EFEKTIVITAS KEGIATAN PARENTING SKILL DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA ANAK JALANAN DI PUSAT PENGEMBANGAN PELAYANAN SOSIAL ANAK ATAU SOCIAL DEVELOPMENT CENTRE FOR CHILDREN (SDC)
SKRIPSI
Oleh Bani Fauziyyah Jehan NIM : 1110054100030
Program Studi Kesejahtraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2014
ABSTRAK
BANI FAUZIYYAH JEHAN 1110054100030 Efektifitas Kegiatan Parenting Skill dalam Pemberdayaan Keluarga Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children Kegiatan parenting skill yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children adalah salah satu kegiatan dalam program pemberdayaan keluarga untuk memberikan edukasi kepada orang tua tentang pengasuhan anak yang baik dan benar terutama dalam menangani masalah yang dihadapi orang tua dan anak. Terdapat lima tahapan kegiatan yang terstruktur dalam kegiatan parenting skill yaitu; memberikan pemahaman tentang arti anak dalam kegiatan orang tua, memberikan pemahaman tentang kewajiban orang tua terhadap anak, memberikan gambaran perjalanan hidup anak dari dalam kandungan sampai lahir ke dunia, memberikan pemahaman dan berdiskusi tentang keahlian yang harus dimiliki orang tua, memberikan gambaran kisah nyata tentang kehidupan anak jalanan yang terpisan dan menderita karena terpisah dari orang tuanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis efektifitas kegiatan parenting skill dalam pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif memiliki cirri khas penyajian datanya dalam bentuk narasi, cerita mendalam atau rinci dari para responden hasil wawancara atau observasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari Kordinator Rehabilitasi Sosial, Kepala Bagian perencanaan dan pendampingan, staff pendampigan social, serta penerima manfaat yang aktif mengikuti penyuluhan. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children dinilai efektif karena dengan menjalankan lima tahapan yang diterapkan oleh penyuluh, penerima manfaat merasa mengerti dan paham bahkan sampai bisa berhasil mempraktekan materi yang disampaikan oleh penyuluh. Karena sesuai dengan tujuanya, kegiatan parenting skill mampu memberikan perubahan yang lebih baik pada penerima manfaat yang mengikuti kegiatan tersebut.
i
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Kegiatan Parenting Skill dalam Pemberdayaan Keluarga Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development centre for Children (SDC).” Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menghaturkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada : 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan para Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi 2. Ibu
Siti
Napsiyah
Ariefuzzaman,
MSW
selaku
Ketua
Jurusan
Kesejahteraan Sosial dan bapak Ahmad Zaki M.Si selaku dosen pembimbing akademik. Terimakasih atas nasehat dan bimbingannya.
ii
3. Bapak Drs. Study Rizal LK, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu mengarahkan, membina, dan selalu bersedia meluangkan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh dosen jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Seluruh staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi, dll. 6. Ibu Dra. Kokom Komalawati, M.Si selaku Ketua Lembaga SDC yang sudah mengizinkan penulis untuk dapat melakukan penelitian di Lembaga SDC, serta untuk dukungan dan bantuannya selama ini. 7. Kedua orangtua tercinta papaku Sobani dan mamaku Murdiati yang tak pernah henti memanjatkan doa dan memberikan dukungannya kepada penulis, sehingga penulis selalu termotivasi dengan kasih sayang kalian yang begitu besar. Dan untuk adikku Bani Haniyyah Ramadhan, Wieke Dwiyanti Ramadhani dan Almira Umayhanna Sabine yang juga turut memberikan dukungannya bagi kelancaran penulisan skripsi penulis. 8. Rifky Hamdani, yang telah memberikan semangat, dukungan moril dan perhatian terbaiknya kepada penulis selama penyelesaian skripsi. 9. Sahabatku tercinta Dysa Restiani yang selalu ada meluangkan waktunya dan memberi semangat untuk penulis di saat kesulitan sehingga penulis dapat bangkit kembali untuk menyelesaikan skripsi ini.
iii
10. Robby Milana, S.Pd selaku guru yang selalu ada di saat penulis mengalami kendala dalam menyelesaikan skripsi, guru sekaligus teman yang banyak mengajarkan banyak hal kepada penulis. 11. Teman-teman setia penulis yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tanpa mengenal lelah Shabrina Dwi Phitarini Putri, Putri Puspita Sari, dan Lufiarna. 12. Teman-teman terbaik penulis yang selalu memberikan semangat untuk penulis Isnaniyah, Pinasthi Septian, Dinda Anggraini, Pipit Febrianti, Ika Nurjayanti,
Siti
Jumartina
dan
berjuang
bersama-sama
dalam
menyelesaikan skripsi. 13. Teman-teman praktikum II kelompok Tanjung Pasir Timur: Miftah, Fadli, Daus, Eky, Maul, Udin, Prapti, Novi, Lusi, dan Fifi yang sudah seperti saudara bagi penulis untuk dapat berbagi cerita, pengalaman, dan pelajaran hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan dukungan yang begitu baik. 14. Teman-teman terbaik FIDKOM yang tak henti-henti memberikan semnagat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi, Ardiyat Ningrum, Rahmawati Agustini, Ismi Kamalia Fitri, Gabyla Anisa, Aya Aisyah dan Firdha Muftiha. 15. Teman-teman LSO SKETSA FIDKOM yang selalu menyemangati penulis baik dalam keadaan susah maupun senang. 16. Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan masukan, do’a, dan semangat di setiap perbincangan.
iv
Semoga skripsi ini bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah kita, Amin yaa Rabb al-alamin.
Jakarta, 23 Desember 2014 Penulis
Bani Fauziyyah Jehan
v
DAFTAR ISI ABSTRAK .......................................................................................................... KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR TABEL .............................................................................................. DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
i ii vi viii ix
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 8 D. Metode Penelitian.................................................................... 9 E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 16 F. Sistematika Penulisan ............................................................ 17
BAB II
KERANGKA TEORI A. Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas ...................................................... 19 2. Pengukuran Efektivitas .................................................... 21 B. Parenting Skill 1. Pengertian Parenting Skill ................................................ 22 2. Fungsi Parenting ............................................................. 25 3. Pola Pengasuhan .............................................................. 26 C. Pemberdayaan Keluarga 1. Pengertian Pemberdayaan Keluarga ................................ 28 D. Anak Jalanan 1. Pengertian Anak Jalanan .................................................. 31 2. Faktor penyebab ............................................................... 33 3. Penanganan Anak Jalanan ................................................ 34
BAB III
PROFIL LEMBAGA A. Sejarah Pendirian Lembaga .................................................... B. Landasan Hukum .................................................................... C. Visi dan Misi .......................................................................... D. Tujuan dan Fungsi Lembaga .................................................. E. Kebijakan dan Program Lembaga .......................................... F. Struktur dan Organisasi ..........................................................
BAB IV
37 38 39 39 40 46
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA A. Keberhasilan kegiatan Parenting Skill di SDC ...................... 49 B. Ketepatan sasaran parenting skill di SDC .............................. 58 C. Kepuasan sasaran parenting skill di SDC .............................. 63 D. Pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan parenting skill ........ 67
vi
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. 70 B. Saran ......................................................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 73 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
1.
Tabel 1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 11
2.
Tabel 2 Kepuasan Penerima Manfaat .......................................................... 65
3.
Tabel 3 Indikator Pencapaian Tujuan .......................................................... 68
viii
DAFTAR GAMBAR
1.
Gambar 1 Suasana Penyampaian Materi...................................................... 51
2.
Gambar 2 Suasana Pemutaran Video Kehamilan ........................................ 54
3.
Gambar 3 Formulir Asesmen Awal ............................................................. 59
4.
Gambar 4 Kegiatan Asesmen ....................................................................... 60
5.
Gambar 5 Kegiatan Home Visit ................................................................... 61
6.
Gambar 6 Penandatanganan Kontrak Pelayanan ......................................... 61
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah dua orang atau lebih yang di bentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. 1 Keluarga juga merupakan sebuah rumah bagi seorang anak untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang sudah menjadi haknya ketika anak lahir ke dunia. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri untuk mencerdasakan kehidupan bangsa. Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara1
Meghalaya Baylon, Keluarga Dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan (Jakarta: Salemba Medika, 1978), h. 59.
1
2
cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak. Orang tua diharapkan dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal bagi anak, yang bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan anak dan paling utama pola asuh yang diterapkan bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai yang baik pada anak, sehingga dapat mencegah dan menghindari segala bentuk dan perilaku menyimpang pada anak di kemudian hari, karena anak merupakan sebuah ujian yang diberikan Allah kepada umat manusia , sebagaimana tersurat dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Anfal/8 ayat (28), yang artinya: “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” Keluarga yang tergolong ekonomi lemah mempunyai pola asuh tersendiri dalam mengasuh anak-anaknya. Pola asuh indulgent (penelantaran) banyak dijumpai pada kalangan keluarga ekonomi lemah. Dimana faktor ekonomi lemah inilah yang dijadikan alasan bagi orang tua untuk menelantarkan anaknya bahkan membiarkan anak turun ke jalanan untuk turut membantu perekonomian keluarga. Ini merupakan salah satu dari ketiga permasalahan anak yaitu eksploitasi anak. Eksploitasi anak (Child exploitation) menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga atau masyarakat. Contohnya memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi seperti memaksa anak untuk mengamen di jalan dan
3
sebagainya.2 Ketidak mampuan dan ketidak pedulian orang tua untuk memenuhi kebutuhan dasar inilah yang akhirnya mendorong anak untuk mandiri memenuhi kebutuhannya terutama di kota-kota besar. Kota besar yang individualis dan sisi lain berhadapan dengan ketidakmampuan anak memenuhi
kebutuhanya
menyebabkan mereka terlantar. Al-Istambul dalam bukunya “Parenting Guide” mengatakan bahwa “perilaku buruk atau nakal yang dilakukan oleh anak-anak cenderung akan dihukum dengan berbagai cara agar perilaku buruk tersebut tidak berulang lagi”.3 Hukuman-hukuman terkadang diluar kemampuan anak-anak, bahkan bukan hukuman lagi melainkan lebih pantas disebut dengan siksaan. Kalaupun keburukan ataupun kenakalan itu tidak terjadi lagi namun yang terjadi adalah perasaan trauma pada diri anak yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Seorang anak sewajarnya berada pada situasi rumah, lembaga pendidikan dan lingkungan bermain yang di dalamnya berelasi pada orang dan mempunyai peranan tertentu. Keadaan mencari nafkah seperti yang dilakoni oleh sebagian kecil anak-anak jalanan yang kurang beruntung dengan menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan hal ini menyimpang dari fungsi sosial anak.4 Islam sebagai suatu agama yang mengajarkan pemeluknya agar peduli terhadap lingkungan sekitar, seperti anak jalanan yang merupakan problema sosial yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi saat ini, memaksa jutaan anak-anak di kota bekerja di sektor informal terjun di jalanan menambah pendapatan keluarga. 2
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 160. 3 Mahmud Mahdi Al-Istambuli, Parenting Guide: dialog imajiner tentang cara mendidik anak berdasarkan al-Qur’an, assunah dan psikologi, penerjemah: Muhammad Arifin Altus, (Jakarta: hikmah, 2006), cet.ke-5,h. 49. 4 Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN), Modul Pelatihan Pekerja Sosial Rumah Singgah (jakarta: BKSN, 2000), h. 7.
4
Oleh karena itu ajaran Islam telah memerintahkan kepada manusia agar senantiasa saling tolong-menolong diantara sesama muslim. Itulah konteks Al-Qur’an dalam kesalehan sosial, Perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) telah mempengaruhi masyarakat pada umumnya, tidak semua masyarakat dapat beradaptasi dengan perubahan sosial tersebut. Mereka cenderung terpuruk karena tidak dapat mengikuti perubahan tersebut. Salah satunya adalah faktor ekonomi yang mana semua harga bahan pokok sudah sangat sulit dijangkau dan mengakibatkan ekonomi keluarga tidak berjalan semestinya. Pendapatan keluarga kurang memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keadaan ekonomi yang semakin tidak stabil banyak membuat orang tua lupa akan peran mereka sebagai pengasuh dan pemberi kasih sayang. Menurut Sharlow, pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.5 Artinya ialah mendorong mereka untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga mereka mempunyai kesadaran penuh dalam membentuk masa depanya. Pemberdayaan keluarga anak jalanan melalui kegiatan “parenting skill” menekankan pentingnya suatu proses edukatif dalam mengasuh
anak.
Pemberdayaan keluarga melalui kegiatan “parenting skill” merupakan alternatif 5
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 53.
5
dalam menanggulangi masalah anak jalanan. Pemberdayaan mempunyai makna harfiah membuat seseorang berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah penguatan (empowerment). Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan, yakni mendorong orang untuk menampilkan dan merasakan hak-hak asasinya. Di dalam pemberdayaan terkandung unsur pengakuan dan penguatan posisi seseorang melalui penegasan terhadap hak dan kewajiban yang dimiliki dan seluruh tatahnan kehidupan.6 Pemberdayaan mengutamakan usaha sendiri dari orang yang diberdayakan untuk meraih keberdayaanya. Payne mengemukakan bahwa suatu proses pemberdayaan (empowerment), pada intinya ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang berkaitan dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkunganya.7 Pemberdayaan anak jalanan melalui kegiatan “parenting skill” merupakan suatu upaya untuk mengajak orang tua anak jalanan untuk tidak membolehkan anaknya turun ke jalanan. Upaya pengurangan jumlah anak jalanan melalui pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Sosial Development Centre for Street Children (SDC) dilakukan salah satunya dengan mengadakan program pemberdayaan keluarga dan terdapat kegiatan “Parenting Skill”. Kegiatan tersebut dilakukan guna memberikan bekal
6
Tata Sudrajat, Anak Jalanan: Dari Masalah Sehari-hari Sampai Kebijakan, Rumah yang Hilang: Kumpulan Karangan tentang Anak Jalanan (Jakarta: YKAI, 1996), h. 55. 7 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: FEUI, 2001), h. 32.
6
kepada orang tua dalam menghadapi kondisi ekonomi sulit agar tidak menjadikan anak sebagai korban. Kegiatan ini merupakan sebuah tantangan bagi Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Sosial Development Centre for Street Children (SDC) untuk dapat merubah pola pikir orang tua anak jalanan yang sudah bersifat “matrealisme”. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan memfokuskan dan memperdalam kajian
dengan
judul
“Efektivitas
Kegiatan
Parenting
Skill
dalam
Pemberdayaan Keluarga Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Sosial Development Centre for Childreen (SDC)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan penulis dalam hal waktu dan agar terfokusnya pemikiran maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan pada Efektifitas Kegiatan Parenting Skill dalam pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC). Adapun pembatasan tersebut diantaranya berupa pengukuran efektivitas menurut Cambel J.P dimana dalam hal ini dapat dilihat dari keberhasilan kegiatan/program, ketepatan sasaran, kepuasan terhadap kegiatan/program, dan pencapaian tujuan menyeluruh. Disamping itu, penulis juga membatasi masalah hanya dalam hal pemberdayaan keluarga anak jalanan yang memiliki ekonomi menengah kebawah, serta anak jalanan yang bekerja turun ke jalan untuk membantu
7
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Penelitian pada kegiatan Parenting Skill ini penulis batasi hanya pada kegiatan di tahun 2014.
2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana efektifitas kegiatan parenting skill dalam pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children?” Rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: a.
Bagaimana keberhasilan kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan
Pelayanan
Sosial
Anak
atau
Social
Development Centre for Children? b.
Bagaimana keberhasilan sasaran kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children?
c.
Bagaimana kepuasan terhadap kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children?
d.
Bagaimana
pencapaian
tujuan
menyeluruh
kegiatan
parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian secara umum dalam penelitian ini adalah: Untuk
mengetahui
efektifitas
kegiatan
parenting
skill
dalam
pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children. Adapun tujuan penelitian ini secara khusus yaitu: a.
Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children.
b.
Untuk mengetahui keberhasilan sasaran kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children.
c.
Untuk mengetahui kepuasan penerima manfaat terhadap kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children.
d.
Untuk mengetahui pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children.
2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan peneliti dari penelitian ini antara lain:
9
a.
Secara teoritis, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menambah wawasan tentang ilmu pemberdayaan keluarga anak jalanan melalui kegiatan parenting skill.
b.
Secara akademis, dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi perpustakaan Universitas, perpustakaan Fakultas, serta sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
c.
Secara praktis, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan sebagai evaluasi kritis dalam pengembangan keluarga anak jalanan baik kelompok maupun perorangan yang dilakukan oleh lembaga social yang peduli atas nasib mereka.
D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menggambarkan setting sosial secara lengkap mengenai langkah-langkah/kegiatan parenting skill yang dilakukan oleh lembaga Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC). Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan bahwa metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati.8 Penelitian ini berupaya menggambarkan secara sistematis mengenai berbagai komponen atau faktor-faktor yang terkait seperti 8
h. 3.
