EFFEKTIVITAS EGG STIMULANT DALAM PAKAN TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN PRODUKTIFITAS IKAN RED FIN SHARK (Epalzeorhynchos frenatum)
HENDY EKO MURTEJO
DEPERTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : EFFEKTIVITAS EGG STIMULANT DALAM PAKAN TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN REPRODUKSI IKAN RED FIN SHARK
(Epalzeorhynchos frenatum) adalah benar merupakan karya yang belum diajukan dalam bentuk apapunkepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantukan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2009
HENDY EKO MURTEJO C. 14104061
RINGKASAN HENDY EKO MURTEJO. Effektivitas Egg Stimulant dalam Pakan Terhadap Pematangan Gonad dan Reproduksi Ikan Red Fin Shark. Dibimbing oleh HARTON ARFAH dan DINAR TRI SOELISTYOWATI Penelitian ini dilakukan di labolatorium Sistem dan teknologi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2008. sebanyak 12 induk ikan red fin shark diberi 4 perlakuan dosis Egg Stimulant 1 gram/kg ikan, 2gram/kg ikan, 3 gram/kg ikan,dan kontrol 0 gram/kg ikan. Masing-masing terdiri dri 3 ulangan. Egg Stimulant diberikan dengan cara dicampurkan ke dalam pakan menggunakan tepung kanji sebagai perekat. Pemberian pakan dilakukan sampai induk matang gonad. Kemudian dilakukan sampling 1 ekor per perlakuan untuk pengamatan kematangan telur (GVBD) menggunakan kateter dan larutan serra sebagai pewarna bagi inti telur. Selanjutnya proses pemijahan dilakukan dalam wadah penetasan di akuarium (70x50x40) cm. pemijahan dilakukan secara buatan yaitu induk red fin yang sudah matang gonad disuntik ovaprim dengan dosis 0.5 cc per kg induk betina.dan pengenceran mengunakan akuabides 10 kali. Perlakuan Egg Stimulant mempengaruhi diameter telur secara signifikan (P<0.05), namun tidak berbeda nyata terhadap fekunditas dan GVBD. Diameter telur pada perlakuan Egg Stimulant lebih tinggi dari pada kontrol yaitu berkisar antara 0.749-0.767 mm sedangkan perlakuan kontrol berkisar 0.672 mm. Rerata fekunditas pada perlakuan Egg Stimulant lebih tinggi dibandingkan kontrol yaitu berkisar antara 5023±1212 - 8268±1888 butir telur sedangkan kontrol 3306±1711 butir telur. Sedangkan persentase GVBD berkisar antara 75-90% (Egg Stimulant) dan 60% (kontrol). Berdasarkan analisis korelasi antara variable perlakuan dengan parameter produktifitas menunjukan derajat keeratan yang lemah terhadap diameter telur (r = 0.2454), berkorelasi negatife dan lemah terhadap fekunditas (r = 0.11) dan berkorelasi kuat terhadap GVBD ( r = 0.5794). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Egg Stimulant dapat meningkatkan GVBD secara effektif pada dosis yang lebih tinggi sedangkan diameter telur meningkat secara pararel dengan peningkatan nutrient pakan pada pemberian Egg Stimulant.
EFFEKTIVITAS EGG STIMULANT DALAM PAKAN TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN PRODUKTIFITAS IKAN RED FIN SHARK (Epalzeorhynchos frenatum)
HENDY EKO MURTEJO
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
DEPERTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULATAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul skripsi
: Effektivitas Egg Stimulant dalam Pakan Terhadap Pematangan Gonad dan Produktifitas Ikan Red Fin Shark (Epalzeorhynchos frenatum)
Nama mahasiswa
: Hendy Eko Murtejo
Nomor pokok
: C 14104061
Disetuji : Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Harton Arfah M. Si
Dr. Dinar Tri Soelistyowati DEA
NIP. 131 953 484
NIP. 131 413 353
Diketahui : Ketua Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M. Sc. NIP. 131578799
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah. Penulis mencoba melakukan penelitian tentang Effektivitas Egg Stimulant dalam Pakan Terhadap Pematangan Gonad dan Produktifitas Ikan Red Fin Shark (Epalzeorhynchos Frenatum. Penelitian dilakukan di Laboratorium Sistem dan Teknologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2008 sampai dengan 30 Juli 2008. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Harton Arfan M. Si sebagai pembimbing I dan Dr. Dinar Tri Soelistyowati DEA selaku pembimbing II atas saran, bimbingan dan masukannya terhadap perbaikan penulis ucapkan terimakasih. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak, Ibu, Dik Bowo, Dik Riska atas doa dan motivasinya. Terima kasih penulis juga tak lupa haturkan kepada Ratna (THP 41), teman-teman 41, Firman (Mance), Bayu, Andi, Marta, Deby, Risa, Agnis, Dodi, Galih (BDP 42), Toim dan Aziz (BDP 43) atas dukungannya selama proses penelitian. Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karenanya masukan dan saran diharapkan dapat menyempurnakan penulisan ini.
Bogor, Januarir 2009
Hendy Eko Murtejo
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan pada tanggal 3 Maret 1986 dari ayahanda Mardiyo dan ibunda Pujilah. Penulis pertama kali menempuh studi tahun 1991 di Taman Kanak-Kanan (TK) Aisyiah Tanggerang, kemudian melajutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 08 pagi Pesanggrahan, Jakarta Selatan tahun 1992 hingga 1998. penulis melanjutkan Sekolah Tingkat Pertama di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 178 Jakarta Selatan, lulus tahun 2000. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan formal tingkat atas di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri (SLTAN) 29 Jakarta Selatan. Tahun 2004, penulis diterima di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB melaui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Program Studi Teknologi dan Managemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama menjadi menjadi mahasiswa penulis aktif di himpunan profesi (himakua), menjabat sebagai ketua FORSA 29, menjadi ketua Seminar Pembenihan, pernah menjadi asisten dasar-dasar genetika, menjadi kordinator praktikum fisiologi reperoduksi ikan, dan berwiraswasta di bidang perikanan di daerah Situ Daun Bogor. Penulis juga pernah melakukan praktek lapang di Cetra Pertiwi Bahari (CPB) Rembang dan SWK Rogojampi, Bayuwangi. Penulis melakukan penelitian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada bulan Juni 2008 hingga Juli 2008. yang berjudul ”Effektiitas Egg Stimulant dalam Pakan Terhadap Pematangan Gonad dan Reproduksi Ikan Red Fin Shark (Epalzeorhynchos frenatum)”.
