ANIMO MASYARAKAT KOTA CIREBON TERHADAP KEGIATAN CAR FREE DAY UNTUK MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI Edial Sanif1 Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
[email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui animo masyarakat kota Cirebon dalam aktivitas gerak olahraga sebagai bagian dari kegiatan yang ada dalam car free day setiap minggu pagi di sepanjang jalan Siliwangi Cirebon. Penelitian ini dilakukan dengan teknik pendekatan survei dan wawancara langsung dengan peserta dengan populasi yang digunakan adalah peserta yang hadir dalam acara car free day di tiga titik lokasi yaitu balaikota Cirebon, Bima Sunyaragi Cirebon dan Grage Mall yang diikuti oleh 1500 sd 5000 orang melakukan olahraga. Sampel yang digunakan terbagi 4 kategori usia yaitu 12-19 tahun, usia 20-55 tahun, 55 tahun ke atas dan diperoleh sampel sebanyak 4601 orang dengan teknik insidental sampling. Teknik pengambilan datanya menggunakan observasi langsung dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) aktivitas di Car Free Day Balaikota Cirebon didominasi oleh kegiatan jalan yakni sebesar 46.4%, (2) aktivitas Gerak di Bima Cirebon didominasi oleh kegiatan senam aerobik yakni sebesar 42.3%, dan (3) Aktivitas gerak di Grage Mall Cirebon didominasi oleh kegiatan senam aerobik yakni sebesar 79.7%. Simpulan dari penelitian ini adalah animo masyarakat kota Cirebon untuk beraktivitas gerak olahraga dalam kebugaran jasmani di car free day setiap minggu di kota Cirebon dan tempat lainnya sangat antusias dan tinggi. Kata kunci: Car Free Day kota Cirebon, Animo Masyarakat, Kebugaran Jasmani
Menurut UU RI No 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, yang menjadi ruang lingkup olahraga meliputi tiga kegiatan yaitu: olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian dalam proses pendidikan yang dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan intra dan/atau ekstrakurikuler. Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses pemulihan kesehatan dan kebugaran, sedangkan olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Dalam kaitan dengan materi yang dimunculkan yaitu fokusnya pada olahraga rekreasi. Olahraga rekreasi sudah merupakan kebutuhan masyarakat di Indonesia. Dalam 1
Edial Sanif, Dosen Prodi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, UNSWAGATI Cirebon
153
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 pelaksanaannya mengacu pada prinsipnya yaitu: (a) aktivitas dilakukan pada waktu senggang, (b) aktivitasnya bersifat fisik, mental dan sosial, (c) mempunyai motivasi dan tujuan, (d) dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja, (e) dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan fleksibel, (f) kegiatannya bermanfaat bagi pelaku dan orang lain. Menurut UU RI No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Rekresi adalah: (1) Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan dan diarahkan untuk memassalkan olahraga sebagai upaya mengembangkan kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, kebugaran, kegembiraan, dan hubungan sosial, (2) Pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud di atas dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dengan membangun dan memanfaatkan potensi sumber daya, prasarana dan sarana olahraga rekreasi, (3) Pembinaan dan pengembangan olahraga
rekreasi
yang
bersifat
tradisional
dilakukan
dengan
menggali,
mengembangkan, melestarikan dan memanfaatkan olahraga tradisional yang ada dalam masyarakat, (4) Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan berbasis masyarakat dengan memperhatikan prinsip mudah, murah, menarik, manfaat, dan massal, (5) Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan sebagai upaya menumbuhkembangkan sanggar-sanggar dan mengaktifkan perkumpulan olahraga dalam masyarakat, serta menyelenggarakan festival olahraga rekreasi yang berjenjang dan berkelanjutan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional. Crum dalam Kusnaedi (2015: 2) berpendapat bahwa : “ … human movement in which movement is seen as a ‘dialogue’ between the person who moves and the world which invites to move”. Munculnya perilaku gerak hakikatnya merupakan interaksi antara individu dan lingkungan (person-world system). Seseorang yang memiliki intensi untuk berolahraga, sangat boleh jadi, tidak akan mewujudkan perilaku berolahraga jika lingkungan disekitarnya tidak mendukungnya Kota Cirebon yang bermitra dengan FORMI Kota Cirebon bertekad untuk mengembangkan aktivitas gerak melalui kegiatan Car Free Day yang dikemas dalam berbagai kegiatan salah satunya adalah pelaksanaan Senam bersama yang terdiri atas KJS, Senam aerobic, senam Jumba dll. Dengan mengembangkan sumber daya manusia 154
