EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM KOMPUTERISASI TENAGA KERJA LUAR NEGERI DI BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)
SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh: NISYYAH AZZAHRAH NIM 6661100898
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, Oktober 2014
ABSTRAK
Nisyyah Azzahrah. NIM. 100898. Skripsi. Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Pembimbing I: Anis Fuad, S.Sos., M.Si dan pembimbing II: Riny Handayani, S.Si., M.Si. Sistem Komputerisasi Tenaga kerja Luar Negeri (SISKOTKLN) adalah sistem online pelayanan administrasi penempatan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan Penerbitan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri yang melibatkan seluruh stakeholder terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Teori yang digunakan adalah teori dari DeLone dan McLean (2003:9) yang mengemukakan enam indikator efektivitas atau kesuksesan sistem informasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Jumlah populasi penelitian ini adalah 34 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji hipotesis t-test satu sampel dengan uji pihak kanan. Hasil perhitungan menunjukkan t-hitung lebih besar dari t-tabel (12,01 > 1,692) artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan skor yang didapat dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN mencapai 79%, artinya sudah efektif. Saran dari peneliti adalah sistem lebih dikembangkan lagi untuk meningkatkan kualitas sistem, selain itu, dibutuhkan pemeliharaan dan pengecekan sistem, peningkatan kelengkapan dan keakuratan informasi, penambahan sumber daya manusia dan peningkatan integrasi sistem. Kata kunci : Efektivitas, SISKOTKLN, TKI
ABSTRACT
Nisyyah Azzahrah. NIM. 100898. Script. The Effectiveness of Application SISKOTKLN at the National Board for Placement and Protection of Indonesian Overseas Workers (Study at BP3TKI, PPTKIS and Employment Department in Province level Banten). Advisor I: Anis Fuad, S.Sos., M.Si and advisor II: Riny Handayani, S.Si., M.Si. Sistem Komputerisasi Tenaga kerja Luar Negeri (SISKOTKLN) is an online system for placement TKI (Indonesian Overseas Workers) administration service and issuance of overseas workers card which involved all relevant stakeholders. This study aims to determine the extent of the effectiveness of application SISKOTKLN at the National Board Placement and Protection of Indonesian Overseas Workers (Study at BP3TKI, PPTKIS and Employment Department in Province level Banten). The researcher used the theory of DeLone and McLean (2003:9) i.e. six indicator that suggests the effectiveness or success of information systems. The researcher used descriptive quantitative method. The number of population in this study were 34 people. The researcher used sampling saturation technique. The data analysis technique in this study used one sample t-test by the right side test. The calculations showed t-count is greater than t-table (12.01> 1.692), it could be concluded Ho was rejected and Ha was accepted. Based on the scores obtained from the results of the study, indicated that the level of effectiveness of application SISKOTKLN reached 79%, showed that has been effective. The researcher suggests that system should be developed anymore to increase the quality of the system, besides, it necessary to conserve and rechecked toward the system, increasing toward completed and accuration of information, adding human resources and improved system integration. Keywords: Effectiveness, SISKOTKLN, TKI
”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Tirmidzi)
“Tidak ada di dunia ini yang lebih berbahaya dari ketidaktahuan dan kebodohan”. (Martin Luther King)
Skripsi ini kupersembahkan untuk : Kedua Orang Tuaku, keluargaku, dan teman-temanku tersayang... Terima kasih atas semua do’a yang diberikan untukku
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah. Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan pengajaran, bantuan, serta dorongan dalam upaya menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Efektivitas Penerapan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)”. Saya mengucapkan
terima kasih
kepada: 1. Bapak Prof. DR. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 2. Bapak DR. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 3.
Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
4.
Ibu Mia Dwianna W., M.I.Kom Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
i
5.
Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., MM Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
6.
Ibu Rahmawati, S. Sos., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
7.
Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
8.
Bapak Maulana Yusuf S.IP., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan saran selama perkuliahan.
9.
Bapak Anis Fuad, S. Sos., M.Si., Dosen Pembimbing I skripsi yang telah senantiasa sabar memberikan masukan dan bimbingannya selama proses penyusunan skripsi;
10. Ibu Riny Handayani, S.Si., M.Si., Dosen Pembimbing II skripsi yang senantiasa memberikan masukan, saran dan kesabaran membimbing selama proses penyusunan skripsi; 11. Semua dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Terimakasih atas ilmu pengetahuan selama perkuliahan; 12. Semua Pegawai Puslitbang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Terima kasih atas keramahan dan keterbukaan informasi kepada peneliti;
ii
13. Para responden pada BP3TKI, Dinas Ketenagakerjaan dan PPTKIS di Banten yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang senantiasa meluangkan waktunya yang sangat berarti bagi peneliti; 14. Kedua orang tua, keluarga dan saudara yang sangat saya sayangi, yang tak henti memberikan doa dan kasih sayangnya; 15. Uak saya Fauzi dan keluarga di Tangerang yang telah direpotkan dan senantiasa membantu menemani perjalanan penelitian di lapangan. 16. Sahabat sekaligus teman kostan saya Dede Pratiwi yang telah setia menemani, dan memberikan semangat serta dukungan yang begitu besar; 17. Teman SMA saya Ona Nabila dan keluarga yang telah direpotkan dan setia menemani selama proses penyusunan skripsi; 18. Nafis, Susi, Hesti, Dina, Abel, Thata, Oji. Karena kalian telah menjadi teman yang baik. Terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan selama ini; 19. Saudara-saudara seperjuangan kelas B Ilmu Administrasi Negara 2010 Reguler. Terimakasih atas kenangan selama perkuliahan; 20. Semua orang yang telah membantu dan mendukung penelitian ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Serang, Oktober 2014
Penulis iii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ABSTRAK ABSTRACT LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii DAFTAR DIAGRAM ............................................................................................ ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................1 1.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Penelitian .....................................13 1.2.1 Identifikasi Masalah .................................................................13 1.2.2 Batasan Masalah.......................................................................13 1.3 Rumusan Masalah..............................................................................14 1.4 Tujuan Penelitian ...............................................................................14 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................14 1.5.1 Secara Teoritis ..........................................................................14 1.5.2 Secara Praktis ...........................................................................15 iv
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori ...................................................................................16 2.1.1 Konsep Organisasi Publik ........................................................16 2.1.2 Konsep Manajemen Pelayanan ................................................20 2.1.3 Konsep Sistem Informasi Manajemen .....................................26 2.1.4 Konsep Efektivitas ...................................................................37 2.2 Penelitian Terdahulu ..........................................................................45 2.3 Kerangka Berpikir ..............................................................................47 2.4 Hipotesis Penelitian ...........................................................................50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian..............................................................................51 3.2 Fokus Penelitian ................................................................................52 3.3 Lokasi Penelitian ...............................................................................53 3.4 Variabel Penelitian ............................................................................53 3.4.1 Definisi Konsep ........................................................................53 3.4.2 Definisi Operasional.................................................................54 3.5 Instrumen Penelitian ...........................................................................55 3.6 Populasi Penelitian .............................................................................61 3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................62 3.8 Jadwal Penelitian ................................................................................67 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deksripsi Objek Penelitian .................................................................68 4.1.1 Deskripsi Wilayah Provinsi Banten .........................................68
v
4.1.2 Deskripsi Lokasi Penelitian......................................................71 4.1.3 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri ..............................................................72 4.1.4 Sistem Komputerisasi Tenaga kerja Luar Negeri Indonesia ....75 4.2 Pengujian Persyaratan Statistik .........................................................84 4.2.1 Uji Validitas .............................................................................84 4.2.2 Uji Reliabilitas .........................................................................86 4.2.3 Uji Normalitas ..........................................................................87 4.3 Deskripsi Data ...................................................................................89 4.3.1 Identitas Responden .................................................................89 4.3.2 Analisis Data ............................................................................91 4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian........................................................134 4.5 Pengukuran Efektivitas ...................................................................137 4.6 Interpretasi Hasil Penelitian ............................................................138 4.7 Pembahasan .....................................................................................140 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan .....................................................................................146 5.2 Saran ................................................................................................147
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Sepuluh Besar Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri Berdasarkan Provinsi Periode Tahun 2011-2013 ....................................6 Tabel 1.2 Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri di Provinsi Banten Berdasarkan Kab/Kota Periode Tahun 2011-2013 ..................................7 Tabel 1.3 Rekapitulasi Data Kedatangan Tki Bermasalah Asal Provinsi Banten Periode Tahun 2010-2013 (30 November) ..............................................8 Tabel 1.4 Rekapitulasi Data Kedatangan Tki Bermasalah Asal Provinsi Banten Berdasarkan Jenis Masalah Periode Tahun 2010 S.D 2013 (30 November) ...............................................................................................9 Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ............................................................55 Tabel 3.2 Skor Tiap Indikator menurut Likert.......................................................56 Tabel 3.3 Tingkat Keefektivan ..............................................................................66 Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ...................................................................................67 Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen ...............................................................85 Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................87 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Instrumen .............................................................88 Tabel 4.4 Tingkat Keefektivan Penerapan SISKOTKLN ....................................137
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Model Momen Kritis Pelayanan ........................................................23 Gambar 2.2 Contoh Lingkaran Pelayanan di Plaza ...............................................24 Gambar 2.3 Model Segitiga Pelayanan ..................................................................25 Gambar 2.4 Tahap-Tahap Penanganan Informasi menurut Siagian .....................29 Gambar 2.5 Update D&M IS Success Model .........................................................36 Gambar 2.6 Kerangka Berpikir ..............................................................................49 Gambar 3.1 Uji Pihak Kanan .................................................................................65 Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi banten ............................................................71 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.....................................................................74 Gambar 4.3 Alur Registrasi CTKI online di Dinas Tenaga Kerja Kab/ Kota........82 Gambar 4.4 Alur Pelaksanaan Pelayanan Penerbitan KTKLN di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ...................83 Gambar 4.5 Mekanisme SISKOTKLN ..................................................................84 Gambar 4.6 Hasil Distribusi data Instrumen ..........................................................88 Gambar 4.7 Kurva Penerimaan dan Penolakan Uji Hipotesis untuk Uji Hipotesis Pihak Kanan ....................................................................................136
viii
DAFTAR DIAGRAM Halaman Diagram 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...........................89 Diagram 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia ...........................................90 Diagram 4.3 Identitas Responden Tingkat Pendidikan ........................................91 Diagram 4.4 SISKOTKLN Sesuai dengan Perkembangan Teknologi ................92 Diagram 4.5 SISKOTKLN Mudah Digunakan Pengguna ...................................93 Diagram 4.6 SISKOTKLN Dapat Dioperasikan Sesuai dengan Fungsi dan Tujuannya ........................................................................................94 Diagram 4.7 SISKOTKLN Tersedia Setiap Saat ketika Diperlukan ....................95 Diagram 4.8 Kemampuan SISKOTKLN Dapat Dipercaya/Diandalkan dalam Perlindungan TKI ............................................................................96 Diagram 4.9 SISKOTKLN Tahan dari Kerusakan ...............................................97 Diagram 4.10 Pengguna Dapat Mengakses Database SISKOTKLN secara Cepat 99 Diagram 4.11 Pengguna Dapat Mengakses SISKOTKLN secara Lancar............100 Diagram 4.12 Penerapan SISKOTKLN Membantu Peningkatan Kinerja Pengguna .......................................................................................................101 Diagram 4.13 Penerapan SISKOTKLN Dapat Mencegah Perdagangan Manusia (human trafficking) ........................................................................102 Diagram 4.14 Semua Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Lengkap ..........103 Diagram 4.15 Semua Informasi Tentang TKI yang Dibutuhkan Pengguna Ada atau Tersedia dalam SISKOTKLN ................................................104 Diagram 4.16 Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Mudah Dimengerti ......105
ix
Diagram 4.17 Pengguna Tidak Kesulitan Memahami Isi Informasi dalam SISKOTKLN .................................................................................106 Diagram 4.18 Isi Informasi Tentang TKI dalam SISKOTKLN Sesuai dengan yang Diinginkan .....................................................................................107 Diagram 4.19 Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Bermanfaat untuk Perlindungan TKI yang Lebih Optimal .........................................108 Diagram 4.20 Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Relevan (Sesuai/Cocok)109 Diagram 4.21 Keamanan Informasi dalam SISKOTKLN Terjaga atau Terlindungi dengan Baik ...................................................................................110 Diagram 4.22 Informasi dalam SISKOTKLN Terjaga Kerahasiaannya dari Pengguna yang Tidak Berhak ........................................................111 Diagram 4.23 Pelayanan
SISKOTKLN
yang
Diberikan
Dapat
Dipertanggungjawabkan ................................................................113 Diagram 4.24 Pengelola SISKOTKLN Memiliki Kemampuan yang Baik dalam Pekerjaan Mereka ..........................................................................114 Diagram 4.25 Pengguna Mudah Melakukan Komunikasi dengan Pengelola SISKOTKLN .................................................................................115 Diagram 4.26 Pengelola SISKOTKLN Peduli terhadap Kebutuhan Pengguna ...116 Diagram 4.27 Pengelola SISKOTKLN Sigap Merespon Kesulitan Pengguna SISKOTKLN .................................................................................117 Diagram 4.28 Pengelola SISKOTKLN Cepat dalam Memberikan Bantuan/ Perbaikan Masalah Sistem .............................................................118
x
Diagram 4.29 Pengguna Menggunakan SISKOTKLN Sesuai dengan Tujuan yang Diharapkan.....................................................................................119 Diagram 4.30 Penggunaan SISKOTKLN Tepat dengan Maksud yang Diinginkan120 Diagram 4.31 Tampilan Aplikasi SISKOTKLN Mudah untuk Dimengerti ........121 Diagram 4.32 Navigasi/ Petunjuk dalam Aplikasi SISKOTKLN Mudah Dipahami122 Diagram 4.33 Penggunaan SISKOTKLN Membuat Banyak Pekerjaan Penempatan TKI Dapat Ditangani .....................................................................123 Diagram 4.34 Penggunaan SISKOTKLN Dapat Lebih Banyak Menyelesaikan Transaksi Penempatan TKI ...........................................................124 Diagram 4.35 Pengguna Tertarik untuk Sering Mengakses SISKOTKLN ..........125 Diagram 4.36 SISKOTKLN Sudah Memenuhi Kepuasan Pengguna ..................126 Diagram 4.37 Penerapan SISKOTKLN Dapat Menghemat Biaya ......................128 Diagram 4.38 Penerapan SISKOTKLN Dapat Mewujudkan Penempatan TKI yang Murah.............................................................................................129 Diagram 4.39 Penerapan SISKOTKLN Dapat Mengurangi Biaya Pencarian Informasi ........................................................................................130 Diagram 4.40 Pencarian Informasi dengan Menggunakan SISKOTKLN Relatif Lebih Murah ..................................................................................131 Diagram 4.41 Penerapan SISKOTKLN Dapat Menghemat Waktu dalam Bekerja132 Diagram 4.42 Penerapan SISKOTKLN Dapat mempercepat pekerjaan Pengguna133
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga Kerja Indonesia atau yang biasa disebut dengan TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dan menerima upah. Pengiriman TKI ke luar negeri merupakan keuntungan ekonomi negara karena menghasilkan devisa bagi negara. Berdasarkan amanat pembukaan UUD 1945 pasal 27 ayat 2 tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Karena itu pemerintah menyadari walaupun kegiatan bekerja di luar negeri kerap berdampak negatif bagi TKI seperti rentan penipuan, upah tidak dibayar, pekerjaan yang tidak sesuai dengan perjanjian, eksploitasi, serta penganiayaan karena lemahnya perlindungan hukum, pemerintah tidak dapat melarang atau mempengaruhi keputusan TKI karena menyangkut hak asasi manusia yang dilindungi oleh undang-undang. Meskipun demikian, Pemerintah dapat membuat kebijakan yang tepat untuk meminimalisir permasalahan dan memberikan perlindungan kepada TKI, hal tersebut merupakan kewajiban pemerintah yang tercantum dalam undang-undang. Masalah penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri merupakan masalah yang menyangkut hubungan antar negara, untuk itu sudah seharusnya pemerintah turut campur dalam kewenangan penempatan dan perlindungan TKI
1
2
luar negeri. Pelayanan penempatan dan perlindungan
TKI di luar negeri
berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri pasal 95 diamanatkan kepada BNP2TKI yaitu Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI yang mempunyai fungsi pelaksanaan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri secara terkoordinasi dan terintegrasi. Pelaksanaan pelayanan penempatan dan perlindungan TKI merupakan tugas yang berat jika hanya ditangani sendiri oleh pemerintah pusat. Karena itu pemerintah pusat tidak dapat bertindak sendiri dalam menangani penempatan dan perlindungan TKI sehingga perlu melibatkan pemerintah daerah. Peran pemerintah daerah akan sangat menentukan terutama dalam hal rekrutmen. Dimana setiap calon TKI harus mengurus dan melengkapi semua dokumen atau prosedur yang diperlukan untuk menjadi TKI melalui pemerintah daerah. Banyaknya prosedur yang harus ditempuh oleh para calon TKI luar negeri dan banyaknya pihak yang terlibat dalam penempatan dan perlindungan TKI luar negeri, pemerintah pusat bekerja sama dengan daerah berusaha untuk menciptakan sistem pelayanan penempatan dan perlindungan TKI luar negeri yang lebih baik dengan berbasis teknologi informasi. Peranan teknologi informasi di era globalisasi tentu bukan merupakan hal yang baru. Teknologi informasi kini berperan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Berbagai jenis organisasi pun mulai menyadari pentingnya teknologi informasi sebagai sumber daya organisasi yang strategis. Seiring dengan peradaban manusia yang semakin modern, perkembangan teknologi informasi
3
juga mengalami kemajuan. Pemanfaatan teknologi informasi kini bukan hanya banyak digunakan oleh organisasi swasta yang beroperasi untuk meningkatkan produksi namun organisasi publik juga membutuhkan teknologi informasi untuk dapat menunjang aktivitas kerja mereka sehingga bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Kemajuan teknologi informasi ini telah banyak dimanfaatkan di berbagai bidang dalam organisasi untuk membantu manusia menyelesaikan berbagai permasalahan dan membantu manusia dalam mengambil keputusan. Dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat para manajer perlu untuk menciptakan, memelihara dan menggunakan sistem informasi dalam menjalankan organisasi agar organisasi bisa tumbuh dan berkembang. Dengan pengelolaan sistem informasi yang baik, produktivitas, efektivitas dan efisiensi organisasi bisa ditingkatkan. Siagian (2008:1) Pada organisasi pemerintahan, pengembangan aplikasi sistem informasi dan telekomunikasi di lingkungan pemerintah dikenal dengan sebutan EGovernment. Penggunaan E-Government diharapkan bukan hanya dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi namun juga transparansi dan akuntabilitas layanan pemerintahan. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, pasal 7 butir (c), salah satu kewajiban pemerintah adalah “membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di luar negeri”. Untuk itu, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia membangun SISKOTKLN (Sistem
4
Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri) yang merupakan amanat dari Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri atau lebih dikenal dengan SISKOTKLN sebelumnya dikelola oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun 2006, namun setelah di bentuknya Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia pada tahun 2007, SISKOTKLN mulai aktif dan dikembangkan kembali oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia pada pertengahan tahun 2009. Dan pada tahun 2011 SISKOTKLN bisa digunakan secara online yang melibatkan stakeholder dan instansi terkait. Stakeholder yang terkait dalam SISKOTKLN yaitu seperti: BP3TKI (Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) /P4TKI (Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenga Kerja Indonesia), Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota, PPTKIS (Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta), Sarana Kesehatan, BLK-LN (Balai Latihan Kerja-Luar Negeri), Lembaga Kompetensi/ Sertifikat Kompetensi, Asuransi Perlindungan TKI, Ebarkasi/ Deberkasi serta Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri. Penerapan
SISKOTKLN pada
Badan
Nasional
Penempatan
dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia merupakan suatu perwujudan pemerintah sebagai abdi negara yang berusaha memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Hal ini juga dilakukan dalam upaya membenahi sistem pelayanan publik dengan berbagai terobosan untuk menciptakan Good Governance.
5
Berdasarkan
peraturan
kepala
Badan
Nasional
Penempatan
dan
Perlindungan Tenaga Kerja No. PER-26/KA/X11/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri, SISKOTKLN adalah sistem pelayanan administrasi penempatan TKI dan penerbitan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) yang melibatkan seluruh stakeholder terkait. SISKOTKLN
bertujuan
untuk
memberikan
pelayanan
penempatan
dan
perlindungan tenaga kerja yang layak, cepat, murah dan efisien kepada warga negaranya yang akan bekerja keluar negeri. Pelayanan Penempatan adalah layanan fasilitasi Calon TKI yang akan bekerja ke Luar Negeri sesuai dengan prosedur dan persyaratan dalam UndangUndang Nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Layanan yang diberikan adalah layanan di Unit Pelayanan Publik Pusat yang meliputi penerbitan Surat Ijin Pengerahan (SIP), penempatan pemerintah (Goverment to Goverment dan Goverment to Private) serta layanan untuk Stakeholder. Sedangkan layanan di daerah meliputi register TKI
Mandiri/Formal/Re-Entry,
verifikasi
dokumen,
Pembekalan
Akhir
Pemberangkatan (PAP) dan Penerbitan KTKLN. (www.bnp2tki.go.id, 18 Oktober 2014) Penerapan SISKOTKLN diperlukan keterlibatan dan koordinasi yang baik dengan pemerintah daerah yang bertanggung jawab dalam penempatan TKI seperti BP3TKI selaku unit pelaksana teknis dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Dinas Ketenagakerjaan dan PPTKIS yang berperan penting dalam rekrutmen calon TKI.
6
SISKOTKLN yang merupakan sistem pendataan online calon TKI ini sudah diterapkan di berbagai provinsi di Indonesia salah satunya adalah Provinsi Banten. Penerapan SISKOTKLN di Provinsi Banten ini sudah berjalan dari tahun 2011 pada instansi pemerintah seperti Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Serang dan Dinas Ketenagakerjaan seProvinsi Banten. Provinsi Banten merupakan provinsi kedua dalam penerapan SISKOTKLN setelah sebelumnya dilakukan di Propinsi Jawa Barat yang merupakan provinsi pertama dalam penerapan SISKOTKLN. Provinsi Banten merupakan salah satu dari provinsi yang banyak melakukan penempatan tenaga kerja Indonesia luar negeri. Provinsi Banten masuk dalam sepuluh besar provinsi yang banyak melakukan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri seperti yang terlihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Sepuluh Besar Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri Berdasarkan Provinsi Periode Tahun 2011-2013 No Provinsi 2011 1 Jawa Barat 145.603 2 Jawa Tengah 123.154 3 Jawa Timur 109.233 4 Nusa Tenggara Barat 72.835 5 Lampung 17.085 6 Bali 15.066 7 DKI Jakarta 18.718 8 Sumatera Utara 12.447 9 Banten 27.576 10 Sulawesi Selatan 13.948 Sumber: Puslitfo BNP2TKI, 2014
2012 119.620 115.456 100.368 46.245 16.259 14.082 15.021 13.728 10.853 13.875
2013 129.885 105.971 93.843 63.438 17.975 14.617 14.248 13.299 13.244 10.358
Berdasarkan tabel 1.1, tahun 2011 pengiriman TKI Banten mencapai 27.576 orang, jika diurutkan Banten menempati posisi ke 5 terbanyak dalam penempatan TKI di Indonesia. Tahun 2012 jumlah pengiriman TKI asal Banten
7
menurun ke urutan 10 dengan jumlah TKI sebanyak 10.853 orang dan pada tahun 2013 jumlah pengiriman TKI asal Banten naik menjadi 13.244 orang yaitu berada di urutan ke 9. Adapun jumlah pengiriman atau penempatan TKI berdasarkan kabupaten atau kota di Provinsi Banten adalah sebagai berikut: Tabel 1.2 Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri di Provinsi Banten Berdasarkan Kab/Kota Periode Tahun 2011-2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kab/Kota 2011 Serang 13.036 Tangerang (Kab) 4.442 Lebak 4.200 Pandeglang 3.133 Cilegon 2.050 Kota Tangerang 715 Tangerang Selatan 0 Serang (Kota) 0 Rangkas Bitung 0 Total 27.576 Sumber: Puslitfo BNP2TKI, 2014
2012 4.105 2.483 1.581 1.243 378 647 211 179 26 10.853
2013 4.105 2.503 1.606 1.283 558 575 493 233 29 13.244
Total 23.105 9.428 7.387 5.659 2.986 1.937 704 412 55 51.673
Berdasarkan tabel 1.2 di atas, terlihat bahwa penempatan TKI di setiap daerah kabupaten atau kota di Provinsi Banten jumlahnya berbeda-beda. Kabupaten Serang merupakan daerah di Provinsi Banten yang paling banyak melakukan penempatan TKI. Perbedaan ini dikarenakan peminat bekerja sebagai TKI luar negeri dari setiap daerah berbeda-beda. Penerapan SISKOTKLN yang merupakan sistem online pelayanan administrasi penempatan TKI dan penerbitan KTKLN di Provinsi Banten selain bertujuan untuk memberikan pelayanan penempatan TKI secara layak, cepat, murah dan efisien, SISKOTKLN juga diharapkan dapat memberikan perlindungan
8
yang lebih optimal kepada TKI seperti mencegah TKI ilegal, perdagangan manusia, dan menciptakan TKI berkualitas. Provinsi Banten dengan jumlah pengiriman TKI yang banyak walaupun telah menggunakan SISKOTKLN dari tahun 2011, juga tidak lepas dari banyaknya permasalahan TKI. Banyaknya permasalahan TKI di provinsi Banten dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 1.3 Rekapitulasi Data Kedatangan Tki Bermasalah Asal Provinsi Banten Periode Tahun 2010-2013 (30 November) JUMLAH KEDATANGAN TKI Bermasalah 2010 22.308 3.941 2011 23.277 2.711 2012 19.244 1.951 2013(s.d Nov) 7.130 1501 TOTAL 71.959 10.104 Sumber: Puslitfo BNP2TKI, 2014
%
TAHUN
18% 12% 10% 21% 14%
Pada tabel 1.3 terlihat pada tahun 2010 jumlah kedatangan TKI asal Banten mencapai 22.308 orang dan TKI yang bermasalah sebanyak 3.941 yaitu 18 persen dari jumlah kedatangan TKI asal Banten. Kemudian tahun-tahun berikutnya yaitu tahun 2011 dan 2012 secara berurutan persentase TKI bermasalah asal Provinsi Banten mengalami penurunan menjadi 12 persen dan 10 persen. Sedangkan tahun 2013 sampai dengan November 2013 jumlah TKI bermasalah mengalami kenaikan dengan persentase 21 persen dari jumlah kedatangan TKI asal Banten.
