EFISIENSI TEKNIS PERBANKAN INDONESIA PADA BANK YANG MERGER - AKUISISI DAN SPIN OFF Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
ANGGIT WICAKSONO NIM 109046100154
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM (MUAMALAT) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M./1435 H.
i
ii
Lembar pernyataan Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar starata satu (S1) di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 Maret 2014
Anggit Wicaksono 109046100154
iii
ABSTRAK Anggit Wicaksono, NIM 109046100154. Efisiensi Teknis Perbankan Indonesia pada Bank yang Merger – Akusisi dan Spin Off. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014. Skripsi ini membahas tetang pengukuran efisiensi perbankan Indonesia yang terbentuk dari hasil Merger – Akusisi dan Spin Off. Kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil Merger dan Akusisi terdiri dari Bank Mandiri, Bank Permata dan Bank Artha Graha Internasional sedangkan kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil Spin Off terdiri dari Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah dan Bank Mega Syariah. Periode waktu pengururan yang digunakan dalam penelitian ini adalah enam tahun selama 24 triwulan, kecuali BRI Syariah yang ketersediaan laporan keuangannya hanya lima tahun. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Envelopment Analysis (DEA), dengan menggunakan asumsi Constant Return to Scale (CRS) dengan menggunakan dua orientasi pengukuran yaitu orientasi input dan output. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPK, aset tetap, beban tenaga kerja sebagai variabel input serta penyaluran dana dan pendapatan operasional sebagai output. Hasil dari penelitian ini adalah kedua kelompok perbankan ini memiliki hasil efisiensi yang cenderung fluktuatif, dimana perbankan yang terbentuk dari hasil Spin Off memiliki hasil efisiensi yang lebih tinggi. Penelitian ini juga memeberikan analisis potential improvement, dengan melihat nilai To Gain sebagai saran atau alternatif yang dapat digunakan supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Kata Kunci : Merger – Akusisi, Spin Off, Efisiensi, DEA, Potential Improvement, Nilai To Gain
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW semoga kelak kita termasuk kedalam umat yang mendapatkan syafaat dari beliau di hari akhir kelak. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. H. JM Muslimin, MA selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum yang saya hormati. 2. Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku ketua Program Studi Muamalat yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada seluruh mahasiswa prodi Muamalat. 3. Bapak Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MSC, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran, yang telah memberikan banyak ilmu, serta menjadi figur yang sangat memotivasi tak hanya dalam penyusunan skripsi ini, tetapi juga selama kegiatan perkuliahan.
v
4. Kedua orang tua Bp. Yatino dan Ibu Suratmi yang telah memberikan dukungan baik doa, materi, moral dan kesabarannya menunggu terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada kalian. 5. Bapak Mu’min Raur, MA. Selaku sekretaris prodi, yang selalu bersedia yang telah bersedia untuk direpotkan, serta ibu Oke di bagian akademik yang tanpa lelah mengurus berkas-berkas mahasiswa. 6. Kepada dosen penguji bapak Arif Fauzan, SE, MM dan bapak Nur Rianto Al Arif, SE, M.Si terima kasih atas bimbingannya saat sidang skripsi, yang insya allah akan membuat skripsi ini menjadi lebih baik. 7. Kakak Sari Ardiyanti selaku Kepala Cabang IPOT UIN, keluarga besar IPOT dan perpustakaan utama yang telah direpotkan selama pembuatan skripsi ini. 8. Kawan-kawan PS E 2009 Sdr. Frizan Donovan, Qisti Amruna, Dini Aulia, Mizan Skuroni, Irfan Hilmy, Asep Saifullah, Ridha Danjanny, Farhan Rabani yang telah bersedia merekap data dan banyak membantu dari hal-hal non teknis. 9. Kawan-kawan lainnya Tika Astuti, Ananda Pratama, Mirriam, Desi Tria, Nizar, Romi Agung, yang telah menjadi tempat untuk menyegarkan pikiran. 10.
Keluarga besar KKN FLASH 2012 dan Desa Pancawati yang telah menjadi
keluarga kedua.
vi
11.
Seluruh pihak yang telah membantu penulis menjalankan perkuliahan dan
penyusunan skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis mendoakan agar Allah SWT membalas segala dukungan dan kebaikan kalian selama yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 28 Maret 2014
penulis
vii
DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………… .. i LEMBAR PENGESAHAN PANITIA ………………………………………… ii LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………..... iii ABSTRAK ……………………………………………………………………… iv KATA PENGANTAR …………………………………………………………. v DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. viii DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. xi DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………………………… 1 B. Identifikasi Masalah ……………………………………………………... 9 C. Perumusan dan Pembatasan Masalah …………………………………… 10 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………………... 11 E. Kerangka Pemikiran Teoritis ……………………………………………. 13 F. Metodologi Penelitian ……………………………………………………. 15 G. Sistematika Penulisan …………………………………………………..... 16
viii
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Restrukturisasi ..................................................................................... 18 2. Merger ……………………………………………………………….. 21 3. Akusisi ………………………………………………………………..23 4. Spin Off ………………………………………………………………. 25 5. Konsep Pengukuran Efisiensi ………………………………………... 28 6. Data Envelopment Analysis ………………………………………….. 33 7. Orientasi Model DEA ………………………………………………... 37 8. Optimasi Model DEA ………………………………………………... 40 B. Review studi terdahulu …………………………………………………... 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Opersional ………………………………………………………. 52 B. Jenis dan Sumber Data …………………………………………………… 54 C. Input dan Output …………………………………………………………. 55 D. Populasi dan Sampel ……………………………………………………... 61 E. Metode Analisis ………………………………………………………….. 64 BAB IV HASIL ANALISIS DATA A. Hasil Efisiensi Keseluruhan Perbankan ………………………………….. 74 B. Hasil Efisiensi Kelompok Perbankan Yang Merger Dan Akusisi ……….. 79 C. Hasil Efisiensi Kelompok Perbankan Yang Spin Off ………………..….... 83 D. Efisiensi Rata-Rata Perbankan yang Merger – Akusisi dan Spin ix
Off ……………………………………..………………………………… 86 E. Analisis Potential Improvement Menggunakan Orientasi Input ………… 91 F. Analisis Potential Improvement Menggunakan Orientasi Output ……….. 99 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………………………………………….... 108 B. Saran ……………………………………………………………………... 110 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 115 LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 120
x
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Ilustrasi DEA ……………………………………………………… 35
Tabel 2.2
Ilustrasi DEA dengan Pembobotan ……………………………….. 36
Tabel 2.3
Ilustrasi Input Oriented …………………………………………… 38
Tabel 2.4
Ilustrasi Output Oriented ………………………………………….. 39
Tabel 3.1
Variabel Input-Output …………………………………………….. 59
Tabel 3.2
Bank Hasil Merger dan Aksuisi …………………………………… 63
Tabel 3.3
Bank Hasil Spin Off ……………………………………………….. 64
Tabel 4.1
Hasil Efisiensi Keseluruhan Perbankan …………………………… 74
Tabel 4.2
Efisiensi Rata-rata Perbankan yang Merger – Akusisi dan Spin Off …………………………………………………………………. 87
Tabel 4.3
Nilai To Gain Pada Bank yang Merger dan Aksusisi orientasi input …… 92
Tabel 4.4
Nilai To Gain Pada Bank Yang Spin Off Orientasi Input ………… 96
Tabel 4.5
Nilai To Gain Pada Bank Yang Merger Dan Akusisi Orientasi Output …………………………………………………………….. 100
Tabel 4.6
Nilai To Gain Pada Bank Yang Spin Off Orientasi Output ……… 104
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran Teoritis ……………………………………... 14
Gambar 3.1
Persamaan DEA …………………………………………………… 67
Gambar 3.2
Model DEA CRS ………………………………………………….. 70
Gambar 3.3
Model DEA VRS ………………………………………………….. 71
Gambar 4.1
Grafik Hasil Efisiensi Keseluruhan ……………………………….. 76
Gambar 4.2
Grafik Hasil Efisiensi Bank yang Merger dan Akuisisi ……………80
Gambar 4.3
Grafik Hasil Efisiensi Bank yang Spin Off ………………………... 83
Gambar 4.4
Efisiensi Rata-rata Perbankan yang Merger – Akusisi dan Spin Off ………………………………………...…………………………88
Gambar 4.5
Grafik Nilai To Gain Bank Yang Merger Dan Akusisi Orientasi Input ……………………………………………………………..… 93
Gambar 4.6
Diagram Nilai To Gain Bank Yang Merger Dan Akuisisi Orientasi Input ……………………………………………………………..… 95
Gambar 4.7
Grafik Nilai To Gain Perbankan Yang Spin Off Orientasi Input ….. 97
Gambar 4.8
Diagram Nilai To Gain Bank Yang Spin Off Orientasi Input ….… 99
xii
Gambar 4.9
Grafik nilai to gain pada bank yang merger dan akusisi orientasi Output …………………………………………………………… 101
Gambar 4.10 Diagram Nilai To Gain Bank Yang Merger dan Akuisisi Orientasi Output …………………………………………………………… 103 Gambar 4.11 Grafik nilai to gain pada bank yang Spin Off Orientasi Output … 105 Gambar 4.12 Diagram nilai to gain pada bank yang Spin Off Orientasi Output ……………………………………………………………. 107
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Bank
syariah
adalah
bank
yang
dalam
aktivitasnya,
baik
penghimpunan dana maupun penyaluran dana memberikan imbalan atas dasar prinsip syariah, yaitu bagi hasil dan jual beli.1 Peraturan yang menjelaskan tentang keberadaan perbankan syariah adalah UU No.10/1998 yaitu: Salah satu bentuk usaha bank adalah menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan hal lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan bank Indonesia. Perkembangan lembaga keuangaan syariah di Indonesia dimulai sejak lama, yaitu sejak lembaga keuangan bukan bank hadir dalam konsep bagi hasil. Namun demikian, lembaga perbankan syariah secara formal hadir pada tahun 1992 dengan hadirnya perbankan syariah pertama, yaitu Bank Muamalat Indonesia yang didirikan berdasarkan undang-undang nomor 7 tahun 1992. Selama tahun 2012, perbankan syariah Indonesia mengalami tantangan yang cukup berat dengan mulai dirasakannya dampak melambatnya pertumbuhan perekononomian dunia yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak setinggi yang diharapkan, walaupun Indonesia 1
Ade Arthesa, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Jakarta : Indeks,2006), hal. 77
1
2
termasuk negara yang masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil di dunia. Selain itu, faktor lain seperti dampak penurunan DPK antara lain karena penarikan dana haji dari perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan perbankan syariah. Oleh karena itu, pertumbuhan aset perbankan syariah tidak setinggi pertumbuhan pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Hingga bulan Oktober 2012 pertumbuhan aset perbankan syariah mencapai ± 37% dan total asetnya menjadi ± Rp179 triliun. Meskipun demikian Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan perbankan syariah tahun 2013 tetap mengalami pertumbuhan yang relatif cukup tinggi berkisar antara 36% - 58%. Sementara perekonomian Indonesia di tahun depan masih tetap mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dalam kisaran 6,3% - 6,7%. 2 Perkembangan
perbankan
syariah
hingga
tahun
2012
ini
memperlihatkan kemajuannya, total Bank Umum Syariah hingga saat ini berjumlah 11 Bank Umum Syariah (BUS), sedangkan untuk Unit Usaha Syariah (UUS) berjumlah 24 dan untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebanyak 156. Jumlah BUS, UUS dan BPRS untuk tahun-tahun mendatang sangat mungkin untuk terus bertambah. Pertama, karena memang sejak diterbitkannya UU No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah adanya tuntutan UUS yang sudah mencapai 50% harus melakukan spin off dari induknya hingga pada tahun 2023 batasnya. Belum lagi bank konvensional 2
www.bi.go.id diakses pada 15 april 2013
3
yang resmi berubah menjadi bank syariah tidak boleh kembali lagi ke status konvensionalnya.3 Lebih lanjut dalam UU No. 19 tahun 2003 diatur dalam bab khusus tentang restrukturisasi dan privatisasi. Dalam pasal 72 disebutkan dengan jelas maksud dan tujuan restrukturisasi salah satunya adalah agar badan usaha dapat beropresi secara efisien.4 Untuk menilai apakah suatu bank termasuk kategori bank sehat atau bank sakit maka harus dilihat dari kinerja operasionalnya. Kinerja dapat diukur salah satunya dengan melihat efisiensi pengelolaan dana bank tersebut. Untuk itu dengan semakin efisien suatu bank maka akan mengindikasikan tingkat kesehatan bank.5 Perkembangan perbankan di Indonesia khususnya perbankan syariah tidak lepas dari kebijakan restrukturisasi yang dilakukan perbankan di Indonesia khususnya strategi spin off. Secara teoritis yang dimaksud dengan restrukturisasi adalah pembenahan suatu badan usaha yang menyangkut struktur, organisasi, aspek hukum, komposisi kepemilikan aset, dan intern manajemen yang pada dasarnya mempunyai tujuan untuk membentuk badan usaha menjadi pelaku ekonomi yang efisien, efektif, produktif dan dikelola secara professional bisnis sehingga mampu mendapatkan keuntungan.6
3
www.fossei.org diakses pada 15 april 2013 Marwah M Diah, Restrukturisasi BUMN di Indonesia (Jakarta : Literata Lintas Media, 2003), hal. 190 5 Suseno Priyonggo, Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi Pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia (P3EI, 2004), hal. 37 6 Marwah M Diah, Restrukturisasi BUMN di Indonesia (Jakarta :Literata Lintas Media, 2003), hal. 203 4
4
Spin off adalah organisasi, objek atau entitas baru yang merupakan hasil pemisahan atau pemecahan dari bentuk yang lebih besar.7 Landasan hukum yang, mengatur tentang spin off adalah Pasal 68 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, yakni: 1. Dalam hal Bank Umum Konvensional memiliki UUS yang nilai asetnya telah paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari total nilai aset bank induknya atau 15 (lima belas) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini, maka Bank Umum Konvensional dimaksud wajib melakukan Pemisahan. 2. UUS tersebut menjadi Bank Umum Syariah. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemisahan dan sanksi bagi Bank Umum Konvensional yang tidak melakukan Pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.8
Houston
dan
Ryngaert,
menjelaskan
bahwa
banyak
yang
memperdebatkan bahwa merger dan akuisisi bank merupakan refleksi tekanan pasar untuk mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi. Oleh karena itu, terdapat perdebatan panjang tentang sifat khusus yang mendatar mengenai lembaga perbankan. Namun demikian, dalam perekonomian modern perbankan merupakan lembaga ekonomi yang memiliki kedudukan strategis karena kontribusinya pada penentuan arah dan perkembangan ekonomi suatu kawasan atau Negara. Pendapat para akademisi dan, peneliti, pembuat kebijakan, dan paraktisi pasar secara luas mengakui bahwa bank merupakan
7 8
www.wikipedia.org diakses pada tanggal 15 april 2013 www.digilib.petra.ac.id diakses pada tanggal 15 april 2013
5
lembaga ekonomi yang khusus atau berbeda dibandingkan dengan lembaga lainnya9. Menurut Mardanugraha, sebelum melakukan merger atau diakusisi, perbankan secara internal terlebih dahulu harus efisien dan yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan produktivitas karyawan atau peningkatan penggunaan teknologi. Sebagai keputusan strategis, merger dan akuisisi bukan merupakan jaminan bahwa perusahaan terkonsolidasi atau terakusisi akan tercatat sebagai perusahaan yang sukses dalam menapaki bisnis pasca akusisi10. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan restrukturisasi adalah untuk meningkatkan kinerja. Kenyataan yang terjadi dalam
dunia
konvensional
perbankan dengan
adalah
tujuan
restrukturisasi
untuk
dilakukan
menyelamatkan
perbankan
perbankan
dari
kemungkinan kepailitan yaitu dengan melakukan merger dan akusisi dengan bank yang lebih sehat supaya perbankan dapat terus beroperasi. Pada perbankan syariah restrukturisasi dilakukan dengan dengan cara spin off yang bertujuan untuk mengembangkan usaha serta menjalankannya usahanya dengan prinsip yang murni syariah tanpa campur tangan perbankan konvensional. Selain tujuan tersebut restrukturisasi juga dilakukan untuk
9
Bambang Mulyana, Merger dan Akuisis Bank di Indonesia Tahun 1995-2008 (MB-IPB, 2012), hal. 2-3 10 Ibid
6
meminimalisir biaya pembentukan perbankan baru, dimana restrukturisasi diyakini akan menghemat biaya dalam usaha pendirian perbankan. Hampir semua pendapat menyatakan bahwa restrukturisasi dapat meningkatkan efisiensi perbankan. Bahkan Mardanugraha menyatakan bahwa untuk melakukan merger dan akusisi perbankan diharuskan supaya terlebih dahulu dapat beroperasi dengan efisien. Beberapa cara restrukturisasi yang biasa dilakukan dalam pendirian perbankan adalah dengan cara merger dan akusisi serta spin off. Yang menarik dari hal tersebut adalah jika perbankan yang malakukan restrukturisasi harus efisien, maka mana sajakah perbankan yang sudah beroperasi dengan efisien. Dalam hal ini efisiensi perbankan dikelompokan kedalam perbankan yang merger dan akusisi serta spin off. Dari kedua kelompok perbankan tersebut ingin dilihat manakah cara pendirian perbankan yang
masing-masing perbankannya dapat beroperasi dengan
efisien antara kelompok perbankan yang merger dan akusisi serta kelompok perbankan yang spin off. Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan. pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat
7
input yang ada, atau menggunakan tingkat input minimum untuk menghasilkan tingkat output tertentu.11 Sebagai lembaga intermediasi, dunia perbankan harus bertindak rasional dan efisiensi merupakan salah satu kunci yang harus selalu diperhatikan. Iswandoro S. Permono dan Darmawan menyatakan bahwa, masalah efisiensi perbankan dirasakan sangat penting saat ini maupun dimasa mendatang, karena antara lain: (1) kompetisi yang bertambah ketat; (2) permasalahan yang timbul sebagai akibat berkurangnya sumber daya; (3) meningkatnya standar kepuasan nasabah. Oleh karena itu, analisis efisiensi perbankan mendesak dilakukan untuk mengetahui dan menentukan penyebab perubahan tingkat efisiensi serta selanjutnya mengambil tindakan korektif supaya dapat melaksanakan peningkatan efisiensi sebagaimana seharusnya.12 Pengukuran efisiensi perbankan Indonesia secara operasional dapat dilihat dari rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh pengamat ekonomi Eugenia Mardanugraha mengungkapkan bahwa salah satu indikator efisiensi perbankan secara operasional dari sisi biaya adalah rasio antara Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Semakin rendah rasio BOPO menunjukan
11
Muliaman. D Hadad, dkk., Pendekatan Parametrik Untuk Efisiensi Perbankan Indonesia (2003), hal. 1 12 Wilson Arafat, Manajemen Perbankan Indonesia (Jakarta : LP3ES, 2006), hal. 138
8
bahwa bank tersebut sudah melakukan efisiensi dalam mengeluarkan biayabiaya operasionalnya.13 Metode pengukuran efisiensi yang banyak digunakan dalam penelitian adalah metode parametrik yaitu Stochastic Frontier Approach (SFA) dan metode non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode non parametrik data envelopment analysis. Metode ini dipilih karena dapat menjelaskan berapa maksimalisasi output dan minimalisasi input yang dapat dilakukan perbankan. Efisiensi merupakan salah satu alternatif parameter yang dapat digunakan lembaga perbankan untuk menilai kinerja perbankan, dan restrukturusasi adalah hal yang dianggap beberapa ahli dalam teori dan penelitiannya dapat meningkatkan efisiensi perbankan. Salah satu strategi restrukturisasi yang digunakan untuk pendirian perbankan adalah Merger, Akuisisi, dan spin off. Dalam hal ini, penulis tertarik untuk mengangkat tema tentang efisiensi perbankan sebagai bentuk masukan yang dapat digunakan pemerintah untuk mengembangkan perbankan di Indonesia. Untuk itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tema efisiensi dengan judul penelitian “Efisiensi Teknis Perbankan Indonesia Pada Bank yang Merger - Akusisi dan Spin off”
13
Edy Hartono, Analisis Efisiensi Biaya Industri perbankan Indonesia dengan Menggunakan Pendekatan parametrik (2009), hal. 7
9
B. Identifikasi Masalah Untuk menghadapai persaingan ketat antar bank, maka Bank Syariah dituntut supaya beroperasi dengan efisien. Apabila bank-bank umum yang memiliki modal dan aset yang besar, bukan masalah berarti bagi mereka bila beroperasi dengan tidak efisien, karena apabila bank-bank tersebut melakukan kegiatan penyaluran dana sedangkan penyaluran dana mereka mengalami defisit, maka mereka dapat menggunakan modal dan aset mereka untuk membayar kewajiban-kewajibannya. Apabila masalah efisiensi terjadi pada Bank Syariah yang modal dan asetnya masih relatif kecil, ketika penyaluran dana yang mereka lakukan mengalami defisit apakah modal dan aset mereka cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban mereka. Masalah yang terkait dengan restrukturisasi yaitu, saat ini Peraturan Bank Indonesia tentang bank syariah yang terkait dengan pemisahan cenderung terfokus pada startegi spin off, apabila aset telah mencapai 50% dari bank induk atau 15 tahun setelah peraturan ini keluar maka Unit Usaha Syariah harus di spin off. Kenyataannya tidak semua Unit Syariah memiliki kinerja yang baik. Bahkan dalam Ida Savitri (2006), tidak semua perbankan yang melakukan merger dan akusisi memiliki efisiensi yang lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum merger dan akusisi. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran dari kinerja efisiensi, salah satunya untuk mengetahui kesalahan penggunaan biaya.
10
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah-masalah yang hendak dibahas dalam penelitian ini, dan untuk memfokuskan masalahmasalah yang akan diteliti untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka penulis perlu memberikan perumusan dan batasan masalah terhadap objek yang hendak dikaji. Berikut perumusan masalah yang akan dikaji: 1. Berapa tingkat efisiensi perbankan di Indonesia yang berdiri dari hasil Merger, Akuisisi dan Spin off pada interval waktu enam tahun semenjak dilakukannya restruktuturisasi perbankan, dengan periode waktu yang paling dekat berdasarkan ketersediaan laporan keuangan publikasi. Menggunakan metode non parametrik (DEA)? 2. Berapakah rata-rata tingkat inefisiensi perbankan di Indonesia yang berdiri dari hasil Merger - Akuisisi dan Spin off dengan menggunakan pendekatan non parametrik (DEA) ? Selanjutnya untuk mempermudah pembahasan, penulis memberikan batasan-batasan penelitian. Pertama, penulis hanya akan meneliti perbankan yang terdaftar dalam Bank Indonesia. Tidak termasuk unit usaha syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah yang akan digunakan dikelompokan kedalam Bank yang berdiri dari hasil Spin off yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah dan BRI Syariah. Sedangkan bank yang terbentuk melalui merger dan akusisi terdiri dari bank konvensional yaitu, Bank Mandiri, Bank Permata, dan Bank Artha Graha Internasional.