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 dan menggerakkan
masyarakat untuk bersama
bergerak baik di senam, jogging,
olahraga tradisional, sepeda santai, barongsai dan lainnya selalu terkemas dengan baik dan terjadwal. Sejak digelarnya aktivitas car free day tahun 2012 hingga sekarang setiap minggu pagi di balaikota Cirebon atau sepanjang jalan Siliwangi antusias masyarakat dalam mengisi acara car free day semakin bertambah sehingga hal ini perlu penanganan yang ekstra, apalagi sudah banyaknya komunitas dari berbagai aktivitas selain aktivitas olahraga, pedagang dadakan semakin banyak sehingga peran dan fungsi car free day akan terus di pantau untuk bisa dijadikan acuan dalam pengembangan kegiatan di masa yang akan datang akankah kegiatan ini akan menjadi besar dan terakomodir maka jawabnya adalah peran pemerintah akan sangat besar dalam dukungannya untuk menjadi yang terbaik dalam aktivitas gerak untuk masyarakat luas. Berdasarkan pemaparan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui animo masyarakat kota Cirebon dalam aktivitas gerak olahraga sebagai bagian dari kegiatan yang ada dalam car free day setiap minggu pagi di sepanjang jalan Siliwangi Cirebon. Selanjutnya, Sukmadinata dalam Indira Sunito (2013: 49) menarik simpulan bahwa Berdasarkan hasil penelitian Bank Dunia tehadap 150 Negara bahwa kemajuan suatu negara ditentukan oleh Inovasi dan kreativitas (45%), jaringan kerja sama (25%), teknologi (20%), dan sumber daya alam (10%) berdasarkan kenyataan inilah kita perlu membekali anak didik dengan keterampilan kreativitas”.
Sasaran Olahraga Rekreasi
adalah masyarakat yang meliputi pelajar, mahasiswa, individu bebas, pemerintah secara kompleks
yang sehat dapat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang
demokratis
(bebas
memilih, melakukan, mengemukakan pendapat;
dan lain
sebagainya). Asas demokrasi juga merupakan landasan pelaksanaan rekreasi. Maksudnya, setiap individu, selain memiliki hak dan kesempatan yang sama, juga memiliki keleluasaan untuk memilih apa yang dikehendakinya untuk dilaksanakan sebagai isi kegiatan rekreasinya. Tentu saja, prinsip ini tidak melupakan faktor tanggung jawab seseorang dalam hidup bermasyarakat. Dalam kebebasan memilih itu, terkandung keterikatan akan norma dan sistem nilai di lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Motivasi dalam dunia pendidikan mengenal ada dua yaitu motivasi intrinsik dan 155
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 motivasi ekstrinsik artinya bahwa kedua motivasi akan saling berhubungan erat untuk dapat menjadi suatu perubahan dasar pada individu sebagai objek. Menurut Harsono (1988: 252) dalam dunia olahraga, motivasi intrinsik sering pula di sebut competence motivation
karena atlet dengan motivasi intriksik biasanya sangat bergairah untuk
meningkatkan kompetensinya dalam usaha untuk mencapai kesempurnaan. Sedang menurut Henri E. Rogi dalam Gunarsa. Singgih (1989: 87) motivasi olahraga adalah keseluruhan daya penggerak (motif-motif) di dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Dukungan pemerintah daerah dan komitment yang tinggi sangat penting dalam kepedulian terhadap olahraga rekreasi Menurut
Kraitner dalam Nendi (2015:85-86) menyatakan bahwa motivasi
memiliki semangat, tekun, ulet dan bergairah dalam menjalankan pekerjaan. ... lebih lanjut McClelland memfokuskan kepada tiga hal (1) kebutuhan dalam mencapai kesuksesan (need for achievement), (2) kebutuhan dalam kekuasaan atau otoritas kerja (need for power), (3) kebutuhan untuk berafiliasi
(need for affiliation). Sedang
