PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM REHABILITASI SOSIAL PENYALAHGUNA NARKOBA DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) “GALIH PAKUAN BOGOR
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos)
Oleh RISDIYANTO 1110054100047
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2014
PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM REHABILTTASI SOSIAL PENYALAHGUNA NARKOBA DT PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) "GALIH PAKUAN BOGOR
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos)
Oleh
RISDIYANTO
NIM: 108054100004
Pembimtring
BUDI RAI{MAN HAKIM. MSW NIP: 1976fi212001121001
PROGRAM STUDI KESEJAHTBRAAN SOSIAL F'AKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGBRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435Ht2014M --
-----'
PIINGESAI{AN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul o'Perrn Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahgua Narkobn di Panti Sosial Pamardi Putra ESPP) "Galih Pakuan" Bogoro'telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Desember 2014. Skipsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Starata Satu (s-1) Sariana sosial (S.sos) padaProgram studi Kesejahteraan Sosial. Ciputat, 23 Desember 2014 Sidang Munaqosyalt
Sckretaris MerangkaP Anggota
Ketua Merangkap Anggota
Ahmad Zakv. M.Si NIP: 19771127 200710 1001 Anggota Penguji
I
Ismet Firdaus. M'Si Il{P: 19751227 2007fi 1001
1001
Pembimbing
Budi Rahman Hnkim. NISW NIP: 19761021 200112 1001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 23 Desember 2014
Risdiyanto
ABSTRAK
Peran Pekerja Sosial Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor Dampak globalisasi telah merambah ke seluruh peradaban bangsa-bangsa di dunia, dan berjalan dengan begitu cepatnya. Hal ini berpengaruh pada perubahan di berbagai lini kehidupan. Salah satu akibat dari kemajuan teknologi tersebut adalah meningkatnya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Penyalahgunaan narkoba juga dapat menimbulkan dampak buruk yang multidimensi di kalangan masyarakat. Hal ini sudah tentu akan menimbulkan kerawanan sosial tentunya harus segera diwaspadai keberadaannya. Bahaya dari penyalahgunaan narkoba tidak hanya terhadap kesehatan fisik saja, tetapi juga terhadap kesehatan mental dan kehidupan Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial penyalahguna narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor. Untuk karena itu peneliti membuat perumusan masalah yang berkaitan dengan pembatasan masalah diatas, yaitu bagaimana peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi Sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor? Peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif-deskriptif sehingga didapat hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat dan digambarkan secara jelas seperti kondisi yang sebenarnya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, catatan lapangan, dan dokumen resmi. Peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial memiliki beberapa peran yaitu, peran sebagai perantara, peran sebagai pendorong, peran sebagai penghubung, peran sebagai advokasi, peran sebagai perunding, peran sebagai pelindung, peran sebagai fasilitator, peran sebagai negosiator. Peran yang paling menonjol dari peran tersebut adalah peran sebagai pendorong dan peran sebagai fasilitator, dan yang menonjol dari PSPP “Galih Pakuan” Bogor adalah rehabilitasi sosialnya yang menerapkan penuh pembinaan mental, sosial, dan fisik tanpa menggunakan obat-obatan pemulihan kecanduan narkoba.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb Segala puja dan puji senantiasa penulis panjatkan atas segala karunia allah SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuh cinta dan kasih serta mengajarkan manusia untuk mencintai sesama manusia hanya karena allah semata. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, para keluarga yang suci, para sahabatnya yang mulia serta para umatnya yang isnya Allah hingga kini terus mencintainya. Skripsi dengan judul “Peran Pekerja Sosial Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor”. merupakan salah satu wujud upaya penulis dalam memberikan sedikit pengetahuan mengenai peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial yang dilaksanakan di dalam Panti yang dimiliki oleh Kementrian Sosial (KEMENSOS). Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki. oleh karena itu segala kritikan dan masukan yang bertujuan membangun sungguh merupakan suatu masukan yang sangat berharga dan membantu penulis dalam membuat skripsi ini. Karenanya, sudah sepantasnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
ii
1. Bapak. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak. 2. Ibu. Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial, dan Bapak. Ahmad Zaky, MSi selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial. 3. Bapak Budi Rahman Hakim, MSW selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan dan bersabar membimbing penulis selama ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Iwan Nurcandra S.Sos. yang telah memberikan izin dan memfasilitasi peneliti untuk melakukan penelitian di PSPP “Galih Pakuan” Bogor. 6. Bapak Ahmadin, S.Pdi M.Si. dan Bapak Sutrisno, S.Pd. yang telah memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikan penelitian yang peneliti lakukan. 7. Alm. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan segalanya yang terbaik untuk pendidikan peneliti. 8. Saudari Lola yang telah membantu peneliti baik tenaga maupun pikiran selama peneliti mengerjakan skripsi ini. 9. Teman-teman tercinta kessos angkatan 2010 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis selama ini. Maju terus pantang mundur. Semangat.
iii
10. Semua pihak yang tidak bisa diesbutkan, yang telah membantu selesainya skripsi ini. Peneliti tidak mempu memberikan balasan apa-apa atas segala jasa yang diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya dengan iringan do’a semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat, baik bagi penulis, mahasiswa kesejahteraan sosial juga pembaca lainya. Ridha dan keikhlasan dari para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi selalu penulis harapkan, semoga ilmu yang diberikan kepada kami dapat bermanfaat untuk pengabdian di masyarakat.
Ciputat , 23 Desember 2014 Penulis
Risdiyanto
iv
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. vii DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
BAB I:
BAB II:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................ B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ......................... 1. Pembatasan Masalah ............................................................. 2. Perumusan Masalah .............................................................. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 1. Tujuan Penelitian .................................................................. 2. Manfaat Penelitian ................................................................ D. Metodologi Penelitian ............................................................... 1. Metode Penelitian.................................................................. 2. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 3. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 4. Subjek dan Informan ............................................................. 5. Teknik Sampling ................................................................... 6. Sumber Data .......................................................................... 7. Teknik Analisa Data .............................................................. 8. Keabsahan Data ..................................................................... 9 Tinjauan Pustaka ................................................................... 10. Teknik Penulisan ................................................................. E. Sistematika Penulisan ............................................................... LANDASAN TEORI A. Peran Sosial 1. Definisi Peran Sosial ........................................................... B. PekerjaSosial 1. PengertianPekerjaSosial ...................................................... 2. Peran Pekerja Sosial ............................................................ 3. Prinsip Pekerja Sosial.......................................................... C. Rehabilitasi Sosial 1. Pengertian Rehabiitasi Sosial .............................................. 2. Tahapan Pelayanan Rehabilitasi Sosial............................... 3. Sarana dan Prasarana rehabilitasi Sosial ............................. 4.
v
1 5 5 6 6 6 6 7 7 8 9 10 11 11 11 13 13 15 16
17 20 22 25 26 28 31
D. PenyalahgunaNarkoba 1. Pengertian Penyalahguna Narkoba .................................... 2. Pengertian Narkoba ............................................................ 3. Jenis-Jenis Narkoba............................................................ 4. Narkoba yang Disalahgunakan .......................................... 5. Akibat Penyalahgunaan Narkoba .......................................
34 35 36 37 44
BAB III : PROFIL LEMBAGA A. Sejarah Berdirinya PSPP “GalihPakuan” Bogor....................... 47 B. Visi dan Misi Lembaga ............................................................. 47 C. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................................... 49 1. Tugas Pokok ........................................................................ 49 2. Fungsi .................................................................................. 48 D. Struktur Organisasi ................................................................... 50 E. Sarana dan Prasarana................................................................. 52 1. Fasilitas Utama .................................................................... 52 2. Fasilitas Pendukung ............................................................ 52 3. Fasilitas Kendaraan ............................................................. 52 4. Kapasitas Tampung ............................................................. 53 5. SDM Pelaksana ................................................................... 53 6. Kapasitas Residen ............................................................... 54 7. Waktu Pelaksanaan ............................................................. 55 8. Fasilitas Pelayanan .............................................................. 56 F. Prosedur Penerimaan Residen .................................................. 56 1. Prosedur Penerimaan.......................................................... 56 2. Persyaratan Residen ........................................................... 57 G. Upaya yang dijalankan PSPP “Galih Pakuan” Bogor dalam Rehabililitasi Sosial Penyalahguna Narkoba. .......................... 58 1. Program Rehabilitasi sosial yang Berjalan di PSPP “Galih Pakuan” Bogor……………………………………………. 60 BAB IV : TEMUAN DAN ANALISA A.. Peran pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor ............................... 84 1. Peran sebagai Perantara (broker roles) ................................ 85 2. Peran sebagai Pendorong (enabler roles) dan Peran sebagai Fasilitator (facilitator roles) .................................... 86 3. Peran sebagai Penghubung (mediator roles)........................ 87 4. Peran sebagai Advokasi (advocator roles)....………........... 88 5. Peran sebagai Perunding (conference roles)………………. 89 6. Peran sebagai Pelindung (guardian roles)……………...….. 89 7. Tanggapan Residen terhadap Rehabilitasi Sosial yang Dilaksanakan Pekerja Sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor………………………………………………………. 90
vi
BAB V:
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 93 B. Saran .......................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ . 97 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR BAGAN Bagan 3.1 Struktur Organisasi …………………………………………… 51 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Data Informan………..……………………………………….... Tabel 3.1 Fasilitas Kendaraan……………………………..…………….... Tabel 3.2 Kapasitas Daya Tampung……………………..……………….. Tabel 3.3 SDM Pelaksana………………………………………………… Tabel 3.4 Jumlah Residen…………………………………………...……. Tabel 3.5 Daily Activities………………………………………………….
vii
11 52 53 53 55 74
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak globalisasi telah merambah ke seluruh peradaban bangsabangsa di dunia, dan berjalan dengan begitu cepatnya. Hal ini berpengaruh pada perubahan di berbagai lini kehidupan. Salah satu akibat dari kemajuan teknologi tersebut adalah meningkatnya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Hal ini berdampak terhadap terhambatnya proses pembangunan dan memperlemah peradaban tersebut. Selain itu, aspek negatif lain adalah timbulnya keresahan di dalam masyarakat dan semakin memperburuk kualitas kesehatan.1 Penyalahgunaan narkoba juga dapat menimbulkan dampak buruk yang multidimensi di kalangan masyarakat. Hal ini sudah tentu akan menimbulkan kerawanan sosial tentunya harus segera diwaspadai keberadaannya. Bahaya dari penyalahgunaan narkoba tidak hanya terhadap kesehatan fisik saja, tetapi juga terhadap kesehatan mental dan kehidupan.2 Narkoba merupakan salah satu kejahatan extra ordinary selain kejahatan Korupsi dan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, ini membuktikan sangat buruknya dampak narkoba bagi individu dan masyarakat
1
A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, (Jakarta: PT. Forum Media Utama, 2010), h. 1. 2 A. Kadarmanta, Mencegah Narkoba di Sekolah, (Jakarta: PT. Forum Media Utama, 2010), h. 85.
1
2
dalam berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu diperlukan juga perhatian yang extra ordinary dalam memberantas masalah ini. Dari pandangan agama Islam,. Al Quran dengan tegas mengharamkan khamar dan sejenisnya termasuk narkotika-psikotropika seperti tercantum dalam surat Al Maidah; 90-91
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minum) khamar, berjudi,, (berkorbanuntuk) berhala, mengadu nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jahuilah perbuatan-perbuatan keji itu agar kamu mendapat keberuntungan.”
“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) kahamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan itu).” Dari ayat tersebut, Allah SWT mengingatkan manusia untuk menjauhi barang haram yang berhubungan dengan makanan dan minuman yang keji
3
dan kotor. “Allah mematangkan atas kamu dari makanan yang keji dan kotor”.3 Narkoba sebagai musuh bersama, setiap saat dapat menghancurkan sendi dan tatanan sosial kemasyarakatan serta kehidupan berbangsa.Ditinjau dari sudut pandang manapun, permasalahan narkoba di
Indonesia
menunjukan keadaan serius, dan cenderung gawat. Tingkat pengguna narkoba dari tahun ke tahun semakin mengkhawatirkan, terutama dikalangan remaja. Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), pengguna narkoba tahun 2013 sudah mencapai 3,8 juta. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 3,6juta. 22% diantaranya, berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Narkoba jenis ganja,ekstasi maupun shabu-shabu menjadi favorit di kalangan ini.4 Fakta ini menunjukan setiap tahunnya angka pengguna narkoba semakin hari semakin banyak, tidak tanggung-tanggung peningkatanya hampir 50% per-tahunnya, korban terus berjatuhan dan peran dari semua pihak sangat diperlukan untuk memberantas peredaran narkoba, penyebab remaja terlibat dalam penyalahgunaan narkoba berasal dari remaja sendiri terdorong oleh rasa ingin tahu, ingin mencoba, mencari identitas serta gampang menerima tawaran teman sebaya karena ingin diakui atau diterima
3
Ahmad Sanusi Musthofa, Problem Narkotika dan HIV-AIDS, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2002) h.
21. 4
http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/deputipencegahan/artikel/11535/narkoba-cederai-anak-bangsa, diakses 10 Februari 2014.
4
oleh kelompok sebaya, selain itu terdapat pula faktor dari lingukngan yang juga mempengaruhi remaja untuk menyalahgunakan narkoba. Jika dilihat dari konsumennya, korban narkoba kini bukan lagi dominan pada golongan dewasa lagi, tetapi sudah menjamah hampir seluruh lapisan masyarakat, terutama pada usia remaja. Di usia ini perasaan yang selalu ingin tahu, dan ingin coba-coba sesuatu yang baru membuat mereka terkadang terjerumus kepada hal yang negatif, salah satunya adalah narkoba. Secara umum ciri remaja yang tergolong beresiko tinggi sebagai pengguna narkoba, antara lain, rendah diri, tertutup, mudah murung dan tertekan, mengalami hambatan psiko-sosial, agresif destruktif, suka sensasi dan melakukan hal-hal yang berbahaya, sudah merokok di usia muda, serta kehidupan keluarga atau pribadi kurang harmonis.5 Mengingat begitu besar bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba,
maka
diperlukan
suatu
tindakan
yang
nyata
terhadap
penanganannya, maka dalam UU No.35 Tahun 2009 disebutkan bahwa pengedar dan Bandar haruslah dihukum penjara, sedangkan mereka yang dikategorikan sebagai pecandu atau penyalahguna narkoba dan sudah terbukti dipengadilan haruslah melakukan pemulihan dan rehabilitasi terhadap efek buruk dari narkoba. Oleh karena itu dalam rangka Usaha Kesejateraan Sosial (UKS) sangatlah penting adanya tempat pemulihan dan pusat rehabilitasi narkoba.
5
Hari Sasangka, Narkoba dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, (Bandung: Mandar Maju, 2003), h. 11.
5
Salah satu pusat rehabilitasi narkoba bagi penyalahguana narkoba adalah Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” yang terletak di Bogor. PSPP “Galih Pakuan” Bogor adalah salah satu panti yang dimiliki Kemenetrian Sosial, panti ini merupakan panti percontohan yang mempunyai fasilitas yang sangat yang memadai, program yang sudah terencana, dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ahli dibidangnya masing-masing seperti Pekerja Sosial, Psikolog, Perawat, dan Dokter. Pekerja Sosial sendiri merupakan garda terdepan dari kegiatan rehabilitasi sosial yang dijalankan, Pekerja Sosial bertugas menjalankan program yang sudah tersusun dan di implementasikan kepada Residen, oleh karena itu sangatlah penting peran seorang Pekerja Sosial. Berdasarkan paparan di atas, penulis melakukan penelitian lebih mendalam dan menjadikan pembahasan dalam skripsi dengan judul “Peran Pekerja Sosial Terhadap Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk memfokuskan pembahasan, maka peneliti membatasi penelitian ini pada Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor sebagai suatu lembaga yang memberikan rehabilitasi sosial bagi yang meliputi: pembinaan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi, terminasi serta bimbingan lanjut bagi penyalahguna narkoba. Pada penelitian ini penulis
6
akan lebih fokus pada Peran Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor. 2. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini. a. Bagaimana peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial penyalahguna narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui peran pekerja sosial dalam rehabilitasi sosial remaja penyalahguna narkoba di PSPP Galih Pakuan Bogor. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat akademis 1) Untuk pengembangan ilmu pegetahuan diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi dan meningkatkan wawasan akademi dalam bidang kesejahteraan sosial khususnya yang terkait dengan rehabilitasi sosial bagi remaja penyalahguna narkoba. 2) Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan masukan bagi Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor dalam merancang dan memperbaiki rehabilitasi yang sedang berjalan untuk kedepan yang lebih baik. 3) Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat diketahui masyarakat umum. Baik masyarakat yang ada disekitar PSPP “Galih Pakuan” ataupun
7
berbagai kalangan yang tertarik terhadap rehabilitasi sosial penyalahguna narkoba. b. Manfaat Praktis 1) Menginformasikan hasil yang dicapai dari rehabilitasi sosial bagi penyalahguna narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor. 2) Memberikan pemahaman dan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut dan juga praktisi di lembaga.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam pengumpulan
dan
analisis
data
yang
diperlukan,
guna
menjawab
permasalahan yang dihadapi.Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menentukan data yang valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan masalah yang diteliti. Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.6 Tujuannya adalah peneliti ingin mendeskripsikan data-data, analisis dan menginterpretasikan data-data yang diperoleh dari objek atau responden ke dalam sebuah hasil penelitian.
6
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h.
35.
8
Untuk dapat mengetahui seberapa besar peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial bagi penyalahguna narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor, maka penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.7 Penggunaan pendekatan kualitatif ini mempunyai beberapa alasan yakni salah satunya adalah bersifat luwes dan fleksibel, menyajikan secara langsung hakikat hubungan anatara penulis dengan penelitian. 2. Teknik Pengumpulan Data Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara: a. Observasi Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telingan, penciuman, mulut, dan kulit.8 Penulis mengadakan pengamatan secara langsung mengenai pelaksanaan konseling di PSPP Galih Pakuan Bogor.Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang pengaruh konseling terhadap kesehatan mental pecandu narkotika, dengan mengamati pelaksanaan konseling di Panti Sosial Pamardi Putra Galih Pakuan Bogor.
7 8
http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif, diakses 10 Februari 2014. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2009, cet. Ke-3) h. 115.
9
b. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa pedoman (guide).9 Dilakukan guna memperoleh data yang berhubungan dengan masalah penelitian yang akan penulis teliti. Wawancara dilakukan dengan caramengajukan pertanyaan sekitar gambaran di PSPP Galih Pakuan Bogor. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi PSPP “Galih Pakuan” Bogor dan proses pelaksanaan konseling yang berlangsung di Panti tersebut. c. Dokumenter Dokumenter adalah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode dokumenter adalah metode yang dugunakan untuk menelusuri data historis.10 Peneliti berusaha mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta data-data lain yang didapat dari buku, majalah, surat kabar, artikel, kliping,dan lain-lain. 3. Tempat dan Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dimulai 14 Mei 2014 dan Penelitian ini berakhir pada tanggal 18 November 2014. Adapun tempat penelitian adalah di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.
9
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2009, cet. Ke-3) h. 108. Ibid., h. 121.
10
10
4. Subjek dan Informan Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, dalam memilih informan ini dipilih secara sengaja, dan berdasarkan kebutuhan dari peneliti.Subjek penelitian disini adalah peran dari Pekerja Sosial terhadap rehabilitasi sosial penyalahguna narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor. Informan yang akan dipilih ada beberapa informan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Pekerja Sosial yang merupakan pihak utama yang peneliti teliti, selian itu ada special function, yang merupakan Residen senior atau alumni panti yang membantu kerja dari Pekerja Sosial di lapangan, dan sumber yang lain adalah Resdiden, pemilihannya dikarenakan untuk mengetahui respon korban penyalahguna narkoba yang mengikuti rehabilitasi sosial di pamti. Secara terperinci informan peneliti adalah sebagai berikut:: a. Koodinator Pekerja Sosial PSPP “Galih Pakuan” Bogor. 1) Sutrisno S.Pd. (Pekerja Sosial Madya) b. Pekerja Sosial PSPP “Galih Pakuan” Bogor. 1) Mulyana S.pd.i (Pekerja Sosial Muda) c. Special function, yaitu Residen atau mantan Residen yang mempunyai fungsi membantu Pekerja Sosial menkoordinator asrama PSPP “Galih Pakuan” Bogor. 1) “B” (mantan Residen yang menjadi Special Function) d. Residen PSPP “Galih Pakuan” Bogor. 1) “N” (Penyalahguna narkoba) 2) “S” (Penyalahguna narkoba)
11
Tabel. 1.1 Data Informan Informan
Jumlah
Koodinator Pekerja Sosial PSPP “Galih Pakuan” Bogor Pekerja Sosial PSPP “Galih Pakuan” Bogor Special function PSPP “Galih Pakuan” Bogor Residen PSPP “Galih Pakuan” Bogor
1 orang 2 orang 1 orang 2 orang
5. Teknik Sampling Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.11 Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah purposive sampling (sample bertujuan). 6. Sumber Data Sumber data penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku, majalah, brosur dan literatur yang berjaitan dengan tema penelitian. 7. Teknik Analisis Data Dilihat dari tujuan analisis, maka ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis kualitatif, yaitu:
11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2010), h. 81.