9
Adapun untuk mengetahui jenis permasalahan TKI bermasalah asal Provinsi Banten dapat dilihat pada tabel rekapitulasi data kedatangan TKI bermasalah asal Provinsi Banten berdasarkan jenis masalah berikut: Tabel 1.4 Rekapitulasi Data Kedatangan Tki Bermasalah Asal Provinsi Banten Berdasarkan Jenis Masalah Periode Tahun 2010 S.D 2013 (30 November) No
Permasalahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
PHK Sepihak Sakit Akibat Kerja Penganiayaan Majikan Bermasalah Pelecehan Seksual Gaji Tidak Dibayar Dokumen Tidak Lengkap Sakit Bawaan Kecelakaan Kerja Tidak Mampu Bekerja Pekerjaan Tidak Sesuai PK TKI Hamil Majikan Meninggal Komunikasi Tidak Lancar Membawa Anak Masalah Lainnya Total Sumber: Puslitfo BNP2TKI, 2014
2010 1.389 936 334 306 245 179 124 120 57 51 45 41 26 23 10 55 3.941
Tahun 2011 2012 715 538 463 341 174 122 565 444 159 80 106 156 101 48 151 35 54 32 10 6 37 36 50 21 29 25 19 5 33 21 45 41 2.711 1.951
Total 2013 733 168 73 223 33 86 50 31 14 11 40 6 3 5 4 21 1.501
3.375 1.908 703 1.538 517 527 323 337 157 78 158 118 83 52 68 162 10.104
Pada Tabel 1.4 di atas, terlihat permasalahan TKI yang paling banyak dialami adalah PHK sepihak yang berjumlah 3.375 orang dan yang paling sedikit adalah masalah komunikasi tidak lancar yaitu sebanyak 52 orang. Kemudian untuk jumlah permasalahan TKI dari tahun ke tahun mengalami penurunan namun jika dibandingkan dengan jumlah kedatangan TKI persentase permasalahan TKI tidak terus mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel sebelumnya yaitu tabel 1.3.
10
Penerapan SISKOTKLN yang melibatkan pemerintah daerah khususnya BP3TKI dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten serta PPTKIS ini berdasarkan wawancara dan observasi awal penelitian, peneliti menemukan beberapa kendala atau masalah dalam penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) yaitu sebagai berikut: Pertama kurangnya sumber daya manusia yang mengelola SISKOTKLN. Hal ini terlihat dari hanya ada dua tenaga help desk di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang bertugas membantu dalam pelayanan permasalahan dan pemeliharaan sistem, dengan jumlah tenaga help desk tersebut tentu dirasa kurang mengingat jumlah client yang terkoneksi dengan SISKOTKLN sangat banyak yaitu mencapai 2265 client. Kurangnya sumber
daya
manusia
ini
juga
mengakibatkan
stakeholder
kesulitan
berkomunikasi dengan pengelola, ini terlihat dari pernyataan pengguna SISKOTKLN berikut: “ kendalanya itu paling susah komunikasi sama orang BNP2TKI , ada nomor telephone helpdesk tapi itu jarang diangkat, di e-mail pun jarang sekali dibales”. (wawancara, 21 Oktober 2014. Pukul 11.10 WIB). Selain itu, kurangnya sumber daya manusia juga terlihat dari tidak adanya penanggung jawab sistem di daerah (BP3TKI) seperti yang tertulis dalam peraturan kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja No. PER-26/KA/X11/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan SISKOTKLN dimana penanggung jawab sistem adalah staf yang mempunyai keterampilan di bidang IT dan telah mengikuti Bimtek SISKOTKLN yang bertanggung jawab terhadap operasional perangkat, jaringan dan software aplikasi serta penerbitan KTKLN.
11
Kenyataan di lapangan adalah penanggung jawab sistem hanya 1 orang kepala seksi penempatan TKI BP3TKI dibantu oleh staf baik orang IT maupun bukan. BP3TKI khususnya di Banten hanya ada satu tenaga ahli IT (Information Technology), jumlah ini tentu tidak cukup untuk menangani permasalahan sarana dan prasarana seperti hardware SISKOTKLN di Provinsi Banten. Sedangkan Dinas Ketenagakerjaan di daerah Provinsi Banten tidak semua memiliki tenaga ahli IT. Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola SISKOTKLN juga terlihat di Dinas Ketenagakerjaan dimana hanya ada satu operator/pegawai SISKOTKLN yang mengerti tentang SISKOTKLN dan telah mengikuti pelatihan atau Bimtek SISKOTKLN. Jumlah tersebut tentu bisa menjadi kendala mengingat jumlah TKI dari daerah berbeda-beda sehingga menyebabkan beban kerja yang berbeda. Selain itu, dengan hanya ada satu operator SISKOTKLN pelayanan TKI akan terhambat apabila operator SISKOTKLN tidak bekerja atau berhalangan hadir karena tidak semua pegawai dapat menggunakan SISKOTKLN. Kedua masih terjadi kendala teknis dalam pengoperasian SISKOTKLN. Masalah teknis ini kerap terjadi pada server database SISKOTKLN yang sering mengalami overload yang mengakibatkan proses upload dan download data terganggu. Gangguan overload database ini juga menyebabkan data tertahan sehingga pengguna mengalami kesulitan untuk membuka dan download data. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan pengguna SISKOTKLN berikut: “ SISKOTKLN kebanyakan errornya seperti mau buka data detail TKI ni aja nggak kebuka-buka sampai satu tahun ini susah dibuka dan baru-baru ini bisa kebuka, terus datanya suka nyangkut tau dah nyangkut kemana. Misal kita udah upload data tapi ternyata belum ke terima di sana. Jadi kadang misal tulisan di sisko udah ke kirim nggak taunya di sana belom tercatat ke kirim”. (wawancara, 21 Oktober 2014. Pukul 13.20 WIB).
12
Gangguan server di Badan Nasional dan Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ini terjadi akibat hardisk dari server tersebut crash. Hal ini dikarenakan masalah umur pakai yang sudah lama. Selain itu proses pengembangan aplikasi SISKOTKLN di Badan Nasional dan Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang masih terus dilakukan untuk menciptakan sistem yang tepat yang dapat memenuhi keinginan pengguna SISKOTKLN ini juga berakibat pada masalah jaringan lambat yang sering dialami pengguna dalam mengakses SISKOTKLN sehingga proses kerja pengguna menjadi terganggu. Ketiga Kurangnya data dan informasi yang akurat dalam SISKOTKLN. Hal ini terlihat dari pernyataan pengguna SISKOTKLN berikut: “ Kendala yang pernah terjadi di SISKOTKLN itu kadang suka terjadi kesalahan data TKI kayak kesalahan nama, tanggal lahir dan nama agency”. (wawancara, 11 Agustus 2014. Pukul 09.45 WIB). Selain itu informasi yang kurang akurat juga dapat dilihat dari masih banyaknya permasalahan TKI seperti dokumen tidak lengkap. Permasalahan tersebut seharusnya dapat dicegah atau diminimalisir sebelum TKI berangkat ke luar negeri atau pada saat TKI melakukan registrasi penempatan TKI melalui SISKOTKLN, mengingat SISKOTKLN adalah sistem pendataan bagi calon TKI yang akan berangkat ke luar negeri, sistem yang dirancang untuk menghindari terjadinya manipulasi data dan penyimpangan lainnya dalam proses penempatan TKI ke luar negeri.
13
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai “EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM KOMPUTERISASI TENAGA KERJA LUAR NEGERI DI BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
INDONESIA
(Studi
pada
BP3TKI,
PPTKIS
dan
Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)”.
1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Terdapat beberapa permasalahan yang terkait dengan penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, yaitu sebagai berikut: 1. Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola SISKOTKLN. 2. Masih terjadi kendala teknis dalam pengoperasian SISKOTKLN. 3. Kurangnya data dan informasi yang akurat dalam SISKOTKLN. 1.2.2 Batasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian diperlukan untuk lebih mempersempit masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi penelitian pada fokus utama masalah, yaitu Efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia dengan studi kasus hanya pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan yang ada di Provinsi Banten.
14
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang menjadi kajian peneliti adalah berapa besar tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)?
1.4 Tujuan Penelitian Tanpa adanya tujuan penelitian, maka seorang peneliti tentunya akan mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian. Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten).
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian yang berjudul Efektivitas Penerapan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) adalah: 1.5.1 Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan pengetahuan karena akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
15
dalam dunia akademis khususnya Ilmu Administrasi Negara, terutama yang berkaitan dengan sistem informasi manajemen. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pengembangan studi sistem informasi manajemen. 1.5.2 Secara Praktis Bagi Badan terkait, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan masukan yang positif untuk peningkatan pelayanan E-Government terkait penempatan tenaga kerja luar negeri. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Selain itu, karya peneliti dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori Pada bab sebelumnya peneliti telah menguraikan masalah-masalah yang diperoleh di lapangan yang berkaitan dengan penelitian. Pada bab ini, peneliti akan mengkaji beberapa teori yang relevan dengan permasalahan penelitian terkait Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Penggunaan teori ini sangat penting dalam suatu penelitian. Teori berguna untuk menjelaskan dan menjadikan pedoman dalam penelitian. Berikut adalah beberapa teori dalam penelitian Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten).
2.1.1
Konsep Organisasi Publik Organisasi publik terdiri dari dari dua kata yaitu “organisasi” dan
“publik”. Sebelum memahami pengertian organisasi publik, terlebih dahulu akan dijelaskan definisi dari kata “organisasi” dan kata “publik”. Berikut akan dijelaskan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian organisasi dan publik.
16
17
Menurut Chester I. Barnard dalam Syafiie (2006:52) organisasi adalah suatu sistem kerja sama yang terkoordinasi secara sadar dan dilakukan oleh dua orang atau lebih. Menurut James D. Mooney dalam Hasibuan (2009:120) organisasi adalah setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Hasibuan (2009:120) mengemukakan organisasi sebagai berikut: “Organisasi adalah suatu perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.” Selain itu Hasibuan (2009:122) juga menjelaskan unsur-unsur organisasi sebagai berikut: 1. Manusia (human factor), artinya organisasi baru ada jika ada unsur manusia yang bekerja sama ada pemimpin dan ada yang dipimpin (bawahan). 2. Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada, jika ada tempat dan kedudukannya. 3. Tujuan, artinya organisasi itu baru ada jika ada tujuan yang ingin dicapai. 4. Pekerjaan, artinya organisasi itu baru ada jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta danya pembagian pekerjaan. 5. Struktur, artinya organisasi itu baru ada jika ada hubungan dan kerja sama antara manusia yang satu dengan yang lainnya. 6. Teknologi, artinya organisasi itu baru ada jika terdapat unsur teknis. 7. Lingkungan (environtment external social system), artinya organisasi itu baru ada, jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi misalnya ada sistem kerja sama sosial. Berbeda dengan Hasibuan, Syafiie (2006:52) berkesimpulan bahwa organisasi antara lain yaitu: 1. Wadah atau tempat terselenggaranya administrasi 2. Di dalamnya terjadi berbagai hubungan antar individu maupun kelompok, baik dalam organisasi itu sendiri maupun keluar 3. Terjadinya kerja sama dan pembagian tugas
18
4. Berlangsungannya proses aktivitas berdasarkan kinerja masingmasing. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah wadah dari sekelompok orang yang bekerja sama secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama. Selanjutnya pengertian publik, publik berasal dari bahasa Inggris public yang berarti umum. Dalam bahasa Indonesia sesuai bila diberi terjemahan praja yang berarti rakyat. Syafiie (2006:17) menjelaskan kata public di dalam bahasa Inggris sering didefinisikan berbeda-beda seperti kata public yang didefinisikan sebagai “umum” misalnya public ownership (milik umum), public utility (perusahaan umum), public service corporation (perseroan jasa umum). Kemudian public yang didefinisikan sebagai “masyarakat” misalnya public relation (hubungan masyarakat), public service (pelayanan masyarakat), public interest (kepentingan masyarakat). dan public yang didefinisikan sebagai negara misalnya public finance (keuangan negara), public revenue (penerimaan negara), public sector (sektor negara). Karena perbedaan dari arti kata public tersebut maka Syafiie (2006:18) menjelaskan arti public sebagai berikut: “Sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan harapan, sikap, dan tidakan yang benar dan baik berdasarkan nilainilai norma yang mereka miliki.” Setelah mengetahui definisi organisasi dan publik berikut akan dijelaskan definisi organisasi publik secara utuh. Definisi organisasi publik menurut Nordiawan dan Hertianti (2010:2) adalah:
19
“Organisasi publik merupakan organisasi penyedia barang dan/atau jasa publik (public goods) yang diperlukan dalam rekayasa struktur sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bukan untuk mencari keuntungan finansial.” Nordiawan dan Hertianti (2010:4) menyebutkan ciri-ciri organisasi publik sebagai berikut: 1. Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan finansial, melainkan untuk mencapai suatu misi atas tujuan tertentu (driven by mission). 2. Dimiliki secara kolektif oleh publik. 3. Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham yang dapat diperjualbelikan. 4. Keputusan-keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi sering kali didasarkan pada konsensus. Nordiawan dan Hertianti (2010:4) juga menyebutkan jenis-jenis organisasi publik yang dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Instansi pemerintah yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 2. Organisasi nirlaba milik pemerintah yang merupakan bagian organisasi publik yang bentuknya bukan instansi pemerintah, tetapi dimiliki pemerintah. 3. Organisasi nirlaba milik swasta yang merupakan bagian organisasi publik yang dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta. Kemudian Nordiawan dan Hertianti (2010:2) juga menjelaskan perbedaan organisasi publik dengan perusahaan di sektor komersial sebagai berikut: 1. Tujuan Organisasi Perusahaan komersial bertujuan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham melalui penciptaan keuntungan, sedangkan organisasi publik bertujuan meningkatkan kesejahteraaan pelayanan melalui pelayanan. 2. Sumber-Sumber Pendanaan Perusahaan komersial didanai melalui hasil operasi perusahaan bersangkutan, selain investasi dari pemegang saham. Sementara itu, sesuai dengan tujuannya, organisasi sektor publik mendanai operasinya tidak melalui laba operasi, tetapi melalui cara khusus berupa sumbangan atau donasi yang bersifat suka rela.Untuk
20
organisasi pemerintahan, sumber pendanaan diperoleh melalui penerimaan pajak, retribusi, hibah dan sumbangan lainnya. 3. Peraturan Perundangan Organisasi publik khususnya lembaga pemerintah, harus melakukan aktivitasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan perusahaan komersial, mereka bisa memilih aktivitas yang akan dilakukan atas produk yang akan dibuat berdasarkan pertimbangan untung dan rugi. Berbeda dengan Nordiawan dan Hertianti, Syafiie (2006:53) menjelaskan organisasi publik adalah: “Organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup negara dan mempunyai kewenangan yang absah (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi, pemerintahan dan hukum secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi warganya, serta melayani kebutuhannya, sebaliknya berhak pula memungut pajak untuk pendanaan, dan menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan peraturan.” Syafiie (2006:53) juga mengemukakan organisasi publik sering kita lihat pada bentuk organisasi pemerintah yang juga dikenal sebagai birokrasi pemerintah.
2.1.2
Konsep Manajemen Pelayanan Manajemen menurut Manullang dalam Ratminto dan Winarsih
(2006:1) mendefinisikan manajemen sebagai: “Seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.” Sementara Harold Koontz dan Cyril O’Donnel dalam Hasibuan (2009:3) mendefinisikan manajemen sebagai: “Usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain dimana manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.”
21
Setelah
mengetahui
definisi
manajemen
selanjutnya
adalah
mengetahui definisi pelayanan. Definisi pelayanan menurut Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby dalam Ratminto dan Winarsih (2006:2) pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan. Menurut
Gronroos
dalam
Ratminto
dan
Winarsih
(2006:2)
mendefinisikan pelayanan sebagai berikut: “Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antar konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan permasalahan kosumen/pelanggan.” Untuk mengetahui pelayanan lebih jauh Zemke dalam Ratminto dan Winarsih (2006:3) menjelaskan karakteristik pelayanan sebagai berikut: 1. Konsumen memiliki kenangan. Pengalaman atau memori tersebut tidak bisa dijual atau diberikan kepada orang lain. 2. Tujuan penyelenggaraan pelayanan adalah keunikan. Setiap konsumen dan setiap kontak adalah spesial. 3. Suatu pelayanan terjadi saat tertentu, ini tidak dapat di simpan di gudang atau dikirimkan contohnya. 4. Konsumen adalah rekanan yang terlibat dalam proses produksi. 5. Konsumen melakukan kontrol kualitas dengan cara membandingkan harapannya dengan pengalamannya. 6. Jika terjadi kesalahan, satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki adalah meminta maaf. 7. Moral karyawan berperan sangat menentukan. Dari beberapa definisi manajemen dan pelayanan yang telah dijelaskan, Ratminto dan Winarsih (2006:4) Kemudian mendefinisikan Manajemen pelayanan sebagai berikut:
22
“Manajemen pelayanan adalah suatu proses penerapan ilmu dan seni untuk menyusun rencana, mengimplementasikan rencana, mengkoordinasikan dan menyelesaikan aktivitas-aktivitas pelayanan demi tercapainya tujuan-tujuan pelayanan.” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan manajemen pelayanan adalah bagaimana mengelola pelayanan dalam mencapai tujuan pelayanan. Untuk dapat menyelenggarakan manajemen pelayanan dengan baik, terlebih dahulu kita harus memahami beberapa konsep pokok manajemen pelayanan. Salah satu konsep yang sangat penting dalam manajemen pelayanan adalah moment of truth (momen kritis pelayanan). Albrecht dan Bradford dalam Ratminto dan Winarsih (2006:57) mendefinisikan momen kritis pelayanan sebagai berikut: “Momen kritis adalah kontak yang terjadi antara konsumen dengan setiap aspek organisasi yang akan membentuk opini konsumen tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi tersebut.” Albrecht dan Bradford dalam Ratminto dan Winarsih (2006:58) juga menyatakan bahwa harus ada kesesuaian antara kapabilitas antara tiga faktor dalam pengelolaan moment of truth, yaitu: a. Konteks pelayanan b. Referensi yang dimiliki oleh konsumen c. Referensi yang dimiliki oleh anggota organisasi penyelenggara pelayanan.
23
Berikut adalah model dari kesesuaian tiga faktor moment of truth (momen kritis pelayanan)
Konteks Pelayanan Masukan Perilaku Nilai Kepercayaan Keinginan Perasaan Harapan
Perilaku Nilai Referensi yangKepercayaan Keinginan dimiliki olehPerasaan Harapa konsumen
Referensi yang dimiliki oleh anggota organisasi
Masukan Perilaku Nilai Kepercayaan Keinginan Perasaan Harapan
Momen kritis pelayanan
Gambar 2.1 Model Momen Kritis Pelayanan Selain itu untuk berempati kepada konsumen Albrecht dan Bradford dalam Ratminto dan Winarsih (2006:59) juga telah membuat konsep lingkaran pelayanan yang berarti serangkaian momen kritis pelayanan yang dialami oleh konsumen ketika konsumen memanfaatkan jasa layanan. Konsep lingkaran pelayanan ini akan membantu kita mengidentifikasi momen-momen kritis pelayanan yang harus dikelola secara professional.
24
Berikut adalah ilustrasi lingkaran pelayanan di plaza
Gambar 2.2 Contoh Lingkaran Pelayanan di Plaza
Selanjutnya Albert dan Zemke dalam Ratminto dan Winarsih (2006:79) dalam hal berkaitan dengan manajemen pelayanan mengemukakan bahwa organisasi-organisasi yang bergerak dibidang pelayanan yang sangat berhasil memiliki tiga kesamaan, yaitu: a. Disusunnya strategi pelayanan yang baik b. Orang di garis depan yang berorientasi pada pelanggan/konsumen c. Sistem pelanggan yang ramah Interaksi antara ketiga faktor tersebut dan pelanggan akan menentukan keberhasilan manajemen dan kinerja pelayanan organisasi. Konsep Albert dan Zamke ini dinamakan The Service Triangle (Model Segitiga Pelayanan).
25
Berikut adalah Model Segitiga Pelayanan menurut Albert dan Zamke strategi
customer
sistem
SDM
Gambar 2.3 Model Segitiga Pelayanan
Sementara Zeithmal, Parasuraman & Berry dalam Ratminto dan Winarsih (2006:81) dalam hal berkaitan dengan manajemen pelayanan mengemukakan bahwa manajemen pelayanan yang baik tidak bisa diwujudkan karena adanya lima gap yaitu: a. b. c. d. e.
Gap 1 yaitu gap persepsi manajemen Gap 2 yaitu gap persepsi kualitas Gap 3 yaitu gap penyelenggaraan pelayanan Gap 4 yaitu gap komunikasi pasar Gap 5 yaitu gap kualitas pelayanan. Selain itu untuk menyelenggarakan manajemen pelayanan yang baik
Viljoen dalam Ratminto dan Winarsih (2006:58) mengemukakan prinsipprinsip pelayanan yang dapat menjadi acuan sebagai berikut: a. b. c. d.
Identifikasi kebutuhan konsumen yang sesungguhnya Sediakan pelayanan yang terpadu (one-stop-shop) Buat sistem yang mendukung pelayanan konsumen Usahakan agar semua orang atau karyawan bertanggung jawab terhadap kualitas pelayanan e. Layanilah keluhan konsumen secara baik
26
f. g. h. i. j.
Terus berinovasi Karyawan adalah sama pentingnya dengan konsumen Bersikap tegas tetapi ramah dengan konsumen Jalin komunikasi dan interaksi khusus dengan pelanggan Selalu mengontrol kualitas.
2.1.3 Konsep Sistem Informasi Manajemen Sebelum membahas definisi Sistem Informasi Manajemen, perlu dipahami terlebih dahulu pengertian sistem, informasi dan manajemen secara satu per satu yaitu: Menurut Fahmi (2010:77) sistem adalah seperangkat komponen yang berada dalam suatu organisasi yang saling berhubungan dalam menunjang aktivitas kerja organisasi. Sedangkan Sutabri (2004:2) menjelaskan definisi sistem dengan dua kelompok pendekatan yaitu kelompok yang menekankan pada prosedur dan kelompok yang menekankan pada elemen atau komponennya. Sutabri menjelaskan: “Pendekatan yang menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan kerja dari prsedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sedangkan pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponen mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari elemenelemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Kedua kelompok definisi yang di jelaskan Sutabri diatas ini adalah benar dan tidak bertentangan. Yang berbeda adalah cara pendekatannya. Kemudian Nugroho (2008:17) mengatakan sistem dapat didefinisikan sebagai sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama
27
untuk mencapai suatu tujuan. Susunan suatu sistem pada dasarnya terdiri atas unit input, unit pengolah dan unit output. Nugroho (2008:17) juga menjelaskan sistem dapat dibedakan sebagai sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem dikatakan terbuka jika terjadi arus sumber daya antara sistem dengan lingkungannya. Sedangkan jika tidak ada interaksi dengan lingkungannya, sistem disebut sistem tertutup. Dari pengertian sistem diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah seperangkat atau sekumpulan komponen/elemen yang saling berhubungan/ berinteraksi / terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan. Kemudian untuk definisi informasi menurut Nugroho (2008:13) Informasi adalah suatu pengetahuan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Schermerhorn (1997:186) dalam konteks manajemen mengatakan informasi merupakan data yang berguna bagi pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Sutabri (2004:17) mengatakan Informasi merupakan proses lebih lanjut dari data yang sudah memiliki nilai tambah. Informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data yang telah diolah atau di interpretasikan yang berguna untuk pengambilan keputusan.
28
Menurut Siagian (2009:15) ada delapan tahap penting dalam penanganan informasi, yaitu:
a. Penciptaan Informasi Data tidak mempunyai nilai intrinsik dalam proses pengambilan keputusan. Data dari berbagai sumber memerlukan pengolahan lebih lanjut agar sifatnya berubah menjadi informasi yang memiliki nilai sebagai alat pendukung proses pengambilan keputusan. Menciptakan informasi tidak terlepas dari identifikasi dan penggalian sumber-sumber yang tepat. b. Pemeliharaan Saluran Informasi Saluran informasi baik secara internal maupun eksternal, saluran tersebut dapat berupa: (a) saluran melalui komunikasi lisan, (b) saluran dengan menggunakan tulisan, (c) komputer pada satuansatuan kerja dalam organisasi yang on-line dengan komputer utama (mainframe), (d) saluran telepon, (e) teleks, (f) faksimile, dan (g) electronic mail. c. Seleksi dan Transmisi Informasi Tidak semua satuan kerja dan tidak semua orang yang terdapat dalam satu organisasi memerlukan informasi yang sama. Informasi yang dimiliki oleh organisasi perlu diseleksi oleh berbagai pemakai informasi tersebut. Oleh karena itu pentingnya kemampuan memilih dan menggunakan sarana transmisi informasi yang tepat. d. Penerimaan Informasi Secara Selektif Penerima informasi perlu memiliki kemampuan untuk melakukan seleksi. Salah satu cara yang kini umum digunakan dalam kaitan ini ialah menciptakan data induk (data base) dimana semua jenis informasi yang diperkirakan akan dibutuhkan oleh semua komponen perusahaan disimpan dan dipelihara. e. Penyimpanan Informasi Perkembangan teknologi informasi menunjukkan bahwa disamping ingatan manusia, terdapat berbagai alat penyimpanan informasi yang dapat digunakan, misalnya sistem kartu, tape, microfilm, hard disk, floppy disk dan sebagainya. f. Penelusuran Informasi Penelusuran informasi adalah pencarian informasi yang telah disimpan sebelumnya untuk digunakan oleh pengguna. g. Penggunaan Informasi Informasi sudah menyentuh seluruh segi kehidupan dan penghidupan, baik pada tingkat individual, tingkat kelompok, dan tingkat organisasi. h. Penilaian Kritis dan Sistem Umpan Balik
29
Berhubungan dengan semua tahap yang telah disinggung dimuka, diperlukan kegiatan penilaian yang kritis terhadap sistem informasi. Agar penilaian yang dilakukan mencapai sasarannya diperlukan serangkaian standar penilaian. Hasil penilaian harus diumpanbalikkan kepada berbagai pihak dan dengan bahan umpan balik tersebut diharapkan proses manajemen dalam organisasi dapat berlangsung dengan lebih lancar, efisien, dan efektif yang pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi sebagai keseluruhan.