Komarudin (2013:22-24) menyatakan bahwa motivasi merupakan keterampilan mental yang bersifat mendasar yang perlu dimiliki oleh atlet. Oleh karena itu motivasi yang harus dimiliki atlet adalah motivasi berprestasi, sebab atlet yang memiliki motivasi berprestasi akan berpacu dengan keunggulan baik keunggulan diri sendiri, keunggulan orang lain bahkan untuk mencapai kesempurnaan dalam menjalankan tugas dalam proses latihan maupun dalam proses kompetisi... terkait dengan proses pelatihan atlet harus memiliki motivasi diri (self motivation) yang merupakan sumber sangat kuat untuk membentuk energi positif, tanpa motuvasi penampilan atlet akan menurun. Jadi penulis berkesimpulan bahwa motivasi berprestasi adalah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan atlet karena adanya dorongan yang kuat baik dari dalam maupun dari luar sehingga mencapai kesempurnaan dari keunggulannya untuk bisa dijadikan suatu momentum awal dalam menyiapkan berbagai kondisi yang ada bersama atlet agar motivasi berprestasi muncul dalam setiap latihan dan kompetisi. Bagaimana mengukur motivasi berprestasi dalam olahraga, Hidayat (2009:72-78) bahwa ada delapan indikator dalam motivasi berprestasi adalah (1) memiliki semangat yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, (2) memiliki tanggung jawab, (3) memiliki rasa 156
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 percaya diri, (4) memilih untuk melakukan tugas yang menantang, (5) menunjukkan usaha keras dan tekun dalam mencapai tujuan yang lebih baik, (6) memupuk keberanian untuk mengambil resiko, (7) adanya keinginan untuk selalu unggul dari orang lain, (8) kreatif dan selalu menentukan tujuan yang realistik. Sedang aplikasi teori motivasi berprestasi dari Weinberg dan Gould (2007) dapat di lihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 1. Aplikasi Teori Motivasi Berprestasi Prestasi tinggi Orientasi motivasi
Atribusi
Orientasi
Prestasi rendah
1. Motivasi tinggi untuk mencapai 1. Motivasi rendah untuk keberhasilan mencapai keberhasilan 2. Motivasi rendah untuk 2. Motivasi tinggi untuk mengalami kegagalan mengalami kegagalan 3. Fokus pada kebanggaan 3. Fokus pada rasa malu dan berprestasi khawatir sebagai akibat dari kegagalan 1. Mengatribusi keberhasilan 1. Mengatribusi keberhasilan karena sebab-sebab tetap dan karena sebab-sebab tidak sebab internal tetap dan sebab eksternal 2. Mengatribusi kegagalan karena 2. Mengatribusi kegagalan sebab-sebab tidak tetap dan karena sebab-sebab tetap sebab eksternal dan sebab internal Biasanya berorientasi pada tujuan Biasanya berorientasi pada proses tujuan hasil
Tujuan yang Cenderung mencari tantangan dan Cenderung menghindari mecari ditetapkan menyukai kompetisi tugas yang sangat sulit atau sangat mudah Penampilan
Mampu menampilkan kemampuan Kurang mampu menampilkan dengan baik dalam kompetisi kemampuan dengan baik dalam kompetisi
Apabila olahraga
rekreasi memang disediakan untuk masyarakat, program
rekreasi harus memperhatikan faktor faktor sebagai berikut: (a) Kebutuhan, minat serta kompetensi para pesertanya, (b) Jenis masyarakatnya, lokasi, kondisi ekonominya, dan lain-lain, (c) Kerja sama antar badan-badan atau organisasi atau lembaga di dalam masyarakat (pemerintah dan swasta), (d) Penggunaan sumber-sumber yang ada, (e) Kualitas pimpinan rekreasi, khususnya dalam hal menyusun program sesuai dengan jumlah peserta, lokasi, fungsi alat-alat, serta ruangan yang ada, (f) 157
Perencanaan
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 hendaknya berkelanjutan, (g) Rencana pengembangan program rekreasi hendaknya mengutamakan masalah alat, ruang atau tempat serta kegiatan rekreasi dalam masyarakat. Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah di bantu oleh FORMI pusat dan daerah sebagai bagian yang tidak terlepas dari tanggung jawab sebagai ujung tombak dari pengggalian olahraga rekreasi secara kompleks. Rekreasi menurut David Gray dalam Butler (1976:10) dalam Julientine ( 2016:1) mendefinisikan bahwa, “Recreation is an emotional condition within an individual human being that flows from a feeling of wellbeing and self-satisfaction”. Menurut pendapat sebagian orang rekreasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari hiburan, atau sekedar untuk melepaskan kelelahan setelah dihadapkan pada berbagai kesibukan dan pekerjaan.
