Ef"EKTJVITAS lMPLEMl:NTASI KEBIJAK.~N PEMBERDAYAAN MASY.\RAKAT PADA SEKTOR PARlWISATA DI K.<\Bl'P .\TEN BA~TUL
TES IS ~rl 11g11i <;~lull Sutu S)'nrat Umuk \h-mptrnll'h Gder• \1:ti:i~ter S~ln~ (\1.Si) pad a
Pr ..gram "11rli Adnuni,trll!li l'nblik Program Pascasarjana l 11h·cn1!&$ Srin·ijaya
St H'\R\ONO i'il\i ~!Hl7Z01 ll\1J
l'IH)CRA.1\1 PASCASARJANA
lJNIV[RSITAS
SRl\VIJA YA
AGCSTUS 2008
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
'rests
Efektivitas lmplementasi Kebijakan Pernberdayaan Masyarakat Pada Sektor Pariwisata 01 l
Nama Mahasiswa
SUHARYONO
Nomor lnduk Mahasiswa
7007Z011021
Program Studi
Magister Administrasi Poblik
Bidang Kaj!an Utam11
Kebijakan Publik
Menyetujui, Pembimbing Kedua
I
/~ Ors. Syaifudin Zakir. M.Sc NIP. 132 005 450
Prof. Dr. Fachrurrozi Sjarkowi, M.Sc NIP. 130 528 082
Direktur Program Pascasarj ana tln1V!ITTitas Sriwijaya
Ketua Program Studi Magister Administrasl Publtk
' ,
Prof. Dr. Cir. H.M.T. Kamaluddin "- - -7~1p-;-131 101 ~92
ii
, M.Sc., Sp.Fk
HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI
; NO
Judul Tesis
Efektivltas lmplementast Kebljakan Pemberdayaan Masyarakat pada sektor Pariwisata di Kabupaten Bantul
Narna
SUHARYONO
Program Studi
Magister Administrasi Publik
Bidang Kajian
Kebijakan Publik
Tanqqal Ujian
08 Agustus 2008
I
NAMA DOSEN
Prof. DR. Fachrurrozl Sjarkowl, M.Sc
l
2
Drs. Syaifudln Zaklr, M.Sc
--
TEAM PENGUJI Kctua
-sekretaris
.
1
I Dr. Paulus lsrawao, MS
Anggota
4
Dr. l
Anggota
J
-
0
L)r. H. Slarnet Widodo, MS, MM
--o-s. Gatot -- Budiarto, MS
Anggota
ASAL INSTANSI Staff Pengajar MAP PPs Unsrl Slaff Penydjcir MAP PPs Unsri KPS MAP Univ. Soedlrman
TANDJi? TANG·
2. .ct: ,/--
~-
KPS MAP PPs~.i Unsri , Dekan r-:slp Unsri 5. . ... )
Anggota
Staff Pengajar MAP pp~ unsrt
6.~·
Agustus 2008
Palembang, Mcny<::tujui,
Ketua Program Studi Magister Adm)nistrasi Publik
<. Dr. liilda Zulkifli, M.Si, DEA NIP. 130 805 538
'~1.
\__] ~£
0 Mengetahui, Asisten Direktur I PPs Universitas Sriwijaya
. "
L(~
I}
r. Kgs. M. i~bri, ~.Si NIP 131 9-i.8 218
-
'fl. · -
-
HAI.AMAN PERKY A L'IAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini : : Suhoryonn
Namn Tempat/tanggat
lahir
: Klaren, 15 April 1-Jfl
Program Studi
: Magister A
NIM
: 70072011021
Menyatakan
dcngan sesungguhrya
bahwa :
I. Scluruh
data. ioformasl, imcrprc~ta'.:1, analisis Jan pcrnyataan yang di
dalam karya ilimiah ini, kecuali yang discbutkan sumbemya. adaloh merupakan hasil
pengamatnn,
pcngarahan
pencliti::m.
pcngclahan. sena pemikiran
dari para pembimbing
saya dcngan
) ang telah ditetapkan olch
l'roL\r:11n
Pascasarjana Lniv~rsita~ Sri" ij~yn. 2. Karya ilmiah y~ng saya rufls ini adalah asli can tidak pernah diaiukan scbclumnya untuk mendapatkan gelar academik di Univcrsitas Sriwijaya maupun di pcrguruan tinggi Jainnya. baik Ji da!am maupun di luar ncgcri. Dcmikian pernyataan ir.i :libuat dengan sebenar-bcnarnya dan apabila di kernudinn hari duemukan adanya bukci ketidakbenaran dalam pcrnyataan tcrscbut di mos. muka saya bersedia menerima sanksi akadernis berupa pernbatalan gclar Y""8 saya pcrolch dari hasil pengajuan karya ilmiah ini. Palembang.
Juli 2008
Yang mengeluarkan pernyataan,
.!<JV
iii
·1 do not know whtJI qoar dJZ$finq will be; bat one thing I know: tb« onlg ones nmons yea who will be trak) hoppq o~ lh08/Z who wiJ: h!Jll/Z 30£19ht end found how to serve." .... '(ilbert §>chwelttgr Qenuery 14, )87!J - ~gptembgr 4, 196!l) 'W/Z mast leern to /illfl loS-elh{lrlJ:. brothers or perish log1tlhflr os fools. evflrqbodg can b{l $~1... becease tJnqbod{I csn serve. You don'l btiVfl to hBllfl tJ co/lflS/Z dri&rflrt to serve. You don 'l htJ Vil to mok!Z uoar $CJbj;.e! end verb tJ.f{~ft to serve. You onlg need e heart fall of groefl. 1'f $OU! Sfln{lcrn!{ld bg love": ... Mortin 6. !iir.g, Jr. Onnuury :5. 1929-'l'lpril 4-, 1968)
"To :.erve the people mzens to get your:.izJf rzedy to secrljtce. give them the b~t e:. po:.:.ible end you'll fir:d qoursel] e m!Gt)nirigful !if e ... :(iryon (·('l':Jril 15, 1967 - )
'KµpeTYem6afif.si11 'U11tul{_: 'Ek.g Pnwita, istril{_u tersaya:rg yan9 setia, sa5ar dan.tutus mem6crili,gn scmaugat tan doa
Sutfaryantr; i6wu{a urcinta a[ma6um ya11n refo 6erli,rrf>a•1 ta11pa pamn'f1 demi pend'idl/i,sitt .111t1 fi:ar.a.f{r-)
iv
RIWAYA1TfIDUP
Lahir di Klaren, Jawa Tengah
pada 15 Apr.I 1967. penulis
merrpakan
anak
kctujuh dari delapan nnak dari parangan suami-istri : Soeharto (Alm) dan Sudaryanti (.'-\1111). Sctclah menyelesaikan pendidikan dasar di SON Klaren Ill psda tahun 1979 dan lulus dari SMPN II K'aren pada tahun 1%2. pcnulismelanjutkan Karanganyar,
Surakarta sampai tahur; 1985. Pendidikan tinggi ditcmpuh di 1:~k111l~s
Jlmu Budaya, Jurusau Sasrra lnggris, tlniversitas
Gadjah Mada dan mendapar gclar
sarjana sastra pada tahun i993. Sejak pertengahan bckcrja
stud; di SMAN
sebagai translator
1990 sampai awal 1996, penuts
dan editoe pada perusahaan
swasia ~i Yogynkaria .lan
menjadi karyawan peda scbuah pcrusahean nsing di Jakarta pade sisa tahun 1996. 1>ada pertengahan tahun 1997, penulis mengebdi sebagai pcngajar bahasa lnggris di Sckolah Tinggi Tcknologi \lasional di Yogyakart« sarnpai akhir tahun 19?8 ketika dinyareksn diterima sehaglli Pcsa"ai Ncgeri Sipil pada Pemcrimah Kabupaten Auntul, DIY. Sejak .nenjadi CPl\5 pada lahun 19')9 sampa! sckerang, pcnulis ditcmpatkan di Dinas Pariwisaia Kabupaten Uantul. Selam mcngahdi kcpada rakynt Bantul, penulis juga Jipcrcayn mcnjndi penp.ajar TOEFL pada Pusat Pclatihan Dahasa Universltas Gadjah Meda (PPR UGl\I) scjak tahun 2002 sampai sekarang. 11ncfn IR Desember 2004. pcnulis m~laugsungkan perkawinan dcngan Lku Prunitn, A.Md, putr] pcrtama dari pasangan Pratisan dan Amina]'. Pada pertcngahan tnhun 200i penulis berkescmparau menempuh pendidikan sarjana (S2) pada program
Magistcr Adrninistras, l'uhlik pada Universita\ $ri"ij1ya Palembang atas dukungan beasiswn/karyasiswa dari Pusoindikletren llappenas. Selain rnencmpuh pendidikan formal, pcnulis mengikuti bebcrapa pcn.lidikun dan pelatihan mcngcnal Tcurism Management di Yogyaka-ta pada tahun 2001 dan mcojadi peserta pada konferensi tentang Sustainable
Tourism Development
m
Coastal Areas di Jakarta pada 2002. Pads tahun 2004 penulis mcngikuti Dikhu Ji,;njang Fungsional Pcrcncana Pertama {JrP I} yang disclcr-ggarakan selamn kurang
lebih 4 bulan alas kerjasama Bappenas dengan MAP UGM.
v
THE IMPLEMENTATION EFFECTlVENESS OF THE POLICY ON PEOPLE'S El\1PO\VER1\.1ENT ATTOURISM SECfOR LN BANfUL REGENCY
ABSTRACf Community-based tourism development is the key to the success of a tourism development planning required by a local government to get rid of its financial dependence from the central government and eradicate poverty. Bantu] Regency has made an effort to apply it by issuing people's cr.-.powem1ent policy at tourism sector as stipulated in its Regional Law Number 3 of the Year 2004 onThe Main Plan of Tourism Development. This study attempts to discover whether the implemcnl~tion of the policy has worked effectively and identify factors affecting the implementation. The method used to gather data includes field observation, in-depth interview, documentation and visual imaging. The collected data were then analyzed using the qualitative approach. The result indicates that the impternentation of the cmpowerrmmt policy worked quite properly in view of compliance, smoothly functioning routines and absence of problems as well as the desired performance. Nevertheless. it could not he judged to be effective in empowering the people since the capacity, role and initiative of the people have not yet completely arisen. Factors affecting the Implementation were resources, coordination and involvement or the people. /\n external uncontrollable factor, the earthquake in the end of May 2006, adversely affected the implementation.
Keywords: people's empowerment at tourism sector, policy implementation. effective implementation.
vi
EFEKTIVITAS 11\lPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAJ~ MASYAR.AKAT PAnASEICTOR PARf\VISATA DIK
INTISARl Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat merupakan kunci keberhasilan perencanaan pembaogunan pariwisata yang dibutuhkan oleh daerah untuk melcpaskan diri dari kctcrganrungan pembiayarui pemhangunan kepada pcmerintah pusat serta mengentaskan kcmiskinan. Kabupatcn Banrul telah berupaya mcncrapknn pcngembangan pariwisara berbasis masyarakar ini mclnlui kcbijakan pemberdayam1 rnasyarakat pada sektor ;>ari\\~l':lta yang tertuang dalam Pcraturan Dacrah Kabupatcn Bantul No. J Tahun 2004 Tcntang Rencans lnduk l'cngcmt>angan Pariwisata. Penelitian ini mencoba untul. mcncari tahu apakah implernentasi kebijakan pcmbcrdnyaan masyarokut pada sektor pariwisara tcrsebut sudah efekrif scrta mcngidcntifikasi faktor-foktor yang bcrpcran dalam irnplcmcniasi tcrscbut. Mctodc penclitian yang dlgunakan adaiah obsc-vasi langseng, wawancara mcndalam, dokumentasi dun pcncandraan visual. Scluruh data dan informas' yang tcrhirnpun sclanj•;mya dianalisis secara kualitatif, Hasil pencliiian menunju.kl:an bahwa implementasi kcbijakan p~mbcrdny~an rnasyarakat pada scktor pariwisata bcrjalan dengan t>aik dilihai dari kepatuhan. k~Jancaran rutinitas dan tiadanya nusalah scna kinerja yang diharapkan. Mcski dernikian. tmplcmentasi kebijakan tcrscbut bclum bisa dikatakan cfektif dalam rnernbcrdayakan masyarakat karena kapasitas. peran dan inisiatif rnasyarakat pada sektor pariwisata bclum sepenuhnya tcrwujud. Adapun Iakior-faktor yang b-rpengaruh dalam irnplementasi kcl>ijakan terscbut meliputi sumberdaya, koordinasi. pelibatan masyarnknt serta adanya external 11nc11r1tml/11n/1' factor. y~iill gernpa bumi pada akhir bulan Mei 21)(/(). Kata kunci: pcmberdaynan rnasyarakat pada sektor puriwisata, ilnplcrnentusi kcbijakan, efektivuas implernentasi.
VII
KATA PENGANTAR
Puj i syukur pcnulis panjatkan kepada
Tuhan YME atas sih, tuntunan,
pepadang dan lindunganNya sehingga penulis dapat menyclcsaikan tcsis bcrjudul "Efektivitas
lmplementasi Kebijakan
Pembcrdayaan
Masyarakat Pada Sektor
Pariwlseta di Kabupaten Bantu]" sebagai salah saiu syarat untuk mcmpcrolch gclar Magistcr Sains pada Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya. Tt~i' ini saya pcrsembahkan bagi siapa sa:a ydng tenarik kepada isu-isu pemberdayaan rnasyarakat terutarna pada sekior pariwisaia. Bctapa pentingnya pemberdayaan masyarakat bagi pengernhangan pariwisata di daerah yang miskin akan sumber daya alam, seperti Kabupaten Bantul, merupakan [akta yang mestinya dipertimbangkan secara serius dan ditindaklanjuti
oleh
pcrncrintah dacrah dengan mengeluarkan kebijakan yang mcndorong tcrjad i nya pembcrdayaan
masyarakat. Kcbijakan seperti ini akan efektif bila lliwujullka11
mclalui program atau kegiatan yang holiSlik, diirnplementasikan
in1cgratif
dan sisternik yang
dengan baik.
Tesis oni rnencoba menguogkap apakah irnplementasi kcbijakan pcmbcrdayaan rnasyarakat pada sektor pariwisata yaag dilakukan di Kab, Bantu! sejauh ini lelah efektif'. Melalui 3 perspektif dari teori kebijakan Randal B. Ripley dan Grace A. Franklin,
tesis ini menyoroc.i
implementasi
6 program
atau kegiatan yang
dilaksanakan oleh J intansi pemerintah yang herhecla di Kah. Bannil untuk dilihat kcefektifannya melalui peningkatan kapasitas, peran clan inisiatif masyarakat dalam kontcks pengcmbangan kepariwisataan di Kab. Bantul.
YUi
Ucapan terima kasih pcnulis tujukan kepada kepada Prof. Dr. Pachrurrozi Sjurkowi, M.Sc scbagai pembimbing pertama dan Drs, Syaifudin Zakir, M.Sc sclaku pcmbimbing
kedua yang telah memberikan arahan dun wawasan yang sangat
berguna bagi pcnyclesaian karya lulls ilmiah ini. Tak lupa penulisjuga mcngucapkan tcrima
kasih tak terhingga kcpada:
I. Kepnla Pusbindiklatrcn kcpada penulis
Bappenas yang telah memberikan kesempatan dan biaya
untuk mcugikuti pcndidikan
pada Program Studi Magister
Administrasi Publik Univcrshas Sriwijnya; 2. Bapak Ors. liM. Idham Samnwi sclaku Bupati Bantul dan jajarannya yang telah rnemberikan
kesempatcn
dun
bantuan
kcpada
penulis
pendidikan pada Program Studi Magistcr Administrasi
uruuk
Publik
mengikuti
Unlversitas
Srtwijaya: 3. Bapak Prof. dr. H Kurdi Syamsor], SPOG(K) M.Sc Ed, manran Dircktur Program
Pascaserjana Univcrsitas Sriw\jaya (Ian Dapak Prof. Dr. dr. H.M.T. Kamaluddin. M.Sc.,
SpPk, Direktur Program Pascasarjnna Univcrsitas
Sriwijaya beserta
jajaranny« yang banyak mcmberikan bantuan kcpada penulis saer mengikuti pcndidikan pascasarjana di Universitas Sriwijaya: 4. Bapak Dr. Slarnet Widodo. M.S, MM. sclaku Dekan Fakultas llmu Sosial dan llmu
Politik
mcmbcrikun
Universitas
Sriwijaya
Palembang, dan jnjnrnnnya yang tclah
fasilitas dan dukungan 11Clam<1 penulis mengikutl pcndldikan di
Program Pascasarjana Unlversitas Sriwijaya ini:
5. Bapak Dr. Kgs. M. Sobri, M.Si, Administrasi menempuh
sclaku Ketua Program Studi Magister
Publik yans telah mernberikan bantuan kepada pcnulis selama pendidikan
pada Program Studi Magister Administrasi
l'ublik
Universitas Sriwijaya; 6. Bapak dan lbu Dosen Program Studi Administasi Publik Universitas Sriwijaya, yang telah rnemberikan ilmu yang sangat bcrmanfaat bagi pcnulis; 7. Selurub staf Administrasi Program Studi Magisier Adrninistasi Publik dun staf Perpustakaan Program Pascasarjana pada Universitas Sriwijaya. yang telah
rnernberikan pclaysnan yang baik untuk mendukung kclancaran studi pcnulis;
ix
8. !bu Diah Sctiawati, SH. M.Hum. Kepala Bidang Pemasaran dan Kemirraan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bantul sena semua rckan kcrja, Kannan, Mbak Tanti, Tlau dan lain-lain
yang tclah banyak membantu
penulis
mcnyclesaikan pendidikan di pascasarjana Universitas Sriwijaya ini; Y. lstri tersayang Eka Pranita yang tiada lelah berdoa untuk penulis dengan penuh kesabaran dan cinta kasih, Terima kasih juga untuk mcrtua, bapak Pratisan beserta keluarga. yang dengan pen uh kasih sayang tclah memberi kan dorongan dan semangat dan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Univcrsitas Sriwijaya Palembang: 10. Tcman-tcman seperjuangan mahasiswa MAP-1,,NSRJ yang telab membanru balk sclama proses perkuliahan maupun da'arn pcnyclesaian penulisan tesis ini. 11. Scrnua pihak yang terpaksa tidak dapat disebutkan satu-pcrsatu alas scgala bantuan dan dukungannya sclama penuhs menempuh pendidikan pascasarjana di Unlversitas Sriwijaya.
Pcnulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan kctidaksernpurnaan
tesis
ini, olch karena itu kritik dan saran ditcrirna denga.1 scnang hati demi sempumanya pcnu lisan tesis ini.
Palembang.
Juli 2008
Suharyono
OAFTARlSI
Halaman l.cmbar Judul
.........
o.oo•OOO•o•ooooooooooooooo~0000000000000HOOOOOOooOOoo•oo·ooooooooooooooo•oo•
Halaman Pengesahan Ilalaman Pernyataan
iii
Halaman Moto & Perscmbahan
iv
Riwayat Hidup
v
Abstract
11
.......................................................................................
....................... h•••••······················· .. ·······················
.....................
lntisari
Kata Pcngaruar
~
.
vi
.
vii VIII
ooooooooooooooooooooooooooOOOOO.o00000H-OOooooooooooooooooOOo000000•00o•Ooooooooooo
Daftar lsi
············-··-················································ .. ·························· Dat1ar Tabcl ........................... . Daftar Garn bar .......................................................................... ~ .. BAB l I.I 1.2
1.3 1.4
1.4. l 1.4.2
BAD II 2.1
2.1.J 2.1.2 2.(.3
2.1.4 2.1.5
PENOAHULUAN
xvii I
Later Belakang ································-································ Rumusan Ma'Wllah ·································-·-······················· Tujuan Penclitian •••-••• .. •••••••••• .. •·•••••••• .. ••••••oo•••.,•••••••••••••••• Manfaat Penelitian ....... ···-"·"·-···. Manfaat Praktis ······-··············· ..················ .. ·······--················ Manfaat Teoritis ............................................................... .. Tl"IJAL'AN PUSTAKA Landasan Tcori Kebijakan Publik
....................................... . .
I rnplernemasi Kebijakan Publik Efeklivilli' lmplementasi Kebijakan Publik
METODE PENELITTA,~ Lokasi
................................................. .
3.2 3.3
Operasionalisasi Variabel
.
3.3.1
Dcfinisi Konsep
.
xi
20 21 21 21 JJ
3.1
··················-··········································
20 20
.
BAB Ill
..,
20
24 27
2.2
..............................
I
19
. ·······-···········
Pariwisata
Desain Penelitian
xv
...........................................................
Perubcrdayaan Masyarakat . Pembcrdayaan Masyarakat Pada Sektor Pariwisata . Kebijakan Pernberdayaan Masyarakat Pada Scktor Pariwisata ·····················-······-······················ Kerangka Pemikiran ............................................... -·······-·
2.1.6 2.1.7
xi
37
41
46 5ll 61 61
61
65 65
3.3.2 3.4 3.5
s.e
0Al3JV
Dcfinisi Operasional Uni I Analisis, Populasi Dan Sarnpel Darn Dan Teknik Pengumpulan Data Tcknik Analisis
,
.. . ..
67 71 72
..
74
DESKRIPSI WILA YAH PF.NF.LITIAN Kabupateu Bamul Lciak Gcografis
. ..
Pembagian Administratif
.
77 77 77 77
4.1.3
Pcnggunaan Lahan
,
78
4. 1.4 ~.I .'I. I
l'enduduk Kcpadatan Penduduk Geogrufis Kepadatan l'enduduk Agrsns Jumlnh Penduduk Bcrdasarkan Mata Pcncaherien Jurnlah Pcnduduk ne1Yl:1s11rk11n 'J'ingknt Pendidiknn Tingknt Kemiskinan dan Pcngangguran
.. .. .. .
80 80
.
84
Pertumbuhan Ekonomi
..
85
lnstansi Pcmcrimah di Kab, Bantul
.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab, Baruul Struktur Organisasi
.. .
87 89
Kedudukan dun Tugas Pokok Keadaan Kepcgawaian Dinas Pariwisata
.
91
. . ..
91 92
4.1 4.1. I 4. l.2
4.1.4.2 4.1.4.3 4.1.4.4 4.1.5 4.1.6 4.1.7 4.2 4.2.J
4.2.2 4.2.3 4.3. I
dan Kebuduyaaan Kab, Bantul Kondisi Kepariwisataan di Kab. Banuu Obyek dan Daya Tarik Wisaur
4J.2
Jumlah Kunjungan Wisatawan, Pcndapntan dan Akomodasi
4.3
4.4 4.4.1 4.4.2 4.4.2.J
4.4.2.2 4.4.J 4 .~.'I
.
Kelompok Sadar Wisata Pengertian
..
89
92
..
93 ':13
Maksud dan Tujuan Pembcntuknn Pokdarwis
..
93
Tuiuan Umum
..
94
Tujuan Khusus . Keanggotaan Kepengurusan
. . ..
94
Ruang Lingkup Kegiatan Fungsi dan Tugas Pengurus
.. .
Keuangan Pembentukan Organisasi
.
4.5
Kondisi Upaya Pcmberdayaan Masyarakat Pada Sektor Pariwisata Saal ini di Kub. Bantu I
5.1.1.J
82 83
92
Wisata
4.4.5 4.4.6 4.4.7 4.4.8
RAB V 5. I 5.1. I
81
HASll. OAN l'EMBAI IASAN I'cngembangan Pariwisata Pedesaan Program Pernbemuknn dan Pcngcmbangan Desa Wisata lmplcrnentasi Program Pcmbentukan dan Pengembangan Dosa Wisata
XIJ
95 95 97
98
.
JOO IOI
..
I 03
105
.
109
.
111
..
117
5.1.1.1.1 5.1.1.1.2 5.1.1.1.3 5.1.1.1.4 5.1.1.1.5
Kepaiuhan
.
Kelancaran Rutinitas dan Tiadanya Masalah . Kincrja ya:ig diharapkan . Faktor-Faktor Pendukeng lmplementasi Program Pembcntukan dan Pengembangan Dcsa Wisaa . Faktor-Faktor Pcnghambai lmplementasi Program Pcmbcntukan dan l'cngembangan Desa Wisna .
Pengembangan Agrow isata 5.1.2 5.1.2.1 lmplementasi Program Pcngembangan AgrowiS<1t<1 5.1.2.1.1 Kepatuhan 5. 1.2.1.2 Kelanearan R utinitas dan Tiadanya Masalah 5.1.2.1.J Kinerja )ang diharapkan 5.1.2. l.4 Faktor-Fektor Pcndukung lmplementasi Program Pengembangan Agrowisata 5.1.2.1.5 Faktor-Faktor Pcnghambat lmplementasi Program Pcngcrnbangan Desa Wisata 5.2 Pcngernbangan Budaya 5.2.I Pcngcmbangan Budaya Dalwu Kontcks Keparwisataan 5.2.2 lmplernentasi Program Peningkatan Daya Tarik Wisata: Penyelenggaraan Evc:-i! Tradisi Masyarakat 5.2.2.1 Kcpaiuhan 5.2.2.2 Kclancaran Rutiniras dan Tiadanya Masalah 5.2.2.3 Kinerja yang diharapkan 5.2.2.4 Faktor-Faktcr Pcndukung lmplementasi Program 5.2.2.5 Faktor-Faktor Pcnghombot lmplcmentasi Program 5.3 Pcngcmbangan lndustri Kecil 5.3.1 lmplcmcntasi Kcbijakan Pengembangan lnduslri Kccil di Kah. Bantu! 5.3.1.1 Bimbingan feknis Oivcrsifikasi Produl lndustri Kerajinan Dengan Substitusi Bahan Bairn Lateks 5.J.1.1.1 Kcpatuhan ························-··················· .. ···················· 5.3.1.1.2 Kelancaran Rutinitas dan Tiadanya Masalah 5.3.1.1.3 Kinerja yang diharapkan s.:u .1.4 Faktor-Faktor Pendukung lmplemcntasi Program 5.3.1.1.5 Faktor-Faktor Penghambat lmplcmentasi Program 5.3.1.2 Pengelolaan dan Pengembangan Daya Tarik Pusar Seni Gabusan 5.3.1.2.1 Kepatuban 5.3.1.2.2 Kclancaran Rutinitas dan Tiadanya Masalah 5.3.1.2.3 Kinerja yang diharapkan 5.3.1.2.4 Faktor-Paktor Pendukung lmplernentasi Program 5.3.1.2.S Faktor-Faktor Penghambat lmplementasi Program 5.4 Peningkatan Peran Serra Masyarakat di Lokasi Dan Seki tar Obyek Wisara: Pemberdayaan Kclompok Sadar wisata 5.4.1 lmplemcntasi Program Pcmberdayaan Kdompok Sadar WiS
xiii
117
122 125 126 129
..
131 133
.
138
. .
140 142
..
143
.. . .
147 147
. . . .
144
149 149
159 161
163 . .
.. . . .
164 166
.
171
. .
17l 173 174
176 177 177
. . . . ..
180 I SJ 183
.
187 .
178
184 186
188
188 189 190 192 194
Kepatuhan
.
. . . ..
5.5.[ 5.5. l. l
Kelancaran Rutioitas dao Tiadanya Masalah Kincrja yang diharapkan Faktor-Faktor Pendukung ImplementasiProgram Faktor-Faktor Pengharnbat lmplcmcntasi Program Efekrivitas Implememasi Kebjjakan Pemberdayaan Masyarakat Pads Sektor Pariwisata Kapasitas Masyarakat Akses ke Informasi dan Pclaksanaan Kerja
5.5.2
Peran
5.5.2. I 5.5.2.2 5.5.3 5.5.3. I 5.5.3.2
Fungsi Kontribusi lnisiatif Daya Kritis Komitmcn
5.6
Ringkasan
222
BAB VI 6.1 6.2
PENlffi}P Kesirnpulan Saran
231
6.J
Rekomendasi
5.4.1.l 5.4. l.2 5.4. J.3 5.4.1.4 5.4.U 5.5
.. .
. .
.. .. . .
198 201
202 212 212 214 215 216
219
231 232
233 234
Daftar Pustaka Lampi ran
xiv
DAFTAR TABEL Halaman Tabc.l I.
Pcringkat 5 Beser Negara Pcncrima Kunjungan Wisata Global Dun Penerimaan (Receipl) Tahun 2006
Tabcl 2.
3
Peringkat Negara-Negara ASF:AN Penerima K.unjungan Wisatu Global Dan Pcncrimaan (R<'ccipl)Tahun 2006
Tabd 3.
4
l'roduk Domcstik Regional Bruto Kab, 13antul Tahun 2003-2005 Me1111n11 1-forga Bclaku (dalam jutaan rupiah)
6
Tabet 4.
Data K unjungan Wisulu Ke Ka bu paten Bantul Tahun 2003-2()07
8
Tubt:I 5.
Jurnlah Pendapatan dari Reuibusi Wisata Tahun 2003-2007
9
'I abel o.
lndeks Pembangunan Manusia di Provinsi l)JY Tnhun 2005
15
Tabel ?.
Kclompok dan Loknsi Pokdarwis
17
Tabcl 8.
Matik~ Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat
pada Sektor Pariwisara Tabel 9.
51
Opcrasionalisasi Variable Oalam Efektiviras Implcmcntasi Kebijakan Pcmbenlayaan Masyarakat Pada Scktor Pariwisata Di Kab. Bantul
71
Tube! I 0.
Jumlah Desa, Pedukuhun Dun l.uas Kccamatan Di Kab. Bantu I
78
Tabel 11.
Pcnggunaan Lahan Ji Kub. Bantu!
79
Tabel l2.
Kepadatan Penduduk Geografls per Kccamatan di Bantul
()<)I' Kecamaum
Tahun 2007
Tahun 21)07
80
Tabel 13.
Kepudatan Pcnduduk Agraris di Kab. Dantul Tahun 2006
82
Tabcl 14.
Prosentase Penduduk Bantul yang Bckerja
83
Tabcl 15.
Prosentasc Penduduk Bantu! Berdasarkan Pendidikan
83
Tahel 16.
Jumlah Kcpala Keluarga Miskin di Kab. Bantu! 2005-2007
84
Tabd 17.
Kctcnagakerjaan di Kab, Baulul Tahun 2005-2007
85
Taucl 18.
Distribusi Prosentasc PORB Kab. Bantu I Tahun 2005-2007 Menurut Lapangan Usaha Alas 11nsar J larga Konstan Tahun
Tabet 19.
86
Pertumbuhan PDRB Kabuparen Bantul Menurut Harga Bcrlaku dan Harga Konstan Tahun 2000
Tabel 20.
:woo
Pcrkembangan PORB Per Kapiia Kabupaten Bantu! Menurut
xv
87
I Iarga Berlaku dan Ilarga Konstan Tahon 2000
87
Tabet 21.
lnstansi Pcmcrintah di Kab. Bantu I
88
Tabel 22.
Nam a, Lokasi dan Tanggal Pembentukan Kelom pok Sadar Wisata di Kab. Banrul
102
Tnbel 23.
Narna dun Jabatan Pengurus Forkom Pokdarwis di Kab. Bantu!
103
Tabel 24.
Potensi Dcsa Wisata di Kab. Banrnl
116
Tabel 25.
Penyebaran dan Lokasi kawasan l.indung di Kee. Dlingo, Bantul
147
Tabel 26.
Pelaksanaan Even Wisata Upacara Tradisionnl pada Tahun 2005
152
label 27.
Pelaksanaan Even Wisata Upacara Tradisional pada Tahun 2006
[56
Tabel 28.
Pelaksanaan Event Wisata Upacara Tradisionalpada Tahun 2007
158
Tabel 29.
Jumlah Sentra Jndustri Kecil Di Bantul Tahun 2007
169
Tabet 30.
Kegiatan Pcmbcrdayaan Pokdarwis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bantu! Bekerjasama Dengan Stakeholder Pariwisata Pada Tabun 2007
193
Tabel 31.
Matiks Implcmcntasi Kebijakan dalam Pcrpcktif Kcpatuhan
195
Tabet 32.
Matriks
lmplementasi Kebijakan dalam Perpektif Berfungslnya
Rutinitas dan Tiadanya Masalah Tabel 33.
'l'abel 34.
196
Matriks Implementasi Kcbijakan dalam Perpektif Kinerja yang
diharapkan
197
Kinerja Program dalam Peningkatan Kapasitas Masyarakat
204
DAFTAR GAMIJAR
Ilalaman
Bagan I.
Alur Kebijaka» .'\}l(tjritz, er. al (2007)
22
Ilagan 2.
Alur Kebij11ka11 DJY! (lU05)
23
Bagan 3.
Keruugka Pcrnikiran Efektivitas lmptemenresi Kcb ijnklin Pcmberdayaan Masyarakm PaJ~ Sektor Pariwisata l)i Kab. Baruut
60
Strukrur Organisasi Dinas Pariwisata
90
Bagan 4.
dnn Kcbudayaan Kab, Bantu!
xvii
BABI J'ENDAHULUA~
I. I. Lafar Belakang
Pariwisata adalah sektor yang sanga1 menjanjikan (promi.~ing) yang bisa diandalkan untuk mcnopang kemandirian decrah dan dimanfaatkaan scluasluasnyu untuk pc111b:111guna11
kesejahtcraan yang
rakyat.
Sckror ini
bisa menjadi
penggcrak
paling cfektif bagi daerah scrta rnemacu peningkatan
Pendapatan Asli Daerah, yang diproycksikan menjadi sumbcr pembiayaan utama bagi pembangunan
di daerah, Selain itu, pariwisata juga bisa mcndorong
penlngkatan kcmakrnuran 111asyardkat melalui penciptaan lapangan kerja bagi banyak orang. baik laki-laki maupun pcrc:npuan. terurama
Sebagai industri terbesar Ji Junia pariwisata tcrbukti telah membcrlkan kontribusi yang signifikan
bagi pcrckonomian di negara yang rnenerima
kedatangan banyak wisatawan, Selain itu. bisnis pariwisata
menunjukkan
perkembangan yang cenderung terus mcningkat seiring dengan membaiknya
perekonomian
di tingkat global. Organisasi Pariwisata
Dunia milik Perserikatan
Bangsa-Bangsa iUntted Nations' World Tourism Organization/UNW1'0). atau lebih dikcnal scbagai WTO saja. mcmpcrkirakan bahwa sektor pariwisala akan terns mengalami pcrturnbuhan yang cukup tinggi selarna beberapa tahun kedepan
karcna beberapa hal: J.
Kesejahtcraan masyarakar dunia yang terus rncningkat (comtnuing world prosperity). Pasar yang torus meluas serta laju perturnbuhan
ekonomi negara-ncgara berkembang, tcrutama di Asia. ditambah dengan stabilnya pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang cukup tinggi di Eropa, khususnya Jerman, telah mcnjadi faktor urama ylllg mcnyumbang kemakmuran dunia. 2.
Pertumbuhan ckonomi global yang diperkirakan sebesar 5% pada 2007 dan 2008 serta pengcluaran rumah tangga yang terus rneningkat,
3.
Scmakin
banyaknya pencrbangan yang cukup murah (low cost
airlines). (/11/p:h'www.111111·/o.com}.
Semcntara itu, arus kuojungan wisata dunia pada kwartal pcrtama tahun 2007 saja Lelah mcningkat lebih dari 6% arau 252 juta wisatawan. Jumlah ini 15 juta Iebih banyak dibanding dcngan periodc yang sama tahun 2006. Adapun jurnlalr keseturuhan orang yang rnelakukan perjalanan wisata di seluruh dunia pada tahun 2006 rnencapai 842 juta, menlngkat 40 juta orang dibanding jumlah tahun 2005 yang tercatat 802 juia pelancong. Adapun jumlah keseluruhan pencrimean dari
wisarawan global pada tahun 2006 adalah 735 milyar dolar
2
Amerika, bertambah 57 rnilyar dolar dari tahun sebelumnya yang mencapai 678 milyar dolar Amerika. (ht1p.Pw1nv.1nnvto.com}.
Perancis tarnpaknya me1~adi tempat tujuan (dcstinasi) wisata yang paling rnenarik di dunia karena negara inilah yang paling banyak dikunjungi wisatawan global (Iihat label 5 di bawah), Pada tahun 2006, rnisalnya, negara yang terkenal dengan Menara Eiffel-nya ini menempati posisi pcrtarna dalarn peringkat lima bcsar ncgara-negara yang mcnjadi ternpat tujuan pelancong. Posisi kedua ditempati Spanyol dan disusul secara bcrturut-turut oleh Amerika Serikat, Cina dan llalia. Meski dernikian,
Amerika Serikat merupakan kawasan wisata yang
paling berhasil mcnguras kocek wisatawan dcngan pcndapatan sebesar 85, 7 milyar dollar Arnerika, walaupun ncgara ini ada di peringkat 3 di hawah Perancis dan Spanyol sebagai ncgara yang paling banyak dikunjungi.
Tabel J. Peringkat 5 Besar Ncgara l'enerima Kunjungan Wisata Global Dan Pcnerimnnn (Receipl) Tahun 2006 Urutan I 2 3
Negara
Wisatawan (Jutaan] 79,1
Perancis
Pcnerimaan
(Mi Ivar USO) 46,3
Span yo I Amerika Scrikat Cina
58,5 5 J, I SI, I 85,7 4 49,6 33,9 5 Italia 41, I 38.1 ' Sumber: http:!lwww.1.111w10.com. World Tourism Barometer 2()07
Semcntara iru, di kawasan Asia Tenggara, Malaysia masih menjadi daya
tarik wisata yang terbesar dcngan 17,5 juta wisatawan yang datang ke ncgcrl jiran tersebut. Namun demikian,
orang Thailand-Jail
yang paling pintar dalam
mengeruk uang pelancong dengan pcncrimaan sebesar 12,4 milyar dolar Amerika
3
meski wisatawan yang datang kc negeri Gajah Putih tersebut jumlahnya 3,6 juta
lcbih rendah dibanding Malaysia. Adapun Indonesia, ncgara yang kaya akan potensi wisata yang tak kalah indahnya dengan negara-negara lain di dunia, hanya
dikunjungi oleh 4.9 juta wisatawan deagan total pcnerimaan sebesar 4,4 rnilyar dolar Amcrika, (Lihat tabel 2 di bawah ini).
Tabel 2. Peringkat Negara-Negara ASEAN Pcncrirna Kunjungan Wisata Global Dan Penerimaan (Retl'ipt) Tahun 2006 Urutan
Negara
(global)
Wisatawan
Penerimaan
(Jutaan)
(Milyar USD)
14
Malaysia
17,5
9.6
18
Thailand
13,9
12,4
29
Singapura
7,6
7.1
39
Indonesia
4.9
4,4
48
Vietnam
3.6
3,2
Sumber: h(lp:/l,mw.umno.com. World Tourism Barometer 2007
Selain menjanjikan dan mempunyai pmspek ccrah, sebagaimana tclah diuraikan
di alas, pariwisata juga merupakan sektor yang tidak perlu
mcngeksploitasi kekayaan alarn secars besar-besaran yang akan mengakibatkan kerusakan
terhadap
melestarikannya
sumber
daya
alam
tersebut,
akan
ietapi
ia justru
Tujuan wisatawan bcrkunjung ke obyek wisata alam adalah
untuk melihat keunikan dan keindahannya, seh ingga mereka akan lebih suka kalau kedua hal tcrsebut dipertahankan supaya mereka hi
sehingga budaya setempat dengan sendirinya akan ikut terpclihara. Hal ini sesuai
4
dcngan
ekowisata (ecoto11ris111) yang dikernukakan oleh The Global
konscp
Development Research Center (GDRC) scbagai berikut: Eco101wi.1·111 is "responsible travel to natural areas 1'101 conserves the environment and sustoins the well-ln:ir1g of locul people." ft jiJcusC's on loco! cultures. wilderness adventures, volunteering. personal growth and learning 1ww
11·c1ys 10 live on our vulnerable planet. It is t)'pica{ly defined as travel to destinations where the flora, fauna and cu/Jura/ hal'itaga tire the primary atI ractions. (hlfp:llwww.gdrc. org/ue uueco-tour).
Dari uraian di atas, jclas hahwa pariwisete merupakan sektor yang sangat potcnsial
untuk
pembanguuan
digali
dt111
dikcmbaugkun
scbueh wilayah baik
mcnjudi
sumber daya
i111 di tingkat nasional,
bagi
regional maupun
dacrah, Tcrlcbih, bagi wilayah yung miskln somber daya alam dan bclum blsa mandlrl dalam muubiayai pembangunannya scndiri,
Kabupatcn Bantu! adalah daerah yang tidak bisa mcngandalkan surnber daya alarnnya untuk mc1111ra113 pemhangnnan daerahnya sendiri sehingga tcrpaksa menggnntungkan
surnber pcmbiayaan pcrnbangunan dari pemcrintah pvsat Data
m~neenAi Produk Dumestik Regional Brute (PORO) Kab. Bantul pada tahun 2003-2005, misulnya, (lihal label 3), mcnunjukkan bahwa lapungan usaha yang menjadi
indikator
sumber daya alam yung dimiliki
suatu dacrah, yaitu
pertarnbangan dan penggalian scrta scktor listrik, gas dan air bcrsih hanya menyumbang total 3,483% ke PDIUJ Kab, Bantul, Pcrtambangan dun pcnggalian hanya memberikan kontribusi
scbcsar 1, 187% sctiap tahuunya, sedangkan
proporsi sektor listrik, gas dan air bcrsih juga hanya mencapai 1,296%. Terhhat
jelas bahwa PDRR Kab. Bantu! masih didorninasi olch sektor pertanian, yang memberikan kontnbusi rnta-rata sctiap tuhunnya scbesar 23,003%.
5
Tabcl 1. Produk Domestik
l~cei<mal
Harga Bcrlaku (dalamjutaan
No
Rrulo Kab. Bantu! tahun 2003-2005 rupiah)
Lapangan Usaha
Tahun
r-;;00' , ·'
-
I
Pertanian
2
Penambangan dan Penggaliun
3
lndustri Pengolahan
4
Listrik, Gus dan Air Berslh
5
Menurut
-
200·1
&99.54R
974.(180
44.440
4~.176
2005 1.078.335 49.473
783.28()
894.036
--1.023.228
39.102
49.9'2J
59.297
Uangunan
295.924
350.267
423.302
6
Pcrdagangan. I Imel dnn Rcsroran
662.362
738.736
842.920
7
Pengangkutan dan Komunikasi
258.983
276.789
351.945
8
Kcu:1ng:10. Pcrsewaan dan Jasa J>erusahann
238.673
277.584
333.485
9
Jasa-Jasa
523.421
632.146
3.745.732
4.238.736
Jumlah
-
736.263
- 4.898.268
' Sumher: nPS llant1112007
Di slsi lain, Pcndapatan Asli Dacrah {PAD) Kab. Bantul ti
mernenuhi kcbutuhan pembiayaan pembangunan dacrab. Scbagai coutoh, PAD pada tahun 2007 yang hanya mencapui sekitar 45 milyar rupiah sangatlah jauh untuk memenuhi kcbutuhan anggaran untuk menggerakkan roda pembanguuau
padu tahun 2008 (RAPBD 2008) sebesar Rp. 807.010.630.818,· Mclihat data dan fakta di atas, saugatlah disarankan bagi Kab, Bantu! untuk mcuggali dan mengernbangkan secara optimal potensi wisatanya yang cukup bcragam untuk menarik kunjungan wisatawan ke kabupaten di pesisir laut Selatan ini. Dengan kata Jain, Kah. Bantu! blsa mengandalkan sektor pariwisata
scbagai sumbcr altcmatif untuk menunjang pembangunan daerahnya scndiri.
6
Menurut data pada lampiran Peraruran Oaerah
Kab. Bantul No. 3 t.ahun
2004 tentang Rencana lnduk Pengembangan Pariwisata, di seluruh wilayah Kab. Bantu] tcrdapat I 0 I lokasi atau daya tarik yang reridentifikasi
schagai potensi
wisata baik wisata alam. budaya maupun minet khusus, Hal ini mcnunjukkan bah "a Kab. Bantu( mempunyai peluang yang cukup beszr untuk mendaiangkan pelancong dan sekaligus menguras sumber
dana
untuk
menopang
kocek mereka unruk digunakan kcmandir.an
dalam
sebagai
pcm bangunan
serta
meningkatkan kcsejahteraan masyarakatnya. Namun sayang, dari sekian banyak potensi yang terscbar di seluruh wilayah Kab. Bantul, baru 9 saja yang baru berhasil dikembangkan. Adapun obyek dan daya tarik wisata tersebut adalah: I.
Pantai Psrangtritis (wisata alam & ritual/budaya)
2. Pantai Samas ( wisara a lam & rituallbudaya) 3. Pantai Pandansimo (wisata alam & rirual/budaya) 4. Goa Cerme (wisata alaru, buooya!ritual. & petualangan) 5. Goa Selarong (wisata alam, sejarah, & pendidikan) 6. Kolam Reaang Tlrtatarnansari (tcmpat rekreasi & berenang) 7. Makam Raja-Raja di lmogiri (wisata budayalritual) 8. Desa Wisata Krebel (wisata minat khusus)
9. Dcsa Wisata Kasongan (wisata minat khusus)
Pcngelolaan obyek-obyek wisata tersebut lidak banya dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab, Bantul, telapi juga oleh pihak lain. Dari 9 obyck wisata di atas, 5 yang pertama dikelola oleb Dinas Pariwisata Kab. Bantul,
7
scdangkan 4 sisanya, masing-masing swasta
(Kolam
Rcnang
dikelola mclalui kcrjasama dcngan pihak
Tlnatamansari),
Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta dikembangkan
dcngan masyarakat
dikuasai
oleh
Keraton
Kasultanan
(Makarn Raja-Raja di lmogiri),
sena
setempat (Desa Wisata Krcbct dan Dcsa
Wisata Kasongan), Dilihat darijumlah kunjungan wisata w an kc Kabupaten Bantu! sejak tahun ?003 sampai Saal ini, tercatat kunjungan wisawatan kc Kab. Bantu! cenderung menurun dari 1.556.885 wisawatan pada tahun 2003, menjadi 1.537.352 orang pada tahun 2004, menurua Jagi mcnjadi 1.467.552 pengunjung pada tahun 20-05 dan mcrosot drastis menjadi hanya 884.024 wisatawan pada tahun 2006 akibat
pengaruh gempa burni dahsyat yang mcncrjang Kab, llantul pada akhir bulan Mei 2006. Pada tahun 2007 jumlah kunjuugan wisatawan tcrcatat mulai naik lagi mcnjadi 1.049.394 orang yang berkunjung kc Kab, Bantul. (lihar rabcl 4 bcrikut).
Tabet 4. Data Kunjungan Wisata Ke Kabupaien Bantu! Tahun 200'.l-?.007 No.
Obyek Wisata
2003 1.421.202
Jumlah Kunjungan Wisata 2004 2005 2006 1.384.320 ( .341.931 795.432
2007 948.871
I
Paruai Parangtritis
2
Panrai Samas
46.290
47.268
37.917
27.095
32.941
Pantni
52.305
57.393
38.274
24.072
25.482
" .l
Pandansimo
4
Goa Selarong
21.044
26.217
27.801
23.749
zs.soo
5
Goa Cerme
16.044
22.154
21.629
13 676
13.800
Jumlah.. 1.5:56.885 1.537.352 J.467~552 884.024 Sumher: DlllaS Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bantul 2008
l.049.394
8
Sementara itu, pendapatan dari retribusi obyek wisata yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Kah, Bantu! adalab sebagai berikut: Tabet 5. Jurnlah Pcndapatan dari Retribusi Wisata 2003-2007 No.
Obyck
-~··I
2
3 4
5
Wisata
2003
Pantai Parangtriris
Pcndaoa:an dari Retribusi Wisata (Rp) 2004 2005 2006
2.229.714.0CoQ 2.205.680.300 2.139.559.100
1.256.262. l 00
2007 1.533.095.400 37.741.800
Pantai Samas
51.571.7()()
54.450.500
42.803.190
47.587.510
17.385.200
22.563.550
23.701.550
7.257.000
I0.151.400
9.733.050
43.543.500
30.801.500 23.952.55()
Pantai Pandansimo Goa Selarong
Goa Ccrmc
31.909.560
21.362.900
I
24.615.850 20.228.850 6.300.000 6.154.200
; Jumlah 2.348. 731.090 2.340.433.260 2.248.446. 760 1.334.809.550 Sumber: Dmas Pariwisaia
Sclaras dengan tabel 4 sebelumnya,
1.625. 705.600
tabel 5 menunjukkan bahwa
pendapatan teninggi dari retribusi wisata adalah pada tahun 2003 dengan total Rp. 2.348.731.090,- dan terendah pada tahun 2006 dengan hanya Rp, 1.334.809.550,-. dan rneningkat lagi menjadi Rp. 1.625. 705.(i()O,-. Dari kedua tabel di alas, terbukti bahwa kunjungan wisata dan pcnerimaan dari kocek pelancong ini iidak merata di semua obyek wisara, hanya terkonsentrasi di saru obyek wisata saja, yaitu Pantai Parangtritis. Keseniangan yang mcncolok (extrP.me disparily) dalam jumlah pengunjung seperti ini bisa membcrikan dampak yang tidak mcnguntungkan bagi perkembangan pariwisata di Kab. Bantul karena:
9
•
Behan
Pantai
l'anmgtrilis
capacity) seringkali
dalam menampung
mclampaui
wisatawan
(carrying
baias ketika tcrjadi puneak kunjungan
(peak) tcrutama pada rnalarn tahun baru atau malam pensma di bulan Syuro. Implikasinya
lingkungun
(habitm) di sckitar pantai
terancam
bahnya. •
Tidak meratanya kescmpaiau uruuk meningkatkan
pcndapatan. Scmakin
banyak wisatawan yang bcrkunlung, ~c111aki11 besar kcscmpatan untuk 111e11a111bah
pcnghasilan dcngan cara bcrjualan
makanan,
cinderamata,
rnenyediakan pcnginapan dan lain-lain.
Kenyaraau
ini mengindikasikan adanya permasalehan dalam pcrcncanaan
pengcmbangan pariwisau di Kai>. Bantul. Pedahu], perencanaan pcngcmbangan pariwisata yung b3ik adnlah perencanean
kornprchcnsif
yang mcncakup tidak
hunya pengcmbangan fisik (tcmgible) bcrupa saraua dan prasarana wisata tctapi juga pcmbangunan non-Iisik (intrmi;lbic) yang meliputi lingkungan alam, sosial dan
budaya
sckaligus
mcmpcrtahankan
kclcstariannya,
demi
kesejahteraan
masyarakar. llal i11i scsuai dengan pcndapat Prajogo dalam Spillane (2001 : 134 135) yang mcnyatakan bahwa negara yang sadar akan pcngembangan pariwisata akan mempertimbangkan hal-hal sebagal bcrikut : I. Perencauaan pengembangan panwrsata harus mcnyeluruh, sebingga seluruh scgi pengembangan pariwisata dipcrhitungkan dengau memperhaukan pula perhitungan untung rugi apablla dibandingkan dengan pemhangunan sektor lain. Jadi apabila pembangunan sektor loin lcbih meeguutungkan dari sektor pariwisata, maka pembangunan Jain itu harus diutamakan; 2. Pengembangan pariwisata harus dlinrcgraslkan kedalarn pola dan program pernbangunan sernesta ekonorni, fisik dan sosial sesuatu ncgara.
10
Karena pcngembangan pariwisata sating berkait dengan sektor lain dan dapat mempcngaruhi pembanguoan sektor lain; 3. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa, sehingga depst mcmbawakaa kcscjahtcraan ekonomi yang terscbar luas dalam masyarakat: 4. Pengernbangan pariwisata harus "sadar lingkungan", sehingga pcngcrnbangan mencerminkan ciri khas budaya dan lingkungan alam suatu ncgara, bukannya justru merusak lingkungan a lam dan budaya yang khas itu. Pertirnbangan urama harus mendayagunakan pariwisata sebsgai sarana untuk memclihara kekayaan budaya, lhgkungan alam dan peninggalan scjarah, schingga masyarakai sendiri mcnikmaiinya dan mcrasa bangga akan kekayaannya nu,
5. f'cngcmbangan pariwlsara harus diarahkan sedemikian rupa, schingga pcnentangan sosial dapat dieegah serninimal m.ingkin. Sedapat mungkin harus mcnampakkan perubahan-pcrubahan susial yang positif II. Pcncntuan tata cara pelaksanaannya harus disusun scjclas-jclasoya bcrdasar pertimbangan-penimbangan yang masek sesuai kernampuan; 7. Pencatatan (n1t)llituri11R) secara terus-mcnerus mengenai pengaruh pariwisata rerhadap sesuaru masyarakat dan lingkungan, akan meruoakan
bahan yang baik untuk meluruskan kembali akibat pcrkcmbangan pariwisata yang akan merugikan, sehingga mcrupakan sarana pcngendalian pcngembangan yang tcrarah.
Reid and Smith ( 1997) dalam Principles Of Succe.1s/11/ Tourism Planning & Develnp111N1/ mcnyebutkan syarat-syarat sukscsnya perencanasn pariwisata, yaitu:
•
Menciptakan wilayeb pclancong (visitor domain) y11JJg mcnawarkan keunikan don keaslian obyck wisata )Cr!a bcrbagai peugalaman khas
•
Mclinuda) a dan sosial yang sekarang dianggap sebagai dasar pereocanaan (cm accepted mai11sray) yang bcrhasil
•
vtembangun kemitraan dengan pcmangku kepentingan (swkeholder)
•
Mencipiakan siklus produk wisata (product life cycle)
•
Menciptakan petuang untuk keuntungan dari segi ekonomi
II
Sementara itu, Kelly (2004) dalam Tourism Pla1111i11g: 11'1101 To Consider !11 Tourism !'1011 Making menyatakan betapapun ahlinya scorang perencana, tetap
dipcrlukan visi dan keterlibatan masyarakat. Kedua hat ini merupakan prasyarat bagi pcncapaian keberhasi Ian
kemauan penduduk
perencanaan pariwisata yang mencerminkan
lokal untuk mcnanggung beban yang diperlukan dalam
mendukung pcngcrnbangan pariwisata di sekita« temper mcrcka tinggal,
Dengan demikian,
masyarakat, khususnya
penduduk
lokal sebagai
penerima tamu (host) bagi wisatawan, menjadi salah satu faktor kunci kebcrhasilan pcmbangunan pariwisatadan oleb karenanya harus dilibatkan dalam proses perencanaan pengernbangan sektor tcrsebut guna rnenjaga kelestaeian sumber daya wisata dan mencegah munculnya kerugian terhadap invcstasi yang telah ditunamkan. Brandon ( 19%) dalam Eco/011ris111 and Conservation: A Review of Key Issues rncngataken:
... from a11 environmental and economic perspective, if local people are not involved, it is likely over time. tire resources on which tourism depends will he destroyed and the investment lost. Alasan lain perlunya kcterlibatan rnasyarakat dalam pengernbangan pariwisata adalah bahwa pengclolaannya akan menjadi l~bih akuntabel dan bcrkelanjuran dalarn jangka panjang. Hal ini sesuai dengan pendapat dalarn Community Ba<11d Tourism For Conservation And Development: A Resource Kil (p. I I) sehagai berikut: A moral perspective that argues that management by local peopla accompanied by devolved decision-making is more preferable since it can be more accountableand sustainablein the long-lemi. (l1tte:llwlYu·.1uu·u11tai11.org.)
12
Selain
itu. periunya
pemerataan
pcndapatan
terutarna bagi penduduk lokal, merupakan
dari industri
pariwisaia,
desakan yang torus rnenguar karena
selarna ini keuntungan yang dipcrolch dari kegiatan pariwisata hanya dinikmati
oleh kalangan tertentu, yang nota bene adalah pcmilik modal besar- pengusaha hotel, pernilik restoran. pengelola tempat rekreasi dan sebagainya. Di lain pihak, rnasyarakat jusiru hanya menjadi penooton karena tidak merniliki akscs terhadap sumber daya wisata di ternpat mereka tinggal. Jn the case of tourism; a1101h;:r re/med issue that supportsthe interest in Community-based Tourism is the commerciaiization, monopotization and accumulation of benefits from tourism among relatively small numbers of beneficiaries. There has been and cominues 10 be increasingconcern that benefits be more widely distrib111ed. especiallysince the costs are often borne by local communities in the form of restricted or loss of access to resources at the sites. lhtm:liwww.mouniain.oi-g.)
Keterlibatan masyarakat dalam proses pcngembangan pariwisata adalah salah satu upaya pemberdaj aan masyarakat sebagai bagian dari apa yang disebut
pcngernbangan
pariwisata
berbasis masyarakat (communuy-based tourism
development) dimana penduduk Iokal harus memperolch manfaat tcrbesar dari pengembangan pariwisata itu sendiri. Orozobacva (2006) dalam Community Based Tourism Development in Kyrgyzstanmenyatakan; "Community Based Tourism is a form of tourism where the local
community has a substamial control over. and involvement i11, its development and management; and a major proportion of the benefits remain within the community"
Kabupaten Aantul scbenamya juga telah menangkap isu pemberdayaan
masyarakat pada sektor pariwisata dan telah menuangkannya menjadi agenda kcbjjakan, scperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantu! No.
13
03 Tahun 2004 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RlJ>l'JJ) yang
menjadi landasan br1gi pembangunan scktor pariwisata, Dalam RI PPD tersebut kcbijakan pembcrdayaan masyarakat pada sekror pariwisata teriuang mulai dari pasitl 1?. sampai pasal 17. Sebagai manifestasi dari kcbijakan tcrsebut, Pemerintah Kab. Bantul meningkatkan
tclnh
menelurkan
kesadaran
dan
bcrbagai
progrum ynng diarahkan
keterlibatan
masyarakat
pengembnngan pariwisaia demi icrcapainya kondisi
dalam
untuk proses
masyarakat yang berdaya
yang pada akhirnya akan meningkutkan kcsejahieraan masyarakut sendiri. Bcrbagai program tcrscbut tcrnyata tidak hanya diimplementasikan
olch
Di1111~ Puriwisata dan Kcbudayuan Kub. Bantu! sel>ag:ii lnstansi pengernban pcmbangunan parlwisata di Kab, Bamul, tctapi juga olch dinas atau instansi lain yang terkait erat dengan I'criudustrian,
upaya pengembangan
pariwisata,
Perdagangan dan Kopcrnsi, Budun Pcrcncanuan
Daerah rnaupun Dinas Pertanlan dan lain-lain.
seperti
Dinas
Pernbangunan
Akan tctapi. mcngingar buhwa
sasaran utama (b~1wjidary) program-program udalah masyurakat di sekitar obyek wisata, rnaka implementasi
kebijakan pemberdayuun rnasyaraket pada sektor
pariwisata sebagian besar tetap suju dilsksanakan olch Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kub. Bantu). Namun dernikian, berbagai upaya tcrscbut tampaknyu belum memborikun hasil yang optimnl. I !al ini tcrlihut dari berberapa fakta berikut: •
pendapatan per kapita pcnduduk di Kab, Bantu! yang hanya mencapai Rp. 5.676.1 t8 (BI'S Oar1tuf, 2005) atau RI). 473.009,833,· per bulan.
14
•
pengangguran masih terbilang tinggi. Menurut data Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kab. Bantul tahun 2005, angka pengangguran di Kab. Ilantul tercatat 31.697 atau sekitar 5% dari total angkaran kerja yang berjumlah 642.426 orang. •
lndcks Pcmbangunan Manusia (IPM) di Kab. Bantul yang relatif masih rcndah. (Lihat tubel 6 di bawah ini).
-Kabupaten'Kota
Tabcl 6. lndeks Pembangunan Manusia di Provinsi DIY Tahun 2005 Umur I larapan r lidup (tahun)
Tingkat
Mclck
Huruf(%)
Rata-rata
Pcndidikan
Lama
Pcndapatan per Kapilaltahun (Rupiah)
(tahun)
Baulul
69.S
82,8
6,8
3.676.118
Gunung Kidul
70.1
82,6
6,&
4.945. S90
Ku!on Progo
71.3
83.0
7,1
5.559.524
Steman
71,6
85,7
8,5
6.015.392
Yogyakarta
72.1
9.~. I
10.3
6.945.989
Sumber: BPS, UNDP 2006 (diolah) Scmcntara itu, industri kccil yang mencapal 2.854 unit yang mcnycrap 10.491
tcnaga kcrja belum sernuanya visa dikatakan bcrdaya karena kebanyakan
iuasih rncngahuni berbagai kendala. yaitu (Kuncoro:2006): I.
Rendahnya akscs krcdir dan Lingginya bunga kredit.
2. Rendahnya kemampuan pernasaran t.li kalangan pengusaha industri kecil. 3. Masih banyak bahan baku yang rnasih didatangkan dari dacrah Iain,
bahkan dari luar negeri. 4. Pasar produk usaha industri kecil dcwasa ini banyak dibanjiri olch produk luar negeri, misalnya produk dari Cina, yang umumnya diproscs secara
lebih efisien dengan kualitas produk relatif sarna, bahkan Jebih baik.
JS
.
-
dibanding
produk
yang dihasilkan
oleh
industri
kecil di ncgcri kita
schingga membuat produk dalam negeri kalah bersaing di pasaran.
5. Masalah ketcnagakerjaan, Masalah yang dihadapi oleh indusiri kerajinan rumah tangga dalam memenuhi kcb11111ha11 tcnaga kcrja adalnh langkanya
tcnaga kcrja terampil dan rnahalnya biaya tenaga kerja. UMl'/K (Upah Minimum
Prepinsi/Kubupalcn/Krun}
yang dinaikkan
sciiap
tahun,
misalnya, sering dikcluhkan.
Sebagai bcrnuk lain
dari kepeduliau
akan pcrlunya pcmberdayaan
masyarakat dulam pengernbangan pariwisata, Pcmerintah Daerah Kab. Bantu! [uga tclah mendorong dibcntuknya kelompok masvaraka; yang akun dilibatkan
dalam proses pembangunan sektor pariwisata, yang disebru Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), melalui Surat Kcputusan Aurati llmitul No. 359 tahun 2006 tentang Pcngcsahan Kelompok Sadar Wismu (Pokdarwis) Jan Forum Komunikasi Kclompok
Sadar Wisata (Forkom Pokdarwis).
