EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Rasmiati R. 1, Mustamin 2 dan Kodirun 3 (1Mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Matematika Pascasarjana UHO dan 2&3 Dosen Matematika Pada Jurusan Pendidikan Matematika Pascasarjana UHO, gmail:
[email protected]) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar matematika (HBM): (1) deskripsi jalannya proses pembelajaran pada kelas yang mengikuti pendekatan pembelajaran matematika realistik dan yang mengikuti pembelajaran langsung; (2) perbedaan efektivitas pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pembelajaran langsung terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri 48 Eemokolo dan SD Negeri 18 Tedubara tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 104 orang. Pengambilan sampel kelas dilakukan dengan menggunakan dua teknik, yaitu purposive sampling dan random sampling. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial pada š¼ = 0,05. Hasil penelitian secara deskriptif nilai rata-rata HBM siswa kelas V di SD Negeri 48 Eemokolo dan SD Negeri 18 Tedubara mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan. Hasil penelitian secara inferensial: (1) Proses pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pembelajaran langsung terlaksana dengan baik, secara kelompok siswa terlibat dalam menyelesaikan masalah yang diberikan; (2) Secara signifikan siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih efektiv daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung terhadap peningkatan hasil belajar matematika. Kata Kunci: Hasil belajar matematika, pendekatan pembelajaran matematika realistik.
EFFECTIVENESS OF REALISTIC MATH LEARNING APPROACH TO RESULT OF MATH LEARNING IN BASIC SCHOOL STUDENTS Rasmiati R. 1, Mustamin 2 dan Kodirun 3 (1Postgraduate Student in the Mathematics Department of Education UHO and 2&3 Postgraduate Lecturers In the Mathematics Department of Education UHO, gmail:
[email protected]) Abstract: This study aimed to describe outcomes of learning mathematics (OLM): (1) a description of learning process in a class which applied realistic mathematics learning approach and another which used direct learning; (2) the difference in the effectiveness of realistic mathematics learning approach and direct learning on studentsā outcomes of learning mathematics. Population of the study included all class V students of SD Negeri 48 Eemokolo and SD Negeri 18 Tedubara, totaling 104 students, in 2016/2017 academic. Samples were determined using two techniques, namely purposive sampling and random 1
sampling. Data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics at Ī± = 0.05. Results of descriptive analysis showed that there was an increase in the mean score of OLM gained by the class V students of SD Negeri 48 Eemokolo and SD Negeri 18 Tedubara after receiving treatment of realistic mathematics learning approach and direct learning. Results of inferential analysis indicated that: (1) the learning process which applied realistic mathematics learning approach and direct learning run well, as students involved in groups to solve given problems; (2) with regard to the increase of studentsā outcomes of learning mathematic, the use of realistic mathematics learning approach was more effective than direct learning. Key Words: outcomes of learning mathematic, realistic mathematics learning approach. PENDAHULUAN Pengetahuan dan teknologi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia dapat diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan di Indonesia pada dasarnya mengacu pada UUD 1945 bagian pembukaan, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Falsafah ini terangkum dalam tujuan pendidikan nasional yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yakni manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, serta sehat jasmani dan rohani. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan pada hampir semua aspek kehidupan manusia dan berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan, kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia, perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Oleh karena itu, peningkatan sumber daya manusia merupakan upaya yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif, dan efisien dalam proses pembangunan pendidikan. Salah satu mata pelajaran yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika. Matematika menduduki peranan penting dalam bidang pendidikan. Matematika sebagai ilmu pengetahuan, memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan. Banyak konsep matematika diperlukan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya untuk membantu menyelesaikan permasalahan ekonomi, sosial, sains, dan teknologi. Pembelajaran matematika di sekolah diharapkan mampu membentuk pemahaman dan keterampilan siswa dalam menghubungkan matematika dengan ilmu pengetahuan lain dan kehidupan sehariāhari Matematika diajarkan karena dapat menumbuh kembangkan kemampuan bernalar, yaitu berpikir sistematis, logis, dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau ide untuk memecahkan masalah (Djamarah & Aswan, 2006: 46). Pembelajaran merupakan suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan terutama, jika menginginkan hasil belajar yang 2