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),
10
bagaimana cara SDC memberikan pemahaman tentang pola pengasuhan anak yang baik kepada para orang tua melalui media MS. Power Point, video, dan sharing. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif. Data tersebut bisa brasal dari wawancara, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan lapangan, dan dokumen resmi lainya. Metode deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi, juga menentukan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana yang akan datang.9
Peneliti
menggunakan
metode
deskriptif
karena
peneliti
menganggap bahwa mtode penelitian ini dapat menggambarkan tentang suatu peristiwa, kondisi, dan situasi terutama dalam menganalisis efektifitas kegiatan parenting skill dalam pemberdayaan keluarga anak jalanan di SDC. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 6 bulan, mulai dari 25 April 2014 hingga 19 September 2014. Adapun yang menjadi ,lokasi penelitian diantaranya: a.
Pusat Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC) yang bertempatkan di Jln. PPA Bambu Apus RT06 RW01 Cipayung Jakarta Timur.
9
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaha Rosdakarya, 2006) cet. 12, h. 25.
11
b.
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Wanita Bahagia Serang-Banten, 11 September 2014.
4. Teknik Pemilihan Narasumber Penulis menggunakan teknik probability sampling dalam memilih narasumber, probability sampling adalah teknik penambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.10 Jenis yang dipakai dalam penelitian ini simple random sampling yaitu dikatakan simple karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.11 Dalam hal ini peneliti memilih narasumber yakni orang tua anak jalanan yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan parenting skill yang diselenggarakan oleh SDC tanpa melihat dari kriteria tertentu guna mengetahui efektifitas yang dirasakan oleh para orang tua terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh SDC tersebut. Untuk lebih jelasnya, keterangan narasumber yang diperoleh dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rancangan Penelitian No. 1.
2.
Narasumber Ketua
Informasi yang dicari
Jumlah
Lembaga Mencari tahu tentang data dan 1 orang
SDC
profil lembaga SDC
Koordinator
Mencari tahu tentang profil 1 orang
Rehabilitasi Sosial SDC & kegiatan parenting skill
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif (Bandung:Alfabeta,2011), h. 64. 11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 64.
dan
R&D,
12
SDC 3.
Pekerja
Sosial Mencari
SDC
tahu
tentang 2 orang
keberhasilan kegiatan parenting skill di SDC
4.
5.
Staf Perencanaan Mencari tahu tentang tujuan 1 orang & Pelaporan SDC
kegiatan parenting skill
Anak jalanan
Mencari tahu tentang perubahan 1 orang yang dialami orang tua setelah mengikuti kegiatan parenting skill
6.
Orang
tua
anak Mencari tahu tentang efektivitas 5 orang
jalanan
kegiatan parenting skill bagi mereka
5. Macam dan Sumber Data Penelitian ini menggali data dari pihak-pihak yang tetlibat dalam kegiatan parenting skill yaitu, pihak lembaga dan penerima layanan kegiatan parenting skill. Data yang diperoleh terbagi menjadi dua yaitu: a. Data Primer berupa wawancara mendalam yang diperoleh dari Koordinator Rehabilitasi Sosial SDC, 2 orang Pekerja Sosial SDC, Staf Perencanaan dan Pelaporan, 1 orang anak jalanan, serta 5 orang tua anak jalanan.
13
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai literature, buku-buku perpustakaan, internet, catatan atau dokumen yang terkait dengan penelitian dari SDC seperti brosur dan arsip. 6.
Teknik Pengumpulan Data Adapun dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Observasi, berarti peneliti melihat dan mendengarkan (termasuk menggunakan tiga indera yang lain, jika terjadi). Dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan langsung di lembaga yang dituju dalam hal ini SDC. Peneliti mendatangi SDC untuk melakukan pengamatan langsung. Semua yang didengar dan dilihat (termasuk menggunakan alat perekan atau kamera) oleh peneliti sebagai aktivitas observasi ketika para informan melakukan kegiatan ini, diceritakan kembali atau dicatat sehingga merupakan data atau informasi penelitian yang dapat mendukung, melengkapi atau menambah informasi yang berasal dari hasil wawancara.12 Dalam hal ini peneliti mengikuti kegiatan Parenting Skill yang diberikan kepada orang tua anak jalanan yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial
Development
for
Centre
Childreen
Anak atau Social
(SDC)
di
Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Wanita Bahagia, Serang Banten untuk mengetahui efektifitas kegiatan parenting skill yang 12
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2004) cet.ke-1, h. 22.
14
diberikan kepada para orang tua anak jalanan berupa keberhasilan kegiatan, ketepatan sasaran, kepuasan sasaran dan pencapaian tujuan menyeluruh. b. Wawancara Melakukan wawancara mendalam berarti menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya dari responden atau informan.13 Dalam hal ini, peneliti melakukan tanya jawab kepada Koordinator Rehabilitasi Sosial SDC, 2 orang Pekerja Sosial SDC, Staf Perencanaan dan Pelaporan, 1 orang anak jalanan, serta 5 orang tua anak jalanan untuk lebih mengetahui pola dan jenis kegiatan Parenting Skill yang diberikan Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Childreen (SDC) kepada keluarga anak jalanan. c. Dokumentasi Teknik dokumentasi yang berupa informasi yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun perorangan.14 Peneliti menggunakan metode ini untuk berusaha mendapatkan data sekunder sebagai pendukung dari data primer, Dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan foto-foto, profil yayasan, mempelajari arsip-arsip, serta berbagai bentuk data tertulis lainya di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau
13
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, h. 56. 14 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, h. 56.
15
Social Development Centre for street Children berkaitan dengan masalah yang diteliti. 7.
Teknik Analisa Data Analisa data kualitatif berawal dari mengumpulkan data atau informasi hasil wawancara atau observasi, selanjutnya “mengolahnya” dan akhirnya adalah menarik makna dari balik kumpulan data tersebut sebagai kesimpulan yang berupa konsep. Dengan ungkapan lain menganalisis pada hakekatnya adalah pemberitahuan peneliti kepada pembaca tentang apa saja yang dilakukan terhadap data yang sedang dan telah dikumpulkan, sebagai cara yang nantinya bisa memudahkan peneliti dalam memberi penjelasan dari interpretasi dari informan dengan tujuan akhir menarik kesimpulan. Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara, penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak pada data tersebut. Dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan wawancara, lebih dahulu penulis kelompokan sesuai dengan persoalan yang telah ditetapkan lalu menganalisanya secara sistematis.
8.
Keabsahan Data Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik triangulasi sumber, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan:
16
a. Membandingkan
data
hasil
pengamatan
dengan
hasil
wawancara, misalnya untuk mengetahui efektifitas kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC). b. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh penerima manfaat dengan jawaban yang diberikan oleh pegawai atau instruktur di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC).
E. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan yang berkaitan dengan topik pembahasan peneliti yang dilakukan pada penulis skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian skripsi ini, penulis menggunakan kepustakaan berupa skripsi. Peneliti skripsi ini disusun dianalisa berdasarkan beberapa buku yang menjelaskan teori-teori yang sesuai dengan judul yang penulis bahas, serta data-data yang ditemukan di lapangan. Ada beberapa skripsi yang ada hubunganya dengan judul yang penulis ambil diantaranya: 1.
“Strategi Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Pendidikan Luar Sekolah (Studi Kasus di yayasan Bina Insan Mandiri Depok)”. (Disusun oleh : Muhamad Najib Kailani, NIM: 107054102374, jurusan Kesejahteraan
17
Sosial, fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi). Penulis memilih skripsi tersebut karena objek yang diteliti sama dengan yang diteliti penulis namun terdapat perbedaan yang jelas pada skripsi penulis dengan skripsi diatas. Perbedaanya terletak pada penelitian yang dilakukan oleh skripsi di atas adalah pemberdayaan yang dilakukan melalui pendidikan luar sekolah sedangkan penulis melalui kegiatan parenting skill. 2.
“Efektifitas Penyuluhan Pola Asuh Orang Tua Berbasis Hypnoparenting pada Wali Murid PAUD Pelangi di Bogor”. (Disusun oleh: Siti Nur Komariyah, NIM: 109052000019, jurusan bimbingan dan penyuluhan islam, fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi). Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah kegiatan penyuluhan hypnoparenting yang dilakukan di Paud Pelangi dapat dikatakan efektif karena keberhasilanya selaras dengan tujuan yang ingin dicapai. Perbedaan antara skripsi tersebut dengan skripsi penulis yakni penulis lebih mengarah kepada efektifitas kegiatan parenting skill dalam pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC).
F. SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan proposal skripsi ini terdiri dari satu bab, yaitu tentang pendahuluan. Berdasarkan sistematika penulisan, yaitu sebagai berikut: BAB I berisi Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
18
metodologi Penelitian, Teknik Analisa Data, Tinjauan Pustaka dan Sistematika penulisan. BAB II menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini yaitu Efektifitas,
Parenting Skill, Pemberdayaan,
Keluarga dan Anak Jalanan. BAB III mendeskripsikan Seputar Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Sosial Development Centre for Street Children (SDC), gambaran umum lembaga dan pelayanan-pelayanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Sosial Development Centre for Street Children (SDC). SDC meliputi : Sejarah berdiri, visi dan misi, fungsi dan tujuan, fasilitas sarana dan prasarana, sumber dana dan struktur organisasi. Sistem pelayanan meliputi: Sasaran, tahap-tahap, prinsip-prinsip, dan jaringan kerja pelayanan serta pelayanan-pelayanan di SDC. BAB IV merupakan pembahasan inti yang yang menguraikan temuan di lapangan terkait dengan analisis tentang kegiatan parenting skill bagi keluarga anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Sosial Development Centre for Street Children (SDC). BAB V menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran. Dalam bab ini, penulis mencoba menyimpulkan isi yang dibahas dalam skripsi ini serta mengemukakan saran-saran.
BAB II KERANGKA TEORI
A. Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Kata efektivitas berasal dari kata efek yang artinya akibat atau pengaruh, juga berasal dari kata efektif yang berarti adanya pengaruh atau akibat dari suatu. Jadi efektivitas adalah keberpengaruhan atau keberhasilan setelah melakukan sesuatu.1 Dalam Kamus Ilmiah Populer disebutkan beberapa pengertian tentang efektivitas antara lain ketepatgunaan; hasil guna; menunjang tujuan.2 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan ada tiga arti efektivitas. Pertama adalah adanya suatu efek, akibatnya, pengaruh dan kesannya. Arti kedua “manjur” atau “mujarab”. Dan arti ketiga dapat membawa hasil atau berhasil guna.3 Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily dalam Kamus Inggris-Indonesia bahwa secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya berhasil guna.4 Menurut Dennis Mc Quail, efektivitas dalam teori komunikasi berasal dari kata efektif. Artinya terjadi suatu perubahan atau tindakan sebagai akibat diterimanya suatu pesan. Perubahan terjadi dalam segi 1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. Ke-7, edisi, ke-2, h. 250. 2 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994) h. 128. 3 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 219. 4 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1990), cet. Ke-8, h. 207.
19
20
hubungan antara keduanya, yakni pesan yang diterima dan tindakan tersebut.5 Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat S. yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”6 Agung Kurniawan dalam bukunya Tramsformasi Pelayanan Publik mendefinisikan
efektivitas,
sebagai
berikut:
“Efektivitas
adalah
kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) dari suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan di antara pelaksanaannya”7 Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Dengan bahasa yang lebih sederhana, efekif berarti “mencapai target”, dan efektifitas adalah “proses mencapai target.”
5
Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar (Jakarta: Erlangga Pratama, 1992),
h. 281. 6
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Ilmu Pengetahuan dan Manajemen (Jakarta: Gunung Agung, 1982), h. 16. 7 Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik (Yogyakarta: Pembaruan, 2005), h. 109.
21
2. Pengukuran Efektivitas Menurut Peter F. Drucker, efektivitas adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing the right thing). Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, sesuatu dikatakan efektif jika tepat sasaran.8 Menurut Cambel J.P, Pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah : a. keberhasilan kegiatan/program suatu kegiatan dapat dikatakan efektif apabila kegiatan/program tersebut berhasil dilaksanakan dari tahap pertama hingga tahap terakhir dan dapat menanggulangi hambatan yang ada. b. ketepatan sasaran Apabila tujuan tercapai dan tepat pada sasaran yang dituju maka suatu kegiatan dapat dikatakan efektif. c. kepuasan terhadap kegiatan/program Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini bersifat kualitatif (berdasarkan pada mutu). Jika kegiatan telah berhasil dilaksanakan dan tepat sasaran maka kegiatan akan dikatakan efektif bila pelaksana dan penerima manfaat sama-sama merasakan kepuasan atas kegiatan tersebut. d. pencapaian tujuan menyeluruh
8
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE,1998) Edisi ke-2, h.7.
22
keberhasilan kegiatan/program yang disusul dengan ketepatan sasaran sehingga membuahkan kepuasan terhadap program merupakan sebuah pencapaian tujuan kegiatan/program tersebut. Dengan adanya pengukuran efektivitas maka efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.9 Secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.10 Dalam penelitian ini, ukuran efektivitas mencakup; Pertama, orang tua atau objek yang diteliti memiliki pengetahuan pengasuhan dalam mengasuh anak yang dilakukan melalui kegiatan parenting skill. Kedua, orang tua dapat menerapkan pengetahuannya itu kepada anak-anak mereka sehingga berdampak pada berkurangnya jumlah anak jalanan. Parenting skill di sini berfungsi untuk mencegah orang tua untuk memperbolehkan
anaknya
turun
ke
jalanan
dengan
melakukan
keterampilan pengasuhan yang diberikan oleh lembaga.
B. Parenting Skill 1. Pengertian Parenting Skill Skill berasal dari bahasa Inggris yang berarti keahlian. Keahlian adalah kemampuan khusus yang dihasilkan dari pengetahuan, informasi, 9
Cambel, J.P, Riset dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 121. 10 Cambel, J.P, Riset dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora,h. 47.
23
praktik dan kecerdasan,11 dan parenting berasal dari bahasa Inggris yang berarti pengasuhan. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengasuhan berarti hal (cara, perbuatan, dan sebagainya) mengasuh. Di dalam mengasuh terkandung makna menjaga, merawat, mendidik, membimbing, membantu, melatih, memimpin,
mengepalai,
dan
menyelenggarakan.
Sri
Lestari
mengungkapkan istilah asuh sering dirangkaikan dengan asah dan asih menjadi
asah-asih-asuh.
Mengasah
berarti
melatih
agar
memiliki
kemampuan atau kemampuanya meningkat. Mengasihi berarti mencintai dan menyayangi. Dengan rangkaian kata asah-asih-asuh, maka pengasuhan anak bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan anak dan dilakukan dengan dilandasi rasa kasih sayang tanpa pamrih.12 Menurut
Jerome
Kagan,
seorang
psikolog
perkembangan,
mendefinisikan pengasuhan (parenting) sebagai serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak, yang mencakup apa yang harus dilakukan oleh orang tua/ pengasuh agar anak mampu bertanggung jawab dan memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat termasuk juga apa yang harus dilakukan orang tua/ pengasuh ketika anak menangis, marah, berbohong, dan tidak melakukan kewajibannya dengan baik.13 Berns dalam jurnal instruksional psikologi menyebutkan bahwa pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang berlangsung terus-
11
Snell Bateman, Manajemen 1, Kepemimpinan dan Kolaborasi dalam Dunia yang Kompetitif edisi 7, (Jakarta: Saleba 4, 2008), h. 27. 12 Sri Lestari, Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) h.36. 13 Berns, R.M, Child, Family, School, Community: Socialization and Support, (USA: Rinehart and Winston,1997), h. 121.
24
menerus dan mempengaruhi bukan hanya bagi anak tetapi juga bagi orang tua. Senada dengan Berns, Brooks dalam jurnal yang sama
juga
mendefinisikan pengasuhan sebagai sebuah proses yang merujuk pada serangkaian aksi dan interaksi yang dilakukan orang tua untuk mendukung perkembangan anak.14 Apabila kata parenting dan skill digabungkan maka akan membentuk sebuah arti yaitu keahlian dalam mengasuh anak yang dilakukan dengan serangkaian aksi dan interaksi. Parenting skill membuat kesadaran pengasuhan yang diikuti oleh kesediaan melakukan peneraan diri (selfassessment). Dengan melakukan peneraan diri, orang tua akan dapat mengukur seberapa kadar kontrol dan penerimaan yang dilakukan terhadap anak. Dengan memiliki kesadaran pengasuhan, maka pelaksanaan tugas pengasuhan anak yang menghabiskan waktu dan melelahkan tidak terasakan sebagai beban.15
Beberapa definisi tentang pengasuhan tersebut menunjukkan bahwa konsep pengasuhan mencakup beberapa pengertian pokok, antara lain: pengasuhan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang terus menerus antara orang tua dengan anak. Dan parenting sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi, proses pengasuhan tidak bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak dibesarkan. 14
Jurnal Instruksional Psikologi, Edisi September 2001 Oleh Jennifer Neal, Donna FrickHorbu, h. 1. 15 Sri Lestari, Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 46.