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ......................................................................................i RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................ii DAFTAR ISI......................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................iv DAFTAR TABEL ............................................................................................v DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................vi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ........................................................................................1 1.2 Tujuan ....................................................................................................2 II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3 2.1 Ikan Red Fin (Epalzeorhynchos frenatum) ...........................................3 2.2 Oogenesis ..............................................................................................4 2.3 Fekunditas dan Diameter Telur..............................................................9 2.4 Egg Stimulant.........................................................................................10 III. METODOLOGI ........................................................................................13 3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................13 3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................13 3.3 Metode Penelitian .................................................................................13 3.3.1 Diameter dan Volume Kuning Telur ..........................................15 3.3.2 Pergerakan Inti Telur ..................................................................15 3.3.3 Fekunditas ...................................................................................16 3.3.4 Analisis data ................................................................................16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................17 4.1 Hasil ......................................................................................................17 4.1.1 Fekunditas ...................................................................................17 4.1.2 Diameter Telur ............................................................................18 4.1.3 GVBD (Germinal Vesical Break Down) ....................................20 4.2 Pembahasan ...........................................................................................22 V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................26 5.1 Kesimpulan ...........................................................................................26 5.2 Saran ......................................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................27 LAMPIRAN.......................................................................................................30
iii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Ikan red Fin Shark ..........................................................................................3 2. Skema perkembangan oosit ............................................................................6 3. Panjang dan Lebar Telur ................................................................................15 4. Diagram batang pengaruh Egg Stimulant terhadap fekunditas ......................17 5. Diagram Garis Linier Fekunditas Ikan Red Fin dengan Perlakuan Egg stimulant ...................................................................................17 6. Diagaram batang diameter telur pada percobaan Egg Stimulant ..................18 7. Diagram Garis Linier Diameter Telur Ikan Red Fin dengan Perlakuan Egg stimulant ..................................................................................19 8. Diagaram batang Pergerakan inti telur pada percobaan Egg Stimulant .........................................................................................19 9. Diagram Garis Linier Pergerakan Inti Telur (GVBD) Ikan Red Fin dengan Perlakuan Egg stimulant .................................................................19 10. Pergerakan inti telur pada proses pematangan gonad ..................................20
iv
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Tingkat Kematangan Gonad ..........................................................................10 2. Komposisi Egg Stimulant ...............................................................................11
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Dokumentasi Penelitian .................................................................................30 2. Analisis Hasil Diameter Telur .......................................................................31 3. Data diameter Telur ........................................................................................32 4. Data Volume Kuning Telur.............................................................................33 5. Analisis Hasil Pergerakan Inti Telur (GVBD) ................................................34 6. Data Pergerakan Inti Sel (GVBD)..................................................................34 7. Data Fekunditas..............................................................................................35 8. Analisis Hasil Fekunditas ...............................................................................36 9. Contoh Perhitungan.........................................................................................37 10. Proses Sterediogenesis ..................................................................................38 11. Proses Pemberian pakan................................................................................38
vi
1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Usaha perikanan Indonesia sudah sejak lama berlangsung dan terus berkembang hingga saat ini. Bisnis perikanan yang cukup berkembang adalah bisnis ikan hias yang mulai menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Sebagaimana terungkap dalam salah satu seminar Indonesia Fish, sebenarnya Indonesia telah menjadi eksportir ikan hias sejak tahun 1970. Pasarnya Singapura dan Hongkong, dengan nilai ekspor sekitar US$ 100.000 setahun. Sejauh ini, devisa ikan hias tertinggi adalah US$ 12 juta pada tahun 2002 (Anonim,2007). Ikan hias hasil penangkaran di Indonesia saat ini sudah banyak di ekspor antara lain ke Eropa. Peminat ikan tropis di luar negeri sangat besar sehingga prospek pemasaran masih sangat terbuka. Salah satu komoditas yang banyak peminatnya baik di pasar lokal maupun di luar negeri adalah jenis ikan hias redfin shark. Ikan jenis ini memiliki warna tubuh yang cantik dan menarik perhatian para pecinta ikan hias, serta dalam segi perawatan dan pemeliharan relatif lebih mudah. Tetapi dalam proses penagkarannya, ikan mengalami kendala reproduksi karena faktor cuaca, yaitu telur akan melimpah pada saat musim hujan kemudian telur akan sulit diperoleh pada musim kemarau. Hal tersebut menyebabkan ketersedian jumlah ikan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen sepanjang tahun. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut maka kapasitas produksi perlu ditingkatkan dengan memperbaiki kualitas induk dalam menghasilkan intensitas keturunan. Salah satu teknik reproduksi yang dapat dilakukan adalah merangsang pematangan gonad secara buatan (induced spawning) menggunakaan bahan perangsang pematangan gonad seperti Egg stimulant. Egg stimulant umum digunakan para peternak unggas dan hewan ruminansia untuk meningkatkan jumlah telur yang dihasilkan. Pemberian Egg stimulant diberikan dengan cara dicampur dalam pakan komersi dengan diberi dosis yang efektif, diharapkan dapat mempercepat proses pematangan gonad dan meningkatkan intensitas produktifitas induk tersebut.
1.2 Tujuan
2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui effektivitas pemberian Egg stimulant yang dicampur dalam pakan komersil terhadap kecepatan kematangan gonad dan fekunditas ikan red fin shark (Epalzeorhynchos frenatum).
3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Red Fin (Epalzeorhynchos frenatum) Menurut Fowler 1934, susunan taknonomi dari red fin shark adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Cypriniformes
Famili
: Cyprinidae
Subfamily
: Bilateria
Genus
: Epalzeorhynchos
Species
: E. frenatum
Gambar 1. Ikan red Fin Shark Ikan red fin shark adalah salah satu ikan hias yang memilki tingkat permintaan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri. Habitat Ikan red fin shark adalah di bagian tengah dan dasar perairan. Ikan ini berasal dari daratan Asia Tenggara, yaitu berasal dari Sungai Mengkong di Thailand. Ikan red fin shark memiliki ciri mulut yang tajam ke depan dan sepasang sungut pada bagian depan mulutnya, tubuhnya berwarna ungu coklat kehitaman kadang-kadang bervariasi dengan warna violet. Siripnya berwarna orange kemerahan hingga merah, terdapat garis hitam dari bagian operkulum hingga bagian mulut terdepan. Ikan ini dapat tumbuh mencapai panjang 14- 15 cm. Ikan redfin hidup pada pH 6.2-7.5 (optimum 7.0), dengan tingkat kesadahan 2-15 dH (optimum 10),dan suhu berkisar 23-26°C. Ikan red fin shark menyukai jenis makanan berupa algae flake, pellet, sayuran, bayam, tubifex, dapnia dan serangga kecil. Ikan red fin
4
jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan melihat ciri morfologisnya, yaitu pada ikan jantan memiliki tanda hitam dibagian sirip anal dan memiliki bentuk tubuh cenderung lebih ramping sedangkan pada ikan betina tidak memiliki tanda hitam pada bagian sirip anal dan tubuhnya cenderung lebih terlihat gemuk dibandingkan jantan. Ikan ini memiliki sifat agresif atau teritori dalam mendapatkan makanan sehingga tingkat kompetisi makanan antara species sangat tinggi.
2.2Oogenesis Gonad ikan betina disebut ovarium yang membentuk sel telur dari turunan sel germ primordial dalam epiteluim lumenal ovari, di sebut oogenesis. Tahap awal reproduksi adalah proses pematangan gonad sebagian besar merupakan aktifitas metabolisme. Pada tahap perkembangan awal oogonia terlihat masih sangat kecil, kemudian secara bertahap oogonia terus memperbanyak diri dengan cara mitosis. Tranformasi oogonia akan menjadi oosit primer pada tahap pertumbuhan kedua ditandai dengan kemunculan kromosom. Pada perkembangan selanjutnya oosit membentuk lapisan corion, granulose dan membran teka. Kemudian telur akan terus berkembang bertambah besar pada proses vitellogenin yang diawali dengan pembentukan vakuola-vakuola kemudian diikuti dengan munculnya globul-globul kuning telur karena adanya rangsangan vitellogenin dari hati. Perkembangan gonad ikan diawali dari adanya rangsangan lingkungan, kemudian hipotalamus melepaskan GnRH yang merangsang sekresi gonadotropin oleh kelenjar pituitary kemudian terbawa oleh aliran darah menuju ke gonad. Gonadrotopin yang dihasilkan hipofisa meliputi FSH ( Folicle Stimulating Hormone ), LH (Luteinizing Hormone) dan LTH (Luteotropik Hormone) yang berperan merangsang aktifitas gonad untuk berkembang ( Frandson 1992 dalam Yusuf 2005) dan merupakan pengontrol utama sejak awal siklus reproduksi hingga terjadinya ovulasi dan spermiasi pada ikan (Shelton 1989 dalam Yusuf 2005). Gonadotropin yang mengatur reproduksi dalam pematangan tahap akhir oosit, ovulasi dan spermitogenesis adalah FSH dan LH (Djojosoebagio 1996 dalam Yusuf 2005).
