1
EFEK FUMIGAN MINYAK ATSIRI PALA, KAPULAGA DAN CENGKIH TERHADAP MORTALITAS Oryzaephilus mercator Fauvel (COLEOPTERA: SILVANIDAE)
RETNO DEWI PRASETIANI
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efek Fumigan Minyak Atsiri Pala, Kapulaga, dan Cengkih terhadap Mortalitas Oryzaephilus mercator Fauvel (Coleoptera: Silvanidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016 Retno Dewi P.
NIM A34110023
5
ABSTRAK RETNO DEWI PRASETIANI. Efek Fumigan Minyak Atsiri Pala, Kapulaga dan Cengkih terhadap Mortalitas Oryzaephilus mercator Fauvel (Coleoptera: Silvanidae). Dibimbing oleh IDHAM SAKTI HARAHAP. Oryzaephilus mercator (Fauv.) (Coleoptera: Silvanidae) merupakan hama gudang sekunder. Hama ini terutama memakan produk simpanan dengan kandungan minyak yang tinggi. Metode pengendalian hama ini masih bergantung pada penggunaan insektisida dan fumigan sintetik. Berbagai penelitian laboratorium telah dilakukan untuk menemukan alternatif pengendalian terhadap hama ini, seperti pengujian efek fumigan beberapa minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan fumigan minyak atsiri pala, kapulaga, dan cengkih. Pengujian dilakukan dengan melekatkan kertas saring pada bagian dalam tutup cawan petri. Setiap perlakuan dosis minyak atsiri diteteskan ke permukaan kertas saring lalu dikeringudarakan selama 60 detik. Sebanyak 20 imago dimasukkan kemudian tutup cawan disekat menggunakan plastisin dan diinkubasi selama 72 jam. Minyak atsiri pala pada dosis 0.20 ml/L ruang fumigasi menyebakan mortalitas 96% (LD50 0.075 ml/L ruang fumigasi dan LD95 0.197 ml/L ruang fumigasi), minyak atsiri kapulaga pada dosis 0.32 ml/L ruang fumigasi menyebabkan mortalitas 96% (LD50 0.239 ml/L ruang fumigasi dan LD95 0.343 ml/L ruang fumigasi), dan minyak atsiri bunga cengkih pada dosis 0.28 ml/L ruang fumigasi menyebabkan mortalitas 95% (LD50 0.144 ml/L ruang fumigasi dan LD95 0.260 ml/L ruang fumigasi). Kata kunci: fumigan, minyak pala, minyak kapulaga, minyak cengkih, Oryzaephilus mercator
7
ABSTRACT
RETNO DEWI PRASETIANI. Fumigant Effect of Nutmeg, Cardamom, and Clove Essential Oils against Oryzaephilus mercator Fauvel (Coleoptera: Silvanidae). Supervised by IDHAM SAKTI HARAHAP. Oryzaephilus mercator (Fauv.) (Coleoptera: Silvanidae) is a stored-product secondary pest. Both adult and larvae feed mainly on stored-product with high oil content. Control methods for this pest is still depend on the use of syntethic insecticides and fumigants. Laboratory studies have been conducted to find alternative control of this pest, such as testing the effect of essential oil as fumigant. This research was aim to evaluate the fumigant effect of nutmeg, cardamom and clove essential oils. Treated filter papers were stick onto the inside part of petridish lid. Each oil was applied to Whatman filter paper then air dried for 60 second. Twenty test insects were introduced into the petridish then covered with the lid and sealed with plasticine and incubated for 72 hours. Nutmeg oil at the dose of 0.20 ml/L fumigation chamber caused mortality 96% (LD50 0.075 ml/L fumigation chamber and LD95 0.197 ml/L fumigation chamber), cardamom oil at the dose of 0.32 ml/L fumigation chamber caused mortality 96% (LD50 0.239 ml/L fumigation chamber and LD95 0.343 ml/L fumigation chamber), and clove oil at the dose of 0.28 ml/L fumigation chamber caused mortality 95% (LD50 0.144 ml/L fumigation chamber and LD95 0.260 ml/L fumigation chamber). Keywords: cardamom oil, clove oil, fumigant, nutmeg oil, Oryzaephilus mercator
9
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
11
EFEK FUMIGAN MINYAK ATSIRI PALA, KAPULAGA DAN CENGKIH TERHADAP MORTALITAS Oryzaephilus mercator Fauvel (COLEOPTERA: SILVANIDAE)
RETNO DEWI PRASETIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
14
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek Fumigan Minyak Atsiri Pala, Kapulaga, dan Cengkih terhadap Mortalitas Oryzaephilus mercator Fauvel (Coleoptera: Silvanidae)” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan September 2015 sampai April 2016. Terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orangtua penulis yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan kepada penulis. Terimakasih kepada Dr Ir Idham Sakti Harahap, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu, saran, bimbingan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Meity Suradji Sinaga, MSc selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan saran dan motivasi dalam pelaksanaan tugas akhir penulis. Disamping itu, terima kasih penulis sampaikan kepada Ir Sri Widayanti selaku supervisor Laboratorium Entomologi SEAMEO BIOTROP dan kepada Laboran Entomologi SEAMEO BIOTROP Herni Widhiastuti, SP dan Trijanti A. Widinni Asnan. MSi serta seluruh staf SEAMEO BIOTROP dan rekan-rekan Laboratorium Entomologi SEAMEO BIOTROP yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian. Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat penulis, Vera Rachmawaty, Nurul Novianti, Kamila Ferlandina, Mutia Ayu Puspita, Uju Julaeha dan Fita Vindiawati serta teman-teman Proteksi Tanaman angkatan 48 dan 49 yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam memberikan kontribusi bagi kemajuan pertanian Indonesia.
