Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 20(2): 139 -147, 2014
ISSN 0852-0151
EFEKTIVITAS MODUL PEMBELAJARAN INOVATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PENGAJARAN LAJU REAKSI Manihar Situmorang dan Andry Agusto Situmorang Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate, Medan, Sumatera Utara, Indonesia, 20221, e-mail:
[email protected] Diterima 20 Juli 2014, disetujui untuk publikasi 23 Agustus 2014
Abstrak, The efectivity of innovative learning module to improve students’ achievement on the teaching of chemical rate is explained in this paper. The study is aimed to develop an innovative chemistry learning module for senior high school (SHS) students that can be used as learning edia on the teaching of chemical rate. The research is carried out by integration of laboratory experiments, field activities, and interactive learning media into chemistry topic of chemical rate, followed by standardization of the contents to obtain package of innovative chemistry module. The results showed that developed module is effective to improve student’s achievement in chemistry. Students outcomes in experimental class which are taught with innovative learning module (M=86.27±5.92) was found higher than that in control class (M=76.20±6.35), where both groups are significantly different (ttest 6.55 > ttable 1.319). Chemistry materials in learning module are able to motivate students to study independently. Interactive learning media in electronic module can bring the students become independent learners that facilitates the students moves from teacher centre learning into students centre learning.
Keywords: Learning module, Innovative learning, Chemical rate, Learning media.
Pendahuluan Pengembangan modul pembelajaran kimia inovatif untuk pengajaran kimia perlu dilakukan memenuhi bahan ajar berkualitas baik yang dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia menghadapi persaingan global. Modul pembelajaran kimia Sekolah Menengah Atas (SMA) yang baik akan dapat menolong siswa di dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui pengadaan materi pelajaran bermutu (Hosler dan Boomer, 2011), dan dapat dimulai dari penyediaan modul pembelajaran (Situmorang, dkk., 2011). Modul pembelajaran yang baik harus mampu menyajikan materi ajar sesuai dengan tuntutan kurikulum, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan dapat menjembatani pembelajaran agar Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan
kompetensi yang telah ditetapkan dapat tercapai (Jippes, dkk., 2010). Materi kimia di dalam bahan ajar harus tuntas, sistematik, mudah dimengerti, menarik, memotivasi belajar mandiri, dan memiliki materi tambahan sebagai pengayaan sesuai dengan karakteristik pebelajar (Situmorang, dkk., 2014). Banyak siswa SMA menganggap mata pelajaran kimia sulit dipelajari, sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa kurang mampu mempelajarinya (Yusfiani dan Situmorang, 2006). Hal ini dapat disebabkan oleh penyajian materi yang kurang sistematis, tidak menarik dan membosankan sehingga siswa sulit belajar kimia (Yusfiani dan Situmorang, 2011). Pendayagunaan modul sebagai sumber belajar memiliki arti sangat penting, yaitu melengkapi 139
Manihar Situmorang dan Andry Agusto Situmorang