5
Gonadoropin dilepaskan oleh hipofisa pada awal vitelogenesis dikenal dengan GtH I. Hormon ini terbawa aliran darah menuju gonad dan sel teca menstimulir terbentuknya hormon testoteron. Selanjutnya hormon testoteron menuju sel granulosa dan oleh enzim aromatase dikonversi menjadi hormon esrtadiol-17β. Hormon Estradiol dilepaskan oleh gonad kemudian mengikuti aliran darah menuju hati Yaron (1995). Menurut Mommsen dan Walsh (1988) pembentukan vitelogenin di dalam hati terjadi pada bagian reticulum endoplasma, yaitu dikumpulkan pada aparatus golgi dan di sekresikan ke dalam aliran darah, vitelogenen dalam darah dilepaskan dengan sasaran gonad (oosit). Selanjutnya akan terikat dengan protein reseptor spesifik yang terdapat pada membran oosit kemudian
diserap
melalui
membran
mikroskopis
dan
dipindahkan
ke
mikrovesikular body. Vitelogenein ini berupa glikoprotein yang mengandung kirakira 20% lemak, terutama fosfolipid, trigliserida dan kolesterol. Sebelum penimbunan akhir dalam kuning telur vitelogenin dipecah menjadi komponenkomponen lipovitelin dan phosvitin dan komponen β yang disimpan dalam bentuk kuning telur. Proses vitelogenin ini terus terjadi di dalam tubuh ikan. Sehingga volume granula kuning telur meningkatkan sekaligus menyebabkan bartambahnya ukuran oosit dan nilai indeks gonad somatik (IGS) serta indeks heptosomatik (HIS) bertambah besar (Cerda et al. 1996). Menurut Nagahama (1987), Yaron (1995), proses pematangan gonad juga dipengaruhi aktifitas beberapa hormon aktif. Proses steroidogenesis dimulai dengan pemecahan cholesterol menjadi pregnenolon dengan bantuan vitamin K. Pregnenolon dengan aktifitas dari enzyme 3β-hidroxysteroid dehidrogenasi (3βHSD) diubah menjadi progesterone. Kemudian progesteron ini oleh enzyme 17βhiroxylase diubah menjadi 17α-hidroxyprogesteron. Selama proses vitelogenin berlangsung, 17α-hidroxyprogesteron diubah menjadi andostenedion. Proses ini dibantu oleh C17-C20 lyase. Androstenedion kemudian diubah menjadi testoteron. Sintesis testoteron ini dibantu oleh enzyme 17α-hydoxysteroid dehidrogenase (17α-HSD). Proses perubahan kolesterol menjadi testoteron terjadi di dalam lapisan teka pada folikel oosit. Selanjutnya testoteron yang dihasilkan di dalam lapisan teka ini masuk ke dalam lapisan granulosa. Di dalam lapisan
6
granulosatestoteron diubah menjadi estradiol-17β, sehingga dalam proses vitelogenin terjadi konsentrasi estradiol-17β di dalam tubuh ikan tinggi. Sintesis estradiol-17β ini dibantu oleh enzim aromatase. Pada waktu terjadinya pematangan oosit, 17α-hyroxyprogesteron yang dihasilkan oleh lapisan teka menyebar kedalam lapisan granulose pada folikel oosit. Di dalam lapisan ini, 17αhyroxyprogesteron diubah menjadi 17α,20β-dihydroxy-4-pregnen-3-one(17α,20βdiOHProg). Proses ini dibantu oleh enzyme 20β-hydroxysteroid dehydrogenase (20β-HSD). Rangsangan Lingkungan
Otak hipotalamus
GnRh
pituitari
Umpan positif
Umpan negatif
Gonadotropin
GONAD
Sel teka
Sel granulosa
Testosteron
Estradiol-17β P450 aromatase
Perkembangan oosit
Gambar 2. Skema perkembangan oosit (Nagahama et al,1995)
7
Setelah gonadotropin masuk ke dalam gonad kemudian masuk sel teka menstimulir terbentuknya testoteron yang kemudian testoteron ini masuk ke sel garnulosa dan di ubah oleh enzim aromatase menjadi estradiol-17β, kemudian masuk ke dalam hati dan sebagian akan memberikan rangsangan balik ke hipotalamus dan hipofisa melalui aliran darah. Estradiol-17β merangsang hati untuk mensintesis vitelogenin yang akan dialirkan lewat darah menuju gonad untuk diserap oleh oosit, sehingga penyerapan vitelogenin ini disertai dengan perkembangan diameter telur (Sumantri 2006). Perkembangan telur dan penyerapan vitelogenin ini berhenti ketika oosit mencapai ukuran maksimal. Elper (1981) menyatakan bahwa aksi hormon gonadotropin maupun steroid menyebabkan posisi inti yang semula di bagian tengah menjadi bergeser ke bagian tepi dekat mikrofil dan sesaat sebelum ovulasi terjadi inti tersebut melebur. Menurut Yaron (1995) bila kondisi GTH (gonadotropin) II cukup maka akan merangsang sekresi 17α-hidrosiprogresteron yang bersama hidroksi steroid dehirogenase membentuk 17α,20β-hidroksi pregnen yang akan masuk ke dalam sel telur untuk mendorong Maturation Promoting Faktor (MPF) yang mendorong inti ke tepi dan inti mengalami Geminal Vesicle Break Down (GVBD), kemudian folikel pecah dan sel telur siap untuk diovulasikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pematangan gonad yaitu faktor ; lingkungan seperti suhu, periode cahaya, musim dan makanan. Faktor lainnya yaitu ketersediaan hormon gonadotropin Musim adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses pematang dan pemijahan. Secara general dapat disimpulkan musim pemijahan ikan banyak terjadi pada musim penghujan dari bulan Septembar hingga Februari dan akan mengalami penurunan tingkat pemijahan pada bulan April hingga bulan agustus. Hal ini terjadi misalnya pada ikan bandeng dimana pemijahan ikan bandeng terjadi pada bulan Septembar hingga bulan Desember dengan puncaknya pada bulan Oktober dan November, pada bulan tersebut menjadi puncak pemijahan dimana jumlah nener meningkat secara signifikan dan terjadi peningkatan kembali pada bulan April dan Mei
8
Ikan ovivar sebagian besar memiliki waktu pemijahan tertentu yang dilakukan pada tiap tahun secara teratur. Ikan pada daerah subtropik ikan melakukan pemijahan satu kali setahun terutama pada musim semi dan akan berulang pada tahun-tahun berikutnya. Ikan di daerah tropis seperti Indonesia melakukan pemijahan barvariasi tetapi banyak ikan yang melakukan proses pemijahan pada musim tertentu di musim penghujan (September - Februari). Umumnya waktu dari pemijahan pada ikan berhubungan dengan penyesuaian terhadap keadaan yang mendukung terutama yang berhubungan dengan ketersediaan makanan bagi keturunannya. Ikan red fin adalah salah satu jenis ikan yang memiliki pola pemijahan yang dipengaruhi oleh musim tertentu. Musim pemijahan ikan red fin terjadi pada musim penghujan berkisar antara bulan September hingga bulan Mei, sedangkan mengalami penurunan proses pemijahan saat musim kemarau pada bulan Juni hingga Agustus. Pada musim kemarau induk betina mengalami kendala dalam proses pematangan telur, sehingga telur yang dihasilkan hanya dalam jumlah yang sangat sedikit dan berkualitas kurang baik sedangkan pada induk jantan terjadi tehambat proses pembetukan sperma dan hanya menghasilkan jumlah sperma yang sedikit serta kurang baik. Pada musim pemijahan normal indukan betina red fin dapat melakukan proses pengisian telur kembali (recovery) setelah proses pemijahan, memakan waktu sekitar 1 bulan.
9
2.3 Fekunditas Dan Diameter Telur Fekunditas adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang (Effendi, 1979). Nikolsky menyatakan bahwa fekunditas ikan berhubungan erat dengan lingkungan, karena lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan panjang dan berat tubuh ikan. Sedangkan panjang secara langsung berhubungan dengan fekunditas. Berat ovary dapat digunakan untuk menduga fekunditas dan agar memperoleh hasil yang tepat. Fekunditas terdiri dari fekunditas individu, fekunditas total dan fekunditas relatif. Fekunditas individu adalah jumlah telur yang dikeluarkan dari generasi itu yang dikeluarkan pada tahun yang sama (Nikolsky,1969). Fekunditas total adalah jumlah telur yang dikelurkan ikan sepanjang hidupnya. Fekunditas relatif adalah jumlah telur yang dikelurkan ikan persatuan berat dan panjang (Effendie,1979) Fekunditas berhubungan erat dengan lingkungan, ketersediaan makanan, kecepatan pertumbuhan dan tingkah laku pemijahan. (Nikolsky,1969). Sehingga perubahan dalam fekunditas individu berhubungan dengan suplai makanan. Ukuran dan jumlah telur cenderung bertambah dangan bertambahnya ukuran dan umur betina sampai akhir hidupnya. Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur dengan mikroskopis yang sudah ditera. Fekundiats dan diameter telur diamati pada ikan yang sudah berada pada tahap perkembangan kematangan gonad TKG III dan IV. Lama pemijahan dapat juga diduga dari ukuran diameter telurnya, jika waktu pemijahan pendek, semua telur masak yang terdapat pada ovarium berukuran sama. Tetapi bila waktu pemijahan pemijahan tersebut terus menerus pada waktu kisaran waktu yang lama, maka ukuran telur yang berada dalam ovarium berbeda-beda (Hoar 1969).
10
Tabel 1. Tingkat Kematangan Gonad TKG I
MORFOLOGI
HISTOLOGI
Ovari masih kecil dan seperti
Didominasi
benang.warna ovari merah muda,
berukuran 7.5-12.5 μm. Inti sel
memanjang di rongga perut
besar
II
III
oleh
oogonia
Ukuran ovarium bertambah besar,
Oogonia menjadi oosit, ukuran
warna ovari berubah menjadi
200-250 μm membentuk kantung
coklat muda, butiran telur belum
kuning
terlihat
berwarna ungu
Ukuran ovari relative besar dan
Luben berisi telur. Ukuran oosit
mengisi hampir sepertiga rongga
750-1125 μm. Inti mulai tampak
telur.
