EFEKTIVITAS PENGGUNAAN FURIGANA TERHADAP PEMAHAMAN KOSAKATA KANJI DALAM MATKULIAH DOKKAI IV STUDI KOMPARATIF BUKU TEKS MINNA NO NIHONGO 2 DENGAN CHUKYU DOKKAI NYUMON Dila Rismayanti, Juariah Program Studi Sastra Jepang / Fakultas Sastra,
[email protected] Abstraksi : Kemampuan sebagian siswa dalam menghafal kosakata Kanji yang sering kali tertinggal dari materi yang seharusnya sudah mereka kuasai. Penyebab munculnya fenomena ini, penulis asumsikan karena pada buku teks Minna no Nihongo 1-2 yang digunakan mahasiswa semester 1 sampai 4, semua penggunaan huruf Kanji dalam buku tersebut dilengkapi dengan furigana (cara baca dalam huruf kanji). Seusai UTS semester 4, mahasiswa akan menggunakan buku teks Chukyu Dokkai Nyumon, yang di dalamnya tidak menyertakan furigana. Perbedaan pada kedua jenis buku teks menimbulkan keingintahuan penulis, bagaimana dampaknya penyajian teks masing-masing terhadap penguasaan mahasiswa terhadap cara baca dan pemahaman arti kosakata kanji. Objek penelitian adalah satu kelas pada mata kuliah Dokkai 4, dengan dua kali pengambilan sampel. Masing-masing adalah tes untuk materi teks dari buku Minna no Nihongo 2, dan tes untuk materi buku Chukyu Dokkai Nyumon.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan furigana pada bahan bacaan tidak efektif dalam penguasaan kosa kata kanji. Kata kunci : Efektifitas, Furigana, kanji, bacaan, dokkai 1. Pendahuluan Dokkai merupakan salah satu mata kuliah yang disajikan kepada mahasiswa Sastra Jepang Unsada. Dokkai berasal dari huruf Kanji 読 (arti: membaca) dan 解 (memahami), sehingga Dokkai bermakna Pemahaman Bacaan. Memahami wacana/teks tertulis bahasa Jepang, bukanlah hal yang dapat dikatakan mudah bagi sebagian besar mahasiswa jurusan Jepang. Mereka harus paham arti kosakata, termasuk kosakata Kanji, pola kalimat dan hubungan antar kalimat dalam teks. Dalam penelitian ini, penulis menitikberatkan pada salah satu kendala yang kerap ditemui pada waktu sesi kuliah, yaitu masalah dalam penguasaan cara baca dan pemahaman makna kosakata Kanji. Kanji Jepang digunakan secara terpadu dengan Hiragana, maupun dengan kanji
lainnya, sehingga memiliki cara baca yang beraneka ragam, berbeda dengan penggunaan kanji dalam bahasa Mandarin. Hal ini dilatarbelakangi oleh pengamatan penulis terhadap kemampuan sebagian siswa dalam menghafal kosakata Kanji yang sering kali tertinggal dari materi yang seharusnya sudah mereka kuasai. Penyebab munculnya fenomena ini, penulis asumsikan karena pada buku teks Minna no Nihongo 1-2 yang digunakan mahasiswa semester 1 sampai 4, semua penggunaan huruf Kanji dalam buku tersebut dilengkapi dengan furigana (cara baca dalam huruf kanji). Hal ini di satu sisi memudahkan mahasiswa dalam belajar karena tidak mengalami hambatan mengenai cara baca Kanji, namun di sisi lain mahasiswa menjadi dimanjakan karena tidak perlu berusaha mempersiapkannya terlebih dulu. Kondisi berbeda dihadapi siswa selepas mereka usai menggunakan buku teks Minna no Nihongo, yaitu pada pertengahan semester 4. Tepatnya seusai UTS, mahasiswa akan menggunakan buku teks Chukyu Dokkai Nyumon, yang di dalamnya tidak menyertakan furigana. Perbedaan pada kedua jenis buku teks menimbulkan keingintahuan penulis, bagaimana dampaknya penyajian teks masing-masing terhadap penguasaan mahasiswa terhadap cara baca dan pemahaman arti kosakata kanji. Kondisi inilah yang memotivasi penulis untuk mencari tahu melalui penelitian ini. Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya suatu fenomena tertentu (Nazir, 1989: 68). Ada pula yang menyebutkan penelitian komparatif merupakan penelitian yang bersifat membandingkan. Dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti berdasar kerangka pemikiran tertentu. Studi perbandingan membantu peneliti untuk menghubungkan konsep yang membentuk teori dengan indicator yang dapat diamati, memahami ekspektasi teori yang terbentuk dan menjelaskan apakah teori tersebut dapat dimaterialkan sesuai ekspektasi Tujuan dari penelitian komparatif adalah untuk menemukan persamaaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang-orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang lain, kelompok, terhadap suatu ide atau prosedur kerja. Penelitian ini bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung/lewat. Peneliti mengambil satu atau lebih akibat dan menguji data itu dengan
menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya. 2. Perumusan Masalah Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan satu variable atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda. Dalam penelitian ini, terdapat dua variable yang dibandingkan yaitu penguasaan cara baca kanji dan penguasaan arti kosakatanya. Sampel yang digunakan ada dua, yaitu tes cara baca dan arti kosakata kanji dari masing-masing buku teks yaitu buku Minna dan Chukyu Dokkai Nyumon terhadap siswa dari kelas yang sama. 3. Tinjauan Pustaka 3.1 Okurigana dan furigana Huruf bahasa Jepang ada empat macam : Kanji, hiragana, katakana, dan romaji (seperti alphabet). Awalnya bangsa Jepang tidak memiliki sebuah huruf untuk menulis, sampai pada akhirnya mereka menggunakan aksara China dengan cara membaca mereka sendiri. Awal mula huruf yang pertama adalah Kanji, aksara yang datang dari China. Sedangkan Hiragana merupakan bentuk yang disederhanakan dari Kanji, ditulis dalam bentuk kursif untuk menghemat waktu. Dahulu Hiragana digunakan untuk kaum wanita saja, bentuknya yang lemah gemulai ini mungkin mencerminkan karakter feminism juga. Hiragana sendiri digunakan untuk Menuliskan akhiran kata ( 送 り 仮 名 okurigana), okurigana adalah akhiran kata di belakang kanji. Misalnya kata taberu (makan), ditulis 食べる, huruf yang bercetak tebal べる disebut okurigana. Sedangkan 食 adalah kanji. Sedangkan furigana furigana, yaitu teks kecil di atas kanji, melafalkan bagaimana kanji itu dibaca. 3.2 Membaca Ada pakar yang membatasi membaca sebagai suatu proses (dengan tujuan tertentu) pengenalan, penafsiran, dan menilai gagasan yang berkenaan dengan bobot mental atau kesadaran total sang pembaca. Itu semua merupakan suatu proses yang rumit yang bergantung pada perkembangan bahasa pribadi , latar belakang pengalaman, kemampuan kognitif dan sikap terhadap bacaan. Kemampuan membaca merupakan akibat dari penerapan factor-faktor tersebut
sebagaimana pribadi berupaya mengenali, menginterpretasi dan mengevaluasi gagasan dari bahan tertulis (Mc Ginnis & Smith, 1982:14). Menurut Smith, (1986:235) membaca pemahaman adalah sejenis kegiatan membaca yang berupaya menafsirkan pengalaman; menghubungkan informasi baru dengan yang telah diketahui; menemukan jawaban pertanyan-pertanyaan kognitif dari bahan (bacaan) tertulis. West (1962) yang mengajar Bahasa Inggris di India, berpendapat bahwa belajar membaca secara lancer jauh lebih penting bagi orang india yang belajar bahasa Inggris daripada berbicara.. West menganjurkan penekanan pada membaca bukan hanya karena dia menganggap hal itu sebagai keterampilan yang paling bermanfaat yang harus diperoleh dalam bahasa asing, tetapi juga karena hal itulah yang paling mudah, suatu keterampilan dengan nilai tambah yang paling besar bagi siswa pada tahap awal pembelajaran bahasa. 