AKTIVITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI DAUN DAN DAGING BUAH PALA (Myristica fragrans Houtt) TERHADAP Aedes aegypti
MAMAN
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Larvasida Minyak Atsiri Daun dan Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) terhadap Aedes aegypti adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2016
Maman NIM E24110040
ABSTRAK MAMAN. Aktivitas Larvasida Minyak Atsiri Daun dan Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) terhadap Aedes aegypti. Dibimbing oleh ANNE CAROLINA. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas larvasida terhadap nyamuk Aedes aegypti, serta menganalisis senyawa kimia minyak atsiri daun dan daging buah pala yang diperoleh dengan penyulingan uap (steam distillation). Rendemen minyak atsiri daun dan daging buah pala secara berturut-turut, yaitu 0.66% dan 0.30%. Uji akivitas larvasida menggunakan larva instar III nyamuk A. aegypti dilakukan selama 24 jam terhadap minyak atsiri daun dan daging buah pala yang berasal dari pohon yang sama. Konsentrasi minyak pala yang digunakan pada penelitian, yaitu 50 μg/mL, 100 μg/mL, 150 μg/mL, 200 μg/mL, dan 250 μg/mL. Kontrol negatif merupakan perlakuan tanpa penambahan minyak dan kontrol positif dengan menggunakan larvasida sintetis abate yang mengandung 1% Temefos. Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas larvasida A. aegypti minyak atsiri daging buah pala lebih tinggi dibandingkan minyak atsiri daun pala dengan nilai LC50 133.8 µg/mL untuk minyak atsiri daun pala dan 110.1 µg/mL untuk minyak yang berasal dari daging buah pala. Analisis GCMS menunjukkan bahwa komponen senyawa kimia dalam minyak pala didominasi oleh α-pinen, sabinen, β-pinen, delta 3-caren, limonen, β-felandren, α-terpinolen, linalool, safrol, kroweasin, dan miristisin. Senyawa kimia seperti α-pinen, β-pinen, sabinen, limonen, safrol, kroweasin, dan miristisin diduga berperan sebagai larvasida terhadap A.aegypti. Kata kunci: Aedes aegypti, larvasida, LC50, minyak atsiri, Myristica fragrans
ABSTRACT MAMAN. Larvicidal Activity of Nutmeg Leaves and Fruits Essential Oil (Myristica fragrans Houtt) to Aedes aegypti. Supervised by ANNE CAROLINA. The examine its larvicidal activity against Aedes aegypti, and to aim of this research was to analyze nutmeg leaves and fruits chemical coumpond produced by steam destillation . The yield of nutmeg leaves and fruits essential oil (EO) was 0.66% and 0.30%. Larvicidal activity test of the nutmeg’s leaves and fruits EO derived from the same tree was carried out against A. aegypti. Nutmeg oil concentrations used for the larvicidal assay were 50 μg/mL, 100 μg/mL, 150 μg/mL, 200 μg/mL, and 250 μg/mL. A negative control was treatment without addition of EO, while a synthetic larvicidal was used as a positive control. The result showed that larvicidal activity in nutmeg fuits EO was higher than the nutmeg leaves. The LC50 value of nutmeg leaves EO was 133.8 µg/mL and the fruits EO about of 110.1 µg/mL. The chromatogram of GCMS showed that the chemical components in nutmeg oil was dominated by α-pinene, sabinene, β-pinene, delta 3-carene, limonene, β-phellandrene, α-terpinolene, linalool, safrole, croweacin, and myristicin. Keywords : Aedes aegypti, larvicides, LC50, essential oil, Myristica fragrans
AKTIVITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI DAUN DAN DAGING BUAH PALA (Myristica fragrans Houtt) TERHADAP Aedes aegypti
MAMAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2015 ini berjudul Aktivitas Larvasida Minyak Atsiri Daun dan Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) terhadap Aedes aegypti. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Anne Carolina, SSi MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ade Iskandar, STP MSi dari Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan Ibu Diah dari Laboratorium Pengawasan Mutu Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB yang telah membantu selama penelitian serta kepada Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah membiayai selama menempuh pendidikan di IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Sarim, Ibunda Cicin, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Para sahabat Untung Pambudi Aji, M Miftah Rahman, Irsyad Sidik, Dery Liga Hakim, Sasongko Anggar Kusumo, Sena Maulana, Didi Kuntara, Nurdin Kurniawan Sukarya, M Fauzan Mursyidan, Satungga Yusuf Herwanda, Milki Silmi Kaffah, Bayu Dwi Sancoko, Gunawan Anggi, dan M Imam Ardiansyh. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2016 Maman
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Bahan
