Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN INVESTIGASI MATEMATIKA SISWA Alfira Mulya Astuti, M.Si. Dosen Jurusan Pendidikan Matematika FITK IAIN Mataram e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) terhadap peningkatan kemampuan investigasi matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Soromandi Tahun Ajaran 2013/2014. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian eksperimen yang tergolong pre-experimental designs dengan jenis desain one group pretest-posttest design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Soromandi dengan sampel penelitian siswa kelas VIII B yang berjumlah 30 siswa sebagai kelas yang menggunakan metode GI (Group Investigation). Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian berupa tes hasil belajar siswa. Teknik analisis datanya menggunakan uji t sample related yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas chi kuadrat dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil analisis diperoleh π‘βππ‘π’ππ sebesar -28,2107 dan π‘π‘ππππ pada taraf signifikan 1% diperoleh dengan menggunakan teknik interpolasi sebesar 2,67, sehingga π‘βππ‘π’ππ < π‘π‘ππππ . Ini menunjukan bahwa pada taraf kepercayaan 99% model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) efektif dalam meningkatkan kemampuan investigasi matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Soromandi Tahun Ajaran 2013/2014. Peningkatan kemampuan investigasi matematika dapat dilihat dari kenaikan rata-rata nilai pretest sebesar 31,677 ke posttest sebesar 63,5 yang signifikan. Selain itu, peningkatan kemampuan investigasi matematika siswa tergambar dari cara siswa menyelesaikan persoalan matematika dengan langkah yang berbeda-beda berdasarkan kemampuan investigasi matematika yang mereka miliki. Kata Kunci: Group Investigation, Kemampuan Investigasi Matematika
1
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
PENDAHULUAN Dunia pendidikan telah menuntut adanya perubahan terutama dalam proses belajar mengajar. Guru tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama. Perkembangan teori pembelajaran, hasil-hasil penelitian di bidang pendidikan membuktikan bahwa para guru sudah harus mengubah paradigma pengajaran dari pola belajar konvensional menjadi pola belajar siswa aktif. Guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran, yaitu: pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa; siswa membangun pengetahuan secara aktif; guru perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa; pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi diantara guru dan siswa. Guru sudah tidak memungkinkan lagi untuk bersikap bahwa siswa perlu dibekali dengan berbagai fakta pengetahuan dan informasi karena makin derasnya arus informasi sekarang. Agar bisa lebih siap memasuki era informasi, siswa perlu diajarkan bagaimana untuk mendapatkan informasi secara aktif, baik yang berasal dari guru, teman, bahan pelajaran ataupun sumber-sumber lain. Tugas guru adalah membekali siswa dengan keterampilan-keterampilan dasar dan muatan-muatan informasi agar mempunyai kemampuan dalam berfikir kritis, kreatif, dan terampil berkomunikasi dalam kehidupan sosialnya. Guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran. Guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal. Untuk dapat menerapkan strategi yang tepat, maka guru harus menguasai model, strategi, dan teknik pengajaran yang beragam. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran mengarah
2
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
kepada desain pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai1. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi, dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu siswa belum menguasai bahan pembelajaran2. Tipe GI (Group Investigation) merupakan salah satu metode kompleks dalam pembelajaran kooperatif yang mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi serta menekankan pada heterogenitas dan kerja sama antarsiswa, sementara guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Pada proses pembelajarannya, metode ini memiliki enam langkah penerapan meliputi: seleksi topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, penyajian hasil akhir, dan evaluasi. Kemampuan investigasi matematika adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk memikirkan, mengembangkan, dan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan persoalan matematika secara mendalam dan terinci berdasarkan kemampuan berpikirnya. Sehingga kaitan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) terhadap kemampuan investigasi matematika adalah mengharuskan siswa untuk menggunakan skill/kemampuan berpikirnya dalam memecahkan persoalan matematika. Kegiatan investigasi matematika dengan tipe GI (Group Investigation) disebut juga suatu kegiatan terbuka dan tidak terbatas, karena kegiatan ini sangat tergantung pada ketertarikan dan perbedaan kemampuan berpikir setiap siswa yang tentunya sangat berbeda dalam menyelesaikan persoalan matematika. Berdasarkan hasil observasi, diperoleh informasi bahwa guru mata pelajaran matematika di SMPN 1 Soromandi jarang menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan siswa mencatat. Hal ini disebabkan karena adanya ketakutan guru mata pelajaran matematika bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dapat menghabiskan waktu sehingga materi yang diajarkan tidak bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Akibatnya, siswa kurang berkesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan 1 2
Hamruni, Strategi Pembelajaran (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), h. 5-6. Ibid. h. 118.
