i
EFEKTIVITAS MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN SIKAP DALAM PENYULUHAN PERIKANAN BUDIDAYA
FARIS AHMAD SAPUTRA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Media Video terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap dalam Penyuluhan Perikanan Budidaya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Faris Ahmad Saputra NIM I34120112
iii
ABSTRAK FARIS AHMAD SAPUTRA. Efektivitas Media Video terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap dalam Penyuluhan Perikanan Budidaya. Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO. Penyuluhan perikanan sangat penting peranannya dalam pembangunan perikanan sebagai salah satu sektor potensial. Melalui penyuluhan, akan terjadi perbaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Banyak metode dalam melakukan penyuluhan perikanan, salah satunya adalah melalui penayangan video. Media video sangat potensial, terutama dalam era teknologi komunikasi dan digital saat ini. Eksperimen dilakukan dengan melibatkan pembudidaya ikan Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor sebagai subyek penelitian menggunakan desain pre-test post-test control group design dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas video penyuluhan perikanan dalam meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan tayangan video dapat meningkatkan pengetahuan secara signifikan, namun belum mampu merubah sikap pembudidaya ikan secara signifikan. Peningkatan pengetahuan semakin tinggi pada pembudidaya ikan yang lebih muda, lebih rendah pendapatannya dan lebih aktif dalam komunikasi interpersonalnya. Kata Kunci : media video, penyuluhan, perikanan budidaya ABSTRACT FARIS AHMAD SAPUTRA. The Effectiveness of Media Video to Increase Knowledge and Attitude Change in Aquaculture Extension. Supervised by SUTISNA RIYANTO. Fisheries extension is a very important role in the development of fisheries as one of the potential sectors. Through extension, there will be changes in knowledge, skills, and attitudes. Many methods in conducting fisheries extension, one of them is through a video presentation. Video is one of potential medium in extension, especially in the era of communication technology and digital today. Experiments conducted with the involvement of Purwasari village, Dramaga Sub-Distric, Bogor District’s fish farmers as research subjects used pre-test post-test control group design in order to determine how far is the effectiveness of aquaculture extension video in improving the knowledge and change attitude of research subjects. The results showed that the video can increase knowledge significantly, but have not been able to change fish farmers’ attitude significantly. Increased knowledge is higher on fish marmer whose younger, have lower income, and more active in interpersonal communication. Keyword : aquaculture, extension, video media
iv
EFEKTIVIAS MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN SIKAP DALAM PENYULUHAN PERIKANAN BUDIDAYA
FARIS AHMAD SAPUTRA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
v
Judul Skripsi : Efektivitas Media Video terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap dalam Penyuluhan Perikanan Budidaya Nama : Faris Ahmad Saputra NIM : I34120112
Disetujui oleh
Ir. Sutisna Riyanto, MS Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus: _____________________
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Efektivitas Media Video terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap dalam Penyuluhan Perikanan Budidaya” ini dengan baik dan lancar. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS. sebagai pembimbing yang telah dan selalu memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta, Ayah saya Saifudin dan Ibu saya Malilah, beserta semua adik - adik saya, yang selalu berdoa dan senantiasa memberikan semangat untuk penulis. Terimakasih kepada Tiffany Ramadianti yang tak pernah lupa mengingatkan untuk mengerjakan skripsi ini dan selalu memberikan semangat kepada penulis setiap harinya. Kepada Ridho Pangestu Adhitio Risali dan Syifa Ibtisamah sebagai teman sepembimbingan yang selalu membantu penulis. Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada segenap teman-teman Kabinet Himasiera 2015, The Kons, dan SKPM 49 yang selalu menemani dan memberikan semangat kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini. Skripsi ini ditulis berdasarkan panduan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Institut Pertanian Bogor (PPKI IPB) yang menjadi acuan dalam penulisan karya ilmiah di IPB. Semoga Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, September 2016
Faris Ahmad Saputra
viii
DAFTAR ISI PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka
5 5
Penyuluhan dan Penyuluhan Perikanan
5
Metode, Media & Teknik Komunikasi dalam Penyuluhan
6
Media Video dalam Penyuluhan Pertanian
7
Efektivitas Media Video dalam Penyuluhan Pertanian
10
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Media Video Dalam Penyuluhan Pertanian 12 Kerangka Pemikiran
14
Hipotesis Penelitian
16
PENDEKATAN LAPANG
19
Metode Penelitian
19
Lokasi dan Waktu Penelitian
20
Teknik Pemilihan Subyek Penelitian dan Informan
20
Teknik Pengumpulan Data
21
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
21
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
23
Definisi Operasional
24
GAMBARAN UMUM
27
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
27
Penyuluhan Perikanan di Lokasi
29
Materi Video
30
Karakteristik Subyek penelitian
31
Perilaku Komunikasi
32
EFEKTIVITAS MEDIA VIDEO PENYULUHAN PERIKANAN Aspek Pengetahuan
35 35
ix
Pengetahuan Awal
35
Pengetahuan Akhir
36
Pengaruh Video terhadap Peningkatan Pengetahuan Subyek penelitian
38
Aspek Sikap
39
Sikap Awal
39
Sikap Akhir
40
Pengaruh Video terhadap Perubahan Sikap Subyek penelitian
41
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEKTIVITAS VIDEO PENYULUHAN PERIKANAN
43
Hubungan Karakteristik Individu dengan Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap
43
Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap
45
PENUTUP
47
Simpulan
47
Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
49
RIWAYAT HIDUP
61
x
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jumlah subyek penelitian dari setiap pokdakan Hasil uji validitas kuesioner penelitian, 2016 Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian, 2016 Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Purwasari Jumlah dan persentase penduduk yang bekerja di Desa Purwasari Data pokdakan Desa Purwasari Jumlah dan persentase penduduk Desa Purwasari berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah dan persentase subyek penelitian berdasarkan karakteristik individu, 2016 Jumlah dan persentase subyek penelitian berdasarkan perilaku komunikasi, 2016 Rataan skor pre-test pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2016 Rataan skor post-test dan peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2016 Rataan skor pengetahuan awal, pengetahuan akhir, dan peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2016 Rataan skor pre-test sikap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2016 Rataan skor post-test sikap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2016 Deskripsi peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2016 Koefisien korelasi Rank Spearman karakteristik individu dengan peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap subyek penelitian, 2016 Koefisien korelasi Rank Spearman perilaku komunikasi dengan peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap subyek penelitian, 2016
20 22 23 27 28 28 29 32 33 35 37 38 39 41 42 43 45
xi
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas media video terhadap meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap pembudidaya ikan dalam penyuluhan perikanan 2 Desain Penelitian pre-test-post-test control group design 3 Beberapa frame gambar (screenshot) dalam video penyuluhan perikanan
16 19 30
xii
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta lokasi penelitian 2 Dokumentasi 3 Daftar nama subyek penelitian
56 57 59
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, khususnya di sektor pertanian. Dengan keadaan seperti itu, jelas sekali bahwa pertanian adalah sektor yang sangat penting dan diandalkan oleh masyarakat Indonesia. Pertanian dalam arti luas adalah semua yang mencakup kegiatan pertanian (tanaman pangan dan hortikultura), perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Sektor perikanan adalah salah satu sektor yang sangat potensial di Indonesia. Indonesia memiliki sumber daya perikanan meliputi, perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun. Budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kekerangan, mutiara, dan teripang),budidaya rumput laut, budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, dan budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan pangan (Ambara 2014). Budidaya adalah salah satu sektor potensial di bidang perikanan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budidaya adalah usaha yang bermanfaat dan memberi hasil. Budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Individu yang bekerja di bidang budidaya disebut dengan pembudidaya. Menurut data Kementerian Pertanian tahun 2014 sumber daya manusia memang menjadi salah satu masalah dalam pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian diartikan serangkaian berbagai upaya untuk mengembangkan kapasitas masyarakat pertanian, khususnya memberdayakan petani, peternak, dan nelayan, agar mampu melaksanakan kegiatan usaha ekonomi produktif secara mandiri dan selanjutnya mampu memperbaiki kehidupannya sendiri (Solahuddin 2009). Keberhasilan pembangunan pertanian antara lain ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola informasi pertanian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Nurfathiyah & Suratno 2011). Kebutuhan informasi menjadi sarana produksi perikanan, karena ketersediaan informasi membantu pembudidaya dalam mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi permintaan pasar dari produk yang dihasilkan oleh mereka. Selain itu informasi dapat membantu pembudidaya ikan dalam menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan kuantitas produk yang mampu bersaing di pasar. Ketersediaan informasi seperti informasi tentang inovasi perikanan merupakan hal penting dalam pembangunan pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Pembangunan perikanan
2
sendiri di Indonesia telah mampu meningkatkan produksi, devisa, dan tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia. Akan tetapi pembangunan perikanan nasional masih belum berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia yang bergerak di bidang perikanan. Saat ini pembudidaya ikan bisa mendapatkan informasi tentang perikanan dari penyuluhan perikanan. Penyuluhan perikanan merupakan suatu pendidikan bagi para pembudidaya ikan dan keluarganya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Penyuluhan merupakan sebuah proses yang dapat meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan petani (pembudidaya) terhadap suatu masalah serta membantu petani (pembudidaya) memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan (van den Ban & Hawkins 1999). Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan memberikan definisi penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Jelas sekali bahwa penyuluhan perikanan bisa membantu sumber daya manusia perikanan untuk berkembang dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Slamet (2003a) memiliki sebuah gagasan bahwa penyuluhan pertanian yang efektif ialah yang dapat menimbulkan perubahan informasi pada diri individu – individu petani, atau memberi informasi baru kepada mereka, memperbaiki kemampuannya, memberi kemampuan – kemampuan dan kebiasaan – kebiasaan baru, dan menumbuhkan perasaan – perasaan tertentu terhadap sesuatu yang dikehendaki. Pemilihan metode dan media sebuah penyuluhan juga mempengaruhi keberhasilan sebuah penyuluhan. Saat ini banyak sekali media yang bisa digunakan untuk melakukan penyuluhan. Media yang digunakan mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Di Indonesia sendiri, penggunaan media mulai digunakan dalam penyuluhan pada saat adanya Kelompok Pendengar yang dibentuk pada tahun 1969 yang memanfaatkan media radio. Lalu setelah itu ada Kelompok Pembaca yang dimulai pada awal periode 1980-an. Kelompok Pembaca muncul dengan digalakannya program pers pedesaan yang dikenal dengan Koran Masuk Desa (KMD). Jahi (1988) yang dikutip oleh Sadono (2009) mendeskripsikan bahwa KMD terbit seminggu sekali dengan format lembar lebar, tabloid atau berukuran kecil berupa sisipan dalam majalah seperti Djaka Lodang. Selanjutnya dengan berkembangnya teknologi televisi, pada dekade 1980-an berkembang pula forum televisi yang juga memiliki kontribusi bagi pengembangan kelompok pemirsa (Sadono 2009). Televisi dipandang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan media lainnya karena mampu menyampaikan pesan-pesannya secara audio visual dan secara serentak sehingga berhasil memikat lebih banyak khalayak daripada media massa lainnya (Sadono 2009). Akhirnya pada akhir dekade 1980-an, muncul Kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca, pirsawan) yang merupakan gabungan dari kelompok pendegar yang menggunakan media radio, kelompok pembaca yang
3
menggunakan koran, dan kelompok pirsawan atau kelompok pemirsa yang menggunakan media televisi. Kelompencapir ini juga menurun peranannya sejalan dengan meningkatknya kepemilikan media televisi serta dominannya persepsi pemirsa dalam memandang TV sebagai sumber hiburan (Sadono 2009). Saat ini muncul cyber extension yang merupakan penyuluhan yang memanfaatkan teknologi internet. Definisi cyber extension menurut Wijekoon et al. (2009) adalah mekanisme pertukaran informasi pertanian melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya di balik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi yang memanfaatkan kekuatan jaringan, komunikasi komputer dan multimedia interaktif untuk memfasilitasi mekanisme berbagai informasi atau pengetahuan. Salah satu media yang bisa digunakan untuk penyuluhan adalah media audio visual (video). Walaupun awalnya media video sudah ditinggalkan karena tidak praktis, namun saat ini media video digunakan kembali sebagai media atau alat bantu dalam penyuluhan. Menurut hasil penelitian Anthy (2002), Sopiana (2002), dan Ellyta (2006) masyarakat petani di Indonesia sudah terbiasa menerima informasi melalui media elektronik, selain media personal dan media cetak. Tubbs dan Moss (1994) yang dikutip oleh Hubeis (2007) mendefinisikan video sebagai media elektronik dan media komunikasi yang memiliki unsur audio-visual (narasi, musik, dialog, sound effect, gambar atau foto, teks, animasi, grafik) sebagai keunggulannya dibanding dengan media komunikasi massa lainnya. Saat ini penyuluhan pertanian pun sudah banyak yang menggunakan media video karena lebih menarik dan dapat merubah perilaku petani. Laura (2002) yang dikutip oleh Hubeis (2007) menjelaskan bahwa video sebagai media instruksional dapat menunjukkan cara penggunaan suatu produk tahap demi tahap dan sekaligus menggugah perasaan dan menarik minat dengan tujuan terjadi perubahan perilaku. Secara umum, pemanfaatan aplikasi multimedia sebagai sarana penyebaran informasi dan penyuluhan pertanian memberikan gambaran bagaimana multimedia dapat dikembangkan dengan berbagai macam model untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi pertanian (Nugroho 2009). Model-model yang sudah dikembangkan antara lain adalah : (1). Video Tutorial, (2). Multimedia Interaktif, (3). Portal Penyuluhan dan Sarana Informasi Publik yang memanfaatkan infrastruktur jaringan komputer (Local Area Network) dan internet (Nugroho 2009). Video sendiri potensial sebagai media penyuluhan dengan semakin berkembangnya jaringan internet dan banyaknya masyarakat yang menggunakannya. Video-video pop up yang ada di internet salah satu contoh dari penggunaan media video di dalam jaringan internet. Dari penjelasan di atas, jelas menunjukkan bahwa media video adalah media yang potensial digunakan untuk sebuah penyuluhan. Dari penelitian yang ada, penggunaan media video baru digunakan untuk penyuluhan pertanian seperti penyuluhan pertanian sawah, perkebunan, kehutanan, dan peternakan. Penggunaan media video belum banyak digunakan untuk penyuluhan perikanan. Pembudidaya ikan mendapatkan informasi dari penyuluhan perikanan yang menggunakan media video lalu dengan informasi tersebut mereka bisa mengembangkan produk perikanan mereka dan menyukseskan pembangunan perikanan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Namun apakah pembudidaya ikan mampu menerima dan mencerna
4
konten yang ada di video sama dengan petani sawah, petani kebun, petani hutan, dan peternak? Rumusan Masalah Media video sudah banyak digunakan dalam penyuluhan. Media video dipilih untuk menjadi media penyuluhan karena media video memilki beberapa kelebihan seperti lebih menarik karena media video memiliki aspek audio dan aspek visual. Penyuluhan sendiri memiliki tujuan untuk merubah perilaku pembudidaya ikan ke arah yang diinginkan dan dari perubahan perilaku tersebut pembudidaya ikan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Jika mellihat tujuan penyuluhan di atas, media video akan efektif penggunaannya dalam penyuluhan jika media video dapat meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap pembudidaya ikan. Maka dari itu, timbul pertanyaan apakah media video efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap pembudidaya ikan? Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam menerima konten atau materi dari sebuah video. Selain itu efek yang ditimbulkan dari konten sebuah video itu pun akan berbeda antar invdividu. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas media video dalam merubah perilaku pembudidaya ikan. Maka dari itu, timbul pertanyaan faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan efektivitas media video dalam peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap pembudidaya ikan? Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki rumusan tujuan: 1. Mengetahui efektivitas video dalam meningkatkan pengetahuan pembudidaya ikan dan merubah sikap pembudidaya ikan. 2. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas media video dalam meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap pembudidaya ikan. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan penggunaan media video dalam penyuluhan perikanan, khususnya kepada: 1. Civitas Akademika untuk menjadi salah satu sumber informasi serta referensi mengenai efektivitas media video dalam penyuluhan perikanan. 2. Pemerintah untuk menjadi salah satu pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan program penyuluhan perikanan. 3. Masyarakat untuk menambah pengetahuan tentang penggunaan media video dalam penyuluhan perikanan.