2
Alat
2
Prosedur Penelitian
2
Uji Aktivitas Larvasida
3
Analisis Senyawa Kimia
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Rendemen Minyak Pala
5
Aktivitas Larvasida
5
Komposisi Kimia Minyak Pala
7
SIMPULAN DAN SARAN
10
Simpulan
10
Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
13
RIWAYAT HIDUP
20
DAFTAR TABEL 1 Mortalitas larva Aedes aegypti setelah 24 jam pengujian aktivitas biolarvasida minyak daun dan daging buah pala 6 2 Senyawa dominan pada minyak pala hasil analisis GCMS 9
DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir prosedur penelitian 4 2 Rendemen minyak yang dihasilkan dengan metode distilasi uap 5 3 Hubungan konsentrasi (a) minyak daun pala, (b) minyak daging buah pala dengan mortalitas larva A. aegypti berdasarkan analisis probit 7 4 Kromatogram GCMS minyak daun pala 8 8 5 Kromatogram GCMS minyak daging buah pala
DAFTAR LAMPIRAN 1 Mortalitas larva A. Aegypti terhadap minyak daun dan daging buah pala pada pohon yang sama 13 2 Probit Analysis: mortalitas (ekor); n (ekor); versus konsentrasi (µg/mL) minyak daun pala 14 3 Probit Analysis: mortalitas (ekor); n (ekor); versus konsentrasi (µg/mL) minyak daging buah pala 15 4 Hasil analisis GCMS minyak daun pala 16 5 Hasil analisis GCMS minyak daging buah pala 18
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan produsen utama minyak atsiri pala (nutmeg oil) di pasar minyak atsiri dunia. Permintaan pasar dunia untuk minyak pala sekitar 250 ton/tahun. Sementara itu, volume ekspor minyak atsiri pala Indonesia yang berasal dari bagian biji mencapai 200 ton/tahun (Rusli 2010). Komponen yang potensial mengandung minyak atsiri selain biji, yaitu daun dan daging buah pala. Telah teridentifikasi komponen yang terkandung dalam minyak atsiri daging buah pala adalah α-pinen (8.7%), β-pinen (6.92%), 3-karen (3.54%), D-limonen (8%), αterpinen (3.69%), 1,3,8-mentatrien (5.43%), α-terpinen (4.9%), α-terpineol (11.23%), safrol (2.95%), dan miristisin (23.37%) (Agoes 2010). Selama beberapa tahun, minyak pala banyak digunakan oleh masyarakat lokal di Indonesia untuk meredakan rasa sakit, gangguan pencernaan dan sebagai anti inflamasi (Hirshhorn 1983, Ozaki 1989). Pala biasanya digunakan sebagai insektisida yang dikenal mengandung terpenoid dan turunannya sehingga dipercaya dapat membunuh serangga (Isman 2006). Pemanfaatan senyawa kimia yang berasal dari alam sebagai larvasida, akan sangat membantu penanggulangan penyakit yang disebarkan oleh nyamuk. Salah satunya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit menular ini disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan melalui gigitan nyamuk A. aegypti. Cara penularan penyakit DBD terjadi secara propagatif yaitu virus dengue berkembang biak dalam tubuh nyamuk A. aegypti (Gandahusada 2000). Pusat Informasi Departemen Kesehatan mencatat, jumlah kasus DBD di Indonesia selama 2011 mencapai 65 432 kasus dengan 595 korban meninggal (Depkes RI 2011). Sejauh ini pengendalian secara kimiawi lebih sering dilakukan dengan pengasapan/fogging dan pemberian bubuk abate (yang mengandung temefos). Penggunaan insektisida sintetik sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Hal ini disebabkan oleh residu bahan kimia yang tertinggal di lingkungan (Utari 2007). Cavalcanti et al. (2004) melaporkan bahwa racun temefos dapat menyebabkan sakit kepala, iritasi, dan hilang ingatan. Larvasida ini dapat masuk ke dalam rantai makanan dan terakumulasi di dalamnya. Dengan demikian perlu adanya pengembangan insektisida yang aman bagi manusia dan lingkungan. Saat ini telah banyak ditemukan bahan alam yang berpotensi dikembangkan sebagai insektisida yang diekstrak dari beberapa jenis tumbuhan. Hasil penelitian Cheng et al. (2008) menunjukan bahwa minyak atsiri dari jenis Eucalyptus camaldulensis dan E. urophyilla bersifat larvasida terhadap A. aegypti dengan nilai LC50 berturut-turut 31 dan 96 μg/mL. Selain itu, minyak atsiri daun sirih (Piper betle) bersifat larvasida terhadap A. aegypti dengan LC50 309.03 μg/mL (Parwata et al. 2011). Komponen kimia minyak biji pala yang teridentifikasi memiliki aktivitas larvasida adalah miristisin (Abou-Elnaga 2014). Minyak atsiri memiliki bobot jenis lebih rendah dibandingkan dengan air sehingga efektif sebagai larvasida jentik nyamuk, karena larva nyamuk hidup di air dan memiliki perilaku mendekat atau menggantung pada permukaan air untuk bernapas (Campbell et al. 2004). Sejauh ini pemanfaatan daun dan daging buah pala sebagai penghasil minyak atsiri masih rendah. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan penyulingan uap