11
Kedua, perbankan yang dikatakan sehat menurut CAMEL, belum tentu dapat beroperasi dengan efisien, karena indikator efisien menurut CAMEL hanya diwakili oleh rasio BOPO. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan non parametrik yang biasa disebut dengan Data Envelopmet Analysis (DEA), karena pendekatan ini dapat menganalisa banyak Input dan Output, serta dapat menganalisis maksimalisasi output dan minimalisasi input yang harus dilakukan supaya perbankan dapat efisien. Maka penulispun mempercayakan pengukuran efisiensi ini menggunakan DEA dengan menggunakan software W-DEA. Ketiga, untuk mendapatkan hasil yang valid, maka penulis akan menggunakan periode waktu yang paling dekat dengan restrukturisasi pendirian perbankan, berdasarkan ketersediaan laporan keuangan publikasi dengan interval waktu enam tahun selama 24 triwulan.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Setelah melihat judul yang diangkat dan latar belakang masalah yang ada serta perumusan masalah yang ingin didapatkan, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi antara perbankan yang berdiri dari hasil merger - akusisi dan spin off, sehingga bisa menjadi evaluasi, masukan dan bahan pertimbangan bagi investor, Bank Indonesia dan pemerintah dalam mengambil kebutusan untuk mengembangkan Perbankan Syariah di Indonesia.
12
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Selain menambah khasanah pengetahuan baru bagi penulis, penelitian
ini
mengaplikasikan
juga teori
menjadi yang
sarana
bagi
didapatkan
penulis dalam
untuk
kegiatan
perkuliahan selama ini. Serta dapat memberikan solusi terhadap masalah perbankan yang terjadi selama ini. 2. Akademisi dan Pembaca Memberikan pengetahuan tentang masalah perbankan khususnya efisiensi dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan membahas tentang masalah perbankan 3. Bagi Perbankan Syariah, Bank Indonesia, dan Pemerintah Menjadi tambahan informasi dan masukan terkait efisiensi perbankan di Indonesia terkait dengan kebijakan restrukturisasi melalui strategi merger - akuisisi dan spin off. Keputusan dan peraturan
apa
yang
harus
dibuat
dan
diambil
dalam
mengembangkan perbankan di Indonesia. 4. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat, gambaran tentang merger - akusisis dan spin off perbankan di Indonesia
13
terkait
keefisienannya
dan
memberikan
kepercayaan
bagi
masyarakat untuk menempatkan dananya di lembaga perbankan.
E. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian ini, penulis mencoba membangun sebuah kerangka pemikiran yang tepat untuk mengukur tingkat efisiensi perbankan di Indonesia yang terbentuk dari hasil merger - akusisi dan spin off. Dalam pengukuran ini peneliti menggunakan pendekatan intermediasi menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) dimana harus terlebih dahulu menentukan variabel-variabel Input dan Outputnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada penelitian Ascarya (2007), Donsyah, Yudisthira (2004) dan Sufian Faldzan (2004). Variabel-variabel ini terdiri dari : Variabel Output yaitu, Total Pembiayaan (Y1) dan Total Pendapatan Operasional (Y2), sementara variabel Input terdiri dari Total Simpanan / DPK (X1), Beban Tenaga kerja (X2), dan Aset Tetap (X3). Variabel-variabel tersebut dipilih karena variabel tersebut merupakan variabel yang mencerminkan karakteristik perbankan yang memiliki fungsi intermediasi.
Dimana
fungsi
intermediasi
yang
sesungguhnya
menggambarkan karakteristik bank islam yang menyalurkan dana ke sektor riil. Hubungan alur berpikir dan interaksi dalam analisis yang akan diteliti oleh penulis dalam menentukan tingkat efisiensi antara perbankan yang
14
terbentuk dari hasil merger - akusisi dan spin off. Dapat dilihat pada gambar analisis sistematis di bawah ini: Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Bank Indonesia
Laporan keuangan
Pengelompokan perbankan berdasarkan :
Spin off
Merger dan Akuisisi
Variabel Input DPK Aset tetap Beban tenaga kerja
Variabel Output Total pembiayaan Pendapatan operasional
Variabel Input DPK Aset tetap Beban tenaga kerja
Variabel Output Total pembiayaan Pendapatan operasional
DEA
Efisiensi perbankan yang terbentuk dari Merger - akusisi dan spin off
15
F. Metodologi Penelitian 1. Objek Penelitian Objek Dalam penelitian ini yaitu perbankan di Indonesia yang berdiri dari hasil merger - akusisi dan spin off dengan interval waktu enam tahun. 2. Jenis dan Sumber data Terkait jenis data merupakan data sekunder berupa laporan keuangan perbankan di Indonesia yang berdiri dari hasi merger - akusisi dan spin off dengan interval waktu yang paling dekat dengan restrukturisasi pendirian perbankan, berdasarkan ketersediaan data. serta berbagai literatur ilmiah yang berhubungan dengan efisiensi pada perbankan. Untuk sumber data pada penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perbankan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan laporan keuangan resmi dari Bank Indonesia yang terkait dengan penelitian ini, serta mencari sejarah terbentuknya bank tersebut untuk menentukan apakah perbankan di Indonesia yang berdiri dari hasi merger - akusisi dan spin off, melalui situs resmi Bank Umum Syariah yang bersangkutan. 4. Metode Analisa Data Metode yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakan metode non parametrik Data Envelopment Analysis dengan melakukan
16
pengolahan variabel Input dan Output yang tersedia dalam laporan keuangan
publikasi
bank,
dimana
dalam
proses
pengolahannya
menggunakan software WDEA. 5. Teknik Penulisan Teknik penulisan penelitian ini berpedoman pada pedoman akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009-2010, terkait tentang penulisan skripsi.
G. Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang; latar belakang, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang perbankan syariah yang terbentuk berdasarkan pendiriannya antara yang berdiri dari hasi merger - akusisi dan spin off. Serta menjelaskan tentang konsep efisiensi pengukuran Data Envelopment Analysis (DEA).
17
BAB III
METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang sumber data yang digunakan dan penjelasan terkait variabel Input dan Outputnya serta metode analisis yang digunakan untuk menjawab perumusan masalah yang akan menjadi bahan penjelasan di bab pembahasan, metode tersebut adalah dengan pengkuran efisiensi non parametrik menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA).
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang pembahasan hasil olahan data secara mendalam, sehingga akan didapatkan sebuah hasil penelitian yang baik sehingga nantinya akan merujuk pada sebuah kesimpulan dan rekomendasi apa yang seharusnya dilakukan oleh Bank Indonesia dan pemerinah untuk mengembangkan perbankan syariah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan analisis dari hasil olahan data dan berisi saran atau rekomendasi yang tepat diberikan berdasarkan hasil penelitian sebagai solusi.
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Landasan Teori 1. Restrukturisasi a. Pengertian Restrukturisasi Adapun pengertian restrukturisasi menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti bahwa: “restrukturisasi merupakan kegiatan untuk merubah struktur perseroan”. Restrukturisasi yang terjadi pada perseroan meliputi restrukturisasi sumber daya manusia dan restrukturisasi pengelolaan
keuangan. perseroan
Dimana sendiri
hal dapat
ini
diberlakukan
lebih
optimal
agar dalam
meningkatkan kinerja keuangan. Dari kedua pengertian diatas pula, bahwa restrukturisasi dapat diartikan makin membesar atau makin mengecilnya struktur organisasi suatu perseroan. Apabila diartikan dalam pengertian pertama, maka kegiatan Merger, Akusisi dan Spin Off juga merupakan upaya untuk melakukan restrukturisasi. Bentuk dari Restrukturisasi perseroan menurut Gunadi adalah sebagai berikut1 : 1) Merger (penggabungan usaha). 1
Gunadi, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum Perseroan, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2005), hal. 83.
18
19
2) Konsolidasi (peleburan usaha). 3) Likuidasi (pembubaran usaha) 4) Kepailitan (kebangkrutan usaha) 5) Split off (pemecahan usaha) 6) Spin off (pemekaran usaha) 7) Revaluasi (penilaian kembali aktiva tetap usaha) 8) Rekapitalisasi (penataan kembali permodalan usaha) 9) Reorganisasi (perubahan struktur usaha).
b. Tujuan Restrukturisasi Adapun tujuan restrukturisasi sebagaimana di tetapkan dalam Pasal 72 ayat (2) Undang- Undang No 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah untuk kepentingan sebagai berikut: 1) Meningkatkan kinerja dan nilai perseroan. 2) Memberikan manfaat berupa deviden dan pajak kepada Negara. 3) Menghasilkan produk dan layanan dengan karya yang kompetitif kepada konsumen. 4) Memudahkan privatisasi. c. Bentuk Restruturisasi Untuk
kasus-kasus
tertentu
kadang-kadang
diperlukan
kombinasi strategi restrukturisasi. Restrukturisasi melibatkan para pemilik perseroan secara langsung. Dalam menjalankan tugas tersebut
20
mereka dapat dibantu dewan komisaris, manajemen perseroan. Adapun bentuk restrukturisasi yang banyak dipergunakan untuk mengatasi krisis keuangan perseroan adalah sebagai berikut : 1) Restrukturisasi harta (reorganization of assets) Salah satu cara untuk memperbaiki likuiditas keuangan perseroan adalah menata kembali harta yang dimiliki perseroan. Hal itu dilakukan dengan jalan megurangi jenis atau jumlah harta tetap, termasuk sarana produksi yang kurang berguna atau tidak efisien lagi. Harta tetap seperti itu dapat jual kepada pihak ketiga. Dengan menjual harta tetap yang kurang berguna atau tidak efisien bagi perseroan akan mendapat injeksi dana segar. Dana tersebut dapat dipergunakan untuk mendanai kebutuhan modal kerja dan melunasi utang-utang yang berbunga tinggi. 2) Restrukturisasi Perseroan Restrukturisasi perseroan dilakukan dengan jalan memperkecil skala organisasi perseroan memangkas sumber pemborosan dan dan merasioanalisasi jumlah karyawan yang berlebihan. Apabila menurunnya kinerja bisnis perseroan juga disebabkan karena pengelapan uang, perlu juga dilakukan penggantian personalia manajemen dan karyawan yang terbukti telah merugikan perseroan. Apabila dirasa perlu restrukturisasi juga dapat
21
dilakukan dengan jalan menata kembali atau menciutkan ruang lingkup usaha perseroan. Tujuan utama restrukturisasi adalah menurunkan jumlah beban biaya tetap dan meningkatkan efesiensi kegiatan bisnis perseroan.
Disamping
itu
rerorganisasi
dijalankan
guna
menciptakan manajemen perseroan yang lebih proposional dan bersih. 2. Merger a. Pengertian Merger Istilah “merger” berasal dari kata kerja “merge” yang berarti “menggabungkan atau memfungsikan”. Menurut pakar hukum bisnis Indonesia memberikan pengertian merger, seperti berikut : (a) Bacelius Ruru, mengartikan merger sebagai penggabungan usaha dari dua atau lebih perusahaan yang pada akhirnya bergabung ke dalam salah satu perusahaan yang telah ada sebelumnya. (b) Christian Wibisono, menggartikan merger sebagai penggabungan dua badan usaha yang relatif berimbang kekuatannya, sehingga terjadi kombinasi baru yang saling mengguntungkan. Dari beberapa pengertian merger yang telah disebutkan, pada dasarnya ada kesamaan di dalam unsur-unsur pengetian merger, yaitu : (a) Merger atau penggabungan perusahaan adalah salah satu cara penyatuan perusahaan, di samping peleburan perusahaan (konsolidasi)
22
dan pengambilalihan perusahaan (akuisisi); (b) Merger melibatkan dua pihak, yaitu satu perusahaan yang menerima penggabungan dan satu atau lebih perusahaan yang menggabungkan diri; (c) Perusahaan yang menerima penggabungan akan menerima pengambilalihan seluruh saham, harta kekayaan, hak, kewajiban, dan utang perusahaan yang menggabungkan diri. Jika dianalisis dalam berbagai aspek, sebenarnya banyak alternatif latar belakang mengapa perlunya tindakan merger bagi perusahaan-perusahaan, baik perusahaan dalam kondisi sehat maupun tidak sehat. b. Faktor Merger Secara umum merger perusahaan dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu : (a) Meningkatkan Efisiensi (b) Penganekaragaman Bidang Usaha atau (c) Meningkatkan Penguasaan Pangsa Pasar (Market Share) (d) Pengurangan Kewajiban Pembayaran Pajak (e) Penilaian harta yang lebih rendah dari yang sebenarnya (f) Ingin meningkatkan prestige. Mekanisme merger sebenarnya dapat dilaksanakan baik untuk tujuan penyelamatan (Rescue) maupun untuk tujuan pengembangan
usaha
(Improving
Business).
Bagi
bank
bermasalah, merger dengan bank lain yang lebih besar dan sehat
23
merupakan pilihan yang menguntungkan, penyelamatan oleh bank lain yang kuat akan mengurangi masalah likuiditas karena memperoleh tambahan dana segar (Fresh Money). Untuk pengembangan usaha maka merger bertujuan mempercepat berkembangnya bisnis dan operasi serta keuntungan lebih cepat jika dibandingkan dengan perkembangan alamiah. Menurut Smith (1996), merger bank dimaksudkan untuk mengurangi biaya tenaga kerja , biaya overhead dan mengombinasikan antara efisiensi yang telah dicapai oleh partner merger, dan mengurangi jumlah cabang yang tingkat operasionalnya overlapping antara satu cabang dengan cabang lain. 3. Akuisisi Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan suatu bank yang mengakibatkan
beralihnya
pengendalian
terhadap
bank.2
Pengambilalihan kepemilikan dapat berupa pembelian sebagian terbesar atau seluruhnya saham-saham dari perusahaan lainnya itu. Masing-masing perusahaan baik perusahaan yang mengambil alih maupun perusahaan yang diambil alih tetap mempertahankan aktivitasnya, identitasnya, dan kedudukannya sebagai perusahaanperusahaan yang mandiri. Pengambilalihan perusahaan ini sering diistilahkan dengan “Acquisition”, “Take Over”, dan “Overname”, 2
SK Dir. BI No. 32/51/KEP/DIR pasal 1
24
yaitu pengambilalihan suatu perusahaan (perusahaan target) oleh perusahaan lainnya (perusahaan raider) melalui penawaran untuk membeli sebagian atau seluruh saham dari perusahaan target dengan harga yang lebih tinggi dari nilai harga pasar yang normal. Disini tampak adanya tindakan atau mekanisme yang mengakibatkan adanya aset oleh satu pihak, dan pihak yang mengabilalih ini dapat mengelola aset yang ada secara lebih efisien dibandingkan jika hal itu dilakukan oleh perseroan sebelumnya. Pengertian secara luas dari akuisisi adalah pembelian hak atas suatu bagian perusahaan lain, sehingga akuisitor (perusahaan pembeli)
dapat
menguasai
atau
mengambil
alih
perusahaan lain (target company) dengan melalui control terhadapnya. Dapat juga dikatakan bahwa akuisisi adalah pengambilalihan perusahaan oleh perusahaan lainnya yang dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu yang pertama dengan mengambil alih aset perusahaan yang diambil alih. Misalnya, mesin-mesin, pabrik-pabrik. Sementara cara kedua, adalah membeli saham-saham dari perusahaan yang mengambil alih. Akuisisi saham perusahaan merupakan salah satu bentuk akuisisi yang paling umum ditemui dalam kegiatan akuisisi. Perusahaan yang mengakuisisi itu biasanya merupakan perseroan besar yang mempunyai dana yang cukup kuat, luas operasi usahanya, memiliki manajemen yang baik, serta biasanya tergolong dalam kelompok konglomerat. Ada perbedaan antara
25
akuisisi saham dan akuisisi aset perseroan, akuisisi saham akan mengakibatkan perubahan mayoritas kepemilikan saham dan ada kemungkinan campur tangan dalam manajemen, karena segala untung rugi dan tanggung jawab serta risiko beralih kepada pemegang saham dan manajemen baru . Sebaliknya, bila dilakukan akuisisi terhadap aset perseroan yang biasanya berupa tanah, bangunan, mesin yang semuanya berupa aktiva tetap, maka pemegang saham lama akan memperoleh dana segar hasil akuisisi tersebut yang akan dipergunakan untuk membayar utangnya kepada pihak kreditur, setelah itu bisa saja perseroan tersebut dilikuidasi. Tujuan akuisisi umumnya antara lain memperoleh akses pada teknologi baru atau teknologi yang lebih baik yang dimiliki oleh perusahaan yang menjadi obyek akuisisi, menciptakan penguasaan pangsa pasar yang luas, mendorong harga saham di pasar modal, memperkuat struktur permodalan, dan menjamin kelangsungan perusahaan. 4. Spin Off a. Pengertian Spin Off Yang dimaksud dengan spin off adalah apabila unit kegiatan tersebut kemudian dipisahkan dari sebuah perseroan dan berdiri sebagai suatu perseroan baru yang terpisah. Dengan demikian perseroan tersebut akan mempunyai direksi sendiri dan independen
26
dalam mengambil keputusan, serta kepemilikan perseroan baru tersebut berada di tangan para pemegang saham. Pemisahan ini dimaksudkan agar unit tersebut dapat mengambil keputusan dengan lebih cepat, lebih efisien dan ada yang secara khusus bertanggung jawab. Sebenarnya praktek spin off telah cukup lama dikenal sebagai satu
bagian
konstruksi
yang
banyak
digunakan
dalam
merestrukturisasi hukum, akan tetapi hal ini baru dilegislasikan setelah diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Meskipun pengaturan spin off dalam UU Perbankan Syariah ini secara spesifik lebih ditujukan untuk menerapkan substansi UU Perbankan Syariah (menjamin terpenuhinya prinsip-prinsip syariah), khususnya terhadap Unit Usaha Syariah (UUS) yang secara korporasi masih berada dalam satu entitas dengan Bank Umum Konvensional, namun kontruksi hukum spin off ini dapat dimanfaatkan oleh industri perbankan dalam melakukan restrukturisasi usahanya. Dalam pemisahan perseroan dikenal ada 2 (dua) macam pemisahan, kedua jenis pemisahan tersebut dipengaruhi oleh cara pemisahan dengan memperhatikan kuntitas usaha yang dipisahkan oleh perseroan. Hal ini diatur dalam dalam Pasal 135 UU Nomor 40 Tahun 2007 (UUPT) yaitu:
27
1. Pemisahan murni (zuivere splitsing = absolute division) adalah pemisahan usaha perseroan yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan yang beralih karena hukum kepada 2 (dua) perseroan atau lebih yang menerima peralihan dan akibatnya perseroan yang melakukan pemisahan tersebut menjadi berakhir karena hukum. Dalam pemisahan jenis ini yang menjadi ciri pokoknya perseroan mengalihkan seluruh harta kekayaannya, sehingga akan berakibat perseroan harus tutup demi hukum karena sudah tidak ada lagi usaha yang diurusi. 2. Pemisahan tidak murni (afsplitsing=spin off). Pemisahan tidak murni mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 1(satu) perseroan lain atau lebih yang menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap ada.
Dari 2 (dua) definisi tersebut di atas, jelas bahwa pemisahan aset dan kewajiban dari suatu perseroan menjadi perseroan baru yang independen (entitas yang terpisah) merupakan unsur yang paling penting dalam proses hukum spin off. Dalam prakteknya, pemisahan aset dan kewajiban tersebut umumnya adalah berupa pemisahan unit usaha (divisi) tertentu menjadi sebuah perseroan baru yang kegiatan usahanya bisa sama atau berbeda dengan perseroan awalnya. Pemisahan
tidak
murni
adalah
pemisahan
perseroan
yang
mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu) perseroan lain atau lebih yang
menerima
peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap ada.
28
Dalam pemisahan ini tidak sampai mengakibatkan perseroan yang pemisahan menjadi bubar, karena harta kekayaan yang dialihkan hanya sebagian saja.Perseroan tersebut masih mempunyai harta kekayaan sehingga masih dapat menjalankan usaha. Berbeda dengan pemisahan murni
yang berakibat perseroan
yang melakukan
pemisahan menjadi bubar, karena harta kekayaannya dialihkan seluruhnya. Pada pemisahan tidak murni penerima pengalihan cukup minimal satu perseroan, sedangkan untuk pemisahaan umum sedikitnya dua perseroan sedangkan untuk pemisahan murni sedikitnya dua perseroan sebagai penerima pengalihan harta kekayaan. 5. Konsep pengukuran efisiensi Efisiensi adalah suatu parameter kinerja dimana suatu perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai perhitungan rasio output (keluaran) dan atau input (masukan) atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang digunakan. Suatu perusahaan dikatakan efisien apabila : 3 a. Menggunakan jumlah unit input yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jurnlah unit input yang digunakan oleh perusahaan lain dengan menghasilkan jumlah output yang sama
3
Haryum Muharam, dan Rizki Pusvitasari, Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, vol.II, no.3 (2005), hal. 85.
29
b. Menggunakan jumlah unit input yang sama, dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar. Sama halnya dengan bentuk perusahaan, efisiensi dalam perbankan juga merupakan suatu tolak ukur dalam mengukur kinerja bank dimana efisiensi merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja seperti tingkat efisiensi alokasi, teknis maupun total efisiensi. Jadi unit ekonomi untuk beroperasi pada tingkat nilai produk marginal (marginal value product) sama dengan biaya marginal (marginal cost) Cara lain yang bisa digunakan untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi adalah dengan menerapkan teknologi manajemen yang dapat mengurangi
input
maupun
meningkatkan
kemampuan
dalam
menghasilkan lebih banyak output. Beberapa konsep mengenai efisiensi antara lain yang dikemukan oleh Ramesh Bhat (2001) dalam Retno Wulansari (2010) sebagai berikut4: a. Efisiensi Teknis Efisiensi ini berkaitan dengan penggunaan tenaga kerja, modal, dan mesin sebagai input untuk menghasilkan output maksimum. Dengan menerapkan teknologi yang sama pada semua unit maka diharapkan tidak akan ada input yang sia-sia dalam memproduksi kuantitas output tertentu. Sebuah organisasi yang beroperasi lebih baik
4
Retno Wulansari, DEA : Alat Analisis Untuk Mengkaji Efisiensi Relatif (FE UI : 2010)
30
daripada semua organisasi lain yang disampel, maka bisa dikatakan bahwa organisasi ini telah efisien secara teknis. b. Efisiensi Alokatif Berkaitan dengan meminimalkan biaya produksi dengan pilihan input yang tepat untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu dengan mempertimbangkan tingkat harga input, dengan asumsi bahwa organisasi yang diuji sudah sepenuhnya efisien secara teknis. Efisiensi alokatif dinyatakan sebagai skor persentase, dimana skor 100 persen menunjukkan bahwa organisasi telah menggunakan inputnya dalam proporsi yang akan meminimalkan biaya. Sebuah organisasi yang beroperasi pada praktek terbaik secara teknis masih bisa secara alokatif dikatakan tidak efisien karena tidak menggunakan input dalam proporsi yang meminimalkan biaya, pada harga input relatif tertentu. c. Efisiensi biaya/ keseluruhan Berkaitan dengan kombinasi efisiensi teknis dan alokatif. Sebuah organisasi dikatakan melakukan efisien biaya jika dia bisa efisien baik secara alokatif maupun secara teknis. Efisiensi biaya dihitung sebagai produk dari nilai efisiensi teknis dan efisiensi alokatif (ditunjukkan dalam persentase), sehingga organisasi hanya dapat mencapai 100 persen nilai efisiensi biaya jika telah mencapai 100 persen efisiensi baik teknis dan alokatif.