dan memperkaya sumber belajar sehingga dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik mengikuti perkembangan teknologi yang semakin mengglobal (Situmorang, 2013). Beberapa persyaratan untuk menjadikan modul sebagai sumber belajar, yaitu ketersediaan yang dapat dijangkau oleh pebelajar, dapat membantu siswa belajar mandiri, dan memfasilitasi siswa pada materi ajar yang lengkap dan terkini. Modul yang baik harus dikemas menarik sesuai pokok bahasan dan dilengkapi gambar, ilustrasi, contoh soal atau kasus kontekstual yang memadai untuk mendukung pengajaran (Good, dkk., 2010). Pemanfaatan teknologi informasi, multimedia dan e-learning untuk pembelajaran melalui fasilitas online telah mampu mendorong pergeseran pembelajaran dari pembelajaran konvensional kepada pembelajaran mandiri (Montelongo dan Herter, 2010; Badge, dkk., 2008; Mahdjoubi dan Rahman, 2012), sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk belajar bukan hanya bergantung kepada guru tetapi dapat berasal dari diri sendiri (student centre learning) (Cheang, 2009). Inovasi pembelajaran sangat diperlukan untuk membangun komunikasi antara guru dengan siswa secara optimum dan efisien sehingga dapat memberikan hasil belajar lebih baik (Situmorang, dkk., 2013; Situmorang, dkk., 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui menghasilkan modul pembelajaran kimia yang inovatif dalam bentuk hard copy dan elektronik untuk mendukung pencapaian kompetensi yang diinginkan dalam kurikulum 2013.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Deskripsi Modul Untuk Pengajaran Laju Reaksi
Metode Penelitian Penelitian adalah pengembangan bahan ajar kimia SMA untuk memperoleh modul standar dan inovatif untuk pengajaran laju reaksi (Situmorang dan Situmorang, 2014). Tahapan penelitian terdiri atas (1) Pengembangan materi pelajaran kimia yang relevan sesuai Kurukulum 2013, (2) Inovasi materi ajar agar sederhana, lengkap, menarik, dan memotivasi siswa belajar mandiri, (3) Standarisas modul pembelajaran kimia SMA berdasarkan standar isi BNSP dan UNESCO, dan (5) Penggunaan modul pembelajaran untuk
140
meningkatkan hasil belajar pada pengajaran kimia pada siswa SMA. Instrumen penelitian meliputi modul kimia inovatif, evaluasi belajar (test), dan questioner. Instrumen penelitian disusun dan distandarsisasi mengikuti prosedur yang dijelaskan dalam penelitian sebelumnya (Situmorang, dkk., 2013; Situmorang dan Sitorus, 2011), dan pengukuran motivasi belajar menggunakan questioner yang dikembangkan dalam penelitian sebelumnya (Situmorang dan Sinaga, 2006; Olvera, dkk., 2009). Data hasil belajar diperoleh melalui aplikasi modul inovatif untuk pembelajaran laju reaksi pada siswa SMA mengikuti prosedur yang dijelaskan pada penelitian sebelumnya (Silitonga dan Situmorang, 2009; Situmorang dan Situmorang, 2013; Situmorang dan Situmorang, 2009). Terhadap kelas eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan modul inovatif dan pada kelas kontrol menggunakan buku ajar pegangan siswa di masing-masing sekolah. Evaluasi pendahuluan (pretest) dilakukan sebelum pembelajaran, evaluasi tahap pertama (postest-1) dilakukan setelah selesai paket pengajaran, dan evaluasi tahap kedua (postest-2) setelah pembelajaran telah berlangsung satu bulan. Pengujian motivasi belajar dilakukan satu bulan sesudah pembelajaran pada masing-masing kelompok perlakuan.