3
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
produktivitas berpikirnya. Rata-rata hasil belajar mata pelajaran matematika semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 yang diperoleh siswa kelas VIII secara keseluruhan berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60 yaitu 59,23 dan tidak ada kelas yang menonjol. Hasil belajar ini adalah murni dari hasil belajar yang diperoleh siswa selama ujian berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi mata pelajaran matematika masih kurang padahal soal yang diberikan tidak membutuhkan tingkat analisis tinggi. Hal ini disebabkan karena pada saat penyampaian materi, siswa hanya diberikan rumus tanpa adanya keterlibatan secara aktif selama proses pembelajaran. Siswa hanya paham atas apa yang diberikan oleh gurunya. Secara otomatis, ketika diberikan persoalan matematika dalam bentuk yang berbeda, siswa akan bingung dan tidak paham karena siswa sangat bergantung pada proses pemecahan persoalan matematika yang diberikan oleh gurunya. Sehingga kemampuan investigasi matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Soromandi dalam menyelesaikan persoalan matematika masih rendah. Untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan investigasi matematika siswa di SMPN 1 Soromandi, guru hendaknya dapat menciptakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa memperoleh prestasi belajar yang lebih baik yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation). Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) pada mata pelajaran matematika, siswa tidak hanya mengharapkan penjelasan dari guru, melainkan aktif mulai dari menemukan masalah sampai pada tahapan memecahkan masalah secara berkelompok. Melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan akan lebih menyenangkan siswa dan siswa akan lebih mudah menguasai konsep-konsep dalam pelajaran matematika yang diajarkan sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan investigasi matematika. Dengan demikian, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: βEfektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Terhadap Peningkatan Kemampuan Investigasi Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Soromandi Tahun Ajaran 2013/2014β.
4
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
TINJAUAN PUSTAKA 1.
Model Pembelajaran Model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks dari suatu sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan tertentu. Dengan demikian, model pada dasarnya rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas yang sifatnya lebih praktis. Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil suatu keputusan, atau sebagai petunjuk menyusun perencanaan kegiatan pengelolaan3. Istilah
model
pembelajaran
mengarah
pada
suatu
pendekatan
pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya, sehingga model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi, pendekatan, metode atau prosedur. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Strategi pembelajaran adalah rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran4. Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Untuk memilih model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Dalam prakteknya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama, semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka hal itu semakin baik. Kedua, semakin sedikit 3 4
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana, 2011), h. 48. Hamruni, Strategi Pembelajaran (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), h. 3-5.
5
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik. Ketiga, sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan. Keempat, dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru. Kelima, tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi, dan proses belajar yang ada5. Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi, metode, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada suatu strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metodemetode tertentu yaitu. a.
Rasional teoritik yang logis disusun oleh perencananya.
b.
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
c.
Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
d.
Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai6.
2.
Model Pembelajaran Kooperatif a.
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar7. Adapun definisi pembelajaran kooperatif menurut beberapa ahli sebagai berikut8. 1) Anite Lie (2000) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu 5
Isjoni, Cooperative Learning (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 50. Irzani, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Media Grapindo, 2009), h. 25. 7 Isjoni, Cooperative Learning, h. 15. 8 Ibid, h. 16-19. 6
6
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang. 2) Johnson & Johnson (1994) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. 3) Slavin (1995) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana para guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. 4) Kauchak dan Eggen (1998) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan. 5) Djahiri K (2004) menjelaskan bahwa bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi, dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman belum menguasai bahan pembelajaran9. b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif meliputi10:
9
Hamruni, Strategi Pembelajaran, h. 118. Ibid, h. 123.
10
7
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
1) Pembelajaran Secara Tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. 2) Didasarkan Pada Manajemen Kooperatif Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antarsetiap anggota kelompok. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efekktif. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif
harus
dilaksanakan
sesuai
dengan
perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes. 3) Kemauan Untuk Bekerja Sama Keberhasilan
pembelajaran
kooperatif
ditentukan
oleh
keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar perlu membantu yang kurang pintar.
8
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
4) Keterampilan Bekerja Sama Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok. c.
Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Terdapat empat prinsip dasar yang harus dimiliki oleh model pembelajaran kooperatif meliputi11: 1) Prinsip Ketergantungan Positif (positive interdependence) Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan penyelesaian sebuah tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Karenanya, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok bahwa keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan. 2) Tanggung Jawab Perseorangan (individual accountability) Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Karena keberhasilan kelompok tergantung pada anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama. 3) Interaksi Tatap Muka (face to face promotion interaction) Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka, saling 11
Ibid, h. 125.
9
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. 4) Partisipasi & Komunikasi (participation communication) Pembelajaran
kooperatif
melatih
siswa
untuk
mampu
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperarif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya. d. Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap yaitu12. 1) Penjelasan Materi Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat, dan tanya jawab, bahkan kalau perlu guru dapat menggunakan demonstrasi. Di samping itu, guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar pembelajaran dapat lebih menarik siswa.
12
Ibid, h. 127.
10
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
2) Belajar Dalam Kelompok Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokokpokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pemgelompokan dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen. Artinya, kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosialekonomi, etnik, dan perbedaan kemampuan akademik. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. 3) Penilaian Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Tes individual akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.
4) Pengakuan Tim Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka13.
13
Hamruni, Strategi Pembelajaran, h. 118-129.
11
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
e.
Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif Ada beberapa unsur yang harus dimiliki oleh model pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut14. 1) Saling ketergantungan positif, yaitu anggota tim terikat untuk bekerja sama satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran. Jika ada anggota tim yang gagal mengerjakan bagiannya, setiap orang anggota tim lainnya akan memperoleh konsekuensinya; 2) Tanggung jawab individu, yaitu seluruh siswa dalam tim bertanggung jawab untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri serta wajib menguasai seluruh materi pembelajaran; 3) Interaksi tatap muka, walaupun setiap anggota tim secara perorangan mengerjakan tugas bagiannya sendiri, sejumlah tugas harus dikerjakan secara interaktif, masing-masing memberikan masukan, penalaran dan kesimpulan, dan lebih penting lagi mereka saling mengajari dan memberikan dorongan satu sama lain; 4) Penerapan keterampilan kolaboratif, dimana siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan rasa saling percaya, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi dan keterampilan mengelola konflik; 5) Proses kelompok, dimana anggota tim menetapkan tujuan kelompok, secara periodik menilai hal-hal yang tercapai dengan baik dalam tim, serta mengidentifikasi perubahan yang harus dilakukan agar ke depan tim dapat berfungsi lebih efektif.
3.
Metode GI (Group Investigation) a.
Pengertian Metode GI (Group Investigation) Metode GI (Group Investigation) yang pertama kali dikembangkan oleh Sharan dan Sharan (1976) ini merupakan salah satu metode kompleks dalam pembelajaran 14
kelompok
yang mengharuskan siswa untuk
Warsono & Hariyanto, Pembelajaran Aktif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, , 2012), h.
166.
12
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
menggunakan skill berpikir level tinggi. Pada prinsipnya, metode GI (Group Investigation) sudah banyak diadopsi oleh berbagai bidang pengetahuan, baik humaniora maupun saintifik. Akan tetapi, dalam konteks pembelajaran kooperatif, metode GI (Group Investigation) tetap menekankan pada heterogenitas dan kerja sama antarsiswa15. Dalam GI (Group Investigation), guru bertugas untuk menginisiasi pembelajaran dengan menyediakan pilihan dan kontrol terhadap para siswa untuk memilih strategi penelitian yang akan mereka gunakan. Metode ini bisa diterapkan untuk semua tingkatan kelas dan bidang materi pelajaran. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Menurut
Ibrahim
bahwa
Group
Investigation/kelompok
penyelidikan merupakan suatu rencana organisasi kelas umum. Di dalam tatanan ini siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil menggunakan inquiri kooperatif, diskusi kelompok, dan perencanaan serta proyek kooperatif. Dalam GI (Group Investigation) siswa tidak hanya bekerja sama namun terlibat merencanakan baik topik untuk dipelajari dan prosedur penyelidikan yang digunakan16. Dalam penerapan investigasi kelompok (Group Investigation) ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4-5 orang. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perkawanan atau berdasarkan pada keterkaitan akan sebuah materi tanpa melanggar ciri-ciri cooperative learning. Pada model ini siswa memilih sub topik yang ingin mereka pelajari dan topik yang biasanya telah ditentukan guru, selanjutnya siswa dan guru merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar berdasarkan sub topik dan materi yang dipilih. Kemudian siswa mulai belajar dengan berbagai sumber belajar baik di dalam atau pun di luar sekolah, setelah proses pelaksanaan belajar selesai mereka menganalisis, menyimpulkan, dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil belajar mereka di depan kelas17.
