EFEKTIVITAS PROGRAM TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) DI RUANG MARKISA 1 RS PANTI RAHAYU PURWODADI Mun Aminah 1, Nurul kodiyah 2 Staf pengajar Prodi D III Kebidanan STIKES An Nur Purwodadi Email :
[email protected] 2 Staf pengajar Prodi D III Kebidanan STIKES An Nur Purwodadi Email :
[email protected] 1
ABSTRACT Background, child care in the hospital is a stressful experience for both children and parents. Generally, children who were hospitalized afraid of doctors, nurses and other health care workers and children are afraid to part with his family. Children are admitted to the hospital will feel safe and comfortable and how to overcome the circumstances in which children experience anxiety one is to play. Playing in the hospital has an important function for the growth and development also eliminates anxiety. The purpose, purpose of this study was to determine the effectiveness of play therapy program with levels of anxiety during treatment for childhood preschool ages (3-5 years) at 1st Markisa Ward in the Panti Rahayu Hospital Purwodadi. Methods, the design of this study are one group pretest-posttest design without control. Numbers of samples are 48 and data collection tool Anxiety scale (STAIS) with treatment provision drawing tools and educational games. Test of normality with Shapiro Wilks test results obtained distribution data is not normal because sig. <0.05 so that the processing of test data using the Wilcoxon test. Results, showed that were significant differences between anxiety levels before and after therapy child play activity in which the mean value before therapy and play activities amounted to 2.042 standard deviation of 1.557 with a mean post-therapeutic play activities of 7.938 and a standard deviation of 1.656 and the unknown significance value of 0.0001 or ( <0.05) Conclusions, play therapy programs are very effective in lowering the level of anxiety for childhood preschool ages (3-5 years) at 1st Markisa Ward in the Panti Rahayu Hospital Purwodadi. Keywords
: Anxiety levels, Play Therapy Activities
30
bersosialisasi. Tetapi, terkadang semua anak
PENDAHULUAN Bermain adalah dunia anak-anak sebagai
bahasa
yang
paling
tidak dapat melalui masa kanak-kanaknya
universal,
dengan mulus, ada sebagian yang dalam
meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai
proses
salah satu dari ribuan bahasa yang ada di
gangguan kesehatan sehingga anak harus
dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat
dirawat
mengekspresikan
hospitalisasi.
apapun
yang
mereka
inginkan. Dari sudut pandang psikologi,
tumbuh
di
kembangnya
rumah
Perawatan
sakit
anak
mengalami
atau
di
menjalani
rumah
sakit
mulai tahun 1800-an bermain dipandang
merupakan pengalaman yang penuh dengan
sebagai aktivitas yang penting untuk anak.
stres, baik bagi anak maupun orangtua.
Sebelumnya,
dipandang
Lingkungan rumah sakit merupakan penyebab
sebagai ekspresi dari kelebihan energy yang
stres bagi anak dan orangtua baik lingkungan
dimiliki anak-anak atau sebagai bagian dari
fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang
rituall budaya dan agama.
rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih
bermain
Seiring
hanya
perkembangan
waktu,
petugas rumah sakit maupun lingkungan sosial
pandangan para ahli tentang bermain berubah
seperti sesama pasien anak ataupun interaksi
dan bermain dipandang sebagai perilaku yang
dan sikap petugas kesehatan itu sendiri
bermakna.
dipandang
sehingga perasaan takut, cemas, tegang nyeri
sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran
dan perasaan tidak menyenangkan lainnya
di masa mendatang yang penting untuk
sering dialami oleh anak (Supartini, 2004).
bertahan hidup (Nuryanti, 2007). Bermain
Umumnya anak yang dirawat di rumah sakit
dapat
mengenal
takut pada dokter, perawat dan petugas
serta
kesehatan lainnya serta anak takut berpisah
mengembangkan emosi dan imajinasi dengan
dengan orangtua dan saudaranya (Ngastiyah,
baik.
