EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPS SEJARAH DENGAN MODEL LEARNING CYCLE BERBANTUAN CD INTERAKTIF MATERI MASA KOLONIAL BANGSA EROPA DI NUSANTARA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG
SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah
Oleh: Annisaak Sholikhatun Fauziah 3101409094
JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada: Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ari Tri Soegito, SH, M.M NIP: 19430923 1969021 001
Drs. Karyono, M.Hum NIP: 19510606 1980031 003
Mengetahui: Ketua Jurusan Sejarah
Arif Purnomo S.Pd, S.S, M.Pd NIP: 19730331 1999033 002
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada: Hari
:
Tanggal
:
Penguji Utama
Prof. Dr. Wasino, M.Hum NIP: 19640805 1989011 001
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ari Tri Soegito, SH, M.M NIP: 19430923 1969021 001
Drs. Karyono, M.Hum NIP: 19510606 1980031 003
Mengetahui: Dekan,
Drs. Subagyo, M.Pd. NIP: 19510808 1980031 003
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 31 Mei 2013
Annisaak Sholikhatun Fauziah NIM: 3101409094
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Bekerjalah dengan hati, karena hidup adalah pekerjaan hati (Dedy Cobuzer). Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh
keikhlasan dan istiqomah dalam menghadapi cobaan (penulis). Jadi diri sendiri, cari jati diri, dan dapatkan hidup yang mandiri
optimis, karena kidup terus mengalir dan kehidupan terus berputar. Sesekali lihat ke belakang untuk melanjutkan perjalanan yang tiada berujung (Maman Zakaria).
PERSEMBAHAN: Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1.
Allah swt.
2. Ayah dan ibuku, Bambang W dan St Rochima tersayang yang selalu memberikan cinta, kasih sayang,
perhatian
doa,
dukungan
dan
segalanya. 3. Keluargaku, kakak dian, adik-adikku dina, fajri, dan keluarga besarku terima kasih atas doa, kasih sayang dan canda tawa kalian. 4. Maman Zakaria Seseorang yang selalu memberiku doa
dan dukungannya dalam
segala hal. 5. Sahabat-sahabatku, nurul, muji, zulfa, ermi, anis, yovi, alvina, florida, terima kasih atas doa dan dukungannya. 6. Teman-teman seperjuangan sejarah 09. 7. Almamaterku Universitas Negeri Semarang.
v
PRAKATA
Alhamdulillah segala pujian bagi Allah Yang Maha Dipuji atas limpahan nikmat kasih sayang-Nya yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada peneliti, sehingga skripsi dengan judul Efektivitas Pembelajaran IPS Sejarah dengan Model Learning Cycle berbantu CD Interaktif Materi Masa Kolonial Bangsa Eropa di Nusantara kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Sawangan dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata 1 (satu) guna meraih gelar Sarjana Pendidikan. Berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu di UNNES.
2.
Drs. Subagyo M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES, yang telah memberi kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian.
3.
Arif Purnomo S.Pd, S.S, M.Pd, Ketua Jurusan Sejarah FIS UNNES, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.
4.
Prof. Dr. Ari Tri Soegito, SH, M.M, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan tulus.
5.
Drs. Karyono, M.Hum, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan tulus.
vi
6.
Prof. Dr. Wasino, M.Hum, Dosen penguji utama yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
7.
Djarwoto, S.Pd.i, Kepala SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kabupaten Magelang, yang telah memberi ijin dan membantu dalam penelitian ini.
8.
Muslikhah Ardani, S.Pd, dan semua guru SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kabupaten Magelang yang telah memberikan dukungan dalam pelaksanaan penelitian.
9.
Siswa-siswi kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kabupaten Magelang yang telah membantu dalam penelitian ini.
10. Sahabat-sahabat seperjuanganku serta mahasiswa pendidikan Sejarah angkatan 2009 yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi
ini bermanfaat
bagi
para
pembaca dan untuk
perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Semarang, 23 Juni 2013
Penulis
vii
SARI Fauziah, Annisaak Sholikhatun. 2013. Efektifitas Pembelajaran IPS Sejarah dengan model Learning Cycle berbantu CD Interaktif materi Masa Kolonialisme Bangsa Eropa di Nusantara Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kabupaten Magelang. Skripsi. Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Prof. Dr. Ari Tri Soegito, SH, M.M, Pembimbing II: Drs. Karyono, M.Hum.,36 tabel, 5 gambar, 40 lampiran, 249 halaman.
Kata Kunci: Model Learning Cycleberbantu CD Interaktif, Keaktifan Siswa, Prestasi Belajar Kondisi proses pembelajaran IPS sejarah di sekolah SMP M 2 Sawangan, masih jauh dari harapan dan tujuan pembelajaran yaitu dengan ketuntasan belajar siswa masih di bawah standar yang ditentukan oleh pihak sekolah yaitu 70. Salah satu alternative penyelesaian adalah dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle (LC) bantuan CD interaktif yang nantinya akan membantu siswa berperan aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimanakah proses pembelajaran IPS sejarah, keaktifan siswa dengan model LC berbantuan CD interaktif dan perbedaan prestasi belajar siswa bila dibandingkan dengan model ekspositori padasiswakelas VII SMP M 2 Sawangan? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran IPS sejarah, keaktifan siswa dengan model Learning Cycle berbantuan CD interaktif dan perbedaan prestasi belajar siswa bila dibandingkan dengan model ekspositori pada siswa kelas VII SMP M 2 Sawangan. Populasi penelitian siswa kelas VII SMP M 2 Sawangan. Penentuan sampel dengan teknik Purposive Sampling diperoleh kelas VII A dan VII B. Variabel penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran, keaktifan belajar siswa dan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif dan model pembelajaran Ekspositori. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase dan uji perbedaan dua rata-rata (ujit). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 80,21 dan kelas control sebesar 73,88, uji t diperoleh t hitung 2,589 dengan t tabel 2,033 ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan hasil rata-rata keaktifan belajar kelas eksperimen 76% dan kelas kontrol 69% dengan kriteria kelas eksperimen dan kelas kontrol baik, sedangkan ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen sudah mencapai ketuntasan dengan presentase 91,66%, ketuntasan belajar kelas kontrol belum mencapai ketuntasan belajar dengan presentase belajar 70%. Simpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar, keaktifan belajar antarasiswa yang menggunakan menggunakan model pembelajaran LC berbantu CD Interaktif dan yang menggunakan model pembelajaran ekspositori. Saran bagi siswa, guru dan sekolah sama-sama meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPS Sejarah di SMP M 2 Sawangan.
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...............................................................
iii
PERNYATAAN .........................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................
v
PRAKATA .................................................................................................
vi
SARI ...........................................................................................................
viii
DAFTAR ISI .............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ..........................................................................
5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................
6
1.4. Manfaat Penelitian ..........................................................................
6
1.5. Penegasan Istilah ............................................................................
8
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembelajaran IPS (Sejarah) .........................................................
11
2.2. Learning Cycle (LC) .....................................................................
13
2.3. Pembelajaran dengan CD Interaktif .............................................
16
2.4. Belajar dan Pembelajaran ............................................................
19
2.5. Prestasi Belajar .............................................................................
28
2.6. Belajar Tuntas ..............................................................................
31
2.7. Keaktifan Siswa ..........................................................................
33
2.8. Model Pembelajaran Ekspositori .................................................
34
ix
2.9. Masa Kolonial Bangsa Eropa di Nusantara ...................................
36
2.10. Kerangka Berfikir ........................................................................
47
2.11. Hipotesis ......................................................................................
49
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel ......................................................................
50
3.1.1. Populasi ........................................................................................
50
3.1.2. Sampel ..........................................................................................
50
3.2. Variabel Penelitian .........................................................................
51
3.3. Desain Penelitian ............................................................................
52
3.4. Data dan Metode Pengumpulan Data .............................................
53
3.4.1. Sumber Data .................................................................................
53
3.4.2. Metode Pengumpulan Data ..........................................................
53
3.5. Analisis Instrumen ..........................................................................
54
3.5.1. Instrumen CD Interaktif ...............................................................
54
3.5.2. Instrumen Observasi Keaktifan belajar ........................................
54
3.5.3. Instrument Tes Hasil Belajar ......................................................
55
3.5.3.1. Uji validitas Butir Soal ............................................................
55
3.5.3.2. Uji Reliabilitas Soal Tes ..........................................................
57
3.5.3.3. Analisis Tingkat Kesukaran ....................................................
58
3.5.3.4. Daya Pembeda Soal .................................................................
60
3.6. Metode Analisis Data .....................................................................
61
3.6.1. Analisis Data Tahap Awal ...........................................................
62
3.6.1.1. Uji Normalitas .........................................................................
62
3.6.1.2. Uji Homogenitas .....................................................................
63
3.6.1.3. Uji Kesamaan Dua rata-rata ....................................................
64
3.6.2. Analisis Data Tahap Akhir ...........................................................
65
3.6.2.1. Data Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif ........... 3.6.2.2. Data Keaktifan Belajar Siswa dalam Pembelajaran dan Hasil Belajar Antar Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran
x
65
Learning
Cycle
Berbantu
CD
Interaktif
dan
yang
Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori......................
65
3.6.2.2.1. Uji Normalitas........................................................................
67
3.6.2.2.2. Uji Homogenitas Data............................................................
67
3.6.2.2.3. Uji Perbedaan Rata-rata..........................................................
68
3.7. Indikator Keberhasilan ...................................................................
71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 2 Sawangan ...................
73
4.1.1. Letak Lokasi Penelitian ................................................................
73
4.1.2. Kondisi Sekolah ...........................................................................
73
4.2. Hasil Penelitian ..............................................................................
75
4.2.1. Pelaksanaan Pembelajaran ...........................................................
75
4.2.1.1. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif ..................................
76
4.2.1.2. Pelaksanaan Pembelajaran yang Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori .........................................................
84
4.2.2. Perbedaan Keaktifan Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif dan yang Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori ................
87
4.2.3. Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif Dan yang Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori ..........
93
4.3. Pembahasan ....................................................................................
102
4.3.1. Pelaksanaan
Proses
Pembelajaran
Menggunakan
Model
Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif .................
102
4.3.2. Perbedaan Keaktifan Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif Dan yang Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori ..........
xi
105
4.3.3. Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif Dan yang Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori ..........
107
BAB V PENUTUP 7.1. Simpulan .........................................................................................
109
7.2. Saran ...............................................................................................
110
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
112
LAMPIRAN ..............................................................................................
114
xii
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
3.1. Rincian Sampel Penelitian .................................................................
46
3.2. Desain Penelitian ...............................................................................
48
3.3. Analisis Validitas Soal.......................................................................
54
3.4. Klasifikasi Interval Tingkat Kesukaran Soal......................................
55
3.5. Analisis Tingkat Kesukaran Soal.......................................................
55
3.6. Klasifikasi Interval Daya Pembeda Soal............................................
57
3.7. Analisis Daya Pembeda Soal .............................................................
57
3.8. Kriteria Keaktifan Belajar Siswa .......................................................
62
4.1. Sarana dan Prasarana Pendukung Sekolah ........................................
70
4.2. Profil Guru IPS ..................................................................................
71
4.3. Jadwal Jam Pelajaran Kelas Eksperimen dan Kontrol.......................
72
4.4. Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Kelas Eksperimen Tiap Pertemuan .........................................................................................
85
4.5. Rekapitulasi Keaktifan Belajar Siswa Selama Pembelajaran Kelas Eksperimen ........................................................................................
85
4.6. Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Kelas Kontrol Tiap Pertemuan ..
86
4.7. Rekapitulasi Keaktifan Belajar Siswa Selama Pembelajaran Kelas Kontrol ............................................................................................... 4.8. Perbandingan
Rata-Rata
Keaktifan
Belajar
Siswa
87
Selama
Pembelajaran......................................................................................
88
4.9. Hasil Belajar Kelas Eksperimen ........................................................
89
4.10. Hasil Belajar Kelas Kontrol ...............................................................
90
4.11. Gambaram Umum Hasil Pre Test Kelas Eksperimen ........................
91
4.12. Hasil Uji Normalitas Data Pre Test ..................................................
92
4.13. Data Uji Homogenitas Pre Test .......................................................
92
4.14. Hasil Uji Homogenitas Pre Test.........................................................
93
4.15. Hasil Perhitungan Uji Persamaan Dua Varians Data Pre Test...........
93
xiii
Tabel
Halaman
4.16. Gambaran Umum Hasi Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...............................................................................................
95
4.17. Hasil Uji Normalitas Data Post Test .................................................
95
4.18. Data Uji Homogenitas Data Post Test ...............................................
96
4.19. Hasil Uji Homogenitas Data Post Test...............................................
97
4.20. Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Dua Varians Data Post Test ..........
97
4.21. Perbedaan Rata-rata Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol .....................................................................................
101
4.22. Perbedaan Hasil Belajar Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ...
104
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
4.1. Post Test Kelas Eksperimen .............................................................
79
4.2. Post Test Kelas Kontrol .....................................................................
83
4.3. Kurva Uji Homogenitas Pre Test .......................................................
93
4.4. Uji Persamaan Dua Rata-rata Data Pre Test ......................................
94
4.5. Kurva Uji Homogenitas Post Test .....................................................
97
4.6. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Post Test .....................................
97
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba ....................................................
111
2.
Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ...............................................
112
3.
Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ......................................................
113
4.
Silabus .................................................................................................
114
5.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Uji Coba Pertama ............
116
6.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Uji Coba Kedua ..............
123
7.
Kisi-kisi Instrumen Uji Coba ..............................................................
129
8.
Soal Test Uji Coba ............................................................................... 131
9.
Kunci Jawaban Lembaran Soal Uji Coba ............................................
143
10. Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal .....................................................................................................
144
11. Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Kuesioner Penelitian Soal No 1 ......................................... 151 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertama ........
155
13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Kedua ........... 162 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Pertama . .............
168
15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Uji Coba Kedua ..............
175
16. Soal Pre Test.........................................................................................
181
17. Soal Post Test........................................................................................ 186 18. Kunci Jawaban Soal Pre Test................................................................ 191 19. Kunci Jawaban Soal Post Test..............................................................
192
20. Kisi-kisi Instrumen Keaktifan Belajar Siswa ......................................
193
21. Rubrik Penskoran Keaktifan Belajar Siswa ........................................
194
22. Instrumen Penelitian Observasi Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen
197
23. Instrumen Penelitian Observasi Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen
200
24. Instrumen Penelitian Observasi Keaktifan Belajar Kelas Kontrol .....
203
25. Instrumen Penelitian Observasi Keaktifan Belajar Kelas Kontrol ......
206
26. Perbandingan Hasil Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen ..........
209
xvi
Lampiran
Halaman
27. Perbandingan Hasil Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol .................
210
28. Rekapitulasi Rata-rata Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................................................................................
211
29. Uji Ketuntasan Hasil Belajar Kelas Eksperimen ................................
212
30. Perhitungan Presentase Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen ..........
213
31. Uji Ketuntasan Hasil Belajar Kelas Kontrol ........................................
214
32. Perhitungan Presentase Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ................
215
33. Rekapitulasi Hasil Nilai Keaktifan Belajar Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen ...............................................................................
216
34. Rekapitulasi Hasil Nilai Keaktifan Belajar Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol ......................................................................................
217
35. Dokumentasi Foto ................................................................................
222
36. CD Interaktif Materi Masa Kolonial Bangsa Eropa di Nusantara ......
224
xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Kegiatan pendidikan dapat berbentuk bimbingan, pengajaran dan latihan atau belajar mengajar (Mudyahardjo, 2002: 11). Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman (Hamalik, 2010: 155). Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Usman (2010: 4) menyatakan mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab, pada prinsipnya mengajar adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
1
2
berlangsungnya proses belajar mengajar, kegiatan inti dalam belajar mengajar adalah proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar (Warsita, 2008: 85). Pembelajaran IPS sejarah adalah pembelajaran ilmu soial yang membahas kenyataan, mengkaji pengalaman dan perilaku manusia secara keseluruhan yang ruang lingkupnya diawali dari masa lampau, dan membuat masa kini sebagai tempat untuk mencapai ke masa depan (Kochhar, 2008: 13). Pembelajaran sejarah merupakan salah satu komponen ilmu-ilmu sosial, sedangkan tujuan utama pendidikan ilmu-ilmu sosial adalah memperkenalkan kepada anak-anak masa lampau dan masa sekarang mereka, serta lingkungan geografis dan lingkungan sosial mereka. Pembelajaran ini juga bertujuan menanamkan pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai nilai-nilai dasar bagi tatanan dunia yang adil, memaksimalkan kesejahteraan ekonomi dan sosial. Pembelajaran sejarah perlu diajarkan untuk meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri, memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang, dan masyarakat yang akan membuat murid-murid mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya, mengajarkan toleransi dan menanamkan sikap intelektual yang luas yang berorientasi kemasa depan, serta memberikan pelatihan mental dan pelatihan dalam menangani isu-isu kontroversial yang nantinya akan membantu mencarikan jalan keluar bagi berbagai masalah sosial dan perseorangan.
3
Kondisi proses pembelajaran IPS sejarah di sekolah SMP Muhammadiyah 2 Sawangan, masih jauh dari harapan dan tujuan pembelajaran yaitu minimnya alat bantu untuk mempermudah proses pembelajaran IPS sejarah. Keminimalan alat bantu pembelajaran IPS sejarah ini menjadikan pembelajaran IPS sejarah menjadi kurang optimal yang berdampak pada berkurangnya prestasi belajar dan keaktifan siswa di dalam kelas. Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran IPS sejarah di SMP Muhammadiyah 2 Sawangan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS Sejarah masih tergolong rendah dari nilai KKM 70 yang telah ditentukan. Keaktifan siswa di dalam kelaspun masih kurang, hal ini terlihat dari pembelajaran IPS sejarah di sekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran ekspositoris, yaitu penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara pada awal plajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Guru aktif memberi informasi dan siswa pasif menerima informasi sehingga siswa tidak terlibat secara aktif dan tidak mendapat kesempatan memunculkan ide-ide kreatif dalam menemukan alternatif untuk memecahkan masalah. Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan peneliti dengan salah satu guru sejarah kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kab.Magelang, dapat diketahui bahwa siswa mempunyai kesulitan untuk memahami materi-materi pelajaran yang diajarkan dan kurangnya ketertarikan siswa terhadap pelajaran IPS sejarah. salah satunya yaitu pokok bahasan Perkembangan Masyarakat Masa Hindu-Buddha, Islam, dan Masa Kolonial Eropa. Hal ini didasarkan pada nilai
4
ulangan harian pokok bahasan Perkembangan Masyarakat Masa Hindu-Buddha, Islam, dan Masa Kolonial Eropa dengan ketuntasan belajar siswa masih di bawah standar yang ditentukan oleh pihak sekolah yaitu 70. Salah satu alternatif penyelesaian adalah bagaimana caranya agar siswa dan guru sama-sama tertarik dan berperan dalam proses pembelajaran. Karena pembelajaran akan sangat efektif apabila siswa berada dalam keadaan yang menyenangkan. Dan penciptaan suasana yang menyenangkan jauh lebih penting dari pada segala teknik atau metode atau medium yang mungkin dipilih untuk digunakan. Dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle bantuan CD interaktif akan membantu siswa berperan aktif dan dapat memvisualisasikan apa yang dipelajari dalam sejarah. Siklus Belajar (Learning Cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (student centered). Learning Cycle
merupakan
rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Tahapan-tahapan tersebut yaitu fase engagement, fase exploration, fase explanation, fase elaboration dan fase evaluation. Implementasi Learning Cycle dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut (Dasna dan Fajaroh, 2006). CD interaktif merupakan sebuah media yang menegaskan sebuah format multimedia dapat dikemas dalam sebuah CD (Compact Disk) dengan tujuan
5
aplikasi intertaktif di dalamnya. CD interaktif dapat membantu mempertajam pesan yang disampaikan dengan kelebihannya menarik indera dan menarik minat, karena merupakan gabungan antara pandangan, suara, dan gerakan. Penggunaan CD ini mampu untuk memvisualisasikan konsep-konsep yang abstrak dalam sejarah (Arsyad, 2009: 4). Untuk membantu siswa memahami konsep Sejarah dengan mudah, peneliti menawarkan pembelajaran dengan cara siswa diberi tugas terstruktur yang dikemas dalam CD interaktif dengan maksud siswa dapat menggali informasi dipandu dengan literatur lain sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, dan model Learning Cycle diterapkan pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan latar belakang diatas penulis memilih judul ―EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPS SEJARAH DENGAN MODEL LEARNING CYCLE BERBANTUAN CD INTERAKTIF MATERI MASA KOLONIAL BANGSA EROPA DI NUSANTARA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG‖
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan dibahas dengan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses pembelajaran IPS sejarah dengan model Learning Cycle
berbantuan
CD
interaktif
pada
siswa
Muhammadiyah 2 Sawangan Kabupaten Magelang?
kelas
VII
SMP
6
2. Bagaimanakah keaktifan siswa terhadap pengunaan model Learning Cycle berbantuan CD interaktif? 3. Apakah prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Learning Cycle berbantuan CD interaktif lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang diajar dengan model ekspositori?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasar uraian pada latar belakang hingga rumusan masalah seperti tersebut di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui proses pembelajaran IPS sejarah materi masa kolonial bangsa Eropa di nusantara dengan model Learning Cycle berbantuan CD interaktif dapat mencapai ketuntasan belajar siswa. 2. Mengetahui keaktifan siswa pada pembelajaran IPS sejarah dengan model Learning Cycle berbantuan CD interaktif . 3. Mengetahui prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Learning Cycle berbantuan CD interaktif lebih baik dari pada perstasi belajar siswa yang diajar dengan model ekspositori.
1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian yang didapat sebagai berikut 1.4.1
Bagi Siswa
7
1. Pembelajaran
yang dilakukan dengan model
Learning Cycle
berbantuan CD interaktif dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan kondusif sehingga dapat meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa dalam mata pelajaran IPS sejarah. 2. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan model Learning Cycle
berbantuan
CD
interaktif
dapat
mengembangkan
rasa
kebersamaan dan kerjasama siswa dengan siswa lain karena keberhasilan individu merupakan keberhasilan bersama. 3. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan model Learning Cycle berbantuan CD interaktif dapat melahirkan sikap dan katerampilan untuk berbuat sesuatu berdasar materi yang diberikan lebih lanjut diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat. 1.4.2
Bagi Guru Guru dapat memperoleh suatu variasi model pembelajaran yang
lebih efektif dengan mengembangkan CD interaktif terhadap pembelajaran IPS sejarah sehingga kreatifitas mereka meningkat. 1.4.3
Bagi Sekolah Secara tidak langsung membantu peningkatan pembelajaran di
sekolah dan dapat diperoleh bahan, guna menyempurnakan kurikulum yang sampai saat ini masih dibenahi karena masih banyak kekurangan yang perlu diminimalisasi. 1.4.4
Bagi Peneliti
8
Diperolehnya pengalaman langsung bagaimana berkolaborasi maupun dalam memilih model pembelajaran yang tepat, sehingga dimungkinkan kelak terjun ke lapangan mempunyai wawasan dan pengalaman. Peneliti akan memiliki dasar-dasar kemampuan mengajar dan kemampuan mengembangkan media pembelajaran dalam hal ini pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran CD interaktif.
1.5 Penegasan Istilah Agar tidak terjadi pembiasan pembahasan dan kesalahan penafsiran yang ada dalam judul, maka berikut ini dijelaskan beberapa istilah dan batasan-batasan ruang lingkup penelitian. 1.5.1
Efektifias Efektifitas berasal dari kata efektif yang artinya dapat membawa hasil atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Efektivitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) proses pembelajaran IPS sejarah materi masa kolonial bangsa Eropa di nusantara dengan model Learning Cycle berbantuan CD interaktif dapat mencapai ketuntasan belajar siswa, 2) keaktifan siswa pada pembelajaran IPS sejarah dengan model Learning Cycle berbantuan CD interaktif meningkat dengan ditunjukkan dengan keaktifan siswa di dalam kelas,
9
3) prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Learning Cycle berbantuan CD interaktif lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang diajar dengan model ekspositori. 1.5.2
Pembelajaan Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa (Suyitno , 2004: 1).
1.5.3
Leaning Cycle Learning Cycle atau siklus belajar adalah suatu inovasi model pembelajaran yang berdasarkan pada paham teori belajar konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar, proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher centered, sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa. (Trianto, 2007: 106). Pembelajaran dengan model Learning Cycle merupakan serangkaian kegiatan belajar yang berpusat pada siswa (Dasna dan Fajaroh, 2006).
1.5.4
Keaktifan Siswa Belajar memegang peran penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Aktivitas belajar akan terjadi pada diri pembelajar atau siswa
10
apabila terdapat interaksi antara stimulus dengan isi memori sehingga perilakunya berubah dari sebelum dan setelah adanya stimulus tersebut. Perubahan perilaku diri pembelajar itu menunjukkan bahwa pembelajar telah melakukan aktivitas belajar (Chatarina, 2006: 2-4). 1.5.5
Pestasi Belajar Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar ataupun perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa (Muhibbin, 2007: 213).
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pembelajaran IPS (Sejarah) Pembelajaran IPS sejarah adalah pembelajaran ilmu soial yang membahas kenyataan, mengkaji pengalaman dan perilaku manusia secara keseluruhan yang ruang lingkupnya diawali dari masa lampau, dan membuat masa kini sebagai tempat untuk mencapai ke masa depan (Kochhar, 2008: 13). Pembelajaran sejarah merupakan salah satu komponen ilmu-ilmu sosial, sedangkan tujuan utama pendidikan ilmu-ilmu sosial adalah memperkenalkan kepada anak-anak masa lampau dan masa sekarang mereka, serta lingkungan geografis dan lingkungan sosial mereka. Pembelajaran ini juga bertujuan menanamkan pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai nilai-nilai dasar bagi tatanan dunia yang adil, memaksimalkan kesejahteraan ekonomi dan sosial. Pembelajaran sejarah perlu diajarkan untuk meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri, memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang,
dan
masyarakat
yang
akan
membuat
murid-murid
mampu
mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya, mengajarkan toleransi dan menanamkan sikap intelektual yang luas yang berorientasi kemasa depan, serta memberikan pelatihan mental dan pelatihan
11
12
dalam menangani isu-isu kontroversial yang nantinya akan membantu mencarikan jalan keluar bagi berbagai masalah sosial dan perseorangan. Tujuan pendidikan sejarah menurut Bourdillon (2004) idealnya adalah membantu peserta didik meraih kemampuan sebagai berikut : (1) memahami masa lalu dalam konteks masa kini, (2) membangkitkan minat terhadap masa lalu yang bermakna, (3) membantu memahami identitas diri, keluarga, masyarakat dan bangsanya, (4) membantu memahami akar budaya dan inter relasinya dengan berbagai aspek kehidupan nyata, (5) memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang negara dan budaya bangsa lain di berbagai belahan dunia, (6) melatih berinkuiri dan memecahkan masalah, (7) memperkenalkan pola berfikir ilmiah dari para ilmuwan sejarah sejarah, dan (8) mempersiapkan peserta didik untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Pokok – pokok pemikiran tentang tujuan pendidikan sejarah tersebut di atas juga terkandung di dalam rumusan tujuan pendidikan sejarah di Indonesia. Hal senada dikemukakan juga dalam rumusan tujuan pendidikan sejarah di Indonesia, yang menyatakan bahwa pendidikan sejarah bertujuan untuk menyadarkan siswa akan adanya proses perubahan dan perkembangan
13
masyarakat dalam dimensi waktu, dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini, dan masa depan ditengah – tengah perubahan dunia ( Depdiknas,2003).
2.2. Learning Cycle (LC) Learning Cycle atau siklus belajar adalah suatu inovasi model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Fajaroh dan Dasna, 2004). Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (joyce dalam trianto, 2007: 5). Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang
dapat
meningkatkan
pengembangan
konsep
yaitu
bagaimana
pengetahuan itu dibangun dalam pikiran siswa, dan keterampilan siswa dalam menemukan pengetahuan secara bermakna serta mengaitkan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan yang baru dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Learning Cycle terdiri dari tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
14
1) Fase Engagement Fase terkondisi
engagement bertujuan mempersiapkan diri siswa agar dalam
menempuh
fase
berikutnya
dengan
jalan
mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam
fase engagement ini minat dan keingin tahuan
(curiosity) pebelajar tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula pebelajar diajak membuat prediksiprediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. 2) Fase Exploration Pada fase ini, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide yang mereka punya. 3) Fase Explanation Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini pebelajar menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. 4) Fase Elaboration
15
Pada fase elaboration, siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan - kegiatan demonstrasi lanjutan atau problem solving. 5) Fase Evaluation Pada tahap evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektivitas fasefase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi pebelajar melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong pebelajar melakukan investigasi lebih lanjut. Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus seperti dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Adapun kekurangan penerapan model ini yang harus selalu diantisipasi sebagai berikut (Soebagio dalam Fajaroh dan Dasna, 2004) 1) efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, 2) menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, 3) memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi, dan memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
16
2.3. Pembelajaran dengan CD Interaktif Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media adalah sagala sesuatu yang dapat diindera yang berfungsi sebagai perantara atau sarana atau alat untuk proses komunikasi (proses belajar mengajar). Menurut Gerlach dan Ely (1971) media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Arsyad, 2009: 3). Heinich, dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran (Arsyad, 2009: 4). Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran dikenal dengan nama CAI (Computer Assisted Instruktion). Dilihat dari situasi belajar dimana komputer digunakan untuk tujuan menyajikan isi pelajaran, CAI bisa berbentuk tutorial, driil and practice, simulasi dan permainan (Arsyad, 2009: 157). Faktor pendukung keberhasilan CAI yaitu : 1) belajar harus menyenangkan; 2) interaktivitas;
17
3) kesempatan berlatih harus memotivasi, cocok, dan tersedia feedback; 4) menuntun dan melatih siswa dengan lingkungan informal. Levie dan Lentz (dalam Arsyad, 2009: 15) mengemukakan empat fungsi utama media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, (d) fungsi kompensatoris. 1) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. 2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau lingkungan, dengan menampilkan pembuangan limbah, dan dampaknya terhadap lingkungan. 3) Fungsi kognitif media visual memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4) Fungsi
kompensatoris,
mengakomodasikan
media
pembelajaran
berfungsi
untuk
siswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara visual. Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
18
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kagiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan prose pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Compact disk (CD) merupakan salah sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran sejarah. CD merupakan alat peraga audio visual yang mempunyai kelebihan antara lain mampu membuat efek gerak, dapat diberi suara maupun warna, dan tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya. Disamping itu, alat peraga ini mempunyai kekurangan antara lain, memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya, memerlukan
listrik,
dan
memerlukan
keterampilan
khusus
dalam
pembuatannya. CD interaktif melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. CD interaktif dalam penelitian ini adalah suatu bahan ajar yang mengkombinasikan beberapa media pembelajaran (audio, video, teks, atau grafik) yang bersifat interaktif untuk mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. Dengan demikian, terjadi hubungan dua arah antara bahan ajar dan penggunanya. Sehingga, kalau proses pembelajaran dilakukan dengan mengunakan bahan ajar seperti ini, peserta didik dapat terdorong untuk bersikap aktif. CD interaktif, jika dilihat dari proses pembuatannya dan penggunaannya, tidak pernah terlepas dari perangkat komputer. Maka dari itu, bahan ajar ini juga termasuk bahan ajar
19
berbasis komputer. Hal ini selaras dengan pandangan yang mengatakan bahwa program komputer untuk pembelajaran adalah berbagai jenis bahan ajar non cetak yang membutuhkan komputer guna menayangkan sesuatu untuk belajar. Struktur bahan ajar yang berbentuk CD interaktif meliputi enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, dan penilaian. (Prastowo, Andi, 2011: 327).
2.4. Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah sesuatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya, proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapatterjadi kapan saja dan dimana saja, salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku diri orang itu yang mungkin di sebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya (Arsyad, 2009: 1). Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya, kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Belajar boleh juga dikatakan sebagai suatu interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep, ataupun teori (Sardiman, 2006: 20).
20
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar : 1. Faktor Internal ( faktor dari dalam siswa ), Dalam interaksi belajar mengajar di tentukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Dimana di dalam proses pembelajaran terdapat masalah-masalah pembelajaran yang meliputi : 1) Sikap Terhadap Belajar Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun
demikian,
siswa
dapat
menerima,
menolak,
atau
mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Sikap menerima, menolak atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut merupakan unsur pribadi siwa. Akibat penerimaan, penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 236). 2) Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat
21
menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu di perkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang
kuat,
pada
tempatnya
diciptakan
susana
belajar
yang
mengembirakan (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 239). 3) Konsentrasi Belajar Konsentrasi
belajar
merupakan
kemampuan
memutuskan
perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan selama beberapa menit. Dengan selingan istirahat tersebut, prestasi belajar siswa akan meningkat kembali (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 239). 4) Mengolah Bahan Ajar Mengolah bahan ajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 240).