12
a. Menganalisa proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gamabaran yang tuntas terhadap proses tersebut b. Menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial. Setelah terkumpulnya data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan penelitian, maka selanjutnya penulis melakukan analisis terhadap data dan informasi tersebut.Dalam menulis data tersebut penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan hasil temuan penelitian secara sistematis, faktual dan akurat yang disertai dengan petikan hasil wawancara. Huberman dan Miles mengajukan model analisis data yang disebutnya sebagai model interaktif. Model interaktif ini terdiri dari tiga hal utama, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi. Ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis (Miles dan Heberman, 1992):12 a. Reduksi Data Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada peyedarhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan.13 Pada proses awal analisa dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari hasil wawancara dengan informan. Data yang didapat masih 12
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009) h. 148. Ibid., h. 150.
13
13
berupa kesimpulan kata-kata yang masih mentah, dan perlu dibaca, dipelajari, dan ditelaah lebih lanjut.Untuk mengubah kata-kata mentah tersebut menjadi bermakna, maka oleh karena itu peneliti menggunakan reduksi data. b. Penyajian Data Proses penyajian data adalah aktivitas-aktivitas yang terkait langsung dengan proses analisis data model interaktif. Disini peneliti melakukan analisa dengan mengombinasikan berbagai kasus, yang selanjutnya data tersebut dijadikan panduan untuk menjawab semua pertanyaan yang terdapat pada perumusan masalah dengan cara menganalisanya dalam bentuk yang bersifat deskriptif sehingga tujuan dari penelitian ini dapat terjawab. c. Penarikan Kesimpulan Sedangkan pada tahap akhir, data yang tersaji pada analisa antar kasus khususnya yang berisi jawaban atas tujuan peneltian kualitatif diuraikan secara singkat, sehingga mendapat kesimpulan mengenai peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial penyalahguna narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor. 8. Keabsahan Data Untuk memperoleh keabsahan data, penulis mempergunakan teknik triangulasi, cara ini untuk menguji kejujuran, subjektivitas, dan kemampuan merekam data oleh pribadi di lapangan. Triangulasi dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat keperrcayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang
14
berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan (Paton, 1987): (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi peneitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pendapat orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah
atau tinggi,
orang berada dan
orang pemerintahan,
(5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yag berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau alasanalasan terjadinya perbedaan (Moleong, 2006: 330, Bardiansyah, 2006: 145). 9. Tinjauan Pustaka Untuk membandingkan maka peneliti mamaparkan skripsi peneliti dengan skripsi yang berjudul: a. Judul
: Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar
Disusun Oleh
: Fitriyah (107054103245)
Jurusan / Fakultas : Jurusan Kesejahteraan Sosial/Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Lulus b. Judul
: 2011 : Peran Pekerja Sosial Rumah Perlindungan Sosial Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Dalam Melakukan
15
Perlindungan
dan
Pelayanan
Terhadap
korban
Trafficking Disusun Oleh
: Siti Maryamah (105054002057)
Jurusan/Fakultas : Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam/Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Lulus
: 2009
10. Teknik Penulisan Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi in merujuk pada buku “Pedoman Penulisa Karya Ilmiah” yang diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2007.
E. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi dalam lima bab, masingmasing bab terdiri dari beberapa sub bab secara sistematis sebagai berikut: BAB I, PENDAHULUAN, mengemukakan: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II, LANDASAN TEORI, meliputi: Peran (Pengertian Peran, Pembagaian Peran) Rehabilitasi Sosial (Pengertian Rehabilitasi Sosial, Tahapan Pelayanan Rehabilitasi Sosial, Prinsip-Prinsip Pekerja Sosial), Penyalahguna Narkotika (Pengertian Penyalahguna Narkoba, Pengertian Narkoba, Jenis-jenis Narkoba, Akibat dari Penyalahgunaan Narkoba).
16
BAB III, DESKRIPSI LEMBAGA, meliputi Sejarah berdirinya PSPP “Galih Pakuan” Bogor, Visi dan Misi Lembaga, Tugas Pokok dan Fungsi, Struktur Organisasi, Fasilitas Sarana dan Prasarana, Prosedur Penerimaan Residen, Upaya yang dijalankan PSPP “Galih Pakuan” dalam Rehabililitasi Sosial Penyalahguna Narkoba. BAB IV, HASIL PENELITIAN, meliputi: Temuan dan Analisa Data. BAB V, PENUTUP, meliputi: Kesimpulan dan Saran-Saran.
BAB II PEMBAHASAN A. Peran Sosial Berbicara tentang peran merupakan pembicaraan yang berkaitan dengan segala aspek dan elemen yang ada, dia biasa menyentuh segala aspek baik itu aspek individu maupun sosial. Berikut definisi peran menurut ahli: 1. Definisi Peran Sosial Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan antara teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikokogi, teori peran berawal dari sosoiologi dan antropologi (Sarwono, 2002). Dalam ketiga ilmu tersebut, istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu, atau diluar kepribadian aslinya. Posisi aktor dalam teater (sandiwara) itu kemudian dianologikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan dari dirinya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan atau aktor tersebut. Dari sudut pandang inilah disusun teori-teori peran. Linton
(1936,
dalam
Cahyono,
2008)
seorang
antropolog,
telah
mengembangkan teori peran. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam
17
18
terminologi aktor-aktor bermain sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama.1 Selain itu Kahn (Ahmad dan Taylor, 2009) juga mengenalkan teori peran pada literatur perilaku organisasi. Mereka menyatakan bahwa sebuah lingkunagan organisasi dapat mempengaruhi harapan setiap individu mengenai perilaku peran mereka. Harapan tersebut meliputi norma-norma atau tekanan untuk bertindak dalam
cara
tertentu.
Individu
akan
menerima
pesan
tersebut,
meninterprestasikannya, dan merespon dalam berbagai cara. Masalah akan muncul ketika pesan yang dikirim tersebut tidak jelas, tidak secara langsung, tidak diinterprestasikan secara mudah, dan tidak sesuai dengan daya tangkap si penerima pesan. Akibatnya, pesan tersebut dinilai ambigu atau mengandung unsure konflik. Ketika hal itu terjadi, individu akan merespon pesan tersebut dalam cara tidak diharapkan oleh si pengirim pesan.2 Peran sosial sendiri adalah suatu tingkah laku yang diharapkan dari individu sesuai dengan status sosial yang disandangnya, sehingga peran dapat berfungsi pula untuk mengatur perilaku seseorang. Peran sosial pada seseorang dapat berbeda-beda ketika sesorang menyandang status yang berbeda. Tidak ada peran tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peran. Setiap orang mempunyai peran tertentu sesuai dengan status sosial yang
1
Anis Chariri, “Pengaruh Konflik Peran dan Ambiguitas Peran terhadap Komitmen Inndependensi Auditor Internal Pemerintah Daerah (Studi Emiris pada Inspektorat Kota Semarang), h. 5. 2 Ibid,.
19
disandangnya. Hal ini dikarenakan peran sosial merupakan dinamika dari status sosial. Dalam peran sosial terdapat tentang hak dan kewajiban dari status sosial. Peran memiliki fungsi mengatur perilaku individu yang berhubungan dengan status sosialnya. Status sosial yang berbeda menyebabkan terjadinya peran sosial yang berbeda pula.3 Jadi kesimpulan yang peneliti ambil dari pendapat ahli diatas, peran sosial adalah kumpulan dari serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal yang dijalankannya. Berikut adalah dua bentuk teori peran sosial menurut Malcolm Payne: 1. Teori peran struktural fungsional Mengasumsikan bahwa manusia memiliki kedudukan dalam struktur sosial. Setiap posisi memiliki peran yang diasosiasikan dengan posisi seseorang dalam struktur masyarakat. Bagaimana kita melihat peran mempengaruhi seberapa baik mengelola perubahan. Howard dan Johnson (1985) memberikan contoh keluarga dengan orang tua tinggal. Peneliti Amerika Serikat menemukan bahwa seseorang dengan asumsi tradisional mengenai ketepatan peran yang harus diemban dalam kehidupaan rumah tangga normal akan sulit
3
http://www.pojokpedia.com/pengertian-peran-sosial.html, diakses pada 30 Desember 2014.
20
dilakukan dalam rumah tangga jenis orang tua tinggal, karena mereka tidak terbiasa dengan penggantian peran tersebut. 2. Teori peran dramaturgical Melihat peran sebagai penjembatan dari harapan sosial yang dilekatkan dalam status sosial. Orang akan melebeli seseorang dalam interaksi sosialnya, kita mempengaruhi pandangan orang lain terhadap kita dengan cara mengelola informasi yang kita berikan kepadanya. Performa memberikan kesan yang tidak sesuai, performa kita terkadang diidealisasikan sehingga ia akan menyesuaikan dengan harapan sosial.4
B. Pekerja Sosial Perkerja sosial merupakan salah satu profesi yang bergerak di bidang sosial, yang tugasnya menolong individu atau komunitas agar bisa lebih berdaya di dalam masyarakat ataupun komunitas. 1. Pengertian Pekerja Sosial Profesi pekerja sosial adalah suatu profesi yang diakui secara internasional dan mempunyai jaringan organisasi praktik dan pendidikan internasional. Profesi ini pada dasarnya merupakan profesi pertolongan terhadap mereka yang rentan terhadap permasalahan keberfungsian sosial, baik itu individu, kelompok maupun masyarakat. Hal tersebut sesuai yang dikemukan oleh Charles Zastrow (1982),
4
Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial, (Tangerang Selatan: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 60-61.
21
yang menyatakan bahwa pekerjaan sosial merupakan profesi pertolongan. Pertolongan tersebut ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat, agar mereka dapat meningkatkan kemampuan keberfungsian sosialnya dan dapat mencapai tujuan hidupnya.5 Pekerjaan Sosial dapat dimaknai baik sebagai disiplin akademis, maupun profesi kemanusiaan. Sebagai disiplin akademis, pekerjaan sosial merupakan studi yang memfokuskan perhatiannya pada interelasi person-invironment berdasarkan pendekatan holistic yang dibangun secara eklektik dari ilmu-ilmu perilaku manusia dan sistem sosial, terutama psikologi, sosiaologi, antropologi, ekonomi, dan politik. Sebagai profesi kemanusiaan, pekerjaan sosial menunjuk pada ‘seni’ pertolongan dan keahlian professional untuk memperbaiki atau meningkat keberfungsian sosial (social functioning) individu, kelompok, keluarga dan masyarakat sehingga memiliki kapasitas dalam menghadapi goncangan dan tekanan (shocks and stresses) yang menerpa kehidupan.6 Pekerjaan Sosial yang menurut Pincus dan Minahan (1977:17) adalah suatu bidang keahlian yang mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki dan atau mengembangkan interaksi-interaksi diantara orang dengan lingkungan sosial sehingga orang ini memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas kehidupan mereka, mengatasi kesulitan-kesulitan, serta mewujudkan aspirasiaspirasi dan nilai-nilai mereka dapat memberikan sumbangnnya. Dalam hal ini 5
Ainur Rosidah, “Pengaruh Keadilan Organisasi dengan Mediasi Strategi Koping terhadap Burnout pada Pekerja Sosial Dinas Sosial”, Procceding PESAT, Vol.5 Oktober 2013, h. 6. 6 Edi Suharto, Teori Feminis dan Pekerjaan Sosial, h. 2
22
orangnya disebut Pekerja Sosial. Pincus dan Minahan (1979:65) mengemukakan bahwa Pekerja Sosial adalah orang yang mempunyai keahlian dan ketrampilan untuk meningkatkan kemampuan keberfungsian sosial individu-individu. Dalam upaya tersebut Pekerja Sosial dapat melakukan berbagai peran.7 Profesi pekerjaan sosial [dikutip dari pertemuan “Federasi Pekerja Sosial Internasional” di Montreal-Kanada, Juli 2000] mempromosikan terciptanya perubahan sosial, serta pemberdayaan dan
pembebasan manusia
pada relasi
manusia, serta pemberdayaan dan pembebasan manusia untuk mencapai derajat kehidupan yang lebih baik. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan teoriteori perilaku manusia dan sistem sosial. Pekerjaan sosial mengintervensi ketika seseorang berinteraksi dengan lingkunagnnya. Prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan sosial merupakan hal yang fundamental bagi pekerjaan sosial.8 2. Peran Pekerja Sosial Adapun peran Pekerja Sosial yang dapat dilakukan dalam intervensi Pekerjaan Sosial sebagaimana dikemukakan oleh Bradford W. dan Charles R. Horejsi (2003) dalam Suharto (2011:155):9
7
Sri Dwiyantari, “Peran Pekerja Sosial dalam Pemberdayaan pada Keluarga (Suatu Kajian Mengenai Pemberdayaan Pada keluarga yang Terputus Hubungan Kerjanya (Ter-PHK)”, (Februari 2005) h. 2. 8 Isbandi Rukminto Adi, “Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial”, 2nd ed.,(Depok: FISIP UI Press, 2005), h. 12 9 Sri Dwiyantari, “Penguatan Peran Pekerja Sosial Untuk Efektivitas Pelayanan Pekerja Sosial: Kajian Dengan Pendekatan Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif dariStephen R. Covey”, INSANI, No.14 (Juni 2013), h. 3.
23
a. Peran sebagai perantara (broker roles) Pekerja Sosial bertindak di antara Klien atau penerima layanan dengan sistem sumber yang ada dibadan atau lembaga pelayanan. Pekerja Sosial juga berupaya membentuk jaringan kerja dengan organisasi pelayanan sosial untuk mengontrol kualitas pelayanannya. b. Peran sebagai pendorong (enabler roles) Peran ini paling sering digunakan karena peran ini diilhami oleh konsep pemberdayaan dan difokuskan pada kemampuan, kapasitas dan kompetensi Klien untuk menolong dirinya sendiri. c. Peran sebagai penghubung (mediator roles) Dalam hal ini Pekerja Sosial bertindak untuk mencari kesepakatan yang memuaskan dan untuk berintervensi pada bagian-bagian yang sedang konflik, termasuk di dalamnya membicarakan segala persoalan dengan cara kompromi dan persusiasi. d. Peran sebagai advokasi (advocator roles) Peranan sebagai advokat biasanya terlihat sebagai juru bicara Klien, memaparkan dan beragumentasi tentang masalah Klien apabila diperlukan, membela kepentingan korban untuk menjamin sistem sumber, juga dalam hal menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan mengembangkan program. e. Peran sebagai perunding (conferee roles) Peranan yang diasumsikan ketika Pekerja Sosial dan Klien mulai bekerjasama. Ini merupakan kolaborasi antara Klien dengan Pekerja Sosial
24
yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Ketrampilan yang diperlukan sosial yaitu ketrampilan mendengarkan, penguatan dan lainlainnya. f. Peran sebagai pelindung (guardian roles) Profesi Pekerja Sosial dapat mengambil peran melindungi Klien dan orang-orang kebernyaman untuk mengutarakan masalahnya, beban dalam pikirannya terlepas dan merasa bahwa masalahnya dapat dirahasiakan oleh Pekerja Sosial. g. Peran sebagai fasilitasi (facilitator roles) Peran ini dilakukan oleh Pekerja Sosial untuk membantu Klien agar dapat berpartisipasi, berkontribusi, mengikuti keterampilan baru dan menyimpulkan apa yang tercapai oleh Klien. Peran ini sangat penting untuk membantu meningkatkan keberfungsian sosial. h. Peran sebagai negosiator (negotiator roles) Peran ini ditunjukan pada Klien yang mengalami konflik dan mencari penyelesaian dengan kompromi sehingga mencapai kesepakatan kedua belah pihak. Posisi negosiator berbeda dengan posisi mediator. Seorang negosiator berada pada salah satu posisi yang konflik. kedudukan Pekerja Sosial adalah sebagai pelaksana teknis fungsional, yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial pada instansi pemerintah maupun badan ataupun organisasi sosial lainnya yang bertujuan
25
untuk meningkatkan kapasitas seseorang agar lebih berdaya dan dapat berperan dalam kehidupan bermasyarakat.10 3. Prinsip Pekerja Sosial a. Penerimaan merupakan prinsip Pekerja Sosial yang fundamental, yaitu dengan menunjukkan sikap toleran terhadap keseluruhan dimensi klien (plant,1970). b. Tidak memberikan penilaian, hal ini berarti Pekerja Sosial menerima klien dengan apa adanya disertai prasangka atau penilaian. c. Individualisasi berarti memandang dan mengapresiasi sifat unik dari klien (Bistek,1957). Setiap klien memiliki karakteristik kepribadian dan pemahaman yang unik, yang berbeda dengan setiap individu yang lain. d. Menentukan sendiri, adalah memberikan kebebasan mengambil keputusan oleh klien. e. Tampil apa adanya, berarti Pekerja Sosial sebagai seorang manusia yang berperan apa adanya, alami, tidak memakai topeng, pribadi yang asli dengan segala kekurangan dan kelebihannya. f. Mengontrol keterlibatan emosional, berati Pekerja Sosial mampu bersikap objektif dan netral.
10
Sri Dwiyantari, “Penguatan Peran Pekerja Sosial Untuk Efektivitas Pelayanan Pekerja Sosial: Kajian Dengan Pendekatan Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif dari Stephen R. Covey”, INSANI, No.14 (Juni 2013), h. 3.
26
g. Kerahasiaan, Pekerja Sosial harus menjaga kerahasiaan informasi seputar identitas, isi pembicaraan dengan klien, pendapat proffesional lain atau catatan-catatan kasus mengenai diri klien.11
C. Rehabilitasi Sosial Rehabilitasi sosial merupakan salah cara untuk memulihkan korban penyalahguna narkoba agar bisa pulih dan dapat hidup normal kembali di masyarakat (Pengantar Rehabilitasi sosial) 1. Pengertian Rehabilitasi Sosial Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Rehabilitasi diartikan sebagai suatu pemulihan kedudukan (keadaan,nama baik) yang dahulu (semula), atau dalam arti yang lain rehabilitasi berarti perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misalnya pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat dl masyarakat.12 Pada abad pertengahan di masyarakat feudal istilah rehabilitasi diartikan sebagai restoration yang mengandung pengertian perbaikan atau pemulihan hak, pangkat, kehormatan raja atau bangsawan yang hilang atau dihapusakan. Beberapa waktu kemudian istilah rehabilitasi dimaknakan semakin luas yang mencakup perbaikan atau pemulihan nama baik (reputasi) seseorang dengan cara
11
http://www.wikipedia.co.id/pekerjasosial, diakses pada tangga l 8 Agustus 2014. http://kbbi.web.id/rehabilitasi, diakses pada tanggal 7 April 2014.
12
27
membersihkan dari tuntutan-tuntutan yang tidak adil atau tidak mendasar, dan menetapkan kembali nama baiknya. Sejalan dengan munculnya pemikiran dan praktek pekerhaan sosial modern, penggunaan istilah rehabilitasi berkembang terus. Pemaknaan istilah rehabilitasi berkembang menjadi perbaikan atau pemulihan (restoration) kepasitas seseorang, khusnya kapasitas fisik atau mental, ke dalam keadaan sebenarnya. Namun, dalam perkembangan selanjutnya pemaknaan istilah rehabilitasi berkembang tidak hanya merupakan upaya pemulihan saja, akan tetapi juga merupakan upaya mengembangkan potensi yang ada. Hakekat rehabilitasi adalah interaksi, saling ketergantungan, dan saling berhubungan diantara banyak disiplin ilmu, pasien atau klien, keluarga, sumber yang dapat membantu atau mendukung, komunitas, dan pemerintah Sementara itu, tujuan dari proses rehabilitasi adalah membuat seseorang menyadari potensi-potensinya dan selanjutnya melalui sarana dan prasarana yang diberikan kepadanya berusaha mewujudkan atau mengembangkan potensi-potensi tersebut secara maksimal untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya pada taraf yang optimal.13 Sedangkan rehabilitasi sosial sendirimerupakan upaya yang bertujuan untuk mengintegrasikan seseorang yang mengalami masalah sosial ke dalam kehidupan masyarakat dimana dia berada. Pengintegrasian tersebut
13
dilakuakan melalui
Edi Suharto (ed.), Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004), h. 183-185.
28
upaya peningkatan penyesuaian diri, baik terhadap keluarga, komunitas maupun pekerjaannya. Dengan demikian, rehabilitasi sosial merupakan pelayanan sosial yang utuh dan terpadu, agar seseorang dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal dalam hidup bermasyarakat. Pada jenis rehabilitasi sosial ini, profesi pekerjaan sosial memegang peran utama. Profesi-profesi lain, sesuai dengan kebutuhan sebagai pendukung.14 2. Tahapan Pelayanan Rehabilitasi Sosial Kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial dilaksanakan dengan tahap yang baku atau standar, meliputi : a. Pendekatan Awal Pendekatan awal adalah kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan dan rehabil it asi social yang dil aksanakan dengan penyampaian informasi program kepada masyarakat, instansi terkait, dan organisasi sosial (lain) guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien/ atau residen dengan persyarat an yang telah ditentukan. b. Penerimaan Pada tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menentukan apakah diterima atau tidak dengan mempert imbangkan hal-hal sebagai berikut:
14
Edi Suharto (ed.), Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004), h. 186.
29
1) Pengurusan administrasi surat
menyurat
yang diperl ukan untuk
persyaratan masuk panti (seperti surat keterangan medical check up, test urine negative, dan sebagainya). 2) Pengisian formulir dan wawancara dan penentuan persyaratan menjadi klien atau residen. 3) Pencatatan klien atau residen dalam buku registrasi. c. Asessment Asessment merupakan kegiatan penelaahan dan pengungkapan masalah untuk mengetahui seluruh permasalahan klien residen, menetapkan rencana dan pelaksanaan intervensi, Kegiatan asessmen diantaranya meliputi : 1) Menelusuri dan mengungkapkan latar belakang dan keadaan klien atau residen. 2) Melaksanakan diagnosa permasalahan. 3) Menentukan langkah-langkah rehabilitasi. 4) Menentukan dukungan pelatihan yang diperlukan. 5) Menempatkan klien atau residen dalam proses rehabilitasi. d. Bimbingan Fisik Kegiatan ini ditujukan untuk menjaga kondisi fisik klien atau residen agar tetap fit dan sehat dalam mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial, meliputi pelayanan kesehatan, peningkatan gizi, baris berbaris dan olah raga.
