BAB I PENDAHULUAN
Keberadaan desain komunikasi visual sangat lekat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Ia tak bisa lepas dari sejarah manusia. Karena ia merupakan salah satu usaha manusia untuk meningkatkan kualitas hidup.
Desain komunikasi visual sangat akrab dengan kehidupan manusia. Ia merupakan representasi sosial budaya masyarakat, dan salah satu manifestasi kebudayaan yang berwujud produk dari nilai-nilai yang berlaku pada waktu tertentu. Ia merupakan kebudayaan yang benar-benar dihayati, bukan kebudayaan dalam arti sekumpulan sisa bentuk, warna, dan gerak masa lalu yang kini dikagumi sebagai benda asing terlepas dari diri manusia yang mengamatinya.
Menurut Widagdo (1993:31) desain komunikasi visual dalam pengertian modern adalah desain yang dihasilkan dari rasionalitas. Dilandasi pengetahuan, bersifat rasional, dan pragmatis. Juga desain komunikasi visual senantiasa dinamis, penuh gerak, dan perubahan. Hal itu karena peradaban dan ilmu pengetahuan modern memungkinkan lahirnya industrialisasi. Sebagai produk kebudayaan yang terkait dengan sistem sosial dan ekonomi, desain komunikasi visual juga berhadapan pada konsekuensi sebagai produk massal dan konsumsi massa.
Terkait dengan itu, T. Sutanto (2005:15-16) menyatakan, desain komunikasi visual senantiasa berhubungan dengan penampilan rupa yang dapat diserap orang banyak dengan pikiran maupun perasaannya. Rupa yang
1
mengandung pengertian atau makna, karakter serta suasana, yang mampu dipahami (diraba dan dirasakan) oleh khalayak umum atau terbatas. Dalam pandangan Sanyoto (2006:8) desain komunikasi visual memiliki pengertian secara menyeluruh, yaitu rancangan sarana komunikasi yang bersifat kasat mata.
Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis terdiri dari gambar (ilustrasi), huruf, warna, komposisi dan layout. Semuanya itu dilakukan guna menyampaikan pesan secara visual, audio, dan audio visual kepada target sasaran yang dituju. Desain komunikasi visual sebagai salah satu bagian dari seni terap yang mempelajari tentang perencanaan dan perancangan berbagai bentuk informasi komunikasi visual. Perjalanan kreatifnya diawali dari menemukan permasalahan komunikasi visual, mencari data verbal dan visual, menyusun konsep kreatif yang berlandaskan pada karakteristik target sasaran, sampai dengan penentuan visualisasi final desain untuk mendukung tercapainya sebuah komunikasi verbal-visual yang fungsional, persuasif, artistik, estetis, dan komunikatif.
Artinya, menurut Sumbo Tinarbuko, desain komunikasi visual dapat dipahami sebagai salah satu upaya pemecahan masalah (komunikasi, atau komunikasi visual) untuk menghasilkan suatu desain yang paling baru di antara desain yang baru (Tinarbuko, 1998:66)
Istilah desain komunikasi visual, dalam bahasa gaul anak muda disebut dekave, digunakan untuk memperbaharui atau memperluas jangkauan cakupan 2
ilmu dan wilayah kerja kreatif desain grafis. Di dalam ranah desain komunikasi visual ini dipelajari semua bentuk komunikasi yang bersifat komunikasi visual seperti desain grafis, desain iklan, desain multimedia interaktif. Desain grafis dipelajari dalam konteks tataletak dan komposisi, bukan seni grafis murni. Area kerja kreatif desain grafis di antaranya: stationary kit atau sales kit: desain kartu nama, kop surat, amplop, map, bolpoint. Profil usaha, annual report, corporate identity yang terdiri logo dan trade mark berikut aplikasi penerapannya. Desain grafis lingkungan berupa sign system: papan petunjuk arah, papan nama dan infografis: chart, diagram, statistik, denah, dan peta lokasi. Desain grafis industri, sistem informasi pada jasa dan produk industri. Desain label, etiket, dan kemasan produk. Desain beragam produk percetakan dari mulai prepress sampai hasil cetakan akhir. Perencanaan dan perancangan pameran produk dan jasa industri. Grafis arsitektur berikut produk sign system. Desain perwajahan buku, koran, tabloid, majalah, dan jurnal. Desain sampul kaset, dan cover CD. Desain kalender, desain grafis pada kaos oblong, desain kartu pos, perangko, dan mata uang. Desain stiker, pin, cocard, id card, desain undangan, desain tiket dan karcis, desain sertifikat, dan ijasah. Desain huruf dan tipografi. Ilustrasi dan komik.
Desain iklan dipelajari dalam konteks desain, bukan komunikasi marketing dan penciptaan merek atau aktivitas branding. Desain iklan atau popular dengan sebutan advertising, ranah kreatifnya meliputi: kampanye iklan komersial dan perancangan iklan layanan masyarakat. Aplikasi perancangan dan perencanaan desain iklan komersial maupun iklan layanan masyarakat (nonkomersial) senantiasa melibatkan seluruh media periklanan yang meliputi: pertama, media iklan lini atas (above the line advertising), yakni: jenis-jenis iklan 3
yang disosialisasikan menggunakan sarana media massa komunikasi audio visual. Misalnya surat kabar, majalah, tabloid, iklan radio, televisi, bioskop, internet, telepon seluler. Pada umumnya, biro iklan yang bersangkutan mendapat komisi karena pemasangan iklan tersebut, Kedua, media iklan lini bawah (below the line advertising), yaitu kegiatan periklanan yang disosialisasikan tidak menggunakan media massa cetak dan elektronik. Media yang digunakan berkisar pada printed ad: poster, brosur, leaflet, folder, flyer, katalog, dan merchandising: payung, mug, kaos, topi, dompet, pin, tas, kalender, buku agenda, bolpoint, gantungan kunci. Ketiga, new media: ambient media, guerillas advertising, theatrical advertising, adman.
Periklanan adalah fenomena bisnis modern. Tidak ada perusahaan yang ingin maju dan memenangkan kompetisi bisnis tanpa mengandalkan iklan. Demikian penting peran iklan dalam bisnis modern sehingga salah satu bentuk bonafiditas perusahaan terletak pada seberapa besar dana yang dialokasikan untuk iklan tersebut. Di samping itu, iklan merupakan jendela kamar dari sebuah perusahaan. Keberadaannya menghubungkan perusahaan dengan masyarakat, khususnya para konsumen.
Iklan merupakan bagian dari pemasaran suatu produk. Pemasaran dalam perspektif Martadi (2001:142), intinya adalah bagaimana menciptakan segmen pasar. Periklanan selain merupakan kegiatan pemasaran juga berupa aktivitas komunikasi. Dari segi komunikasi, rekayasa unsur pesan sangat tergantung dari siapa khalayak sasaran yang dituju serta melalui media apa iklan tersebut sebaiknya disampaikan. Karena itu, untuk membuat komunikasi menjadi efektif,
4
pemahaman tentang khalayak sasaran, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, merupakan prasyarat yang bersifat mutlak.
Pemahaman secara kuantitatif akan menjamin bahwa jumlah pembeli dan frekuensi pembelian yang diperoleh, akan sejalan dengan target penjualan yang telah ditetapkan. Sedangkan pemahaman secara kualitatif akan menjamin bahwa pesan iklan yang disampaikan senantiasa sejalan dengan tujuan pemasaran yang telah disepakati.
