EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI BERBASIS MINYAK JARAK PAGAR, CENGKEH, DAN SERAIWANGI TERHADAP MORTALITAS Nilaparvata lugens Stahl.
EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI BERBASIS MINYAK JARAK PAGAR, CENGKEH, DAN SERAIWANGI TERHADAP MORTALITAS Nilaparvata lugens Stahl. Wiratno Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Jl. Tentara Pelajar No. 1, Bogor
ABSTRAK Penelitian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Bioteknologi Pertanian dari bulan Februari hingga Maret 2011. Penelitian bertujuan mengkaji potensi pestisida nabati berbasis minyak jarak pagar, cengkeh dan seraiwangi untuk mengendalikan wereng batang cokelat, Nilaparvata lugens. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 10 perlakuan dan tiga ulangan. Setiap perlakuan diujikan kepada 10 ekor imago N. lugens betina yang dipelihara pada tanaman padi varietas Ciherang berumur 1 bulan yang ditanam di dalam pot pemeliharaan berukuran diameter 15 cm dan tinggi 20 cm. Pestisida nabati diformulasikan dengan melarutkan 30 % minyak (v/v) di dalam 60% pelarut IPA (v/v) selanjutnya ditambahkan 5% Alkil Gliserol Ftalat 750 gr/l (v/v), dan 5% teepol 80 (v/v) kemudian campuran diaduk sehingga semua bahan terlarut sempurna. Perlakuan dilaksanakan dengan menyemprotkan setiap 1 ml larutan uji ke bagian pangkal batang tanaman padi sampai dengan ketinggian 10 cm di atas permukaan tanah tempat serangga hinggap dan berdiam diri. Konsentrasi uji adalah 1, 3, dan 9 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga minyak yang diuji mempunyai tingkat toksisitas yang tidak berbeda nyata satu dengan lainnya, tetapi berbeda nyata terhadap kontrol. Pada konsentrasi uji 1 %, minyak jarak pagar, cengkeh dan seraiwangi efektif membunuh serangga uji dengan persentase kematian pada hari ke-4 setelah aplikasi masing-masing sebesar 97, 100, dan 97%, sedangkan mortalitas serangga uji pada perlakuan kontrol sebesar 10%. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa minyak jarak pagar, cengkeh dan seraiwangi berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan aktif pestisida nabati untuk mengendalikan N. lugens. Kata kunci: Cengkeh, Nilaparvata lugens, pestisida nabati, seraiwangi, toksisitas.
jarak pagar,
19
Wiratno, Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011
PENDAHULUAN Pemanfaatan pestisida nabati dalam pengendalian hama telah lama dilakukan
terutama pada negara-negara
yang
telah
mengenal
dan
memanfaatkan herbal dalam kehidupannya sehari-hari (Yang dan Tang 1988). Hingga kini cara kerja bahan tanaman yang satu dengan yang lainnya diketahui sangat berbeda dan masih kurang dipahami para ilmuwan, namun karena potensinya yang besar maka akhir-akhir ini pestisida berbahan baku asal tanaman semakin banyak dipertimbangkan untuk dipergunakan khususnya dalam strategi pengelolaan hama (Regnault_Roger 1997). Pestisida nabati pada dasarnya memanfaatkan senyawa sekunder tumbuhan sebagai bahan aktifnya. Senyawa ini berfungsi sebagai penolak, penarik, dan pembunuh hama serta sebagai penghambat nafsu makan hama. Penggunaan bahan-bahan tanaman yang telah diketahui memiliki sifat tersebut di atas khususnya sebagai bahan aktif pestisida nabati diharapkan mampu mensubstitusi penggunaan pestisida sintetis sehingga residu bahan kimia sintetis pada berbagai produk pertanian yang diketahui membawa berbagai efek negatif bagi alam dan kehidupan di sekitarnya dapat ditekan serendah mungkin. Beberapa contoh senyawa sekunder tanaman yang digolongkan bersifat menolak serangga adalah geraniol dan sitronelal yang dikandung dalam minyak seraiwangi (Andropogon nardus). Ke dua senyawa ini dilaporkan mampu menolak berbagai jenis nyamuk penghisap darah manusia. Senyawa eugenol yang terkandung dalam minyak cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dilaporkan mampu menolak hama yang menyerang jagung di dalam tempat penyimpanan, Sitophyllus zeamais Motsch (Ho et al. 1994), tungau yang menyerang ternak, Dermanyssus
gallinae (De Geer) (Kim et al. 2004), dan parasit pada sapi, Iodes ricinus (L) (Thorsell et al. 2006). Senyawa sekunder tanaman yang bersifat menarik serangga adalah metyl eugenol yang terkandung di dalam minyak tanaman melaleuca (Melaleuca brachteata). Senyawa sekunder ini telah diteliti oleh para ahli ternyata bersifat repelen yaitu mampu menarik lalat buah (Dacus dorsalis) 20
EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI BERBASIS MINYAK JARAK PAGAR, CENGKEH, DAN SERAIWANGI TERHADAP MORTALITAS Nilaparvata lugens Stahl.
