EFEKTIVITAS VARIETY SHOW PROGRAM KELUARGA BERENCANA MELALUI MEDIA TELEVISI
DAMAYANTI
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakanbahwa tesis“Efektivitas Varietyshow Program Keluarga Berencana Melalui Media Televisi”adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimibing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2012
Damayanti NIM I352100141
ABSTRACT DAMAYANTI.The Effectiveness of varietyshow family planning television program.Under direction of AMIRUDDIN SALEH as chairman advisory committee and RICHARD W.E. LUMINTANG as member.
The study intended to determine and analyze the effectiveness of variety show family planning television program among teenagers. The variables were communicator characteristics, message, media and communican aspects. Those aspec were analyzed partially and simultaneously. the study was located at SMAN 4 Depok, West Java, during April 2012. The study was designed by using quasi-experimental method with explanative correlations. Sampling method was simple random method.Respondens was totally 80 students, devided into two groups: 40 students as a control group, and 40 students was treated. Data was analyze by descriptive frequency, Path analysis, t test, and Kendall’s tau b correlation. Result study indicated the program was highly effective. The treated group indicated more aware about family planning program than the control group was. The treated group has more averaged cognitive, affective and conative level than the control group. Meanwhile the communicator characteristics, messages, media and communicant aspect explained the program was more effective for teens, as well as the content, media and communicants aspects. In case of communicans aspect, merely the message influenced. Keywords: effectiveness, varietyshow, family planning television program
RINGKASAN DAMAYANTI. Efektivitas Varietyshow Program Keluarga Berencana melalui Televisidibimbing
oleh
AMIRUDDIN
SALEH
dan
RICHARD
W.E.
LUMINTANG.
Dalam usaha menanggulangi ledakan penduduk di masa mendatang, Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencanangkan program Keluarga Berencana yang ditujukan bagi kalangan remaja. Hal ini dikarenakan pada tahun 2000an program ini sempat terabaikan sehingga terjadi penggelembungan jumlah penduduk pada usia tersebut. Karenanya dibutuhkan penyampaian pesan agar kalangan remaja dapat ikut berpartisipasi dalam menyukseskan program Keluarga Berencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas varietyshow program KB melalui televisi di kalangan remaja. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Depok, pada bulan April 2012.Disain penelitian berupa quasi-experimental dengan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer.Pengambilan contoh dilakukan dengan teknik acak sederhana (simple random sampling) dengan membagi dua kelas yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan jumlah 40 siswa tergabung dalam kelompok eksperimen dan 40 siswa tergabung dalam kelompok kontrol. Data di analisis secara deskriptif berupa distribusi frekuensi dan analisis inferensial, untuk melihat sejauhmana situasi peubah dilihat dari peubah lainnya. Analisis inferensial dilakukan dengan uji statistik untuk menjelaskan secara logis keterkaitan dan pengaruh antar peubah tersebut melalui analisis path, uji t, dan korelasi Tau B-Kendall dengan program SPSS 17,0 for windows. Hasil
penelitian
secara
deskriptif
menunjukkan
bahwa
efektivitas
varietyshowprogram KB efektif sebagai sarana dalam menyampaikan program KB yang ditujukan bagi remaja dalam hal ini adalah siswa SMAN 4 Depok.Dari segi pengetahuan, efektif.Dari segi afektif atau sikap dan nilai responden setelah memperoleh tayangan berupa varietyshow,efektif.Dari segi konatif atau upaya atau tekad untuk melakukan setelah memperoleh tayangan, efektif.Kelompok eksperimen memiliki pengetahuan lebih banyak yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol.Terdapat perbedaansangat nyata rata-rata kognitif, afektif,
konatif, dan efektivitas secara keseluruhan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen sesudah perlakuan.Kelompok eksperimen memiliki tidak saja pengetahuan (kognitif) tetapi juga memiliki sikap dan nilai (afektif) dan keinginan untuk melakukan program KB (konatif) yang lebih banyak daripada kelompok kontrol. Karakteristik komunikator, isi pesan, media dan aspek komunikan berpengaruh nyata terhadap efektivitas varietyshow program KB. Pesan, media dan, aspek komunikan memperlihatkan pengaruh yangsangat nyata terhadap efektivitas varietyshow program KB.Karakteristikkomunikator kebermaknaannya ditunjukkan
oleh
pengaruh
tidak
langsung
atau
melalui
aspek
komunikan.Karakteristik komunikator, pesan, media dan aspek komunikan secara bersama-sama mempengaruhi efektivitas varietyshow program KB sebesar 20,7 persen. Aspek komunikan menentukan pandangan terhadap efektivitas variety show programKB.Karakteristik komunikator menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata dengan aspek kesesuaian format dan kejelasan sumber.Media memiliki nilai yang rendah dalam menentukan pandangan terhadap aspek komunikan.
©Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan ataumenyebutkan sumbernya.Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
EFEKTIVITAS VARIETYSHOW PROGRAM KELUARGA BERENCANA MELALUI MEDIA TELEVISI
DAMAYANTI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Penguji Luar Komisi: Dr. Ir. Basita Ginting, MA
Judul Tesis : Efektivitas Varietyshow Program Keluarga Berencana Melalui Media Televisi Nama
: Damayanti
NIM
: I352100141
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS Ketua
Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr
Tanggal Ujian: 8 Agustus 2012
Tanggal Lulus:
PRAKATA Alhamdulillahirobbilalamin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Efektivitas Varietyshow Program Keluarga Berencana Melalui Media Televisi” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian Pedesaan (KMP), Sekolah Pascasarjana IPB. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA, selaku anggota komisi pembimbing, karena dengan segala kesabaran, dedikasi dan motivasi dalam memberikan bimbingan telah memberi arahan dan masukan hingga tesis ini dapat penulis selesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Basita Ginting, MA selaku dosen penguji luar, Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai Koordinator Mayor KMP beserta seluruh staf pengajar yang telah memberikan materi dan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Kedua orangtua, Ahmad Masduki dan Fauziah, suami tercinta Bani Saksono, anak-anak tersayang, Kayne Aqilla Maheswari dan Lawdzai Nuzulul Azhfar serta kakak dan adik-adik terkasih, Kinana, Khaerunnisa, Fauzan Hilal dan Adhe Zakir Zia Ahmad yang dengan cinta mereka memberi dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi. Teman seperjuangan yang selalu memberi semangat Maya May Syarah dan seluruh teman-teman di KMP angkatan 2010, Dewi, Ratih, Babe, Ntong, Ine, Om Wije, Alim, Lang Lang, Uki, Eli, Poppy dan Om Jack, terima kasih untuk saling mendukung dan kebersamaan selama dua tahun terakhir dalam menyelesaikan studi di KMP.Terima kasih juga penulis sampaikan kepada instansi BKKBN, MNC TV,SMA Kornita, dan SMAN 4 Depok, berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu serta seluruh staf administrasi program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2012 Damayanti
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Nopember 1969 dari pasangan Bapak Ahmad Masduki dan Ibu Fauziah. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Tahun 1999 penulis menikah dengan Bani Saksono dan telah dikaruniakan putra dan putri yang bernama Kayne Aqilla Maheswari dan Lawdzai Nuzulul Azhfar.Pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas diselesaikan di Jakarta Selatan. Pendidikan Strata 1 ditempuh di Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1996. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Magister pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Institut Pertanian Bogor. Penulis adalah salah satu staf pengajar pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.Tahun 2004 penulis bekerja sebagai staf pengajar di Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika Jakarta. Sebelumnya penulis bekerja sebagai wartawan dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2004 diantaranya pada Majalah Ekonomi Bulanan Info Bisnis, Tabloid Berita Mingguan Adil, Majalah Kesehatan Bulanan Nirmala serta bersama teman-teman penulis juga sempat mengelola majalah internal Puspom ABRI dan Kementerian Pemuda dan Olah Raga.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL …………….…………………………………………..……….
vi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….…………..
vii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………..……………...
viii
PENDAHULUAN …………………………………………………….…...………. Latar Belakang …………..…………..…………………………………….. . Identifikasi Masalah ……………………………………………………….. . Perumusan Masalah ………………………………………………………. . Tujuan Penelitian …………………………………………………………… Manfaat Penelitian …………………………………………………………. ..
1 1 4 4 5 5
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………… .. Komunikasi Massa ………………………………………………………… .. Proses Komunikasi Massa ……………………………………………….. .. Fungsi Komunikasi Massa ………………………………………………… .. Komunikator Komunikasi Massa …………………………………………. .. Efek Komunikasi Massa …………………………………………………… .. Media Audio Visual …………………………………………………………. Efektivitas Komunikasi ……………………………………………………… Khalayak Sasaran Media Televisi …………………………………………. Program Keluarga Berencana ……………………………………………..
7 7 8 9 11 12 13 18 20 23
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ………................... 27 Kerangka Pemikiran …………………………………………………….….. 27 Hipotesis Penelitian ………………………………………………………....30 Metode Penelitian …………………………………………………………... 31 Desain Penelitian ………………………………………………………....... 31 Populasi dan sampel …………………………………………………….….. 33 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………….………….…. 34 Data dan Instrumentasi …………………………………………………….. 34 Definisi Operasional …………………………………………………………36 Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi …………………………………… 38 Pengumpulan Data ……………………………………………………….… 39 Pengolahan dan Analisis Data ……………………………….………….... 41 PEMBAHASAN …………………………………………………………………..…. 43 Gambaran Umum ………………………………………………………….… 43 Keterbatasan penelitian ..……………………………………………………. 49 Efektivitas Variety Show Program KB...…………………...……………….. 50
Efektivitas Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Sebelum dan Sesudah Perlakuan …………………………………………………… 51 Faktor-faktor Elemen Komunikasi yang Berpengaruh dan Aspekaspek Komunikan dengan Efektivitas Varietyshow Program KB……... 53 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas ………………….. 57 Hubungan Aspek Komunikan dengan Efektivitas Varietyshow Program KB …………………………………………………………………62 Hubungan Karakteristik Komunikator, Isi Pesan dan Media dengan Aspek Komunikan Varietyshow Program KB .………………….58 KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………….…….. 73 Kesimpulan ………………………………………………………………….. 73 Saran ………………………………………………………………………… 73 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………...................................75 LAMPIRAN ………………………………………………...................................... 79
DAFTAR TABEL
Halaman 1.
Perbedaan metode eksperimen sungguhan dan semu ……………………. 31
2.
Rataan skor efektivitas varietyshow program KB(setelah perlakuan)…………………….…………………………………………………50
3.
Efektivitas varietyshow program KB sebelum(pretest) dansesudah perlakuan (posttest)……………………………………………………………. 52
4.
Faktor-faktor elemen komunikasi yang berpengaruh dan aspekaspek komunikan dengan efektivitas vareityshow program KB ….….…… 54
5.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas varietyshow Program KB …………………………………………………………….………. 58
6.
Hubungan aspek komunikan dengan efektivitas varietyshow Program KB ……………………………………………………………………
63
7.
Hubungan karakteristik komunikator dengan aspek komunikan..…………. 65
8.
Hubungan isi pesan dengan aspek komunikan ……………………..……... 68
9.
Hubungan media dengan aspek komunikan……………………………..…. 71
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Formula Lasswell...………………………………………………………..….. 8 2. Kerangka berpikir penelitian eksperimental kemasan pesan variety show program KB………………………………………..……………….…..
29
3. The Nonequivalent control group design………………………………….. 32 4. Tayangan pembuka acaravariety show program KB……………………. 43 5. Penyajian musik pada acara variety show program KB …………………..
43
6. Penyajian drama komedi pada acara variety show program KB ………...
44
7. Iklan BKKBN pada acara variety show program KB ………………………
44
8. Penyajian musik 2 pada acara variety show program KB ……................. 45 9. Narasumber yang diwawancarai secara terpisah …………………………
46
10. Narasumber dari BKKBN dan komisi IX DPR ……………………………..
47
11. Penyajian talk show pada variety show program KB …………………….... 48 12. Bagian penutup pada acara variety show program KB …………………..... 49 13. Model analisis path factor-faktor elemen komunikasi yang berpengaruh dengan efektivitas variety show program KB ………………. 56
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Kuesioner penelitian lapangan ………………………………………………... 81 2. Uji validitas dan reliabilitas……………………………………...………………
89
3. Uji hubungan antar peubah ………………………………………………….... 99 4. Uji beda kelompok kontrol dan eksperimen ………………………………… 109 5. Rekaman video variety show program KB …………………….………….... 113
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Program Keluarga Berencana (KB) yang pada masa orde baru sukses dilaksanakan, pada saat ini justru terabaikan. Hal ini terlihat dari data yang disampaikan Kantor Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang mencatat jumlah penduduk Indonesia 238 juta jiwa. Jumlah ini meleset sekitar empat juta jiwa dari perkiraan sebanyak 234 juta jiwa. mengingatkan
Presiden RI dan
sempat
Soesilo Bambang dikutip
beberapa
Yudhoyono selalu media
bahwa
laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia sudah “lampu kuning” (BKKBN, 2011a) Hal tersebut terjadi karena program KB sempat kurang mendapat perhatian mulai tahun 2000-an hingga ke titik nadir yang mengkhawatirkan (BKKBN, 2011b). Selain itu Menurut Kepala Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) BKKBN Adi Wahyudi, “Adanya kebijakan desentralisasi yang mengakibatkan BKKBN tidak bisa berbuat banyak untuk mengatur kependudukan di tingkat daerah.” Menurut data BKKBN dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) 1,49% per tahun, maka pertambahan penduduk setiap tahun sekitar 3-4 juta jiwa atau sekitar 10.000 bayi lahir setiap hari (BKKBN, 2011a). Hal ini berimplikasi tidak hanya pada kuantitas,
namun
juga
kualitas
sumberdaya
manusia.
BKKBN
mencanangkan kembali program KB agar pada tahun berikut pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia dapat dikendalikan. Pertumbuhan laju penduduk tersebut, menurut data BKKBN pada tiga tahun terakhir (tahun 2009 – 2011), jumlah balita lebih kecil dibanding tiga tahun sebelumnya. Hal ini mengisyaratkan proses sosialisasi cukup berhasil untuk menekan jumlah kelahiran, namun terjadi penggelembungan pada usia remaja (BKKBN, 2011b). Hal ini berarti, apabila pada tingkat usia tersebut kurang diberikan sosialisasi mengenai program KB, kemungkinan laju penduduk akan kembali tinggi pada tahun-tahun berikutnya. Hal tersebut akan berimbas pada meningkatnya permasalahan sosial seperti angka pengangguran yang semakin tinggi, kemiskinan, kepadatan penduduk, gizi buruk, perumahan dan kesehatan yang kurang memadai
2
serta rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang nantinya juga akan berimbas pada tingginya angka kriminalitas. Program KB yang dicanangkan BKKBN saat ini, tidak hanya difokuskan pada pasangan usia subur (PUS) namun juga pada generasi mudanya. BKKBN telah mencanangkan program untuk kategori remaja yaitu yang disebut dengan program Genre (Generasi remaja), sasarannya adalah kalangan remaja yang telah memasuki masa akil baligh (mensturasi bagi wanita dan mimpi basah bagi pria) sampai pada usia 24 tahun, dengan tujuan agar mereka mengetahui dan merencanakan keluarga kecil sejahtera. Sosialisasi program KB oleh BKKBN menggunakan komunikasi langsung dan melalui media, yaitu melalui penyuluh di berbagai daerah, dan melalui media massa, baik media massa cetak, elektronik maupun media luar ruang. Media massa cetak yang digunakan melalui berbagai jenis, seperti brosur, leaflet, pamflet, booklet, majalah bulanan Gemari, serta media massa cetak lainnya melalui iklan di surat kabar dan majalah. Media elektronik audio visual yang dilakukan saat ini selain
iklan
komersial, iklan layanan masyarakat, juga info niaga di Indosiar semingu dua kali dan audio visual televisi variety show di MNC TV yang diselenggarakan setiap hari sabtu mulai pukul 07.00 sampai 08.00 WIB, sedangkan media luar ruang yang digunakan berupa poster, baliho, dan billboard. Program KB yang disosialisasikan BKKBN ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai jenis peralatan yang dapat digunakan untuk membatasi kelahiran. Program yang saat ini sedang digencarkan adalah tubektomi dan vasektomi untuk PUS, sementara remaja perlu mengetahui bagaimana merencanakan pernikahan untuk memperoleh keluarga yang terencana dan sejahtera. Di Indonesia, dari segi jenis kelamin, hanya sekitar dua persen lakilaki yang menjadi akseptor keluarga berencana sementara jumlah perempuan lebih banyak yakni sebesar 98%.
Perempuan masih
merupakan akseptor andalan dalam program keluarga berencana, melalui program
vasektomi
berpartisipasi.
diharapkan
banyak
dari
kaum
laki-laki
yang
3
Dari penelitian yang dilakukan oleh BKKBN, keluarga pasangan usia subur yang memiliki banyak anak datang dari keluarga tidak mampu, sementara kesadaran untuk ikut program KB lebih banyak dilakukan oleh keluarga dari kalangan menengah ke atas keluarga mampu). Hal ini perlu mendapat perhatian karena kalangan kelas menengah ke bawah adalah penduduk yang memiliki kesulitan dalam memperoleh akses informasi mengenai program KB. Melihat perkembangan penduduk tiga tahun terakhir, perlu adanya perhatian terhadap perkembangan penduduk dari kalangan remaja. Kalangan remaja menjadi perhatian dan sasaran BKKBN agar dapat menginformasikan perencanaan
mengenai
pemeliharaan
alat
reproduksi
dan
keluarga sejahtera. Salah satu media informasi yang
digunakan adalah melalui media televisi. Hal tersebut berkaitan dengan otonomi yang kini tak lagi dimiliki oleh BKKBN. Sejak diberlakukannya UU No 52 tahun 2009, BKKBN tidak lagi sebagai Badan Koordinasi Keluarga Berencana, namun menjadi Badan Kependudukan Keluarga Berencana. Hal ini menyebabkan BKKBN tidak memiliki otoritas ke daerah-daerah untuk melakukan penyuluhan yang dikoordinasi dari pusat. Menurut Kepala Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) BKKBN Adi Wahyudi, “Pemerintah Daerah melakukan penyuluhan sendiri-sendiri tidak lagi dikoordinasi oleh BKKBN, oleh karena itu jumlah penyuluhpun semakin berkurang.” Tidak seperti pada masa orde baru, BKKBN melakukan koordinasi melalui penyuluh KB sampai ke pelosok daerah. Hal tersebut diperkuat lagi dengan Pepres No 62 tahun 2010 yang menyatakan BKKBN sebagai Badan Kependudukan bukan Badan Koordinasi. Menurut kepala KIE BKKBN, Wahyudi “Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana atau petugas PLKB di mutasi menjadi sekretaris lurah atau pejabat. BKKBN banyak kehilangan petugas penyuluh yang kini hanya satu orang di satu kelurahan bahkan ada yang hanya satu orang di satu kecamatan.” Berkaitan dengan penggunaan media audio visual televisi, menurut Iswarahadi (2009) “Televisi memang mempunyai daya tarik yang luar biasa, karena televisi mempunyai bahasa khusus, yang diarahkan pada perasaan atau emosi manusia dengan teknologi yang canggih dan menarik, televisi mampu mempengaruhi jiwa manusia.”
4
Televisi mampu menyebarkan informasi secara serentak dan ditonton oleh berbagai kalangan. Program acara televisi dirancang sedemikian rupa agar dapat menarik minat penonton. MNC TV adalah salah satu media elektronik yang digandeng BKKBN untuk menyosialisasikan program KB baik untuk kalangan usia PUS maupun Generasi remaja. Khalayak sasaran MNC TV adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah yang sesuai dengan target pasar program keluarga berencana. Hal tersebut yang menjadi salah satu pilihan BKKBN bekerjasama dengan MNC TV untuk menyosialisasikan program KB. Dalam program yang ditayangkan seminggu sekali tersebut, dibuatkan beberapa acara yang digabung dalam satu program yaitu variety show. Selain isi pesan yang disampaikan berkenaan dengan keluarga berencana, format program dibuat beragam seperti talkshow, humor, drama, musik dan lagu.
Menurut Kepala KIE BKKBN, Wahyudi, “Hal
tersebut sengaja divariasikan agar dapat menarik minat penonton. Selain acaranya, penonton akan menikmati sajian musiknya, informasinya maupun pembawa acaranya, semua disiapkan sedemikian rupa agar menarik minat penonton.” Identifikasi Masalah Televisi merupakan salah satu media yang dapat diakses masyarakat untuk memperoleh informasi. Kemudahan mengakses informasi tersebut disebabkan karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memperolehnya. Menurut Silih Agung Wisesa (2006) “Televisi mampu menjangkau banyak orang dalam sebuah komunitas, dan juga mampu menarik minat masyarakat ketimbang media komunikasi yang lain.” Untuk menarik minat penonton, televisi mengemas beragam acara, salah satunya melalui variety show yang mempunyai program bervariasi, dengan menghadirkan pembawa acara, bintang tamu dalam acara talk show, serta hiburan musik dan drama. Menurut Kepala KIE BKKBN Adi Wahyudi, “Presenter yang menyajikan program pembawa acara sengaja dibuat semenarik mungkin, selain itu pesan dikemas sedemikian rupa agar penonton dapat terus menikmati acara tersebut.” Untuk mengetahui bagaimana pesan yang dikemas dalam program variety show tersebut perlu dilakukan penelitian, hal ini penting karena untuk melihat apakah program tersebut dapat diterima oleh masyarakat
5
sebagai salah satu media yang digunakan dalam menyosialisasikan program keluarga berencana. Perumusan Masalah Untuk mengetahui apakah program keluarga berencana melalui media televisi dengan format program variety show efektif, dan telah memenuhi kebutuhan informasi dan harapan pemirsa khususnya generasi remaja, maka dirumuskan permasalahan yang diteliti sebagai berikut: 1. Sejauhmana efektivitas variety show program KB bagi generasi remaja di SMAN 4 Depok? 2. Seberapa besar pengaruh bersama antara faktor-faktor elemen komunikasi dengan efektivitas variety show program KB bagi generasi remaja di SMAN 4 Depok? 3. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap efektivitas variety show program KB bagi generasi remaja di SMAN 4 Depok? 4. Seberapa besar hubungan aspek komunikan dengan efektivitas variety show program KB bagi generasi remaja di SMAN 4 Depok? 5. Seberapa besar hubungan Komunikator, isi pesan dan media dengan aspek komunikan variety show program KB bagi generasi remaja di SMAN 4 Depok? Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui sosialisasi program Keluarga Berencana dengan menggunakan media televisi melalui program acara varietyshow di MNC TV. Secara spesifik bertujuan: 1. Mengidentifikasi efektivitas program KB bagi generasi remaja SMAN 4 Depok dalam menonton acara variety show BKKBN. 2. Menganalisis pengaruh antara faktor-faktor elemen komunikasi dan aspek-aspek komunikan dengan efektivitas variety show program KB bagi generasi remaja SMAN 4 Depok. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada program acara variety show BKKBN terhadap efektivitas program KB bagi generasi remaja SMAN 4 Depok. 4. Menganalisis hubungan aspek komunikan dengan efektivitas variety show program KB bagi generasi remaja SMAN 4 Depok.
6
5. Menganalisis hubungan Komunikator, isi pesan dan media dengan aspek komunikan variety show program KB bagi generasi remaja SMAN 4 Depok. Manfaat Peneltian Dengan adanya tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat: 1. Secara akademik, hasil peneltian ini dapat memberikan kontribusi dalam penelitian
dan
pengembangan
keilmuan
di
bidang
komunikasi,
khususnya bidang sosialisasi program melalui media televisi. 2. Bagi Lembaga BKKBN dan Media Massa Elektronik MNC TV, Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan kepada BKKBN serta MNC TV dalam mengembangkan program variety show BKKBN. 3. Secara umum, penelitian ini dapat menjadi referensi bagi departemen dan instansi serta organisasi terkait di seluruh Indonesia dalam upaya mengembangkan program Keluarga Berencana. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup peneltian ini difokuskan pada bagaimana variety show program KB BKKBN, penyampai pesan, isi pesan dan media yang digunakan dalam menyampaikan program KB terhadap efektivitas variety show program KB BKKBN, selain itu penelitian juga diarahkan untuk melihat keeratan hubungan antara peubah-peubah tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Massa Komunikasi massa diungkapkan secara sederhana, menurut Bittner (Rahmat, 2005b) adalah “Pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.” Definisi tersebut menggambarkan bahwa komunikasi massa adalah pesan yang menggunakan saluran media massa yang ditujukan kepada sejumlah besar orang. Komunikasi massa yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi yang banyak dikenal sebagai media elektronik atau media siaran. Selain itu ada surat kabar dan majalah yang dikenal dengan media cetak. Media lainnya adalah film, dan kini media massa yang kian berkembang pesat adalah media online (Mc Phail, 2009). Pengertian komunikasi massa lainnya yang lebih lengkap dikemukakan oleh ahli komunikasi Gebner (1967). Menurut beliau, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Maletzke (Rahmat, 2005b) menghimpun banyak definisi mengenai pengertian komunikasi massa yang berkaitan dengan komunikasi melalui media massa yakni: 1. Komunikasi massa diartikan, bahwa setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media, penyebaran teknis secara tidak langsung, dan satu arah pada publik yang tersebar (Vermittelt warden Maletzke). 2. Komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dan berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama untuk semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Freidsow). 3. Bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut; diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung bergerak dalam organisasi yang kompleks melibatkan biaya besar (wright).