31
Salah satu metode yang banyak digunakan dalam pengukuran efisiensi adalah metode frontier. metode frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pendekatan frontier parametrik dan non parametrik. Pendekatan frontier parametrik dapat diukur dengan tes statistik parametrik seperti menggunakan metode Stochastic Frontier Approach (SFA) dan Distribution Free Approach (DFA). Pendekatan frontier non parametrik diukur dengan tes statistik non parametrik yaitu dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Tes parametrik adalah suatu tes yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber penelitiannya, sedangkan tes statistik non parametrik adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya. Dalam
melakukan
pengukuran
efisiensi
terdapat
tiga
pendekatan utama yang biasa digunakan. Pendekatan tersebut terdiri dari : 5 a. Pendekatan Produksi : Pendekatan produksi menjelaskan bahwa aktivitas perbankan adalah pelayanan terhadap deposan dan kreditor menggunakan seluruh faktor produksi, seperti
5
Ascarya, Diana Yumanita, dan Guruh S. Rohimah, Efficiency Analysis of Conventional and Islamic Banks in Indonesia Using Data Envelopment Analysist (2007), hal. 10
32
pegawai dan modal tenaga kerja. Untuk mencapai tujuannya, yaitu memproduksi output yang diinginkan. Pendekatan ini deperkenalakan oleh bentson (1965) , bell dan Murphy (1968), bank sebagai pemilik deposit akun dari deposan dan memberikan dana kepada kreditor. b. Pendekatan
Intermediasi
menjelaskan
tentang
:
aktivitas
Pendekatan perbankan
intermediasi sebagai
agen
intermediasi yang mentransformasikan penyaluran dana dari deposan (pihak yang kelebihan dana) kepada kreditor (pihak yang kekurangan dana). Dengan kata lain, dana pihak ketiga yang cenderung likuid, berjangka pendek, dengan resiko rendah yang ditransformasikan menjadi pembiayaan yang lebih beresiko, tidak likuid dan berjangka pamjang. Oleh karena itu pendekatan ini mendefinisikan input sebagai financial capital dan output sebagai volume pembiayaan atau investment outstanding. c. Pendekatan Modern : Pendekatan modern mencoba untuk mengembangkan dua pendekatan yaitu manajemen resiko kegiatan usaha, system informasi dan pemecahan masalah kedalam
teori
klasik
perusahaan.
Pendekatan
ini
memperkenalkan perbedaan antara manajer bank dan pemilik bank
dalam
prilakunya
memaksimalkan
keuntungan.
33
Pendekatan ini diperkenalkan oleh hughes dan mester (1994) yang dilakukan pada bank yang ingin lebih besar dan ingin mengembangkan ukurannya. 6. Data Envelopment Analysis Data envelopment analysis (DEA) ditemukan oleh Farell (1957). DEA merupakan model pemrograman linier yang menjelaskan penerapan dari pemrograman matematika untuk menjelaskan pembatasan data yang digunakan
untuk
mengevaluasi
efisiensi
dari
organisasi
dalam
menjelaskan jumlah output dan input. Dimana teknik pemrograman liner ini menggunakan fungsi objektif dan fungsi kendala dalam melakukan pengukuran efisiensi.6 DEA diperkenalkan pertama kali oleh Charnes, Cooper dan Rhoades pada 1978, aplikasi DEA digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari entitas berbeda yang berhubungan dengan banyak aktivitas yang berbeda. Dasar dari DEA membadingkan efisiensi dari unit organisasi yang sama, DEA pertama kali digunakan dalam sektor perbankan oleh Sherman & Gold (1985). DEA bekerja untuk menghitung efisiensi relatif dari banyak input dan banyak output tiap unit produksi. Skor efisiensi biasanya dinotasikan kedalam bilangan 0 hingga 1 atau 1 hingga 100
6
Izah Mohd Tahir, Nor Mazlina Abu Bakar, dan Sudin Haron, Evaluating Efficiency of
Malaysian Banks Using Data Envelopment Analysis, (2009)
34
persen dalam desimal. Skor efisiensi yaitu 1 atau 100% dari decision making unit menunjukan bahwa decision making unit itu memiliki nilai efisiensi relatif bila dibandingakan dengan decision making unit lainnya yang nilainya dibawah itu diantara sampel yang digunakan. DEA di desain untuk mencari dan memperkirakan sumber ketidak efisienan yang ditunjukan dari vektor input dan output. Keuntungan dari penggunaan DEA adalah ia merupakan metode ekonometrika tradisional yang tidak membutuhkan asumsi utama (seperti acuan dalam bentuk analisis statistik regresi). DEA hanya menghitung efisien dari decision making unit yang yang bekerja menggunakan banyak input dan output. DEA merupakan alat untuk menilai karena dia mengidentifikasi ketidak efisienan dari decision making unit dengan membandingkan dengan decision making unit lainnya.7 a. Menghitung kinerja terbaik
dari decision
making unit
yang
menghasilkan output terbaik dengan sedikit input. Menunjukan hasil dari kinerja nilai DEA dari data yang digunakan. Memasukan decision making unit kedalam nilai efisiensi b. Menghitung hasil DEA dari keseluruhan decision making unit. Seperti nilai yang ditampilkan dari efisiensi yang kurang baik dibandingakan
7
Ahmet Akin, Merve Kilic, dan Selim Zaim, Determinants of Bank Efficiency in Turkey: A Two Stage Data Envelopment Analysis (2009)
35
dengan efisiensi terbaik. Decision making unit merupakan kumpulan dari beberapa input yang dapat menghasilkan output. Secara matematis pengukuran efisiensi menggunakan DEA dapat digambarkan sebagai berikut : a)
Ketika pengukuran efisiensi menggunakan satu input dan satu output, dengan asumsi bahwa DMU yang efisien ditunjukan oleh nilai rasio maksimal.
Unit DMU 1 DMU 2 DMU 3 DMU 4
Input 3 4 4 4
Tabel 2.1 ilustrasi DEA Output Output/Input 6 2 13 3.25 16 4 18 4.5
Efisiensi 0.49 (49%) 0.72 (72%) 0.89 (89%) 1 (100%)
Sumber : Data yang telah diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa DMU 4 memiliki rasio output/input yang paling tinggi. Pada pendekatan ini efisiensi ditunjukan dari nilai maksimal, maka DMU 4 merupakan DMU yang efisien. Maka untuk mengetahui skor efisiensi DMU lain, harus dibandingkan dengan DMU 4 untuk mengukur skor efisiensinya. Contoh untuk DMU 3 (4 : 4.5 x 100) = 89%. Maka skor efisiensi DMU 3 adalah 89%. Kelemahan model pengukuran ini adalah tidak dapat melakukan pengukuran efisiensi jika menggunakan banyak input dan output, serta tidak
36
dapat
mengidentifikasi
berapa
maksimalisasi
output
dan
minimalisasi input yang harus dilakukan supaya DMU efisien. b) Supaya dimungkinkan untuk melakukan pengukuran efisiensi dengan menggunakan banyak input dan output, serta untuk mengidentifikasi maksimalisasi output dan minimalisasi input supaya DMU efisien. Maka input-output harus dibuat pembobotan supaya dapat diketahui persentasenya. Maka itulah motode ini dinamakan Data Envelopment Analysis, karena nilai-nilai input diamplopkan kedalam pembobotan. Tabel 2.2 ilustrasi DEA dengan pembobotan Unit DMU 1 DMU 2 DMU 3 DMU 4
Input
3 4 4 4
Bobot Input
0.75 1 1 1
Output
6 13 16 18
Bobot Output
0.37 0.72 0.89 1
Bobot Output/Bobot Input
0.49 0.72 0.89 1
Efisiensi
49% 0.72% 0.89% 100%
Sumber : data yang diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai DMU 4 menunjukan hasil efisiensi yang sama yang ditunjukan oleh rasio output/input dan bobot output/bobot input. DMU 4 menunjukan rasio yang paling tinggi. Pada model ini untuk melakukan pengukuran efisiensi dengan banyak inputoutput makan dibuat penjumlahan dari masing-masing bobot inputoutput. Selanjutnya untuk mengidentifikasi apakah yang harus dilakukan supaya DMU efisien maka harus dilihat rasio dari pembobotannya. Contoh : jika efisiensi ditinjukan dengan bobot 1 : 1,
37
maka yang harus dilakukan DMU 3 adalah jika bobot DMU 3 (0.89 : 1), supaya mencapai bobot 1 :1, maka 1 – 0.89 = 0.11. Maka supaya DMU 3 efisien, ia harus melakukan maksimalisasi output sebesar 11%. 7. Orientasi Model DEA Farrell (1957) menjelaskan bahwa, efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu: technical efficiency dan efisiensi biaya atau yang lebih dikenal dengan allocative efficiency. Technical efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mencapai tingkat output yang maksimum dengan menggunakan tingkat input tertentu. Technical efficiency mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin8. Untuk itu dalam analisis pendekatan DEA terdapat dua pengklasifikasian dasar model berdasarkan orientasinya yaitu DEA dengan orientasi input dan DEA dengan orientasi Output. Orientasi ini tergantung pada keterbatasan kontrol oleh manajemen/ pengguna model DEA baik terhadap input atau output yang dimiliki oleh unit tersebut.9 a. Pengukuran Berorientasi Input Pengukuran berorientasi input digunakan bila, manajemen memiliki kontrol yang terbatas pada output. Yaitu ketika perusahaan diminta memproduksi barang dengan biaya yang minimal. Misalnya 8
M. J. Farrell, The Measurment of Productive Efficiency, hal. 260-261. Houda Ben Said, Tunisian Bank Mergers and Acquisitions Efficiency: A Joint Analysis of Financial Ratios and Non Parametric Approaches (2013) 9
38
pengurangan jumlah beban personalia suatu perusahaan untuk memproduksi barang dengan jumlah yang sama. Maka model DEA yang dipilih adalah yang berorientasi pada input. Dengan kata lain DMU yang inefisien memungkinkan untuk menurunkan input tanpa mengurangi salah satu output dan tanpa meningkatkan setiap input lainnya. Dengan input oriented, sesungguhnya memungkinkan untuk memperkirakan seberapa besar input yang dapat dikurangi dengan mempertahankan tingkat output yang ada. Pada pengukuran berorientasi input, melihat seberapa besar biaya minimal dapat menghasilkan sejumlah output tertentu. Sehingga fungsi objektif yang digunakan pada pengukuran ini adalah Rasio antara
input/output
dimana nilai
efisiensi
dilihat dari rasio
minimalnya. Seperti yang digambarkan sebagai berikut : Tabel 2.3 ilustrasi input oriented Unit
Input Output
DMU1
1
5
Rasio Input/Output 0.2
DMU2
3
6
0.5
0.4(40%)
DMU3
6
3
2
0.1(10%)
DMU4
5
2
2.5
0.08(8%)
Sumber : Data yang telah diolah
Efisiensi(Nilai Minimum Input/Output) 1(100%)
39
b. Pengukuran berorientasi output Pengukuran berorientasi pada output, digunakan pada unit yang telah memiliki input yang memadai sehingga manajemen unit tersebut hanya berfokus pada peningkatan output. Misalnya pada perbankan yang memiliki dana pihak ketiga dengan jumlah tertentu, perusahaan tersebut dituntut untuk meningkatkan pendapatan operasional. Maka model yang dipilih adalah pengukuran yang berorientasi pada output. Dengan kata lain DMU yang inefisien memungkinkan untuk meningkatkan jumlah output tanpa meningkatkan salah satu input dan tanpa
mengurangi
output
lainnya.
Dengan
output
oriented,
seseungguhnya dimungkinkan untuk memperkirakan seberapa besar output yang dapat ditingkatkan, dengan tingkat input tertentu. Pengukuran berorientasi output bertujuan untuk melihat seberapa besar output maksimal yang dapat dihasilkan dengan jumlah input tertentu. Sehingga fungsi objektif yang digunakan pada pengukuran ini adalah rasio antara output/input dimana nilai efisiensi ditunjukan pada rasio maksimal. Seperti yang digambarkan sebagai berikut : Tabel 2.4 ilustrasi output oriented Unit
Input
Rasio output/input
Output
Efisiensi(nilai max output/input)
DMU1
1
5
5
1(100%)
DMU2
3
6
2
0.4(40%)
DMU3
6
3
0.5
0.1(10%)
DMU4
5
2
0.4
0.08(8%)
Sumber : Data yang telah diolah
40
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa pengukuran berorientasi input ataupun pengukuran berorientasi output memberikan skor efisiensi yang sama. Jika sebuah organisasi secara teknis tidak efisien dari suatu perspektif yang berorientasi input, maka dia juga akan secara teknis tidak efisien dari suatu perspektif yang berorientasi output. Hail ini dikarenakan kedua pengukuran ini beroperasi pada frontier yang sama. Tidak seperti model parametrik Stochastic Frontier Approach (SFA), DEA tidak memungkinkan adanya random error dan beberapa penyimpangan dari frontier efisiensi. Ketika terdapat random error dan penyimpangan maka hal ini akan diidentifikasi sebagai inefisiensi dalam pengukuran efisiensi menggunakan DEA. 8. Optimasi Model DEA Dalam melakukan pengukuran efisiensi menggunakan
metode
DEA, terdapat dua pendekatan optimasi atau asumsi yang biasa digunakan para ahli dalam melakukan pengukuran efisiensi sebuah Decision Making Unit atau yang lebih dikenal dengan Unit Kegiatan Ekonomi. Asumsi tersebut yaitu constant return to scale (CRS) dan variable return to scale (VRS). Yang dijelaskan sebagai berikut10 :
10
Fitria Maharani, Pengukuran Efisiensi Perbankan dengan Menggunakan Pendekatan DEA dan Pengaruh Efisiensi Perbankan Terhadap Stock Return Pada Bank Umum Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Program Studi manajemen, Universitas Indonesia, 2012), hal. 15-16.
41
a. Constant Return to Scale (CRS) : Model DEA ini pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes pada tahun 1978. Model yang berorientasi input berdasarkan asumsi constant return to scale sehingga dikenal dengan model CCR. Dalam model constant return to scale setiap UKE akan dibandingkan dengan seluruh UKE yang ada di sampel dengan asumsi bahwa kondisi internal dan eksternal UKE adalah sama. Kritik terhadap asumsi ini adalah bahwa asumsi constant return to scale hanya sesuai untuk kondisi dimana seluruh UKE beroperasi dalam skala optimal. Namun, dalam kenyataannya meskipun UKE tersebut beroperasi dengan sumber daya (input) yang sama dan menghasilkan output yang sama pula tetapi dengan kondisi internal dan eksternalnya mungkin berbeda sehingga dapat menyebabkan sebuah UKE tidak berada dalam skala optimal. Asumsi dalam model CRS hanya sesuai digunakan ketika semua UKE beroperasi dalam skala optimal. Konsep pendekatan model ini adalah constant return to scale yang artinya penambahan satu input harus menambah satu output. Jika input ditambah sebesar x kali, maka output akan meningkat sebesar x kali juga. Model ini dapat menunjukan technical efficiency secara keseluruhan dari profit efficiency utuk setiap DMU. b. Variable Return to Scale (VRS) : Kelemahan asumsi constant return to scale memunculkan asumsi lain yaitu variabel return to scale.
42
Model ini diperkenalkan oleh Banker, Charnes dan Cooper. Sehingga model ini dikenal dengan model BCC. Asumsi yang terdapat dalam asumsi ini adalah penambahan input sebesar X kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar X kali, bisa lebih kecil atau lebih besar. Pendekatan ini relatif lebih tepat digunakan dalam menganalisis efisiensi kinerja pada perusahaan jasa termasuk bank. Variabel return to scale merupakan asumsi yang lebih tepat digunakan untuk sampel besar. Variabel return to scale menggambarkan technical efficiency secara keseluruhan yang terdiri dari dua komponen: pure technical efficiency dan scale efficiency. Pure technical efficiency menggambarkan kemampuan manajer perusahaan atau UKE untuk memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Sedangkan scale efficiency menggambarkan suatu UKE atau perusahaan dapat beroperasi pada skala produksi yang tepat. Nurul Komaryatin berpendapat bahwa asumsi CRS hanya cocok jika semua perusahaan beroperasi pada skala yang optimal. Persaingan tidak sempurna, kendala keuangan dan sebagainya mungkin menyebabkan sebuah perusahaan tidak beroperasi pada skala yang optimal. Bankers, Charnes dan Cooper pada tahun 1984 menganjurkan sebuah perluasan dari model CRS DEA dengan menerapkan perhitungan VRS (variable return to scale). Penggunaan dari spesifikasi CRS ketika tidak semua perusahaan beroperasi pada skala yang optimal, akan menghasilkan
43
pengukuran efisiensi teknis (technical efficiency/ TE) yang berbaur atau dikacaukan dengan hasil pengukuran efisiensi-efisiensi skala (scale efficiency/ SE). Kegunaan dari spesifikasi VRS ini akan memungkinkan perhitungan TE yang dapat menghilangkan sama sekali efek dari SE ini. B. Review Studi Terdahulu Penelitian tentang efisiensi banyak dilakukan diberbagai Negara, khusususnya dalam pengukuran efisiensi perbankan. Salah satu metode yang banyak digunakan di berbagai Negara untuk mengukur tingkat efisiensi perbankan adalah metode non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA). DEA merupakan teknik pengukuran efisiensi non parametrik yang baik yang digunakan secara ekstensif di lebih dari 400 penelitian tentang efisiensi dalam ilmu manajemen selama sepuluh tahun terakhir.11 a) The Efficiency Effects of Bank Mergers and Acquisitions: A NonStochastic Window Event Analysis Approach. Oleh Sufian Fadlzan, guru besar University of Malaya tahun, 2006. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi efek dari merger dan akuisisi dari efisiensi kelompok perbankan domestik di Singapura. Dalam jangka waktu tiga tahun untuk mengukur relatif overall, pure technical dan scale
11
Mohd. Azmi Omar, Abdul Rahim Abdul Rahman, Rosylin Mohd. Yusof, M. Shabri Abd. Majid, dan Mohd. Eskandar Shah Mohd. Rasid, Efficiency Of Commercial Banks In Malaysia (2006)
44
efficiency, sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Dengan menggunakan Pendekatan non parametrik, data envelopment analysis (DEA), untuk mengetahui efisiensi yang dicapai dan efisiensi yang tidak tercapai yang terjadi karena merger dan akuisisi. Penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi ke dalam dua model. Penelitian ini menggunakan, variasi dari pendekatan intermediasi
dan
asset
yang
dikembangakan,
penelitian
ini
menggunakan dua model alternatif. Model 1, perbankan singapura sebagai perusahaan multi produk, dimana variabel yang digunakan diantaranya : total dana pihak ketiga (X1) sebagai input, total pinjaman (Y1), dan pendapatan bunga (Y2) digunakan sebagai output. pada model 2, penelitian ini mengikuti penelitian dari fare et al. (2004) termasuk didalamnya modal kepemilikan saham (X1) sebagai variabel input , mengikuti Drake dan Hall (2003) dan Isik dan Hassan (2003) antara lain Pendapatan non Bunga (Y1) bersama dengan pendapatan Bunga (Y2) sebagai output. Hasil dari kedua model ini menunjukan bahwa merger memberikan hasil yang lebih tinggi terhadap overall efficiency perbankan di singapura sebelum merger tehadap sesudah merger. Meskipun merger memberikan hasil lebih efisien terhadap sektor perbankan di Singapura, penelitian ini menemukan bahwa ukuran perbankan merupakan faktor terbesar yang menghasilkan inefisiensi di
45
perbankan Singapura, untuk selanjutnya, dalam perspektif scale efficiency, kedua model tersebut tidak mendukung adanya konsolidasi sektor perbankan di singapura. Hasil ini mendukung hipotesis bahwa, pengambilalihan perbankan memberikan peningkatan terhadap overall efficiency setelah merger hasil merger dapat membuat bank lebih atau kurang efisien. Persamaan dengan penelitian ini salah satunya sama-sama mengukur kinerja efisiensi pada perbankan yang melakukan merger dan akuisisi serta menggunakan interval waktu yang sama. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan serta penelitian ini tidak mengukur kinerja efisiensi perbankan yang melakukan spin off. b) Determinants of Bank Efficiency in Turkey: A Two Stage Data Envelopment Analysis. (International Symposium on Sustainable Development jurnal). Oleh Ahmet Akin dkk, (2009). Penelitian, mencoba
menganalisis
efisiensi
industry
perbankan
di
Turki
menggunakan data envelopment analysis (DEA) antara tahun 2002 hingga 2007, tidak termasuk bank investasi dan bank pembangunan. Ada empat kategori bank yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bank pemerintah, bank swasta, bank asing dan bank asing yang membuka cabang di Turki. Penelitian ini menggunakan beban tenaga kerja, beban bunga, beban non bunga dan dana pihak ketiga sebagai
46
input, total penyaluran dana, pendapatan bunga dan pendapatan lainnya sebagai output. Hasil dari pengukuran efisiensi yang dilakukan dengan menggunakan input oriented model CCR. Rata-rata skor efisiensi perbankan adalah 87% pada tahun 2002, 89% pada tahun 2003, 84% pada tahun 2004, 91% pada tahun 2005, 92% pada tahun 2006 dan 88% pada tahun 2007. Level dari efisiensi meningkat setelah tahun 2002 dan mencapai nilai tertinggi pada tahun 2006 sebesar 92%, hingga akhirnya efisiensi menurun pada tahun 2007 sebesar 88%. Ada perbaikan pada kegiatan produksi perbankan. Berdasarkan hasil dari regresi tobit pengaruh dari ukuran, jenis kepemilikan, asal negara dan pelayanan publik, menunjukan hasil yang signifikan yaitu 95% . hal ini menunjukan bahwa semua variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi perbankan. Persamaan dengan penelitian ini, sama-sama mengukur kinerja efisiensi perbankan menggunakan metode DEA. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada pengelompokan perbankan, variabel yang digunakan dan penggunaan waktunya. c) Efficiency of the Banking Sector Of Bosnia–Herzegovina with Special Reference to Relatif Efficiency of the Existing Islamic Bank. (International Conference on Islamic Economics and Finance jurnal). Oleh Velid Efendic, 2010. Inti dari penelitian ini adalah untuk
47
mengukur seberapa efisien satu-satunya bank syariah yang ada di Bosnia dan Herzegovina apabila dibandingkan dengan efisiensi ratarata bank lain. Analisis ini menggunakan sampel 18 bank konvensional Dan satu bank syariah yang datanya dipublikasikan oleh federasi perbankan Bosnia Herzegovina pada tahun 2009. Penelitian ini menggunakan teknik non parametrik DEA (Data Envelopment Analysis). Penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi, variabel yang digunakan yaitu Dana pihak ketiga, Asset tetap, Beban tenaga kerja sebagai input. Penyaluran dana, Pendapatan asset lainnya sebagai variabel output. Hasil dari penelitian efisiensi DEA, berdasarkan sampel yang digunakan didapat hasil bank dengan technical efficiency terbaik dan yang terburuk. Bank dengan technical efficiency terburuk ada pada level 55,%.. dari penelitian ini juga didapat bahwa bank syariah mendapatkan efisiensi yang rendah dalam semua indikator. Salah satu efisiensi biaya terendah adalah 46%, artinya bank syariah memiliki biaya yang besar dalam melaksanakan aktivitas perbankan, dan memiliki sumberdaya potensial yang disimpan sebesar 54%. Juga dalan technical efficiency sangat tidak efisien yaitu dengan , PTE 57% dan OTE 68% yang artinya mereka harus meningkatkan efisiensinya lebih dari 30% dengan menajerial dan solusi teknologi.