jantan. Hama ini dilaporkan menyerang berbagai jenis tanaman buahbuahan seperti jambu air, jambu batu, nangka, belimbing, dan mangga (Wiratno 2011). Senyawa sekunder yang bersifat membunuh serangga adalah nikotin yang terkandung di dalam tanaman tembakau (Nicotiana tabacum). Senyawa ini efektif membunuh Clavigralla tomentoscollis (Stat) dan
Riptortus dentipes (Fab.) (Opolot et al. 2006). Senyawa sekunder lainnya adalah
pyrethrin
yang
dikandung
di
dalam
tanaman
pyrethrum,
Chrysantenum ceanacerarum. Senyawa ini telah terbukti efektif membunuh beberapa hama gudang seperti Sitophilus granarius (L) (Biebel et al. 2003), Rhyzopherta dominica (F) (Athanassiou dan Kavallieratos 2005) dan Tribolium confusum (DuVal) (Vayias et al. 2006). Senyawa azadirachtin dari tanaman nimba, (Azadirachta indica A Juss) efektif menghambat makan larva dari ordo Lepidoptera (Nathan et al. 2006). Mengingat besarnya peran senyawa sekunder dalam menekan dan mengendalikan serangan hama telah dilakukan bioassay untuk mengetahui toksisitas minyak jarak pagar, cengkeh dan seraiwangi terhadap wereng batang cokelat, Nilaparvata lugens Stahl, yang merupakan salah satu hama utama pada tanaman padi. Pemilihan N. lugens sebagai serangga sasaran karena populasi hama ini di beberapa daerah di Indonesia seringkali outbreak sehingga menyebabkan petani gagal panen. Selain dari pada itu dan yang tidak kalah pentingnya adalah substitusi penggunaan pestisida sintetis dengan pestisida nabati pada pertanaman padi diharapkan mampu menekan tingkat paparan pestisida dan residunya pada diri petani dan konsumen sehingga kesehatan generasi saat ini dan masa mendatang dapat lebih terjamin mengingat beras adalah salah satu komoditas utama yang paling banyak dikonsumsi oleh rakyat Indonesia. Selanjutnya dalam jangka panjang substitusi ini secara tidak langsung membantu upaya konservasi berbagai organisme yang hidup pada ekosistem persawahan. Dengan demikian keseimbangan alami antara OPT dengan musuh alaminya dapat 21
Wiratno, Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011
tercipta kembali dimana pada akhirnya penggunaan pestisida pada tanaman padi secara bertahap dapat dikurangi sedikit demi sedikit sehingga dapat mencapai titik yang aman bagi kehidupan di sekitarnya.