Iklan pada dasarnya adalah produk kebudayaan massa, produk kebudayaan masyarakat industri yang ditandai oleh produksi dan konsumsi massa. Kepraktisan dan pemuasan jangka pendek antara lain merupakan ciri–ciri kebudayaan massa. Artinya, massa dipandang tidak lebih sebagai konsumen. Maka hubungan antara produsen dan konsumen adalah hubungan komersial semata. Pendeknya, tidak ada fungsi hubungan lain selain memanipulasi kesadaran, selera, dan perilaku konsumen (Tinarbuko, 1995:1). Dengan demikian, untuk merangsang proses jual beli atau konsumsi massal itulah iklan diciptakan.
Iklan memang berjalan fungsi kembar. Pertama, ia memberi informasi pada konsumen perihal ciri, kualitas, dan keunggulan produk. Kedua, iklan melakukan persuasi agar produk tersebut dibeli oleh konsumen. Fungsi kedua inilah merupakan fungsi utama iklan.
Terkait dengan masalah persuasi tersebut, tugas utama dari desainer iklan adalah bagaimana agar informasi tentang suatu produk diterima oleh konsumen sehingga produk tersebut tetap berkesan di benak konsumen. Tetapi hal itu saja
5
belum cukup, sebab sasaran akhirnya adalah bagaimana agar kesan dan informasi itu sanggup membujuk konsumen untuk membuka dompetnya dan membeli produk yang ditawarkan.
Ada banyak cara menggali kreativitas dalam menuangkan gagasan iklan agar informasi utama perihal suatu produk dapat diterima dengan sukarela oleh pihak konsumen atau calon pengguna produk tersebut. Salah satunya adalah eksekusi iklan dengan menggunakan pendekatan parodi. Pendekatan tersebut menjadi sebuah fenomena baru dalam mengeksekusi sebuah desain iklan.
Sangat positif,
sebab
pesan verbal atau pun visual yang ingin
disampaikan dapat menancap kuat di benak khalayak. Bahkan beberapa idiom verbal atau pun visual iklan tersebut menjadi ungkapan populer yang sering digunakan dalam perbincangan sehari-hari. Iklan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari seperti pada televisi, radio, surat kabar, dan hampir disetiap sudut jalan. Iklan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Menurut Noviani (2002), survey yang dilakukan oleh harian Kompas di sepuluh kota besar di Indonesia, menyatakan bahwa tidak kurang dari 70 % responden mengaku sering menirukan iklan yang ditayangkan oleh media. Proses imitasi iklan ini terjadi mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kondisi demikian menggambarkan bahwa pengaruh iklan sangatlah besar dan tanpa disadari, manusia telah menjadi subyek dan obyek dari iklan tersebut. Keberadaan iklan yang mudah ditemui dimana saja merupakan suatu bentuk fleksibelitas iklan dalam menyampaikan pesan yang dikandungnya,
6
tergantung sasaran masyarakat yang ingin dicapai. Salah satunya iklan yang berada disuatu kawasan kota yang menghiasi ruas-ruas jalan. Bentuknya dapat berupa poster, umbul-umbul, spanduk, papan reklame dan sebagainya. Iklan semacam ini disebut Rhenald Kasali (1992:133) sebagai iklan media ruang luar (outdoor) yang umumnya terdiri dari berbagai jenis yaitu poster, spanduk, transit (panel bus), papan reklame atau biasa disebut billboard. Rhenald Kasali (1992 : 138) juga berpendapat bahwa aneka cara promosi telah banyak mengubah teknik-teknik beriklan. Para pemasang iklan mulai memanfaatkan iklan ruang luar dengan teknologi yang lebih canggih. Iklan ruang luar seperti ini mudah diperbanyak dengan bantuan komputer dan peralatan elektronik, dan menghiasi jalan-jalan kota. Demikian pula yang disampaikan oleh Rendra Widyatama (2007 : 22), bahwa iklan diciptakan oleh komunikator karena ingin ditujukan kepada khalayak tertentu. Dalam dunia periklanan, khalayak sasaran cenderung bersifat khusus. Pesan yang disampaikan tidak dimaksudkan untuk diberikan kepada semua orang, melainkan kelompok target audience tertentu. Sasaran khalayak yang dipilih tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa pada dasarnya setiap kelompok khusus audience memiliki kesukaan, kebutuhan, keinginan, karakteristik, dan keyakinan yang khusus. Dengan demikian, pesan yang diberikan harus dirancang khusus yang sesuai dengan target khalayak. Bilamana target audience diganti, maka sudah tentu akan mempengaruhi bentuk dan strategi pesan iklan. Sebuah bentuk dan strategi pesan tunggal tidak cocok untuk diterapkan atau ditujukan pada semua khalayak.
7
Dalam sebuah visualisasi iklan, seluruh pesan dalam iklan semestinya merupakan pesan yang efektif. Artinya, pesan yang mampu menggerakkan khalayak agar mereka mengikuti pesan iklan. Semua iklan yang dibuat oleh pengiklan dapat dipastikan memiliki tujuan tertentu, yaitu berupa dampak tertentu di tengah khalayak. Aneh rasanya bila membuat pesan iklan namun tidak bermaksud mendapatkan pengaruh tertentu sebagaimana diharapkan. Dampak tertentu yang diharapkan oleh pengiklan dapat berupa pengaruh ekonomis maupun dampak sosial. Pengaruh ekonomi adalah dampak yang diharapkan dapat diwujudkan oleh iklan untuk maksud-maksud mendapatkan keuntungan ekonomi. Misalnya, laku dan bertambahnya penjualan produk sehingga mendapatkan keuntungan materi. Sementara dampak sosial adalah keuntungan non-ekonomi, yaitu terbangunnya citra baik berupa penerimaan sosial oleh masyarakat. Dalam kajian pemasaran, citra baik yang dibentuk pada akhirnya juga akan membawa keuntungan ekonomi. Sebab, penerimaan yang baik oleh masyarakat menjadikan produk yang dihasilkan akan diterima masyarakat, yang pada gilirannya akan lebih dipilih oleh konsumen dibanding produk lain. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang memiliki citra baik sebagai perusahaan yang ramah lingkungan dan banyak berderma. Citra sosial seperti ini pada gilirannya akan membuat masyarakat lebih menerima produk secara positif dibanding produk lain yang tidak memiliki citra sosial. Bentuk nyatanya, penerimaan tersebut dapat ditunjukkan melalui kecendrungan yang lebih besar untuk memilih produk tersebut dibanding merk lain. Sebuah pesan iklan disebut efektif bila pesan tersebut mampu menggambarkan apa yang dikehendaki oleh komunikator secara tepat dan apa
8
yang dituangkan dalam pesan iklan tersebut mampu dipersepsi secara sama oleh khalayak dengan apa yang dikehendaki oleh komunikator. Melalui pesan yang efektif ini diharapkan pesan akan mampu memberikan dampak tertentu pada khalayak yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh komunikator. Dewasa ini, membicarakan pemasaran tidak dapat dilepaskan dari kegiatan periklanan. Sebaliknya, menggeluti bidang periklanan juga akan sulit bila tidak pengetahui pemasaran. Periklanan dan pemasaran merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Keduanya saling terkait antara satu dengan yang lain. Iklan tidak pernah bisa lepas dari kegiatan pemasaran (marketing). Dewasa ini kegiatan periklanan didasari oleh banyak kalangan, terutama industri, sebagai sesuatu yang penting. Dalam ilmu komunikasi pemasaran, iklan merupakan investasi untuk menjaga hubungan yang berkesinambungan antara perusahaan dengan konsumennya. Bahkan menurut Bedio Riyanto (2001 : 18), iklan sama pentingnya dengan investasi di bidang pengemasan (packaging), distribusi maupun penelitian pasar (market research) yang sasaran akhirnya mencapai perolehan laba penjualan secara maksimal. Pada era modern seperti sekarang ini, pemasaran tidak sekedar membuat barang sebaik mungkin lalu memasarkannya kepada konsumen, menetapkan harga yang sesuai, serta menata (mendisplay) pada tempat yang menarik. Perusahaan juga perlu melalukan komunikasi yang baik kepada calon konsumennya. Dalam perspektif ini, perusahaan sebenarnya juga merupakan pihak komunikator yang menyampaikan pesan kepada komunikannya melalui barang dan jasa yang ditawarkannya. Untuk itu,
perusahaan
perlu
melakukan
komunikasi
yang
efektif
terhadap
komunikannya. Pemasaran tanpa beriklan bagaikan seseorang mempunyai produk
9
bagus tapi tak pernah ditawarkan pada pembeli. Akibatnya, pembeli tidak pernah mengetahui ada barang semacam itu. Jadi, bagaimana konsumen akan tertarik, melihat, memilih, memakai atau mengkonsumsi produk itu bila konsumen tak pernah mengetahui apa, bagaimana dan dimana produk dapat ditemukan?