2 minyak atsiri yang berasal dari daun dan daging buah pala dan dianalisis kandungan senyawa kimianya serta potensi pemanfaatan sebagai larvasida terhadap larva instar III nyamuk A. aegypti. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas larvasida minyak atsiri daun dan daging buah pala terhadap nyamuk A. aegypti, serta menganalisis senyawa kimia minyak atsiri daun dan daging buah pala yang diperoleh dengan penyulingan uap (steam distillation). Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang senyawa aktif yang terkandung di dalam minyak atsiri daun dan daging buah pala (Myristica fragrans Houtt) yang dapat berperan sebagai larvasida nyamuk A. aegypti.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan dimulai dari bulan Agustus Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Laboratorium Pengawasan Mutu Fakultas Teknologi Pertanian IPB, dan analisis senyawa kimia di Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes POLRI. Bahan Bahan yang digunakan adalah daun dan daging buah pala yang diperoleh dari daerah sekitar lingkar Kampus IPB. Bahan lain yang digunakan adalah telur nyamuk A. aegypti diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, natrium sulfat anhidrat (Na2SO4), dan air destilata. Alat Peralatan yang digunakan adalah golok, penyulingan uap (steam distillation), labu florentine, botol kaca, gelas ukur, gelas piala, neraca analitik, pipet tetes, kertas saring, Kromatografi Gas Spektrofotometer Massa (GC-MS) Agilent Technologies 6890N series, corong, nampan plastik, gelas kaca, dan karet gelang. Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku Daun dibersihkan dari ranting, daging buah pala dirajang menjadi empat bagian kemudian ditimbang berat basahnya. Berikutnya dikering-udarakan selama ±1 minggu di dalam ruangan untuk menurunkan kandungan air pada bahan. Berikutnya ditimbang ulang daun dan daging buah pala untuk mengetahui berat keringnya yang diperlukan dalam penentuan rendemen minyak atsiri hasil destilasi.
3 Penyulingan Uap / Steam Distillation Boiler diisi dengan air untuk menyuling daun dan daging buah pala, kemudian boiler dipanaskan pada suhu maksimum 120 °C. Bahan yang akan disuling sebelumnya telah ditimbang terlebih dulu lalu dimasukan kedalam ketel suling. Labu florentine dipasang untuk menampung destilat. Air dialirkan melalui kondensor dan suhu pada ketel uap dinaikkan. Pada saat kondensat pertama menetes, dilakukan pencatatan (lama penyulingan dihitung dari saat tetesan pertama). Penyulingan dilakukan selama 2 jam. Destilat dipisahkan dalam labu florentine dan disimpan dalam botol kaca untuk dianalisis dan dihitung rendemen yang dihasilkan. Rendemen minyak =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
x 100%
Penjernihan Minyak Atsiri Natrium sulfat anhidrat (Na2SO4) ditambahkan sebanyak 1 g ke dalam beaker glass yang berisi minyak, diaduk sampai merata dan dibiarkan sampai Na2SO4 mengendap. Campuran dipisahkan dengan menggunakan kertas saring. Sampel minyak hasil pemurnian disimpan kembali untuk analisis senyawa kimia dan pengujian aktivitas larvasida. Uji Aktivitas Larvasida Larva nyamuk disiapkan dengan menetaskan telur nyamuk A. aegypti dalam media air menggunakan nampan plastik dengan kedalaman air ±2.5 cm. Telur menetas dalam waktu ±24 jam dan diberi pakan ikan selama pembiakan. Larva nyamuk tumbuh mencapai instar III pada umur 4 hari. Pengujian dilakukan terhadap larva nyamuk A. aegypti instar III karena instar III memiliki daya tahan yang cukup tinggi dibandingkan instar I dan II. Ciri-ciri larva nyamuk A. aegypti instar III yang dapat diamati secara fisik adalah memiliki panjang tubuh sekitar 45 mm, duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman (Sungkar 2005). Pengujian aktivitas larvasida minyak pala mengacu pada metode yang dilakukan oleh Haditomo (2010). Konsentrasi minyak daun dan daging buah pala pada penelitian adalah 50 µg/mL, 100 µg/mL, 150 µg/mL, 200 µg/mL, dan 250 µg/mL. Kontrol yang digunakan yaitu kontrol negatif tanpa perlakuan dan kontrol positif dengan melarutkan 4 mg abate dalam 800 mL aquades. Analisis Senyawa Kimia Minyak atsiri daun dan daging buah pala dianalisis secara kuantitatif dengan GCMS. Analisis menggunakan kolom kapiler dengan kondisi suhu maksimum 350 °C selama 35 menit, suhu injeksi 250 °C, suhu detektor 250 °C, dan suhu awal kolom 100 °C dengan peningkatan 15 °C per menit sampai 350 °C. Identifikasi senyawa dilakukan dengan mencocokkan data spektrum masa beserta fragmentasi ion suatu senyawa dalam minyak atsiri dengan data yang ada dalam pangkalan data WILLEY 9th.
