EFEKTIVITAS PUPUK MAJEMUK NK TERHADAP TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA OXIC DYSTRUDEPT DARMAGA
Oleh FINA SOFIANA A 24103074
PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
SUMMARY FINA SOFIANA. Effectiveness of Compound Fertilizers of NK on the Growth of Corn (Zea mays L.) in Oxic Dystrudept Darmaga. (Under supervision of KOMARUDDIN IDRIS and BUDI NUGROHO). Nitrogen and potassium are two of the essential elements that needed for maximum growth and production of corn. Generally, soil in humid tropics has low nitrogen and potassium. At present, the used of inorganic fertilizers still become main alternative to solve nutrients deficiency. The objective of this research was to identify compound fertilizers NK effectiveness on the growth, production, and N and K uptake of corn (Zea mays L.). This research was arranged by Block Randomized Design with four treatments and four replications. Treatments consist of control, standard, NK 1 x standard dose, NK 1.5 x standard dose. Fertilizer used in this research was NK fertilizers Cap Agromas which contains 9.11 % N and 30.88 % K2O. Research results showed that NK treatment significantly affects dry weight of biomass and uptake of N and K compared to control treatment. Both NK 1 x standard dose and 1.5 x standard dose tended to give greater effect plant height, dry weight of ear and dry weight of kernels even though not significantly. Among NK treatments, NK 1.5 x standard tended to give greater effect compared to NK 1 x standard for all variables (plant height, dry weight of biomass, dry weight of ear, dry weight of kernels and uptake of N and K). Based on RAE, the treatment of NK 1.5 x standard was more effective to applied than treatment of NK 1 x standard.
RINGKASAN FINA SOFIANA. Efektivitas Pupuk Majemuk NK terhadap Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Oxic Dystrudept Darmaga. (Dibawah bimbingan KOMARUDDIN IDRIS dan BUDI NUGROHO). Nitrogen dan kalium merupakan unsur hara utama yang paling banyak dibutuhkan tanaman jagung untuk tumbuh dan berproduksi selain fosfor. Umumnya, tanah di daerah tropik basah sering kekurangan hara tersebut. Saat ini penggunaan pupuk buatan (anorganik) masih menjadi alternatif utama untuk mengatasi kekurangan unsur-unsur tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk NK terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara nitrogen dan kalium pada tanaman jagung (Zea mays L.). Penelitian ini disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah kontrol, standar, NK 1 x dosis standar dan NK 1.5 x dosis standar. Pupuk NK yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NK Cap Agromas dengan kandungan 9.11 % N dan 30.88 % K2O. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk NK berpengaruh nyata meningkatkan bobot kering brangkasan dan serapan N dan K dibandingkan dengan kontrol. Pupuk NK dengan dosis 1 x maupun 1.5 x dosis standar cenderung meningkatkan tinggi tanaman, bobot kering tongkol berbiji dan bobot kering biji walaupun tidak nyata. Diantara perlakuan NK, pemberian pupuk NK 1.5 x dosis cenderung memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan NK 1 x dosis standar untuk semua variabel (tinggi tanaman, bobot kering brangkasan, bobot kering tongkol berbiji, bobot kering biji dan serapan hara N dan K). Berdasarkan nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness), RAE pada perlakuan NK 1.5 x dosis standar lebih efektif untuk digunakan dibandingkan dengan perlakuan NK 1 x dosis standar.
EFEKTIVITAS PUPUK MAJEMUK NK TERHADAP TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA OXIC DYSTRUDEPT DARMAGA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Fina Sofiana A 24103074
PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi
: EFEKTIVITAS
PUPUK
MAJEMUK
NK
TERHADAP TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA OXIC DYSTRUDEPT DARMAGA Nama Mahasiswa
: Fina Sofiana
Nomor Pokok
: A 241030374
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. H. Komaruddin Idris, MS
Ir. Budi Nugroho, MSi
NIP. 130 536 683
NIP. 131 667 785
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
Tangggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 Januari 1986 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Taufik dan Ir. Aldina Andayani (Alm.) Penulis memulai pendidikan formal saat masuk TK Puspita Kesuma Bogor pada tahun 1989 dan lulus tahun 1991. Tahun 1997 penulis lulus dari SDN Pengadilan 3 Bogor, kemudian pada tahun 2000 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 5 Bogor. Tahun 2001 penulis masuk SMUN 9 Bogor selama satu tahun, kemudian menyelesaikan studi di SMUN 2 Bogor pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis berkesempatan menjadi pengurus International Association of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS) periode kepengurusan 2006-2007 pada Departement Exchange Program dan periode kepengurusan 2007-2008 sebagai Local Exchange Coordinator Local Committee IPB dan penulis juga aktif dalam kepanitiaan yang diadakan oleh International Association of Students in Agricultural and Related Sciences. Pada bulan Juli-Agustus 2006 penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kabupaten Cianjur, Kecamatan Cikalongkulon, Desa Majalaya.
KATA PENGANTAR Assalamua’alaikum wr.wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “ Efektivitas Pupuk Majemuk NK terhadap Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Oxic Dystrudept Darmaga” dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir akademik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini tentu tidak mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Komaruddin Idris, MS sebagai Dosen Pembimbing I dan Pembimbing Akademik atas saran dan bimbingannya dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi, serta selama kuliah di IPB. 2. Ir. Budi Nugroho, Msi sebagai Dosen Pembimbing II atas saran dan bimbingannya dalam penelitian di lapangan dan penulisan skripsi. 3. Dr. Rahayu Widyastuti, MSc sebagai Dosen Penguji, atas saran yang diberikan. 4. Mama atas keberadaannya yang menjadi inspirasi terbesar dalam hidup penulis. Bapa, Firman, Fauzi, Farhan atas doa, kasih sayang, motivasi baik moril dan materiil dan pengertiannya sehingga penulis tetap semangat sampai skripsi ini dapat selesai. 5. Ibu, Papi, Tita dan keluarga, dan Titi yang selalu menemani dan memberi semangat kepada penulis. 6. Keluarga besar Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan semua staf Departemen Ilmu Tanah yang telah membantu kegiatan penulis. 7. Sahabat-sahabat tercinta Ana ‘teman cerita’, Bintik ‘teman seperjuangan’, Mina, Asri, Eel dan Agi atas semua dukungan, semangat dan kesediaannya ikut berperan dalam proses hidup penulis.
8. Keluarga Co (Jaka, Edo, Siska) atas dukungan, doa, semangat dan waktunya. 9. Keluarga besar IAAS (Melinda, Maya, Meong, Jaka-Jaka, Doddy, Galih, Nunik, Dewi, Yogha, Chiqa, Lizna dan yang lainnya) atas semangat, perhatian, dukungan dan kesempatannya sehingga penulis dapat lebih mengembangkan diri. 10. Faisal Maulana Rahman Soemarsono yang selalu memberikan warna dalam hidup penulis. Terima kasih untuk selalu ada dalam waktu 5 tahun yang sangat panjang. 11. Teman-teman angkatan 40 (Lia, Au, Bayu, Arum, Diah, Dian, Adi, Bolon, Eko, Anto) serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Wassalamua’alaikum wr.wb.
Bogor, Januari 2008
Penulis
DAFTAR ISI halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xi
I.
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1.
Latar Belakang ..................................................................
1
1.2.
Tujuan ...............................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 2.1. Peranan Nitrogen dan Kalium bagi Tanaman Jagung .......