22
5) Menyimpan Perolehan Hasil Belajar Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa. Pemilikan itu dalam waktu bertahun-tahun, bahkan sepanjang hayat (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 241). 6) Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah terterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Proses menggali pesan lama tersebut dapat berwujud (i) transfer belajar, (ii) unjuk prestasi belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 242). 7) Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentrasnfer hasil belajar. Dari pengalaman
23
sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh
oleh
proses-proses
penerimaan,
pengaktifan,
pra-
pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 243). 8) Rasa Percaya Diri Siswa Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian ―perwujudan diri‖ yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semaik memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Hal sebaliknya dapat terjadi. Kegagalan yang berulan kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Gejala ini merupakan masalah pembelajaran diri yang multi. Pada tempatnya guru mendorong keberanian terus menerus, memberikan bermacam-macam
penguat,
dan
memberikan
pengakuan
dan
24
kepercayaan bila siswa telah berhasil (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 245). 9) Intelegensi dan Keberhasilan Belajar Menurut Wechler(Monks & Knoers, Siti Rahayu Haditono) Intelegensi adalah kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan seharihari (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 245). 10) Kebiasaan Belajar Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (i) belajar pada akhir semester, (ii) belajar tidak teratur, (iii) menyianyiakan kesempatan belajar, (iv) bersekolah hanya untuk bergengsi, (v) datang terlambat bergaya pemimpin, (vi) bergaya juantan seperti merokok, sok mengurui teman lain, (vii) bergaya minta belas kasihan tanpa belajar. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan disekolah yang ada di kota besar, kota kecil, dan dipelosok tanah air. Untuk sebagian, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 246).
25
11) Cita – cita Siswa Pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi interistik. Tetapi adakalanya ―gambaran yang jelas‖ tentang tokoh teladan bagi siswa sebelum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut-ikutan. Sebagai ilistrasi, siswa ikut-ikutan berkelahi, merokok sebagai tanda jantan, atau berbuat ―jagoan‖ dengan melawan atauran. Dengan prilaku tersebut, siswa berangapan bahwa ia telah ― menempuh ― perjalanan mencapai cita-cita untuk terkenal di lingkungan siswa sekota. Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu dididikkan. Didikan memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dinilai dari hal yang sederhana kehal yang lebih kompleks (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 248) . 2. Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa ) Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik, faktor-faktor ekstern dalam belajar adalah sebagai berikut :
26
1) Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 248). 2) Prasarana dan Sarana Pembelajaran Prasarana meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboraturium sekolah, dan berbagai media pembelajaran yang lain. Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya prasarana dan sarana menentukan jaminan terslengaranya proses belajar yang baik (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 249). 3) Kebijakan Penilaian Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Dengan penilaian yang dimaksud adalah penentuan sampai
27
sesuatu dipandang berharga, bermutu, atau bernilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 250). 4) Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peran tertentu. Tiap siswa dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan, dan tangung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan, seperti hubungan akrab, kerja sama, kerja berkoperasi, berkompetisi, bersaing, konflik, atau perkelahian. Tiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peran yang diakui oleh semua. Jika seorang siswa terima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia tertolak, maka ia akan merasa tertekan (Dimyati dan Mudjiono, 2009:251) 5) Kurikulum Sekolah Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang
28
disahkan oleh suatu yayasan pendidikan (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 252). 3. Faktor pendekatan belajar ( approach to learning ) Faktor Pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran (Muhibbin, 2007: 64).
2.5. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar ataupun perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa ( Muhibbin, 2007: 213). 1.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Keberhasilan seseorang dalam mempelajari sesuatu sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
29
adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor internal yang dimaksud meliputi: 1). Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya atau bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya. 2). Intelegensi dan bakat Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kacakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar penharuhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai
tingkat
intelegensi
yang rendah. Bakat
merupakan
kemampuan untuk belajar. Seperti juga intelegensi, bakat juga mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya juga akan lebih baik.
30
3). Minat dan motivasi Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Bahan pelajaran yang menarik minat belajar siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Motivasi adalah penggerak atau dorongan untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Menurut Nasution (2000) motivasi dapat berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) maupun dari luar (motivasi ekstrinsik). Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar. Oleh karena itu, guru diharapkan mengetahui kapan siswa perlu dimotivasi dan bentuk motivasi yang harus diberikan agar proses pembelajaran berjalan lancar dan berhasil optimal. Ada sebelas bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu memberi angka, hadiah, saingan atau kompetisi, ego-involvement, membari ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui. 4). Kematangan dan kesiapan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi responatau
31
bereaksi. Kematangan dan kesiapan siswa untuk mempelajari sesuatu yang baru akan mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut. Faktor-faktor yang termasuk faktor eksternal adalah sebagai berikut: 1). Keluarga Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Keadaan ekonomi keluarga, cara orang tua mendidik, hubungan anak dengan orang tua, suasana rumah, dan latar belakang budaya (pendidikan orang tua) akan ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. 2). Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar turut berpengaruh pada tingkat keberhasilan belajar.
Kondisi sekolah, metode mengajar guru,
kurikulum, tata tertib sekolah, serta hubungan guru dengan siswa dan siswa dengan siswa akan mempengaruhi motivasi belajar siswa sehingga belajar pun terpengaruh. 3).Masyarakat Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat yang berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat (slameto, 2003).
32
2.6. Belajar Tuntas Belajar tuntas adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai dengan tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa (Sugandi, dkk, 2006: 79). Ketuntasan belajar adalah tingkat ketercapain kompetensi setelah siswa mengikuti pembelajaran. Pembelajaran tuntas diartikan sebagai pendekatan dalam pembelajaarn yang mensyaratkan siswa dalam menguasai secara tuntas seluruh Standar Kompetensi maupun Kompetensi Dasar mata pelajaran. Ciri-ciri belajar tuntas: 1) pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu; 2) memperhatikan perbedaan individu, terutama dalam hal kemampuan dan kecepatan belajarnya; 3) evaluasi dilakukan secara kontinyu, agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan. Menurut Sugandi (2006: 80), variabel-variabel belajar tuntas dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1) Bakat siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil belajar. 2) Ketekunan belajar Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan efisien serta
33
pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional. 3) Kualitas pembelajaran Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima pelajaran. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsur-unsur tugas belajar. 4) Kesempatan yang tersedia untuk belajar Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atau pokok bahasan berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan. Harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta pemberian waktu khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar.
2.7. Keaktifan Siswa Belajar memegang peran penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Aktivitas belajar akan terjadi pada diri pembelajar atau siswa apabila terdapat interaksi antara stimulus dengan isi memori sehingga perilakunya berubah dari
34
sebelum dan setelah adanya stimulus tersebut. Perubahan perilaku diri pembelajar itu menunjukkan bahwa pembelajar telah melakukan aktivitas belajar (Chatarina, 2006: 2-4). Keaktifan siswa adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar (Atmadi dan Setyaningsih, 2000). Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:45). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa merupakan respon positif terhadap suatu aksi. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.
2.8. Model Pembelajaran Ekspositori Dalam pembelajaran pada umumnya di sekolah, guru cenderung menggunakan pembelajaran ekspositori. Pembelajaran ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberian informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada pembelajaran ekspositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus menerus bicara. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja. siswa
tidak hanya mendengar dan
35
membuat catatan, tetapi juga membuat soal dan bertanya kalau tidak mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual atau klasikal. Kalau dibandingkan dominasi guru dalam kegiatan belajar mengajar, metode ceramah lebih terpusat pada guru dari pada pembelajaran ekspositori. Pada pembelajaran ekspositori siswa belajar lebih aktif dari pada metode ceramah. siswa mengerjakan latihan soal sendiri, saling bertanya dan mengerjakan bersama dengan teman atau pun mengerjakan di papan tulis. Strategi pembelajaran ekspositori didasarkan pada teori pemrosesan informasi (Miarso, 2007:530). Pada garis besarnya teori pemrosesan informasi menjelaskan proses belajar sebagai berikut: 1) pembelajar menerima informasi mengenai prinsip atau dalil yang dijelaskan dengan memberikan contoh, 2) terjadi pemahaman pada diri pembelajar atas prinsip atau dalil yang diberikan, 3) pembelajar menarik kesimpulan berdasarkan kepentingannya yang khusus, dan 4) terbentuknya tindakan pada diri pembelajar, yang merupakan hasil pengolahan prinsip atau dalil dalam situasi yang sebenarnya. Menurut
Miarso
(2007:530)
penerapan
strategi
pembelajaran
ekspositori berlangsung sebagai berikut: 1) informasi disajikan kepada pembelajar, 2) diberikan tes penguasaan, serta penyajian ulang bilamana dipandang perlu,
36
3) diberikan kesempatan penerapan dalam bentuk contoh dan soal, dengan jumlah dan tingkat kesulitan yang bertambah, dan 4) diberikan kesempatan penerapan informasi baru dalam situasi dan masalah yang sebenarnya.
2.9. Kolonialisme Bangsa Eropa di Nusantara Nusantara telah terlibat dalam jaringan perdagangan internasional sejak lama. Jaringan perdagangan yang mengenal Jalur Sutra dan Jalur Emas itu melibatkan berbagai bangsa dari beberapa benua, termasuk Eropa. 1) Bangsa Eropa di Nusantara Cengkih, pala, dan fuli bersama-sama rempah-rempah yang lain seperti lada dan kayu manis merupakan komoditi dari kepulauan Indonesia yang paling dicari oleh para pedagang Eropa itu. Bangsa Eropa yang mencapai Nusantara dan mendirikan koloninya ialah Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris. Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang menduduki Kepulauan Indonesia. Portugis mendarat di Kepulauan Maluku sejak tahun 1512, ketika rombongan yang dipimpin oleh Francisco Serrao tiba di Hitu. Mereka melakukan perdagangan damai dengan masyarakat setempat. Portugis juga membuka hubungan dagang dengan Pasai, Barus, Pedir, Aceh, Siak dan Minangkabau. Di Jawa, Portugis berhasil membangun hubungan yang baik dengan kerajaan Sunda dan Panarukan di samping hubungan dagang dengan beberapa pusat perdagangan di pantai utara Jawa. Keadaan menjadi
37
berubah ketika pada tahun 1524, Spanyol tiba di Maluku melalui Tidore. Portugis mulai terlibat konflik akibat kehadiran bangsa Eropa lainnya, Belanda dan Inggris. Belanda mulai mendarat di Kepulauan Indonesia melalui Banten pada tahun 1596 dan tiba di Kepulauan Maluku pada bulan Maret 1599. Adapun Inggris tiba di Banten pada bulan Juni 1602 (Didang, 2008: 87). Kehadiran berbagai bangsa di Kepulauan Indonesia pada awalnya merupakan bagian dari kegiatan perdagangan. Hubungan yang terjadi adalah hubungan setara, antara pedagang dan pembeli. Namun, keadaan perlahan-lahan mulai berubah. Tingginya persaingan pedagangan antar negara menyebabkan mereka berusaha menguasai sumber-sumber rempahrempah. VOC pada tahun 1610 membentuk jabatan Gubernur Jenderal yang berkedudukan di Maluku. Kedudukan Gubernur Jenderal di Maluku dan pos utama lainnya di Banten kemudian dipindahkan ke Batavia pada tahun 1619. VOC di Batavia dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen yang bersemboyan "tidak ada perdagangan tanpa perang dan juga tidak ada perang tanpa perdagangan". Untuk mempertahankan monopoli di Kepulauan Maluku, VOC melakukan intervensi militer ke berbagai daerah yang menimbulkan banyak korban, baik penduduk setempat maupun para pedagang lain. Sementara itu, Inggris juga melakukan hal yang sama di bagian lain Kepulauan Indonesia. Mereka mendirikan pos-pos perdagangan di kepulauan Maluku, membangun kekuatan lain di Kalimantan, Sulawesi,
38
Sumatera, dan Jawa, seperti Sukadana, Makassar, Aceh, Jayakarta, dan Jepara antara tahun 1611 dan 1617. Akibatnya, kompetisi dan konflik menjadi makin jelas yang selalu menempatkan kerajaan dan masyarakat setempat sebagai korban (Gede, 2008: 79). Di antara para pedang, VOC paling lancar melakukan perluasan kekuasaannya. Mereka memanfaatkan kompetisi dan konflik antar kerajaan-kerajaan lokal serta konflik internal di dalam kerajaan-kerajaan lokal. Misalnya, Kerajaan Mataram di bawah kekuasaan Sultan Agung ingin memperluas daerah kekuasaannya di Pulau Jawa dengan cara menyerang daerah-daerah sekitarnya. Kerajaan atau masyarakat yang menjadi korban tindakan Sultan Agung ini meminta bantuan VOC dengan berbagai imbalan yang tentu saja menguntungkan VOC. Ketika
terjadi
konflik
di
dalam
Kerajaan
Mataram
yang
menyebabkan Mataram terbagi menjadi Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran, VOC pun terlibat. Contoh lain ialah konflik antara Sultan Ageng dengan putra mahkotanya. VOC campur tangan. Akibatnya, bukan hanya Banten di bawah kekuasaan VOC, tetapi juga Jayakarta.VOC pada tahun 1700 telah menguasai sebagian besar pusat penghasil dan perdagangan rempah-rempah. Sebagai perusahaan besar, VOC tidak terlepas dari berbagai usaha memperkaya diri para anggotanya.
39
Karena korupsi, nepotisme, pemborosan, dan kekacauan manajemen menggerogoti VOC, pada tanggal 1 Januari 1800, VOC dibubarkan. Belanda kemudian membentuk suatu pemerintahan seberang lautan yang dinamakan Hindia Belanda. Pemerintah Belanda menganggap Indonesia merupakan koloninya (daerah jajahannya). Pada tahun 1803, terjadi perubahan di Eropa akibat perang. Prancis menduduki Belanda. Akibatnya, terjadi perubahan di Hindia Belanda. Louis Napoleon yang menjadi raja Belanda, pada tahun 1806 mengirim Herman Willem Daendels menjadi Gubernur Jenderal, yang tiba di Jawa pada bulan Januari 1808. Selama kurang lebih tiga tahun berkuasa, Daendels hanya memfokuskan kegiatannya di Pulau Jawa. Dialah yang membangun jalan sepanjang 1.000 km mulai dari Anyer sampai Panarukan di Jawa Timur. Perang terus berlangsung di Eropa. Pada bulan Agustus 1811, kekuasaan di Hindia Belanda diambil alih oleh Inggris yang dipimpin oleh Thomas Stanford Raffles. Setelah perang di Eropa berakhir, pada tahun 1816, Hindia Belanda kembali memerintah di indonesia. Pemerintah Hindia Belanda selama kurang lebih 125 tahun berikutnya menguasai Kepulauan Indonesia sampai masuk Jepang pada masa Perang Dunia II (Didang, 2008: 89). 2) Perkembangan Ekonomi Rakyat Kondisi ekonomi di Kepulauan Indonesia sangat dipengaruhi oleh kedatangan bangsa Barat, terutama Belanda baik pada masa VOC maupun
40
Hindia Belanda. Kehadiran bangsa Barat pada awalnya sangat berarti bagi wilayah yang didatanginya. Kehadiran bangsa Barat bahkan membawa wilayah itu ke masa modern. Di daerah-daerah itu masyarakat setempat maju di bidang ekonomi, terlibat dalam jaringan perdagangan yang melibatkan berbagai bangsa, mengenal berbagai bentuk mata uang, dan telah mampu menerapkan berbagai peraturan ekonomi modern. Namun, di lain pihak, pada saat yang sama, di pusat penghasil cengkeh, pala dan fuli di Maluku, kondisi ekonomi mengalami perubahan besar yang mengarah pada kemunduran. Melalui berbagai perjanjian dan tekanan militer, VOC berusaha menghentikan peran Tidore, Ternate di utara sebagai penghasil cengkeh, pala dan fuli dan memindahkan pusat penghasil cengkeh dari Maluku Utara ke kepulauan Ambon pada tahun 1620-an. VOC memberlakukan berbagai peraturan, misalnya Preanger Stelsel yang dimulai pada tahun 1723 mewajibkan penduduk menanam kopi dan menyerahkan hasilnya kepada kompeni. Pada tahun 1830, Pemerintah Hindia Belanda memperkenalkan Cultuurstelsel atau Sistem Tanam Paksa. Sistem ini diperkenalkan untuk menutup deficit anggaran baik pemerintah Belanda akibat perang kemerdekaan Belgia dan Perang Diponegoro. Sistem ini mewajibkan setiap desa menyerahkan 1/5 dari luas tanahnya kepada pemerintah untuk ditanami komoditi tertentu seperti gula, nila, kopi, dan tembakau (Didang, 2008: 94).
41
Sebagai ganti, penduduk akan menerima tanah ditempat lain untuk ditanami. Selain itu penduduk juga diwajibkan untuk bekerja dalam jumlah hari tertentu dalam setahun dengan upah yang telah ditetapkan. Hasil dari penanaman itu akan dihitung dengan pajak per desa yang harus dibayarkan. Jika jumlah hasil lebih besar, pemerintah akan membayar kelebihan cultuurprocenten. Jika sebaliknya yang terjadi, desa harus membayar kekurangannya. Dalam kenyataannya, dampak ekonomis yang dialami penduduk berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain dan dari satu komoditi dengan komoditi yang lain. Di daerah yang ditanami nila, penduduknya lebih menderita, misalnya di Cirebon. Sebaliknya, penduduk
di
Pasuruan
mendapat
keuntungan
dari
pelaksanaan
Cultuurstelsel. Produksi pangan dan ekonomi di wilayah ini berkembang pesat seiring dengan pelaksanaan kebijakan itu. Keuntungan dan kesengsaraan yang ditimbulkan oleh Cultuurstelsel telah menimbulkan dukungan dan perlawanan. Cultuurstelsel dihapuskan dan diberlakukan undang-undang agraria pada tahun 1870. Perluasan ekonomi ke luar Jawa makin luas pada awal abad ke-20, misalnya pembukaan perkebunan tembakau, karet, dan kelapa sawit di Sumatra Timur. Pembukaan lahan-lahan perkebunan tersebut tidak mengubah nasib pekerja. Masyarakat terus hidup dalam kemiskinan, baik sosial maupun fisik yang sangat memperihatinkan.
42
3) Perlawanan terhadap Kolonial Eropa Perlawanan terhadap bangsa Barat di Kepulauan Indonesia dapat dibedakan berdasarkan waktu dan pelakunya. Berdasarkan waktu, perlawanan itu dapat dikelompokkan dalam dua periode besar. Pertama, perlawanan terhadap pedagang serakah yang berpolitik yang terjadi sepanjang abad ke-16 sampai akhir abad ke-18. Kedua, perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda sejak abad ke-19. Berdasarkan pelakunya,
perlawanan
dapat
dibedakan
antara
perlawanan
oleh
pemerintah atau elite lokal dan perlawanan oleh masyarakat atau rakyat. 1) Perlawanan antara Abad ke-16-18 Setelah Portugis menguasai Malaka, Pati Unus dari Jepara menyerbu Malaka pada malam tahun baru akhir tahun 1512. Setelah Pati Unus secara berturut-turut pasukan dari Aceh, Jawa dan Melayu silih berganti menyerang kedudukan Portugis di Malaka sejak tahun 1535. Bahkan, Sultan Iskandar Muda berkali-kali melakukan serangan sampai akhirnya Portugis dikalahkan Belanda pada abad ke-17. Penguasa dan penduduk Maluku pun melakukan perlawanan terhadap Portugis, Sultan Baabullah, anak Sultan Khairun dari Ternate yang dibunuh Portugis pada tahun 1570, mengepung benteng Portugis pada tahun 1575 dan memaksa Portugis pergi dari Ternate. Sultan Agung dari Mataram melakukan ekspansi militer ke posisi VOC di Jakarta pada tahun 1628 dan 1629. Banyak prajurit Mataram gugur dalam kedua serangan ini.
43
Di pihak VOC, Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen meninggal di dalam benteng pada bulan September 1629 pada saat markas VOC sedang dikepung oleh tentara Mataram. Mataram masih berusaha melawan VOC sampai tahun 1636 memutuskan untuk berhenti menghadang kapal-kapal VOC setelah menyadari bahwa Portugis tidak mampu membantu mereka melawan VOC. Di Sulawesi, VOC harus berhadapan dengan Sultan Hasanuddin dan para pengikutnya walaupun Perjanjian Bungaya ditandatangani pada tahun 1667. Perlawanan kerajaan atau penguasa lokal di Sulawesi Selatan terhadap Belanda terus dilakukan sampai abad-abad berikutnya. Perlawanan ini merupakan kelanjutan dari perlawanan yang telah dilakukan penguasa Banten sebelumnya pada tahun 1619 dan 16331639. Pada perlawanan antara tahun 1680 sampai 1683, pasukan Banten didukung oleh tentara dari Makassar yang dipimpin oleh Shaikh Yusuf Makassar, seorang ulama yang telah tinggal di Banten sejak tahun 1672. Shaikh Yusuf ditangkap pada tahun 1683 dan dibuang ke Afrika Selatan, tempat ia meninggal enam belas tahun kemudian. Di Maluku, perlawanan dilakukan oleh masyarakat Ternate pada tahun 1635, 1646, dan tahun 1650. Di Tidore, Sultan Nuku bersama dengan pasukan Inggris berhasil mengusir VOC. Bahkan, Sultan Nuku berhasil mengusir Inggris dari Tidore. Masih banyak perlawanan lainnya di berbagai tempat di Kepulauan Indonesia sampai VOC dibubarkan pada akhir abad ke-18 (Didang, 2008: 98).
44
2) Perlawanan antara Abad ke-19 Berikut kita akan melihat perlawanan yang dilakukan rakyat terhadap pemerintah kolonial yang sewenang-wenang. Perlawanan senjata terjadi di beberapa tempat seperti berikut. Di Maluku, perlawanan dipimpin oleh Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura. Di antara para pengikutnya, terdapat seorang perempuan, Christina Marta Tiahahu. Perlawanan yang meletus di Saparua itu terjadi akibat tekanan ekonomi yang makin berat. Pattimura, seorang yang pernah berdinas sebagai tentara pada masa Inggris, ditangkap pada bulan November 1817, dan digantung hanya sembilan hari sebelum perayaan Natal pada tahun 1817. Di Sumatra Barat, perlawanan dilakukan oleh kaum Padri sejak tahun 1821—1837 yang dipimpin oleh Imam Bonjol. Ekspedisi militer Belanda melawan kaum Paderi sempat dihentikan karena kebutuhan militer dan keuangan yang besar dialihkan untuk menghadapi perang di Jawa yang dipimpin oleh Diponegoro. Di Jawa, perlawanan dilakukan Pangeran
Diponegoro
dari
Yogyakarta pada tahun
182-1830.
Perlawanan yang mendapat dukungan sebagian elite dan rakyat mampu membuat Belanda kelabakan sehingga harus menarik pasukannya dari Perang Padri (Gede, 2008: 84). Di Kalimantan, Perang Banjar di bawah pimpinan Pangeran Antasari terjadi sejak 28 April 1859. Penyebabnya ialah campur tangan Belanda dalam persoalan interen kerajaan. Walaupun Kerajaan Banjar
45
dihapus pada tahun 1860, penangkapan terhadap Pangeran Hidayat dan kematian Pangeran Antasari tidak menghentikan perlawanan elite lokal dan rakyat terhadap Belanda sampai perang berakhir pada tahun 1905. Di Aceh, perlawanan kerajaan, elite, dan rakyat Aceh berlangsung antara tahun 1873-1912. Perang Aceh merupakan salah satu perang yang melelahkan dan menguras keuangan pemerintah Hindia Belanda. Biarpun secara resmi pemerintah Hindia Belanda menyatakan perang Aceh berakhir pada tahun 1912, perlawanan rakyat Aceh terhadap Belanda terus berlangsung sampai Perang Dunia II (Didang, 2008: 102). 4) Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan dan Pemerintahan Perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan sistem pemerintahan di Indonesia pada masa kolonial Eropa sangat dipengaruhi oleh keberadaan bangsa asing tersebut. Pada awalnya, bangsa Eropa datang untuk membeli rempah-rempah yang tidak dihasilkan di negaranya. Namun, karena mendatangkan keuntungan luar biasa, mereka menerapkan semangat kolonialis dan imperialis. Semangat kolonialis ialah semangat penguasaan oleh suatu negara atas bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu. Imperialis ialah memperluas daerah jajahannya untuk kepentingan industri dan modal. Akibatnya, masyarakat yang semula adalah pemilik berbalik menjadi budak. Masyarakat kehilangan hak atas milik mereka sendiri melalui berbagai kebijakan, seperti monopoli, tanam paksa, sewa tanah,
46
penyerahan wajib, dan lain-lain yang diterapkan oleh kolonial. Di bidang kebudayaan, terjadi perkembangan dari masa ke masa. Kedatangan bangsa Eropa membawa agama baru di Kepulauan Indonesia, Kristen Protestan dan Katholik. Adat istiadat bangsa Eropa juga berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, mulai dari dalam keraton sampai rakyat jelata. Pengaruh itu dapat dilihat dari tata cara bergaul (lebih bebas dan demokratis), gaya perkawinan, model berpakaian, disiplin, menghargai waktu, rasionalis, individualistis (sifat mementingkan diri), materialistis (sifat mementingkan materi), dan pendidikan. Di bidang pendidikan, pemerintah kolonial membangun sekolahsekolah, baik sekolah umum maupun kejuruan. Walaupun membedakan para peserta didik dengan membedakan sekolah untuk anak-anak khusus Belanda, bangsawan, dan rakyat jelata, namun pendidikan membawa dampak positif bagi cara berpikir anak bangsa. Bahkan, ada mahasiswa Indonesia yang bersekolah sampai ke Belanda. Kaum terdidik inilah yang bahu-membahu dengan para pemuda mulai memikirkan untuk melepaskan diri dari penjajahan. Di bidang pemerintahan, para pemimpin kita tidak berdaya menghadapi para pedagang yang licik. Para pemimpin kita dengan mudah termakan oleh politik adu domba yang dijalankan oleh para penjajah. Jika pun para pemimpin mencoba untuk melawan, kebanyakan mereka terpaksa menyerah karena lemahnya persenjataan atau karena kelicikan Belanda. Akibatnya, Belanda berhasil menguasai kerajaan yang
47
dipimpinnya. Raja atau sultan yang memerintah hanyalah merupakan simbol yang telah kehilangan kekuasaannya. Dalam menjalankan kekuasaannya, pemerintah Hindia Belanda menerapkan hukum seperti yang berlaku di Belanda. Sistem pemerintahan yang diterapkan mengikuti ajaran Trias Politica. Sistem ini mengenal pemisahan antara lembaga legislatif (pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang), dan yudikatif (pengawas pelaksanaan undang-undang) (Didang, 2008: 107).
2.10.
Kerangka Berpikir Pada penelitian ini, pembelajaran IPS sejarah dibuat semenarik
mungkin dengan memanfaatkan dan memaksimalkan media yang ada, sehingga siswa dapat termotivasi dalam mengikuti proses belajar IPS sejarah. Dalam hal ini, peneliti menggunakan model Learning Cycle yang ditopang dengan tugas terstruktur berupa CD interaktif untuk membentuk pola pikir kerja mandiri. Learning Cycle diterapkan saat pembelajaran berlangsung. CD interaktif tersebut berisi materi dan soal-soal latihan. Dengan memanfaatkan media CD interaktif diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Minat merupakan aspek penting motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir berprestasi dan keaktifan. Karenanya pada pembelajaran IPS sejarah melalui model Learning Cycle yang dikemas dalam CD interaktif diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar siswa dalam
48
pembelajaran sehingga dapat mencapai tuntas belajar atau hasil belajar yang baik. Bila minat siswa ada maka akibatnya berpengaruh pada prestasi belajar. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagan di bawah. Masalah : Hipotesis Pembelajaran IPS sejarah monoton. Siswa jenuh atau bosan mengikuti pembelajaran. Siswa kurang termotivasi dalam belajar. Aktifitas siswa dalam pembelajaran rendah. Ketuntasan belajar siswa belum memenuhi standar KKM yang ditentukan oleh sekolah Prestasi belajar siswa rendah
Pembelajaran IPS sejarah
CD Interaktif
menggunakan model Learning Cycle
Pembelajaran sejarah bermakna. Siswa senang mengikuti pembelajaran sejarah. Siswa termotivasi dalam belajar. Aktifitas siswa dalam pembelajaran meningkat. Ketuntasan belajar siswa memenuhi standar KKM yang ditentukan oleh sekolah. Prestasi belajar siswa meningkat.
49
2.11. Hipotesis Mengacu pada landasan teori maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Proses pembelajaran sejarah materi masa kolonial bangsa Eropa di nusantara dengan model Learning Cycle berbantuan CD interaktif mencapai ketuntasan belajar siswa sesuai KKM yang ditentukan. (2) Adanya keaktifan dari siswa pada pembelajaran IPS sejarah dengan model Learning Cycle berbantuan CD interaktif dengan ditunjukkan keaktifan siswa di dalam kelas. (3) Rata-rata prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Learning Cycle berbantukan CD interaktif lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang diajar dengan model ekspositori.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel 3.1.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:61). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2012/2013 3.1.2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:62). Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik simple random sampling. Akan diambil dua kelas sebagai sampel, yaitu satu kelas eksperimen VIIA dan satu kelas kontrol VIIB. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan model Learning Cycle berbantu CD Interaktif dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran menggunakan model ekspositori. Tabel 3.1. Rincian Sampel Penelitian Kelas VII A
Status
Perlakuan pembelajaran menggunakan model Learning Cycle berbantu CD Interaktif
Kelas Eksperimen
pembelajaran ekspositori Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013. VII B
Kelas Kontrol
50
menggunakan
model
51
3.2. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu variabel independen atau variabel bebas (X) dan variabel dependen atau variabel terikat (Y). Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan/timbulnya variabel dependen. Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007: 4). Variabel dalam penelitian sebagai berikut: (1).
Hipotesis 1 Variabel independen : Proses pembelajaran sejarah dengan model Learning Cycle berbantuan CD interaktif pada materi masa kolonial Eropa di nusantara. Variabel dependen
(2).
: Prestasi belajar.
Hipotesis 2 Variabel independen : Model Pembelajaran Learning Cycle berbantu CD interaktif. Variable dependen
(3).
: Keaktifan belajar
Hipotesis 3 Variabel independen : Model pembelajaran Variabel dependen
: Prestasi belajar.
52
3.3. Disain Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 2 Sawangan pada semester gasal tahun ajaran 2012/2013 dengan sampel penelitian siswa kelas VIIA dan VIIB. Kedua kelas yang termasuk dalam sampel dibagi menjadi dua kelompok, kelompok eksperimen kelas VIIA dan kelas VIIB sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran model Learning Cycle dengan menggunakan CD Interaktif materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara sebagai sumber belajar pada siswa. Oleh karena itu penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen. Alur penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada penelitian true experimental design, yakni disamping kelompok eksperimen, akan dihadirkan kelompok lain yang tidak dikenai eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan. Dengan adanya kelompok pembanding atau kelompok kontrol akibat yang diperoleh dari perlakuan dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan dengan yang tidak mendapat perlakuan (Arikunto, 2006:86). Waktu yang dugunakan untuk kegiatan pembelajaran dari kedua kelompok relatif sama yaitu 1 kali pertemuan untuk kegiatan pre test, 2 kali pertemuan untuk pembelajaran inti dan 1 kali pertemuan untuk Post Test. Alokasi waktu pertemuan adalah 2x40 menit. Tabel 3.2. Desain Penelitian Kelompok Pretest Eksperimen T1 Kontrol T1
Perlakuan X Y
Postest T2 T2
53
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013. keterangan: T1
: tes awal atau pre test
X
: pembelajaran menggunakan model Learning Cycle berbantu CD Interaktif
Y
: pembelajaran menggunakan model ekspositori
T2
: tes akhir atau post test
3.4. Data dan Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah dari siswa dan guru. 3.4.2. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Metode tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Arikunto, 2006:127). Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar (aspek kognitif) IPS sejarah siswa materi peristiwa masa kolonial Eropa di Indonesia dengan mengunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD interaktif. 2)
Metode dokumentasi
54
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data kondisi fisik sekolah, nama-nama siswa yang akan dijadikan sebagai populasi, dan nilai KKM pada Standar Kompetensi perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Buddha sampai masa Kolonial Eropa. 3) Metode observasi Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS sejarah menggunakan model Learning Cycle berbantu CD Interaktif.
3.5. Analisis Instrumen 3.5.1. Instrumen CD Interaktif Pengujian validitas instrumen Pembelajaran dengan mengunakan CD Interaktif materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara ini menggunakan pengujian validitas konstruk. Untuk menguji validitas konstruk, dalam penelitian ini digunakan pendapat ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2007: 352). Dalam penelitian ini ahli yang dimaksud adalah dosen pembimbing skripsi dan guru pamong penelitian. Instrumen CD Interaktif yang telah dikonsultasikan dan disetujui oleh para ahli tersebut dapat dikatakan valid.
