127
EFEK PENERAPAN WORK BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK PENDINGIN Yunesman 1, Syahron Lubis2, Ambiyar 3 Program studi Pendidkan Teknik Elektro FT. Universitas Negeri Padang Email:
[email protected]
1,2,3
ABSTRACT The purpose of this research is to explain that applying the work Based Learning can improve the student’s achievement in learning Coolant Technique for Industrial Automation Students SMKN 1 Batam.The research was Quasi Experimental by Non Equivalent Groups Control Design Pretest – Posttest method. The sample of the research was the students of Grade X Industrial Automation SMKN 1 Batam. The sampling technique was cluster random sampling. It was done by comparing the result of performance test between the experimental class that used work based learning method and control class that used the conventional learning method. Analysis requirement test was Lilifors test and F-test. The hypothesis test used T-test.Conclude the student’s achievement of experimental group more than the student’s achievement of control group. The result of T-test stated that t-observed > t-table(7.652 > 2.763). Based on the T-test, it means t-observed > t-table so t-observed is in Ha accepting area not in Ho accepting area. The hypothesis of the research is Ho refused and Ha accepted (significant), there is the effect to the student’s achievement by using Work Based Learning compare with Conventional Learning Keywords—Work Based Learning Teaching methods, Quasi-Experimental Design, PretestPosttest.Real Business. 1. Pendahuluan Dalam pembelajaran Teknik Pendingin ini didapatkan hasil belajar yang diperoleh siswa rendah atau tidak memuaskan. Prediksi hasil pembelajaran yang rendah dalam mata diklat ini dapat diakibatkan oleh masalah - masalah dalam pembelajaran berupa : sistem evaluasi yang terlalu sulit, penyampaian materi pembelajaran yang tidak dapat dimengerti oleh siswa secara cepat dan tepat karena model pembelajaran yang dilakukan tidak cocok dengan mata diklat ini atau terlalu rumit yang memungkinkan timbulnya tingkat kemandirian siswa ,ketekunan dan kerajinan menjadi rendah. Tabel 1.Nilai mata pelajaran Teknik Pendingin kelas XII OTO2 tahun ajaran 2010/2011 dengan KKM = 70 Nilai Jumlah Siswa Prosentase 90-100 0 0 80-89 5 25% 72 – 79 7 28% <70 13 52% Total 25 100% Sumber : Kurikulum SMK N1 batam ( Nilai baku sebelum remedial ) Dalam mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut diperlukan metode pembelajaran yang tepat.Metode pembelajaran yang sudah banyak dilakukan dalam pembelajaran diantaranya adalah: April 2017 | Vol. 2 | No. 1 | ISSN : 2541-2647
128 metode pembelajaran pemecahan masalah ( problem solving ), pembelajaran inkuiri (inkuiry learning), pembelaja-ran kooperatif (cooperative learning), pembelajaran belajara mengajar kontektual (contextual teaching and learning).dan pembelajaran berbasis kerja (work based learning). Karena pembelajaran ini banyak berhubungan dengan praktek yang sangat erat hubungannya dengan praktek langsung di dunia kerja atau kerja mandiri maka penulis memprediksikan model pembelajaran work based learning mungkin sangat cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata diklat Teknik Pendingin ini. Dalam mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut diperlukan metode pembelajaran yang tepat.Metode pembelajaran yang sudah banyak dilakukan dalam pembelajaran diantaranya adalah: metode pembelajaran pemecahan masalah ( problem solving ), pembelajaran inkuiri (inkuiry learning), pembelajaran kooperatif (cooperative learning), pembelajaran belajara mengajar kontektual (contextual teaching and learning).dan pembelajaran berbasis kerja (work based learning). Karena pembelajaran ini banyak berhubungan dengan praktek yang sangat erat hubungannya dengan praktek langsung di dunia kerja atau kerja mandiri maka penulis memprediksikan model pembelajaran work based learning mungkin sangat cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata diklat Teknik Pendingin ini. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Hamalik (1995: 48) hasil belajar adalah:“Perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”. Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2005: 3)“hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”. Hasil belajar Teknik Pendingin merupakan tingkat kemampuan yang dapat dikuasai dari materi yang telah diajarkan mencakup tiga kemampuan sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Bloom di dalam Sudjana (2007: 22-32) bahwa tingkat kemampuan atau penugasan yang dapat dikuasai oleh siswa mencakup tiga aspek yaitu: A. Kemampuan kognitif (cognitive domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspekaspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari: Pengetahuan (Knowledge),Pemahaman (Comprehension),Penerapan (Application),Analisis (Analysis), Sintesis (synthesis),Evaluasi (Evaluation), B. Kemampuan afektif (the affective domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspekaspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari: Kemampuan menerima (Receiving) ,Sambutan (Responding) ,Penghargaan (Valueving),Pengorganisasian (Organizing),Karakteristik (Characterization), C. Kemampuan psikomotor (The psychomotor domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistim syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis oleh Harraw dalam Sudjana (2007: 22-32) .Kawasan ini terdiri dari: Meniru (Immitation), Manipulasi (Manipulation), Kecepatan Gerakan (Precision),Artikulasi (Articulation) , Naturalisasi (Naturalization), Paradigma Baru Pendidikan dan Pembelajaran dalam Boud & Solomon, 2000 dalam WorkBased Learning A new imperative: developing reflectivepractice in professional life mengatakan bahwa :The concept of work-based learning as a paradigm shift is taken up in Work based learning, a new higher education . Jadi dari Boud dan Solomon diatas work based learning adalah suatu paradigm baru dalam pendidikan.Dalam paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah ‘mempelajari cara belajar’ (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran April 2017 | Vol. 2 | No. 1 | ISSN : 2541-2647
129 Work-based learning has increasingly become an area of interest for the higher education (HE) sector. It is seen as means by which to support thepersonal and professional development of students who are already in work and the focus of the learning and development tends to be on thestudent’s workplace activities oleh Brennan and Little (2006) Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa: Work Based Learning telah menjadi daerah yang semakin menarik untuk sektor pendidikan tinggi atau sekolah. Hal ini dilihat sebagai sarana untuk mendukung pribadi dan profesional dalam pengembangan pembelajaran siswa yang sudah bekerja dan pengembangan cen-derung pada kegiatan siswa ditempat kerja . Menurut Anggaraini (2010). Work Based Learning adalah suatu program dimana siswa dapat belajar di dunia usaha dan industri secara bersamaan dengan dunia pendidikan (sekolah), program Work Based Learning dimaksudkan untuk membawa siswa belajar langsung di real business untuk menerapkan materi pembelajaran yang telah mereka pelajari di kelas. Jadi pembelajaran dengan metode Work Based Learning suatu model pembelajaran yang berbasis kerja yang mengaplikasikan sistim kerja di Industri kedalam silabus pembelajaran disekolah. Pendekatan Pembelajaran Work Base Learning oleh Anggraini dan Lela (2010) adalah Internships, apprentice-ship, Co-operative Educational Placement, School-Based Enterprise, Service Learning, Job Shadowing dan di tambah dengan link and macth (Kepmendikbut Nomor 080 / U / 1993). 2. Metode Penelitian Papulasi yang digunakan adalah Siswa kelas X jurusan Otomasi Industri SMKN 1 Batam yang berjumlah 108 siswa yang terdiri tiga kelas tahun ajaran 2010/2011. Teknik sampel yang digunakan adalah cluster Rondom sampling dengan cara: membuat 6 kupon pengundian sebanyak grup yang tersedia yang diberi tulisan masing grup pembelajaran .dimasukan kedalam satu kotak yang bertuliskan grup eksperimen dan satu kotak bertuliskan grup k ontrol dan juga bertuliskan masing –masing grup pembelajaran. Dari kedua kotak kupon tersebut , dalam pengundian kupon pada kotak grup experimen didapatkan kupon yang bertuliskan grup XL3B dan pada kotak grup kontrol didapatkan kupon yang bertuliskan grup XL3A. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan non-equivalen control groups design pretest dan posttest. O1 X O2 O3 O4 1. Metode pembelajaran work based learning digunakan sebagai alat yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siwa dengan pendekatan yang memungkinkan siswa menggunakan tempat kerja untuk mempelajari materi pembelajaran, serta menerapkan kembali materi pembelajaran tersebut di dalam tempat kerja . TEMPAT KERJA (TEMPAT PRAKTEK)
RUANG BELAJAR
Gambar 1. Pembelajaran metode work based learning Uji Validitas digunakan Rumus korelasi Product Moment dari Karl's Pearson menurut kutipan Sugiyono (2000:213) sebagai berikut: April 2017 | Vol. 2 | No. 1 | ISSN : 2541-2647
