Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19(1): 28 -36, 2013
ISSN 0852-0151
EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PADA PENGAJARAN SISTEM KOLOID Hamda Situmorang1 dan Manihar Situmorang2* Guru Adaptif SMKN1 Pargetteng getteng Sengkut Kabupaten Pakfak Barat Sumatera Utara Jurusan Kimia FMIPA Unimed, Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan, Sumatera Utara
1 2
Diterima 12 November 2012, disetujui untuk publikasi 2 Februari 2013
Abstract Implementation of demonstration method in the teaching of chemistry is assigned as the right strategy to improve students’ achievement as it is proved that the method can bring an abstract concept to reality in the class. The study is conducted to vocational high school students in SMKN1 Pargetteng getteng Sengkut Pakfak Barat at accademic year 2013. The teaching has been carried out three cycles on the teaching of chemistry topic of colloid system. In the study, the class is divided into two class, experiment class and control class. The demontration method is used to teach students in experimental class while the teaching in control class is conducted with lecture method. Both are evaluated by using multiple choise tests before and after the teaching procedures, and the ability of students to answer the problems are assigned as students’ achievements. The results showed that demonstration method improved students’ achievement in chemistry. The students Kata kunci: in experimental class who are taughed with demonstration method (M=19.08±0.74) Efectivitas, Metode have higher achievements compare with control class (M=12.91±2.52), and both are Demonstrasi, Hasil significantly different (tcalculation 22.85 > ttable 1.66). The effectivity of demostration belajar, Sistem koloid, method in experimental class (97%) is found higer compare to conventional method SMK in control class (91%).
Pendahuluan Implementasi metode pembelajaran yang sesuai sangat baik dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena penerapan metode pembelajaran yang tepat akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari konsep yang abstrak ke arah yang realistis. Salah satu metode mengajar yang sangat menarik dalam pembelajaran kimia dalah metode demonstrasi yang dapat diterapkan untuk memberikan penguatan dalam penguasaan konsep sistem koloid pada siswa sekolah menengah kejuruan (SMK). Mata pelajaran Kimia termasuk salah satu mata pelajaran yang menarik untuk siswa SMK karena pengajaran dapat dilakukan dengan menggunakan metode bervariasi (Kreyenbuhl dan Atwood, 1991). Penyampaian materi pelajaran kimia sangat efektif bila disajikan menggunakan metode demonstrasi 28
karena siswa akan dapat dibawa pada “situasi nyata” (Doerr dan Thompson, 2004). Metode demonstrasi termasuk metode yang tua akan tetapi sangat efektif dipergunakan di dalam pembelajaran kimia. Metode demonstarsi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Agar metode demonstrasi dapat terlaksana dengan baik, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yakni: (a) guru terlebih dahulu menetapkan tujuan demonstrasi. Dengan demikian dapat diketahui kecakapan apa yang diharapkan dari hasil demonstrasi tersebut, (b) guru harus mempersiapkan diri sebaikbaiknya, baik secara teoritis maupun praktek. Dengan kata lain, guru harus menguasai teori dan penggunaan bahan dan alat-alat, (c) harus Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan
Efektivitas Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pada Pengajaran Sistem Koloid
diperhatikan waktu yang tersedia dalam melakukan demonstrasi, dan (d) harus diperhatikan suasana dan hubungan baik antara guru dan siswa, sehingga ada keinginan siswa untuk memperhatikan apa yang didemonstrasikan (Situmorang, dkk., 2006). Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan guru di dalam menerapkan metode demonstrasi (Saragih dan Situmorang, 2006) antara lain: (1) Mempersiapkan sesuatu yang akan didemonstrasikan di tempat yang lebih baik, (2) Mempersiapkan tempat duduk siswa agar semua dapat mengamati dengan jelas seluruh objek yang didemonstrasikan, (3) Guru memilih tempat berdiri yang tepat agar tidak menghalangi penglihatan siswa, (4) Selama melakukan demonstrasi, guru harus memperhatikan perhatian siswa, (5) Guru perlu mengulang bagian yang dianggap perlu, (6) Guru perlu mengajukan pertanyaanpertanyaan secara lisan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami demonstrasi tersebut, (7) Siswa disuruh kembali menjelaskan apa yang didemonstrasikan. Metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan (Saragih dan Situmorang, 2006) diantaranya: (a) perhatian pelajar dapat diarahkan