Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 27
EFEKTIFITAS Candida, sp SEBAGAI IMUNOSTIMULAN PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepenus) TERHADAP INFEKSI Aeromonas hidrophylla Faisol Mas„ud *) *)
Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Islam Lamongan
Abstract The aim of the study was to know efectivity by using Candida sp. in feed as imunostimulant that affected toward leucocyte total (neutrophyl, monocyte and lymphocyte), differential counting leucocyte and survival rate of African catfish (Clarias gariepenus) that was infected by Aeromonas hydropila. Data of leucocyte total counting (neutrophyl, monocyte and lymphocyte) and differential counting of leucocyte were analyzed by Anava and followed by Duncan tests. The result showed that the highest leucocyte total was D treatment 19.103,00 ± 829,961 cell/ml. The highest neutrophyl total was D treatment 44,5 ± 2,50 %. The lowest one was F treatment 39,75 ± 0,95 %. The highest lymphocyte was D treatment 41,25 %. The lowest one was F treatment 33,75 %. The highest monocyte was F treatment 21,25 ± 3,30 %. The lowest one was D treatment 6,00 ± 2,82 %. Candida sp. could affected toward survival rate. The highest survival rate was D treatment 100% and the lowest one was B treatment 50%.Candida sp. could affected toward survival rate. The highest survival rate was D treatment 100% and the lowest one was B treatment 50%. Key words: African catfish (Clarias gariepenus), Candida sp, Aeromonas hydrophila and haematological test I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan salah satu penyakit yang dapat menyerang semua ikan air tawar dan umumnya menyerang pada jenis catfish salah satunya adalah ikan lele (Clarias gariepenus). Bakteri ini termasuk bakteri fakultatif anaerob, yaitu bakteri yang dapat hidup dengan atau tanpa adanya oksigen dan banyak ditemukan pada insang, kulit, hati dan ginjal. Ada juga yang berpendapat bakteri ini dapat hidup pada saluran pencernaan (Kabata, 1985). Dampak fatal yang diakibatkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila khususnya pada ikan lele menyebabkan perlunya dilakukan penelitian mengenai suatu bahan alami yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan. Salah satu bahan yang mempu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan yaitu Candida sp. Zhenming et al. (2006) menyatakan bahwa Candida sp. mengandung vitamin B kompleks serta mineral yang bermanfaat sebagai imunostimulan. Candida sp. mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan yang tahan terhadap penyakit khususnya respon imun seluler. Fungsi respon imun seluler dari reseptor ikan lele diperankan oleh beberapa parameter sel imun untuk menghasilkan respon yang terbentuk. MHC (Major Histocompatibility Complex) merupakan salah satu molekul yang berperan penting dalam sistem imun ikan. Antigen jika masuk di dalam sel inang atau tubuh ikan maka antigen tersebut akan dipresentasikan oleh MHC, antigen akan ditangkap oleh reseptor pada sel T helper (2), dan sel T helper (2) akan mensekresikan sitokin yaitu IL-2, IL- 4, dan IL-6 yang bertujuan untuk diferensiasi dan proliferasi sel B, diferensiasi sel B akan menghasilkan sel plasma dan sel memori. Selanjutnya sel plasma akan mensintesis antibodi yang spesifik yang akan mengikat antigen sehingga mencegah pergerakan antigen, dan memudahkan proses fagositosis (Baratawidjaja, 2004). Berdasarkan kondisi tersebut, salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan lele dumbo adalah dengan imunostimulan. Salah satu kemampuan imunostimulan adalah dapat meningkatkan ketahanan tubuh non spesifik yaitu dengan meningkatnya sel-sel fagositosis. Sel–sel fagositosis ini berfungsi melakukan fagositosis terhadap benda-benda asing yang masuk ketubuh inang. Mekanisme kerja imunostimulan adalah apabila imunostimulan masuk ke dalam tubuh maka imunostimulan akan merangsang makrofag untuk memproduksi interleukin yang akan menggiatkan sel limfosit yang kemudian membelah menjadi limfosit T dan limfosit B. Selanjutnya limfosit T akan memproduksi interferon yang mampu membangkitkan kembali makrofag, sehingga dapat memfagosit bakteri, virus, dan partikel asing lainnya yang masuk kedalam tubuh (Raa,2000) Darah sangat bermanfaat sebagai alat diagnostik di dalam menetapkan status kesehatan ikan. Salah satu aspek dari infeksi adalah terjadinya perubahan gambaran darah. Darah mengalami perubahan yang serius khususnya apabila terkena penyakit infeksi. Pemeriksaan darah dapat digunakan sebagai indikator keparahan suatu penyakit tertentu. Beberapa parameter yang dapat memperlihatkan perubahan patologi pada darah adalah kadar hematrokit, hemaglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih (Bastiawan dkk., 2001). Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh pemberian Candida sp. sebagai immunostimulan nonspesifik dalam pakan dengan konsentrasi yang berbeda terhadap jumlah leukosit (neutrofil, monosit, dan limfosit) pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) yang di infeksi Aeromonas hydrophila dan mengetahui pengaruh perbedaan pemberian konsentrasi Candida sp. sebagai immunostimulan non-spesifik dalam pakan terhadap Survival Rate ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) yang di infeksi Aeromonas hydrophila.
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 28
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya selama 21 hari pada tanggal 20 September sampai 10 Oktober 2012 dan di Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada tanggal 10 - 13 Oktober 2012 untuk uji hematologi. Materi Penelitian Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain adalah ikan lele dumbo ukuran 15-17 cm yang berasal dari Balai Benih Ikan (BBI) Karanggeneng di Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan, Candida sp. isolasi, Pakan ikan komersilmerk comfeed dengan kandungan protein 30 – 32 %, Trisodium Sitrat 10 ml, Creasy Blue 31,3g, Aquades, kadar air 10%-12%, kapas, tisu, alcohol 70 %, darah ikan lele dumbo, es, EDTA dan larutan dacine. Peralatan Peralat yang digunakan adalah Akuarium, Spuit 0,5ml, object glass, mokroskop binocular olympus model CX21FSI dengan nomor seri : 8FI2309, hand tally counter, pinset, aerator Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dimana semua dikondisikan sama kecuali perlakuan (Kusriningrum, 2008). Perlakuan yang digunakan sebanyak 6 (enam) perlakuan dengan empat kali ulangan. Pemberian pakan dengan perlakuan dilakukan selama 3 minggu, pada minggu ke-3 dilakukan uji hematologi. Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan dosis Candida sp., dimana perbedaan dosis tersebut adalah sebagai berikut : A = pakan (Kontrol negatif) B = pakan + infeksi Aeromonas hydrophyla (Kontrol positif) C = pakan + 3% Candida sp./kg pakan + infeksi Aeromonas hydrophyla D = pakan + 5% Candida sp./kg pakan + infeksi Aeromonas hydrophyla E = pakan + 7% Candida sp./kg pakan + infeksi Aeromonas hydrophyla F = pakan + 9 % Candida sp./kg pakan + infeksi Aeromonas hydrophyla Persiapan Ikan Bandeng Gelondongan ikan bandeng sebanyak 250 ekor berasal dari tambak di Desa Duduk Sampean, Kecamatan Duduk, Kabupaten Gresik. Gelondongan ini kemudian diadaptasikan di laboratorium selama 7 hari dalam bak adaptasi yang diisi 900l air bersalinitas 10 ppt. Air media yang digunakan untuk adaptasi di laboratorium berasal air laut dengan salinitas 30 ppt yang diencerkan dengan air tawar sampai salinitas 10 ppt. Sebelum digunakan air media adaptasi diaerasi selama 1 hari sehingga kelarutan oksigennya jenuh. Kemudian gelondongan ikan bandeng dimasukkan ke dalam bak adaptasi. Pemberian pakan pelet dilakukan dua kali sehari yaitu pada jam 08.00 dan jam 15.00 WIB sebanyak 3% dari biomas. Tahap 1 Uji LD50 Aeromonas hydropila Pada Ikan Lele Dumb (Clarias gariepenus) Tahap 1 Uji dilakukan untuk menentukan dosis Candida sp. yang akan digunakan dalam perlakuan. Isolat Aeromonas hydrophila murni diambil dari media agar yang berasal dari Lab. Bakteriologi Fakultas Kedokteran Hewan. Suspensi Aeromonas hydrophila 104 CFU/mL setara dengan Mc Farland no. 4, kemudian dilakukan pengenceran 10 kali sehingga diperoleh konsentrasi 1010, 109, 108, 107, 106, 105, 104, 103, 102 dan 101 CFU/mL. Masing-masing pengenceran disuntikkan pada 6 ekor ikan yang berbeda. Selama 7 hari ikan tersebut diamati dan dilakukan observasi. Ikan yang mengalami kematian dicatat seperti tabel di bawah ini dan diperoleh LD50 pada 107 CFU/mL. No.