Bogor, April 2016 Retno Dewi Prasetiani
16
DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Perbanyakan Serangga Uji Uji Pendahuluan Uji Lanjutan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Efek Fumigan Minyak Atsiri Biji PalaTerhadap O. mercator Efek Fumigan Minyak Atsiri Buah Kapulaga Terhadap O. mercator Efek Fumigan Minyak Atsiri Bunga Cengkih Terhadap O. mercator PembahasanUmum SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
1 1 3 3 4 4 4 4 4 5 5 6 6 7 9 10 12 12 12 13 15 20
17
DAFTAR TABEL 1 Rata-rata persentase mortalitas imago O. mercator akibat perlakuan dengan minyak atsiri biji pala 6 2 Rata-rata persentase mortalitas imago O. mercator akibat perlakuan dengan minyak atsiri buah kapulaga 8 3 Rata-rata persentase mortalitas imago O. mercator akibat perlakuan dengan minyak atsiri bunga cengkih 9
DAFTAR GAMBAR 1 Penyiapan imago O. mercator dan media pakan serangga berupa kemiri setengah hancur (a), sebanyak 500 imago O. mercator dimasukkan ke dalam stoples yang berisi pakan kemiri (b), media peneluran dalam stoples yang diinkubasi (c) 3 2 Sebanyak 0.5 ml minyak atsiri diteteskan pada kertas saring yang telah direkatkan pada bagian dalam tutup cawan petri (a), tutup cawan petri yang telah diberi perlakuan dikeringudarakan selama ± 1 menit (b), sebanyak 20 imago serangga uji dimasukkan ke dalam cawan petri (c), cawan petri ditutup dengan kain kassa sebelum ditutup dengan tutup cawan (d dan e), celah diantara dasar dan tutup cawan petri disekat dengan plastisin (f) 4 3 Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan taraf dosis sebanyak 5 kali ulangan 5 4 Kurva persamaan regresi probit antara dosis minyak atsiri biji pala dengan mortalitas O. mercator 7 5 Kurva persamaan regresi probit antara dosis minyak atsiri buah kapulaga dengan mortalitas O. mercator 8 6 Kurva persamaan regresi probit antara dosis minyak atsiri bunga cengkih dengan mortalitas O. mercator 10
DAFTAR LAMPIRAN 1 Tabel uji anova perlakuan uji lanjutan minyak atsiri biji pala terhadap mortalitas O. mercator 2 Tabel uji anova perlakuan uji lanjutan minyak atsiri buah kapulaga terhadap mortalitas O. mercator 3 Tabel uji anova perlakuan uji lanjutan minyak atsiri bunga cengkih terhadap mortalitas O. mercator 4 Hasil analisis probit perlakuan uji lanjutan minyak atsiri biji pala terhadap mortalitas O. mercator 5 Hasil analisis probit perlakuan uji lanjutan minyak atsiri buah kapulaga terhadap mortalitas O. mercator 6 Hasil analisis probit perlakuan uji lanjutan minyak atsiri bunga cengkih terhadap mortalitas O. mercator
16 16 16 17 18 19
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan hama dapat terjadi pada saat tanaman masih di lapangan maupun pada tahap pascapanen. Kerusakan dan kehilangan hasil pada biji-bijian dan bahan pangan selama masa penyimpanan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Serangan hama gudang merupakan faktor utama yang menyebabkan susut pada komoditas simpan baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Sunjaya dan Widayanti 2012). Besarnya kehilangan hasil yang diakibatkan oleh serangga hama gudang diperkirakan mencapai 9% di negara maju dan lebih dari 20% di negara berkembang (Phillips dan Thorne 2010). Salah satu hama yang sering ditemukan di tempat penyimpanan yaitu Oryzaephilus mercator (Fauv.) (Coleoptera: Silvanidae). Hama ini termasuk hama gudang sekunder yang bersifat polifag dan kosmopolitan. Perkembangbiakan hama ini tergolong cepat karena siklus hidup hama ini berkisar dari 20 sampai 30 hari pada suhu 30οC sampai 32.5 οC dengan kelembaban relatif 70% (Rees 2004). Menurut El Nazir (2004), imago betina dari hama ini mampu menghasilkan telur rata-rata sebanyak 200 sampai 375 butir selama masa hidupnya yakni sekitar 5 sampai 8 bulan. Komoditas simpanan yang biasanya diserang oleh hama ini yaitu biji-bijian berlemak atau produk simpanan dengan kandungan minyak yang tinggi, tetapi hama ini juga dapat menyerang olahan sereal, buah yang dikeringkan, dan kacang-kacangan. Karena tidak dapat menyerang biji utuh, hama ini memperparah tingkat kerusakan yang disebabkan oleh hama primer maupun penanganan pascapanen yang kurang baik. Hama ini dapat mengurangi berat kering dan kualitas komoditas serta dapat mencemari komoditas karena adanya bekas ganti kulit larva dan menyebabkan komoditas rentan terhadap cendawan karena kenaikan kadar air dan kelembaban lingkungan di sekitar komoditas akibat proses metabolisme dari populasi serangga ini. Selain itu hama ini juga menimbulkan bau apek dan membuat komoditas saling melekat atau bergumpal (Calvin 2001 ). Menurut Prakash dan Kiran (2015), imago hama ini jarang terbang, namun memiliki kemampuan untuk bergerak cepat dan bersembunyi di banyak tempat dalam tempat penyimpanan, sehingga sulit dikontrol oleh insektisida. Berbagai cara pengendalian telah dilakukan untuk mengendalikan hama gudang primer maupun sekunder. Penggunaan insektisida sintetik masih memegang peranan utama dalam kegiatan pengendalian hama gudang pada tempat penyimpanan. Insektisida yang biasanya digunakan untuk mengendalikan hama gudang adalah fumigan untuk fumigasi dan insektisida kontak untuk penyemprotan permukaan stapel. Insektisida kontak yang umum digunakan adalah kelompok organofosfat, karbamat, dan piretroid, sedangkan fumigan yang umum digunakan adalah metil bromida, fosfin, dan sulfuril fluorida. Penggunaan insektisida kontak dan fumigan sintetik yang terlalu sering dapat menyebabkan resistensi pada serangga hama, meninggalkan residu pada komoditas dan beracun bagi manusia dan hewan (Hidayat dan Halid 2012). Penghapusan penggunaan metil bromida untuk negara berkembang ditetapkan pada tahun 2015 berdasarkan Protokol Montreal tahun 1997. Fumigasi dengan metil bromida hanya diperbolehkan untuk tindakan karantina dan prapengapalan, sedangkan untuk penyimpanan di gudang