Pokdarwis
beranggorakan
1113S)'Arakal yang tinggat dan mencari penghidupan di sekitar obyck dan d11yu tarik wisata yang telah cukup berkcrubang dan terse bar di seluruh wilayeh Kub. Bantul, sedangkan Forkom Pokdarwis mcrupakan wadah dimana kelompok-kelompok tersebut bertemu untuk mengkoordinasikan
program dan kcgiatan di autara
mercka dan dengan kcbijakan atau program pcngcmbangan pariwisata oleh pemerintah Kab. Bantul. Melului Surat Keputusan Bupati Banlul tersebut, kcbcradaan Kelompuk Sadar Wisata yang berjumlah empat bolas (I 4) itu sccara resmi diakui sebagai
16
mitra bagi Pcmerintah
Kab. Bantu! dalarn rangka rnengembangkan
pariwisata
bcrbasis masyarakai. Dengan dcmikian diharapkan masyarakat akan lebih peduli dan mcrasa rerlibat secara akrif dalam proses pengembangan pariwisata. Tabet 7. Kclompok dan t.okasi Pckdarwis NCl.
Nama Pokdarwis
3
Cangkring Beach
Kasongan, Kasihan Poncosari, Srandakan Porcosari. Srandakan
4
Kwaru Asri
Poncosari, Srandakan
~
Kasonenn A vu Asii
I
Lokasi
Jenis Obyck Wisara
Jurnlah Anggota
Tanggal
Keramik
25
Panrai Pandansimo Pantai Cangkring.
23
Pembent nkan 22-08-1998 29-H6-2000 29-06-2000
I'andansi mo Pantai
_, ?'
29-06-2000
75 21
18-09-2000 30-()9-2000
25
14-10-2000
_) I-
15-10-2000 20 06-2QOJ 20-06-2002 25-06-2002_ 31-07-2006 31-07-2q06 J 1-07-2006
Kwaru,
so
Pandansimo
5 6
Parangiriris Tambak
Paranztritis, Kretek Tegal
l'antai Parangtritis Desa Wisata
Kebon Agung; I mogiri
Agung
7
Krebet Biuzngnn
Krebcr, Pajangan
8
Starona Samodra Emas Pithisari
Paian~an Sanden Gadinzsari,Sanden Selo11:lmioro, Jmogiri
-9 10 IJ 12 13 14
Ccrme Asri
Kanika Muda Semampir Asri
Siti A~ri
. Batik Kayu/dcsa wisa La Goa Slarong
Guwasari, Srizadi ng,
L
Pantai Samas
Pama' Patehan
Goa Ccrrne
Seloharjo, Pundoog ...Selohario, Pundona
Kcramik/desa wisara Kerarnik/dcsa wisata
Selohatjo. Pundona
.
Keramik/desa wisaa ,. Sumbcr: SK Bupati Bantul no '~s9,2006 (diolah) '
22
,,, .. 50 20 20 20
-·-
Seperti ditunjukkan tabcl 7 di alas, sobagian besar Kelornpok Sadar Wisata (Pokdarwis) sudah berdiri sebelum tcrbitnya Surat Keputusan Bupari Bantu! No. 359 tahun 2006. Bahkan Pokdarwis yang pertarna, yaitu Pokdarwis Kasongan sudah dibentuk sejak J 998. Pokdarwis-pokdarwig tersebut sebelumnya dibentuk melalui Surat Keputusan Kcpala Dinas Pariwisata Kab. Flan111J. Jni menunjukkan bahwa sebcnarnya masyarakat di Kab, Bantu I tclah sejak lama menyambut positif upaya pelibatan mereka dalarn pengcmbnngan pariwisata schingga prugramprogram dan kebijakan pemberdayaan masyarakat pada sektor pariwisata
17
-
-
scrnestinya
bisa dilaksanakan dcngan baik.
diterbitkannya
Tetapi sayang, sampai sebelum
Peraturan Dacrah no. 3 Tahun 2004 tentang Rcncana lnduk
Pengembangan Pariwisata, tampaknya implementasi program-program tcrsebut bcrjalan sccara parsial, tanpa ada koordinasi scna kurang terarah sehingga
hasilnya bisa dikatakan tidak optimal. Salah saw sebabnya sangat mungkin karena belum adanya payung hukum mengenai pemberdayaan rnasyarakat pada sektor pariwisata yang bisa dijadikan
pedoman untuk melaksanakan upaya-upaya
pcrnbcrdayaan masyarakat di sektor ini. Dengan dikeluarkannya Pcraturan Dacrah no. 3 Tahun 2004 tersebut. diharapkan
kcndala hukum sudah bisa teratasi
sehingga mcmungkinkan adanya program atau kegiatan pemberdayaan yang lcbih komprehensif
untuk mcwujudkan pcmbcrdayaan masyarakat
pada scktor
pariwisata di Kabupalcn Bantul. Pcrsoalannya sekarang adalah apakah dengan program-program
dan
kcbijakan pemberdayaan masyarakat yang telah diimplementasikan sampai saat ini, pcmberdayaan uiasyarakat pada sekror pariwisata di Kabupaten Baruul sudah terwujud? Hal inilah yang menarik untuk ditellti mcngingat
bahwa isu
pembcrdayaan rnasyarakat bukan tagi sckadar wacans, tctapi sudah meniadi agenda pcnting pembangunan yang harus diwuiudkan dalam program-program di berbagai sektor, termasuk sektor pariwisata, yang rnuaranya adalah kesejahteraan rnasyarakat. Sesuai dcngan judulnya, yaitu "Efekrtvitas lmplcmenlasi Kebijakan Pemberdayaan Masy:mtkat pada Sektor Pariwisata
di Kab. Baatut",
penclitian ini rncncoba mcndcskripsikan secara rncndalam pelaksanaan kebijakan
18
pemberdayaan masyarakal pada sektor pariwisata di Kab. Bantu! dcngan fokus kebijakan yang meliputi pcngernbangan pariwisata pcdesaan, budaya dan industri kccil serta pcningkatan pcran serta masyarakat di lokasi dan sekitar obyek wisata yang diimplcmcntasikan
khususnya oleh Dinas Pariwisata
masyarakai di sckiiar obyek wisata penelitian
dan
di Kab. Bamul. Adapun tujuan utama
ini adalah untuk mclihat hasil (efck)
rnengungkap
bcrbagai
fsktor
menghambat efekrivitas implcmcntasi
Kab. Ba111ul tcrhadap
yaug sudah dipcroleh selama ini
baik y1111g mendukung
maupun
yang
kcbijakan tcrscbut.
l(cgagalan rncwujudkan pcmberdayaan masyarukut dalam pcmbangunan pariwisata akan berarti bahwa bcrbagai upaya 11111uk mcndatangkan wisatawan ~ebd11yuk mungkin dan tersebar mcrata kc Kub, Baruul hanya akan mcnjadi sia-~ia bcluku sehingga cita-clta l'cmerintah Kabupatcn Bantul untuk mandiri dalem mcluksanakan pcmbangunan daerahnya scndiri Stria mewujudkan kesejahtcraan r!lkyut di Kabupatcn l:Jantul ukan semaklnjauh dari jangkauan,
1.2.
Rumusan Masalnh Rerclas.1rka11 11rai1111 dalam laiar belakang diatas, rnaka rumusan masalah
dalarn penelitian ini adalah : I. Apakah irnplementasi kebijakan pembcrdayaau masyarakat puda sektor pariwisata di Kabupaten Bantul sudah cfcktif? /.. Faktor-faktor apa saja yang rnendukung dan rneughambat cfcktivitas implcmentasi kebijakan tersebut?
.19.
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian pcngembangan
ini mcucoba untuk mcngungkap sedalarn mungkin kebijakan pariwisata berbasis masyarakai di Kabupatcn Bantul sccara
deskriptif analitis mclalui pcndckatan teori Jan konseptual dengan tujuan sebagai berikut : •
Mcngctuhui
upakah irnplcmcntasi
kebijaknn
pcnibcrdayaan
masyarakat
pada sektor pariwisnta di Kabuparcn Baruul sudah cfckti f, •
laktor-faktor
Mcngidcnrifikasi
yang
mcndukung
dart
mcnghambat
padu kepentingan
praktis dan
c!Cktivitas implcmcnrasi kcbijnknn tcrsebur,
1.4.
Mnnfaat Pcnclilfan
Adapun manfaat
penclirian
ini yaitu
kcpcntingan akademis, adalah scbagui bcrikul : 1.4.1 Ma 11 faa( 11r11klis I lasil
penelitian
ituplcmcntasi
ini diharapkan dapa; menjadi salah satu ucuun bagi kebijakan
pembcrdayaan masyarakat
dalam
kontcks
pengembaugan pariwisata khususnya di Kabupatcn Bantul. 1.4.2
Maofaat teorllls
Penelitlan
ini
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
bagi
pcnyempurnaan konsep pemberdayaan masyarakat pada sckior pariwisata, rerutama di Kabupaten Bantu! sorta pengembangan iirnu adrninistrasi publik, khususnya dalam bidang implerucntasi pengembangan pariwisata berbasis masyarakal.
20
kebijakan publik dalam
BAB TT TINJAUAN
(YlJSTAKA
2.1. Landasan Teori 1.1 .1. Kebijakan Publik
Kebijakan publik ada!ah sebuah keputusan (decision) atau pilihan (choice) yang dibuat oleh pemcrintah, Hal ini sesuai dengan apa yang. dilontarkun oleh Shafritz, et al (2007:42) bahwa: "11 public policy is whatever a government decides to do or not to do" sena Dye. (2005) yang mengemukakan bahwa: ·'A public policy is what
govenr111ems
choose to do or 110110 do."
Sementara itu Henry (2007:283) mengutarakan bahwa kebijakan publik adalah apa yang diimplcmcruasikan oleh administrator
publik dan serangkaian
tindakan yang diadopsi dan akan dicapai oleh pemerintah: "Public policy is what
public administrator implemeru and 1:~ a course of aaton adopted and pursued by government" llal ini selaras dengan apa yang dikatakan Anderson datam Islarny
(2003: 17) bahwa kebijakan
pubiik
merupakan serangkaian
tindakan yang
rnempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang atau sckelompok orang untuk rnemecahkan masalah, Dengan demikian, kebijakan
publik
mengacu pada sebuah sebuah keputusan atau pilihan yang harus
dilaksanakan rnelalui scrangkaian tindakan untuk mencapai Lujuan tertentu. Adapun serangkaian tindakan yang dirnaksud mclipuli penentuan agenda (agenda selling}, penibuatan keputusan, implementasl dan evaluasi. (Shafritz, et
al, 2007:42). Agenda seuing adalah proses dimana gagasan atau isu mengernuka
melalui berbagai saluran politis yang meniadi pertimbangan oleh lembaga politik scperti legislatif. Adapun pembuatan keputusan kebiiakan publik merupakan kcseluruhan proses dimana pcmerintah memutuskaa untuk rncngurusi atau tidak mcngurusi
masalah
tertemu.
Sclanjutnya
implemenrasi
adalah
proses
mclaksanakan program pemerimah-kcseluruhan proses mencrjcmahkan mandat hukum, apakah itu berupa perintah eksekutif atau perundangan, ke dalam arahanarahan atau struktur program yang layak untuk menyediakan hnrnng arau jasa. Evaluas] adnlah pegujian terhadap tindakan yang dilakukan secara sistcmatis oteh pemerintah untuk meneniukan hasil-hasilnya, balk untuk jangka pcndck maupun jangka panjang. Untuk kbih jelasoya, silekan lihat bagan berikut:
Agenda setting -
Kcporusan u1Kul. membuar atau tidal: mcmbuat kcbijakan
•
lmplemcmasl prog,-.unbaru atau pet ubal1a11 tcrhadap program lama
l
Kritik dari warga atau evaluasi -
fonnal program
I
I
Bagan I. Alur Kebijakan Shafritz, ct. al (2007)
Semcntara itu, Dye (2005) rncngutarakan bahwa scrangkaian tindakan dalarn
kcbijakan terdiri dari berbagai kegiatan dalwn proses kcbijakan. yaitu: identitikasi rnasalah,
agenda
selling.
formulas]
kebijakan,
penge:,11han
kebijakau,
implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan. Berikut alur kebijakau mcnurut Dye:
22
Bagan 2. Alur Kebijakan Dye (2005) Proses
Kegioton
ldentifikn.
• Publikasi permasalahan .r;osi::il • Tumuian kcpa
1uafrJlah
q
D
Aktnr
¢:J
• • • •
JJ
D • !\rlcmutusk~n isu yang ukan
f1kent/:1Seui11g
Q
n
• mt polillk
dipuuskan, n:n~lah upu yAn{', aknn ditanggap. pcmerintah
• Media Massa
D
P<.•1111urt.\a11
JJ •
• 1vfongcmbangkn~ usulan
,\.chijakt111
Q
kebilaken dala111 upaya menanganl lsu dun nlCnyusun kL111hall pcm1:1S<Jlahan
¢:J
•
•
•
n
D J)eng<1J't1ht111 Kehijak1111
Q
D Kcbijakan
• K el<.)n1pr1~
¢:J
D
ln1plc:nlCntasi
q
Kcpcntingun
• C:ksckutir • 1,eei
.0.
• \
?ec:ibaga pcrncrhuah • Menyediakun pcmbayaran dan jas:r • Menerapkan pajak
Kclompok p<:mikir (Tl1ink.-1tmk.t) llksdtu1ir l.cgislali r Kclompok Kcpenlins•n
.0.
• "11Cll)'Cleksj ll~UrUn
• ti..1oncuri dokungan politis • Mcr~ndikun kcbi,iuk;on S•:bagai produk hukum • Memutuskan .lcah~ul1uonya
Media Massa Kclompok Kcpcn1inga11 Inis int if warga Opini puhlik
¢::i
• Top ekskekutif • Lcmbaga lembogo pcmerintah
D
D
D
J..\·alut1.\·l Kebij,1k,111
• Mclaporkun output prngnun
• Lcmbaga-lcmbaga peiuerintah • Legislatif • 1'.1'~ media • Th ink tanks
q
• Mcngcvaluasi da1npak kcbijokan tcrhadap kelompok sasurrut dnn nonsasaran • Mcngusulkao pcrubahan dan perbaikan
.?3
\:J
Dengan demikian, kebijakan merupakan hal yang cukup kornpleks yang
memerlukan berbagai tahapan (proses) mulai dari pembuatannya (policy making) sampai dengan evaluasl kebijakan mclalui serangkaian kegiatan yang melibatkan
berbagai pihak, baik pemerintah maupun publik. Sesuai dengan landasan teori di atas, kcbijakan pemberdayaan diputuskan
aiau
diirnplementasikan
dipilih
masyarakat bisa dikatakan oleh
Pcmcrirnah
Kabupaien
sebagai apa yang Bantu!
untuk
melalui serangkaian tindakan dalam rangka mendukung
keberhasilan pengembangan pariwisata di Kab. Bantu!.
2. l.2. Implementasi Kebijakan Publik Kcbijakan adalah satu hal, sedangkan implentasi kebijakan adalah hal lain. Scsuai dengan apa yang dikemukakau oleh beberapa pakar di aras, irnplementasi kebijakan adalah bagian dari kebjjakan iiu send iri dan muugkin yang paling
krusial dlbauding bagian yang lainuya.
Tidak ada implememasi maka praktis
tidak ada kebijakan. Tanpa pelaksanaan, suatu kebijakan hanyalah sekadar sebuah d0Ja1111en yang tidak bermakna dalarn kchidupan rnasyarakat (Abidin, 2006: I 87). Nu implementanon, no policy! Pressman tlan Wildavsky (1979) mengutip apa yang dikatakan Udoji bahwa peiaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang pcnting, bahkan mungkin jauh lebih peuting daripada pembuatan kcbijakan. Kebijakan akan sckedar impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip jika tidak dimplementasikan. Implementasi kebjjakan bukan hanya terkait dengan rnekanisme penjabaran kepunisan politik kedalam prosedur rutin birokrasi, terapi juga menyangkut
24
masalah konllik, keputusan dan siapa memperoleh apa dari suatu kcbijakan.
Islamy ( J 988: 102) mengcmukakan bahwa pembuat kcbijakan tidak hanya ingin melihat kebilakannya telah dilaksanakan nleh masyarskat tetapi juga ingin mcngetahui seberapa jaulr kebijakan iersebut telah mcmberikau konsekuensi posit if dan negatif'bagi masyarakat. Implemcntasi kebijakan (policy implcml'nlation) sendiri mcrupakau proses
lebih lanjut dari tnhap formulasi kebijakan, Pada rahnp fonnulasi ditetapka« stra1egi dun lujuan kebijakarr, scdangkan tindakan (action) untuk mcncapal tujuan diselenggarakan pada tahap implcmcntasi dalam
Wahab (I 997:68)
kcbijakan. Sabatier dan Mazmanian
mengemukakan
bahwa implemcntas! merupakan
pengejawamaha11 keputusan mcngenai kebijakan mendasar, yang hi11s311yR tcrtuang dalam suatu undang-undang a Luu jrrga dapat berbentuk instruksl-instruksi
eksckutif
yang pcntine
1111111
keputusan rcrsebut meojclaskan menenrukan
lujuan
yang
kcputusan pengadllan, Idealnya, keputusanmasalah-masalab
hendak
dicapai
yang hendak ditangani,
dan dalum
bcrbagai
cara
"mcnggambarkan struktur" proses implementasi tcrscbut. Sementara itu, Edwards Ill dalam Winarno (1989:88) mcnyatakan bahwa [mplementasi
kebijakan
merupakan
rahap
pembuatan
kebijakan
antara
pembentukan kebijakan dan konsekuensi atau akibat dari kebijakan pada kelompok sasaran yang dipcngaruhinya.
Jik11
suatu kebijakan tidak tepat untuk
mengurangi masalah yang mcrupakan sasaran kebijakan, maka kebijakan uu rnungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diirnplernentasikan dengan sangal baik. Bahkan kebjjakan yang ccmerlang sckalipun jika
25
diimplementasikan
dengan kurang baik mungkin juga mengalami kcgagalan
dalam mencapai tuiuan. Mengacu implernentasi
pada
tcori Edwards
111
tcrsebut,
bisa dikarakan
bahwa
kebijakan bukanlah hal y1111g mudah dan mengaudung resiko untuk
gagal. Gunn {1978) mengemukakau ada 10 alasan mcngapa implemeniasi begitu Sulit: I.
lingkungan ckstcrnal d
2. kctidakcukupan
waktu
dan sumbcr
daya yang
mcmadal
untuk
terlal..~anan)·u program atsu kebijakan 3. iidak tersedianya komblnasi sumbcruaya yang dibutuhkan 4. kebijakau yang diimplcmcntasikan
tidak berdasarkan teori scbab akibat
yang valid ((I vu/id 1heo1y of came mu/ ~!fer!)
5. hubungan antara scbab dan akibat yang tidak langsung dan banyaknyu kailan yanil mencampuri (intervening link.•)
6. banyaknya hubungan ketcrgamungan (d~pcnde11Cy relotionships; 7. kuraugnya pemahaman dan udanya kctidaksepakaran tentang sasaran 8. tidak adanya spesifikasi tugus dun tidak diurutkan dcngan benar 9. tidak sernpurnanya komunikasi clan koordinasi l 0. kurangnya kepatuhan
Selain itu, Hegwood dun Gunn dalam pcngertian kegagalan kcbijakan
Wahab (1997:61)
rnembagl
(policy [allure ) dalam dua kategori yaitu I)
kebijakan yang tidak terimplcmcmasikan
26
(non implementation) dan
2)
irnplementasi Kegagalan
kebijakan yang tidak berhasil (unsuccessful implememation), implemcntasi
kebijakan
dikarenakan
beberapa
hal
yaitu
pclaksanaannya buruk (bad execution). kebijakannya sendiri rncmang buruk (bad policy) arau kebijakan tersebut bernasib buruk (bad luck). Dengan dcmikian. implementasi kebijakan perlu dianalisis kejelasan siapa yang sesungguhnya
untuk mencari
bertanggung jawab dalam pelaksanaan
kebjjakan serta mendapatkan solusi mengapa kebijakan tidak rnencapai apa yang diharapkan. Ripley and Franklin (I 986:2) mengatakan: 7\vo conclusions are constantly reinforced whenever public program implementation is subjected to scrutiny: 1. No one is clearly in charge of implementation 2. Domestic programs virtually never achieve all that iv expectedof them
Mcngingat berbagai teori implcmentasi kebijakan di alas, maka kebijakan pcmbcrdayaan masyarakat di Kabupaten Bantul harus dilaksanakan dcngan hatlhati (prudenl) dcngan memperthubangkan berbagai faktor baik internal maupun eksternal yang bisa mendukuog atau rnenghambat implementasi untuk mencapai tujuan uuunanya yairu masyarakat yang berdaya, Pentingnya memperhatikan
aspek irnplernentasi terscbut terutama disebabkan pelaksanaan kebijakan ini tampaknya rnasih rnencari beruuk mengingat kebijakan ini relatif belum lama dikeluarkan sehingga kinerja implcmentasinya bisa dikatakan belum oprimal.
2 .. 1.3. Efcktivitas Implemcntasl Kebijaka11 Publik Menurut Dwidowijoto (2003: 179), ada empat prasyarat atau ernpat "tepat" yang perlu dipcnuhi agar implcmcntasi kebijakan bisa efektif, yaitu:
. 27
I.
Apakah kebijaliannya sendiri sudah tepat, Ketepatan kebijakan ini
dinilai dari sejaub mana kebijakan yang ada telah bermuatan hal-hal yang rnemang memecahkan masalah yang hendak dipecahkan. Sesuai dengan hal ini, kebijakan
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dalam
penelitian ini tclah menentukan pemberdayaan masyarakat sebagai hal yang harus dilakukan
umuk memecahkan masalah dalam pengembangan
pariwisaia. 2.
Apakah pelaksananya sudah tepat. Akror implementasi kebijakan tidak
hanya pemerintah. Ada 3 institusi yang capat menjadi implementor, yairu: pcmerintah, dalam rangka kerjasama antara pernerintah dengan masyarakar atau swata dan implernentasl kebijakan yang diswasiakan tprtvatisouon or
oomraatng-outi. 3.
Apakah target sudah tepat. Apakah target yang diiutervcnsi sesuai
yang direncanakan, apakah tidak tumpang tindih deugan irnervcnsi lain. atau tidak bertentangan dcngan intervensi kebijakan lain. 4.
Apakah lingkungan suJah tepat Apakah lingkungan
kebilakan,
interaksi antara lembaga perurnus kebijakan dan implementor dengan
lembaga lain terkaii. Lingkuogan eksternal kebijakan, yaitu perscpsi publik (public opinion) akan kebijakan dan implementasinya dan interpretasi dari lcmbaga-lembaga strategis dalam
masyarakat seperti
kelompok pcnckan dan kelompok kepeutingan.
28
media massa.
Deegan c!cmikian, scbelum sebuah k<-i>ija.\au diterapkan perlu ditinjau dulu
empat ranah tersebin untuk menjamin keefektifan implementasinya. Meskipun begiui. bukan berarti implementasi kebijakan akan dengan sendirinya efektif bila dalam pelaksanaannya sendiri terdapat banyak faktor yang menghambat, Oleh scbab itu, pcrlu dikaji taktor-Iaktor apa yang secara potensial mendukung dan
menghambat efektifitas implementasi sebuah kebijakan. Dalam
penclitian
ini faktor-faktor yang poiensial mcndukung dan
menghambat efektivitas implementasi pemberdayaan masyarakai akan dilihat dengan rnengacu pada pada beberapa teori implemen!asi sebagai berikut : I. Teori Edwards Ill (1980: 9-IO) yang mengembaogkan suatu implernentasi
kebijakan bcrdasarkan dua pertanyaan yang harus dijawab yaitu : I} what are the precondition lo sucessful policy impiementation": 2) what are the primary abstects to sucessfu! policy? Untuk menjawab pertanyaan tersebut Edwards Ill mclakukan identifikasi beberapa variabel yang dianggap critical independent variable yang dapa! mempeugaruhi dari proses dan kinerja implementasi, yaitu : I) koruunikasi (cummunication); 2) surnber daya (resources); 3) kecenderungan (ili:sf)'J:Sitiun);Jan 4) struktur birokrasi (bureaucrat«: :rtrncli/re). 2. Tcori Mazmanian dan Sabatier ( 1983) yang mengidemiflkasi variabelvariabel yang mempengaruhi
peucapaian tujuao-tujuan formal pada
kcscluruhan proses implementasi mcojadi 3 karegori besar yaitu : I) bisa tidaknya masalah dikontrol (1rac1abili(v) seperti keragarnan perilaku
kelompok sasaran, sifat populasi, derajat pcrilaku perubahan yang
29
I~
diharapkan.
2) struktur mencjemen
program yang tcrccrrnin
berbagai macam peraturan yang mcngoperasionalkan
dalam
kebijakan, sepcrti
kejelasan tujuan, somber keuangan yang rnencukupi, integritas organisasi pclaksana dan diskresi pclaksana, serta 3) faktor-faktor di luar peraturan sepcrti kondisi sosio ekonomi, perhatian pcrs tcrhadap masalah kebijakan, dukungan
publik,
sikap dan sumbcr daya kelompok sasaran utama,
dukungan kewcnangan, konlnneu clan kcmarnpuan p~jabaL pelaksana, 3. Teori
Ripley
dan franklin
(I 986:232)
mcngatakan
bahwa
tingkat
kcbcrhasilan implementasi kebijakan atau program dapat ditinjau dari tiga
faktor seperti: a) perspckti!' kepatuhan (comp/ia11ce). yaitu keparuhan birokra, ynng di bawah (l111rem1cra1s 1mrk?rli11g~) terhadap arasan mcrcka arau tingkat
kcpatuhan hirokrn~i pada urnumnya terhadap mandat aiau amanat yang terkandung dalam peraturan atau pcrundangan;
b) keberhasilan implememasi diuk.ur dari kelancaran rutinitas ismoothlyfunctioning muti11es) dM1 (idak adanye pcrmasalahan (afoence of problems): c) implementasi yang berhasll rnengarah kepada kinerja yang diinginkan
(desired performances dan dampak (impacl.v) dari program yang dijalankan. 4. Teori Winter dalam sistematis
Ryan (1996)
ynng mencakup
mempcngarubi
implementasi
yang mengembangkan
secara kornprchensif
Iaktor-Iaktor yang
kebijakan yang merupakan
30
kerangka
perpadoau
(simesa) arnara pendekatan "top-down" dengan "bot/om-up". Faktor-faktor
tersebut adalah: a) karakteristlk proses pembuatan kebiiakan sebelum
pcngcsahan atau
implementasi kebijakan b) perilaku organisasi dan antar organisasi c) perilaku pelaksana di ujung rombak (street-level bw·ea11cml) d) tanggapan kelompok sasaran dan adanya perubahan lain yang lerjadi di masyarakat
5. Teori sintesa lain yang dikemukakan oleh Hasenfeld and Brock dalam Ryan (1996)
yang mengajukan model irnplcmcnrasi yang meliputi 6
faktor, yaiiu: a) output kebjjekan. b) pcrnbuatan kebijakan (pclicy-making},
c) instrument kebijakan, d) pelaksana kunci,
e) kekuatan pcmlorong (drivingjbrces) dan I) sistem penyampaian layanan.
Scrnentara itu, irnplementasi dipandang dari sudut kelompok sasaran, memilik! kaitan erat dengan apa yang ingin dicapai oteh kebijakan itu rerhadap kelompok sasaran tersebut. Anderson dalam Sunggono (1994: 144} menielaskan scbab-sebab anggota masyarakat berperan melaksanakan kebijakan publik diantaranya 1) rcspek anggota masyarakat (target group) terhadap otoritas dart
31
koputusan badan pemerlntah, 2) adanya kesadaran unruk mencrirna kebijakan, 3) sikap mencrima dan melaksanakan kcbijakan publik karena kebijakan itu lebih seseai atau bermanfaat dengan kepentingan pribadi. 4) adanya sanksi yang akan dikcnakan apahila tidak melaksanakan suatu kebjjakan dan 5) adanya penyesuaian waktu bagi kebijakan kontroversial yang lcbih banyak mendapat penolakan warga
masyarakat dalam implernentasinya. Beberapa tcori di aias mengisyamtken dcngan jclas bahwa tidak ada [aktor
tunggal yang mcmpcngaruhl efe~tititas imptcmcumsl suatu kcbijakun. melslnkan ierdapat banyak faktor seperti yang relah dlkembangkan oleh beberapa pakar di etas. Mcski demikian,
penelltian
ini mencoba untuk menilai efektivitas
implementasl kcbijakan pemberdajaan rnasyarakat mclalui "kacarnata" Ripley & Franklin dengan pertimbnngan bahwa teori inilah yang sanga; mungkln paling 1epQL menggambarkan upaya pelaksanaan pemberdayaan masyarakar pada sektor pariwisata di Kabupaten Bantul 111encinga1 bahwa: •
unplcmentasi
kebijakan
pernbcrdayaan
masyarukat
sekadar urusan agen pelaksana Juri pihek pcmcrintah merupakan sehingga
kegiatan yang perlu
kepenringan
diperbatikan
yang
sangat
mellbatkan potensi mungkin
kepentingan konflik
autar
menghambat
tidak hanya tetapi juga masyarakat, kelornpok efektivitas
implemcntasi, •
kebjjakan tersebut bukan merupukan tugas uiama implementor (Dinas Pnriwisata Kab. Bantul) sehi11gga perlu dilihat apakah implen1entasi kebijakan ini akan bisa mencapai hasil yang diharapkan mengingat
32
implememasi
kebjjakan rnembutuhkan
rutinitas tersendiri yang harus
dipatuhi pelaksana
•
pilihan model kcbijakan yang paling efektif adalah j ika kita bisa
membuar kombinasi implementasi kcbijakan puhlik yan~ partisipatif artinya bersifai top-downer dan bottom-upper (Dwidjowijoto:2003).
Teori Ripley & Franklin ini dikategorikan oleh Parsons (2001 :465) sebagai teori sintesa (hybrid) yang merupakan kombinasi antara pendekatan top-down & bo110111-11p sehingga ketiga faktor yang diuraikan Ripley & franklin diharapkan bisa rncnjadi "kamera" yang tcpai
untuk
memotrct
implementasi
kebjjakan
pemberdayaan
rnasyarakat di K.ab.. Bantul.
2.1.4.
Pariwisa ta
Kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu "pari" yang berarti banyak, berkali-kali,
berputar-putar, lengkap dan "wisata" yang bermakna
perjalanan, bepergian. Dengan demikian, pariwisata bisa diartikan sebagai perjalanan yaog dilakukan berkali-kali. Sementara itu, rnenurut Wikipedia dalam •flvw. wikivedia.com, pariwisaia adalah pe~jalanan yang tujuan utamanya adalah untuk rekreasi atau liburan (leisure) aiau penyediaan jasa untuk mendukung perjalanan liburan, Definisi lain tentang pariwisata diberikan oleh dua pakar kepariwisaraan
33
.ourism is the sum of the phenomena and relationships arising from the travel and stay of non-residents. in so Jar they do 1101 lead to pt?r111(l11(!11/ residence
and are 1101 connected with any earning acti11it>
Dari pcngcrtian pariw isata di alas, dapat uiketahui bahwa pariwisata bukan mcrupakan kegiatan yang mcnghasilkan upah. scbaliknya dengan mengadakan perjalanan pariwisata, maka seseorang akan mengeluarklln biaya, Biaya-biaya dimaksud antara lain biaya konsumsi, bia)a meneinap, hinya transportasi, dan
biaya-biaya lainn)~I. Biaya ini dikeluarkan sesi.ai dengan sarans yang digunakan oteh wisarnwan ketika melakukan kunjungan wisat:a. Paknr kepariwisataan nasional, Yoeu ( 1993: I 09) mendcflnisikan puriwisa1a sebagai
suatu perjalanan
diselenggarakan
yang dilakukan
untuk
scmcmara
waktu ya11g
dari suetu tcmpa! ke tempat lain dengan maksud bukan umuk
urusan bisinis atau mencari nafkah dari tempar yung tlikunjungi tetapi sematarnata untuk menikmari pcrjalanan iersebu; guna pertarnasyaan dan rekreasi atau untuk mcmcnuhi keinginan yang beraneka ragam. Sementara itu, konsep pariwisata secara yurldis tenuang dalam Undang-Undanu nomor 9 tahun 1990 sebagal berikut: pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan c1e11ga11 wisata, iermasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisaia serra nsaha-usaha yang terkait di bidang itu. Adapun yang dimaksud dengan wisata, menurut pasal I ayat I undang-undang terscbut, adalah kegiatan pcrjalanan arau sebagian dari kegiatan
itu yang dilakukan secara sukarela scna be~ifar sementara untuk menikmati obyek clan daya tarik wisata, Dari beberapa konsep tentang pariwisaia di atas, maka pariwisata bisa dianikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sernentara waktu dan
34
diselenggarakan dari suate tempar kc tempat Jain, dengan maksud bukan untuk urusan yong berhubungan dengan pckcrjaannya sehari-hari atau untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi
tctapi untuk kepcrluan rckrcasi. Selain
pcrjatanan, komponen pcnting dalam kepariwisataan adelah wisatawan dan obyek dan daya tarik wisata arau destinasi wisata. Wisatawan,
menurut WTO (World Tourism Orguntzarton),adulah orang
yang melakukan perjalanan can menginap di tempa; di luar lingkungan (tempat linggal) mereka sclama tidak lcbih dari satu tahun berturut-turut dcngan tujuan untuk lihuran dun tujuan lain yang 1idi1k ada hubungannya dengan pelaksanaan keglaun yang mcndapat upah di tempat yang dikunjung],
Dcfinisi yang lebih
sedcrhana lcntang wisatewan bisa kita lihat dalam Undang-Undang
Nomor 9
iahun 1990 1c11111ng Keperiwisataan yang rnenyatakan bahwa wisarawan adaloh orang yang melakukan kcgiatan wisata, atau seperti yang tcrrnuat dalam Tourism USA (University of Missouri, 1986): ci tourist ls a11yo11e who has traveled to " community but who docs 1101 .ttuy there an a per111u11e111 basis. Dari bcbcrapa dcflnisi di atas, bisa dislmpulkan
bahwa wisatawan adalah
orang yang melakukan perjalanan kc luar tempat tinggalnya untuk sementara waktu dengan maksud untuk rckreasi atau kcgiatan wisara lainnya. Adapun obyek dan daya tarik wisata atau d~~lina;i wisata mengacu pada area dimana wisata adalah kcgiatan yang relat if peuting dun di111a11a ekonoml bisa terpengaruh secara signifikan olch pendapatan dari kegiatan wisata. Mengenai jenisnya, obyek dan
daya tarik wisata, mcnurut Undang-Undang No. 9 tahun )990 tentang Pariwisata puda Dab II pasal 2, terdiri dari:
3:5
r • Ohyek dan daya tarik wisata ciptean Tuhan YMf'.., yang berujud keadaan alam. fl()ra dan fauna
Obyek dan daya iarik wisata !wi\ kruya manusia sepetti museum.
•
penieggalan purbakala, peninggalan sejsrah, seni budaya, wisata sgro, wisata tirta, wisala baru, wisata petualangan a lam, taman rekreasi, JM tempat hiburan, DaWn perpclttif hubungan entara pariwlsata dengan masyarakat yang tiogga! di sekitar obyek d3ll daya tarik atau dcstinasi wisata, World Tcurism Org(Sflizatlon(WTO) (/lt1p.·//www.ynwto.com} secars tegas ~eh11Il1skan bshwa pariwisata hares memberikalt manfoat kepada dserah dan masyarakat yang dilamjungi. Dalam kaitannya dengan ha! iDi, WTO memberikan 9rahan sebagal berikut; J. Penduduk lokal haJUs dik.aitkau dengan kt.giatan kepariwisatean dan secara adil meodapalk.tn manfaat ekoooml, sosial dan budaya
dan akornodasinya sebi,a mungkin barus diarahkan untuk melibat.k.an
i I
I
l
36
rnasyarakat dalam ekonorni local oan jaringan social dan jika ketrampilan mcreka mernadai, prioritas harus diberikan kepada tcnaga kerja local. 3. Perhatian khusus harus diberikan kcpada pcrmasalahan khas pada dacrah pcsisir dan kcpulauan serta dacrah pedesaau atau r>cgunungan mengingat pariwisata
seringkali
hampir tidak mcmberikan kesempatan kepada
kegiatau ckonomi tradisional untuk berkembang. 4. Para
profesional
pariwisata,
khususnya
investor,
dengan
mentaati
penuursn pcmcrintah sctcmpat, harus mclakukan kajinn tcmang dampak
yang ditimbulkan
oleh proyck mcrcka rerhadap tingkungan sckitar,
Mereka juga hnrus mcnyampaikan
informasi secara trunsparan dan
seobyckiif rnungkln temang program yang akan dilaksanakan bcscrta akibat-akibat yaui; dipcrkfrakan dan mengadakan dialog dengan warga
lokal me11ge11ai isi program !CrSCbuL. 5. Selanjutnya. pada
pengembangan
rnasyarakat
dan
pariwisata, oleh karena itu harus bcrpihak
berdasarkan
aspiras'
se1U1
rncngcdcpankan
kepenringan rnereka. 2.1.S.
Pemberdayaan Mr1syarakal Kala pemberdayaau adalah kata bcnda yang merupakan tedemehan dari
bahasa Inggrls empowerment. Kata ini berasal dari kata ke~ja "rncmberdayakan" atau to empower. Dalam kamus Websters New Twentieth Century Dictionary of The Engli.rh Language (McKecluaic, 1988:595), kata empower mengandung dua arri, yaitu:
37
to give power or authority to yang berarti memberi kekuasaan atau
•
kewenangan kepada (pihak lain}, dan •
10
giv« ability
lo,
to enable yang mcmpunyai maksud
memberi
kcmampuan atau membuat mampu (pihak lain). Adapuu kata sifatnya (ar/i11c1ive) adalah bcrdaya atau empowered. Dcngan demikian, pembcrdayaan bisa dimaknai scbagai pemberian kekuasaan atau kemampuan
kepada pihak lain
dcngan
tujuan mcmbuat
pihak
tersebut
mempunyai kekuasaan atau kemarnpuan rertcntu. Semcntara itu, Lord & Hutchison 19()7; Rappaport, 1987 dalnm Barnes, et. al. ( r 997) 111enl)Mtibn pemberdayaan sebagai sebuah proses dimann individu
berjuang untuk mcngurang]
ketidakborduyaan
para
don kcrcrgantcngan
pribadi dengan cars mendapatkan kontroi yang lebih terhodap kehldupan mcrcka, (Em1J<1111er111en1 is a process whereby indivrdual« stru!lgic to reduce personal poworicssness and dependency by having increased comrol over their fives). Adapun Labonte mcnckankau
bahwa pemberdayaan adalah hasll pentlng dari
pcmbangunan rnasyarakat (Burnes, et. al: 1997). /\rai ( r 995) mcndefinlslkan
pemherdayaan
perora11gm1
pcmberdayaan dalam dua pengertian. yaitu;
(i11dividuo/ empowerment;
dan
pemberdayaan
masyarakat (communtty empowerment). Pcmberdayaan perorangan mengacu pada keuutungan yang diperoleh olch para individu yang terlibat dalarn pernhangunan masyarakai atau proses lain yang serupa. Dalam ketertibatannya, mereka
rncmperoleh berbagai ketrampilan perorangan yang sangat berharga. Selaniutnya, mercka mempunyai kemampuan untuk mencapai potensi di dalam dir] mercka
38
yang bclurr. pernah disadari sebelumnya. Mcreka lalu mcraih kcpercayaan diri dan penghormatan
terhadap diri sendir]. Mercka juga rnemperoleh
kepemimpinan
seperti
ketrampilan
dan memimpin kclompok, memecahkan
mcngorganisir
masalah dan mcugambil keputusan, (Lord, 1994; Lord & Hutchison,
1993 dalam
Barnes, er. A I: 1997). Sebaliknya, pemberdayaan masyerakat mengacu pada keunumgan yang lcbih luas bagi seluruh
rnasyarakat. Dulam proses pemberdayaan masyarakat
muncul upaya untuk menanamkan kesadaran bermasyarakat secam torus menerus padu pcrorangan, yung pada akhirnya mcningkatkan
kualitas hidup masyarakat,
(13dgiruon, Compton & 1 lanson, 1989 dalam Dames, et. al: 1997), lndividu-
individu mengcr11b~11gku11
rnsu pciluli tcrhadap komunitas mereka sehingga
termotivasi
unruk terlibat
di dalamnya dan rucmpunyai pcngaruh terhadap
komunltas
tcrsebut,
Muncul
rasa
salini:
kctergamungan
(sense of
i11tertlepe11de11ce). keterikatan (cohesion) dan kerjasama (cooperu1io11) di antara
anggota masyarakat (Arai, 1995; C:ondcluci. 1991; Kerr, 1990). Semua hal tersebut
memperkuai kebanggaan dan keoerdayaan masyarakat. Sementara itu,
Laverack
(2005) berpendapat
hahwa pemberdayaan
masyarakat adalah sebuah proses sentral dari pembangunan masyarakat dan penerapan konscp iui terbukti tidak mudah. Arca/ranah pernberdayaan adalah "wilayah
pengarnh"
yang memuugkinkan
individu dan kelompok
untuk
mcngorganisir dan memobilisas] mereka sendiri menuiu perubahan social Jan
politik.
Walaupun
banyak
kesarnaan
dalam
mcnenrukan
konsep
ranah
pernberdayaan, tidak ada kesepakatan mengenai kombinasi ranah tertentu yang
39
paling efekti f dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Me ski demikian, area tersebut bisa menjadi panduan bagi praktisi pembangunan rnasyarakat dalam perencauaan, pencrapan dan evaluasi program pemberdayaau mesyarakat. Selanjutnya
Lavcrack
(2001)
rncngidcntifikasi
adanya
9
ranah
pemberdayaan. yaitu:
I. Peningkatan partisipasi (panicipation),misainya melalui pengorganlsasian kegiatan yang berbasis kepentingan anggota masyarakat 2. Pengembangan kepemimpinan
local (local leaders/1ip), melalui kerjasama
dan peningkatan penguatan yang adadan kapasitas masyarakat 3. Pengernbangan struktur orgauisasi local [organizationalstructurcss. Tidak berani hams menci ptakan organ isasi barn. Jika sudah ada proses internal kemesyarakatan
dan
partisipasi
yang
baik
dalam
kehidupan
bermasyarakat, hanya perlu diperkuat, Tetapi jika tidak ada kelembagaan yang cukup mewakili anggota masyarakat, maka bisa dibentuk organisasi baru 4. Peuingkatan
kapasitas dalam penilaian masalah (problem assessment
capacities): identifikasi
kebutuhan
dan bagaimana hubungan
antara
kebutuhan terscbut dikaitkan dengan kepentingan yang lebih luas. 5. Pcningkatan daya kritis (!he ability to 'as): why') melalui kerjasama dengan anggota masyarakat dalam kclompok-kelompok
kecil, mendorong
mereka melakukan analisis dengan pertanyaan praktis misalnya mengapa
beberapa orang. kcsehatannya buruk yang lain tidak, mengapa sebagian
4-0
orang
menjalani
hidup yang tidak sehat sedang
lainnya
sehat dan
seterusnya. 6. Mobilisasi surnber daya (resource 11whiliwtion) dengan menggali surnber daya yang ada melalui pengorgauisasian dengan basis yang lebih luas 7. Penguatan hubungan dengan organisasi dan masyarakat Jain (li11ks to other organizations and people) dengan cara memfasiluasi huhungan dengan polhisi dan pembuat kebilakan local dan mcnycdiakan advokas! untuk isu-
isu mclalui lcmbaga dan pernyatuan-pcrnyataan kritis, 8.
Penclptaan hubungan
yang setara dcngan organisasi
eksternal (an
equttabte relationship with outside age11rs); Apakan pihak luar tersebut memberikan Iasilitasi atau memberdayakanvdan setcrusnya.
9. Peningkatan kontrol terhadap pengelolaan
program icomrol over
programme management). Pengawasan bisa dilakukan melalui berbagai Cara, misalnya dalam adminisrrasi, keuangan dan manajemen.
2.1.6.
Pemberdayann Masyarakat Pada Sektor Pariwisata Sementara itu, dalam konteks pengcmbangan pariwisata, pemberdayaan
masyarakat
menurut
peningkatan
kapasitas,
K uswara
(2006) dianikan
peran dan inisiatif
sebagai penguatan
rnasyarakat
dan
sebagai salah satu
stakeholae» penting di luar unsur pemerintah dan swasta untuk dapat berpartisipasi dan berperan aktif dan strategis sebagai subyck maupun scbagai penerima manfaai dalarn pengembangan kepariwisataan
secara bcrkclanjutan,
Konsep ini telah menjadi acuan bagi Dcpartemen Kcbudayaan dan Pariwisata
41
Republik
Indonesia
yang diwujudkan
menjadi
salah
satu lujuan
kebijakan
pernberdayaan rnasyarakat pada sector pariwisaia di Indonesia (lihat Kuswara:
2006). Oleh karena itu, dalam penelitian in] kcbijakan pembcrdayaan masyarakar pada sektor pariwisata di Kab. Bantul dinilai dcngan mcnggunakan tolor ukur kapasitas, peran dau inisiatif seperti yang diacu oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisara. Adapun pcuerapan 3 lolok ukur di atas dimaksudkan terutama agar ada kesamaan persepsi meugtnai pcrnberdayaan rnasyarakat pada scktor pariwisata autara pcrnerintah pusat dengan pemerlntah Kab. Bantu! mengingat bahwa upaya pernbcrdayaan masyarakar adalah faktor terpenting dalam rangka pengembangan pariwisata yang komprehensif.
Adapun yang dimaksud kapasitas adalah kcmampuan untuk mengakses dan mcmanfaetkan pengetahuan unluk ruelaksanakan sebuah pekerjaan, (Mc)leil and
Woolcock:
2004).
Olch
karena
itu,
kapasitas
masyarakat
dalam
pengembangan kepariwisataan bisa dimaknai sebagai kernampuan masyarakat untuk rnengakscs dan memanfaatkan pengetahuan rnereka untuk melaksanakan pengembangan pariwisata demi pcningkatan kualitas hidup mereka sendiri.
Peran,
rnenurut
dcfinisi
www.bangor.oc. uklhr!framework!./Gios.wry,
adalah bagian yang dimainkan olch individu dalam sebuah organisasi dan kontribusi rnereka melalui penerapan ketrampilan, pengctahuan, pengalaman dan kemampuan.
pariwisata,
Dalam
konteks upaya pemberdayaan masyarakat di sektor
dengan -demikian
peran
42
rnasyarakat bisa diartikan
sebagai
keikurseriaan kontribusi
masyarakat dalam mereka
~e.h.3gai
pcngembangan pariwisata
pemangku
kepemingan
melalui
dalam
Iungsi dan
pengembangan
pariwisata.
Scmcntara itu, inisiatif menurur Hornby { 1985) adalah kemampuan mclihat
apa
melakukannya. pariwisata
Yang
pcrlu
dilakukan
dan keberanian
serta
keruauan
untuk unluk
Oleh sebab itu, inisiatif masyarakat dalam konteks pengembangan
diasumsikan
sebagai kcmampuan masyarakat untuk mellhat upaya-
upaya apa yang perlu dilakukan dalarn pcngembangan pariwisata sena kebcranian
dan kemauan rnasyarakat untuk tunu serta dalam mengernbangkan pariwisata. Scbagai subyek pcngembangau, rnasyarakar menjadi pelaku penting dan terlibat secara aktif dalaru perencanaan dan pengembangan kegiatan kepariwisataan, scdangkan sebagai penerima manfaat (her1efidories). masyarakar memperoleh nilai manfaat ekonomi signifikan dari pengernbangan kegiatan kepariwisataan yang akan meningkatkan kualitas hidup dau kesejahreraan sosial rnasyarakat, (Kuswara: 2006). Fokus pada upaya pemberdayaan masyarakat seperti iersebut diatas merupakan inti dari pengembangan pariwisata yang selaojumya disebut sebaga i
Pariwisata
Ber basis
Masyarakat
(Community-based
tourism
T)evelop111en1).
Pariwisata Berbasis Masyarakat adalah bcntuk pariwisata
dirnana
masyarakat lok~l memiliki kontrol terhadap dan tcrliba: dalam pernbangunan dan pengelolaan (pariwisata). Selain itu, sebagian besar manfaat harus dinikmati oleh masyarakai (Orozobaeva:2006). Pariwisata
43
ini rnendukung
pembangunan di
bidang
ekonomi,
pcngambilan
sosial dan lingkungan
kcputusan, Tambahan
harus bisa mernbcrikan
serta terciptanya
pula, pcmbaugunan
manfaat ckonomi.
partisipasi
pariwisata
dalarn
scpcrti ini
social don lingkungan baik sccara
langsung rnaupun tidak langsuug, tcrhudap masyarakat setcmpat,
Barnes, ct. al (2006) mengaitkan pcrnbangunau masyarakat dengan pariwisata
dalam konicks pcndckatan pclayenan (tcrhadap wlsatawan)
yang
sangat tcrgantung pada partisipasi warga, terutama mercka yang lcmah, Sccara keseluruhan,
pcmbnngunan
masyarakat bertujuan
11111uk
memberdayakan balk
individu maupun masyarakat local melalui pelibatan, pendidikan, pengembangan kctrampilan Jan pcrbaikun terhadap kondisi yung adu.
Scmcntara
itu,
The
Mountain f11.rti1111e
(htlp:4~vww.mo11111ai11.org)
rnenggambarkan pariwisata berbasis masyarakat scbaga: bcrbagai kcgiatan yang mendorong dan mendukung tercapainy» tLtjuan dnlam pembangunan ck.onomi dan soslat serta pelestarian alam. Selain itu, wacana pengembangan pariwisata
berbasis masyarakat mun cu I scbagai upaya mencari suategi pembangunan dan pelcstarian yang lebih efektif dcngan ulasan bahwa berbagal kebijakan yang berlandaskan pcnegakan yang kcras (stric: er!force111e111) datam rangka perlindungan surnber daya alam serlngkali terbukti tidak berhasil, Begitu pula pcmbuatan keputusan dan proses manaiemen pembangunan yani: tersentralisir (f<1p duwn) seringkali mengecewakan. Oleh karcna itu bisa dikatakan bahwa
pendekatan
pembangunan
pariwisata
berbasis
masyarakat
ini merupakan
pendckatan yang bersifat 'bottom up· karcna berfokus pada keinginan dan kebutuhan riil masyarakat lokal (t/1e real needs of local communityi. Hal in] sesuai
44
dengan pendapat
Pawitro (2007) yang mengatakan
Co1111111mi(1•-Base1/ /)evelop111e111
hahwa
karcna
pendekatan
ini lebih menekankan pacfa kcinginan
dan
kebutuban yMC nyara ~
kelehihan-kelebihan
dari
pcndckaran
pcmbangunan
berbasis
masyarakat pada urnumuya. menurut Pawitro (2007), adalah antara lain: lcbih aspirati!' dan akomodatif terhadap keinginan dan kchutuhan dari kclompok masyarakatnya. lcbih pcka tcrhadap diuamika I perkcmbnngan yang tcrjadi dalam kelompok masyarakatnya, dapat lcbih mcningkatkan moiivasi dan peran-serta kelompok
masyarakntnya
karena
jenis
keinginan
11tm1 kebutuhan
yang
direncanakan nyata datang dari mercka, kclompok masyarakatnya merasa lcbih diharga! (didengar dan diperhatikan) yang akan meningkatknn 'rasa mcmiliki' (scme of belongi11g) pada program kegiutan yang
direncanakan. Disamping
udanyu kelebihan-kclcbihan pada pcndckatan pcmbangunan berbasis masyarakat, terdapat
juga
beberapa
kelemuhan
)'ang
perlu
kita
pcrhatikan
dalam
menggu11aka1111yu pada proses pembangunan bidang parlwisata. Kelemahankelemahan tersebut antura lain: pada tahap curah gagasiide, lllhap perencanaan dan tahup penyusunan program kegiatan -dilakukan secara hati-hati atau xeksama guna rnendapatkan secara benar apa yang meniadi keiuginan/kebutuhan
dar]
kelompok rnasyarakatnya - hal ini memakan waktu yang cukup lama. Dipcrlukan pula para 'pendarnping' /'pembimbing'
mendapat latihan
yang terdiri dari orang-orang yang sudah
dalam rneaghadapi
kelompok
ruasyarakat yang bcrcorak
heterogen. Oisamping itu dalam pendckatan pembangunan berbasis masyarakat
45
diperlukan ocngenalan dan pemahaman awal atas kondisi sosial-budaya dan sosial budaya kelompok masyarakatnya.
2.1.7.
Kcbijakan Pemberdayaan Masyarakal pada Sektor Pariwisata Kebijakan pcrucrintah teruang pcmberdayaan
masyarakai mengenmka
seiring dengan bergulirnya era otonomi daerah, Kebijakan ini secara tegas telah tertuang di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun (GBllN) 1999, sena Uudang-Undang Nomur 22 Tahun 1999 teruang Pemerinlahan Daerah, Di dalam GBITN Tahun 1999. khususnya di dalam "Arah Kcbijakan Pcrnbangunan
Daerah", antara lain dinyatakan "mengembangkan otonorm daerah secara luas, nyata dan bcrtanggung jawab dalam rangka pcmberdayaan masyarakai, lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga hokum. lembaga keagarnaan, lembaga adat
dan lcmbaga swadaya masyarakat,
serta
scluruh poiensi masyarakat dalarn wadah
NKRI '·. Sememara itu, di dalam Undang-Uodang Nomor 22 Tahun 1999 temang Pemerintah Dacrah, antara fain ditegaskan bahwa "Hal-hal yang mendasar dalam undang-undang ini adalah mendorong unluk membcrd.ayakan masyarakat, mcnumbuhkembangkan prakarsa dan kreativitas, scrta meningkatkan peran serta masyarakat ".
Berdasarkan rumusao kebijakan pcmerimah di dalarn dua dokumcn kebijakan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa
''kcbijakan pemberdayaan
masyarakat mcrupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebljakan otonorni daerah". Setiap upaya yang dilakukan dalam rangka pernberdayaan masyarakat akan secara langsung meadukung upaya pemantapan dan penguatan otonomi
46
daerah. dan setiap upaya yang dilakukan dalam rangka pcmantapan dan penguatan otonomi
daerah akan memberikan dampak terhadap upaya pemberdayaan
masyarakat.
Di scktor pariwisata, penberdayaan masyarakat j uga telah menjadi visi Departemen Pariwisata clan Kcbocfayaan RI sejak tahun 200 I yang dinyatakan ~cbagai berikui: "Masyarakat yang Maju, Bcrtanggungiawab
dan Sejahtera
sehnc.ii Subyck dan Penerima Mrnfoat Pengcmbangan Pariwisata yang berdaya saing tinggi dan Bcrkclanjutan ". Adapun jabaran visi tcrscbut adalah sebagai bcrikur:
•
Masyarakat yang Maju, mcrujuk pada masyarakat yang mcmiliki kapasitas, posisi tawar, pcran dan ini~iatif tinggi dalarn sctiap proses pcngcmbangan kepariwisetaan (scbaga] host maupun wisatawan); • Bcrtanggung Jawah merujuk pada masyarakat yang mcmiliki motivasi yang kua; dan turut sena secara aktif dalam mewujudkan pcngembangan pariwisata yang berkelanjutan, • Scjahtera mcrujuk pada masyarakat dalam kedudukannya scbagal penerima manfaat pengcmbangan yang mcmiliki kualitas hidup/ kesejahteraan ckonomi yang baik sebagai darnpak positif pengcmbangan pariwisata:
Scmentara iru, kcbijakan Departcmen Pariwisata dan Kebudayaan RI yang kh usus mengcnai pernbcrdayaan masyarakat pada sektor periwisata rneliput i empat kebijakan (Kuswara:2006), yaitu: I. Meningkatkan Kapasitas, Pcran dan lnisiatif masyarakat sebagai subyek atau pelaku penting dalarn pengembangan kepariwisataan (sadar wisata) melalui: • Pengembangan basis data potensi sumber daya dan kapasitas rnasyarakat
47
•
Pengembengan model rnckanismc pemberdayaan dan panisipasi masyarakat dalam pengembangan destinasi dan kcpariwisataan (kampanye Sadar Wisatal sosiallsasi, dildat dan bantuan tcknis) 2. Mcningkatkan rosisi Dan Kualitas Kctcrlibatan/Partisipasi rnasyarakat dalam pengembangsn kepariwisaraan (aspek perencanaan, pengclolaan
dan manfaat) dengan eara: • Pcmbinaan dan pemberdayaan kelompok sadar wisata (POKDARWIS) • Revitatisasi peran kclompok sadar wisata dalam pcngcrnbangan kepariwisataan • Fasilitasi, pcmbinaan dan pembcrdayaan kelompok Masyarakat pcduli pariwisata • Revitalisasi peran kclompek Ma~yaraknt Pcduli Pariwisara dalam pengembangan kepariw isataan 3. Meninekatknn Nil~i Mnnfaat Posirif pembangunan pariwisata bagi kesejahternan ekonomi masyarakat (lapangan kerja dan usaha, peningkatan pendapatan) dengan melakukan: • Ri111i:.an Pcngcrnbangan Pariwisata bcrbasis Komunitas (co1111111111ity based tourism dcwlopment) baik dalam bemuk pakc: wisata maupun destinasi wisata (objck wisata budaya sungai/ pasar rerapung, desa wisata, desa kerajinan, dan sebagainya) • Dukungan pengembangan IJMKM hicfang jasa dan layanan kcpariwisataan 4. Meningkatkan Kcmampuan Masya.rakal dalam melakukan pcrjalanan wisata (sadar wisata) mclalui pcngembangan kcmudahan dan insentlf perjnlanan wisata (rnisal: pengernbangan model Krcdit Wisata)
Di Kab. Bantul, kebijakan pembcrdayaan rnasyarakat pada scktor partwlsata tertuang di dalam Peraturan Daerah no. 3 tahun 2004 tentang Rencana lnduk Pengembangan Pariwisata (RIPPD), Bab V pasal 12 yang menyatakan
sebagai berikut: Kebijakasanaan umum pcngembangan pariwisata daerah adalah : a) pengcmbangan
pariwisata
berbasls
pada
masyarakat
rnclalui
pemberdayaan masyarakat:
b) pengembangan pariwisate diarahkan uniuk pengembangan parlwisata pedesaan dan pariwisata yang ditunjang o!eh industri kecil; c) pengembangan daya tarik wisata melalui atraksi yang berbasis pada alam, seni dan budaya, sistem sosial serta kchidupan masyaraka.t (living culture}; d) pengembangan fasilitas dan utilitas pariwisata dibangun dengan mcnggunakan pola dan sistem setcmpat yang mcnunjang pcnumbuhan industr, kccil;
48
Bebcrapa pasal Jain juga mcnyiratkan
adanya kebijakan pemberdayaan
rnasyarakut di beberapa bidang yang berbeda, Pasal-pasal tcrscbut adalah: 1} Pasal
13 ayat ( 1} butir d menyebutkan
bahwa
kawasan
pariwisata
berdasarkan satuan wilayah pengembaugan pariwisata pedesaan, budays
(ODTW)
pada butir c:
mcningkatkan
masyarakat di wilayah ODTW mengcnai
penyuluhan
kepada
pola pcngcmbungan ODTW
yang bertumpu pada masyarakat; dan butir d: meningkatkan kemaudirian masyarakat setempat
untuk berperan serta aktif dnlnm pcngcmbangan
ODTW dan pelcstariun lingkungan; 3) Pasel 15 mcnyatakan bahwa pengembangan akomodasi pada kcgiatan pendataan. pengembangan
sisrern
wisata diaruhkun
penataan, peningkatan sumber daya manusia,
infonnasi
serta memberikan
kesempatan
pcmodal kecil daerah untuk bcrperan serta dalam
kcpada
pengembangan
akomodasl wisata tanpa menutup peluang bagi pemnda] bcsar unruk
mcnanamkan modalnya dalem pembangunan prasarana wisata di Dacrah 4) Pasal 17 ayat (I) mengatakan bahwa pengcmbangan sumber daya manusia
diarshkan untuk meningkatkan profesionalisme dan kompetensi dalam melayani kegiatan-kegiatan pariwiscta, scrta meningkatkan peran serta rnasyarakat di lokasi dan sekitar obyck wisaia,
49
Ada pun ayat (2) menguraikan bahwa pengcmbangan sumber daya manusia
scb~caima,1a dimaksnd ayat (I) meliputi: a) sumbcr
daya
manusia
yang
bekeria
;>adJ
instansi
pembina
kepariwisataan di Dacrnh: b) sumber daya manusia yang melakukan aktivitas pelayanan langsung kepada wisaiawan: c) masyarakat di lokasi dan sckitar obyek wisata,
Untuk mendapaikan gambaran )'llnJ: lcbih jelas tcmang kebijakan pemtlerdaymin mn~yarakar f)lld~ sekior pariwisata di Kah. Bantul, silakan lihal mntrik~ hcrikut:
50
..,
..,,
~
-
-"'
_, :-e ;;:: !"
,,,""
e.e
3"
r "" " "
!
'§
o: ~ c;
"R g 65 ~ ~ ~.
",.." "5 ~
:s: fl~"' &. "'~ u!
'E i:;
ii'
a
3
-!
as;
"'~
Q.
·'
"'5.
~
" !~
ii'
!...
,,
3 ~ fl !?-:
"'
f
r,
.
iil
c:. ...,
~ 8
~ 3
•
•
g
[
3 o
~
i;;
il0.
" " .,::;. µ
~
p;
c
"
·"er:" c
c.
"" "
f"
w
"~
~ ;:;· g.
e-
"
:;·
if
"'~.
" g p,."= '8
Q.