Konsentrasi (CFU/mL)
Jumlah Ikan
Persentase Jumlah Ikan yang Mati (%)
Persentase Jumlah Ikan yang Hidup (%)
1
1010
6
100
0
2 3 4 5 6 7 8 9
109 108
6 6
100 66,7
0 33,3
107 106 105 104 103 102
6 6 6 6 6 6
50 33,3 0 0 0 0
50 66,7 100 100 100 100
10
101
6
0
100
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 29
Tahap 2. Uji Hematologi dan Survival Rate (SR) Tahap 2 diawali dengan persiapan media pemeliharaan dan benih ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) ukuran 15-17 cm. Ikan diaklimatisasi tanpa diberi pakan selama 1 hari kemudian ikan dibiasakan dengan pemberian pakan komersil yang digunakan dalam penelitian selama 1 hari. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian imunostimulan Candida sp. dengan perlakuan konsentrasi yang berbeda dengan 4 kali ulangan yaitu perlakuan A = kontrol negatif (pakan), perlakuan B = kontrol positif (pakan + infeksi Aeromonas hidrophyla), perlakuan C = pakan + 3% Candida sp/kg pakan + infeksi Aeromonas hidrophyla, perlakuan D = pakan + 5% Candida sp/kg pakan + infeksi Aeromonas hidrophylla, perlakuan E = pakan + 7% Candida sp/kg pakan + infeksi Aeromonas hidrophylla, perlakuan F = pakan + 9% Candida sp/kg pakan + infeksi Aeromonas hidrophylla. Selanjutnya ikan lele dumbo setelah 21 hari di infeksi Aeromonas hydrophila dengan dosis 107CFU/mL dan selanjutnyas dilakukan uji hematologi yang meliputi jumlah leukosit, perhitungan leukosit dan survival rate. Populasi dan Sampel Benih yang digunakan sebagai hewan uji dalam penelitian ini adalah benih lele dumbo ukuran lebih kurang 1517cm yang memiliki ukuran relatif homogen yang sebelumnya telah diaklimatisasi dalam media terpal di laboratorium selama dua hari. Dalam penelitian ini terdapat 6 perlakuan dengan 4 kali ulangan. Kultur Candida sp. Candida sp. yang berasal dari Lab. Bakteriologi FKH Unair kemudian dibiakkan pada media Sabourrud Dextrose Agar, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 2-3 hari. Koloni yang tumbuh memiliki ciri berwarna krem, pasty dan smooth. Kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan sederhana, hasil pemeriksaan mikroskopis terlihat sel yang berbentuk oval dan banyak sel yang mempunyai budding, bentukan pseudo hyfa. Persiapan Ikan Uji Ikan Uji yang diamati adalah benih ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) ukuran fingerling (15-17 cm) yang didapatkan dari Balai Benih Ikan (BBI) Kalen di Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan. Aklimatisasi dan pembiasan pemberian pakan dilakukan selama dua hari. Benih ikan lele ini kemudian diaklimatisasi di laboratorium hingga benih siap diuji di media yang telah tersedia. Benih lele yang diaklimatisasi inilah yang akan digunakan sebagai hewan uji. Pemberian pakan komersil diberikan dua kali sehari dengan perlakuan selama 21 hari dan diambil darahnya untuk uji hematologi. Pencampuran Pakan dengan Candida sp. Pada penelitian ini pencampuran bahan baku pakan dilakukan agar seluruh bahan baku pakan yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama seperti yang telah direncanakan. Menurut Wiyanto (2003), komponen esensial (misalnya vitamin, mineral, dan Obat) mempunyai diameter yang sangat halus (mm) sehingga dapat tercampur secara homogen dengan bahan baku lainnya. Bahan baku pakan komersil dicampur dengan Candida sp. dengan berbagai kosentrasi diberikan kepada ikan uji. (Wiyanto, 2003). Bakteri Uji Bakteri uji dalam penelitian ini yaitu Aeromonas hydrophila. Koloni Aeromonas hydrophila sebanyak 20 koloni diambil dari biakan pemurnian kemudian dimasukkan pada media 200 ml Tryptose Soy Broth (TSB) dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Hasil pertumbuhan dilakukan pencucian 3 x dengan menggunakan larutan PBS steril dan dilakukan sentrifuge 5000 rpm selama 7 menit (Jang et al., 1978). Kemudian dilakukan penghitungan jumlah bakteri yang terkandung dalam suspense kemudian sesuai dengan LD50 Aeromonas hydrophila pada ikan lele yaitu 107 CFU/mL.
Uji Hematologi Ikan Lele (Clarias gariepenus) a. Koleksi Darah Ikan Pemeriksaan darah ikan lele dumbo dilakukan dengan metode ulas darah. Pemeriksaan ini diawali dengan pengambilan darah ikan melalui vena caudalis. Metode pengambilan sampel darah pada ikan lele dumbo dilakukan menurut Svobodova dan Vykusova (2008). Pengambilan darah ini dilakukan dengan menggunakan spuit 0,5mL yang sebelumnya sudah ditambahkan Ethylene Diamine Tetra Acetatic Acid (EDTA) dengan dosis 1,50 ± 0,25 mg/mL darah (Bijanti, 2012). Selanjutnya dari sampel darah yang telah diambil dimasukkan kedalam botol evendop dan dimasukkan kedalam sterofom yang telah di beri es, selanjutnya di bawah ke laboratorium patologi klinik untuk dilakukan penghitungan leukosit (neurofil, monosit dan limfosit) (Bijanti R, 2010).
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 30
b. Perhitungan Leukosit Prosedur pelaksanaan dimulai dengan membuat pengenceran darah dalam larutan Dacies (1:50). Larutan Dacies disaring terlebih dahulu sebelum digunakan. Darah diencerkan dengan perbandingan 1:50 menggunakan larutan Dacies. Darah di campur dengan larutan Dacies secara berlahan agar tidak merusak sel. Sebagian larutan darah yang telah diencerkan diambil menggunakan pipet Pasteur. Cara penggunaan pipet yaitu dengan mengisap darah sampai tanda 0,5 ml dan mengisap larutan pengencer hingga tanda 11. Ujung pipet diletakkan pada ujung kaca penutup kamar hitung Improved Neubauer. Mekanisme kapiler akan mengalirkan larutan darah secara pasif ke kamar hitung. Cover glass diletakkan diatas kamar hitung Improved Neubaeur dan Hemacytometer diletakkan di bawah mikroskop. Leukosit dihitung di empat kotak yang terletak pada keempat sudut kamar hitung, area keseluruhan 0,1 mL(1/10 mL). Pengenceran yang terjadi dalam pipet adalah 20x. Jumlah semua sel yang dihitung dalam ke empat bidang itu dibagi 4 menunjukkan leukosit dalam 0,1 mL. Kalikan angka itu dengan 10 (untuk tinggi) dan 20 (untuk pengencer) untuk mendapat jumlah laukosit dalam 1 mL. Rumus perhitungan jumlah leukosit adalah sebagai berikut: Jumlah leukosit = 𝑁 x 10.000 Keterangan: N = Jumlah sel leukosit yang dihitung Perhitungan leukosit Prosedur kerja dimulai dengan satu tetes sampel darah yang telah diberi antikoagulan heparin diambil dan diletakkan pada slide yang kering dan bersih. Membuat hapusan darah yang tipis. Hapusan darah dikeringkan kemudian hapusan darah difiksasi dengan menggunakan metanol 95% selama 1-2 menit. Kemudian melakukan pengecatan pada hapusan darah yang telah difiksasi dengan pengecatan Giemsa atau May Grunwald. Setelah itu menunggu selama 20 menit, kemudian slide dibilas dengan menggunakan air mengalir dan dikeringkan. Hapusan darah di amati dibawah mikroskop (Bijanti R, 2010). Pengecatan Giems Meletakkan sediaan yang akan dipulas diatas rak tempat memulas dengan lapisan darah menghadap keatas. Meneteskan sekian banyak metilalkohol keatas sediaan tersebut, sehingga lapisan darah tertutup seluruhnya, dibiarkan selama dua menit atau lebih. Menuangkan kelebihan metal alkohol di atas sediaan tersebut. Meneteskan larutan Giemsa yang sudah diencerkan dengan larutan penyangga di atas sediaan hapusan darah secara merata, kemudian dibiarkan selama 20 menit. Membilas sediaan hapusan darah tersebut dengan air mengalir. Meletakkan sediaan dalam posisi vertikal dan biarkan mengering pada udara. Dengan pengecatan Giemsa akan tampak gambaran jenis jenis leukosit. Menurut Bijanti (2010) rumus penghitungan jumlah leukosit:
𝐵asofil + Eosinofil + Monosit + Neutrofil + Limfosit = 100
Menurut Sukenda, dkk (2008) rumus prosentase Differencial leukocite :
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 31
Perhitungan Tingkat Survival Rate (SR) Tingkat Survival rate menurut Zonneveld et al. (1991):
𝑆𝑅 % =
𝐼𝑘𝑎𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% 𝐼𝑘𝑎𝑛 𝐴ℎ𝑖𝑟
Parameter Pendukung Pengukuran sifat fisika kimia air yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi suhu, pH, DO dan amoniak. Perhitungan terhadap suhu pH, DO dilakukan setiap hari pada pagi hari agar kondisi lingkungan pemeliharaan terkontrol. Pengukuran suhu menggunakan termometer, pengukuran pH menggunakan pH meter, dan pengukuran DO menggunakan DO meter, Amoniak diukur dengan menggunakan tes kit pada akhir perlakuan. Pengumpulan Data Ikan yang telah diberi perlakuan pakan ditambahkan Candida sp. selama 3 minggu, kemudian dilakukan uji hematologi yaitu pemberian bakteri Aeromonas hydrophila dengan kepadatan 107sel/ml. Setelah pemberian bakteri, ikan diamati tingkah lakunya dan juga selama 2x24 jam. Ikan yang menunjukkan gejala kematian, segera diangkat dari akuarium dan diambil darahnya untuk dilakukan uji hematologi. Parameter fisika dan kimia air yang diukur meliputi suhu, DO, pH dan ammonia. Analisis Data Pengaruh pemberian Candida sp. dengan konsentrasi yang berbeda terhadap jumlah leukosit dan penghitungan leukosit (neutrofil, monosit dan limfosit) serta survival rate (SR) dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA). Apabila terdapat pengaruh pemberian perlakuan terhadap hasil, maka dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan untuk mengetahui perbedaan dan membandingkan antara perlakuan satu dengan perlakuan yang lain (Kusriningrum, 2008). III. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Leukosit Data penghitungan jumlah leukosit dapat dilihat pada Tabel dan grafik penghitungan jumlah leukosit dapat dilihat pada Gambar di bawah ini Rata-rata Jumlah Leukosit Perlakuan (sel/ml) ± SD A (Kontrol negatif) 3.738,25 e ± 739,444 Pakan B (Kontrol positif) 8.999,50 d ± 732,412 Pakan + Infeksi Aeromonas hydrophila) C (Pakan + 3 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 12.441,00 c ± 905,865 Aeromonas hydrophila) D (Pakan + 5 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 19.103,00 a ± 829,961 Aeromonas hydrophila) E (Pakan + 7 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 16.107,75 b ± 1605,564 Aeromonas hydrophila) F (Pakan + 9 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 11.875,00 c ± 359,398 Aeromonas hydrophila) Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05)
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 32
Jumlah leukosit pada ikan lele dumbo yang diberi perlakuan Candida sp. dengan dosis yang berbeda setelah di infeksi Aeromonas hydrophila
Jumlah Leukosit sel/ml
25000 19103 16107.5
20000 15000
12441
11875
8999.5
10000
Jumlah Leukosit
5000 3738.25 0 A
B
C
D
E
F
Perlakuan Gambar. Grafik jumlah leukosit (sel/ml) pada ikan lele dumbo yang diberi perlakuan Candida sp. dengan dosis yang berbedasetelah di infeksi Aeromanas hydrophila Hasil analisis varian (ANAVA) jumlah leukosit menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa pemberian Candida sp.sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap pengendalian Aeromanas hydrophlla pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Hasil analisis varian (ANAVA) yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil pengujian tersebut diketahui bahwa jumlah leukosit tertinggi diperoleh pada perlakuan D yaitu 19.103,00 ± 829,961 sel/ml yang berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan lainnya. Perlakuan E yaitu 16.107,75 ± 1605,564 sel/ml yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p<0,05). Perlakuan C yaitu 12.441,00 ± 905,865 sel/ml yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan perlakuan F yaitu 11.875,00 ± 359,398 sel/ml. Perlakuan B yaitu 8.999,50 ± 732,412 sel/ml yang berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya (p<0,05). Jumlah leukosit terendah diperoleh pada perlakuan A (Kontrol negatif) yaitu 3.738,25 ± 739,444 sel/ml yang berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya (p<0,05). Data pada Tabel dan Gambar menunjukkan bahwa jumlah leukosit pada perlakuan A, B, C dan D terus meningkat dan menurun pada perlakuan E dan F. Peningkatan jumlah leukosit pada perlakua C adalah 12.441,00 sel/ml. Peningkatan jumlah leukosit D adalah 19.103,00 sel/ml. Pada perlakuan E dan F terjadi penurunan jumlah leukosit 16.107,75 sel/ml sebesar dan 11.875,00 sel/ml. Differential Counting Leucocyte Neutrofil Data penghitungan jumlah neutrofil dapat dilihat pada Tabel dan grafik penghitungan jumlah neutrofil dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. Perlakuan