48
Persamaan dengan penelitian ini sama sama mengukur kinerja efisiensi perbankan, dimana didalamnya terdapat perbankan syariah dan konvensional, serta sama-sama menggunakan metode DEA . Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada penggunaan variabel, pengelompokan perbankan dan penggunaan waktunya. d) The Impact of the Global Financial Crisis on European Banking Efficiency. (CFCM jurnal). Oleh Haider Alzoubaidi dan Spires Bougheas, (2012). Penelitian ini menggunakan metode non parametrik Data Envelopment Analiysis (DEA), Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data 255 bank dengan variasi asset dari 15 negara uni eropa (EU-15) pada periode 2005-2010. Penelitian ini menggunakan
pendekatan
intermediasi
dimana
variabel
yang
digunakan terdiri dari empat input (total dana pihak ketiga, asset tetap, total beban operasional dan provisi kerugian pinjaman) dan tiga output (total pendapatan asset lainnya, total pendapatan lainnya dan total penyaluran dana. Hasil kinerja efisinsi dari seluruh sampel Didapat rata-rata overall technical efficiency, yang diasumsikan menggunakan constant return to scale, adalah 62.1 persen, menandakan bahwa keseluruhan perbankan di EU-15 negara dapat menyimpan biaya hingga 37.9 persen yang merupakan jumlah yang besar. Yang paling menarik, penurunan OTE dari 65 persen menjadi 58.5 persen antara tahun 2007
49
dan 2008, Tingkat rata-rata pure technical efficiency dengan outputoriented relatif tinggi dibandingkan dengan pengukuran menggunakan input-oriented, dengan skor 86,2 persen. Keseluruhan hasil ini menunjukan kejatuhan hasil efisiensi antar sampel dalam periode yang di anlisis. Juga didapatkan hasil bahwa krisis memiliki dampak yang berbeda antar Negara dan spesialisasi perbankan. Perbankan dari swedia dan Denmark menjadi yang paling efisien dalam sampel periode penelitian, ketika perbankan mendapatkan pengaruh yang buruk dari krisis yaitu dari Belgia dan Denmark, diikuti Irlandia dan Yunani. Selain itu, hasil ini juga mengindikasi bahwa perbankan komersial mendapatkan dampak paling buruk jika dibandingkan dengan spesialisasi perbankan lainnya. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama menggunakan metode DEA untuk mengukur kinerja efisiensi perbankan. Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada penggunaan variabel, penggunaan waktu serta pengelompokan perbankan yang didasarkan pada periode krisis. e) Analisis Efisiensi Operasional Dan Efisiensi Profitabilitas Pada Bank Yang Merger Dan Akuisisi Di Indonesia. (tesis digilib indip). Oleh
Ida Savitri Kusumargiani, (2006). Penelitian ini mengukur
efisiensi operasional dan profitabilitas bank sebelum dan sesudah merger dan akuisisi yang diolah dengan metode DEA (Data
50
Evelopment Analysis). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank mandiri, bank danamon, bank artha graha dan bank permata dengan ketentuan : Bank yang melakukan aktivitas Merger dan Akuisisi di Indonesia tahun 1991-2002,
Bank Merger yang masih
operasional sampai dengan tahun 2005, Bank yang melakukan Merger dan
Akuisisi
setelah
program
penyehatan
perbankan
berupa
rekapitalisasi dan retrukturisasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam dua pendekatan efisiensi yaitu efisiensi operasional dan efisiensi profitabilitas. Efsiensi Operasional Input : Jumlah pegawai, Jumlah ATM, Jumlah kantor cabang, Jumlah dana pihak ketiga. Output : kredit yang disalurkan Efisiensi Profitabilitas Input : beban bunga, beban non bunga. Output : laba sebelum pajak Hasil penelitian ini, Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank Artha Graha dan Bank Permata Satu Tahun dan Dua Tahun Setelah Merger dan Akuisisi. Bilamana diperbandingkan Bank-bank yang merger dan akuisisi dua tahun dan satu tahun sesudah merger. Untuk rata-ratanya efisiensi operasional satu tahun sesudah merger dan akuisisi 73.07% tidak efisien sedangkan dua tahun sesudah merger dan
51
akuisisi 89.53% ada kenaikan persentase akan tetapi masih tidak efisien. Untuk efisiensi profitabilitas satu tahun sesudah merger dan akuisisi 50.77% artinya tidak efisien dan dua tahun sesudah merger dan akuisisi 72.53% meski ada kenaikan prosentase akan tetapi masih tidak
efisien.pada
bank
setelah
program
rekapitalisasi
dan
restrukturisasi yaitu Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Arta Graha. Hasil pengujian hipotesis dengan uji Peringkat Tanda Wilcoxon menunjukkan tidak adanya perbedaan efisiensi operasional dan efisiensi profitabilitas sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama mengukur kinerja efisiensi salah satunya pada perbankan yang merger dan akuisisi. Perbedaan dengan penelitian ini, penelitian ini tidak mengukur efisiensi perbankan yang spin off serta penggunaan periode waktu pada penelitian ini yang hanya melihat kinerja efisiensi hingga dua tahun pertama merger dan akuisisi, dimana dalam penelitian ini dianggap
masih
belum
mencerminkan
menggambarkan
efek
sepenuhnya dari merger dan akuisisi dilihat dari rentang waktunya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi operasional Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA), dalam mengukur tingkat efisiensi perbankan. Dimana dalam mengukur tingkat efisiensi suatu Decision making unit (DMU) metode ini membutuhkan perbandingan antara input dan output. Berikut ini adalah definisi dari variabel input-output tersebut : 1. Dana Pihak Ketiga (DPK) : Dana pihak ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana. Pada bank syariah dana pihak ketiga juga dapat diimplementasikan sebagai penghimpunan dana. Baik bank syariah
maupun
bank
konvensional
sama-sama
mengimplementasikan dana pihak ketiga kedalam bentuk giro, tabungan, dan deposito dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Dalam penelitian ini dana pihak ketiga dinyatakan dalam jutaan rupiah. 2. Aset Tetap : Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva yang tak terwujud, dan lain-lain. Sedangkan
52
53
yang dimaksud asset tetap yaitu meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dipakai secara aktif dalam operasi perusahaan, dan mempunyai masa kegunaan relatif permanen. Yang termasuk dalam golongan aktiva ini adalah bangunan, mesin, alat-alat kantor, kendaraan dan alat-alat transport. 3. Biaya/beban Tenaga Kerja : Biaya tenaga kerja atau disebut juga beban personalia adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai penggunaan tenaga kerja (manusia) dalam proses produksi. Biaya tenaga kerja dapat berupa biaya gaji, provisi maupun fee yang diberikan perusahaan kepada karyawan. 4. Pembiayaan atau Penyaluran Dana : Pembiayaan adalah pendanaan yang dilalakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah dan
dikeluarkan
untuk
mendukung
investasi
yang
telah
direncanakan kepada nasabah. Sedangkan pada perbankan konvensional pembiayaan ini lebih dikenal dengan istilah kredit, kredit sendiri merupakan suatu fasilitas dari pihak bank untuk melakukan pemberian atau pengadaan pinjaman dengan perjanjian pembayaran dalam jangka waktu yang telah disepakati. 5. Pendapatan Operasional : Pengertian pendapatan menurut PSAK No.23 (IAI 2002, paragraf 6) mendefinisikan sebagai berikut :
54
Pendapatan sebagai arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan, yang tidak berasal dari kontribusi peranan modal. Sedangkan yang dimaksud dengan pendapatan operasional yaitu pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan utama, rutin, dan berkesinambungan yang dilakukan oleh perusahaan.
B. Jenis dan sumber data Pada penelitian ini data yang digunakan adalah jenis data sekunder, dengan menggunakan tipe data panel dalam mengukur tingkat efisiensi perbankan dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Yang dimaksud dengan data panel adalah penggabungan antara dua data time series dan cross section yang mampu menyediakan data yang lebih banyak, serta penggabungan dari kedua jenis data ini dapat mengatsi masalah yang timbul ketika ada penghilangan variabel.1 Data panel ,menyediakan informasi time series yang menggambarkan perubahan pada objek waktu dan cross section yang menggambarkan perbedaan antar objek yang diteliti. Data time series adalah data pola data yang disusun secara teratur berdasarkan urutan waktu kejadian, waktu kejadian tersebut dapat berupa tahunan, kuartal, triwulan, bulanan atau mingguan.
1
J. Supranto, Stastistik: Teori dan Aplikasi, Edisi ke 7 (Jakarta:Erlangga,2008), hal. 11
55
Sedangkan cross section atau runtun waktu silang adalah pola data yang disusun pada kasus atau objek penelitian yang berbeda (orang, perusahaan, kejadian dan lain-lain) yang diamati pada suatu periode waktu. Data diperoleh dari berbagai sumber, yaitu Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia (BI), Statistik Perbankan Bank Indonesia (BI), dan Laporan Keuangan Bank Syariah dan bank konvensional yang bersangkutan. Data yang digunakan merupakan data Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Umum Konvensional mulai dari periode tahun 2002-2013 yang diambil secara triwulan.
C. Input Dan Output Ketika mengukur efisiensi dengan metode DEA langkah penting yang dilakukan adalah penentuan variabel-variabel input dan variabel-variabel output. Selanjutnya menentukan orientasi model, apakah bertujuan untuk memaksimalkan output atau meminimalkan input. Hubungan antara input dengan output, apakah bersifat Variable return to scale atau constant return to scale juga merupakan aspek yang penting dalam teknik DEA. Dalam hal hubungan antara input dengan output bersifat constant return to scale efisiensi teknis yang hendak dicapai tidak mencerminkan skala ekonomi yang efisien. Sedangkan dalam hubungan input dan output yang Variable return to scale menganggap efisiensi yang dicapai juga menggambarkan efisiensi dalam skala ekonomi. Artinya bank yang tidak efisien dalam teknis juga tidak
56
efisien dalam skala ekonomi, bank yang efisien dalam teknis juga efisien dalam skala ekonomi. Pada penelitian Ascarya dan Yumanita2, mereka menggunakan pendekatan intermediasi karena memandang bahwa pendekatan ini sesuai dengan karakteristik bank islam, namun input dan output yang dipilih harus mencerminkan nilai-nilai dari bank islam. Modifikasi variabel Input dan output yang dipilih oleh sufian (2006) sudah paling mendekati cerminan dari bank islam, hal ini membuatnya representatif untuk digunakan. Penelitian ini memodifikasi pendekataan intermediasi untuk mendapatkan cerminan kegiatan bank islam yang lebih baik, hal ini juga diadaptasi oleh Sufian (2006) asumsi yang digunakan bank islam dan bank konvensional total pinjaman/total pembiayaan (Y1) pendapatan (Y2) dana pihak ketiga (X1) beban tenaga kerja (X2) dan asset tetap (X3). Asset lancar tidak termasuk dalam penggunaan variabel, hal ini selayaknya dengan fungsi bank yang sesungguhnya, bukan untuk melakukan kegiatan pasar keuangan , tapi melakukan kegiatan pada sektor riil. Pada penelitian Haider Alzubaidi dan Spires Bougheas3, penelitian ini menjelaskan tentang pendekatan yang digunakan pada penelitian Berger dan Humprey (1997) bahwa poin dari pendekatan intermediasi mungkin lebih
2
Ascarya, Diana yumanita, dan Guruh S Rohimah, Efficiency Analysis of Conventional and Islamic Banks in Indonesia using Data Envelopment Analysis (2007), hal. 5 3 Haider Alzubaidi, dan Spires, Impact of the Global Financial Crisis on European Banking Efficiency (2012) hal. 11
57
sesuai ketika mengevaluasi efisiensi sebagai seluruh lembaga keuangan. Ini karena inklusi dari beban bunga yang membuat proporsi yang signifikan dari beban. Dimana, pendekatan produksi lebih cocok untuk mengevaluasi efisiensi
dari
cabang
lembaga
keuangan.
Untuk
itu
model
DEA
memcerrminkan estimasi dari standar pendekatan intermediasi dan terdiri dari empat input total dana pihak ketiga (X1), asset tetap (X2), total beban operasional (X3) dan provisi kerugian pinjaman (X4) dan tiga output yang terdiri dari total pendapatan asset lainnya (Y1), total pendapatan lainnya (Y2) dan total pinjaman (Y3). Pada penelitian Sufian4, penelitian ini menggunakan kombinasi antara pendekatan intermediasi dan pendekatan asset. Dengan menggunakan tiga variabel input dan dua variabel output. Dimana variabel input terdiri dari beban tenaga kerja (X1), asset tetap (X2) dan dana pihak ketiga (X3), sesedangkan variabel output yang digunakan terdiri dari total penyaluran dana (Y1) dan investasi pada sekuritas (Y2). Pada penelitian Donsyah dan Yudisthira5, penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi, alasan menggunakan pendekatan intermediasi adalah karena karakter bank syariah. Prinsip keuangan syariah adalah partisipasi perusahaan dalam menggunakan dana perbankan berdasarkan prinsip bagi
4
Sufian Fadzlan, The Efficiency Effects Of Bank Mergers And Acquisitions In A Developing Economy: Evidence From Malaysia (2004), hal. 64 5 Donsyah Yudistira, Efficiency In Islamic Banking: An Empirical Analysis Of Eighteen Banks (2004), hal. 9
58
hasil hal ini menyiratkan pentingnya fungsi intermediasi bagi kegiatan bank syariah. Struktur keuangan perbankan syariah adalah berbasis modal karena didominasi oleh dana pihak ketiga dan dana yang diinvestasikan yang didasarkan pada prinsip bagi hasil. Dimana tingkat pengembalian modal ditentukan setelah dilakukannya kegiatan ekonomi ketika dana tersebut digunakan. Oleh karena itu penggunaan input dan output yang digunakan dalam DEA harus mencerminkan prilaku dari kegiatan perbankan syariah. Maka dalam penelitian ini menggunakan tiga input dan tiga output. Dimana input terdiri dari beban tenaga kerja (X1), asset tetap (X2) dan dana pihak ketiga (X3). Sedangkan output yang digunakan total penyaluran dana (Y1), pendapatan lainnya (Y2) dan asset lancar (Y3). Masalah utama dalam menginvestigasi efisiensi perbankan adalah sulitnya mendefiniskan dan mengukur konsep output perbankan, terutama sebagai prilaku dan fungsi dari intermediasi keuangan. Hal yang menjadi perdebatan adalah tentang peran dana pihak ketiga : disatu sisi, ada yang berpendapat bahwa input sebagai proses dari proses produksi (pendekatan intermediasi dan asset) ; disisi lain, ada yang menjelaskan bahwa dana pihak ketiga sebagai output (pendekatan produksi), hal ini kerena dana nasabah akan
59
menghasilkan nilai tambah, dan dana nasabah merupakan biaya peluang (pendekatan value added, pendekatan user cost)6. Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel input dan dua variabel output, dimana variabel-variabel ini ditunjukan pada tabel sebagai berikut : Tabel 3.1 Variabel Input-Output No. 1 2 3 4 5
Variabel Input 1 Input 2 Input 3 Output 1 Output 2
Akun Dana pihak ketiga Asset tetap Beban tenaga kerja Penyaluran dana Pendapatan operasional
Simbol X1 X2 X3 Y1 Y2
Alasan penggunaan variabel-variabel tersebut dalam penelitian adalah karena variabel tersebut dianggap dapat mewakili fungsi dan prilaku yang dapat mencerminkan kegiatan perbankan sebagai perbankan islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi, dimana dalam pendekatan ini variabel input yang dipilih adalah DPK, asset tetap dan beban tenaga kerja. Mengapa variabel ini yang dipilih sebagai veriabel input, karena secara teknis variabel ini dianggap sebagai pengorbanan atau sumber daya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan perbankan untuk menghasilkan suatu hasil atau output, dalam pemilihan variabel ini juga harus memperhatikan nilai-nilai dari perbankan islam dimana salah satu variabel yang dipilih adalah asset tetap, bukan total asset. Dalam hal ini bukan total asset yang digunakan 6
Barbara Casu, dan Philip Molyneux, A Comparative Study of Efficiency in European Banking (2000), h. 12
60
melainkan asset tetap, karena dikhawatirkan apabila total asset yang digunakan, akan terjadi penjumlahan antara asset tetap dan asset lancar. Dimana asset lancar kecenderungannya didapatkan dari hasil investasi pasar uang dan sekuritas. Sedangkan fungsi perbankan adalah menyalurkan dana pada sektor riil. Variabel output yang dipilih dalam penelitian ini adalah penyaluran dana/pembiayaan dan pendapatan operasional. Dalam pendekatan ini penggunaan kedua variabel ini berkaca pada fungsi intermediasi perbankan dimana output perbankan tidak hanya dilihat dari nilai efisiensi yang dihasilkan dari rasio input terhadap pendapatan optimal yang dapat dihasilkan perbankan saja, tetapi harus memperhatikan jumlah dana yang disalurkan pada masyarakat. Berkaca pada nilai-nilai bank islam variabel pendapatan yang digunakan dalam penelitian ini hanya pendapatan operasional saja. Karena secara teknis pendapatan operasional dianggap sebagai pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas kegiatan ekonomi perbankan terhadap sector riil. Serta tidak memasukan pendapatan lain-lain dan pendapatan non halal, karena bukan dihasilkan dari kegiatan ekonomi perbankan terhadap sector riil dan dikawatirkan pendapatan tersebut akan tercampur dengan pendapatan bunga.
61
D. Populasi dan sampel 1. Populasi Penelitian ini menggunakan populasi seluruh bank umum yang beroperasi dan mempunyai kantor pusat di Indonesia (Bank Nasional) dan telah melakukan Merger dan Akusisi pada periode tahun 1991-2002 sebanyak 48 bank dan masih operasional sampai dengan tahun 2006 yang semuanya merupakan Bank Umum Konvensional (BUK). Sedangkan popolasi untuk bank yang melakukan Spin Off pada periode 1999–2012 sebanyak 10 bank dan masih beroperasi hingga tahun 2013 yang semuanya merupakan Bank Umum Syariah (BUS). Dimana keseluruhan jumlah perbankan tersebut berdasarkan laporan keuangan publikasi Bank Indonesia. 2. Sampel Pemilihan sampel dilakukan dengan metode non probabilitas atau secara tidak acak, elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling) dengan metode pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yakni pengambilan sampel yang didasarkan pada penilaian
terhadap
beberapa
karakteristik
anggota
sampel
yang
62
disesuaikan dengan maksud penelitian. Mudrajad Kuncoro (2003), dalam Ida Kusmargiani7. Kriteria - kriteria yang harus dipenuhi pada sampel bank yang Merger dan Akusisi adalah berikut ini: a. Bank hasil Merger dan Akuisisi yang masih operasional sampai pada tahun 2013 b. Tersedianya data laporan keuangan pada bank yang melakukan Merger dan Akuisisi dengan periode waktu paling dekat setelah Merger dan Akuisisi dengan interval waktu enam tahun. c. Data keuangan yang digunakan pada bank yang Merger dan Akusisi menggunakan interval waktu enam tahun, secara triwulan. d. Bank yang melakukan Merger dan Akusisi setelah program penyehatan perbankan berupa rekapitalisasi dan retrukturisasi kecuali bank artha graha internasional yang melaukan Merger pada tahun 2006. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka terdapat 3 (tiga) perusahaan perbankan yang dipilih sebagai sampel untuk bank yang melakukan Merger dan Akusisi adalah sebagai berikut:
7
Ida Savitri Kusmargiani, Analisis Efisiensi Operasional Dan Efisiensi Profitabilitas Pada Bank Yang Merger Dan Akusisi Di Indonesia (2006), hal. 64
63
Tabel 3.2 Bank hasil Merger dan Akusisi No.
Nama Bank
1 2
Bank Mandiri Bank Permata Bank Artha Graha International
3
Periode Merger Akusisi
Periode Perhitungan Efisiensi 1999 2002-2007 2002 2005-2010 2006 2006-2011
Kriteria - kriteria yang harus dipenuhi pada sampel bank yang Spin Off adalah berikut ini: a. Bank hasil Spin Off yang masih operasional pada tahun 2013. b. Tersedianya data laporan keuangan pada bank yang melakukan Spin Off dengan periode yang paling dekat setelah Spin Off. Hal ini dilakukan mengikuti perbankan yang melakukan Merger dan Akusisi. c. Data keuangan yang digunakan pada bank yang Spin Off menggunakan interval waktu enam tahun tahun, secara triwulan. Kecuali BRIS yang laporan keungannya hanya tersedia lima tahun. Berdasarkan kriteria- kriteria tersebut, maka terdapat 3 (tiga) perusahaan perbankan yang dipilih sebagai sampel adalah sebagai berikut:
64
Tabel 3.3 Bank hasil Spin Off No.
Nama Bank
Periode Merger Akusisi
1 Bank Syariah Mandiri 2 Bank Mega Syariah 3 BRI Syariah
Periode Perhitungan Efisiensi 1999 2002-2007 2004 2006-2011 2008 2009-2013
E. Metode Analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Data Envelopment Analysis (DEA), yang basisnya pemrograman linier (Linier Programming). Setelah mendapatkan skor
efisiensi dari masing-masing
perbankan, kemudian dilihat perbedaan efisiensi antara perbankan yang terbentuk dari hasil Merger dan Akusisi dan perbankan yang terbentuk dari hasil Spin Off. Untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua model pendirian perbankan tersebut dilihat dari skor efisiensinya. Secara teknis perhitungan dibantu dengan paket-paket software. Untuk menghitung skor efisiensi DEA menggunakan DEAWIN. 1. Data Envelopment Analysis : Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan model non-parametrik, pendekatan pemrograman linier untuk mengukur efisiensi teknis relatif, dimana cara pengukuran standar efisiensi didapatkan dari data yang di obeservasi. DEA menggunakan satu input dan output untuk mengukur efisiensi teknis yang diperkenalkan oleh Farell (1957), dan untuk mengukur banyak input dan output yang dikembangkan oleh Charnes dkk (1994).
65
Analisis menggunakan DEA dapat menggunakan kombinasi input dan output dari satu atau beberapa perusahaan, selama prosesnya menggunakan teknologi dan kinerja yang sejenis. Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weights) atau timbangan untuk setiap input dan output DMU. Bobot tersebut memiliki sifat tidak bernilai negative dan bersifat universal, artinya setiap DMU dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted output/total weighted input) dan rasio tersebut tidak boleh lebih dari satu (total weighted output/total weighted input ≤ 1). DEA berasumsi bahwa setiap DMU akan memilih bobot yang memaksimumkan
rasio
efisiensinya
(maximize
total
weighted
output/total weighted input). Karena setiap DMU menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda pula, maka setiap DMU akan memilih seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman tersebut. Bobot-bobot tersebut bukan merupakan nilai ekonomis dari input dan outputnya, melainkan sebagai penentu untuk memaksimumkan efisiensi dari suatu DMU. Cara pengukuran yang digunakan dalam DEA adalah dengan membandingkan antara output yang dihasilkan dengan input yang ada, yang digambarkan sebagai berikut :
66
Efisiensi =
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
Dalam kenyataannya, baik input maupun output bisa terdapat lebih dari satu input dan output dalam suatu decision making unit (DMU). Dalam membandingkan output dan input, digunakan bobot untuk masing-masing input dan output yang ada, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut : 8 Technical Efficiency =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
Pada tahun 1957, farell memperkenalkan ide efisiensi menggunakan unit produksi, dengan menggunakan konsep input oriented. Ini merupakan model pemrograman linear, yang berasumsi tidak ada kesalahan secara acak, dan digunakan untuk mengukur efisensi teknis. Efisiensi teknis merupakan pengukran efektifitas yang memberikan serangkaian input untuk menghasilkan output. DMU hanya merupakan efisiensi teknis yang menggunakan level minimum dari input untuk menghasilkan maksimum output atau ini dapat digunakan untuk meredam tingkat input ketika diberikan jumlah output yang sama. Persamaan matematis yang digunakan :
8
James T Shanon. Productivity, Cost, and Technical Efficiency Evaluation of Southeastern U.S. Logging Contractors.(1998).h.13
67
Gambar 3.1 Persamaan DEA
Maksimal h =
𝑟
𝑢𝑟 𝑦𝑟𝑗0
𝑖
𝑣𝑖 𝑥𝑖𝑗0
batasan 𝑟
𝑢𝑟 𝑦𝑟𝑗
𝑖
𝑣𝑖 𝑥𝑖𝑗
≤1
j = 1,…..,n (untuk keseluruhan j)
Keterangan : h : efisiensi teknis perbankan yrj : merupakan jumlah output r yang diproduksi oleh bank s. xij : jumlah input i yang digunakan oleh bank s ur : merupakan bobot output r yang di hasilkan oleh bank s vi : bobot input i yang diberikan oleh bank s, dan r dihitung dari 1 ke m serta i dihitung dari 1 ke n.