" JS
~
=
~·
\.
s
~
() ~ [
l
~
Q.
c "'s. oil
l
"
51r.
~·~ 9:-! ~c
~. ~ ]u -· =
e
a.
..
~ § iro
~
f .?" .g°'
!;{.
9. v.
~ ~ er c
'it
=:~ii ~Jo!:. ~ ;1 ;;!
0 '.<'
"'" '< ""_,""3"!i ~
e" s.~
~ c. ;;
'
,.""" '@ ,,..,~ ""g" 0.
"'" ~ g.
e.
3:'
f,~
"°.., !\" <:: r. ~· e s e: ~ c: " r;
'
0
s::
c
~
"" " c:
~
"'
i
~
.;..
9.
0
c
5·
~"<~"'-:: ,,..
.. ~
..... f;.) -·
c: "
~
s::
$'.
~
~.~
..:.
"~
v.
f!! "' -·
c:
c:
i!
•
er ~
..:::
"'"
•
•
~"'tS:"C""O
.,,
"" 9 _, 9 § "-·9 ill '"~ ~· ~ 'R ;; ~ff,fJ ~ tr
t
~·=
§
~ "
:;;'~
.g,
Yl
~
"
~
0
c ;;;·
l !... "s-... "" tT
!:i
f;l
-..!
"'
[ -c
('!-
= '!; .e. ;;·
~
c
~
I
0
"'
n~
Vl
~
~
•71:'
n
~·
\~
~.
j<>
"'e
~5' ~5 ;~
~t y.·~ ~· ~ ~-~ ~sa.~c.seo .,, ~"'.. ~ tt ~ n
{
"
0
0
-8'
,p.
~ 3::0" 03:: ~t;!.;r8,~f::;
,,,,
£,
~E 0
"6:"'
[
...
~
O'
"
'
['.'·~ !5 §'r;;s. 0
·~"'
~
0.
ir~~
2's~§:5:&~ 8:
I !!
';.?
'i.i ~·"'E:.., - ~~sg= th g:
·~g ~~~~'<
~~~
";:- E; B ~ff <e.
{
*;;
• • • • • x~g-~i.,,>; ~ a. . & = ~ 2. " - 3
"' p.
fl'..~_, if
~· ~
~ ~
•
"
l
3 ,.,
g,
•
'~"'"
s
r.
a:n
"·
""
ii:J
"
~;(O>t: 3 ,S,".B
;;;· 3 !!! (7
-e
!i. r." 'Si ire
·~
rr
' •
;;
<:T
!l'
~i i~ ., 1?'
!" -e
a a ~ ~ " ~ .,,, ~ -e, g. "'~ <. :J.,.,. £:'. :;· o: 0zr '1c:.1 t: n c s " ~ ~ if 3 2. c, :l. ii ~ ~-; !:. s. :>. !:.
"
~
"
-
:ij -e r:
(
(J:;
~ 3n
.,,...~
~
~
0 0 -l
;::;>
r. "" •' v.~ s " 3 no" " ~e ;: [;' tl s o~ ~,e- ~· ~ 8 E: -e r:"
3
·~!!:l- ftS'.,..
"',.,.
~
- J "'.'.>.
'< ;J
3 -os:
-e
"fr a"' ·;;"
~ 9
e"
'
Q
,,<;;
'C
11
" !i
.<;
'
i:
~ ~ ~c
.." 'E "" s
" "~. ">"" ~· s~ ~
c,
;;1
f' 8. " a
~
.~{
>,
0
" "" "" ';j= ~,,,.., "' Ii " .~ "',,er
-o
n
"" " .,," ,.,. " rx " 0 =.:" 0 '<"E. ~-
0
se-
Co !;, '
n
"O
0..
c;
('C.•
-• "
Q.
..;;: ,., *• .,= ,,. "' .a. a: "",,"
-
-e
'<'
& ,,,O's:" ,g",,,, Q: ~ r 3 ~ "" !r. .,[ P-~ [~ "'
" ~~. 5~ r.' " 'IB ~ ~ ~ ~ 0
,
z .,.,
-e
!:.
"
-
!·.)
t:
~
-
:;;:
'"',.,. " r.·
.,, ! W'
-0 -e ~ v. a ~ "'
"a v.
.."'
~
'8,.,. ~
~
"' ~
•
-
.,
;{
7' .,"' ~to !!e. 3 ,.,. ~ ~ '8 ,...
'<
" 3
.,"~""" .!:.
:;·
~·
~~
.:z.
v;
!1 '
Ter.ihat
pada tabel 8 di atas bahwa fokus kcbijakan
pembcrdayaan
masyarakat pa
Pengcmhangan pariwisara pcmbentukan
dan
pcdesaun yang diwujudkun melalui
pengcmbangan
desa
wisata
sena
program
pengernbangan
agrowisata b. Pengcmbangan
bi.daya yang dircmpuh lcwat upaya-upaya pelestarian
dan
pengembar,gan scni budaya dacrah, penanaman nilai nilai'budaya tradisional, ricngembangan seni buduya masyarekat dan dukuugan Iasiliias kcbudayuun c, Pcngernbangnn
industri kecil ;ang dimplcmcntasikan melalui pembinuan
industri kccil serta pemberian insentif'bagi usaha pariwisata lokal dan d. Pt:ningkatan peran serta mnsyarakat di lokasi dan sckitar obyck wisata yang
rncliputi program-program pcningkaran penyuluhan kcpada masyarakat di wilayah ODTW mengcnai pola pen:;cm!l..1ngan ODTW yang bertuurpu pada masyarakat.
pcngem!>angan
so~di
lokasi dan sckiiar ohyck wisata dan
peningkatan kcmandirian masyarakat setcrnpat untuk bcrperun scrta aktif dalam pengembangau OOTW dan pclestarian lingkungen
Dillhat dari pclaksana kcbijakan implementasi
kebijakan
pernberdayaan
(implementor). maka sebagian bcsar masyarakat
pada
sektor pariwisata
dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kab, Aantul; sedangkan dinas aiau intansi pcmerintah daerah Kah. Bantul yang lain bisa dikatakan sebagai pendukung upaya mewujudkan pcmberdayaan masyarakat pada sektor ini karcna tugas pokok dan
fungsi mereka tidak tcrfokus pada seknr parwisata. Scrnentara itu, kelompok
masyarakat yang menjadi sasaran (beneficiary) kcbijakan adalah mereka yang tinggal di sekitar obyek wisata, Penelitian
im
rnencoba melakukan
elaborasi
terhadap implemcntasi
keernpat kchijakan tersebut dengan berfokus pada program atau kcgiaran )'ang secara langsung dipcrkirakan secara signifikan membcrikan cfek peinberdayaan
masyarakat pada sektor pariwisata di Kab. Banml, berupa peningkatan kapasitas, pcran dan inisiatif ma>yaralal. Dengan dcmikian, ti
~1a11
kcgiatan yang mcrupakan rnanifcstasi dari masing-masing kcbijnkan akan dibahas untuk menghindari ndanya bi:is dalam penelitian. Selain itu, mcn~ingat bnhwa penclitian ini bcrsifat evaluatif (lihat halaman 63-64). maka fokus diruiukan pada pcnilaian (j11dgmer,1) terhadap hasil penelitian . Adapun program atau kcgiatan yang dianalisis dalam penclitian ini adalah: I. Program Pcmbcntukan dan Pengembangan Desa WiS?.t.l'I
2. Pengembangen Agrowisau. 3. Penyelcnggaraan Event Tradisi Masyarakat 4. Oirnbingan Teknis Diversifikasi Produk fndustri Kerajinan 5. Pengctolaan dan Pengcmbangan Daya T crik Pasar Seni Gabusan 6. Pemberdayaan Kelornpok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Analisis implernentasi program atau kegiatan dilakukan dengan rnelalui pendekatan Randall Ripley dan Grace Franklin dalam lmplemeruation and
Bureaucracy yang terdiri dari 3 (tiga) perspektif yaitu:
53
Pertama,
kepatuhan tcompliance). Dalam bahasa lnggris, compliance
means to act ill accordance with a request, command, somebody·_. wishes etc. (Hornby: 1983). Oleh sebab ltu, blsa dikatllkan bahwa kepatuhun adulnh upaya untuk benindak sesuai dcngan permintaan, pcrintah atau keinginsn orang lain. Dalam konteks implementasi kebijakan publik. kepatuhan (compliance) diariiknn sebagai keparuhan birokrat yang di bawah (b11rea11c:ra1s underlings} terhadap
atusan rnereka atau tingbt kepatuhan birokrasi pada umumnya terhadap mandat atuu amanal yang terkandung dalam pcraturan atau perundangan (Ripley dan Franklin, 1986:232). Olch karcna itu. dalam pcnclition ini, keparuhan diartikun sebagai apakah implemcntasi kebijakan pembcrdayaan masyarakat pada sektor pariwisata di Kab. 13antul telah sesuai dengan amanat yang tersirat dari kebijakan pcmberdayaan masyarakat seperti yang tercantum pada Peraturan Daerah No. 3 tahun 2004 teutang
Rencana lnduk Pengembangan Parwisata di Kab, Oa111ul.
yaitu rr.engupayak:tn terwujudnya p<mbt:rdayaan masyarakat pada sektor pariwisata, Adapun indikator-indikator kcpatuhan adalah proscdur yang sudah ditctapkan
(prescribed procedure). jadwal
(timi:table)
dan
pcrnbatasan
(restrictions).
Kcdua, kelancaran rutinitas dun tiadanya rnasalah (smoothness of routines and absence of pro/:llems). Mcnurut Hornby ( 1985), routine means fixed and regular way of doing' things (rutinitas adalah cara rnelakukan sesuatu secara teratur dan tetap/yang sudab ditetapkan).
Sebagai salah saru faktor yang
mempcngaruhi implernentasi kcbijakao publik, rutinitas implcmentasi, mcnunu Ripley dan Franklin ( (1986:97) adalah implcmentasi dirnana keputusan bisa
54
dibuat pada saat yang 1e9a1. dilaksanakan tanpa adanya rintangan besar dan penundaan serta tidak menimbulkan
konflik atau kouflik yru:g timbul antara
individu daa organisasi yang terlibat dalam implemcntasi tidak bcrarti.
Lcbih
lanjut dikatakan hahwa ada dua syarat yang mernungkinkan timbulnya rutinitas
implementasi kebijakan, yaitu: a.
harus ada proses yang tetap dalam pembuatan keputusan implementasi dan mulai melaksanakan proses terscbut yang setcrusnya dijalankan.
b. harus ada kesepakatsn umum mengenai distribusi pengaruh yang tcrap/stabil dalam
pembuatan
keputusan dalam
proses
implernentasi,
yang
bisa
diperkirakan can secara konsisten, membcrikan pengaruh yang paling kuat icrhadap kelompok pelaksana yang lebih kccil sepanjang wakru ianpa adanya tantangan atau konflik yang serius.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas, bisa dikatakan bahwa kclancaran rutinitas dan tiadanya rnasalah edalah proses pelaksanaan kcbijakan yang yang sudah ditetapkan tanpa adanya konflik yang bisa mcnghambat proses tersebut.
Adapun rnengenai rnasalah atau konflik, Ripley dan Franklin (1986:232) berpendapat bahwa konflik bukanlah bal yang hams dianggap buruk. Kctika
terjadi ketegangan yang tinggi, politik adalah cam alami yang sempurna bagi pelaku kebijakan untuk mengejar kcpemingannya, Dcngan dcmikian, kelancaran rutinitas dan tiadanya masalah dalam penelitian ini adalah
implementasi
tidak terganggunya
kebijakan pernberdayaan masyarakat pada sektor pariwisata oleh
Dinas Pariwisata dan Kcbudayaan Kab. Bantu), serta tidak adanya konflik dengan
55
masyarakat atau kelompok kepentingan
lain yang rnenghambat
irnplcmeruasi
kchijakan tersebut. Hal ini bisa diketahui melalui indikator-indikator: pclaksanaan
kelancaran
(carrying into effect). distribusi pengaruh (stabli! distribution of
i1if/11ence) dan konflik. Kctiga, kinerja yang diinginkan
dan dampak kcbijakan (desired
performance and impacts). Meski ada banyak definisi mcngenai kincrja, secara umum kinerja diartikan sebagai prestasi kerja atau tingkat-keberhasilan kerja ('Jasucha:2004).
Semcntara itu, performance dalarn Homby (1985)
adalah
tindakan ynng meuonjol atau prestasi (notable action: achie1·P.ment). Deegan demikian
kincrja
kebijakan
adalah
bagaimana
implementasi
kebijakan
menghasilkan capaian ala11 prestasi sepeni yang diinginkan. Ripley dau franklin (1986:7) mernbedakan capaian atau basil dari implcmentasi kebijakan menjadi dua, yaitu: kinerja kcbijakao dan dampak kebijakan, Kinerja kebijakan adalah
tindakan-tiudakan kebijakan yang mengarah pada hasil jangka pendek kcbijakan
(policy actions lead to short term policy re.mils). Hasil kinerja kebijakan akan terlihat dari apakah sudah ada kejelasan siapa yang bertanggung jawab, siapa yang mendapatkan manfaat .i~ sebagainya, Dalam kaitannya dengan waktu, jangka pendek diartikan sebagai tahun-tahun awal implementasi kebijakan. Mcnurut Ripley dan Franklin (1986:7):
"Short run does not have a fixed time SJXm attached to it. but it is reasonable to suggest that in the case of most programs al least the first seveal years' results C9n fairlybe considered as falling in that
category".
56
Di lain pihak, darnpak kcbijakan diartikan scbegai hasil dari kebijakan dalam jangka yang lebih lama. Dumpak ini berkaitan erat dengan upaya mcnjawab
pol'tW\ynnn sepenl: "Art• bedunye, kopada slape dun bagnlmnno co.r1myt1 program atau
kebijakan
dibcrlakukan
atau dilaksanakan?"
Lebih
lanjut.
pertanyaan
dimaksudkan
(tntended
mengcnai dampak kcbijakan bisa dikcmukakan sepcni berikut: a. Apakah
penerirna'sasaran
kcbijakan
yang
beneficiaries) bisa rnendapatkan manfa::u scpcrti yang diharapkan? b, Apakah mereka dirugikan melalui cara yang tidak diharapkan?
c, Apakah sasara» yang lidak dimaksudkan umuk mcndapatkan rnanfuat jvga mengambil manfaatnya? (Ripley dan Franklin. 191!6:8)
Berdasarkan
pendapat tcrscbui, mokn kinerja )'nng diinginkan dan
dampak kcbijakan bisa diartikan sebagai manfaat kcbijakan yang diharapkun akan
diperoleh olch sasaran yang dituju dahr11 jangka pcndck dan jangka panjang, Oleh karcna itu bise dikatakau bahwu kinerja png diinginkan (desired performance) mcrupakan kebcrhasilan implernentasi kebijakan dalam jangka pendck dilihat dari kejelasan pcnanggung jawah pclaksana dan kemanfaatan ataupun kerugian bagi masyarakat,
sedangkan
daropak
(impacts) kebijakan
adalab
pcningkumn
kesejahteraan masyarakat dan naiknya pendapaian asli ducrah (PAD) Kab. Bantul dari sektor pariwisata secara signifikan. Pcrlu dijelaskan bahwa dalam perspekti r keliga ini, penelitian ini hanya akan melihat kincrja program atau kebijakan
seperti yang diharapkan dan tidak mcmbahas dampak dari program atau kebijakan itu sendiri karcna implementasi kebijakan pemberdayaan masyarakat pada scktor
)7
pariwisata di Kab. Bantul, sampai saat penelitian
ini dilakukan. baru berjalan
selama kurang lebih 3 tahun scjak disabkanoya sumber kcbijakan terscbur, yaitu Peraturan Daerah no. 3 Tnhun 2004 tentang
Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata di Kab. Bantul pada tanggal 1 Juni 2004. Dengan dcmikian. karcna usianya yang rnasih relati
r
muda, darnpuk kcbijakan ini tentu saju bclum bisa
tcrlihai (obscure). Hal im scsuai dcngan pendapat Raeburn dalam Laverack and Wei lerstein (200 I : 181) yang mengatakan: As an outcome, community empowerment is an interplay between individual and community change with 11 long time-frame, al ieast in terms of significant social and political change. typicallytaking 7 years or longer.
Dalam mewujudkan
suatu kebijakan tentu saja akan ditemui berbagai
faktor baik yang rnendukung maupun mengharnbat kcberhasilan
implementasi
kebijakan. Dalarn pcnelitian iai, faktor-faktor terscbut tcridcntifikasi dcngan cara
melakukan analisis irnplemcntasi masing-rnasmg program rnelalui pcndekatan Ripley and Franklin seperti yang tersehut terdahulu, Faktor-faktor terscbui bisa berasal dari luar (eksterna'} rnaupun dari dalam (internal) kebijakan:
There are a very large number of external factors that can irfluence implementation. There are also a forge number of [actors internal 111 implementation processes that inevitably provide. obstacle 10 smooth imptementtnion. (Ripley and Franklin, 1986:10)
2.2. Keraugka Pemikiran
Berdasarkan berbagai
teori,
konsep
dan
pcndapat
dan
peraturan
perncrintah yang telah diuraikan di mas. rnaka bisa dikatakan terdapat 2 variabcl yang menjadi fokus dalam penelitian ini. yaitu:
58
I. implemcntasi kebijakan yang akan dinnalisis dengan Teori Ripley and
Franklin
(1986)
yang meliputi
pcrpektif
kepatuhan
(compliance).
kelancaran rutinltas dan tiadanya masalah (smoothness of routines and absence of problems) serta kincrja yang diinginkan dan darnpaknya (desired performance mu! imfX"'fS). 2. efektivitas pemberdayaan n::asyarakat pada sektor pariwisata yang
akan
dinilai bcrdnsarkan konscp Kuswara (2006) yang telan diterapkan olch Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. yaitu: kapasitas. pcran dan inisiatif dari masyarakat di lokasi dan sekitar obyek wisata di Kab. Bantul.
Perlu dijclaskan bahwa dalam penel.tian ini tidak melihat secara khusus keterkaitan antara kcdua fokus penelitian tersebut, 1.etak kctcrkaitannya mungkin bersifat berurutan, artinya
hobungan yang menunjukkan
bahwa cfektivitas
irnplernentasi kebijakan pasti tcrjadi setelah irnpleinentasi terjadi. Hal ini sesuai pendapat Zetrerbeg dalam Siregar (htm:/!w11w.litagamaorg/}11etodekariabcl.htm) yang rncngatakan bahwa salab satu pola hubungan antar variabel adalah hubungan berurutan, yairu hubungan yang meuunjukkan bahwa sesuatu pasti terjadi sctclah
sesuatu yang lain terjadi. Adapun pencrapan penilaian yang bcrbeda untu], kedua hal tersebut terjadi tcrutama karena kebijakan pemberdayaar- rnasyarakat pada sektor pariwisata seperti yang tercantum pada Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2004 rnengenai
Rencana Jnduk Pengembangan Pariwisata tersebut tidak rnenyebutkan sccara tersurat (eksplisir), tolok ukur pemberdayaan masyarakat, Meski demikian bisa
59
sccara singkut dijclaskan bahwa kcterkaitan antara implcmentasi
kebijakan
dengan ctcktivitas terletak J>ad11 fakta bahwa kebijakan iui adalah kebijakan pemberdayaan masyarakat yang harus dilmplcmentasikan
untuk mencapai tujuan
hakiki dari kebijakan tcrscbui, yaitu pcmberdayaan masyarakat. Untuk
mclihat
secara
jclas
efektivitas
implementasi
kebijakan
pemberdayaan masyarakat pada scktor pariwisnta di Kab. Bantul, maka perlu digarnbarkan sistematika kerangka pemikiran yang memuat alur konsep, teori dun taktor-faktor
yang bcrpcrau dalam
implernentasi
kcbijakan
iersebut sebagai
berikut :
• •
Kcparuhan Kelancaran nitinitas dm1 tiadanya mns~lnh
•
Peraturan (')11croh No. J tahuu 2004 rentang Rcncana lnduk Pengembangan Pariwista Kab. Bantul
r\ --v
Klnerja yang diinginkan don dampak kcbijnkan
Imp lcmentasi Kebijakun
K chijakan Pemberdnyaan Masyarakat
L
q
Etektivirn~ lmplemeu 1u~i:
•
Kapasitas
•
Peran
• Faktor-fakto r
Fak tor-faktor
pcndukung
pengham bat
lnisiatif
=:':
Bagan 3. Kcrangka Pcmikiran Efektivitas lmplemcotusi Kcbijakan Pcmbcrdayuan Ma,;ym
Pada Sektor Pariwisata Di Kan. B;inh1l
60
llAB Jll
METOO!i: PE1"ELITIAN 3.l Lokasi
Kabupaten Banrul, Daerah lstimcwa Yogyakarta adaluh rempst dimann pcnclitian tcnrang cfcktivitas implcrncntasi kehjjakan pcmbcrdayaan masyarakat pada sekror pariwisR!a. Mengingat bahwa musyarakat yang dimnksud pcnclirian
dalam
ini arlalah mereka yang 1inggal dan arau mcncar! nafkah di sokitar
obyck dan daya tnrik wisata ynng ierscbar di wilayah Kabupaten Bamul, scluruh data
di Kabupaten
ini, olch karcna itu, akan bcrusaha
Bnruul. Adnpun dam dan informasi yang berkattan
dengan upaya pcmberdayonn masyarakat akan diperoleh dari lokasi-lokasi dimana
mercka tingga! dun atau rncncari nafkah, sedungkau data dan inlormasi mengcnal irnplerncn(nsi
kcbijakan akan berasal dari Pcmertntah
Kabupaten
khususnya Dinas l'ariwi~alll Kabuparen Bantu! serta iusmnsi-instansi
Bantul,
terkait yang
terscbar di dalam wllayuh Kabupaten Bantu I.
3.2 Desain l'coelitiao Perancangan
(desi;~n) untuk sebuah
riset secara harafiah merupakan
rencana bagairnana sebuah kaj ian akan dilakukun. Mcnurut pendapat De Bakey & Del3akey dan Leedy dalam. Berg (2005:28), dc1WJi11 sebuah riser adalah pcrsoalan 'rnemikirkan, mernbayangkan, dan mernrcrtunjukkan bagaimana kajlan untuk rise! dilaksanakan.
Jesnick,
I 994 dalam
Berg (2005:28)
mcnggambarkan
desain
penelitian sebagai "korcografl" yang membentuk "tarian riser". Senada dengan hal
ini, lrawan (2000: 76) mengarakan
bahwa desain penelitian
merupakan cetak biru
(blue print) yang terdiri dari tiga hal rcn1ing, yaitu permasalahan pcnelitian, kerangka rcoritik dan metodologi penelitian.
Hal ini sesuai dcngan apa yang
dikemukakan Umar (2004 : 29) bahwa dcsain riser adalah ccrak biru dan rencana
kcrja yang
terstruktur
dalam
hubungan-huhungan
antar
varinbel secara
komprehensif agar hasil riser dapat mcnjawab pcrtanyaan riser yang ada. Adapun mcngcnai jenis pcnclitian, tcrdapat 4 jenis yang dikaiegorikan mcnurut lujuan, mctodc, tingkar cksplanasi rlan jenis data dan annlisis sebagai berikut (Sugiyono, 2004: 6-14):
I. 2. 3. 4.
Mcnurut ll\iuun, mcliputi : pcncli1i11n murni dan penelitian tcrapan, Menurut merodc, 111clipu1i : Survey, expost facto. ckspcrimen, evaluasi dan sejarahlhisloricalreserch. Menurut tingkat eksplanasl, mcliputi : Dcskriptif, Komparatif dan A soslar iflhuhu ngan, Menurut jenis dnta dan anallsis, mcliputi : Kuarultatif Kualitatif dan gabuogan keduanya.
Mcn,11acu pcndapa! Suglyono di atas, mnka bisa dikatakan bahwa pcnclitian ini adufah pcnelitian
tcrapan karena sesuai dengan tujuannya, yaitu mengetahui
efektititas irnplcmentosi
kebjjakan serta
idcntifikasi
laktor-fakmr
yang
mcmpengaruhinya dengan harapan hasil ponelitian bisa dijadikan sebagai salah satu acuan yang
bisa
ditorapkan
dalam
upaya hnplementasl
keb[jakan
pernberdayaan masyarakat. Kontour (2004) mengatakan bahwa pcnelitian terapan adalah pcnelitian yang hasilnya dapat langsung dlterankan umuk memecahkan pcrmasalahan-penna~alahan yang dihadapi, Mcnurut metode yang digunakan, penclitian ini menggunakan deskripnr
kualitatif dengan tujuan yang bersifat evnluatif
62
metodc
karena akan
mcmbcrikan gambaran atau mendiskripsikan terhadap
proses implcmcntasi
secara sistematis.
fakrual dan akurar
scbuah kebijakan publik sehingga bisa dinilai
apakah kebiiakan terscbut tclah mcmberikan hasil (cfek) seperti yang diharapkan. Dunn ( 199<1 :340) kebijakan
adalah
rnengcmukakan berfokus
bahwa sa lah satu karakreristik evaluasi
pada nilai
(Value-Focus). artinya evaluasi harus
berfokus pada pcnilaian U11dg111en1) terhadap apa yang diinginkan (desirability) atau nilai (value) dari program atau kebiiakan. Sclain itu, s11lnh sA111 kritcria dari evaluasl
kebijakan
adalah efckrivims
(1'/]iu:liveness) yang akan menjawab
pcrtanyaan "apakah hasilnyn rclah tercapai?" dan fokus analisisnya adolah satuan-
satuan layanan (1mi1s lljservice) (Dunn, 1994:343). Selunjutnyn Dunn (1994:345) menaatakan bahwa salah satu jenis evaluasi kebijakan adnlnh cvnluasi formal, yaitu rnernbandingkan
hasil unplcmcntasi
kebijakan dengan ll~unn yang tclah
ditetapkan dalarn peraturnn lllau perundnng-undangan, terscbut bisa dikatakan pcnelitiau
Berdasurkan peudapat
ini mcnggunakan pcndekatan evaluas] proses
kcbijakan yang mclihat proses irnplcmcntasi kcbijakan pernberdayaan masyarakat pada scktor pariwisata di Kub. Rumul dan selanluinya rnenilai apakah hasil implemcmasi ini telah sesuai dcngan tujuan kebijakan pcmberdayaan seperti yang tcrcunrum pada Peraturan Daerah Kab. Bantu! No. 3 Tahun 2004. Metode deskriptif mcrupakan suaru jenis penelirian yang dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap Ienomcna tertentu. Hal ini sesuai dengan pcndapat Suryahratn ( 1992 : 18) bahwa tujuan penclitian dcskripti f adalah untuk membuat pencandraan sccara sistemniis, foktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah lcrtentu. Mengenai hal ini, Sugiyono (2004:
63
11)
mengemukakan
dilakukan
bahwa
untuk mcngctahui
(independen)
tanpa mcrnbuat
pcnclitian nila:
deskriptif
merupakan
pcnclitian
yang
variabel mandiri, baik satu variabel atau lcbih
pcrbandingan
atau rncnghubungkan
autara
variabcl
satu dengan vartabel lain. Semenrara itu, Nawawi (2005) mcniclaskan bahwa metode edalah
scbagai
proscdur
pcmecahan
masalah
yang
diselidiki
deskriptif dengan
mcnggambarknn dan mclukiskan kcadaan subiek atau objck penelitian (scscorang, lcmbaga,
masyarakar dan
lain-lain)
pada waktu atau saat !;Cknrang
dan
berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya", Mengcnai
data
don analisis
memanfaatkan data kualitatif
yang
digunakan,
penelitian
ini akan
yaitu data yang bcrbcntuk kata, kalirnar, skema don
gambar (Sugiyono, 2004 : 14), sedangkan analisis
yang dhernpkan tidak bertujuon
untuk mengukur korelasi antar veribel ataupun menguji hipotcsi» schingga tidak harus mcngemukakan
hipotesis. Jlul ini didukung oteh pcrnyataan
dan Effendi, (2006) bahwa dalum pcnulisan kualitatif
Singarimbun
peneliti mengembangkan
konsep mcnghimpun fakta, tetapi iidak ruelakukun pengqiian hipotesis. Mardailis menguutkan pcndapai terscbut dengan meugatakan bahwa, "Penetitian dcskriptif kuahtatif tidak menggunakan hlpotesa atau tidak mengu]] hipotcsa, mclainkan hanya mcndeskripsikan
infbrrnasi apa adanya sesuai dengan variable-variabel
yang diteliti", Sementara
itu Nasuiion
(2002) mengemukakan
bahwa
: "Pcnclitian
kualitatif pada hakekatnya adalah mcngamar! orang dalarn lingkungan hidupnya berinteraksi dengan mcrcka serta berusaha mcrna!tami bahasa dan tafsiran rnereka
64
icntang dunia sckitarnya". Penelitian kuatiiatif tidak melakukan generalisasi tetapi
lebih menekankan kedalaman informasi .~ehineen sampai ringkar mnkna (duia di balik yang tumpak).
Namun demikian generalisasi dalam pcnclitian kuatitatif
disebui dengan transferability (kcteralihan) yang maksudnya adalah bahwa hasil pcnelitian kuulitatif dapat ditransfcrkan atau dilcrapkan di rempat lnin, mnnakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tern pat pcnclitian.
Pertimbangan lain pemilihan deskriprif k11n litn1if dalam penelitian ini adalah sebagai bcrikut:
I. Penama. mctode kualitntif
lcbih
mudah
menyesuaikan
hcrhn
3. Ketiga, mctode ini lebih pcka dan lcbih dapat mcnycsuaikan
diri dengan
banyak pcnajaman pengaruh bcrsama dan tcrhadap pola-pola nilui yang dihadap].
3.3 Ol'ERASIONALISASI YARIAB.t:L 3.3.l Oefinisi Kooser> Konsep adalah sirnbol atau clemen abstrak yang mewakili obyek, benda, atau
ciri-ciri
obyek,
mengkomunikasikan
proses
atau
fenomena
dan
berfungsi
untuk
gagasan atau mengcmukakan perspektif tcrtentu dan bisa
menjadi cara dalam membuat generalisasi (Ilerg:2005). Sernentara itu, menurut Singarimbun (1989:34) konsep adalah abstraksi mengcnat suatu fenomcna yang
65
dirurnuskan aras dasar generalisasi dari scjumlah karaktcristik kejadian. keadaan, kclornpok, atau individu tencmu Mengenai
perlunya
rnendefinisikan
konsep
dalam
pcnelitlan,
Berg
(2005:26) herpendapat bahwa sangatlah penting unruk mencapai kesepahaman antara pcneliti dan pembaca mengenai scboah definisi. Mcski kadang pemhaca tidak
sepakat
mcnghargai
dengan
definisi yang dikcmukakan
ko~<;ep yang diungkapkan
pcncliti, mcrcka akan
sepanjang mereka mcmahami
apa ya.ng
dimnksudkan oleh pencliti dengan konscp tersebut, Berdasarkan pend3pa1 tersebut di etas, rnaka pcrlu dikemukekan bcrbagai
konsep yang digunakan dalam penetitian ini yang tcrdiri dari: a.
Efektivitas, mengacu peda pcndapat Westra (1989:
147), adalah suatu
keadaan }'Mg rncngandung pcngertian mcngena] tcrjadinya scsuaru efek atau akibat ya.ig dikchendaki. Deugan demikian, konsep cfektivitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah
sejauh mana implemcntas!
kebijakan pembcnlayaan masyarakai menghasilkan akihal scsuai yang diharapkan, yaitu kondi~i masyarakat yang berdaya, b.
Imptemcnras! kebijakan
adalah
pclaksanaan
kebijakan melalui
serangkalan kegiatan yang dilakukan olch pernerintah sendiri atau bckerjasama dengan pihak lain. baik itu masyarakat maupun swasra unluk mencapai tujuan yang lelah ditetapkan dalam kebijakan. c.
Kebijakaa pcmberdayaan mRsyarakat pada sektur (lariwlsata adalah apa yang lelah diputuskan untuk dilakukan oleh pemerintah dalam upaya
mcmperkuat dan mc11ingkatkan kapasitas, peran dan inisiatif masyarakat
66
untuk dapat berpartisipasi dan berperan aktif dan strategis sebagai snhyek
rnaupun scbagai penerima manfaat dalam pengembangan kepariwisataan. d.
Masyarakat dalam pcnditian ini mengacu pada peudapat Warren and Cottrelli dalam Rudito (2003) yang mengatakao bahwa rnasyarakat (community) adalah sckclompok manusia yang mendiami wilayah tertentu
dimana seluruh anggotanye bcrintcraksi satu sama lain. mcmpunyai pcmbagian peran dan status yang jelas, mempunyai kernampuan untuk membcrikan pcngaturan terhadap angota-anggotanya
c. Faktor-fakror
vans • 0
mcndukung
dan
mcnghambat
efektivitas
implememasi kebijakan adalah faktor-faktor yang secara potensial dapat mendukung
aiau
mengbambat
proses
irnplementasi kcbijakan
pemberdayaan masyarakai pada sektor pariwisata di Kabupatcn Bantu I.
3.3.2 Definisi Opcrasional
Definisi operasional menurut Frankfort-Nachmias & Nachmias dan Leedy dalam Berg (2005:26) adalah eara membuat konkrit konsep yang dimaksudkan yang terkait dcngan kajian tertentu serta menyediakan kriteria pengukuran secara empiris terhadap konsep tersebul Selanjulnya Rcrg (2005:26) mengungkapkan bahwa dalam pcnelitian kualitatif juga dipcrlukan adanya kesepakatan mcngcnai apa yang dimaksudkan dengan konsep yang terdapat dalam pcnclitian serta bagaimana konsep tersebut diidentifikasikan dan diuji (examined).
67
Deegan mcngacu pada pendapat terscbut, definis! opcrasional
dalam
penehrinn ini adalah berdasarkan konsep yang telah diuraikan scbelurnnya, yaitu: a.
Efektivitas adalah
hasil
dari
proses
implementasi
kchijakan
pemberdayaan masyarakat pada sektor pariwisaia di Kah. flanlul. Hasil ini akan bcrupa keadaan masyarakat yang bcrdaya atau helum bcrdaya dilihat dari kapasitas, pcran dan inisiatif masynrakar. Adapun indikaror kapesitas 1crdiri dari akscs informasi dan pclaksanaan kcrja, sedangkan indikator pcran meliputi fungsl dan komribusi dan indikator inisiatif adalah daya kritis dan korniimen, b.
lrnplcmcotasi
kchijalrnn adalah pelaksanaan kcbijakan pembcrdayaan
masyarakat mclalui scrangkaian kcgiatan dalarn perspcktif kcpatuhan (camplitmce). kelancaran rutinitas dan tiadanya masalah (smvvtlmess of routines and absence of problems) scrta kincrja yang diinginkan
dan
darnpaknye (dc.1iri:tl performance and impacts). yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupatcn Ha111ui. terutama Dinas Pariwisata bersama-sema dcngan masyarakat di lokasi dan sekitar obyek wisaia di Kabupaten Oanlul. Lebih jclasnya dapat uraikan scbagai berikut : •
Keputuhan
(compliunce). Secara
operasional,
kcpatuhan
yang
dirnaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana implementasi kebijakan pemberdayaan masyaraka; telah sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan (prescribed pmceclure).jadwal (lime/able) dan keterbatasan (re.•trictiom)
68
•
Kelancoran rutinitus Jan tiaJanya masalah (smoothness of routines and absence of problems) adalah tidak rerganggunya implernentasi kehijakan pembcrdayaan masyarakat pada sektor pariwisata oleh Dina.' Pariwisata Kab Bantul, serta tidak adanya konf1ik dengan masyarakat
atau kelompok kcpentingan lain yang menghamhm implcmcntasi tersebut dilihat dari
kehijakan pclaksanaan
indikator-indikaior:
(canying into e_ffect), distribusi
kelancaran
pengaruh (stable
distribution ofi11jiuence)dan konflik, •
Kinerja
yang
diinginkan
(desired performancej
mcrupakan
keberhasilan implementasi kebijakan dalam jangka pendek dilihat dari kejelasan penangsung jawab pelaksana dan kernanfaaian ataupun
kerugian bagi masyarakat, c.
Kcbijakao pembcrdayaan masyarakar adalah apa yang tercanturn dalarn Peraturan Daerah Keb, Bantul no. :; Tahun 2004 tentang Rencana
loduk Pengembangan Pariwisata pada pasal 12, 13, 14, 15 Lian 17 dengan fokus kebijakan yang terdiri dari: •
pe11gemhangan
pariwisat« pedesoaa yang diwujudkan melalui
program pembentukan
dan pengembangan desa
wisata sena
pengembangan agrowisata
•
pengemba11gan budoya yang diupayakan melalui pcnyelenggaraan event tradisi masyarakar
69
•
industri keci! ywg diimplementasikan dengan
pengembangan
program bimbingan teknis diversifikasi produk industri kerajinan dan pcngclolaan clan pengcmbangan daya tarik Pasar Seni Gabusan dan •
peningkaton peran serta masyarakat di lokasi dan sekirar obyek wisata yang ditempuh melalui program pernberdayaan Kelompok
Sadar \ViS
Masyarakat
yang dirnaksud dalam penelitian ini adalah rnasyarakar di
lokasi dan sekitar obyck wisata yang tcrgabung dalam Kelompok Sadar Wisata atau disingkat Pokdarwis. e.
Faktor-faktor
yan~
mcndukaog
dan
meogbambat
efcktivitas
implementasi kebijakau adalah bal-hal yang kemungkinan mempcrlancar atau
menghalangi
implementasi kebijakan dilihat
dari
perspekut
kepetehan (compliance), kelancaran rutinitas dan tiadanya masalah tsmoothness of routines and absence of problems) serta kinerja yang diinginkan (desired performance). sena berbagai perisriwa dan kejadian tertentu yang muncul selama proses implementasi kcbijakan.
Operasionalisasi
variebel dalam penelitian ini semata-mata bertujuan
untuk rnenggambarkan secara rinci bagaimaoa analisis implementasi kebijakan pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk melihat efektivitas dari implementasi
kebijakan tersebut dan bukan bennaksud menganalisis hubungan antar variabel, Untuk mcndapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai opcrasionalisasi varibel dalam penelitian ini, silakan melihat tabel dibawah ini;
70
Tabcl 9. Operasionalisasi Variable Dalam Efekuvitas Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Pada Scktor Pariwisata Di Kah. Bantul Ko. l
Voriabel
Jmplememasi Kcbi}tkan
Dimcr.si Kepatuhan (CCMp{iant:e)
lndikaior • Prosedur yang ditetapkan • Jadwal
Kd3ncarJJ1 Rutini!as Dar Ttadanya ~lasslah (SmDkny:i (Dull'ed PrrfurmatK.'I! llr.d !BtpaeTS) 2
£fek1i vitss
Kapasiia>
Pcmbcrdayaaa
Masyarakm Pada Sek.tor Pari\\'issta
• Pemoatasan • Kclancaran pclaksanaan • Disiribosi pcngaruf
• •
• •
lnisia1ir
Kcruglan
•
Akses iruormasi Pelaksanaan keria
• • •
Fungsi Kontribusi Daya kritis
•
Komiimcn
•
reran
Kontlik Pertanganggung jewaban Kcmanfaatan
3.4. Unit Analisis, Poputasi Oao Sampel Unit analisis merupakan satuao yang diteliti yang dapat berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial seperti misalnya aktivitas individu
atau kclompok sebagai
subyek penclitian
(Hamidi:
2004,75).
Berdasarkan pendapat tersebut, maka unil analisis dalam penelitian ini adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Bantu) dan Kelompok-Kelcrnpok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Kabupaten Bantul. Oleh sebab itu, infonnasi y.mg berhubungan dengan kebijakan ini didapatkan dari beberapa
instausi tcrkait yaitu kepala
insransi atau staf yang terlibat dari : I)
Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul (4 orang)
2)
Dinas Perindustrian. Perdagangan
3)
Dinas Pertanian dan Kebutanan (I orang)
4)
Kclompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Kab. Bamul (8 orang)
71
5)
Lernbaga-lcmbaga pcmberdayaan pariwisata
6)
lain
yang
tcrlibat
dalatn
implementasl
kebijakan
masyarakat, amara lain: akadcmisi/pakar (2 orang), industri
(I orang).
lnstansi pemerintah lain yaog terkait dengan upaya pembcrdayaan masyarakat ( 4 orang).
7)
Masyarakat lainnya termasuk wisaiawan (7 orang)
Adapun mengcnai populasi dan sampel. lrawan (2000 : 78) berpendapat bahwa : "penelitian kualitatif tidak rnengenal populasi dan sampel, kalaupun kata sampel muncul dalam mctode kualitatif, maka sampel ini tidak bersifat mewakili (representatif) populasi, rerapi diperlakekan scbagai kasus yang mempunyai ciri khas tersendiri yang tidak harus sama dengan ciri populasi yang diwak.ilinya."
3.5. Data Dan Teknik Pengumpalan Data Prosedur pengumpulan data dalam penclitian kualitalif menurut pcndapat Craswel] dalam Molcong (1994: 149) terdiri dari 4 tipe dasar, yaitu observations, interviews, documents, and visual images. Sesuai dcngan bal tcrsebut, prosedur pengumpulan
data yang akan dilakukan dalam pcnelitian ini adalah sebagai
berikut : I.
Pengamatanlohscn-aticn, yailu pcngamatan yai1g dilakukan langsung o(eh peneliti
terbadap
fenomcna yang bcrkembang
dan dilakukan
pula
pengamatan temadap sikap dan perilaku dari objck penelitian, Data yang
dipcroleh hisa berupa gambar aiau hasil tulisan. Dalam penelitian ini,
72
peugaruatan sebenarnya telah dilakukan jauh sebclum penulis mengajukan
proposal penelitian, ICJJ3ln}'3 sejak tahun 2001 kctika penulis tcrlibal secara langsung rnaupun tidak langsung dalam berbagai kegiatan yang dilakukan olen Dinas Pariwisaia dan Kebudayaan Kab. Bantu! sebagai implementasi kebijakan ini. 2.
Wawan~ara!inlen•iew, adalah percakapan deogan informan rcrhadap objek yang dite!iti. Wawancara di!akukan untuk mendapatkan data (infonnasi) rentang opin:/pendapa~ dan persepsi tcrhadap objek penelitian seeara langsung baik bcrupa kata-kata maupun tindakan infonnan. Data yang diperoleh dari wawancara dicatat atau direkam. Adapun informan yang diwawancari ada!ah mcreka yang tcrlibat !angsung dalarn implcmentasi kebijakan ini, terutama para pengambil keputusan (decision makers; dari insransi pemerintah atau lcmbaga lain yang relevan sorta tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap representasi dari wilayah aiau organ isasi )·ang dipimpiuuya. Pihak lain juga diwawancari untuk menambah kedalaman peneltian, yaitu para pakar di bidang pemherdayaan masyarakat pada sektor pariwisaia dan wisatawan,
3.
Dokumemasildocumem, yaitu pengurnpu!an dokurnen yang' diperlukan
dalam penelitian, berupa bahan tulisan
}'30g
berkaitan dcngan objek
penelitian yang dilakukan. Data berupa surat-surar keputusan, notuleo basil pertemuan, dan catatan-cataian peoting lain yang berkaitan dengan objek
penclitian. Scbagian besar dokumen yang dijadikan dasar analisis da!am penelitian ini adalah dokumcn resmi dari instansi pemerintah di lingkungan
73
Kab. Bantul, yaitu surat-surat keputusan dari kepala dinas maupun ketua tim pclaksana
kegiatan
(I.AK.IP). Selain itu, dokumea dalam bentuk file komputer yang memuat rincian kegiatan dinas dalam rangka pemberdayaan masyarakat. catamn hasil rapat, memo dan lain-lain juga mcnjadi bahan untuk dianalisis. 'I.
Audio visuall,·isua/ image. adalah cara mcngumpulkan atau menangkap data/informasi yang dilakukan secara visual dcngan menggunakan kamera film dan lain-lain. Hasil visualisasi tersebut kcmudian dibcri kornentar oleh peneliti. lni dilakukan sebagai suatu cara obyek yang diteliti rnembagi infomasi
scsuai
dengan rcalita. Teknik pcngurnpulan da1a secara audio
visual yang digunakan da!am penclitian ini mcmanfaatkan kamcra digital.
J.6. Teknik Anallsis Analisis data dalam pcnelitien kualitatif deskriptif dilakukan secara torus mcnerus sejek awal penelitkm sampai penelitian dian!l!!AP selesai. Hal ini sesuai dengan pendapat Danim (2002 : 217) bahwa pcngelolaan dan analisis data dalam skema kerja pencliuan
kualiuuif bersifat kontinyu,
>cjak peneliti bcrada
dilapangan hingga dia kcmbali kcmcja kerjanya pasca pengambilan data. Dalam pengolahan data kualitatif yang didapatkan akan menggunakan analisis statistik deskriptif yang mcnggambarkan gejaJ.-gcjala yang ada dan disajikan bcrupa frekuensi atau proscntasc, Secara prosedural, aoalisis data penelitian kualitatif dikerjakan mulai dari reduksi data, kategorisasi data, sintesisasi data sarnpai rncnyusun hipotesa kerja
74
(Moleong : 2004, 288). Rer!ao~kao
bal ini, maka analisis data dalam penclitian
ini meliputi :
I.
Reduksi data
Oidahu!ui dcngan identifikasi data. pengolahan data dilakukan dengan cara penelaahan (analisis) seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber baik dari pengamatan, wawancara, dokumen maupun audio visual. Setelah itu abstraksi dibuai melalui rangkuman, yang proses dan pemyataannya perlu dijaga sehingga
tetap berada di dalamnya, Selanjutnya dibuat kode pada satuan data dengan maksud untuk mempennudah ditelusuri. 2.
Katagorisasi
Katagori bcrarti mcnyusun atau memilah setiap satuan yang memiliki kesarnaan alas dasar pikiran, intui5i pendapat atau kriteria tenenru lcrhadap data (informasi)
yang diperoleh. Sclanjutnya menempatsan <Jara pada katagori masing-masing dengan mcmberikan label. 3.
Sintesisasi
Sintesisasi
yaitu rnencari kaitan antara satu katagori lainnya yang sudah
dikaragorisasi. Selanjutnya mcngkaitkan katagori satu dengan yang lainnya dan kernudian diberi label. 4.
Mcnyusun hipotesa kerja
Setelah melihat keterkaitan antar katagori yang telah diberi label. maka melalui i ntcrprestasi dan persepsi peneliti langkah selanjutnya adalah merumuskan suatu
pernyataan yang proporsional 7-aug memiliki rclevansi terhadap pernyataan
75
penelitian.
Dari data yang telah diolah
tersebut kemudian
disaj ikan sebagai
laporan hasil penelitian. Sctclah
laporan
hasil
penclitian
selesai,
untuk
menilai
apakah
implementasi kebijakan pemberdayaan masyarakat pada sektor pariwisata di Kab,
Bantu I sudah efektifatau belum maka perlu dilakukan analisis tcrhadap: I.
Proses implementasi kebijakan pemberdayaan masyarakar yang meliputi
kegiatan-kegiatan
yang tclah dilakukan
pada pada perspektif kepatuhan
(compiiance), kelancaran rutinitas dan tiadanya masalah (smoothness of routines and absence of problems)serta kincrja yang diinginkan dan dampaknya (desired
performance and impacts) serta faktor-faktor pendukung dan pengharnbat implementasi kebijakan pernbcrdayaan masyarakatdalam pada sektor pariwisata di Kabupatcn Bantu!. 2.
Tingkat efektivitas implcmentasi kebijakan pcmberdayaan masyarakat
dil ihat dari apakah irnplcmcntasi kebijakan Lelah menghasilkan cfck terhadap kapasitas,
peran dan
inisiatif
masyarakar sebagai
(beneficiary).
76.
penerima kebijakan
f3ABIV
DESKUU'SI WILA YAH PENELJTIAN
4.1. Kabupaten Bantut 4.1.1
l.eiak Gcografis Kabupatcn Bantu! mcrupakan salnh satu dari lirna dacrah kabupaten/kota
di Propinsi Daerah lstirnewa Yogyakarta. Apabila dilihal bcntang alamnya sccara makro, wilayah Kabopaicn Banml terdiri dari dacrah perbukitan yang tcrlctak pada baglan tcngah dan dacrah pcrbukitan yang terlctak pmla baglen tirnur dan
barat, serta kawasan puruai di scbclah selatan, Kondisi bentang alam tcrsebut relatif rnembujur dari utara ke seletan, Secara geografls, KAhupaicn Bantu! tcrleiak amara 07o'04 - 08"00'2i
Lintang Selatan dan 110°12'34
-
J
10•31'()8
Bujur Timur. Di sebelah utara, wilayah Kabupaten Bantul bcrbatesan dcngun Kota Yogyakari.a dan Kabupntcn Steman, di scbclah banu dengan Kabupaten Kulon Progo, di sebclah timur dengan Kabupatcn Gunung Kidul dan di sebclah selatan dibatasi olch Samudra JI india.
4.1.2 Pembagian Adrninislratif Sccara administratif Kabupaten Bantul tcridiri darl 17 kecarnatan yang dibagi menjadi 75 desa dan 933 pedukuhan/dusun. Tabel I 0 berikut menunjukkan bahwa Kecamatan Dlingo mempunyai wiJayah paling luas, yaitu 55,87 km2. Adapun kccamatan dcngan wilayah tersernpir adalah Kccamatan Srandakan dengan luas hanya 18,32 km2. Mcski demikiau. jumlah desa dan pcdukuhan terbanyak terdapat di Kccamatan lmogiri dengan 8 desa dan 72 pedukuhan.
Tabel I 0. Jumlah Desa, Pedukuhan Dan Luas Kccamatan IJi Kab. Bantul I No.
Kecamatan
I.
Bnmbanuli puro Baugunta~an Bantu I
,...2... 3. 4.
f-
5.
6. 7. f-
8.
9. 10. 11. 12. 13. 14.
Luas
Jumlah
(km2L 22,70 28,48 21,95
Dcsa
Iumlah Pedukuhan
~I
-
45
Dlingo
55,87
6
57 50 58
lrm>giri
54,49 21,47 32,38 26.77
8
72
Jct is
Kaslhan Krctck l'!\jan~an
Il,25
Pnndak
24,30
Piyunga11 l'lcret Pundoni::
32,54
IS.
Sanden Sedayu
16.
Sew on
17.
Srandakan Jumlah
22,97 24,30 D,16 34,36 --,---.27,16 18.32
4
64
4 5
53
3 4 3 5 J
55 49
52
60
4 4
47 49 62 54 63
2
1):)
75
933
4
506,85 sumbcr: Flappeda Bantul (lKPJ 2007)
4.1.3. Penggunaan l.nhan Pcnggunaan
lahan
adalah
informasi
yang
mcnggambarkan
sebaran
pemnnfontan lahan yang ada di Kab. RMtul. f>ndn label 11 di bawah ini, terlihut bahwa pcnggunaan lahan didominasi untuk pernukiman (settiemem) yang rnencapai
19.832 km2 urau 39,21%
dari total luas wilayah Kab. Bantul,
Berikutnya, lahan digunakan untuk pcrsawahan scbesar 15. 946 km2 aiau 31,34% dari luas wilayah kabupaten. Apabila dihitung per kccamatan, rnaka penggunaan lahan untuk pernukiman terbesar ada di kecamatan Sedayu, yang mencapai 2.056 km2 dan terendah di kecamatan Plercr, yaitu 537 km2.
78
.,,.,,.., . .,,, ,,.., ~ ~I ; :lo - •n'" "' " ~ ~: "' '"- "'.,,.'" "'- ....,- "'
"':loo -cir-.
~
\() '
e"'
g: ~
;::l
~
c
,,
·;a :§
r-
0
N
N
.,.~ C"'l
- ,.-""., "'- "' N
= ...l
00 00
M
00
N
..,. r-
N
0
r-, 0
t--
N
N
Q\
"'
VJ
"' ~
N
N
- .,,.
- ""'
0
¢'. \0 \0 00 N
00 N
0
"'8
0
•
•
0
0
0
0
0
0
•
0
0
00
00 \0
N
..,. - NO
--
V)
..-;
r-
"' -
~
o. .,, i
ec v
V)
• • '
0
0
0
0
,.., ori
\0
"'"' "' .,..,"' -01)
'
-o OQ
00
OQ
-o
NN
N
°'
so- 8,.., -e- ~ Q\
ori
... ,..,
N N \0
.
•
V)
00
0
0
0
•
0
•
0
0
\0
- -
I
.CJ
N
0
~
- - "' -
r-, <"\
N
8
\0
'
00 N .... 00 "!"0 ..,. ,.., ..... N-
on
0
01)
r-,
M
C')
I
-'° -"' --- - --"' ;t-- ,.., 00 M
~
N M
\()
0
00
r-
- ""-
.:<
~
.,"'~
0
0
•
0
•
•
0
'
0
0
0
•
0
0
<(\
0
0::
a5 ~
-=
01)
0
u
;G: 0
'
§ ,.o ~ 5
0
i::
::s
.CJ
N
on "' M N '" 00
-
::i::~
,_
,.., 0
..,.
•
..-;
r•
,,
- "' '"..,. \()
0
~
0,,
r-,
M
00
,_ 00
"' 0
0 r-, ,,.., .....
0
~
'" "'
0
"' ~....M
-,,, s-· - s.- '°°'- ~ ..,."' .... ~"' -- -..,. .... "'
.,,. ,.-., '" - .....,., ~ N
\0
"' ~
r-
00
00
0
0
'¢
0
V'\
00 M 01')
"'"''
~
;;;
CiJ
.,,."' ~ 00
"!:! .!:1 ...
~
00 ,.., ....
- -N 00
Q..
::l
see ~
... 0
,...::..:: ~
0
-,.., ,,.., ~
M N V'\ \0
"' "' N -
- --
00
.,., S! "' "' "' ,.... M
\0 \0 N
'
0
-e Nr-.
"'oM 00 ..-;
-- - -e
c:;
-e- {!.. -e- ¢()
c:;
.9 2 00
c .9 c: 5}
"""'8
s
r.
•,;i :-!: ~ .5 0 .!!? ~ <> ;,.:: ~ Ill iXI ::::i E 0 ...., c:;
B
" '°"'·--" -"'
- "' ,.., ..,:
V)
"OJ"' ... ;; "'
c: §)
g
ot e
"' .u"' -g c:: 1.) -o:::: ~~ ·u~. c~ ~"'Q .2l8 "'"' ..." 'l. cl:! i 0:: :::: " "' c ... ..=; "' ... ·~ ····~ -
·c::
·.O
"
00
0
o_
0
c;,
e -"' s:
~lu
"
(/l
(J)
(J)
- -- - - -..,: -"' - 0
c-1
M
..0
r-.
4.1.4 Pcnduduk
4.1.4. l Kepadatan Penduduk Geogrci[is Kepadatan pcnduduk geogralls menunjukkan jumlah penduduk pada suatu daerah setiap kilometer pcrsegi dan persebaran pcnduduk serta tingka: kepadatan
penduduk di suatu daerah. Tabel 12. Kepadatan Pcnduduk Geografis per Kecamatan di Bantul Tahun 2007
No.
I Kccamatan
I. 2. 3.
Banauntanan
4.
Dlingo
5. 6.
lmosiri Jetis Kasihan
Bambanulipuro Bantu I
·- .... 7. 8. 9.
I().
11. 12. 13. - 14. 15. 16.
Kretek Pajangan Pandak Pivunaan Pleret Pundonu
Luas (km2)
22,70 28,48 21,95 5.5,87 54,49
21,47 32,38 26,77 33.25 24,30 32,54 22,97 24,30
Sanden Sedavu Sc won
23,16 34,36 27,16 17. Srandakan 18,32 Jumlah 'i06,85 sumbcr: Bappeda Bantu! (LKPJ 2007)
Jumlah Pcnduduk 43864 87001 60684 38230 58133 50913 81043 31825 31165 49762 38905
34488 32925 34632 45702 7X952
Kepadatan Penduduk 1932 3055 2756 684 1067 2081 2503 I 146 937 2048 1196 1501 1390 1495 1370
2907
31353
1711
829577
1752
Tcrlihat pada tabel 12 di aias bahwa Kccarnatan Banguntapan adalah wilayah dcngan jumlah pcnduduk bcsar dengan 87.001 jiwa, disusul Kecamatan kasihan dengan 81.043 jiwa dan Kecamatan Sewon dengan 78.952 jiwa. Jika jumlah pcndudduk ketiga kccamatan terscbut dijumlah maka akan tcrdapat angka 240.996 jiwa atau 29,06% dari total pcnduduk Bamul yang bcrjumlah 829.557 jiwa. Hal ini berarti bahwa lebih dari seperempat pcnduduk Kab. Bantu! adalah
RO
suburban dari kola Yogyakarta karcna ketiga kccarnatan ini merupakan wilayah Kab, Bantul yang berbatasan
dengan kola Yogyakarta. Kcpadaran
penduduk
scbagian terbesar juga terkonscntrasi di kciiga kecamatan tersebut dan Kecamatan Ba111ul yang mcrupakan ibukrua Knb. Bantu]. Kcpadatan pcnduduk tcrtinggi ada di Kccamaran Hanguntapan dengan 3055 jiwa/kni2, disusul secara bcnurut-turut olch Kec11111111.an Sewon dcngan 2907 jiwalkrn2, Kccamatan Bantul dcngan 2756 jiwaJkm2 dan Kecamatan Kasihan dengnn 2503 jiwa/krn2 .. lumlah
pcnduduk
terkccil lcrdarat di Kecematen Pajangan yang mcrupakun perbukltan di sebelah bann kola Bantu! dcngan 3 J. I 65 jiwa, scmemara kcpadaran pcnduduk tcrendah adu di Kccamatan
Dlingo, keacamatan dengan wilayah tcrluas yang berada di
pcrbukitan di sebelah timur kora Banml, dcngan kepadatan penduduk hanya 684 jiwa/lun2.
t/.1.4.2 Kepudatan Penduduk Agrarts Kcpadatan
penduduk
aernris
adalah
angka
yang
menunjukkan
perbandingan jumlah penduduk pada suatu dacrah dengan luas lahan pertanian yang tersedia. Dari label 13 bcrikut diketahui bahwa areal pertanian terluas terdapa; di Kccarnatan Banguntapan dcngan 1409 ha, dan tersernpit ada di Kccamatan pajangen yang hanya memiliki 262 ha areal pcrtanian, Adapun kepadatan agraris tertinggi ditemukan di Kccarnatan Kasihao y;mg merupakan salah saiu wilayah Kab. Dantul p.~ling utara 120,42 jiwa!ha areal penanlan, sedangkan kcpadatan agraris terendah terdapat di Kecamaran Sanden, salah saru kecarnatan paling sclatan di Kah. Bantul dcngan hanya 35, I 2fha. lni berartl
81
bahwa petaoi di Keacamatan Sanden rata-rata memiliki sawah yang lebih luas dibaudingkan di Kecamatan Kasihan, Tabet I 3. Kepadaian Penduduk Agraris di Kab. Bantu! Tahun 2006 No.
Kecamatan
Luas areal pertanian (ha)
I.
2.
-4. 3.
Bambane,lipuro Banguntapan Bantu I Dlingo
1409 132
60684 38230 58133 50913 81043 31825 31 i65 49762 38905 34488 32925 34632 45702 78952 31353 829577
J
Imogiri Jet is
512 1109 1177
7.
Kasihan
673
8.
Kretck Pajangan
262
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Pandak
Piyungan J'leret
892
927 1385 860
Pun dong
864
Sanden
986
Sedaru Se won Srandakan Jumlah
960
1305 419 16,036 surnber: Bappeda Bantu I t LKPJ 2007)
Kepadatan Penduduk/k
m2 43864 87001
1164
,_5. 6.
9.
Jumlah Penduduk
37,6~ 61,75 53,61 74.67 52,42 43,26 120,,12 35.68 118,95 53,68 28,09 40,10 38J I 35,12 47,61 60,50 74,83 51,73
4. !.4.3 Jumla): PondudukBerdasarkan Mata I'enoaharian Berikut ini adalah label prosentase penduduk di atas usia I 0 tahun yang bekerja menurut Iapangan pekerjaan utama pada tahun 2007. Pada tabel 14 berikut
terlihat bahwa sebagian besar pcnduduk Kab, Bantu! bekcrja si sektor pertanian, disusul sektor perdagangan dan industri sena jasa. Hal ini berani perturnbuhan ekonomi Kab. Bantu I ditcntukan oleh kinerja kcempat sektor tersebur.
82
Tabel 14. Prosentasc Pcnduduk Bantul yang Bekerja
No.
9.
Lapangan Pekerjaan lJtama Pertanian Pertambanean dan Pcnggalian lndustri Liatrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Komunlkasi/Transoortasi Keuangan Jasa
10.
Lainnva
I.
2. '
'·4. 5. ' o.
-7. 8.
Prosemase 2556
1,98 I 8,95 0,07 8,88 21, I 6 4,64 1,61 16.89 0.27 100
Jumlah sumber: Bappeda Bantu! (LKPJ 2007)
4. I. 4. 4 J111'1lah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 15. Proseruase Penduduk Bantu! Berdasarkan Pendidikan No. Laoangan l'ekeriaan Utama L. Tidak/lJelum oernah sekolah 2. Tidak/belum lama: sekolah dasar 3. Sekolah dasar 4. SLTPUmurn 5. SLTA Umum 6. SLTA Kcjuruan 7. Dl/02 8. Akademi/03 9. D4-S3 10. Tidak sekotah lagi Jumlah surnbcr: Rappeda Bantu! (LKl'J 2007)
Prosemase 10,88 6,32 5,22 3,49 6,05
68,03 100
Seperti dituniukkan label 15 di atas bahwa kualitas somber daya manusia di Kab. Baruul masih perlu ditingkatkan karena sebagian besar (68%) tcrnyata
adalah mercka yang tidak sekolah Iagi, yaitu akumulasi jum lah penduduk yang bclum tarnat sekolah dasar ditambah mercka yang lulusan sekolah dasar, SLTI' dan SLTA yang tidak melanjulkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
83
4.1.5 Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran Berdasarkan garis batas kerniskinan Rp.152.847,-
bcrbasis
pendapatan sebesar
per kapita per bulan yang ditetapkan oleh BPS pada tahun 2005,
maka jumlah pcnduduk miskin di Kub. Bantul pada 2007 mcncapai 270.356 jiwa atau 67.589 K,epala Keluarga (KK). Jumlah ini lebih besar dari jumlah KK miskin mulai dari tahun 2001sampai 2005, dikarcnakan pada akhir bulan Mei tahun 2006 Kab. Bantu! mcngalami musibah bencana alam gempa bumi yang berdampak pada rneningkatknyajumlah KK miskin. Tabel 16. Jumlah Kepala Keluarga Miskin di Kab. Bantu! 2005-2007
No. I.
