EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN SIKAP DEMOKRATIS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WONOSARI RINGKASAN SKRIPSI
Oleh:
Putra Sidik Nurcahyo NIM. 09401241049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN SIKAP DEMOKRATIS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WONOSARI Oleh : Putra Sidik Nurcahyo dan Cholisin, M.Si
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran PKn sehingga dapat diketahui: (1) Perbedaan sikap demokratis antara kelas yang menerapkan model pembelajaran problem based learning dengan kelas yang menerapkan metode ceramah; dan (2) Perbedaan hasil belajar PKn antara kelas yang menerapkan model pembelajaran problem based learning dengan kelas yang menerapkan metode ceramah. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre-Test, Post-Test Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosari. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara random sampling, yaitu dua kelas yang dibagi dalam kelompok eksperimen (32 siswa) dan kelompok kontrol (32 siswa). Instrumen yang digunakan adalah angket sikap demokratis dan tes hasil belajar. Uji validitas instrument menggunakan uji validitas konstruk dengan rumus Product Moment. Uji reliabilitas untuk angket sikap demokratis menggunakan rumus Alpha Cronbach sedangkan uji reliabilitas tes hasil belajar menggunakan rumus KR-20. Data dianalisis menggunakan uji t dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan sikap demokratis yang signifikan antara kelas yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan ceramah dengan uji t taraf signifikansi 5% (0,006<0.05) diperoleh nilai thitung = 2,862 dan ttabel= 2,000. (2) Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan ceramah dengan uji t taraf signifikansi 5% (0,001<0,05) diperoleh nilai thitung = 3,342 dan ttabel= 2,000.
A. PENDAHULUAN Dewasa ini bangsa Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan masyarakatnya
menjadi
masyarakat
yang
berbudaya
demokrasi,
berkeadilan dan menghormati hak-hak asasi manusia berdasarkan Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, banyak hal yang telah dilakukan, salah satunya dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam pasal 1 poin 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan mengenai definisi pendidikan, yaitu: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Selain itu dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 juga disebutkan tentang tujuan pendidikan, yaitu: Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam memenuhi tujuan pendidikan menjadikan warga negara Indonesia sebagai warga negara yang demokratis, maka diperlukan adanya pembelajaran yang demokratis. Pembelajaran yang demokratis dapat terlaksana bilamana ada sebuah wahana pendidikan demokrasi. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan satu mata pelajaran disekolah yang sekaligus menjadi wahana pendidikan demokrasi. Seperti yang tercantum dalam Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan, PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL tahun 2007 disebutkan: Pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan demokrasi, perlu difungsikan sebagai wahana pendidikan yang mampu mewujudkan kesatuan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak semua unsur bangsa Indonesia secara koheren dengan konsepsi pendidikan tentang demokrasi, pendidikan melalui demokrasi, pendidikan untuk membangun demokrasi.
Dari pernyataan di atas jelas terlihat bahwa PKn diharapkan mampu menjadi wahana pendidikan yang dalam proses pembelajarannya mampu mewujudkan kesatuan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak tentang demokrasi. Menurut Nu’man Somantri (Cholisin 2004: 8), PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, positive influense pendidikan sekolah, masyarakat, orangtua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajaran-pelajaran berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, dalam Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi dijelaskan bahwa PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Menurut Kurikulum 2004 dalam Cholisin (2004), tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik untuk berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
Sedangkan menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; dan d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam
membentuk
warga
negara
yang
demokratis
dan
bertanggungjawab maka diperlukan sebuah proses pendidikan yang berkualitas. Sebuah proses pendidikan yang berkualitas dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Di mana sebuah proses pendidikan yang
berkualitas
memberikan
ruang
bagi
para
siswa
untuk