Secara Skematis, tahap-tahap yang dibahas dimuka terlihat pada bagan di bawah ini:
Penciptaan Informasi Pemeliharaan Saluran Teknologi Informasi
Transmisi Selektif
Evaluasi Kritis dan Umpan Balik
Penerimaan Selektif Penyimpanan dan Penelusuran Penggunaan
Gambar 2.4 Tahap-Tahap Penanganan Informasi menurut Siagian
Kemudian selanjutnya yang akan dibahas adalah pengertian manajemen. Manajemen menurut Hasibuan (2009:255) adalah ilmu seni yang mengatur proses pemanfaaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan G.R.Terry dalam Hasibuan (2009:255) memandang manajemen sebagai suatu proses, yaitu sebagai berikut:
30
“manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya”. Dale Yoder, Ph.D dalam Hasibuan (2009:255) juga memandang manajemen sebagai suatu proses. Dale Yoder, Ph.D mengatakan manajemen menunjukkan proses perencanaan, pengarahan, dan pengawasan. Jadi dapat disimpulkan manajemen adalah suatu seni untuk mengatur atau mengelolah proses pemanfaatan sumber daya dengan cara seperti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setelah mengetahui pengertian sistem, informasi dan manajemen maka selanjutnya akan dijelaskan pengertian sistem informasi manajemen. Berikut adalah pengertian sistem informasi manajemen menurut beberapa para ahli: Menurut Nugroho (2008:16) Sistem Informasi Manajemen, di singkat SIM, adalah adalah sebuah sistem informasi yang berfungsi mengelola informasi bagi manajemen organisasi. Nugroho juga menjelaskan konsep SIM sebenarnya telah ada sebelum komputer muncul, yaitu dimana segala macam informasi di dalam organisasi harus diolah dengan cepat teliti dan andal. Namun tanpa komputer konsep tersebut hanya menjadi teori. Sekarang, dengan adanya komputer, konsep SIM tersebut telah menjadi kenyataan. Sedangkan menurut Fahmi (2010:77) Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah : “suatu perangkat manajemen yang dipergunakan untuk mendukung pihak manajemen perusahaan dalam menerima, mengolah dan
31
mengelola perusahaan secara baik dan sistematis dengan tujuan untuk mendukung penciptaan kinerja perusahaan”. Menurut Davis (2002:3) definisi sebuah sistem informasi manajemen, istilah yang umum dikenal orang, adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (integrated). Davis juga menjelaskan SIM berguna untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Sistem ini menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, prosedur pedoman, model manajemen dan keputusan, dan sebuah data base. Kemudian Schermerhorn (1997:188) menjelaskan Sistem Informasi Manajemen (SIM) terdiri atas kegiatan mengumpulkan, mengorganisasikan, dan mendistribusikan data dalam suatu cara tertentu untuk memenuhi kebutuhan manajer akan informasi. Sedangkan menurut Scoot (2002:69) definisi SIM adalah sekumpulan sistem informasi yang saling berinteraksi yang memberikan informasi baik untuk kepentingan operasi atau kegiatan manajerial. Scoot (2002:100) juga menjelaskan Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah: “serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara nasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan”. Berikut adalah uraian pengertian SIM menurut Scoot : a. Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah menyeluruh SIM adalah Serba melingkupi. Di dalam SIM termasuk sistem pemroses transaksi dan sistem-sistem yang utama dirancang bagi para manajer di berbagai tingkatan. b. Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah Terkoordinasi
32
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Komponen sebuah SIM biasanya tidak dikelola dari satu titik pusat organisasi; ada berbagai departemen pengguna, department pemroses data, dan mungkin fungsi pengelola data yang terpisah, bahkan yang lain-lainnya mungkin memiliki hak atas bagian tertentu dari Sistem Informasi Manajemen. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Memiliki Sub-sistem Informasi Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub-sistem, atau sistem komponen setengah terpisah yang merupakan bagian dari keseluruhan dan merupakan sistem yang terpadu. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Terintegrasi Secara Rasional Sub-sistem (kumpulan dari sistem yang semi-terpisah) adalah terpadu sehingga kegiatan dari masing-masing saling berkaitan satu dengan yang lainnya; integrasi ini dilakukan terutama dengan melewatkan data di anatara sistem-sistem tersebut. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Mentransformasikan Data ke dalam Informasi dengan Berbagai Cara Apabila data dan berguna bagi manajer tertentu untuk tujuan tertentu, maka ia menjadi informasi. Ada berbagai cara dimana data harus ditransformasikan ke dalam sebuah sistem informasi. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Meningkatkan Produktivitas Sistem Informasi Manajemen (SIM) dengan berbagai cara mampu meningkatkan produktivitas. SIM mampu melaksanakan tugas rutin seperti penyiapan dokumen dengan efisien, ia mampu memberikan layanan terbaik bagi organisasi eksternal individu, dan juga mampu memberikan peringatan dini tentang masalah internal dan ancaman eksternal. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Sesuai dengan Sifat dan Gaya Manajer Suatu sistem informasi Manajemen (SIM) dikembangkan lewat pengenalan atas sifat dan gaya manajerial dari personil yang akan menggunakannya, termasuk juga sumbangan yang diberikan oleh para manajer. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Menggunakan Kriteria Mutu yang Telah Ditetapkan Sebuah sistem informasi manajemen harus diarancang agar sesuai dengan toleransi terhadap kecepatan, relevansi, dan ketepatan informasi. Toleransi ini bervariasi dari satu tugas ke tugas lainnya, dan dari satu lapis ke lapis lainnya di dalam organisasi.
McLeod (2008:12) pada kesempatan lain menjelaskan Sistem Informasi Manajemen sebagai suatu sistem berbasis komputer yang membuat informasi tersedia bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa.
33
Pada era teknologi informasi sekarang ini ada banyak macam sistem informasi, menurut Abdul Kadir dalam Fahmi (2010:77) ada bermacammacam sistem informasi, antara lain : a. Sistem reservasi pesawat terbang: digunakan dalam biro perjalanan untuk melayani pemesanan tiket/pembelian tiket b. Sistem untuk menangani penjualan tiket kendaraan bermotor sehingga dapat digunakan untuk memantau utang para pelanggan c. Sistem biometrik yang dapat mencegah orang yang tak berwenang memasuki fasilitas-fasilitas rahasia atau mengakses informasi yang bersifat rahasia dengan cara menganalisa sidik jari atau retina mata d. Sistem POS (poin of sale) yang diterapkan pada kebanyakan pasar swalayan dengan dukungan pembaca barcode untuk mempercepat pemasukan data e. Sistem telemetri atau pemantauan jarak jauh yang menggunakan teknologi radio, misalnya untuk mendapatkan suhu lingkungan pada gunung berapi atau memantau getaran pilar jembatan rel kereta api. f. Sistem berbasis kartu cerdas (Smart Card) yang dapat digunakan oleh juru medis untuk mengetahui riwayat penyakit pasien yang datang kerumah sakit karena didalam kartu tersebut terekam datadata mengenai pasien g. Sistem yang dipasangkan pada tempat-tempat publik yang memungkinkan seseorang mendapatkan informasi seperti hotel, tempat pariwisata, pertokoan dan lain lain h. Sistem layanan akademis berbasis web yang memungkinkan mahasiswa memperoleh data-data akademis atau bahkan mendaftarkan mata kuliah yang diambil pada semester baru i. Sistem pertukaran data elektronis ( electronic data interchange atau EDI) yang memungkinkan pertukaran dokumen antar perusahaan secara elektronis dan data yang terkandung dalam dokumen dapat diproses secara langsung oleh komputer j. E-government atau sistem informasi layanan pemerintah yang berbasis internet. Di dalam pengembangan suatu SIM, ada banyak faktor yang memengaruhi pengembangannya. Faktor-faktor inilah yang nantinya akan menentukan karakteristik SIM yang di bangun misalnya sentralisasi ataukah disentralisasi, tingkat keamanannya harus ketat ataukah seperlunya saja, dan lain sebagainya. Menurut Burch dan Grunidski dalam Nugroho (2008:83)
34
mengemukakan suatu sistem informasi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri atas 6 blok pembentuk yaitu: (1) blok input, (2) blok output, (3) blok model, (4) blok teknologi, (5) blok database, dan (6) blok control. Pengembangan blok tersebut dipengaruhi oleh 10 faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalah: a. Integrasi Pengembangan sistem harus mempertimbangkan tingkat integrasi yang sesuai organisasi yang membutuhkannya. Ada dua jenis tingkat integrasi yang bisa digunakan sebagai patokan yaitu: (1) sistem yang tergandeng erat dan (2) sistem yang tergandeng lunak. b. Format Tatap Muka Layar Tampilan Format tatap muka layar tampilan (user interface) tentu saja harus dibuat yang baik agar nyaman dan mudah digunakan. c. Kekuatan kompetitor Apabila kompetitor organisasi sudah menerapkan SIM yang yang canggih, tentu saja sebaiknya SIM yang dikembangkan tidak kalah modern dengan para pesaingnya. d. Kualitas Informasi yang Dikehendaki Semua organisasi menghendaki informasi yang berkualitas baik. Namun derajat kualitas yang dibutuhkan berbeda-beda sesuai dengan sifat organisasinya. e. Kebutuhan Sistem Dari aspek sistem setidaknya ada 6 faktor yang perlu dipertimbangkan di dalam membuat SIM: (1) Reliabilitas sistem (2) kemudahan (availability), (3) keluwesan (flexibility), (4) jadwal instalasi, (5) Harapan umur sistem, dan (6) kemudahan dipelihara. f. Pengolahan Data Dari aspek pengolahan data setidaknya ada 4 hal yang perlu dipertimbangkan: (1) volume data yang diolah, dan (2) kecepatan komputasi yang dibutuhkan. g. Faktor Organisasi Ada empat aspek yang harus dipertimbangkan karena turut memengaruhi perancangan SIM yang dibuat, yaitu sebagai berikut: (1) jenis organisasi, (2) model organisasi, (3) ukuran, dan (4) gaya manajemen. h. Kebutuhan Untung Rugi Organisasi Organisasi berupa perusahaan yang bersifat profit oriented akan berbeda dengan organisasi birokrasi pemerintah yang bersifat pelayanan kepada masyarakat sehingga tidak terlalu memikirkan untung rugi.
35
i. Faktor Manusia Faktor SDM akan memengaruhi model kecanggihan SIM yang akan dibuat. j. Masalah Hukum Saat menggunakan perangkat keras ataupun lunak, diperhatikan pula masalah hukum yang berkaitan dengan hak cipta. Berbeda dengan Burch dan Grunidski, yang mengemukakan faktorfaktor yang mempengaruhi pengembangan sistem informasi, DeLone dan McLean (2003:9) dalam penelitiannya yang berjudul The DeLone and McLean Model of Information Systems Success A Ten Year Update mengemukakan beberapa faktor kesuksesan dan efektivitas sistem informasi yaitu dapat dinilai dari: 1. System Quality (Kualitas Sistem) dapat dilihat dari: adaptability (adaptasi), availability (ketersedian), reliability (keandalan), response time (kecepatan akses), usability (kebergunaan). 2. Information Quality (Kualitas Informasi) dapat dilihat dari: completeness (Kelengkapan), ease of understanding (kemudahan untuk dimengerti), personalization (personalisasi), relevance (relevansi), security (keamanan) 3. Service Quality (Kualitas Pelayanan) dapat dilihat dari: assurance (jaminan), empathy (kepedulian), responsiveness (kesigapan) 4. Use (penggunaan) dapat dilihat dari: nature of use (sifat penggunaan), navigation patterns (pola navigasi), number of transactions executed (jumlah transaksi yang diselesaikan) 5. User satisfaction (kepuasan pengguna) 6. Net Benefits (Kemanfaatan) dapat dilihat dari: cost savings (penghematan biaya), reduced search cost (mengurangi biaya pencarian), times savings (penghematan waktu)
36
Berikut adalah gambar dari model kesuksesan sistem informasi D&M
Gambar 2.5 Updated D&M IS Success Model Berikut adalah penjelasannya: a. Information Quality (Kualitas Informasi, berkaitan dengan output sistem informasi; b. System Quality (Kualitas Sistem) berkaitan dengan evaluasi sistem pengolahan informasi itu sendiri; c. Service Quality (Kualitas Pelayanan) untuk mengakses harapan pengguna mengenai kualitas pelayanan dalam organisasi; d. Intention to Use (Penggunaan) berkaitan dengan penggunaan output dari sistem informasi oleh penerima; e. User Satisfaction (Kepuasan Pengguna) berkaitan dengan respons penerima terhadap penggunaan output sistem informasi; f. Net Benefits (Kemanfaatan) merupakan dampak atau manfaat dari aktivitas sistem informasi.
37
2.1.4 Konsep Efektivitas Efektif atau dalam bahasa inggris effective mempunyai arti berhasil, tepat, manjur dan mengesankan. Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Miller
dalam
Tangkilisan
(2005:138)
mengemukakan
makna
efektivitas adalah sebagai berikut: “ Efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh sistem sosial mencapai tujuannya. Efektivitas ini harus dibedakan dengan efisiensi. Efisiensi terutama mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian suatu tujuan.” Pengertian ini juga sejalan dengan yang dirumuskan oleh Mahsun (2006:182) mengenai efektivitas yaitu: “Efektivitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely)”. Robbins (1994:85) juga menjelaskan bahwa efektivitas dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian organisasi atas tujuan jangka panjang (tujuan) dan jangka panjang (cara). Sedangkan
menurut
Siagian
dalam
Indrawijaya
(2010:175),
memberikan pengertian tentang efektivitas berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan, yaitu: “ efektivitas berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak, terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya, dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.”
38
Kemudian
menurut
Saxena
dalam
Indrawijaya
(2010:175)
mengemukakan efektivitas sebagai berikut: Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, waktu) telah dicapai. Makin besar target yang dicapai, maka semakin tinggi tingkat efektivitas. Konsep ini orientasinya lebih tertuju pada keluaran. Masalah penggunaan masukan tidak menjadi isu dalam konsep ini. Pada umumnya organisasi pemerintah (yang tidak mencari laba) berorientasi ke pencapaian efektivitas. Dari beberapa pengertian efektivitas diatas walaupun berbeda-beda namun banyak yang merujuk efektivitas sebagai pencapaian tujuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah seberapa jauh tujuan atau target yang telah ditentukan bisa tercapai. Sedangkan
dari
segi
kriteria
efektivitas
Makmur
(2011:7)
memjelaskan unsur-unsurnya antara lain: a. Ketepatan penentuan waktu. Sebagaimana kita maklumi bahwa waktu adalah sesuatu yang dapat menentukan keberhasilan sesuatu kegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi. Demikian pula halnya akan sangat berakibat terhadap kegagalan suatu aktivitas organisasi, penggunaan waktu yang tepat akan menciptakan efektivitas pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya b. Ketepatan perhitungan biaya. Ketepatan dalam pemanfaatan biaya terhadap suatu kegitan, dalam arti bahwa tidak mengalami kekurangan sampai kegiatan itu dapat diselesaikan c. Ketepatan dalam pengukuran. Kita telah menyadari bahwa setiap kegiatan yang dilakukan senantiasa mempunyai ukuran yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan atau tugas yang dipercayakan kepada kita adalah merupakan bagian dari keefektivitasan. d. Ketepatan dalam menentukan pilihan. Kesalahan dalam memilih suatu pekerjaan, metode, benda, sahabat, pasangan, dan lain sebagainya berarti tindakan yang dilakukan itu gambaran ketidakefektivan serta kemungkinan menciptakan penyesalan dikemudian hari. Sebaliknya bahwa ketepatan memilih suatu kebutuhan atau akan memberikan kebahagiaan bagi manusia yang bersangkutan dalam perjalanan kehidupannya. e. Ketepatan berfikir. Ketepatan berfikir akan melahirkan keefektivan sehingga kesuksesan yang senantiasa diharapkan itu dalam
39
melakukan suatu bentuk kerjasama dapat memberikan hasil yang maksimal. f. Ketepatan dalam melakukan perintah. Keberhasilan aktivitas suatu organisasi sangat banyak dipengaruhi oleh kemampuan seorang pemimpin, salah satu tuntutan kemampuan memberikan perintah yang jelas dan mudah dipahami oleh bawahan. g. Ketepatan dalam menentukan tujuan. Tujuan yang ditetapkan secara tepat akan sangat menunjang efektivitas pelaksanaan kegiatan terutama yang berorientasi kepada jangka panjang. h. Ketepatan ketepatan sasaran. Sejalan dengan apa yang kita sebutkan di atas, bahwa tujuan lebih berorientasi kepada jangka panjang dan sifatnya stratejik, sedangkan sasaran lebih berorientasi kepada jangka pendek dan lebih bersifat operasional, penentuan yang tepat baik yang ditetapkan secara individu maupun sasaran yang ditetapkan organisasi sesungguhnya sangat menentukan keberhasilan aktivitas organisasi. Berbeda dengan Makmur, Tyson (2001:233) menjelaskan jenis kriteria efektivitas adalah sebagai berikut: a. Pengarahan: menetapkan tujuan, perencanaan jangka panjang dan jangka pendek; kewirausahaan dan investasi yang dapat dipercaya dalam perusahaan-perusahaan komersial; merencanakan struktur organisasi yang tepat; memelihara citra positif perusahaan. Diukur atau ditunjukan dengan tingkat tujuan yang dicapai – adanya tinjauan strategi ke masa depan, keberhasilan inovasi, profitabilitas, nilai saham yang tinggi, dan sebagainya. Kenyataan memperlihatkan bahwa banyak dari indikatortersebut memberikan alasan yang entah favorable atau tidak, sangat diluar pengendalian organisasi, dan indikator-indikator tersebut tidak selalu merupakan dari efektivitasnya. b. Delegasi: motivasi dengan mendorong diambilnya keputusan yang dipertimbangkan dengan baik yang mengarah kepada tindakan. Hal ini menyatakan bahwa manager memiliki wewenang yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Diukur atau ditunjukan dengan luasnya wewenang yang didelegasikan, dan apakah hal itu dianggap tepat oleh bawahan; tingkat dorongan dari atas. c. Pertanggungjawaban: pengertian yang jelas mengenai siapa bertanggung jawab atas apa, tanpa ada kesenjangan diantara sejumlah pertanggungjawaban. Diukur atau ditunjukan dengan: seberapa jauh atasan memahami bahwa pertanggungjawaban dilaksanakaan dalam rangka mencapai tujuan. d. Efesiensi: penggunaan optimum dari sumber daya dan pencapaian terhadap tingkat output yang direncanakan dengan biaya minimum. Diukur atau ditunjukan dengan: rasio input-output
40
e. Koordinasi: mengintegrasikan aktivitas dan konstribusi dari bagian-bagian yang berlainan dalam perusahaan/ diukur atau ditunjukan dengan: hubungan yang mendukung diantara unit-unit yang saling tergantung; tingkat gangguan aliran aktivitas. Mungkin juga meliputi tingkat persediaan, pengantaran, dan sebagainya. f. Adaptasi: kemampuan untuk menanggapi perubahan lingkungan, kecakapan untuk membuat inovasi dan memecahkan masalah. Diukur atau ditunjukan dengan: perubahan-perubahan dalam pangsa pasar dan laju perkembangan produk baru yang berhasil. Mungkin juga meliputi solusi kreatif terhadap berbagai masalah ataupun perkembangan praktek-praktek yang mengalami perbaikan, g. Sistem sosial dan harapan perorangan: memelihara sistem sosial, hubungan dan keadaan tenaga kerja supaya perusahaan mendapatkan komitmen dari karyawan. Diukur pergantian staf, dan sebagainya. Kemudian Gibson et al., dalam Tika (2006:129) mengemukakan kriteria efektivitas organisasi terdiri dari lima unsur, yaitu produksi, efesiensi, kepuasan, keadaptasian dan kelangsungan hidup. Berikut adalah penjelasan dari lima unsur tersebut: a. Produksi Produksi sebagai kriteria efektivitas mengacu pada ukuran keluaran utama organisasi. Ukuran produksi mencakup keuntungan, penjualan, pasang pasar, dokumen yang diproses, rekanan yang dilayani, dan sebagainya. Ukuran ini berhubungan secara langsung dengan yang dikonsumsi oleh pelanggan dan rekaman organisasi yang bersangkutan. b. Efisiensi Efesiensi sebagai kriteria efektivitas mengacu pada ukuran penggunaan sumber daya yang langka oleh organisasi. Efesiensi adalah perbandingan antara keluaran dan masukan. Ukuran efesiensi terdiri dari keuntungan dan modal, biaya perunit, pemborosan, waktu terulang, biaya perorang, dan sebagainya. Efisiensi diukur berdasarkan rasio antara keuntungan dengan biaya atau waktu yang digunakan. c. Kepuasan Kepuasan sebagai kriteria efektivitas mengacu kepada keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau anggotanya. Ukuran kepuasan meliputi sikap karyawan, penggantian karyawan, absensi, kelambanan, keluhan, kesejahteraan, dan sebagainya.
41
d. Keadaptasian Keadaptasian sebagai kriteria efektivitas mengacu kepada tanggapan organisasi terhadap perubahan eksternal dan internal. Perubahan-perubahan eksternal seperti persaingan, keinginan, pelanggaran, kualitas produk, dan sebagainya, serta perubahan internal seperti ketidak efiesienan, ketidak puasan, dan sebagainya merupakan adaptasi terhadap lingkungan. e. Kelangsungan hidup Kelangsungan hidup sebagai kriteria efektivitas mengacu pada tanggung jawab organisasi atau perusahaan dalam memperbesar kapasitas dan potensinya untuk berkembang. Dalam pabrik, para manajer menggunakan indikator jangka pendek untuk kelangsungan hidup jangka panjang. Menurut Campbell, 1974 indikator-indikator terdiri dari ukuran produktivitas, efeiensi, kecelakaan, pergantian pegawai, absensi, kualitas, tingkat keuntungan, moral, dan kepuasan karyawan. Selanjutnya Steers dalam Makmur (2008:125) mengemukakan kriteria yang banyak dipakai dalam melihat segi-segi efektivitas adalah: kemampuan menyesuaikan diri, produktivitas, kepuasan kerja, kemampuan berlaba, dan pencarian sumber daya. Steers dalam Indrawijaya (2010:188) juga mengembangkan modal suatu proses untuk menilai efektivitas organisasi, yang mencakup tiga sudut pandangan yaitu: “pertama ialah optimalisasi tujuan yang akan dicapai, yaitu bila beberapa bagian dari tujuan itu mendapat perhatian dan alokasi sumber dana dan daya yang lebih besar. Yang kedua ialah yang berkaitan dengan interaksi antara organisasi dengan keadaan sekeliling. Yang ketiga ialah penekanan pada aspek perilaku yang lebih memusatkan pada pentingnya peranan perilaku manusia dalam proses pencapaian tujuan organisasi dan dalam efektivitas suatu organisasi”. Sedangkan menurut hasil penelitian Tom Peters dan Robert Waterman yang dilakukan terhadap perusahaan besar seperti IBM, Du Pont, 3M, Mc Donald, serta Procter dan Gamble dalam bukunya In Search of Excellence yang diterbitkan tahun 1982 dalam Robbins (1994:57) mengemukakan delapan karakteristik yang menunjukkan efektivitas suatu organisasi, yaitu:
42
1. Mempunyai bias terhadap tindakan dan penyelesaian pekerjaan 2. Selalu dekat dengan para pelanggan agar dapat mengerti secara penuh kebutuhan pelanggan 3. Memeberi para pegawai mereka suatu tingkat otonomi yang tinggi dan memupuk semangat kewiraswastaan (entrepreneurial spirit) 4. Berusaha meningkatkan produktivitas lewat partisipasi para pegawainya 5. Para pegawai mengetahui apa yang diinginkan perusahaan dan para manajer terlibat aktif pada masalah di semua tingkat 6. Mereka selalu dekat dengan usaha yang mereka ketahui dan pahami 7. Mempunyai struktur organisasi yang luwes dan sederhana, dengan jumlah orang yang minimal dalam aktivitas-aktivitas staf pendukung 8. Menggabungkan kontrol yang ketat dan disentralisasi untuk mengamankan nilai-nilai inti perusahaan dengan kontrol yang longgar di bagian-bagian lain untuk mendorong pengambilan resiko serta inovasi. Secara eksplisit, Robbins (1994:84), juga mengemukakan empat pendekatan dalam memandang efektivitas suatu organisasi, yaitu sebagai berikut: 1. Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach) yaitu organisasi efektif sampai sejauh organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.. 2. Pendekatan sistem (system approach) yaitu organisasi efektif sampai sejauh organisasi memperoleh sumber yang dibutuhkan. 3. Pendekatan konstituensi-strategis (strategic-constituenciesapproach) yaitu organisasi efektif sampai sejauh semua konstituensi strategis paling tidak terpenuhi. 4. Pendekatan nilai-nilai yang bersaing (competing values approach) yatu organisasi efektif sampai sejauh penekanan organisasi di keempat bidang utama sesuai dengan preferensi dan konstituen. Tompubulon (2008:175) juga mengemukakan pendekatan dalam memandang efektivitas organisasi yaitu sebagai berikut: 1. Pendekatan Tujuan Pada pendekatan tujuan ini efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati secara bersama serta tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan efektivitas. Pendekatan tujuan menunjukkan bahwa organisasi itu diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu, dimana hal ini dapat dicapai dengan bekerja secara rasional dan berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
43
2. Teori Sistem Dalam teori sistem organisasi dipandang sebagai sebuah unsur dari sejumlah unsur yang saling berhubungan dan saling bergantung antara satu dengan yang lain. Arus masukan dan keluaran merupakan titik tolak dalam uraian tentang organisasi. Organisasi mengambil sumber (input) dari sistem yang lebih luas (environtment) memproses (konversi) sumber ini dan mengembalikannya dalam bentuk yang telah dirubah (output). 3. Teori Sistem dan Umpan Balik Konsep organisasi sebagai sistem yang dihubungkan dengan sistem yang lebih luas memperkenalkan kepada kita pentingnya umpan balik (feed back) karena organisasi itu tergantung pada lingkungannya. Selain itu Tampubulon (2008:178) juga mengemukakan kriteria efektivitas organisasi yang disandarkan pada teori sistem tetapi ditambahkan dengan sesuatu hal yang baru yakni dimensi waktu. Kriteria efektivitas dengan dimensi waktu sebagai indikatornya adalah sebagai berikut: 1. Indikator jangka pendek kriterianya adalah produksi, efisiensi dan kepuasan pelanggan 2. Indikator jangka menengah kriterianya adalah dapat menyesuaikan diri dan berkembang 3. Indikator jangka panjang kriterianya adalah dapat hidup terus (continuously improvement). Emitai Etzioni dalam Indrawijaya (2010:187) mengemukakan pendekatan pengukuran efektivitas organisasi yang disebutnya System Model, mencakup empat kriteria yaitu: 1. Adaptasi yaitu kemampuan suatu organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian tenaga kerja serta ruang lingkup kegiatan organisasi tersebut, kemudian mempertanyakan seberapa jauh kemanfaatan organisasi tersebut bagi lingkungannya. 2. Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. 3. Motivasi yaitu pengukuran mengenai keterkaitan dan hubungan antara pelaku organisasi dengan organisasinya dan kelengkapan sarana bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi
44
4. Produksi yaitu usaha pengukuran efektivitas organisasi dihubungkan dengan jumlah dan mutu keluaran organisasi serta intensitas kegiatan suatu organisasi. Epstein dalam Indrawijaya (2010:176) mengemukakan bahwa untuk mengukur efektivitas pemerintah melihat keluar, pengukuran efektivitas dapat dipandang dalam kaitan dengan kondisi-kondisi masyarakat, melayani pemenuhan, kepuasan klien, dan dampak yang tidak diharapkan. Sedangkan Siagian (1986:32) mengemukakan efektivitas organisasi dapat diukur dengan berbagai hal lain yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kejelasan tujuan yang hendak dicapai Kejelasan strategi pencapaian tujuan Proses analisa dan perumusan kebijakan yang mantap Perencanaan yang matang Penyusunan program yang tepat Tersedianya sarana dan prasarana kerja Pelaksanaan yang efektif dan efisien Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik. Pandangan yang lebih meyakinkan tentang pengukuran efektivitas
dikemukakan Georgepoulos dan Tannenbaum dalam Indrawijaya (2010:187) sebagai berikut: “ A more defensible approach is offered by reseachers who construct a measurement of effectiveness by using several elements in the successful organizational system. One study uses three basic elements: productivity (or efficiency in an economic sense), intra organizational stress (evidenced by observed level, of tension and conflict), and flexibility (or the ability to adjust to external and internal change).” {Suatu pendekatan yang dapat lebih dipertanggung jawabkan sebagaimana yang diajukan oleh para peneliti, adalah suatu cara pengukuran efektivitas yang mempergunakan beberapa unsur yang biasa terdapat dalam kehidupan organisasi yang berhasil. Hasil studi menunjukkan adanya penggunaan 3 unsur, yaitu produktivitas (efisiensi dalam arti ekonomi), tekanan stress (dibuktikan dengan tingkat ketegangan dan konflik), dan fleksibilitas (atau kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan intern dan ekstern)}.