2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kecamatan Bambanglipuro Banz.untaoan Bantul Dlineo lmogiri ~· Jet is
Jumlah K.K mi-skin 2005 1938 9577 1410 3027 2586
3467 4560
2006
7.007
3453 7598 5606 3914 71)70 -4762
3269 5495 3920 3418 6521 4599
--·
6019
5'.l33
1589 2653 Pajangan 2481 2915 io. Pan(lak. 3451 6418 Piyungan 349] 11. 4651 12. Pleret 4421 4739 13. Pundong 4754 4976 14. Sanden 17\14 1775 15. Seda vu 3502 3757 16. Sewon 3044 8517 17. Srandakan 19')0 2555 .lumlah 49.577 81.398 sumber: Bappeda Banlul (LKPJ 2007, diolah]
1940 2312 48]0 3634 4449
Kasihan Krclck
I
3778
1474 3780 6531 2326 67.589
Bcrdasarkan label 16 di atas. terlihat bahwa jumlah KK miskin melonjak saugat lajam dari 49577 K K pada tahun 2005 mcnjadi 81398 pada 2006 dan
84
mcnurun Jagi menjadi 67589 KK pada 2007. Kecamatan yang poling tcrdarnpak oleh gernpa bumi adalah Kecarnatan Banrul dimana jumlah KK miskiu ruerokct dari 141 0 pada tahun 2005 menjadi 5606 pada rahun 20()6 atau lcbih dari 390%, oleh Kccamatan Sewon dan Kecamatan lmogiri dcngan
disusul
lonjakan KK
rniskin scbcsar lebih dari 270%. Di lain pihak, pada saat kccamatan lain mengalami pcningkatan jumlah KK miskin dari tahun 2005 kc 2006, jurnlah KK miskin di kecamaian Bangentapan dan Sandenjustru menurun. Adapun data mcngcnai proscntase pengangguran di Kah. Thn111! sclama tiga tahun tcrakhir bisa dilihat pada tabel berikui: Tube! 17. Ketenagakcrjaan di Kab. Bantu! Tahun 2005-2007 No.
I
Ketenagakerjaan
~
Tahun (orang)
2006 2007 39.284 34.162 2 376.740 399.520 427.431 I-Proscnrase Pcnganggur 9.8% 7,9% 10%1 terhadap l'enaga Kcria I sumbcr: Bappcda Bantu I (LKPJ 2007). diolah
1
1
:--
Pcr11ianaour Tenaga Keria
37.963
Tcrlihat pada tabcl 17 di atas, proseetase pengangguran di Kab. Bantul mcnurun dari 10% pada 2005 mcnjadi 7,9% pada 2007.
4.1.6 Pert11111b11han Ekonomi Pcrtumbuhan ekonomi suatu daerah secara umum dapat dilihat mclalui indikator perkembangan Produk Domestik Regional Brutn (PDRB) dun PDRB per kapita, Tabet berikut rnenunjukkan pcnumbuhan PDRB Kahupaten Bamul selama tiga tahun tcrakhir (2005-2007).
85
Tabel 18. Distribusi Proscntase PDRD Kah. Bamul Tahun 2005-2007 Menurut L aoangan ll sa Iia At. as Dasar H arga Konstan Th a un 2000l No. Lapangan usaha Tahun (dalam %) 2005 2006 2007 1 Pertanian 24.48 24,69 24,34
2 3 4
Pertam bangan dan Penggalian Industri Pengolahan
1,01
l,03
1,06
19,93
17,22
16,93
l.istrik, Gas dan Air
0.90
0,82
0,88
Bersih
5
Banguuan
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
7
Pengaugkutan dan
8,51
11,57
11,84
18,95
18,92
18,92
6.88
6,65
6,28
5,68
6,66
Komunikasi
8
Keuangan, Persewaan
9
dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Jumlah
6,34
I
l
12,931
13,23
13, I 0
100
100
JOO
sumber: Bappeda llantul (LKPJ 2007) Bisa dilihat pada tabcl 18 di atas bahwa lapangan usaha yang membcrikan surnhangan signifikan kepada PDRB Kabupatcn Bantu! selama tiga tahun terakhir adalah pcrtanian dcngan rsra-rcta 24,50%, disusul perdagangan, hotel dan restoran dcngan rata-rata I 8, 93% dan industri pengolahan, yang cenderung menu run, dengan rata-rata 18,02%.
Secara k.eseluruhan perturnbuhan PDRB Kabupaten Bantu! sclama empat tahun terakhir ini (2004-2007) mcngalami pertumbuhan rata-rata sebesar 14,73%
berdasarkan harga bcrlaku tahun 2000 dan '1.2 7% mcnurut harga konstan tahun 2000. (Lihat tabel 19 bcrikut).
86
Tabcl 19. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bantu! Menurul Harga Berlaku
dan Harga Konstan Tahun 7.000 ~
I larga nedaku tahun 2000 Nilai Pertumbuhan (Juta Rp) (%) I 20()4 4.238. 736 ,._. !3,16 ·2 2005 4.898.268 15,56 3 2006 5.725.366 16,89 I 2007 4 6.489.25 I 13,34 surnber: Happeda Bantu! (LKPJ 2007) I
No.
Tahun
Tlarga Konstan tahun 2000 Nilai Perturnbuhan (Juta Rn1 (o/o)
3.080.313
5,04
3.234.172 3.299.648 3.460.585
4,99
2,02 4,88
Sementara itu dari segi per kapita, PDRB Kabupaten Bantu! pada 4 tahun terakhir
mencatat pertumbuhan rata-rata sebesar I 2.49% berdasarkan
harga
berlaku, sedangkan menurur harga konstan juga mengalami peningkatan rata-rata sebcsar 2.20% (Lihat tabel 20 bcrikut) Tabel 20. Perkembangan, PDRB Per Kapita Kabupaten Bantul Menurut llarga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 Harga Berlaku tahun 2000 Nilai Pcrtumbuhan IJuta l
4.1.7
Tahun
Haraa Konsian tahun 2000 Nilai
Pertumbuhan
(Juta RE')
(%)
3.640.936 3.747.762 3.750.343 3.856.138
2,98 2,93 0,07 2,82
lnstansi Pemerintuh di Kab. Bannd
Di Ksb, Bamul terdapat I 2 Dinas, 3 Badan, 12 Bagian, 7 Kantor, l 7 Kantor Kccamatan, lO Unit Pclaksana Teknis Dinas dan 9 instansi vertlkal. Berikut tabcl instansi pernerintah di Kab. Bantul:
87
I
1iJ 00 00
"
r
t-t-~~t---·~~~t-~-i~
v.
1J
i5
.O...:NM-:i ..... .-
0\-.--'
4.2. Dioas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bantu I
Sejak berdirinya pada tahun 1996, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bantul telah mengalami perubahan baik struktur maupun tugas pokok dan fungsi sesuai dcngan urntutan keadaan. Deegan bergabungnya Bidang kebudayaan pada
tahun 2004. maka nomenklatur dinas berubah mcnjadi Dinas Pariwis.11a dan Kcbudayaan Kab.Bantul, Terakhir sesuai dengan Peraturan Daerah No. 17 Tahun 200.7 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Di Lingkungan Pcmerintah Kahupaten Bantul, struktur dan iugas pokok d:1J1 fungsi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan berubah mcnjadi berikut:
4. 2. 1 Struktur Organisasi Berdasarkan pasal I 8 Peraturan Dacra.i !\o. 17 Tahun 2007 teniang Pcmbentukan Organisasi Dinas Daerah Di Liogkungan Pemerintah Kabupaien Bantul, struktur organisasi Dinas Kcbudayaan dan Pariwisata terdiri atas : •
Kcpala Dinas;
•
Sekretariat, yang terdiri alas Sub Bagian Umum; Sub Bagian Program.dan Sub Bagian Keuangan dan Aser;
•
Bidang Saraua. Obyek dan Daya Tarik Wisata, terdiri atas Seksi Sarana dan Prasarana Wisata: dan Seksi Pengembangan Daya Tarik Wisata;
•
Bidang Pernasaran dan Kemitraan, terdiri atas : Scksi Promosi dan Bimbingan Wisata; dan Seksi Kemitraan Usaha.
•
Bidang Kebudayaan, tcrdiri atas .Seksi Budaya dan Kesenian; dan Seksi Sejarah dao Kepurbaka!aan.
•
Kelompok Jabaran Fungsional;
~
!:
·;: ij
~
- ~·- " ~~
cos 1! .0 0
s.
"~ "'0..
a~
,.
~
c
-
Q:l
~ -"'
~"
VJ
~J ~
.,
a
~ ·~ "' <.> ~~ :2 c:
a""'
-~
:::>
.VI
"
-
1!I c:
~
:r,
ii
c ~ E .5
t
'--
2< .0 Cl) " -e:a
0"" ~ E 0.. ·-
g
·;;; ::0 ~
ti
a~~
Cl) "'
'3'
0
"'
-
I-
4.2.2. /{e1l11d11Jum dun TugasPokok
(I)
Dinas Kcbudayaan dan Pariwisata merupakan unsur pelaksana pernerintah daerah di bidang l'ariwisara dan Kcbudayaan, dipimpin cleh Kcpala Dinas dan bcrkedudukan di bawah dan berranggung jawab kepada Bupati melalui Sckrctaris Daerah.
(2)
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan
urusan rumah tangga pemerintahan daerah dan tugas pcmbantuan di bidang Pariwisaia dan Kebudayaan,
4.2.3. Keadaan Kepegawaian DinosPariwisata dan Kebudayuan Kub. Bamul Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kah. Bantu! mernperkerjakan 87 personil, yang terdiri dari
71 laki-laki dan 16 pcrempuan, Dilinat dari
Pangkat/Golongannya, tercatat I 0 pegawai golongan I, 25 golongau 11, 4 7
golongan Ill dan 5 goloogan V. Rerdasarkan tingkat pendidikan, terdapat 3 orang lulusan SD, 12 berpendidikan SLTP, 32 (03 ), 24 bergelar Sarjaua (SI),
tamar
SMA, 12 lulusan Sarjana Muda
2 Pascasarjana (S2) dan J orang sedang
menyelesaikan Program Doktor (S3). Jen is .iabatan yang ada di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan adalah jabatan siruktural, yang sudah terisi semua, sebanyak 11; I jabatan fuogsional dan 72 sisanya non-strukrural. Dari scgi agama yang diauut olch pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Islam merupakan agarna mayoritas dengan 76 pemcluk, disusul Katolik dengan 9 penganut dan Hindu dengan J pengikut,
91
4.3 K.ondisi Kcpariwisataan di Kab. Bantu I 4.3.1 Obye« dan Daya Tarik Wisata Di Kab, Bantul tercatat ada I 0 I lokasi yang dikategorikan scbagai obyek dan daya tarik wisata. tcrdiri dari: •
wisota nft1111:
pantai (6), pegunungan (2), goa (7), hutan (1) dan
agrowisata (3) •
wisata scjarah
t/1111
buduya:
pctilasan/zlarah (12), monumen (7),
mnkam/ziarah (13), museum (2), padepokan seni (I), situs arkcologi (12), •
wisata peudidikan: (5),
•
taman rekreasi (5) dan
•
wisata minat kf111s11s (24).
4.3.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan, Pendapatan dan Akomodasi Wisata
Jumlah kunjungan wisawatan kc Kab. Bantu! serta jumlah pendapatan dari retribusi obyek wisata yang dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bantu! bisa dilihat pada tabel 4 dan tabcl 5 dimana jumlah kunjungan dan pcndapatan cenderung men urun sejak tahun 2003 dan rnencapai puncaknya pada tahun 2006. Pada tahun 2007 jumlah pengunjung dan pcndapatan rnulai rnenapak naik lagi.
Di Ksb. Bantu! saat ini tercatat 180 fasilitas akornodasi wisata yang
sernuanya dikategorikan sebagai hotel non-bintang, dan hampir seluruhnya (95%) terdapat di kawasan Pantai Parangtritis,
92
4.4. Kelompok Sadar Wisata 4.4. I Pengertian
Kclompok Sadar Wisata atau disingkat Pokdarwis adalah suatu elemen sosial
sebaga! pcnggerak
utnma masyarakai
untuk
mendukung
kebjjakan
pengembangan kepariwisataan di lingkungan tcmpat tinggalnya, dengan tujuan meningkatkan
kcscjahieraan umum. l'okdarwis mcrupnkan kelompok
swadaya
dan swckarsa masyarakat yang dalam akrivitas sosialnya berupaya untuk: 1. Mcningkatkan usaha para uuggulanya 2. Mcningkatkun pcngembangan pariwlsata daerah
:1. Mensukscskan pcngcmbengan kcpariwisataan nasional
4.4.2 Maksud t/1111 1'11)11r111 Pemhe11t111111 l'<•krfflrH1is
Maksud dibemuknya Pokdarwis di mnsing-masing daerah adalah:
a) f)~pat mcnjadi motivator dun komunikator dalam upaya mcnjudikun masyarakat di sckhar obyek dan daya tarik wisata rnenjadi masyerakat yang sadur wisata dan daput memanfaatkan potensi pariwisata yang ada di daerahnya b) lkut berperan aktif dalam pcngcmbangan kepariwisataan di masing-rnusing daerahnya c) Turut membamu pcrncrintah dalam mcwujudkan Sapl.a Pesona dalam kehidupan masyarakat schari-hari untuk menjaga citra baik kepariwisataan daerah khususnya dan kepariwisataan Indonesia pada umurnnya.
93
4.4.2.! Tujuan U111um: a) Mcningkatkan
pegembangan kepariwisataan daerah guna pcningkatan
pcndapatan daerah dan masyaakat sctempat b) Memperkcnulkan dan melestarikan sorta memanfaatkan obyek dan daya
larik wisata yang ada di masing-masing daerah c) Menciptakan rnasyarakat yang Sadar wisata dan menerapkan Sapia Pesona dalam kehidupan sehari-hari 4.4. 2.2 Tujuan Khusus: a) Memberdayakan sumber daya manusia yang terdapat di sekitar obyek dan daya tarik wisata umuk dapat mcnjadi tenaga yang produktif serta dapat
membuka lapangan kerja baru di bidang pariwisata b) Mcrnanfaatkan dan mengelola somber daya alam yang ada untuk menjadi obyck dan daya tarik wisata yang dapat dikclola dan dinikmati oleh wisatawan nusantara maupun manca negara c) Memanfaatkan dan mcngelola scni budaya yang ada di masing-rnasing dacrah menjadi daya tarik dan atraksi wisata yang dapat disajikan kepada wisaiawan d) Dapat mcnjadi penggerak dalam menciptakan citra pariwisata yang baik
dengan meningkatkan
rnutu pelayanan clan kerarnah-tamahan serta
menjadi tuan rumah yang baik c) Daparberparrisipasi dalam mernbantu memasyarakmkan sadar wisata dan mencrapkan Sapia Pesona dalam kehidupan sehari-hari.
94
.
,
.
'
I .~-~ I :j 4. cs. Keanggot111U1
r: '
Keanggotaan Pola.larwis terdiri dari: a) Masyarakat yang mata pcncah.ariallnya bcrkaitan dcngnn penyedi=I barang atau jasa bagi kcbuluhM wisatawaa, baik langsung maupun tidak langsung b} Masyarakat yAng tidak bcnnat&-pcnc4hllrian sebagairnana tersehut pada
•
butir l .e di atas, namun berlcmpal linggol di sckitar wilayeh obyek dan daya ta.rik wisata atau wila.yah lain yang baynk dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan nusantar. maupun wisatawan manca negara c) Jumlah Mggota sctiap Pokdarwis malcsimal SO orang dan minimal J() orang d) Law belakang pendidikan tidak mcnj1di persyaralan c) Umur minimal 13 tahun (srtinglc.at tam.a.tan SD) dan tida.lc ada 'batM maksimal f) Si fat keanggotaan dalam lcelompok adalal1 sukareL~ g)
Pada Iokasl ohyek dan daya tarik wisata atau lokasi lainnya yan hanyak dik.wijwigi wisstawan. dapat dibcntuk lebib dari satu Pok.darwis
b) Keanggotaan dapat hilang bilam.ana seseorang mengundurkan diri, meninggal dunla, dihulu.un pidana, k.waog Joyal dan dedikasi tabadap kemajuan kelompok.
4.tl.4 Kepe1Jg1U11san
Pengurus Pol.dwwis teroiri dari
U71SW-IUISll7sebagai
95
berlkut:
,
1 ·~
~.:;
a. Unsur Pembina tecdiri dari:
•
Unsur Depbudpar c.q Oirektorat Jendral Pari wisata
•
Unsur Pernda e.q Dinas Pariwisata Propinsi dan Dinas Pariwisata Kabupaten/lCou
•
Anggota Pokdarwis
b. Unsur Pimpinan •
Ketua
•
Wnkil Ketua
•
Sekrctaris
•
Bcndaharo
c. Unsur Anggota terdiri &.iri: •
.'>n@gol4 masyarakat ya.og berada di sekit.a.r obyek dan daya tarik wisata yang dengan sub rela rnenyatakan diri sebagai anggota
•
Unsur pimpinan Pokdarwis diut.unakan ~~orang
)'allg
memiliki
kcsadaran untuk memajukan clan roengemhangkil.n pariwisata dl tanah air, memblna masyuaka.t sadM wi~t.a. dan turut meloksanakan Sap\4
Pesona dalam kehidupan sehari-hari •
Pirnpinan berasal dsri para anggota itu sendiri atau yang ditunjuk oleb anggota
•
l3esamya
struktur
01ganisasi
ditentulcan
oleh jumlah
anggota
Pokdarwis dengan jumlah anggota yang cukup besar dapat dilengkapi dengan beberapa seksi yang menangani bidang-bidang kegiatan yang berlainan
96
•
Pokdarwis dengan anggota yang relatif kecit dilengkapi dengan hanya dua seksi atau bidaag
•
Seriap Pokdarwis mcmiliki ruang secretariat yang berfongs] scbagai ternpat kcsekretariatandan Lempll pencmuan para anggoia
•
l'okdarwis mencatallmcndokumcmasikan scriap kegiatan
Sckrctariat
organisasinya
4.4.5 R11a11g Li11gk11p Keglatan
Ruang lingkup kcgiatan Pokdarwis dlarahkan untuk: I. .\1er.ingkatkan pcngetahuan da'l wawasan para anggota Pokdarwis dalam bidang kcpariwisataan 2. Meningkatkan kcmampuan
dan ketrampitan
para anggora
dalam
mcngclola bidang usaha pariwisata dan u..aha terkait lainnya
J. Mcndorong/mcmotivasi mu:.,;arnkac agar mc1tjatli tuan rumah yang baik bagi wisatawan, bail. wisatawan nusantara maupun wisatawan manca
negara 4. Mendoronglm~muti~11si
masyruakal untuk meningkatkan
daya tarik
pariwisala setempat mclalui upaya-upaya penvujudan Septa Pesona 5. Mcngumpulkan,
rnengolah
dan
mcmberikan
pelayanan
inforrnasi
kepariwlsaraan kcpada wisatawan dan masyarakar setempat 6. Memberikan
masukan-masukan
kepada
aparat
pemerintah
yang
berwenang dalam bi
97
4.,.6 F11ngsi dun Tugas Pengurus f ungsi dan tugas pengurus Pokdarwis ini hanyalah rnerupakan pedoman saja
dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kcbutuhan sorta kemarnpuan masingma.sing. l. Kenia a. Mcmimpin Kelompok Sadar WiS<1ta b. Meml.x:rikan pcngarahan-pengarahan pada anggota c. Mengkoordinasikan keglatan-kcgiatan serta bcnanggung awah mengenal keuangan dan pclaksanaan kcgiatan d. Memimpin pcncmuan, diskus] kelompok e. Menandatangani surar-surat keluar
r:
Ocnaneeur1gjawab kepada Kepala Dinas Pariwisata
2. Wakil Kenia a. Mcmbanru kegiatan ketua b. Mewakili
ketua dolam
berbagai kegiaian
bilamana
ketua
berhalangan c. flcrtanggungjawab tcrhadap ketua kclompok 3. Sekretaris a. Menyusun dan mclakukan kegiatan administrasi b. Mempcrisupkon bahan-bahan pertcmuan kelornpok c. Mengadakan hubungan koonlinasi dengan instansi atau pihak luar terkait
98
d. Menghimpun seluruh laporan dari anggota 4.
Bendahara
a. Bertanggung jawab atas pendapatan can pcngeluaran barang b. Mengusahakan dana bamuan dari pihak lain c. Bertanggung jawab kepada kctua kelornpok 5. Anggota a. Seksi Atraksi Wisata can Budaya •
Menggali dan membina bcrbagai atraksi wisata dan budaya
•
Mcngadakan pagelaran bcrbagai atraksi wisata dan budaya
•
Bcrtanggung jawab kepada ketua kelompok
b. Seksi Kebersihan dan Keindahan
• Menyelenggarakan upaya kebersihan dan keindahan •
Mcngadakan dan menyelenggarakan pcnghijauan
•
Menyusun program kegiatan kcbersihan
dan keimlahan
Iengkungan • c.
8crtanggungjawab kepada kctua kclompok
Seksi Keamanan dan Ketcrtiban
•
Mcmbantu usaha keamanan dan ketertiban di sckitar usaha pariwisata
•
Bek.crja sama dcngan pihak keamanan setempat
•
Bertanggung jawah kepada ketua kelompok
d. Seksi Pcndidikan
99
•
Mengikui-sertakan
anggota
kelompok
ccrarnah, diskusi yang diselenggarakan
dalam
penataran,
olch
lembaga,
organisasi pariwisata •
Mcnyelenggarakan penataran pariwisata untuk rnasyarakat
•
Merrgadakan lomba ketrampilan pcngctahuan kepariwisataan
•
Bertanggung jawab kcpada ketua kclornpok
c. Scksi Usaha •
Mengadakan
hubungan
baik
kedalam
maupun
keluar
sehubungan dengan usaha kelompok
•
Membentuk koperasi untnk
kepentingan kelompok
dan
rnasyarakat pada umumnya •
Bertanggungjawabkepads kciua kelompok
4.4. 7 Keuangan Untuk kelancaran dan kelongsungan hidup Pokdarwis, maka usaha yang dilakukan dalam menghimpun dana bagi kegiatan kelornpok dan masyarakat scternpat dilakukan secara swadaya, antara lain: I. Membcntuk dan mendirikan koperasi 2. Menghidupkan kegiatan-kcgiatan hiburan melalui kerjasama dengan usaha pariwisata, sponsor dan masyarakat yang tidak mengikat dan tidak
bertentaogan dengan ketcntuan yang bcrlaku 3. Bantuan Pemerintah Pusat clan dacruh
JOO
4.4./J Pembentukan Organisasi
I . Organisasi Pokdarwis terbcntuk atas dasar rasa spontanitas rnasyarakat (bottom-up) untuk ikut serta berperan aktif dalam pengembangan potensi pariwisata di daerah sercmpat. sekurang-kurangnya alas inisiatil' 3 (tiga]
orang pcminat pariwisata 2. Mengaiukan rencana pcmbcntukan Pokdarwis kcpada Lurah/Kepala Deso dan Carnal untuk mendapat persetujuan dari Dinas Pariwisata sclempat dengan mcngisi formulir )'ang telah disediakan 3. Pengukuhan Pokdarwis dilakukan olch Kepala Dinas Pariwisata setempai dan ditetapkan oleh Kepala Daerah masing-masing dalaru benruk Surat Keputusan.
Adapun nama, lokasi, jumjah
anggora serta tanggal pembcntukan
Pokdarwis bisa dilihat pada rabel 22 di bawah ini dimana Pokdarwis pertama kali terbentuk sejak tahun 1998 di dcsa kerajinan gerabnh/kcramik Kasongan, sedangkan ;'ok
IOI
anggota paling
Tabel 22. Nama, l.okasi
I 2 3
--lj
s6 7
8 '9
>-/~ 12 1.1 14 IS 16
:-J;in1t1 Jlo~dlr\\ii.
K~sO.Ht:tn
K3.'1Qflg~1L Kasihm
.-.\yu ,\~ri (\1ng\r~ng n~.t.:h
Pvnl'.osari. S-anJ.ikan rl1r1<.'t1Sari. Sra11...1aL1.n
K waru
PoocC6Qfi, Sr::.rJ.lbn
Asri
I
: "1'.a-.i
Jenis Ot)'cl \Vi!>UI~
I
' Kl'runil PU1t:si Pa11.:a.1si1110 I l'Ln!~i Can,j.ring. j
I r~Can.'ii-no
rant.Ji K \\ ;JJU, 1 r~d:lnsimo J 1'anl3i !'at:l•f.!ritl, I :>= \\'i$OI> • U11iL K~'Wdcsa \\iSa~a I (:W Sl:ironc ' )>(I noti s~ur..a~ Pa'ltt.i 1'a1chan
I
Pnrnn~trf1f~ P·.iran~ariti~.~relck ·-Tor.1b~k 'f:l:'JI A~unc Kcbon Agung;. lr..cgiri Krcl>cl Dinungun Krebel. PaJ!lng:rt Slaronu Guwasori. Pof.ir.t>n SJmod'ro Ernas Sris=iuin~. Son<:c~ Pillli:,uri C.a!inis;iri. SJnck.11 Cerme Asri Selnru.rniorQ.lmopiri Kartika Mudo Smdal:ln P•noruna AJ!,unR Ulnd<:n. Jcus
!
Jumlah
Tonggnl
,\11~~-:>l~
l'ernl>.mtu~an
25
so ~3
ry.06.20t10
" ~5 21
I~
1:: 22
GoaCen1ic
50
Kcr:tmi i:/de$:1 \\ lsata KerJJl'liestl wlsata
20 20 20 4l
Dcs:I\\ i5al.1 . . Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Oantul 2008
,.
22-08 1998 29-06·2fl0() ~9.. 06~10()f-l--
18 09 200() 3tJ.09·20()0
I ~.:jO·WOO I S-10·2000 20·06:~00I 70-['6-2002 25·06·2C02 J 1·07·200(1 11-07-W06 31·07-2/)()(J
2i·ll·2(Xli 11-(1)-2008
Sementara itu, Forurn Komunikasi Kelompok Sadar Wisata ( Forkom Pckdarwis) adalah wadah bcrsatunya seluruh Pekdarwis di Kab. Hanrul. Tugas pokok forurn ini adaleh mcngkoordinasikan scluruh kcgiatan l'okdarwis, serta
mclakukan koordinasi dcngan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kan. Hant11I dalam rangku mendukung kebijakan atau program pengembangan pariwisata oleh Perncrintah Kab. 6antul. Forkom Pukdarwis sendiri merniliki kepengurusan yang bcrasal dari anggota-anggota Pok.darwis. (Iihat tabel 23 rlibawah ini). Sesuai dcngan Anggaran Dasar dan Anggaran Rurnah Tangga Forkom Pokdarwis, masa jabatan pengurus adalah 3 tahun dan sesudahnya bisa dipilih kembali.
102
-
Tabet 23. Nama dan Jabatan Pcngurus Forkom Pokdarwis di Kah. 13antul
No
Jabatan Dalam Kepcngurusan
Narna
Keicrangan
I
Ketua
2 3
Wakil Kctua Sekretaris
Anton Wahono H. Mulyono Bagong Riyanto
4
Bendahara
Anton Sukoco
5 6
Hu mas
Suharjo Sukarjo
7
Sic Atraksi Sic Pendidikan
8
Sie Kcamanan
9
Ors. Sumarmar, Noer Aclunadi Bachroni Dahono Djumino
Pokdarwis Krebel Sendangsari Pajangan Pokdarwis Nglorong l'anjangrcjo Pundong Pokdarwis Krebel Sendangsari Pajangan Pokdarwis Cangkring Poncosari Srandakan Pokdarwis Parangtritis Kretek Pokdarwis Krebel Sendangsari Pajangan Pokdarwis Parangtriris Krebel Pokdarwis Semarnpir Panjangrejo Pundong Pokdarwis Tambak Tega I Kebon Agung
Imogiri Pokdarwis Slarong, Guwosari, Pajangan Pokdarwis Slarong, Guwosari, Pajangan Somber: Dinas Pariwisata dan Kcbudayaan Bantu! 2008 Sie Usaha
4.5
Koodisi Upaya Pcmberdayaan Masyar.lkat Pada Scktor Pariwisata Saat Joi Oi Kab. Baotul
Kebijal..an pembcrdayaan masyarakat pada sektor pariwisara di Kab. Bantu! dimpk:mentasikan me:alui berbaga] progam aiau kegiaran secara bersamasama dan atau seadiri-sendiri oleh dinas atau instansi pernerintah yang ada di Kab. Bantul (Iihat tabel 8, halaman 51).
Seperti terlihat
pada tabel icrsebut,
implementor utama adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bantul, Dinas atau instans. lain yang secara signiflkan juga mengupayakan pemberdayaan
rnasyarakai aciaiah
uir.as
Permdustrian, Pcnlagangan. dsn Koperasi: Dinas
l'crtanian dan Kehutanan: Kantor Pemberdayaan Masyarakat Liesa dan Dinas Kelauran dan Pcrikanan.
103
Selain antar intansi di lingkungan Pcrnerintah Dacrah Kab, Bantul, instansi pemerimah lain pada tingkat propinsi juga terlibat dalaru upaya pcmberdayaan rnasyarakat pada sektor pariwisata di Kab, 13antul. yaitu Badan Pariwisara Prop.
DIY yang mcmiliki seksi pemberdayaan masyarakat dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Prop. DlY rnelalui
Iasilitasi
pemasaran. seperti
pameran, pembuatan showroom dan lain-lain. Selain itu, dari kalangan akademisi di DlY. seperti Universitas Gadjah Mada (IJGi'vl), Institut Seni lndonesia (181), Universitas ncgcri Yogyakana (UNY), Univcrsitas Muhammadiyah Yogyakarta (IJMY), Akademi Bahasa Asing (ABA) Yll'K juga memiliki program-program yang mcndukung pemberdayaan masyarakat melalui berbagai pelatihan teknologi tcpat guna, bahasa asing maupun pclatihan pcningkatan kualitas produk kerajinan. UGM, misalnya mclalui Fakultas Teknologi Pcrtanian rnemberikan pelatihan pengolahan bahan makanan, Fakultas llmu Budaya dengan pelatihan bahasa lnggris, Pusat Studi
Wanita dcngan pemberdayaan
pcrcmpuan di sektor
pariwisata. IS! menyediakan pclauhan pembuatan produk patung, UNY deugan pe latihan bahasa I nggris dan Jc pang, serta ADA dengan pelauhan bahasa Inggris. Dunia usaha pariwisata, sepcrti Association of Indonesian Tours and Travel Agencie» (ASITA) dan llimpunan Pariwisala Indonesia (I lPJ) juga tak
ketinggalan ikut sena rnenyediakan tenaga trampil untuk memberikan pelatihan pengernasan potensi wisata (rour 1x11;/wging) maupun pelatihan pramuwisata (guiding).
104
BA.UV HASJL DAN PEJ\IBAHASAN
Scbagai sebuah kehijakan publik. kebijakan pcrnberdayaan masyarakat pada sekror pariwisata bisa diartikan scbagai sebuah kcpu!usan atau pilihan yang dibuat oleh pemerintah (public adminisJralnrs) )·Mg harus dilaksanakan melalui serangkaian tindakan untuk membcrdayakan masyarakat, yairu mernpcrkuat dan mcningkatkan kapasitas, peran dan inisiatif masyarakat scbagai salah satu stakeholder penting
di luar unsur pemerintah dan swasta urnuk dapat
bcrpartisipasi dan bcrpcran aktif dan suaiegis sebagai subyek maupun sebagai penerima manfaat dalam pengcmbangan kepariwisataan secara berkelaniutan. Dengan dcmikian, implcmcntasi kebijakan ini bisa dianggap efektif apabila mencapai tuj uan hakikinya, yailu masyarakat pada sektor pariwisata yang berdaya scperti tersebut diatas, Di Kab. Hantul, kebijakan ini tenuang pads pasal 12 sampai pasal 17 dalam Peraturan Daerah no. 3 Tahun 2004 ~cntang Rencana lnduk Pengernbangan Pariwisata di Kah. Bantul. Meski jclas mengacu pada sektor pariwisata, kebijakan terebut tidak akan bisa diimplementasikan hanya oleh Dines Pariwasata Kab. Bantu! saja mengingar cakupan sektor pariwisata yang cukup luas dan bersifat multi sekioral, seperti yang tersirat sebagai berikut: Tourism is a collection of ocuvuies, services and industries tho: delivers a travel experience, includi11gtransportauon,accommodations, eating and drinking establishmems, retail shops. emertainment businesses. activityfacilities and other hospitality services provided for individuals or groups traveling away from home (http:Pm•w.prm.nau.edu)
Seiring
dengan
hal tcrsebut,
pemberdayaan
rnasyarakat
pada scktor
pariwisata tcntu saia juga mcliputi berbagai program atau kegiatan yang bersifat lintas
sektoral, Olch karena itu,
untuk mewujudkan
tujuan
pernberdayaan
rnasyarakat pada sekror pariwisata di Kab, Baruul, Dinas Parwisata Kab. Banurl mcmbutuhkan koordinasi dan kerjasama dengan insransi/lernbaga
pemerintah
lainnya maupun swasta, perguruan tinggi, pihak-pihak yang bcrkepcruingan rerhadap pernbcrdayaan rnasyarakai lainnya (stake.hoder) dan rnasyarakat scndiri. I lal ini senada dengan spa yang dikemukakan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bantul. Drs. Suyoto, HS, M.Si, MM dalam sarnbutannya pads sebuah pcrtemuan mernbahas peningkatan kualiras Pokdarwis scbagai upaya pernberdayaan masyarakat sebagai bcrikut: " ...yang kedua, bapak dan ibu, pada kali ini kita ingin bcrbagi pendapat atau katakanlah sharing apa-apa yang sebcnarnya bisa kira lakukan bersama-sarna didalam rangka meningkatkan kualitas pokdarwis kita ... mungkin juga bagaimana pelaku wisata di Kabupaten Bantul dan sekitarnya bisa sa!ing bersinergi didalam rangka meningkatkan kualitas Bantu! sebagai obyek wisata ... sebagai conroh misalnya, ch ... di kawasan Bcndung Tegal akan kita kcmbangkan menjadi kawasan wisata, nah disitu kan mungkin Pokdarwisnya belum siap didalam rangka menyambut wisatawan atau peuyiapan obyek, mungkin disini pcran perguruan tinggi atau peran eh, HPI, peran stakeholder yang lain bisa memberikan, apa, ilmu pengetahuan atau transfer of knowledge dalam rangka peningkatan Kelompok Sadar Wisata kita ... " (Rapat di Dinas Pariwisata dan Kcbudayaan Kab. Samul, tangga! 12 Maret 2008, pukul 09.30 WU3). Dalam pcrtemuan tcrsebui hadir perwakilan dari bebcrapa institusi pcndidikan, yaitu l'akullas Sastra Universitas
Gadjah Mada (UGM) dan
Universitas Ncgcri Yogyakana (UNY), lnstiun Seni Indonesia (JS!) serta Sekolah Meneogah
Kcscnian Indonesia.
Pramuwisata Indonesia
rnY.
Selain
itu, hadir
pula
Ketua Hirnpunan
Dari instansi pemerintah, kantor kecamatan dan desa
!06
juga datang.
Adapun dari 15 Kelornpok Sadar wisata yang d iundang, tercatal J 0
kelompok yang hadir. Semeniara itu, Diah Setiawati. SH, M.Hum. Kcpala Bidang Pemasaran dan Kemitraan di Dinas Parwisata dan Kebudayaan Kah. Bantu] mcmbenarkan: ·• ... yang melakukan pemberdayaan itu bukan hanya Dinas Pariwisata... ". Selanjutnya kcrika ditanya olch peneliu: "Jadi upaya (pernberdayaan masyarakat) ini multi sektoral, ya bu?" Jawabnya: Ya. Multiscktor dan rnulti.eh.institusi. .. saya selama ini mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi . ." (wawancara pada hari Kamis, 27 Maret 2008, pukul 08.52)
Berdasarkan kedua pemyataan dari kedua pejabat Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kab. Bantu! tcrsebut bisa disirnpulkan bahwa fokus implementasi kebijakan pemberdayaan masyarakat
paea scktor pariwisata yang dilakukan oleh
Dinas Pariwisata dan Kebodayaan Kab. Dantul tcrletak pada peningkatan kualiias Kelompok Sader Wisata (Pokdarwis) rnclalui alih pcngetahuan itransfer of
knowledge) yang diharapkan bisa diwujudkan melalui keqasarna melalui sharing dan sincrgi
dcngan stakeholder lain. Sharing diartikan sebagai pembagian beban
anggaran yang harus ditanggung untuk membiayai program atau kegiaran dalarn rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia pada scktor pariwisata tersebut. Hal ini dinyatakan oleL Diah Setiawari, SH. M.Hum: '' ... kita telah mencoba bicara dengan berbagai pihak, terutama perguruan tinggi, unrnk sharing anggaran rnengingat ketcrbarasan anggaran kita ...jadi bagaimana supaya kegiaran bisa kita biayai bersama, misalnya mercka punya program spa kita punya program apa, jadi kita padukan ..." (wawancara pada hari Karn is, 27 Maret 2008, pukul 08.52)
Scmentara itu, sine11:i yang dimaksudkan remyata berupa upaya koordinasi dengan instansi pcmeriniah tcrkait, mi.salnya dengan bank atau investor dalarn
107
upaya pemberian kredit usaha kecil bagi anggota Pokdarwis yang banyak mcnjadi pengrajin kecil. Diah Setiawati, SH, M.Hum mengutarakan: ..... yang jclas kita melakukan kcrjasarna dengan institusi pemerintah, kemudian institusi pelaku wisata yang Jain ... bagaimana supaya Pokdarwis itu bisa melakukan kcrja sama dcngan bank, misalnya, .. dengan
investor ... " (wawancara pada hari Kamis, 27 Maret 2008. pukul 08.52)
Upaya pcmberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bantu! tampaknya masih mencari bcntuk atau pola yang akan menjadi scbuah sistem pemberdayaan masyarakat pada sekror periwisata yane dalam
jangka partjang
diharapkan
akan
berhasil
mcmberdayakan
masyarakat. Diah Sctiawati, Sii, M.Hum rnengatakan: " ... ya. saya coba membangun sistemnya dulu, ya ... kalau sisremnya sudah rerbangun, saya yakin, eh .. apa yang mcnjadi tujuan itu (tercapai) ... kalau (pcncapaian) tujuan masih jauh sekali ... " (wawancara pada hari Kam is, 27 Maret 2008. pukul 08.52)
Apa yang diungkapkan oleh Diah Sctiawati. SH, M.Hum terscbut cukup bcralasan mengingat Dcpartemen Kcbudayaan dan Pariwisata RI sendiri juga
masih bcrusaha rnencmukan pola pemberdayaan masyarakat yang tepat di obyek wisata di scluruh Indonesia. Hal ini ditunjukkan dcngan adanya berbagai kegiatan untuk rnenyusun pola
pembcrdayaan masyarakar pada sektor pariwisata yang
baru dilakukan pada bulan Mei tahun 2007 sehingga bclum terlihat hasilnya. Program yang disebut Peny11.\11m111 Pola Pemberdayaan Masyarakat Di Destinasi Pariwisato inipun baru mcncakup lima proplnsi, yaitu: Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tcnggara Timur dan Sumatra Baral. (sumber: dokumen Departcmen Kebudayaan dan Pariwisata RI)
l08
Sepeni pernbcrdayaan
telah
diuraikan
masyarakat
sebelumnya
pada
(lihat
halaman
52).
kebijakan
sektor pariwisata di Kah. Bantu! bisa
dikategorikan kedalarn empat fokus kebiiakan, yaitu: per.gernbangan pariwisata pedesaan. pengembangan budaya. pengcmbangan industri kecil dan peningkatan pcran serta masyarakat di lokasi clan sekitar obyek wisata, Banyak program atau kegiatan yang dilakukan sebagai wujud implcmentasi keempat fokus kebijakan tersebut. Meski demikian, penelitian ini berfokus hanya pada program atau kegiatan yang rcrkau erat dcngen upaya pcmbcrdayaan masyarakat pada scktor pariwisata (lihat halaman 53).
S.l. Pengembangan Pariwisata Pedesaan Seperti tersebut pada pasal 12 butir b dalam Pcraturan Daerah No. 3 T ahun 2004
Tcruang
pengembangan
Reocana
lnduk Pcngembangan Pariwisata
pariwisata
pedesaan
pcngembangan pariwisaia daerah
merupakan
yang
berbasis
arah
Kab. Bantul, dari
masyarakat
kebijakan rnelalui
pemberdayaan masyarakat, Bisa jadi ini merupakan upaya yang repat dalam memberdayakan rnasyarakar di Kab. Bantu! mengingar scbagian besar (56,24%} dari 820.541 penduduk Bantul masib tinggal di
pedesaan dan 25,6% masih
menggantungkan h idup pada sektor pertanian. Bahkan, Pemerintah Kabupaten Bantul mcmpunyai instansi khusus yang meoangani pemberdayaan masyarakat di pedesaan, yaitu Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa. Meskipun tidak semua program aiau kegiatan pemberdayean masyaraka! yang dilakukan kantor PMD dikhususlan pada sektor pariwisata, apa yang dilakukan oleh Kantor l'MU bisa
109
dikatakan
secara
tidak
Iangsung
juga
mcndukung
upaya
membcrdayakan
masyarakai
pada sektor pariwisata. Drs. Remigio, kepala Seksi Percncanaan pada
Kantor PMD rncmbeberkan: ·· .... kalau khusus untuk pariwisata, itu dari PMD scbctulnya nggak ada ya soalnya tugas pokok dan fuug~i kanror l'MD iru kan lcbih banyak lebih banyak pada pernberdayaan masyarakai desa. jadi tidak melihai ke scktor pariwisatanya .." Tctapi ketika ditanya pcncliti: .. Kalau mengenai usaha untuk kerajinan sendiri bagaimana, pa~r Jawab: "Kalau usaha kerajinan, kalau khusus untuk mcogarah kerajinan itu pcmah juga ada. misalnya ya, kita disini di PMD itu lcbih banyak rncnyemuh kepada tcknologi tepar i:una, misalnyn pengolahan, ch. bahan pangan, misalnya pembuatan nata de coco, makanan tradisional. geplAk, bakpia apa saja sampai minyak kelapa itu apa itu istilahnya, COC01Ul Oil. VCO ...juga 2 tahun lalu kira membina scbuah kclompok -;ampai dia berhasil dalam mengelola VCO itu ... kita bckerjn sama juga dengan J>crindustrian. Pcrdaganitan dan Kopcrasi, mcnggarap bersarna gitu ... sampai juga ada pelatihan (pengolahan) ... lang)uug di desanya, bckerja sama dcngan llGM (Fakultas ·1 eknologi Pcrtanian} ... dan juga pcngr.ijin.misalni n pcngrajin pcrsk .. ." (Wawancara pada hari Sclasa. 18 Maret 2008. pukul 09.46).
Apa yang dikemukakan olch Kepala Scksi Pereneanaan pada Kantor PMD tentang pcmbcrdayaan pcngrajin dirua:, tcreermin pada Program Pcngcmbangan
Lembaga
Ekonomi
Desa, terutarna
pada kegiatan-kegiatan
Pcmberdayaan
Ekonomi Masyarakar Dcsa dan Pcndayaa1o Teknologi Tepat Guna. f'ada tahun 2005. kegiaten Pcrnberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa menghasilkan sebuah forum k.umunikasi l'saha Ekonomi Desa {UED) di sernua desa (75 desa) di Kah. Bantul. Kegiatan ini didanai APBD sebesar Rp. 12.450.000.· dan dirlulwng oleh 150 personil dari Kantor PMD dan instansi fain. Program ini dilanjutkan paciR
tahun berikutnya deogan dana Rp,
12.142.000,- dart rncngklaim
rclah
mcningkatkan pengelolaan UEO sebesar 80%. (Surnber: Laporan Akuntahilitas lnstansi Perncrintah Kantor PMD 2005 &2006).
110
Kebjakan pengembangan parwisata pedesaan itu sendiri terdiri dari program pembeneakan dan pcngecnbangan desa wisata serta pengembangan
agrcwisata seperti yang diuraikao dibawah ini:
5.1. I. Program Pembentulcan dim "'.11/l'"'"hanganDes« Wltata Menwut Inskeep (1991: 166), desa wisata adalah tempat dimana sekelompok wisatawan tinggal dan belajar mCllgcitai kehidupan pedesaan dan
lingkungan sekitareye: Villaf!I' Touri.Jm is where small groups of tourist st~ in or near traditional, often remote vi/loges and lear« about village life and the local
environmeru. SemellLua itu, Nwyanti (1993:2-3) berpendspat bahwa desa wi.sata adalah suatu bentuk integrasi llDlam atraksi, akomodasi dan fasilitas penduk11Dg
yang disajikan dalam suam struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlalw . Deegan demikian,terdopat dua konsep yang utarna dalem komponen desa
wlsata, yaitu: Pertama, akomodasi. Akomodasi adalah penyediao keperluan wisatawan untuk. menginap atau tinggal sementara "lay)yang berupa sebagi1t0 dari lt:mpat
tinggal para penduduk setanpat dan atau unit-unit yang berkembang a111s konsep tempat tinggal pend ucuk dan Kedua, atralcsi. Atmksi lllDU daya tarik berupa scluruh kehidopan
keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang
11!
memungkinkan
bcrintcgrasinya
wisatawan
scbagai
partisipasi
aktif seperti :
kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik.
Kriteria Desa Wisata Menurut )/uryanti (1993:23), untuk rncnilai apakah sebuah desa bisa dikatakan desa wisata diperlukan beberapa kriteria yaitu : I. Atraksi wisata: yaitu scmua yang mencakup alam, budaya don hasil
2.
3.
4.
5.
ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling mcnarik dan atraktif di desa. Jarak Tempuh; adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tcmpat tinggal wisatawan dan juga jarak ternpuh dari ibukora provinsi dan jarak dari ibukota kabuparcn. Bcsaran Desa: menyangkut maselab-masalah ju111Jal1 rurnah, jumJah pcnduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisataan pada suatu desa Sistem Kepercayaan dan kemasyarakaran; rnerupakan aspek penting mengingat adanya aruran-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu dipertimbangkan adalah agama yang menjadi mayoritas dan sistem kemasyarakatan yang ada, Ketersediaan infrastruktur; meliputi fasilitas dan pelayenan transportasi, fasilitas listrik, airbersih, drainase, tefepon dan sebagainya. Masing-masing kriteria digunakan untuk mclihat karakteristik utama suatu
desa umuk kcrnudian menentukan apakah suaru desa akan menjadi desa dengan
tipe berhenti sejenak, tipe one day trip atau tipe tingga] inap. Sementara itu, Arison dalam Mengenal Desa Wisata ipariwisataklaten.conq berpendapat bahwa desa wisara ndalah pariwisata yang dimorort oleh masyarakat pedesaan untuk mcncapai kcseiahreraan masyarakat pedesaan itu sendiri, Dcsa wisata muncuJ karena desa itu memiliki potcnsi atau kekayaan yang
dapat atau luyak untuk dijual oleh rnayarakatnya sendiri kepada wisatawan nusantara dan atau wisatawan mancanegara. Dari konscp yang dikemukakan ketiga pakar pariwisata diatas, bisa disimpulkan bahwa dcsa wisata adalah wilayah pedesaan (rura! area,v) yang bisa
1n
dikembangkan kesejahteraan
sebagai obyek atau daya tarik wisata untuk meningkatk.an masyarakat di pedesaan tersebut. Potensi yang bisa ditawarkan
kepada wisatawan bukan saja keadaan alarnnya yang relatif lebih bcrsih dan asri dibanding wilayah perkotaan (w·btm areas'; tctapi juga kekhasan budaya agraris yang masih dipcrtahankan. Dengan dcmikian.
wisatawan yang rnasuk kedesa
wisata itu akan dapat mcnikmati alam 11e<1,~saa11 yang masih bersih dan rncrasakan hidup di suasana desa dcngan sejumlah adat istiadatnya
wisatawan tinggal
bersama penduduk, tidur dikarnar yang sederhana tapi bcrsih dan sehat, makanun
tradisional
mcrupakan
hidangan
utama yane hendak disajikan selama didesa
wisata, wisatuwan merasakan adanya pcrubahan kchidupan (paling ridak bcrbcda) dar! kchidupan si wisarawan tersebur, misalnya
adanya pcnyambutan,
dan
pctayanan dari masyarakat desa tcrsebu: dnn bisa melihat potensi dcsa tersebut nnrR1·~ lain atraksi scni, bcnan], proses pembuntan karya apa Sl\ia adalal1 dcsa wisati1 adalah pcnducuk
dcse de11ga11
potensiuya.
sedangkan
pemrakarsanya adalah
dcsa nu yang memiliki kcmauan untuk rneningkatkan
kcscjahreraan
pcnduduk. Pembe11t11k1111 tlnn pe1111e111bo11ga11 desa wis1110 Untuk rnembcntuk
sebuah desa wisuu; Arisoo (pariwisa1a-kla1e11.co111)
membeherkan sebaga! berikut: rakyat dipersiapknn (difmih) di bidang parlwisata seperti bagaimana cara menerima tarnu, rnemasak makanan dan minuman, kebersihan dan kesehatan, mcnata karnar, menghidupkan kesenian yang ada atau yang hampir punah
rakyat di gugah kesadarannya, rcla menjadikan rumah- rumah atau sebagai kamar rurnah-rumah mereka mcnjadi tcmpat tinggal tarnu-tamu scmeruara (home stay) dan rnenjadikan tamu-tamu adalah teman-ternan mereka desa wisata dikatakan komplit, kalau tamu bisa mcnikmati kchidupan kcscharian rakyat, bisa bcrgau I bcrsarna rakyat, mcrasakan saj ian makan dan rninurnan, tempat tinggal,jenis atraksi mcnikmati alum sekitarnya.dll
I 13
Selanjutnya,
untuk mcngcmbangkan sebuah desa wisata diperlukan
langkah-Iangkah berikut:
setelah dcsa wisata srap dikunjungi wisatawan, yaitu siap sccara SOM, daya tarik obyeknya maka pcrlu dircncanakan adanya promosi untuk mendatangkan para wisarawa n pcrlu adanya pcngurus desa wisata, yang terdiri dari pcmilik rumah yang dijadikan home stay dan unsur tokoh masyarakat dan perangkat desa atau pkk desa perlu diatur hingga nilai jual apabila wisatawan itu daiang, bisa kclompok kccil(k~luarga)bisa kelompok besar scperti anak sekolah bcrdarma wisata kalau Iiburan dari koia-kota bcsar di indoncsia pcrlujuga dibuat semacam paguyuban pcngurus dcsa wisata sc kccamatan,
dsr bisajuga per kabupatcn pcrlujuga mernbuat juringan dcngan kabupaten tetangga apabita telah siap kesemuanya tinggal mcnunggu waktu untuk kcdatangan wisatawan secara rutin Dengan dernikian mengcmbangkan pclatihan,
bisa disimputkan
diperlukan
bahwa untuk mcmbenruk
bebernpa tahapan yang meliputi:
dan
persiapan,
pcmbentukan kelembagaan masyarakat (cummunlty orga11fzatla11) serta
promosi dan pcmasamn. Dalam penelitian ini, tahap-tahap inilah yang akan diacu
sebngai
prosedur yang sudah ditetapkan (prescribed procedure)
bagi
pcmbontukan dan pengembangan sebuah dcsa wisata karena sampai saat in! belum ada panduan atau pcdoman resmi yang dikeluarkan olch pernerintah rncngcnai pcrnbentukan dan pengernbangan desa wisata. Pernerintah Kabupaten Bantul atau Dinas Pariwisata dan )(ebudayaan Kab. llantul sendiri tidak mengeluarkan dukurnen rcsmi mengcnai pembentukan desa wisata, baik berupa
peraturan maupun Surat Keputusan.
Hal ini dibeoarkan oleh Kannan, A.Md.
scorang stafdi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bantu! sebagai berikut: dcsa wisata gak ada SK-nya, pak ... " (wawancara pada hari Jurn'at, 16 .\1ei 2008. pukul 09.16) u ... kalau
114
Kenyataan ini mcnuntut petugas pclaksana dari Dinas Pariwisata dan Kebuduynan (implementor) untuk kreatif dalam rnclaksanakan
program ini
sehingga mcrcka harus mengacu pada teori atau konscp dari para pakar pariwisata
dalam hal pengcrnbangan desa wtssra. Diskresi inl diperlukan agar program bisa berjalan. Hal ini dimaklumi olch l~dwards Ill (1980:19) yang mcngatakan: /11 mos/ instances, /111plM1c'J1/0rs have considerable discretion in interpreting their superior's decisions and orders. Ordersfrom the WJI are rarely specific. Personnel at each nmg 111 the b11rPD11cra1/c fruitier 11111.~1 use their
judgment 10 expand 011d develop them. Mengcnal hal tersebut, Kcpala Didang Pemasaran dan Kemitrean di Dinas
Pariwisara Jan Kebudayaan
Bantul, Diah Setiawarl, Sii. MHurn,
Kab.
rncmbcnarkan: " ... memang pcmbcnuikan dcsa wisata yang dilakukan ltu, eh tidak ada pedoman resmi, jadi dasarnya, ya, konsep-konscp atau pendape: para pakar yang kita pakal, .. jadi kita tidak membuat SK ... " (Wawancara racta
hari Jum'at, tanggal 28 Maret 2008. pukul 09. 12) Mcski demikian, scbetum mcmutuskan untuk mencanangkan desa wisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan terlebih dahulu mclakukan pcndataan sebagai dasar pcnilaian Uudgment) apakah desa terscbut berpotcnsi menjadi dcsa wisata. Setelah itu dilakukan sosialisasi kcpada masyarakat, pclatihan-pelatihan sampai scbuah
desa
dianggap
layak
scbagai
desa wisata.
Akhirnya, dilukukan
pencanangan oleh pcjabat alas nama Perncrintah Kab, Bantul dengan maksud publikasi atau promosi agar clcsa tersebut lcbih dikenal luas oleh mnsyarakat. Diah Setiawati, ~11. M.Hum mengungkapkan:
115
·• ya, kita ada pendataan dulu rnengenai potensi apa yang dimiliki dcsa itu kalau desa itu sudah kita anggap layak, baru kemudian ada peresmian, ch, pcncanangan ... ya, sekaligus untuk promosi to, mas ... " (Wawancara pada hari Jum'ar, tanggal 28 Maret 2008, pukul 09.12}
Berdusarkan data yang ada di Dinas Pariwisata dan Kcbudayaan Kab. Bantu) sampai saat ini di Kab, Bantu] tcrcatat ada 6 desa wisata. yaitu Kasongan,
Kebonagung, Krebct, Tcmbi. l'undong dan Lopati, yang masing-masing memiliki potcnsi )'ang bisa dikcmhangkan untuk meojadi daya tarik bagi wisarawan yang akan berkunjung kc Kah. Bantul (lihat label 24 berikut).
Tnbcl 24. Potensi Dcsa Wisata di Kab. Bantu!
No.
Narnu
Oesa
Dayn Turik
Pokdarwis
Tahun pcmbentukun
kerejinan geraoah/ta11ah liut homestay (eart l11mwm·e)
uda
1998
Homcstay
ada
2000
acfa
2000
ada
2007
ada
2006
Akomodasi
Wisatn I
T
Oc$u
Wisata
Kason11an
Desa
Wisata
Kcbonagung
3
Oesa Krebet
Bcndungan
Suasana life)
Wisata
(rural Rumah penduduk Budava (lSI i (living c11//11re) Kerajinan batik kayu homestay Suasana pcdcsaan (rum/ pedesann
1ue) 4
Desa Lopati
5
Desa Pundong
6
Desa Tembi
wisaia Makanan rradisional Belum ada Kc raj inan anyaman barn bu Budava asli ilivtn« culture) w;,,..u. Kerajinan gerabah Rum ah (earthenware) penduduk Budava asli (/ivln}(c11/wre) Wisata Museum budaya homestay Budaya asli (/ivmf!. culture)
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan .13antul 2007 (diolah)
116.
bclum ada
2001
Terlihat pada tabcl 24 diatas bahwa hampir setiap dcsa wisata memiliki potensi masing-masing dcsa Pundong
yang bcrbeda satu sama lain, kecuali desa Kasongan dan
yang mengandalkan
poiensi yang sama yaitu kcrajina gerabah atau
keramik. Dari segi akornodasi bag! wisatawan, kccuali desa Lopail, tampaknya dcsa wisata
lainnya
kelernbagaan
lokal, setiap dcsa wisata kecuali desa Tembi relah rnendirikan
Kclompok
Sadar
perubcntukannya, Kasongan,
tclah siap untuk
Wisata
(Pokdarwis).
dikunjungl,.
Dalam
Semcntara
itu,
empat dari enarn desa wisata yang dimiliki
Kebonagung,
Krebel
dan
Tembi,
sudah
kaitannya
berdasarkan
dengan
tahun
K.ab. Bantul, yaitu terbentuk
sebelurn
dikeluarkannya Peraturan Daerah Kab. l:Jantul no. 3 tahun 2004 tentang Rencana lnduk Pcngernbangan Pariwisata Daerah, Adapun dua sisanya, yaitu Lopati dan Pundong terbentuk setelah terbitnya Peraturan Daerah tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan bcrfokus pada kedua desa tcrakhir ini untuk melihat apakah implemcniasi program pembeotukan dan pengembangan desa wisata telah dilakukan dengan baik atau tidak.
5.1.1.1.
lmplementasi Program Pembentukan dun Pcngcmbaogan Desa Wisata
S. l.1.1.1 Kepatuhan
Prosedur yang sudat: ditetapknn. Seperti telah diuraikan pada halaman 112 diatas, pembentukan dan pengembangan desa wisata memerlukan beberapa tahap dimulai dengan persiapan, pelatihan bagi masyarakat, pembentukan kelcmbagaan (Pokdarwis), pencanangan sarnpai prornosi clan pernasaran desawisata tersebut,
117
Pada kasus desa wisata Pundong, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
mernang telah mclakukan pendataan potensi dcsa Panjangrejo sebagai langkah persiapan sclarna kurang lebih I (satu) tahun sebelum desa tcrscbut dicanangkan sebagai desa wisata. Hal ini dibuktikan dengan pernbcntukan tim monitoring
potensi wisata yang tcrdiri dari 10 pcrsonil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bantul. Pada tahun yang sarna juga diadakan berbagai pelatihan bagi rnasyarakat scpcrti kursus bahasa lnggris, pcningkatan produk kerajinan, sadar wisata dan scbagainya. Issri Putrarui, A.Md, seorang staf Dinas Pariwisata dan Kcbudayaan yang terlibat kegiaran tersebut mcnuturkan: " ...ya, waktu itu, kan bersama panienengan, ada diadakan pelatihanpelatihan bagi penduduk desa, termasuk bahasa lnggris, kerajinan. penyuluhan-penyuluhan dan laui-lain ... " (wawancara pada hari Rabu, 2 April 2008, pukul 09.17).
Berdasarkan berbagai dokumcn resmi maupun catatan dinas, pelatihan bahasa Inggris dilakukan selama I bulan dengan peserta yang terdaftar 40 orang. Diadakan pada sore hari. kursus ini diampu oleh 3 instruktur dari salah satu Akademi Bahasa Asing di Yogyakarta, Adapun pelatihan pcningkatan kualitas produk dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian bekerjasarna dengan
dan Perdagangan Bantul
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi DIY.
Pelatihan, yang dilakukan kira-kira I bulan sebelurn kursus bahasa Inggris, berlangsung selama 4 minggu diikuti oleh 25 orang dengan 2 pelatih dari Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UGM. Selain itu, Dinas Perdagangan,
Perindustrian dan Koperasi Propinsi DIY mcmbangun sebuah showroom bagi
118
pengrajin. Dengan luas sekitar 50 m2, bangunan ini dibagi menjadi l 0 kios ukuran
3x4 111 dirnana para pengrajin bisa rnernajang produknya, Setelah tahap persiapan dan pclatihan, dibentuklah sebuah kelornpok masyarakat di bidang pariwisata, yang dikenal dcngan nama Pokdarwis. Hebatnya, snking banyaknya anggota masyarakat desa Panjangrejo, Pundong yang antusias ingin mcnjadi anggota Pokdarwis ini, maka dibentuk sekaligus 3 kelompok, yaitu: Kartika Muda, Semarnpir Asri dan Siti Asri. Hal ini dibeberkan olch Wardoyo, Kaur Kesra Desa Panjangrejo, Pundong: " ....oh, inggih, (oh, iya) wakiu itu memang banyak yang rnau ikut iru, kelompok, napa niku (apa itu), ... Sadar Wisata .... inggih (ya), itu memaog maunya masyarakat dcsa ... (wawancara pada hari Kamis, 8 Mei 2008, pukul 11.32).
