EFIKASI KOMBINASI PESTISIDA NABATI SERBUK BIJI MIMBA DAN AGENS HAYATI SlNPV TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK Spodoptera litura PADA TANAMAN KEDELAI
EFIKASI KOMBINASI PESTISIDA NABATI SERBUK BIJI MIMBA DAN AGENS HAYATI SlNPV TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK Spodoptera litura PADA TANAMAN KEDELAI Alfi Inayati dan Marwoto Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl Raya Kendalpayak KM 8 Kotak Pos 66 Malang 65101 e-mail :,
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Kehilangan hasil kedelai akibat serangan hama pemakan daun atau ulat grayak Spodoptera litura dapat mencapai 80% bahkan puso apabila tidak di kendalikan. Hingga kini pengendaliannya masih mengandalkan pestisida kimiawi, yang apabila diaplikasikan secara tidak benar dapat menyebabkan : resistensi, resurgensi, pencemaran lingkungan. Ekstrak Biji Mimba (SBM) dan Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) cukup efektif mengendalikan hama S. litura. Hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa aplikasi SBM 75g/l secara tunggal menyebabkan mortalitas hama mencapai 81,67%, aplikasi SlNPV 1,5 x 1011PIB mencapai 93,33%, kombinasi SBM dengan SlNPV mencapai 100% pada perlakuan kontrol tanpa pesnab ulat grayak tidak ada yang mati sampai dengan 5 hari setelah aplikasi. Hasil penelitian lapang menunjukkan bahwa kombinasi insetisida nabati SBM dengan SlNPV menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi yakni 82,50%, SlNPV secara tunggal 72,50%, SBM secara tunggal 78,75% dan insektisida kimiawi berbahan aktif profenofos 92,50%. Hasil ini menunjukkan bahwa kombinasi SBM dengan SlNPV lebih efektif mengendalikan hama ulat grayak S. litura pada tanaman kedelai. Selain menyebabkan kematian ulat grayak S. litura, aplikasi insektisida nabati SBM dengan SlNPV juga menyebabkan kematian hama lain (Plusia chalsites) pada tanaman kedelai. Aplikasi kombinasi SBM dengan SlNPV juga mampu menekan kehilangan hasil akibat serangan ulat grayak sebesar 28% dibandingkan kontrol tanpa pengendalian. Kata kunci : kedelai, Spodoptera litura, SBM, SlNPV
PENDAHULUAN Ulat grayak Spodoptera litura F. merupakan hama pemakan daun yang paling penting yang menyebabkan kerusakan daun tanaman kedelai dan kehilangan hasil. Penelitian yang dilakukan Arifin (1994) menunjukkan kerusakan daun dan kehilangan hasil yang disebabkan karena ulat grayak ditentukan oleh populasi dan stadia serangga, stadia tanaman, dan tingkat 103
Inayati dan Marwoto, Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011
kerentanan varietas kedelai. Kerusakan daun terbesar terjadi pada fase V6V7, fase dimana daun telah berkembang penuh diikuti fase R1-R2 dan R3-R4 saat mulai berbunga dan mulai pembentukan polong dan kerusakan daun terendah terjadi pada fase R5-R6 saat polong mulai berisi sampai biji penuh (Adhie dan Krisnawarti 2007). Perbedaan tingkat kerusakan daun tanaman pada tiap fase tumbuh disebabkan karena adanya perbedaan pertumbuhan daun pada tiap fase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara populasi ulat dan hasil kedelai pada berbagai stadia tanaman dinyatakan dengan kurva yang bersifat nonlinier asimptotik. Kurva tersebut memiliki tipe gabungan antara kompensasi, linieritas, dan desensitisasi. Ini berarti bahwa tanaman kedelai mampu mengkompensasi kerusakan daun. Tingkat kerusakan daun yang dapat ditoleransi oleh tanaman kedelai sekitar 25%. Pengendalian ulat grayak pada tanaman kedelai selama ini banyak bertumpu pada penggunaan insektisda kimia. Insektisida kimia berbahan aktif
profenofos,
lamdasihalotrin,
dan
monokrofos
terbukti
mampu
mengendalikan ulat grayak. Namun demikian penggunaan insektisida kimia secara
terus
menerus
dan
diaplikasikan
secara
tidak
tepat
dapat
menyebabkan timbulnya resistensi dan resurgensi ulat grayak terhadap bahan kimia tertentu. Akibat lain penggunaan insektisida kimia adalah timbulnya residu kimia pada tanaman yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Arifin dan Koswanudin (2010) menyebutkan ada beberapa teknik pengendalian yang sesuai untuk ulat grayak. Pengendalian hayati dengan insektisida
biorasional
menggantikan
peran
insektisida kimiawi.