45
Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Sharma dalam Tangkilisan (2005:140) yang menjelaskan kriteria atau ukuran efektivitas yang meliputi antara lain: 1. Produktivitas atau output; 2. Efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi; 3. Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatanhambatan konflik di antara bagian-bagian organisasi. 2.2 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan penelitian peneliti mencantumkan penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu merupakan kajian yang pernah dilakukan peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti yang penulis baca diantaranya adalah: Penelitian yang dilakukan oleh Irawanto, Rohmatullah tahun 2013, dengan judul Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banjarmasin , Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi SIAK di Kota Banjarmasin dan faktorfaktor yang mendorong dan penghambat implementasi SIAK di Kota Banjarmasin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa implementasi SIAK di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banjarmasin telah berjalan cukup baik meskipun ada beberapa hambatan dalam pelaksanaannya seperti keterbatasan sumber daya manusia, anggaran, jaringan komunkasi dan kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya administrasi kependudukan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Noermayanti, Hermawan, Mohammad Nuh tahun 2013, dengan judul Efektivitas Penerapan Sistem PPOB
46
(Payment Point Online Bank) pada PT PLN Area Madiun (Studi pada PT PLN Area Madiun), penelitian tersebut mendeskripsikan dan mengeksplorasi efektivitas sistem penerapan PPOB,
PPOB merupakan salah satu stategi
perubahan sistem pelayanan atau inovasi
PLN untuk penyediaan layanan
berkualitas sektor publik. Metode yang digunakan pada penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa penerapan sistem telah sesuai dengan strategi pengukuran efektivitas pelayanan. Penelitian tersebut juga menjelaskan jika implementasi prinsip-prinsif efektivitas terpenuhi maka tujuan terciptanya kualitas pelayanan pelanggan yang tinggi dapat tercapai. Kemudian penelitian dari Mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Diriana Falaria tahun 2012, dengan judul Efektivitas Penerapan Penerimaan Peserta Didik Baru Online di Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta (Studi Pada Penerapan PPDB Online di SMA dan SMK Negeri di SUDIN DIKMEN Kota Administrasi Jakarta Barat). Pada penelitian tersebut menjelaskan seberapa besar efektivitas penerapan PPDB online. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian ini mengatakan penerapan PPDB online sudah berjalan baik, dan untuk peningkatan efektivitas peneliti memberikan saran agar meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kapasitas jaringan. Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan saat ini. persamaannya yaitu membahas tentang efektivitas dan penerapan sistem informasi manajemen pada
47
organisasi pemerintah. Sedangkan perbedaannya adalah lokasi dan objek penelitian atau aplikasi sistem informasi yang digunakan berbeda.
2.3 Kerangka Berfikir Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia merupakan suatu upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan dan perlindungan TKI menjadi lebih baik. Dengan penerapan SISKOTKLN di harapkan proses administrasi penempatan TKI bisa lebih rapih sehingga tidak ada lagi kasus perdagangan manusia. Permasalahan yang terjadi di lapangan dalam penerapan SISKOTKLN seperti: Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola SISKOTKLN; Masih terjadi kendala teknis dalam pengoperasian SISKOTKLN; Kurangnya data dan informasi yang akurat dalam SISKOTKLN. Peneliti kemudian tertarik untuk melakukan penelitian tentang Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) Penelitian mengenai Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) ini menggunakan teori dari jurnal DeLone dan McLean (2003:9) yang berjudul The DeLone and McLean Model of Information Systems Success A Ten Year Update mengemukakan kesuksesan atau efektivitas sistem informasi dapat dinilai dari beberapa faktor yaitu:
48
1. System Quality (Kualitas Sistem) dapat dilihat dari: adaptability (adaptasi), availability (ketersedian), reliability (keandalan), response time (kecepatan akses), usability (kebergunaan). 2. Information
Quality
(Kualitas
Informasi)
dapat
dilihat
dari:
completeness (Kelengkapan), ease of understanding (kemudahan untuk
dimengerti),
personalization
(personalisasi),
relevance
(relevansi), security (keamanan) 3. Service Quality (Kualitas Pelayanan) dapat dilihat dari: assurance (jaminan), empathy (kepedulian), responsiveness (kesigapan) 4. Use (penggunaan) dapat dilihat dari: nature of use (sifat penggunaan), navigation patterns (pola navigasi), number of transactions executed (jumlah transaksi yang diselesaikan) 5. User satisfaction (kepuasan pengguna) 6. Net Benefits (Kemanfaatan) dapat dilihat dari: cost savings (penghematan biaya), reduced search cost (mengurangi biaya pencarian), times savings (penghematan waktu)
Dari penjelasan di atas, kerangka berpikir penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui skema atau pola berikut ini
49
Identifikasi masalah (INPUT): 1. Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola SISKOTKLN. 2. Masih terjadi kendala teknis dalam pengoperasian SISKOTKLN 3. Kurangnya data dan informasi yang akurat dalam SISKOTKLN
Teori Efektivitas Penerapan Sistem Informasi 1. System Quality (Kualitas Sistem) 2. Information Quality (Kualitas Informasi) 3. Service Quality (Kualitas Pelayanan) 4. Use (Penggunaan) 5. User Satisfaction (Kepuasan Pengguna) 6. Net Benefits (Kemanfaatan) Delone and McLean (2003:9)
OUTPUT: Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Penempatan dan Pelayanan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)
OUTCOME: Peningkatan pelayanan dan kinerja
Gambar 2.6 Kerangka Berfikir Sumber: Peneliti, 2014
50
2.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara dari peneliti untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Merumuskan hipotesis berarti merumuskan jawaban sementara atas penelitian yang kebenarannya tentu saja masih harus diuji secara empiris. Hipotesis dalam penelitian mengenai Efektivitas Penerapan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) peneliti memprediksi hipotesis paling besar sebesar 65% dari nilai ideal yaitu 100% dengan penjelasan sebagai berikut: Ho: “Tingkat Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) lebih kecil atau sama dengan 65%”. Ha: “Tingkat Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) lebih besar dari 65%”.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Menurut Hasan (2002:21) Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. Sedangkan menurut sugiyono (2009:2) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciriciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Sedangkan data yang diperoleh melalui penelitian adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. Valid menunjukkan derajat ketepatan antara yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Kemudian tujuan dan kegunaan secara umum data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Pemilihan dan penentuan metode penelitian tidak dapat dipisahkan dari tujuan dan perumusan masalah. Penelitian mengenai Efektivitas Penerapan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri di Badan Nasional Penempatan dan 51
52
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009:35) penelitian dinamakan penelitian deskriptif jika penelitian tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena yang ada. Sedangkan pendekatan kuantitatif Sugiyono (2009:7) menjelaskan bahwa metode kuantitatif merupakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai suatu metode penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Metode ini di sebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angkaangka dan analisis menggunakan statistik.
3.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah menjelaskan berapa besar tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja
Indonesia
(Studi
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten).
pada
BP3TKI,
PPTKIS
dan
Dinas
53
3.3 Lokasi Penelitian Tempat (locus) penelitian Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) adalah di Balai Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang yang merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten yang terkait dengan SISKOTKLN. Pemilihan Provinsi Banten dikarenakan dalam penerapan SISKOTKLN yang bisa diakses secara online Provinsi Banten sudah cukup lama menerapkannya yaitu pada tahun 2011, jadi bisa menilai efektif atau tidaknya sistem tersebut. Selain itu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Provinsi Banten cukup banyak.
3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Definisi Konsep Efektivitas adalah seberapa jauh tujuan atau target yang telah ditentukan bisa tercapai atau tepat sasaran. Dalam menilai efektivitas ada berbagai macam pendekatan. Pada penelitian ini peneliti menilai efektivitas dengan pendekatan sistem yaitu organisasi dikatakan efektif jika dapat memenuhi atau memperoleh sumber-sumber yang dibutuhkan. Organisasi dipandang sebagai sejumlah unsur yang saling berhubungan satu dengan lainnya mulai dari input, proses, output dan lingkungan.
54
3.4.2 Definisi Operasional Definisi
operasional
dalam
penelitian
kuantitatif
merupakan
penjabaran konsep atau variabel penelitian dalam rincian yang terukur. Dalam penelitian efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) peneliti hanya menggunakan satu variabel yaitu efektivitas. Kriteria untuk menilai efektivitas atau kesuksesan SISKOTKLN peneliti menggunakan teori dari jurnal DeLone dan McLean (2003:9) yang berjudul The DeLone and McLean Model of Information Systems Success A Ten Year Update yang mengemukakan kesuksesan atau efektivitas sistem informasi dapat dinilai dari beberapa faktor yaitu:
System Quality (Kualitas Sistem), berkaitan
dengan evaluasi sistem pengolahan informasi itu sendiri; Information Quality (Kualitas Informasi), berkaitan dengan output sistem informasi; Service Quality (Kualitas Pelayanan) untuk mengakses harapan pengguna mengenai kualitas pelayanan dalam organisasi; Use (Penggunaan) berkaitan dengan penggunaan output dari sistem informasi oleh penerima; User Satisfaction (Kepuasan
Pengguna)
berkaitan
dengan
respon
penerima
terhadap
penggunaan output sistem informasi; Net Benefits (Kemanfaatan) merupakan dampak atau manfaat dari aktivitas sistem informasi. Berikut adalah tabel operasional variabel penelitan:
55
Tabel 3.1 Operasional Variable Penelitian Variabel
Indikator 1. Systems Quality (Kualitas Sistem)
2. Information Quality (Kualitas Informasi)
Sub Indikator 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2.
3.
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN
3. Service Quality (Kualitas Pelayanan) 4. Use (penggunaan)
4. 5. 1. 2. 3. 1. 2. 3.
5. User Satisfaction (Kepuasan pengguna) 6. Net Benefits (Kemanfaatan)
1.
Adaptability (Adaptasi) Availability (Ketersediaan) Reliability (Keandalan) response time (Kecepatan Akses) Usability (Kebergunaan) Completeness (Kelengkapan) Ease of understanding (Kemudahan untuk dimengerti) Personalization (Personalisasi) Relevance (Relevansi) Security (Keamanan) Assurance (Jaminan) Empathy (Kepedulian) Responsiveness (Kesigapan) Nature of use (Sifat penggunaan) Navigation patterns (Pola navigasi) Number of transactions executed (Jumlah transaksi yang dapat diselesaikan) user satisfaction (Kepuasan Pengguna)
1. cost savings (Penghematan Biaya) 2. reduced search costs (Mengurangi Biaya Pencarian) 3. times saving (Penghematan waktu)
No. Item Kuesioner 1,2 3,4 5,6 7,8 9,10 11,12 13,14
15,16 17,18 19,20 21,22 23,24 25,26 27,28 29,30 31,32
33,34
35,36 37,38
39,40
Sumber: Peneliti, 2014 3.5 Instrumen Penelitian Menurut sugiyono (2009:102) meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya
56
dinamakan instrument penelitian. Jadi instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dan secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, dengan jumlah variabel sebanyak satu variabel sebagai variabel mandiri, yaitu efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Adapun pengukuran yang digunakan peneliti untuk variabel skala pengukuran instrumen adalah skala likert. Menurut Hasan (2002:72) Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik) seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang. Variabel penelitian yang diukur dengan skala likert ini, dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk penyusunan item-item instrumen, bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Jawaban dari setiap item instrumen tersebut memiliki gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif, maupun sebaliknya dari sangat negatif sampai sangat positif yang dapat berupa kata-kata. Berikut adalah contoh bentuk skala likert yang digunakan peneliti: Tabel 3.2 Skor Tiap Indikator Menurut Likert
JAWABAN Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Sumber: Peneliti, 2014
SKOR 5 4 3 2 1
57
Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, dalam penelitian ini jenis data terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama secara langsung. Dalam hal ini data didapatkan dari responden penelitian dan observasi langsung peneliti. Sedangkan data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan, diolah dan telah tersedia, dalam hal ini data didapat dari perundang-undangan, buku, literatur, dan sumber bacaan lainnya yang dapat menjawab permasalahan yang ada. Kemudian dalam penelitian mengenai Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Kuesioner (angket) Kuesioner menurut Sugiyono (2009:142) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. 2. Wawancara (interview) Menurut Sugiyono (2009:137) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
58
diperoleh, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaanpertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur yang berbentuk angket dan wawancara tidak terstruktur pada saat melakukan observasi. 3. Observasi Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2009:145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. 4. Studi kepustakaan Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data yang bersumber dari berbagai referensi yang relevan dengan penelitian berdasarkan text book. 5. Studi dokumentasi Studi dokumentasi menurut Hasan (2002:87) adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa prosedur, peraturan-peraturan, surat-surat, serta berupa foto ataupun dokumen. Dari beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, kuesioner merupakan instrumen yang utama (primer) karena data pada kuesioner
59
merupakan data yang akan diperlakukan dalam pengujian hipotesis penelitian. Sedangkan, teknik pengumpulan data yang lainnya tetap relevan untuk digunakan dalam menunjang penelitian. Selanjutnya untuk teknik penentuan kualitas instrumen yaitu uji validitas, uji reliabilitas dan uji normalitas akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Uji Validitas Validitas
menurut
menunjukkan tingkat
Hasan
(2002:79)
adalah
kesahihan suatu instrument.
suatu
ukuran
yang
Sugiyono (2009:121)
mengatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang dapat mengukur apa yang hendak diukur akan menghasilkan penelitian yang valid.
Uji validitas digunakan untuk
mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner atau instrumen. Pada penelitian ini, pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment dengan bantuan piranti lunak Statistic Program For Social Science (SPSS) versi 16. Berikut ini rumus dari korelasi product moment:
n∑xy – (∑x)( ∑y) rxy = √ {n∑X2 – (∑x)2 }{n∑y2 – (∑y)2 }
Keterangan: r = Koefisien Korelasi Product Moment Σx = Jumlah skor dalam sebaran x Σy = Jumlah skor dalam sebaran y Σxy = Jumlah hasil kali skor x dan y yang berpasangan Σx2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalan sebaran x Σy2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y n = Jumlah sampel kriteria pengujian validitas:
60
rhitung > rtabel berarti valid rhitung < rtabel berarti tidak valid 2. Uji Reliabilitas Menurut Hasan (2002:77) reliabilitas (keandalan, dapat dipercaya) adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan sebuah instrumen. Sugiyono (2009:121) menjelaskan Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Menurut Sugiyono (2009:130) pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Sedangkan secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini dilakukan secara internal dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach yaitu penghitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-rata interkolerasi di antara butir-butir pertanyaan dalam kuesioner, variabel di katakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari 0.7. Pengujian reliabilitas dibantu dengan piranti lunak Statistic Program For Social Science (SPSS) versi 16. Berikut ini rumus Alpha Cronbach yang digunakan untuk menguji reliabilitas:
61
∑ σb²
k
1-
r11 = k–1
∑ σ1²
Keterangan: r k ∑σb² σ1 ²
= = = =
reliabilitas instrumen banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal jumlah varians butir varians total
3. Uji Normalitas Uji normalitas sampel disini dimaksudkan untuk menguji normal tidaknya sampel. Pengujian diadakan dengan maksud untuk melihat normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, Pengujian normalitas data dibantu dengan piranti lunak Statistic Program For Social Science (SPSS) versi 16 yang berdasarkan uji skewness dan kurtosis. Skewness adalah ukuran kecondongan suatu kurva sedangkan kurtosis adalah untuk keruncingan puncak kurva.
3.6 Populasi Penelitian Kata populasi dalam metode penelitian digunakan untuk menyebutkan sekolompok yang menjadi sasaran penelitian. Sugiyono (2009:80) menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
62
Populasi dalam penelitian ini adalah Pengguna SISKOTKLN yang berjumlah 34 orang dari BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten. dengan rincian 1 orang Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia dan 9 orang operator SISKOTKLN di BP3TKI Serang, 6 orang petugas operasional di PPTKIS Banten, 1 orang Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia, 1 operator SISKOTKLN di Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Banten, 8 orang Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia dan 8 operator SISKOTKLN di Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota pada Provinsi Banten. Sampel menurut Sugiyono (2009:81) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini tidak ada sampel penelitian karena peneliti menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Sugiyono (2009:85) menjelaskan sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi kesalahan yang sangat kecil.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data dilaksanakan. Menurut Hasan (2002:89), pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum dilaksanakan
63
dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulating). Menurut Patton dalam Hasan (2002:97), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Hasan menjelaskan analisis data dapat berbentuk analisis kuantitatif atau analisis kualitatif. Kemudian alat analisis data juga dibedakan atas metode statistik (analisis hubungan, analisis komparatif, analisis deskriptif) dan alat analisis nonstatistik. Pada penelitian ini, teknik pengolahan dan analisis mengenai efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja
Indonesia
(Studi
pada
BP3TKI,
PPTKIS
dan
Dinas
Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) peneliti menggunakan analisis data berbentuk kuantitatif dengan alat analisis data statistik deskriptif. Analisis ini disajikan
dalam
bentuk
angka-angka
yang
kemudian
dijelaskan
dan
diinterpretasikan dalam suatu uraian deskripsi. Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing, yaitu mengoreksi data yang telah dikumpulkan. Kegiatan ini dilakukan setelah peneliti menghimpun data di lapangan, dimana kemudian peneliti memperbaiki dan menghilangkan kesalahankesalahan data atau melengkapi data yang dianggap kurang. 2. Coding, yaitu memberi kode atau mengklasifikasi data-data yang telah melalui tahap editing tersebut melalui tahapan koding, dimana data
64
yang telah diedit tersebut diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis. 3. Tabulating, yaitu bagian terakhir dari pengolahan data, dimana datadata yang telah diberi kode dimasukkan pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya sesuai analisi yang dibutuhkan. Setelah data terkumpul dan diolah dengan tahap-tahap seperti yang disebutkan diatas, maka data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik sederhana, dimana data yang diperoleh dari kuesioner yang bersifat kuantitatif tersebut diuji melalui analisis data. Adapun analisis data penelitian mengenai Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dengan uji hipotesis ttest one sample. Berikut ini rumus uji t-test one sample:
X - µ0 t = S √n
Keterangan: t X µ0 S n
= = = = =
Nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung Nilai rata-rata x Nilai yang dihipotesiskan Simpangan baku sampel Jumlah anggota sampel
65
Macam pengujian hipotesis dalam Sugiyono (2009:163) menjelaskan ada tiga macam bentuk pengujian hipotesis yaitu uji dua pihak, pihak kanan, dan pihak kiri. Jenis mana yang dipakai tergantung pada bunyi kalimat hipotesis. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji pihak kanan. Menurut Sugiyono (2009:164) uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) yang berbunyi “lebih kecil atau sama dengan (≤ ) dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi “lebih besar” (>). Kalimat lebih kecil atau sama dengan sinonim dengan kata “paling besar”. Berikut adalah gambar uji pihak kanan
Gambar 3.1 Uji Pihak Kanan Sumber: Sugiyono (2009:165) Dari penjelasan uji hipotesis di atas maka dalam penelitian ini berlaku ketentuan: Jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima/ Ha ditolak Jika t hitung > t tabel maka Ha diterima/ Ho ditolak Kemudian untuk pengukuran efektivitas dalam metode Likert Sumamating Rating (LSR) nilai batas bawah (B) dan nilai batas atas (A) dihitung dengan menggunakan rumus (Azwar, 1988:29):
66
B= jumlah responden x skor terendah x jumlah pertanyaan A= jumlah responden x skor tertinggi x jumlah pertanyaan Setelah penentuan batas bawah dan batas atas maka selanjutnya menentukan nilai kuartil diantara B dan A dengan perhitungan sebagai berikut: Quartil I (Q1)
=B+ n
Quartil II (Q2)
=B+ n
Quartil III (Q3)
= B + n. 3
4 2 4
Keterangan: n= range antara B dan A dimana n ditentukan dengan urutan n= nilai A- nilai B Penarikan kesimpulan tingkat efektivitas dalam metode LSR adalah dengan melihat posisi jumlah dari perhitungan skor kuesioner pada quartil yang ada diantara lain batas bawah (B) dan nilai batas atas (A) dengan ketentuan: Tabel 3.3 Tingkat Keefektivan Posisi jumlah B s/d Q1 >Q1 s/d Q2 >Q2 s/d Q3 >Q3
Tingkat keefektivan Sangat tidak efektif Tidak efektif Efektif Sangat efektif
67
3.8 Jadwal Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian digambarkan dalam tabel 3.4 berikut: Tabel 3.4 Jadwal Penelitian No
Kegiatan
1
Observasi Awal
2
Pengajuan Judul
3
Perizinan dan
Sep
2013 Okt Nov
Observasi 4
Pengumpulan Data
5
Penyusunan Proposal
6
Seminar Proposal
7
Revisi Proposal
8
Penyebaran kuesioner
9
Pengolahan data dan Analisis Data
10
Sidang Skripsi
11
Revisi Skripsi
Sumber: Peneliti, 2014
Des
Waktu Pelaksanaan September 2013- Agustus 2014 2014 Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Deskripsi Wilayah Provinsi Banten Banten adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia. Banten resmi menjadi sebuah provinsi ke-30 di Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak tahun 2000. Provinsi Banten adalah salah satu daerah pemekaran yang dulu termasuk dalam Keresidenan Banten – Provinsi Jawa Barat, dan terbentuk melalui keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Pusat pemerintahan Banten berada di Kota Serang. Secara astronomi wilayah Banten terletak di antara 5º7'50"-7º1'11" Lintang Selatan dan 105º1'11"-106º7'12" Bujur Timur. Luas wilayah Banten berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2000 adalah 9.160,70 km² atau sekitar 0,5 persen dari luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Provinsi Banten terdiri atas 4 kabupaten dan 4 kota yaitu Kabupaten Lebak dengan ibu kota Rangkasbitung, Kabupaten Pandeglang dengan ibu kota Pandeglang, Kabupaten Serang dengan ibu kota Ciruas, Kabupaten Tangerang dengan ibu kota Tigaraksa, Kota Cilegon dengan ibu kota Purwakarta, Kota Serang dengan ibu kota Serang, Kota Tangerang dengan ibu kota Tigaraksa dan Kota tangerang Selatan dengan ibu kota Pamulang. Provinsi Banten mempunyai 155 kecamatan, 278 kelurahan, dan 1.257 desa.
68
69
Secara geografis, Provinsi Banten terletak diujung barat Pulau Jawa dan berjarak sekitar 90 Km dari DKI Jakarta dengan batas wilayah Provinsi Banten yaitu: (1) Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa ; (2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia; (3) Sebelah berbatasan dengan Selat Sunda; (4) Sebelah
Barat
Timur berbatasan dengan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Jawa Barat. Dengan letak geografis Banten yang demikian, merupakan keuntungan bagi Provinsi Banten. Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut potensial dimana Selat Sunda merupakan salah satu jalur lalu lintas laut yang strategis karena dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia Tenggara. Banten juga merupakan jalur penghubung antara Jawa dan Sumatera. Wilayah Banten terutama daerah Tangerang raya (Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan) yang secara ekonomi memiliki banyak industri merupakan wilayah penyangga atau hinterland bagi Provinsi Jakarta. Ekosistem wilayah Provinsi Banten pada dasarnya terdiri dari: a. Lingkungan Pantai Utara yang merupakan ekosistem sawah irigasi teknis dan setengah teknis, kawasan pemukiman dan industri. b. Kawasan Banten Bagian Tengah berupa irigasi terbatas dan kebun campur, sebagian berupa pemukiman pedesaan, mempunyai ketersediaan air yang cukup dan dengan kuantitas yang stabil.
70
c. Kawasan Banten sekitar Gunung Halimun – Kendeng hingga Malingping, Leuwidamar, Bayah berupa pegunungan yang relatif sulit untuk diakses, namun menyimpan potensi sumber daya alam. d. Banten Bagian Barat (Saketi, Daerah Aliran Sungai atau DAS Cidano dan lereng kompleks Gunung Karang Aseupan – dan Pulosari sampai Pantai DAS Ciliman – Pandeglang dan Serang bagian Barat) yang kaya akan potensi air, merupakan kawasan pertanian yang perlu ditingkatkan (intensifikasi). e. Ujung Kulon sebagai Taman Nasional Konservasi Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus). f. DAS Cibaliung – Malingping, merupakan cekungan yang kaya air tetapi
belum
dimanfaatkan
secara
efektif
dan
produktif.