pada hal-hal yang dianggap penting, sehingga hal-hal yang dianggap penting itu dapat diamati seperlunya. Perhatian pelajar lebih mudah dipusatkan pada proses belajar dan tidak tertuju pada halhal yang tidak relevan, (b) dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan kegiatan hanya mendengar ceramah atau membaca buku, karena pelajar memperoleh gambaran yang lebih jelas dari hasil pengamatannya, (c) bila pelajar ikut aktif, maka ia akan memperoleh pengamatanpengamatan praktek untuk mengembangkan kecakapannya dan pengharapan dari lingkungan sosialnya, dan (d) beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada pelajar dapat dijawab dengan lebih teliti pada waktu proses demonstrasi. Sedangkan kelemahan metode demonstrasi dalam pengajaran adalah: (a) kurang baik dilakukan apabila siswa terlalu banyak sehingga tempat duduk dan berdiri tidak mengijinkan, (b) Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
demonstrasi kurang efektif bila waktu yang tersedia tidak cukup, (c) demonstrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama, dan (d) demonstrasi hanya merupakan tontonan saja apabila siswa tidak terlibat dalam mempraktekkannya. Manfaat psikologis paedagogis dari metode demonstrasi adalah dapat memusatkan perhatian siswa, proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, dan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. Beberapa kelebihan metode demonstrasi yaitu perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal-hal yang penting dapat diamati seperlunya dan tidak tertuju pada hal-hal lain, dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca dalam buku, karena siswa telah memperoleh gambaran yang lebih besar dari hasil pengamatannya, beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan dalam diri siswa dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi, membentuk anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda, memudahkan berbagai jenis penjelasan, dan kesalahan-kesalahan yang terajadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dari contoh konkrit, dengan menghadirkan objek sebenarnya (Silitonga dan Situmorang, 2009). Beberapa kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: (1) Demonstrasi menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat terlalu kecil atau penjelasan-penjelasan tidak jelas, (2) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu pengalaman yang berharga, (3) Tidak semua hal tidak dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya alat-alat yang sangat besar atau yang berada di tempat lain yang jauh dari kelas, dan (4) Kadang-kadang bila suatu alat dibawa ke
Volume 19 Nomor 1
Maret 2013
29
Hamda Situmorang dan Manihar Situmorang
dalam kelas, kemudian didemonstrasikan siswa melihat sesuatu yang berlainan dengan proses jika berada dalam situasi yang sebenarnya. Kimia Dalam Kurikulum SMK Tahun 2013 Peraturan menteri pendidikan pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (Kemebdikbud, 2013) dinyatakan bahwa Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: (1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; (2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; (3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; (4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar Mata pelajaran; (6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; (7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Pada SMK/MAK, Mata Pelajaran Kelompok Peminatan (C) terdiri atas: a). Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Keahlian (C1); b). Kelompok Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2); c). Kelompok Mata Pelajaran Paket Keahlian (C3). Mata pelajaran serta KD pada kelompok C2 dan C3 30
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan dunia usaha dan industri. Mata pelajaran Kimia termasuk pada Kelompok C (Peminatan), yaitu C1. Dasar Bidang Keahlian yang terdapat pada: (1) Mata pelajaran SMK/MAK Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa, (2) Mata pelajaran SMK/MAK Bidang Keahlian Kesehatan, (3) Mata pelajaran SMK/MAK Bidang Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi, dan (4) Mata pelajaran SMK/MAK Bidang Keahlian Perikanan dan Kelautan. Di dalam kurikulum 2013, pokok bahasan koloid terdapat di setiap mata pelajaran Kimia pada 4 satuan pendidikan. Secara umum Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) adalah sebagai berikut (Kemendikbud, 2013). Kompetensi Inti adalah Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. Sedangkan Kompetensi dasar adalah (4.6) Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitarnya serta menganalisis sifat-sifat dari sistem koloid yang dibuat.