8
Dari definisi di atas dapat terlihat bahwa komunikasi massa melibatkan audiens dalam jumlah yang besar tidak saling mengenal dan pesan yang disampaikan diterima oleh khalayak sasaran dalam waktu serentak dengan menggunakan alat-alat khusus dalam hal ini media massa. Adapun Husaini (2002) mengemukakan, komunikasi secara paradigmatik, didefinisikan sebagai proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media. Proses Komunikasi Massa Schramm (Ardianto et al., 2009) mengatakan, untuk berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi minimal diperlukan tiga komponen yaitu: source, message dan destination, atau komunikator, pesan, dan tujuan berkomunikasi. Lasswell (Ardianto & Erdinaya, 2006) seorang ahli politik di Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa) dan with what effect (dengan efek apa?). Lasswell sendiri menggunakan formula ini dengan tujuan untuk membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini: WHO
SAYS WHAT
IN WHICH
TO WHOM
WITH WHAT
CHANNEL Siapa
Berkata apa
Melalui saluran
EFFECT Kepada siapa
Dengan Efek
apa
Apa
Komunnikator
Pesan
Media
Penerima
Efek
Control
Analisis Pesan
Analisis Media
Analisis
Analisis Efek
Studies
Khalayak
Gambar 1. Formula Lasswell (Ardianto & Erdinaya, 2006) Dengan mengikuti Formula Lasswell dapat dipahami bahwa dalam proses komunikasi massa terdapat lima unsur yang disebut komponen atau unsur dalam proses komunikasi, yaitu:
9
a. Who (siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. b. Says What (apa yang dikatakan): pertanyaan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan dan sikap, yang erat kaitannya dengan masalah analisis pesan. c. In Which Channel (melalui saluran apa): Media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi. d. To Whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut diajukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan adanya analisis khalayak (audience analysis). e. With What Effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju. Berkaitan dengan analisis efek (Ardianto & Erdinaya, 2006). Menurut Husaini (2002) setiap proses komunikasi melibatkan sejumlah komponen: (1) komunikator (penyampai pesan), (2) pesan (pernyataan yang didukung oleh lambang), (3) komunikan (penerima pesan), (4) media (sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh atau banyak), (5) efek (dampak sebagai pengaruh dari pesan). Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (Ardianto & Erdinaya, 2006) terdiri dari survilance (pengawasan), interpretation (penafsiran), lingkage
(keterkaitan),
transmission
of
values
(penyebaran
nilai)
dan
entertainment (hiburan): a. Surveillance (pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama (1) warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); (2) instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, atau serangan militer. Sebuah stasiun televisi mengelola
program
untuk
menayangkan
sebuah
peringatan
atau
menayangkannya dalam jangka panjang. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam
10
kehidupan sehari-hari. Contoh pengawasan instrumental: Berita tentang film yang sedang dimainkan di bioskop, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep masakan dan sebagainya. b. Interpretation (Penafsiran) Media massa tidak saja memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran tidak terbatas pada tajuk rencana. Rubrik artikel yang disajikan pun memberikan analisis kasus di belakang peristiwa yang menjadi berita utama, misalnya tentang kebijakan pemerintah, pemilihan umum dan lainnya. Selain surat kabar, radio siaran, televisi pun memiliki fungsi penafsiran, seperti tayangan acara derap hukum di SCTV, dan tayangan penafsiran sejenis lainnya. Tujuan penafsiran media adalah, ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antar personal atau komunikasi kelompok. c. Linkage (Pertalian) Media massa menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Contoh kasus di Indonesia adalah kasus Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sebelumnya menjabat Menko Polkam dalam jajaran Kabinet Gotong-Royong Presiden Megawati Soekarnoputri. Ketika beliau jarang diajak rapat kabinet dan kemungkinan mengundurkan diri, maka tayangan beritanya di televisi, radio siaran dan surat kabar telah menaikkan pamor Partai Demokrat yang mencalonkan SBY sebagai Presiden. d. Transmission of Values (Penyebaran nilai-nilai) Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Televisi sangat berpotensi untuk terjadinya sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anak muda, terutama anak-anak yang telah melampaui usia 16 tahun, yang banyak menghabiskan waktunya menonton televisi dibanding kegiatan lainnya.
11
e. Entertainment Sulit dibantah lagi bahwa kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap harinya merupakan tayangan hiburan. Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak. Dengan membaca berita-berita ringan, atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali. Komunikator Komunikasi Massa Proses komunikasi massa diawali oleh komunikator (communicator). Komunikator komunikasi massa pada media cetak adalah para pengisi rubrik, reporter, redaktur, pemasang iklan, dan lain-lain. Pada media elektronik, komunikatornya adalah para pengisi program, pemasok program (rumah produksi),
penulis naskah,
produser,
aktor, presenter,
personel teknik,
perusahaan periklanan, dan lain-lain (Hiebert et al., 1975). Komunikator dalam media massa berbeda dengan komunikator dalam komunikasi antarpersona. Pengirim pesan dalam komunikasi massa bukan seorang individu melainkan suatu institusi, gabungan dari berbagai pihak yang ada pada media televisi tersebut (Ardianto et al., 2009). Menurut Effendy (2000), Komunikator pada media massa diklasifikasikan sebagai komunikator kolektif (collective communicator) dan komunikator individual (individual communicator). Pembaca berita, penyiar acara, reporter olah raga, atau reporter peristiwa adalah komunikator kolektif; sedangkan orangorang di luar crew yang muncul di layar televisi seperti penceramah –apakah itu mengenai agama, bahasa, psikologi, kesehatan, dan aspek-aspek kehidupan lainnya yang setiap malam atau hari Minggu muncul di layar televisi– adalah komunikator individual, meskipun ada di antaranya yang muncul membawakan lembaganya. Hovland dan Weis (Ardianto et al., 2009) menyebut ethos (karakter komunikator menurut Aristoteles) sebagai credibility yang terdiri dari dua unsur yakni expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya). Bila media massa ingin menampilkan kolom atau narasumber dalam acara talkshow tentang politik, tentu dia akan memilih pakar politik. Unsur lain dalam persyaratan menjadi komunikator yaitu acceptability. Di sini masalahnya adalah penerimaan komunikan terhadap komunikator tidak melulu masalah keahlian tetapi juga
12
menyangkut karakter komunikator yang jujur, tulus, tidak kontroversial, baik dalam bersikap maupun dalam mengemukakan pernyataan-pernyataannya (Ardianto et al., 2009).
Efek Komunikasi Massa Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media pada kita. Kita ingin tahu bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita inilah yang disebut sebagai efek komunikasi massa (Rakhmat, 2005b). Menurut Robert (Schramm & Roberts, 1977) Efek adalah “perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa.” Fokusnya pada pesan, maka efek haruslah berkatian dengan pesan yang disampaikan media massa. Dampak yang ditimbulkan oleh proses komunikasi dapat diklasifikasikan menurut kadarnya: (1) dampak kognitif, yaitu perubahan pada intelektualitas komunikan (bertambahnya pengetahuan), (2) dampak afektif, yaitu lebih tinggi dari dampak kognitif. Tujuan dari komunikator bukan hanya membuat tahu komunikan, tetapi menggerakkan hati/perasaan; komunikan diharapkan menjadi iba, sedih, gembira, marah dan sebagainya, (3) dampak behavioral, yaitu perubahan tingkah laku pada komunikan (Husaini, 2002). Menurut Rakhmat (2005b), Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, data dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Efek afektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi polapola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Marlina Lina, et al.,(2009) dengan judul penelitian “Perbandingan Efektivitas Media Cetak (Folder dan PosterKalender) dan Penyajian Tanaman Zodia terhadap Peningkatan Pengetahuan Masyarakat,” menemukan, bahwa (1) efektivitas media dapat ditingkatkan melalui penggunaan media fisik; (2) peningkatan pengetahuan sangat efektif melalui kombinasi media; (3) media poster-kalender yang disertai tanaman Zodia tidak terbukti memiliki pengaruh yang paling tinggi terhadap peningkatan
13
pengetahuan masyarakat; (4) umur, pendidikan dan pendapatan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat; (5) sifat inovasi sangat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat. Dalam
penelitian
tersebut
mengungkapkan
bahwa,
menggunakan
kombinasi media sangat efektif dalam peningkatan pengetahuan Masyarakat terhadap tanaman zodia, demikian juga dengan sifat inovasi yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan. Dari segi aspek komunikan, umur, pendidikan dan pendapatan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan. Sebuah komunikasi dikatakan efektif, apabila menghasilkan efek-efek atau perubahan yang sebagaimana diinginkan oleh sumber. Bisa dikatakan, efek komunikasi menjadi indikator atau tolok ukur keberhasilan komunikasi (Effendy, 2003). Adapun efek dari komunikasi adalah: a. Efek kognitif: efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, kepercayaan atau informasi. Dengan kata lain, khalayak yang dari semula tidak tahu menjadi tahu. b. Efek afektif; efek ini mengarah pada perasaan setelah mengkonsumsi media. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai. c. Efek konatif (behavioral): efek ini bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, dan usaha yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati. Efek ini baru muncul setelah efek kognitif dan efek afektif terjadi dalam diri khalayak.
Media Audio Visual Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Hubeis (2007) mengenai tingkat pengetahuan petani melalui media audio-visual video. Unsur visual, audio, materi, dan penggunaan waktu dalam penayangan penggunaan pupuk agrodyke melalui video sangat berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan petani. Artinya, unsur-unsur dalam penggunaan video tersebut memberikan dampak kognitif terhadap petani. Audio visual yang dilakukan melalui media video tersebut dikemas sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan petani. Berbeda dengan audio-visual video yang ditayangkan oleh BKKBN mengenai program KB melalui media televisi. Meski sama-sama menggunakan media audio visual, media televisi adalah media massa yang sasarannya heterogen sehingga kebutuhan terhadap media televisi akan berbeda dengan media audio-
14
visual video. Dibandingkan dengan media massa lainnya, Televisi mempunyai kelebihan
yaitu
bersifat
audio
visual
(didengar
dan
dilihat),
dapat
menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi ke setiap rumah para pemirsa dimanapun mereka berada (Ardianto & Erdinaya, 2006). Televisi menurut Effendy (1993) merupakan media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara. Baik melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Sebanyak 99% orang Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari (Agee et al., 2001). Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi mempunyai daya tarik yang kuat tidak perlu dijelaskan lagi, karena televisi mempunyai unsur kata-kata, musik, sound effect serta unsur visual berupa
gambar.
Gambar
ini
merupakan
gambar
hidup
yang
mampu
menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Salah satu sifat siaran televisi adalah langsung, tidak berbelit-belit. Keistimewaan yang dimiliki televisi ini menyebabkan televisi dianggap lebih efektif dalam penyampaian pesan kepada khalayak. Aktivitas dalam penyampaian pesan tersebut terlihat pada keberadaan televisi dalam menjalankan fungsinya dengan baik sebagai media komunikasi massa. Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto et al., 2009). Mengenai unsur hiburan, Penelitian yang juga pernah dilakukan oleh Bunna Agustina Tandi dengan judul penelitian “Desain media komunikasi untuk pendidikan konservasi berdasarkan preferensi masyarakat dan efeknya terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di kawasan Lindung
15
Sungai Lesan, Berau, Kalimantan Timur”. Tesis Institut Pertanian Bogor tahun 2010, menyatakan bahwa, lebih efektif menyampaikan media bersifat visual dan menghibur seperti poster dan lagu untuk masyarakat kampung, sedangkan untuk masyarakat perkotaan lebih menyukai mendapat informasi melalui media massa (radio, televisi dan sebagainya). Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan preferensi masyarakat dalam memilih media untuk menyampaikan informasi. Dari peneliltian terlihat bahwa, masyarakat yang belum terjangkau oleh media masa seperti masyarakat kampung menyukai media yang bersifat menghibur. Unsur hiburan merupakan hal yang penting dalam menyampaikan informasi. Ditinjau dari stimulasi alat indera, televisi memiliki tiga karakteristik, yaitu: 1. Audio-visual: Televisi dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audio-visual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik, dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-kata. 2. Berpikir dalam gambar: Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam
gambar.
Pertama,
adalah
visualisasi
(visualization),
yakni
menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara
individual.
Dalam
menunjukkan obyek-obyek
proses
visualisasi,
pengarah
acara
harus
tertentu menjadi gambar yang jelas dan
menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Kedua, penggambaran,
yakni
kegiatan
merangkai
gambar-gambar
individual
sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoperasian lebih kompleks: Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan
yang
digunakannya
pun
lebih
banyak
dan
untuk
mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih (Ardianto & Erdinaya, 2006). Pesan yang disampaikan media televisi memerlukan pertimbanganpertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan itu adalah sebagai berikut (Ardianto & Erdinaya, 2006): 1. Pemirsa: Individu yang menggunakan media massa elektronik dalam memenuhi suatu tujuan tertentu. Jadi, setiap acara yang ditayangkan benarbenar berdasarkan kebutuhan pemirsa, bukan acara yang dijejalkan.
16
2. Waktu: Menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan, agar setiap acara yang ditayangkan secara proposional dapat diterima oleh khalayak sasaran. 3. Durasi: Berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat. 4. Metode penyajian: Telah kita ketahui bahwa fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Dengan mengemas pesan sedemikian rupa, yakni menggunakan metode penyajian tertentu dimana pesan non hiburan dapat mengandung unsur hiburan. Pada umumnya pesan yang mengandung non hiburan kurang diminati pemirsa. Salah satu cara yang dapat digunakan media massa televisi adalah dengan memanfaatkan kemampuan elektronik yang tepat, dan karya artistik yang baik, memungkinkan penyajian tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi penontonnya. Program Televisi Untuk memperoleh perhatian dari pemirsanya, stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan beragam jenisnya. Pada dasarnya, apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audien serta tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Salah satu penelitian yang pernah dilakukan mengenai penayangan tersebut adalah “Pengaruh Tayangan Sinetron Religius terhadap Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah (di Desa Kedung Jaya dan Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon), Tesis, Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 yang dilakukan oleh Nurfalah Farida. Penelitian ini menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pola menonton tayangan sinetron religius dan akan mempengaruhi perilaku menonton. Faktor-faktor yang diteliti adalah karakteristik ibu rumah tangga, karakteristik tayangan sinetron religius dan kegiatan pendalaman agama. Sementara dari segi tayangan sinetron, variabel yang diteliti, tema cerita, muatan cerita, kualitas acting, tampilan fisik dan kesesuaian jam tayang.
17
Sebuah tayangan, selain tak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku, juga harus memperhatikan unsur-unsur lain seperti tema cerita, muatan cerita, acting, tampilan fisik dan kesesuaian jam tayang. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: 1) Program informasi (berita) dan 2) Program Hiburan (entertaintment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip dan opini. Soft news juga dapat berbentuk perbincangan (talk show) (Pane, 2003). Talk show adalah sebuah pertunjukkan yang dipusatkan pada wawancarawawancara, dan yang lainnya diselingi dengan penampilan penyanyi atau pelawak (comedian). Namun, wawancara tetap menjadi sentral dalam talk show dengan segala tipenya (Pane, 2003). Menurut Darmanto (1998), talk show adalah acara perbincangan dengan tukar menukar pendapat, dimana pemimpin acara dapat mengatur dan bertindak mengambil peran aktif tanpa menarik kesimpulan. Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, pemainan (game), musik, pertunjukkan (Morissan, 2005). Program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukkan (Morissan, 2005). Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, musik, dan permainan (Morissan, 2005). Variety show Variety show menurut Bignell (2004) adalah, sebuah program hiburan yang terdiri dari campuran beberapa program seperti drama, komedi dan musik). Dalam variety show diberikan tempat untuk berbagai hal. Karakteristiknya yang terbanyak adalah porsi untuk perbincangan yang topiknya berisi banyak hal, terdiri dari berita, laporan (reportase), komentar,
18
feature, wawancara, drama, dan segala rupa siaran jurnalistik dan model artistik dapat ditemukan dalam acara variety show (Schwarzmeier, 2011). Variety show biasa dimulai dengan pembukaan, yang memperdengarkan lagu pengawal acara, kemudian pembawa acara memberikan penjelasan mengenai topik yang akan disampaikan. Waktu dalam variety show harus benarbenar direncanakan, sehingga program dapat mencakup berbagai peristiwa maupun
kegiatan
yang
telah
direncanakan
masing-masing
waktunya
(Schwarzmeier, 2011).
Efektivitas Komunikasi Efektivitas menurut Umar (2000) adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat. Untuk efektivitas program televisi, Chu dan Schramm (2004) mengatakan, efektivitas televisi telah didemonstrasikan dengan baik oleh hampir lebih dari 100 eksperimen. Kebanyakan hasil laporannya bertumpu pada apa yang kita kenal dengan “kondisi favorit” dari apa yang dipelajari dari televisi dan lebih spesifik lagi adalah yang kondisinya lebih disukai dari yang lainnya. Jadi efektivitas menurut Chu dan Schramm (2004) adalah suatu kondisi dimana program siaran tersebut lebih disukai dari program lainnya. Menurut Wiloto (2006) komunikasi efektif bisa pula direalisasikan dengan menjalin intimate relationship, sehingga memunculkan rasa saling percaya tanpa pamrih. Sikap saling percaya ini mutlak dibutuhkan, ketika persaingan untuk mencari dukungan terjadi dengan amat ketat seperti sekarang. Efektivitas komunikasi juga dapat dijalankan dengan memilih strategi komunikasi yang sesuai dengan target audience yang akan diraih (Wiloto, 2006). Adapun
Hardjana
(2000),
mengungkapkan,
Efektivitas
komunikasi
didefinisikan sebagai berikut: a) Penerima/pemakai: antara penerima pesan dengan penerima yang dituju, penerima pesan merupakan obyek yang diharapkan untuk menerima pesan tersebut. b) Isi: antara yang diterima atau tersalur dengan yang dimaksudkan, isi pesan yang diterima memang sesuai dengan yang dimaksud oleh pengirim pesan. c) Ketepatan waktu: sesuai jadwal atau menyimpang jadwal, pesan yang dimaksudkan sampai kepada penerima pesan tepat pada waktunya. Artinya, penyampaian pesan tersebut sesuai dengan kondisi dan situasi.
19
d) Media: antara saluran yang digunakan dengan saluran yang dimaksud. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan sesuai dengan kebutuhan dan diharapkan oleh pengirim pesan dan penerima pesan. e) Format: antara struktur yang diterima dengan yang dikirim, terdapat kesesuaian format acara yang dimaksudkan oleh pengirim dan penerima. f) Sumber: antara orang yang melakukan dengan yang bertanggung jawab. Artinya ada kejelasan sumber yang dapat dipertanggung-jawabkan sehingga pesan yang disampaikan akurat. Pesan Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yakni isi pesan (The content of message) dan lambang (symbol) untuk mengekspresikannya. Lambang utama pada film dan televisi adalah gambar (Effendy, 2003). Pesan komunikasi massa bersifat umum. Oleh karena itu pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda satu sama lainnya. Di sini dimensi seni tampak sangat berperan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Severin dan Tankard (Ardianto & Erdinaya, 2006) bahwa komunikasi massa adalah sebagian keterampilan (skill), sebagian seni (art) dan sebagian ilmu (science). Tanpa dimensi seni menata pesan, tidak mungkin media surat kabar, majalah, radio siaran, televisi dan film dapat memikat perhatian khalayak yang pada akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap, pandangan, dan perilaku komunikan. Selanjutnya, mengenai bentuk dari isi pesan yang disampaikan media massa oleh Sari (1993) dikategorikan ke dalam tiga bentuk, yaitu berita, penerangan, dan hiburan. Pertama, format berita mencakup informasi tentang jawaban dari pertanyaan yang oleh Wilbur Schramm dengan formula 5W + 1H. Kedua, format penerangan juga mencakup informasi 5W + 1H, namun dengan variasi penyajian yang beragam dengan eksplanasi yang lebih jelas dan memberikan alternatif jawaban bagi permasalahan yang diekspos. Ketiga, format hiburan yang juga mempunyai banyak variasi, secara implisit menyampaikan pesan informasi yang ditata sebegitu rupa sehingga berbentuk hiburan yang berpesan (informative entertainment). Dengan kata lain televisi sebagai media komunikasi massa dituntut untuk dapat menyajikan isi pesan yang sesuai dengan tujuan komunikasi yaitu: informatif
(sifatnya
memberikan
informasi),
eksplanatif
(yang
sifatnya
memberikan penjelasan), edukatif (sifatnya mendidik), serta entertainment atau
20
memberikan hiburan (Wahyudi,1994). Untuk keperluan itulah maka salah satu cara adalah dengan mengemas acara hiburan, tetapi di dalamnya dapat pula disisipkan aspek pendidikan sehingga acara-acaranya menjadi bersifat rekreatif edukatif (Effendy, 1993). Artinya, pesan yang disampaikan tidak hanya bersifat menghibur semata, tapi lebih jauh lagi. Secara implisit menyampaikan pesan informatif ini harus ditata sedemikian rupa, dengan menggabungkan unsur hiburan
dengan
informasi,
sehingga
diharapkan
dapat
menanamkan
pengetahuan, pengertian dan keterampilan bagi penontonnya. Suatu program berdasar pendapat Wilbur Schramm (1977) yaitu apa yang ia katakan sebagai condition of success in communication, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, maka program tersebut dapat dikatakan efektif jika pesannya sesuai dengan kondisi yang dirumuskan Wilbur Schramm sebagai berikut (Schramm & Roberts, 1977): a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. b. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memproleh kebutuhan tersebut. d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memproleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikendaki.
Khalayak Sasaran Media Televisi Audience Audience merupakan kumpulan orang-orang yang bertujuan untuk mendengarkan. Istilah audience berlaku universal dan secara sederhana dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen isinya (McQuail, 1987). Dalam istilah lainnya, audience juga bisa diartikan sebagai khalayak. Audience memiliki karakteristik tersendiri, dengan sifat-sifatnya sebagai berikut: 1. Heterogen Artinya pendengar adalah massa, yaitu sejumlah orang yang sangat banyak. Dengan sifatnya yang heterogen dan terpencar di berbagai tempat yang
21
berbeda. Di samping itu, perbedaan pendengar juga meliputi jenis kelamin, tingkat pendidikan, frame of reference dan field of experience. 2. Pribadi Oleh karena pendengar berada dalam keadaan heterogen, maka isi pesan akan dapat diterima dan dimengerti apabila sifatnya pribadi sesuai dengan situasi dimana pendengar itu berada. 3. Aktif Pendengar televisi aktif, terutama menemui sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi. Mereka akan berpikir dan melakukan interpretasi. 4. Selektif Pendengar dapat dengan leluasa memilih program dan channel televisi yang diminati. Begitu banyak stasiun siaran dengan jenis acara siarannya yang masing-masing berlomba untuk memikat perhatian pendengar. Isi siaran yang tidak memenuhi selera pendengar, sudah tentu akan sia-sia. Mengenai kebiasaan menonton televisi, Penelitian Shanti (2008) mengenai Segmen dan Penilaian Khalayak terhadap Program Komedi di Televisi (Studi Kasus Acara Extravaganza dan Komedi Betawi) mengungkapkan, bahwa tidak semua orang memiliki kebiasaan yang sama dalam menonton televisi. Selain itu juga terdapat faktor-faktor demografi yang mempengaruhi kebiasaan khalayak dalam menikmati televisi, yaitu usia, jenis kelamin, kelas sosial, dan pendidikan. Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa program komedi merupakan acara yang paling banyak diminati. Fine et al., 1990; Zillman and Bryant (Santrock, 2003) mengungkapkan mengenai sebuah penelitian; bahwa perbedaan besar antara individu terdapat pada segala bentuk penggunaan media remaja. Selain perbedaan usia yang telah diutarakan, gender, etnis, status sosialekonomi, dan kecerdasan, semuanya berhubungan dengan jenis media apa yang digunakan, sejauh mana digunakan, dan untuk tujuan apa. Sebagai contoh, remaja putri lebih banyak menonton televisi dan mendegar musik dibandingkan dengan remaja putra; remaja Afrika-Amerika lebih banyak menonton televisi dan mendengar musik dibandingkan remaja kulit putih, dengan remaja putri ArikaAmerika yang paling banyak menonton TV dan mendengar musik (Greenberg, 1998 dalam Santrock, 2003). Remaja yang lebih cerdas dan remaja yang berasal dari keluarga kelas menengah lebih cenderung membaca koran dan majalah berita, dan juga lebih cenderung menonton siaran berita, dibandingkan dengan
22
remaja yang kurang cerdas dan remaja dengan latar belakang pendapatan rendah (Chafee & Yang, 1990 dalam Santrock, 2003). Penelitian lainnya yang pernah dilakukan Napitupului dengan judul penelitian “Efek Tayangan Sulanjana di Megaswara TV dalam Pelestarian Kebudayaan Lokal (kasus Desa Babakan RW. 01 Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor),” Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, tahun 2011, menekankan kepada karakteristik individu dalam menerima tayangan Sulanjana sehingga akan berpengaruh kepada efek yang dihasilkan dari tayangan berdasarkan karakteristik individu. Karakteristik individu tersebut adalah selective attention, selective perception, selective retention, penyesuaian diri, dan motivasi. Dalam penelitian efektivitas variety show program KB melalui media televisi lebih menekankan pada unsur-unsur dalam tayangan yang dapat menarik perhatian pemirsa sehingga memberikan dampak, jadi lebih menekankan bagaimana media membuat sebuah program yang menarik untuk memberi dampak baik itu informasi, edukasi, eksplanasi dan entertainment. Menurut Kuswandi (1996), ada tiga dampak yang ditimbulkan yaitu: a. Dampak Kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan
memahami
acara
yang
ditayangkan
televisi
yang
melahirkan
pengetahuan bagi pemirsa. b. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa seharihari. Generasi Remaja Menurut Sarwono (2002), Pedoman umum batasan usia remaja adalah usia 11 hingga 24 tahun dan belum menikah. Untuk remaja Indonesia terdapat pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak (kriteria fisik). 2. Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).