2 tidak diperbolehkan lagi karena merusak lapisan ozon (Hidayat 2012). Fumigan fosfin yang menjadi pilihan selain metil bromida memicu perkembangan strain resisten pada serangga hama gudang, sedangkan fumigan sulfuril fluorida dapat meninggalkan residu pada komoditas (Harahap et al. 2011). Salah satu alternatif fumigan potensial yang ramah lingkungan untuk fumigasi hama gudang adalah minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang mudah menguap pada suhu ruang, beraroma, mudah terurai, tidak atau sedikit menimbulkan residu dan pada umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Koensoemardiyah 2010; Prakash dan Kiran 2015). Senyawa yang dikandung minyak atsiri pada umumnya dari golongan terpen, alkohol, aldehid, dan fenol. Beberapa jenis pestisida berbasis minyak atsiri telah diproduksi secara komersial di luar negeri untuk mengendalikan patogen dan hama (Koul et al. 2008). Produk-produk pestisida berbasis minyak atsiri pada umumnya mengandung campuran berbagai senyawa yang hasilnya tidak toksik terhadap mamalia sesuai dengan ketentuan dari EPA (Enviromental Protection Agency) di Amerika Serikat (Isman 2000; Koul et al. 2008). Minyak atsiri dapat berperan sebagai fumigan karena tingginya kandungan senyawa monoterpena yang mengakibatkan tingginya volatilitas minyak atsiri (Kim et al. 2003). Berbagai tanaman unggulan dan potensial penghasil minyak atsiri telah banyak ditanam di Indonesia, contohnya pala, kapulaga, dan cengkih. Minyak atsiri biji pala dilaporkan memiliki aktivitas insektisida sebagai racun fumigan terhadap hama gudang, seperti Sitophilus zeamais dan Tribolium castaneum dengan nilai LC50 masing-masing sebesar 4.5 dan 7.7 mg/cm2 dalam waktu pemaparan 24 jam (Huang et al. 1997). Minyak atsiri kapulaga diketahui memiliki efek fumigan terhadap S. zeamais pada konsentrasi LC50 sebesar 0.72 mg/cm2 dan T. castaneum pada konsentrasi LC50 sebesar 1.59 mg/cm2 dalam waktu pemaparan 24 jam (Huang et al. 2000). Minyak atsiri bunga cengkih diketahui memiliki efek fumigan terhadap Cryptolestes sp. dengan nilai LD50 sebesar 0.004 ml/L udara dan LD95 sebesar 0.02 ml/L udara dalam waktu pemaparan 72 jam (Bertus 2015) dan dilaporkan menyebabkan mortalitas sebesar 100% terhadap Periplaneta americana dengan konsentrasi 17.5 µl/L udara setelah 48 jam fumigasi (Omara 2012). Oleh karena itu, potensi minyak atsiri biji pala, buah kapulaga dan bunga cengkih sebagai fumigan perlu diketahui keefektifannya terhadap hama gudang lainnya seperti hama gudang sekunder O. mercator. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan fumigan minyak atsiri pala, kapulaga dan cengkih terhadap mortalitas O. mercator. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keefektifan minyak atsiri pala, kapulaga, dan cengkih sebagai fumigan alternatif dalam mengendalikan serangga hama gudang O. mercator.
3
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai April 2016 di Laboratorium Entomologi, SEAMEO BIOTROP (Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology), Tajur, Bogor. Metode Penelitian Perbanyakan Serangga Uji Serangga uji yang digunakan ialah imago Oryzaephilus mercator. Serangga uji tersebut berasal dari daerah Probolinggo yang telah dikembangbiakan di Laboratorium Entomologi, SEAMEO BIOTROP. Perbanyakan serangga dilakukan dengan memasukkan 500 imago ke dalam stoples kaca yang telah berisi 500 gram pakan kemiri setengah hancur. Stoples selanjutnya ditutup menggunakan kain kasa yang direkatkan dengan menggunakan karet gelang. Serangga yang digunakan untuk pengujian adalah serangga muda dengan kisaran umur 1 sampai 10 hari yang dapat diperoleh dengan cara melakukan peneluran imago pada media pakan serangga selama 5 hari, selanjutnya imago dipindahkan. Setelah itu, media peneluran dalam stoples diinkubasi pada suhu 30º C dan RH 70% selama siklus hidup serangga tersebut yaitu berkisar dari 20 sampai 30 hari untuk memperoleh imago dengan kisaran umur 1 sampai 10 hari (Gambar 1).
(a)
(b)
(c)
Gambar 1 Penyiapan imago O. mercator dan media pakan serangga berupa kemiri setengah hancur (a), sebanyak 500 imago O. mercator dimasukkan ke dalam stoples yang berisi pakan kemiri (b), media peneluran dalam stoples yang diinkubasi (c) Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan rentang dosis efektif yang dapat mengakibatkan mortalitas serangga uji dalam kisaran lebih besar dari 0% tetapi kurang dari 100%. Rentang dosis tersebut akan digunakan dalam uji lanjutan untuk menentukan hubungan antara dosis dan mortalitas. Minyak atsiri yang digunakan untuk pengujian didestilasi dari biji pala (Myristica fragrans),buah kapulaga (Amomum compactum), dan bunga cengkih (Syzygium aromaticum).
4 Minyak atsiri tersebut diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALLITRO), Bogor. Uji pendahuluan ketiga minyak atsiri tersebut diuji pada dosis yang berbeda-beda. Uji pendahuluan minyak atsiri biji pala diuji pada dosis 0.01, 0.02, 0.03, 0.04, dan 0.05 ml/L ruang fumigasi, minyak atsiri buah kapulaga diuji pada dosis 0.06, 0.12, 0.18, 0.24, dan 0.30 ml/L ruang fumigasi, sedangkan minyak atsiri bunga cengkih diuji pada dosis 0.05, 0.10, 0.15, 0.20, dan 0.25 ml/L ruang fumigasi. Pelarut yang digunakan untuk aplikasi minyak atsiri tersebut adalah aseton. Setiap dosis minyak atsiri yang telah dilarutkan dengan aseton diteteskan sebanyak 0.5 ml pada kertas saring Whatman berdiameter 9 cm yang telah direkatkan pada bagian dalam tutup cawan petri sedangkan kertas saring kontrol hanya diberi perlakuan dengan aseton. Penetesan larutan minyak atsiri dilakukan secara spiral dan merata dengan menggunakan pipet Mohr 2 ml. Setelah itu, tutup cawan petri dibiarkan sedikit terbuka selama 60 detik. Sebanyak 20 imago serangga uji dimasukkan ke dalam cawan petri dan diberi pakan kemiri ± 1 gram. Cawan petri yang telah berisi serangga uji kemudian ditutup dengan kain kasa pada bagian atasnya sebelum ditutup dengan tutup cawan petri yang telah diberi perlakuan. Tujuan penggunaan kain kassa sebelum ditutup yaitu menghindari adanya kontak langsung antara serangga uji dan kertas saring. Celah di antara bagian tutup dan dasar cawan petri direkatkan dengan plastisin untuk mencegah terjadinya kebocoran uap minyak atsiri. Setiap perlakuan dosis dari masing-masing minyak atsiri dilakukan sebanyak 5 kali ulangan. Mortalitas serangga diamati dan dihitung pada 72 jam setelah perlakuan (JSP).