merupakan sekaligus
cara
pengendalian
mengurangi
yang
ketergantungan
dapat
terhadap
Beberapa jenis insektisida biorasional yang sudah
terbukti efektif terhadap ulat grayak, antara lain azadirachtin dari daun dan biji
mimba,
entomopathogen
cendawan Matarhizium
bakteri Bacillus
thuringiensis, rileyi, virus SlNPV,
anisopliae dan Nomuraea nematode, Steinernema dan Heterorhabditis, serta seks feromon.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas insektisida nabati SBM, SlNPV, kombinasi SBM dengan SlNPV, dan insektisida kimiawi profenofos terhadap ulat grayak S. litura.
104
EFIKASI KOMBINASI PESTISIDA NABATI SERBUK BIJI MIMBA DAN AGENS HAYATI SlNPV TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK Spodoptera litura PADA TANAMAN KEDELAI
BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan dalam dua tahap penelitian di laboratorium dan di lapangan. diperoleh dari lapang. a. Percobaan di laboratorium Tahap pertama adalah penelitian di Laboratorium Hama Balitkabi Malang pada tahun 2010. Percobaan di laboratorium untuk menguji efikasi pestisisa nabati (pesnab) Serbuk Biji Mimba (SBM), agens hayati Spodiptera
litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV), kombinasi SBM dan SlNPV,dan penggunaan pestisida kimia sebagai pembanding dan sebagai kontrol tanpa pestisida nabati maupun kimia. Untuk pengujian digunakan larva ulat grayak dengan umur yang sama yaitu instar II – III yang diperoleh dari hasil pembiakan kelompok telur. Perlakuan yang di uji adalah : 1. SBM 75 gr/l 2. SlNPV 1,5 x 1011 PIB/ml 3. SBM 75 g/l + SlNPV 1,5 x 1011 PIB/ml 4. Kontrol tanpa perlakuan Masing-masing ulangan terdiri dari 25 ulat grayak yang diletakkan pada fial plastik dan diberi makan daun kedelai sesuai dengan perlakuan. Biji mimba dikeringkan kemudian digiling hingga halus dan ditimbang sebanyak 75 g. Selanjutnya ditambahkan air 1.000 ml
dan direndam selama 24 jam.
Rendaman SBM difermentasikan kemudian disaring dan sebelum aplikasi larutan pestisida nabati tersebut ditambah dengan deterjen
1 g sebagai
perata. Daun kedelai yang akan digunakan sebagai pakan terlebih dahulu dicuci bersih kemudian dikering anginkan, kemudian dicelupkan pada larutan SBM sebagai perlakuan. Agens hayati SlNPV diperbanyak di laboratorium Entomologi, Balitkabi dengan cara isolat SlNPV JTM97c koleksi Balitkabi yang efektif diinfeksikan ke larva S. litura instar III dan IV kemudian larva yang mati digerus
hingga halus. Hasil gerusan SlNPV kemudian ditambah air
secukupnya
dan
dihitung
jumlah
PIB
(polyhedra
inclusion
body)
menggunakan haemocytometer hingga memperoleh kerapatan 1,5 x 1011 PIB/ml. Daun kedelai yang akan digunakan sebagai pakan terlebih dahulu 105
Inayati dan Marwoto, Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011
dicuci bersih kemudian dikering anginkan, kemudian dicelupkan pada larutan SlNPV sebagai perlakuan. Penyiapan kombinasi SBM 75 g/l + SlNPV 1,5 x 1011 PIB/ml. Ekstrak SBM yang disiapkan dengan cara seperti di atas kemudian dicampur dengan sediaan SlNPV juga sesuai perlakuan lalu digunakan untuk mencelup daun kedelai yang akan digunakan sebagai pakan ulat grayak. Sebagai
pembanding
digunakan
insektisida
berbahan
aktif
lamdasihalotrin .Daun kedelai dicelupkan ke dalam larutan insektisida tersebut dan digunakan sebagai pakan ulat grayak. Sebagai kontrol ulat grayak diberi pakan daun kedelai yang hanya dicelupkan ke dalam air. Variabel yang diamati adalah tingkat mortalitas ulat grayak pada umur 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan tujuh hari setelah aplikasi. b. Penelitian di lapang Penelitian dilaksankan di Kebun Percobaan Genteng, Banyuwangi pada musim tanam tahun 2010.