23
3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity). Tercapainya fase genital dari perkembangan kognitif (Piaget) maupun moral (kriteria psikologik). 4. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/tradisi). Dengan perkataan lain, orang yang sampai batas usia 24 tahun belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologi, masih dapat digolongkan remaja. Golongan ini cukup banyak terdapat di Indonesia. Terutama dari kalangan masyarakat kelas menengah ke atas yang mempersyaratkan berbagai hal (terutama pendidikan setinggitingginya) untuk mencapai kedewasaan. Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan, karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah pada usia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga. Dalam penelitian ini, mendifinisikan remaja dibatasi khusus untuk yang belum menikah.
Program Keluarga Berencana Definisi Keluarga Berencana Keluarga Berencana atau Family Planning menurut WHO “An Expert Committee” (Chandra, 2006) adalah usaha menolong individu atau pasangan antara lain untuk: 1. Mencegah terjadinya kelahiran yang tidak dikehendaki atau sebaliknya bagi pasangan yang menginginkan anak. 2. Mengatur interval waktu kehamilan. 3. Mengontrol waktu kelahiran berhubungan dengan usia orang tua. 4. Menentukan jumlah anak dalam keluarga. Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana Ruang lingkup program Keluarga Berencana yang modern menurut Chandra (2006), tidak hanya sebatas definisi, tetapi juga melaksanakan program sterilisasi, pendidikan seks, screening test, pada kelainan patologis sistem reproduksi, konsultasi sebelum dan sesudah perkawinan, mengajar masyarakat cara meningkatkan ekonomi dan gizi keluarga dan kegiatan lain.
24
Tujuan Program Tujuan
umum
program
Keluarga
Berencana
untuk
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, yang merupakan juga tujuan nasional pada umumnya, dilalui dengan upaya khususnya penurunan tingkat kelahiran untuk menuju suatu norma keluarga kecil, sebagai jembatan meningkatkan kesehatan ibu, anak, anggota keluarga lainnya menuju suatu keluarga atau masyarakat bahagia sejahtera. Secara singkatnya tujuan gerakan Keluarga Berencana adalah - Tujuan kuantitatif adalah untuk menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan pendududuk, dan - Tujuan kualitatif adalah untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Adapun untuk tujuan khusus, program Keluarga Berencana adalah: - Untuk meningkatkan cakupan program, baik dalam arti cakupan luas daerah, maupun cakupan penduduk usia subur yang memakai metoda kontrasepsi. - Meningkatkan kualitas (dalam arti lebih efektif) metoda kontrasepsi yang dipakai dengan demikian akan meningkatkan pula kelangsungan pemakaian metode kontrasepsi termasuk pemakaian metoda kontrasepsi untuk tujuan menunda, menjarangkan dan menghentikan kelahiran. - Menurunkan kelahiran. - Mendorong
kemandirian
masyarakat
dalam
melaksanakan
Keluarga
Berencana, sehingga norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS) bisa menjadi suatu kebutuhan hidup masyarakat. - Meningkatkan kesehatan khususnya ibu dan anak, sebab:
a. Kehamilan sebelum umur 18 tahun dan sesudah 35 tahun akan meningkatkan risiko ibu dan anak.
- Setiap tahun lebih dari setengah juta ibu meninggal akibat kehamilan dan persalinannya, di seluruh dunia.
- Kehamilan sebelum umur 18 tahun, sering menghasilkan bayi berat badan lahir rendah dan risiko juga bagi kesehatan bayi dan ibunya.
- Kehamilan setelah umur 35 tahun, risiko terhadap bayi dan ibunya meningkat lagi. Termasuk juga risiko mendapat bayi dengan Sindrom Down.
25
b. Risiko kematian anak meningkat sekitar 50% jika jaraknya kurang dari 2 tahun. - Untuk kesehatan ibu dan anak, sebaiknya jarak anak tidak kurang dari 2 tahun. - Jarak yang pendek, seringkali menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak. Anak terlalu cepat disapih dari ASI, ibu tidak sempat lagi untuk menyiapkan makanan khusus buat anaknya dan perhatian serta kasih sayang juga kurang. Kecerdasan anak juga lebih rendah, karena kurangnya stimulasi mental. - Ibu perlu waktu untuk mengembalikan kesehatan dan energinya untuk kehamilan berikutnya. Agar ibu tidak melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan mengurangi komplikasi pada ibu akibat kehamilannya.
c. Mempunyai anak lebih dari empat akan meningkatkan risiko pada ibu dan bayinya. - Pada ibu yang sering hamil, lebih-lebih dengan jarak yang pendek, akan menyebabkan ibu terlalu payah akibat dari hamil, melahirkan, menyusui, merawat anak-anaknya terus-menerus. - Risiko lainnya adalah anemia pada ibu, risiko pendarahan, mendapatkan bayi cacat, bayi berat lahir rendah dan sebagainya (Soetjiningsih, 1995). Sasaran Program Secara langsung sasaran program ditujukan terhadap pasangan usia subur (PUS). Pada awal terbentuknya BKKBN, sasaran terutama ditujukan kepada keluarga yang mempunyai banyak anak, jadi tujuannya adalah untuk menghentikan kelahiran anak selanjutnya. Kemudian program juga ditujukan pada PUS yang lebih muda baik untuk menunda maupun menjarangkan kelahiran dan disarankan untuk tidak melahirkan sebelum umur 18 tahun dan setelah umur 35 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya sasaran program juga ditujukan pada anggota masyarakat yang potensial, yang secara tidak langsung dapat mendukung pelaksanaan program yaitu para pemuka agama, pemuka masyarakat lainnya dan kaum remaja. (Sutjiningsih, 1995).
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Pemikiran Media seperti televisi memiliki daya tarik yang kuat, salah satunya adalah karena programnya dirancang sedemikian rupa agar menarik minat pemirsanya. Dibandingkan dengan media lainnya, media televisi mempunyai kelebihan yaitu dapat langsung dilihat dan didengar. Gambar yang ditampilkannya begitu nyata dan langsung seolah menyajikan peristiwa yang sedang terjadi langsung ke setiap rumah para pemirsa dimanapun mereka berada. Televisi memberikan gambar hidup seolah-olah kita berada dalam keadaan tersebut. Gambar ini merupakan visual bergerak yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada penonton. Media televisi, salah satunya adalah bersifat langsung, tidak berbelit-belit. Oleh karena keistimewaan televisi tersebut, menyebabkan televisi dianggap lebih efektif dalam penyampaian pesan kepada khalayak. Melalui saluran televisi, variety show Keluarga Berencana BKKBN, diharapkan mampu menarik perhatian serta memberi dampak pada kalangan remaja khususnya, agar dapat mengetahui, memahami serta melaksanakan program keluarga Berencana. Unsur-unsur komunikasi massa dalam hal ini adalah komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Komunikator memiliki daya tarik tersendiri dalam menyampaikan pesan, karenanya acara televisi mempertimbangkan salah satu faktor tersebut dalam menyiarkan acaranya. Komunikator dapat dilihat dari kredibilitasnya, yang terdiri dari dua unsur yakni expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya). Bila media massa ingin menampilkan kolom atau narasumber dalam acara talk show tentang politik, tentu dia akan memilih pakar politik. Unsur lain dalam persyaratan menjadi komunikator yaitu acceptability. Demikian halnya dengan pesan, pesan harus dirancang sedemikian rupa agar sampai kepada pemirsa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan yang matang agar pesan tersebut dikemas sesuai dengan khalayak sasarannya. Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang sama dengan khalayak sasaran. Di samping itu, pesan juga harus mampu membangkitkan kebutuhan pribadi khalayak sasaran. Pesan dirancang dengan mengisyaratkan untuk mudah diperoleh atau dilakukan pada situasi dimana khalayak sasaran berada.
28
Seperti telah disinggung pada awal kalimat bahwa, televisi memiliki daya tarik yang kuat bagi pemirsanya dibandingkan dengan media lain. Namun demikian, masing-masing televisi memiliki persaingan dalam hal menyiarkan program acaranya, Salah satunya adalah variety show. Variety show menurut Bignell (2004) adalah sebuah program hiburan yang terdiri dari campuran beberapa program seperti drama, komedi dan musik. Lebih lengkap lagi, Schwarzmeier (2011) mengungkapkan bahwa, Variety show, terdiri dari berita, laporan (reportase), komentar, feature, wawancara, drama, dan segala rupa siaran jurnalistik dan model artistik dapat ditemukan dalam acara variety show. Komunikan dalam hal ini adalah khalayak sasaran yang dituju oleh program variety show KB. Khalayak sasaran yang dituju adalah generasi remaja. Tingkat kelahiran yang tinggi pada tahun 2000an mengakibatkan terjadi penggelembungan pada generasi remaja. Apabila tidak diberikan pemahaman mengenai program KB pada khalayak sasaran ini, dikhawatirkan akan terjadi lonjakan jumlah penduduk di tahun-tahun mendatang, karenanya khalayak sasaran ini menjadi target prioritas dalam program KB di samping pasangan usia subur (PUS). Program acara variety show KB yang dikemas melalui media televisi di MNC TV ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada khalayak sasarannya, yakni utamanya generasi remaja dan PUS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengontrol hasil pemberian perlakuan terhadap pesan program KB melalui program acara variety show di media televisi. Untuk mengetahui sampai sejauh mana efektivitas program varietyshow ini maka digunakan peubah efektivitas dalam bentuk kognitif, afektif dan konatif. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat digambarkan kerangka penelitian seperti tersaji pada Gambar 2.
29
Faktor karakteristik individu -Jenis kelamin - umur - pendidikan - dsb. Variabel bebas (AKTIF)
Informasi program KB
Diformat pada CD player
Unsur komunikasi
Aksi komunikasi - Pemberian AV video - Tanpa diberi AV video
Aksi komunikasi pemberian video “Variety show program KB” • Karakteristik komunikator • Isi Pesan • Media Audio Visual variety show program KB
Remaja
Aspek komunikan
Gambar 2. Kerangka berpikir penelitan eksperimental kemasan pesan variety show program KB
Variabel Tidak bebas
Peningkatan pengetahuan remaja tentang pesan acara variety show program KB
Efektivitas “Variety show program KB” • Kognitif • Afekitif • Konatif
30
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, hipotesis dalam penelitian ini diturunkan menjadi enam hipotesis penelitian, yaitu: 1. Terdapat perbedaan skor tingkat kognitif, afektif, dan konatif yang nyata antara kelompok eksperimen yang menyaksikan tayangan variety show dengan kelompok kontrol yang tidak menyaksikan tayangan variety show program KB bagi generasi remaja. 2. Terdapat pengaruh nyata antara karakteristik komunikator, isi pesan, media dan aspek komunikan dengan efektivitas variety show program KB bagi generasi remaja. 3. Terdapat hubungan nyata antara aspek komunikan dengan efektivitas variety show Program KB bagi generasi remaja. 4. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik komunikator dengan aspek komunikan variety show Program KB bagi generasi remaja 5. Terdapat hubungan nyata antara isi pesan dengan aspek komunikan variety show Program KB bagi generasi remaja 6. Terdapat hubungan nyata antara media dengan aspek komunikan variety show Program KB bagi generasi remaja.
METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian harus sesuai dengan metode penelitian yang dipilih, prosedur serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok dengan metode penelitian yang digunakan. Metode eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 2009). Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki ada-tidaknya hubungan sebab-akibat serta berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan. Metode eksperimental dapat juga dibagi atas penelitian eksperimental sungguhan (true experimental) dan eksperimental semu (quasi experimenal), seperti yang dikemukan oleh Nazir (2009): Tabel1. Perbedaan metode eksperimen sungguhan dan semu METODE EKSPERIMEN SUNGGUHAN Menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan desain dimana secara nyata ada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan membandingkan hasil perlakuan dengan kelompok kontrol secara ketat. Validitas internal dan eksternal cukup utuh.
METODE EKSPERIMEN SEMU Penelitian yang mendekati percobaan sungguhan di mana tidak mungkin mengadakan kontrol/memanipulasikan semua variabel yang relevan. Harus ada kompromi dalam menentukan validitas internal dan eksternal sesuai dengan batasan-batasan yang ada.
Sumber: Nazir (2009) Perbedaan antara penelitian percobaan sungguhan dan percobaan semu menjadi kecil, jika obyek dari percobaan adalah manusia. Percobaan sungguhan umumnya dilaksanakan pada penelitian-penelitian dalam ilmu natura (Nazir, 2009). Penelitian ini dirancang dengan metode “Quasi-Eksperimental” melalui pendekatan kuantitatif bersifat eksplanatif korelasional, dengan peubah bebas yang dimanipulasi adalah media televisi program keluarga berencana melalui program variety show, sedangkan peubah terikat adalah efektivitas program Keluarga Berencana melalui media televisi dalam program variety show.
32
Rancangan percobaan yang digunakan adalah The nonequivalent control group design. Desain ini terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang masing-masing diberikan pretest dan posttest. Kelompok eksperimen sebelum melakukan posttest diberikan perlakuan terlebih dahulu. Langkah-langkah The nonequivalent control group design dapat dijabarkan sebagai berikut: Pertama, menentukan dua kelompok yang dijadikan sampel penelitian. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana (simple random sampling). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengundi seluruh kelas XI SMAN 4 Depok yang terdiri atas sembilan kelas, dengan mengambil dua kelas sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian kedua kelas tersebut diacak. Kedua, setelah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terbentuk, diberikan pretest pada semua subyek untuk mengetahui tingkat kondisi subyek yang berkaitan dengan variabel dependen (Y). Variabel independen (X) hanya diberikan pada kelompok eksperimen. Ketiga, pemberian perlakuan eksperimen berupa penayangan variety show program KB pada kelompok eksperimen. Dalam hal ini siswa diajak untuk melihat penayangan variety show program KB yang telah dipersiapkan, sedangkan perlakuan pada kelompok kontrol tidak diberikan tayangan variety show program KB. Keempat, setelah siswa kelompok eksperimen menonton tayangan variety show program KB tersebut, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diberikan posttest seperti halnya dilakukan pada saat pretest, dengan tujuan untuk membandingkan perbedaan peningkatan koginitf, afektif dan konatif mengenai program KB antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. The nonequivalent control group design terlihat pada Gambar 3 berikut ini:
33
O
X
O
O
O
Gambar 3. The Nonequivalent Control Group Design (Campbell Donald T & J.C. Stanley,1966) Keterangan: O pada kolom pertama : pretest O pada kolom ketiga : posttest X :Treatment (Perlakuan) berupa penayangan variety show program KB Dalam penelitian ini, peubah bebas yang digunakan untuk mengeksplanasi keterkaitannya dengan efektivitas acara variety show program Keluarga Berencana adalah Karakteristik Komunikator, Pesan, Media televisi program variety show, dan Aspek komunikan. Populasi dan Sampel Populasi Dalam buku Singarimbun dan Effendi (2008), menyebutkan bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga, sedangkan menurut Rakhmat (2005a), kumpulan obyek penelitian disebut populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMAN 4 Depok dengan jumlah 359 siswa yang terdiri atas sembilan kelas. Penetapan populasi ini dilakukan dengan asumsi bahwa kelas XI sangat tepat untuk mendapat perlakuan ini mengingat kelas XI berada pada level tengah sehingga untuk penyampaian informasi KB akan lebih maksimal dibanding kelas XII yang lebih dewasa, ataupun kelas X yang masih belia. Sampel Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sample. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan acak sederhana (simple random sampling). Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan cara mengundi seluruh Kelas XI SMAN 4 Depok, Jawa Barat yang berjumlah sembilan kelas untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil pengundian, diperoleh sampel yaitu Kelas XI IPS 2 yang terdiri atas 40 siswa-
34
siswi sebagai kelompok eksperimen dan Kelas XI IPA sebanyak 40 siswa-siswi sebagai kelompok kontrol. Dengan demikian jumlah sampel seluruhnya berjumlah 80 siswa-siswi. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Peneltian Penelitian ini dilakukan di Kelas XI SMAN 4 Depok, Jawa Barat, semester dua tahun ajaran 2011-2012. Faktor yang diteliti adalah efektivitas acara variety show program KB bagi siswa SMAN 4 Depok, Jawa Barat. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada jam 07.30 sampai jam 09.00 WIB, melalui penayangan acara variety show program KB. Proses penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 bulan April semester dua tahun ajaran 2011/2012. Data dan Instrumentasi Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer diambil atau diperoleh langsung berdasarkan jawaban yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya yang langsung dilakukan kepada responden. Berupa data tentang pengetahuan mengenai karakteristik komunikator, pesan, media, aspek komunikan, dan efektivitas acara variety show program KB. 2. Data Sekunder Data sekunder meliputi data-data pendukung yang diperoleh dari Kantor BKKBN Pusat dan dokumentasi SMAN 4 Depok. Instrumentasi Instrumen penelitian merupakan pengukuran terhadap fenomena sosial, oleh karena untuk mengukur fenomena sosial tersebut peneliti pada prinsipnya menggunakan alat ukur atau instrumen penelitian secara spesifik terhadap variabel yang diteliti. Dalam
penelitian
digunakan
instrumen
kuesioner
dengan
skala
pengukuruan ordinal yaitu memberikan nilai atau skor untuk jawaban yang diperoleh dari daftar pertanyaan paling rendah sampai pertanyaan paling tinggi. Setiap item pertanyaan pada variabel tersebut menggunakan skala pengukuran
35
antara rentang skor 1 (satu) sampai dengan 4 (empat), skor ini bersifat membedakan dan mengurutkan. Pedoman untuk pengukuran adalah sebagai berikut: 1. Skor 4 (empat) untuk kategori jawaban yang sangat mendukung 2. Skor 3 (tiga) untuk kategori jawaban yang mendukung 3. Skor 2 (dua) untuk kategori jawaban yang kurang mendukung 4. Skor 1 (satu) untuk kategori jawaban yang tidak mendukung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu menyusun daftar pertanyaan yang mengacu pada variabel bebas dan variabel terikat, berupa daftar pertanyaan tertutup, yaitu: 1. Pertanyaan pendapat responden mengenai Karakteristik komunikator: meliputi credibility yang terdiri dari expertise dan trustworthiness, serta acceptability. 2. Pertanyaan pendapat responden mengenai Pesan, meliputi: lambang yang sama, membangkitkan kebutuhan, mudah dilakukan/diperoleh. 3. Pertanyaan pendapat responden mengenai Media televisi program variety show meliputi: kebutuhan pemirsa, waktu, durasi, metode penyajian variety show yang terdiri dari: drama komedi, talk show, musik pop. 4. Pertanyaan pendapat responden mengenai Aspek komunikan yang meliputi: kesesuaian penerima pesan, kesesuaian isi pesan, ketepatan waktu, kesesuaian media, kesesuaian format, Kejelasan sumber. 5. Pertanyaan pendapat responden mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku responden yang berkaitan dengan kognitif, afektif dan konatif. Untuk pernyataan no 1 s/d 4 diberikan kepada responden yang terlibat dalam kelompok perlakuan (treatment), sementara pernyataan no 5 diberikan tidak hanya kepada responden yang
telibat dalam kelompok perlakuan
(treatment) namun juga diberikan pada kelompok kontrol untuk mengetahui efektivitas dari variety show program KB melalalui media televisi. Definisi Operasional Untuk mempermudah penganalisaan dan penerjemahan data, serta menghindari persepsi yang berbeda atas pembatasan permasalahan, seluruh peubah dalam penelitian didefinisikan secara operasional yaitu: 1. Karakteristik Komunikator meliputi: a. Credibility adalah kepercayaan pemirsa terhadap komunikator dalam hal ini nara sumbernya dapat dipercaya, meliputi:
36
1) Expertise adalah keahlian dalam hal ini komunikator atau penyampai pesan adalah orang yang ahli dibidangnya. 2) Trustworthiness adalah dapat di percaya dalam hal ini komunikator atau penyampai pesan adalah orang yang dapat dipercaya. b. Acceptability adalah menyangkut karakter komunikator yang jujur, tulus, sikap dan pernyataannya tidak mengandung perdebatan, persengketaan dan pertentangan. 2. Pesan adalah isi pernyataan yang disampaikan secara keseluruhan dalam program tersebut, meliputi: a. Lambang yang sama, adalah lambang-lambang yang digunakan dalam penyampaian pesan program KB menggunakan bahasa verbal dan non verbal yang dipahami oleh pemirsanya dalam hal ini kalangan remaja. b. Membangkitkan
kebutuhan
adalah
pesan
yang
sifatnya
dapat
membangkitkan kebutuhan untuk melakukan program KB. c. Mudah dilakukan/diperoleh adalah pesan yang disampaikan mengenai program KB mudah untuk dilakukan atau diperoleh. 3. Media audio-visual televisi program variety show meliputi: a. Kebutuhan Pemirsa adalah acara yang ditayangkan salah satu unsurnya disukai dan telah memenuhi kebutuhan pemirsa. b. Waktu adalah kesesuaian waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. c. Durasi adalah berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan sesuai dengan kebutuhan pemirsa. d. Metode penyajian adalah pesan yang dikemas sedemikian rupa, yakni menggunakan metode penyajian tertentu sesuai dengan keinginan pemirsa, berupa: 1) Drama komedi adalah drama yang lucu menggelitik penuh keceriaan. 2) Talk show adalah acara perbincangan dengan tukar-menukar pendapat. 3) Musik pop adalah musik yang berirama pop. 4. Aspek komunikan meliputi: a. Kesesuaian penerima pesan: antara penerima pesan dengan penerima yang dituju, penerima pesan merupakan obyek yang diharapkan untuk menerima pesan tersebut.
37
b. Kesesuaian isi pesan: antara yang diterima atau tersalur dengan yang dimaksudkan, isi pesan yang diterima memang sesuai dengan yang dimaksud oleh pengirim pesan. c. Ketepatan waktu: sesuai jadwal atau menyimpang jadwal, pesan yang dimaksudkan sampai kepada penerima pesan tepat pada waktunya. Artinya penyampaian pesan tersebut sesuai dengan kondisi dan situasi. d. Kesesuian Media: antara saluran yang digunakan dengan saluran yang dimaksud. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan sesuai dengan kebutuhan dan diharapkan oleh pengirim pesan dan penerima pesan. e. Kesesuaian format: antara struktur yang diterima dengan yang dikirim, terdapat kesesuaian format acara yang dimaksudkan oleh pengirim dan penerima. f. Kejelasan
sumber:
bertanggung
jawab.
antara Artinya,
orang ada
yang
melakukan
kejelasan
sumber
dengan
yang
yang
dapat
dipertanggung-jawabkan sehingga pesan yang disampaikan akurat. 5. Efektivitas media televisi program variety show adalah a. Kognitif: efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, dengan kata lain, khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu. b. Afektif: efek ini mengarah pada perasaan setelah mengkonsumsi media. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai. c. Konatif: efek ini bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, yang akan dilakukan setelah mengkonsumsi media. Efek ini baru muncul setelah efek kognitif dan efek afektif terjadi dalam diri khalayak. Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas Instrumentasi Validitas instrumentasi menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu telah mengukur apa yang diukur. Titik berat dari uji coba validitas instrumen adalah pada validitas isi yang dilihat dari (1) apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur instrumen yang akan diukur, (2) apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang telah digunakan (Kerlinger, 2003). Selain instrumen atau alat ukur, validitas data dapat ditentukan oleh keadaan responden pada saat diwawancara dan juga si pewawancara itu sendiri. (Singarimbun & Effendi, 2008).
38
Agar diperoleh hasil validitas instrumen yang tinggi, daftar pertanyaan disusun dengan cara sebagai berikut: 1. Menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan responden. 2. Menyesuaikan dengan apa yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu untuk memperoleh data yang sama. 3. Mempertimbangkan teori dan kenyataan yang telah diungkapkan para ahli dari berbagai pustaka empiris. 4. Memperhatikan nasihat-nasihat para ahli dan dosen pembimbing. Untuk memperoleh data yang sahih, maka terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap instrumen tersebut yaitu dengan melakukan uji validitas. Uji validitas dan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan kepada 22 siswa SMA Kornita IPB pada bulan April 2012. Uji validitas instrumen menggunakan koefisien korelasi product moment Pearson dengan menggunakan SPSS for windows 17,0. Hasil uji validitas didapatkan nilai pernyataan untuk peubah Karakteristik Komunikator menunjukkan korelasi terendah adalah 0,227 dan tertinggi adalah 0,846. Pernyatan Isi Pesan menunjukkan angka korelasi terendah adalah 0,020 dan tertinggi adalah 0,897. Pernyataan untuk peubah Media diperoleh nilai terendah adalah -0,130 dan tertinggi adalah 0,866. Pernyatan untuk peubah Aspek komunikan diperoleh nilai terendah -0,060 dan tertinggi 0,792. Pernyatan untuk peubah efektivitas program varietyshow diperoleh nilai terendah -0,021 dan tertinggi 0,783. Secara umum bahwa nilai validitas instrumen pada taraf α = 0,05, d b =18 (n-2) menunjukkan nilai yang lebih besar dari pada nilai tabel korelasi (r tabel ) = 0,423, sehingga seluruh item pernyataan baik
peubah bebas (X) maupun peubah tak bebas (Y) yang
digunakan, dinyatakan valid. Hasil hitungan uji validitas terhadap setiap butir pernyataan menunjukkan masing-masing ada tiga pernyataan yang tidak valid pada kedua peubah bebas (X) dan peubah tak bebas (Y), karena hasil koefisien validitasnya berada dibawah angka kritis, bahkan negatif. Sehingga butir-butir tersebut perlu direvisi dengan memperbaiki susunan katanya serta dipecah menjadi beberapa butir agar terjadi persamaan pengertian. Reliabilitas Instrumentasi Reliabilitas instrumentasi adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan
sejauhmana
hasil
pengukuran
relatif
konsisten.
