EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN KREDIT PERBANKAN BANK RAKYAT INDONESIA UNIT DESA CIKEDUNG, KECAMATAN CIKEDUNG, KABUPATEN INDRAMAYU
OKI WANARIJKI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Komunikasi Pemasaran Kredit Perbankan Bank Rakyat Indonesia Unit Desa Cikedung, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Oki Wanarijki NIM I34090059
ABSTRAK OKI WANARIJKI. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Kredit Perbankan Bank Rakyat Indonesia Unit Desa Cikedung, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Di bawah bimbingan NINUK PURNANINGSIH. Komunikasi pemasaran merupakan proses penyampaian pesan kepada khalayak mengenai produk yang ditawarkan dengan tujuan khalayak mengetahui informasi tentang produk tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi strategi komunikasi pemasaran kredit perbankan BRI dan efektivitas komunikasi pemasaran pada Bank BRI Unit Desa Cikedung. Hasil dari penelitian ini adalah, strategi komunikasi pemasaran kredit perbankan BRI dipengaruhi oleh faktor eksternal debitur yaitu, frekuensi promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain. Efektivitas komunikasi pemasaran pada Bank BRI Unit Desa Cikedung, dipengaruhi oleh strategi komunikasi pemasaran yaitu penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran. Kata kunci: komunikasi pemasaran, strategi komunikasi pemasaran kredit perbankan, efektivitas komunikasi pemasaran ABSTRACT OKI WANARIJKI. Effectiveness Marketing Communications of Bank Rakyat Indonesia Unit Cikedung Village Banking Credit, Subdistrict Cikedung, District Indramayu. Under supervised by NINUK PURNANINGSIH. Marketing communication is a process of conveying a message to the public about products offered and the goal is the public know the information about the products. The purpose of this study is to analyze the factors that affect the strategy of marketing communication BRI banking credit and the effectiveness of marketing communication at Bank BRI Unit Desa Cikedung. The results of this study is the strategy of marketing communication BRI banking credit is influence by the external factors of debtor that is, the frequency of other bank promotion and the frequency of credit loan on the other bank. The effectiveness of marketing communication at Bank BRI Unit Desa Cikedung is influence by strategy of marketing communication, that is the value of ANSVA message plan and the frequency of receipt marketing communication mix. Keywords: marketing communication, strategy of marketing communication of banking credit, effectiveness of marketing communication
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN KREDIT PERBANKAN BANK RAKYAT INDONESIA UNIT DESA CIKEDUNG, KECAMATAN CIKEDUNG, KABUPATEN INDRAMAYU
OKI WANARIJKI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Efektivitas Komunikasi Pemasaran Kredit Perbankan Bank Rakyat Indonesia Unit Desa Cikedung, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu Nama : Oki Wanarijki NIM : I34090059
Disetujui oleh
Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi NIP 19690108 199303 2 001
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS NIP 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, anugerah, serta kesempatan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya tulis ini berjudul Efektivitas Komunikasi Pemasaran Kredit Perbankan Bank Rakyat Indonesia Unit Desa Cikedung, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Ninuk Purnaningsih MSi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian karya tulis ini. Kepada Pimpinan Cabang Bank BRI Unit Jatibarang serta Kepala Bank BRI Unit Desa Cikedung yang telah memberi izin kepada penulis untuk dapat melakukan peneilitian dan juga kepada bapak – bapak mantri serta seluruh karyawan Bank BRI Unit Desa Cikedung yang telah membantu penulis ketika penelitian berlangsung. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Ibunda Eti sebagai orangtua tercinta yang selalu mendoakan, memberi semangat, dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis serta almarmahum Ayahanda Durachman yang penulis yakinin selalu mengawasi, mendoakan dan menaruh harapan besar kepada penulis di atas sana. Terima Kasih kepada Devinta Ratna Sari yang selalu menemani, menyemangati, dan memberi masukan kepada penulis. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Denissa Aryandi dan Adhistya Artik selaku teman sebimbingan yang selalu menyemangati dan menjadi teman diskusi yang baik. Terimakasih kepada seluruh teman-teman SKPM 46, terutama Faiza Libby, Indra Setiyadi, Hamdani Pramono, Zhakiyah Rasyied, Rahayu Arizona, Femmy A P, Firza Triana Z dan Reyna Velayati yang telah memberi bantuan, semangat, dorongan, ide-ide, serta teman diskusi selama proses penulisan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak. .
Bogor, September 2013
Oki Wanarijki
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
ix x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah Penelitian
3
Tujuan Penelitian
3
Kegunaan Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
Kredit Perbankan
4
Komunikasi Pemasaran
4
Bauran Komunikasi Pemasaran
7
Efektivitas Komunikasi Pemasaran
10
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Pemasaran
11
Perilaku Konsumen
12
Kerangka Pemikiran
15
Definisi Operasional
16
PENDEKATAN LAPANGAN
20
Metode Penelitian
20
Lokasi dan Waktu Penelitian
20
Teknik Pemilihan Responden
20
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
21
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
21
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
22
Sejarah Singkat Bank BRI Unit Desa Cikedung
22
Visi dan Misi Bank BRI Unit Desa Cikedung
23
Struktur Organisasi Bank BRI Unit Desa Cikedung
23
Segmentasi Pasar Bank BRI Unit Desa Cikedung
23
Produk Kredit Perbankan yang Ditawarkan Bank BRI Unit Desa Cikedung KARAKTERISTIK DEBITUR BANK BRI UNIT DESA CIKEDUNG
24 26
Faktor Internal Debitur Bank Bri Unit Desa Cikedung
26
Faktor Eksternal Pada Debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung
32
viii Ikhtisar STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN
34 35
Bentuk Bauran Komunikasi Pemasaran yang Digunakan
35
Rancangan Pesan ANSVA pada Bauran Komunikasi Pemasaran
37
Frekuensi Penerimaan Bauran Komunikasi Pemasaran
40
Ikhtisar
41
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN 43 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Bentuk Bauran Komunikasi Pemasaran yang Diterima
43
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Penilaian Rancangan Pesan ANSVA
49
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Frekuensi Penerimaan Bauran Komunikasi Pemasaran
55
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN
61
Aspek Kognitif
61
Aspek Afektif
62
Aspek Konatif
63
Ikhtisar
64
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN
65
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Pemasaran berdasarkan Aspek Kognitif
65
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Pemasaran berdasarkan Aspek Afektif
69
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Pemasaran berdasarkan Aspek Konatif
72
SIMPULAN
76
SARAN
76
DAFTAR PUSTAKA
77
LAMPIRAN
79
RIWAYAT HIDUP
95
Daftar Tabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13
14
15 16 17
18
Karakteristik Demografi dan Subbudaya di Indonesia Populasi dan sampel penelitian Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan faktor internal debitur Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan usia Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan jenis kelamin Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan pekerjaan Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan pendidikan terakhir Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan jumlah pendapatan per bulan Frekuensi penerimaan debitur terhadap promosi bank lain Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain Matrik penggolongan debitur berdasarkan karakteristik debitur Jumlah dan presentase bentuk bauran komunikasi pemasaran yang digunakan dalam memberikan informasi kredit perbankan Bank BRI Unit Desa Cikedung Jumlah penilaian debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung terhadap pesan komunikasi pemasaran berdasarkan rancangan pesan ANSVA pada bauran komunikasi pemasaran Jumlah penilaian total debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung terhadap pesan komunikasi pemasaran berdasarkan rancangan pesan ANSVA pada bauran komunikasi pemasaran Jumlah frekuensi penerimaan bentuk bauran komunikasi pemasaran oleh debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung dalam 6 bulan terakhir Matrik penggolongan debitur berdasarkan strategi pemasaran Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh faktor internal dan faktor eksternal (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain) terhadap bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh faktor internal dan faktor eksternal (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain) terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA
14 20 26 27 28 29 30 31 32 33 34
37
38
39 40 41
44
50
x 19
20 21 22 23 24 25
26
27
Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh faktor internal dan faktor eksternal (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain) terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung, berdasarkan efektivitas komunikasi pemasaran Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan aspek kognitif Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan aspek afektif Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung aspek konatif Matrik penggolongan debitur berdasarkan aspek kognitif, afektif, dan konatif Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh strategi komunikasi pemasaran (bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran) terhadap aspek kognitif Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh strategi komunikasi pemasaran (bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran) terhadap aspek afektif Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh strategi komunikasi pemasaran (bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran) terhadap aspek konatif
55 61 61 62 63 64
66
69
72
Daftar Gambar 1 2 3 4
Model Komunikasi Pemasaran Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Hubungan antar Tiga Komponen Sikap Kerangka Pemikiran Penelitian
6 13 13 15
Daftar Lampiran 1 2 3 4 5 6
Jadwal Penelitian Sketsa Lokasi Bank BRI Unit Desa Cikedung Kuesioner penelitian daftar nama responden Hasil uji regresi linear berganda Dokumentasi
79 80 81 89 91 93
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian menjadi sektor andalan dalam hal meningkatkan perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan peningkatan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) pada sektor pertanian, terus meningkat setiap tahunnya, menurut Berita Resmi Statisik1, pada tahun 2012 nilai Produk Domestik Bruto (PDB), sektor pertanian meningkat sebesar 0.97 persen dari jumlah nilai pada tahun sebelumnya sebesar 3.0 persen. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari adanya peran modal usaha yang ada bagi petani. Salah satu contoh modal usaha yang banyak dimanfaatkan oleh petani adalah kredit modal kerja perbankan. Menurut data dari BPS pada bulan November tahun 2012, pemanfaatan kredit modal kerja perbankan pada sektor pertanian mencapai angka Rp 65 369 miliar2. Besarnya angka pemanfaatan kredit modal kerja tersebut dikarenakan adanya peran serta Bank sebagai lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkanya kembali kepada masyarakat. Bank Rakyat Indonesia (BRI), merupakan lembaga keuangan yang termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Bank BRI telah ada dan beroperasi sejak tanggal 16 Desember 1895. Produk-produk dari bank BRI banyak jenisnya, salah satunya adalah kredit perbankan. Kredit perbankan yang dikembangkan oleh bank BRI adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Usaha Pedesaan (KUPEDES). Bank BRI sudah tersebar luas diseluruh penjuru Indonesia, terutama di pedesaan. Segmentasi pasar Bank BRI adalah masyarakat di pedesaan. Salah satu contoh Bank BRI yang terletak di pedesaan adalah Bank BRI Unit Desa Cikedung, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Terletak di pedesaan, menjadikan Bank BRI Unit Desa Cikedung berada pada kondisi penuh tantangan dalam menghadapi serta melayani masyarakat sebagai nasabah, khususnya masyarakat di wilayah Kecamatan Cikedung. Umumnya karakteristik masyarakat di Kecamatan Cikedung berstatus sosial ekonomi menengah kebawah, mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani, dan pedagang, selain itu tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Cikedung, cenderung berpendidikan rendah. Hal-hal tersebutlah yang menjadi kendala tersendiri untuk Bank BRI Unit Desa Cikedung dalam memasarkan produknya. Selain itu tantangan lain yang dihadapi adalah ekspansi bank-bank perkotaan yang melakukan pemasaran hingga ke wilayah Kecamatan Cikedung menyebabkan Bank BRI Unit Desa Cikedung harus melakukan berbagai cara dalam memasarkan produknya agar konsumenya tidak beralih ke bank lain. Kotler (2002) mendefinisikan promosi ialah kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan membujuk 1 BPS. Berita Resmi Statistik No.14/02/Th. XVI, 5 Februari 2013. [internet]. [dikutip 9 Februari 2013] Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id 2 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&Tabel=1&daftar=1&id_subyek=13¬ab=14 diakses pada tanggal 9 Februari 2013
2 konsumen sasaran untuk membeli produk tersebut. Promosi yang dilakukan oleh pihak bank sebagai pemasar merupakan perpaduan antara proses komunikasi dan pemasaran. Komunikasi pemasaran didefinisikan oleh Kotler (2000) dalam Kususmastuti (2009) sebagai usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik, terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan suatu produk di pasar. Menurut Tjiptono (2008) komunikasi pemasaran memiliki tiga tujuan utama yaitu untuk menyebarkankan informasi, mempengaruhi untuk melakukan pembelian atau menarik konsumen dan untuk mengingatkan khalayak untuk melakukan pembelian ulang. Tahap awal dalam proses pembelian diawali dengan tahapan pengenalan kebutuhan. Konsumen pada tahapan ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Setiadi 2003). Faktor internal konsumen menurut Setiadi (2003) berkaitan dengan karakteristik yang ada pada diri konsumen dan faktor eksternal berkaitan dengan faktor-faktor diluar diri konsumen yang dapat mempengaruhi konsumen tersebut. Tahap pengenalan kebutuhan ini sangat penting untuk diperhatikan oleh pemasar, karena menjadi awal bagi konsumen untuk melakukan pembelian. Strategi komunikasi pemasaran banyak digunakan pemasar untuk mempengaruhi konsumen agar mau melakukan pembelian. Bauran komunikasi pemasaran dan desain rancangan pesan dengan konsep ANSVA termasuk kedalam strategi komunikasi pemasaran. Bauran komunikasi pemasaran bertujuan untuk memperkenalkan dan menginformasikan produk yang dipasarkan, agar terciptanya suatu arti pada pelanggan atau konsumennya sehingga pelanggan atau konsumennya tertarik untuk melakukan pembelian produk yang ditawarkan. Bauran komunikasi pemasaran ini terdiri dari delapan model komunikasi utama, yaitu iklan, promosi penjualan, acara dan pengalaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung, pemasaran interaktif, pemasaran dari mulut ke mulut, dan penjualan personal (Kotler dan Keller 2009). Desain rancangan pesan menurut Monroe (1935) dalam Syam dan Sugiana (2004) terdiri dari 5 tahapan sesuai urutan cara berpikir manusia, yaitu: attention, need, satisfaction, visuapization, dan action atau disingkat ANSVA. Desain rancangan pesan dengan kosep ANSVA, bertujuan untuk melihat sampai tahap mana konsumen terpengaruh oleh pesan yang disampaikan. Setelah terjadinya proses penyampaian pesan melalui strategi komunikasi pemasaran diharapkan konsumen mengalami perubahan dalam dirinya, yang meliputi 3 tahapan perubahan yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku. Tahap perubahan pengetahuan adalah dimana konsumen diharapkan mengetahui informasi-informasi terkait produk yang ditawarkan, seperti bentuk produk, kegunaan dari produk, keberadaan produk, dan lain-lain. Tahap kedua adalah tahap perubahan sikap, dalam perubahan sikap ini berkaitan dengan perasaan konsumen, setelah konsumen mengetahui mengenai produk yang ditawarkan diharapkan konsumen menyukai produk tersebut. Tahap ketiga yaitu tahap perubahan perilaku, adalah tahap dimana konsumen sudah memiliki pengetahuan dan rasa suka terhadap produk sehingga diharapakan konsumen melakukan pembelian produk dan terbiasa menggunakan produk tersebut sehingga tidak beralih pada produk lain (Setiadi 2003). Efektiftivitas komunikasi pemasaran ditentukan dengan tercapainya tujuan untuk menyampaikan pesan mengenai produk yang ditawarkan serta adanya proses timbal balik atau dampak yang diberikan oleh konsumen kepada produsen.
3 Menurut Effendy (2000) dalam Djunaedi (2003) komunikasi dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan konatif pada diri komunikan. Agar terciptanya komunikasi pemasaran yang efektif, cara yang dapat dilakukan oleh pemasar atau produsen adalah dengan menganalisis konsumen serta faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen tersebut, lalu merencanakan bauran komunikasi pemasaran yang akan digunakan sehingga dapat menimbulkan dampak perubahan pada aspek kognitif, afektif dan konatif konsumen. Perumusan Masalah Penelitian Berdasar uraian latar belakang di atas, disusunlah beberapa perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung? 2. Bagaimana bentuk strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi pemasaran pada Bank BRI Unit Desa Cikedung, dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan konatif? Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian di atas, dapat dibangun beberapa tujuan penelitian seperti berikut ini: 1. Mendeskripsikan karakteristik debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung. 2. Mengidentifikasi bentuk strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi pemasaran, dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan konatif. Kegunaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan bagi peneliti dan pihak lain, yaitu: 1. Bagi Pengelola Sebagai masukan bagi Bank BRI Unit Desa Cikedung yang bermanfaat dalam pemasaran produk kredit pertanian juga sebagai bahan pertimbangan penyusunan strategi promosi. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mengetahui bagaimana Bank BRI Unit Desa Cikedung melakukan kegiatan promosi, juga agar masyarakat dapat memanfaatkan informasi yang ada didalam promosi tersebut. 3. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai strategi promosi yang dapat digunakan dalam pemasaran kredit pertanian, serta menjadi literatur bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai strategi promosi dalam komunikasi pemasaran kredit pertanian.
4 TINJAUAN PUSTAKA
Kredit Perbankan Kredit berasal dari kata Italia, credere yang artinya kepercayaan. Kredit merupakan salah satu bentuk kegiatan dari bank sebagai lembaga keuangan, yang kegiatannya berbentuk menyalurkan dana (lending) kepada nasabah. Istilah kredit lebih dikenal pada bank-bank konvensional (barat). Kasmir (2006) menyebutkan kredit adalah pinjaman dana yang diberikan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya. Kredit perbankan banyak jenisnya, diantaraya adalah kredit usaha makro, kredit usaha mikro, kredit pemilikan rumah, dan kredit usaha rakyat. Tujuan dari kredit perbankan adalah membantu masyarakat mendapatkan bantuan dana dengan cara yang cepat dan mudah. Selain itu menurut Suyatno et al. (2007) adapun tujuan kredit adalah menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan keuangan, meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat memperluas usahanya. Kredit perbankan yang tersedia saat ini, sudah tentu memiliki fungsi. Fungsi dari kredit perbankan yang tersedia, dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan menurut Suyatno et al. (2007) antara lain: (a) Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang, (b) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang, (c) Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang, (d) Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi, (e) Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha, (f) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan, dan (g) Kredit sebagai alat untuk meningkatkan pemerataan pendapatan. Adanya fungsi-fungsi dan tujuan dari kredit tersebut, mengakibatkan para pemasar, khususnya bank-bank konvensional yang menyediakan kredit berlombalomba untuk memasarkan produk kredit perbankan yang dimilikinya. Dalam penelitian ini jenis kredit yang diteliti adalah kredit usaha mikro dan kredit usaha rakyat. Adapun fungsi dari keduanya adalah membantu masyarakat kecil khususnya di pedesaan dalam bantuan permodalan guna melakukan usaha. Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Rogers (1986) dalam Cangara (1998) dalam Mulyana (2001) menyatakan komunikasi sebagai proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Proses komunikasi terjadi karena ada unsur yang melakukan proses komunikasi. Menurut Berlo (1960) dalam Lubis (2009), terdapat enam unsur komunikasi, yaitu sebagai berkut: (1) Sumber merupakan orang atau sekelompok orang yang sengaja dan bertujuan untuk berkomunikasi, dalam beberapa model komunikasi sumber disamakan dengan pengirim pesan (encoder).
5 (2) (3)
(4) (5)
(6)
Penerima yaitu orang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran komunikasi, atau disamakan dengan decoder Pesan sangat diutamakan dalam proses komunikasi, apakah mencapai kesamaan makna antara pengirim dan penerima pesan. Pesan dapat berupa ide atau tujuan, yang dikemukakan dalam bentuk kode atau kumpulan simbol yang tersusun secara sistematis. Saluran mencakup tiga pengertian, yaitu moda pesan, kendaraan pesan, dan pembawa pesan. Akibat adalah hasil komunikasi atau respon penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh sumber. Ada akibat komunikasi yang langsung terlihat, misalnya mengangguk atau memberi sesuatu karena terpengaruh oleh iklan. Ada juga akibat yang tidak terlihat langsung, seperti perubahan motivasi. Umpan-balik adalah respon penerima yang diterima oleh sumber. Umpanbalik dapat berupa isyarat non-verbal, dapat berupa verbal.
Pemasaran adalah suatu kegiatan usaha untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Swastha 2006). Komunikasi pemasaran menurut Tjiptono (2008) didefinisikan sebagai aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Kotler (2000) dalam Kusumastuti (2009) mengartikan komunikasi pemasaran sebagai usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik, terutama konsumen sasaran, mengenai keberadaan suatu produk di pasar. Setiadi (2003) menjelaskan model komunikasi pemasaran yang meliputi sender atau juga disebut sumber. Pertama kali pesan komunikasi datang dari pemasar yang berperan sebagai sumber, kemudian pemasar merancang pesan, yang akan disampaikan kepada konsumen, sedemikian rupa agar dapat dipahami dan direspon positif oleh konsumen. Keseluruhan proses dari perancangan pesan sampai penentuan jenis promosi yang akan dipakai disebut sebagai proses encoding. Proses selanjutnya yaitu menyampaikan pesan melalui media. Pesan yang disampaikan melalui media akan ditangkap oleh penerima, kemudian penerima akan memberikan respon terhadap pesan yang disampaikan, pesan yang disampaikan diharapkan akan mempengaruhi perilaku konsumen. Proses memberikan respon dan mengintepretasikan pesan yang diterima disebut sebagai proses decoding. Proses decoding ini akan dilanjutkan dengan tindakan konsumen, jika pesan yang sampai diterima secara positif maka hal ini akan memberikan pengaruh positif pada sikap dan perilaku konsumen. Sikap positif terhadap produk akan mendorong kepada pembelian. Proses terakhir yaitu feedback atau umpan balik atas pesan yang dikirim (Gambar 1) .