Metode Penelitian Penelitian merupakan penelitian tindakan kelas mengikuti prosedur yang dijelaskan dalam Situmorang, (2010). Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Pargenteng-genteng Sengkut dan waktu penelitian dilaksanakan Tahun 2013. Sebagai populasi adalah siswa Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 1 Pergetteng-getteng Sengkut Kabupaten Pakfak Barat, Sumatera Utara, Indonesia meliputi 3 kelas paralel, yaitu Jurusan Budi Daya Tanaman (BDT) sebanyak 2 kelas paralel dengan jumlah 71 orang siswa, dan Jurusan Teknik Mekanik Otmotif (TMO) 1 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 42 orang. Prosedur pemilihan sampel dari populasi di Sekolah Menegah Kejuruan Negeri I
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 19 Nomor 1
Maret 2013
Efektivitas Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pada Pengajaran Sistem Koloid
Pergetteng-getteng Sengkut Kabupaten Pakfak Barat dilakukan mengikuti prosedur yang dijelaskan pada penelitian sebelumnya (Situmorang dan Situmorang, 2009; Situmorang, dkk., 2000). Sampel siswa kelas satu dipilih secara purposif dari 3 kelas yang masing-masing kelas di bagi menjadi dua kelas yang digunakan sebagai kelompok eksperimen dan kontrol (ceramah). Pada masing-masing sekolah siswa dipilih sebagai sampel sebanyak 12 orang, yang dikelompokkan menjadi kelompok tinggi (KT), yaitu siswa dalam kelas yang memiliki prestasi belajar tergolong tinggi, dan KR yaitu siswa dalam kelas yang memiliki prestasi belajar tergolong rendah prestasi belajar siswa dilihat dari nilai ujian akhir nasional (UAN) sekolah menengah pertama (SMP). Masingmasing kelompok diperlakukan sama, tetapi hanya sampel yang terpilih yang digunakan sebagai sampel penelitian. Instrumen penelitian adalah metode demonstrasi dan metode ceramah sebagai kontrol. Alat pengumpul data adalah evaluasi belajar (soalsoal kimia berbentuk pilihan berganda) terdiri atas (1) evaluasi pendahuluan, (2) evaluasi akhir pertama dan (3) evaluasi akhir kedua. Evaluasi belajar disusun oleh peneliti berdasarkan GBPP dengan sebaran tingkat kesulitan yang sudah distandarisasi, ujicoba dan validasi Prosedur penelitian meliputi penyusuan instrumen penelitian, perlakuan pengajaran, dan evaluasi. Terhadap kelas pertama dikenakan perlakuan pengajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dan pada kelas kedua dikenakan perlakuan pengajaran dengan menggunakan metode konvensional ceramah. Variabel-variabel dalam penelitian dikontrol agar penelitian tidak bias maka dilakukan langkah-langkah berikut : (1) Kedua kelas diberikan bahan ajar yang sama yaitu pokok bahasan Sistem Koloid dan sub pokok bahasan adalah Komponen dan Penggolongan Sistem Koloid, (2) Lama penyampaian materi dianggap sama, (3) Guru yang mengajarkan materi dianggap sama. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus dimulai dari Siklus I untuk pengajaran sistem disepersi