Penelitian dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok diulang empat kali.
Perlakuan penelitian ini
sama dengan yang dilakukan di laboratorium : 1. SBM 75 gr/l 2. SlNPV 1,5 x 1011 PIB/ml 3. SBM 75 g/l + SlNPV 1,5 x 1011 PIB/ml 4. Insektisida profenofos 500 g/l 5. Kontrol tanpa perlakuan Kedelai ditanam di lahan dengan luas masing-masing petak 7 m x 5 m. Jarak tanam 40 x 15 cm, setiap lubang ditanam dua biji. Tanaman dipupuk dan dipelihara secara optimal sesuai dengan rekomendasi. Pengendalian hama dilakukan dengan aplikasi insektisida yang efektif jika terdapat serangan hama selain S. litura. Infestasi larva S. litura instar satu dilakukan jika populasi S. litura di lapangan rendah (di bawah nilai ambang ekonomi). Infestasi sebanyak dua kelompok larva instar-satu per dua rumpun atau dua kelompok telur per 100 rumpun. Serangga S. litura diperoleh dengan cara mengkoleksi kelompok telur atau larva dari lapangan kemudian dikembangbiakkan di laboratorium. Setiap hari serangga diberi pakan daun kedelai segar bebas residu pestisida atau daun jarak 106
EFIKASI KOMBINASI PESTISIDA NABATI SERBUK BIJI MIMBA DAN AGENS HAYATI SlNPV TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK Spodoptera litura PADA TANAMAN KEDELAI
secukupnya hingga memperoleh kelompok telur dalam jumlah yang mencukupi untuk bahan infestasi di lapangan. Variabel yang diamati adalah; (1) intensitas kerusakan daun oleh S.
litura, (2) mortalitas ulat grayak S. litura, dan (3) hasil biji kering.
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil percobaan laboratorium Hasil pengujian pesnab SBM, agens hayati SlNPV dan kombinasinya menunjukkan adanya perbedaan daya bunuh terhadap ulat grayak. Aplikasi kombinasi SBM dan SlNPV menunjukkan daya bunuh yang paling tinggi. Mortalitas ulat grayak semakin meningkat seiring dengan semakin lama waktu pengamatan berlangsung. Aplikasi SBM secara tunggal dengan dosis 75 g/l bekerja lebih lambat dibanding SlNPV dan kombinasi dengan SlNPV. Sampai dengan 3 hari setelah aplikasi SBM secara tunggal masih belum mematikan ulat grayak, sementara itu SlNPV sudah mencapai 23,33 %, kombinasi SBM +
SlNPV mencapai 65 %, dan ulat grayak pada tabung tanpa pengendalian masih tetap hidup sampai tujuh hari setelah aplikasi (Gambar 1). Hal ini kemungkinan disebabkan karena bau menyengat yang ditimbulkan oleh ekstrak SBM pada daun kedelai pakan tidak disukai oleh ulat grayak sehingga ulat grayak menolak untuk mengkonsumsinya.
