EFISIENSI PROGRAM CAR FREE DAY TERHADAP PENURUNAN EMISI KARBON THE EFFICIENCY OF CAR FREE DAY PROGRAM TO THE REDUCTION OF CARBON EMISSIONS Nicolaus Kanaf 1) dan Ir. M. Razif , MM 2) 1
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim, Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111-Jawa Timur 1
Dosen Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim, Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111-Jawa Timur
Abstrak Program car free day merupakan salah satu program mitigasi terhadap pencemaran udara akibat kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor menghasilkan CO dan CO2 dari proses pembakaran bahan bakar. Gas CO merupakan zat yang berbahaya bagi manusia karena dapat mengganggu sistem peredaran darah. Selain itu gas CO juga berpengaruh terhadap terbentuknya gas-gas rumah kaca seperti CH4 dan CO2. Sedangkan gas CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca yang berpengaruh terhadap terjadinya pemanasan global. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat efisiensi dari program car free day yang dilaksanakan di Jl. Raya Kertajaya. Efesiensi yang dimaksud berupa persentase penurunan emisi CO2 dan konsentrasi CO2 pada udara ambien. Penelitian emisi CO2 menggunakan metode jumlah kendaraan dan faktor emisi. Sedangkan untuk udara ambien CO2 menggunakan metode NDIR. Setelah dilakukan analisa, program car free day berhasil mereduksi emisi CO2 sebesar 21,56%. Sedangkan konsentrasi CO2 pada udara ambien turun sebesar 91,35%. Hasil pembahasan ini membuktikan bahwa program car free merupakan program yang tepat untuk mencegah polusi udara CO2 dari kendaraan bermotor.
Kata kunci: ambien, car free day, CO2, efisiensi, emisi, Jl. Raya Kertajaya, NDIR PENDAHULUAN Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang GRK terbesar. Dimana, proses pembakaran sempurna pada kendaraan bermotor mengemisikan gas CO2. Sedangkan untuk pembakaran tidak sempurna mengemisikan CO. Kedua gas tersebut berbahaya bagi manusia dan
kehidupannya. Gas CO2 merupakan gas rumah kaca terbesar dengan persentase sebesar 72% pada komposisi gas rumah kaca. Sedangkan CO dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi panca indera dan jika CO berikatan dengan Haemoglobin (Hb) dalam darah selama jangka waktu tertentu dapat menyebabkan kematian. Di Indonesia angka jumlah kendaraan sebagai penghasil emisi gas rumah kaca sangat tinggi. Hingga tahun 2008 menurut Badan Pusat Statistik, jumlah kendaraan di Indonesia mencapai 65.273.451. Jumlah kendaraan tersebut tersebar di semua daaerah baik kota besar maupun pedesaan. Jumlah kendaraan yang sangat tinggi ini jelas menghasilkan emisi gas buang terutama CO2 yang besar pula. Pemerintah Indonesia melalui Kepmen LH No. 15/1996 telah mencanangkan program Langit Biru. Program langit biru adalah suatu program pengendalian pencemaran udara dari kegiatan sumber bergerak dan tidak bergerak. Di dalam program tersebut terdapat banyak program sebagai pendukung pencegahan pencemaran udara. Salah satunya adalah program car free day (CFD). Program CFD di Surabaya telah dimulai pada tahun 2008 di sepanjang Jalan Raya Darmo. Program ini dinilai mampu mendukung program langit biru. Di samping itu kegiatan ini juga menguntungkan masyarakat sehingga dapat melakukan olah raga dan kegiatan lain di jalan yang sengaja dikosongkan bagi kendaraan tersebut. Pada tanggal 31 Januari 2010, pengembangan program CFD dilakukan di Jalan Raya Kertajaya. Mulai pukul 06.00 hingga pukul 09.00, kendaraan bermotor yang akan melalui jalan ini dialihkan ke jalan lain. Jalan Kertajaya ini berubah fungsi sesaat menjadi tempat berolah raga dan berkumpulnya masyarakat Surabaya. Sehubungan dengan dilaksanakannya program car free day ini maka tugas akhir ini disusun untuk mengetahui efisiensi program CFD tersebut terhadap penurunan emisi karbon di Jalan Raya Kertajaya Surabaya.
Rumusan Masalah Permasalahan yang dibahas pada Tugas Akhir ini adalah : 1. Berapa akumulasi jumlah emisi CO2 dari kegiatan transportasi di Jl. Raya Kertajaya pada saat Non car free day (NCFD) dan Car free day (CFD) 2. Berapa akumulasi konsentrasi CO2 pada udara ambien yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di sepanjang Jl. Raya Kertajaya Surabaya pada saat NCFD dan CFD 3. Berapa efisiensi program CFD terhadap penurunan emisi CO2 dan konsentrasi CO2 pada udara ambien di Jl. Raya Kertajaya Surabaya
Tujuan Penelitian Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah : 1. Menganalisa jumlah emisi CO2 dari kegiatan transportasi di Jl. Raya Kertajaya pada saat NCFD dan CFD 2. Menganalisa konsentrasi CO2 pada udara ambien yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di sepanjang Jl. Raya Kertajaya Surabaya pada saat NCFD dan CFD 3. Menganalisa efisiensi program CFD terhadap penurunan emisi CO2 dan konsentrasi CO2 pada udara ambien di Jl. Raya Kertajaya Surabaya.
Ruang Lingkup Batasan-batasan pada Tugas Akhir ini adalah : 1. Penelitian pada tugas ini dilakukan di sepanjang Jl. Raya Kertajaya Surabaya dari viaduk Gubeng hingga perempatan SAMSAT Kertajaya. 2. Emisi yang dimaksud pada penelitian ini adalah CO2. 3. Waktu pengumpulan data primer adalah selama bulan Maret dan April 2010. 4. Variabel yang digunakan adalah NCFD dan CFD sertaUdara emisi dan udara ambien 5. Parameter yang digunakan adalah emisi CO2 dan konsentrasi CO2 pada udara ambien. TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Udara Pencemaran lingkungan hidup menurut UU no. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukannya mahluk hidup, zat, energi, dan / atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Emisi Karbon A.
Karbon monoksida (CO) Karbon monoksida adalah gas yang dihasilkan dari proses oksidasi bahan bakar yang tidak
sempurna. Gas ini bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak menyebabkan iritasi. Gas karbon monoksida memasuki tubuh melalui pernapasan dan diarbsobsi di dalam peredaran darah. Karbon monoksida akan berikatan dengan haemogoblin menjadi carboxyhaemogoblin. Karbon monoksida merupakan pencemaran udara yang paling besar dan umum dijumpai. Sebagian besar CO terbentuk akibat proses pembakaran bahan-bahan karbon yang digunakan sebagai bahan bakar, secara tidak
sempurna, misalnya dari pembakaran bahan bakar minyak, pemanas, proses-proses industri dan pembakaran sampah. Kegiatan dalam sektor industri perminyakan merupakan kegiatan yang menimbulkan emisi CO dalam jumlah yang signifikatif. Konsentrasi CO di atmosfer diukur dalam mikrogram per meter kubik udara. Variabel yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pencemaran CO terjadi adalah konsentrasi ratarata waktu selama 8 jam, yang kemudian dirata-ratakan dalam satu tahun (Soedomo, 2001). Umumnya CO tidak menimbulkan masalah terhadap kesehatan pada konsentrasi alami. Paparan terhadap CO secara terus menerus pada konsentrasi 10 – 15 ppm akan menimbulkan pengaruh penurunan tingkat kesadaran manusia dan fungsi organ tubuh.