30
e. Bimbingan Mental dan Sosial Bimbingan mental dan sosial meliputi bidang keagaman atau spiritual, budi pekerti individual dan sosial atau kelompok dan motivasi klien atau residen (psikologis). f. Bimbingan Orang tua dan Keluarga Bimbingan bagi orangtua atau keluarga dimaksudkan agar orang tua atau keluarga dapat menerima keadaan klien atau residen memberi support, dan menerimaklien atau residen kembali dirumah pada saat rehabilitasi telah selesai. g. Bimbingan Ketrampilan Bimbingan ketrampilan berupa pelatihan vokalisasi dan keterampilan usaha (survival skill), sesuai dengan kebutuhan klien residen agar nantinya bisa menjadi bekal Residen dal mencari pekerjaan didunia kerja. h. Resosialisasi atau Reintegrasi Kegiatan ini merupakan komponen pelayanan dan rehabilitasi yang diarahkan untuk menyiapkan kondisi klien atau residen yang akan kembali kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini meliputi : 1) Pendekatan kepada klien atau residen untuk kesiapan kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya. 2) Menghubungi dan memotivasi keluarga klien atau residen serta lingkungan masyarakat untuk menerima kembali klien atau residen.
31
3) Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan melanjutkan sekolah. i. Penyaluran dan Bimbingan Lanjut (Aftercare) Dalam penyaluran dilakukan secara berkala dalam rangka pencegahan kambuh atau relapse bagi klien dengan kegiatan konseling, kelompok dan sebagainya. Bimbingan lanjut dilakukan secara berkala dalam rangka pencegahan kambuh atau relapse bagi klien dengan kegiatan konseling, kelompok dan sebagainya. j. Terminasi Kegiatan ini berupa pengakhiran pemutusan program pelayanan dan rehabilitasi bagi klien atau residen yang telah mencapai target program dan dinyatakan berhasil.15 3. Sarana dan Prasarana Rehabilitasi Sosial Sarana dan prasarana rehabilutasi yang merupakan alat untuk mengatasi masalah-masalah ketidakmampuan atau cacat (disability) dapat dibagi dalam empat kategori, yaitu program, pelayanan (services), sumber daya manusia (personnel), dan fasilitas serta peralatan
15
http://bnn.go.id/portalbaru/portal/file/artikel_trithab/STANDAR%20MINIMAL%20DAN% 20PEDOMAN%20PELAYANAN%20DAN%20REHABILITASI%20SOSIAL%20PENYALAHG UNAAN%20NARKOBA.pdf, diakses 20 Mei 2014
32
a. Program Rehabilitasi Digambarkan sebagai suatu rencana prosedur yang bersifat luas yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh kelompol-kelompok orang. Rencana tersebut tidak berkaitan langsung dengan hal-hal yang sangat rinci dalam hal pelayanan rehabilitasi khusus, namun lebih pada perencanaan dan pengorganisasian rehabilitasi secara umum dan komperhensif. Program rehabilitasi berbeda dalam hal jangkauan (scope),organisasi, tujuan, dan praktek operasionalnya. Jangkauan program dlam meliputi lingkup nasional, regional, dan lokal, organisasi suatu program dapat dikategorikan ke dalam organisasi pemerintah (public) atau swasta (private). Tujuan suatu program dapat dihubungkan dengan salah satu tipe masalah sosial, dan dapat dihubungkan dengan kategori atau kelompok kecacatan atau masalah sosial yang lebih umum atau luas. Praktek operasiomal suatu program rehabiltasi dapat dilaksanakan melaui berbagai kegiatan program, mdiantaranya pengadaan pelayanan, informasi dan publikasi, koordinasi kegiatan-kegiatan, pertukaran idea atau pemikiran antar profesi atau disiplin ilmu, pengumpulan dana, penelitian dan pendidikan. Sebagaian besar rehabitasi kombinasi dari kompenen diatas. b. Pelayanan Rehabiltasi sosial diorganisasikan untuk kepentingan langsung para penyandang masalah sosial. Salah satu definisi mengenai pelayanan adalah yang dikemukan oleh Webster yang menyatakan bahwa pelayanan adalah
33
setiap hasil kerja bermanfaat yang tidak berbentuk barang atau sebagai perilaku yang memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi yang lain atau orang-orang lain. c. Sumber Daya Manusia (SDM) Personel yang melakukan pelayanan rehabilitasi disesuaikan dengan persyaratan keterampilan pada masing-masing bidang pelayanan. Dengan demikian sumber daya manusianya terdiri dari orang-orang dari berbagi profesi yang memiliki keterampilan-keterampilan khusus seperti dokter, perawat, psikolog, pekerja sosial, pekerja sosial medis, konselor vokasional, ahli terapi bicara dan mendengar, ahli terapi fisik dan sebagainya. Selain personel tersebut, terdapat bagian dari masyarakat yang memberikan kontribusi pada seluruh prosedur rehabilitasi, diantaranya adalah volunteer atau sukarelawan, pencari dana, pekerja sosial dan kesehatan masyarakat, pengusaha, organisasi persaudaraan, kelompok orang tua, kelompok keagamaan dan sebagainya. d. Fasilitas Penunjang Rehabilitasi Merupakan sesuatu yang mempelancar setiap tindakan, pelaksanaan atau kegiatan medis, psikolog, and pekerja rehabilitasi vokasional. Fasilitas yang dibutuhkan tersebut dapat berupa rumah sakit, lembaga atau pusat rehabilitasi, sheltered workshops, pusat latihan kerja, lembaga atau sekolah luar biasa. e. Peralatan
34
Yang dipergunakan merupakan bagian penting dari kelengkapan kegiatan rehabilitasi untuk kelancaran proses rehabilitasi. Sifat dari peralatan dapat manual atau menggunakan teknologi tinggi. Jenis dan jumlahnya tergantung pada banyaknya profesi yang terlibat dalam proses rehabilitasi.16
D. Penyalahguna Narkoba 1. Pengertian Penyalahguna Narkoba Penyahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba diluar indikasi medis, tanpa petunjuk atau resep dari dokter, secara teratur atau berkala sekurangkurangnya selama 1 bulan. Pemakaian secara teratur tersebut menimbulkan gangguan fisik dan mental. Karena narkoba berpengaruh ke otak, setelah menggunakan narkoba dapat timbul rasa nikmat seperti rasa rileks, rasa senang, tenang, dan perasaan “high”. Perasaan itulah yang dicari oleh pemakainnya yang menyebabkan narkoba disalahgunakan. Namun sesudah mengalami perasaan “high”, terjadi perasaan “down” atau pengaruh sebaliknya seperti cemas, gelisah, nyeri otot, dan sulit tidur. Untuk menghilangkan persaan buruk itu, orang menggunakan narkoba lagi. Jika digunakan berulang kali, terjadi kebiasaan dan kehidupan menjadi bagaikan “roller coaster” dan hidup hanya demi memperloh perasaan “high” dari
16
Edi Suharto (ed.), Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004), h. 187-189.
35
narkotika. Jika sudah demikan, tidak ada lagi rasa nikmat akan tetapi rasa sakit dan penderitaan.17 Pada sebagian remaja, penyalahguna obat merupakan alat interaksi sosial, yaitu agar diterima oleh teman sebaya atau merupakan perwujudan dari penentangan terhadapa orangtua dalam rangka membentuk identitas diri dan supaya diaanggap sudah dewasa.18 Oleh karena itu perlu peran perhatian dari semua elemen masyarakat untuk dapat mengenali remaja yang berisiko rentan oleh narkoba, dan bisa membantu dalam mengarahkan remaja kedalam kegiatan yang positif dan berguna untuk masa depannya. 2. Pengertian Narkoba Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat atau bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.19 Narkoba juga merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan17
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2011) h. 13-14. 18 Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya, (Erlangga), h. 11. 19 http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba, diakses pada20 Mei 2014.
36
golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan sebagaimana Keputusan Menteri Kesehatan.20 3. Jenis-Jenis Narkoba Karena bahaya ketergantungan, penggunaan, dan peredaran narkoba diatur undang-undang, yaitu UU No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika dan UU No. 1997 tentang psikotropika. Karena itu, menurut undang-undang, narkoba dibagi ke dalam narkotika dan Psikotropika. a. Narkotika Menurut potensi yang menyebabkan ketergantungannya, naekoba dikelompokan menjadi: 1) Narkotika golongan I: berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan untuk terapi. Contoh: heroin, kokain, ganja, dan putaw. 2) Narkotika golongan II: berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan dan digunakan pada terapi pilihan terakhir. Contoh: morfin dan petidin. 3) Narkotika golongan III: berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan dan banyak digunakan dalam terapi: Contoh kodein. b. Psikotropika 1) Psikotropika golongan I: amat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan dalam terapi. Contoh: MDMA (ekstasi), LSD, dan STP.
20
Hadiman, Pengawasan serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Balai Pustaka, 2005) h. 69.
37
2) Psikotropika golongan II: Kuat menyebabkan ketergantungan, banyak digunakan pada terapi secara terbatas. Contoh: amfetamin, metamfetamin (sabu), fensiklidin, (PCP), dan retalin. 3) Psikotropika golongan III: Potensi sedang menyebabkan ketergantungan, banyak digunakan dalam terapi, contoh: pentobarbital dan flunitrazepam. 4) Psikotropika golongan IV: potensi ringan menyebabkan ketergantungan dan sangat luas digunakan dalam terapi, contoh: diazepam dan klobazam. c. Zat Adiktif Zat adiktif lain yang tidak tercantum dalam undang-undang, tetapi banyak disalahgunakan, yaitu: 1) Alkohol, yang terdapat pada minuman keras; 2) Inhalusia atau Solven, yaitu gas atau zat yang mudah menguap; 3) Nikotin, yang terdapat pada tembakau; 4) Kafein, pada kopi, minuman penambah energi, dan obat sakit kepala tertentu.21 4. Narkoba yang Sering Disalahgunakan a. Opioda (morfin, heroin, dan lain-lain) Segolongan zat dengan daya kerja serupa, ada yang alami, sintetik, dan semisintetik. Opioda alami berasal darietah opium poppy (opiat) seperti morfin, opium, kodein. Contoh opioda semisintetik adalah heroin/putaw dan 21
Lydia Harlina Martono, dkk., Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya, (Balai Pustaka: 2008) h.7-8
38
hidromorfin. Contoh opioda sintetik adalah maperidin dan metadon fentanyl (china white). Potensi menghilangkan nyeri dan menyebabkan ketergantungan heroin adalah sepuluh kali lipat disbanding morfin dan kekuatan opioda sintetik 400 kali lipat dari kekuatan morfin. Cara pemakaiannya adalah disuntikan ke dalam pembuluh darah atau di hisap melalui hidung setelah dibakar. Pengaruh jangka pendek memakai opioda adalah hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang, munculnya rasa nyaman (eforik) diikuti perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk, dan pemakai dapat meninggal karena overdosis. Pengaruh jangka panjangnya adalah ketergantungan (gejala putus zat, toleransi). Dapat timbul kompilasi, seperti sembelit, gangguan menstruasi, dan impotensi. Karena pemakaian jarum suntik tidak steril timbul abses, hepatitis B / C yang merusak hati, dan penyakit HIV/AIDS yang merusak system kekebalan
tubuh,
sehingga
mudah
terserang
infeksi
dan
akhirnya
menyebabkan kematian. b. Ganja (marijuana, cimeng, gelek, hasis) Ganja
mengandung THS
(tetrahydro-cannabinol)
yang bersifat
psikoaktif. Ganja yang biasanya dipakai berupa tanaman kering yang dirajang,
39
dilinting, dan disulut seperti rokok. Menurut Undang-undang, ganja tergolong narkotika golongan I. Efek jangka pendek pemakaian ganja adalah muncul cemas, rasa gembira, banyak bicara, tertawa cekikikan, halusinasi, dan berubahnya perasaan waktu (lama dikira sebentar) dan ruang (jauh dikira dekat), peningkatan denyut jantung, mata merah, mulut dan tenggorokan kering, dan selera makan meningkat. Pengaruh jangka panjang ganja adalah daya piker berkurang, motivasi belajar turun, perhatian ke sekitarnya berkurangnya, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, mengurangi kesuburan, peradangan jalan napas, aliran darah ke jantung berkurang dan terjadi perubahan pada sel-sel otak. c. Kokain (kokain, crack, daun koka, pasta koka) Kokain berasal dari tanaman koka, tergolong stimulansia (meningkatnya aktivitas otak dan organ tubuh lain). Menurut Undang-undang, kokain termasuk golongan I. kokain berbentuk Kristal putih. Nama jalanannya adalah koka, happy dust, charlie, srepet, snow/salju putih. Diguanakan dengan cara disedot melalui hidung, dirokok, atau disuntikan. Kokain dengan cepat menyebabkan ketergantungan. Pengaruh jangka pendek pemakaian kokain adalah rasa percaya diri meningkat, banyak bicara, rasa lelah hilang, kebutuhan tidur berkurang, minat
40
seksual meningkat, halusinasi visual dan taktil (seperti ada serangga merayap),dan curiga (paranoid). Pengaruh jangka panjangnya adalah kurang gizi, anemia, sekat hidung rusak, dan terjadi gangguan jiwa (psikotik). d. Alkhohol Alkhohol terdapat pada minuman keras, yang kadar etanolnya berbedabeda. Minuman keras golongan A berkadar etanol 1-5%, contoh: bir, minuman keras golongan B (5-20%), (berbagai jenis minuman anggur, minuman keras golongan C (20-45%) (vodka, rum, gin, Manson House, TKW). Alkhohol menekan kerja otak (depresansia). Setelah diminum, alkhohol akan diserap oleh tubuh dan masuk ke dalam pembuluh darah. Alkohol menyebabkan mabuk, jalan sempoyongan, bicara cadel, kekerasan/perbuatan meruasak, ketidakmampuan belajar dan mengingat, dan kecelakaan (karena mengendarai dalam keadaan mabuk). Pemakaian jangka panjang menyebabkan kerusakan pada hati, lambung, sarah tepi, otak, gangguan jantung, meningkatkan resiko kankerr, dan bayi lahar cacat dari ibu pecandu alkhohol. e. Golongan Amfetamin: amfetamin, ekstasi, dan sabu. Golongan amfetamin termasuk stimulansia susunan saraf pusat. Disebut juga upper, amfetamin sering digunakan untuk menurunkan berat badan
41
karena dapat mengurangi rasa lapar, atau mengurangi kantuk karena harus begadang. Amfetamin cepat menyebabkan ketergantungan. Golongan amfetamin adalah MDMA (ekstasi, XTC, ineks),dan metamfetamin (sabu), amfetamin disebt disainer drug karena dibuat di laboratorium gelap, yang kandungannya adalah campuran berbagai jenis zat. Remaja orang dewasa muda dari berbagai kalangan menggunakan ekstasi dan sabu untuk bersenag-senang. Cara pemakainnya adalah diminum (ekstasi), dihisap melalui hidung (sabu), atau disuntikan dan dihisap memakai sedotan. Pengaruh jangka pendeknya adalah tidak tidur (terjaga), rasa riang, perasaan melambung (fly), rasa nyaman, dan meningkatkan keakraban. Akan tetapi, setelah itu, muncul rasa tidak enak, murung, nafsu makan hilang, berkeringat, haus, rahang kaku dan bergerak-gerak, dan badan gemetar. Dapat terjadi gangguan jiwa. Pengaruh jangka panjangnya adalah kurang gizi, anemia, penyakit jantung, dan gangguan jiwa psikotik. f. Golongan Halusinogen: Lysergic Acid (LSD) LSD menyebakan halusinasi (khayalan), dan termasuk psikotropika golongan I. Nama yang sering diguanakan adalah acid, red dragon, blue heaven, sugar cubes, trips, tabs. Bentuknya seperti kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar, atau
42
berbentuk pil dan kapsul. Cara pemakainnya adalah dengan meletakan LSD pada lidah. Pengaruh LSD tidak dapat diduga, sensasi dan perasaan berubah secara dramatis, denan mengalami flashbacks, atau bad trips (halusinasi / penglihatan semu) berulang tanpa peringatan sebelumnya. Pupil melebar, tidak bisa tidur, selera makan hilang, suhu tubuh meningkat, berkeringat, denyut nadi dan tekanan darah naik, koordinasi otot terganggu, dan tremor. Data merusak sel otak, gangguan daya ingat dan pemusatan perhatian yang diikuti memningkatnya resiko kejang, serta kegagalan pernapasan dan jantung. g. Sedativa dan Hipnotika (obat penenang, obat tidur) Contoh sedativa dan hipnotika adalah lexo, nipam, pil BK, MG, DUM, dan rohyp, yang termasuk golongan III dan IV dan digunakan dalam pengobatan dengan pengawasan. Tidak boleh diperjualbelikan tanpa resep dokter. Penyalahguna minum obat tidur atau pil penenang untuk menghilangkan stress atau gangguan tidur. Memang stress berkurang atau hilang sementara, tetapi persoalan tetap saja ada. Pengaruhnya sama dengan alkhohol, yaitu menekan kerja otak dan aktivitas organ tubuh lain (depresan). Jika diminum bersama alkhohol akan meningkatkan pengaruhnya, sehingga dapat menjadi kematian.
43
Segera setalah pemakaian muncul perasaan tenang dan otak-otak mengendur. Pada dosis lebih besar, bisa menyebabkan gangguan bicara (pelo), persepsi terganggu, dan jalan sempoyongan. Dosis lebih tinggi membuat efek tertekannya pernapasan, koma, dan kematian. Dalam jangka panjang akan membuat ketergantungan. h. Solven dan Inhalusia Zat pelarut ini mudah menguap dan gas berupa senyawa organik untuk berbagai keperluan rumah tangga, kantor, dan pabrik. Contoh: tiner, aceton, lem, aerosol, spray, dan bensin. Sering digunakan anak 9-14 tahun dan anak jalanan, dengan cara dihirup (ngelem) itu sangat berbahaya karena begitu dihisap, zat akan masuk kedalam darah dan segera masuk ke otak. Pengaruh jangka pendeknya adalah seperti pengaruh pemakaian alkhol, dapat berakibat mati mendadak karena kekurangan oksigen, atau karena ilusi, halusinasi, dan persepsi salah, (merasa bisa terbang sehingga mati ketika terjun dari tempat tinggi. Pengaruh jangka panjangnya adalah kerusakan otak, sumsum tulang, dan jantung. i. Nikotin Nikotin terdapat pada tembakau (stimulansia), selain nekotin, tembakau mengandung tar dan CO yang berbahaya, serta zat lain, seluruhnya tak kurang
44
dari 4.000 senyawa. Jika nikotin adalah penyebab ketergantungan. Maka tar menjadi penyebab kanker. Survey menunjukan bahwa merokok pada anak atau remaja adalah pintu gerbang masuk kepada pemakaian ganja, heroin, ekstasi, dan sabu yang banyak disalahgunakan. Oleh karena itu, pencegahan penyalahgunaan narkoba harus dimulai dengan mencegah merokok atau menunda usia merokok. j. Kafein Kafein terdapat pada kopi, beberapa obat penghilang rasa nyeri, minuman penyegar, minuman kola, dan teh.22 5. Akibat Penyalahgunaan Narkoba a. Gangguan Kesehatan Yaitu kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh seperti hati, jantung, paru, ginjal, kelenjar, endrokin, sistem reproduksi, infeksi hepatitis B / C, HIV / AIDS, penyakit kulit dan kelamin, kurang gizi, dan gigi berlubang.
22
Lydia Harlina Martono, dkk., Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya, (Balai Pustaka: 2008), h. 9-12.
45
b. Gangguan perilaku atau mental-sosial Seperti mudah tersinggung, marah, sulit mengendalikan diri, dan hubungan dengan keluarga dan sesame terganggu. Terjadi gangguan mental seperti paranoid, psikosis. c. Merosotnya nilai-nilai Seperti nilai-nilai kehidupan agama, sosial budaya, sopan santun hilang, menjadi asosial dan tidak peduli dengan orang lain. d. Mengakibatkan kejahatan, kekerasan dan keriminalitas. Narkoba berkaitan dengan kejahatan sedikitnya dalam tiga hal: 1) Kepemilikan narkoba merupakan pelanggaran kriminal 2) Karena narkoba seperti kokain dan heroin sangat mahal, para pecandu sering kali berpaling pada kejahatan untuk membiayai kebiasaan mereka. 3) Dampak narkoba itu sendiri dapat mengarah pada kegiatan kriminal dan tindakan kekerasan. Kokain, khususnya bila dicampurkan dengan alcohol dapat menimbulkan perilaku penuh kekerasan dalam diri seseorang yang mungkin berwatak lembut.
46
e. Bagi keluarga dan masyarakat 1) kehidupan keluarga tidak berfungsi normal Mungkin kerusakan paling parah akibat narkoba adalah dalam keluarga. Seringkali, kehidupan keluarga tidak berfungsi normal lagi berkaitan erat dengan penyalahgunaan narkoba. 2) kerugian besar bagi negara Indonesia Menyadari bahwa sebagian besar pengguna narkoba adalah generasi muda dan berada dalam usia produktif, menunujukan kerugian besar bagi Negara Indonesia. Komponen biaya ekonomi yang dikeluarkan antara lain adalah biaya konsumsi narkoba, biaya terapi dan rehabilitasi, biaya produktifitas yang hilang, kematian akibat narkoba dan tindakan kriminalitas.23
23
Lydia Harlina Martono, dkk., Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya, (Balai Pustaka: 2008), h. 19-20.