Apabila
pengukuran diulangi untuk kedua kalinya atau lebih (Singarimbun & Effendi, 2006). Reliabilitas (keterandalan) insturmentasi dilakukan dengan cara uji coba
39
kuesioner. Upaya untuk memperkuat keandalan instrumentasi tersebut dilakukan dengan cara mengoptimalkan keragaman kesalahan dengan mengungkapkan pertanyaan secara tepat, memberikan pertanyaan pendukung dengan satu pertanyaan yang sama macam dan mutunya, serta memberikan petunjuk pengisian kuesioner secara tepat dan jelas. Uji coba dilakukan untuk melihat sejauh mana pertanyaan dan atau pernyataan dalam kuesioner dapat dipahami, sehingga tidak menimbulkan bias jawaban (Kerlinger, 2003). Untuk menentukan reliabilitas instrumentasi, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumentasi pada responden yang memiliki karakteristik relatif sama dengan karakterisitik obyek penelitian. Uji reliabilitas instrumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur pendugaan reliabilitas Cronbach Alpha dan diolah dengan menggunakan SPSS for windows 17,0. Hasil uji coba instrumen dengan menggunakan uji Cronbach Alpha didapatkan nilai koefisiensi reliabilitas untuk peubah Karakteristik Komunikator 0,93, Peubah Isi Pesan 0,93, peubah media 0,92, peubah aspek komunikan 0,86 dan peubah efektivitas variety show program KB sebesar 0,91. Dengan demikian seluruh item pertanyaan baik peubah (X) maupun peubah tak bebas (Y) yang digunakan, dinyatakan sangat reliabel karena pada level α = 0,05, rentang keandalan berada antara 0,80 – 1,00 (Arikunto, 2006) Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pengisian kuesioner penelitian, yaitu daftar pertanyaan yang relevan dengan peubahpeubah dan indikator yang diteliti. Untuk mengumpulkan data dan informasi lain yang diperlukan digunakan dua macam tekhnik yaitu: (1) Pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden tentang segala hal yang berkaitan dengan masalah penelitian, (2) Mencatat data yang telah ada pada Dinas/Instansi yang terkait dengan masalah penelitian. Kuesioner yang digunakan berupa pendapat dan pengetahuan responden mengenai program KB. Kuesioner bagian 1-4 diberikan kepada kelompok eksperimen, sementara kuesioner bagian kelima diberikan baik kepada siswa kelompok kontrol maupun siswa kelompok eksperimen untuk mengetahui adanya perbedaan pengetahuan mengenai program KB melalui variety show antara kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.
40
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi Observasi yaitu mengamati aktivitas guru dan siswa saat menonton tayangan dan menjawab kuesioner penelitian. Teknik observasi ini digunakan dalam penelitian dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang siswa atau kondisi guru BP dalam penggunaan media audio visual variety show program KB b. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini diharapkan mampu memperoleh informasi mengenai pemahaman siswa terhadap tayangan variety show program KB c. Angket Menurut Arikunto (2006), angket atau kuesioner merupakan “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal lain yang ia ketahui.”
Berdasarkan pengertian
mengenai angket
tersebut,
peneliti
menggunakan angket ini untuk mengidentifikasi pengetahuan, pemahaman, dan sikap siswa saat memperoleh informasi mengenai variety show program KB.
Secara teknis dikembangkan angket (kuesioner) tertutup, artinya
responden menjawab dengan memilih salah satu jawaban yang telah tersedia, dengan tujuan agar mempermudah responden menjawab pertanyaan sekaligus memudahkan dalam pengolahan data. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan atas dua tahap, yaitu sebelum instrumen dijadikan alat pengumpul data (uji validitas dan reliabilitas) dan setelah instrumen sahih sebagai alat pengumpul data. Setelah mendapat data primer tentang variabel dependent (Y) yaitu efektivitas variety show program KB dan data primer tentang variabel independent (X) berupa: karakteristik komunikator, Isi pesan, media dan aspek komunikan dari jawaban responden kemudian hasil jawaban ditabulasikan, dengan merubah jawaban responden menjadi kuantatif melalui penggunaan skala ordinal. Selanjutnya angka-angka yang diperoleh dianalisis menggunakan metode statistik, sebagai berikut:
41
1. Menggunakan teknik statistik deskriptif untuk mendeskripsikan jawaban responden yang diperoleh mengenai efektivitas varietyshow program KB dan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas variety show program KB 2. Untuk menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan mengenai program KB antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah penayangan variety show program KB, dilakukan dengan uji-t. 3. Menggunakan analisis path untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. a. Menentukan koefisien jalur ( PYxi ) dengan rumus : n
∑
xih²
h=1
P YXi = bYXi
------------------------ : i = 1,2, dan 3 n
∑
Y h²
h=1
b. Menentukan pengaruh variabel lain ( PYε ), dengan rumus :
PYε =
√1−
R² Yx1X2X3
4. Menggunakan uji statistik Koefisiensi Korelasi Tau B-Kendall untuk menganalisis hubungan antar variabel karakteristik komunikator, pesan, media, aspek komunikan dengan efektivitas variety show program KB, dengan rumus sebagai berikut (Agresti dan Finlay, 1999): b
=
C -
D
√[ n (n – n) – Tx] [n (n – n) – Ty] 2
2
Keterangan: b
C D N Tx Ty
= nilai korelasi = Concordan = Discordan = banyaknya pasangan data = banyaknya paangan seri pada peubah X = banyaknya pasangan seri pada peubah y
42
5. Alat Bantu Untuk dapat memperoleh hasil yang efektif dan akurat, dilakukan analisis korelasional antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) setelah diperoleh data primer dari responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Variety show program KB ditayangkan di stasiun televisi MNC TV setiap Sabtu pada pukul 07.00 – 08.00 WIB. Tayangan berdurasi 60 menit ini diawali dengan nama program acaranya yaitu Genre.com yang ditujukan bagi kalangan remaja.
Gambar 4. Tayangan pembuka acara variety show program KB Setelah logo BKKBN dan nama program acara muncul, kemudian disusul dengan penyajian grup musik band remaja Bondan dan Fade to Black. Grup itu membawakan lagu dengan judul ”Kita Selamanya”.
Gambar 5. Penyajian musik 1 pada acara variety show program KB Tiga menit kemudian acara dilanjutkan dengan drama komedi. Ceritanya diawali dengan kemunculan pasangan artis muda penyanyi rap Iwa K dengan penyanyi dangdut Selfi. Dalam drama komedi tersebut, keduanya Iwa K dan Selfi digambarkan berasal dari daerah dan sedang mencari pekerjaan di Jakarta. Cerita komedi tersebut ingin mengarahkan penonton untuk menerima pesan mengenai sulitnya mencari pekerjaan di Jakarta.
44
Selain Iwa K dan Selfi, hadir pula dua komedian, yaitu Deny Cagur dan Rina Nose. Keduanya berperan sebagai pelayan rumah cafe/restoran. Namun, kepada kedua temannya itu, Iwa dan Selfi, keduanya berpura-pura sebagai pemilik kafe. Deni
menerima Iwa dan Selfi sebagai karyawan kafe. Mereka
berbincang tentang bagaimana menjamu tamu kafe dengan baik. Di situ muncul banyolan hingga datanglah pemilik kafe yang sebenarnya, yang diperankan Syahrul Gunawan dan Anya Dwinov.
Gambar 6. Penyajian drama komedi pada acara variety show program KB Improvisasi sebagai pelawak terlihat jelas ketika beberapa kali MNC TV harus mengedit kata-kata yang keluar dari mulut para pelakon drama komedi. Drama komedi yang lucu dan menyegarkan agak terlihat kering karena adanya kebisuan diantara pelakon dan diisi dengan pelakon yang sering tertawa akibat lawakannya sendiri. Drama komedi bagian satu ditutup saat Deny dan Rina meninggalkan Iwa dan Selfi untuk mengurus kafe mereka.
Gambar 7. Iklan BKKBN pada acara variety show program KB Sajian kemudian dilanjutkan dengan logo BKKBN dan iklan program KB yang menampilkan pasangan Sinta dan Jojo yang membawa pesan menikah harus direncanakan. Drama komedi bagian kedua dilanjutkan dengan munculnya pasangan suami-istri Syahrul Gunawan dan Anya. Keduanya sekaligus berperan
45
sebagai presenter atau pembawa acara variety show program KB yang hendak pergi ke sebuah acara. Kemunculan Anya dan Syahrul sekaligus membongkar kedok Deny dan Rina yang mengaku sebagai pemilik kafe. Drama komedi bagian kedua itu berdurasi kurang lebih 8 menit, Babak berikutnya sajian musik yang dinyanyikan oleh pasangan Iwa K dan Selfi dengan lagu “Dunia Gila”. Bagian kedua acara variety show program KB ditutup dengan bumper berupa logo BKKBN.
Gambar 8. Penyajian musik 2 pada variety show program KB Sajian berikutnya iklan yang diisi oleh BKKBN mengenai program keluarga berencana menampilkan penyanyi Afgan yang mengiklankan mengenai keluarga yang perlu direncanakan. Bagian
ketiga
dibuka dengan
musik
oleh
penyanyi
Selfi
yang
membawakan lagu “Mau Dibawa ke mana”. Variety show dilanjutkan dengan drama komedi. Drama komedi tersebut memiliki alur yang kurang konsisten, karena peran Iwa K dan Selfi yang sedang mencari kerja menjadi tidak jelas apakah kembali bekerja sebagai karyawan di kafe atau sebagai pengunjung kafe. Pesan dalam drama kembali menjadi bias kesulitan mencari kerja tidak tampak pada drama tersebut. Drama kemudian dialihkan dengan kemunculan pemilik kafe yang tidak jadi pergi ke sebuah acara, karena ada tamu yang akan datang yaitu pakar keluarga berencana. Pesan yang ingin disampaikan adalah drama akan beralih ke sajian talk show. Drama komedi bagian tiga ditutup dengan host yaitu Syahrul Gunawan dan Anya Dwinof mengajak pasangan Iwa K dan Selfi untuk mengikuti perbincangan bersama pakar program KB. Memasuki bagian keempat variety show diselingi iklan selamat hari keluarga yang menampilkan beberapa keluarga yang memiliki dua orang anak.
46
Bagian keempat diawali dengan musik yang dibawakan oleh bondan dan Fade to Black yang menyanyikan lagu “Ya Sudahlah”. Setelah kurang lebih 5 menit, acara dilanjutkan dengan talk show yang dimulai dengan memberikan pertanyaan kepada enam narasumber yang ditanyakan secara terpisah mengenai “Apa saja sih masalah yang akan muncul jika penduduknya kebanyakan?” Layar kemudian menyorot ketujuh nara sumber secara terpisah dari beberapa profesi yang memberikan pendapat berbeda-beda.
Gambar 9. Narasumber yang diwawancarai secara terpisah Narasumber
pertama
mengatakan
akan
muncul
pengangguran,
kemiskinan, gizi buruk untuk anak-anak. Nara sumber kedua meberikan pandangan akan kesulitan memperoleh pekerjaan, nara sumber ketiga menyampaikan kepadatan penduduk dan kemacetan yang makin bertambah. Narasumber keempat memberi pendapat mengenai kualitas pendidikan yang
47
semakin buruk. Narasumber kelima menyampaikan akan terjadi kemiskinan, kepadatan penduduk dan jumlah lapangan kerja yang terbatas. Nara sumber ke enam menyatakan akan terjadi kelaparan, gizi buruk dan kesenjangan sosial. Setelah menyorot
mengenai pendapat masyarakat mengenai ledakan
penduduk, acara dilanjutkan ke studio yang menghadirkan dua orang narasumber pakar program KB dan bintang tamu pasangan artis muda Iwa K dan
Selfi.
Penyajian
talk
show
dibuka
oleh
Anya
Dwinof
dengan
memperkenalkan nara sumber yaitu Dr Surya Chandra Surapati, MPH, Phd, anggota Komisi IX DPR RI dan DR Ida Bagus Permana, deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN.
Gambar 10. Narasumber dari BKKBN dan komisi IX DPR Pada sesi talk show tersebut, Anya Dwinof menanyakan tentang bahaya ledakan penduduk, kemudian di jawab oleh DR Ida Bagus Permana bahwa apabila ledakan penduduk tidak dapat dikendalikan maka jutaan penduduk akan kelaparan. Pertanyaan berikutnya disampaikan oleh Syahrul Gunawan yang menanyakan tentang maksud dari rencana di tahun 2015 jumlah penduduk harus seimbang? Yang kemudian dijawab oleh DR Ida Bagus, seimbang artinya setiap orang tua hanya memiliki dua anak untuk menggantikan orang tuanya dari ayah satu dan dari ibu satu. Agar tidak membosankan talk show disajikan dengan selingan humor oleh Deny dan Rina, sehingga suasana talk show tidak terlalu serius. Setelah diselingi humor oleh Deny dan Rina, pertanyaan dilanjutkan kembali oleh Syahrul Gunawan yang menanyakan mengenai langkah apa yang harus diambil untuk mensukseskan program di tahun 2015 tersebut? Jawaban disampaikan oleh Dr Surya Chandra yang menyatakan masalahnya bukan hanya pada jumlah penduduk namun juga kualitas hidup manusianya yang menyangkut kesehatan, pendidikan, dan daya beli rakyat. Secara sederhana bisa dikatakan
48
penduduk Indonesia masih miskin, bodoh dan sakit-sakitan. Bisa dibayangkan apabila tingkat kelahiran tidak dikendalikan. Karenanya generasi remaja harus ikut berpartisipasi merencanakan keluarga sejahtera. Pertanyaan berikut disampaikan oleh Anya Dwinof yang menanyakan mengenai langkah-langkah apa saja yang telah dilakukan? dan akan dijawab oleh DR Ida Bagus, namun pertanyaan tersebut menjadi kandas akibat selingan yang dilakukan oleh Deny Cagur yang mengeluarkan suara sehingga Anya kemudian beralih memberi perhatian kepada Deny. Hal ini seharusnya menjadi sebuah tontonan yang menyenangkan dan menghibur apabila dilakukan dengan tepat, namun apabila kurang tepat, maka tayangan talk show bisa terganggu, apalagi tayangan televisi tersebut dibatasi oleh durasi. Sesi talk show tersebut kemudian dihentikan karena harus terpotong oleh iklan BKKBN yang menampilkan pasangan Teuku Wisnu dan Sherin Sungkar yang mengusung pesan “Perkawinan dan usia hamil ideal.”
Gambar 11. Penyajian talk show pada variety show program KB Talk show bagian akhir diawali dengan pertanyaan Anya Dwinof mengenai program apa saja yang disiapkan untuk remaja agar mereka bisa ikut berpartisipasi dalam mengendalikan ledakan penduduk? DR Ida Bagus Permana menjawab yang pertama memiliki anak dua saja, kedua merevitalisasi program sehingga program KB dapat menjangkau daerah terpencil dan yang terpenting adalah memberi pemahaman kepada generasi remaja agar dapat membentuk keluarga yang berkualitas dan sejahtera. Pertanyaan berikut disampaikan oleh Syahrul Gunawan kepada bintang tamu pasangan muda Iwa K dan Selfi, tentang bagaimana konsep membentuk keluarga? Menurut Iwa K, Ia dan Selfi ingin fokus agar dapat membentuk keluarga kecil yang berkualitas dan sejahtera agar dapat menumpahkan kasih sayang kepada anak yang memang diatur jarak
49
kelahirannya. Talk show kemudian diselingi dengan komedi oleh Deny dan Rina. Komedi yang diselipkan oleh Deny dan Rina cukup sesuai dengan waktunya, karena komedi tersebut tidak mengganggu perbincangan yang sedang berlangsung. Pertanyaan berikut disampaikan oleh Anya yang menanyakan tentang apa yang akan diperoleh rakyat Indonesia dengan program yang sedang dilaksanakan? Dijawab oleh Dr. Surya Chandra bahwa DPR sedang menggodog undang-undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, bahwa setiap orang terjamin dari mengalami resiko sakit, resiko hari tua, resiko kecelakaan kerja dan resiko kematian.
Gambar 12. Bagian penutup pada acara variety show program KB Talk show diselingi lagi dengan kemunculan Rina dan Deny, sehingga suasana menjadi cair. Acara ditutup dengan memberi ulasan mengenai kesuksesan program Keluarga Berencana yang membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Keterbatasan Penelitian Sebelum menjabarkan mengenai hasil penelitian mengenai efektivitas variety show program KB (studi eksperimental di SMAN 4 Depok), perlu disampaikan bahwa pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian, sebagai berikut: 1. Penelitian ini terbatas pada efektivitas variety show program KB di SMAN 4 Depok, oleh karena itu, penelitian ini hasilnya belum tentu sama jika dilakukan di kelas atau sekolah lain. 2. Saat listrik padam pada daerah penelitian juga menjadi terbatasnya dalam penelitian. Dalam penelitian ini, membutuhkan listrik untuk menghidupkan LCD yang digunakan untuk memutar tayangan pada layar lebar. Pada kondisi tersebut, siswa hanya melihat tayangan pada layar laptop.
50
3. Dalam penelitian ini membutuhkan audio yang dapat menjangkau seluruh kelas, sehingga audio harus disiapkan sedemikian rupa agar responden (siswa) tidak terganggu dalam melihat dan mendengarkan tayangan video variety show program KB. 4. Dalam penayangan video variety show tidak dibutuhkan cahaya dari luar agar responden dapat menikmati tayangan secara maksimal, kelas yang masih terkena cahaya dapat mengganggu proses penyajian tayangan. 5. Demikian juga dengan suara dari luar yang masuk ke dalam kelas dapat mengganggu konsentrasi responden dalam menyaksikan tayangan variety show program KB, untuk itu, waktu yang digunakan adalah saat kelas yang lain mengikuti pelajaran, agar suara bising dari luar dapat diminimalisir. Efektivitas Variety Show Program KB Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah program Keluarga Berencana melalui media televisi dengan format program variety show efektif, dan telah memenuhi kebutuhan informasi dan harapan pemirsa khususnya generasi remaja. Berikut dijabarkan mengenai efektivitas variety show program KB pada kelompok ekperimen. Data dalam penelitian ini meliputi data skor efektivitas yang terdiri atas kognitif, afektif dan konatif setelah siswa mendapat perlakuan berupa tayangan variety show program KB, seperti terlihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Rataan skor efektivitas variety show program KB (setelah perlakuan) Efektivitas Rataanskor* Kognitif
2,94
Afektif
2,87
Konatif
3,04
Efektivitas
2,95
Keterangan: *Interval skor 1,00 – 1,74 = Sangatburuk/sangatrendah; 1,75 – 2,49 = Buruk/rendah; 2,50 – 3,24 = Baik/tinggi; 3,25 – 4,00 = Sangatbaik/sangattinggi
Efektivitas variety show program KB meliputi: (1) Kognitif: efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, dengan kata lain, khalayak yang dari semula tidak tahu menjadi tahu. (2) Afektif: efek ini mengarah pada perasaan setelah mengkonsumsi media. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai. (3). Konatif (behavioral): efek ini bersangkutan dengan niat, tekad, upaya,
51
yang akan dilakukan setelah mengkonsumsi media. Efek ini baru muncul setelah efek kognitif dan efek afektif terjadi dalam diri khalayak. Dari hasil penelitian mengenai efektivitas variety show program KB tersebut terlihat bahwa rataan skor yang diperoleh adalah 2,95 artinya tayangan variety show program KB efektif untuk disampaikan sebagai sarana sosialisasi mengenai program KB khususnya bagi remaja. Dari segi pengetahuan, atau dari responden yang tadinya tidak tahu menjadi tahu pada kognitif, rataan skornya 2,94
yang
berarti
tayangan
variety
show
program
KB
efektif
dalam
menyampaikan informasi sehingga menambah pengetahuan responden dalam hal ini kalangan remaja SMAN 4 Depok. Dari afektif atau sikap dan nilai responden setelah memperoleh tayangan berupa variety show program KB, adalah 2,87 yang berarti tinggi. Dari segi konatif atau upaya atau tekad untuk melakukan setelah memperoleh tayangan sebesar 3,04 yang berarti tayangan varietyshow program KB efektif dampaknya terhadap niat, upaya atau tekad untuk melaksanakan program KB setelah memperoleh tayangan variety show program KB. Efektivitas Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Sebelum dan Sesudah Perlakuan Uji beda kelompok kontrol dengan eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan (pretest dan posttest) Kelompok kontrol merupakan kelas yang tidak diberi perlakuan tayangan variety show program KB, sementara kelompok eksperimen diberikan tayangan variety show Program KB. Sebelum diberikan perlakuan, terlebih dahulu siswa diberikan kuesioner mengenai efektivitas variety show untuk mengetahui pemahamanan, sikap dan tindakan responden terhadap program KB bagi remaja. subyek kelompok kontrol dan kelompok eksperimen masing-masing 40 siswa, sehingga jumlah responden secara keseluruhan 80 siswa. Hipotesis pertama penelitian ini adalah terdapat perbedaan skor tingkat kognitif, afektif, dan konatif yang nyata antara kelompok eksperimen yang menyaksikan tayangan variety show dengan kelompok kontrol yang tidak menyaksikan tayangan variety show program KB bagi generasi remaja. Untuk mengetahui seberapa besar kelompok eksperimen memiliki pengetahuan lebih banyak dari kelompok kontrol tersebut dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan uji t pada taraf α = 0,01 melalui program SPSS 17,0 for windows. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
52
Tabel 3. Efektivitas variety show program KB sebelum (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) Pretest
Posttest
Efektivitas
Persentasi Beda (%)
t hitung
Kontrol
Eksp
Kontrol
Eksp
Kognitif
2.61
2.53
2.64
2.94
0.30
11.44
5.923**
Afektif
2.49
2.42
2.61
2.87
0.26
9.94
4.238**
Konatif
2.63
2.56
2.76
3.04
0.28
9.96
5.059**
2.58
2.50
2.67
2.95
0.28
10.44
6.183**
Total
Keterangan: ** = Signifikan pada level 0,01
Dari Tabel 3 di atas terlihat bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok ekperimen sebelum perlakuan, artinya mereka memiliki pengetahuan yang hampir sama antara kelompok kontrol dan kelompok ekperimen. Pemberian
posttest
kuesioner
kelompok
kontrol
dan
kelompok
eksperimen adalah untuk melihat pencapaian tingkat pengetahuan kelompok yang diberikan tayangan variety show dan kelompok yang tidak diberikan tayangan. Table 3 tersebut di atas menunjukkan, kelompok eksperimen memiliki pengetahuan lebih banyak yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol, secara keseluruhan terlihat bahwa kelompok eksperimen memiliki pengetahuan lebih banyak yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima. Terdapat perbedaan sangat nyata rata-rata kognitif, afektif dan konatif dan total efektivitas antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen sesudah perlakukan dengan selisih masing–masing
0,30 (11,44%), 0,26
(9,94%), 0,28 (9,96%), dan 0,28 (10,44%) yang signifikan pada level 0,01. Kelompok eksperimen tidak saja memiliki pengetahuan (kognitif) tetapi juga memiliki sikap dan nilai (afektif) dan keinginan untuk melakukan program KB (konatif) yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dari hasil penelitian
53
tersebut di atas ternyata benar bahwa kelompok eksperimen memiliki pengetahuan, sikap, nilai, dan keinginan untuk melaksanakan program KB yang berbeda dengan kelompok kontrol setelah memperoleh tayangan variety show program KB. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai faktor-faktor elemen komunikasi yang berpengaruh dengan efektivitas variety show program KB, maka dilakukan penelitian berikut: Faktor-faktor Elemen Komunikasi yang Berpengaruh dan Aspek-aspek Komunikan dengan Efektivitas Variety show Program KB Hipotesis kedua dalam penelitian yang menyebutkan “Terdapat pengaruh nyata antara karakteristik komunikator, isi pesan, media dan aspek komunikan dengan efektivitas variety show program KB,” diterima. Karakteristik komunikator, isi pesan media dan aspek komunikan menunjukkan terdapat pengaruh nyata antara peubah-peubah tersebut. variabel pesan, media dan aspek Komunikan berpengaruh sangat nyata dengan efektivitas variety show program KB. Karakteristik komunikator kebermaknaannya ditunjukkan oleh pengaruh tidak langsung atau melalui aspek komunikan (p< 0,05). Karakteristik Komunikator harus melalui aspek komunikan agar bisa memperoleh angka 0,287 agar bisa berpengaruh terhadap efektivitas variety show program KB. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh di antara peubah-peubah tersebut dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan analisis path melalui program SPSS 17,0 for windows. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
54
Tabel 4. Faktor-faktor elemen komunikasi yang berpengaruh dan aspek komunikan dengan efektivitas variety show program KB Faktor-Faktor yang Berpengaruh dan Aspek Komunikan
Analisis Path Efektivitas Variety show Program KB Pengaruh langsung
Pengaruh tidak langsung melalui Aspek Komunikan
Pengaruh Total
0,171
0,116
0,287*
Pesan
0,352**
0,288*
0,639**
Media
0,298*
0,070
0.368**
Karakteristik Komunikator
Aspek 0,409** Komunikan Karakteristik Komunikator, Pesan, Media dan Aspek Komunikan bersama-sama
0,409** 0,207
Keterangan: **Signifikan pada level 0,01 *Signifikan pada level 0,05
Dari Tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa, secara keseluruhan variabel karakteristik komunikator, isi pesan, media dan aspek komunikan mempengaruhi variabel efektivitas variety show program KB. Kekuatan variabel karakteristik komunikator secara langsung mempengaruhi atau menentukan efektivitas variety show program KB sebesar 0,171 atau sebesar 17%, sedangkan yang tidak langsung melalui variabel aspek Komunikan sebesar 0,116 atau sebesar 11,6%, dengan demikian secara total karakteristik komunikator menentukan efektivitas variety show program KB sebesar 0,287 atau sebesar 28,7%, seperti dapat dilihat pada Tabel 8. Hal ini berarti bahwa peningkatan 1% karakteristik komunikator
secara
tidak
langsung
atau
melalui
aspek
komunikan
mengakibatkan adanya peningkatan efektivitas variety show Program KB sebesar 28,7%. Artinya, semakin tinggi karakteristik komunikator yang terdiri dari kredibilitas keahlian, kredibilitas kepercayaan dan penerimaan audiens terhadap Komunikator, akan semakin meningkatkan efektivitas variety show program KB yang terdiri dari kognitif, afektif dan konatif. Pengaruh variabel isi pesan secara langsung mempengaruhi atau menentukan efektivitas variety show program KB adalah sebesar 0,352 atau
55
sebesar 35,2%, sedangkan yang tidak langsung melalui variabel aspek komunikan sebesar 0,288 atau sebesar 28,8%, dengan demikian secara total isi pesan menentukan efektivitas variety show program KB sebesar 0,638 atau sebesar 63,8%. Hal ini berarti bahwa peningkatan 1% isi pesan akan mengakibatkan adanya peningkatan efektivitas variety show Program KB sebesar 63,8%. Artinya, semakin sesuai isi pesan yang terdiri dari Penggunaan lambang yang sama, membangkitkan kebutuhan dan mudah dilakukan oleh audiens terhadap pesan yang disampaikan, akan semakin meningkatkan efektivitas variety show program KB yang terdiri dari kognitif, afektif dan konatif. Pengaruh
variabel
media
secara
langsung
mempengaruhi
atau
menentukan efektivitas variety show program KB adalah sebesar 0,298 atau sebesar 29,8%, sedangkan yang tidak langsung melalui variabel aspek komunikan sebesar 0,070 atau sebesar 7%, secara total variabel media menentukan variabel efektivitas variety show Program KB sebesar 0,368 atau sebesar 36,8%. Hal ini berarti bahwa peningkatan 1% penyajian media mengakibatkan adanya peningkatan efektivitas variety show program KB sebesar 36,8%. Artinya, semakin sesuai penyajian media yang terdiri dari kebutuhan pemirsa, waktu, durasi dan metode penyajian dengan kebutuhan audiens terhadap media tersebut, akan semakin meningkatkan efektivitas variety show program KB yang terdiri dari kognitif, afektif dan konatif. Kekuatan variabel aspek komunikan mempengaruhi atau menentukan efektivitas variety show program KB adalah sebesar 0,409 atau sebesar 40,9%. Hal ini berarti bahwa peningkatan 1% variabel aspek komunikan mengakibatkan adanya peningkatan efektivitas variety show program KB sebesar 40,9%. Artinya, semakin sesuai aspek komunikan yang terdiri dari kesesuaian penerima pesan, kesesuaian isi pesan, ketepatan waktu, kesesuaian media, kesesuaian format dan kejelasan sumber dengan audiens terhadap aspek komunikan, akan semakin meningkatkan efektivitas variety show Program KB yang terdiri dari kognitif, afektif dan konatif. Berdasarkan data hasil penelitian yang dipaparkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa efektivitas variety show program KB dipengaruhi oleh karakteristik komunikator, isi pesan, media dan aspek komunikan. Apabila dilihat dari besar pengaruhnya, maka variabel aspek komunikan merupakan pengaruh terbesar terhadap efektivitas variety show program KB dibandingkan dengan karakteristik komunikator, isi pesan dan media. Hal ini menunjukkan bahwa, bagi
56
aspek komunikan mempunyai tingkat kepentingan yang lebih besar dibandingkan dengan variabel yang lain dalam kaitannya dengan efektivitas variety show program KB. Berdasarkan besar pengaruhnya, maka secara berturut-turut setelah aspek komunikan adalah variabel pesan (63,9%), media (36,8%) dan karakteristik komunikator (28,7%), artinya faktor yang paling berperan adalah aspek komunikan.
