PROGRAM PEMBERDAYAAN SEKTOR PERKEBUNAN DI DISTRIK WOROPK KABUPATEN BOVEN DIGOEL Oleh : Margaretha Wedan/
Abstrak Sektor perkebunan merupakan sub sektor pertanian yang menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung kegiatan perekonomian di Indonesia. Salah satu sub sektor perkebunan yang cukup besar potensinya dalam perekonomian Indonesia adalah perkebunan karet. Karet merupakan Polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks, karet merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan penghasil devisa sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku idustri dan memberikan lapangan kerja di Indonesia. Pemerintah daerah Kabupaten Boven Digoel melalui dinas perkebunan memberikan salah satu program dimana pemerintah Daerah memberi kebijakan khususnya dalam aspek perkebunan yaitu dengan memberi bibit tanaman dan pupuk serta melakukan penyuluhan namun masih banyak kendala-kendala. Kendala-kendalanya adalah transportasi, jaringan komunikasi, pasar, teknologi dan manajemen. Oleh karena itu, diharapkan kepada pemerintah daerah Kabupaten Boven Digoel agar supaya dapat memperhatikan kendala-kendala yang dihadapi masyarakat lebih khusus masyarakat pengusaha tani. Karena perkebunan karet merupakan salah satu pendapatan bagi masyarakat petani itu sendiri. Kata Kunci : Pemberdayaan, Perkebunan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Negara Indonesia sebagian besar penduduknya adalah petani. Dimana-mana perkebunan sangat penting untuk dimanfaatkan dan dikonsumsi hasil-hasilnya, dan sebagian hasil kebunnya dijual ke pasar-pasar besar bahkan diimpor ke luar negeri. Negara Indonesia termasuk negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah, tanah yang subur, air yang berlimpah dan lain-lain. Pembangunan
ekonomi daerah terutama dalam bidang
perkebunan merupakan bagian dari pembangunan daerah secara men Tak dapat disangkal
bahwa seringkali program yang diluncurkan pemerintah Daerah dalam hal ini pemerintah Daerah Kabupaten Boven Digoel dalam bidang pemberdayaan perekonomian terutama dalam aspek perkebunan memang menunjukkan keberpihakan kepada ekonomi rakyat. Namun, sebagian besar program itu tak berjalan sebagaimana mestinya. Penyebabnya, bisa saja karena salah desain kebijakan, kesalahan dalam mengidentifikasi masalah dan target program sejak awal, kendala-kendala dalam pelaksanaan, dan bahkan sampai kepada kurangnya pengawasan dalam pelaksanaan program tersebut. Masyarakat juga bisa menjadi salah
satu faktor
cenderung menganggap
terkesan
tidak
suksesnya
enggan
pemberdayaan
sebuah program
melibatkan ekonomi
diri
pemberdayaan, yakni
karena
kecurigaan
rakyat sepenuhnya
dengan
berlebihan
dan
adalah tugas pemerintah.
Kelemahan-kelemahan pada program pemberdayaan ekonomi rakyat oleh pemerintah, dapat dilihat dalam contoh program (program pemberdayaan masyarakat dalam sektor perkebunan di Distrik Woropko Kabupaten Boven Digoel), keberpihakan justru lebih banyak diwujudkan dalam bentuk kebijakan populis, hasilnya walaupun program tersebut terlaksana namun tidak berkelanjutan, dikarenakan tidak adanya program penunjang yang mengarah kepada bagian pemasaran atau bagaimana mengelola usaha-usaha yang sebelumnya sudah jalan dan menjadi berkelanjutan. Akibatnya, besarnya dana yang diluncurkan dapat dipastikan belum dapat menjamin bahwa program tersebut dapat membawa perubahan dalam kehidupan perekonomian masyarakat. Program pemberdayaan seharusnya diarahkan pada upaya menyerang langsung titik-titik yang menjadi kelemahan-kelemahan dari dalam pemberdayaan itu sendiri. Umumnya, persoalannya meliputi permodalan, kesulitan akses pasar, bahan baku, dan kesulitan.