B.
Karbon dioksida (CO2) Karbon dioksida (CO2) adalah gas yang diemisikan dari sumber – sumber alamiah dan
antropogenik. Karbon dioksida adalah gas yang secara alamiah berada di atmosfer bumi, berasal dari emisi gunung berapi dan aktivitas mikroba di tanah dan lautan. Karbon dioksida akan larut dalam air hujan dan membentuk asam karbonat, menyebabkan air hujan bersifat kebih asam bila dibandingkan dengan air tawar. Karbon dioksida merupakan unsur gas rumah kaca yang teremisikan dari penggunaan bahan bakar, industri-industri, di samping perubahan tata guna lahan melalui pembukaan hutan secara besar-besaran. Sejumlah besar gas ini diemisikan sejak revolusi industri. Pemakaian bahan bakar fosil dari tahun 1980 hingga tahun 1989 diperkirakan telah mengemisikan 51 milyar metrik ton. Dalam empat dasawarsa terakhir, dengan meningkatnya penggunaan minyak bumi, CO2 yang diemisikan diperkirakan adalah sebanyak 130 milyar metrik ton. Negara-negara yang paling banyak mengemisikan CO2 ke atmosfer akibat pemakaian bahan bakarnya dari tahun 1950 hingga 1988 ialah Amerika Serikat, Masyarakat Ekonomi Eropa (Barat), Rusia, Cina dan Jepang.
Metode NDIR (Non Dispersive Infra Red) NDIR (Non Dispersive Infra Red) merupakan aplikasi dari spektrofotometri infra red. Metode ini dapat dilakukan untuk menganalisa gas-gas yang dapat diserap oleh infra merah seperti CO2, CO, NO, dan SO. Metode NDIR ini juga digunakan oleh EPA (Environmental Protection Agency) sebagai metode desain untuk mendeteksi keberadaan karbon monoksisda di udara. Metode NDIR juga merupakan salah satu metode penentuan untuk perhitungan kandungan organik di air (Greyson, 1990).
NDIR sensor merupakan alat spektrofotometri yang simpel dan dapat diaplikasikan untuk menganalisis udara. Komponen dari alat NIDR terdiri dari lampu infra merah, lubang udara, filter gelombang dan pendeteksi infra merah. Udara dipompakan ke dalam ruangan udara dan konsentrasi dari udara yang akan dianalisa ditentukan berdasarkan panjang gelombang. Lampu infra merah diarahkan langsung ke ruangan sampel melalui detektor. Sebuah filter optik di depan detektor dapat mengeliminasi semua cahaya termasuk penjang gelombang dari molekul gas tertentu. Batasan dari non – dispersive mengacu pada semua cahaya yang melalui sampel gas ketika difilter sebelum memasuki detektor (Pandey, 2007).
Faktor Emisi Faktor emisi didefinisikan sebagai nilai yang menunjukan jumlah polutan yang dikeluarkan ke udara yang bersumber dari kegiatan pembakaran (http://www.epa.gov/ttnchie1/ap42/). Setiap jenis kendaraan bermotor menghasilkan emisi yang berbeda-beda sesuai dengan jenis mesin dan konsumsi bahan bakar yang digunakan. CO, NOx, SOx dan gas-gas serta pertikulat adalah beberapa contoh emisi yang dihasilkan oleh berbagai jenis kendaraan bermotor. CO dihasilkan dari reaksi atom karbon dengan oksigen. Gas CO dihasilkan pada proses pembakaran tidak sempurna di mana perbandingan udara dengan bahan bakar tidak seimbang. Udara yang diambil untuk proses pembakaran terdiri dari 20% O2, 79% N2 dan sisanya berupa gas-gas lainnya. Gas Nitrogen (N2) merupakan udara pengencer yang tidak ikut dalam proses pembakaran. Gas N2 bereaksi sendiri membentuk gas NOx (Boedisantoso, 2002). Jumlah emisi CH4, NOx, CO dan CO2 berbeda-beda untuk tiap jenis kendaraan dan juga ditentukan dari bahan bakar yang digunakan. Untuk faktor emisi tiap jenis kendaraan bermotor dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Faktor Emisi Kendaraan Bermotor
Sumber: IPCC (1996)
Program Car Free Day Program CFD merupakan salah satu program untuk mengurangi dan mengendalikan pencemaran udara. Program CFD pertama kali dilakukan di negara Belanda dan Belgia dalam rangka mengurangi krisis energi pada 25 November 1956 hingga 20 Januari 1957. Pada 19 April 2001 program Earth Car Free Day (ECFD) pertama kali diadakan dan serentak di seluruh penjuru dunia. Lebih dari 300.000 organisasi dan kota di seluruh dunia ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan oleh The Commons WC/FD program and Earth Day Network. Pada tanggal 29 September 2009 lalu, World Car Free Day dirayakan di Washington, D.C. Kegiatan yang terdapat di sana antara lain terdiri dari reparasi kendaraan bermotor gratis, senam yoga dan kegiatankegiatan lain yang dilakukan oleh berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah menyatakan bahwa program CFD ini merupakan sebuah proyek dunia dalam rangka mengurangi pencemaran udara. Hal ini termuat dalam proposal PBB mengenai The United Nations Car Free Days Programme. Di Indonesia sendiri, program CFD pertama kali dikenal dengan program Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB). Pelaksanaanya sendiri pertama kali dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 21 September 2004 di sepanjang ruas Jalan Sudirman-Thamrin. Di hari itu seluruh kendaraan yang mengandung atau yang menghasilkan bau dari knalpot seperti mobil, motor dan kendaraan beremisi lainnya dilarang melintas di jalan yang telah ditentukan. Sedangkan, Kota Surabaya pertama kali melakukan program CFD pada Hari Minggu, 24 Agustus 2008 di sepanjang Jalan Raya Darmo. Jalan tersebut ditutup untuk kendaraan bermotor selama enam jam mulai jam 6 pagi hingga 12 siang. Program CFD di Jalan Raya Darmo merupakan program rutin dari BLH Kota Surabaya yang dilaksanakan setiap Hari Minggu. Kendaraan yang akan melewati Jalan Raya Darmo pada saat tersebut akan diarahkan ke jalur lain. Pada tanggal 31 Januari 2010, Pemkot Surabaya menerapkan program CFD di Jl. Raya Kertajaya. Konsep CFD ini tidak berbeda dari kegiatan CFD lainnya di Surabaya. Kegiatan CFD ini dimulai pukul 06.00 hingga pukul 09.00 WIB. Arus kendaraan yang akan melalui jalan ini akan diarahkan ke jalan lain seperti Jl. Dharmawangsa, Jl. Menur, Jl. Menur Raya dan jalan-jalan lain yang ada di sekitar lokasi.