5
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka Penyuluhan dan Penyuluhan Perikanan Penyuluhan merupakan sebuah proses yang dapat meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan petani terhadap suatu masalah serta membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan (van den Ban & Hawkins 1999). Penyuluhan dalam pertanian merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting bagi para pelaku usaha tani. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan memberikan definisi penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahterannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Jelas sekali bahwa kegiatan penyuluhan bisa membantu sumber daya manusia pertanian untuk berkembang dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Slamet (2003a) memiliki sebuah gagasan bahwa penyuluhan yang efektif ialah yang dapat menimbulkan perubahan informasi pada diri individu – individu petani, atau memberi informasi baru kepada mereka, memperbaiki kemampuannya, memberi kemampuan – kemampuan dan kebiasaan – kebiasaan baru, dan menumbuhkan perasaan – perasaan tertentu terhadap sesuatu yang dikehendaki. Perikanan merupakan suatu bagian dari pertanian secara umum. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari pra-produksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisinis perikanan. Amanah dan Yulianto (2002) menjelaskan bahwa kegiatan sektor perikanan dan kelautan memiliki dua bidang usaha yaitu perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Perikanan tangkap adalah kegiatan memproduksi ikan dengan menangkap (capture) dari perairan di daratan (inland capture atau inland fisheries), seperti sungai, muara sungai, danau, waduk dan rawa; serta perairan laut (marine capture atau marine fisheries), seperti perairan pantai dan laut lepas (Satria 2013). Budidaya perairan atau akuakultur adalah kegiatan memproduksi ikan dalam suatu wadah terkontrol dan berorientasi pada keuntungan. Berbeda dengan perikanan tangkap yang hanya memanen (capturing) ikan dari perairan. Pada akuakultur pemanenan (harvesting) dilakukan setelah kegiatan pemeliharaan ikan yang mencakup persiapan wadah pemeliharaan, penebaran benih, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, serta penanganan hama dan penyakit (Satria 2013). Penyuluhan perikanan memiliki definisi dan tujuan yang sama dengan penyuluhan pertanian. Tujuan penyuluhan ialah upaya mengubah perilaku
6
individu, kelompok, atau komunitas agar tahu, mau, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi supaya hidup dapat lebih baik dan bermartabat (Amanah 2006a). Perbedaan antara penyuluhan pertanian dengan penyuluhan perikanan adalah unit sasarannya. Jika penyuluhan pertanian unit sasaran dari sebuah program penyuluhannya adalah petani, penyuluhan perikanan unit sasaran dari sebuah program penyuluhannya adalah nelayan dan pembudidaya ikan. Sama seperti petani subsisten, nelayan dan pembudidaya ikan skala kecil juga berada di strata sosial terbawah dan hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan Kondisi ini mengakibatkan mereka tidak mampu mengakses modal dan berbagai sarana untuk pengembangan usaha dan memperbaiki kualitas hidup (Amanah 2006a). Penyuluhan dapat memberi kontribusi pada peningkatan kemampuan nelayan dan pembudidaya ikan. Melalui penyuluhan, akan terjadi perbaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Bisnis mereka akan berkembang, demikian pula lingkungan hidup dan sosial budaya masyarakat setempat (Amanah 2006a). Amanah (2006b) menjelaskan bahwa studi tentang model penyuluhan perikanan untuk mengembangkan masyarakat pesisir menunjukkan bahwa perilaku masyarakat berhubungan positif dengan peubah dinamika sosial budaya masyarakat, peran pemimpin informal, keragaan individu/kelompok, kualitas program penyuluhan, kompetensi fasilitator usaha perikanan, dan kualitas pendukung usaha perikanan. Metode, Media & Teknik Komunikasi dalam Penyuluhan Kusnadi (2011) menjelaskan bahwa metode penyuluhan pertanian adalah cara penyamapaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru. Metode dan teknik penyuluhan merupakan cara dan prosedur yang dilakukan penyuluh dalam menyampaikan pesan kepada sasaran agar terjadi perubahan perilaku sesuai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pemilihan metode dan teknik penyuluhan pertanian untuk mendorong terjadinya efek/perubahan perilaku yang sebanyak-banyaknya dari sasaran, untuk meningkatkan komunikasi dan mengurangi gangguan komunikasi, untuk meningkatkan daya anut sasaran serta untuk mendorong munculnya sifat keterbukaan dan kemandirian petani (Rokhim et al. 2013). Secara umum dapat dikatakan bahwa media merupakan suatu perantara yang digunakan dalam proses belajar. Media penyuluhan adalah wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian/minat (Putri 2016). Leagans (1960) yang dikutip oleh Mugniesyah (2006) menerangkan bahwa metode adalah cara-cara yang digunakan untuk menciptakan situasi agar komunikasi antara pengajar dan orang yang belajar berlangsung. Selanjutnya Tracey (1977) yang dikutip oleh Mugniesyah (2006) menjelaskan bahwa metode penyuluhan adalah pendekatan dasar untuk mengajar. Selanjutnya Tracey membedakan metode penyuluhan ke dalam tiga kategori, yaitu : 1. Primer : suatu pendekatan yang secara obyektif dinilai menjadi paling efektif dan efisien sebagai alat untuk mencapai tujuan penyuluhan. Contohnya adalah ceramah. 2. Sekunder (supporting) : suatu pendekatan yang dinilai sangat penting untuk melengkapi metode penyuluhan yang tergolong primer untuk menjamin pencapaian tujuan penyuluhan. Contohnya adalah diskusi.
7
3. Alternatif : suatu pendekatan yang digunakan untuk mengganti kedua metode di atas jika situasi/keadaan tak mengizinkan suatu metode yang optimum. Metode penyuluhan dapat dibedakan berdasarkan pada indera yang digunakan individu terhadap materi yang dipelajarinya. Berdasarkan pendapat Berlo (1960) yang dikutip oleh Mugniesyah (2006), ditinjau dari indera yang menerima stimuli (materi pelajarannya) dikenal metode yang terlihat (visual) dan teraba (terperaga : bisa terlihat, teraba dan tercium dan terasa) saja, metode yang didengar (audio) saja dan media yang bisa didengar dan dilihat atau yang dikenal sebagai media audio visual. Menurut Adams (1988) yang dikutip oleh Musyafik dan Ibrahim (2005), terdapat tiga klasifikasi metode penyuluhan, yaitu metode penyuluhan media massa, metode penyuluhan kelompok, dan metode penyuluhan individu. 1. Metode penyuluhan media massa: metode ini ditujukan kepada khalayak petani umum tanpa adanya hubungan antara penyuluh dengan audien. Beberapa teknik yang digunakan dalam metode ini antara lain melalui TV, radio, koran, pamflet, dan lain-lain. 2. Metode penyuluhan kelompok: metode ini ditujukan kepada kelompok tertentu dan memerlukan pertemuan tatap muka antara penyuluh dengan para petani. Beberapa teknik yang digunakan dalam metode ini antara lain ceramah, widyakarya, diskusi kelompok, pelatihan, demonstrasi/peragaan teknologi. 3. Metode penyuluhan individu: metode ini ditujukan kepada individu-individu yang memperoleh perhatian secara khusus dari petugas penyuluh. Beberapa teknik yang digunakan dalam metode ini antara lain konsultasi, diagnosisresep, dan partisipatif. Paramita et al. (2013) menjelaskan bahwa di provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara metode komunikasi yang paling disukai dalam mendapatkan ilmu dan informasi adalah praktik, diikuti oleh tatap muka, audiovisual, melihat, mendengar, dan membaca. Istilah teknik penyuluhan diartikan sebagai suatu cara penyuluhan yang melengkapi suatu metode penyuluhan, serta merupakan semua media penyuluhan yang digunakan untuk mempertemukan materi pelajaran dengan orang yang belajar (Mugniesyah 2006). Tracey (1977) yang dikutip oleh Mugniesyah (2006) menjelaskan bahwa alat/perlengkapan penyuluhan adalah seperangkat peralatan khusus atau suatu sistem yang secara spesifik didisain untuk membantu menyajikan suatu penyuluhan. Contoh-contoh dari teknik-teknik penyuluhan adalah demonstrasi, ceramah, menggunakan media radio, menggunakan artikel surat kabar, diskusi kelompok, karyawisata, dan film/slide. Media Video dalam Penyuluhan Pertanian Slamet (2003b) mengatakan bahwa petani Indonesia sudah banyak berubah dan berkembang. Pendidikannya sudah lebih baik, berwawasan kosmopolit dan telah lebih mampu berkomunikasi secara impersonal melalui media. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat desa khususnya petani sudah terbiasa dengan kehadiran media massa. Salah satu bentuk dari media massa adalah media audio visual. Media audio visual merupakan salah satu kemajuan teknologi informasi yang banyak digunakan di sekitar kita. Media audio visual adalah media penyampai informasi yang memiliki karakteristik audio (suara) dan visual (gambar), jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih
8
baik karena meliputi kedua karakteristik tersebut (Haryoko 2009). Media audio visual adalah seperangkat alat yang dapat menampilkan gambar bergerak dan suara yang digunakan sebagai alat bantu belajar dalam menyampaikan pesan, pengetahuan, ide dan bahan pembelajaran (Saberan 2012). Salah satu contoh media audio visual adalah video. Sebagai media audio visual, video dapat menampilkan suara, gambar dan gerak sekaligus. Tubbs dan Moss (1994) yang dikutip oleh Hubeis (2007) mendefinisikan video sebagai media elektronik dan media komunikasi yang memiliki unsur audio-visual (narasi, musik, dialog, sound effect, gambar atau foto, teks, animasi, grafik) sebagai keunggulannya dibanding dengan media komunikasi massa lainnya. Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (seperti misalnya ceritera), bisa bersifat edukatif maupun instruksional (Sadiman et al. 2006). Sadiman et al (2006) menjelaskan bahwa penggunaan video dalam kegiatan belajar-mengajar memiliki beberapa kelebihan, yaitu: 1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari ransangan luar lainnya; 2. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari ahli-ahli/spesialis; 3. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya; 4. Menghemat waktu dari rekaman dapat diputar berulang-ulang; 5. Kamera TV bisa mengamati lebih dekat obyek yang sedang bergerak atau obyek yang berbahaya seperti harimau; 6. Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar yang akan didengar; 7. Gambar proyeksi bisa di-“beku”-kan untuk diamati dengan seksama. Guru bisa mengatur di mana dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut; kontrol sepenuhnya di tangan guru; dan 8. Ruangan tak perlu digelapkan waktu menyajikannya. Selain memiliki kelebihan, video pun memiliki keterbatasan-keterbatasan yang perlu diperhatikan (Sadiman et al. 2006) di antaranya: 1. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktikan; 2. Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain; 3. Kurang mampu menampilkan detail dari obyek yang disajikan secara sempurna; dan 4. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks. Sesuai dengan uraian di atas, video dapat digunakan sebagai media untuk penyuluhan pertanian atau penyuluhan perikanan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan media lainnya. Film dan video berguna untuk mengembangkan dan memperkuat motivasi karena dapat membangkitkan keterlibatan emosi petani atau nelayan pada masalah yang ingin didiskusikan penyuluh. Hal ini karena media video atau sejenisnya seperti multi media memerankan dua fungsi yang berbeda yaitu ; memperbaiki proses alih informasi (terutama proses kognitif) dan mengembangkan atau memperkuat motivasi untuk
9
perubahan (yang pada awalnya adalah proses emosional) (van den Ban & Hawkins 1999). Dari penelitian-penelitian yang ada, banyak yang mengungkapkan berbagai aspek penggunan media video dalam penyuluhan pertanian. Dalam artikel yang ditulis oleh Paramita et al. (2013) dijelaskan bahwa media video adalah sebuah media yang menarik untuk penyuluhan karena audiovisual serta melihat (gambar) diakui sebagai salah satu metode komunikasi yang disukai, baik itu bagi laki – laki atau wanita dan juga bagi orang yang berpendidikan rendah maupun tinggi. Selanjutnya dalam artikel yang ditulis oleh Nugroho (2009) menjelaskan bahwa Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian telah mengembangkan beberapa aplikasi Multimedia Informasi Pertanian dengan berbagai format, salah satunya yaitu video tutorial. Tujuan dari kegiatan pengembangan aplikasi ini adalah untuk menyusun dan merancang sistem multimedia untuk menyusun dan merancang sistem multimedia untuk membantu dalam penyampaian materi teknologi informasi dan pengetahuan di bidang pertanian. Dalam artikel yang ditulis oleh Nurfathiyah, et al. (2011) perkembangan pada bidang teknologi audio visual menyebabkan pemakaian medium ini semakin meluas. Video sebagai media penyebaran inovasi pertanian merupakan upaya seorang ahli untuk menyampaikan pesan sehingga terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan audiens yang menyaksikan tayangan video. Dalam pembuatan video pun dibutuhkan sebuah pengembangan pesan. Pengembangan pesan bertujuan agar alur cerita yang ditayangkan dalam video dapat menciptakan suasana yang menarik dan memiliki pengaruh yang positif bagi perkembangan audiens untuk menerima inovasi. Penggunaan media video digunakan dalam penyuluhan bertujuan untuk memberikan informasi – informasi baru kepada para petani. Dari pustaka yang telah ditemukan, informasi yang diberikan kepada petani adalah informasi instruksional. Syam & Sugiana (2001) yang dikutip oleh Benunur (2006) menjelaskan bahwa komunikasi instruksional merupakan kegiatan komunikasi dengan sasaran kelompok yang berisi pengajaran tentang sesuatu pengetahuan atau keterampilan tertentu. Tujuannya adalah tercapainya perubahan perilaku pada sasaran didik, mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jenis media audio visual yang digunakan dalam penyuluhan pertanian adalah film dan video yang disimpan ke dalam compact disc (CD). CD digunakan karena mudah digunakan dan orang desa sudah tidak asing dengan CD. Menurut Littlejhon (2001) yang dikutip oleh Hubeis (2007) salah satu media massa yang praktis dan mudah digunakan dalam penyampaian informasi pembangunan adalah media video dalam bentuk piringan CD. Perkembangan pada bidang teknologi video menyebabkan pemakaian media ini semakin meluas. Video telah mengalami perubahan bentuk menjadi CD atau DVD yang mampu menampilkan pesan menggunakan gambar, suara, musik dan teks. Pribadi (2003) yang dikutip oleh Nurfathiyah, et al. (2011) menambahkan bahwa video mempunyai keunggulan sebagai media penyebaran inovasi pertanian yaitu: (1) memperlihatkan gerak; (2) memperpendek jarak dan waktu; (3) memperlihatkan fenomena yang tidak dapat dilihat dengan mata; (4) mengkomunikasikan pesan kepada pemirsa (audiens) yang spesifik; (5) dapat digunakan berulang-ulang kali; (6) dapat mengurangi sequence secara akurat; (7)
10
mampu memancing emosi; (8) berisi visualisasi dan suara. Dengan kelebihan yang dimiliki ini tayangan video mampu merubah pengetahuan audiens dari tidak tahu menjadi tahu, merubah sikap audiens dari tidak berminat menjadi minat dan merubah keterampilan audiens dari tidak terampil menjadi terampil. Efektivitas Media Video dalam Penyuluhan Pertanian Komunikasi bisa dikatakan efektif jika: (a) pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh komunikan, (b) komunikan bersikap atau berperilaku seperti apa yang dikehendaki oleh komunikator dan (c) ada kesesuaian antar-komponen (Marlina et al. 2009). Unsur-unsur yang mendukung efektivitas pesan adalah: (1) menimbulkan kebutuhan, (2) menarik perhatian, (3) simbol yang dipahami dan (4) cara memperoleh (Marlina et al. 2009). Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audien akibat keterpaan pesan-pesan media. Berlo (1960) yang dikutip oleh Marlina et al. (2009) mengklasifikasikan efek atau perubahan ke dalam tiga kategori, yaitu perubahan dalam ranah pengetahuan, sikap dan perilaku nyata (tindakan). Perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek diketahui melalui tanggapan khalayak (response audience) yang digunakan sebagai umpan balik (feedback). Lionberger dan Gwin (1982) yang dikutip oleh Marlina et al. (2009) menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis efek komunikasi yang dihasilkan dari paparan (exposure) terhadap pesan media massa yaitu efek kognitif (cognitive effect), efek afektif (affective effect), dan efek behavioral (behavioral effect) yang sering disebut efek konatif (conative effect).Efektivitas media video dapat dilihat pada peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan keterampilan yang didapatkan oleh audiens. Kognisi atau pengetahuan dalam proses komunikasi sering dipandang sebagai salah satu hasil akhir atau tujuan yang terpenting (Marlina et al. 2009). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang. Hidayat (2007) yang dikutip oleh Herlina (2009) menjelaskan pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap obyek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Selanjutnya Notoatmodjo (2003) yang dikutip oleh Herlina (2009) menjelaskan bahwa pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Proses belajar memiliki tujuan untuk merubah perilaku seseorang. Bloom & Krathwohl (1956) yang dikutip oleh Nasution (2010) membedakan tiga golongan, kategori, atau domain tujuan, yaitu kategori kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental. McQuail & Windhal (1985) yang dikutip oleh Septiana (2008) proses belajar dapat diperoleh dari rangsangan isi medium yang dirancang untuk menimbulkan pemikiran tentang informasi yang disampaikan. Karena itu isi medium harus relevan dengan persepsi yang dituntut dari khalayak. Menurut Rakhmat (2007), apabila kita merangkai huruf kalimat dan mulai menangkap makna dari apa yang dilihat dan didengar maka terjadilah persepsi. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek peristiwa atau hubungan yang diperoleh melalui kesimpulan informasi dan penafsiran pesan. Proses penerimaan stimuli atau sensasi dan memberi arti (persepsi) pada sensasi sangat diperlukan dalam memperoleh pengetahuan baru.