Satu jalan yang diambil pemerintah Kabupaten Boven Digoel adalah perencanaan pengembangan ekonomi wilayah. Seperti kita ketahui bersama ekonomi wilayah adalah suatu proses untuk
meningkatkan
bahwa pengembangan
kemakmuran
masyarakat
dalam suatu wilayah dengan mengelola sumber daya alam dan memanfaatkan sumber daya buatan, sumber daya manusia dan tekhnologi untuk menciptakan berbagai peluang dalam
rangka
pemerintah membantu
menghasilkan
barang
dan
merencanakan pengembangan sektor
memanfaatkan
swasta
dan
jasa
yang
ekonomi
bernilai
suatu
masyarakat di dalam
ekonomis. Tujuan
wilayah
wilayah
adalah
tersebut
untuk untuk
peluang-peluang bisnis lokal dan membangun kemampuan agar dapat
memanfaatkan peluang bisnis.
Sektor perkebunan merupakan sub sektor pertanian yang menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung kegiatan perekonomian di Indonesia. Salah satu sub sektor perkebunan yang cukup besar potensinya dalam perekonomian Indonesia adalah perkebunan karet. Karet merupakan Polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks, karet merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan penghasil devisa sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku idustri dan memberikan lapangan kerja di Indonesia. Komoditi karet biasanya diusahakan oleh perkebunan rakyat yang pengolahannya masih bersifat tradisional sehingga kualitas karet masih rendah karena perkebunan karet rakyat masih menggunakan bibit yang biasa dan perawatan yang kurang baik. Maka dari
itu, penulis
sangat tertarik
untuk
meneliti
tentang"Program
Pemberdayaan Sektor Perkebunan di Distrik Woropko Kabupaten Boven Digoel".
B. Perumusan Masalah Sejauhmana pemerintah memberdayakan sektor perkebunan di Distrik Woropko Kabupaten Boven Digoel. C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui program pemberdayaan sektor perkebunan di Distrik Woropko Kabupaten Boven Digoel.
TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep pemberdayaan Dalam konsep pemberdayaan
pemberdayaan
umumnya
menurut
Parsons et.al. menyatakan
dilakukan secara kolektif. Proses pemberdayaan
bahwa yang
menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong
atau memotivasi individu agar
mempunyai
kemampuan
atau
keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. B. Konsep Perkebunan Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat (Pembakauan Statistik Perkebunan, 2007). METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang diinginkan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara
triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi. Sugiono, 2009:15, metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat
induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. B. Fokus Penelitian Adapun yang
menjadi
fokus
penelitian
adalah
tentang
usaha-usaha kerja
pemerintah daerah dalam memberdayakan sektor perekonomian secara khusus di bidang perkebunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 1. Kebijakan pemerintah melalui program pemberdayaan sektor perkebunan 2. Jenis tanaman perkebunan di Distrik Woropko 3. Manfaat perkebunan bagi masyarakat Distrik Woropko C. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Distrik Woropko Kabupaten Boven Digoel. Alasan memilih lokasi ini karena keadaan dimana peneliti merasa perlu melakukan. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini selama dua bulan, mulai dari bulan November 2013 dan berakhir bulan Desember 2013. D. Informan Penelitian Adapun yang menjadi informan (narasumber) dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Distrik Woropko dan Kantor Dinas Perkebunan. E. Teknik Pengumpulan Data Sebagai instrument atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan terbuka dan bersifat menggali lebih dalam pernyataan Informan lewat wawancara. Untuk mendapatkan data yang menunjang, maka dalam penelitian ini digunakan beberapa cara, antara lain : 1. Wawancara (interview). 2. Observasi atau pengamatan langsung wilayah penelitian 3. Studi kepustakaan
4. Pengambilan data sekunder di lokasi penelitian F. Teknik Analisis Data Teknik dan analisis yang relevan adalah Huberman dan