(a)
(b)
(c)
(e) (f) (d) Gambar 2 Sebanyak 0.5 ml minyak atsiri diteteskan pada kertas saring yang telah direkatkan pada bagian dalam tutup cawan petri (a), tutup cawan petri yang telah diberi perlakuan dikeringudarakan selama ± 1 menit (b), sebanyak 20 imago serangga uji dimasukkan ke dalam cawan petri (c), cawan petri ditutup dengan kain kassa sebelum ditutup dengan tutup cawan (d dan e), celah diantara dasar dan tutup cawan petri disekat dengan plastisin (f)
5 Uji Lanjutan Perkiraan rentang dosis yang didapat pada hasil uji pendahuluan diuji lebih lanjut pada 6 taraf dosis dengan 5 kali ulangan (Gambar 3). Dosis tersebut diharapkan dapat mengakibatkan mortalitas serangga uji antara 50% sampai 95%. Berdasarkan uji pendahuluan, LD50 dan LD95 minyak atsiri biji pala sebesar 0.08 dan 0.23 ml/L ruang fumigasi, minyak atsiri buah kapulaga sebesar 0.21 dan 0.49 ml/L ruang fumigasi, minyak atsiri bunga cengkih sebesar 0.11 dan 0.29 ml/L ruang fumigasi. Dosis yang digunakan untuk uji lanjut minyak atsiri biji pala yaitu 0.04, 0.08, 0.12, 0.16, dan 0.20 ml/L ruang fumigasi, dosis uji lanjut minyak atsiri buah kapulaga yaitu 0.22, 0.24, 0.28, 0.30 dan 0.32 ml/L ruang fumigasi, dan dosis uji lanjut minyak atsiri bunga cengkih yaitu 0.12, 0.16, 0.20, 0.24, dan 0.28 ml/L ruang fumigasi. Cara pengamatan dan perlakuan yang dilakukan pada uji lanjutan sama seperti pada uji pendahuluan. Mortalitas serangga uji diamati pada 72 jam setelah perlakuan (JSP).
Gambar 3 Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan taraf dosis sebanyak 5 kali ulangan Analisis Data Model rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang dianalisis dengan menggunakan program SAS (Statistical Analysis System) versi 9.1.3 for Windows. Program SAS tersebut juga digunakan untuk membandingkan nilai tengah mortalitas antar perlakuan yang dilakukan dengan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Analisis statistika yang digunakan untuk menghitung nilai LD50 dan LD95 adalah analisis regresi linier menurut model probit yang disebut analisis probit menggunakan program POLO-PLUS (Robertson et al. 2003).
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Efek Fumigan Minyak Atsiri Biji Pala terhadap O. mercator (Fauv.) Persentase mortalitas imago O. mercator meningkat seiring dengan meningkatnya dosis minyak atsiri biji pala (Tabel 1). Mortalitas tertinggi terjadi pada dosis 0.20 ml/L ruang fumigasi, yaitu sebesar 96% dan mortalitas terendah terjadi pada dosis 0.04 ml/L ruang fumigasi, yaitu sebesar 17%, sedangkan pada perlakuan kontrol terjadi mortalitas sebesar 4%. Persentase mortalitas pada kontrol berbeda nyata terhadap semua perlakuan dosis, sedangkan pada perlakuan dosis 0.16 dan 0.20 ml/L ruang fumigasi tidak berbeda nyata yakni sebesar 90% dan 96%. Analisis probit setelah uji lanjut terhadap O. mercator pada 72 JSP menunjukkan nilai LD50 berada pada dosis 0.075 ml/L ruang fumigasi dan LD95 berada pada dosis 0.197 ml/L ruang fumigasi. Tabel 1 Rata-rata persentase mortalitas imago O. mercator akibat perlakuan dengan minyak atsiri biji pala Dosis Mortalitas O. mercator LD50 dan (ml/L ruang fumigasi) (%) LD95 Kontrol 04 e 0.075 dan 0.197 0.04 17 d 0.08 62 c 0.12 77 b 0.16 90 a 0.20 96 a Angka mortalitas yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan taraf nyata 5%.
Suatu ekstrak yang berpotensi sebagai insektisida dikatakan efektif jika menyebabkan mortalitas ≥ 80% (Dadang dan Prijono 2008). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minyak atsiri biji pala pada dosis 0.16 ml/L ruang fumigasi dapat dinyatakan efektif dalam mengendalikan O. mercator karena menyebabkan mortalitas ≥ 80%, yaitu sebesar 90%. Mortalitas O. mercator dapat terjadi akibat adanya kandungan senyawa minyak atsiri biji pala. Biji pala pada umumnya mengandung minyak atsiri sekitar 2% sampai 16% (Suhirman 2013). Minyak atsiri biji pala diketahui mengandung senyawa monoterpenoid sekitar 76.8% yang terdiri dari β-pinen (23.9%), α-pinen (17.2%), limonen (7.5%), camphen (50%), αlinalool, α-borneol, i-terpineol, dan geraniol sebanyak 6%. Selain itu, minyak atsiri biji pala juga mengandung senyawa fenolik eter seperti miristisin (4%), safrol (0.6%) dan eugenol (2%) (FAO 1994; Mallavarapu dan Ramesh 1998; Suhirman 2013). Kandungan senyawa monoterpenoid dan eugenol diketahui bersifat toksik terhadap serangga hama pada fase uapnya. Monoterpenoid dan eugenol bekerja pada sistem saraf dengan menghambat aktivitas enzim asetilkolinesterase (AchE) sehingga serangga sasaran mengalami kelumpuhan dan akhirnya mati (Rajendran dan Sriranjini 2008; Hart 1990 dalam Iffah et al. 2008).
7 Gambar 1 menunjukkan hubungan antara dosis minyak atsiri biji pala dengan persentase mortalitas O. mercator, kurva tersebut menunjukkan bahwa persentase mortalitas semakin meningkat seiring dengan meningkatnya dosis. Hasil analisis probit perlakuan efek fumigan minyak atsiri biji pala menunjukkan persamaan regresi probit yi = 9.388 + 3.893 log di (yi = probit mortalitas pada perlakuan di [dosis ke-i]). Laju peningkatan mortalitas per satuan dosis relatif rendah pada bagian di sekitar mortalitas 0% dan 100%, dan tinggi pada bagian tengah kurva, hubungan antara persentase mortalitas serangga uji dan dosis membentuk kurva sigmoid. Bila dosis dinyatakan sebagai nilai logaritmanya maka akan diperoleh kurva sigmoid normal (Prijono 1988). Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai R2 sebesar 0.9752. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan dosis minyak atsiri biji pala dapat menjelaskan mortalitas imago O. mercator sebesar 97.52%.