Namun pada kasus dcsa Lopati, tidak semua kegiaran seperti yang diterapkan pada desa Pundong juga dilakukan. Hal ini diakui oleh Diah Setiawati,
SH. M.Hum.: " ... memang mas, unruk Lopati kita bclum sempet banyak melakukan pclatihan-pelatihan, tapi ada itu, eh. petatihan pramuwisata, kalau nggak salah, dan sebelurnnya ada pendataan potensi Lopati ... " (wawancara pada hari Rabu, 26 Maret 2008, pukul 09.12)
Pcrnyataan tersebut rnenyiratkan adanya mkonsistensi dalam menetapkan prosodur
yang harus di lakukan untuk membentuk sebuah desa wisata, Hal ini
tampaknya dipicu oleh keinginan agar kegiatan dilakukan secara efisien, Sebagai
contoh, pada saat pembentukan Pokdarwis Lopati, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menghcndaki agar pcresmian kclompok ini dilakukan bersamaan
119
dengan acara pencanangan
oleh Kapala Dinas. Diah Setiawati,
SH, M.Hum
mengarakan:
•· ... kalau untuk itu, dibarengkan saja supaya sekalian (acaranya dengan pcncanangan) ... " (Wawancara pada hari Jum'at, tanggal 2& Maret 2008, pukul 09.12)
Jadwa! (timetabte). Ketiadaan pedoman resmi tcntang desa wisata mengakibatkan tidak jelasnya pcnjadwalan nnrnk tahap-tahap kegiatan sehingga tidak jelas kapan
kegiatan harus selesai. Pada urnumnya petugas berpikiran yang penting sernua bisa diselesaikan pada tahun anggaran itu juga. Salah seorang staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang minta tidak disebutkan namanya mengutarakan: '' ... ya, ngerti dhewe mas, sing penting rampung... " (tahu sendirilah, yang penting pekerjaan selcsai) (wawancara pada hari Rabu, 2 April 2008).
Hal ini mengakibatkan pelaksaoaan kegiatan soring tidak konsistcn, overlapping, tidak runtut dan tergesa-gcsa sehingga kadang terjadi penundaan. Pada kasus desa Pundong, misalnya, pencanangan yang sernula dlperslapkan pada bulan Juni 2006, dilakukan pada bulan Juli 2006. lssri Putrami, A.Md mengungkapkan: "...,ya, mernang sedikit tcrlambar itu dicanangkan, kalau gak satah scbulan, ya, kira-kira sebulan, saya masih ingat itu .. ." (wawancara pada
hari Rabu, 2 April 2008, puku I 09. 17).
Contoh lain tidak konsistennya implementasi program ini adaleh pada tahap prornosi. Promosi dan pcmasaran Desa Wisata Pundong sudah dilakukan dengan dirnasukkannya desa ini dalam bahan-bahan promosi wisata sepcrti booklet, leaflet dan calendar of tourist events (kaleoder atraksi wisata) mulai tahun 20U7, akan tctapi untuk desa I .opati, desa ini belum dimasukkan sebagai
1)..0
salah satu daya tarik wisata di Kab. Oanl\JJ. Hal ini terlihat dari bclum adanya nama Desa Wisatn Lopati dalam bahan-bahan promosi yang dipublikasikan pada tahun 2008 ini. Meskipun Liuak ada pcnjndwalan yang jelas pada tahapan implcmentasi, iampaknya hal ini ridak sampai mengganggu kcgtutan.
Hal ini mungkin karcna pclaksana
proses kescluruhan
pelaksanaan
(/111p/emen1or) sudah tcrbiasa
mengalami kcadaan yang demikian aiau karena adanya personil yang mencukupi
baik dari scgi jumlah maupun kualirasnya yang taat terhadap kcputusan-kepurusan yang dihuM olch ketua tim pclaksana.(lihat juga distribusi pcngaruh).
Dinh
Setiawat], SH, M.llurn sccara tcrsirat mengakui: " ... kayak gitu sudah biasa mas, yang peruing kira sclcsaikan rugas saja, kan
disini SOM nya banyak yang bcrpotensl, jadi itu necak S3mp11i mengganggu ... lancar-lancar aja kok,.," (Wawancara pada hari Jum'at, tanggal 28 Maret 2008. pukul 09.12)
Pentbatasan, Dalarn melaksanakan
program pcmbentukan dan pengembangan
dcsa wisata ini, Dinas Pariwisata dun Kebudayaan hanya bcrfokus pada apa yang mcnjadi tugas pokok dan fungsinya, yaitu pendataan potensi wisata dan budaya dan pelatthau-pctauhan
yang bcrhubungan dcngan kepariwisataan, scperti kursus
bahasa asing, sedangkan pelatlhan icknis bagi pengrajin (peningkatan
kualitas
produk), rnisalnya dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Kopcrasi Bantul, Hal ini sesuai dengan beberapa tugas pokok dan fungsi Subdin Pemasaran dan Penyutuhan Wisata scpcrti tersebut pada Peraturan Dae rah Kab. Bantu I no. 5
Tahun 2003 tcntang Pembentukan Organisasi Dinas Pariwisata dan Kehudayaan, yakni
mclaksanakan birnbingan dan penyuluhan
121
kepada masyarakat dan
melaksanakan
bimbingan
pariwisata.
Selain
penyuluhan
kepariwisataan
teknis dan pelarihan sumbcr daya manusia
itu, Dinas Pariwisata seperti
dan Kebudayaan
bidang
juga mengadakan
Sapia Pcsona atau pengclolaan
wisata (pcnataan kamar, pelayanan kepada tamu dll). Diah Sctiawari,
akomodasi SH, M.Hum
menjelaskan: ·' ... tentu saja mas. tugas kita mernang itu, eh, pcndataan, pelaiihanpelatihan bahasa termasuk peoyuluhan dau monitoring ... jadi nggak tumpang tindih dengan instansi lain ... " (Wawancara pada hari Jum 'at, tanggal 28 Maret 2008, pukul 09. 12)
5.1.1.1.2
Kclancaran Rutinitas dao Tiadanya Masatah
Kelancaran pelaksanaan. Pengambilan keputusan mengenai pembentukan dan
pengembangan desa wisata di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bantul dilakukan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan melalui 2 cara, yaitu usnlan dari staf dibawah atau kcputusan berdasarkan proposal dari kelompok masyarakat. Usulan pernbentukan scbuah dcsa wisata dari stat; yaitu Subdin Pernasaran dan Penyuluhan Wisata (sekarang Bidang Pernasaran dan Kernitraan), biasanya dilakukan pada saat pembahasan rcncana anggaran tahunan. Patla kasus dcsa wisata Pundong, misalnya, usulan berasal dari sraf Iapangan yang bertugas
melakukan
pendataan
potensi
wisata, Kcmudian
dia melaporkan hasil
pendaraannya dan kebetulan mendapat respon positif dari Kepala Dinas pada
waktu itu. Ketika Kepala Dinas mcmbawa usulan ini pada rapat koordinasi dengan instansi lerkait di tingkat propinsi, pihak Pernerintah Propinsi DIY
122
mcnyanggupi
untuk mempcrtimbangkannya
akadem isi {UGM) untuk melakukan Kecamatan
Pundong.
Setclah
Kabupaten
Bantul,
Dinas
. .Mereka bahkan melibatkan
pcnelitian mcngcnai pengembangan
hasil
pcnclitan
Pariwisata
dan
diserahkan
pihak potensi
kepada Pemeriruah
Kebudayaan
diminta
untuk
mempcrsiapkan pembcntukan dan sckaligus pengembangan desa Pundong.
Semcntara itu, pada kasus dcsa Lopati, pembentukan
desa wisata
rnerupakan usulan dari kelompok masyarakat yang mengajukan proposal seeara langsung kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Usulan ini kemudian dibahas pada rapat dinas dan mendapat persetujuan dari scmua yang hadir. Meski tidak ada pedoman yang jelas, dalam implementasinya, tidak ada masalah berarti diantara implementor (Dinas Pariwisata dan Kcbudayaan). Tidak ada pcnentangan terhadap kcputusan yang sudah dibuat, karena sudah discpakati sebelumnya. Masalah-masalah yung muncul dalam implementasinya di lapangan, lebih kepada karena kurangnya anggaran yang terscdia. Sebagai contoh, pendaraan yang idcalnya dilakukan selama 1 minggu, hanya dilaksanakan 2 hari.
Se lain itu kursus bahasa lnggris, yang selayaknya ditempuh paling tidak selama 3 bulan bagi pemula (beginner) untuk bisa dikatakan efektif hanya dilakukan selama I bulan saja. Pembagian tugas scringkali tidak jelas sehingga satu atau dua orang saja yang akhirnya mendominasi pckerjaan. Scorang stafDinas Pariwisata
dan Kebudayaan yang tidak mau disebut namanya, membeberkan: a (kalau urusan ruengerjakan tugas, orangnya hanya yang itu-itu saia). (Wawancara pada hari Jumat, 2 Mei 2008)
·• ... Wah, yen 'urusan gaw~m~ wonge ming kuwa-kuwi thok; mas...
123
Mcski dcmikian, bisa dikatasan masalah-masabh ini ridak mcnghambat keseluruhan pclaksanaan di lapangan. Distribusi pengaruh, Setelah kepuursan dibuat, segera dibcnruk tim yang dipimpin olch Kepala Bidang Pemasaran dan Kcmitraan dan mclihatkan scmua
unsur/bidang di Dinas Pariwisam clan Kcbudayaan. I lanya saja karena kadangkala pcrnbngian tugas kurang tegas, maka kcwcnangan terpesai pada pemimpin tim
sendiri, sehingga bila terjadi masalah di lopangnn make menunggu keputusan ketua rim, yang hiasanya akan ditruui. Kannan Amd, membcnarkan:
..... yaa, scmua-scmuanya 1crgantu11g pimpinan ... klra hanya manut-manut saja.. .'' (wawancara J1<1dahlri Jum'at, 16 '.\1ei 2008, pukul 09.16) Hal tcrsebut rncnunjukkan salah satu hal yan~ mendukung kelancaran pelaksanaan kcgiatan adalah kctaatan petugas pelalcsana 1erhadap pcmimpinn)•n. Kon/lik. Hisa dikatakan tidak eda konnit kcpentincan rnaupun nilai antara sesama
implementor (internal) maupun implememor dcngan masyarakat (ekstcrnal), Dinh
Sctiawati, SH. M.llum menuturkan: " ... kalau konflik kok nggak ya .... kita Iancar-lancar aja kok ... " (Wawancara pada hari Jum'at, tanggal 28Maret2008. pukul 09.12)
Dari pihak masyarakat sendiri meogakui tidak ada masalah dengan program ini. Nocr Achmadi. Ketua Pokdarwis Sernampir Asri, l'undong menguugkapkan: ..... konflik? eh, ... maksudnya masyarakat kcberatan? ... saya kira nggak ada, pak... " (wawancara pada hari Kamis. I Mei 2008. pukul 11.12). Hal senadajuga diutarkan olch Hardi Sumanto. Wakil Ketua Pokdarwis Mekar, Desa I .opati: " ...oh, mboten women 11ik11 (tidak ada itu) .. ." [wawancara pada hari Sabtu,
3 Mei 2008, puk.ul I 1.25)
. 124
5.1.] .1.3
Kinerja yang diharapkae
Per/a11gg1111g jawaban. Pada kcdua kasus dcsa Lopati dan Pundcng. apa yang sudah dilakukan oleh tirn dilaporkan secara resmi kcpada Kepela Dinas Pariwisata Jan Kebudayaan.
Kctika cerjadi pcnuasalahan yang tidak bisa ditangan] di
lapangan olch kctua rim. maka ketua lim melaporkan secara lisan kepada Kcpala. La po ran akhir (final report) kcgiatan yang merangkum hasi l-hasi I rapat, pendataan, pelaksanaan pelarihan dan penyuluhan semi monitoring dib11A1 pada akhir tahun sebagai bagian dari Laporan Akuntabilitas ln
promosi desa rncrcka sehingga dif..enal luas dengan harapan akan banyak wisarawan yang mcmbcli ptoduf.. mereka. Hal ini diakui oleh Nocr Achmadi:
··... manfaamya . ya. desanya jadi terkcnal trus banyak wisatawan yang berkunjung. banyak yang beli kcrajirum kami ... '' (wawancara pada hari Kam is. I Mei 2C08. pukul 11.J 2). Sernentara itu, Ilardi Sumanto rncngutarakan: " ... kalau desa kami jacli desa wisata, kan. nanti hanyak pengunjungnya. jadi pendapatan penduduk desa mcoingkal gitu .. " (wawancara pada hari Sabtu, 3 Mei 2008, pukul 11.25) •
mempcrerat tali silaturahmi dan rasa persaudaraan sesarna warga desa.
Noer Achmadi mcngatakan: •· ... rnanlaar Iainnya . ya. scsama warga desa, tcrutarna rengrnjin bisa lebih rukun. saling isi-mengisi ... " (wawancara pada hari Kamis, I Mei 2008. pukul 11.12).
125
Semcntara itu, Hardi Sumanto, menuturkan: ·· ... apa ya, oh, ya, kami bisa sering bertemu dan eh. bcnukar pikiran iadi ada silaturahmi antar scsama warga desa ..." (wawancara pada hari Sabtu, J Mei 2008, pukul 11.25) v ,
Knugi1111. Adapua kerugian yang dialami warga masyarakat dcsa wisata dcngan adanya program pcmbentukan clan pcngembangan dcsa wisata ini tidak ditemukan dalam penclitian ini. Noer Achmadi mengurarakan: ·•... oh, ngga ada, masyarakat kami ga mcrasa rugi .... cuma kalo hisa mbok
ya. pelatihan, kursus digiatkan lagi ... " (wawancara peda hari Kam is. I Mei 2008, pukul 11.12). Scmentara iru, Hardi Surname mengungknpkan: ·' ... manfaatnya, karnijedi lebih mcngcrti tcntang pariwisaia. \:UrJ melayani wisatawan yang baik dan masih hanyak lagi .. ." (wawancara pada hari Sabru, 3 Mei 2008. pukul I l.25) llcrdasarkan pcrnyataau yang dikcmukakan
olch
tokoh l'okdarwis
rersebut bisa disimpulkan bahwa masyarakat sama sckali tidak merasakan adanya kcrugian akiba; kcgiatan ini dan ma'ahan mengharapkan agar kegiatan ini dilaksauakan secara lebih iatensif
5.1.1. t.4
Faktor-Faktor
Pendukung I mplemcntasi
Program Pcmbentukan
Dan Pengembasgae Desa Wi~la Bcrdasarkan basil temuan di lapangan
terbadap pelaksanaan program
pembcntukan dan pengcmbangan desa wisata, maka bisa Jiidentifik.asi faktorfaktor pendukung sebagai berikut: •
Sikap demokratispembuat keputusan
126
Scpcrti telah diuraikan pada sub-Bab Kelsncaran Rutinitas dan Tiadanya Masalah diatas (lihat halaman bawah mclalui Kebudaynan
121),
pernbentukan
dcsa wisara diprakarsai dari
2 saluran, baik itu pegawai bawahan di Dinas Pariwisara dan
sendiri rnaupun
dari masyarakat.
J3isa dikatakan bahwa ini adalah
mekanismc bottom-up dimana yang mengambil inisiaiif adalah dari petugas ujung
rombak (street-level bureaucrat) dan masyarakat sebagai penerima (benefictaryv kcbijakan atau program. Pcm bum keputusan, dalam hal ini Kepala Dinas, tinggal melakukun penilaian akhir (fi11alf11dy,111e111) sebclum mengambil keputusan.
•
Ketersediaanpersonel Faktor ini mcngernuka pada analisis mcngenai kelancaran rutinitas dan
tiadanya rnasalah pada pokok bahasan kclancaran pelaksanaan dipadukan dengan pembahasan mengenai distribusi pengaruh dalarn sub-bab kepatuhan. Adanya sebuah Lim yang terdiri dari 10 orang dengan tugas yang berbcda tarnpaknya
sudah mencukupi untuk mengimplementasikan
program ini. Meskipun pada
kenyataannya, rnereka bekerja secara serabutan (berganti-ganti tugas), tctap! tugas tim mulai dari pendataan sampai pada promosi akhirnya bisa diselesaikanjuga. •
Kualitas Sumb«r Daya Manusia di Dines Puriwisata dan Kebudayaan Setelah mencerrnati implcmcntasi kegiatan ini, tcruiama pada indikator
prosedur yang ditetapkan dari perspektif kepatuhan serta Indikator kelancaran pelaksanaan dari pcrpektif kclancaran rutinitas, maka peneliti mendapati bahwa kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Dinas Pariwisata dan Kcbudayaan
Kab. Bantul mcrupakan faktor yang mendukung keberhasitan pclaksanaan kegiaran ini. Hal ini ditunjukkan dengan kenyataan bahwa hampir separuh (43
127
orang) dari seluruh personil yang bcrjumlah 88 adalah lulusan perguruan tinggi, mulai dari 02 sampai S2. Keadaan ini memberikan jaminan bahwa sctiap program yang d ijalankan
selama ini bisa dilaksanckan
dcngan lancar, karena rncrcka
dienggsp mempunyai kemampuan cukup (capable e11our.h) untuk menerjernahkan
kebijakan schingga menjadi operasiooaL Sclain hu, dengan adanya I 0 pcgawai yang berlatar belakang pcn
•
Koordinasi denganpi/1(/J. terkaitIstokebolders} Dukungan stakeholder rerkait dibuktikkan dengan adanya kepedulian
pihak Pemerintah Propinsi UIY dan intansi Pemerintah Kabupaten Bantu! lainnya, seperti Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi sorta keterlibatan dari
pihak akadcmis dari Universitas Gadjah Mada, Univcrsitas Sanata Darma maupun dari pelaku parwisata, yaitu Himpunan Pramuwisata Indonesia DIY (HPT) dan
ASITA (Association of Indonesian Tours and Travel Agencies). Masyarakat sendiri, yang diwakili oleh pihak dcsa dan kclompok masyarakat seperi Pokdarwis, menyambut baik program
ini dan mau bekerjasama untuk
menyukscskan program. Berdasarkan pcngamatan. koordinasi yang dilakukan baik secara formal maupun informal tidak mcngalami kendala yang beran i karena masing-masing memangku kepentingan dalam pcngembangan desa wisata ini. Secara formal, setiap kali instansi akan menyelenggerakan suaiu kegiatan maka
mereka mengundang pihak lain yang dianggap terkah unruk mcnghadiri rapat
128
pembahasan kegiatan yar.g seringkali direspon positif dengan mengirimkan pejabat atau utusan unn.k menghadiri rapat terscbut. Secara informal, pcjabat
yang tcrkait melakukan pcmbicaraar. langsung dcngan pejabal Jainnya atau dengan pimpinan organisasi ataupun tokoh masyarakai untuk mendiskusikan kegiatan yang direncanakan dan kemudiau baru di formalkan dalam sebuah rapat dinas.
•
Respon positif masyarokat Tanggapan dari masyarakat desa sangat pmitif rerhadap progra111 ini, Hal
ini sesuai dengan pengakuan beberapa tokoh masyarakat seperti diuraikan diatas (lihat halaman 123-124).
bahwa mereka bisa merasakan manfaat dan bahkan
berharap lehih bar.yak lagi kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh Dinas
Pariwisara dan Kebudayaan untuk memsjukan desa mcrcka.
5.1.1.1.S
Faktor-Faktor
Peogbambat
lmplemcotasi
Pembentukan
Oao
Pcngembaogan Desa Wisata
Adapun faktor-faktorpenghambar implementasi adalah: •
Tidak adanya pedomon resmi pemberuukan dan pengembangan desa wisata. Salah satu ha! pcnting yang dianggap menganggu implementasi kebiiakan
pengcmbangan pariwisata pcdcsaan, adalah 1idak adanya panduan atau acuan
rcsmi yang diterbitkan pcmerimah. baik Departcmen Kebudayaan dan Pariwisara RI mapun Dinas
Pariwisata dan
Kebudayaan
129
sendiri
sebagai
pedoman
pernbentukan dan pengembangan desa wisata, Hal ini diakui oleh Kepala Bidang Pemasaran dan Kemitraan, Diah Setiawati, SH. M.Hm: '· ... ya, gimana lagi. memang demlkian. .. sebeuamya kita juga pcrnah mcnanyakan kc propinsi (Badan Pariwisata Daerah 0[)'). tapi dijawab
nggak ada itu ... kan, lebih cnak kalau ada pctlomannya. )'a .. .". (Wawancara pada hari Jum 'at, tanggal 28 Maret 2008, pukul 09.12)
Ketiadaan pcdoman ini mcngakibatkan tahap-tahap implernenrasi program yang diternpuh ridak konsisten antara desa satu dcngan lainnya. Conteh. untuk kasus desa Lopati, tidak banyak dilaksanakan pelatihan-pelatihan khusus kepada pengrajin, yang meliputi kursus bahasa asing, bimbingan teknis pcningkatan kualitas produk, pelatihan pramuwisata Jan lain-lain. Padahal di Pundong, kcgiatan ini dilalrnkan. Di desa Lopati. pelatihan hanya dilakukan sekali, yaitu pelatihan prarnuwisaia lokal yang diselenggarkan pada 7 November 2007. Salah satu alasan mengapa pelatihan tersebur tidak dilakukan adalah karena keterbarasan waktu yaitu antara usulan dari masyarakat dan persetnjuan Kcpala Dinas banya
kurang cfari 3 bulan, lssri Putranti. An1.D, membeberkan: " ... wo, belum sempet mas, karena wakumya nyrepek (mepet) ... ketoke dulu bar diusulke (kalau tidak salah dulu serelah -diusulkan) la11e,,51mg disetujui... wektune dinggo persiapan, ya, suk-sukan, ora ana telung wulon, tapi sempet kok nganakke pelatihan ra ketang sepisan (wakru yang dipakai untuk persiapan sangat kursng, tidak ada 3 bulan, tetapi sernpat kok mengadakan pclatihan, meski hanya sekali) ... "
• Keterbatasan anggaran Dilihat dari besaran dana yang dipcruntukan bagi program ini, dirasakan sangat kurang mcndukung irnplementasi program. Dcngan hanya Rp. 5.000.000,· yang dialokasikan untuk desa Pundong clan Rp. 10.000.000.- untuk desa Lopati,
130
kcgiatan-kcgiatan
implementasi
program
seringkali
harus
dihernat,
scperu
misalnya pendauum, pelatihan dan rapat-rapat.
•
Kurangjelasnya distribusit11gat l'embagian tugas tidak secara cksplisit diuraikar
dalarn Surat Keputusan
Kepala Dinas tcntang pembcntukan dan peneembangan dcsa wisata schingga tidak ada kcjclasan siapa mclakukan apa. Bisa dimengcrti bila kemudian semua
inisiatif berasal dari Ketua Tim (biasanya cselon Ill).
5.1.2. Pengembangan Agrowisata
Pada dasarnya konscp agrowisata mengandung pcngcrtian sueiu ke~iatan perjatanan atau wisata yang dipadukan dcngan aspck-aspek kegiatan pertanian,
Pcngertian ini mengaeu pada unsur rckrcatif )'ling memang sudah menjadi ciri kcgiaran wisata, uusur pendidikan dalam kemasan paket wisatanya, serra unsur
sosial ekonoml dalam pCmt>allgunan penanian dan perdesaan. Dari segi substansinya kcgiaian agrowisata lebih mcnitikheratkan pada upaya mcnarnpilkan
kegtatan pertanian dan suasana perdcsaan sebagai daya tarik utarna wisatanya tanpa mengabaikan segi kenyamanan, Sumarwoto dalam Windia, et.al (ejoumol.rmud.ac.id) mengatakan bahwa pada dasarnya agrowisata merupakan kegiatan yang berupaya mcngernbangkan sumberdaya alam suatu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian uruuk dijadikan kawasan wisata Oacrah perkebunan, senrra penghasil sayuran tcrtcntu
dan wilayah perdesaan berpoteosi besar menjadi objek agrowisata. Potcnsi ya11g
131
terkandung tersebut hams dilihat dari segi lingkungan alam, letak gcografis, jcnis
produk. a tau komoditas pertanian yang dihasilkan, serta sarana dan prasarananya. Semcntara itu, Tirtawinata (
dan fachruddin
berpendapat bahwa
dalam
pcngen.bangan
Windia,
et.al
agrowisata
pada
hakikamyc mcrupakan upaya tcrhadap pemanfaatan potensi atraksi wisata pertanian. Bcrdesarkan Surat Keputusan (SK) bersama aniara Menteri Pariwisata, Pos dan Tclekomunikasi dau Menteri Penanian No. Kl\'1.47/l'W.DO\V.'l'vfPl'l-!SI) dan No. 204!KPTS/IIKi050!4!1989agrowisata sebagai bagian dari objek wisata, diartikau sebagai suatu bentuk kegiazan yang memanfaarkan usaha agro sebagai
objek wisaia dengan tujuan unruk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi clan bubungan usaha di bidang penaniao. Agrowisaia diberi batasan sebagai wisata yang memanfaatkan objck--Objek pertanian, Scmentara itu, ada juga pandangan yang mcnyebutkan hahwa agrowisata adalah usaha rani yang pernasarannya berorientasi pada l:eeiatan yang berhubungan dengan pe!ayanan
pariwisata, Misalnya usaha penggcmukan sapi atau budidaya sayur-sayuran yang pernasaran hasilnya diarahkan uruuk memcnuhi kebutohan hotel atau restoran yang melayani wisatawan. Di sini teknologi yang diterapkan adalah teknologi usahatani yang dapat mencapai mutu produksi sesuai dcngan permintaan hotel atau restoran, Jadi, agrowisata merupakan salah saiu bentuk kcgiatan agribisnis. Pandangan-pandangan
tentang
agrowisata
sebagaimana
disebutkan
sebclumnya, pada dasarnya memberikan pengertian bahwa adanya kcinginan
untuk mengkaitkan antara sckror pertanian dan sektor pariwisata, Harapannya adalah agar sektor pertanian dapar semakin berkembang, karena mendnpatkan
132
nilai-tambah
dari scrnuhannya dengan scktor pariwisata. Secara singkat mungkin
dapat disebutkan bahwa agrowisata adalah suatu kegiatan yang sccara sadar ingin mencmpatkan sektor primer (penan'an) di kawasan sekior tcrsicr (pariwisata), agar perkcmbangan sektor primer itu dapat lcbih dipercepat, dan petani mcndapatkan
peningkatan
pcndapatan
dari
kcgiatan
pariwisata
yang
rnemanfaatkan sektor pertanian tcrscbut, Dengan demikian akan napa1 lcbih mcmpercepat
peningkatan ke-:ejnh1crnan masyarakai yang bekerja di sektor
primer. atau sektoe primer (pe"anian) tidak sernakin tcrpinggirkan dcngan perkembangan
kegiatan
di sektor pariwisata,
Kegiatan
agrowisata
dar;it
disebutkan sebagai kegiatan yang memihak pada rakyat mi skin (Goodwin. 2000).
5.1.2.1
Irnplemcutasi
Program Pcngembangan Agrowisata
Pcngcn1liangun agrowisara di Kah. Banrul pada dasamya dilakukan oleh
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Petkcbunan. Uerdasarkan wawancara dan observasl di lapangan, peneliti menyimpulkan bahwa mcsk.ipun ada 3 proerarn pengcmbangan agrowisata, yaitu Kebun Buah Maneunan, Kebun Uuah Sedayu dan Agrowisata Sclarong, secara resmi baru satu prograrn pengembangan yang telah diimplementasikan.
yaitu agrowisata Kcbun Buah di Desa Mangunan,
Dlingo. Ir. lndarto. Kcpala Suh-Rina Program Dinas Pertanian. Kehutanan dan Pcrkebunan mcnuturkan : ·•... sebcnamya ada 3. ya. eh.. kegiaran agrowisata, di Mangunan, Selarong dan Scdayu.; tapi yang masuk program kita itu, Mangunan dan Sedayu ...sernuanya kebun buah ... yang Iii Selarong itu kan. bu Endang dengan swadaya masyara)raL..yang di Sedayu, belum ... rencana tabun depan baru mulai .. :· (wawancara pada hari Rabu,9 April 2008, pukul 08.34)
UJ
Berdasarkan informasi diatas, maka penelitian ini akan berfokus pada kegiatan pcngcmbangan kebun buah yang di lakukau di Desa Mangunan, Kccamatan Dlingo. Adapun konsep kebun buah yang dikembangkan oleh Dinas
Pertauian, Kehutanan dan Perkebunan Bantu I mengacu pad a konsep Taman Wisata Mckar Sari, Jakarta. Hal ini diakui oleh Ir. Indarto:
" kita inginnya sepcrti Taman Buah Mekar Sari itu ... arahnya kc, eh wisata keluarga ... ". (wawancara pada hari Rabu,9 April 2008, pukul 08.34) Konsep Taman Wisata Mckarsari sendiri rnerupakan perpaduan aruara wisata keluarga dcngan pengembangan buah-buahan dan ranaman. Dibangun pada tahun 1995, Taman Wis:ita Mekarsari terletak sekitar 13 kilometer dari pintu tol Cibubur (Jagorawi), di Jalan Raya Cileungsi-Jonggol Kilometer 3, Cileungsi, Kabupaten Bogor. Dengan luas areal 264 hektar. tarnan buah ini memiliki koleksi kurang lebih 44 famili, 362 spesies, dan 1.463 varictas tanaman dari berbagai daerah di Indonesia. seperti buah nanas. durian, melon, rambutan. rnangga, manggis, hingga belimbing. Semua buah ini tersedia dengan bcrbagai macam jenis dan asal bush. Selain itu, Taman Wisata Mekarsari rnelakukan penyilangan tcrhadap bcrbagai macam jenis buah sehingga menghasilkan buah dcngan kualitas yang baik, misalnya saia nangkadak, yakni buah hasil penyilangan antara nangka dan cempedak. Ku lit buah tidak terlal u tebal. tetapi daging buahnya tebal seperti
nangka, tciapi tidak sewangi ccmpedak, sedangkan rasanya juga manis. Oi Taman Wisata Mckarsarijuga tersedia buah-buah langka seperti matoa, sawo kecik, gayam, buah nona, kcscmek, dan namnam atau kepel, dan juga
134
kemang. DLLiu pengunjung mc111ang hanya bisa mcnikmati berbagai macam buah, terutama buah tropis dan buah-buah langka yang ada di Indonesia. Peugunjungnya pun rata-rata
adalah
yang melakukan
orang yang bcrminat
peneluian.
Scjak 200•1,
pada tanarnan buah atau mahasiswa Taman
Wisata
Mekarsari
mencoba
mernusaikan pcrhatian pada hiburan untuk seluruh anggota keluarga sambil menumbuhkan kecintaan pada tanaman. Mcnurut Y uliati. staf Marketing dan Humas PT Mckar Unggul Sari yang rnengelola
Taman Wisata Mckarsari,
perubahan konsep ini memang dilakukan karena ingin mclcbarkan layanan kepada
masyarakat. Penguniung tidak hanya mcncicipi buah hasil budidaya Taman Wisata Mekarsari, tetapi juga mendapatkan kcgernbiraan dengan segala fasilitas permainan dan hiburan yang ada. "Lagi pula agar pengunjung mernpunyai altcrnauf hihuran lain. jika tidak bisa memetik buah karena tidak bcrtcpatan dengan waktu panen," kata Yuliati. Taman Wisata Mckarsari juga menyediakan fasilitas bclajar menanam
bagi arrak-anak. Anak akan diberi satu pot. media tanam, alat-alat mcnanam, dan pohon yang akan ditanam. Anak akan diajarkan bagaimana pohon yang ada di kantong tanam plastik (poly/)(lg} dipindahkan kc pot. Setelah itu, pohon hasil tanamnya
boleh dibawa pulang.
Dengan belajar mcnanam ini, diharapkan akan turnbuh rasa cinta pada
tanaman di dalam diri anak-anak, Selain itu.juga rasa umgguogjawab anak untuk selalu mcnyiram tanaman agar tidak mati. Fasilitas Kids Fanner ini hanya tersedla pada Selasa sampai Jumat don bisa diselcnggarakan minimal ernpat anak dengan
harga Rp 37.000 per orang.
l'.\.)
Taman Wisata Mekarsari sebenarnya juga mcmpunyei paket-paket untuk mengetahui lcbih dalam lagi remang budidaya tanaman. sepeni bclajar membuat kultur jaringan, biologi bunga, can kunjungan ke laboratorium biosari, Namun, paket ini hauya discdiakan bagi sekolah arau universitas dengan jumlah pesena minimal
30 orang. Ragi pengunjung yang tenarik rncmbcli tanarnan
hasil
budidaya Taman Wisa1a Mekarsari. baik tanaman buah maupun hunga, bisa membeli di Garden Center. Oi <:nna tersedia tanaman hias, bibit, media tanam, pupuk,
dan
juga
iabulampot
(tanaman
buah
dalarn
pol).
(sumbcr:
w1v1v.k0111 id. 11e tlfo n1111.J!.thow1 breod)
Dcngan dcmikian bisa dikatakan bahwa untuk mcngcmbangkan scbuah kebun wiseia sepeni yang tclah dilakukan oleh Tainan WiSHta Mekar Sari dipcrlukan area leas, jeni> buah-buehan dan tanaman yang kaya, fasilitas untuk
rekrcasi seperti taman bermain anak-anak (pll1)'1(r<>und), hiburan keluarge. tcrnpat untuk belajar mcnanam. dan lain-lain. Kebun 13uah Mangunan tcrletak di Dcsa Mangunan. Kecamatan Dlingo, sekitar 20 km tenggera kora Yogyakarta, Rerdiri diatas tanah seluas 23,3 bu, kawasan agrowisata Mangunan meiliki sekitar 950 pohon mangga, rambutan, durian, nanas dan jeruk. Letaknya di atas bukit rnernungkinkan pengunjung bisa melihat lanskap perbukitan-perbukitan di wilayah llanlul dan Guaung Kidul scrta perkampungan-perkampungan dan aliran sungai yang rncnyusuri lembah menuju pantai selatan. Akses kc kebun boah ini bcrupa jalan aspal yang bisa dilalui kendaraan besar, seperti bus wisata, Oi kompleks kebun scndiri tersed ia
136
(/1omesray). Mcski
penginapan
pemhangunan
bclum tuntas, kebun sudah
dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah. Bcrdasarkan pcngamatan pcncliti,
kondisi Kcbun Buah
Mangunan
me111a11g belum sempurna, Fasilitas pcnginapan masih bclum memadai untuk mcnampung romb-Ongan besar h ingga 70 orang, pondok pun masih sedcrhana, pepohonan yang ada masih belurn bisa mcnciptakan keteduhan saar meutari menycngar di siang hari. Hal ini dibcnarkan oleh Ir. Indarto: '' ... ya, mcmang gitu. pak, kondisi rnasih belurn scmpurua betul.kira-kira 90% lah ... mungkin butuh I. 2 tahun lugi ... " (wawancara pada hari Rabu,9 April 2008, pukul 08.34) Meski
demikian,
tak
kurang
dari
70-an
orang
per
minggu datang mengunjungi tempat ini sekadar refreshing atau mengadakan outbound, rncnginap atau sekadar beraktiviias
seharian penuh. Intan, salah
seorang karyawan. rncngungkapkan:
" ... tamu , ya, kadang tak hanya pada hari Sabtu at-au Minggu, mas... Scnin sampai Jumat pun ada ... ada yang menginap ada yang hanya seharian, namun sekali datang mercka rombongan minimal 20 orang .. .'' (wawancara pada hai. Sah111,l2 April 2008, puku! 09.'.l9)
Berdasarkan penelirian di kantor Dinas Pertanian dan Kchutanan Bantul, program pengembangan agrowisata kebun buah Mangunan mcrupakan kcgiatan yang dianggarkan urnuk hcberapa tahun (multi years), rnulai 200 I sarnpai 2009. Dengan anggaran scbesar kurang lebih 3 milyar rupiah, diharapkan pada akhir tahun aneearan 2009, Kab. Bantu! sudah merniliki
137
sebuah alternatif obyek wisata yang akan menarik ban yak kunjungan sekaligus mernberdayakan pctani lokal.
5.1.2.1.1. Kepatuhan Prosedur ya11g
sud"h ditetapkan. Untuk
pcngcmbangan agrowisata ini, diperlukan
ruengirnptementasikan langkah-langkah
program
sebagai berikut
(Laporan Akuntabilitas lnstansi Pernerintah oleh Dinas Pertanian, Kehutanau dan Perkebunan Bantul 2006): •
Persiapan, rncliputi rapat-rapat koordinasi dengan berbagai pihak.
Banyak raper telah dilakukan sepanjang tahun 2000 dengan instansi terkait, yaitu
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pekerjaan Umum, Happeda. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Fakultas Pertanian l.JGM. kecamatan
Dlingo, desa Mangunan bahkan dari kelompok tani. •
Survei I .apangan (Study KeJayakan)
Bekcrja Sama dcngan
Fakultas
Pertanian UGM, -scbuah studi kelayakan
(feasibility study) sudah dilaksanakan pada tahun 200 I dcngan hasil layak. Kelayakan tersebut antara lain berdasarkan kesuburan tanah, lokasi yang sirategis lingkungan yang mendukung,
dan
•
Sosialisasi Program
Dengan alasan agar program ini rncndapat dukungan penuh dari masyarakat desa mangunan, sepanjang tahun 2001 diadakan sosialisasi
program pcngembangan
agrowisata melalui penyuluhan kepada kclompok tani di desa tersebut selama 5 kali.
138
•
Pembangunan
Pcmbangunan
dirnulai
pada awal 2002 dcngan pembebasan
lahan (sebagian
tanah kas dcsa) seluas 23,3 ha. Dilanjutkan dengan mendatangkan dari Jawa IJarat, penanaman
besar
ribuan bibit
ponon sorta pernbangunan berbagai fasilitas
(penginapan, rest area, playground dll.). Jalan sepanjang 3 km diaspal untuk memudahkan akses kc kebun buah.
•
Prornosi. Kegiatan promosi dilakukan dengan menerbitkan brosur dan
mengikuti bcberapa
pameran. Dinas pariwista
Bantul
sendiri juga sudah
rncmasukkan Kebun lluah Mangunan dalarn booklet atau letlct tentang obyek wisata di Kab. Bantul, Jadwat (timetable). Secara urnum tahap-tahap program teJah dilakukao sesuai dengan jadwal. Sebagai contnh, studi kelayakan yang dijadwalkan selesai pada
akhir tahun 2001 telah disclcsaikan pada bulan November dcngan diserahkannya final report kepada pihak Vinas. f!egitu juga, pengadaan bibit, pembaugunan
berbagai fasilitas dilaksanakan sebelum batas akhir penyelesaian proyek. Hanya saja, peagadaan lahan scdiki( terlambat (sekirar 3 bulan) dari yang diperkirakan dan pcrnbangunan jalan aspal menuju kcbun buah juga baru dilaksanakan pada tahun bcrikutnya, (sumber Laporan Akuntabilitas Instansi Pcmerintab Dinas Pcrtanian dan Kehutanan), Pembutasan, Sesuai dcngan tugas pokok dan
dan Perkebunan
fungsi Dinas Pertanian, Kehutanan
Bantul, pengcmbangan agrowisata merupakan salah satu
manifestasi dari misinya. yaitu rncmberdayakan petani dalam upaya peningkatan pendapatan petani sekaligus mendukung perekonomian daerah, Agar tidak
139
lumpang tindih dcngan kewenangan dinas atau intansi Jain, maka dilakukau koordinasi, misatnya, pcmbangunan jalan akscs ke kebun buah oleh PU dan promosi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
S.1.2.J.2
Kclaocaran Rutinitas dau Tiadanya Masatah
Kelancaran petaksonaan: Program pengernbangan agrowisata ini merupakan
implcmcntasi dari
Keputusan
Bupati dan instansi yang ditunjuk sebagai
koordinator adalah Buppeda, Dinas Pertanian
Dalam mengimplemctasikan
program ini, Dinas
Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Rar.tul merasakan bahwa pada awalnya untuk mernberikan kesadaran kepada masyarekat mengenai manfaat program ini bukanlah hal yang mudah, Hal ini discbabkan antara lain, karena rnereka kurang yakin akan keberhasilan ini schingga mereka tidak rela melepas sebagian tanah yang dimiliki untuk lahan kebun buah. Sellagai solusinya, Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantu! menggunakan tanah kas dcsa seluas 20 ha diam bah 2,3 ha milik warga desa. Khusus untuk lahan milik penduduk, Dinas menycwa dengan ongkos sewa Rp. 3.000.000,- per hektar per tahun.
Ir. lndnrto rncncgaskan: " ... meski kita sosialisasikan berkali-kali, tapi tctap saja mercka kurang sadar itu, eh, mantaat program ini ... kita terpaksa menyewa tanah milik masyarakat dengnn sew a 3 juta per hcktar untuk satu lahunnya ... " (wawancara pada hari Rabu.9 April 2008. pukul 08.34)
140
Akan tetapi setelah
sekarung
pcngunjung
yang semakin
Diharapkan
mereka akan lcbih kooperatif
diperluas
meningkat,
sudah kclihatan
pcnduduk
lagi sciring deugan bcruunbahnya
hasilnya,
baru rnerasakan
misalnya
manfearuya.
~d1ingg~ lahan kebun buah akan bisa wisatawan yang berkunjung
kc Kebun
Buah Mangunan. Distribus! penguruh. Mcngingat
bahwa program ini merupakan manifestasi
keputusan Bupati Bantul, maka banyak insmnsi tcrkait yang tcrlibat. Tim tcknis yang dibenruk Pariwisara
dipimpin oleh Bappcda dan mengikuiscrtaknn
dan Kcbudayaan,
Dinas
antara lain Dinas
Pckcrjaan Umum, Kccarnntan dan Dcsa
Mangunan. Pcmbagian rugas dao kewenangan jclas. misalnya Dinas Pcrtanian dan Kehutanan bcnanggung jawab terhadap pcngadaau lahan dun bibu serta sosialisai kcpada pctani, Pembangunan jalao dan fosiliws diserahkan kc Dinas Pekerjaan Crnum dan Dinas Jlariwi~ata dan Kcbudayaan melakuka» promosinya, /\dapun pcngclolaau dipcrcayukan kepada swasta (pihak kctiga).
Konfltk. Dengan tugas dan kewenangan masing-masing
instansi yang sudah
ditentukan tcrscbui praktis tidak ada pertentangan alau kon Ilik kepcntingan yang rnenyebabkan
ierhambamya
implcmentasi
program. Begitu pula, meski ada
kcndala datam pcngadaan lahau. tidnk ada penolakan dari wargu desa terhadap
program ini karena warga dcsa dilibatkan dalam proses pembangunan fasilitas dan
direkrnt sebagai pekerja. Selain iur, penduduk desa boleh berjualan disekitar komplcks kebun buah. Ir. lndarto mcngutarakan: " ... masyarakat seternpat kita libalkan dalam pcmbangunan kompleks, rnereka bolch bcrjualan makanan, cindcra mata dau.eh .. rncrcka juga
14 l
bekerja pada pengelola ... " (wawancara pada hari Rabu,9 April 2008, pukul 08.34)
Ketika
dilakukan
cross-check
di
lapangan, mcrnang ditemukan
sctidaknya ada 50 orang yang mengurusi kebun buah, tempat pcristirahatan, dan tcrnak sapi. Suripto, salah scorang karyawan agropolttan yang mengurusi perkebunan, mengatakan: ·•... uh, inggih, pak; women sing kerjo teng mriki. enten sing ngurusi kebun, lrus Leng kompleks niku... sing ngurus! sapi nggih wonten. . ." (oh, ya, pak. ada yang bekerja disini, ada yang mengumsi kebun, lalu yang di kompleks itu, yang merawat sapi juga ada) (wewancara pada hari Sabtu, 12 April 2008, pukul 09.54}
5.1.2.1.3
Kincrja yang diharapkan
Pertunggung jawaban. Secara hirarki, dinas atau imansi yang Lergabung dalam
tim teknis bcrtanggung jawab kepada kciua rim yang kemudian mclaporkan pertanggung-jawaban kepada Bupati bantul. Akan tetapi pada kenyataannya, pertanggung jawaban dilakukan masing-rnasing Akunrabilitas
instansi rnelalui l.aporan
Instansi Pemerintah. Padahal mestinya ada pertcmuan berkala
yang dilakukan tint untuk mernantau pcrkembangan program ini. Hal ini diakui Ir. Indarto: ya, harusnya ada itu rapat rutin tim untuk cvaluasi.rapi yah, tahu sendirilah mas ..." (wawancara pada hari Rabu,9 April 2008, pukul 08.34) « ••.
Kemanfaatan. Salah satu rnanfaat adanya kcbun buah adalah peningkaran pcndapatan masyarakat lokal. Suripto, contohnya, sebelum bckerja di kebun
buah, hanya perajin kayu musiman di Dlingo. Penghasilannya sebagai tukang kayu yang. tidak incnentu mernbuatdia kesulitan rnenyckolahkan anaknya.
142
Tetapi sckarung dia bisa membayar uang sekolah anak sulungnya yang masuk SMA.
" ... wah,
riym dinggc mbayar sekolah bocah-bocah nik» abot,
pak, .... saniki alhomdulliltoh sngrtl nyekolahke dug! SMA punapa.. (dulu untuk mcmbayar uaug sckolah bagi anak-anak itu berat...sekarang
alhamdulliltah bisa menyekolahkan sampai SMA)" (wawancaru pada hari Sabtu, 12 April 2008, pukul 09.54)
Ker11J(ill11. Warga masyarakat dcsa wisata tidak rncrasa ada kerugian deugan adanya program ini. Namun, mercka mempunyai program
ini akan rncngnncam
scdikit kckhawatlran bahwa
matu pencaharian
mcreka
scoagai
pctani,
tcrutama rneuyungkut alih flmgsi lahan pcnanian. I Jal ini diuiarakan pak Wardi. scorang w~rgtt seternpar: " ... nek. rugt 111(/.!ilr mbotenoa), .. 111in1:11/k.11111(111{!.ke prlpun. ngp,ih. snwnlw kan 111011gkc dados keb1111, to ... (kalau rugi sih tidak, hanya saja bagaimana nanti katau sawan itu jadi kcbun, kan tldak hi~11 bcrtani lagi) "{wawancara pada har] Sobtu,.12 April 2008. pukul 09.54)
5.1.2.J.4
Faktor-fnktor Peudukuug I mplementasi
Program Pengembangan
Agruwisata •
Koordinosi
Sebagaimana
dijcluskan diaias,
program pcngcmballgan
agrowisata
melibatkan dinas atau instansi tcrkait scperti Bappcda, Dinas Pariwisuta dan Kebudayaan, Dinas PU. Kantor Kecamatan dan Perncrintah Desa sctcrnpai. Kcordinasi dilakukan oleh Bappcda dalam mencruukan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan program serta pcrtanggungjawabannya kepada Bupati, Meski dcmikian, secara tcknis kcgiatan opcrasional dikuordinasikan olch Dinas Pertanian dan Kchutanan, Sepanjang yang bisa disimpulkan, koordinasi
143
brsa dikatakan bcrjalan pelaksanaan
lancar, meskipun dalam
masing-masing
hal pertanggungjawaban
kegiatan ynng dilakukan masing-masing instansi
ternyata dilakukan scndiri-sendiri. S11111her daya manusta
•
Jumlah pcgawa! di Dinas Pertanian dan Kehutanan mcncapai R.5 orang. dimana hampir scparuhnya (42 orang) ditugaskan padn Rictan!) Pcrtanian. Selain
itu. dari 42 orang pcgawai tersebm, hampir separuhnya (20) berpendidikan tinggi (D2
~AlllJ)Ai
•
S2) dengan larar belakang disiplin ilmu pcnanian,
Fusilitas
Dalam rnengirnptcmernasken program iui, Dinus dibckali dcngan fusilirns scbagai berikut: I mobil tarubuhun sdain 2 mobil dinas, 3 sepcda motor, 4 kompurer dun 3 printer. •
Tidok adC11(11a pe11('ntanga11dari warga l'~da umumnya. masyarakar dexa Mangunan tidak merasa keberaran
dengan adanya
program.
Meski dcmikian, mereka
tidak terlalu
antusias
mcnyarnbut program karena mereka khawatir program ini akan mengganggu rnata pencaharian mereka sebagai petan i, terutama kctika lahan pcrsawahan akan dijarlikan sebagai lahan kebun buah. Hal ini cepat ditunggnpi olch Dinas dengan mernutuskan
untuk menycwa lahan mcreku dengan ongkos sewa yang cukup
tinggi.
5.1.2. l.S
•
Faktnr-faktor' Pcnghambar Jmplemcntnsi Program Pengembangan Agrowisata
Kurangnya kesadaranmasyarakut
144
Masyarakat desa Mangunan. Dlingo sebagian besar bekerja scbagai pctani. Dengan latar belakang pcndidikan yang rata-rata lu!usan SD atau SMP. maka bisa dimaklumi kalau mereka kurang cepat mcngcrti manfaat sebuah program aiau kegiatan yang akan dilakukar: pemerintah. Untuk mcngatasi hal ini Dinas mencoba mclakukan sosialisasi beberapa kali kepada masyarakat mclalui
kclompok tani sciempat. Namun. kenyataannya sosialisasi yang dihadiri sckitar 40 orang ini tarnpaknya kurang efeknf mcnginga1 li:lak semua warga desa menjadi anggota kelompok tani, waktu penyuluban yang dibarengkan dengan penyuluhan
pcnanian rutin olch petugas pcnyulub pertanian menjadikan penyuluhan kurang fokus, peayampaian materi penyuluhan mcngenai pemanfaatan program, yang disampaikan oleh petugas Dinas (bukan penyuluh lapangan), kadang kurang bisa dimengerti warga yang hadir (mtdience). Pak Kamo, scorang warga yang pernah mengikuti penyuluhan mengatakan: "... wah, nggih sok-sok pada mboten mudcng, marahi sok ngangg<:
ternbung-ternbung sing angel niku napa ~ (kadang kita tidak mcngeni, karena (pcnyuluh) kadang mcnggunakan istilah-istilah yang sulit) (wawancara pada had Sabtu, 12 April 2008, pukul 10.>7.) •
Pengadaan lahan Untuk sebuah kcbun buah yang ideal seperti Taman Wisata Mckarsari
dibutuhkan lahan ratusan hektar untuk mengembangkan ribuan jenis pohon buahbuahan. tanaman serta pembuatan tempat rekreasi, akomodasi, parkir kendaraan dan sebagainya, Dengan lahan yang baru rnencapai 23,3 ha. Kebun Buah Mangunan memerlukan perluasan untuk rnencapai keadaan sepcrti yang diharapkan. Narnun demikian, hal ini tidak mudah dilakukan karena lahan disckitar kebun buah sudah menjadi lcbih mahal sehingga Dinas tidak mampu
145
membclinya.
Sebelum kebun buah dibangun,
harga tanah rata-rata di dcsa itu
berkisar Rp, 10.000,- sampai Rp. 15.000,- per meter. Tetapi 3 tahun kcrnudian .• kctika pengunjung sudah mulai bcrdatangan mengunjung]
kcbun buah, harga
ranah mconjak menjad: Rp. 30.000,- sampai 50.000.- per metcrnya,
Pak Wardi
rnembebcrkan:
".. .rumiyin reg] sit! teng mriki ming anutwis sedasa d1111111gf gm1gsrif welasan, 11(1/J, saploke women ke/11111 buuh niku, regine wiwit mlndhak, fangk11ng-la1111:1111g .vtmgmyt1 rame, regine ndede] du11111gi seket cw11 .vet1111/!;t;al meteripun ... " (dulu harga ranah disinl hanya sekitar scpuluh
sampai lirna betas (ribu), nah. sctelah ada kcbun buah iru, haranya mulai naik, lebih-Icbih
setelah scmakin ramal, harga (ranah) meroket sampai
limapuluh ribu per metemya). (wawancaru pada hari Sabtu, 12 April 2008, pukul 09.54)
Bcgitupun kctika akan discwa, sclain masyarakat euggan melepaskan lahan umuk dlsewa. harga sewa juga semakin 1.inggi. Hal ini diakui olch Ir. lndarto: " ... kalau 11111uk perluasan Jahan sekarang kha agak kcsutlran, mas. wong untuk rnenyewapun, warga ketoke (kcliherannya) nggak 1na11 nglepas (metepas lahan), katau toh mau, ongkosnya sudah mahal. .. " (wawaucara pada hari Rabu,9 April 2008, pukul 08.34)
•
Alih fll111a lahan Selain masalah re11en
karena Kecamatan Dlingo adnlnh salah satu kawasan yang ditctapkan sebagai Lokasi Kawasan I .indung di Kab. Hantul. Seperti tcrlihat pada tabel 25 berikut, luas kawasan lindung didesa Mangunan mencapai 86.18 ha. lni bcrarti sckitar 20% dari total luas desa diperuntukkan bagi kawasan hutan lindung. Mengingat penetapan kawasan in] menjadi bagian dari Rencana tala Ruang dan Wilaynh Kab. Bantul, maka bisa dirnengerti jika alih fungsi lahan bukanlah hal yang mudah.
146
Tabel 25. Pcnyeharan clan Lokasi kawasan l.indung di Kee. Dlingo, Bantu] Kee. Dlingo Scmpadan 1-'an1ai
Sempad;in Suugai
budaya
I. 0!:. Mcruuk 2. Ds. Mangunan
-
(J
3. rJ$. J)Jingo
-
:18.5 79.5
~. Ds. Tcmuwuh 5. Ds. Tcror.g
-
6. Ds. Jatjmulyn
Ju1nl:th
.
.
. -
Luas K:hv~ts:.tn Lindung Caga:Mata Air alam dan
Kawasan 25.12
0 0 63 181
Rawan
Total luas
cr
(ha)
longsor
l.0753
0
37.68
0
87.92 100.48
0
JO 0 0
16.1953
86.!8 167.42 100.48
I H)
160.24
I 13.04
Ii 0 0
0
176.04
414.48
1.0i53
120
716.5553
50.24
Surnber: Bappcda Hantul, dipetik dan tahel Pcnyebaran dan Lokasi Kawasan Lindung di Kab. Bantu] Tahun 2006
5.2.
Pcngembangan budaya
5.2.1 Pengembangan Budaya Dalam Konteks Keparwisataan
Datam kontcks pengembangan pariwisata, kebudayaan diartikan sebagai produk rnasyarakat :yang ditujukan untuk mcnarik wisatawan kc Kab. Bantul. Hal ini sesuai dcngan salah satu misi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan seperti yang tercantum pada Rencena Strategis Dinas Pariwisatu dan Kebudayaan Bantu) 2005-20 I 0 yaitu mengcmbangkan pariwisata yang berbasis pada budaya, alam dan miaat khusus melalui bcrbagai bentuk pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan sasaran turnbuh-kembangnya scni, budaya dan
rradisi masyarakat setcrnpat dalarn kaitannya dengan upaya unntk meningkatkan jurnlah kunjuagan wisatawan kc Kah. 13arrtul melalui penyelenggaraan eventevent wisata yang tcratur dan kontinyu di kawasan obyek wisata dan tempat
Jainnya. Bahkan, dalarn Laporan l'ertanggungjawaban OKI) 2003 secara tegas
147
disebutkan bahwa salah satu tujuan dibentuknya DKB adatah untuk mcningkatkan kwalitas produk seni budaya yang la yak dijual untuk wisata. Dcngan dcmikian, pcngcmbangan budaya yang ditempuh lcwat upayaupaya pelestarian clan pengernbangan scni budaya dacrah, penanaman nilai-nilai budaya tradisioual, pengembangan seui budaya rnasyarakat dan dukungan fasilitas kebudayaan adalah dalam rangka mcningkarkan daya tarik Bantu! sebagai titiuan
wisata budaya. Hal ini dibenarkan olch Nyoman Yudiriani, SE, Kepala Seksi Atraksl Wisata pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan: " ... tuiuan kita, kan, rncngangkat potensi seni budaya masyarakat Bantul, ch .. supaya bisa mcnarik wisatawun, gitu ... " (wawancara pada hari Sabtu, 5 April 2008, pukul I 0.11)
Oleh karena itu, penclitian ini bertokus pada pengembangan budaya dalam
kouteks pariwisata
yang diimplcmenrasikan
Kebudayaan Bantul.
Upaya ini dimanifestasikan dalam Program Peningkatan
Daya Tarik Wisata, khususnya kcgiatan
olch
Dinas
penyelcnggaraan
Pariwisara
Event
dan
Tradisi
Masyarakat, yang bertujuan unluk:
•
Melestarikan keberadaan upc.cara - upacara tradisi rnasyarakar untuk mcrnperkaya khasanah budaya bangsa
•
Meningkatkan daya tarik wisata yang berdarnpak terhadap peningkatan perekonomian masyarakat
•
Memberikan kontribusi terhadap peningkatan pcndapatan asl! daerah.
14R
5.2.2.
Implcmcntasi
Program
Penyclcnggaraan
Peningketan
Daya
Tarik
Wisata:
Event Tradisi Ma;1·arakat
5.2.2.1. Kepatuhan Prosedur p111g sudah dit~topko11. Pelaksanaan kcgiaten pelesrarian cveru uadisi
masyarakat melibatkan secarn lnngsung JlC.'f1111 dan partisipasi masyaraker scbagai penyelcnggara den pclaku kcgiatan tradisi tersebur. Secara prosedural, kegiatan ini terlaksana
berdasarkan
usulan
dari masyarakat
dengan
terlcbih
dahulu
mengajukan proposal secara tertulis event yang akan disclcnggarakan. Sctclah itu, propo>al akan dlproses oleh Seksi Atraksi Wisata untuk dinilai layak ticlnknyii
event yang diusulkan
untuk diadakan.
ini rerutarna
Pcnilaian kelayakan
berdasarkan pertimbangan prioritas mengingat keterbatasan anggaran; artinya apakah
event yang diusulkan
tersebut
termasuk
dalam
prioritas
umuk
diselenggarakan oleh Dinas Parwisata, Nyoman Yudiriani. SE mcnuturkan: •·... ya. kita tentukan dulu mana yang lcbih penting, terutama yang lokasinya dcka; dengan obyek (wisata), trus jcnis kcscnian nya apa, banyak nggak pcscrtanya ... o.ya, itu diberitakan nggak juga jadi pertimbangan kita ... " (wawancara pada hari Sabtu, 5 April 2008, pukul 10.11)
Ternyata
mempcrtimbangkan
dalam
menentukan
priorilas
ini,
Dinas
Pariwisata
hal-hal sepcrti bcrikut: apakah pcuyelenggaraun
event
tersebut dckat obyek dan daya tarik wisata, berapa urang yang terlibat, seni
budaya apa saja yang akan ditampilkan, bagaimana kcmungkinan liputan oleh media.
149
Setelah
mendapat
persctujuan
dari Kcpala Seksi, proposal diteruskan
kepada Kepala Bidang untuk disctujui daa selanjutnya dilaporkan kepada Kepala
Dinas untuk mendapatkan keputusan akhir, Apabila disetujui oleh Kepala Dinas, rnasyarakat yang mengusulkan kemudian diberitahu dan diminta datang untuk mengambil pencairan dana bantuan. Pada saat penyclcnggaran event, Dinas biasanya diundang den bahkan diminta untuk mcmbuka secara resrni. Kesempatan ini dimanfaatkan untuk memamau apakah penyelenggaraan sesuai dcngan yang diusulkan. Apabila kincrja event dianggap tidak memuaskan, maka usulan untuk event yang sama di tahun mendatang bisa ditolek, Hal ini dibenarkan oleh Nyoman Yudiriani. SE: " ... ya, pada saat kita diundang itu. kita hadir sekaligus melihat dari deka; acara itu bagus atau nggak... kalau temyata kurang bagus, ya bisa nggak dapat bantuan untuk penyelenggaraan berikutnya, . ."' (wawancara pada hari Sahtu, 5 Apri I 2008, pukul I 0.11)
Pada kenyataannya, prosedur ini kadang tidak dilaksanakan, tcrutama mengenai persetujuan 1erbadap event yang diusulkan. Pada tahap ini, persetuiuan hanya oleh Kepala Subdinas. Hal ini dilakukan dcngan alasan ketcrbatasan waktu. Nyoman Yudiriani, SE mencrangkan: ·' ... kalau waktunya sudah mepet, dan pak Kepala Dinas juga lagi sibuk, ya, cukup pak Bambang (Ir. 13arnbang Sugiantoro, Kepala Subdinas ODTW waktu iru) saja yang memuruskan... ee (wawancara pada hari Sabtu, 5 April 2008, pukul I 0.11)
150
Meski demikian, bisa dikatakan bahwa tahap-tahap yang tclah disebutkan d iatas pada
umumnya
dipatuhi
dan
tidak menyehabkan icrganggunya
penyelcnggaraan scbuah event wisata yang diusulkan masyarakat, Jadwat (timetable). Peniadwalan unluk penyelenggaraan event wisata berbasis
budaya ini. baik event besar yang sudah terjadwal rutin (tahunan) maupun eventevent yang lebih kecil, tampaknya tidak mudah. Mengenai ha! ini Nyoman Yudiriaoi. SE menjelaskan: " ... memang itu, menentukan tanggalnya agak susah, harus pakai tanggalan Jaws scgala...jadi ya kita minta aja proposal mereka jauh-jauh sebclumnya, ya kira-kira dua atau tiga bulan lah ... " [wawancara pada hari Sabiu. 5 April 2008, pukul I 0.11)
Berdssarkan pengakuan tersebut, diketahui bahwa pcnentuan hari dan tanggal pelaksanaan sebuah event berdasarkan masukan dari masyarakat scpcrti yang tertera dalam proposal mereka, Meski demikian, penentuan hari H tidaklah mudah karena masyarakat biasanya masih bcrgan:ung pada kalender tradisional Jawa yang bcrbasis perhitungan bulan (lunar calendar) ditarnbah dengan hari pasaran (5 hari], yaitu Pon. Wage. Kliwon, Lcgi dan Pahing, Untuk menghindari pcnyelenggaraan sebuah event wisata dari masyarakar yang berbarengan dengan event yang lebih bcsar yang sedah dijarlwalkao sebclumnya, maka proposal dari masyarakat harus sudah ditcrima oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan jauh hari (2 atau 3 bulan) sebelum hari pcnyelenggaraan, Pelaksanaan evem-cvcni tradisi masyarakat sejak tahun 2005 sarnpai
dengan 2007 yang dianalisis dalam pcnclitian ini ditunjukkan pada tabcl 26, 27 dan 28 berikut:
151
Tahel 26. Pelaksanaan Event Wisata L:pacara Tradisional pada Tahun 2005
No ~ I
2 3 4
5 6
Kcaiatan
Upcr, Jodnangan G. Cerme Pcntas Wayang Kulit Malam I Suro Penxdengl(araan Parade Band, Bintarsn Uocr, Bekri Jalanidi Nelayan t.fino Upcr. Sedekah Laut TPl Decos Kirab Budaya dan Upcr. N1rnras Encch
Tempat Imoairi
Parangkusumo 9Fcb 12 Feb
Bangunta~an
Samas
20 l-eb 22 Feb 3 Maret Parangkusumo 6 Maret Piere! 4 Aoril Wonokromo 5 April Parangtriiis 17Mei IJlingo 18 Mei Sedavu 23Mci Srandakan 23Mei Pi\'llngan 10 Juli Piyungan 18 Juli Pajangan 23 Juli Sanden 29 Juli Pandak 14 Parangrritis tmoziri
Uocr, Melasti 8 Kirah Seni dan Hudava Kee. Plerer 9 Uocr. Rcbo Pungkasan 10 Upcr. Bckti Pertiwi Pisunnsune Jaladri 11 Rasulaa/Dersih Dusun Dodoaan 12 Bersih Dusun Sun~n. Argodadi 13 Merti Dusun Ngentak. Poncosari 14 Bersih Dusun Kring B iuiaran, Srimulyo 15 l lpacara Kupatan Jolosutro. Srimulvo Bcrsih Dusun Krebel. Scndangsari ~ 16 17 Bersih Dusun Sorobavan. Gadingsari 18 Merti Dusun Sianean, Trihargo (9 Bersih Desa Panjangrejo Pundcng 20 Merri dusun Pavak Piyungan 21 Kenduri Agung l'edukuban Rcjosari, Dlingo 27 Bersib Dusun sc Desa Temuwuh IJlingo 23 Labuhan Ali! Kratoa Ncavosvakana Paranztritis 24 Merti Dusun Kunden, Jambidan I Rangunlapan 7
25 26
.