11
efek yang muncul pertama kali dari informasi yang disampaikan adalah adanya perubahan pengetahuan pada khalayak sasaran (Septiana 2008). Salah satu domain tujuan dalam belajar adalah afektif. Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang dahulu sering disebut perkembangan emosional dan moral (Nasution 2010). Sikap merupakan suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau obyek, sehingga sikap tersebut melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus. Sikap belum berupa tindakan, tetapi baru bisa ditafsirkan (Kapti 2010). Menurut Walgito (2003) yang dikutip oleh Kapti (2010) komponen pokok sikap terdiri dari tiga, yang pertama yaitu komponen yang berkaitan dengan pandangan atau keyakinan yang berhubungan dengan persepsi orang terhadap obyek. Kedua, komponen emosional yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen yang terakhir adalah komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek. Menurut Walgito (2003) yang dikutip oleh Kapti (2010) pembentukan sikap dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor fisiologis, faktor pengalaman, dan faktor komunikasi sosial. Faktor fisiologis seseorang akan menentukan bagaimana sikap seseorang. Faktor fisiologis berkaitan dengan usia dan kesehatan. Usia muda biasanya akan memiliki sikap yang lebih bebas dan berani dibanding dengan usia tua. Orang yang sering sakit atau dalam kondisi sakit akan memiliki sikap yang tergantung pada orang lain. Faktor pengalaman, sikap seseorang akan dipengaruhi oleh pengalaman langsung orang tersebut terhadap obyek sikap. Faktor komunikasi sosial, komunikasi sosial dapat berbentuk informasi dari seseorang ke orang lain yang akan mempengaruhi sikap. Dalam sebuah proses adopsi inovasi ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan suatu proses adopsi inovasi (Soekartawi 2005), yaitu: 1. Keuntungan relatif. Apakah suatu teknologi baru akan memberikan keuntungan daripada teknologi lama yang digantikannya. 2. Kompatibilitas. Apakah suatu teknologi baru tidak jauh berbeda daripada teknologi lama yang digantikannya. 3. Kompleksitas. Apakah suatu teknologi baru sederhana untuk diterapkan daripada teknologi lama yang digantikannya. 4. Triabilitas. Apakah suatu teknlogi baru mudah untuk dilakukan daripada teknologi lama yang digantikannya. 5. Observabilitas. Apakah suatu teknologi mudah diamati hasilnya daripada teknologi lama yang digantikannya. Penyampaian informasi inovasi yang baik harus didukung dengan model komunikasi dan media komunikasi yang baik pula. Pemilihan model komunikasi dan media komunikasi yang tepat dalam proses difusi inovasi akan meningkatkan efektivitas penyuluhan. Rogers (1985) yang dikutip oleh Murdiyanto (2011) menyatakan bahwa model komunikasi linier yang bersifat instruktif, berjalan searah, dan disampaikan secara singkat kurang tepat dengan kondisi masyarakat pedesaan, sebab model komunikasi linier tersebut biasanya disampaikan melalui saluran-saluran formal. Sementara itu masyarakat pedesaan secara sosiologi tergolong dalam primary society relatif kurang menyukai hal-hal yang bersifat
12
formal. Model komunikasi interaktif dianggap lebih efektif karena dalam penyampaian pesannya menggunakan saluran informal yang dibentuk secara swadaya dan swakelola oleh masyarakat desa. Penggunaan media audio visual dalam penyuluhan pertanian efektif dalam meingkatkan pengetahuan petani. Dari beberapa penelitian yang ditemukan, pengetahuan petani meningkat setelah mendapatkan penyuluhan menggunakan media audio visual. Selanjutnya media audio visual yang menggunakan visualisasi gerak (visualisasi video) lebih efektif daripada media audio visual yang menggunakan visualisasi diam (visualisasi foto). Visualisasi media video adalah unsur visual yang mendukung penyajian pesan. Visualisasi gerak yaitu jenis visualisasi berupa gambar hidup hasil rekaman kamera video tentang benda, obyek atau pariwisata yang sebenarnya dan visualisasi foto (diam) yaitu gambar yang dibuat dengan teknik fotografi melalui kamera gerak yaitu jenis visualisasi hasil rekaman media video (Nurfathiyah & Suratno 2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Media Video Dalam Penyuluhan Pertanian Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara beberapa faktor – faktor dengan efektivitas media audio visual untuk penyuluhan pertanian khususnya dalam peningkatan pengetahuan petani. Unsur visualisasi yang ada dalam media audio visual merupakan salah satu faktor penting yang membuat pengetahuan petani meningkat. Visualisasi gerak lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan petani akan sebuah informasi dibandingkan dengan visualisasi diam. Hal ini terjadi karena visualisasi gerak lebih realistis dalam menunjukkan cara dan lebih menarik bagi para petani. Merujuk kepada penelitian Hubeis (2007) yang berjudul “Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Pupuk Agrodyke”, ditemukan bahwa unsur – unsur yang ada di dalam video adalah faktor – faktor yang memiliki hubungan dengan peningkatan pengetahuan petani. Unsur penyajian gambar (visual), narasi, materi dan waktu tayang video berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan petani. Pada artikel yang ditulis oleh Nurfathiyah, et al. (2011) menunjukkan bahwa pengembangan pesan pada video pun penting untuk meningkatkan pengetahuan petani. Pengembangan pesan pada video bertujuan agar alur cerita yang ditayangkan dalam video dapat menciptakan suasana yang menarik dan memiliki pengaruh yang positif bagi perkembangan audiens untuk menerima inovasi. Pesan yang akan ditayangkan melalui video dimulai dengan: 1. Tahap pengembangan ide yang meliputi pengumpulan materi pesan, penyeleksian dan penyusunan pesan kedalam medium yang telah ditetapkan. 2. Tahap penetapan tujuan yang akan dicapai yaitu apakah pesan yang akan dikembangkan akan mempengaruhi aspek pengetahuan, sikap atau keterampilan. 3. Tahap analisa audiens yaitu menyangkut karakteristik audiens yang dituju. Pengembangan pesan dapat efektif sesuai dengan sasaran yang dituju jika sebelum dilakukan pengembangan pesan terlebih dahulu mempelajari karakteristik sasaran yaitu pendidikan, umur, pekerjaan dan saluran komunikasi yang digunakan. Lionberger and Gwin (1982) yang dikutip oleh Nurfathiyah et al. (2011) mengemukakan beberapa karakteristik individu yang berpengaruh terhadap
13
kesiapan untuk mengadopsi inovasi yaitu umur, tingkat pendidikan dan psikologis. Merujuk kepada penelitian Hubeis (2007) yang berjudul “Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Pupuk Agrodyke” ditemukan sebuah pernyataan bahwa efektivitas penggunaan video sebagai media instruksional suatu informasi dipengaruhi oleh format kemasan pesan (message packaging). Kuswita (2003) yang dikutip oleh Hubeis (2007) menjelaskan lebih lanjut bahwa desain pesan instruksional melalui video dapat didesain dalam bentuk narasi, ceramah, dialog, peragaan, fragmen, dan visualisasi. Benunur (2006) dalam tesis yang berjudul “Efektivitas Video Instruksional Dalam Diseminasi Informasi Pertanian” menjelaskan bahwa pengetahuan petani yang sudah menonton video meningkat karena beberapa hal yaitu : (1). Kontribusi Daya Tarik Video Instruksional; (2). Kontribusi Penerimaan Video Instruksional; dan (3). Kontribusi Keterlibatan Video Instruksional. Yang dimaksud dengan daya tarik video instruksional adalah semakin menarik dan jelas keragaan materi video instruksional, pengetahuan petani tentang materi yang diperagakan, makin meningkat. Berdasarkan kecenderungan tersebut, tampilan gambar, suara, teks, dan unsur – unsur pesan, merupakan unsur – unsur tampilan yang penting pada video instruksional. Maksud dari penerimaan tentang video instruksional adalah semakin tinggi penerimaan materi yang diperagakan video instruksional, akan semangkit meningkat tingkat pengetahuan petani. Artinya penyajian materi menggunakan media audio visual dapat diterima oleh petani. Keterlibatan video instruksional yang dimaksud adalah performans video dalam meningkatkan partisipasi petani, makin tinggi partisipasi petani menggunakan video instruksional, pengetahuannya makin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran video tidak hanya menarik dan dapat diterima, tetapi dapat melibatkan partisipasi petani. Menurut hasil penelitian Hamtiah et al. (2012) ada hubungan antara karakterisitik individu terhadap peningkatan pengetahuan peternak. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar peluang tingkat pengetahuan yang diperoleh, selain tinggi rendahnya pendidikan, lama pengalaman berternak juga berpengaruh besar terhadap tingkat pengetahuan, semakin lama semakin besar peluang peningkatan pengetahuan, sebaliknya dari faktor usia, semakin tua umur peternak yaitu 60 tahun ke atas maka daya ingat yang ditangkap berkurang sehingga pengetahuan yang diperoleh tetap. Karakteristik individu adalah suatu ciri-ciri atau sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan lingkungan sosial (Mujianto 2006). Lionberger (1960) yang dikutip oleh Mujianto (2006) menjelaskan bahwa faktor-faktor individu dapat mempengaruhi proses difusi dan adopsi inovasi seperti umur, tingkat pendidikan dan karakteristik psikologisnya. Dalam kehidupan sosial dimana heterogenitas khalayak dapat menjadi kesulitan komunikator menyampaikan pesan-pesannya. Pengaruh cepat lambatnya dalam mengadopsi inovasi, menurut Rogers (1983) yang dikutip oleh Soekartawi (2005) yaitu karena adanya perbedaan individu seperti: (1) umur, (2) pendidikan, (3) status sosial ekonomi, (4) pola hubungan (lokalit atau kosmopolit), (5) keberanian mengambil resiko, (6) sikap terhadap perubahan sosial, (7) motivasi berkarya, (8) aspirasi, (9) fatalisme (tidak
14
adanya kemampuan mengontrol masa depan sendiri), (10) dogmatisme (sistem kepercayaan tertutup). Berlo (1960) yang dikutip oleh Mujianto (2006) menyatakan bahwa perilaku komunikasi seseorang akan menjadi kebiasaan perilaku seseorang dalam mencari informasi. Perilaku seseorang terbentuk karena adanya stimulus yang sering menimpanya. Respon terhadap stimulus biasa secara verbal maupun nonverbal. Menurut Effendy (1989) yang dikutip oleh Mujianto (2006) istilah perilaku komunikasi (communication behavior) berarti tindakan atau aktivitas seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses komunikasi. Menurut Gould dan Kolb (1961) yang dikutip oleh Ichwanudin (1998), perilaku komunikasi adalah segala aktivitas yang bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi dari berbagai sumber dan untuk menyebarluaskan informasi kepada pihak manapun yang memerlukan. Perilaku komunikasi pada dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku seseorang pada umumnya dimotivasi dengan keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu, sedangkan peubah perilaku komunikasi menurut Rogers (1983) yang dikutip oleh Ichwanudin (1998) antara lain keterdedahan terhadap saluran komunikasi interpersonal, keterbukaan terhadap media massa, pastisipasi sosial, keterhubungan dengan sistem sosial, kosmopolit, kontak dengan agen pembaharu, mencari informasi tentang inovasi, pengetahuan, dan kepemimpinan atau kepemukaan pendapat. Berdasarkan pemaparan tersebut disimpulkan bahwa faktor-faktor perilaku komunikasi yaitu, komunikasi interpersonal, komunikasi massa atau keterdedahan media massa, dan partisipasi sosial. Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan secara langsung dari komunikator ke komunikan yang biasa juga disebut komunikasi tatap muka. Komunikasi massa atau keterdedahan media massa adalah proses penyampaian pesan secara tidak langsung melalui media massa tertentu dari komunikator ke komunikan. Partisipasi sosial adalah keikutsertaan seseorang dalam kegiatan-kegiatan yang ada di sekitar lingkungannya. Komunikasi akan berhasil apabila dapat memahami dan memperhatikan kondisi setiap unsur-unsur dalam proses komunikasi. Hal ini dapat dimengerti karena unsur yang satu dengan unsur yang lain saling mempengaruhi berlangsungnya proses komunikasi (Mujianto 2006). Kerangka Pemikiran Tubbs dan Moss (1994) yang dikutip oleh Hubeis (2007) menjelaskan bahwa video adalah media komunikasi yang memiliki unsur audio visual (narasi, musik, dialog, sound effect, gambar atau foto, teks, animasi, grafik) sebagai keunggulannya dibanding dengan media komunikasi massa lainnya (Hubeis, 2007). Oleh karena kelebihan itu, maka video bisa digunakan untuk menjadi media penyuluhan perikanan. Keefektivan video dalam menyampaikan dapat dilihat dari kemampuannya meningkatkan pengetahuan subyek penelitian dan merubah sikap subyek penelitian. Selanjutnya dalam penelitian ini dibahas apakah terdapat hubungan antara karakteristik individu (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat pengalaman) dan perilaku komunikasi (tingkat komunikasi interpersonal, tingkat keterdedahan media massa, dan tingkat partisipasi sosial). Menurut hasil
15
penelitian Hamtiah et al. (2012) ada hubungan antara karakterisitik individu terhadap peningkatan pengetahuan peternak. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar peluang tingkat pengetahuan yang diperoleh, selain tinggi rendahnya pendidikan, lama pengalaman berternak juga berpengaruh besar terhadap tingkat pengetahuan, semakin lama semakin besar peluang peningkatan pengetahuan, sebaliknya dari faktor usia, semakin tua umur peternak yaitu 60 tahun ke atas maka daya ingat yang ditangkap berkurang sehingga pengetahuan yang diperoleh tetap. Rogers (1983) yang dikutip oleh Ichwanudin (1998) menjelaskan perilaku komunikasi yaitu, aktivitas komunikasi (1) komunikasi interpersonal, (2) keterdedahan media massa, dan (3) partisipasi sosial. Yang dimaksud perilaku komunikasi dalam penelitian ini adalah segala aktivitas reponden yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh informasi dari berbagai sumber. Semakin sering individu mengakses media massa dan berinteraksi dengan orang lain memungkinkan individu mendapatkan informasi baru. Dalam kerangka pemikiran ini komunikasi interpersonal dapat dilihat dari komunikasi subyek penelitian dengan keluarga, tetangga, teman, penyuluh dan dengan sesama pembudidaya. Keterdedahan media massa dapat dilihat dari kegiatan subyek penelitian seperti : menonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran, dan membaca majalah. Partisipasi sosial dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan subyek penelitian yang dilakukan bersama dengan masyarakat sekitarnya seperti pengajian, kerja bakti, dan lainlain. Swanson dan Cleaver (1984) dalam Suprijanto (2009) menyatakan bahwa penyuluhan adalah suatu proses penyampaian informasi kepada seseorang (dimensi komunikasi), dan kemudian membantu orang itu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan (dimensi pendidikan) untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Suatu bentuk komunikasi yang bisa digunakan dalam sebuah kegiatan penyuluhan adalah komunikasi massa. Menurut Soekartawi (2005) komunikasi massa umumnya digunakan sekedar menggugah emosi seseorang atau hanya sekedar untuk memberi pengertian atau penjelasan, berupa informasi agar masyarakat mengerti tentang hal-hal yang sebelumnya belum diketahui oleh mereka. Berdasarkan Gambar 1, pada penelitian ini terdapat variabel bebas aktif yaitu media video penyuluhan perikanan yang ditayangkan untuk subyek penelitian. Variabel bebas aktif adalah variabel yang diyakini membuat perbedaan efek yang didapatkan oleh subyek penelitian. Efek dalam penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap yang dialami oleh subyek penelitian (variabel dependen). Karakteristik individu dan perilaku komunikasi adalah variabel atribut yang melekat pada subyek penelitian.