6
Umpan Balik
Sumber
Encoding
Pemasar
Agency, tenaga penjual, iklan, personal selling, sales promotion, public relation, direct marketing
Transmisi
Radio, TV, surat kabar, majalah, brosur
Decoding
Tindakan
Respon & inerpretasi oleh penerima
Perilaku konsumen
Gambar 1 Model Komunikasi Pemasaran Sumber: Setiadi (2003) Pengirim pesan dalam hal ini pihak Bank harus memahami siapa khalayak yang dituju, yaitu nasabah yang datang dan atau berada diwilayah sekitar tempat Bank berada dan respon apa yang diharapkan. Pengirim pesan juga harus melakukan proses encoding (menerjemahkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu, seperti tulisan, kata-kata, gambar, bahasa tubuh) sehingga pesan yang disampaikan bisa dipahami dan diinterpretasikan sama oleh penerima pesan dalam proses decoding (menerjemahkan simbol ke dalam makna atau pemahaman tertentu) yang biasa dilakukan. Selain itu, pengirim pesan harus menyampaikan pesan yang dimaksud melalui saluran atau media yang tepat menjangkau penerima pesan yang diinginkan serta mengembangkan umpan balik, sehingga dapat memantau respon audiens yang bersangkutan. Namun perlu diperhatikan juga bahwa dalam proses komunikasi, terdapat gangguan/noise misalnya bunyi dering telepon ketika di tengah presentasi kepada calon pengunjung, masalah semantik, perbedaan budaya, dan ketiadaan umpan balik (Markenesis 2009). Komunikasi pemasaran menurut Tjiptono (2008) memiliki tiga tujuan utama, yaitu untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi untuk melakukan pembelian atau menarik konsumen, dan mengingatkan khalayak untuk melakukan pembelian ulang.. Tujuan komunikasi dan respon khalayak berkaitan dengan meningkatnya kesadaran (awareness) produk yang ditawarkan, menyukai (interest) dan berusaha mengetahui lebih lanjut tentang produk tersebut. Selanjutnya, khalayak akan mencoba (trial) untuk membandingkan dengan harapannya, kemudian mengambil langkah (act) seperti membeli atau tidak membeli, hingga tindak lanjut (followup) seperti membeli kembali (Tjiptono 2008). Analisis komunikasi pemasaran verbal maupun visual dapat dilakukan dengan merujuk pada teori ANSVA dari Alan H Monroe. Menurut Monroe (1935) dalam Syam dan Sugiana (2004) terdapat lima tahapan urutan motif sesuai cara
7 berfikir manusia dalam formula ANSVA: Attention (perhatian), Need (kebutuhan), Satisfaction (kepuasan), Visualization (visualisasi), Action (tindakan). (1) Attention (perhatian) Penyusunan pesan dimulai dengan upaya menimbulkan atau membangkitkan perhatian pembaca atau khalayak dengan membangkitkan perhatian terhadap ide, gagasan, program yang ditawarkan. Ini merupakan langkah awal yang harus ditempuh karena sangat berpengaruh terhadap proses komunikasi selanjutnya. Bila sebuah pesan berhasil menarik perhatian khalayaknya maka langkah-langkah selanjutnya akan ebih lancer. Jika mendapat perhatian, mereka aan berkeinginan menyimak lebih lanjut. (2) Need (kebutuhan) Pesan yang disampaikan harus mampu mengkondisikan pembaca kurang memiliki pengetahuan mengenai pokok persoalan yang sedang dibahas atau dibicarakan, serta menyadari betapa pentingnya informasi yang akan diterimanya. Kesimpulannya adalah isi dan penyusunan yang baik adalah yang dapat “menjawab” kebutuhan khalayak atau pembacanya dalam memecahkan persoalannya. (3) Satisfaction (kepuasan) Pesan yang disampaikan berisi penawaran jalan keluar atau pemecahan masalah serta pemenuhan kebutuhan yang dirasakan oleh khalayak atau pembaca sehingga mereka memahami dan menyetujui gagasan yang diajukan dalam pesan. (4) Visualization (visualisasi) Pesan yang disampaikan harus mampu memproyeksikan gagasan atau program ke masa yang akan datang. Perusahaan mengajak pembacanya atau pendengarnya berpikir ke masa depan tentang untung rugi bila gagasan yang ditawarkan diterima atau ditolak. (5) Action (tindakan) Pesan yang disampaikan harus mampu mendorong konsumen pada sikap atau tindakan nyata. Setiadi (2003) menggambarkan model komunikasi pemasaran dengan enam unsur, yaitu pengirim, encoding, transmisi, decoding, tindakan dan umpan balik. Unsur yang diteliti dalam penelitian ini adalah unsur encoding, decoding, dan tindakan. Rancangan pesan ANSVA digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap proses decoding dan tindakan dari model komunikasi pemasaran atau respon dan perilaku konsumen yang ditimbulkan. Bauran Komunikasi Pemasaran Kusumastuti (2009) menyebutkan dalam pemasaran, terdapat istilah bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari 4P, yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Dari bauran pemasaran tersebut yang termasuk bentuk dari komunikasi pemasaran adalah promosi (promotion). Dalam kajian promosi terdapat juga istilah bauran promosi (promotional mix). Menurut Kusumastuti (2009) terdapat lima elemen bauran promosi, yaitu periklanan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling),
8 promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relations and publicity), dan pemasaran langsung (direct marketing). Bentuk bauran promosi lain selain lima bauran promosi yang sudah ada adalah word of mouth, yaitu komunikasi dari mulut ke mulut (Kotler dan Keller 2009). 1. Periklanan Periklanan merupakan segala bentuk presentasi dan promosi gagasan, barang atau jasa yang dibayar oleh sponsor yang teridentifikasi (Markenesis 2009). Periklanan memiliki keunggulan berupa: - Presentasi publik, yaitu menawarkan pesan yang sama kepada banyak orang; - Pervasiveness, yaitu memungkinkan produsen untuk mengulang pesan berulang kali dan sekaligus memberikan kesempatan kepada audiens untuk menerima dan membandingkan pesan dari sejumlah produsen yang saling bersaing; - Amplified expressiveness, yakni memberikan peluang untuk mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui pemanfaatan suara, gambar, warna, bentuk, dan tata cahaya; serta - Impersonality, artinya audiens tidak merasa wajib memperhatikan atau merespon iklan, karena iklan bersifat monolog. Ada beberapa pilihan media yang dapat digunakan untuk melakukan periklanan, antara lain melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, dan papan reklame. Menurut Alma (2005), bentuk-bentuk iklan yang dapat dilakukan yaitu papan reklame, poster, katalog produk dan jasa atau brosur, folder, spanduk, slide dan iklan pada media cetak atau media elektronik. 2. Promosi Penjualan Promosi penjualan merupakan berbagai macam insentif jangka pendek, seperti undian, kupon/voucher, diskon, kontes, sampel, trading stamps, point of purchase display, dan potongan rabat (Amir 2005). Promosi penjualan cenderung efektif untuk menciptakan respon pembeli yang kuat dan segera, mendramatisasi penawaran produk, dan mendongkrak penjualan dalam jangka pendek (Markenesis 2009). Tjiptono (2008) mengelompokkan promosi penjualan yang dilakukan oleh penjual dapat berdasarkan tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut: - Consumer promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk merangsang/mendorong pelanggan untuk membeli. - Trade promotion, bertujuan untuk mendorong/merangsang pedagang grosir, pengecer, eksportir, dan importer untuk memperdagangkan barang/jasa dari sponsor. - Sales-force promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memotivasi armada penjual - Business promotion, bertujuan untuk memperoleh pelanggan baru, mempertahankan kontak hubungan dengan pelanggan, memperkenalkan produk baru, menjual lebih banyak kepada pelanggan lama, dan „mendidik‟ pelanggan. 3. Hubungan Masyarakat dan Publisitas Usaha kehumasan membantu mempertahankan dan meningkatkan citra produk atau perusahaan. Beberapa keunggulan kehumasan dan publisitas
9 dipaparkan Amir (2005) yaitu kredibilitas yang tinggi, alternatif alat komunikasi, dan dramatisasi perusahaan atau produk. Kredibilitas yang tinggi menurut Amir (2005) ditentukan oleh berbagai liputan tentang perusahaan yang dibuat oleh para jurnalis. Nilai dari sebuah liputan di media terkemuka lebih tinggi nilainya dari pada nilai sebuah iklan. Kehumasan bisa menjadi alternatif alat komunikasi bagi konsumen yang tidak senang dengan cara komunikasi pemasaran atau alergi dengan iklan. Dengan caranya sendiri pula, kehumasan menjalankan teknik-teknik untuk dapat mendramatisasi kondisi produk atau perusahaan. Implementasi kehumasan dalam sejumlah program meliputi (Markenesis 2009): a. Publikasi, di antaranya laporan tahunan, brosur, artikel, company newsletter, company magazines, dan materi audiovisual. b. Events, di antaranya konferensi pers, seminar, pameran, kontes dan kompetisi, perayaan ulang tahun, sponsorship (olahraga dan budaya), penggalangan dana, peragaan busana, tur, dan lain-lain. c. Berita, yakni konferensi pers atau press release. d. Pidato, berkaitan dengan informasi dan relasi dengan publik. e. Aktivitas layanan publik f. Identity media, meliputi logo perusahaan, alat tulis, brosur, signs, business cards, business forms, gedung, seragam, dan dress codes. 4. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling) Penjualan tatap muka digunakan sebagai suatu cara untuk menyampaikan informasi dan sekaligus membujuk calon pelanggan untuk melakukan pembelian (Yoeti 2006). Program penjualan tatap muka menawarkan keuntungan strategis yang nyata. Keuntungan tersebut menurut Engel et al (1991) sebagai berikut: Komunikasi tatap muka. Dengan demikian, akan mungkin untuk mencapai bagian dimana empati dan makna dapat dipertukarkan. Umpan balik langsung. Jika usaha pertama keluar dari target, kemampuan yang digunakan untuk mendapat umpan balik langsung memungkinkan karena ada kesempatan untuk mencoba lagi untuk membangun kepercayaan konsumen. Keterbukaan secara sengaja. Hal ini berarti konsumen secara aktif mencari informasi atau membantu dan karena itu akan mau menerima proses apa yang dikatakan. 5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing) Pemasaran langsung memungkinkan perusahaan berkomunikasi langsung ke konsumennya dengan maksud untuk menimbulkan tanggapan dan/atau transaksi penjualan. Dalam direct marketing menurut Tjiptono (2008), komunikasi promosi ditujukan langsung kepada konsumen individual, dengan tujuan agar pesan-pesan tersebut ditanggapi oleh konsumen yang bersangkutan, baik melalui telepon, pos atau datang langsung ke tempat pemasar. Salah satu instrumen penting dalam pemasaran langsung adalah iklan tanggapan langsung yaitu iklan di mana suatu produk yang dipromosikan melalui media massa meminta atau mendorong konsumen untuk membeli produk
10 bersangkutan langsung kepada pembuatnya. Teknik pemasaran langsung juga digunakan untuk mendistribusikan contoh produk (Morrisan 2010). 6. Pemasaran dari mulut ke mulut (Word of Mouth) Pemasaran dari mulut ke mulut (Word of Mouth) atau yang biasa disebut WOM adalah bentuk promosi yang dilakukan oleh konsumen melalui perbincangan dengan konsumen lain, dan tidak ada satupun dari mereka adalah pemasar. Bentuk komunikasi pemasaran ini dapat terjadi karena kesan mendalam konsumen terhadap produk atau perusahaan tertentu sehingga konsumen tersebut ingin menyampaikan informasi yang dia ketahui tentang produk atau perusahaan tersebut kepada kerabat dekatnya. Komunikasi pemasaran melalui WOM tidak memerlukan biaya yang begitu besar, namun dapat memberikan dampak yang besar bagi perusahaan (Kotler dan Keller 2009). Pada penelitian ini yang dilakukan adalah melihat seberapa kuat pengaruh dari bentuk - bentuk bauran komuikasi pemasaran tersebut dalam mempengaruhi unsur decoding dan tindakan dalam model komunikasi pemasaran. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Komunikasi dikatakan tidak efektif jika sumber gagal dalam mendorong penerima pesan untuk bertindak. Komunikasi yang efektif menurut Tubbs dan Moss (1974) dalam Rakhmat (2004) yaitu komunikasi yang paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu: (1) Pengertian, artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. (2) Kesenangan, artinya tidak semua informasi disampaikan untuk menyampaikan informasi, dan membentuk pengertian, akan tetapi juga dilakukan untuk menimbulkan kesenangan. (3) Pengaruh pada sikap. Komunikasi seringkali dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Komunikasi yang efektif ditandai dengan perubahan sikap, perilaku, atau pendapat komunikan sesuai dengan kehendak komunikator. (4) Hubungan sosial yang baik. Komunikasi juga ditunjukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. (5) Tindakan efektifitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikan. Menurut Effendy (2000) dalam Djunaedi (2003) menyatakan efektivitas komunikasi adalah kondisi adanya kesamaan makna terhadap pesan komunikasi dimana hal tersebut dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, (2) afektif, yakni perubahan pandangan komunikan karena hatinya tergerak akibat komunikasi, dan (3) konatif, yakni perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Komunikasi pemasaran yang efektif harus mampu mengubah yang tidak tahu menjadi tahu, yang sudah tahu diupayakan menjadi suka, dan mereka yang suka dipertahankan semakin suka dan senang untuk menerimanya. Menurut Kotler dan Keller (2009) pengukuran hasil
11 komunikasi pemasaran dapat dilihat dari dampak komunikasi pemasaran terhadap khalayak sasaran, seperti kesadaran khalayak terhadap pesan yang disampaikan, frekuensi khalayak menerima bentuk komunikasi pemasaran, dan perubahan sikap atau perilaku khalayak setelah menerima bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Efektivitas komunikasi pemasaran bergantung juga pada alat promosi yang digunakan dalam komunikasi pemasaran. Dampak dari efektivitas komunikasi pemasaran pada penelitian ini dianalisis dengan melihat pengaruh rancangan pesan ANSVA, Bentuk bauran komunikasi pemasaran, terhadap dampak dari efektivitas komunikasi pemasaran yang berupa, kognitif, afektif dan konatif. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Pemasaran Aspek-aspek yang dapat menjadi indikator efektivitas komunikasi pemasaran berdasarkan hasil penelitian Arindi (2011) adalah aspek kognitif, afektif, dan konatif. Aspek kognitif adalah pengetahuan konsumen terhadap produk atau perusahaan, aspek afektif merupakan tingkat kesukaan konsumen atau ketertarikan konsumen terhadap suatu produk/perusahaan, dan aspek konatif adalah tingkat tingkah laku yang dimiliki konsumen terhadap perilaku pembelian suatu produk/perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian Yassiranda (2011) dan Amalia (2012), efektivitas komunikasi pemasaran dapat dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu rancangan pesan, ragam media yang digunakan, dan frekuensi penyampaian pesan. Rancangan pesan dianalisis dengan teori ANSVA, ragam media yang digunakan adalah bentuk komunikasi pemasaran yang digunakan untuk mempromosikan produk/perusahaan tersebut, dan frekuensi penyampaian pesan adalah jumlah berapa kali suatu pesan komunikasi pemasaran tersebut diperlihatkan. Berdasarkan hasil penelitian Amalia (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara dimensi rancangan pesan, ragam media yang digunakan, serta frekuensi penyampaian pesan dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Anggraeni (2012), menyatakan bahwa karateristik individu yang terdiri dari usia, pekerjaan, pendidikan, pengeluaran dan motivasi dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi pemasaran. Karateristik individu tersebut dapat mempengaruhi strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan, pada penelitian ini, karakteristik individu dilihat pengaruhnya terhadap strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan, strategi komunikasi pemasaran pada penelitian ini adalah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang digunakan, rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penyampaian bauran komunikasi pemasaran. Strategi komunikasi pemasaran tersebut kemudian dilihat pengaruhnya terhadap efektivitas komunikasi pemasaran dengan menggunakan aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif sebagai indikator penilaiannya.
12 Perilaku Konsumen Konsumen pada kredit perbankan adalah masyarakat yang terdaftar menjadi debitur di bank BRI unit Desa Cikedung. Setiap konsumen yang menjadi debitur, memiliki tujuan tertentu untuk memutuskan mengaplikaskan kredit perbankan. Dalam proses pengambilan keputusan untuk mengaplikasikan kredit perbankan, konsumen dipengerahui oleh faktor-faktor tertentu. Tujuan konsumen terhadap produk, pengambilan keputusan dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen termasuk kedalam perilaku konsumen. menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1993) dalam Sumarwan (2004) perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Definisi perilaku konsumen lainnya seperti yang dikutip oleh Sumarwan (2004) dari Loudon dan Della-Bitta (1984) adalah proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik dalam mengevaluasi, memperoleh,menggunakan dan menghabiskan barang atau jasa. Sumarwan (2004) mengartikan perilaku konsumen sebagai semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Beberapa definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya perilaku konsumen adalah suatu proses dimana seseorang sebagai konsumen dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk dalam proses pemasaran melibatkan aktivitas fisik, mental dan psikologis. Pemasaran sendiri bertujuan memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen yang dituju atau konsumen sasaran (target konsumen). Sebagai pemasar, tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana memengaruhi perilaku konsumen agar dapat mendukung produk yang ditawarkan kepada para konsumen. Hal ini menjadi dasar dilakukannya kegiatan promosi oleh pihak pemasar. Tujuan promosi yang dilakukan pemasar adalah untuk memengaruhi konsumen untuk melakukan proses pembelian. Setiadi (2003) menyatakan dalam memutuskan untuk membeli suatu produk, konsumen melalui tahapan proses yang lama dan rumit. Diawali dengan pengenalan kebutuhan, pencarian informasi produk, evaluasi alternatif, keputusan pembelian produk, dan perilaku pasca pembelian. Pengenalan kebutuhan konsumen disebabkan oleh rangsangan internal atau eksternal konsumen itu sendiri dan menjadi awal dari proses membeli suatu produk. Kemudian konsumen mulai mencari informasi mengenai produk apa yang menjadi dan dapat memenuhi kebutuhannya, proses pencarian informasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, salahsatunya promosi. Setelah memperoleh informasi produk konsumen akan mengevaluasi informasi tersebut dan membentuk penilaian terhadap produk tersebut. Setelah melakukan evaluasi konsumen akan membentuk tujuan untuk membeli produk yang dirasa sesuai dengan kebutuhannya. Proses pembelian juga dipengaruhi oleh perilaku pasca pembelian, hal ini dapat dilihat berdasarkan kepuasan terhadap produk sesudah pembelian. Jika konsumen merasa puas maka akan ada kemungkinan untuk membeli produk tersebut lagi (gambar 2).
13
Mengenali kebutuhan
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan membeli
Perilaku pasca pembelian
Gambar 2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Sumber: Setiadi (2003) Proses keputusan pembelian oleh konsumen sangat dipengaruhi oleh cara pandang konsumen terhadap suatu masalah atau kebutuhan dan bagaimana motivasi yang muncul dalam dirinya. Menurut Sumarwan (2004) motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Motivasi terbentuk karena adanya stimulus atau rangsangan yang akan menyebabkan pengenalan kebutuhan individu. Pengenalan kebutuhan individu akan menyebabkan tekanan kepada konsumen sehingga adanya dorongan untuk dalam dirinya untuk melakukan tindakan yang bertujuan. Tindakan tersebut akan menyebabkan tercapainya tujuan konsumen atau terpenuhinya kebutuhan konsumen atau konsumen memperoleh insentif yang bisa berbentuk produk, jasa, dan informasi yang dianggap bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Selain motivasi, proses keputusan pembelian juga bergantung pada sikap konsumen. Sikap konsumen merupakan hal penting bagi pemasar karena sikap menyimpulkan evaluasi konsumen terhadap suatu objek dan menunjukkan perasaan positif dan negatif serta kecenderungan dalam perilaku konsumen. Sikap konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Selain motivasi dan sikap, pengetahuan konsumen juga penting,karena bila konsumen tidak mengetahui tentang suatu produk maka, motivasi dalam dirinya tidak akan muncul dan sikap konsumen akan biasa saja atau cenderung netral. Pengetahuan konsumen termasuk kedalam komponen kognitif, sikap konsumen termasuk kedalam komponen afektif, dan motivasi termasuk kedalam komponen konantif, dan ketiganya termasuk kedalam satu komponen sikap yang didalamnya termasuk ketiganya. Engel, Blackwell, dan Miniard (1993) mengemukakan bahwa sikap menunjukkan apa yang konsumen sukai dan apa yang tidak disukai.
Komponen Kognitif Kepercayaan terhadap merek
Komponen Afektif Evaluasi merek
Komponen Konatif Maksud untuk membeli
Gambar 3 Hubungan antar Tiga Komponen Sikap Sumber: Setiadi (2003)
14 Setiadi (2003) menyatakan bahwa dari ketiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah sikap karena evaluasi merek merupakan ringkasan dari kecenderungan konsumen untuk menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu. Kesimpulan yang dapat ditarik dari gambar hubungan antar tiga komponen sikap adalah kepercayaan merek mempengaruhi evaluasi merek dan evaluasi merek menentukan perilaku berkehendak. Karakteristik konsumen dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian atau mengkonsumsi suatu barang. Mempelajari kebutuhan konsumen dapat memberikan petunjuk bagi pengembangan produk baru, keunggulan produk, penentuan harga, saluran pemasaran, dan pesan iklan serta bauran pemasaran lainnya. Konsumen memiliki karaketristik yang dapat dilihat berdasarkan demografi, ekonomi, dan sosial. Karakteristik demografi konsumen sangat terkait dengan konsep subbudaya. Subbudaya merupakan bagian yang lebih kecil dari budaya. Yang menggambarkan nilai-nilai, kepercayaan, ide, sikap, dan tindakan dari seorang individu. Keterkaitan antara demografi dan subbudaya terlihat dari dalam satu variabel demografi akan ada didapatkan subbudaya yang berbeda. Tabel 1 Karakteristik Demografi dan Subbudaya di Indonesia No. Karakteristik Demografi Contoh Subbudaya 1. Usia Anak-anak, remaja, dewasa awal, dewasa lanjut, lansia. 2. Agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha. 3. Suku bangsa Sunda, Jawa, Bali, Batak, Melayu, Dayak, Minahasa, Bugis. 4. Warga Indonesia Pribumi, Tionghoa, India, Arab. keturunan 5. Pendapatan Miskin, menengah, kaya. 6. Jenis kelamin Laki-laki, wanita. 7. Status pernikahan Lajang, menikah, janda, duda. 8. Jenis keluarga Orang tua tunggal, orang tua lengkap, keluarga dengan satu anak, dua anak. 9. Pekerjaan Dosen, guru, buruh, karyawan, dokter, akuntan, montir, pengacara. 10. Lokasi geografi Jawa, Luar Jawa, Kota, Desa. 11. Jenis rumah tangga Rumah Tangga Keluarga, Bukan Rumah Tangga Keluarga (tinggal sendiri, tinggal bersama teman di asrama). 12. Kelas sosial Kelas atas, kelas menengah, kelas bawah. Sumber: Sumarwan (2004) Karakteristik konsumen yang berdasarkan variabel ekonomi terdiri dari pendapatan dan pengeluaran sebagai indikator pendapatan konsumen. Menurut Sumarwan (2004), pendapatan adalah sumber daya material yang penting bagi konsumen. Karena dengan pendapatan itulah, konsumen bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Pendapatan seorang konsumen juga dapat diindikasi dari jumlah pengeluarannya dalam setiap satu bulan.
15 Karakteristik konsumen yang dianalisis pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Karakteristik – karakteristik tersebut dianalisis, lalu kemudian dilihat pengaruhnya terhadap strategi komunkasi pemasaran yang digunakan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung. Kerangka Pemikiran Perusahaan atau bank penyedia kredit dalam memasarkan kredit perbankan sudah seharusnya melakukan komunikasi pemasaran yang bertujuan untuk memperkenalkan dan menginformasikan kredit perbankan tersebut. Strategi komunikasi pemasaran dalam penelitian ini diukur melalui penilaian rancangan pesan ANSVA, bentuk bauran komunikasi yang digunakan oleh bank tersebut, dan frekuensi penyampaian bauran pemasarannya. Bentuk komunikasi pemasaran yang digunakan antara lain Periklanan, Promosi penjualan, Humas dan Publisitas, Penjualan Tatap Muka, dan Word of Mouth. Penilaian rancangan pesan komunikasi pemasaran terdiri dari Atttention, Need, Satisfaction, Visualization dan Action. Frekuensi penyampaian pesan merupakan intensitas Bank dalam menyampaikan bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan. Efektivitas komunikasi pemasaran dalam penelitian ini dilihat sampai sejauh mana komunikasi pemasaran dapat mempengaruhi aspek kognitif, afektif, dan konatif konsumen sesuai dengan kecenderungan untuk melakukan tindakan yang diinginkan. Faktor Internal 1. 2. 3. 4. 5.
Usia Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Jenis Kelamin
Strategi Komunikasi Pemasaran a.
b. Faktor Eksternal
c.