25
2. Fungsi Parenting Parenting mempunyai fungsi yang penting dalam tumbuh kembang anak sehingga anak merasa bahwa orang tua selalu ada di saat anak membutuhkan. Ada empat fungsi utama
parenting, yakni membentuk
kepribadian anak, membentuk karakter anak, membentuk kemandirian anak, dan membentuk akhlak anak.16 Ke empat fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Membentuk Kepribadian Anak Pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak akan mempengaruhi proses pembentukan kepribadian anak. Anak yang hidup di dalam keluarga dengan pola asuh demokratis akan membentuk kepribadian anak yang baik sedangkan anak yang hidup dengan pola asuh otoriter akan terbentuk dengan kepribadian keras dan pemberontak. b. Membentuk Karakter Anak Pembentukan karakter anak sangat dipengaruhi pola asuh yang diberikan orang tua. Anak yang berkarakter baik tunbuh di dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan memiliki jalinan komunikasi dua arah. c. Membentuk Kemandirian Anak Anak yang tumbuh dengan kemandirian diperoleh dari cara pengasuhan orang tua yang mengasah kemandiriannya sejak dini. Misalnya di saat balita diperbolehkan makan sendiri meskipun makanan berceceran.
16
Baumrind, Current Patterns of Parental Authority; Developmental Psychology Monographs, (America: American Psychological Association, 1971) , h. 54.
26
Anak-anak juga dapat diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya di dalam keluarga. d. Membentuk Akhlak Anak Akhlak anak yang baik dapat terbentuk dari cara pengasuhan orang tua yang memperkenalkan agama, kesopanan, budi pekerti dan tingkah laku yang baik sejak dini. Anak cenderung memperhatikan tingkah laku orang tua sehari-hari dan menirunya.17 3. Pola Pengasuhan Pola asuh anak akan mempengaruhi Self Esteem atau harga dirinya di kemudian hari. Self Esteem adalah penilaian seseorang terhadap dirinya yang berkembang dari feeling of belonging (perasaan diterima oleh kelompok sosialnya), feeling competent (perasaan efisien, produktif), dan feeling worthwhile (perasaan berharga, cantik, pandai, baik).18 Menurut Baumrind, terdapat 4 macam pola asuh orang tua, yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh penelantar. a. Pola asuh Demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan
17
Baumrind, D, Current Patterns of Parental Authority; Developmental Psychology Monographs, h. 67. 18 Minah Sirait, M.M, Hubungan Antara Harga Diri dengan Konformitas dalam Hal Fesyen pada Remaja, (Jakarta: Fakultas Psikologi UI, 2002), h. 95.
27
anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. b. Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancamanancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. c. Pola asuh Permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun, orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat sehingga seringkali disukai oleh anak. d. Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe Penelantar. Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala
28
biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu
yang depresi pada umumnya tidak mampu
memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.19
C. Pemberdayaan Keluarga 1. Pengertian Pemberdayaan Keluarga Pemberdayaan mempunyai makna harfiah membuat seseorang berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah penguatan. Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan, yakni mendorong orang untuk menampilkan dan merasakan hak-hak asasinya. Pemberdayaan berasal dari bahasa asing “empowerment”, secara leksikal pemberdayaan berarti penguatan dan secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah pengembangan.20 Pemberdayaan berarti upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dengan menyediakan sebuah ruang bagi masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dalam arti lain, pemberdayaan diartikan sebagai “pemberkuasaan” dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung (disadvantaged). Sedangkan Rappaport memberikan pengertian pemberdayaan sebagai suatu cara dimana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (berkuasa atas)
19
Baumrind, Current Patterns of Parental Authority; Developmental Psychology Monographs, h. 88. 20 Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 42.
29
kehidupanya.21 Dapat diartikan juga sebagai pemahaman secara psikologis pengaruh sosial individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik, dan hakhak menurut undang-undang. Payne mengemukakan bahwa pemberdayaan pada intinya ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.22 Edi
Suharto
mengemukakan
bahwa
pemberdayaan
berarti
menyediakan sumber daya, pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat guna meningkatkan keterampilan mereka dalam pengambilan keputusan dan berpartisipasi dalam kegiatan yang mempunyai dampak pada kehidupan dimasa depan. 23 Sementara keluarga, berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga. Di dalam bahasa Jawa kuno kawula berarti hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya dan dirinya juga merupakan bagian dari warga yang lainnya secara keseluruhan.24
21
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 59. 22 Isbandi rukminto Adi, Intervensi Komunitas Pembangunan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 78. 23 Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004), h. 29. 24 Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Rieneka Cipta), h. 176.
30
Menurut Soerjono keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai
sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih
mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya.25 Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri umum keluarga yang dikemukakan oleh Mac Iver dan Page, yaitu: 1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan. 2. Susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara. 3. Suatu sistim tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan. 4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhankebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. 5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun, tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok kelompok keluarga.26 Pemberdayaan
keluarga
berarti
segala
upaya
bimbingan
dan
pembinaan agar keluarga dapat hidup sehat, sejahtera, maju, dan mandiri. Pemberdayaan keluarga juga dapat diartikan sebagai segala upaya fasilitas 25 26
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali 2004), h. 23. Khairudin, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Nur Cahaya, 1985), h, 12.
31
yang bersifat non-instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga
agar mampu
mengidentifikasi
masalah, merencanakan
dan
mengambil keputusan untuk melakukan pemecahanya dengan benar, tanpa atau dengan bantuan dari pihak lain. Ketidakmampuan keluarga dalam menangani masalah yang ada di dalamnya mendorong adanya sebuah pemberdayaan agar fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan baik dapat berjalan dengan semestinya.
D. Anak Jalanan 1. Pengertian Anak dan Anak Jalanan Definisi anak menurut UU Kesejahteraan, Perlindungan, dan Pengadilan anak menyrbutkan bahwa Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan, pengertian anak menurut UU RI No. 4 tahun 1979 Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21 tahun ditentukan karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang anak dicapai pada usia tersebut.27 Istilah anak jalanan sudah menjadi sebuah kesatuan sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Istilah anak jalanan pertama kali sebenarnya diperkenalkan di Amerika Serikat dan Brazil. Istilah itu digunakan pada kelompok anak-anak yang hidup di jalan yang 27
Departemen Sosial Propinsi DIY, Populasi Anak Jalanan di DI Yogyakarta. (Yogyakarta: Departemen Sosial Propinsi DIY, 2010), h. 1.
32
umumnya sudah tidak memiliki hubungan dengan keluarganya. UNICEF lalu memakai istilah hidup di jalanan untuk mereka yang sudah tidak mempunyai ikatan dengan keluarga, bekerja di jalanan untuk mereka yang masih mempunyai hubungan dengan keluarganya. Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Menurut catatan Dinas Sosial DKI Jakarta, sedikitnya ada 4.023 anak jalanan yang tersebar di 52 wilayah di Jakarta (Abin, 2003). Dalam tiga tahun terakhir ini, jumlah anak jalanan di Jakarta juga meningkat secara signifikan. Data yang didapat dari Dinas Sosial DKI Jakarta bahwa jumlah anak jalanan pada tahun 2009 sebanyak 2.724 anak, pada tahun 2010 meningkat menjadi 5.650 anak, sedangkan pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan menjadi 7.315. Mereka sebagian besar bekerja sebagai pengemis, pengamen, pedagang asongan, pengelap kaca mobil, penyemir sepatu, pembersih bus umum, dan joki 3 in 1, dan parkir liar28 Secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok. Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang erat dengan kedua orang tua mereka. Kedua, children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara 32ember maupun
28
Citra Pujianti, Pemberdayaan Anak Jalanan, Jurnal Ilmiah (Jakarta: FPSI), h. 3.
33
ekonomi. Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan.29 2. Faktor Penyebab Ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan, seperti : kesulitan keuangan keluarga, tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan rumah tangga orang tua, dan masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orang tua.30 Kombinasi faktor-faktor di atas dapat memicu anak untuk mengambil inisiatif hidup mandiri atau mencari nafkah di jalanan. Ketidaksadaran orang tua akan bahaya anak yang hidup di jalanan juga dapat membuat anak dengan leluasa berkeliaran di jalanan bahkan sampai mendapatkan uang. Kemiskinan memang merupakan kondisi yang mendorong anak-anak hidup di jalanan. Namun, bukan berarti kemiskinan merupakan satu-satunya faktor determinan yang menyebabkan anak lari dari rumah dan terpaksa hidup di jalanan. Menurut penjelasan Justika S. Baharsjah, kebanyakan anak bekerja di jalanan bukanlah atas kemauan mereka sendiri, melainkan sekitar 60% di antaranya karena dipaksa oleh orang tuanya.31 Menurut Pedoman Pelayanan Sosial Anak Terlantar masalah anak terlantar dapat dilihat dari beberapa perpektif, antara lain : anak terlantar yang mengalami masalah dalam sistem pengasuhan, seperti yang dialami anak-anak yatim piatu, anak dari orang tua tunggal, anak dengan ayah/ibu tiri, anak dari keluarga yang kawin muda, anak yang tidak diketahui asal-usulnya (anak yang
29
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group),
h.206. 30 31
Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak, h.196. Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h.197.
34
dibuang orang tuanya); anak yang mengalami masalah dalam cara pengasuhan, seperti anak yang terlibat dalam tindak kekerasan baik secara fisik, sosial, maupun psikologis, anak yang mengalami eksploitasi ekonomi dan seksual bahkan anak yang diperdagangkan; anak yang kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi, seperti anak yang kurang gizi dan anak yang sudah tidak bersekolah atau putus sekolah. Hal seperti inilah yang banyak terjadi pada anak-anak jalanan.32 Parsudi Suparlan mengatakan bahwa adanya orang gelandangan di kota bukanlah semata-mata karena berkembangnya sebuah kota, melainkan karena tekanan-tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagai warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tepat yang diduga dapat memberikan kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota. Anak jalanan dilihat dari penyebab intensitasnya mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebabnya, sangat dimungkinkan tidak semua anakanak berada di jalan karena sebab tekanan ekonomi keluarga, namun juga perlu diperhatikan variable-variabel lain yang mendukung anak-anak hidup di jalanan, seperti kekerasan dalam keluarga, perpecahan dalam keluarga, atau pengaruh dari lingkungan sosialnya.33 3. Penanganan Anak Jalanan Untuk menangani permasalahan anak jalanan, yang dibutuhkan tidaklah hanya dengan memasukkan anak jalanan ke dalam lembaga-lembaga yang menaungi permasalahan anak jalanan saja ataupun dengan memberinya
32
Citra Pujianti, Pemberdayaan Anak Jalanan, Jurnal Ilmiah (Jakarta: FPSI), h. 3. Subhansyah, Aan T, dkk Anak Jalanan di Indonesia, Dekripsi Persoalan dan Penangan (Yogyakarta: YLPS Humana, 1996), h. 78. 33
35
bentuan secara financial yang hanya akan membuat anak jalanan semakin ketergantungan dengan belas kasihan para dermawan. Adanya rumah singgah bagi anak-anak jalanan juga merupakan salah satu cara pemberdayaan anak jalanan. Rumah singgah dapat berfungsi sebagai tempat pemusatan sementara yang sifatnya nonformal, tempat dimana anakanak dapat dan belajar untuk memperoleh informasi, pengetahuan, wawasan, serta pembinaan diri awal sebelum menuju kedalam proses pembinaan yang lebih lanjut. Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak jalanan dalam mengatasi masalah-masalah dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya.34 Menurut Tata Sudrajat, selama ini beberapa pendekatan yang biasa dilakukan oleh LSM dalam penanganan anak jalanan, yaitu: street based, centre based, dan community based. a. Street Based Model penanganan anak jalanan di tempat anak jalanan itu berasal atau tinggal, kemudian para street educator datang kepada mereka: berdialog, mendampingi mereka bekerja, memahami dan menerima situasinya, serta menempelkan diri sebagai teman. b. Centre Based Yakni pendekatan atau penanganan anak jalanan di lembaga atau panti. Anak-anak yang masuk dalam program ini ditampung dan diberikan pelayanan di lembaga atau panti seperti pada malam hari diberikan
34
Arief Achmad, Rumah Singgah Sebagai Tempat Alternatif Pemberdayaan Anak Jalanan, Jurnal Fajar (Jakarta: LPM UIN, 2002), h. 1.
36
makanan dan perlindungan, serta perlakuan yang hangat dan bersahabat dengan pekerja sosial. c. Community Based Yakni model penanganan yang melibatkan seluruh potensi masyarakat, terutama keluarga atau orang tua anak jalanan. Pendekatan ini bersifat prevemtif, yakni mencegah anak agar tidak masuk dan terjerumus dalam kehidupan di jalanan.35
35
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h. 201.
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Pendirian Lembaga Sebagai Instansi yang bertanggung jawab terhadap permasalahan anak jalanan, Kementerian Sosial dan pemerintah daerah telah berhasil memecahkan permasalahan anak jalanan, akan tetapi belum maksimal. Untuk meningkatkan keberhasilan dalam pemecahan masalah baik secara kulitas maupun kuantitas, maka disusunlah program baru dalam bentuk Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Street Children (SDC). Departemen Sosial sebagai instansi pemerintah yang berkompeten terhadap penanganan permasalahan sosial anak jalanan mengembangkan suatu konsep pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan bagi jalanan. Perwujudan dari konsep tersebut adalah Social Development Center for Children atau Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak yang diresmikan oleh Ibu Negara Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 23 Nopember 2006. SDC beralamatkan di Jl. Panti Sosial (PPA) Bambu Apus Jakarta Timur.1 Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak didirikan untuk menjawab kebutuhan
akan
permasalahanya.
kesejahteraan Adapun
anak
permasalahan
anak
jalanan
yang
dihadapi
dengan
segala
anak
jalanan
diantaranya kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan, perlindungan, kasih sayang, kesehatan, makanan, minuman, dan pakaian. Akhir-akhir ini dijumpai masalah yang lebih serius seperti tracfiking,
1
Wawancara pribadi dengan Dra. Kokom Komalawati M,Si, Bambu Apus 28 April 2014
37
38
eksploitasi seks komersial dan berbagai tindak kekerasan. Jika ditelusuri secara mendalam, fenomena anak jalanan secara garis besar sebagai akibat dari dua hal mendasar; problema sosial (sosiologis) karena orang tua yang kurang perhatian kepada anak-anaknya sehingga mereka para anak mencari perhatian di luar rumah yakni jalanan sebagai pelarian atau kompensasinya. Kedua, problema sosial ekonomi yang didominasi oleh masalah kemiskinan, sehingga benyak orang tua atau keluarga yang tidak mampu menyediakan kebutuhan dasar anak termasuk kebutuhan untuk mendapat pendidikan secara layak, kurang/tidak tersedianya fasilitas bermain bagi anakanak di tempat tinggal yang padat dan kumuh.2 Hal hal yang dikemukakan diatas antara lain menyebabkan program pemberian pelayanan dan bimbingan bagi anak jalanan sangat penting untuk dilakukan sebab dipundak anak anak itu juga masa depan bangsa akan dipikulkan. Kita harus mengantisipasi kehancuran masa depan mereka dan terjadinya lost generation karena kesalahan generasi sebelumnya.
B. Landasan Hukum Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak dalam pelaksanaan pelayanan sosial kepada anak jalanan memiliki beberapa landasan hukum yang digunakan yaitu : 1.
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) dan Pasal 34
2.
Undang Undang RI No. 6 tahun 1974 tentang Ketentuan ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
3. 2
Undang Undang RI No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus, 30 April 2014
39
4.
Undang Undang RI No.1 tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No.182 tentang Pelarangan Pengadilan Anak dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak
5.