Olahraga
Rekreasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang olahraga rekreasi, meliputi: Pembangunan dan peningkatan prasarana dan sarana olahraga serta Pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana olahraga, Penetapan kebijakan di bidang keolahragaan skala provinsi; Pengembangan dan keserasian kebijakan olahraga; Penyelenggaraan keolahragaan; Pembinaan
dan
pengembangan
keolahragaan;
Pengelolaan
keolahragaan;
Penyelenggaraan/mengikuti, Pekan kejuaraan olahraga, festival dan infitasi olahraga tradisional/rekreasi; Pendidikan dan pelatihan keolahragaan; Pendanaan keolahragaan; Pengembangan IPTEK keolahragaan; Pengembangan kerjasama dan informasi keolahragaan; Pengembangan kemitraan pemerintah dengan masyarakat dalam pembangunan olahraga; Peningkatan peran serta secara lintas bidang dan sektoral serta masyarakat;
Pengembangan
manajemen
olahraga;
Kemitraan
industri
dan
kewirausahaan olahraga; Peningkatan profesionalisme atlit, pelatih, manajer dan pembina olahraga; Pembangunan dan pengembangan industri olahraga; Pengaturan sistem penganugerahan, penghargaan dan kesejahteraan pelaku olahraga; Pengaturan pelaksanaan standarisasi, akreditasi dan sertifikasi keolahragaan; Pengembangan jaringan dan sistem informasi keolahragaan; Kriteria lembaga keolahragaan; Pemberdayaan dan pemasyarakatan olahraga serta peningkatan kebugaran jasmani masyarakat; Pelaksanaan kebijakan di bidang keolahragaan skala provinsi: Aktivitas keolahragaan skala provinsi, nasional dan internasional; Fasilitasi dan dukungan 158
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 aktivitas keolahragaan lintas kab/kota; Kerjasama antar kabupaten/kota skala provinsi, pemerintah dan internasional; Pembangunan sentra pembinaan prestasi olahraga disekolah/satuan pendidikan dan dimasyarakat; Koordinasi bidang keolahragaan skala provinsi; Koordinasi antar dinas/instansi terkait; Koordinasi dengan lembaga non pemerintah dan masyarakat; Koordinasi antar provinsi dan kabupaten/kota; Pembinaan dan pengawasan di bidang keolahragaan skala provinsi; Pembinaan terhadap organisasi keolahragaan; Pembinaan terhadap kegiatan keolahragaan; Pembinaan pengelolaan olahraga dan tenaga keolahragaan; Pembinaan dan pengembangan prestasi olahraga termasuk olahraga unggulan; Pembinaan koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan di provinsi; Pembinaan pendidikan dan pelatihan bidang keolahragaan; Pembinaan perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang keolahragaan; Pengaturan pengawasan terhadap pelaksanaan norma dan standar bidang keolahragaan; Pembinaan dan pengembangan industri olahraga; Pengawasan terhadap penyelenggaraan olahraga, serta Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran/dana. Dalam menyelenggarakan
Olahraga Rekreasi mempunyai fungsi yang perlu
digali baik dalam managementnya maupun jenis olahraganya , Olahraga rekreasi bentuknya bermacam-macam diantaranya, Pencak silat tradisonal yang masih langka seperti pencak silat syekh magelung sakti, silat sampyong , frisbee (piring terbang) hiking, jelajah kampung, outbound, camping, little farmers, arung jeram, fun offroad, wisata rohani, wisata olahraga, dan masih banyak lagi. Selain itu bentuk-bentuk olahraga tradisional dari suatu daerah pun dapat dijadikan sebagai olahraga rekreasi. Dari penjelasan diatas kita dapat simpulkan bahwa jika kita dapat membaca situasi tersebut sebenarnya olahraga rekreasi dapat dikembangkan sehingga diharapkan melalui kegiatan olahraga rekreasi dapat terbuka lahan pekerjaan sekaligus peluang bisnis yang dapat bermanfaat bagi banyak orang. Hal ini diperjelas oleh Sumardiyanto (2007:1) bahwa, Olahraga rekreasi dapat memberikan peluang lapangan kerja atau usaha yang memiliki prospek cerah di masa depan, sementara pembinaan kearah itu dari pihak lembaga dirasakan belum sesuai dengan yang diharapkan, terutama upaya-upaya dalam mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan apa saja yang dapat dijual kepada lembaga pendidikan, pemerintah/swasta, atau masyarakat luas. Dari penjelasan di atas dapat 159
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 disimpulkan bahwa olahraga rekreasi memiliki prospek yang cerah. Oleh karena itu perlu dicarikan cara yang tepat untuk mengembangkannya sehingga melalui olahraga rekreasi dapat terbuka lapangan pekerjaan sekaligus peluang bisnis yang bermanfaat bagi masyarakat banyak. Salah satu caranya adalah melalui pengelolaan yang matang, mulai dari konsep sampai kepada pengelolaan dan pelaksanaan di lapangan. Olahraga rekreasi tetap akan memerlukan sistem energi sehingga kebugaran jasmani bisa menjadi faktor dalam pencapaian keinginan menjadi sehat dan akan sangat berhasil salah satunya manakala seseorang mampu menselaraskan potensi diri terutama energi yang ada dalam tubuhnya mampu menopang akan aktivitas fisik yang dilakukan secara maksimal dan terkendali dengan baik dan bersinergi dengan beberapa faktor pendukung lainnya seperti kondisi fisik dan upaya memperoleh kemampuan energi dengan berbagai latihan yang efektif. Kapasitas vital sama dengan volume tidal, volume cadangan insiprasi dan volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru-paru setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan mengeluarkan sebanyak-banyaknya jumlahnya sekitar 4600 liter, sedang faktor-faktor yang mempengaruhi volume paru adalah jenis kelamin, tinggi badan, merokok, atlet, ketinggian badan VO2 max adalah volume maksimum oksigen yang dapat digunakan per menit dan VO2 max adalah kecepatan pemakaian oksigen dalam metabolisme aerob maksimum, VO2 max
bergantung pada kapasitas, cardiac output , kemampuan otot
untuk mengambil oksigen dari darah yang lewat , Wiarto (2013:10-13).