Sitoplasma
perut. Butiran-butiran telur telihat jelas dan berwarna kuning muda.
IV
Gonad mengisi penuh rongga
Inti terlihat jelas dan sebaran
perut, semakin pejal dan warna
kuning telur mendominasi oosit.
butiran telur kuning tua. Butiran
Ukuran oosit 1300-1500 μm.
telur besarnya hampir sama dan mudah
dipisahkan.
Kantung
tubulus seminifer agak lunak.
Keterangan: 1.
Klasifikasi menurut Nikolsky dalam Effendie (1997)
2.
Klasifikasi menurut Chinabut et. al. (1991)
2.4 Egg stimulant Egg stimulant adalah bahan permix yang dibuat untuk meningkatkan produksi dan kualitas telur pada ternak unggas seperti ayam petelur. Egg stimulant berfungsi untuk, meningkatkan produksi telur, memperbaiki efisiensi pakan, mempertahankan jumlah produksi telur pada keadaan sakit, memperpanjang masa produksi telur. Komposisi Egg stimulant disajikan pada Tabel 2.
11
Tabel 2. Komposisi Egg stimulant BAHAN
KANDUNGAN
Bacitracin MD
55000 mg
Vitamin A
6000000 IU
Vitamin D3
1000000 IU
Vitamin E
2000 mg
Vitamin K3
1000 mg
Vitamin B1
2000 mg
Vitamin B2
5000 mg
Vitamin B6
1000 mg
Vitamin B12
2 mg
Vitamin C
20000 mg
Ca-d-pantothenat
48000 mg
Nicotic acid
15000 mg
Folic acid
250 mg
Bacitracin
MD
(BMD)
adalah
bahan
antibiotik
berasal
dari
mikroorganisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi pakan. Dengan adanya peningkatan efisiensi pakan maka akan meningkatkan tingkat penggunan
energi
untuk
reproduksi.
Hasil
penelitian
Prabowo
2007
menyimpulkan bahwa BMD memberikan pengaruh yang nyata terhadap reproduksi ikan lele sangkuriang Clarias sp. Elemen mikro dalam pakan diperlukan sebagai fungsi katalisator yang berperan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Vitamin C dan E berfungsi sinergi sebagai antioksidan, melindungi asam lemak secara in vivo dan in vitro. (Machlin, 1990). Vitamin E digunakan pada proses kerja dari enzim vitellogenin. Hubungan vitamin E dengan vitelogenin dalam perkembangan oosit ternyata terkait dengan produksi prostaglandin. Dalam hal ini prostaglandin disintesis secara enzimatik dengan menggunakan asam lemak esensial (Djojosoebagio, 1996 dalam Yusuf 2005), sedangkan vitamin E sebagai fungsi antioksidan dapat mempertahankan keberadaan dari asam lemak tersebut. Vitamin C berfungsi untuk membantu proses vitellogenin. Kandungan vitamin C dalam ovarium akan meningkat pada awal perkembangannya dan
12
kemudian menurun pada fase akhir sebelum ovulasi. Pada beberapa penelitian tentang penggunaan vitamin C untuk reproduksi ikan telah diujicoba terutama pada ikan trout (Sandnes et al., 1984). Hasilnya memperlihatkan bahwa ikan yang mendapat pakan dengan suplemen vitamin C sebanyak 1000 mg/kg pakan dapat memproduksi telur lebih banyak dibandingkan tanpa penambahan vitamin C. Elemen mikro lain yang diperlukan adalah vitamin A, dalam tubuh induk vitamin A sangat besar pengaruhnya terhadap kadar vitamin A yang terdapat dalam telur ikan (Machlin, 1990). Vitamin A mudah mengalami peredoksian secara in vivo, dan vitamin C yang berfungsi sebagai pelindung vitamin A (Watanabe, 1995). Vitamin A pada dosis 1-3 µg karotenoid per gram telur dapat menentukan kualitas telur. Pada dosis tersebut dapat meningkatkan prosentase penetasan lebih dari 80% dan karotenoid berfungsi sebagai respirasi dalam telur. (Craik 1985). Folic acid berfungsi dalam sintesis DNA dan RNA, sangat esensial untuk meningkatkan pertumbuhan, siklus reproduksi di setiap sel, dan bekerja sama dengan vitamin B12 dalam pembentukan sel darah merah. B12 juga berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan larva dan kelangsungan hidup larva.
13
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di labolatorium sistem dan teknologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan proses penetasan dilakukan di hatchery Harton Arfah. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2008 sampai dengan 30 Juli 2008. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium ukuran (30x20x20cm) sebanyak 12 buah, alat bedah, mangkok, gelas fiber, bulu ayam, mikroskop cahaya dengan pembesaran 4 kali, mikrometer, botol film ,timbangan digital, dan cawan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah indukan red fin shark sebanyak 12 ekor induk, Egg stimulant, spidol permanen, ovaprim, larutan aquabides dan larutan sierra. 3.3 Metode Penelitian Ikan yang digunakan adalah 12 induk red fin betina dengan ukuran panjang tubuh 10 – 12 cm dan bobot rata-rata 15 gram/ekor. Jumlah perlakuan sebanyak 4 perlakuan dosis berbeda atau setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Pemberian sample tiap perlakuan adalah satu induk betina red fin shark yang siap memijah. Dosis Egg stimulant di campur dalam pakan ikan dengan ketentuan masingmasing perlakuan sebagai berikut: 1. perlakuan kontrol : Dosis Egg stimulant 0 gr/kg Ikan 2. perlakuan 1 : Dosis Egg stimulant 1 g/kg ikan 3. perlakuan 2 : Dosis Egg stimulant 2 g/kg ikan 4. perlakuan 3 : Dosis Egg stimulant 3 g/kg ikan Pakan diberikan 2 kali dalam sehari pada pagi dan sore hari hingga telur mencapai GVBD dengan lama perlakuan 45 hari. Metode pencampuran pakan dengan Egg stimulant adalah sebagai berikut: 1) pakan dicampurkan dengan tepung kanji sebanyak 3% dari bobot pakan dan diaduk hingga merata, tepung kanji ini berperan sebagai pengikat atau binder antara Egg stimulant dengan pakan; 2) serbuk Egg stimulant dilarutkan ke dalam air hangat dan diaduk. 3) larutan Egg stimulant dimasukan ke dalam pellet yang telah di campur tepung
14
kanji dan diaduk hingga tercampur secara merata. Pemberian larutan Egg stimulant ke dalam pakan dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit. Setelah itu pellet diletakkan di tempat teduh untuk di angin–anginkan hingga kering selama 15 menit, kemudian pakan diberikan ke ikan. Perlakuan diberikan selama 45 hari atau hingga ikan mengalami pematangan gonad. Pengambilan sampel telur dengan cara dikateter, yang dilakukan 1 kali saat akhir perlakuan yaitu induk betina sudah mengalami proses pengisian gonad berdasarkan pengamatan perubahan bentuk perut ikan betina. Telur yang diambil kemudian dimasukan ke dalam botol film yang telah diberikan larutan fisiologis dan dibawa ke labolatorium untuk dilakukan analisis lanjutan secara mikrokopis. Sebelum diamati, telur di tetesi dengan larutan sierra diamkan selama 15 menit. Larutan sierra terbuat dari beberapa bahan yaitu campuran larutan alkohol absolute, formalin 40% dan asetat galsial dengan perbandingan 6:3:1. Larutan sierra berfungsi untuk mengetahui posisi inti telur. Telur diukur dan diamati posisi inti telurnya. Apabila telah diperoleh telur yang telah mencapai fase GVBD, maka induk itu segera dipijahkan dan dihitung fekunditasnya, diameter telur dan tingkat GVBD telur. Pada saat pemijahan, hal pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan wadah utuk penetasan telur. Wadah penetasan telur berupa akuarium dengan dimensi (70 x 50 x 40) cm, setiap akuarium diberi heater untuk menjaga suhu dan dipasang aerasi untuk meningkatkan kadar oksigen. Pemijahan dilakukan secara buatan, induk ikan red fin disuntik ovaprim dengan dosis 0.5 cc per kg induk betina, kemudian diencerkan dengan akuabides hingga volumenya 10 kali volume ovaprim. Ovaprim merupakan obat yang mengandung hormon gonadotropin, berperan dalam mempercepat proses ovulasi. Penyuntikan dilakukan secara intramuscular. Induk yang telah disuntik di karantina selama 4-6 jam, kemudian dilakukan proses penyuntikan kedua, setelah itu induk diinkubasi dalam wadah untuk proses pemijahan.