METODOLOGI PENELITIAN Ide Penelitian : Efisiensi Program car free day terhadap Penurunan Emisi Karbon di Jl. Raya Kertajaya Surabaya Studi Literatur: 1. Jenis – jenis kegiatan transportasi 2. Karakteristik emisi kendaraan bermotor dan baku mutu udara 3. Carbon footprint 4. Faktor emisi dari kegiatan transportasi 5. Teknik pengambilan sampel 6. Metode pengambilan sampel udara ambient NDIR
Data Sekunder: - Program car free day dari BLH kota Surabaya - Volume kendaraan di jalan – jalan kota Surabaya dari Dinas Perhubungan kota Surabaya - Jenis – jenis kendaraan yang lewat pada jalan di kota Surabaya dari Dinas Perhubungan kota Surabaya - Faktor Emisi Kendaraan
Persiapan alat dan bahan : 1. Tripod 2.Pompa hisap 3. Air flow meter 4. Midget Impinger 60 ml 5.Larutan Ki 20 ml 6. Kabel rol 7. Blanko 8. Spektrofotometer 9. Gen-set
Pengambilan blanko udara ambient pada dini hari pada pukul 03.00 di Jl. Raya Kertajaya
Data Primer Udara Ambient ( CO) : - Pengambilan sampel udara ambient di 4 titik di Jl. Raya Kertajaya pada hari minggu saat kondisi biasa. - Pengambilan sampel udara ambient di 4 titik di Jl. Raya Kertajaya pada saat car free day. - Pengambilan sampel udara ambient dengan alat Midget Impinger
Data Primer Emisi Karbon ( CO2) : - Perhitungan emisi CO2 pada hari minggu saat kondisi biasa di 4 titik di Jl. Raya Kertajaya dan 5 titik di jalan sekitar lokasi CFD - Perhitungan emisi CO2 pada saat car free day di 4 titik di Jl. Raya Kertajaya dan 5 titik di jalan sekitar lokasi CFD - Perhitungan Emisi menggunakan faktor emisi tiap kendaraan
Konversi CO ke CO2 ekivalen
Analisa dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Gambar 1 Kerangka Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Perhitungan Emisi
1.
Pehitungan (counting) Jumlah Kendaraan
Dalam meghitung kekuatan emisi yang dihasilkan oleh kendaraan yang melewati sebuah jalan maka langkah awal yang harus dilakukan adalah menghitung jumlah kendaraan yang lewat tiap satuan waktu. Dalam melakukan perhitungan jumlah kendaraan (counting) di Jl. Raya Kertajaya langkah – langkah yang dilakukan adalah menetapkan titik-titik counting. Adapun titiktitik counting yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Lokasi Perhitungan Jumlah Kendaraan
Perhitungan jumlah kendaraan di tiap titik menggunakan alat counter. Perhitungan dilakukan setiap 15 menit selama 1,5 jam. Jenis kendaraan bermotor yang dihitung dibagi menurut jenisnya yaitu kendaraan mobil penumpang (LV), sepeda motor (MC) dan kendaraan berat (HV). Perhitungan jumlah kendaraan ini selain berdasarkan jenis kendaraan juga memperhatikan faktor jenis bahan bakar yang digunakan. Bahan bakar yang dimaksud hanya bensin dan solar. Untuk kendaraan mobil penumpang, bahan bakar dibedakan menjadi bensin dan solar. Sedangkan untuk sepeda motor dianggap menggunakan berbahan bakar bensin. Bus dan truk sebagai kendaraan berat dianggap berbahan bakar solar. Tujuan dari membagi kendaraan bedasarkan jenis bahan bakar adalah untuk mencari konsumsi energi atau bahan bakar yang dibutuhkan kendaraan untuk melewati suatu jalan.
Total jumlah kendaraan terbanyak setelah dilakukan perhitungan selama 1,5 jam di semua titik pada saat hari minggu NCFD adalah pada titik 5. Terdapat sebanyak 5678 kendaraan bermotor yang lewat pada titik ini dengan komposisi kendaraan sebanyak 2028 mobil berbahan bakar bensin, 295 mobil berbahan bakar solar, 3343 sepeda motor dan 12 kendaraan berat berbahan bakar solar. Sedangkan jumlah kendaraan yang paling sedikit terdapat di titik 2 dengan total kendaraan 1225 kendaraan bermotor. Pada saat CFD, kendaraan bermotor tidak dapat melewati Jl. Kertajaya selama pukul 06.00 – 09.00. Perhitungan kendaraan bermotor hanya dilakukan di titik 1,2,4,6 dan 9 selama 1,5 jam. Jumlah kendaraan di titik 2,4 dan 9 mengalami peningkatan pada saat CFD dibandingkan pada saat hari minggu biasa. Hal ini terjadi karena kendaraan bermotor yang akan melewati Jl.Raya Kertajaya dialihkan ke jalan-jalan pada titik – titik tersebut. Sedangkan pada titik 1 dan 6 mengalami penurunan jumlah kendaraan dibandingkan pada hari minggu biasa tanpa CFD. Tidak adanya kendaraan dari arah Jl. Kertajaya menyebabkan penurunan jumlah kendaraan di titik ini.
jumlah kendaran
6000 5000 4000 3000 non car free day
2000
car free day
1000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
titik
Gambar 3. Grafik Perbandingan Jumlah Kendaraan Dari gambar 4.4 di atas, pada titik 3,5,7, dan 8 tidak ada grafik yang berwarna merah (jumlah kendaraan sama dengan nol). Grafik berwarna merah menunjukkan jumlah kendaraan yang lewat pada titik tersebut saat CFD. Titik 3,5,7, dan 8 merupakan titik-titik di sepanjang Jl. Raya Kertajaya yang merupakan lokasi CFD sehingga tidak terdapat kendaraan yang lewat pada titik tersebut selama CFD. Data jumlah kendaraan yang telah didapat digunakan untuk menganalisa kekuatan emisi CO2 di tiap titik. Analisa kekuatan emisi dilakukan dengan teknik pendekatan kuantitatif jumlah kendaraan dengan menggunakan rumus pada persamaan 3.1 pada halaman 22. Q = n x FE x K di mana
Q = Kekuatan Emisi (gram/detik) : n = Jumlah Kendaraan (smp / detik)
FE = Faktor Emisi CO2 (gram / liter) K
= Konsumsi bahan bakar (liter)
Dalam mencari jumlah kendaraan (n), semua kendaraan diubah ke dalam satuan mobil penumpang (smp) dengan mengalikan jumlah tiap jenis kendaraan bermotor dengan faktor pengali agar didapat jumlah kendaraan dalam satuan smp. Faktor pengali tiap jenis kendaraan ke dalam satuan mobil penumpang dapat dilihat pada tabel 3.1 halaman 22 di mana: •
penumpang / mobil
=1
•
•
sepeda motor
= 0,25
kendaraan berat
= 1,2.