lebih baik. Metode dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan cara yang teratur dan terstruktur yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan memperoleh suatu hasil. Pengetahuan yang diperoleh melalui proses pembelajaran diharapkan dapat digunakan untuk berpikir rasional dan objektif dalam memecahkan masalah yang diberikan. Dengan demikian, diperlukan suatu pembenahan dan terobosan baru dalam proses pembelajaran bersama siswa dan mengajari mereka bagaimana cara mempelajari suatu konsep dan mengaplikasikan konsep tersebut dengan beragam metode yang menarik. Menurut Yonni (2012: 144), selama ini yang sering ditekankan pada siswa adalah apa yang dipelajari (what to learn) bukan bagaimana cara mempelajarinya (learn how to learn). Lebih memprihatinkan lagi, cara yang dilakukan pun hanya dengan hafalan atau berdasarkan satu sumber rujukan. Siswa tidak dibiasakan untuk mengembangkan pengetahuannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V SD di Kecamatan Kabaena Utara diperoleh informasi bahwa hanya 60% siswa yang nilainya mencapai Kriteria Ketuntusan Minimal (KKM) yaitu 70 sebagai ketetapan sekolah, sedangkan dikatakan tuntas secara klasikal apabila minimal 75% siswa nilainya mencapai ā„ 70. Di lapangan menunjukan bahwa faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa antara lain, pada saat guru menjelaskan materi, siswa masih menerima materi secara pasif, hanya mendengar dan mencatat apa yang dikatakan dan ditulis oleh guru. Bagi siswa yang mengalami kesulitan cenderung untuk memilih diam, tidak memiliki keberanian dan malu untuk bertanya pada guru, akibatnya mereka bertanya kepada teman sebangkunya dan tidak jarang terjadi keadaan di mana teman sebangku juga mengalami hal yang sama yaitu kesulitan dalam menyerap materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang memiliki keberanian untuk mengerjakan soal di depan kelas, masih banyak siswa yang enggan atau malas bertanya meskipun siswa belum mengerti materi yang diajarkan, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar matematika siswa. Upaya perbaikan dalam proses belajar matematika dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah guru harus menerapkan metode mengajar lain sehingga dapat membantu siswa belajar maksimal. Berdasarkan kenyataan yang ada, maka guru diharapkan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam belajar, sehingga dapat mengaktifkan interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan materi pelajarannya. Dengan demikian siswa akan menjadi lebih aktif dalam belajar matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Uraian tentang permasalahan pembelajaran yang telah dipaparkan, disimpulkan bahwa diperlukannya perubahan paradigma pembelajaran dari pandangan mengajar yang berpusat pada guru ke pandangan pembelajaran yang berpusat pada siswa, serta siswa dibiasakan dalam penyelesaian permasalahan dengan langkah-langkah berpikir tingkat tinggi di antaranya berpikir sistematis, kritis dan kreatif. Untuk itu diperlukannya suatu model pembelajaran yang di hubungkan dengan konteks dunia nyata sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan agar hasil belajar matematika siswa meningkat adalah dengan menerapkan suatu metode dalam pembelajaran. Dewasa ini telah berkembang teori-teori pembelajaran dengan masing-masing keunggulannya, di antaranya konstriktivisme yang terdiri dari: Contexstual Teaching and Learning (CTL), Problem Based Learning (PBL) dan Realistic Mathematics Education (RME). Pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) merupakan salah 3
satu alternatif pembelajaran yang menuntut siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan kemampuannya sendiri melalui aktivitas yang dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran. Ide utama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik adalah siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinventing) konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994). Prinsip menemukan kembali berarti siswa diberi kesempatan menemukan sendiri konsep matematika dengan menyelesaikan berbagai soal kontekstual yang diberikan pada awal pembelajaran. Berdasarkan soal, siswa membangun model berdasarkan situasi kemudian menyelesaikan hingga mengikutikan pengetahuan formal matematika (Gravemeijer, 1994). Selain itu dalam pandangan ini, matematika dipandang sebagai suatu kegiatan manusia sehari-hari. Oleh karena itu pembelajaran matematika harus dikaitkan dan