Tulisan ini hendak mengungkapkan iklan yang dikreasikan dengan pendekatan parodi. Menurut Linda Hutcheon dalam artikelnya berjudul A Theory of Parody seperti disitir Yasraf A. Piliang (1999:155), dikatakan bahwa sejatinya parodi adalah sebuah relasi formal atau struktur antara dua teks. Artinya, sebuah teks baru diciptakan sebagai hasil dari sebuah sindiran, plesetan atau unsur lelucon dari bentuk, format atau rujukan teks.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Visual Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan; dapat dilihat dengan indra penglihat (mata); berdasarkan penglihatan: bentuk - sebuah metode pengajaran bahasa; mem, visualkan – menjadikan suatu konsep dapat dilihat dengan indra penglihatan.
Baliho Dalam suatu manajemen pemasaran, iklan merupakan salah satu bagian penting untuk memperkenalkan suatu produk kepada konsumen. Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media atau dengan kata lain cara menjual melalui penyebaran informasi. Menurut Kustadi Suhandang (2005 : 13) periklanan (advertising) adalah suatu proses komunikasi massa yang melibatkan sponsor tertentu,yakni si pemasang iklan (pengiklan), yang membayar jasa sebuah media masa atas penyiaran iklannya, misalnya, melalui program televisi. Adapun iklannya itu sendiri biasanya dibuat atas pesanan si pemasang iklan, oleh sebuah agen atau biro iklan; atau bisa saja oleh bagian Humas (Public Relation) lembaga pemasang iklan itu sendiri. Periklanan dapat juga dianggap sebagai sebuah institusi sosial, sebab banyak lembaga kemasyarakatan yang terlibat di dalam proses pembuatan dan penyajian iklannya. Penelitian pada abad-abad peralihan membuktikan bahwa sepintas lalu iklan memperlihatkan nilai-nilai kehidupan pada setiap zamannya.
11
Iklan barang dan jasa menunjukkan seuatu gambaran, bagaimana orang hidup dan menginginkan kehidupannya. Demikian pula gaya iklan pada zamannya, seperti gaya mereka pada zaman itu, menampilkan banyak tentang perbendaharaan kata waktu itu, apakah mengenai kepentingan umum ataupun pendapat umumnya. Dengan demikian periklanan bisa dianggap sebuah cermin masyarakat, atau bisa juga dianggap sebagai pengaruh dari zamannya. Tugas pokok periklanan adalah mengkomunikasikan informasi seefisien mungkin kepada orang-orang yang beratus ribuan jumlahnya. Dalam kegiatannya, ia melakukan fungsi ekonomi yang terpenting bagi si pemasang iklan dan khayalak. Dia menolong khalayaknya untuk mengambil tindakan ekonomis yang lebih baik dengan memberi tahu mereka tentang barang dan jasa. Ia melengkapi si pemasang iklannya dengan suatu mekanisme komunikasi ekonomis bagi khayalaknya. Dalam pengertian khusus secara ekonomis, periklanan merupakan padanan bagi barang-barang baru. Dalam banyak hal, memperkenalkan produk baru tidak akan bisa dikerjakan dengan mudah apabila periklanan tidak bisa memberitahu orang-orang tentang produk tersebut. Dengan demikian periklanan merupakan kegiatan yang terkait pada dua bidang kehidupan manusia sehari-hari, yakni ekonomi dan komunikasi. Dalam bidang ekonomi periklanan bertindak sebagai salah satu upaya marketing yang strategis, yaitu upaya memperkenalkan barang baru atau jasa untuk dapat meraih keuntungan sebanyak mungkin. Dalam hal ini periklanan merupakan suatu kekuatan menarik yang ditujukan kepada sejumlah pembeli tertentu, hal mana dilakukan oleh produsen atau pedagang agar dapat mempengaruhi penjualan barang atau jasa dengan cara yang menguntungkan (Baarle, 1946 : 1). Jadi
12
periklanan merupakan salah satu teknik untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan sehingga mnguntungkan produsen atau penjual. Sedangkan dalam bidang komunikasi, periklanan merupakan proses atau kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak-pihak sponsor (pemasang iklan), media massa, dan agen periklanan (biro iklan). Ciri utama dari kegiatan dimaksud adalah pembayaran yang dilakukan para pemasang iklan, melalui biro iklan atau langsung, kepada media massa terkait atas dimuat atau disiarkannya penawaran barang atau jasa yang dihasilkan si pemasang iklan (pengiklan) tersebut (Aaker, 1975 : 3). Jelasnya, periklanan merupakan salah satu jenis teknik komunikasi massa dengan membayar ruangan atau waktu yang disediakan media massa tersebut untuk menyiarkan informasi tentang barang atau jasa yang ditawarkan oleh si pemasang iklan (produsen atau penjual barang maupun jasa). Pendek kata, periklanan adalah salah satu metode untuk meperkenalkan barang, jasa, atau gagasan kepada publik (Schindler, 1970 : 79). Sudah tentu memperkenalkan dalam arti menawarkan agar publik berminat untuk menikmatinya. Dalam dunia periklanan, dikenal berbagai jenis media untuk beriklan. Iklan dapat disampaikan melalui televisi, radio, surat kabar, majalah, dan melalui pos, sedangkan iklan yang memanfaatkan media ruang luar seperti selebaran, poster, umbul-umbul, baliho, billboard, panel di kendaraan, sering disebut iklan outdoor. Secara umum, Renald Kasali (1992) membedakan dua pengertian mengenai media iklan, yaitu media lini atas (above the line media). Media lini atas sendiri dari iklan-iklan yang dimuat dalam media cetak, media elektronik (radio, televisi, bioskop), serta media ruang luar seperti reklame dan panel dikendaraan
13
angkutan, sedangkan media lini terdiri dari seluruh media selain media di atas, seperti direct mail, pameran, point of style display material, kalender, agenda, dan gantungan kunci atau tanda mata. Iklan mengandung pesan dari produsen kepada konsumennya. Pesan implisit yang terkandung pada suatu iklan adalah menanamkan kepercayaan terhadap produk yang dijual. Dalam hal ini apa yang tersaji dan terpampang pada sebuah iklan adalah sebuah pesan atau adanya proses komunikasi. Pendapat Lewis (1996) tentang komunikasi massa menyatakan bahwa iklan yang efektif adalah dengan biaya serendah mungkin, dapat mencapai orang yang dapat dan akan memberi apa yang harus dijual. Maksud dari pernyataan tersebut adalah iklan yang sukses bukan hanya menyasar orang terbanyak atau massa, tetapi sasarannya adalah kelas atau kelompok yang akan membeli produk yang dijual. Banyak pemasang iklan kurang menyadari pentingnya peraturan-peraturan yang mengatur periklanan. Dalam hal ini, pemerintah memiliki wewenang untuk tidak memperbolehkan iklan untuk terbit. Selain itu ada pengawasan dari pihak swasta yang mendirikan lembaga untuk melindungi konsumen. Jadi, pemasang iklan
iklan
terikat
pada
suatu
pembatasan-pembatasan
yang
harus
dipertimbangkan dalam memproduksi suatu iklan. Baliho merupakan periklanan outdoor yang paling utama. Baliho dirancang dengan tujuan memperkenalkan nama merek. Baliho biasanya terpampang di jalan raya yang lalu lintasnya ramai. Iklan yang menempel pada billboard sekarang ini lebih banyak dibuat menggunakan teknologi komputer atau teknologi digital. Bahan yang digunakan untuk mencetak iklan dengan teknologi digital ini biasanya tahan air dan juga panas yang biasa disebut vinil. Baliho
14
meliputi bulletin, spectacular display, wall mural, vinyl/wripped poster, 30-sheet poster dan 8-sheet poster, M. Suyanto (2006 : 2).