- Frekuensi penerimaan terhadap promosi bank lain
Bentuk bauran komunikasi pemasaran yang digunakan Penilaian rancangan pesan ANSVA Frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran
- Frekuensi peminjaman kredit pada bank lain
Gambar 4 Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan :
: Mempengaruhi
Efektivitas Komunikasi Pemasaran 1) Kognitif 2) Afektif 3) Konatif
16 Faktor internal merupakan karakteristik konsumen, meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan jenis kelamin. Faktor eksternal terdiri dari, frekuensi penerimaan debitur terhadap promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit debitur pada bank lain. Kedua faktor tersebut memiliki hubungan dengan strategi komunikasi pemasaran. Strategi komunikasi pemasaran ini diukur melalui bentuk bauran komunikasi pemasaran yang digunakan oleh bank, Penilaian rancangan pesan ANSVA, dan frekuensi penyampaian bauran komunikasi pemasaran tersebut. Strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan memiliki hubungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat diukur melalui sejauh mana tujuan komunikasi pemasaran itu tercapai. Tujuan komunikasi pemasaran adalah menyampaikan pesan informasi kepada khalayak dengan tujuan dapat merubah sikap konsumen yang terdiri dari komponen kognitif, afektif, dan konatif. Hipotesis 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengengaruh terhadap bentuk bauran komunikasi pemasaran Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran Bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA, dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap aspek kogntif Bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA, dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap aspek afektif Bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA, dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap aspek konatif Definisi Operasional
Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor internal merupakan karakteristik nasabah, yaitu keadaan spesifik nasabah Bank BRI Unit Desa Cikedung yang berkaitan langsung dengan dirinya, dapat diukur dengan variabel: a. Usia adalah lamanya seseorang hidup, terhitung sejak dia dilahirkan hingga saat menjadi responden penelitian. Pembulatan angka pada variabel usia dibulatkan ke bawah, dalam arti usia tersebut merujuk saat ulang tahun terakhir responden. Variabel ini merupakan jenis data interval dalam uji statistik. Usia pengunjung digolongkan untuk analisis deskriptif dan
17 dikelompokkan berdasarkan rentang usia Havighurst dalam Mugniesyah (2009) yaitu masa dewasa awal (18-30 tahun), usia pertengahan (31-50 tahun), dan usia tua (> 50 tahun). b. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Pengukuran berdasarkan lamanya tahun jenjang pendidikan terakhir. Variabel ini merupakan jenis data interval dalam uji statistik, dan untuk analisis deskriptif pendidikan dikelompokkan ke dalam kategori yaitu: - Rendah (Tidak Sekolah dan atau SD) - Sedang (SMP) - Tinggi (SMA) c. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh responden sebagai sumber utama yang menghasilkan uang. Variabel ini merupakan jenis data nominal dalam uji statistik. Variabel ini digolongkan kedalam tiga kategori untuk analisis deskripitif, yaitu: - Bekerja (Petani, PNS, dan Pegawai Swasta) - Berdagang (Wiraswasta) - Tidak bekerja (ibu rumah tangga dan pensiunan) d. Pendapatan adalah rata-rata uang (rupiah) yang diperoleh pada setiap bulan. Diukur dengan skala interval. Variabel ini merupakan jenis data interval saat uji statistik, dan untuk analisis deskriptif pengeluaran dikelompokkan menjadi: - Rendah (Rp300 000 – Rp8 535 000) - Sedang (Rp8 535 001 – Rp16 770 000) - Tinggi (Rp16 770 001 – Rp25 000 000) e. Jenis kelamin adalah sifat fisik responden seperti yang tercatat dalam kartu identitas yang dimiliki oleh responden. Diukur dengan menggunakan skala nominal. 2. Faktor eksternal merupakan faktor-faktor dari luar diri responden yang mempengaruhi responden dalam menilai kegiatan promosi yang dilakukan oleh Bank BRI unit Desa Cikedung, diukur menggunakan variabel: a. Frekuensi penerimaan promosi bank lain adalah intensitas konsumen dalam menerima informasi mengenai produk kredit sejenis yang disediakan oleh bank lain. Variabel ini merupakan jenis data interval saat uji statistik, dan untuk analisis deskriptif variabel ini digolongkan menjadi tiga kategori: - Rendah (0-1 kali) - Sedang (2-3 kali) - Tinggi (4-5 kali) b. Frekuensi peminjaman kredit adalah banyaknya atau tingkat keseringan konsumen meminjam kredit dari lembaga keuangan lainnya dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Variabel ini merupakan jenis data interval saat uji statistik, dan untuk analisis deskriptif variabel ini digolongkan menjadi 3 kategori: - Tidak pernah (0 Kali) - Jarang (1 Kali) - Sering (2 Kali)
18
3. Strategi komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Dapat diukur dengan variabel: a. Bentuk bauran komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berhubungan dengan promosi yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai produk yang dipasarkan kepada khalayak. Bentuk bauran komunikasi pemasaran diukur dengan banyaknya jumlah bentuk media komunikasi pemasaran yang diterima oleh responden pertama kali. Bentuk bauran komunikasi pemasaran ini terdiri dari brosur/leaflet, acara hiburan, pameran, kunjungan mantri, dan cerita dari teman atau kerabat. Variabel ini merupakan jenis data interval dalam uji statistik, dan untuk analisis deskriptif variabel ini digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu: - Rendah (skor 1, jika mendapatkan 1 buah bentuk bauran komunikasi pemasaran) - Sedang (Skor 2, jika mendapatkan 2 buah bentuk komunikasi pemasaran) - Tinggi (Skor 3, jika mendapatkan 3 buah bentuk komunikasi pemasaran ) b. Penilaian rancangan pesan ANSVA adalah penilaian tingkat kekuatan desain pesan dalam memberikan informasi kepada responden. Rancangan pesan diukur berdasarkan 5 unsur ANSVA yang dikategorikan menjadi : 1) Attention adalah unsur pesan didalam bentuk elemen-elemen bauran promosi yang digunakan oleh Bank BRI unit Desa Cikedung yang dapat membangkitkan perhatian konsumen terhadap ide atau gagasan yang ditawarkan mengenai kredit perbankan. Variabel ini merupakan jenis data interval 2) Need adalah unsur pesan didalam bentuk elemen-elemen bauran promosi yang digunakan oleh Bank BRI unit Desa Cikedung yang dapat membangkitkan rasa kebutuhan konsumen terhadap ide atau gagasan yang ditawarkan mengenai kredit perbankan. Variabel ini merupakan jenis data interval 3) Satisfaction adalah unsur pesan didalam bentuk elemen-elemen bauran promosi yang digunakan oleh Bank BRI unit Desa Cikedung berupa penawaran jalan keluar dan pemenuhan kebutuhan dari masalah yang dirasakan oleh konsumen. Variabel ini merupakan jenis data interval 4) Visualization adalah unsur pesan didalam bentuk elemen-elemen bauran promosi yang digunakan oleh Bank BRI unit Desa Cikedung yang memproyeksikan gagasan atau ide mengenai kredit perbankan ke masa yang akan datang. Variabel ini merupakan jenis data interval 5) Action adalah unsur pesan didalam bentuk elemen-elemen bauran promosi yang digunakan oleh Bank BRI unit Desa Cikedung yang dapat mempengaruhi konsumen untuk bertindak melakukan gagasan atau ide mengenai kredit perbankan yang ditawarkan. Variabel ini merupakan jenis data interval
19 Hasil pengukuran pesan ANSVA, kemudian digolongkan menjadi : - Lemah (skor 60-80) - Sedang (skor 81-100) - Kuat (101-120) c. Frekuensi penerimaan pesan adalah banyaknya atau tingkat keseringan responden menerima masing-masing bentuk media pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung dalam kurun waktu 6 bulan terakhir. Variabel ini merupakan jenis data interval dalam uji statistik, dan untuk analisis deskriptif variabel ini digolongkan menjadi: - Rendah (1-4 kali) - Sedang (5-8 kali ) - Tinggi (9-12 kali ) 4. Efektivitas komunikasi pemasaran adalah keberhasilan pelaksanaan komunikasi pemasaran dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat diketahui melalui aspek kognitif, afektif, dan konatif. a. Aspek kognitif adalah peningkatan pengetahuan dan persepsi responden mengenai produk kredit perbankan yang diperoleh dari informasi berbagai sumber. Variabel ini merupakan jenis data interval dalam uji statistik, dan untuk analisis deskriptif digolongkan menjadi: - Rendah (Skor 4-6) - Sedang (Skor 7-9) - Tinggi (Skor 10-12) b. Aspek afektif adalah aspek yang berkenaan dengan emosi, keinginan, dan rasa suka yang dimiliki oleh responden mengenai produk yang ada, dan juga hal-hal yang berkaitan dengan Bank BRI Unit Desa Cikedung. Variabel ini merupakan jenis data interval dalam uji statistik, dan untuk analisis deskriptif digolongkan menjadi: - Rendah (Skor 5-6) - Sedang (Skor 7-8) - Tinggi (Skor 9-10) c. Konatif adalah tindakan responden untuk mesebarluaskan informasi serta mengaplikasikan produk kredit perbankan dan serta menyebarluaskan apa yang responden ketahui tentang produk tersebut. Variabel ini merupakan jenis data interval dalam uji statistik, dan untuk analisis deskriptif digolongkan menjadi: - Rendah (Skor 5-6) - Sedang (Skor 7-8) - Tinggi (Skor 9-10)
20 PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dan didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya data analisis. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam dengan pihak Bank BRI Unit Desa Cikedung. Metode kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data primer (Singarimbun dan Effendi 1989). Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bank BRI Unit Desa Cikedung, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Penentuan lokasi untuk Bank BRI Unit Desa Cikedung, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Bank BRI Unit Desa Cikedung telah melakukan promosi penjualan guna mengenalkan dan memasarkan produk perbankan yang lebih lengkap dan baik dibandingkan bank-bank lainnya yang ada di pedesaan. Bank BRI Unit Desa Cikedung juga memiliki banyak debitur yang mayoritas mengambil kredit untuk membantu usahanya di bidang pertanian, sehingga mendukung penelitian ini. Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan survei langsung ke lokasi penelitian, penelusuran kepustakaan hasil penelitian dari beberapa peneliti, artikel dari internet, serta beberapa narasumber yang memberikan informasi mengenai lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2013 sampai dengan Mei 2013. Kegiatan penelitian meliputi pra survey, penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi dan perbaikan laporan penelitian. Teknik Pemilihan Responden Populasi dalam penelitian ini adalah debitur Bank Rakyat Indonesia baik debitur Kredit Usaha Rakyat KUR), Kredit Usaha Pedesaan (KUPEDES), dan Kredit Skala Mikro (KSM) yang diperoleh berdasarkan data debitur yang ada dan telah terdaftar menjadi debitur sejak 6 bulan sebelum dilaksanakannya penelitian ini. Jumlah populasi penelitian ini berdasarkan data debitur yang ada, berjumlah 600 orang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Populasi dan sampel penelitian No. Cluster 1. KUR 2. KUPEDES 3. KSM TOTAL
Populasi Sampel 200 20 202 20 198 20 600 60
21 Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling yaitu dengan membagi responden kedalam tiga jenis kredit yang diambil yaitu KUR, KUPEDES dan KSM dengan tujuan agar mengurangi kemungkinan adanya bias dan keseragaman dalam pengambilan data. Agusta (2011) menyatakan ketika melakukan perbandingan antar kelompok, maka masing-masing kelompok minimal berisikan 20 sampel. Pengambilan sampel untuk masing-masing kelompok dapat dilaksanakan secara proporsional sesuai populasi masing-masing kelompok, atau tidak proporsional. Pemilihan responden dalam cluster KUR, KUPEDES dan KSM ditentukan secara acak yaitu dengan cara mengentri nomor urut debitur 1-600 untuk seluruh populasi, kemudian dipilih secara acak 60 sampel penelitian menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows version 20.0. Lalu hasil dari pengacakan nomor urut tersebut diserahkan kepada petugas Bank BRI untuk kemudian dimintai datanya. Dari data yang didapat terpilih secara acak 20 orang responden dari masing-masing cluster KUR, KUPEDES dan KSM. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan instrumentasi berupa kuesioner. Dalam pelaksanaan penelitian, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah berupa pengamatan langsung terhadap seluruh kegiatan komunikasi pemasaran yang telah dilakukan oleh pihak Bank BRI Unit Desa Cikedung. Selain itu, dilakukan pula teknik wawancara mendalam terhadap sejumlah informan untuk mendapatkan data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif deskriptif. Pemilihan informan dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu Pimpinan serta Account Officer (Mantri) dari Bank BRI Unit Desa Cikedung. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian (responden) di lapangan yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder berupa profil Bank BRI Unit Desa Cikedung, brosur yang digunakan sebagai media komunikasi pemasaran kredit perbankan yang diteliti, data dalam website, serta data-data dari pustaka serta penelitian sebelumnya. Instrumentasi diperlukan untuk keperluan pengumpulan data dalam bentuk kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang telah disusun dan dipersiapkan sebelumnya. Kuesioner dibagi menjadi empat bagian untuk mempermudah pelaksanaan faktor internal yang mempengaruhi responden, bagian kedua untuk penggalian data mengenai faktor eksternal yang mempengaruhi responden, bagian ketiga untuk penggalian data mengenai strategi komunikasi pemasaran dan bagian keempat untuk penggalian data mengenai efektivitas komunikasi pemasaran. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, untuk menggambarkan efektivitas komunikasi pemasaran terhadap perubahan sikap konsumen. Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi dengan program Microsoft Excel 2010, kemudian dianalisis secara statistik deskriptif. Hasil analisis
22 diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Data kuantitatif diuji dengan menggunakan uji statistik analisis regresi linear berganda dengan nilai signifikansi sebesar α (0.05). Uji statistik analisis regresi linear berganda menurut Sunyoto (2011) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas (x) dan variabel terikat (y), dan dalam pengukuran pengaruh variabel melibatkan lebih dari satu variabel bebas. Jenis data yang digunakan untuk analisis regresi linear berganda adalah jenis data interval dan rasio, dan untuk data yang bukan interval dan rasio (nominal dan ordinal) dimasukkan sebagai variabel dummy dalam pengolahan data. Sunyoto (2011) menyatakan bahwa variabel dummy juga termasuk dalam variabel kuantitatif, meskipun memiliki karakteristik tertentu variabel ini tetap dapat mempengaruhi hasil estimasi persamaan regresi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows version 20.0 untuk mempermudah dalam pengolahan data. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bank BRI Unit Desa Cikedung yang berlokasi di Jalan Raya Cikedung-Tugu, Desa Cikedung, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Bank BRI Unit Desa Cikedung merupakan salah satu pengembangan bisnis serta cabang dari Bank BRI Unit Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Sejarah Singkat Bank BRI Unit Desa Cikedung Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih penuh dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini. Adapun Bank BRI Unit Desa Cikedung telah berdiri di Desa Cikedung sejak tahun 2000 dan telah melayani ribuan nasabah yang bertempat tinggal menyebar di seluruh wilayah kecamatan Cikedung. Pada mulanya Kantor Bank BRI Unit Desa tersebar di setiap desa, namun dengan adanya kebijakan baru, Kantor Bank BRI Unit Desa hanya ada 1 disetiap Kecamatan. Adapun sejarah pelayanan kredit di Bank BRI Unit Desa Cikedung, sudah dimulai sejak Bank BRI Unit Desa Cikedung ada. Pelayanan kredit dilakukan oleh mantri bank BRI. Dalam melakukan pelayan kredit, mantri-mantri bank mengalami pergantian wilayah kerja, hal ini dilakukan guna, meningkatkan kemampuan para mantri bank dalam mencari masyarakat yang berpotensi menjadi debitur. Namun adanya pergantian wilayah kerja para mantri
23 teresbut, tidak disambut baik oleh para debitur, karena hal tersebut menyebabkan debitur kesulitan untuk beradaptasi dengan mantri yang baru. Hal ini dikarenakan setiap mantri memiliki karakteristik yang berbeda, dan mayoritas debitur memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi pada mantri sebelumnya, sehingga terkadang hal tersebut, membuat debitur enggan untuk berinteraksi dengan mantri yang baru. Visi dan Misi Bank BRI Unit Desa Cikedung Bank BRI Unit Desa Cikedung merupakan cabang pembantu dari Bank BRI pusat, sehingga visi dan misi yang dianut sama. Visi dari Bank BRI sendiri adalah Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah, dan misi dari Bank BRI antara lain: a. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. b. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance. c. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Struktur Organisasi Bank BRI Unit Desa Cikedung Struktur organisasi Bank BRI Unit Desa Cikedung terdiri dari Kepala Unit Desa yang berperan sebagai penanggung jawab utama seluruh kegiatan operasional dari Bank BRI Unit Desa Cikedung. Kemudian, di bawah Kepala Unit Desa ada Mantri (Account Officer), Teller, Costumer Service, Security, dan Office Boy. Mantri (Account Officer) memiliki tanggung jawab atas seluruh kegiatan pengelolaan penjualan produk kredit perbankan, dari mulai mencari nasabah, promosi produk, mensurvey tempat tinggal nasabah, mempersiapkan berkasberkas pengajuan kredit nasabah dan menagih cicilan pembayaran kredit nasabah. Teller memiliki tanggung jawab atas seluruh kegiatan keluar masuk uang nasabah, dari mulai setoran tabungan, pengambilan tabungan, pengiriman uang, deposito, pembayaran cicilan kredit nasabah dan pembayaran tagihan nasabah lainnya, seperti listrik, telepon, dll. Costumer Service memiliki tanggung jawab atas seluruh pelayanan kebutuhan nasabah, seperti mempersiapkan berkas pembukaan rekening baru, memberikan informasi mengenai produk kredit perbankan, dan membantu permasalahan mengenai hal-hal perbankan yang dihadapi nasabah. Security memiliki tanggung jawab atas seluruh keamanan serta ketertiban pada Bank, dan Office Boy bertanggung jawab atas seluruh kebutuhan pegawai Bank dan perawatan Bank. Segmentasi Pasar Bank BRI Unit Desa Cikedung Seperti pada misi Bank BRI yaitu, melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat, maka segmentasi pasar dari Bank BRI Unit Desa Cikedung secara umum adalah seluruh masyarakat
24 Indonesia dan secara khusus adalah seluruh masyarakat yang berada di Kecamatan Cikedung yang baru akan atau sudah memiliki usaha, baik itu usaha mikro, kecil dan menengah guna meninggkatkan ekonomi masyarakat. Produk Kredit Perbankan yang Ditawarkan Bank BRI Unit Desa Cikedung Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit Usaha Rakyat atau disingkat KUR adalah salah satu jenis pinjaman yang ditawarkan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung kepada masyarakat. KUR juga merupakan Kredit Modal Kerja dan atau Kredit Investasi dengan plafonkredit sampai dengan Rp 500 juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang memiliki usaha produktif yang akan mendapat penjaminan dari perusahaan penjamin. KUR yang ditawarakan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung kepada masyarakat adalah KUR Mikro dengan plafon kredit maksimal 20 juta. Persyaratan KUR mikro secara umum adalah, 1. Calon debitur adalah individu yang melakukan usaha produktif yang layak, 2. Memiliki legalitas yang lengkap seperti KTP/ SIM dan KK, dan 3. Lama usaha minimal 6 bulan. Suku bunga yang berlaku berdasarkan situs resmi bank BRI adalah maksimal 22% per tahun. Kredit Usaha Pedesaan (KUPEDES) Kredit Usaha Pedesaan atau disingkat KUPEDES adalah kredit dengan bunga bersaing yang bersifat umum untuk semua sektor ekonomi, ditujukan untuk individual (badan usaha maupun perorangan) yang memenuhi persyaratan dan dilayani di seluruh BRI Unit dan Teras BRI. Plafon kredit untuk KUPEDES adalah Rp 5 juta sampai dengan Rp 100 juta. Persyaratan KUPEDES adalah (a) Melampirkan dokumen identitas diri KTP / SIM, (b) Pengalaman usaha minimal 1 tahun, (c) Melampirkan legalitas usaha (Minimal surat keterangan usaha dari Kepala Desa / Lurah / Pasar) dan (d) Menyertakan Agunan ( Surat keterangan kepemilikan lahan, sertifikat rumah atau tanah, BPKB kendaraan, dll). Pinjaman KUPEDES memiliki keunggulan antara lain, memperoleh asuransi jiwa kredit, angsuran sesuai kebutuhan (bulanan / musiman / dll) dan bonus bagi debitur yang angsurannya dibayar tepat waktu. Kredit Skala Mikro (KSM) Kredit Skala Mikro atau disingkat KSM adalah kredit yang bersifat umum untuk semua sektor ekonomi, ditujukan untuk individual (badan usaha maupun perorangan) yang memenuhi persyaratan dan dilayani di seluruh BRI Unit dan Teras BRI. KSM merupakan jenis kredit yang sama dengan kredit KUPEDES tetapi memiliki perbedaan yaitu plafon kredit KSM adalah Rp 100 ribu sampai dengan Rp 5 juta. Persyaratan KSM sama dengan persyaratan KUPEDES yaitu (a) Melampirkan dokumen identitas diri KTP / SIM, (b) Pengalaman usaha minimal 1 tahun, (c) Melampirkan legalitas usaha (Minimal surat keterangan usaha dari Kepala Desa / Lurah / Pasar) dan (d) Menyertakan Agunan ( Surat keterangan kepemilikan lahan, sertifikat rumah atau tanah, BPKB kendaraan, dll). Sama
25 halnya seperti KUPEDES, pinjaman KSM memiliki keunggulan memperoleh asuransi jiwa kredit, angsuran sesuai kebutuhan (bulanan / musiman / dll) dan bonus bagi debitur yang angsurannya dibayar tepat waktu.
26 KARAKTERISTIK DEBITUR BANK BRI UNIT DESA CIKEDUNG Karakteristik debitur merupakan faktor internal dan faktor eksternal debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung. Faktor internal merupakan karakteristik pengunjung yang meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir dan pendapatan per bulan debitur. Faktor eksternal meliputi frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi kredit kepada bank lain. Faktor Internal Debitur Bank Bri Unit Desa Cikedung Faktor Internal dari debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung yang diamati dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir,dan pendapatan per bulan. Para debitur yang menjadi responden pada penelitian ini dibagi berdasarkan jenis produk kredit perbankan yang diambil yaitu KUR, KUP, dan KSM. Faktor internal debitur secara keseluruhan dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3 Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan faktor internal debitur Faktor Internal Debitur Usia
Jenis Kelamin Pekerjaan
Pendidikan Terakhir Pendapatan
Kategori Masa dewasa awal (18 – 30 tahun) Usia pertengahan (31 – 50 tahun) Usia tua (>50 tahun) Laki-laki Perempuan Bekerja Berdagang Tidak Bekerja Rendah (Tidak Sekolah dan SD) Sedang (SMP) Tinggi (SMA) Rendah (Rp300 000 – Rp8 535 000) Sedang (Rp8 535 001 – Rp16 770 000 Tinggi (Rp16 770 001 – Rp25 000 000)
n
%
4 38 18 35 25 33 20 7 40 12 8
6.67 63.33 30.00 58.33 41.67 55.00 33.33 11.67 66.67 20.00 13.33
53
88.33
6 1
Total (%) 100.00 100.00 100.00
100.00
10.00 100.00 1.67
Usia Usia adalah lamanya seseorang hidup, terhitung sejak dia dilahirkan hingga saat menjadi responden penelitian. Pembulatan angka pada variabel usia dibulatkan ke bawah, dalam arti usia tersebut merujuk saat responden terakhir kali ulang tahun. Karakateristik debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan
27 usia yang diamati pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan rentang usia Havighurst dalam Mugniesyah (2009). Karakteristik usia debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4
Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan usia
Usia Usia dewasa awal (18–30 tahun) Usia pertengahan (31–50 tahun) Usia tua (>50 tahun) Total
KUR
KUPEDES n %
n
%
2
10.00
0
12
60.00
6
Total
KSM n
%
n
%
0.00
2
10.00
4
6.67
11
55.00
15
75.00
38
63.33
30.00
9
45.00
3
15.00
18
30.00
20 100.00
20
100.00
20
100.00
60
100.00
Berdasarkan data dari 60 debitur yang menjadi responden dalam penelitian ini diperoleh data bahwa usia debitur relatif heterogen. Tabel 4 menunjukkan bahwa debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung yang mengambil kredit KUR, KUP dan KSM berusia mulai dari 22 tahun sampai dengan 68 tahun, tetapi didominasi oleh debitur yang berusia 31 - 50 tahun (usia pertengahan), yaitu 63.33 persen secara keseluruhan. Mayoritas debitur merupakan debitur yang berusia 30-an tahun. Salah seorang debitur yang termasuk karakteristik usia pertengahan mengakui bahwa ia tertarik menjadi debitur karena kemudahan syarat dan bunga yang diterapkan rendah dibandingkan bank-bank lainnya, dan juga karena ia merasa dianggap keluarga oleh mantri-mantri Bank BRI Unit Desa Cikedung. “…saya mah mas ambil kredit di BRI Cikedung, awalnya karena selain untuk modal, pas saya bandingin bunganya sama Bank lain jauh lebih rendah, terus syaratnya juga gampang cuman KTP, KK, sama foto, besoknya langsung di survey sama mantrinya. Terus juga saya ngerasa dianggap saudara sama mantrinya mas, kalo itutuh pak mantrinya abis survey ke daerah sini, pasti pulangnya mampir…” (CC, 34 tahun) Keragaman usia debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung salah satunya disebabkan Bank BRI Unit Desa Cikedung, dalam memasarkan produknya khususnya produk kredit perbankan, tidak memilih debitur berdasarkan usia, selama orang tersebut telah memiliki kartu tanda penduduk (KTP), maka orang tersebut bisa menjadi debitur, karena salah satu sarat menjadi debitur di Bank BRI Unit Desa Cikedung adalah memiliki KTP. Tidak ada perbedaan pada debitur yang mengambil kredit baik itu KUR, KUPEDES, dan KSM jika dilihat berdasarkan kategori usia.