Sekelilingnya berupa bukit-bukit bergelombang dengan rona lingkungan kebun campur dan talum hutang rakyat yang tidak terlalu produktif. Berikut ini adalah peta wilayah Propinsi Banten:
71
Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi Banten Sumber: Banten dalam Angka Tahun 2013
4.1.2 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Efektivitas Penerapan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri, peneliti memusatkan lokasi penelitian pada Tiga lokus, yaitu Unit Pelaksana Teknis Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri di Provinsi Banten (BP3TKI Serang), Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dan sejumlah Dinas Ketenagakerjaan di wilayah Provinsi Banten.
72
4.1.3 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga kerja Indonesia Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia terbentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut BNP2TKI adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia beranggotakan wakil-wakil instansi pemerintah terkait yang meliputi bidang ketenagakerjaan, keimigrasian, hubungan luar negeri, administrasi kependudukan, kesehatan, kepolisian, dan bidang lain yang dianggap perlu mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri secara terkoordinasi dan terintegrasi. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia memiliki bangunan atau kantor yang berlokasi di Jalan MT Haryono Kav. 52 Jakarta Selatan. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia mempunyai visi yaitu: “Terwujudnya Tenaga Kerja Indonesia yang berkualitas, bermartabat dan kompetitif”. Sedangkan misi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia adalah sebagai berikut:
73
1. Menciptakan kesempatan kerja di luar negeri seluas-luasnya; 2. Meningkatkan keterampilan / kualitas dan pelayanan penempatan Tenaga Kerja Indonesia; 3. Meningkatkan pengamanan , perlindungan dan pemberdayaan Tenaga Kerja Indonesia; 4. Meningkatkan kapasitas lembaga penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia; 5. Meningkatkan kapasitas lembaga pendukung sarana prasarana lembaga pendidikan dan kesehatan. Kemudian berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, dalam menjalankan fungsinya, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia mempunyai tugas: a. Melakukan penempatan atas dasar perjanjian secara tertulis antara pemerintah dengan pemerintah negara pengguna Tenaga Kerja Indonesia atau pengguna berbadan hukum di negara tujuan penempatan; b. Memberikan pelayanan, mengkoordinasikan, dan melakukan pengawasan mengenai : 1. Dokumen; 2. Pembekalan akhir pemberangkatan (PAP); 3. Penyelesaian masalah; 4. Sumber-sumber pembiayaan;
74
5. Pemberangkatan sampai pemulangan; 6. Peningkatan kualitas calon Tenaga Kerja Indonesia; 7. Informasi; 8. Kualitas pelaksana penempatan Tenaga Kerja Indonesia; dan 9. Peningkatan
kesejahteraan
Tenaga
Kerja
Indonesia
dan
keluarganya. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya dikoordinasikan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Berikut adalah struktur organisasi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia:
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Sumber: BNP2TKI, 2014
75
4.1.4
Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri Sistem Komputerisasi Online Tenaga Kerja Luar Negeri yang
selanjutnya disebut SISKOTKLN adalah sistem pelayanan administrasi penempatan TKI dan penerbitan KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri) yang melibatkan seluruh stakeholder terkait. SISKOTKLN ini bertujuan agar seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dapat memberikan pelayanan penempatan TKI secara layak, cepat, murah, dan efisien. Sedangkan sasaran SISKOTKLN sendiri adalah: (a) tersedianya pelayanan penempatan TKI secara layak, cepat, murah, dan efisien sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku berbasis teknologi informasi, (b) tersedianya pelayanan penerbitan KTKLN secara online di BP3TKI (Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) dan P4TKI (Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) seluruh Indonesia, (c) tersedianya database penempatan TKI yang bekerja di luar negeri yang dapat diakses dimana saja secara sistem online dan real time, sehingga perlindungan yang diberikan kepada TKI dapat lebih optimal. Penerapan SISKOTKLN tentu harus mempunyai dasar hukum. Dasar hukum SISKOTKLN yaitu : Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, pasal 7 butir (b), salah satu kewajiban pemerintah: “membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di luar negeri”, Pasal 62 ayat (1): “setiap TKI yang ditempatkan di luar negeri, wajib memiliki dokumen Kartu Tenaga
76
Kerja Luar Negeri (KTKLN) yang dikeluarkan oleh Pemerintah”, Permenakertrans No.14/MEN/X/2010, pasal 39 ayat (3): “sistem pendataan TKI pada Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri (SISKOTKLN) di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia”, Peraturan Ka. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia No. PER-26/KA/X11/2013, tentang pedoman pelaksanaan SISKOTKLN. SISKOTKLN dalam pelaksanaan operasionalnya mempunyai ruang lingkup sebagai berikut: (a) Kegiatan proses pelayanan penempatan TKI melalui SISKOTKLN yang dilakukan oleh instansi pemerintah dan stakeholders terkait, (b) Calon TKI Perorangan/Mandiri yang akan bekerja ke luar negeri yang memiliki perjanjian kerja dari perusahaan hukum di luar negeri. Kebutuhan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dalam penerapan SISKOTKLN merupakan hal yang penting. Menurut peraturan kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor. PER-26/KA/X11/2013, tentang pedoman pelaksanaan SISKOTKLN, persyaratan minimal sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia adalah sebagai berikut: (a) Ruangan Data Centre/Server ,(b) Server Data Base, Server Aplikasi dan Server Backup (c), Jaringan Komunikasi data VPN-MPLS dan Internet Broadband minimal 10 Mbps, (d) Local Area Network (LAN), (e) Sekuriti Data dan Jaringan, (f) Back-Up/ Emergensi
77
Listrik (Uninterrup Power Supply) berkapasitas cukup, (g) Tenaga Spesialis IT:
Database
Administrator,
Networking
Administrator,
System
Administrator, System Analyst, Programmer, Web Developer/Design, (h) Back up system di data center (Co-Location), (i) Tenaga HelpDesk. Kemudian sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh BP3TKI/ P4TKI selaku Unit Pelaksana Teknis dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia adalah: (a) Ruangan Pelayanan KTKLN, (b) Server Lokal, Jaringan Komunikasi Data VPN-MPLS/Internet minimal 256 Kbps, (c) Local Area Network (LAN), (e) Sekuriti Data dan Jaringan, (f) UPS 2000 watt, (g) Printer ID KTKLN, (h) Personal Computer (PC) Client, (i) Smart Card Reader RFID, (j) Finger Print, (k) Camera Digital/ Webcam (l) Scanner, (m) Blanko KTKLN smartcard, (n) Tenaga Teknis IT, (o) Petugas penerbitan KTKLN dan validasi KTKLN, (p) Terinstalasi aplikasi penerbitan KTKLN di setiap PC Client yang terkoneksi dengan Database Local, Camera Digital, Smart Card Reader dan Finger Print, (q) Memiliki User-ID SISKOTKLN. Sarana dan Prasarana Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) di SISKOTKLN yaitu: (a) Personal Computer (PC), (b) Jaringan Internet minimal 512 Kbps (c), Printer Laserjet, (d) Scanner, (e) Petugas Data Entry, (f) Memiliki UserID SISKOTKLN. Sedangkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: (a) Personal Computer (PC), (b) Jaringan Internet minimal 512 Kbps (c), Printer
78
Laserjet, (d) Webcam minimal 2 MP, (e) Finger Print, (f) Scanner, (g) Petugas Data Entry, (h) Memiliki User-ID SISKOTKLN. Sebagai suatu sistem, SISKOTKLN memberikan akses kepada setiap instansi dan stakeholder sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing berkaitan dengan proses penempatan TKI secara online sistem. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia mempunyai fungsi dan tanggung jawab (Administrator System) secara keseluruhan operasional SISKOTKLN meliputi: (a) menyiapkan perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), perangkat jaringan komunikasi data dan sumber daya manusia (brainware) serta standar operasional prosedur (SOP) SISKOTKLN, (b) melakukan perawatan perangkat keras, perangkat lunak atau sistem dan perangkat jaringan lokal atau komunikasi data untuk memastikan perangkat sistem penempatan TKI secara online bisa berjalan dengan baik selama 24 jam sehari, (c) melakukan back up data secara rutin, (d) menambah, mengedit dan menghapus data stakeholder (e) membuat User-ID baru, me-Reset Password dan meng-Disable/menghapus User-ID stakeholders (HelpDesk), (f) memberikan User-ID dan Password kepada seluruh instansi dan stakeholder terkait selaku pengguna SISKOTKLN, (g) melakukan input data Mitra Usaha Luar Negeri/ Agensi, (h) memberikan pelayanan pendukung sistem (supporting system) operasional SISKOTKLN kepada seluruh stakeholder (HelpDesk), (i) menerbitkan Surat Ijin Pengerahan, (j) Menerbitkan KTKLN untuk program TKI G to G, (k) melakukan pendataan dan updating Petugas Rekrut PPTKIS, (l) melakukan
79
pendataan dan updating Instruktur Balai Latihan Kerja Luar Negeri, (m) melakukan input data perjanjian kerjasama Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN) dengan PPTKIS, (n) melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pelayanan penempatan TKI melalui SISKOTKLN yang dilakukan oleh seluruh stakeholder. BP3TKI mempunyai fungsi dan wewenang pelayanan sebagai berikut: (a) melakukan verifikasi data dan menerbitkan Surat Ijin Pengerahan (SIP) untuk wilayah rekrut dalam satu wilayah kerja Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, (b) melakukan verifikasi data dan penerbitan Surat Pengantar Rekrut (SPR) untuk rekrut Calon TKI berdasarkan SIP dan permohonan dari PPTKIS, (c) melakukan verifikasi data dan dokumen Calon TKI yang akan mengikuti PAP (Pembekalan Akhir Pemberangkatan) dan penerbitan KTKLN berdasarkan permohonan dari PPTKIS, Pelaksana Penempatan Pelaut Perikanan, Perusahaan Pelaksana Perekrutan dan Penempatan Pelaut dan Perusahan (BUMN, BUMD, Sasta Nasional) yang mengirimkan TKI ke luar negeri untuk kepentingan perusahaan sendiri, (d) melakukan download data Calon TKI dari Server Pusat ke Server Lokal BP3TKI untuk penerbitan KTKLN, (e) melakukan input data Calon TKI Mandiri/Perorangan dan TKI Re-Entry yang sudah memenuhi persyaratan persyaratan dan prosedur yang berlaku berdasarkan permohonan dari Calon TKI/TKI untuk penerbitan KTKLN, melakukan registrasi Calon TKI yang akan bekerja pada Pengguna Berbadan Hukum melalui PPTKIS dan program G to P, (f) melakukan registrasi Calon
80
TKI asal Provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, (g) melakukan penerbitan KTKLN, (h) melakukan upload data KTKLN ke server pusat untuk sinkronisasi data KTKLN, (i) melakukan penambahan dan perubahan wilayah rekrut Petugas Rekrut PPTKIS melalui Bimbingan Teknis Petugas Rekrut PPTKIS yang dilakukan oleh BP3TKI, (j) penambahan dan pengurangan data perjanjian kerja sama pelatihan antara PPTKIS dengan BLKLN, (k) monitoring data pelatihan Calon TKI di BLKLN, (l) ReCapture sidik jari terhadap calon TKI yang bermasalah, (m) membatalkan atau pengalihan permohonan KTKLN yang masuk ke BP3TKI lainnya, (n) melakukan perubahan data dengan persyaratan yang ditentukan, (o) melakukan perubahan status eks TKI yang telah diregistrasi di Dinas Kabupaten/ Kota. Tugas PPTKIS adalah (a) mengajukan permohonan SIP, (b) mengajukan permohonan SPR, (c) membuat surat pengantar/permohonan untuk (pemeriksaan psikologi Calon TKI, pemeriksaan kesehatan Calon TKI, pelatihan di BLKLN, Uji Kompetensi, Pembayaran Asuransi Perlindungan TKI), (d) melakukan pengecekan data Calon TKI di SISKOTKLN, (e) mengajukan permohonan perubahan atau penghapusan data Calon TKI, (f) melakukan approval data Calon TKI yang telah diinput dalam SISKOTKLN, (g) melakukan updating data untuk mengikuti PAP, (h) melakukan permohonan registrasi pembiayaan TKI yang ditempatkan ke Negara Singapura, Hongkong dan Taiwan, melalui Lembaga Keuangan, (i) melakukan permohonan verifikasi data untuk mengikuti PAP dan penerbitan
81
KTKLN, (j) dapat mengakses data TKI yang sedang proses dan atau sudah memiliki KTKLN serta keberadaan TKI yang sedang proses dan atau sudah memiliki KTKLN serta keberadaan TKI di Luar Negeri (Khusus data TKI yang ditempatkan oleh PPTKIS bersangkutan). Kemudian Dinas Tenaga Kerja Provinsi mempunyai wewenang sebagai berikut: (a) verifikasi data dan penerbitan Surat Pengantar Rekrut untuk rekrut Calon TKI di wilayahnya berdasarkan SIP dan permohonan dari PPTKIS, (b) monitoring pendaftaran Calon TKI di Kabupaten/ Kota, (c) mengakses data TKI yang sudah memiliki KTKLN. Sedangkan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota mempunyai fungsi dan wewenang pelayanan sebagai berikut: (a) validasi data Petugas Rekrut PPTKIS dengan aplikasi biometric Petugas Rekrut, (b) melakukan registrasi/ input biodata Calon TKI berdasarkan hasil rekrut Calon TKI dari daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan, (c) membuat Berita Acara Seleksi Calon TKI berdasarkan data diatas, (d) mencetak Berita Acara Seleksi Calon TKI, (e) membuat Surat Rekomendasi Paspor berdasarkan data registrasi Calon TKI, (f) dapat mengakses data TKI yang sedang proses dan atau sudah memiliki KTKLN/ keberadaan TKI di luar negeri, (g) melakukan perubahan data meliputi: kesalahan biodata calon TKI, Negara dan Agensi, Jabatan, Sektor Formal/Informal, Pelimpahan data Calon TKI ke Pelaksana Penempatan TKI Swasta dengan persyaratan yang ditentukan, (h) registrasi status eks TKI dengan status sebagai Calon TKI yang baru.
82
Dokumen persyartan calon TKI
Database SISKOTKLN
Cek SIP
update PPTKIS harap melengkapi persyaratan
Tidak
sesuai
Registrasi calon TKI, finger print, foto
Ya
Mendapatkan NIK
Ada Tidak Wawancara dan cek dokumen kelengkapan calon TKI PPTKIS harap melengkapi dokumen persyaratan
Ya
Tidak
valid
Pembuatan Berita Acara, Seleksi, Rekom paspor
Berita Acara, Rekom Paspor
Gambar 4.3 Alur Registrasi CTKI online di Dinas Tenaga Kerja Kab/Kota Sumber: BNP2TKI, 2014
Gambar 4.3 merupakan bagan alur registrasi CTKI online di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota. Sedangkan bagan alur pelaksanaan pelayanan penerbitan KTKLN di BP3TKI adalah sebagai berikut:
83
Calon TKI (PPTKIS)
Database SISKOTKLN
Mendapat pembekalan akhir pemberangkatan
Pendaftaran Calon TKI untuk mengikuti PAP
Ya Cek tolak Calon TKI melengkapi syarat yang belum terpenuhi
Calon TKI (PPTKIS)
Pembagian KTKLN kepada TKIyang akan diberangkatkan
KTKLN
Calon TKI (PPTKIS)
Gambar 4.4 Alur Pelaksanaan Pelayanan Penerbitan KTKLN di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Sumber: BNP2TKI, 2014
Berkaitan dengan fungsi dan wewenang instansi atau stakeholder diatas, secara sederhana mekanisme SISKOTKLN dapat dilihat pada gambar berikut:
84
Gambar 4.5 Mekanisme SISKOTKLN Sumber: BNP2TKI, 2014
Pada gambar 4.5 di atas, dapat dilihat tahapan proses data calon TKI yang harus dilalui dalam melakukan penempatan TKI ke Luar Negeri. Dimana masing-masing stakeholder yang berkepentingan dalam proses penempatan TKI sesuai dengan fungsi dan wewenangnya dapat terkoneksi langsung dengan database SISKOTKLN.
4.2 Pengujian Persyaratan Statistik 4.2.1 Uji Validitas Uji Validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Pengujian validitas menggunakan analisis item, dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah
85
tiap skor butir. Uji validitas instrumen ini menggunakan rumus pearson product moment dengan bantuan SPSS Statistics versi 16.0. Adapun hasil perhitungan SPSS Statistics versi 16.0 dapat dilihat pada tabel berkut:
No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Koefisien korelasi r tabel (r hitung) 0,347 0,899 0,532 0,625 0,624 0,505 0,540 0,401 0,620 0,695 0,428 0,529 0,399 0,382 0,469 0,269 0,404 0,339 0,548 0,671 0.383 0,617 0,572 0,619 0,689 0,672 0,525 0,635 0,467 0,586
0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339
Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
86
0,339 31 0,682 0,339 32 0,568 0,339 33 0,606 0,339 34 0,621 0,339 35 0,432 0,339 36 0,427 0,339 37 0,443 0,339 38 0,582 0,339 39 0,644 0,339 40 0,705 Sumber: Peneliti, output SPSS 16.0 yang diolah, 2014
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Uji validitas di atas berlaku ketentuan bila koefisien korelasi sama dengan 0,339 (merupakan rtabel dengan n = 34 pada taraf signifikansi 5%, dapat dilihat pada tabel nilai-nilai r product moment) atau lebih, maka instrumen dinyatakan valid. Sebaliknya, bila koefisien korelasi lebih kecil dari 0,339, maka instrumen dinyatakan tidak valid. Berdasarkan tabel di atas, terdapat 38 item instrumen dengan skor di atas 0,339 sehingga dinyatakan valid. Sedangkan, 1 item instrumen dengan skor di bawah 0,339 dinyatakan tidak valid karena r hitung ≤ r tabel pada tingkat kesalahan sebesar 5%. Artinya satu item instrumen tersebut dihilangkan dan tidak perlu diganti karena indikator sudah terukur dari item instrumen lainnya.
4.2.2 Uji Reliabilitas Peneliti melakukan uji reliabilias instrumen guna menjaga kehandalan dari sebuah instrumen atau alat ukur. Instrumen yang dilakukan uji reliabilitas adalah instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen yang dinyatakan tidak valid maka tidak bisa dilakukan uji reliabilitas.
87
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS Statistics 16.0. Adapun hasil dari uji reliabilitas yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah nilai Alpha Cronbach sebesar 0,935. Jika mengacu pada Siegel yang menggunakan pedoman reliability instrument yaitu sebesar 0,7 dengan ketentuan bahwa instrumen dikatakan reliabel jika nilai alpha > 0,7. Pada penelitian ini, instrumen dapat dikatakan reliabel karena nilai alphanya sebesar 0,935 lebih besar dari 0,7. Uji reliabilitas instrumen dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics Cronbach's Alpha .935
N of Items 39
Sumber: Peneliti, output SPSS 16.0, 2014
4.2.3 Uji Normalitas Uji normalitas data dalam penelitian ini berdasarkan nilai distribusi skewness dan kurtosis dengan bantuan piranti lunak Statistic Program For Social Science (SPSS) versi 16 adalah sebagai berikut:
88
Tabel 4.3 Uji Normalitas Instrumen Descriptive Statistics N
Skewness
Statistic VAR00001
34
Valid N (listwise)
34
Statistic
Kurtosis
Std. Error
-.121
Statistic
.403
-.947
Std. Error .788
Sumber: Peneliti, output SPSS 16.0, 2014
Normalitas dapat dipastikan dengan membandingkan antara nilai statistic skewness dengan Std. Error skewness atau nilai statistik kurtosis dengan Std. Error kurtosis dimana jika skor ada di data -2 dan 2 maka distribusi data normal. Dari uji normalitas data instrumen di dapat bahwa distribusi data adalah normal. Hal ini diketahui berdasarkan skewness sebesar -0,3 dan kurtosis sebesar -1,2. Apabila digambarkan dengan bentuk histogram maka dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 4.6 Hasil Distribusi Data Instrumen Sumber: Peneliti, output SPSS 16.0, 2014
89
4.3 Deskripsi Data 4.3.1 Identitas Responden Responden
dalam
penelitian
ini
adalah
pegawai
pengguna
SISKOTKLN dari Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang yang berjumlah 10 orang, Pengguna SISKOTKLN dari Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) di Provinsi Banten yang berjumlah 6 orang dan pegawai pengguna SISKOTKLN dari Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten yang berjumlah 18 orang. Sehingga jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 34 orang. Peneliti menggunakan teknik sampling jenuh atau survey sehingga semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Berikut adalah pengelompokan identitas responden berdasarkan jenis kelamin usia dan tingkat pendidikan. Diagram 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
38%
62%
Laki-laki
Perempuan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.1 di atas dapat diketahui persentase responden terdiri dari laki-laki sebesar 64% atau sebanyak 21 orang dan perempuan sebesar 36% atau sebanyak 13 orang.
90
Diagram 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia
21%
26%
15%
38%
20-30
31-40
41-50
>50
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.2, dapat dilihat bahwa tingkat usia responden bervariasi dengan rincian tingkat usia 20-30 tahun sebanyak 9 orang (26%), tingkat usia 31-40 tahun sebanyak 13 orang (38%), tingkat usia 41-50 tahun sebanyak 5 orang (15%), dan tingkat usia >50 tahun sebanyak 7 orang (21%). Usia 20-40 tahun merupakan kelompok usia produktif, sedangkan usia 41 tahun ke atas merupakan kelompok usia kurang produktif.
Dari
pengelompokkan responden berdasarkan usia tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas responden berada pada usia produktif.