METODOLOGI Penelitian telah dilakukan di Rumah Kasa Balai Besar Bioteknologi Pertanian dari bulan Februari hingga Maret 2011. Bahan penelitian yang dipergunakan sebagai sumber senyawa sekunder tanaman yang berfungsi sebagai bahan aktif pestisida nabati adalah minyak jarak pagar (Jatropha
curcas L.), cengkeh (S. aromaticum) dan seraiwangi (A. nardus). Serangga uji yang dipergunakan dalam penelitian adalah wereng batang cokelat,
Nilaparvata lugens Stahl hasil pembiakan di rumah kasa. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan. Setiap perlakuan diujikan kepada 10 ekor imago N. lugens betina yang dipelihara pada tanaman padi varietas Ciherang berumur 1 bulan yang ditanam di dalam pot pemeliharaan berukuran diameter 15 cm dan tinggi 20 cm. Pestisida nabati diformulasikan dengan melarutkan 30 % minyak (v/v) di dalam 60% pelarut IPA (v/v) selanjutnya ditambahkan 5% Alkil Gliserol Ftalat 750 gr/l (v/v), dan 5% teepol 80 (v/v) kemudian campuran diaduk sehingga semua bahan terlarut sempurna. Konsentrasi yang diuji adalah 0, 1, 3, dan 9 % diperoleh dengan cara melarutkan formula pestisida nabati di dalam air. Perlakuan dilaksanakan dengan menyemprotkan 1 ml larutan uji ke bagian pangkal batang tanaman padi sampai dengan ketinggian 10 cm di atas permukaan tanah tempat serangga uji hinggap dan berdiam diri. Pada perlakuan control serangga uji hanya diaplikasikan dengan air. Data hasil pengamatan selanjutnya dianalisa dengan uji Duncan dengan ketelitian 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamamatan menunjukkan bahwa secara umum ketiga minyak nabati yang diuji terbukti mampu membunuh wereng batang cokelat, N. lugens, dengan tingkat keefektifan yang cukup tinggi. Kematian serangga uji mulai terjadi sejak 1 jam setelah aplikasi (JSA) dan semakin meningkat 22
pada
pengamatan-pengamatan
berikutnya.
Pada
tingkat
EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI BERBASIS MINYAK JARAK PAGAR, CENGKEH, DAN SERAIWANGI TERHADAP MORTALITAS Nilaparvata lugens Stahl.
konsentrasi uji yang terendah yaitu pada tingkat konsentrasi 1%, mortalitas wereng pada akhir pengamatan berkisar antara 93-100% dan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Pengamatan pada satu JSA menunjukkan bahwa pada konsentrasi 1% minyak seraiwangi menunjukkan toksisitas yang lebih tinggi tapi tidak berbeda nyata dengan minyak cengkeh dan berbeda nyata dengan jarak pagar. Kematian serangga uji pada ke tiga minyak tersebut berturut-turut pada perlakuan minyak seraiwangi, cengkeh, dan jarak pagar adalah 80, 70, dan 10%. Pada 24 JSA kematian serangga uji terlihat semakin meningkat dimana pada konsentrasi yang sama kematian serangga uji menjadi 90, 87, dan 80%. Pada pengamatan tersebut kematian serangga uji tidak berbeda nyata antar satu dengan perlakuan lainnya tetapi berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Pada 48 dan 72 JSA terlihat bahwa toksisitas ke tiga minyak yang diuji berbeda tidak nyata antar satu dengan lainnya yaitu sangat efektif mengendalikan N. lugens. Mortalitas serangga uji pada 72 JSA serta pada konsentrasi 1% pada perlakuan minyak seraiwangi adalah 97%, minyak cengkeh adalah 100%, dan minyak jarak pagar adalah 97%, sedang mortalitas pada perlakuan kontrol adalah 10% (Tabel 1). Tanaman
cengkeh
diketahui
mengandung
beberapa
macam