3 3
2.2.
Nitrogen dan Kalium dalam Tanah ...................................
4
2.3.
Pupuk Majemuk ................................................................
6
2.4.
Karakteristik Tanaman Jagung ..........................................
7
2.5.
Sifat Umum Latosol ..........................................................
8
BAHAN DAN METODE ...............................................................
10
3.1.
Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................
10
3.2.
Bahan dan Alat .................................................................
10
3.3.
Metode Penelitian .............................................................
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
13
II.
III.
4.1.
13
4.2.
Tinggi Tanaman, Bobot Kering Brangkasan, Serapan N dan K ................................................................................ Bobot Kering Tongkol Berbiji dan Bobot Kering Biji .....
4.3.
Efektivitas Agronomik Relatif Pupuk ..............................
17
4.4.
Pengaruh Pemupukan NK terhadap Sifat Kimia Tanah ...
18
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
19
5.1
Kesimpulan .......................................................................
19
5.2
Saran .................................................................................
19
VI. DAFTAR PUSTAKA .....................................................................
20
LAMPIRAN .............................................................................................
22
V.
14
x
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
halaman
1.
Dosis Perlakuan Pemupukan pada Tanaman Jagung ...............
11
2.
Pengaruh Pemberian Pupuk NK terhadap Bobot Kering Brangkasan ..............................................................................
14
3.
Pengaruh Pemberian NK terhadap Serapan N dan K Tanaman Jagung .....................................................................................
14
4.
Pengaruh Pemberian NK terhadap Produksi Tanaman Jagung
16
5.
Nilai Efektivitas Agronomik Relatif Pupuk NK terhadap Pupuk Standar .........................................................................
17
Lampiran 1.
Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman, Bobot Kering Brangkasan, Bobot Kering Tongkol Berbiji, Bobot Kering Biji, Serapan N Jagung, dan Serapan K Jagung .................................
23
2.
Sifat Kimia Oxic Dystrudept Darmaga ......................................
25
3.
Sifat Kimia Tanah Setelah Percobaan ........................................
25
4.
Nilai Rataan Kadar dan Serapan N dan K Tanaman Jagung .....
26
5.
Nilai Rataan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung .......
27
6.
Deskripsi Varietas Pioneer P-12 ................................................
28
7.
Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan PPT (1983)
29
xi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Teks
halaman
1.
Rata-rata Tinggi Tanaman pada 4, 6, 8 dan 10 MST ...............
13
2.
Pengukuran Pemberian NK terhadap Produksi Jagung ...........
16
Lampiran 1.
Denah Petak Percobaan ...........................................................
29
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nitrogen dan kalium merupakan unsur-unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berproduksi. Kebutuhan produksi pangan yang tinggi memerlukan pengelolaan hara yang tepat agar kebutuhan hara tanaman dapat dipenuhi secara optimal sehingga memberikan pertumbuhan dan produksi yang tinggi. Umumnya, tanah di daerah tropik basah kekurangan hara N dan K. Untuk mendapatkan hasil optimal diperlukan tambahan pupuk yang jumlahnya sangat bergantung pada lingkungan dan pengelolaan tanaman. Saat ini penggunaan pupuk buatan (anorganik) masih menjadi alternatif utama untuk mengatasi kekurangan unsur-unsur tersebut. Konsumsi pupuk di Indonesia setiap tahun terus meningkat dan tanaman jagung merupakan tanaman pangan yang mengkonsumsi pupuk terbanyak setelah tanaman padi (Syafruddin et al., 1998). Pupuk buatan diperlukan untuk mempertahankan kesuburan tanah dan menurunkan ongkos produksi tanaman melalui peningkatan hasil tiap hektar. Saat ini semakin banyak pupuk yang diproduksi untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk yang diproduksi sangat beragam dan masing-masing pupuk memiliki tingkat efektivitas yang berbeda. Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NK Cap Agromas dengan kandungan 9.11 % N dan 30.88 % K2O. Pemberian pupuk majemuk NK ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi. Menurut Sabiham et al. (1989) pemakaian pupuk majemuk memberikan keuntungan antara lain lebih praktis dalam pemberian, hemat tenaga kerja serta ongkos pengangkutan dan pemakaiannya. Jagung merupakan tanaman yang memiliki kandungan gizi dan serat kasar yang cukup tinggi. Jagung digunakan secara langsung sebagai pangan manusia maupun bahan industri dalam memproduksi pati dan alkohol (Goldsworthy dan Fisher, 1992). Selain itu jagung merupakan bahan baku makanan ternak terutama unggas.
2
1.2. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan pengaruh pemberian pupuk NK terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman jagung (Zea mays L.) pada Oxic Dystrudept Darmaga.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Nitrogen dan Kalium bagi Tanaman Jagung Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman jagung sepanjang hidupnya, tetapi penggunaan yang terbesar adalah sekitar tiga minggu sebelum tanaman berbunga. Pada saat tanaman berbunga (± 60 hari) sekitar 60% nitrogen telah diserap tanaman. Nitrogen yang diperlukan berasal dari tanah dan diserap tanaman dalam bentuk ammonia (NH4+) atau nitrat (NO3-). Tanaman jagung terutama menyerap nitrat (Koswara, 1982). Nitrogen diperlukan terutama dalam pembentukan asam amino yang merupakan senyawa pembentuk protein. Nitrogen terutama diperlukan pada jaringan meristematik yaitu jaringan yang sedang berkembang. Nitrogen di dalam tanaman bersifat mobil sehingga gejala kekurangan N terlihat pada daun-daun yang tua karena nitrogen dipindahkan ke jaringan yang sedang berkembang (Koswara, 1982). Tanaman jagung yang kekurangan unsur N akan memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil dan daun berwarna hijau kekuning-kuningan yang berbentuk huruf V dari ujung daun menuju tulang daun dan dimulai dari daun bagian bawah terlebih dahulu. Selain itu, tongkol jagung terbentuk menjadi kecil dan kandungan protein dalam biji rendah (Sutoro et al., 1988). Kalium merupakan unsur hara mineral paling banyak dibutuhkan tanaman setelah nitrogen. Jumlah K yang diambil tanaman berkisar antara 50 – lebih dari 200 kg K/ha tergantung dari jenis tanaman dan besar produksi. Tanaman-tanaman jenis monokotil biasanya lebih membutuhkan K lebih banyak dari tanaman dikotil (Leiwakabessy et al., 2003). Tanaman jagung memerlukan kalium dalam jumlah tinggi. Sekitar 25% K terdapat dalam biji dan sisanya pada jerami. Bila jagung dipanen maka yang benar-benar harus diperhatikan adalah jumlah K yang diangkut keluar dari kebun cukup banyak (Koswara, 1982). Kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein (Sutedjo, 2000). Akar-akar tanaman mengambil
4 unsur K dalam bentuk K+. Tanaman muda belum memerlukan K banyak, tetapi kebutuhan cepat meningkat terutama menjelang bermalai. Pada saat berambut sekitar 75 % dari total K telah diserap tanaman dan sekitar satu bulan sebelum panen tanaman telah selesai mengambil hara K dari tanah (Koswara,1982). Kekurangan K pada tanaman jagung sering terlihat gejalanya pada fase sebelum pembungaan. Tanaman jagung yang kekurangan K memperlihatkan pinggiran dan ujung daun menjadi berwarna kuning hingga kering. Gejala kekurangan K ini pertama terlihat pada daun bagian bawah. Dalam keadaan yang lebih parah, daun tersebut akan kering dan mati. Kekurangan K juga berpengaruh terhadap pembentukan tongkol. Ujung tongkol bagian atas tidak penuh berisi oleh biji serta biji jagung tidak melekat secara kuat pada tongkolnya (Sutoro et al., 1988).