2005 ).
Misalnya,bermain
membuat
lingkungan,
anak
lebih
berinteraksi,
Anak-anak sangat menggemari suatu permainan seperti, bergerak, bernyanyi
Anak yang dirawat di rumah sakit
dan
akan merasa tidak aman dan nyaman, tidak
maupun
mengerti mengapa harus dirawat berpisah
berkelompok. Bermain adalah kegiatan untuk
dengan orang-orang terdekat dan kecemasan
bersenang-senang yang terjadi secara alamiah.
dengan lingkungan baru. Oleh karena itu
menari, baik
dilakukan sendiri
Anak tidak merasa terpaksa untuk
rumah sakit berfungsi untuk melengkapi suatu
bermain, tetapi mereka akan memperoleh
lingkungan diman anak yang sakit dapat
kesenangan,
dibantu untuk mengatasi atau meringankan
pengetahuan,
kenikmatan, imajinasi,
informasi, dan
motivasi
penyakitnya. 31
Tujuannya
adalah
untuk
menyembuhkan atau memperbaiki status fisik,
Berdasarkan
pada
studi
yang
mental, sehingga anak dapat berkembang
dilakukan Katinawati, dkk yang dilakukan di
dalam keterbatasannya.
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Tugurejo,
Reaksi anak terhadap sakit dan
didapatkan data pada tahun 2006, jumlah anak
kerumah sakit baik untuk rawat inap maupun
prasekolah usia 3-5 tahun yang mengalami
rawat jalan adalah untuk kecemasan, stress,
hospitalisasi sebanyak 122 anak, 2007 jumlah
dan
dari
anak 642, 2008 jumlah anak 977, 2009 jumlah
kecemasan, dapat berupa bentuk kecemasan
anak 929, 2013 jumlah anak 223, 2011 jumlah
berpisah, kehilangan kontrol, cedera tubuh dan
anak
nyeri. Tiga fase dari kecemasan berpisah
perasaan yang paling umum dialami oleh
adalah fase protes, despair detachment/ denial
pasien anak terutama usia prasekolah (3-5
yang masing-masing memberikan perilaku
tahun) yang dirawat di Rumah Sakit Umum
tertentu.
Daerah Tugurejo. Kecemasan yang sering
perubahan
perilaku
bentuk
181
anak.
Kecemasan
merupakan
Berdasarkan pada studi internasional
dialami seperti menangis, takut pada orang
yang dilakukan Willens (2005) dan diperkuat
baru. Respon anak yang cemas tergantung dari
oleh
tahapan usia, perilaku kehilangan control
(Costelo,
dkk,
2004)
suatu
studi
menemukan bahwa dalam sampel 200 anak
menjadi
secara klinis atau mengalami hospitalisasi,
prasekolah, yang mungkin memiliki temper
disebut
tantrum yang berulang atau memperlihatkan
28%
memenuhi
criteria
untuk
mengalami gangguan kecemasan. Pada study
lebih
jelas
pada
toddler
dan
perilaku yang mengalami kemunduran.
baru yang dilakukan New York University
Cara
untuk
mengatasi
keadaan
oleh (Egger dan Angold, 2006), menunjukkan
dimana anak mengalami kecemasan salah
bahwa dalam sampel anak usia 5 tahun, 2.5%
satunya adalah dengan bermain. Bermain
anak memiliki masalah kecemasan yang cukup
dirumah sakit mempunyai fungsi penting bagi
parah dan relative stabil kembali selama
pertumbuhan
periode 4 bulan.