4
Persiapan bahan baku
Bersihkan daun pala dari ranting
Rajang daging buah pala menjadi 4 bagian
Timbang berat basah, kering udarakan didalam ruangan selama ±1 minggu dan timbang kembali
Penyulingan dilakukan selama 2 jam Pada suhu maksimum 120 °C, tampung hasil penyulingan dalam gelas kaca
Penjernihan minyak dengan Na2SO4
Analisis GCMS
Dugaan senyawa minyak pala
Kontrol Negatif Air aquades + 20 larva
Minyak Pala Konsent rasi minyak 50 µg/mL + 20 larva
Minyak Pala Konsent rasi minyak 100 µg/mL + 20 larva
Minya k Pala Konsen trasi minyak 150 µg/mL + 20 larva
Minyak Pala Konsent rasi minyak 200 µg/mL + 20 larva
Perlakuan selama 24 jam
Hitung jumlah larva yang mati
Analisis Probit
Nilai LC50 Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian
Minyak Pala Konsent rasi minyak 250 µg/mL + 20 larva
Kontrol Positif Konsent rasi abate 5 µg/mL + 20 larva
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Rendemen Minyak Pala Pengukuran rendemen bertujuan untuk mengetahui persentase minyak atsiri dalam bahan yang dapat diisolasi pada kondisi tertentu yang dijadikan sebagai perbandingan. Perlakuan pendahuluan dan metode distilasi dapat mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan. Gambar 2 menunjukkan adanya perbedaan rendemen minyak atsiri yang dihasilkan oleh bagian tanaman yang berbeda pada pohon yang sama. 0,7
Rendemen (%)
0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0
Daun Pala Daging Buah Pala Gambar 2 Rendemen minyak yang dihasilkan dengan metode distilasi uap. Penyulingan dengan metode destilasi uap menghasilkan rendemen sebesar 0.66% untuk daun pala dan sebesar 0.30% pada daging buah pala. Penelitian lain menyatakan bahwa rendemen yang dihasilkan dari daun pala sebesar 1.72% (Rastuti et al. 2013), sementara penyulingan daging buah pala menghasilkan rendemen sebesar 0.90% (Sipahelut 2012). Adanya perbedaan hasil ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah metode perlakuan pendahuluan yang dilakukan, seperti perajangan dan pengeringan bahan baku. Proses perajangan pada bahan baku segar akan menghasilkan rendemen lebih sedikit karena pada bahan segar kandungan airnya masih tinggi (88%), sehingga pengeluaran minyak atsiri pada waktu distilasi tidak sempurna (Sipahelut 2012). Selain itu, rendemen minyak atsiri dapat juga dipengaruhi oleh kondisi iklim, tempat tumbuh, umur panen (Rismunandar 1989). Kepadatan bahan di dalam ketel sangat berpengaruh pada kemudahan uap berpenetrasi ke dalam bahan untuk membawa molekul minyak, sehingga mempengaruhi rendemen dan efisiensi penyulingan. Selain itu, untuk mendapatkan penyebaran uap yang baik dalam proses penyulingan, pada dasar ketel dibuat pipa uap yang berfungsi untuk membagi uap dari boiler ke seluruh bagian secara seragam (Nurdjannah 2007). Keuntungan menggunakan penyulingan uap, yaitu jumlah uap yang masuk kedalam ketel suling dapat diatar. Jika penyulingan dilakukan pada tekanan tinggi pada awal penyulingan, maka komponen kimia dalam minyak akan mengalami dekomposisi.
6 Aktivitas Larvasida Pengujian toksisitas minyak daun dan daging buah pala dilakukan terhadap larva A. aegypti. Siklus hidup larva A. aegypti yang sesekali naik kepermukaan air dan kontak dengan minyak dapat berakibat pada kematian larva, seperti ditunjukkan Tabel 1. Adanya kandungan senyawa kimia aktif dalam minyak pala diduga berperan dalam kematian larva nyamuk ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan mortalitas larva seiring dengan peningkatan konsentrasi minyak atsiri yang ditambahkan. Pada konsentrasi minyak atsiri sebesar 250 µg/mL terjadi kematian hampir semua larva (>90%). Pada kontrol negatif (-) yaitu tanpa penambahan minyak atsiri, tidak ditemukan adanya kematian larva. Sementara itu pada kontrol positif (+), dimana dilakukan penambahan abate yang mengandung 1% temefos dengan konsentrasi 5 µg/mL, memperlihatkan adanya kematian pada semua larva. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa minyak pala memiliki sifat toksik yang dapat mencegah pertumbuhan nyamuk A. aegypti. Tabel 1 Mortalitas larva A. aegypti setelah 24 jam pengujian aktivitas biolarvasida minyak daun dan daging buah pala. Mortalitas (%) Konsentrasi (µg/mL) Daun Pala
Daging Buah Pala
0
0
50
11.67
21.67
100
26.67
46.67
150
66.67
81.67
200
88.33
91.67
250
91.67
93.33
0
Abate 100 100 Keterangan: *) Mortalitas adalah persentase dari nisbah larva yang mati setelah pengujian terhadap 20 larva uji untuk kontrol (0 µg/mL) dan setiap konsentrasi minyak pala. Analisis probit menunjukan bahwa minyak daging buah pala dengan nilai LC50 110.1 µg/mL memiliki aktivitas larvasida lebih baik jika dibandingkan dengan minyak daun pala yang berasal dari pohon yang sama (Gambar 3). Hal ini menggambarkan bahwa minyak daging buah pala cukup efektif dalam membunuh larva nyamuk. Berdasarkan kurva hubungan antara konsentrasi minyak pala dengan mortalitas larva, diketahui bahwa kematian larva uji bertambah seiring dengan tingginya konsentrasi. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula kematian larva, sesuai dengan teori menurut Hoedojo dan Zulhasril (2004) bahwa khasiat insektisida untuk membunuh serangga sangat
7 bergantung pada bentuk, cara masuk ke dalam tubuh serangga, macam bahan kimia, konsentrasi dan jumlah (dosis) insektisida. Nilai LC50 menggambarkan tingkat kematian larva sebesar 50% dari 20 larva yang diujikan, menunjukan bahwa minyak daun pala pada konsentrasi 133.8 µg/mL mampu membunuh larva pada tingkat kematian 50%. Sementara itu minyak daging buah pala menunjukan nilai LC50 sebesar 110.1 µg/mL.