Sedang
Pasurney (2003:55) menyatakan bahwa “VO2 max adalah pengambilan oksigen pada saat maksimal kesatuan dari VO2 max adalah liter/menit (L/menit) prestasi pada tingkat VO2 max hanya bisa dipertahankan untuk beberapa menit saja. Selama melakukan beban kerja dengan VO2 max
penyediaan energi terjadi dengan proses aerob dan
anaerob”. Menurut Bowers dan Fox dalam Mulyana (2009:15) sistem energi dalam tubuh gerak terjadi karena adanya energi yang dihasilkan di dalam otot melalui proses metabolisme. Energi dapat didefenisikan sebagai kapasitas atau kesanggupan untuk melakukan kerja. Aktivitas fisik merupakan pencerminan adanya energi mekanik tubuh yang berasal dari energi kimia yang terjadi dalam tubuh sehingga menyebabkan adanya 160
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 kontraksi oto. Adenosin triphospate (ATP) adalah molekul kimia khusus yang ada dalam sel otot untuk digunakan pada kontraksi otot. Sedang Maglischo (1982:248-249) menyatakan bahwa ada tiga faktor kontribusi yang relatif dari proses pemasokan energi yaitu bergantung pada tingkat tertentu, adalah (1) kecepatan, kecepatan lebih cepat membutuhkan kontraksi otot yang cepat dalam kasus tersebut, energi harus disediakan dengan cepat
untuk alasan ini tubuh harus bergantung pada cepat ATP-CP dan
anaerobik glikolisis untuk memasok sebagian besar energi untuk suatu event sementara penyedia glikolisis aerobik lebih banyak energi dalam event lainnya, (2) kemampuan atlet untuk mengkonsumsi oksigen, (3) efisiensi gaya mengurangi kebutuhan energi total serta kontribusi dari glikolisis anaerob. Giriwijoyo (2013:197) menyatakan bahwa aktivitas fisik
yang harus
dipertahankan pada intensitas yang relatih tinggi selama 2 – 3 menit, sumber daya ATP untuk kontraksi otot pada awalnya dipasok oleh PC habis terpakai, dilanjutkan melalu mekanisme glikolisis anaerobic kerja otot dengan durasi 30 detik–3 menit menghasilkan sejumlah besar asam laktat yang merupakan hasil akhir dari olah daya glikolisis anaerobik. Sedang menurut Stager (2005:1) menyatakan bahwa terlepas dari sifat respon yang dilakukan sel dan jenis sel tubuh yang khusus untuk melakukan fungsi fisilogis yang berbeda, namun da, semua pekerjaan fisiologis dilakukan oleh sel otot membutuhkan banyak energy, meski berbagai macam aktivitas pekerjaan atau aktivitas fisik yang dilakukan, metabolisme sel harus meningkat untuk memenuhi kebutuhan energy yang diperlukan oleh tubuh sehingga energi yang dibutuhkan akan cepat bereaksi. Keadaan fisik yang dimiliki oleh seorang atlet dalam hasil kapsitas paru-paru akan sangat berbeda antara satu atlet dengan atlet lainnya , maka seseorang dengan mempunyai stamina yang baik dan memiliki
VO2 max
tinggi, maka atlet tersebut
mampu melakukan berbagai latihan yang lebih berat dan cepat tanpa ada kelelahan yang berarti, sedang atlet yang mempunyai VO2 max mengikuti
latihan dengan intensitas yang
rendah maka akan sulit untuk
sedang atau tinggi.
