EFIKASI DIRI PADA RESIDEN DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA YOGYAKARTA
ARTIKEL E-JOURNAL
Oleh Diah Rahmayanti NIM. 11104241047
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015
Efikasi Diri pada .... (Diah Rahmayanti) 1
EFIKASI DIRI PADA RESIDEN DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA YOGYAKARTA SELF-EFFICACY OF RESIDENT IN PAMARDI PUTRA YOGYAKARTA SOCIAL HOMES Oleh : Diah Rahmayanti, FIP UNY
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan efikasi diri residen di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta. Pendekatan penelitian yaitu kualitatif jenis studi kasus. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Instrumen adalah peneliti sendiri dibantu pedoman wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan teknik menurut Miles dan Huberman. Uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu (1) Pada aspek level yaitu ketiga subjek mampu menjalankan tuntutan tugas sesuai tahap rehabilitasi; (2) Pada aspek generality, TR dan AH mampu mengaktualisasikan diri dengan perilaku yang berbeda sesuai dengan keyakinan kemampuan masing-masing, sedangkan IN dengan menjalankan pola hidup sehat dan disiplin; (3) Pada aspek strength, TR mampu memiliki keyakinan kuat untuk pulih dan mempertahankan kepulihan. AH belum memiliki keyakinan kuat dan masih goyah, namun memiliki usaha agar tidak goyah, sedangkan IN saat ini memiliki keyakinan untuk pulih, namun adanya pengaruh drug choice membuatnya tidak dapat memastikan kepulihan kemudian hari. Kata kunci : efikasi diri, residen Abstract This study aimed to describe resident’s self-efficacy in PSPP Yogyakarta. Qualitative research approach that type of case studies. Methods of data collection using in-depth interview and observation. Intrument is the researcher herself helped by guide the interview and observation. Data analysis using the technique according to Miles and Huberman. The validity of test data using triangulation technique and methods. The results obtained, namely (1) The aspect of level that is three subjects are able to carry out tasks according to the demands of the rehabilitation phase; (2) The aspect of generality, TR and AH are able to actualize themselves wih different behaviors according conviction respective capabilities, while IN in healthy lifestyle and discipline; (3) The aspect of strength, TR has a strong belief to recover and sustain recovery. AH yet has a strong belief and still wobbly, but has a bussiness that does not falter, while IN the current belief recovered, but the effect of drug choice makes can not ensure recovery later. Keywords : self-efficacy, resident
2
E-Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun ke-4 2015
Siti Alfiah (Ujang Hasanudin) berpendapat PENDAHULUAN
bahwa pecandu dan korban penyalahgunaan
Masa remaja merupakan salah satu fase dalam rentang perkembangan manusia
yang
narkotika tidak bisa dipidana penjara karena yang penting
bagi
mereka
adalah
penyembuhan,
mempunyai ciri berbeda.. Pembahasan mengenai
sehingga
remaja tidak terlepas dari adanya penggunaan
(http://www.harianjogja.com).
obat-obatan,
oleh
sesuai dengan UU Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 54
Santrock (2007 : 253) bahwa di suatu masa
Tentang Narkotika bahwa pecandu narkotika dan
perkembangannya, sebagian besar remaja pernah
korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani
menjadi pengguna obat, baik terbatas pada alkohol,
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial (UU
rokok, atau meluas ke obat-obatan lain.
Nomor 35 Tahun 2009).
salah
satunya
disebutkan
jalan
keluarnya
adalah
rehabilitasi
Pernyataan
ini
Jumlah pengguna NAPZA di kalangan
Proses rehabilitasi dapat berada di rumah
remaja cenderung meningkat. Berdasarkan catatan
sakit yang sudah ditunjuk atau di panti rehabilitasi.
Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya,
Di Yogyakarta terdapat panti rehabilitasi sosial
pada tahun 2011 terdapat siswa SMP pengguna
korban penyalahgunaan NAPZA, yaitu Panti
NAPZA berjumlah 1.345 orang, tahun 2012
Sosial Pamardi Putra (PSPP). Namun, hal ini tidak
sebanyak 1.424 orang, sedangkan pengguna baru
menjamin mereka untuk dapat berhenti dari
pada Januari-Februari 2013 tercatat sebanyak 262
ketergantungan narkoba, dimana dapat dilihat dari
orang. Pengguna NAPZA di kalangan SMA pada
penelitian YCAB (2001) pada 20 panti rehabilitasi
tahun 2011 tercatat sebanyak 3.187 orang, tahun
di Jakarta dan diperoleh hasil dengan angka
2012 sebanyak 3.410 orang, dan awal tahun 2013
relapse (keinginan untuk mengonsumsi kembali)
tercatat 519 orang (http://www.kompas.com).
mencapai 91.7% dari 672 mantan pengguna
Di Yogyakarta terdapat peristiwa yang dapat
narkoba (Nur Afni Noviarini, 2013).
memperkuat adanya indikasi bahwa pengguna
Seorang
residen
sebenarnya
harus
NAPZA adalah remaja, salah satunya dari
mempunyai keyakinan untuk pulih, keyakinan ini
penyitaan ribuan pil memabukkan yang akan
masuk dalam kategori efikasi diri. Efikasi diri
diedarkan ke sejumlah pelajar oleh IS (29). IS
adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan
mengakui sasaran pembelinya adalah para pelajar
untuk mengatur dan melakukan tindakan untuk
dan mudah terjual karena harga yang tergolong
mencapai keberhasilan (Bandura, 1997 : 3). Efikasi
murah (http://www.harianjogja.com).
diri dapat mempengaruhi kontrol terhadap perilaku
Menurut
Soedjono
Dirdjosisworo
(Feby
adiksi (Bandura, 1997 : 367).