15
3.4 Parameter yang Diamati
3.4.1 Diameter dan Volume Kuning Telur Diameter telur diukur dengan menggunakan mikrometer pada mikroskop. Kemudian nilai yang tertera dalam mikroskop dikonversi dengan tingkat pembesaran 4 kali. Keseluruhan diaeter telur yang teramati dicari nilai tengahnya dengan menggunkan rumus: X rata-rata =∑xi/n Keterangan : xi = diameter telur yang diamati Untuk perbesaran 4 x 100, setiap nilai yang tertera dikalikan dengan faktor konversi 24 mikrometer kemudian di konversi menjadi millimeter. Volume kuning telur dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Hemming dan Buddington, 1998) : VKT = (π/6) x L x H2 Keterangan: VKT
: Volume Kuning Telur (mm3)
L
: Diamater panjang kuning telur (mm)
H
: Diamater lebar kuning telur (mm) H
L Gambar.3. Panjang dan Lebar Telur
3.4.2 Pergerakan Inti Telur Dihitung persentase telur yang intinya berada di tengah, ditepi dan yang telah mengalami GVBD dengan menggunakan, mikroskop dengan perbesaran 4 kali. Sebelum diamati telur ditetesi larutan sierra dan dibiarkan selama 15 menit.
16
Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase pergerakan inti telur adalah sebagai berikut: Pesentase pergerakan inti telur : Jumlah telur dengan inti X
X 100%
Jumlah telur yang teramati 3.4.2 Fekunditas Fekunditas = Jumlah telur sampel X Bobot telur total Bobot telur sampel 3.4.3 Analisis data Data yang diamati disajikan dalam bentuk table dan grafik serta diolah menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan hipotesis : H0 = Dosis Egg stimulant tidak berpengaruh terhadap parameter fekunditas, diameter telur dan GVBD. H1 = Dosis Egg stimulant berpengaruh terhadap parameter fekunditas, diameter telur dan GVBD. Data diuji dengan menggunakan tabel F dengan nilai probabilitas 0.05 atau selang kepercayaan 95%. Persamaan RAL : Yij = µ + αi + €ij Keterangan : Yij
= nilai pengamatan dari perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
µ
= rata-rata umum
αi
= pengaruh perlakuan ke-I (1,2,3,4)
€ij
= galat perlakuan ke-i, ulangan ke-j
Rumas BNT : t (α/2,dbs) x Keterengan : dbs KTS r
: derajat bebas sisa : Kuadrat Tengah sisa : ulangan
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Perlakuan Egg stimulant dalam penelitian ini dilakukan selama 45 hari masa pemeliharaan dimana terjadi percepatan perkembangan gonad dibandingkan tanpa pemberian suplemen. Hasil penelitian ini menunjukan Egg Stimulant dapat meningkatkan laju perkembangan gonad (% GVBD), diameter telur dan fekunditas ikan red fin.
4.1.1
Fekunditas
Fekunditas merupakan jumlah telur yang dihasilkan dalam satu siklus reproduksi, fekunditas juga menunjukan kualitas dari induk betina. Fekunditas
Jumlah Telur (Butir)
9000
8268
8010
8000 7000 6000 5000 4000 3000
5023 3306
2000 1000 0 kontrol
1gram
2 gram
3 gram
Gambar 4. Diagram batang pengaruh Egg stimulant terhadap fekunditas (butir) ikan red fin Data fekunditas (Gambar 4) menujukan perlakuan Egg stimulant meningkatkan fekunditas dibandingkan dengan kontrol yaitu berkisar antara 5023±1212 - 8268±1888 butir telur sedangkan kontrol 3306±1711 butir telur. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa penambahan Egg stimulant tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap peningkatan fekunditas (P>0.05).
18
X Variable 1 Line Fit Plot 10000 8000 Y Predicted Y Linear (Y)
Y
6000 4000
3 y = 762.76x + 5021.4
2000
R = 0.2594
2
0 0
1
2
3
4
X Variable 1
Gambar 5. Diagram Garis Linier Fekunditas Ikan Red Fin dengan Perlakuan Egg stimulant Dari hasil rergresi menunjukan derajat hubungan (derajat korelasi) antar parameter (r = - 0.1108), sehingga dapat disimpulkan antara dosis Egg Stimulant dan fekunditas memiliki hubungan keeratan lemah dan bersifat saling berlawanan. Fekunditas memilki korelasi negatife, hal ini tak terlepas dari pengaruhi peningkatan ukuran diameter telur ikan red fin. Maka dapat diduga dengan penambahan dosis Egg Stimulant kurang berpengaruh terhadap meningkatkan fekunditas dari ikan red fin dalam kondisi lingkungan yang sama.
4.1.2
Diameter Telur
Diameter telur adalah paramater yang diperlukan untuk menilai kualitas terkait dengan volume pemijahan. Dimater telur sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pemijahan, kuning telur yang merupakan sumber energi bagi embrio dan pada masa awal kehidupannya sebelum bisa makan pakan dari luar. Semakin besar volume kuning telur, maka cadangan makanan dari proses perkembanganya embrio dan larva semakin terjamin.
19
Panjang Telur (mm)
Diameter Telur 0.78 0.76 0.74 0.72 0.7 0.68 0.66 0.64 0.62
0.767
0.757
0.747
0.672
kontrol
1gram
2 gram
3 gram
Egg Stimulant
Gambar 6. Diagaram batang diameter telur ikan red fin shark pada percobaan Egg stimulant Hasil penelitian menujukan rerata ukuran diameter telur pada perlakuan Egg stimulant lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol berkisar antara 0.747 ± 0.008 - 0.767 ± 0.005 mm sedangkan perlakuan kontrol berkisar 0.672 ± 0.008 mm. hasil analisis ragam menunjukan hasil bahwa Egg Stimulant memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ukuran diameter telur (P<0.05)
Y
X Variable 1 Line Fit Plot 0.78 0.76 0.74 0.72 0.7 0.68 0.66
Y Predicted Y
y = 0.0236x + 0.6767 2 R = 0.4969 0
2
4
Linear (Y)
6
X Variable 1
Gambar 7. Diagram Garis Linier Diameter Telur Ikan Red Fin dengan Perlakuan Egg stimulant Dari hasil rergresi menunjukan derajat hubungan (derajat korelasi) antar parameter (r = 0.245), sehingga dapat disimpulkan antara dosis Egg Stimulant dan diameter telur tidak memiliki hubungan keeratan.
20
Maka dapat diduga dengan penambahan dosis Egg Stimulant kurang dapat meningkatkan diameter telur dari ikan red fin dalam kondisi lingkungan yang sama.
4.1.3
GVBD (Germinal Vesical Break Down) Vitellogenesis merupakan tahap pergerakan inti telur ke tepi setelah
perkembangan diameter mencapai ukuran maksimal yang dipengaruhi
oleh
aktifitas MPF dan kemudian terjadi peleburan inti dibawah mikrofil yang disebut GVBD. Pergerakan inti ini akan berdapak positif terhadap tingkat pembuahan dalam proses pemijahan. Posisi inti yang melakukan peleburan dan berada di bawah mikropil menyebabkan sperma mudah melakukan proses pembuahan.
Persentase Inti Telur
Pergerakan Inti Telur GVBD 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
90% 75%
83%
60%
kontrol
1gram
2 gram
3 gram
Gambar 8. Pergerakan inti telur (GVBD) ikan red fin pada percobaan Egg stimulant Hasil penelitian menujukan rerata tingkat GVBD pada perlakuan Egg stimulant lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol, persentase GVBD berkisar antara 75-90% (Egg stimulant) dan 60% (kontrol). Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa penambahan Egg stimulant tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap peningkatan GVBD (P>0.05).
21
Pergerakan inti telur (GVBD)
persentase GVBD
1 0.8 0.6
Y
y = 0.085x + 0.5583
Predicted Y
2
R = 0.7195
0.4
Linear (Y)
0.2 0 0
1
2
3
4
5
Perlakuan Egg stimulant
Gambar 9. Diagram Garis Linier Pergerakan Inti Telur (GVBD) Ikan Red Fin dengan Perlakuan Egg stimulant Berdasarkan diagram garis linier (Gambar 9) menujukan tingkat keeratan yang tinggi (r>0.4). sehingga antara Egg stimulant dengan GVBD memilki hubungan yang erat, dimana peningkatan perlakuan Egg stimulant memberikan pengaruh terhadap laju peningkatan GVBD.