Jumlah kendaraan dalam smp tersebut kemudian dibagi dengan waktu counting yaitu selama 1,5 jam untuk mendapatkan jumlah kendaraan dalam satuan smp / detik. Hasil perkalian jumlah kendaraan saat NCFD dengan faktor pengali selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2. Sedangkan jumlah kendaraaan (smp) saat CFD dapat dilihat pada tabel 3. Nilai n masih tetap dipisahkan antara bahan bakar bensin dan solar (diesel). Pada tabel 2. nilai n terbesar ada pada titik 5. Sedangkan pada tabel 3. nilai n terbesar terdapat pada titik 9 untuk bahan bakar bensin dan titik 4 untuk kendaraan diesel. Nilai n sangant dipengaruhi oleh jumlah kendaraan di titik tersebut. Tabel 2. Jumlah Kendaran dalam Satuan Mobil Penumpang (smp) saat Non Car Free Day n Jumlah kendaraan
Jumlah kendaraan (smp )
Titik LV
MC
HV
Jumlah kendaraan (smp / detik )
bensin
diesel
bensin
diesel
bensin
diesel
bensin
diesel
1
1041
263
2004
7
1542
271
0,28556
0,05026
2
203
34
983
5
448,75
40
0,08310
0,00741
3
1240
147
2271
11
1807,8
160
0,33477
0,02967
4
486
87
1704
8
912
97
0,16889
0,01789
5
2028
295
3343
12
2863,8
309
0,53032
0,05730
6
867
151
3069
12
1634,3
165
0,30264
0,03063
7
732
147
1206
5
1033,5
153
0,19139
0,02833
8
1179
244
3244
9
1990
255
0,36852
0,04719
9 388 130 1794 Sumber : Hasil Perhitungan, 2010
7
836,5
138
0,15491
0,02563
Dalam perhitungan kekuatan emisi (Q) diperlukan data-data konsumsi bahan bakar (K). Nilai konsumsi bahan bakar dihitung berdasarkan jumlah bahan bakar yang diperlukan kendaraan bermotor untuk melewati sebuah jalan. Konsumsi bahan bakar tiap kendaraan bermotor yang melewati titik – titik counting dihitung dengan rumus pada pesamaan 3.2 dan persamaan 3.3 yaitu:
K (liter) untuk bensin =
ଵଵ,ଽ ௧ ଵ
K (liter) untuk diesel
݈݆݊ܽܽ ݆݃݊ܽ݊ܽ ݔ
=
ଵଵ,ଷ ௧ ଵ
݈݆݊ܽܽ ݆݃݊ܽ݊ܽ ݔ
Tabel 3. Jumlah Kendaran dalam Satuan Mobil Penumpang (smp) saat Car Free Day n Jumlah kendaraan
Jumlah kendaraan (smp)
Titik LV MC bensin diesel bensin 1 246 91 953 2 172 27 1476 4 418 188 2665 6 479 133 1483 9 1080 166 1544 Sumber : Hasil Perhitungan, 2010
HV diesel 4 5 7 4 7
bensin 484,25 541 1084,3 849,75 1466
diesel 95,8 33 196,4 137,8 174,4
Jumlah kendaraan (smp / detik) bensin 0,08968 0,10019 0,20079 0,15736 0,27148
diesel 0,01774 0,00611 0,03637 0,02552 0,03230
Kendaraan bermotor yang melalui Jl. Raya Kertajaya (titik 3,5,7, dan 8) menghabiskan bahan bakar sebesar 0,07664 liter bensin dan 0,07384 liter solar. Kendaraan dengan konsumsi bahan bakar yang paling besar adalah kendaraan yang melalui titik 9. Hal ini disebabkan oleh panjang jalan yang akan dilewati kendaraan di titik 9 adalah 0,867 km. Panjang jalan di titik 9 dihitung dari perempatan Kertajaya hingga lampu merah Universitas Airlangga. Data konsumsi energi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Konsumsi Bahan Bakar di Tiap Titik berikut ini. Tabel 4. Konsumsi Bahan Bakar di Tiap Titik K Titik konsumsi bahan bakar (liter) bensin diesel 1 0,367 0,03100 0,00300 2 0,471 0,05553 0,05350 3 0,65 0,07664 0,07384 4 0,162 0,01910 0,02000 5 0,65 0,07664 0,07384 6 0,522 0,06156 0,06000 7 0,6 0,07074 0,06816 8 0,6 0,07074 0,06816 9 0,867 0,10221 0,09849 Sumber : Hasil Perhitungan, 2010 Panjang Jalan (km)
Setelah memperoleh konsumsi bahan bakar (K) dan jumlah kendaraan (n) maka langkah selanjutnya adalah mencari kekuatan emisi (Q). Dalam mencari kekuatan emisi maka diperlukan faktor emisi. Faktor emisi CO2 kendaraan bermotor dapat dilihat pada tabel 2.1 pada halaman 10. Karena analisa ini menggunakan generalisasi jenis kendaraan ke dalam satuan mobil penumpang maka faktor emisi CO2 yang digunakan untuk satu kendaraan adalah 2597,86 gram/liter untuk bahan bakar bensin dan 2924,90 gram/literuntuk bahan bakar solar. Faktor emisi tersebut akan dikalikan dengan jumlah kendaraan dan konsumsi bahan bakar di tiap titik sehingga didapat kekuatan emisi di tiap titik.
2.