senyawa volatil, termasuk eugenol, eugenol asetat serta metil eugenol (Asman et al. 1997). Eugenol bersifat mudah menguap (Ketaren 1985). Kandungan eugenol dalam minyak cengkeh berkisar antara 70-90% dan merupakan cairan tak berwarna atau kuning pucat, bila kena cahaya matahari berubah menjadi cokelat hitam yang berbau spesifik (Bulan 2004). Eugenol asetat dan metil eugenol juga terdapat dalam minyak bunga, daun dan gagang cengkeh tetapi dalam jumlah yang sangat kecil (Ketaren 1985). Produk pestisida nabati berbahan aktif
minyak cengkeh dapat
berperan sebagai fungisida (Tombe 1999), bakterisida, nematisida dan insektisida (Darwis dan Bariyah 2006). Tombe (1999) melaporkan pada tanaman panili, senyawa eugenol efektif untuk mengendalikan jamur 23
Wiratno, Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011
pathogen tanaman panili, Fusarium oxysporum f. sp. Vanillae (Fov). Sebagai bakterisida eugenol efektif mengendalikan Bacillus subtilis, Staphyloccus
aureus, Eacheria coli berturut-turut pada tanaman jahe, nilam dan kentang (Hartati et al. 1994). Sebagai nematisida minyak cengkeh efektif mengendalikan nematoda penyebab puru akar, Melodogyne incognita, dan nematode penyebab penyakit kuning pada anaman lada, Radopholus similis, (Asman et al. 1997). Sebagai insektisida, minyak cengkeh efektif mengendalikan Stegobium paniceum (Wiratno et al. 1993). Table 1. Kematian (%) N. lugens dengan minyak jarak pagar, cengkeh, dan seraiwangi pada berbagai konsentrasi dan waktu pengamatan (jam) setelah aplikasi. Minyak nabati Kontrol/ air Minyak seraiwangi
Minyak cengkeh
Konsentrasi uji (%) 0 1 3
1 0 e 80 ab 73 b
9 1 3
93 a 70 b 57 b
Jam setelah aplikasi (JSA) 24 48 72 0c 7 c 10 c 90 a 97 a 97 ab 87 a 97 a 97 ab 97 a 87 a 80 a
100 a 97 ab 83 b
100 a 100 a 100 a
9 73 b 87 a 97 ab 100 ab 1 10 d 80 a 93 b 97 ab Minyak jarak 3 53 c 63 b 83 b 93 b pagar 9 73 b 90 a 97 ab 100 a Catatan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf 5%.
Minyak seraiwangi mengandung berbagai minyak atsiri diantaranya senyawa sitronellal sekitar 32-45%, geraniol 10-12%, sitronellol 11-15%, geranil asetat 2-4% dan sedikit mengandung seskuiterpen serta senyawa lainnya. Komponen utama minyak seraiwangi adalah sitronellal dan geraniol yang masing-masing mempunyai aroma yang khas dan melebihi keharuman minyak serai sendiri (Daswir dan Indra, 2006). Sitronelal dan geraniol bersifat insektisidal sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati . Menurut Nasrun dan Nuryani (2007), berdasarkan hasil penelitian, kedua komponen tersebut mempunyai sifat antibakteri dan antifungal yang sangat kuat. Sitronelal dapat menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum f. sp.
vanillae penyebab penyakit busuk batang panili dan F .oxysporum f. sp. 24
EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI BERBASIS MINYAK JARAK PAGAR, CENGKEH, DAN SERAIWANGI TERHADAP MORTALITAS Nilaparvata lugens Stahl.
lycopersici penyebab penyakit layu fusarium pada tomat. Pengujian secara in planta di rumah kaca menunjukkan bahwa sitronelal dapat mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman tomat. Hasil pengujian formula sitronelal secara in vitro menunjukkan formula ini dapat menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. lycopersici. Begitu pula hasil pengujian komponen sitronelal dan geraniol terhadap R. olanacearum penyebab penyakit layu bakteri nilam secara in vitro, menunjukkan bahwa kedua komponen tersebut dapat menghambat pertumbuhan koloni R.