Hutagalung dkk, 2013), penyalahgunaan narkotika
Berkaitan dengan residen di panti rehabilitasi
membahayakan karena individu akan kecanduan
sosial, efikasi diri merupakan keyakinan seseorang
dan apabila tidak terobati, maka jenis narkotika
akan
yang digunakan akan semakin kuat dan semakin
relapse, yaitu penggunaan kembali NAPZA secara
besar dosisnya, sehingga akan memperparah
tidak terkendali yang terjadi selama masa bersih;
keadaan individu.
kemampuannya
dalam
melewati
masa
Efikasi Diri pada .... (Diah Rahmayanti) 3
serta untuk dapat bertahan dari ketergantungan pada narkoba (Bandura, 1997 : 367). Pada
penelitian
Dari hasil wawancara (Januari, 2015) dapat diketahui
residen
yang
menjalani
berjudul
rehabilitasi memiliki usaha yang bervariasi untuk
Hubungan antara Self-Efficacy Kepulihan dengan
pulih. Usaha ini salah satunya ditentukan oleh
Kesiapan
Lingkungan
adanya efikasi diri dalam diri residen yang
Masyarakat pada Residen di Panti Rehabilitasi
berbeda-beda. Di Panti Sosial Pamardi Putra
Narkoba di Yogyakarta oleh Farashinta Feni
terdapat residen yang merasa dirinya tidak mampu
Kusumawati menunjukkan bahwa ada hubungan
untuk pulih dan kemudian kembali menggunakan
positif
self-efficacy
NAPZA, bahkan beberapa residen kabur dari panti
kepulihan dengan kesiapan dalam menghadapi
rehabilitasi. Dalam menjalani proses rehabilitasi
lingkungan masyarakat pada residen dengan nilai
terdapat tahap rehabilitasi yang dijalani oleh
korelasi r sebesar 0.875 dengan nilai p = 0.0000
residen
(Farashinta Feni Kusumawati, 2012).
rehabilitasi dengan kurun waktu yang berbeda-
dalam
yang
sebelumnya
bahwa
Menghadapi
signifikan
antara
dan
tiap
residen
menjalani
tahap
Menurut Steers&Poter (1991 : 49), efikasi
beda. Dalam tahap rehabilitasi terdapat tuntutan
diri yang tinggi dapat dilihat dari beberapa kriteria,
tugas yang harus dijalani dan juga terdapat ujian
yaitu orientasi pada tujuan, orientasi kendali
kenaikan pada tiap tahap rehabilitasi. Ada residen
internal, tingkat usaha yang dikembangkan dalam
yang menjalani rehabilitasi pada tahap awal dan
suatu strategi, dan adanya jangka waktu bertahan
tidak mampu untuk menjalani tuntutan tugas.
dalam menghadapi hambatan.
Hal
Menurut Bandura (1997 : 42), efikasi diri
Bandura
tersebut (1997
sesuai
:
97)
dengan bahwa
performansi
penjelasan efikasi
pada
diri
pada diri tiap individu akan berbeda antara satu
mempengaruhi
individu.
individu dengan lainnya berdasarkan pada tiga
Pertama dalam perilaku memilih dimana pemilihan
aspek, yaitu tuntutan tugas yang mampu dilakukan
perilaku yang akan dimunculkan dan berapa lama
(level); luas bidang tugas (generality); dan tingkat
perilaku tersebut akan dimunculkan didasarkan
kemantapan, keyakinan, kekuatan (strength).
pada keyakinan individu terhadap kemampuan
Kehidupan mantan pecandu NAPZA dalam
dirinya menghadapi kemungkinan resiko-resiko
mencapai kepulihan akan berbeda jika menjalani
yang akan ia hadapi. Selanjutnya efikasi diri juga
rehabilitasi di panti rehabilitasi dan tidak menjalani
mempengaruhi usaha dan ketekunan. Efikasi diri
rehabilitasi. Berdasarkan salah satu aspek efikasi
menentukan berapa besar usaha dan berapa lama
diri, yaitu tuntutan tugas yang mampu dilakukan
individu bertahan dalam menghadapi hambatan.
individu (level), aspek tersebut akan nampak pada
Bimbingan dan Konseling (Tijan, 1993 : 9)
mantan pecandu NAPZA yang sedang dalam usaha
memiliki
pemulihan dengan menjalani rehabilitasi di panti
kepada individu dalam usaha untuk mencapai
rehabilitasi.
panti
kebahagiaan hidup pribadi, kehidupan yang efektif
rehabilitasi, yaitu di PSPP, terdapat tuntutan tugas
dan produktif dalam masyarakat, dapat hidup
yang harus dilakukan pada tiap tahap rehabilitasi
bersama dengan individu lain, serta keharmonisan
yang dijalani.
antara cita-cita individu dengan kemampuan yang
Hal
ini
dikarenakan
di
tujuan
untuk
memberikan
bantuan
4
E-Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun ke-4 2015
dimilikinya. Pemberian bantuan ini tidak terlepas
di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta dan
dari tugas perkembangan yang dilewati individu,
dilaksanakan pada Mei-Juni 2015.
terutama dalam hal ini yaitu remaja.