Emisi CO2 saat Non Car Free Day Total kekuatan emisi di sepanjang Jl. Raya Kertajaya pada saat non car free day yang
didapat dari titik 3,5,7 dan 8 adalah sebesar 308 gram/detik. Kendaraan bermotor yang melewati titik 5 (depan Toko UFO Kertajaya) merupakan penyumbang emisi CO2 paling banyak. Emisi yang dihasilkan di titik ini sebesar 117,96 gram/detik. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah kendaraan yang melewati titik ini lebih banyak dibandingkan titik lain di Jl. Raya Kertajaya. Sedangkan titik dengan jumlah emisi CO2 paling sedikit terdapat di titik 7 dikarenakan arus kendaraan dari arah Toko Hartono terpecah ke arah Jl. Dharmawangsa sehingga volume kendaraan yang melewati titik ini berkurang sehingga mempengaruhi emisi CO2 yang dihasilkan. Kekuatan emisi (Q) pada Jl. Raya Kertajaya dapat dilihat pada tabel 5. di bawah ini. Tabel 5. Emisi CO2 di Jl. Raya Kertajaya saat Non Car Free Day Q bensin 3 66,65 5 105,58 7 35,17 8 67,72 total 275,12 Sumber : Hasil Perhitungan, 2010 Titik
diesel 6,41 12,37 5,65 9,41 33,84
Total Q (g/dtk) 73,06 117,96 40,82 77,13 308,96
Penelitian ini juga menghitung kekuatan emisi CO2 dari kendaraan yang lewat di jalan alternatif lain di sekitar Jl. Raya Kertajaya yang diwakili oleh titik 1,2,4,6 dan 9. Pada tabel 4.5, titik dengan emisi CO2 paling banyak adalah titik 6 yaitu segmen Jl. Dharmawangsa hingga Jl. Pucang Adi. Emisi CO2 di titik ini adalah sebesar 53,77 gram/detik . Emisi terendah terdapat pada titik 4 yaitu Jl. Menur sebesar 9,43 gram/detik. Volume jumlah kendaraan yang lewat sangat mempengaruhi kekuatan emisi. Di mana titik dengan jumlah kendaraan sedikit akan memiliki kekuatan emisi yang sedikit pula. Selain itu jenis kendaraan yang lewat juga berpengaruh terhadap kekuatan emisi. Kendaraan berbahan bakar solar akan menghasilkan emisi yang lebih banyak dibandingkan kendaraan berbahan bakar bensin. Tabel 6. Emisi CO2 pada Jalan di Sekitar Jl. Raya Kertajaya saat Non Car Free Day titik
bensin 1 23,00 2 11,99 4 8,38 6 48,40 9 41,13 total 132,90 Sumber : Hasil Perhitungan, 2010
Q diesel 0,44 1,16 1,05 5,38 7,38 15,41
Total Q (g/dtk) 23,44 13,15 9,43 53,77 48,52 148,30
3.
Emisi CO2 saat Car Free Day
Saat adanya program car free day, kendaraan bermotor tidak dapat melewati Jl. Raya Kertajaya. Kendaraan yang akan lewat Jl. Raya Kertajaya dialihkan ke: • Jl. Manyar Kertoarjo (titik 1)
• Jl. Dharmawangsa arah Pucang (titik 6)
• Jl. Menur Raya (titik 2)
• Jl. Dharmawangsa arah Univ. Airlangga (titik 9)
• Jl. Menur (titik 4) Karena semua kendaraan bermotor dialihkan ke jalan-jalan tersebut maka emisi CO2 pada Jl. Raya Kertajaya adalah nol gram/detik. Jalan-jalan alternatif di sekitar Jl. Raya Kertajaya saat car free day memiliki emisi CO2 yang berbeda-beda. Emisi tertinggi terdapat pada segmen Jl. Dharmawangsa hingga Jl. Airlangga (titik 9). Emisi CO2 pada segmen jalan tersebut adalah 79,97 gram/detik . Jl. Manyar Kertoarjo (titik 1) menyumbang emisi CO2 paling sedikit dengan kandungan emisi 8,83 gram/detik . Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Emisi CO2 pada Jalan di Sekitar Jl. Raya Kertajaya saat Car Free Day Q
titik
Total Q (g/dtk)
bensin
diesel
1
7,22
1,61
8,83
2
14,57
1,00
15,58
4
10,43
2,13
12,56
6
24,53
4,48
29,01
9
70,53
9,45
79,97
total 127,28 18,66 Sumber : Hasil Perhitungan, 2010
145,95
B.
Perhitungan Udara Ambien CO2
1.
Pengambilan Sampel Udara Ambien CO
Pengambilan sampel ambien dilakukan di 4 titik di Jl. Raya Kertajaya. • Titik A, berada di perempatan SAMSAT
• Titik C, berada di perempatan Kertajaya
• Titik B, berada di depan Bank BII di
• Titik D, berada di depan Toko Harmony
samping Toko Hartono
Furniture
Pengambilan sampling udara ambien CO2 dilakukan pada saat NCFD dan pada saat CFD. Sebelum melalukan pengambilan sampel, harus diketahui terlebih dahulu suhu, kecepatan dan arah angin di tiap titik. Alat yang digunakan adalah thermometer dan anemometer. Data mengenai suhu, kecepatan dan arah angin dapat dilihat pada Tabel 8. Suhu, Kecepatan Angin dan Arah Angin.
Gambar 4. Lokasi Sampling Udara Ambien Tabel 8. Suhu, Kecepatan Angin dan Arah Angin Keadaan
titik
suhu
A 32.30 C B 32.40 C Non Car Free Day C 33.20 C D 33.20 C A 320 C B 320 C Car Free Day C 32.40 C D 32.50 C Sumber : Pengukuran di lapangan, 2010
kecepatan angin
arah angin
0,3 - 3,3 0,3 - 3,3 0,8 - 2,9 0,8 - 2,9 0,5 - 2,8 0,5 - 2,8 0,7 - 2,4 0,7 - 2,4
timur timur timur timur timur timur timur timur
Pengambilan sampel udara ambien diawali dengan memasukkan larutan 2 % KI ke dalam impinger lalu dimasukkan ke dalam midget impinger. Larutan 2 % KI berwarna bening. Kemudian panaskan absorbing reagen berupa larutan 2,5 % I2O5 dalam suhu 120 – 140oC. Alirkan udara melalui tabung I2O5 ke dalam impinger KI selama 30 menit. Laju udara pada impinger adalah 0,2 liter/menit. Setelah 30 menit didapatkan sampel udara ambien CO dan dilakukan analisa spektrofotometri di laboratorium. Pada analisa udara ambien ini juga mengambil blanko dari satu titik Jl. Raya Kertajaya pada waktu malam hari pukul 02.00. Fungsi blanko adalah sebagai pembanding terhadap udara ambien dari titik – titik yang telah ditentukan. Prosedur pengambilan blanko sama dengan pengambilan udara ambien sebelumnya. 2.
Pembuatan Kurva Kalibrasi CO Pembuatan kurva kalibrasi CO dilakukan dengan mengambil 0,05 ml, 0,1 ml, 0,15 ml, 0,20
ml, 0,25 ml dan 0,5 ml dari larutan standar Iodine. Larutan standar 0,0002 Iodine ini identik dengan 0,5 µgrI CO/ml. Larutan standar dengan 6 konsentrasi berbeda tadi dimasukan ke dalam tabung
reaksi. Tiap larutan di tabung reaksi diencerkan dengan larutan absorben berupa larutan 2,5 % I2O5 hingga volume tiap tabung menjadi 20 ml. Setelah itu kocok dan ukur absorbansi tiap tabung reaksi dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 385 nm. Nilai absorban pada tiap konsentrasi larutan kalibrasi dapat dilihat pada tabel 9. Contoh perhitungan pembuatan kurva kalibrasi: Volume larutan standar Iodine = 0,05 ml Voulume pengenceran dengan larutan KI = 20 ml Konsentrasi
= (Vol. larutan standar Iondine x Konsentrasi 1 ml larutan 0,0002 Iodine) / vol. pengenceran = (0,05ml x 0,5 µgrI CO/ml) / vol. pengenceran = (0,05ml x 0,5 µgrI CO/ml) / 20 ml = 0,00125 µgrI/ml
Absorbansi = 0,025 Tabel 9. Nilai Absorban Larutan Kalibrasi (X) Volume
Konsentrasi (µgrI CO/ml)
Absorbansi (Y)
0,05 0,00125 0,1 0,0025 0,15 0,00375 0,2 0,005 0,25 0,00625 0,5 0,0125 Sumber: analisa laboratorium, 2010
0,025 0,032 0,048 0,057 0,066 0,127
Dari data nilai absorban di atas kemudian dibuat kurva kalibrasinya. Sumbu x berupa konsentrasi (µgrI CO/ml) dan sumbu y berupa nilai absorbansi. Gambar kurva kalibrasi dapat dilihat pada gambar 4.8. Konsentrasi sampel udara ambien dari titik A, B, C dan D saat dapat dihitung dengan mencari nilai konsentrasi (x) dari tiap sampel dengan rumus y = 9,156x + 0,011 di mana y adalah nilai absorbansi. Tabel 4.9 memperlihatkan konsentrasi CO saat Car Free Day di tiap titik. Konsentrasi terbesar terdapat pada perempatan Kertajaya (titik C) yaitu sebesar 0,00830 µgrI CO/ml. Sampel pada saat NCFD memiliki nilai absorbansi yang terletak di luar kurva kalibrasi. Oleh karena itu tiap sampel perlu dilakukan pengenceran hingga 10 kali agar didapat absorban yang sesuai dengan kurva kalibrasi. Setelah mendapatkan absorban yang sesuai maka dapat dihitung konsentrasinya dengan menggunakan rumus y = 9,156x + 0,011.