teknik analisis deskritif yang menurut
Miles (dalam Burhan Bungi,2003) yakni
hasil pengumpulan data
di
direksi berupa pengolaan data mulai dari editing, kodding dan tabulation data Serta mencangkup kegiatan mengikthiarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilah-milahkannya kedalam
kesatuan
konsep tertentu/kategori tertentu. Seperangkat
hasil reduksi data juga perlu diorganisasikan kedalam suatu bentuk, pola, kategori dan satuan deskriptif dasar. Secara garis besar, teknik analisis data dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: a. Mereduksi data b. Penyimpulan datas HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Pemerintah Melalui Program Pemberdayaan Perkebunan di Distrik Woropko 1. Penyediaan Bibit dan Pupuk dari Pemerintah Kabupaten Salah satu program yang diberikan pemerintah daerah kepada masyarakat di Distrik Woropko adalah dengan memberikan bibit tanaman/benih tanaman dan pupuk secara gratis untuk masyarakat dapat mengelola dan mengusahakan sendiri untuk memperoleh kebutuhan hidup. Walaupun pemerintah sering memberikan bantuan khususnya bibit tanaman karet dan pupuk, namun masyarakat masih dapat kendala-kendala karena untuk menjual hasil tanaman-tanaman tersebut pemerintah tidak memperhatikan. Tanpa disadari sumber penghasilan penduduk Boven Digoel sebagian besar dari sektor pertanian, yaitu dari subsektor perkebunan, tanaman pangan, peternakan, dan hortikultura. Pertanian merupakan mata pencarian pokok masyarakat karena daerah ini
memang sesuai untuk kegiatan pertanian terutama sub sektor perkebunan (kelapa sawit, karet dan
padi ladang). Dari sektor perkebunan menunjukkan hasil yang cukup
menggembirakan petani, karena dapat memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pendapatan keluarga. Namun sebagian masyarakat yang tidak terlibat dalam kegiatan perkebunan, kehidupannya sangat memprihatinkan, karena keterbatasan sumber daya yang mereka miliki, antara lain: modal, tingkat pendidikan, dan keterbatasan pengetahuan mereka terhadap pemasaran produk pertanian. Dari sisi lain juga masih banyaknya daerah terisolir dan terbatasnya sarana transportasi. Hal ini menyebabkan sulitnya masyarakat petani untuk memasarkan produk atau hasil mereka ke luar daerah. 2. Penyuluhan Oleh Petugas Lapangan Pemerintah daerah juga melalui dinas perkebunan melakukan penyuluhan kepada masyarakat di Distrik Woropko untuk dalam rangka cara menanam dan pelatihan-pelatihan lainnya untuk masyarakat pekebun. Selama ini pemerintah melalui dinas terkait sering memberikan penyuluhan kepada masyarakat cara bercocok tanam yang benar, serta pemakain pupuk yang tepat, namun sayangnya seringkali mendapat kendala oleh terbatasnya pupuk serta bibit yang kualitas unggul, sehingga hasil-hasil dari penyuluhan tersebut tidak dapat di praktekan karena tidak ada media untuk mempraktekannya, disamping itu distribusi pupuk dan bibit unggul yang seringkali langka, hal ini diakibatkan belum maksimalnya infrastruktur jalan yang ada di kabupaten Boven Digoel, khususnya akses jalan menuju Distrik Woropko. Sesuai dengan hasil penelitian penulis menemukan bahwa penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah melalui dinas terkait tidak selalu rutin dilaksanakan, begitu pula dengan tenaga penyuluh, yang selalu berganti-ganti, sehingga pelajaran yang diterima oleh masyarakat tidak bersifat kontinu, disebabkan oleh keinginan tenaga penyuluh untuk memberikan materi sesuai dengan keinginannya.
B. Jenis-Jenis Tanaman Perkebunan di Distrik Woropko
Pengembangan sektor perkebunan diarahkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, perbaikan mutu hasil dan pengembangan agribisnis komoditi perkebunan. Pengembangan sector perkebunan memberikan suatu keuntungan bagi Distrik Woropko Kabupaten Boven Digoel karena letak geografis yang mendukung sepenuhnya dengan program-program yang ditujukan untuk membantu petani serta peningkatan taraf hidup masyarakat setempat. Adapun jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan di Distrik Woropko adalah karet dan kelapa sawit dan merupakan salah satu pendapatan khususnya bagi masyarakat yang petani.