55
3.5.2. Instrumen Observasi Keaktifan Belajar Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto 2006:168). Pengujian validitas instrumen keaktifan belajar siswa ini menggunakan pengujian validitas konstruk. Untuk menguji validitas konstruk, dalam penelitian ini digunakan pendapat ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2007: 352). Dalam penelitian ini ahli yang dimaksud adalah dosen pembimbing skripsi dan guru pamong penelitian. Instrumen lembar observasi keaktifan yang telah dikonsultasikan dan disetujui oleh para ahli tersebut dapat dikatakan valid. 3.5.3. Instrumen Tes Hasil Belajar Perangkat tes hasil belajar yang telah disusun kemudian di uji coba kepada sejumlah sampel diluar sampel penelitian, yang bertujuan untuk mengetahui mutu perangkat tes yang akan dibuat. Sasaran uji coba perangkat tes hasil belajar ini adalah siswa kelas VIIC setelah proses uji coba dilakukan. 3.5.3.1. Uji Validitas Butir Soal Cara menghitung validitas butir soal dalam penelitian ini dilakukan dengan mengkorelasikan sekor total. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
56
N XY X Y
rxy
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
Keterangan: rxy
: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
N
: jumlah subyek
X
: skor soal yang dicari validitasnya
Y
: skor total
Item-item yang mempunyai koeefesien korelasi lebih besar dari rtabel termasuk item yang valid dan yang kurang dari rtabel termasuk item yang tidak valid. Item yang tidak valid perlu direvisi atau tidak digunakan (Arikunto, 2002:75). Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen dapat diketahui bahwa dari 60 item soal pilihan ganda yang telah diujicobakan pada 19 siswa dan dianalisis menggunakan uji kevaliditasan, 40 soal diantaranya termasuk dalam soal valid dikarenakan soal tersebut mempunyai rxy lebih besar dari rtabel sedangkan 10 soal lainnya tidak valid karena rxy lebih kecil dari rtabel. Butir soal yang tergolong valid dan tidak valid dapat dilihat pada Tabel 3.3 Tabel 3.3. Analisis Validitas Soal No rxy rtabel Kriteria 1 0.650 0.433 valid 2 0.559 0.433 valid 3 0.873 0.433 valid 4 0.303 0.433 TIDAK 5 0.596 0.433 Valid
No 31 32 33 34 35
rxy 0.667 0.544 0.384 0.626 0.004
rtabel 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433
Kriteria valid valid TIDAK valid TIDAK
57
6 0.596 0.433 valid 36 7 0.432 0.433 TIDAK 37 8 0.137 0.433 TIDAK 38 9 0.514 0.433 valid 39 10 0.574 0.433 valid 40 11 0.599 0.433 valid 41 12 0.275 0.433 TIDAK 42 13 0.678 0.433 valid 43 14 0.514 0.433 valid 44 15 0.760 0.433 valid 45 16 0.133 0.433 TIDAK 46 17 0.748 0.433 valid 47 18 0.309 0.433 TIDAK 48 19 0.642 0.433 valid 49 20 0.052 0.433 TIDAK 50 21 0.573 0.433 valid 51 22 0.411 0.433 TIDAK 52 23 0.617 0.433 valid 53 24 0.515 0.433 valid 54 25 0.374 0.433 TIDAK 55 26 0.655 0.433 valid 56 27 0.410 0.433 TIDAK 57 28 0.719 0.433 valid 58 29 0.678 0.433 valid 59 30 0.007 0.433 TIDAK 60 Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013.
0.443 0.031 0.738 0.190 0.503 0.349 0.466 0.865 0.507 0.507 0.179 0.634 0.746 0.553 0.722 0.511 0.228 0.561 0.387 0.587 0.353 0.596 0.804 0.662 0.578
0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433
valid TIDAK Valid TIDAK valid TIDAK valid valid valid valid TIDAK valid valid valid valid valid TIDAK valid TIDAK valid TIDAK valid valid valid valid
3.5.3.2. Uji Reliabilitas Soal Tes Suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Rumus untuk menghitung reliabilitas instrumen adalah rumus Kuder and Richardson (KR-20) adalah sebagai berikut:
58
2 n S pq r11 S2 n 1 Keterangan :
r11
= Reliabilitas instrumen
n
= banyaknya butirnya pertanyaan
S2
= Variasi skor total
P
= proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor 1)
p
= banyaknya subjek yang skornya 1 N
q
= proporsi subejek yang mendapat skor 0
(q = 1 – p)
(Arikunto, 2006:188)
Setelah r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtable, yang diperoleh dari r product moment taraf signifikan 5%. Apabila r11 > rtabel maka dikatakan instrument tersebut dikatakan reliabel. Dari hasil perhitungan reliabilitas 19 responden diperoleh nilai r11 = 0,956 sedangkan rtabel = 0,433. Karena rtabel > r11 maka dapat disimpulkan bahwa maka instrument penelitian reliabel. Sehingga item soal tersebut dapat digunakan sebagai alat penelitian. 3.5.3.3. Analisis Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar
59
akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam penelitian ini digunakan rumus untuk mencari indek kesukaran sebagai berikut:
Dimana: P
= indeks kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS
= jumlah seluruh siswa peserta tes Interval TK
Kriteria
TK = 0,00
Terlalu sukar
0,00 < TK ≤ 0,30
Sukar
0,30 < TK ≤ 0,70
Sedang
0,70 < TK ≤ 1,00
Mudah
TK = 1,00
Terlalu mudah
Table 3.4.Klasifikasi Interval Tingkat Kesukaran Soal Perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil uji tingkat kesukaran soal seperti pada Tabel 3.5. sebagai berikut. Tabel 3.5. Analisis Tingkat Kesukaran Soal No Kriteria Nomor Soal
Jumlah
1.
Sukar
12,17,18,52
4 Soal
2.
Sedang
1,2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 29,
46 Soal
Keterangan No soal 17 dipakai kecuali no 12, 18, 52 No soal 1,2, 3, 5, 6, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 19, 21, 24, 26, 28, 29, 31,
60
31, 33, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 50, 53, 54, 55, 56, 57, 58,59.
3.
23, 25, 30, 32, 34, 35, 37, 49, 51, 60.
Mudah
10 Soal
36, 38, 40, 42, 43, 44, 45, 47, 48, 50, 53, 55, 57, 58, 59 dipakai kecuali no 4, 7, 8, 16, 20, 22, 27, 33, 39, 41, 46, 54, 56 No soal 23, 32, 34, 49, 51, 60 dipakai kecuali no 25, 30, 35, 37.
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013. 3.5.3.4. Daya Pembeda Soal Daya pembeda dari sebuah item soal menyatakan pengukuran kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi maka semakin tinggi daya pembeda soalnya, semakin baik kualitasnya. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan: DP = daya pembeda BA = jumlah yang benar butir soal pada kelompok atas BB
= jumlah yang benar butir soal pada kelompok bawah
JA
= banyak siswa pada kelompok atas
JB
= banyak siswa pada kelompok bawah (Arikunto, 2002: 213)
61
Table 3.6. Klasifikasi Interval Daya Pembeda Soal Interval Daya Pembeda Kriteria DP ≤ 0,0 Sangat jelek 0,00 < DP ≤ 0,20
Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40
Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70
Baik
0,70 < DP ≤ 1,00
Sangat baik
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil uji daya pembeda soal pada Tabel 3.7 sebagai berikut.
Tabel 3.7. Analisis Daya Pembeda Soal No. Kriteria Nomor Soal Jumlah keterangan 4, 8, 12, 20, 22, 25, 30, 1. Jelek 11 Soal Tidak dipakai 35, 37, 46, 52. 1, 7, 10, 16, 18, 19, 27, Dipakai no1, 10, 19, 32, 33, 36, 39, 41, 42, 51, 32, 36, 42, 52, 53, 2. Cukup 53, 54, 56, 57, 59, 60. 20 Soal 57, 59, 60 kecuali no 7, 16, 18, 27, 33, 39, 41, 54, 56 2, 5, 6, 9, 11, 13, 14, 17, 21, 23, 24, 26, 28, 29, 31, 3. Baik 26 Soal Dipakai 34, 38, 40, 44, 45, 47, 48, 49, 50, 55, 58. Baik 3, 15, 43. 4. 3 Soal Dipakai Sekali Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013.
3.6. Metode Analisis Data Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
62
3.6.1. Analisis Data Tahap Awal 3.6.1.1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Hal ini untuk menentukan uji statistik selanjutnya. Rumus yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut: 1.
menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.
2.
membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
3.
menghitung rata-rata dan simpangan baku.
4.
membuat tabulasi data ke dalam interval kelas.
5.
menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dengan rumus Zi
6.
Xi X S
mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel.
7.
menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva: k
oi Ei
i 1
Ei
X2
Keterangan :
X 2 = chi kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan
63
8.
membandingkan harga chi kuadrat data dengan tabel chi kuadrat dengan taraf signifikan 5%. Menarik kesimpulan, jika X 2 hitung < X 2tabel maka data berdistribusi normal (Sudjana, 2002: 273). Dalam penelitian ini uji normalitas data dihtung dengan mengunakan Microsoft office excel 2007.
3.6.1.2. Uji Homogenitas Uji homogenitas kesamaan dari sample dibuktikan dengan uji homogenitas. Uji yang digunakan adalah:
Dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan pembilang - 1 serta derajat kebebasan
- 1. Jika diperoleh
<
berarti varians kedua kelompok sama. Dengan hipotesis : :
=
:
≠
Ho ditolak jika derajad
kebebasan
dengan taraf signifikan 5% dan –
–
.
Dalam penelitian ini untuk menghitung uji homogenitas menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel 2007.
64
3.6.1.3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Uji kesamaan dua rata-rata sebelum perlakuan diberikan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara kelas sampel. Hipotesis yang digunakan adalah: Ho
: tidak ada perbedaan rata-rata
Ha
: ada perbedaan rata-rata
Maka untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
X1 X 2
t‘=
S
s2
1 1 n1 n2
(n1 1) s12 (n2 1) s22 n1 n2 2
(Sudjana, 2005:239)
Keterangan :
X1
= Nilai rata- rata pre test kelompok eksperimen
X2
= Nilai rata- rata pre test kelompok kontrol
S1
2
= Varians kelompok eksperimen
2
= Varians kelompok kontrol
S2 n1
= Banyaknya anggota kelompok eksperimen
n2
= Banyaknya anggota kelompok kontrol
S2
= varians gabungan Kriteria pengujian adalah: terima Ho jika – ttabel < thitung < ttabel
dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2 dan tolak Ho untuk harga t
65
lainnya. Dalam penelitian ini untuk menghitung uji kesamaan dua ratarata menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel 2007. 3.6.2. Analisis Data Tahap Akhir 3.6.2.1. Data Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle CD Interaktif Analisis data pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dan CD Interaktif sebagai sumber belajar IPS Sejarah
dilakukan dengan cara mendiskripsikan proses
pembelajaran mulai dari perencanaan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan pembelajaran. 3.6.2.2. Data Keaktifan Belajar Siswa dalam Pembelajaran dan Hasil Belajar Antar Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif dan yang Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori Data perbedaan respon belajar dan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa masing-masing dianalisis menggunakan analisis deskriptif persentase dan menggunakan analisis statistik uji perbedaan dua rata-rata untuk menguji hipotesis. Analisis deskriptif persentase ini digunakan untuk mendeskripsikan respon belajar dan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran, selain itu juga untuk menganalisis hasil belajar antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif dan yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Rumus yang digunakan untuk menganalisis deskriptif persentase keaktifan belajar siswa adalah sebagai berikut:
66
Angka persentase:
Jumlah skor jawaban responden 100 banyaknya individu
Cara menyusun Tabel Kriteria Keaktifan Belajar Siswa adalah sebagai berikut: 1) Menetapkan persentase tertinggi
= (5:5) x 100% = 100%
2) Menetapkan persentase terendah
= (1:5) x 100% = 20%
3) Menetapkan rentangan persentase
= 100% - 20% = 80%
4) Menetapkan kelas interval (skala Likert) 5) Panjang kelas interval
=5
= 80% : 5 = 16%
Tabel 3.8. Kriteria Keaktifan Belajar Siswa No
Interval Persentase (%)
Kriteria Persentase
1
85% - 100%
Sangat Baik
2
69% - 84%
Baik
3
53% - 68%
Cukup Baik
4
37% - 52%
Kurang Baik
5 20% - 36% Tidak Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013.
Analisis statistik yang digunakan untuk mengitung respon belajar siswa dan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran, dan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif dan yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori adalah menggunakan uji perbedaan dua rata-rata (uji t). Tahapan dalam perhitungan uji perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut:
67
3.6.2.2.1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Teknik yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah teknik chi kuadrat.
k
X
2
i 1
(O1 E1 ) 2 Ei
(Sudjana, 2005:273)
Keterangan : X2 = Harga chi-kuadrat. k
= Jumlah kelas interval.
Oi = Frekuensi hasil pengamatan. Ei
= Frekuensi yang diharapkan. Kriteria pengujian adalah: jika X2
hitung
< X2
tabel
dengan derajat
kebebasan dk= k-1 dan taraf signifikan 5 % maka kedua kelompok berdistribusi normal. Dalam penelitian ini untuk menghitung uji normalitas data menggunakan bantuan program Microsoft Office Excle 2007. 3.6.2.2.2. Uji Homogenitas Data Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak.
68
Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut: Ho = varian kedua kelompok sama (homogen) Ha = varian kedua kelompok tidak sama (tidak homogen) Pengujian kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai berikut:
Fhitung
Vb Vk
(Sudjana, 2005:250)
Keterangan: Vb
= varians yang terbesar.
Vk
= varians yang terkecil.
Pengujian apakah kedua varians tersebut sama atau tidak maka Fhitung dikonsultasikan dengan Ftabel dengan α= 5% dengan dk pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut = banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen. Dalam penelitian ini untuk menghitung uji homogenitas menggunakan bantuan program Microsoft Office Excle 2007. 3.6.2.2.3. Uji Perbedaan Rata-rata Analisis data yang dipergunakan untuk menganalisis penelitian ini yaitu menggunakan t-test atau uji t. Menggunakan uji t karena yang dibandingkan adalah dua mean dan dua hal tersebut merupakan dua hal
69
yang benar-benar berbeda yaitu antara keaktifan belajar, dan hasil belajar
siswa
dalam
pembelajaran
yang
menggunakan
model
pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif dan yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Hipotesis yang digunakan dalam uji t dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : µ1 = µ2 artinya tidak ada perbedaan rataan (keaktifan belajar dan hasil belajar siswa) antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol Ha : µ1 ≠ µ2 artinya ada perbedaan rataan (keaktifan belajar dan hasil belajar siswa) antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol Rumus Uji t yang digunakan sangat ditentukan oleh hasil uji kesamaan varian antara kedua kelompok tersebut. Dalam kasus varian sama digunakan rumus t sedangkan untuk kasus varian tidak sama digunakan rumus t’. Rumus uji statistik untuk varian sama:
X1 X 2
t‘=
S
1 1 n1 n2
Dimana
s2
Keterangan:
(n1 1) s12 (n2 1) s22 n1 n2 2
(Sudjana,2005:239)
70
X1
= rata-rata (keaktifan belajar dan hasil belajar siswa) pada kelas eksperimen
X 2 = rata-rata (keaktifan belajar dan hasil belajar siswa) pada kelas kontrol S1
2
= Varians kelompok eksperimen
2
= Varians kelompok kontrol
S2 n1
= Banyaknya anggota kelompok eksperimen
n2
= Banyaknya anggota kelompok kontrol
S2
= varians gabungan Kesimpulan yang dapat diambil adalah terima Ho jika nilai
mutlak thitung lebih besar dari ttabel. Nilai ttabel dilihat dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (n1+n2-2), dengan peluang (1-α). Sedangkan rumus yang digunakan untuk varian yang tidak sama adalah: t‘hitung =
S
2 1
X1 X 2
/ n1 S22 / n2
(Sudjana, 2005:241)
Keterangan:
X1
= rata-rata (keaktifan belajar dan hasil belajar siswa) pada kelas eksperimen
X 2 = rata-rata (keaktifan belajar dan hasil belajar siswa) pada kelas kontrol S1
2
= Varians kelompok eksperimen
71
S2
2
= Varians kelompok kontrol
n1
= Banyaknya anggota kelompok eksperimen
n2
= Banyaknya anggota kelompok kontrol Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
a. Ho diterima jika t‘ <
w1t1 w2t2 . Hal ini berarti tidak ada perbedaan w1 w2
rataan (keaktifan belajar dan hasil belajar siswa) antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. b. Ho ditolak jika t‘
w1t1 w2t2 . Hal ini berarti ada perbedaan rataan w1 w2
(keaktifan belajar dan hasil belajar siswa) antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Perhitungan uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan bantuan program Microsoft Office Excle 2007.
3.7. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan yang merupakan tolok ukur pencapaian keberhasilan di SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kab. Magelang adalah siswa yang memperoleh nilai paling sedikit 58 dan sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. Untuk membuktikan bahwa siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kab. Magelang dapat memperoleh skor lebih besar dari 58 maka penelitian ini dikatakan berhasil
72
apabila ketuntasan belajar untuk aspek kognitif mencapai 85% dari jumlah siswa yang telah mendapatkan nilai paling sedikit 65 (Mulyasa 2002:99).
Sedangkan sebagai acuan keberhasilan keaktifan belajar siswa yaitu individu mampu memperoleh skor minimal 75% (Depdiknas 2003:25), dan 75% dari keseluruhan siswa mampu mencapai skor tersebut (Mulyasa, 2002:101).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 2 Sawangan 4.1.1. Letak Lokasi Penelitian SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kabupaten Magelang yang berlokasi di Jalan tembus Boyolali Magelang km 12. Kode pos 56481. Secara geografis batas wilayah Kecamatan Sawangan sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Mertoyudan. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Selo. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Muntilan dan Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Mungkid. 4.1.2. Kondisi Sekolah 4.1.2.1. Sarana dan Prasarana SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kabupaten Magelang berdiri sejak tahun 1986, status sekolah SMP Muhammadiyah 2 Sawangan ini adalah sekolah swasta yang memiliki NPSN 20307. Sejak tahun 2008 sekolah ini merintis menjadi sekolah Boarding School, boarding school terdiri dari dua kata asrama dan sekolah yang berarti sistem sekolah yang berasrama. Meskipun tidak semua siswa dan guru berasrama. Hanya beberapa siswa dan guru yang tinggal di asrama, karena memang di SMP Muhammadiyah 2 Sawangan ini menerapkan dua sistem yaitu sistem Boarding School dan sistem sekolah konvensional. Dimana setiap guru dan siswa dibebaskan memilih sistem belajar mana yang akan dipakai. Untuk menunjang program belajar menggajar di sekolah SMP M 2
73
74
Sawangan ini memiliki sarana belajar berupa ruang kelas sebanyak 9 ruang, 3 ruang kelas VII, 3 ruang kelas VII dan 3 ruang kelas IX dan 4 ruang asrama, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha,ruang BK, ruang OSIS, ruang HW (pramuka), ruang ketrampilan, ruang perpustakaan, ruang UKS, laboraturiun komputer, laboraturium IPA, koperasi, kantin sekolah, gedung serbaguna, gudang, masjid, lapangan olahraga, tempat parkir, kamarmandi / WC guru, kamar mandi / WC siswa, tempat wudhu, dapur umum, dan post satpam . jelasnya
mengenai
sarana
dan
prasarana
Untuk lebih
pendukung
di
SMP
Muhammadiyah 2 Sawangan Kab. Magelang terdapat di table dibawah ini. Tabel 4.1. Sarana dan Prasarana Pendukung Sekolah No Ruang Jumlah Ruang 1 Ruang Teori/Kelas 9 2 Laboratorium IPA 1 3 Ruang Guru 1 4 Ruang TU 1 5 Ruang Kepala Sekolah 1 6 Ruang OSIS 1 7 Ruang BK 1 8 Ruang Perpustakaan 1 9 Ruang Ketrampilan 1 10 Ruang Koperasi 1 11 Ruang HW (hisbul waton) 1 12 Gedung Serbaguna 1 13 Gudang 1 14 Kamar mandi / WC Guru 2 15 Kamar mandi / WC Siswa 4 16 Masjid 1 17 Pos Satpam 1 18 Asrama 4 19 Dapur Umum 2 20 Ruang Penjaga 1 21 Lapangan Olah Raga 1
Luas (m2) 648 120 72 72 10 10 15 120 25 10 10 120 10 12 68 180 3 360 25 10 144
75
22 Tempat Wudhu 23 Tempat Parkir 24 Kantin Sekolah 25 Laboraturium Komputer Sumber: Data Sekunder 2013
1 1 1 1
10 20 25 72
4.1.2.2. Tenaga Pengajar Tenaga pengajar di SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kabupaten Magelang ini berjumlah 26 guru. 9 guru sudah PNS, 7 guru sertifikasi dan 10 guru wiata. Guru yang mengampu mata pelajaran IPS di SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kab. Magelang berjumlah 2 guru yaitu ibu Muslikhah Ardani dan bapak Haris Setiyawan. selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Profil Guru IPS No
Kode Guru IPS
1 1013257 2 19720303 2004121 001 Sumber: Data Sekunder 2013
Status Kepegawaian Guru sertifikasi PNS
Ijazah Terakhir S1 Pend Ekonomi S1 Pend Sejarah
4.2. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian yang tersaji untuk masing-masing variabel 4.2.1. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung selama penelitian akan
dijelaskan
baik
pelaksanaan
pembelajaran
di
kelas
yang
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara maupun kelas yang menggunakan
model
pembelajaran
Ekspositori
Pada
table
4.3
76
dicantumkan jadwal pelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, sebagai berikut: Tabel 4.3. Jadwal jam pelajaran kelas eksperimen dan kontrol Kelas Hari Jam keVII A (eksperimen) Senin dan Jumat 5-6 dan 1-2 VII B (kontrol)
Senin dan Jumat
2-3 dan 4-5
Sumber: Data Sekunder 2013 4.2.1.1. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif Pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif ini berlangsung selama 2 (dua) kali pertemuan dimana setiap kali pertemuan terdapat 2 (dua) jam pelajaran yang berarti 2 X 40 menit. Pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara. Berikut ini langkahlangkah pada kelas Eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara. 4.2.1.1.1. Persiapan Pembelajaran Peneliti melakukan persiapan berupa pembuatan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Instrumen CD Interaktif yang berisi materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara yang nantinya digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa kelas Eksperimen.
77
4.2.1.1.2. Proses Pembelajaran 4.2.1.1.2.1. Pelaksanaan Pre Test Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara diadakan Pre Test terlebih dahulu. Hal ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum menerima materi pembelajaran, dengan jumlah soal 20 butir pilihan ganda. Peneliti memberikan Pre Test tersebut juga untuk menumbuhkan rasa ingin tahu mengenai materi yang akan dipelajari lebih lanjut. Pre test ini dilakukan pada tanggal 25 Maret 2013. 4.2.1.1.2.2. Pembelajaran Pada Tanggal 5 April 2013 Pelaksanaan pembelajaran pada tanggal 5 April 2013 dilakukan pada kelas eksperimen, kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif. Pembelajaran dimulai pada jam ke-5 sampai jam ke-6. Sebelum memulai pembelajaran peneliti mengenalkan
kepada
siswa
tentang
pembelajaran
dengan
menggunakan model Learning Cycle berbantu CD Interaktif. Pembelajaran dimulai dengan memberikan apersepsi kepada siswa dengan menanyakan apa yang diketahui siswa tentang pengertian kolonialisasi? Selanjutnya pembelajaran dimulai dengan menggunakan CD interaktif yang berisi materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara
78
sebagai sumber belajar. Selain itu pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran Learning Cycle yang harus melalui fase-fase sebagai berikut: 1) Fase Engagement Fase engagement bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi
dalam
menempuh
fase
berikutnya
dengan
jalan
mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini minat dan keingin tahuan (curiosity) siswa tentang topik masa kolonialisme bangsa Eropa di Nusantara berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena kolonialisme bangsa Eropa yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. 2) Fase Exploration Pada fase ini, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide yang mereka punya. Jadi guru membagai kelas eksperimen menjadi 5 kelompok kecil, 1 kelompok berjumlah 5 siswa. Selanjutnya di putarkan CD Interaktif yang berisi materi masa kolonialisme bangsa Eropa di Nusantara kemudian setiap kelompok mengamati dan mencata hal-hal yang penting.
79
3) Fase Explanation Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Pada tahap ini guru menunjuk setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil dari pengamatan CD Interaktif, setiap kelompok diberikan waktu 5 menit. 4) Fase Elaboration Pada fase elaboration, siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan - kegiatan demonstrasi lanjutan atau problem solving. Pada fase ini setiap kelompok yang maju harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain. Waktu sesi tanya jawab hanya 2 menit. 5) Fase Evaluation Pada tahap evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektivitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi pebelajar melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong pebelajar melakukan investigasi lebih lanjut. Pada fase ini setiap kelompok harus menyelesaikan pertanyaan tentang bagaimana cara yang digunakan oleh bangsa Eropa untuk masuk ke Nusantara dan
80
bagaimana cara bangsa Eropa mencapai tujuannya. Setiap kelompok diberikan waktu 5 menit. Tahap selanjutnya peneliti melakukan konfirmasi dengan meluruskan jawaban-jawaban yang kurang sesuai dan memberikan kesempatan kepada siswa jika ada pertanyaan. Untuk selanjutnya peneliti menutup kegiatan pembelajaran IPS tersebut. 4.2.1.1.2.3. Pembelajaran Pada Tanggal 8 April 2013 Proses pembelajaran yang kedua di kelas eksperimen sama halnya seperti proses pembelajaran yang pertama hanya saja topik materi yang berbeda yaitu tentang reaksi bangsa Nusantara terhadap Eropa dan perkembangan masyarakat Nusantara masa kolonialisme. Seperti pertemuan pertama sebelum melakukan pembelajaran dilakukan apersepsi terlebih dahulu yaitu menanyakan apa tanggapan siswa tentang kolonialisme? pertemuan keduapun melalui fase-fase sebagai berikut: 1) Fase Engagement Fase engagement bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi
dalam
menempuh
fase
berikutnya
dengan
jalan
mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini minat dan keingin tahuan (curiosity) siswa tentang topik masa kolonialisme bangsa Eropa di Nusantara berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula siswa diajak
81
membuat prediksi-prediksi tentang fenomena kolonialisme bangsa Eropa yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. 2) Fase Exploration Pada fase ini, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide yang mereka punya. Jadi guru membagai kelas eksperimen menjadi 5 kelompok kecil, 1 kelompok berjumlah 5 siswa. Selanjutnya di putarkan CD Interaktif yang berisi materi masa kolonialisme bangsa Eropa di Nusantara kemudian setiap kelompok mengamati dan mencata hal-hal yang penting. 3) Fase Explanation Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Pada tahap ini guru menunjuk setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil dari pengamatan CD Interaktif, setiap kelompok diberikan waktu 5 menit. 4) Fase Elaboration Pada fase elaboration, siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan - kegiatan demonstrasi lanjutan atau problem solving. Pada fase ini setiap
82
kelompok yang maju harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain. Waktu sesi tanya jawab hanya 2 menit. 5) Fase Evaluation Pada tahap evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektivitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi pebelajar melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong pebelajar melakukan investigasi lebih lanjut. Pada fase ini setiap kelompok harus menyelesaikan pertanyaan tentang bagaimana reaksi bangsa
Nusantara
terhadap
bangsa
Eropa
dan
bagaimana
perkembangan Nusantara masa kolonialisme. Setiap kelompok diberikan waktu 5 menit. Tahap selanjutnya peneliti melakukan konfirmasi dengan meluruskan jawaban-jawaban yang kurang sesuai dan memberikan kesempatan kepada siswa jika ada pertanyaan. Untuk selanjutnya peneliti menutup kegiatan pembelajaran IPS tersebut. 4.2.1.1.2.4. Pelaksanaan Post Test Pertemuan keempat adalah tes akhir atau post test, post test dilakukan setelah kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan mengunakan model Learning Cycle berbantu CD Interaktif materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara. Post Test dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diberikan selama proses pembelajaran berlangsung
83
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif. Pelaksanaan Post Test ini dilakukan pada tanggal 12 April 2013. Pelaksanaan Post Test tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Post Test kelas eksperimen 4.2.1.1.2.5. Uji Ketuntasan Hasil Belajar dengan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif Perhitungan ketuntasan belajar kelas eksperimen ini mengacu pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang digunakan sekolah, yaitu sebesar 70. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen sebesar 73,96 dengan persentase ketuntasan hasil belajar klasikal mencapai 91.667%. Uji ketuntasan belajar dikatakan tuntas jika ketuntasan kelas lebih dari 85%. Karena presentase ketuntasan belajar lebih dari 85% yaitu 91.667% ≥ 85% maka dapat disimpulkan bahwa kelas ekserimen sudah mencapai ketuntasan belajar.
84
4.2.1.2. Pelaksanaan Pembelajaran Pada Kelas yang Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori Pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran Ekspositori ini berlangsung selama 2 (dua) kali pertemuan dimana setiap kali pertemuan terdapat 2 (dua) jam pelajaran yang berarti 2 X 40 menit seperti halnya pada kelas Eksperimen. Pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara. Berikut ini langkahlangkah pada kelas Kontrol yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori. 4.2.1.2.1. Persiapan Pembelajaran Peneliti melakukan persiapan berupa pembuatan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan untuk melaksanakan pembelajaran. 4.2.1.2.2. Proses Pembelajaran 4.2.1.2.2.1. Pelaksanaan Pre Test Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori diadakan Pre Test terlebih dahulu. Hal ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum menerima materi pembelajaran, dengan jumlah soal 20 butir pilihan ganda.
Peneliti
memberikan
Pre
Test
tersebut
juga
untuk
menumbuhkan rasa ingin tahu mengenai materi yang akan dipelajari lebih lanjut. Pre test ini dilakukan pada tanggal 25 Maret 2013.
85
4.2.1.2.2.2. Pelaksanaan Pembelajaran pada tanggal 5 April 2013 Pelaksanaan pembelajaran pada tanggal 5 April 2013 dilakukan pada kelas kontrol, kelas yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Pembelajaran dimulai pada jam ke-2 sampai jam ke-3. Peneliti membuka pelajaran, peneliti memulai pembelajaran dengan memberikan apersepsi kepada siswa dengan menanyakan apa yang diketahui siswa tentang pengertian kolonialisasi ? Untuk selanjutnya pembelajaran dilanjutkan dengan guru menjelaskan tentang proses masuknya bangsa Eropa ke Nusantara dan menerangkan tentang cara apa saja yang digunakan oleh bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya dengan menggunakan sumber buku Lembar Kerja Siswa yang ada. Setelah pemberian materi selesai guru memberikan pertanyaan kepada setiap siswa tentang topik proses masuknya dan cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. Untuk selanjutnya dibahas dan membuat kesimpulan bersama-sama dan menutup pembelajaran IPS untuk hari tersebut. 4.2.1.2.2.3. Pelaksanaan Pembelajaran pada tanggal 8 April 2013 Seperti halnya pada pertemuan pertama, pertemuan keduapun sama halnya dengan pertemuan pertama hanya saja topiknya saja yang berbeda yaitu tentang bagaimana reaksi bangsa Nusantara terhadap bangsa Eropa dan bagaimana perkembangan Nusantara masa kolonialisme.
Peneliti
membuka
pelajaran,
peneliti
memulai
86
pembelajaran dengan memberikan apersepsi kepada siswa dengan menanyakan apa pendapat siswa tentang kolonialisasi ? Untuk selanjutnya pembelajaran dilanjutkan dengan guru menjelaskan tentang reaksi bangsa Nusantara terhadap bangsa Eropa dan menerangkan tentang proses perkembangan Nusantara pada masa kolonialisme dengan menggunakan sumber buku Lembar Kerja Siswa yang ada. Setelah pemberian materi selesai guru memberikan pertanyaan kepada setiap siswa tentang topik reaksi bangsa Nusantara terhadap bangsa Eropa dan proses perkembangan Nusantara pada masa kolonialisme. Untuk selanjutnya dibahas dan membuat kesimpulan bersama-sama dan menutup pembelajaran IPS untuk hari tersebut. 4.2.1.2.2.4. Pelaksanaan Post Test Pertemuan keempat adalah tes akhir atau Post Test, Post Test dilakukan
setelah
kelas
kontrol
diberikan
perlakuan
berupa
pembelajaran dengan mengunakan model Ekspositori. Post Test dilakukan sama halnya dengan kelas eksperimen yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara yang telah diberikan selama proses pembelajaran
berlangsung
menggunakan
model
pembelajaran
Ekspositori. Pelaksanaan Post Test ini dilakukan pada tanggal 12 April 2013. Pelaksanaan Post Test tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2.
87
Gambar 4.2 Post Test kelas kontrol 4.2.1.2.2.5. Uji Ketuntasan Hasil Belajar dengan Model Pembelajaran Ekspositori Perhitungan ketuntasan belajar kelas kontrol ini mengacu pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang digunakan sekolah, yaitu sebesar 70. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen sebesar 70 dengan persentase ketuntasan hasil belajar klasikal mencapai 70%. Uji ketuntasan belajar dikatakan tuntas jika ketuntasan kelas lebih dari 85%. Karena presentase ketuntasan belajar kurang dari 85% yaitu 70% ≤ 85% maka dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol belum mencapai ketuntasan belajar. 4.2.2. Perbedaan Keaktifan Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif Dan yang Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori Penilaian keaktifan belajar siswa dilakukan selama pembelajaran IPS Sejarah berlangsung, yaitu selama 2 (dua) X pertemuan dimana sekali
88
pertemuan 2 jam pelajaran yaitu 2 X 40 menit. Penilaian ini dinilai dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh observer. Pada penelitian ini obsever menilai siswa pada saat pembelajaran berlangsung, observer yang pertama adalah guru mata pelajaran IPS yaitu ibu Muslikhah Ardani dan observer yang kedua adalah Mahasiswa yang bernama Linda Astuti. Terdapat delapan jenis keaktifan belajar yang diobservasi dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan visual (visual activities), kegiatankegiatan lisan (oral activities), kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), kegiatan-kegiatan metrik (motor activities), kegiatan-kegiatan mental (mental activities), dan kegiatankegiatan emosional (emotional activities) (Diedrich dalam Hamalik, 2009:172) yang kemudian dijabarkan lagi ke dalam 15 indikator keaktifan belajar siswa. 4.2.2.1. Keaktifan Belajar Siswa Kelas Eksperimen Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti selama 2 (dua) kali pertemuan, keaktifan belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model Learning Cycle berbantu CD interaktif materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara diketahui bahwa rata-rata keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan dan keseluruhan memiliki kriteria cukup baik. Pada pertemuan pertama memiliki rata-rata 62% dan pada pertemuan kedua memiliki rata-rata 76%. Lebih lengkapnya disajikan pada table 4.4.