(a)
(b)
(c) Gambar 10. Pergerakan inti telur pada proses pematangan gonad (a) inti di tengah; (b) inti bargerak ke kutub animal; (c) fase GVBD, dengan penanda inti sel larutan serra, dengan perbesaran 400.
22
4.2 Pembahasan Fekunditas merupakan jumlah telur yang dihasilkan dalam satu siklus reproduksi. Tingkat fekunditas dapat menggambarkan kualitas dari induk betina. Dalam penelitian ini menunjukan tingkat fekunditas induk yang diberi perlakuan lebih tinggi dibandingkan kontrol Egg stimulant. Peningkatan fekunditas diduga terpengaruhi oleh kualitas induk betina dan kandungan bahan yang terdapat dalam Egg stimulant selain nutrien pakan serta effisiensi pemanfaatannya. Egg stimulant diketahui mengandung antara lain BMD, vitamin, serta mineral. BMD berasal dari mikroorganisme yang dilaporkan dapat meningkatkan efisiensi pakan Rosen (1976), artinya penggunaan energi lain dalam proses metabolisme penyerapan nutrisi lebih efisien sehingga ketersediaan jumlah energi yang tersisa untuk pemanfaatan lebih banyak. Dalam hal ini peningkatan efisiensi pakan terkait dengan sisa energi yang dapat dimanfaatkan untuk reproduksi lebih besar dan secara tidak langsung diduga mempengaruhi peningkatan fekunditas. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama proses tersebut berlangsung sebagian besar hasil metabolisme dialokasikan untuk pematangan gonad. Dosis vitamin E dalam pakan induk juga mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan. Peningkatan nilai fekunditas juga dapat disebabkan oleh kandungan nutrien pakan seperti lemak dan protein serta karbohidrat. Vitamin E fungsinya sebagai antioksidan yang dapat mencegah teroksidasinya asam lemak (Yaron, 1995) sehingga hal tersebut dapat dijelaskan bahwa apabila jumlah vitamin E dalam pakan yang sudah mencukupi maka dapat mempertahankan keberadaan asam lemak esensial di dalam telur. Pada beberapa penelitian tentang penggunaan vitamin C untuk reproduksi ikan telah diujicoba terutama pada ikan trout (Sandnes et al., 1984). Hasilnya memperlihatkan bahwa ikan yang mendapat pakan dengan suplemen vitamin C sebanyak 1000 mg/kg pakan dapat memproduksi telur lebih banyak dibandingkan tanpa penambahan vitamin C. Egg stimulant mengandung 20.000 mg per kilogram vitamin C, sehingga mampu meningkatkan jumlah fekunditas dari ikan red fin.
23
Diameter telur adalah parameter yang diperlukan untuk menilai kualitas pemijahan. Keberhasilan pemijahan di pengaruhi oleh volume kuning telur yang merupakan cadangan makanan bagi embrio ikan selama proses perkembangannya hingga menetas dan pada masa awal kehidupannya. Semakin maksimal kuning telur yang dihasilkan semakin terjamin keberhasilan hidup ikan pasca fertilisasi. Hasilpenelitian ini menunjukan tingkat fekunditas induk yang diberi perlakuan lebih tinggi dibandingkan kontrol Egg stimulant dan uji statistika menunjukan Egg stimulant memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan diameter telur. Vitamin E yang terdapat dalam Egg stimulant diduga mempengaruhi proses vitelogenesis. Jumlah dan ukuran granula kuning telur bertambah lebih tinggi, sehingga volume lebih besar, dan diameter telur meningkat. Menurut Nagayama (1987), perkembangan diameter di pengauhi oleh vitamin K dan enzim yang bekerja dalam mekaisme metabolis nutrien menjadi (glikoprotein) lain yang berguna untuk meningkatkan akumulasi telur. Nutrient hasil steroidogenesis yang berasal dari estradiol 17-β oleh inti diubah menjadi vitellogenin,kemudian oleh darah vitellogenin diangkut dan dimasukan ke dalam oosit fase diploten tersebut. Sehingga menyebabkan peningkatan akumulasi kuning telur dan diameter telur (Sumantri, 2006). Vitamin C dan E berfungsi sinergi sebagai antioksidan, melindungi asam lemak secara in vivo dan in vitro. (Muchlin, 1990). Vitamin E digunakan pada proses kerja dari enzim vitellogenin. Hubungan vitamin E dengan vitelogenin dalam perkembangan oosit ternyata terkait dengan produksi prostaglandin. Dalam hal ini prostaglandin disintesis secara enzimatik dengan menggunakan asam lemak esensial (Djojosoebagio, 1996 dalam Yusuf 2005), sedangkan vitamin E sebagai fungsi anti oksidan dapat mempertahankan keberadaan dari asam lemak tersebut. Verakunpirya et al, (1996) menyatakan vitamin E berperan sangat penting untuk perkembangan gonad. Kadar vitamin E di telur dari ikan yellow tail yang terbaik adalah 186.6 sampai 243.0 mg/g bobot kering telur. Kadar vitamin E dalam telur tersebut berasal dari induk yang diberikan pakan yang mengandung
24
vitamin E 124.1 sampai 471.8 mg/kg pakan. Vitamin ini juga dapat mempengaruhi komponen kimia lipid telur dan daya apung telur yellow tail. Elemen mikro lain yang diperlukan adalah vitamin A, dalam tubuh induk vitamin A sangat besar pengaruhnya terhadap kadar vitamin A yang terdapat dalam telur ikan (Muchlin, 1990). Vitamin A mudah mengalami peredoksian secara in vivo, dan vitamin C yang berfungsi sebagai pelindung vitamin A (Watanabe, 1995 dalam Syahrial 1998). Vitamin A pada dosis 1-3 µg karotenoid/gram telur dapat menentukan kualitas telur. Pada dosis tersebut dapat meningkatkan prosentase penetasan lebih dari 80% dan karotenoid berfungsi sebagai respirasi dalam telur. (Craik 1985 dalam Syahrial 1998). Berdasarkan hasil pengamatan pergerakan inti telur terlihat perbedaan tingkat kematangan telur yaitu pada perlakuan kontrol pergerakan inti telur ke tepi menunjukan posisi mikropil hanya berkisar 60% sedangkan 40% masih berada di posisi tengah, sehingga dapat diduga telur tesebut baru sebagian dari seluruh telur yang sudah siap untuk melakukan proses pembuahan. Apabila dilakukan proses pemijahan maka mengalami penurunan derajat pembuahan karena telur yang intinya masih berada dalam posisi tengah akan kecil peluangnya bertemu dengan sperma pada proses pembuahan. Pada perlakuan 2 gram dan 3 gram Egg stimulant menunjukan hasil yang signifikan dimana terjadi pergerakan inti telur dekat dengan mikrofil hingga mencapai diatas 80%. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 80% dari telur yang siap dibuahi. Kesiapan telur dalam posisi GVBD diharapkan dapat meningkatkan derajat pembuahan saat proses pemijahan karena posisi inti dekat dengan mikrofil memudahkan sperma bertemu inti telur, dan akan menghasilkan jumlah keturunan yang maksimal. Elper (1981) menyatakan bahwa aksi hormon gonadotropin maupun steroid menyebabkan posisi inti yang semula di bagian tengah menjadi bergeser ke bagian tepi dekat mikrofil dan sesaat sebelum ovulasi terjadi inti tersebut melebur. Pergerakan inti telur dipengaruhi oleh proses steroidogenesis. Dalam steroidogenesis suplemen vitamin K yang terkandung di Egg stimulant berperan dalam membantu proses penyerapan asam lemak ke dalam pembuluh darah getah
25
benih/kelenjar limpe. Menurut Poedjiadi (1994) dalam Prabowo (2007) proses penyerapan asam lemak oleh dinding usus dapat menjadi apabila monogliserida telah diubah dan berikatan dengan protein pembawa asam lemak membentuk lipoprotein, ikatan ini disebut khilomikron. Pembentukan kilomikron dari monogliserida membutuhkan ion phospat dan salah satu enzime yang membantu dalam transformasi bentuk monogliserida menjadi kilomikron yaitu Asil KoA yang dibentuk dari asam lemak dan enzim Asil KoA sintetase dengan bantuan ion Mg++. Proses steroidogenesis dimulai dengan pemecahan kholesterol menjadi pregnenolon dengan bantuan vitamin K. Setelah kuning telur terakumulasi oleh vitellogenin, maka 17α-hidroxyprogesteron dari lapisan teka masuk ke lapisan granulose, di dalam lapisan ini 17α-hidroxyprogesteron diubah dengan bantuan 20β-hidroxysteroidehidrogenase (20 β-HSB) menjadi 17α,20β-dihydroxy-4pregnen-3-one (17α,20β-diOHProg). Kemudian 17α,20β-diOHProg akan masuk ke dalam sel telur untuk mendorong Maturation Promoting Factor (MPF) bila kondisi gonadrotopin (GTH II) cukup. MPF ini berperan dalam mendorong inti telur yang berada ditengah bergerak ke arah tepi. GVBD dipengaruhi oleh seberapa cepat MPF terbentuk dan pembentukan MPF dipengaruhi oleh seberapa cepat 17α-hidroxyprogesteron dan (20 β-HSB) dihasilkan dalam jumlah dosis GTH II yang baik. GTH II merupakan hormon yang mekanisme kerjanya diatur oleh hipotamus dan rangsangan lingkungan. Mekanisme kerja hormon tersebut juga dipengaruhi oleh adanya ion Mg++ dalam sel target. Mg++ berperan dalam proses perubahan ATM menjadi AMP siklik (adenosine 3’,5’ monofosfat) atas sinyal yang berasal dari adenine silkase (Poedjiadi,1994). Sehingga meningkatkan dosis Egg stimulant yang terkandung bahan BMD maka akan meningkatkan kinerja dari ion Mg++ akan semakin cepat, sehingga pergerakan inti telur akan semakin cepat.