Undang Undang RI No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
C. Visi dan Misi Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak/ SDC Bambu Apus Jakarta memiliki Visi dan Misi sebagai berikut: Visi: Menjadikan anak Indonesia yang mandiri dan normatif secara sosial dan ekonomi. Misi: 1. Menyelenggarakan perlindungan untuk anak jalanan. 2. Menyelenggarakan bimbingan fisik, mental, sosial dan pelatihan keterampilan serta pendidikan. 3. Pembinaan keluarga, resosialisasi dan penyaluran dengan memakai sistem rujukan ke lembaga lain.3
D. Tujuan dan Fungsi Lembaga 1. Tujuan a. Terciptanya kesamaan visi dan misi antara penyelenggara pelayanan sosial anak jalanan dalam panti
3
Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children
40
b. Terselengaranya pelayanan sosial anak jalanan dalam panti secara profesional 2. Fungsi Lembaga Sebagai asrama (boarding house) bagi anak jalanan, sekaligus sebagai institusi yang menjalankan kelanjutan proses pelayanan yang telah diberikan oleh lembaga atau rumah singgah- rumah singgah yang ada, sebagai asal perujuk penanganan anak jalanan.4
E. Kebijakan dan Program Lembaga 1. Kebijakan Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak dalam hal kebijakan yang ditempuh diarahkan pada upaya memberikan perlindungan untuk kepentingan terbaik bagi anak sesuai dengan Undang Undang RI Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak 2. Program Lembaga Dalam hal pelaksanaan program pelayanan yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak, selain program pemenuhan kebutuhan
dasar
yang meliputi
pengasramaan,
makan,
kesehatan,
perlengkapan, pendidikan serta keterampilan ada beberapa program lain diantaranya adalah: a. Pendekatan Awal Kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan sosial yang dilaksanakan dengan penyampaian informasi program pelayanan
4
Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children
41
sosial kepada masyarakat, instasnsi terkait, serta organisasi sosial/ LSM, terkait guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien untuk dapat diseleksi dan ditetapkan secara definitif sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan melalui langkah langkah sebagai berikut: 1) Penyampaian informasi kepada masyarakat, instansi terkait, organisasi sosial melalui pertemuan, konsultasi dan surat menyurat 2) Mengumpulkan, menyususun, mengelompokan dan menganalisa informasi/ data serta mendiskusikanya untuk menentukan langkah identifikasi 3) Memberikan motivasi dengan cara penyuluhan dan bimbingan. b. Penerimaan Dalam tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menetapkan calon klien yang memenuhi persayaratan sebagai berikut: 1) Mengisi formulir pendaftaran 2) Assemen 3) Seleksi persyaratan berkas 4) Home Visit 5) Membuat kesepakatan pelayanan sosial antar petugas panti dengan calon klien
3. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah Proses ini dilakukan untuk menggali kebutuhan dan permasalahan anak secara mendalam melalui wawancara untuk: a. Mengetahui potensi, kemampuan serta keterampilan anak
42
b. Merumuskan dan mendefinisikan kebutuhan dan masalah klien c. Merumuskan rencana dan tujuan intervensi pelayanan yang akan diwujudkan d. Selanjutnya membuat kontrak/ persetujuan atas pelayanan sosial yang diberikan meliputi: 1) Kesediaan
orang
tua
dan
klien
untuk
memenuhi
persayaratan 2) Jangka waktu mengikuti program pelayanan sosial 3) Jenis program yang disepakati
4. Bimbingan Sosial, Pendidikan dan Keterampilan Suatu proses pelayanan untuk mengembalikan peranan sosial pelayanan sehingga mereka dapat melakukan tugas tugas kehidupanya sesuai dengan perananya yaitu: 1) Bimbingan fisik, olahraga, kesenian, rekreasi, kesehatan dan kebersihan 2) Bimbingan mental meliputi kegiatan keagamaan 3) Pemberian latihan keterampilan kerja sesuai dengn kemampuan dan minat serta peluang kerja yang tersedia 4) Pendidikan meliputi pendidikan formal, informal dan non formal (bimbingan belajar) 5) Terapi psikososial, individual/ kelompok dan keluarga 6) Manajemen kasus dan pembahasan kasus
43
5. Resosialisasi Merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menyiapkan kondisi psikis anak yang akan segera kembali kepada keluarga dan masyarakat, dalam tahapan ini meliputi: 1) Pembekalan klien yang kembali ke lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat tempat tinggal anak 2) Menghubungi keluarga klien serta lingkungan masyarakat tempat tinggalnya 6. Reunifikasi Dengan Keluarga Upaya penyatuan kembali anak dengan keluarga atau pengasuhnya berupa menyiapkan anak agar bisa kembali kepada orang tua dan keluarganya 7. Memberdayakan Keluarga Melalui Parenting Skill Upaya SDC untuk memberikan materi pembekalan kepada orang tua anak jalanan tentang pola asuh yang baik agar keluarga dapat memenuhi kebutuhan hidup anak dan mempraktekan materi yang telah diberikan dalam kegiatan parenting skill ketika anak telah selesai menjalani proses pelayanan dalam panti ataupun masih menjalani proses pelayanan dalam panti. Kegiatan ini dilaksanakan di rumah singgah setiap daerah yang bekerjasama dengan SDC. Tahapan kegiatan parenting skill diantaranya: a. Memberikan pemahaman edukasi kepada orang tua mengenai anak. Pemberian edukasi disampaikan oleh pekerja sosial SDC guna membekali orang tua mengenai pentingnya wawasan mengenai anak.
44
b. Memberikan pemahaman tentang kewajiban orang tua terhadap anak. Pemberian edukasi disampaikan oleh pekerja sosial SDC guna membekali orang tua ,engenai pentingnya wawasan mengenai kewajiban dan tanggung jawab yang dimiliki oleh orang tua ketika telah mempunyai anak. c. Memberikan gambaran masa kehamilan hingga persalinan ibu dalam bentuk video. Penyampaian video melalui video ditujukan kepada orang tua agar menyentuh hati nurani orang tua ketika mengingat kebahagiaan saat mengandung. Penyampaian video ini dipandu oleh pekerja sosial SDC. d. Menjelaskan pola pengasuhan anak yang baik melalui adanya diskusi. Diskusi ini bersifat terbuka, tidak dalam bentuk formal namun tetap ada keseriusan di dalamnya. Diskusi ini dipandu oleh pekerja sosial SDC dan staf yang bertugas untuk membantu orang tua agar mau berpendapat. SDC juga memberikan pelayanan konseling sehingga orang tua bisa menceritakan keluh kesahnya dan mengetahui solusi atas permasalahan yang dihadapi. e. Memberikan gambaran kisah anak jalanan melalui video dokumenter. Pemberian video dokumenter merupakan tahapan terakhir dalam kegiatan parenting skill yang dipandu oleh pekerja sosial SDC. Video ini merupakan kisah nyata yang sengaja dibuat oleh SDC untuk menegur hati para orang tua mengenai perasaan anak yang terpisah jauh dari orang tuanya.
45
8. Terminasi Tahapan ini merupakan tahapan penghentian pelayanan setelah eks klien dipandang mampu dan mandiri. Sebagai lembaga pelayanan sosial anak,Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak memiliki sasaran pelayanan yang ditujukan kepada seluruh anak jalanan. Secara khusus sasaran layanan lembaga tersebut adalah: a. Sasaran: 1) Anak jalanan 2) Anak jalanan yang menjadi pengemis dan pemulung 3) Anak jalanan yang dieksploitasi secara ekonomi 4) Orang tua/ keluarga anak b. Persyaratan: 1) Laki laki dan perempuan yang berusia di bawah 18 tahun 2) Rujukan dari rumah singgah, LSM, Kepolisian, Pekerja Sosial Masyarakat, keluarga yang berdasarkan assessment awal dapat atau layak diterima sebagai klien panti 3) Menyatakan
kesanggupan
mengikuti
semua
diselenggarakan oleh panti 4) Anak tidak lagi melakukan aktifitas di jalanan c. Asal rujukan klien: 1) Rumah Singgah yang berada sekitar Jabodetabek 2) Lembaga Sosial Masyarakat 3) POLRI 4) Keluarga dan masyarakat miskin
program
yang
46
Adapun dalam hal pendanaan, operasional lembaga, pendanaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ APBN.5
F. Struktur dan Organisasi Lembaga a. Struktur Organisasi SDC Bambu Apus Jakarta
KETUA LEMBAGA
TATA USAHA
PROGRAM DAN ADVOKASI SOSIAL
PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL
FUNGSIONAL PENDAMPING
b. Tugas Pokok dan Fungsi 1) Kepala Panti Bertugas melaksanakan tugas manajerial dan teknis operasional pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan Peraturan Perundang undang undangan yang berlaku 2) Kepala Sub Bagian Tata Usaha
5
Wawancara pribadi dengan Dra. Kokom Komalawati M,Si, Bambu Apus 28 April 2014
47
Dalam tugasnya melakukan urusan surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan rumah tangga serta kehumasan 3) Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial Tugasnya
melakukan
penyusunan
rencana
dan
program,
pemberian informasi dan advokasi, pengkajian dan penyiapan standar pelayanan serta melakukan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial 4) Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Melakukan registrasi, observasi, identifikasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnose, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, mental, sosial, phisik, keterampilan, resosialisasi, penyaluran.6
c. Fungsi dan Peran Pekerja Sosial 1) Pendamping (Fasilisator) Pekerja sosial membantu klien untuk mempermudah akses pelayanan dengan memberikan kesempatan dan fasilitas yang dibutuhkan oleh klien untuk mengatasi permasalahannya, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. 2) Pelayanan Mediasi Sebagai
mediator
pekerja
sosial
berupaya
membantu
memfasilitasi piha pihak yang mengalami hambatan komunikasi
6
Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children
48
sehingga satu sama lain saling dukung dalam upaya pencapaian tujuan yang diingankan. 3) Pelayanan Advokasi Layanan advokasi sosial perlu diberikan kepada klien yang mengalami konflik dengan pihak pihak baik individu atau institusi. Selain itu berupaya memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap hak hak klien 4) Pelayanan Konseling Berupaya membantu klien untuk memahami dan menyadari permasalahan yang dihadapi, memahami potensi dan kekuatan yang dimiliki,serta membimbing untuk membuka alternative pemecahan masalah. 5) Peran sebagai Motivator Membantu klien memberikan dorongan dan semangat dalam melaksanakan kegiatan dan upaya pemecahan masalah.7
7
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus, 30 April 2014
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA
Berdasarkan hasil temuan penulis, dapat diperoleh suatu informasi mengenai efektifitas kegiatan parenting skill dalam pemberdayaan keluarga anak jalanan di Pusat pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC). Pada bab ini, hasil temuan penulis dijelaskan melalui teori Cambel J.P yang mengemukakan bahwa pengukuran efektifitas dibagi menjadi 4 tahapan, diataranya: keberhasilan kegiatan/program, ketepatan sasaran, kepuasan terhadap kegiatan/program, dan pencapaian tujuan menyeluruh.
A. Keberhasilan kegiatan Parenting Skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Street Children (SDC) Bentuk-bentuk
keberhasilan
kegiatan
parenting
skill
dalam
pemberdayaan keluarga anak jalanan di SDC terdapat 5 tahapan yang telah dilaksanakan SDC, yaitu: 1. Memberikan pemahaman edukasi kepada orang tua mengenai anak Pemahaman yang diberikan SDC kepada orang tua anak jalanan berupa pemberian edukasi mengenai hak-hak anak yang harus diketahui seperti: hak hidup, hak tumbuh kembang, hak untuk berpartisipasi, hak mendapatkan perlindungan, hak untuk memiliki identitas berupa nama sebagai pengenal dan status kewarganegaraan, hak beribadah, hak mengetahui orang tuanya, hak untuk mengenyam pendidikan, dan hak memperoleh pelayanan kesehatan, spiritual, sosial. Dalam hal ini, pemberian edukasi tersebut diberikan melalui
49
50
adanya media Ms. Power Point, dan diskusi yang melibatkan partisipasi para orang tua dengan staf rehabilitasi sosial dari SDC selaku narasumber kegiatan parenting skill. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Vivi Marlina, AKS selaku koordinator rehabilitasi sosial: “kami memberikan materi melalui media power point agar lebih menarik untuk diperhatikan, kami juga mengemas design slide scara unik agar orang tua tertarik dan terpancing untuk berdiskusi bersama narasumber”1 Pernyataan tersebut juga didukung oleh pemaparan dari bapak Nurchamdi, A.md selaku staf perencanaan dan pelaporan: “kalau kami hanya memberikan edukasi dengan ceramah atau tanya jawab kurang efektif karena orang tua cenderung diam saja ketika kami ajak berdiskusi, dengan adanya power point orang tua lebih memperhatikan dan itu salah satu strategi kita”2 Dari pemaparan kedua narasumber diatas, dapat terlihat bahwa pemberian edukasi mengenai anak dilakukan melalui media Ms. Power Point dan diskusi partisipatif. Materi yang disampaikan berupa materi yang ringan dan mudah dipahami oleh orang tua karena mereka yang mengikuti kegiatan parenting skill masih ada yang tidak bisa membaca sehingga untuk berbicara dengan orang tua harus menggunakan bahasa yang disesuaikan dengan bahasa keseharian mereka. Berikut gambaran suasana saat penyampaian materi berlangsung:
1 2
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina,AKS, Bambu Apus 1 September 2014 Wawancara pribadi dengan Nurchamdi, A.md, Bambu Apus 1 September 2014
51
Gambar 1 Suasana penyampaian materi oleh SDC
Pada pertemuan tersebut, antusias dari para orang tua sangat terlihat terutama saat narasumber sedang memaparkan materinya, mereka saling memberikan pendapatnya secara bersautan. Hal ini tentu
menggambarkan
bahwa
adanya
diskusi
tersebut
telah
memberikan timbal balik yang positif sehingga para orang tua memahami materi yang telah disampaikan. Seperti yang dikemukakan oleh ibu FA: “saya lebih suka yang begini mba pake komputer terus ada gambar-gambar jadi seru aja mba, engga kaya orang lagi belajar pake papan tulis kan bosen kita juga malahan jadi lebih sayang anak”3 Pemaparan tersebut nyatanya juga didukung oleh pemaparan sang anak yaitu AR: “emak kalo abis ngikut acara kumpul-kumpul begitu pulang-pulang kerumah jadi lebih baik sama saya, biasanya mah kan ngomel aja ini mah jadi jarang”4 3 4
Wawancara pribadi dengan FA, Serang 11 September 2014 Wawancara pribadi dengan AR, Serang 11 September 2014
52
Sependapat dengan AR, WD juga mengemukakan pendapatnya: “jadi baik engga suka nyuruh-nyuruh saya, kadang malah saya suka diajak ngobrol ditanya maunya saya apaan”5 Berdasarkan wawancara dari kedua narasumber diatas dapat terlihat bahwa adanya penyampaian materi disertai diskusi yang diberikan oleh SDC mebuat para orang tua menjadi lebih mengahargai sang anak sehingga dapat dkatakan bahwa pemberian pemahaman edukasi tersebut berhasil dilaksanakan.
2. Memberikan pemahaman tentang kewajiban orang tua terhadap anak SDC memberikan pemahaman tentang kewajiban orang tua terhadap anak dengan melakukan diskusi yang disampaikan oleh narasumber melalui media Ms. Power Point. Dalam diskusi tersebut dijelaskan bahwa ada 4 pilar utama kewajiban orang tua yakni: mengajarkan tentang keimanan kepada Tuhan, mengajarkan akhlak yang baik kepada anak, merawat sisi jasmani anak, serta membantu mengembangkan intelektual anak. Hal tersebut diungkapkan oleh Vivi Marlina, AKS selaku koordinator rehabilitasi sosial: “iman, akhlak, jasmani, serta intelektual merupakan hal yang terpenting dalam mendidik anak karena semua itu berkesinambungan dan akan menimbulkan efek positif apabila ditanamkan sejak dini”6 Hal tersebut diperkuat oleh pemaparan dari salah satu orang tua anak jalanan yang mengikuti kegiatan parenting skill yaitu Ibu HO:
5 6
Wawancara pribadi dengan WD, Serang 11 September 2014 Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus 1 September 2014
53
“pas dikasih tau kewajiban orang tua ya kita mah paham mbak kan emang harus begitu tapi ya gimana kalo buat praktekin emang pelan-pelan mba yang penting kita mah mesti lebih perhatian sama anak dulu”7 Pemaparan tersebut diperkuat oleh sang anak yaitu NN: “enaknya sih bapak tuh jadinya ga suka ngedumel melulu, tiap abis ikutan acara ini suka nyatetin abis itu dirumah suka ngebaca baca catetanya terus-terusan”8 Berdasarkan hasil wawancara kedua narasumber diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberian pemahaman mengenai kewajiban orang tua kepada anak dapat dipahami oleh orang tua dan berjalan dengan baik.