Rata-rata Jumlah Neutrofil (%) ± SD
A (Kontrol negatif) 40,75 ab ± 2,50 Pakan B (Kontrol positif) 41 ab ± 4,00 Pakan + Infeksi Aeromonas hydrophila) C (Pakan + 3 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 41,25 ab ± 2,50 Aeromonas hydrophila) D (Pakan + 5 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 44,5 a ± 1,73 Aeromonas hydrophila) E (Pakan + 7 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 40,25 b ± 0,95 Aeromonas hydrophila) F (Pakan + 9 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 39,75 b ± 0,95 Aeromonas hydrophila) Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05)
Jumlah Neutrofil (sel/100sel)
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 33
Jumlah neutrofil pada ikan lele dumbo yang diberi dosis Candida sp. dengan perlakuan yang berbeda setelah di infeksi Aeromonas hydrophila 44.5 45 44 43 41.25 42 41 40.75 40.25 41 39.75 40 Jumlah Neutrofil 39 38 37 A B C D E F Perlakuan
Gambar. Grafik jumlah neutrofil (%) pada ikan lele dumbo dengan perlakuan dosis Candida sp. yang berbeda setelah di infeksi Aeromonas hydrophila Hasil analisis varian (ANAVA) jumlah neutrofil menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa pemberian Candida sp.sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Hasil analisis varian (ANAVA) yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil pengujian tersebut diketahui bahwa jumlah neutrofil tertinggi diperoleh pada perlakuan D yaitu 44,5 ± 2,50 % yang berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan lainnya. Perlakuan A sejumlah 40,75 ± 2,50 % yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan B sejumlah 41 ± 4,00 % dan C sejumlah 41,25 ± 2,50 %. Perlakuan E sejumlah 40,25 ± 0,95 % yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan F sejumlah 39,75 ± 0,95 % yang merupakan jumlah neutrofil terendah. Data pada Tabel dan Gambar menunjukkan bahwa jumlah neutrofil pada perlakuan A, B, C dan D terus meningkat dan menurun pada perlakuan E dan F. Peningkatan jumlah neutrofil pada perlakuan B = 41 %. Pada perlakuan E dan F terjadi penurunan jumlah neutrofil 40,25% dan 39,75%. Limfosit Data penghitungan jumlah limfosit dapat dilihat pada Tabel dan grafik penghitungan jumlah limfosit dapat dilihat pada Gambar dibawah ini. Perlakuan
Rata-rata Jumlah Limfosit (%) ± SD
A (Kontrol negatif) 32,75c ± 2,06 Pakan B (Kontrol positif) 37,75b ± 0,50 Pakan + Infeksi Aeromonas hydrophila) C (Pakan + 3 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 40,5a ± 0,57 Aeromonas hydrophila) D (Pakan + 5 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 41,25a ± 0,95 Aeromonas hydrophila) E (Pakan + 7 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 37,5 b ± 1,00 Aeromonas hydrophila) F (Pakan + 9 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 33,75c ± 2,21 Aeromonas hydrophila) Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05)
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 34
Jumlah Limfosit (sel/100sel)
Jumlah limfosit pada ikan lele dumbo yang telah diberi dosis Candida sp. dengan perlakuan yang berbeda setelah di infeksi Aeromonas hydrophila
50 40
37.75
40.5
41.25
37.5
32.75
33.75
30 20
Jumlah Limfosit
10 0 A
B
C D Perlakuan
E
F
Gambar. Grafik jumlah limfosit (%) pada ikan lele dumbo yang telah diberi dosis Candida sp dengan perlakuan yang berbeda setelah di infeksi Aeromonas hydrophila Hasil analisis varian (ANAVA) jumlah limfosit menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa pemberian Candida sp.sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Hasil analisis varian (ANAVA) yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil pengujian tersebut diketahui bahwa jumlah limfosit tertinggi diperoleh pada perlakuan D yaitu 41,25% yang tidak berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan C yaitu 40,5%. Perlakuan A sejumlah 32,75% yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan F sejumlah 33,75% yang merupakan jumlah limfosit terendah. Data pada Table dan Gambar menunjukkan bahwa jumlah limfosit pada perlakuan A, B, C dan D terus meningkat dan menurun pada perlakuan E dan F. Peningkatan jumlah limfosit pada perlakuan B yaitu 37,75%. Peningkatan jumlah limfosit D sebesar 41,25%. Pada perlakuan E dan F terjadi penurunan jumlah limfosit sebesar 37,5% dan 33,75%. Monosit Data penghitungan jumlah monosit dapat dilihat pada Tabel dan grafik penghitungan jumlah monosit dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Perlakuan
Rata-rata Jumlah Monosit (%) ± SD
A (Kontrol negatif) 20,25a ± 3,59 Pakan B (Kontrol positif) 14,75b ± 4,57 Pakan + Infeksi Aeromonas hydrophila) C (Pakan + 3 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 11,25b ± 2,62 Aeromonas hydrophila) D (Pakan + 5 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 6c ± 2,82 Aeromonas hydrophila) E (Pakan + 7 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 15 b ± 2,44 Aeromonas hydrophila) F (Pakan + 9 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 21,25a ± 3,30 Aeromonas hydrophila) Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05)
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 35
Jumlah monosit (sel/100sel)
Jumlah monosit pada ikan lele dumbo yang telah diberi dosis Candida sp. dengan perlakuan yang berbeda setelah di infeksi Aeromonas hydrophila
25
21.25
20.25 20 15
14.75
15
11.25
10
Jumlah Monosit
6
5 0 A
B
C D Perlakuan
E
F
Gambar . Grafik jumlah monosit (%) pada ikan lele dumbo yang telah diberi dosis Candida sp.dengan perlakuan yang berbeda setelah di infeksi Aeromanas hydrophila Hasil analisis varian (ANAVA) jumlah monosit menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa pemberian Candida sp.sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Hasil analisis varian (ANAVA) yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil pengujian tersebut diketahui bahwa jumlah monosit tertinggi diperoleh pada perlakuan F yaitu 21,25 sel/100sel yang tidak berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan A yaitu 20,25%. Perlakuan B yaitu 14,75% yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan E yaitu 15% dan perlakuan C yaitu 11,25%. Perlakuan D merupakan jumlah monosit terendah dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Data pada Table dan Gambar menunjukkan bahwa jumlah monosit pada perlakuan A, B , C dan D terus menurun dan meningkat pada perlakuan E dan F). Penurunan jumlah monosit pada perlakuan B yaitu 14,75%. Penurunan monosit D 6%. Pada perlakuan E dan F terjadi peningkatan jumlah monosit 15% dan 21,25%. Survival Rate (SR) Data penghitungan Survival Rate (SR) dapat dilihat pada Tabel dan grafik penghitungan Survival Rate (SR) dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. Perlakuan Rata-rata Survival Rate (%) ± SD A (Kontrol negatif) 91,66a ± 16,66 Pakan B (Kontrol positif) 50,00b ± 19,24 Pakan + Infeksi Aeromonas hydrophila) C (Pakan + 3 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 91,66a ± 16,66 Aeromonas hydrophila) D (Pakan + 5 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 100,00a ± 0,00 Aeromonas hydrophila) E (Pakan + 7 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 91,66a ± 16,66 Aeromonas hydrophila) F (Pakan + 9 % Candida sp./kg pakan + Infeksi 83,33a ± 19,24 Aeromonas hydrophila) Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05)
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 36
Survival Rite (SR) %
120 100
Survival Rate (SR) pada ikan lele dumbo yang telah diberi dosis Candida sp. dengan perlakuan yang berbeda setelah di infeksi Aeromonas hydrophila
91.66
91.66
100
91.66
83.33
80 50
60 40
Survival Rate (SR)
20 0 A
B
C D Perlakuan
E
F
Gambar. Grafik Survival Rate (%) pada ikan lele dumbo yang telah diberi dosis Candida sp.dengan perlakuan yang berbeda setelah di infeksi Aeromonas hydrophila Hasil analisis varian (ANAVA) Survival Rate (SR) menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa pemberian Candida sp. sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Hasil analisis varian (ANAVA) yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil pengujian tersebut diketahui bahwa Survival Rate (SR) tertinggi diperoleh pada perlakuan D yaitu 100% yang tidak berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan A, C, D, E dan F. Perlakuan terendah adalah perlakuan B yaitu 50% yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Kualitas Air Pengukuran suhu air selama penelitian berkisar antara 26,94 – 27,22oC dan pH berkisar antara 7,89 - 8,07. Hasil analisis varian (ANAVA) suhu dan pH menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa pemberian Candida sp. sebagai immunostimulan non-spesifik memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (p<0,05) terhadap pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Rata-rata suhu ± SD
Rata-rata pH ± SD
27,08 ± 0,07
7,98 ± 0,04
Pembahasan Hasil analisis varian (ANAVA) jumlah leukosit menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa pemberian Candida sp. sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Zhenming et al. (2006) menyatakan bahwa Candida sp. memiliki kandungan protein 50% dari berat kering dan mengandung vitamin B kompleks serta mineral yang bermanfaat sebagai imunostimulan pada hewan laut. Hasil penelitian Siwickia et al. (1994) menyatakan bahwa Candida sp. memiliki kemampuan sebagai imunostimulan yang dapat mengendalikan Aeromanas hydrophila. Peningkatan sistem imun pada ikan dapat diketahui berdasarkan peningkatan jumlah leukosit darah ikan. Hasil penelitian Yasin (2011) menyatakan bahwa kondisi hematologi ikan dapat dijadikan sebagai acuan tentang kondisi fisiologis ikan yang berkaitan dengan sistem imun. Hal ini disebabkan sebagian besar komponen sistem imun diperankan oleh sel-sel darah. Beberapa parameter hematologi meliputi leukosit dan perhitungan leukosit . Leukosit dikerahkan untuk menghadang benda asing yang masuk ke dalam tubuhnya melalui aliran darah (Sadikin, 2002). Pendapat ini didukung oleh Fujaya (2004) yang mengatakan, apabila ada benda asing masuk ke dalam tubuh maka leukosit akan memberikan respon dengan meningkatkan jumlahnya sebagai bentuk pertahanan tubuh. Dawoud dan Thalib (2011) menyatakan bahwa respon imun akan meningkat dengan cara mengaktifkan leukosit. β-glukan yang merupakan komponen struktural utama dinding sel Candida sp (Kogan et al., 1993) adalah molekul PAMP yang dikenali oleh jenis leukosit baik neutrofil, eosinofil dan monosit (Akramiene et al., 2004). βglukan yang berikatan dengan reseptor molekul pada permukaan membran leukosit baik neutrofil, eosinofil dan monosit akan semakin aktif dalam memfagosit (Ahmad, 2005) dan mencerna patogen dan pada saat bersamaan sel-sel ini akan mensekresi molekul signai (sitokin) yang akan menstimulasi formasi dari sel leukosit yang baru (Raa, 2000). Engstand dan Robertsen (1992) menyatakan bahwa pemberian β-glukan dapat meningkatkan atau menstimulasi aktivitas pertahanan seluler.