Modul kimia inovatif mengandung pengayaan materi kimia pada setiap sub pokok bahasan laju reaksi, dikembangkan untuk dapat mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar sesuai tuntutan Kurikulum 2013. Modul kimia inovatif dikembangkan melalui integrasi kegiatan laboratorium dan kegiatan luar sekolah yang disusun secara sistematis dan sederhana mendukung teori masing-masing sub pokok bahasan kimia laju reaksi. Untuk melengkapi modul, disediakan contoh kasus kontekstual, ilustrasi gambar,
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20 Nomor 2
September 2014
Efektivitas Modul Pembelajaran Inovatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pengajaran Laju Reaksi
dan contoh soal serta penyelesaian. Inovasi modul pembelajaran juga dilakukan dengan cara memadukan media pembelajaran interaktif, video dan animasi yang disatukan dalam macromedia flash, memanfaatkan teknologi informasi online, dan menyediakan fasilitas “help” yang dapat dapat menolong siswa di dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi. Modul dilengkapi contoh aplikasi laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari,
disediakan alamat tautan penelusuran secara online di web, dan siswa diberikan petunjuk untuk menjawab pertanyaan yang harus diisi secara online di web. Modul yang sudah lengkap selanjutnya dikemas berbentuk hard copy dan elektronik dalam bentuk CD yang dapat dipergunakan secara offline pada saat fasilitas online tidak tersedia. Secara umum inovasi yang diintegrasikan dalam modul pembelajaran dirangkum pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi komponen inovasi yang diintegrasikan pada pokok bahasan dan sub pokok bahasan laju reaksi No
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
Inovasi yang Dilakukan
1
Kemolaran
Pengayaan materi ajar, integrasi pembelajaran berbasis masalah, variasi metode pembelajaran, seting media powerpoin dan video dalam media flash, contoh soal dan penyelesaian secara offline dan online, dan quis
2
Konsep laju reaksi dan Penulisan laju reaksi
Pengayaan materi ajar, integrasi kegiatan demonstrasi, variasi metode pembelajaran, seting media powerpoin dan video dalam media flash, contoh soal dan penyelesaian secara offline dan online, quis, dan kegiatan luar kelas
3
Fakor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Pengayaan materi ajar, integrasi kegiatan laboratorium, simulasi computer tentang laju reaksi, seting media powerpoin dan video dalam media flash, contoh kasus yang mempengaruhi laju reaksi secara offline dan online, kegiatan luar kelas, dan soal-soal
4
Orde reaksi
Pengayaan materi ajar, integrasi kegiatan laboratorium, variasi metode pembelajaran, memberi contoh kasus orde reaksi, menyediakan simulasi perhitungan orde reaksi dengan software yang compatibel dengan media flash, membuat contoh soal dan penyelesaian secara offline dan online, dan kegiatan luar kelas menghitung orde reaksi
5
Hubungan teori tumbukan dengan aktifasi dan katalis
Pengayaan materi ajar, integrasi kegiatan laboratorium, simulasi computer tentang tumbukan, aktifasi dan katalis, seting media powerpoin dan video dalam media flash, contoh kasus aktifasi dan katalis secara offline dan online, kegiatan luar kelas, dan soal-soal
6
Aplikasi laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari
Pemilihan contoh aplikasi yang berhubungan dengan laju reaksi di seting dalam media flash dan dibuat tautan penelusuran secara online di web yang sesuai, diberi format tugas untuk menjawab aspek penelusuran yang ditugaskan.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20
Nomor 2
September 2014
141
Manihar Situmorang dan Andry Agusto Situmorang
Standarisasi Modul Kimia Hasil Pengembangan Modul kimia hasil pengembangan telah distandarisasi menggunakan penilai ahli Dosen kimia dan Guru kimia, dan dilanjutkan dengan ujicoba modul dalam pembelajaran kepada siswa SMA. Kepada masing-masing responden telah diberikan satu set modul hasil pengembangan, dan responden diminta menilai atau memberikan pendapat tentang kualitas modul inovasi berdasarkan kriteria panilaian yang disediakan. Hasil penilaian responden sebagai ukuran kualitas modul hasil pengembangan untuk pokok bahasan laju reaksi diringkas pada Tabel 2. Responden memberikan penilaian pada kategori baik
terhadap kualitas modul yang dikembangkan dengan rata-rata 3,36. Seluruh parameter yang diajukan di dalam komponen penilaian ditanggapi sangat positif oleh responden. Penilaian akhir yang diberikan responden terhadap modul inovatif berturut-turut oleh Dosen kimia (3,55), Guru kimia (3,50), dan siswa (3,04), semuanya tergolong kategori baik (Tabel 2). Tidak ada penilaian yang rendah diberikan oleh dosen dan guru pada masing-masing komponen yang ditanyakan. Dapat dinyatakan bahwa modul kimia inovasi layak untuk dipergunakan dalam pembelajaran pada pengajaran laju reaksi pada siswa SMA karena sudah memenuhi kualitas baik sesuai standar BSNP dan UNESCO.