26
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Egg stimulant yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap diameter telur dan GVBD. Menunjukan hubungan peningkatan ukuran diameter telur cenderung dipengaruhi oleh nutrient pakan dan fekunditas memilki korelasi negatife, hal ini tak terlepas dari pengaruhi peningkatan ukuran diameter telur ikan red fin. Perlakuan Egg Stumlant dalam pakan berpengaruh nyata terhadap diameter telur (P<0.05) dan berkorelasi erat dengan GVBD (r = 0.579), sehingga diduga peningkatan Egg Stimulant masih memungkinkan berpengaruh positif terhadap percepatan pematngan gonad (y = 0.085x + 0.5583).
5.2 Saran Peningkatan dosis Egg stimulant disarankan untuk meningkatkan kecepatan GVBD secara nyata.
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Menerabas Bisnis Ikan Hias. http://toekangikan.blogspot.com [15 Juni 2008] Astuti, N. W. W. 2007. Penampilan Reeproduksi Induk Betina Ikan Zebra Brachydanio rerio Pasca Salin Yang Diberikan Pakan Dengan Kadar Vitamin E Yang Berbeda dan Asam Lemak n-3:n-6 Tetap (1:2).Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Cerdar , J., B.G. Calman, G.J. lafleur Jr., and S. Limesand.1996. Pattern of Vitellogenesis and Follicle Maturation Competence During the Ovarian Follicular Cycle of Fundulus Heteroclitus. General and comparative endocrinology,130:24-45. Chinabut, S., C., Limsuwan dan P. Kitsawat. 1991. Histologi of walking catfish Clarias batracus. International Development Research Center. Canada. Craik, J.C.A. 1985. Egg Quality and Pigment Content in Salmon Fish. Aquaculture 47 : 61- 88 Effendi, I. 2004. Pengatar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta. Effendi, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Cetakan Pertama. Yayasan Dewi Sri. Bogor.122 hal. Effendi, M.I.1997.Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Elper P. 1981. Effect Of Steroid Gonadotropin Hormone the Maturation of Carp Oocyte Maturation and Ovulation. Pol. Arch hydroid, 28:127-133. Heming, T.A. dan R.K. Buddington.1988.Yolk absorption in embryonic and larva fish, p. 470 – 446 in W.S. Hoar, W. S. and D. J. Randall.1969.fish physiology. Volume XI. Part A. The Physiology of Development Fish, Eggs and Larvae.Academic Press. New York. Hoar, W. S. and D. J. Randall.1969.fish physiology. Volume III. Reproduction and Grow. Printed in the united state of America.485p.
28
Machlin, L.J. 1990. Hand Book of Vitamin. Second Editional. Revisied and Expanded. 594 pp Mommsen,T.P. dan P. J.Walsh.1988.vitelogenin and oocyte assembly.in:W.S. Hoar, D.J. Randall, and Donalson (Eds.). fish fhysiologi volume XIA. Academic press. New York. Nagayama Y., M. Yoshikuni, M. Yamashita, T. Takumoto, Y. Katsu. 1995. Regulasi of Oocyte Growth and Maturation In Fish Development Biology. Vol. 30.Academic press,inc.P:130-245 Nagayama, 1987.Gonadotropin Action on Gametogenisis and Steroidogenesis In Teleost Gonad. Zoological Science,4:209-222. Nikolsky, GV. 1969. theory of fhis Population Dynamic as The Biological Background of Rational Exploitation and The Management of Fisheries Resources. Translet by Bradly, Oliver and Boyd. 323p Prabowo, Wisnu.2007. Pengaruh Dosis Bacitracine Methyle Disalisilat (BMD) dalam Egg stimulant Yang Dicampurkan dengan Pakan Komersil Terhadap Produktifitas Ikan Lele Sangkuriang Clarias sp. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Purdom, C.E. 1993. genetics and Fish breeding. Ministry of agriculture, Fisheries and Food. Fisheries Laboratory. Lowestoff. Suffolk Rosen,D.G.,1976.Zinc Bacitracin for Layers.Poultry Internasional. January Ed,:24-30 Sandnes, K., Ulgenes, Y., Braekkan,O.R., and Utne,F. 1984. The Effect Ascorbic Acid Supplementation in Broodstock Feed on Reproduction of Rainbow Trout (Onshorhyncus mykiss). Aquaculture 43: 167-177 Sumartini, D. 2006. Efektifitas Ovaprim, dan Aromatase Inhibitor Dalam Mempercepat Pemijahan Pada Ikan Lele Dumbo Clarias Sp. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
29
Syahrial.1998. Kadar Optimum Vitamin E (α-Tokoferol) dalam Pakan Induk Lelel Clarias bratachus Linn. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Wallace, R.A. and Selman K. 1981. Cellular and Dynamic Aspects of Oocyte Growth In Teleosts. Amer. Zool. 21, 325-343. Watanabe, T. 1984. Fish Nutrition and Marienculture: JICA Textbook-The General Aquaculture Course. Department of Aquatic Bioscience, Tokyo Univ. of Fisheries, Japan. Verakukurpiriya, V. Watanabe, K. Imurshiake, V. Kiron, S. Shuichi, and T. Takeuchi. 1986. Effect of broodstock diets on chemical component 0f milt and egg produces by yellow tail. Fisheries Scientific Japan. 62 (4) : 12071215 Yaron Z. 1995. Endocrine Kontrol of Gametogenesis and Spawning Induction In The Carp. Aquculture,129:49-73. Yusuf, N. S.2005. Efektifitas Hormone LHRH Analog dan Estradiol-17β Melalui Emulsi W/O/W Terhadap Perkembangan Gonad Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr.).Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian
Gambar a. Ikan Red Fin
Gambar c. Ikan Betina
Gambar e. Bahan dan Alat Pemijahan
Gambar b. Tempat Perlakuan
Gambar d. Ikan Jantan
Gambar f. Akurium Pemijahan
30
Lampiran 2. Analisis Hasil Parameter Diameter Telur ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups Total
SS
df
MS
F
P-value
F crit
0.015
3
0.005
99.055
1.68E-05
4.757
0.0003 0.015
6 9
5.08E-05
F tab
df 1 2 3
SS 0.0028 0.0028 0.0056
MS 0.0028 0.0014
F 1.9756
Significance F 0.295
Dari hasil rergresi menunjukan derajat hubungan (derajat korelasi) antar parameter (r = 0.245), sehingga dapat disimpulkan antara dosis Egg Stimulant dan diameter telur tidak memiliki hubungan keeratan. Maka dapat diduga dengan penambahan dosis Egg Stimulant kurang dapat meningkatkan diameter telur dari ikan red fin dalam kondisi lingkungan yang sama.