3. Memberikan gambaran masa kehamilan hingga persalinan ibu dalam bentuk video SDC memberikan gambaran masa kehamilan hingga persalinan ibu kepada para orang tua dalam bentuk video bertujuan untuk membuat para orang tua mengingat betapa besarnya cinta kasih yang diberikan kepada anak terutama ketika masih berada di dalam kandungan. Pemberian video ini secara tidak langsung akan membuat orang tua merasakan kembali rasa bahagia ketika sedang mengandung anak mereka, seprti yang diungkapkan oleh bapak Ahmad Suhada S.Sos selaku narasumber saat kegiatan parenting skill tersebut: “kami memberi video agar orang tua khususnya para ibu mengingat kembali bagaimana perjuangan mereka dahulu ketika mengandung hingga melahirkan dan itu bisa membuat orang tua kembali merasa seperti mereka mengalaminya dahulu”9 7
Wawancara pribadi dengan HO, Serang 11 September 2014 Wawancara pribadi dengan NN, Serang 11 September 2014 9 Wawancara pribadi dengan Ahmad Suhada S.Sos, Bambu Apus 29 Agustus 2014 8
54
Hal serupa juga disampaikan oleh ibu Vivi Marlina, aks: “video tersebut ditujukan agar orang tua lebih sadar bahwa anak adalah karunia dari Tuhan yang seharusnya dirawat seperti dulu mereka merawatnya ketika masih dalam kandungan”10 Pemberian video mengenai masa kehamilan hingga persalinan ini dapat dikatakan cukup membuat para orang tua merasa tersentuh hatinya dan tidak sedikit pula orang tua yang menitikkan air mata saat video tersebut diputar. Hal tersebut dapat terlihat dari suasana yang terdapat pada gambar di bawah ini: Gambar 2 Suasana saat pemutaran video kehamilan
Seperti yang diungkapkan oleh ibu SO: “jujur saya mah malahan jadi sedih mbak ngeliat video tadi jadi langsung inget anak saya makanya saya jadi nangis pas diliatin videonya”11 Pemaparan tersebut juga didukung oleh ibu MA: “saya engga bisa ngebayangin kalo ada orang tua yang tega ngebuang anaknya ya mbak, mendingan hidup susah kaya kita tapi masih usaha ngurus anak”12
10
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus, 1 September 2014 Wawancara pribadi dengan SO, Serang 11 September 2014 12 Wawancara pribadi dengan MA, Serang 11 September 2014 11
55
Sang anak yakni YI juga menyampaikan hal yang serupa: “Ibu suka cerita kalo malemnya tadi abis liat video tentang anak di dalem perut terus nyeramahin saya juga soalnya saya kan perempuan ya jadi kata Ibu nanti pasti suatu saat ngalamin jadi Ibu jadi mesti kuat dari sekarang kata Ibu”13 Hal yang sama juga disampaikan oleh salah satu anak dari orang tua yang mengikuti kegiatan parenting skill yaitu DH: “sering cerita-cerita emak kalo abis ikut acara disana, katanya saya ga boleh bandel soalnya dulu emak hamil saya mah disayang-sayang”14 Berdasarkan pemaparan orang tua diatas menunjukkan bahwa pemutaran video yang diberikan oleh SDC tersebut telah membuat para orang tua sadar bahwa yang dibutuhkan anak adalah kasih sayang orang tua, belajar dan bermain, serta perhatian penuh dari orang tuanya bukan turut bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga. 4. Menjelaskan pola pengasuhan anak yang baik melalui adanya diskusi Pada tahapan ini, SDC memberikan pemahaman mengenai pola pengasuhan yang baik terhadap anak yang membutuhkan perhatian khusus. Pemberian pemahaman tersebut berupa dibagikanya angket untuk mengisi permasalahan yang ada dan harapan yang diinginkan oleh orang tua kepada anak. Hal ini bertujuan agar para orang tua dapat menyadari permasalahan yang ada pada dirinya sendiri serta dapat mengungkapkan harapan yang ingin dicapai. Disamping memberikan angket, SDC juga memberikan materi mengenai pola 13 14
Wawancara Pribadi dengan YI, Serang 11 September 2014 Wawancara Pribadi dengan HD, Serang 11 September 2014
56
pengasuhan anak yang baik seperti menjadi orang tua yang responsif, mampu meningkatkan kepercayaan diri anak, mampu menepati janji, menjadi guru sekaligus teman, memberikan bimbingan, bisa menjadi tauladan, mampu menyeimbangkan disiplin, mampu mengajarkan keterampilan, mampu mengajarkan waktu dan toleransi, serta lebih banyak kasih sayang di dalam keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Vivi Marlina, AKS: “pemberian angket sebagai salah satu media untuk membantu orang tua yang tidak suka berbicara di depan umum serta orang tua dapat tau masalah apa yang ada dalam diri mereka dan dilanjutkan dengan diskusi untuk menjelaskan yang tidak dipahami orang tua selama materi berlangsung”15 Menurut wawancara dari koordinator rehabilitasi sosial diatas, pemberian angket dan diskusi mengenai pola pengasuhan anak yang baik telah membuat para orang tua menyadari permasalahan yang ada pada dirinya serta mengetahui sikap yang harus diterapkan dalam mengasuh anak. Hal tersebut diperkuat oleh pemaparan dari salah satu orang tua saat penulis menanyakan manfaat yang didapat setelah mengikuti diskusi tersebut: “saya jadi ngerti pas diambil kesimpulanya terus saya banyak nanya sama petugas-petugas ternyata anak saya itu modelnya engga mau dikekang makanya malah ngelawan kalo dibilangin”16 Dari pemaparan kedua narasumber diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian angket merupakan media yang cukup efektif untuk sebagian orang tua yang mengikuti tahapan tersebut. Orang tua yang 15 16
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus 3 September 2014 Wawancara pribadi dengan KA, Serang 11 September 2014
57
tidak bisa membaca dan menulis memilih untuk dituliskan oleh petugas, sedangkan dalam diskusi mengenai pola pengasuhan yang baik dapat terlihat sangat dipenuhi dengan antusiasme orang tua. 5. Memberikan gambaran kisah anak jalanan melalui video dokumenter SDC memberikan gambaran kisah nyata mengenai kehidupan seorang anak jalanan yang menderita karena terpisah dari orang tuanya. Video dokumenter ini bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada orang tua agar mengetahui dampak buruk yang terjadi ketika anak berada jauh dari perhatian orang tua sehingga mempengaruhi psikologis tumbuh kembang anak. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Vivi Marlina, AKS: “untuk mencairkan suasana setelah agak serius berdiskusi kami kembali memberikan video namun video kali ini menggambarkan kisah nyata yang dialami anak asuh kami sehingga orang tua yang melihat bisa langsung merasakan bagaimana menderitanya anak apabila terpisah dari orang tua”17 Pemaparan diatas juga didukung oleh bapak Hardiyanto S.Sos yang mengatakan bahwa: “video ini akan membuat orang tua lebih sigap untuk menjaga anaknya dan sadar akan bahaya yang akan menimpa anak apabila dibiarkan bermain di jalanan tanpa pengawasan orang tua”18 Berdasarkan wawancara kedua narasumber
diatas dapat
disimpulkan bahwa video tersebut dapat memberikan pelajaran bagi para orang tua untuk lebih menjaga anaknya dengan memberikan 17 18
Wawancara pribadi dengan Vivi Marlina, AKS, Bambu Apus 3 September 2014 Wawancara pribadi dengan Hardiyanto S.sos, Bambu Apus 5 September 2014
58
perhatian dan kasih sayang serta tidak menjadikan anak sebagai korban kelemahan ekonomi keluarga. Para orang tua yang menyaksikan video tersebut nyatanya banyak yang merasakan tergetar dan tergerak hatinya untuk menyayangi dan melindungi sang anak agar tidak mengalami nasib yang serupa dengan anak seperti yang telah digambarkan pada video tersebut. Hal ini dapat terlihat dari ungkapan salah satu orang tua yang mengatakan bahwa: “langsung inget anak saya ya soalnya dia suka main seharian jadi ngeri kalo sampe kejadian kaya di video yang tadi”19 Hal serupa juga disampaikan oleh bapak KA: “anak saya suka banget yang namanya keluar rumah engga pake izin padahal saya suruh bantuin ibunya aja dirumah tapi bandel pas abis liat video kaya gini jadi makin mikir kalo ada apa apa di jalan kan kita juga yang repot”20 Berdasarkan pemaparan dari orang tua diatas, dapat terlihat bahwa video tersebut sangat berpengaruh untuk dapat membuka pikiran orang tua untuk tidak melibatkan anak-anak mereka dalam permasalahan keluarga.
B. Ketepatan sasaran parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC) Dalam pemberian kegiatan parenting skill, SDC selektif memilih keluarga yang akan menerima bantuan agar tidak salah sasaran. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh SDC dalam menyeleksi penerima manfaat ialah sebagai berikut: 19 20
Wawancara pribadi dengan MA, Serang 11 September 2014 Wawancara pribadi dengan KA, Serang 11 September 2014
59
1. Pengisian formulir Calon penerima manfaat diwajibkan untuk mengisi formulir asesmen awal dengan cara mengisi identitas keluarga sebagai arsip lembaga SDC. Formulir tersebut dapat dilihat seperti gambar di bawah ini: Gambar 3 Formulir Asesmen Awal
2. Asesmen Pada tahap ini, petugas asesmen dari SDC mewawancarai calon penerima manfaat baik anak jalanan maupun orang tuanya secara tidak langsung guna mengkroscek keabsahan data formulir yang telah diisi oleh orang tua pada tahap pengisian formulir asesmen awal sebelumnya. Dalam panduan asesmen ini terdapat beberapa pertanyaan yang berisi mengenai riwayat anak di jalanan, riwayat pendidikan anak, kondisi kesehatan anak jalanan, serta kondisi keluarga yang mencakup kesehatan, linhkungan dan perekonomian keluarga.
60
Gambar 4 Kegiatan Asesmen
3. Seleksi berkas Dalam hal ini pihak SDC memeriksa persamaan antara formulir pertama (asesmen awal) yang diisi langsung oleh orang tua anak jalanan dengan formulir kedua (asesmen) yang diisi oleh petugas asesmen untuk melihat adanya perbedaan atau tidak dalam kedua formulir tersebut. 4. Home visit Dalam melakukan penyeleksian calon penerima manfaat, SDC bekerjasama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Wanita Bahagia untuk membantu melakukan kegiatan home visit. Saat home visit dilakukan, calon penerima manfaat tidak mengetahui akan adanya kunjungan dari pihak SDC untuk meninjau kembali keabsahan data yang terdapat di formulir.
61
Gambar 5 Kegiatan home visit
5. Penandatanganan Kontrak Pelayanan Tahap terakhir dalam penyeleksian calon penerima manfaat ditandai oleh penandatanganan kontrak pelayanan yang dilakukan oleh 4 pihak yaitu calon klien (anak jalanan), calon penerima manfaat (orang tua), lembaga yang bersangkutan (SDC), serta rumah singgah yang membantu proses penyeleksian calon penerima manfaat (LKSA Wanita bahagia). Gambar 6 Penandatanganan Kontrak Pelayanan
SDC memiliki beberapa kriteria terhadap keluarga yang akan menerima bantuan. S.Sos:
Seperti yang dipaparkan oleh bapak Suhada
62
“penerima manfaat pastinya harus keluarga anak jalanan yang tidak mampu, karena banyak juga anak jalanan yang asalnya dari golongan ekonomi cukup namun melarikan diri dari rumah dengan berbagai alasan dan memilih tinggal dan hidup sebagai anak jalanan”.21 Menurut Bapak Suhada S.Sos kriteria orang tua sebagai penerima manfaat dapat ditentukan dari mereka yang memiliki ekonomi menengah ke bawah yang diukur melalui penghasilan orang tua. Dalam hal ini, SDC sangat selektif dalam menyeleksi anak jalanan karena pada kenyataanya banyak anak jalanan yang berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi cukup namun mereka memilih hidup sebagai anak jalanan. Hal ini disebabkan oleh sikap orang tua yang cenderung berprilaku kasar terhadap sang anak sehingga membuat anak kurang merasa nyaman saat berada di rumah dan memilih hidup di jalanan. Hal tersebut nyatanya dibenarkan oleh ibu Vivi Marlina, AKS: “ada sebagian dari anak jalanan yang rentan, dalam arti mereka berasal dari keluarga yang tergolong cukup namun karena sering berkumpul dan mengamen di jalanan bersama membuat mereka menjadi ikut-ikutan hidup di jalanan”22 Berdasarkan pemaparan diatas dapat terlihat bahwa masih banyaknya anak jalanan yang yang berasal dari keluarga ekonomi cukup namun sering berkumpul dengan anak-anak jalanan lainya sehingga membuat mereka merasa nyaman hidup di jalanan tanpa ada pengawasan dari orang tua sehingga hal ini membuat SDC harus lebih
21 22
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Suhada S.Sos, Bambu Apus 29 Agustus 2014 Wawancara pribadi dengan Vivi marlina, AKS, Bambu Apus 3 September 2014
63
selektif dalam menentukan calon penerima manfaat agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Setelah mendapatkan informasi dari kedua narasumber diatas, penulis mengkroscek kembali kepada keluarga penerima manfaat mengenai pemenuhan persyaratan yang ditetapkan oleh SDC. Adapun salah satu kutipan wawancara orang tua mengatakan bahwa: “Lembaga ini pernah nyamperin saya ke rumah, nanyananya tentang gaji, anak, sama kerjaan. Saya ditawarin biar anak saya ikut program lembaga terus saya juga katanya nanti bakalan dapet manfaat kalo anak saya mau ikut program lembaga”23 Pernyataan diatas memberikan keterangan bahwa SDC telah melakukan penyeleksian penerima manfaat berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Hal tersebut terlihat dari adanya pihak SDC yang melaksanakan home visit ke rumah salah satu calon penerima manfaat yang tidak mampu. Seperti yang dijelaskan pada bab 2 (dua) mengenai efektifitas bahwa suatu kegiatan dapat dikatakan efektif apabila tujuan dan sasaran yang dituju tepat.
C. Kepuasan sasaran parenting skill di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC) Kepuasan pelayanan parenting skill yang dirasakan oleh orang tua merupakan salah satu hal yang penting untuk menentukan keberhasilan kegiatan tersebut. Hal ini dapat diukur melalui perasaan orang tua yang dilihat dari pelayanan yang diberikan oleh SDC dalam melakukan kegiatan parenting
23
Wawancara pribadi dengan FA, Serang 11 September 2014
64
skill.
Dari
beberapa
orang tua
yang
penulis
mengungkapkan perasaan mereka terhadap
wawancarai,
kegiatan
mereka
parenting skill,
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh ibu FA: “saya seneng malahan kalo bisa jangan setahun sekali, setahun lima kali juga saya ikut. Udah orang-orangnya enak, terus bisa kumpul juga sama ibu-ibu yang lain bisa curhat-curhatan gitu hehehe (sambil tertawa)”.24 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak KA yang mengikuti kegiatan parenting skill di SDC: “Banyak yang bisa didapet dari acara ini, bukan cuma ngedengerin ceramah doang tapi bisa saling curhat juga kita sama orang lembaganya.”.25 Sependapat dengan kedua penerima manfaat sebelumnya, Ibu HO juga mengatakan hal yang tidak jauh berbeda mengenai perasaanya setelah mengikuti kegiatan parenting skill: “acara kaya begini bagus banget buat ibu-ibu kaya kita gini soalnya bikin nambah pinter mba maklum aja kita kan engga sekolah. Biar kita makin sayang juga sama anak, abis kadang geregetan kalo bandel rasanya pengen dimarahin aja tapi pas ikut acara begini jadi mikir-mikir mau marahin anak.”26 Ibu MA juga berpendapat tentang kegiatan parenting skill ini dengan semangat: “seru ikutan acara kaya gini mbak, kaya belajar gitu jadi inget waktu masih sekolah kan saya mah sekolah sampe SD doang jadi pas belajar lagi ngeliat layar canggih gitu seneng deh bawaanya, ada cara buat ngurus anak juga biar anak saya ga bandel lagi, saya juga jadi kepikiran kalo anak saya lagi dijalanan, pokoknya seru banget deh mbak”.27
24
Wawancara Pribadi dengan FA, Serang 11 September 2014 Wawancara Pribadi dengan KA, Serang 11 September 2014 26 Wawancara pribadi dengan HO, Serang 11 September 2014 27 Wawancara pribadi dengan MA, Serang 11 September 2014 25
65
Dari beberapa wawancara narasumber diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua yang mengikuti kegiatan parenting skill yang diadakan oleh SDC merasa puas atas pelayanan yang diberikan karena dalam hal ini mereka dapat saling sharing baik dengan peserta maupun dengan pihak SDC. Di samping itu, materi yang diberikan oleh SDC dalam kegiatan parenting skill telah membantu para orang tua mendapatkan ilmu dalam hal mendidik anak. Akan tetapi, meskipun sebagian besar para orang tua merasa puas terhadap kegiatan parenting skill tersebut, masih ada orang tua yang merasakan sedikit kekecewaan terhadap kegiatan tersebut. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh ibu SO: “ya.. saya mah seneng-seneng aja sih mbak, paling kadang bosen nunggu orang orangnya dateng doang maklum deh suka banget pada ngaret orang sini mah,jadinya saya engga bisa ikut gara-gara mesti kerja”.28 Menurut pemaparan salah satu orang tua diatas ketidakpuasan kegiatan parenting skill ini didapat dari ketidaktepatan waktu yang menyebabkan ibu SO tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut. Tabel 2. Kepuasan Penerima Manfaat No.
Nama
Puas
Tidak
Alasan
Puas 1
FA
Merasa puas karena senang bisa berkumpul dengan orang tua anak jalanan lainya dan bisa bertukar pikiran
28
Wawancara Pribadi dengan SO, Serang 11 September 2014
66
2
KA
Merasa banyak manfaat dari adanya kegiatan
parenting
diadakan
oleh
skill
SDC,
dan
yang bisa
berkonsultasi kepada pihak lembaga tentang keadaan anaknya. 3
HO
Mendapatkan
ilmu
tambahan,
terlebih karena dulu hanya tamatan Sekolah Dasar (SD) sehingga kurang mengerti pola asuh anak yang baik dan mengikuti perkembangan anak. 4
MA
Merasa membuat banyak perubahan terutama terhadap perasaan khawatir kepada anak apabila anak turun ke jalanan
dan
lebih
mengerti
resikonya. 5
SO
Ketidaktepatan
waktu
dalam
melaksanakan kegiatan membuat ibu TI tidak dapat mengikuti kegiatan parenting skill.
