “Sedang”. Hal ini juga dapat menjadi masukan bagi pemimpin kedepannya bahwa komunikasi kepemimpinan itu penting dikembangkan agar tercapai tujuan organisasi. 2. Untuk Penelitian kedepan, peneliti harapkan untuk menyederhanakan lagi kuisioner agar tidak jenuh orang mengisinya. ***** Daftar Pustaka Baron, R. And Greenberg, (2003). Behavior in Organization (8th). Prentice Hall. Barret, J, Deborah. (2006). Leadership Communication. A Communication Approach for Senior-level Managers. Handbook of Bussiness Strategy. Pages: 385-390. Enerald Group Publishing. Devito. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Kuliah Dasar. Jakarta: Profesional Books. Pace dan Faules. (2006) . Komunikasi Organisasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Wirawan. (2007). Budaya dan Iklim Organisasi. Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Salemba Empat. Wahana Komputer Seri Profesional. (2005). Pengembangan Analisis Multivariate dengan SPSS 12. Jakarta : Salemba Infotek. 691
Proceeding Research Day 2013
Mowday , R.T Porter and Steers. (1982). Organizational Linkages : The Psychology of commitmen , absenteism, and turn over. Sandiego: California : Academic Press. Rumihati. (2007). Hubungan Komitmen Organisasi dengan Kinerja Karyawan (Suatu Studi pada perusahaan X). Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis (Cetakan Kelima). Bandung : CV. Alfabeta. Tubbs, L Steward dan Sylvia Moss. (2005). Human Communication. : “Kontekskonteks Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Tubbs, L Steward dan Sylvia Moss.. (2006). Human Communication. Principles And Contexts. 10th Edition. New York : McGraw.Hill International edition. (http://bahasa.kemdiknas.go.id).
692