28 Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah sifat fisik responden seperti yang tercatat dalam kartu identitas yang dimiliki oleh responden dan merupakan identitas seksual yang melekat pada diri responden. Berdasarkan jenis kelamin, debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung terbagi menjadi debitur laki-laki dan debitur perempuan. Karakteristik debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5
Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan jenis kelamin KUR
KUPEDES n %
Jenis Kelamin
n
%
Laki-Laki
10
50.00
12
Perempuan
10
50.00
Total
20
100.00
KSM
Total
n
%
n
%
60.00
13
65.00
35
58.33
8
40.00
7
35.00
25
41.67
20
100.00
20
100.00
60
100.00
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data pada Tabel 5, mayoritas debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung adalah debitur laki-laki, sebanyak 35 orang atau 58.33 persen secara keseluruhan, sedangkan debitur perempuan hanya 41.67 persen atau 25 orang secara keseluruhan. Data ini menunjukkan bahwa kecenderungan debitur laki-laki lebih banyak daripada debitur perempuan. Perbedaan jumlah antara debitur laki-laki dengan debitur perempuan terbilang tidak terlalu jauh namun tetap terlihat perbedaannya jumlahnya. Hal ini dikarenakan pendekatan yang dilakukan oleh pihak Bank BRI Unit Desa Cikedung melalui mantri lebih banyak dilakukan kepada kaum laki-laki karena dalam kesehariannya, yang banyak melakukan aktivitas mencari nafkah banyak dilakukan oleh kaum laki-laki dan juga dalam suatu keluarga khususnya di desa lelaki memiliki kuasa untuk menentukan keputusan, sehingga dalam keputusan untuk mengambil atau tidak kredit tersebut lebih mudah diputuskan. Debitur perempuan yang mengambil kredit dilakukan atas persetujuan suaminya atau juga atas suruhan dari suaminya. Perbedaan yang terjadi antara debitur laki-laki dan debitur perempuan adalah debitur laki-laki mengambil kredit untuk menambah modal usaha dan debitur perempuan mengambil kredit untuk membantu modal usaha suaminya atau memulai usaha baru guna membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh responden sebagai sumber utama dalam menghasilkan uang. Mayoritas debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung merupakan orang-orang yang memiliki pekerjaan. Karakteristik debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 6.
29 Tabel 6
Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Bekerja Berdagang Tidak Bekerja Total
KUR
KUPEDES n %
n
%
9
45.00
14
6
30.00
5 20
Total
KSM n
%
n
%
70.00
10
50.00
33
55.00
5
25.00
9
45.00
20
33.33
25.00
1
5.00
1
5.00
7
11.67
100.00
20
100.00
20
100.00
60
100.00
Dari Tabel 6, diperoleh hasil karakteristik pekerjaan debitur dalam memperoleh penghasilan, pekerjaan debitur tersebut dikelompokkan sesuai profesinya sehingga didapatkan kategori pekerjaan debitur dalam memperoleh penghasilan adalah dengan bekerja, berdagang, dan tidak bekerja. Kelompok bekerja terdiri dari petani, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan Pegawai Swasta; Kelompok berdagang terdiri dari wiraswasta dan; Kelompok tidak bekerja terdiri dari mahasiswa, pelajar, Ibu Rumah Tangga (IRT), dan pensiunan. Kelompok pekerjaan ini diperoleh dari data pekerjaan 60 responden penelitian. Mayoritas debitur baik KUR, KUPEDES dan KSM didominasi oleh responden yang cara mendapatkan uang dengan cara bekerja dengan jumlah masing-masing adalah 9 orang, 14 orang dan 10 orang. Lalu, yang mencari uang dengan berdagang, debitur KUR ada 6 orang, debitur KUPEDES ada 5 orang dan debitur KSM ada 9 orang, dan responden yang tidak bekerja pada debitur KUR berjumlah 5 orang, debitur KUPEDES 1 orang dan debitur KSM 7 orang. Debitur yang bekerja menyatakan tujuan dalam mengaplikasikan kredit adalah untuk membeli kebutuhan yang diperlukan saat bekerja, seperti pada debitur yang bekerja dengan menjadi petani, tujuan mengambil kredit adalah untuk membeli keperluan bertani seperti, membeli pupuk, membeli garam, sewa traktor untuk membajak sawahnya, dan ada juga yang digunakan untuk membeli sawah baru. Pendidikan Terakhir Pendidikan terakhir adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Karakteristik pendidikan terakhir ini dibagi menjadi tiga golongan, yaitu pendidikan rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan pendidikan ini dilihat dari waktu awal hingga akhir dari pendidikan yang dijalani oleh responden. Pendidikan rendah untuk mereka yang menjalani pendidikan dari 0-6 tahun, atau tidak sekolah sampai dengan SD. Pendidikan sedang untuk mereka yang bersekolah 7-9 tahun, atau yang berpendidikan terakhir SMP. Pendidikan tinggi untuk mereka yang bersekolah 10-12 tahun, atau yang bersekolah sampai jenjang SMA. Karakteristik debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat dalam Tabel 7.
30 Tabel 7
Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan pendidikan terakhir
Pendidikan Terakhir Rendah (Tidak Sekolah – SD) Sedang (SMP) Tinggi (SMA) Total
KUR
KUPEDES n %
n
%
13
65.00
14
3
15.00
4 20
Total
KSM n
%
n
%
70.00
13
65.00
40
66.67
4
20.00
5
25.00
12
20.00
20.00
2
10.00
2
10.00
8
13.33
100.00
20
100.00
20
100.00
60
100.00
Pendidikan dari para debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung baik yang mengambil kredit, KUR, KUPEDES, dan KSM beragam dari mulai berpendidikan rendah yaitu yang tidak sekolah dan SD, berpendidikan sedang yaitu SMP hingga berpendidikan tinggi yaitu SMA. Tabel 7 menunjukkan bahwa debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung yang mengambil kredit KUR 65.00 persen atau sejumlah 13 orang berpendidikan rendah, 15.00 persen atau sejumlah 3 orang berpendidikan sedang dan 20.00 persen atau sejumlah 4 orang berpendidikan tinggi. Pada debitur yang mengambil kredit KUPEDES sebanyak 70.00 persen atau sejumlah 14 orang berpendidikan rendah, 20.00 persen atau sejumlah 4 orang berpendidikan sedang dan 10.00 persen atau sejumlah 2 orang berpendidikan tinggi. Data terakhir pada debitur yang mengambil kredit KSM sebanyak 65.00 persen atau sejumlah 13 orang berpendidikan rendah, 25.00 persen atau sejumlah 5 orang berpendidikan sedang dan 10.00 persen atau sejumlah 2 orang berpendidikan tinggi. Mayoritas dari para debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung, berpendidikan rendah yaitu sebesar 66.67 persen atau sejumlah 40 orang. Data dalam Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara debitur yang mengambil kredit KUR, KUPEDES dan KSM jika dilihat berdasarkan pendidikan terakhir pengunjung. Karakteristik debitur jika dilihat dari tingkat pendidikan berada pada tingkat pendidikan rendah, dikarenakan mayoritas masyarakat di Kecamatan Cikedung termasuk para debitur, memiliki pendidikan yang rendah, karena disamping ratarata umur debitur berada pada tingkatan dewasa awal (31 – 50 tahun), pada saat dimana para debitur harusnya sekolah dulu, para debitur lebih memilih untuk bekerja, karena para debitur memiliki pemikiran saat itu, pendidikan tidak penting, yang penting adalah bagaimana menghasilkan uang. Pendapatan per Bulan Pendapatan per bulan adalah rata-rata uang (rupiah) yang diperoleh setiap bulan. Karakteristik debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan jumlah pendapatan per bulan dapat digolongkan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Pendapatan per bulan yang tergolong rendah berada pada rentang pendapatan Rp300.000–Rp8.535.000; pendapatan per bulan yang tergolong sedang berada
31 pada rentang pendapatan Rp8.535.001–Rp16.770.000; dan pendapatan per bulan yang tergolong tinggi berada pada rentang pendapatan Rp16.770.001– Rp25.000.000. Karakteristik debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan jumlah pendapatan per bulan dapat dilihat dalam Tabel 8. Tabel 8
Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan jumlah pendapatan per bulan
Pendapatan per Bulan Rendah (Rp 300 000–Rp8 535 000) Sedang (Rp 8 535 001– Rp16 770 000 Tinggi (Rp 16 770 00 – Rp25 000 000) Total
KUR
KUPEDES n %
n
%
17
85.00
17
2
10.00
1 20
KSM
Total
n
%
n
%
85.00
19
95.00
53
88.33
3
15.00
1
5.00
6
10.00
5.00
0
0.00
0
0.00
1
1.67
100.00
20
100.00
20
100.00
60
100.00
Tabel 8 menunjukkan pendapatan debitur yang mengambil kredit KUR sejumlah 17 orang atau 85.00 persen dari jumlah keseluruhan berpendapatan rendah, 2 orang atau 10.00 persen dari jumlah keseluruhan berpendapatan sedang dan 1 orang atau 5.00 persen dari jumlah keseluruhan berpendapatan tinggi. Pada data debitur yang mengambil kredit KUPEDES sejumlah 17 orang atau 85.00 persen dari jumlah keseluruhan berpendaptan rendah dan 3 orang atau 15.00 persen dari jumlah keseluruhan berpendapatan sedang. Kemudian pada data debitur yang mengambil kredit KSM sejumlah 19 orang atau 95.00 persen dari jumlah keseluruhan berpendapatan rendah dan 1 orang atau sejumlah 5.00 persen dari jumlah keseluruhan berpendapatan sedang. Dilihat dari data pada Tabel 12, menunjukkan bahwa pendapatan per bulan debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung baik debitur yang mengambil kredit KUR, KUPEDES dan KSM mayoritas tergolong rendah atau sebanyak 88.33 persen dari jumlah keseluruhan responden. Hal ini dikarenakan sebagian besar debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berprofesi sebagai petani dan pedagang kecil. Seperti pernyataan debitur pada kutipan berikut. “… pendapatan saya sih gak tentu mas, namanya juga orang tani, nyawahnya juga gak luas, ya kalo panen paling hasilnya sekitar 2 ton semusim, ya kalo diitung-itung 2 ton dikali harga gabah sekarang 1 tonnya 4 juta, terus dibagi semusim atau 6 bulan, yah paling sebulan bersihnya cuman dapet kurang lebih 1 jutaan mas …” (TS, 46 tahun)
32 Faktor Eksternal Pada Debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung Faktor eksternal pada debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung adalah faktorfaktor yang mempengaruhi debitur dari luar diri debitur tersebut. Faktor eksternal ini terdiri dari frekuensi penerimaan debitur terhadap promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain. Frekuensi penerimaan terhadap Promosi Bank Lain Frekuensi penerimaan terhadap promosi bank lain adalah intensitas debitur dalam menerima bentuk pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bank lain selain Bank BRI Unit Desa Cikedung. Frekuensi penerimaan terhadap promosi bank lain berdasarkan bentuk bauran promosi yang digunakan digolongkan menjadi rendah, sedang, tinggi. Frekeunsi penerimaan terhadap promosi bank lain yang tergolong rendah berada pada rentang nilai 0-1 kali; yang tergolong sedang berada pada rentang nilai 2-3 kali ; dan yang tergolong tinggi berada pada rentang nilai 4-5 kali. Frekuensi penerimaan terhadap promosi bank lain dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Frekuensi penerimaan debitur terhadap promosi bank lain Frekuensi penerimaan Rendah (0-1 kali) Sedang (2-3 kali) Tinggi (4-5 kali) JUMLAH
KUR
KUPEDES n %
n
%
17
85.00
15
3
15.00
0
KSM
Total
n
%
n
%
75.00
14
70.00
46
76.67
4
20.00
5
25.00
12
20.00
0.00
1
5.00
1
5.00
2
3.33
20 100.00
20
100.00
20
100.00
60
100.00
Tabel 9 dapat menunjukkan bahwa frekuensi debitur dalam menerima promosi bank lain mayoritas terhitung rendah yaitu sebesar 76.67 persen dari jumlah keseluruhan responden. Pada debitur KUR frekuensi penerimaan terhadap promosi bank lain adalah, sejumlah 17 orang atau 85.00 persen berada pada frekuensi rendah, dan 3 orang atau 15.00 persen berada pada frekuensi sedang. Pada debitur KUPEDES frekuensi penerimaan terhadap promosi bank lain adalah, sejumlah 15 orang atau 75.00 persen berada pada frekuensi rendah, 4 orang atau 20.00 persen berada pada frekuensi sedang, dan 1 orang atau 5.00 persen berada pada frekuensi tinggi. Kemudian pada debitur KSM frekuensi penerimaan terhadap promosi bank lain, sejumlah 14 orang atau 70.00 persen berada pada frekuensi rendah, 5 orang atau 25.00 persen berada pada frekuensi sedang, dan 1 orang atau 5.00 persen berada pada frekuensi tinggi. Bentuk-bentuk bauran promosi yang dilakukan oleh bank lain seperti brosur, acara hiburan, pameran, kunjungan pegawai, serta cerita dari teman atau kerabat, tidak semuanya diterima oleh debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung, baik KUR, KUPEDES atau KSM. Dari pelaksanaan promosi yang dilakukan oleh bank lain tersebut, responden hanya menerima beberapa bentuk bauran promosi saja seperti brosur, kunjungan karyawan, dan cerita dari teman atau kerabat.
33 Frekuensi Peminjaman Kredit pada Bank Lain Frekuensi peminjaman kredit pada bank lain adalah banyaknya atau tingkat keseringan debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung baik KUR, KUPEDES dan KSM mengaplikasikan atau mengambil kredit pada bank lain dalam jangka waktu 1 tahun terakhir. Frekuensi peminjaman kredit ini diukur dengan kategori tidak pernah, jarang (1 kali berkredit) dan sering (2 kali berkredit). Pembagian kategor tersebut berdasarkan data yang diperoleh saat wawancara dengan responden. Frekuensi peminjaman kredit pada bank lain ini dapat menjadi faktor yang mempengaruhi debitur dalam mengambil keputusan untuk mengaplikasikan kredit pada Bank BRI Unit Desa Cikedung. Frekuensi peminjaman kredit pada bank lain yang dilakukan oleh debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung dapat dilihat dalam Tabel 10. Tabel 10
Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain
Frekuensi Peminjaman Tidak pernah (0 kali) Jarang (1 kali) Sering (2 kali) JUMLAH
KUR
KUPEDES n %
n
%
18
90.00
12
2
10.00
0
KSM
Total
n
%
n
%
60.00
17
85.00
47
78.33
7
35.00
3
15.00
12
20.00
0.00
1
5.00
0
0.00
1
1.67
20 100.00
20
100.00
20
100.00
60
100.00
Tabel 10 memperlihatkan bahwa pada debitur KUR dari jumlah 20 orang responden, yang mengambil kredit juga pada bank lain hanya berjumlah 2 orang atau sekitar 10.00 persen dengan frekuensi jarang. Pada debitur KUPEDES dari jumlah 20 orang responden, yang mengambil kredit pada bank lain, 7 orang atau 35.00 persen berfrekuensi jarang dan 1 orang atau 5.00 persen berfrekuensi sering. Pada debitur KSM dari jumlah 20 orang responden, yang mengambil kredit pada bank lain hanya berjumlah 3 orang dengan frekuensi jarang. Mayoritas debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung baik KUR, KUPEDES dan KSM tidak pernah mengambil kredit pada bank lain dengan jumlah 47 orang responden dari 60 orang responden atau 78.33 persen. Alasan responden berkredit pada bank lain karena tawaran yang menarik seperti tidak adanya agunan, dan kebanyakn alasan dari responden yang tidak berkredit pada bank lain adalah ditakutkan tidak bisa membayar cicilan dan kehilangan kepercayaan dari Bank BRI Unit Desa Cikedung. Seperti pernyataan salah satu responden yang tidak berkredit pada bank lain berikut: “... Saya gak mau mas kredit ke bank lain, gak berani takut gak bisa nyicilnya dan juga takut kalo mau kredit lagi ke bank BRI takut gak di setujui ...” (JT, 38 tahun)
34 Ikhtisar Debitur KUR, KUPEDES dan KSM memiliki karakteristik yang berbedabeda. Hasil penelitian mendapatkan bahwa masing-masing debitur memiliki ciri khas tertentu yang menjadi pembeda antara satu dengan yang lainnya, seperti tersaji pada Tabel 11. Tabel 11 Matrik penggolongan debitur berdasarkan karakteristik debitur Indikator Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
KUR Debitur berusia antara 3150 tahun Debitur yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan jumlahnya sebanding Mayoritas debitur berpendidikan rendah tetapi mempunyai pengalaman yang banyak dalam berkredit Debitur menghasilkan uang dengan cara bekerja dan berdagang, bekerja sebagai petani pemilik lahan yang memperkejakan petani lain untuk menggarap lahannya, atau ketua gapoktan, dan pedagang yang memiliki usaha besar Debitur memiliki pendapatan yang tinggi
Frekuensi Penerimaan Promosi Bank lain
Debitur menerima promosi dari bank lain rendah atau tidak pernah menerima dan atau hanya 1 kali menerima promosi
Frekuensi Peminjaman Kredit pada Bank Lain
Mayoritas debitur tidak pernah melakukan peminjaman kredit pada bank lain dalam kurun waktu 1 tahun terakhir
Debitur KUPEDES Debitur berusia antara 18-30 tahun dan 31-50 tahun Mayoritas debitur berjenis kelamin lakilaki Mayoritas debitur berpendidikan rendah tetapi mempunyai cukup pengalaman dalam berkredit Debitur menghasilkan uang dengan cara bekerja, mayoritas bekerja sebagai petani penggarap pada lahannya sendiri
Debitur memiliki pendapatan yang sedang Debitur menerima promosi dari bank lain rendah atau tidak pernah menerima dan atau hanya 1 kali menerima promosi Lebih dari setengah debitur tidak pernah melakukan peminjaman kredit pada bank lain dan sisanya pernah melakukan peminjaman kredit pada bank dalam kurun waktu 1 tahun terakhir
KSM Debitur berusia antara 18-30 tahun, 31-50 tahun dan > 50 tahun Mayoritas debitur berjenis kelamin lakilaki Mayoritas debitur berpendidikan rendah dan belum punya atau mempunyai sedikit pengalaman dalam berkredit Debitur menghasilkan uang dengan cara bekerja dan berdagang, bekerja sebagai petani penggarap yang tidak mempunyai lahan, dan berdagang sebagai pedagang yang baru memulai usaha Debitur memiliki pendapatan yang rendah Debitur menerima promosi dari bank lain rendah atau tidak pernah menerima dan atau hanya 1 kali menerima promosi Mayoritas debitur tidak pernah melakukan peminjaman kredit pada bank lain dalam kurun waktu 1 tahun terakhir
35
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN Strategi komunikasi pemasaran adalah pemilihan langkah-langkah dalam proses pemasaran menggunakan bauran komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran menurut Tjipono (2008) adalah aktivitas pemasaran yang dilakukan untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan Strategi komunikasi pemasaran ini diukur dari, bentuk bauran komunikasi pemasaran yang digunakan, rancangan pesan ANSVA pada masing-masing bauran komunikasi pemasaran, dan frekuensi penyampaian bauran komunikasi pemasaran. Bentuk bauran komunikasi pemasaran diukur dengan melihat apa saja jenis media komunikasi pemasaran yang diterima oleh debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung, Rancangan pesan ANSVA pada masing-masing bauran komunikasi pemasaran diukur melalui penilaian pengunjung terhadap daya tarik pesan dalam masing-masing bentuk bauran komunikasi pemasaran, dan frekuensi penerimaan pesan diukur dengan tingkat keseringan atau berapa kali pengujung menerima berbagai jenis media komunikasi pemasaran dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Bentuk Bauran Komunikasi Pemasaran yang Digunakan Bentuk bauran komunikasi pemasaran yang digunakan adalah bauran komunikasi pemasaran seperti apa yang didapat oleh responden saat pertama kali memperoleh informasi tentang kredit perbankan di Bank BRI Unit Desa Cikedung. Bauran komunikasi pemasaran menurut Kotler dan Keller (2009) adalah aktivitas pemasaran yang berhubungan dengan promosi dan terdiri dari delapan model komunikasi utama, yaitu iklan, promosi penjualan, acara dan pengalaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung, pemasaran interaktif, pemasaran dari mulut ke mulut, dan penjualan personal. Bauran komunikasi pemasaran yang digunakan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung yaitu, periklanan, promosi penjualan, penjualan personal, pemasaran langsung, dan pemasaran dari mulut ke mulut. Periklanan (Advertising) Menurut Tjiptono (2008) Iklan merupakan bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk. Bentuk kegiatan periklanan yang dilakukan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung diantaranya menggunakan leaflet/brosur yang disediakan di kantor Bank BRI Unit Desa Cikedung. Leaflet/brosur digunakan untuk menginformasikan mengenai jenis produk perbankan yang ditawarkan salah satunya adalah produk kredit perbankan yaitu KUR, KUPEDES dan KSM.