89
Tabel 4.4. Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Kelas Eksperimen Tiap Pertemuan Kelas Eksperimen No Keaktifan Belajar Pertemuan I Pertemuan II Kegiatan-kegiatan visual 68.00% 82.00% 1. Kegiatan-kegiatan lisan
60.00%
77.00%
61.00%
74.00%
4.
Kegiatan-kegiatan mendengarkan Kegiatan-kegiatan menulis
61.00%
72.00%
5.
Kegiatan-kegiatan metric
64.00%
79.00%
6.
Kegiatan-kegiatan mental
59.00%
70.00%
Kegiatan-kegiatan emosional
61.00%
78.00%
2. 3.
7.
Rata-Rata Klasikal 62% Kriteria Cukup Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013.
76% Baik
Dilihat dari rata-rata keaktifan belajar siswa secara keseluruhan selama 2 (dua) kali pertemuan pada kelas eksperimen, diketahui besar rata-ratanya sebesar 69%, sehingga termasuk dalam kriteria baik. Besar rata-rata secara keseluruhan keaktifan belajar siswa kelas eksperimen di lihat pada Tabel 4.5. Berdasarkan Tabel 4.5. dapat diketahui ketuju jenis keaktifan belajar yang dijabarkan ke dalam 15 indikator, seluruhnya masuk dalam kriteria cukup baik. Tabel 4.5. Rekapitulasi Keaktifan Belajar Siswa Selama Pembelajaran Kelas Eksperimen No 1 2
3
Keaktifan Belajar
Indikator Penelitian 5. Perhatian siswa ketika guru Kegiatan-kegiatan menerangkan visual 6. Perhatian terhadap CD Interaktif Kegiatan-kegiatan 7. Mampu mengajukan pertanyaan lisan 8. Mampu menjawab pertanyaan Kegiatan-kegiatan 9. Mendengarkan ketika guru menjelaskan mendengarkan 10. Mendengarkan ketika teman presentasi
(%)
Kriteria
68
Baik
82 60 77
Baik Cukup Baik
59
Cukup
74
Baik
90
4
Kegiatan-kegiatan 11.Keaktifan dalam menyelesaikan soal latihan menulis 12. Keaktifan dalam membuat catatan
5
6
7
Kegiatan-kegiatan 13.Minat demonstrasi di depan kelas metrik 14. Keaktifan dalam berdiskusi 15. Keaktifan siswa dalam memecahkan masalah. Kegiatan-kegiatan 16.Keaktifan siswa dalam menanggapi pendapat/pertanyaan mental 17. Keaktifan siswa dalam menanggapi pertanyaan/pernyataan Kegiatan-kegiatan 18.Semangat siswa dalam pembelajaran emosional 19. Semangat siswa dalam berdiskusi Rata-rata Klasikal
61
Cukup
72 64 79
Baik Cukup Baik
61
Cukup
70
Baik
79
baik
61 68 69
Cukup Baik Baik
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013. 4.2.2.2. Keaktifan Belajar Siswa Kelas Kontrol Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti selama 2 (dua) kali pertemuan, keaktifan belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori diketahui bahwa rata-rata keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan dan keseluruhan memiliki kriteria cukup baik seperti halnya pada kelas Eksperimen. Pada pertemuan pertama memiliki rata-rata 63% dan pada pertemuan kedua memiliki ratarata 69%. Lebih lengkapnya disajikan pada table 4.6. Tabel 4.6. Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Kelas Kontrol Tiap Pertemuan Kelas kontrol No Keaktifan Belajar Pertemuan I Pertemuan II Kegiatan-kegiatan visual 67.00% 70.00% 1. Kegiatan-kegiatan lisan
62.00%
67.00%
Kegiatan-kegiatan mendengarkan Kegiatan-kegiatan menulis
60.00%
70.00%
63.00%
69.00%
5.
Kegiatan-kegiatan metrik
65.00%
72.00%
6.
Kegiatan-kegiatan mental
62.00%
66.00%
2. 3. 4.
91
7.
Kegiatan-kegiatan emosional
62.00%
69.00%
Rata-Rata Klasikal 63% Kriteria Cukup Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013.
79% Baik
Dilihat dari rata-rata keaktifan belajar siswa secara keseluruhan selama 2 (dua) kali pertemuan pada kelas eksperimen, diketahui besar rata-ratanya sebesar 66%, sehingga termasuk dalam kriteria Cukup Baik. Besar rata-rata secara keseluruhan keaktifan belajar siswa kelas eksperimen di lihat pada Tabel 4.7. Berdasarkan Tabel 4.7. dapat diketahui ketuju jenis keaktifan belajar yang dijabarkan ke dalam 15 indikator, seluruhnya masuk dalam kriteria cukup baik. Tabel 4.7. Rekapitulasi Keaktifan Belajar Siswa Selama Pembelajaran Kelas Kontrol No 1 2
3
4 5
6
7
Keaktifan Belajar
Indikator Penelitian Kegiatan-kegiatan 20.Perhatian siswa ketika guru menerangkan visual 21. Perhatian terhadap CD Interaktif Kegiatan-kegiatan 22.Mampu mengajukan pertanyaan lisan 23. Mampu menjawab pertanyaan Kegiatan-kegiatan 24.Mendengarkan ketika guru menjelaskan mendengarkan 25. Mendengarkan ketika teman presentasi 26. Keaktifan dalam menyelesaikan soal Kegiatan-kegiatan latihan menulis 27. Keaktifan dalam membuat catatan Kegiatan-kegiatan 28.Minat demonstrasi di depan kelas metrik 29. Keaktifan dalam berdiskusi 30. Keaktifan siswa dalam memecahkan masalah. Kegiatan-kegiatan 31.Keaktifan siswa dalam menanggapi pendapat/pertanyaan mental 32. Keaktifan siswa dalam menanggapi pertanyaan/pernyataan Kegiatan-kegiatan 33.Semangat siswa dalam pembelajaran emosional 34. Semangat siswa dalam berdiskusi Rata-rata Klasikal
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013.
(%)
Kriteria
67
Cukup
70 62 67
Baik Cukup Cukup
60
Cukup
70
Baik
63
Cukup
69 65 72
Baik Cukup Baik
62
Cukup
66
Cukup
62
Cukup
69 66 66
Baik Cukup Cukup
92
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata keaktifan belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD interaktif materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara dengan rata-rata siswa yang mengunakan model pembelajaran Ekspositori sama-sama mengalami kenaikan rata-rata. Akan tetapi keaktifan siswa yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD interaktif materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara lebih baik dibandingkan dengan keaktifan siswa yang mengunakan model pembelajaran Ekspositori yakni sebesar 69% dengan 66% lebih jelasnya lihat pada table 4.8. Tabel 4.8. Perbandingan Rata-Rata Keaktifan Belajar Siswa Selama Pembelajaran Kelas Eksperimen Kelas Kontrol No Keaktifan Belajar Rata-Rata Kriteria Rata-Rata Kriteria 1. Kegiatan-kegiatan visual 75.00% 68.50% Baik Baik 2.
Kegiatan-kegiatan lisan
68.50%
Baik
64.50%
Cukup
3.
66.50%
Cukup
65.00%
Cukup
4.
Kegiatan-kegiatan mendengarkan Kegiatan-kegiatan menulis
66.50%
Cukup
66.00%
Cukup
5.
Kegiatan-kegiatan metrik
71.50%
Baik
68.50%
Baik
6.
Kegiatan-kegiatan mental
65.50%
Cukup
64.00%
Cukup
7.
Kegiatan-kegiatan emosional Rata-rata Klasikal
69.50%
Baik
65.50%
Cukup
69.00%
Baik
66.00%
Cukup
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013.
93
4.2.3. Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif Dan yang Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori
Penilaian hasil belajar siswa dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes. Dalam penelitian ini, tes dilakukan dua kali yakni pada saat sebelum pembelajaran (Pre Test) dan sesedah pembelajaran (Post Test). Soal tes yang diberikan kepada siswa adalah soal pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 40 butir. Hasil dari tes tersebut kemudian di analisis secara deskriptif maupun secara statistik. 4.2.3.1. Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Hasil belajar siswa kelas eksperimen sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan model Learning Cycle berbantu CD Interaktif materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara dapat dilihat pada Tabel 4.9. Terlihat dari Tabel 4.9. tersebut rata-rata nilai tes awal (Pre Test) kelompok eksperimen sebesar 67.71 dengan nilai tertinggi 80.00 dan nilai terendah 55.00. Sedangkan untuk rata-rata nilai tes akhir (Post Test) kelompok eksperimen sebesar 80.21 dengan nilai tertinggi 92.50 dan nilai terendah sebesar 65.00. Hasil belajar kelas eksperimen tersebut menunjukkan adanya peningkatan antara Pre Test dan Post Test. Tabel 4.9. Hasil Belajar Kelas Eksperimen No
Test
Maksimum
Nilai Minimum
Rata-Rata
1.
Pre Test
80.00
55.00
67.71
2.
Post Test
92.50
65.00
80.21
94
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013. 4.2.3.2. Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Hasil belajar siswa kelas kontrol sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Ekspositori dapat dilihat pada Tabel 4.10. Terlihat dari Tabel 4.10. tersebut rata-rata nilai tes awal (Pre Test) kelompok eksperimen sebesar 66.25 dengan nilai tertinggi 80.00 dan nilai terendah 55.00. Sedangkan untuk rata-rata nilai tes akhir (Post Test) kelompok eksperimen sebesar 73.88 dengan nilai tertinggi 97.50 dan nilai terendah sebesar 60.00. Hasil belajar kelas kontrol tersebut menunjukkan adanya peningkatan antara Pre Test dan Post Test. Tabel 4.10. Hasil Belajar Kelas Kontrol Nilai No 1.
Test Pre Test
Maksimum
Minimum
Rata-Rata
80.00
55.00
66.25
60.00
73.88
2. Post Test 97.50 Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013.
Analisis statistik yang digunakan untuk menganalisis data hasil belajar siswa pada materi pokok masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara meliputi analisis tahap awal dan tahap akhir. Pada analisis tahap awal yang dianalisis adalah data Pre Test, sedangkan analisis tahap akhir yang dianalisisi adalah data Post Test. Pada analisis tahap akhir digunakan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini.
95
4.2.3.3. Kemampuan Peserta Didik Sebelum Perlakuan Kemampuan peserta didik sebelum mendapat perlakuan perlu di analisis untuk mendapatkan data awal mengenai kemampuan peserta didik sebelum mendapat perlakuan selain itu juga untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol berawal dari keadaan yang setara. Data yang digunakan dalam analisis data awal adalah data hasil Pre Test. Analisis data awal yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji persamaan dua rata-rata. 4.2.3.3.1. Uji Normalitas Data Pre Test Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui kenormalan data sebelum perlakuan. Hasil uji normalitas data pengukuran Pre Test sebelum perlakuan dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007. Gambaran umum hasil Pre Test kelas eksperimen dan kelas kontrol di sajikan pada table 4.11. Table 4.11. gambaran umum hasil Pre Test kelas Eksperimen Sumber Variasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Nilai rata-rata
67.71
66.25
Simpangan baku
7.14
7.05
Nilai tertinggi
80
80
Nilai terendah
55
55
Rentang
25
25
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013. Dari tabel diatas diperoleh keterangan nilai rata-rata kelas eksperimen = 67.71, simpangan baku = 7.14, nilai tertinggi = 80, dan nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 55. Pada kelas kontrol
96
diperoleh keterangan rata-rata kelas kontrol = 66.25, simpangan baku = 7.05, nilai tertinggi = 80 dan nilai terendah = 55. Sedangkan hasil perhitungan uji normalitas di sajikan pada table 4.12. Tabel 4.12. Hasil Uji Normalitas Data Pre Test Kelas χ2hitung dk
χ2tabel
kriteria
Kelas Eksperimen
7.42
6
7.81
Normal
Kelas Kontrol
6.91
6
7.81
Normal
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas di atas dapat disimpulkan bahwa χ2hitung < χ2tabel kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 7.42 < 11.07 dan 6.91 < 11.07 yang berarti bahwa data Pre Test kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut berdistribusi normal. 4.2.3.3.2. Uji Homogenitas Data Pre Test Uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas sebelum diberikan perlakuan (pembelajaran) dalam keadaan yang sama atau tidak. Hasil perhitungan uji homogenitas tersaji pada table 4.13. Tabel 4.13. Data Uji homogenitas Data Pre Test Sumber Variasi Kelompok Kelompok Kontrol Eksperimen Jumlah 1625 1325
51.04 Varians ( ) Standar deviasi (s) 7.14 Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013. Berdasarkan table diatas diperoleh
49.67 7.05
97
F
=
= 1.03
Pada α = 5% dengan dk pembilang
= nb- 1= 33- 1 = 32
dk penyebut
= nk-1 = 37- 1 = 36 = 1.97
1.0276
1.97
Gambar 4.3 kurva uji homogenitas Table 4.14. hasil uji homogenitas Pre Test Kelas
Varians
Dk
Eksperimen
51.0
23
Kontrol
49.7
19
Fhitung
Ftabel
Kriteria
1.03
1.97
Mempunyai varians yang sama
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013. Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama. 4.2.3.3.3. Uji Persamaan Dua Rata-rata Data Pre Test Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata data pre test dapat disajikan pada Tabel 4.15. Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Uji Persamaan Dua Varians Data Pre Test Kelas rata-rata dk thitung ttabel Kriteria 67.7 23 Eksperimen Tidak ada 0.678 2.030 perbedaan Kontrol 19 66.3 Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013.
98
2.03
0.678
2.030
Gambar 4.4 uji persamaan dua rata-rata data Pre Test Karena t berada pada daerah penerima Ho, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan nilai Pre Test yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. 4.2.3.4. Kemampuan Peserta Didik Setelah Perlakuan Setelah memperoleh perlakuan pembelajaran yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dari kedua kelas terseut di peroleh data hasil belajar siswa mengenai materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara melalui Post Test. Dan hasil belajar tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan akhir peserta didik pada kelas eksperimen yang telah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif dengan kelas kontrol yang telah mendapatkan pemrlakuan pembelajaran dengan menggunakan model Ekspositori. Analisis data tahap akhir dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang telah diajukan. Analisis tahap akhir meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji beda rata-rata yang
99
dilakukan pada data hasil belajar siswa pada materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara.
4.2.3.4.1. Uji Normalitas Data Post Test Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui kenormalan data sebelum perlakuan. Hasil uji normalitas data pengukuran Pos Test setelah perlakuan dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007. Gambaran umum hasil Post Test kelas eksperimen dan kelas kontrol di sajikan pada table 4.16. Table 4.16. gambaran umum hasil Post Test kelas Eksperimen dan kelas Kontrol Sumber Variasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Nilai rata-rata
80.21
73.88
Simpangan baku
9.22
8.87
Nilai tertinggi
95
98
Nilai terendah
65
60
Rentang
30
38
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013. Dari tabel diatas diperoleh keterangan nilai rata-rata kelas eksperimen = 80.21, simpangan baku = 9.22, nilai tertinggi = 95, dan nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 65. Pada kelas kontrol diperoleh keterangan rata-rata kelas kontrol = 73.88, simpangan baku = 8.87, nilai tertinggi = 98 dan nilai terendah = 60. Sedangkan hasil perhitungan uji normalitas di sajikan pada table 4.17. Tabel 4.17. Hasil Uji Normalitas Data Post Test
100
Kelas
χ2hitung
dk
χ2tabel
kriteria
Kelas Eksperimen
7.70
6
7.81
Normal
Kelas Kontrol
5.91
6
7.81
Normal
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas di atas dapat di simpulkan bahwa χ2hitung < χ2tabel kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 7.70 < 11.07 dan 5.91 < 11.07 yang berarti bahwa data Post Test kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut berdistribusi normal. 4.2.3.4.2. Uji Homogenitas Data Post Test Uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas sebelum diberikan perlakuan (pembelajaran) dalam keadaan yang sama atau tidak. Hasil perhitungan uji homogenitas tersaji pada table 4.18. Tabel 4.18. Data Uji homogenitas Data Post Test Sumber Variasi Kelompok Kelompok Kontrol Eksperimen Jumlah 1925 1478
54.30 Varians ( ) Standar deviasi (s) 7.17 Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013. Berdasarkan table diatas diperoleh F
=
= 1.4475
Pada α = 5% dengan dk pembilang
= nb- 1 = 24- 1 = 23
78.60 8.87
101
dk penyebut
= nk- 1 = 20- 1 = 19 = 2.46
1.4475
2.46
Gambar 4.5 uji homogenitas Post Test Table 4.19 hasil uji homogenitas Post Test Kelas
Varians
Dk
Eksperimen
54.3
23
Fhitung
Ftabel
1.45
1.97
78.6 Kontrol 19 Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013.
Kriteria Mempunyai varians yang sama
Karena F berada pada daerah penerima Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok tersebut memiliki varians yang tidak berbeda. 4.2.3.4.3. Uji Perbedaan Rata-rata Data Post Test Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata data post test dapat disajikan pada Tabel 4.20. Tabel 4.20. Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Dua Varians Data PostTest Kelas rata-rata dk thitung ttabel Kriteria Eksperimen 80.2 23 Ada 2.589 2.033 perbedaan Kontrol 73.9 19 Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013.
102
2.07
2.07
2.589
Gambar 4.6 uji perbedaan dua rata-rata data Post Test Karena t berada di luar daerah penerima Ho, maka dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan nilai Post Test yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
4.3. Pembahasan 4.3.1. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif Proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif ada beberapa tahap pelaksanaan yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran 4.3.1.1. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibutuhkan selama proses pembelajaran berlangsung seperti halnya mempersiapkan instrument CD Interaktif yang berisi materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara yang nantinya akan digunakan sebagai bahan ajar bagi siswa kelas eksperimen. 4.3.1.2. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif meliputih beberapa
103
tahapan yaitu membuka pelajaran, isi pelajaran dan menutup pelajaran. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut. 4.3.1.2.1. Membuka Pelajaran Tahap awal pembelajaran peneliti melakukan apersepsi kepada siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang akan diberikan kepada siswa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditujukan agar mempermudah siswa memahami ide-ide yang baru dipelajari dengan mangaitkan pada pemahaman ide yang telah dimiliki siswa. Apersepsi membangkitkan minat dan perhatian untuk sesuatu. Karena itu pelajaran harus selalu dibangun di atas pengetahuan yang telah adaIsi Pelajaran 4.3.1.2.2. Isi Pelajaran Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah tentang masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara dengan sumber belajar berupa CD Interaktif. Dengan bantuan CD Interaktif tersebut diharap peserta didik lebih dapat meningkatkan keaktifan belajar dan keterampilan prosesnya di kelas. Penggunaan CD Interaktif ini disetiap pertemuannya memberi peluang besar kepada siswa untuk belajar lebih inovatif sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pembelajaran selama dua kali pertemuan tersebut siswa lebih bnyak disuguhi dengan data mentah selanjutnya siswa sendiri yang akan mengolah dan menciptakan informasi baru berdasarkan data tersebut, disini guru hanya sebagai moderator dan fasilitator. Disamping
104
itu siswa juga lebih banyak bekerja sebagai kelompok. Disini siswa dibagi kedalam kelompok yang berjumlah lima orang dan disuruh berdiskusi mengenai masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara yang tersaji dalam CD Interaktif. Dengan pelaksanaan diskusi ini, diharapkan terjadi pembelajaran yang kooperatif dan kompetitif dikalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. 4.3.1.2.3. Menutup Pelajaran Pada
akhir
pembelajaran,
peneliti
menyimpulkan
proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya apabila masih ada hal yang belum dipahaminya. 4.3.1.2.4. Evaluasi Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti berupa tes tertulis. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan pembelajaran menggunakan model Learning Cycle Berbantu CD Interaktif. Tes evaluasi (Post Test) ini berupa soal pilihan ganda (multiple choice) dengan jumlah 20 butir soal. Selain itu evaluasi juga digunakan
untuk
menentukan
ketuntasan
belajar
siswa
kelas
eksperiment. Dari analisis perhitungan analisis statistik diketahui bahwa presentase ketuntasan belajar kelas yang menggunakan model Learning Cycle Berbantu CD Interaktif mencapai 91.667% dimana ketuntasan belajar mencapai batas tuntas jika lebih dari 85%. Karena ketuntasan kelas yang menggunakan model Learning Cycle Berbantu CD Interaktif lebih dari batas kentutasan maka dapat disimpulkan bahwa kelas yang
105
menggunakan model Learning Cycle Berbantu CD Interaktif sudah mencapai ketuntasan belajar. 4.3.2. Perbedaan Keaktifan Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif Dan yang Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori Keaktifan siswa merupakan respon positif terhadap suatu aksi. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Keaktifan belajar dalam penelitian ini diteliti dengan cara observasi, dan jenis keaktifan belajar yang diamati meliputi kegiatan-kegiatan visual (visual activities), kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), kegiatankegiatan mendengarkan (listening activities), kegiatan-kegiatan menulisn (writing activities), kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), kegiatan-kegiatan metrik (motor activities), kegiatan-kegiatan mental (mental activities), dan kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities). Obserbasi keaktifan belajar ini dilakukan pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif maupun pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Dari hasil analisis keaktifan belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori memang terdapat perbedaan
106
keaktifan belajar. Selama 2 (dua) kali pembelajaran keaktifan belajar kelas yang menggunakan metode Learning Cycle berbantu CD Interaktif lebih baik keaktifan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif mengalami peningkatan rata-rata keaktifan belajarnya lebih baik bila dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Hal ini ditunjukkan dari hasil observasi keaktifan siswa pertemuan pertama kelas eksperimen yaitu sebesar 62 % dan pertemuan kedua sebesar 76 % bila dibandingkan hasil kelas kontrol pertemuan pertama yaitu sebesar 63 % dan pertemuan kedua sebesar 69 % jelas terlihat keaktifan belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Table 4.21 perbedaan rata-rata keaktifan belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol tersaji sebagai berikut. Table 4.21. perbedaan rata-rata keaktifan belajar kelas ekperimen dengan kelas ekspositori Kelas Pertemuan I Pertemuan II Peningkatan Kelas 62 % 76 % 14 % Eksperimen
Kelas Kontrol
63 %
68 %
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013.
5%
107
4.3.3. Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle Berbantu CD Interaktif Dan yang Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori Perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebelum dilakukan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle berbantu CD interaktif dan model pembelajaran Ekspositori memang tidak terdapat perbedaan, hal ini dari analisis data Pre Test uji beda t yang menunjukkan thitung = 0.678 dan ttabel = 2.030 dimana t berada pada daerah penerima Ho, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan nilai Pre Test yang signifikan. Akan tetapi setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda yaitu siswa kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif dan siswa kelas kontrol menggunakan model pembelajaran Ekspositori pada kedua kelas tersebut terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dari hasil thitung = 2.589 dan ttabel = 2.033 dimana t berada di luar daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan nilai Post Test yang signifikan antara kedua kelas tersebut. Peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol tersaji pada table 4.22. Table. 4.22.perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol % Normal nilai Rata rata % Peningkatan Peningkatan Gain No Kelas Pre pretest pretest pretest Posttest test posttest posttest posttest 1 Eksperimen 67.71 80.21 12.50 18.5% 39% 2 Kontrol 66.25 73.88 7.63 Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013.
11.5%
22.6%
Kriteria faktor g pretest posttest Sedang Rendah
BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Dari hasil penelitian, analisis data dan pembahasan
diperoleh
simpulan bahwa kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantun CD Interaktif sudah mencapai ketuntasan belajar, keaktifan belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model Learning Cycle berbantu CD interaktif diketahui bahwa rata-rata keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan dan keseluruhan memiliki kriteria cukup baik sedangkan perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD Interaktif dan siswa yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori pada kedua kelas tersebut terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan. Kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berbantu CD interaktif lebih baik dari pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori hal ini di ketahui dari kenaikan rata-rata belajar siswa setiap kelas. 5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis akan mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi siswa diharapkan untuk meningkatkan keaktifan dalam kelas ketika proses pembelajaran yang nantinya akan berdampak baik dengan meningkatnya hasil belajar.
108
109
2. Bagi guru diharapkan untuk dapat menciptakan suasana dan cara pembelajaran yang menarik, inovatif, efektif dan atraktif yang nantinya dapat membangkitkan keaktifan siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran. 3. Bagi sekolah diharapkan mampu mendukung baik secara moril maupun materil kepada guru mata pelajaran IPS dalam memberikan penjelasan kepada siswa sehingga guru mampu menciptakan suasana belajar yang lebih bervariasi dan efektif, sehingga siswa pun tidak merasa jenuh dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA Anni, Chatarina Tri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: PT Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Damyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Didang. 2008. Pengetahuan Sosial 1 untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Fajaroh dan Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle).
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklusbelajar-learning-cycle/ Mudyahardjo, Redja. 2002. Pengantar pendidikan sebuah studi awal tentang dasar-dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Muhibbin, Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press Sudjana, Nana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Suyanto, M. 2005. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta: ANDI. Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: FMIPA.
110
111
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
112
LAMPIRAN
113
Lampiran 1 DAFTAR NAMA SISWA KELAS UJI COBA
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
KODE UC-1 UC-2 UC-3 UC-4 UC-5 UC-6 UC-7 UC-8 UC-9 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19
NAMA Ahmad Dafik Al Fajar Andi Yulianto Ari Dwi Setyawan Beni Muhammad K Febri Puji Lestari Fido Nova Aryanto Frida Nur Oktavian Heni Purwanti Ika Aji Setiawan Istiqomah Moni S Kelik Sujarwo Linna Purwaningsih Nova Aldi kurniawan Riswadi Sholeh Nur Sholikhin Siti Nur Fatimah Wahyu Pujiati Yoga Pangestu Yuli Erna Nuryanti
L/P L L L L P L P P P P L P L L L P P L P
114
Lampiran 2 DAFTAR SISWA KELAS EKSPERIMEN
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
KODE E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 E-8 E-9 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24
NAMA Aisah Sarah Shelynna Anggoro Anisa Azka Amalia Bagus Rahayu Bardi Dwi Yulianto Erra Erfiana Erwin Arfianto Ferdiyanto Hana Setyawan Isna Aisafa M. Annur Mugiyono Muhammad Fahrul Ardian Nisma Purivandani Rakhmadani Ririt Fajar Ariyadi Suyanti Tia Andrianingsih Tri Widia Nur Aini Tutik Mulyati Budi Prasetyo Indrian Nur
L/P P L P P L L L P L L L P L L L P L L P P P P L P
115
Lampiran 3 DAFTAR SISWA KELAS KONTROL
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
KODE K-1 K-2 K-3 K-4 K-5 K-6 K-7 K-8 K-9 K-10 K-11 K-12 K-13 K-14 K-15 K-16 K-17 K-18 K-19 K-20
NAMA Aji Tama Putra Annisah Arkham Nur Fajri Arwadi Dedek Agus Santoso Dwi Ummu Salamah Eko Budi Setiawan Evi Wulandari Fenni Nur Azizah Herwiana Ika Anis F Indra Prasetyo Aji Isnaini Ftri M Mat Asiz Banyuaji Muh. Abdul Gofar S Nia Nur Rohmiyati Nugroho Tri M Rizki Supriyanto Rozi Ikhsani Sulastri
L/P L P L L L P L P P P P L P L L P L L L P
118
Lampiran 4
SILABUS PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kelas : VII(tujuh) Mata Pelajaran : IPS Sejarah Semester : 2(dua) Standar Kompetensi : Memahaami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Buddha sampai masa Kolonial Eropa. Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran*
Indikator Pencapaian Kompetensi
5.3. Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa
Proses masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia
Melacak proses masuknya bangsabangsa Eropa dengan mengamati peta penjelajahan samodra
Menguraikan proses masuknya bangsa– bangsa Eropa ke Indonesia
Cara-cara yang Membaca buku referensi tentang digunakan bangsa Eropa cara-cara yang digunakan bangsa untuk Eropa untuk mencapai mencapai tujuannya tujuannya Reaksi Bangsa Indonesia terhadap bangsa Eropa; perlawanan terhadap Portugis, Spanyol dan VOC
Membaca referensi dan mengamati gambar-gambar perlawanan terhadap Portugis ,Spanyol dan VOC
Penilaian Teknik Tes tulis Tes unjuk kerja
Bentuk Contoh Instrumen Instrumen Tes Uraian Jelaskan proses masuknya bangsabangsa Eropa ke Tes Indonesia Presentasi Jelaskan cara –cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya
Mengidentifikasi caracara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
4JP
Buku paket IPS kelas VII, Foto / gambar tentang masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara,
Mengidentifikasi reaksi bangsa Indonesia terhadap bangsa Eropa
Tes tulis
Tes unjuk kerja
Tes Uraian Bandingkan perbedaan kehidupan pemerinthan sebelum dan sesudah masa kolonial Eropa Tes presentasi
CD Interaktif materi masa kolonial bangsa Eropa di Nusantara,
119
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran*
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Alokasi Waktu
Sumber Belajar LKS IPS
Mendeskripsik anperkembang an masyarakat,ke budayaan dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa
Membaca referensi tentang perkembangan kehidupan masyarakat ,kebudayaan dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa
Karakter siswa yang diharapkan :
Mendiskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan ,dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa
kelas VII semester 2.
Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness)
Guru IPS
Sawangan, 25 Maret 2013 Peneliti
Muslikhah Ardani S.Pd NIM. 1013257
Annisaak Sholikhatun F NIM. 3101409094
Lampiran 4
Kompetensi Dasar
120 Lampiran 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Uji Coba
Nama Sekolah
:
SMP Muhammadiyah 2 Sawangan
Mata Pelajaran
:
Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / semester
:
VII / II
Standar Kompetensi
:
5.
Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu – Budha sampai masa kolonial Eropa.
Kompetensi Dasar
:
5.3
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat , kebudayaan dan pemerintah pada masa kolonial Eropa
Alokasi Waktu
:
2 jam pelajaran ( 1 x pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran. Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat, 1. Menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. 2. Mengidentifikasi cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. Karakter siswa yang diharapkan :
Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness)
B. Materi Pelajaran. 1. Proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. A. Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia mempunyai tiga tujuan sebagai berikut.