mengembangkan nilai-nilai demokrasi sekaligus mendukung kegiatan belajar siswa secara aktif sehingga siswa memiliki ruang untuk belajar secara mandiri sehingga siswa mampu dalam mempelajari suatu topik pembelajaran yang tercermin dari hasil belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam pembelajaran karena keberhasilan suatu proses pembelajaran akan tercermin melalui hasil belajar para siswa. Fenomena yang ditemukan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru mata pelajaran PKn dewasa ini lebih mengutamakan tujuan pembelajaran dibanding dengan proses pembelajaran, sehingga seringkali siswa hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran. Hal ini dapat menurunkan kualitas pendidikan itu sendiri karena seharusnya siswa bukan hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran melainkan sekaligus menjadi subjek pembelajaran dalam pendidikan. Dalam pembelajaran seperti disebut di atas dimana siswa hanya menjadi
objek pembelajaran oleh
guru,
maka dapat
dipastikan
pengembangan sikap demokrasi dalam pembelajaran tidak akan berjalan
maksimal, karena kebanyakan dari siswa hanya bersikap pasif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai objek maka siswa akan menjadi pasif, serta tidak ada motivasi dalam diri siswa untuk berpikir kritis dan analitis karena materi pelajaran disampaikan secara gamblang oleh guru. Selain itu dalam pembelajaran seperti tersebut di atas akan mempengaruhi hasil belajar siswa karena siswa karena siswa tidak mendapat ruang untuk belajar secara mandiri dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran. Dengan demikian maka dalam pembelajaran PKn akan terkesan menjadi alat indoktrinasi. SMP Negeri 3 Wonosari merupakan sekolah menengah pertama yang terletak di Kecamatan Wonosari. SMP Negeri 3 Wonosari merupakan sekolah yang berusaha mempersiapkan kemampuan siswa yang lebih tinggi untuk mengantisipasi persaingan dan perkembangan jaman, mempersiapkan siswa yang bermental unggul, mampu berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam kehidupan. Berdasarkan pengamatan peneliti selama melaksanakan PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) pada bulan Juli-September 2012 di SMP Negeri 3 Wonosari bahwa pembelajaran yang diterapkan di kelas menggunakan metode ceramah dan diskusi. Akan tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran masih terdapat beberapa kendala diantaranya masih kurangnya motivasi siswa dalam belajar serta masih rendahnya keaktifan siswa dalam pelajaran sehingga hal ini menimbulkan kendala dalam pelaksanaan demokrasi dan ketercapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Selain itu pula hasil belajar yang dicapai oleh siswa masih tergolong rendah (Putra, 2012 : 11). Mengingat mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang menjadi wahana pendidikan demokrasi, maka mata pelajaran PKn sangat penting dalam pendidikan demokrasi di sekolah. Siswa dituntut untuk mampu mengembangkan pengetahuan kewarganegaraannya sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi warga negara yang berwawasan luas, bertanggungjawab dan demokratis. Serta
untuk mencapai mutu pendidikan yang baik yang salah satu diantaranya dilihat dari hasil belajar siswa maka perlu diadakan pembaharuan terhadap model pembelajaran sekolah khususnya yang berkaitan mata pelajaran PKn. Selain itu diperlukan juga tenaga pendidik yang profesional. Sejalan dengan hal di atas sebagai tenaga pengajar, guru harus mampu untuk merencanakan sebuah proses pembelajaran yang menuntut peran aktif siswa sebagai subjek pembelajaran sehingga siswa mampu mencapai hasil belajar yang maksimal dan juga kondisi yang demokratis bagi siswa. Salah satunya yaitu guru harus dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dan memperhatikan tujuan, bahan ajaran, siswa, sarana belajar, lingkungan belajar, dan manajemen pendidikan. Selain itu, guru harus mampu bertanggungjawab melaksanakan sistem pembelajaran agar berhasil dengan baik. Keberhasilan itu tergantung pada upaya guru meningkatkan keterampilan Kewarganegaraan (civic skills) yang salah satu diantaranya bersikap demokratis beserta hasil belajar yang dicapai oleh siswa di SMP Negeri 3 Wonosari. Dengan demikian, guru harus dapat menciptakan suatu kondisi kelas yang merangsang siswa untuk berpikir kritis, rasional, kreatif, analitis dan bertindak demokratis dalam melakukan kegiatan belajar mengajar baik itu individual maupun kelompok. Berbagai
alternatif
jawaban
atau
cara
pemecahan
untuk