16
Karakteristik Individu 1. Usia 2. Tingkat Pendidikan 3. Tingkat Pendapatan 4. Tingkat Pengalaman
Efektivitas media video : 1. Peningkatan Pengetahuan 2. Perubahan Sikap
Media Video Penyuluhan Perikanan
Perilaku Komunikasi 1. Tingkat Komunikasi Interpersonal 2. Tingkat Keterdedahan Media Massa 3. Tingkat Partisipasi Sosial
Keterangan: : Hubungan Korelasi : Treatment (Perlakuan)
Gambar 1 Kerangka pemikiran efektivitas media video terhadap meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap pembudidaya ikan dalam penyuluhan perikanan Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah : 1.Terdapat perbedaan peningkatan pengetahun dan perubahan sikap yang nyata tentang penggunaan probiotik pada pakan ikan antara petani yang menonton video penyuluhan perikanan dan tidak menonton video penyuluhan perikanan. 2.Terdapat hubungan antara karakteristik individu dan perilaku komunikasi subyek penelitian dengan peningkatan pengetahuan subyek penelitian sebagai berikut: a. Terdapat hubungan antara usia dengan peningkatan pengetahuan pembudidaya ikan. b. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan peningkatan pengetahuan pembudidaya ikan. c. Terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan peningkatan pengetahuan pembudidaya ikan.
17
d. Terdapat hubungan antara tingkat pengalaman budidaya ikan dengan peningkatan pengetahuan pembudidaya ikan. e. Terdapat hubungan antara tingkat komunikasi interpersonal dengan peningkatan pengetahuan pembudidaya ikan. f. Terdapat hubungan antara tingkat keterdedahan media massa pembudidaya ikan dengan peningkatan pengetahuan pembudidaya ikan. g. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi sosial pembudidaya ikan dengan peningkatan pengetahuan pembudidaya ikan. 3.Terdapat hubungan antara karakteristik individu dan perilaku komunikasi subyek penelitian dengan perubahan sikap subyek penelitian sebagai berikut: a. Terdapat hubungan antara usia dengan perubahan sikap pembudidaya ikan. b. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perubahan sikap pembudidaya ikan. c. Terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan perubahan sikap pembudidaya ikan. d. Terdapat hubungan antara tingkat pengalaman budidaya ikan dengan perubahan sikap pembudidaya ikan. e. Terdapat hubungan antara tingkat komunikasi interpersonal dengan perubahan sikap pembudidaya ikan. f. Terdapat hubungan antara tingkat keterdedahan media massa pembudidaya ikan dengan perubahan sikap pembudidaya ikan. g. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi sosial pembudidaya ikan dengan perubahan sikap pembudidaya ikan.
18
19
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian Penelitian mengenai efektivitas media video dalam penyuluhan perikanan ini merupakan penelitian kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya data dan informasi yang diperoleh. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode campuran (mix methods) yaitu, metode penelitian eksperimental dan metode penelitian survey. Penelitian eksperimental ditujukan untuk meneliti hubungan sebab-akibat dengan memanipulasikan satu atau lebih variabel pada satu (atau lebih) kelompok eksperimental, dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi (Rakhmat 2009). Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2011). Penelitian eksperimental dilakukan dengan melibatkan dua kelompok yang terdiri dari kelompok yang diberikan perlakuan atau treatment (experimental group) dan kelompok pembanding (control group). Singarimbun dan Effendi (2006) menyatakan bahwa digunakannya kelompok kontrol adalah sebagai pembanding dalam penelitian eksperimental untuk mengetahui adanya perbedaan efek dari suatu perlakuan yang diberikan, perlakuan hanya diberikan kepada kelompok eksperimen. Rancangan eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah pre-test-post-test control group design yang dapat digambarkan sebagai berikut:
R1 01 R0 03
X
02 04
Keterangan : R1 = Randomisasi kelompok eksperimen R0 = Randomisasi kelompok kontrol 01 = Observasi/pengukuran pre-test kelompok eksperimen 02 = Observasi/pengukuran post-test kelompok eksperimen 03 = Observasi/pengukuran pre-test kelompok kontrol 04 = Observasi/pengukuran post-test kelompok kontrol X = Perlakuan
Gambar 2 Desain Penelitian pretest-posttest control group design (Campbell & Stanley 1966) Metode penelitian survey digunakan pada penelitian ini untuk menjelaskan hubungan kausal antarvariabel melalui pengujian hipotesis (explanatory research) Effendi & Tukiran (2014). Data yang didapatkan pada penelitian ini dikumpulkan dari sampel yang dapat mewakili suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Metode penelitian survey dilakukan untuk melihat korelasional antara variabel atribut dengan variabel dependen. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, sebagai berikut:
20
1. Pre-test terhadap subyek penelitian pada kelompok kontrol dan eksperimen menggunakan kuesioner yang berisi tentang pertanyaan dan pernyataan aspek pengetahuan dan sikap dari materi video. 2. Penayangan video kepada kelompok eksperimen. 3. Post-test terhadap subyek penelitian pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menggunakan kuesioner yang sama dengan pre-test. 4. Pengisian kuesioner tentang karakteristik subyek penelitian dan perilaku komunikasi subyek penelitian terhadap subyek penelitian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 5. Wawancara mendalam kepada beberapa subyek penelitian dan informan seperti ketua pokdakan dan penyuluh pendamping kelompok pembudidaya mengenai kegiatan penyuluhan di lokasi. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive (sengaja) karena di Desa Purwasari ada 8 kelompok pembudidaya/pembenih ikan. Menurut pernyataan Penyuluh Pertanian Lapang Desa Purwasari, Bapak Towapa, Desa Purwasari merupakan salah satu desa unggulan di Kecamatan Dramaga yang menghasilkan produk budidaya ikan air tawar. Dari pernyataan salah satu ketua kelompok di Desa Purwasari mengatakan bahwa di Desa Purwasari sendiri belum pernah diadakan penyuluhan menggunakan metode penayangan video. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu delapan bulan, terhitung mulai penyusuan proposal pada bulan Januari 2016 sampai pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi Agustus 2016. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian dan Informan Eksperimen ini melibatkan 40 orang pembudidaya ikan di Desa Purwasari yang dipilih secara acak dari 124 orang pembudidaya ikan dari 8 kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan). Selanjutnya, 40 pembudidaya ikan yang terpilih dibagi ke dalam 2 kelompok penelitian dan ditetapkan secara acak masing-masing sebagai kelompok eksperimen (20 orang) dan kelompok kontrol (20 orang). Tabel 1 Jumlah subyek penelitian dari setiap pokdakan Nama Pokdakan Mina Sari Bakti Mina Hegarmanah Mina Mekarsari Mina Kramatsari Wargi Mandiri Harum Sari Bakti Mina Generasi Berkah Mandiri Total
Jumlah Anggota 16 15 16 15 12 20 20 10 124
Jumlah Subyek Penelitian 5 5 5 5 5 5 5 5 40
21
Sumber: Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Desa Purwasari 2016
Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan imformasi lengkap dan akurat. Informan dalam penelitian ini adalah PPL, Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS), Mantan PPL, dan Ketua Pokdakan.
Teknik Pengumpulan Data Data dari penelitian ini dikumpulkan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Kuesioner. Data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner adalah data primer mengenai karakteristik individu dan perilaku komunikasi subyek penelitian serta data skor pre-test untuk mengetahui pengetahuan dan sikap awal subyek penelitian dan data skor post-test untuk mengetahui pengetahuan dan sikap akhir subyek penelitian dengan menggunakan kuesioner yang sama dengan kuesioner pre-test. 2. Wawancara. Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam dan wawancara terstruktur. Data yang dikumpulkan dari wawancara adalah data primer mengenai tanggapan subyek penelitian tentang pemutaran tayangan video penyuluhan perikanan, kegiatan penyuluhan yang ada di Desa Purwasari yang didapatkan dari para informan, dan data mendalam mengenai karakteristik individu dan perilaku komunikasi subyek penelitian. 3. Observasi. Data yang dikumpulkan menggunakan observasi adalah data primer mengenai kondisi Desa Purwasari, kegiatan pokdakan, kegiatan penyuluhan perikanan dan kondisi subyek penelitian secara langsung. 4. Studi literatur. Data yang dikumpulkan dari studi literatur adalah data sekunder dari dokumen-dokumen yang ada mengenai monografi Desa Purwasari, kegiatan penyuluhan di Desa Purwasari, data pokdakan di Desa Purwasari, dan efektivitas media audio visual dalam kegiatan penyuluhan. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kuesioner penelitian diuji terlebih dahulu untuk memastikan validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dan reliabilitas digunakan sebagai instrumen untuk menguatkan kuesioner. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur dan reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabula pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Effendi & Tukiran 2014). Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 20.0 menggunakan uji koefisien validitas product moment Pearson. Rumus untuk mendapatkan nilai kofisien korelasi product moment Pearson sebagaii berikut:
Keterangan:
22
rxy N X Y
= Koefisien korelasi suatu butir/item = Jumlah subyek = Skor untuk item/butir = Skor total
Untuk mengetahui terdapat hubungan atau tidak dapat dilihat dari signifikansi dan seberapa kuat hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi atau nilai-r. Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai-r. Jika nilai-r hitung lebih besar dari nilai-r tabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat konsistensi internal atau pernyataan-pernyataan tersebut mengukur aspek yang sama (Effendi & Tukiran 2014). Tabel 2 Hasil uji validitas kuesioner penelitian, 2016 Koefisien korelasi product moment Pearson (r) 0,678 0,715 0,759 0,826 0,686 0,759 0,850 0,691 0,729 0,690 0,823 0,881 0,889 0,779 0,688 0,676 0,973 0,692
Nomor item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Angka kritik tabel korelasi nilai-r adalah 0,632. Nilai-r hitung dari masingmasing item lebih besar dari nilai-r tabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat konsistensi internal pada pernyataan-pernyataan yang ada di kuesioner. Dan dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah valid. Uji reliabilitas dilakukan dengan uji koefisian reliabilitas Alpha-Cronbach. Reliabilitas dapat diuji dengan melihat koefisien Alpha dengan melakukan reliability analysis dengan software SPSS. Nilai koefisien Alpha-Cronbach untuk reliabilitas keseluruhan item didapat dengan rumus berikut: (
)
23
Keterangan : α = Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach K = Jumlah item pertayaan yang diuji 2 ∑Si = Jumlah varian skor item S2 = Varian skor test Menurut Guliford (1956) yang dikutip oleh Nurcahyanto (2015) pengambilan keputusan kuesioner reliabel yaitu jika nilai1,00 ≥ > 0,80 maka reliabilitas sangat tinggi, jika nilai 0,80 ≥ > 0,60 maka reliabilitas tinggi, nilai 0,60 ≥ > 0,40 maka reliabilitas sedang, jika nilai 0,40 ≥ > 0,20 maka reliabilitas rendah dan jika nilai -1,00 ≥ > 0,20 maka reliabilitas sangat rendah (tidak reliabel). Tabel 3 Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian, 2016 Peubah Perilaku Komunikasi Tingkat Komunikasi Interpersonal
Tingkat Keterdedahan Media Massa
Tingkat Partisipasi Sosial Efektivitas Media Video Peningkatan Pengetahuan Perubahan Sikap
Cronbach’s Alpha
Keterangan
0,730
Reliabel Tinggi
0,718
Reliabel Tinggi
0,706
Reliabel Tinggi
0,733
Reliabel Tinggi
0,914
Reliabel Sangat Tinggi
Hasil uji reliabilitas menunjukkan item-item yang ada dalam kuesioner penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi dan sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner pada penelitian ini dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan kata lain, kuesioner pada penelitian ini konsisten dalam mengukur suatu gejala yang sama. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh secara kualitatif seperti profil desa, rencana kegiatan tahunan penyuluh dan data sekunder lainnya dideskripsikan dan diinterpretasikan. Data primer yang diperoleh secara kuantitatif diproses melalui pengolahan data, yaitu menggunakan tabel frekuensi dan teknik uji variasi. Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi mengenai karakteristik khalayak, maka dilakukan pengkodean yang berlanjut pada tahap perhitungan presentase jawaban. Data tersebut diolah menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for Windows versi 21.0.
24
Pengujian hipotesis dilakukan melalui pengujian variasi tingkat pengetahuan dan sikap dengan Uji T. Uji T digunakan untuk menguji data skor pre-test dan post-test dengan menggunakan uji beda, yaitu paired sample T test untuk menguji data pada dua test dengan anggota kelompok yang sama dan independent sample T test untuk menguji data pada dua test dengan anggota kelompok yang berbeda. Pengambilan keputusan untuk Uji T adalah jika nilai Thitung < T-tabel , maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara dua test yang berbeda (terima H0). Sebaliknya jika nilai T-hitung > T-tabel maka terdapat perbedaan yang signifikan antara dua test yang berbeda (tolak H0, terima H1) (Widhiarso 2007). Pengujian hubungan secara non parametrik dengan prosedur korelasi Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman yaitu pengujian hubungan antar variabel yang didukung oleh program SPSS 21,0. Ketentuannya adalah apabila nilai signifikansi (sig-2 tailed) < α (0,05) maka terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan, sebaliknya jika nilai signifikansi > α (0,05), maka tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan. Apabila nilai signifikasi (sig-2 tailed) yang didapatkan lebih kecil dari α (0,05), dilanjutkan dengan melihat aturan nilai correlation coefficient sebagai berikut: 0,000 (tidak ada hubungan), 0,01-0,09 (hubungan kurang berarti), 0,10-0,29 (hubungan lemah), 0,30-0,49 (hubungan moderat atau sedang), 0,50-0,69 (hubungan kuat) 0,70-0,89 (hubungan sangat kuat, > 0,9 (hubungan mendekati sempurna) (Aslesmana 2016). Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Reduksi data dilakukan menurut data kualitatif yang diperoleh. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data berupa narasi, diagram, dan matriks. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada subyek penelitian, informan, dan dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian dituliskan dalam laporan skripsi. Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan skala pengukurannya. Variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut: A. Karakteristik individu adalah kondisi atau keadaan spesifik khalayak yang berkaitan langsung dengan dirinya, yang meliputi : 1. Usia merupakan lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan). Usia adalah lama waktu hidup subyek penelitian dari lahir hingga peneltian berlangsung berdasarkan hitungan tahun. Variabel usia diukur secara emik dan menggunakan skala ordinal dengan pembagian sebagai berikut:
25
: X < 24 tahun (skor 1) a. Muda b. Sedang : 24 ≤ X ≤ 35 tahun (skor 2) c. Tua : X > 35 tahun (skor 3) 2. Tingkat pendidikan diartikan sebagai jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh subyek penelitian sampai waktu penelitian berlangsung. Tingkat pendidikan diukur secara emik dan menggunakan skala ordinal dengan pembagian sebagai berikut: a. Rendah : Tidak sekolah dan SD/MI/Sederajat (skor 1) b. Sedang : SMP/MTs sederajat (skor 2) c. Tinggi : SMA/MA sederajat (skor 3) 3. Tingkat pendapatan diartikan sebagai jumlah uang yang didapatkan oleh subyek penelitian setiap bulannya. Tingkat pendapatan diukur secara emik dan menggunakan skala ordinal dengan pembagian sebagai berikut: a. Rendah : X < 1338497 (skor 1) : 1338497 ≤ X ≤ 3251503 (skor 2) b. Sedang c. Tinggi : X > 3251503 (skor 3) 4. Tingkat pengalaman adalah lamanya subyek penelitian membudidayakan ikan, yang dinyatakan dalam satuan tahun. Pengalaman diukur secara emik dan menggunakan skala ordinal dengan pembagian sebagai berikut: a. Rendah : X < 4 (skor 1) b. Sedang : 4 ≤ X ≤ 8 (skor 2) c. Tinggi : X > 8 (skor 3) B. Perilaku komunikasi adalah suatu cara individu berkomunikasi, memperoleh informasi baik melalui diskusi maupun melalui media massa seperti media cetak dan elektronik. 1. Tingkat komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan secara langsung dari komunikator ke komunikan yang biasa juga disebut komunikasi tatap muka, berupa aktivitas mereka dalam mencari dan memberi informasi dalam kehidupan sehari-hari diukur dari frekuensi dan intensitas mereka bertatap muka dalam kurun waktu tertentu (satu bulan). Komunikasi interpersonal diukur secara emik dan menggunakan skala ordinal yang dikategorikan sebagai berikut: a. Rendah : X < 11 (skor 1) b. Sedang : 11 ≤ X ≤ 13 (skor 2) c. Tinggi : X > 13 (skor 3) 2. Tingkat keterdedahan media massa adalah proses penyampian pesan secara tidak langsung melalui media massa, berupa aktivitas subyek penelitian dalam mencari informasi dalam kehidupan sehari-hari melalui media massa radio, televisi, koran, dan majalah diukur dari frekuensi dan intensitas mengakses media massa dalam kurun waktu tertentu (satu bulan). Variabel ini diukur secara emik dan menggunakan skala ordinal yang dikategorikan sebagai berikut: a. Rendah : X < 37 (skor 1) b. Sedang : 37 ≤ X ≤ 51 (skor 2) c. Tinggi : X > 51 (skor 3) 3. Tingkat partisipasi sosial adalah keterlibatan subyek penelitian dalam kegiatan sosial di lingkungannya, berupa kehadiran dalam kegiatan rutin seperti pengajian, hajatan, kerja bakti, pertemuan kelompok tani,
26
musyawarah desa, musyawarah RW, dan musyawarah RW dalam satu bulan terakhir. Variabel ini diukur secara emik dan menggunakan skala ordinal yang dikategorikan sebagai berikut: a. Rendah : X < 9 (skor 1) b. Sedang : 9 ≤ X ≤ 14 (skor 2) c. Tinggi : X > 14 (skor 3) C. Efektivitas media video adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri subyek subyek penelitian akibat keterpaan pesan-pesan yang ada pada media video. Perubahan yang terjadi dilihat pada aspek peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap subyek penelitian. 1. Peningkatan pengetahuan meliputi tingkat pemahaman subyek penelitian terhadap informasi yang disampaikan melalui penayangan video, berupa isi pesan dari materi video. Variabel ini diukur dengan melihat hasil selisih skor pre-test dan skor post-test. Skor test adalah data ordinal dengan selang awal atau nilai minimum 1 dan selang akhir atau nilai maksimum 100. Skor pengetahuan subyek penelitian dikategorikan sebagai berikut: a. Rendah : X < 35 b. Sedang : 35 ≤ X ≤ 68 c. Tinggi : X > 68 2. Perubahan sikap adalah perasaan khalayak terhadap video yang ditayangkan seperti, turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, serta muncul keinginan untuk melakukan apa yang disampaikan pada pesan video tersebut. Variabel ini diukur dengan melihat hasil pretest dan post-test dan diukur dengan skala interval dengan selang awal sangat tidak setuju (skor = 1) dan selang akhir sangat setuju (skor = 6). Skor pengetahuan subyek penelitian dikategorikan sebagai berikut: a. Rendah : X < 19 b. Sedang : 19 ≤ X ≤ 36 c. Tinggi : X > 36
27
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Desa Purwasari adalah hasil pemekaran dari Desa Petir Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor yang diresmikan pada tahun 1979 dan dipimpin oleh seorang kepala desa. Secara geografis Desa Purwasari berbatasan dengan beberapa desa, yaitu: (a) di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir Kecamatan Dramaga, (b) di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Petir Kecamatan Dramaga, (c) di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukajadi Kecamatan Taman Sari, dan (d) di sebelah Barat dengan Desa Situ Daun Kecamatan Tenjolaya. Secara administratif Desa Purwasari terdiri dari 3 dusun, 7 RW dan 30 RT. Secara topografis Desa Purwasari beriklim sedang dengan temperatur rata-rata 30 0 C pada siang hari, 28 0C pada malam hari, dengan ketinggian 568 mdpl diatas permukaan laut dan curah hujan rata-rata pertahunnya adalah 2000 mm sampai dengan 2500 mm. Jumlah penduduk di Desa Purwasari pada tahun 2014 yaitu 6884 jiwa dengan proporsi 3249 perempuan dan 3435 laki-laki. Desa Purwasari memiliki luas wilayah 210,746 ha. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting di Desa Purwasari. Sebanyak 81,99 persen dari lahan di Desa Purwasari merupakan lahan pertanian yang terdiri dari lahan pertanian, perikanan, dan peternakan. Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Purwasari dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Purwasari Kategori Penggunaan Lahan Pertanian Ladang/Tegalan Peternakan Perikanan Pekarangan Pemukiman Total
Luas (ha) 158,233 10,005 0,200 4,560 1,491 36,257 210,746
Persentase (%) 75,08 4,75 0,09 2,16 0,72 17,20 100,00
Sumber: Data monografi Desa Purwasari 2014
Lahan pertanian di Desa Purwasari adalah tanah persawahan dengan komoditas padi sawah. Selain padi komoditas yang diproduksi di Desa Purwasari adalah palawija seperti Ubi Kayu, Ubi Jalar, dan Talas serta sayuran seperti Mentimun, Buncis dan Kacang Panjang. Di samping pertanian sawah dan ladang, ada usaha tani perikanan dan peternakan yang menjadi pilihan warga Desa Purwasari. Di peternakan Ayam Buras dan Kambing menjadi komoditas pilihan para warga.Untuk perikanan, komoditas Ikan Gurame menjadi komoditas utama yang dihasilkan oleh para pembudidaya ikan di Desa Purwasari. Komoditas perikanan lain selain Ikan Gurame adalah Ikan Mas, Ikan Lele, dan Ikan Hias.