ε = 0,740
X1. Karakteristik Komunikator
ε = 0,649 0,116 0,171
X2. Isi Pesan
X4. Aspek Komunikan
0,288*
0,352**
X3. Media audio visual televisi program variety show
0, 409**
Y. Efektivitas varietyshow program KB
0,298**
0,070
Keterangan: = Jalur efektif X terhadap Y
ε
= Pengaruh dari luar model
Gambar 13. Model analisis path faktor-faktor elemen komunikasi yang berpengaruh pada efektivitas variety show program KB Secara bersama terlihat (pada Tabel 4) bahwa karakteristik komunikator, pesan, media, dan aspek komunikan mempengaruhi efektivitas variety show program KB yaitu sebesar 0,207, atau 20,7%. Artinya, karakteristik komunikator, isi pesan, media, dan aspek komunikan secara bersama-sama mempengaruhi kognitif, afektif, dan konatif responden sebesar 20,7%. Sedangkan sisanya 0,793 atau 79,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini. Penelitian ini tidak membedakan antara remaja berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, namun secara keseluruhan remaja dihitung sebagai remaja tanpa membedakan jenis kelaminnya. Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah pembedaan jenis kelamin remaja menjadi salah satu faktor yang
57
berpengaruh terhadap efektivitas sebuah tayangan yang termasuk dalam pengaruh lain sebesar 79,3% tersebut. Model analisis path pada Gambar 4 di atas, menggambarkan bahwa, alur paling efektif pada efektivitas variety show program KB yang pertama, adalah aspek komunikan yang langsung berpengaruh pada efektivitas variety show program KB sebesar 0,409. Kedua, adalah isi pesan yang langsung berpengaruh pada ekfektivitas variety show program KB sebesar, 0,352. Alur ketiga adalah media yang langsung berpengaruh pada efektivitas variety show program KB sebesar 0,298. Terakhir atau alur keempat adalah karakteristik komunikator yang berpengaruh pada efektivitas variety show program KB setelah melalui aspek komunikan sebesar 0,287. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Efektivitas Sebuah komunikasi dikatakan efektif, apabila menghasilkan efek-efek atau perubahan yang sebagaimana diinginkan oleh sumber. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi efektif tidaknya sebuah program tayangan televisi variety show program KB ditetapkan berdasarkan pengamatan dan penerapan konsep atau teori tentang efektivitas maupun program televisi variety show. Terdapat empat faktor yang diduga sebagai penentu efektivitas variety show program KB, adalah karakteristik komunikator, isi pesan, media dan aspek komunikan. Secara
keseluruhan
faktor-faktor
yang
terdiri
atas
karakteristik
komunikator, isi pesan, media, dan aspek komunikan berpengaruh tinggi terhadap efektivitas variety show program KB, artinya faktor-faktor tersebut pada variety show program KB efektif dalam penyampaian informasi mengenai program KB bagi remaja. Jika dilihat secara rinci, isi pesan mempunyai skor 2,58 yang berarti isi pesan berpengaruh terhadap pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai (afektif), serta niat dan tekad (konatif) responden untuk melaksanakan program KB, seperti terlihat pada Tabel 5. Sama seperti halnya isi pesan, aspek komunikan memiliki skor 2,65 yang berarti, faktor aspek komunikan berpengaruh terhadap efektivitas variety show yang terdiri atas pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai (afektif), niat, tekad, dan upaya (konatif) responden untuk melaksanakan program KB.
58
Tabel 5. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas Variety show program KB Faktor-faktor yang berpengaruh Rataan skor* Karakteristik komunikator Credibility expertise Trustworthiness Acceptability Isi pesan Lambang yang sama Membangkitkan kebutuhan Mudah dilakukan Media Kebutuhan pemirsa Waktu Durasi Metode penyajian Aspek komunikan Kesesuaian penerima pesan Kesesuaian isi pesan Ketepatan waktu Kesesuaian media Kesesuaian format Kejelasan sumber Rataan skor total
2,48 2,59 2,45 2,41 2,58 2,53 2,59 2,61 2,44 2,43 2,35 2,57 2,43 2,65 2,62 2,71 2,83 2,67 2,67 2,57 2,54
Keterangan:*Interval skor 1,00-1,74 = sangat rendah; 1,75-2,49 = rendah; 2,50-3,24 = tinggi; 3,25 – 4,00 = sangat tinggi
Karakteristik komunikator mempunyai skor 2,48 yang berarti karakteristik komunikator berpengaruh rendah terhadap aspek kognitif, afektif, dan konatif responden untuk melaksanakan program KB. Karakteristik komunikator yang terdiri atas expertise (ahli), trustworthiness (dapat dipercaya), dan acceptability (dapat diterima) memiliki skor rendah. Artinya, karakteristik komunikator pada tayangan varietyshow program KB kurang memiliki nilai yang tinggi bagi responden yaitu remaja siswa-siswi SMAN 4 Depok. Hanya aspek expertise (keahlian) yang memiliki skor tinggi yaitu sebesar 2,59, hal ini berarti karakteristik komunikator yang memenuhi efektivitas variety show hanya aspek expertise (keahlian). Demikian halnya dengan faktor media yang memiliki skor 2,44. Media berpengaruh rendah terhadap efektivitas variety show. Media yang terdiri atas kebutuhan pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian memiliki skor rendah, kecuali pada aspek durasi, seperti terlihat pada Tabel 5. Untuk lebih jelasnya, secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:
59
1. Karakteristik Komunikator Karakteristik Komunikator meliputi: (1) Credibility: adalah kepercayaan pemirsa terhadap komunikator dalam hal ini nara sumbernya dapat dipercaya, meliputi:(a) Expertise: adalah keahlian dalam hal ini komunikator atau penyampai pesan adalah orang yang ahli dibidangnya. (b) Trustworthiness: adalah dapat dipercaya dalam hal ini komunikator atau penyampai pesan adalah orang yang dapat dipercaya artinya responden dapat mempercayai apa yang disampaikan oleh narasumber tersebut. (2) Acceptability adalah menyangkut karakter komunikator yang jujur, tulus, sikap dan pernyatannya tidak mengandung perdebatan, persengketaan dan pertentangan dengan sikap masyarakat pada umumnya yang selama ini dipahami oleh responden. Dari hasil penelitian mengenai faktor karakteristik komunikator
yang
mempengaruhi efektivitas variety show program KB tersebut terlihat bahwa rataan skor yang diperoleh adalah 2,48 artinya faktor yang mempengaruhi efektivitas varietyshow program KB dari karakteristik komunikator rendah, namun dilihat dari aspek expertise credibility atau kredibilitas keahliannya diperoleh skor 2,59 yang berarti untuk nilai keahlian narasumber tingkat kredibilitasnya tinggi. Sementara, untuk kredibilitas dapat dipercaya (trustworthiness credibility) adalah 2,45 dan narasumber dapat diterima oleh responden (acceptability) diperoleh skor 2,41
yang berarti untuk trustworthiness dan acceptability sama-sama
memiliki kepercayaan (kredibilitas) rendah. 2. Isi pesan Isi pesan adalah isi pernyataan yang disampaikan secara keseluruhan dalam program tersebut, meliputi: (1) Lambang yang sama, adalah lambanglambang yang digunakan dalam penyampaian pesan program KB menggunakan bahasa verbal dan non verbal yang dipahami oleh pemirsanya dalam hal ini siswa-siswi
SMAN
4
Depok
yang
menjadi
responden
penelitian,
(2)
Membangkitkan kebutuhan adalah pesan yang sifatnya dapat membangkitkan kebutuhan untuk melakukan program KB, (3) Mudah dilakukan/diperoleh adalah pesan yang disampaikan mengenai program KB mudah untuk dilakukan atau diperoleh. Dari hasil penelitian mengenai faktor isi pesan yang mempengaruhi efektivitas variety show program KB tersebut dapat digambarkan bahwa faktor yang mempengaruhi efektivitas variety show program KB dari faktor isi pesan tinggi, hal ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh untuk faktor isi pesan adalah
60
2,58. Untuk penggunaan lambang yang sama responden menilai penggunaan lambang yang sama memiliki skor 2,53 yang berarti penggunaan lambang yang sama tinng. Demikian juga dengan isi pesan yang membangkitkan kebutuhan memiliki skor 2,59 yang berarti isi pesan tersebut mengandung unsur membangkitkan kebutuhan yang tinggi. Skor yang paling tinggi untuk faktor isi pesan adalah mudah dilakukan yang memperoleh skor 2,61, yang berarti pesan tersebut mengandung unsur mudah dilakukan oleh responden, tinggi. 3. Media Media audio visual televisi program variety show meliputi: (1) kebutuhan pemirsa adalah acara yang ditayangkan salah satu unsurnya disukai dan telah memenuhi kebutuhan pemirsa, (2) Waktu adalah kesesuaian waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa, (3) Durasi adalah berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan sesuai dengan kebutuhan pemirsa, (4) Metode penyajian adalah pesan yang dikemas sedemikian rupa, yakni menggunakan metode penyajian tertentu sesuai dengan keinginan pemirsa, berupa: (a) Drama komedi adalah drama yang lucu menggelitik penuh keceriaan, (b) Talk show adalah acara perbincangan dengan tukar menukar pendapat, (c) Musik pop adalah musik yang berirama pop. Hasil penelitian mengenai faktor media yang mempengaruhi efektivitas variety show program KB tersebut dapat digambarkan bahwa faktor yang mempengaruhi efektivitas variety show program KB dari faktor media rendah, hal ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh untuk faktor media adalah 2,44. Dari aspek pemenuhan kebutuhan pemirsa, tayangan variety show program KB, kurang memenuhi kebutuhan pemirsa atau bernilai rendah yaitu 2,43. Dari aspek waktu, responden menjawab waktu tayang variety show program KB tersebut kurang sesuai dengan waktu responden, hal ini dapat dipahami bahwa, pada saat tayangan tersebut disiarkan yakni hari sabtu jam 07.00 – 08.00 responden berada di sekolah. Untuk durasi variety show, responden merasa tidak keberatan atau sesuai, yaitu tayangan berdurasi 60 menit, hal ini terlihat dari skor untuk durasi 2,57. Untuk metode penyajian, responden menilai metode penyajian masih kurang sesuai dengan selera responden, hal ini dapat dilihat daari skor untuk metode penyajian yaitu sebesar 2,43. 4. Aspek Komunikan Aspek komunikan meliputi: (1) Kesesuaian penerima pesan: bahwa pesan yang disampaikan sudah sesuai yaitu ditujukan bagi penerima yang dituju,
61
penerima pesan merupakan objek yang diharapkan untuk menerima pesan tersebut, yaitu kalangan remaja (2) Kesesuaian isi pesan: antara yang diterima atau tersalur dengan yang dimaksudkan, isi pesan yang diterima oleh kalangan remaja tersebut memang sesuai dengan yang dimaksud oleh pengirim pesan, (3) Ketepatan waktu: sesuai
atau menyimpang, pesan yang dimaksudkan
sampai kepada penerima pesan tepat pada waktunya. Artinya penyampaian pesan tersebut sesuai dengan kondisi dan situasi pada saat pesan tersebut memang dibutuhkan pada saat itu (4) Kesesuian media: antara saluran yang digunakan dengan saluran yang dimaksud. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan sesuai dengan kebutuhan dan diharapkan oleh pengirim pesan dan penerima pesan, (5) Kesesuaian format: antara struktur yang diterima dengan yang dikirim, terdapat kesesuaian format acara yang dimaksudkan oleh pengirim dan penerima, (6) Kejelasan sumber: antara orang yang melakukan dengan yang bertanggung jawab. Artinya ada kejelasan sumber yang dapat dipertanggung-jawabkan sehingga pesan yang diampaikan akurat. Hasil penelitian mengenai faktor aspek komunikan yang mempengaruhi efektivitas variety show program KB tersebut dapat digambarkan bahwa faktor yang mempengaruhi efektivitas variety show program KB dari faktor aspek komunikan, tinggi. Hal ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh untuk faktor Media adalah 2,65. Dari aspek kesesuaian penerima pesan, tayangan variety show program KB, sesuai dengan penerima pesan atau bernilai tinggi yaitu 2,62. Dari segi kesesuaian isi pesan, responden menjawab isi pesan sudah sesuai dengan responden, hal ini dapat dilihat bahwa skor yang diperoleh untuk kesesuaian isi pesan adalah 2,71, artinya isi pesan dapat diterima dengan baik oleh responden. Ketepatan waktu memiliki skor 2,83 yang berarti responden menjawab bahwa waktu penyampaian program KB adalah tepat sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat ini. Dari aspek kesesuaian media, responden menganggap media yang digunakan untuk menyampaikan program KB melalui televisi sudah tepat, hal ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh sebesar 2,67 yang berarti tinggi. Untuk Kesesuaian format responden menganggap, format yang digunakan untuk menyampaikan pesan sudah sesuai dengan responden atau bernilai tinggi yaitu sebesar 2,67. Mengenai aspek kejelasan sumber responden menganggap sumber yang menyampaikan informasi mengenai program KB jelas, hal ini terlihat dari skor 2,57 yang berarti tinggi.
62
Hubungan Aspek Komunikan dengan Efektivitas Variety show Program KB Hipotesis ketiga dalam penelitian yang meneybutkan “Terdapat hubungan yang nyata antara peubah aspek komunikan dengan peubah efektivitas variety show program KB bagi generasi remaja,” diterima. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan sangat nyata antara peubah aspek komunikan dengan peubah efektivitas variety show program KB bagi remaja. Dengan demikian aspek komunikan menentukan pandangan terhadap efektivitas variety show program KB. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan diantara kedua peubah tersebut dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan koefisien korelasi Tau B-Kendall pada taraf α = 0,05 melalui program SPSS 17,0 for windows. Hasil penelitian hubungan apsek komunikan dengan efektivitas variety show Program KB menunjukkan; kesesuaian penerimaan pesan yang tidak terdapat hubungan nyata dengan kognitif. kesesuaian isi pesan, kesesuaian media, kesesuaian format dan kejelasan sumber memiliki hubungan nyata dengan kognitif. Ketepatan waktu dan kesesuaian format menunjukkan hubungan sangat nyata (p< 0,01) dengan kognitif. Hubungan yang sangat nyata juga terlihat pada aspek kejelasan sumber dengan afektif. Aspek kesesuaian isi pesan dan kesesuaian format menunjukkan hubungan yang nyata dengan afektif. aspek kesesuaian media memiliki hubungan yang nyata dengan konatif. Bila dilihat per aspek, kesesuaian pesan berhubungan nyata positif dengan efektivitas variety show program KB, semakin sesuai pesan yang disampaikan dengan audiens semakin tinggi keingintahuan responden untuk mengikuti acara variety show program KB. Ketepatan waktu dan kesesuaian format berhubungan sangat nyata dengan kognitif, hal ini dapat dipahami bahwa semakin tepat suatu program ditayangkan dengan suatu kondisi dan semakin sesuai format acara tersebut dengan audiens, maka akan semakin tertarik untuk mengetahui acara tersebut.
63
Tabel 6. Hubungan aspek komunikan dengan efektivitas variety show program KB Koefisien korelasi Tau B-Kendall ( b) Efektivitas Varietyshow Program KB
Aspek Komunikan
ksesuaian penerima pesan Kesesuaian isi pesan Ketepatan Waktu Kesesuaian Media Kesesuaian Format Kejelasan Sumber Total
Kognitif
Afektif
Konatif
0,225
0,164
0,219
0,277*
0,288*
0,177
0,414**
0,227
0,021
0,283*
0,224
0,321*
0,342**
0,299*
0,191
0,269*
0,368**
0,135
0,453**
0,443**
0,323**
Keterangan: ** = Signifikanpada level 0,01 * =Signifikanpada level 0,05 Demikian juga dengan kesesuaian isi pesan, kesesuaian format, dan kejelasan sumber. semakin sesuai isi pesan dengan kebutuhan audiens dan semakin sesuai format pesannya, akan semakin tinggi tingkat pemahaman audiens terhadap program tersebut. Kejelasan sumber berhubungan sangat nyata dengan afektif, hal ini dapat dipahami bahwa, semakin jelas sumber yang menyampaikan informasi maka akan semakin menambah nilai, sikap responden terhadap nilai atau sikap yang telah dipahaminya selama ini. Kesesuaian media berhubungan nyata dengan konatif, semakin sesuai media yang digunakan dengan yang diakses responden, maka akan semakin memantapkan keinginan responden untuk melakukan hal nilai atau sikap yang selama ini diyakininya yaitu keinginan responden untuk melakukan program KB semakin tinggi.
64
Kesesuaian penerima pesan tidak berhubungan nyata dengan efektivitas kognitif, afektif dan konatif, hal ini dapat dipahami bahwa, kesesuaian penerima pesan dalam hal ini variety show program KB ditujukan kepada remaja, belum tentu dapat menambah pengetahuan, sikap maupun tindakan penerima pesan. Faktor minat untuk mengetahui variety show program KB akan menambah fokus dan konsentrasi pemirsa dalam menonton acara tersebut yang akan mempengaruhi efektivitas baik kognitif, afektif dan konatif. Ketepatan waktu berhubungan sangat nyata dengan kognitif, tetapi tidak berhubungan nyata dengan afektif dan konatif, hal ini berarti bahwa keaktualan suatu masalah disampaikan sangat berpengaruh terhadap keingintahuan, namun belum tentu dibarengi dengan nilai, sikap dan tindakan meski responden merasa waktu penayangan masalah tersebut sesuai dengan situasi dan kondisinya. Kesesuaian media berhubungan nyata dengan kognitif dan konatif, namun tidak berhubungan nyata dengan afektif, hal ini menunjukkan bahwa, kesesuaian media akan berpengaruh terhadap pengetahuan yang akan berpengaruh pada tindakan, tanpa berpengaruh pada Sikap atau nilai. Hal ini dapat dipahami bahwa kesesuian media dapat mempengaruhi tindakan remaja tanpa melalui proses pengaruh terhadap sikap dan nilai. Kejelasan sumber berhubungan nyata dan sangat nyata dengan kognitif dan afektif, hal ini berarti bahwa, semakin jelas sumber yang menyampaikan pesan akan semakin berpengaruh pada pengetahuan, sikap dan nilai namun belum tentu mempengaruhi tindakan (konatif). Hubungan Karakteristik Komunikator, Isi Pesan dan Media dengan Aspek Komunikan Variety Show Program KB 1. Hubungan Karakteristik Komunikator dengan Aspek Komunikan Hipotesis keempat dalam penelitian yang menyebutkan “Terdapat hubungan yang nyata antara peubah karakteristik komunikator dengan peubah aspek komunikan variety show program KB bagi generasi remaja,” diterima. Karakteristik komunikator berhubungan nyata dengan aspek kesesuaian format dan kejelasan sumber. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan diantara kedua peubah tersebut dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan koefisien korelasi Tau B-Kendall pada taraf α = 0,05 melalui program SPSS 17,0 for windows, seperti yang terlihat pada Tabel 7 berikut:
65
Tabel 7. Hubungan karakteristik komunikator dengan aspek komunikan Koefisien Korelasi Tau B-Kendall ( b ) Aspek Komunikan Karakteristik Komunikator
Credibility expertise
Credibilty Trustworthiness
Acceptability
Total
Sesuai Penerima Pesan
Sesuai Isi Pesan
Ketepatan waktu
Sesuai media
Sesuai format
Kejelasan sumber
0,060
0,252
0,130
0,155
0,219
0,195
0,116
0,191
0,033
0,033
0,302*
0,184
0,198
0,334*
0,225
0,192
0,370** 0,358**
0,088
0,236
0,089
0,062
0,295*
0,253*
Keterangan: ** = Signifikanpada level 0,01 * =Signifikanpada level 0,05
Lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: hasil penelitian hubungan karakteristik komunikator dengan aspek komunikan menunjukkan; credibility expertise (kepercayaan terhadap keahlian narasumber) tidak terdapat hubungan nyata dengan kesemua unsur pada aspek komunikan. Hal ini dapat dipahami bahwa keahlian narasumber yang menjelaskan tentang program KB pada tayangan variety show tersebut, tidak berhubungan dengan aspek komunikan. Bila dilihat satu per satu dari aspek credibility trustworthiness (dapat dipercaya)
berhubungan nyata dengan kesesuaian format,
acceptability
berhubungan sangat nyata dengan kesesuaian format dan kejelasan sumber, juga berhubungan nyata dengan kesesuaian isi pesan. Credibility trustworthiness berhubungan nyata dengan kesesuaian format. Artinya, semakin dipercaya narasumber dalam acara variety show program KB tersebut semakin sesuai format acara variety show tersebut. Acceptability berhubungan sangat nyata dengan kesesuaian isi pesan, kesesuaian format dan kejelasan sumber, artinya, semakin narasumber tersebut dapat diterima oleh audience, maka semakin sesuai isi pesan variety show program KB tersebut juga semakin sesuai format acara tersebut dengan audience, dan semakin jelas narasumbernya.