0,14
y = 9,156x + 0,011 R² = 0,996
Absorbansi
0,12 0,1 0,08 0,06
Series1
0,04
Linear (Series1)
0,02 0 0
0,005
0,01
0,015
konsentrasi (µgrI/ml)
Gambar 5. Kurva Kalibrasi CO Tabel 10. Konsentrasi CO dalam Sampel Car Free Day Titik
Absorbansi
Konsentrasi (µgrI CO/ml)
A B C D
0,068 0,046 0,087 0,065
0,00623 0,00382 0,00830 0,00590
total blanko 0,055 Sumber : Hasil Perhitungan, 2010
0,00481
Tabel 11. Konsentrasi CO dalam Sampel NCFD Titik
Absorban pengenceran 10x
Absorbansi
0,687 0,541 0,893 0,522 total Sumber : Hasil Perhitungan, 2010 A B C D
Konsentrasi (µgrI CO/ml)
0,078 0,063 0,099 0,062
0,00732 0,00568 0,00961 0,00557
Catatan: konsentrasi di atas adalah konsentrasi hasil pengenceran 10 kali 3.
Udara Ambien Saat Car Free Day Rumus yang digunakan untuk menghitung konsentrasi CO (ppm) pada udara ambien
berdasarkan persamaan 3.4 adalah: ppm CO (25o 76 Hg) =
µ ୰୪ େ ×ଶସ,ହ ୭୪୳୫ୣ ୢୟ୰ୟ
keterangan: UgrI CO = massa CO (µgrI) Volume Udara = 6 liter
Volume udara yang dimaksud adalah volume udara selama pengambilan sampel 30 menit. Volume udara diperoleh dengan cara melakukan analisa gelembung sabun pada tabung 10 ml.
Pertama-tama hubungkan tabung dengan flow meter. Setelah itu pencet karet kuning sehingga keluar gelembung sabun. Kemudian hitung waktu yang dibutuhkan gelembung tabung tersebut untuk sampai pada tanda 10 ml. Waktu yang dibutuhkan adalah 3 detik. Maka volume udaranyadidapat sebesar 6 liter. Setelah memperoleh volume udara, kemudian dapat dilakukan perhitungan konsentrasi (ppm) CO berdasarkan persamaan 3.4. Konsentrasi CO pada tabel 12 digunakan untuk menentukan massa CO dengan mengalikan konsentrasi tersebut dengan volume larutan absorben KI pada saat pengambilan sampel udara yaitu sebesar 20 ml. µ୰୪ େ ×ଶସ,ହ
ppm CO (25o 76 Hg) = ୭୪୳୫ୣ ୢୟ୰ୟ = 0,12451 µgrI x 24,5 6 liter = 0,51 ppm Untuk hasil perhitungan konsentrasi pada titik lainnya dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 12. Konsentrasi CO saat Car Free Day Titik
Absorbansi
Konsentrasi (µgrI CO/ml)
A 0,068 B 0,046 C 0,087 D 0,065 total blanko 0,055 Sumber : Hasil Perhitungan, 2010
0,00623 0,00382 0,00830 0,00590 0,00481
Massa CO (µgrI) 0,12451 0,07645 0,16601 0,11796 0,09611
Konsentrasi CO (ppm) 0,51 0,31 0,68 0,48 1,98 0,39
Titik dengan konsentrasi CO tertinggi adalah titik C sebesar 0,68 ppm sedangkan titik dengan konsentrasi CO terendah terdapat pada titik D dengan 0,48 ppm. Total CO pada ambien di Jl. Raya Kertajaya adalah 1,98 ppm. Konsentrasi CO dari blanko udara ambien yang telah diambil pada saat malam hari adalah 0,39 ppm. Seharusnya konsentrasi ambien CO pada blanko paling sedikit dibandingkan dengan konsentrasi CO di tiap titik A, B, C, D. Namun pada kenyataannya konsentrasi CO pada blanko lebih besar dari titik B. Hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan blanko masih terdapat beberapa kendaraan yang lewat sehingga mempengaruhi hasil analisa. 4.
Udara Ambien Saat Non Car Free Day Konsentrasi udara ambien CO saat non car free day diperoleh menggunakan rumus yang
sama dengan perhitungan saat car free day. Contoh perhitungan konsentrasi CO saat non car free day di titik A adalah sebagai berikut.
Konsentrasi CO di titik A
= 0,00732 µgrI CO/ml
Karena konsentrasi 0,00732 µgrI CO/ml merupakan konsentrasi pengenceran 10x maka untuk mendapatkan konsentrasi sampel di tiap titik, nilai konsentrasi pada tabel 4.10 harus dikali 10 Konsentrasi CO di titik A
= 0,0732 µgrI CO/ml
Volume larutan absorban KI = 20 ml Massa CO
= konsentrasi (µgrI CO/ml) x Vol. ppm CO (25o 76 Hg) = µ୰୪ େ ×ଶସ,ହ ୭୪୳୫ୣ ୢୟ୰ୟ Larutan KI = 1,463 µgrI x 24,5 = 0,0732 µgrI CO/ml x 20 ml 6 liter = 1,463 µgrI = 5,98 ppm
Konsentrasi CO pada saat non car free day dapat dilihat pada tabel 13 Tabel 13. Konsentrasi CO saat Non Car Free Day Titik
Absorbansi
A B C D
Absorban pengenceran 10x
0,687 0,541 0,893 0,522 total Sumber : Hasil Perhitungan, 2010
0,078 0,063 0,099 0,062
Konsentrasi (UgrI CO/ml)
Konsentrasi CO (ppm)
0,00732 0,00568 0,00961 0,00557
5,98 4,64 7,85 4,55 23,01
Titik C merupakan titik dengan konsentrasi CO tebanyak saat non car free day dengan konsentrasi CO sebanyak 7,85 ppm. Sedangkan konsentrasi terendah terdapat pada titik D dengan konsentrasi 4,55 ppm CO. Perbedaan jumlah kendaraan yang lewat di tiap titik mempengaruhi kadar CO pada udara ambien.