menghilangkan kecemasan. Kita tahu, dunia
Di
Indonesia
jumlah
anak
usia
dan
perkembanganjuga
anak adalah dunia bermain karena bermain
prasekolah (3-5 tahun) berdasarkan Survei
adalah kebutuhan dasar bagi
Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2001
merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-
sebesar 20, 72% dari jumlah total penduduk
ulang demi kesenanga, tanpa ada tujuan atau
Indonesia (Badan Perencanaan Nasional, 2004,
sasaran yang hendak dicapai. Itulah sebabnya
dalam Purwandari, 2009, 2). Dan diperkirakan
bermain dikatakan sebagai kegiatan inklusif
35 per 100 anak menjalani hospitalisasi
dan inheren yaitu muncul atas motivasi dari
(Sumaryoko, 2008, dalam Purwandari, 2009).
dalam diri dan tak perlu diajarkan lagi. 32
anak dan
Kecemasan
diusahakan
diatasi
Berdasarkan uraian latar belakang
dengan memodifikasi lingkungan rumah sakit
tersebut diatas, peran perawat anak sangatlah
sehingga menyerupai lingkungan dirumah,
penting dalam menurunkan tingkat kecemasan
memberikan
anak,
kesempatan
anak
sakit
sehingga
peneliti
melakukan
membantu
untuk
rencana
schedule
“Efektivitas Program Terapi Bermain dengan
pelayanan
dan
perwatan,
dapat
Tingkat Kecemasan Selama Perawatan Pada
berinteraksi dengan keluarga dan dengan anak
Anak Usia Pra Sekolah (3-5 Tahun) di Ruang
sakit yang lain (Whaley and wong's, 1995).
Markisa
Selain
Purwodadi”
dengan
dan
memodifikasi
lingkungan
1
Rumah
yang
untuk
mendapatkan kontrol yang dapat diterima, dan
penelitian
tertarik
Sakit
berjudul
Panti
Rahayu
rumah sakit menyerupai lingkungan dirumah, untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan
terapi
bermain
dapat
METODOLOGI PENELITIAN
membantu
Penelitian yang digunakan adalah
menghilangkan batasan, hambatan dalam diri
penelitian
Quasy
eksperimen
anak, stress, frustasi serta mempunyai masalah
design
emosi dengan tujuan mengubah tingkah laku
peneliti mengendalikan variable sebanyak
anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku
mungkin dari situasi yang ada. Rancangan
yang diharapkan dan anak sering diajak
penelitian menggunakan model one group
bermain akan lebih kooperatif dan mudah
pretest- post test design without control yaitu
diajak kerjasama (Nurjaman, 2006 dikutip oleh
dalam
Mulyaman, 2008).
observasi sebelum diberi perlakuan (pre test)
eksperimen
penelitian
yang
ini
yaitu suatu
memungkinkan
peneliti
melakukan
Berdasarkan observasi awal yang
dan (post test) setelah perlakuan. Dengan
dilakukan peneliti di Ruang Markisa 1 (satu)
demikian hasil perlakuan dapat diketahui
Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi, peneliti
lebih akurat, karena dapat membandingkan
mengambil sampel secara acak dari seluruh
dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
pasien anak prasekolah usia 3-5 tahun yang
Populasi dalam penelitian ini adalah
mengalami hospitalisasi diruang Markisa 1 RS
semua pasien anak usia 3-5 tahun yang dirawat
Panti
inap di Ruang Markisa 1 (satu) RS Panti
Rahayu
didapatkan
jumlah
anak
sebanyak 5 anak. Pada observasi awal,
Rahayu
kecemasan pada anak yang sering dialami
pengambilan sampel dilakukan dengan cara
seperti menangis, takut pada orang asing dan
accidental sampling, yaitu Didalam cara
takut pada perawat/ dokter yang identik
pengambilan sampel dengan cara ini penelitian
dengan baju putih.
semata – mata memilih siapa saja yang dapat 33
Yakkum
Purwodadi.