28
Luasnya lahan pertanian yang ada di Desa Purwasari diikuti oleh mata pencaharian yang dilakukan oleh para warga Desa Purwasari. Sebanyak 52,09 persen dari jumlah penduduk yang bekerja di Desa Purwasari bekerja di sektor pertanian. Jumlah dan persentase penduduk yang bekerja di Desa Purwasari dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk yang bekerja di Desa Purwasari Mata Pencaharian Penduduk PNS POLRI Swasta Pedagang Pertanian/Buruh Tani Petani Pembudidaya Ikan Peternak Pertukangan Buruh Pensiunan Pemulung Jasa Total
Jumlah (n) 36 2 496 507
Persentase ( % ) 1,05 0,06 14,52 14,84
1.586 124 70 72 424 17 7 76 3.417
46,41 3,63 2,05 2,11 12,41 0,50 0,20 2,22 100,00
Sumber: Data monografi Desa Purwasari 2014
Di Desa Purwasari sendiri sudah ada kelembagaan pertanian yang memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang bekerja di sektor pertanian. Terdapat empat kelompok tani (Poktan) dan satu gabungan kelompok tani (gapoktan) di Desa Purwasari. Selain poktan dan gapoktan, ada dua kelompok ternak dan delapan kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan). Tabel 6 Data pokdakan Desa Purwasari No
Nama Pokdakan Mina Sari Bakti Mina Hegarmanah Mina Mekarsari Mina Kramatsari Wargi Mandiri
Jumlah Anggota 16 15 16 15 12
Tahun Berdiri 2008 2008 2011 2011 2012
Kelas Kelompok Pemula Pemula Pemula Pemula Pemula
1 2 3 4 5 6
Harum Sari Bakti
20
2011
Pemula
7 8
Mina Generasi Berkah Mandiri
20 10
2011 2013
Pemula Pemula
Nama Ketua Iyus Cecep Wahyudin Baban S Engkon A. Rahman Mad Ali Anwar
Sumber: Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Desa Purwasari 2016
Pokdakan adalah kumpulan pembudidaya ikan yang terorganisir, mempunyai pengurus, aturan-aturan serta tumbuh dan berkembang atas dasar perasaan saling tertarik, karena kebutuhan akan tukar menukar informasi untuk
29
saling melengkapi dan kesamaan kepentingan dan kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan sumber daya) untuk mengembangkan usaha perikanan anggotanya (Windiarti dan Ma’ruf 2015). Data mengenai pokdakan di Desa Purwasari dapat dilihat pada Tabel 6. Pokdakan-pokdakan yang ada di Desa Purwasari tergolong ke dalam kelas kelompok pemula. Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012, Kelompok Pemula adalah kelas kelompok pelaku utama perikanan dengan nilai terbawah dan terendah pada batas skoring penilaian dari 0 sampai dengan 350 dari segi kemampuannya dalam penguasaan teknologi, pengorganisasian, skala usaha, kemampuan permodalan, kemitraan/kerja sama, dan akses informasi pasar, serta diberikan piagam pengukuhan yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan sumber daya manusia (SDM) untuk berbudidaya ikan masih rendah. Menurut salah satu pembudidaya ikan, hal ini disebabkan oleh pengalaman anggota pokdakan yang masih sedikit. Jika melihat tingkat pendidikan penduduk Desa Purwasari secara keseluruhan, tingkat pendidikan penduduk Desa Purwasari sebagian besar merupakan tamatan SD (Sekolah Dasar) / MI (Madrasah Ibtidaiyah) sederajat, yaitu sebanyak 29,32 persen. Jumlah dan persentasae tingkat pendidikan penduduk Desa Purwasari dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk Desa Purwasari berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Penduduk Tidak Tamat SD/MI sederajat Tamat SD/MI sederajat Tamat SMP/MTs sederajat Tamat SMA/MA sederajat D1 D2 D3 S1 S2 Lain – lain Total
Jumlah (n) 855 2.487 1.494 428 3 16 19 35 2 1.545 6.884
Persentase ( % ) 12,61 29,32 14,67 4,69 0,04 0,23 0,28 0,51 0,02 22,81 100,00
Sumber: Data monografi Desa Purwasari 2014
Menurut salah satu warga Desa Purwasari, sebagian besar penduduk merupakan tamatan SD/MI sederajat karena warga memilih untuk bekerja daripada melanjutkan pendidikan mereka ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk tingkat pendidikan lain-lain, warga menempuh pendidikan non-formal di pondok pesantren untuk belajar tentang agama. Penyuluhan Perikanan di Lokasi Kemampuan pembudidaya ikan yang rendah harus didukung oleh kegiatan penyuluhan perikanan yang mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
30
mereka. Kegiatan penyuluhan perikanan Desa Purwasari berada pada pengawasan Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan (BP3K) VII Dramaga. Desa Purwasari secara wilayah kerja merupakan bagian dari Wilayah Kerja binaan BP3K VII Dramaga yang berada di Wilayah Kecamatan Dramaga. Menurut penjelasan Bapak Towapa sebagai PPL Desa Purwasari, sudah banyak kegiatan penyuluhan perikanan di Desa Purwasari diantaranya adalah kolam jaring apung, kolam terpal Lele, teknologi biofloc Lele, pembenihan Gurame, budidaya Cacing Sutra, dan mina padi. Bapak Didin sebagai Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS) Desa Purwasari menjelaskan bahwa metode yang digunakan untuk penyuluhan perikanan adalah memberikan ceramah dan demonstrasi. Salah satu ketua Pokdakan mengatakan bahwa kegiatan penyuluhan perikanan di Desa Purwasari sudah lama ada, namun belum bisa menyentuh kepada para anggota Pokdakan di Desa Purwasari. Menurut keterangan salah satu informan, PPL dan PPS di Desa Purwasari saat ini tidak menguasai ranah perikanan, berbeda dengan PPL sebelumnya yang memang mengerti tentang kegiatan perikanan budidaya. Materi Video Video yang ditampilkan di penelitian ini berjudul “BMC – Pembuatan Probiotik untuk Pakan Ikan”. Video ini dapat diakses di URL https://www.youtube.com/watch?v=_-cpwJAUgkI. Video berdurasi 9 menit 7 detik ini berisi tentang tata cara pembuatan Pakan Probiotik untuk Pakan Ikan. Video ini diunggah di Youtube pada tanggal 7 Juni 2015 oleh user Ariv Sartana. Video ini dibuat oleh Bapeluh Media Center (Badan Penyuluh Media Center) dengan demonstrator Hilda Darwin, S.Pi. seorang Penyuluh Perikanan Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Probiotik menurut Fuller (1987) yang dikutip oleh Arief et al. (2014) adalah produk yang tersusun oleh biakan mikroba atau pakan alami mikroskopik yang bersifat menguntungkan dan memberikan dampak bagi peningkatan keseimbangan mikroba saluran usus hewan inang. Setiawati et al. (2013) menjelaskan keuntungan-keuntungan menggunakan probiotik untuk pakan ikan budidaya adalah sebagai berikut: peningkatan performa pertumbuhan, efisiensi pakan, kecernaan nutrisi, efektivitas enzim-enzim pencernaan, mendukung dominasi organisme menguntungkan, menghambat patogen berbahaya dan meningkatkan sistem imun dengan mengaplikasikan probiotik.
Gambar 3 Beberapa frame gambar (screenshot) dalam video penyuluhan perikanan Pembukaan video ini mengenalkan demonstrator yang merupakan salah seorang penyuluh perikanan di Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam
31
Provinsi Sumatera Barat. Setelah itu terdapat frame-frame yang menunjukkan keadaan kolam para pembudidaya ikan. Selanjutnya video ini menjelaskan secara rinci bagaimana cara membuat pakan ikan probiotik mulai dari: (1) bahan-bahan yang dibutuhkan yaitu 5 liter air kelapa, 2 liter air cucian beras, 0,5 liter air tebu, 1,5 liter sari buah (nanas atau pepaya), 1 liter air gula merah dari 1 kg gula merah, dan 5 tutup botol biang bakteri probiotik; (2) alat-alat yang dibutuhkan, tahapan cara membuat pakan probiotik yaitu: 1 buah ember besar, 4 buah ember kecil, 1 buah jerigen isi 10 liter, 1 buah blender, 1 buah saringan santan, dan 1 buah alat pengaduk; (3) tahapan cara membuat probiotik untuk pakan ikan; (4) tahapan cara menggunakan probiotik pada pakan ikan; dan (5) testimoni dari para petani ikan (pembudidaya ikan) tentang pengalaman mereka menggunakan pakan probiotik. Menurut para petani ikan yang sudah menggunakan pakan probioitik di video ini, mereka menjadi lebih untung menggunakan probiotik karena panen yang dihasilkan lebih banyak, penggunaan pakan menjadi lebih sedikit, dan larva ikan yang bisa bertahan hidup lebih banyak. Karakteristik Subyek penelitian Subyek penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah anggota dari Pokdakan Mina Sari Bakti 16 orang, Mina Hegarmanah 15 orang, Mina Mekarsari 16 orang, Mina Kramatsari 15 orang, Wargi Mandiri 12 orang, Harum Sari Bakti 20 orang, Mina Generasi 20 orang dan Berkah Mandiri 10 orang. Subyek penelitian dipilih secara acak baik laki-laki maupun perempuan, yaitu 40 orang (20 orang masuk ke dalam kelompok eksperimen dan 20 orang masuk ke dalam kelompok kontrol). Jumlah dan persentase subyek penelitian berdasarkan karakteristik individu dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8, usia subyek penelitian mayoritas berada pada kategori Muda yaitu sebanyak 37,50 persen dari jumlah subyek penelitian. Adapun 35,00 persen dari jumlah subyek penelitian berada pada kategori Sedang dan 27,50 persen dari jumlah subyek penelitian berada pada kategori Tua. Beberapa pokdakan yang ada di Desa Purwasari mayoritas diisi oleh para pemuda yang berada di wilayah Desa Purwasari. Hal ini dilakukan karena pokdakan memiliki tujuan untuk melakukan pembinaan kepada para pemuda yang ada di Desa Purwasari. “...kalau disini memang kebanyakan anak muda dek anggotanya. Karena di kelompok ingin melakukan pembinaan ke anak muda yang ada di Purwasari, ...” (W, 34 tahun) Tingkat pendidikan subyek penelitian mayoritas ada di kategori Tinggi, yaitu sebanyak 55 persen. Artinya mayoritas subyek penelitian adalah lulusan SMA/MA Sederajat. Selain itu 35 persen dari jumlah subyek penelitian berada ada di kategori Sedang yaitu lulusan SMP/MTs Sederajat dan 10 persen subyek penelitian ada di kategori rendah yaitu lulusan SD/MI Sederajat dan Tidak Sekolah. Desa Purwasari memiliki satu SMA yaitu SMA Darussalam dan menjadi pilihan para warga untuk melanjutkan tingkat pendidikan mereka ke tingkat yang lebih tinggi.