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 37
Hasil uji jarak berganda Duncan diperoleh bahwa perlakuan perlakuan A (Kontrol negatif) merupakan perlakuan yang menghasilkan jumlah leukosit terendah. Peningkatan total leukosit dapat digunakan sebagai suatu tanda adanya fase pertama infeksi dan stress (Anderson, 1992). Shao et al. (2004) menyatakan bahwa jumlah leukosit ikan Carassius auratus meningkat setelah diinfeksi oleh Aeromonas hydrophila. Perlakuan D (merupakan dosis terbaik yang menghasilkan jumlah leukosit tertinggi setelah pemberian Candida sp. sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Alifuddin, M. (1999) menyatakan bahwa peningkatan jumlah leukosit terus berlangsung bersamaan dengan meningkatnya dosis pemberian imunostimulan. Hasil analisis varian (ANAVA) jumlah neutrofil yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil pengujian tersebut diketahui bahwa jumlah neutrofil tertinggi diperoleh pada perlakuan D. Hal tersebut dikarenakan pada perlakuan tersebut diduga merupakan dosis optimal pemberian Candida sp. untuk meningkatkan jumlah neutrofil ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Candida sp. mengandung β-glukan yang dapat berikatan dengan neutrofil. Neutrofil merupakan garis pertahanan terdepan yang mampu bergerak aktif dan dalam waktu singkat berkumpul dalam jumlah sangat banyak di area radang (Parslow et al., 2003). Satu neutrofil dapat memfagosit 5-20 bakteri sebelum kemudian tidak aktif. Meningkatnya jumlah neutrofil dapat diindikasikan adanya infeksi bakteri atau dapat juga karena adanya infeksi viral. Hasil pengujian jarak berganda Duncan diketahui bahwa jumlah limfosit tertinggi diperoleh pada perlakuan D yang tidak berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan C. Hal tersebut dikarenakan pengaruh β-glukan pada Candida sp. β-glukan yang masuk ke dalam tubuh ikan akan merangsang makrofag untuk memproduksi interleukin yang akan menggiatkan sel limfosit yang kemudian membelah menjadi limfosit T dan limfosit B. Limfosit T memproduksi interferon yang menggiatkan kembali makrofag sehingga dapat memakan dan membunuh banyak bakteri, virus dan partikel asing lainnya. Masuknya glukan akan merangsang makrofag untuk memproduksi lebih banyak lisozim dan komplemen. Interleukin juga meningkatkan limfosit B yang terpisah dan menjadi aktif untuk memproduksi antibodi (Liliek, 2006). Hasil pengujian jarak berganda Duncan diketahui bahwa jumlah monosit tertinggi diperoleh pada perlakuan F. Menurut Yasin (2011) menyatakan bahwa jumlah monosit dalam darah ikan menunjukkan penurunan setelah dilakukan infeksi. Hal ini disebabkan telah berubahnya monosit menjadi makrofag (mature monosit) dan bermigrasi ketempat terjadinya infeksi untuk memfagositosis antigen-antigen dari Aeromanas hydrophila. Penurunan jumlah monosit setelah infeksi juga terjadi pada ikan nila (Oreochromis niloticus) setelah diinfeksi bakteri gram negatif lain yaitu Enterococcus sp. (Martins et al.,2009). Hasil pengujian jarak berganda Duncan dikerahui bahwa Survival Rate (SR) tertinggi diperoleh pada perlakuan D yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan perlakuan A, C, D, E dan F. Hasil tersebut diduga disebabkan karena kandungan Candida sp. Gatesoupe (2007) menyatakan bahwa Candida sp. memiliki kemampuan sebagai imunostimulan yang telah diteliti pada ikan raibow trout setelah diinfeksi Aeromonas hydrophyla. Kemampuan imunostimulan dari Candida sp. berasal dari kandungan β-glucan yang ada pada Candida sp. tersebut. Pengamatan paramater penunjang yang berupa kualitas air menunjukkan suhu air media kultur berkisar antara 26,94 – 27,22oC. Suhu air dalam media pemeliharaan ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) ini masih dalam kondisi baik untuk pertumbuhannya karena menurut pernyataan Kohlmeyer dan Kohlmeyer (1979) menyatakan, kisaran suhu optimum ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) 25-30 oC. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses metabolisme. Kenaikan suhu sampai batas tertentu dapat mempercepat proses metabolisme (Suriawiria, 1985). Hasil pengukuran pH pada media pemeliharaan ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) selama penelitian adalah 7,91 – 8,07. Bachtiar (2006) menyebutkan bahwa pH yang baik untuk pemeliharaan ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) berkisar antara 6,5 - 8. IV. KESIMPULAN Pemberian Candida sp. sebagai imunostimulan non-spesifik dalam pakan dapat meningkatkan jumlah leukosit (neutrofil, monosit dan limfosit) pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Hasil analisis varian (ANAVA) yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan dengan jumlah neutrofil tertinggi diperoleh pada perlakuan D yaitu 44,5 ± 2,50%, jumlah limfosit tertinggi diperoleh pada perlakuan D yaitu 41,25%, dan jumlah monosit tertinggi diperoleh pada perlakuan F yaitu 21,25%. Pemberian Candida sp.sebagai imunostimulan non-spesifik dalam pakan berpengaruh terhadap Survival Rate (SR) ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) yang di infeksi Aeromonas hydrophila. Pemberian 5 % Candida sp./kg pakan diperoleh Survival Rate (SR) 100%. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai rekayasa genetika dari Candida sp. sehingga selain dapat meningkatkan jumlah leukosit dan Survival Rate (SR) juga mampu memperbaiki kualitas lingkungan, baik kualitas air maupun biota air lainnya yang bermanfaat dalam pemeliharan ikan lele dumbo. DAFTAR PUSTAKA Anderson, D. P.1992. Immunostimulants, Adjuvants and Vaccine Carriers in Fish: Applications to Aquaculture. Ann.
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 38
Fish. Dis. 3.(No.4) H: 95-112 Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. Agromedia Pustaka. Jakarta. 102 hal. Bastiawan, D., Wahid, A., Alifuddin, M., Agustiawan, I. 2001.Gambaran darah Lele Dumbo yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces spp. Pada pH yang berbeda.J. Penel. Perik. Ind.7 (No.3) Hal : 42-63 Bijanti, R. 2010. Hematologi Ikan - Teknik Pengambilan Darah dan Pemeriksaan Hematologi Ikan. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Dasilva, S. 2004 Microbial Production of Xylitol from D-Xylose using Candida Tropicalis Bio Prosess Eng.,10.129134 Dalimunthe, S. 2006. Penuntun Pratikum Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang. Hal 25-38. Ellis, A. E., 1978. The Immunology of Telestoi.Fish Pathology. Robert, R.J. (Ed.). Bailliere Tindall. London. 92 – 104. Ellis, A. E. 2001. Innate Host Defense Mechanism of Fish Against Viruses and Bacteria. J. Dev. Comp. Immunol. 25: 827-839. Engstand, R.E.,B. Roberttsen and E. Frivold, E. 1992. Yeast Glucan Induces Increase in activity of Lysozyme and Complement-Mediated Haemolytic Activity in Atlantic Salmon Blood. Fish Shellfish Immunol. 2 : 287-297 Hanzen, T.C., C.B. Fliermans, R.P. Hirsch and G.W.Esh, 1987. Prevalence and Distribution of Aeromonas hydrophila in United States. Apll. Enviromental Microbiol. 36 : 731 – 738. Jorgensen, J. B., G.J.E. Sharpt, Christoper, J. Secombes and B. Robertsen. 1993. Effect of Yest Cell Wall Glucan on The Bacterisidal Activity of Rainbow Trout Macrophage. J. Fish. Shellfish Immunol 43 : 177-189 Kabata, Z., 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in The Tropics. Taylor and Francis. London and Philadelphia. 318 pages. Khairuman dan K. Amri. 2005. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif.Agromedia Pustaka. Jakarta. Kohlmeyer, J and E. Kohlmeyer. 1979. Marine Mycology : The Higher Fungi. Academic Press. New York.