Metode
diraih pada saat penelitian diadakan sebagai
sebanyak 10 buah. Ruang Markisa 3 juga
respondennya. (Slamet, 2006).
merupakan perawatan penyakit bedah dan
Berdasarkan data Rekam Medis RS
dalam kelas utama, I, II, III, dan HCU dengan
Panti Rahayu Purwodadi, jumlah pasien anak
kapasitasi tempat tidur sebanyak 10 buah.
usia 3-5 Tahun yang mengalami hospitalisasi 3
Ruang Durian untuk perawatan penyakit
bulan terakhir di Ruang Markisa 1 (satu)
dalam kelas I (khusus) dan kelas satu dengan
sejumlah 159 anak, maka besar sampel subjek
kapasitas 20 tempat tidur. Ruang Anggur
penelitian apabila peneliti memiliki beberapa
untuk perawatan penyakit dalam/ interius
ratus subjek dalam populasi, dapat ditentukan
dengan kelas II, III, dan pengawasan (HCU)
kurang lebih 25 – 30% dari jumlah tersebut
dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 30
(Arikunto, 2006). yaitu 48 pasien anak yang
buah. Ruang Mangga merupakan ruang rawat
dimana adalah perkiraan pasien anak usia pra
bedah dengan kapasitas 30 tempat tidur dan
sekolah (3-5 tahun) yang dirawat di Ruang
terbagi dalam kelas I, II, III dan pengawasan
Markisa 1 (satu) RS Panti Rahayu pada awal
(HCU). Ruang Manggis merupakan perawatan
bulan Desember 2013.
penyakit obstetric ginekologi dan ruang bayi untuk kelas perawatan utama, I, II, dan III
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 16
Penelitian ini dilakukan di RS Panti
buah. Ruang Delima merupakan perawatan
Rahayu yang merupakan Rumah Sakit Umum
penyakit dalam untuk keluarga kurang mampu
kelas C, dengan kapasitas 175 tempat tidur
(miskin) untuk kelas yang tersedia adalah
yang terbagi dalam 9 ruangan, yaitu: Ruang
kelas tiga dengan kapasitas tempat tidur
Markisa 1 merupakan perawatan penyakit
sebanyak 21 buah. Dan Ruang ICU atau
anak kelas utama, I, II, III, dan HCU dengan
perawatan intensif dengan kapasitas tempat
kapasitas tempat tidur sebanyak 28 buah.
tidur sebanyak 10 buah. Dari masing-masing
Ruang Markisa 2 merupakan perawatan
ruangan dipimpin oleh kepala ruangan yang
penyakit bedah dan dalam kelas utama, I, II,
bertanggung jawab langsung kepada kepala
III, dan HCU dengan kapasitasi tempat tidur
instalasi rawat inap.
Uji Normalitas Tabel Uji Saphiro Wilks
tistic
Kolmogorov-Smirnova Sta d f Sig. ic
34
Shapiro-Wilk Statist f
d Sig.
Ekspresi Anak Sebelum Perlakuan 40
0.5
Ekspresi Anak Sesudah Perlakuan 34
0.5
4 8
0.00
0.204
0
2 4
8
0.00
0.320
0
2
1
0.00
1
0.00
0
0
Berdasarkan table diatas dengan
sesudah perlakuan (Terapi Aktivitas Bermain)
menggunakan uji Saphiro Wilks, karena
adalah 0,000 dimana p< 0.05 sehingga Ho
jumlah sampel kurang dari 50, diperoleh hasil
ditolak
nilai signifikasi Ekspresi anak sebelum dan
berdistribusi
maka
diketahui
bahwa
tidak
data normal
. Uji Wilcoxon Test Hasil analisis uji normalitas data dengan menggunakan uji Wilcoxon Test karena data berdistribusi tidak normal. Tabel Wilcoxon Test
Sebelum Perlakuan (Terapi Aktivitas 8 Bermain) Sesudah Perlakuan (Terapi Aktivitas 8 Bermain)
N ean
M D
S
4 ,04
2 ,557
1
4 ,93
7 ,656
1
z Asymp. (2-tailed)
Sig
0,0001
0,0001
Berdasarkan table diatas, diperoleh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil analisis bivariat dengan uji Wilcoxon
perlakuan terapi aktivitas bermain sangat
terdapat
dari nilai
berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pada
signifikasi sebesar 0,0001 atau kurang dari
anak yang mengalami hospitalisasi di Ruang
0,05 ( < 0,05), maka Ho ditolak. Hasil ini
Markisa 1 (satu) RS Panti Rahayu Purwodadi
menunjukkan bahwa ada perbedaan sebelum
yang dilakukan penulis dengan menggunakan
dan sesudah perlakuan dengan pemberian
uji Wilcoxon, maka hal ini menunjukkan
terapi bermain terhadap tingkat kecemasan
bahwa ada hubungan nyata antara terapi
pasien anak pada saat mengalami perawatan
bermain yang dilakukan peneliti terhadap
di Ruang Markisa 1 (satu) RS Panti Rahayu.