Ur , vi ≥ 𝜀
Dari persamaan diatas dapat didefinisikan kedalam beberapa notasi. Dengan asumsi bahwa sigma i adalah input dan sigma r adalah output untuk setiap perusahaan, atau seringkali disebut dengan Decision Making Unit dalam literatur DEA. Untuk DMU ke-I diwakili secara berturut-turut oleh vektor x1 dan y1. Dalam hal, x adalah matrik input i x n, dan Y adalah matriks output r x n, maka representasi tersebut merupakan cara merumuskan data dalam bentuk matriks dari semua n UKE. Tujuan dari DEA adalah membentuk sebuah frontier nonparametric envelopment terhadap suatu data dari titik pengamatan yang berada di bawah frontier. Cara terbaik untuk memperkenalkan DEA adalah melalui bentuk rasio. Untuk setiap UKE, kita akan mendapatkan ukuran rasio dari semua output terhadap inputnya,
68
seperti uryr / vixi, dimana u mrupakan vektor r yl dari output tertimbang (weight output) dan v adalah vektor i xl dari input tertimbang (weight input). Untuk penimbang yang optimal harus dispesifikasikan kedalam problema matematis (the mathematical programming problem). dalam hal ini, termasuk juga menemukan nilai untuk u dan v, sebagai sebuah pengukuran efisiensi h yang maksimal. Dengan tujuan untuk kendala bahwa semua ukuran efisiensi haruslah kurang atau sama dengan satu, salah satu masalah dengan formulasi atau rumusan rasio ini adalah bahwa ia memiliki sejumlah solusi yang tidak terbatas (infinite). Untuk menghindari hal ini, maka kita dapat menentukan kendala yang akan menspesifikasikan dan memudahkan dalam proses selanjutnya menggunkan teknik komputasi. dimana n menunjukkan jumlah bank dalam sampel. Pertidaksamaan pertama menunjukkan adanya efisiensi rasio untuk perusahaan lain tidak lebih dari 1, sementara pertidaksamaan kedua berbobot positif. Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya jika mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank semakin rendah. Pada DEA, setiap bank dapat menentukan pembobotnya masing-masing dan menjamin bahwa pembobot yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik.
69
Dalam model DEA terdapat dua pendekatan optimasi atau asumsi yang biasa digunakan, pendekatan optimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah constant return scale (CRS) dan Variable return to scale (VRS).9 a. Constant return to scale Model constant return to scale dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhoades dan disebut juga model CCR pada tahun 1978. Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output adalah sama, artinya jika ada penambahan input sebesar X kali, maka output akan meningkat sebesar X kali juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau DMU beroperasi secara optimal. Untuk itu fungsi objektif dan fungsi kendala pada DEA model constant return to scale dapat digambarkan pada persamaan berikut ini :
9
Retno Wulansari, Dea : Alat Analisis Untuk Mengkaji Efisiensi Relatif (2010), hal. 18
70
Gambar 3.2 Model DEA CRS Keterangan :
𝐸𝑓𝑓 = 𝑀𝑖𝑛
yrj = jumlah output r yang diproduksi oleh DMU j xij = jumlah input i yang digunakan oleh DMU j ur = bobot yang diberikan kepada output r, (r=1,...,t dan t adalah jumlah output) vi = bobot yang diberikan kepada input i, (i=1,..., m dan m adalah jumlah input)
𝑉𝑖 𝑋𝑖𝑗0 𝑟
𝑈𝑖, 𝑉𝑖 𝑆, 𝑡 𝑈𝑟 𝑌𝑟𝑗 − 𝑟
𝑉𝑖 𝑋𝑖𝑗 ≤ 0 ; ∀𝑗 𝑖
𝑈𝑟 𝑌𝑟𝑗0 = 1 𝑖
𝑈𝑟 , 𝑉𝑖 ≥ 0 ; ∀𝒓 ∀𝒊
n = jumlah DMU, j0 = DMU yang diberi penilaian
b. Variable return to scale Model Variable return to scale (VRS) dikembangkan oleh Banker, Charnes, dan Rhoades (model BCC) pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan dari model CCR. Model ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal. Asumsi dari model ini adalah rasio antara penambahan input dan otput tidaj sama. Artinya, penambahan input sebasar X kali tidak akan memyababkan output meningkat sebasar X kali, bias lebih kecil atau lebih besar dari X kali pendekatan BCC lebih baik dalam menghitung tingkat efisiensi teknis yang sebenarnya tanpa dibatasi kendala apapun, karena pendekatan BCC menghitung tingkata
71
efisiensi secara lokal bukan secara global. Untuk itu fungsi objektif dan fungsi kendala pada DEA model Variable return to scale dapat digambarkan pada persamaan berikut ini :
Gambar 3.3 Model DEA VRS Keterangan :
𝐸𝑓𝑓 = 𝑀𝑎𝑥 𝑟
yrj = jumlah output r yang diproduksi oleh DMU j, xij = jumlah input i yang digunakan oleh DMU j, ur = bobot yang diberikan kepada output r, (r = 1 ,..., t dan t adalah jumlah output),
vi = bobot yang diberikan kepada input i, (i = 1,..., m dan m adalah jumlah input),
𝑉𝑖 𝑋𝑖𝑗0 + 𝑈0 𝑈𝑖, 𝑉𝑖
𝑆, 𝑡 𝑈𝑟 𝑌𝑟𝑗 −
𝑉𝑖 𝑋𝑖𝑗 + 𝑈0 ≤ 0 ; ∀𝑗
𝑟
𝑖
𝑈𝑟 𝑌𝑟𝑗0 = 1 𝑖
𝑈𝑟 , 𝑉𝑖 ≥ 0 ; ∀𝒓 ∀𝒊
n = jumlah DMU, j0 = DMU yang diberi penilaian
Rumus pendekatan DEA diatas memiliki fungsi tujuan untuk memaksimalkan nilai efisiensi dari masing-masing DMU dengan meminimalisir input dan menggunakan dengan faktor kendalanya bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada nilai efisien DMU yang lebih besar dari 100%, penjumlahan setiap output akan sama dengan 1 dan semua variabel keputusan tidak sama dengan 0. DEA menghitung rasio perbandingan output terhadap input untuk setiap unit, dengan
72
skor dinyatakan sebagai 0-1 atau 0 sampai 100 persen. Sebuah unit kesehatan dengan skor kurang dari 100% akan tidak efisien bila dibandingkan dengan unit lain. Dalam penentuan input dan output dalam metode DEA, salah satu yang harus ditentukan adalah pendekatan yang akan digunakan. Pendekatan yang terdapat dalam pengukurun efisiensi terdiri dari 3 (tiga) pendekatan yaitu, pendekatan asset, pendekatan produksi dan pendekatan intermediasi. Untuk menentukan pendekatan mana yang akan dipilih dilihat dari teknologi yang karakteristik dari perbankan yang akan diteliti. Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan intermediasi, dimana pendekatan ini dianggap sesuai dengan fungsi perbankan yang sebenarnya yaitu sebagai lembaga penyaluran dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana serta penelitian ini juga bertujuan untuk melihat apakan perbankan sudah efisien apabila dilihat dari sisi intermediasinya. Dilihat dari hal inilah maka dapat ditentukan variabel input dan output apa saja yang akan digunakan dalam penelitian. Pada penelitian ini asumsi yang digunakan adalah constant return to scale (CRS). Asumsi ini digunakan karena penelitian ini mencoba untuk melihat apa saja sumber ketidakefisiensian, berapa besar persentase ketidak efisiensian dan berapa persentase To Gain yang harus ditingkatkan supaya perbankan dalam penelitian ini dapat
73
beroperasi dengan efisien. Untuk itu penelitian ini memberikan dua alternatif orientasi pengukuran yaitu keadaan dimana perbankan harus memaksimalkan outputnya (output oriented) dan ketika perbankan harus minimimalisir penggunaan input (input oriented). Maka kedua alternatif inilah yang akan digunakan perbankan sebagai gambaran dan langkah apa yang harus dilakukan perbankan supaya dapat beroperasi dengan efisien. Untuk menggunakan kedua orientasi pengukuran ini, maka asumsi yang digunakan harus constant return to scale (CRS) agar tidak memberikan hasil yang berbeda dalam pengukuran efisiensi. Hal ini dikarenakan ketika melakukan pengukuran menggunakan orientasi input maupun orientasi output maka akan menghasilkan nilai efisiensi yang sama ketika menggunakan asumsi constant return to scale. Hal ini terjadi dikarenakan DMU beroperasi pada frontier yang sama jika menggunakan asumsi CRS. Berbeda hasilnya jika DMU menggunakan asumsi variable return to scale (VRS) hal ini akan mengakibatkan DMU memberikan hasil efisiensi yang berbeda antara pengukuran menggunakan orientasi input dan pengukuran menggunakan orientasi output hal ini juga dijelaskan dalam Sufian Faldzan (2012), ketika malakukan
pengukuran
cost,
profit
dan
revenue
efisiensi
menggunakan VRS dua orienteasi, hasil efisiensinya menjadi berbedabeda.
BAB IV Hasil Analisis Data
A. Hasil Efisiensi Keseluruhan Perbankan Berikut ini adalah tabel skor efisiensi dari kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi serta kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil spin off secara keseluruhan. Tabel 4.1 Hasil Efisiensi Keseluruhan Triwulan
Nama Bank Mega Sy
BRIS
BSM
Artha Inter
Mandiri
Permata
1
100
100
88.11
75
100
55.84
2
97.69
95.04
84.09
65.59
100
55.5
3
100
100
89.15
76.68
100
60.79
4
100
100
85.02
83.76
100
65.96
5
100
88.36
71.51
64.91
75.09
62.96
6
100
76.73
66.41
61.05
74.34
58.77
7
100
81.12
65.47
65
76.62
68.93
8
100
79.74
68.12
73.67
80.52
84.58
9
84.13
80.18
69.98
69.03
46.99
54.66
10
63.13
75.49
66.86
68.44
49.03
54.75
11
64.95
72.98
72.11
66.8
55.23
59.93
12
70.45
77.95
74.58
78.22
60.54
71.95
13
68.03
78.05
84.79
74.83
54.02
75.46
14
64.72
66.52
74.63
67.85
47.64
67.55
15
74.53
70.68
76.83
72.63
52.87
65.25
16
84.88
72.56
79.32
82.7
57.84
66.97
17
91.64
80.8
74.84
77.58
50.94
67.58
18
88.69
75.15
71.29
66.98
55.02
62.9
19
99.28
73.99
74.35
69.11
61.81
68.55
20
100
75.41
82.22
71.85
70.7
76.32
21
79.22
74.24
77.19
72.64
52.84
70.39
74
75
22
79.09
73.17
74.77
68.12
47.02
67.2
23
89.17
79.04
75.96
69.81
53.46
64.24
24
96.59
76.68
81.99
72.09
54.15
68.23
Rata-rata
87.34
80.16
76.23
71.43
65.7
65.64
Dari tabel diatas maka dapat dirinci secara keseluruhan skor rata-rata tingkat efisiensi perbankan yang merger-akusisi dan spin off selama rentang waktu 5-6 tahun, yaitu sebagai berikut : 1. Bank Mega Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 87.34% 2. BRI Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 80.16% 3. Bank Syariah Mandiri dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 76.23% 4. Bank Artha Graha Internasional dengan skor efisensi rata-rata sebesar 71.43% 5. Bank Mandiri dengan skor efsiensi rat-rata sebesar 65.7% 6. Bank Permata dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 65.64% Dari skor diatas dapat diketahui bahwa skor efisiensi tertinggi diraih oleh Bank Mega Syariah dengan skor 87.34% dan BRI Syariah dengan skor 80.16% dimana ketiga bank dengan efisensi tertinggi tersebut terbentuk dari hasil spin off dan kedua bank tersebut adalah bank syariah. Kemudian skor efisiensi terendah diraih oleh bank permata dengan skor efisiensi sebesar 65.64%. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perubahan efisiensi perbankan serta perbandingan efisiensi antar bank setiap triwulannya maka dapat dilihat melalui grafik yang menggambarkan skor efisiensi dalam 24 triwulan secara keseluruhan, yang digambarkan pada grafik dibawah ini.
76
Gambar 4.1 grafik Hasil Efisiensi keseluruhan
Skor Efisiensi Keseluruhan Perbankan
110 100 90
Skor Efisiensi
80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Triwulan Mega Sy
BRIS
BSM
Artha Inter
Mandiri
Permata
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa skor efisiensi perbankan tiap triwulannya cenderung fluktuatif . walaupun skor efisiensi rata-rata Bank Mega Syariah paling tinggi, hanya BRI Syariah dan Bank Artha Internasional yang memiliki skor efisiensi dengan trend yang cenderung stabil, jika dibandingkan dengan perbankan lainnya. Bahkan Bank Mandiri yang memiliki asset dan dana pihak ketiga yang cenderung besar tidak menjamin bank tersebut
mampu
beroperasi dengan skor efisiensi yang stabil. Disisi lain walaupun BRI Syariah dan Bank Mega Syariah merupakan bank baru dan dengan jumlah asset dan DPK
77
dibawah bank lainnya namun kedua bank ini memiliki skor efisiensi rata-rata paling tinggi dimana BRI Syariah memiliki trend efisiensi yang cenderung stabil. Adapun perbankan yang dikategorikan efisien secara penuh adalah perbankan yang memiliki skor efisiensi sebesar 100% dan skor dibawah itu dianggap inefisien. Bank yang memiliki skor efisiensi 100% adalah bank yang mampu beroperasi dengan tepat, dimana ia dapat menggunakan sumber dayanya dengan tepat untuk menghasilkan output. Berikut ini adalah perbankan yang beroperasi dengan efisien dalam penelitian ini. Bank Mega Syariah, BRI Syariah dan Bank Mandiri beroperasi dengan efisiensi pada triwulan 1. Bank Mandiri pada triwulan 2. Bank Mega Syariah, BRI Syariah dan Bank Mandiri pada triwulan 3. Bank Mega Syariah, BRI Syariah pada triwulan 5. Bank Mega Syariah berturut-turut pada triwulan 6,7,8 dan terakhir pada triwulan 20. Dari hasil diatas Bank Mega Syariah mengalami efisiensi penuh paling banyak yaitu selama delapan triwulan. Bank Mandiri dengan empat triwulan dan BRI Syariah selama tiga triwulan. Sedangkan Bank Syariah Mandiri, Bank Artha Internasional dan Bank Permata tidak pernah mencapai efisiensi penuh sekalipun. Setelah melihat hasil efisiensi keseluruhan diatas, maka dapat diketahui bahwa, Perbankan yang terbentuk dari hasil spin off memiliki efisiensi keseluruhan yang lebih besar dari pada perbankan yang terbentuk dari merger dan akusisi.
78
Yang artinya, perbankan yang terbentuk dari hasil spin off dapat memanfaatkan sumber daya yang ada (input) untuk menghasilkan output yang optimal. Jika dibandingkan dengan perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi. Faktor utama yang diduga mempengaruhi hasil efisiensi kedua kelompok perbankan tersebut adalah penggunaan variabel yang digunakan dalam pengukuran efsiensi. Penggunaan variabel yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada karakteristik bank islam dimana, penggunaan variabel ini tidak memungkinkan perbankan bermain pada sektor surat berharga, pasar uang antar bank serta kegiatan usaha yang tidak mengacu pada sektor riil. Tentu saja hal ini tidak memihak pada perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi. Pada bank yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi yang keseluruhannya merupakan bank konvensional, tentu mereka memiliki karakteristik untuk bermain pada sektor non penyaluran dana seperti surat berharga, transaksi valas dll. keseluruhan biaya yang mereka gunakan (input), tentu tidak hanya dialokasikan pada sektor riil saja tetapi juga pada sektor non riil. Pada penelitian ini karena variabel yang digunakan mengacu pada karakteristik bank islam maka output yang digunakan hanya penyaluran dana ke sektor riil. Hal ini akan mengakibatkan rasio antara output terhadap input menjadi lebih kecil, sehingga efisiensi pada bank yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi akan menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan penelitian Supachet
79
Chansarn (2008), bahwa Bank Komersial yang hanya melakukan kegiatan inti perbankan (penyaluran dana) tidak akan pernah efisien jika dibandingkan dengan perbankan yang bermain pada sektor-sektor baru (sekuritas dan pasar keuangan). Berbeda dengan bank yang terbentuk dari hasil spin off yang keseluruhannya merupakan bank syariah. Dimana bank syariah idealnya hanya menyalurkan dana pada sektor riil. Keseluruhan biaya (input) yang mereka miliki, mereka fokuskan dialokasikan pada penyaluran dana. Hal ini akan mengakibatkan idealnya rasio antara output terhadap input, sehingga akan menghasilkan efisiensi yang besar. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, suatu perbankan akan efisien, apabila dengan jumlah input tertentu penyaluran dana, pendapatan operasional besar tetapi jumlah NPL nya kecil. Setelah mengetahui skor efsiensi perbankan secara keseluruhan. Selanjutnya adalah merinci berapakah skor efsiensi perbankan yang melakukan mergerakusisi dan spin off. Untuk itu maka akan ditunjukan pada grafik berikut ini. B.
Hasil Efisiensi Kelompok perbankan yang merger dan akusisi Perbankan yang melakukan merger dan akusisi pada penelitian ini terdapat
tiga sampel yaitu : Bank Mandiri, Bank Artha Internasional dan Bank Permata. Untuk lebih jelas mengetahui tentang skor efisiensinya berikut ini adalah grafik yang menampilkan skor efisiensi perbankan yang merger dan akuisisi.
80
Gambar 4.2 grafik hasil efisiensi bank yang merger dan akusisi
Skor Efisiensi
Skor Efisiensi Pada Bank yang Merger dan Akusisi 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Triwulan Artha Inter
Mandiri
Permata
Keterangan : perhitungan lap. Keuangan Artha Inter pada 2006-2011, Mandiri 2002-2007, Permata 2005-2010.
Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata urutan skor efisiensi terbaik pada kelompok perbankan yang merger dan akusisi dapat dirinci sebagai berikut : 1. Bank Artha Graha Internasional dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 71.43% 2. Bank Mandiri dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 65.7 3. Bank Permata dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 65.64 Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa skor rata-rata efisiensi tertinggi pada kelompok ini diraih oleh bank Artha Graha Internasional dengan skor sebesar
81
71.43% dan skor rata-rata efisiensi terendah diraih oleh Bank Permata dengan skor efisiensi sebesar 65.64% . pada kelompok perbankan yang merger dan akusisi, pergerakan skor efisiensi masing-masing perbankan cenderung menunjukan trend yang fluktuatif. Hanya Bank Artha Graha Internasional yang cenderung memiliki skor efisiensi paling tinggi dengan trend pergerakan yang relatif
stabil bila
dibandingkan dengan bank lainnya. Pada kelompok perbankan yang merger dan akuisisi terlihat hal yang menarik pada Bank Mandiri, dimana selama empat triwulan pertama Bank Mandiri mengalami efisiensi penuh secara berturut-turut. Kemudian mengalami penurunan pada triwulan lima, dengan skor efisiensi sebesar 75.09%. Hal ini disebabkan karena Bank Mandiri hanya dapat mengefisiensikan penggunaan DPK nya sebesar 75.1%, asset tetap sebesar 58%, beban tenaga kerja sebesar 75.1% serta mengefisensikan output yaitu penyaluran dana dan pendapatan operasional masingmasing sebesar 75.1%. setelah triwulan keempat Bank Mandiri beroperasi dengan cukup stabil hingga mencapai efisiensi sebesar 80.52% pada triwulan 8, dan puncaknya mengalami penurunan efisiensi terendah pada triwulan Sembilan dengan skor 46.99% diakibatkan karena Bank Mandiri hanya dapat mengefisiensikan penggunaan seluruh variabel input dan outputnya sebesar 47%. Secara keseluruhan efisiensi rata-rata Bank Mandiri sebesar 65.7% dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK sebesar 65.67%, aset tetap sebesar 43.03%, beban tenaga kerja sebesar 65.67% serta kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 64.33% dan pendapatan operasional sebesar 65.67%.
82
Pada Bank Permata, walaupun Bank permata memiliki efisiensi rata-rata paling rendah namun bank ini memiliki trend efisiensi yang cenderung naik diakhir triwulannya. Efisiensi puncak permata diraih pada triwulan delapan dengan skor 84.58% dimana Bank permata dapat mengefisiensikan penggunaan DPKnya sebesar 84.6%, asset tetap 47%, beban tenaga kerja 84.6% dan hasil output penyaluran dana sebesar 84.6% serta pendapatan operasional sebesar 84.5%. Secara keseluruhan efisiensi rata-rata Bank Permata sebesar 65.64% dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK sebesar 65.64%, aset tetap sebesar 54.65%, beban tenaga kerja sebesar 64.74% serta kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 65.64% dan pendapatan operasional sebesar 62.88%. Pada Artha Graha Internasional, Bank ini memiliki trend efisiensi yang cenderung stabil jika dibandingkan dengan kedua bank lainnya. Efisiensi terendah Bank Artha Graha Internasional diraih pada triwulan keenam dengan skor 61.05%. hal ini disebabkan karena bank ini hanya dapat memaksimalkan keseluruahan input dan outputnya sebesar 61.05%. efisiensi tertinggi bank ini diraih pada triwulan keempat dengan skor 83.76%. Secara keseluruhan efisiensi rata-rata Bank Artha Graha Internasional sebesar 71.43% dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK sebesar 71.42%, aset tetap sebesar 70.66%, beban tenaga kerja sebesar 70.33% serta kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 71.42% dan pendapatan operasional sebesar 63.46%. Setelah melihat efisiensi dari masing masing bank yang melakukan merger dan akusisi. Selanjutnya adalah mengetahui skor rata-rata efisiensi dari keseluruhan
83
perbankan yang merger dan akusisi. Dari keseluruhan perbankan yang merger dan akusisi didapat skor efeisiensi rata-rata sebasar 67.59%.
C. Hasil Efisiensi Kelompok perbankan yang Spin off Perbankan yang berdiri dari hasil Spin off pada penelitian ini terdapat tiga sampel yaitu : BRI Syariah, Bank Mega Syariah dan Bank Syariah Mandri. Untuk lebih jelas mengetahui tentang skor efisiensinya berikut ini adalah grafik yang menampilkan skor efisiensi perbankan yang terbentuk dari hasil spin off.
Gambar 4.3 grafik hasil efisiensi bank yang spin off
Skor Efisiensi Pada Bank yang Spin off
110 100 90
Skor Efisiensi
80 70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Triwulan
Mega Sy
BRIS
BSM
Keterangan : perhitungan lap. Keuangan Mega Sy 2006-2011, BRIS 2009-2013, BSM 2002-2007.