Bersih Desa Maneir. Sendanasari
Waktu 30 Jan
Paiansan
27 28 3] 31 4 Seot, 10 Seot. 11 Sert 26 Sept 3-5 Nov 3-5 Nov 6Nov 6 Nov. 24 De5.
Upacara Nyadranan Makan: Scwu Pandak 27 Peravaan Hr. Rava ldul Firri Muda-i Bantu I 28 Kerarnaian Hr. Ra) a ldul Fltri Srandakan 29 Senekah Laur Nelayan Pandansimo Srandakan 30 Peruas Akbar Reog Kubro Pasutan Bantul Hari Jadi Desa Banguniiwo Kasihan ] Jumlah ... Sumber: LAKJP Dinas Pariwisata dan Kcbudayaan Dantul Tahun 2005
'
(Kn) 1.500.000 500.000 300.000 1.500.000 1.250.000 1.250.000 1.000.000 500.000 J.000.000 1.750.000 500.000 500.000 1.000.000 1.000.000 1.250.000 1.500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 300.000 750.000 1.000.000 500.000 l.250.000 500.000 400.000 1.500.000 500.000 500.000 25.000.000
Bantuan
Berdasarkan tabel 26 diatas, hisa rlisimpulkan bahwa setiap bulan ada
event wisata tradisional kecuali bulan Oktober. Ke-31 event bisa dikategorikan menjadi 3 jenis, yaitu upacara lradisional yang diselenggarskan di obyek dan daya tarik wisata (12 event). event tradisional bersih desa (13) sorta kegiatan perayaan
152
--
(6 event).
Sebagian besar (28 event) kegiatan diselcnggarakan scndiri olch
masyarakat, satu event oleh pihak Kraton Yogyakarta, yaitu Labuhan A lit Kraton, sedang 2 sisanya olch Dinas Pariwisata dan Kchudayaan bcrupa Parade Band dan Pentas Wayang Kulit.
Setiap kegiatan upacara tradisional rnclibatkan puluhan atau ratusan orang. Hal ini terjadi karena warga masyarakat dilibatkun scjak awal kcgiatan ini akan dilakukan. Misalnya yang tcrjadi pada kegiatan upacara bersih dcsa, Dari pcngarnatan pcnulis. pada urnumnya event tradisional bersih desa diputuskan untuk dilaksanakan melalui mckanisme musyawarah yang disebut 'rembug desa' (musyawerah desa). Contohnya, Bcrsih Dusun Krcbet di Kecamatan Paiangan. Salah seorang tokoh masyarakat lokal, Antoa Wahono. mcmbenarkan: u ... ya, mernang beiul, yang mcnentukan jadi nggaknya atau tanggalnya itu ya masyarakat, biasanya kita rembugan (musyawarah desa} dulu, baru kita buat proposal ke dinas ... (wawancara pada hari Kam is, 8 Mei 2008, pukul
11.47)
Conteh lainnya adalab upacara Bersih Dcsa Panjangrcjo di Kccamatan Pundong. Wardoyo, Kaur Kesra Desa Panjangrejo,Pundong mcnuturkan: " ... kalau mau diadakan pernyaan bcrsih desa, rnisalnya, masyarakat desa kita tareni (ajak bicara), mau atau nggak .. jadi ada musyawarah dulu ... (wawancara pada hari Kamis, 8 Mei 2008, pukul 11.3.2).
Dari basil wawancara kepada kcdua tokoh masyarakat tcrscbut bisa disimpulkan bahwa kegiatan ini secara tidak
langsung telah mcndorong
rnasyarakat untuk terlibar dalam melestarikan kekayasn budaya lokal. Kctedibatan masyarakat scperti ini sanga! penting dalam upaya mcoumbuhkcmbangkan seni
153
budaya
di
Kab.
Bantu].
Alib
3iyono.
SSn., seorang pengamat budaya,
mengatakan: - ...scpanjang yanz saya kctahui, perkembangan seni budaya tradisional di Bantu! tidak bisa
Scpcrti !erlibat pada tabcl 26 diatas, dari 3 I event yang dlselenggarakan, ada beberapa yang waktunya bersamaan, yaitu: 13ersih Dusun Sengapan, Desa Argodadi, Kccamaian Sedayu yang dilaksanacan secara bcrbarengan dengan Merti Dusun Ngentak., Desa Poncosari, Kccernatan Srandakan pada tanggal 21 Mei 2005. Begitu juga Perayaan Hr. Raya Jdul Fitri l\luda-i Deresan dcngan Keramaian Hr. Raya ldul Fitri Mangiran diselenggarakan di tcmpat berbeda pada tanggal yang sama, yaitu 3 sampai 5 November 2005. Semcntara itu, Sedekah l.aur
Nclayan Pandansimo yang diselenggarakan di obyek wisata Panrai
Pandansimo berbarengan dengan Pentas Akbar Reog Kubro Pasutan Trirenggo pada hari yang sarna, 6 November 2005. Meski dilaksanakan pada hari yang sama, tidak setiap event mendapat bantuan yang sarna. Contoh, Bersih Dusun Sungapan ' hanya mernperoleh insentif sebesar Rp. 500.000,- sernentara, Mcrti Dusun Ngentak yang berdekatan dengan obyek wisata Pantai Pandansimo diberi bantuan sebesar Rp. 1.000.000,-. Begitu pula yang terjedi pada 6 November 2005. Sedekah Laut Nclayan Pandansimo yang diselenggarakandi obyck wisata I'antai Pandansimo mendapat bantuan yang jauh lehih besar dari Pcntas Akbar Reog
Kubro Pasutan Trircnggo yang diadakan di Kecamatan Bantu!. Hal ini
154
membuktikkan bahwa event yang dckat dengan obyck wisatalah
yang lehih
diprioritaskan. Pada tahun 2006 penyelenggaraan event tradisi masyarakai mcngalami jumlah pcnurunan kegiatan yung slgnifikan dari tahun sebclumnya, yaitu dari 31 event mc1liadi hanya 17 saja (liha1 tabcl 27 berikut). Anggaran bantuan yang scmula Rp. 295.00.000.- mcuciut menjadi Rp. 195.000.00,-. Hal ini disebabkan olch
karcna
pcnyclcnggaran
anggaran
yang
scharusnya
dialokasikan
event budaya ini dipotong untuk li1111111nn
untuk
baniuan
korban gcmpa bumi
yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006. 'lynmnn Yudiriani, SE membcnarkan: s., ... ya,
mas, scsuai iustruksi
bapak Bupati, anggaran untuk bantunn event
dipotong bagi korban gernp11 ... •· (wewuocara pade hari Sabru, 5 April 2008, pukul 10.J I)
Pernotongan anggaran
ini memaksa Dinas Pariwisata dun Kehudayaan
Kab, E:lantul untuk mclakukan prioritas penyelenggaran event wrsata tradisional, yaitu event-event yang dilaksanaknn
di obyek dM duya tarik wisata, tcrutama di
obyek wisma yw1g sudah dikcnal luas wisatawan. Seperti tcrlihur pada tabcl 27 berikut, duri 17 event y
jumlah insentifyang dibcrikan iidak jauh berbeda dcngan tahun sebelumnya.
155
Tabcl 27. l'elaksanaan Event Wisata llpacara Tradisional pada Tahun 2006
No
r 15Waktu Jan
4
Kegia1an U per. Jodhangan G. Cenne Upcr. Tumuruning Mahcso Suro Labuhan Nelayan Bekti Jolonidi Labuhan Hondodento
Ternpai Cerme, lmogiri Samas, Sanden Samas, Sanden Parangtritis,
5
Kirab Budaya lmogiri dan Upcr. Nguras
Imogiri
16·17 Feb
1.250.000
I
2 3
30 Jan 5 Feb 20 Feb
Bantuan (Rp) 1.500.000 I .500.000 1.500.000 1.500.000
Krctek Enceh
·-
6
Tasyakuran TPI Mino Bahari Oepok
Parangtritis, Krerek
17 Feb
1.500.000
7 8
Merti Dusun Onggooayan llper. Mdasti
Kasihan Parangiriris.
25 Maret 26 Maret
500.000 1.250.000
9
Upcr. Rcbo Pungkasan
28 Marer
1.000.1)00
6Juni
2.000.000
8 Juli 13 Juli
1.500.000 750.000 500.000 500.000
Krctck
I
Wonokromo, Pleret
I
IO
I Upcr. Bckti Pertiwi Pisungsung Jaladri
Parangtritis, Kretck
11 12 13
14 15 16 17
-
Bcrsih Ousun Krebel Bersih Dusun Do
Pajangan
Dlingo Piyungan Parangtritis, Kretek
7 Agsr. 25 Agst.
llari Jadi Panjangrejo Pundong 27 Agst. N yadranan Makarn Sewu Pandak 18 Sep! Sedekah Iaut \'elayan Pandansimo I Srandakan 200kt Jumlah I Sumber: LAKfP Dinas Pariwisata clan Kebudayaan Bantu I Tahun 2006
.
750.000 750.000 1.250.000 l9.500.000
HaJ yang sangat menarik adalah gernpa bumi dahsyat 27 Mei 2006 lampaknya tidak menyururkan penyelenggaran event budaya tradisional. Sepcrti
yang bisa kita lihM pada tabcl 27 diatas, Upaeara Bekti Pcniwi Pisungsung Jaladri tctap diselcnggarakan pada 6 Juni 2006 atau hanya I 0 hari scsudah rakyat Bantu!
dikeiutkan oleh gempa bumi, Bcgiiu juga dengan event-event lainnya, tetap dilaksanakan, seolah jusrru dianggap sebagai pelipur Iara bagi masyarakat,
156
Hendro, salah seorang mantan panitia Upacara Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladl'i. menuturkan: "...waktu itu mcmang, ch.. ilu tidak kita t11nda, ya, karcqa justru kita anggap sebagai perenungan sekaligus pcrtobatan kepada Tuhan... ya, mungkin kit.a selama ini banyak dosa ...kita juga mohon pcrlind11nganlah agar itu, bcncana, nggak t~rjadi lagi pada masyarakat Bantu!... " (wawancara pada Mri Sabtu, 12 April 2008, pukul 10.3(1). Dari pcnutersn
tersebut bisa diketahui bahwa event tersebut justru
dimaksudkan sebagai permohonan ampun (redemptio11)serta pel'linduugarl kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, hal ini meuurijukk.an bahwa masyarakat Bantu! tcmyata cukup tcgar dalam mcngahadapi penderitean akibat scbuah boncana nl11111.
Pada tahun 2007 kegiatan penyelenggaraan event tradi~i tam[Wlknya lcembali normal. Hal lnl terlihat dengan peningk.atan jwnlah
event yang
discle114lgaralcan serta angganm yang dialokaslkan (lihat tabel 28 berikut). Seperti pad4 tahun sebelumnya, event tradisl yang dllaksanal
IJerikut ini tabcl penyelenggaraan event wislllll upacara tradisional yang dilaksanakan pada tahun 2007:
157
Tabcl 28. Pelaksanaan Event Wisata Upacara Tradisional pada Tahun 2007
No I
2
Tumurunini; Maes2suro l.abuhan Rekt i Jalan idh i
3 4 5
Scdekah Lau! Dcpok Kirab Budava Nguras Enceh t.abuhan 1 londodcnto
6
''
8
9
,_JO 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
,...ll 23 24 25
_.16
Tcmnat
Kcciaran
Samas, Sanden Samas, Sanden Dcnok. P
ln10uiri Parangtritis
Jodhanean Goa Ccrmc
Uo~\ Ccrrne, lmogiri
4 Februari
Tanggap WarS11 Tradisi Ritual Ra bu Pun!lkasan Unacara Melasri
l>i ring. Sanden
10 Februari
Wonokromo, l'lcret
J3
Paranglritis Parangtrilis Dodogan, Dl~l!u Bi ntaran, Pi yun~an
15 M
Pisungsung Jaladri Mcrti Dusun Dodogan Merli Dusun Binrarnn Bersih Dusun Gu111ur-Jn Merti Dusun Krebel Mcrti Dusun Kring Scdavu Mcrti Dusun Mantu~ Merti D11su11 Tcrnuwuh Merli Dusun Candcn
Gunturun, Pandak Krcbet, Paianean
Scda~·u, Sanden
Mm1tu11 Banguntiinon Dlineo - Temuwuh, Candon, Jetis
Labuhan Kraton
Mcrti Dusun Ccmpluk Nyadran Makam Scwu
28 29
Labuhan Pandansimo Mcrti Du&1111 Pakis Jodannnn 00:1 Cermc
Llanluan m n
Aausrus
1.500.000,· 1.500.000,1.500.00-0.1.500.000,1.250.000.1.500.000,· 500.000,1.250.000.1.000.000,2.000.000,1.000.000,. 750.000,500.000,1.500.000,500.000,500.000,500.000.500.000,1.000.00~,:. 500.000.1.000.000. 500.00-0,·
Maret
27 \.1ci l Juni 23 Juni 7.6 Juni 28 Juli l Agustus 11 Aaustus Aaustus
Pornnl;!tritis 14 Mcrti Dusu n Nanasri Nang~ri, Punrlor10 17 Mcrti Dusun Kundcn Ku11ci1:11, t3unguntaran 18 Merri Dusun Jonggarangan _ ~rangan, J'Ja11n1I 20 Kunatan Jolosuirn Jolosutro, J>iyun<>an 2i Grebcg Deresan
27
Waktu 19 Januari 21 Januari I h:bruari I Fcbruari 3 Februari
Aaustus Agustus Auustus
J.000.000.-
Cemptuk, Dlinuc
3 I /\l!US!US
Makum Sewu, Pandak Deresan, Rinr;i11li
3 Scplumbl!r 2 l Okiober
Pakis, Dlingo Goa Ccrme
22 16 Dcscmbcr
500.00() .• 1.000.000,500.000.1.500.000.750.000.2.000.000 .• 29.500.000,·
Jumluh
I J Oktobcr
Sumbcr: LAKJP Dinas Pariwisata dun Kcbudayaan Bantu I Tahon 2007 Berdasarkan rabcl 26, 27 dan
28 diatas, terlihat bahwa event budaya
tradisional berkembang dcngan baik. Antusiasrne masyarakat dalam kcgiatan budaya ini sangat besar. terhukti dengan kenyaiaan bahwa sebagian besar event uiselenggarakan olch masyarakat.
Dilain pihak, lanpa adanya campur tangan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aantul tertrndap peuyclenggaraan event wisaia
158
budaya, bisa disimpulkan bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sangat patuh tcrhadap jadwal
pclaksanaan
program
pencntuan waktu penyelcnggaraan
Pcmbatasan. Kebudayaan untuk
peningkatan
sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat,
Dalam mengimplerncntasikan rnembatasi
penyelenggaraan
daya tarik wisata dimana
program ini, Dinas Pariwisata
dan
diri terutama pada pemberian insentif (banruan dana) dengan
harapan
agar
potensi
budaya
masyarakat
berkembang dan bisa menambah ca~·a tarik bagi wisatawan untuk berkuuiung ke
Kab. Bantul, Pemantauan (monitoring) juga dilakukan sebagai bahan unruk evaluasi pcnyelenggaran event. I lal ini sesuai dengan salah satu mgas pokok dan fuogsi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Dan Organisasi Dinas Pariwisata Dan Kcbudayaan
Kabupaten
Bantu!,
yaitu
Pengembangan
Pariwisata
Dan
Kebudayaan, Hal ini dijabarkan menjadi salah satu tugas pokok dan fungsi Subdinas ODTW yang berbunyi melestarian Kegiatan Event Wisara Upacara Tradisional,
5.2.2.2
Kelancaran Rutinitas dan Tiadanya Masalah
Kelancaran pelaksanaan. lmplementasi program peningkatan daya tarik wisata
ini secara umum bisa dikatakan lancar dan tidak mcngalami hambatan yang berani. Hal ini bisa rerjadi terutama karena Oinas Pariwisata dan Kcbudayaan mempercayakan sepenuhnya penyclcnggaraan event kepada masyarakat. Anton Wahono. seorang tokoh masyaraksr di dusun K rebet, membenarlcan:
159
•· ... ya. mcmang betu], yang menentukan jadi nggaknya atau tanggalnya itu
ya masyarakat, biasanya kita rembogan [musyawarah desa) dulu, baru kita bunt proposal kc dinas ... (wawancara pat.la hari Kamis, 8 Mei 2008, pukul 11.47)
Pelibatan masyarakat seperti ini memang merupakan langkah tepat karena dcngan demikian mereka akan rnendukung kelancaran pelaksanaan program. Hal ini
senada
dcngan pendapat
Wiramo
(11ttp:llwm~.hnppenos.~o.id) yang
mengatakan bahwa pelibatan rnasyarakai akan memperkecil faktor resistensi rnasyarakat ternadap kebijakan daerah yang telah diputuskan, lni dapat terjadi karena sejak proses inisiasi, adopsi, hingga per.garnbilan keputusan, masyarakat dilibatkan secara intensif. Disisi internal Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, tugas ini diserahkan sepcnuhnya kcpada Kepala Subdinas ODTW yang seterusnya ditangani oleh Kepala Seksi Daya Ta:rik Wisata. Karena ini memang salah rupoksi Subdio OOTW. rnaka ridak ada keluhan atau penerrangan dari Subdin lain. Begitu juga dari staf pelaksana, mereka yang dilibatkan dalam kcgiatan ini diberi iugas sccara rcsmi mclalui SK pembcntukan tim pclestarian event wisata upacara tradional.
Distribusi pengnruh. Ada semacarn pelimpahan wcwcnang (delegation of authority), terutama ketika Kepala Dinas sedang tidak ditcmpat. Kcputusau
pelaksanaan program di lapangan (sceara teknis) dipegang olch Kepala Subdiu. yang juga bertanggung jawab sebagai ketua tim. Kasubdin juga ksdang menyerahkan keputusan kepada Kepala Seksi, tcrutarna kctika die bcrhalangan datang ke kantor. Meski dcmikian, apabila ada keputusan yang cukup pelik,
160
Kepala Seksi mencoba berkonsultasi dahulu kcpada Kcpala Subdinas, Yudiriani,
Nyoman
SE menuturkan:
" ... ya, kalau ada apa-apa, yang butuh keputusan pak Kasubdin, ya, kita 111a11tr (bilang) betiau ... bisa matur langsug atau telpon aja, gak apa-apa ... "
(wawancara pada hari Sabtu, 5 April 2008, pukul J 0.1 I)
Konflik, Bisa dikatakan hampir tidak ada konflik kcpentingan, atau nilai baik dianrara itnplememor (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
dengan instansi
pemerintah daerah lainnya) rnaupun antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan rnasyarakat. Hal ini terjadi karena ada Surat Keputusan Kcpala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tentang
pembcntukan tim yang rncnycbutkan
pembagian rugas rnasing-rnasing secara cukup rinci dan terlibatnya masyarakat pada proses mplcmentasi kegiatan ini.
5.2.2.3
Kinerja yang diharapkan
Perta11gg11ng
jawaban.
Pelaksanaan
program
ini
secara
resrni
dipertanggungjawaban ruclalui Laporan Akunrabiiitas lnstansi Pemerinrah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Pada preses pelaksanaan kegiatan, selalu ada laporan baik lisan maupun tcrtulis kcpada kepala dinas baik yang dilakukan olch Kepala Seksi maupun Kasubdin. (sumber: catatan dinas) Kcmanfaatan, Salah satu manfaat dari pcnyelenggaraan kegialan ini adalah
semakin dikenalnya ragam seni budaya masyarakar oleh dunia luar Hal ini terjadi karena tcreksposcnya kegiatan, terurama evem-evem besar oleh media (media coverage), baik media cctak rnaupuu clckrronik. Bagi Dinas sendiri hal ini berarti
tujuan dari program ini akan dapat tcrcapai. Semcntara bagi masyarakat, selain
161
seni budaya lebih populer, maka desa atau dusun rncrcka juga akan lcbih dikenal.
Hal ini memberikan
kcbanggan
tersendiri pada rnereka. Amon Wahono
mcngutarakan: ·· ... manfaarnya, ~va, ~yang~ jelas budava ~ kaml .iadi dikenal...berarti dcsa karni juga terkcnal...ya, ada rasa bangga kalau terkcnal.," (wawancara pada hari Kamis, 8 Mei 2008, pukul I J.47) Manfaat fain program ini adalah masyarakat akan terdorong untuk menggali dan
mengembangkan
potcnsi budaya yang dimilikinya. Bahkan, scni budaya yang
sebclumnya jarang sekali ditampilkan lagi atau bisa dikatakan hampir punah menjadi hidup lagi berkat insemif yang diberikan Dinas. Alib Biyono, SSn, scorang pcngamat budaya di Kah. Bantul menuturkan: dulu gejog lesong itu jarang sckali dimainkn», trus 11i11i thowong juga hampir punah, tapi sekarang mulai hidup lag], ya. karena ada acara-acara semacam ini, hersih dusun, labuhan-labuhan dan sebagainya .. .'' (wawancara pada hari Sabtu, I 0 Mei 2008, pukul 11.51) cc ...
Selain menghasitkan beberapa manfaat tersebut diatas, program ini juga dirasakan sebagai daya tarik tarnbahan yang mcnghibur wisatawan yang sebelurnnya tidak rahu menahu akan adanya kegiatan ini. Prasilia, scorang pengunjung Parangtritis dari Balikpapan, mengaku senang ada acara sepen! ini:
" ... s~neng dch ada ritual-ritual kayak gini ... unik. rnenarik, juga ..aneh ... " ujarnya sambil menatap kcgiatan upacara tradisional Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri yang dilakukan di tepi panrai. (wawancara padn hari Selasa, 4 Mei 2008, pukul 09.14)
Bagi masyarakat sendiri, kcgiatan pelestarian seni budaya juga merupakan sarana untuk memperct tali persaudaraan antar warga masyarakat, Hal ini terjadi terutarna pada saat proses penylapan kegiatan dimana mcreka rnengadakan
I 62
musyawarah mcrnbahas segala scscuatu yang harus disiapkan dan dilakukan demi sukscsnya
kegiatan. Amor. Wahuno rreouturkan:
·· ... manfaat selain itu, ya, radi ketika rembugan, rembug desa, kira bisa siding kctcmu, ngomong segala rnacem persiapan upacara ritual...ya, sambil silaturahrni lah ... (wawancara pada hari Karnis, 8 Mei 2008, pnkul
11.47)
Keruglan. Sccara umum. hisa dikatakan tidak ada kerugian yang ditimbulkan dari implernentasi y~nl.\ lcbih
proernm ini kapada masyarakat. Mcreka justru berharap bantuan besar lagi. Sadino. salah seorang nclayan di Pantai
Samas.
mcngataknn: " ... tidak, ndak nda rugi, pak ...tapi kalau bisa ya, bantuan lcbih banyak lagi biar acara lebih gayeng (mcriah) lagi ... "(wawancara pada hari Komis, 8 Mei 2008, pukul 09.19)
5.2.2.4 Faktor-Faktor Pendukung lmplcmcntasi rrogram •
Pelibatan masyarakat Saleh satu fnktor paling krusial yang mcmpcrlancar lmplemeniasl program
ini tampaknya berka; dukungan nia.,yaraka1 yang dilibarkan secara aktif mulai dari pcnentuan jadwal pcnyelenggaran even! yang drserahkan sepenuhnya kepada rncrcka sampai pada pcnyclenggaraan event itu sendiri.
•
Sumber daya Dcngan anggaran yang tersedia mencapai rntusan juta rupiah, banyak
event wlsata budaya yang bisa digetar olch Dinas Pariwisata dan Kcbudayaan,
Scbagian bcsar jumlah dana ini dialokasikan untuk insentif pcnyelenggaraan event yang dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat, Meskipun dana yang diberikan tidak mcncukupi untuk menyelenggarakan sebuah event, pembcrian insentif ini
161
dianggap sebagai kepcdulian pemerintah terhadap pelestarian budaya tradisional masyarakai. Anton Wanono mengakui:
·· ... walaupun ngga" seberapa, tapi karena kita merasa diuwongke, ya. kita semangat, ..". (wawancara pada hari Kamis. 8 Mei 2008. pukul I 1.47)
Pcngakuan ini mengisyaratkan bahwa masyarnkat rncndapatkan nilai lebih daripada sekadar jumlah bantuan yang diberikan, yaitu self-esteem (kebanggean yang diiirnbnlkan karena pengakuan dari pihak Jain). Perasean ini mcrupakan sehunh manifestasi dari keberdayaan masyaraket secara psikologis.
I Jal ini sesuai
dcngan pendapat Timothy dalam Sharpley (2002): In the psychological type of empowerment, self-esteem /., enhanced because of ouuide recay,111tinn of the uniqueness and value of their culture, natural resources, am! trudittonal i.nowledge.
Sclain dukungan anggaran, jumlah person ii dinns yang tcrlibat, sekiur I 0 orang, dianggap sudah mcncukupi. lndro Supriynnto, B.Sc. mantan Kepala Seksi i\ traksi Wisata mengatakan:
" ...gaweane yo 11gopo. ll'o11g ming 111t111to11111laku apa oro, kapan tanggale. 111i11g ngonv woe ndaclal!. akeh-akrh, cukup wong sepuluh... (pekcrjaannya ngapain sih, cuma memantau!memW>likan jadi tidaknya, begitu saja kok banyak orang. cukup sepuluh orang seja) "{wawancara padn hari Minggu, 6 April 2008, pukul 11.56)
5.2.2.5 faktor-Faklor Pc1tghambat Implementasi Program •
Penyelerasanjadwalacara
Seperti tclah diuraikan diatas, penemuan jadwal pcnyelenggaraan eveut kebanyakan berdasarkan penanggalan tradisional Jawa (lunar calendar). Hal ini mengakibatkan Dinas kesulitan mengagendakan event yang akan diselcnggarakan
164
tahun berikutnya. Promosi event ke dunia luar dengan dcmikian juga terganggu karena tidak ada keoastian hari dan tanggal pclaksanaan event. Untuk mengatasi hal
ini, Dinas mencoba
informasi
panilia penyelenggara
kapan event yang sama akan Jisele1ggarakan.
Dinas mengalarni memberikan
mcnghubungi
kesulitan juga
karena
biasanya
umuk
minta
Namun, kenyataannya
panitia juga belum
bisa
konlirmasi hari dan tanggal pcneyelcnggaraan event. Sebagai solusi,
Dinas melakukan perkiraan penyclenggaraan event sebagai bahan nntuk rnengusutkan program yang akan dilaksanakan tahun berikutnya. Ni Nyoman Yudiriani, SE mcmbeberkan: ~... ya, kita telpon dulu mereka min la kepastian kapan itu akan dilakukan ... kalau nggak ada kepastian juga, kita kira-kira saja ... kita bandingkan saja tanggal yang lain dengan penanggalan nasional..." (wawancara pada hari Sabtu, 5 April 2008. pukul 10.11) •
Bencana Alm11 Gempa bumi dahsyat yang rneluluh-Iantakkan Kebupaten Banrul 27 Mei
2006 tampaknya juga menghambat pelaksanaan program pelestarian budaya tradisional masyarakat ini. Seperti tcrlihat pada tabel 27, penyelcoggaran event pada tahun 2006, tcrjadi penurunan jumlah event yang diselcnggarakan di banding tahun sebelumnya, Hal ini terjadi karena jumlah anggaran yang dialokasikan
untuk pemberian insentif pcnyclcnggaran pada tahun 2006 dipotong hampir separuhnya untuk mcrnbantu mcringauken penderiataan korban gempa, lni rnengakibatkan event-event yang tcrjadwal scbehnuuya terpaksa dihatalkan. Ni Nyornan Yudiriani. SE meagakui:
165
·' ... karena dipotong iru jadi banyak yang dibatalkan ... lagian, masyarakat kan sedang susah, kan.," (wawancara pada hari Sabiu, 5 April 2008, pukul
10.11)
5.J.
Pengcrubangan industri kecil lndustri kecil aclabh badan usaha yang menjalankan proses produksi untuk
mcnghasilkan harang dan jasa dalam skala kecil, (Manik dalam www.bunghatta i11fo). Skala kecil dalam pengertian ini bcrkaitan deogan jumlah modal clan
penyerapan tcnaga kcrja. Menurut Undang-Undang no. 9 Tahun 1995, suaiu usaha diartikan scbagal industri kecil apabila nilai usaha {diluar tanah dan baugunan) maksimum Rp, 200 juta atau omzet penjualannya maksimum I milyar rupiah, dimiliki oleh warga ncgara Indonesia dan tidak terganrung' baik langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan )-ang lebih besar. Adapun jumlah ienaga kerja yang
dipckcrjakan
oleh
suaru
usaba
kecil
maksimum
20
orang
industri
kecil
(http://cii.inldoc11me11rs!deftme.pdj). Di
Kab.
Banrul.
kebijakan
pengembangan
diimplcmentasikau oleh Dinas Perindesuian, Pcrdagangan dan Koperasi melalui berbagai program, yaitu: I. program pengembangan industri rumah tangga, industri kecil dan menengah
mclalu]
kegiatan-kegiatan
pcngujiar;
kualitas
indusui
berorientasi ekspor, pengelolaan Pasar Scni Gabusan ke Bali, opcrasional pcrijinan, pengawasan perijinan. pcngadaan listrik hrik.et batubars. 2. program peningkatan kemampuao teknologi mdustr! kecil dan kerajinan dengan kcgiatan-kegialan bimbingan reknis (bintek) peningkatan ieknologi
166
kerajinan
bambu dan birnbingan
keramik dengan substitusi 3. program pcngcmbangan pcngclolaan
teknis
diversifikasi
produk
industri
bahan baku lareks. usaha dan lcmbaga perdagangan dengan kegiatan
Pasar Seni Gabusan dan pengembangan
daya tarik Pasar Seni
Gabusan, 4.
program pcngernbangan industri kecil menengah rnelalui
monitoring
perusahaan pemcgang ijin. pembinaan industri kecil menengah melalui Dewan Kerajinan Nasional Cabang n~ntul. lomba desain kerajinan dan operasional museum batik. (sumbcr:
Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bantu! Tahun 2005-2007).
nari berbagai program atau kegiatan yang tclah dilakukan olch Dinas Perindustrian, Pcrdagangan dan Koperasi Bantu! selama kurun waktu 2005 sarnpai 2007 tcrsebut, tcrnyata tidak sernua bisa dikatakan manifestasi dari upaya pembcrdayaan masyarckat, misalnya program atau kegiaran yang berkaitan dengan perijinan, pengujian kualitas industr] dan sebagainya. Meskipun teruyara ada beberapa program yang bisa dikatcgorikan sebagai pcrwujudan upaya pcmberdayaan industri kecil, namun tidak scmuanya oerkaitan sccara langsung atau berfokus pada dengan masyarakat di sektor pariwisata, misalnya pembinaan industri kecil menengah melalui Dewan Kerajiuan Nasional Cabang Bantu! atau pcningkatan tcknologi kerajinan bambu. lJn!uk kepentingan penelitian program
atau
kegiatan dianalisis
dalam penclitian
167
ini.
ini adalah program
pengembangan industri kecil yang bcrkaitan langsung dengan sektor pariwisara, artinya program yang efeknya bisa dirasakan oleh
para pcngrajin yang
mcngandalkan kehidupannya dari sektor pariwisata. Oleh karena itu, program yang ditcliti adalah
bimbingan tcknis diverslfikasi produk industri kerajinan
dengan substltusi bahan baku tareks dan pcngelolaan dan pengcmbangan Pasar Seni Gabusan. Jumlah usaha kccil yang tcrsebar di wilayah Kab. Banrul tercatat 2.854 scntra
inrlnstri kecil yang menycrap I 0.491 orang pekcrja dcngan total produksi
sehcsar 30.118.495 Rp.
produk, scdangkan jumloh uang yang diinvcstasikan
5.494.240.000,-
35.963.2•10.000,-
ntm1
yang
mcnghasilkan
keuutungan
mcncapai
sebcsar Rp,
lcbih dari 6,5 kali iipatnya (650%). lnl bcrani usaha kecil
snngat mcnjanjikan pc11i11gk.atan kesejalucraan masyarakat, (lihat tabcl 29 dibawah ini).
168
e
...... -a.0
:z~
....
-,;
o;
•I)
"'
"c"'
gc;;
.0
·- 'C:
0
00
8'8 .,; ce.
'f)
0
::! .s!t .g ._,
N
!_g
afa
...
N
N
..
8
N
00
r-
<'I ('>
N
•C
-:
-......"' ,-,,,.; °'"'
,..._
-
V'>
0
00"'
rri r..: ~
-e
"' ~
('> ..,
.0
~
~
0
,..,
"' .,, ]
:2 ii
.>: ""
"' ... - ov- °'"' ~
• r·"'l
gg 80 '° ") ...
ooo "' 0 I",_:"'
.,., ~~ N V) N N
~
cO
:.0 rq
"' ;_
:ii .,, ... tr.
-"' .0
•N
00
("\
~o vi i.r)
~ r ....
0
oo ,.., -e
V) 0
.,.;
gg
O:::>o
"-
"' 0\ r"I
"""' ~
,,.,
,...., "' ..0 0-: ~
0
°" .. -e- o"' o- ~o.. . ;
r-- ee M
C"! -
~~,: ; ""°'.. "'"'' "' -
0
V)
:-:t Oi 11 lj .el ~ICf~ "' ~.!ii:
tj>
coo
00 0 V)
~
~ N....: ~ ,
-oc-,....t---
"'! "! "' N <'>
~g g~
0
C-. r") \0 o \0 \(),...jo¢..,:oO
"'
O•Tl
g§ "' "' ,..,,,., '° r-: "'"' oci ,..:
o olo oo O'I V") \0 0 v
00 00 0 00 ... 0 N 0\ <'! v; oO oO 0 -o
'" (\Ir;,..,"' ...
, .....
,.., ...,.
]~]
,..,"
"' ,..,
V)
Elf- ~
t--
00 00 0 0 ec -o (1 C? ''? q ... "' 0 <'> -e- 0 q~ N
~
~ ~
r-, vi
•l"I
N..,. 0 "'
-"'....,.;
·o .,, ..c :.I :.: (X)
..c .c
C'
'° a:i !~
:JI
"'E !:)
c ;>-
§§ ] :I
~
0..
~·~
- 8 § 8~ g ~~ ~§ ~ ,.., .., 00
.
§ 8...,8"" ~ §~'" Q "' ,..; 2g ~¢,.., ,,, ~ °' oO a: .,., ~ r--. "'! ~ '" .... '(!,..,"' z., ~ "' "' "' r"'I
("II 'f"'I
- -
0
-
~
00
00
'" "'
N
,,,
~g c;;8 §
~
V')
N
V')
-
s "' '""' ,..,"' ,..,- -i'1: '" .. e-,.., ~~ '" "' "'
'"'"' § ~
(')
00
0 N
N 0 00
0
,..,
<'I f ... (•I
c-. f;) ~
--
~
~ oO ..,.
8,.., ~
Q '
- -,.., <)
--
V')
"'
NM
~~
e"t;
-
~~ ~
...,:I
1::i"
0
,,
-
ee -e ¢0
0
~
,,0 .,., 0 °'
0
'-" ...- ~~ ..,.
~ N
~·
N "' ,.... "''" 00
00
$
·a:...>
- ~ "' ... "'... '" -
-e,.., N
0
M
M
V)
....
....,.,
00
N
-~
~
e;:::
"'
" ·§ ~ :i
~
z0
"""' "ii
>L
=~~- ~ s
~ f-~ ot .0 ,,: o;:J -"" ~ p " • :I .5 ~ o.~ E ·::: 3 ~ F..,. ~ ~ ,£ 0 ~~
"'l:l" "
.....: <'i '"i ~· .,;
·-
u.; ""'
'°
,..:
1 "
'()
"'
a:
~
;:;
::;: 0
I
"'
e
!ii i~ ~
·~ .,,
"" g~·.., <:;
'Yi
""" _::;; ~ ~a "E~ ~f'. I~Iiiv, eE i5 .~
..c
"' e· .. ,, 1:~ ii':" " vnn -." -- - ,.,- - "'- - ,~- "°- ""- "' - ,.; "' "' '°"' "',..: "' --
-:u :e
-£
2 -"';,; 5,,
~ .E f.!S ·r;: E " ~ =:
-"
:><:
~ E
.:.: al
-
.st,; j§
..; 3
:I
0
"'
·~:;;
-
~ ~ ~
,,:
~
<.)
"
;L ;L lJ ;L
,.;
.,;
~ Q.
.0
·5"' ;,..!.
:I
~
(Xl 0
ci
"
0
:><: 0:: :><:
,...;
N
N
.,;
N
N
.,,,
~~
0.. I>. ..J
oO
.
Dari tabel 29 diatas, bisa dilihat bahwa jumlah unit usaha kccil terbanyak bergerak pada kerajinan gerabah (keramik), yaitu scbcsar 698 buah. Ditemukan bahwa scmra industri kecil gcrabah ini didominasi
oleh dcsa Kasongan dengan
1J08 unit usaha dan Pundong dengan 195 sentra (sumber: dokurnen Dinas Pcrindusirian. Perdagangan dan Koperasi Banrul 2007). Scmeniara itu, unit usaha yang paling
scdikit adalah usaha bordir (3 buah) yang sernuanya ada di
Wonokromo, Pleret, Dari sis! penyerapan tenaga kcrja. usaha yang paling banyak mcnyerap ienaga kcrja adalah kerajinan gcrabah/keramik yang rnemperkerjakan sebanyak 3072 orang, sedangkan unit usaha kecil yang paling sedikit rnemberi lapangan pekcriaan
adalah
usaha pembuatan
kripik tempe yang hanya mampu
mcmperkerjakan 12 karyawan, Meski dernikian, ratio terbesar antara unit usaha dibanding tenaga kerja yang diserapnya adalah usaha kerajinan kayu dcngan
perbandingan I :IO. Hal ini berarti bahwa unit usaha inilah )'ang paling banyak mcnyediakan lapangan kerja. Dari segi produksi, terlihat bahwa pembuatan gcntenglah yang paling produktif dcngan mcnghasilkan 14.049.500 buah gentcng dari 298 unit usaha atau rata-rata 47.146 buah per unit usaha. Meski dernikian, produk termahal adalah komponen timbangan yang rata-rata per huahnya bcrharga Rp, 72.400,-. Bila dilihat dari mantaat ekonornis, rnaka usaha pembuaran tahu paling menjaniikan karena bisa menghasilkan keuntungan 1860% atau I 8,6 kali lipar dari uang yaug diinvestasikan. Sebaliknya, usaha yang paling sedikit memberikan kcuntungan adalah produksi pisau dapur dengan hanya I 86% atau 1,86 k.ali lipal
170
dari total modal yang ditanamkan.
Dari scgi jum'ah uang )"dng dihasilkan dari
keuntungan usaha, maka usaha gerabah mcncmpan tempai teratas dengan total Rp. 5.103.350.000,-, sedaugkan keumungan terkecil diperoleh usaha pisau dapur dengan hanya Rp. 10.450.000.-. Bcrcasarkar; analisis
diatas bisa disarankan bahwa pcmberdayaan
pengra] in scbaiknya difokuskan du!u kepeda sentra-scntra industri kecil yang
ban yak mcnyerap tenaga kerja dan membcrikan peluang peningkatan pendapatan sepcrti usaha kerajinan keramik dan pembuatan tahu karena pada kenyataannya, upaya pernberdayaan pengrajin selama ini tampak kurang fokus. Hal ini terlihat dari berbagai program atau kcgiatan yang dilakukan kurang rnenyentuh usahausaha kec ii yang potensial seperti tersebut diatas (lihat halaman J 66- I 67). Bahkan program yang telah diimplementasikan terhadap pengrajin keramik di Kasongan, misalnya. yaitu bimbingan tcknis diversifikasi produk industri keraiinan dcngan substitusi bahan balm latcks, sepcrti yang diuraikan dibawah ini. tcrbukti kurang efektif
5.3.! lmplementasi Kehijakan Pengembangan lodostri Kecil di Kab.Banhtl 5.3. l.I Bimbingan Teknis Diversifikasi Produ« lndustri Kerajlna» Dengo» SubstituslBahun Baku Lateks Kegiatan ini dilaksanakan di Kasoogan pada tahun 2005 dengan tujuan
unruk membuar produk baru tanpa menggunakan tanah liat, Salah satu alasan mengapa kegiatan ini dilakukan adalah karena bahan baku pembuatan produk
171
gcrabah, yaitu tarah liat semakin sulit diperoleh. Hal ini diutarakan oleh Kasubdin Pcrincustrian Bantul: ·· .... yang sering menjadi keluhan para pengrajin iru, salah satunya kesulitan
bahan haku untuk produk mereka ... di Kasongan sendiri, tanah lint sudah banyak didatangkan dari luar daerah,.," (wawancara pada hari Setasa, 25 Maret. pukul 09.08)
Pernyaraan ini juga dibenarkan oleh bapak Suburjo, salah satu tokoh masyarakai desa Kasongan yangjuga pengrajin gerabah: "'.... mengcnar bahan baku, agak sulit kalau nyari di Bantu], makanya kita sok (kadang) mcmbcli dari luar Bantul, ya, dari Godean, Magelang, dan sebagainya .... , (Wawar.cara poda hari Selasa, !I April 2008, puktd I 0. 46)
Adapun alasan mengapa Oioas memperkcnalkan lateks (getah karet) scbagai pengganti tanah liat adalan antara lain, karena sitatnya yang lentur mcngikuti bidang yang membenruknya, tidak panas, aman dipakai dan rnudah didapat serta masih rnurah. Kasubdin Perindustrian Samul rncnjelaskan: "... kelebihan geiah karet.eeh, lemur, murah dan mudah dibeniuk dengan cc:akan dan aman .. :· (wawaocarapada hari Selasa, 25 Maret, pukul 09.08)
Pendapat tersebut didukung olch hasil penelitian Badan Tenaga Atom Nasional
(Baran)
seperti
yang
dirilis
dalam
htrp:/lwww.d-
bes.11et/warintek!nuk.lirlfa!eks_alam_iradias1:pdf yang menyatakan bahwa bahan lateks bisa digunakan dalam industri rumah tangga yang mengahasilkan produk dengan ceiakan karena bisa dituang. Selain itu beberapa keuntungan Pengolahan dan Tcknologi Lateks Alam lradiasi adalah: •
hcmar bahan kirnia (hanya 2 macarn bahan kimia yang digunakan), hernat cnerg. panas, dan hemat waktu serta dapat disimpan dalam waktu 6 bulan
172
lebih (laieks alum vulkanisasi
bclcrang hanya dapat disimpan
sckitar 3
minggu), •
tidak mengandung
bahan karsinogcn (penyebab pcnyakit kanker), tidak
beracun (toxical). •
tidak mengandung protein alcrgen (penycbab alerg! pada tubuh manusia], prosuk karct tidak bcrbau l~jam dan lcbih elastis. Apabila produk karct dari latcks alarn iradiasi ini dibaknr, gos sulrur dioksida hanya 1/20 lebih rendah dari pada karet proses vulkanisasi bclcrang.
•
t.ebih mudah didcgrndasi
olch alam, karena cnergi aktivita~nya
lcbih
rendah, schi11gg11 produkkarct dari larcks alarn iradiasi tidak mencemari d~11 ukrab dengan tingkungan.
Kegiatan birnbingan teknis diversifikasi subsurusi bahan lateks ini dilaksanakan dcnga11
mclibatkan
produk industri keramik dcngan
pada triwulau ketiga tabun anggaran 2005
3 mane tcnaga tcknls dan diikuti olch 20 orang ix:ngrajin
dcngan dukungan nnggaran scbesar Rp. 17.262.500,-.
S..l T.J.J Kepatuhun Prosedur y1111g ditetapkan. Sesuai dcngan proscdur yang ditetapkan, keglatan ini
melipuli tahapan persiapan, pelaksanaan dan monitoring dan pelaporan. Persiapan dilakukan dcngan pembentukan tim kcrja, mengadakan rapat-rapai, balk internal dinas maupun dengan mengundung rnasyarakat pcngrejm. Pelaksanaan
bimbingan
tcknis melibatkan 2 orang ah Ii dari UGM dan I orang 1fori Dinas sendiri.
173
Dilakukan selama 2 minggu bertempat di Unit Pelayanan Teknis (l;PT) Dinas yang ada di Kasongan, Monitoring dilaksanakan 2 kali pada Minggu pertama dan kedua pelatihan bimbingan tcknis, Pelaporan dibuat pada akhir tahun sebagai bagian dari Laporan Akuntabilitas Instansi Pcmerimah. Bisa dikatakan bahwa Dinas Perindustrian. Perdagangan dan Koperasi mcmatuhi prosedur karena seluruh tahap sudah ditempuh. (sumber: catatan dinas)
Penjadwalan, Pcnjadwalan diiakukan sebagai bcrikut: persiapan clilaksanakan pada triwulan I dan 2 , pelaksaraan dan monitoring pada triwulan 3 dan pelaporan diselesaikan pada akhir tahua anggaran (triwulan 4). Tidak ada masalah yang berarti bag! Dinas dalam memenuhijadwal kegiatan yang sudah diictapkan, Pembatasan, Kegletan ini sesuai dengan salah nigas pokok dan Iungsi dinas, yaitu
pelaksanaan bimbingan reknis di bidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan penanaman modal.
5.3. l .t.2 Kelancaran rutiaitas, Kelancaran pelaksanaan, Dalam implememasinya. hampir semua kegiaian yang
dilakukan tidak mengalami kendala yang berarti dalam setiap tahapannya, Kesulitan hanya tcrjadi ketika mengarur waktu pelatihannya. Para pengrajin minta kegiatan dilakukan pada malam hari kareoa mereka bekerja sarnpai sore hari
sampai pukul 17.00 WIB. Naurun, haJ ini tidak bisa dipenuhi oleh Dinas karena para pelatih, terutarna yang dari UGM, fo.lak bersedia
Akhimya, Dinas Perindustrian, Pcrdagangan dan Koperasi den masyarakai sepakat untuk melaksanakan kegiaran pada sore hari mulai pukul 17.00 WJB.
174
Namun, kenyataannya.
banyak pcngrajin yang sudah terdaftar
uruuk ikut tidak
datang, Salah satu alasannya adalah mereka sudah le!ah bekerja dan mau cepat-
cepat pulang. Hal ini diungkapkan Bapak Subuijo: -sering kita kesulitan masalah wakru ka!au ada pelatihan dari pemerintah ... pcrnah waktu itu dari Dinas. eh Pcrindustrian mengadakan peluuhan, apa ya ... oh, itu 11ggawe keramik ning saka karet (mcmbuat produk dari bahan kardi1ateks}... tapi banyak yang nggak bisa datang karena jamnya sudah sore. wayahe wong mulih (waktu orang pulang kerja)... ya, m:S kesel to pak (kan sudah lelah mereka, pak), pingine ya cepet mulih ... " (IVmrancarapada hariSelasa, 8 April 2008, pukul JO. 46) e; ••
Distribusi pengaru». Sesuai dengan SK Kepala Dinas tenrang pembentukan tim
bimbingan teknis diversifikasi produk industri keramik dengan substitusi bahan tateks, tim kerja yang dipimpin oleh langsung oleh Kasubdin Perindustrian terdiri dari I orang sekretaris, I orang bendahara dan 3 orang staf pelaksana. Scluruh keputusan yang menyangkut pelaksanaan kcgiatan ditcntukan oleh Kasubdin sendiri. Hal ini diakui Kasubdin Perindustrian Bannil: " ... penanggung jawab yang di lapangan, kan saya ...jadi kalau ada apa-apa ya, rnesti lewat saya .. :· (wawancara pada hari Selasa, 25 Maret, pukul
09.08)
Konjlik. Tidak ada konflik yang anrara Dinas dengan masyarakat karena
masyarakat sendiri menyambut baik adanya pelatihan sepeni ini. Rapak Suburjo mengatakan: ·' .... ya, nck masyarakatscndirijane {sebenamya) siap kalau ada pelatihan dari Dinas ... ya, ming sing angel sok wekiune (cuma wakiu saja yang kadangjadi masalah) ... (Waw-dflcarapada hari Selasa, 8 April 2008, pukul I 0.46)
175
5.3.1.1.3
Kincrja yang diharapkau
Perta11gg1111gjawalu111.·rcnanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dilakukan olch
Kasubdin kcpada Kepala Dinas melalui laporan-Iaporan hasil rapat scdangkan laporan kegiatan lengkap. termasuk pcnggunaan kcuangan di akhir tahun dibuat sebagai
bagian
dari
l.aporan
Akuntabilitas
lnstansi
Pemerintah
Dinas
Pcrindustrian, Perdagangan dan Koperasi. KP111m!fm1t1111. Scbcnarnya
rujuan dari program ini adalah mempcrkcnalkan
altcrnatif bauan baku pengganti tanah liat yang scmakln sulit didapat dan mahat, Dcngan dcmikian,
porn peugrajin diharapkan tidak hcrgantung pada tanah liar,
Narnun, tampaknya p~ngrajin bclum bisa mencrima
hal ini knrcna mcrcka
mcnganggap rnuuh lia1lah yang menjadi ciri khas dari prodok gerabah kasongan, sehingg11 kalau digan1i maka produk kcrujinan kasongan tidak akan unik lagi. Bapak Suburjo membebcrkan: " .... waa, Iha kalau bnhnnnya diganri, trus piyc,(lnma.~ bagaimana) .. kan tiduk ada ciri khasnya lag]. won;: rnemang itu yang rnembuat kiu. terkenal ... " Wawf1111·arc11x11la hari Selasa, 8 April 2008, puk ul I 0. 46
Oengan dcrniklan blsa dikatakan bahwa proer8m inl tidak mernbcriknn munfaai yang bcrarti bagi para pcngrajin Kasongan. lni rlibuktikkan dengan tidak dircmukannya produk siap jual dari lateks oleh pcneliti. Kcrugian. Masyar·akat pcngrajin Kasongan merasa tidak rugi dcngan adanya
kcgiatan ini. llal ini dikarakan oleh Aapak Suburjo: "... .yen. rugi nggih mboten, IO pak;jan-jane pengr,yi1111ifo ya senang ana
palaliha11-pelatiha11 kaya 11gote11 niku (kalau kerugian cidak ada, sebenarnya pcngrajin suka ada petarihan seperti itu) ... " (Wawcmcara pada hari Selasa. 8 April ?.008, puku! I 0. 46)
176
5.3.1. 1.4. Fakfor-Faktor Pcndukung lmplcmentasi Program •
Dukungan anggann:
Meskipun dana yang dialokasikan untuk kegiatan ini relatif kccil, yaitu Rp. 17.262.500,-. pclaksanaan
jumlah ini dianggap cukup unluk mendukung kelancaran
kegiamn. Terbukti dalam laporan
AKIP,
disebutkan
adanya
penghcmatan sebesar Rp, 5000.-. Salah satu yang mcmungkinkan hal ini 1crjadi adalah karena tcmpst untuk pclatihan, yaitu di Unit Pelaksana Tcknis Dinas, adalah milik dinas senciri.
• S11111ber Daya Kegiatan ini bisa bcdalan lancar karena tersedianya fasilitas pclatihnn, yaitu Unit Pelaksana Tcknis Oinas (I/PTO) yang mcmiliki ge
kcriasama dcngan l.embaga Pcngabdian pada Ma.~)'arakal (LPM) UGM, pengadaan instrukwr untuk petatihan ini tidak begiru sulit karena lembaga terscbut mcnyediakan tenaga pelarih untuk kegiatan ini.
5.3.1.1.5. faklor-Faktor Pcoghambal lmplcmentasi Program • Penyelarasan waktu (timetable) kegiaton Scperti telah dibahas diatas, wakru pelatihan yang ditentukan pada sore hari tampakny2 menjadikan kegiatan ini kurang efcktif Banyaknyn pcserta pelatihan, terdaflar 20 orang. yang tidak datang menyebabkan pengenalan bahan
alleniatifuntuk produk gerabah mcnjadi praktis kurang bermanfaat, Hal ini diakui oleh Suhurjo:
177
" ...saya kira pcrcuma iru. wong banyak yang nggak ngerti piye carane guwe seka karet (bagaimana cam mcmbuai produk dari karet.." (Wtm•ancara pada hart Selasa; 8 April 2008, pulml 10. 46)
•
Kura11gnyakesadaron pengrajin Persoalan ya112 mendasari mengapa pclatihan ini tidak bisa dikarakan
efcktif adalah karena kurangnya kcbcranian dari para pcngrajin untuk mencoba membuar scbuah terobosan dalam pembuatan pmd11k gcrabah, Hal ini tersirat dari pcrnyataan Suburjo: ·· .. .Jha mungkin karena iru barang anyar (ha/ baru), isih dim ragu-rag«
(masih banyak yang ragu-ragu) eeh .. masih belum berani coba-coba, wed! yen dndi om payn (takut kalo nggak laku) ... " (Wawancara padu huri Selasa, 8 April 200,~.pukul I 0.46)
5.3.1..2
l'cngelolaan dan Pcngembangan Daya Tarik Pasnr Scni Gabusan Pasar Seni Gabusan adglah tempar dimana para pc11grajin darl scluruh
Kab. Bantu I bisa memamerkan produknys dan bcrinteraksi langsung dcngan calon pembcli (buyer) umuk mengadakan kontrak jual bcli baik dalam skalH kecll (rewil) maupun bcsar (wltale.'iale). Kepala Disperindakop Kabupaicn Bantul. Drs Yahya dalam sambutannya pada acara Sosialisai Pasar Seni Gabusan pada ianggal 13 Oktobcr 2004 mengatakan bahwa konsep yang cauangkan dalam pcmbuatan Pasnr Seni Gabusan tersebut adalah dalam rangka peciagkatan akrifitas dan hasil produk kerajinan di Kabupaten Bantul untuk dapar dikenal oleh daerah lain bahkan sampai dengan mancanegara, (sumbcr: catatan dinas). Sernentara itu. Ors. Totok Sumano, Sekretaris Dewan Kcrajinan Nasional (Dekranas) Raotul menuturkan:
178
'· ... Pasar Seni Gabusan itu cibaogun untuk menjual produk kerajinan dari seluruh kabupaten bantuL batik, tatah sungging, makanan tradisional dan lain-lain ... harapannya buyer tidak perlu kcmana-mana untuk nyari produk kerajinan Bantul langsung ke Gabu_'311 saja dan bisa mborong produk scsuai keinginan.i.cccran juga belch kok .. .'· (Wawancara pada hari Rabu,
26 Maret, pukul I 0.19) Ter'etak sckitar 10 km sebelah selatan Kola Yogyakarte, di tepi jalan mcnuju obyek wisata Parangtritis, Pasar Seni Gabusan didirikan tahun 2004 diatas tanah seluas 4 ha. Sejak awal dibangun. Pasar ini dirancang untuk rnembuka akses pcngrajin ke pasar inlemasional. Karenauya, tak seperti pasar lain, dcsain pasar yang memiliki sekitar 444 kios ini juga bertaraf imemasicnal. Pcrancangan
bangunan pasar ini tak hanya melibatkan arsitek dalam negeri seja, tctapi j uga mancanegara, dengan mcnonjnlkan arsitektur lokal. Terbagi dalam 16 los yang rata-rata menampung ?.5 - 30 kios berukuran 6 m2 sampai 12 m2, Pasar Seni
Gabusan Gabusan sampai dengan saat ini tclah menarnpung 432 unit usaha yang dibagi dalam 8 kelompok yaitu, kelompok pangan, kerajinan kulit, sandang, logam, kcrajinan kaju, aneka kerajinan. kerajinan keramik, dan mebcler. Program pengelolaan dan pcngembengan ini bertujuan untuk rnengelola Pasar Seni Gahusan secara profesional yang meliputi pemeliharaan. kearnanan,
pelayanan pengunjur.g dan prornosi melalui bcrbagai event unruk menarik para pengunjung serta memajukan dan rocmpromosikan Pasar Seni Gabusan. Dengan anggaran scbesar Rp. 475.000.('()0.- untuk taltun 2005 dan Rp. 525.780.000.-
untuk tahun 2006. program pengelolaan dan pengembangan daya tarik Pasar Scni Gabusan mencakup operasioP.alisasi Pasar Scni Gabusan serta pclaksanaan berbagai kegiatan seperri menyeleoggarakan atraksi kesenian, membuka jaringan
179
website untuk meningkatkan
akses pcrnasaran hasil industri kcrajinan di Kab.
Hantul, lomba mcnggambar/mewarnai
untuk anak dan lomba ayam bckisar.
S.3.1.2.J. Kepntuhan Prosedur ya11g
Perdagangan
ditetapkau,
dan Koperasi
Berdasarkan
SK Kepala
ten(ru1g pembemukan
Dinas Perindustrtan,
lim pclaksana
kegiatan
Pcngclolaan dan Pengembangan Daya Tarik Pasar Seni Gabusan ini. prosedur yang disebutkan mclipu!i persiapan, pclaksanaan, monitoring dan pelaporan. Pada
kenyaraannya semuanya telah dijalankan oleh tirn yang dipimpin oJch Kepala Subdinas perindustrian. I'ersiapan melipoti pembentukan rim. rapat-rapat baik pertemuan internal maupun koordinasi. Monitoring juga dilakukan baik secara bersarna-sama rnaupun oleh Kcpala Subdin sendiri. sedangkan pelaporan dibuat berdasarkan hasil-hasii
rapat, laporan pelaksanaan di iapangan maupun hasil
monitoring yang semuanya dirangkum menjadi Laporan akhir pclaksanaan kegiatan scbagai bagian dari Laporan Akuntabilircs Instansi Pemcrintah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Kopcrasi Bantu!. J lal ini dibeberkan olch Kasubdin Perindusrrian: " ... ya, kan, sernua kegiatan kantor pasti ada SK-nya kan pak ... pada prinsipnya sarna, mulai pcrsiapan dulu, ada rapar-rapat, tim dibentuk, tcrjun f:ipangan, dan, eeh ... kita pantau iru ... ya, monitoring, dan terakhir laporan ... rapat-rapat? Ya, internal. ya, koordinasi juga, monitoring... bisa tim atau kadang saya sendiri ... laporun akhir ya di Iakip itu .," (wawancara pada hari Selasa, 25 Maret pukuf 09.08) Penjadwalan, Pada kcgiatan ini tidak ditemukan peniadwalan secara jelas (rigid) kapan scbutll1 kegiatan scmestinya harus diselesaikan. Kegiatan baru dimnlai
ketika anggaran yang dialokasikan untuk itu sudah bisa dicairkan, yaiiu pada
180
triwulan
kcdua (bulan
April).
Besarnya
kctcrgantungan
kepada anggaran ini
diakni oleh Drs. Totok Sumarwoto, Kasubdin Bina Progam: «... ya.
kalau harus kaku manur jadwal, ya sulit, jadi harus disesuaikan,
mana yang selo (longgar waktunya) ... yang peniing bisa rampung lah, pak ... lha wong scringkuli harus nunggu turunnya anggaran ... " (Wawancara
pad a hari Rabu, 26 Maret, puku I l 0.19)
Pe111hat11sr111.
Dilihat dari togas pokok dan fungsinya, tidak ada satupun yang
sccara jelas mcnyebutkan bahwa Dinas Pcrlndustrian, Pcrdagangan dan Koperasi mempunyai tugas rnempromosikau sebuah rempat menjadi sebuah daya tarik bagi wisatawan
atau pengunjung uruuk mendatangi tempat
tersebut. Narnun
kenyataannya, salah satu program rutin Dinas scperti yang tercanium pada Rencana Strategis Dinas Perindusrrlan, Perdagangan dan Koperasi 2005-2010, yaitu pengembangan indusrri rumah rangga, industri k.ecil dan menengah tampaknya dijadikan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiaran peogcmbangan daya tarik Pasar Seni Gahusan ini. Kckurangtegasan tupoksi mcmang menjadi salah satu sebab mcngapa Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bantul agak bcbas menerjcmahkan menurut perscpsi mcrcka sendiri.
Edwards Ill
( 1980:26} mengarakan "lack of clarify provides implementors with leeway I!) give
new meaning to policies".