Mortalitas (%)
yi = 9.388 + 3.893 log di 2 R = 0.9752
Dosis (ml/L ruang fumigasi) Gambar 4 Kurva persamaan regresi probit antara dosis minyak atsiri biji pala dengan persentase mortalitas O. mercator Efek Fumigan Minyak Atsiri Buah Kapulaga terhadap O. mercator (Fauv.) Mortalitas imago O. mercator mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya dosis minyak atsiri buah kapulaga (Tabel 2). Mortalitas tertinggi terjadi pada dosis 0.32 ml/L ruang fumigasi, yaitu sebesar 96% dan mortalitas terendah terjadi pada dosis 0.22 ml/L ruang fumigasi, yaitu sebesar 37%, sedangkan pada perlakuan kontrol terjadi mortalitas sebesar 0%. Persentase mortalitas pada perlakuan dosis 0.30 dan 0.32 ml/L ruang fumigasi tidak berbeda nyata yakni sebesar 85% dan 96%. Persentase mortalitas pada perlakuan dosis 0.24 ml/L ruang fumigasi, yaitu sebesar 53% juga tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis 0.22 dan 0.28 ml/L ruang fumigasi, yaitu sebesar 37% dan 66%. Nilai LD50 dan LD95 yang diperoleh berdasarkan hasil analisis probit setelah uji lanjut berada pada dosis 0.239 dan 0.343 ml/L ruang fumigasi. Berdasarkan hasil penelitian, minyak atsiri buah kapulaga efektif dalam mengendalikan imago O. mercator pada
8 dosis 0.30 ml/L ruang fumigasi karena menyebabkan mortalitas ≥ 80%, yaitu sebesar 85%. Tabel 2 Rata-rata persentase mortalitas imago O. mercator akibat perlakuan dengan minyak atsiri buah kapulaga Dosis Mortalitas O. mercator LD50 dan (ml/L ruang fumigasi) (%) LD95 Kontrol 00 d 0.239 dan 0.343 0.22 37 c 0.24 53 bc 0.28 66 b 0.30 85 a 0.32 96 a Angka mortalitas yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan taraf nyata 5%.
Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai R2 sebesar 0.8605. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan dosis minyak atsiri buah kapulaga dapat menjelaskan mortalitas imago O. mercator sebesar 86.05%. Persamaan regresi probit yang dihasilkan yaitu yi = 11.534 + 10.522 log di (yi = probit mortalitas pada perlakuan di [dosis ke-i]). Kurva persamaan regresi probit pada gambar 2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan mortalitas imago O. mercator seiring dengan meningkatnya dosis minyak atsiri buah kapulaga.
Mortalitas (%)
yi = 11.534 + 10.522 log di R2 = 0.8605
Dosis (ml/L ruang fumigasi) Gambar 5 Kurva persamaan regresi probit antara dosis minyak atsiri buah kapulaga dengan persentase mortalitas O. mercator
9 Minyak atsiri buah kapulaga diketahui memiliki efek fumigan karena tersusun dari senyawa golongan monoterpen yang mempunyai ikatan rangkap. Monoterpen yang dominan terkandung dalam minyak atsiri buah kapulaga adalah 1.8-sineol, α- terpinil asetat, terpinen, fenchil alkohol, α-terpineol, limonen, sineolterpen dan terpineol. Kandungan senyawa monoterpen pada minyak atsiri buah kapulaga memiliki cara kerja yang sama seperti kandungan senyawa monoterpen pada minyak atsiri biji pala yaitu menghambat aktivitas enzim asetilkolinesterase (Abdelgalail et al. 2009; Abbasipour et al. 2011). Efek Fumigan Minyak Atsiri Bunga Cengkih terhadap O. mercator (Fauv.) Persentase mortalitas imago O. mercator semakin meningkat seiring dengan meningkatnya dosis minyak atsiri bunga cengkih (Tabel 3). Mortalitas tertinggi terjadi pada dosis 0.28 ml/L ruang fumigasi, yaitu sebesar 95% dan mortalitas terendah terjadi pada dosis 0.12 ml/L ruang fumigasi, yaitu sebesar 33%, sedangkan pada perlakuan kontrol tidak terjadi mortalitas. Persentase mortalitas pada perlakuan dosis 0.24 dan 0.28 ml/L ruang fumigasi tidak berbeda nyata yakni sebesar 94% dan 95%. Persentase mortalitas pada perlakuan dosis 0.20 ml/L ruang fumigasi, yaitu sebesar 76% tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis 0.16, 0.24, dan 0.28 ml/L ruang fumigasi, yaitu sebesar 62%, 94%, dan 95%. Nilai LD50 dan LD95 yang diperoleh dari hasil uji lanjutan berada pada dosis 0.144 dan 0.260 ml/L ruang fumigasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, minyak atsiri bunga cengkih pada dosis 0.24 ml/L ruang fumigasi efektif dalam mengendalikan O. mercator karena menyebabkan kematian ≥ 80%, yaitu sebesar 94%. Tabel 3 Rata-rata persentase mortalitas imago O. mercator akibat perlakuan dengan minyak atsiri bunga cengkih Dosis Mortalitas O. mercator LD50 dan (ml/L ruang fumigasi) (%) LD95 Kontrol 00 d 0.144 dan 0.260 0.12 33 c 0.16 62 b 0.20 76 ab 0.24 94 a 0.28 95 a Angka mortalitas yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan taraf nyata 5%.
Hubungan antara dosis minyak atsiri bunga cengkih dengan persentase mortalitas O. mercator ditunjukkan pada gambar 3. Kurva persamaan regresi probit pada gambar 3 menunjukkan bahwa persentase mortalitas O. mercator semakin meningkat seiring dengan meningkatnya dosis minyak atsiri bunga cengkih. Hasil analisis probit perlakuan efek fumigan minyak atsiri bunga cengkih menunjukkan persamaan regresi probit yi = 10.387 + 6.391 log di (yi = probit mortalitas pada perlakuan di [dosis ke-i]). Berdasarkan hasil uji ANOVA, diperoleh nilai R2 sebesar 0.8258. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan dosis minyak atsiri bunga cengkih dapat menjelaskan mortalitas imago O. mercator sebesar 82.58%.