130 𝑛 ∑𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛∑𝑋 2 − (∑𝑋)2 }{𝑛∑𝑌 2 − (∑𝑌)2 } Berdasarkan r tabel untuk 30 responden dengan tingkat taraf signifikannya 5% diperoleh nilai r tabel = 0,361. Jadi berdasarkan tabel r hitung ≥ r tabel kecuali VAR00027 didapatkan hasil rhitung 0,229 yang berarti instrument penelitian VR00027 ini r hitung < r tabel dikatakan tidak valid. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitasnya menggunakan rumus Kuder-Richardson 21 ( K-R. 21), sebagai berikut: k
r11 = [k−1] [1 −
∑ σ2n σ2t
]
Berdasarkan rtabel untuk 30 responden dengan tingkat taraf signifikannya 5% diperoleh nilai r tabel = 0.361. Bila rhitung ≤ rtabel maka instrumen penelitian tidak reabel dan bila rhitung ≥ r tabel Jadi berdasarkan uji coba reabilitas didapatkan 0.946,maka r hitung ≥ r tabel (0.946. ≥ 0.361), jadi semua intrumen penelitian adalah reliable. 3. Pembahasan /Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil Penelitian Berdasarkan pengolahan data hasil belajar siswa otomasi industri SMKN 1 Batam dengan menggunakan pembelajaran metode work based learning dalam mata pelajaran Teknik Pendingin .Hasil Belajar tersebut adalah hasil belajar tes kemampuan praktek ( performance test ) dalam pembelajaran service AC pada kelas X otomasi 3A sebagai kelas kontrol dan kelas X otomasi 3B sebagai kelas experimen . 3.1.1. Uji Normalitas Uji normalitas pada kelas kontrol juga dilakukan dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors dan dibantu dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) SPSS 20 untuk data deskriptif dan Q-Q plotnya. Berdasarkan uji Liliefors diperoleh berdasarkan langkah-langkah yang diungkapkan Sudjana (2002:467) data sampel dikatakan berdistribusi normal apabila jika L0 < Ltabel dan jika L0 > Ltabel berarti data sampel tidak berdistribusi normal. Berdasarkan pengujian untuk grup eksperimen diperoleh L0 = 0.1501 dan Ltabel = 0.161. Karena L0 < Ltabel (0.1501< 0.161), maka dapat disimpulkan bahwa grup eksperimen berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95 %. Sedangkan pengujian untuk grup kontrol diperoleh L 0 = 0.0242 dan Ltabel = 0.161. Karena L0 < Ltabel (0.0242 < 0.161), maka dapat disimpulkan bahwa grup kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95 %. Untuk perhitungan lebih jelas lihat tabel dibawah.
No 1. 2.
Tabel 2.Uji Normalitas dengan uji Liliefors Kelas L0 Ltabel Kesimpulan Keterangan Eksperimen 0.1501 0.161 L0 < Ltabel Data normal Kontrol 0.0242 0.161 L0 < Ltabel Data normal
3.1.2. Uji Homogenitas Setelah melakukan uji normalitas dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas sampel dilakukan menggunakan uji F dengan sebagai berikut:
April 2017 | Vol. 2 | No. 1 | ISSN : 2541-2647
131 Tabel 3. Tabel Uji F (Anova ) Eksperimen Sum of Squares 1072.611
(Combined) Between Groups
Linear Term
Weighte d Deviatio n
df 12
Mean F Square 89.384 .441
Sig.
1.309
1
1.309 .006
.939
1071.302
11
97.391 .481
.855
.886
Within Groups 1012.500 5 202.500 Total 2085.111 17 Uji F diperoleh berdasarkan Sudjana (2002:250) dimana Fhitung < Ftabel berarti data kelas sampel mempunyai variansi yang homogen sebaliknya jika Fhitung > Ftabel dan berarti data kelas sampel heterogen . Harga Ftabel untuk taraf nyata (α) = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) (n-1) = 17 adalah 1.796. Jadi harga Fhitung < Ftabel, (0.886 < 1.796 ) sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua grup sampel mempunyai variansi yang homogen. 3.1.3. Uji Hipotesis Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas seperti telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa kedua sampel terdistribusi normal dan kedua kelas mempunyai variansi homogen. Untuk mengungkapkan hipotesis yang diuraiakan pada BAB II yaitu untuk mengungkapkan Penerapan Work Based learning dapat meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran Teknik Pendingin siswa Jurusan Otomasi industri SMKN 1 Batam. Pembuktian ini dilakukan dengan mengunakan t-test yaitu Independent samples Test pada SPSS20 . Berdasarkan perhitungan tabel 4, diperoleh t hitung = 7.652 dan harga ttabel berdasarkan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) -2 = 34 untuk peluang satu jalur 0.005 = 2.704 . Dari taraf signifikasi tabel (α1) dibandingkan taraf signifikan Equal variances assumed (α2) yaitu 0.005 > 0.00 dengan demikian Ho dtolak dan Ha diterima (signifikan) . Jika harga thitung > ttabel, (7.652 >2.704) maka bahwa Ho ditolak dan Ha diterima ( signifikan ),terdapat penga-ruh yang signifikan penggunaan metode pembelajaran metode work based leaning terhadap hasil belajar teknik pendingin kelas X Otomasi Industri SMKN 1 Batam dalam pelajaran service AC dibandingkan daripada hasil belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan materi pembelajaran yang sama.