121 Lampiran 5 a. Tujuan ekonomi, yaitu mencari keuntungan yang besar dari hasil perdagangan rempah-rempah. Membeli dengan harga murah di Maluku, dan menjualnya dengan harga tinggi di Eropa. b. Tujuan agama, yaitu menyebarkan agama Nasrani. c. Tujuan petualangan, yaitu mencari daerah jajahan. Tujuan tersebut lebih dikenal dengan gold, glory, gospel. a. Gold, yaitu mencari emas dan mencari kekayaan. b. Glory, yaitu mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan. c. Gospel, yaitu tugas suci menyebarkan agama Kristen. B. Kedatangan bangsa Spanyol di Indonesia Tujuan kedatangan bangsa Spanyol ke Indonesia sama dengan tujuan bangsa Portugis, yaitu mencari kekayaan, menyebarkan agama Nasrani, dan mencari daerah jajahan. Pada tanggal 8 Nopember 1521, kapal dagang Spanyol berlabuh di Maluku, setelah melalui Filipina, Kalimantan Utara, kemudian langsung ke Tidore. Di sini bangsa Spanyol diterima baik oleh rakyat Tidore. Namun Portugis yang ada di Ternate merasa terancam dan tidak mau disaingi sesame bangsa Eropa, yang dianggap akan mengganggu monopolinya. Kemudian mereka bersengketa, dan dibuatlah perjanjian di Saragosa pada tahun 1526, yang menyebabkan Spanyol harus meninggalkan Tidore. C. Kedatangan bangsa Inggris di Indonesia Inggris mendirikan kongsi dagang yang diberi nama East Indian Company (EIC) pada tahun 1600. Pemerintah Inggris memberikan hak-hak istimewa kepada EIC. Pada abad ke-18, para pedagang Inggris juga sudah banyak yang berdagang di Indonesia. Bahkan sejak Belanda menjadi sekutu Perancis, Inggris selalu mengancam kedudukan Belanda di Indonesia. Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia. Raflles yang diangkat sebagai pemimpin Inggris atas wilayah Indonesia, memberikan kesempatan pada penduduk Indonesia untuk melaksanakan perdagangan bebas. Namun, kekuasaan Inggris tetap bersifat menindas bangsa Indonesia. D. Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia
122 Lampiran 5 Perang antara Belanda melawan Spanyol selama 80 tahun (1568-1648) telah mendorong Belanda untuk mencari daerah jajahan ke nusantara. Tujuan Belanda datang ke Indonesia, sama dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya, yaitu mencari kekayaan, monopoli perdagangan, dan mencari daerah jajahan. Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Namun kedatangan Belanda diusir penduduk pesisir Banten karena mereka bersikap kasar dan sombong. Belanda datang lagi ke Indonesia dipimpin Jacob van Heck pada tahun 1598. Pada tanggal 20 Maret tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), dengan tujuan sebagai berikut. a. Menghilangkan persaingan yang merugikan para pedagang Belanda. b. Menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan dengan bangsa Portugis dan pedagang-pedagang lainnya di Indonesia. c. Mencari keuntungan yang sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan Spanyol. VOC menerapkan beberapa aturan paksa yang harus dilaksanakan oleh Indonesia. Bentuk-bentuk aturan paksa VOC yang diterapkan di Indonesia tersebut sebagai berikut. a. Monopoli dagang. b. Pajak yang harus dibayar dengan hasil bumi. c. Penjualan paksa hasil bumi kepada VOC. d. Pelayaran Hongi, yaitu wajib mendayung perahu VOC di perairan Maluku. e. Aksi penebangan tanaman rempah-rempah milik rakyat. f. Wajib menanam kopi di wilayah rakyat Priangan. g. Wajib menyerahkan upeti berupa hasil bumi kepada kepala daerah yang telah menandatangani perjanjian dengan VOC. 2. Cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. a. Membangun Benteng Pertahanan Semula untuk mengelola urusan dagangnya, VOC mendirikan factorij di Maluku dan Banda. Selain untuk berunding dengan penguasa setempat, pos itu juga
123 Lampiran 5 menjadi gudang dan permukiman para pedagang utama. Dalam perkembangan selanjutnya karena didesak oleh kepentingan dan konflik dengan penduduk Indonesia maupun saingan Eropa, pos itu berubah menjadi benteng pertahanan. Benteng itu mereka gunakan untuk mengawasi pusat perdagangan di sepanjang jalur pelayaran. Dengan begitu, mereka bisa memungut pajak, memonopoli pembelian dan penjualan rempah, mengendalikan penghasil rempah Maluku, bahkan bisa mengusir Portugis dan Spanyol keluar dari pusat-pusat perdagangan Asia. b. Membuat Perjanjian dengan Para Raja Salah satu kelihaian yang dimiliki oleh VOC adalah kemampuannya dalam bernegosiasi dan berdiplomasi dengan para raja di Nusantara. Namun, di balik kelihaian itu juga tersimpan kelicikan. Pada tahun 1637 armada VOC di bawah van Diemen berhasil diperdaya oleh persekutuan anti-VOC yang dipimpin Kakiali (murid Sunan Giri yang berasal dari Hitu). Persekutuan ini terdiri atas orang-orang Hitu, Ternate/Hoalmoal, dan Gowa. Maksud persekutuan ini adalah mendorong dilakukannya perdagangan rempah secara ‘gelap‘. Secara lihai, VOC juga berhasil masuk di dalam kemelut yang melanda Kerajaan Mataram. Mereka mau mengakui Adipati Anom sebagai Amangkurat II yang sedang berperang dengan Trunojoyo untuk memperebutkan takhta Mataram. Sebuah kesepakatan akhirnya ditandatangani antara VOC dengan Amangkurat II pada tahun 1678. Isinya antara lain Amangkurat II diakui sebagai raja di Mataram, VOC mendapat pelabuhan Semarang dan hak-hak untuk berdagang, serta Mataram harus mengganti biaya perang yang dikeluarkan VOC. Sebuah pukulan yang telak bagi kerajaan terbesar di Jawa, yang membuatnya limbung. Oleh karena itu, setapak demi setapak, Mataram masuk dalam perangkap VOC. c. Monopoli Perdagangan Kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah monopoli. Itulah salah satu ciri khas VOC yang mereka terapkan di mana pun mereka berada. Salah satu faktor kuncinya karena mereka mengacu pada Regerings- Reglement (asas tujuan perkumpulan) yang dibuat tahun 1650. Apabila diringkas, isi asas itu antara lain melenyapkan semua persaingan dengan jalan apa pun juga asal tercapai maksudnya, serta membeli semurahmurahnya dan menjual semahal-mahalnya. Pada tahun 1652–
124 Lampiran 5 1653 VOC mengeluarkan kebijakan extirpatie yaitu pemusnahan semua pohon rempah Maluku dengan tujuan agar bisa mengendalikan hasil dan menjaga harga tinggi rempah di Eropa. Kebijakan ini mendapat reaksi dari para pedagang Nusantara dengan mengadakan ‖perdagangan gelap‖. Inilah yang membuat para direktur VOC menganjurkan untuk membinasakan penduduk Banda dan menggantinya dengan penduduk yang berasal dari pulau lain. Dalam melakukan kegiatan monopolinya, VOC menerapkan beberapa aturan. Aturan-aturan tersebut sebagai berikut: 1) Petani rempah-rempah hanya boleh bertindak sebagai produsen. Hak jual beli hanya dimiliki VOC. 2) Panen rempah-rempah harus dijual kepada VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC. 3) Barang kebutuhan sehari-hari, seperti peralatan rumah tangga, garam, dan kain harus dibeli dari VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC. d. Devide et Impera Kamu tentu sudah sering mendengar istilah devide et impera, yaitu salah satu politik VOC untuk dapat menguasai suatu wilayah dengan cara pecah belah lalu kuasai. Sebagai contoh konkret, VOC menggunakan keperkasaan orang-orang Bugis untuk menghadapi kerajaan lain di Indonesia. Misalnya Aru Palaka (Raja Bone) digunakan Belanda untuk melakukan intervensi ke Kerajaan Mataram di bawah Sultan Amangkurat I. Untuk menghadapi Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa tahun 1825–1830, Belanda menggunakan Legiun Mangkunegaran yang dibentuk tahun 1808 oleh Daendels dan Mangkunegoro II.
E. Metode Pembelajaran. Model pembelajaran : Learning Cycle berbantuan CD interaktif.
F. Langkah – langkah. a) Pendahuluan. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
125 Lampiran 5 Guru menyiapkan kondisi fisik kelas. Guru memeriksa kehadiran siswa sebelum materi disampaikan. Guru meminta siswa untuk menyiapkan perangkat belajar. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memberikan motivasi kepada siswa: Siswa diminta memberi contoh arti penting rempah – rempah sebagai komoditas perdagangan dunia. Apersepsi : Berdialog tentang arti penting Indonesia sebagai penghasil rempah – rempah. b) Kegiatan Inti a. Fase Engagement Guru menggugah minat siswa dengan memberi wawasan tentang bangsa Eropa dalam kehidupan sehari-hari. Guru menanyakan kepada siswa apa yang siswa ketahui tentang proses masuknya bangsa Eropa. Meminta siswa lain untuk menanggapi penjelasan dari temannya. b.Fase Exploration Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan. Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang proses masuknya bangsa Eropa ke Indonesia dan cara bangsa Eropa mencapai tujuannya melalui CD Pembelajaran dan buku pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial kelas VII materi masa kolonial bangsa Eropa. Siswa berdiskusi tentang materi proses masuknya bangsa Eropa ke Indonesia yang sudah mereka lihat di CD sebagai tugas terstruktur. Guru berperan sebagai fasilitator saat siswa dalam kelompok melaksanakan diskusi. c. Fase Explanation Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan materi proses masuknya bangsa Eropa ke Indonesia dan cara bangsa Eropa mencapai tujuannya yang sudah didiskusikan dengan kelompoknya masing-masing.
126 Lampiran 5 Meminta siswa untuk menanggapi penjelasan temannya. d.Fase Elaboration Siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru yaitu problem solving. e. Fase Evaluation Refleksi pelaksanaan pembelajaran. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi proses masuknya bangsa Eropa ke Indonesia yang belum jelas. c. Kegiatan Penutup Guru bersama – sama siswa membuat simpulan atas materi masuknya bangsa eropa ke Indonesia atau Nusantara yang telah dipelajari. Guru meminta siswa mempelajari materi untuk pertemuan minggu depan yaitu masa kolonialisasi bangsa eropa di Nusantara. G. Sumber Belajar. 1. Didang. 2008. Pengetahuan Sosial 1 untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional 2. CD Interaktif materi masa kolonial bangsa Eropa oleh Annisaak S.F H. Penilaian. 1. Penilaian keaktifan siswa dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung (terlampir). 2. Penilaian terhdap hasil belajar dilaksanakan setelah pembahasan materi perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintah pada masa kolonial Eropa selesai dengan instrumen penilaian soal tes akhir. Sawangan, 11 Maret 2013 Mengetahui, Guru Mapel IPS
Peneliti
( Muslikhah Ardani )
( Annisaak Sholikhatun F)
NIM. 1013257
NIM 3101409094
127
Lampiran 6 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Uji Coba
Nama Sekolah
:
SMP Muhammadiyah 2 Sawangan
Mata Pelajaran
:
Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / semester
:
VII / 2
Standar Kompetensi
:
5.
Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu – Budha sampai masa colonial Eropa.
Kompetensi Dasar
:
5.3
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat , kebudayaan dan pemerintah pada masa colonial Eropa
Alokasi Waktu
:
2 jam pelajaran ( 1 x pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran. Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat Mengidentifikasi reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. Mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa colonial Eropa.
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness)
B. Materi Pelajaran. Reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. Kedatangan bangsa Eropa ke berbagai wilayah di Indonesia mengundang beragam reaksi. Ada yang mau menerima dan bekerja sama, ada pula yang justru
128 Lampiran 6 mengadakan perlawanan. Perlawanan kebanyakan dipimpin oleh penguasa lokal yang terdesak kepentingan politik dan ekonominya. a. Perlawanan terhadap Portugis Upaya perlawanan pertama terhadap kehadiran Portugis dilakukan oleh para penguasa Aceh Sultan Mahmud, Pate Kadir, Alaudin tahun 1511–1537. Penguasa Jepara Demak juga 1513 hingga 1575 seperti Adipati Unus juga melawan Portugis dengan menyerang pusat kedudukan mereka di Malaka. Perlawanan terhadap Portugis juga dilakukan oleh penguasa lokal di Maluku. Pada tahun 1512, Alfonso de Albuquerque mengirim ekspedisi ke kawasan Maluku. Kesamaan kepentingan perdagangan menyebabkan kehadiran Portugis diterima dengan baikPerlawanan baru dilakukan setelah Portugis mulai mencampuri urusan internal kerajaan dan terjadinya konflik agama. Ternate, Tidore, Jilolo, dan Bacan adalah pusat-pusat penyebaran agama Islam, sementara itu Portugis mengembangkan agama Kristen b. Perlawanan terhadap Spanyol Kedatangan bangsa Spanyol semula diterima dengan baik oleh para penguasa lokal, Sultan Almansur dari Maluku. Hal ini karena sultan merasa dikesampingkan oleh Portugis. Namun, kehadiran Spanyol diprotes oleh Portugis. Alasannya hal itu merupakan pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas yang dibuat pada tahun 1494. Portugis dan Spanyol pun terlibat konflik dan peperangan. Salah satu benteng di Tidore yang dibangun Spanyol pada tahun 1527 diserang dan direbut Portugis. Konflik segitiga antara Portugis, Spanyol, dan Maluku pun pecah hingga beberapa tahun. Pada tahun 1529 Portugis dan Spanyol membuat Perjanjian Saragosa yang menyatakan bahwa Maluku menjadi wilayah perdagangan Portugis, sementara itu Spanyol mendapatkan Filipina. c. Perlawanan terhadap VOC Perlawanan terhadap VOC dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Di Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Makassar perlawanan dilakukan sejak tahun 1630–1800. Perlawanan dilakukan terhadap kepentingan VOC berlangsung sampai dengan meninggalnya Kakiali (tokoh penggerak perlawanan terhadap VOC di Hitu) pada tahun 1643. VOC memanfaatkan La Tenritatta to ‗Unru atau Arung Palakka (1634–1696) untuk bisa menguasai Makassar. Meskipun penguasa Gowa memberikan otonomi yang luas pada daerah-daerah yang dikuasainya, hal itu tetap menimbulkan kebencian di
Lampiran 6
129
kalangan daerah-daerah taklukan. Inilah yang mendasari Bugis mau menerima ajakan VOC untuk menghancurkan Makassar (Gowa). Sultan Hasanudin (1653–1669) akhirnya mengalami kekalahan pada tahun 1669, setelah digempur oleh pasukan VOC dengan sekutunya pasukan Bugis. Arung Palakka pun menjadi orang terkuat yang menguasai Sulawesi Selatan di bawah monopoli VOC. Perlawanan terhadap VOC di Jawa dilakukan oleh Kerajaan Mataram. Selama pemerintahan Sultan Agung, awalnya memberikan keleluasaan pada VOC untuk berdagang. VOC diberi izin mendirikan loji di Jepara. Namun, Mataram kemudian menolak keberadaan VOC di Jawa. Upaya untuk melawan VOC di Batavia dilakukan Sultan Agung tahun 1628–1629, tetapi mengalami kegagalan. Hal yang sama dilakukan oleh Amangkurat I (1646–1677) sebagai pengganti Sultan Agung. Keberadaan VOC pun masih sangat dibatasi dan VOC bisa masuk ke wilayah Jawa dengan ditarik pajak. Bahkan pada tahun 1660 Amangkurat I menutup perdagangan dengan VOC karena VOC menyerang Palembang. VOC berhasil menguasai Jawa setelah Amangkurat II menjadi raja. Sejak saat itu, konflik berkepanjangan terjadi di antara sesama elite Mataram. VOC berhasil mencampuri kekuasaan hingga memecah Mataram menjadi empat kerajaan. Itulah beberapa contoh perlawanan rakyat kepada bangsa Eropa. Tentu masih banyak reaksi dan perlawanan yang dilakukan rakyat terhadap dominasi bangsa Eropa.
Perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. Perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan sistem pemerintahan di Indonesia ada masa kolonial Eropa sangat dipengaruhi oleh keberadaan bangsa asing tersebut. Pada awalnya, bangsa Eropa datang untuk membeli rempah-rempah yang tidak dihasilkan di negaranya. Namun, karena mendatangkan keuntungan luar biasa, mereka menerapkan semangat kolonialis dan imperialis. Semangat kolonialis ialah semangat penguasaan oleh suatu negara atas bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu. Imperialis ialah memperluas daerah jajahannya untuk kepentingan industri dan modal. Akibatnya, masyarakat yang semula adalah pemilik berbalik menjadi budak. Masyarakat kehilangan hak atas milik mereka sendiri melalui berbagai kebijakan, seperti monopoli, tanam paksa, sewa tanah, penyerahan wajib, dan lain-lain yang diterapkan oleh kolonial.
Lampiran 6
130
Di bidang kebudayaan, terjadi perkembangan dari masa ke masa. Kedatangan bangsa Eropa membawa agama baru di Kepulauan Indonesia, Kristen Protestan dan Katholik. Adat istiadat bangsa Eropa juga berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, mulai dari dalam keraton sampai rakyat jelata. Pengaruh itu dapat dilihat dari tata cara bergaul (lebih bebas dan demokratis), gaya perkawinan, model berpakaian, disiplin, menghargai waktu, rasionalis, individualistis (sifat mementingkan diri), materialistis (sifat mementingkan materi), dan pendidikan. Di bidang pendidikan, pemerintah kolonial membangun sekolah-sekolah, baik sekolah umum maupun kejuruan. Walaupun membedakan para peserta didik denganmembedakan sekolah untuk anak-anak khusus Belanda, bangsawan, dan rakyat jelata, namun pendidikan membawa dampak positif bagi cara berpikir anak bangsa. Bahkan, ada mahasiswa Indonesia yang bersekolah sampai ke Belanda. Kaum terdidik inilah yang bahu-membahu dengan para pemuda mulai memikirkan untuk melepaskan diri dari penjajahan. Di bidang pemerintahan, para pemimpin kita tidak berdaya menghadapi para pedagang yang licik. Para pemimpin kita dengan mudah termakan oleh politik adu domba yang dijalankan oleh para penjajah. Jika pun para pemimpin mencoba untuk melawan, kebanyakan mereka terpaksa menyerah karena lemahnya persenjataan atau karena kelicikan Belanda. Akibatnya, Belanda berhasil menguasai kerajaan yang dipimpinnya. Raja atau sultan yang memerintah hanyalah merupakan simbol yang telah kehilangan kekuasaannya. Dalam menjalankan kekuasaannya, pemerintah
Hindia Belanda
menerapkan hukum seperti yang berlaku di Belanda. Sistem pemerintahan yang diterapkan mengikuti ajaran Trias Politica. Sistem ini mengenal pemisahan antara lembaga legislatif (pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang), dan yudikatif (pengawas pelaksanaan undang-undang).
C. Metode Pembelajaran. a. Metode pembelajaran : pemberian tugas, tanya jawab, dan diskusi. b. Model pembelajaran : Learning Cycle. c. Media Pembelajaran : CD interaktif.
131
Lampiran 6 D. Langkah – langkah. a. Pendahuluan.
Siswa duduk rapi di dalam kelas dan menjawab salam guru ketika guru masuk kelas. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa mengingat kembali materi prasyarat. Guru melakukan apersepsi:
Mengingatkan kembali pelajaran yang lalu tentang
perdagangan antar pulau, Asia Tenggara dan kedatangan bangsa Barat ke Asia. Guru memberikan Motivasi: Menampilkan peta pelayaran samudra Bangsa Eropa ke Asia. b. Kegiatan Inti a) Fase Engagement (10 menit) Mereview tugas terstruktur (CD interaktif) yang diberikan dengan menanyakan rangkuman materi proses masuknya bangsa Eropa ke Indonesia dan cara –cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya dan pertanyaan yang dibuat oleh siswa. siswa menanggapi penjelasan dan pertanyaan dari temannya. b) Fase Exploration (25 menit) Siswa berkelompok sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan. Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang reaksi Bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa melalui CD Pembelajaran dan buku pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial kelas VII. Siswa berdiskusi tentang latihan soal materi tentang reaksi Bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa yang sudah mereka lihat di CD sebagai tugas terstruktur. Siswa bertanya pada guru jika ada yang mengalami kesulitan dalam berdiskusi. c) Fase Explanation( 10 menit) Siswa mempresentasikan jawaban latihan soal materi tentang reaksi Bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa yang sudah didiskusikan dengan kelompoknya masing-masing .
Lampiran 6
132
Siswa menanggapi penjelasan temannya. d) Fase Elaboration (15 menit) Siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru yaitu problem solving dengan mengerjakan soal nomor 3 dan nomor 4 secara individu. e) Fase Evaluation (10 menit) Evaluasi jawaban soal pada fase elaboration. c. Kegiatan Penutup Siswa membuat simpulan atas materi yang dipelajari. Melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
E. Sumber Belajar. 1. Didang. 2008. Pengetahuan Sosial 1 untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional 2. Peta Dunia.
F. Penilaian. 1.Penilaian keaktifan siswa dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung (terlampir). 2.Penilaian posttest (terlampir).
Mengetahui,
Sawangan , 15 Maret 2013
Guru Mapel IPS
Peneliti
( Muslikhah Ardani )
( Annisaak Sholikhatun.F )
NIM. 1013257
NIM 3101409094
KISI-KISI INSTRUMEN UJI COBA Satuan Pendidikan
: SMP
Mata Pelajaran
: IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Kelas / Semester
: VII / II
Standar Kompetensi : Memahaami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Buddha sampai masa Kolonial Eropa. Banyak Soal
: 60 butir soal
Alokasi Waktu
: 2 X 40 menit
Kompetensi Dasar 2. Mendeskripsikan
Bentuk
Banyak
Soal
Butir
Indikator
Aspek yang diukur
1. Siswa dapat menguraikan proses
Pemahaman
Pilihan
konsep
ganda
perkembangan
masuknya bangsa–bangsa Eropa ke
masyarakat kebudayaan,
Indonesia
26
No. Butir 1,2,3,4,5,6,7,8 9, 11,12,13,14 15,16,17,18,19
dan pemerintahan pada
20,21,22,24,25
masa Kolonial Eropa
28,30,31 2. Siswa dapat mengidentifikasi cara-
Penalaran dan
Pilihan
cara yang digunakan bangsa Eropa
komunikasi
ganda
untuk
Pemecahan
38,39,40,41,42
masalah
43,44,45,50,58
mencapai
tujuannya
penjelajahan samudera. 3. Siswa dapat mengidentifikasi reaksi bangsa Indonesia terhadap bangsa Eropa.
Pemahaman
Pilihan
konsep
ganda
20
23,26,27,29,32 33,34,35,36,37
6
47,48,49,53,54 55,
Lampiran 7
133
4. Siswa
dapat
perkembangan masyarakat,
mendiskripsikan kehidupan kebudayaan,
dan
pemerintahan pada masa kolonial Eropa
Pemecahan
Pilihan
masalah
ganda
8
10,46,51,52,56 57,59,60
Lampiran 7
134
135
Lampiran 8 SOAL TES UJI COBA Mata Pelajaran : Sejarah Waktu
: 90 menit
Petunjuk Mengerjakan a. Tulislah terlebih dahulu nama, nomor absen, dan kelas pada lembar jawaban yang tersedia. b. Berdoalah sebelum mengerjakan. c. Bacalah soal-soal dengan teliti sebelum mengerjakan. d. Kerjakan terlebih dahulu soal yang dianggap mudah. e. Jika sudah selesai, soal dikumpulkan beserta jawaban.
Soal 1. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia didorong oleh dorongan semangat tiga G, apa kepanjangan dari tiga G ? a. Gold, glory, garden b. Gold, gulden, garden c. Gold, glory, gospel d. Gulden, glory, gospel 2. Salah satu faktor bangsa Eropa mencari negara jajahan adalah kecuali ? a. Terjadinya revolusi industry b. Jatuhnya konstantinopel ke tangan kaisar turki ustmani c. Semangat gerakan tiga G d. Bangsa Eropa menganut faham kapitalisme 3. Untuk mengatasi masalah sosial akibat urbanisasi, maka diambil kebijakan untuk mengirim dan mempekerjakan kaum pengangguran di daerah baru yang dijadikan koloni. Di samping itu, daerah baru juga akan dijadikan sebagai daerah memasarkan kelebihan produk industrinya, daerah pensuplai bahan mentah dan tenaga murah. Pernyataan di atas merupakan faktor pendorong kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara, dari; a. Merkantilisme b. revolusi industry
Lampiran 8
136
c. semangat 3 G a. gold 4. semangat 3G yang mendorong bangsa Eropa ke Nusantara salah satunya yaitu semangat Glory yang berarti? a. Emas b. Kekayaan c. Kejayaan d. Ketenaran 5. Faktor-faktor di bawah ini menyebabkan Indonesia menjadi penting bagi perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa, kecuali .... a. kondisi geografis b. kepadatan penduduk c. faktor keamanan d. penghasil rempah-rempah 6. Salah satu faktor bangsa Eropa mencari negara jajahan adalah…… a. Terjadinya revolusi industri b. Kekurangan wilayah untuk bermukim c. Semangat gerakan nasionalisme a. Bangsa Eropa menganut faham nasionalisme 7. Bangsa Eropa menganut faham ? a. Kapitalisme b. Komuisme c. Nasionalismee d. Imperealisme 8. Nusantara pernah dijajah oleh Negara mana saja? a. Rusia b. Cina c. Spanyol d. Portugal 9. Ada beberapa faktor yang menyebabkan keberadaan Indonesia menjadi penting bagi perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa, kecuali
Lampiran 8
137
a. Kondisi geografis Indonesia, sangat strategis karena dilewati jalur perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa. Jalur laut yang lebih dikenal dengan nama Jalur Selatan, melalui sebelah selatan Asia. b. Kekayaan alam Indonesia menghasilkan barang dagangan yang dibutuhkan di Eropa. c. Faktor keamanan, jalur perdagangan dan pelayaran yang melewati perairan Indonesia relatif lebih aman, dengan ombak yang tidak begitu besar d. Sebagai pintu gerbang penghubung kegiatan perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa. 10. Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia sering menimbulkan konflik dimana-mana karena .... a. kedatangannya tidak diinginkan b. mereka sendiri menimbulkan kekacauan c. mereka mengambil untung terlalu banyak d. mereka benci pada pribumi. 11. Pergantian atau perubahan secara menyeluruh dalam memproduksi barang yang dikerjakan oleh tenaga manusia atau hewan menjadi tenaga mesin, sering disebut? a. Modernisasi b. Industrialisasi c. Revolusi alat d. Revolusi industry 12. Yang bukan termasuk komoditi Indonesia adalah? a. kain sutra b. kelapa c. cengkih d. pala 13. Suatu faham kebijakan politik dan ekonomi suatu negara dengan tujuan memupuk hasil kekayaan (berupa emas) sebanyak-banyaknya sebagai standar kesejahteraan dan kekuasaan untuk negara itu sendiri disebut faham apa ? a. Kapitalisme b. Markantilisme c. Liberalisme d. Nasionalisme
Lampiran 8
138
14. Ambisi bangsa Eropa ke kawasan Timur (Nusantara) berkaitan dengan adanya semangat bangsa-bangsa Barat untuk melanjutkan Perang Salib dan sekaligus menyebarkan agama Kristen. Hal ini merupakan faktor pendorong kedatangan bangsa Eropa dari faktor; a. God b. Good c. Glory d. Gospel 15. Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke nusantara ialah? a. Spanyol b. Belanda c. Inggris d. Portugis 16. Bangsa Eropa yang kedua kali dating ke Indonesia adalah? a. Spanyol b. Belanda c. Inggris d. Portugis 17. Setelah berhasil menguasai Malaka dan Maluku, Portugis ingin juga menguasai Aceh yang kaya akan lada. Usaha Portugis di Sumatera tersebut gagal karena .... a. lokasinya terlalu jauh b. Portugis tidak berani masuk pedalaman c. Aceh terlalu kuat dan pengawasan wilayah sangat ketat e. kalah bersaing dengan bangsa Eropa yang lain 18. Portugis ingin menduduki aceh karena? a. Aceh rata-rata umat muslim b. Kejayaan kerajaan Aceh c. Kekayaan alam yang dimiliki Aceh d. Letak aceh yang terpencil 19. Tahun berapakah Spanyol pertama kali mendarat di nusantara ? a. 1512 b. 1521 c. 1514
Lampiran 8
139
a. 1515 20. Spanyol mendarat pertama kali di Nusantara di mana? a. Banten b. Maluku c. Aceh d. Manado 21. Bangsa Eropa yang datang ke nusantara pada tahun 1512 ialah? a. Spanyol b. Belanda c. Inggris d. Portugis 22. Mengapa Spanyol di usir dari Maluku? a. Melakukan kegiatan monopoli dan berlaku sewenang-wenang terhadap pribumi. b. Membantu Portugis untuk menduduki Maluku c. Mencoba menyebarkan agama islam terhadap rakyat Maluku d. Rakyat Maluku tidak merespon kedatangan Spanyol 23. Portugis dan Spanyol menyadari kerugian yang ditimbulkan akibat persaingan memperebutkan Maluku, untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 1534 keduanya menyepakati diadakanlah perjanjian? a. Thordesillas b. Saragosa c. Bongaya d. Tuntang 24. Berikut ini bangsa Eropa yang mencapai nusantara dan mendirikan kolonia ialah kecuali: b. Italia c. Spanyol d. Inggris e. Belanda 25. Inggris datang ke Indonesia karena ingin? a. Balas dendam kepada Belanda b. Tuntutan dari Raja Napoleon c. Ikut-ikutan seperti Negara Eropa lainnya
Lampiran 8
140
d. Ingin merebut kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda 26. Apakah Organisasi para pedagang Belanda yang digunakan untuk berdagang mencari rempah-rempah di nusantara ? a. East India Company b. Vereenigde Oost-Indische Compagnie c. East Company d. Indische Company 27. Penjajahan bangsa Eropa paling nyaman di Nusantara adalah? a. Spanyol b. Portugis c. Belanda d. Inggris 28. Dibawah pimpinan siapakah bangsa Belanda sampai di Banten atau Nusantara? a. Cornelis de Heutman b. Van Nede c. Van Heemskerck d. Saint John 29. Apakah Organisasi para pedagang Inggris yang digunakan untuk berdagang mencari rempah-rempah di nusantara ? a. East India Company b. Vereenigde Oost-Indische Compagnie c. East Company d. Indische Compagnie 30. Kapan Inggris tiba di Banten, Nusantara? a. Juni 1960 b. Mei 1962 c. April 1963 d. Juni 1962 31. Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, dibawah pimpinan Cornelis De Houtman, dan berhasil mendarat di pelabuhan? a. Banten b. Maluku
Lampiran 8
141
c. Aceh d. Tidore 32. Politik apakah yang sering digunakan oleh VOC untuk mencapai tujuannya ? a. Politik strategi b. Politik mencari kawan c. Politik pecah belah d. Politik adu kekuatan 33. Belanda Berseteru dengan Inggris dengan membentuk kongsi dagang apa dan apa ? a. East India Company dan Indische Compagnie b. Vereenigde Oost-Indische Compagnie dan East Company c. East Company dan Indische Compagnie d. Vereenigde Oost-Indische Compagnie dan East India Company 34. Pemerintah Hindia Belanda memperkenalkan Cultuurstelsel atau Sistem Tanam Paksa, sistem ini diperkenalkan oleh belanda untuk kecuali…… a. Menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan dengan bangsa Portugis dan pedagang-pedagang lainnya di Indonesia. b. Menyebar luaskan komoditas tanaman rempah-rempah di Nusantara. c. Menutup deficit anggaran baik pemerintah Belanda akibat perang kemerdekaan Belgia dan Perang Diponegoro d. Ingin membuktikan kepada rakyat Nusantara bahwa belanda lebih baik dari pada spanyol dan inggris. 35. Kepanjangan dari EIC adalah? a. East India Company b. Vereenigde Oost-Indische Compagnie c. East Company d. Indische Compagnie 36. Berikut ini yang bukan merupakan tujuan utama dibentuknya VOC adalah a. Menghindarkan persaingan antara pengusaha Belanda b. Bersaing dengan kongsi dagang Negara lain c. Mensejahterakan rakyat Indonesia melalui perdagangan d. Mendapatkan keuntungan yang sebesarny 37. VOC kepnjangan dari?