15
Miftahul Huda, Model-model Pembelajaran dan Pengajaran (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), h. 292. 16 Ibrahim, dkk, Pembelajaran Kooperatif (Surabaya: Unesa, 2000), h. 20. 17 Isjoni, Cooperative Learning, h. 59.
13
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
Metode GI (Group Investigation) merupakan salah satu metode kompleks dalam pembelajaran kooperatif yang mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi serta menekankan pada heterogenitas dan kerja sama antarsiswa, sementara guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. b. Langkah-langkah Metode GI (Group Investigation) Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dengan metode GI (Group Investigation) menurut Sharan dan Sharan adalah sebagai berikut18. 1) Seleksi Topik Para siswa memilih berbagai subtopik dari sebuah bidang masalah umum yang biasanya digambarkan terlebih dahulu oleh guru. Mereka selanjutnya diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok yang
berorientasi
pada
tugas
(task
oriented
groups)
yang
beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok seharusnya heterogen, baik dari sisi jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. 2) Perencanaan Kerja Sama Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih pada langkah sebelumnya. 3) Implementasi Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas. Pada tahap ini, guru harus mendorong para siswa untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
18
Miftahul Huda, Model-model, h. 293-294.
14
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
4) Analisis dan Sintesis Para siswa menganalisis dan membuat sintesis atas berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya, lalu berusaha meringkasnya menjadi suatu penyajian yang menarik di depan kelas. 5) Penyajian Hasil Akhir Semua kelompok menyajikan presentasinya atas topik-topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tertentu. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru. 6) Evaluasi Para siswa dan guru melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat dilakukan pada setiap siswa secara individual maupun kelompok, atau keduanya. Tahapan-tahapan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode GI (Group Investigation) menurut Slavin adalah sebagai berikut. 1) Tahap Pengelompokkan (Grouping) Tahap grouping atau tahap pengelompokan yaitu mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4-5 orang. Pada tahap ini. a) Siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan. b) Siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki. c) Guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4-5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan. 2) Tahap Perencanaan (Planning) Tahap planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa merencanakan tentang. a) Apa yang mereka pelajari?
15
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
b) Bagaimana mereka belajar? c) Siapa dan melakukan apa? d) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut? 3) Tahap Penyelidikan (Investigation) Tahap investigation yaitu tahap pelaksanaan proyek investigation siswa. Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan sebagai berikut. a) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat simpulan
terkait
dengan
permasalahan-permasalahan
yang
diselidiki. b) Masing-masing kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok. c) Siswa
saling
bertukar,
berdiskusi,
mengklarifikasi,
dan
mempersatukan ide dan pendapat. 4) Tahap Pengorganisasian (Organizing) Tahap organizing yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa yaitu. a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proyeknya masing-masing. b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya. c) Wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi. 5) Tahap Presentasi (Presenting) Tahap presentasi adalah tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut. a) Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian. b) Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat aktif sebagai pendengar. c) Pendengar
mengevaluasi,
mengklarifikasi,
dan
mengajukan
pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. 6) Tahap Evaluasi (Evaluating)
16
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini kegiatan guru antara lain yaitu. a) Siswa
menggabungkan
masukan-masukan
tentang topiknya,
pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman efektifnya. b) Guru dan siswa mengkolaborasikan, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. c) Penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa19. c.
Kelebihan dan Kekurangan Metode GI (Group Investigation) Setiap
model
pembelajaran
memiliki
kelebihan
maupun
kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif dengan metode GI (Group Investigation) adalah sebagai berikut. 1) Kelebihannya, meliputi: a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. b) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata (verbal) dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c) Menumbuhkan sikap respek pada orang lain, menyadari segala keterbatasannya, dan bersedia menerima segala perbedaan. d) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e) Meningkatkan prestasi termasuk
akademik dan kemampuan sosial,
mengembangkan
rasa
harga
diri,
hubungan
interpersonal, keterampilan mengelola waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. f)
Mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahaman siswa sendiri, serta menerima umpan balik.
19
Yasa Putu Doantara, βPembelajaran Kooperatif tipe GIβ, dalam http://Ipotes.wordpress.com/2008/24/28, diambil tanggal 07 Desember 2013, pukul 11.00 WITA.