Caleg (Calog Legislatif) Iklan politik yang paling banyak digunakan dalam rangka menyambut perhelatan politik Pemilu 2009 ini adalah baliho. Para caleg (calon legislatif) berlomba-lomba memasang iklan politiknya di setiap tempat strategis. Para caleg pada balihonya selalu menampilkan foto pribadinya dengan atribut partainya serta foto ketua umumnya. Gaya yang paling banyak digunakan adalah ‘politik penganjali’ serta lambaian bendera merah putih sebagai latar belakang. Dalam iklan politik itu, public bisa mengetahui pandangan politik, visi, misi, dan program dari caleg bersangkutan. Ada dua isu terkait dalam baliho tersebut. Pertama, segi content, yakni pesan semacam apa yang boleh ditampilkan. Kedua, siapa yang boleh memasang iklan politik itu, dan bagaimana strategi pemasangannya. Untuk isu pertama, supaya relevan dan kontekstual yakni dalam konteks politik di Indonesia khususnya terhadap baliho di Kota Denpasar. Yakni, content itu pastilah tidak boleh bertentangan dengan ideologi negara Pancasila, tidak boleh menyuruh membubarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak boleh menyinggung SARA (dalam arti mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan), dan harus sesuai dengan etika umum yang dianut media (menolak tampilan pornografi, kekerasan, dan sebagainya). Sejauh ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan pemerintah juga tidak setuju dengan materi iklan yang menjelek-jelekkan, memaki, mengkritik pihak
15
lain (politisi, kandidat, atau parpol pesaing). Kalau isinya memuji diri sendiri, atau mempromosikan program, visi, dan misi sendiri, itu tentu boleh saja. Yang tidak boleh, adalah menyerang diri, program, visi, dan misi, dan misi pihak lain. Untuk isi kedua, politisi atau parpol manapun, pada prinsipnya bebas berkreasi dengan baliho pribadinya. Tentu, jika yang beriklan ini adalah kandidat dalam Pilkada atau parpol untuk pemilu, tentu harus ikut aturan kampanye yang ditetapkan KPU. Disini, media juga harus berimbang , dalam arti tidak pilih kasih.
16
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Kontribusi penelitian ini adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan alam bidang desain komunikasi visual yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan untuk memberikan wawasan pengetahuan kepada masyarakat umum, para konsultan yang bergerak dalam bidang komunikasi visual, para pengambil keputusan dan lain-lain. Disamping itu diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada semua pihak yang terkait. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat akademis dan manfaat praktis, sumbangan bagi ilmu pengetahuan yang dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa maupun pendidik khususnya pada Program Studi Desain Komunikasi Visual serta Fotografi.
Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat dijelaskan dari hasil penelitian ini, antara lain : a. Sebagai sumber data yang dapat memberikan informasi tentang baliho caleg di Kota Denpasar. b. Sebagai sumbangan pemikiran dalam bentuk tulisan keberbagai pihak yang kompeten, terutama sebagai sarana pembelajaran bagi calon legislatif, pekerja seni khususnya biro iklan yang akan melanjutkan usaha advertising/biro iklan tersebut. Juga sumber belajar bagi mahasisa dan pelajar dalam pembuatan baliho. Karena belum banyak tulisan yang menyajikan khusus tentang baliho calon legislatif.
17
BAB IV METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan sampel dilihat dari jumlah baliho yang ada pada pemasangan baliho di tempat-tempat strategis di Kota Denpasar sehingga dengan waktu dan pendanaan yang diusul tidak memungkinkan semua sumber data untuk diambil. Pengambilan akan dilakukan secara selektif yaitu foto baliho yang dianggap bagus dan memenuhi kreteria desain komunikasi visual dan fotorafi terkait Pemilu 2009. Analisis data akan disampaikan secara deskriptif. Dalam menganalisis baliho di Kota Denpasar variabel (obyek penelitian) yang ditentukan adalah : baliho dari berbagai partai, nama caleg, serta modelnya. Sumber yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah biro iklan pembuat baliho, caleg, responden dan buku-buku dan majalah yang mengulas baliho.
Teknik Pengumpulan Data Menurut (Sutrisno, 1983: 139), ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data penelitian antara lain: a. Observasi Pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung di daerah penelitian untuk dapat merasakan suasana penempatan baliho caleg Pemilu legislatif di kota Denpasar sehingga dapat memberikan pengalaman kepada peneliti. Pengamatan langsung ini dapat memberikan pengalaman detail terhadap kasus yang sedang diteliti.
18
b. Teknik dokumentasi Teknik dokumentasi dilakukan dengan melihat literatur yang terkait dengan baliho caleg. Teknik pengumpulan data lainnya juga dilakukan dengan pemotretan. Data ini dapat menjadi data factual sebagai bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Studi Kepustakaan Mempelajari berbagai buku, jurnal dan media lainnya untuk memperoleh acuan tentang definisi, pengertian, karakter dan lain-lain. Sehingga metode ini berfungsi untuk memperjelas secara teoritis ilmiah tentang studi kasus yang diambil.
d. Wawancara Mewawancara berbagai sumber kompeten di lokasi (tempat-tempat umum di Kota Denpasar) yang diteliti untuk mendapatkan data secara langsung tentang informasi kasus baik mengenai konsep, baliho yang terpasang maupun latar belakang kasusnya.
Instrumen penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipakai mengumpulkan data sesuai dengan jenis data yang akan diambil. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah : a. Alat pencatat untuk pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara. Alat pencatat untuk teknik wawancara dilengkapi dengan
19
daftar pertanyaan yang terkait dengan variabel dan dilengkapi dengan alat pemotretan untuk merekam subyek penelitian dalam bentuk foto. b. Alat pencatat untuk teknik interviu bebas disertai pedoman garis besarnya saja tentang hal-hal yang akan ditanyakan/diperbincangkan dengan responden.
Metode Analisis Data Menurut Singarimbun (1989: 236), setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis data yang dipakai untuk memperoleh jawaban yang akan disimpulkan. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibacakan atau diinterpretasikan. Pada penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari berbagai pihak yang diawasi (Moloeng, 1995: 3). Penilaian yang didasari oleh analisis kesesuaian antara teori ilmiah denagn pengamatan di lapangan sehingga terbentuk analisis studi bentuk antara fakta yang ada dengan teori pada pustaka. Penelitian juga didasarkan pada penelusuran sejarah dan informasi tentang Kajian Visual Baliho Caleg Pemilu Legislatif di Kota Denpasar Tahun 2009, yang diteliti dengan menganalisis berbagai bentuk, fungsi dan makna sehingga dapat disimpulkan ke dalam tulisan yang lebih sederhana. Pada penelitian ini data digambarkan menurut pokok permasalahan yang dibahas, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif untuk mencari hasil yang diinginkan dengan kualitas pengamatan yang cermat.