66
Acceptability berhubungan nyata dengan kesesuaian isi pesan. Hal ini berarti, semakin narasumber tersebut dapat diterima oleh audience maka audience merasa isi pesannya semakin sesuai dengan mereka. Credibility expertise, credibility trustworthiness dan acceptability tidak berhubungan nyata dengan kesesuaian penerima pesan. Hal ini dapat diartikan bahwa
kredibilitas
keahlian,
kredibilitas
kepercayaan,
dan
penerimaan
narasumber oleh audience tidak berhubungan dengan kesesuaian penerima pesan, artinya sesuai atau tidaknya pesan yang diterima audience tidak ada hubungannya dengan keahlian, kepercayaan maupun penerimaan audience terhadap narasumber. Kesesuaian penerima pesan dapat diperoleh dari bahasa yang
digunakan atau materi
yang
disampaikan,
bukan
dari kehalian,
kepercayaan ataupun narasumber yang dapat diterima oleh audience. Credibililty trustworthiness tidak berhubungan nyata dengan kesesuaian isi
pesan,
artinya
kepercayaan
audience
terhadap
narasumber
tidak
berhubungan dengan isi pesan yang sesuai dengan audience. Narasumber yang dapat dipercaya bukan berarti langsung dapat mempengaruhi isi pesan sehingga isi pesan akan sesuai dengan audiens juga. Kesesuaian isi pesan dapat dipengaruhi oleh minat seseorang terhadap suatu permasalahan. Credibilty expertise, credibility trustworthiness dan acceptability tidak berhubungan nyata dengan
ketepatan waktu. Ini berarti bahwa tidak ada
hubungan antara keahlian narasumber dan narasumber yang dapat dipercaya maupun narasumber yang dapat diterima terhadap ketepatan waktu suatu permasalahan disajikan. Ketepatan waktu suatu permasalahan disajikan mungkin akan berhubungan dengan suatu peristiwa atau kejadian yang sedang dialami pada suatu masa atau waktu. Baik Credibility expertise, credibility trustworthiness dan acceptability tidak memiliki hubungan nyata dengan kesesuaian media, artinya kesesuaian media yang diakses oleh audience tidak berhubungan dengan keahlian seorang narasumber atau kepercayaan orang terhadap narasumber ataupun penerimaan audiens terhadap narasumber. Credibility expertise tidak berhubungan nyata dengan kesesuaian format. Hal ini dapat dipahami bahwa narasumber yang ahli tidak menentukan pandangan terhadap kesesuaian format suatu program acara. kesesuaian format acara akan dtentukan oleh jenis acara yang disajikan misalnya musik, drama,
67
lawak dan sebagainya yang tidak membutuhkan keahlian narasumber dalam menerangkan suatu permasalahan. Credibility expertise dan credibility Trustworthiness tidak memiliki hubungan nyata dengan kejelasan sumber, hal ini dapat dipahami bahwa keahlian narasumber dan narasumber yang dapat dipercaya oleh audience tidak berhubungan dengan kejelasan sumber, artinya meskipun narasumber itu adalah seorang yang ahli dan dipercaya namun belum tentu memiliki hubungan terhadap kejelasan dari mana narasumber tersebut berasal. Namun narasumber yang dapat diterima oleh audience (Acceptablilty) memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap kejelasan sumber, artinya semakin narasumber tersebut dapat diterima oleh audience semakin jelas narasumber tersebut berasal. 2. Hubungan Isi Pesan dengan Aspek Komunikan Hipotesis
kelima
dalam
penelitian
yang
menyebutkan
“Terdapat
hubungan nyata antara isi pesan dengan aspek komunikan variety show program KB bagi generasi remaja,” diterima. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan nyata antara isi pesan dan aspek komunikan. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan diantara kedua peubah tersebut dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan koefisien korelasi Tau B-Kendall pada taraf α = 0,05 melalui program SPSS 17,0 for windows. Hasil penelitian hubungan isi pesan dengan kspek Komunikan variety show program KB menunjukkan; hampir semua aspek dalam peubah isi pesan terdapat hubungan nyata dengan peubah aspek komunikan. Hanya unsur mudah dilakukan yang tidak terdapat hubungan nyata dengan unsur kesesuaian penerima pesan, Lambang yang sama tidak punya hubungan nyata dengan Kesesuaian isi pesan dan semua unsur isi pesan tidak mempunyai hubungan dengan ketepatan waktu. Hal ini dapat dipahami bahwa, isi pesan yang dirancang dengan lambang yang sama, membangkitkan kebutuhan dan mudah dilakukan tidak menentukan pandangan dengan ketepatan waktu dengan situasi dan kondisi pada saat pesan disampaikan. Penjabaran hubungan isi pesan dengan aspek komunikan dapat terlihat pada Tabel 8 berikut:
68
Tabel 8. Hubungan isi pesan dengan aspek komunikan Koefisien korelasi Tau B-Kendall ( b) Aspek Komunikan
Pesan sesuai Penerima Pesan
sesuai Isi Pesan
Ketepatan waktu
sesuai media
sesuai format
Kejelasan sumber
Lambang yang sama
0,359**
0,257
0,148
0,255
0,500**
0,325*
Membangkitkan Kebutuhan
0,334*
0,391**
0,168
0,313*
0,375**
0,273*
Mudah Dilakukan
0,207
0,466**
0,140
0,269*
0,364*
0,292*
Total
0,304*
0,388**
0,136
0,279*
0,425**
0,279*
Keterangan: ** = Signifikanpada level 0,01 * =Signifikanpada level 0,05
Jika dilihat satu per satu, terdapat hubungan sangat nyata antara aspek lambang yang sama dengan kesesuaian penerima pesan dan kesesuaian format. Aspek lambang yang sama juga berhubungan nyata dengan kejelasan sumber, yang berarti bahwa semakin sama lambang yang digunakan dengan penerima pesan dalam menyampaikan pesan, semakin pesan tersebut dapat diterima oleh audience sesuai dengan tujuan penyampai pesan. Demikian juga semakin sama lambang yang digunakan, semakin sesuai format pesan diterima oleh audience, dan semakin sama lambang yang digunakan semakin jelas sumber yang menyampaikan pesan. Hal ini dapat dipahami bahwa semakin sesuai lambang yang digunakan semakin audience tertarik untuk memperhatikan dan mengetahui siapa penyampai pesannya. Aspek
membangkitkan
kebutuhan
berhubungan
nyata
dengan
kesesuaian penerima pesan, kesesuaian media, dan kejelasan sumber serta berhubungan sangat nyata dengan kesesuaian isi pesan dan kesesuaian format, Hal ini menunjukkan bahwa semakin pesan tersebut membangkitkan kebutuhan maka akan semakin sesuai dengan penerima pesan, sama halnya dengan kesesuaian media, semakin membangkitkan kebutuhan, semakin sesuai dengan media yang diakses audience dan semakin jelas sumbernya. Demikian halnya dengan pesan yang semakin membangkitkan kebutuhan, audience akan merasa pesan tersebut semakin sesuai isinya dengan kebutuhan mereka dan semakin sesuai format pesan tersebut dengan apa yang diinginkan oleh audience.
69
Aspek mudah dilakukan berhubungan sangat nyata dengan kesesuaian isi pesan, berhubungan nyata dengan kesesuaian media, berhubungan nyata dengan kesesuaian format dan berhubungan nyata dengan kejelasan sumber. Hal ini dapat dipahami bahwa, pesan yang mudah dilakukan akan menarik minat untuk melakukan tindakan seperti apa yang disarankan, sehingga sesuai dengan isi pesan. Mudah dilakukan berhubungan nyata dengan ksesuaian media, yang berarti mudah dilakukan akan mempengaruhi kesesuaian responden mengakses media, demikian juga dengan format dan kejelasan sumber. Semakin mudah dilakukan, akan semakin sesuai format pesan tersebut dengan audience dan karena mudah dilakukan maka audience akan memperhatikan sehingga akan semakin disimak isinya sehingga semakin jelas sumber pesannya. Aspek penggunaan lambang yang sama tidak berhubungan dengan kesesuaian isi pesan, ketepatan waktu dan kesesuaian media, hal ini dapat dipahami bahwa pesan yang menggunakan lambang yang sama tidak menentukan pandanngan terhadap kesesuaian isi pesan, ketepatan waktu dan kesesuaian media. Kesesuaian isi pesan berkaitan dengan minat, kebutuhan akan pesan. Penggunaan lambang yang sama bagi remaja khususnya bisa bersifat hiburan namun belum tentu isi yang disampaikan sesuai dengan penerima pesan. Penggunaan lambang yang sama juga tidak berhubungan dengan ketepatan waktu, ketepatan waktu akan berkaitan dengan masalah yang disampaikan sesuai dengan kondisi keadaan yang sedang terjadi, ketepatan waktu berkaitan dengan keaktualisasian suatu pesan dengan suatu kondisi atau keadaan. Penggunaan lambang yang sama juga tidak berkaitan dengan kesesuaian media. Meski kesesuaian media dipilih karena lambang yang sama, namun lambang yang sama bukan berarti akan sesuai media yang diakses. Kesesuaian media yang diakses oleh penerima pesan akan berkaitan dengan minat dan kebutuhan terhadap suatu program acara yang mungkin salah satunya adalah penggunaan lambang yang sama, namun hanya penggunaan lambang yang sama tanpa disertai dengan acara yang menarik belum tentu menyentuh kesesuaian media. Membangkitkan kebutuhan tidak berhubungan nyata dengan unsur ketepatan waktu, hal ini menunjukkan bahwa pesan yang membangkitkan kebutuhan tidak menentukan pandangan terhadap ketepatan waktu pesan tersebut disampaikan. Pesan yang membangkitkan kebutuhan akan berkaitan
70
dengan minat dan keinginan untuk melakukan tindakan sesuai yang disampaikan penyampai pesan. Mudah dilakukan tidak berhubungan nyata dengan kesesuaian penerima pesan dan ketepatan waktu, hal ini berarti bahwa, tidak berarti pesan yan mudah dilakukan serta merta akan sesuai dengan penerima pesan, kesesuaian penerima pesan akan berkaitan dengan ketertarikan dan kebutuhan penerima pesan. Demikian juga dengan unsur mudah dilakukan tidak berhubungan nyata dengan ketepatan waktu, hal ini berarti pesan yang mudah dilakukan belum tentu tepat atau sesuai dengan situasi dan kondisi suatu program disampaikan. 3. Hubungan Media dengan Aspek Komunikan Hipotesis keenam dalam penelitian yang menyebutkan “Terdapat hubungan nyata antara media dengan aspek komunikan variety show program KB bagi generasi remaja,” tidak diterima/ditolak, media memiliki nilai yang kecil/sedikit dalam menentukan pandangan terhadap aspek komunikan variety show program KB. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan diantara kedua peubah tersebut dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan koefisien korelasi Tau B-Kendall pada taraf α = 0,05 melalui program SPSS 17,0 for windows, seperti yang terlihat pada Tabel 9. Hasil penelitian hubungan media degan apsek komunikan variety show program KB menunjukkan, terdapat hubungan nyata pada aspek kebutuhan pemirsa dengan kesesuaian peneriema pesan, kesesuaian isi pesan dan kejelasan sumber. Metode penyajian berhubungan nyata dengan kesesuaian penerima pesan dan kesesuaian format. Aspek waktu dan durasi, tidak memiliki hubungan nyata dengan kesemua unsur aspek komunikan. Begitu juga dengan metode penyajian tidak terdapat hubungan nyata dengan kesesuaian isi pesan, ketepatan waktu, kesesuaian media, dan kejelasan sumber. Aspek kebutuhan pemirsa berhubungan nyata dengan kesesuaian penerima pesan, kesesuaian isi pesan dan kejelasan sumber serta berhubungan sangat nyata dengan kesesuaian media, hal ini dapat diartikan bahwa, semakin suatu media dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya maka akan semakin sesuai dengan penerima pesan, demikian juga dengan isi pesan akan semakin sesuai. Begitu juga dengan kesesuian media, semakin dapat memenuhi kebutuhan pemirsa akan semakian sesuai media yang diakses tersebut bagi penerima
71
pesan. Demikian halnya dengan kejelasan sumber, semakin terpenuhi kebutuhan pemirsa akan semakin jelas sumber informasinya. Tabel 9. Hubungan media dengan aspek komunikan Koefisien korelasi Tau B-Kendall ( b) Aspek Komunikan
Media Sesuai Penerima Pesan
Sesuai Isi Pesan
Ketepatan waktu
Sesuai media
Sesuai format
Kejelasan sumber
Kebutuhan Pemirsa
0,283*
0,294*
0,135
0,397**
0,149
0,285*
Waktu
0,023
0,045
-0,267
0,105
-0,094
0,075
Durasi
0,096
0,247
-0,048
0,266
0,175
0,200
Metode Penyajian
0,273*
0,216
0,125
0,207
0,257*
0,251
Total
0,203
0,167
-0,045
0,219
0,155
0,159
Keterangan: ** = Signifikanpada level 0,01 * =Signifikanpada level 0,05 Waktu dan durasi pada peubah media tidak menunjukkan hubungan nyata dengan semua unsur aspek komunikan, hal ini dapat dipahami bahwa waktu dan durasi tidak menentukan pandangan terhadap baik kesesuaian penerima pesan, kesesuaian isi pesan, ketepatan waktu, kesesuaian media, keseuaian format maupun kejelasan sumber bagi penerima pesan. Aspek waktu dan durasi dalam tayangan varity show program KB tidak menentukan pandangan terhadap aspek komunikan. Metode penyajian yang terdiri atas drama komedi, musik pop dan talk show berhubungan nyata dengan kesesuaian penerima pesan, dan kesesuaian format, hal ini menunjukkan bahwa semakin sesuai metode penyajian maka akan semakin sesuai dengan penerima pesan dan juga akan semakin sesuai format acara tersebut dengan selera penerima pesan (audience).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan efektivitas variety show program KB melalui media televisi (Studi eksperimental di SMAN 4 Depok) sebagai berikut: 1. Efektivitas program KB bagi generasi remaja SMAN 4 Depok dalam menonton acara variety show BKKBN, secara keseluruhan tinggi baik dari segi kognitif, afektif, dan konatif; Terdapat perbedaan yang nyata pada pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai (afektif), dan keinginan untuk melaksanakan program KB (konatif) antara siswa-siswi yang tergabung dalam kelompok eksperimen yang mendapat tayangan variety show dengan kelompok kontrol yang tidak mendapat tayangan variety show program KB. 2. Karakteristik
komunikator,
isi
pesan,
media,
dan
aspek
komunikan
berpengaruh nyata terhadap efektivitas variety show program KB. Pesan, media, dan aspek komunikan memperlihatkan pengaruh yang sangat nyata terhadap efektivitas variety show program KB. Karakteristik komunikator kebermaknaannya ditunjukkan oleh pengaruh tidak langsung atau melalui aspek komunikan. Karakteristik komunikator, pesan, media, dan aspek komunikan secara bersama-sama mempengaruhi efektivitas variety show program KB sebesar 20,7%. 3. Faktor-faktor yang berpengaruh tinggi terhadap efektivitas program KB adalah faktor isi pesan dan aspek komunikan, sedangkan faktor karakteristik komunikator dan media berpengaruh rendah terhadap efektivitas variety show program KB. 4. Aspek komunikan menentukan pandangan terhadap efektivitas variety show program KB. 5. Karakteristik komunikator dan isi pesan menentukan pandangan terhadap aspek komunikan. Media memiliki nilai yang rendah dalam menentukan pandangan terhadap aspek komunikan variety show program KB bagi remaja siswa SMAN 4 Depok. Saran Saran yang berkaitan dengan efektivitas variety show program KB sebagai berikut:
74
1. Narasumber yang menyampaikan informasi mengenai program KB sebaiknya tidak hanya dilihat dari keahliannya, namun juga harus menyesuaikan dengan target audiencenya. 2. Variety
show
program
KB
dalam
menayangkan
acaranya
perlu
memperhatikan kebutuhan pemirsa, waktu tayang, dan metode penyajian yang sesuai dengan sasarannya. 3. Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah pembedaan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan responden dan sebagainya menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas sebuah tayangan.
DAFTAR PUSTAKA Agee, K, H. Ault and Emery. 2001. Introduction to Mass Communication . New York: Longman. Agresti, and Finlay. 2009. Statistical Methods for the social sciences. Upper Saddle river, NJ: Prentice-Hall. Ardianto, Lukiati dan Karlinah. 2009. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. _______, Erdinaya. 2006. Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan. Jakarta: Bhineka Cipta. Bignell. 2004. An Introduction to TV studies. London: Routledge. [BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional . 2011a. Buletin Informasi. No 1 Tahun 2011.Jakarta: BKKBN. [BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2011b. Buletin Informasi. No. 2 Tahun 2011. Jakarta: BKKBN. Bunna. 2010. Desain Media Komunikai Untuk Pendidikan Konservasi Berdasarkan Preferensi Msyarakat Dan Efeknya Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Di Kawasan Lindung Sungai Lesan, Berau, Kalimantan Timur. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor Campbell, T and Stanley. 1966. Experimental and Quasi-experimental Designs for Research. Chicago: Rand McNally college publishing company. Chandra. 2006. Ilmu Kedokteran: Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Chu C, Godwin and Schramm. 2004. Learning From Television, What The Research Says, Revised Edition. North Carolina: Information Age Publishing Inc. Darmanto. 1998. Teknik Penulisan Acara Siaran Radio. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya. Effendy. 1993. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju . 2000. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung. Citra Aditya Bakti. Gebner G. 1967. Mass Media and Human Communication Theory, Human Communication Theory. Editor: F.E.X. Dance. New York: Holt, Rinehart, & Winston. Hardjana. 2000. Metode Penelitian Public Relations. Bandung: Grafiti Hiebert, F. Ungurait and W. Bohn. 1975. Mass Media: an introduction to Mass Communication. New York: David McKay Company.
76
Hubeis, S. 2007. Pengaruh Desain Pesan Video Insruksional terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi, volume 25 No 1. Bogor: Departemen Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, FEMA, IPB. Husaini. 2002. Sebuah Rekayasa Mengubah Citra. Jakarta: Gema Insani Press. Iswarahadi. 2009. Peranan media dalam pendidikan iman dan upaya pendidikan kesadaran bermedia. Jakarta: Kanisius. Kerlinger, F.N. 2003. Asas-Asas Peneltian Behavioral. L.R. Simatupang, penerjemah; Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari Foundation of Behavioral Research. Kuswandi. 1996. Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta. Marlina, Saleh dan W. E. Lumintang. 2009. Perbandingan Efektivitas Cetak (Folder Dan Poster-Kalender) dan Penyajian Tanaman Terhadap Peningkatan Pengetahuan Masyarakat. Jurnal KMP. Departemen Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat Pertanian Bogor
Media Zodia Bogor: Institut
McPhail, T.L. 2009. Development Communication: Reframing the Role of the Media. UK, USA: Blackwell Publishing. McQuail.1987. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Morissan. 2005. Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tanggerang: Ramdina Prakasa. Napitupulu. 2011. Efek Tayangan Sulanjana Di Megaswara Tv Dalam Pelestarian Kebudayaan Lokal (Kasus Desa Babakan Rw. 01 Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor). Skripsi. Bogor: Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Nazir. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, Nurfalah. 2007. Pengaruh Tayangan Sinetron Religius Terhadap Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah (Di Desa Kedung Jaya Dan Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon). Tesis. Bogor: Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IInstitut Pertanian Bogor. Pane. 2003. Speak Out, Panduan Praktis dan Jitu Memasuki Dunia Broadcasting dan Public Speaking. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Rakhmat. 2005a. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2005b. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Santrock, W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Alih bahasa: Shinto B Adelar, Sherly Saragih; Editor: wisnu C. Kristiaji, Yati Simuharti. Jakarta: Erlangga. Sari. 1993. Audience Research. Yogyakarta: Andi Offset. Sarwono. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Schramm, W. and D. F. Roberts. 1977. The Process and Effects of Mass Communication. Urbana: University of Illionis Press.
77
Schwarzmeier. 2011. Planning and Designing a Variety Show. translated by, http://interaudio.org/mos/interaudiodoc/ Maria Rogahn. handout/handoutenglisch/varietyshow/Magazinsendung.pdf [18 Okt 2011]. Shanti. 2008. Segmen dan Penilaian Khalayak Terhadap Program Komedi di Televisi (Studi Kasus Acara Extravaganza dan Komedi Betawi). Skripsi. Bogor: Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Singarimbun, M dan S. Effendi. 2008. Metode Penelitan Survai. Yogyakarta: LP3ES. Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Umar. 2000. Business An Introduction. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. . 2003. Metode Riset Bisnis, Panduan Mahasiswa untuk Melaksanakan Riset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Wahyudi, JB. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wiloto. 2006. The Power of Public Relations. Jakarta: Power PR Global Publishing. Wisesa. 2006. Strategi Public Relations. Jakarta: Gramedia Pustaka.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lapangan
Kuesioner Penelitian EFEKTIVITAS VARIETYSHOW PROGRAM KELUARGA BERENCANA MELALUI MEDIATELEVISI
No Responden
: ……………………………………………………
Nama
: ………………………………….………………...
Tempat/Tanggal Lahir : ………………………………….………………… Alamat
: ……………………………………………………. …………………………………………………….
No. HP
: …………………………………………………….
Jenis kelamin
: …………………………………………………….
Kelas
: …………………………………………………….
Indeks Prestasi
: …………………………………………………….
Pekerjaan Orang Tua : …………………………………………………….
Tanggal pengisian
: …………………………………………………....
Tanda Tangan Resp
: …………………………………………………….
Oleh: DAMAYANTI
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
81
82
Berilah tanda silang (X) pada angka yang saudara anggap sesuai: (4) Sangat Setuju (3) Setuju (2) Tidak Setuju (1) Sangat tidak setuju Bagian Satu KARAKTERISTIK KOMUNIKATOR Skor No. 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9.
Pernyataan
Menurut saya, narasumber yang diundang dalam acara bincang mengenai program KB tersebut, adalah seseorang yang ahli dibidangnya. Menurut saya, Narasumber yang di undang tersebut sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan. Menurut saya, narasumber yang diundang dalam acara tersebut, kurang sesuai dengan topik yang dibicarakan Narasumber yang diundang dalam acara bincang mengenai program KB tersebut, menurut saya layak dipercaya Saya yakin apa yang disampaikan oleh narasumber yang diundang dalam acara bincang mengenai program KB tersebut adalah benar adanya Bagi saya, apa yang disampaikan oleh narasumber yang diundang dalam acara bincang mengenai program KB tersebut, tidak benar Menurut saya, dalam menyampaikan informasinya, narasumber tersebut jujur dan tidak berbohong Menurut saya, narasumber tersebut pernyataannya baik dan tidak menimbulkan perdebatan Saya tidak dapat menerima pendapat narasumber tersebut, karena apa yang dikatakannya tidak benar
Sangat Tidak Sangat Setuju Setuju Setuju Tidak Setuju (4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
Bagian Dua PESAN Skor No. 10. 11.
Pernyataan
Saya mengerti pesan yang disampaikan dalam acara bincang tersebut Menurut saya, bahasa yang digunakan dalam tayangan tersebut sesuai dengan remaja seusia saya
Sangat Tidak Sangat Setuju Setuju Setuju Tidak Setuju (4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
83
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Bahasa yang digunakan dalam tayangan tersebut tidak sesuai dengan remaja seperti saya Pesan yang disampaikan dalam tayangan tersebut, menambah pengetahuan saya tentang ledakan penduduk Pesan tersebut membuat saya ingin membantu mencegah ledakan penduduk Pesan tersebut tidak membangkitkan keinginan saya untuk mencegah ledakan penduduk Menurut Saya, ledakan penduduk dapat dikendalikan dengan cara setiap pasangan memiliki dua anak saja Remaja seperti saya juga dapat berpartisipasi dalam program KB yaitu dengan tidak lekas-lekas menikah Menurut saya, remaja seperti saya tidak dapat berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
Bagian Tiga MEDIA Skor No. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
26. 27.
Pernyataan
Menurut saya, Informasi program KB seperti tayangan tersebut, menambah pengetahuan saya tentang program KB bagi remaja Sebagai remaja, tayangan tersebut bermanfaat karena memberi wawasan mengenai peringatan terhadap ledakan penduduk Menurut saya, Informasi seperti itu tidak menambah wawasan saya mengenai ledakan penduduk Waktu tayang acara tersebut hari sabtu pagi jam 07 00 – 08.00 WIB, Waktu tayang acara tersebut sesuai dengan remaja seperti saya Sabtu pagi adalah waktu yang tepat untuk remaja, karena remaja seperti saya bisa menonton acara tersebut sebelum beraktifitas Waktu tayang acara tersebut tidak sesuai untuk remaja seperti saya Durasi tayangan tersebut adalah 60 menit, menurut saya, lamanya tayangan tersebut sudah sesuai dengan saya, tidak terlalu lama juga tidak terlalu cepat Menurut saya, durasi tayangan tersebut yang lamanya 60 menit, sudah sesuai dengan kebutuhan saya Menurut saya, durasi 60 menit adalah waktu yang terlalu lama, karenanya tayangan itu membosankan
Sangat Tidak Sangat Setuju Setuju Setuju Tidak Setuju (4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
84
28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
Menurut saya, drama komedi dalam tayangan tersebut lucu sebaiknya informasi mengenai KB, diselingi dengan drama komedi seperti dalam tayangan tersebut Drama komedi dalam tayangan tersebut sebaiknya ditiadakan Menurut saya Acara perbincangan (talkshow) dalam tayangan tersebut menarik Remaja seperti saya, menyukai acara perbincangan (talkshow) tersebut Menurut saya acara perbincangan (talkshow) tidak menarik Menurut saya, Musik pop yang ada dalam tayangan tersebut cukup menghibur Musik pop yang dinyanyikan oleh penyanyi dalam acara tersebut menarik dan sesuai dengan remaja seperti saya Dalam tayangan tersebut, menurut saya, sebaiknya tidak ada musik pop
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
Bagian Empat ASPEK KOMUNIKAN Skor No. 37. 38. 39. 40. 41.
42. 43.
44.
Pernyataan
Menurut saya, program KB dalam tayangan tersebut ditujukan bagi remaja Program KB dalam acara tersebut menurut saya, sesuai bagi remaja Menurut saya, program KB dalam acara tersebut tidak sesuai untuk remaja Menurut saya, pesan dalam tayangan tersebut adalah informasi mengenai masalah ledakan penduduk Dalam tayangan tersebut, saya sebagai remaja diharapkan, bisa ikut memikirkan dan juga berpartisipasi mencegah terjadinya ledakan penduduk Pesan dalam tayangan tersebut, seharusnya tidak mengajak remaja seperti saya ikut memikirkan masalah ledakan penduduk Menurut saya program Keluarga Berencana seperti itu tepat penayangannya saat ini, agar jangan sampai banyak remaja menikah di usia muda Menurut saya, agar jumlah remaja yang menikah di usia muda berkurang, program Keluarga berencana seperti itu cocok ditayangkan saat ini
Sangat Tidak Sangat Setuju Setuju Setuju Tidak Setuju (4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
85
45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.
57.