Lampiran 8
142
a. East India Company b. Vereenigde Oost-Indische Compagnie c. East Company d. Indische Compagnie 38. Pemerintah Hindia Belanda memperkenalkan Sistem Tanam Paksa, sistem ini diperkenalkan oleh belanda untuk ? a. Mengajarkan kepada masyarakat Nusantar cara bercocok tanam yang benar. b. Menyebar luaskan komoditas tanaman rempah-rempah di Nusantara. c. Menutup defisit anggaran baik pemerintah Belanda akibat perang kemerdekaan Belgia dan Perang Diponegoro d. Ingin membuktikan kepada rakyat Nusantara bahwa belanda lebih baik dari pada spanyol dan inggris. 39. Apa yang dimaksud Cultuurstelsel? a. Kerja rodi b. Tanam paksa c. Kerja buruh d. Kerja borongan 40. Sebab apakah yang menyebabkan VOC pada akhirnya dibubarkan oleh pemerintahan Hindia-Belanda…… a. Korupsi, Nepotisme, Pemborosan dan kekacauan dimana-mana b. Sudah mencukupi kas Negara Belanda c. Merasa simpati kepada bangsa Indonesia d. Adanya pemberontakan dari Negara Eropa lainnya 41. Banyaknya penyimpangan di tubuh VOC dengan mempekerjakan sanak saudara disebut politik? a. Politik etis b. Politik nepotisme c. Politik mencari kawan d. Politik adu domba 42. Karena korupsi, nepotisme, pemborosan, dan kekacauan manajemen menggerogoti VOC akhirnya VOC dibubarkan oleh belanda. Tahun berapakah VOC dibubarkan ? a. 1792
Lampiran 8
143
b. 1877 c. 1799 d. 1822 43. Apakah tugas pokok Herman Williem Daendels selama menjabat sebagai gubernur jendral VOC……. a. Mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris dan memperbaiki sistem administrasi b. Menguatkan semangat pasukan Belanda yang ada di Indonesia c. Memperkuat pertahanan VOC di Indonesia d. Memajukan bangsa Indonesia 44. Apa yang dimaksud dengan Imperialis? a. Menimbun kekayaan untuk menghadapai serangan musuh b. Memonopoli perdagangan di suatu daerah c. membeli rempah-rempah yang tidak dihasilkan di negaranya d. memperluas daerah jajahannya untuk kepentingan industri dan modal 45. Pada bulan Agustus 1811, kekuasaan di Hindia Belanda diambil alih oleh Inggris yang dipimpin oleh? a. Herman Willem Daendels b. Francisco Serrao c. Jan Pieterszoon Coen d. Thomas Stanford Raffles 46. Kegagalan inggris menerapkan system sewa di Nusantara disebabkan oleh? a. Rakyat Indonesia blm mengenal uang b. Banyaknya mata uang Belanda yang beredar c. Inggris tidak menguasai Nusantara sepenuhnya d. Inggris masih takut dengan Belanda 47. Perlawanan pangeran Diponegoro atau yang sering di sebut dengan perang jawa terjadi tahun ........ sampai dengan tahun........ a. 1825 – 1830 b. 1826 – 1831 c. 1827 – 1832 d. 1828 – 1833
Lampiran 8
144
48. Perlawanan rakyat Bali terhadap kolonial Belanda di sebabkan karena ? a. Belanda berusaha memperluas wilayah kekuasaannya b. Pemerintah kolonial dan para penguasa Bali bersengketa mengenai hak Tawan Karang c. Terdengar dentuman meriam Belanda d. Monopoli rempah-rempah yang diberlakukan kembali oleh pihak Belanda 49. Monopoli dagang yang diprogramkan oleh EIC, tidak sempat berkembang di Indonesia, karena Inggris segera terdesak oleh Belanda dengan kongsi dagangnya VOC, meskipun hal tersebut terjadi Inggris tetap pernah menjajah Indonesia ketika zaman Belanda. Saat itu Inggris dibawah pimpinan? a. Gubernur Jenderal Raffles b. Daendels c. Pieter Both d. Jan Pieterzoon Coen 50. Oleh pemerintah Belanda, VOC diberi oktroi (hak-hak istimewa) sebagai berikut kecuali….. a. Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia b. Monopoli perdagangan c. membagi daerah Jawa atas 16 daerah karesidenan d. Memiliki angkatan perang sendiri 51. Kerasnya sistem tanam paksa, akhirnya memunculkan politik etis atau politik balas budiyang terangkum dalam program Trias Politika, sebutkan isi dari trias politika! a. Edukasi, imigrasi, transmigrasi b. Irigasi, emigrsi, edukasi c. Transmigrasi, emigrasi, edukasi d. Emigrasi, irigasi, emigrasi 52. Perlawanan kaum bugis di pimpin oleh? a. Pangeran Diponegoro b. Pangeran Antasari c. Si singamangaraja IX d. Tuanku imam Bonjol
Lampiran 8
145
53. Perlawanan terhadap kolonialisme Belanda di Sumatera Utara di lakukan oleh kaum ? a. Kaum bugis b. Kaum batak c. Kaum padri d. Kaum aceh 54. Perlawanan di Jawa Tengah dipimpin oleh? a. Pangeran Antasari b. Hasanudin c. Pangeran Dipoegoro d. Imam Bonjol 55. Perlawanan rakyat di Kalimantan Selatan (Banjar) di pimpin oleh? a. Pangeran Diponegoro b. Pangeran Hasanudin c. Pangeran Antasari d. Imam Bonjol 56. Mengapa Pangeran Hasanudin bisa tertawan oleh Belanda? a. Karena belanda menyerah b. Belanda memerangi paneran Hasanudin c. Belanda menculik Pangeran Hasanudin d. Belanda mengunakan politik liciknya dengan berpura-pura melakukan genjatan senjata. 57. Di antara bangsa-bangsa Eropa yang menjajah Indonesia, yang paling lama, yang paling berat, dan sangat menyakitkan adalah masa colonial? a. Inggris b. Spanyol c. Portugis d. Belanda 58. Di bawah ini merupakan aturan dari tanam paksa kecuali…… a. Mewajibkan setiap desa utnuk menyisihkan sebagian tanahnya (30%) untuk ditanami komoditi ekspor b. Hasil tanaman akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan
Lampiran 8
146
c. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun d. Mewajibkan setiap desa utnuk menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor 59. Akibat pelaksanaan Cultur Stelsel bagi rakyat Indonesia antara lain ... a. Rakyat Indonesia semakin miskin dan kelaparan b. Kas Belanda terpenuhi c. Para petani jadi makmur d. Rakyat bebas pajak 60. Dari ketiga program Trias Politika yang diterapkan di Indonesia hanya ada satu program yang benar-benar di laksanakan dan berarti bagi bangsa Indonesia yaitu…… a. Edukasi b. Irigasi c. Transmigrasi d. Emigrasi
147
Lampiran 9 KUNCI JAWABAN LEMBARAN SOAL UJI COBA
1. C
21. D
41. B
2. D
22. A
42. C
3. B
23. A
43. A
4. C
24. A
44. D
5. B
25. D
45. D
6. A
26. B
46. B
7. D
27. D
47. A
8. C
28. A
48. B
9. D
29. A
49. A
10. B
30. D
50. C
11. D
31. A
51. B
12. A
32. C
52. C
13. B
33. D
53. C
14. D
34. B
54. D
15. D
35. A
55. C
16. A
36. C
56. D
17. C
37. B
57. D
18. C
38. C
58. A
19. B
39. B
59. A
20. B
40. A
60. A
148
Lampiran 10 Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Kode Responden 1 2 1 UC 1 1 1 2 UC 2 1 1 3 UC 3 1 0 4 UC 4 1 1 5 UC 5 1 1 6 UC 6 1 1 7 UC 7 1 1 8 UC 8 0 1 9 UC 9 1 1 10 UC 10 0 0 11 UC 11 1 0 12 UC 12 1 1 13 UC 13 0 1 0 UC 14 0 0 15 UC 15 1 0 16 UC 16 1 1 17 UC 17 0 0 18 UC 18 0 0 19 UC 19 0 0 SX 12 11 SX² 12 11 p 0.632 0.579 q 0.368 0.421 479 436 XY rxy 0.650 0.559 rtabel 0.433 0.433 Kriteria valid valid α²b 0.246 0.257 BA 8 8 BB 4 3 JA 10 10 JB 9 9 D 0.356 0.467 Kriteria C B BA + BB 12 11 N 19 19 IK 0.632 0.579 Kriteria Sedang Sedang Dipakai Dipakai KRITERIA
TINGKAT KESUKARAN
DAYA BEDA
VALIDITAS
No
3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 8 0.421 0.579 379 0.873 0.433 valid 0.257 8 0 10 9 0.800 BS 8 19 0.421 Sedang Dipakai
Butir Soal 4 5 6 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 11 10 11 11 10 11 0.579 0.526 0.579 0.421 0.474 0.421 402 409 441 0.303 0.596 0.596 0.433 0.433 0.433 TIDAK valid valid 0.257 0.263 0.257 6 8 9 5 2 2 10 10 10 9 9 9 0.044 0.578 0.678 J B B 11 10 11 19 19 19 0.579 0.526 0.579 Sedang Sedang Sedang Dibuang Dipakai Dipakai
7 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 10 10 0.526 0.474 387 0.432 0.433 TIDAK 0.263 7 3 10 9 0.367 C 10 19 0.526 Sedang Dibuang
8 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 7 7 0.368 0.632 248 0.137 0.433 TIDAK 0.246 4 3 10 9 0.067 J 7 19 0.368 Sedang Dibuang
9 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 9 9 0.474 0.526 365 0.514 0.433 valid 0.263 7 2 10 9 0.478 B 9 19 0.474 Sedang Dipakai
Lampiran 10
No
Kode Responden
UC 1 UC 2 UC 3 UC 4 UC 5 UC 6 UC 7 UC 8 UC 9 UC 10 UC 11 UC 12 UC 13 UC 14 UC 15 UC 16 UC 17 UC 18 UC 19 SX SX² p q XY rxy rtabel Kriteria α²b BA BB JA JB D Kriteria BA + BB N IK Kriteria KRITERIA
TINGKAT KESUKARAN
DAYA BEDA
VALIDITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 0 15 16 17 18 19
149 Butir Soal
10 11 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 7 10 7 0.526 0.368 0.474 0.632 406 308 0.574 0.599 0.433 0.433 valid valid 0.263 0.246 7 7 3 0 10 10 9 9 0.367 0.700 C B 10 7 19 19 0.526 0.368 Sedang Sedang Dipakai Dipakai
12 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 5 5 0.263 0.737 197 0.275 0.433 TIDAK 0.205 3 2 10 9 0.078 J 5 19 0.263 Sukar Dibuang
13 14 15 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 9 9 10 9 9 10 0.474 0.474 0.526 0.526 0.526 0.474 387 365 431 0.678 0.514 0.760 0.433 0.433 0.433 valid valid valid 0.263 0.263 0.263 8 7 9 1 2 1 10 10 10 9 9 9 0.689 0.478 0.789 B B BS 9 9 10 19 19 19 0.474 0.474 0.526 Sedang Sedang Sedang Dipakai Dipakai Dipakai
16 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 12 12 0.632 0.368 412 0.133 0.433 TIDAK 0.246 8 4 10 9 0.356 C 12 19 0.632 Sedang Dibuang
17 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 5 0.263 0.737 253 0.748 0.433 valid 0.205 5 0 10 9 0.500 B 5 19 0.263 Sukar Dipakai
18 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5 5 0.263 0.737 201 0.309 0.433 TIDAK 0.205 4 1 10 9 0.289 C 5 19 0.263 Sukar Dibuang
150
Lampiran 10 No
VALIDITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 0 15 16 17 18 19
rxy rtabel
19 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 12 12 0.632 0.368 478 0.642 0.433
20 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 9 9 0.474 0.526 303 0.052 0.433
21 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 12 12 0.632 0.368 469 0.573 0.433
22 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 12 12 0.632 0.368 448 0.411 0.433
Butir Soal 23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 15 15 0.789 0.211 561 0.617 0.433
Kriteria
valid
TIDAK
valid
TIDAK
valid
Kode Responden UC 1 UC 2 UC 3 UC 4 UC 5 UC 6 UC 7 UC 8 UC 9 UC 10 UC 11 UC 12 UC 13 UC 14 UC 15 UC 16 UC 17 UC 18 UC 19 SX SX² p q
TINGKAT KESUKARAN
DAYA BEDA
α²b BA BB JA JB D Kriteria BA + BB N IK Kriteria KRITERIA
24 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 13 13 0.684 0.316 492 0.515 0.433
25 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 16 16 0.842 0.158 563 0.374 0.433
26 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 9 9 0.474 0.526 384 0.655 0.433
27 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 10 10 0.526 0.474 384 0.410 0.433
valid
TIDAK
valid
TIDAK
0.246 0.263 0.246 0.246 0.175 0.228 0.14 0.263 0.263 8 5 9 7 10 9 9 7 7 4 4 3 5 5 4 7 2 3 10 10 10 10 10 10 10 10 10 9 9 9 9 9 9 9 9 9 0.356 0.056 0.567 0.144 0.444 0.456 0.122 0.478 0.367 C J B J B B J B C 12 9 12 12 15 13 16 9 10 19 19 19 19 19 19 19 19 19 0.632 0.474 0.632 0.632 0.789 0.684 0.842 0.474 0.526 Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang
151
Lampiran 10 No
VALIDITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
rxy rtabel
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 12 12 0.632 0.368 488 0.719 0.433
29 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 9 9 0.474 0.526 387 0.678 0.433
30 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 16 16 0.842 0.158 527 0.007 0.433
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 13 13 0.684 0.316 511 0.667 0.433
Butir soal 32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 15 15 0.789 0.211 553 0.544 0.433
Kriteria
valid
valid
TIDAK
valid
valid
Kode Responden UC 1 UC 2 UC 3 UC 4 UC 5 UC 6 UC 7 UC 8 UC 9 UC 10 UC 11 UC 12 UC 13 UC 14 UC 15 UC 16 UC 17 UC 18 UC 19 SX SX² p q
TINGKAT KESUKARAN
DAYA BEDA
α²b BA BB JA JB D Kriteria BA + BB N IK Kriteria KRITERIA
33 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7 7 0.368 0.632 280 0.384 0.433
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 15 15 0.789 0.211 562 0.626 0.433
35 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 14 14 0.737 0.263 461 0.004 0.433
36 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 8 8 0.421 0.579 322 0.443 0.433
TIDAK
valid
TIDAK
valid
0.246 0.263 0.14 0.228 0.175 0.246 0.175 0.205 0.257 9 7 9 10 9 5 10 7 6 3 2 7 3 6 2 5 7 2 10 10 10 10 10 10 10 10 10 9 9 9 9 9 9 9 9 9 0.567 0.478 0.122 0.667 0.233 0.278 0.444 -0.078 0.378 B B J B C C B J C 12 9 16 13 15 7 15 14 8 19 19 19 19 19 19 19 19 19 0.632 0.474 0.842 0.684 0.789 0.368 0.789 0.737 0.421 Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Mudah Mudah Sedang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai
152
Lampiran 10 No
VALIDITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kode Responden UC 1 UC 2 UC 3 UC 4 UC 5 UC 6 UC 7 UC 8 UC 9 UC 10 UC 11 UC 12 UC 13 UC 14 UC 15 UC 16 UC 17 UC 18 UC 19 SX SX² p q ∑XY rxy rtabel
37 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 15 0.789 0.211 490 -0.031 0.433
38 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 10 10 0.526 0.474 428 0.738 0.433
39 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 11 11 0.579 0.421 387 0.190 0.433
Kriteria
TIDAK
valid
TIDAK
TINGKAT KESUKARAN
DAYA BEDA
α²b BA BB JA JB D Kriteria BA + BB N IK Kriteria KRITERIA
40 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 12 12 0.632 0.368 460 0.503 0.433
Butir Soal 41 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 12 12 0.632 0.368 440 0.349 0.433
42 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 8 8 0.421 0.579 325 0.466 0.433
43 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 8 0.421 0.579 378 0.865 0.433
44 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 10 10 0.526 0.474 397 0.507 0.433
45 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 7 0.368 0.632 296 0.507 0.433
valid
TIDAK
valid
valid
valid
valid
0.175 0.263 0.257 0.246 0.246 0.257 0.257 0.263 0.246 8 8 7 9 8 6 8 8 6 7 2 4 3 4 2 0 2 1 10 10 10 10 10 10 10 10 10 9 9 9 9 9 9 9 9 9 0.022 0.578 0.256 0.567 0.356 0.378 0.800 0.578 0.489 J B C B C C BS B B 15 10 11 12 12 8 8 10 7 19 19 19 19 19 19 19 19 19 0.789 0.526 0.579 0.632 0.632 0.421 0.421 0.526 0.368 Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai
153
Lampiran 10 No
VALIDITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kode Responden UC 1 UC 2 UC 3 UC 4 UC 5 UC 6 UC 7 UC 8 UC 9 UC 10 UC 11 UC 12 UC 13 UC 14 UC 15 UC 16 UC 17 UC 18 UC 19 SX SX² p q ∑XY rxy rtabel
46 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 10 10 0.526 0.474 353 0.179 0.433
47 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 10 10 0.526 0.474 414 0.634 0.433
48 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 7 0.368 0.632 327 0.746 0.433
Kriteria
TIDAK
valid
valid
TINGKAT KESUKARAN
DAYA BEDA
α²b BA BB JA JB D Kriteria BA + BB N IK Kriteria KRITERIA
49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 15 15 0.789 0.211 554 0.553 0.433
Butir Soal 50 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 9 9 0.474 0.526 393 0.722 0.433
51 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 14 14 0.737 0.263 521 0.511 0.433
52 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 3 0.158 0.842 121 0.228 0.433
53 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 7 7 0.368 0.632 303 0.561 0.433
54 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 13 13 0.684 0.316 476 0.387 0.433
valid
valid
valid
TIDAK
valid
TIDAK
0.263 0.263 0.246 0.175 0.263 0.205 0.14 0.246 0.228 5 8 6 10 7 9 2 5 8 5 2 1 5 2 5 1 2 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 9 9 9 9 9 9 9 9 9 -0.056 0.578 0.489 0.444 0.478 0.344 0.089 0.278 0.244 J B B B B C J C C 10 10 7 15 9 14 3 7 13 19 19 19 19 19 19 19 19 19 0.526 0.526 0.368 0.789 0.474 0.737 0.158 0.368 0.684 Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Sukar Sedang Sedang Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang
Lampiran 10 No
VALIDITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kode Responden UC 1 UC 2 UC 3 UC 4 UC 5 UC 6 UC 7 UC 8 UC 9 UC 10 UC 11 UC 12 UC 13 UC 14 UC 15 UC 16 UC 17 UC 18 UC 19 SX SX² p q ∑XY rxy rtabel
55 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 13 13 0.684 0.316 501 0.587 0.433
56 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 8 8 0.421 0.579 310 0.353 0.433
Kriteria
valid
TIDAK
DAYA BEDA
α²b BA BB JA JB D Kriteria BA + BB N IK Kriteria KRITERIA
TINGKAT KESUKARAN
154 Butir Soal 57 58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 12 9 12 9 0.632 0.474 0.368 0.526 472 404 0.596 0.804 0.433 0.433
59 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 8 8 0.421 0.579 351 0.662 0.433
60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 16 16 0.842 0.158 583 0.578 0.433
valid
valid
valid
valid
0.228 0.257 0.246 0.263 0.257 0.14 9 6 8 7 6 10 4 2 4 2 2 6 10 10 10 10 10 10 9 9 9 9 9 9 0.456 0.378 0.356 0.478 0.378 0.333 B C C B C C 13 8 12 9 8 16 19 19 19 19 19 19 0.684 0.421 0.632 0.474 0.421 0.842 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai
Y 53 52 50 49 49 49 46 31 31 30 29 27 27 22 22 22 16 11 9 625 K= Spq = M
2809 2704 2500 2401 2401 2401 2116 961 961 900 841 729 729 484 484 484 256 121 81 390625 50 13.362881 211.32164 0.956 32.9 40
Lampiran 11
155
PERHITUNGAN VALIDITAS, RELIABILITAS, DAYA BEDA DAN TINGKAT KESUKARAN KUESIONER PENELITIAN SOAL NO 1
Tabulasi penelitian angket nomor1 No . 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
X
Y
X2
Y2
XY
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 12
53 52 50 49 49 49 46 31 31 30 29 27 27 22 22 22 16 11 9 625
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 12
2809 2704 2500 2401 2401 2401 2116 961 961 900 841 729 729 484 484 484 256 121 81 24363
53 52 50 49 49 49 46 0 31 0 29 27 0 0 22 22 0 0 0 479
1. Penghitungan Validitas Soal
rxy
2
√{
√
2
}{
2
2
}
156 Lampiran 11 Pada α = 5% dengan N = 19 diperoleh r tabel = 0,325. Karena r
> r
tabel
maka dapat
> r
tabel
maka dapat
xy
disimpulkan bahwa item soal no 1 valid.
2. Perhitungan Reliabilitas Soal 2 n S pq r11 S2 n 1
Rumus:
Kriteria : Jika r xy > r tabel maka instrument tersebut reliabel. Perhitungan: 1. Variansi Total :
∑
=
= 211,32
2. Koefisien Reliabilitas: 2 n S pq r11 S2 n 1
(
)
r 11 = 0.956
Pada α = 5% dengan N = 19 diperoleh r tabel = 0,325. Karena r disimpulkan bahwa instrument tersebut reliabel.
11
157 Lampiran 11 3. Perhitungan Daya Beda Soal Rumus:
D Kriteria :
BA BB JA JB
D = 0,00 – 0,20 termasuk kategori jelek D = 0,21 – 0,40 termasuk kategori cukup D = 0,41 – 0,70 termasuk kategori baik D = 0,71 – 1,00 termasuk kategori baik sekali
Perhitungan:
D
BA BB JA JB
D= D = 0,356 Karena D = 0,356 maka dapat disimpilkan daya beda soal nomor satu termasuk dalam kriteria cukup. 4. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Rumus:
IK
JBA JBB JSA JSB
Kriteria : a. Soal dengan 0.00 < IK ≤ 0.30 adalah soal sukar b. Soal dengan 0.30 < IK ≤ 0.70 adalah soal sedang c. Soal dengan 0.70 < IK ≤ 1.00 adalah soal mudah Perhitungan:
IK
JBA JBB JSA JSB
158 Lampiran 11
IK = IK = 0,632 Karena IK = 0,632 maka dapat disimpilkan tingkat kesukaran soal nomor satu termasuk dalam kriteria sedang.
159
Lampiran 12 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen
Nama Sekolah
:
SMP Muhammadiyah 2 Sawangan
Mata Pelajaran
:
Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / semester
:
VII / II
Standar Kompetensi
:
5.
Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu – Budha sampai masa kolonial Eropa.
Kompetensi Dasar
:
5.3
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat , kebudayaan dan pemerintah pada masa kolonial Eropa
Alokasi Waktu
:
2 jam pelajaran ( 1 x pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran. Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat, 1. Menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. 2. Mengidentifikasi cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya.
Karakter siswa yang diharapkan :
Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness)
B. Materi Pelajaran. 1. Proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. A. Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia mempunyai tiga tujuan sebagai berikut.
Lampiran 12
160
a. Tujuan ekonomi, yaitu mencari keuntungan yang besar dari hasil perdagangan rempah-rempah. Membeli dengan harga murah di Maluku, dan menjualnya dengan harga tinggi di Eropa. b. Tujuan agama, yaitu menyebarkan agama Nasrani. c. Tujuan petualangan, yaitu mencari daerah jajahan. Tujuan tersebut lebih dikenal dengan gold, glory, gospel. a. Gold, yaitu mencari emas dan mencari kekayaan. b. Glory, yaitu mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan. c. Gospel, yaitu tugas suci menyebarkan agama Kristen. B. Kedatangan bangsa Spanyol di Indonesia Tujuan kedatangan bangsa Spanyol ke Indonesia sama dengan tujuan bangsa Portugis, yaitu mencari kekayaan, menyebarkan agama Nasrani, dan mencari daerah jajahan. Pada tanggal 8 Nopember 1521, kapal dagang Spanyol berlabuh di Maluku, setelah melalui Filipina, Kalimantan Utara, kemudian langsung ke Tidore. Di sini bangsa Spanyol diterima baik oleh rakyat Tidore. Namun Portugis yang ada di Ternate merasa terancam dan tidak mau disaingi sesame bangsa Eropa, yang dianggap akan mengganggu monopolinya. Kemudian mereka bersengketa, dan dibuatlah perjanjian di Saragosa pada tahun 1526, yang menyebabkan Spanyol harus meninggalkan Tidore. C. Kedatangan bangsa Inggris di Indonesia Inggris mendirikan kongsi dagang yang diberi nama East Indian Company (EIC) pada tahun 1600. Pemerintah Inggris memberikan hak-hak istimewa kepada EIC. Pada abad ke-18, para pedagang Inggris juga sudah banyak yang berdagang di Indonesia. Bahkan sejak Belanda menjadi sekutu Perancis, Inggris selalu mengancam kedudukan Belanda di Indonesia. Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia. Raflles yang diangkat sebagai pemimpin Inggris atas wilayah Indonesia, memberikan kesempatan pada penduduk Indonesia untuk melaksanakan perdagangan bebas. Namun, kekuasaan Inggris tetap bersifat menindas bangsa Indonesia. D. Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia
Lampiran 12
161
Perang antara Belanda melawan Spanyol selama 80 tahun (1568-1648) telah mendorong Belanda untuk mencari daerah jajahan ke nusantara. Tujuan Belanda datang ke Indonesia, sama dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya, yaitu mencari kekayaan, monopoli perdagangan, dan mencari daerah jajahan. Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Namun kedatangan Belanda diusir penduduk pesisir Banten karena mereka bersikap kasar dan sombong. Belanda datang lagi ke Indonesia dipimpin Jacob van Heck pada tahun 1598. Pada tanggal 20 Maret tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), dengan tujuan sebagai berikut. a. Menghilangkan persaingan yang merugikan para pedagang Belanda. b. Menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan dengan bangsa Portugis dan pedagang-pedagang lainnya di Indonesia. c. Mencari keuntungan yang sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan Spanyol. VOC menerapkan beberapa aturan paksa yang harus dilaksanakan oleh Indonesia. Bentuk-bentuk aturan paksa VOC yang diterapkan di Indonesia tersebut sebagai berikut. a. Monopoli dagang. b. Pajak yang harus dibayar dengan hasil bumi. c. Penjualan paksa hasil bumi kepada VOC. d. Pelayaran Hongi, yaitu wajib mendayung perahu VOC di perairan Maluku. e. Aksi penebangan tanaman rempah-rempah milik rakyat. f. Wajib menanam kopi di wilayah rakyat Priangan. g. Wajib menyerahkan upeti berupa hasil bumi kepada kepala daerah yang telah menandatangani perjanjian dengan VOC. 2. Cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. a. Membangun Benteng Pertahanan Semula untuk mengelola urusan dagangnya, VOC mendirikan factorij di Maluku dan Banda. Selain untuk berunding dengan penguasa setempat, pos itu juga menjadi gudang dan permukiman para pedagang utama. Dalam perkembangan selanjutnya karena didesak oleh kepentingan dan konflik dengan penduduk Indonesia
Lampiran 12 162 maupun saingan Eropa, pos itu berubah menjadi benteng pertahanan. Benteng itu mereka gunakan untuk mengawasi pusat perdagangan di sepanjang jalur pelayaran. Dengan begitu, mereka bisa memungut pajak, memonopoli pembelian dan penjualan rempah, mengendalikan penghasil rempah Maluku, bahkan bisa mengusir Portugis dan Spanyol keluar dari pusat-pusat perdagangan Asia. b. Membuat Perjanjian dengan Para Raja Salah satu kelihaian yang dimiliki oleh VOC adalah kemampuannya dalam bernegosiasi dan berdiplomasi dengan para raja di Nusantara. Namun, di balik kelihaian itu juga tersimpan kelicikan. Pada tahun 1637 armada VOC di bawah van Diemen berhasil diperdaya oleh persekutuan anti-VOC yang dipimpin Kakiali (murid Sunan Giri yang berasal dari Hitu). Persekutuan ini terdiri atas orang-orang Hitu, Ternate/Hoalmoal, dan Gowa. Maksud persekutuan ini adalah mendorong dilakukannya perdagangan rempah secara ‘gelap‘. Secara lihai, VOC juga berhasil masuk di dalam kemelut yang melanda Kerajaan Mataram. Mereka mau mengakui Adipati Anom sebagai Amangkurat II yang sedang berperang dengan Trunojoyo untuk memperebutkan takhta Mataram. Sebuah kesepakatan akhirnya ditandatangani antara VOC dengan Amangkurat II pada tahun 1678. Isinya antara lain Amangkurat II diakui sebagai raja di Mataram, VOC mendapat pelabuhan Semarang dan hak-hak untuk berdagang, serta Mataram harus mengganti biaya perang yang dikeluarkan VOC. Sebuah pukulan yang telak bagi kerajaan terbesar di Jawa, yang membuatnya limbung. Oleh karena itu, setapak demi setapak, Mataram masuk dalam perangkap VOC. c. Monopoli Perdagangan Kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah monopoli. Itulah salah satu ciri khas VOC yang mereka terapkan di mana pun mereka berada. Salah satu faktor kuncinya karena mereka mengacu pada Regerings - Reglement (asas tujuan perkumpulan) yang dibuat tahun 1650. Apabila diringkas, isi asas itu antara lain melenyapkan semua persaingan dengan jalan apa pun juga asal tercapai maksudnya, serta membeli semurahmurahnya dan menjual semahal-mahalnya. Pada tahun 1652– 1653 VOC mengeluarkan kebijakan extirpatie yaitu pemusnahan semua pohon rempah Maluku dengan tujuan agar bisa mengendalikan hasil dan menjaga harga tinggi rempah di Eropa. Kebijakan ini mendapat reaksi dari para pedagang Nusantara
163
Lampiran 12
dengan mengadakan ‖perdagangan gelap‖. Inilah yang membuat para direktur VOC menganjurkan untuk membinasakan penduduk Banda dan menggantinya dengan penduduk yang berasal dari pulau lain. Dalam melakukan kegiatan monopolinya, VOC menerapkan beberapa aturan. Aturan-aturan tersebut sebagai berikut: 1) Petani rempah-rempah hanya boleh bertindak sebagai produsen. Hak jual beli hanya dimiliki VOC. 2) Panen rempah-rempah harus dijual kepada VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC. 3) Barang kebutuhan sehari-hari, seperti peralatan rumah tangga, garam, dan kain harus dibeli dari VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC. d. Devide et Impera Kamu tentu sudah sering mendengar istilah devide et impera, yaitu salah satu politik VOC untuk dapat menguasai suatu wilayah dengan cara pecah belah lalu kuasai. Sebagai contoh konkret, VOC menggunakan keperkasaan orang-orang Bugis untuk menghadapi kerajaan lain di Indonesia. Misalnya Aru Palaka (Raja Bone) digunakan Belanda untuk melakukan intervensi ke Kerajaan Mataram di bawah Sultan Amangkurat I. Untuk menghadapi Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa tahun 1825–1830, Belanda menggunakan Legiun Mangkunegaran yang dibentuk tahun 1808 oleh Daendels dan Mangkunegoro II.
E. Metode Pembelajaran. Model pembelajaran : Learning Cycle berbantuan CD interaktif.
F. Langkah – langkah. a. Pendahuluan. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Guru menyiapkan kondisi fisik kelas. Guru memeriksa kehadiran siswa sebelum materi disampaikan. Guru meminta siswa untuk menyiapkan perangkat belajar. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
164
Lampiran 12
Guru memberikan motivasi kepada siswa: Siswa diminta memberi contoh arti penting rempah – rempah sebagai komoditas perdagangan dunia. Apersepsi : Berdialog tentang arti penting Indonesia sebagai penghasil rempah – rempah. b. Kegiatan Inti a) Fase Engagement Guru menggugah minat siswa dengan memberi wawasan tentang bangsa Eropa dalam kehidupan sehari-hari. Guru menanyakan kepada siswa apa yang siswa ketahui tentang proses masuknya bangsa Eropa. Meminta siswa lain untuk menanggapi penjelasan dari temannya. b) Fase Exploration Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan. Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang proses masuknya bangsa Eropa ke Indonesia dan cara bangsa Eropa mencapai tujuannya melalui CD Pembelajaran dan buku pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial kelas VII materi masa kolonial bangsa Eropa. Siswa berdiskusi tentang materi proses masuknya bangsa Eropa ke Indonesia yang sudah mereka lihat di CD sebagai tugas terstruktur. Guru berperan sebagai fasilitator saat siswa dalam kelompok melaksanakan diskusi. c) Fase Explanation Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan materi proses masuknya bangsa Eropa ke Indonesia dan cara bangsa Eropa mencapai tujuannya yang sudah didiskusikan dengan kelompoknya masing-masing. Meminta siswa untuk menanggapi penjelasan temannya. d) Fase Elaboration Siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru yaitu problem solving. e) Fase Evaluation Refleksi pelaksanaan pembelajaran.
165
Lampiran 12
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi proses masuknya bangsa Eropa ke Indonesia yang belum jelas. c. Kegiatan Penutup Guru bersama – sama siswa membuat simpulan atas materi masuknya bangsa eropa ke Indonesia atau Nusantara yang telah dipelajari. Guru meminta siswa mempelajari materi untuk pertemuan minggu depan yaitu masa kolonialisasi bangsa eropa di Nusantara.
G. Sumber Belajar. 1. Didang. 2008. Pengetahuan Sosial 1 untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional 2. CD Interaktif materi masa kolonial bangsa Eropa oleh Annisaak S.F
H. Penilaian. 1. Penilaian keaktifan siswa dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung (terlampir). 2. Penilaian terhdap hasil belajar dilaksanakan setelah pembahasan materi perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintah pada masa kolonial Eropa selesai dengan instrumen penilaian soal tes akhir. Sawangan, 5 April 2013 Mengetahui, Guru Mapel IPS
Peneliti
( Muslikhah Ardani )
( Annisaak Sholikhatun F)
NIM. 1013257
NIM 3101409094
166
Lampiran 13 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen
Nama Sekolah
:
SMP Muhammadiyah 2 Sawangan
Mata Pelajaran
:
Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / semester
:
VII / 2
Standar Kompetensi
:
5.
Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu – Budha sampai masa colonial Eropa.
Kompetensi Dasar
:
5.3
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat , kebudayaan dan pemerintah pada masa colonial Eropa
Alokasi Waktu
:
2 jam pelajaran ( 1 x pertemuan )
I. Tujuan Pembelajaran. Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat Mengidentifikasi reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. Mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa colonial Eropa. Karakter siswa yang diharapkan :
Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness)
A. Materi Pelajaran. Reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. Kedatangan bangsa Eropa ke berbagai wilayah di Indonesia mengundang beragam reaksi. Ada yang mau menerima dan bekerja sama, ada pula yang justru mengadakan perlawanan. Perlawanan kebanyakan dipimpin oleh penguasa lokal yang terdesak kepentingan politik dan ekonominya.
Lampiran 13
167
a. Perlawanan terhadap Portugis Upaya perlawanan pertama terhadap kehadiran Portugis dilakukan oleh para penguasa Aceh Sultan Mahmud, Pate Kadir, Alaudin tahun 1511–1537. Penguasa Jepara Demak juga 1513 hingga 1575 seperti Adipati Unus juga melawan Portugis dengan menyerang pusat kedudukan mereka di Malaka. Perlawanan terhadap Portugis juga dilakukan oleh penguasa lokal di Maluku. Pada tahun 1512, Alfonso de Albuquerque mengirim ekspedisi ke kawasan Maluku. Kesamaan kepentingan perdagangan menyebabkan kehadiran Portugis diterima dengan baikPerlawanan baru dilakukan setelah Portugis mulai mencampuri urusan internal kerajaan dan terjadinya konflik agama. Ternate, Tidore, Jilolo, dan Bacan adalah pusat-pusat penyebaran agama Islam, sementara itu Portugis mengembangkan agama Kristen b. Perlawanan terhadap Spanyol Kedatangan bangsa Spanyol semula diterima dengan baik oleh para penguasa lokal, Sultan Almansur dari Maluku. Hal ini karena sultan merasa dikesampingkan oleh Portugis. Namun, kehadiran Spanyol diprotes oleh Portugis. Alasannya hal itu merupakan pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas yang dibuat pada tahun 1494. Portugis dan Spanyol pun terlibat konflik dan peperangan. Salah satu benteng di Tidore yang dibangun Spanyol pada tahun 1527 diserang dan direbut Portugis. Konflik segitiga antara Portugis, Spanyol, dan Maluku pun pecah hingga beberapa tahun. Pada tahun 1529 Portugis dan Spanyol membuat Perjanjian Saragosa yang menyatakan bahwa Maluku menjadi wilayah perdagangan Portugis, sementara itu Spanyol mendapatkan Filipina. c. Perlawanan terhadap VOC Perlawanan terhadap VOC dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Di Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Makassar perlawanan dilakukan sejak tahun 1630–1800. Perlawanan dilakukan terhadap kepentingan VOC berlangsung sampai dengan meninggalnya Kakiali (tokoh penggerak perlawanan terhadap VOC di Hitu) pada tahun 1643. VOC memanfaatkan La Tenritatta to ‗Unru atau Arung Palakka (1634–1696) untuk bisa menguasai Makassar. Meskipun penguasa Gowa memberikan otonomi yang luas pada daerah-daerah yang dikuasainya, hal itu tetap menimbulkan kebencian di kalangan daerah-daerah taklukan. Inilah yang mendasari Bugis mau menerima ajakan VOC untuk menghancurkan Makassar (Gowa).