Gambar 1. Mortalitas ulat grayak S. litura sampai dengan tujuh HSA pada pengujian di laboratorium. Keterangan: (1) pesnab SBM 75 g/l, (2) SlNPV 1,5 x 1011 PIB/ml, (3) SBM +SlNPV, (4) tanpa pengendalian 107
Inayati dan Marwoto, Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011
b. Hasil Percobaan Lapang Efikasi kombinasi pesnab SBM dan SlNPV untuk mengendalikan ulat grayak S. litura lebih baik dibanding efikasi pesnab SBM maupun SlNPV yang diaplikasikan secara tunggal, hal ini ditunjukkan oleh tingkat mortalitas ulat grayak yang lebih tinggi, intensitas serangan yang lebih rendah dan juga mampu mengurangi kehilangan hasil. Hasil
pengamatan
menunjukkan
mortalitas
ulat
grayak
akibat
perlakuan pestisida nabati SBM dan agens hayati S lNPV secara tunggal relatif lebih rendah dibanding mortalitas akibat aplikasi kombinasi SBM + S lNPV. Mortalitas ulat grayak setelah aplikasi pertama saat tanaman berumur 36 hari menunjukkan pada perlakuan SBM secara tunggal hanya mencapai 55 %, SlNPV tunggal 56,25 % dan kombinasi SBM + SlNPV yang pertama mencapai 86,26 % (Tabel 1). Aplikasi SBM secara tunggal tidak membunuh ulat grayak secara cepat, akibatnya aplikasi SBM secara tunggal menunjukkan mortalitas yang lebih rendah dibanding aplikasi dengan kombinasi SlNPV. Schmutterer and Sigh (1995), menyebutkan senyawa aktif mimba berperan sebagai pemandul disamping berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, menurunkan daya tetas telur dan menghambat pembentukan kitin. Tabel 1. Rata-rata mortalitas ulat grayak setelah aplikasi pesnab SBM, agens hayati SlNPV, dan kombinasi SBM + SlNPV. Mortalitas S. litura (%) setelah aplikasi ke-
Perlakuan
I (36 HST)
SBM 75 g/l SlNPV 1,5 x 1011 SBM + SlNPV 1,5 x 1011 Profenofos 500 g/l Kontrol
55,00 c 56,25 c 74,75 b 86,25 a 6,25 d
II (39 HST)
67,50 c 66,25 c 74,75 b 86,25 a 6,25 d
III (42 HST)
78,78 bc 72,59 c 82,50 b 92,50 a 8,75 d
Keterangan: Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%.
NPV mampu mematikan ulat grayak dengan cara menginfeksi membran peritropik pada usus terutama serangga jenis Lepidoptera, mengakibatkan 108
proses
pencernaan
terganggu
dan
pada
akhirnya
EFIKASI KOMBINASI PESTISIDA NABATI SERBUK BIJI MIMBA DAN AGENS HAYATI SlNPV TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK Spodoptera litura PADA TANAMAN KEDELAI
mematikannya ( Granados dan Corsaro 1990 dalam Sanjaya et al. 2010). Penelitian Sanjaya (2010) menunjukkan adanya kerusakan membran luar dari membran perintrotik dimulai 24 jam setelah infeksi. Proses perusakan ini berlanjut dan 72 jam setelah infeksi kerusakan pada saluran pencernaan telah mencapai bagian dalam dan menyebabkan kerusakan jaringan dan sel. Semakin tinggi dosis NPV yang diaplikasikan pada tanaman berarti butiran
polyhedral yang dilapiskan pada tanaman semakin tebal sehingga yang tertelan oleh ulat grayak semakin banyak, akibatnya peluang terjadinya infeksi sel jaringan tubuh yang rentan akan semakin besar, menyebabkan semakin tinggi dosis NPV tingkat kematian ulat akan semakin tinggi. Rerata intensitas kerusakan daun akibat serangan ulat grayak pada semua perlakuan relatif rendah. Intesitas kerusakan daun paling rendah terlihat pada aplikasi SBM. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya daya tolak dari ulat grayak terhadap bau menyengat yang dihasilkan SBM menyebabkan jumlah daun yang dimakan ulat grayak mejadi lebih sedikit atau ulat berusaha mencari tanaman lain yang lebih baikIntensitas kerusakan daun yang disebabkan oleh adanya serangan ulat grayak juga diamati. Hasil pengamatan di lapang menunjukkan aplikasi pesnab SBM, SlNPV, dan kombinasi SBM + SlNPV mampu menekan intensitas kerusakan daun di lapang. Tabel 2. Intensitas kerusakan daun akibat serangan ulat grayak setelah aplikasi SBM, SlNPV, dan kombinasi SBM + SlNPV Perlakuan SBM 75 g/l SlNPV 1,5 x 1011 SBM + SlNPV 1,5 x 1011 Profenofos 500 g/l Kontrol
Intensitas kerusakan daun (%) 36 HST
39 HST
42 HST
8,75 b 8,12 bc 5,62 cd 3,12 d 24,38 a
13,73 b 14,23 b 6,25 c 5,62 c 26,88 a
16,38 b 15,38 b 10,63 c 6,25 d 26,88 a
Keterangan: Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%.