32
Tingkat pendapatan subyek penelitian mayoritas ada di kategori Sedang, yaitu sebanyak 40 persen dari jumlah subyek penelitian. 37,50 persen subyek penelitian berada di kategori Rendah dan 22,50 persen berada di kategori tinggi. Mata pencaharian subyek penelitian yang berada di kategori sedang dan rendah adalah petani, pembudidaya ikan, dan buruh. Para pembudidaya ikan pun usahanya sedang tidak beroperasi karena minimnya modal dan bantuan dari BP3K ke pokdakan. Dan subyek penelitian yang ada di kategori tinggi mata pencahariannya adalah pedagang dan pembudidaya ikan yang memiliki usaha dengan skala besar. “...Alhamdulillah de, kolam saya ga cuma ada satu, di lebak sana masih ada satu kolam punya saya...” (A, 45 tahun)
Tabel 8 Jumlah dan persentase subyek penelitian berdasarkan karakteristik individu, 2016 Karakteristik Subyek penelitian Usia
Kategori
Jumlah (n)
Persentase (%)
Muda Sedang Tua
15 14 11
37,50 35,00 27,50
Tingkat Pendidikan
Rendah Sedang Tinggi
7 10 23
17,50 25,00 57,50
Tingkat Pendapatan
Rendah Sedang Tinggi
15 16 9
37,50 40,00 22,50
Pengalaman
Belum berpengalaman Cukup berpengalaman Berpengalaman
14
35,00
13
32,50
13
32.50
Rataan
Kisaran
30 tahun
18-55 tahun
SMA/Sederajat
SD/SederajatSMA/Sederajat
Rp. 2.295.00
Rp. 200.000 – Rp. 8.000.000
5 tahun
1-20 tahun
Keterangan: n=40
Tingkat pengalaman subyek penelitian dalam berbudidaya ikan mayoritas ada di kategori Belum berpengalaman, yaitu sebanyak 35 persen. 32,50 persen subyek penelitian masing-masing berada di kategori cukup berpengalaman dan berpengalaman. Beberapa pokdakan memiliki tujuan untuk melakukan pembinaan kepada para pemuda di Desa Purwasari. Oleh karena itu anggota-anggota pokdakan masih belum memiliki pengalaman yang cukup untuk berbudidaya ikan. Perilaku Komunikasi Perilaku komunikasi adalah suatu cara individu berkomunikasi, memperoleh informasi baik melalui diskusi maupun melalui media massa seperti media cetak dan elektronik. Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan secara langsung dari komunikator ke komunikan yang biasa juga disebut
33
komunikasi tatap muka, berupa aktivitas mereka dalam mencari dan memberi informasi dalam kehidupan sehari-hari diukur dari frekuensi dan intensitas mereka bertatap muka dalam kurun waktu tertentu (satu bulan). Keterdedahan media massa adalah proses penyampian pesan secara tidak langsung melalui media massa, berupa aktivitas subyek penelitian dalam mencari informasi dalam kehidupan sehari-hari melalui media massa radio, televisi, koran, dan majalah diukur dari frekuensi dan intensitas mengakses media massa dalam kurun waktu tertentu (satu bulan). Partisipasi sosial adalah keterlibatan subyek penelitian dalam kegiatan sosial di lingkungannya, berupa kehadiran dalam kegiatan rutin seperti pengajian, hajatan, kerja bakti, pertemuan kelompok tani, musyawarah desa, musyawarah RW, dan musyawarah RW dalam satu bulan terakhir. Tabel 9 Jumlah dan persentase subyek penelitian berdasarkan perilaku komunikasi, 2016 Perilaku Komunikasi Tingkat Komunikasi Interpersonal* Tingkat Keterdedahan Media Massa** Tingkat Partisipasi Sosial***
Rendah (%)
Persentase Sedang Tinggi (%) (%)
Total
Rataan Skor
Rentang Skor
45,00
10,00
45,00
100,00
12,00
7-17
47,50
15,00
37,50
100,00
44,00
12-68
30,00
50,00
20,00
100,00
12,00
6-37
Keterangan: *minimum=5, maksimum=20; **minimum=4,maksimum=120; ***minimum=7,maksimum=120
Tingkat komunikasi interpersonal rendah artinya frekuensi subyek penellitian untuk berdiskusi tentang perikanan budidaya dengan orang-orang yang berada di sekitarnya rendah. Sebaliknya maksud dari tingkat komunikasi interpersonal yang tinggi adalah subyek penelitian tersebut sering untuk berdiskusi tentang perikanan budidaya dengan orang-orang yang berada di sekitarnya.Tingkat komunikasi interpersonal subyek penelitian 45 persen ada di kategori Rendah dan Tinggi. 10 persen dari subyek penelitian berada di kategori Sedang. Subyek penelitian yang ada di kategori Rendah adalah anggota-anggota baru yang ada di pokdakan yang masih belum terbiasa untuk membicarakan atau berdiskusi tentang budidaya ikan dengan keluarga, teman, tetangga, penyuluh lapang dan anggota pokdakan yang lain. Subyek penelitian yang ada di kategori Tinggi adalah para pengurus pokdakan yang terbiasa untuk berdiskusi tentang budidaya ikan dengan penyuluh lapang di Desa Purwasari. Selain itu, subyek penelitian yang memiliki tingkat pengalaman tinggi pun sering berdiskusi tentang
34
budidaya ikan dengan keluarga mereka dan mereka pun sering memberikan arahan kepada para anggota baru yang ada di pokdakan. “...ya kita sebagai pengurus sering sih ngobrol dengan PPL di sini tentang budidaya ikan.Kita juga disini jadi jembatan lah buat para anggota-anggota kita yang jarang ngobrol sama PPL..” (S, 35 tahun) Tingkat keterdedahan media massa yang tinggi artinya subyek penelitian sering mencari dan mendapatkan informasi melalui media massa seperti TV, radio, majalah dan koran. Sebaliknya, tingkat keterdedahan media massa subyek penelitian yang rendah artinya subyek penelitian jarang untuk mencari dan mendapatkan informasi melalui media massa. Subyek penelitian mayoritas ada di kategori Rendah, yaitu sebanyak 47,50 persen. 37,50 persen ada di kategori Rendah dan 15,00 persen ada di kategori Sedang. Subyek penelitian yang berada di kategori Rendah memiliki akses yang rendah terhadap media massa khsususnya media cetak seperti Koran dan Majalah. Kegiatan menonton televisi (TV) dan mendengarkan radio pun jarang mereka lakukan karena kesibukan aktivitas mereka untuk bekerja. “...aduh de saya mah ga pernah baca koran apalagi majalah, nonton TV aja jarang, paling malem nonton si Boy...” (MA, 34 tahun) Tingkat partisipasi sosial yang tinggi artinya subyek subyek penelitian itu sering menghadiri acara dan ikut serta pada kegiatan kelompok yang ada di sekitar lingkungannya. Sebaliknya tingkat partisipasi sosial yang rendah artinya subyek subyek penelitian jarang menghadiri acara dan ikut serta pada kegiatan kelompok yang ada di sekitar lingkungannya. Subyek penelitian mayoritas ada di tingkat Sedang yaitu sebanyak 50 persen. 30 persen ada di kategori Rendah dan 20 persen ada di kategori Tinggi. Hal tersebut dikarenakan pertemuan pokdakan dilakukan 1 bulan sekali atau 2 bulan sekali tergantung kebutuhan kelompok. Musyawarah desa, RT, dan RW yang hanya melibatkan staff desa, ketua RT, dan ketua RW yang diadakan sesuai kebutuhan masing-masing wilayah.
35
EFEKTIVITAS MEDIA VIDEO PENYULUHAN PERIKANAN
Komunikasi yang efektif adalah saat pesan yang disampaikan oleh sumber dapat diterima oleh penerima sesuai dengan tujuannya. Efektivitas media video penyuluhan perikanan dapat diketahui melalui aspek pengetahuan dan sikap. Pada penelitian ini media video dikatakan efektif jika terdapat peningkatan pengetahuan dan perubahan penilaian sikap subyek penelitian setelah menonton video tersebut. Aspek Pengetahuan Komponen pengetahuan yang diujikan adalah beberapa pertanyaan mengenai pengertian probiotik, alat dan bahan untuk membuat probiotik, cara membuat probiotik untuk pakan ikan, penggunaan probiotik pada pakan ikan, serta manfaat penggunaan probiotik pada pakan ikan. Pengetahuan Awal Pengetahuan awal subyek penelitian adalah pengetahuan subyek penelitian sebelum diterpa atau ditayangkan video penyuluhan perikanan dan sebelum mengisi kuesioner post-test yang diukur dengan melakukan pre-test .Rataan skor pre-test pengetahuan dapat dilhat pada Tabel 10. Tabel 10 Rataan skor pre-test pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2016 Pengetahuan* Pengertian Probiotik a Alat & Bahan untuk Membuat Probiotik b Cara Membuat Probiotik untuk Pakan Ikan c Penggunaan Probiotik pada Pakan Ikan d
Rataan Skor
Eksperimen Rentang Standar Skor Deviasi
Rataan Skor
Kontrol Rentang Skor
Standar Deviasi
6,80
3-9
1,96
6,65
5-9
1,35
8,70
5 - 12
2,43
7,65
4 - 11
1,93
6,55
2 - 10
2,26
5,75
3 - 12
2,25
6,55
1 - 14
3,14
6,75
3 - 14
3,02
Manfaat Penggunaan 6,20 1 - 13 2,78 5,40 2-9 1,93 Probiotik pada e Pakan Ikan TOTAL 34,80 12 - 58 12,57 32,20 17 - 55 10,48 Keterangan : *Skor minimum-maksimum: (a) = 1-11; (b) = 1-26; (c) = 1-22; (d) = 1-24; (e) = 117
36
Tabel 10 memperlihatkan bahwa ada perbedaan rataan skor pengetahuan awal pada setiap kelompok subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan awal subyek penelitian relatif rendah, yaitu kelompok eksperimen rata-rata memperoleh skor 34,80 dan kelompok kontrol mendapatkan skor 32,20 dibanding skor tertinggi yang mungkin tercapai yaitu 100. Subyek penelitian pada kedua kelompok memiliki skor tertinggi pada aspek pengetahuan tentang alat dan bahan untuk membuat probiotik. Hal ini dikarenakan subyek penelitian yang sudah terbiasa dan paham dengan hal teknis untuk berbudidaya ikan. Untuk mengetahui apakah perbedaan pengetahuan awal subyek penelitian tersebut signifikan atau tidak, dilakukan uji-T independent sample test. Hasil uji-T menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rataan skor pengetahuan awal subyek penelitian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (1,318 < 2,024). Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan awal antar kedua kelompok subyek penelitian adalah homogen, kedua kelompok subyek penelitian meiliki tingkat pengetahuan awal yang sama tentang penggunaan probiotik untuk pakan ikan. Informasi tentang penggunaan prbiotik pada pakan ikan untuk kedua kelompok merupakan suatu hal yang baru, secara teknis mereka belum mengetahui apa itu probiotik dan bagaimana cara menggunakan probiotik untuk pakan ikan. Subyek penelitian sendiri masih memberikan pakan ikan menggunakan pakan ikan alami. “...kita disini belum ada yang pake probiotik itu, saya aja gatahu apa itu probiotik. Disini mah ngasih pakan ke ikan biasa aja, pake pelet atau pake pakan alami kaya artemia sama cacing darah...” (AS, 29 tahun) Pengetahuan Akhir Pengetahuan akhir subyek penelitian setelah ditayangkan video penyuluhan perikanan tentang penggunaan probiotik untuk pakan ikan diukur dengan melakukan post-test. Rataan skor post-test pengetahuan kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 11. Setelah melakukan post-test kita bisa mengetahui apakah ada peningkatan pengetahuan yang dialami oleh subyek penelitian. Peningkatan pengetahuan subyek penelitian diukur dari selisih nilai pre-test dan nilai post-test pengetahuan subyek penelitian. Komponen pertanyaan pada aspek pengetahuan sama dengan pre-test. Terdapat perbedaan rataan skor post-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yang mendapatkan treatment tayangan video tentang penggunaan probiotik memiliki rataan skor post-test 53,75 dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatment tayangan video memiliki rataaan skor post-test 33,70. Skor tertinggi pada kedua kelompok terdapat pada aspek pengetahuan alat dan bahan untuk membuat probiotik. Tabel 11 menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Terdapat perbedaan rataan skor peningkatan pengetahuan subyek penelitian antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen rata-rata adalah 18,95 dan rataaan skor peningkatan pengetahuan kelompok kontrol adalah 1,50. Aspek
37
penggunaan probiotik pada pakan ikan adalah aspek yang mengalami peningkatan pengetahuan terbesar pada kelompok eksperimen. Tabel 11 Rataan skor post-test dan peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2016 Rataan Skor Pengetahuan* Pengertian Probiotik a Alat & Bahan untuk Membuat Probiotik b
Cara Membuat Probiotik untuk Pakan Ikan c Penggunaan Probiotik pada Pakan Ikan d
Kelompok Eksperimen Peningkatan Post-test Pengetahuan
Kelompok Kontrol Peningkatan Post-test Pengetahuan
8,90
2,10
6,95
0,30
13,25
4,55
8,15
0,50
9,40
2,85
5,90
0,15
12,95
6,40
6,80
0,05
Manfaat Penggunaan 9,25 3,05 5,90 0,50 Probiotik pada e Pakan Ikan TOTAL 53,75 18,95 33,70 1,50 Keterangan : *Skor minimum-maksimum: (a) = 1-11; (b) = 1-26; (c) = 1-22; (d) = 1-24; (e) = 1-17
“...videonya bagus, sekarang saya jadi tahu tentang probiotik. Cara menggunakannya juga saya jadi tahu gimana caranya,habis probiotiknya disemprot harus dikeringanginkan dulu, ga bisa kalau langsung dikasih ke ikan...” (A, 20 tahun). Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengetahuan akhir subyek penelitian pada tiap kelompok dilakukan uji-T paired sample test untuk skor pretest dan post-test kedua kelompok dan uji-T independent sample test untuk skor post-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil uji-T didapatkan bahwa pengetahuan subyek penelitian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol meningkat sangat signifikan (nilai sig < 0,01). Melihat dari hasil T-hitung, untuk kelompok eksperimen T-hitung lebih besar dari T-tabel (-6,953 > 2,093) begitu pun dengan kelompok kontrol (4,807 > 2,093). Dari hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa subyek penelitian pada kedua kelompok mengalami peningkatan pengetahuan yang sangat signifikan. Selain itu terdapat perbedaan yang signifikan antara rataan skor pengetahuan akhir subyek penelitian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (nilai sig < 0,01) dengan nilai T-hitung lebih besar dari T-tabel (7,522 > 2,060). Dari hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan skor post-
38
test yang sangat signifikan antara subyek penelitian pada kedua kelompok. Skor post-test subyek penelitian kelompok eksperimen lebih tinggi daripada skor posttest subyek penelitian kelompok kontrol. Peningkatan pengetahuan yang terjadi pada subyek penelitian kelompok eksperimen lebih tinggi daripada peningkatan pengetahuan yang terjadi pada subyek penelitian kelompok kontrol. Pengaruh Video terhadap Peningkatan Pengetahuan Subyek penelitian Dalam desain penelitian ini, ada dua kelompok perlakuan yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang mendapatkan perlakuan menonton tayangan video penyuluhan perikanan sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan menonton tayangan video penyuluhan perikanan. Peningkatan pengetahuan subyek penelitian pada masing-masing kelompok tertera pada Tabel 12. Tabel 12 Rataan skor pengetahuan awal, pengetahuan akhir, dan peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2016 Rataan Skor Pengetahuan Awal Pengetahuan Akhir Peningkatan Pengetahuan
Kelompok Eksperimen 34,80 53,75 18,95
Kelompok Kontrol 32,20 33,70 0,05
T-hitung 1,318 7,522** 6,361**
Keterangan: ** nilai sig < 0,01
Tabel 12 menunjukkan adanya perbedaan rataan skor peningkatan pengetahuan antara subyek penelitian kelompok eksperimen dan subyek penelitian kelompok kontrol. Rataan skor peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan menonton tayangan video tentang penggunaan probiotik pada pakan ikan dan membuat subyek penelitian menjadi lebih mengetahui tentang penggunaan probiotik pada pakan ikan. Untuk melihat apakah terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka dilakukan uji-T. Hasil uji-T menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (nilai sig < 0,01). Peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Pemberian perlakuan yang berbeda memberikan pengaruh kepada subyek penelitian untuk menangkap pesan yang disampaikan (Septiana 2008). Dari hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa media video efektif untuk meningkatkan pengetahuan pembudidaya ikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Tiffon dan Combes dalam Schramm (1984) yang dikutip oleh Septiana (2008), yang menyatakan bahwa video mampu menyampaikan pesan dengan cara-cara yang lebih konkrit dan jelas daripada pesan yang disampaikan melalui kata-kata yang terucap atau kata-kata yang tercetak. Pembuatan video yang didesain semudah mungkin untuk dicerna merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat mudah dalam penerimaan pesan. Perpaduan unsur audio dan visual, juga memudahkan perancang media video untuk mendesain bentuk pesan yang dapat
39
diterima dengan jelas oleh masyarakat (Septiana 2008). Penelitian Iskandar (2005) membuktikan bahwa medium video yang mengandung unsur suara dan pesan visual dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang pupuk agrodyke di Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Keefektivan medium video untuk meningkatkan pengetahuan petani juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Benunur (2006) terhadap petani Kakao di kecamatan Amahi, Maluku Tengah. Aspek Sikap Komponen sikap yang diujikan adalah beberapa pernyataan mengenai penilaian subyek penelitian mengenai probiotik pada pakan ikan. Aspek sikap dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu proses adopsi inovasi yaitu keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas, observabilitas. Sikap Awal Sikap awal subyek penelitian adalah sikap subyek penelitian sebelum diterpa atau ditayangkan video penyuluhan perikanan dan sebelum mengisi kuesioner post-test yang diukur dengan melakukan pre-test .Rataan skor pre-test sikap dapat dilhat pada Tabel 13. Berdasarkan tabel 13, secara umum subyek penelitian sudah setuju tentang penggunaan probiotik pada pakan ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sikap subyek penelitian kelompok eksperimen tinggi terhadap probiotik, yaitu rata-rata memperoleh skor 40,45 dibanding skor tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 54. Sedangkan sikap subyek penelitian kelompok kontrol terhadap probiotik secara umum sedang, yaitu rata-rata memperoleh skor 39,15. Tabel 13 Rataan skor pre-test sikap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2016 Sikap* Keuntungan relatifa Kompatibilitasb Kompleksitasc Triabilitasd Observabilitase TOTAL
Eksperimen Rataan Rentang Standar Skor Skor Deviasi
