LATAR BELAKANG Efisiensi dan efektivitas sistern transportasi merupakan salah satu faktor yang mernpengaruhi daya saing suatu produk (Lederer dan Li, 1997). Produk diharapkan dapat mencapai konsumen pada waktu yang tepat, dengan kualitas yang diharapkan dan pada tingkat harga yang sesuai. Ketiga karakteristik tersebut dapat dicapai jika produsen mengoperasikan suatu layanan transportasi yang dapat diandalkan untuk mengantar produk kepada konsurnennya. Keterandalan waktu, harga, dan kualitas produk pada s a t diterima konsumen
inilah
yang
membangun
kepercayaan
konsumen,
sehingga
memberikan manfaat yang positif. Keterandalan sistem transportasi untuk mengantar bahan baku yang dibutuhkan atau mendistribusikan hasil produksi menjadi penting dengan sernakin banyaknya industri yang menerapkan strategi tingkat persediaan bahan baku serendah mungkin, bahkan kebijakan 'jusr in time
delivery'. Kebanyakan industri pengguna produk agroindustri (importir) di negaranegara Amerika Utara, Eropa Barat, dan Jepang beroperasi dengan tingkat persediaan yang sangat rendah, sehingga membutuhkan pasolcan bahan baku dalarn waktu yang telah ditentukan dan dapat diandalkan (Creightney, 1993; Meershoek, 1998). Kemampuan rnelayani importir tepat pada waktunya dengan
2
tingkat mutu produk yang memuaskan merupakan keunggulan kompetitif yang diperoleh dari pengoperasian sistem transportasi yang efisien dan efektif. Sistem transportasi terkait dengan tiga sistem lainnya yaitu sistem produksi, sistem persediaan, dan sistem pasar (permintaan dan penawaran). Transportasi memberikan manfaat waktu (time utility) dan manfaat tempat (place utility) bagi suatu produk. Keterkaitan antara sistem transportasi dengan seluruh sistem sosioekonomi yang dilayaninya sangat kuat. 'l'ransportasi adalah suatu bagian talc terpisahkan dari banyak kegiatan sosial ekonomi. Salah satu sumber keunggulan kompetitif adalah keunggulan pada ketepatan 'waktu antar' (delivery time) barang (Mc. Ginnis dan Kohn, 1993). Agroindustri membutuhkan pelayanan sistem transportasi yang efektif mengingat waktu dan tempat sangat mempengaruhi kualitas dan harga produknya. Salah satu agroindustri yang sedang berkembang pesat adalah industri minyak kelapa sawit (Mielke, 1999; Gunstone, 2000). Usaha perkebunan kelapa sawit dunia terus berkembang. Setelah tahun 2005, Indonesia diharapkan dapat menjadi pemasok minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Proyeksi produksi minyak kelapa sawit dunia sampai dengan tahun 2020 disajikan pada Tabel 1. Perkembangan agroindustri minyak kelapa sawit'akan menimbulkan peningkatan kebutufian terhadap layanan transportasi. Keterandalan sistem transportasi mempengaruhi kemarnpuan produsen untuk memenuhi permintaan konsumen tepat waktu, pada tingkat harga yang sesuai, dengan kualitas yang diharapkan. Kajian perencanaan sistem transportasi
yang efektif dan efisien perlu dilakukan mengingat investasi pada sektor transportasi merupakan investasi yang cukup besar dan berjangka panjang. Tabel 1. Proyeksi produksi minyak kelapa sawit dunia hingga tahun 2020 Tahun
1980
......
1985
-
Produksi minyak kelapa sawit dalam ribu ton (persentase dari total produksi-Oh) Indonesia Total Malaysia Lain-lain Nigeria Dunia 4 549 69 1 (15J) 2 576 (56,6) 849 (18,7) 433 (9,5)
..
-. .......
6 832 10 943
1990
---
.. .-
1991
4 133 (60,5)
2.4 13 (22,O)
6 092 (55,6)
.-
11 415
2.665 (233)
16 363
6 139 (53,s)
2005
4.731 (28,9)
7 596 (46,4)
7.465 (37,4)
8 751 (43.8)
24 243
--..
2010 ....
28 571
580 ( 5 3 )
1 858 (17,l)
605 ( 5 3 )
2 006 (17,6)
............ -
..
9.891 (40,8)
9 901 (40,s)
11 052 (38,7)
.......
. .-
780 (4,s)
2 256 (19,9)
1 016 (5,9)
2 730 (12.9)
1 297 (53)
3 154 (13,l)
--.
12.293 (43,O)
--
.... ............... . .-
19 962
1 182 (17J)
.
.---
2000
307 (4,5) .
-.
-
1995
--
.
1.2 10 (17,7)
. -- ....
.......
..-....
......
1 623 (5,7)
3 603 (12,6) . ....
-.
2015
32 096
14.438 (45,O)
11 596 (36,I)
1 195 (3,7)
4 067 (15,2)
2020
36 107
17.137 (473)
12 009 (333)
2 413 (6,7)
4 548 (12,5)
.