(b)
(a)
Gambar 3 Hubungan konsentrasi (a) minyak daun pala, (b) minyak daging buah pala dengan mortalitas larva A. aegypti berdasarkan analisis probit. Komposisi Kimia Minyak Pala Minyak atsiri yang berasal dari daun dan daging buah pala memberikan aroma khas. Hal ini disebabkan oleh komponen kimia yang terkandung didalamnya, seperti monoterpen hidrokarbon ± 88% dengan komponen utama kamfen, pinen, miristisin, dan monoterpen alkohol seperti geraniol, linalool, terpineol, serta komponen lain seperti eugenol dan metil eugenol (Idrus et al. 2014). Berdasarkan hasil analisis GCMS yang dilakukan, terdapat 28 komponen yang teridentifikasi pada minyak daun pala dan 29 komponen pada minyak daging buah pala (Gambar 4 dan 5). Hal sederhana yang bisa dilakukan untuk membedakan ke dua jenis minyak pala yang dihasilkan selain dari warna, yaitu aroma. Aroma suatu minyak atsiri dibentuk oleh seluruh komponen yang menjadi penyusun dari minyak atsiri itu sendiri, baik komponen utama maupun komponen minor. Di dalam dunia industri, parfum, wangi-wangian, atau aroma merupakan ciri utama untuk menentukan mutu suatu minyak atsiri karena aroma mewakili komposisi kimia yang terkandung di dalam minyak tersebut (Gunawan 2009). Dalam minyak daun maupun daging buah pala komponen-komponen penyusunnya hampir sama, akan tetapi persentase konsentrasinya berbeda. Oleh karena itu, aroma yang dihasilkan dari kedua jenis minyak tersebut juga berbeda. Menurut Robinson (2000) minyak atsiri disusun oleh beberapa senyawa kimia yang merupakan hasil reaksi biosintesis metabolit sekunder dalam tumbuhan.
Abundance
8 TIC: SAMPEL 1.D\data.ms 5.888 6.472 5.938 6.370
3.5e+07
Kelimpahan
3e+07
7.137
2.5e+07 6.859 2e+07 7.193 1.5e+07
1e+07 8.237 6.772 8.088 6.925 6.112 7.554 5.750 7.8218.404
5000000
5.00 Time-->
6.00
7.00
8.00
18.177 10.038 15.659 12.593 10.355 11.227 12.214 13.73314.489 16.493 17.11417.940
9.00
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
Waktu (menit) Gambar 4 Kromatogram GCMS minyak daun pala.
A b u n d a n c e T IC : S A M P E L
2 .D \ d a ta .m s
3 .8 e + 0 7 3 .6 e + 0 7
5 .8 9 7 6 .4 8 6
3 .4 e + 0 7 3 .2 e + 0 7
6 .3 5 1
1 8 .3 2 2
3 e + 0 7
Kelimpahan
2 .8 e + 0 7
7 .5 7 6 7 .1 3 5
2 .6 e + 0 7 2 .4 e + 0 7
6 .9 3 3
2 .2 e + 0 7
8 .1 0 6
2 e + 0 7 1 .8 e + 0 7 7 .1 9 1
1 .6 e + 0 7 1 .4 e + 0 7 1 .2 e + 0 7
6 .8 5 0
1 e + 0 7
1 0 .0 6 6
8 0 0 0 0 0 0 6 .7 6 5
1 2 .6 1 5
6 0 0 0 0 0 0 1 0 .3 7 8
4 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0
1 6 0 6 5 .67. 4
8 .2 1 9 8 .98. 0 1 1 7 3
6 .0 0
8 .0 0
1 0 .0 0
1 8 .5 7 3 4947 .17 2.74 54 8 .3084 71 6 . 7 19 75 . 9 3 4 1 2 . 2 111633.14 .16 1 2 .0 0
1 4 .0 0
1 6 .0 0
1 8 .0 0
2 0 .0 0
2 3 .8 9 4 2 2 .0 0
T im e - - >
Waktu (menit) Gambar 5 Kromatogram GCMS minyak daging buah pala.