17
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
g) Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan mengubah belajar abstrak menjadi nyata (riil). h) Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir, dan ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. 2) Kekurangannya, meliputi: a) Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampaun. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok. b) Ciri utama dari model pembelajaran ini adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Karena itu, tanpa adanya peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa jadi cara belajar yang demikian membuat siswa tidak bisa memahami apa yang seharusnya dipahami. c) Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. d) Keberhasilan dalam mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau beberapa kali penerapannya.
4.
Kemampuan Investigasi Matematika Istilah investigasi (penyelidikan) mulai muncul di kancah pembicaraan para guru sejak diterbitkannya laporan Cockcroft pada tahun 1982 yang menyatakan bahwa pengajaran matematika harus melibatkan aktivitas-aktivitas berikut: a.
Eksposisi atau pemaparan guru (exposition).
b.
Diskusi di antara siswa sendiri, ataupun antara siswa dengan guru (discussion).
c.
Kerja praktek (practical work).
18
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
d.
Pemantapan dan latihan pengerjaan soal (consolidation).
e.
Pemecahan masalah (problem solving).
f.
Penyelidikan (investigation). Investigasi adalah suatu kegiatan menyebar (divergent activity) di mana
para siswa lebih diberikan kesempatan untuk memikirkan, mengembangkan, dan menyelidiki hal-hal menarik yang mengusik rasa keingintahuan mereka. Pada kegiatan investigasi, dapat saja terjadi, si A tertarik untuk menyelidiki x sedangkan si B berminat untuk menyelidiki bagian yang lain, yaitu y. Di samping itu, dapat saja si A hanya tertarik untuk menyelidiki bagian-bagian permukaannya saja, sedangkan si B dengan kemampuan berpikir yang sangat prima menyelidiki hal-hal tersebut secara mendalam dan terinci. Itulah sebabnya penyelidikan ini disebut juga suatu kegiatan terbuka dan tidak terbatas, karena kegiatan ini sangat tergantung pada ketertarikan dan perbedaan kemampuan berpikir setiap siswa yang tentunya sangat berbeda20. Jadi, kemampuan investigasi matematika adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk memikirkan, mengembangkan, dan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan persoalan matematika secara mendalam dan terinci berdasarkan kemampuan berpikir setiap siswa. Indikator-indikator
yang
peneliti
gunakan
dalam
membatasi
kemampuan investigasi matematika ke arah prestasi belajar siswa antara lain: a.
Siswa mampu mengambil keputusan untuk menyelesaikan permasalahan matematika setelah melakukan investigasi matematika.
b.
Siswa
mampu
membuat
argumentasi-argumentasi
matematis
dan
kontekstual dalam menyelesaikan permasalahan matematika. c.
Siswa mampu mengkomunikasikan dan mempertahankan prosedur yang mereka lakukan dalam menyelesaikan permasalahan matematika.
d.
Siswa mampu memperoleh nilai tes matematika berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60 atau lebih.
20
Fadjar Shadiq, βinvestigasi dalam proses pembelajaran matematikaβ, dalam http://Ipotes.wordpress.com/artikel, diambil tanggal 07 Desember 2013, pukul 11.30 WITA.
19
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
5.
Rubrik Penilaian Kemampuan Investigasi Matematika Rubrik penilaian kemampuan investigasi matematika siswa secara detail dapat dilihat pada Tabel 121. Tabel 1. Rubrik Penilaian Kemampuan Investigasi Matematika Level Kriteria Khusus 4 ο· Menunjukkan pemahaman yang lebih terhadap (Sangat materi. memuaskan) ο· Menggunakan strategi yang sesuai. 76 - 100 ο· Perhitungan benar. ο· Penjelasan patut dicontoh. ο· Gambar dari materi yang diajarkan dibuat benar. ο· Melebihi pemecahan masalah yang diinginkan. 3 ο· Menunjukkan pemahaman terhadap konsep dari (Memuaskan) materi. 51 β 75 ο· Menggunakan strategi yang sesuai. ο· Perhitungan sebagian besar benar. ο· Penjelasan efektif. ο· Gambar sebagian besar benar. ο· Memenuhi semua pemecahan masalah yang diinginkan. 2 ο· Menunjukkan pemahaman terhadap sebagian (Cukup besar materi yang diajarkan. memuaskan) ο· Tidak menggunakan strategi yang sesuai. 26 β 50 ο· Perhitungan sebagian besar benar. ο· Penjelasan memuaskan. ο· Gambar yang dibuat sebagian besar benar. ο· Memenuhi sebagian besar pemecahan masalah yang diinginkan. 1 ο· Menunjukkan sedikit atau tidak ada pemahaman (Tidak terhadap materi. Memuaskan) ο· Tidak menggunakan strategi yang sesuai. 0 β 25 ο· Perhitungan tidak benar. ο· Penjelasan tidak memuaskan. ο· Gambar yang dibuat tidak benar. ο· Tidak memenuhi pemecahan masalah yang diinginkan.
METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian eksperimen. Peneliti menggunakan desain eksperimen yang tergolong pre-experimental 21
Anonim, βrubric penilaian otentik standar penilaian (kemampuan matematika)β, dalam http://Ipotes.wordpress.com/contohrubrik, diambil tanggal 01 Maret 2014, pukul 13.30 WITA. .
20
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
designs dengan jenis desain one group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester II pada SMPN 1 Soromandi Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah 60 siswa yang terbagi dalam 2 kelas, dengan rincian 30 siswa kelas VIII A dan 30 siswa kelas VIII B. Sampel yang digunakan adalah seluruh siswa kelas VIII B dengan tehnik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes subjektif (esai) dan digunakan untuk mendapatkan data pretest dan juga posttest dari responden. Sebelum ke pengujian hipotesis, dilakukan uji prasyarat untuk normalitas dan homogenitas data. Langkah-langkah pengujian normalitas suatu data antara lain sebagai berikut: (a) Membuat tabel distribusi frekuensi data dengan cara: (1) Menentukan rentang/jangkauan data yaitu selisih data terbesar dengan data terkecil. (2) Menentukan panjang kelas/interval. (3) Menentukan banyak kelas/interval. (4) Menghitung batas atas dan batas bawah kelas/interval. (5) Menghitung luas Z (b) Menghitung chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel22 π2 =
(ππ β πΈπ)2 πΈπ
Dimana: Oi = frekuensi masing-masing interval. Ei = frekuensi ekspektasi masing-masing interval = jumlah keseluruhan data Γ luas Z hitung Untuk mencari chi kuadrat tabel diperlukan beberapa komponen antara lain: (1) Derajat kebebasan (dk) = Banyak interval β 3 (2) Taraf signifikan (Ξ±) yang menggambarkan tingkat kesalahan dan menurut peneliti sebesar 1% (3) Menentukan chi kuadrat tabel dengan menghubungkan antara derajat kebebasan dengan 1 - Ξ±
22
Ibid, h. 151-152.
21
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
(c) kriteria pengujian normalitas data Jika π2 βππ‘π’ππ < π2 π‘ππππ maka data tersebut berdistribusi normal. Akan tetapi, jika π2 βππ‘π’ππ β₯ π2 π‘ππππ maka data tersebut berdistribusi tidak normal. Sedangkan langkah-langkah dalam pengujian homogenitas dua jalur adalah sebagai berikut: (a) Menentukan varians semua skor pretest (b) Menentukan varians semua skor posttest (c) Menentukan derajat kebebasan (dk = n) (d) Menghitung πΉβππ‘π’ππ πΉ=
π£ππππππ π‘πππππ ππ π£ππππππ π‘πππππππ
(e) Menentukan πΉπ‘ππππ dengan πΉ(πΌ; ππ 1; ππ 2) (f) Kriteria pengujian Kedua varians data pretest dan posttest tergolong homogen apabila πΉβππ‘π’ππ < πΉπ‘ππππ , akan tetapi kedua varians data tidak homogen apabila πΉβππ‘π’ππ β₯ πΉπ‘ππππ 23. Jika syarat normalitas dan homogenitas terpenuhi maka dilanjutkan ke pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t sample related. Tahapan pengujian sebagai berikut. (a) Membuat hipotesis penelitian H0 = model pembelajaran kooperatif tidak efektif terhadap peningkatan kemampuan investigasi matematika siswa kelas VIII B SMPN 1 Soromandi. Ha = model pembelajaran kooperatif efektif terhadap peningkatan kemampuan investigasi matematika siswa kelas VIII B SMPN 1 Soromandi.
23
Subaha dkk, Statistik Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 130.