C. Manfaat Perkebunan Karet Bagi Masyarakat Distrik Woropko Dengan adanya perkebunan, masyarakat di Distrik dapat memperoleh kebutuhan hidup termasuk menyekolahkan anak bahkan sampai ke luar negeri. Walaupun hasil dari perkebunan tersebut tidak terlalu banyak, namun mereka tetap bersyukur karena masih bisa memenuhi kebutuhan hidup. Manfaat lain bagi Masyarakat Distrik Woropko adalah memberikan oksigen dan mempercantik lingkungan dimana masyarakat tinggal. PEMBAHASAN Besarnya peranan sektor perkebunan terhadap perekonomian Boven Digoel khususnya di distrik Woropko dapat pula dilihat dari “share”-nya terhadap penyerapan tenaga kerja yang masih sangat signifikan, yaitu sekitar 64,09% dari total rumah tangga masyarakat Boven Digoel hidup sebagai petani pada sektor perkebunan. Kondisi ini didukung oleh ketersediaan sumber daya alam di sektor perkebunan. Dari luas wilayah 518.035 Ha, memiliki potensi bidang perkebunan sebesar ± 336.722 ha atau ± 65%.
Mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Boven Digoel, bahwa salah satu misi yang hendak diemban pemerintah Kabupaten Boven Digoel dalam lima tahun ke depan (2011-2016) adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang masih sangat khas, yang diwarnai oleh masyarakat pertanian, terutama perkebunan. Meskipun memiliki trend yang cendrung menurun, mayoritas masyarakat Kabupaten Boven Digoel masih hidup dari sektor perkebunan termasuk masyarakat di Distrik Woropko. Pada tahun 2010, sekitar 64,09 persen dari total rumah tangga masyarakat Kabupaten Boven Digoel yang hidup sebagai petani perkebunan. Besarnya persentase jumlah penduduk Kabupaten Boven Digoel yang masih hidup dari sektor perkebunan menunjukkan bahwa sektor ini masih merupakan sektor sentral dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu kontribusi sektor perkebunan yang masih cukup besar terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) daerah juga merupakan alasan yang kuat untuk menjadikan revitalisasi perkebunan sebagai salah satu prioritas pembangunan dalam rangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Boven Digoel, khususnya masyarakat distrik Woropko.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan meta masalah (masalah di atas segala masalah), sehingga untuk mengatasinya harus terlebih dahulu menyelesaikan seluruh masalah pada tingkat di bawahnya (low level problem), seperti masalah kesehatan, pendidikan, ketersediaan pangan dan nutrisi, air bersih dan sanitasi, akses permodalan, ketersediaan infrastuktur, dampak perubahan cuaca dan bencana alam, konflik dan kekerasan, stabilitas keamanan, korupsi, bad governance yang mengakibatkan misalokasi sumber daya alam dan ketidak-adilan sosial, kepemilikan aset produksi, nilai tukar petani/nelayan, angka kelahiran yang tinggi, pengelolaan fiskal dan moneter, hingga bad corporate governance yang menyebabkan bubble economy dan krisis keuangan.