Subjek Penelitian
Salah satu tugas perkembangan remaja
Dalam penelitian ini peneliti menentukan
menurut William Kay (Syamsu Yusuf, 2007 : 72)
subjek penelitian berdasarkan beberapa kriteria.
yaitu
terhadap
Kriteria subjek yaitu individu yang berada pada
kemampuannya sendiri atau disebut dengan efikasi
tahap perkembangan masa remaja; individu yang
diri. Rita Eka Izzaty dkk (2008:126) menjelaskan
pernah menjadi pecandu; individu yang menjalani
bahwa apabila individu berhasil melakukan tugas
rehabilitasi di PSPP Yogyakarta; individu yang
perkembangan, maka akan membawa kebahagiaan
memiliki efikasi diri tinggi karena individu yang
dalam
memiliki efikasi diri tinggi lebih sedikit dan
memiliki
hidup.
kepercayaan
Namun,
apabila
mengalami
kegagalan, maka akan menghambat perkembangan
dipandang memiliki keunikan.
kehidupan individu. Begitupula dengan residen di
Berdasarkan kriteria tersebut, maka peneliti
panti rehabilitasi, dimana residen juga tidak
menetapkan tiga subjek yang akan diteliti, yaitu
terlepas dari tugas perkembangan mengenai efikasi
residen berinisial AH, TR, dan IN. Key informant
diri agar mampu mencapai kepulihan secara
dalam penelitian ini merupakan empat orang
optimal.
konselor pendamping dari masing-masing subjek,
Penelitian
mengenai
residen
di
panti
yaitu BP, BN, BH, dan BS yang mengenal dan
rehabilitasi sudah banyak dilakukan, namun
memahami dengan baik subjek dalam panti
sementara ini belum ada penelitian mengenai
rehabilitasi.
efikasi diri residen di Panti Sosial Pamardi Putra
Prosedur
Yogyakarta. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
Penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap.
melakukan penelusuran tentang bagaimana efikasi
Pada tahap pra lapangan peneliti melakukan
diri (self-efficacy) dari residen di Panti Sosial
pemilihan lapangan penelitian pada Januari 2015
Pamardi Putra Yogyakarta.
meliputi penjajagan lapangan, mencari data dan informasi, memilih residen sebagai informan, penyusunan rancangan penelitian, dan perizinan.
METODE PENELITIAN
Pada tahap pekerjaan lapangan, peneliti
Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus guna mengetahui mengenai aspek-aspek efikasi diri mantan pecandu narkoba (residen) yang sedang menjalani rehabilitasi di panti rehabilitasi.
ini
dilaksanakan
rangka pengumpulan data pada Mei-Juni 2015. Tahap analisis data meliputi serangkaian proses analisis data kualitatif sampai pada interpretasi data-data serta menempuh proses triangulasi data yang dilaksanakan pada Juni 2015. Teknik Pengumpulan Data
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian
memasuki dan memahami latar penelitian dalam
di
tempat
rehabilitasi sosial mantan pecandu narkoba, yaitu
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua metode, yaitu observasi
Efikasi Diri pada .... (Diah Rahmayanti) 5
nonpartisipan dimana peneliti melakukan observasi
ditemui
dengan
yang
demikian, pada beberapa mantan pecandu yang
dilakukan oleh subjek serta wawancara mendalam,
menjalani rehabilitasi (residen) ada yang mampu
dimana
Dalam
menunjukkan adanya keyakinan bahwa dirinya
penelitian ini peneliti sebagai instrumen akan
mampu untuk pulih dan ini dapat ditemukan pada
terjun langsung dalam pengambilan data dengan
beberapa residen yang menjalani rehabilitasi di
menggunakan pedoman wawancara dan pedoman
PSPP Yogyakarta.
tidak
terlibat
wawancara
dalam
kegiatan
bersifat
luwes.
observasi.
yang
mengalami
relapse.
Namun
Efikasi diri ini didasarkan pada tiga aspek, yaitu level, generality, dan strength. Aspek level
Teknik Keabsahan Data Pengujian keabsahan data menggunakan
pada efikasi diri menurut Bandura (1997 : 42)
teknik triangulasi data. Triangulasi yang digunakan
didenifisikan sebagai tuntutan suatu tugas yang
dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan
harus diselesaikan, dari tuntutan yang sederhana,
metode. Peneliti melakukan triangulasi sumber
moderat, sampai yang membutuhkan performansi
dengan membandingkan dan mengecek balik
maksimal (sulit).
derajat
kepercayaan
suatu
informasi
yang
diperoleh. Pada
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada saat ini subjek TR sedang menjalani tahap
triangulasi
dua
rehabilitasi pada tahap middle. TR berusaha
strategi, yaitu pengecekan derajat kepercayaan
menjalani dengan memahami dan mengaplikasikan
penemuan
hasil
metode
beberapa
teknik
walking paper serta berusaha menjadi role model
pengecekan
derajat
bagi residen lain, terutama residen yang berada
kepercayaan beberapa sumber data, yaitu hasil
pada tahap di bawah TR. Begitu juga dengan
wawancara dan observasi, dengan metode yang
subjek AH yang sedang berada pada tahap middle,
sama.