91
Diagram 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
6% 29%
65%
S2
S1
SMA
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.3 di atas, dapat dijelaskan bahwa pendidikan akhir untuk S-2 berjumlah 2 orang (6%), untuk tingkat pendidikan S-1 berjumlah 22 orang (65%), dan untuk tingkat pendidikan SMA berjumlah 10 orang (29%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden mayoritas sudah baik. 4.3.2 Analisis Data Peneliti melakukan analisis data untuk mendeskripsikan data dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden. Peneliti menguraikannya dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan hasil jawaban berdasarkan pertanyaan-pertanyan yang dituangkan dalam bentuk kuesioner. Teori yang digunakan peneliti dalam analisis data adalah teori dari Delone dan McLean. Dalam teori tersebut terdapat 6 indikator yang diuraikan peneliti dalam 38 pertanyaan. Skala yang digunakan adalah skala Likert dengan mengajukan 5 (lima) pilihan jawaban yang memiliki bobot nilai berbeda yaitu sangat setuju bernilai 5 poin, setuju bernilai 4 poin, kurang
92
setuju bernilai 3 poin, tidak setuju bernilai 2 poin, dan sangat tidak setuju bernilai 1 poin. Dengan asumsi semakin tinggi nilai yang diperoleh maka semakin efektif pula penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Study pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Berikut adalah pemaparan hasil jawaban responden dari pernyataan yang diajukan melalui kuesioner. 1. System Quality (Kualitas Sistem) Indikator pertama dalam efektivitas atau kesuksesan suatu sistem informasi menurut Delone dan McLean adalah system quality (kualitas sistem) dimana terdapat lima sub indikator. Sub indikator pertama adalah adaptability (adaptasi) yang dalam penelitian ini memiliki dua item pertanyaan. Pertanyaan atau pernyataan pertama adalah SISKOTKLN sudah sesuai dengan perkembangan teknologi. Jawaban responden hasil penelitian dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.4 0%
0%
6% 32%
62%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
SISKOTKLN Sesuai dengan Perkembangan Teknologi Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
93
Berdasarkan diagram 4.4, jawaban responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 11 orang (32%), setuju sebanyak 21 orang (62%), kurang setuju sebanyak 2 orang (6%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Responden mayoritas menjawab setuju, hal ini berarti penerapan SISKOTKLN sudah sesuai dengan perkembangan teknologi. Penerapan SISKOTKLN merupakan hal yang baik untuk organisasi menghadapi perubahan jaman dan lingkungan di era teknologi informasi seperti sekarang. Namun masih ada yang menjawab kurang setuju karena mengharapkan SISKOTKLN dapat lebih berkembang lagi sesuai dengan teknologi informasi yang semakin berkembang pesat. Pertanyaan kedua sub indikator adaptability (adaptasi) adalah SISKOTKLN tidak sulit digunakan pegawai. Hasil jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.5 SISKOTKLN Mudah Digunakan Pengguna 0%
0%
0%
35%
65%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Kurang Setuju
94
Berdasarkan diagram 4.5 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 12 orang (35%), setuju sebanyak 22 orang (65%), kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0% atau tidak ada. Mayoritas responden menjawab setuju dan lainnya sangat setuju. Hal ini menandakan bahwa SISKOTKLN mudah untuk digunakan pengguna dan sosialisasi yang pernah dilakukan dalam penerapan SISKOTKLN untuk pengguna
sukses
karena
semua
pengguna
yang
mengoperasikan
SISKOTKLN dapat menyesuaikan diri dalam menggunakan SISKOTKLN. Sub indikator kedua dari system quality (kualitas sistem) yaitu availability (ketersediaan). Terdapat dua item pertanyaan dalam sub indikator tersebut. Pertanyaan pertama adalah SISKOTKLN dapat dioperasikan sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Berikut adalah diagram hasil jawaban responden: Diagram 4.6 SISKOTKLN Dapat Dioperasikan Sesuai dengan Fungsi dan Tujuannya 0%
0%
6% 29%
65%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.6 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 10 orang (29%), setuju sebanyak 22 orang (65%), kurang
95
setuju sebanyak 2 orang (6%) dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, ini menunjukkan bahwa SISKOTKLN dapat dioperasikan sesuai fungsi dan tujuannya. Hal tersebut juga tercermin dari tersedianya sarana dan prasarana seperti PC (Personal Computer), Printer, Jaringan Intranet, Finger Print dan lainnya pada setiap instansi pemerintah yang disediakan oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga
Kerja
Indonesia
sehingga
pengguna
dapat
mengoperasikan SISKOTKLN. Pertanyaan kedua sub indikator availability (ketersediaan) adalah SISKOTKLN tersedia setiap saat ketika diperlukan. Jawaban responden dari pertanyaan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.7 SISKOTKLN Tersedia Setiap Saat ketika Diperlukan 0%
0%
24%
35%
41%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.7 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 12 orang (35%), setuju sebanyak 14 orang (41%), kurang
96
setuju sebanyak 8 orang (24%) dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju hal ini menandakan bahwa SISKOTKLN tersedia setiap saat ketika diperlukan pengguna. Namun ada cukup banyak responden yang menjawab kurang setuju disebabkan jaringan intranet sebagai salah satu sarana dalam pengoperasian SISKOTKLN sering terputus atau mati. Sehingga jika jaringan intranet tidak ada maka SISKOTKLN tidak bisa digunakan. Sub indikator ketiga dari system quality (kualitas sistem) adalah reliability (keandalan). Terdapat dua item pertanyaan pada sub indikator tersebut. Pertanyaan pertama adalah kemampuan SISKOTKLN dapat dipercaya/diandalkan dalam perlindungan TKI. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.8 Kemampuan SISKOTKLN Dapat Dipercaya/Diandalkan dalam Perlindungan TKI 0%
0% 18%
23%
59%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Kurang Setuju
97
Berdasarkan diagram 4.8, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 6 orang (18%), setuju sebanyak 20 orang (59%), kurang setuju sebanyak 8 orang (23%) dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas
responden
menjawab
setuju
menunjukkan
bahwa
SISKOTKLN dapat diandalkan dalam perlindungan TKI. Namun cukup banyak responden kurang setuju karena walaupun salah satu tujuan dari penerapan SISKOTKLN adalah usaha untuk perlindungan TKI yang lebih optimal, permasalahan perlindungan TKI tidak dapat hanya mengandalkan SISKOTKLN. Pertanyaan kedua dari sub indikator reliability (keandalan) adalah SISKOTKLN tahan dari kerusakan. Jawaban responden dapat dijelaskan pada diagram berikut: Diagram 4.9 SISKOTKLN Tahan dari Kerusakan 3% 0% 12%
50%
35%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Kurang Setuju
98
Berdasarkan diagram 4.9, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 4 orang (12%), setuju sebanyak 12 orang (35%), kurang setuju sebanyak 17 orang (50%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas menjawab kurang setuju, hal ini menjelaskan bahwa tingkat ketahanan SISKOTKLN masih kurang baik dan cukup mudah mengalami kerusakan. Ini juga terbukti dari hasil observasi peneliti menemukan sarana dan prasarana SISKOTKLN di beberapa instansi pemerintah di daerah seperti PC (Personal Computer) yang terinstal aplikasi SISKOTKLN tidak jarang mengalami kerusakan, dan printer untuk mencetak KTKLN pada BP3TKI mengalami system error. Sub indikator keempat dari system quality (kualitas sistem) adalah response time (kecepatan akses). Terdapat dua item pertanyaan pada indikator tersebut yaitu pengguna dapat mengakses database penempatan TKI SISKOTKLN secara cepat. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut:
99
Diagram 4.10 Pengguna Dapat Mengakses Database SISKOTKLN secara Cepat 0%
0% 12%
29%
59%
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.10 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 4 orang (12%), setuju sebanyak 20 orang (59%), kurang setuju sebanyak 10 orang (29%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas
responden
menjawab
dapat
mengakses
database
SISKOTKLN secara cepat. Jawaban ini juga sejalan dengan salah satu tujuan SISKOTKLN yang melayani penempatan TKI secara cepat, dimana database SISKOTKLN dapat diakses secara real time. Meskipun demikian, ada cukup banyak responden yang menjawab kurang setuju. Karena kecepatan akses yang diterima pengguna dalam menggunakan SISKOTKLN tidak sesuai dengan yang diharapkan pengguna. Pertanyaan kedua dari sub indikator response time (kecepatan akses) adalah pengguna dapat mengakses SISKOTKLN secara lancar. Jawaban responden dapat dijelaskan pada diagram berikut:
100
Diagram 4.11 Pengguna Dapat Mengakses SISKOTKLN secara Lancar 3% 0% 9% 32%
56%
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.11 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 3 orang (9%), setuju sebanyak 19 orang (56%), kurang setuju sebanyak 11 orang (32%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab dapat mengakses SISKOTKLN secara lancar. Meskipun demikian masih banyak responden yang menjawab kurang setuju dan 1 orang menjawab tidak setuju. Hal ini dikarenakan pengguna
masih
kerap
mengalami
gangguan
dalam
mengakses
SISKOTKLN, seperti gangguan jaringan intranet yang lambat, kesulitan download dan upload data serta tampilan error saat membuka aplikasi yang ada dalam SISKOTKLN. Karena Sub indikator kelima dari system quality (kualitas sistem) adalah usability (kebergunaan). Dalam sub indikator tersebut terdapat dua item pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah penerapan SISKOTKLN
101
membantu peningkatan kinerja pengguna. Jawaban responden dapat dijelaskan pada diagram berikut: Diagram 4.12 Penerapan SISKOTKLN Membantu Peningkatan Kinerja Pengguna 0% 6%
0% 23%
71%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.12 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 8 orang (23%), setuju sebanyak 24 orang (71%), kurang setuju sebanyak 2 orang (6%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini berarti bahwa Penerapan SISKOTKLN berhasil membantu peningkatan kinerja pengguna. Namun masih ada yang menjawab kurang setuju karena menganggap penerapan SISKOTKLN belum secara signifikan dapat meningkatkan kinerja pengguna. Pertanyaan kedua sub indikator usability (kebergunaan) adalah penerapan SISKOTKLN dapat mencegah perdagangan manusia (human
102
trafficking). Jawaban responden dari pertanyaan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.13 Penerapan SISKOTKLN Dapat Mencegah Perdagangan Manusia (human trafficking) 3% 0% 12%
32%
53%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.13 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 11 orang (32%), setuju sebanyak 18 orang (53%), kurang setuju sebanyak 4 orang (12%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab tidak setuju, hal ini menunjukkan bahwa penerapan SISKOTKLN mampu mencegah perdagangan manusia. Akan tetapi masih ada beberapa responden menjawab kurang setuju dan 1 orang menjawab tidak setuju karena beranggapan penerapan SISKOTKLN tidak mampu untuk mencegah perdagangan manusia. Kasus perdagangan manusia tidak dapat dicegah dengan menggunakan SISKOTKLN.
103
2. Information Quality (Kualitas Informasi) Indikator kedua dalam efektivitas atau kesuksesan suatu sistem informasi menurut Delone dan McLean adalah information quality (kualitas informasi) dimana terdapat lima sub indikator. Sub indikator pertama adalah completeness (kelengkapan) yang dalam penelitian ini memiliki dua item pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah semua informasi yang ada dalam SISKOTKLN lengkap. Jawaban responden adalah sebagai berikut: Diagram 4.14 Semua Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Lengkap 3% 0% 15%
26%
56%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.14 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 9 orang (26%), setuju sebanyak 19 orang (56%), kurang setuju sebanyak 5 orang (15%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini berarti informasi yang ada dalam SISKOTKLN sudah lengkap. Meskipun beberapa responden masih ada yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju hal tersebut
104
dikarenakan keinginan responden yang mengharapkan informasi TKI dan PPTKIS dalam SISKOTKLN lebih banyak dan lengkap. Pertanyaan kedua sub indikator completeness (kelengkapan) adalah semua informasi tentang TKI yang dibutuhkan pengguna ada atau tersedia dalam SISKOTKLN. Jawaban responden dari pertanyaan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.15 Semua Informasi Tentang TKI yang Dibutuhkan Pengguna Ada atau Tersedia dalam SISKOTKLN 3% 0% 20%
18%
59%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.15 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 7 orang (20%), setuju sebanyak 20 orang (59%), kurang setuju sebanyak 6 orang (18%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa informasi tentang TKI yang dibutuhkan pengguna ada dalam SISKOTKLN. Namun beberapa responden masih ada yang menjawab kurang setuju dan
105
tidak setuju karena menganggap data tentang TKI yang ada dalam SISKOTKLN belum cukup lengkap dengan yang dibutuhkan pengguna. Sub indikator kedua dari information quality (kualitas informasi) adalah ease of understanding (kemudahan untuk dimengerti). Ada dua item pertanyaan pada sub indikator tersebut. Pertanyaan pertama adalah Informasi yang ada dalam SISKOTKLN mudah dimengerti. Jawaban responden dapat dijelaskan pada diagram berikut: Diagram 4.16 Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Mudah Dimengerti 3% 0% 12%
9%
76%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.16 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 4 orang (12%), setuju sebanyak 26 orang (76%), kurang setuju sebanyak 3 orang (9%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini berarti informasi dalam SISKOTKLN mudah untuk dimengerti. Namun masih ada responden yang
106
menjawab kurang setuju dan tidak setuju karena menganggap tidak semua informasi dalam SISKOTKLN dapat dimengerti fungsi dan tujuannnya. Pertanyaan kedua sub indikator ease of understanding (kemudahan untuk dimengerti) adalah pengguna mudah untuk memahami isi informasi dalam SISKOTKLN. Jawaban responden dari pertanyaan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.17 Pengguna Mudah untuk Memahami Isi Informasi dalam SISKOTKLN 3% 0% 15%
9%
73%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.17 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 3 orang (9%), setuju sebanyak 25 orang (76%), kurang setuju sebanyak 5 orang (12%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas menjawab setuju, hal ini menandakan bahwa isi informasi dalam SISKOTKLN mudah untuk dipahami. Namun meskipun demikian masih ada beberapa responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju karena beranggapan tidak semua isi informasi dalam SISKOTKLN dapat
107
dipahami pengguna dan hanya pengguna yang dibidangnya saja yang dapat memahami isi informasi. Sub indikator ketiga dari information quality (kualitas informasi) adalah personalization (personalisasi). Terdapat satu item pertanyaan yaitu isi informasi tentang TKI dalam SISKOTKLN sesuai dengan yang diinginkan. Jawaban responden dapat dijelaskan pada diagram berikut: Diagram 4.18 Isi Informasi Tentang TKI dalam SISKOTKLN Sesuai dengan yang Diinginkan 3% 0% 12%
23%
62%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.18 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 4 orang (12%), setuju sebanyak 21 orang (62%), kurang setuju sebanyak 8 orang (23%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa isi informasi tentang TKI sudah sesuai dengan yang diinginkan pengguna. Namun ada beberapa responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju dikarenakan pegawai atau pengguna menginginkan informasi TKI
108
lebih banyak tidak hanya informasi penempatan TKI tetapi juga informasi keberangkatan TKI dan kepulangan TKI sehingga pegawai Dinas Ketenagakerjaan dapat mengontrol dan mengetahui TKI asal daerahnya dengan lebih baik. Sub indikator keempat dari information quality (kualitas informasi) adalah relevance (relevansi). Terdapat dua item pertanyaan dalam sub indikator tersebut. Pertanyaan pertama adalah informasi yang ada dalam SISKOTKLN bermanfaat untuk perlindungan TKI yang lebih optimal. Berikut adalah diagram jawaban responden: Diagram 4.19 Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Bermanfaat untuk Perlindungan TKI yang Lebih Optimal 0% 12%
0% 15%
73%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.19 diatas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 5 orang (15%), setuju sebanyak 25 orang (73%), kurang setuju sebanyak 4 orang (12%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju.
109
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa informasi yang ada dalam SISKOTKLN bermanfaat untuk perlindungan TKI yang lebih optimal. Dengan informasi yang ada dalam SISKOTKLN pengguna dapat lebih cepat mengetahui identitas TKI. Namun masih ada beberapa responden yang menjawab kurang setuju karena beranggapan data tentang TKI dapat dipalsukan sehingga informasi tentang TKI belum tentu benar adanya. Pertanyaan kedua sub indikator relevance (relevansi) adalah informasi yang ada dalam SISKOTKLN relevan (sesuai/cocok). Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.20 Informasi yang Ada dalam SISKOTKLN Relevan (Sesuai/Cocok) 3% 0% 6% 23%
68%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.20 diatas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 2 orang (6%), setuju sebanyak 23 orang (68%), kurang setuju sebanyak 8 orang (23%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju.
110
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa informasi yang ada dalam SISKOTKLN relevan. Namun cukup banyak yang menjawab kurang setuju dan satu orang menjawab tidak setuju hal tersebut terjadi karena adanya selisih data rekapitulasi penempatan TKI yang ada di SISKOTKLN dengan yang tercatat secara manual di Dinas Ketenagakerjaan yang disebabkan oleh banyaknya TKI mandiri yang dapat mengakses dan menginput data ke SISKOTKLN tanpa harus melalui Dinas Ketenagakerjaan setempat. Hal ini tentu meragukan responden terhadap relevansi informasi yang ada dalam SISKOTKLN mengingat tujuan dari SISKOTKLN adalah mengurangi atau menekan manipulasi data hingga ke titik nol. Sub indikator keempat dari information quality (kualitas informasi) adalah security (keamanan). Terdapat dua item pertanyaan dalam sub indikator tersebut. Pertanyaan pertama adalah keamanan informasi dalam SISKOTKLN terjaga atau terlindungi dengan baik. Responden menjawab: Diagram 4.21 Keamanan Informasi dalam SISKOTKLN Terjaga atau Terlindungi dengan Baik 0% 18%
0% 17%
65%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Kurang Setuju
111
Berdasarkan diagram 4.21, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 6 orang (17%), setuju sebanyak 22 orang (65%), kurang setuju sebanyak 6 orang (18%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa informasi yang ada dalam SISKOTKLN terjaga dan terlindungi dengan baik. Namun ada beberapa responden yang menjawab kurang setuju karena beranggapan informasi yang tersimpan pada database SISKOTKLN dapat sewaktu-waktu mengalami kerusakan atau terhapus. Pertanyaan kedua sub indikator security (keamanan) adalah informasi dalam SISKOTKLN terjaga kerahasiaannya dari pengguna yang tidak berhak. Jawaban responden dapat dijelaskan pada diagram berikut: Diagram 4.22 Informasi dalam SISKOTKLN Terjaga Kerahasiaannya dari Pengguna yang Tidak Berhak 3% 0% 15% 35%
47%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.22 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 12 orang (35%), setuju sebanyak 16 orang (47%), kurang
112
setuju sebanyak 5 orang (15%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju dan sangat setuju, hal ini menunjukkan bahwa kerahasiaan informasi dalam SISKOTKLN terjaga dengan baik tanpa diketahui pengguna yang tidak berhak. Ini terbukti dengan tidak semua orang dapat mengakses SISKOTKLN secara bebas. Pengguna harus mempunyai user-ID SISKOTKLN untuk dapat masuk ke dalam situs SISKOTKLN. Meskipun demikian masih ada responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju karena masih ditemukan orang yang tidak berkepentingan dapat mengakses SISKOTKLN. 3. Service Quality (Kualitas Pelayanan) Indikator ketiga dalam efektivitas atau kesuksesan suatu sistem informasi menurut Delone dan McLean adalah service quality (kualitas pelayanan) dimana terdapat tiga sub indikator. Sub indikator pertama adalah assurance (jaminan) yang dalam penelitian ini memiliki dua item pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah pelayanan SISKOTKLN yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan. Jawaban responden dapat dijelaskan pada diagram berikut:
113
Diagram 4.23 Pelayanan SISKOTKLN yang Diberikan Dapat Dipertanggungjawabkan 0%
3%
20%
20%
57%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.23 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 8 orang (20%), setuju sebanyak 23 orang (57%), kurang setuju sebanyak 8 orang (20%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa pelayanan SISKOTKLN dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Namun masih ada yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju karena responden masih ragu terhadap kreadibilitas atas pelayanan SISKOTKLN yang diberikan. Pertanyaan kedua sub indikator assurance (jaminan) adalah pengelola SISKOTKLN memiliki kemampuan yang baik dalam pekerjaan mereka. Jawaban responden dapat ditunjukkan pada diagram berikut:
114
Diagram 4.24 Pengelola SISKOTKLN Memiliki Kemampuan yang Baik dalam Pekerjaan Mereka 0%
0%
15%
20%
65%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.24 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 7 orang (20%), setuju sebanyak 22 orang (65%), kurang setuju sebanyak 5 orang (15%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa pengelola SISKOTKLN memiliki kemampuan yang baik dalam pelayanan SISKOTKLN. Meskipun demikian beberapa responden masih ada yang menjawab kurang setuju karena beranggapan tidak semua pegawai yang mengelola SISKOTKLN memiliki kemampuan yang baik dibidangnya atau kompeten. Sub indikator kedua dari service quality (kualitas pelayanan) adalah Empathy (kepedulian). Terdapat dua item pertanyaan dalam sub indikator ini. Pertanyaan pertama adalah pengguna mudah melakukan komunikasi dengan
115
pengelola SISKOTKLN. Jawaban responden atas pertanyaan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.25 Pengguna Mudah Melakukan Komunikasi dengan Pengelola SISKOTKLN 0% 3%
18% 26%
53%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.25 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 6 orang (18%), setuju sebanyak 18 orang (53%), kurang setuju sebanyak 9 orang (26%), tidak ada yang menjawab tidak setuju dan 1 orang (3%) menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa pengguna mudah melakukan komunikasi dengan pengelola SISKOTKLN. Namun cukup banyak responden yang menjawab kurang setuju dan 1 orang menjawab sangat tidak setuju, hal ini menunjukkan bahwa beberapa responden mengalami kesulitan komunikasi dengan pengelola. Hal ini dikarenakan kesibukan pengelola pada kegiatan lain di instansi dan tidak cukup banyak pengelola yang bertugas mengelola SISKOTKLN.
116
Pertanyaan kedua pada sub indikator empathy (kepedulian) adalah pengelola SISKOTKLN peduli terhadap kebutuhan pengguna. Jawaban pertanyaan dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.26 Pengelola SISKOTKLN Peduli terhadap Kebutuhan Pengguna 0% 21%
0% 20%
59%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.26 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 7 orang (20%), setuju sebanyak 20 orang (59%), kurang setuju sebanyak 7 orang (21%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa pengelola SISKOTKLN peduli terhadap pengguna. Kepedulian pengelola terhadap pengguna juga ditunjukkan dengan adanya pelayanan helpdesk pada Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang dilakukan selama 24 jam. Namun meskipun demikian cukup banyak yang menjawab kurang setuju karena beranggapan bahwa adanya tenaga helpdesk tidak cukup mampu menunjukkan kepedulian terhadap pengguna.
117
Sub indikator kedua dari service quality (kualitas pelayanan) adalah responsiveness (kesigapan). Terdapat dua item pertanyaan dalam sub indikator ini. Pertanyaan pertama adalah pengelola SISKOTKLN sigap merespon kesulitan pengguna SISKOTKLN. Jawaban responden dapat dijelaskan pada diagram berikut: Diagram 4.27 Pengelola SISKOTKLN Sigap Merespon Kesulitan Pengguna SISKOTKLN 0%
0% 18%
29%
53%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.27 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 6 orang (18%), setuju sebanyak 18 orang (53%), kurang setuju sebanyak 10 orang (29%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa pengelola SISKOTKLN sigap merespon kesulitan pengguna. Namun cukup banyak responden yang menjawab kurang setuju. Responden menilai respons yang ditunjukkan pengelola terhadap kesulitan pengguna masih kurang sigap. Kurang sigapnya pengelola SISKOTKLN juga tercermin dari telatnya
118
pembayaran jaringan intranet di Dinas Ketenagakerjaan dan lambatnya respon pengelola dalam melayani keluhan pengguna. Pertanyaan kedua sub indikator responsiveness (kesigapan) adalah pengelola SISKOTKLN cepat dalam memberikan bantuan/ perbaikan masalah sistem. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.28 Pengelola SISKOTKLN Cepat dalam Memberikan Bantuan/ Perbaikan Masalah Sistem 3% 0% 12% 32%
53%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.28 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 4 orang (12%), setuju sebanyak 18 orang (53%), kurang setuju sebanyak 11 orang (32%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa pengelola SISKOTKLN cepat dalam memberikan bantuan/ perbaikan masalah sistem. Namun cukup banyak responden yang menjawab kurang setuju dan 1 orang menjawab tidak setuju karena menganggap respon yang diberikan pengelola kurang cepat. Hal ini dikarenakan tenaga helpdesk di
119
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia hanya berjumlah dua orang dan jumlah tenaga IT di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Serang hanya satu orang. Kondisi tersebut dapat menjadi kendala manakala terjadi kerusakan sistem tidak cukup orang yang dapat menangani sehingga proses perbaikan berlangsung kurang cepat. 4. Use (Penggunaan) Indikator keempat dalam efektivitas atau kesuksesan suatu sistem informasi menurut Delone dan McLean adalah use (penggunaan) dengan tiga sub indikator. Sub indikator pertama adalah nature of use (sifat penggunaan) yang dalam penelitian ini memiliki dua item pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah pengguna menggunakan SISKOTKLN sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Jawaban responden dapat dijelaskan pada diagram berikut: Diagram 4.29 Pengguna Menggunakan SISKOTKLN Sesuai dengan Tujuan yang Diharapkan 0% 15%
0% 20%
65%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Kurang Setuju
120
Berdasarkan diagram 4.29, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 7 orang (20%), setuju sebanyak 22 orang (65%), kurang setuju sebanyak 5 orang (15%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, ini menunjukkan bahwa pengguna menggunakan SISKOTKLN sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Meskipun demikian beberapa responden masih ada yang menjawab kurang setuju dikarenakan SISKOTKLN yang merupakan salah satu bentuk teknologi informasi dalam registrasi penempatan TKI belum sepenuhnya mampu mencapai tertib administrasi yang diharapkan. Pertanyaan kedua sub indikator nature of use (sifat penggunaan) adalah penggunaan SISKOTKLN tepat dengan maksud yang diinginkan. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.30 Penggunaan SISKOTKLN Tepat dengan Maksud yang Diinginkan 0%
0%
6%
26%
68%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Kurang Setuju
121
Berdasarkan diagram 4.30, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 9 orang (31%), setuju sebanyak 23 orang (62%), kurang setuju sebanyak 2 orang (7%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, ini menunjukkan bahwa penggunaan SISKOTKLN sudah tepat dengan maksud yang diinginkan. Namun masih ada yang menjawab kurang setuju karena beranggapan belum semua tujuan atau maksud yang diinginkan pengguna dari penggunaan SISKOTKLN tercapai. Sub indikator kedua dari use (penggunaan) adalah navigation patterns (pola navigasi). Terdapat dua item pertanyaan dalam sub indikator ini. Pertanyaan pertama adalah tampilan aplikasi SISKOTKLN mudah untuk dimengerti. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.31 Tampilan Aplikasi SISKOTKLN Mudah untuk Dimengerti 0%
0%
0% 21%
79%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Kurang Setuju
122
Berdasarkan diagram 4.31, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 7 orang (21%), setuju sebanyak 27 orang (79%), kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0% atau tidak ada. Mayoritas responden menjawab setuju dan lainnya sangat setuju, ini menunjukkan bahwa
tampilan aplikasi
SISKOTKLN mudah untuk
dimengerti. Tampilan aplikasi SISKOTKLN ini memudahkan pengguna untuk menginput data maupun mencari data. Pertanyaan kedua sub indikator navigation patterns (pola navigasi) adalah navigasi/ petunjuk dalam aplikasi SISKOTKLN mudah dipahami. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.32 Navigasi/ Petunjuk dalam Aplikasi SISKOTKLN Mudah Dipahami 0%
9%
0% 15%
76%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.32 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 5 orang (15%), setuju sebanyak 26 orang (76%), kurang setuju sebanyak 3 orang (9%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju.
123
Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa petunjuk yang ada dalam aplikasi SISKOTKLN tidak sulit dipahami. Meskipun masih ada tiga orang yang masih menjawab kurang setuju karena meragukan bahwa semua pengguna SISKOTKLN atau pegawai dapat memahami petunjuk pada aplikasi SISKOTKLN. Sub indikator ketiga dari use (penggunaan) adalah number of transactions execyted (jumlah transaksi yang dapat diselesaikan). Ada dua item pertanyaan dalam sub indikator ini. Pertanyaan pertama adalah penggunaan SISKOTKLN membuat banyak pekerjaan penempatan TKI dapat ditangani. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.33 Penggunaan SISKOTKLN Membuat Banyak Pekerjaan Penempatan TKI Dapat Ditangani 0%
0% 21%
26%
53%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.33 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 7 orang (21%), setuju sebanyak 18 orang (53%), kurang
124
setuju sebanyak 9 orang (26%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan SISKOTKLN pekerjaan penempatan TKI dapat lebih banyak ditangani. Meskipun demikian, cukup banyak responden yang menjawab kurang setuju dikarenakan tidak semua pekerjaan berkaitan dengan
penempatan
TKI
dapat
ditangani
dengan
menggunakan
SISKOTKLN. Pertanyaan kedua sub indikator number of transactions executed (jumlah transaksi yang dapat diselesaikan) adalah penggunaan SISKOTKLN dapat lebih banyak menyelesaikan transaksi penempatan TKI. Jawaban responden atas pertanyaan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.34 Penggunaan SISKOTKLN Dapat Lebih Banyak Menyelesaikan Transaksi Penempatan TKI 0%
0%
21%
20%
59%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.34 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 7 orang (20%), setuju sebanyak 20 orang (59%), kurang
125
setuju sebanyak 7 orang (21%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, ini menunjukkan bahwa penggunaan SISKOTKLN dapat lebih banyak menyelesaikan transaksi penempatan TKI karena verifikasi data TKI dapat dilakukan secara otomatis dengan bantuan SISKOTKLN, sehingga penyelesaian transaksi penempatan TKI bisa lebih banyak. Meskipun demikian masih ada yang menjawab kurang setuju atau ragu karena banyak tidaknya transaksi yang diselesaikan juga bergantung pada kemampuan kerja pegawai. 5. User Satisfaction (Kepuasan Pengguna) Indikator kelima dalam efektivitas atau kesuksesan suatu sistem informasi menurut Delone dan McLean adalah user satisfaction (kepuasan pengguna). Pada indikator ini terdapat dua item pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah pengguna tertarik untuk sering mengakses SISKOTKLN. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.35 Pengguna Tertarik untuk Sering Mengakses SISKOTKLN 3% 0% 6% 41%
50%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Kurang Setuju
126
Berdasarkan diagram 4.35, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 2 orang (6%), setuju sebanyak 17 orang (50%), kurang setuju sebanyak 14 orang (41%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa pengguna tertarik untuk sering mengakses SISKOTKLN. Meskipun demikian banyak juga responden yang menjawab kurang setuju hal ini menunjukkan bahwa responden ragu untuk sering mengakses SISKOTKLN mengingat jumlah TKI di tiap daerah yang berbeda-beda dan terbatasnya informasi tentang PPTKIS. Pertanyaan kedua indikator user satisfaction (kepuasan pengguna) adalah
pertanyaan
langsung
mengenai
kepuasan
pengguna
yaitu
SISKOTKLN sudah memenuhi kepuasan pengguna. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.36 SISKOTKLN Sudah Memenuhi Kepuasan Pengguna 3% 0% 3%
44% 50%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Kurang Setuju
127
Berdasarkan diagram 4.36 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 1 orang (3%), setuju sebanyak 15 orang (44%), kurang setuju sebanyak 17 orang (50%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab kurang setuju, ini menandakan bahwa pengguna kurang puas dalam menggunakan SISKOTKLN. Pengguna mengharapkan SISKOTKLN sebagai sistem informasi bisa digunakan dengan lebih baik lagi tanpa banyak kendala dan kemanfaatan dari penggunaan SISKOTKLN dapat terus bertambah. Namun meskipun demikian cukup banyak yang menjawab setuju atau sudah puas dengan SISKOTKLN saat ini. 6. Net Benefit (Kemanfaatan) Indikator keenam dalam efektivitas atau kesuksesan suatu sistem informasi menurut Delone dan McLean adalah net benefit (kemanfaatan) dengan tiga sub indikator. Sub indikator pertama adalah cost savings (penghematan biaya) yang dalam penelitian ini memiliki dua item pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah penerapan SISKOTKLN dapat menghemat biaya. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut:
128
Diagram 4.37 Penerapan SISKOTKLN Dapat Menghemat Biaya 0%
6%
9%
29%
56%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.37 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 3 orang (9%), setuju sebanyak 19 orang (56%), kurang setuju sebanyak 10 orang (29%), tidak setuju sebanyak 2 orang (6%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa penerapan SISKOTKLN dapat menghemat biaya yang dikeluarkan organisasi karena dengan penerapan SISKOTKLN melalui sistem online koordinasi antar instansi dan pelaporan TKI dapat dengan mudah dilakukan tanpa biaya yang mahal mengingat sistem online sudah banyak digunakan di era teknologi informasi seperti sekarang. Meskipun demikian cukup banyak responden yang menjawab kurang setuju dan dua orang menjawab tidak setuju karena beranggapan penerapan SISKOTKLN justru membutuhkan biaya.