solanacearum. Minyak sitronelal yang terdapat pada tanaman tanaman seraiwnagi juga telah diteliti memiliki khasiat sebagai insektisida dan digunakan untuk mengendalikan nyamuk (Kardinan 2005). Pemanfaatan pestisida nabati mempunyai beberapa keuntungan yang sekaligus menjadi kelemahannya. Salah satu di antaranya adalah bahan aktif pestisida nabati cepat terurai sehingga residunya relatif tidak mencemari lingkungan dan produk pertanian relatif aman dikonsumsi walaupun sesaat sebelum panen petani masih melakukan tindakan pengendalian OPT. Namun demikian karena sifatnya yang mudah terurai maka untuk mendapatkan hasil yang optimal pestisida nabati harus diaplikasikan lebih intensif dari pestisida sintetis. Keuntungan lainnya bahwa toksisitas pestisida nabati relatif rendah sehingga aman bagi hewan ternak pelihaaan, serangga berguna seperti parasit dan predator, petani pekerja dan konsumen. Karena sifatnya yang demikian maka pestisida nabati jarang yang memiliki knock down effect seperti apa yang ada pada pestisida sintetis. Kenyataan ini kadangkala menurunkan tingkat kepercayaan petani terhadap keampuhan pestisida nabati dalam mengedandalikan OPT di pertanamannya. Keuntungan lainnya yang tidak kalah pentingnya di antaranya adalah pembuatan pestisida nabati relatif mudah. Namun kondisi ini terkendala oleh ketersediaan bahan baku yang sangat terbatas sehingga produksi massal masih sulit dilakukan. Oleh karena itu, pemanfaatan 25
Wiratno, Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011
pestisida nabati dalam skala rumah tangga/ ditingkat petani harus digalakkan secara terus menerus khususnya guna mendukung program pemerintah menuju pertanian yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA Riyadhi A. 2008. Identifikasi senyawa aktif minyak jarak pagar Jatropha curcas sebagai larvasida nabati vector demam berdarah Dengue. Jurnal Ilmiah Indonesia. 1: 69-79. Kode panggil 540.5 Val. Tersedia: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12086979.pdf, Diakses: 26 Oktober 2011. Adebowale, K.O. dan C.O. Adedire. 2006. Chemical composition and insecticidal properties of the underutilized Jatropha curcas seed oil. African Journal of Biotechnology 5: 901-906. Asman, A., Mesak T. dan D. Manohara. 1997. Peluang Penggunaan Produk Cengkeh Sebagai Pestisida Nabati. Jurnal Monograf Cengkeh. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat: Bogor. Hal 90. Athanassiou, C.G. dan N.G. Kavallieratos. 2005. Insecticidal effect and adherence of PyriSec(R) in different grain commodities. Crop Protection 24: 703-710. Biebel, R. E. Rametzhofer, H. Klapal, D. Polheim dan H. Viernstein. 2003. Action of pyrethrum-based formulations against grain weevils. International Journal of Pharmaceutics 256: 175-181. Bulan, R. 2004. Reaksi asetilasi eugenol dan oksidasi metil iso eugenol. Terdapat: www.library.usu.ac.id. Diakses: 30 Agustus 2011. Hal 2-5. Darwis, M. dan Bariyah B., 2006. Pengaruh Beberapa Konsentrasi Eugenol Terhadap Mortalitas Larva Exopholis hypoleuca. Prosiding Seminar Nasional Pestisida Nabati III-Bogor, 21 Juli 2005. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat: Bogor. Hal. 275-276. Daswir, dan Indra K., 2006. Pengembangan Tanaman Serai Wangi di Sawah Lunto Sumatera Barat (Andropogon nardus Java de JONE). Jurnal Pengembangan Teknologi Tanaman Obat dan Rempah Vol. XVIII No. 1. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik: Bogor. Hal 1215. Hartati, S.Y., M.A. Ester, A. Asman dan K. Murni, 1994. Efikasi eugenol minyak dan serbuk cengkeh terhadap bakteri Pseudomonas solanacearum. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati Bogor, 1-2 Desember 1993: Bogor. Hal 530-536. 26
EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI BERBASIS MINYAK JARAK PAGAR, CENGKEH, DAN SERAIWANGI TERHADAP MORTALITAS Nilaparvata lugens Stahl.