Aplikasi pesnab SBM, SlNPV, kombinasi SBM + SlNPV dan insektisida lamda sihalotrin dapat menekan kehilangan hasil akibat seranga ulat grayak (Tabel 3). Tanpa aplikasi pesnab dan insektisida kimia tanaman kedelai hanya 109
Inayati dan Marwoto, Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011
mampu menghasilkan biji kering 0,94 t/Ha sementara dengan pengendalian insektisida nabati maupun kimia kedelai mampu menghasilkan biji kering antara 1,28 t/ha hingga 1,47 t/ha. Hasil kedelai tertinggi ditunjukkan pada perlakuan insektisida kimiawi profenofos yaitu 1,47 t/h , kombinasi SBM dengan SlNPV mampu menekan kehilangan hasil akibat serangan S. litura dengan hasil biji kering yang diperoleh mencapai 1,310 t/ha. Kombinasi perlakuan tersebut berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan SBM dan SlNPV yang diaplikasikan secara tunggal. Aplikasi SBM secara tunggal hanya menghasilkan biji kedelai sebesar 1,28 t/ha, aplikasi SlNPV secara tunggal menunjukkan tingkat hasil kedelai 1,30 t/ha, sedangkan pada perlakuan kontrol (tanpa pengendalian) biji kering yang dihasilkan kedelai hanya 0,940 t/ha.
Gambar 2. Hasil biji kedelai (t/Ha). Keterangan (1) aplikasi SBM 75 g/l, (2) aplikasi SlNPV 1,5 x 1011 ,(3) aplikasi kombinasi SBM + SlNPV 1,5 x 1011 , (4) profenofos 500 g/l, (5) kontrol tanpa pengendalian Pengamatan terhadap populasi hama kedelai lainnya dan populasi musuh alami yang ada dipertanaman kedelai
juga dilakukan untuk
mengetahui pengaruh aplikasi pesnab SBM dan S lNPV terhadap hama dan musuh alami yang ada di lapang. Hasil pengamatan menunjukkan populasi hama kedelai lain yang terpengaruh oleh aplikasi pesnab SBM dan SlNPV, dan insektisida kimia adalah ulat jengkal (Plusia chalcites), Empoasca sp., kepik hijau (Nezara viridula), dan kepik coklat Riptortus linearis namun semua hama tersebut populasinya sangat rendah. 110
EFIKASI KOMBINASI PESTISIDA NABATI SERBUK BIJI MIMBA DAN AGENS HAYATI SlNPV TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK Spodoptera litura PADA TANAMAN KEDELAI
KESIMPULAN Dari hasil penelitian penggunaan pesnab SBM, SlNPV dan kombinasinya terhadap ulat grayak S. litura di laboratorium dan lapang dapat disimpulkan: Pesnab SBM 75 g/l, agens hayati SlNPV 1,5 x 1011 dan kombinasi SBM 75 g/l, dengan agens hayati SlNPV 1,5 x 1011 cukup efektif mengendalikan hama S.
litura.
Kombinasi SBM 75 g/l, dengan agens hayati SlNPV 1,5 x 1011 lebih
efektif mengendalikan hama S. litura dengan ditunjukkan dari daya bunuh yang lebih tinggi daripada aplikasi secara tunggal dan intensitas kerusakan daun yang relatif rendah. Aplikasi pesnab SBM 75 g/l, agens hayati SlNPV 1,5 x 1011, dan kombinasi keduanya dapat menekan kehilangan hasil kedelai akibat serangan ulat grayak berturut–turut sebesar 26, 27, dan 28 %.