tingkat kecemasan pada anak yang mengalami
Analisis
perawatan/ hospitalisasi di Ruang Markisa 1
perbedaan diketahui
Pengaruh
Terapi
Aktivitas
(satu) RS Panti Rahayu Purwodadi.
Bermain terhadap Tingkat Kecemasan Anak 35
Selama dirawat di rumah sakit, anak
pertumbuhan
disertai
dengan
perubahan
berada dilingkungan yang asing, dan harus
fungsi. Misalnya perkembangan intelegensi
menjalani beberapa prosedur keperawatan/
pada anak akan menyertai pertumbuhan otak
medis, hal ini memicu kecemasan anak.
dan
Kecemasan
menunjukkan
selama
perawatan
atau
serabut
saraf.
Kajian
bahwa
otak
biologis
mengandung
hospitalisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
reseptor khusus berperan penting dalam
dan diantaranya usia, pengalaman masuk
mekanisme
rumah
dengan
sakit/
mengalami
perawatan
biologis
ansietas
yang
berhubungan
(kecemasan),
seperti:
sebelumnya dan stress terhadap lingkungan
benzodiazepin, obat-obat yang meningkatkan
asing. Keadaan stress yang dialami anak akan
neuroregulator inhibisi asam aminobutirat
menimbulkan
(GABA).
reaksi
tubuh
dalam
menghantarkan rangsangan keatas melalui
Berdasarkan
tingkat
signifikansi
batang otak dan akhirnya menuju puncah
diperoleh nilai signifikansi 0,0001 dan nilai
hipotalamus. Selanjutnya hipotalamus akan
Signifikasi tersebut jauh lebih kecil dari 0,05
merangsang
hipofisis
anterior
(< 0,05), hal ini menunjukkan bahwa Ho
Adrenocorticotropic
hormone
ditolak, jadi hasil ini menunjukkan bahwa
kelenjar
melepaskan
(ACTH) yang berperan dalam pelepasan
ada
kortisol secara cepat. Pelepasan kortisol
perlakuan dengan pemberian terapi bermain
menyebabkan rangsangan susunan saraf pusat
terhadap tingkat kecemasan pasien anak pada
otak yang berakibat tubuh menjadi waspada,
saat mengalami perawatan/ hospitalisasi di
sulit tidur, ketakutan dan timbul kecemasan
Ruang Markisa 1 (satu) RS Panti Rahayu.
(Guyton,
2008).
Kecemasan
selama
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
perawatan
atau
hospitalisasi
dapat
lainnya yang dilakukan oleh Dera Alfiyanti,
terapi
dkk
diminimalisasi
dengan
pemberian
perbedaan
tentang
sebelum
Pengaruh
dan
Terapi
sesudah
Bermain
aktivitas bermain, dalam aktivitas ini anak
Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia
akan
untuk
Prasekolah Selama Tindakan Keperawatan di
mengalihkan perhatian anak akan kecemasan
Ruang Lukman RS Roemani Semarang.
yang dialami selama masa perawatan atau
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
hospitalisasi.