22
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
(b) Menghitung rata-rata (π₯) nilai pretest dan posttest π½π’πππβ π·ππ‘π
π₯ =
π΅πππ¦ππ π·ππ‘π
(c) Menghitung varians (s2) nilai pretest dan posttest π 2
=
π
π₯π 2 β ( π₯π )2 π(π β 1)
(d) Menghitung simpangan baku (s) nilai pretest dan posttest π
π =
2
π₯π 2 β ( π₯π ) π(π β 1)
(e) Menghitung korelasi antara nilai pretest dengan posttest ππ₯π¦ =
π π₯π π¦π β
π₯π ( π¦π )
(π π₯2π β ( π₯π )2 )(π π¦2π β ( π¦π )2 )
(f) Menghitung π‘βππ‘π’ππ dengan rumus: π1 β π2
π‘=
π 12 π 22 π1 + π2 β 2π
π 1 π ( 2 ) π1 π2
Dimana: π1
: Rata-rata nilai pretest siswa
π2
: Rata-rata nilai posttest siswa
π 21
: Varians nilai pretest siswa
π 22
: Varians nilai posttest siswa
π 1
: Simpangan baku nilai pretest siswa
π 2
: Simpangan baku nilai posttest siswa
π
: Korelasi antara nilai pretest siswa dengan nilai posttest siswa
(g) Menghitung π‘π‘ππππ Nilai π‘π‘ππππ dapat ditentukan dengan menghubungkan derajat kebebasan (dk = n1 + n2 - 2) dengan taraf signifikan (Ξ±) sebesar 1% dimana π‘
π‘π‘ππππ =
1
1β2πΌ (ππβ1)
23
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
(h) Kriteria pengujian t dengan uji hipotesis pihak kanan (1) H0 ditolak jika π‘βππ‘π’ππ < π‘π‘ππππ , maka model pembelajaran kooperatif efektif terhadap peningkatan kemampuan investigasi matematika siswa kelas VIII B SMP 1 Soromandi (2) H0 diterima jika π‘βππ‘π’ππ β₯ π‘π‘ππππ , maka maka model pembelajaran kooperatif tidak efektif terhadap peningkatan kemampuan investigasi matematika siswa kelas VIII B SMP 1 Soromandi
PEMBAHASAN Rangkuman statistik hasil penelitian data kemampuan investigasi pretest dan posttest siswa kelas VIII B SMPN 1 Soromandi dengan penerapan model pembelajaran tipe Group Investigation dapat dilihat pada Tabel 2. Data hasil penelitian memenuhi syarat distribusi normal dan homogen. Berdasarkan perhitungan chi kuadrat hitung data pretest pada taraf signifikan 1% sebesar 1,6411 sedangkan nilai chi kuadrat tabel data pretest pada taraf signifikan 1% sebesar 11,3. Kemudian perhitungan chi kuadrat hitung data posttest pada taraf signifikan 1% sebesar 4,6149 sedangkan nilai chi kuadrat tabel data posttest pada taraf signifikan 1% sebesar 11,3. Kedua perhitungan tersebut menunjukkan chi kuadrat hitung < chi kuadrat tabel. Ini membuktikan bahwa data pretest dan posttest siswa berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas sebaran data diperoleh πΉβππ‘π’ππ sebesar 1,037 dan πΉπ‘ππππ sebesar 2,38 yang berarti πΉβππ‘π’ππ < πΉπ‘ππππ . Hal ini menunjukkan nilai pretest dan posttest bersifat homogen. Tabel 2 menginformasikan bahwa dari 30 responden yang mengikuti tes, diperoleh rata-rata kemampuan investigasi matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
sebesar 31,67 untuk pretest dan
63,50 untuk posttest. Dengan skor tertinggi 50 untuk pretest dan 75 untuk posttest serta skor terendah sebesar 15 untuk pretest dan 45 untuk posttest. Dengan simpangan baku sebesar 7,58 untuk pretest dan 7,45 untuk posttest. Hal ini menunjukkan bahwa pada data pretest, kemampuan investigasi siswa kelas VIII B SMPN 1 Soromandi berada pada kategori cukup memuaskan, sedangkan pada data posttest berkategori memuaskan. Secara deskriptif ini berarti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group
24
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
investigation efektif terhadap peningkatan kemampuan investigasi matematika siswa kelas VIII B SMPN 1 Soromandi. Tabel 2. Rangkuman Statistik Deskriptif Data Hasil Penelitian Statistik Nilai Pretest Nilai Postest Jumlah Sampel 30 30 Rata-rata 31,67 63,50 Skor Maksimum 100 100 Skor Minimum 0 0 Skor Tertinggi 50 75 Skor Terendah 15 45 Rentang 35 30 Varians 57,471 55,431 Simpangan Baku 7,58 7,45 Pengujian hipotesis penelitian dilanjutkan dengan menggunakan uji t sample related. Koefisien korelasi dari data pretest dan posttest sebesar 0,662. Sehingga diperoleh nilai thitung dengan menggunakan uji t sample related sebesar β 28,211. Kemudian pada taraf signifikan 1% diperoleh nilai π‘π‘ππππ sebesar 2,67 dengan demikian π‘βππ‘π’ππ < π‘π‘ππππ . Ini menunjukan bahwa H0 ditolak pada taraf kepercayaan 99% sehingga model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) efektif meningkatkan kemampuan investigasi matematika siswa kelas VIII B SMP 1 Soromandi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation), siswa tidak hanya mengharapkan