2.2. Nitrogen dan Kalium dalam Tanah Nitrogen di dalam tanah dibagi menjadi dua bentuk yaitu anorganik dan organik. Bentuk organik merupakan bagian terbesar. Bentuk anorganik ialah NH4+, NO3-, NO2-, N2O, NO dan gas N2. Bentuk-bentuk dari NH4+, NO3- dan NO2sangat penting dalam hubungannya dengan kesuburan tanah. Disamping bentukbentuk tersebut didapat pula bentuk hidroksilamin, NH2OH. Senyawa N-organik di dalam tanah pada umumnya terdapat dalam bentuk asam-asam amino, protein, gula-gula amino dan senyawa kompleks lainnya yang sukar ditentukan. Tanaman mengambil nitrogen utama dalam bentuk NH4+ dan NO3-. (Leiwakabessy et al., 2003). Nitrogen berada dalam tanah melalui proses: (1) mineralisasi N dari bahan organik, (2) fiksasi N2 dari udara oleh mikroorganisme, (3) melalui hujan dan bentuk-bentuk presipitasi yang lain dan (4) pemupukan. Pada lapisan atas tanah biasanya 95 % N berasal dari bahan organik sedangkan pada lapisan yang lebih dalam berkisar antara 60 %. Hal ini disebabkan N-organik lebih mobil dari bentuk anorganik. Bahan organik tanah mengandung 2 – 8 % N dengan rata-rata 5 %. Kadar N-total untuk tiap jenis tanah berbanding lurus dengan kadar bahan organik (Leiwakabessy et al., 2003).
5 Kadar N di dalam larutan tanah jarang melebihi 2 % dari kadar totalnya. Jumlah N (NH4+ dan NO3-) yang dapat diserap tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya (1) sifat perakaran tanaman, (2) kehilangan N melalui penguapan dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penguapan, (3) pergerakan vertikal dan pencucian NO3- dan (4) ada tidaknya sisa-sisa tanaman yang dapat mengimobilisasikan nitrogen (Leiwakabessy et al., 2003). Nitrogen berperan dalam hal: (1) mempertinggi pertumbuhan vegetatif terutama daun, (2) pengisian biji berjalan lebih baik pada tanaman biji-bijian, (3) mempertinggi kandungan protein, (4) mempertinggi kemampuan tanaman untuk menyerap unsur lain seperti fosfor, kalium dan lainnya, (5) merangsang pertunasan, (6) menambah tinggi tanaman dan (7) mengaktifkan pertumbuhan mikroba agar proses penghancuran organik berjalan lancar (Jumin, 2005). Kadar K dalam tanah biasanya berkisar antara 0.5 – 2.5 % dengan rata-rata 1.2 % tergantung keadaan mineral cadangan dan tingkat pelapukan. Tanah-tanah organik mempunyai kandungan yang paling rendah biasanya kurang 0.03 % K. Tanah-tanah di daerah tropik basah termasuk Indonesia umumnya mempunyai kandungan K sangat rendah. Sumber K dalam tanah atau air irigasi, berasal dari hasil dekomposisi mineral primer yang mengandung kalium seperti biotit, feldspar, muskovit dan lain-lain. Kalium dalam tanah terdapat dalam bentuk yang siap tersedia, lambat tersedia dan sukar tersedia (Leiwakabessy et al., 2003). Tanaman terutama menyerap K dalam larutan tanah dan hanya sedikit yang melalui pertukaran kontak yaitu hanya sekitar 6 – 10 % dari jumlah yang dibutuhkan. Pergerakan K+ dalam larutan tanah keakar tanaman diatur oleh difusi dan mass flow. K yang dibutuhkan tanaman tergantung dari jenis tanaman dan produksi yang diinginkan yaitu antara 20 – 60 ppm. Kadar K-larutan dalam air pada tanah-tanah di daerah-daerah yang banyak hujan umumnya 4 ppm walaupun kisarannya antara 1 – 80 ppm (Leiwakabessy et al., 2003). Menurut Jumin (2005), peranan K bagi tanaman adalah (1) memperkuat vigor tanaman, (2) lebih tahan terhadap penyakit, (3) perakaran lebih baik, (4) mengurangi efek negatif akibat pemupukan N, (5) mempengaruhi pemasakan buah yang mungkin terlalu cepat akibat pemupukan P, (6) mengatur
6 keseimbangan pupuk N dan P khususnya pada pemupukan campuran, (7) berperan penting dalam pembentukan klorofil, (8) menambah bobot biji serelia dan (9) pada tanaman kentang membantu pembentukan umbi. Kalium juga berperan dalam (1) pembentukan protein dan karbohidrat, (2) mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman, (3) melaksanakan turgor yang disebabkan oleh tekanan osmotis dan (4) meningkatkan kualitas biji (Sutedjo, 2000). Kesuburan tanah biasanya dinilai pada ketebalan 0-30 cm dan kriteria persentase N-total dihitung berdasarkan berat tanah. Nitrogen dikatakan rendah pada persentase < 0.2 % sedangkan persentase nitrogen dikatakan sedang dan tinggi masing-masing adalah 0.2 % - 0.5 % dan > 0.5 %. Kandungan kalium dalam tanah dinilai dengan kriteria sebagai berikut: rendah dengan K-tersedia < 0.38 me/100 gram, sedang dengan K-tersedia 0.38 – 0.64 me/100 gram dan tinggi dengan K-tersedia > 0.64 me/100 gram (Jumin, 2005).
2.3. Pupuk Majemuk Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur, biasanya disebut pupuk campuran (Sabiham et al., 1989). Pupuk ini dapat mengandung dua atau lebih unsur makro atau campuran makro dan mikro. Pengelompokkan biasanya dilakukan berdasarkan jumlah dan jenis unsur hara dalam pupuk majemuk: (1) pupuk majemuk 2 unsur hara, (2) pupuk majemuk 3 unsur hara. Pupuk majemuk 2 unsur hara seperti NP, NK, NMg, NS, NCa, dan CaS. Pupuk majemuk 3 unsur hara yang paling banyak dikenal adalah pupuk NPK (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Keuntungan dari segi agronomik diperoleh dengan cara menyesuaikan campuran pupuk dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah. Selanjutnya petani memperoleh manfaat karena (1) biaya transport lebih murah, (2) tidak memakan tempat dalam penyimpanan dan (3) hemat tenaga kerja dan lebih cepat dalam pemberian dilapang (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Namun penggunaan pupuk majemuk juga memiliki kelemahan seperti memberikan reaksi masam pada tanah yang disebabkan karena sifat nitrogen yang dibawa dalam pupuk majemuk tersebut (Sabiham et al., 1989).