AH berusaha untuk merubah perilaku, salah
Teknik Analisis Data
satunya yaitu menjadi lebih tanggung jawab. AH
pengumpulan
penelitian
terdapat
data
serta
Menurut Miles dan Huberman (1992 : 15),
juga berusaha agar dapat menjadi role model yang
analisis data pada penelitian kualitatif terdiri dari
baik bagi residen lain. Tidak jauh berbeda dengan
tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,
usaha yang dilakukan oleh IN yang berada pada
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
tahap younger, IN berusaha untuk menghafal dan
kesimpulan/verifikasi.
mengaplikasikan walking paper.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hal ini sesuai dengan pendapat Bandura
Menjalani program rehabilitasi bagi mantan
(1997 : 42) bahwa individu yang memiliki efikasi
pecandu NAPZA di panti rehabilitasi sosial
diri tinggi akan mencoba perilaku yang dia merasa
merupakan salah satu langkah dalam upaya
mampu melakukannya. Ketiga subjek saat ini
mencapai kepulihan dari ketergantungan NAPZA.
mampu melakukan tuntutan tugas sesuai dengan
Upaya menjalani rehabilitasi ini bukan suatu
tahap rehabilitasi yang sedang dijalani.
jaminan bahwa mantan pecandu mampu pulih sepenuhnya, bahkan terkadang masih banyak
Bandura (1997 : 42)
juga mengatakan
bahwa jika tidak ada rintangan yang perlu untuk
6
E-Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun ke-4 2015
diatasi, maka individu memiliki efikasi diri tinggi.
kedua kali. Ini berdampak pada usaha-usaha dan
Hal ini terlihat pada diri TR dimana hingga saat ini
penerimaan IN terhadap peraturan yang ada untuk
TR mampu mengikuti kegiatan yang ada dalam
mengikuti aktivitas dalam menjalani program
program rehabilitasi dan tidak pernah menghindari
rehabilitasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
kegiatan rehabilitasi yang diberikan.
Bandura (1997 : 42) bahwa individu dengan
Dalam menjalankan rehabilitasi tidak serta
efikasi diri tinggi akan menunjukkan perilaku
merta subjek dapat menjalankan kegiatan dalam
penerimaan dari lingkungan dan aktivitas positif
program rehabilitasi dengan lancar. AH yang saat
yang ada di lingkungannya. Hal ini diperkuat
ini menjalani program rehabilitasi pada tahap
dengan pendapat Eko Prasetyo (2007 : 66) yang
middle awalnya melakukan penyangkalan dimana
menyebutkan
AH tidak ingin mengikuti rehabilitasi. Dalam
dengan kriteria yang memiliki sifat sabar dimana
tahap orientasi AH memerlukan waktu selama 3
residen dapat menerima keadaan dan tetap terus
bulan karena dirinya belum mampu menerima
berusaha.
bahwa
akan
ditunjukkan
Dalam menghadapi setiap tuntutan tugas
mengakibatkan AH butuh waktu yang cukup lama
pada tahap rehabilitasi merupakan hal yang tidak
untuk memulai kegiatan program rehabilitasi
mudah
karena AH harus memiliki kemauan terlebih
melakukan
dahulu
dilakukannya
menjalankannya
Hal
kepulihan
demikian
untuk
direhabilitasi.
bahwa
agar
proses
rehabilitasi dapat berjalan lancer.
bagi
subjek.
Subjek
hal-hal
yang
ketika
masih
harus
mampu
tidak
banyak
menjadi
seorang
pecandu. Ketidakmampuan pada diri TR saat
Pada awalnya IN juga pernah direhabilitasi
menghadapi ujian kenaikan tahap rehabilitasi
selama dua kali di daerah asalnya (NTB). IN
pernah membuat TR merasa bahwa dirinya gagal.
kembali menggunakan NAPZA sebagai bentuk
Hal ini tidak lantas membuat TR putus asa dan
pelarian atas stres yang dihadapinya yang berarti
berhenti begitu saja. TR kemudian mencoba
tidak mampu mempertahankan kepulihan atau
kembali
mengalami relapse. Apa yang terjadi pada subjek
maksimal dengan mempelajari walking paper.
tersebut sesuai dengan pernyataan Bandura (1997 :
dengan
Dalam
mempersiapkan
setiap
ujian
diri
kenaikan
lebih
tahap
42) bahwa individu akan menghindari situasi dan
rehabilitasi, subjek diberikan ujian yang berbeda-
perilaku yang berada di luar batas kemampuan
beda sesuai dengan tahapnya. Dalam ujian
yang dirasakannya.
sebelumnya yang dilaksanakan oleh IN, IN hanya
Namun demikian, AH akhirnya mampu
diberi pertanyaan mengenai tindakan apa yang
menerima untuk menjalani rehabilitasi dan tidak
akan
dilakukannya
apabila
ia
naik
tahap
ada penyangkalan. AH memiliki sikap mampu
rehabilitasi. IN kemudian mengatakan bahwa
menerima dan pasrah, sehingga membuat subjek
dirinya akan berkomitmen untuk lebih tanggung
tetap bertahan dan berusaha dalam menjalani
jawab dalam tahap selanjutnya. Selain itu, AH
rehabilitasi. Begitupula dengan IN, IN memiliki
yang sebelumnya dinilai tidak tanggung jawab
kemauan untuk kembali menjalani rehabilitasi dan
terhadap dirinya, kemudian diberi tugas untuk
memegang prinsip bahwa dirinya cukup jatuh
menjadi expeditor. Peran yang dijalankannya ini
Efikasi Diri pada .... (Diah Rahmayanti) 7
kemudian membuat AH menjadi pribadi yang
dengan TR, AH juga mampu untuk lebih percaya
lebih tanggung jawab karena harus banyak
diri tampil di depan umum.
mencatat laporan dan mengerjakan tugas lainnya sebagai expeditor.