36 Promosi Penjualan (Sales Promotion) Promosi penjualan merupakan upaya pemasaran yang bersifat media dan non-media untuk merangsang coba-coba dari konsumen, meningkatkan permintaan dari konsumen atau untuk memperbaiki kualitas produk (Setiadi 2010). Alat-alat promosi penjualan dapat berupa pameran, potongan harga, dan hiburan. Kegiatan promosi penjualan (sales promotion) yang dilakukan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung berupa acara hiburan dan pameran. Acara hiburan yang disediakan adalah gerebek pasar dimana Bank BRI Unit Desa Cikedung bersama Bank BRI Unit Desa lainnya mengadakan suatu panggung hiburan di parkiran pasar, lalu para mantri berpencar mencari nasabah atau debitur baru. Sedangkan pameran tidak dilakukan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung namun dilakukan Bank BRI Pusat di Indramayu yang membawahi Bank BRI Unit Desa lainnya termasuk Bank BRI Unit Desa Cikedung yang diadakan satu tahun sekali dalam rangka menyambut Hari jadi kota Indramayu. Kegiatan promosi penjualan dilakukan untuk memberikan promosi agar pengunjung tertarik untuk menjadi nasabah dan debitur di Bank BRI khususnya Bank BRI Unit Desa Cikedung. Penjualan Personal (Personal Selling) Kunjungan Account Officer atau lebih dikenal mantri bank oleh masyarakat merupakan salah satu bentuk penjualan personal yang dilakukan oelh Bank BRI Unit Desa Cikedung. Penjualan personal adalah bentuk komunikasi antar individu di mana tenaga penjual/wiraniaga menginformasikan, mendidik, dan melakukan persuasi kepada calon pembeli untuk membeli produk atau jasa perusahaan (Shimp 2003). Penjualan personal (personal selling) sebagai bentuk komunikasi langsung (tatap muka) dalam pemasaran yang terjadi antara penjual dan calon pelanggan, dengan tujuan untuk memperkenalkan produk dan membentuk pemahaman calon pelanggan terhadap produk tersebut (Tjiptono 2008). Penjualan personal (personal selling) oleh mantri Bank BRI Unit Desa Cikedung dilakukan dengan cara memberikan informasi mengenai produk perbankan yang terdapat di Bank BRI Unit Desa Cikedung khususnya produk kredit perbankan, dari mulai jenis kredit, persyaratan, jumlah pinjaman, jangka waktu kredit, serta cara membayar angsuran dan informasi lainnya. Kegiatan ini dilakukan secara tatap muka dan interaktif antara calon debitur dan mantri. Kegiatan penjualan personal (personal selling) dilakukan oleh mantri kapan pun dan dimanapun selama masih dalam cakupan wilayah kerja Bank BRI Unit Desa Cikedung. Pemasaran dari Mulut ke Mulut (Words of Mouth) Pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth) atau yang biasa disebut WOM adalah bentuk promosi yang dilakukan oleh konsumen melalui perbincangan dengan konsumen lain, dan tidak ada satupun dari mereka adalah pemasar. Pemasaran dari mulut ke mulut (words of mouth) merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh masyarakat. Pada umumnya masyarakat yang telah menjadi debitur di Bank BRI Unit Desa Cikedung akan
37 menceritakan pengalamannya berkredit di Bank BRI Unit Desa Cikedung serta memberikan informasi mengenai kredit di Bank BRI Unit Desa Cikedung kepada saudara atau kerabat dekat mereka. Hal ini secara tidak langsung mempromosikan dan menguntungkan Bank BRI Unit Desa Cikedung. Bentuk bauran komunikasi pemasaran yang digunakan secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 12 Tabel 12 Jumlah dan presentase bentuk bauran komunikasi pemasaran yang digunakan dalam memberikan informasi kredit perbankan Bank BRI Unit Desa Cikedung Bentuk Bauran Komunikasi Pemasaran Brosur Acara Hiburan Pameran Kunjungan Mantri Cerita dari teman atau kerabat Jumlah
KUR
KUPEDES
KSM
TOTAL
n
%
n
%
n
%
n
%
0 0 0
0.00 0.00 0.00
0 0 0
0.00 0.00 0.00
1 0 0
5.00 0.00 0.00
1 0 0
1.67 0.00 0.00
11
55.00
15
75.00
11
55.00
37
61.67
9
45.00
5
25.00
8
40.00
22
36.67
20
100.00
20
100.00
20
100.00
60
100.00
Tabel 12 memperlihatkan bahwa dalam memperoleh informasi pertama kali mengenai informasi kredit perbankan pada Bank BRI Unit Desa Cikedung, para responden mendapatkannya dari bauran komunikasi pemasaran, brosur sebanyak 1 responden yang berasal dari debitur KSM, acara hiburan dan pameran tidak ada, kunjungan mantri, 11 orang responden berasal dari debitur KUR, 15 orang responden berasal dari debitur KUPEDES dan 11 orang responden berasal dari debitur KSM, terakhir pada bauran komunikasi pemasaran cerita dari teman atau kerabat, 9 orang responden berasal dari debitur KUR, 5 orang responden berasal dari debitur KUPEDES dan 8 orang responden berasal dari dari debitur KSM. Pada Tabel di atas terlihat bahwa para responden baik yang berasal dari debitur KUR, KUPEDES, dan KSM mayoritas memperoleh informasi mengenai kredit perbankan pertama kali melalui bauran komunikasi pemasaran kunjungan mantri sebanyak 37 orang dan juga cerita dari teman atau kerabat sebanyak 22 orang. Rancangan Pesan ANSVA pada Bauran Komunikasi Pemasaran Pesan yang disampaikan dalam kegiatan pemasaran bersifat persuasif, berfungsi untuk memperkuat dorongan kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk. Pesan persuasif harus dirancang sedemikian rupa, salah satunya dengan memenuhi konsep rancangan pesan ANSVA. Rancangan pesan ANSVA adalah tingkat kekuatan desain pesan dalam memberikan informasi kepada responden yang terdiri dari, Attention, Need, Satisfaction, Visualization dan Action. Attention adalah pesan yang disampaikan dapat menimbulkan atau membangkitkan perhatian dan kesadaran konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Need adalah pesan yang disampaikan harus mampu mengkondisikan konsumen kurang memiliki pengetahuan mengenai pokok permasalahan yang sedang dibahas dan menyadari pentingnya informasi yang akan diterimanya.
38 Satisfaction adalah pesan yang disampaikan berisi penawaran jalan keluar atau pemecahan masalah serta pemenuhan kebutuhan yang dirasakan konsumen. Visualization adalah pesan yang disampaikan harus bisa memproyeksikan gagasan atau program dilihat dari manfaat dan kerugian yang didapat bila gagasan atau program yang ditawarkan diterima atau ditolak. Action adalah pesan yang disampaikan harus membuat konsumen mengarah pada tindakan nyata seperti pengaplikasian kredit. Bank BRI Unit Desa Cikedung telah melaksanakan komunikasi pemasaran seperti iklan, promosi penjualan, penjualan personal, dan pemasaran dari mulut ke mulut seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya. Pada pelaksanaan komunikasi pemasaran tersebut, terdapat pesan yang disampaikan untuk mendorong debitur mengaplikasikan kredit perbankan. Pada penelitian ini, pesan tersebut dianalisis berdasarkan konsep rancangan pesan ANSVA, debitur diminta menilai isi dari pesan komunikasi pemasaran pada bauran komunikasi pemasaran yang telah dilaksanakan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung. Tabel 13
Jumlah penilaian debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung terhadap pesan komunikasi pemasaran berdasarkan rancangan pesan ANSVA pada bauran komunikasi pemasaran
Penilaian Debitur Bank BRI terhadap pesan Komunikasi Pemasaran
KUR
%
KUPEDES
%
KSM
%
Total
%
Attention (1-24)
20
100.00
20
100.00
20
100.00
60
100.00
Need (25–48)
20
100.00
20
100.00
20
100.00
60
100.00
Satisfaction (49–72)
20
100.00
20
100.00
20
100.00
60
100.00
Visualization (73–96)
0
0.00
2
10.00
1
5.00
3
5.00
Action (97–120)
0
0.00
2
10.00
1
5.00
3
5.00
Tabel 13 di atas menyatakan bahwa seluruh responden sudah sampai pada tahap satisfaction dimana responden menyatakan bahwa pesan pada bauran komunikasi pemasaran sudah memberikan informasi mengenai pemecahan masalah yang dihadapi. Pada tahap visualization dimana pesan harus bisa memproyeksikan gagasan atau program dilihat dari segi manfaat yang didapat bila gagasan atau program yang ditawarkan diterima atau ditolak, hanya ada 2 orang debitur KUPEDES dan 1 orang debitur KSM yang menyatakan bahwa mereka menerima gagasan tersebut karena dinilai bermanfaat dan sesuai dengan keinginannya. Sampai pada akhirnya 2 orang debitur KUPEDES dan 1 orang debitur KSM tersebut, melakukan tindakan nyata yaitu mengaplikasian kredit sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi.
39 Banyaknya debitur yang hanya sampai pada tahap satisfaction, dikarenakan debitur-debitur tersebut merasa bahwa pesan yang disampaikan memang sudah bisa mempengaruhi mereka akan tetapi pesan tersebut terlalu sulit untuk dipahami. Hal ini dikarenakan menurut mereka bahasa yang digunakan terlalu luas pengertiannya. Pada saat melakukan pengaplikasikan kredit para debitur tersebut menyatakan melakukannya atas dasar keterdesakan dan kebutuhan akan modal bukan karena pesan yang disampaikan. Nilai total dari penilaian di atas untuk rancangan pesan ANSVA yang dibagi menjadi tiga tingkatan lemah (Skor 60-80), sedang (Skor 81-100) dan kuat (skor 101-120) (lihat Tabel 14). Tabel 14 Jumlah penilaian total debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung terhadap pesan komunikasi pemasaran berdasarkan rancangan pesan ANSVA pada bauran komunikasi pemasaran Penilaian Total Debitur Bank BRI terhadap Pesan Komunikasi Pemasaran
KUR
% KUPEDES
% KSM
%
Lemah
4
20.00
13
65.00
3
15.00
Sedang
16
80.00
5
25.00
16
80.00
Kuat
0
0.00
2
10.00
1
5.00
Total
20
100.00
20
100.00
20
100.00
Tabel 14 di atas memperlihatkan bahwa penilaian debitur mengenai pesan yang disampaikan dan dinilai berdasarkan konsep rancangan pesan ANSVA pada bauran komunikasi pemasaran memperlihatkan bahwa debitur KUR sebanyak 4 orang atau sebesar 20.00 persen memberikan penilaian lemah dan 16 orang atau sebesar 80.00 persen menyatakan sedang. Pada debitur KUPEDES sebanyak 13 orang atau sebesar 65.00 persen menyatakan lemah, 5 orang atau sebesar 25.00 persen menyatakan sedang dan 2 orang atau sebesar 10.00 persen menyatakan kuat. Pada debitur KSM sebanyak 3 orang atau sebesar 15.00 persen menyatakan lemah, 16 orang atau sebesar 80.00 persen menyatakan sedang dan 1 orang atau sebesar 5.00 persen menyatakan kuat. Terlihat dari hasil yang didapat dari masing-masing responden baik debitur KUR, KUPEDES, dan KSM beragam. Namun dari semua debitur mayoritas memberikan penilaian terhadap rancangan pesan ANSVA adalah berada pada tingkatan sedang (skor 81-100). Hal ini dikarenakan tidak semua pesan yang disampaikan melalui bauran komunikasi pemasaran dapat dipahami dan dimengerti oleh debitur. “... Saya mah gak ngarti mas sama apa yang ada di brosur, puyeng, terus juga pake bahasa leter B (bahasa Indonesia) makin susah
40 pahammnya, lebih enak tuh dapet penjelasannya dari mantrinya langsung….” (TJ, 58 tahun) Frekuensi Penerimaan Bauran Komunikasi Pemasaran Frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran adalah intensitas pengunjung mendapatkan informasi mengenai kredit perbankan, yang disampaikan oleh bank BRI Unit Desa Cikedung melalui bauran komunikasi pemasaran seperti brosur, acara hiburan, pameran, kunjungan mantri dan cerita dari teman atau kerabat dalam jangka waktu 6 bulan terakhir, terhitung sejak 6 bulan terakhir sebelum dilakukannya penelitian. Jumlah keseluruhan dari data yang diperoleh, kemudian di kategorikan menjadi rendah (1-4 kali), sedang (5-8 kali), dan tinggi (9-12 kali) (lihat Tabel 15). Tabel 15 Jumlah frekuensi penerimaan bentuk bauran komunikasi pemasaran oleh debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung dalam 6 bulan terakhir Bentuk Bauran Komunikasi Pemasaran Brosur Acara Hiburan
Frekuensi Penerimaan KUPEDES
KUR
KSM
a
b
c
a
b
c
a
b
c
20
0
0
20
0
0
20
0
0
20
0
0
20
0
0
20
0
0
Pameran
20
0
0
20
0
0
20
0
0
Kunjungan Mantri
16
3
1
16
4
0
15
5
0
Cerita dari teman atau kerabat
20
0
0
20
0
0
16
2
2
Keterangan: a= Rendah, b=Sedang, c=Tinggi Tabel 15 di atas menjelaskan bahwa frekuensi penerimaan bentuk bauran komunikasi pemasaran oleh debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berbeda-beda. Pada debitur KUR untuk bentuk bauran komunikasi pemasaran seperti brosur, acara hiburan, pameran dan cerita dari teman atau kerabat, seluruh debitur menerima dengan frekuensi rendah (1–4 kali) dan pada bentuk bauran komunikasi pemasaran kunjungan mantri frekuensinya penerimaanya beragam, 16 orang responden menerima dengan frekuensi rendah (1-4 kali), 3 orang responden menerima dengan frekuensi sedang (5-8 kali), dan 1 orang responden menerima dengan frekuensi tinggi (9-12 kali). Kemudian pada debitur KUPEDES untuk frekuensi penerimaan bentuk komunikasi pemasaran seperti brosur, acara hiburan, pameran dan cerita dari teman atau kerabat, seluruh debitur menerima dengan frekuensi rendah (1-4 kali), dan pada bentuk bauran komunikasi pemasaran kunjungan mantri, frekuensi penerimaan oleh debitur hasilnya beragam, 16 orang responden menerima dengan frekuensi rendah (1-4 kali) dan 4 orang responden menerima dengan frekuensi sedang ( 5-8 kali).
41 Terakhir pada debitur KSM frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran seperti brosur, acara hiburan, dan pameran, seluruh debitur menerima dengan frekuensi rendah (1–4 kali), untuk bauran komunikasi pemasaran kunjungan mantri, frekuensi penerimaan oleh debitur hasilnya beragam, 15 orang responden menerima dengan frekuensi rendah (1–4 kali) dan 5 orang responden menerima dengan frekuensi sedang (5–8 kali), dan untuk frekuensi penerimaan bauran komunikasi cerita dari teman atua kerabat hasilnya beragam juga, 16 orang responden menerima dengan frekuensi rendah (1–4 kali), 2 orang responden menerima dengan frekuensi sedang (5–8 kali) dan 2 orang responden menerima dengan frekuensi tinggi ( 9–12 kali). Mayoritas debitur yang menjadi responden baik KUR, KUPEDES,dan KSM, menerima bentuk bauran komunikasi pemasaran seperti brosur, acara hiburan, pameran, kunjungan mantri dan cerita dari teman atau kerabat dengan frekuensi rendah (1–4 kali). Rendahya frekuensi penerimaan bentuk bauran komunikasi pemasaran seperti brosur, acara hiburan dan pameran adalah karena faktor kurangnya pendidikan, keterbatasan waktu dan biaya. Dari hasil wawancara mendalam dengan satu informan pada penlitian ini, dalam melakasanakan bentuk bauran komunikasi pemasaran dalam rangka promosi, seperti pameran dan acara hiburan, keputusan pelaksanaan ada pada pihak Bank BRI Cabang, untuk Bank BRI Unit Desa hanya mengikuti saja, sehingga untuk pelaksanaanya biasanya hanya ditempat-tempat tertentu saja yang sekiranya luas dan dekat dengan fasilitas umum seperti pasar, dan untuk brosur, mayoritas debitur tidak tertarik untuk membaca karena, selain ada yang tidak bisa membaca ada juga yang tidak tertarik dikarenakan tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia, sehingga sulit untuk memahami isi dari brosur yang ada. Ikhtisar Hasil penelitian memperlihatkan bahwa, setiap debitur dari masing-masing jenis kredit baik KUR, KUPEDES, dan KSM memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut tidak membuat pihak bank memberikan perlakuan yang berbeda dalam melakukan strategi komunikasi pemasaran untuk para debitur tersebut. Perlakuan yang sama dalam menerapkan strategi pemasaran, untuk para debitur, dikarenakan adanya kebijakan-kebijakan tertentu dalam melakukan strategi komunikasi pemasaran tersebut. Selengkapnya dapat di lihat pada Tabel 16. Tabel 16 Matrik penggolongan debitur berdasarkan strategi pemasaran Indikator Bentuk Bauran Komunikasi Pemasaran
KUR Mayoritas debitur KUR menerima informasi pada saat mantri bank melakukan kunjungan ke tempatnya
Debitur KUPEDES Mayoritas debitur KUPEDES menerima informasi pada saat mantri bank melakukan kunjungan ke tempatnya dan juga mendapatkan informasi dari cerita teman atau kerabatnya
KSM Mayoritas debitur KSM menerima informasi pada saat mantri bank melakukan kunjungan ke tempatnya dan juga mendapatkan informasi dari cerita teman atau kerabatnya
42 Indikator
Debitur KUPEDES
KSM
Penilaian Mayoritas Debitur Rancangan KUR hanya sampai Pesan Ansva pada tahap satisfaction dan memberikan penilaian bahwa pesan informasi yang disampaikan sudah bagus akan tetapi tidak memaparkan mengenai informasi yang dibutuhkan
Sebagian besar debitur KUPEDES sampai pada tahap satisfaction dan hanya beberapa saja yang sampai pada tahap action. Para debitur memberikan penilaian bahwa pesan informasi yang disampaikan sudah bagus, dan sudah memberikan arahan untuk menyebarkan kembali informasi tersebut kepada orang yang membutuhkan
Sebagian besar debitur KSM sampai pada tahap satisfaction dan hanya beberapa saja yang sampai pada tahap action. Para debitur memberikan penilaian bahwa pesan informasi yang disampaikan sudah bagus, dan sudah memberikan arahan untuk menyebarkan kembali informasi tersebut kepada orang yang membutuhkan
Frekuensi Penerimaan Bauran Komunikasi Pemasaran
Mayoritas debitur KUPEDES menerima bauran komunikasi dengan frekuensi yang rendah atau hanya 1-4 kali dalam kurun waktu 6 bulan terakhir
Mayoritas debitur KSM menerima bauran komunikasi dengan frekuensi yang rendah atau hanya 1-4 kali dalam kurun waktu 6 bulan terakhir
KUR
Mayoritas debitur KUR menerima bauran komunikasi dengan frekuensi yang rendah atau hanya 1-4 kali dalam kurun waktu 6 bulan terakhir
43 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Komunikasi Pemasaran Definisi komunikasi pemasaran menurut Tjiptono (2008 adalah aktivitas pemasaran yang dilakukan untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan. Tjiptono (2008) juga menambahkan bahwa tujuan komunikasi pemasaran adalah pemasaran yang dilakukan untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan. Strategi komunikasi pemasaran pada penelitian ini dilihat dari jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima, rancangan pesan ANSVA, dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran. Pengaruh strategi komunikasi pemasaran pada penelitian ini dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi karakteristik pengunjung yang berupa usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Faktor eksternal berupa frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi pengaplikasian kredit pada bank lain. Pengujian faktor-faktor strategi komunikasi pemasaran diuji dengan pengujian regresi linear berganda, dengan memasukkan semua variabel pengaruh (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, frekuensi pengaplikasian kredit pada bank lain) dan melihat pengaruhnya terhadap masingmasing variabel terpengaruh (jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima, rancangan pesan ANSVA, frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Bentuk Bauran Komunikasi Pemasaran yang Diterima Kotler dan Keller (2009) menggunakan istilah bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix) untuk aktivitas komunikasi pemasaran yang berhubungan dengan promosi. Bauran komunikasi pemasaran ini terdiri dari delapan model komunikasi utama, yaitu iklan, promosi penjualan, acara dan pengalaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung, pemasaran interaktif, pemasaran dari mulut ke mulut, dan penjualan personal. Bentuk bauran komunikasi pemasaran diukur dengan bentuk media komunikasi pemasaran yang diterima oleh debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung. Pada bagian ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk bauran komunikasi pemasaran. Hipotesis pertama dalam penelitian ini: Hipotesis Penelitian : Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh terhadap bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima. Pengujian dilakukan dengan uji regresi linear berganda, dengan memasukkan semua variabel pengaruh (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi pengaplikasian kredit pada bank lain) dan melihat pengaruhnya terhadap variabel
44 tergantung (bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima), seperti tersaji pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh faktor internal dan faktor eksternal (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain) terhadap bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima Variabel Bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima (Y) (Konstan) Usia (X1) Jenis Kelamin (X2 ) Pendidikan (X3) Pekerjaan (X4) Pendapatan (X5) Frekuensi penerimaan promosi bank lain (X6) Frekuensi peminjaman kredit bank lain (X7)
Collinearity Statistica Tolerance VIF
Nilai Koefisien
Nilai signifikansi
2.395
0.001
-
-
-0.202 -0.075 0.172 -0.077 -0.124
0.181 0.635 0.268 0.595 0.483
0.684 0.740 0.734 0.730 0.959
1.461 1.352 1.363 1.371 1.043
0.531
0.008
0.544
1.839
-0.423
0.033
0.554
1.805
a
Collinearity statistics digunakan untuk uji asumsi klasik multikolinearitas yang berfungsi untuk melihat apakah terjadi multikolinearitas pada data yang diuji statistik. Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance > 0.1 dan nilai VIF < 10. Kolom collinearity statistics pada Tabel 17 menunjukkan pada data yang diuji tidak terjadi multikolinearitas
Tabel 17 di atas menghasilkan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 2.395 - 0.202X1 - 0.075X2 + 0.172X3 – 0.077X4 - 0.124X5 + 0.531X6 - 0.423X7 Persamaan 1 Pengaruh faktor internal dan faktor eksternal (Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain) berpengaruh terhadap bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima Nilai konstanta variable terpengaruh (Y) adalah 2.395, yang berarti jika nilai skor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh dan bernilai 0, maka secara konstan nilai skor bentuk penerimaan bauran komunikasi pemasaran bernilai 2.395. Pengujian terhadap model regresi juga diperoleh nilai R Square (R2) yang menunjukkan angka 0.171 yang berarti bahwa kontribusi pengaruh variabel (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain) terhadap bentuk
45 bauran komunikasi pemasaran yang diterima adalah sebesar 17.1 persen dan sisanya 82.9 persen merupakan kontribusi pengaruh dari variabel lain. Usia (X1) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel usia adalah sebesar –0.202 yang berarti bahwa setiap kenaikan usia debitur sebesar satu satuan akan menurunkan jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima sebesar 0.202 Pengujian pengaruh usia debitur terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh usia terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Usia tidak berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima H1 = Usia berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 17 variabel usia (x1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.181. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa usia kurang baik untuk memprediksi model jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa usia setiap debitur yang berbeda tidak akan berpengaruh terhadap banyaknya bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima oleh debitur. Jenis Kelamin (X2 ) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel jenis kelamin adalah sebesar –0.075 yang berarti bahwa setiap kenaikan usia debitur sebesar satu satuan akan menurunkan jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima sebesar 0.075. Pengujian pengaruh jenis kelamin debitur terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima H1 = Jenis kelamin berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima
46
Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 17 variabel jenis kelamin (x2) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.635. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dengan berarti bahwa jenis kelamin kurang baik untuk memprediksi model jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis kelamin debitur tidak berpengaruh terhadap banyaknya bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima oleh debitur. Pendidikan (X3) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel pendidikan adalah sebesar +0.172 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menaikkan jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima sebesar 0.172. Pengujian pengaruh pendidikan debitur terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan,frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Pendidikan tidak berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima H1 = Pendidikan berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 17 variabel pendidikan (x3) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.268. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa pendidikan kurang baik untuk memprediksi model jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan debitur tidak berpengaruh terhadap banyaknya bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima oleh debitur. Pekerjaan (X4) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel pekerjaan adalah sebesar -0.077 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menurunkan jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima sebesar 0.077. Pengujian pengaruh pekerjaan debitur terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan
47 variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan,frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Pekerjaan tidak berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima H1 = Pekerjaan berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 17 variabel pekerjaan (x4) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.595. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa pekerjaan kurang baik untuk memprediksi model jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pekerjaan debitur tidak berpengaruh terhadap banyaknya bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima oleh debitur. Pendapatan (X5) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel pendapatan adalah sebesar –0.124 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menurunkan jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima sebesar 0.124. Pengujian pengaruh pendapatan debitur terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin pendidikan, pekerjaan, frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Pendapatan debitur tidak berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima H1 = Pendapatan debitur berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 17 variabel pendapatan (x5) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.483. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa pendapatan debitur kurang baik untuk memprediksi model jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan debitur tidak berpengaruh terhadap banyaknya bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima oleh debitur.