menghindari mata pelajaran PKn yang kurang efektif dan tidak dijadikan sebagai alat indoktrinasi adalah diantaranya dengan melakukan kontruksi model pembelajaran yang mampu meningkatkan potensi-potensi siswa secara menyeluruh. Proses pembelajaran ini hendaklah bersifat demokratis dan mengembangkan aspek-aspek aktif dan psikomotor siswa serta aspek kognitif. Model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran baik secara fisik maupun mental diantaranya adalah model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning. Untuk menunjang tujuan pendidikan yang salah satu diantaranya adalah membentuk warga negara yang demokratis serta untuk menunjang
proses pembelajaran yang merangsang siswa untuk berpikir kritis, rasional, kreatif, analitis dan bertindak demokratis dalam melakukan kegiatan belajar mengajar baik itu individual maupun kelompok maka pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning menjadi alternatif model pembelajaran yang tepat dimana dalam pembelajaran berbasis masalah kondisi yang harus tetap dijaga adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal (Ngalimun, 2013: 163). Melalui model pembelajaran berbasis masalah, siswa dibiasakan untuk belajar dari permasalahan aktual dan faktual dalam kehidupan sehari-hari, selain itu siswa juga dibiasakan untuk belajar berkelompok dan berdiskusi, juga belajar mengkaji masalah, mencari informasi yang relevan, menyusun informasi yang diperoleh, mengkaji alternatif penyelesaian yang ada, mengusulkan alternatif penyelesaian dan menyusun tindakan penyelesaian. Sehingga siswa dapat memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. B. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang memfokuskan pada pelacakan akar masalah yang ada di dunia nyata sebagai konteks pembelajaran dengan melibatkan siswa dalam proses pemecahan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa belajar berpikir kritis dan belajar melalui pengalaman pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Model
pembelajaran
berbasis
masalah
adalah
model
pembelajaran yang menekankan pada kemampuan siswa untuk memecahkan suatu permasalahan secara ilmiah. Dimana pembelajaran berawal dari suatu permasalahan nyata yang ada di sekitar lingkungan siswa yang diorganisasikan dalam pelajaran sehingga siswa lebih bertanggungjawab terhadap belajarnya karena siswa dituntut untuk
bisa
mengorganisasikan
menjalankan
secara
belajarnya
langsung
dengan
proses
membentuk
belajar
mereka
dan
dengan
menggunakan kelompok kecil dan pada akhirnya siswa harus mendemonstrasikan
hasil
belajar
mereka.
Dengan
demikian
diharapkan siswa mampu memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya. Dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), masalah yang dikaji adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah yang dikaji belumlah pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban dari permasalahan yang dikaji. Dengan demikian PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk menemukan solusi dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi. Sesuai dengan tujuan PBL untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk PBL yang dikemukakan para ahli, maka secara umum PBL bisa dilakukan dengan langkah-langkah: a. Menyadari untuk kemudian mengidentifikasikan masalah yang ada yang sesuai dengan topik pelajaran yang sedang dipelajari. b. Menganalisis masalah yang telah diidentifikasi untuk kemudian merumuskan masalah. c. Merumuskan hipotesis. d. Mengumpulkan data. e. Menganalisis data. f. Menguji hipotesis yang telah dirumuskan. g. Merumuskan strategi pemecahan masalah. h. Melaksanakan strategi pemecahan masalah yang dipilih. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran berbasis masalah, siswa dituntut untuk berpikir secara kritis dan ilmiah dalam melaksanakan setiap langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah. Sebagai sebuah model pembelajaran PBL sudah pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari model pembelajaran berbasis masalah adalah membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan di luar sekolah, melatih keterampilan siswa untuk
memecahkan masalah secara kritis dan ilmiah serta melatih siswa berpikir kritis, analitis, kreatif dan menyeluruh karena dalam proses pembelajarannya siswa dilatih untuk menyoroti permasalahan dari berbagai aspek. Kekurangan dari model pembelajaran berbasis masalah adalah seringnya
siswa
menemukan
kesulitan
dalam
menentukan