Program acara seperti itu menurut saya, kurang cocok ditayangkan saat ini Menurut saya, program tayangan KB seperti itu memang sebaiknya ditayangkan di televisi Menurut saya, tayangan acara seperti itu sudah sesuai ditayangkan di media televisi Menurut saya, informasi tentang KB seperti itu tidak cocok ditayangkan di televisi Menurut saya, format acara tersebut lucu, informatif dan menghibur, sesuai dengan remaja seperti saya Saya menyukai acara tersebut karena ada drama komedi dan musik popnya Bagi saya, meskipun dikemas dengan drama komedi dan lagu, tetap saja informasi seperti itu membosankan Menurut saya, Informasi berupa talkshow tentang KB menjadi menarik jika di mix (dicampur) dengan musik dan drama komedi Informasi tentang KB dibuat demikian sehingga tayangan tersebut lebih menarik Menurut saya, meski di mix (dicampur) demikian, acara tersebut tidak menarik. Saya mempercayai informasi mengenai ledakan penduduk yang disampaikan dalam tayangan tersebut Menurut saya, Informasi mengenai ledakan penduduk yang disampaikan dalam tayangan tersebut layak dipercaya, karena sumber informasinya dapat dipertanggungjawabkan Narasumber yang diundang dalam tayangan tersebut, tidak jelas dari mana instansinya
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
Bagian Lima EFEKTIVITAS VARIETYSHOW PROGRAM KELUARGA BERENCANA MELALUI MEDIA TELEVISI Skor No. 58. 59. 60. 61.
Pernyataan
Saya tahu akan terjadi kemiskinan dimana-mana apabila jumlah penduduk Indonesia tidak dikendalikan Saya juga tahu Apabila penduduk Indonesia tidak dikendalikan, akan terjadi kesenjangan yang lebih parah antara si kaya dan si miskin Saya tahu apabila jumlah penduduk Indonesia tidak dikendalikan, juga akan terjadi gizi buruk Saya tahu hal tersebut dari program acara televisi yang ditayangkan di sekolah
Sangat Tidak Sangat Setuju Setuju Setuju Tidak Setuju (4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
86
62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72.
73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84.
Saya tidak tahu jumlah penduduk yang banyak akan menimbulkan kemiskinan, kesenjangan antara si kaya dan si miskin serta gizi buruk Saya tahu, genre adalah generasi berencana Saya tahu generasi berencana adalah generasi yang merencanakan keluarganya Saya tahu hal tersebut dari program acara televisi yang ditayangkan di sekolah Saya tidak tahu apa itu genre Saya tahu, Keluarga Berencana adalah membentuk keluarga yang berkualitas Saya tahu keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang merencanakan pendidikan, kesehatan dan ekonomi keluarganya nanti Saya tahu hal tersebut dari program acara televisi yang ditayangkan di sekolah Saya tidak tahu apa itu keluarga berkualitas Saya tahu, sebagai generasi berencana saya dapat berpartisipasi dalam program Keluaraga Berencana dengan tidak cepat-cepat menikah Saya tahu, sebagai generasi berencana saya dapat berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana dengan tidak lekas-lekas memiliki anak di usia remaja. Saya tahu hal tersebut dari program acara televisi yang ditayangkan di sekolah Saya tidak tahu bahwa sebagai remaja saya bisa ikut berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana Saya merasa khawatir jika tidak dikendalikan, jumlah penduduk Indonesia akan membludak Saya merasa harus ikut berpartisipasi agar jumlah penduduk Indonesia tidak membludak Saya memahami hal tersebut, dari program acara televisi yang ditayangkan di sekolah Saya tidak merasa jumlah penduduk di Indonesia mengkhawatirkan Sebaiknya remaja seusia saya tidak lekas-lekas menikah Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh remaja seperti saya adalah menunda pernikahan Saya memahami hal tersebut, dari program acara televisi yang ditayangkan di sekolah Tidak masalah bagi saya menikah di usia muda Remaja seperti saya sebaiknya menunda memiliki anak Bagi remaja seperti saya, untuk memiliki anak perlu direncanakan sebaik-baiknya
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
87
85. 86. 87. 88. 89.
90. 91.
92. 93.
94. 95. 96. 97.
98
Saya memahami hal tersebut dari program acartelevisi yang ditayangkan di sekolah Saya merasa remaja seperti saya tidak masalah memiliki anak Saya akan merencanakan pernikahan saya agar dapat membentuk keluarga berkualitas Saya berencana akan memiliki anak dengan merencanakan pendidikannya Jika nanti saya menikah, saya akan merencanakan hal tersebut (membentuk keluarga berkualitas dan merencanakan pendidikan anak saya), setelah saya menonton program acara televisi yang ditayangkan di sekolah Saya tidak akan melakukan hal tersebut, meskipun saya sudah menonton program acara televisi yang ditayangkan di sekolah Sebagai remaja, saya akan berpartisipasi dalam Keluarga Berencana dengan merencanakan pernikahan saya sebaik-baiknya, agar keluarga saya hidup sejahtera Sebagai remaja, saya akan berpartisipasi dalam Keluarga Berencana dengan merencanakan kelahiran anak saya dengan dua anak saja Saya akan berpartisipasi melakukan hal tersebut (merencanakan keluarga sejahtera dengan dua anak saja), setelah menonton program acara televisi yang ditayangkan di sekolah Saya tidak akan berpartisipasi melakukan hal tersebut, meskipun saya telah menonton program acara televisi yang ditayangkan di sekolah Saya akan merencanakan pendidikan, kesehatan dan ekonomi keluarga saya, karenanya saya akan merencanakan matang-matang pernikahan saya Saya akan memiliki dua anak saja agar dapat membentuk keluarga berkualitas Saya akan melakukan hal tersebut (merencanakan pendidikan, kesehatan dan ekonomi keluarga serta membentuk keluarga berkualitas dengan dua anak saja) setelah menonton program acara televisi yang ditayangkan di sekolah Saya tidak akan melakukan hal tersebut, meskipun telah menonton program acara televisi yang ditayangkan di sekolah
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas
89
Uji validitas instrumental
Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total. Dalam hal ini, dengan n = 20 dan taraf signifikasi 5%, nilai r tabel [n=22] = 0,423 1 Jika lebih besar dari 0,423 berarti valid. Jika lebih kecil dari 0,423, berarti item tersebut tidak valid
Item karakteristik komunikator > 0,423 Keputusan Pearson Correlation Skor total kakom Terpakai kakom1 .846** Valid ** Terpakai kakom2 .844 Valid kakom3 -,227 Tidak valid Diperbaiki Terpakai kakom4 .833** Valid ** Terpakai kakom5 .803 Valid kakom6 ,245 Tidak valid Diperbaiki Terpakai kakom7 .821** Valid ** Terpakai kakom8 .820 Valid kakom9 ,227 Tidak valid Diperbaiki 1. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka item yang tidak valid akan diperbaiki untuk digunakan pada analisis selanjutnya. 2. Pengujian dengan analisis faktor terhadap enam item Kakom tersebut memperlihatkan total varian yang dapat dijelaskan oleh faktor ini hanya satu dengan nilai eigenvalues
sebesar 4,496, yang dapat menjelaskan 74,933 % varians, seperti tampak pada tabel berikut: Total Variance Explained Compo nent
Initial Eigenvalues Total
% of Variance
Extraction Sums of Squared Loadings
Cumulative %
1 2
4.496 .585
74.933 9.747
74.933 84.680
3
.391
6.524
91.204
4
.210
3.508
94.712
5
.176
2.934
97.646
6
.141
2.354
100.000
Total
% of Variance
4.496
Extraction Method: Principal Component Analysis.
1
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: AlfaBeta,2001, h. 213
74.933
Cumulative % 74.933
90
Item Pesan Pearson Correlation pesan1 peasn2 pesan3 pesan4 pesan5 pesan6 pesan7 pesan8 pesan9
> 0,423
Skor total pesan .880** .795** ,020 .869** .897** ,092 .874** .770** ,107
Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid
1. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka item yang tidak valid akan diperbaiki untuk digunakan pada analisis selanjutnya. 2. Pengujian dengan analisis faktor terhadap enam item Pesan tersebut memperlihatkan total varian yang dapat dijelaskan oleh faktor ini hanya satu dengan nilai eigenvalues
sebesar 4,578 yang dapat menjelaskan 76,303 % varians, seperti tampak pada tabel berikut: Total Variance Explained Compo nent
Initial Eigenvalues Total
% of Variance
Extraction Sums of Squared Loadings
Cumulative %
1 2
4.578 .565
76.303 9.413
76.303 85.715
3
.317
5.280
90.995
4
.229
3.810
94.805
5
.193
3.213
98.018
6
.119
1.982
100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total 4.578
% of Variance 76.303
Cumulative % 76.303
91
Item Media audio visual televisi Pearson Correlation media1 media2 media3 media4 media5 media6 media7 media8 media9 media10 media11 media12 media13 media14 media15 media16 media17 media18
> 0,423 Valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid
Skor total media ** .790 ** .781 -,130 * -.495 -,274 ** .755 ** .751 ** .833 ,206 ** .864 ** .802 ,094 ** .862 ** .857 ,144 ** .866 ** .829 -,309
Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Diperbaiki
1. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka item yang tidak valid akan diperbaiki untuk digunakan pada analisis selanjutnya. 2. Pengujian dengan analisis faktor terhadap 12 item Media tersebut memperlihatkan dua faktor/komponen dengan total varian secara kumulatif dapat dijelaskan 76,522 % oleh
kedua faktor ini dengan nilai eigenvalues masing-masing sebesar 7,734 dan 1,499, seperti tampak pada tabel berikut: Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings
Initial Eigenvalues Component
Total
% of Variance
Cumulative %
1 2 3
7.734 1.449 .660
64.448 12.074 5.503
64.448 76.522 82.025
4
.632
5.267
87.292
5
.381
3.179
90.471
6
.329
2.741
93.212
7
.259
2.157
95.368
8
.194
1.620
96.988
9
.136
1.131
98.119
10
.098
.817
98.936
11
.070
.587
99.523
12
.057
.477
100.000
Total
Extraction Method: Principal Component Analysis.
7.734 1.449
% of Variance 64.448 12.074
Cumulative % 64.448 76.522
Rotation Sums of Squared Loadings Total 6.244 2.939
% of Variance 52.030 24.492
Cumulative % 52.030 76.522
92
Item aspek komunikan Pearson Correlation
> 0,423 Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid
askom1 askom2
Skor total aspek komunikan ** .560 ** .525
askom3 askom4
-,060 ** .708
askom5 askom6
.599 ,158
askom7 askom8
.638 ** .687
askom9 askom10
,075 ** .474
askom11 askom12
.557 ,122
askom13 askom14
.562 ** .648
askom15 askom16
,165 ** .472
askom17 askom18
.792 ,249
askom19 askom20
.550 ** .545
Valid Valid
askom21
,292
Tidak valid
**
**
**
**
**
**
Keputusan Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Ciperbaiki Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai diperbaiki
1. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka item yang tidak valid akan diperbaiki untuk digunakan pada analisis selanjutnya.. 2. Pengujian dengan analisis faktor terhadap 14 item aspek komunikan tersebut memperlihatkan memperlihatkan tiga faktor/komponen dengan total varian secara kumulatif yang dapat dijelaskan 65,129 % oleh kedua faktor ini dengan nilai eigenvalues
masing-masing sebesar 6,125; 1,876; dan 1,117, seperti tampak pada tabel berikut:
93
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings
Initial Eigenvalues mponent
Total
% of Variance
Cumulative %
1 2 3 4
6.125 1.876 1.117 .929
43.751 13.398 7.979 6.635
43.751 57.150 65.129 71.764
5
.821
5.861
77.625
6
.680
4.855
82.480
7
.591
4.221
86.702
8
.431
3.075
89.777
9
.401
2.862
92.639
10
.331
2.363
95.002
11
.277
1.981
96.982
12
.213
1.524
98.506
13
.127
.908
99.415
14
.082
.585
100.000
Total
Extraction Method: Principal Component Analysis.
6.125 1.876 1.117
% of Variance 43.751 13.398 7.979
Cumulative % 43.751 57.150 65.129
Rotation Sums of Squared Loadings Total 4.353 2.571 2.195
% of Variance 31.091 18.361 15.677
Cumulative % 31.091 49.452 65.129
94
Item efektivitas Pearson Correlation efektif1 efektif2 efektif3 efektif4 efektif5 efektif6 efekti7 efektif8 efektif9 efekti10 efektif11 efektif12 efektif13 efektif14 efektif15 efektif16 efektif17 efektif18 efektif19 efektif20 efektif21 efektif22 efektif23 efektif24 efektif25 efektif26 efektif27 efektif28 efektif29 efektif30 efektif31 efektif32 efektif33 efektif34 efektif35 efektif36 efektif37 efektif38 efektif39 efektif40 efektif41
Skor total efektivitas *
.550
**
.508 ** .568 **
.426 * .523 *
.570 ,072 ** .459 ,109 ** .701 **
.652 ** .726 ,033 ** .469 ,233 ** .493 -,129 ** .660 *
> 0,423 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid
.716 ** .783
Valid Valid
-,084 ** .485
Tidak valid
**
Valid
.429 ** .508
Valid Valid
-,107 * .581 ** .575
Tidak valid
**
.549 ,059 ** .517 ** .575 **
.534 -,021 ** .536
Valid Valid Valid
Tidak valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
Keputusan Terpakai Terpakai Terpakai Terpakai Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Diperbaiki Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Terpakai Diperbaiki
.644 ** .497
Valid Valid
Terpakai Terpakai Terpakai Diperbaiki Terpakai Terpakai Terpakai
-,064
Tidak valid
Diperbaiki
**
.570 ** .504
Valid Valid
-,206 ** .619
Tidak valid
**
Valid
1. Berdasarkan hasil analisis di atas maka item yang tidak valid akan diperbaiki 2. Pengujian dengan analisis faktor terhadap 30 item efektivitas tersebut memperlihatkan memperlihatkan tujuh faktor/komponen dengan total varian secara kumulatif yang dapat dijelaskan 73.248% oleh kedua faktor ini dengan nilai eigenvalues masing-masing sebesar 9,101; 5,230; 1,968; 1,795; 1,472; 1,319; dan 1,109, tampak pada tabel berikut:
95
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings
Initial Eigenvalues Component
Total
% of Variance
Cumulative %
1 2 3 4 5 6 7 8
9.101 5.230 1.968 1.795 1.472 1.319 1.090 .970
30.336 17.434 6.560 5.982 4.908 4.396 3.632 3.232
30.336 47.769 54.329 60.312 65.220 69.616 73.248 76.480
9
.846
2.821
79.301
10
.797
2.657
81.958
11
.719
2.398
84.356
12
.635
2.117
86.473
13
.576
1.920
88.393
14
.544
1.812
90.205
15
.426
1.420
91.625
16
.355
1.183
92.809
17
.321
1.069
93.878
18
.263
.875
94.753
19
.240
.798
95.552
20
.230
.765
96.317
21
.201
.670
96.987
22
.176
.585
97.572
23
.140
.468
98.040
24
.131
.437
98.477
25
.123
.411
98.889
26
.105
.351
99.240
27
.071
.237
99.476
28
.068
.228
99.704
29
.053
.178
99.882
30
.035
.118
100.000
Total
Extraction Method: Principal Component Analysis.
9.101 5.230 1.968 1.795 1.472 1.319 1.090
% of Variance 30.336 17.434 6.560 5.982 4.908 4.396 3.632
Cumulative % 30.336 47.769 54.329 60.312 65.220 69.616 73.248
Rotation Sums of Squared Loadings Total 6.553 3.765 3.500 2.954 2.197 1.621 1.386
% of Variance 21.844 12.549 11.666 9.845 7.322 5.403 4.619
Cumulative % 21.844 34.393 46.059 55.904 63.226 68.629 73.248
96
Uji reliabilitas instrumental
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik Cronbach Alpha
Item karakteristik komunikator Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha .929
N of Items
.933
6
Nilai alpha cronbach untuk enam item pertanyaan karakteristik komunikator tinggi, yaitu: 0,929. Berarti kuesioner penelitian yang terdiri dari enam pertanyaan ini reliable/dapat dipercaya.
Item pesan Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha .933
N of Items
.937
6
Nilai alpha cronbach untuk enam item pertanyaan pesan tinggi, yaitu: 0,933. Berarti kuesioner penelitian yang terdiri dari enam pertanyaan ini reliable/dapat dipercaya.
Item Media Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha .916
.922
N of Items 12
Nilai alpha cronbach untuk 12 item pertanyaan mengenai media tinggi, yaitu: 0,916. Berarti kuesioner penelitian yang terdiri dari 12 pertanyaan ini reliable/dapat dipercaya.
Item Aspek Komunikan Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .865
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .863
N of Items 14
Nilai alpha cronbach untuk 14 item pertanyaan aspek komunikan tinggi, yaitu: 0,865. Berarti kuesioner penelitian yang terdiri dari 14 pertanyaan ini reliable/dapat dipercaya.
97
Item Efektivitas Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
.914
N of Items
.911
30
Nilai alpha cronbach untuk 30 item pertanyaan efektivitas tinggi, yaitu: 0,914. Berarti kuesioner penelitian yang terdiri dari 30 pertanyaan ini reliable/dapat dipercaya.
Deskripsi variabel 1. variabel karakteristik komunikator 2. variabel pesan 3. variabel media 4. variabel aspek komunikan 5. variabel efektivitas
Lampiran 3 Uji Hubungan Antar Peubah
99
1. Korelasi X (1,2,3) (satu persatu) dgn X4 (satu persatu) dan total X1.1 Kendall's X1.1
Correlation
tau_b
Coefficient
X1.2
1.000
Sig. (2-tailed) N X1.2
Correlation
X1.3 **
.711
X2.1 **
.600
X2.2 **
.542
X2.3 **
.444
X3.1
X3.2
**
.236
-.025
.517
X3.3
X3.4 **
.381
X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
X4.6
X4Total
**
.060
.252
.130
.155
.219
.195
.209
.582
.
.000
.000
.000
.001
.000
.077
.855
.004
.000
.656
.061
.338
.256
.098
.150
.092
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
1.000
**
.255
-.058
**
.116
.191
.033
.033
.302
*
.184
.146
.000
.
.000
.000
.000
.000
.053
.669
.001
.000
.386
.151
.808
.807
.021
.170
.233
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
**
1.000
**
**
**
**
.065
**
**
.198
*
.334
.225
.192
**
**
.000
.000
.
.000
.000
.000
.002
.635
.000
.000
.142
.012
.095
.159
.005
.008
.005
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
1.000
.317
*
-.087
**
.257
.148
.255
.711
**
.613
**
.573
**
.530
.623
**
.442
.550
Coefficient Sig. (2-tailed) N X1.3
Correlation
.600
.613
.535
.490
.551
.412
.503
.588
.370
.358
**
.345
Coefficient Sig. (2-tailed) N X2.1
Correlation
**
.542
**
.573
.535
**
.659
**
.539
**
.440
**
.567
.359
**
.500
*
.325
**
.340
Coefficient Sig. (2-tailed) N X2.2
Correlation
.000
.000
.000
.
.000
.000
.019
.531
.001
.000
.009
.059
.281
.066
.000
.018
.007
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
**
**
**
1.000
**
.258
-.079
**
**
*
**
.168
*
.313
**
*
.444
.530
.490
.659
.729
.350
.469
.334
.391
.375
.273
**
.367
Coefficient Sig. (2-tailed) N X2.3
Correlation
.001
.000
.000
.000
.
.000
.051
.560
.008
.000
.013
.003
.210
.021
.004
.042
.003
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
1.000
.295
*
-.067
**
.207
**
.140
.269
**
.517
**
.623
**
.551
**
.539
.729
**
.461
.453
.466
*
**
.364
*
.292
**
.361
Coefficient Sig. (2-tailed) N
.000
.000
.000
.000
.000
.
.027
.625
.001
.000
.127
.001
.302
.050
.006
.032
.004
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
100
X1.1 X3.1
Correlation
X1.2
X1.3
X2.1
X2.3
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
.317
*
.258
.295
*
1.000
.210
.002
.019
.051
.027
.
.123
.000
40
40
40
40
40
40
40
-.025
-.058
.065
-.087
-.079
-.067
.855
.669
.635
.531
.560
40
40
40
40
40
.236
.255
.077
.053
40
**
X2.2
.412
**
X4.1
X4.4
.294
*
.135
.001
.035
.028
40
40
40
.210 1.000
.120
-.017
.625
.123
.
.381
40
40
40
40
**
.120
1.000
X4.5
X4.6
X4Total
**
.149
.285
.288
.315
.003
.256
.034
.019
40
40
40
40
40
40
.023
.045
-.267
.105
-.094
.075
-.054
.899
.869
.743
.054
.451
.488
.588
.670
40
40
40
40
40
40
40
40
**
.096
.247
-.048
.266
.175
.200
.114
.439
*
X4.3
.283
.570
**
X4.2
.397
*
*
Coefficient Sig. (2-tailed) N X3.2
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
X3.3
Correlation
**
.381
**
.442
**
.503
**
.440
**
.350
**
.461
.570
.476
Coefficient Sig. (2-tailed)
N X3.4
Correlation
.004
.001
.000
.001
.008
.001
.000
.381
.
.000
.477
.064
.723
.050
.184
.137
.356
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
**
**
**
**
**
**
-.017
**
1.000
*
.273
.216
.125
.207
*
.257
.251
.252
.582
.550
.588
.567
.469
.453
.439
.476
*
Coefficient Sig. (2-tailed) N X4.1
Correlation
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.001
.899
.000
.
.035
.092
.333
.114
.042
.053
.034
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
.060
.116
.198
.334
*
.207
.283
*
.023
.096
.273
*
1.000
.284
.656
.386
.142
.009
.013
.127
.035
.869
.477
.035
.
.036
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
.252
.191
*
.334
.257
**
**
*
.294
.045
.247
.216
*
.061
.151
.012
.059
.003
.001
.028
.743
.064
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
.359
*
**
.368
*
*
*
**
.314
.263
.296
.502
.007
.023
.049
.030
.000
40
40
40
40
40
40
.284
1.000
**
**
**
**
.092
.036
.
.002
.002
.001
.000
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
Coefficient Sig. (2-tailed) N X4.2
Correlation
.391
.466
.424
.429
.427
.620
**
.651
Coefficient Sig. (2-tailed) N
101
X1.1 X4.3
Correlation
X1.2
X1.3
X2.1
X2.2
X2.3
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X4.1
X4.2
**
.368
X4.3
X4.4
**
1.000
.370
.424
X4.5 **
X4.6 *
.328
X4Total **
.417
**
.130
.033
.225
.148
.168
.140
.135
-.267
-.048
.125
.565
.338
.808
.095
.281
.210
.302
.315
.054
.723
.333
.007
.002
.
.007
.014
.002
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
*
*
**
.105
.266
.207
*
.314
**
**
1.000
.232
**
Coefficient Sig. (2-tailed) N X4.4
Correlation
.397
.429
.370
.405
**
.155
.033
.192
.255
.313
.269
.550
.256
.807
.159
.066
.021
.050
.003
.451
.050
.114
.023
.002
.007
.
.085
.003
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
.219
.302
**
.149
-.094
.175
.257
.263
.328
*
.232
1.000
.098
.021
.005
.000
.004
.006
.256
.488
.184
.042
.049
.001
.014
.085
.
.000
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
.195
.184
**
*
*
*
*
*
**
**
**
**
1.000
.150
.170
40
40
.209
.146
.092
.233
.005
.007
.003
40
40
40
40
40
Coefficient Sig. (2-tailed) N X4.5
Correlation
*
**
.370
**
.500
**
.375
.364
*
*
**
.427
**
.516
**
.507
Coefficient Sig. (2-tailed) N X4.6
Correlation
.358
.620
.417
.405
.516
**
.325
.273
.292
.285
.075
.200
.251
.296
.650
.008
.018
.042
.032
.034
.588
.137
.053
.030
.000
.002
.003
.000
.
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
.288
*
-.054
.114
.252
**
1.000
.004
.019
.670
.356
.034
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
Coefficient Sig. (2-tailed) N X4Tot
Correlation
al
Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**
.345
**
.340
**
.367
**
.361
*
**
.502
**
.651
**
.565
**
.550
**
.507
.650
102
2. Korelasi XTotal (1,2,3) dengan X4 (satu persatu) dan total
X1Total Kendall's tau_b
X1Total
Correlation Coefficient
X2Total
1.000
Sig. (2-tailed) N X2Total
X4.5
X4.6
**
.088
.236
.089
.062
.295
.253
*
.200
.396
*
X4Total
.
.000
.001
.496
.065
.490
.633
.019
.050
.091
40
40
40
40
40
40
40
40
1.000
*
**
.136
*
.279
**
*
.000
.
.009
.018
.002
.289
.031
.001
.030
.004
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
1.000
.203
.167
-.045
.219
.155
.159
.137
.001
.009
.
.104
.177
.720
.082
.202
.202
.231
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
Correlation Coefficient
.088
*
.304
.203
1.000
*
.284
**
*
*
*
Sig. (2-tailed)
.496
.018
.104
.
.036
40
40
40
40
40
**
.167
.284
*
1.000
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
N
.512
**
.396
.306
.388
.306
.304
.388
.368
.425
.279
**
.342
**
.314
.263
.296
.007
.023
.049
.030
.000
40
40
40
40
40
**
**
.002
.177
.036
.
.002
.002
.001
.000
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
**
1.000
**
*
**
**
.089
.136
-.045
Sig. (2-tailed)
.490
.289
.720
.007
.002
.
.007
.014
.002
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
Correlation Coefficient
.062
.279
*
.219
.314
**
1.000
.232
Sig. (2-tailed)
.633
.031
.082
.023
.002
.007
.