5.
Pengaruh Program Program Car Free Day terhadap Kualitas Udara di Jl. Raya Kertajaya Program car free day merupakan program yang diadakan Pemkot Surabaya yang bertujuan
untuk mengurangai sumber pencemar udara terutama dari aktivitas kendaraan bermotor. Proses pembakaran pada kendaraan bermotor menghasilkan gas CO dan CO2. Pada pembakaran sempurna akan menghasilkan gas CO2. Sedangkan gas CO dihasilkan pada pembakaran tidak sempurna. Saat car free day, tidak ada kendaraan bermotor yang melewati ruas Jl. Raya Kertajaya mempengaruhi kualitas udara di jalan itu. Penutupan ruas Jl. Raya Kertajaya saat car free day tidak hanya berpengaruh pada ruas jalan tersebut tetapi juga berpengaruh terhadap jalan-jalan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu diperlukan juga pengamatan terhadap kepadatan kendaraan bermotor
pada jalan-jalan lainnya. Kepadatan kendaraan tersebut berpengaruh terhadap kondisi udara akibat emisi kendaraan bermotor.
Udara Emisi CO2 Pengaruh car free day terhadap udara emisi CO2 di sini dibedakan di lokasi car free day yaitu Jl. Raya Kertajaya dan jalan-jalan lain yang ada di sekitar Jl. Raya Kertajaya. Di lokasi car free day, untuk mencari efisiensi emisi CO2 menggunakan emisi pembanding pada saat hari normal (selasa). Data jumlah kendaraan di Jl. Raya Kertajaya merupakan data sekunder yang diperoleh dari data dishub 2008. Perhitungan jumlah kendaraan dilakukan selama 16 jam dari pukul 05.00 hingga pukul 21.00. Dari data jumlah kendaraan tersebut kemudian dicari kekuatan emisinya (Q). Jumlah kendaraaan ringan (LV)
= 45137 smp
Jumlah sepeda motor (MC)
= 72032 kendaraan
= 28812,8 smp
Jumlah kendaraan berat (HV)
= 225 kendaraan
= 270 smp
Karena tidak diperoleh pembagian kendaraan berdasarkan jenis bahan bakar maka untuk perbandingan jumlah LV bahan bakar bensin dan LV bahan bakar solar adalah 6:1. Nilai 6:1 didasarkan pada data primer di mana dalam setiap 7 mobil (LV) yang lewat ditemukan 6 mobil berbahan bakar bensin dan 1 mobil berbahan bakar solar. Jumlah LV bahan bakar bensin
= 38688,8 smp
Jumlah LV bahan bakar solar
= 6448,2 smp
Maka, Total n bensin = (38688,8 + 28812,8) / 21 jam = 3214,36 smp/jam Total n solar
= (6448,2 + 270) / 21 jam = 319,9 smp/jam
Faktor emisi (FE) yang digunakan berdasarkan tabel 3.2 halaman 23 di mana untuk bensin 2597,86 gram/liter dan solar sebesar 2924,90 gram/liter. Konsumsi bahan bakar (K) yang dibutuhkan dengan panjang jalan 1,3 km adalah 0,15327 liter untuk bensin dan 0,14768 liter untuk solar. Setelah memperoleh nilai n, FE, K maka dapat diperoleh kekuatan emisi (Q) sesuai persamaan 3.1 pada halaman 22. Q = n x FE x K di mana :
Q = Kekuatan Emisi (gram/detik)
FE = Faktor Emisi CO2 (gram / liter)
n = Jumlah Kendaraan (smp / detik)
K
= Konsumsi bahan bakar (liter)
Tabel 14. Kekuatan Emisi Jl. Raya Kertajaya pada Hari Selasa N (smp/jam)
FE (gram/liter)
bensin 3214,36 solar 319,9 total Sumber : Hasil Perhitungan, 2010
2597,86 2924,9
K (liter) 0,15327 0,14768
Q (Kg/jam) 1279,87 138,18 1418,06
Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa kekuatan emisi (Q) pada hari selasa adalah 1418,06 kg/jam. Jika dibandingkan pada hari minggu saat non car free day di mana emisi CO2 di Jl. Raya Kertajaya sebesar 308,96 gram/detik maka reduksi emisi CO2 oleh CFD dapat dicari dengan rumus: Reduksi emisi CO2
= (Q hari selasa – Q non CFD)/Q hari selasa x 100% = (1418,06 kg/jam – 308,96 gram/detik)/1418,06 kg/jam x 100% = (1418,06 kg/jam – 1112,26 kg/jam)/1418,06 kg/jam x 100% = 21,56%
Berdasarkan perhitungan di atas, reduksi emisi CO2 oleh program CFD di Jl. Raya Kertajaya adalah sebesar 21,56%. Artinya dengan pembanding jumlah kendaraan selama 16 jam maka program CFD selama 3 jam mampu mereduksi emisi CO2 sebesar 21,56%. Kondisi di jalan-jalan sekitar lokasi car free day pada keadaan normal mengandung total emisi CO2 sebesar 124,86 gram/detik . Saat diterapkannya car free day kualitas udara di jalan-jalan sekitar lokasi mengalami penurunan emisi CO2. Namun penurunan emisi CO2 tidak terlalu banyak. Emisi CO2 mengalamin penurunan sebanyak 2,35 gram/detik . Ini berarti program car free day di Jl. Raya Kertajaya hanya menghasilkan penurunan emisi CO2 sebesar 1,58% di jalan-jalan sekitar lokasi CFD. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.9 di mana emisi CO2 di titik 3,4 dan 9 mengalami kenaikan saat CFD. Titik yang mengalami penurunan emisi CO2 terdapat pada titik 1 dan 6. Program CFD ternyata memberikan dampak pada lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena emisi yang dihasilkan dari kegiatan kendaraan bermotor dapat dikurangi terutama pada lokasi CFD. Namun seharusnya jalan-jalan di sekitar lokasi juga mengalami penurunan emisi CO2. Pada kenyataannya, penurunan emisi hanya terjadi di 2 titik dan pada 3 titik lainnya mengalami penambahan emisi CO2. Seharusnya program CFD dapat dimanfaatkan masyarakat untuk berolah raga atau aktivitas lainnya. Paling tidak mengurangi penggunaan kendaraan bermotor sehingga tidak hanya lokasi CFD yang mengalami penurunan emisi CO2 tetapi semua jalan-jalan di sekitar lokasi CFD juga ikut mengalami penurunan.