84
Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata urutan skor efisiensi terbaik pada kelompok perbankan yang berdiri dari hasil Spin off dapat dirinci sebagai berikut : 1. Bank Mega Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 87.34% 2. BRI Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 80.16% 3. Bank Syariah Mandiri dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 76.23% Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa skor efisiensi rata-rata tertinggi diraih oleh Bank Mega Syariah dengan skor rata-rata efsiensi sebesar 87.34%, dan skor efisiensi rata-rata terendah diraih oleh Bank Syariah Mandiri dengan skor efsiensi rata-rata sebesar 76.23%. Dari hasil efisiensi tiap triwulan pada perbankan yang terbentuk dari hasil Spin off. Dapat dilihat walaupun efisiensi rata-rata BSM dan BRIS dibawah Bank Mega Syariah namun kedua bank ini menunjukan trend yang lebih stabil jika dibandingkan dengan Bank Mega Syariah. Namun dari ketiga bank tersebut BRI Syariah cenderung terlihat paling stabil. Pada Bank Mega Syariah, bank ini beroperasi pada efisiensi penuh selama tujuh triwulan pertama. Kemudian mengalami penurunan pada triwulan Sembilan dan mengalami efisiensi terendah pada triwulan 10 dengan skor 63.13% diakibatkan bank ini hanya dapat mengefisnesikan penggunaan DPK sebesar 63.1%, asset tetap sebasar 42.7, beban tenaga kerja sebesar 63.1 serta hanya bisa memaksimalkan penyaluran dana dan pendapatan operasional sebasar 63.1%. mulai
85
dari triwulan 11 trend efisiensi bank ini cenderung naik hingga mencapai efisiensi penuh lagi pada triwulan 20. Secara keseluruhan efisiensi rata-rata Bank Mega Syariah sebesar 87.34% dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK sebesar 87.33%, aset tetap sebesar 84.71%, beban tenaga kerja sebesar 84.80% serta kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 87.33% dan pendapatan operasional sebesar 82.32%. Pada BRI Syariah, bank ini mengalami efisiensi penuh selama tiga triwulan di awal, dan mengalami penurunan pada triwulan lima. Kemudian pada triwulan enam trend efisiensi BRIS cenderung stabil. Kecuali pada triwulan 14, dimana BRIS mengalami efisiensi terendah dengan skor 66.52 diakibatkan karena bank ini hanya mampu mengefisiensikan DPK, asset tetap dan beban tenaga kerjanya sebesar 66.5% serta memaksimalkan penyaluran dana sebasar 66.5% dan pendapatn operasional sebesar 50.1%. Secara keseluruhan efisiensi rata-rata BRI Syariah sebesar 80.16% dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK sebesar 80.2%, aset tetap sebesar 80.02%, beban tenaga kerja sebesar 76.16% serta kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 80.2% dan pendapatan operasional sebesar 68.86%. Pada Bank Syariah Mandiri, BSM beroperasi dengan trend stabil di tiga bulan pertama, kemudian mulai mengalami penurunan efisiensi pada triwulan 4. Pada triwulan 6 efisiensi BSM cenderung bergerak stabil, puncaknya pada triwulan 13 dengan skor efisiensi mencapai 84.79% dimana pada periode ini BSM mampu mengefisiensikan penggunaan DPKnya sebesar 84.8%, asset tetap 76.9%, beban
86
tenaga kerja 84.8% serta dapat memaksimalkan penyaluran dana sebesar 84.8% dan pendapatan operasional sebesar 76.9%. Secara keseluruhan efisiensi rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 76.23% dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK sebesar 76.23%, aset tetap sebesar 60.66%, beban tenaga kerja sebesar 76.23% serta kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 75.14% dan pendapatan operasional sebesar 74.68%. Setelah melihat skor efisiensi dari masing-masing bank yang terbentuk dari hasil Spin off. Selanjutnya adalah mengetahui skor rata-rata efisiensi dari keseluruhan perbankan yang terbentuk dari hasil Spin off. Dari keseluruhan perbankan yang yang terbentuk dari hasil Spin off didapat skor efeisiensi rata-rata sebesar 81.25%. D. Hasil Efisiensi Rata-rata Bank yang Merger – Akusisi dan Spin Off Untuk melihat perbandingan dari skor efisiensi rata-rata setiap triwulan dari keseluruhan perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi serta spin off, maka akan dijelaskan kedalam sebuah tabel dan digambarkan kedalam sebuah grafik. Hal ini untuk melihat bagaimana perbandingan skor efisiensi rata-rata dari keseluruhan perbankan tiap triwulannya antara kedua kelompok perbankan. Untuk lebih jelas mengetahui perbandingan skor efisiensi dari kedua kelompok perbankan berikut ini adalah tabel yang menampilkan skor efisiensi dari kedua kelompok perbankan tersebut.
87
Tabel 4.2 Efisiensi Rata-rata Bank yang Merger – Akusisi dan Spin Off
Triwulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Rata-rata
Bank yang Terbentuk dari Merger dan Akuisi Spin off 76.95 96.04 73.7 92.27 79.16 96.38 83.24 95.01 67.65 86.62 64.72 81.05 70.18 82.2 79.59 82.62 56.89 78.1 57.41 68.49 60.65 70.01 70.24 74.33 68.1 76.96 61.01 68.62 63.58 74.01 69.17 78.92 65.37 82.43 61.63 78.38 66.49 82.54 72.96 85.88 65.29 76.88 60.78 75.68 62.5 81.39 64.82 85.09 67.59 81.25
Untuk mengetahui pergerakan rata-rata efisiensi kedua kelompok perbankan, makan akan digambarkan pada grafik dibawah ini.
88
Gambar 4.4 grafik Efisiensi Rata-rata Bank yang Merger – Akusisi dan Spin Off 110
Efisiensi Rata-rata Bank yang Merger – Akusisi dan Spin Off
100 90 Skor Efisiensi
80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Triwulan Merger-Akusisi Spin Off
Dari grafik perbandingan dua kelompok perbankan dapat diketahui bahwa perbankan yang terbentuk dari hasil spin off memiliki pergerakan efisiensi rata-rata dengan trend yang lebih stabil jika dibandingkan dengan kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi. Pada kelompok perbankan yang terbentuk hasil spin off mengalami rata-rata efisiensi tertinggi pada triwulan ketiga sebesar 96.38% dan triwulan keempat sebesar 95.01%. efisiensi rata-rata terendah dialami perbankan yang terbentuk dari hasil spin off pada triwulan kesepuluh sebesar 68.49%. Pada kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi terlihat cenderung memiliki trend pergerakan efisiensi rata-rata yang fluktiatif.
89
Namun kelompok perbankan ini selalu mengalami peningkatan efisiensi setiap empat triwulan kemudian mengalami penurunan pada triwulan berikutnya kemudian mengalami peningkatan lagi hingga triwulan terakhir. Skor efsiensi ratarata tertinggi pada kelompok perbankan ini diraih pada triwulan keempat sebesar 83.24% dan triwulan kedelapan sebesar 79.59%. Serta efisiensi terendahnya dialami pada triwulan kesembilan sebesar 56.89%. Setelah melihat grafik dari pergerakan efisiensi rata-rata dari kedua kelompok perbankan. Untuk mengetahui kelompok perbankan manakah yang beroperasi lebih efisien diantara keduanya, maka dibuat rata-rata dari seluruh triwulan untuk melihat hasil efisiensi keseluruhannya. Hasil efsiensi keseluruhan dari perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi adalah sebesar 67.59%, dengan ratarata efisiensi penggunaan DPK sebesar 67.58%, asset tetap 56.12, beban tenaga kerja 66.92% serta kemampaun menghasilkan penyaluran dana sebesar 67.13% dan pendapatan operasional sebesar 64.68%.
Hasil efisiensi perbankan yang
terbentuk dari hasil spin off adalah sebesar 81.25%, dengan rata-rata efisiensi penggunaan DPK sebesar 81.26%, asset tetap 75.13%, beban tenaga kerja 79.07% serta kemampuan memaksimalkan penyaluran dana sebesar 80.89% dan pendapatan operasional sebesar 75.29%. Dari kedua hasil efisiensi keseluruhan ini diketahui bahwa kedua kelompok perbankan ini memiliki kecenderungan yang sama yaitu mereka memiliki memiliki efisiensi yang tinggi dari jumlah DPK, dikarenakan jumlah DPK yang akan
90
digunakan dalam penyaluran dana sudah ditentukan batasnya oleh Bank Indonesia, apabila penggunaan DPK tidak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia maka perbankan yang bersangkutan akan mendapatkan tambahan dari perhitungan jumlah GWM (giro wajib minimum) yang harus disetorkan kepada Bank Indonesia. Untuk itu perbankan pastinya akan menghindari uangnya untuk masuk kedalam sektor-sektor yang kurang produktif. Serta kedua kelompok perbankan ini memiliki efisiensi yang buruk dari sisi aset tetap dikarenakan aset tetap merupakan komponen yang sulit untuk diatur penggunaannya, dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa bank yang memiliki jumlah kantor sangat banyak akan mengalami inefisiensi dari sisi penggunaan aset tetap. Berbeda dengan Bank Mega Syariah dan BRI Syariah yang jumlah kantornya lebih sedikit mereka memiliki efisiensi penggunaan aset tetap yang lebih baik. Apabila terjadi inefisiensi dari sisi asset tetap maka perbankan tidak akan semudah itu untuk mengurangi jenis input yang satu ini, seperti melakukan penjualan gedung dan kantor. Biasanya hal ini terjadi dikarenakan perbankan terlalu banyak memiliki jumlah kantor, namun kantor-kantor tersebut tidak dapat memberikan output yang optimal terhadap perbankan. Untuk itu, seperti yang telah dijelaskan oleh Wilson Arafat (2006), diperlukan pengukuran efisiensi pada kantor cabang perbankan agar dapat diketahui masalah apa yang terjadi terkait inefisiensinya dan tidakan apa yang harus dilakukan supaya perbankan dapat efisien.
91
Berikutnya, suatu unit akan dikatakan efisien adalah, ketika suatu unit dapat beroperasi secara tepat. Secara matematis dapat dijelaskan ketika setiap rasio input ideal akan menghasil output yang ideal, dan rasio ideal itulah yang dikatakan sebagai efisiensi. Untuk itu maka harus dilihat berapakah potential improvement yang harus dilakukan suatu perbankan untuk mencapai hasil yang efisien. Dalam penelitian ini potential improvement tersebut dilihat dari nilai to gain yang harus dicapai perbankan. Nilai to gain adalah persentase yang harus dicapai perbankan supaya input dan outputnya dapat menghasilkan rasio yang efisien. Dalam penelitian ini nilai to gain dilihat dari dua orientasi pengukuran. Orientasi tersebut terdiri dari pengukuran berorientasi input dan pengukuran berorientasi output. Berikut ini dapat dijelaskan bagaimana potential improvement tersebut menggunakan pengukuran berorientasi input dan pengukuran berorientasi output. E. Analisis Potential Improvement Menggunakan Orientasi Input Analisis ini adalah melihat berapakah nilai input yang harus dikurangi setiap DMU untuk menghasilkan sejumlah output tertentu, agar dapat beroperasi dengan efisien. Dalam hal ini adalah melihat seberapa besar biaya (input) yang dapat diminimalisir oleh kedua kelompok perbankan supaya mereka dapat beroperasi dengan efsien. Untuk lebih jelasnya analisis ini akan dijelaskan dalam tabel dan digambarkan kedalam grafik serta diagram. 1. Analisis nilai to gain pada perbankan yang merger dan akuisisi
92
Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan nilai to gain pada masingmasing input yang dapat diminimalisir, serta rata-rata input yang harus diminimalisir dan masing-masing output yang harus dimaksimalkan, serta rata-rata output yang harus dimaksimalkan supaya kelompok perbankan yang merger dan akusisi dapat beroperasi dengan efisien. Tabel 4.3 Nilai To Gain Pada Bank yang Merger dan Aksusisi orientasi input Triwulan
DPK
Aset Tetap
Beban Tenaga Kerja
rata-rata input
Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
23.07 26.3 20.83 16.73 32.33 35.3 29.83 20.4 43.1 42.6 39.37 29.8 31.9 38.97 36.4 30.83 34.63 38.37 33.53 27.07 34.73 39.23 37.5 35.2 32.42
31.93 30.8 26.63 17.43 47.23 60.77 53 43.13 53.5 50.9 48.07 40.8 53.17 51.27 52.8 37.3 52.33 48.43 44 34.23 46.3 49.1 43.83 36.17 43.88
23.07 26.3 20.83 16.73 32.33 35.3 29.83 20.4 43.1 42.6 39.37 29.8 31.9 38.97 36.4 30.83 34.63 38.37 34.17 27.07 34.73 39.23 42.07 45.63 33.07
26 27.8 22.8 17 37.3 43.8 37.6 28 46.6 45.4 42.3 33.5 39 43.1 41.9 33 40.5 41.7 37.2 29.5 38.6 42.5 41.1 39 36.5
0 0 0 0 0 0 0 16.03 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.2 0 0 0 0 0.8
0 0 0 0 5.03 0 0 0 11.67 5.1 0.43 0 12.17 0.63 0 0 19.1 4.76 1.16 0 34.4 17.87 5.03 0.36 4.9
0 0 0 0 2.52 0 0 8.02 5.84 2.55 0.22 0 6.09 0.32 0 0 9.55 2.38 0.58 1.6 17.2 8.94 2.52 0.18 2.85
Rata-rata
93
Untuk mengetahui pergerakan dari rata-rata nilai to gain input yang dapat diminimalisir dan nilai to gain output yang dapat dimaksimalkan, maka akan digambarkan pada grafik berikut.
Gambar 4.5 grafik nilai to gain bank yang merger dan akusisi orientasi input Nilai To Gain Bank Merger-Akusisi
100 90 80 70 Skor Efisiensi
60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
DPK(-)
Triwulan Aset Tetap(-)
Peny Dana(+)
Pend Operasional(+)
Beban Tenaga Kerja(-)
Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat dari sisi penggunaan DPK, pada triwulan 9 kelompok perbankan ini paling boros dalam penggunaan DPK. Tercatat dalam nilai to gain sebesar 43.1%. hal ini menandakan bahwa pada triwulan 9 seharusnya perbankan dapat meminimalisir penggunaan DPK sebesar 43.1% supaya dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan DPK paling baik terlihat pada
94
triwulan 4 dimana perbankan hanya harus mengurangi biaya input sebesar 16.73% supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Dari sisi penggunaan aset tetap, dapat dilihat bahwa penggunaan aset tetap paling boros terjadi pada triwulan 6. Tercatat dalam nilai to gain perbankan ini harus meminimalisir penggunaan aset tetap sebesar 60.77% supaya dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan aset tetap paling baik terlihat pada triwulan 4 dimana perbankan hanya harus mengurangi penggunaan aset tetap sebasar 17.43% supaya dapat beroperasi dengan efisien. Dari sisi penggunaan beban tenaga kerja, terlihat bahwa penggunaan beban tenaga kerja paling boros terjadi pada triwulan 24. Dimana tercatat dalam nilai to gain perbankan harus meninimalisir penggunaan beban tenaga kerja sebesar 45.63% supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan beban tenaga kerja paling baik terlihat pada triwulan 4, dimana tercatat dalam nilai to gain sebesar 16.73%. Artinya kelompok perbankan ini hanya harus meminimalisir penggunaan beban tenaga kerja sebesar 16.73% supaya dapat beroperasi dengan efisien. Setelah melihat nilai to gain dari masing-masing input dan output tiap triwulan. Selanjutnya adalah melihat berapakan rata-rata dari masing-masing input yang harus diminimalisir dan berapakah output yang harus dimaksimalkan pada kelompok perbankan yang merger dan akuisis supaya dapat beroperasi dengan efisien. Untuk itu maka akan dijelaskan pada diagram berikut.
95
Gambar 4.6 diagram nilai to gain bank yang merger dan akuisisi orientasi input
Rata-rata Nilai To Gain Bank yang Merger - Akusisi (+)Peny Dana ; 0.8
(+)Pend Operasional ; 4.9
(-)B.T.Kerja ; 33.07
(-)DPK; 32.42
(-)Aset tetap ; 43.88 (-)DPK
(-)Aset tetap
(-)B.T.Kerja
(+)Peny Dana
(+)Pend Operasional
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa untuk mencapai efisiensi kelompok perbankan yang merger dan akusisi harus meminimalisir rata-rata DPK sebesar 32.42%. aset tetap sebesar 43.88% dan beban tenaga kerja sebasar 33.07% serta memaksimalkan penyaluran dana sebesar 0.8% dan pendapatan operasional sebesar 4.9%. atau jika dibuat rata-rata maka kelompok perbankan ini harus meminimalisir biaya input sebesar 36.5% dan memaksimalkan output sebesar 2.85% supaya dapat beroperasi dengan efisien. 2. Analisis nilai to gain pada perbankan yang spin off Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan nilai to gain pada masingmasing input yang dapat diminimalisir, serta rata-rata input yang harus diminimalisir dan masing-masing output yang harus dimaksimalkan, serta rata-rata
96
output yang harus dimaksimalkan supaya kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil spin off dapat beroperasi dengan efisien. Tabel 4.4 nilai to gain pada bank yang spin off orientasi input Triwulan
DPK
Aset Tetap
Beban Tenaga Kerja
rata-rata input
Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
3.96 7.73 3.6 4.66 13.37 18.97 17.8 17.4 21.9 31.5 29.97 25.7 23.03 31.4 26 21.07 17.6 21.3 17.47 14.13 23.13 24.3 18.6 14.9 18.73
19.83 22.57 16.77 18 24.87 30.8 26.17 21.1 42.17 38.37 29.97 28.9 25.67 31.4 28.87 21.07 22.7 21.3 20.93 14.13 27.9 24.63 23.8 14.9 24.87
3.9 7.73 3.6 5 13.2 18.97 17.8 17.4 21.9 31.5 33.5 25.7 23.03 31.4 34.03 26.97 17.6 31.23 26.5 15.97 23.13 28.33 28.83 14.9 20.93
9.23 12.68 7.99 9.22 17.15 22.91 20.59 18.63 28.66 33.79 31.15 26.77 23.91 31.4 29.63 23.04 19.3 24.61 21.63 14.74 24.72 25.75 23.74 14.9 21.51
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1.1 0 0 0 0 0 13.53 22.13 2.9 0.23 0 32.53 12.5 3.4 0 55.1 16.53 1.3 0 31.43 20.37 2.13 0 8.96
0 0.55 0 0 0 0 0 6.77 11.1 1.45 0.12 0 16.3 6.25 1.7 0 27.6 8.27 0.65 0 15.7 10.2 1.07 0 4.48
Rata-rata
Untuk mengetahui pergerakan dari rata-rata nilai to gain input yang dapat diminimalisir dan nilai to gain output yang dapat dimaksimalkan, maka akan digambarkan pada grafik berikut.
97
Gambar 4.7 grafik nilai to gain perbankan yang spin off orientasi input Nilai To Gain Bank Spin off
100 90 80 Skor Efisiensi
70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Triwulan DPK(-) Aset Tetap(-) Beban Tenaga Kerja(-) Peny Dana(+) Pend Operasional(+)
Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa, dari sisi pengguanaan DPK pada triwulan 14 perbankan pada kelompok ini beroperasi paling boros dalam penggunaan DPK tercatat nilai to gainnya sebesar 31.4% , yang artinya perbankan pada kelompok ini harus meminimalisir penggunaan DPK sebesar 31.4% supaya dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan DPK paling baik terjadi pada triwulan 3, dimana nilai to gainnya tercatat sebesar 3.6% yang artinya perbankan akan beroperasi secara efisien hanya dengan meminimalisir penggunaan DPK sebesar 3.6%.
98
Dari sisi penggunaan asset tetap, penggunaan asset tetap paling boros terjadi pada triwulan 9, dimana tercatat dalam nilai to gain perbankan dapat meminimalisir penggunaan asset tetap sebesar 42.17% supaya perbankan pada kelompok ini dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan asset tetap paling baik terjadi pada triwulan 20, dimana nilai to gainnya tercatat sebesar 14.13%, yang artinya perbankan hanya harus meminimalisir penggunaan asset tetap sebesar 14.13% supaya dapat beroperasi dengan efisien. Dari sisi penggunaan beban tenaga kerja, penggunaan beban tenaga kerja paling boros terjadi pada triwulan 15, dimana tercatat pada nilai to gainnya untuk beroperasi secara efisien perbankan pada kelompok ini harus mengurangi penggunaan beban tenaga kerja sebesar 34.03. penggunaan beban tenaga kerja paling baik tercatat pada triwulan 3, dimana supaya beroperasi dengan efisien perbankan hanya harus meminimalisir penggunaan beban tenaga kerja sebesar 3.6%. Setelah melihat nilai to gain dari masing-masing input dan output tiap triwulan. Selanjutnya adalah melihat berapakan rata-rata dari masing-masing input yang harus diminimalisir dan berapakan output yang harus dimaksimalkan pada kelompok perbankan yang merger dan akuisis supaya dapat beroperasi dengan efisien. Untuk itu maka akan dijelaskan pada diagram berikut.
99
Gambar 4.8 diagram nilai to gain bank yang spin off orientasi input
Rata-rata Nilai To Gain Bank yang Spin off (+)Pend Operasional ; 8.96 (+)Peny Dana ; 0 (-)DPK; 18.73 (-)B.T.Kerja ; 20.93
(-)Aset tetap ; 24.87
(-)DPK
(-)Aset tetap
(-)B.T.Kerja
(+)Peny Dana
(+)Pend Operasional
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa untuk mencapai efisiensi kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil spin off harus meminimalisir rata-rata DPK sebesar 18.73%. aset tetap sebesar 24.87% dan beban tenaga kerja sebasar 20.93% serta memaksimalkan pendapatan operasional sebesar 8.96%. pada kelompok perbankan ini penyaluran dana tercatat sudah efisien. Atau jika dibuat rata-rata maka kelompok perbankan ini harus meminimalisir biaya input sebesar 21.51% dan memaksimalkan output sebesar 4.48% supaya dapat beroperasi dengan efisien. F. Analisis Potential Improvement Menggunakan Orientasi Output Analisis ini melihat berapakah nilai output yang dapat dimaksimalkan DMU dengan sejumlah input tertentu, agar dapat beroperasi dengan efisien. Dalam hal ini adalah melihat seberapa besar hasil/keluaran (output) yang dapat
100
dimaksimalkan kedua kelompok perbankan agar mereka dapat beroperasi dengan efisien. Untuk lebih jelasnya analisis ini akan dijelaskan dalam tabel dan digambarkan kedalam grafik serta diagram. 1. Analisis nilai to gain pada perbankan yang merger dan akuisisi Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan nilai to gain pada masingmasing output dan rata-rata output yang dapat dimaksimalkan, serta nilai to gain pada masing-masing input dan rata-rata input yang harus diminimalisir. supaya kelompok perbankan yang merger dan akusisi dapat beroperasi dengan efisien. Tabel 4.5 nilai to gain pada bank yang merger dan akusisi orientasi output Triwulan
DPK
Aset Tetap
Beban Tenaga Kerja
rata-rata input
Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14.7 7.17 9.57 1.03 22.2 38.1 31.6 27.5 22.1 17 15.8 17.3 34.3 25 28.4 11.2 31.7 17.9 16.5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.93
4.9 2.39 3.19 0.34 7.4 12.7 10.5 9.17 7.37 5.67 5.27 5.77 11.4 8.33 9.47 3.73 10.6 5.97 5.81
37.47 44.23 31.63 23.67 48.7 56.13 43.3 45.97 60.3 59.9 65.9 44.13 50.4 49.27 60 47.7 57.73 63.33 50.8
37.5 44.2 31.6 23.7 56.4 56.1 43.3 26 72.5 67.4 66.5 44.1 66.7 50.2 60 47.7 65 70.4 52.5
37.5 44.2 31.6 23.7 52.6 56.1 43.3 36 66.4 63.7 66.2 44.1 58.6 49.7 60 47.7 61.4 66.9 51.7
101
20 21 22 23 24
0 0 0 0 0 0
Rata-rata
10.1 21.9 21 11.9 1.8 19
0 0 0 6.63 15 0.94
3.37 7.3 7 6.18 5.6 6.65
41.77 56.33 49.53 62 56.67 50.29
37.2 66.8 75.9 69.5 57.2 53.7
Untuk mengetahui pergerakan dari rata-rata nilai to gain output yang dapat dimaksimalkan dan nilai to gain input yang harus diminimalisir, maka akan digambarkan pada grafik berikut. Gambar 4.9 Grafik nilai to gain pada bank yang merger dan akusisi orientasi output 100
Nilai To Gain Bank Merger-Akusisi
90 80
Skor Efisiensi
70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Triwulan DPK(-) Aset Tetap(-) Beban Tenaga Kerja(-)
Setelah melihat tabel dan grafik diatas maka dapat diketahui, jika dilihat dari sisi penyaluran dana. Hasil dari penggunaan sejumlah input untuk menghasilkan penyaluran dana. Terlihat paling buruk pada triwulan 11, dimana tercatat pada
39.5 61.6 62.7 65.8 56.9 52
102
nilai to gain sebesar 65.9%, yang artinya perbankan harus memaksimalkan penyaluran dananya sebesar 65.9% supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan sejumlah input untuk menghasilkan penyaluran dana paling baik. Terlihat ketika perbankan beroperasi pada triwulan 4, dimana tercatat pada nilai to gain sebesar 23.67%. Artinya perbankan hanya harus memaksimalkan penyaluran dananya sebesar 23.67%, supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Dilihat dari sisi pendapatan operasional. Hasil dari penggunaan sejumlah input untuk untuk menghasilkan pendapatan operasional. Terlihat paling buruk ketika perbankan beroperasi pada triwulan 22 dimana tercatat pada nilai to gainnya perbankan harus memaksimalkan pendapatan operasionalnya sebesar 75.9% supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan sejumlah input untuk menghasilkan pendapatan operasional paling baik. Tercatat ketika perbankan beroperasi pada triwulan 4, dimana tercatat pada nilai to gain sebesar 23.7%.