.085
.003
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
N
*
**
.429
.370
.417
.651
Correlation Coefficient
N
.328
.620
**
.065
.370
.427
**
Sig. (2-tailed)
.424
.429
**
.236
.368
.424
.502
Correlation Coefficient
N
X4.4
X4.4
**
N
X4.3
X4.3
40
Sig. (2-tailed)
X4.2
X4.2
40
N
X4.1
**
.512
X4.1
**
Sig. (2-tailed)
X3Total
X3Total
**
.405
.565
**
.550
103
X4.5
*
.263
.019
.001
.202
.049
40
40
40
40
Sig. (2-tailed)
.425
*
*
**
.328
*
.232
1.000
.001
.014
.085
.
.000
.000
40
40
40
40
40
40
**
1.000
.427
.279
*
.159
.296
Sig. (2-tailed)
.050
.030
.202
.030
.000
.002
.003
.000
.
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
Correlation Coefficient
.200
**
.137
**
**
**
**
**
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.091
.004
.231
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
N
**
**
.620
.502
**
**
.507
.253
.342
*
**
.516
Correlation Coefficient
N X4Total
.155
.295
N X4.6
**
Correlation Coefficient
.417
.651
.405
.565
.550
.516
.507
**
.650
.650
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
3. Korelasi X (1,2,3) satu persatu dengan Y (satu persatu) dan Total Kendall's
X1.1
tau_b
Correlation
X1.1
X1.2
1.000
.711
X1.3
**
X2.1 **
.600
**
.542
X2.2 **
.444
X2.3
X3.1
X3.2
**
.236
-.025
.517
X3.3
X3.4 **
.381
Y1PostEks
Y2PostEks
Y3PostEks
YTotal
**
.133
.089
.053
.123
.582
Coefficient Sig. (2-tailed) N X1.2
Correlation
.
.000
.000
.000
.001
.000
.077
.855
.004
.000
.285
.482
.675
.315
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
**
.009
.031
-.035
.018
40
40
40
40
40
**
1.000
**
**
**
**
.255
-.058
.000
.
.000
.000
.000
.000
.053
.669
.001
.000
.942
.807
.779
.884
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
1.000
**
.065
**
.094
.052
-.059
.035
.000
.000
.
.000
.000
.000
.002
.635
.000
.000
.450
.681
.637
.776
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
.711
.613
.573
.530
.623
.442
.550
Coefficient Sig. (2-tailed) N X1.3
Correlation
**
.600
.613
**
.535
**
.490
**
.551
.412
**
.503
.588
Coefficient Sig. (2-tailed) N
104
X1.1 X2.1
Correlation
X1.2 **
.542
**
.573
X1.3
X2.1
X2.2
**
1.000
.659
.535
X2.3
**
X3.1 **
.539
X3.2
X3.3
.317
*
-.087
X3.4 **
.440
Y1PostEks
Y2PostEks
Y3PostEks
YTotal
**
.238
.178
.207
.273
.567
*
Coefficient Sig. (2-tailed) N X2.2
Correlation
.000
.000
.000
.
.000
.000
.019
.531
.001
.000
.060
.165
.106
.028
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
**
**
**
1.000
**
.258
-.079
**
**
.198
.114
.202
.231
.444
.530
.490
.659
.729
.350
.469
Coefficient Sig. (2-tailed) N X2.3
Correlation
.001
.000
.000
.000
.
.000
.051
.560
.008
.000
.109
.360
.105
.057
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
1.000
.295
*
-.067
**
.200
.139
.091
.189
**
.517
**
.623
**
.551
**
.539
.729
**
.461
.453
Coefficient Sig. (2-tailed) N X3.1
Correlation
.000
.000
.000
.000
.000
.
.027
.625
.001
.000
.109
.273
.470
.125
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
.236
.255
**
*
.317
.258
*
.295
1.000
.210
**
**
.012
-.005
.070
.029
.077
.053
.002
.019
.051
.027
.
.123
.000
.001
.921
.970
.576
.815
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
-.025
-.058
.065
-.087
-.079
-.067
.210
1.000
.120
-.017
-.219
-.199
.024
-.135
.855
.669
.635
.531
.560
.625
.123
.
.381
.899
.086
.124
.850
.282
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
**
**
**
**
**
**
.120
1.000
**
-.056
-.096
-.103
-.092
.412
.570
.439
Coefficient Sig. (2-tailed) N X3.2
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
X3.3
Correlation
.381
.442
.503
.440
.350
.461
.570
.476
Coefficient Sig. (2-tailed) N X3.4
Correlation Coefficient
.004
.001
.000
.001
.008
.001
.000
.381
.
.000
.653
.445
.409
.448
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
-.017
**
1.000
.027
-.067
.013
.001
**
.582
**
.550
**
.588
**
.567
**
.469
**
.453
.439
.476
105
X1.1 Sig. (2-tailed) N Y1Po
Correlation
stEks
Coefficient Sig. (2-tailed) N
Y2Po
Correlation
stEks
Coefficient Sig. (2-tailed) N
Y3Po
Correlation
stEks
Coefficient Sig. (2-tailed) N
YTota Correlation l
X1.2
X1.3
X2.1
X2.2
X2.3
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
Y1PostEks
Y2PostEks
Y3PostEks
YTotal
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.001
.899
.000
.
.821
.581
.914
.991
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
.133
.009
.094
.238
.198
.200
.012
-.219
-.056
.027
1.000
.285
.942
.450
.060
.109
.109
.921
.086
.653
.821
.
.000
.039
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
1.000
**
.597
**
.597
*
.242
**
.089
.031
.052
.178
.114
.139
-.005
-.199
-.096
-.067
.482
.807
.681
.165
.360
.273
.970
.124
.445
.581
.000
.
.002
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
.053
-.035
-.059
.207
.202
.091
.070
.024
-.103
.013
.242
**
1.000
.675
.779
.637
.106
.105
.470
.576
.850
.409
.914
.039
.002
.
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
*
**
**
**
1.000
*
.637
.363
.732
.363
**
.637
.608
.732
**
.608
.123
.018
.035
.273
.231
.189
.029
-.135
-.092
.001
.315
.884
.776
.028
.057
.125
.815
.282
.448
.991
.000
.000
.000
.
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
106
4. Korelasi X4 (satu persatu) dengan Y (satu persatu) dan total X4.1 Kendall's tau_b
X4.1
Correlation Coefficient
X4.2
1.000
.284
.
.036
40
40
Sig. (2-tailed) N X4.2
.007
.023
.049
.030
.075
.199
.085
.047
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
**
1.000
**
.007
.002
.
.007
.014
40
40
40
40
40
**
1.000
.232
**
**
.424
.370
**
.277
.288
*
.177
.283
.000
.027
.023
.159
.021
40
40
40
40
40
40
*
**
**
.227
.021
.236
.002
.001
.075
.872
.057
40
40
40
40
40
.283
*
.224
.321
.427
.328
**
.620
.417
**
.405
*
.414
*
*
**
.314
Sig. (2-tailed)
.023
.002
.007
.
.085
.003
.026
.082
.012
.007
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
*
**
*
.328
.232
1.000
**
**
*
.299
.191
Sig. (2-tailed)
.049
.001
.014
.085
.
.000
.005
.017
.124
.010
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
**
1.000
.269
**
.135
.287
**
**
**
.030
.000
.002
.003
.000
.
.033
.004
.290
.021
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
Correlation Coefficient
.225
*
.277
**
*
**
*
.269
1.000
**
*
Sig. (2-tailed)
.075
.027
.001
.026
.005
.033
.
.000
.039
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
Correlation Coefficient
.164
.288
*
.227
.224
.299
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.199
.023
.075
.082
.017
.004
.000
.
.002
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
N
.342
*
**
.368
.597
.368
*
Sig. (2-tailed)
.283
.516
*
.296
.414
.405
.312
Correlation Coefficient
N
.417
.342
**
.263
.620
.516
.335
Correlation Coefficient
*
.427
.370
**
.429
Correlation Coefficient
N
Y2PostEks
.245
.001
N
Y1PostEks
.219
.002
.429
*
.164
.002
*
YTotal
.225
.
.424
Y3PostEks
.296
.036
.368
Y2PostEks
.263
Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient
Y1PostEks *
.314
1.000
N
X4.6
X4.6 *
*
N
X4.5
.368
X4.5 *
.284
Sig. (2-tailed)
X4.4
X4.4 **
Correlation Coefficient
N X4.3
X4.3 *
.597
.242
**
.363
**
.637
**
.732
107
X4.1 Y3PostEks
X4.3
X4.4
X4.5
X4.6
Y1PostEks
Y2PostEks
Y3PostEks
**
1.000
.219
.177
.021
.321
*
.191
.135
.242
Sig. (2-tailed)
.085
.159
.872
.012
.124
.290
.039
.002
.
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
*
*
**
**
*
**
**
**
1.000
.312
.287
.363
.637
.732
**
.608
Correlation Coefficient
.245
.283
.236
Sig. (2-tailed)
.047
.021
.057
.007
.010
.021
.000
.000
.000
.
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
N
.335
*
YTotal
Correlation Coefficient
N YTotal
X4.2
.608
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
5. Korelasi Xtotal (1,2,3,4) dengan Y (satu persatu) dan Total X1Total Kendall's tau_b
X1Total
Correlation Coefficient
X2Total
1.000
Sig. (2-tailed) N X2Total
Y1PostEks
Y2PostEks
Y3PostEks
YTotal
**
.200
.081
.082
-.022
.065
.396
.
.000
.001
.091
.497
.495
.858
.577
40
40
40
40
40
40
40
40
1.000
**
**
*
.244
.153
.199
.255
.000
.
.009
.004
.039
.203
.096
.028
40
40
40
40
40
40
40
40
**
1.000
.137
-.081
-.157
-.056
-.100
.001
.009
.
.231
.481
.179
.629
.374
40
40
40
40
40
40
40
40
Correlation Coefficient
.200
**
.137
1.000
**
**
**
Sig. (2-tailed)
.091
.004
.231
.
.000
.000
.006
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
Correlation Coefficient
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N X4Total
**
.512
X4Total
**
Sig. (2-tailed)
X3Total
X3Total
N
.512
**
.396
.306
.342
.306
.342
.453
.443
.323
*
**
.494
108
X1Total Y1PostEks
.081
.244
*
-.081
Sig. (2-tailed)
.497
.039
40
40
Y1PostEks
Y2PostEks
Y3PostEks
**
1.000
.481
.000
.
.000
.039
.000
40
40
40
40
40
40
**
**
1.000
**
.453
*
.242
**
Sig. (2-tailed)
.495
.203
.179
.000
.000
.
.002
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
-.022
.199
-.056
**
1.000
.858
.096
.629
.006
.039
.002
.
.000
40
40
40
40
40
40
40
40
Correlation Coefficient
.065
*
.255
-.100
**
**
**
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.577
.028
.374
.000
.000
.000
.000
.
40
40
40
40
40
40
40
40
N
N correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**
.494
*
.242
.637
.363
.732
.363
**
.637
-.157
.323
.597
.597
.153
Correlation Coefficient
.443
**
YTotal
.082
Sig. (2-tailed)
YTotal
X4Total
Correlation Coefficient
N Y3PostEks
X3Total
Correlation Coefficient
N Y2PostEks
X2Total
.608
.732
**
.608
Lampiran 4 Uji Beda Kelompok Kontrol dan Eksperimen
109
OUTPUT UJI BEDA Paired Samples Statistics Mean Pair 1
Pair 2
Pair 3
Pair 4
Pair 5
Pair 6
Pair 7
Pair 8
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Y1PostKon
2.6382
40
.25012
.03955
Y1PreKon
2.6115
40
.23025
.03641
Y2PostKon
2.6102
40
.28137
.04449
Y2PreKon
2.4920
40
.23434
.03705
Y3PostKon
2.7642
40
.26493
.04189
Y3PreKon
2.6250
40
.34060
.05385
YPostKon
2.6698
40
.22205
.03511
YPreKon
2.5765
40
.20258
.03203
Y1PostEks
2.9425
40
.22427
.03546
Y1PreEks
2.5335
40
.29219
.04620
Y2PostEks
2.8705
40
.22504
.03558
Y2PreEks
2.4190
40
.29581
.04677
Y3PostEks
3.0350
40
.27166
.04295
Y3PreEks
2.5630
40
.37275
.05894
YPostEks
2.9495
40
.19752
.03123
YPreEks
2.5043
40
.25759
.04073
110 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Lower
Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
Pair 1
Y1PostKon - Y1PreKon
.02674
.31216
.04936
-.07310
.12657
.542
39
.591
Pair 2
Y2PostKon - Y2PreKon
.11825
.31001
.04902
.01910
.21740
2.412
39
.021
Pair 3
Y3PostKon - Y3PreKon
.13925
.40065
.06335
.01112
.26738
2.198
39
.034
Pair 4
YPostKon – YpreKon
.09325
.24652
.03898
.01441
.17209
2.392
39
.022
Pair 5
Y1PostEks - Y1PreEks
.40900
.37838
.05983
.28799
.53001
6.836
39
.000
Pair 6
Y2PostEks - Y2PreEks
.45150
.34373
.05435
.34157
.56143
8.307
39
.000
Pair 7
Y3PostEks - Y3PreEks
.47200
.46055
.07282
.32471
.61929
6.482
39
.000
Pair 8
YPostEks – YpreEks
.44525
.30831
.04875
.34665
.54385
9.134
39
.000
111 Paired Samples Statistics Mean Pair 1
Pair 2
Pair 3
Pair 4
Pair 5
Pair 6
Pair 7
Pair 8
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Y1PreEks
2.5335
40
.29219
.04620
Y1PreKon
2.6115
40
.23025
.03641
Y2PreEks
2.4190
40
.29581
.04677
Y2PreKon
2.4920
40
.23434
.03705
Y3PreEks
2.5630
40
.37275
.05894
Y3PreKon
2.6250
40
.34060
.05385
YPreEks
2.5043
40
.25759
.04073
YPreKon
2.5765
40
.20258
.03203
Y1PostEks
2.9425
40
.22427
.03546
Y1PostKon
2.6382
40
.25012
.03955
Y2PostEks
2.8705
40
.22504
.03558
Y2PostKon
2.6102
40
.28137
.04449
Y3PostEks
3.0350
40
.27166
.04295
Y3PostKon
2.7642
40
.26493
.04189
YPostEks
2.9495
40
.19752
.03123
YPostKon
2.6698
40
.22205
.03511
112 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Lower
Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
Pair 1
Y1PreEks - Y1PreKon
-.07800
.30824
.04874
-.17658
.02058
-1.600
39
.118
Pair 2
Y2PreEks - Y2PreKon
-.07300
.35652
.05637
-.18702
.04102
-1.295
39
.203
Pair 3
Y3PreEks - Y3PreKon
-.06200
.52045
.08229
-.22845
.10445
-.753
39
.456
Pair 4
YPreEks - YPreKon
-.07225
.30767
.04865
-.17065
.02615
-1.485
39
.146
Pair 5
Y1PostEks - Y1PostKon
.30426
.32487
.05137
.20037
.40816
5.923
39
.000
Pair 6
Y2PostEks - Y2PostKon
.26025
.38840
.06141
.13603
.38447
4.238
39
.000
Pair 7
Y3PostEks - Y3PostKon
.27075
.33846
.05352
.16250
.37900
5.059
39
.000
Pair 8
YPostEks - YPostKon
.27975
.28615
.04524
.18824
.37126
6.183
39
.000
Lampiran 5 Rekaman video variety show program KB
113
One of the most widespread experimental designs in educational research involves and experimental group and a control group both given a pretest and a posttest, but in which the control group and the experimental group do not have pre-experimental sampling equivalence. Rather, the groups constitute naturally assembled collectives such as classrooms, as similar as availability permits but yet not so similar that one can dispense with the pretest. The assignment of X to one group or the other is assumed to be random and under the experimenter’s control. Two things need to be kept clear about this design: first, it is not to be confused with design 4, the pretest posttest control group design, in which experimental subjects are assigned randomly from a common population to the experimental and the control group. Second, in spite of this, design 10 should be recognized as well worth using in many instances in which designs 4,5, or 6 are impossible. In particular it should be recognized that the addition of even an unmatched or nonequivalent control group reduces greatly the equivocality of interpretation over what is obtained in design 2, the one group pretest-posttest design. The more similar the experimental and the control groups are in their recruitment, and the more this similarity is confirmed by the scores on the pretest, the more effective this control becomes. Assuming that these desiderata are approximated for purposes of internal validity we can regard the design as controlling the main effects of history, maturation, testing, and instrumentation, in that the difference for the experimental group between pretest and posttest (if greater than that for the control group) cannot be explained by main effects if these variables such as would be found affecting both the experimental and the control group. (the cautions about intrasession history noted for design 4 should, however, be taken very seriously)
Salah satu desain eksperimental yang paling luas dalam penelitian pendidikan melibatkan dan kelompok eksperimental dan kelompok kontrol baik diberikan pretest dan posttest, tetapi di mana kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak memiliki pra-eksperimental sampel kesetaraan. Sebaliknya, kelompok merupakan alami kolektif dirakit seperti ruang kelas, semirip izin ketersediaan tetapi namun tidak begitu mirip yang satu dapat membuang pretest tersebut. Penetapan X pada satu kelompok atau yang lain diasumsikan acak dan di bawah kontrol eksperimen itu. Dua hal yang perlu disimpan jelas tentang desain: pertama, tidak menjadi bingung dengan desain 4, kontrol posttest group design pretest, di mana subjek eksperimental ditugaskan secara acak dari populasi umum untuk eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua, terlepas dari ini, desain 10 harus diakui sebagai layak digunakan dalam banyak kasus di mana desain 4,5, atau 6 tidak mungkin. Secara khusus harus diakui bahwa penambahan bahkan kelompok kontrol yang tak tertandingi atau mengurangi nonequivalent sangat ketidakjelasan penafsiran atas apa yang diperoleh dalam desain 2, satu kelompok pretest-posttest design.
Yang lebih mirip dengan eksperimen dan kelompok kontrol dalam perekrutan mereka, dan semakin kesamaan ini dikonfirmasi oleh nilai pada pretest, kontrol yang lebih efektif ini menjadi. Dengan asumsi bahwa Desiderata yang didekati untuk tujuan validitas internal kita dapat menganggap desain sebagai mengendalikan efek utama sejarah, pematangan, pengujian, dan instrumentasi, dalam perbedaan untuk kelompok eksperimental antara pretest dan posttest (jika lebih besar dari itu untuk kelompok kontrol) tidak dapat dijelaskan dengan efek utama jika variabel-variabel seperti akan ditemukan mempengaruhi baik eksperimental dan kelompok kontrol. (yang memperingatkan tentang sejarah intrasession dicatat untuk desain 4 harus, bagaimanapun, harus dilakukan dengan sangat serius)
Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang ditetapkan. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti perlu menjawab sekurangkurangnya tiga pertanyaan pokok (Nazir, 1985) yaitu: 1. Urutan kerja atau prosedur apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan suatu penelitian? 2. Alat-alat (instrumen) apa yang akan digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam menganalisis data? 3. Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut? Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang terus dilakukan dalam suatu penelitian. Hal ini sangat membantu peneliti untuk mengendalikan kegiatan atau tahap-tahap kegiatan serta mempermudah mengetahui kemajuan (proses) penelitian. Metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis. Dalam prakteknya terdapat sejumlah metode yang biasa digunakan untuk kepentingan penelitian. Berdasarkan sifat-sifat masalahnya, Suryabrata (1983) mengemukakan sejumlah metode penelitian yaitu sebagai berikut 1. Penelitian Historis yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif. 2. Penelitian Deskriptif yang yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu. 3. Penelitian Perkembangan yang bertujuan untuk menyelidiki pola dan urutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu. 4. Penelitian Kasus/Lapangan yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungansuatu obyek 5. Penelitian Korelasional yang bertujuan untuk mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi 6. Penelitian Eksperimental suguhan yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melakukan kontrol/kendali 7. Penelitian Eksperimental semu yang bertujuan untuk mengkaji kemungkinan hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak memungkinkan ada kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh informasi pengganti bagi situasi dengan pengendalian. 8. Penelitian Kausal-komparatif yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen tetapi dilakukan dengan pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi penyebab, sebagai pembanding. 9. Penelitian Tindakan yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru atau pendekatan baru dan diterapkan langsung serta dikaji hasilnya.
McMillan dan Schumacher (2001) memberikan pemahaman tentang metode penelitian dengan mengelompokkannya dalam dua tipe utama yaitu kuantitatif dan kualitatif yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis metode sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut.
Jenis-Jenis Metode Penelitian
Jenis-jenis penelitian lain dapat dibedakan atas dasar beberapa sumber referensi berikut ini.
Jenis-Jenis Metode Penelitian Menurut Ahli
Banyaknya jenis metode penelitian sebagaimana dikemukakan di atas, dilandasi oleh adanya perbedaan pandangan dalam menetapkan masing-masing metode. Uraian selanjutnya tidak akan mengungkap semua jenis metode yang dikemukakan di atas tetapi membahas secara singkat beberapa metode penelitian sederhana yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan.
A. Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalahmasalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel.
B. Studi Kasus Penelitian Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seseorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya, mempelajari secara khusus kepala sekolah yang tidak disiplin dalam bekerja. Terhadap kasus tersebut peneliti mempelajarinya secara mendalam dan dalam kurun waktu cukup lama. Mendalam, artinya mengungkap semua variable yang dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek. Tekanan utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melakukan apa yang dia lakukan dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Untuk mengungkap persoalan kepala sekolah yang tidak disiplin peneliti perlu mencari data berkenaan dengan pengalamannya pada masa lalu, sekarang, lingkungan yang membentuknya, dan kaitan variabel-variabel yang berkenaan dengan kasusnya. Data diperoleh dari berbagai sumber seperti rekan kerjanya, guru, bahkan juga dari dirinya. Teknik memperoleh data sangat komprehensif seperti observasi perilakunya, wawancara, analisis dokumenter, tes, dan lain-lain bergantung kepada kasus yang dipelajari. Setiap data dicatat secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain, kalau perlu dibahas dengan peneliti lain sebelum menarik kesimpulankesimpulan penyebab terjadinya kasus atau persoalan yang ditunjukkan oleh individu tersebut. Studi kasus mengisyaratkan pada penelitian kualitatif. Kelebihan studi kasus dari studi lainnya adalah, bahwa peneliti dapat mempelajari subjek secara mendalam dan menyeluruh. Namun kelemahanya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subyektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain. Dengan kata lain, generalisasi informasi sangat terbatas penggunaannya. Studi kasus bukan untuk menguji hipotesis, namun sebaliknya hasil studi kasus dapat menghasilkan hipotesis yang dapat diuji melalui penelitian lebih lanjut. Banyak teori, konsep dan prinsip dapat dihasilkan dan temuan studi kasus.
C. Penelitian Survei
Penelitian survei cukup banyak digunakan untuk pemecahan masalah-masalah pendidikan termasuk kepentingan perumusan kebijaksanaan pendidikan. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi tentang variabel dari sekolompok obyek (populasi). Survei dengan cakupan seluruh populasi (obyek) disebut sensus. Sedangkan survei yang mempelajari sebagian populasi dinamakan sampel survei. Untuk kepentingan pendidikan, survei biasanya mengungkap permasalahan yang berkenaan dengan berapa banyak siswa yang mendaftar dan diterima di suatu sekolah? Berapa jumlah siswa rata-rata dalam satu kelas? Berapa banyak guru yang telah memenuhi kualifikasi yang telah ditentukan? Pertanyaan-pertanyaan kuantitatif seperti itu diperlukan sebagai dasar perencanaan dan pemecahan masalah pendidikan di sekolah. Pada tahap selanjutnya dapat pula dilakukan perbadingan atau analsis hubungan antara variabel tersebut.
D. Studi Korelasional Seperti halnya survei, metode deskriptif lain yang sering digunakan dalam pendidikan adalah studi korelasi. Studi ini mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variable berhubungan dengan variasi dalam variabel lain. Derajat hubungan variable-variabel dinyatakan dalam satu indeks yang dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antar variabel atau untuk menyatakan besar-kecilnya hubungan antara kedua variabel. Studi korelasi bertujuan menguji hipotesis, dilakukan dengan cara mengukur sejumlah variabel dan menghitung koefisien korelasi antara variabel-variabel tersebut, agar dapat ditentukan variabel-variabel mana yang berkorelasi. Misalnya peneliti ingin mengetahui variabel-variabel mana yang sekiranya berhubungan dengan kompetensi profesional kepala sekolah. Semua variabel yang ada kaitannya (misal latar belakang pendidikan, supervisi akademik, dll) diukur, lalu dihitung koefisien korelasinya untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat hubungannya dengan kemampuan manajerial kepala sekolah.
E. Penelitian Eksperimen Penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan metode inti dari model penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam metode eksperimen, peneliti harus melakukan tiga persyaratan yaitu kegiatan mengontrol, kegiatan memanipulasi, dan observasi. Dalam penelitian eksperimen, peneliti membagi objek atau subjek yang diteliti menjadi 2 kelompok yaitu kelompok treatment yang mendapatkan perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan.
F. Penelitian Tindakan Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktek yang dilakukan sendiri. Dengan demikian akan diperoleh pemahaman mengenai praktek tersebut dan situasi di mana praktek tersebut dilaksanakan. Terdapat dua esensi penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area
yaitu: (1) Untuk memperbaiki praktek; (2) Untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman/kemampuan para praktisi terhadap praktek yang dilaksanakannya; (3) Untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktek tersebut dilaksanakan.
G. Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D) Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktek. Yang dimaksud dengan Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggung jawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, sistem manajemen, dan lain-lain. Demikianlah beberapa metode penelitian dalam pendidikan, sumber utama dari penulisan metode penelitian ini yaitu dari Surya Dharma, MPA., Ph.D, (2008) Pendekatan, Jenis, Dan Metode Penelitian Pendidikan : Jakarta
Read more: METODE PENELITIAN >> Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian | belajarpsikologi.com