7 Pupuk NK di Indonesia jarang digunakan. Pupuk-pupuk NK biasanya dipakai untuk tanah-tanah yang cukup fosfatnya atau sebagai pelengkap pemupukan P. Pupuk ini semua berbentuk butir. Salah satu contoh pupuk NK adalah KNO3¬ yang mengandung 13% N dan 44% K2O atau dapat ditulis 13-044. Pupuk ini sering digolongkan sebagai pupuk kalium (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
2.4. Karakteristik Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dimana letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk ke dalam ordo Tripsaceae, famili Poaceae, sub-famili Panicoideae, genus Zea dan spesies Zea mays L. (Muhadjir,1988). Jagung adalah tanaman semusim yang tinggi, tegap, biasanya dengan batang tunggal yang dominan, kedudukan daun distik (dua baris daun tunggal yang keluar dalam kedudukan berselang) dengan pelepah daun yang saling bertindih dan daun relatif lebar dan panjang. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik pada faktorfaktor pembatas pertumbuhan dan hasil. Beberapa keuntungan tanaman sebagai tanaman C4 seperti titik kompensasi CO2 mendekati 0, fotorespirasi sangat rendah, suhu optimum 30 – 35 oC, bundle sheath cells mengandung kloroplas dan dapat mengikat CO2 hasil metabolisme dan efisien dalam penggunaan air, fotosintesa, translokasi asimilat, penyerapan Ca, laju pertumbuhan relatif serta ratio biji/jerami (Koswara, 1982). Tanaman jagung dapat tumbuh sangat baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus. Tanah yang padat serta kuat menahan air tidak baik untuk ditanami jagung karena pertumbuhan akarnya akan kurang baik atau akarnya akan menjadi busuk (Suprapto, 1998). Menurut Wiryodihardjo (1963) tanaman jagung tumbuh baik di tanah lempung yang tebal dan tidak teramat keras, walaupun tanaman jagung dapat juga tumbuh pada tanah berpasir atau tanah berkapur. Tanah endapan lempung atau tanah hutan menghasilkan jagung yang teramat baik. Ciri-ciri lahan yang sesuai (S1) untuk tanaman jagung menurut kriteria kesesuaian lahan LREP (1994 dalam Hardjowigeno et al., 1999) meliputi sifat-
8 sifat fisik dan kimia tanah sebagai berikut: drainase tanah baik sampai sedang, kedalaman efektif >60 cm, KTK tanah 17-24 me/100 g, pH tanah 6.0-7.0, kadar C-Organik >0.8 %, kejenuhan Al <20 % serta kadar hara tersedia N-total 0.21-0.5 %, P2O5 >35 ppm dan K2O 21-40 me/100 g dengan tingkat bahaya erosi sangat rendah. Kondisi iklim yang sesuai untuk pertanaman jagung meliputi daerah dengan jumlah bulan kering 1-7 mm/bulan dan curah hujan >1200 mm/tahun. Tanaman jagung membutuhkan suhu yang tinggi. Suhu optimum bagi pertumbuhan jagung pada 25 oC dan suhu minimum 17 oC, di Indonesia dapat ditemukan pada daerah dengan ketinggian 1500 m dpl. Hal ini menyebabkan tanaman jagung di Indonesia dapat ditanam pada setiap letak tinggi dan setiap bulan. Tanaman jagung tidak tahan pelindung dan membutuhkan penyinaran matahari secara langsung, khusus pada waktu tanam, berbunga dan sesudahnya (Wiryodihardjo, 1963).
2.5. Sifat Umum Latosol Latosol menurut Dudal dan Soepraptohardjo (1957 dalam Hardjowigeno, 1993) adalah tanah dengan tingkat pelapukan lanjut, sangat tercuci dengan batasbatas horison baur, kandungan mineral primer (mudah lapuk) dan unsur hara rendah, pH rendah 4.5 – 5.5, kandungan bahan organik rendah, konsistensi gembur, struktur remah, stabilitas agregat tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida akibat pencucian silika. Warna tanah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan, atau kuning tergantung dari bahan induk, umur, iklim dan ketinggian. Fraksi liat biasanya didominasi oleh kaolinit dan seskuioksida bebas. Nisbah silika terhadap seskuioksida dari fraksi liat umumnya berkisar antara 1.5 – 1.8, kapasitas basa dipertukarkan 10 – 25 me/100 g tanah dan kejenuhan basa 15 – 50 % (Dudal dan Soepraptohardjo 1960 dalam Suwardi dan Wiranegara, 2000). Kapasitas tukar kation Latosol yang rendah disebabkan oleh kadar bahan organik yang kurang dan sifat liat hidro-oksida (Soepardi, 1983). Di Indonesia Latosol umumnya terdapat pada bahan induk volkanik baik berupa tufa maupun batuan beku. Ditemukan dari muka laut hingga ketinggian 900 m dengan topografi miring, bergelombang, vulcanic fan sampai pegunungan
9 (Darmawijaya, 1990) dan di daerah iklim tropika basah dengan curah hujan 2500mm – 7000 mm. Latosol terbentuk di daerah-daerah beriklim humid-tropik tanpa bulan kering sampai subhumid dengan musim kemarau yang panjang, bervegetasi hutan basah sampai savana, bertopografi dataran, bergelombang sampai berbukir dngan bahan indu hampir semua macam batuan. Tanah Latosol meluas di daerah tropika sampai subtropika (Darmawijaya, 1990). Tanah Latosol merupakan tanah yang penyebarannya sangat luas di Indonesia. Tanah ini dijumpai di daerah Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Latosol coklat kemerahan Darmaga termasuk ke dalam orde Inceptisol menurut sistem klasifikasi USDA 1990 (Yogaswara, 1977). Menurut Soeparto (1982) Latosol Coklat Kemerahan Darmaga diklasifikasikan sebagai Oxic Dystropept, sedangkan menurut Soil Survey Staff (1998) Latosol diklasifikasikan sebagai Oxic Dystrudept.
III.
BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan, Darmaga Bogor . Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan berlangsung dari bulan Desember 2006 sampai bulan Juli 2007. 3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan sebagai perlakuan adalah pupuk NK Cap Agromas dengan kandungan 9.11 % N dan 30.88 % K2O. Pupuk dasar yang digunakan adalah SP–36 (36 % P2O5). Tanaman uji yaitu jagung varietas Pioner-12 (P-12). Tanah di lokasi percobaan termasuk Oxic Dystrudept. Alat yang digunakan adalah cangkul, kored, ajir, tugal, tali rafia, meteran, karung, plastik, timbangan dan alat-alat yang digunakan selama di laboratorium. 3.3. Metode Penelitian 3.3.1 Persiapan Lahan Lahan diolah terlebih dahulu dengan menggunakan traktor. Kemudian dibuat petakan dengan ukuran 4 m x 3 m, dengan jarak antar petak 0.5 m dalam 4 blok yang masing-masing blok terdiri dari 4 petakan. Setelah diolah, tanah diberi pupuk kandang berasal dari kotoran kambing sebanyak 6 kg/petak atau 5 ton/ha dengan disebar dan diaduk rata. 3.3.2 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dalam 4 blok (ulangan) berdasarkan kemiringan lereng. Model matematika rancangan tersebut : Yijk = µ + Ti + Pj + Eij i = 1, 2, 3, 4 j = 1, 2, 3, 4
11
Keterangan : Yij µ Ti
= respon produksi tanaman jagung akibat pengaruh blok ke i dan perlakuan ke j. = nilai tengah umum. = pengaruh kelompok/ ulangan ke-i
Pj Eij
= pengaruh perlakuan ke-j = galat percobaan
Perlakuan yang dicobakan disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Dosis Perlakuan Pemupukan pada Tanaman Jagung Perlakuan
Pupuk
Dosis (g/ptk) 0 HST* 30 HST* 240 0
Dosis (kg/ha) 0 HST* 30 HST* 200 0
Kontrol
SP-36
Standard**)
Urea SP-36 KCl
180 240 90
180 0 90
150 200 75
150 0 75
NK 1
NK Urea SP-36
105 159 240
105 159 0
87.5 132 200
87.5 132 0
158 148 0
132 124 200
132 124 0
NK 158 Urea 148 SP-36 240 *HST = Hari Setelah Tanam **) = pupuk anjuran N, P dan K yang dimodifikasi
NK 1.5
Selanjutnya terhadap data yang diperoleh dilakukan analisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, bobot kering brangkasan, bobot kering tongkol berbiji, bobot kering biji, serapan N dan K oleh tanaman jagung. Pada perlakuan yang berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT). 3.3.3 Penanaman Penanaman dilakukan dengan ditugal dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm. Tiap lubang ditanami dua benih jagung disertai Furadan. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam.