suspensi, Siklus II untuk pengajaran sistem disepersi larutan, dan Siklus III untuk pengajaran sistem disepersi koloid. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas efektivitas metode demonstrasi pada pengajaran sistem koloid pada siklus 1 sampai sikulus 3. Masing-masing siklus terdiri atas beberapa tahap, yaitu (1) Perencanaan (Planning), mencakup merancang perangkat metode Demonstrasi dan Metode ceramah, membuat Insturmen berupa evaluasi (tes), mengelompokkan siswa berdasarkan status kemampuan awal, yaitu berkemepuan relatif tinggi dan berkemampuan akademik relatif rendah, (2) Tahap Tindakan (Aktion) mencakup melaksanakan pengajaran untuk sub pokok bahasan Sistem koloid, dengan menggunakan metode demonstrasi dan metode ceramah pada kelompok perlakuan yang berbeda; (3) Tahap Observasi (Observation) mencakup melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran kelompok maupun mandiri. Selanjutnya dilakukan (4) Tahap Refleksi (Reflektion) atau evaluasi mencakup pelaksanaan refleksi terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dan metode ceramah, perangkat pembelajaran, kegiatan pelaksanaan pembelajaran kelompok maupun mandiri di dalam kelas, melakukan refleksi terhadap hasil belajar mandiri maupun kelompok yang diperoleh dari evaluasi belajar. Output yang diperoleh adalah prestasi belajar siswa berupa scor berdasarkan kemampuan siswa menjawab evaluasi hasil belajar sebelum dan sesudah tindakan dan setelah 1 bulan Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 31
Hamda Situmorang dan Manihar Situmorang
pembelajaran dilakukan (pretest, postest 1 dan Postest 2).
terperinci pada (Situmorang, 2013)
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Untuk mengukur pengetahuan siswa dan tingkat penguasaan siswa terhadap meteri sistem koloid maka sebelum pemberlajaran dilakukan terlebih dahulu dilakukan evaluasi pendahuluan (pretest) terhadap seluruh sampel. Evaluasi pendahuluan digunakan untuk melihat tingkat homogenitas sampel sebelum diadakan pengajaran. Hasil evaluasi pendahuluan berdasarkan jumlah soal yang dijawab benar oleh siswa dari 20 soal per sub pokok bahasan untuk 3 siklus pembelajaran di rangkum pada Tabel 1. Berdasarkan hasil evaluasi pendahuluan diketahui bahwa siswa SMK pada umumnya belum memahami materi kimia sistem koloid, yaitu ditunjukkan dari skor yang diperoleh siswa berada pada kisaran 3-10 soal. Hasil belajar siswa yang diberi pengajaran metode demonstrasi (M=4,33±1,22) dan kontrol (M=4,08±1,42) memiliki kemampuan awal yang tergolong rendah. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan untuk kedua kelompok perlakuan (t hitung 1,32 < ttabel 1,66). Hasil ini meyakinkan bahwa kelompok sampel dianggap homogen sehingga baik untuk dilakukan tindakan.