Kontrol Rataan Rentang Standar Skor Skor Deviasi
9,30
5 - 12
2,07
9,35
6 - 12
1,66
8,65 4,35 4,55 13,60 40,45
4 - 12 2-6 1-6 7 - 18 19 - 54
2,42 1,09 1,32 3,89 10,79
7,75 3,65 4,15 14,25 39,15
3 - 12 1-6 1-6 8 - 18 19 - 54
2,74 1,31 1,35 2,83 9,89
Keterangan: *Skor minimum-skor maksimum: (a) = 2-12; (b) = 2-12; (c) = 1-6; (d) = 1-6; (e) = 318
Pada kelompok eksperimen skor tertinggi yang mereka tunjukkan untuk aspek sikap adalah terdapat pada poin pakan probiotik yang dapat membuat panen ikan banyak (observabilitas) dan untuk subyek penelitian pada kelompok kontrol skor tertinggi untuk sikap terdapat terdapat pada poin probiotik dapat mencegah penyakit pada ikan (observabilitas). Subyek penelitian pada kedua kelompok
40
merasa penggunaan probiotik adalah hal yang baik untuk usaha budidaya mereka ke depannya. Untuk mengetahui apakah perbedaan pengetahuan awal subyek penelitian tersebut signifikan atau tidak, dilakukan uji-T independent sample test. Hasil uji-T menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rataan skor sikap awal subyek penelitian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (0,556 < 2,024). Hal ini menggambarkan bahwa tingkat sikap awal antar kedua kelompok subyek penelitian adalah homogen, kedua kelompok subyek penelitian memiliki tingkat sikap yang sama tentang penggunaan probiotik untuk pakan ikan. Mereka merasa penggunaan probiotik adalah hal yang baik untuk usaha budidaya mereka, namun mereka merasa masih belum yakin sepenuhnya terhadap penggunaan probiotik untuk pakan ikan karena mereka belum pernah menggunakan probiotik untuk pakan ikan mereka. “... saya mah setuju-setuju aja A, tapi saya juga belum tahu pasti karena saya belum pernah liat probiotik itu kaya gimana dan gatahu cara make nya atau manfaat nya juga kaya gimana. Mungkin nanti kalau udah make sekali dua kali baru tahu hasilnya gimana...” (H, 27 tahun) Sikap Akhir Sikap akhir subyek penelitian setelah ditayangkan video penyuluhan perikanan tentang penggunaan probiotik untuk pakan ikan diukur dengan melakukan post-test. Perubahan sikap subyek penelitian diukur dari selisih nilai pre-test dan nilai post-test sikap subyek penelitian. Komponen pernyataan pada aspek sikap sama dengan pre-test. Rataan skor post-test sikap kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 memperlihatkan bahwa ada perbedaan rataan skor sikap akhir pada setiap kelompok subyek penelitian. Kelompok eksperimen yang mendapatkan treatment tayangan video tentang penggunaan probiotik memiliki rataan skor post-test 41,65 dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatment tayangan video memiliki rataaan skor post-test 39,40. Skor sikap tertinggi pada kelompok eksperimen terdapat pada poin pakan probiotik dapat membuat panen ikan banyak (Keuntungan relatif) dan skor sikap tertinggi pada kelompok kontrol terdapat pada poin probiotik dapat mencegah penyakit (Observabilitas). Terdapat perbedaan rataan skor perubahan sikap pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rataan skor perubahan sikap kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rataan skor perubahan sikap kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen rataan skor perubahan sikap adalah 1,20 dan pada kelompok kontrol perubahan sikap meningkat rata-rata 0,25. Peningkatan rataan skor sikap paling tinggi kelompok eksperimen ada pada poin penggunan probiotik menguntungkan (Keuntungan relatif). Artinya, subyek penelitian merasa jika mereka menggunakan probiotik untuk pakan ikan mereka maka mereka akan mendapatkan keuntungan yang besar. Dan peningkatan rataan skor sikap paling tinggi kelompok kontrol ada pada poin probiotik mudah dibuat (Kompleksitas). “...kalau menurut saya sih kalau pake probiotik itu lebih menguntungkan, karena penggunaan pakan untuk ikan jadi lebih sedikit. Pakan yang kita kasih sedikit tapi panennya bisa lebih
41
banyak atau sama dengan panen yang didapat kalau kita ngasih pakan seperti biasa...” (A, 26 tahun). Tabel 14 Rataan skor post-test sikap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2016 Rataan Skor Sikap* Keuntungan relatifa Kompatibilitasb Kompleksitasc Triabilitasd Observabilitase TOTAL
Eksperimen Post-test Perubahan Sikap 10,35 1,05 8,55 -0,10 4,25 -0,10 4,50 -0,05 14,00 0,40 41,65 1,20
Kontrol Post-test Perubahan Sikap 9,35 0,00 7,75 0,00 3,80 0,15 4,25 0,10 14,25 0,00 39,40 0,25
Keterangan: *Skor minimum-skor maksimum: (a) = 2-12; (b) = 2-12; (c) = 1-6; (d) = 1-6; (e) = 318
Namun tidak semua aspek mengalami peningkatan skor untuk perubahan sikap. Terlihat pada kelompok eksperimen terdapat beberapa aspek sikap yang mengalami penurunan skor. Penurunan skor terbesar berada pada aspek biaya pembuatan probiotik murah (Kompatibilitas). Setelah menonton tayangan video, subyek penelitian jadi lebih tahu tentang bagaimana cara membuat probiotik untuk pakan ikan dan subyek penelitian pada kelompok eksperimen merasa biaya yang dibutuhkan untuk membuat probiotik tidaklah sedikit. “...kalau dilihat dari cara membuatnya agak ribet sih, terus juga kalau dilihat dari bahan-bahan yang dibutuhkan gak sedikit biaya yang harus ada buat bikin probiotik...” (E, 28 tahun) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan sikap akhir subyek penelitian pada tiap kelompok dilakukan uji-T paired sample test untuk skor pre-test dan post-test kedua kelompok dan uji-T independent sample test untuk skor post-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji-T, sikap subyek penelitian pada kelompok eksperimen meningkat namun tidak signifikan (nilai sig -0,921 < 2,093). Begitu juga kelompok kontrol, sikap subyek penelitian meningkat namun tidak signifikan (nilai sig -1,561 < 2,093). Selain itu tidak terdapat perbedaan yang signifikan terrhadap rataan skor sikap akhir subyek penelitian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (nilai p 0,284 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa subyek penelitian yang ada di dua kelompok tersebut tidak mengalami perubahan sikap yang signifikan. Sikap awal subyek penelitian yang sudah masuk kategori sedang dan tinggi membuat perubahan sikap subyek penelitian tidak signifikan. Pengaruh Video terhadap Perubahan Sikap Subyek penelitian Skor perubahan sikap subyek penelitian pada masing-masing kelompok tertera pada tabel 15.
42
Tabel 15 Deskripsi peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2016 Rataan Skor Sikap Awal Sikap Akhir Perubahan Sikap
Kelompok Eksperimen 40,45 41,65 1,20
Kelompok Kontrol 39,15 39,30 0,15
T-hitung 0,556 1,086 0,724
Tabel 15 menunjukkan adanya perbedaan rataan skor peningkatan perubahan sikap antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rataan skor perubahan sikap kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan menonton tayangan video tentang penggunaan probiotik pada pakan ikan dan membuat subyek penelitian menjadi lebih mengetahui tentang penggunaan probiotik pada pakan ikan. Untuk melihat apakah terdapat perbedaan perubahan sikap yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka dilakukan uji-T. Hasil uji-T menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan perubahan sikap yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (0,724 < 2,093). Dari hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa tayangan video yang ditonton oleh subyek penelitian di kelompok eksperimen tidak efektif untuk merubah sikap mereka, karena perubahan sikap yang dialami subyek penelitian di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama. Depari (1978) yang dikutip oleh Septiana (2008) mengatakan bahwa media massa tidak langsung mengubah sikap dan tingkah laku khalayaknya.
43
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEKTIVITAS VIDEO PENYULUHAN PERIKANAN
Hubungan Karakteristik Individu dengan Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap Karakteristik individu merupakan identitas atau ciri dari suatu individu yang tentu berbeda pada setiap individu. Komponen yang diukur pada penilaian terhadap tayangan video penyuluhan perikanan adalah pengetahuan dan sikap. Perbedaan karakteristik tersebut bisa dilihat dari pemahaman dan daya tangkap subyek penelitian tentang materi yang ada di dalam tayangan video. Menganalisis adanya hubungan antara karakteristik individu dengan efektivitas video penyuluhan perikanan dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman. Hasil nilai signifikansi pada setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Koefisien korelasi Rank Spearman karakteristik individu dengan peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap subyek penelitian, 2016 Karakteristik Individu
Koefisien korelasi Rank Spearman Peningkatan Pengetahuan
Usia
Perubahan Sikap
-0.624**
-0.389
Tingkat Pendidikan
0.251
0.126
Tingkat Pendapatan
-0.626**
-0.369
-0.021
-0.157
Tingkat Pengalaman Keterangan: ** nilai sig < 0,01
Pada indikator usia nilai (Sig = 0,003 < 0,05) untuk peningkatan pengetahuan, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang nyata antara usia dengan peningkatan pengetahuan. Koefisien korelasi hubungan usia dengan peningkatan pengetahuan adalah -0,624 yang artinya ada hubungan yang kuat antara usia dan peningkatan pengetahuan dan hubungan tersebut berbanding terbalik yaitu, semakin tua usia subyek penelitian maka semakin rendah peningkatan pengetahuan yang diperoleh. Abu Ahmadi (1997) dalam (Herlina 2009) mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur, dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, tetapi pada umur–umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau pengingatan suatu pengetahuan akan berkurang. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tayangan video penyuluhan perikanan efektif untuk meningkatakan pengetahuan
44
subyek penelitian yang berusia rendah. Selanjutnya nilai Sig usia (0.09) > α (0.05) dengan perubahan sikap, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan perubahan sikap. Tayangan video ini dapat diterima oleh semua usia, namun sayanganya video ini tidak efektif untuk mengarahkan sikap subyek penelitian. Uji hubungan antara tingkat pendidikan dengan peningkatan pengetahuan menunjukkan nilai (Sig = 0,285 > 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan peningkatan pengetahuan. Artinya video ini efektif untuk meningkatkan pengetahuan subyek penelitian tanpa melihat tingkat pendidikan subyek penelitian. Selanjutnya nilai Sig tingkat pendidikan (Sig = 0.597 > 0.05) dengan perubahan sikap, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perubahan sikap. Selanjutnya nilai Sig tingkat pendapatan (Sig = 0.003 < 0.05) dengan peningkatan pengetahuan, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan peningkatan pengetahuan. Koefisien korelasi hubungan tingkat pendapatan dan peningkatan pengetahuan adalah -0.626 yang artinya ada hubungan yang kuat antara tinglat pendapatan dengan peningkatan pengetahuan dan hubungan tersebut berbanding terbalik, yaitu semakin tinggi tingkat pendapatan subyek penelitian maka semakin rendah peningkatan pengetahuan subyek penelitian. Subyek penelitian yang berpendapatan tinggi sudah terbiasa dengan media video atau media audio visual yang mereka lihat di TV, namun berbeda dengan subyek subyek penelitian yang berpendapatan rendah yang belum terbiasa untuk menonton TV. Dan ketika mereka melihat tayangan video, antusias subyek penelitian yang berpendapatan rendah lebih baik daripada subyek penelitian yang berpendapatan tinggi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa video penyuluhan perikanan ini efektif meningkatkan pengetahuan subyek penelitian yang tingkat pendapatannya rendah. Selanjutnya nilai Sig untuk tingkat pendapatan (Sig = 0.109 < 0.05) dengan perubahan sikap, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan perubahan sikap. Nilai Sig tingkat pengalaman dengan peningkatan pengetahuan adalah (Sig = 0.930 > 0.05), maka tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman dengan peningkatan pengetahuan. Untuk nilai Sig tingkat pengalaman dengan perubahan sikap adalah (nilai sig 0.510 > 0.05), maka tidak ada hubungan yang siginifikan antara tingkat pengalaman dengan perubahan sikap. Dari hasil uji korelasi menggunakan korelasi Rank Spearman dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu seperti pendidikan dan pengalaman berbudidaya ikan subyek penelitian tidak nyata berhubungan dengan peningkatan pengetahuan subyek penelitian. Video ini efektif untuk meningkatkan pengetahuan subyek penelitian dengan tingkat pendidikan yang beragam dan tingkat pengalaman berbudidaya ikan yang berbeda-beda. Selain itu karakteristik individu seperti usia dan tingkat pendapatan subyek penelitian berhubungan nyata dengan peningkatan pengetahuan subyek penelitian. Video ini efektif untuk meningkatkan pengetahuan subyek penelitian yang usianya muda dan pendapatannya rendah.
45
Pada bab sebelumnya sudah dibahas bahwa video ini tidak efektif untuk merubah sikap subyek penelitian, namun ada perubahan sikap yang terjadi pada diri subyek penelitian walaupun tidak signifikan perubahannya. Dari hasil uji korelasi menggunakan korelasi Rank spearman dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu seperti usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat pengalaman subyek penelitian tidak nyata berhubungan dengan perubahan sikap subyek penelitian. Video ini dapat merubah sikap subyek penelitian dengan usia, pendidikan, pendapatan, dan pengalaman yang berbeda-beda. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap Perilaku komunikasi adalah suatu cara individu berkomunikasi, memperoleh informasi baik melalui diskusi maupun melalui media massa seperti media cetak dan elektronik. Menganalisis adanya hubungan antara karakteristik individu dengan efektivitas video penyuluhan perikanan dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman. Hasil nilai signifikansi pada setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 17. . Tabel 17 Koefisien korelasi Rank Spearman perilaku komunikasi dengan peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap subyek penelitian, 2016 Koefisien korelasi Rank Spearman
Perilaku Komunikasi
Peningkatan Pengetahuan Tingkat Komunikasi Interpersonal Tingkat Keterdedahan Media Massa Tingkat Partisipasi Sosial
Perubahan Sikap
0.771**
0.202
0.415
0.246
-0.357
-0.430
Keterangan: ** nilai sig < 0,01
Pada indikator tingkat komunikasi interpersonal, nilai Sig dengan peningkatan pengetahuan adalah (Sig = 0.000 < 0.05) , maka ada hubungan antara tingkat komunikasi interpersonal dengan peningkatan pengetahuan. Koefisien hubungan antara tingkat komunikasi interpersonal dengan peningkatan pengetahuan adalah 0.771 yang artinya ada hubungan yang sangat kuat. Semakin tinggi tingkat komunikasi interpersonal subyek penelitian makan semakin tinggi tingkat pengetahuannya. Dapat disimpulkan bahwa video ini efektif untuk meningkatkan pengetahuan subyek penelitian yang memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang tinggi. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua atau beberapa orang yang umumnya terjadi secara tatap muka langsung. Demikian pula pesan-pesan yang dibicarakan bisa menyangkut masalah umum sampai masalah pribadi yang tidak hanya interaktif tapi juga transaksional dalam situasi
46
informal (Hadiyanto 2010). Semakin tinggi tingkat komunikasi interpersonal individu maka semakin mudah bagi individu untuk menerima pesan yang ada di video penyuluhan. Untuk nilai Sig tingkat komunikasi interpersonal dengan perubahan sikap adalah (Sig = 0.393 > 0.05), maka tidak ada hubungan antara tingkat komunikasi interpersonal dengan perubahan sikap. Untuk nilai Sig tingkat keterdedahan media massa dengan peningkatan pengetahuan adalah (Sig = 0.069 > 0.05), maka tidak ada hubungan antara tingkat keterdedahan media massa dengan peningkatan pengetahuan. Untuk nilai Sig tingkat keterdedahan media massa dengan perubahan sikap adalah (Sig = 0.295 > 0.05), maka tidak ada hubungan antara tingkat keterdedahan media massa dengan perubahan sikap. Selanjutnya nilai Sig tingkat partisipasi sosial dengan peningkatan pengetahuan adalah (Sig = 0.123 > 0.05), maka tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat partisipasi sosial dengan peningkatan pengetahuan. Nilai Sig tingkat partisipasi sosial dengan perubahan sikap adalah (Sig = 0.059 > 0.05), maka tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat partisipasi sosial dengan perubahan sikap. Dari hasil uji korelasi menggunakan korelasi Rank Spearman dapat disimpulkan bahwa perilaku komunikasi seperti keterdedahan media massa dan partisipasi sosial subyek penelitian tidak nyata berhubungan dengan peningkatan pengetahuan subyek penelitian. Video ini efektif untuk meningkatkan pengetahuan subyek penelitian yang memiliki tingkat keterdedahan media massa yang beragam dan tingkat partisipasi sosial yang berbeda-beda. Selain itu perilaku komunikasi seperti tingkat komunikasi interpersonal subyek penelitian berhubungan nyata dengan peningkatan pengetahuan subyek penelitian. Video ini efektif untuk meningkatkan pengetahuan subyek penelitian yang memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang tinggi. Selanjutnya dari hasil uji korelasi menggunakan korelasi Rank spearman dapat disimpulkan bahwa perilaku komunikasi seperti tingkat komunikasi interpersonal, tingkat keterdedahan media massa, dan tingkat partisipasi sosial tidak nyata berhubungan dengan perubahan sikap subyek penelitian. Video ini dapat merubah sikap subyek penelitian dengan tingkat komunikasi interpersonal, tingkat keterdedahan media massa, dan tingkat partisipasi sosial subyek penelitian yang beragam.