April 2017 | Vol. 2 | No. 1 | ISSN : 2541-2647
132 Tabel 4 . Uji T test Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Sig.
Equal variances assumed Gain Score Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
t
4.64 7.6 .038 7 52
Df
Sig. Mean Std. 95% (2- Differ Err Confidence tail ence or Interval of ed) Diff the ere Difference nce Low Upper er 22.38 2.92 9 6
16.4 28.335 43
7.6 25.1 22.38 2.92 .000 52 75 9 6
16.3 28.412 65
34 .000
3.2. Pembahasan Hasil Penelitian Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan yang senantiasa berubah setiap waktu, oleh karena itu hendaknya seseorang mempersiapkan dirinya untuk menghadapi semua kehidupan yang dinamis dan penuh persaingan dengan belajar, dimana didalamnya termasuk belajar memahami diri sendiri, memahami perubahan, dan perkembangan globalisasi. Dengan belajar seseorang untuk siap menghadapi perkembangan zaman yang begitu pesat. Belajar merupakan suatu proses perubahan sikap dan perilaku yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pendapat tersebut didukung oleh penjelasan Slameto (2010:2) bahwa: Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam pembelajaran dengan mengunakan metode work based learning mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan dari pembelajaran yang langsung didapatkan dari lapangan karena pembelajaran ini dilakukan ditempat kerja itu sendiri dan dibahas didalam kelas , dengan artian siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja langsung. Dari hasil belajar yang dapat terbukti bahwa hasil belajar dengan metode work based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibuktikan 100% siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode work based learning mendapatkan hasil belajar diatas KKM. Dalam pembelajaran ini dilakukan dengan proses dari praktek dilapangan dan dilanjutkan didalam ruang kelas dalam pembahasan apa yang terjadi dilapangan (tempat kerja) dan pembelajaran ini dilakukan secara berulang – ulang supaya mendapatkan hasil yang memuaskan karena hasil kerja yang lakukan harus mempunyai standar kepuasan sesuai dengan keinginan pelanggan(service AC). Dalam pembelajaran ini aspek yang dikembangkan adalah aspek kognitif yang meliputi pengetahuan ,pemahaman, penerapan,analisa, sintesis dan evaluasi .dari aspek tersebut dapat kita lihat:
April 2017 | Vol. 2 | No. 1 | ISSN : 2541-2647
133 1. Aspek pengetahuan. Dalam pembelajaran ini siswa diberi pembelajaran prinsip dasar teknik pendingin ( dasar dasar AC). 2. Aspek pemahaman Siswa ditutut untuk memahami prinsip dasar service AC sesuai dengan SOP dari service AC tersebut. 3. Aspek penerapan Dalam pembelajaran ini ,apa yang sudah didapatkan dalam teori didalam kelas langsung bisa diterapkan langsung dilapangan kerja. 4. Aspek analisis Siswa harus mampu menganalisa kekurangan-kekurangan dan hal-hal yang dialami dilapangan. 5. Aspek sistesis Dalam hal ini siswa harus mampu mengaplikasikan pembelajaran yang dilakukan didalam kelas dalam pelaksanaannya ditempat kerja. 6. Aspek Evaluasi Siswa harus mampu mengevaluasi kekurangan ataupun kelebihan praktek yang dilakukan dilangan dengan teori yang sudah diberikan. Kalau melihat dari kemampuan afektif ( the Affective domain) yang berkaitan dengan aspek emosional yang tediri dari : 1. Aspek Menerima Dalam pembelajaran ini siswa diharuskan menerima pembelajaran dengan baik dengan memberikan pembelajaran tidak membosankan dengan jalan pembelajaran didua tempat dan lagi apabila siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik maka hasil yang diperoleh dilapangan akan membuat mesin AC pelanggan yang diservice akan rusak ataupun tidak optimal yang mengakibatkan pelanggan akan kecewa. 2. Aspek Respon Siswa ditutup harus tanggap terhadap terhadap pengarahan-pengarahan yang diberikan saat akan melakukan praktek dilapangan. 3. Aspek penghargaan Dalam pembelajaran ini siswa akan menjadi senang dan banga apabila hasil praktek yang dilakukan sesuai dengan SOP ataupun sesuai dengan yang diharapkan pelanggan. 