Penelitian tindakan telah dilakukan di dalam kelas untuk pengajaran sistem koloid. Terhadap kelompok eksperimen telah dilakukan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan paket demonstrasi yang sudah dirancang oleh peneliti. Sebagai pembanding, terhadap kelas kontrol juga dilakukan pembelajaran untuk pengajaran sistem koloid, akan tetapi dilakukan oleh peneliti dengan metode ceramah saja. Perlakuan pembelajaran dibuat hampir sama, yang memberdakan kedua kelompok perlakuan adalah paket pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi sebagai suplemen dalam metode ceramah untuk kelompok ekperimen dan pada kelompok kontrol hanya menggunakan metode ceramah saja dengan memberikan penekanan-penekanan pada hal-hal yang terdapat di dalam demonstrasi sehingga pesan pembelajaran pengajaran sistem koloid dapat tercapai. Usaha untuk melaukan homogenisasi sampel telah dilakukan dengan cara memberikan evaluasi awal pada setiap pokok bahasan yang akan diajarkan. Siswa yang memiliki kemampuan awal yang jauh dari kelompoknya tidak diikutkan di dalam perhitungan dan dikategorikan sebagai sampel menyimpang (outlier sample). Akan tetapi, di dalam pembelajaran kelompok sampel dan outlier sample tidak diberikan perbedaan pengajaran. Dalam hal ini, sampel yang diikutsertakan di dalam perhitungan dan sampel yang menyimpang tidak dibedakan di dalam proses belajar mengajar. Pada umumnya siswa sangat tertarik dan bersemangat mempelajari materi kimia sistem koloid. Pengajaran sistem koloid terhadap siswa kelompok ekperimen dan kelaompok kontrol mendapat perhatian yang sangat serius bagi peneliti untuk dapat dilakukan tindakan lanjutan pada pengajaran berikutnya sehingga pengajaran kimia pada siswa SMK dapat memberikan hasil belajar yang optimum. Hasil penelitian dijelaskan secara 32
laporan
penelitian
Tabel 1. Penguasaan awal siswa terhadap sistem koloid berdasarkan hasil evaluasi sebelum pengajaran. Metode Pembelajaran DemonsCeramah trasi Siklus 1 KT 4,87±1,6 4,40±1,55 (Suspensi) KR 4,93±0,96 5,06±1,22 Siklus 2 KT 5.00±1,46 4,60±1,35 (Larutan) KR 4,40±1,24 3,60±1,12 Siklus 3 KT 3,53±1,13 3,40±1,12 (Koloid) KR 3,73±1,03 3,40±1,40 KT 4,29±1,32 4,13±1,42 Rata-rata KR 4,36±1,17 4,02±1,44 Total 4,33±1,22 4,08±1,42 Keterangan: KT= kelompok siswa dengan hasil nilai akhir semester relatif tinggi, dan KR=Kelompok siswa dengan hasil nilai akhir semester relatif rendah Siklus
Kelom pok
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 19 Nomor 1
Maret 2013
Efektivitas Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pada Pengajaran Sistem Koloid
Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa kelompok tinggi dan kelompok rendah sebelum dilakukan pengajaran. Kemampuan awal siswa kelompok tinggi yang diberikan perlakuan menggunakan metode demonstrasi tergolong rendah untuk keloponk ekperimen (M=4,29±1,32) dan untuk kelompok kontrol (M=4,13±1,42) juga tergolomng rendah, dan kedua kelopok perlakuan tidak berbeda signifikan (thitung 1,24 < ttabel 1,67). Kemampuan awal siswa kelompok rendah untuk kelas eksperimen (M = 4,36±1,17) dan kontrol (M = 4,02±1,44) juga tergolong rendah dan keduanya tidak berbeda secara signifikan (thitung 1,21 < ttabel 1,67). Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari tiga siklus yang