31
Lampiran 3. Data diameter telur
Perlakuan K1
K2
K3
A1
A3
B1
B2
C1
C2
C3
Ulangan I II
P 65.5 60 63 60 71.5 67.5 71 63 70 72.5 79.5 73 65.5 94 73 75 82 75 82 65 75 74 84 68 60 82 75 70 71 87
P mm 0.655 0.6 0.63 0.6 0.715 0.675 0.71 0.63 0.7 0.725 0.795 0.73 0.655 0.94 0.73 0.75 0.82 0.75 0.82 0.65 0.75 0.74 0.84 0.68 0.81 0.82 0.65 0.7 0.71 0.87
L mm 0.7 0.75 0.65 0.55 0.63 0.86 0.72 0.6 0.72 0.74 0.82 0.75 0.655 0.85 0.69 0.69 0.83 0.78 0.95 0.69 0.72 0.81 0.82 0.65 0.6 0.82 0.75 0.75 0.63 0.8
2 gram
3 gram
L 70 75 65 55 63 86 72 60 72 74 82 75 65.5 85 69 69 83 78 95 69 72 81 82 65 81 82 65 75 63 80 Perlakuan
Kontrol 0.664167
1 gram 0.76
0.68 -
0.77
0.756667
0.763333
0.741667
III
0.671667
0.753333 -
Rataan
0.671944
0.756667
0.766667
0.747222
0.00792
0.004714
0.004714
0.008221
Sd
0.743333
32
Lampiran 4. Data Volume Kuning Telur
Perlakuan K1
K2
K3
A1
A3
B1
B2
C1
C2
C3
Ulangan I II III Rataan Sd
P 65.5 60 63 60 71.5 67.5 71 63 70 72.5 79.5 73 65.5 94 73 75 82 75 82 65 75 74 84 68 60 82 75 70 71 87
L 70 75 65 55 63 86 72 60 72 74 82 75 65.5 85 69 69 83 78 95 69 72 81 82 65 81 82 65 75 63 80
Kontrol 0.1613 0.1683 0.1671 0.1655 0.0037
P mm 0.655 0.6 0.63 0.6 0.715 0.675 0.71 0.63 0.7 0.725 0.795 0.73 0.655 0.94 0.73 0.75 0.82 0.75 0.82 0.65 0.75 0.74 0.84 0.68 0.81 0.82 0.65 0.7 0.71 0.87
L mm 0.7 0.75 0.65 0.55 0.63 0.86 0.72 0.6 0.72 0.74 0.82 0.75 0.655 0.85 0.69 0.69 0.83 0.78 0.95 0.69 0.72 0.81 0.82 0.65 0.6 0.82 0.75 0.75 0.63 0.8
Perlakuan 1 gram 2 gram 0.2341 0.2404 0.2509 0.2281 0.2311 0.2457 0.0043 0.0074
volume telur (mm3) 0.167963833 0.176625 0.13929825 0.094985 0.148513365 0.2612637 0.19262016 0.118692 0.1899072 0.207768567 0.27975202 0.21489375 0.14706262 0.355421833 0.18188607 0.18686925 0.295629953 0.238797 0.387292833 0.16195335 0.203472 0.25408566 0.29558704 0.150353667 0.2060154 0.288549253 0.16583125 0.2060625 0.14747481 0.291392
3 gram 0.2333 0.2333 0.2150 0.2272 0.0106
33
Lampiran 5. Analisis Statistika Parameter Pergerakan Inti Telur (GVBD) ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups Total
SS 0.132 0.6717 0.804
df 3 6 9
MS 0.044 0.112
F 0.394
P-value 0.7622
F crit 4.757
F tab>F hit , maka gagal tolak Ho Kesimpulan: Dosis Egg Stimulant yang diberikan kepada induk red fin tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan pergerakan inti fase GVBD. Regression Statistics Multiple R 0.8482347 R Square 0.7195021 Adjusted R Square 0.5792531 Standard Error 0.0839146 Observations 4 ANOVA df Regression Residual Total
1 2 3
SS 0.036 0.014 0.05
MS 0.036 0.007
F 5.1302
Significance F 0.1518
Dari hasil rergresi menunjukan derajat hubungan (derajat korelasi) antar parameter (r = 0.579), sehingga dapat disimpulkan antara dosis Egg Stimulant dan diameter telur memiliki hubungan keeratan. Maka dapat diduga dengan penambahan dosis Egg Stimulant dapat meningkatkan pesentase pergerakan inti dari ikan red fin dalam kondisi lingkungan yang sama. Lampiran 6. Data Pergeseran Inti Telur (GVBD) Ulangan I II III rerata SD
Kontrol Tengah Tepi 0% 100% 80% 20% 100% 0%
1 mg Tengah Tepi 90% 10% 60% 40%
2 mg Tengah Tepi 80% 20% 100% 0% -
3 mg Tengah Tepi 80% 20% 70% 30% 100% 0%
40% 52.915%
25% 21.213%
10% 14.142%
17% 15.275%
60% 52.915%
75% 21.213%
90% 14.142%
83% 15.275%
34
Lampiran 7. Data Fekunditas Perlakuan
Ulangan
Bobot awal
Bobot sebelum ovulasi
Berat (gr)
Berat (mg/0.1)
Fekunditas (butirtelur)
kontrol
I
16.655
19.2531
2.5981
25.981
4442.751
II
14.17
17.4
3.23
32.3
5523.3
III
15.427
16.696
1.269
12.69
2169.99
I
12.654
16.2766
3.6226
36.226
6194.646
II
15.416
15.542
-
-
-
III
14.39
20.136
5.746
57.46
9825.66
I
14.561
18
3.439
34.39
5880.69
II
12.754
15.19
2.436
24.36
4165.56
III
17.723
17.567
-
-
-
I
14.625
18.6
3.975
39.75
6797.25
II
13.321
19.016
5.695
56.95
9738.45
III
16.345
19.9795
3.6345
36.345
6214.995
1 gram
2 gram
3 gram
Nb: 0.1 mg bobot telur = 171 butir telur. Ulangan I II III Rataan SD
Kontrol 4442.7510 5523.3000 2169.9900 4045 1711.613111
Perlakuan 1 gram 2 gram 6194.6460 5880.6900 4165.5600 9825.6600 8010 5023 2567.514622 1212.780054
3 gram 6797.2500 9738.4500 6214.9950 7584 1888.7568
35
Lampiran 8 Analisis Statistika Paramter Fekunditas ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups Total
SS
df
28884162.51 21057010.17 49941172.68
MS 3 9628054 6 3509502 9
F
P-value
2.743
0.135
F crit 4.76
F tab>F hit , maka gagal tolak Ho Kesimpulan: Dosis Egg Stimulant yang diberikan kepada induk red fin tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap peningkatan fekunditas.
Pengolahan data secara regreasi Regression Statistics Multiple R 0.509330275 R Square 0.259417329 Adjusted R Square -0.11087401 Standard Error 2037.73017 Observations 4 ANOVA df Regression Residual Total
1 2 3
SS 2909034 8304688 11213722
MS 2909034 4152344
F 0.701
Significance F 0.491
Dari hasil rergresi menunjukan derajat hubungan (derajat korelasi) antar parameter (r = - 0.1108), sehingga dapat disimpulkan antara dosis Egg Stimulant dan fekunditas memiliki hubungan keeratan lemah dan bersifat saling berlawanan. Maka dapat diduga dengan penambahan dosis Egg Stimulant kurang berpengaruh terhadap meningkatkan fekunditas dari ikan red fin dalam kondisi lingkungan yang sama.
36
Lampran 9. Contoh perhitungan: 1. Pemberian dosis Egg Stimulan 0 gram/ kg ikan Pemberian pakan ad satiation: 6 gram/ hari
2. Pemberian dosis Egg Stimulan 1gram/ kg ikan Pemberian pakan ad satiation: 6 gram/ hari Ukuran bobot ikan: 20 gram Dosis perlakuan 1 grm/kg ikan: 1 gram Egg Stimulant X 20 gram ikan : 0.002 garam 1000 gram
3. Pemberian dosis Egg Stimulan 1gram/ kg ikan Pemberian pakan ad satiation: 6 gram/ hari Ukuran bobot ikan: 20 gram Dosis perlakuan 2 grm/kg ikan: 2 gram Egg Stimulant X 20 gram ikan : 0.004 garam 1000 gram
4. Pemberian dosis Egg Stimulan 1gram/ kg ikan Pemberian pakan ad satiation: 6 gram/ hari Ukuran bobot ikan: 20 gram Dosis perlakuan 3 grm/kg ikan: 3 gram Egg Stimulant X 20 gram ikan : 0.006 garam 1000 gram
Gambar Ikan perlakauan
Gambar ikan kontrol
37
Lampiran 10. Proses sterediogenesis
Lampiran 11. Proses pemberisn psksn
38