129
Pertanyaan kedua sub indikator cost savings (penghematan biaya) adalah penerapan SISKOTKLN dapat mewujudkan penempatan TKI yang murah. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.38 Penerapan SISKOTKLN Dapat Mewujudkan Penempatan TKI yang Murah 3% 0% 21% 29%
47%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.38 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 7 orang (21%), setuju sebanyak 16 orang (47%), kurang setuju sebanyak 10 orang (29%), tidak setuju sebanyak 1 orang (3%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju dan sangat setuju, hal ini menunjukkan bahwa penerapan SISKOTKLN sudah dapat mewujudkan penempatan TKI yang murah. Ini juga sejalan dengan salah satu tujuan dari SISKOTKLN agar pemangku kepentingan (stakeholder) terkait dapat memberikan pelayanan penempatan TKI yang murah. Meskipun demikian masih ada beberapa responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju karena beranggapan pelayanan penempatan TKI yang dilakukan dengan
130
SISKOTKLN kurang dapat mewujudkan pelayanan penempatan TKI yang murah. Sub indikator kedua dari net benefits (kemanfaatan) adalah reduced search costs (mengurangi biaya pencarian). Ada dua item pertanyaan dalam sub indikator ini. Pertanyaan pertama adalah penerapan SISKOTKLN dapat mengurangi biaya pencarian informasi. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.39 Penerapan SISKOTKLN Dapat Mengurangi Biaya Pencarian Informasi 0%
0%
24%
29%
47%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.39 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 10 orang (29%), setuju sebanyak 16 orang (47%), kurang setuju sebanyak 8 orang (24%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju dan sangat setuju, hal ini menunjukkan bahwa penerapan SISKOTKLN dapat mengurangi biaya pencarian informasi. Meskipun demikian masih ada beberapa responden yang
131
menjawab ragu SISKOTKLN dapat digunakan untuk mengurangi biaya pencarian informasi. Pertanyaan kedua sub indikator reduced search costs (mengurangi biaya pencarian)
adalah pencarian informasi
dengan menggunakan
SISKOTKLN relatif lebih murah. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.40 Pencarian Informasi dengan Menggunakan SISKOTKLN Relatif Lebih Murah 0%
0%
30%
32%
38%
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.40 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 11 orang (32%), setuju sebanyak 13 orang (38%), kurang setuju sebanyak 10 orang (30%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab sangat setuju dan setuju, hal ini menunjukkan
bahwa
pencarian
informasi
dengan
menggunakan
SISKOTKLN relatif lebih murah. Terlebih dengan SISKOTKLN pengguna dapat lebih mudah mendapatkan informasi tentang TKI tanpa harus
132
direpotkan dengan mengirim surat jika ingin mengetahui informasi atau data tentang penempatan TKI. Sub indikator ketiga dari net benefits (kemanfaatan) adalah times savings (penghematan waktu). Ada dua item pertanyaan dalam sub indikator ini. Pertanyaan pertama adalah penerapan SISKOTKLN dapat menghemat waktu dalam bekerja. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.41 Penerapan SISKOTKLN Dapat Menghemat Waktu dalam Bekerja 3% 0%
0%
38%
59%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.41 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 13 orang (38%), setuju sebanyak 20 orang (59%), kurang setuju sebanyak 1 orang (3%), tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0% atau tidak ada. Mayoritas responden menjawab setuju dan sangat setuju, ini menunjukkan bahwa SISKOTKLN sangat membantu pengguna dalam menghemat waktu dalam bekerja. Ini juga terbukti dengan pendapat pengguna yang mengatakan sebelum menggunakan SISKOTKLN pekerjaan
133
penempatan TKI seperti mengetik data TKI dan membuat surat rekomendasi paspor dilakukan secara manual sedangkan setelah penerapan SISKOTKLN hal tersebut dapat dilakukan secara otomatis. Pertanyaan kedua sub indikator times savings (penghematan waktu) adalah penerapan SISKOTKLN dapat mempercepat pekerjaan pengguna. Jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut: Diagram 4.42 Penerapan SISKOTKLN Dapat mempercepat pekerjaan Pengguna 0%
0%
6% 38%
56%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Kurang Setuju
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.42 di atas, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 13 orang (38%), setuju sebanyak 19 orang (56%), kurang setuju sebanyak 2 orang (6%), dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa penerapan SISKOTKLN dapat mempercepat pekerjaan pengguna karena SISKOTKLN yang terintegrasi dengan instansi atau stakeholder terkait penempatan TKI memudahkan pengguna untuk mencari informasi dan
134
memverifikasi data tanpa harus kesulitan mencari data atau informasi pada tumpukan kertas dokumen. Kemudahan ini tentu dapat mempercepat pekerjaan pengguna. Walaupun masih ada responden yang ragu atau kurang setuju karena menganggap kecepatan pekerjaan bergantung pada kemampuan pengguna untuk menyelesaikan pekerjaan dan kemampuan sistem dalam beroperasi.
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian yang berjudul “Efektivitas Penerapan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Study pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten)” adalah sebagai berikut: H0 :“Tingkat Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Study pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) lebih kecil atau sama dengan 65%” Ha :“Tingkat Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Study pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) lebih besar dari 65%”. Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah menggunakan uji hioptesis t-test one sample dengan bentuk hipotesis uji pihak kanan. Adapun penghitungan pengujian hipotesis tersebut yaitu sebagai berikut:
135
Skor ideal untuk instrumen variabel efektivitas adalah 5 x 39 x 34 = 6630 (5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada menurut skala Likert, 39 = jumlah item pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada) dengan nilai mean/ nilai rata-ratanya adalah 6630 : 34 = 195. Mengingat hipotesis pada penelitian ini adalah lebih kecil atau sama dengan 65% dari nilai ideal, ini berarti bahwa nilai yang dihipotesiskan adalah 0,65 x 6630 : 34 = 127. Ho untuk memprediksi µ lebih kecil atau sama dengan 65% dari skor ideal. Ha untuk memprediksi µ lebih besar dari 65%. Hipotesis statistiknya dapat ditulis dengan rumus: H0 : µ ≤ 65% ≤ 0,65 x 6630 : 34 = 127 Ha : µ > 65% > 0,65 x 6630 : 34 = 127 Diketahui: =
: 34 = 5285 : 34 = 155
µ0 = 127 n = 34
S=
x x n 1
2
= 13,6
Ditanya: t ? Jawab:
t = x = s
=
n
=
= 12,01
136
Nilai thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = (n – 1) = (34 – 1) = 33 dan taraf kesalahan = 5% (0,05) untuk uji satu pihak kanan (one tail test) didapat nilai ttabel yaitu 1,692. Karena nilai thitung lebih besar dari pada nilai ttabel (12,01 > 1,692) dan jatuh pada daerah penerimaan Ha, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Study pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) dari hasil perhitungan populasi ditemukan bahwa: Tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN =
5285 x 100% =79% 6630
Jadi telah diketahui bahwa tingkat Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Study pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) adalah sebesar 79%. Berikut adalah gambar kurva penerimaan dan penolakan hipotesis.
0
1,692 65%
12,01 79%
Gambar 4.7 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis untuk Uji Hipotesis Pihak Kanan
137
4.5 Pengukuran Efektivitas Pengukuran efektivitas dilakukan dengan menggunakan metode Likert Sumamating Rating (LSR), nilai batas bawah (B) dan nilai batas atas (A) dihitung dengan menggunakan rumus (Azwar, 1988:29): B= 34 x 1 x 39 = 1326 A= 34 x 5 x 39 = 6630 Setelah penentuan batas bawah dan batas atas maka selanjutnya menentukan nilai kuartil diantara B dan A dengan perhitungan sebagai berikut: Quartil I (Q1)
= 1326 + 5304 = 2652 4
Quartil II (Q2)
= 1326 + 5304 = 3978 2
Quartil III (Q3)
= 1326 + 5304 x 3 = 5304 4
Keterangan: n
= 6630 – 1326 = 5304
Penarikan kesimpulan tingkat efektivitas dalam metode LSR adalah dengan melihat posisi jumlah dari perhitungan skor kuesioner pada quartil yang ada diantara lain batas bawah (B) dan nilai batas atas (A) dengan ketentuan: Tabel 4.3 Tingkat Keefektivan Penerapan SISKOTKLN Posisi jumlah Tingkat keefektivan Persentase 1326 s/d 2652 Sangat tidak efektif 20 - 40 >40 - 60 >2652 s/d 3978 Tidak efektif >60 - 80 >3978 s/d 5304 Efektif >80 >5304 Sangat efektif
138
4.6 Interpretasi Hasil Penelitian Rumusan masalah yang menjadi kajian peneliti adalah berapa besar tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten). Untuk menjawab rumusan masalah tersebut dapat dilihat pada penghitungan pengujian hipotesis t-test one sample dengan uji pihak kanan dimana hasilnya adalah nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel dan hal itu dapat diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN lebih besar dari prediksi lebih kecil atau sama dengan 65% yaitu mencapai 79%. Setelah mengetahui tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) yaitu sebesar 79% maka selanjutnya peneliti menganalisis dimensi efektivitas penerapan SISKOTKLN yaitu sebagai berikut: Pertama adalah kualitas sistem dengan skor ideal instrumen adalah 5 x 10 x 34 = 1700. (5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 10 = jumlah item pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada). Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian adalah sebesar 1371. Dengan demikian nilai efektivitas dari kualitas sistem adalah 1371 : 1700 = 0,80 atau 80%. Kedua adalah kualitas informasi dengan skor ideal instrumen adalah 5 x 9 x 34 = 1530. (5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 9 = jumlah item pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada). Sedangkan nilai skor
139
dari hasil penelitian adalah sebesar 1212. Dengan demikian nilai efektivitas dari kualitas informasi adalah 1212 : 1530 = 0,79 atau 79%. Ketiga adalah kualitas pelayanan dengan skor ideal instrumen adalah 5 x 6 x 34 = 1020. (5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 6 = jumlah item pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada). Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian adalah sebesar 804. Dengan demikian nilai efektivitas dari kualitas pelayanan adalah 840 : 1020 = 0,78 atau 78%. Keempat adalah penggunaan dengan skor ideal instrumen adalah 5 x 6 x 34 = 1020. (5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 6 = jumlah item pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada). Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian adalah sebesar 832. Dengan demikian nilai efektivitas dari penggunaan adalah 832 : 1020 = 0,81 atau 81%. Kelima adalah kepuasan pengguna dengan skor ideal instrumen adalah 5 x 2 x 28 = 340. (5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 2 = jumlah item pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada). Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian adalah sebesar 240. Dengan demikian nilai efektivitas dari kepuasan pengguna adalah 240 : 340 = 0,70 atau 70%. Keenam adalah kemanfaatan dengan skor ideal instrumen adalah 5 x 6 x 34 = 1020. (5 = nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 6 = jumlah item pertanyaan yang ada, dan 34 = jumlah responden yang ada). Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian adalah sebesar 826. Dengan demikian nilai efektivitas dari kemanfaatan adalah 826 : 1020 = 0,80 atau 80%.
140
4.7 Pembahasan Berdasarkan hasil penghitungan dan pengujian hipotesis dengan uji t-test one sampel pihak kanan menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dimana dari hasil perhitungan variabel penelitian yang dilakukan dengan cara membagi skor total hasil penelitian (5285) dengan skor ideal instrumen (6630) didapat bahwa tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) adalah sebesar 5285 : 6630 = 0,79 atau 79% lebih besar dari angka yang dihipotesiskan, yaitu lebih kecil dari 65%. Hal ini berarti penerapan SISKOTKLN telah berjalan efektif. Secara kontinum dapat dibuat dalam kategori sebagai berikut:
sangat tidak efektif
tidak efektif
efektif
sangat efektif
5285
2652
3978
5304
> 5304
Hasil penelitian mengenai efektivitas penerapan SISKOTKLN yang menunjukkan efektif di atas, dikaji dengan menggunakan teori efektivitas sistem informasi dari Delone dan McLean (2003:9) mengingat SISKOTKLN merupakan salah satu bentuk dari sistem berbasis teknologi informasi. Menurut Delone dan McLean ada 6 dimensi yang menentukan kesuksesan atau efektivitas suatu sistem informasi yaitu: system quality (kualitas sistem), information quality (kualitas informasi), service quality (kualitas pelayanan), use (penggunaan), user satisfaction (kepuasan pengguna), net benefits (kemanfaatan).
141
Menjawab rumusan masalah yang terdapat pada Bab I yaitu berapa besar tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten), hasil perhitungan dan hasil uji hipotesis menyatakan bahwa tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) adalah sebesar 79%. Artinya penerapan SISKOTKLN telah berjalan efektif. Efektivitas atau kesuksesan SISKOTKLN ini tidak lepas dari terpenuhinya dimensi efektivitas sistem informasi dari Delone dan McLean dimana peneliti menggunakan teori ini untuk mengukur atau menilai efektivitas penerapan SISKOTKLN. Dimensi atau indikator pertama dari Delone dan McLean adalah kualitas sistem. Kualitas sistem berkaitan dengan evaluasi sistem pengolahan informasi itu sendiri. Kualitas sistem juga berguna untuk mengukur keberhasilan teknis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas sistem pada SISKOTKLN sudah baik. Responden menilai SISKOTKLN dapat beradaptasi dengan baik, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penerapan SISKOTKLN juga disediakan dengan sangat baik oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia meskipun secara teknis penggunaan, terkadang masih ditemui sedikit kendala pada jaringan. Penerapan SISKOTKLN yang merupakan sistem pendataan online mampu memberikan pengawasan secara sistemik sehingga proses penempatan dan perlindungan TKI dapat dilakukan secara optimal.
142
Dimensi kedua adalah kualitas informasi. Kualitas informasi berkaitan dengan output sistem informasi. Kualitas informasi juga berguna untuk mengetahui sejauh mana informasi tersebut dapat memenuhi harapan dan kebutuhan pengguna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas informasi pada SISKOTKLN sudah baik. Informasi dalam SISKOTKLN memuat data tentang TKI dan PPTKIS (Pelaksana Penempatan TKI Swasta). Dalam data seorang TKI memuat 52 item yang menjelaskan identitas TKI. Identitas TKI tersebut berguna untuk pendataan TKI yang lebih baik sehingga ketika terjadi permasalahan menyangkut TKI, identitas TKI yang bermasalah bisa dengan cepat diketahui. Kelengkapan informasi dan data yang akurat sangat diperlukan dalam hal ini. Responden mengharapkan informasi tentang TKI dapat lebih banyak dan tidak ada lagi kesalahan data TKI seperti ketidaksesuaian nama dan tanggal lahir TKI dalam SISKOTKLN dengan data paspor TKI, dan ketidaksesuaian data agency dalam SISKOTKLN dengan Surat Pengantar Rekrut TKI. Kesinkronan data TKI ini sangat penting agar manfaat dari informasi dapat lebih dirasakan pengguna dan kualitas informasi yang ada dalam SISKOTKLN bisa lebih baik. Dimensi ketiga adalah kualitas pelayanan. Pelayanan adalah aktivitas yang tidak kasat mata akibat adanya interaksi pengguna dan pengelola pemberi pelayanan. Kualitas pelayanan berguna untuk mengakses harapan pengguna dan persepi mengenai kualitas pelayanan dalam organisasi. Pada penelitian ini, responden menilai pelayanan SISKOTKLN sudah baik. Pelayanan SISKOTKLN dapat dipertanggungjawabkan dengan baik karena pegawai atau pengelola SISKOTKLN memiliki kemampuan yang baik terhadap pekerjaan yang
143
dilakukan. Pengelola SISKOTKLN juga menyediakan jasa pelayanan helpdesk yang dapat dilakukan selama 24 jam. Meskipun terkadang pengguna masih kesulitan komunikasi dengan pengelola sehingga respon yang diberikan pengelola dinilai tidak cukup sigap. Kepedulian dan kesigapan pengelola sangat penting pada pelayanan, mengingat proses penempatan TKI harus cepat dilaksanakan agar proses penempatan TKI tidak memakan waktu lama karena jika terjadi masalah pada SISKOTKLN, secara otomatis pelayanan penempatan TKI tidak dapat dilakukan. Akibatnya proses penempatan TKI menjadi tertunda. Dimensi yang keempat adalah penggunaan. Penggunaan berkaitan dengan penggunaan output dari sistem informasi oleh penerima. Penggunaan ini bermaksud untuk mengukur tujuan atau maksud dari penggunaan sistem informasi. Responden menilai penggunaan SISKOTKLN sebagai sistem informasi sudah sangat tepat. SISKOTKLN yang dirancang untuk meningkatkan pelayanan TKI dapat digunakan dengan baik sesuai maksud dan tujuannya. SISKOTKLN mudah digunakan dan dapat mempercepat pekerjaan pengguna. Meskipun demikian, pengguna mengharapkan pengembangan sistem dapat terus dilakukan sehingga manfaat dari penggunaan dapat bertambah. Dimensi yang kelima adalah kepuasan pengguna. Kepuasan pengguna berkaitan dengan respon penerima atau pengguna terhadap penggunaan output dari sistem informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sudah puas dengan
SISKOTKLN
saat
ini
karena
SISKOTKLN
dapat
membantu
meningkatkan kinerja pengguna meskipun terkadang masih dijumpai kendala dalam pengoperasian dan belum secara optimal memenuhi keinginan pengguna.
144
Dimensi yang keenam adalah kemanfaatan. Kemanfaatan merupakan dampak atau manfaat dari aktivitas penerapan sistem informasi. Kemanfatan SISKOTKLN menurut responden sudah baik. SISKOTKLN yang merupakan sistem online pendataan dan administrasi penempatan TKI mempunyai dampak yang positif bagi pelayanan dan kinerja organisasi. SISKOTKLN yang dapat diakses secara online mampu menghemat waktu dan biaya. Pengguna dapat dengan cepat mengetahui informasi tentang TKI. SISKOTKLN mengintegrasikan data tentang TKI antara pemerintah pusat dan daerah. Sehingga dengan penerapan SISKOTKLN koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dapat dilakukan dengan baik. Secara keseluruhan efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) termasuk dalam kategori efektif yaitu 79%. Efektivitas menurut Mahsun (2006:182) merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Tujuan atau sasaran dari SISKOTKLN menurut Peraturan Ka. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia No. PER26/KA/X11/2013, tentang pedoman pelaksanaan SISKOTKLN yaitu: (1) tersedianya pelayanan penempatan TKI secara layak, cepat, murah, dan efisien sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku berbasis teknologi informasi, (2) tersedianya pelayanan penerbitan KTKLN secara online di BP3TKI dan P4TKI seluruh Indonesia, (3) tersedianya database penempatan TKI yang bekerja
145
di luar negeri yang dapat diakses dimana saja secara sistem online dan real time, sehingga perlindungan yang diberikan kepada TKI dapat lebih optimal. Jika mengkaji tujuan dan sasaran SISKOTKLN diatas, dari penelitian dapat dilihat bahwa sasaran nomor (1) dari SISKOTKLN sudah berjalan efektif. Ini tercermin dari jawaban responden pada dimensi kemanfaatan dimana mayoritas responden menilai atau setuju bahwa dengan penerapan SISKOTKLN pelayanan penempatan TKI dapat lebih cepat dan hemat biaya. Sedangkan untuk sasaran nomor (2) dan (3) seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa SISKOTKLN adalah sistem online pelayanan administrasi penempatan TKI dan penerbitan KTKLN yang melibatkan seluruh stakeholder terkait. Dengan efektifnya penerapan SISKOTKLN maka pelayanan penerbitan KTKLN dapat dilakukan, karena informasi yang terekam di KTKLN merupakan hasil dari database SISKOTKLN. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa output dari SISKOTKLN adalah KTKLN. KTKLN berfungsi sebagai tanda pengenal TKI. KTKLN juga menandakan bahwa TKI tersebut berangkat secara legal dan telah memenuhi syarat atau prosedur untuk menjadi TKI. Adanya penerapan SISKOTKLN menjadikan proses penempatan TKI lebih ketat sehingga TKI yang tidak memenuhi syarat seperti tidak mempunyai keahlian yang memadai dan sakit-sakitan tidak dapat berangkat menjadi TKI. Secara tidak langsung hal ini dapat menciptakan TKI berkualitas. Keuntungan untuk TKI dengan penerapan SISKOTKLN adalah TKI dapat terhindar dari tindakan percaloan dari agen-agen tidak resmi, mengingat proses penempatan TKI menjadi lebih ketat dan data TKI lebih akurat. Database
146
SISKOTKLN yang dapat diakses secara online juga berguna untuk mengetahui data dan identitas TKI dengan lebih cepat sehingga ketika terjadi masalah diluar sana, masalah dapat segera diketahui. Namun yang terpenting dari semua ini adalah data atau informasi yang ada dalam SISKOTKLN harus benar tanpa ada manipulasi data seperti umur, kesehatan dan masa pelatihan TKI yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada pada calon TKI. PPTKIS juga harus tetap dilakukan karena sekarang banyak ditemukan PPTKIS yang merekrut calon TKI di luar wilayah rekrutnya dan mengirim TKI ke negara yang tidak seharusnya dilakukan pengiriman TKI. Adanya penerapan SISKOTKLN diharapkan tidak ada lagi manipulasi data dan proses administrasi penempatan TKI menjadi lebih rapih sehingga berdampak positif bagi pelayanan penempatan dan perlindungan TKI.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, peneliti membuat kesimpulan bahwa tingkat efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) yaitu mencapai 79% lebih besar dari angka yang dihipotesiskan, yaitu 65%. Tingkat efektivitas dari masing-masing indikator atau dimensi meliputi: Pertama adalah kualitas sistem, berkaitan dengan evaluasi sistem pengolahan informasi itu sendiri. Tingkat efektivitas indikator ini mencapai 80%, artinya sudah efektif. Sistem mampu beradptasi dengan baik, keandalan dan ketersedian sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengoperasian sistem sudah baik. Kedua adalah kualitas informasi, berkaitan dengan output sistem informasi. Tingkat efektivitas indikator ini mencapai 79%, artinya sudah efektif. Kelengkapan dan relevansi informasi dalam SISKOTKLN sudah dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Ketiga adalah kualitas pelayanan, berkaitan dengan harapan pengguna dan persepi mengenai pelayanan yang diterima. Tingkat efektivitas indikator ini mencapai 78% artinya sudah efektif. Pengelola SISKOTKLN mempunyai
146
147
kemampuan kerja yang baik, dapat dipertanggungjawabkan dan peduli terhadap kebutuhan pengguna. Keempat adalah penggunaan, berkaitan dengan penggunaan output dari sistem informasi oleh penerima. Tingkat efektivitas indikator ini mencapai 81%, artinya sudah sangat efektif. Penggunaan SISKOTKLN sebagai sistem informasi sudah sangat tepat sesuai dengan maksud dan tujuan. Kelima adalah kepuasan pengguna, berkaitan dengan respon penerima atau pengguna terhadap penggunaan output dari sistem informasi. Tingkat efektivitas indikator ini mencapai 70%, artinya sudah efektif. Pengguna sudah puas dengan penerapan SISKOTKLN. Keenam adalah kemanfaatan, berkaitan dengan dampak atau manfaat dari aktivitas penerapan sistem informasi. Tingkat efektivitas indikator ini mencapai 80%, artinya sudah efektif. SISKOTKLN yang dapat diakses secara online mampu menghemat waktu dan biaya. Secara keseluruhan efektivitas penerapan SISKOTKLN di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) sudah berjalan efektif.
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut: 1.
SISKOTKLN lebih dikembangkan lagi agar tidak tertinggal dengan perkembangan jaman dan sistem informasi yang terus berkembang pesat.
148
2.
Pemeliharaan dan pengecekan sistem hendaknya dilakukan secara rutin misalnya seminggu dua kali sehingga sistem dapat berjalan lebih stabil dan gangguan akan kerusakan sistem bisa dicegah.
3.
Informasi yang ada dalam SISKOTKLN hendaknya ditambah, sehingga pemerintah daerah seperti Dinas Ketenagakerjaan Kab/ Kota tidak hanya menggunakan SISKOTKLN sebagai alat untuk memproses penempatan TKI tetapi juga memperoleh informasi TKI selain data penempatan TKI. Responden berharap dalam SISKOTKLN juga disertakan data keberangkatan dan Kepulangan TKI asal daerah masing-masing dengan demikian koordinasi dengan daerah bisa ditingkatkan.
4.
Penggolongan atau pengelompokan data penempatan yang ada dalam SISKOTKLN lebih rapih dan akurat, seperti daftar rekapitulasi penempatan TKI harus sesuai dengan daerah. Misalnya Provinsi Banten mempunyai delapan Kab/ Kota maka seharusnya rekapitulasi data digolongkan ke dalam delapan Kab / Kota bukan Sembilan Kab/ Kota.
5.
Menambah Sumber Daya Manusia atau devisi dalam pengelolaan SISKOTKLN yang bertugas untuk memperbaiki kesalahan data sehingga ketika terjadi kesalahan data dalam proses penempatan TKI, kesalahan tersebut dapat ditangani dengan cepat.