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 39
Margin Pemasaran Komoditas Ikan Patin Di Desa Kedungwangi Dan Desa Nogojatisari Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan Endah Sih Prihatini *) , Mubtadi‟in ** *) Dosen Program Studi Agrobisnis Perikanan Universitas Islam Lamongan **) Program Studi Agrobisnis Perikanan Universitas Islam Lamongan
ABSTRAKSI Salah satu upaya pembangunan usaha perikanan dalam mengantisipasi penurunan hasil tangkapan dari perairan umum adalah melakukan pengembangan usaha budidaya perikanan secara berkesinambungan. Tujuan penelitian Untuk mengetahui peningkatan margin pemasaran komoditas ikan patin di Desa Kedungwangi dan NogoJatisari. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan data meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah Harga ikan patin ditingkat produsen Rp 12.500 per kg sedangkan harga ditingkat konsumen Rp 15.000,00 per kg, sehingga diperoleh marketing margin sebesar Rp 2.500 Margin terbesar terjadi pada lembaga pemasaran ditingkat pedagang pengumpul, yaitu sebesar Rp 1.000,00 per kg ikan patin, sementara untuk pedagang pasar dan pengecer hanya sebesar Rp 500,00 per kg ikan. Namun keuntungan yang diterima pedagang pasar dan pengecer lebih kecil dari pedagang pengumpul. Untuk Nilai marketing margin pada tingkat pedagang pengumpul 4% dengan fisherman share 96% nilai marketing margin di tingkat pendagang pasar 11% dengan fisherman shere 89% dan nilai marketing margin di tingkat pedagan pengecer 14% dengan fisherman share 86% bila dilihat nilai marketing margin dan fisherman share pada setiap rantai pemasaran maka diperoleh nilai fisherman share lebih besar dari nilai marketing margin. dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemasaran ikan patin dari Kecamatan Sambeng pada setiap pendagang perantara sudah efesien begitu juga pemasaran ikan patin sampai konsumen sudah efisien karena nilai fisherman share lebih besar dari nilai margin. Untuk mendapatkan hasil penjualan yang tinggi , disarankan kepada petani untuk menjual langsung kependagang pengecer, tidak hanya kepada pengumpul saja. Apabila hasil ikan patin yang dipanen dalam jumlah yang banyak maka stok/persediaan ikan patin untuk dikirim ke Kabupaten Lamongan dan kedaerah pemasaran lainnya. Kunci: Margin Pemasaran, Ikan Patin Pendahuluan Salah satu upaya pembangunan usaha perikanan dalam mengantisipasi penurunan hasil tangkapan dari perairan umum adalah melakukan pengembangan usaha budidaya perikanan secara berkesinambungan. Usaha ini sangat diharapkan dapat lebih berperan serta dalam menyediakan bahan makanan yang berprotein dan bernilai gizi yang tinggi, peningkatan peluang kerja dan mendorong kesejahteraan masyarakat serta pendapatan negara melalui kegiatan ekspor komoditi perikanan telah banyak petani ikan yang membuka usaha budidaya ikan patin siam meskipun hanya dalam skala tertentu Keberhasilan usaha ikan patin sangat ditentukan oleh input yang berkualitas yang diperoleh dari proses produksi yang baik pula. Kualitas dan kuantitas benih ikan sangat menentukan output ikan patin yang akan dihasilkan. Mengingat pentingnya kegiatan pemasaran bagi petani ikan, maka masalah pemasaran harus diperhatikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani. Permasalahan yang sering dijumpai dalam pemasaran ikan patin yaitu masalah sistem jual beli ikan yang tidak cash. Kondisi seperti ini tentu berakibat kepetani ikan itu sendiri terutama mereka harus menambah biaya pakan kalau seandainya pedagang tersebut terlambat membeli ikan yang sudah selayaknya dipanen. Hasil panen ikan dibeli oleh padagang pengempul yang ada di sekitar Lamongan, namun pemasaran selama ini hanya dipasarkan dipasar lokal. Akibat supplay ikan patin yang banyak dari lamongan menyebabkan pasar lokal kelebihan daya tampung, sehingga ada pemikiran bagi pedagang pengumpul untuk memasarkan ikan patin ke kabupaten Jombang. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana margin pemasaran komoditas ikan patin di Desa Kedungwangi dan Nogojatisari METODE PENELITIAN Objek penelitian yang menjadi sumber data penelitian adalah para petani ikan dan pendagang ikan di Desa Nogojatisari Dan Desa Kedungwangi Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan, dan penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2013. yang diteliti kasur margin pemasaran komonditas ikan patin Desa Kedungwangi dan Nogojatisari, Kecamatan Sambeng, KabupatenLamongan.
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 40
Data dikumpulkan dengan teknik wawancara langsung pada responden yang berpedoman pada daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dengan prosedur penelitian Purposive Sampling. Data yang dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Data yang terkumpul dilapangan ditabulasikan dalam suatu daftar tabel yang kemudian di analisis secara deskriptif untuk menggambarkan keadaan dari tujuan penelitian. Untuk mengetahui biaya produksi atau biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran dicari dengan rumus sebagai berikut: a. Biaya produksi yang dikeluarkan petani ikan di tentukan dengan rumus BP = BV + BT Dimana BP = Biaya produksi, BV = Biaya variable BT = Biaya tetap. b.
Keuntungan yang diperolah patani ikan ditentukan dengan rumus K = P – BP Dimana K = Keuntungan, P =Penerimaan BP = Biaya produksi
c.
Marketing margin dihitung dengan menggunakan rumus 𝑀𝑀 = Dimana : MM = Marketing margin HK = Harga di konsumen HP = Harga diprodusen
d.
𝐻𝐾 − 𝐻𝑃 𝑥 100% 𝐻𝐾
Fisherman share ditentukan dengan rumus 𝐹𝑆 = Dimana FS = Fisherman share, HP = Harga di produsen, HK =Harga di konsumen
e.
𝐻𝑃 𝑥 100% 𝐻𝐾
Efisiensi pemasaran ditentukan dengan cara membandingkan nilai marketing margin dengan fisherman share, dengan ketentuan bila marketing margin lebih kecil dari fisherman share maka pemasaran dikatakan masih efisien, dan sebaliknya tidak efisien bila marketing margin lebih besar dari fisherman share.
PEMBAHASAN 1. Produksi Ikan Patin produksi ikan hasil budidaya di Kecamatan Sambeng tercatat sebanyak yang terdiri dari beberpa jenis ikan, antara lain ikan patin, gurami, lele, dan ikan nila. Namun jenis ikan yang banyak dibudidayakan petani ikan adalah ikan karena benih ikan jenis ini mudah di dapat. Tabel 1 Luas kolam, Padat tebar, Mortalitas, dan Tingkat kelangsungan hidup (SR %)ikan Patin Resp
Unit Kolam
Luas Kolam (m2)
Padat Tebar (Ekor/m2)
Mortalitas (%)
(SR % )
2 2 1 4 3 12 6
600 300 200 750 430 1752 876
3750 1875 2500 2344 1792 4380 2190
20 10 10 20 5 65 32,5
80 90 90 80 95 435 217,5
1 2 Jumlah Rata-rata Data Primer, 2013
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 41
Dari 2 responden patani ikan patin yang menjadi sampel yang memilki luas kolam mulai dari 200 meter persegi hingga 750 meter persegi dengan rata-rata 3.398 meterpersegi menghasil tingkat kelansungan hidup ikan patin sebanyak 217,5%. Produktivitas ini masih dapat ditingkatkan bila petani dapat menekan mortalitas ikan selama pemeliharaan yang mortalitasnya mencapai 20% dari jumlah benih yang di tebar ke kolam, danmemberi pakan yang cukup sertaberkualitas. Pakan yang diberikan petani ikan ke ikan peliharaan berupa pakan pellet, tapi karena harga pakan cukup tinggi maka dalam pemberian pakan petani tidak sepenuhnya menggunakan pelletsehingga pertumbuhan ikan menjadi pertumbuhan ikan menjadi lambat dan masa panen pun tertunda sampai 8 bulan atau 9 bulan pemeliharaan. Sementara masalah yang dihadapi petani ikan dalam menjalankan usahanya adalah masalah dana operasional untuk memulai pemeliharaan ikan setelah panen, karena petani baru bisa mendapatkan uang hasil penjualan ikan setelah 1-2 minggu ikan terjual, sehingga yang seharusnya petani dapat langsung menebar benih ikan yang baru terpaksa menundanya sampai ada dana untuk musim pemeliharaan berikutnya. 2.
Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Ikan Keuntungan merupakan hal yang menjadi tujuan bagi setiap pengusaha, dan begitu pula bagi seorang petani ikan yang membudidayakan ikan patin dalam kolam serta para pedagang yang memasarkan ikan hasil budidaya. Besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh setiap pengusaha sangat tergantung pada besarnya penerimaan yang diterima dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha yang dilakukan. Untuk petani ikan besarnya keuntungan ditentukan oleh jumlah nilai penjualan ikan dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan selama periode pemeliharaan. Sedangkan untuk pedagang ikan besarnya keuntungan yang diperoleh ditentukan oleh nilai penjualan dikurangi dengan biaya pemasaran selama proses pemasaran. 3.
Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Ikan Untuk mengetahui berapa besar biaya dan keuntungan yang diperoleh petani pembudidaya ikan patin di Kecamatan Sambeng Tabel 2 memberikan gambaran. Keuntungan petani ikan terendah diperoleh Di Desa Kedungwangi sebesar Rp 1.988.000 dan tertinggi diperoleh Desa Nogojatisari sebesar Rp 19.470.000 dengan rata-rata keuntungan sebesar Rp 20.315.000 atau sekitar Rp 1.550 per kg ikan. Keuntungan sebesar itu bukan merupakan keuntungan yang diterima tepat untuk masa 7 bulan pemeliharaan.Keuntungan yang diterima petani cukup yaitu sekitar Rp 1.550,- per kg ikan yang dihasilkan. Keuntungan ini merupakan keuntungan atas biaya aktual (nyata) saja yang dikeluarkan petani, sedangkan biaya tidak nyata belum diperhitungkan sebagai biaya Secara rata-rata biaya aktual yang dikeluarkan petani ikan untuk menghasilkan 1 kg ikan patin diperkirakan sebesar Rp 6.100 yang meliputi biaya pembelian benih ikan, pakan, kapur, bahan pembasmi hama penyakit (putas). Biaya terbesar dikeluarkan berupa biaya pembelian pakan yaitu hampir 80% sedangkan pembelian bibit hanya sekitar 10% dan sisanya untuk keperluan pembelian yang lain. Tabel 2 Biaya produksi, Penerimaan dan Keuntungan Budidaya Ikan Patin Dalam Kolam Responden 1 2 Jumlah Rata-rata
Data Primer, 2013
Luas Kolam (m2)
Biaya Produksi (Rp 000)
Penerimaan (Rp 000)
Keuntungan (Rp 000)
600 300 200 750 430
18.030 17.750 16.800 18.100 18.440
37.500 21.093 28.125 22.504 20.428
19.470 3.343 11.325 4.404 1.988 40.730 20.315
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
4. Efisiensi Pemasaran Ikan Patin Untuk mengetahui suatusistem pemasaran komoditi (ikanpatin) apakah masih efisien atausudah tidak efisien lagi, maka kitaharus ketahui berapa besar nilaimarketing margin dan nilaifisherman share dari komoditi yangdipasarkan.Marketing margin adalahperbedaan harga pada tingkatprodusen dengan harga ditingkatkonsumen. Marketing margin terdiridari komponen biaya pemasaran dankeuntungan yang diterima olehpedagang. Artinya besarnyamarketing magin tidak hanyaditentukan oleh keuntungan yangdiambil pedagang, tapi juga ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan pedagang yang bersangkutan. Biasanya pedagang dalam menetapkan harga penjualan yang dapat memberikan sejumlah keuntungan tertentu baginya didasarkan atas harga pokok penjualan. Dalam hal ini jumlah pengeluaran pedagang dalam arti biaya pemasaran merupakan komponen yang sangat menentukan besarnya marketing margin. Tabel 3 Harga Beli dan Harga Jual Ikan Patin Serta Perbedaan Harga Pada Masing-masing Lembaga Pemasaran No 1 2 3 4 5
Lembaga Pemasaran Petani Ikan Pengumpul Pedagang pasar Pengecer konsumen
Harga Beli (Rp/ kg) 12.500 13.500 14.000 15.500
Harga Jual (Rp/ kg) 12.500 13.500 14.000 15.500 -
Margin (Rp) 1000,00 500,00 1500,00 -
Data Primer, 2013 Harga ikan patin ditingkat produsen Rp 12.500 per kg sedangkan harga di tingkat konsumen Rp 15.500,00 per kg, sehingga diperoleh marketing margin sebesar Rp 3.000 Margin terbesar terjadi pada lembaga pemasaran ditingkat pedagang pengecer, yaitu sebesar Rp 1.500,00 per kg ikan patin, sementara untukpedagang pengumpul hanya sebesar Rp1000,00 per kg ikan dan untuk pedagang pasar sebesar Rp 500,00per kg ikan. Namun keuntungan yang diterima pedagang pasar lebih kecil dari pedagang pengumpul. jadi Rendahnya tingkat keuntungan yang diterima pedagang pasar disebabkan karena pedagang Tabel 4 Marketing Margin dan Fisherman Share Pemasaran Ikan Patin Marketing No. Harga Jual (Rp/ kg) Margin (%) Patani Ikan Pengumpul 1 4 12.500,00 13.000 Patani Ikan Pedagang pasar 2 11 12.500,00 14.000 Patani Ikan Pengecer 3 20 12.500,00 15.500 Data Primer, 2013
Fisherman Share (%) 96 89 80
Bila dilihat nilai marketing margin dan nilai fisherman sharenya, yang mana nilai marketing margin lebih kecil dari nilai fisherman sharenya. Ini menunjukan bahwa pemasaran ikan patin asal Kecamatan Sambeng tujuan pemasaran Kabupaten Lamongan masih efisien. Lebih lanjut pada tabel terlihat nilai marketing margin setiap tingkatan menunjukkan semakin besar bila rantai pemasaran semakin panjang, sementara fisherman sharenya akan semakin kecil. Ini menunjukkan besarnya nilai marketing margin dan nilai fisherman share ada kaitannya dengan panjang rantai pemasaran. Semakin panjang rantai pemasaran yang harus dilalaui suatu komoditi untuk sampai ke konsumen maka akan semakin besar nilai marketing margin dan semakin kecil nilai fisherman share, dan ini artinya harga yang diterima produsen akan semakin lebih rendah dari harga yang dibayar konsumen atau harga yang harus dibayar konsumen akan jauh lebih tinggi dari harga yang diterimaprodusen. Suatu sistem pemasaran sudah dikatakan tidak efisien lagi bila nilai marketing magin lebih besar dari nilai fisherman sharenya, karena pada kondisi ini harga yang harus dibayar konsumen sudah diatas 50% dari harga jual produsen sehingga pada kondisi ini hanya pedaganglah yang menikmati keuntungan dari sistem pemasaran ini, sedangkan produsen dan konsumen sudah dirugikan. Petani dirugikan karena keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari keuntungan yang diperoleh pedagang, sedangkan konsumen dirugikan karena harus membayar jauh lebih mahal dari harga yang sewajarnya. Hal ini sesuai dengan Hanafiah (1983) yang menyatakan perbedaan nilai marketing margin dengan fisherman share dipengaruhi oleh jarak antara produsen dan kosumen. Semakin jauh jarak dari produsen ke konsumen maka semakin besar nilai marketing margin dan nilai fisherman share semakin kecil, selain itu perbedaan nilai ini juga disebabkaan oleh biaya pengangkutan.
ISSN : 2302-3751
42
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
KESIMPULAN Pemasaran ikan patin dari kecamatan Sambeng sampai konsumen berjalan dengan lancar. lembaga pemasaran yang berperan yaitu petani, pengumpul, pedagang pasar, dan pedagang pengecer. Keuntungan bersih antara petani ikan patin, pedagang pengumpul, pedagang pasar, dan pedagang pengecer berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul lebih besar dibanding pedagang pasar dan pedagang pengecer . 1. Harga ikan patin ditingkat produsen Rp 12.500 per kg sedangkan harga ditingkat konsumen Rp 15.500,00 per kg, sehingga diperoleh marketing margin sebesar Rp 3.000 Margin terbesar terjadi pada lembaga pemasaran ditingkat pedagang pengecer, yaitu sebesar Rp 1.500,00 per kg ikan patin, sementara untuk pedagang pengumpu hanya sebesar Rp 1000,00 per kg ikan dan untuk pedagang pasar sebesar Rp 500,00 per kg ikan. 2. Nilai marketing margin pada tingkat pedagang pengumpul 4% dengan fisherman share 96% nilai marketing margin di tingkat pedagang pasar 11% dengan fisherman shere 89% dan nilai marketing margin di tingkat pedagang pengecer 20% dengan fisherman share 80% bila dilihat nilai marketing margin dan fisherman share pada setiap rantai pemasaran maka diperoleh nilai fisherman share lebih besar dari nilai marketing margin. 3. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemasaran ikan patin dari Kecamatan Sambeng pada setiap pedagang perantara sudah efesien begitu juga pemasaran ikan patin sampai konsumen sudah efisien karena nilai fisherman share lebih besar dari nilai margin. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Gramedia. Jakarta. Asyari, dkk, 1992. Makalah Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam Sangkar di Kolam dengan Kepadata ikan yang Berbeda dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi aksara, Jakarta. Effendi, H. 2007. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya danLingkunganPerairan. Kanisius. Yogyakarta Hanafiah, AM dan AM. Saefuddin, 1986. Tataniaga Hasil Kamaluddin., 2009. Biaya dan Jenis-Jenis Pemasaran. http://www.deptan.go.id Khairuman dan Dodi S. 2002. Budidaya Patin Secara Intensif. Agro Media. Jakarta. Kordik, M.G.H.2005. Budidaya Ikan Patin, Biologi, Pembenihan dan Pembesaran. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. Marzuki, 1986. Riset Pemasaran. http:/ dianblogspot.com. Diakses pada tanggal 26 mei 2012. Rahmat. 2010. http//kepadatan ikan khusus_patin.com diakses pada tanggal 01 Januari 2011 pukul 08.00 WIB. Sudioyono, A., 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah,Malang.