4. Aspek Organisasi Dalam pelaksanaan pembelajaran ini ditutut siswa bisa bekerjasama dalam pelaksanaan praktek .karena praktek ini dilakukan oleh dua orang siswa. Jadi kerjasama antara kedua siswa ini diharuskan beker-jasama dalam pelaksanaannya agar tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan antara kedua siswa dalam praktek ini .Jangan sampai siswa saling menunggu dalam setiap kegiatan kerja. 5. Aspek Karakteristik Apabila siswa dalam pembelajaran service AC harus menjiwai pembelajaran ini agar menjadi suatu kebisaan kerja praktek baik praktek service AC ataupun pembelajaran lain yang berhubungan dengan praktek. Mengacu kepada aspek kemampuan pshikomotorik yang sangat berhubungan erat dengan aspek keterampilan yang melibatkan fungsi syarat dan otot , yang dapat dikategorikan kedalam aspek: 1. Aspek Meniru Dalam pembelajaran praktek ini siswa ditutut untuk dapat mem-perhatikan dan meniru pekerjaan yang hasilnya baik dan pada prakteknya sesuai dengan praktek yang sudah baik tersebut. April 2017 | Vol. 2 | No. 1 | ISSN : 2541-2647
134 2. Aspek manipulasi Siswa dapat membayangkan hasil pekerjaan siswa lain yang sudah baik dan diapliksikan dengan praktek yang sama oleh siswa tersebut. 3. Aspek ketepatan gerak Dalam praktek memelihara dan service AC ini siswa dituntun bekerja berdasarkan waktu pengerjaan karena apabila sudah bekerja langsung dilapangan siswa akan mengerjakan pekerjaan tersebut sesuai waktu yang diharapkan oleh pelanggan. 4. Aspek Artikulasi Dalam praktek service AC siswa harus sesuai dengan SOP maka service AC untuk menghasilkan kerja yang akurat. 5. Aspek Naturalisasi Jika siswa sudah terbiasa dengan praktek service AC maka siswa tersebut akan bekerja tidak perlu dituntun lagi .siswa tersebut akan bekerja spontan dan terbiasa karena siswa tersebut sudah tahu apa yang mesti dilakukan dan dikerjakan dalam service AC. Pembelajaran dengan metode work based learning ini yang banyak berhubungan dengan praktek langsung dengan AC itu sendiri maka dengan praktek yang dilakukan berulang-ulang maka siswa berani untuk praktek langsung kelapangan seperti service AC dirumah tetangganya. Melihat pembelajaran yang dilakuan secara konvensional dibandingkan dengan pembelajaran metode work based learning maka pembelajaran konvensional sudah semestinya ditinggalkan karena tidak bisa memenuhi aspek kognitif , apektif dan pshikomotorik pendidikan dan tidak sesuai lagi dengan tujuan pendidikan SMK. 4. Kesimpulan ,Implikasi dan saran 4.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian dampak penerapan work based learning terhadap hasil belajar Teknik Pendingin siswa Otomasi Industri SMKN 1 Batam ini dapat disimpulkan bahwa: penerapan metode pembelajaran work based learning dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Teknik Pendingin siswa jurusan Otomasi Industri SMKN 1 Batam .Penelitian dilakukan tehadap mata pelajaran pembelajaran service AC. 4.2. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas penulis menge-mukakan implikasi berdasarkan temuan, selama penelitian berlangsung yaitu : Pertama, Pembelajaran teknik pendingin di kelas hanya menggunakan metode ceramah dan papan tulis ,presentasi, modul belajar, dan pemberian tugas individu sebagai medianya bukan lagi metode pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran praktek khususnya pembelajaran service AC ,sebagai penganti sebaiknya guru mengunakan metode pembelajaran work based learning, dimana pembelajaran work based learning dilakukan dengan interaksi langsung antara teori dan praktek (lapangan dengan ruang kelas ) dan siswa mengerti secara langsung apa yang diterangkan guru didalam kelas dengan kenyataan yang ada dilapangan . Kedua, penguasaan konsep dalam pelajaran service AC yang masih rendah bisa diatasi dengan metode pembelajaran work based learning, dimana konsep