5.3.1.2.2 Kelancaran rutinitas dan tindanya masalah
Ketancaran petaksenaan. Meski pada kenyataannye jadwal kurang ditepau, naruun secara umum kegiatan hisa dilaksanakan dengan lancar hampir tidak ada hambaran yang bcrarti. Drs, Totok Sumarwoto, mengatakao:
181
aja pak, nggak ada kcndala.cpaling ya kita sering ditanya kapan dananya turun.cpihak Gabusan itu ... " (Wawancara pada hari Rabu. 26 Maret, pukul 10.19) " ... ya. lancar-Iancar
Distrihusi pengaru/J. Pembagian tugas dilaksanakan sesuai SK pcmbentukan tim teknis yang menunjuk Kasubdin Perindustrian sebagai ketua rim. Dalam melaksanakan tugasnya, ketua dibaotu skretaris yang juga seorang kcpala scksi dan bendahara, seorang staf non-struktural. Selain itu juga ada bcberapa kepala scksi dan dari Subdin lain yang dilibatkan. Tanggung jawab ada dipundak ketua tim yang j uga pejabat eselon UI, tertirggi d'dalam tim. Perin rah yang bcrasal dari ketua selalu ditaati olch anggota lim lain. Kasubdin Perindusirian menuiurkan: " ... disini nggak pernah ada yang mhalela (menentang perimah saya), saya nggak tahu kalau dibelakang mungkin ada yang nggrundel(mengeluh) ... " (wawancara pada hari Seiasa, 25 :vtarct, pukul 09.08)
Konflik. Konflik internal di antara sesama penrgas pclaksana (implementor) maupun petugas dcngan masyarakai (eksternal} tfdak tcridenufikasi dalam penclirian ini, Hal ini terjadi karena masyarakat disekitar Pasar Seni Gabusan dilihatkan da!am pelaksanaan kegiatan ini, misalnya dirckrut rnenjadi petugas perneliharaan ataupun satuan pengaman (sarpam). Bahkan ketika ada pameran, mereka
diberi ijin untuk rnenarik uang parkir pcnguojung yang rnemarkirkan
kcndaraan diluar kompleks Pasar Seni Gabusan, Sularso, seorang warga desa Gabusan, menjelaskan: "... aman-amcm wae, kok, mas... lha wo11g-wo11g ndesa ya dha melu nya111b111 gawe no keno, to... 0110 sing satpam, resik-resik...yen pas rame ana event kae, parktre diserahse pemuda... " (situasinya aman saja, mas. orang-orang desa ikut bckerja di tempat itu, ada yangjadi satpam. petugas kcbersihan, kalau pas ada event yang ramai pengunjung, masalah parkir
182
diserahkan kepada pemuda dcsa) (wawancara pada hari Kamis, 3 April 2008, pukul I 1.46)
S.3.l.2.3 Kinerja yang diharapkan Pertanggungjawabnn. trnplementasi kcgiatan dipertarggungjawabkan kepada
Kepala Dinas oleh ketua tim melalui taporan-taporan basil rapat, hasil monitoring yang kemudian diranglurn dalam laporan kegiatan lengsap, termasuk penggunaan keuangan di akhir tahun dibuat sebagai bagiao dari Laporan Akuntahilitas Instansi Pemeriruah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Banrul. Kemanfaatan. Manfaat yang dirasakan oleh para pengrajin sendiri adalah kesempatan untuk rnemamcrkan produk kerajinan tanpa harus mernbayar scmahal
kalau ikut pameran atau membangun show room sendiri. Sistem kontrak dcngan pengelola yang berlaku adalah para pengrajin tidak dikenai ongkos scwa tcrtenru, tetapi rnereka hanya dikenai potongan I 00/. dari omset sclama I tahun. Kasubdin Perindustrian mengatakan: " ... kita gak narik sewa pada pengrajin, cuman harus dipotong J 0% dari produk yang t~rjual, itupun per tahun, gak perbulan... tapi mereka harus bisa menjual sampai J 0 juta (rupiah pcnahun), sebab kalau tidak, kontrak bisa gak diperpanjang ... " (wawancara pada hari Selasa, 25 Maret, pukul 09.08)
Keuntungan lain adalah peluang unruk go intemational bag! produk kcrajinan yang selama ini belum banyak dikenal. Peluang ini bisa diperoleh
dengan berinteraksi Iangsung dari buyer imemasional maupun melalui pusai informasi yang terdapar disediakan dialah sruu kios. Pusat informasi dibuat uruuk membantu pengunjung mencari detail produk kerajinan yang diinginkan bcserta
183
harganya serta dan di kios mans memesannya.
Terhubung
dengan jaringan
internet, pusat infonnasi ini sekaligus membcri 'nformasi bagi calon pembeli bahwa scmua barang yang tersedia di Pasar Seni Gabusan bisa dipesan secara online.
Kasubdin Pcrlndustrian menjelaskan: " ... fasiliias sudah lebih canggih, mas .... ada inrerncmya segala. jadi kalau
pesan katanyu bisa IC\\81 situ ... - (wawancara pada hari Selasa, 25 Maret. pukul 09 .08)
Pihak musyarakat lain yang mcndapatkan kcunrungan adalah pcnduduk di sdti1ar lokasi I'S Gabusan. Scperti sudah diuraikan
diaras, beberapa warga
dirckruc mcnjadi pcl.erja kcbcr~ihan maupun pctul!/l~ kcarnanan di Pasar Scni Gabusan sena diperbolehkan mcngais rejcki ket'ka ada event yang m111<1i dengan memungut uang parkir 11Ari penguajung. serugto«. Sampai peuelitian ini dilakukan ridak terdengar kcluhan dari pengrajin
maupun masynraka. desa sekitar terhadap kebcradaan Pasar Scui Gabusan. Keluhan yang datang dari pcngrajin adalah sering sepinya pcngunjung, sepcrti yang disampaikan Kcmiskidi sebagai berikut. masih scpi, pak. hampir tiap hari pcngun;ung bisa diitung ... rnemang kalau hari libur, ya agak lurnayanlah apalagi ada acaraacara parneran, pasar mu rah. ya lebih lumayan ... ee ( wawancara pad a hari Sclasa, 6 Mei 2008. pukul I 0.49) " ... disini
5.3.J.2.4 Faktor-faktor Pendukung lmplemeotasi Program •
A11ggarcm Dilihat
dari jumlahnya, anggaran yang dialokasiken
kcgiatan
ini
mencukupi untuk mendukung kelancaran implementasinya. Hal in! tcrlihat dari laporan yang menunjukkau bahwa telah tcrjadi pengbematan scjumlah Rp .
. 184
29.421. 9RO.- pada tahun anggaran 2005. (sumbcr: Laporan Akuntabilitas Pemerintah Dines Perindustrian,
Instansi
Perdagangan dan Kopcrasi Bamul Tahun 2005-
2007)
•
Kepatuhanterhadapatasan Scpcrti yang telah diuraikan pada pembahasan mengenai distribusi
pengaruh diatas, kelancaran pelaksanaan kegiatan juga dimungkinkan karena taatnya bawahan, anggota tim, terhadap atasannya. ketua rim.
memudahkan
Hal ini
kerua um melakukan koordinasi kegiatan untuk mcnjamin
iercapainya tujuan program.
• Fasilitas Bcrbagai sarana pendukung program sepcni 2 komputer kcluaran terbaru, I laptop dan 2 printer, J mobil dinas, I sepeda motor dinas, dan alat tulis kantor
serta peralatan lain yang tersedia ketika diperlukan iclah dianggap cukup dalarn rnendukung pelaksanaan program. Kasubdin Pcrindastr'an mengatakan: cnkup, kayak mooil, motor, komputer, dan lain-lain ...kalau ada barang atau apa yang hams kita adakan, ya diadakan, jadi nggak masalah ... (wawancarapada hari Selasa, 25 Maret, pukul 09.08) sc ••• fasilitas
•
Keterlibatan masyarakm Fakror penting laionya yang mcndomng kelancaran implementasi program
ada lah pelibatan masyarakal baik itu pcngrajin maupun warga desa di sekitar lokasi Pasar Seni Gabusan. Dalam menyelengarakan suatu atraksi misalnya, pcngrajinjuga dilibatkan scbagai anggota panitia. Bahkan, k.adang rnereka diberi kepercayean untuk mengundang kelompok kesenian dari desa mereka scndiri,
185
Selain mernbuat pengrajin merasa dihargai. cara ini juga bisa menekau bcaya penyeleuggaraan. Kemiskidi mcngutarakan: ·· ... kita memang tcrkadang, dijadikan panitia juga, kalau disini mau ada acara ... malah kacfang kita juga disurub mencari kcsenian dari desa sendiri, kalau nggak bisa ya cari ke tempat Jain ... ini kan kcscmpatan kita menarnpilkan kesenian scndiri. eehjadi )a, kita ikut mcrasa bangga lah ... " (wawancara pada hari Selasa, 6 Mei 2008. pukul 10.49) Semcntara im, Kasubdin Pcrindustrian mengisyaratkan: " .. .atraksi scni budaya yang kita tdmpilkan supaya pengunjung ramai ... kita ambil saja dari dcsa-desa asal pengrajin kan sclain membcrdayakan desa mereka juga ongkos bisa kita bicarakan (wawancara pada hari Selasa, 25 Maret, pukul 09.08)
5.3.1.2.5
Faktor-fnldor Penghambat
lmplemtnfui
Program
• Pencairan11nggnrn11 Meskipun anggaran yang dialokasikun
cukup besar, namun untuk
rnencairkannys harus nunggu sampai triwulan II, yaitu bulan April. Hal ini lc~jadi karena APBD seringl
186
5.4
Pcningkatan
Peran Serta
Masyarakat Di Lokasi Dan Sekitar Obyck
Wisata: Pcmberdayaan Kelompok Sadar Wisata
Upaya peningkatar; reran scrta masyarakat di lokasi dan sekitar obyek wisata dilakukan terutama mclalui pemberdayaan pokdarwis. Hal ini terlihatjclas dari sasaran program ini, yaitu pcningkatan pcran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dalam pengembangan kepariwisataan
di Kabupaten Bantu! serta
peningkatan sumber daya manusia yang mcndukung dalarn pengembangan
kepariwisataan di Kabupaten Bamul (Laporan Akuntabilitas lnstansi Pcmerintah Dinas
Parwisaia
Tahun
2007}.
Upaya
ini
diwujudkan dalam
program
pemberdayaan Kclompok Sadar Wisata yang dilakukan oleh Subdinas Pemasaran dan Penyuluhan Wisaca. Dilihat dari kegiatan-kcgiatun yang dilaksanakan yang meliputi fasilitasi pcrtemuan, pelatihan dan penyuluhan, tampaknya konscp pemberdayaan masyarakat dian ikan sebatas penyelenggaran pelatihan atau penyuluhan kepada rnasyarakat. llal ini sesuai dcngan pendapat Diah Sctlawati, SH. M.Hum: " ... supaya
masyarakat
berdaya,
kan
harus
merncrlukan
suatu
proses... proses itu, kira tidak bisa memilih yang lain selain pendidikan ... selama ini yang dilakukan adalah memberikan pelaiihan ... dengan pclatihan-pclatihan dan sosialisasi. .. ". (wawancara pada hari Kamis, ?.7 Maret 2008, pukul 08.52)
Dcngan jumlah auggaran yang hanya sebesar 43 juta rupiah selarna :\ tahun (2005-2007), program ini diharapkan rnampu meningkatkan
kualitas
masyarakat di sekitar obyck wisata (nokdarwis) sehingga kualitas pelayanan
terhadap wisatawan meningkat yang akhlmya akan mcrnberi dampak terhadap peningkatan kcscjahteraan masyarakat itu sern.liri.
187
5.4. l Imptementasi Program Pcmbcrdayaan Kelornpok Sadar Wisa(a 5.4.1.J Kcpatuhan
Prosedur y(l11g ditetapkan. Sccara umum, proscdur pelaksanaan kegiaran dibagi mcnjadi tiga tahap, yaitu: pcrsiapan, pclaksnnaan, monitorlng dan pelaporan. Hal ini sesual dcngan prosedur rciap (protap) scpcrti yang rortuang misalnya pada Surat Kcp111Us1111 Pciabat Pclaksana Tchnis Kegiatan nomor 0 I /SK-Pl''J K/2007 lCntan)! Pcrnbentukan Pengcmbangan
SDM
Panhia
t.-
Pelatihan
Profcsionallsme
Pengolahan
I Iasil
Laut Kcgiatan
BidMg Pariwisatn Tahun Anggaran
2007. P1mj11dw11/1111. Sctiap tahap pclaksanaan
sudah dijadwnlkan discsuaikan
dcngan
pembngian pacfa tahun anggnran, yaitu Triwulan I, II, Ill Jun IV. Tahap perslape» dilaksanakan
pada Triwulan I dan fl, scdaugkan pelaksanaan
bcriatan pada akhir
Triwulan fl sampai awal Triwulan JV. rnonitorlng dllakukan diakhiri dengan pcmbuaten
pctcporan yang merupakan
rangkurnan dari hasil scluruh kcgitan.
tcrmasuk pertangguugjawaban pcnggunaan keuangan pada akhir Triwulan JV. Pembatasau, Scsual dcngan Surat Keputusan Bupati No. 149 Tahun 2004 tentang
J'cnjallamn Tugas l'okok dan Fungsi Oinas Pariwisata clan Kebudayaan, salab satu tugas
Subdinas
binrbingan
Pemasaran
dan
melaksanakan bimbingan
dan
l'enyuluhan
penyuluhan
Wisatn
kerada
adalah
meleksanoksn
masyarakat
don
tcknis dan pelarihan sumber daya manusia hidung
parlwisata. Dcngan dcmikian, apa yang dilakukan oleh Subdin Pcnmsaran dan Penyuluhan Wisata tclah scsuai dcngan rugas pokok dan fungsinya dan tidak melampaui weweuang yang dimilikinya.
188
5.4.1.2 Kelancaran rutinitas dao tiadanya masalah. Kelaucaran pelaksanaan, Bisa dikatakan tida~ ada masalah yang signi likan
dalam mclaksanakan program pemberdayaan Pokdarwis ini, mulai dari tahap persiapan sampai pelaporan. Persiapan dimulai dengan pcmbentukan SK Kcpala Dinas f>ariw:~ui temang pembentukan tim pelaksana kegiatan pcmberdayaan Pokdarwis yang terdiri dari 12 orang yang scbagian besar adalah star Subdin
Pemasaran dnn Penyuluhan Wisata, s~·anjulnya Inn mengadakan rapat-rapet dcngan mengundang berbagai pihak, baik internal dinas, dinas aiau instans] tcrkait, J)
sosialisasi
kepada
ma~yarnkat. Conroh tainnya, kegiatan safari Pokdarwis, yang melibatkan 50 orang dari perwakilan seluruh Pokdarwis, meogundane nara sumber dari ASITA OIY, yang memberikan masukan dan pengerabuan bagaimana mengemas suatu paket wisata. Pelaksanaan kegiatan prakus bcrjalan lancar karena tidak hambatan yang bcrarti, Dian Setiawati, SH, M.Hum menuturkan: ·• ... kegiatan lancar-tancar saja mas, karena kita prinsipnyn scbisa mungkin melibatkan semua stskcholdcr pariwisata ... ~ (wawancara pada hari Kamis, 27 Maret 2008. pukul 08.52)
189
Distribusi pengaruh: Tugas dan tanggungjawab perugas pelaksana. mcskipun tidak diuraikan secara spesifik. cukup jclas. Pcnanggung jawab kegiatan adalah Kepala Dinas sendiri, sedangkan Kcpala Subdinas bcrtindak sebagai ketua tim yang
bertanggungjawab
secara
tcknis.
Karena
pem bagian
tugas
dan
tanggungjawab ini cukup jclas, rnaka tidak ada penentangan atau keberatan dari
pctugas pelaksana yang bisa mcnganggu kclancaran pelaksanaan kegiatan. Konflik, Tidak ditcmukan adanya pernyataan
Kasongan mcmbcnarkan: '· ... konflik ya kadang jadwalnya iru yang konflik dengan kita ... " (Wawan:ara pada hari Selasa, 8 April 2008, pukul I 0.46) Anton Wahono. Ketua Forkom mengungkapkan:
" ... kalau konflik nggak ada itu, baik scsama Pekdarwis maupun dcngan Di.nas... " (wawancara pada l:ari Kamis. 8 Mei 2008, pukul I 1.47) 5.4.I.3 Kinerja yang diharapkan, Perta11gg1111ffiowoban. Seluruh kegiaian mulai dari rapat-rapat sampai pelaporan di lnporkan secara resmi kepada penenggungjawsb progra,n, yaitu Kepala Dinas. Selanjutnya, seluruh hasi! laporan, termasuk pcrtanggungjawaban keuangan, dirangkum mcnjadi h;igian cari Laporan Akuntabilitas Instansi Pcmcrintah Dines Pariwisata dan Kebudayaan, Tidak ditemukan pennaslahan dalam mekanisme pertanggungjawaban
uu,
bahkan
salah
satu
kegiatan,
yaitu
kcgiatan
Pengembangan SDM dan Profesionalisme llidang Pariwisata mcngklaim telah melekukan penghematan.
190
Kemanfaatan . Manfaat yang dirasakan oleh masyarakar dcngan adanya program
atau kcgiatan pembcrdayaan Pokdarwis ini. salah satunya adalah peningkatan wawasan dalam bidang kepariwisataan. Sumarrr.an, Ketua Pokdarwis l'arangtritis, menuturkan:
" ... kita mcnjadi tahu lcbih banyak tcntang wisata, misalnya, bagairnana mclayani tarnu, kebcrsihan, keamanan dan banyak lagi .. :•. (wawancara pada hari Sabtu, 10 Mei 2008, pukul 09. 12).
Hal ini jugn dibenarkan oleh Anton Wahono. Kctua l'orum Komunikasi Pokdarwis se-Kab, Bamul: ··...kalau manfaat penyuluhan-pcnyulahan rm, ya. pengerahuan kita tam bah, terutama itu Sapia Pesona... " [wawancara pada hari Kam is, ll Mei
2008, pukul 11.47)
Sclain meningkatkan wawaem anggota Pokdarwis, kcgi3tan ini juga diakui
mcningkatkan ketrampilan masyarakar, Suburjo, Kctua Pokdnrwis Knsongan mcrnbcnarkan:
'· ... dulu kalau Ada turis asing ki1<1 sedikit takut karcna nggak bisa ngomongnya. tapi sekarang nggak lagi meskipun ngomonge sak isanc, ya, ra ketang p'ee;ik-pleguk,hc ...tapi sing penting sana ngcni ... ", (IVawancura !""'" hart SelaJa, 8 April 2008. p11kul I(} 46) Sernentara itu, Sadino. Ketua Pokdarwis Samas mengungkapkan: " ... kaln« itu, ya,manfaatnya besar scknli ... masalahnya untuk mendukung kehidupan masyarakat pantai, pak, .. sekarang kita sedikir-sedikit sudah hisn mengolah sendiri basil tangkapan, mcskipun, ya, masih sederhana, gitu, pak .. :· ... "(wawancara pada hari Kamis. 8 Mei 2008, pukul 09.19) Kerugian. Bcrdasarkan basil wawancara dengan berbagai tokoh rnasyarakat yang
juga meojadi pimpinan Pokdarwis, tidak ditemukan adanya kerugian dari kcgiatan
191
ini terhadap mereka. Rahkan. mereka mengharapkan kegiatan ini lcbih intensif diadakan.
Suburjo menuturkan: ·· ... wo, uu sanga1 bermanfaar, malah minta 'agi, jadi itu minta IAci ... " (Wml'(mcara pada hari Selasa, 8 April 2008, p11k11/ IOA6) Sadino mcngutarakan:
" ... kalau dari Dinas rariwiAAta. itu kemarin says usul mohon. ini kaitannya pariwista dengan nclayan, mbol. mohon itu. itu yang ibu-ibu itu pclatlhan untuk pernasakan, pemasaran kan iru pcrlu 10 pak .. :• (wawancara pada hari Kamis, 8 Mei 2008, pukul 09.19)
5.4. 1.4 Fuktor-Iaktor Pendukung lmplemcolnsi •
Program
Kctcriibamn masyarakat Tampaknya Dinas Parh,isata dan Kcbudayaan mcnyadari bahwa kcginrnn
scpcrti ini akan ridak efcktif'tanpa mclibalkan masyarakai. Sejak tahap awa), yaitu dimulainya
rapat-rapat meiubahas persiapan pclaksanean kegiaran, Pokdarwis
diundang untuk diajak membicarakan hal-hal. tennama yang berkaitan dengan pencntuan waktu maupun 1e111pa1. Diah Setiawati. SH. M.Hum mengatakan:
"'... dalam rapat-rapat kill! memang sclalu mcngundang mereka, jadi unluk mencntukan waktunya kapan dan tempatnya bagaimana dan lainnya ... (wawancara pada hari Kamis. 27 Maree 2008. pukul 08.52) •
Keterlibatan Sralcehol(lcr Selain masyarakat, milra kcrja baik dari kalangan usaha pariwisata
maupun perguruan tinggi dilibatkan daJam kegiaran iui sebagai pemberi rnateri atau nara sumbcr. Tabet 30 berikut adalah contoh kegiatan pernberdayaan pokdarwis yang melibatkan mitra kerjn yang dilaksanakan pada tahun 2007.
192
Tabel JO. Kegiatan Pemberdayaan Pokdarwis Dinas Pariwisata dan Kcbudayaan Bantul Bekerjasama Dcngan Stakeholder Pariwisata Pada ·1 ahun 2007
-,: No
l'rmna1
Jenis
Badan f1arh.. i~1hll~llTah (ll!tpat
~
I 2
DIV
Pdatih>n
Pusat Srudi Wani:a (PSW) l l(;M
I
KF:(; I~ TAN n:l,All DfLAKSANAKAN TA 2007
( .emb::.:,a
llm1(Sl1l\'
KchotHlitUn!?,
\\'akru 16-JR Juli
Pt'.~er1:1
zoo:
14
ou ·No·\· Pen-!Jitiel!'
Din~
2co; 27
O•tchcr •'
4
Cniv, S::n:.uaf)hunna YOg\''Utnrta
Pcl81ihan 1•,·q:olahan ll:isf I l.at11 Ptnclitiu.n Pcbti~ar Dal:a.o;a
raL Sns:rn UGM
(tKU'H'iJ
7
Akadcmi Roha:ln S<>Sial (.<\KS) 1 ara~a11i:.u
8
ASIT A
Pcla1ih.1n ll:ihu\l ln?!'.ri< GuiJc Lobl PcJ31ih3n J'<:njl{llahan llasi. I 3L1 f>elotih.in Prtmuwi..u l.a~ul
9
HPI
Pdalihin l'rtmu" i$OIJI 1.okal
u, Ii
r-r
K\\OU\..
20r)7 8 Agusrus
Strnas
2007
K \\'lfU, Samas
l\gu.i-
IS
l>o 2037
Kdxinu•unP.
32
Polo:i"3n A.•h•sa lu~i~
KilSOngnn Vu• Cermc
April- Juru 20062007
54 14
-
Ku3nJ
l\g112T,
Kcllc>n•~uni 1.0J>;lli
~ov-07 N0\·-07
27
Kcbon::1s_unt:__ Nul'-07 No,.(17 L11"3li
27
Sumner: catatan donas Suhdinas Pernasaran dan Pcnyuluhan W1sa(a 2007
n
Berdasarkan tabcl 30 diatas, Ierlihat bahwa kerjasama dalam mngka pcningkaran kuaritas sumber daya manusia Kclompok Sadar Wisata di Bantu! lebih banyak dilakukan dengan kalangan perguruan tinggi, yaitu 6 dari 9 kegiaran mulai dari pelatihan sampai penelitian. Selanjutnya 2 kegiatan dengan pihak asosiasi usaha parlwisate, yaitu Himpunan Pramuwisata Indonesia (Hl'I) Cabang Daerah lstimewa Yogyakarta (DIY) dan Association of Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Cabang DIY. Kcrjasama dengan inslansi pemcrlrnah
juga dilaksanaknn dengan Badan Pariwisata Daerah (Baparda) Propimi l)IY melalui kegiatan pelatihan pengelolaan penginapan bagi wisatawan (homeslay).
193
-
Dari sisi keterhbatan masyarakat, tcrnyata kegiatan y1111g paling banyak diminaci olch rnasyarakat ada!ah kursus bahasa tnggris, Di desa Kasongan, misalnya, masyarakat bcgitu amusias mengikmi kcgiatan ini sehingga jumlah pesertanya mcncapai 54 orang, melebihi jumlah anggota Pokdarwis Kasongan
yang hanya 25 orang. Begitu juga yang tcrjadi di desa Kebonagung, peserta tercatat 32 orang, padahal jumlab anggota Piokdarwis hanya rnencapai 21 orang. •
Sumber daya Didukung oleb 5 personil Dinas yang berlatar belakang pcndidikan bahasa
maupun pariwisara, serta banyaknya Iembaga diluar Dinas, baik dari kalangan akadernis maupun usaha pariwisata keg.atan bisa dilakukan tanpa halangan yang berarti. Hal ini diakui o!eh Diab Setiawaii, SH, M.Hum: " ...SOM sangat berpengaruh mas, dalar:i kegiaian ini, sdm kita scndirt saya rasa sudah memadai, ditambah perguruan-perguruan ringgi, UGM, ABA dan lain-lain ... asosiasi wisata juga mendukung, kayak HP!. ASJTA, PHRI clan sebagainya ...tt (wawancars pada hari Kamis. 27 Maret 2008, puku! 08.52)
5.4.1.5 Fakror-taktor Pengbambat Implementasi Program
•
Terbatasnya mrggoran Hambatan terbesar pada implementasi program ioi terletak pada kecilnya
anggaran yang dialokasikan untuk mcmbiayai berbagai kegiatan yang akan dilakukan. Diab Setiawati, SR M.Hum mengakui: " ... tetapi selama ini yang kita lakukan, sekali lagi, masih sangat terbatas ... karcna, eeh, peudanaannya itu, klisc, tetapi itu suatu realita. mas.. ". (wawancara pada hari Kamis, 27Maret 2008, pukul 08.52)
Untuk mengatasi masalah ini, Dina~ berinisiatif melakukan kerjasoma dengan berbagai kalangan untuc sharing pembiayaan (lihat wawancara ha! I 07).
194
Berdasarkan analisis implementasi kebijakan pemberdayaan masyarakat scpcrti telah diuraikan diaias. maka kinerja imp'cmentasi bisa digamoarkan dalam matriks sebagai bcrikm: I). Pcrpcktif kepatuhar Tabet 31. Matiks lmplcmentasi Kehijnkan dalam Pcrpektif Kcpatuhan Pmgram/ Kcgiatan
N1).
I
Pembcntukan Wisata
2
Pengcmbangan Agrnwisata
dan Pengcmbangan Desa
Prosedur
Pcnjadwalan
Pembatasun
-
-
v v
~
I
v
3
Pcnyetenggaraan Ylusynrnka1
Tradisi
v
v
4
Bimbingan Teknis Diversifikasi Produk lndustr! Kcrajinau Dengan Subsiitu~i
v
"
Evc:it
Bahnn Baku r.atcks
'5
Pengclolaan
.___
Seni Gabusan
(i
dan Pengcmbangen Pasar
Pern bcrduyaan Pokdarwb
I
Kcpatuhan
I bahwa
,, ,,
-
~"
"
-
.
,.
~
Kcteran ga • 11: Tanda v mcnun'ukkan ~ indika1or tclah di pc'nuhi. sedan skan randa • meounjukkan bahwa indikator tidak dipcnuhi. Tcrlihat pada tahel 31 diatas bahwa 4 dari G kegiatan telah mcmeuuhi setiap indikator dari perspektif kepatuhan, yaitu Pengembangan Agrowlsata, Penyelcnggaraen Event Tradisi Masyarakat. Bimbingan Produk
Industri
Kerajinan
Dengan Substitusi
Bahan
Teknis Diversifikasi Baku Lareks dan
Pembcrdayaan Pokdarwis. Adapun kegiatan Pcmbcrnukan dan Pcngernbangan Desa Wisata tidak mernpunyai pedoman yang merupakan turunau atau petunjuk operasional dari kcbjjakan pengembangan pariwisata pedcsaan. Sebagai gantinya Dinas rnengacu pada teori atau konsep yang dianggap bisa dioperasionalkan,
195
Konsekuensinya, konsisten
dalam
l'engcmbangan tcrlambatnya Kcgiata
penjadwalan
kcgiatan u:enjadi tidak pasti dan bahkan tidak
penerapannya,
Scmentara
itu,
kegiatan
peucairan
menyelcnggarakan
anggaran
sehingga
mengganggu
arraksi
implcmcntasinya.
(kewenangan)
sendiri untuk mcnarik kunjungan
Meski tidak setiap iodikator dipcnuhi
disimpulkan
dan
Pasar Seni Gabusan ridak berhasil memenuhi peniadwalan karena
ini juga bisa dikatakan melampaui pembatasan
Gabusan,
Peugclolaan
karena
ke Pasar Seni
oleh setiap kegiatan, bisa
bahwa implerrentasi kebijakan pemberdayaan masyarakat pada
sckror pariwisata tc!ah dilakukan dengan baik di!ihat dari perspcktifkepatuhan. 2). PcrspektifKclancaran Rminiras dan Tiadanya Masalah Tabel 32. Matriks lmplementasi Kebijakan dalam Perpcktif Bcrfungsinya Rutin.itas dan Tiadanya Masalah
-No.
Program/ Kegiaran
Kclancaran Rulinitas dan Tiadanya Masalah
I
Pembentukan dan Pengernbangan Wisata
2
l'engem bangan Agrowisata
'·' 4
Peayclenggaraan Masyarakat
Event
Distrihusi Pengaruh
Konflik
,/
-
-
"
-
..:
-
l)csa
., .;
Trad'si
Bimbingan Teknis Diversifikasi ProdukI ndustri
Kclancaran
.._~
Kerajinan Dengan Substitus!
~
Bahan Baku Lateks 5
Pengelolaan dan Pengemhangan Pasar Seni Gabusan
,1
6
Pembcrdayaan Pokdarwis
v
,_
------
196
_._
I I
I
v
_;=1
-
I
l !
-
-
!
l J
Berdasarkan tabel 32 diatas terlihat bahwa scmua program atau kegiatan berjalan dcngan
lancar
dan tidak
mendepati
masa!ah
dituniukkan dcngan tiadanya konflik (lihat pembahasan
yang berarti
masing-rnasing
yang
program
a tau kegiatan ). Satu hat yang menarik aJalah bahwa satu-sarunya kegiatan yang
mengnlami
kendala pada Ji>tribusi pcngaruh adalah
Pembentukan dan
Pengcrnbangan Dcsa Wisata yang diakibatkan oleh tiadanya pedoman dan pernbagian tugas dan tangguog jawab yang kurang jelas sehine.g11 semuanya diem.ban oleh pimpinan pelaksana kegiatan (lihat halaman 124). Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa implementasi kcbijakan pemberdayaan masyarakat pada sektor pariwisata di Kab. Rantul berjalan lancar tanpa adanya masnlnh yang menghambat kelancaran implernentasinya. 3). Perspcktif Kincrja yang diharapkau Tabet No.
J 2
33. Matriks lmplcmentasi Kebijakan dalam Perpekrif K inerja yang in kcan dihara I -, Program/ Kinerja yang diharapkan ~ Kegiatan Penanggungjawaban Kemanfaatan Kerugian
Pembcntukan
dan Pengembangan Dcsa Wisata Pengernbangan Agrcwisata
3
Penyelcnggaraao Masyarakat
4
Bimbingan Teknis Diversifikasl Produk Jndustri Kerajinan Deng an Subslitusi Bahan Baku l.ateks
Event
Tradisi
5
Pengclolaan dan Pengembengan Pasar
()
Soni Gabusan Pemberdayaan Pokdarwis
\'
v
v
-J
.
.J
~'
.
-
-
-v
.
'I
-
'I
.--
I j
"
-J
]97
Dari tabel 3:> diatas diperoleh fakta bahwa sefuruh program atau kegiatan telah memenuhi indikaior pertanggungjawaban, artinya implementasi kegiatan telah dipertanggungjawabkan
melalui mekanisme yang dianggap standar, yaitu
melalui l.aporan Akuntablitas Kinerja pemerimah (LAKIP). (lil:at pembahasan). Adapun pada indikator kemanfaatan, semua program kecuali Bimbingan Teknis Diversifikasi Produk lndustri Kerajinan Dengan Substiiusi Bahan Baku Lateks diakui manfaatnya oleh masyarakat sebagai beneficiary kebijakan. Tidak adanya rnanfaat dari kegiatan ini lebih disebabkan olch keengganan masyarakai dcsa Kasongan untuk menerapkao ketrampilan dan pengctabnan yang telah diperoleh rnelalui program ini. Keengganan i11i muncul dari adanya kekhawatiran tidak lakunya produk yang akan dibuat dari bahan substitusi produk keramik (lihai halaman 178). Dengan
demikian, bisa dikatakan
bahwa
implemeutasi
kebijakan
pemberdayaan masyarakat telah memcnuhi kinerja yang diharapkan dilihat dari adanya pertanggungjaweban. Seisin itu manfaat yang ditimbulkannya jauh Jebih banyak daripada kerugian yang dirasakan masyarakat, yang bisa dikatakan tidak ada,
5.5
Efektivitas
Implemeutasl Kebijakan Pcmberdayaan Masyarakat
Pada Sektor Pariwisata Scbuah implementasi kebijakan bisa dikatakan berhaslt apabila program atau kegiatan sebagai menifestasi kcbijahn berh~sil rnemenuhl prosedur dan
tujuau yane sudah ditetapkan. Ripley and franklin (1980:.87) mcngatakan: our
198
mearnre of success involves assessing how well goals-both procedural and
substantive-were met hy a program. Meski dcmikian, Ripley and Franklin (I 980:232) mcngakui bahwa tidak ada perscpsi
:11a11
dcfinisi yang sama mengcnai kcbcrhasilan scbuah kcbijakan
baik yang dikemukan para pakar maupun akror kcbijakan. Mcnunu rucrcka scndiri, kcberhasilan kcbijakan scharusnya diukur dari 1ingk111 kcpatuhan birokrat yang di bawah lbureaucrats 11nderl111i:,s} rcrhadap atasan rncrcka atau tingka: kcparuhan
birokrasi
pada
umumnya
1erhad~p
tcrkandung dalam peraturan atau pcrundangan;
mandat
atau amanat yane
rutiniras yang 1Jerf11113~i dengan
lancer d11r1 (iadanya masalah: sorta tercapainya id11c(j<1 yang diharapkan dan da111,.1k kcbiiakan. (Ripley dan Franklin, 1986:232-233) Namun dimata kebanyakan implementor, khususnya hirokrat, kcbcrhasilan pclaksanaan
kebjjakan sering hanya diliha;
dari scgi kclancaran proses dan
cfisiensi saja. artinya scmakin lancar dan semakin eflsien scbuah kcgiarau, maka di;u1ggap semakin bcrhasil. Ripley and Frunklin ( 1980:.87) meni,;ungkapkan: of processes and if there are "<' compiatms n(10111 those nrocesses, then the program is usuallyjudged I<• be (1 success by the f111pfe111u111crs .. .When policy actors. especinl(v bureaucrats. speak ofsuccess they may have really someform of efftcic11cy
If a program is f111u:rio11/11g s111001lily in terms
in mind
I-ta) tcrsebut juga tcrjildi dalam penelitian
ini. Ketika pencliti bertanya
kepada beberapa penanggungjwab program atau kegiatan yi\ng dianalisis dalam
tulisan ini, mereka memakai ukuran kclancaran pelaksanaan dan berapa duna yang tcrsisa dari kegiatan atau program tersebut, Contohnya a
199
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Baruul.
Diah
Setiawati,
SI I, M.Hum
menuiurkan: '' ... yo. bcrhasil, tu mas, karcna tanpa pcdomanpuo. kita bisa lancar, bahkan dengan anggaran yang sangar minim ... " (Wawancara pada hari Jum'ar, tanggal 28 Maret 2008, pukul 09.12)
Bahkan meskipun dimata masyarakat sebuah program dianggap kurang bcnnan faa(, seperti pada kegiatau Bimbingun Teknis Diversifikasi Produk. Industri Ker11ji1Za11 De11ga11 Substitusi 811/nm Bt1k11 Lateks. namun kegiatan terscbut dianggap berhasi! oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Kasubdin Perind ustrian Bantu I: ·· ...ya, bisa dikatakan berhasil, wong rnalah ada kelcbihan anggaran, kok ... (wawancars pada hari Sclasa, 25 Maret, pukul 09.08)
Dalam penelitian ini, seperti sudah dinyatakan sebelumnya (Iihar halaman 68-69), efektivitas irnplernenrasi kebijakan pcmberdayaan masyarakat pada scktor pariwisata d iartikan pemberdayaan
scbagai
rnasyarakat
hasi I dari proses im plemcnrasi
pada scktor pariwisata, yang berupa
kcbijakan kcadaan
masyarakat yang berdaya atau belum berdaya dilihat dari kapasitas, peran dan inisiatif rnasyarakat. Adapun indikator kapasitas terdiri dari akscs inforrnasi dan pelaksanaan kerja. sedangkan indikator pcran meliputi tugas dan kewajiban dan indikator inisiatif adalah daya kriris dan kcrnauan. Dengan demikian, efektivitas implementasi
dianalisis dari segi pcnerima kebijakan (henefidary), yaitu
rnasyarakat pada sektor pariwisara di Kah. Baruul. Hal ini berarti keberhasilan kebijakan akan dilihat dari sejauh mana kapasiias, peran dan inisiatif masyarakat
200
terbentuk sebagai akibat dari implcmentasl
program atau kcgiatan yang telah
dilakukan.
5.5.1
Kapasitas Mnsyurakat Kapasitas, scpcrti yang dikaiakan McNeil, et, al ( 2004:8), adalah "the
ability ta acces.1 and 11n k11mvledJ5e to pe1:f11n11 a task atau kemampuan untuk mcngakses
dau
rncmanfaatkan
pengetahuan
1111tuk
melaksanakan
scbuah
pckcrjaan. Selanjuntya McNeil, ct.al (2004:8) berpcndapat:
Capacity e11hmrce111c111 activities aim to achieve two critical objectives: (i) lo upgrade the knowledge (Ind skills of development actors, and {if) 10 ensure that the new k11owied,gt! and skills ewe ejjectively applied in carrying out I/re development agenda. Olch kcpariwisataan menlngkatkan
karena bi~11
itu,
kapasitas
dimaknal
masyaraka:
sebagai
dan mcmanfoatkon
kemampuan
dalam
pcngcmbangan
masyarake;
uniuk
pcngeunuan mcreka untuk mclaksanakan
pcngcmbangan pariwisnta demi pcningkatan kesejahteraan mcrcka, Pengembangan kapasitas masyarakat juga tergantung kcpade niat, sumbcr daya dan xcmampuan negara. Upaya ini tcrmasuk meningkatkan kapasitas intrastruktur. teknologi dan finansial serta sumber daya manusia yang mencukupi. McNeil, et.al (2004:8) rnengemukakan: The developmem of a client country s capacitydepends on the country's intentions, resources and capabilities. 171is includes the available capacity of tts trfrostructure, technological andfinancial means, 0.1· well as human resources.
Selain ilu, negara juga harus rnembcrdayakan lingkungan kclembagaun yang kondusif untuk majunya pernbangunan.
20]
Dengan dcmikian peningkatan
kapasltas masyarakat bergantung pada motivasi dan insentif termasuk keuntungan Iinasial. profcsionalisme,
pengakuan dan kemcnnngan suara dalam pemilihan,
yang dikemhangkan pada lingkungan kclcmbagaan untuk mendorong rcrjadinya pcrubahan perilaku. McNeil, et.al (200·1:9} menulis: A cou111ry 11111.rt also have an enabling instinutonal e1111iro11111e11t tho! allows for development to ftoarist: Jn addition, r.opaclty enhancement depends on the nunivation and incentives built into the tnstiuatonat environment to encourage behavioral changes. These may i11c/11d
Berdasarkan pcndapat McNeil diatas, bisa disimpulkan
kapasiatas
bahwa pcningkate»
masyarakat dalam scbunh pcmbangunan bcrgantung pada akscs kc dan pemnnfaarannya untuk mclakukan
informasi
tugasnya sebaga! )lakcholllcr
pariwisata.
5.5.J.J. Akses ke i11[1Jr11111.ri d1111 Peltiks1111111111 kerj«
Akscs kc inforrnasi blsa dlartikan sebagai pcnyediaan informasi
kcpada
masyarakat dengan harapan agar rnasyarakat bisa mcrnanfaatkan informasi untuk mendukung program atau kcgiatan pemerintah yang sesuai dengan kcbutuhan mereka. Sehingga program tersebui sangat mungkin akan berhasil karena adanya aspirasi
masyarakat yang sudah
well-informed.
Khwaj11 dalam
Narayan
(:l005:272) mengatakan: Greater provision of informationis expected to benefit /he ege111, as the final outcome (ofll project) is more likely lo match the egent 's needs. Fur example. when CJ decision must he made about which public project lo build in a community, if an empowered community can express ifs preferences to the local government and make sure that the project is chosen accordingly,rite projea is more /ikelJ'to succeed.
202
Akscs kc informasi mencakup bukan ltanya
peningkatan pengeiahuan,
kesadaran dan keirampilan di suatu sektor tertentu saja tetapi jugn meliputi hak untuk mengetahui pelayanan dasar oleh pcmcrimah, kinerja instansi pcmerintah
sena akses kc modal dan pasar. Hal ini diutarakan Narayan (2005:8); Critical areas (of access '" information) include irformatian about rules and riglit.t 111 basic govemmem services, ab11111 state and private sector performance, and aboutfinoncia! sevices, markets and prices.
BerdnsMkan
pcndapat
para
nakar
tcrsebut. bisa riikntnkan
bahwa
pcnyediaan akses kc informasi di bidang pariwi~nta kcpada masyarakat adalah upaya untuk rncningkatkan
pcngetahuan,
kesadamn. ketrampilan
dsn pcrnberian
akscs ke infrasrrukrur dan pcrmorlnlan sena pasar demi mcningkatkan kuolitos dan
taraf hid up mere kn. Adapun pelaksanaan
ke~ia dalam hal ini bis~ diartikan sebagal
pcmanfanran akses kc informasi unruk meningkatkan kinerja masyarakar ~ehingga mercka rnenjadi lebih scjahtera. McNeil, et.al (2004:8) niencgaskan bahwa fokus dari peningkatan kapssites mesyarakat adalah ki111.:rja dalam mclakukan perubahan iperformance in carrying out cliw1ge ). Pcningkatan kapasitas masyarakat pad" sektor pariwisara ini tclah dicoba dilakukan oleh Pemerintah Kab, Bantu! dengan meluncurkan berbagai progam atau kegiatan scpcrri terscbut diatas, yaitu: program pembemukan
dan
pengembangan desa wisata, pcngembangan agrowtsata, penyelenggaraan Event
Tradisi Masyarakat, bimbingan tcknis divcrsitlkasi produk industri kcramik. pcngelolaan
dan
Pengcmbangan
daya
203
tarik
Pasar
Seni
Gabusan
dan
Pcrnbcrdayaan
Kelompok Sadar Wisa!a (t'okdarwis). Namun sayang, pada
kenyataannya upuya ini belum bisa dikarakan optimal
karena tidak semua
program atau kcgiatan rnemenuhi setiap indikator darl kapasitas yang meliputi pelatihan, pcnyediaan infrastruktur dasar, akses ke modal atau ke pasar. Bclum optimalnya
peningkatan kapasitas ini diciuga kua; karena implementasl program
atau kegiaian dilakukan tcrpisah atau bcrjalan scndiri-sendiri,
Hal ini ditunjukkan
nlch dokumen-dokumen yang rncluporkan pclaksanaan dan pcrtanggungjawahan kegiatan, salah satu diantaranya LA KIP dinus. Tabcl 34 berikui mcnggambarkan kinerja ma~ing·111a~ing program aiau kcgiata« yang diMalisis dalarn pcnclitiau
ini dalam hal penyedlaan akses kc
informus] sebngai upaya peningkntan k.apasitas masyarakat. 'rnbcl, 34. Kinerja Program
Pros:.ro111 program pcn)bc11(uko11
f1t;11yuJuhnn/ rcJutihun
dau
f.X:U,C(:n1hat1~0ll \.le~ \Vi~\llU
Ponyuluhan
sndar
\\'i~,111•/Suptu
pcl;tihan bahos:i p.;n'ngknti.)n
2. 3. 4.
pcnf.r.1:ibangan agrowisau pcnyelenggur:ran Trudisi Mas~·urn~at
Event
bimbin"'nn
tcknis
tlivc1:'illiku!>i prcnluk lndustr] kerumlk
s.
"·
Sadar Wisata
llas'I Uelum op1lmol
pclo1i!1on nran1U\\'is~ua Pcmbua<M
jalan
Tidak ndu
llclum
a.100I
Tidak ada
ridak udu
(11c11~clthuan tenuu1g l>ahaa b
prnduk
l'cnyuluhan t\tis.ata/Sapla
Tid:1k ud_u __
o .tin1al rn:iCnlif,
n:cdiu Och.1111
coverage
op!imut
I idnk udu
Tldak etckti f
dcngi>n
(1(1:i
peugcrnasan
l
Modat.1'<•1>r showroom
Pesona, h18i;rls, prod ck,
So::iolisosi kcbun bu;-ih
b;.ht1n lutek$)) pcngeloluan dau l'engcmbangun dayo tarik. Pasur Scnl Gabusan Pcmberduynan Kclcmpok
1nrrnstuk1ur Tidok orla
sadar Pcsoo;1, paker wisatn,
pelatihan pran:u\\'isub (guiding). ku1::.u:> bahasa Inggrls. pelatihan peng.ohthan mak:1nan,. pclatihan ako.n1od~i))
204
I .okasi pinggir jalan bcsar
ACrak.~iJ'e~·eof
Tid~k ado
Tidak ada
\Nis:.ilti,
hue
Bcrdasarkan
tabcl
34 diatas, terlihat bahwa pembentukao
dan
pengemhangan dcsa wisata meliputi kegiatan penyuluhan sadar wisata atau Sapta Pesona, pelatihan bahasa Inggris, penlngkaran kualitas produk gerabah serta penyediaan showroom bagi produk (dilakukan di desa Pundong) dan pelatihan
pramuwisata (dilaksanakan di desa l.opati). Bisa dikatak.an kegiatan-kcgiatan tcrsebut, meski mernberi manfaat yang cukup banyak hae.i masyarakat (lihat hasil wawancara pada halaman 124). bclurn rnencapai hasil yang optimal. Sahib satu alasannya adalah kegiatan-kegiaran tcrsebut tidak dilakukan secara intcnsif dan bcrkesinambungan. Conteh adalah kursus bahasa Inggris. Pelatihan bahasa Inggris untuk pe11111la (beginner) yang selayaknya dilakukaa selama paling tidak 3 bulan untuk bisa dikatakan efektif, tern ya ta hanya dilakukan sebulan saja. Ilal in i mengakibatkan peserta rnasih bclum mcrasa tcrampil dalam berbahasa Inggris. Noer Achrnadi mengungkapkan: " ... yaa, dulu waktu setelah kursus bisa sedikir-scdikir rapi berhubung Jama ngga kepakai Jagi ya sudah banyak yang lupa,pak ... rnakanya kalau bisa ada kursus lagi ... " (wawancara pada hari Kamis, I Mei 2008. pukul l I.12).
Senada
dengan
pernyataan
Noer
Achrnadi
terscbut,
Hardi
Sumanto
mcnguntarakan:
" ... tapi kami mohon itu (pelatihan pramuwisata) tidak trus mandeg saja justru malah kalau perlu diadakan Iagi, nanti ndak selak lali (cepat lupa lagi).~'· (wawancara pada hari Sabtu, J Mei 2008,. pukul 11.25)
Kegiatan yaog bisa dikarakan berhasil dalam program pernbcntukan desa wisata ini adalah pclatihan pcningkatan kualitas produk yang dilakukan olch
20.'i
Dinas I'erindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bantu! yang bekerjasama dengan
Dims Perindustrian. Perdagangan dan Koperasi Propinsi DIY. Setelah diadakan pelatihan, masyarakar mulai bisa mengembangkan produk yang mcmiliki ciri khas tcrsendiri dan bcrbcda dengan produk gerabah Kasongan yang telah lebih dulu
terkenal. Nocr Achrradi. Ketua Pokdarwis Semampir Asri. Pundong menuiurkan: " ... dulunya kami meniru Kasongan. tapi dibilaag nggak bakal bisa menyaingi, ... nus adz yang nyoba bikin rang beda, eeh, ternyata laku jadi trus yang Iainnya ikutan ... ya. itu bcrkat pelatihan itu, pak, .. -a (wawancara pada hari Kam is, I Mei 2008, pukul 11.12).
Berdasarkan
pengamaian penulis, ciri khas produk gerabah Pundong
adalah lebih kecil, motif lebih sederhana namun lugas, scdangkan keramik Kasongan pada umumnya berukuran lebih besar dengan motif yang agak rumit serta kaya warna. Namun sayang, keberhasilan pelarihan ini tidak dibarengi dengan kesukscsan
pernasarannya, Showroom, yang dibangun di tepi dcsa,
didesain unruk memudahkan pengraiin mcmajang produk mcreka ianpa harus mernbuka showroom di kota-kota. Kenyataannya.kcberadaan showroom tersebut tidak bermanfaat terlihat dari kondisinya yang udak terawat dan tarnpaknya mangkrak (tidak digunakan lagi). Mengenai ha! ini, Wardoyo, salah saru tokoh masyarakat desa Pundong mcmbeberkan: "...dulu mcmang pernah itu dipakai penduduk sini, tapi wong ora payupayu )'G lama-lama d/10 wegah (karcna tidak ada yang beli, akhirnya ruereka tidak mau lagi), mereka trus usaha sendiri, ada yang ilrut pameranpamcran, atau lewat remcn di kasongan dan Jain-lain... (wawancara pada hari Kamis, 8 Mei 200R, pukul 11.32).
206
Dalam hat akses kc pemasaran, tampaknya
program
yang paling tepar
sebagai contoh adalah program pcngelolaan dan pcngembangan daya tarik I'asar Seni
Gabusan.
pcngrajin, Cabusan,
Meskipun
tidnk
kcgiaran pcugclofaan mcmbcrikan
melakukan
penyuluhan
dan pcngcmbangan
pcluang pcrluasan
atau pelatihan
bagi
daya rarik Pasar Scni
pcmasaran bagi produk kcrajinan di
Kah. Bantul. Letaknya yang srratcgis di pinggir jalan besar yang mcnghubungkan kota Yogyakarta dan Bantu! scrta adanya fosilitas internet yang disediakan mcmudahkan pcmasaran
transaksi produknyn,
sanga! memungkinkan Bcberapa
untuk
pcnernjin untuk mcngernbangkan
pengrajin mulai
mcresakan
manfaat dari
kebcradaan Pasar Seni Gabusan ini, tcrutama dcngan naiknya omzet penjualan mcreka, llcrikut cerita sukses darl seorang pengrajin bambu di R~ntul. Setclah banyak bisnis yang dijalani olch Kasidi, kelahiran Lanteng I, Sclopamioro, Imogiri, Bantu! 27 Juli 1978 selalu gagal, kcmudian Kasidi melihat harnbu terketuklah hatinya memanfaatknn barnbu itu rnenjadi barang yang bernilai seni yang tinggi. Dengan modal sendiri dan patungan dari orang lain kcmudian Kssidi mernbcnruk usaha yang dibcri nama lhsan Accesoris bcrdiri tahun 2000 dan mcrnbuka showroom di Pasar Seni Gabusan Los 09 No. 34. Berkat keuletannya kereiinan yang bcrbahan baku dari hambu serta rnudah didapat itu, Kasidi cukup mcngambil dari icmpat tinggalnya sendiri dan dibuar menjadi tempat lilin, teruyata banyak peminat yang membeli dengan 2 tennga tctap dan 2 tenaga harian marnpu rnernproduksi sckitar I 0 ribu pcs per bulan disamping membuat kerajinan dari bambu Kasidi juga mcrnbuat Peci yang berbahan baku dari bcnang nilon dan bludru. Untuk saat ini pemasaran lewat tcmen dun kcnalannya. ikut pameran di Jakarta harga produknya bervariasi tercndah Rp. 9.000 sampai tertinggi Rp, 25.000 tergantung besar kccifnya produk. Omzet penjualan rata-rata perbulan bisa
mencapai 5 sampai 7 juta. Penjualan dalarn ncgeri antara Jain di Jakarta, Yogyakarta
dan
Bali
sebagai
andalannya.
(sumbcr:
http:!/bantulbiz.com/id/bizpage _pernj in/id-20 I .htrnl)
Mcski demikian, ternyata ccrita sukscs tcrsebut tidak terjadi pada setiap pcngrajin yang mcmbuka kios di Pasar Seni Gabusan. Pada kenyataannya, sctclah
207
lcbih dari 3 iahun berdiri, pasar kcrajinan ini rnasih belum mampu menarik banyak pengunjung untuk datang membeli
produk kerajinan, sehingga para
pengrajin yang tidak seberuniung Kasidi tampaknya mcngalami kesulitan bahkan untuk bcnahan menempau kios di pasar seni ini. Pelikan berita berikut ini mcnggambarkan bctapa masih banyak pengrajin di Pasar Seni Gabusan yung belurn bcrdaya. Scpinya uunsaksi di Pasar Seni Uabusan (PSG} menycbabkan para pedagang tidak kuat mcmbayar tagihan sewn Iistrik. Akibatnya, terjadinya tunggakan tagihan listrik untuk beberapa kios bcberapa bulan tcrakbir. Awalnya, tunggakan rnencapai mencapai Rp 49 juta. Tapi, bclakangan tinggal Rp 1,8 juta. Akibamya, PT PLN terpuksa mcrnutus aliran listrik ke bebcrapa kios dan los yang ada, Kasus ini mengcmuka sctelah Komisi C DPRD Oantul mencrima laporan dari rnasyarakat. Mcngetahui iru, bcberapa anggora DJ>R{) Bantul, khususnya dari Fraksi Partai Keadilun Scjahicra (PPKS) mclakukan klarifikas! kepada munajcmcn PSO kemarin Ada tiga los yang diputus, Masing- masing los bcrisi 15-16 pedagang, "Kami tentu saja kaget menerima laporan itu. Padahal, scsuai deugan komitmen Pemkab Bantu] dan DPRD. bahwa barns ada action untuk memajukan PSG ini." kma Sckrctaris Komisi C DPRD Bantu! Amir Syarifuddin.Dalam klarifikasi ini, i\ mir discrtai dua anggota FPKS lain. yakni Agus Sumartono dan Agus EO"~ndi. Mereka langsung benemu dcngan General Manager PSG Tribowo S Nuswa. Mcnurut Tribowo S Nuswa, adanya iunggakan itu scharusnya menjadi beban para pedagang. Sebab, para pcdagang sudah mendaparkan sewa kios gratis. Karenanya, seal listrik harusnya rnenjadi tanggungan mercka. Dii1 beralasan, jika para pcdagang tctap dibantu, terrnasuk pernbayaran listrik, dikhawatirkan akan rnembuat terlena dan tidak mendidik. "Los sudah gratis, rnasa membayar listrik saja tidak rnau. Saya kira para pedagang tidak disiplin soal ini." kata Tribowo. Menurut dia, PSG terbagi dalam beberapa zona. Unluk los dan kios listrik meqjadj tauggungan pcdagang. Listrik di area pcrkantoran manaicman meojadi tanggungan pengelola. Yang di luar itu tanggungan rumah tangga Pemkab Bantul. Sepinya transaksi di PSG, kata Tribowo bisa didongkrak jika ada daya tarik lain bagi pcngunj ung. "Saya kira konsep seperti water boom atau scjenisnya bisa menjudi altcrnatif," t~mbahnya Menanggapi ilu, Amir Syarifuddin menyesalkan sikap manajcrn1m yang seolab lempar tangan. Menurutnya, seharusnya kasus ini bisa djseksaikan dengan melibatkan semua pihak, antara pcdagang dan pengelola.Di sisi lain, lanjul Amir, sesuai dengan komitmcn scmua pihak untuk mcrmijukan PSG, mendcsak untuk dilakukan restrukturisasi. Baik itu menyangkut anggartln rnaupun pengelolaannya. Terrnasuk juga 111eu1perjelas sramsnya. ''Sudah cukup ban yak anggaran yang
208
digelontorkan untuk PSG ini. Tahu a 2008 ini saia sebanyak Rp 858 juta," tegas politisi PKS ini. (din) (surnber: hnp://www.los-diy.or.idiSclasa,10 Juni 2008)
Dari kedua cerita yang kontradiktif tersebut diatas, bisa dibilang bahwa program ini bclum berhasil membcrikan manfaat secara optimal bagi pengrajin. Ila! ini bisa terjadi sangat mungkin karena para pcngrajin pemilik kios tidak diberikan pelatihan bagaimana mcmanfaarkan fasilitas yang disediakan, misalnya jaringan internet. Banyak pengrajin ternyata banyak yang tidak tahu bagairnana memanfaatkan fasilitas yang
dirancang untuk memudahkan transaksi ini.
Kemiskidi. salah seorang pemilik kios. mengatakan: " ... napa niku pak. wang-wong mriki dho ora mudheng (wah, orang-orang
disini, maksudnya para pengrajin, banyak yang tidak paham), ning (tapi) katanya kalau bisa ya lebih bagus, lebih garnpang dan cepat transaksi... " (wawancara pada hari Selasa, 6 Mei 2008, pukul I 0.49)
Kcgiatan lain yang menyediakan akses kc pasar, meksipun belum maksimal adalah kegintan penyelenggaran event wisata. Melalui penerbitan siaran pc.s (press release) misalnya, Dinas Pariwisata dan Kcbudayaan bcrusaha rnenyebarkan informasi tentang akan diadakannya sebuah event wisata budaya, Namun sayang tidak setiap event diberitakan, hanya event-event besar saja yang dimuat di koran-koran atau ditayangkan di televisi. Selain membuka akses ke pasar, kcgiatan ini juga bisa dikarakan menyediakan akses ke modal arau sumberdaya Bantuan dana pcnyelenggaraan yang diberikan olch Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk setiap event adalah insentif yang mendorong masyarakat untuk menggali potensi sumbcrdaya mcreka sendiri untuk rnenyelenggarakan sebuah upacara ritual tradisonal. Meski duri segi jumlah kecil, tctapi ada sisi lain
209
yang membuat masyarakat antusias mclakukan kegiaran budaya ini, yairu rasa dihargai (selfesteem) atau merasa diperhatikan (recog11i1io11) oleh pemerintah.
(Iihat wawancara dengan Anton Wahono, halarnan 162). Program
pengembangan
agrowisata
memitiki kisah yang lain lagi.
Meski dalam kegiatan ini juga dilakukan sosialisasi, namun tampaknya tidak banyak dirasakan maufam olch penduduk desa Mangunan, seperti tersirat dari tanggapan warga tersebut diatas (halaman 142). Mcskipun dcrnikian, kegiatan ini
secara langsung member:kan manfaar fioansial bagi masyarakar dengan earn merekrut mereka untuk dipekerjakan dalam pengelolaan program kcbun buah ini. Selain itu, dengan diaspalnya jalan sepanjang 3 km untuk mencapai kebun buah,
tidak langsung
secara
memberikan
efek lain,
yaitu rumhuhnya
kegiatan
perekonomian di desa Mangunan dan sekitarnya. Jumlab pengrajin bambu c'i desa tctangga, Muntuk.
yang scbclumnya tidak mcncapai limapuluhan,
sckarang
bcrkembang menjaci 189 unit usaha (sumber: Dinas Perindagkop Bantul). Hal ini dibenarkan oleh salah seorang staf Kecamatai, Dlingo:
·· ... wah, dul u sebelum diaspal, ndak banyak nsaba, pak, di daerah sini rnemang ada kerajinan bambu. tapi hanya puluhan, nggak ayampe 50 saya kira ... tapi setelah diaspal Pemda. sekarang ada kalau 150-an ... ( wawancara pada hari Sabtu,12 April 2008, pukul 10.56)
Program atau kegiatan yang bisa dikatakan paling tidak efektif adalah bimbingau teknis diversifikast produk indusrri kcramik yang dilaksanakan di desa Kasongan. Sepcni ielab diuraikan diatas (Iihat halarnan l 71-178),
kegiatan
yang bertujuan untuk memberikan ketrampilan baru bagi pengrajin gerabah untuk membuat
produk dcngan bahan altematif selain tanah liat ternyata tidak
210
membcrikan mungkin,
hasil sepcrti yang dihurpakan.
adalah
pihak
Dinas Perindagkop
Salah satu penycbabnya, sangat Bantul belurn
bisa meyakinkan
pengrajin Kasongan bahwa produk mereka tetap akan hisa bcrsaing di pasaran rneskipun dengan bahan yang bcrbcda. Ila! ini tersirar dari kekhawatiran pengrajin seperti terscbut diatas (lihat halaman 178). Program yang bisa dikatakan mengcnai kepariwisaraan
paling banyak rnenebarkan
adalah program pcmbcrdayaan
berbagai kegiatan pcnyuluhan
dan pelatihan
pengctahuan
Pokdarwis,
Dengan
(lihat tabel 34) bisa dikatakan
program inilab yang paling banyak rnembuka akses ke inforrnasi bagi rnasyarakat. Dari segi kcmanlaatannya,
sebagaimana diakui oleh bebcrapa tokoh Pokdarwis
(lihat wawancara pada halaman
I 91 ). program
ini
boleh
dianggap tclah
mcmberikan hasil yang nyata, mcskipun bisa dikatakan belum optimal. Salah satu sebabnya adalah kurang intensifnya pelaksanaan
kegiatan
serta tidak
bcrkesinarnbungan.