6.
Peningkatan integrasi dan konektivitas sistem dengan stakeholders lainnya sehingga koordinasi dengan stakeholders bisa meningkat dan kemanfaatan sistem dalam pelayanan penempatan TKI bisa bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Azwar, Saifuddin. 1988. Sikap Manusia, Teori & Pengukurannya. Yogyakarta: Liberti Davis, Gordon B. 2002. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian 1 : pengantar. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo Davis, Gordon B. 1992. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian II: Struktur dan Pengembangannya. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen dasar, pengertian, dan masalah. Jakarta: Bumi Aksara Indrawijaya, Adam Ibrohim. 2010. Teori, Perilaku, dan Budaya Organisasi. Bandung: PT Refika Aditama Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFEYogyakarta Makmur. 2011. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung: Refika Aditama Makmur, Syarif. 2008. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas Organisasi Kajian Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta: Rajawali Press
McLeod, Raymond dan George P.Schell. 2008. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas Hertianti. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat Nugroho, Eko. 2008. Sistem Informasi Manajemen konsep, Aplikasi, dan Perkembangan. Yogyakarta: ANDI Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2006. Manajemen Pelayanan Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi Struktur Desain dan Aplikasi. Jakarta: Arcan Schermerhorn, John R. 1997. Manajemen Buku 2. Yogyakarta: Andi Scoot, George M. 2002. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Siagian, Sondang P. 1986. Bunga Rampai Managemen Modern. Gunung Agung: Jakarta Siagian, Sondang P. 2009. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sutabri, Tata. 2004. Analisa sistem Informasi. Yogyakarta:ANDI Syafiie, Inu Kencana. 2006. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta: Rineka Cipta Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Grasindo: Jakarta
Tika, Moh Pabundu. 2006. Budaya organisasi dan peningkatan kinerja perusahaan. Jakarta: PT Bumi Aksara Tyson, Shaun dan Tony Jackson. 2001. Perilaku Organisasi. Yoyakarta: Andi Jurnal DeLone and McLean. 2003. The DeLone and McLean Model Of Information Systems Success: A Ten-Year Update. Management Information Systems, 4. 9-30. Mohammad Nuh, N.H. 2013. Efektivitas Penerapan Sistem PPOB (Payment Point Online Bank) pada PT PLN Area Madiun (Studi pada PT PLN Area Madiun). Administrasi Publik, 5. 972-980. Rohmatullah.
I.
2013.
Implementasi
Sistem
Informasi
Administrasi
Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banjarmasin. Socioscientia, 1. 39-48. Dokumen Banten dalam Angka (Banten in Figures) 2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Banten 2013. Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Nomor PER-26/KA/X11/2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri Peraturan Presiden Republik Indonesia No.81 Tahun 2006 Tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Sumber lain: BNP2TKI, 2012. Unit Pelayanan Publik BNP2TKI http://www.bnp2tki.go.id/frame/9078/Unit-Pelayanan-Publik-BNP2TKI, Sabtu, 18 Oktober 2014│10:08 WIB
LAMPIRAN
Serang,
Oktober 2014
Yth. Bapak/Ibu Pengguna SISKOTKLN di Tempat
Dengan hormat, Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang sedang saya lakukan, terkait mata kuliah Skripsi, maka saya yang bertandatangan dibawah ini membutuhkan data melalui kuesioner yang dibagikan kepada Bapak/Ibu. Nama/NIM
: Nisyyah Azzahrah / 6661100898
Jurusan/Fak
: Ilmu Administrasi Negara Konsentrasi Manajemen Publik/ FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Semester
: IX
Mata Kuliah : SKRIPSI Judul Skripsi : Efektivitas Penerapan SISKOTKLN di BNP2TKI (Studi pada BP3TKI, PPTKIS dan Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Banten) No. HP
: 085925123345
Untuk itu, saya berharap Bapak/Ibu dapat membantu saya untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang saya berikan. Demikian yang dapat saya sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya mengucapkan banyak terimakasih.
Hormat saya,
Nisyyah Azzahrah
No. Responden:
KUESIONER Petunjuk Pengisian: 1. Bacalah kuesioner ini dengan teliti, agar Bapak/Ibu mengerti maksud pertanyaannya. 2. Mohon diisi informasi data responden. 3. Pilihlah salah satu jawaban beberapa pilihan dengan cara memberi tanda silang (X) yang menurut Bapak/Ibu anggap sesuai dengan yang terjadi di lapangan 4. Setiap pertanyaan hanya memiliki satu jawaban.
Informasi Data Responden Nama : Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita Pekerjaan/Jabatan : Usia : Pendidikan : Keterangan: SISKOTKLN : Sistem online pelayanan administrasi penempatan TKI dan penerbitan KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri) yang melibatkan seluruh stakeholder terkait. SS S KS TS STS
= Sangat Setuju = Setuju = Kurang Setuju = Tidak Setuju = Sangat Tidak Setuju Efektivitas Penerapan SISKOTKLN System quality (kualitas sistem)
No 1
2 3 4
Pernyataan SISKOTKLN sudah sesuai dengan perkembangan teknologi dalam mencegah TKI ilegal SISKOTKLN mudah digunakan pengguna SISKOTKLN dapat dioperasikan sesuai dengan fungsi dan tujuannya SISKOTKLN tersedia setiap saat ketika diperlukan
SS
S
KS
TS
STS
5 6 7 8 9 10
Kemampuan SISKOTKLN dapat diandalkan/dipercaya dalam perlindungan TKI SISKOTKLN tahan dari kerusakan Pengguna dapat mengakses database penempatan TKI SISKOTKLN secara cepat Pengguna dapat mengakses SISKOTKLN secara lancar Penerapan SISKOTKLN membantu peningkatan kinerja pengguna Penerapan SISKOTKLN dapat mencegah perdagangan manusia (human trafficking)
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN Information quality (kualitas informasi) No Pernyataan 11 Informasi yang ada dalam SISKOTKLN lengkap 12 Semua informasi tentang TKI yang dibutuhkan pengguna ada atau tersedia dalam SISKOTKLN 13 Informasi yang ada dalam SISKOTKLN mudah dimengerti 14 Pengguna mudah untuk memahami isi informasi dalam SISKOTKLN 15 Isi informasi tentang TKI dalam SISKOTKLN sesuai dengan yang diinginkan 16 Aplikasi data dalam SISKOTKLN sesuai dengan yang dibutuhkan 17 Informasi yang ada dalam SISKOTKLN bermanfaat untuk perlindungan TKI yang lebih optimal 18 Informasi yang ada dalam SISKOTKLN relevan (sesuai/cocok) 19 Keamanan informasi dalam SISKOTKLN terjaga/terlindungi dengan baik 20 Informasi dalam SISKOTKLN terjaga kerahasiaanya dari pengguna yang tidak berhak
SS
S
KS
TS
STS
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN Service quality (kualitas pelayanan) No 21 22 23 24 25 26
Pernyataan Pelayanan SISKOTKLN yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan Pengelola SISKOTKLN memiliki kemampuan yang baik dalam pekerjaan mereka Pengguna mudah melakukan komunikasi dengan pengelola SISKOTKLN Pengelola SISKOTKLN peduli terhadap kebutuhan pengguna Pengelola SISKOTKLN sigap merespon kesulitan pengguna SISKOTKLN Pengelola SISKOTKLN cepat dalam memberikan bantuan/ perbaikan masalah sistem
SS
S
KS
TS
STS
SS
S
KS
TS
STS
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN Use (penggunaan) No 27 28 29 30 31 32
Pernyataan Pengguna menggunakan SISKOTKLN sesuai dengan tujuan yang diharapkan Penggunaan SISKOTKLN tepat dengan maksud yang diinginkan Tampilan aplikasi SISKOTKLN mudah untuk di mengerti Navigasi/petunjuk dalam aplikasi SISKOTKLN mudah dipahami Penggunaan SISKOTKLN membuat banyak pekerjaan penempatan TKI dapat ditangani Penggunaan SISKOTKLN dapat lebih banyak menyelesaikan transaksi penempatan TKI
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN User Satisfaction (kepuasan pengguna) No 33 34
Pernyataan Pengguna tertarik untuk sering mengakses SISKOTKLN SISKOTKLN sudah memenuhi kepuasan pengguna
SS
S
KS
TS
STS
SS
S
KS
TS
STS
Efektivitas Penerapan SISKOTKLN Net Benefit (Kemanfaatan) No 35 36 37 38 39 40
Pernyataan Penerapan SISKOTKLN dapat menghemat biaya Penerapan SISKOTKLN dapat mewujudkan penempatan TKI yang murah Penerapan SISKOTKLN dapat mengurangi biaya pencarian informasi Pencarian informasi dengan menggunakan SISKOTKLN relatif lebih murah Penerapan SISKOTKLN dapat menghemat waktu dalam bekerja Penerapan SISKOTKLN dapat mempercepat pekerjaan pengguna
DAFTAR NAMA POPULASI PENELITIAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Mucharom Jedi Hari Suherman Catur Haryanto Berliandy Haryono Lala Linda Ony Irawan Dhani Dadi Kiki Agus Rumsyah
12 13 14 15
R.N. Tiar. S Ahmad Hidayat Danny Masita Apendi
16 17
Muryati Dadang Usman
18
Asyar Fauzi
19
Johanudin Rahim
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Iis Isnaeni Agus Mulyanto Maryati Retno Pramudya Ruswiyanti Iwan Darmawan Ineu Irawati Aliyah Mr. Antonius Kuncoro Thamrin Ahmad Ita Yanuar Hadi Lili
30 31 32 33 34
Jabatan Kepala Seksi Penempatan TKI BP3TKI Serang Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN Staff BP3TKI Serang Pengguna SISKOTKLN Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Banten Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Banten Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kab.Tangerang Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kab. Tangerang Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang Selatan Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang Selatan Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kab. Pandeglang Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kab. Pandeglang Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kab. Lebak Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kab. Lebak Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kota Cilegon Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kota Cilegon Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kota Serang Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kota Serang Kepala Seksi Penempatan TKI Dinas Ketenagakerjaan Kab. Serang Operator SISKOTKLN Dinas Ketenagakerjaan Kab. Serang Manager Operasional PT Anugerah Diantas Direktur Operasional PT Agrelia Putra Sejahtera Staff Operasional PT Yonasindo Intra Pratama Staff Operasional PT Mardel Mitra Global Staff Operasional PT Anton Bintan Permai Staff Administrasi PT Pademangan Semesta Lestari
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 3
2 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4
3 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4
4 5 3 4 4 4 5 5 5 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 5 5 4 4 3 3 4 5 5 4 3 4
5 4 3 4 4 4 5 5 5 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 5 5 3 4 4 5 4 4 4 4
6 3 3 3 4 4 5 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 5 4 4 4
7 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 3 4
Item Pertanyaan Sebelum Uji Validitas 8 9 10 11 12 13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 3 3 5 5 5 4 4 4 3 4 5 4 5 4 3 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 4 5 3 4 4 5 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 5 4 4 4 3 4 4 5 5 5 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4
15 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 4
16 4 2 4 4 3 4 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
17 4 3 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
18 4 2 4 4 3 4 5 5 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4
19 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 5 4 5 5 4 3 4 4 3 5 4 4 4
20 5 4 4 5 3 4 5 5 4 4 3 3 4 4 4 4 2 5 4 5 5 5 3 4 4 4 5 5 4 4
31 32 33 34 Total
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
5 5 5 5 145
21 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 3
22 4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 5 4 4 5 4 3
5 5 4 5 148
23 4 5 4 4 3 4 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 5 3 3
5 5 4 5 144
24 4 5 4 4 3 4 5 4 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 3
5 5 5 5 140
25 4 5 4 4 3 4 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 5 4 3
4 4 3 4 134
26 4 5 3 4 3 4 4 4 5 5 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3
3 5 3 5 121
27 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4
3 5 4 5 130
4 4 3 5 126
4 4 4 4 142
4 4 4 5 141
4 4 5 5 138
4 5 4 5 135
3 4 4 4 135
Item Pertanyaan Sebelum Uji Validitas 28 29 30 31 32 33 34 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3
3 4 4 4 132
35 4 5 4 4 4 5 4 3 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 4 4 4
3 4 5 4 130
36 4 5 4 5 4 5 4 3 5 5 3 3 4 2 4 4 4 3 4 3 5 4 4
4 4 5 4 135
37 5 3 4 5 4 5 3 4 5 5 5 3 4 3 4 4 4 5 4 3 5 4 4
4 3 4 4 137
4 4 4 4 128
3 4 4 5 136
38 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 3 4 3 3 3 3 5 3 3 5 4 4
39 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4
40 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4
3 4 5 5 141
Total 165 159 154 169 142 182 175 178 173 172 149 142 154 144 148 148 130 167 162 157 179 161 141
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Total
4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 141
4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 138
3 4 3 4 5 3 4 4 4 1 5 130
4 4 4 4 5 3 3 3 4 3 5 136
3 4 4 4 5 3 3 4 4 3 5 132
3 4 4 4 4 3 3 3 4 2 5 127
3 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 138
3 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 143
3 4 5 4 4 4 4 3 4 4 5 138
3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 134
3 5 5 3 4 3 4 3 4 4 4 136
3 4 5 3 3 3 3 3 4 4 4 122
3 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 118
4 4 5 4 4 3 4 3 3 2 4 125
4 3 5 4 4 3 4 3 3 3 4 131
14 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3
15 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3
4 5 5 4 4 3 4 4 3 3 4 138
3 5 5 4 4 4 4 4 3 3 4 137
4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 148
4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 147
Item Pertanyaan Setelah Uji Validitas
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 143
1 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 5 4
2 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3
4 5 3 4 4 4 5 5 5 4 4 3 3 4 4 4 3
5 4 3 4 4 4 5 5 5 4 4 3 3 4 4 3 4
6 3 3 3 4 4 5 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3
7 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4
8 4 4 3 4 4 5 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4
9 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4
10 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 2 3 3
11 4 2 4 5 3 4 4 5 4 4 3 3 3 4 4 4
12 4 2 4 4 3 4 5 5 4 4 3 3 3 4 4 4
13 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17 4 3 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
18 4 2 4 4 3 4 5 5 4 3 4 4 4 4 3 3
19 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4
20 5 4 4 5 3 4 5 5 4 4 3 3 4 4 4 4
144 167 175 172 169 142 155 152 163 149 181 5420
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Total
4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 3 5 5 5 5 145
4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 148
4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 5 5 4 5 144
3 4 5 5 4 4 3 3 4 5 5 4 3 4 5 5 5 5 140
3 3 4 4 5 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 134
3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 5 4 4 4 3 5 3 5 121
3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 3 4 3 5 4 5 130
21 4 5 4 4 3 4 5 4 4
22 4 5 4 5 3 4 4 4 4
23 4 5 4 4 3 4 4 4 5
24 4 5 4 4 3 4 5 4 5
25 4 5 4 4 3 4 4 4 5
26 4 5 3 4 3 4 4 4 5
27 4 5 4 4 4 5 5 5 4
28 4 5 4 4 4 5 5 5 5
3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 5 4 2 4 4 4 3 5 126
3 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 142
3 4 5 4 5 4 3 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 141
4 4 5 4 4 5 3 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 138
3 4 4 3 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 135
3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 3 4 4 4 135
Item Pertanyaan Setelah Uji Validitas 29 30 31 32 33 34 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4
3 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 4 4 132
3 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 4 3 4 5 4 130
35 4 5 4 4 4 5 4 3 4
36 4 5 4 5 4 5 4 3 5
3 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 137
37 5 3 4 5 4 5 3 4 5
3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 128
38 5 5 4 5 4 5 4 4 5
3 5 4 5 5 4 3 4 4 3 5 4 4 4 3 4 4 5 136
39 5 5 4 5 4 5 5 5 5
2 5 4 5 5 5 3 4 4 4 5 5 4 4 3 4 5 5 141
40 5 5 4 5 4 5 5 5 5
Total 157 153 147 161 135 173 167 170 165
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Total
4 5 5 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 141
4 4 4 4 4 3 3 3 5 4 4 5 4 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 138
5 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 5 3 3 3 4 3 4 5 3 4 4 4 1 5 130
5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 5 3 3 3 4 3 5 136
5 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 5 4 3 3 4 4 4 5 3 3 4 4 3 5 132
5 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 2 5 127
4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 138
5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 143
4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 143
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 3 4 4 5 138
5 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 5 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 134
4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 3 3 5 5 3 4 3 4 3 4 4 4 136
4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 5 3 3 3 3 3 4 4 4 122
4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 118
4 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 3 2 4 125
5 3 3 4 2 4 4 4 3 4 3 5 4 4 4 3 5 4 4 3 4 3 3 3 4 131
5 5 3 4 3 4 4 4 5 4 3 5 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 3 3 4 138
5 5 3 4 3 3 3 3 5 3 3 5 4 4 3 5 5 4 4 4 4 4 3 3 4 137
5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 148
5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 147
164 141 134 147 136 141 140 123 158 154 149 171 154 134 138 160 168 163 161 142 155 152 163 149 181 5285
HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN Correlations Total VAR00001
Pearson Correlation
.347*
Sig. (2-tailed)
.045
N VAR00002
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00003
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00004
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00005
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00006
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00007
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00008
34 .532** .001 34 .625** .000 34 .624** .000 34 .505** .002 34 .540** .001 34 .401*
Sig. (2-tailed)
.019
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00010
.000
Pearson Correlation
N VAR00009
34 .899**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
34 .620** .000 34 .695** .000 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Total VAR00011
Pearson Correlation
.428*
Sig. (2-tailed)
.012
N VAR00012
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .529** .001
N VAR00013
34
Pearson Correlation
.399*
Sig. (2-tailed)
.019
N VAR00014
34
Pearson Correlation
.382*
Sig. (2-tailed)
.026
N VAR00015
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .469** .005
N VAR00016
34
Pearson Correlation
.269
Sig. (2-tailed)
.124
N VAR00017
34
Pearson Correlation
.404*
Sig. (2-tailed)
.018
N VAR00018
34
Pearson Correlation
.339*
Sig. (2-tailed)
.050
N VAR00019
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .548** .001
N VAR00020
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .671** .000
N
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Total VAR00021
Pearson Correlation
.383*
Sig. (2-tailed)
.025
N VAR00022
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .617** .000
N VAR00023
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .572** .000
N VAR00024
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .619** .000
N VAR00025
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .689** .000
N VAR00026
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .672** .000
N VAR00027
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .525** .001
N VAR00028
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .635** .000
N VAR00029
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .467** .005
N VAR00030
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .586** .000
N
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Total VAR00031
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.682** .000
N VAR00032
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .568** .000
N VAR00033
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .606** .000
N VAR00034
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .621** .000
N VAR00035
34
Pearson Correlation
.432*
Sig. (2-tailed)
.011
N VAR00036
34
Pearson Correlation
.427*
Sig. (2-tailed)
.012
N VAR00037
34
Pearson Correlation
.443*
Sig. (2-tailed)
.009
N VAR00038
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .582** .000
N VAR00039
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .644** .000
N VAR00040
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
34 .705** .000
N
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Total Total
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
34
HASIL UJI RELIABILITAS RELIABILITY /VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR000 07 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR000 34 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA.
Reliability
[DataSet0]
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 34
100.0
0
.0
34
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .935
N of Items 39
HASIL UJI NORMALITAS DESCRIPTIVES VARIABLES=Total /STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX KURTOSIS SKEWNESS.
Descriptives [DataSet0]
Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Statistic VAR00001 Valid N (listwise)
34
Statistic 126.00
34
GRAPH /HISTOGRAM(NORMAL)=Total.
Graph
[DataSet0]
Statistic
Mean
Std. Deviation
Skewness
Statistic
Statistic
Statistic Std. Error
178.00 1.5544E2
13.61860
-.121
Kurtosis
.403
Statistic -.947
Std. Error .788
HASIL UJI t INSTRUMEN
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 ∑
x 157 153 147 161 135 173 167 170 165 164 141 134 147 136 141 140 123 158 154 149 171 154 134 138 160 168 163 161 138 151 148 159 144 177 5285
x rata-rata 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44 155.44
x - x rata-rata 5.56 1.56 -5.44 9.56 -16.44 22.56 14.56 17.56 13.56 12.56 -10.44 -17.44 -4.44 -15.44 -11.44 -11.44 -29.44 6.56 2.56 -2.44 19.56 1.56 -18.44 -14.44 7.56 15.56 12.56 9.56 -17.44 -4.44 -7.44 3.56 -11.44 21.56
(x – x rata-rata)² 30.9136 2.4336 29.5936 91.3936 270.2736 508.9536 211.9936 308.3536 183.8736 157.7536 108.9936 304.1536 19.7136 238.3936 130.8736 130.8736 866.7136 43.0336 6.5536 5.9536 382.5936 2.4336 340.0336 208.5136 57.1536 242.1136 157.7536 91.3936 304.1536 19.7136 55.3536 12.6736 130.8736 464.8336 6120.382
TABEL NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT
N
Taraf Signifikansi 5% 1%
N
Taraf Signifikansi 5% 1% 0,388 0,496 0,381 0,487 0,374 0,478 0,367 0,470 0,361 0,463
55 60 65 70 75
N
Taraf Signifikansi 5% 1% 0,266 0,345 0,254 0,330 0,244 0,317 0,235 0,306 0,227 0,296
3 4 5
0,997 0,950 0,878
0,999 0,990 0,959
26 27 28 29 30
6 7 8 9 10
0,811 0,754 0,707 0,666 0,632
0,917 0,874 0,834 0,798 0,765
31 32 33 34 35
0,355 0,349 0,344 0,339 0,334
0,456 0,449 0,442 0,436 0,430
80 85 90 96 100
0,220 0,213 0,207 0,202 0,195
0,286 0,278 0,270 0,263 0,256
11 12 13 14 15
0,602 0,576 0,553 0,532 0,514
0,735 0,708 0,684 0,661 0,641
36 37 38 39 40
0,329 0,325 0,320 0,316 0,312
0,424 0,418 0,413 0,408 0,403
125 150 175 200 300
0,176 0,159 0,148 0,138 0,113
0,230 0,210 0,194 0,181 0,148
16 17 18 19 20
0,497 0,482 0,468 0,456 0,444
0,623 0,606 0,590 0,575 0,561
41 42 43 44 45
0,308 0,304 0,301 0,297 0,294
0,398 0,393 0,389 0,384 0,380
400 500 600 700 800
0,098 0,088 0,080 0,074 0,070
0,128 0,115 0,105 0,097 0,091
21 22 23 24 25
0,433 0,423 0,413 0,404 0,396
0,549 0,537 0,526 0,515 0,505
46 47 48 49 50
0,291 0,288 0,284 0,281 0,279
0,376 0,372 0,368 0,364 0,361
900 1000
0,065 0,062
0,086 0,081
TABEL NILAI-NILAI DALAM DISTRIBUSI t
0.500 dk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
0.250 1.000 0.817 0.765 0.741 0.727 0.718 0.711 0.706 0.703 0.700 0.697 0.695 0.694 0.692 0.691 0.690 0.689 0.688 0.688 0.687 0.686 0.686 0.685 0.685 0.684 0.684 0.684 0.683 0.683 0.683 0.682 0.682 0.682 0.682
untuk uji dua pihak (two tail test) 0.200 0.100 0.050 0.020 untuk uji satu pihak (one tail test) 0.100 0.050 0.025 0.010 3.078 6.314 12.706 31.821 1.886 2.920 4.303 6.965 1.638 2.353 3.182 4.541 1.533 2.132 2.776 3.747 1.476 2.015 2.571 3.365 1.440 1.943 2.447 3.143 1.415 1.895 2.365 2.998 1.397 1.860 2.306 2.896 1.383 1.833 2.262 2.821 1.372 1.812 2.228 2.764 1.363 1.796 2.201 2.718 1.356 1.782 2.179 2.681 1.350 1.771 2.160 2.650 1.345 1.761 2.145 2.624 1.341 1.753 2.131 2.602 1.337 1.746 2.120 2.583 1.333 1.740 2.110 2.567 1.330 1.734 2.101 2.552 1.328 1.729 2.093 2.539 1.325 1.725 2.086 2.528 1.323 1.721 2.080 2.518 1.321 1.717 2.074 2.508 1.319 1.714 2.069 2.500 1.318 1.711 2.064 2.492 1.316 1.708 2.060 2.485 1.315 1.706 2.056 2.479 1.314 1.703 2.052 2.473 1.313 1.701 2.048 2.467 1.311 1.699 2.045 2.462 1.310 1.697 2.042 2.457 1.309 1.696 2.040 2.253 1.309 1.694 2.037 2.249 1.308 1.692 2.035 2.245 1.308 1.691 2.032 2.241
0.010 0.005 63.657 9.925 5.841 4.604 4.032 3.707 3.499 3.355 3.250 3.169 3.106 3.055 3.012 2.977 2.947 2.921 2.898 2.878 2.861 2.845 2.831 2.819 2.807 2.797 2.787 2.779 2.771 2.763 2.756 2.750 2.744 2.738 2.733 2.728
FOTO PENELITIAN Beberapa Lokasi Penelitian
Kantor BP3TKI Serang yang beralamat di Jl Benteng Betawi Ruko Palem No.2627 Poris, Tangerang
Gedung Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang yang beralamat di Jl. Perintas Kemerdekaan No. 01 Cikokol, Tangerang
Dinas Ketenagakerjaan Kab. Serang yang beralamat di Jl. KH. Abdul Fatah Hasan No.25 Ciceri, Serang
Beberapa Responden Penelitian
Kepala Seksi Penempatan TKI Kabupaten Lebak
Peneliti bersama Kepala Seksi Penempatan TKI Kab. Pandeglang
Peneliti bersama Kepala Seksi Penempatan TKI Kota Tangerang Selatan dan staff
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Pribadi Nama
: Nisyyah Azzahrah
NIM
: 6661100898
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat Tanggal Lahir
: Serang, 05 Februari 1992
Agama
: Islam
Alamat
: Kp. Cibaga RT.09/RW.03, Ds. Mangunreja, Kec. Pulo Ampel, Kab. Serang, Banten 42455
Status
: Belum Menikah
2. Identitas Orang Tua Nama Ayah
: Watoni
Nama Ibu
: Iffah
3. Riwayat Pendidikan TK
: TK R.A Assalamah Pengoreng (1997-1998)
SD
: SD Negeri Mangunreja (1998-2002)
MTs
: MTs Negeri Bojonegara (2002-2005)
SMA
: SMA Negeri 2 Krakatau Steel Cilegon (2007-2010) Program Studi IPA
Perguruan Tinggi (S1)
: UNTIRTA (2010-2014) Program Studi Ilmu Administrasi Negara