menunjukkan
dibuat
senang
dan
sibuk
Hasil penelitian ini sesuai dengan
terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara terapi bermain terhadap
ciri-ciri dan prinsip tumbuh kembang anak
stress
antara
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang
lain
perkembangan
perubahan
yaitu
bersamaan
dengan
menimbulkan
perkembangan pertumbuhan,
hospitalisasi
(Mulyono,
2008).
terjadi
karena suatu alasan yang berencana atau
setiap
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di 36
rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan
(Handayani & Puspitasari, 2008). Pada saat
sampai pemulangannya kembali ke rumah.
dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami
Selama proses tersebut, anak dan orang tua
berbagai
dapat mengalami berbagai kejadian yang
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
menurut
ditunjukkan
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dengan pengalaman yang sangat traumatik
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
dan penuh dengan stres. Pada penelitian yang
karena menghadapi beberapa stressor yang
lain menyebutkan latihan origami dapat
ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu
membantu anak-anak memahami ukuran yang
dengan melakukan permainan anak akan
relatif lebih lengkap dengan menggunakan
terlepas dari ketegangan dan stress yang
strategi yang lebih efektif untuk perbandingan
dialaminya
ukuran (Yuzawa, 2002).
permainan, anak akan dapat mengalihkan
beberapa
penelitian
Penelitian ini juga sesuai dengan
perasaan
sangat
dengan
tidak
melukukan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi)
penelitian yang menyebutkkan ada pengaruh
dan
yang
melakukan
bermakna antara intervensi
karena
yang
terapi
relaksasi
melalui
permainan
kesenangannya (Jamaris,
2006).
bermain puzzle dengan dampak hospitalisasi
Penelitian ini didukung sebuah penelitian
(Marasaoly, 2009). Perawatan di rumah sakit
yang menyebutkan ada pengaruh terapi
mengharuskan adanya pembatasan aktivitas
bermain terhadap tindakan kooperatif anak
anak
sebelum
sehingga
anak
merasa
kehilangan
dan
sesudah
terapi
bermain
Simanjuntak & Ferdina, 2010).
kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit prasekolah
Berdasarkan hasil penelitian yang
anak akan
dilakukan oleh penulis, program terapi
merasa malu, bersalah atau takut. Alat
bermain sangat efektif menurunkan tingkat
permainan
yang
usia
kecemasan pada anak usia pra sekolah (3-5
prasekolah
diantaranya
bermain
tahun) yang mengalami perawatan atau
puzzle (Jamaris, 2006). Penelitian yang lain
hospitalisasi di Ruang Markisa 1 (satu) RS
juga menyebutkan bahwa terdapat perbedaan
Panti Rahayu Purwodadi.
seringkali sebagai
dipersepsikan hukuman,
anak
sehingga
dianjurkan
untuk
adalah
yang signifikan terhadap kepatuhan lamanya KESIMPULAN DAN SARAN
terapi pada pre dan post terapi bermain (Ray,
Pada Bab VII ini, menguraikan
2007). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan, setelah
dilakukan
terapi
bermain
tentang simpulan dan
bahwa
saran dari hasil
penelitian yang dilakukan terhadap 48 pasien
ada
pengaruh terapi bermain terhadap tingkat
anak
kooperatif pada anak usia 3 – 5 tahun
perawatan atau mengalami hospitalisasi di 37
usia
(3-5
tahun)
yang mendapat
Ruang Markisa I (satu) RS Panti Rahayu
hospitalisasi di Rumah Sakit Umum
Purwodadi.
Daerah Tugurejo Semarang, 92-210-1-
1.
Tingkat
Kecemasan
Anak
Sebelum
SM, 2-3.
Perlakuan Terapi Aktivitas Bermain
2.
3.
Mindgarden.
(2010).
State-Trait
Anxiety
diketahui Nilai Mean 2,042 dan Standar
Inventory for adults. Dibuka tanggal 10
Deviasi 1,557.
November 2013
Tingkat
Kecemasan
Anak
Sesudah
Nanda.
(2005).