pembelajaran siswa ditutut untuk mengembangkan pemikiran dalam menganalisa apa yang terjadi dilapangan dan diterangkan didalam kelas. Ketiga, dengan adanya metode pembelajaran work based learning praktek kompetensi service AC dapat mencapai hasil maksimal yang dibuktikan dengan hasil tes praktek ( performace test) semuanya(100%) diatas KKM. Keempat, metode pembelajaran work based learning sangat cocok digunakan oleh guru dalam pelajaran praktek apalagi pembelajaran praktek yang bisa langsung diprektekkan dilapangan (dunia usaha atau industri). Kelima, sebaiknya penerapan metode work based learning merupakan salah satu pembelajaran yang memungkinkan dikembangkan April 2017 | Vol. 2 | No. 1 | ISSN : 2541-2647
135 keterampilan siswa dalam mengalikasikan kerja langsung (tempat Kerja) yang sesuai dengan tujuan pendidikan SMK. Dengan demikian metode work based learning dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran teru-tama pelajaran yang berhubungan dengan keterampilan praktek. 4.3. Saran Berkaitan dengan temuan dan kesimpulan dari studi ini, maka terdapat beberapa hal yang dapat disarankan, yaitu: 1. Bila pembelajaran diorientasikan kepada pengembangan kemampuan dalam mengalikasikan kerja langsung sebaiknya mengunakan pembelajaran dengan metode work based learning. 2. Pembelajaran dengan metode WBL sebaiknya diterapkan pada siswa yang sudah mempunyai kemampuan dasar listrik dan kerja bangku. 3. Metode WBL perlu dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi guru dan murid karena guru dalam pembelajaran ini harus adalah mempunyai kemampuan langsung dalam praktek secara baik.. 4. Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang implikasi metode WBL untuk bidang pembelajaran bukan bersifat praktek . Catatan: Artikel ini disusun berdasarkan tesis penulis dengan pembimbing I Prof. Syahron Lubis, M.Ed, Ph.D dan Pembimbing II Dr. Ambiyar ,M.Pd
Daftar Pustaka [1]
Ana ,2007. Persentase Work Based Learning . (David Boud and Nicky Solomon)
[2]
Anggaraini dan lela.2010.`Work Based Learning. http://smkn1subang.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=86:wor k&catid=40:berita.
[3]
Bloom ,B.S and Krathwohl ,O.1956 Taxonomy of Educational Objectictive hand book I Cognotive Domain ,London logman Group
[4]
Boud, D. & Solomon, N. (Eds) (2000) Work-based learning: a new higher education (Buckingham,SRHE and OU Press)
[5]
Brennan and Little ,2006 Work-based learning at higher education level: value, practice and critique: Published in Studies in Higher Education 35 (5), pp561-575, 2010 David Boud and Nicky 2003 Report WORK BASED LEARNING Solomon Published by: SRHE and Open University Press Buckingham
[6]
[7] [8]
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Liunir Z, Katiah dan Isma Widiaty.2004 Aplikasi Model Work Based Learning pada Perkuliahaan Praktek Usaha Busana . Bandung Fakultas Teknik UPI
[9]
Lubis,S.2011. Metodologi Penelitian. Pendidikan .Padang :Fakultas Teknik UNP Sukabina press ,Padang
April 2017 | Vol. 2 | No. 1 | ISSN : 2541-2647
136
[10]
Raelin, J.A. 1997 Work based learning in practice, Journal of Workplace Lear-ning, vol.10, nos.6/7, pp.280-283
[11]
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
[12]
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta
[13]
…………, 2007. Metode Kualitatif,Kuantitatif,R&D. Bandung : Alvabeta
[14]
…………,2000. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV.Alfabeta
[15]
Sujana,Nana.1989. Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru
[16]
------------------2002. Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru
[17]
-------------------.2004. "Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar ". Bandung: PT .Remaja Rosdakarya
[18]
------------------.2005. Metoda Stastika. Bandung: Tarsito
[19]
--------------------2007."Media Pengajaran".Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset.
April 2017 | Vol. 2 | No. 1 | ISSN : 2541-2647