3.3 Memahami bacaan Kegiatan membaca merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dengan membaca dapat memperkaya dan memperluas wawasan kehidupan, sehingga pembaca semakin mampu untuk mendewasakan diri. Proses pendewasaan diri melalui membaca merupakan pengejawantahan dari konsep humaniora. Dengan demikian, sesungguhnya kegiatan membaca membawa misi humaniora (Koendjono, 1987: 86) Hal ini juga ditekankan oleh Tarigan (1986) bahwa membaca merupakan salah satu keterampilan bahasa yang harus dikuasai. Apabila seseorang mampu menangkap ide secara tepat di dalam bacaan maka ia dikatakan telah memahami isi bacaan. Untuk memahami isi bacaan diperlukan kemampuan penguasaan kosakata (Tarigan, 1986:14). Berkaitan dengan itu, Aswandi (1991: 42) mengatakan bahwa bagaimanapun baiknya penguasaan kosakata dan cara membaca tidak ada artinya, kecuali pembaca tahu maknanya. Jika tidak demikian, mereka akan mengalami kesuliatan dalam memahami isi bacaan. Senada dengan itu, Tarigan (1986: 9) mengemukakan bahwa tujuan utama membaca adalah untuk mencari informasi menyangkut isi dan memahami makna bacaan. Nuttal (1982) mengartikan reading comprehension sebagai interpretasi symbol verbal yang bermakna. Ini berarti bahwa membaca merupakan suatu hasil interaksi antara persepsi simbul graphic yang merepresentasikan ketrampilan bahasa. Dalam proses ini penulis suatu teks bacaan mengharapkan pembacanya untuk mampu memahami ide yang tersirat dan tersurat didalamnya.
Comprehension atau pemahaman dalam membaca memegang suatu peranan penting. Menurut Wirama Jaya (2002: 6) inti dari aktivitas membaca adalah kemampuan untuk mendapatkan suatu makna yang tepat dari informasi tertulis yang dibaca, maka dari itu pembaca memerlukan pengetahuan sebagai elemen dasar dari comprehension. Berkaitan dengan hal ini, Carnine, et.al (1984) menyatakan bahwa reading comprehension adalah suatu proses berpikir melalui membaca. Suatu proses yang berdasar pada ketrampilan intelektual kognitif, pengalaman, dan ketrampilan bahasa si pembaca. Greenwood (1985) juga menyatakan bahwa ketrampilan yang diperlukan oleh siswa untuk memahami teks bacaan adalah (1) mereka mampu mengidentifikasi ide pokok, yaitu siswa mampu menemukan informasi umum dari suatu teks, (2) mereka mampu mengetahui dan mengungkapkan kembali informasi spesifik yang mereka dapat pada teks bacaan, (3) mereka mengetahui hubungan antara ide-ide pokok beserta dengan pengembangannya, (4) mereka mampu memahami apa yang tersirat didalam teks bacaan, atau reading between the line dan terakhir mereka dapat menarik kesimpulan. Sehubungan dengan hal tersebut, Carnine, dkk (1984:145) menyatakan bahwa membaca pemahaman adalah suatu aktivitas untuk mengerti dan mendapatkan ide dibalik sebuah kalimat atau paragraph, tidak hanya sekedar merangkai makna setiap kata yang tersusun. Membaca pemahaman memerlukan beberapa keterampilan, yaitu: membaca sepintas kilas (scanning), menafsirkan (previewing and predicting), pengetahuan kosakata untuk membaca efektif (vocabulary knowledge for effective reading), membaca sepintas dengan tujuan (skimming), membuat kesimpulan tentang informasi yang implisit (making inference), dan meringkas (summarizing). Lebih jauh, Dubin (1982) menyatakan bahwa dalam memahami teks tertulis, para siswa diharapkan mampu menyerap informasi dengan menggunakan keterampilan membaca pemahaman. Mereka membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan informasi yang mereka dapatkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya. Shepherd (1979) juga meyakini bahwa membaca pemahaman merupakan kemampuan siswa memahami informasi yang disampaikan oleh penulis. Ia juga mengemukakan bahwa membaca pemahaman ditandai dengan kemampuan siswa menjawab pertanyaan tentang bacaan tersebut. Dengan demikian, dalam kelas membaca guru bahasa Inggris harus memiliki kemampuan mengajar. Memiliki kemampuan mengajar sangatlah penting, sebagaimana yang