12
3.3.4 Pemupukan Pupuk diberikan dengan ditugal dengan jarak ± 5 cm dari jalur tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Pemberian pupuk NK, Urea dan KCl diberikan dua kali pada saat tanam dan 30 HST sedangkan pupuk SP-36, diberikan seluruhnya pada saat tanam. 3.3.5 Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan meliputi pembumbunan yang dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua (30 HST) dan pengendalian hama dan penyakit. 3.3.6 Pengamatan dan Pengambilan Contoh Tanaman Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi 10 contoh tanaman tiap petak pada 4, 6, 8, dan 10 minggu setelah tanam (MST). Pengambilan daun bendera dari 10 contoh tanaman tiap petak dilakukan pada saat 12 MST. 3.3.7 Pemanenan Pemanenan dilakukan ketika tanaman sudah masak fisiologis pada umur
13 MST. Bobot brangkasan dan tongkol ditimbang kemudian klobot
dikupas untuk dikeringkan dirumah kaca baik tanaman sampel maupun non sampel. Setelah kering, ditimbang bobot klobot, tongkol berbiji dan biji pipilan. 3.3.8 Analisis Tanah dan Tanaman Pengambilan contoh tanah dilakukan setelah panen berupa contoh tanah komposit yang mewakili masing-masing perlakuan. Analisis tanah yang dilakukan meliputi N-total (metode Kjeldahl), P-tersedia (Bray 1), Al-dd dan Hdd (ekstrak KCl 1 N), pH (pH meter), dan K, Na, Ca, Mg (ekstrak NH4OAc pH 7.0). Analisis tanaman yang dilakukan meliputi N dengan menggunakan metode Kjeldahl dan K dengan menggunakan metode pengabuan kering.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinggi Tanaman, Bobot Kering Brangkasan, Serapan N dan K Hasil
analisis
ragam
pengaruh
pemberian
pupuk
NK
terhadap
pertumbuhan tanaman jagung disajikan pada Tabel Lampiran 1. Perlakuan pemupukan berpengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan dan serapan N dan K tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dari umur 4 MST sampai 10 MST. Gambar 1 menyajikan rata-rata tinggi tanaman jagung dari umur 4 MST sampai 10 MST. Pemupukan NK berpengaruh terhadap peningkatan tinggi tanaman walaupun tidak nyata. Gambar 1 menunjukkan bahwa pada umur 4 MST dan 6 MST, rata-rata tinggi tanaman paling tinggi terdapat pada perlakuan NK 1.5 x dosis standar, kemudian diikuti oleh perlakuan kontrol, NK 1 x dosis standar dan paling pendek adalah perlakuan standar. Namun pada umur 8 MST dan 10 MST rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan NK 1.5 x dosis standar lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan standar. Secara umum tampak bahwa tinggi tanaman pada perlakuan NK 1x maupun 1.5 x dosis standar cenderung memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan standar maupun kontrol. 180.0 159.3
153.9
151.1
160.0 142.7 Tinggi Tanaman (cm)
140.0 121.7 120.0 100.0 80.0
108.3 91.3 77.7
110.9
105.2
91.2
86.6
75.4
71.6
97.8 82.3
60.0 40.0 20.0 0.0 Kontrol
Standar
NK 1
NK 1.5
Perlakuan 4 MST
6 MST
8 MST
10 MST
Gambar 1. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 4, 6, 8 dan 10 MST
14
Tabel 2 menyajikan pengaruh pemberian pupuk NK terhadap bobot kering brangkasan. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan NK 1.5 x dosis standar pada variabel bobot kering brangkasan tidak berbeda nyata dengan NK 1 x dosis standar dan standar. Walaupun demikian ada kecenderungan bobot kering brangkasan pada perlakuan NK 1.5 x dosis standar lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan NK 1 x dosis standar dan standar. Perlakuan NK 1 x maupun 1.5 x dosis standar masing-masing 43.7 % dan 56.9 % lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Tampak bahwa perlakuan NK 1 x maupun 1.5 x dosis standar lebih efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung dibandingkan standar. Tabel 2. Pengaruh Pemberian Pupuk NK terhadap Bobot Kering Brangkasan Bobot Kering Brangkasan
Perlakuan kg/petak
ton/ha
Kontrol
1.74a
1.45a
Standar
2.42ab
2.01ab
NK 1x
2.50b
2.08b
NK 1.5x
2.73b
2.28b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) pada taraf α = 5%
Hasil analisis ragam pengaruh NK terhadap serapan N dan K disajikan pada Tabel Lampiran 1. Tabel 3 menyajikan pengaruh pemberian NK terhadap serapan N dan K tanaman. Sebagaimana bobot kering brangkasan, serapan N dan K pada perlakuan NK 1 x maupun 1.5 x dosis standar tidak berbeda nyata dengan perlakuan standar dan nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol. Tabel 3. Pengaruh Pemberian NK terhadap Serapan N dan K Tanaman Jagung Serapan N Tanaman Serapan K Tanaman g/petak g/petak Kontrol 19.65a 18.14a Standar 44.11b 38.85b NK 1x 47.40b 38.32b NK 1.5x 47.56b 43.03b Keterangan.: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) pada taraf α = 5% Perlakuan
15
Pengaruh perlakuan terhadap serapan nitrogen dan kalium yang disajikan pada Tabel 3, menunjukkan bahwa serapan nitrogen tertinggi dihasilkan oleh perlakuan NK 1.5 x dosis standar sebesar 39.68 g/petak, kemudian diikuti oleh NK 1 x dosis standar, standar dan kontrol sedangkan serapan kalium tertinggi dihasilkan oleh perlakuan NK 1.5 x dosis standar sebesar 35.91 g/petak, kemudian diikuti oleh standar, NK 1 x dosis standar dan kontrol. Peningkatan serapan N dan K disebabkan adanya peningkatan ketersediaan N dan K akibat penambahan pupuk NK. Menurut Sutoro et. al. (1988), pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung telah mengabsorpsi N sebanyak 50 % dari seluruh kebutuhannya, sedangkan akumulasi hara K selama fase pembungaan mencapai 60 – 75 % dari seluruh kebutuhannya. Bila dilihat dari Tabel 2 dan Tabel 3, serapan hara N dan K dan bobot kering brangkasan memiliki pola yang sama, perlakuan NK 1 x maupun NK 1.5 x dosis standar tidak berbeda nyata dengan standar dan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Semakin tinggi hara yang diserap oleh tanaman semakin banyak brangkasan yang dihasilkan. Nitrogen yang diambil tanaman dalam bentuk amonium mengalami sintesis dalam daun dan diubah menjadi asam amino. Ketersediaan nitrogen dalam jumlah yang banyak dapat menghasilkan protein lebih banyak dan daun dapat tumbuh lebih lebar, sebagai akibatnya fotosintesis lebih banyak. Oleh sebab itu diduga lebarnya daun yang tersedia bagi fotosintesis sebanding dengan jumlah nitrogen yang diberikan. Nitrogen umumnya dibutuhkan untuk pertumbuhan pada bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar (Sutedjo, 2000). Kalium sangat penting dalam setiap proses metabolisme dalam tanaman. Kalium membantu pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman (Sarief, 1985). 