10
Mortalitas (%)
yi = 10.387 + 6.391 log di R2 = 0.8258
Dosis (ml/L ruang fumigasi) Gambar 6 Kurva persamaan regresi probit antara dosis minyak atsiri bunga cengkih dengan persentase mortalitas O. mercator Mortalitas O. mercator akibat perlakuan minyak atsiri bunga cengkih diduga terjadi karena tingginya kandungan senyawa eugenol sebesar 62.72% pada minyak atsiri bunga cengkih. Selain itu, minyak atsiri bunga cengkih juga mengandung senyawa eugenol asetat (15.97%), kariofilen (18.46%), dan α-kariofilen (2.84%) (Jairoce et al. 2016). Senyawa eugenol diketahui berperan sebagai racun fumigan yang akan menguap dan menembus secara langsung ke integumen serangga sehingga dapat melemahkan dan mengganggu sistem saraf dengan menghambat aktivitas enzim asetilkolinesterase (Hart 1990 dalam Iffah et al. 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga minyak atsiri tersebut dapat mengakibatkan mortalitas imago O. mercator dengan tingkat keefektifan yang berbeda-beda. Nilai LD50 dan LD95 minyak atsiri biji pala lebih rendah daripada minyak atsiri buah kapulaga dan bunga cengkih, sehingga dapat dinyatakan bahwa minyak atsiri biji pala lebih bersifat toksik terhadap imago O. mercator dan lebih efektif dibandingkan dengan minyak atsiri buah kapulaga dan bunga cengkih. Perbedaan kandungan senyawa kimia dalam setiap minyak atsiri kemungkinan besar mempengaruhi tingkat keefektifan. Perbedaan tingkat keefektifan tersebut juga dapat terjadi karena individu-individu dalam populasi menunjukkan toleransi yang beragam akibat adanya perbedaan yang disebabkan oleh faktor intrinsik, seperti perbedaan dalam penyerapan fumigan dan proses peracunan dasar (Prijono 1988; Dadang dan Prijono 2008). Proses peracunan fumigan dalam tubuh serangga dapat dipengaruhi oleh metabolisme dan toksisitas intrinsik fumigan tersebut. Ketahanan serangga dewasa terhadap fumigan relatif konstan selama beberapa saat, kemudian ketahanannya menurun secara bertahap dengan bertambahnya umur.
11 Tingkat kepekaan serangga jantan terhadap fumigan relatif sama dengan tingkat kepekaan serangga betina (Prijono 1988). Bahan aktif dari ketiga minyak atsiri yang digunakan dalam pengujian memiliki cara kerja yang sama yakni menghambat kerja enzim asetilkolinesterase walaupun berbeda komposisi dan bentuk senyawa kimianya. Enzim asetilkolinesterase berfungsi menghidrolisis asetilkolin yang berperan menghantarkan impuls saraf. Asetilkolin akan mengalami hidrolisis menjadi kolin dan asam asetat dengan bantuan enzim asetilkolinesterase. Jika kerja enzim asetilkolinesterase terhambat, maka akan terjadi penumpukan asetilkolin sehingga menyebabkan serangga mengalami gejala tremor (gemetar), konvulsi (kejangkejang), dan paralisis (kelumpuhan) yang pada akhirnya menyebabkan kematian (Djojosumarto 2008).
12
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek fumigan minyak atsiri biji pala lebih efektif dalam mengendalikan O. mercator dibandingkan dengan minyak atsri bunga cengkih dan buah kapulaga. Minyak atsiri biji pala pada dosis 0.20 ml/L ruang fumigasi telah mengakibatkan mortalitas sebesar 96%, sedangkan minyak atsiri buah kapulaga yang mengakibatkan mortalitas sebesar 96% berada pada dosis 0.32 ml/L ruang fumigasi dan minyak atsiri bunga cengkih pada dosis 0.28 ml/L ruang fumigasi mengakibatkan mortalitas sebesar 95%. Saran Potensi minyak atsiri sebagai fumigan yang ramah lingkungan perlu diuji keefektifannya terhadap hama gudang lain pada berbagai fase. Selain itu, perlu adanya pengujian aktivitas biologi kandungan senyawa minyak atsiri dan pengaruhnya terhadap kualitas komoditas.
13
DAFTAR PUSTAKA Abbasipour H, Mahmoudvand M, Rastegar F, Hosseinpour HM. 2011. Fumigant toxicity and oviposition deterrency of the essential oil from cardamom, Elettaria cardamomum, against three stored product insects. J Insect Sci. 11:165. doi: 10.1673/031.011.1651 Abdelgaleil SA, Mohamed MI, Badawy ME, El-arami SA. 2009. Fumigant and contact toxicities of monoterpenes to S. oryzae (L.) and Tribolium castaneum (Herbst) and their inhibitory effects on acetylcholinesterase activity. J Chem Ecol. 35(5): 518-25. doi: 10.1007/s10886-009-9635-3. Bertus H. 2015. Efek fumigan minyak atsiri bunga cengkih (Syzygium aromaticum), kulit jeruk lemon (Citrus limon), dan daun mint (Mentha piperita) terhadap mortalitas Cryptolestes sp. (Coleoptera: Cucujidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Calvin D. 2001. Entomological Notes: Sawtoothed and Merchant Grain Beetles. Amerika Serikat (US): Pennysilvania State University. Dadang, Prijono D. 2008. Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan dan Pengembangan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka. Djojosumarto P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta (ID): Kanisius El Nazir SMA. 2004. The biology and ecology of some important insect pest of stored dates in Central Sudan [thesis]. Sudan (SD): University of Khartoum. [FAO] Food and Agriculture Organization of The United Nations. 