BAB III DESKRIPSI LEMBAGA A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” berdiri sejak tahun 1982 dan mulia beroperasi pada tahun 1983 berdasarkan surat keputusan Direktorat Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial Nomor: KEP.007/PRS-4/1983, dengan nama Panti Rehabilitasi Sosial Narkotika Putat Nutug. Tanggal 28 februari 1989 panti ini ditetapkan sebagai panti tipe “A” berdasarkan Kepmensos Nomor: 6/HUK/1989 dengan berdasarkan surat keputusan Direktorat Jendral Bina Rehabilitasi Sosial Nomor: 06/KEP/BRS/IV/1994 Panti ini dinamakan Panti Sosial Pamardi Putra. Panti ini berlokasi di jalan H. Mi'ing no. 71 Desa Putat Nutug Kecamatan Ciseeng kabupaten Bogor 16330. Luas tanah panti ini adalah 71.540 m2 dengan luas bangunan 19,251 m2.1
B. Visi dan Misi Lembaga PSPP “Galih Pakuan” Bogor adalah Panti sosial milik Pemerintah yang merupakan salah satu pusat pemulihan penyalahguna narkoba yang mempunyai visi dan misi dalam menjalankan kegiatannya. 1
Panduan Rehabilitasi Sosial PSPP Galih Pakuan, h.2
47
48
Visi Adapun visinya yaitu sebagai panti pusat pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi sosial korban penyalahguna narkoba berstandar nasional, professional, berkualitas tahun 2014. Misi Untuk mendukung visi berjalan dengan baik maka diperlukan adanya misi, yaitu: 1. Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial penyalahgunaan narkoba dalam sistem panti dengan menggunakan pendekatan multi disipliner, teknik pelayanan yang unggul dan menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 2.
Menyelenggarakan pengkajian model pelayanan dan rehabilitasi sosial penyalahgunaan narkoba.
3. Memfasilitasi tumbuh kembangnya motivasi dan usaha masyarakat dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba. 4.
Menyelenggarakan
kegiatan
pengembanagan
SDM
dalam
rangka
meningkatkan pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkoba yang berkualitas.2
2
Panduan Rehabilitasi Sosial PSPP Galih Pakuan,. h.3
49
C. Tugas Pokok dan Fungsi Sesuai Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor. 59/HUK/2003, tentang Organisasi dan Tata kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial, PSPP “Galih Pakuan” Bogor mempunyai tugas dan fungsi, sebagai berikut: 1. Tugas Pokok Memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif, dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial, dan
ketrampilan,
resosialisasi
serta
bimbingan
lanjut
bagi
korban
penyalahguna narkoba agar mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, serta pengkajian dan penyiapan dan pengkajian standar pelayanan dan rujukan.3 2. Fungsi a. Penyusunan rencana program, evaluasi dan laporan. b. Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosa sosial dan perawatan. c. Pelaksanaan pelayanan rehabilitasi yang meliputi bimbingan fisik, mental, sosial dan ketrampilan. d. Pelayanan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.
3
Panduan Rehabilitasi Sosial PSPP “Galih Pakuan”, h.4
50
e. Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi. f. Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rehabilitasi sosial. g. Pelaksanaan urusan tata usaha. h. Pusat pengembangan, penyebaran dan pelayanan kesejahteraan sosial i. Pusat pemberdayaan dan pengembangan kesempatan kerja klien. j. Pusat latihan keterampilan. k. Pusat advokasi dan informasi kesejahteraan sosial. l. Pusat laboratorium rehabilitasi sosial.4
D. Struktur Organisasi Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” sebagai salah satu Unit Kerja Eselon III dilingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, struktur organisasinya berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor. 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial terdiri dari tiga Unit Kerja eselon IV dengan uraian tugas dan fungsi sebagai berikut:
4
Panduan Rehabilitasi Sosial PSPP Galih Pakuan h.5
51
Bagan 3.1 Struktur Organisasi Panti Sosial Pamardi Putra Galih Pakuan Bogor5
Koordinator Pekerja Sosial adalah Pekerja Sosial yang mempunyai tugas menjembatani aspirasi dari Pekerja Sosial yang lain dengan struktur di bidang lain di dalam panti dan dalam struktur Panti seorang Pekerja Sosial langsung dibawah tanggung jawab Kepala Panti.
5
Dokumen PSPP “Galih Pakuan” Bogor
52
E. Sarana dan Prasarana Agar semua kegiatan dapat berjalan dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien maka disediakan sarana dan prasarana sebagai fasilitas penunjaang sebagai berikut: 1. Fasilitas Utama Pos jaga, aula utama, poliklinik, ruang data dan informasi, wisma, ruang konferensi, dua asrama primary, dua asrama re-entry, dapur dan ruang makan, Mushola, ruang keterampilan, ruang dinas, dan pagar keliling. 2. Fasilitas Pendukung Gedung rekreasi, ruang perpustakaan, lapangan bulu tangkis, lapangan voli, enam pendopo , ruang fitnes, meja billiard dan peralatan kesenian. 3. Fasilitas Kendaraan Tabel 3.1 Fasilitas Kendaraan No
Jenis Kendaraan
Jumlah Unit
1
Roda 2
3
2
Roda 4
5
3
Roda 6
1
53
Dari tabel tersebut dapat diketahui jumlah kendaraan yang dioperasikan oleh pihak PSPP “Galih Pakuan” Bogor, fungsinya ada yang untuk operasional petugas panti dan juga bus medium untuk kendaraan operasional kegiatan Residen saat keluar panti. 4. Kapasitas Tampung Penerimaan Klien dilaksanakan setiap saat sepanjang daya tampung masih tersedia, dengan kapasitas 180 Orang yang terdiri dari:6 Tabel 3.2 Kapasitas Daya Tampung No
Kelas Rehabilitasi
Jumlah
1
Primary
60 Orang
2
Re-entry
120 Orang
Dari tabel diatas dapat diketahui kapasitas daya tampung panti, total Residen yang bisa di rehabilitasi adalah 180 oarang, dibagi kedalam sua bagian kelas, yaitu Primary dan Re-entry 5. SDM Pelaksana Di dalam rehabilitasi sosial diperlukan berbagai latar belakang profesi dan fungsi yang mendukung kegiatan rehabilitasi sosial, diantara adalah:
6
Brosur PSPP “Galih Pakuan” Bogor
54
Tabel 3.3 SDM Pelaksana No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
1
Pejabat Struktural
4
2
Fungsional Pekerja Sosial
13
3
Fungsional Arsiparis
2
4
Fungsional Umum
25
5
Instruktur
6
6
Tenaga Kontrak
11
. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dalam menjalankan program rehabilitasi sosial PSPP “Galih Pakuan” menggunakan profesi dari beberapa bidang keahlian. Hal tersebut menunjukan dalam rehabilitasi sosial perlu berbagai disiplin ilmu untuk menjalankannya. 6. Kapasitas Residen Dalam menjalankan kegiatan rehabilitasi sosial, PSPP “Galih Pakuan” Bogor mempunyai daya tampung yang cukup besar, dapat menampung 180 Residen yang dialokasikan dalam 2 jenis asrama yaitu primary dan re-entry, primary merupakan tahap pembinaan mental dan sosial, sedangkan re-entry adalah tahap persiapan dan pelatihan peningkatan kapasitas untuk berkumpul kembali dimasyaraakat. masing-masing ada 3 ruang asrama, jadi total asrama
55
berjumlah 6 ruangan. untuk 90 Residen primary, dan 90 Residen re-entry. Dan jumlah Residen saat ini yang menempati rauangan di PSPP “Galih Pakuan” sampai bulan Desember 2014 adalah adalah: Tabel 3.4 Jumlah Residen No
Jenis
Jumlah Residen
1
Primary
72
2
Re-entry
42
Dari tabel diatas diketahui jumlah Residen yang sedang mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial berjumlah primary 42 Residen, dan Re-entry 60 Residen. Jadi total residen yang mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor berjumlah 102 Residen. 7. Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan program rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan Bogor menggunakan metode TC (Therapeutic Community), maka pelaksanaan kegiatannya memerlukan waktu sekitar 6 (enam) bulan sampai maksimal dua tahun disesuaikan dengan perkembangan Residen.
56
8. Fasilitas Pelayanan Selama berada di PSPP “Galih Pakuan” Bogor, Klien mendapatkan fasilitas pelayanan sebagai beriskut: a. Akomdasi dan pelayanan, b. Pengenalan program dan pertemuan Orang tua atau FSG (Family Support Group), c. Kegiatan bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan, d. Kegiatan PROBE, Widyawisata, olahraga dan kesenian, e. Pemeriksaan Dokter dan Perawat, f. Resosialisasi / Reintegrasi (Parenting Skill dan PBK), g. Pemberian toolkits, h. Mendapatkan transportasi pemulangan (di sekitar pulau jawa atau darat),7
F. Prosedur Penerimaan Residen 1. Prosedur Penerimaan a. Calon klien diantar langsung oleh Orang tua atau Wali orang tua, b. Rujukan dari Instansi terkait, Provinsi, Kabupaten atau kota,
7
Brosur PSPP “Galih Pakuan” Bogor
57
c. Rujukan dari organisasi, LSM atau Yayasan, d. Rujukan dari putusan pengadilan untuk direhabilitasi sosial, e. Rujukan dari IPWL berdasarkan hasil assessment untuk di rehabilitasi sosial, f. Hasil penjangkauan (Outreach) TRC PSPP Galih Pakuan Bogor. 2. Persyaratan Residen: a. Korban Penyalahguna narkoba, remaja laki-laki, b. Usia 14 tahun sampai dengan 28 tahun, diutamakan belum menikah, c. Surat pengantar Instansi terkait Provinsi, Kabupaten atau Kota, d. Rujukan PN dan BAPAS harus menyertakan surat putusan tetap pengadilan dan apabila terjadi proses banding maka diluar tanggung jawab PSPP Galih Pakuan, e. Rujukan dari IPWL lainya yang menyatakan untuk di rehabilitasi sosial berdasarkan hasil assessment, f. Menyertakan pas photo berwarna 4X6 (2 lembar), g. Mengisi formulir pendaftaran, surat permohonan dan surat pernyataan, h. Fotocopy Ijazah atau STTB terakhir, i. Surat keterangan Dokter yang menyatakan tidak mempunyai cacat ganda dan penyakit menular,
58
j. Rekam medis. k. Pernyataan Orang tua atau Wali calon Residen yang menyatakan kesediaan anaknya mengikuti pelayanan rehabilitasi sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.8
G. Upaya yang dijalankan PSPP “Galih Pakuan” dalam rehabililitasi Sosial Penyalahguna Narkoba. Berdasarkan uraian pada bab II tentang Peran Pekerja Sosial terhadap penyalahguna narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor. Peran Pekerja Sosial sangatlah penting dalam proses rehabilitasi sosial hal ini dikarenakan Pekerja Sosial adalah bagian yang terjun langsung ke lapangan untuk memotivasi, mendampingi, mengarahkan, dan juga sebagai orang tua selama mereka di panti. Seperti hasil wawancara dari Pekerja Sosial di PSPP “Galih Pakuan”, Bapak S mengatakan: “Pekerja Sosial disini merupakan staff fungsional, kami berhadapan langsung dengan residen untuk melakukan pembinaan, intervensi, agar mereka bisa mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial dengan sungguh-sungguh agar penyalahguna narkoba dapat pulih pola pikirnya, mentalnya bagus, dan outputnya bisa kembali bersosialisasi dengan baik dimasyarakat”9 Dalam melakukan pemulihan dan perbaikan keberfungsian sosial korban narkoba, di PSPP “Galih Pakuan” Bogor melakukannya dengan cara
8
Brosur PSPP “Galih Pakuan” Bogor Wawancara dengan Bapak S sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 18 September 2014.
9
59
rehabilitasi secara sosial dimana semua kegiatan yang dilakukan melalui caracara pendekatan langsung ke Residen, melalui kegiatan secara berkelompok, saling berinteraksi, dan secara bersama-sama memcahkan masalah yang ada pada Residen, kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki pola pikir agar korban penyalahguna narkoba bisa pulih dan bersosialisasi dengan baik kembali di masyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dari Bapak S, sebagai berikut: “Tujuan dari rehabilitasi sosial adalah untuk merubah prilaku, yang tadinya menggunakan narkoba menjadi tidak lagi menggunakan narkoba dengan metode-metode tertentu yang berkaitan dengan rehabilitasi sosial”10 Selain Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial tidak bisa bekerja sendiri, perlu adanya kerjasama dari disiplin ilmu yang berbeda, yang berkaitan dalam rehabilitasi sosial. Karena tidak mungkin Pekerja Sosial bisa menangani masalah yang ada di panti, oleh karena itu sangat penting adanya kolaborasi dalam menangani masalah narkoba dan Residen itu sendiri. Lebih lanjut, Bapak S mengutarakan bahwa: “Dalam menjalankan rehabilitasi sosial kami tidak bisa sendiri dalam praktek dilapangan, kami juga dibantu oleh Dokter, Perawat, dan juga Psikologi yang kami datangkan dari luar, selain itu kami juga bekerja sama dengan Puskesmas Ciseeng”11 Dalam menjalankan suatu program rehabilitasi sosial juga diperlukan suatu tahapan yang sistematis guna menjalankan kegiatan yang telah ada, sehingga implemantasi dari program bisa tersusun dan berjalan dengan efektif dan juga optimal. 10
Wawancara dengan Bapak S sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 18 September 2014. Wawancara dengan Bapak S sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 18 September 2014.
11
60
Lalu ditambahkan dari hasil wawancara dari Bapak M, sebagai berikut: “Di sini tahapan rehabilitasi sosialnya yang digunakan adalah assessment, penyusunan rencana intervensi, intervensi, resosialisasi, terminasi, bimbingan lanjut, dan evaluasi serta monitoring, tetapi sebelumnya panti juga melakukan pendekatan awal dulu sebelum masuk ke rehabilitasi untuk menyeleksi”.12 Oleh karena itu dalam proses rehabilitasi sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor, Residen harus mengikuti tahapan yang ada panti. Karena dalam pemulihan penyalahgunaan narkoba memerlukan suatu proses dan jenjang yang berkelanjutan, tidak bisa setengah-setengah dalam menjalankannya. 1. Program Rehabilitasi Sosial yang Dijalankan di PSPP “Galih Pakuan” Bogor Sebelum melakukan rehabilitasi sosial proses rehabilitasi diawali dengan pendekatan awal, tahapan pendekatan awal sendiri merupakan tahapan persiapan dari PSPP “Galih Pakuan” Bogor dalam proses penerimaan calon Residen nantinya, tahap pendekatan awal meliputi motivasi, orientasi, konsultasi, identifikasi, seleksi dan penerimaan. Dalam tahapan ini panti membuka kesempatan kepada korban penyalahguna narkoba agar bisa lepas dari ketergantungannya dari narkoba, melalui program rehabilitasi sosial yang sudah berlangsung pulahan tahun dan SDM yang memadai sesuai bidangnya. Seperti yang dikatakan oleh Bapak M yang berperan sebagai Pekerja Sosial di PSPP Galih Pakuan Bogor: “Pendekatan awal kami melakukan pendekatan ke daerah mengirim surat ke daerah-daerah untuk menginformasikan adanya 12
Wawancara dengan Bapak M sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 10 juli 2014.
61
program rehabiilitasi di panti, selanjutnya bila surat sudah ditindak lanjuti, kami melakukan koordinasi dan datang ke panti tersebut untuk melakukan motivasi, pengenalan panti, seleksi dan registrasi”13
Selanjutnya ditambahkan oleh Bapak S sebagai berikut: “Tahap dimana panti mengenalkan program-program yang ada, dan memberikan motivasi agar para penyalahguna narkoba bisa ikut dalam rehabilitasi sosial di sini, yang nantinya akan diregistrasi dan diseleksi”14 Dalam pelaksanaan pendekatan awal ini Pekerja Sosial terjun langsung di lapangan dan bertemu dengan korban penyalahguna narkoba tersebut, disana seorang Pekerja Sosial melakukan motivasi misalnya memberikan nasehat atau dorongan agar bisa pulih dari ketergantungan narkoba, pentingnya rehabilitasi, pengenalan tentang panti, program yang akan dijalankan nantinya, lalu dipaparkan pula mengenai hak dan kewajiban yang nantinya dijalankan di dalam panti. Setelah melakukan motivasi dilakukan registrasi dan seleksi bagi yang serius mengikuti program rehabilitasi sosial. Pekerja Sosial melakukan penerimaan secara terbuka bagi siapa saja, selama dia korban penyalahguna narkoba, mereka berhak ikut seleksi penerimaan rehabilitasi sosial. Selain datang ke daerah ataupun dinas sosial, Panti juga menerima pendaftaran calon Residen yang langsung datang ke panti, mereka adalah Orangtua atau wali yang membawa anak mereka ke panti, dan ada yang merupakan titipan dari putusan pengadilan, selain itu ada juga yang datang
13
Wawancara dengan Bapak M sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 10 juli 2014. Wawancara dengan Bapak S sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 18 September 2014.
14
62
dari LSM yang membantu korban penyalahguna narkoba untuk mencari tempat rehabiltasi narkoba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak M sebagai berikut: “Panti ini selain jemput bola ke daerah, kami juga menerima calon residen dari alihan putusan pengadilan, dari orangtua yang mengantarnya langsung dan juga ada LSM yang membawa, tetapi calon residen juga harus ada yang bertanggung jawab sebagai wali”15 Dalam proses penerimaan calon penerima manfaat, cara yang dipakai di dalam panti adalah sistem on-off, dimana calon penerima panti bisa melakukan pendaftaran kapan saja, dan panti selalu terbuka untuk menerima calon residen baru selama masih ada kuota untuk penempatan calon Residen tersebut, hal ini dikarenakan terbatasnya ruang yang tersedia dalam panti. Lalu ditambahkan oleh Bapak M sebagai berikut: “Penerimaan dilakukan secara on-off dalam arti kapan pun pintu panti ini selalu terbuka kapan saja, tetapi ada juga ada yang dari dinas biasanya kami menerima dua kali dalam setahun”16 Setelah semua persyaratan telah diterima dan dinyatakan lengkap seperti calon Residen merupakan penyalahguna narkoba, surat rujuk, calon Residen berusia 14-28, dan lain-lainnya. Panti melakukan proses penerimaan, yang diawali oleh registrasi atau pencatatan dalam buku induk register dan pengisian formulir-formulir agar diperoleh data residen, serta dilakukan kegiatan initial review, setelah pengumpulan informasi sudah lengkap, maka dimulailah tahapan orientasi atau pengenalan lembaga.
15 16
Wawancara dengan Bapak M sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 10 Juli 2014. Wawancara dengan Bapak M sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 10 Juli 2014.
63
Orientasi dilaksanakan dalam jangka waktu 1 bulan, setelahnya Pekerja Sosial akan memberikan arahan kepada buddy yang merupakan Residen senior di panti untuk membantu calon Residen agar mengenali panti dan bisa beradaptasi. Dalam jangja waktu 1 bulan tersebut calon Residen tidak boleh meninggalkan panti, dan juga tidak boleh dijenguk orang tua juga selama 1 bulan, hal tersebut dimaksudkan agar Residen bisa lebih menyatu dengan Residen yang lain, dan lingkungan panti. Kegiatan ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak D, yang menyatakan: “Orientasi merupakan pengenalan awal yang dilakukan oleh panti untuk mengenalkan lingkungan yang ada di panti, biasanya dilakukan dalam waktu satu bulan, dan dalam pengenalannya didampingi oleh buddy, buddy sendiri adalah residen yang sudah senior yang sudah bisa diberi kepercayaan untuk mendampingi calon Residen baru”17 Setelah 1 bulan Residen akan dinilai apakah perkembangannya selama di panti sudah bagus atau belum, dan apakah juga calon Residen sudah mulai bisa bersosialisasi di dalam panti. Bila penilaian dari Pekerja Sosial sudah dirasa baik maka calon Residen akan di terima dalam program rehabilitasi sosial di PSSP “Galih Pakuan” Bogor. a. Tahapan Rehabilitasi Sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor 1) Assesment Pada tahap ini Pekerja Sosial mempunyai tugas untuk melakakukan persiapan untuk membuat daftar pertanyaan dan mempersiapkan buku catatan untuk proses wawancara. Wawancara
dimaksudkan untuk
pengumpulan data dan informasi dari Residen berupa identitas pribadi 17
Wawancara dengan Bapak D sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 9 September 2014.