Selain itu, subjek juga memiliki kemampuan dalam hal kepemimpinan. TR dipercaya untuk
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh
menjadi seorang chief selama beberapa waktu yang
Bandura (1997 : 43) bahwa individu yang
lebih lama dari kurun waktu biasanya karena
memiliki efikasi diri yang tinggi akan semakin
mampu membuat situasi dan kondisi menjadi
bersemangat
kondusif,
dan
tekun
ketika
menghadapi
sedangkan
AH
menjadi
seorang
kesulitan dan tantangan. Oleh karena itu, subjek
expeditor karena mampu bersikap tanggung jawab.
mampu
Gordon
bertahan
untuk
menjalani
program
(Agoes
Dariyo, bahwa
2004
karakteristik
:
33)
rehabilitasi dan mampu mengambil sikap yang
mengungkapkan
pecandu
tepat agar dapat bertahan dan mencapai kepulihan.
NAPZA yaitu mulai melupakan tanggung jawab
Aspek generality pada efikasi diri menurut
rutinnya. Dalam hal ini menunjukkan bahwa
Bandura (1997 : 43) diartikan sebagai bidang
subjek saat ini selain sudah mampu untuk
perilaku yang dapat dilakukan individu. Individu
bertanggungjawab dan memimpin dirinya sendiri,
akan menganggap dirinya mampu dalam beberapa
subjek juga mampu untuk melakukan hal serupa
aktivitas atau hanya pada beberapa bidang. Dalam
pada orang lain.
hal ini subjek mampu untuk melakukan aktivitas
Adanya perilaku “bersih diri”, yaitu upaya
yang menunjukkan kepulihan. Hal ini terlihat pada
untuk membersihkan diri dari perilaku seorang
TR yang mampu untuk lebih percaya diri tanpa
pecandu juga dilakukan subjek dengan cara
didorong adanya stimulan, sehingga TR berani
menerapkan pola hidup sehat yang bervariasi
untuk tampil di depan umum. TR juga mampu
sesuai dengan kemampuan pada masing-masing
bersikap tanggung jawab dan peduli terhadap
subjek. Pada diri TR yaitu dengan menjaga
lingkungan.
kebersihan, AH menjaga kebersihan barang pribadi
Subjek mampu untuk menjalankan aktivitas
dan berperilaku sehat dengan memiliki keasadaran
yang menunjukkan adanya kepulihan selama
bahwa seorang pecandu akan mengarah pada seks
menjalani
memiliki
yang dapat menyebabkan HIV. Lain halnya dengan
kemampuan yang mengarahkan perilakunya pada
IN, IN mampu untuk shalat tepat waktu, tidur dan
kepulihan, sehingga subjek mencoba beberapa
bangun tidur tepat waktu, serta berolahraga.
perilaku. Hal ini juga terlihat pada diri AH dimana
Menurut Gordon (Agoes Dariyo, 2004 : 33),
AH
menambah
seorang pecandu memiliki karakteristik tidak
metode
rehabilitasi
peduli pada kebersihan dirinya. Dinas Pendidikan
yang
menunjukkan
Pemerintah Propinsi DIY (2004 : 48) juga
rehabilitasi.
memiliki
pengetahuan (Theraupetic
inisiatif tentang
Community)
Subjek
untuk
bahwa AH memiliki kemampuan untuk mau
menambahkan
bahwa
pecandu
tidak
mau
belajar metode rehabilitasi bukan hanya secara
mengurus diri sendiri. Namun, kini subjek mampu
praktis, namun juga secara teoritis. Sama halnya
menunjukkan perubahan sikapnya. Ini sesuai dengan pendapat Eko Prasetyo (2007 : 66) yang
8
E-Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun ke-4 2015
menyebutkan bahwa kriteria kepulihan yaitu
membuat subjek pernah merasa goyah. Pada saat
dengan memiliki pola hidup yang sehat dimana
pulang ke rumah dan bertemu dengan temannya,
residen memiliki pola hidup yang sehat dengan
TR pernah diberikan tawaran obat-obatan. Namun,
beraktivitas secara rutin.
TR tidak terpengaruh oleh bujukan tersebut untuk
Dalam hal menetapkan tujuan ke depan atau
menggunakannya kembali. TR juga merasa dirinya
berpikir visioner juga mampu dilakukan oleh
diragukan untuk pulih oleh orang tuanya, sehingga
ketiga subjek. Subjek mampu untuk menetapkan
TR ingin menjalani rehabilitasi hingga 6 bulan
tujuan setelah menyelesaikan rehabilitasi di panti
untuk meyakinkan orang tuanya. Sikap yang
rehabilitasi. TR ingin kembali bersekolah, AH
diberikan oleh anggota keluarga yang tidak
ingin membuka bengkel, serta IN ingin membuka
meyakini bahwa subjek mampu untuk pulih
usaha kuliner.
menjadi goncangan tersediri. Subjek memiliki
Bandura (1997 : 43) mengemukakan bahwa
tekad agar dirinya kembali pulih dengan bebas dari
generality dapat bervariasi pada kemampuan yang
ketergantungan
diberikan dan perilaku yang diarahkan. Keyakinan
pengalaman yang ditemukan mampu memberikan
pada kemampuannya turut mempengaruhi aktivitas
dampak tersendiri bagi subjek.
apa saja yang dilakukan. Tahap rehabilitasi yang
NAPZA,
namun
justru
Pengalaman yang kurang mendukung dalam
berbeda-beda yang dijalankan oleh subjek juga
usaha
mempengaruhi aktivitas yang dipilih, sehingga
tersendiri bagi subjek karena subjek terkadang juga
aktivitas yang mampu dilakukan subjek tidak sama
harus
rata. Ada subjek yang mampu melakukan aktivitas
keinginannya
yang menunjukkan kepulihan hampir sama seperti
NAPZA. Ini terjadi pada AH dimana adanya
orang normal yang tidak menggunakan NAPZA
bujukan dari residen lain yang mengarah pada
pada umumnya, namun adapula subjek yang
penggunaan NAPZA merupakan suatu kendala,
aktivitasnya masih terbatas sejauh keyakinan
padahal AH telah berusaha keras berjuang untuk
terhadap kemampuan yang dimilikinya.
mencapai tujuannya.