Hasil analisis GCMS menunjukkan bahwa minyak pala pada bagian tanaman yang berbeda dalam pohon yang sama mengandung senyawa kimia dengan komposisi yang berbeda. Komponen bioaktif minyak daun dan daging buah pala hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Daun dan daging buah pala hasil analisis GCMS mengandung sebelas senyawa dominan, yaitu α-pinen, sabinen, β-pinen, delta 3-karen, limonen, β-felandren, α-terpinolen, linalool, safrol, kroweasin, dan miristisin. Komponen kimia utama dari minyak pala terdiri dari α-pinen, β- pinen, mirsen, sabinen, limonen, terpinen, terpineol, safrol, dan miristisin (ISO 2002). Kromatogram hasil pengujian GCMS memperlihatkan bahwa konsentrasi miristisin lebih besar terdapat pada minyak daun pala yaitu sekitar 4.74%, sementara pada daging buah pala sebesar 0.83%. Minyak daun pala menunjukkan kandungan yang lebih tinggi untuk senyawa selain kroweasin. SNI mengenai minyak pala Indonesia menyebutkan bahwa mutu minyak pala salah satunya ditentukan oleh kandungan miristisin, yaitu dengan nilai minimum sebesar 5% (BSN 2006).
9 Tabel 2 Senyawa dominan pada minyak pala hasil analisis GCMS. Daging Buah Daun Pala Pala Dugaan Bioaktivitas Senyawa *) Konsentrasi Konsentrasi (%) (%) 18.98
8.74
α-Pinen
14.35
7.09
Sabinen
27.82
13.69
β-Pinen
4.64
2.09
8.05
6.41
5.76
4
β-Felandren
2.8
-
Linalool
1.86
6.06
αTerpinolen
1.06
4.58
Safrol
-
23.03
Kroweasin
4.74
0.83
Miristisin
Delta 3Caren Limonen
Antimikroba & antibakteri (Stahl 1985, Nurjannah 2007) Antimikroba (Zhang et al. 2014) Antimikroba & antibakteri (Stahl 1985, Nurjannah 2007) Antimikroba (Tarek et al. 2014) Antibakteri (Ketaren 1985) Sitotoksik & antibakteri (Boehme 2008) Antiseptik dan antiviral (Ketaren 1985) Antimikroba (Stahl 1985) Antimikroba & antibakteri (Stahl 1985, Nurjannah 2007) Antibakteri (Khalfalah et al. 2011) Antimikroba (Stahl 1985) (Shulgin 1967)
Keterangan: *) Terhadap 28 jenis senyawa yang teridentifikasi. Beberapa senyawa yang terkandung dalam minyak pala dengan konsentrasi yang terbilang besar seperti α-pinen, β-pinen, sabinen, limonen, kroweasin, dan miristisin di duga berperan terhadap aktivitas minyak pala sebagai anti larva nyamuk Aedes aegypti (Tabel 1). Menurut Idrus et al. (2014) kandungan miristisin sangat tergantung pada umur panen pala itu sendiri. Pala muda memiliki kandungan miristisin yang cukup besar dan makin berkurang pada pala yang berumur tua. Miristisin adalah senyawa psikoaktif, bertindak sebagai antikolinergik, dan merupakan prekursor tradisional untuk psychedelic dan empathogenic. Menurut Rismunandar (1990) bahwa minyak atsiri daging buah pala mengandung komponen miristisin dan monoterpen. Komponen miristisin dalam daging buah pala dapat menimbulkan rasa kantuk. Minyak pala memiliki kemampuan dapat mematikan serangga (insektisida), anti jamur (fungisida), dan antibakteri (Lutony dan Rahmayati 2002). Perbedaan kandungan senyawa yang terdapat dalam minyak daun dan daging buah pala berhubungan dengan metabolisme sekunder dan kemungkinan disebabkan oleh terjadinya degradasi produk seperti hidrolisis, oksidasi, dan transesterifikasi (Chalchat et al. 2010). Konsentrasi komponen aktif yang bersifat racun yang terkandung di dalamnya tergantung pada jenis, kondisi lingkungan, penyimpanan, dan metode analisis. Sebagai salah satu senyawa penyusun utama minyak pala, miristisin dan kroweasin diduga berperan dalam kematian larvasida.