48 Frekuensi Penerimaan Promosi Bank Lain (X6) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel frekuensi penerimaan promosi bank lain adalah sebesar +0.531 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menaikkan jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima sebesar 0.531. Pengujian pengaruh frekuensi penerimaan promosi bank lain terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Frekuensi penerimaan promosi bank lain tidak berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima H1 = Frekuensi penerimaan promosi bank lain berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 17 variabel frekuensi penerimaan promosi bank lain (x6) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.008. Karena nilai signifikansi ≤ 0.05 maka H1 diterima dan berarti bahwa frekuensi penerimaan promosi bank lain, baik untuk memprediksi model jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima karena pengaruhnya signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa frekuensi penerimaan promosi bank lain berpengaruh terhadap banyaknya bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima oleh debitur. Frekuensi Peminjaman Kredit pada Bank lain (X7) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel frekuensi peminjaman kredit pada bank lain adalah sebesar -0.423 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menurunkan jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima sebesar 0.423. Pengujian pengaruh frekuensi peminjaman kredit pada bank lain terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima debitur dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,dan frekuensi penerimaan promosi bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Frekuensi peminjaman kredit pada bank lain tidak berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima
49 H1 = Frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh terhadap jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 17 variabel frekuensi peminjaman kredit pada bank lain (x7) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.033. Karena nilai signifikansi ≤ 0.05 maka H1 diterima dan berarti bahwa frekuensi peminjaman kredit pada bank lain, baik untuk memprediksi jumlah bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima karena pengaruhnya signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh terhadap banyaknya bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima oleh debitur. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Penilaian Rancangan Pesan ANSVA Rancangan pesan ANSVA merupakan suatu rancangan pesan yang didalamnya terdiri dari mulai pesan yang dapat menarik perhatian konsumen, sampai pada pesan yang dapat mendorong konsumen untuk melakukan tindakan pembelian. Tahapan tersebut yaitu Attention, Need, Satisfaction, Visualization dan Action. Attention adalah pesan dapat menimbulkan atau membangkitkan perhatian dan kesadaran konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Need adalah pesan harus mampu mengkondisikan konsumen kurang memiliki pengetahuan mengenai pokok permasalahan yang sedang dibahas dan menyadari pentingnya informasi yang akan diterimanya. Satisfaction adalah pesan berisi penawaran jalan keluar atau pemecahan masalah serta pemenuhan kebutuhan yang dirasakan konsumen. Visualization adalah pesan harus bisa memproyeksikan gagasan atau program dilihat dari manfaat dan kerugian yang didapat bila gagasan atau program yang ditawarkan diterima atau ditolak. Action adalah pesan harus membuat konsumen mengarah pada tindakan nyata seperti pengaplikasian kredit. Pada bagian ini akan dibahas tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rancangan pesan ANSVA. Hipotesis dalam penelitian ini: Hipotesis Penelitian:
Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA
Pengujian dilakukan dengan uji regresi linear berganda, dengan memasukkan semua variabel pengaruh (Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh) dan melihat pengaruhnya terhadap variabel tergantung (penilaian rancangan pesan ANSVA), seperti tersaji pada Tabel 18.
50 Tabel 18 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh faktor internal dan faktor eksternal (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain) terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA Nilai Koefisien
Variabel Penilaian rancangan Pesan ANSVA (Y) (konstan) Usia (X1) Jenis Kelamin (X2 ) Pendidikan (X3) Pekerjaan (X4) Pendapatan (X5) Frekuensi penerimaan promosi bank lain (X6) Frekuensi peminjaman kredit bank lain (X7)
Nilai signifikansi
Collinearity Statistica Tolerance VIF
3.136
0.000
-
-
-0.161 -0.088 0.017 -0.044 -0.114
0.290 0.582 0.915 0.762 0.523
0.684 0.740 0.734 0.730 0.959
1.461 1.352 1.363 1.371 1.043
0.366
0.067
0.544
1.839
-0.545
0.007
0.554
1.805
a
Collinearity statistics digunakan untuk uji asumsi klasik multikolinearitas yang berfungsi untuk melihat apakah terjadi multikolinearitas pada data yang diuji statistik. Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance > 0.1 dan nilai VIF < 10. Kolom collinearity statistics pada Tabel 18 menunjukkan pada data yang diuji tidak terjadi multikolinearitas
Tabel 18 di atas menghasilkan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 3.136 - 0.161X1 - 0.088X2 + 0.017X3 – 0.044X4 - 0.114X5 + 0.366X6 0.545X7 Persamaan 2 Pengaruh faktor internal dan faktor eksternal (Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain) berpengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA Nilai konstanta variable terpengaruh (Y) adalah 3.136, yang berarti jika nilai skor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh dan bernilai 0, maka secara konstan nilai skor penilaian rancangan pesan ANSVA bernilai 3.136. Pengujian terhadap model regresi juga diperoleh nilai R Square (R²) yang menunjukkan angka 0.162 yang berarti bahwa kontribusi pengaruh variabel (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain) terhadap rancangan pesan ANSVA adalah sebesar 16.2 persen dan sisanya 83.8 persen merupakan kontribusi pengaruh dari variabel lain.
51 Usia (X1) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel usia adalah sebesar –0.161 yang berarti bahwa setiap kenaikan usia debitur sebesar satu satuan akan menurunkan rancangan pesan ANSVA sebesar 0.161. Pengujian pengaruh usia debitur terhadap rancangan pesan ANSVA dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh usia terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Usia tidak berpengaruh terhadap rancangan pesan ANSVA H1 = Usia berpengaruh terhadap rancangan pesan ANSVA Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 18 variabel usia (x1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.290.Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa usia kurang baik untuk memprediksi model penilaian rancangan pesan ANSVA karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa usia setiap debitur yang berbeda tidak akan berpengaruh terhadap daya tarik pesan dalam aktivitas komunikasi pemasaran. Jenis Kelamin (X2 ) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel jenis kelamin adalah sebesar –0.088 yang berarti bahwa setiap kenaikan usia debitur sebesar satu satuan akan menurunkan rancangan pesan ANSVA sebesar 0.088. Pengujian pengaruh jenis kelamin debitur terhadap rancangan pesan ANSVA dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA H1 = Jenis kelamin berpengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 18 variabel jenis kelamin (x2) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.582. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dengan berarti bahwa jenis kelamin kurang
52 baik untuk memprediksi model penilaian rancangan pesan ANSVA karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis kelamin debitur tidak berpengaruh terhadap daya tarik pesan dalam aktivitas komunikasi pemasaran. Pendidikan (X3) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel pendidikan adalah sebesar +0.017 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menaikkan rancangan pesan ANSVA sebesar 0.017. Pengujian pengaruh pendidikan debitur terhadap rancangan pesan ANSVA dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan,frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Pendidikan tidak berpengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA H1 = Pendidikan berpengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 18 variabel pendidikan (x3) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.915. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa pendidikan kurang baik untuk memprediksi model penilaian rancangan pesan ANSVA karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan debitur tidak berpengaruh terhadap daya tarik pesan dalam aktivitas komunikasi pemasaran. Pekerjaan (X4) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel pekerjaan adalah sebesar -0.044 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menurunkan rancangan pesan ANSVA sebesar 0.044. Pengujian pengaruh pekerjaan debitur terhadap rancangan pesan ANSVA dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan,frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Pekerjaan tidak berpengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA H1 = Pekerjaan berpengaruh terhada ppenilaian rancangan pesan ANSVA Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai
53 signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 18 variabel pekerjaan (x4) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.762. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa pekerjaan kurang baik untuk memprediksi model penilaian rancangan pesan ANSVA karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pekerjaan debitur tidak berpengaruh terhadap daya tarik pesan dalam aktivitas komunikasi pemasaran. Pendapatan (X5) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel pendapatan adalah sebesar –0.114 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menurunkan rancangan pesan ANSVA sebesar 0.114. Pengujian pengaruh pendapatan debitur terhadap rancangan pesan ANSVA dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin pendidikan, pekerjaan, frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Pendapatan debitur tidak berpengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA H1 = Pendapatan debitur berpengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 18 variabel pendapatan (x5) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.523. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa pendapatan debitur kurang baik untuk memprediksi model penilaian rancangan pesan ANSVA karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan debitur tidak berpengaruh terhadap daya tarik pesan dalam aktivitas komunikasi pemasaran. Frekuensi Penerimaan Promosi Bank Lain (X6) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel frekuensi penerimaan promosi bank lain adalah sebesar +0.336 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menaikkan rancangan pesan ANSVA sebesar 0.336. Pengujian pengaruh frekuensi penerimaan promosi bank lain terhadap rancangan pesan ANSVA dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA dapat dijabarkan sebagai berikut:
54 H0 = Frekuensi penerimaan promosi bank lain tidak berpengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA H1 = Frekuensi penerimaan promosi bank lain berpengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 18 variabel frekuensi penerimaan promosi bank lain (x6) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.067. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa frekuensi penerimaan promosi bank lain kurang baik untuk memprediksi model penilaian rancangan pesan ANSVA karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa frekuensi penerimaan promosi bank lain tidak berpengaruh terhadap daya tarik pesan dalam aktivitas komunikasi pemasaran. Frekuensi Peminjaman Kredit pada Bank lain (X7) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel frekuensi peminjaman kredit pada bank lain adalah sebesar - 0.545 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menurunkan rancangan pesan ANSVA sebesar 0.545. Pengujian pengaruh frekuensi peminjaman kredit pada bank lain terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA debitur dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,dan frekuensi penerimaan promosi bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap rancangan pesan ANSVA dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Frekuensi peminjaman kredit pada bank lain tidak berpengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA H1 = Frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh terhadap penilaian rancangan pesan ANSVA Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 18 variabel frekuensi peminjaman kredit pada bank lain (x7) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.007. Karena nilai signifikansi ≤ 0.05 maka H1 diterima dan berarti bahwa frekuensi peminjaman kredit pada bank lain baik untuk memprediksi model rancangan pesan ANSVA karena pengaruhnya signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh terhadap daya tarik pesan dalam aktivitas komunikasi pemasaran.
55
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Frekuensi Penerimaan Bauran Komunikasi Pemasaran Frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran adalah intensitas debitur menerima bentuk-bentuk pesan yang disampaikan dalam bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Pada bagian ini akan dibahas tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi frekuensi penerimaan pesan. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini: Hipotesis:
Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran
Tabel 19 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh faktor internal dan faktor eksternal (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain) terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran Variabel Frekuensi Penerimaan Bauran Komunikasi Pemasaran (Y) (konstan) Usia (X1) Jenis Kelamin (X2 ) Pendidikan (X3) Pekerjaan (X4) Pendapatan (X5) Frekuensi penerimaan promosi bank lain (X6) Frekuensi peminjaman kredit pada bank lain (X7)
Nilai Koefisien
Nilai signifikansi
Collinearity Statistica Tolerance VIF
0.734
0.252
-
-
0.143 -0.090 0.050 0.060 0.039
0.330 0.557 0.739 0.674 0.821
0.684 0.740 0.734 0.730 0.959
1.461 1.352 1.363 1.371 1.043
0.331
0.086
0.544
1.839
-0.117
0.539
0.554
1.805
a
Collinearity statistics digunakan untuk uji asumsi klasik multikolinearitas yang berfungsi untuk melihat apakah terjadi multikolinearitas pada data yang diuji statistik. Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance > 0.1 dan nilai VIF < 10. Kolom collinearity statistics pada Tabel 19 menunjukkan pada data yang diuji tidak terjadi multikolinearitas
Pengujian dilakukan dengan uji regresi linear berganda, dengan memasukkan semua variabel pengaruh (Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh) dan melihat pengaruhnya terhadap variabel tergantung (frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran), seperti tersaji pada Tabel 19 diatas.
56 Tabel 19 di atas menghasilkan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 0.734 + 0.143X1 - 0.090X2 + 0.050X3 + 0.060X4 + 0.039X5 + 0.331X6 - 0.117X7 Persamaan 3 Pengaruh faktor internal dan faktor eksternal (Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain) berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran. Nilai konstanta variabel terpengaruh (Y) adalah 0.734, yang berarti jika nilai skor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh dan bernilai 0, maka secara konstan nilai skor bentuk frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran bernilai 0.734. Pengujian terhadap model regresi juga diperoleh nilai R Square (R²) yang menunjukkan angka 0.120 yang berarti bahwa kontribusi pengaruh variabel (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain) terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran adalah sebesar 12.0 persen dan sisanya 88.0 persen merupakan kontribusi pengaruh dari variabel lain. Usia (X1) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel usia adalah sebesar +0.143 yang berarti bahwa setiap kenaikan usia debitur sebesar satu satuan akan menaikkan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran sebesar 0.143. Pengujian pengaruh usia debitur terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh usia terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Usia tidak berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran H1 = Usia berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 19 untuk variabel usia (x1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.330. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa usia kurang baik untuk memprediksi model frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran karena
57 pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa usia setiap debitur yang berbeda tidak berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran oleh debitur. Jenis Kelamin (X2 ) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel jenis kelamin adalah sebesar –0.090 yang berarti bahwa setiap perbedaan jenis kelamin debitur sebesar satu satuan akan menurunkan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran sebesar 0.090. Pengujian pengaruh jenis kelamin debitur terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran H1 = Jenis kelamin berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 19 variabel jenis kelamin (x2) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.557. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dengan berarti bahwa jenis kelamin kurang baik untuk memprediksi model frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis kelamin debitur tidak berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran. Pendidikan (X3) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel pendidikan adalah sebesar +0.050 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menaikkan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran sebesar 0.050. Pengujian pengaruh pendidikan debitur terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan,frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh pendidikan terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Pendidikan tidak berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran
58 H1 = Pendidikan berpengaruh komunikasi pemasaran
terhadap
frekuensi
penerimaan
bauran
Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 19 variabel pendidikan (x3) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.739. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa pendidikan kurang baik untuk memprediksi frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran, karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan debitur tidak berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran oleh debitur. Pekerjaan (X4) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel pekerjaan adalah sebesar +0.060 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menaikkan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran sebesar 0.060. Pengujian pengaruh pekerjaan debitur terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Pekerjaan tidak berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran H1 = Pekerjaan berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 19 variabel pekerjaan (x4) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.674. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa pekerjaan kurang baik untuk memprediksi frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pekerjaan debitur tidak berpengaruh frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran. Pendapatan (X5) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel pendapatan adalah sebesar +0.039 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menaikkan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran sebesar 0.039. Pengujian pengaruh pendapatan debitur terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran
59 dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, frekuensi penerimaan promosi bank lain dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Pendapatan debitur tidak berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran H1 = Pendapatan debitur berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 19 variabel pendapatan (x5) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.821 dengan arah pengaruh negatif. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa pendapatan debitur kurang baik untuk memprediksi model frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan debitur tidak berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran. Frekuensi Penerimaan Promosi Bank Lain (X6) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel frekuensi penerimaan promosi bank lain adalah sebesar +0.331 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menaikkan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran sebesar 0.331. Pengujian pengaruh frekuensi penerimaan promosi bank lain terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Frekuensi penerimaan promosi bank lain tidak berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran H1 = Frekuensi penerimaan promosi bank lain berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 19 variabel frekuensi penerimaan promosi bank lain (x6) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.086 dengan arah pengaruh positif. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa frekuensi penerimaan promosi bank lain kurang baik untuk memprediksi model frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
60 frekuensi penerimaan promosi bank lain tidak berpengaruh terhadap daya tarik pesan dalam aktivitas komunikasi pemasaran. Frekuensi Peminjaman Kredit pada Bank lain (X7) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel frekuensi peminjaman kredit pada bank lain adalah sebesar -0.117 yang berarti bahwa setiap kenaikan pendidikan debitur sebesar satu satuan akan menurunkan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran sebesar 0.117 Pengujian pengaruh frekuensi peminjaman kredit pada bank lain terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, danfrekuensi penerimaan promosi bank lain). Uji hipotesis pengaruh jenis kelamin terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = Frekuensi peminjaman kredit pada bank lain tidak berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran H1 = Frekuensi peminjaman kredit pada bank lain berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 19 variabel frekuensi peminjaman kredit pada bank lain (x7) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.539. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa frekuensi peminjaman kredit pada bank lain kurang baik untuk memprediksi model frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa frekuensi peminjaman kredit pada bank lain tidak berpengaruh terhadap frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran.
61 EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN Efektivitas komunikasi pemasaran adalah keberhasilan pelaksanaan komunikasi pemasaran dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran. Efektivitas komunikasi dapat diketahui dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Efektivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung, berdasarkan efektivitas komunikasi pemasaran Efektivitas Komunikasi Pemasaran Aspek kognitif
Kategori
n
Rendah (Skor 4-6) Sedang (Skor 7-9) Tinggi (Skor 10-12) Rendah (Skor 5-6) Sedang (Skor 7-8) Tinggi (Skor 9-10) Rendah (Skor 5-6) Sedang (Skor 7-8) Tinggi (Skor 9-10)
Aspek afektif
Aspek konatif
%
33 26 1 6 54 0 3 25 32
55.00 43,33 1.67 10.00 90.00 0.00 5.00 41.67 53.33
Total (%)
100.00
100.00
100.00
Aspek Kognitif Aspek kognitif merupakan aspek yang berkenaan dengan aspek pengetahuan responden, baik mengenai produk kredit perbankan, persyaratan, jumlah pinjaman dan angsuran, jumlah suku bunga, serta tentang Bank BRI Unit Desa Cikedung secara keseluruhan. Efektivitas komunikasi pemasaran berdasarkan aspek kognitif debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung dapat dilihat dalam Tabel 21. Tabel 21
Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan aspek kognitif pengunjung
Aspek Kognitif Rendah (skor 4-6) Sedang (skor 7-9) Tinggi (skor 10-12) Total
KUR
KUPEDES
KSM
Total
n
%
n
%
n
%
n
%
12
60.00
11
55.00
10
50.00
33
55.00
8
40.00
8
40.00
10
50.00
26
43.33
0
0.00
1
5.00
0
0.00
1
1.67
20
100.00
20
100.00
20
100.00
60
100.00
62
Tabel 21 menunjukkan bahwa aspek kognitif masing-masing debitur baik KUR, KUPEDES dan KSM berada pada berada pada tingkat rendah, dengan jumlah masing-masing untuk debitur KUR 12 orang responden, KUPEDES 11 orang responden dan KSM 10 orang responden. Sedangkan untuk debitur yang berada pada tingkat pengetahuan sedang adalah, untuk debitur KUR 8 orang responden, KUPEDES 8 orang responden, dan KSM 10 orang responden. Pada tingkat yang tinggi hanya debitur KUPEDES dan KSM yang masing-masing berjumlah 1 orang. Mayoritas responden masih memiliki pengetahuan yang rendah tentang jenis produk kredit yang ada, jumlah pinjaman serta angsuran dan suku bunga. Masih banyak dari debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung yang tidak mengetahui jenis kredit yang mereka ambil dan juga jumlah suku bunganya. Debitur hanya mengetahui bahwa kredit yang mereka ambil dengan atau tanpa agunan serta system angsurannya, apakah diangsur setiap bulan, atau setiap musim. Aspek Afektif Aspek afektif adalah aspek yang berkenaan dengan emosi, keinginan, dan rasa suka yang dimiliki oleh responden. Aspek afektif ini dapat dilihat dari rasa suka responden terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran Bank BRI Unit Desa Cikedung, seperti usaha promosi yang dilakukan, produk yang ditawarkan, persyaratan dalam pengaplikasian kredit, tata cara pengaplikasian kredit dan pelayanan petugas Bank BRI Unit Desa Cikedung. Efektivitas komunikasi pemasaran Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan aspek afektif pengunjung dapat dilihat dalam Tabel 22. Tabel 22
Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan aspek afektif
Aspek Afektif Rendah (skor 5-6) Sedang (skor 7-8) Tinggi (skor 9-10) Total
KUR
KUPEDES
KSM
Total
n
%
n
%
n
%
n
%
2
10.00
0
0.00
4
20.00
6
10.00
18
90.00
20
100.00
16
80.00
54
90.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
20
100.00
20
100.00
20
100.00
60
100.00
Terlihat pada Tabel 22 di atas bahwa untuk masing-masing debitur, baik debitur KUR, KUPEDES, dan KSM memiliki tingkat aspek afektif yang berbedabeda, untuk debitur KUR yang berada pada tingkat rendah ada 2 orang, debitur KUPEDES tidak ada dan debitur KSM ada 4 orang. Sedangkan debitur yang berada pada tingkat yang sedang berjumlah, untuk debitur KUR ada 18 orang, debitur KUPEDES 20 orang dan debitur KSM 16 orang. Tidak ada debitur yang berada pada tingkat yang tinggi untuk aspek afektif, hal ini dikarenakan ada beberapa hal yang tidak debitur sukai seperti halnya penerapan peraturan baru
63 mengenai persyaratan kredit dan cara pembayaran kredit. Akan tetapi mayoritas debitur sudah menyukai pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak Bank BRI Unit Desa Cikedung seperti penjelasan tata cara pengaplikasian kredit produk, sampai pada saat proses akhir pengaplikasian kredit. serta pelayan petugas bank BRI. “… penjelaan dari pak mantri sudah bagus dan jelas, tatacara kreditnya pun tidak susah jadi saya suka mas kredit di bank BRI, tapi yang disayangkan sekarang cara bayarnya gak bisa kaya dulu sama sekarang mah harus ada agunannya …” (IN, 50 tahun) Aspek Konatif Aspek konatif merupakan aspek yang berkenaan dengan perilaku nyata atau tindakan debitur, baik untuk mengaplikasikan kredit, membayar uang angsuran, dan sampai pada menginformasikan serta mengajak orang lain untuk mengaplikasikan kredit. Efektivitas komunikasi pemasaran Bank BRI Unit Desa Cikedung berdasarkan aspek konatif dapat dilihat dalam Tabel 23. Tabel 23
Jumlah dan persentase debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung aspek konatif
Aspek Konatif Rendah (skor 5-6) Sedang (skor 7-8) Tinggi (skor 9-10) Total
KUR
KUPEDES
KSM
Total
n
%
n
%
n
%
n
%
0
0.00
1
5.00
2
10.00
3
5.00
8
40.00
8
40.00
9
45.00
25
41.67
12
60.00
11
55.00
9
45.00
32
53.33
20
100.00
20
100.00
20
100.00
60
100.00
Aspek konatif yang dimiliki oleh responden baik dari debitur KUR, KUPEDES dan KSM adalah, untuk debitur KUR, 8 orang berada pada tingkat rendah, dan 12 orang berada pada tingkat yang tinggi. Pada debitur KUPEDES 1 orang berada pada tingkat rendah, 8 orang berada pada tingkat sedang dan 11 orang berada pada tingkat tinggi. Pada debitur KSM, 2 orang berada pada tingkat rendah, 9 orang berada pada tingkat sedang dan 9 orang berada pada tingkat tinggi. Mayoritas debitur memiliki tingkat aspek konatif yang tinggi. Hal ini dikarenakan, responden tersebut sedang dan sudah pernah berkredit dan selain itu responden juga melakukan tindakan nyata seperti menginformasikan kepada kerabat atau tetangganya mengenai kredit perbankan BRI sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak perusahaan.
64 Ikhtisar Hasil penelitian menmperlihatkan bahwa masing-masing debitur, baik debitur KUR, KUPEDES, dan KSM memiliki tingkat aspek kognitif, konatif, dan afektif yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari karakteristik debitur itu sendiri dan juga strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak bank. Perbedaan pada aspek kognitif, afektif dan konatif selengkapnya seperti tersaji pada Tabel 24. Tabel 24
Matrik penggolongan debitur berdasarkan aspek kognitif, afektif, dan konatif Indikator Debitur KUR KUPEDES KSM
Aspek Kognitif
Sebagian besar debitur KUR memiliki pengetahuan tentang kredit perbankan yang rendah.
Sebagian besar debitur KUPEDES memiliki memiliki pengetahuan tentang kredit perbankan yang rendah.