Lampiran 13
168
Sultan Hasanudin (1653–1669) akhirnya mengalami kekalahan pada tahun 1669, setelah digempur oleh pasukan VOC dengan sekutunya pasukan Bugis. Arung Palakka pun menjadi orang terkuat yang menguasai Sulawesi Selatan di bawah monopoli VOC. Perlawanan terhadap VOC di Jawa dilakukan oleh Kerajaan Mataram. Selama pemerintahan Sultan Agung, awalnya memberikan keleluasaan pada VOC untuk berdagang. VOC diberi izin mendirikan loji di Jepara. Namun, Mataram kemudian menolak keberadaan VOC di Jawa. Upaya untuk melawan VOC di Batavia dilakukan Sultan Agung tahun 1628–1629, tetapi mengalami kegagalan. Hal yang sama dilakukan oleh Amangkurat I (1646–1677) sebagai pengganti Sultan Agung. Keberadaan VOC pun masih sangat dibatasi dan VOC bisa masuk ke wilayah Jawa dengan ditarik pajak. VOC berhasil menguasai Jawa setelah Amangkurat II menjadi raja. Sejak saat itu, konflik berkepanjangan terjadi di antara sesama elite Mataram. VOC berhasil mencampuri kekuasaan hingga memecah Mataram menjadi empat kerajaan. Itulah beberapa contoh perlawanan rakyat kepada bangsa Eropa. Tentu masih banyak reaksi dan perlawanan yang dilakukan rakyat terhadap dominasi bangsa Eropa.
Perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. Perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan sistem pemerintahan di Indonesia
ada masa kolonial Eropa sangat dipengaruhi oleh keberadaan bangsa asing tersebut. Pada awalnya, bangsa Eropa datang untuk membeli rempah-rempah yang tidak dihasilkan di negaranya. Namun, karena mendatangkan keuntungan luar biasa, mereka menerapkan semangat kolonialis dan imperialis. Semangat kolonialis ialah semangat penguasaan oleh suatu negara atas bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu. Imperialis ialah memperluas daerah jajahannya untuk kepentingan industri dan modal. Akibatnya, masyarakat yang semula adalah pemilik berbalik menjadi budak. Masyarakat kehilangan hak atas milik mereka sendiri melalui berbagai kebijakan, seperti monopoli, tanam paksa, sewa tanah, penyerahan wajib, dan lain-lain yang diterapkan oleh kolonial. Di bidang pemerintahan, para pemimpin kita tidak berdaya menghadapi para pedagang yang licik. Para pemimpin kita dengan mudah termakan oleh politik adu domba yang dijalankan oleh para penjajah. Jika pun para pemimpin mencoba untuk melawan, kebanyakan mereka terpaksa menyerah karena lemahnya persenjataan atau karena kelicikan Belanda. Akibatnya, Belanda berhasil menguasai kerajaan yang dipimpinnya.
169
Lampiran 13
Raja atau sultan yang memerintah hanyalah merupakan simbol yang telah kehilangan kekuasaannya. Dalam menjalankan kekuasaannya, pemerintah
Hindia Belanda
menerapkan hukum seperti yang berlaku di Belanda. Sistem pemerintahan yang diterapkan mengikuti ajaran Trias Politica. Sistem ini mengenal pemisahan antara lembaga legislatif (pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang), dan yudikatif (pengawas pelaksanaan undang-undang).
B. Metode Pembelajaran. a. Metode pembelajaran : pemberian tugas, tanya jawab, dan diskusi. b. Model pembelajaran : Learning Cycle. c. Media Pembelajaran : CD interaktif. C. Langkah – langkah. a. Pendahuluan. Siswa duduk rapi di dalam kelas dan menjawab salam guru ketika guru masuk kelas. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa mengingat kembali materi prasyarat. Guru melakukan apersepsi:
Mengingatkan kembali pelajaran yang lalu tentang
perdagangan antar pulau, Asia Tenggara dan kedatangan bangsa Barat ke Asia. Guru memberikan Motivasi: Menampilkan peta pelayaran samudra Bangsa Eropa ke Asia. b. Kegiatan Inti a. Fase Engagement (10 menit) Mereview tugas terstruktur (CD interaktif) yang diberikan dengan menanyakan rangkuman materi proses masuknya bangsa Eropa ke Indonesia dan cara –cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya dan pertanyaan yang dibuat oleh siswa. siswa menanggapi penjelasan dan pertanyaan dari temannya. b. Fase Exploration (25 menit) Siswa berkelompok sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan.
Lampiran 13
170
Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang reaksi Bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa melalui CD Pembelajaran dan buku pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial kelas VII. Siswa berdiskusi tentang latihan soal materi tentang reaksi Bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa yang sudah mereka lihat di CD sebagai tugas terstruktur. Siswa bertanya pada guru jika ada yang mengalami kesulitan dalam berdiskusi. c. Fase Explanation( 10 menit) Siswa mempresentasikan jawaban latihan soal materi tentang reaksi Bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa yang sudah didiskusikan dengan kelompoknya masing-masing . Siswa menanggapi penjelasan temannya. d. Fase Elaboration (15 menit) Siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru yaitu problem solving dengan mengerjakan soal nomor 3 dan nomor 4 secara individu. e. Fase Evaluation (10 menit) Evaluasi jawaban soal pada fase elaboration. c. Kegiatan Penutup Siswa membuat simpulan atas materi yang dipelajari. Melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
D. Sumber Belajar. 1. Didang. 2008. Pengetahuan Sosial 1 untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional 2. Peta Dunia.
E. Penilaian. 1.Penilaian keaktifan siswa dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung (terlampir). 2.Penilaian posttest (terlampir).
171
Lampiran 13 Mengetahui,
Sawangan , 8 April 2013
Guru Mapel IPS
Peneliti
( Muslikhah Ardani )
( Annisaak Sholikhatun.F )
NIM. 1013257
NIM 3101409094
172
Lampiran 14 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Kontrol
Nama Sekolah
:
SMP Muhammadiyah 2 Sawangan
Mata Pelajaran
:
Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / semester
:
VII / II
Standar Kompetensi
:
5.
Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu – Budha sampai masa kolonial Eropa.
Kompetensi Dasar
:
5.3
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat , kebudayaan dan pemerintah pada masa kolonial Eropa
Alokasi Waktu
:
2 jam pelajaran ( 1 x pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran. Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat, 1. Menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. 2. Mengidentifikasi cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya.
Karakter siswa yang diharapkan :
Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness)
B. Materi Pelajaran. 1. Proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. A. Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia mempunyai tiga tujuan sebagai berikut.
Lampiran 14
173
a. Tujuan ekonomi, yaitu mencari keuntungan yang besar dari hasil perdagangan rempah-rempah. Membeli dengan harga murah di Maluku, dan menjualnya dengan harga tinggi di Eropa. b. Tujuan agama, yaitu menyebarkan agama Nasrani. c. Tujuan petualangan, yaitu mencari daerah jajahan. Tujuan tersebut lebih dikenal dengan gold, glory, gospel. a. Gold, yaitu mencari emas dan mencari kekayaan. b. Glory, yaitu mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan. c. Gospel, yaitu tugas suci menyebarkan agama Kristen. B. Kedatangan bangsa Spanyol di Indonesia Tujuan kedatangan bangsa Spanyol ke Indonesia sama dengan tujuan bangsa Portugis, yaitu mencari kekayaan, menyebarkan agama Nasrani, dan mencari daerah jajahan. Pada tanggal 8 Nopember 1521, kapal dagang Spanyol berlabuh di Maluku, setelah melalui Filipina, Kalimantan Utara, kemudian langsung ke Tidore. Di sini bangsa Spanyol diterima baik oleh rakyat Tidore. Namun Portugis yang ada di Ternate merasa terancam dan tidak mau disaingi sesame bangsa Eropa, yang dianggap akan mengganggu monopolinya. Kemudian mereka bersengketa, dan dibuatlah perjanjian di Saragosa pada tahun 1526, yang menyebabkan Spanyol harus meninggalkan Tidore. C. Kedatangan bangsa Inggris di Indonesia Inggris mendirikan kongsi dagang yang diberi nama East Indian Company (EIC) pada tahun 1600. Pemerintah Inggris memberikan hak-hak istimewa kepada EIC. Pada abad ke-18, para pedagang Inggris juga sudah banyak yang berdagang di Indonesia. Bahkan sejak Belanda menjadi sekutu Perancis, Inggris selalu mengancam kedudukan Belanda di Indonesia. Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia. Raflles yang diangkat sebagai pemimpin Inggris atas wilayah Indonesia, memberikan kesempatan pada penduduk Indonesia untuk melaksanakan perdagangan bebas. Namun, kekuasaan Inggris tetap bersifat menindas bangsa Indonesia. D. Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia
174 Lampiran 14 Tujuan Belanda datang ke Indonesia, sama dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya, yaitu mencari kekayaan, monopoli perdagangan, dan mencari daerah jajahan. Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Namun kedatangan Belanda diusir penduduk pesisir Banten karena mereka bersikap kasar dan sombong. Belanda datang lagi ke Indonesia dipimpin Jacob van Heck pada tahun 1598. Pada tanggal 20 Maret tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), dengan tujuan sebagai berikut. a. Menghilangkan persaingan yang merugikan para pedagang Belanda. b. Menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan dengan bangsa Portugis dan pedagang-pedagang lainnya di Indonesia. c. Mencari keuntungan yang sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan Spanyol. VOC menerapkan beberapa aturan paksa yang harus dilaksanakan oleh Indonesia. Bentuk-bentuk aturan paksa VOC yang diterapkan di Indonesia tersebut sebagai berikut. a. Monopoli dagang. b. Pajak yang harus dibayar dengan hasil bumi. c. Penjualan paksa hasil bumi kepada VOC. d. Pelayaran Hongi, yaitu wajib mendayung perahu VOC di perairan Maluku. e. Aksi penebangan tanaman rempah-rempah milik rakyat. f. Wajib menanam kopi di wilayah rakyat Priangan. g. Wajib menyerahkan upeti berupa hasil bumi kepada kepala daerah yang telah menandatangani perjanjian dengan VOC. 2. Cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. a. Membangun Benteng Pertahanan Semula untuk mengelola urusan dagangnya, VOC mendirikan factorij di Maluku dan Banda. Selain untuk berunding dengan penguasa setempat, pos itu juga menjadi gudang dan permukiman para pedagang utama. Dalam perkembangan selanjutnya karena didesak oleh kepentingan dan konflik dengan penduduk Indonesia
Lampiran 14
175
maupun saingan Eropa, pos itu berubah menjadi benteng pertahanan. Benteng itu mereka gunakan untuk mengawasi pusat perdagangan di sepanjang jalur pelayaran. Dengan begitu, mereka bisa memungut pajak, memonopoli pembelian dan penjualan rempah, mengendalikan penghasil rempah Maluku, bahkan bisa mengusir Portugis dan Spanyol keluar dari pusat-pusat perdagangan Asia. b. Membuat Perjanjian dengan Para Raja Salah satu kelihaian yang dimiliki oleh VOC adalah kemampuannya dalam bernegosiasi dan berdiplomasi dengan para raja di Nusantara. Namun, di balik kelihaian itu juga tersimpan kelicikan. Pada tahun 1637 armada VOC di bawah van Diemen berhasil diperdaya oleh persekutuan anti-VOC yang dipimpin Kakiali (murid Sunan Giri yang berasal dari Hitu). Persekutuan ini terdiri atas orang-orang Hitu, Ternate/Hoalmoal, dan Gowa. Maksud persekutuan ini adalah mendorong dilakukannya perdagangan rempah secara ‘gelap‘. Secara lihai, VOC juga berhasil masuk di dalam kemelut yang melanda Kerajaan Mataram. Mereka mau mengakui Adipati Anom sebagai Amangkurat II yang sedang berperang dengan Trunojoyo untuk memperebutkan takhta Mataram. Sebuah kesepakatan akhirnya ditandatangani antara VOC dengan Amangkurat II pada tahun 1678. Isinya antara lain Amangkurat II diakui sebagai raja di Mataram, VOC mendapat pelabuhan Semarang dan hak-hak untuk berdagang, serta Mataram harus mengganti biaya perang yang dikeluarkan VOC. Sebuah pukulan yang telak bagi kerajaan terbesar di Jawa, yang membuatnya limbung. Oleh karena itu, setapak demi setapak, Mataram masuk dalam perangkap VOC. c. Monopoli Perdagangan Kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah monopoli. Itulah salah satu ciri khas VOC yang mereka terapkan di mana pun mereka berada. Salah satu faktor kuncinya karena mereka mengacu pada Regerings- Reglement (asas tujuan perkumpulan) yang dibuat tahun 1650. Apabila diringkas, isi asas itu antara lain melenyapkan semua persaingan dengan jalan apa pun juga asal tercapai maksudnya, serta membeli semurahmurahnya dan menjual semahal-mahalnya. Pada tahun 1652– 1653 VOC mengeluarkan kebijakan extirpatie yaitu pemusnahan semua pohon rempah Maluku dengan tujuan agar bisa mengendalikan hasil dan menjaga harga tinggi rempah di Eropa. Kebijakan ini mendapat reaksi dari para pedagang Nusantara
176
Lampiran 14
dengan mengadakan ‖perdagangan gelap‖. Inilah yang membuat para direktur VOC menganjurkan untuk membinasakan penduduk Banda dan menggantinya dengan penduduk yang berasal dari pulau lain. Dalam melakukan kegiatan monopolinya, VOC menerapkan beberapa aturan. Aturan-aturan tersebut sebagai berikut: 1) Petani rempah-rempah hanya boleh bertindak sebagai produsen. Hak jual beli hanya dimiliki VOC. 2) Panen rempah-rempah harus dijual kepada VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC. 3) Barang kebutuhan sehari-hari, seperti peralatan rumah tangga, garam, dan kain harus dibeli dari VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC. d. Devide et Impera Kamu tentu sudah sering mendengar istilah devide et impera, yaitu salah satu politik VOC untuk dapat menguasai suatu wilayah dengan cara pecah belah lalu kuasai. Sebagai contoh konkret, VOC menggunakan keperkasaan orang-orang Bugis untuk menghadapi kerajaan lain di Indonesia. Misalnya Aru Palaka (Raja Bone) digunakan Belanda untuk melakukan intervensi ke Kerajaan Mataram di bawah Sultan Amangkurat I. Untuk menghadapi Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa tahun 1825–1830, Belanda menggunakan Legiun Mangkunegaran yang dibentuk tahun 1808 oleh Daendels dan Mangkunegoro II.
E. Metode Pembelajaran. Model pembelajaran : pembelajaran Ekspositori Pembelajaran ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberian informasi (bahan pelajaran).
F. Langkah – langkah. c. Pendahuluan. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Guru menyiapkan kondisi fisik kelas. Guru memeriksa kehadiran siswa sebelum materi disampaikan.
177
Lampiran 14 Guru meminta siswa untuk menyiapkan perangkat belajar. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Guru memberikan motivasi kepada siswa: Siswa diminta memberi contoh arti penting rempah – rempah sebagai komoditas perdagangan dunia. Apersepsi : Berdialog tentang arti penting Indonesia sebagai penghasil rempah – rempah. d. Kegiatan Inti Eksplorasi Guru menjelaskan proses masuknya bangsa Eropa ke Nusantara dan Cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik proses masuknya bangsa Eropa ke Nusantara dan Cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. Elaborasi Guru memberikan contoh soal proses masuknya bangsa Eropa ke Nusantara. Guru meemberikan soal latihan mengenai Cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. Guru berkeliling dan membimbing siswa dalam menyelesaikan soal tentang Cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. Konfirmasi Guru bersama siswa membahas latihan soal tentang proses masuknya bangsa Eropa ke Nusantara dan Cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan
jawabannya dipapan tulis c. Kegiatan Penutup Guru bersama – sama siswa membuat simpulan atas materi masuknya bangsa Eropa ke Indonesia atau Nusantara yang telah dipelajari. Guru meminta siswa mempelajari materi untuk pertemuan minggu depan yaitu masa kolonialisasi bangsa Eropa di Nusantara.
G. Sumber Belajar.
178
Lampiran 14
1. Didang. 2008. Pengetahuan Sosial 1 untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
H. Penilaian. 1. Penilaian keaktifan siswa dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung (terlampir). 2. Penilaian terhdap hasil belajar dilaksanakan setelah pembahasan materi perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintah pada masa kolonial Eropa selesai dengan instrumen penilaian soal tes akhir.
Sawangan, 5 April 2013 Mengetahui, Guru Mapel IPS
Peneliti
( Muslikhah Ardani )
( Annisaak Sholikhatun F)
NIM. 1013257
NIM 3101409094
179
Lampiran 15 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Kontrol
Nama Sekolah
:
SMP Muhammadiyah 2 Sawangan
Mata Pelajaran
:
Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / semester
:
VII / 2
Standar Kompetensi
:
5.
Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu – Budha sampai masa kolonial Eropa.
Kompetensi Dasar
:
5.3
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat , kebudayaan dan pemerintah pada masa colonial Eropa
Alokasi Waktu
:
2 jam pelajaran ( 1 x pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran. Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat Mengidentifikasi reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. Mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. Karakter siswa yang diharapkan :
Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness)
B. Materi Pelajaran. Reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. Kedatangan bangsa Eropa ke berbagai wilayah di Indonesia mengundang beragam reaksi. Ada yang mau menerima dan bekerja sama, ada pula yang justru mengadakan
Lampiran 15
180
perlawanan. Perlawanan kebanyakan dipimpin oleh penguasa lokal yang terdesak kepentingan politik dan ekonominya. a. Perlawanan terhadap Portugis Upaya perlawanan pertama terhadap kehadiran Portugis dilakukan oleh para penguasa Aceh Sultan Mahmud, Pate Kadir, Alaudin tahun 1511–1537. Penguasa Jepara Demak juga 1513 hingga 1575 seperti Adipati Unus juga melawan Portugis dengan menyerang pusat kedudukan mereka di Malaka. Perlawanan terhadap Portugis juga dilakukan oleh penguasa lokal di Maluku. Pada tahun 1512, Alfonso de Albuquerque mengirim ekspedisi ke kawasan Maluku. Kesamaan kepentingan perdagangan menyebabkan kehadiran Portugis diterima dengan baikPerlawanan baru dilakukan setelah Portugis mulai mencampuri urusan internal kerajaan dan terjadinya konflik agama. Ternate, Tidore, Jilolo, dan Bacan adalah pusat-pusat penyebaran agama Islam, sementara itu Portugis mengembangkan agama Kristen b. Perlawanan terhadap Spanyol Kedatangan bangsa Spanyol semula diterima dengan baik oleh para penguasa lokal, Sultan Almansur dari Maluku. Hal ini karena sultan merasa dikesampingkan oleh Portugis. Namun, kehadiran Spanyol diprotes oleh Portugis. Alasannya hal itu merupakan pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas yang dibuat pada tahun 1494. Portugis dan Spanyol pun terlibat konflik dan peperangan. Salah satu benteng di Tidore yang dibangun Spanyol pada tahun 1527 diserang dan direbut Portugis. Konflik segitiga antara Portugis, Spanyol, dan Maluku pun pecah hingga beberapa tahun. Pada tahun 1529 Portugis dan Spanyol membuat Perjanjian Saragosa yang menyatakan bahwa Maluku menjadi wilayah perdagangan Portugis, sementara itu Spanyol mendapatkan Filipina. c. Perlawanan terhadap VOC Perlawanan terhadap VOC dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Di Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Makassar perlawanan dilakukan sejak tahun 1630–1800. Perlawanan dilakukan terhadap kepentingan VOC berlangsung sampai dengan meninggalnya Kakiali (tokoh penggerak perlawanan terhadap VOC di Hitu) pada tahun 1643. VOC memanfaatkan La Tenritatta to ‗Unru atau Arung Palakka (1634–1696) untuk bisa menguasai Makassar. Meskipun penguasa Gowa memberikan otonomi yang luas pada daerah-daerah yang dikuasainya, hal itu tetap menimbulkan kebencian di
Lampiran 15
181
kalangan daerah-daerah taklukan. Inilah yang mendasari Bugis mau menerima ajakan VOC untuk menghancurkan Makassar (Gowa). Sultan Hasanudin (1653–1669) akhirnya mengalami kekalahan pada tahun 1669, setelah digempur oleh pasukan VOC dengan sekutunya pasukan Bugis. Arung Palakka pun menjadi orang terkuat yang menguasai Sulawesi Selatan di bawah monopoli VOC. Perlawanan terhadap VOC di Jawa dilakukan oleh Kerajaan Mataram. Selama pemerintahan Sultan Agung, awalnya memberikan keleluasaan pada VOC untuk berdagang. VOC diberi izin mendirikan loji di Jepara. Namun, Mataram kemudian menolak keberadaan VOC di Jawa. Upaya untuk melawan VOC di Batavia dilakukan Sultan Agung tahun 1628–1629, tetapi mengalami kegagalan. Hal yang sama dilakukan oleh Amangkurat I (1646–1677) sebagai pengganti Sultan Agung. Keberadaan VOC pun masih sangat dibatasi dan VOC bisa masuk ke wilayah Jawa dengan ditarik pajak. Bahkan pada tahun 1660 Amangkurat I menutup perdagangan dengan VOC karena VOC menyerang Palembang. VOC berhasil menguasai Jawa setelah Amangkurat II menjadi raja. Sejak saat itu, konflik berkepanjangan terjadi di antara sesama elite Mataram. VOC berhasil mencampuri kekuasaan hingga memecah Mataram menjadi empat kerajaan. Itulah beberapa contoh perlawanan rakyat kepada bangsa Eropa. Tentu masih banyak reaksi dan perlawanan yang dilakukan rakyat terhadap dominasi bangsa Eropa.
Perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. Perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan sistem pemerintahan di Indonesia
ada masa kolonial Eropa sangat dipengaruhi oleh keberadaan bangsa asing tersebut. Pada awalnya, bangsa Eropa datang untuk membeli rempah-rempah yang tidak dihasilkan di negaranya. Namun, karena mendatangkan keuntungan luar biasa, mereka menerapkan semangat kolonialis dan imperialis. Semangat kolonialis ialah semangat penguasaan oleh suatu negara atas bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu. Imperialis ialah memperluas daerah jajahannya untuk kepentingan industri dan modal. Akibatnya, masyarakat yang semula adalah pemilik berbalik menjadi budak. Masyarakat kehilangan hak atas milik mereka sendiri melalui berbagai kebijakan, seperti monopoli, tanam paksa, sewa tanah, penyerahan wajib, dan lain-lain yang diterapkan oleh kolonial.
182
Lampiran 15
Di bidang pemerintahan, para pemimpin kita tidak berdaya menghadapi para pedagang yang licik. Para pemimpin kita dengan mudah termakan oleh politik adu domba yang dijalankan oleh para penjajah. Jika pun para pemimpin mencoba untuk melawan, kebanyakan mereka terpaksa menyerah karena lemahnya persenjataan atau karena kelicikan Belanda. Akibatnya, Belanda berhasil menguasai kerajaan yang dipimpinnya. Raja atau sultan yang memerintah hanyalah merupakan simbol yang telah kehilangan kekuasaannya. Dalam menjalankan kekuasaannya, pemerintah
Hindia Belanda
menerapkan hukum seperti yang berlaku di Belanda. Sistem pemerintahan yang diterapkan mengikuti ajaran Trias Politica. Sistem ini mengenal pemisahan antara lembaga legislatif (pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang), dan yudikatif (pengawas pelaksanaan undang-undang).
C. Metode Pembelajaran. Metode Pembelajaran Ekspositori Pembelajaran ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberian informasi (bahan pelajaran). D. Langkah – langkah. a. Pendahuluan. Siswa duduk rapi di dalam kelas dan menjawab salam guru ketika guru masuk kelas. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa mengingat kembali materi prasyarat. Guru melakukan apersepsi:
Mengingatkan kembali pelajaran yang lalu tentang
perdagangan antar pulau, Asia Tenggara dan kedatangan bangsa Barat ke Asia. Guru memberikan Motivasi: Menampilkan peta pelayaran samudra Bangsa Eropa ke Asia. b. Kegiatan Inti Eksplorasi
183
Lampiran 15
Guru menjelaskan reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa dan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik Reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa dan Perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. Elaborasi Guru memberikan contoh soal mengenai reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. Guru meemberikan soal latihan mengenai kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. Guru berkeliling dan membimbing siswa dalam menyelesaikan soal tentang reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. Konfirmasi Guru bersama siswa membahas latihan soal tentang kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa dan
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menuliskan jawabannya dipapan tulis c. Kegiatan Penutup Siswa membuat simpulan atas materi yang dipelajari. Melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
E. Sumber Belajar. 1. Didang. 2008. Pengetahuan Sosial 1 untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional 2. Peta Dunia.
F. Penilaian. 1.Penilaian keaktifan siswa dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung (terlampir). 2. Penilaian post test (terlampir)
184
Lampiran 15 Mengetahui,
Sawangan , 8 April 2013
Guru Mapel IPS
Peneliti
( Muslikhah Ardani )
( Annisaak Sholikhatun.F )
NIM. 1013257
NIM 3101409094
185
Lampiran 16 SOAL PRE TEST Mata Pelajaran : Sejarah Waktu
: 30 menit
Petunjuk Mengerjakan a.
Tulislah terlebih dahulu nama, nomor absen, dan kelas pada lembar jawaban yang tersedia.
b.
Berdoalah sebelum mengerjakan.
c.
Bacalah soal-soal dengan teliti sebelum mengerjakan.
d.
Kerjakan terlebih dahulu soal yang dianggap mudah.
e.
Jika sudah selesai, soal dikumpulkan beserta jawaban.
Soal 1.
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia didorong oleh dorongan semangat tiga G, apa kepanjangan dari tiga G ? a. Gold, glory, garden b. Gold, gulden, garden c. Gold, glory, gospel d. Gulden, glory, gospel
2.
Salah satu faktor bangsa Eropa mencari negara jajahan adalah kecuali ? a. Terjadinya revolusi industry b. Jatuhnya konstantinopel ke tangan kaisar turki ustmani c. Semangat gerakan tiga G d. Bangsa Eropa menganut faham kapitalisme
3.
Untuk mengatasi masalah sosial akibat urbanisasi, maka diambil kebijakan untuk mengirim dan mempekerjakan kaum pengangguran di daerah baru yang dijadikan koloni. Di samping itu, daerah baru juga akan dijadikan sebagai daerah memasarkan kelebihan produk industrinya, daerah pensuplai bahan mentah dan tenaga murah. Pernyataan di atas merupakan faktor pendorong kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara, dari;
Lampiran 16
186
a. Merkantilisme b. revolusi industry c. semangat 3 G d. gold 4.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan keberadaan Indonesia menjadi penting bagi perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa, kecuali a. Kondisi geografis Indonesia, sangat strategis karena dilewati jalur perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa. Jalur laut yang lebih dikenal dengan nama Jalur Selatan, melalui sebelah selatan Asia. b. Kekayaan alam Indonesia menghasilkan barang dagangan yang dibutuhkan di Eropa. c. Faktor keamanan, jalur perdagangan dan pelayaran yang melewati perairan Indonesia relatif lebih aman, dengan ombak yang tidak begitu besar d. Sebagai pintu gerbang penghubung kegiatan perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa.
5.
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia sering menimbulkan konflik dimana-mana karena .... a. kedatangannya tidak diinginkan b. mereka sendiri menimbulkan kekacauan c. mereka mengambil untung terlalu banyak d. mereka benci pada pribumi
6.
Berikut ini bangsa Eropa yang mencapai nusantara dan mendirikan kolonia ialah kecuali: a. Italia b. Spanyol c. Inggris d. Belanda
7.
Tahun berapakah spanyol pertama kali mendarat di nusantara ? a. 1511 b. 1521
Lampiran 16 c. 1514 d. 1515 8.
Dibawah pimpinan siapakah bangsa Belanda sampai di Banten atau Nusantara? a. Cornelis de Heutman b. Van Nede c. Van Heemskerck d. Saint John
9.
Apakah Organisasi para pedagang Inggris yang digunakan untuk berdagang mencari rempah-rempah di nusantara ? a. East India Company b. Vereenigde Oost-Indische Compagnie c. East Company d. Indische Compagnie
10. Belanda datang pertama kali ke Indonesia pda thn 1596, dibawah pimpinan Cornelis De Houtman, dan berhasil mendarat di pelabuhan? a. Banten b. Maluku c. Aceh d. Tidore 11. Politik apakah yang sering digunakan oleh VOC untuk mencapai tujuannya ? a. Politik strategi b. Politik mencari kawan c. Politik pecah belah d. Politik adu kekuatan 12. Berikut ini yang bukan merupakan tujuan utama dibentuknya VOC adalah a. Menghindarkan persaingan antara pengusaha Belanda
187
Lampiran 16
188
b. Bersaing dengan kongsi dagang Negara lain c. Mensejahterakan rakyat Indonesia melalui perdagangan d. Mendapatkan keuntungan yang sebesarnya 13. Pemerintah Hindia Belanda memperkenalkan Cultuurstelsel atau Sistem Tanam Paksa, sistem ini diperkenalkan oleh belanda untuk ? a. Mengajarkan kepada masyarakat Nusantar cara bercocok tanam yang benar. b. Menyebar luaskan komoditas tanaman rempah-rempah di Nusantara. c. Menutup defisit anggaran baik pemerintah Belanda akibat perang kemerdekaan Belgia dan Perang Diponegoro d. Ingin membuktikan kepada rakyat Nusantara bahwa belanda lebih baik dari pada spanyol dan inggris. 14. Sebab apakah yang menyebabkan VOC pada akhirnya dibubarkan oleh pemerintahan Hindia-Belanda…… a. Korupsi, Nepotisme, Pemborosan dan kekacauan dimana-mana b. Sudah mencukupi kas Negara Belanda c. Merasa simpati kepada bangsa Indonesia d. Adanya pemberontakan dari Negara Eropa lainnya 15. Pada bulan Agustus 1811, kekuasaan di Hindia Belanda diambil alih oleh Inggris yang dipimpin oleh? a. Herman Willem Daendels b. Francisco Serrao c. Jan Pieterszoon Coen d. Thomas Stanford Raffles 16. Perlawanan terhadap kolonialisme Belanda di Sumatera Utara di lakukan oleh kaum ? a. Kaum bugis b. Kaum batak c. Kaum padri
Lampiran 16 d. Kaum aceh 17. Perlawanan rakyat di Kalimantan Selatan (Banjar) di pimpin oleh? a. Pangeran Diponegoro b. Pangeran Hasanudin c. Pangeran Antasari d. Imam Bonjol 18. Di antara bangsa-bangsa Eropa yang menjajah Indonesia, yang paling lama, yang paling berat, dan sangat menyakitkan adalah masa colonial? a. Inggris b. Spanyol c. Portugis d. Belanda 19. Di bawah ini merupakan aturan dari tanam paksa kecuali…… a. Mewajibkan setiap desa utnuk menyisihkan sebagian tanahnya (30%) untuk ditanami komoditi ekspor b. Hasil tanaman akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan c. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun d. Mewajibkan setiap desa utnuk menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor 20. Akibat pelaksanaan Cultur Stelsel bagi rakyat Indonesia antara lain ... a. Rakyat Indonesia semakin miskin dan kelaparan b. Kas Belanda terpenuhi c. Para petani jadi makmur d. Rakyat bebas pajak
189
190
Lampiran 17 SOAL POST TEST Mata Pelajaran : Sejarah Waktu
: 30 menit
Petunjuk Mengerjakan a. Tulislah terlebih dahulu nama, nomor absen, dan kelas pada lembar jawaban yang tersedia. b. Berdoalah sebelum mengerjakan. c. Bacalah soal-soal dengan teliti sebelum mengerjakan. d. Kerjakan terlebih dahulu soal yang dianggap mudah. e. Jika sudah selesai, soal dikumpulkan beserta jawaban.