permasalahan yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa, selain itu juga pembelajaran berbasis masalah memerlukan waktu yang relatif lebih lama dari pembelajaran konvensional serta tidak jarang siswa menghadapi kesulitan dalam belajar karena dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut belajar dengan mencari data, menganalisis, merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah. Di sini peran guru sangat penting dalam mendampingi siswa sehingga diharapkan hambatan-hambatan yang ditemui oleh siswa dalam proses pembelajaran dapat diatasi. 2. Tinjauan Demokrasi Secara etimologi, demokrasi berasal dari kata demos yang berarti rakyat dan cratein yang berarti memerintah. Jadi democratie adalah pemerintahan oleh rakyat (Max Boli Sabon, 1994: 167). Sedangkan Joseph Schumpeter sebagaimana yang dikutip oleh Cholisin (2005: 80) mengartikan demokrasi sebagai kompetisi memperoleh suara rakyat. Dari sudut terminology, Harris Soche dalam Winarno (2008: 89) mengemukakan bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintahan itu melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan meruoakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah. Dalam pandangan Lyman Tower Sargent (Cholisin, 2005: 82), prinsip-prinsip demokrasi meliputi:
a. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik. b. Tingkat persamaan tertentu diantara warga negara. c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan disepakati oleh para warga negara. d. Suatu sistem perwakilan. e. Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas. Dalam
prinsip-prinsip
demokrasi
menekankan
adanya
kompetisi, partisipasi dan kebebasan, selain itu juga dalam prinsip demokrasi juga menekankan adanya persamaan. Henry B. Mayo dalam Miriam Budiardjo (Cholisin, 2005: 8788) mengajukan beberapa nilai demokrasi, yaitu sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g.
Menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela. Menjamin terjadinya perubahan secara damai. Pergantian penguasa dengan teratur. Penggunaan paksaan sedikit mungkin. Pengakuan terhadap nilai keanekaragaman. Menegakan keadilan. Memajukan ilmu pengetahuan. Menurut
Prof.
Dardji
Darmodihardjo
(Sunarso,
2008)
demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan pembukaan UUD 1945. Adapun pinsip-prinsipnya menyangkut: a. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia. b. Keseimbangan antara hak dan kewajiban. c. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain. d. Mewujudkan rasa keadilan sosial. e. Pengambilan keputusan dengan musyawarah. f. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan. g. Menjujung tinggi cita-cita dan tujuan nasional. 3. Tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Secara sederhana tujuan PKn adalah untuk membentuk warga negara yang baik (good citizen) dan mempersiapkan kemampuan warga negara untuk menghadapi masa depan. Dimon dan Pflieger seperti dikutip Cholisin (2000:1.15) mengemukakan ciri-ciri warga negara yang baik adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f.
The good citizen is loyal The good citizen practices democratic human relationship The good citizen tries to be a weel-adjusted person The good citizen is a learner The good citizen is a thinker The good citizen is a doer Berdasarkan Peraturan Menteri No 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Ruang lingkup PKn meliputi aspek-aspek berikut: a. Persatuan dan Kesatuan bangsa; b. Norma, hukum dan peraturan;
c. Hak asasi manusia; d.
Kebutuhan warga negara; e. Konstitusi negara;
f. Kekuasaan dan
politik; g. Pancasila; dan h. Globalisasi. Menurut wikipedia, the free encyclopedia dalam Zamroni (2013), pendidikan demokrasi merupakan suatu teori pembelajaran dan pengelolaan sekolah yang memberikan kesempatan bagi siswa dan guru serta staff administrasi untuk berpartisipasi secara bebas dan setara dalam kegiatan sekolah. Sebagai wahana pendidikan demokrasi disekolah, menurut Tim Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama 2006 seperti dikutip Cholisin (2008:1), paradigma baru PKn merupakan bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yang dilaksanakan melalui:
1) Civic Intellegence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional maupun sosial 2) Civic Responbility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggungjawab 3) Civic Participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggungjawabnya baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin di hari depan. 4. Tinjauan Sikap Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sikap berarti perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably) terhadap obyek – obyek terentu
(
http://www.duniapsikologi.com/sikap-pengertian-definisi-
dan-faktor-yang-mempengaruhi/). Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 1995) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Kelompok ahli lain yang berorientasi pada triadic scheme menganggap sikap sebagai konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami dan merasakan suatu obyek. Secord dan Backman mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek tertentu. Komponen kognitif berkaitan dengan kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sesuatu yang telah diyakini akan menjadi suatu stereotipe pada individu tersebut, sehingga pikirannya selalu terpola. Misalnya, bila individu percaya bahwa mencuri adalah sesuatu yang buruk maka kepercayaan tersebut akan selalu terpola pada pikirannya. Komponen