20
Hasil analisis ini kemudian disesuaikan dengan logika-logika berfikir desain komunikasi visual yang berhubungan dengan pokok bahasan agar kualitas rancang baliho caleg yang terdapat pada kasus dapat diketahui.
21
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Problematiknya terdapat transformasi paradigmatik dalam penyampaian melalui iklan dalam hal ini baliho caleg menjelang perhelatan politik Pemilu legislatif bulan April 2009 ini.
Permasalahannya adalah pada baliho yang dipajang
sepanjang jalan-jalan utama di Kota Denpasar.
Rumusan permasalahan
penelitian secara khusus, yaitu : 1) Bagaimanakah bentuk representasi baliho caleg menjelang Pemilu 2009 di Kota Denpasar. 2) Bagaimana faktor terbentuknya representasi baliho menjelang Pemilu 2009 di Kota Denpasar. 3) Apakah makna representasi visual baliho caleg menjelang Pemilu 2009 di Kota Denpasar. Rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah: bagaimana kajian perwujudan visual baliho caleg menjelang Pemilu 2009 di Kota Denpasar.
Beberapa hal dalam Merancang Baliho Ada beberapa hal yang harus di perhatikan bagi seorang desain grafis bila ingin mendisain
sebuah banner maupun baliho, karena sizenya yang besar
sehingga sangat mungkin mengurangi memory ram dan daya kerja di komputer kita bisa menjadi sangat lambat aksesnya dan akhirnya memakan waktu yang lama bahkan terkadang komputer bisa hang.
22
Tips berikut mudah-mudahan bisa bermanfaat khususnya para desain grafis maupun pengunjung blog ini. Tips ini juga hasil dari pengalaman liku-liku penulis selama mengerjakan pembuatan banner, baliho dan sejenisnya.
membuat banner dan baliho bisa memakai adobephotoshop, coreldraw, illustrator dan freehand karena proses akhir cetakan menggunakan mesin digital printing upayakan file terkonvert atau di-export ke file JPG dengan proses warna CMYK bukan RGB. jangan pernah dilupakan bahwa dalam mengerjakannya harus menggunakan warna CMYK sekali lagi CMYK karena hukumnya wajib dan di haramkan dalam dunia desain. Kenapa ? kenapa tidak boleh RGB, apa artinya RGB dan CMYK. silahkan baca penjelasannya tentang RGB dan CMYK. jika ukuran banner sangat besar misal : 2m x 3m, 3m x 4m, 3m x 5m, 10m x 2m, 25m x 3m dan ukuran big size lainnya pakai alternatif resolusi 96 atau 100 dpi. jangan membuat ukuran banner khususnya yang besar dan panjang dengan ukuran asli, pakai ukuran image sizenya dengan setengahnya misal ukuran 3×5 meter di perkecil 1.5 x 2.5m dg resolusi 100dpi (di potoshop). ukuran big size sebaiknya menggunakan perbandingan dari aslinya misal 50% dari ukuran sebenarnya. gunakan imagesize di photoshop dan atur sesuai kebutuhan.
23
usahakan memori sizenya di sheetnya tidak melebihi 500mb ( maksudnya memory yg dibutuhkan saat mengerjakan desain tersebut, biasanya bisa dilihat di toolbar nav bawah misal Doc: 100M : 50M agar gambar tidak pecah ambil gambar ukuran sizenya diatas 150kb atau minimal bila di lihat gambar tidak pecah jangan memaksakan gambar yang tidak maksimal karena sangat mempengaruhi hasil dan kualitas, sebagus apapun desain akan mengurangi mutu jika gambar pecah resolusi gambar 72dpi bukan berarti gambar jelek dan pecah, coba di cek di photoshop lihat sizenya misal jika size 500pixel resulosi 72 artinya gambar cukup bagus deteksi gambar pecah atau tidak harus dilihat resulosi dan pixelnya seimbang di coreldraw setelah selesai lebih baik file diexport ke JPG dg resolusi 300 dpi dan original size serta image with CMYK. Semakin besar ukurannya maka resolusi harus dikurangi termasuk prosentasi size nya.
Point-point di atas sebenarnya masih banyak lagi karena sebenarnya dasardasar pengerjaannya yang harus diketahui adalah seputar resolusi dan size serta pixel. Dalam artian diluar teknis sejauh mana skill desainer tersebut mengerjakannnya.
24
Baliho Caleg perlu Ikon Emosi Segala tindakan atau karya manusia berawal dari sebuah niat atau maksud. Sebuah niat biasanya digolongkan dalam dua hal: baik atau buruk. Tapi kita tidak membahas seperti apa niat baik atau buruk itu. Anggap saja semua maksud adalah baik.
Dari sana muncul ide atau gagasan. Ide yang dimanifestasikan bisa
berwujud ucapan, tindakan, atau hasil perbuatan. Salah satunya dalam bentuk tulisan.
Sebagai salah satu sarana komunikasi, tulisan katanya memiliki sejumlah keterbatasan, walaupun dengan narasi yang panjang. Terlebih lagi kalau bentuknya syair, pantun, puisi, dan sebagainya. Tiap orang bisa memiliki tafsir atau pemaknaan tersendiri. Tak jarang sebuah komentar bisa menimbulkan salah paham. Salah satu faktor terjadinya lantaran kekurangan atau ketiadaan ekspresi, gestur, dan intonasi dari penyampai pesan.
Apapun tulisan yang ada di situ, kita tidak tahu pasti bagaimana gestur serta ekspresi penulisnya. Meski tulisan juga punya nada dan rasa, tidak semuanya disampaikan sesuai dengan apa yang tertera. Mungkin ketika mengetik sambil siul-siul, ngambek, cengar-cengir, marah, sinis dsbnya. Mencoba melihat niat atau maksud seseorang, yang datangnya dari kalbu atau hati.
Sebagai kompensasi dari ketidakmampuan dalam menggambarkan emosi dalam komunikasi tertulis. Ikon-ikon emosi awalnya adalah simbol-simbol yang diambil dari kombinasi dari tanda baca. Tujuannya untuk menggambarkan ekspresi wajah manusia. Namun, seiring berkembangnya teknologi digital, dari
25
simbol tanda baca kemudian berubah menjadi gambar-gambar mini. Lebih lanjut lagi, gambar-gambar tersebut juga dibuat animasi.
Kalau dalam dunia media massa agak berbeda. Untuk memberi gambaran yang lebih luas tentang suatu, tulisan juga disertai foto atau gambar karikatur Tentunya gambar yang ditampilkan sesuai dengan topik tulisan. Pasti aneh kalau memberitakan bencana, tetapi memampang foto orang-orang yang terlihat ceria.
Meski demikian, kekurangan itu tetap saja ada. Balik ke penggunaan ikon, gambar-gambar emosi itu mungkin bisa dibilang hanya menambah nuansa komunikasi tulisan saja, mendekati interaksi verbal plus visual antarmanusia yang juga dipengaruhi rasa, suasana, selera, dan hal-hal lainnya.