Soal 1. Faktor-faktor di bawah ini menyebabkan Indonesia menjadi penting bagi perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa, kecuali .... a. kondisi geografis b. kepadatan penduduk c. faktor keamanan d. penghasil rempah-rempah 2. Salah satu faktor bangsa Eropa mencari negara jajahan adalah…… a. Terjadinya revolusi industri b. Kekurangan wilayah untuk bermukim c. Semangat gerakan nasionalisme d. Bangsa Eropa menganut faham nasionalisme 3. Pergantian atau perubahan secara menyeluruh dalam memproduksi barang yang dikerjakan oleh tenaga manusia atau hewan menjadi tenaga mesin, sering disebut? b. Modernisasi c. Industrialisasi d. Revolusi alat e. Revolusi industry
Lampiran 17
191
4. Suatu faham kebijakan politik dan ekonomi suatu negara dengan tujuan memupuk hasil kekayaan (berupa emas) sebanyak-banyaknya sebagai standar kesejahteraan dan kekuasaan untuk negara itu sendiri disebut faham apa ? a. Kapitalisme b. Markantilisme c. Liberalisme d. Nasionalisme 5. Ambisi bangsa Eropa ke kawasan Timur (Nusantara) berkaitan dengan adanya semangat bangsa-bangsa Barat untuk melanjutkan Perang Salib dan sekaligus menyebarkan agama Kristen. Hal ini merupakan faktor pendorong kedatangan bangsa Eropa dari faktor; a. God b. Good c. Glory d. Gospel 6. Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke nusantara ialah? a. Spanyol b. Belanda c. Inggris d. Portugis 7. Setelah berhasil menguasai Malaka dan Maluku, Portugis ingin juga menguasai Aceh yang kaya akan lada. Usaha Portugis di Sumatera tersebut gagal karena .... a. lokasinya terlalu jauh b. Portugis tidak berani masuk pedalaman c. Aceh terlalu kuat dan pengawasan wilayah sangat ketat d. kalah bersaing dengan bangsa Eropa yang lain 8. Tahun berapakah Spanyol pertama kali mendarat di nusantara ? a. 1512 b. 1521 c. 1514 d. 1515
Lampiran 17
192
9. Portugis dan Spanyol menyadari kerugian yang ditimbulkan akibat persaingan memperebutkan Maluku, untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 1534 keduanya menyepakati diadakanlah perjanjian? a. Thordesillas b. Saragosa c. Bongaya d. Tuntang 10. Apakah Organisasi para pedagang Belanda yang digunakan untuk berdagang mencari rempah-rempah di nusantara ? a. East India Company b. Vereenigde Oost-Indische Compagnie c. East Company d. Indische Compagnie 11. Pemerintah Hindia Belanda memperkenalkan Cultuurstelsel atau Sistem Tanam Paksa, sistem ini diperkenalkan oleh belanda untuk kecuali…… a. Menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan dengan bangsa Portugis dan pedagang-pedagang lainnya di Indonesia. b. Menyebar luaskan komoditas tanaman rempah-rempah di Nusantara. c. Menutup deficit anggaran baik pemerintah Belanda akibat perang kemerdekaan Belgia dan Perang Diponegoro d. Ingin membuktikan kepada rakyat Nusantara bahwa belanda lebih baik dari pada spanyol dan inggris. 12. Karena korupsi, nepotisme, pemborosan, dan kekacauan manajemen menggerogoti VOC akhirnya VOC dibubarkan oleh belanda. Tahun berapakah VOC dibubarkan ? a. 1792 b. 1877 c. 1799 d. 1822 13. Apakah tugas pokok Herman Williem Daendels selama menjabat sebagai gubernur jendral VOC……. a. Mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris dan memperbaiki sistem administrasi
Lampiran 17
193
b. Menguatkan semangat pasukan Belanda yang ada di Indonesia c. Memperkuat pertahanan VOC di Indonesia d. Memajukan bangsa Indonesia 14. Apa yang dimaksud dengan Imperialis? a. Menimbun kekayaan untuk menghadapai serangan musuh b. Memonopoli perdagangan di suatu daerah c. membeli rempah-rempah yang tidak dihasilkan di negaranya d. memperluas daerah jajahannya untuk kepentingan industri dan modal 15. Perlawanan pangeran Diponegoro atau yang sering di sebut dengan perang jawa terjadi tahun ........ sampai dengan tahun........ a. 1825 – 1830 b. 1826 – 1831 c. 1827 – 1832 d. 1828 – 1833 16. Perlawanan rakyat Bali terhadap kolonial Belanda di sebabkan karena ? a. Belanda berusaha memperluas wilayah kekuasaannya b. Pemerintah kolonial dan para penguasa Bali bersengketa mengenai hak Tawan Karang c. Terdengar dentuman meriam Belanda d. Monopoli rempah-rempah yang diberlakukan kembali oleh pihak Belanda 17. Monopoli dagang yang diprogramkan oleh EIC, tidak sempat berkembang di Indonesia, karena Inggris segera terdesak oleh Belanda dengan kongsi dagangnya VOC, meskipun hal tersebut terjadi Inggris tetap pernah menjajah Indonesia ketika zaman Belanda. Saat itu Inggris dibawah pimpinan? a. Gubernur Jenderal Raffles b. Daendels c. Pieter Both d. Jan Pieterzoon Coen 18. Oleh pemerintah Belanda, VOC diberi oktroi (hak-hak istimewa) sebagai berikut kecuali….. a. Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia b. Monopoli perdagangan
Lampiran 17
194
c. membagi daerah Jawa atas 16 daerah karesidenan d. Memiliki angkatan perang sendiri 19. Kerasnya sistem tanam paksa, akhirnya memunculkan politik etis atau politik balas budiyang terangkum dalam program Trias Politika, sebutkan isi dari trias politika! a. Edukasi, imigrasi, transmigrasi b. Irigasi, emigrsi, edukasi c. Transmigrasi, emigrasi, edukasi d. Emigrasi, irigasi, emigrasi 20. Dari ketiga program Trias Politika yang diterapkan di Indonesia hanya ada satu program yang benar-benar di laksanakan dan berarti bagi bangsa Indonesia yaitu…… a. Edukasi b. Irigasi c. Transmigrasi d. Emigrasi
195 Lampiran 18 KUNCI JAWABAN SOAL PRE TEST
NO SOAL
JAWABAN
1
C
2
D
3
B
4
D
5
B
6
A
7
B
8
A
9
A
10
A
11
C
12
C
13
C
14
A
15
D
16
C
17
C
18
D
19
A
20
A
Lampiran 19
196 KUNCI JAWABAN SOAL POST TEST
NO SOAL
JAWABAN
1
B
2
A
3
D
4
B
5
D
6
D
7
C
8
B
9
B
10
B
11
B
12
C
13
A
14
D
15
A
16
B
17
D
18
B
19
B
20
A
197 Lampiran 20 KISI-KISI INSTRUMEN OBSERVASI VARIABEL KEAKTIFAN BELAJAR SISWA Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Pertemuan No I
: SMP Muhammadiyah 2 Sawangan : VII / II : IPS (Sejarah) : Masa Kolonial Bangsa Eropa Di Nusantara : I sampai II
Variabel Aspek yang Dinilai Penelitian (Indikator) Keaktifan 1. Kegiatan-kegiatan visual (Visual Activities) Belajar Siswa 1.1. Perhatian siswa ketika guru menerangkan 1.2. Perhatian terhadap CD Interaktif
No. Item Instrumen
Siswa 1 2
2. Kegiatan-kegiatan lisan (Oral Activities) 2.1. Mampu mengajukan pertanyaan 2.2. Mampu menjawab pertanyaan 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Listening Activities) 3.1. Mendengarkan ketika guru menjelaskan 3.2. Mendengarkan ketika teman presentasi 4. Kegiatan-kegiatan menulis (Writing Activities) 4.1. Keaktifan dalam menyelesaikan soal latihan 4.2. Keaktifan dalam membuat catatan 5. Kegiatan-kegiatan menggambar (Drawing Activities) 5.1. Keaktifan membuat gambar sesuai perintah guru dengan ide/kreasi sendiri 5.2. Keaktifan mengerjakan soal di papan tulis 6. Kegiatan-kegiatan metrik (Motor Activities) 6.1. Minat demonstrasi di depan kelas 6.2. Keaktifan dalam berdiskusi 7. Kegiatan-kegiatan mental (Mental Activities) 7.1. Keaktifan siswa dalam memecahkan masalah. 7.2. Keaktifan siswa dalam menanggapi pendapat/pertanyaan 8. Kegiatan-kegiatan emosional (Emotional Activities) 8.1. Semangat siswa dalam pembelajaran 8.2. Semangat siswa dalam berdiskusi
Responden
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
13 14
15 16
198
Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok No Indikator 1 Kegiatan-kegiatan visual (Visual Activities)
2 Kegiatan-kegiatan lisan (Oral Activities)
3 Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Listening Activities)
: SMP Muhammadiyah 2 Sawangan : VII / II : IPS (Sejarah) : Masa Kolonial Bangsa Eropa Di Nusantara
Aspek Penilaian 1.1. Perhatian siswa ketika guru menerangkan Skor 5 : memperhatikan dan sangat aktif Skor 4 : memperhatikan dan aktif Skor 3 : memperhatikan dan cukup aktif Skor 2 : memperhatikan tetapi pasif Skor 1 : tidak memperhatikan 1.2. Perhatian terhadap CD Interaktif Skor 5 : sangat serius dalam menyimak CD Interaktif Skor 4 : serius dalam menyimak CD Interaktif Skor 3 : cukup serius dalam menyimak CD Interaktif Skor 2 : kurang serius dalam menyimak CD Interaktif Skor 1 : tidak serius dalam menyimak CD Interaktif 2.1. Mampu mengajukan pertanyaan Skor 5 : sangat aktif bertanya (4 kali atau lebih) Skor 4 : aktif bertanya (3 kali) Skor 3 : cukup aktif bertanya (2 kali) Skor 2 : kurang aktif bertanya (1 kali) Skor 1 : tidak bertanya sama sekali 2.2. Mampu menjawab pertanyaan Skor 5 : sangat aktif menjawab pertanyaan (4 kali atau lebih) Skor 4 : aktif menjawab pertanyaan (3 kali) Skor 3 : cukup aktif menjawab pertanyaan (2 kali) Skor 2 : kurang aktif menjawab pertanyaan (1kali) Skor 1 : tidak menjawab pertanyaan sama sekali 3.1. Mendengarkan ketika guru menjelaskan Skor 5 : sangat serius mendengarkan penjelasan guru Skor 4 : serius mendengarkan penjelasan guru Skor 3 : cukup serius mendengarkan penjelasan guru
Lampiran 21
RUBRIK PENSKORAN VARIABEL KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
199
5 Kegiatan-kegiatan metrik (Motor Activities)
6 Kegiatan-kegiatan mental (Mental Activities)
Lampiran 21
4 Kegiatan-kegiatan menulis (Writing Activities)
Skor 2 : kurang serius mendengarkan penjelasan guru Skor 1 : tidak serius mendengarkan penjelasan guru 3.2. Mendengarkan ketika teman presentasi Skor 5 : sangat serius mendengarkan presentasi teman Skor 4 : serius mendengarkan presentasi teman Skor 3 : cukup serius mendengarkan presentasi teman Skor 2 : kurang serius mendengarkan presentasi teman Skor 1 : tidak serius mendengarkan presentasi teman 4.1. Keaktifan dalam menyelesaikan soal latihan Skor 5 : mengerjakan tugas lengkap dan benar semua Skor 4 : mengerjakan tugas lengkap tapi tidak semua benar Skor 3 : mengerjakan tugas tidak lengkap tapi benar Skor 2 : mengerjakan tugas tidak lengkap dan tidak benar Skor 1 : tidak mengerjakan tugas 4.2. Keaktifan dalam membuat catatan Skor 5 : membuat catatan lengkap dan rapih Skor 4 : membuat catatan lengkap tapi tidak rapih Skor 3 : membuat catatan tidak lengkap tapi rapih Skor 2 : membuat catatan tidak lengkap dan tidak rapih Skor 1 : tidak membuat catatan 5.1. Minat demonstrasi di depan kelas Skor 5 : berminat demonstrasi dan mendemonstrasikan pekerjaannya dengan sangat baik Skor 4 : berdemonstrasi namun secara sederhana Skor 3 : berdemonstrasi apabila diminta Skor 2 : kurang berminat berdemonstrasi Skor 1 : tidak berminat berdemonstrasi 5.2. Keaktifan dalam berdiskusi Skor 5 : sangat aktif dalam memimpin diskusi Skor 4 : aktif dalam memimpin diskusi Skor 3 : cukup aktif dalam memimpin diskusi Skor 2 : kurang aktif dalam memimpin diskusi Skor 1 : tidak aktif dalam memimpin diskusi 6.1. Keaktifan siswa dalam memecahkan masalah Skor 5 : mampu memecahkan suatu masalah dengan sangat baik disertai argumen yang sangat kuat Skor 4 : mampu memecahkan suatu masalah dengan baik disertai argumen yang kuat Skor 3 : mampu memecahkan suatu masalah dengan cukup baik disertai argumen yang cukup kuat Skor 2 : mampu memecahkan suatu masalah namun kurang baik disertai argumen yang kuat Skor 1 : tidak mampu memecahkan suatu masalah dengan disertai argumen
7 Kegiatan-kegiatan emosional (Emotional Activities)
6.2. Keaktifan siswa dalam menanggapi pendapat/pertanyaan Skor 5 : menanggapi pendapat/pertanyaan orang lain dengan jawaban lengkap dan benar Skor 4 : menanggapi pendapat/pertanyaan orang lain dengan jawaban lengkap tapi tidak semua benar Skor 3 : menanggapi pendapat/pertanyaan orang lain dengan jawaban tidak lengkap tapi benar Skor 2 : menanggapi pendapat/pertanyaan orang lain dengan jawaban tidak lengkap dan tidak benar Skor 1 : tidak menanggapi pendapat/pertanyaan orang lain 6.3. Keaktifan mengerjakan soal di papan tulis Skor 5 : mengerjakan soal dengan lengkap dan benar semua Skor 4 : mengerjakan soal dengan lengkap tapi tidak semua benar Skor 3 : mengerjakan soal tidak lengkap tapi benar Skor 2 : mengerjakan soal tidak lengkap dan tidak benar Skor 1 : tidak mengerjakan soal 7.1. Semangat siswa dalam pembelajaran Skor 5 : sangat bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Skor 4 : bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Skor 3 : cukup bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Skor 2 : kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Skor 1 : tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran 7.2. Semangat siswa dalam berdiskusi Skor 5 : sangat bersemangat mengikuti diskusi Skor 4 : bersemangat mengikuti diskusi Skor 3 : cukup bersemangat mengikuti diskusi Skor 2 : kurang bersemangat mengikuti diskusi Skor 1 : tidak bersemangat mengikuti diskusi
Lampiran 21
200
201
Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Pertemuan
Lampiran 22
INSTRUMEN PENELITIAN - OBSERVASI VARIABEL KEAKTIFAN BELAJAR SISWA (Kelas Eksperimen) : SMP Muhammadiyah 2 Sawangan : VII / II : IPS (Sejarah) : Masa Kolonial Bangsa Eropa Di Nusantara :1
Berilah skor pada tiap aspek penilaian berdasarkan kriteria penskoran yang tertera dalam rubrik penskoran. No
Kode
Nama Siswa
2 5
3 1
4 2
5 4
6 4
Aspek Peniaian 7 8 9 10 4 4 2 3
1
E-1
Aisah Sarah Shelynna
1 4
11 3
12 3
13 3
14 4
15 4
2
E-2
Anggoro
4
5
1
2
4
3
4
3
3
3
3
3
4
4
4
3
E-3
Anisa
4
5
1
2
4
3
4
4
3
2
3
3
4
4
4
4
E-4
Azka Amalia
3
5
1
2
4
3
4
4
3
3
3
3
4
4
4
5
E-5
Bagus Rahayu
4
5
1
2
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
4
6
E-6
Bardi
3
5
2
2
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
4
7
E-7
Dwi Yulianto
4
5
1
2
4
4
4
3
2
3
3
3
4
4
4
8
E-8
Erra Erfiana
4
5
1
2
4
4
4
4
2
3
3
3
4
4
4
9
E-9
Erwin Arfianto
4
5
2
2
4
3
4
3
2
2
3
3
4
4
4
10
E-10
Ferdiyanto
5
5
2
2
4
4
4
3
2
3
3
3
4
4
4
202
E-11
Hana Setyawan
4
5
1
2
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
4
12
E-12
Isna Aisafa
3
5
1
2
4
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
13
E-13
M. Annur
3
5
1
2
4
4
4
3
2
3
3
3
4
4
4
14
E-14
Mugiyono
4
5
1
2
4
3
4
3
3
2
3
3
4
4
3
15
E-15
Muhammad Fahrul Ardian
3
5
1
2
4
4
4
3
2
3
3
3
4
4
3
16
E-16
Nisma Purivandani
4
5
3
2
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
17
E-17
Rakhmadani
4
5
1
2
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
4
18
E-18
Ririt Fajar Ariyadi
3
5
1
2
4
3
4
3
2
3
3
3
4
4
4
19
E-19
Suyanti
3
5
1
2
4
3
4
4
2
3
3
3
3
4
4
20
E-20
Tia Andrianingsih
4
5
2
2
4
4
4
4
2
3
3
3
4
4
4
21
E-21
Tri Widia Nur Aini
3
5
1
2
4
3
4
4
2
3
2
3
4
4
4
22
E-22
Tutik Mulyati
3
5
1
2
4
3
4
4
2
3
3
3
4
3
4
23
E-23
Budi Prasetyo
2
3
1
4
3
3
4
3
2
2
2
3
4
4
4
24
E-24
Indrian Nur
4
5
1
2
4
3
4
4
2
3
2
3
3
4
4
Aspek Penilaian: 1. Perhatian siswa ketika guru menerangkan 2. Perhatian terhadap CD Interaktif materi masa colonial bangsa Eropa 3. Mampu mengajukan pertanyaan 4. Mampu menjawab pertanyaan
Lampiran 22
11
203 Lampiran 22
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Mendengarkan ketika guru menjelaskan Mendengarkan ketika teman presentasi Keaktifan dalam menyelesaikan soal latihan Keaktifan dalam membuat catatan Keaktifan membuat gambar sesuai perintah guru dengan ide/kreasi sendiri Keaktifan mengerjakan soal di papan tulis Minat demonstrasi di depan kelas Keaktifan dalam berdiskusi Keaktifan siswa dalam memecahkan masalah Keaktifan siswa dalam menanggapi pendapat/pertanyaan Semangat siswa dalam pembelajaran Semangat siswa dalam diskusi Magelang, 25 Maret 2013 Observer
Muslikhah Ardani NIM. 1013257
204
Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Pertemuan
Lampiran 23
INSTRUMEN PENELITIAN - OBSERVASI VARIABEL KEAKTIFAN BELAJAR SISWA (Kelas Eksperimen) : SMP Muhammadiyah 2 Sawangan : VII / II : IPS (Sejarah) : Masa Kolonial Bangsa Eropa Di Nusantara :2
Berilah skor pada tiap aspek penilaian berdasarkan kriteria penskoran yang tertera dalam rubrik penskoran. No
Kode
Nama Siswa
1
E-1
Aisah Sarah Shelynna
2
E-2
Anggoro
3
E-3
Anisa
4
E-4
Azka Amalia
5
E-5
Bagus Rahayu
6
E-6
Bardi
7
E-7
Dwi Yulianto
8
E-8
Erra Erfiana
9
E-9
Erwin Arfianto
10
E-10
Ferdiyanto
1
2
3
4
5
6
Aspek Peniaian 7 8 9 10
11
12
13
14
15
205
E-11
Hana Setyawan
12
E-12
Isna Aisafa
13
E-13
M. Annur
14
E-14
Mugiyono
15
E-15
Muhammad Fahrul Ardian
16
E-16
Nisma Purivandani
17
E-17
Rakhmadani
18
E-18
Ririt Fajar Ariyadi
19
E-19
Suyanti
20
E-20
Tia Andrianingsih
21
E-21
Tri Widia Nur Aini
22
E-22
Tutik Mulyati
23
E-23
Budi Prasetyo
24
E-24
Indrian Nur
Aspek Penilaian: 1. Perhatian siswa ketika guru menerangkan 2. Perhatian terhadap CD Interaktif materi masa colonial bangsa Eropa 3. Mampu mengajukan pertanyaan 4. Mampu menjawab pertanyaan
Lampiran 23
11
206 Lampiran 23
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Mendengarkan ketika guru menjelaskan Mendengarkan ketika teman presentasi Keaktifan dalam menyelesaikan soal latihan Keaktifan dalam membuat catatan Keaktifan membuat gambar sesuai perintah guru dengan ide/kreasi sendiri Keaktifan mengerjakan soal di papan tulis Minat demonstrasi di depan kelas Keaktifan dalam berdiskusi Keaktifan siswa dalam memecahkan masalah Keaktifan siswa dalam menanggapi pendapat/pertanyaan Semangat siswa dalam pembelajaran Semangat siswa dalam diskusi Magelang, 1 April 2013 Observer
Muslikhah Ardani NIM. 1013257
207 Lampiran 24
INSTRUMEN PENELITIAN - OBSERVASI VARIABEL KEAKTIFAN BELAJAR SISWA (Kelas Kontrol) Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Pertemuan
: SMP Muhammadiyah 2 Sawangan : VII / II : IPS (Sejarah) : Masa Kolonial Bangsa Eropa Di Nusantara :1
Berilah skor pada tiap aspek penilaian berdasarkan kriteria penskoran yang tertera dalam rubrik penskoran. No
Kode
Nama Siswa
1
2
3
4
5
6
Aspek Peniaian 7 8 9 10
11
12
13
14
15
1
K-1
Aji Tama Putra
4
4
2
2
3
3
4
3
3
3
3
3
4
4
3
2
K-2
Annisah
4
4
2
2
4
3
4
3
3
3
2
2
4
4
3
3
K-3
Arkham Nur Fajri
4
4
2
2
3
3
4
2
3
3
3
3
4
4
3
4
K-4
Arwadi
3
4
2
2
3
2
3
2
2
3
2
3
4
3
4
5
K-5
Dedek Agus Santoso
4
4
2
2
3
3
4
2
3
2
3
2
4
4
3
6
K-6
Dwi Ummu Salamah
4
4
3
2
4
3
4
3
3
3
2
2
4
3
3
7
K-7
Eko Budi Setiawan
4
4
2
2
4
3
4
3
3
3
3
4
4
4
3
208
K-8
Evi Wulandari
4
4
3
2
4
3
4
3
3
3
3
2
4
4
3
9
K-9
Fenni Nur Azizah
4
4
2
2
4
3
4
3
3
3
3
3
4
4
3
10
K-10
Herwiana
4
4
2
2
4
3
4
3
3
2
3
3
4
4
3
11
K-11
Ika Anis F
4
4
3
2
4
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
12
K-12
Indra Prasetyo Aji
4
4
2
3
3
3
4
2
3
3
2
3
4
3
3
13
K-13
Isnaini Ftri M
4
4
2
3
4
3
4
2
3
3
2
2
4
3
3
14
K-14
Mat Asiz Banyuaji
4
4
2
2
3
3
4
3
3
3
2
2
4
4
3
15
K-15
Muh. Abdul Gofar S
4
4
3
2
3
3
4
2
3
3
2
2
4
4
3
16
K-16
Nia Nur Rohmiyati
4
4
2
2
4
3
4
3
3
3
3
3
4
4
3
17
K-17
Nugroho Tri M
4
4
2
2
3
3
4
2
3
3
2
3
4
3
3
18
K-18
Rizki Supriyanto
4
4
2
2
3
3
4
2
3
3
3
3
4
4
3
19
K-19
Rozi Ikhsani
4
4
3
2
4
3
4
2
3
3
3
3
4
4
3
Lampiran 24
8
209
K-20
Sulastri
4
4
2
3
4
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
Aspek Penilaian: 1. Perhatian siswa ketika guru menerangkan 2. Perhatian terhadap CD Interaktif materi masa colonial bangsa Eropa 3. Mampu mengajukan pertanyaan 4. Mampu menjawab pertanyaan 5. Mendengarkan ketika guru menjelaskan 6. Mendengarkan ketika teman presentasi 7. Keaktifan dalam menyelesaikan soal latihan 8. Keaktifan dalam membuat catatan 9. Keaktifan membuat gambar sesuai perintah guru dengan ide/kreasi sendiri 10. Keaktifan mengerjakan soal di papan tulis 11. Minat demonstrasi di depan kelas 12. Keaktifan dalam berdiskusi 13. Keaktifan siswa dalam memecahkan masalah 14. Keaktifan siswa dalam menanggapi pendapat/pertanyaan 15. Semangat siswa dalam pembelajaran 16. Semangat siswa dalam diskusi Magelang, 25 Maret 2013 Observer
Muslikhah Ardani NIM. 1013257
Lampiran 24
20
210 Lampiran 25
INSTRUMEN PENELITIAN - OBSERVASI VARIABEL KEAKTIFAN BELAJAR SISWA (Kelas Kontrol) Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Pertemuan
: SMP Muhammadiyah 2 Sawangan : VII / II : IPS (Sejarah) : Masa Kolonial Bangsa Eropa Di Nusantara :2
Berilah skor pada tiap aspek penilaian berdasarkan kriteria penskoran yang tertera dalam rubrik penskoran. No
Kode
Nama Siswa
1
K-1
Aji Tama Putra
2
K-2
Annisah
3
K-3
Arkham Nur Fajri
4
K-4
Arwadi
5
K-5
Dedek Agus Santoso
6
K-6
Dwi Ummu Salamah
7
K-7
Eko Budi Setiawan
1
2
3
4
5
Aspek Peniaian 6 7 8 9 10
11
12
13
14
15
211
K-8
Evi Wulandari
9
K-9
Fenni Nur Azizah
10
K-10
Herwiana
11
K-11
Ika Anis F
12
K-12
Indra Prasetyo Aji
13
K-13
Isnaini Ftri M
14
K-14
Mat Asiz Banyuaji
15
K-15
Muh. Abdul Gofar S
16
K-16
Nia Nur Rohmiyati
17
K-17
Nugroho Tri M
18
K-18
Rizki Supriyanto
19
K-19
Rozi Ikhsani
Lampiran 25
8
212
K-20
Lampiran 25
20
Sulastri
Aspek Penilaian: 1. Perhatian siswa ketika guru menerangkan 2. Perhatian terhadap CD Interaktif materi masa colonial bangsa Eropa 3. Mampu mengajukan pertanyaan 4. Mampu menjawab pertanyaan 5. Mendengarkan ketika guru menjelaskan 6. Mendengarkan ketika teman presentasi 7. Keaktifan dalam menyelesaikan soal latihan 8. Keaktifan dalam membuat catatan 9. Keaktifan membuat gambar sesuai perintah guru dengan ide/kreasi sendiri 10. Keaktifan mengerjakan soal di papan tulis 11. Minat demonstrasi di depan kelas 12. Keaktifan dalam berdiskusi 13. Keaktifan siswa dalam memecahkan masalah 14. Keaktifan siswa dalam menanggapi pendapat/pertanyaan 15. Semangat siswa dalam pembelajaran 16. Semangat siswa dalam diskusi Magelang, 1 April 2013 Observer
Muslikhah Ardani NIM. 1013257
213
Lampiran 26 PERBANDINGAN HASIL PRE TEST DAN POST TEST KELAS EKSPERIMEN
No
Kode
1
E-01
2
E-02
3
E-03
4
E-04
5
E-05
6
E-06
7
E-07
8
E-08
9
E-09
10
E-10
11
E-11
12
E-12
13
E-13
14
E-14
15
E-15
16
E-16
17
E-17
18
E-18
19
E-19
20
E-20
21
E-21
22
E-22
23
E-23
24 E-24 Jumlah n Mean Varians SD max min Rentang
Eksperimen Pretest Post test Skor Nilai Skor Nilai
28 31 27 30 25 23 25 23 26 25 27 22 29 26 29 26 25 30 31 29 25 25 31 32 650 24.00 27.08 8.17 2.86 32.0 22.00 10.00
70.0 77.5 67.5 75.0 62.5 57.5 62.5 57.5 65.0 62.5 67.5 55.0 72.5 65.0 72.5 65.0 62.5 75.0 77.5 72.5 62.5 62.5 77.5 80.0 1625 24.00 67.71 51.04 7.14 80.0 55.00 25.00
29 30 34 32 29 26 32 31 27 34 34 30 37 33 34 32 32 31 34 30 32 32 37 38 770 24.00 32.08 8.69 2.95 38.0 26.00 12.00
Selisih
72.5
3
75.0
-3
85.0
18
80.0
5
72.5
10
65.0
8
80.0
18
77.5
20
67.5
3
85.0
23
85.0
18
75.0
20
92.5
20
82.5
18
85.0
13
80.0
15
80.0
18
77.5
3
85.0
8
75.0
3
80.0
18
80.0
18
92.5
15
95.0 1925.00 24.00 80.21 54.30 7.37 95.0 65.00 30.00
15 300 24.00 12.50 52.17 7.22 22.5 -2.50 25.00
214
Lampiran 27
PERBANDINGAN HASIL PRE TEST DAN POST TEST KELAS KONTROL
No
Kode
1
R-01
2
R-02
3
R-03
4
R-04
5
R-05
6
R-06
7
R-07
8
R-08
9
R-09
10
R-10
11
R-11
12
R-12
13
R-13
14
R-14
15
R-15
16
R-16
17
R-17
18
R-18
19
R-19
20
R-20 Jumlah n Mean Varians SD max min Rentang
Kontrol Pretest Post test Skor Nilai Skor Nilai
27 26 24 23 27 25 26 27 22 24 26 23 26 32 30 32 25 28 30 27 530 20.00 26.50 7.95 2.82 32 22.00 10.00
67.5 65.0 60.0 57.5 67.5 62.5 65.0 67.5 55.0 60.0 65.0 57.5 65.0 80.0 75.0 80.0 62.5 70.0 75.0 67.5 1325 20.00 66.25 49.67 7.05 80 55.00 25.00
31 29 25 31 29 26 29 29 24 26 32 25 29 33 31 39 27 32 33 31 591 20.00 29.55 12.58 3.55 39 24.00 15.00
Selisih
77.5
10.00
72.5
7.50
62.5
2.50
77.5
20.00
72.5
5.00
65.0
2.50
72.5
7.50
72.5
5.00
60.0
5.00
65.0
5.00
80.0
15.00
62.5
5.00
72.5
7.50
82.5
2.50
77.5
2.50
97.5
17.50
67.5
5.00
80.0
10.00
82.5
7.50
77.5 1478 20.00 73.88 78.60 8.87 97.50 60.00 37.50
10.00 153 20.00 7.63 24.65 4.97 20.00 2.50 17.50
215
Lampiran 28
REKAPITULASI RATA-RATA HASIL BELAJAR KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
nilai Rata rata % No
Kelas
Peningkatan
1
Eksperimen
67,71
80,21
pretest posttest 12,50
2
Kontrol
66,25
73,88
7,63
Pre test
Posttest
% Peningkatan pretest posttest 18,5%
Normal Gain pretest posttest 39%
Kriteria faktor g pretest posttest Sedang
11,5%
22,6%
Rendah
216
Lampiran 29
Uji Ketuntasan Hasil Belajar Kelas Eksperimen Hipotesis Ho: µ ˂ 75 ( belum mencapai ketuntasan belajar) Ha: µ ≥ 75 ( sudah mencapai ketuntasan belajar) Pengujian Hipotesis : Rumus yang digunakan: t
x 0 S n
Kriteria yang digunakan Ha diterima jika t > Dari data diperoleh: Sumber Variasi Jumlah n
Nilai 1925 24
x 2 Varians (s ) Standar Deviasi (s)
80,21 54,30 7,37
t
=
80,21
75
=
3,4625
7,37 24 Untuk α = 5% dengan dk= 24 diperoleh
= 2,0423
daerah penolakan Ho
2,0423
3,4625
Karena t berada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen setelah perlakuan lebih besar sama dengan 75 atau sudah mencapai ketuntasan hasil belajar
217
Lampiran 30
PERHITUNGAN PERSENTASE KETUNTASAN BELAJAR KELAS EKSPERIMEN Presentase ketuntasan belajar kelas eksperimen Tuntas jika
% ≥ 85%
Tidak tuntas jika
% ≤ 85%
%= = = 91,667 % Karena presentase ketuntasan belajar lebih dari 85% maka kelas eksperimen sudah mencapai ketuntasan belajar klasikal.
218
Lampiran 31
Uji Ketuntasan Hasil Belajar Kelas Kontrol Hipotesis Ho: µ ˂ 75 ( belum mencapai ketuntasan belajar) Ha: µ ≥ 75 ( sudah mencapai ketuntasan belajar) Pengujian Hipotesis : Rumus yang digunakan: t
x 0 S n
Kriteria yang digunakan Ha diterima jika t > Dari data diperoleh: Sumber Variasi Jumlah n
Nilai 1478 20
x 2 Varians (s ) Standar Deviasi (s)
73,88 78,60 8,87
t
=
73,88
75
-0,567
=
8,87 20 Untuk α = 5% dengan dk= 20 diperoleh
= 2,0262
daerah penolakan Ho
-0,5675
2,0423
Karena t berada di luar daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas kontrol setelah perlakuan lebih kecil sama dengan 75 atau belum mencapai ketuntasan hasil belajar
219
Lampiran 32
PERHITUNGAN PERSENTASE KETUNTASAN BELAJAR KELAS KONTROL Presentase ketuntasan belajar kelas eksperimen Tuntas jika
% ≥ 85%
Tidak tuntas jika
% ≤ 85%
%= = = 70 % Karena presentase ketuntasan belajar kurang dari 85% maka kelas kontrol belum mencapai ketuntasan belajar klasikal.
220
Lampiran 33 Rekapitulasi Nilai Keaktifan Belajar Siswa Kelas Eksperimen
No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24
Eksperimen Pre test Interval Kriteria 48% TB 63% CB 73% B 73% B 65% CB 57% CB 67% CB 65% CB 55% CB 67% CB 81% B 59% CB 63% CB 68% CB 47% TB 49% TB 73% B 59% CB 60% CB 65% CB 55% CB 51% TB 60% CB 72% B
Post test Interval Kriteria 76% B 87% SB 74% B 82% B 78% B 86% SB 79% B 65% CB 71% B 76% B 75% B 73% B 79% B 81% B 61% CB 68% B 82% B 69% B 79% B 78% B 80% B 78% B 78% B 76% B
221
Lampiran 34
Rekapitulasi Nilai Keaktifan Belajar Siswa Kelas Kontrol
No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20
Kontrol Pretest Interval Kriteria 73% B 63% CB 68% CB 61% CB 51% TB 61% CB 68% CB 48% TB 64% CB 52% TB 76% B 72% B 69% B 79% B 59% CB 49% TB 61% CB 76% B 56% CB 52% TB
Post test Interval Kriteria 75% B 83% B 59% CB 83% B 79% B 53% CB 57% CB 68% CB 69% B 65% CB 69% B 75% B 67% CB 71% B 72% B 71% B 72% B 67% CB 60% CB 67% CB
222
Lampiran 35
FOTO DOKUMENTASI
Lampiran 38 Dokumentasi kegiatan belajar siswa kelas eksperimen
Dokumentasi kegiatan belajar siswa kelas kontrol
223
Lampiran 35
Dokumentasi SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Kab.Magelang