Strategi Pemerintah Kabupaten Boven Digoel adalah dengan menerapkan strategi empat ( 4) jalur yaitu : 1. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan 2. Perluasan kesempatan kerja 3. Pengurangan tingkat kemiskinan 4. Menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan dengan menekan pada kelestarian lingkungan Melalui strategi tersebut diharapkan persoalan kesenjangan juga dapat semakin dikurangi. Strategi Pemerintah Kabupaten Boven Digoel dalam mengurangi kemiskinan difokuskan melalui 3 klaster program penanggulangan kemiskinan, yaitu: 1. Program bantuan dan perlindungan sosial terpadu berbasis keluarga, yang bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin, dan perbaikan kualitas hidup keluarga miskin. Program utamanya adalah Beras Miskin (Raskin), Jamkesmas, Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan Bantuan Siswa Miskin (BSM). 2. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat melalui program PNPM Mandiri yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat
kapasitas
kelompok
masyarakat
miskin
untuk
terlibat
dalam
pembangunan, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat melalui usaha dan bekerja bersama untuk mencapai keberdayaan dan kemandirian dengan sasaran kelompok masyarakat/distrik miskin. 3. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil (UMK) yang bertujuan untuk membuka dan memberikan akses permodalan
dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tanaman yang diusahakan di Distrik Woropko adalah tanaman karet dan kelapa sawit karena tanahnya yang subur dan cocok untuk tanaman-tanaman tersebut. Perkebunan karet di Distrik Woropko merupakan tombak bagi masyarakat petani karena dengan adanya perkebunan maka masyarakat bisa memperoleh kebutuhan hidup dengan menjual hasil-hasil kebun walapun hasilnya tidak begitu banyak.
PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa : 1. Program pemberdayaan pada sektor perkebunan di Distrik Woropko Kabupaten Boven Digoel dalam meningkatkan taraf hidup kesejahteraan masyarakat berjalan lancar namun masih banyak kendala-kendala dan kekurangan-kekurangan karena
masih kurangnya pemahaman terhadap
pengolahan perkebunan, transportasi, infrastruktur jalan, telekomunikasi, modal, manajemen, dan bahkan hasil untuk menjual atau pasar. 2. Pemerintah daerah melalui dinas terkait (Dinas Perkebunan) dalam rangka meningkatkatkan kesejahteraan masyarakat dalam usaha perkebunan karet di Distrik Woropko, yaitu : a. Penyuluhan secara langsung yang disampaikan oleh petugas lapangan b. Pelatihan c. Pemberian bibit tanaman/bibit benih karet dan Pupuk d. Meningkatkan kesadaran masyarakat betapa pentingnya perkebunan karet untuk kebutuhan hidup
B.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat memberikan beberapa saran yang
dapat dijadikan sebagai masukan, yang diantaranya sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan dan mempertahankan perkebunan karet, maka diperlukan suatu pembinaan dan motivasi kepada masyarakat dan perhatian khusus dari pemerintah daerah. 2. Dalam rangka mencapai tujuan tentunya diharapkan lebih ditingkatkan lagi peran serta pemerintah dalam upaya memberikan pengaruh kepada masyarakat agar masyarakat semakin menyadari akan apa yang menjadi tanggung jawab demi kesejahteraan masyarakat itu sendiri. 3. Salah satu usaha masyarakat yang ada di Distrik Woropko adalah perkebunan karet, maka pemerintah daerah wajib memperhatikan hal tersebut dengan melihat insfrastruktur jalan, pasar dan lainnya yang menjadi kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA Bungi Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajagrafindo Persada Jhingan. M. L. 1994. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. diterjemahkan oleh D. Guritno. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Kartasasmita Ginanjar.1996. Kebijakan dan Pembangunan Sosial. Malang Fakultas I1mu Administrasi, Universitas Brawijaya Koentjaraningrat.1977. Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta Gramedia Mardalis Drs. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara Moekijat. 1995. Analisis Kebijakan Publik. Bandung : Mandar Maju Risyanti Riza Roesmidi. H. 2006. Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang ALQAPRINT JATINANGOR Sukino. S. PKP MM. 2013. Membangun Pertanian dengan Pemberdayaan Masyarakat Tani,Yogyakarta Sukirno Sadono. 2004. Pengantar Teori Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta : PT Grafindo Persada Suharto Edi. (1997). Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran. Bandung: LSP-STKS Suharto Edi . (2009). Kemiskinan & Perlindungan sosial di Indonesia. Bandung: Alfabeta Suharto Edi. (2010). Membangun masyarakat memberdayakan rakyat. Bandung: Refika Aditama
Undang – undang No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah sampling-dalam-penelitian.html (20-01-2011) Undang-undang Dasar 1945 pasal 29 Http://www.google.com