Aspek strength pada efikasi diri menurut Bandura
(1997
:
43)
kepulihan
melawan
merupakan
dirinya
untuk
suatu
sendiri
kembali
kesulitan
terhadap
menggunakan
Pengalaman yang berkaitan dengan adanya
merupakan
pengaruh yang dibawa oleh drug choice itu sendiri
kepercayaan/kemantapan seseorang bahwa ia dapat
juga merupakan hal yang sulit bagi IN. IN pernah
melakukan suatu tingkatan tugas. Ada banyak
menjalani rehabilitasi sebelumnya dan kali ini
pengalaman yang dilalui oleh residen yang sedang
merupakan ketiga kalinya IN menjalankan proses
menjalani rehabilitasi. Bandura (1997 : 43)
rehabilitasi. IN pernah kembali menggunakan
menyatakan bahwa individu dengan keyakinan
NAPZA dengan alasan sebagai bentuk pelarian
yang rendah akan mudah goyah oleh pengalaman-
terhadap stres. Selain itu, kenikmatan drug choice
pengalaman yang kurang mendukung.
(sabu-sabu) yang digunakan yang masih terasa
Pada awalnya hal ini tidak dapat dipungkiri
serta adanya pengalaman bahwa pengguna sabu-
terjadi pada subjek. Adanya pengalaman yang
sabu berbeda dengan pengguna drug choice lain,
kurang mendukung dalam mencapai kepulihan
dimana sangat besar kemungkinannya untuk
Efikasi Diri pada .... (Diah Rahmayanti) 9
menggunakan kembali (relapse). Saat ini IN
dengan belajar untuk pulih pada orang lain serta
memang
akan
belajar mandiri dengan tidak tergantung pada
menggunakan kembali, namun karena drug choice
orang lain. Ini juga sesuai dengan kriteria
tersebut membuat IN memastikan bahwa dirinya
kepulihan yang dikemukakan oleh Eko Prasetyo
akan kembali menggunakan di kemudian hari.
(2007 : 66) bahwa kepulihan ditunjukkan dengan
yakin
bahwa
dirinya
tidak
Walaupun banyak ditemui pengalaman yang
mempunyai pola berpikir yang luas dan positif,
kurang mendukung dalam usaha kepulihan, namun
yaitu residen dapat mempertimbangkan sesuatu hal
dapat diketahui bahwa subjek kini tetap mampu
yang akan dilakukan, baik hal positif maupun
bertahan dengan tidak kembali menggunakan
negatif.
NAPZA agar dapat pulih. Bahkan, subjek juga
Merujuk
pada
perkembangan
kognitif
memiliki keinginan untuk dapat menyelesaikan
remaja, Piaget (Sarlito W. Sarwono, 2012 : 97)
rehabilitasi hingga selesai sesuai dengan tahap
berpendapat bahwa remaja masuk dalam tahap
yang dirasa mampu. Ini sejalan dengan yang
operasional formal. Dalam tahap ini remaja sudah
dikemukakan oleh Bandura (1997 : 43) bahwa
mampu berpikir abstrak dan hipotesis dimana
individu yang memiliki keyakinan yang tinggi
remaja dapat memperkirakan apa yang mungkin
akan tetap bertahan dalam usahanya, meskipun
terjadi. Keating (Syamsu Yusuf, 2007 : 195)
mungkin ditemukan pengalaman yang kurang
merumuskan
menunjang. Hal ini juga sependapat dengan Eko
operasional formal pada remaja ditunjukkan
Prasetyo (2007 : 66) menyebutkan kriteria
dengan munculnya kemampuan nalar secara
kepulihan yaitu tidak menggunakan NAPZA
ilmiah.
secara total, yaitu residen sudah tidak mempunyai keinginan untuk menggunakan NAPZA.
bahwa
Berdasarkan
perkembangan
penelitian,
berpikir
perkembangan
kognitif pada subjek ditunjukkan dengan adanya
Bandura (1997 : 43) juga mengemukakan
kemampuan subjek dalam berpikir tentang usaha
bahwa efikasi diri tinggi salah satunya dapat
yang dilakukan dan dihindari untuk dapat pulih,
ditunjukkan
tentang
kemudian kemampuan subjek dalam berpikir
kemampuannya mempengaruhi pola pikir dan
dampak negatif NAPZA bagi dirinya dan apabila
reaksi-reaksi emosinya selama melakukan sesuatu
dirinya kembali menggunakan, dan kemampuan
dan dalam berhubungan dengan lingkungannya.
subjek
AH yakin bahwa dirinya mampu mempertahankan
hambatan agar dapat pulih. Selain itu, dalam tahap
kepulihan, sehingga berusaha untuk tidak bercerita
remaja perkembangan kognitifnya ditunjukkan
tentang masa lalu seputar NAPZA. Selain itu, AH
dengan kemampuannya untuk dapat memikirkan
juga berusaha agar dapat menjaga emosinya karena
tentang masa depan dengan membuat perencanaan
apabila tidak mampu menjaga emosi, maka emosi
dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk
yang tinggi akan rawan untuk berkelahi dalam
mencapainya. Hal ini ada pada diri TR yang ingin
lingkungan panti rehabilitasi. Sama halnya dengan
kembali bersekolah setelah keluar rehabilitasi.