Artinya
perbankan
hanya
harus
memaksimalkan
pendapatan
operasionalnya sebesar 23.7% supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Setelah melihat nilai to gain dari masing-masing output dan input tiap triwulan. Selanjutnya adalah melihat berapakan rata-rata dari masing-masing output yang harus dimaksimalkan dan berapakah rata-rata input yang harus diminimalisir pada kelompok perbankan yang merger dan akuisisi supaya dapat beroperasi dengan efisien. Untuk itu maka akan dijelaskan pada diagram berikut.
103
Gambar 4.10 diagram nilai to gain bank yang merger dan akuisisi orientasi output Rata-rata Nilai To Gain Bank yang Merger - Akusisi (-)DPK; 0
(-)Aset tetap ; 19
(-)B.T.Kerja ; 0.94
(+)Pend Operasional ; 53.7 (+)Peny Dana ; 50.29
(-)DPK
(-)Aset tetap
(-)B.T.Kerja
(+)Peny Dana
(+)Pend Operasional
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa untuk mencapai efisiensi kelompok perbankan yang merger dan akusisi harus mamaksimalkan rata-rata penyaluran dana sebesar 50.29%. dan pendapatan operasional sebesar 53.7% serta harus meminimalisir rata-rata aset tetap sebesar 19% dan beban tenaga kerja sebasar 0.94%, dimana dalam hal ini rata-rata DPK sudah efisien. Atau jika dibuat rata-rata maka kelompok perbankan ini harus memaksimalkan output sebesar 52% dan meminimalisir input sebesar 6.65% supaya dapat beroperasi dengan efisien. 2. Analisis nilai to gain pada perbankan yang spin off Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan nilai to gain pada masingmasing output dan rata-rata output yang dapat dimaksimalkan, serta nilai to gain pada masing-masing input dan rata-rata input yang harus diminimalisir. supaya
104
kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil spin off dapat beroperasi dengan efisien. Tabel 4.6 nilai to gain bank yang spin off orientasi output Triwulan
DPK
Aset Tetap
Beban Tenaga Kerja
rata-rata input
Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1.9 14.8 15.3 16.1 17.8 12.8 5.43 25.6 10.9 0 4.3 3.1 0 3.77 0 6.83 0 4.67 0 6.17 0.43 6.83 0 6.52
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.83 0 0 0 11.3 8.13 0 11.2 10.9 2.4 0 5.1 12.6 4.37 2.95
0 0.63 4.93 5.1 5.37 5.93 4.27 1.81 8.53 3.63 1.61 1.43 1.03 0 5.02 2.71 2.28 3.73 5.19 0.8 2.06 1.84 6.48 1.46 3.16
13.43 13.77 4.06 5.86 17.67 26.97 25.33 24.07 28.83 46.83 43.23 34.77 31 46.27 35.3 27.23 22.17 28.1 23.47 18.07 28.8 32.27 23.43 18.63 25.82
13.4 19.1 4.07 5.87 17.7 27 34.6 41 55.6 50.7 43.6 34.8 60.7 64.8 40.1 27.2 46.4 49.8 25.2 18.1 56.8 38.2 26.1 18.6 34.1
13.4 16.4 4.07 5.87 17.7 27 30 32.5 42.2 48.8 43.4 34.8 45.9 55.5 37.7 27.2 34.3 39 24.3 18.1 42.8 35.2 24.8 18.6 30
Rata-rata
Untuk mengetahui pergerakan dari rata-rata nilai to gain output yang dapat dimaksimalkan dan nilai to gain input yang harus diminimalisir, maka akan digambarkan pada grafik berikut.
105
Gambar 4.11 grafik nilai to gain bank yang spin off orientasi output Nilai To Gain Bank Spin off 100 90 80
Skor Efisiensi
70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Triwulan DPK(-) Beban Tenaga Kerja(-) Pend Operasional(+)
Aset Tetap(-) Peny Dana(+)
Setelah melihat tabel dan grafik diatas maka dapat diketahui, jika dilihat dari sisi penyaluran dana. Hasil dari penggunaan sejumlah input untuk menghasilkan penyaluran dana. Terlihat paling buruk ketika perbankan beroperasi pada triwulan 10, dimana tercatat pada nilai to gain sebesar 46.83%, yang artinya perbankan harus memaksimalkan penyaluran dananya sebesar 46.83% supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan sejumlah input untuk menghasilkan penyaluran dana paling baik. Terlihat ketika perbankan beroperasi pada triwulan 3, dimana tercatat pada nilai to gain sebesar 4.06%. Artinya perbankan hanya harus
106
memaksimalkan penyaluran dananya sebesar 4.06%, supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Dilihat dari sisi pendapatan operasional. Hasil dari penggunaan sejumlah input untuk untuk menghasilkan pendapatan operasional. Terlihat paling buruk ketika perbankan beroperasi pada triwulan 14 dimana tercatat pada nilai to gainnya perbankan harus memaksimalkan pendapatan operasionalnya sebesar 64.8% supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan sejumlah input untuk menghasilkan pendapatan operasional paling baik. Tercatat ketika perbankan beroperasi pada triwulan 3, dimana tercatacat pada nilai to gain sebesar 4.07%.
Artinya
perbankan
hanya
harus
memaksimalkan
pendapatan
operasionalnya sebesar 4.07% supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Setelah melihat nilai to gain dari masing-masing output dan input tiap triwulan. Selanjutnya adalah melihat berapakan rata-rata dari masing-masing output yang harus dimaksimalkan dan berapakah rata-rata input yang harus diminimalisir pada kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil spin off supaya dapat beroperasi dengan efisien. Untuk itu maka akan dijelaskan pada diagram berikut.
107
Gambar 4.12 diagram nilai to gain bank yang spin off orientasi output
Rata-rata Nilai To Gain Bank yang Spin off (-)DPK; 0
(+)Pend Operasional ; 34.1
(-)Aset tetap ; 6.52 (-)B.T.Kerja ; 2.95
(+)Peny Dana ; 25.82
(-)DPK
(-)Aset tetap
(-)B.T.Kerja
(+)Peny Dana
(+)Pend Operasional
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa untuk mencapai efisiensi kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil spin off harus mamaksimalkan rata-rata penyaluran dana sebesar 25.82%. dan pendapatan operasional sebesar 34.1% serta harus meminimalisir rata-rata aset tetap sebesar 6.52% dan beban tenaga kerja sebesar 2.95%, dimana dalam hal ini rata-rata DPK sudah efisien. Atau jika dibuat rata-rata maka kelompok perbankan ini harus memaksimalkan output sebesar 30% dan meminimalisir input sebesar 3.16% supaya dapat beroperasi dengan efisien.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan pada penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hasil yaitu:
1. Dari keseluruhan pengukuran efisiensi perbankan, dapat dirinci hasil efisiensi rata-rata sebagai berikut : Urutan 1 2 3 4 5 6
Nama Bank Bank Mega Syariah BRI Syariah Bank Syariah Mandiri Bank Artha Graha Internasional Bank Mandiri Bank Permata
Skor Efisiensi 87.34% 80.16% 76.23% 71.43% 65.70% 65.64%
Setelah melihat hasil efisiensi keseluruhan diatas, maka dapat diketahui bahwa, Perbankan yang terbentuk dari hasil spin off memiliki efisiensi keseluruhan yang lebih besar dari pada perbankan yang terbentuk dari merger dan akusisi. Faktor utama yang diduga mempengaruhi hasil efisiensi kedua kelompok perbankan tersebut adalah penggunaan variabel yang digunakan dalam
108
109
pengukuran efsiensi. Penggunaan variabel yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada karakteristik bank islam dimana, penggunaan variabel ini tidak memungkinkan perbankan bermain pada sektor surat berharga, pasar uang antar bank serta kegiatan usaha yang tidak mengacu pada sektor riil. Pada bank konvensional alokasi biaya (input) tidak hanya difokuskan pada sektor riil saja tetapi juga sektor non riil, Sedangkan bank syariah alokasi biaya hanya difokuskan pada sektor riil saja. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap besaran rasio output terhadap rasio input yang akan membentuk hasil efisiensi. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, suatu perbankan akan efisien, apabila dengan jumlah input tertentu penyaluran dana, pendapatan operasional besar tetapi jumlah NPL nya kecil. 2. Dari hasil analisis potential improvement, maka dapat diketahui inefisiensi rata-rata sebagai berikut :
Pada kelompok perbankan yang merger dan akusisi, jika dilihat dari dari orientasi input maka inefisiensi penggunaan DPK sebesar 32.42%, aset tetap sebesar 43.88% dan beban tenaga kerja sebesar 33.07%. jika dilihat dari orientasi output maka inefisiensi penyaluran dana sebesar 50.29% dan pendapatan operasional sebesar 53.7%.
110
Pada kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil spin off, jika dilihat dari dari orientasi input maka inefisiensi penggunaan DPK sebesar 18.73%, aset tetap sebesar 24.87% dan beban tenaga kerja sebesar 20.93%. jika dilihat dari orientasi output maka inefisiensi penyaluran dana sebesar 25.82% dan pendapatan operasional sebesar 34.1%.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat penulis berikan terhadap beberapa pihak terkait, diantaranya: 1. Bagi manajemen bank a. Diharapkan dari hasil penelitian ini supaya manajeman perbankan memperhatikan kinerjanya, agar dapat beroperasi dengan efisien. yaitu agar dengan input tertentu perbankan dapat memaksimalkan penyaluran dana dan pendapatan operasional serta meminimalisir jumlah NPL. b. Berdasarkan gambaran dari perhitungan nilai To Gain berikut ini adalah alternatif yang dapat dilakukan perbankan supaya dapat beroperasi dengan efisien : Menggunakan orientasi input, kelompok perbankan yang merger dan akusisi harus mengurangi penggunaan rata-rata DPK sebesar 32.42%. aset tetap sebesar 43.88% dan beban tenaga kerja sebesar
111
33.07% serta memaksimalkan penyaluran dana sebesar 0.8% dan pendapatan operasional sebesar 4.9%. atau jika dibuat rata-rata maka kelompok perbankan ini harus meminimalisir biaya input sebesar 36.5% dan memaksimalkan output sebesar 2.85% supaya dapat beroperasi dengan efisien. kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil Spin Off harus mengurangi penggunaan rata-rata DPK sebesar 18.73%. aset tetap sebesar 24.87% dan beban tenaga kerja sebesar 20.93% serta memaksimalkan pendapatan operasional sebesar 8.96%. pada kelompok perbankan ini penyaluran dana tercatat sudah efisien. Atau jika dibuat rata-rata maka kelompok perbankan ini harus meminimalisir biaya input sebesar 21.51% dan memaksimalkan output sebesar 4.48% supaya dapat beroperasi dengan efisien.
Menggunakan orientasi output, kelompok perbankan yang merger dan akusisi harus mamaksimalkan rata-rata penyaluran dana sebesar 50.29%. dan pendapatan operasional sebesar 53.7% serta harus meminimalisir rata-rata aset tetap sebesar 19% dan beban tenaga kerja sebasar 0.94%, dimana dalam hal ini rata-rata DPK sudah efisien. Atau jika dibuat rata-rata maka kelompok perbankan ini harus memaksimalkan output sebesar 52% dan meminimalisir input sebesar 6.65% supaya dapat beroperasi dengan efisien.
112
kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil Spin Off
harus
mamaksimalkan rata-rata penyaluran dana sebesar 25.82%. dan pendapatan operasional sebesar 34.1% serta harus meminimalisir rata-rata aset tetap sebesar 6.52% dan beban tenaga kerja sebesar 2.95%, dimana dalam hal ini rata-rata DPK sudah efisien. Atau jika dibuat rata-rata maka kelompok perbankan ini harus memaksimalkan output sebesar 30% dan meminimalisir input sebesar 3.16% supaya dapat beroperasi dengan efisien. c. Selain hal tersebut seperti yang telah dilihat pada BAB IV salah satu hal yang paling tidak efisien adalah penggunaan aset tetap. Dari kedua kelompok perbankan, keduanya memiliki efisiensi yang rendah dari sisi penggunaan aset tetap. Untuk itu diharapkan perbankan melakukan pengukuran efisiensi pada tiap kantor cabang yang mereka miliki supaya dapat diketahui masalah apa dan tidakan apa yang harus mereka lakukan supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Serta memilih alternatif antara orientasi input atau orientasi output sesuai dengan tujuan dan pencapain yang ingin dilakukan oleh perbankan yang bersangkutan. Contohnya seperti penetapan beban tenaga kerja maksimum dan minimum. Misalnya ketika target output telah tercapai seperti penyaluran dana dan pendapatan operasional maka perbankan harus menaikan beban tenaga kerja ke level maksimum berdasarkan perhitungan potential improvement.
113
Namun apabila target output tidak tercapai maka beban tenaga kerja harus diturunkan ke level minimum. Hal ini dilakukan karena tak hanya untuk mengerjar efisiensi saja, namun perbankan juga harus menghargai hak-hak pekerjanya. 2. Bagi masyarakat / nasabah bank Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran dan menjadi rujukan bagi masayarakat apabila ingin menjadi nasabah di bank tertentu dan apabila ingin mempercayakan uangnya untuk diinvestasikan di bank tertentu. 3. Bagi penelitian-penelitian berikutnya Bagi peneliti berikutnya apabila menggunakan metode DEA penulis menyarankan supaya memperhatikan penggunaan variabel input-output serta menambahkan akun beban operasional sebagai variabel input karena beban operasional merupakan 2/3 dari total beban yang harus dikeluarkan perbankan. Apabila ingin melakukan perbandingan pengukuran efisiensi antara bank syariah dan bank konvensional, supaya memperhatikan pertimbangan lain dalam melakukan pengukuran. Seperti penggunaan akun yang berhubungan dengan pasar modal, serta akun yang memungkinkan bank konvensional bermain dipasar non riil, karena hal tersebut termasuk karakteristik bank konvensional.
114
Sehingga akan terlihat seluruh kemampuan bank konvensional. Serta dapat kita ketahui secara menyeluruh bagaimanakan kinerja efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah, dan dapat diketahui bagaimana kenyataan yang terjadi.
LAMPIRAN Tabel Input-output laporan keuangan
periode maret 2006 trw 1 juni 2006 trw 2 september 2006 trw 3 desember 2006 trw 4 maret 2007 trw 5 juni 2007 trw 6 september 2007 trw 7 desember 2007 trw 8 maret 2008 trw 9 juni 2008 trw 10 september 2008 trw 11 desember 2008 trw 12 maret 2009 trw 13 juni 2009 triwulan 14 september 2009 triwulan 15 desember 2009 triwulan 16 maret 2010 triwulan 17 juni 2010 triwulan 18 september 2010 triwulan 19 desember 2010 triwulan 20 maret 2011 triwulan 21 juni 2011 triwulan 22 september 2011 triwulan 23 desember 2011 triwulan 24
DPK
Bank Artha Internasional asset tetap beban tenaga kerja
peny dana
pend operasional
8,428,286
222,720
43,154
7,320,230
325,102
8,399,929
222,709
83,968
7,013,098
649,129
8,143,190
218,015
133,066
7,066,510
971,249
8,786,060
215,900
164,350
7,062,348
1,276,476
8,797,721
224,994
52,281
6,865,037
280,571
8,616,776
224,799
112,018
6,960,789
560,788
8,666,194
224,543
159,177
6,938,379
829,751
9,161,544
225,263
200,655
7,601,928
1,087,854
9,499,524
221,579
49,677
7,613,719
262,162
9,267,373
217,494
107,149
8,236,631
547,258
9,895,453
218,843
157,578
852,119
10,508,336
234,085
204,488
8,706,313 9,853,698
1,214,842
11,873,237
225,056
57,039
9,966,931
417,923
12,098,771
224,091
121,915
10,369,286
835,114
12,276,630
223,624
182,027
10,463,589
1,240,889
13,100,312
229,221
212,612
11,016,610
1,628,587
12,699,954
227,254
55,502
10,819,935
370,612
13,314,904
241,133
116,487
11,130,414
733,099
12,969,133
239,793
175,105
11,449,231
1,094,951
14,683,981
234,742
217,608
11,211,984
1,505,177
14,346,777
230,683
53,493
11,068,442
376,598
14,120,203
230,422
125,727
11,940,392
756,414
14,471,498
231,222
189,991
12,619,992
1,142,619
16,304,475
231,055
241,903
13,421,148
1,545,676
120
121
periode maret 2002 triwulan 1 juni 2002 triwulan 2 september 2002 triwulan 3 desember 2002 triwulan 4 maret 2003 triwulan 5 juni 2003 triwulan 6 september 2003 truwulan 7 desember 2003 triwulan 8 maret 2004 triwulan 9 juni 2004 triwulan 10 september 2004 triwulan 11 desember 2004 triwulan 12 maret 2005 trw 13 juni 2005 trw 14 september 2005 trw 15 desember 2005 trw 16 maret 2006 trw 17 juni 2006 trw 18 september 2006 trw 19 desember 2006 trw 20 maret 2007 trw 21 juni 2007 trw 22 september 2007 trw 23 desember 2007 trw 24
DPK
Bank Mandiri asset tetap beban tenaga kerja
peny dana
pend operasional
186,351,590
2,760,075
327,627
47,182,174
8,429,146
182,839,797
2,789,655
700,479
49,667,461
16,673,522
183,679,153
2,961,514
1,121,411
55,701,155
24,449,733
183,433,396
3,069,976
1,592,372
63,905,335
31,793,694
186,302,099
3,364,244
382,736
67,030,545
7,013,663
183,035,424
6,704,259
840,562
64,884,464
13,881,835
177,658,398
6,772,119
1,306,940
70,219,575
20,079,655
177,252,730
7,166,623
1,960,368
73,442,941
25,210,866
168,845,087
7,023,460
501,357
73,955,015
5,017,995
167,193,422
7,114,989
1,070,926
77,545,123
9,602,112
162,971,933
7,151,664
1,536,280
81,338,713
13,845,772
169,994,388
7,414,849
2,206,887
88,544,603
18,386,964
164,935,213
7,449,282
540,819
92,847,594
4,522,809
176,481,941
7,494,618
1,156,321
97,152,135
8,910,838
180,268,972
7,549,217
1,756,165
100,081,490
13,936,954
199,037,097
7,732,414
2,914,602
100,325,751
19,683,023
190,943,441
7,714,917
625,109
98,069,898
6,233,176
189,495,690
7,506,289
1,296,190
100,082,959
12,713,854
186,800,146
7,503,986
1,932,909
100,852,650
18,969,110
197,438,261
7,657,033
2,739,083
109,379,723
25,088,553
189,369,059
7,695,174
722,115
105,609,365
6,397,175
197,173,168
7,796,795
1,561,855
106,894,525
11,594,836
199,819,505
7,841,816
2,525,673
111,381,010
16,838,980
235,802,393
8,012,809
3,711,714
126,826,445
22,333,111
122
periode maret 2005 triwulan 1 juni 2005 triwulan 2 september 2005 triwulan 3 desember 2005 triwulan 4 maret 2006 triwulan 5 juni 2006 triwulan 6 september 2006 triwulan 7 desember 2006 triwulan 8 maret 2007 triwulan 9 juni 2007 triwulan 10 september 2007 triwulan 11 desember 2007 triwulan 12 maret 2008 trw 13 juni 2008 trw 14 september 2008 trw 15 desember 2008 trw 16 maret 2009 trw 17 juni 2009 trw 18 september 2009 trw 19 desember 2009 trw 20 maret 2010 trw 21 juni 2010 trw 22 september 2010 trw 23 desember 2010 trw 24