47
PENUTUP
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tayangan video penyuluhan perikanan efektif meningkatkan pengetahuan pembudidaya ikan, namun belum efektif untuk merubah sikap pembudidaya ikan. Pembuatan video yang didesain semudah mungkin untuk dicerna merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat mudah dalam penerimaan pesan. 2. Ada faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan subyek penelitian yaitu usia, tingkat pendapatan, dan tingkat komunikasi interpersonal. Video penyuluhan perikanan ini efektif untuk subyek penelitian yang berusia muda, tingkat pendapatannya rendah, dan tingkat komunikasi interpersonalnya tinggi. Tidak ada faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan sikap. Saran Adapun beberapa saran yang perlu diperhatikan sebagai upaya mengefektifkan penggunaan video sebagai salah satu media penyuluhan perikanan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan mengarahkan sikap, yaitu: 1. BP3K sebagai badan yang memiliki fungsi menyelenggarakan penyuluhan perikanan bisa membuat sebuah media video yang dapat diterima oleh semua khalayak yang memiliki beragam karakteristik. 2. BP3K harus bisa membuat video yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan para petani supaya pesan yang ada di video dapat diterima dengan baik oleh para petani. 3. Penyuluhan yang dilakukan tidak sebatas penayangan video saja, perlu adanya pendampingan penuh yang dilakukan oleh PPL dan PPS Desa kepada para petani.
49
DAFTAR PUSTAKA
Aslesmana H. 2016. Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Sebagai Media Komunikasi Program Keluarga Berencana. [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Amanah S. 2006a. Penyuluhan Perikanan. Jurnal Penyuluhan. [internet]. [11 Januari 2016]. 2(4). hlm 62-69. Dapat diunduh dari : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/43036/Siti%20Aman ah.pdf?sequence=1 Amanah S. 2006b. Pengembangan Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kearifan Lokal di Pesisir Kabupaten Buleleng di Provinsi Bali. [disertasi]. [internet]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/40728 Amanah S, Yulianto G. 2002. Profil Penyelenggaraan Penyuluhan Perikanan Menunjang Kinerja di DKP di Era Globalisasi. Jakarta(ID): STP. Ambara S. 2014. Potensi Kelautan dan Perikanan Indonesia. [internet]. [3 April 2016]. Tersedia pada: http://kmip.faperta.ugm.ac.id/potensi-kelautan-danperikanan-indonesia/ Arief M, Fitriani N, Subekti S. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda pada Pakan Komersial terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. [internet]. [2 April 2016]. 6(1). hlm 49-53. Dapat diunduh dari : http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jipk7e18aefc46full.pdf Benunur MN. 2006. Efektivitas Video Instruksional dalam Diseminasi Informasi Pertanian (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah). [tesis]. [internet]. [7 Desember 2015]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari : repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9731/2006mnb.pdf?sequen ce=2&isAllowed=y Campbell DT, Stanley JC. 1966. Experimental and Quasi-Experimental Designs for Research. [US]: Houghton Mifflin Company. Data Monografi Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Tahun 2014. Data Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Tahun 2016. Effendi S, Tukiran. 2014. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES. Hamtiah S, Dwijatmiko S, Satmoko S. 2012. Efektivitas Media Audio Visual (Video) terhadap Tingkat Pengetahuan Petani Ternak Sapi Perah tentang Kualitas Susu di Desa Indrokilo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Animal Agriculture Journal. [internet]. [12 Oktober 2015]. 1(2). hlm 322-330. Dapat diunduh dari : http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/aaj/article/viewFile/1355/1376 Haryoko S. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual Sebagai Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi Elektro. 2009. [internet]. [3 Januari 2016]. 5(1). hlm 1-10. Dapat diunduh dari : http://journal.uny.ac.id/index.php/jee/article/download/972/781
50
Hadiyanto. 2010. Komunikasi Antarpribadi. Di dalam: Hubeis AVS. Dasar-Dasar Komunikasi. Bogor (ID): Sains KPM IPB Press. Herlina S. 2009. Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Postpartum tentang Perawatan Masa Nifas di Ruang Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru. [internet]. [15 Agustus 2016]. Sumatera Utara (ID): Universitas Sumatera Utara. Dapat diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24253 Hubeis AVS. 2007. Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi. [internet]. [5 Oktober 2015]. 25(1). hlm 1-10. Dapat diunduh dari : http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/JAE%2025-1a.pdf Ichwanudin. 1998. Hubungan Perilaku Komunikasi Peserta Kelompok Penggerak Pariwisata (KOMPERAR) dengan Adopsi Program Sapta Pesona di Kabupaten Sukabumi [tesis]. [internet]. [1 Maret 2016]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/21217/1998ich.pdf?s equence=2&isAllowed=y Iskandar. 2005. Pengaruh Desain Pesan Pupuk Agrodyke Melalui Video terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani [tesis]. [internet]. [2 Mei 2016]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8833/2005isk.pdf?se quence=2&isAllowed=y Kapti RE. 2010. Efektivitias Audiovisual Sebagai Media Penyuluhan Kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Tatalaksana Balita dengan Diare di Dua Rumah Sakit Kota Malang [tesis]. [internet]. [15 Agustus 2016]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Dapat diunduh dari: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/137097-T%20Rinik%20Eko%20Kapti.pdf Kusnadi D. 2011. Metode Penyuluhan Pertanian. Bogor(ID): Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Marlina L, Saleh A, Lumintang RWE. 2009. Perbandingan Efektivitas Media Cetak (Folder dan Poster-Kalender) dan Penyajian Tanaman Zodia terhadap Peningkatan Pengetahuan Masyarakat. Jurnal Komunikasi Pembangunan. [internet]. [15 Agustus 2016]. 7(2). hlm 1-20. Dapat diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/download/5684/4312 Mugniesyah SS. 2006. Diktat Kuliah Ilmu Penyuluhan. Bogor (ID): Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Mujianto. 2006. Hubungan Karakteristik Individu dan Perilaku Komunikasi dengan Tingkat Adopsi Teknik Pencegahan Kematian Ikan (Kasus Petani Ikan Jaring Apung di Blok Jangari Waduk Cirata Cianjur). [tesis]. [internet]. [2 Mei 2016]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9788/2006muj.pdf?s equence=2&isAllowed=y Mulyandari RSH, Sumardjo, Lubis DP, Panjaitan NK. 2010. Implementasi Cyber Extension Dalam Komunikasi Pertanian. Jurnal Informatika Pertanian. [internet]. [3 Maret 2016]. 19(2). hlm 17-43. Dapat diunduh dari : http://www.litbang.pertanian.go.id/warta-ip/pdf-file/2.retno_vol19-2-10.pdf
51
Murdiyanto E. 2011. Efektifitas Penyuluhan pada PT. Takii Seed terhadap Petani Kool di Desa Pikatan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar. Jurnal SEPA. [internet]. [5 Oktober 2015]. 8(1). hlm 42-49. Dapat diunduh dari : agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/06-SEPA-Efektifitaspenyuluhan-EKOMURDIYANTO-UPNyk-revisi.pdf Musyafak A, Ibrahim TM. 2005. Strategi Percepatan Adopsi dan Difusi Inovasi. Pertanian Mendukung Prima Tani. Analisis Kebijakan Pertanian. [internet]. [5 Mei 2016]. 3(1). hlm 20-37. Dapat diunduh dari: http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/ART03-1a.pdf Nasution S. 2010. Teknologi Pendidikan. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara Nugroho E. 2009. Pemanfaatan Aplikasi Multimedia Sebagai Sarana Penyebarluasan Informasi dan Penyuluhan Pertanian. Di dalam: Seminar Nasional “Kebijakan Aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Peningkatan Daya Saing Agribisnis Indonesia” Himpunan Informatika Pertanian Indonesia; 2009 Agu 6-7; Bogor, Indonesia. [internet]. [7 Desember 2015]. [penerbit tidak diketahui]. hlm 1-7. Dapat diunduh dari : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/31466 Nurcahyanto G. 2015. Uji Instrumen Penelitian. [artikel]. [internet]. Dapat diunduh dari: https://ikhtiarnet.files.wordpress.com/2013/03/uji-instrumenpenelitian-validitas-reliabilitas-tingkat-kesukaran-dan-daya-pembeda1.pdf Nurfathiyah P, Mara A, Siata R, Farida A, Aprollita. 2011. Pemanfaatan Video Sebagai Media Penyebaran Inovasi Pertanian. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat. [internet]. [12 Oktober 2015]. [volume tidak diketahui] (52). http://onlinehlm 30-36. Dapat diunduh dari : journal.unja.ac.id/index.php/jlpm/article/download/92/81 Nurfathiyah P, Suratno T. 2011. Pengaruh Visualisasi Gerak dan Foto pada Media Video terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani di Desa Tangkit Baru. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. [internet]. [12 Oktober 2015]. 13(1). hlm 43-53. Dapat diunduh dari : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=12266&val=894 Paramita E, Martini E, Roshetko JM. 2013. Media dan Metode Komunikasi dalam Penyuluhan Agroforestri : Studi Kasus di Sulawesi Selatan (Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba) dan Sulawesi Tenggara (Kabupaten Konawe dan Kolaka). Di dalam: Seminar Nasional Agroforestri 2013; [waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [internet]. [12 Oktober 2015]. [penerbit tidak diketahui]. hlm 488-493. Dapat diunduh dari: http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/paper/PP034114.pdf Putri R. Media Penyuluhan Perikanan. [internet]. [3 April 2016]. Tersedia pada: http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/100-artikel/artikelmanajemen/195-media-penyuluhan-perikanan Rakhmat J. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya Rakhmat J. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya. Rokhim A, Fajar R, Kausar. 2013. Efektifitas Penggunaan Multimedia dalam Penyuluhan Pemupukan Padi Sawah Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani di Desa Bungaraya Kecamatan Bungaraya. [jurnal tidak diketahui]. [internet]. [5 Oktober 2015]. [volume dan edisi tidak diketahui]. [halaman
52
tidak diketahui]. Dapat diunduh dari : http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3061/JURNA L%20ABDUL%20ROKHIM.pdf?sequence=1 Saberan R. 2012. Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Kependidikan. [internet]. [3 Januari 2016]. 7(2). hlm 1-19. Dapat diunduh dari : http://ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jpl/article/view/13/13 Sadiman AS, Rahardjo R, Haryono A, Rahardjito. 2006. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta (ID): PT Rajagrafindo Persada. Sadono D. 2009. Perkembangan Pola Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Jurnal Komunikasi Pembangunan. [internet]. [7 Desember 2015]. 7(2). hlm 43-56. Dapat diunduh dari : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/viewFile/5687/4315 Satria F. 2013. Usaha Perikanan Tangkap dan Budidaya Sebagai Mata Pencaharian Alternatif. [artikel]. [internet]. [29 Agustus 2016]. Yogyakarta (ID): STMIK AMIKOM Yogyakarta. Dapat diunduh dari: http://research.amikom.ac.id/index.php/dmi/article/download/7596/5923 Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES. Septiana N. 2008. Pengaruh Model dan Suara Narator Video terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang Air Bersih Berbasih Gender. [tesis]. [internet]. [2 Mei 2016]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/10372 Setiawati JE, Tarsim, Adiputra YT, Hudaidah S. 2013. Pengaruh Penambahan Probiotik pada Pakan dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. [internet]. 1(2). hlm 151-162. Dapat diunduh dari: http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/bdpi/article/viewFile/119/124 Slamet M. 2003a. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pedesaan. Di dalam: Yustina I, Sudradjat A, editor. Kongres Penyuluhan Pertanian; 1987 Jul 4-6; Subang, Indonesia. Bogor (ID): IPB Press, hlm 722. Slamet M. 2003b. Pola, Strategi, dan Pendekatan Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian pada PJP II. Di dalam: Yustina I, Sudradjat A, editor. Dinamika dan Perspektif Penyuluhan pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua; 1995 Jul 4-5; Bogor, Indonesia. Bogor (ID: IPB Press, hlm 37-44. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID): UI-Press Solahuddin S. 2009. Pembangunan Pertanian Awal Era Reformasi. Jakarta (ID): PT. PP. Mardi Mulyo. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung (ID): CV Alfabeta. Suprijanto. 2009. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara [UU] Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. [1 Maret 2016]. Dapat diunduh dari : http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/horti/UU16-2006SistemPenyuluhan.pdf [UU] Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. [1 Maret 2016]. Dapat diunduh dari : http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/39/236.bpkp
53
van den Ban AW, Hawkins HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Herdiasti AD, penerjemah. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius. Terjemahan dari: Agricultural Extension. Ed ke-2. Widhiarso W. 2007. Uji Hipotesis Komparatif. [artikel[. [internet]. [20 September 2016]. Dapat diunduh dari: http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/membaca_t-tes.pdf Wijekoon R, Emitiyagoda S, Rizwan MFM, Rathnayaka RMMS, Rajapaksha HGA. 2009. Cyber Extension: An Information and Communication Technology Initiative for Agriculture and Rural Development in Sri Lanka. [internet]. [1 September 2016]. Dapat diunduh dari: http://www.fao.org/fileadmin/user_upload/kce/Doc_for_Technical_Consult/ SRI_LANKA_CYBER_EXTENSION.pdf Windiarti NA, Ma’ruf MF. 2015. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat pada Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mino Tirtorejo di Desa Tunjungrejo Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang. [internet]. [15 Agustus 2016]. Dapat diunduh dari: http://ejournal.unesa.ac.id/article/17255/42/article.pdf
54
55
LAMPIRAN
56
Lampiran 1 Peta lokasi penelitian
57
Lampiran 2 Dokumentasi
Subyek kelompok eksperimen menonton video
Subyek kelompok eksperimen mengisi kuesioner
Subyek kelompok kontrol mengisi kuesioner
Subyek kelompok kontrol mengisi kuesioner
Wawancara dengan informan
Kolam ikan salah satu subyek penelitian
59
Lampiran 3 Daftar nama subyek penelitian
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Nama Subyek Penelitian AN ZA JAG EK EN MH WAR AM SUP WAH AS EB AND AOD FA MS HJ RP SAP MIS AHM ASE MSA AN ROH ANW IND AR SUPI MA FAT AMI SAL WAR GOD TAT UGA AI HEN SAE
Kelompok Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
60
61
RIWAYAT HIDUP Faris Ahmad Saputra dilahirkan di Tegal pada tanggal 7 Agustus 1994, dari pasangan Saifudin dan Malilah. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah RA Al-Kautsar pada tahun 1999-2000, SD Negeri Batutulis 2 pada tahun 20002006, SMP Negeri 7 Kota Bogor pada tahun 2006-2008, SMP Al-Taqwa International Islamic School of Infonesia pada tahun 2008-2009, SMA Al-Taqwa International Islamic School of Indonesia pada tahun 2009-2010, SMA Negeri 4 Kota Bogor pada tahun 2010-2012. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Tulis, pada tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif dalam organisasi, diantaranya sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (Himasiera) divisi Photography and Cinematography masa kepengurusan tahun 2014. Kemudian menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur Himasiera masa kepengurusan tahun 2015. Selain itu penulis juga aktif dalam kepantiaan, diantaranya sebagai anggota divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi (PDD) dalam acara 7th Ecology Sport and Art Event (7th ESPENT) pada tahun 2013. Menjadi Kepala Divisi PDD Masa Perkenalan Fakultas (MPF) Superhero 50 Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) pada tahun 2014, dan menjadi anggota divisi Acara dalam acara KPM Gabung Antar Angkatan (KPM Garang) pada tahun 2014.
i