Tabel 2. Kualitas modul inovatif pada pengajaran laju reaksi berdasarkan penilaian Dosen Kimia (D), Guru Kimia (G), dan Siswa SMA (S). Angka adalah rata-rata dari kelompok responden (total 74 respondent). Kriteria penilaian: 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = kurang baik, dan 1 = tidak baik. Komponen Modul Inovatif Gambaran Umum Tampilan Modul
Isi Modul
Tingkat keterbacaan Modul
142
Deskripsi Modul Kimia Sebagai Media Pembelajaran
Pendapat Respondents Pada Modul Kimia
Ratarata
D
G
S
- Mudah dimengerti dalam pebelajaran
4.00
3.66
2.93
3.53
- Menarik untuk dibaca
3.50
3.00
3.00
3.17
- Memiliki komponen utama dan pelengkap (Petunjuk, Daftar isi, Isi, Referensi, Lampiran)
3.50
3.66
3.33
3.50
- Kemutahiran Referensi dan tautan online
3.00
3.33
2.93
3.09
- Kelengkapan isi berdasarkan pokok bahasan dan sub pokok bahasan
4.00
3.66
3.26
3.64
- Keakuratan isi untuk menjadi bahan rujukan
3.50
3.33
2.20
3.01
- Ukuran kalimat, pragraf, ilustrasi, penjelasan gambar dan tabel, contoh soal dan penyelesaian
4.00
4.00
3.40
3.80
- Keterkaitan antar paragraph dalam pokok bahasan dan sub pokok bahasan
4.00
3.33
3.40
3.58
- Kondisi kalimat dalam memberikan penjelasan dengan keadaan kontekstual
3.00
3.33
3.13
3.15
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20 Nomor 2
September 2014
Efektivitas Modul Pembelajaran Inovatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pengajaran Laju Reaksi
Keluasan isi - Keluasan dan kejelasan materi ajar yang Modul disajikan
3.50
3.33
2.93
3.25
3.50
3.33
2.86
3.23
Kedalaman - Kelengkapan isi materi yang disajikan mulai isi Modul dari pengenalan konsep, hubungan antar konsep, dan pendalaman materi ajar
3.50
3.66
3.20
3.45
- Ketersediaan aplikasi konsep dan contoh berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
3.50
3.66
3.33
3.50
- Kesesuaian antara tata letak, desain, ilustrasi, grafis, dan animasi dengan pokok bahasan dan sub pokok bahasan
3.50
3.33
3.33
3.39
- Penyajian table, ilustrasi, gambar, yeknologi informasi, multimedia, dan tatawarna dengan pokok bahasan
4.00
3.66
3.33
3.66
- Ketersediaan interaktif yang melibatkan peserta didik untuk belajar mandiri
3.50
3.66
2.53
3.23
- Sesuai dengan perkembangan peserta didik
3.50
3.66
2.93
3.36
- Mudah dimengert, komunikatif dan baku
3.50
3.66
2.86
3.34
- Kejelasan dan ketepatan penggunaan istilah, bahasa dan tatabahasa, simbol, persamaan reaksi kimia, dan rumus kimia
3.00
3.33
2.80
3.04
3.55
3.50
3.04
3.36
- Ketersediaan materi ajar dengan rujukan online
Desain Modul
Penggunaan Bahasa
Rata-rata
Keefektifan Modul Inovatif Dalam Pembelajaran Kimia Modul inovatif hasil pengembangan dijadikan sebagai bahan ajar pada pengajaran kimia pokok bahasan laju reaksi pada kelompok experimen, dan sebagai pembanding dipergunakan buku ajar pegangan siswa pada kelompok kontrol. Sebebelum pembelajaran dilakukan, penguasaan siswa terhadap laju reaksi dievaluasi seperti dirangkum pada Tabel 3. Hasil pretest berfungsi untuk membebaskan sampel outlier sehingga yang dipergunakan dalam penelitian adalah siswa SMA yang
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20
Nomor 2
memiliki kemampuan akademik relatif sama. Hasil analisis menunjukkan bahwa responden yang diikutkan dalam penelitian ini relatif homogen. Sebelum pembelajaran dilakukan, penguasaan siswa pada materi laju reaksi tergolong rendah, yaitu pada kelompok eksperimen (M=27,90±7,90) dan kelompok kontrol (M=33,37±8,12), dua kelompok perlakuan tidak berbeda nyata thitung -0,034 < ttabel 1,319. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa pada mata pelajaran kimia di tiga sekolah tempat ujicoba modul relatif rendah sehingga semua sampel dapat dipergunakan pada dua kelompok perlakuan.