64
yang dimiliki seperti nama, umur, alamat, pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu juga digali pula tentang latar belakang keluarga dan lingkungan, serta melakukan pendalaman mengenai penyebab mengapa Residen ini bisa melakukan penyalahgunaan narkoba. Penggalian informasi diatas sangatlah penting untuk Pekerja Sosial, dikarenakan dengan adanya data dan informasi yang lengkap dari Residen, akan membuat Pekerja Sosial dapat lebih mudah dalam menentukan metode atau teknik yang diperlukan untuk melakukan rehabilitasi selama di panti agar Residen dapat mencapai harapan yang diinginkan. Seperti dari pernyataan bapak M, yang menyatakan: “Assesment itu pengumpulan data terhadap Residen, jadi kami mencari informasi dari data-data yang sudah ada, bisa dari hasil wawancara, dan perkembangan Residen tersebut selama orientasi. Nantinya akan mencari masalah dia apa saja dan mencari jalan keluarnya, yang nantinya akan di putuskan dalam case conference”18 Setelah melakukan pengumpulan data dan informasi dari Reseiden, Pekerja Sosial melakukan case conference yang dihadiri oleh para Pekerja Sosial untuk membahas tentang kelebihan dan kekurangan Residen, cara menanganinya dan juga cara menggali potensi yang dimiliki residen itu sendiri. Dalam mengawali proses rehabilitasi sosial Residen sudah tidak boleh mengokonsumsi atau bergantung kepada obat-obatan, saat masuk ke dalam panti semua peralatan yang akan diperiksa sampai Residen tersebut bersih dari ketergantungan apapun yang di luar saran dokter, karena dalam 18
Wawancara dengan Bapak M sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 10 Juli 2014.
65
pelaksanaannya rehabilitasi sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor hanya melaksanakan pembinaan mental, sosial, fisik, dan keterampilan saja, tanpa memakai obat-obatan. Seperti yang dikatakan Pekerja Sosial Bapak D: “Iya, kita langsung putus obat, bila residen sakaunya kambuh kami akan berikan susu dan kopi, dan ajak ngobrol, supaya dia bisa cooling down dan tenang. Disini tidak pakai methadone, kita full rehabilitasi sosial” 2) Penyusunan Rencana Intervensi Perencanaan dapat diartikan sebagai usaha dari Pekerja Sosial, yang dilakukan secara terorganisir dan terus menerus untuk memilih alternatif yang terbaik dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan oleh Residen dan panti. Seperti pendapat dari wawancara Bapak D, yang menyatakan: “Di sini Residennya bermacam-macam tingkat kecanduaannya ada yang ringan, sedang, berat, dan ada juga berat, yang dual juga ada. Jadi dalam penangannya pun berbeda-beda. Dalam kegiatan berkelompok sih tidak dibedakan. Tetapi dalam individual pasti ada bedanya”19 Oleh sebab itu dalam melaksanakan intervensi walaupun sudah mempunyai rancangan program, tetapi dalam implementasinya disesuaikan dengan kondisi fisik dan mental dengan Residen yang sedang mengikuti rehabilitasi
sosial,
oleh
sebab
itu
sangatlah
penting
melakukan
individualisasi. Dalam pembagian Residen digolongkan ke dalam empat tingkatan, ada yang digolongkan kecanduan ringan, sedang, berat, dan dual diagnosis. 19
Wawancara dengan Bapak D sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 9 September 2014.
66
Dan dalam penempatan Residen di tempatkan kedalam dua tahap yaitu tahap primary dan re-entry. Dalam penanganan Residen dual diagnosis Pekerja sosial tidak harus memaksa Residen mengikuti semua kegiatan
dalam rehabilitasi sosial,
tetapi lebih fokuskan kepada pemulihan pola pikir dan pemulihan mental. Seperti yang dikatakan Pekerja Sosial M: “Adalah… kalau yang yang masih normal bisa mengikuti semua kegiatan ada dipanti, sedangkan kalau yang udah dual, biasanya dibedakan, yang penting memulihkan pola pikir dan pembinaan mentalnya dulu” 3) Pemecahan Masalah Pemecahan Sosial dilakukan untuk memperbaiki fungsi sosial dari Residen, intervensi sendiri adalah metode-metode yang dilakukan oleh Pekerja Sosial agar dapat meningkatkan kembali kesejahteraan seseorang melalui berbagai usaha untuk memfungsikan kembali fungsi-fungsi sosialnya. Dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan menggunakan metode Therapeutic Community (TC). Metode ini suatu bentuk intevensi yang menekankan pada terapi berbasis komunitas, dimana residen melakukan kegiatan bersama-sama, dipelajari bersama-sama dan mencari jalan keluar bersama, hal ini dipakai untuk memperbaiki perilaku, pola pikir, dan residen belajar di beri kepercayaan dan juga tanggung jawab. Seperti pernyataan dari Bapak S, yang menyatakan: “Suatu metode untuk menyembukan penyalahguna narkoba dengan terapi secara komunitas, jadi mereka bersama-sama
67
menjalankan program, saling membantu dan mengingatkan tentang suatu tanggung jawab ada pada residen tersebut”20 Metode therapeutic community (TC) menerapkan filosofi yang tertulis (written philosophy) dan filosofi yang tidak tertulis (unwritter philosophy). Semua residen diberikan saru buku walking paper yang harus dihapalkan, dimengerti, dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari di PSPP Galih Pakuan Bogor. Dalam menjalankan metode TC, tidak cukup hanya menerapka filosofi saja masih ada komponen lain yang disebut 4 struktur dan 5 pilar. 4 skrtuktur yang dimaksud adalah sasaran perubaha yang diinginkan dari metode TC yaitu: a) Behaviour Management Shaping (Pembentukan Tingkah Laku) Perubahan tingkah laku yang diarahkan pada kemampuan untuk mengelola kehidupannya sehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma kehidupan masyarakat. b) Emotional and Psychologichal (Pengendalain Emosi dan Psikologi) Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan penyesuaian diri secara emosional dan psikologis seperti murung, tertutup, cepat marah, perasaan bersalah dan lain-lain kearah perilaku yang positi.
20
Wawancara dengan Bapak S sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 18 September 2014.
68
c)
Intellectual and Spiritual (Pengembangan Intelektual dan Kerohanian) Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan aspek pengetahuan, nilai-nilai spiritual, moral dan etika, sehingga mampu menghadapi
dan
mengatasi
tugas-tugas
kehidupannya
maupun
permasalahan yang belum terselesaikan d) Vocational and Survival (Keterampilan Vokasional dan Mempertahankan Diri) Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan Residen yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan tugas-tugassehari-hari maupun masalah dalam kehidupannya. Adapun 5 pilar yang dimaksud adalah metode-metode yang digunakan untuk mencapai perubahan yang diinginkan adalah:: a) Family Milieu (Konsep Kekeluargaan), yaitu metode yang menggunakan persamaan dikalangan komunitas supaya bersama menjadi bagian dari sebuah keluarga b) Peer
Pressure
(Tekanan
Rekan
Sebaya),
yaitu
metode
yang
menggunakan proses dimana kelompok menekankan contoh seorang Residen dengan menggunakan teknik yang ada dalam TC sebgai metode perubahan perilaku. c) Therapeutic
Session
(Sesi
Terapi),
yaitu
suatu
metode
yang
menggunakan pertemuan sebagai media penyembuhan dalam melakukan berbagai
kerja
kelompok
untuk
meningkatkan
harga
diri
perkembangan pribadi dalam rangka membantu proses pemulihan.
dan
69
d) Religion Session (Sesi Agama), yaitu metode yang memanfaatkan pertemuan-pertemuan keagamaan untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman agama. e) Role Modelling (Keteladanan), yaitu metode yang menggunakan tokoh sebagai model atau panutan dalam proses pembelajaran dimana seseorang Residen belajar dan mengajar mengikuti mereka yang sudah sukses. Tiga Peraturan Therapeutic Community (TC) a) No Drugs, dilarang mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti narkoba b) No Seks, dilarang melakukan pergaulan bebas. c) No Violance, dilarang melakukan tindak kekerasan Lalu Bapak D sebagai Pekerja Sosial menyatakan: “TC di pakai sebagai metode sebagai atau cara pembinaan dengan intervensi secara berkelompok, dimana mereka memiliki masalah yang sama, tempat rehabilitasi yang sama, pola rehabilitasi yang sama dan tujuan yang sama saat mereka selesai menjalankan rehabilitasi”21 Dalam metode TC ini Residen tinggal didalam suatu asrama, dimana mereka secara berkelompok melakukan aktifitas bersama-sama, belajar bersama, dan mempunyai tanggung jawab bersama-sama.
Asrama ini
terbagi ke dalam dua bagian, yang pertama adalah Primary stage terdiri dari 3 asrama dan kelanjutannya adalah Re-entry terdiri dari 3 asrama.
21
Wawancara dengan Bapak D sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 9 September 2014.
70
a) Pengeasramaan Residen Ada 2 model pengasaramaan Residen, yaitu terbagi atas Primary stage dan Re-entry stage: (1) Primary stage Primary stage adalah tahap pertama untuk pemulihan mental dan pembinaan, dan selalu diamati perkembangannya dari waktu ke waktu, dalam fase ini, terdiri dari 3 tahapan. Pertama younger member, middle member, dan older member. (a) Younger member Residen mulai masuk dalam program rehabilitasi sosial dengan metode TC secara pro-aktif dan didampingi oleh buddy dan Residen harus memegang walking paper. Residen wajib mengikuti kegiatan grup terapi selama 2 bulan, setelah residen menunjukan
peningkatan
dalam
perilaku,
disiplin
dan
keaktifannya serta telah mengaplikasikan hal-hal yang dimuat dalam walking paper, kemudian dilakukan evaluasi oleh Pekerja Sosial untuk masuk kedalam middle member, peningkatan status ini diumumkan dalam kegiatan morning meeting dan house meeting. Selain peningkatan status morning meeting house meeting juga tempat pengunguman penghargaan atau sanksi (reward and punishment) kepada Residen dalam aktifitas atau kegiatan yang dilaksanakan di panti. (b) Middle member
71
Pada tahap ini residen bertanggung jawab penuh terhadap asrama (fasilitas TC), menjadi buddy younger member, dapat keluar dari fasilitas panti dan didampingi oleh petugas, mengikuti grup terapi selama dua bulan, mengikuti family support, setiap kegiatan akan dievaluasi oleh dirinya sendiri, komunitas dan tim evaluasi, untuk menentukan layak atau tidaknya masuk ketah berikutnya. (c) Older Member Pada tahap ini residen bertanggung jawab penuh terhadap asrama (fasilitas TC). Pelaksanaan reward and punishment dilaksanakan secara penuh, dapat keluar fasilitas TC dengan dedampingi oleh petugas, ikut family group support, mengikuti kegiatan grup terapi, setiap kegiatan akan dievakuasi oleh dirinya sendiri, komunitas dan tim evaluasi, untuk menentukan layak tidaknya dinyatakan Greduate.22 Dari informasi diatas menjelaskan bahwa kegiatan yang dalakukan PSPP Galih Pakuan Bogor adalah berjenjang dan keberhasilan dari residen dapat dinilai tingkat keberhasilan dan kegagalan seorang residen dalam mengikuti program. Setelah selesai di older member seorang Residen bisa diperbantukan
menjadi
petugas
pembantu
yang
bekerja
berdasarkan perintah atau rekomendasi Pekerja Sosial. Tugasnya
22
Buku saku pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyalahgunaan NAPZA, h.19-20.
72
membantu Pekerja Sosial dalam menjalan suatu kegiatan yang ada di panti, dan mereka dinamakan special function, setelah berhasil menjalankan peran sebagai special function, residen akan diberi amanat menjadi back up yang mempunyai peran sebagai pendamping Pekerja Sosial dalam menjalankan suatu program atau kegiatan. Seperti yang disampaikan Bapak D dalam wawancara sebagai berikut: “Dalam tingkatan di Primary para residen yang sudah mencapai tingkat older member akan naik tingkatnya menjadi special function dan back up, ini buat mereka punya tanggung jawab, dan belajar menjadi pemimpin, dan bisa mengatur dirinya sendiri dan teman satu asramanya”23 Lalu ditambahkan kutipan dari Saudara B mengenai special function yang menyatakan: “Ada, namanya special function, dia adalah yang Residen yang berperan untuk mengisi suatu kegiatan sebagai pendamping. Setelahnya ada back up dia merupakan pendamping peksos dalam suatu kegiatan bila pekerja sosial ada kegiatan lain dengan batasan dan kewenangan terbatas yang sudah di tetapkan”24 Di primary stage ini dalam kegiatan berasrama ada yang dinamakan status older, dimana setiap residen mempunyai peran yang harus dijalankan ada yang berperan sebagai kru, ada yang berperan sebagai pencatat kegiatan, ibu, ayah, dan pemimpin, dan juga ada yang perannya sebagai single yang mempunyai
23
Wawancara dengan Bapak D sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 9 September 2014. Wawancara dengan Saudara B pada tanggal 2 September 2014.
24
73
kepribadian yang tidak ada aturan dan dibebaskan melakukan apa saja. Seperti hasil wawancara dengan saudara B, sebagai berikut: “Status older adalah sampel atau atau contoh kehidupan nyata di masyarakat dalam artian mengganti peran kelarga dan lingkungan selama di panti, yang pertama adalah kru dan berperan sebagai anggota saja, sedangkan ada juga maintanance house keeping, maintanance house keeping sendiri adalah orang yang memiliki jabatan dan bertugas sesuai jabatan yang dia pegang, pertama ada ekspedetor, ekspedetor adalah kakak sulung yang berperan seagai kakak bagi para kru, lalu ecoding dia berperan sebagai ibu, dia yang menengahi suatu masalah dan memberi motivasi kepada kru bila ada masalah, lalu single, single adalah peran yang dimainkan sebagai bastard of the house, dia punya peran bebas, semaunya sendiri, ini untuk melatih mental dan mengingatkan masa lalu mereka, lalu chief. Chief adalah peran sebagai ayah, perannya sebagai pengawas, pelindung, dan pemilik rumah, lalu ada HOD dia adalah yang mencatat kegiatan didalam asrama”25 Kedudukan atau jabatan di dalam status older tidak ditentukan oleh fase yang dijalankan oleh seorang residen, tetapi ditentukan
oleh
performance
seorang
Residen
dalam
menjalankan program. Kecuali older member, dia tidak diberi jabatan dalam status older, tetapi hanya berperan sebagai kakak yang memberikan masukan kepada Residen yang lebih junior. Adapun jadwal harian yang dilaksanakan pada program Primary Stage adalah:
25
Wawancara dengan Saudara B pada tanggal 2 September 2014.
74
Tabel 3.5 Daily Activities No
Waktu
Kegiatan
1
04.30
Subuh Prayer
2
07.00
Wake up call all family
3
07.30
Wash up
4
08.00
Breakfast
5
08.45
Morning meeting
6
09.45
Function meeting
7
10.00
Function and follow up function
8
11.30
Induction Group
d
9
12.00
Dzuhur prayer
a
10
12.30
Lunch
11
13.15
Responsible interaction
12
14.00
Group
13
15.15
Ashar prayer
14
15.30
Recreation and sport
15
17.15
Wash up
m
16
18.00
Maghrib prayer
a
17
18.30
Dinner
r
18
19.15
Isya prayer
19
20.00
Group
20
21.00
Evening wrap up
21
21.30
Curfew
P a
p r i
y
P
75
rimary
stage
dilakukan
berbagai
kegiatan
bimbingan
diantaranya: (a) Bimbingan Fisik Berisi kegiatan tentang olahraga seperti futsal, renang, dan senam aerobik, kegiatan ini berfungsi untuk menjaga kesehatan Residen agar tetap bugar dalam menejalani rehabilitasi sosial. (b) Bimbingan Mental Spiritual Merupakan
kegiatan
untuk
meningkatkan,
dan
menumbuhkan rasa optimisme Residen agar dapat selalu berpikir positif dan juga bisa memecahkan suatu masalah tanpa melanggar norma sosial dan juga agama. Kegiatan yang dilakukan dalam bimbingan mental spiritual adalah melakukan kegiatan keagamaan berupa pengajian, yasinan, dialog keagamaan dan shalawatan secara rutin dan berkelanjutan, dan yang beragama Kristen ada kebaktian dan Ibadah setiap hari minggu.26 (c) Bimbingan Sosial Kegiatan yang dilakukan dalam bimbingan sosial adalah: 1.
Morning meeting, adalah kegiatan yang dilaksanakan setiap pagi yang mengawali kegiatan Residen.
2.
Encounter Group, kelompok ini dirancang khusus untuk menyatakan perasaaan kesal, marah, dan sedih.
26
Pedoman pelayanan penyalahguna narkoba dalam rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan Bogor
76
3.
Static Group, Kelompok ini membicarakan permasalahan kehidupan keseharian dan masa lalu dari Residen.
4.
PAGE (Peer Accountability Group Evaluation), adalah kelompok yang mengajarkan Residen untuk dapat memberikan penilaian positif dan negatif dalam kehidupan selama di panti.
5.
Weekend Wrap Up, suatu kegiatan yang membahas kegiatan Residen selama satu minggu. Setelah dianggap pemulihan mental telah selasai pada
tahapan di fase primary, Residen disiapkan untuk kembali ke dalam masyarakat, caranya adalah meningkatkan kapasitas dan ilmu pengetahuan dan masuk ke dalam fase re-entry. (2) Re-entry stage Re-entry merupakan tahap kelanjutan dari Re-entry, bimbingan yang lebih ditekankan pada bimbingan keterampilan, dan sudah mulai interaksi dengan masyarakat. Berikut jenjang dari fase Reentry adalah: (a) Orientasi Yaitu tahap adaptasi terhadap lingkungan re-entry, didalam orientasi Residen didampingi oleh buddy (yang ditunjuk oleh Pekerja
Sosial).
Selama
orientasi
Residen
tidak
boleh
meninggalkan panti, residen tidak boleh bertemu orang tua dan sanksi atas pelanggaran berupa tugas-tugas rumah. Serta
77
dilakukan kegiatan assessment vokasional yaitu alat ukur yang digunakan untuk menentukan minat, bakat serta kemampuan vokasinal Residen.27 (b) Phase A Pada phase ini Residen melaksanakan teori pelatihan keterampilan atau kursus yang dilaksanakan baik di dalam panti maupun di luar panti, Residen sudah mendapatkan hak dapat dikunjungi orang tua setiap waktu, diberikan izin pulang menginap 1 malam setiap 2 minggu sekali pada malam minggu (tergantung performances dan request kepada Pekerja Sosial). Residen juga boleh mempunyai aktifitas di luar panti bersama Residen lainnya misalnya sport outdoor dan menghadiri acara ulang tahun residen, yang diikuti Residen yang lain. (c) Phase B Pada phase ini Residen melaksanakan teori dan praktek pelatihan keterampilan atau kursus yang dilaksanakan baik di dalam panti maupun di luar panti, Residen sudah mendapatkan hak boleh minta uang saku sesuai dengan kebutuhan, memperoleh izin menginap dirumah 2 malam setiap 2 minggu sekali.28 Kegiatan bimbingan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:
27
Pedoman pelayanan penyalahguna narkoba dalam rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan Bogor 28 Pedoman pelayanan penyalahguna narkoba dalam rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan Bogor
78
(a) Bimbingan Fisik Berisi kegiatan tentang olahraga seperti futsal, renang, dan senam aerobik, kegiatan ini berfungsi untuk menjaga kesehatan Residen. (b) Bimbingan Mental Spiritual Kegiatan bimbingan mental dan spiritual dipandu oleh Pekerja
Sosial.
melakukan
kegiatan
keagamaan
berupa
pengajian, yasinan, dialog keagamaan dan muhadarobah. (c) Bimbingan Sosial Kegiatan yang dilakukan dalam bimbingan sosial adalah: 1 Morning meeting, adalah kegiatan yang dilaksanakan setiap pagi yang mengawali kegiatan Residen. 2
Encounter Group, kelompok ini dirancang khusus untuk menyatakan perasaaan kesal, marah, dan sedih.
3. Static Group, Kelompok ini membicarakan permasalahan kehidupan keseharian dan masa lalu dari Residen. 4. PAGE (Peer Accountability Group Evaluation), adalah kelompok yang mengajarkan Residen untuk dapat memberikan penilaian positif dan negatif dalam kehidupan selama di panti. 5. Weekend Wrap Up, suatu kegiatan yang membahas kegiatan Residen selama satu minggu.
79
(d) Bimbingan dan pelatihan keterampilan Merupakan kegiatan yang di berikan panti untuk menambah kapasitas dan menambah pengetahuan kepada para residen agar saat setelah melaksanakan rehabilitasi sosial mempunyai keahlian yang cukup untuk bekerja dan mandiri dengan berbagai keterampilan yang ditawarkan oleh panti. Bimbingan dan pelatihan keterampilan dilatih oleh instruktur yang ahli dibidangnya dengan didampingi oleh Pekerja Sosial. Kegiatan keterampilan yang ada di PSPP “Galih Pakuan” Bogor adalah elektronika, komputer, montir motor dan mobil, dan juga pembuatan roti. Pada intinya tahap Re-entry adalah tahapan pemberian bimbingan dan pembinaan untuk mempersiapkan Residen agar bisa berkumpul lagi di masyarakat, dan juga bisa berperan dalam kehidupan ber-masyarakat, dengan diberinya pelatihan keterampilan diharapkan Residen mempunyai keahlian agar bisa bermanfaat
dalam
dunia
kerja,
dan
terhindar
dari
penyalahgunaan narkoba kembali. 4) Resosialisasi Menurut pendapat dari Bapak M menyatakan bahwa: “Resosialisasi merupakan tahapan praktek belajar kerja, mereka ditempatkan di dekat daerah asal mereka, dan praktek berdasarkan pelatihan vokasional yang mereka telah dapatkan selama di panti”29 29
Wawancara dengan Bapak M sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 10 Juli 2014.