menjadi bagian dari kegiatan manusia sehari-hari (Gravemeijer, 1994). Pendekatan pembelajaran matematika realistik merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika, filosofinya sejalan dengan konstruktivis. Pembelajaran matematika realistik adalah pendekatan pembelajaran yang bertolak dari hal-hal yang nyata bagi siswa, menekankan keterampilan āprocess of doing mathematicsā, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (āstudent inventingā sebagai kebalikan dari āteacher inventingā) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun secara kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator sementara siswa berpikir, mengkomunikasikan āreasoning-nyaā, melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain (Zulkardi, 2003). Upaya untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dilakukan dengan memanfaatkan realita dan lingkungan yang dekat dengan anak (Soedjadi, 2000: 126). Pendekatan pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik daripada masa yang lalu. Soedjadi (2000 : 54) menjelaskan yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat siswa berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami siswa. Karakteristik pendekatan pembelajaran matematika realistik yaitu konteks kehidupan nyata, menggunakan model, kontribusi siswa, interaktif dan keterkaitan. Pendekatan pembelajaran matematika realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pemahamannya masing-masing sehingga terbentuk pendapat-pendapat yang bervariasi diantara siswa. Hal ini dapat terjadi komunikasi antar siswa maupun komunikasi siswa dengan guru. Ketika siswa mampu membangun pemahaman memalui konsep yang dibangun sendiri atas dasar kenyataan. Selanjutnya siswa mampu membuat prosedur atau pemodelan dan melalui interaksi dengan siswa maupun dengan guru, siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan pemikiran atau ide-ide yang diperolehnya. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran matematika realistik diharapkan dapat menjadi pendekatan pembelajaran yang karakteristiknya dapat meningkatkan hasil belajar matematik siswa lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengkaji secara deskriptif jalannya proses pembelajaran pada kelas yang mengikuti pendekatan pembelajaran matematika realistik dan 4
yang mengikuti pembelajaran langsung (2) Mengkaji secara deskriptif peningkatan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran matematika realistik dan siswa yang mengikuti pembelajaran langsung. (3) Mengetahui pengaruh penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. (4) Mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran langsung terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. (5) Mengkaji secara inferensial perbedaan efektivitas pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pembelajaran langsung terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dan dilaksanakan di kelas V SDN 48 Eemokolo dan kelas V pada SDN 18 Tedubara yang terletak di Kecamatan Kabaena Utara, Kab. Bombana tahun ajaran 2016/2017 yang tersebar dalam 8 kelas dengan jumlah siswa 104 orang. Untuk menentukan kelas yang akan dijadikan penelitian menggunakan purposive sampling dan random class. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel dependen (variabel terikat) yaitu hasil belajar matematika siswa dan variabel independen (variabel bebas) yaitu model atau pendekatan pembelajaran sebagai faktor A. Faktor A terdiri dari A1 pendekatan pembelajaran matematika realistik sebagai kelompok eksperimen dan A2 model pembelajaran langsung sebagai kelompok eksperimen 2. Variabel terikat dalam penelitian menggunakan instrumen yang divalidasi melalui panelis (tim ahli) dengan menggunakan Randomized Control Group Design sebagaimana dijelaskan pada desain berikut: Kelompok Eksperimen (E)
T01
X
T11
Kelompok Kontrol (K)
T02
__
T12
di mana: E : Kelas Eksperimen. K : Kelas Kontrol. X : Perlakuan, yaitu pendekatan pembelajaran matematika realistik. T01, T02 : Pretest siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum pembelajaran T11, T12 : Posttest siswa kelas eksperimen dan kontrol setelah pembelajaran. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah teknik tes hasil belajar matematika. Adapun tahapan dalam mengumpulkan data tersebut yakni (1) Menyusun instrumen penelitian (silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, kisikisi tes untuk mengukur hasil belajar siswa dan kisi-kisi item untuk mengukur sikap belajar, serta rubrik penskoran); (2) Meminta beberapa dosen ahli untuk memvalidasi instrumen penelitian; (3) Melakukan uji panelis instrumen penelitian; (4) Estimasi validitas dan reliabilitas instrumen penelitian; (5) Revisi instrumen penelitian;; (6) Melaksanakan penelitian di sekolah; dan (7) Memberikan tes hasil belajar matematika kepada sampel penelitian di setiap akhir proses pembelajaran.