Sekarang saya mau kaitkan dengan maraknya baliho caleg pada Pemilu 2009 ini. Sebagian besar disertai foto-foto diri dalam ekspresi tertentu dan mungkin disertai kata-kata “mutiara” . Di luar itu, ada juga yang menampilkan tokoh-tokoh penting , entah itu berhubungan dengan apa yang ingin diperjuangkan seorang caleg atau tidak. Saya kebetulan menemukan situs menarik seputar Pemilu dan mengambil salah satu baliho caleg yang ada di situ. Bukan bermaksud sinis atau berniat buruk, namun menurut saya sebagian caleg sepertinya perlu menyertakan ikon emosi dalam poster mereka.
Baliho CALEG Jalanan! Baliho tumbuh subur di pinggir jalanan, seperti benih yang bersemi karena curah hujan yang tinggi.
26
Obral janji sana-sini melalui media promosi seperti baliho sekarang ini sangat digemari oleh para caleg, memang citra visual sekarang ini menjadi sebuah tren yang sangat menguntungkan sebagai media untuk rebutan kursi jabatan legislatif.
Bisa jadi ini adalah perang baliho antar caleg yang menampilkan berbagai macam rayuan, ukuran, serta penampilan dari seorang caleg itu sendiri. Dan bisa jadi dengan semakin banyaknya baliho yang ada di jalanan menjadikan masyarakat semakin tutup mata dengan mereka karena baliho-baliho mereka sangat mengganggu pengguna jalan serta semakin menambah kesemrawutan.
Beragam baliho atau poster raksasa bergambar potret calon anggota legeslatif (caleg) dan bergambar Partai Politik (Parpol), beberapa hari menjelang pemilu legeslatif ramai dipasang di sepanjang jalan-jalan protokol di kota Denpasar. Lantaran
melanggar Perda karena tidak memiliki izin, puluhan baliho ini
27
akhirnya dicopot dan dirobohkan anggota Satpol Pamong Praja Kota Denpasar. Operasi penertiban baliho caleg dan parpol itu, tidak menuai protes dari pemasangannya. Justru sebaliknya, warga kota Denpasar bersyukur atas penertiban baliho tersebut. Sebab, pemasangan baliho caleg dan parpol telah merusak
keindahan kota, apalagi ikon Denpasar sebagai kota berlandaskan
budaya. Dalam surat Wali Kota Denpasar tersebut, ditegaskan adanya larangan memasang segala atribut kampanye di seluruh ruas jalan protokol di tengah kota Denpasar. Misalnya di sepanjang Jalan Gajah Mada, seputaran Patung Catur Muka pemasangan atribut kampanye seperti baliho memang dilarang. Dalam surat Wali Kota Denpasar itu pula, diatur bahwa seluruh sudut kota Denpasar merupakan daerah steril dari pemasangan baliho, poster, dan spanduk parpol dan caleg. Dalam surat Wali Kota itupula, diatur wilayah-wilayah yang bisa dijadikan wahana pemasangan atribut parpol dan caleg yang berkampanye. Pemilu
legislatif
di
kota
Denpasar
diikuti
sesuai
jumlah
parpol
yang ada, namun jumlah caleg (calon legislative) tidak sama. Beberapa partai besar seperti PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Gerindra, PNI Marhaenisme menempatkan calegnya lebih banyak dari pada partai gurem lainnya.
28
Foto/gambar 01. Lambang partai peserta pemilu legislatif tahun 2009 di Kota Denpasar.
29
Foto 02. Seorang Caleg perempuan (A.A Putri Sri Utari Dewi, SH) dari Partai Republikan pada balihonya. Ditampilkan dengan rancang grafis yang cukup sederhana. Sosok dirinya ditonjolkan, caleg berharap bisa terpilih dengan turut menampilkan sosok Sri Sultan Hamengku Buwono X.
30
Gambar 03. Caleg No.3 dari Partai Golkar, A.A. Ayu Suryaningsih, SH tampil dengan visual baliho yang sederhana namun komunikatif. Penerapan unsur warna cukup sederhana: hitam kuning dengan latar belakang merah putih. Sosok foto sang suami (DR. Ida Cokorda Pemecutan, SH) dengan warna hitam putih sangat membantu visual baliho caleg ini.
31
Foto 04. PT. Ayuk Sapta Agustini: dengan permintaan sederhananya: Mohon Doa & Dukungannya. Caleg dari PIS (Partai Indonesia Sejahtera) ditampilkan dengan visual baliho yang sederhana namun cukup komunikatif, warna biru sebagai warna dominan partainya ditampilkan, didukung oleh untaian merah putih, didukung pula dengan lambang Garuda Pancasila. Angka 33 (nomor urut PIS) serta kotak pilihan caleg bersangkutan.
32
Foto 05. Baliho caleg di atas menampilkan dua sosok caleg (satu paket mohon dukungan) dari Partai dengan nomor utut 30 (Partai Patriot). Sosok pertama I Nyoman Saputra, ST (Caleg DPRD Provinsi Bali dapil Kota Denpasar) dan I Gst Agung Ngurah Fajarhary R, SPt (Caleg DPRD Kota Denpasar No. 1). Ditampilkan dengan latarbelakang garuda sebagai logo Partai Patriot. Dengan menonjolkan angka 30.
33
Foto 06. Ketut Sion Apriningsih, S.Pd (Caleg No.2 dari Partai Damai Sejahtera/25). Dengan latar belakang foto tempat ibadah agama di Indonesia foto dirinya tampil terlalu besar. Partai PDS (Partai Damai Sejahtera) yang semboyannya Nasionalis Religius. Kesan ruwet ditampilkan oleh kalimat : Tingkatkan peranan Perempuan sebagai Inspirator dan Penolong Pria yang Prima).
34
Foto 07. Dua paket caleg dari PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) tampil dengan visual yang sederhana namun cukup komunikatif. Warna merah putih sebagai warna dasar PDI P sangat mendukung. Penempatan logo partai ditunjang lagi dengan foto ketua umum PDI P, Megawati Soekarnoputri serta bapak bangsa Soekarno diharap mampu sebagai penarik dukungan. Tetapi baliho dari I Made Pria Dharsana, SH., M.Hum dengan IB. Kompyang Wiranata, SE. Kalimat kunci sebagai penarik dukungannya: Bali Maju, Mandiri dan Modern.
35
Foto 08. Caleg nomor urut 1 dari Partai Golkar Kota Denpasar (A.A Ngr Gede Widiada): Mohon Doa Restu Serta Dukungannya.Baliho yang dipasang di jalan, terlalu banyak menampilkan foto serta jargon-jargon partai, membuat visual baliho ini agak susah dinikmati dengan waktu singat. Dari segi warna sudah bagus.
36
Foto 09. Lokasi pemasangan baliho caleg seperti foto di atas, adalah di daerah Panjer. Pemasangan baliho yang terlalu banyak membuat kesan semrawut. Baliho yang paling menonjol adalah baliho dari Partai Golkar. Visual baliho tersebut terutama dari segi foto kurang baik, karena perbandingan antara foto 1 dengan foto 2 tidak seimbang. Penonjolan angka 1 dan 7 sangat mendukung, tetapi baliho ini terlalu banyak menampilkan kalimat ajakan, yang kurang bagus ditampilkan pada baliho yang dipasang di jalan.
37
Foto 10. Visual caleg NO.19 dari PDI P, I Made Dwi Sutanegara, SE ditampilkan dengan foto bernuansa artistic. Penerapan warna yang sederhana sesuai dengan warna partai PDI P, unsur merah putih hitam. Foto caleg dengan kostum Bali (destar), dengan latar belakang ketua umum Megawati Soekarnoputri. Angka 19 yang dicontreng, didukung dengan kalimat: Siap Melayani Anda… Berjuang Bersama, kita PASTI BISA.