September 2014
143
Manihar Situmorang dan Andry Agusto Situmorang
Tabel 3. Hasil belajar siswa (nilai konversi dari skor jawaban yang benar soal pilihan berganda) berdasarkan evaluasi belajar (pretest, postest 1, dan postest 2) pada pengajaran jinia pokok bahasan laju reaksi. Angka adalah rata-rata dan standar deviasi pada masingmasing kelompok sampel. Hasil Belajar (skor) Siswa SMA pada Pengajaran Laju Reaksi Seko- Kelomlah pok
Pretest Eksperimen
SMA A
SMA B
SMA C
Total
Kontrol
Postest 1 Eksperimen
Kontrol
Postest 2 Eksperimen
Kontrol
Efektivitas (%) Eksp Kontrol
KT
35,20±6,19 41,20±9,62 92,00±5,33 78,80±5,35 86,00±5,13 86,00±7,27
103
99
KR
31,80±8,45 40,40±10,90 83,60±7,64 73,60±7,11 86,00±8,68 72,40±6,65
102
98
KT
23,60±12,71 38,80±5,67 84,40±7,41 71,60±4,40 86,00±5,79 86,00±8,65
111
96
KR
21,60±8,47 24,80±11,12 84,00±5,33 68,80±8,80 86,00±4,29 86,00±6,15
114
91
KT
28,00±5,65 31,80±8,24 90,00±6,86 81,20±5,98 86,00±7,11 86,00±7,65
102
94
KR
27,20±5,90 23,20±3,15 83,60±2,95
86,00±3,82 86,00±4,14
103
97
KT
28,93±8,19 37,27±7,84 88,80±6,54 77,20±5,24 86,00±6,01 86,00±7,86
105
97
KR
26,87±7,61 29,47±8,39 83,73±5,31 75,20±7,46 86,00±5,60 81,47±5,65
106
96
27,90±7,90 33,37±8,12 86,27±5,92 76,20±6,35 86,00±5,81 83,73±6,75
103
99
Total keseluruhan
83,2±6,48
Keteranga: KT= Kelompok siswa memiliki kemapuan akademik kategori tinggi pada Semester sebelumnya; KR = Kelompok siswa memiliki kemapuan akademik kategori rendah pada Semester sebelumnya; A = SMA N3 Medan; B = SMA N5 Medan; dan C = SMA Methodist Lubuk Pakam. Modul pembelajaran hasil inovasi telah dipergunakan sebagai bahan ajar pada pengajaran kimia kepada siswa SMA di yang tersebar di berberapa kota kabupaen/kota di Sumatera Utara. Terhadap kelompok eksperimen dilakukan pengajaran materi menggunakan modul sebagai media pembelajaran, sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran menggunakan buku ajar kimia pegangan sekolah. Selama pembelajaran dilakukan, berbagai parameter penelitian diusahakan relatif sama. Evaluasi belajar tahap pertama (postest 1) dilakukan pada jam pelajaran kimia pada minggu efektif berikutnya setelah paket pembelajaran dalam satu modul ajar telah selesai diajarkan, bertujuan untuk memberikan waktu cukup bagi siswa menggunakan bahan ajar untuk belajar mandiri untuk menyelesaikan soal-soal kimia. Hasil belajar siswa diukur berdasarkan
144
kemampuan siswa menjawab evaluasi belajar dan skor telah dikonversi menjadi nilai seperti diringkas pada Tabel 2. Siswa SMA pada dua kelompok perlakuan dapat menjawab soal dengan baik, ditunjukkan dari peningkatan hasil belajar yang relatif tinggi dibandingkan hasil belajar yang diperoleh pada pretest. Hasil belajar yang diperoleh pada kelompok eksperimen yang diberikan pengajaran menggunakan modul inovatif (M=86,27±5,92) lebih tinggi dibanding pencapaian hasil belajar siswa pada kelompok kontrol yang diajar menggunakan buku pengangan siswa (M=76,20±6,35), dua kelompok perlakuan berbeda nyata (thitung 6,550 > ttabel 1,319). Penyelidikan terhadap hasil belajar siswa SMA yang tergolong memiliki kemampuan akademik relatif tinggi (KT) dan siswa yang memiliki kemampuan akademik