konsentrasi (gram / detik)
80,00 60,00 40,00 non car free day 20,00
car free day
0,00 1
2
4
6
9
Titik
Gambar 6. Perbedaan Emisi CO2 pada jalan-jalan Sekitar Lokasi CFD Udara Ambien CO2 Dalam penelitian ini, digunakan faktor pengali 1,9 untuk mengkonversi CO ke CO2e (Berntsen et al., 2005 dalam Foster, 2007). Oleh karena itu penelitian ini mengambil faktor pengali CO ke sebesar 1,9. Konsentrasi gas CO (ppm) yang telah diperoleh pada saat non car free day dan car free day kemudian diubah ke konsentrasi CO2e dengan faktor pengali 1.9. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 15. di bawah ini. Program car free day di Jl. Raya Kertajaya berpengaruh besar terhadap penurunan kosentrasi CO2. Pengamatan di setiap titik membuktikan bahwa program car free day ini efisien mengurangi produksi CO2 sebagai salah satu gas rumah kaca (gambar 4.10). Semua lokasi pengambilan sampel udara ambien mengalami penurunan konsentrasi CO2 hingga lebih dari 90% . Program car free day di Jl. Raya Kertajaya ternyata mampu menurunkan konsentrasi CO2 baik itu emisi maupun pada udara ambien. Hal ini dikarenakan tidak adanya kendaraan di jalan tersebut. Laju kendaraan di jalan raya menjadi salah satu faktor penentu konsentrasi pencemaran udara yang terjadi (Ruktiningsih, 2006). Kendaraan bermotor akan mengeluarkan emisi baik itu CO dan CO2 ke udara sehingga mempengaruhi kualitas udara ambien. Kurang lebih 70% pencemaran udara diakibatkan oleh emisi kendaraan bermotor (Munawar, 1999). Oleh karena itu program car free day adalah program yang tepat untuk memperbaiki kualitas udara dan mengurangi produksi CO2 sebagai gas rumah kaca. Walaupun program ini hanya dilaksanakan selama 3 jam namun efektif mengurangi produksi gas CO2. Di samping itu, jalan-jalan di sekitar lokasi car free day tidak mengalami perubahan kualitas udara yang berarti. Walaupun terjadi pengalihan kendaraan pada jalan-jalan tersebut namun total konsentrasi emisi CO2 justru berkurang 1,58%. Hanya saja di beberapa titik justru terjadi penambahan emisi CO2 (Tabel 15).
Tabel 15. Konsentrasi CO2 pada Udara Ambien Keadaan Titik Konsentrasi CO2e (ppm) A 11,35 B 8,81 Non Car Free Day C 14,91 D 8,64 Total 43,72 A 0,97 B 0,60 Car Free Day C 1,29 D 0,92 Total 3,78 Sumber : Hasil Perhitungan, 2010 16,00 Konsentrasi (ppm)
14,00 12,00 10,00 8,00 6,00
non car free day
4,00
car free day
2,00 0,00 A
B
C
D
Titik
Gambar 7. Konsentrasi CO2e pada Udara Ambien di Jl. Raya Kertajaya Tabel 16 Penurunan CO2 oleh Program Car Free Day Kualitas Udara
Titik
Jl. Raya Kertajaya Jalan di sekitar lokasi CFD Ambien Jl. Raya Kertajaya Sumber : Hasil Perhitungan, 2010 Emisi
Penurunan CO2 oleh car free day 21,56% 1,58% 91,35%
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari tugas akhir ini adalah: 1. Jumlah emisi CO2 dari kegiatan transportasi di Jl. Raya Kertajaya pada saat: •
Non car free day adalah sebesar 308,96 gram/detik emisi CO2 di Jl. Raya Kertajaya dan 148,30 gram/detik emisi CO2 di jalan-jalan sekitar Jl. Raya Kertajaya.
•
Car free day adalah sebesar nol gram/detik emisi CO2 di Jl. Raya Kertajaya dan 145,95 gram/detik emisi CO2 di jalan-jalan sekitar Jl. Raya Kertajaya.
2. Konsentrasi CO2 pada udara ambien yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di sepanjang Jl. Raya Kertajaya Surabaya pada saat: •
Non car free day adalah sebesar 43,72 ppm CO2.
•
Car free day adalah 3,78 ppm CO2.
3. Efisiensi program car free day terhadap penurunan emisi CO2 pada: •
Jl. Raya Kertajaya adalah sebesar 21,56% (bila dibandingkan dengan kekuatan emisi selama 16 jam pada Hari Selasa).
•
Jalan sekitar lokasi CFD adalah sebesar 1,58%.
4. Penurunan konsentrasi CO2 pada udara ambien di Jl.Raya Kertajaya Surabaya oleh progran CFD adalah sebesar 91,35%.
Saran Saran yang dapat digunakan untuk penelitian serupa adalah: 1. Untuk mengetahui kekuatan emisi sebaiknya menggunakan faktor emisi yang lebih representatif dengan keadaan transportasi di mana juga memperhitungkan umur kendaraan dan kecepatan kendaraan bermotor. 2. Menghitung juga konsentrasi CO2 pada udara ambien di titik-titik lain di jalan-jalan yang menjadi jalan alternatif saat dilaksanakannya program car free day. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1993. Indonesia Highway Manual Part 1 Urban Road No. 9/T/BNKT/1993[4] Berntsen,T., et al. 2005.Changes in Atmospheric Constituents and in Radiative Forcing. In: Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge University Press. USA Boedisantoso, R. 2002. Teknologi Pencemaran Udara. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Press. Surabaya Dalkmann, H., et al. 2007. Transport and Climate Change. Module 5e. Sustainable Transport: A Sourcebook for Policy-makers in Developing Cities. GTZ. Germany. Faiz, A., et al. 1992. Air Pollution from Motor Vehicles. World Bank. Washington, D.C Greyson, J. 1990. Carbon, Nitrogen and Sulfur Pollutant and Their Determinition in Air and Water. Marcel Dekker Inc. New York
Hariyati. 2009. Pencemaran Udara Karbon Monoksida dan Nitrogen Oksida Akibat Kendaraan Bermotor Pada Ruas Jalan Padat Lalu Lintas di Kota Makassar. Munawar, A. 1999. Traffic Accident Database Management System in Indonesia, Proceedings the 3rd International Conference on Accident Inverstigation, Reconstruction. Jakarta. Murdiyarso, D. 2003. Protokol Kyoto: Implikasinya bagi Negara Berkembang. Penerbit Buku Kompas. Jakarta Pandey, S. K., et al. 2007. The Relative Performance of NDIR-based Sensors in the Near Realtime Analysis of CO2 in Air.
Dept. of Earth & Environmental Sciences, Sejong
University. Seoul Ruktiningsih, R. dkk. 2006. Model Hubungan Antara Kecepatan Lalu-Lintas dan Konsentrasi CO Ambient pada Jalan Raya. Jurnal Teknik Lingkungan. Edisi Khusus, Agustus 2006 : halaman 13. Dipublikasikan oleh Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Soedomo, M. 2001. Pencemaran Udara. ITB. Bandung