5
Analisis data yaitu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisa data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokkan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah. Kegiatan analisis data diawali dengan ujian prasyarat yaitu analisis validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Validitas empiris suatu instrumen atau tes ditentukan berdasarkan data hasil uji panelis. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas instrumen melalui penilaian panelis dengan memberikan penilaian terhadap butir-butir pernyataan instrumen dengan memberikan skor pada kolom penilaian panelis yang telah disediakan dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Skor 1, jika dalam pernyataan tidak satupun kriteria yang muncul, (2) Skor 2, jika dalam pernyataan ada satu kriteria yang muncul, (3) Skor 3, jika dalam pernyataan ada dua kriteria yang muncul, dan (4) Skor 4, jika dalam pernyataan ada tiga kriteria yang muncul, jika dalam pernyataan ada semua kriteria yang muncul. Analisis validitas instrumen digunakan untuk mengetahui validitas konsep instrumen melalui penilaian panelis. Perhitungan validitas hasil penilaian panelis menggunakan rumus Cochran. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik responden melalui skor rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing sel yang dibentuk oleh model pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi. Analisis deskriptif tersebut mencakup mean (rata-rata) dan standar deviasi. Analisis inferensial merupakan analisis yang digunakan untuk menguji sejumlah hipotesis penelitian, sebelumnya melalui uji normalitas dan homogenitas. Uji Normalitas menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas menggunakan statistik uji Levene. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Untuk keperluan ini digunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov. Dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Uji homogenitas variansi populasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah varian dari kedua sampel yang diselidiki homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas menggunakan perangkat program analisis siap pakai yaitu SPSS, berdasarkan uji Levene yaitu statistik uji F. Pada uji Levene tidak harus berdistribusi normal, namun harus kontinyu. Pengujian hipotesis yaitu : H0 : š1 2 = š2 2 = āÆ = šš 2 (data homogen) H1 : paling sedikit ada satu šš 2 yang tidak sama Jika Fhit ā¤ Ftab maka H0 diterima, yang berarti kedua kelas mempunyai varians homogen, dan jika Fhit > Ftab maka H0 ditolak, yang berarti kedua kelas mempunyai varians tidak homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan Ī± = 0,05 dan derajat kebebasan pada dk = (Ī±; n1-1; n2-1).
6
HASIL Deskripsi perbandingan rata-rata dan standar deviasi n-gain HBM kedua kelas, yaitu kelas yang diajar dengan PMR dan kelas yang diajar dengan PL. Grafiknya sebagai berikut. 1.00
Nilai
0.80 0.60
0.57
0.51
0.31
0.40 0.12
0.20 0.00 Rataan
Standar Deviasi
Deskripsi Eks
Kontrol
Gambar 1. Perbandingan Rataan dan Standar Deviasi N-Gain HBM Siswa Berdasarkan Gambar 1 diperoleh bahwa pada kelas yang mengikuti PMR nilai rataan N-Gain HBM sebesar 0.51 dengan standar deviasi 0.57. Kelas yang mengikuti PL nilai rataan N-Gain HBM sebesar 0.12 dengan standar deviasi 0.31. Hal ini, mengindikasikan bahwa NGain HBM siswa pada kelas yang mengikuti PL lebih beragam dibandingkan dengan N-Gain HBM siswa pada kelas yang mengikuti PMR., dari hasil ini juga diperoleh bahwa peningkatan HBM siswa pada kelas yang diajar dengan mengikuti PMR lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang mengikuti pembelajaran langsung. Berdasarkan uji t diperoleh bahwa bahwa Nilai t = 4.480 dengan Sig.= 0,001/2=0,0005, Karena nilai 0,0005 < Ī± = 0,05, maka H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0 maka dapat disimpulkan bahwa secara signifikan terdapat pengaruh pendekatan PMR terhadap peningkatan HBM siswa. Berdasarkan uji t diperoleh bahwa Nilai t = 2.421 dengan Sig.= 0.031/2=0,0155, Karena nilai 0,0155 < Ī± = 0,05, maka H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0 maka dapat disimpulkan bahwa secara signifikan terdapat pengaruh model PL terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan uji t diperoleh bahwa Nilai t = 2,216 dengan Sig. = 0.036/2=0,018, Karena nilai 0,018 < Ī± = 0,05, maka H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0 maka dapat disimpulkan bahwa secara signifikan siswa yang mengikuti pendekatan PMR lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti PL terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. PEMBAHASAN Hasil analisis data baik dari analisis deskriptif menunjukkan bahwa rataan hasil belajar yang mengikuti pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang mengikuti pembelajaran langsung. Tetapi setelah membandingkan peningkatan hasil belajar matematika pada masing-masing kelas melalui uji statistik, maka terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan HBM antara kelompok siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran matematika realistik dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran langsung. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata N-Gain kedua 7