TR dimana TR memiliki keyakinan bahwa dirinya
Kemudian AH yang ingin membuka bengkel
mampu mempertahankan kepulihan diaplikasikan
dengan belajar melalui keterampilan otomotif yang
dari
penilaian
individu
dalam
menyikapi
permasalahan
atau
10 E-Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun ke-4 2015
diberikan di panti rehabilitasi serta pergi ke rumah
untuk menerima dirinya sendiri dan memiliki
saudaranya yang telah memiliki bengkel untuk
kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.
berguru. IN ingin membuka usaha kuliner di luar
Remaja
yang
merupakan
daerahnya agar tidak kembali menggunakan
NAPZA
yang
sedang
NAPZA karena daerahnya masih banyak yang
berusaha agar dirinya mampu untuk menerima diri
menggunakan NAPZA.
sendiri dengan segala keadaan yang dimiliki saat
mantan
menjalani
pengguna rehabilitasi
Pada perkembangan emosi remaja, Hurlock
ini akibat dari penggunaan NAPZA. Ini merupakan
(Nurihsan dan Agustin, 2013 : 79) mengemukakan
suatu hal yang tidak mudah bagi mereka karena
bahwa remaja dikatakan mencapai kecerdasan atau
belum mampu memaafkan diri sendiri dan terlepas
matang secara emosional yaitu dengan kriteria
dari masa lalu. Remaja yang seharusnya mampu
bahwa remaja mampu menilai situasi secara kritis
memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya
terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional.
sendiri, dalam hal ini yaitu tentang kepulihan,
Ini terjadi pada diri AH dimana AH mampu
terkadang dihadapkan dengan berbagai rintangan
mengerti bahwa berada di lingkungan panti
yang
rehabilitasi tidak diperkenankan untuk berkelahi,
keyakinannya.
sehingga AH berusaha agar tidak sampai emosi
menyebabkan
Selain
mencari
dirinya
goyah
terhadap
hasil
penelitian
terkait
negatif (marah) yang dapat membuatnya berkelahi.
dengan efikasi diri, pada penelitian ini juga
Lain halnya dengan TR dan IN dimana subjek
ditemukan beberapa hal yang terkait dengan subjek
mampu memberikan reaksi emosional yang stabil
di panti rehabilitasi. Beberapa diantaranya yaitu
atau tidak berubah-ubah seperti pada masa
mengenai dukungan sosial terhadap subjek, belum
perkembangan sebelumnya.
adanya
keterbukaan
masalah
pada
beberapa
Pada setiap periode perkembangan terdapat
subjek, kemampuan dalam penyesuaian pribadi
tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan
dan penyesuaian sosial. Adanya jadwal kegiatan
pada tahap-tahap tertentu. Dalam salah satu tugas
program rehabilitasi yang padat memiliki dampak
perkembangan yang dikemukakan oleh Havighurst
pada fisik subjek, seperti adanya kelelahan karena
(Rita Eka Izzaty dkk, 2008:126) disebutkan bahwa
waktu istirahat yang tidak banyak. Oleh karena itu,
remaja mampu mengharapkan dan mencapai
subjek nampak mengalami stress. Namun begitu,
perilaku sosial yang bertanggungjawab. Perilaku
subjek mampu memiliki resiliensi pada dirinya,
menyalahgunakan NAPZA dengan berbagai sebab
sehingga subjek mampu bertahan dalam program
dan
rehabilitasi.
akibat
serta
akhirnya
menimbulkan
ketergantungan membuat remaja tidak mampu melakukan perilaku sosial yang bertanggungjawab.
SIMPULAN DAN SARAN
Hal ini merupakan beban tersendiri bagi remaja
Simpulan
karena harus menyeimbangkan Id dan Superego.
Simpulan mengenai efikasi diri kepulihan
Hal ini juga tidak terlepas dari tugas
subjek pada aspek level yaitu ketiga subjek mampu
perkembangan remaja menurut William Kay
menjalankan tuntutan tugas sesuai dengan tahap
(Syamsu Yusuf, 2007 : 72) bahwa remaja mampu
rehabilitasi yang sedang dijalani. TR dan AH
Efikasi Diri pada .... (Diah Rahmayanti) 11
mampu menjalani tugas sesuai dengan tuntutan
dapat meningkatkan keyakinan untuk pulih pada
tugas yang sulit pada tahap middle dan tetap
saat ini dan di saat yang akan dating.
bertahan walaupun ditemui rintangan, sedangkan
Bagi
konselor
diharapkan
mampu
IN mampu menjalani tugas sesuai dengan tuntutan
memahami residen, terutama berkaitan dengan
tugas sederhana pada tahap younger dengan tekun.
efikasi diri residen, sehingga dapat melakukan
Pada
aspek
generality,
masing-masing
subjek menunjukkan kemampuan dengan perilaku masing-masing.
dan
Bagi panti rehabilitasi sebaiknya mampu
mengaktualisasikan diri, namun dengan perilaku
memberikan berbagai alternatif kegiatan yang
yang tidak sama sesuai dengan keyakinan terhadap
dapat menunjang program rehabilitasi yang dapat
kemampuan yang dimiliki. Lain halnya dengan IN,
meningkatkan
IN
menunjukkan
pelatihan, seminar, atau program lainnya, sehingga
yang
masih
residen lebih antusias dalam menjalani program
mampu
rehabilitasi dan mampu meningkatkan efikasi diri
berperilaku
kepulihan
dengan
tergolong
sederhana
AH
dicapai residen dapat optimal.
mampu
mampu
TR
pendampingan yang sesuai agar kepulihan yang
yang
berperilaku pula,
yaitu
menjalankan pola hidup sehat dan disiplin.
efikasi
diri
residen,
seperti
kepulihan yang dimiliki.