80
Resosialisasi merupakan tahapan dimana Residen mulai bersosialisi di masyarakat, Residen melakukan kerja magang didaerah asal domisili mereka sesuai dengan bidang keahlian yang dipelajari selama di panti, ada yang magang di bengkel, warnet, kantor, dan juga pabrik-pabrik industri. Residen melaksanakan magang selama 2 bulan, Residen bisa ada yang tinggal di mess dan ada juga yang pulang ke rumah masingmasing. Peran Pekerja Sosial dalam pelaksanaan resosialisasi sangatlah penting, karena Pekerja Sosial yang nantinya memonitoring Residen di lapangan, lalu Pekerja Sosial juga melakukan supervisi untuk menambah kepercayaan diri dan memotivasi Residen agar tekun dalam kegiatan magang, selain itu Pekerja Sosial juga melakukan evaluasi mengenai hal yang didapat bagi Residen setelah mengikuti kerja magang. Seperti yang dijelaskan Bapak S, yang menyatakan: “Berperan sebagai supervisor mereka, dimana memonitor perkembangan yang terjadi di sana bila masih kurang bagus kami peksos akan memberikan motivasi”30 5) Terminasi Terminasi adalah tahapan untuk melihat pekembangan yang didapat dari Residen dari proses rehabilitasi sosial yang telah dilakukan, disini Pekerja Sosial mengukur tingkat keberhasilan dan kekurangan dari berbagai aspek seperti pola pikir, perkembangan mental, dan interaksi sosial dengan
30
Wawancara dengan Bapak S sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 18 September 2014.
81
teman Residen ataupun dengan Pekerja Sosial yang merupakan indikator keberhasilan rehabilitasi sosial Seperti yang sampaikan bapak S, yang menyatakan: “Pola pikirnya sudah baik, sudah menjalanjkan perannya, dan juga telah menyelesaikan tahapan rehabilitasi”31 Bila sudah dinyatakan berhasil, maka rehabilitasi sosial yang sudah dilakukan di Panti dianggap sudah selesai atau tuntas (pemutusan kontrak), tetapi bila Residen masih harus perlu direhabilitasi, akan dicari dimana saja letak kekurangan tersebut, dan akan diperbaiki sampai dia dinyatakan telah memenuhi indikator selesainya rehabilitasi sosial di dalam Panti. Seperti yang dikatakan Bapak M, yang menyatakan: “Bila semua indikator sudah terpenuhi, maka panti akan melakukan pemutusan kontrak, dan selanjutnya Residen sudah boleh pulang ke daerahnya masing-masing”32 6) Bimbingan lanjut Bimbingan lanjut dilaksanakan untuk penguatan kapasitas mantan Residen di dalam menjalani interaksi sosial di keluarga, masyarakat dan juga lingkungan. Bimbingan lanjut dilakukan Pekerja Sosial ke rumah mantan Residen setelah Residen tersebut telah dinyatakan pulih dari kecanduan narkoba, dan bimbingan ini dilaksanakan pasca enam bulan Residen keluar dari panti. Bimbingan lanjut dilakukan oleh Pekerja Sosial untuk mengetahui perkembangan hasil dari bimbingan sosial, bimbingan mental, dan juga
31 32
Wawancara dengan Bapak S sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 18 September 2014. Wawancara dengan Bapak M sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 10 Juli 2014.
82
bimbingan spiritual, hal ini untuk mengetahui perubahan perilaku, mental dan hasil belajar keterampilan setelah mereka mengikuti program rehabilitasi sosial. Seperti yang diungkapkan Bapak M, menyatakan bahwa: “Pekerja Sosial melakukan supervisi kepada para mantan penyahguna narkoba, kita melihat perkembangannya, apa dia bisa diterima di masyarakat dan mampu menjalankan peran sosialnya”33 Dalam bimbingan lanjut sering juga ditemui berbagai masalah yang akan dihadapi Residen, seperti menyalahgunakan narkoba lagi dan pengucilan di masyarakat, hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang tidak baik mengakitbakan mantan pengguna jadi terjerumus lagi, bila demikian maka Pekerja Sosial akan melakukan penjemputan lagi kepada Residen tersebut untuk di clean up, clean up merupakan pemulihan kembali para penyalahguna narkoba, mencari penyebab dia menggunakan narkoba dan mencari jalan keluarnya. Selain itu, ada juga keluarga yang menolak kembali hadirnya mantan penyalahguna narkoba ini, hal ini dikarenakan berbagai alasan, seperti sudah tidak percaya, malu, dan menjadi aib keluarga. Bila ada permasalahan seperti itu Pekerja Sosial akan melakukan Family Group Discussion yang merupakan kegiatan untuk memberikan pengarahan dari Pekerja Sosial untuk dapat menerima kembali kehadiran mantan penyalahgunna narkoba. Seperti yang diungkapkan bapak S, yang menyatakan:
33
Wawancara dengan Bapak M sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 10 Juli 2014.
83
“Kita clean up, kita cari penyebabnya dan cari jalan keluarnya dan memperbaikinya, memotivasinya agar mereka dapat stabil lagi dan Family Group Discussion merupakan kegiatan bila ada residen yang tidak diterima dikeluarga, kami akan memberikan arahan dan pengertian bahwa Residen tersebut sudah bisa berkumpul lagi dalam keluarga” 8) Evaluasi dan Monitoring Evaluasi dan monitoring merupakan tahapan akhir dari proses rehabilitasi sosial dimana Pekerja Sosial akan melakukkan rapat bersama jajaran staff lainnya akan menilai sukses atau gagalnya kegiatan rehabilitasi sosial yang telah dijalankan. Biasanya dilaksanakan 6 bulan setelah terminasi. Seperti yang dikatakan Bapak M, yang menyatakan:34 “Setelah bimbingan lanjut kami Pekerja Sosial akan menilai hasil dari rehabilitasi sosial yang telah dilakukan, apakah sudah berhasil dan tuntas apa belum yang dilakukan melalui rapat Peksos”
34
Wawancara dengan Bapak M sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 10 Juli 2014
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Peran Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor Di Indonesia kasus penyalahgunaan narkoba selalu meningkat, korban penyalahguna tidak kenal usia dan status lagi, dari dewasa sampai anak-anak, dan dari yang kaya sampai yang miskin, penyebaran narkoba sudah sangat meresahkan semua masyarakat, oleh sebab itu perlu penanganan yang serius untuk menangkal serbuan narkoba. Penangkapan para pecandu-pecandu narkoba oleh polisi dan BNN seharusnya tidak langsung dihukum penjara, hal ini dikarenakan para penyalahguna narkoba juga merupakan korban dari bisnis narkoba, bila dipaksakan masuk ke dalam penjara bukan membuat penyalahguna narkoba ini bisa pulih, tetapi justru ditakutkan para penyalahguna narkoba ini justru bertemu dengan bandar besar narkoba yang sedang ditahan, dan menjadikan yang tadinya hanya sebagai korban, justru malah menjadi pengedar narkoba. Oleh sebab itu perlu pendekatan yang berbeda untuk menangani korban penyalahguna narkoba ini, salah satu caranya adalah dengan cara rehabilitasi, sehingga para penyalahguna narkoba bisa dipulihkan seperti semula, dan dapat berfungsi kembali dimasyarakat seperti sebelumnya, kegiatan rehabilitasi juga dimaksudkan untuk memutus rantai peredaran narkoba.
84
85
Di PSPP “Galih Pakuan” Bogor yang merupakan salah satu tempat rehabilitasi sosial yang khusus menangani masalah penyalahgunaan narkoba mempunyai SDM yang ahli dalam bidangnya masing, seperti Pekerja Sosial, Perawat, Dokter, dan Psikolog, hal tersebut untuk menunjang program rehabilitasi sosial di dalam panti. Dalam program rehabilitasi sosial terhadap korban penyalahguna narkoba ini, peran Pekerja Sosial sangatlah penting karena Pekerja sosial lah yang selalu melakukan pendampingan terhadap penyalahguna narkoba selama di panti. Peran Pekerja Sosial yang dapat dilakukan dalam intervensi Pekerjaan Sosial sebagaimana dikemukakan oleh Bradford W. dan Charles R. Horejsi (2003) dalam Suharto (2011:155)1. Untuk lebih memudahkan penulisan, peneliti menggabungkan Peran sebagai pendorong dan fasilitator karena melekat dan berhubungan. 1. Peran sebagai Perantara (broker roles) Peran Pekerja Sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor sebagai perantara adalah sebagai penghubung dengan lembaga atau sumber yang berkaitan dengan proses rehabilitasi sosial. Peran Pekerja Sosial sendiri dalam menjalankan tugasnya sebagai perantara tidak selalu sama. Karena setiap Residen mempunyai tingkatan kecanduan yang berbeda-beda. Seperti Residen yang sudah mengalami dual 1
Sri Dwiyantari, “Penguatan Peran Pekerja Sosial Untuk Efektivitas Pelayanan Pekerja Sosial: Kajian Dengan Pendekatan Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif dariStephen R. Covey”, INSANI, No.14 (Juni 2013), h. 3.
86
diagnosis dan kecanduan berat akan sulit mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial yang sedang berjalan, oleh sebab itu Pekerja Sosial lebih menenkankan kepada pemulihan mental, agar Residen tersebut bisa berpikir dengan baik lagi seperti saat belum terkena narkoba, oleh sebab itu Pekerja Sosial mengarahkan Residen kegiatan keagamaan seperti dzikir, shalat, dan shalawat, selain itu juga dilakukan konsultasi dan konseling yang didampingi oleh psikolog. Sedangkan bagi Residen yang kecanduan ringan dan sedang, bila sudah mengikuti Primary stage, dan sedang ditahap re-entry akan di kirim ke daerah asal mereka untuk mengikuti kerja magang (resosialisasi) ke tempat peminatan mereka sesuai dengan pelatihan selama di panti. 2. Peran sebagai Pendorong (enabler roles) dan Peran sebagai Fasilitator (facilitator roles) Pekerja sosial dalam fungsinya sebagai pendorong akan melakukan assessment untuk mendapatkan informasi secara lengkap, bisa dari riwayat Residen, hasil dari pengamatan selama orientasi, dan juga hasil dari case conference yang dilakukan, kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mencari kelemahan dan kekuarangan yang dimiliki agar bisa dicarikan solusi dari permasalahan yang dimiliki Residen. Selain itu Pekerja Sosial juga memberi dorongan berupa motivasi kepada Residen agar selalu fokus dalam melaksanakan proses rehabilitasi sosial melalui kegiatan seperti morning meeting dan static yang rutin
87
dilakukan diharapkan bisa sungguh-sungguh dan mempunyai keinginan dalam diri Residen untuk mau pulih dari kecanduannya Dalam menjalankan perannya sebagai Pekerja Sosial juga berperan sebagai fasilitator, tugasnya adalah melakukan pengungkapan masalah yang terjadi kepada Residen caranya dengan mendengarkan setiap masalah yang dihadapi Residen, agar masalah yang dimiliki Residen tidak menjadi beban yang membuat fokus Residen dalam mengikuti rehabilitasi sosial menjadi berkurang, setelahnya Pekerja Sosial memberikan masukan arahan, motivasi dan mencarikan jalan keluar agar Residen ini tidak mempunyai beban pikiran yang merupakan peran Pekerja Sosial untuk sebagai supervise dalam rehabilitasi sosial. 3. Peran sebagai Penghubung (mediator roles) Peran Pekerja Sosial di dalam peran sebagai mediator adalah sebagai penjembatan antara Residen dan sistem lingkungan yang menghambat dan untuk mencari jalan keluar terbaik untuk mendapatkan solusi terbaik dalam melaksanakan program rehabilitasi sosial. Peran yang dilakukan diantaranya membantu kontrak kesepakatan antara Residen dan panti dalam menjalankan rehabilitasi sosial. Setelahnya peran Pekerja Sosial adalah sebagai orang yang memediasi bila terjadi konflik diantara Residen dengan pihak lain, lalu Pekerja Sosial mencari jalan keluar terbaik untuk kebaikan semua pihak “win-win solution”agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
88
Salah satu wadah untuk memediasi pihak yang terlibat adalah dengan kegiatan
enconter,
dimana
Residen
yang
mempunyai
masalah
mengungkapkan segala perasaan yang terpendam kepada pihak ke dua yang menjadi terlapor, dan didampingi oleh seorang Pekerja Sosial yang menjadi mediator didalamnya. Segala masalah yang ada harus diselesaikan ditempat itu dan tidak boleh ada kalimat kasar dan benturan fisik dalam kegiatan encounter ini, setelahnya tidak boleh ada dendam lagi diantara mereka. 4. Peran sebagai Advokasi (advocator roles) Pekerja sosial memberikan pelindungan dan pemenuhan hak-hak yang harus didapatkan selama dalam menjalankan rehabilitasi sosial di Panti, disini Pekerja Sosial harus terbuka dengan segala pandangan, mewakili semua pihak yang telibat dalam suatu konflik, seperti saat Residen memiliki konflik dengan Residen lain ataupun dengan lembaga. Selain itu Pekerja Sosial juga memperjuangkan hak-hak residen disaat sudah selesai menyelesaikan rehabilitasi sosial dan bisa kembali kekeluarga dan lingkungan. Disini Pekerja Sosial memberikan penjelasan dan pengertian kepada keluarga mengenai rehabilitasi sosial di Panti, lalu hasil yang didapat dalam melaksanakan kegiatan dan tidak memberikan stigma negatif kepada residen melalui family casework, hal in sangat.penting agar tidak ada pengucilan baik, di keluarga, teman, dan lingkungan.
89
5. Peran sebagai Perunding (conference roles) Peranan Pekerja Sosial di dalam perannya sebagai perunding adalah melakukan case conferencee dengan Residen mengenai pembedahan masalah yang dialami Residen dengan pemberdayaan berdasarkan penelusuran minat dan bakat yang di miliki Residen, dan Pekerja Sosial akan membantu mengarahkan sesuai minat yang dimiliki, hal ini akan membuat proses rehabilitasi akan lebih maksimal. 6. Peran sebagai Pelindung (guardian roles) Pekerja Sosial melakukan perlindungan terhadap Residen dengan cara berperan sebagai orang tua selama ada di panti, Pekerja Sosial memberikan motivasi, arahan, dan juga tempat berbagi bila ada permasalahan. Selain itu di PSPP “Galih Pakuan” juga ada kegiatan static yang merupakan tempat berbagi dan pemberian motivasi yang dihadiri langsung oleh Pekerja Sosial dan Residen. Pekerja Sosial juga berperan melindungi Residen dari intimidasi yang bisa saja terjadi dari teman-teman, keluarga, dan lingkungan, baik dijangkauan dekat rumah atau tempat praktek kerja, dan selain itu Pekerja Sosial juga berperan sebagai pengawas untuk melindungi Residen dari resiko yang berdampak negatif dari berbagai lini. 7. Peran sebagai negosiator (negotiator roles) Di dalam konteks peranan Pekerja Sosial sebagai negosiator, Pekerja Sosial akan
membela
salah
satu
pihak,
untuk
menawarkan
solusi
dapat
90
dikompromikan secara bersama-sama, seperti saat ada masalah seperti pihak keluarga yang menolak kehadiran Residen yang telah selesai melaksanakan rehabilitasi. Pekerja Sosial akan melakukan negosiasi dan melakukan penjelasan mengenai perkembanagan dari hasil rehabilitasi kepada keluarga, untuk membutikan bahwa sudah ada perkembangan yang positif dari mantan Residen setelah melaksanakan rehabilitasi sosial dipanti. 7. Tanggapan Residen terhadap Rehabilitasi Sosial yang Dilaksanakan Pekerja Sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor Dalam menjalankan program rehabilitasi sosial ada beberapa tanggapan tentang jalannya program yang ada di panti, berikut merupakan tanggapan dari Residen mengenai program yang djalankan Pekerja Sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor:
Residen S memberikan tanggapan mengenai awal dia bisa rehabilitasi di PSPP: “Pertama kali datang ke sini saya ngerasa dibatesin biasa ngelakuin apa-apa bebas di rumah, pas di sini mau ngapa-ngapain di batesin, mesti ngikutin aturan yang ada, pokoknya beda banget. Tapi pas udah agak lama saya jadi terbiasa bang”: 2 Dalam menjalankan program rehabilitasi sosial di panti memang di batasi harus mengikuti kegiatan dan harus menaati tata tertib yag berlaku, karena rehabilitasi sosial kapada penyalahguna narkoba harus
2
Wawancara dengan Residen S pada tanggal 19 Sptember 2014.
91
terus dipantau baik perilaku dan perkembangannya, Oleh karena itu penting bagi Residen itu mengikuti program dengan sungguh-sungguh dan mempunyai keinginan yang kuat agar bisa pulih dari kecanduannya terhadap narkoba dan dapat berfungsi kembali dimasyarakat Residen N juga memberikan respon yaitu: “Dibetah-betahin saya bang percuma juga dirumah di marahin mulu, udah pengen jadi orang yang bener saya, jadi saya ngikutin aja program yang ada disini , biar jadi berguna nantinya”3 Dalam menjalankan program memang perlu pendekatan yang intens dalam penerapan metode-metode akan diterapkan, tetapi disisi lain perlu ada juga keinginan yang kuat dari dalam diri sendiri untuk berubah, karena sangatlah penting motivasi dari diri sendiri untuk percepatan pemulihan. Dalam menjalankan rehabilitasi sosial residen “N” memberikan pendapat: “Program disini sangat berguna buat kita biar cepat pulih, bisa ke kontrol emosi, juga mlatih mental kita”4 Dalam menjalankan program rehabilitasi sosial Residen diharapkan bisa ikut berperan aktif dalam kegiatan yang dijalankan, hal tersebut untuk melatih mental, harus berani bertanggung jawab dalam melatih disiplin. Berikut ini merupakan tanggapan dari residen “S” mengenai Pekerja Sosial dan staff di PSPP: 3
Wawancara dengan Residen N pada tanggal 20 September 2014. Wawancara dengan Residen N pada tanggal 20 September 2014.
4
92
“Pekerja Sosial sangat membantu kami dalam mengikuti rehabilitasi sosial. Orangnya baik-baik dan juga kami anggap orang tua kami, juga memotivasi kami”5 Dalam menjalankan peranannya sebagai Pekerja Sosial, Pekerja Sosial selain berperan sebagai pejabat fungsional, juga berperan sebagai orang tua yang mempunyai fungsi mengawasi, melindungi, dan memotivasi Residen. Residen N mempunyai harapan setelah lulus dari panti, yaitu: “saya mah pengennya pulang ke rumah, bisa banggain orang tua, bisa punya teman yang baik, gak kaya kemarin. Juga bisa bekerja nantinya”6 Pada dasarnya Residen yang ada di Panti merupakan korban dari narkoba, walaupun mereka sudah melakukan penylahgunaan narkoba, pada intinya mereka masih ada niat untuk kembali hidup dengan normal dan meraih cita-cita yang belum diwujudkannya.
5
Wawancara dengan Residen S pada tanggal 19 Sptember 2014. Wawancara dengan Residen N pada tanggal 20 September 2014.
6
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Peran Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor Pekerja Sosial harus bisa menjalankan berbagai peran yang dibutuhkan untuk membantu proses dari rehabilitasi sosial di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor, mereka harus memiliki kapasitas untuk menempatkan diri dalam berbagai situasi dan kondisi di lapangan. Peran sebagai Pemungkin (enabler roles), peran sebagai penghubung (mediator roles), peran sebagai advokasi (advocator roles), peran sebagai perunding (conferee roles), peran sebagai pelindung (guardian roles), peran sebagai fasilitator (facilitator roles), peran sebagai negosiator (negotiator roles). Dari berbagai peran diatas yang paling menonjol adalah peran sebagai pendorong, karena dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial banyak Residen yang kurang termotivasi dan bersungguh-sungguh untuk dapat pulih dari penyalahguna narkoba. Peran yang dilakukan Pekerja Sosial tersebut menunjukan pentinganya peranan yang dijalankan dalam proses rehabilitasi sosial yang dijalankan, sebagai
93
94
pejabat fungsional yang terjun ke lapangan dan terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang ada, dari awal sampai akhir kegiatan rehabilitasi sosial. Selain sebagai pejabat fungsional Pekerja Sosial mempunyai peran sebagai peran orang tua yang bertujuan untuk melindungi, mengawasi, dan juga motivasi kepada Residen asuhnya agar bisa menggantikan peranan orang tua hal tersebut bertujuan untuk lebih dekat dengan Residen dan juga agar bisa dapat memenuhi harapannya setelah selesai mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor. Dalam proses rehabilitasi sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor yang khas adalah cara penanganannya yang tidak memakai obat seperti metadon untuk memulihkan penyalahguna narkoba, tetapi memakai full bimbingan sosial, mental, spiritual dan keterampilan sebagai gantinya. a. Tanggapan Residen terhadap Rehabilitasi Sosial di PSPP Bogor Residen yang mengikuti rehabilitasi sosial adalah mereka korban dari penyalahguna narkoba, mereka mengetahui informasi rehabilitasi sosial dari orang tua dan juga dinas sosial di daerah asalanya, mereka dititipkan di PSPP “Galih Pakuan” Bogor agar dapat mendapatkan pelayanan agar bisa lepas dari jerat narkoba. Menurut mereka kesan yang didapat dari proses rehabilitasi selama mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial mendapatkan tanggapan yang baik, dengan kegiatan TC menurut mereka jadi lupa dengan narkoba karena mereka selalu berinteraksi dengan teman sesama Residen saat di asrama. Dan menurut mereka
95
Pekerja Sosial dan staff yang ada di panti sangatlah peduli dengan mereka, selalu membantu bila ada masalah yang sedang dihadapi oleh Residen, selain menjadi pengajar dan pembina Pekerja Sosial juga dianggap sebagai orang tua mereka. Selama mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial Residen menganggap kegiatan dan program yang dijalankan di panti sangatlah membantu agar bisa keluar dari jerat narkoba, banyak nilai dan pelajar yang bisa diambil dari kegiatan rehabilitasi sosial di panti, mereka berharap setelah mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial di panti. Nanti saat telah lulus dan kembali ke masyarakat mereka berharap tidak lagi terkena narkoba, dan ingin menjadi orang yang lebih berguna dan ingin mencari pekerjaan yang layak. B. saran Berdasarkan temuan lapangan dan hasil analisa mengenai peran Pekerja Sosial terhadap penyalahguna narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor, terdapat beberapa sektor yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan pelayanan rehabilitasi sosial 1. Kepada PSPP “Galih Pakuan” Bogor Saran untuk panti adalah kurangnya Pekerja Sosial yang ada di panti, jumlahnya tidak sebanding dengan Residen yang ada di Panti. Hal ini untuk meningkatkan kinerja dan mempermudah pembagian pekerjaan didalam kegiatan program rehabilitasi sosial. Selain itu harus adanya Dokter dan Psikolog yang selalu stand-by dari dalam Panti.