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20 Nomor 2
September 2014
Efektivitas Modul Pembelajaran Inovatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pengajaran Laju Reaksi
relatif rendah (KR) juga dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Tabel 2). Pada kelompok siswa SMA kategori kelompok KT, diperoleh rata-rata hasil belajar untuk kelas eksperimen (M=88,80±6,50) lebih tinggi dibanding kelas kontrol (M=77,20±5,24), dua kelompok perlakuan berbeda secara nyata (thitung 3,757 > ttabel 1,319). Pola yang sama juga diperoleh pada kelompok siswa SMA kelompok KR, diperoleh rata-rata hasil belajar pada kelas ekperimen (M=83,73±5,31) lebih tinggi dibanding kelas kontrol (M=75,20±7,46), keduanya berbeda nyata (thitung 8,008 > ttable 1,319). Semua siswa (KT dan KR) yang diberikan pembelajaran menggunakan modul inovatif memiliki rata-rata hasil belajar lebih tinggi dibanding kelompok yang menggunakan buku pegangan. Perbedaan pningkatan hasil belajar disebabkan oleh ketersediaan fasilitas interaktif di dalam modul inovatif yang mampu menuntun siswa untuk belajar mandiri secara sukarela setelah pembelajaran dilakukan di luar jam pelajaran. Untuk mengetahui keefektifan modul inovasi dalam meningkatkan daya ingat siswa terhadap penguasaan konsep materi kimia pada pokok bahasan laju reaksi maka kepada siswa diberikan evaluasi tahap dua (postest 2) setelah jangka waktu satu bulan setelah perlakuan pembelajaran telah berlalu menggunakan paket soal yang relatif sama dengan yang dilakukan pada postest-1, seperti dirangkum pada Tabel 2. Pola penurunan hasil belajar pada postest 2 diperoleh pada kedua kelompok percobaan dibanding dengan hasil belajar yang diperoleh pada postest 1. Hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen (M=86,00±5,81) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (M=83,73±6,75), dua kelompok perlakuan berbeda secara nyata (thitung 7,004 > ttable 1,319). Penyelidikan terhadap siswa KT diketahui bahwa hasil belajar kelompok eksperimen (M=86,00±6,01) relatif sama dengan kelas kontrol (M=86,00±7,86). Akan tetapi, pada kelompok rendah ditemukan hasil belajar kelas eksperimen (M=86,00±5,60) lebih tinggi dibanding kelas kontrol (M= 81,47±5,65). Keefektifan modul pembelajaran dalam Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20
Nomor 2
meningkatkan daya ingat siswa diketahui bahwa hasil pada kelompok ekperimen (103%) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (99%) namun tidak banyak berbeda. Hal ini disebakan karena setelah paket pembelajaran selesai, semua siswa di dua kelompok perlakuan (eksperimen dan kontrol) menggunakan modul inovatif yang diperoleh dari teman sebaya karena modul inovatif memiliki disain menarik sehingga semua siswa mempergunakan modul interaktif dalam belajar sendiri. Fasilitas yang tersedia di dalam modul seperti media elektronik menjadikan siswa belajar kimia intensif sehingga efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pengajaran laju reaksi. Modul Inovatif dan Motivasi Belajar Siswa Pengukuran terhadap motivasi belajar siswa pada pengajaran laju reaksi telah dilakukan dengan cara meminta pendapat siswa terhadap proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa pada dua kelompok perlakuan setelah postes 1 dilakukan. Pertanyaan diarahkan pada pengukuran motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, dan pengalaman karakter baik siswa dalam belajar kimia. Pada kelompok eksperimen diperoleh hubungan positif antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa pada pengajaran kimia (r2 = 0,871), sedangkan pada kelompok kontrol hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar diperoleh (r2 = 0,085). Modul pembelajaran mampu memotivasi siswa belajar mandiri karena inovasi yang dibuat di dalam modul tersedia fasilitas “Help” yang berfungsi sebagai alat bantuan di dalam modul elektronik yang memungkinkan siswa dapat mengulang contoh-contoh soal dan cara penyelesaian soal sehingga siswa dapat menggunakan waktu belajar mandiri lebih banyak. Motivasi belajar memberikan kontribusi dalam meningkatkan hasil belajar pada pengajaran kimia karena terjadi pergeseran dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher teahing learning)
September 2014
145
Manihar Situmorang dan Andry Agusto Situmorang
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center learning).
Simpulan dan Saran Modul pembelajaran kimia inovatif hasil pengembangan sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pengajaran laju reaksi. Bahan ajar telah dikemas menjadi bahan ajar yang lengkap dan interaktif untuk pengajaran laju reaksi. Fasilitas yang terdapat di dalam modul inovatif meningkatkan kegiatan belajar kimia secara efisien sehingga aktivitas belajar-mengajar menjadi terpusat pada siswa (student centre learning) untuk mencapai kompetensi sesuai tuntutan Kurikulum 2013. Diharapkan guru dapat menggunakan modul inovatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pengajaran kimia untuk pokok bahasan yang lain.
Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih disampaikan kepada Ditlitabmas Dikti Kemendikbud yang telah memberikan dana penelitian melalui Penelitian Strategis Nasional Nomor 126/SP2H/PL/ DIT.LITABMAS/V/2013.
Daftar Pustaka Badge, J.L., Dawson, E., Cann, A.J., dan Scott, J., (2008), Assessing the accessibility of online learning, Innovations in Education and Teaching International 45(2): 103–113. Cheang, K.I., (2009), Effect of Learner-Centered Teaching on Motivation and Learning Strategies in a Third-Year Pharmacotherapy Course, American Journal of Pharmaceutical Education 73(3): 1-8. Good, J.J., Woodzicka, J.A., dan Wingfield, L.C., (2010), The Effects of Gender Stereotypic and Calcer-Stereotypic Textbook Images on Science Performance, The Journal of Social Psychology 150(2): 132–147. Hosler, J. dan Boomer, K.B., (2011), Are Comic Books an EffectiveWay to Engage Nonmajors in Learning and Appreciating Science?, CBE-Life Sciences Education 10: 309–317.