afektif menunjuk pada perasaan emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek. Sedangkan komponen konatif merupakan struktur
sikap
yang
menunjukkan
bagaimana
perilaku
atau
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang dikaitkan dengan obyek sikap yang dihadapinya (Azwar, 1995). Demokrasi tidak akan dapat diterapkan dengan baik tanpa dukungan dan partisipasi seluruh warga negara. Bentuk dukungan dan partisipasi warga negara terhadap pelaksanaan demokrasi dapat dilakukan dengan jalan memiliki sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan yaitu kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat maupun kenegaraan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokratis berarti bersifat demokrasi/berciri demokrasi. Jika dikaitkan dengan komponen konatif yang merupakan struktur sikap yang menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang dikaitkan dengan obyek sikap yang dihadapinya dengan cara-cara tertentu, maka sikap demokratis dapat diartikan perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang/siswa dalam menerima dan melaksanakan prinsip-prinsip demokrasi dalam pembelajaran. 5. Efektivitas Model Problem Based Learning Efektivitas merupakan istilah yang banyak disinggung oleh para ahli, dimana batasan-batasan pengertian tentang efektivitas yang dikemukakan oleh para ahli berbeda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 584) mendeskripsikan efektif dengan “ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)” dan efektivitas diartikan “keadaan berpengaruh, hal berkesan” atau “keberhasilan(usaha, tindakan)”. Jadi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas adalah suatu usaha atau tindakan yang berakibat/berpengaruh hasil/berhasil guna.
dan
berkesan
yang
dapat
membawa
Pembelajaran yang efektif ditentukan oleh kemanfaatannya. Sebab, proses pembelajaran menunjukkan presentase keterlibatan siswa yang tinggi dalam waktu yang tepat, sehingga pencapaian tujuan diperoleh dengan sikap siswa yang baik. Dengan demikian sebuah pembelajaran efektif jika hasil pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi efektivitas dalam pembelajaran antara lain kemampuan guru dalam menggunakan metode-metode pembelajaran yang dipengaruhi oleh faktor tujuan, peserta didik, situasi, fasilitas, media pembelajaran dan pengajaran itu sendiri. Efektivitas dalam penelitian ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan sikap demokratis dan hasil belajar PKn oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosari. 6. Hasil Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan Slameto (2003: 2) menyatakan bahwa belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri atas : a. Faktor-faktor Intern Dalam faktor intern ini terbagi atas : 1) Faktor Jasmaniah 2) Faktor Psikologis 3) Faktor Kelelahan b. Faktor-faktor Ekstern 1) Faktor Keluarga 2) Faktor Sekolah 3) Faktor Masyarakat
Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2003: 145), secara global mengatakan faktor yang mempengaruhi belajar adalah : a. Faktor internal Adalah faktor dari dalam diri siswa yaitu keadaan atau kondisi siswa b. Faktor eksternal Adalah faktor dari luar diri siswa yaitu keadaan atau kondisi lingkungan sekitar siswa c. Faktor pendekatan belajar Adalah jenis upaya belajar siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran Faktor-faktor di atas sangat berpengaruh pada belajar siswa sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Siti Nurjanah, 2007: 14), hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan kepuasan kepada individu yang belajar. Nana Sudjana (2002: 22) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuankemampuan yang dimiliki setelah seseorang memiliki pengalaman belajarnya. Hasil belajar PKn pada dasarnya merupakan dampak dari proses pembelajaran PKn. Hal ini berarti optimalnya hasil belajar PKn para siswa tergantung juga pada proses pembelajaran PKn yang dipandu oleh guru. Dari berbagai pengertian belajar tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar PKn dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam menguasai konsep PKn melalui proses pembelajaran PKn dan kemampuan para siswa untuk menerapkan konsep PKn dalam kehidupan nyata. Secara umum kemampuan yang didapat sebagai hasil dari pembelajaran PKn berupa pengetahuan, nilai sikap, dan keterampilan yang dapat dilihat wujudnya setelah seseorang melaksanakan proses pembelajaran.
C. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian Eksperimen yaitu merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/ tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa. Desain penelitian merupakan rencana dan struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan jawaban pada pertanyaan, penelitian, mengontrol dan mengendalikan variabel penelitian. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomized pre-test, post-test control group design. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Wonosari dengan fokus penelitian siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosari. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 hingga selesai. 3. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas (independent variable) yakni penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (X) dan variabel terikat (dependent variable) yakni peningkatan sikap demokratis (Y1 ) dan prestasi belajar PKn (Y2 ).
4. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekumpulan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Suharsmi Arikunto, 2006 :147). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosari. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada dalam populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2005: 91). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan cara melakukan pengundian. Setelah diundi didapat kelas VIII B sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII A sebagai kelompok kontrol. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Tes Hasil Belajar Penelitian ini menggunakan tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi pelajaran yang diajarkan dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari metode pembelajaran yang dijadikan eksperimen untuk siswa. “Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan atau pembuatan” (Nana Sudjana, 2004: 100). Tes dilakukan sebelum perlakuan (pre-test) dan setelah perlakuan (post-test) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. b. Kuesioner (Angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2005: 162). 6. Instrumen Penelitian Suharsimi Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa “instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes dan angket. Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes pilihan ganda. Soal pilihan ganda tersebut disertai dengan empat
alternatif jawaban yaitu a, b, c, dan d. Dari empat alternatif jawaban tersebut hanya satu jawaban yang benar. Pemberian skor dari instrumen ini adalah 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Sedangkan angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu kuesioner yang disusun dengan menyediakan jawaban lengkap sehingga responden hanya memilih salah satu jawaban yang telah tersedia 7. Uji Instrumen Tujuan diadakannya uji coba adalah diperolehnya informasi mengenai kualitas instrumen yang digunakan, yaitu informasi mengenai sudah atau belum memenuhi persyaratan. Pengujian validitas instrumen dimaksudkan untuk mendapatkan alat ukur yang sahih dan terpercaya. Dalam penelitian ini setiap butir item diuji validitasnya dengan rumus product moment angka kasar dari Suharsimi Arikunto (2010: 213). Rumus yang digunakan pada uji reliabilitas istrumen angket adalah rumus Alpha Cronbach. Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Kriteria pengujian dikatakan handal apabila lebih besar dari
pada taraf signifikan 5%. Sedangkan
untuk mengetahui reliabilitas tes hasil belajar pada uji coba ini dengan menggunakan rumus K−R20. 8. Teknik Analisis Data a. Uji Prasyarat Analisis Data 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah segala yang diselidiki memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan teknik statistik KolmogorovSmirnov (Uji K-S). Interpretasi hasil uji normalitas dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2tailed).
2) Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dari populasi memiliki varian yang sama atau tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Untuk mengkaji homogenitas varians perlu dilakukan uji statistik (test of variance) pada distribusi skor kelompokkelompok yang bersangkutan. Rumus F yang dipergunakan adalah sebagai berikut.
s2b F2 sk Keterangan : s2b = varians yang lebih besar s2k = varians yang lebih kecil b. Analisis Data Penelitian Deskripsi data yang akan disajikan meliputi nilai Mean (M), Median (Me), Modus (Mo) dan Standar Deviasi (SD). Selain itu juga disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam menyajikan tabel distribusi frekuensi yang diambil dari Sugiyono (2009: 35) adalah sebagai berikut: 1) Menghitung Jumlah Kelas Interval Dalam menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus Sturgess yaitu: = 1 + 3,3 log Dimana: = Jumlah kelas interval = Jumlah data observasi atau responden = logaritma 2) Menentukan Rentang Data Yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. 3) Menghitung Panjang Kelas = Rentang kelas dibagi jumlah kelas.