Dari uraian mengenai kinerja enam program atau kcgiatan yang
telar
dilaksanakan oleh Pemerintah Kab. Bantu! bisa disimpulkan bahwa untuk mcningkatkan kapasitas masyarakat secara signifikan perlu adanya perpaduan kegiatan yang dilaksanakan pada masing-masing indikator akses ke informasi, yaitu peningkatan pengetahuan dun ketrampilan, akscs fisik (infrastruktur) dan akses kc modal serta ke pasar. Scperti terlihat pada label 34 diaras, tidak ada satupun dari kc-enam program tersebut
melaksanakan
sernuanya,
Dengan
demikian, program atau kcgiatan-kegiaran tersebut bclurn bisa dikatakan efektif dalam meningkatkan kapasitas masyarakai di sektor pariwisara.
21 I
reran
5.5.2
Definisi pcran yang mungkin tcpat untuk rnenggarnbarkan pcran masyarakat adalah apa yang diungkapkan Baugur University sebagai berikut The part an iudividuul plays in cm organisation and the contribution they make through the application of their skills, knowledge, experience and abilities. (www, ba:1gor.ac.ukihr/framcwork/Glossary.php.cn)
Sebagai
bagian dari stakeholder pariwisaia,
masyarakat di scktor
pariwisata, dcngan dernikian harus rnemainkan pcran dalam upaya pcngernbangan pariwisaia
mclalui pembcrian kcsempatan kepada mereka untuk mcmberikan
kontribusi
sebagai cara untuk mengembangkan kctrampilan,
pcngerahuan,
pengalnman dan kcmampuan, Pcran masyarakat olc]) karena itu, bisa dimaknai sebagai keikutscrtaan masyarakat dalam sebuah pernhangunan dcngan iindakan arau kegiaran sebagai kontribusi mereka terhadap pembangonan serta bagaimana fungsi mereka sebagai stakeholder
pembangunan dijalankan. Dalam konteks
upaya pemberdayuan mcrcka di sektor pariwisata, peran masyarakat bisa diartikan scbagai partisipasi secara aktif masyarakat dalam pcngernbangan pariwisata rnelalui fungsi dan kontribusi mereka scbagai pernangku kepentingan dalam pengembangan pariwisata,
5.5.2. I Fungsi Dalam
konteks
pengembangan
pariwista,
masyarakat
diusumsikan
memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai subyek pcngcmbangan dan sebagai penerima manfaat. Scbagai subyek pengembaugan, masyarakat menjadi pelaku penting dan
212
tcrlibar
sccara
aktif
dalam
pcrcncanaan
dan
pengembangan
kegiatan
kepsriwisataan. sedangkan sebagai penerirna manfaat: masyarakat mempcrolch
nilai ruanfaat ekonomi signifikan dari pengcmbangan kegiatan kepariwisaiaan yang akun mcningkarkan kualitas hidup dan kescjahteraan sosial masyarakat (Kuswara, 2006:16) Berdasarkan hal tersebut, dari keenam program atau kcgiatan yang telah diimplementasikan oleh pemerintah kab. Bamul tersebut, ternyata kegiatan penyelenggaran event wisata tradisional yang dikaiakan paling banyak mcrnbenkan peran kepada nrnasyarakat. lni dibuktikkan dengan keteriibatan mereka sccars aktif mulai sejak pada tahap pcrsiapan program, dirnana mereka membuat proposal pcnyelenggaran event wisaia yang mencakup pcnentuan waktu kegiatan dan bahkan panitia penyelcnggara. Dinas sama sekali tidak campur tangan dalam hal ini. Nyoman Yudiriani, SE mcngungkapkan: " ... kalau masalah penyelenggraan mernang kita tidak turut camper, ya. paling nama pak Kasubdin atau pak Kepala (dinas) yang tcrcantum dalam kepanitiaan, lainnya itu nggak •.. kita ikuti saja proposalnya ... " (wawancara pada hari Sabtu, 5 April 2008. pukul l O. l I)
Namun, masyarakai tampaknya belum merasakan manfaat ekonomi dari kegiatan ini secara signifikan. Salah satu alasan adalah event ini belum bisa dikatakan berhasil menjual (saleable). aninya belum bisa menarik banyak pcngunjung yang rnau membayar untuk menooton kegiatan budaya yang unik ini.
Hardi Wahyono, SSn, Ketua HP! D!Y mcngisyaratkan: " ... kalau rnemang itu maunya mendatangkan turis, ya, dipaketkan saja dengan obyek wisata disekitarnya.selama ini belum, karena sebenamya permasalahan hanya pada timingoya .. kita sering kesulitan ngatur jadwal
213
perjalanan wisatawan kalau, ch .. waktunya aja belum bisa dipastikan. .. " (wawancara pada hari Selasa, 20 Mei 2008, pukul 21.14)
Kclima
program
Iainnya,
praktis
bclum
rnewnjudkan
peran
masyarakat scbagai subyck pengembangan karcna pada umumnya mcreka tidak
rerlibat sccara aktif dalarn proses perencanaan dan pngembangan kegiatan. Keterlibatan rnasyarakat dalam
kelima program ini lebih sebagai penerima
manfaat, karena pada dasarnya mereka dilibatkan kctika program atau kegiatan sudah ditentukan. Sebagai contoh, program pernberdayaan
Pokdarwis sendiri.
Agenda dari program ini telah ditenrukan sebelumnya oleb Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
Kegiatan
yang meliputi
pelatihan rnaupun
penyuluhan
yang
kebanyakan dilakukan melalui kerjasama dengun pihak pcrguruan ringgi maupun dari profesional pariwisara (lihat tabel 30), rnerupakan inisiatif dari Dinas (IOp·
down). Masyarakat rnemang diundang dalarn pertemuan-perternuan unruk diajak mcrnbahas rcncana kegiatan, tetapi lehih kepada persolan teknis seperti penentuan dan penyediaan tempat kegiatan atau siape saju yang hams didafrar dan lain-lain. Pola seperti ini juga terjadi pada keempat program lainnya,
5.5.2.2. Kontribusi Berbanding lurus dengan fungsi diatas, maka kontribusi masyarakat paling besar terjadi pada program pcnyelenggaraan event wlsata, Hal ini tcrlihat mulai dari tahap persiapan sampai penyelcnggaraan yang hampir sepeuuhnya dilakukan masyarukat scndiri. mcndorong kontribusi
Kegiaran lain yang rnungkin
bisa dikatakan
masyarakat adalah pemberdayaan Pokdarwis, dimana
214
masyarakar
memberikan
rncngernbangkan
usulan
atau
gagasan
mengenai
bagaimana
potcnsi wisata yang merka miliki melalui pembuatan paket
wisara, Selain i tu, dalam berbagai pertcrnuan pada Forum Komunikasi Pokdarwis, rnasyarakat (anggota Pokdarwis) sendiri yang menentukan kapan dan dimana pcrtemuan bcrikumya akan diselenggarakan. Pcnentuan ini biasanya berdasarkan giliran, schingga dcngan demikian masalah tempat, konsumsi dan kepcrluan rapat lainnya diadakan scndiri oleh Pokdarwis yang kcremparan. Adapun keempat program lainnya praktis kurang membcrikan peluang kepada masyarakat untuk mcmberikan kontribus: secars aktif karena pada umumnya masyaruknt dianggap scbagai pencrirna kebijakan sajn (pasif). Sebagai contoh, program pcngelolaan dan pengembangan daya tarik Pasar Seni Gabusan, Pada kcgiatan ini. kererlibaian masyarakat pengrajin sebatas hanya pada saai mereka kadangkala ditawari untuk ikur menarnpilkan atraksi seni budaya dari dcsa asal mcrcka, Para pengrajin juga tidak tahu mcnahu mengenai pengelolaan, yang diserahkan kepsda manajemen swasta. Kcrniskidi mcngungkapkan: " ... wah, kalau masalah pengelolaan, k.ami ndnk ngerti, pak ... itu kan duri pcmda ... " (wawancara pada hari Sclasa. 6 Mei 2008, pukul 10.49) 5.5.3
lnisilltif Sebagaimana telah diutarakan pada Bab 11 (halarnan 43), inisiatif adalah
kernampuan untuk rnelihat apa yang perlu dilakukan dan keberanian serta
kemauan untuk melakukannya (Homby, 1985:438).
Oleb sebab itu, inisiatif
masyarakat dalam konteks pengembangan pariwisata diasurnsikan sebagai kemampuan rnasyarakat untuk rnclihat upaya-upaya apa yang perlu dilakukan
215
dalam pcngembangan pariwisata serta keberanian dan kemauan masyarakat untuk turut scrta dalam mcngembangkan pariwisata. Dengan dcmikian ada dua hal yang bisa digunakan untuk rnelihat sejauh rnana inisiatif masyarakat telah dilakukan: pertama, yaitu kemampuan rnasyarakat untuk melihat upaya-upaya apa yang perlu dilakukan dalam pengemhangan pariwisata atau dengan kata lain adalah daya kritis masyarakat untuk mengcrnukakau aspirasi mereka terhadap program atau kegiatan apa yang perlu dlimplernernasikan untuk membuat mereka berdaya, Kedua, kemauan atau komitmen masyarakat untuk turut serta dalam program atau kcgiatan rnengembangkan pariwisata. Adapun perlunya inisiatif' masyarakat diantaranya adalah rneningkatkan pemahaman publik terhadap suat isu, mendorong keterlibatan publik dalam proses pembangunan
serta membuat pernerintah Iebih ccpat ianggap (rcsponslf),
(ht Ip:l!www.init iat ivefortexas.org/whydo I. him;
5.5.3.J DaJ'O Kritis Implementasi kebijakan pemberdayaan pada sektor pariwisata di Kab. Bantu! sedikit
mengembangkan
banyak telah rnenciptakan daya kritis masyarakai dalam
pariwisata.
Hal
ini
terutarna
terlihat
pada
kegiatan
pcmberdayaan Pokdarwis dimana masyarakat rnenunjukkan daya kritis mereka dengan berusaha mengusulkan program atau kegiatan yang perlu dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Conteh paling baik adalah usulan dari Ketua Forkom Pokdarwis Bantu], Anton Wahono, pada sebuah pertcmuan untuk rcvitalisasi Pokdarwis Bantu! pada 8 Mei yang baru lalu.
216
Dalam pertemuan
tersebut,
dia
mengernukakan
pembagian
kerja
Pokdarwis
berdasarkan
kewilayahan dimana Pokdnrwis harus rnenggandeng Pokdarwis yang berdekntan untuk mengembangkan mcmberi
contoh
poronsi yang ada di wilayah rncrcka masing-masing,
paket
Mataram di lmogiri,
llamul
Timur,
Makam Scniman
yang
menghubungkan
Makam
sorta desa Wisata Kebonagung,
Dia Raja Anton
Wahono mcngurarakan: '' ... jadi saya punya rencana pcmbagian wilayah. wilayah itu, pariwisata
itu nanti ada di Dantul Timur, Bantu] Tcngah dan Bantu! Baral. .. misalnya untuk Bantul Timur. Makarn RMja dan Makam Scniman, ada Gua Cerme lalu kemudian Kcbonagung dan Rabu Pungkasan ... " (Rapat Forkom Pokdarwis Kab. Bantul, hari Kam is, 8 Mei 2008, pukul 09 .30)
Conroh iain adalsh
gagasnn yung dikemuknkan olch Suburjo, Kctua
Pokdarwis Kasongan untuk mcngembangkan
paker wtsara antara Kasongan
dengan desa sekitarnya. yang juga mulai bcrkembang senagai dcsa kerajinan digahungkan dcngan obyek wisata Gua Sclarong, Paker ini disebut Kajigclern, singkatan
dari
Kasongan,
Jipang,
Gendeng
dan
Lcmahdadi,
Suburjo
mem beberkan: " ...jadi itu nanti kita kernbangkan paket, eeh antara Kasongan dan desadesa sekitar sini, namanya Kajigelom, Ka itu Kasongan, Ji Jipangan, Ge nya Gendeng dan Mah,nh, nggak Lem itu Lcmahdadi, Jalu kc Selarcng ... " (Wawancarapada hari Selasa; /J Aprit 2008, pukul I 0.46) Mcski demikian, mercka juga rncngeluhkan bahwa prakarsa mercka untuk memulai
scbuah program atau kegiatan pada kenyataannya sering tidak
dirinduklanjuti oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan alasan kctcrbatasan
anggaran schingga mereka akhirnya hanya mengikuti saja apa yang sudah
217
diagendakan
oleh
Dinas
Pariwisata
dan
Kebudayaan,
Anton
Wahono
mengungkapkan: " ... ya, dari dulu, rencana-rencana tapi kok, karena terbcntur anggaran terus jadi kita, ya ikut Dinas saja... "(wawancara pada hari Karnis. 8 Mei 2008, pukul l 1.47)
Jain yang mernberikan
Program
peluang bcrkembangnya inisiatif
mayarakat adaiah kegiatan pcnyelenggaraan event wisata tradisional. Dcngan ketcrlibatan masyarakat scjak awai percncanaan pprogram scrta tidak carnpur tangannya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan pada pelaksanaan event, masyarakat bebas mengembangkan kreativitas mereka dalam mengcmas event terscbut. Keempat program lainnya, sayangnya, tidak mengiknti jejak program ini. Berbagai wawancara mcngisyaratkan bahwa masyarakat bersikap rnenurut saja terhadap keputusan implementor. Salah satu contoh adalah apa yang diungkapkan oleh Hardi Sumanto, Wakil IC!!lUa Pokdarwis Mekar. Desa Lopati ketika ditanyakan apakah masyarakar desa sendiri yang mengusulkan pclatihan pramuwisata di desa Lopati sebelum pcncanangannya scbagai desa wisata: '' ... iru dari Dinas, pak, warga hanya manut saja kersane Dinas, yang past; kita mendukungnya .. ". (wawancara pada hari Sabtu, 3 Mei 2008. pukul J 1.25)
Demikian
juga
yang
terjadi
pada
program
Bimbingao
Tcknis
Oiversifikasi Produk (ndustri Kerajinan, masyarakat pengrajin hanya diundang untuk rnenentukan
waktu dan kesanggupan
Suburjo mengatakan:
218
mereka rnengikuti pelatihan
ini.
'' ...katau ada pclatihan dari pcmda kita memang dilibatkan, ceh biasanya ngrembug kapan le mulai dan siapa saja yang mau ikut.." (Wawtmcara pada hari Selasa, 8 April 2008, pukul 10.46)
Hal sedikit lebih baik terjadi pada program pengcmbangan daya tarik
Pasar Scni Gabusan dimana pcngrajin kadang diberikan kepercayaan untuk mengundang kelompok seni budaya dcsa rnereka untuk ditampilkan pada sebuah acara yang digelar di Pasar Seni Gabusan (lihat wawancara, hal. 186).
5.5.3.2
Komitmen Pengcrtian komitmen masyarakat menurut The Aspen Institut (1996)
adalah kemauan masyarakat luas untuk bcrtindak berdasarkan kesadaran bersama terhadap suatu permasalahan, peluang dan solusi yang bisa ditcrapkan. (Commitmen: refers to the communitywide will to act, based on a shared awareness ofprnhiems, opportunitiesand workable so/tuions). Komitmen masyarakat pada sektor pariwisara akan muncul dengan sendirinya rnanakala mcreka terlibat sccara aktif dalam program atau kegiatan yang dilaksanakan. Kcterlibatan aktif'tcrjadi manakala masyarakat merasa rncreka
diperhatikan atau dihargai dcngan dibcri keleluasaan unruk meujalankan apa yang menjadi aspirasi mereka. Hal ini tcrlihat jclas pada program penyelenggaraan event
wisata
tradisional.
Masyarakat mendapatkan keleluasaan untuk
rnerencanakan dan melaksanakan pcnyclcnggaraan event tanpa adanya campur tangan dari Dinus. Mcrcka merasa dihargai clan dipcduJikan dengan adanya pemberian
insentif
pcnyelenggaraan
dari Dinas.
219
Meskipun
tidak seberapa
jumlahnya, hal ini rclah memicu semangat mereka untuk mcnyelenggarakan event wisata yang bcrarti turut melestarikan budaya mereka sendiri. I Ial ini sayangnya, tidak terjadi pada kelima program lain. Kererlibatan masyarakar bisa dikatakan pasif karena pada umumnya mereka hanya mengikuti saja keputusan yang relah dibuat implementor. Pada program pemberdayaan pokdarwis, misalnya. Meskipun anggota Pokdarwis sering mengcmukakan usulan 111au gagasan mengenai suaru isu yang perlu diagendakan menjadi scbuah program
atau kegiatao bersama, narnun karena sering tidak ditindaklanjuu, mercka menjadi terkesan apatis, Surnarman, Ketua J>okdarwis Parangtritis, membebcrkan:
"... kita sclalu usu I itu mcngenai ini itu yang sebaiknya dilakukan bersamasamu antara Pokdarwis dan Dinas, ce, tapi, ya itu, kok nggak pernah, eh, jarang sekali tcrwujud, jncli kiia yo, manut piye karcpc (menurut saja apa maunya) Dinas ... '' (wawancara pada hari Sabtu, I 0 Mei 2008, pukul 09. 12).
Dirernukan pada pencliuan ini bahwa pada umurnnya keterlibatan aktif Pokdarwis pada kcgiatan atau program yang diimplemcntasikan Dinas Pariwisata dan Kebudayuan Kab. Bantu! ternyata hanya sebaras pengurusnya saja, tidak mcnyentuh akar rurnput. Masyarakat yang diklaim sebagai anggota Pokdarwis justru sering tidak tahu menahu mengenai kegiatan yang sebenarnya djtujukan untuk memberdayakan
mcrcka. IJal seperti ini justru tcrjadl di obyek wisata
andalan Kab. Bantul, yaitu Pantai Parangtrius. Sugiyono, salah seorang pernilik
warung dan penginapan di Parangtriris mengungkapkan: "... dereng nate mireng menopo niku Pakdarwis (belum pemah dengar apa itu Pokdarwis]...mboten wonlen ketoke warw1g-wanmg mriki sing tumut
Pokdarwis (tidak ada pemilik warung sekitar sini yang ikut Pokdarwis)" (wawancara pada hari Sabru, l 0 Mei 2008, pukul 11. 43).
220
Bahkan seorang pemilik warung lainnya yang juga karyawan honorer Dinas Pariwisata
dan
Kebudayaan
pun mcngaku
ti::lak
pemah
dilibatkan
dalam
Pokdarwis. Supraimanta, pemilik warung tcrsebur mengutarakan: ·' ... wail be I urn anu, belum ... pemahamane
dereng patek anu (saya belum
begitu paham) ... 111bore11 anggo.ta (bukan anggora) ... " (wawancara pada hari Sabtu, l 0 Mei 2008, pukul l I. 09). Bcgitu pula yang terjadi di desa wisata Krebel. Beherapa orang pcngrajin hanya menggcleng kcpala mercka ketika ditanya apa itu Pokdarwis. Bisa dikatakan, mati hidupnya Podarwis tampaknya sauga: tcrgantung pada pengurusnya. Amon Wahono, Kerua Forkom Pokdarwis berkata: " ... ya, Pokdarwis itu meruang rnaccm-rnaccm ... ada yang pertemuan setiap bulan juga ada tapi Pokdarwis yaag ridak mengadakan pertemuan sama sekali juga ada, jadi ya juga tergantung pengurus masing-masing ... " (wawancara pada hari Kam is, 8 Mei 2008, pukul I I .47)
Program-program lain paca umurnnya mcmperlakukan masyarakat sebagai target program sehingga peli batan mcreka nan ya sebatas sebagai pendukung kclancaran program atau kegiatan. Ila! ini diakui oleh implementor. Pada program pengembangun agrowisata, misalnya, pclibatan masyarakat mernang dilakukan
sejak awal program ketika mcreka diundang unruk mernbahas rencana kegiatan. l.r. Indarto mengatakan: " ...ada iru rnasyarakat kita libatkan, dalarn rapat-rapat kita ajak mereka, eeh, mcmbahas kegiutan yang akan kita kerjakan ... intinya kita minta
dukungan masyarakat biar sukses, aman dan lancar, toh itu juga buat kcpentingan rncrcka juga ... "
Pola ini juga terjadi pada program Bimbingan Te/mis Diversifikasi Produk Industri Kerajinan De11g<111 Substitus! Bah an Baku Lule/is dimana
221
masyarakat pengrajin Kasongan diundang rapat rnembahas waktu pelaksanaan kegiatan. namun ternyata aspirasi mereka agar pelatihan dilakukan pada malam
hari tidak terpenuhi sehingga mereka 'rcrpaksa' sepakat untuk mclakukannya pada pukul l 7.00 dimana banyak pengrajin yang terdafiar tidak menghadiri pelatihan tersebut. (lihat halaman 175). Berdasarkan uraian diatas bisa disimpulkan bahwa komitmcn rnasyarakat akan dalam program pcmberdayaan rnasyarakat pada sektor parwisata ini belum bisa sepenuhnya terwujud karena sebagian besar program atau kegiatan yang dilakukan belurn mcmberikan peluang kcpada mereka untuk tcrlibat secara aktif
5.6
Ringkasan Irnplemcntasi kebiiakan pcmberdayaan masyarakai pada sektor pariwisata
dan efektivitas implemcnrasi kebijakan tersebur, scperti yang telnh diuraikan diatas, bisa diringkas sebagai berikut: l.
lmplemcntasi kebijakan pemberdayaan masyarakat pada tokus kebijakan pcngembangun pariwisata pedesaan yang tcrdiri dari program Pembentukan
Dan Pengcrnbangan Desa Wisata serta Pengembangan Agrowisara dilakukan secara terpisah olch dua intansi yang berbeda, Pada dimensi kcpatuhan bisa dikatakan bahwa program Pembcntukan Dan Pcngembangan Desa Wisata tidak patuh tcrhadap proscdur yang ditetapkan karena tiadanya pcdornan pernbentukan dan pengernbangan sebuah desa wisata. Hal ini mernberikan
peluang diskresi yang begitu bcsar bagi implementor sehingga menimbulkan inkonsistensi dalarn implementasinya kebijakan tcrsebut. Meski demikian,
222
diskresi iai ridak sampai mcnimbulkan pelanggaran wewenang
(leeway).
Sementara itu, program Pengcmbangan Agrowisata bisa dibilang sangat patuh terhadap proscdur yang ditetapkan,
penjadwalan, dan pembarasan
wewcnang meskipun program ini melibatkan berbagni pihak sebagai pclaksana, Pada dimensi kelancaran rutinuas dan tiadanya rnasalah, rutinitas implcmentasi Pembcntuknn Dan Pengcmbangan Dcsa Wisata bisa dikatakan lancar rneskipun ada sedikit pennasalahan pada di"1ribusi pengaruh, yaitu tiadanya pcmbagian rugas dan wewenang yang jelas schingga Icrkonsentrasi hanya pada pcnanggung jawab kegiaian. Meski dcmikian tidak tcrdapat kontlik baik internal. dcngan sesama petugas pelaksana, maupun cksternal, dengan
pi hak
lain
termasuk
masyarakai. Sementara
ii u,
program
Pengembangan Agrowisata tidnk rncngalami hambatan yang berani dalam kclancarnn rutinitas dan distribusi pengaruh, Selain itu tidak ditemukan konflik antar sesama implementor rnaupun dengan masyarakat sebagai target kcbijakan. Pada dimensi kinerja yang diharapksn. kedua progr-m. buik Pembentuknn Dan Pengembangan Desa Wisata sorta Pengembangan Agrowisata, tclah mernenuhi pcrtanggunj?jawabannya masing-masing dengan cukup baik. Selain itu, kedua program juga membcrikan manfaat masingmasing kepada rnasyarakat pencrima program (beneficiary). 2.
Pada
fokus
pengembangan
budaya
Penyclenggaraan Event Tradisi Masyarakat
yWlg
diwujudkan
melalui
oleh Dioas Pariwisata dan
Kebudayaan Kab. Bantul, implementasi kebijakan ini lebih terfokus pada
pemberian inseutif bagi masyarakai unruk menyelenggarakan herbagai
223
upacara
ritual
yang
perencanaan
kegiatan.
pengorganisasian
serta
pclaksanaannya diserahkan sepenuhnya kcpada masyarakar, Dinas Pariwisata sendiri
lebih
banyak
berpcran
sebagai
pengawas,
Pada
tahap
implemcruasiuya, bisa dikatakan program ini bcrjalan sangat baik, diliba1 dari perspektif kepatuhan. Hal ini ditur.jukkan pada kcpatuhan pada proscdur pencairan dana insentif. jadwal pcnyclenggaraan event yang dipenuhi serta ketaatan terhadap pembatasan wcwenang, Pada dimensi kclancaran nninitas, keglatan ini tcntu saja bisa dikatakan sukses dimana tidak terdapat kooflik internal antara scsama pctugos pclaksana maupun ekstcrnal
dengan
musyarakai. Adapun pada dimensi kincrja yang diharapkan. program ini hisa dipertanggungjawabkan
baik dari segi kelancaran pelaksanaan maupun
penggunaan dana. Lagipula. sclain memberikan manfaat bagi masyarakat. program ini juga bisa dianggap tclah mcmenuhi amanat kebijakan yaitu pelestariun dan pcngembangan budaya lokal. 3.
Fokus kebijakan pengcrnbangan industri kecil yang terdiri dari program Bimbingan Tcknis Diversifikasi
Produk Industri Kerajinan Dengan
Substitusi Dahan Baku Lateks serta Pengelolaan !Jan Pengembangan Pasar Seui Gabusan diimplemcnlaSikan oleh instansi yang sarna, yaitu Oinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kab. Bantul. Pada dimensi
kepatuhan, program Bimbingan Teknis telah mcmatuhi seluruh prosedur, penjadwalen clan pembatasan tugas dan
wewcnangnya,
Dilain pihak, rueski
program Pcngelolaan Dan Pengembangan Pasar Seni Gabusan juga
taat
terhadap prosedur, namun tidak bisa menepati jadwal yang sudah ditetapkan
224
scrta sedikit melampaui tugas dan wewenangnya. yairu menyclenggarakan atraksi wisata scbah'lli salah satu upaya promosi Pasar Scni Gabusan, yang sebenarnya mcnjadi tugas dan wewenang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab.Bamul.
Meski demikian
pada dimensi
kelancaran
rutinitas,
kedua
program ini berjalan lancar, meski ada sedikit hambatan. Sclain itu, tidak ada kontlik
baik
diharnpkan. kcrugian
internal kcgiatan
maupun bimbiugan
pada penerima
ekstcmal.
Pada
dimens]
tcknis, meskipun
kebijakan, tempi terbukti
kinerja
yang
tidak
mcnimbulkan
kurang
mcmberiknn
rnanfaat yang signifikan karena kc1rampilan yang dibcrikan tidak direrapkan oleh masyarakat,
Sementara
itu. pelaksanaan
Program Pengelolaan
Dan
Pen gem bangarr Pasar Seni Gabusan tel ah mcmberikan manfaat bukan hanya pada pengrajin
yang ditampungya tctapi juga penduduk
di sckitar lokasi
Pasar Seni Gabusan, Kerugian yang dirasakan masyarakat tidak ditemukan dalam kedua program. sclain itu keduanya bisa dipcrtanggun~jawabkan
oleh
implementor. 4.
Adapun lokus kehijakan peningkaian sekitar
obyck
peran scrta masyarakat di lokasi dan
wisata yang ditcrnpuh melalui
program Pcmherdayaan
Kclompok Sadar \Visata (Pokdarwis) diimplementasikan oleh Dinas Pariwlsata
dan Kebudaj aan Kab, Bantul mclalui
kcrjasama dengan
stakeholder yang lain, yaitu kalangan akadcmis, usaba pariwisata dan masyarakat sendiri. Pada dimensi kepatuhan, pelaksanaan program iui taat pada prosedur. penjadwalon scrta pembatasan
wewenang yang telah
ditentukan. Sclanjutnya pada tahap kelancaran rutinitas. kegiatan juga bisa
225
dianggap Iancar dengan riadanya konflik internal maupun eksternal dan pada dirnensi kincrja yang diharapkan, jelas terlihat program ini telah banyak
mcrnberikan manfaat pada masyarakar. 5.
Peluang
terbesar peningkatan kapasitas masyarakat
secara
optimal
sebenarnya terdapat pada kcbijakan peugembangan industri kecil dimana pada program Bimbingar. Teknis Divcrsifikasi Produk Industri Kerajinan terdapat pelatihan ketrampilan. penyuluhan sedangkan pada
program
Pengelolaan Dan Pengembangan PSG tcrsedia akses ke pasar scrta ternpat strategis yang mudah diakses. Mcski demikian, program Birnbingan Teknis, tampak tidak banyak memberikan manfaac bagi penerima kebijakan, meski juga tidak menimbulkan kerugian, sedangkan program Pcngelolaan dan
Pcngembangan Pasar Scni Gabusan belum bisa dikatakan meningkatkan kapasitas masyarakat secara signifikan. Pada kcbijakan pengernbangan pariwisata pedesaan, kapasitas masyarakat terlihat meningkat hanya pada
program Pcmbentukan Dan Pengembangan Desa Wisata yang menyediakan banyak kegiatan pclatiban ketrampilan, penyuluhan serra usaha membuka akses ke pasar, sedangkan pada program Pengembangan Agrowisata,
kapasitas masyarakat bclum sepenuhnya bisa ditingkatkan karena mcskipun program ini menyediakan lapangan kerja sorta infrastruktur dasar, namun kurang banyak melakukan kegiatan sosialisasi. pclatihan ketrampilan dan
penyuluhan, Semenrara itu, kebijakan pcningkaran peran masyarakat melalui
program Pernberdayaan Pokdarwis bisa dikatakan yang paling banyak meningkatkan kapasitas masyarakar dcngan berbagai kegiatan penyuluban
226
dan pelati han ketrampilan yang dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakut. Namun sayang, program ini belum mampu mnycdiakan akses kc nasar maupun modal sehingga peningkatakn kapasitas hisa dikutakan kurang optimal. Kebijakan yang paling tidak membcrikan peningkatan masyarakat tcrnyata
adalah
Penyclenggaraan kctrampilan
kcbijakan
pengernbangan
Event Tradisi Masyarakar
budaya
melalui
program
karena tidak ada pelatihan
maupun penyuluhan mcngenai bagaimana
mcnyclcnggarakan
scbuah event wisata (event orga11izi11g) sehingga event ini mampu menarik
scbanyak mungkin pengunjung, Program ini mcmang mcnawarkan akses kc pasar rnclalui siaran pers umuk media coverage, namun sayang tidak untuk scmua cvent,
6.
Pada dimcnsi peran, kebijokan yang paling berhasil meningkatkan peran rnasyarakat adalah Pengcmbangan Rudaya dimana rnasyarakat rnempcroleh kcsempatan yang luas untuk terlibat pada program mulai dari pcrencanaan maupun pclaksanaan kegiatan event. Hal yang cukup ironis terjadi pada kebijakan peningkatan pemn scrta masyarakat dimana masyarakai justru berfungsi scbagai sasaran kebiiakan yang pasif sehingga kontribusi mereka tcrhadap upaya pengembangan pariwisata belum cukup signifikan. Salah satu alasan mcngapa bal demikian bisa terjadi adalah kurang intensifuya kegiatan yang diakibatkan oleh karena keterbatasan dana, Kebijakan yang dianggap paling kurang meningkatkan peran bisa ditudub.kan pada kebijakao pengembangan industri kecil dimana pada
masing-masing program,
masyarakat dipcrlakukan sebagai penerima kebijakan secara pasif sehingga
227
fungsi rnereka sebagai subyck pernbangunan
maupun koutribusi
mcreka
dulam kcdua program tersebut tidak begitu tampak. Adapun pada kebijakan pcngembangan pariwisata pcdesaan, peran masyarakat terlihat jelas pada
program pembemukan dan pengembangan desa wisara dimana mereka tcrlibat sccara aktif dalam kegiatan ini, dan konrribusi yang mercka berikan bisa dikatakan cukup signifikan. Narnun sayang, hal yang sama tidak terjadi pada
Pengembangan Agrowisata dimana
masyarakat j uga
sckadar
diasumsikan sebagai sasaran kcbijakan yang pasif 7.
Dimensi inisiatif dari efektivitas implemcntasi kebijakan pemberdayaan rnasyarakat ini tampaknya yang paling tidak berhasil. Hal ini ditunjukkan
fakta bahwa separuh dari 6 program yang diimplernentasikan sama sekali tidak mendorong daya kritis dan komitmen masyarakat. Ketiga program terscbut adalah Bimbingan Teknis Diversifikasi Prodnk lndustri Kerajinan dan Pengelolaan Dan Pengernbangan PSG dalam kcbijakan pengernbangan
industri kccil sena Pengembangan Agrowisata. Program Pembentukan dan Pcngembangan Desa Wisata mengindikasikan peningkatan daya kritis dan komitmcn masyarakat yang memadai karena mereka cukup diberi
kesemparan unruk tcrlihat secara aktif dalam implementasi program. Salah satu program yang rnungkin bisa dianggap cukup berhasil mcuingkatkan inisiatif masyarakat
adalah
I'enyetenggaraan Event
Wisata
dimana
masyarakar terlibat memiliki kouutrnen yang besar dalam menyukseskan penyelenggaraan
sebuah
event
wisata.
Program
lainnya
adalah
Pcmberdayaan Pokdarwis dirnana masyarakat menunjukkan peningkatan
228
daya kritisnya dengan mernberikan berbagai usulan unruk pengcrnbangan pariwisara meskipun tidak dibarengi dengan komitmen karena mcreka sering skeptis bahwa usulan iersebut
akan diakomodir
Kebudayaan Kab. Bnruul.
229
olch Dina> Pariwisatu Jan
RAB VI l'F:NUTlJP
G.l.
Kcsimpulan
Berdasarkan
pembahasan
mcngenai
implemcntasi
kebijukan
perncberdayaan masyarakat pada scktor pariwisara di Kab, Banrul serta analisis terhadap cfokuvitas kebijakan terscbut, maka bisa disimpulkan bahwa: I.
Kebijakan pemberdayaan masyarakar pada sekror pariwisata di Kah, Oantul yang
diwujudkan
melalul
p1·ogram-program
pcmbeniukan
dan
pengcmbangan dcsa wisara, peugembangan agrowisau. penyclenggaraan event tradis] masyarakat, birnbingan teknis diversifikasi
produk industri
kcraiinan, pengclolaau dan pengcmbsngnn daya tarik Pasai Seni Gabusan dan
pembcrduyann
diimplementasikun
Kelompok
Sadar
wtsata
(Pokdarwis)
tclah
dcngan baik dilihat dari 'kacamata' tcori Ripley and
Franklin, Hal ini bisa dilihat dari kenyataan bnhwn scbagaian hcsar program telah mematuhi proscdur yang ditctapkan, rnenaati penjadwalan serta tidak melanggar pcmbatasan kewenangan, berjalan relatif lancar hampir tanpa konflik yang berarti; dan mengbasilkan kinerja yimg cukup baik dcngan rnembcrikan lcbih banyak manfaar kepada masyarakat dibanding kerugian
yang ditimbul kannya. 2.
Meski tclah diimplemcuursikan
bisa dikatakan
dengan baik, irnplemeniasi kebijakan belum
cfcktif dalam memberdayaan masyarakat pada sektor
pariwisata karena kapasitas, pcran dan inisiatif
masyarakat bclurn
sepcnuhnya rcrwojud. Hal ini sangat mungkin disebabkan karena kebijakan pemberdayaan masyarakat pada sektor pariwisata ini masih mcncari bentuk, mcngingar urnumya yang baru tiga tahun sehingga belum dimplcrnentasikan secara holistik, tcrintegrasi dan sistcmik mclalui program atau kegiaran yang
tepat dan intensif. Implcmentasi program yang dilakukan oleh dinas atau instansi pemerintah daerah tampak masih berjalao sendiri-sendiri sehingga memberikan basil yang kurang optimal. 3.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
implemeotasi
kebijakan
rneliputi:
sumberdaya (anggaran, pcrsonil, prosedur kerja, fasiliias. lahan), koordinasi,
pclibatan masyarakat serta adanya external uncontrollable factor, yaitu gempa bumi. Ketcr.ibatan stakeholder lain seperti kalangan perguruan tinggi dan duuia usaha pariwisata juga memainkan pecan yang cukup signilikan dalam mendukung upaya pembe.rdayaan masyarakat pada sektor pariwisaia, 4.
Peningkatan kapasitas rnasyaraker akan efektif apabila program atau kegiatan sebagai manifestasi kebijakan mencak:up bcrbagai kegiatan pcnyediaan akses kc
informasi
yang dilakukan
secara
berkesinamhungan mulai
dari
penyuluhan, pclatihan, penycdiaan layanan dasar seperti infrastrukrur, akses ke modal serta akes ke pasar, 5.
Semakin hesar pecan masyarakat sebagai subyek {aktor) dan bukan sekadar sebagai obyek (target), semakin besar kemungkinan program atau kegiatan untuk berhasi I.
231
6.
lnisiatif masyarakat
akan tirnbul dengan sendirinya apabila mereka sudah
memiliki kspasitas yang memadai serta dilibatkan secara aktif dalam sebuah program atau kcgiaian yang diirnplemcntasikan peruerintah. 7.
Pcnyediaan
anggaran
yang
rnencukupi
akan
lebih
memungkinkan
tercapainya tu;uan sebuah program atau kegiatan pcmberdayaan ruaeyarakat,
6.2
I.
Saran lmplementasi kebijakan harus Iebih diungkatkan dengan pembuatan prosedur tetap yang jelas, adanya pelimpahan wewcnang, penyediaan anggaran yang mernadai sorta Jebih melibatkan masyarakat secara aktif sejak proses perencanaan kcgiaran maupun pelaksanaan.
Perranggungiawabcn juga
sebaiknya dilakukan secara transparan dcngan rnemuat perincian kegiatan yang telah dilakukan, hasilnya, serta pertang1,.11mgjawaban keuangan. 2.
Peningkatan kapasitas masyarakai bisa dilakukan dengan penyediaan akses kc informasi yang lebih luas meialui intcnsifikasi pelatihan, sosialisasi, penycdiaan layanan dasar serta pemberian akses ke perruodalan dan pasar.
3.
Pelibatan
masyarakat scbaiknya dilakukan dalam setiap program atau
kegiatan yang dilakukan pemerintah unruk rneningkatkan
fungsi dan
konrribusi mercka sebagai stakeholder pcrnbangunan. 4.
Masyarakat agar didorong untuk berinisiatif merencanaknn, mclaksanakan dan memper1anggung jawabkan program atau kcgiatau yang sesuai dengan kebutuhan mereka melalui mckanisme yang transparan tinggi kcadilan,
232
dan mcnjunjung
6.3
I.
Rekomcndasi
Kcbijakan pemberdayaan masyarakat pada sektor pariwisata seperti yang tertuang pada RIPPD hisa lcbih disempurnakan dengan rnengacu konsep aiau teori para pakar terutama untuk menielaskan bcrbagai kebijakan yang belum bisa dioperasionalkan,
2.
Agar implementasi
kebijakan pernberdayaan masyarakat pada sektor
pariwisata lebih efektif, koordinasi antar implementor perlu dilakukan lebih intensif terutama antara Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan, Dinas
Pcriudustrion, Perdagangan dan Koperasi, Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perikanan dan Kclautan, Bappeda dan Dewan Kebudayaan Bantul, 3.
Bila perlu dibentuk sebuah komisi khusus mengenai pemberdayaan masyarakat pada scktor pariwisata, yang melibatkan dinas/intansi tcrkait, kalangan perguruan tinggi, dunia usaha pariwisata dan masyarakat agar kebijakan
pemberdayaan
masyarakat
pada
sektor
pariwisata
bisa
dimplementasikan seeara holistik, terintegrasi dan sistemik melalui program
atau kegiatan yang tepat dan intensif
OAFfAR PUSTAK.. \
Abidin, Said, Z. (2006). Kebijakan P11Mik. Jakurta; Suura Bebas,
Arai, S. ( 1995). I lea/thy Communities and F..'mpowcrmcnt. A S1111/y of l'mces., and Sustainability. Waterloo, Ontario: Unpublished Master's. University
of
Waterloo.
Harnes, M., Rodger. R .. Whyte, C. (1~97) . Journal of Leisurobility. Volume 24 Number I Winter 199/. Berg, Bruce L. (2005). Qualitative Method~ for the Socit11 Sciences. Fourth
E1lition. Boston: Allyn Brandon. K .• (I 996). Ecotourism and Conservauon: A Review of Key Issues. World Bank Environment Department, Paper No. 033. Washington.
DC:
World Bank,
Condeluci, A. (1991).
lmerdcpendence: 771c Rout» to Community. Winter Park.
Fl.: PMO Publishers Group, Inc. Danim, Sudarwan. t2002). Pengantar Seudi Penelitiun Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara,
Owijowijoto, Ryant N. (2003) Kebijakan Publik: Formulasi. lmplementasi dan Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Kumputim.lo. Dye, Thomas R. (2005). Understanding Public Policy Upper Smlclle River, New Jersey: Pearson-Prentice
Hall.
Dunn, William N. (!994). Public Policv Analysis: An Introduction. Second Edition. New Jersey: Prentice-Hall.
Goodwin, 11. (2000). Pro Poor Tourism, dalam Journal D Ic 5i2000. SeptemberOktooer. J errnan.
Gunn, Lewis. (J 97$). 'Why is lmplementruionso Difficult?'. Management Service in Governmeut. 33: 169-173. Hamidi. (2004). M1!1mlologi Peneluian Kualitati] untuk I/mu Sosial. Jakarta: Hurni Aksara. I Ienry, Nicholas. (2007). Public Administrunon and Public Afj(1irs. Tenth Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
234
Hornby (1987). Oxford Advanced Dictionary of Currant English. Twenty-fifth
Impression, Oxford: Oxford University Press. Inskeep, Edward.
l)
991 ), Tourism Planning; An lruegrated and Sustainable
Development Approach. New York: Van Nostrand Reinhold
Irawan, Prasetyo. (2000). Logika clan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA LAN Press. lslamy, lrfan. ( 1988). Prinsip-Prinsip Perumuscn Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Kelly, Michael. (2000). Tourism Planning: Whal to Consider in Tourism P!a11 Making. Kerr, M. (1990). Eecreation: A Collaborator in Heullhy Communities. Recreation Canada, 48, 32-34. Kodhyat .(1996)
Hotd. Jakarta: Direktorat Jcnderal Pariwisara, Departcmen
Kebudayaan dan Pariwisata RI. Kontour (2004). Metode Penelitian: Aplikasi untuk llmu Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara,
Knncara, Mudrajad. {2006).
lndustn Kerajinun di Persimpangan Jalan.
Yogyakarta: Pusat Sttoc!i Ekonorni & Kebijakan Publik UGM. Kuswara, Ukus (2006). "Peningkatan Sadar Wisata Dalam i'cngembungon Pariwisata
Indonesia ".
Jakarta:
Dircktorat
Jenderal
Pengcmbangan
Destinasi Pariwisata.Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata RI. Laverack, Glenn. (2005}. Using A 'Domains' Approach To Buiid Community
Empowerment. Oxford; Oxford
University
Press and Community
'Nina (2001).
Measuring Communi1y
Development Journal.
Laverack,
Glenn
and
Wallerstcin,
Empowerment: A Fresh look al Organizational Domains. Oxford: Oxford University Press mid Health Promotion International.
Mazmanian, D. and Sabatier, P. (1989). Implementation and Public Policy. Lanham: University Press of America.
McKeclmie, Jean L (I 988). Webster's New Twentieth Century /)fclfonary ofThe English l.cmg11ag1t. Second Edition. New York: Prentice Hall Press
235
Mc;..!eil, Mary and Woolcock, Michael. (1004). Cc.pucity EnhancementJi.Jr Social Development: B11ildint on Local Context and Process. Washington, D.C:
The Tnternationai Bank for Reconstructicn and Development/The World Dank Mo(eong. Lexy. J. (2005). Meiodolog! Penelaian Kualiuuif. Bandung: Remaja Rosdakarya. f\1arayan.
Deepa.
(Z005).
Meas11ri11x
Empowermem:
Cross-Disciplinary
Perspective. Washington, DC: The .nternational Bank for Reconstruction and Development/The World Bank. Nasucha, Chaizi. (2004). Reformasi Administrasi Publik: Teori don Praktik.
Jakarta: Grasindo. Nasution, S. (2002). Metode Research (Penelitian llmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Nawawi, Hadari (2005). Me/ode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nuryanti, Wicndu. (1993). Concept, Perspective And Challenges, Makulat: Hagian Dari Laporan Korferensi lnternasional Mengenai Pariwisalu Budaya. Yogvaknrta: GaJjah Mada University Press. Hal. 2-3.
Orozobaeva, Anar. 2006). Community-Based Tourism Development in Kyrgyzum. Hospitality Kyrgyztan. April 24. 2006. Pawitro.
Udjianto
(2007). Rtset Partisipatori Pada Pcndekatun 'Community
Based Development · Dalam Pembangunan Perumahan Dan Permukimun. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Arsitektur Universitas Budi-
Luhur, Jakarta, 17 April 2007. Pressman, J and Wikiavsky, A. (1979). lmplementation: How Creal Expectations in Washington are Dashed in Oaklund. Third Edition. Berkeley, Cal.: University of California Press.
Ripley, Randall &
Franklin, Alice.
(1986).
Policy Implementation and
Bureaucracy. Chicago: The Dorsey Press. Reid, Laurel and Stephen Smith. (1997). Keys to Successful Tourism Planning:
Lessons from Niagara. Si. Catharincs: Brock University.
236
Rudito, Bambang dan Budimanta, Arif. (2003) .. Metod« dan Teknik Pengelolaan
Jakarta:
Community Development.
Indonesia Center
for Sustainable
Three Approaches
to Programme
Development (ICSO).
Ryan, Neal. (1996).
A Comparison
11/
lmplemenlutlon. International Journal of Public Sector Management, Vol. 9 No. 4, 1996, pp. 34·41. MCB University Press, 0951·3558
Shafritz, Jay M., Borick, C and Russel, E. (2007). lmroducing Public Administration. Fifth Edition. New York: Pearson Longman.
Sharpley, Richan! (Editor). Aspects of Tourism, 5 : Tourism and Development : Concepts and Issues. Bristol, UK: Channel View Publications, 2002.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. (2006). Melode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka LP3ES. Spillane, James. (2001).
Ekonomi Pariwisata; Sejarah dun Prospeknya.
Yogyakarta: Kanisius. Sugiyono, (2004). MetodePenelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta. --~
(2005). Memahumi Peneliiian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta,
Sunggono, Bambang, (1994)
Hukum dan Kebijakan Publik, Jakarta: Sinar
Grafika. Suryabrata, Sumadi. (1992). Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. Usmar, Husaini & Pumomo S A, (2004). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara, Vcrhclst, T. (1990). No Life Without Roots. London: Zed Books Wahab, Solichin
A. (1997). Analisis Kebijaksanaan - Dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. Westra, P. (1989). Manojemeu PembangunanDaerah. Yogyakarte: BPA-AAN. Winarno, Budi. (l 989). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Presindo. Yoeti, Oka, A (1997). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: .PT. Pradnya Paramita.
2 -~ ~I
Dokumen Pemerintah: Bupati Bantul. (2006). Surat Kcpu111Sar1 Bupati Bannd No. 359 tahun 2006 tentang Pengesahan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dun Fur11111
Komunikasi Kelompok SadarWisata (ForkomPokdarwis). -------- .(2008). Laporan Keterangan Pertanggungjawuban Akhir
Tahun Anggarc.n 2007. Departem en
Pariwisata
dan
Kebudayaan
Republ ik
Indonesia
(2007).
Pengumuman Letang Pra Kualtfikasi Nomor : 02/l'pll'l!Ppni!V/2007
Tentang Penyusunan Pola Pemberdayaan Masyarakat Di Destinasi Pariwisata. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, Dircktorat Jcnderal Pengembangan Destinasi Wisata. Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul. (2005). Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instonsi Pemerintah. -------------
. (2006). Laporan Akuntabllitas Kinerja
lnstansi Pemerintah. -------------
. (2007). Laporan Akuntabilitas Kincrja
Instansi Pemerintah. -------------
. (2007). Data Pendapatan Asli Daerah.
Tanggal 30 September. 2007. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaien Bantul. (2005). Laporun AkuntabllitasKinerja Instunsi Pemerintah. (2006). Laporan Akuntabilitos Kinerja Instansi Pemerintah. -------------
. (2007). Laporan Akuntabilitas Kinerja
lnstansi Pemerintah. -------------- . (2008). Jumlah Sentra Industri Kecil Tuhun2007. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul. (2005). Data Pencari Kerja di Kabupaten Bantu/ Tuhun 2005.
23(!
Kabupaten Bautul. (2004).
Peraturan Daerah Kabupaten Bantu/ Nu. 03 Tuhun
]004 temang Rencana lnduk Pengembangan Poriwisata
-------<2006). Rencaua Janglw Menengah Kabupaten Ba111t1/ 2005· 2010. Republik
Indonesia.
( 1990).
Undang-Ilndang No. 9 Ta/11111 199(1 Tentang
Pariwisata. Departemen Pariwisata dan Keoudayaan Republik Indonesia. {1999). Garis-Garis Isesar Huluan Negara Republi« Indonesia Tahun 1999. -------
(1999). Undw:g-Undang Nomor 22 7'ttl11111 1999 Tentang
Otonomi Ducruh. Depanemen Dalam \lc1,-cri RI.
Dokun1cn Elektronik:
Arisen,
Akhrnad.
Mengeno!
Desa
Wis11/IJ.
htlp:ilwww.pariwisul
klatcn.comlkar:yatulisartikel. Diakses: 24 Mei 2008. Manik.
Muhibbullah
A. Strateg] Prmberdayaan lndustri Kecil Bcrbosis
Agroindustri di Pedrsaon. h11p://"ww.ht11w-hat1a.i11li1.
Diak~cs:
10 Juni
2008. Siregar, Parlindungan, Vanabel Penelitian: Jenis. Hubungan. Pengukurun. ntlp://www.litagamA.org/M.:tode/variabd.htm. Diakses: 16 Juli 2008. Model
Windia Wayan, Wirartba Made. Suamba Kelul dan Sarjana Made. Pengembangan Agrowisata Di Bali. hnp;/lcjournal.uni;d.ac.id.
Diakses: 9
Junl 2008. Wiranto.Tatag.
Pembangunan Wi/11yah Pesisir don Laut Dalarn Kerangka
Pembangunan
l'erekonomiun
Daerah.
http://baooen
ekonomi daerah lalag.pdf
Diakses: 19 Juni 2008. http://www.aspeninstitnfe.ort•.
Jvle1L~t1ring
Diakses: 6 Fcbruan 2008.
239
Community
Capocity Buiiding.
http:/ IWW'f/ .baJJgQr._fil:,_uk/hr/fh!meworkJ'G I •)s~my. php.en.
Evaluat ion
.fol)
Glossary. Diakses: & Juni 2008. httn://bantulbiz.corn/id/bi1.pi1g,r_ ..Jli:.rni in/id-20 I .[nml. inson Acesoris - Kerotimm Bambu. Diakses: 11 Juni 2008. http://cii.in/documcms/defamc.rx:lf.
Definition of Small Industry In Vurious
Counirles. Diakses: 10 Juni 2008. http://www.gdrc.orw.'.ucm/~~o-tour/eco-sust.html.
Eco anti Sustainable Tourism.
Diakses: 17 November 2007. httP. ://wv.w.gllrc. org/ucm/cco-Lour/ct our-deli ni;:. i1 tm I.
Deftnih~
Eco· Tourism.
Diakses: 17 November 2007. www.komiu.111:Llfuru11:s/shuwtlnead.
Diakses: 25 Mei 2008.
http://www.los-ctiy.or.iu . ."SC Sepi, N1111ggak Listrlk, Dip11111.t Diakses: 11 ~vlei
200$. http://www.mout1tain.orn.
Cor.11111111/ty Based Tourism For Conservation And
Developr1111111: A Reso111'Ce Kit. Diakscs: 27 l\'ovcrnbcr2007. http://www. prm. nau.cdu/f.BM300/what-is-ro:iri sm-les~nn.htrn. Module (lne • What i.; T1111ri:;111? (),1/;nc f,~s.11111. Diakscs: 20 Mei 2008. http://www.uo\lflO.CQ.!!l.
Strong
World
Tourism
Growth
in
2007
Madrid, 29 June 2007. Diakscs: I 9 November 2007. -------·
UNPITO World Tourism Barometer, Volume 5. No.2.
June 2007. i)iak~,,s: :9 November 2007. ht!p://www.\\jkjoa,W.,.~. Tourism. Diakses: 13 September 2007. http://www.v:ttc.com. World Travel & Tourism Council and International I lotel & Restaurant Association. 1999. The Global Importance O.f Tourism. Tourism And Sustainable Development New York.19-30 April 199(). Diakses: 17 November 2007. htto:/fwww.d-bes.net/warintek/nuklir/late.ks alarn ir.idiasi.J)df.
t.ateks
Alam
lradlasi Sebagai Balian Baku Industri Rumah Tanggo Barang. Jadi Karel.
Diakscs: 19 Mei 2008. hltp://www.initiativefortexas.orpiwhvdo I .htm. IV!ty do we need Initiative'! Diakses: 27 Mei zoce.
240
PERTANY AAN PENELITlAN
I.
Bagi Dinas Pariwisa_ta Kah. Bantu! (Pemhentukan dan Pengembangan Desa Wisata, Penyelenggaraan
Event T radisi Masyarakat, Pernberdayaan
Pokdarwis); Dinas Pcrindustrian, Perda1iangan dan Kopernsi .Kab. Bantu! iBimbingan Te/mis Diversifikasi
Produk lndustri Kerajinan Dengan
Substttusi Bohan Ba/cu Lateks Dan Pengelolaan Dan Pengembangan Daya Tarik. Pasar Sent Gabusam, Dinas ]'ertanian dan Kehntanan Kab. Baruul: (Pengemba'lgan Agrowisata): I,
L Kcpatuhan
I)
Apa tujuan program/kegiatan?
2)
Apa dasar pelaksanaannya?
3)
Bagaimana prosedurnya?
4)
Berapa j umlah dana yang dianggarkan untuk program ini?
5)
Berapa personil pelaksana?
6)
Apa saja lasilitas yang tcrsedia untuk melaksanakan program ini?
I. 2. Kelancaran Rutinitas dan Tiadanya Masalah J)
Siapa/uni L rnana yang mclaksanakan program terse but?
2)
Bagairnana pembagian tugas dan kewenangan dalam melaksanakan program'!
3)
Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap program ini?
a
4)
Apakah anda rnengalami konflik dengan sesama pelaksana maupun dengan masyarakm ataupun pihak lainnya?
5)
Apa saja faktor-faktor yang mendukuug dan menghambat pclaksanaan kcgiatan?
I.3. Klnerja yang Diharapkan J)
Siapa yang bertangguug jawab terhadap pelaksanaan program ini?
2)
Bagaimana pcrtanggung jawaban pcnggunaan keuangan?
3)
Bagaimaaa hasilnya sejauh ini?
4)
Apakan menurut anda program sudah bisa dianggap bcrhasil?
5)
Apa ukuran kcberhasilan program?
6)
Apakah kelompok
sasaran mendapat rnanfaat
dari pclaksanann
program ini? 7)
B.
Apakah kerugian yang mereka alami?
Bagi Kelomook Sadar Wjsata: B.J. Kapasitas
I)
Apakah anda tahu mengenai program ini (6 program yang dianalisis dalam pcnelitian ini)?
2)
Tahu dari mana?
3)
Sebcrapa jauh
anda
tahu rnengenai
program tersebut? Tolong
ceritakan. 4)
Apakah anda tahu apa itu Kelornpok Sadar Wisata (Pokdarwis)?
b
5)
Apakah ada programpenyuluhan mcngenai pariwisata yang dilakukan olch Dinas Pariwisata Kab. Bantul? Kalan ada, berapa kali?
6)
Berapa kali anda pernah mengikutinya'l
7)
Apa saja yang dilakukan dalam program tersebut?
8)
Apakah
anda
rnerasa
pengetahuan
anda
mengenai
pariwisata
rneningkat setelah mengikuti program tersebut?
9)
Apakah ada program pelatihan mcngenai pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kab. Bantul? Kalan ada, berapa kali?
l 0) Berapa kali anda pernah mengikutiuya? 11)
Apa saja yang dilakukan dalam program tersebut?
12) Apakah anda merasa kemarnpuun anda dalam pelaksanaan pekerjaan anda meningkat setelah mengikuti program tersebut? 13) Apakah
ada program pclatihan
mengcnai usaha kerajinan yang
dilakukan oleh Dinas Perindustrian. Pcrdagangan dan Koperasi Kab. Bantul? Kalau ada, berapa kali? l 4) Berapa kali auda pernah rncngjkutinya? l 5) Apa saja yang dilakukandalam program tersebut? 16) Apakah anda merasa kemampuan anda dalam pelaksanaan pekerjaan anda meningkat setelah mengikuti program tersebut?
-
17) Apakah anda tahu bahwa pcmerintah mcnyediakan modal bagi usaha kecil scperri yang anda lakukan? J 8) Tahu dari rnana? 19) Bagairuana cara rnendapatkan modal usaha tersebut?
c
20) Kalau holeh tahu, berapa jumlahnya? 21)
Apakah jumlah terse but memadai?
22) Apakah anda tahu pasar bagi produk anda? 23)
Kalau boleh tahu, berapa omzct dari produk anda yang terjual setiap bulannya?
24) Berapa keuntungan yang anda perolch setiap bulannya? 25) Apakah anda merasa pemerintah membantu pemasaran produk anda? 26) Hagairnana cara mcreka membanru? 27) Apakah anda merasakan manfaat dari program (6 program yang dianalisis dalam penelitian i.ni)? 28) Apa saja manfaatnya, tolong ccritakan. 29) Apakah 11ndn rncrasa ada kerugian dengan adanya program terschur? 30) Apa saja kerugian anda? Tolong ceritakan,
ll.2. Peran I)
Apakeh anda dilibaikan dalam program (6 program yang dianalisis dalam penclluan ini)?
2)
Apa pcran anda dalam program tersebut?
3)
Berapa banyak anggota kelompok anda yang tcrlibat dalam program terscbut?
4)
Apa peran mcreka dalam program tcrsebut?
:)
Siapa
.,,
yang menentukan tugas dan
melaksanakan program tersebut?
d
kewajiban anda dalam
6)
Apakah anda selalu dilibatkan setiap kali ada program seperti ini?
7)
Apakah anggota kelompok anda juga selalu dilibatkan?
8)
Apakah ada konflik dcngan pemerintah maupun pibak lain?
B.3 I nisiatif I)
Apa saran aada tcrhadap program (6 program yang dianalisis dalam pcnelitian ini)?
2)
Apakah anda pernah mcngusulkan suatu saran, mernberi masukan atau mengernukakan gagasan kepada pelaksana program?
3)
Apakah saran, masukan atau gagasan yang anda usulkan terscbut diakomodir oleh pelaksana program?
4)
Apabila tidak. apakah anda akan meagusulkarmya Iagi a tau tidak peduli Iagi?
5)
Apakah bila ada hal-hal yang merugikan, anda berani mengcluh, rneprotes atau menolak?
B.
Bagi LSM. Pakar/Akadcmisi dan Jndusui Pariwisata: Bagaimana pendapat anda mengenai program pemberdayaan masyarakai pada sektor yang dilaksanakan oleh Pemerimah Kab. Bantul?
Catatan: Beberapa pcrtanyaan tersebut berkembang ke arah yang lebih mcndalam sesuai dengan keper.tingan pcnggalian informasi untuk masing-maisng program
atau kegiatan.
e
SllRA
I' l\ETEI{ \l\CANilZ.1'..;
Nomor: 070 I 289 ~lernb:\t:ot Surm
t)Jri
l.)1t~1' K~p111,
Unv Sn'.'llJdfO Palb"l'lbang '-'crw)r 13 Mai.1 ::.10s re '•Ml 1n
P.:.!.:u
:
3 Diizinkan
\ 1.;nt-..·.ri
L>:ila1n
l\cg.~n
~i..\n):JJ'
2SS 2Cil-9 1 1C•PPnooe ljin I'euetitian
9
t:1hun I Q~3
h:nt.ioe,
r.:n~: ...-.a Swu~1 c.ian fl(llc~:iot i)a1:r:111,
Kcput1110:1n ~. lentcri O:ilruu ·~i:g~ri Nemer (• t 1nhur l 9~.~ lenl.tll~ P-.."ropinsi Daeruh \:\r.ut1.."\\:l
kepadn
Hama
SUHARYONO No.r-'hs./NIM
700720110ll
Mhs
Unv.Sriw1jaya Palembang
:udul
"EFEKTil/[TAS lMPl.EMEtfrASI KEBllAKAN PEMBERDAYAAH ~'IASYARAKAT PADA StlATEN BAlffiJL• AAntcr Oiras P1<1', PMD, D1pertahut, Penndakop, Parlwlsata, DPU, dun &ppeua i
waktu
Mulai Tanimat :
13 Maret 2008 s/d 13 Juni 2008
G~<J.L.k~l'lilO i. l'erlel:ih dahutu n>ene1t1J1/melaper kepoda pcJ"waklu-waktu ~pat;la Uda< diperu111 ketentuan·ketentuan terscbut diataS.
1;cn111d•an d.l 1d1'i!P pai;1 pejabal Pemeri'ltah setcmpet CilPdt meml>erillar bootuan sepcrlunfa. Dlkeluarl
~.Il!!Kioal ·r,·n1h.01o}:c. di:..h·1n1 ii..t'nau:t 'th - 1.
2. 3.
~. 5,
6. 7.
Bpk..Dupat1 Am1111f Ka Kantor t..:.®m~J.nnras Ka,,B;.111\u! Ko l'MD. Knb. ljunrul Ka PKP Koh B.nrul Ko Dinus PU Kah l.3.1111 ut Ko. Oip;nahu1 1'~b. na111ul.
9. to.
K.:J Dlnus l~eundLkop Kab U.uu111 Dinus PiU1\\.l$~11~ k;\h. n::u11ul Ka Bopl)<'c.i l.'-b il.,...11[ Yang Bcrsangku1,111
Il
Pet li!")Oal
8.
1':1
Bantu I
: 13 - 03 - 2008