Berdasarkan tabel kepuasan penerima manfaat diatas, terdapat satu orang tua yang tidak puas dikarenakan ketidaktepatan waktu dalam berjalanya kegiatan parenting skill dan empat orang tua lainya menyatakan puas atas pelayanan yang diberikan oleh SDC.
67
D. Pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children (SDC) Merujuk kepada teori yang dikemukakan Cambel J.P tentang efektifitas, disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan menyeluruh dalam suatu kegiatan harus melewati tiga tahapan yakni keberhasilan kegiatan/program, ketepatan sasaran kegiatan/program, dan kepuasan sasaran kegiatan/program. Dilihat dari keberhasilan kegiatan, semua tahapan yang dilaksanakan dalam kegiatan parenting skill dapat berjalan dengan lancar dan dipahami oleh orang tua serta mendapatkan antusias yang cukup menarik perhatian. Bila dalam ketepatan sasaran, SDC melakukan penyeleksian yang selektif dalam memilih calon penerima manfaat sehingga sasaran yang dituju tepat dengan kriteria yang telah ditentukan. Sedangkan bila dilihat dari kepuasan sasaran kegiatan, mayoritas orang tua yang mengikuti kegiatan parenting skill di SDC menyatakan kepuasanya seperti yang telah dikutip dalam wawancara pada h. 57. Tujuan menyeluruh kegiatan parenting skill dapat terwujud apabila ketiga tahapan tersebut terlaksana. Seperti yang telah dipaparkan oleh bapak Nurchamdi A.md: “keberhasilan kegiatan bisa dilihat dari kemandirian orang tua yang mulai berusaha tidak melibatkan anak dalam memenuhi kebutuhan nafkah keluarga”.29 Menambahkan apa yang telah disampaikan oleh bapak Nurchamdi A.md, bapak Hardiyanto S.Sos menyatakan bahwa: “ketepatan sasaran kegiatan terlihat dari berhasilnya SDC dalam menyeleksi keluarga anak jalanan yang dilihat dari 29
Wawancara pribadi dengan Nurchamdi,A.md, Bambu Apus 4 September 2014
68
ekonominya dengan cara home visit sedangkan kepuasan sasaran kegiatan terlihat dari antusias para orang tua melakukan sharing dengan pihak SDC mengenai cara mendidik anak dan permasalahan yang sedang dialami”30 Berdasarkan pemaparan kedua narasumber diatas, dapat terlihat bahwa pencapaian tujuan kegiatan parenting skill ini telah terlaksana dengan baik. Hal tersebut dapat dilhat dari segi keberhasilan para orang tua menjadi lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup keuarga tanpa harus melibatkan anak. Disamping itu, dalam ketepatan sasaran SDC berhasil menyeleksi keluarga yang memiliki perekonomian menengah kebawah, serta dalam hal kepuasan para orang tua merasakan adanya manfaat positif yang didapat setelah mengikuti kegiatan parenting skill. Untuk dapat melihat gambaran pencapaian tujuan yang dirasakan orang tua dari kegiatan parenting skill dapat terlihat dari tabel di bawah ini: Tabel 3. Indikator Pencapaian Tujuan No.
Nama
Indikator
Pencapaian Tujuan
Sebelum 1
FA
Sesudah
Membiarkan anaknya keluar Khawatir
jika
anaknya
rumah tanpa tahu ananknya keluar rumah tanpa izin, dan pergi kemana pada siang lebih hingga malam hari.
sering
dengan
berbincang
anaknya
tentang
keseharian yang dilakukan anaknya. 2
KA
30
Beliau
bekerja
sebagai Lebih tau apa kemauan anak
Wawancara pribadi dengan Hardiyanto, S.Sos, Bambu Apus 5 September 2014
69
pemulung sementara anaknya dan mengerti sifat anak yang diperintahkan
untuk tidak suka dikekang.
membantu istrinya di rumah seringkali kabur untuk pergi mengamen. 3
HO
Jika
anaknya
kesalahan
melakukan Lebih mengerti pola asuh
dan
melawan yang baik dalam menrawat
perintah beliau, seringkali dan mendidik anak, dan memukul anaknya. Terutama dapat
mengontrol
emosi
bila dikejar petugas bila ada lebih baik dari sebelumnya. razia
justru
menyalahkan
anaknya. 4
MA
Cenderung
tidak
peduli Menanyakan setiap anaknya
dengan anaknya yang sering ingin keluar rumah tujuan kelar rumah dari pagi hingga yang malam hari.
ingin
dituju
dan
disarankan untuk pergi ke rumah
singgah
daripada
bermain. 5
SO
Merasa sudah benar dalam Paham mengasuh
anak
bahwa
yang
karena ditanamkan pada anaknya itu
mampu dalam memberikan salah dan mencoba untuk kebutuhan sering
pangan namun merubah pola didik terhadap
menyuruh
untuk mengamen.
anaknya anaknya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya telah didapatkan kesimpulan dari skripsi yang berjudul “Efektifitas Kegiatan Parenting Skill dalam Pemberdayaan Keluarga Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children.” Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Bahwa
kegiatan
parenting
skill
yang
dilakukan
oleh
Pusat
Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children adalah salah satu kegiatan dalam program pemberdayaan keluarga anak jalanan yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada orang tua tentang pengasuhan anak yang baik dan benar terutama dalam menangani masalah yang dihadapi pada diri sendiri dan anak. Kegiatan parenting skill dilakukan setiap satu tahun sekali di setiap keluarga. Tahun 2014 kegiatan parenting skill diadakan di rumah singgah LKSA Wanita Bahagia Serang pada Kamis, 11 September 2014 yang diisi oleh penyuluh dari Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children yaitu Bapak Ahmad Suhada S.Sos dan Bapak Hardiyanto S.Sos. Kegiatan parenting skill yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children ini dapat dikatakan dan dinilai efektif adalah sebagai berikut: 1.
Keberhasilan kegiatan parenting skill yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development
70
71
Centre for Children dengan menjalankan lima tahapan kegiatan diantaranya memberikan pemahaman tentang anak, memberikan pemahaman tentang kewajiban orang tua, memberikan video tentang anak dari dalam kandungan hingga lahir ke dunia, berdiskusi mengenai cara mengasuh anak yang baik, serta memberikan video documenter tentang anak yang hidup di jalanan. Semua tahapan tersebut dapat dilaksanakan secara terstruktur dan dapat berjalan dengan baik. 2.
Ketepatan sasaran parenting skill di Pusat Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children sesuai dengan sasaran yang dituju yaitu keluarga anak jalanan yang tergolong tidak mampu dalam perekonomianya.
3.
Kepuasan sasaran kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children dilihat dari tabel kepuasan penerima manfaat menyatakan puas dengan pelayanan kegiatan parenting skill.
4.
Pencapaian tujuan menyeluruh kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children dilihat dari tabel indicator pencapaian tujuan terlihat perbedaan yang signifikan apabila dilihat dari sebelum dan sesudah kegiatan parenting skill dilakukan.
B. Saran Dari hasil pengematan penulis mengenai “Efektifitas Kegiatan Parenting Skill dalam Pemberdayaan Keluarga Anak Jalanan di Pusat
72
Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children.” Dan berdasarkan uraian dan temuan data yang penulis dapat, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1.
Saran diajukan kepada Pusat Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children. Melihat manfaat dan tingkat keberhasilan yang efektif dalam pengasuhan dan perubahan perilaku terhadap anak, alangkah baiknya bila kegiatan parenting skill dilakukan lebih dari satu tahun sekali.
2.
Untuk penyuluh kegiatan parenting skill di Pusat Pengembangan pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Children agar lebih meningkatkan pengetahuan terutama seputar masalah anak dan orang tua yang terjadi pada jaman sekarang ini, karena bisa dirasakan di masyarakat lingkungan dan media elektronik bisa dikatakan lebih mampu mempengaruhi daripada orang tuanya sendiri. Dengan ini diharapkan penyuluh bisa memberikan informasi selengkap-lengkapnya kepada setiap peserta kegiatan parenting skill.
3.
Penulis menyadari banyaknya kelemahan dalam penelitian ini yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu terbatasnya waktu wawancara yang dilakukan penulis kepada penerima manfaat, jarak tempat penelitian yang jauh sehingga memakan waktu yang tidak sebentar, ketidaksiapan penerima manfaat untuk diwawancarai dengan alasan rasa malu. Untuk penelitian selanjutnya maka dibutuhkan kemauan dan kesungguhan yang keras sehingga bisa menyempurnakan tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA Buku Adi, Isbandi rukminto, Intervensi Komunitas Pembangunan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta:Rajawali Pers, 2008. Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Rieneka Cipta, 2007. Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN), Modul Pelatihan Pekerja Sosial Rumah Singgah, Jakarta: BKSN, 2000. Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak., Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Baumrind, D, Child-care practices anteceding three patterns of preschool behavior, Genetic Psychology Monographs, 1967. Baumrind, D, Current patterns of parental authority, Developmental Psychology Monographs,1971 Baylon, S.G, Magalaya, A. Keluarga. Dalam: Efendi,Ferry. Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta:Salemba Medika 1978. Berns, R.M, Child, Family, School, Community: Socialization And Support. USA (US): Rinehart and Winston, 1997. Cambel, J.P, Riset Dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora Jakarta:Erlangga, 1978. Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga Pratama, 1992. Departemen Sosial Propinsi DIY. 2010. Populasi Anak Jalanan di DI Yogyakarta. Yogyakarta Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: PT Refika Aditama, 2005. Edi Suharto,ed, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi, Jakarta:Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004. 73
Hamidi, metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, Malang: UMM Press, 2004. Handayaningrat, Soewarno, Pengantar Ilmu Pengetahuan dan Manajemen, Jakarta: Gunung Agung, 1982. Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003. Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaha Rosdakarya, 2006. John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1990. Khairudin, Sosiologi Keluarga. Jakarta:Nur Cahaya, 1985. Kurniawan, Agung, Transformasi Pelayanan Publik., Yogyakarta: Pembaruan, 2005. Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000. Mahmud Mahdi Al-Istambuli, parenting guide: dialog imajiner tentang cara mendidik anak berdasarkan al-Qur’an, assunah dan psikologi, penerjemah: Muhammad Arifin Altus, Jakarta: Penerbit hikmah, 2006. Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi, Bandung: PT. Remaja ROsdakarya, 2001. Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer Surabaya: Arkola, 1994. Sirait, Minah M.M. Hubungan Antara Harga Diri dengan Konformitas dalam hal Fesyen pada Remaja. Fakultas Psikologi UI: Jakarta 2002. Snell Bateman, Manajemen 1, Kepemimpinan dan Kolaborasi dalam Dunia yang Kompetitif edisi 7, Jakarta: Saleba 4, 2008. Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali 2004. Sri Lestari, Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012. Subhansyah, Aan T, dkk, Anak Jalanan di Indonesia, Dekripsi Persoalan dan Penangan. Yogyakarta: YLPS Humana, 1996. 74
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif,kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta, 2011. T. Hani Handoko, Manajemen Yogyakarta: BPFE, 1998. Tata Sudrajat, anak jalanan : dari masalah sehari-hari sampai kebijakan, Rumah yang hilang: kumpulan karangan tentang anak jalanan, Jakarta: YKAI, 1996. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Jurnal Achmad, Arief, Rumah Singgah Sebagai Tempat Alternatif Pemberdayaan Anak Jalanan. Dalam Jurnal Fajar. Jakarta: LPM UIN, 2002. Citra Pujianti, Jurnal Ilmiah-Pemberdayaan anak jalanan. Diterbitkan 28 Desember 2013. jurnal Instruksional Psikologi, Edisi September 2001 Oleh Jennifer Neal, Donna Frick-Horbury
75
LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER
Narasumber
: Ketua Lembaga Social Development Centre for Children (SDC)
Pertanyaan
:
1. Bagaimana sejarah SDC berdiri? 2. Bagaimana tahapan pelayanan sosial di SDC? 3. Siapa saja sasaran penerima manfaat SDC? 4. Apa saja persyaratan penerima manfaat di SDC?
PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER
Narasumber
: Koordinator Rehabilitasi Sosial SDC
Pertanyaan
:
1. Apa peran dan fungsi pekerja sosial di SDC? 2. Adakah kriteria yang diberikan SDC dalam meyeleksi penerima manfaat? 3. Apa tujuan kegiatan parenting skill diadakan di SDC? 4. Melalui media apa materi disampaikan? 5. Apa point penting yang disampaikan melalui kegiatan parenting skill? 6. Apa tujuan diberikanya video kehamilan seorang Ibu hingga masa persalinan? 7. Bagaimana cara mengajak orang tua berdiskusi dalam kegiatan parenting skill? 8. Apa tujuan diberikanya video tentang penderitaan seorang anak yang terpisah dari orang tuanya?
PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER
Narasumber
: Staf Perencanaan dan Pelaporan SDC
Pertanyaan
:
1. Apa tujuan kegiatan parenting skill diadakan di SDC? 2. Melalui media apa penyampaian materi diberikan? Mengapa memilih media tersebut? 3. Apa tujuan diberikanya angket dalam forum diskusi kepada orang tua? 4. Bagaimana melihat keberhasilan kegiatan parenting skill yang diberikan SDC?
PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER
Narasumber
: Pekerja Sosial SDC
Pertanyaan
: 1. Bagaimana memahami sikap orang tua anak jalanan yang cenderung kurang peduli terhadap anak? 2. Bagaimana cara mengajak orang tua anak jalanan untuk mengikuti kegiatan parenting skill? 3. Apa kriteria yang diberikan SDC kepada orang tua anak jalanan? 4. Bagimana melihat ketepatan sasaran dan kepuasan penerima manfaat dalam kegiatan parenting skill?
PEDOMAN WAWANCARA NARASUMBER
Narasumber
: anak jalanan binaan SDC
Pertanyaan
:
1. Sudah berapa lama adik mendapat pelayanan dari SDC? 2. Apakah orang tua adik selalu mengikuti kegiatan parenting skill? 3. Adakah perubahan yang terjadi setelah mengikuti kegiatan parenting skill? Jika iya bagaimana? 4. Apakah adik masih suka turun ke jalanan?
LAMPIRAN 2 PEDOMAN WAWANCARA KLIEN
Narasumber
: orang tua (penerima manfaat)
Pertanyaan
:
1. Adakah kunjungan dari SDC ke tempat tinggal Ibu/Bapak sebelum menjadi penerima manfaat? 2. Apakah materi yang disampaikan cukup jelas? 3. Apakah Ibu/Bapak memahami materi yang diberikan penyuluh? Apa yang dipahami? 4. Apakah kegiatan ini bermanfaat? 5. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak sudah pernah menerima informasi tentang kegiatan parenting skill? 6. Apa yang Ibu/Bapak rasakan ketika menonton video mengenai masa kehamilan hingga persalinan? 7. Apa yang Ibu/Bapak rasakan ketika menonton video mengenai anak yang menderita karena terpisah dari orang tuanya? 8. Menurut Ibu/Bapak apakah metode yang disampaikan dapat membantu dalam mengasuh anak? 9. Masalah apa yang anak Ibu/Bapak alami? 10. Apakah Ibu/Bapak menerapkan metode yang diberikan dalam kegiatan parenting skill di rumah? Sejak kapan? 11. Setelah mengikuti kegiatan apa yang Ibu/Bapak lakukan untuk menghadapi permasalahan anak?
12. Bagaimana perubahan perilaku anak setelah Ibu/bapak menerapkan metode yang diberikan? 13. Apakah Ibu/Bapak merasa puas dengan pelayanan kegiatan parenting skill yang diberikan SDC?
LAMPIRAN 3 PEDOMAN OBSERVASI Dalam hal ini pedoman observasi penulis diantaranya: a. Mengamati keberhasilan kegiatan parenting skill yang diselenggarakan SDC. 1. Pemahaman edukasi tentang anak kepada orang tua. 2. Pemahaman tentang kewajiban orang tua terhadap anak. 3. Gambaran masa kehamilan ibu. 4. Diskusi mengenai pola pengasuhan anak yang baik. 5. Video dokumenter mengenai gambaran kisah anak jalanan. b. Melihat ketepatan sasaran kegiatan parenting skill yang diselenggarakan SDC. c. Mengetahui tingkat kepuasan orang tua terhadap kegiatan parenting skill yang diselenggarakan SDC. d. Melihat sejauh mana tujuan kegiatan parenting skill dapat tercapai.
LAMPIRAN 4 TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER Nama
: Dra. Kokom Komalawati M.Si
Jenis Kelamin
: Perempuan
Jabatan
: Ketua Lembaga Social Development Centre for Children
Tanggal wawancara : Bambu Apus, 28 April 2014 No. 1.