ISSN : 2302-3751
43
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
Rancang Bangun Penentuan Modalitas Gaya Belajar Anak Dengan Metode Decision Tree Hikmatul Lailiyah1) , Nurul Fuad 2) , Kemal Faruq M.2) 1)
2)
Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan Dosen Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan
ABSTRAK Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Dengan sistem pakar ini, orang awampun dapat menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya hanya dapat diselesaikan dengan bantuan para ahli. Bagi para ahli, sistem pakar ini juga akan membantu aktivitasnya sebagai asisten yang sangat berpengalaman. Pada penelitian ini akan dibuwat suatu sistem pakar yang menentukan suatu jenis modalitas dari analisa sebuah karakter anak sehinga dapat meggetahuai kecndrungan modalitas yang dimiliki anak tersebut berjenis visual, auditori atau kinestetik. Maka dari itu perlu adanya suatu pemba ngunan sistem pakar penentuan modalitas anak. Kata Kunci: Sistem pakar, Modalitas, Gaya belajar I. Pendahuluan Dalam penelitian ini, salah satu karakteristik anak yang akan dikaji adalah karakteristik gaya belajar anak. Pada penelitian sebelumnya dilakukan dengan mengunakan lembar kuisioner yang akan dijawab oleh siswa tersebut kemudian dari lembar jawaban tersebut akan disimpulkan seorang siswa memiliki gaya belajar visual, auditori atau kinestetik. Namun cara demikian itu kurang efektif dan akuart dari segi waktu dan akurasi datanya karena dilakukan secara manual. Dengan adanya masalah tersebut dan seiring perkembangan teknologi maka perlu adanya pengembangan sebuah sistem perangkat lunak aplikasi system pakar (expert system) yang dapat membantu para orang tua dan guru mengetahiu akan modalitas gaya belajar anak, dengan menjawab pertannyaan dari aplikasi kemudian dari jawaban-jawaban user akan diproses secara komputerisasi oleh sistem dan sistem akan menampilkan kesimpulan akan kemapuan modalitas gaya belajar anak yang ada pada anak tersebut beserta anjurannya. Tujuan Penelitian Tujuan dilakuakanya penelitian ini adalah: 1. Agar tercipta suatu sistem pakar untuk mentukan modalitas gaya belajar seorang anak dari usia dini, dan memberikan informasi konsultan tindakan apa untuk penerapan dan pengembangan gaya belajar yang dimiliki anak. 2. Untuk membangun dan mengimplementasikan Decision tree, dalam menentukan modalitas gaya belajar seorang anak.
II. Landasan Teori 2.1 Sistem Pakar Sistem pakar (Expert System) merupakan salah satu cabang dari kecerdasan buatan. Definisi dari sistem pakar menurut Kusumadewi (2003) yaitu sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti biasa dilakukan oleh para ahli. Sistem pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja para ahli. Bagi para ahli pun sistem pakar ini juga akan membantu aktivitasnya sebagai asisten yang berpengalaman.
2.2 Gaya Belajar Gaya belajar modalitas anda adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah dan dalam situasi-situasi antara pribadi. Ketika anda menyadari bagaimana anda dan orang lain menyerap dan mengelolah informasi, anda dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya anda sendiri. ( Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, 1992, 109 ) 2.3 Decision Tree Proses dalam desison tree :
ISSN : 2302-3751
44
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
1. Mengubah bentuk data (tabel) menjadi model tree. Dalam Modul ini menggunakan algoritma ID3. 2. Mengubah model tree menjadi rule 3. Menyederhanakan Rule (Pruning) Entropy(S) adalah jumlah bit yang diperkirakan dibutuhkan untuk dapat mengekstrak suatu kelas (+atau -) dari sejumlah data acak pada ruang sample S. Entropy(S) = -P+ Log2 P+ - P- Log2 P-
......(1)
S adalah ruang (data) sample yang digunakan untuk training. P+ adalah jumlah yang bersolusi positif (mendukung) pada data sample untuk kriteria tertentu. P- adalah jumlah yang bersolusi negatif (tidak mendukung) pada data sample untuk kriteria tertentu.
.......(2) 2.4 PHP (Personal Hypertext PreProcessor) Berdasarkan dokumen resmi PHP, PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server. Hasilnyalah yang dikirimkan ke klien, tempat pemakai menggunakan browser (Abdul Kadir, 2003). 2.5 MYSQL (My Structure Query Language) MYSQL merupakan suatu program pembuat database yang bersifat open source yang artinya dapat dijalankan pada semua platform baik windows maupun Linux. III. Rancangan Sistem sistem pakar penentuan modalitas ini dilakukan denagn cara menjawab pertanyaan dari sistem sesuai karakter yang dimiliki anak sehingga hari jawaban tersebut dapat disimpulkan jenis modalitasnya. Sistem ini hanya meneliti tipe modalitas gaya belajar Visual, Auditori, dan Kinestetik. 3.1 Output dari sistem ini adalah berupa laporan jenis modalitas gaya belajar anak. Untuk bisa mengetahui gaya belajar yang dimiliki dan solusi untuk penerapan dan pengembangannya. 3.2 Permasalahn umum yang ada pada aplikasi penentuan modalitas gaya belajar anak, ini sistem tidak dapat menampilkan jenis modalitas lain selain visual, auditory, kinestetik. 3.3 Tahap desain perancangan adalah tahap untuk merancang desain yang didapat dari tahap analisis. Rancangan yang dibuat meliputi perancangan model perangkat lunak, masukan data yang akan diproses, dan bentuk keluaran dari proses pada sistem.
Gambar 1. Contex Diagram
Data Flow Diagram Level 0
Gambar 2. DFD Level 0 IV. Implementasi dan Pembahasan
ISSN : 2302-3751
45
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
Menurut pressman pengujian sistem dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengujian white box dan pengujian black box. Namun dalm hal ini penulis melakukan pengujian dengan pengujian sistem black box. 4.1. Pengujian Black box Pengujian black box testing merupakan pengujian program berdasarkan fungsi dari program. Tabel 1. Rencana Pengujian Sistem NO Kriteria Detail Jenis Uji Pengujian Pengujian 1 Login Verifikasi Blackbox admin user name, password dan status 2 Data Tambah, Blackbox Modalitas ubah, hapus Hasil Pengujian Sistem a. Pengujian Login Admin
Data masukan Yang di harapkan
Tabel 2. Pengujian Login User (Uji Data Normal) Hasil Uji Data Normal Username, Password, Status
Data login dimasukkan, isi username, isi password dan isi status lalu klik tombol login maka dilakukan proses pengecekan data login. Apabila data login benar maka masuk ke menu admin. Pengamatan Dapat mengisi data login sesuai dengan yang diharapkan. Kesimpulan diterima Tabel 3. Pengujian Login User (Uji Data Salah) Hasil uji data salah Data Username dan password tidak masukan terdaftar, dan status (perintah masukkan status : admin, tp code yang dimasukkan surveyer) Yang Data login tidak terdaftar dan diharapkan menampilkan pesan kesalahan Pengamatan Admin tidak bisa melakukan login, menampilkan pesan, sesuai dengan yang diharapkan. Kesimpulan Sesuai
b.
Pengujian Data Modalitas Tabel 4. Pengujian Data Modalitas ( Uji Data Normal)
Hasil Uji Data Modalitas Input Data masukan Data Modalitas sesuai dengan atribut yang disediakan Yang Proses simpan data Diharapkan berhasil
ISSN : 2302-3751
46
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
Pengamatan Kesimpulan Ubah Data masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Hapus Data masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan
Data berhasil disimpan pada database Sukses Pilih data Modalitas yang akan di ubah Proses pengubahan berhasil Data diperbaharui Sukses Pilih data Modalitas yang akan di hapus Proses hapus data berhasil Data yang dihapus tidak ditampilkan Sukses Tabel 5. Pengujian Data Modalitas (Data Salah) Hasil Uji Data Modalitas Tambah Data masukan Data Modalitas tidak boleh kosong Yang Diharapkan Data tidak tersimpan pada database Kesimpulan Tambah Ubah Data masukan Yang Diharapkan Kesimpulan Hapus Data masukan Yang Diharapkan Kesimpulan
Pilih data Modalitas tidak boleh kosong Data tidak tersimpan dalam database Sukses Pilih data Modalitas yang akan di hapus Data tidak dapat dihapus Sukses
4.2 Manual Program Agar nantinya operator dalam menggunakan program ini tidak mengalami kesulitan maka penulis menjelaskan beberapa tool yang ada dalam program ini diantaranya sebagai berikut :
Login
ISSN : 2302-3751
47
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
Gambar 3. Menu Login User melakukan login pada sistem sebelum melakukan konsultasi. Dengan cara memasukan user name dan password. Menu Konsultasi
Gambar 4. Menu Konsultasi Dan selesai memilih jawaban sampai pertanyaan terakhir maka berlanjut pada proses penarikan kesimpulan, maka klik tombol Simpan. Kemudian dari hasil semua jawaban akan disimpulkan hasil jenis modalitas anak trsebut.
Halaman Menu Riwayat
Gambar 5. Menu Riwayat Setelah mendapatkan kesimpulan hasil konsultasi dan kemudian menyimpan hasil tersebut maka, sistem akan mencatatnya dan memberi informasi kembali kepada pengguna di menu riwayat konsultasi.
V. Penutup 5.1 Kesimpulan 1. Sistem mampu menarik kesimpulan dari konsultasi (Tanya jawab) oleh user dan menampilkan solusi atau memberikan anjuran sesuai kesimpulan yang didapat. 2. Sistem admin dapat melakukan manage data seperti proses penambahan, penghapusan dan update data untuk setiap data master.
ISSN : 2302-3751
48
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
3.
Dari pengalaman interview langsung penulis pada setiap siswa, ada satu orang siswa yang kesimpulannya tidak didapatkan dan harus mengulang konsultasi. Dan ada beberapa siswa yang sulit untuk mengenal dirinya atau sulit menentukan apa yang paling ia suka, sehingga mereka memilih jawaban kurang konsisten dan ragu.
5.2 Saran 1. Sistem yang dibuat ini tampilan interface masih kurang menarik, sehingga dalam pengembangan selanjutnya interface tersebut bisa diperindah kembali. 2. Jenis modalitas yang digunakan hanya tiga jenis modalitas, sehingga untuk perbaikan selanjutnya dapat ditambahkan jenis modalitas yang lainnya
Daftar Pustaka [1] [2] [3] [4] [5] [6]
[7]
DePorter Bobbi, Hernacki Mike. 1992 Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan.New York : Dell Publishing Firdaus. 2007. PHP &MySQL dengan Dreamweaver. Palembang: Maxikom. Kusrini. (2008). Aplikasi Sistem PakarMenentukan Faktor Kepastian Pengguna dengan Metode Kuantifikasi Pertanyaan. Yogyakarta : Andi Offset. Kusumadewi, Sri. (2003). Artificial intelligence teknik dan aplikasinya. Yogyakarta : GrahaIlmu. Peranginangin, Kasiman. 2006. Aplikasi Web dengan PHP dan MySQL. Yogyakarta: Andi. Fairuzabadi, Muhammad. 2009. Data Mining – Konsep Pohon Keputusan. http://fairuzelsaid.wordpress.com/2009/11/24/data-mining-konsep-pohon-keputusan/. Diakses tanggal 24 April 2013 Pukul 11.33 WIB. Siti, Rohani(2012).” Aplikasi sistem pakar Penentuan modalitas atau gaya belajar anak”. Teknologi Informasi-ITS.Surabaya .