c. Uji Hipotesis Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan pemahaman sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi pada pembelajaran PKn pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosari digunakan uji t-Test, yaitu sebagai berikut: = Keterangan :
X−X
SD N −1
t
= nilai t hitung
X1
= mean pada distribusi sampel 1
N1
= jumlah individu pada sampel 1
X2
= mean pada distribusi sampel 2
N2
= jumlah individu pada sampel 2
SD22
= nilai varian pada distribusi sampel 2
SD21
SD N −1
= nilai varian pada distribusi sampel 1
(Tulus Winarsunu, 2002 : 88)
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Umum tentang SMP Negeri 3 Wonosari SMP Negeri 3 Wonosari pada dasarnya merupakan integrasi dari STN 3 Wonosari, dimana pada saat itu sekolahsekolah menengah kejuruan dialih-statuskan menjadi sekolahsekolah menengah umum (SMP). SMP Negeri 3 Wonosari beralamat di Jl. Baron Km.6, Mulo, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. SMP Negeri 3 Wonosari cukup memberikan suasana nyaman dan kondusif bagi kegiatan belajar mengajar. Dalam perjalanannya SMP Negeri 3 Wonosari ini di bawah pimpinan Kepala Sekolah Bapak Mulyadi, S.Pd terus aktif dalam
pembenahan diri baik itu untuk kualitas input maupun output (lulusan). 2. Deskripsi Data Penelitian a. Variabel Sikap Demokratis 1) Sikap demokratis awal siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran
Problem
Based
Learning/kelas
eksperimen Dari hasil analisis data maka diperoleh kategorisasi kecenderungan perolehan skor sikap demokratis awal kelas eksperimen sebagai berikut: kategori baik sikap demokratis awal kelas eksperimen adalah sebanyak 90,3%, kategori cukup sebanyak 6,5% dan kategori kurang sebanyak 3,2%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan sikap demokratis awal kelas eksperimen adalah baik sebanyak 90,3%. 2) Sikap demokratis akhir siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran
Problem
Based
Learning/kelas
eksperimen Dari hasil analisis data maka diperoleh kategorisasi kecenderungan perolehan skor sikap demokratis akhir kelas eksperimen sebagai berikut: kategori baik sikap demokratis akhir kelas eksperimen adalah sebanyak 93,5% dan kategori cukup sebanyak 6,5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan sikap demokratis akhir kelas eksperimen adalah baik sebanyak 93,5%. 3) Sikap demokratis awal siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah/kelas kontrol Berdasarkan analisis data penelitian maka diperoleh kategorisasi kecenderungan perolehan skor sikap demokratis awal kelas kontrol sebagai berikut: kategori baik sikap demokratis awal kelas kontrol sebanyak 75% dan kategori cukup sebanyak 25%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan sikap demokratis awal kelas kontrol adalah baik yaitu sebanyak 75%. 4) Sikap demokratis akhir siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah/kelas control Berdasarkan analisis data penelitian maka diperoleh kategorisasi kecenderungan perolehan skor sikap demokratis akhir kelas kontrol sebagai berikut: kategori baik sikap demokratis akhir kelas kontrol sebanyak 78,1% dan kategori cukup sebanyak 21,9%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan sikap demokratis akhir kelas kontrol adalah baik yaitu sebanyak 78,1%. b. Variabel Hasil Belajar 1) Pre-test hasil belajar siswa kelas eksperimen Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka diperoleh kategorisasi kecenderungan perolehan skor pre-test hasil belajar kelas eksperimen sebagai berikut: kategori baik pre-test kelas eksperimen sebanyak 9,7%, kategori cukup sebanyak 87,1% dan kategori kurang sebanyak 3,2%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perolehan skor pretest hasil belajar kelas eksperimen adalah cukup. 2) Post-test hasil belajar siswa kelas eksperimen Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka diperoleh kategorisasi kecenderungan perolehan skor post-test hasil belajar kelas eksperimen sebagai berikut: kategori baik posttes hasil belajar kelas eksperimen sebanyak 54,8% dan kategori cukup sebanyak 45,2%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perolehan skor post-test hasil belajar kelas eksperimen adalah baik yaitu sebanyak 54,8%.