38
Foto 11. Baliho dari Partai Hanura ini cukup sederhana namun cukup komunikatif. Menampilkan foto ketua umum Hanura, Bapak Wiranto. Delapan caleg dengan foto serta namanya masing-masing, dengan ukuran yang lebih kecil dari foto sang ketua umum, lengkap dengan logo/bendera Partai Hanura. Kalimat yang sangat komunikatif: Saatnya Hati Nurani Bicara.
39
Foto 12. Daerah Renon yang merupakan tempat pavorit yang dipilih untuk memasang baliho. Terdapat 7 (tujuh) ditambah 1 (satu) spanduk caleg yang sama dengan salah satu baliho yang ada. Pada foto ini tampak 3 (tiga) baliho yang menonjol: dari Partai Golkar (pasangan Gde Sumarjaya Linggih, SE dengan I Wayan Sugita), baliho dari caleg Partai Golkar I Ketut Suwandhi, S.Sos serta baliho calon anggota DPD I Gusti Bagus Yudhara.
40
Foto 13 Pemasangan tiga baliho caleg ini berlokasi di Jalan Melati –Jalan Angsoka Denpasar. Terdapat 3 baliho dengan tiga caleg dari tiga partai. Masing-masing menampilkan gaya dan identitas partainya masing-masing. Pertama, caleg dari PPI (Partai Pemuda Indonesia) I Gst Rai D Adiputra, SE. warna dasar orange dengan latar belakang kepulauan Indonesia dan lambang partai berwarna biru. Kalimat PPI: You Cannot fail… Unless You Quick. Kedua dari PDI Perjuangan dengan caleg Ida Bagus Gd Sarjana (No.6): Mari Bergotong Royong Membangun Denpasar yang Berwawasan Budaya. Ciri khas PDIP warna merah putih serta ditambah dengan foto patung Catur Muka. Ketiga, Putu Suprapti Santy Sastra, SH dari PDS (Partai Damai Sejahtera, No. urut 25), dengan warna ciri khas ungu serta lambang bernuansa kristiani, komposisi serta unsur warnanya sudah bagus. Didukung dengan mottonya: No Woman, No Change ..!
41
Foto 14. Berlokasi di sebelah selatan Puri Pemecutan Denpasar (Jalan Hasanudin-Jalan Imam Bonjol-Jalan Thamrin Denpasar). Terdapat 5 (lima) baliho), 1 (satu) poster serta 1 (satu) spanduk. Pemasangannya agak semerawut, saling tumpang tindih sehingga kurang nyaman dilihat. Begitu juga dengan tampilan visual dari masingmasing baliho. Pertama dari PNI Marhaenisme (I Ketut Jasa, S.Sos) kurang bagus karena kalimatnya terlalu banyak. Kedua dari PNI Marhaenisme (Nyoman Partini, SH, MM) dengan latarbelakang kibaran merah putih dengan sosok foto Soekarno, Ketiga baliho dari Partai Golkar (A.A Rai Sunasri, S.Sos., M.Si), Keempat baliho dari Partai Demokrat (paket AA Sg Intan Parastari dan I Wayan Tista), Kelima baliho calon DPD RI (IGN Alit Kesuma Kelakan, ST., M.Si) yang paling komunikatif. Poster kecil dari PPD (Partai Persatuan Daerah : A.A Putu Suati, SE) serta satu spanduk dari PDI Perjuangan No.6 dan No.2.
42
Foto 15. Tiga baliho caleg berlokasi di Jalan Melati Denpasar, dimana menampilkan dua partai serta satu dari calon DPD RI. Ketiga baliho tersebut menampilkan ciri khasnya masing-masing. Pertama baliho dari PDI Perjuangan (I Wayan Darsa, S.Sos) kesannya agak semerawut baik tampilan fotonya dua dan warna putih hitam/loreng seperti papan catur. Baliho kedua, baliho dari PKPB (Partai Karya Peduli Bangsa: Agung Rai) tampil dengan warna khasnya hijau. Baliho ketiga, calon DPD RI (Ayu Putu Nantri, SH.,MH). Dua baliho (No.2 dan 3) sudah bagus dalam visualisasinya.
43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan beberapa bahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kajian visual baliho caleg menggunakan pola-pola yang sederhana, dengan konsep yang sederhana pula. Penerapan unsur-unsur rancang grafis yang digunakan belum diterapkan secara baik.
B.
Saran Terbatasnya waktu dan biaya pada penelitian ini menyebabkan terbatasnya
detailitas bahasan. Luasnya subyek penelitian dan permasalahan-permasalahan desain komunikasi visual dewasa ini memerluka acuan yang luas pula, khususnya pada baliho dimana menjadi perhatian publik karena penempatannya di tempattempat strategis. Penelitian yang lebih detail tentang konsep kajian visual baliho caleg Pemilu 2009 di Kota Denpasar diperlukan untuk menemukan roh/jiwa konsep rancang grafis yang sesungguhnya, sehingga diharapkan dapat menjadi jiwa konsep rancang grafis saat ini
untuk meningkatkan daya saing dan
keberaturan baliho yang sesuai kaedah dasar-dasar desain, sehingga nyaman untuk dinikmati oleh publik.
44
Daftar Pustaka
Agus Sachari, 2002, Estetika: Makna, Simbol dan Daya, Bandung, Penerbit ITB. Artini Kusmiati, Sri Pudjiastuti, Pamudji Suptandra. 1999. Disain Komunikasi Visual (Teori Dasar), Jakarta: Penerbit Djambatan Darmadi Durianto. Sugiarto, Lie Joko Budiman, 2004. Brand Equity Ten: Strategi Memimpin Pasar, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Herman Kartajaya, Yuswehadi, Sumardy. 1987. 4-G, A 90-Year Journey of Kreating Everlasting Brands, Jakarta: MarkPlus & Co. Jefkins, Fank. 1997. Periklanan, Edisi Ketiga, Alih bahasa Haris Munandar, Jakarta: Penerbit Erlangga. Judith Wiulliamson, 2007, Decoding Advertising: Membedah Ideologi dan Makna dalam Periklanan, Yogyakarta, Jalasutra. Kutha-Ratna, Nyoman, 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Lewis, Herschell Gordon. 1996. Iklan yang Efeftif dengan Biaya Mini, Hasilnya Maxi, Alih Bahasa, Semarang, Dahara Prize. Liliweri, Alo. 1984. Komunikasi Verbal dan Non Verbal, Bandung: Dahara Prize. _____. 2001. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Moleong, L. (1991), Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Karya. Noviani, Ratna. 2002. Jalan Tengah Memahami Iklan, Antara Realitas, Representasi dan Simulasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Poerwadarminta, W.J.S ( 1986), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Rendra Widyatama, 2007, Pengantar Periklanan, Yogyakarta, Pustaka Book Publisher.
Piliang, Yasraf Amir. 1998. Sebuah Dunia Yang Dilipat Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme, Badung: Mizan Pustaka.
45
______. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Bandung: Jalasutra. Prihantara, Agus Merta. 2005, “Reklame Media Luar Ruang (Outdoor) dalam Rangka Mewujudkan Kota Berwawasan Budaya (Studi Kasus di Kota Denpasar)” (Tesis) S2 Kajian Budaya, Denpasar: Universitas Udayana. Rahman, Yasir Abdul. 2000. Pengaruh Ekuistas Merek Pada Referensi Merek dan Keinginan Membeli, Tesis Program Pasca Sarjana, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Rendra Widyatama. 2007. Pengantar Periklanan, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Suartono. 2002. Terperangkap Dalam Iklan. Bandung: Alfabeta. Sumbo Tinarbuko. 2008. Semiotika Komunikasi Visual, Jalasutra,Yogyakarta: Jalasutra. Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Terence A. Shimp. 2000. Periklanan Promosi: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jilid I, Edisi Kelima), Jakarta: Penerbit Erlangga. Wahyu Wibowo. 2003. Sihir Iklan: Format Komunikasi Mondial dalam Kehidupan Urban-Kosmopolit, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Wahyu Wibowo, 2003, Sihir Iklan, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. Yasraf Amir Piliang, 2003, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Yogyakarta, Jalasutra. _____. 2000. Periklanan Promosi: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jilid II, Edisi Kelima) Jakarta: Penerbit Erlangga.