ISSN : 2302-3751
49
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemberian Bonus Kepada Outlet Penjualan Pulsa Axis di Kabupaten Lamongan Aini Fitriyah1), Syaifudin Ramadhani 2), Urifatun Anis 2) 1)
2)
Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan
Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Permasalahan yang timbul di dunia ini terkadang sering sekali memiliki jawaban yang tidak pasti, logika fuzzy merupakan salah satu metode untuk melakukan analisis system yang tidak pasti. Tugas akhir ini membahas penerapan logika fuzzy pada penyelesaian masalah hasil pemberian bonus menggunakan metode Mamdani. Masalah yang diselesaikan adalah cara menentukan hasil pemberian bonus jika hanya menggunakan dua variable sebagai input datanya, yaitu : aktivasi dan transaksi. Langkah pertama penyelesaian masalah hasil pemberian bonus dengan menggunakan metode Mamdani yaitu menentukan variabel input dan variabel output yang merupakan himpunan tegas, langkah kedua yaitu mengubah variabel input menjadi himpunan fuzzy dengan proses fuzzifikasi, selanjutnya langkah yang ketiga adalah pengolahan data himpunan fuzzy dengan metode maksimum. Dan langkah terakhir atau keempat adalah mengubah output menjadi himpunan tegas dengan proses defuzzifikasi dengan metode centroid, sehingga akan diperoleh hasil yang diinginkan pada variabel output. Dari data perhitungan hasil pemberian bonus menurut metode Mamdani diperoleh 3.450,8323 top up, maka dari analisis dapat disimpulkan bahwa metode yang paling mendekati nilai kebenaran adalah hasil pemberian bonus yang diperoleh dengan pengolahan data mengunakan metode Mamdani. Kata kunci: logika fuzzy, metode mamdani. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu dihadapkan pada beberapa pilihan. Pengambilan keputusan yang tepat akan sangat berpengaruh pada kehidupan kedepannya. Keputusan adalah aktivitas yang diambil sebagai dasar suatu permasalahan, pembuatan keputusan yaitu proses pemilihan di antara beberapa tindakan alternative yang ada untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. PT AXIS Telekom Indonesia (sebelumnya bernama PT Natrindo Telepon Seluler), dikenal sebagai AXIS, adalah sebuah perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia. AXIS mempunyai produk GSM dengan nama sama, "AXIS". Berdasarkan penjelasan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemberian Bonus Kepada Outlet Penjualan Pulsa Axis di Kabupaten Lamongan”. 1.2 Tujuan Memberikan balas jasa yang berbeda dikarenakan hasil penjualan pulsa axis yang berbeda. Mendorong semangat kerja outlet axis dan memberikan kepuasan terhadap customer axis. Meningkatkan produktivitas outlet axis. Dalam melakukan penjualan, outlet axis selalu membutuhkan customer. axis untuk melaksanakan rencanarencananya. II. LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah suatu sistem informasi yang mengevaluasi beberapa pilihan yang berbeda guna membantu seseorang memberikan keputusan terhadap masalahnya(Linda, 2012). 2.2 Logika Fuzzy Logika Fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output (Lutfi Astor Zadeh, 1962). 2.3 Metode Mamdani
ISSN : 2302-3751
50
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Untuk mendapatkan output, diperlukan 4 tahapan: 1. Pembentukan Himpunan Fuzzy 2. Aplikasi Fungsi Implikasi 3. Komposisi Aturan 4. Penegasan ( defuzzy ) Metode ini diperkenalkan oleh ( Ebrahim Mamdani, 1975). III. ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Kebutuhan Sistem Dalam penyelesaian masalah pada instansi tersebut peneliti ingin membuat sistem baru yang nantinya untuk menggantikan sistem yang sedang berjalan saat ini untuk membuat laporan pemberian bonus kepada outlet penjualan pulsa axis yang saat ini masih menggunakan cara yang lama yaitu word dan excel, peneliti membuat sistem baru ini agar bisa menggantikan cara yang lama dan memenuhi kebutuhan pada sistem pemberian insentif kepada outlet tersebut sehingga dapat membantu untuk menentukan berapa banyak outlet yang mendapatkan bonus. 3.2 Tahap Desain (Perancangan Sistem) Memahami rancangan system informasi sesuai data yang ada dan mengimplementasikan model yang diinginkan oleh pemakai. Pemodelan system ini berupa perancangan database dengan di dukung oleh pembuatan Contex Diagram, Data Flow Diagram, Flowchart, Conceptual data modeling dan Pysical data modeling, guna mempermuda dalam prose – proses selanjutnya. IV. IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Implementasi merupakan tahap kelanjutan dari kegiatan perancangan sistem, tahap ini merupakan tahap meletakkan sistem supaya siap untuk dioperasikan dan dapat dipandang sebagai usaha untuk mewujudkan sistem yang telah dirancang. Langkah-langkah dalam tahap implementasi ini adalah urutan kegiatan awal sampai akhir yang harus dilakukan dalam mewujudkan sistem yang telah dirancang. 1). Uji coba Sistem Pengujian suatu sistem atau aplikasi yang telah dibuat, perlu dilakukan sebelum aplikasi tersebut digunakan. Uji coba sistem merupakan salah satu bagian penting dalam menjamin kualitas aplikasi. 2). Pengujian form login dengan black box testing :
Gambar 1. Form Login
Gambar 2. Message Box Penjelasan dari tampilan diatas adalah : a. Gambar 1. Halaman login sudah berjalan semestinya. b. Admin bisa login sesuai dengan yang telah dirancang. c. Gambar 2. akan keluar message box jika login gagal.
3). Pengujian form Menu Utama dengan black box testing :
ISSN : 2302-3751
51
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
Gambar 3. Form Menu Utama Form menu utama akan muncul jika admin memasukkan nama dan password yang benar. 4.2 Pembahasan Berdasarkan fokus pembahasan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini, maka penulis melakukan pembahasan atas laporan hasil pemberian bonus dengan menggunakan perhitungan fuzzy logic metode mamdani. Tabel 1. Data Actsp, Rso dan ( HPB ) Id_outlet
actsp
rso
HPB
04-000001
2520
250
2550
04-000002
2100
175
2200
04-000003
2685
233
2750
04-000004
2740
154
2800
04-000005
3070
192
3050
04-000006
2960
144
3000
04-000007
2710
130
2750
04-000008
3140
100
3100
04-000009
3120
131
3100
04-000010
2880
142
2900
Dalam kasus ini terdapat 3 variabel, yaitu : 2 variabel input, variabel actsp, dan variabel rso, sedangkan untuk output terdapat 1 variabel, yaitu : hasil pemberian bonus. Variabel actsp memiliki 2 nilai linguistic, yatu naik dan turun, variabel rso memiliki 2 nilai linguistic, yaitu : banyak dan sedikit, sedangkan variabel hasil pemberian bonus memiliki 2 nilai linguisti, yaitu : bertambah dan berkurang. 4.3 Penyelesaian Menggunakan Metode Mamdani Penyelesian masalah untuk kasus pemberian bonus dengan menggunakan metode mamdani, untuk mempermudah dapat mengunakan tools box pada Matlab adalah sebagai berikut : a. Variable actsp : TURUN dan NAIK himpunan fuzzy
Gambar 4. Variabel Actsp b. Variable himpunan rso : SEDIKIT dan BANYAK himpuanan fuzzy
ISSN : 2302-3751
52
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
Gambar 5. Variabel Rso c. Variable himpunan hasil pemberian bonus : BERKURANG dan BERTAMBAH himpunan fuzzy
Gambar 6. Variabel Hasil Pemberian Bonus d. Aplikasi fungsi implikasi untuk keempat aturan Rule
Gambar 7. Rule Hasil Pemberian Bonus e. Daerah hasil komposisi dari variabel (actsp,rso dan hasil pemberian bonus ) himpunan fuzzy
Gambar 8. Daerah Komposisi Variabel f. Hasil grafik dari variabel (actsp,rso dan hasil pemberian bonus ) himpunan fuzzy
ISSN : 2302-3751
53
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
Gambar 9. Hasil Grafik Variabel V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan mengenai sistem inferensi Fuzzy logic Metode Mamdani, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penentuan hasil pemberian bonus jika hanya mengunakan dua variabel sebagai input datanya, yaitu : actsp dan rso. Pada metode Mamdani, untuk mendapatkan hasil diperlukan tahap-tahap : (a). Fuzzifikasi. (b). Aplikasi fungsi implikasi, (c). Komposisi aturan-aturan dengan metode maksimum. (d). Defuzzifikasi. 5.2 Saran Pada tugas akhir ini, terdapat 2 variabel input yaitu : actsp dan rso. Dan memiliki 1 variabel output yaitu : hasil pemberian bonus yang akan diberikan kepada outlet. Masing-masing variabel memiliki 2 variabel linguistic. Untuk actsp, variabel linguistiknya turun ; naik Untuk rso, variable linguistiknya sedikit ; banyak. Untuk hasil pemberian bonus linguistiknya berkurang : bertambah Selanjutnya dapat dikembangkan dengan menggunakan variabel input lebih dari 2. Masing-masing variable mempunyai lebih dari 2 variabel linguistic. VI. DAFTAR PUSTAKA 1. Mamdani Ebrahim, 1975. “ Metode Mamdani”. http://metodemamdani.blogspot.com Diambil tanggal 12 juli 2013. 2. Linda, 2012. “ Sistem Pendukung Keputusan”. http://sistempendukungkeputusan.blogspot.com Diambil tanggal 12 juli 2013. 3. Lutfi Astor Zadeh, 1962. “Logika Fuzzy”. http://logikafuzzy.blogspot.com. Diambil tanggal 12 juli 2013. 4. Tim Jurnal, 3013. “ Aplikasi Logika Fuzzy Dalam Menggukur Peluang Terjadinya Banjir Menggunakan Metode Mamdani”. http://www.ebook-saya.com. Diambil tanggal 12 juli 2013.
ISSN : 2302-3751
54