dinyatakan oleh Dubin (1982) sorang guru hanya bisa membantu siswa memahami bacaan apabila dia mampu mengajar siswa dengan baik. Keberhasilan memahami suatu bacaan sangat bergantung pada tingkat kemampuan bahasa siswa dan tingkat kesulitan bahasa yang digunakan penulis. Dengan demikian, materi atau bahan bacaan haruslah dipilih sehingga sesuai dengan tingkat kemampuan bahasa siswa. Hal ini sangat penting, mengingat siswa akan lebih termotivasi untuk membaca teks yang bisa mereka pahami. (Dubin, 1982:127) Berbahasa pada dasarnya adalah proses interaktif komunikatif yang menekankan pada aspek-aspek bahasa. Kemampuan memahami aspek-aspek tersebut sangat menentukan keberhasilan dalam proses komunikasi. Aspek-aspek bahasa tersebut antara lain keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Secara karakteristik, keempat keterampilan itu berdiri sendiri, namun dalam penggunaan bahasa sebagai proses komunikasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Membaca, terutama membaca pemahaman bukanlah sebuah kegiatan yang pasif. Sebenarnya, pada peringkat yang lebih tinggi, membaca itu, bukan sekedar memahami lambanglambang tertulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam bacaan. Membaca pemahaman inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap pada sekolah (Tompubolon: 1987). 1.4 Penelitian Komparatif Penelitian komparatif yang merupakan penelitian yang bersifat membandingkan untuk melihat persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta atau variable pada dua atau lebih sampel. Penelitian ini juga berguna untuk mencari tahu sifat-sifat obyek yang diteliti berdasar kerangka pemikiran tertentu. Penelitian ini tidak membutuhkan banyak kajian kepustakaan, melainkan lebih difokuskan pada pengamatan dan penelitian di lapangan, yaitu pada sesi kuliah mata kuliah Dokkai 4. Pengambilan sampel berupa ujian untuk memperoleh data dari kedua variable yang diteliti, dan setelah itu menganalisis hasilnya.
3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pola pemahaman siswa terhadap cara baca dan arti kosakata kanji, pada materi teks dengan furigana (Minna no Nihongo 2) dan tanpa furigana (Chukyu Dokkai Nyumon). Penelitian ini bertujuan menganalisis sampel ujian yang
diperoleh untuk memahami hasilnya berupa gambaran pencapaian siswa melalui kedua buku teks.
4. Manfaat Hasil Penelitian Melalui penelitian ini, diharapkan diperoleh hasil yang dapat bermanfaat bagi pembelajaran mata kuliah pemahaman teks tertulis. Di samping memberi masukan mengenai buku ajar, juga dapat dipertimbangkan hal-hal yang lebih baik terkait pengajaran dengan bahan buku teks yang bersangkutan.
5. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian eksperimental sungguhan/murni (true experimental). Objek penelitian adalah satu kelas pada mata kuliah Dokkai 4, dengan dua kali pengambilan sampel. Masing-masing adalah tes untuk materi teks dari buku Minna no Nihongo 2, dan tes untuk materi buku Chukyu Dokkai Nyumon. Tes dilakukan kira-kira satu sampai dua minggu setelah materi Dokkai yang bersangkutan disajikan kepada mahasiswa, untuk kemudian dijadikan bahan tes sebagai sampel penelitian ini.
6. Hasil dan Pembahasan Objek penelitian adalah satu kelas pada mata kuliah Dokkai 4, dengan dua kali pengambilan sampel. Masing-masing adalah tes untuk materi teks dari buku Minna no Nihongo 2, dan tes untuk materi buku Chukyu Dokkai Nyumon. Tes dilakukan kira-kira satu sampai dua minggu setelah materi Dokkai yang bersangkutan disajikan kepada mahasiswa, untuk kemudian dijadikan bahan tes sebagai sampel penelitian ini. Jumlah mahasiswa yang menjadi Objek penelitian ada 22 orang, dengan 1 orang menjawab dengan salah sehingga dianggap datanya tidak valid, kesalahan satu orang ini bias jadi karena kesalahan memahami perintah soal. Materi soal kanji yang diambil adalah Bab 46 dan bab 48 buku Minna no Nihonggo, dan Bab 8,12,14 buku Chuukyuu Dokkai Nyuumon. Adapun hasil test tersebut adalah sebagai berikut : 1. Nilai Rata-rata yang diperoleh mahasiswa pada soal pertama yang menggunakan soal dari Minna no Nihongo menunjukkan nilai yang sangat kecil atau minim yaitu hanya
38.5, Sementara setelah menggunakan buku Chuukyuu Dokkai Nyuumon yang tidak menggunakan furigana dan diberikan soal dari materi yang sama menunjukkan nilai rata-rata yang tinggi yaitu 73.2.