Sebagian debitur KSM memiliki memiliki pengetahuan tentang kredit perbankan yang rendah. sebagian lagi memiliki pengetahuan yang sedang
Aspek Afektif
Mayoritas debitur KUR berada pada tingkatan yang sedang dan memiliki sikap positif terhadap kreditperbankan bank BRI
Seluruh debitur KUPEDES berada pada tingkatan yang sedang memiliki sikap positif terhadap kreditperbankan bank BRI
Mayoritas debitur KSM berada pada tingkatan yang sedang dan memiliki sikap positif terhadap kreditperbankan bank BRI
Aspek Konatif
Mayoritas debitur KUR telah melakukan peminjaman kredit dan juga telah menyebarkkan informasi mengenai kredit perbankan bank BRI kepada orang lain.
Sebagian besar debitur KUPEDES telah melakukan peminjaman kredit dan juga telah menyebarkkan informasi mengenai kredit perbankan bank BRI kepada orang lain.
Sebagian debitur KSM telah melakukan peminjaman kredit dan akan tetapi masih belum berani untuk menyebarkkan informasi mengenai kredit perbankan bank BRI kepada orang lain.
65
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Pemasaran Komunikasi dapat dinilai efektif jika pesan yang disampaikan oleh sumber dapat diterima dan dipahami oleh penerima sesuai dengan apa yang dimaksud dengan pengirim. Efektivitas komunikasi pemasaran adalah keberhasilan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan tercapainya tujuan perusahaan. Efektivitas komunikasi pemasaran dalam penelitian ini dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Aspek kognitif merupakan aspek yang berhubungan dengan pengenalan dan pengetahuan responden terhadap kredit perbankan Bank BRI dan juga tentang Bank BRI Unit desa Cikedung, aspek afektif merupakan aspek yang menggambarkan emosi, keinginan, dan rasa suka yang dimiliki oleh debitur mengenai pelaksanaan komunikasi pemasaran Bank BRI Unit Desa Cikedung, seperti usaha promosi yang dilakukan, produk yang ditawarkan, persyaratan dalam pengaplikasian kredit, tata cara pengaplikasian kredit dan pelayanan petugas Bank BRI Unit Desa Cikedung, dan aspek konatif adalah aspek yang berhubungan dengan tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku yang akan dilakukan oleh seorang responden pada kegiatan pengaplikasian kredit dan juga penyebaran informasi mengenai kredit perbankan BRI. Pengaruh efektivitas pada penelitian ini dilihat dari strategi komunikasi pemasaran yang diukur dari bentuk bauran komunikasi pemasaran, rancangan pesan ANSVA, dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran. Pengujian faktor-faktor efektivitas komunikasi pemasaran diuji dengan pengujian regresi linear berganda, dengan memasukkan semua variabel pengaruh (bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA, dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran) dan melihat pengaruhnya ke masingmasing aspek (kognitif, afektif dan konatif). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Pemasaran berdasarkan Aspek Kognitif Aspek kognitif merupakan aspek yang berhubungan dengan pengenalan dan pengetahuan responden terhadap Bank BRI Unit Desa Cikedung. Pada bagian ini akan dibahas tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi aspek kognitif. Hipotesis keempat dalam penelitian ini: Hipotesis penelitian: bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap aspek kognitif, dalam peningkatan pengetahuan mengenai kredit perbankan BRI
66
Tabel 25 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh strategi komunikasi pemasaran (bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran) terhadap aspek kognitif Variabel Aspek Kognitif (Y) (konstan) Bentuk bauran komunikasi pemasaran (X1) Penilaian Rancangan pesan ANSVA (X2 ) Frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran (X3)
Collinearity Statistica Tolerance VIF
Nilai Koefisien
Nilai signifikansi
4.004
0.000
-
1.141
0.023
0.342
2.921
-1.597
0.001
0.382
2.615
- 0.676
0.106
0.764
1.309
-
a
Collinearity statistics digunakan untuk uji asumsi klasik multikolinearitas yang berfungsi untuk melihat apakah terjadi multikolinearitas pada data yang diuji statistik. Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance > 0.1 dan nilai VIF < 10. Kolom collinearity statistics pada Tabel 25 menunjukkan pada data yang diuji tidak terjadi multikolinearitas
Tabel 25 di atas menghasilkan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 4.004 + 1.141X1 - 1.597X2 – 0.676X3 Persamaan 4 pengaruh strategi komunikasi pemasaran (bentuk bauran komunikasi pemasaran, rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran) terhadap aspek kognitif. Nilai konstanta variabel terpengaruh (Y) adalah 4.004, yang berarti jika nilai skor bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek kognitif. berpengaruh dan bernilai 0, maka secara konstan nilai skor aspek kognitif bernilai 4.004. Pengujian terhadap model regresi juga diperoleh nilai R Square (R²) yang menunjukkan angka 0.177 yang berarti bahwa kontribusi pengaruh variabel (bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran) terhadap aspek kognitif adalah sebesar 17.7 persen dan sisanya 83.3 persen merupakan kontribusi pengaruh dari variabel lain. Bentuk Bauran Komunikasi Pemasaran (X1) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel bentuk bauran komunikasi pemasaran adalah sebesar +1.141 yang berarti bahwa setiap kenaikan bentuk bauran komunikasi pemasaran sebesar satu satuan akan menaikkan aspek kognitif sebesar 1.141. Pengujian pengaruh bentuk
67 bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek kognitif dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran). Uji hipotesis pengaruh bentuk bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = bentuk bauran komunikasi pemasaran tidak berpengaruh terhadap aspek kognitif, dalam peningkatan pengetahuan mengenai kredit perbankan H1 = bentuk bauran komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap aspek kognitif, dalam peningkatan pengetahuan mengenai kredit perbankan Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 25 untuk variabel bentuk bauran komunikasi pemasaran (x1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.023. Karena nilai signifikansi ≤ 0.05 maka H1 diterima dan berarti bahwa bentuk bauran komunikasi pemasaran baik untuk memprediksi model aspek kognitif karena pengaruhnya signifikan. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa semakin banyak bentuk media komunikasi pemasaran yang diterima oleh debitur berpengaruh terhadap tingkat pengenalan dan pengetahuan debitur mengenai kredit perbankan di Bank BRI Unit Desa Cikedung. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk bauran komunikasi pemasaran yang berbeda berpengaruh terhadap aspek kognitif debitur. Penilaian Rancangan Pesan ANSVA (X2) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel bentuk bauran komunikasi pemasaran adalah sebesar –1.597 yang berarti bahwa setiap kenaikan penilaian rancangan pesan ANSVA sebesar satu satuan akan menurunkan aspek kognitif sebesar 1.597. Pengujian pengaruh rancangan pesan ANSVA terhadap aspek kognitif dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (bentuk bauran komunikasi pemasaran dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran). Uji hipotesis pengaruh penilaian rancangan pesan ANSVA terhadap aspek kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = penilaian rancangan pesan ANSVA tidak berpengaruh terhadap aspek kognitif, dalam peningkatan pengetahuan mengenai kredit perbankan H1 = penilaian rancangan pesan ANSVA berpengaruh terhadap aspek kognitif, dalam peningkatan pengetahuan mengenai kredit perbankan Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 25 untuk variabel rancangan pesan ANSVA (x2) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.001.
68 Karena nilai signifikansi ≤ 0.05 maka H1 diterima dan berarti bahwa rancangan pesan ANSVA baik untuk memprediksi model aspek kognitif karena pengaruhnya signifikan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi penilaian debitur terhadap pesan komunikasi pemasaran berdasarkan penilaian rancangan pesan ANSVA maka semakin tinggi tingkat pengenalan dan pengetahuan pengunjung mengenai kredit perbankan di Bank BRI Unit Desa Cikedung. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa jika pesan yang dikemas dalam komunikasi pemasaran dinilai semakin jelas dan dapat mendorong debitur untuk melakukan aplikasi kredit atau datang ke Bank BRI Unit Desa Cikedung maka pengetahuan debitur mengenai kredit perbankan BRI dan Bank BRI Unit Desa Cikedung akan semakin tinggi. Namun jika melihat arah pengaruhnya yang negatif, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti, keterbatasan bahasa serta rendahnya pendidikan debitur, sehingga debitur sulit untuk memahami pesan yang disampaikan melalui bauran komunikasi pemasaran. Seperti halnya diungkapkan oleh salah satu responden yang menyatakan, bahwa informasi yang ada menggunakan bahasa Indonesia yang memang bukan bahasa keseharian mereka, sehingga mereka sulit untu memahami pesan yang disampaikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian rancangan pesan ANSVA sudah dinilai jelas dan sesuai kebutuhan debitur serta berpengaruh terhadap aspek kognitif debitur namun perlu cara lain bagi debitur untuk memahami isi pesan tersebut. Frekuensi Penerimaan Bauran Komunikasi Pemasaran (X3) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel bentuk bauran komunikasi pemasaran adalah sebesar –0.676 yang berarti bahwa setiap kenaikan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran sebesar satu satuan akan menurunkan aspek kognitif sebesar 0.676. Pengujian pengaruh frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek kognitif dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (bentuk bauran komunikasi pemasaran dan penilaian rancangan pesan ANSVA). Uji hipotesis pengaruh frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran tidak berpengaruh terhadap aspek kognitif, dalam peningkatan pengetahuan mengenai kredit perbankan H1 = frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap aspek kognitif, dalam peningkatan pengetahuan mengenai kredit perbankan Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 25 untuk frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran (x3) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.106. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka Ho diterima dan berarti frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran kurang baik untuk memprediksi model aspek kognitif karena pengaruhnya tidak signifikan.
69 Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara semakin tinggi tingkat keseringan debitur menerima masing-masing bentuk bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung dengan tingkat pengetahuan dan pengenalan pengunjung mengenai kredit perbankan BRI dan Bank BRI Unit Desa Cikedung. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Pemasaran berdasarkan Aspek Afektif Aspek afektif merupakan aspek yang menggambarkan emosi, keinginan, dan rasa suka yang dimiliki oleh debitur mengenai pelaksanaan komunikasi pemasaran Bank BRI Unit Desa Cikedung, seperti usaha promosi yang dilakukan, produk yang ditawarkan, persyaratan dalam pengaplikasian kredit, tata cara pengaplikasian kredit dan pelayanan petugas Bank BRI Unit Desa Cikedung. Pada bagian ini akan dibahas tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi aspek afektif. Hipotesis kelima dalam penelitian ini: Hipotesis Penelitian: bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap aspek afektif, dalam membentuk sikap positif Tabel 26 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh strategi komunikasi pemasaran (bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran) terhadap aspek afektif Variabel Aspek Afektif (Y) (konstan) Bentuk bauran komunikasi pemasaran (X1) Penilaian rancangan pesan ANSVA (X2 ) Frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran (X3)
Collinearity Statistica Tolerance VIF
Nilai Koefisien
Nilai signifikansi
3.604
0.000
-
- 0.701
0.057
0.342
2.921
+ 0.212
0.545
0.382
2.615
- 0.008
0.980
0.764
1.309
-
a
Collinearity statistics digunakan untuk uji asumsi klasik multikolinearitas yang berfungsi untuk melihat apakah terjadi multikolinearitas pada data yang diuji statistik. Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance > 0.1 dan nilai VIF < 10. Kolom collinearity statistics pada Tabel 26 menunjukkan pada data yang diuji tidak terjadi multikolinearitas
Tabel 26 di atas menghasilkan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 3.604 – 0.701X1 + 0.212X2 - 0.008X3
70 Persamaan 5 pengaruh strategi komunikasi pemasaran (bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran) terhadap aspek afektif. Nilai konstanta variabel terpengaruh (Y) adalah 3.604, yang berarti jika nilai skor bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek afektif. berpengaruh dan bernilai 0, maka secara konstan nilai skor aspek afektif bernilai 3.604. Pengujian terhadap model regresi juga diperoleh nilai R Square (R²) yang menunjukkan angka 0.114 yang berarti bahwa kontribusi pengaruh variabel (bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran) terhadap aspek afektif adalah sebesar 11.4 persen dan sisanya 88.6 persen merupakan kontribusi pengaruh dari variabel lain. Bentuk Bauran Komunikasi Pemasaran (X1) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel bentuk bauran komunikasi pemasaran adalah sebesar -0.701 yang berarti bahwa setiap kenaikan bentuk bauran komunikasi pemasaran sebesar satu satuan akan menaikkan aspek afektif sebesar 0.701. Pengujian pengaruh bentuk bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek kognitif dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran). Uji hipotesis pengaruh bentuk bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek afektif dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = bentuk bauran komunikasi pemasaran tidak berpengaruh terhadap aspek afektif, dalam membentuk sikap positif H1 = bentuk bauran komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap aspek afektif, dalam membentuk sikap positif Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 26 untuk variabel bentuk bauran komunikasi pemasaran (x1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.057. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa bentuk bauran komunikasi pemasaran kurang baik untuk memprediksi model aspek afektif karena pengaruhnya tidak signifikan. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa perasaan pengunjung terhadap kredit pada Bank BRI Unit Desa Cikedung sudah baik dan pengunjung telah menyukai dan tertarik dengan kredit yang ditawarkan, hal tersebut dinilai sama oleh pengunjung tanpa dipengaruhi oleh berapapun jumlah bentuk media komunikasi pemasaran yang diterima oleh pengunjung. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk bauran komunikasi pemasaran yang berbeda tidak berpengaruh terhadap aspek afektif debitur.
71 Penilaian Rancangan Pesan ANSVA (X2) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel bentuk bauran komunikasi pemasaran adalah sebesar +0.212 yang berarti bahwa setiap kenaikan penilaian rancangan pesan ANSVA sebesar satu satuan akan menurunkan aspek afektif sebesar 0.212 Pengujian pengaruh penilaian rancangan pesan ANSVA terhadap aspek kognitif dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (bentuk bauran komunikasi pemasaran dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran). Uji hipotesis pengaruh penilaian rancangan pesan ANSVA terhadap aspek afektif dapat dijabarkan sebagai berikut: H0
= penilaian rancangan pesan ANSVA tidak berpengaruh terhadap aspek afektif, dalam membentuk sikap positif H1 = penilaian rancangan pesan ANSVA berpengaruh terhadap aspek afektif, dalam membentuk sikap positif Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 26 untuk variabel penilaian rancangan pesan ANSVA (x2) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.545. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa rancangan pesan ANSVA kurang baik untuk memprediksi model aspek afektif karena pengaruhnya tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian rancangan pesan ANSVA tidak berpengaruh terhadap aspek afektif debitur. Tetapi jika melihat dari apa yang dilakukan oleh pihak bank BRI, dalam menyajikan pesan sudah menarik dan membuat debitur suka, namun debitur kesulitan untuk memahami isi pesan tersebut, sehingga debitur hanya menyukai salah satu saja bentuk penyajian pesan seperti penjelaskan oleh mantri. Hal ini dikarenakan saat mantri menjelaskan, mantri bisa menggunakan bahasa yang bisa dipahami juga oleh debitur, yaitu menggunakan bahasa daerah dalam menjelaskannya. Frekuensi Penerimaan Bauran Komunikasi Pemasaran (X3) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel bentuk bauran komunikasi pemasaran adalah sebesar –0.008 yang berarti bahwa setiap kenaikan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran sebesar satu satuan akan menurunkan aspek kognitif sebesar 0.008. Pengujian pengaruh frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek afektif dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (bentuk bauran komunikasi pemasaran dan rancangan pesan ANSVA). Uji hipotesis pengaruh frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek afektif dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 = frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran tidak berpengaruh terhadap aspek afektif, dalam membentuk sikap positif
72
H1 = frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap aspek afektif, dalam membentuk sikap positif Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 26 untuk frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran (x3) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.980. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran kurang baik untuk memprediksi model aspek afektif karena pengaruhnya tidak signifikan. Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat keseringan debitur menerima masing-masing bentuk bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung maka tidak ada pengaruhnya terhadap perasaan debitur dalam hal suka atau tidak suka terhadap kredit perbankan BRI dan Bank BRI Unit Desa Cikedung. Hal tersebut menunjukkan bahwa debitur telah dan sedang berkredit di Bank BRI Unit Desa Cikedung dan menyukai tentang tata cara kredit, persyaratan saat mengajukan sampai pada proses pembayaran angsuran kredit tersebut dan juga menyukai pelayan petugas Bank BRI Unit Desa Cikedung tanpa dipengaruhi oleh berapapun jumlah bentuk media komunikasi pemasaran yang diterima oleh debitur. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Pemasaran berdasarkan Aspek Konatif Aspek konatif merupakan aspek yang berhubungan dengan tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku yang akan dilakukan oleh seorang debitur pada kegiatan engaplikasina kredit atau penyebaran informasi mengenai kredit. Pada bagian ini akan dibahas tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi aspek konatif. Hipotesis keenam dalam penelitian ini: Hipotesis:
bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap aspek konatif, dalam menyebarkan informasi.
Tabel 27 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh strategi komunikasi pemasaran (bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran) terhadap aspek konatif Variabel Aspek konatif (Y) (konstan) Bentuk bauran komunikasi pemasaran (X1) Penilaian rancangan pesan ANSVA (X2 ) Frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran (X3)
Collinearity Statistica Tolerance VIF
Nilai Koefisien
Nilai Signifikansi
1.622
0.000
-
-
- 0.528
0.334
0.342
2.921
+ 0.679
0.199
0.382
2.615
+ 0.648
0.160
0.764
1.309
73
a
Collinearity statistics digunakan untuk uji asumsi klasik multikolinearitas yang berfungsi untuk melihat apakah terjadi multikolinearitas pada data yang diuji statistik. Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance > 0.1 dan nilai VIF < 10. Kolom collinearity statistics pada Tabel 27 menunjukkan pada data yang diuji tidak terjadi multikolinearitas
Tabel 27 di atas menghasilkan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 1.622 – 0.528X1 + 0.679X2 + 0.648X3 Persamaan 6 pengaruh strategi komunikasi pemasaran (bentuk bauran komunikasi pemasaran, rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran) terhadap aspek konatif. Nilai konstanta variabel terpengaruh (Y) adalah 1.622, yang berarti jika nilai skor bentuk bauran komunikasi pemasaran, rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek konatif. berpengaruh dan bernilai 0, maka secara konstan nilai skor aspek konatif bernilai 1.622. Pengujian terhadap model regresi juga diperoleh nilai R Square (R²) yang menunjukkan angka 0.049 yang berarti bahwa kontribusi pengaruh variabel (bentuk bauran komunikasi pemasaran, penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran) terhadap aspek konatif adalah sebesar 4.9 persen dan sisanya 95.1 persen merupakan kontribusi pengaruh dari variabel lain. Bentuk Bauran Komunikasi Pemasaran (X1) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel bentuk bauran komunikasi pemasaran adalah sebesar -0.528 yang berarti bahwa setiap kenaikan bentuk bauran komunikasi pemasaran sebesar satu satuan akan menaikkan aspek konatif sebesar 0.528. Pengujian pengaruh bentuk bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek konatif dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (penilaian rancangan pesan ANSVA dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran). Uji hipotesis pengaruh bentuk bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek konatif dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 H1
= bentuk bauran komunikasi pemasaran tidak berpengaruh terhadap aspek konatif, dalam menyebarkan informasi. = bentuk bauran komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap aspek konatif, dalam menyebarkan informasi.
Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 27 untuk
74 variabel bentuk bauran komunikasi pemasaran (x1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.334. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa bentuk bauran komunikasi pemasaran kurang baik untuk memprediksi model aspek afektif karena pengaruhnya tidak signifikan. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa berapapun jumlah bentuk bauran promosi yang ditermia oleh debitur tidak akan berpengaruh terhadap perilaku dan tindakan nyata debitur dalam hal pengaplikasian kredit atau penyebaran informasi mengenai kredit perbankan. Jika melihat fakta dilapangan hal yang terjadi adalah, ketika debitur akan berkredit, debitur tergerak lebih karena kebutuhan akan modal, bukan karena adanya komunikasi pemasaran dari bank BRI, karena ketika memang butuh modal debitur akan mendatangi sendir Bank yang dituju seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden berikut : “… saya awalnya ga tahu apa-apa tentang kredit, cuman tahu di Cikedung ada Bank, dan saya tahu kalo semua bank itu biasanya pasti ada kredit, karena memang saya pada saat itu sedang butuh modal, saya datangi langsung Bank BRI Cikedung mas, terus saya tanya-tanya dan saya langsung ambil kredit di bank BRI itu…” (MD, 39 tahun) Penilaian Rancangan Pesan ANSVA (X2) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel bentuk bauran komunikasi pemasaran adalah sebesar +0.679 yang berarti bahwa setiap kenaikan penilaian rancangan pesan ANSVA sebesar satu satuan akan menurunkan aspek kognitif sebesar 0.679 Pengujian pengaruh penilaian rancangan pesan ANSVA terhadap aspek konatif dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (bentuk bauran komunikasi pemasaran dan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran). Uji hipotesis pengaruh penilaian rancangan pesan ANSVA terhadap aspek konatif dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 H1
= penilaian rancangan pesan ANSVA tidak berpengaruh terhadap aspek konatif, dalam menyebarkan informasi. = penilaian rancangan pesan ANSVA berpengaruh terhadap aspek konatif, dalam menyebarkan informasi.
Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 27 untuk variabel rancangan pesan ANSVA (x2) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.199. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti bahwa rancangan pesan ANSVA kurang baik untuk memprediksi model aspek konatif karena pengaruhnya tidak signifikan. Pada dasarnya debitur berperilaku dan bertindak nyata seperti berkredit, tidak dipengaruhi oleh penilaian rancangan pesan ANSVA, karena memang pesan yang disampaikan kurang dipahami oleh debitur dan yang mayoritas debitur takut untuk memberikan informasi kepada orang lain tentang kredit, karena mereka engga bertanggung jawab jika orang yang diberikan
75 informasi tersebut kreditnya bermasalah. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa rancangan pesan ANSVA tidak berpengaruh terhadap aspek konatif debitur. Frekuensi Penerimaan Bauran Komunikasi Pemasaran (X3) Persamaan regresi linier berganda di atas, menghasilkan nilai koefisiensi untuk variabel bentuk bauran komunikasi pemasaran adalah sebesar +0.648 yang berarti bahwa setiap kenaikan frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran sebesar satu satuan akan menaikkan aspek konatif sebesar 0.648. Pengujian pengaruh frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek kognitif dilakukan dengan analisis regresi linear berganda sekaligus dengan variabel pengaruh lainnya (bentuk bauran komunikasi pemasaran dan penilaian rancangan pesan ANSVA). Uji hipotesis pengaruh frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran terhadap aspek konatif dapat dijabarkan sebagai berikut: H0 H1
= frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran tidak berpengaruh terhadap aspek konatif, dalam menyebarkan informasi. = frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap aspek konatif , dalam menyebarkan informasi.