1994. Nutmeg and Derivatives. Rome (IT): Working Paper. Harahap IS, Sunjaya, Dharmaputra OS, Widayanti S. 2011. Buku Panduan Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. Prijono D, Sunjaya, Hidayat P, editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. Bogor (ID): KLH, UNIDO, SEAMEO BIOTROP. Hidayat P, Halid H. 2012. Pengelolaan hama gudang terpadu. Di dalam: Prijono D, Darmaputra OS, Widayanti S, editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. Bogor: SEAMEO BIOTROP. hlm 21-37. Huang Y, Lam SL, Ho SH. 2000. Bioactivities of essential oil from Elletaria cardamomum (L.) Maton. to Sitophilus zeamais Motschulsky and Tribolium castaneum Herbst. J Stored Product Research. 36: 107-117. Huang Y, Tan JMWL, Kini RM, Ho SH. 1997. Toxicity and antifeedant action of nutmeg oil against Tribolium castaneum Herbst. and Sitophlius zeamais Motsch. J Stored Products. 33: 289-298. Iffah D, Gunandini DJ, Kardinan A. 2008. Pengaruh ekstrak kemangi (Ocimum basilicum forma citratum) terhadap perkembangan lalat rumah (Musca domestica) (L). Jurnal Entomologi. Bogor (ID). 5 (1): 36-44. Isman, M. B. 2000. Plant essential oils for pest and disease management. Crop Protection.19: 603-608. Jairoce F. Carlos, Cristiano MT, Camila FPN, Adrise MN, Claudio MPP, Flavio RMG. 2016. Insecticide activity of clove essential oil on bean weevil and
14 maize weevil. R. Bras. Eng. Agric. Ambiental. [Internet]. [diunduh 2016 Apr 12];20(1):72-77. Tersedia pada: www.agriambi.com.br. Kim SI, Roh JY, Kim DH, Lee HS, Ahn YJ. 2003. Insecticidal activities of aromatic plant extract and essential oil against Sitophilus oryzae and Callosobruchus chinensis. J Stored Products. 39: 293-303. Koensoemardiyah. 2010. A to Z Minyak Atsiri untuk Industri Makanan, Kosmetik, dan Aromaterapi. Yogyakarta (ID): Lily Publisher. Koul O, Walia S, Djaliwal GS. 2008. Essential oil as green pesticides: Potential and constraints. J Biopestic Int. 4:63‒84. Mallavarapu GR, Ramesh S. 1998. Composition of essential oils of nutmeg and mace. Journal Medicinal of Aromatic Plant Science. 20: 746 – 748. Omara SM, Khalil M.Al-Ghamdi, Mona AMM, Somia ES. Repellency and fumigant toxicity of clove and sesame oil against American cockroach (Periplaneta americana (L.). J Biotechnology. 12(9):963-970. Philips TW, Throne JE. 2010. Biorational approaches to managing stored-product insects [ulasan]. Entomology. 55:375-397.doi: 10.1146/annurev.ento.54.110807.090451. Prakash B, Kiran S. 2015. Toxicity and biochemical efficacy of chemically characterized Rosmarinus officinalis essential oil against Sitophilus oryzae and Oryzaephilus surinamensis. Journal Industrial Crops and Products. [Internet]. [diunduh 2015 Jun 20];74(1):817-823. Tersedia pada www.elsevier.com/locate/Indcrop. Prijono D. 1988. Pengujian Insektisida. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rajendran S, Sriranjini V. 2007. Plant products as fumigants for stored-product insect control. Journal of Stored Product Research. 44: 126-135. Rees D. 2004. Insects of Stored Products. Collingwood (AU): Csiro Publishing. Robertson JL, Preisler HK & Russel RM. 2003. PoloPlus: Probit and Logit Analysis User’s Guide. El Cerrito (CA): LeOra Software. Suhirman S. 2013. Diversifikasi produk biji pala. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 19(3): 17-20. Sunjaya, Widayanti S. 2012. Pengenalan serangga hama gudang. Di dalam: Prijono D, Dharmaputra OS, Widayanti S, editor. Pelatihan pengelolaan hama gudang terpadu; 2015 agustus 24-27; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Seameo Biotrop hlm 39-51.
15
LAMPIRAN
16 Lampiran 1 Tabel uji anova perlakuan uji lanjutan minyak atsiri biji pala terhadap mortalitas O. mercator Sumber Perlakuan Galat Total
Derajat bebas 5 24 29
Jumlah kuadrat 1447.866667 36.8 1484.666667
Kuadrat tengah 763.6402 1.53333
F hitung
Pr > F
R2
188.85
< 0.0001
0.9752
Lampiran 2 Tabel uji anova perlakuan uji lanjutan minyak atsiri buah kapulaga terhadap mortalitas O. mercator Sumber Perlakuan Galat Total
Derajat bebas 5 24 29
Jumlah kuadrat 1209.366667 196.00000 1405.366667
Kuadrat tengah 241.873333 8.166667
F hitung
Pr > F
R2
29.62
< 0.0001
0.8605
Lampiran 3 Tabel uji anova perlakuan uji lanjutan minyak atsiri bunga cengkih terhadap mortalitas O. mercator Sumber Perlakuan Galat Total
Derajat bebas 5 24 29
Jumlah kuadrat 1394.00000 294.00000 1688.00000
Kuadrat tengah 278.800000 12.250000
F hitung
Pr > F
R2
22.76
< 0.0001
0.8258
17 Lampiran 4 Hasil analisis probit perlakuan uji lanjutan minyak atsiri biji pala terhadap mortalitas O. mercator uji lanjut minyak atsiri pala parameter 4.388 3.893
pala SLOPE
standard error 0.344 0.334
Variance-Covariance matrix pala pala 0.118474 SLOPE 0.112315
SLOPE 0.112315 0.111448
Chi-squared goodness of fit test prep dose n pala 0.040 20. 0.040 20. 0.040 20. 0.040 20. 0.040 20. 0.080 20. 0.080 20. 0.080 20. 0.080 20. 0.080 20. 0.120 20. 0.120 20. 0.120 20. 0.120 20. 0.120 20. 0.160 20. 0.160 20. 0.160 20. 0.160 20. 0.160 20. 0.200 20. 0.200 20. 0.200 20. 0.200 20. 0.200 20. chi-square: 20.176
t ratio 12.748 11.661
r 4. 2. 4. 4. 3. 11. 11. 14. 13. 13. 16. 19. 14. 13. 15. 19. 17. 20. 16. 18. 20. 20. 18. 19. 19.