Nilai Rata-Rata Kelas 80 70
60 50 40 30 20 10 0 Soal Bagian I
Soal Bagian II
Nilai Rata-Rata Kelas
2. Adapun rincian nilai yang diperoleh pada test diatas adalah sebagai berikut : Untuk Soal Pertama yang menggunakan buku Minna no nihonggo nilai kurang dari 50 ada 16 orang, dan yang lebih besar dari nilai 51 namun lebih kecil dari 80 ada 4 orang dan yang mendapat lebih dari nilai 80 hanya satu orang. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil ujian pada soal kedua setelah penggunaan buku chuukyuu dokkai nyuumon, yaitu kurang dari 50 ada 4 orang, dan yang lebih besar dari nilai 51 namun lebih kecil dari 80 ada 5 orang dan yang mendapat lebih dari nilai 80 dua belas orang artinya merata bahwa mereka lebih menguasai kanji yang sudah dipelajari setelah menggunakan buku yang tidak menggunakan furigana.
Perbandingan perolehan nilai 18 16 14
16
12 12
10 8 6
4
5 4
2
3.2 1.4
0 < 50 Soal I
>=51<80
>80
Soal II
7. Kesimpulan Dari Hasil yang didapatkan tersebut maka dapat disimpulkan penggunaan furigana pada kanji yang terdapat dalam bahan bacaan tidak efektif dan membuat mahasiwa kurang melakukan persiapan pelajaran sehingga kesulitan memahami bacaan, dibanding dengan bahan bacaan yang tidak menggunakan furigana membuat mahasiwa lebih mempersiapkan diri untuk mencari sendiri cara baca kanji bacaan, sehingga pada saat diujiakan mahasiswa lebih siap dan lebih memahami bacaan tersebut. Berdasarkan pembahasan penelitian diatas, maka rekomendasi yang bisa disampaikan adalah (1)Penggunaan furigana pada bahan bacaan sebaiknya ditinjau ulang dan dosen dapat meminta mahasiswa untuk menutup furigana yang terdapat dalam bacaan tersebut. (2) peneliti yang lain untuk mencoba mengembangkan penelitian lanjutan dalam efektifitas penggunaan furigana dalam memahami bacaan untuk tingkat dasar atau menengah karena , karena penelitian ini masih terbatas pada mahasiswa tingkat menengah saja.
Daftar Pustaka Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian : Suatu Tinjauan Teoritis dan Praksis, ArRuzz Media, Jogjakarta, 2011 Arikunto Suharsimi, Metode Penelitian, Bina Aksara; Yogyakarta, 2006 Edelsky, C. & Altwelger, B.(1994).Whole Language, What’s the Difference?. N.H: Heinemann Muchlisoh, dkk. 1992. Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud. Nurhadi, 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung : Sinar Baru. ________, 2004. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca?. Bandung: Sinar Baru Algensindo Tarigan, Henry Guntur. 1985. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa ___________. Metodologi Pengajaran bahasa 2. Angkasa bandung, 2009 Weaver, C. (1994). Reading Process and Practice from Socio-Psycholinguistics to Whole language. N.H : Heinemann Nur, Mohamad. 1999. Teori Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Slavin, Robert E. 2010 .Cooperative Learning : Teori, Aplikasi dan Praktek. Cetakan kedelapan. Bandung: Nusa Media. http://radensanosaputra.blogspot.com/2013/05/analisis.komparatif.html http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/18/eksperime-expost-facto.korelasional-komparatif