Pertanyaan
Jawaban
Bagaimana sejarah SDC
Sebagai Instansi yang bertanggung
berdiri?
jawab terhadap permasalahan anak jalanan, Kementerian Sosial dan pemerintah daerah telah berhasil memecahkan permasalahan anak jalanan, akan tetapi belum maksimal. Untuk meningkatkan keberhasilan dalam pemecahan masalah baik secara kulitas maupun kuantitas, maka disusunlah program baru dalam bentuk Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Centre for Street Children (SDC). Departemen Sosial sebagai instansi pemerintah yang berkompeten terhadap penanganan
permasalahan sosial anak jalanan mengembangkan suatu konsep pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan bagi jalanan. Perwujudan dari konsep tersebut adalah Social Development Center for Children atau Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak yang diresmikan oleh Ibu Negara Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 23 Nopember 2006. SDC beralamatkan di Jl. Panti Sosial (PPA) Bambu Apus Jakarta Timur. 2.
Bagaimana tahapan pelayanan
Yang pertama ada pendekaan awal yaitu,
sosial di SDC?
Penyampaian
informasi
kepada
masyarakat, instansi terkait, organisasi sosial melalui pertemuan, konsultasi dan surat menyurat, lalu mengumpulkan, mengelompokan
menyususun, dan
menganalisa
informasi/ data serta mendiskusikanya untuk menentukan langkah identifikasi, dan memberikan motivasi dengan cara penyuluhan dan bimbingan.
Kedua, tahap penerimaan yaitu mengisi formulir pendaftaran, assemen, seleksi persyaratan berkas, home visit, membuat kesepakatan
pelayanan
sosial
antar
petugas panti dengan calon klien. 3.
Siapa saja sasaran penerima
Ada 4 sasaran penerima manfaat yaitu,
manfaat SDC?
anak jalanan, anak jalanan yang menjadi pengemis dan pemulung, anak jalanan yang dieksploitasi secara ekonomi, dan orang tua/ keluarga anak jalanan.
4.
Apa saja persyaratan penerima
Keluarga yang mempunyai anak jalanan
manfaat di SDC?
laki laki dan perempuan yang berusia di bawah 18 tahun, rujukan dari rumah singgah, sosial,
LSM,
Kepolisian,
masyarakat,
pekerja
keluarga
yang
berdasarkan assessment awal dapat atau layak diterima sebagai klien panti, menyatakan
kesanggupan
mengikuti
semua program yang diselenggarakan oleh panti, dan harus bersedia anak tidak lagi melakukan aktifitas di jalanan.
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER Nama
: Vivi Marlina, AKS
Jenis Kelamin
: Perempuan
Jabatan
; Koordinator Rehabilitasi Sosial SDC
Tanggal Wawancara : Bambu Apus, 1 & 3 September 2014 No. 1.
Pertanyaan
Jawaban
Apa peran dan fungsi pekerja Ada sosial di SDC?
5.
Yaitu
pendampingan
untuk
mempermudah akses pelayanan klien, sebagai mediator, memberikan pelayanan advokasi
untuk
memberikan
perlindungan, konseling untuk membuka alternatif
pemecahan
masalah,
dan
sebagai motivator untuk memberikan klien dorongan semangat. 2.
Adakah kriteria yang diberikan Ya ada. Pertama yaitu harus keluarga SDC
dalam
penerima manfaat?
meyeleksi yang mempunyai anak jalanan baik yang bekerja
ataupun
hanya
bermain
di
jalanan, yang kedua harus berasal dari keluarga yang tidak mampu, dan ada sebagian dari anak jalanan yang rentan, dalam arti mereka berasal dari keluarga yang tergolong cukup namun karena
sering berkumpul dan mengamen di jalanan
bersama
membuat
mereka
menjadi ikut-ikutan hidup di jalanan itu yang harus diwaspadai. 3.
Apa tujuan kegiatan parenting Karena masalah anak-anak itu tidak skill diadakan di SDC?
hanya
datang
dari
anak
sendiri,
kebanyakan anak-anak yang turun ke jalan ada pengaruhnya dengan orang tua baik yang orang tuanya tidak bekerja ataupun yang menyuruh anaknya untuk mengamen di jalanan. Dan kenyataanya memang begitu dalam menangani anak apabila
hanya
anaknya
saja
yang
diberikan maksimal kurang maksimal makanya kami memberikan kegiatan parenting skil. Kalau orang tuanya tidak diberikan ilmu di parenting skill tapi hanya
anaknya
saja
ketika
pulang
kerumah akan kembali seperti itu lagi. 4.
Melalui
media
disampaikan?
apa
materi Kami memberikan materi melalui media power point agar lebih menarik untuk diperhatikan,
kami
juga
mengemas
design slide scara unik agar orang tua
tertarik dan terpancing untuk berdiskusi bersama narasumber. 5.
Apa
point
penting
yang Memberika pemahaman tentang 4 point
disampaikan melalui kegiatan utama
kewajiban
orang
tua
yaitu,
keimanan, akhlak, jasmani, dn inelektual.
parenting skill?
Juga disampaikan tentang permasalahan terbaru tentang anak yang sekiranya dapat memberikan pengetahuan baru agat tidak mudah tertipi dengan kebohongan anak. 6.
Apa tujuan diberikanya video Video tersebut ditujukan agar orang tua kehamilan seorang Ibu hingga lebih sadar bahwa anak adalah karunia dari Tuhan yang seharusnya dirawat
masa persalinan?
seperti dulu mereka merawatnya ketika masih dalam kandungan. 7.
Bagaimana
cara
mengajak Selain dengan bahasa verbal, pemberian
orang tua berdiskusi dalam angket sebagai salah satu media untuk kegiatan parenting skill?
membantu orang tua yang tidak suka berbicara di depan umum serta orang tua dapat tau masalah apa yang ada dalam diri mereka dan dilanjutkan dengan diskusi untuk menjelaskan yang tidak dipahami
orang
tua
selama
materi
berlangsung. 8.
Apa tujuan diberikanya video Untuk mencairkan suasana setelah agak tentang penderitaan seorang serius
berdiskusi
kami
kembali
anak yang terpisah dari orang memberikan video namun video kali ini tuanya?
menggambarkan
kisah
nyata
yang
dialami anak asuh kami sehingga orang tua
yang
melihat
bisa
langsung
merasakan bagaimana menderitanya anak apabila terpisah dari orang tua.
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER Nama
: Nurchamdi, Amd
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Jabatan
: Staf Perencanaan dan Pelaporan SDC
Tanggal Wawancara : Bambu Apus, 4 September 2014 No. 1.
Pertanyaan
Jawaban
Apa tujuan kegiatan parenting Banyak dari sebagian anak jalanan yang skill diadakan di SDC?
dieksploitasi oleh orang tuanya, oleh karena itu orang tua perlu diberikan penanganan tersendiri. Di dalam ilmu pekerjaan sosial juga begitu ya bahwa menangani anak harus melibatkan orangorang di sekitarnya terutama orang tua.
2.
Melalui
media
penyampaian
apa Kebanyakan
kami
memberikan
lewat
materi media Ms. Power Point, kalau kami hanya
diberikan? Mengapa memilih memberikan edukasi dengan ceramah atau media tersebut?
tanya jawab kurang efektif karena orang tua cenderung diam saja ketika kami ajak berdiskusi, dengan adanya power point orang tua lebih memperhatikan dan itu salah satu strategi kita.
3.
Apa
tujuan
diberikanya Itu juga merupakan bentuk strategi kita
angket dalam forum diskusi dalam menghadapi orang tua yang pemalu kepada orang tua? 4.
Bagaimana keberhasilan
untuk bicara di depan banyak orang. melihat Keberhasilan kegiatan bisa dilihat dari kegiatan kemandirian
orang
tua
yang
mulai
parenting skill yang diberikan berusaha tidak melibatkan anak dalam SDC?
memenuhi kebutuhan nafkah keluarga.
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER Nama
: Ahmad Suhada, S.Sos
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Jabatan
: Peekerja Sosial SDC
Tanggal Wawancara : Bambu Apus, 29 Agustus 2014 No. 1.
Pertanyaan
Jawaban
Bagaimana memahami sikap Disanalah tugas kami untuk memberikan orang tua anak jalanan yang pemahaman kepada orang tua bahwa cenderung
kurang
terhadap anak?
peduli anak cenderung mengikuti sifat orang tua yang
tidak
menyebabkan
peduli.
Sehingga
akan
ketidakharmonisan
di
dalam keluarga. Untuk itulah kami memberi video agar orang tua khususnya para ibu mengingat kembali bagaimana perjuangan
mereka
dahulu
ketika
mengandung hingga melahirkan dan itu bisa membuat orang tua kembali merasa seperti mereka mengalaminya dahulu. 2.
Bagaimana
cara
mengajak Caranya
dengan
adanya
sosialisasi
orang tua anak jalanan untuk tentang pembinaan untuk anak-anak mengikuti kegiatan parenting mereka. Tapi kami memberikan salah satu syarat
yaitu orang tua harus
mengikuti kegiatan parenting skill untuk
skill?
memaksimalkan hasil yang akan kita capai. 3.
Apa kriteria yang diberikan Penerima SDC kepada orang tua anak keluarga
manfaat anak
pastinya
jalanan
yang
harus tidak
mampu, karena banyak juga anak jalanan
jalanan?
yang asalnya dari golongan ekonomi cukup namun melarikan diri dari rumah dengan berbagai alasan
dan memilih
tinggal dan hidup sebagai anak jalanan. 4.
Bagimana melihat ketepatan Ketepatan sasaran dilihat dari apakah sasaran dan kepuasan penerima penerima manfaat sesuai dengan kriteria manfaat
dalam
parenting skill?
kegiatan yang telah ditentukan dan kepuasan dilihat dari banyaknya respon positif yang diberikan penerima manfaat mulai dari ketepatan waktu hingga keaktifan mereka di dalam forum.
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER Nama
: Hardiyanto, S.Sos
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Jabatan
: Pekerja Sosial SDC
Tanggal Wawancara : Bambu Apus, 5 September 2014 No. 1.
Pertanyaan
Jawaban
Bagaimana memahami sikap Dengan memberikan video dek, video orang tua anak jalanan yang ini akan membuat orang tua lebih sigap cenderung
kurang
terhadap anak?
peduli untuk menjaga anaknya dan sadar akan bahaya yang akan menimpa anak apabila dibiarkan bermain di jalanan tanpa pengawasan orang tua. Dari sana akan timbul perasaan khawatir terhadap anak dan sedikit demi sedikit akan membuat orang tua memperhatikan anak mereka.
2.
Bagaimana
cara
mengajak Dengan memberitahukan bahwa anaknya
orang tua anak jalanan untuk harus
mengalami
perubahan
dan
mengikuti kegiatan parenting perubahan tersebut juga harus dimulai skill? 3.
dari diri sendiri (orang tua).
Apa kriteria yang diberikan Kriteria utama hanya ada 2, yaitu orang SDC kepada orang tua anak tua anak jalanan dan berpenghasilan
jalanan? 4.
Bagimana
rendah. melihat
ketepatan Ketepatan sasaran kegiatan terlihat dari
sasaran dan kepuasan penerima berhasilnya SDC dalam menyeleksi manfaat
dalam
parenting skill?
kegiatan keluarga anak jalanan yang dilihat dari ekonominya dengan cara home visit sedangkan kepuasan sasaran kegiatan terlihat dari antusias para orang tua melakukan sharing dengan pihak SDC mengenai cara mendidik anak dan permasalahan yang sedang dialami.
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER Nama
: AR
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014 No. 1.
Pertanyaan Sudah berapa lama adik
Jawaban Dari tahun kemaren kak.
mendapat pelayanan dari SDC? 2.
Apakah orang tua adik selalu
Iya ikut terus.
mengikuti kegiatan parenting skill? 3.
Adakah perubahan yang terjadi
Ada sih kak, emak kalo abis ngikut
setelah mengikuti kegiatan
acara kumpul-kumpul begitu pulang-
parenting skill? Jika iya
pulang kerumah jadi lebih baik sama
bagaimana?
saya, biasanya mah kan ngomel aja ini mah jadi jarang.
4.
Apakah adik masih suka turun
Kadang-kadang aja kak kalo lagi
ke jalanan?
bosen dirumah kan engga ngapangapain, tapi kadang juga dilarang sama emak.
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER
IDENTITAS NARASUMBER Nama
: WD
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014 No. 1.
Pertanyaan Sudah
berapa
Jawaban
lama
adik 2 tahun.
mendapat pelayanan dari SDC? 2.
Apakah orang tua adik selalu Setau saya ikut terus soalnya kalo mengikuti kegiatan parenting pulangnya suka cerita. skill?
3.
Adakah perubahan yang terjadi jadi baik engga suka nyuruh-nyuruh setelah
mengikuti
parenting
skill?
kegiatan saya, kadang malah saya suka diajak Jika
iya ngobrol ditanya maunya saya apaan.
bagaimana? 4.
Apakah adik masih suka turun Udah engga dibolehin sama bapak kak, ke jalanan?
saya boleh keluar kalo ke rumah singgah sama main aja.
LAMPIRAN 5 TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN
IDENTITAS NARASUMBER Nama
: FA
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014 : Pekarungan-Serang
Alamat No. 1.
Pertanyaan
Jawaban
Adakah kunjungan dari SDC ke Iya ada mbak. Lembaga ini pernah tempat
tinggal
sebelum
menjadi
Ibu/Bapak nyamperin saya ke rumah, nanya tentang penerima gaji, anak, sama kerjaan mbak. Saya
manfaat?
ditawarin biar anak saya ikut program lembaga terus saya juga katanya nanti bakalan dapet manfaat kalo anak saya mau ngikutin program lembaga mbak.
2.
Apakah
materi
yang Ya jelas-jelas aja mbak tapi yang
disampaikan cukup jelas?
namanya ibu-ibu kadang mah suka ngobrol dikit.
3.
Apakah Ibu/Bapak memahami Paham, intinya mah kita dusuruh jagain materi
yang
diberikan anak biar anak engga bandel ke jalanan
penyuluh? Apa yang dipahami? 4.
Apakah bermanfaat?
kegiatan
kan mbak.
ini Adalah mbak manfaatnya kalo engga ada saya juga engga ikutan kali mbak.
5.
Apakah sebelumnya Ibu/Bapak Belum pernah sih mbak. sudah
pernah
informasi
menerima
tentang
kegiatan
parenting skill? 6.
Apa yang Ibu/Bapak rasakan Sedihlah pasti mbak yang namanya ketika
menonton
mengenai
masa
video ngerasain jadi seorang ibu. kehamilan
hingga persalinan? 7.
Apa yang Ibu/Bapak rasakan Sedih tapi kaya di TV ya mbak ada cerita ketika
menonton
video begituan.
mengenai anak yang menderita karena
terpisah
dari
orang
tuanya? 8.
Menurut
Ibu/Bapak
metode
yang
dapat
membantu
apakah Ngebantu mbak
disampaikan dalam
mengasuh anak? 9.
Masalah
apa
yang
anak Anak saya suka pergi-pergian dari siang
Ibu/Bapak alami?
ampe tengah malem, engga tau saya juga tuh kemana yang penting mah ntar dia balik ke rumah.
10.
Apakah Ibu/Bapak menerapkan Saya pake yang dibilang kalo kita harus metode yang diberikan dalam jadi temenya anak mba, sejak saya ikut kegiatan
parenting
skill
di kegiatan ini mbak.
rumah? Sejak kapan? 11.
Setelah mengikuti kegiatan apa Saya lebih sering ngobrol aja sama anak yang Ibu/Bapak lakukan untuk saya jadi nanya-nanya dia tuh kalo pergi menghadapi
permasalahan kemana sih.
anak? 12.
Bagaimana perubahan perilaku Bandel mah masih tapi engga parah anak
setelah
menerapkan
Ibu/bapak amat.
metode
yang
diberikan? 13.
Apakah Ibu/Bapak merasa puas Puas kok mbak. Saya seneng malahan dengan
pelayanan
kegiatan kalo bisa jangan setahun sekali, setahun
parenting skill yang diberikan lima kali juga saya ikut. Udah orangSDC?
orangnya enak terus bisa sambil curhatcurhat gitu deh.
TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN
IDENTITAS NARASUMBER Nama
: KA
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014 Alamat No. 1.
:Serang Timur Pertanyaan
Jawaban
Adakah kunjungan dari SDC ke Iya, pernah. tempat sebelum
tinggal
Ibu/Bapak
menjadi
penerima
manfaat? 2.
Apakah
materi
yang Jelas kok mbak.
disampaikan cukup jelas? 3.
Apakah Ibu/Bapak memahami Ya paham, disuruh jagain anak sama materi yang diberikan penyuluh? harus Apa yang dipahami?
4.
Apakah bermanfaat?
kegiatan
ngerti
maunya
anak
aja
sebenernya ini. ini Banyak mbak yang bisa didapet dari acara ini, bukan cuma ngedengerin ceramah doang tapi bisa saling curhat juga kita sama orang lembaganya, saya jadi ngerti pas diambil kesimpulanya terus saya banyak nanya sama petugaspetugas ternyata anak saya itu modelnya engga mau dikekang makanya malah
ngelawan kalo dibilangin. 5.
Apakah sebelumnya Ibu/Bapak Kalo pake nama parenting skill sih sudah
pernah
informasi
menerima belum mbak orang namanya aja ribet
tentang
kegiatan gitu, tapi kalo begini hampir sama kaya
parenting skill? 6.
belajar ya.