10 Bioaktivitas yang diakibatkan oleh senyawa miristisin mengakibatkan adanya penurunan aktivitas sistem motorik yang diujikan pada hewan (Donald dan Barceloux 2009). Sementara itu, senyawa kroweasin teridentifikasi berperan sebagai penghabat pertumbuhan bakteri terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Klebsiella pneumoniae (Khalfalah et al. 2011). Aktivitas larvasida pada minyak daging buah pala diduga karena senyawa kroweasin yang teridentifikasi berperan terhadap kematian larva. Senyawa lain seperti α-pinen, β-pinen, sabinen, delta 3-caren, limonen, β-felandren, linalool dan miristisin dengan konsentrasi paling tinggi pada minyak daun pala diduga kurang memberikan pengaruh terhadap aktivitas larvasida. Senyawa-senyawa aktif yang terdapat dalam minyak atsiri berperan sebagai stomach poisoning yaitu sebagai racun perut bagi nyamuk dengan mekanisme menghambat kinerja hormon pertumbuhan (juvenile hormone) (Panghiyangani et al. 2009). Terhambatnya pertumbuhan hormon juvenil pada larva nyamuk dapat menimbulkan kematian karena tidak ada pertumbuhan. Keadaan tersebut secara tidak langsung dapat menimbulkan kematian terhadap larva nyamuk (Silfiyanti 2006).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Minyak daging buah dan daun pala memperlihatkan adanya aktivitas larvasida terhadap Aedes aegypti dengan nilai LC50 sebesar 110.1 µg/mL dan 133.8 µg/mL. Minyak atsiri pala yang disuling dari bagian daun dan daging buah pala mengandung senyawa kimia dengan komposisi yang berbeda. Terdapat sepuluh senyawa utama dengan persentase luasan area tertinggi, berturut-turut pada kedua jenis bahan daun dan daging buah pala yaitu α-pinen (18.98 dan 8.74 %), sabinen (14.35dan 7.09 %), β-pinen (27.82 dan 13.69%), delta 3-caren (4.64 dan 2.09%), limonen (8.05 dan 6.41%), β-felandren (5.76 dan 4%), α-terpinolen (1.86 dan 6.06%), linalool (2.8 dan 0%), safrol (1.06 dan 4.58%), kroweasin (0-23.03%), dan miristisin (4.74 dan 23.86%). Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi senyawa aktif dalam minyak atsiri pala, seperti miristisin yang berperan sebagai larvasida untuk diujikan langsung terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.
DAFTAR PUSTAKA Agoes A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Buku 2. Jakarta (ID): Salemba Medika. Abou-Elnaga, ZSH. 2014. Insecticidal bioactivity of eco-friendly plant origin chemicals against Culex pipiens and Aedes aegypti (Diptera: Culicidae). J Ento. and Zoo. Stud. 2(6): 340-347. Boehme AK, Noletto JA, Haber WA, Setzer WN. 2008. Bioactivity and chemical composition of the leaf essential oils of Zanthoxylum rhoifolium and
11 Zanthoxylum setulosum from Monteverde, Costa Rica. Natural Prod. Research 22(1): 31-36. Doi: 10.1080/14786410601130224 [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Minyak Pala (Myristica fragrans). Standar Nasional Indonesia 06-2388. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional. Campbell NA, Recce JB, Mitchell LG. 2004. Biologi. Manalu W, penerjemah; Safitri A, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Cavalcanti ESB, Morais SM, Lima MA, Santana EWP. 2004. Larvacidal activity of essential oils from brazilia plants against Aedes aegypti L. Journal Molecules. 99:541-544. Chalchat JC, Figueredo G, Ozcan MM, Unver A. 2010. Effect hydrodistillation and microwave distillation extraction methods on chemical composition of essential oil of pickling herb and myrtle plants. South Western Journal of Horticulture, Biology, and Environment 6(1): 133-141. Cheng SS, Huang CG, Chen YJ, Yu JJ, Chen WJ, Chang ST. 2008. Chemical compositions and larvicidal activities of leaf essential oils from two Eucalyptus species. Biores. Technol. 100:452–456. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2011. Tatalaksana DBD. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Donald G, Barceloux MD. 2009. Nutmeg (Myristica fragrans Houtt.). Dis Mon. 55:373-379. Gandahusada S. 2000. Parasitologi Kedokteran Edisi II. Jakarta (ID): FKUI. Gunawan W. 2009. Kualitas dan Nilai Minyak Atsiri, Implikasi Pada Pengembangan Turunannya. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema: Kimia Bervisi SETS (Science, Environment, Technology, Society) Kontribusi Bagi Kemajuan Pendidikan dan Industri, diselenggarakan Himpunan Kimia Indonesia Jawa Tengah. Semarang 21 Maret 2009. Haditomo I. 2010. Efek Larvasida Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap Aedes aegypti L. [skripsi]. Solo (ID): Universitas Sebelas Maret. Hirshhorn HH. 1983. Botanical remedies of the former dutch east indies (Indonesia). part II: dicotyledones up to and including leguminosae. J Ethnopharma. 8(1): 65-96. Hoedojo R, Zulhasril. 2004. Insektisida dan Resistensi Parasitologi Kedokteran Edisi III. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Hoedojo R, S. Sungkar. 2008. Morfologi, Daur Hidup dan Perilaku Nyamuk : Parasitologi Kedokteran Edisi IV. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Idrus S, Kaimudin M, Torry RF, Biantoro R. 2014. Isolasi trimiristin minyak pala Banda serta pemanfaatannya sebagai bahan aktif sabun. J Riset Industri 8(1): 2331. Isman MB. 2006. The role of botanical insecticides, deterrents and repellents in modern agriculture and an increasingly regulated world. Annual Review of Entomology. 51(1): 45-66. [ISO] International Standard Organization. 2002. ISO 3215. Oil of Nutmeg. Jenewa (CH): International Standar Organization. [Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2011. Informasi Umum Demam Berdarah Dengue. Jakarta (ID): Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis – Dit PPBB Ditjen PP dan PL– Kementerian Kesehatan RI. Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta (ID): Balai Pustaka.