146
Jippes, E.; van Engelen, J.M. L.; Brand, P.L.P. dan Oudkerk, M., (2010), Competencybased (CanMEDS) residency training programme in radiology: systematic design procedure, curriculum and success factors, Eur Radiol. 20(4): 967-977. Mahdjoubi, L., dan Rahman, M.A.A., (2012), Effects of multimedia characteristics on novice CAD learners’ practice performance, Architectural Engineering And Design Management 8: 214–225. Montelongo, J.A., dan Herter, R.J., (2010), Using Technology to Support Expository Reading and Writing in Science Classes, Science Activities, 47: 89–102. Olvera, R.L., Fonseca, M., Caetano, S.C., Hatch, J.P., Hunter, K., Nicoletti, M. Pliszka, S.R. Cloninger, C.R. dan Soares, J.C., (2009), Assessment of Personality Dimensions in Children and Adolescents with Bipolar Disorder Using the Junior Temperament and Character Inventory, Journal Of Child And Adolescent Psychopharmacology 19(1): 13-21. Silitonga, L.L., dan Situmorang, M., (2009), Evektivitas Media Audiovisual Terhadap peningkatan Prestasi belajar Siswa pada pengajaran Sistim Koloid, Jurnal Pendidikan Kimia 1(1): 1-9. Situmorang, H., dan Situmorang, M., (2009), Keefektifan Media Komputer Dalam Meningkatkan Penguasaan Kimia Siswa Sekolah Menegah Kejuruan Pada Pengajaran Materi dan Perubahannya, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain 3(1): 45-51. Situmorang, H., dan Situmorang, M., (2013), Efektivitas Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pada Pengajaran Sistem Koloid, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 19(1): 28-36. Situmorang, M. dan Sinaga, M., (2006), Inovasi Pembelajaran Pada Mata Kuliah
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20 Nomor 2
September 2014
Efektivitas Modul Pembelajaran Inovatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pengajaran Laju Reaksi
Kimia Analitik II, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain 1(2): 114-119. Situmorang, M. dan Sitorus, C.J, (2011), The Innovation of Demonstration Method to Increase Student’s Achievement in the teaching of solubility Product, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 18(1): 1-7. Situmorang, M., (2013), Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA Melalui Inovasi Pembelajaran Dan Integrasi Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS PTN-B Bidang MIPA di Bandar Lampung, Tgl 10-12 Mei 2013, p. 237-246.
Teaching Innovation in the Laboratory to Increase Student’s Achievement in chemistry, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 17(1): 7-14. Yusfiani, M., dan Situmorang, M., (2006), Analisis Kesulitan Pembelajaran Kimia di SMA Kota Medan, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain 1(1): 21-29. Yusfiani, M., dan Situmorang, M., (2011), Pengembangan dan Standarisasi Buku Ajar Kimia SMA/MA Kelas XII Semester I Berdasarkan Standar Isi KTSP, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 17(1): 36-45.
Situmorang, M., dan Situmorang, A.A., (2014), Pengembangan Modul Pembelajaran Inovatif Pada Pengajaran Laju Reaksi, Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS PTN-B Bidang MIPA di IPB Bogor, Tgl 9-11 Mei 2014 Situmorang, M., Simaremare, B., Elnovrey, J., Naiborhu, P.D., Sumbayak, D., (2014), The Development of Innovative Chemistry Textbook to Improve Students Achievement of Bilingual Senior High School Students, International Journal of Educational Research (Submitted). Situmorang, M., Suyanti, R.D., Simatupang, N.I., dan Munthe, S.D.D., (2013), Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA/MA Kelas X Sesuai Kurikulum 2013 Melalui Inovasi Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Prosiding Seminar Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Unimed Tahun 2013 Bidang Pendidikan, Tgl 14-16 November 2013, p. 18. Situmorang, M., Wahyuni, A.S., Saragih, N., Sumbayak, D., dan Elnovrey, J., (2011), Innovation of Learning Module To Increase Student’s Achievement in the Teaching of Chemical Kinetics, Laporan Penelitian, FMIPA Unimed, Medan, Indonesia. Situmorang, M.; Sinaga, M.; Tobing, A.M.L., Sitorus, C.J, and Tarigan, D.A., (2010),
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20
Nomor 2
September 2014
147