Panduan dan
diagnosa
Perlakuan Terapi Aktivitas Bermain
keperawatan
klasifikasi,
Alih
diketahui Nilai Mean 7,938 dan Standar
bahasa Budi Santoso, Prima Medika
Deviasi 1,656.
Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit.
Perbedaan Tingkat Kecemasan Anak
Edisi 2. Jakarta: EGC
Sebelum dan Sesudah Perlakuan Terapi Aktivitas Bermain dengan menggunakan
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan
uji Wilcoxon diketahui nilai signifikasi
perilaku
sebesar 0,0001 atau kurang dari 0,05 (<
Jakarta.
kesehatan.
Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan
0,05).
metodologi REFERENSI
children:
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
presentation,
Satya, W. I. (2006). Membangun kebugaran
nosology and epidemiology. NYU Child Study Center. Arikunto, (2006). Prosedur penelitian suatu
Soedjarmo
Jakarta:
bermain,
Depdiknas,
(2009).
kesehatan
Hurlock, E.B. (1998). Perkembangan anak. oleh
dan
Sayono.
Jakarta: PT Rineka Cipta
bahasa
jasmani
kecerdasan
melalui
Dirjen
Dikti,
Direktorat Ketenagaan.
pendekatan praktik. Edisi Revisi VI.
Istiwidayanti.
ilmu
dan instrument penelitian keperawatan.
emotional & behavioral disorders in preschool
penelitian
keperawatan; pedoman skripsi, tesis
Angold, A. & Egger, H.L. (2006). Common
Alih
Rineka
Metodologi penuntun
penelitian
praktis
bagi
pemula. Jogjakarta: Mitra Cendekia
&
Press.
Penerbit
Semiun, Y. OFM (2006). Teori kepribadian
Erlangga.
dan
Katinawati, Haryani, S. Ns., & Arif, S. Ns.
terapi
psikoanalitik
Freud.
Kanisius: Yogyakarta.
(2012). Pengaruh terapi bermain dalam
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak.
menurunkan kecemasan pada anak usia
Jakarta: EGC.
prasekolah (3-5 tahun) yang mengalami 38
Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar
Corporation.
keperawatan anak. Jakarta. EGC.
http://www.hindawi.com/journals/nrp/2
Wong,
(2009).
Buku
ajar
keperawatan
012/932570/
pediatrik. Jakarta: EGC. Wuryani,
(2005).
Nuryanti, Lusi. (2007). Penerapan terapi
Konseling
dan terapi
bermain bagi penyandang autisme (1),
dengan anak dan orang tua. PT Gramedia
Widiasarana
http://klinis.wordpress.com
Indonesia.
Purwandari, dkk. (2009). Terapi bermain
Jakarta
untuk
Y. Slamet. 2006. Metode Penelitian Sosial.
mengalami
Alfiyanti. Dera., dkk. Pengaruh Terapi
2592085-8930.pdf
Anak Usia Prasekolah Selama Tindakan Keperawatn di Ruang Lukman RS Diakses
dari
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/FIK keS/article/view/359. 2 Mei 2014 Suparto, (2003). Program Bermain di Rumah Sakit.
Diakses
dari
http://dc339.4shared.com/doc/evODNfh r/preview.html. 20 April 2014 Mulyaman, I. (2006). Terapi Bermain untuk mengurangi tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia sekolah. 22 Desember
2008.
Dikutip
dari
http://blognurse.blogspot.com.com/200 8/12/terapi-bermain-untuk-mengurangitingkat.html atau Hari dalam Kehidupan Arfianto Nilson. S., dkk. Assessing children’s anxiety using the modified shorts state-trait anxiety inventory and talking mats: a pilot
study.nursing
Practice.
Hindawi
Research
hospitalisasi.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/21105
Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan
Semarang.
kecemasan
perpisahan pada anak prasekolah yang
Sebelas Maret University Press. Solo
Roemani
menurunkan
and
Publishing 39