dilakukan pada pengajaran sub pokok bahasan yang berbeda menunjukkan tingkat penguasaan terhadap materi kimia Sistem Koloid tergolong rendah. Dengan demikian, maka penelitian dilanjutkan untuk melihat pengaruh metode demonstrasi pada pengajaran kimia di SMK. Paket pembelajaran untuk pengajaran Sistem Koloid telah dilakukan sebanyak tiga set, yaitu untuk pengajaran Suspensi, Larutan, dan Koloid. Setelah pembelajaran selesai dilakukan maka dilakukan evaluasi akhir dan hasil belajar siswa sebagai rata-rata jumlah soal yang dijawab benar oleh siswa dari 20 soal per sub pokok bahasan pada 3 siklus pembelajaran dirangkum pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil belajar siswa berdasarkan evaluasi akhir pengajaran sistem koloid untuk kelompok eksperimen dan kontrol Postest 2 Postest 1 Metode Metode Metode Metode Demonstrasi Ceramah Demonstrasi Ceramah Siklus 1 (Suspensi) KT 19,47±0,64 14,53±0,74 18,73±0,46 13,60±0,51 KR 19,40±0,74 14,67±1,11 18,67±0,49 13.87±0,52 Siklus 2 (Larutan) KT 18,93±0.80 13,60±1,55 18,67±0,49 12,40±0,51 KR 18,87±0,64 13,07±1,03 18,27±0,80 12,40±0,5 Siklus 3 (Koloid) KT 19,20±0,68 11,73±1,33 18,53±0,52 10.33±1,72 KR 18,60±0,63 9,87±3,93 17,80±0,86 8,00±2,93 KT 19,20±0,73 13,29±1,70 18,64±0,48 12,11±1,72 Rata-rata KR 18,96±0,74 12,53±3,12 18,24±0,80 11,42±3,04 Total 19,07±0,74 12,91±2,52 18,44±0,69) 11,77±0,77 Keterangan: KT= kelompok siswa dengan hasil nilai akhir semester relatif tinggi, dan KR=Kelompok siswa dengan hasil nilai akhir semester relatif rendah Siklus Pembelajaran
Kelompok
Dari hasil evaluasi akhir pertama diketahui bahwa siswa relatif dapat menjawab soal dengan baik untuk kedua kelompok pembelajaran. Pencapaian siswa dengan perlakuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi (M=19,08±0,74) lebih tinggi dibanding terhadap pencapaian hasil belajar menggunakan metode ceramah (M=12,91±2,52), dan keduanya berbeda secara signifikan (thitung 22,85 > ttabel 1,66). Hasil ini hampir sama dengan yang dilaporkan sebelumnya (Situmorang dan Saragih, 2006; Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Situmorang dan Sinaga, 2007). Untuk mengetahui apakah ada perbedaan siswa dengan kemampuan relatif tinggi dan rendah untuk dua kelompok perlakuan maka dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa kelompok tinggi dan kelompok rendah setelah perlakuan. Untuk kelompok tinggi, hasil belajar siswa yang diberikan pengajaran dengan menggunakan metode demonstrasi (M=19,20±0,73) lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan
Volume 19 Nomor 1
Maret 2013
33
Hamda Situmorang dan Manihar Situmorang
metode ceramah (M=13,29±1,70), dan keduanya berbeda secara signifikan (t hitung 21,88 > ttabel 1,67). Untuk kelompok rendah, diperoleh hasil belajar siswa pada pengajaran menggunakan metode demonstrasi (M=18,96±0,74) juga lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah (M=12,53±3,12), dan keduanya berbeda secara nyata thitung 13,68 > ttabel1,67. Pada Siklus 1, rata-rata hasil belajar siswa diperoleh untuk kelompok eksperimen (M=19,43±0,68) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (M=14,60±0,93), dan kedua kelopok berbeda secara signifikan (t hitung 22,97 > ttabel 3,57). Berarti ada pengaruh metode demonstrsi terhadap pengajaran Suspensi. Selanjutnya Siklus 2, rata-rata hasil belajar siswa diperoleh untuk kelompok eksperimen (M=18,90±0,71) juga menunjukkan hasil belajar yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol (M=13,33±1,32) dan keduanya berbeda nyata (thitung 20,35 > ttabel 3,57). Dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh metode demonstrsi terhadap pengajaran larutan. Untuk Siklus 3, pembelajaran untuk pengajaran koloid diperoleh hasil belajar kelas eksperimen (M=18,90±2,86) lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol (M=10,80±3,03) dan kedua kelompok berbeda secara signifikan (t hitung 14,26 > tabel 3,57). Data ini menunjukkan bahwa ada pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada pengajajaran sistem koloid.