4.2. Bobot Kering Tongkol Berbiji dan Bobot Kering Biji Variabel yang digunakan untuk mengukur produksi tanaman jagung adalah bobot kering tongkol berbiji dan bobot kering biji pipilan. Berdasarkan hasil analisis ragam Tabel Lampiran 1, terlihat bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman jagung. Tabel 4 menunjukkan
16
bahwa pemberian pupuk NK menghasilkan bobot kering tongkol berbiji dan biji cenderung lebih tinggi dibandingkan kontrol maupun standar dan Gambar 2 menyajikan produksi per hektar. Tabel 4. Pengaruh Pemberian NK terhadap Produksi Tanaman Jagung. BK Tongkol Berbiji
BK Biji
(kg/petak)
(kg/petak)
Kontrol
2.11
1.81
Standar
2.55
2.37
NK 1
2.81
2.52
NK 1.5
3.05
2.74
Perlakuan
Bobot kering tongkol berbiji tertinggi terdapat pada perlakuan NK 1.5 x dosis standar sebesar 3.05 kg/petak (Tabel 4) atau 2.55 ton/ha (Gambar 2), sedangkan bobot paling rendah terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 2.11 kg/petak atau 1.76 ton/ha. Pengaruh pemberian berbagai perlakuan terhadap bobot kering tongkol berbiji senada dengan peningkatan bobot kering biji, dimana bobot paling tinggi terdapat pada perlakuan NK 1.5 x dosis standar sebesar 2.74 kg/petak atau 2.28 ton/ha, diikuti oleh NK 1 x dosis standar, standar dan bobot paling rendah terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 1.81 kg/petak atau 1.51 ton/ha. Hasil ini menunjukkan bahwa pupuk NK 1.5 x dosis standar lebih efektif dalam meningkatkan hasil dibandingkan perlakuan NK 1 x dosis standar. 3.00 2.55 Produksi Jagung (ton/ha)
2.50
2.35 2.13 1.98
2.00
2.28 2.10
1.76 1.51
1.50
1.00
0.50
0.00 Kontrol
Standar
NK 1
NK 1.5
Perlakuan BK Tongkol Berbiji
BK Biji
Gambar 2. Pengaruh Pemberian NK terhadap Produksi Jagung
17
Menurut Sutedjo (2000), kalium berperan penting dalam meningkatkan kualitas biji sehingga kekurangan kalium akan menyebabkan produksi tanaman berkurang sekali. Sekitar 25 % K terdapat dalam biji dan sisanya dalam jerami (Koswara, 1982). Ketersediaan nitrogen berhubungan dengan penggunaan karbohidrat. Semakin tinggi pemberian nitrogen maka semakin cepat pula sistesis karbohidrat yang diubah menjadi protein dan protoplasma. 4.3. Efektivitas Agronomik Relatif Pupuk Nilai efektivitas pupuk dapat ditentukan dengan menghitung nilai Efektivitas Agronomik Relatif (RAE). Efektivitas Agronomik Relatif adalah suatu nilai pembanding dalam uji efektivitas pupuk yang dapat didasarkan dengan produksi tanaman. Efektivitas pupuk NK dihitung dengan rumus sebagai berikut: Hasil pupuk NK – kontrol RAE pupuk NK = ------------------------------------- x 100 Hasil pupuk standar – kontrol Tabel 5. Nilai Efektivitas Agronomik Relatif Pupuk NK terhadap Pupuk Standar Perlakuan
BK Biji (ton/ha)
RAE (%)
Kontrol Standar NK 1x NK 1.5x
1.51 1.98 2.10 2.28
100.00 125.53 163.83
Tabel 5 menyajikan hasil perhitungan RAE pupuk NK yang diuji. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai RAE tertinggi dihasilkan pada perlakuan NK 1.5 x dosis standar sebesar 163.83 % sedangkan pada perlakuan NK 1 x dosis standar sebesar 125.53 %. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk NK cukup efektif dalam meningkatkan produksi bobot kering jagung dibandingkan dengan pupuk standar. Efektifitas pupuk NK 1.5 x dosis standar tampak lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pupuk NK 1 x dosis standar.
18
4.4. Pengaruh Pemupukan NK terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis sifat kimia tanah sesudah percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 3. Semua perlakuan cenderung memberikan perubahan terhadap sifat kimia tanah. Nilai pH tanah pada perlakuan pupuk NK 1 x maupun 1.5 x dosis standar cenderung lebih rendah dibandingkan perlakuan kontrol. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah (PPT, 1983) pH tanah perlakuan NK 1.5 x dosis standar dan perlakuan kontrol tergolong masam, sedangkan pH tanah perlakuan NK 1 x dosis standar tergolong sangat masam. Ada kecenderungan pupuk NK dapat meningkatkan kemasaman tanah. Rendahnya pH tanah ditunjukkan pula oleh tingginya kadar Al-dd pada perlakuan pupuk NK dibandingkan dengan kontrol. Kadar N di dalam tanah pada perlakuan pupuk NK cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Demikian pula kadar K terutama pada perlakuan NK 1.5 x dosis standar lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol. Hal ini menunjukkan adanya sumber kalium yang berasal dari pupuk NK. Kadar N dan K pada perlakuan NK dan perlakuan kontrol tergolong rendah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pupuk NK berpengaruh nyata meningkatkan bobot kering brangkasan dan serapan N dan K dibandingkan dengan kontrol. Pupuk NK dengan dosis 1 x maupun 1.5 x dosis standar cenderung meningkatkan tinggi tanaman, bobot kering tongkol berbiji dan bobot kering biji walaupun tidak nyata. 2. Berdasarkan nilai RAE (perlakuan NK 1.5 x dosis standar sebesar 163.83 % dan perlakuan NK 1 x dosis standar sebesar 125.53 %) pupuk NK 1.5 x dosis standar lebih efektif dalam meningkatkan produksi bobot kering jagung dibandingkan dengan pupuk NK 1 x dosis standar. 5.2. Saran Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, pemberian pupuk NK 1.5 x dosis standar lebih disarankan dalam penggunaannya untuk meningkatkan hasil.