3) Pre-test hasil belajar siswa kelas control Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka diperoleh kategorisasi kecenderungan perolehan skor pre-test hasil belajar kelas kontrol sebagai berikut: kategorisasi baik pre-test hasil belajar kelas kontrol sebanyak 6,3% dan kategori cukup sebanyak 93,8%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perolehan skor pre-test hasil belajar kelas kontrol adalah cukup. 4) Post-test hasil belajar siswa kelas control Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka diperoleh kategorisasi kecenderungan perolehan skor post-test hasil belajar kelas kontrol sebagai berikut: kategori baik posttest hasil belajar siswa kelas kontrol sebanyak 21,9% dan kategori cukup sebanyak 78,1% dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perolehan skor post-test hasil belajar kelas kontrol adalah cukup. 3. Pengujian Hipotesis a. Uji Prasyarat Analisis 1) Uji Normalitas Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah
data
dari
masing-masing
variabel
penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas variabel dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Kriteria penerimaan normalitas adalah jika nilai signifikansi hasil perhitungan lebih besar dari α = 0,05 maka distribusi dinyatakan normal, sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 maka distribusi dinyatakan tidak normal. 2) Uji Homogenitas Uji homogenitas berfungsi untuk menguji kesamaan antar kelompok data. Uji homogenitas dilakukan dengan uji F,
jika nilai Fh < Ft atau jika nilai signifikansi > 0,05 maka data tersebut dinyatakan homogen. b. Uji Hipotesis Hasil uji t sikap demokratis awal membuktikan bahwa nilai thitung sebesar 0,323 dan nilai ttabel dengan df 61 pada taraf
signifikansi 5% sebesar 2,000. Nilai thitung < ttabel , maka disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sikap demokratis antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan metode ceramah. Hasil uji t pre-test hasil belajar menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 0,622 dan nilai ttabel dengan df 61 pada taraf
signifikansi 5% adalah 2,000. Nilai thitung < ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan metode ceramah. Hasil uji t sikap demokratis akhir membuktikan bahwa nilai thitung sebesar 2,863 dan nilai ttabel dengan df 61 pada taraf
signifikansi 5% sebesar 2,000. Nilai thitung > ttabel , maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
sikap demokratis antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan metode ceramah. Hasil uji t post-test hasil belajar menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 3,342 dan nilai ttabel dengan df 61 pada taraf
signifikansi 5% adalah 2,000. Nilai thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan metode ceramah.
E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Meningkatkan Sikap Demokratis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosari, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan sikap demokratis yang signifikan antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan siswa yang belajar menggunakan metode ceramah. Perbedaan ini dapat dibuktikan dengan perhitungan uji-t yang dilakukan pada angket sikap demokratis akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa thitung > ttabel yakni thitung 2,862 dan ttabel sebesar 2,000 atau nilai sig= 0,006 < α= 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan sikap demokratis siswa
dalam pembelajaran Pendidikan Kewareganegaraan antara kelas yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan metode ceramah atau model pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif dalam meningkatkan sikap demokratis peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 2. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan siswa yang belajar menggunakan metode ceramah. Perbedaan ini dapat dibuktikan dengan perhitungan uji-t yang dilakukan pada nilai tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa thitung > ttabel yakni thitung 3,342 dan ttabel sebesar 2,000 atau nilai sig= 0,001 < α= 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan
Kewareganegaraan antara kelas yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan metode ceramah atau model pembelajaran
Problem
Based
Learning
lebih
efektif
dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
DAFTAR PUSTAKA Buku Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK. Jakarta. Boli Sabon, Max. 1994. Ilmu Negara, Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia. Cholisin, dkk. 2005. Dasar-dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: FIS UNY. Cholisin. 2000. IKN-PKN. Jakarta: Universitas Terbuka. Cholisin. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: FIS UNY. Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Nana Sudjana. 2004. Peneltian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2007. Putra Sidik Nurcahyo. 2012. Laporan Kegiatan KKN-PPL SMP Negeri 3 Wonosari Tahun Akademik 2011-2012. Tidak Diterbitkan. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana. Saifuddin Azwar. 1995. SIKAP MANUSIA. Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. ________. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
_________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. _________________. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. _________________. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sunarso, dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan: PKn Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press. Syaifudin Azwar. 2005. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tulus Winarsunu. 2002. Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang : UMM Press. Udin. S Winataputra. (2008). Materi Pokok Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka. Winarno. 2008. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara. Zamroni. 2013. Pendidikan Demokrasi Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Pada
Masyarakat
Multikultur.
Undang-undang Permendiknas No 22 Tahun 2006. Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Undang-undang Republik Indonesia No 20. Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Internet http://www.duniapsikologi.com/sikap-pengertian-definisi-dan-faktor-yangmempengaruhi/, diunduh pada tanggal 13 November 2013