Untuk mengetahui keefektifan metode demonstrasi dalam pembelajaran maka terhadap siswa diberikan kesempatan selama satu bulan untuk belajar sendiri pada dua kelompok perlakuan. Terhadap siswa diberitahukan jadwal yang pelaksanaan evaluasi kedua (postes 2) setelah satu bulan pembelajaran. Dari hasil evaluasi belajar kedua diperoleh prestasi belajar siswa dihitung berdasarkan jumlah soal yang benar dapat dijawab oleh siswa pada masing-masing kelopok perlakuan dan masing-masing siklus seperti dirangkum pada Tabel 2. Dari postes 2 diperoleh pencapaian siswa yang diajar menggunakan metode demonstrasi pada kelompok eksperimen (M=18,44±0,69) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (M=11,77±2,48). kedua kelompok berbeda secara signifikan (thitung 26,68 > ttabel 1,66). Perbedan prestasi belajar setelah jangka waktu satu bulan setelah perlakuan untuk pokok bahasan Sistem Koloid menunjukkan bahwa kesan pembelajaran menggunakan metode ceramah cenderung lebih mudah dilupakan. Efektivitas pembelajaran menggunakan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa diperlihatkan dari perhitungan rata-rata prestasi belajar siswa, yaitu persentase pencapaian siswa dalam postest 2 dibanding postest 1 pada kelompok eksperimen dan kontrol (Sihole dan Situmorang, 2006). Ratarata hasil belajar siswa berdasarkan evaluasi belajar postest 1 dan postest 2 serta tingkat efektifitasnya dirangkum pada Tabel 3.
Tabel 3. Efektivitas Metode Pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pengajaran sistim koloid. Angka adalah hasil rata-rata dari siklus 1, siklus 2 dan siklus 3. Postest 1 Siklus Metode Kelompok Metode Pembelajaran Demons Ceramah trasi KT 19,2 13,29 Rata-rata KR 18,96 12,53 Total 19,08 12,91
Rata-rata tingkat efektifitas kelompok ekperimen (97%) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (91%). Untuk kelompok 34
Postest 2 Metode Metode Demons Ceramah trasi 18,64 12,11 18,24 11,42 18,44 11,765
Efektivitas (%) Metode Metode Demons Ceramah trasi 97 91 96 91 97 91
tinggi, persentase pencapai siswa kelompok eksperimen (97%) adalah lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (91%), berarti
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 19 Nomor 1
Maret 2013
Efektivitas Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pada Pengajaran Sistem Koloid
pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi dapat meningkatkan daya ingat siswa terhadap penguasaan materi Sistem Koloid bila dibanding terhadap pembelajaran dengan metode ceramah (konvensional). Hal yang sama juga berlaku untuk siswa yang tergolong prestasi rendah yaitu pencapaian kelompok eksperimen (96%) adalah lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (91%) berarti pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan daya ingat siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Beberapa faktor yang menyebabkan hasil posttest 1 lebih tinggi dari pada postest 2 adalah disebabkan oleh kecenderungan siswa belajar dengan cara menghapal tanpa membentuk pengertian terhadap materi yang dipelajari.
Daftar Pustaka
Bain, R., Jacobsen, J.J., Maynard, J.H., dan Moore, J.W., (2005), Chemistry Comes Alive, Journal of Chemical Education 82: 11021104 Doerr, H.M., dan Thompson, T., (2004), Understanding Teacher Educators and Their Pre-Service Teachers through Multi-Media Case Studies of Practice, Journal of Mathematics Teacher Education 7(3): 175 201 Hamalik, O., (1991), Perencanaan dan Manajemen Pendidikan, Mandar Maju, Bandung Kemendikbud (2013), Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/ Simpulan dan Saran Madrasah Aliyah Kejuruan, Kementerian Metode demonstrasi dapat meningkatkan Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta hasil belajar siswa pada pengajaran sistem Kreyenbuhl, J.A. dan Atwood, C.H., (1991), koloid pada siswa SMK karena siswa dapat Are We Teaching the Right Things in General