DPK 23,266,477 24,126,199 26,357,822 28,301,829 29,041,656 29,804,121 28,810,347 28,660,308 27,242,125 29,831,555 29,382,851 30,092,194 30.195.792 33.322.239 37.311.836 42.768.849 42.595.738 43.104.635 43.288.479 45.720.638 47.232.384 50.031.182 54.979.156 59,385,311
Bank Permata asset tetap beban tenaga kerja
peny dana
pend operasional
1,060,791
163,531
16,080,106
740,832
1,132,656
343,177
18,748,634
1,495,789
1,216,518
515,293
21,473,978
2,344,653
1,274,992
683,195
22,217,345
3,366,656
1,332,525
184,573
22,233,230
1,123,272
1,354,224
365,324
22,043,255
2,274,638
1,771,537
547,991
22,091,339
3,420,750
1,649,056
724,089
23,831,136
4,578,185
1,632,023
730,963
23,819,315
1,058,200
1,493,913
676,146
24,773,023
2,051,547
1,503,643
863,166
24,671,325
3,073,264
1,550,242
965,104
26,454,502
4,083,176
1,605,326 1,641,220 1,653,795 1,683,116 1,679,352 1,690,326 1,695,449 1,681,412 1.176.431 1.184.786 1.194.836 1,246,028
209.312 444.222 689.874 940.858 278.412 566.171 856.735 1,155,230 298.581 612.754 905.755 1,281,960
28,293,277 31,250,171 33,743,013 35,026,303 35.260.697 36.844.779 37.871.638 41,470,324 40.361.127 43.939.695 46.408.865 52,893,987
1.030.265 2.100.360 3.332.413 4.841.508 1.602.806 3.135.155 4.599.707 6.069.599 1.387.012 2.839.354 4.348.439 5,195,777
123
periode maret 2002 triwulan 1 juni 2002 triwulan 2 september 2002 triwulan 3 desember 2002 triwulan 4 maret 2003 triwulan 5 juni 2003 triwulan 6 september 2003 triwulan 7 desember 2003 triwulan 8 maret 2004 triwulan 9 juni 2004 triwulan 10 september 2004 triwulan 11 desember 2004 triwulan 12 maret 2005 trw 13 juni 2005 trw 14 september 2005 trw 15 desember 2005 trw 16 maret 2006 trw 17 juni 2006 trw 18 september 2006 trw 19 desember 2006 trw 20 maret 2007 trw 21 juni 2007 trw 22 september 2007 trw 23 desember 2007 trw 24
DPK
Bank Syariah Mandiri asset tetap beban tenaga kerja
peny dana
pend operasional
543,138
73,560
8,517
701,342
36,712
687,678
76,076
18,141
916,448
78,600
775,193
80,770
27,989
1,026,607
127,300
1,117,420
88,487
38,270
1,145,747
182,119
1,348,297
93,585
11,873
1,236,616
61,487
1,659,321
95,768
20,879
1,452,874
133,863
2,046,303
113,731
38,573
1,602,093
216,263
2,332,195
119,953
55,913
1,987,307
275,292
3,246,420
126,904
19,510
2,763,013
107,112
4,373,331
147,282
40,691
3,762,776
226,909
5,054,085
156,792
64,640
4,876,134
391,424
5,676,739
169,651
84,978
5,253,985
600,515
6,057,763
181,596
32,806
6,100,188
207,545
6,130,766
188,106
68,969
6,045,027
414,660
5,938,723
203,343
106,070
5,948,969
659,888
7,067,757
218,177
151,565
5,866,876
986,398
7,039,882
226,434
35,936
6,145,974
239,368
7,397,275
228,459
76,937
6,873,466
497,017
7,569,592
235,229
117,469
7,092,501
796,083
7,892,282
239,159
140,593
7,511,352
1,032,625
8,788,944
245,040
40,955
7,692,005
327,205
8,851,332
251,460
87,343
8,505,722
676,651
9,308,095
257,325
123,157
9,051,792
11,105,978
262,933
207,798
10,361,619
924,341 1,407,193
124 Bank Mega Syariah periode maret 2006 trw 1 juni 2006 trw 2 september 2006 trw 3 desember 2006 trw 4 maret 2007 trw 5 juni 2007 triwulan 6 september 2007 triwulan 7 desember 2007 triwulan 8 februari 2008 triwulan 9 juni 2008 triwulan 10 september 2008 triwulan 11 desember 2008 triwulan 12 maret 2009 triwulan 13 juni 2009 triwulan 14 september 2009 triwulan 15 desember 2009 triwulan 16 maret 2010 trw 17 juni 2010 trw 18 september 2010 trw 19 desember 2010 trw 20 maret 2011 trw 21 juni 2011 trw 22 september 2011 trw 23 desember 2011 trw 24
DPK
asset tetap
beban tenaga kerja
peny dana
pend operasional
697,027
20,179
4,042
845,077
30,854
1,039,827
20,424
8,147
1,255,149
75,978
1,567,691
25,080
12,495
1,930,892
145,350
2,156,103
27,102
16,431
2,610,629
256,271
2,319,115
27,703
4,798
2,253,029
108,495
2,059,756
42,250
10,700
2,038,985
205,926
2,108,488
46,419
17,446
1,977,880
297,005
2,169,456
58,227
25,081
1,842,887
384,752
1,917,311
61,479
5,595
1,655,444
52,652
1,882,302
64,523
22,440
1,541,818
145,635
2,208,250
63,155
50,323
1,798,510
221,349
2,626,471
68,888
88,912
2,093,972
331,257
2,662,761
69,353
36,250
2,410,246
143,106
3,171,804
93,579
78,543
2,706,932
311,217
3,573,217
100,176
127,633
2,937,593
496,929
3,947,370
103,118
188,979
3,195,253
702,227
3,629,026
104,293
65,840
4,601,908
233,006
3,816,896
107,891
131,770
4,681,494
475,604
3,766,162
118,898
211,951
4,726,032
725,828
4,040,981
123,910
293,340
4,460,327
971,497
3,821,143
128,669
67,177
4,244,615
235,695
3,848,390
129,392
140,502
4,333,296
467,375
4,180,325
130,266
220,650
4,738,207
707,686
4,928,442
132,284
310,735
5,487,546
982,607
125
periode maret 2009 trw 1 may 2009 trw 2 juni 2009 trw 3 agustus 2009 trw 4 september 2009 trw 5 desember 2009 trw 6 maret 2010 trw 7 april 2010 trw 8 juni 2010 trw 9 agustus 2010 trw 10 september 2010 trw 11 desember 2010 trw 12 maret 2011 triwulan 13 juni 2011 triwulan 14 september 2011 triwulan 15 desember 2011 triwulan 16 maret 2012 triwulan 17 juni 2012 triwulan 18 september 2012 triwulan 19 desember 2012 triwulan 20 maret 2013 triwulan 21 juni 2013 triwulan 22 september 2013 triwulan 23 desember 2013 triwulan 24
DPK
Bank BRISyariah asset tetap beban tenaga kerja
peny dana
pend operasional
595,622
57,438
15,010
1,020,797
60,652
620,885
55,981
25,960
1,098,035
89,567
701,645
56,696
35,419
1,359,517
130,118
1,042,767
57,134
48,856
1,758,229
180,472
1,529,565
57,487
62,072
1,838,200
241,628
2,151,086
110,723
90,176
2,636,647
284,942
3,015,398
113,430
35,691
3,293,029
128,730
3,334,807
117,879
48,346
3,653,720
192,995
3,674,356
130,896
78,678
4,273,156
307,061
4,573,508
145,254
116,306
4,926,197
455,565
4,861,164
146,371
136,042
4,996,423
498,096
5,762,953
156,816
196,604
5,496,519
769,630
5,553,071
173,560
63,555
5,774,679
219,863
6,577,958
192,628
143,301
6,109,186
457,431
8,370,114
205,720
238,325
7,963,197
720,790
9,906,411
218,670
312,778
9,128,752
1,050,924
8,899,482
239,292
76,054
9,078,444
317,577
9,383,923
242,661
168,146
9,691,558
639,307
10,153,407
257,848
254,463
10,180,432
978,136
11,948,889
267,368
323,383
11,417,499
1,338,401
13,064,181
281,261
100,616
11,991,722
379,496
13,832,170
304,211
208,351
13,301,763
814,389
12,976,533
309,141
328,920
13,717,547
1,284,806
14,349,700
355,727
431,326
13,959,999
1,740,238
126
Triwulan Mega Sy
Hasil Efisiensi Keseluruhan Nama Bank BRIS BSM Artha Inter Mandiri
Permata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
100 97.69 100 100 100 100 100 100 84.13 63.13 64.95 70.45 68.03 64.72 74.53 84.88 91.64 88.69 99.28 100 79.22 79.09 89.17 96.59
100 95.04 100 100 88.36 76.73 81.12 79.74 80.18 75.49 72.98 77.95 78.05 66.52 70.68 72.56 80.8 75.15 73.99 75.41 74.24 73.17 79.04 76.68
88.11 84.09 89.15 85.02 71.51 66.41 65.47 68.12 69.98 66.86 72.11 74.58 84.79 74.63 76.83 79.32 74.84 71.29 74.35 82.22 77.19 74.77 75.96 81.99
75 65.59 76.68 83.76 64.91 61.05 65 73.67 69.03 68.44 66.8 78.22 74.83 67.85 72.63 82.7 77.58 66.98 69.11 71.85 72.64 68.12 69.81 72.09
100 100 100 100 75.09 74.34 76.62 80.52 46.99 49.03 55.23 60.54 54.02 47.64 52.87 57.84 50.94 55.02 61.81 70.7 52.84 47.02 53.46 54.15
55.84 55.5 60.79 65.96 62.96 58.77 68.93 84.58 54.66 54.75 59.93 71.95 75.46 67.55 65.25 66.97 67.58 62.9 68.55 76.32 70.39 67.2 64.24 68.23
Ratarata
87.34
80.16
76.23
71.43
65.7
65.64
127
Tabel Nilai archive pada bank yang merger dan akusisi DPK Triwulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Ratarata
Artha Inter 75 65.6 76.7 83.8 64.9 61 65 73.7 69 68.4 66.8 78.2 74.8 67.9 72.6 82.7 77.6 67 69.1 71.8 72.6 68.1 69.8 72.1
Mandiri Permata Rata 100 55.8 76.93333 100 55.5 73.7 100 60.8 79.16667 100 66 83.26667 75.1 63 67.66667 74.3 58.8 64.7 76.6 68.9 70.16667 80.5 84.6 79.6 47 54.7 56.9 49 54.8 57.4 55.2 59.9 60.63333 60.5 71.9 70.2 54 75.5 68.1 47.6 67.6 61.03333 52.9 65.3 63.6 57.8 67 69.16667 50.9 67.6 65.36667 55 62.9 61.63333 61.8 68.5 66.46667 70.7 76.3 72.93333 52.8 70.4 65.26667 47 67.2 60.76667 53.5 64.2 62.5 54.1 68.2 64.8
71.425 65.6792
65.6417 67.58194
128 Aset Tetap Artha Inter Mandiri Permata Rata 67.2 100 37 68.06667 55.2 100 52.4 69.2 76.7 100 43.4 73.36667 83.8 100 63.9 82.56667 64.9 58 35.4 52.76667 61 30.1 26.6 39.23333 65 35.5 40.5 47 73.7 49.9 47 56.86667 69 15.8 54.7 46.5 68.4 24.1 54.8 49.1 66.8 29.8 59.2 51.93333 78.2 37.8 61.6 59.2 74.8 19 46.7 46.83333 67.9 14.7 63.6 48.73333 72.6 24.8 44.2 47.2 82.7 38.4 67 62.7 77.6 16.6 48.8 47.66667 67 29.6 58.1 51.56667 69.1 38.4 60.5 56 71.8 49.2 76.3 65.76667 72.6 18.1 70.4 53.7 68.1 17.4 67.2 50.9 69.8 34.5 64.2 56.16667 72.1 51.2 68.2 63.83333
Triwulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Ratarata 70.666667 43.0375
54.6542 56.11944
129 B.T.Kerja Artha Inter
Triwulan Mandiri Permata Rata 1 75 100 55 76.66667 2 65.6 100 55.5 73.7 3 76.7 100 60.8 79.16667 4 83.8 100 66 83.26667 5 64.9 75.1 63 67.66667 6 61 74.3 58.8 64.7 7 65 76.6 68.9 70.16667 8 73.7 80.5 84.6 79.6 9 69 47 54.7 56.9 10 68.4 49 54.8 57.4 11 66.8 55.2 59.9 60.63333 12 78.2 60.5 71.9 70.2 13 74.8 54 75.5 68.1 14 67.9 47.6 67.6 61.03333 15 72.6 52.9 65.3 63.6 16 82.7 57.8 67 69.16667 17 77.6 50.9 67.6 65.36667 18 67 55 62.9 61.63333 19 67.2 61.8 68.5 65.83333 20 71.8 70.7 76.3 72.93333 21 72.6 52.8 70.4 65.26667 22 68.1 47 67.2 60.76667 23 57.4 53.5 62.9 57.93333 24 60.2 54.1 48.8 54.36667 Ratarata 70.333333 65.6792 64.7458 66.91944
130 Peny Dana Triwulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Ratarata
Artha Inter 75 65.6 76.7 83.8 64.9 61 65 73.7 69 68.4 66.8 78.2 74.8 67.9 72.6 82.7 77.6 67 69.1 71.8 72.6 68.1 69.8 72.1
Mandiri Permata Rata 100 55.8 76.93333 100 55.5 73.7 100 60.8 79.16667 100 66 83.26667 75.1 63 67.66667 74.3 58.8 64.7 76.6 68.9 70.16667 54.4 84.6 70.9 47 54.7 56.9 49 54.8 57.4 55.2 59.9 60.63333 60.5 71.9 70.2 54 75.5 68.1 47.6 67.6 61.03333 52.9 65.3 63.6 57.8 67 69.16667 50.9 67.6 65.36667 55 62.9 61.63333 61.8 68.5 66.46667 64.5 76.3 70.86667 52.8 70.4 65.26667 47 67.2 60.76667 53.5 64.2 62.5 54.1 68.2 64.8
71.425 64.3333
65.6417 67.13333
131 Pend Opr Artha Inter
Triwulan Mandiri Permata Rata 1 75 100 55.8 76.93333 2 65.6 100 55.5 73.7 3 76.7 100 60.8 79.16667 4 83.8 100 66 83.26667 5 56.4 75.1 63 64.83333 6 61 74.3 58.8 64.7 7 65 76.6 68.9 70.16667 8 73.7 80.5 84.5 79.56667 9 51.2 47 30.9 43.03333 10 59.3 49 54.8 54.36667 11 66 55.2 59.9 60.36667 12 78.2 60.5 71.9 70.2 13 57 54 71.6 60.86667 14 66.6 47.6 67.6 60.6 15 72.6 52.9 65.3 63.6 16 82.7 57.8 67 69.16667 17 49.3 50.9 67.6 55.93333 18 58.6 55 62.9 58.83333 19 66.8 61.8 68.5 65.7 20 71.8 70.7 76.3 72.93333 21 46.7 52.8 47.7 49.06667 22 51 47 55.9 51.3 23 64.1 53.5 60.6 59.4 24 72.1 54.1 67.5 64.56667 Ratarata 65.466667 65.6792 62.8875 64.67778
132
Nilai archive pada bank yang spin off Triwulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Ratarata
DPK Mega Sy BRIS 100 100 97.7 95 100 100 100 100 100 88.4 100 76.7 100 81.1 100 79.7 84.1 80.2 63.1 75.5 65 73 70.4 77.9 68 78.1 64.7 66.5 74.5 70.7 84.9 72.6 91.6 80.8 88.7 76.1 99.3 74 100 75.4 79.2 74.2 79.1 73.2 89.2 79 96.6 76.7 87.3375
80.2
BSM 88.1 84.1 89.2 85 71.5 66.4 65.5 68.1 70 66.9 72.1 74.6 84.8 74.6 76.8 79.3 74.8 71.3 74.3 82.2 77.2 74.8 76 82
Rata 96.03 92.27 96.4 95 86.63 81.03 82.2 82.6 78.1 68.5 70.03 74.3 76.97 68.6 74 78.93 82.4 78.7 82.53 85.87 76.87 75.7 81.4 85.1
76.23333 81.26
133
Triwulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Ratarata
Mega Sy 100 97.7 100 100 100 100 100 100 41.5 42.7 65 70.4 68 64.7 74.5 84.9 91.6 88.7 99.3 100 79.2 79.1 89.2 96.6 84.7125
Aset Tetap BRIS 100 90.8 100 100 88.4 76.7 81.1 79.7 80.2 75.5 73 77.9 78.1 66.5 70.7 72.6 80.8 76.1 74 75.4 74.2 73.2 79 76.7 80.025
BSM 40.5 43.8 49.7 46 37 30.9 40.4 57 51.8 66.7 72.1 65 76.9 74.6 68.2 79.3 59.5 71.3 63.9 82.2 62.9 73.8 60.4 82
Rata 80.17 77.43 83.23 82 75.13 69.2 73.83 78.9 57.83 61.63 70.03 71.1 74.33 68.6 71.13 78.93 77.3 78.7 79.07 85.87 72.1 75.37 76.2 85.1
60.6625 75.13
134 B.T.Kerja Triwulan Mega Sy BRIS BSM 1 100 100 88.1 2 97.7 95 84.1 3 100 100 89.2 4 100 100 85 5 100 88.4 71.5 6 100 76.7 66.4 7 100 81.1 65.5 8 100 79.7 68.1 9 84.1 80.2 70 10 63.1 75.5 66.9 11 65 62.4 72.1 12 70.4 77.9 74.6 13 68 78.1 84.8 14 64.7 66.5 74.6 15 74.5 46.6 76.8 16 84.9 54.9 79.3 17 91.6 80.8 74.8 18 58.9 76.1 71.3 19 88.5 57.7 74.3 20 100 69.9 82.2 21 79.2 74.2 77.2 22 67 73.2 74.8 23 81.1 56.4 76 24 96.6 76.7 82 Ratarata 84.804167 76.1666667 76.23333
Rata 96.03 92.27 96.4 95 86.63 81.03 82.2 82.6 78.1 68.5 66.5 74.3 76.97 68.6 65.97 73.03 82.4 68.77 73.5 84.03 76.87 71.67 71.17 85.1 79.07
135
Triwulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Ratarata
Peny Dana Mega Sy BRIS 100 100 97.7 95 100 100 100 100 100 88.4 100 76.7 100 81.1 100 79.7 84.1 80.2 63.1 75.5 65 73 70.4 77.9 68 78.1 64.7 66.5 74.3 70.7 84.9 72.6 91.6 80.8 88.7 76.1 99.3 74 100 75.4 79.2 74.2 79.1 73.2 89.2 79 96.6 76.7 87.329167
80.2
BSM 71.3 74.8 89.2 85 71.5 66.4 65.5 68.1 70 66.9 72.1 74.6 84.8 74.6 76.8 79.3 74.8 71.3 74.3 82.2 77.2 74.8 76 82
Rata 90.43333 89.16667 96.4 95 86.63333 81.03333 82.2 82.6 78.1 68.5 70.03333 74.3 76.96667 68.6 73.93333 78.93333 82.4 78.7 82.53333 85.86667 76.86667 75.7 81.4 85.1
75.14583 80.89167
136 Pend Opr Triwulan Mega Sy BRIS BSM 1 100 100 71.3 2 87.1 92 74.8 3 100 100 89.2 4 100 100 85 5 100 88.4 71.5 6 100 76.7 66.4 7 100 48.8 65.5 8 100 56.7 68.1 9 59.4 64.2 70 10 63.1 69.4 66.9 11 65 72.5 72.1 12 70.4 77.9 74.6 13 51.5 41.7 76.9 14 64.7 50.1 71.4 15 74.3 64.1 76.8 16 84.9 72.6 79.3 17 47.6 46.8 74.8 18 88.7 50.9 71.3 19 99.3 71.2 74.3 20 100 75.4 82.2 21 55 36.9 77.2 22 79.1 45.4 74.8 23 89.2 74.3 76 24 96.6 76.7 82 Ratarata 82.329167 68.8625 74.68333
Rata 90.43333 84.63333 96.4 95 86.63333 81.03333 71.43333 74.93333 64.53333 66.46667 69.86667 74.3 56.7 62.06667 71.73333 78.93333 56.4 70.3 81.6 85.86667 56.36667 66.43333 79.83333 85.1 75.29167
137
Tabel nilai to gain pada bank yang merger dan akusisi orientasi input Triwulan
DPK
Aset Tetap
Beban Tenaga Kerja
rata-rata input
Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
23.07 26.3 20.83 16.73 32.33 35.3 29.83 20.4 43.1 42.6 39.37 29.8 31.9 38.97 36.4 30.83 34.63 38.37 33.53 27.07 34.73 39.23 37.5 35.2 32.42
31.93 30.8 26.63 17.43 47.23 60.77 53 43.13 53.5 50.9 48.07 40.8 53.17 51.27 52.8 37.3 52.33 48.43 44 34.23 46.3 49.1 43.83 36.17 43.88
23.07 26.3 20.83 16.73 32.33 35.3 29.83 20.4 43.1 42.6 39.37 29.8 31.9 38.97 36.4 30.83 34.63 38.37 34.17 27.07 34.73 39.23 42.07 45.63 33.07
26 27.8 22.8 17 37.3 43.8 37.6 28 46.6 45.4 42.3 33.5 39 43.1 41.9 33 40.5 41.7 37.2 29.5 38.6 42.5 41.1 39 36.5
0 0 0 0 0 0 0 16.03 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.2 0 0 0 0 0.8
0 0 0 0 5.03 0 0 0 11.67 5.1 0.43 0 12.17 0.63 0 0 19.1 4.76 1.16 0 34.4 17.87 5.03 0.36 4.9
0 0 0 0 2.52 0 0 8.02 5.84 2.55 0.22 0 6.09 0.32 0 0 9.55 2.38 0.58 1.6 17.2 8.94 2.52 0.18 2.85
Rata-rata
138
Tabel nilai to gain pada bank yang spin off orientasi input Triwulan
DPK
Aset Tetap
Beban Tenaga Kerja
rata-rata input
Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
3.96 7.73 3.6 4.66 13.37 18.97 17.8 17.4 21.9 31.5 29.97 25.7 23.03 31.4 26 21.07 17.6 21.3 17.47 14.13 23.13 24.3 18.6 14.9 18.73
19.83 22.57 16.77 18 24.87 30.8 26.17 21.1 42.17 38.37 29.97 28.9 25.67 31.4 28.87 21.07 22.7 21.3 20.93 14.13 27.9 24.63 23.8 14.9 24.87
3.9 7.73 3.6 5 13.2 18.97 17.8 17.4 21.9 31.5 33.5 25.7 23.03 31.4 34.03 26.97 17.6 31.23 26.5 15.97 23.13 28.33 28.83 14.9 20.93
9.23 12.68 7.99 9.22 17.15 22.91 20.59 18.63 28.66 33.79 31.15 26.77 23.91 31.4 29.63 23.04 19.3 24.61 21.63 14.74 24.72 25.75 23.74 14.9 21.51
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1.1 0 0 0 0 0 13.53 22.13 2.9 0.23 0 32.53 12.5 3.4 0 55.1 16.53 1.3 0 31.43 20.37 2.13 0 8.96
0 0.55 0 0 0 0 0 6.77 11.1 1.45 0.12 0 16.3 6.25 1.7 0 27.6 8.27 0.65 0 15.7 10.2 1.07 0 4.48
Rata-rata
139
Tabel nilai to gain pada bank yang merger dan akusisi orientasi output Triwulan
DPK
Aset Tetap
Beban Tenaga Kerja
rata-rata input
Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14.7 7.17 9.57 1.03 22.2 38.1 31.6 27.5 22.1 17 15.8 17.3 34.3 25 28.4 11.2 31.7 17.9 16.5 10.1 21.9 21 11.9 1.8 19
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.93 0 0 0 6.63 15 0.94
4.9 2.39 3.19 0.34 7.4 12.7 10.5 9.17 7.37 5.67 5.27 5.77 11.4 8.33 9.47 3.73 10.6 5.97 5.81 3.37 7.3 7 6.18 5.6 6.65
37.47 44.23 31.63 23.67 48.7 56.13 43.3 45.97 60.3 59.9 65.9 44.13 50.4 49.27 60 47.7 57.73 63.33 50.8 41.77 56.33 49.53 62 56.67 50.29
37.5 44.2 31.6 23.7 56.4 56.1 43.3 26 72.5 67.4 66.5 44.1 66.7 50.2 60 47.7 65 70.4 52.5 37.2 66.8 75.9 69.5 57.2 53.7
37.5 44.2 31.6 23.7 52.6 56.1 43.3 36 66.4 63.7 66.2 44.1 58.6 49.7 60 47.7 61.4 66.9 51.7 39.5 61.6 62.7 65.8 56.9 52
Rata-rata
140
Tabel nilai to gain pada bank yang spin off orientasi output Triwulan
DPK
Aset Tetap
Beban Tenaga Kerja
rata-rata input
Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1.9 14.8 15.3 16.1 17.8 12.8 5.43 25.6 10.9 0 4.3 3.1 0 3.77 0 6.83 0 4.67 0 6.17 0.43 6.83 0 6.52
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.83 0 0 0 11.3 8.13 0 11.2 10.9 2.4 0 5.1 12.6 4.37 2.95
0 0.63 4.93 5.1 5.37 5.93 4.27 1.81 8.53 3.63 1.61 1.43 1.03 0 5.02 2.71 2.28 3.73 5.19 0.8 2.06 1.84 6.48 1.46 3.16
13.43 13.77 4.06 5.86 17.67 26.97 25.33 24.07 28.83 46.83 43.23 34.77 31 46.27 35.3 27.23 22.17 28.1 23.47 18.07 28.8 32.27 23.43 18.63 25.82
13.4 19.1 4.07 5.87 17.7 27 34.6 41 55.6 50.7 43.6 34.8 60.7 64.8 40.1 27.2 46.4 49.8 25.2 18.1 56.8 38.2 26.1 18.6 34.1
13.4 16.4 4.07 5.87 17.7 27 30 32.5 42.2 48.8 43.4 34.8 45.9 55.5 37.7 27.2 34.3 39 24.3 18.1 42.8 35.2 24.8 18.6 30
Rata-rata