Ho, S.H., L.P.L. Cheng, K.Y. Sim dan H.T.W. Tan. 1994. Potential of cloves (Syzygium aromaticum L.) Merr. and Perry as a grain protectant against Tribolium castaneum (Herbst) and Sitophilus zeamais Motsch. Postharvest Biology and Technology 4: 179-183. Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Agromedia Pustaka: Jakarta. Hal 1-5. Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. PN. Balai Pustaka: Jakarta. Hal 425-427. Kim, S.I., J.H. Yi, J.H. Tak dan Y.J. Ahn. 2004. Acaricidal activity of plant essential oils against D ermanyssus gallinae (Acari: Dermanyssidae). Veterinary Parasitology 120: 297-304. Mahon M.P. dan AGus. P., (2004). Major Crops affected by Phytophthora, ACIAR Monograph 114. Available: http://www.aciar.gov.au/web.nsf/att/JFRN-6BN9E3/$file/mn114part2.pdf. Last cited: July 16th, 2007. Mustika, I. dan A.S. Rachmat. 1994, Efikasi produk cengkeh and tanaman lain penghasil bahan aktif pestisida nabati terhadap nematoda pada tanaman lada, Konferensi hasil-hasil penelitian dalam rangka memanfaatkan pestisida nabati, Bogor, Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. Nasrun dan Y. Nuryani. 2007. Penyakit Layu Bakteri Pada Nilam dan Strategi Pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian 26: 1-5. Nathan, S.S., K. Kalaivani. K. Sehoon. dan K. Murugan. 2006. The toxicity and behavioural effects of neem limonoids on Cnaphalocrocis medinalis (Guenee), the rice leaffolder. Chemosphere 62: 13811387. Opolot, H.N., A. Agona, S. Kyamanywa, G.N. Mbata dan E. Adipala. 2006. Integrated field management of cowpea pests using selected synthetic and botanical pesticides. Crop Protection 25: 1145-1152. Regnault_Roger, C., 1997. The potential of botanical essential oils for insect pest control Integrated Pest Management Reviews 2: 25-34. Thorsell, W., A. Mikiver. dan H. Tunon. 2006. Repelling properties of some plant materials on the tick Ixodes ricinus L. Phytomedicine 13: 132134. 27
Wiratno, Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011
Tombe, M., Sukamto, Zulhisnain dan T. Efi. 1999. Pengaruh Produk Cengkeh Terhadap Populasi Mikroba Tanah dan Intensitas Serangan Fusarium oxysporum f. sp. Vanillae. Prosiding Forum Komunikai Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati Bogor, 9-10 Nopember 1999. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah: Bogor. Hal 452-453. Wiratno., Siswanto dan A.W. Ellyda. 1993. Penelitian Pendahuluan Pengaruh Eugenol Terhadap Serangga Dewasa Araecerus fasciculatus. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pesticida Nabati. Bogor, 1-2 Desember 1993. Balittro: Bogor. Hal. 293-297. Vayias, B.J., Athanassiou, C.G. dan C.T. Buchelos. 2006. Evaluation of three diatomaceous earth and one natural pyrethrum formulations against pupae of Tribolium confusum DuVal (Coleoptera: Tenebrionidae) on wheat and flour. Crop Protection 25: 766-772. Yang, R.Z. dan C.S. Tang. 1988. Plants used for pest control in China: a literature review. Economic Botany 42: 376-406. Pertanyaan/komentar: Luluk S. (Univ. Mercu Buana) T: Bagaimana dengan status wereng cokelat yang digunakan, konsentrasi dan interfal aplikasi ? Pada penelitian menggunakan Lophobaris, aplikasi dilakukan pada thorak yang mana ? J: Wereng yang digunakan imago umur tiga hari, dengan aplikasi sebanyak lima kali dengan konsentrasi 0,8 ml/l. Aplikasi dilakukan pada thorak dekat kepala. Kurnia (Balitkabi) T: Apa yang akan dilakukan terkait dengan kelompok Coleoptera ? J: Akan dicari formula dengan pelarut yang dapat menembus kutikula. E. Karmawati (Puslitbangbun) T: Biotipe dari wereng yang digunakan ? J: Biotipe belum dijadikan acuan pengujian, untuk sementara keseragaman wereng yang dipentingkan. Yuslina (Kementan) T: Apakah IPA dan Tween dapat digunakan dalam formulasi ? J: IPA untuk pelarut (solvent) dan Tween untuk pengemulsi 28