melihat secara langsung proses kimia yang Chemistry?, Journal of Chemical Education menjelaskan konsep sistem koloid. Perbedaan 68: 914-918. tingkat kemampuan penguasaan siswa Saragih, D., dan Situmorang, M., (2006), disebabkan oleh metode penyampaian yang Efektifitas Metode Demonstrasi Terhadap memberi kesan pembelajaran lebih lama Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada diingat oleh siswa. Metode demonstrasi sangat Pengajaran Hidrokarbon, Jurnal Pendidikan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa Matematika dan Sain 1(1): 35-40. pada pengajaran materi sistem koloid bila Sihole, H.R., dan Situmorang, M., (2006), dibandingkan dengan metode ceramah yang Efektifitas Metode Praktikum Pada Pengajaran ditunjukkan dari persentase pencapaian siswa Gugus Fungsional di SMA Toba Samosir, kelompok eksperimen (96%) lebih tinggi Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain dibandingkan kelompok kontrol (91%) baik 1(1): 1-7. siswa yang berprestasi tinggi maupun rendah. Silitonga, L.L., dan Situmorang, M., (2009), Efektivitas Media Audiovisual Terhadap Ucapan Terimakasih peningkatan Prestasi belajar Siswa pada Ucapan terimakasih disampaikan kepada pengajaran Sistim Koloid, Jurnal Pendidikan Kepala Sekolah SMKN1 Pargetteng getteng Kimia 1(1): 1-9 Sengkut dan Kepala Dinas Pendidikan Situmorang, H., (2013), Efektivitas Metode Kabupaten Pakfak Barat yang sudah Demonstrasi Dalam Pengajaran Sistem Koloid memberikan ijin penelitian. Ucapan terima Pada Siswa Smk Pakfak Barat, Laporan kasih juga disampaikan kepada DP2M Dikti Penelitian Tindakan Kelas, SMKN1 Kemendikbud melalui Penelitian Strategis Pargetteng-getteng Sengkut, Pakfak Barat Nasional sebagai sponsor penelitian ini Situmorang, H., dan Situmorang, M., (2009), dengan kontrak Nomor 126/SP2H/ Keefektifan Media Komputer Dalam PL/DIT.LITABMAS/V/2013 Tahun 2013. Meningkatkan Penguasaan Kimia Siswa Sekolah Menegah Kejuruan Pada Pengajaran Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 35
Hamda Situmorang dan Manihar Situmorang
Materi dan Perubahannya, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain 3(1): 45-51 Situmorang, M., (2004), Inovasi Model-Model Pembelajaran Bidang Sain Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa, Prosiding Konaspi V Surabaya Tahun 2004. Situmorang, M., (2010), Penelitian Tindakan Kelas Untuk Mata Pelajaran Kimia, UNIMED Press, Medan, Situmorang, M., and Saragih, D., (2006), Efektivitas Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pada Pengajaran Hidrokarbon, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains (1):35-40. Situmorang, M., and Sinaga, M., (2007), Inovasi Pembelajaran Pada Mata Kuliah Kimia Analitik II, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain 1(2): 114-119. Situmorang, M., Purba, J., and Tambunan, M., (2000), Efektifitas Media Petakonsep Dalam Pengajaran Kimia Konsep Mol Di SMU, Pelangi Pendidikan 7(1): 31-35.
36
Situmorang, M., Sinaga, M., and Juniar, A., (2006), Efektifitas Inovasi Pembelajaran Sain Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kimia AnalitikII, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 13(1): 1-13 Situmorang, M., Sinaga, M., dan Juniar, A., (2006), Inovasi Pembelajaran Pada Mata Kuliah Kimia Analitik II, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain 1(2): 114-119, ISSN 1907-7157. Situmorang, M.; and Sitorus, C.J, (2011), The Innovation of Demonstration Method to Increase Student’s Achievement in the teaching of solubility Product, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, 18(1): 1-7. Situmorang, M.; Sinaga, M.; Tobing, A.M.L., Sitorus, C.J, and Tarigan, D.A., (2010), Teaching Innovation in the Laboratory to Increase Student’s Achievement in chemistry, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 17(1): 7-14.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 19 Nomor 1
Maret 2013