Apa yang Ibu/Bapak rasakan Yaaa begitulah.. kalo cewe lebih ngena ketika
menonton
mengenai
masa
video mbak saya kan cowo jadi dibilang sedih kehamilan mah iya tapi enggak juga.
hingga persalinan? 7.
Apa yang Ibu/Bapak rasakan Jadi mikir mbak, anak saya suka banget ketika
menonton
video yang namanya keluar rumah engga pake
mengenai anak yang menderita izin padahal saya suruh bantuin ibunya karena
terpisah
dari
orang aja dirumah tapi bandel pas abis liat video kaya gini jadi makin mikir kalo
tuanya?
ada apa apa di jalan kan kita juga yang repot. 8.
Menurut
Ibu/Bapak
apakah Bantu sih mbak.
metode yang disampaikan dapat membantu
dalam
mengasuh
anak? 9.
Masalah
apa
Ibu/Bapak alami?
yang
anak Diem-diem anak saya tuh suka ngamen mbak padahal saya nyurhnya bantuin
emaknya aja dirumah eh dia malah ngeluyur. 10.
Apakah Ibu/Bapak menerapkan Pake, tapi emang enggak semua sih, metode yang diberikan dalam dari setaun yang lalu mbak saya pake kegiatan
parenting
skill
di yang memberikan waktu dan toleransi. Gini-gini saya mah suka nemenin anak
rumah? Sejak kapan?
saya cerita-cerita tentang jaman dulu mbak. 11.
Setelah mengikuti kegiatan apa Saya sabar aja kalo anak saya ngelawan yang Ibu/Bapak lakukan untuk berarti ada yang salah sama cara menghadapi
permasalahan ngedidik dia mbak.
anak? 12.
Bagaimana perubahan perilaku Kalo keluar rumah udah enggak ngamen anak
setelah
menerapkan
Ibu/bapak lagi palingan main tapi ya saya tinggal
metode
yang di jalanan jadi anak saya pasti tetep
diberikan? 13.
mainya di jalanan.
Apakah Ibu/Bapak merasa puas Iya mbak. dengan
pelayanan
kegiatan
parenting skill yang diberikan SDC?
TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN
IDENTITAS NARASUMBER Nama
: HO
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014 Alamat No. 1.
: Sentul-Serang Pertanyaan
Jawaban
Adakah kunjungan dari SDC ke Pernah. tempat sebelum
tinggal menjadi
Ibu/Bapak penerima
manfaat? 2.
Apakah
materi
yang Lumayan, pas dikasih tau kewajiban
disampaikan cukup jelas?
orang tua ya kita mah paham mbak kan emang harus begitu tapi ya gimana kalo buat praktekin emang pelan-pelan mba yang penting kita mah mesti lebih perhatian sama anak dulu
3.
Apakah Ibu/Bapak memahami Paham, kalo buat saya kontrol emosi materi yang diberikan penyuluh?
udah itu aja.
Apa yang dipahami? 4.
Apakah kegiatan ini bermanfaat? Bermanfaat mbak.
5.
Apakah sebelumnya Ibu/Bapak Boro-boro sudah
pernah
mbak,
baru
menerima kemaren ini juga saya ikutan.
dari
taun
informasi
tentang
kegiatan
parenting skill? 6.
Apa yang Ibu/Bapak rasakan Sedihlah pasti mbak enggak usah ketika
menonton
mengenai
masa
video ditanya lagi itu mah tadi pada mewek kehamilan begitu mbak.
hingga persalinan? 7.
Apa yang Ibu/Bapak rasakan Ih saya mah engga ngebayangin deh ketika
menonton
video kalo sampe kejadian sama saya.
mengenai anak yang menderita karena
terpisah
dari
orang
tuanya? 8.
Menurut
Ibu/Bapak
apakah Ngebantu banget.
metode yang disampaikan dapat membantu
dalam
mengasuh
anak? 9.
Masalah
apa
yang
anak Dia mah nakal suka banget kelayapan sampe dikejar Satpol PP aja pernah
Ibu/Bapak alami?
mbak. 10.
Apakah Ibu/Bapak menerapkan Iya dari pas saya ngikut ini dari taun metode yang diberikan dalam lalu. kegiatan
parenting
rumah? Sejak kapan?
skill
di
11.
Setelah mengikuti kegiatan apa Kontrol emosi kalo saya mah emang yang Ibu/Bapak lakukan untuk masalahnya ya, saya tuh emosian menghadapi permasalahan anak? orangnya jadi ada apa apa dikit gedeg bawaanya.
12.
Bagaimana perubahan perilaku Kalo sayanya enggak marah-marah anak
setelah
menerapkan
Ibu/bapak anak saya juga jadinya nurutan dikit
metode
yang mbak engga perlu saya pukul dulu baru
diberikan? 13.
jalan, dipanggil dikit juga nengok.
Apakah Ibu/Bapak merasa puas Puas mbak, acara kaya begini bagus dengan
pelayanan
kegiatan
banget buat ibu-ibu kaya kita gini soalnya bikin nambah pinter mba
parenting skill yang diberikan SDC?
maklum aja kita kan engga sekolah. Biar kita makin sayang juga sama anak, abis kadang geregetan kalo bandel rasanya pengen dimarahin aja tapi pas ikut acara begini jadi mikir-mikir mau marahin anak
TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN
IDENTITAS NARASUMBER Nama
: MA
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014 Alamat No. 1.
: Saronggeng-Serang Pertanyaan
Jawaban
Adakah kunjungan dari SDC ke Ada. tempat sebelum
tinggal menjadi
Ibu/Bapak penerima
manfaat? 2.
Apakah
materi
yang Cukup mbak.
disampaikan cukup jelas? 3.
Apakah Ibu/Bapak memahami Iya bisa paham mbak, paham sama materi yang diberikan penyuluh? kewajiban yang harus kita punya mbak. Apa yang dipahami?
4.
Apakah kegiatan ini bermanfaat? Pasti bermanfaat mbak, kalo enggak mah kita enggak dateng.
5.
Apakah sebelumnya Ibu/Bapak Belum mbak. sudah informasi
pernah tentang
menerima kegiatan
parenting skill? 6.
Apa yang Ibu/Bapak rasakan Sedihnya bukan main mbak, saya engga ketika
menonton
mengenai
video bisa ngebayangin kalo ada orang tua
masa
kehamilan yang tega ngebuang anaknya ya mbak,
hingga persalinan?
mendingan hidup susah kaya kita tapi masih usaha ngurus anak ya mbak.
7.
Apa yang Ibu/Bapak rasakan Seru videonya kaya nonton film. ketika
menonton
video
mengenai anak yang menderita karena
terpisah
dari
orang
tuanya? 8.
Menurut
Ibu/Bapak
apakah Bisa mbak bisa ngebantu.
metode yang disampaikan dapat membantu
dalam
mengasuh
anak? 9.
Masalah
apa
yang
Ibu/Bapak alami? 10.
anak Itu bocah ya sukanya ngeluyur mbak, susah banget disuruh diemnya.
Apakah Ibu/Bapak menerapkan Nerapin mbak dari saya dikasih materi metode yang diberikan dalam saya suka nerapin kalo anak saya kegiatan
parenting
rumah? Sejak kapan?
skill
di kambuh bandelnya.
11.
Setelah mengikuti kegiatan apa Saya Tanya terus kalo mau keluaryang Ibu/Bapak lakukan untuk keluaran mbak, saya juga sering nyuruh menghadapi permasalahan anak? mendingan tu anak ke rumah singgah biar pinteran.
12.
Bagaimana perubahan perilaku Mendingan dikit dah, yang namanya anak
setelah
menerapkan
Ibu/bapak anak kan susah ya dibilangin tapi
metode
yang nurutan sih.
diberikan? 13.
Apakah Ibu/Bapak merasa puas Puas mbak, seru ikutan acara kaya gini dengan
pelayanan
kegiatan
kaya belajar gitu jadi inget waktu masih sekolah kan saya mah sekolah sampe
parenting skill yang diberikan SDC?
SD doang jadi pas belajar lagi ngeliat layar
canggih
gitu
seneng
deh
bawaanya, ada cara buat ngurus anak juga biar anak saya ga bandel lagi, saya juga jadi kepikiran kalo anak saya lagi dijalanan, pokoknya seru banget deh mbak
TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN
IDENTITAS NARASUMBER Nama
: SO
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Wawancara : Serang, 11 September 2014 Alamat
: Sempu-Serang
No.
Pertanyaan
1.
Adakah kunjungan dari SDC ke Iya pernah waktu itu mbak. tempat sebelum
Jawaban
tinggal menjadi
Ibu/Bapak penerima
manfaat? 2.
Apakah
materi
yang Cukup mbak.
disampaikan cukup jelas? 3.
Apakah Ibu/Bapak memahami Paham, kalo anak itu ya titipan Tuhan materi yang diberikan penyuluh? jangan disia-siain. Apa yang dipahami?
4.
Apakah kegiatan ini bermanfaat? Bermanfaat kalo kita ngerti mah.
5.
Apakah sebelumnya Ibu/Bapak Belum. sudah informasi
pernah tentang
parenting skill?
menerima kegiatan
6.
Apa yang Ibu/Bapak rasakan jujur saya mah malahan jadi sedih mbak ketika
menonton
mengenai
masa
video ngeliat video tadi jadi langsung inget kehamilan anak saya makanya saya jadi nangis pas
hingga persalinan? 7.
diliatin videonya.
Apa yang Ibu/Bapak rasakan Sama sedihnya mbak tapi sedihan yang ketika
menonton
video video hamil itu.
mengenai anak yang menderita karena
terpisah
dari
orang
tuanya? 8.
Menurut
Ibu/Bapak
apakah Membantu mbak.
metode yang disampaikan dapat membantu
dalam
mengasuh
anak? 9.
Masalah
apa
yang
anak Anak saya mah sebenernya penurut mbak, kayaknya yang bermasalah saya
Ibu/Bapak alami?
deh mbak. 10.
Apakah Ibu/Bapak menerapkan Iya nerapin, tapi belom bisa semuanya metode yang diberikan dalam dikit-dikit aja. kegiatan
parenting
skill
di
rumah? Sejak kapan? 11.
Setelah mengikuti kegiatan apa Nyoba metode yang dikasih yang yang Ibu/Bapak lakukan untuk katanya kita itu jadi contohnya anak
menghadapi permasalahan anak? kita, kalo kita bener ya anak bener tapi kalo kitanya ga bener ya gimana anak mau bener. 12.
Bagaimana perubahan perilaku Kalem-kalem aja anak saya. anak
setelah
menerapkan
Ibu/bapak
metode
yang
diberikan? 13.
Apakah Ibu/Bapak merasa puas Kurang puas soalnya taun lalu saya ga dengan
pelayanan
kegiatan bisa ikutan gara-gara ngaret.
parenting skill yang diberikan SDC?
LAMPIRAN 6 HASIL OBSERVASI Waktu Observasi
: Kamis, 11 September 2014
Tempat Observasi
: LKSA Wanita Bahagia Serang Banten
Waktu 13.00 WIB
Deskripsi Tim parenting skill dari SDC yang terdiri dari wakil ketua SDC, koordinator rehabilitasi sosial, pekerja sosial, dan staf tiba di LKSA Wanita Bahagia Serang Banten.
13.00-15.00 WIB
Kegiatan parenting skill dimulai dengan ditandai dengan pembukaan yang dibuka langsung oleh wakil ketua lembaga SDC, dilanjutkan dengan pemaparan materi yang diberikan oleh pekerja sosial mengenai pemahaman anak kepada orang tua. pada pemaparan pertama terlihat banyak orang tua yang sedikit jenuh dengan pemaparan tersebut, namun tidak semua orang tua merasa jenuh karena materi diberikan dengan media MS. Power Point sehingga lebih menarik untuk dilihat. Dilanjutkan dengan memberikan materi pemahaman mengenai kewajiban orang tua terhadap anak, materi tersebut juga masih diberikan lewat media MS. Power Point. Pada penyampaian materi kali ini, orang tua terlihat lebih bersemangat untuk berinteraksi, ada 3 orang tua yang bertanya kepada penyuluh. Dari pertanyaan tersebut mulai membangun suasana yang tadinya tegang
menjadi lebih cair. Setelah pemberian materi kedua, penyuluh memperlihatkan video mengenai masa kehamilan ibu hingga persalinan. Saat video ini diputar tidak sedikit orang tua yang menitikan air matanya. Selanjutnya diskusi mengenai pola pengasuhan anak yang baik. Pada sesi ini, tidak hanya diisi melalui diskusi melainkan juga pengisian angket yang berisikan tentang kendala yang dihadapi serta harapan orang tua. orang tua yang tidak bisa membaca serta menulis dibantu oleh petugas untuk mengisi angket tersebut. Diskusi ini berjalan penuh dengan antusias orang tua yang bersahut-sahutan ketika berkomentar ataupun bertanya sehingga suasana menjadi ramai. Dan kegiatan terakhir diisi oleh video dukomenter yang berisi tentang kisah nyata anak jalanan yang terpisah oleh orang tuanya sehingga menderita dan dibantu oleh SDC untuk bertemu dengan orang tuanya. Video ini berhasil membuat orang tua yang menonton memberikan tepuk tanganya kepada SDC. 15.00-15.30 WIB
Kegiatan ditutup dengan bersalaman dan ditutup langsung oleh wakil ketua lembaga SDC.
15.30.16.00 WIB
SDC masih menerima orang tua yang ingin bertanya mengenai permasalahan yang ada pada anak maupun pada diri mereka sendiri namun malu untuk mengatakanya di dalam forum.
HASIL OBSERVASI
Waktu Observasi
: Senin, 23 Juni 2014
Tempat Observasi
: Posyandu Beringin Serang Banten
Waktu 11.00-15.00
Deskripsi SDC mendatangi Posyandu Beringin yang sebelumnya telah bekerja sama dengan stickholder setempat untuk mendatangi langsung lokasi dimana terdapat banyak keluarga anak jalanan yang bermukin di sana. Dengan bantuan stickholder orang tua berdatangan ke posyandu untuk diberikan pengarahan beserta penawaran agar anak mereka mendapakan pelayanan sosial dari SDC dan berhenti turun ke jalanan. Pengisian formulir dimulai dilanjutkan dengan assesmen awal kepada orang tua serta anak mereka. Suasana disana ramai dan agak sulit diatur karena banyaknya warga yang hanya ingin menonton pengisian formulir tersebut sehingga membuat suasana ramai.
HASIL OBSERVASI
Waktu Observasi
: Senin, 15 September 2014
Tempat Observasi
: Serang Banten
Waktu 10.00-16.00
Deskripsi Tim parenting skill dari SDC mendatangi rumah serta tempat dimana anak dan orang tua anak jalanan sering berada di daerah tersebut. Tim parenting skill melakukan kegiatan home visit untuk menyocokan data yang didapat ketika assesmen dengan keadaan yang sebenarnya. Kedatangan tim parenting skill dari SDC tidak diketahui oleh calon penerima manfaat. Bahkan calon penerima manfaat sampai ada yang kaget dengan kedatangan tim parenting skill dari SDC. Dari rumah ke rumah hingga jalanan didatangi oleh tim parenting skill lalu melakukan wawancara kecil mengenai kabar dan maksud kedatangan tim parenting skill SDC mendatangi kediaman calon penerima manfaat. Suasana pada hari itu cukup panas dan tidak terlalu ramai. Tim parenting skill memakai baju bebas bukan dengan seragam bati ataupun kementrian sosial sehingga tidak mencolok dan menarik perhatian warga setempat.
LAMPIRAN 7 LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN
1. Materi kegiatan parenting skill
Melahirkan
Keimanan
Mengasuh
Akhlak
Membesarkan
Jasmaniah
Mendewasakan dengan norma dan nilai yang berlaku
Intelektual
Menjadi orang tua responsif . Respon orang tua sangat penting bagi seorang anak. Berikan mereka apresiasi terhadap hal-hal yang telah mereka lakukan. Ini akan membuat kedekatan hubungan orang tua dan anak meningkat.
Mampu meningkatkan kepercayaan diri anak. Anak dengan harga diri tinggi biasanya lebih berbahagia dan lebih percaya diri. orang tua harus selalu terlibat dalam kehidupan anak untuk menunjukkan betapa berharganya mereka. Mampu menepati janji. Sembari menemani pertumbuhan anak, orang tua harus selalu memegang anji-janji yang diucapkannya yang menjadi pondasi kepercayaan yang kokoh antara orang tua dan anak juga mengajarkan anak untuk selalu menepati janji mereka dan bertindak jujur
HAK HIDUP Hak hidup itu hak asasi yang paling dasar bagi seluruh manusia, tidak boleh ada kesewenang-wenangan yang menentukan hidup atau matinya seseorang. Anak sejak di dalam kandungan sudah dilindungi haknya utk tetap hidup dan lahir di dunia
2. Asesmen calon penerima manfaat
3. Kegiatan parenting skill
4. Penandatanganan kontrak pelayanan
5. Home visit
6. Wawancara dengan Koor Rehabilitasi Sosial SDC