kelompok yang menyimpulkan bahwa nilai rata-rata N-Gain HBM kelompok siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih tinggi dari pada nilai rata-rata N-Gain kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran langsung. Disamping itu, terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan HBM antara kelompok siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran matematika realistik dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran langsung. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata N-Gain kedua kelompok yang menyimpulkan bahwa nilai rata-rata N-Gain HBM kelompok siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih tinggi dari pada nilai rata-rata N-Gain kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran langsung. Pendekatan pembelajaran matematika realistik mendorong siswa untuk lebih mengembangkan pemahaman mereka dalam menemukan konsep-konsep matematika sehingga memudahkan siswa menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih menekankan peran aktif siswa untuk menemukan sendiri konsep matematika. Pendekatan pembelajaran matematika realistik dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Dengan menekankan konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri yaitu membangun sendiri alat dan gagasan matematik, menemukan sendiri hasil, serta menformalkan pemahaman, sehingga siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajarannya dan memberikan dampak positif pada hasil belajar matematikanya. Pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik, siswa menyelesaikan masalah berdasarkan pemikirannya sendiri. Berbagai bentuk informal dari jawaban siswa membuat siswa lebih aktif berdiskusi dan membandingkan jawaban dengan teman kelompoknya. Selain itu, siswa juga aktif bertanya dan menjawab pertanyaan baik dari temannya maupun dari guru. Setiap siswa dituntut untuk lebih aktif berkomunikasi dalam membandingkan jawaban tersebut. Dari bentuk-bentuk informal yang diberikan siswa, kemudian dituntun untuk merumuskan bentuk formal. Proses pendekatan pembelajaran matematika realistik melibatkan keterampilan proses seperti mengamati dan memahami masalah kontekstual yang menyimpulkan dengan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan pembelajaran matematika realistik salah satunya memfokuskan pada hasil belajar matematika siswa. Proses berpikir tingkat tinggi dengan perantara masalah-masalah kontekstual yang dikemas dalam lembar kerja siswa (LKS). Konteks yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik kontekstual yang memuat masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian dari awal konteks dirancang sebagai informal matematika, diharapkan siswa dapat mengembangkan atau menerapkan bentuk formal matematika. Proses pemodelan matematika inilah yang dapat mengembangkan kemampuan penalaran dan hasil belajar matematik siswa. Aktivitas siswa dalam pembelajaran pendekatan pembelajaran matematika realistik berlangsung secara optimal mulai dari aktivitas dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah kontekstual yang telah disajikan pada LKS, maupun aktivitas dalam kelas untuk berinteraksi terhadap kelompok lain melalui diskusi kelas. Secara umum, dalam pembelajaran ini siswa diedukasi untuk membentuk pengetahuannya sendiri melalui rangkaian 8
penyelesaian masalah yang dirumuskan pada LKS. Sifat dari LKS itu mampu untuk memancing siswa dalam hal menemukan hubungan materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pemahaman siswa dimasa lalu, ini tampak ketika siswa terlihat sedang mengingat-ingat kembali materi yang telah diperoleh sebelumnya serta melakukan diskusi terhadap teman dalam kelompoknya. Hal itu sangat lazim terjadi dalam matematika secara utuh, sebab konsep matematika bersifat hirarkis dan saling terkait. Untuk mempelajari matematika haruslah secara kontinyu atau tidak terputus-putus, belajar matematika dengan terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar mengajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik memenuhi prinsip kekontinuan konsep matematika. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan peneliti (sebagai guru), pada awal-awal pertemuan siswa tampak bingung dengan proses belajar yang dimulai dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik, karena berbeda dengan biasanya. Pada saat diskusi kelompok hanya kelompok tertentu saja yang aktif, demikian pula pada saat diskusi kelas hanya siswa tertentu saja yang aktif bertanya dan menjawab, kebanyakan siswa belum berani mengemukakan pendapat dan memberi saran. Setelah beberapa kali pertemuan, aktivitas siswa semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari antusias mengikuti pembelajaran; karena pembelajaran yang digunakan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, selain itu pendapatnya merasa dihargai; siswa lebih berani bertanya; lebih berani mengemukakan pendapat, baik dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas, serta tidak takut salah, bahkan pada akhir-akhir pembelajaran siswa dapat menanyakan apa yang tidak dimengerti. Aktivitas siswa pada kelompok eksperimen secara signifikan berbeda dengan aktivitas siswa pada kelompok kontrol. Pembelajaran matematika realistik relatif sama dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hal tersebut di dukung oleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas yaitu dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pembelajaran