expected 3.77 3.77 3.77 3.77 3.77 11.39 11.39 11.39 11.39 11.39 15.99 15.99 15.99 15.99 15.99 18.13 18.13 18.13 18.13 18.13 19.09 19.09 19.09 19.09 19.09
degrees of freedom: 23
residual 0.229 -1.771 0.229 0.229 -0.771 -0.389 -0.389 2.611 1.611 1.611 0.008 3.008 -1.992 -2.992 -0.992 0.874 -1.126 1.874 -2.126 -0.126 0.908 0.908 -1.092 -0.092 -0.092
probab 0.189 0.189 0.189 0.189 0.189 0.569 0.569 0.569 0.569 0.569 0.800 0.800 0.800 0.800 0.800 0.906 0.906 0.906 0.906 0.906 0.955 0.955 0.955 0.955 0.955
heterogeneity: 0.877
Effective Doses LD50
pala
dose 0.075
LD95
pala
0.197
limits lower upper lower upper
0.90 0.068 0.081 0.177 0.227
std resid 0.131 -1.013 0.131 0.131 -0.441 -0.176 -0.176 1.179 0.727 0.727 0.005 1.680 -1.113 -1.671 -0.554 0.670 -0.864 1.438 -1.632 -0.097 0.975 0.975 -1.173 -0.099 -0.099
0.95 0.067 0.082 0.174 0.234
0.99 0.065 0.084 0.168 0.249
18 Lampiran 5 Hasil analisis probit perlakuan uji lanjutan minyak atsiri buah kapulaga terhadap mortalitas O. mercator uji lanjut minyak atsiri kapulaga
kapulaga SLOPE
parameter 6.534 10.522
standard error 0.632 1.079
Variance-Covariance matrix kapulaga kapulaga 0.399248 SLOPE 0.678077
SLOPE 0.678077 1.16317
Chi-squared goodness of fit test prep dose n kapulaga 0.220 20. 0.220 20. 0.220 20. 0.220 20. 0.220 20. 0.240 20. 0.240 20. 0.240 20. 0.240 20. 0.240 20. 0.280 20. 0.280 20. 0.280 20. 0.280 20. 0.280 20. 0.300 20. 0.300 20. 0.300 20. 0.300 20. 0.300 20. 0.320 20. 0.320 20. 0.320 20. 0.320 20. 0.320 20. chi-square: 57.325
t ratio 10.341 9.756
r 4. 4. 8. 10. 11. 9. 7. 6. 15. 16. 14. 9. 16. 10. 17. 17. 17. 20. 16. 15. 20. 19. 19. 20. 18.
expected 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 10.10 10.10 10.10 10.10 10.10 15.27 15.27 15.27 15.27 15.27 16.98 16.98 16.98 16.98 16.98 18.16 18.16 18.16 18.16 18.16
degrees of freedom: 23
residual -3.005 -3.005 0.995 2.995 3.995 -1.103 -3.103 -4.103 4.897 5.897 -1.268 -6.268 0.732 -5.268 1.732 0.018 0.018 3.018 -0.982 -1.982 1.844 0.844 0.844 1.844 -0.156
probab 0.350 0.350 0.350 0.350 0.350 0.505 0.505 0.505 0.505 0.505 0.763 0.763 0.763 0.763 0.763 0.849 0.849 0.849 0.849 0.849 0.908 0.908 0.908 0.908 0.908
heterogeneity: 2.4924
Effective Doses LD50
kapulaga
dose 0.239
LD95
kapulaga
0.343
limits lower upper lower upper
0.90 0.227 0.249 0.321 0.384
std resid -1.408 -1.408 0.467 1.404 1.873 -0.493 -1.388 -1.835 2.190 2.637 -0.667 -3.298 0.385 -2.772 0.911 0.011 0.011 1.885 -0.613 -1.238 1.425 0.652 0.652 1.425 -0.121
0.95 0.223 0.251 0.317 0.398
0.99 0.215 0.255 0.311 0.437
19 Lampiran 6 Hasil analisis probit perlakuan uji lanjutan minyak atsiri bunga cengkih terhadap mortalitas O. mercator uji lanjut minyak atsiri cengkih
cengkih SLOPE
parameter 5.387 6.391
standard error 0.463 0.594
Variance-Covariance matrix cengkih cengkih 0.214228 SLOPE 0.271921
SLOPE 0.271921 0.353015
Chi-squared goodness of fit test prep dose n cengkih 0.120 20. 0.120 20. 0.120 20. 0.120 20. 0.120 20. 0.160 20. 0.160 20. 0.160 20. 0.160 20. 0.160 20. 0.200 20. 0.200 20. 0.200 20. 0.200 20. 0.200 20. 0.240 20. 0.240 20. 0.240 20. 0.240 20. 0.240 20. 0.280 20. 0.280 20. 0.280 20. 0.280 20. chi-square: 90.937
t ratio 11.638 10.757
r 7. 5. 8. 5. 8. 14. 4. 17. 16. 11. 20. 9. 19. 8. 20. 20. 18. 16. 20. 20. 20. 20. 20. 19.
expected 6.18 6.18 6.18 6.18 6.18 12.36 12.36 12.36 12.36 12.36 16.42 16.42 16.42 16.42 16.42 18.46 18.46 18.46 18.46 18.46 19.36 19.36 19.36 19.36
degrees of freedom: 22
residual 0.819 -1.181 1.819 -1.181 1.819 1.642 -8.358 4.642 3.642 -1.358 3.579 -7.421 2.579 -8.421 3.579 1.540 -0.460 -2.460 1.540 1.540 0.638 0.638 0.638 -0.362
probab 0.309 0.309 0.309 0.309 0.309 0.618 0.618 0.618 0.618 0.618 0.821 0.821 0.821 0.821 0.821 0.923 0.923 0.923 0.923 0.923 0.968 0.968 0.968 0.968
heterogeneity: 4.1335
Effective Doses LD50
cengkih
dose 0.144
LD95
cengkih
0.260
limits lower upper lower upper
0.90 0.126 0.157 0.228 0.327
std resid 0.396 -0.571 0.880 -0.571 0.880 0.756 -3.846 2.136 1.676 -0.625 2.088 -4.329 1.505 -4.912 2.088 1.292 -0.385 -2.063 1.292 1.292 0.812 0.812 0.812 -0.460
0.95 0.121 0.160 0.223 0.352
0.99 0.109 0.166 0.215 0.440
20
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Sahadat dan Ibu Dian Sumardinani. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Sragen selama tiga tahun. Penulis diterima sebagai mahasiswi program studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan pada tahun 2011. Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti kepanitiaan acara yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) dan penulis juga aktif berpartisipasi pada acara seminar dan kegiatan kampus yang diadakan oleh IPB. Pada periode tahun ajaran 2014/2015, penulis mendapatkan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik). Penulis melaksanakan kegiatan KKN-P dan Upsus Pajale di Kecamatan Ciampel, Karawang, Jawa Barat pada tahun 2015. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Hama Gudang dan Permukiman pada tahun ajaran 2015/2016. Selain itu, penulis pernah mengikuti pelatihan pengelolaan data statistik pada tahun 2015 dan pelatihan penggunaan serta pemeliharaan mikroskop pada tahun 2016 yang diadakan oleh SEAMEO BIOTROP.