Pada aspek strength, ketiga subjek memiliki
Bagi
Prodi
Bimbingan
dan
Konseling
keyakinan terhadap kemampuannya untuk pulih
sebaiknya mampu menjadikan bahan pertimbangan
yang
memiliki
dalam kurikulum, misalnya dalam mata kuliah
keyakinan yang kuat untuk pulih dan mampu
Bimbingan dan Konseling luar sekolah, agar dapat
mempertahankan kepulihan yang dimiliki. AH
menjadikan panti rehabilitasi sebagai salah satu
belum begitu memiliki keyakinan yang kuat untuk
objek dalam pembelajaran.
berbeda-beda.
TR
mampu
pulih, namun AH berusaha untuk mempertahankan
Bagi masyarakat diharapkan mampu untuk
keyakinannya agar tidak goyah. IN pada saat ini
menerima para mantan pecandu NAPZA yang
mampu untuk pulih, namun karena pengaruh drug
sedang dalam proses pemulihan atau sudah pulih
coice IN tidak dapat memastikan untuk dapat
sebagai usaha agar dapat mencegah relapse bagi
mempertahankan kepulihan di kemudian hari
para mantan pecandu NAPZA.
(masih rawan relapse).
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu memberikan
Saran Pada penelitian ini terdapat saran yang
penelitian
tindakan mengenai
dengan efikasi
mengadakan
diri
kepulihan,
berkaitan dengan efikasi diri pada residen. Pertama
khususnya peningkatan efikasi diri, sehingga dapat
bagi
berguna bagi residen yang sedang menjalani
subjek,
TR
diharapkan
dapat
mempertahankan kepulihan yang dimiliki, atau
rehabilitasi.
bahkan
mengenai
lebih
ditingkatkan
lagi.
Bagi
AH
Selain dukungan
itu,
adanya
sosial,
penyesuaian
belum
diharapkan dapat memiliki keyakinan yang lebih
keterbukaan,
kuat untuk pulih agar tidak goyah terhadap
resiliensi,
pengalaman yang ditemui. Bagi IN diharapkan
selanjutnya agar dapat ditindaklanjuti.
dapat
menjadi
penemuan
diri,
adanya
stres,
sasaran
serta
penelitian
12 E-Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun ke-4 2015
Floyd,
DAFTAR PUSTAKA A Supratiknya. (1996). Tumbuh Bersama Sahabat Edisi I : Konseling Sebaya Sebuah Gaya Hidup. Yogyakarta : Kanisius. Achmad Juantika Nurihsan dan Mubiar Agustin. (2013). Dinamika Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT Refika Aditama. Agoes Dariyo. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia. Bandura, Albert. (1997). Self-Efficacy : The Exercise of Control. USA : W.H. Freeman and Company. Bekti Pratiwi. (2012). Hubungan antara Keyakinan Diri Mengerjakan Skripsi dengan Stres yang Dialami pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling UNY. Skripsi, tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Dinas Pendidikan Pemerintah Propinsi DIY. (2004). Narkoba dan Permasalahannya. Tidak diterbitkan. Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya. . (2015). Pengguna narkoba di kalangan remaja meningkat. Diakses tanggal 26 januari 2015 dari http://regional.kompas.com/read/2013/03/0 7/03184385/Pengguna/Narkoba/di/Kalanga n/Remaja/Meningkat. Eko Prasetyo. (2007). Perspektif terhadap Adiksi. Yogyakarta : PSPP Sehat Mandiri. Farashinta Feni Kusumawati. (2012). Hubungan antara Self-Efficacy Kepulihan dengan Kesiapan dalam Menghadapi Lingkungan Masyarakat pada Residen di Panti Rehabilitasi Narkoba di Yogyakarta. Skripsi, tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Fatimah. (2006). Psikologi Bandung : Pusaka Setia.
Perkembangan.
Feby Hutagalung, dkk. (2013). Efektivitas Upaya Rehabilitasi terhadap Pengguna Narkotika (Studi di Pengadilan Negeri Samarinda). Jurnal Hukum UB, I (2), 15-16.
Kory. (2009). Interpersonal Communication (The Whole Story) : The First Edition. New York : Mc Graw Hill.
Lexy J. Moleong. (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Miles, Matthew B., & Huberman, Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI-Press. Nur Afni Noviarini. (2013). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup pada Pecandu Narkoba yang sedang Menjalani Rehabilitasi. Skripsi, tidak dipublikasikan. Universitas Gunadarma. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press. Santrock, John W. (2007). Remaja. Jakarta : Erlangga. Sarlito W. Sarwono. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Steers, R.M. & L.W. Porter. (1991). EmployeeOrganization Linkages : The Psychology of Commitment, Absenteeism & Turnover. New York : Academic Press. Syamsu Yusuf. (2007). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. Sunartono. 2015. Narkoba beredar di kalangan pelajar mudah terjual karena murah. Diakses tanggal 24 November 2014 dari http://www.harianjogja.com/baca/2014/11/ 06/narkoba-beredar-di-kalangan-pelajarmudah-terjual-karena-murah-550245. Tijan. (1993). Bimbingan dan Konseling untuk Sekolah. Yogyakarta : UPP-UNY. Ujang Hasanudin. Pecandu narkotika butuh rehabilitasi, bukan penjara. (2015). Diakses tanggal 24 November 2014 dari http://www.harianjogja.com/baca/2014/11/ 06/pecandu-narkotika-butuh-rehabilitasibukan-penjara-550288.