VI. DAFTAR PUSTAKA Darmawijaya, M.I. 1990. Klasifikasi Tanah: Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Fakultas Pertanian. Gajah Mada Univeristy Press. Goldsworthy, P.R., and N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanamana Budidaya Tropik. Diterjemahkan oleh Tohari. Gajah Mada University Press. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta. p.211 Hardjowigeno, S., Widiatmaka, A.S. Yogaswara. 1999. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta. p.148 Jumin, H. B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Koswara, J. 1982. Jagung,. Diktat kuliah Ilmu Tanaman Setahun. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Leiwakabessy, F.M., U.M. Wahjudin, dan Suwarno. 2003. Diktat Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Leiwakabessy, F.M., dan A. Sutandi. 2004. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Muhadjir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung dalam Subandi et al. (ed.) Jagung. Puslitbang. Bogor. p.33-48 PPT. 1983. Term of Reference Tipe.A.No.59/1983.P3MT. Pusat Penelitian Tanah. Bogor Sabiham, S., G. Soepardi, S. Djokosudarjo. 1989. Bahan Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sarief, S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. CV Pustaka Buana. Bandung Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
21
Soeparto. 1982. Sifat-sifat dan Klasifikasi Beberapa Tanah Latosol Daerah BogorJakarta. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia, 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Suprapto, H.S. 1998. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya., Jakarta. Sutedjo, M.M. 2000. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Sutoro, Y. Soelaeman, Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung dalam Subandi et al. (ed.) Jagung. Puslitbang. Bogor. p.49-66. Suwardi dan H. Wiranegara. 2000. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Syafruddin, S. Saenong, dan A.F. Fadhly. 1998. Keragaan Pemupukan N, P, K dan S pada Tanaman Jagung di Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. p.478-488. Wiryodihardjo, M.W. 1963. Ilmu Tanah. Tanah, Pembentukannya, Susunannya dan Pembagiannya. Jilid 3. Disadur kembali dengan bantuan Dr.Ir. Tan Kim Hong. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yogaswara, A. 1977. Seri-Seri Tanah dari 7 Tempat di Jawa Barat. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
23 Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman, Bobot Kering Brangkasan, Bobot Kering Tongkol Berbiji, Bobot Kering Biji, Serapan N Jagung, dan Serapan K Jagung
Tabel Lampiran 1.
Sumber Keragaman
db
JK
FK Blok Perlakuan Galat Total
1 3 3 9 16
94156.92 740.31 240.43 1319.05 96456.71
FK Blok Perlakuan Galat Total
1 3 3 9 16
134505.56 1238.02 254.32 2021.45 138019.35
FK Blok Perlakuan Galat Total
1 3 3 9 16
199049.82 1723.95 619.73 3399.76 204793.26
FK Blok Perlakuan Galat Total
1 3 3 9 16
FK Blok Perlakuan Galat Total
1 3 3 9 16
FK Blok Perlakuan Galat Total
1 3 3 9 16
FK Blok Perlakuan Galat Total
1 3 3 9 16
JKT
F Hitung
F tabel 5%
1%
CV (%)
3.86
6.99
16
3.86
6.99
20
3.86
6.99
17
6.99
10
6.99
18
6.99
41
6.99
33
Tinggi 4 MST (cm) 246.77 80.14 146.56
1.68 0.55
Tinggi 6 MST (cm) 412.67 84.77 224.61
1.84 0.38
Tinggi 8 MST (cm) 574.65 206.58 377.75
1.52 0.55
Tinggi 10 MST (cm) 368388.30 1481.33 493.78 2.20 574.92 191.64 0.85 3.86 2018.16 224.24 372462.71 Bobot Kering Brangkasan (kg/petak) 87.89 0.64 0.21 1.15 2.17 0.72 3.93* 3.86 1.66 0.18 92.36 Bobot Kering Tongkol Berbiji (kg/petak) 110.78 3.23 1.08 0.93 1.94 0.65 0.56 3.86 10.45 1.16 126.40 Bobok Kering Biji (kg/petak) 89.21 2.49 0.83 1.37 1.88 0.63 1.04 3.86 5.46 0.61 99.04
24 Sumber Keragaman
db
FK Blok Perlakuan Galat Total
1 3 3 9 16
FK Blok Perlakuan Galat Total
1 3 3 9 16
FK Blok Perlakuan Galat Total
1 3 3 9 16
FK Blok Perlakuan Galat Total
1 3 3 9 16
FK Blok Perlakuan Galat Total
1 3 3 9 16
JK
JKT
F Hitung
5% Bobot Kering Brangkasan (ton/ha) 61.04 0.44 0.15 1.15 1.51 0.50 3.92* 3.86 1.16 0.13 64.15 Bobot Kering Tongkol Berbiji (ton/ha) 77.04 2.25 0.75 0.93 1.35 0.45 0.56 3.86 7.26 0.81 87.90 Bobot Kering Biji (ton/ha) 61.90 1.73 0.58 1.37 1.31 0.44 1.04 3.86 3.80 0.42 68.74 Serapan N Tanaman (g/petak) 25190.45 452.35 150.78 3.02 2169.69 723.23 14.49** 3.86 449.09 49.90 28261.58 Serapan K Tanaman (g/petak) 19135.19 380.66 126.89 1.21 1496.08 498.69 4.77* 3.86 940.55 104.51 21952.48
* = berbeda nyata (taraf 5%) ** = berbeda sangat nyata (taraf 1%)
F tabel 1%
CV (%)
6.99
18
6.99
41
6.99
33
6.99
18
6.99
30
25 Tabel Lampiran 2. Sifat Kimia Oxic Dystrudept Darmaga Parameter pH C-organik N-total P-tersedia P-potensial Ca-dd Mg-dd K-dd Na-dd Al-dd H-dd KTK efektif Kejenuhan Al Kejenuhan Basa Fe Cu Zn Mn Pasir Debu Liat
Satuan
Nilai 4.33 2.13 0.30 3.80 195.40 1.25 0.50 0.12 0.30 2.02 0.29 4.48 45.09 48.44 6.48 2.64 6.20 50.04 9.84 11.40 78.82
% % ppm ppm me/100g me/100g me/100g me/100g me/100g me/100g me/100g % % % ppm ppm ppm % % %
Kriteria PPT (1983) Sangat masam Sedang Sedang Sangat rendah Sangat rendah Rendah Rendah Rendah Sangat rendah Tinggi Tinggi -
Tabel Lampiran 3. Sifat Kimia Tanah Setelah Percobaan
Perlakuan
pH meter
Kjeldahl
Bray 1
Metode KCl
N NH4OAc pH 7.0
K
Na
Ca
Mg
Al-dd
H-dd
KTK ef (me/100g)
Kej Al (%)
KB (%)
pH H2O 1:1
N Total (%)
P (ppm)
Kontrol
5.3
0.11
1.40
0.15
0.32
2.31
1.02
2.13
0.34
6.26
33.95
60.62
Standar
4.8
0.13
1.38
0.21
0.30
2.15
0.64
2.81
0.06
6.17
45.49
53.48
NK 1x
4.4
0.12
1.49
0.16
0.28
2.24
0.94
2.54
0.12
6.28
40.41
57.62
NK 1,5x
4.6
0.12
1.14
0.18
0.31
2.35
0.90
2.61
0.27
6.61
39.44
56.42
………(me/100g)..……
……(me/100g)..……
26 Tabel Lampiran 4. Nilai Rataan Kadar dan Serapan N dan K Tanaman Jagung
No
Perlakuan
N tanaman
K tanaman (%)
BK Jerami (kg/ptk)
Serapan N
Serapan K
(g/ptk)
1
Kontrol / 1
1.43
0.54
1.57
22.35
8.51
2
Kontrol / 2
0.99
1.52
2.10
20.78
32.06
3
Kontrol / 3
0.89
0.71
0.95
8.46
6.77
4
Kontrol / 4
1.16
1.08
2.33
27.01
25.20
19.65
18.14
Rata-rata 5
Standar / 1
1.82
1.16
2.87
52.15
33.15
6
Standar / 2
1.83
2.22
2.54
46.56
56.40
7
Standar / 3
1.69
1.45
1.77
29.95
25.65
8
Standar / 4
1.93
1.62
2.48
47.79
40.19
44.11
38.85
Rata-rata 9
NK 1 / 1
1.88
1.65
2.45
46.17
40.40
10
NK 1 / 2
1.82
1.25
2.07
37.62
25.94
11
NK 1 / 3
1.88
1.59
2.73
51.40
43.30
12
NK 1 / 4
1.99
1.60
2.73
54.40
43.63
47.40
38.32
Rata-rata 13
NK 1.5 / 1
1.94
1.59
3.12
60.61
49.41
14
NK 1.5 / 2
1.68
1.70
2.70
45.26
45.73
15
NK 1.5 / 3
1.46
1.30
2.61
38.11
34.06
16
NK 1.5 / 4
1.87
1.73
2.48
46.24
42.92
47.56
43.03
Rata-rata
27 Tabel Lampiran 5. Nilai Rataan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Tinggi Tanaman No
Perlakuan
4 MST
6 MST
8 MST
Bobot Kering Total 10 MST
…..…cm……..