46
CURICULLUM VITAE
1.
Nama
Ni Ketut Rini Astuti,SSn
2.
Tempat/Tanggal lahir
Karangasem, 2 Desember 1972
3.
Jenis Kelamin
Perempuan
4.
Pangkat/Golongan
Penata Muda, III/a
5.
Jabatan
Asisten ahli.
6.
NIP
197212022005012002
7.
Kesatuan/Jabatan/Dinas
FSRD ISI Denpasar
8.
Alamat Kantor
Jl. Nusa Indah Denpasar.
9.
Alamat Rumah
Br. Tengah Kauh, Peliatan, Ubud, Gianyar.
10. Riwayat Pendidikan N o
PENDIDIKAN
a.
Sekolah Dasar
b.
Sekolah Menengah Pertama
c.
Sekolah Menengah Atas.
d.
b.
c.
SD 1 (1982) SMPN 1 (1988) SMSR N (1992)
TEMPAT SEKOLAH
SPESIALISA SI
Karangasem
Umum
Karangasem
Umum
Batubulan, Gianyar
Kejuruan
Perguruan Tinggi Tingkat
PSSRD
Universitas Udayana
Sarjana
(1997)
Denpasar
No a.
TAHUN
Desain Komunikasi Visual
JUDUL PENELITIAN 2004
2005 2006
Peranan Disain Lay Out Iklan Bioskop Pada Surat Kabar Bali Post Sebagai Media Komunikasi Massa Desan T-Shirt Pada Konveksi Kaos Dan Sablon UD. Semara Sport Klungkung Sebagai Penunjang Pariwisata. Studi Tentang Konsep Illustrasi Sampul Buku Cerita Pewayangan Sekolah
47
Dasar Di Bali d.
2009
e.
Kajian Visual Baliho Caleg Pemilu 2009 Di Kota Denpasar Rupa, Jurnal Ilmiah Seni Rupa Volume 8 No. 1 September 2009 Program
2009
Studi Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa Dan Disain Institut Seni Indonesia Denpasar
Denpasar, 6 Desember 2009
Ni Ketut Rini Astuti, SSn. Nip. 197212022005012002
48
LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA
KAJIAN VISUAL BALIHO CALEG DI KOTA DENPASAR
Oleh: Ketua Ni Ketut Rini Astuti, S.Sn NIP. 197212022005012002 Anggota Drs. I Gede Widusaka NIP. 196403142002121002
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAI INSTITUT SENIN INDONESIA DENPASAR 2009 49
KATA PENGANTAR
Kami bersyukur karena laporan penelitian ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sedikit gambaran tentang peranan foto pada post card sebagai penunjang pariwisata di Bali. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya laporan penelitian ini, terutama kepada beberapa fotografer dan perancang desain komunikasi visual di Denpasar yang telah memberikan materi serta keterangan secara terbuka tentang berbagai hal yang berhubungan dengan rancangan desain komunikasi visual mengenai baliho caleg 2009 di Denpasar. Demikian pula kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses pengumpulan data. Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun penyajiannya, karena keterbatasan-keterbatasan kami sebagai peneliti. Untuk itu kami berharap ada koreksi atau tanggapan dari berbagai pihak yang berkompeten memberikan argumennya secara terbuka dan positif. Bagaimanapun hasilnya, kami berharap penelitian ini ada manfaatnya. Terimakasih.
Denpasar, Desember 2009
Peneliti
iii
50
Halaman Pengesahan 1. Judul
: Kajian Visual Baliho Caleg Pemilu 2009 di Kota Denpasar.
2. Bidang Penelitian
: Seni
3. Ketua Peneliti
:
a. Nama Lengkap
: Ni Ketut Rini Astuti, S.Sn
b. Jenis Kelamin
: Perempuan
c. NIP
: 197212022005012002
d. Disiplin Ilmu
: Desain Komunikasi Visual
e. Pangkat/Golongan
: Penata Muda/IIIa
f. Jabatan
:-
g. Fakultas/Jurusan
: Seni Rupa dan Desain/Desain Komunikasi Visual
h. Alamat kantor/Fax/E-mail : Jl. Nusa Indah Denpasar. Telp. 0361 227316. Email :
[email protected] i.
Alamat rumah/Telp./E-mail : Banjar Tengah Kauh, Peliatan, Ubud 08123602406
4. Jumlah Anggota Peneliti : 1 (satu) orang a. Nama anggota
: Drs. I Gede Alit Widusaka
b. Nip
: 196403142002121002
5. Jangka waktu penelitian : 6 (enam) bulan 6. Lokasi Penelitian
: Kota Denpasar
7. Jumlah biaya yang diusulkan : Rp. 8.000.000 (Delapan Juta Rupiah) Mengetahui Dekan, FSRD
Denpasar, 5 Desember 2009 Ketua Peneliti
Dra. Ni Made Rinu, M.Si Nip. 195702241986012002
Ni Ketut Rini Astuti, S.Sn Nip. 19721202005012002 Menyetujui Ketua LP2M ISI Denpasar
Drs. I Gst. Ngurah Seramasara, M.Hum Nip. 19571231 1986 011 002 ii
51
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN ....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iv
DAFTAR FOTO .............................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
11
2.1 Visual ..........................................................................................
11
2.2 Baliho ..........................................................................................
11
2.3 Caleg ...........................................................................................
15
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .................................
17
3.1 Manfaat Penelitian ......................................................................
17
BAB IV METODE PENELITIAN ..............................................................
18
Teknik Pengumpulan Data ................................................................
18
4.1 Observasi .....................................................................................
18
4.2 Teknik Dokumentasi ...................................................................
19
4.3 Studi Kepustakaan .......................................................................
19
4.4 Wawancara ..................................................................................
19
iv
52
Instrumen Penelitian ..........................................................................
19
Metode Analisis Data ........................................................................
20
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
22
5.1 Merancang Baliho .......................................................................
22
5.2 Baliho Caleg, Ikon Emosi ...........................................................
25
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
44
6.1 Kesimpulan .................................................................................
44
6.2 Saran ............................................................................................
44
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
45
CURRICULUM VITAE .................................................................................
47
v
53
DAFTAR FOTO/GAMBAR BALIHO
01. Jangan Pilih Saya ................................................................................
27
02. Lambang Partai Peserta Pemilu Legislatif 2009 Kota Denpasar ........
29
03. Baliho Partai Republikan ....................................................................
30
04. Baliho Partai Golkar ............................................................................
31
05. Baliho PIS (Partai Indonesia Sejahtera) ..............................................
32
06. Baliho Partai Patriot ............................................................................
33
07. Baliho PDS (Partai Damai Sejahtera) .................................................
34
08. Baliho PDI Perjuangan ........................................................................
35
09. Baliho Partai Golkar ............................................................................
36
10. Baliho PDI Perjuangan ........................................................................
37
11. Baliho Partai Golkar ............................................................................
38
12. Baliho Partai Hanura ...........................................................................
39
13. Baliho Tujuh Partai Politik .................................................................
40
14. Baliho Tiga Partai Politik ....................................................................
41
15. Baliho Lima Partai Politik ...................................................................
42
16. Baliho Tiga Partai Politik ....................................................................
43
vi
54