langsung. Hasil observasi selama eksperimen menunjukkan bahwa persentase aktivitas siswa setiap pembelajaran cenderung meningkat, hingga pada akhir pertemuan, beberapa aktivitas siswa yang berkaitan dengan HBM rata-rata mencapai 76.22% dalam kategori sangat aktif. Pada pertemuan pertama, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih sangat canggung dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pembelajaran langsung. Hal ini disebabkan karena pendekatan pembelajaran yang digunakan merupakan hal yang baru bagi siswa. Ini juga terlihat dengan persentase keaktifan siswa pada kelas yang mengikuti pendekatan pembelajaran matematika realistik dan yang mengikuti pembelajaran langsung berturut-turut hanya 71.43% dalam kategori aktif. Namun pada pertemuan kedua dan ketiga persentase keaktifan mulai meningkat. Ini dikarenakan para siswa sudah mulai terbiasa dan menyesuaikan dengan pembelajaran yang digunakan. Dari hasil yang dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa faktor pendekatan pembelajaran yang digunakan guru berpengaruh signifikan terhadap peningkatan HBM siswa serta aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Artinya, perbedaan peningkatan HBM itu ada karena perbedaan perlakuan pembelajaran yang diberikan pada masing-masing kelas. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran matematika realistik 9
lebih baik dalam hal meningkatkan HBM siswa dibandingkan dengan model pembelajaran langsung khususnya pada materi pecahan. SIMPULAN (1) Proses pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pembelajaran langsung pada siswa kelas V SDN 48 Eemokolo dan kelas V pada SDN 18 Tedubara terlaksana dengan baik. secara kelompok siswa terlibat dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. (2) Peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 48 Eemokolo dan kelas V pada SDN 18 Tedubara yang mengikuti pendekatan pembelajaran matematika realistik pada materi pecahan tergolong pada klasifikasi sedang. Artinya secara keseluruhan peningkatan hasil belajar matematika siswa tergolong sedang. Peningkatan hasil belajar matematika yang mengikuti model pembelajaran langsung tergolong pada klasifikasi rendah. Artinya, secara keseluruhan peningkatan hasil belajar matematika siswa tergolong rendah. (3) Secara signifikan terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran matematika realistik terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. (4) Secara signifikan terdapat pengaruh model pembelajaran lansung terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. (5) Secara signifikan siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. SARAN (1) Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa secara menyeluruh, sebaiknya guru menyajikan meteri pembelajaran dengan memilih pendekatan pembelajaran yang menarik, mudah dipahami siswa, menggugah semangat, menantang, terlibat dan juga ditentukan minat belajar siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang cocok dalam pembelajaran matematika adalah pendekatan PMR. (2) Kepada para peneliti berikutnya diharapkan hasil penelitisn ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian yang serupa atau lebih mengembangkan maksud dan tujun penelitian ini. (3) Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk lebih memahami pendekatan pembelajaran yang akan digunakan khususnya pendekatan PMR. (4) Agar pihak yang berwenang lebih memperhatikan mutu pendidikan dengan lebih memberikan dukungan moril dan materil dalam setiap mengembangkan pendekatan pembelajaran yang dianggap cocok untuk diterapkan. UCAPAN TERIMA KASIH Syukur Alhamdulillah, kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya telah memberikan petunjuk, kesehatan dan kekuatan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan serta menyelesaikan Tesis yang berjudul āEfektivitas Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Sekolah Dasarā. Penulis menyadari terselesaikannya Tesis ini adalah berkat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-sebesarnya dan penghargaan secara khusus kepada Suamiku tercinta Aslan yang selalu memberikan doa, restu, dukungan moril dan spiritual kepada penulis. Kepada Bapak Dr. Mustamin Anggo, M.Si, selaku pembimbing I dan Bapak Dr. H. Kodirun, M.Pd, selaku pembimbing II yang dengan tulus dan ikhlas meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk yang bermanfaat kepada penulis. 10
Penghargaan dan ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Supriadi Rustad, M.Si. selaku pelaksana tugas Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Prof. Ir. H. Sahta Ginting, M.Agr.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo. 3. Dr. Kadir, S.Pd., M.Si. selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Halu Oleo. DAFTAR PUSTAKA Djamarah, B. dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Gravemenijer, K.P.E. (1994). Educational Development and Developmental Research In Mathematics Education. In Journal For Research In Mathematics Educations.25(25). 443-471. Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Yonni, Asep. 2012. Cara Cerdas Membangkitkan Semangat Belajar Siswa. Yogyakarta: PT Citra Aji. Zulkardi. 2003. Realistic Mathematics Education (RME) atau Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). (Makalah : paper disampaikan pada Semiloka Nasional 20-21 Agustus 2003) Palembang.
11