Tongkol berbiji
Biji
Brangkasan
kg/petak
ton/ha
kg/petak
ton/ha
kg/petak
ton/ha
1
Kontrol / 1
70.30
83.80
92.90
138.90
1.35
1.13
1.46
1.21
1.57
1.31
2
Kontrol / 2
81.60
95.40
119.10
143.50
2.60
2.17
2.21
1.84
2.10
1.75
3
Kontrol / 3
57.90
65.60
74.60
113.50
0.60
0.50
0.58
0.48
0.95
0.79
4
Kontrol / 4
100.90
120.30
146.60
175.00
3.90
3.25
3.00
2.50
2.33
1.94
Rata-rata
77.68
91.28
108.30
142.73
2.11
1.76
1.81
1.51
1.74
1.45
5
Standar / 1
87.10
105.20
123.40
164.40
4.15
3.46
3.49
2.91
2.87
2.39
6
Standar / 2
60.70
75.90
97.00
142.10
1.90
1.58
2.13
1.77
2.54
2.11
7
Standar / 3
65.55
76.40
91.70
136.40
1.60
1.33
1.28
1.07
1.77
1.47
8
Standar / 4
72.90
88.70
108.75
161.30
2.55
2.13
2.59
2.16
2.48
2.07
Rata-rata
71.56
86.55
105.21
151.05
2.55
2.13
2.37
1.98
2.42
2.01 2.04
9
NK 1 / 1
72.10
89.50
103.80
150.60
2.65
2.21
2.85
2.37
2.45
10
NK 1 / 2
58.40
70.70
91.00
136.10
1.75
1.46
1.62
1.35
2.07
1.72
11
NK 1 / 3
83.10
97.80
113.70
157.50
3.25
2.71
2.75
2.30
2.73
2.28
NK 1 / 4
87.80
106.70
135.10
171.20
3.60
3.00
2.85
2.38
2.73
2.28
Rata-rata
75.35
91.18
110.90
153.85
2.81
2.35
2.52
2.10
2.50
2.08
12
13
NK 1.5 / 1
91.60
113.90
141.70
175.60
3.80
3.17
3.33
2.77
3.12
2.60
14
NK 1.5 / 2
74.60
86.10
113.90
155.60
2.30
1.92
2.02
1.68
2.70
2.25
15
NK 1.5 / 3
80.55
96.60
116.25
155.60
3.50
2.92
3.15
2.62
2.61
2.18
16
NK 1.5 / 4
82.30
94.40
115.10
150.50
2.60
2.17
2.47
2.06
2.48
2.07
Rata-rata
82.26
97.75
121.74
159.33
3.05
2.55
2.74
2.28
2.73
2.28
28 Tabel Lampiran 6. Deskripsi Varietas Pioneer P-12 Tanggal dilepas
22 Juni 1999
Asal
F1 dari silang tunggal (single cross) antara M30A97 dengan F30A97 M30A97 dan F30A97 adalah galur murni tropis yang dikembangkan oleh Pioneer Hi-Bred Philliphine, Inc. Dan Pioneer Hi-Bred (Thailand) co.ltd. secara berurutan
Umur
Batang
Berumur dalam 50% polinasi = 56 – 59 hari 50% keluar rambut = 57 – 60 hari Masak fisiologis: 92 hari (< 600 m dpl) 120 hari (> 600 m dpl) Besar dan kokoh
Tinggi
211 cm
Daun
Tegak dan lebar (hijau tua)
Keragaman Tanaman
Sangat seragam
Perakaran
Baik dan kuat
Kerebahan
Tahan rebah
Tongkol
Panjang dan silindris
Klobot
Menutup biji dengan baik
Biji Kandungan Nutrisi
Mutiara, orange, baris: lurus dan rapat Σ tongkol: 14 – 16 baris Bobot 1000 biji = 289 gram 5.6 % minyak, 10.6 % protein, 71.2 % tepung
Rata-rata Hasil
8.105 ton/ha
Potensi Hasil
10 – 12 ton/ha
Ketahanan
Tahan terhadap penyakit karat daun, busuk tongkol diploid, busuk batang bakteri, agak tahan terhadap bulai
Daerah Adaptasi
Beradaptasi luas pada dataran rendah dan tinggi
29 Tabel Lampiran 7. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan PPT (1983) Sifat Tanah
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
< 1.00
1.00 - 2.00
2.01 - 3.00
3.01 - 5.00
> 5.00
< 0.10 <5 < 10
0.11 - 0.20 5 - 10 10 - 20
0.21 - 0.50 11 - 15 21 - 40
0.51 - 0.75 16 - 25 41 - 60
> 0.75 > 25 > 60
< 10
10 - 15
15 - 25
26 - 35
> 35
< 10
10 - 25
26 - 45
45 - 60
> 60
<5
5 - 16
17 - 24
25 - 40
> 40
< 0.1 < 0.1 < 0.4 <2 < 20
0.1 - 0.2 0.1 - 0.3 0.4 - 1.0 2.0 - 3.0 20 - 35
< 10
10 - 20
21 - 30
31 - 60
Masam
Reaksi Tanah Agak Masam 5.6 - 6.5
Netral
C-organik (%) N-total (%) C/N P2O5 HCl (mg/100 g) P2O5 Bray (mg/100 g) P2O5 Olsen (mg/100 g) KTK (me/100 g) K Na Ca Mg KB (%) Kejenuhan Al (%) pH H2O
Sangat Masam < 4.5
4.5 - 5.5
Susunan Kation 0.3 - 0.5 0.6 - 1.0 0.4 - 0.7 0.8 - 1.0 1.1 - 2.0 2.1 - 8.0 6.0 - 10.0 11.0 - 20.0 36 - 50 51 - 70
6.6-7.5
> 1.0 > 1.0 > 8.0 > 20 > 70 > 60 Agak Alkalin 7.6 - 8.5
Alkalin > 8.5
U
Kontrol
Standar
NK 1.5
NK 1
Blok 3
Standar
NK 1
NK1.5
Kontrol
Blok 2
NK 1
Kontrol
NK 1.5
Standar
Blok 1
NK 1
Standar
NK 1.5
Kontrol
Blok 4
Gambar Lampiran 1. Denah Petak Percobaan