(diolah dari Ditjen Perkebunan, 1995). Pada umumnya, minyak kelapa sawit (MKS, atau crude palm oil, CPO) diangkut dari pabrik kelapa sawit (PKS) menggunakan truk tangki menuju pelabuhan atau tempat lainnya. Truk tangki pengangkut minyak kelapa sawit ini kembali ke pabrik tanpa muatan. Hal ini merupakan pemborosan dalam transportasi minyak kelapa sawit moda truk tangki. Sejalan dengan peningkatan produksi minyak kelapa sawit (Tabel I), jurnlah dan trip truk tangki yang lalu lalang di jalan raya akan meningkat, sehingga akan semakin memadatkan jalan raya. Hal ini akan menimbulkan kerugian tidak hanya kepada industri minyak
4
kelapa sawit, tetapi juga kepada pengguna jalan raya yang lain. Kemgian yang timbul bagi pabrik minyak kelapa sawit antara lain adalah semakin lamanya waktu tempuh dan semakin tingginya kemungkinan kehilangan produk akibat kecelakaan lalu lintas dan atau pencurian minyak kelapa sawit. Perbaikan dan optimasi transportasi minyak kelapa sawit diharapkan dapat menurunkan biaya transportasi, sekaligus mengurangi masalah sosial yang timbul dari operasi transportasi minyak kelapa sawit yang seiama ini dilakukan. Selain itu, perlu disusun suatu perencanaan transportasi minyak kelapa sawit untuk mengantisipasi pennintaan pelayanan transportasi minyak kelapa sawit pada masa mendatang agar peningkatan produksi minyak kelapa sawit tidak menimbulkan beban berlebihan pada sektor transportasi, temtama jalan raya. Sistem transportasi yang dirancang lebih efisien dan efektif selain dapat menghemat penggunaan bahan bakar minyak burni, juga dapat menghemat penggunaan prasarana transportasi yang dibangun pemerintah. Perencanaan transportasi minyak kelapa sawit dapat dilakukan antara lain dengan alternatif pemanfaaian moda transportasi nonkonvensional seperti jaringan pipa. Bagi pabrik kelapa sawit (PKS), pemanfaatan moda
pipa untuk
transportasi minyak keiapa sawit akan menyederhanakan proses penanganan bahan, sehingga dapat memperkecil peluang kontarninasi dengan meniadakan proses bongkar muat. Transportasi moda pipa juga dapat mengurangi kehilangan minyak kelapa sawit akibat pencurian atau kecelakaan lalu lintas. Selain itu, transportasi moda pipa dapat menurunkan biaya angkut minyak kelapa sawit
5
ketika produksi minyak kelapa sawit telah meningkat, dan pada saat daya dukung jalan raya tidak lagi memadai. Bagi pemerintah, pemanfaatan pipa untuk transportasi minyak kelapa sawit akan mengurangi okupansi jalan raya, sefiingga dapat menurunkan biaya pemeliharaan dan perbaikan jalan, sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan melalui pengurangan pemakaian bahan bakar minyak bumi. Bagi masyarakat pengguna jalan raya lainnya, pemanfaatan pipa akan meningkatkan peluang okupansi (penggunaan) sarana jalan raya untuk kegiatan sosial dan ekonomi yang lain. Transportasi minyak kelapa sawit moda pipa dapat meningkatkan keterandalan (reliability) waktu antar, menyederhanakan proses penanganan bahan (material handling), dan menunmkan biaya pengangkutan minyak kelapa sawit. Beberapa ha1 yang perlu dikaji untuk mengembangkan transportasi minyak kelapa sawit moda pipa adalah: a) Faktor yang mempengaruhi pengaliran minyak kelapa sawit melalui jaringan pipa untuk jarak tempuh yang relatif Iebih jauh dibandingkan yang selama ini telah berlangsung, yaitu pengaliran minyak kelapa sawit melalui pipa hanya di dalam pabrik, dari truk tangki ke tangki timbun dan sebaliknya, atau dari tangki timbun ke kapal pengangkut di pelabuhan; b) perubahan sifat fisik dan kimia minyak kelapa sawit jika dialirkan secara terus-menerus pada waktu yang lama;
6
c) kondisi teknis pengaliran optimum untuk minyak kelapa sawit melalui moda pipa; dan d) kajian finansial untuk pengembangan transportasi minyak kelapa sawit moda pipa.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model transportasi minyak kelapa sawit moda pipa melalui perancangan teknis dasar dan analisis finansial transportasi minyak kelapa sawit memanfaatkan pipa.
RUANG LINGKUP PENELITIAN
1. Perancangan teknis dasar {basic technical design) transportasi minyak kelapa sawit moda pipa meliputi: a) penentuan kondisi pengaliran (suhu dab kecepatan pengaliran); spesifikasi pipa (diameter, jenis dan ketebalan pipa); tekanan yang diaplikasikan; jenis dan ketebalan insulator; dan b) pengamatan mengenai perubahan sifat fisik dan kimia MKS akibat pengaliran minyak kelapa sawit yang meliputi viskositas, bilangan peroksida, dan kandungan asam lemak bebas.
7
2.
Kajian finansial rancangan teknis dasar transportasi moda pipa yang mencakup perhitungan biaya angkut yang didasarkan pada investasi dan perkiraan biaya operasiona dan pemeliharaan. Analisis kelayakan investasi mencakup analisis Net Present Value, Internal Rate o f Return, Titik Impas (Break Even Point), Pay Back Period, dan B/C ratio (Benef;t/Cosf Ratio analysis).
3.
Penyusunan model transportasi minyak kelapa sawit moda pipa.