Hipotesis di atas diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan Tabel 27 untuk frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran (x3) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.160. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan berarti frekuensi penerimaan bauran komunikasi pemasaran kurang baik untuk memprediksi model aspek konatif karena pengaruhnya tidak signifikan. Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat keseringan debitur menerima masing-masing bentuk bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung maka tidak ada pengaruhnya terhadap perilaku debitur dalam hal berkredit dan menyebarkan informasi seperti diungkapkan oleh salah seorang responden berikut: “…. Pak mantri sering mas main ke rumah saya, terus sering juga nyamperin ke sawah, sambil nawarin mau kredit lagi apa engga?trus katanya mau butuhnya berapa bisa…, tapi saya selalu bilang nanti aja ah pak mantri, baru juga selesai kemarin cicilannya….” (KS, 57 tahun)
76
Simpulan Sesuai dengan hasil-hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya dapat dibuat beberapa kesimpulan seperti berikut ini: 1. Mayoritas debitur Bank BRI Unit Desa Cikedung berada pada usia pertengahan (31-50 tahun), berjenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan tergolong rendah (tidak sekolah atau SD), menghasilkan uang dengan cara bekerja, tingkat pendapatan tergolong rendah (Rp 300 000–Rp8 535 000), frekuensi penerimaan promosi dari bank lain tergolong rendah, dan frekuensi peminjaman kredit pada bank lain tergolong rendah. 2. Bentuk pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bank BRI Unit Desa Cikedung yaitu: leaflet/brosur, acara hiburan, pameran, kunjungan mantri, dan cerita dari mulut ke mulut. Isi pesan yang disampaikan menurut rancangan pesan dengan konsep ANSVA dinilai telah baik dalam mencapai tujuan komunikasi pada setiap debitur, frekuensi penerimaan debitur terhadap bauran komunikasi pemasaran tergolong sedang, dikarenakan masih kurang tersebarnya bauran komunikasi pemasaran yang digunakan. 3. Faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi pemasaran adalah strategi komunikasi pemasaran, yaitu bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dan penilaian rancangan pesan ANSVA. Bentuk bauran komunikasi pemasaran yang diterima dan penilaian rancangan pesan ANSVA tersebut mempengaruhi aspek kognitif. Untuk aspek afektif dan konatif debitur belum ditemukan pengaruh dari faktor-faktor pengaruh yang ada. 4. Kendala bahasa, rendahnya pendidikan debitur dan juga rasa takut yang dimiliki debitur untuk menyebarkan informasi merupakan faktor lain yang mempengaruhi debitur dalam memahami pesan yang disampaikan, sehingga turut berperan dalam mempengaruhi strategi komunikasi pemasaran yang diterapkan dan efektivitas komunikasi pemasaran pada Bank BRI Unit Desa Cikedung. Saran Saran yang dapat diberikan sesuai hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah: 1. Peran mantri dan karyawan Bank BRI Unit Desa Cikedung terbukti berperan paling efektif dalam menyebarluaskan informasi, khususnya mengenai kredit dan juga hal ini berkaitan dengan permintaan debitur pada umumnya. Sehingga pihak Bank BRI Unit Desa Cikedung sebaiknya lebih meningkatkan peran dan jumlah dari mantri serta karyawan, guna menyebarluaskan informasi mengenai produk-produk yang ada pada Bank BRI Unit Desa Cikedung khususnya kredit. 2. Pihak Bank BRI Unit Desa Cikedung juga perlu meningkatkan strategi komunikasi pemasaran seperti menyusun rancangan pesan dalam berbagai media komunikasi pemasaran yang disusun lebih menarik dan menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami, agar dapat meningkatkan pengetahuan meningkatkan rasa kesukaan dan ketertarikan khalayak terhadap kredit sehingga dapat membuat lebih banyak khalayak yang mengaplikasikan kredit Bank BRI, khususnya di Bank BRI Unit desa Cikedung.
77 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2013. Berita Resmi Statistik No.14/02/Th. XVI, 5 Februari 2013. [internet]. [dikutip 9 Februari 2013] Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id [BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2012. Tabel daftar pemanfaat kredit perbankan. [Internet]. [diunduh tanggal 9 Februari 2013]. Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&Tabel=1&daftar=1&id_suby ek=13¬ab=14 Agusta I. 2011. Ketrampilan Penelitian Kuantitatif Teori, Kerangka Pemikiran, Definisi Operasional, Indikator Pengukuran, Kumpulan Kuesioner. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Februari 2013]. Dapat diunduh dari: http://elearning.skpm.ipb.ac.id/pluginfile.php/368/mod_folder/content/0/Ket rampilan%20Penelitian%20Kuantitatif.pdf Alma B. 2005. Manajemen dan pemasaran jasa. Bandung [ID]: Alfabeta. Amalia R. 2012. Hubungan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Agrowisata Kebun Raya Cibodas dengan Perilaku Pengunjung. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Anggraeni VD. 2012. Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran dengan Perilaku Pengunjung (Studi Kasus Serambi Botani, Botani Square Bogor). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Amir MT. 2005. Dinamika pemasaran jelajahi dan rasakan. Jakarta [ID]: PT Raja Grafindo Persada. 254 hal. Djunaedi. 2003. Efektivitas Komunikasi Di Dalam Program Imbal Swadaya Di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. [tesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pasca Sarjana IPB. Engel JF, Warshaw MR, Kinnear TC. 1991. Promotional strategy seventh. Managing the marketing communication process. Boston [USA]: IRWIN. 741 hal Kasmir. 2006. Dasar-Dasar perbankan, Jakarta[ID]: PT Raja Grafinda Persada. Keller KL, Kotler P. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas (Alih bahasa dari Bahasa Inggris oleh Sabran B). Edisi 13. Jilid 2. Jakarta [ID]: Erlangga. 412 hal. [Judul asli: Marketing Management, Thirteenth Edition] Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran jilid 1. Jakarta [ID]: PT. Prehalindo. Kusumastuti YI. 2009. Komunikasi bisnis. Bogor [ID]: IPB Press. 200 hal. Lubis DP. 2009. Pendahuluan. Dalam: Hubeis AVS, editor. Dasar-dasar komunikasi. Bogor [ID]: Sains KPM IPB Press. 392 hal. Marknesis. 2009. Pemasaran: Strategi dan teknik. Yogyakarta [ID]: Marknesis. 378 hal. Morrisan. 2010. Periklanan: Komunikasi pemasaran terpadu. Jakarta [ID]: Prenada Media Group. 376 hal. Mugniesyah SS. 2009. Materi Kuliah Pendidikan Orang Dewasa 3 Maret 2009 (Hasil Revisi Buku Tahun 2006). Mulyana D. 2001. Ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung [ID]: PT Remaja Rosdakarya Bandung. 410 hal. Setiadi NJ. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta [ID]: Kencana. 438 hlm.
78 Setiadi NJ. 2010. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen. Edisi Revisi. Jakarta [ID]: Kencana. 422 hal. Shimp TA. 2003. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu (Alih bahasa dari Bahasa Inggris oleh Anikasari D, Sjahrial R) . Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta [ID]: Erlangga. 603 hal. [Judul asli: Advertising Promotion and Supplemental Aspect of Integrated Marketing Communications, 5th Ed.] Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: LP3ES. 346 hlm. Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor [ID]: Ghalia Indonesia. 368 hlm. Sunyoto D. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta [ID]: CAPS Suyatno T, Chalik HA, Sukada M, Ananda CTY, Marala DT. 2007. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta [ID]: Gramedia Pustaka Utama Syam Nina Winangsih, Sugiana Dadang. 2004. Perencanaan pesan dan media. Jakarta [ID]: Universitas Terbuka. Swastha B. 2006. Azas – azas Marketing, Ed ke-3. Yogyakarta [ID]: Liberty Tjiptono F. 2008. Strategi pemasaran. Yogyakarta [ID]: ANDI OFFSET. 590 hal Yassiranda M. 2011. Strategi Komunikasi Pemasaran Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat (kasus: Taman Nasional Gunung Halimun Salak). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Yoeti OA. 2006. Tours and travel marketing. Jakarta [ID]: PT Pradnya Paramita. 344 hal.
79 LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Kegiatan
Feb
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Uji Kuesioner Pengambilan Data Lapangan Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Penelitian
2
Ket
80 Lampiran 2 Sketsa Lokasi Penelitian Bank BRI Unit Desa Cikedung, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu Keterangan : = Lokasi Penelitian, Bank BRI Unit Desa Cikedung, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu
Keterangan : Stasiun Terisi Bank BRI Unit Desa Cikedung Polsek Cikedung Balai Desa Cikedung
81 Lampiran 3 Kuesioner penelitian No. Responden : Tanggal Wawancara : KUESIONER SURVEI STRATEGI PROMOSI DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN KREDIT PERBANKAN (Kasus: Bank BRI Unit desa Cikedung, Cikedung Kabupaten Indramayu) Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dari responden dalam rangka penulisan skripsi program sarjana yang dilakukan oleh: Nama/NRP : Oki Wanarijki/I34090059 Departemen/Fakultas : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat/Fakultas Ekologi Manusia Universitas : Institut Pertanian Bogor Peneliti meminta kesediaan Anda untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini secara jujur, jelas, dan benar. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk keperluan akademik. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. Nama : Alamat : No. Telpon : A. Faktor Internal 1. Jenis Kelamin* 2. Umur 3. Pendidikan terakhir*
4. Pekerjaan*
: : :
1. Laki-laki 2. Perempuan tahun 1. Tidak Sekolah 2. SD/Madrasah Ibtidaiyah 3. SMP/ Madrasah Tsanawiyah 4. SMA/ Madrasah Aliyah 5. Diploma/ Perguruan Tinggi
:
1. Petani/ nelayan 2. Buruh tani/ nelayan/perkebunan/kehutanan 3. Pegawai negeri 4. Pegawai swasta 5. Mahasiswa 6. Pelajar 7. Ibu Rumah Tangga 8. Tidak bekerja/pensiunan 9. Lainnya, sebutkan…………………………
5. Berapakah pendapatan Anda dalam sebulan? : Rp. 6. Apakah anda mengetahui tentang kredit perbankan yang ada di Bank BRI unit desa cikedung* ? a.Ya b.Tidak Keterangan : *) Lingkari jawaban yang sesuai
82 B. FAKTOR EKSTERNAL Berilah tanda silang (X) pada pernyataan yang sesuai dengan Anda! 7. Apakah Anda pernah melihat bentuk kegiatan promosi kredit perbankan yang serupa dengan kredit perbankan Bank BRI unit Desa Cikedung ? a. Ya b. Tidak Jika Ya, dimana anda melihat kegiatan promosi tersebut? …………………………………………………………………………………… ……. dalam bentuk apa dan berapa kali anda melihat kegiatan promosi yang dilakukan*: a. Brosur = Kali b. Acara hiburan = Kali c. Kunjungan pegawai Bank lain = Kali d. Pameran = Kali e. Cerita dari teman/kerabat = Kali f. Lainnya, sebutkan: = Kali Keterangan : *) Lingkari jawaban yang sesuai, jawaban boleh lebih dari satu Menurut pendapat anda apakah kelebihan dan kekurangan dari kegiatan promosi yang dilakukan tersebut? ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... .................... 8. Pernahkan anda meminjam kredit selain dari Bank BRI unit desa Cikedung? a. Ya b.Tidak Jika Ya, berapa kali anda melakukan peminjaman kredit tersebut dalam kurun waktu 1 tahun terkahir? ………….. kali Apakah alasan Anda meminjam kredit tersebut? ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... .................... C. STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN 9. Darimana Anda mendapatkan informasi mengenai produk kredit perbankan yang ada di Bank BRI Unit desa Cikedung* ? 1 Leaflet/Brosur 2 Acara hiburan yang diadakan Bank BRI 3 Pameran 4 Kunjungan Mantri BRI 5 Cerita dari teman/kerabat 6 Lainnya, sebutkan…. Keterangan : *) Lingkari jawaban yang sesuai, jawaban boleh lebih dari satu
83 Berilah tanda silang (X) pada pernyataan yang sesuai dengan Anda! Unsur Attention (Perhatian) Bauran Promosi No
10
Pernyataan
No
13
14
15
Cerita dari teman/kerabat
Lainnya
B. Tidak
Informasi mengenai kredit perbankan pada alat promosi yang digunakan oleh Bank BRI unit Desa Cikedung beragam? A. Ya
12
Kunjungan Mantri BRI
Informasi mengenai kredit perbankan pada alat promosi yang digunakan oleh Bank BRI unit Desa Cikedung disampaikan dengan bagus? A. Ya
11
Leaflet / Brosur
B. Tidak
Penyampaian Informasi mengenai kredit perbankan Bank BRI dengan cara menggunakan alat promosi mampu membuat saya memperhatikan,melihat, dan menyimak hingga akhir? A. Ya B. Tidak Unsur Need (Kebutuhan) Pernyataan Kekurangan modal yang Anda alami menyebabkan Anda membutuhkan informasi dari alat promosi yang digunakan Bank BRI unit Desa Cikedung mengenai kredit perbankan? A. Ya B. Tidak Informasi pada alat promosi yang digunakan oleh Bank BRI unit Desa Cikedung membuat Anda sadar jika Anda kurang memiliki informasi dan pengetahuan mengenai kredit perbankan? A. Ya B. Tidak Kebutuhan Anda akan informasi mengenai kredit perbankan terpenuhi dengan adanya alat promosi yang digunakan oleh Bank BRI unit Desa Cikedung tersebut? A. Ya B. Tidak
Bauran Promosi Leaflet / Brosur
Kunjungan Mantri BRI
Cerita dari teman/kerabat
Lainnya
84
Bauran Promosi
Unsur Satisfaction (Kepuasan) No
16
Pernyataan
Lainnya
B. Tidak
B. Tidak
Informasi yang ada pada alat promosi yang digunakan oleh Bank BRI unit Desa Cikedung menyajikan penawaran kebutuhan lain bagi anda dengan cara aplikasi kredit perbankan BRI? A. Ya
B. Tidak
Unsur Visualization (Visualisasi) No
19
Cerita dari teman/kerabat
Informasi yang ada pada alat promosi yang digunakan oleh Bank BRI unit Desa Cikedung menyajikan penawaran jalan keluar dari masalah yang dihadapi yaitu dengan cara aplikasi kredit perbankan BRI? A. Ya
18
Kunjungan Mantri BRI
Informasi yang ada pada alat promosi yang digunakan oleh Bank BRI unit Desa Cikedung menyajikan masalah yang sedang Anda hadapi yaitu kekurangan modal? A. Ya
17
Leaflet / Brosur
Pernyataan Informasi yang didapat dari alat promosi telah memberikan gambaran kepada Anda bahwa dengan mengaplikasikan kredit perbankan BRI masalah yang Anda hadapi bisa teratasi? A. Ya
B. Tidak
Bauran Promosi Leaflet / Brosur
Kunjungan Mantri BRI
Cerita dari teman/kerabat
Lainnya
85
20
Informasi yang didapat dari alat promosi telah memberikan gambaran kepada Anda bahwa dengan mengaplikasikan kredit perbankan BRI anda akan mendapatkan keuntungan bukan kerugian? A. Ya
21
B. Tidak
Informasi yang didapat dari alat promosi telah memberikan gambaran kepada Anda bahwa terdapat berbagai jenis kredit perbankan BRI yang bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan anda? A. Ya
B. Tidak
Unsur Action (Aksi) No
22
23
24
Pernyataan Informasi yang didapat dari alat promosi mengajak Anda untuk datang ke kantor Bank BRI unit desa Cikedung guna mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai kredit perbankan BRI? A. Ya B. Tidak Informasi yang didapat dari alat promosi mengajak Anda untuk mengaplikasikan kredit perbankan BRI? A. Ya B. Tidak Informasi pada alat promosi mengajak Anda untuk mensebarluaskan informasi mengenai kredit perbankan BRI kepada rekan atau keluarga Anda? A. Ya B. Tidak
Bauran Promosi Leaflet / Brosur
Kunjungan Mantri BRI
Cerita dari teman/kerabat
Lainnya
86 25. Seberapa banyak Anda mendapatkan informasi dari Bauran komunikasi pemasaran yang digunakan Bank BRI unit Desa Cikedung mengenai kredit perbankan, dalam waktu 6 bulan terakhir ini ? No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bauran Komunikasi Pemasaran Brosur/Leaflet Acara Hiburan Kunjungan Mantri Pameran Cerita teman/saudara Lainnya, Sebutkan………
Jumlah ……………………… Kali ……………………… Kali ……………………… Kali ……………………… Kali ……………………… Kali ……………………… Kali
D. EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN Aspek Kognitif Isilah titik - titik dibawah ini dengan jawaban yang menurut anda benar! 26. Sebagai salah satu bank penyedia kredit perbankan, Bank BRI unit Desa Cikedung mengutamakan asas? …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………… 27. Apa sajakah jenis produk kredit perbankan yang ada di Bank BRI unit Desa Cikedung? …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ………………………………………… 28. Apa sajakah persyaratan dalam pengaplikasian kredit perbankan di Bank BRI unit Desa Cikedung? …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………… 29. Berapakah jumlah pinjaman serta angsuran kredit perbankan di Bank BRI unit Desa Cikedung? …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………… 30. Berapakah suku bunga yang digunakan Bank BRI unit desa Cikedung dalam menyalurkan kredit perbankan? …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………
87 Aspek Afektif No.
Pernyataan Saya suka dengan usaha promosi kredit 31 perbankan yang dilakukan oleh Bank BRI unit desa Cikedung Saya tertarik dengan produk-produk 32 kredit perbankan yang ditawarkan Bank BRI unit desa Cikedung Saya merasa tidak keberatan dengan 33 persyaratan dan peraturan dalam pengaplikasian kredit Saya suka dengan kemudahan 34 pengaplikasian kredit di Bank BRI unit Desa Cikedung Saya suka dengan pelayanan petugas 35 BRI yang membantu saya dalam proses pengaplikasian kredit Aspek Konatif No. 36 37
38
39
40
Pernyataan
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Saya akan berkredit ke Bank BRI unit desa Cikedung Saya akan membayar uang angsuran kredit sesuai dengan jumlah yang disepakati Saya akan menginformasikan kembali pengetahuan saya kepada kerabat tentang produk kredit perbankan BRI Saya akan mengajak sanak saudara dan kerabat untuk berkredit di Bank BRI unit desa Cikedung Saya akan mencoba produk kredit perbankan lainnya yang ditawarkan oleh Bank BRI unit desa Cikedung.
Panduan Pertanyaan Wawancara Responden 1. Untuk memperoleh informasi mengenai kredit perbankan BRI, promosi seperti apa yang lebih anda sukai? …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………
88 2. Apakah anda masih membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai kredit perbankan BRI? a. Ya b. Tidak Jika Ya, informasi seperti apa yang anda butuhkan? …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… 3. Bagaimana menurut anda mengenai proses pengaplikasian kredit perbankan BRI? …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… 4. Bagaimana menurut anda mengenai persyaratan dan bunga dalam kredit perbankan BRI? …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… 5. Apa yang anda ketahui tentang kredit perbankan di Bank BRI Unit Desa Cikedung? …………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………
6. Apakah alasan Anda mengaplikasikan kredit perbankan di Bank BRI unit desa Cikedung? a. Kemudahan syarat kredit b. Tawaran Hadiah yang menarik Kepentingan lain, sebutkan................................................................... 7. Bagaimana harapan anda untuk upaya promosi kredit perbankan Bank BRI unit desa Cikedung? …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………
89 Lampiran 4 daftar nama responden NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Nama Ws Cc Na Dw Rp Tr Wh St Tl Df Sy He Ss Sob Tr Ks Ks Ju Sar Tj Ir Tn Si In Wc Un Tg Cr Sd Bs Ww Sut Ts Ct Nu St Am Cw Kt Dr Lis
Umur 48 34 28 65 24 30 38 39 58 37 32 31 39 52 48 53 53 39 35 59 53 52 40 50 49 50 62 35 50 55 48 43 46 55 56 48 60 61 48 68 32
Kategori KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUR KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KUPEDES KSM
90 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Ks Sa Tr Ks Ky Sur Ct Sm Sn Jt Tp Mut Rs Md Cd Mar War Ry Rh
39 42 27 57 51 33 33 38 37 38 43 41 33 39 64 42 28 31 34
KSM KSM KSM KSM KSM KSM KSM KSM KSM KSM KSM KSM KSM KSM KSM KSM KSM KSM KSM
91 Lampiran 5 Hasil uji regresi linear berganda Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficients B
Std. Error
(Constant)
2.395
.648
Usia
-.202
.149
JK
-.075
Beta
Tolerance
VIF
3.695
.001
-.207
-1.357
.181
.684
1.461
.157
-.070
-.477
.635
.740
1.352
Pendidikan 1 Pekerjaan
.172
.154
.165
1.120
.268
.734
1.363
-.077
.144
-.079
-.535
.595
.730
1.371
Pendapatan
-.124
.175
-.091
-.707
.483
.959
1.043
Frek.Promosi
.531
.194
.470
2.744
.008
.544
1.839
-.423
.193
-.372
-2.191
.033
.554
1.805
Frek.Kredit
a. Dependent Variable: Bentuk.Bauran.Komunikasi.Pemasaran Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficients B
Std. Error
(Constant)
3.136
.655
Usia
-.161
.151
JK
-.088
Beta
Tolerance
VIF
4.789
.000
-.164
-1.070
.290
.684
1.461
.158
-.082
-.554
.582
.740
1.352
Pendidikan 1 Pekerjaan
.017
.155
.016
.107
.915
.734
1.363
-.044
.146
-.045
-.305
.762
.730
1.371
Pendapatan
-.114
.177
-.083
-.643
.523
.959
1.043
Frek.Promosi
.366
.196
.322
1.872
.067
.544
1.839
-.545
.195
-.476
-2.790
.007
.554
1.805
Frek.Kredit
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficients B
Std. Error
(Constant)
.734
.634
Usia
.143
.146
-.090
Pendidikan 1 Pekerjaan
Beta
Tolerance
VIF
1.157
.252
.155
.983
.330
.684
1.461
.153
-.089
-.590
.557
.740
1.352
.050
.150
.051
.336
.739
.734
1.363
.060
.141
.064
.423
.674
.730
1.371
Pendapatan
.039
.171
.030
.228
.821
.959
1.043
Frek.Promosi
.331
.189
.308
1.747
.086
.544
1.839
-.117
.189
-.108
-.619
.539
.554
1.805
JK
Frek.Kredit
a. Dependent Variable: Frek.Bauran.Promosi
92 a. Dependent Variable: ANSVA Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
4.004
.848
Hasil.Bentuk 1 Hasil.Frekuensi
1.141
.489
-.676 -1.597
Hasil.Ansva
a
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
4.722
.000
.483
2.333
.023
.342
2.921
.412
-.228
-1.642
.106
.764
1.309
.472
-.663
-3.383
.001
.382
2.615
a. Dependent Variable: Kognitif Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficients B
Std. Error
(Constant)
3.604
.625
Hasil.Bentuk 1 Hasil.Frekuensi
-.701
.361
-.008 .212
Hasil.Ansva
Beta
Tolerance
VIF
5.764
.000
-.418
-1.944
.057
.342
2.921
.303
-.004
-.025
.980
.764
1.309
.348
.124
.608
.545
.382
2.615
a. Dependent Variable: Afektif
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
a
t
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficients B
Std.
Beta
Tolerance
VIF
Error (Constant)
1.622
.938
Hasil.Bentuk 1 Hasil.Frekuensi
-.528
.541
.648 .679
Hasil.Ansva a. Dependent Variable: Konatif
1.729
.089
-.217
-.975
.334
.342
2.921
.455
.212
1.424
.160
.764
1.309
.522
.274
1.299
.199
.382
2.615
93 Lampiran 6 Dokumentasi
Papan nama Bank BRI Unit Desa Cikedung
Brosur Kredit Bank BRI
Bangunan Bank BRI Unit Desa Cikedung
Brosur KUPEDES BRI
94
Isi Brosur KUPEDES BRI
Brosur KUR BRI
Isi Brosur KUR BRI
95 RIWAYAT HIDUP Peneliti dilahirkan di Indramayu pada tanggal 18 Mei 1991, dari pasangan Durachman B. Scf (Alm) dan Eti Sri Muljati. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sindang Indramayu pada tahun 2006-2009. Pada tahun 2009, peneliti diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), kemudian pada tahun 2010 peneliti diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor, peneliti aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi dan kepanitiaan. Peneliti aktif menjadi anggota Himpunan Profesi (HIMPRO) HIMASIERA divisi Fotografi dan Cinematografi (Fotocine) pada tahun 2010-2011, lalu pada tahun kepengurusan berikutnya, yaitu tahun 2011-2012, peneliti diamanahkan untuk menjadi direktur divisi fotocine. Pengalaman lain dalam kepanitiaan yaitu divisi tata tertib (tatib) Masa Perkenalan Fakultas dan Masa Perkenalan Departemen 2011, divisi logstran acara buka bareng “Ramadhan Sinta” Departemen SKPM 2011, ketua divisi logstran acara Commday 2011, dan ketua panitia malam keakraban departemen SKPM 2012. Selain itu juga, peneliti aktif menjadi asisten mata kuliah Komunikasi Bisnis pada tahun 2012.