96
2. Kepada Pekerja Sosial Saran untuk Pekerja Sosial adalah diharapkan Pekerja Sosial lebih dekat dengan Residen, karena Residen banyak yang perlu perhatian dan banyak yang merasa kehilangan sosok orang tua selama di panti, lalu berani tegas dalam menindak setiap pelanggaran yang ada di panti.
DAFTAR PUSTAKA Buku Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja. Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2011. Buku saku pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyalahgunaan NAPZA, 2009 Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2009. Hadiman, Pengawasan serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba. Kota Balai Pustaka, 2005). Harlina Martono, Lydia. Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya, Jakarta, Balai Pustaka. 2008. Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Erlangga, 2009 Kadarmanta. A, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa,. Jakarta: PT. Forum Media Utama. 2010 Partodiharjo, Subagyo. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya, (Erlangga), 2009 Pedoman pelayanan penyalahguna narkoba dalam rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan Bogor, 2009 Rukminto Adi, Isbandi. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, 2nd ed. Depok: FISIP UI Press, 2005. Sanusi Musthofa,Ahmad. Hakim. 2002
Problem Narkotika dan HIV-AIDS. Jakarta: Zikrul
Sasangka, Hari. Narkoba dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana,. Bandung: Mandar Maju, 2003. Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Tim Penyususun. Mencegah Narkoba di Sekolah. Jakarta: PT. Forum Media Utama, 2010. Jurnal
97
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta, 2010. Jurnal Chariri, Anis. Pengaruh Konflik Peran dan Ambiguitas Peran terhadap Komitmen Inndependensi Auditor Internal Pemerintah Daerah. Studi Emiris pada Inspektorat Kota Semarang, 2009 Dwiyantari, Sri . Peran Pekerja Sosial dalam Pemberdayaan pada Keluarga (Suatu Kajian Mengenai Pemberdayaan Pada keluarga yang Terputus Hubungan Kerjanya (Ter-PHK), 2008 Dwiyantari, Dwi. Penguatan Peran Pekerja Sosial Untuk Efektivitas Pelayanan Pekerja Sosial: Kajian Dengan Pendekatan Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif dariStephen R. Covey, INSANI, No.14 (Juni 2013), h. 3. Rosidah, Ainur. Pengaruh Keadilan Organisasi dengan Mediasi Strategi Koping terhadap Burnout pada Pekerja Sosial Dinas Sosial. Procceding PESAT. 2013 Suharto, Edi. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004 Suharto, Edi. Teori Feminis dan Pekerjaan Sosial, 2008
Internet http://bnn.go.id/portalbaru/portal/file/artikel_trithab/STANDAR%20MINIMAL% 20DAN%20PEDOMAN%20PELAYANAN%20DAN%20REHABILITASI %20SOSIAL%20PENYALAHGUNAAN%20NARKOBA.pdf, diakses 20 Mei 2014 http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba, diakses pada20 Mei 2014 http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif, diakses 10 Februari 2014. http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/deputipencegahan/artikel/11535/narkoba-cederai-anak-bangsa, diakses 10 Februari 2014. http://www.wikipedia.co.id/pekerjasosial, diakses pada tanggal 8 Agustus 2014 98
http://www.kbbi.web.id/rehabilitasi, diakses pada taggal 7 April 2014.
99
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KEMENTBRTAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKAST Telepon/Fax : {021)
Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat 15412 Indonesia
Nomor Lampiran Hal
:
rln.o 1/F5 tPP.oo.y
, tto
7
432728
/ 74703580
Website: ww.fdkuiniakarta.ac.id, E-mail : dakwahi2fidk.uiniakarta.ac.id
takata,Z) Ianuai2014
4o{Du4
Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth, Kepala Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Galih Pakuan Bogor
di Tempat Assalamu' alaikum Wr. Wb. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa:
Nama
Nomor Pokok TempaiiTanggal Lahir
Semester
i
Jurusan/I(onsentrasi
Alamat Telp.
Risdiyanto 1 1 100s4100047 Jakarta, l3 Juli 1991 VIII (Delapan) Kesejahteraan Sosial Bojongsari Depok 08787541 1080
adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitiarlmencari data dalarn rangka penulisan skripsi berjudul Pengaruh Konseling terhadap Kesehatan Mental Pecandu Narkoba di Panti Sosial Pamardi putra (PSPP) Galih Pakuan Bogor.
Sehtbungan dengan
itu, dimohon kiranya
Bapak/Ibu/Sdr. dapat menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan'kegiatan dimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih. Wss
alamu' alaikum Wr.Wb.
ef Subhan, MA 19660110 199303 Tembusan : 1. Wakil Dekan Bidang Akademik 2. Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial
]
w
reeffi
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA "GALIH PAKUAN''
No. 71 Putat Nutug Ciseeng - Bogor 16330, Telepon 0251-8541429 Fax. 0251-8541428 Jalan H. Miing.-r.rttp,//s"lihpak , surat Elektronik :
[email protected] LAMAN :
Nomor
: 704/PSPPGP/KS.01.0lll2l20l4 Lampiran : Perihal : Surat Keteransan Penvelesaian Penelitian
Bogor, 15 Desember2014
Yth. Dekan Fakultas Kesejahteran Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
di Jakarta
Menindaklanjuti surat Saudara Nomor : Un.01/I5/PP.00.9/40512014, tanggal :23 Januati2014, Perihal Penelitian/Wawancar a, y alg dilaksanakan oleh mahasiswa atas nama : Nama No. Mahasiswa Fakultasi Semester
JudulSkripsi
Risdiyanto I 1 10054100047 Kesej ahteraan Sosial/IX Peran Pekerja Sosial Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra "GalihPakuan" Bogor.
Mahasiswa tersebut telah menyelesaikan Penelitian dari tanggal 15 Mei 2014 sld 28 Nopember 2014 diPSPP "Galih Pakuan" Bogor dan apabila telah selesai melakukan penelitian diharapkan agar memberikan laporan kepada instansi kami. Atas perhatian dan kerjasamanya disampaiakan terima kasih.
I(EMENTERIAN AGAMA
1 !
..,#rM
,ffit:,%. l&$ * dffiq% iwwwwi .!,,%.\.
_;"*_**
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
;
iwffiwffii "**""-"--.-
._.te"
7 432728 I 7 4'7 03580 E-mail : dake'a1t(i.)fdk. uinial'arla.ac.id
Telepon/Fax : (021)
Jl. Ir. H. JuandaNo. 95 Ciputat 15412 lndonesia Websrte: rr,ww.t|dkutqiitkllla.agrrc!
Nomor
:
Lamp
:
Un.0 1/F5 lPP.oo.g 1 ( satu) bundel
:
Bimbingan Skripsi
Hal
Jakarta, ZLMaret2014
lL'lOllzoW
Kepada Yth.
Budi Rahman Hakim, MSW Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN S yarif I{idayatull ah J akarta
Assalamu' alaikum Wr. Wb. Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposai skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut, Nama Nomor Polcok Jurusan Sernester .ludul Skripsi
Risdiyanto 1 1 10054100047 K esej ahteraan S osial (Iiessor-r) VIII (Delapanh) Pelayanan Sosial Bagi Penyalahguna Narkotika di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Galih Pakuan Bogor.
kesediaannya rmtuk membimbing mahasisrva teisebut dalarn penyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 bulan dari tanggal 24 lVlaret - 24 September 2014.
Kami mohon
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan teritna kasih. Wass
alamu' alaikum Wr.
W. an. Dckan,
Wal
q
NIP. Ternbusan : 1. Dekan 2. Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial (Kessos)
t.Ed, Ph.Dr1 10 330 1998031 I 004
DOKUMENTASI PHOTO-PHOTO No.
Foto
Keteranagan
1
Seksi Rehabilitasi Sosial dan Pekerja Sosial sedang melakukan Case Conference untuk menentukan program keahlian yang akan diambil oleh Residen pada tahap reentry. Dalam rangka pemecahan masalah pekerja sosial bersama penerima manfaat, dengan mempertimbangkan kasus dan sumberyang ada di panti maka rencana pemecahan masalahnya adalah: pembentukan ralasi, pemberian motivasi, pemberian kemampuan, menciptakan kesempatan, dan memobilisasi sumber.
2
Peneliti dan Bapak Mulyana selaku Pekerja Sosial sedang melakukan wawancara mengenai peran Pekerja Sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor. yang dilakukan di ruang Pekerja Sosial
3.
Keterampilan roti merupakan salah satu kegiatan selain keterampilan komputer, otomotif mobil, otomotif motor, dan elektrik bagi klien Panti Sosial Pamardi Putra Galih Pakuan Bogor. Dalam keterampilan roti mereka diajarkan bagaimana cara membuat roti, donat, brownies, dll. keterampilan roti dilaksanakan setiap hari kamis.
4.
Acara senam pagi bersama yang dilakukan oleh para klien dan pegawai PSPP Galih Pakuan ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap hari Jumat pagi.
5.
Untuk menjalin komunikasi dan kerja sama antara Orang Tua / Wali Klien Panti Sosial Pamardi Putra Galih Pakuan Bogor dengan para Pekerja Sosial dan Pegawai di PSPP Galih Pakuan Bogor, seksi Program dan advokasi sosial melaksanakan kegiatan Family Support
Group (FSG). 6
Kegiatan diskusi dan motivasi yang dilakukan oleh Pekerja Sosial dan Residen, dilakukan dengan bentuk grup.
7
Kegiatan Seminar yang dilakukan Panti untuk menambah motivasi dan kepercayaan diri dengan dengan diri sendiri.
Pedoman Observasi
1. Fasilitas PSPP “Galih Pakuan Bogor” 2. Peran Pekerja Sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor 3. Penyalahguna Narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor 4. Proses Rehabiltasi Sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor
TRANSKIP OBSERVASI Fokus Observasi
: Peran Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial Remaja Penyalahguna Narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor
Waktu Observasi
: Kamis 1 Juni 2014
Tempat Observasi : Lingkungan PSPP “Galih Pakuan” Bogor Orang yang terlibat : Pekerja Sosial, Kepala Tata Usaha, dan seksi Rehabilitasi Sosial
AspekKegiatan
Deskripsi
Makna
Fasilitas PSPP
Dalam observasi pertama ini,
Dilihat dari keadaan dan
“Galih Pakuan”
peneliti datang ke panti untuk
fasilitas panti dapat
Bogor
melihat kondisi dari bangunan
diketahui bahwa PSPP
dan juga fasilitas penunjang
sangatlah layak untuk
dari kegiatan rehabilitasi
menjalankan rehabilitasi
sosial yang dilakukan. Peneliti sosial penyalahguna meneliti dariberbagai aspek
narkoba, hal ini dapat
seperti dari kamar, kelas,
dilhat dari fasilitas yang
ruang makan, lapangan, klinik
sangat layak, dengan
kesehatan, perpustakaan, dan
berbagai sarana dan
juga kendaraan operasional
prasarana ini, dapat dikatakan PSPP sudah berpengalaman, dengan halaman luas, panti yang asri, dan jauh dari hiruk pikuk kendaraan, dapat menjadikan kegiatan rehabilitasi bisa lebih fokus, dan tentram.
TRANSKIP OBSERVASI
Fokus Observasi
: Peran Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial Remaja Penyalahguna Narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor
Waktu Observasi
: Sabtu 14 Juni2014
Tempat Observasi : Ruang Primary Orang yang terlibat : Pekerja Sosial, Kepala Tata Usaha AspekKegiata
Deskripsi
Makna
n Peran Pekerja
Peneliti melakukan
Dari hasil observasi yang
Sosial di PSPP
pengamatan tentang
dilakukan peneliti, dapat
“Galih
kegiatan yang dilakukan
dikatakan peranPekerja Sosial di
Pakuan” Bogor oleh Pekerja Sosial,
PSPP sangatlah penting, mereka
pertama mengamati tentang adalah garda terdepan dalam pembagian tugas yang
pemulihan penyalahguna
dilaksanakan di ruang
narkoba, dengan program-
Pekerja Sosial, lalu
program yang sudah terencana
mengikuti kegiatan
dengan matang dan di isi oleh
moorning meeting yang
Pekerja Sosial yang telah ahli
dilakukan di ruang
dibidangnya.
primary, setelahnya peneliti mengikuti kegiatan circle sharing yang dilakukan Pekerja Sosial dan Residen di dalam sebuah group, dan setelahnya peneliti mengamati kegiatan makansiang dan cuci piring
yang dilakukan ruang Primary. TRANSKIP OBSERVASI
Fokus Observasi
: Peran Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial Remaja Penyalahguna Narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor
Waktu Observasi
: Senin, 12 Juli 2014
Tempat Observasi : Ruang Pekeja Sosial dan ruang primary Orang yang terlibat : PekerjaSosialdanResiden
Aspek
Deskripsi
Makna
Kegiat an Penyala Penelitimelakukanobservasit Dari hasil yang di hgunaN erhadappenyebabdanefekdar dapatdaripengamatanpenelitiadalahpen arkoba
ipenyalahgunanarkoba,
yalahgunanarkobasekaranginisudahmen
di
penelitimengamati di
yebarkesemualapisanmasyarakat,
PSPP
kelasprimarydanmendapatk
tidakhanyadewasatapijugaremaja,
anhasilbahwakebanyakanRe
tidakhanya kaya, mskin pun
siden yang di rehabilitasi
terjeratnarkoba, danefeknya pun
dip anti adalahpemakai
sangatlahparah, tidakhanyasakau,
ganja danjugaputaw,
tetapijugadual
selainitutidaksedikit pula
diagnosisdanjugakematian.
Residen yang sudahmengalamidual diagnosis. Residen pun tidakselaluremaja yang sudahmulaidewasa. Tetapimasihadajuga yang masihpelajar.
TRANSKIP OBSERVASI
Fokus Observasi
: Peran Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial Remaja Penyalahguna Narkoba di PSPP “Galih Pakuan” Bogor
Waktu Observasi
: Kamis, 18 Juli 2014
Tempat Observasi : Ruang Reentry dan Primary Orang yang terlibat : Pekerja Sosial dan Residen Aspek
Deskripsi
Makna
Proses
Peneliti melakukan observasi
Peneliti berasumsi bahwa semua
Rehabiltasi
terhadap proses rehabilitasi
tahapan rehabilitasi sosial ini
Sosial
sosial yang dilaksanakan
sangatlah penting untuk
dipanti, dan pada saat kesana
pemulihanResiden, karena
peneliti mengamati kegiatan
pemulihan sendiri memerlukan
bimbingan fisik berupa
proses, dan perlu pengawasan
melakukan kegiatan senam
dan arahan agar Residen tidak
pagi. Sementara rehabilitasi
kembali melakukan
sosial ada beberapa tahapan
penylahgunaan narkoba
Kegiatan
seperti assessment, perencanaan intervensi, intervensi, resosialisasi, terminasi, bimbingan lanjut, dan juga evaluasi.
PEDOMAN WAWANCARA Informan
: Pekerja Sosial (M)
Pertanyaan 1. Apa saja tahapan dalam merehabilitasi pengguna narkoba di sini? 2. Bagaimana cara melakukan pendekatan awal dalam rehabilitasi sosial? 3. Siapa saja yang melakukan pendekatan awal? 4. Siapa saja elemen selain Pekerja Sosial yang berperan dalam rehabilitasi sosial di dalam panti? 5. Bagaimana cara perekrutan calon penerima manfaat disini? 6. Kapan saja periode penerimaan calon penerima manfaat? 7. Bagaimana sumber pendanaan dan fasilitas dari program rehabilitasi sosial dipanti? 8. Apa yang dimaksud orientasi didalam rehablitasi sosial? 9. Apa calon Residen yang mempunyai penyakit boleh mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial? 10. Berapa daya tamping panti? 11. Bagaimana cara Pekerja Sosial melakukan pengungkapan masalah? 12. Peran apa saja yang dimainkan Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial? 13. Apa saja tingkatan Peksos disini Pak? 14. Apa indikator Pekerja Sosial menilai Residen sudah bisa pulang ke rumah? 15. Fungsi apa yang dilakukan Pekerja Sosial dalam bimbingan lanjut? 16. Apa yang dilakukan Pekerja Sosial dalam Evaluasi dan monitoring? 17. Apakaah ada perbedaan tingkatan Pekerja Sosial didalam rehabilitasi sosial? 18. Apa ada batasan Peksos dalam merehabilitasi di panti ini? 19. Apa dalam penanganan penyalahguna narkoba yang mengalami dual diagnosis dan yang biasa ada perbedaannya Pak? 20. Apa semua Peksos bisa menangani Residen dual diagnosis?
Informan
: Special Function (SF)
Pertanyaan 1. Bagaimana tingkatan atau jenjang residen yang ada dipanti didalam status older? 2. Apakah fase tingkatan berpengaruh terhadap tingkatan di status older? 3. Apakah setelah menyelesaikan peran sebagai status older, apa yang selanjutnya diperankan oleh Residen? 4. Apakah di dalam setiap asrama ada status older? 5. Apa residen yang berbeda asrama bisa berbaur dengan Residen dari asrama lain? 6. Apakah residen yang sudah tinggal di asrama bisa pindah asrama? 7. Apa peran Pekerja Sosial dalam status older? 8. Siapa saja penanggung jawab dalam asrrama? 9. Apakah yang ingin didapat dari peran bagi residen dalam status older disini? 10. Berapa umur paling muda disini mas? dan yang paling dewasa? Dan apakah yang dalam usia sekolah, bisa sekolah secara formal?
Informan
: Pekerja Sosial (D)
Pertanyaan: 1. Apakah TC dipakai untuk semua kegiatan? Atau ada metode lain yang dipakai disini dalam rehabilitasi sosial? 2. Apa fasilitas di Panti gratis atau tidak 3. Bagaimana cara peksos menyusun program? Inisiatif peksos atau sudah ada SOP nya Pak? 4. Apa semua residen yang baru masuk langsung putus obat Pak? 5. Apa cara
yang dipakai untuk referensi
peksos dalam melihat
perkembangan residen disini? 6. Apakah Residen yang sudah selesai menjadi Older member otomatis masuk ke tahap Re-entry? 7. Apa SDM Peksos disini sudah cukup Pak? 8. Apa ada perbedaan tingkatan Peksos di dalam rehabilitasi sosial?
Informan
: Koordinator Pekerja Sosial (S)
Pertanyaan: 1. Apa tujuan rehabilitasi sosial bagi penyalahguna narkoba di PSPP Pak ? 2. Apa yang dimaskud pendekatan awal dalam rehabilitasi sosial di panti Pak? 3. Siapa sajakah yang melakukan pendekatan awal disini? 4. Apa di sini hanya korban narkoba saja yang ikut rehabilitasi sosial pak? 5. Lalu, Apa adakah perbedaan penanganan dalam kasus korban penyalahguna narkoba di panti yang masih taraf ringan dan yang berat? 6. Apakah Residen yang mengikuti rehabilitasi sosial di panti langsung putus obat, atau bertahap pemutusan ketergantungan narkobanya? 7. Apa Yang dimaksud dengan TC? 8. Apaakah Jabatan status older terus- menerus atau bergantian? 9. Bagaimana cara pendampingan peksos terhadap residen dalam lingkungan asrama? 10. Dalam penanganan residen apakah peksos tetap memegang Klien tersebut atau bergantian diantara peksos? 11. Apakah ada perbedaan tingkatan tingakatan dari ruangan yang dibagi? Seperti primary 1, 2, dan 3. Dan juga yang di re-entry? 12. Apa semua residen baru harus masuk ke tahap primary dahulu Pak? 13. Apa residen boleh izin pulang kalo ada keperluan? 14. Apa keterampilan hanya ada pada tahap primary? Atau hanya ada di tahap re-entry? 15. Apa ada batasan lamanya menjalani rehabilitasi sosial bagi Residen? 16. Apa peran peksos dalam resosialisasi disini? 17. Apa residen diberi uang saku dalam PBK dilapangan?
18. Apa indikator residen sudah bisa selesai menjalani rehabilitasi sosial dipanti?
Informan
: Residen (N dan S)
Pertanyaan 1. Bagaimana kamu mendapatkan informasi tentang adanya rehabilitasi sosial bagi penyalahguna narkoba di PSPP Galih Pakuan Bogor? 2. Bagaimana kesan kamu setelah mengikuti rehabilitasi sosial di sini? 3. Bagaimana kesan anda tentang pekerja sosial dan teman anda selama mengikuti rehabilitasi narkoba? 4. Apa manfaat yang didapat dan perubahan setalah mengikuti rehabilitasi disini? 5. Apa harapan anda setelah selesai mengikuti rehabilitasi disini?