Menurut Kraemer
(2012:32) menyatakan bahwa “aerobic metabolism requires oxygen to produce energy and is the predominant energy source at rest and during low intensity activity, and
161
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 anaerobic metabolism does not need oxygen to produce energy and is used predominantly for short duration, high intensity activity” Pemenuhan
ATP dapat melalui ketiga sistem energi, tergantung dari jenis
kegiatan yang dilakukan. Ketiga sistem tersebut adalah; (1) sistem ATP-PC, (2) sistem asam laktat, (3) sistem oksigen (O2). Kedua sistem pertama, mengganti ATP dengan sistem tanpa oksigen dan dikenal dengan sistem anaerobik, sedangkan sistem ketiga menghasilkan ATP melalui bantuan oksigen atau lebih terkenal dengan nama “sistem aerobik”, Mansur (2010:1-2)
Gambar 1. Sistem Energi (Sumber: Mathews dan Fox, 1988 dalam Mansur, 2010:2) Selanjutnya, data pada hasil penelitian adalah hasil observasi yang dilakukan penulis pada bulan januari 2016 sehigga dari data ini dapat diolah dan dijabarkan secara proporsional untuk menjadi pengamatan secara detail pola perkembangan dan program kegiatan dari FORMI itu sendiri dalam kapasitasnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan yang disusun dan terencana secara matang sehingga kematangan FORMI dalam menjalankan kegiatan di setiap minggu atau dalam event tertentu dapat menjadi bagian dari masyarakat luas.
METODE Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode survey dalam penghitungan persentase dari hasil observasi dilapangan dengan teknik wawancara 162
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 langsung dari beberapa orang yang diwawancarai bahwa kegiatan dalam car free day dan titik objek sangat membantu dalam pelaksanaan gerak olahraga sehingga masyarakat merasa perlu dikembangkan dalam prioritas yang lebih baik. Pergerakan angka-angka menjadi bagian dari penelitian dalam cakupan berbagai bentuk aktivitas di lingkup penelitian. Sampel yang digunakan terbagi 4 kategori usia yaitu 12-19 tahun, usia 20-55 tahun, 55 tahun ke atas dan diperoleh sampel sebanyak 4601 orang dengan teknik insidental sampling. Teknik pengambilan datanya menggunakan observasi langsung dan wawancara.
HASIL Penelitian ini dilaksanakan di Kota Cirebon dengan sampel kategori usia yaitu 12–19 tahun, usia 20–55 tahun, 55 tahun ke atas dengan teknik pengambilan datanya menggunakan observasi langsung dan wawancara. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Aktivitas di Car Free Day Balaikota Cirebon No Bentuk Kegiatan 1 Senam Aerobic 2 Bersepeda 3 Jogging 4 Sepak Bola 5 Bulu Tangkis 6 Dance 7 Skate Board 8 Jalan 9 Sepatu Roda 10 Bola Voli 11 Skipping 12 SKJ 13 Tidak Aktif Berolahraga
12-19 Tahun L P
20-55 Tahun L P
>55 Tahun L P
Jumlah
Persentase (%)
5
29
24
291
5
5
359
11.4
135 65 42 3 5 3 324 0 7 0 0 101
55 67 0 4 9 0 345 2 2 2 0 99
75 67 21 1 4 0 189 0 13 0 0 61
32 49 0 0 46 0 197 0 0 0 0 71
73 21 0 0 0 0 203 0 0 0 30 67
24 13 0 0 0 0 203 0 0 0 6 57
394 282 63 8 64 3 1461 2 22 2 36 456
12.5 8.9 2.0 0.3 2.0 0.1 46.4 0.1 0.7 0.1 1.1 14.5
3152
100
Jumlah Total Aktivitas
163
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas di Car Free Day Balaikota Cirebon didominasi oleh kegiatan jalan yakni sebesar 46.4%. Tabel 3. Aktivitas Gerak di Bima Cirebon No Bentuk Kegiatan 1 Senam Aerobic 2 Bersepeda 3 Jogging 4 Sepak Bola 5 Bulu Tangkis 6 Dance 7 Skate Board 8 Jalan 9 Sepatu Roda 10 Bola Voli 11 Skipping 12 SKJ 13 Tidak Aktif Berolahraga
12-19 Tahun L P
20-55 Tahun L P
26 4 22 71
59 1 7
64
60
42
66
>55 Tahun L P
366 1 3
36 2 3
29
83
4
7
139 17 102 65 Jumlah Total Aktivitas
2
2
24 60
1 2
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas Gerak
Persentase Jumlah (%) 580
42.3
8 59 131 0 0 0 262 0 0 1 2
0.6 4.3 9.6 0.0 0.0 0.0 19.1 0.0 0.0 0.1 0.1
327
23.9
1370
100
di Bima Cirebon
didominasi oleh kegiatan senam aerobik yakni sebesar 42.3%. Tabel 4. Aktivitas gerak di Grage Mall Cirebon No Bentuk Kegiatan 1 Senam Aerobic 2 Bersepeda 3 Jogging 4 Sepak Bola 5 Bulu Tangkis 6 Dance 7 Skate Board
12-19 Tahun L P 0 0 0 0 0 0 3
6 0 0 0 4 9
20 - 55 Tahun L P 3 0 0 0 0 0 0
48 0 0
0 164
> 55 Tahun L P 4 0 0
2 0 0
Persentase Jumlah (%)
63 0 0 0 4 9 3
79.7 0 0 0 5.1 11.4 3.8
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 8 9 10 11 12 13
Jalan Sepatu Roda Bola Voli Skipping SKJ Tidak Aktif Berolahraga
0 0
0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0 0 0 Jumlah Total Aktivitas
0
0
0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 79
0 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Aktivitas gerak di Grage Mall Cirebon didominasi oleh kegiatan senam aerobik yakni sebesar 79.7%.