penjelasan dari guru, melainkan aktif mulai dari menemukan masalah sampai pada tahapan memecahkan masalah secara berkelompok. Tipe GI juga mengarahkan siswa untuk melakukan investigasi (penyelidikan) terhadap suatu topik dengan cara menggali informasi dari berbagai sumber, kemudian mempresentasikannya di depan kelas. Proses investigasi (penyelidikan) mengharuskan siswa untuk lebih aktif dan bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menyelesaikan persoalan matematika. Oleh karena itu, kemampuan investigasi matematika siswa telah dilatih dalam kegiatan kelompok belajar dengan memberikan persoalan matematika. Keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar membuat siswa merasa nyaman dan lebih mudah menguasai konsep-konsep materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan investigasi matematika. Hal tergambarkan dari cara siswa menyelesaikan persoalan matematika dengan langkah yang berbedabeda baik dalam kerja kelompok maupun dalam menjawab tes yang diberikan secara
25
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
individu. Ada beberapa siswa yang menggunakan langkah yang praktis dan ada juga yang menggunakan langkah yang detail namun tetap menghasilkan jawaban yang sama. Kemampuan investigasi matematika siswa berbanding lurus dengan hasil belajar siswa. Jika kemampuan investigasi matematika siswa memenuhi level 4 berdasarkan rubrik penilaian kemampuan investigasi matematika, maka hasil belajarnya akan tinggi pula dan begitupun sebaliknya.
KESIMPULAN Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) efektif dalam meningkatkan kemampuan investigasi matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Soromandi tahun ajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji t sample related pada taraf signifikan 1%. Peningkatan kemampuan investigasi matematika siswa terlihat dari adanya peningkatan secara signifikan antara tes sebelum perlakuan (pretest) dengan tes setelah perlakuan (posttest). Selain itu, peningkatan kemampuan investigasi matematika siswa tergambar dari cara siswa menyelesaikan persoalan matematika dengan langkah yang berbeda-beda berdasarkan kemampuan investigasi matematika yang mereka miliki.
DAFTAR PUSTAKA Andi Prastowo. Memahami Metode-metode Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Anonim. βRubric penilaian otentik standar penilaian (kemampuan matematika)β. Http://Ipotes.wordpress.com/contohrubrik, diambil tanggal 01 Maret 2014, pukul 13.30 WITA. Daryanto. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya, 2010. Djemari Mardapi. Teknik Penyusunan Instrument Tes dan Nontes.Yogyakarta: Mitra Cendikia, 2008. Fadjar
Shadiq. βinvestigasi dalam proses pembelajaran matematikaβ. Http://Ipotes.wordpress.com/artikel, diambil tanggal 07 Desember 2013, pukul 11.30 WITA.
Hamruni. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani, 2012. Hisyam Zaini dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008. 26
Efektivitas Model Pembelajaran..... (Alfira Mulya Astuti)
Ibrahim dkk. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press, 2000. Irzani Alkusaeri. Pengembangan Program Pembelajaran Matematika. Mataram: Yazidopress, 2013. Irzani. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Media Grapindo, 2009. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Media Grafindo Press, 2009. Isjoni. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta, 2011. Miftahul Huda. Model-model Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013. Muhammad Nasib Ar-Rifaβi. Kemudahan dari Allah: Ringkasan Ibnu Katsir. ter. Syihabuddin. Jakarta: Gema Insani, 1999. Riduwan. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta, 2010. Sabana dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung : Pustaka Setia, 2009. Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Subana dkk. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2000. Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito, 2005. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2012. Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Warsono & Hariyanto. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Wina Sanjaya. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana, 2011. Yasa
Putu Doantara. βPembelajaran Kooperatif tife GIβ. Http://Ipotes.wordpress.com/2008/24/28/ Pembelajaran Kooperatif tife GIβ¦ diambil tanggal 07 Desember 2013.
27