PEDOMAN WAWANCARA RESIDEN Nama
:
Jabatan
:
1. Bagaimana anda mendapatkan informasi tentang adanya rehabilitasi sosial bagi penyalahguna narkoba di PSPP Galih Pakuan Bogor? 2. Bagaimana kesan anda setelah mengikuti rehabilitasi sosial di sini? 3. Bagaimana kesan anda tentang pekerja sosial dan teman anda selama mengikuti rehabilitasi narkoba? 4. Apa manfaat yang didapat dan perubahan setalah mengikuti rehabilitasi disini? 5. Apa harapan anda setelah selesai mengikuti rehabilitasi disini?
TRANSKIP WAWANCARA Informan
: M (Pekerja Sosial)
Waktu Wawancara
: Kamis, 10 Juli 2014, pukul 13:17- 14:10 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Pekerja Sosial
No.
Pertanyaan
1.
Apa saja tahapan dalam merehabilitasi pengguna narkoba di sini Pak?
2.
Oh gitu,Bagaimana cara melakukan pendekatan awalnya pak?
3.
Siapa saja Pak yang melakukan pendekatan awal ke daerah tersebut? Siapa saja yang elemen selain Peksos yang berperan dalam rehabilitasi sosial dipanti Pak? Selain kunjungan ke daerah, apa ada cara lain dalam penerimaan calon penerima manfaat disini Pak?
4.
5.
6.
Kapan saja periode penerimaan calon residen Pak?
7.
Bagaimana sumber
Jawaban Di sini tahapan rehabilitasi sosialnya adalah,,,assessment, penyusunan rencana intervensi, intervensi, resosialisasi, terminasi, bimbingan lanjut, dan evaluasi montoring, tetapi sebelumnya panti juga melakukan pendekatan awal dulu sebelum masuk ke rehabilitasi Pertama… kami mengirim surat ke daerahdaerah untuk tentang adanya program rehabiilitasi di panti, selanjutnya bila surat sudah ditindak lanjuti, kami melakukan koordinasi dan datang ke panti tersebut untuk melakukan motivasi, pengenalan panti, seleksi dan registrasi. Yang datang ke daerah adalan pekerja sosial yang dibantu seksi rehsos dan PAS Ada peksos, rehsos, PAS, REHSOS, dokter, perawat, dan juga psikolog
Panti ini selain jemput bola kedaerah, kami juga menerima calon residen dari alihan putusan pengadilan, dari orangtua yang mengantarnya langsung dan juga ada LSM yang membawa, tetapi calon residen juga harus ada yang bertanggung jawab sebagai wali Penerimaan dilakukan secara on-off dalam arti kapan pun pintu panti ini selalu terbuka kapan saja, tetapi ada juga ada yang dari dinas biasanya kami menerima dua kali dalam setahun Dalam rehabiltasi disini, semua fasilitas dan
pendanaan dan fasilitas dari program rehabilitasi sosial yang djalankan disini Pak?
kegiatan semua ditanggung oleh panti yang dianggarkan setiap tahunnya, calon residen hanya tinggal masuk aja, tidak dipungut biaya.
8.
Apa yang dimaskud dengan orientasi di dalam rehabilitasi sosial Pak?
Orientasi merupakan pengenalan awal yang dilakukan oleh panti untuk mengenalkan lingkungan yang ada di panti, biasanya dilakukan dalam waktu satu bulan, dan dalam pengenalannya didampingi oleh buddy, buddy sendiri adalah residen yang sudah senior yang sudah bisa diberi mandat untuk mendampingi calon Residen baru.
9.
Apakah calon Residen yang mengalami penyakit boleh ikut program rehabilitasi sosial disini?
Ya boleh, tetapi bila calon residen sudah parah penyakitnya dan terus ketergantungan obat, kami akan limpahkan ke tempat yang memang sesuai dengan orang tersebut.
10.
Berapa daya tamping Residen di panti?
Daya tamping 180, dibagi 90 di tahap primary, dan 90 di re-entry.
11.
Lalu, Bagaimana cara pekerja sosial melakukan melakukan pengungkapan masalah (assessment) kepada Residen?
Kami melakukannya dengan berbagai cara, seperti lewat riwayat hidupnya, wawancara, dan juga pengamatan ketika berlangsungnya orientasi
12.
Apa saja peran pekerja sosial dalam rehabilatasi sosial disini Pak?
Kami berperan sebagai guru, pendamping, pelatih, selaku orang tua mereka selama menajalankan rehabilitasi disini, karena mereka kan jauh dari keluarga
13.
Apa saja tingkatan Peksos disini Pak?
Yang paling tinggi Penyelia, lalu Madya, dan muda.
14.
Bagaimana Pekerja Sosial menilai Residen sudah bisa pulang ke daerah masingmasing?
Bila semua indikator sudah terpenuhi, makan panti akan melakukan pemutusan kontrak, dan selanjutnya Residen sudah boleh pulang ke daerahnya masing-masing
15.
Kegiatan apa yang Peksos lakukan dalam bimbingan
Pekerja Sosial melakukan supervisi kepada para mantan penyahguna narkoba, kita
lanjut?
melihat perkembangannya, apa dia bisa diterima di masyarakat dan mampu menjalankan peran sosialnya
16.
Apa yang dilakukan Peksos dalam Evaluasi dan Monitoring disini Pak?
Setelah bimbingan lanjut kami Pekerja Sosial akan menilai hasil dari rehabilitasi sosial yang telah dilakukan, apakah sudah berhasil dan tuntas apa belum yang dilakukan melalui rapat Peksos
17.
Apakah ada perbedaan Pembagiannya berdasarkan tingkatan, ada tingkatan Peksos di dalam Peksos madya, penyelia, dan juga muda, rehabilitasi sosial disini Pak? tetapi di dalam lapangan kami sama saja
18.
Apa ada batasan Peksos
19.
Apa dalam penanganan
Kami bekerja sebagai professional atau dalam merehabilitasi di panti staff ahli dalam rehabilitasi sosial sesuai SOP dan fungsi, paling acuan kami untuk ini? batasan adalah kode etik profesi Peksos
penyalahguna narkoba yang mengalami dual diagnosis dan yang biasa ada
Adalah… kalau yang yang masih normal bisa mengikuti semua kegiatan ada dipanti, sedangkan kalau yang udah dual, biasanya dibedakan, yang penting memulihkan pola pikir dan pembinaan mentalnya dulu.
perbedaannya Pak? 20.
Apa semua Peksos bisa menangani Residen dual diagnosis?
Bisa saja, tetapi program yang membuat harus dari Peksos Penyelia ataupun Madya, Peksos muda hanya menjalankan tugas sesuai dengan arahan dari Peksos yang mempunyai jabatan yang lebih tinggi.
TRANSKIP WAWANCARA
Informan
: B (Special Function)
Waktu Wawancara
: Rabu, 2 September 09:45-10:30 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Primary 2
No.
Pertanyaan
Jawaban
1.
Bagaimana tingkatan atau jenjang residen yang ada di panti di dalam status oldermas?
2.
Apakah fase tingkatan berpengaruh terhadap tingkatan di status older mas?
Status older adalah sample kehidupan nyata di masyarakat dalam artian mengganti peran kelarga dan lingkungan selama di panti, yang pertama adalah gastronomy, gastronomy adalah kru dan berperan sebagai anggota saja, sedangkan ada juga maintanance house keeping, maintanance house keeping sendiri adalah orang yang memiliki peran atau jabatan dan bertugas sesuai jabatan yang dia pegang, pertama ada ekspedetor, ekspedetor adalah kakak sulung yang berperan seagai kakak bagi para kru, lalu ecoding dia berperan sebagai ibu, dia yang menengahi suatu masalah dan member motivasi kepada kru bila ada masalah, lalu single, single adalah peran yang dimainkan sebagai bastard of the house, dia punya peran bebas, semaunya sendiri, ini untuk melatih mental dan mengingatkan masa lalu mereka, lalu chief. Chief adalah peran sebagai ayah, perannya sebagai pengawas, pelindung, dan pemilik rumah, lalu ada HOD dia adalah yang mencatat kegiatan didalam asrama Tidak, itu tergantung kepada perkembanagan pola pikir dari residen tersebut, apakah dia sudah bisa diberi tanggung jawab mereka itu sendiri, biasanya yang mempunyai peran sebagai status older adalah mereka yang berada di fase younger dan middle, sedangkan older hanya berperan sebagai kru dan orang bisa menjadi contoh dari fase dibawahnya.
3.
Setelah menyelesaikan peran sebagai older
Ada, namanya special function, dia adalah yang residen yang berperan untuk mengisi
4.
5.
member apakah ada tingkatan lagi di atasnya tidak mas?
suatu kegiatan sebagai pendamping. Setelahnya ada back up dia merupakan orang yangpendamping peksos dalam suatu kegiatan bila pekerja sosial ada kegiatan lain dengan batasan dan kewenangan terbatas yang sudah di tetapkan
Apakah disetiap asrama memiliki struktur tingkatan dalam status older atau semua disatukan pada setiap tahap seperti primary dan re-entrysajakah? Apakah Residen yang berbeda asrama bisa berbaur dengan asrama yang berbeda gak mas?
Setiap asrama memiliki status older sendiri tetapi disesuaikan jumlah Residen yang ada.
Bisa, tetapi hanya pada kegiatan tertentu saja seperti senam dan bimbingan spiritual, selebihnya dilakukan masing-masing per asrama.
6.
Apakah residen yang sudah tinggal di asrama, bisa berpindah asrama yang lain?
Bisa, bila ada suatu hal yang mengharuskan dia untuk pindah, seperti ada masalah dengan teman atau pun karena perintah dari pekerja sosial
7.
Peran pekerja sosial dalam status older ini seperti apa mas?
Dia berperan sebagai koordinator dan pengambil keputusan tertinggi dalam suatu permaslahan, yang nantinya akan dijalankan oleh back up dan special function.
8.
Siapa penanggung jawab dalam setiap asrama?
Ada peksos yang sudah ditentukan, dan memegang satu asrama, dia memantau perkembangan dan kegiatan yang dilakukan diasramnya.
9.
Apakah yang ingin didapat dari peran bagi residen dalam status olderdisini mas? Berapa umur paling muda disini mas? dan yang paling dewasa? Dan apakah yang dalam usia sekolah, bisa sekolah secara formal?
Tujuannya adalah mengembalikan pola pikirnya, agar bsia diberi tanggung jawab dan membedakan mana yang baik dan yang buruk.
10.
Ada yang masih 16 tahun dan yang paling tua adalah 35 tahun. Yang masih usia sekolah bisa ikut sekolah formal bilamana sudah dirasa bisa berbaur ke masyarakat secara baik.
TRANSKIP WAWANCARA
Informan
: D (Pekerja Sosial)
Waktu Wawancara
: Rabu, 9 September 09:45-10:30 WIB
Tempat Wawancara : Saung Primary 1
No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pertanyaan
Jawaban
Apakah TC dipakai untuk semua program? Atau ada metode lain yang dipakai disini Pak?
TC di pakai sebagai metode sebagai model cara pembinaan dengan intervensi secara berkelompok, dimana mereka memeliki masalah yang sama, tempat rehabilitasi yang sama, pola rehabilitasi yang sama dan tujuan yang sama. Dan apa fasilitas disini Semua fasilitas disini gratis,,, orang tua tidak gratis atau di pungut biaya pungut biaya. Paling hanya uang jajan yang bagi residen? berasal dari orang tua. Makan dan tidur disini sudah ditanggung oleh Negara. Bagaimana cara peksos Sudah ada SOP nya, tetapi dalam prakteknya menyusun program? berbeda-beda karena bervariasinya dampak Inisiatif peksos atau sudah penylahgunaan narkoba tersebut, ada yang ada SOP nya Pak? coba-coba. Ada juga yang parah. Jadi tergantung kondisi di lapangan. Apa semua residen yang Iya, kita langsung putus obat, bila residen baru masuk langsung sakaunya kambuh kami akan berikan susu dan putus obat Pak? kopi, dan ajak ngobrol, supaya dia bisa cooling down dan tenang. Disini tidak pakai methadone, kita full rehabilitasi sosial Apa cara yang dipakai untuk referensi peksos dalam melihat perkembangan residen disini? Apakah Residen yang sudah selesai menjadi Older member otomatis masuk ke tahap ReentryPak?
Apa SDM Peksos disini sudah cukup Pak?
Dari walking paper dan perkembangannya dalam berinteraksi dan menyelesaikan suatu kegiatan
Dalam tingkatan di Primary para residen yang sudah mencapai tingkat older member akan naik tingkatnya menjadi special function dan back up, ini buat mereka punya tanggung jawab, dan belajar menjadi pemimpin, dan bisa mengatur dirinya sendiri dan teman satu asramanya” Belum, disini perbandingan Pekerja Sosial sangat jauh, dari 180 Residen, kita disini
8.
Apa ada perbedaan tingkatan Peksos di dalam rehabilitasi sosial Pak?
hanya ada 14 Peksos, tapi begitulah keadaannya. Jadi kita optimalkan saja SDM yang ada. Pembagiannya berdasarkan tingkatan, ada Peksos madya, penyelia, dan juga muda, tetapi di dalam lapangan kami sama saja.
TRANSKIP WAWANCARA
Informan
: S (Pekerja Sosial)
Waktu Wawancara
: Kamis, 18 September 2014 09:45-10:30 WIB
Tempat Wawancara : Saung Primary 3
No.
Pertanyaan
Jawaban
1.
Apa tujuan rehabilitasi sosial bagi penyalahguna narkoba di PSPPPak ?
Tujuannya adalah untuk merubah prilaku, yang tadinya menggunakan narkoba menjadi tidak lagi menggunakan narkoba dengan metode-metode tertentu yang berkaitan dengan rehabilitasi sosial
2.
Apa yang dimaskud pendekatan awal dalam rehabilitasi sosial di panti Pak?
Tahap dimana panti mengenalkan programprogram yang ada, dan memberikan motivasi agar para penyalahguna narkoba bisa ikut dalam rehabilitasi sosial di sini, yang nantinya akan diregistrasi dan diseleksi
3.
Siapa sajakah yang melakukan pendekatan awal disini?
Peksos sebagai pemberi motivasi dan pengenalan panti,,, yang dibantu oleh Pas dan Rehsos untuk administrasinya
4.
Apa di sini hanya korban narkoba saja yang ikut rehabilitasi sosial pak?
Iya, hanya narkoba. Tetapi banyak yang belum paham tentang apa itu narkoba. Dia pikir narkoba adalah sabu-sabu, putauw, dan kokain. Padahal salah, ngelem, ngejamur, dan ganja juga masuk kedalam narkoba, karena mengakibatkan kecanduan
5.
Lalu, Apa adakah perbedaan penanganan dalam kasus korban penyalahguna narkoba di panti yang masih taraf ringan dan yang berat?
Tidak, karena kami menggunakan TC jadi kami tidak membeda-bedakan perlakukan dalam kesehariannya, tetapi secara individual juga pasti ada seperti treatman, karena konsepnya kebersamaan
6.
Apakah Residen yang mengikuti rehabilitasi sosial di panti langsung putus obat, atau
Suatu metode untuk menyembukan penyalahguna narkoba dengan terapi secara komunitas, jadi mereka bersama-sama menjalankan program, saling membantu dan mengingatkan tentang suatu tanggung jawab
bertahappemutusan ketergantungan narkobanya?
ada pada residen tersebut.
7.
Menurut Bapak, Apa Yang dimaksud dengan TC pak?
Suatu metode untuk menyembukan penyalahguna narkoba dengan terapi secara komunitas, jadi mereka bersama-sama menjalankan program, saling membantu dan mengingatkan tentang suatu tanggung jawab ada pada residen tersebut.
8.
Lalu apakah Jabatan status older terusmenerus atau bergantian?
Iya gantian, agar mereka semua bisa merasakan enak atau tidaknya menjadi kru atau chief. Jadi dia bisa intropeksi sendiri tentang kelakuan mereka dalam asrama
9.
Bagaimana cara pendampingan peksos terhadap residen dalam lingkungan asrama Pak?
Pekerja mendampingi Klien dalam sebuah grup, namanya adalah static, disana peksos melihat perkembangan yang didapat dari residen pada kesehariannya, dan juga laporan dari chief mereka.
10.
Dalam penanganan residen apakah peksos tetap memegang Klien tersebut atau bergantian diantara peksos Pak?
Tidak bergantian, peksos memeganag Klien tersebut dalam satu tahun. Dan memang berperan sebagai orang tua
11.
Lalu apakah ada perbedaan tingkatan tingakatan dari ruangan yang dibagi? Seperti primary 1, 2, dan 3. Dan juga yang di re-entry?
Tidak ada, itu hanya pembagian kelas, bukan tingkatan dalam rehabilitasi sosial
12
Apa semua residen baru harus masuk ke tahap primarydahulu Pak?
Tergantung,,, kalau berat langsung masuk ke primary, tetapi kalau masih coba-coba kami akan pertimbangkan dia ke kelas re-entry
13.
Apa residen boleh izin pulang kalo ada keperluan?
Boleh bila sudah bisa diberi kepercayaan, itu pun bertahap, dari 12 jam, dan 24 jam. Tetapi pada awalnya didampingi oleh seniornya, soalnya mereka masih rawan
14.
Apa keterampilan hanya ada pada tahap primary? Atau hanya ada di tahap re-entry?
Hanya ada re-entry, tetapi primary sudah mulai dicoba yang ringan-ringan saja. Seperti menggambar
15.
Apa ada batasan lamanyamenjalani rehabilitasi sosial bagi Residen pak?
Tidak ada, tetapi pada prakteknya juga harus switch, karena mereka tidak mungkin selama disini,
16.
Apa peran peksos dalam resosialisasi disini Pak?
Berperan sebagai supervisor mereka, dimana memonitor perkembangan yang terjadi di sana bila masih kurang bagus kami peksos akan memberikan motivasi
17.
Apa Residen diberi uang saku dalam PBK dilapangan pak?
Ada, tapi hanya ada untuk uang transportasi dan uang makan
18.
Apa indikator residen sudah bisa selesai menjalani rehabilitasi sosial dipanti?
Pola pikirnya sudah baik, sudah menjalanjkan perannya, dan juga telah menyelesaikan tahapan rehabilitasi selama di panti
19.
Bagaimana jika residen yang sudah kembali ke rumah, kembali melakukan penyalahgunaan narkoba?
Kita clean up, kita cari penyebabnya dan cari jalan keluarnya dan memperbaikinya, memotivasinya agar mereka dapat stabil lagi.
TRANSKIP WAWANCARA
Informan
: S (Residen)
Waktu Wawancara
: Jumst, 19 September 09:45-10:30 WIB
Tempat Wawancara : Saung Primary 2
No.
Pertanyaan
Jawaban
1.
Bagaimana kamu mendapatkan informasi tentang adanya rehabilitasi sosial bagi penyalahguna narkoba di PSPP Galih Pakuan Bogor?
Pertama kali datang ke sini saya ngerasa dibatesin biasa ngelakuin apa-apa bebas di rumah, pas di sini mau ngapa-ngapain di batesin, mesti ngikutin aturan yang ada, pokoknya beda banget. Tapi pas udah agak lama saya jadi terbiasa
2.
Bagaimana kesan kamu setelah mengikuti rehabilitasi sosial di sini?
Betah, cuman kadang-kadang capek, soalnya kegiatannya padat,
3.
Bagaimana kesan anda tentang pekerja sosial dan teman anda selama mengikuti rehabilitasi narkoba? Apa manfaat yang didapat dan perubahan setalah mengikuti rehabilitasi disini?
Pekerja Sosial sangat membantu kami dalam mengikuti rehabilitasi sosial. Orangnya baikbaik dan juga saya anggap orang tua kami
Apa harapan anda setelah selesai mengikuti rehabilitasi disini?
Kerja, jadi orang yang bener, ngga lagi deh make yang begitu-begitu lagi
4.
5.
Pikiran jadi tenang, ngga mikirin yang anehaneh kalo disini soalnya banyak teman dan kegiatan
TRANSKIP WAWANCARA
Informan
: N (Residen)
Waktu Wawancara
: Jumat, 19 September 09:45-10:30 WIB
Tempat Wawancara : Saung Primary 2
No.
Pertanyaan
Jawaban
1.
Bagaimana kamu mendapatkan informasi tentang adanya rehabilitasi sosial bagi penyalahguna narkoba di PSPP Galih Pakuan Bogor?
Dari orang tua, awalnya gak betah, dibetahbetahin saya bang percuma juga dirumah di marahin mulu, udah pengen jadi orang yang bener saya, jadi saya ngikutin aja program yang ada disini , biar jadi berguna nantinya
2.
Bagaimana kesan kamu setelah mengikuti rehabilitasi sosial di sini? Bagaimana kesan anda tentang pekerja sosial dan teman anda selama mengikuti rehabilitasi narkoba? Apa manfaat yang didapat dan perubahan setalah mengikuti rehabilitasi disini? Apa harapan anda setelah selesai mengikuti rehabilitasi disini?
Program disini sangat berguna buat kita biar cepat pulih, bisa ke kontrol emosi, juga mlatih mental kita Baik, Pekerja Sosial selalu membantu kalo kami ada masalah, mencari jalan keluar kalo kami ada masalah
3.
4.
5.
Bisa lebih teratur, dulumah gak pernah bangun pagi, beres-beres, sekarang wajib bangun subuh, dan beres-beres pagi. saya mah pengennya pulang ke rumah, bisa banggain orang tua, bisa punya teman yang baik, gak kaya kemarin. Juga bisa bekerja nantinya