PEMBAHASAN Belum maksimalnya perhatian dari pemerintah dalam menyikapi animo masyarakat dalam penyiapan ruang terbuka untuk olahraga menjadi hal terpenting dalam moment seperti ini sehingga perlu mencari dan memilih tempat untuk bergerak bagi masyarakat umum dalam pelaksanaan kegiatan olahraga, tetapi secara pasti bahwa pemenuhan ruang terbuka adalah kewajiban pemerimntah hal ini tertuang dalam undang undang keolahragaan nasional tahun 2005 secara jelas dan pasti tinggal menjabarkan secara bijak sehingga masyarakat melalui FORMI dapat mengembangkan secara luas. Pelaksanaan kegiatan di car free day sebagai bagian dari momentum awal dalam pelaksanaan gerak bagi masyarakat untuk memperbaiki kemampuan fisik dan sebagai bagian dari olahraga rekreasi baik untuk kesehatan maupun untuk peningkatan kebugaran jasmani secara terpadu.
Kegiatan yang dilaksanakan di car free day bagi
masyarakat di kota Cirebon merupakan sarana kreativ dalam peningkatan kebugaran dan rekreasidari tabel 1 s.d 4 bisa dilihat kemauan dan keaktivan dari masyarakat menyikapi
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan. Ini membuktikan bahwa peran
masyarakat dan FORMI sebagai pendobrak dalam meningkatkan dan mengarahkan masyarakat untuk berolahraga menjadi sesuatu yang sangat
membantu untuk
kemandirian gerak yang dilakukan oleh masyarakat. Sejak pertama kali digulirkan di Jakarta pada 2008 yang lalu, program ini mampu menghadirkan perbedaan yang luar biasa. Yang pertama tentunya jalanan yang lebih lengang dan nyaman (karena tak ada kemacetan). Dan capaian yang paling 165
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 membahagiakan adalah kondisi kualitas udara yang berangsur membaik. Salahsatu indikator yang dapat dilihat dari membaiknya kualitas udara adalah menurunnya parameter debu (PM-10), parameter carbon monoksida (CO), dan nitrogen monoksida (NO). Kasubdit Pengendalian Pencemaran Sumber Kegiatan BPLHD Rina Suryani pada sebuah kesempatan menyampaikan bahwa dari hasil evaluasi kualitas udara setelah adanya pelaksanaan car free day di tahun 2009 didapatkan bahwa kualitas udara di Jakarta meningkat. Hasil pengukuran terakhir menunjukkan, kadar debu di Jakarta berkurang sampai 40 persen, karbon (CO) berkurang sampai 63 persen, dan NO berkurang sampai 71 persen. Sebuah keberhasilan yang layak diacungi jempol (leader Park : 2016) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Program car free day sangat diminati masyarakat. Ini ditandai dengan besarnya animo masyarakat untuk berpartisipasi dalam program tersebut. Bentuk-bentuk pertisipasi masyarakat ditandai dengan banyaknya ragam aktivitas di dalam program car free day. Ada yang memanfaatkan dengan berolahraga, berdagang, atau hanya sekedar jalan-jalan sambil menikmati segarnya udara pagi dan dilanjutkan dengan wisata kuliner di sekitar lokasi car free day. Dari ke tiga penelitian yang disampaikan maka dapat digambarkan bahwa ada kecenderungan di tiap kota akan meningkat dan animo masyarakat dalam melaksanakan kegiatan olahraga di arena car free day menjadi suatu kebutuhan dan sangat menjadi hal utama untuk dijadikan suatu momentum awal dalam menyikapi makna akan kebugaran jasmani. Walau dalam segi pembahasan yang berbeda maka dapat ditarik benang merahnya adalah antusias masyarakat terhadap car free day begitu tinggi sehingga ini bagian yang harus selalu terbina dan adanya komitmen dari FORMI dan pemerintah setempat. FORMI kota Cirebon dengan menggandeng Pemerintah kota Cirebon artinya sebagai Mitra dan club-club atau komunitas yang ada di arena car free day merupakan bagian yang tidak terpisahkan akan keberhasilan akan beberapa masalah yang ada sehingga dampak yang ada pada kegiatan keolahragaan akan mnenjadi bagian yang baik, dengan sarana dan prasarana yang memadai maka seluruh kegiatan akan menyatu dan menjadi suatu aset yang harus dipertahankan yaitu animo masyarakat yang tinggi 166
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 perlu ditingkatkan lagi. Peran serta pemerintah dalam penggelontoran dana menjadi suatu amunisi bagi kegiatan sehingga dapat terasakan oleh masyarakat akan peran FORMI dalam mengelola seluruh kegiatan olahraga rekreasi di Kota Cirebon.