DAFTAR PUSTAKA Adhie, M. dan A. Krisnawarti 2007. Biologi tanaman kedelai dalam Sumarno et al. Kedelai, Teknik produksi dan pengembangannya. Puslit Tanaman Pangan. 45-73 Hal. Arifin,
M. 1999. Perkembangan penelitian pengendalian ulat grayak, Spodoptera litura (F.) denganSlNPV pada kedelai. Prosiding Makalah Simposium Patogen Serangga I. Yogyakarta, 12-13 Oktober 1993. 171-183 hal..
Arifin, M. 1994. Economic Injury Level and Sequential Sampling Technique for The Common Cutworm, Spodoptera litura (F.) on Soybean. Contr. Central Research Institute Food Crops Bogor. 82: 13-37 Arifin, M. 1990. Teknologi pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura F.) pada tanaman kedelai. Kongres Himpunan Perlindungan Tumbuhan Indonesia (HPTI) I. Jakarta, 8-10 Pebruari 1990. 10 hal. Arifin, M. dan Sunihardi. 1997. Biopestisida SlNPV untuk mengendalikan ulat grayak Spodoptera litura. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9: 3−5. Arifin, M. dan D. Koswanudin. 2010. Alternatif teknologi pengendalian ulat grayak pada kedelai dengan berbagai jenis insektisida biorasional, pp. 419-434. Dalam A. Kardinanet al. (Eds.) Prosiding Seminar Nasional VI, PEI. Peranan Entomologi dalam Mendukung Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat. Bogor, 24 Juni 2010. Baliadi, T., W. Tengkano, Bedjo, Suharsono dan Subandi. 2007. Pedoman Penerapan Rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Kedelai di Indonesia. Badan Litbang Pertanian. Puslitbang Tanaman 111
Inayati dan Marwoto, Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011
Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 108 hal. Bejo. 1997. Peningkatan efektivitas NPV melalui modifikasi bahan pembawa untuk mengendalikan hama kedelai. Laporan Teknis Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. 8 hal. Howatt, K. 1994. Azzadirahta indica: One tree’s Arsenal against pest. www. Colostate.edu/Depts/Entomology/courses/en570/papers/howatt.html Indiati, S.W. 2008. Efektifitas dan efisiensi penggunaan beberapa insektisida alami terhadap lalat kacang. Agritek 16: 206-214 Indiati, S. W. 2007. Pengendalian hama penggrek polong pada pertanaman kacang hijau. Agrin 11: 138-142 Indiati, S. W. 2004. Pengaruh zat pelarut dan perata terhadap efektifitas biji bengkuang dan srikaya pada hama tungau. Kinerja penelitian pendukung agribisnis kacang-kacangan dan umbi-umbian. Prosiding Puslitbangtan, 2004. Hlm. 393-51 Indiati, S.W. dan Marwoto. 2008. Potensi ekstrak biji mimba sebagai insektisida nabati. Buletin Palawija 15: 9-14 Marwoto, 2010. Formulasi SBM dan SlNPV untuk meningkatkan keefektifan pengendalian S. litura. Laporan Teknis Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacanan dan Umbi-umbian. Malang Marwoto. 2007. Dukungan pengendalian hama terpadu dalam program bangkit kedelai. Iptek Tanaman Pangan 2: 79−92 Okada, T., W. Tengkano dan T. Djuwarso. 1988. An outline on soybean pests in Indonesia in faunistic aspects. Seminar Balittan Bogor, 6 Desember 1988 Sanjaya, Y., D. Machmudin dan N.D. Kurniawati. 2010. Histological study of SlNPV infection on body weight and peritrophic membrane damage of Spodoptera litura larvae. Nusantara Bioscience. 2:135-140 Saxena, R.C. 1989. Insecticides from neem. In J.T. Armason, B.J.R. Philoque, and P. Morand (Eds.). Insecticides of Plant Origin. ACS, Washington D.C. p. 110-135 Schmutterer, H. dan R.P. Singh. 1995. List of insects pest susceptible to neem products. In H. Schumutterer (ed.), The neem tree-source of unique natural products for integrated pest management, medicine, industry and other purpose. VCH Weinheim, New York, pp.326-365 Sutarya, R. dan A.L. Dibiyantoro. 1995. Pemanfaatan virus SlNPV untuk pengendalian hama Spodoptera exigua Hbn. pada tanaman bawang merah. Laporan APBN 1995/96. Balitsa. 10 hal.
112