SIMPULAN Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) aktivitas di Car Free Day Balaikota Cirebon didominasi oleh kegiatan jalan yakni sebesar 46.4%, (2) aktivitas Gerak di Bima Cirebon didominasi oleh kegiatan senam aerobik yakni sebesar 42.3%, dan (3) Aktivitas gerak di Grage Mall Cirebon didominasi oleh kegiatan senam aerobik yakni sebesar 79.7%. Simpulan dari penelitian ini adalah animo masyarakat kota Cirebon untuk beraktivitas gerak olahraga dalam
kebugaran jasmani di car free day setiap
minggu di kota Cirebon dan tempat lainnya sangat antusias dan tinggi. Saran dalam penelitian ini adalah mampu mengembangkan potensi yang ada di car free day dan memberikan kesempatan instansi atau sekolah untuk menampilkan kreasi dalam perbendaharaan gerak olahraga yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga masyarakat akan lebih tergugah lagi bukan hanya fokus pada senam aerobic tapi pada gerak olahraga lainnya dan kebugaran jasmani bagi masyarakat menjadi nyata. Penelitian ini hanya sebatas mengetahui animo masyarakat dalam kegiatan car free day
dan implikasinya terhadap kebugaran jasmani akan tetapi hal ini bisa
ditingkatkan melalui pengukuran kebugaran jasmani masyarakat kota cirebon setelah rutin melaksanakan kegiatan olahraga atau aktivitas jasmani di tiap minggunya.
DAFTAR PUSTAKA Akmal. Ari . 2015. Partisipasi dan Motivasi Masyarakat pada Kegiatan Olahraga dalam Program Car Free Day di Kota Makassar. UNS-Pascasarjana Prodi. Ilmu Keolahragaan-A121208006-2015. Giriwijoyo, Santoso. Sidik, Zafar, Dikdik. 2013. Ilmu Faal Olahraga (fisiologi olahraga) Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga untuk Kesehatan dan Prestasi.Bandung: PT Rosdakarya Gunarsa. D. Singgih dkk. 1989. Psikologi Olahraga.Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching.Jakarta: C.V. Tambak Kusuma. 167
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016
Hidayat, Yusup. 2009. Pengantar Psikologi Olahraga.Bandung: CV Bintangh Warli Artika. http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196807071992032TITE_JULIANTINE/3._BAHAN_PENATARAN_2x.pdf http://www.leadership-park.com/new/action/car-free-day-langkah-efektif-kurangidampak-pemanasan-global.html (diunduh 16 April 2016) https://www.google.co.id/search?q=Sumardiyanto Komarudin. 2013. Psikologi Olahraga Latihan Mental dalam Olahraga Kompetitif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kraemer J. William.2012. Exercise Physiologi. Integrating Theory and Appplication. Philadelphia: Lippincott william and Wilkins. Maglischo W. Ernest.1982. Swimming Faster. A Comprehensive Guide to the science of Swimming.California State University.Chico: Palo alto. Mansur dkk.2010.Materi Pelatihan Fisik Level II. Jakarta: Diterbitkan Oleh: ASDEP Pengembangan Tenaga dan pembina Keolahragaan. Nendi.2015. “Pengaruh Desain Pekerjaan Kompetensi dan Komunikasi Terhadap Motivasi Kerja Serta Implikasinya pada Kinerja Guru SMA Negeri di Wilayah Cirebon”. Disertasi. Jakarta: Universitas Persada Indonesia. Pasurney, Levinus, Paulus.2001. Latihan Fisk Olahraga. Pusat Pendidikan dan Penataran Bidang Penelitian dan Pengembangan Koni Pusat. Jakarta: KONI. Pasurney, Levinus, Paulus.2003. Latihan Kekuatan. Pusat Pendidikan dan Penataran Koni Pusat. Jakarta: KONI. Stager, M Joel and Tanner A David. 2005. Handbook of Sports Medicine and Science Swimming. New Delhi, India: Printed and bound in India by Replika Press Pvt. Ltd. Sunito, Indira dkk.2013. Metaphorming Beberapa Stategi Berpikir Kreatif. Jakarta: PT.Indeks. UU RI No 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional Wiarto, Giri. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
168
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 Windarwati, Dian. 2014. Antusiasme dan ketertarikan masyarakat dalam mengikuti aktivitas car free day di kota semarang. Health and Recreations http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr
169