12 Khalfalah A, Labed A, Semra Z, Ai Kaki B, Kabouche A, Touzani R, Kabouche Z. 2011. Antibacterial activity and chemical composition of the essensial oil of Ammi visnaga L. (Apiaciae) from Constraine, Algeria. Int J. Med Arom Plants 1(3): 302-305. Lutony TL, Rahmayati Y. 2002. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta (ID): Penerbit Penebar Swadaya. Nurdjannah N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Ozaki Y, Soedigdo S, Wattimena YR, Suganda AG. 1989. Antiinflammatory effect of mace, aril of Myristica fragrans Houtt., and its active principles. J Pharma. 49(1): 155-163. Parwata IMOA, Santi SR, Sulaksana IM, Widiarthini IAA. 2011. Aktivitas larvasida minyak atsiri pada daun sirih (Piper betle Linn) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. J Kimia 5(1): 88-93. Rastuti U, Widyaningsih S, Kartika D, Ningsih DR. 2013. Aktivitas antibakteri minyak atsiri daun pala dari Banyumas terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli serta identifikasi senyawa penyusunnya. J Kimia 7(1): 197-203. Rismunandar. 1990. Budidaya dan Tataniaga Pala. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Robinson J. 2000. Organic Compound of High Plant. New Jersey (US): John Willey and Sons. Rusli MS. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka. Silfiyanti E, Kristianto H (2006). Pengaruh pemberian ekstrak daun pare (Momordica charantia L) dalam menghambat pertumbuhan larva nyamuk Aedes aegypti. Malang (ID): Universitas Brawijaya. Sipahelut SG. 2012. Karakteristik kimia minyak daging buah pala (Myristica fragrans Houtt) melalui beberapa cara pengeringan dan distilasi. J Agrfor. 6 (1): 161-167. Stahl E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, 3-17. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Sungkar S. 2005. Bionomik A. aegypti, vektor demam berdarah dengue. MKI. 55(4): 384-439. Tarek N, Hassan HM, Abdelghani SMM, Radwan IA, Hammouda O. 2014. Comparative chemical and antimicrobial study of nine essential oils obtained from medicinal plants growing in Egypt. J of Bas. and App. Sci.. 53(1): 65-103. Utari DK. 2007. Identifikasi fraksi daun zodia (Evodia suaveolens) yang berpotensi sebagai insektisida botani terhadap larva A. aegypti [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Panghiyangani R, Rahmiati, Ahda FN. 2009. Potensi ekstrak daun dewa (Gynura Pseudochina Ldc) sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti vektor penyakit demam berdarah dengue. J Kedokteran Indonesia. 1 (2): 1-5. Parwata IMOA, Santi SR, Sulaksana IM, Widiarthini IAA. 2011. Aktivitas larvasida minyak atsiri pada daun sirih (Piper betle Linn) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. J Kimia. 5(1): 88-93. Zhang H, Liu Q, Cao Y, Feng X, Zheng Y, Zou H, Liu H, Yang H, Xian M. 2014. Microbial production of sabinene a new terpene-based precursor of advanced biofuel. Microbial Cell Factories. Doi: 10.1186/1475-2859-13-20.
13 Lampiran 1 Mortalitas larva A. aegypti terhadap minyak daun dan daging buah pala pada pohon yang sama. Konsentrasi (µg/mL)
0
50
100
150
200
250
Abate
Ulangan
Mortalitas (%) Daun Pala
Daging Buah Pala
U1 U2 U3 U1 U2 U3
0 0 0 10 5 20
0 0 0 10 15 40
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1
25 40 15 90 55 55 90 95 80 100 90 85 100
45 40 55 80 75 90 90 85 100 95 85 100 100
U2
100
100
100
100
U3 Keterangan: U adalah jumlah ulangan
14 Lampiran 2 Probit Analysis: mortalitas (ekor); n (ekor); versus konsentrasi (µg/mL) minyak daun Pala. Probit Analysis: response versus konsentrasi Distribution:
Normal
Response Information Variable response
Value 1 0 Total
Count 171 189 360
(Event)
Frequency: mortalitas Estimation Method: Maximum Likelihood * NOTE * 32 cases were used * NOTE * 4 cases contained missing values or was a case with zero frequency. Regression Table Variable Constant konsentrasi Natural Response
Standard Error 0,193751 0,0012978
Coef -2,05250 0,0153448
Z -10,59 11,82
P 0,000 0,000
0
Log-Likelihood = -137,201 Goodness-of-Fit Tests Method Pearson Deviance
Chi-Square 7,17268 7,55496
DF 4 4
P 0,127 0,109
Tolerance Distribution Parameter Estimates Parameter Mean StDev
Estimate 133,759 65,1687
Standard Error 5,58131 5,51192
95,0% Normal CI Lower Upper 122,819 144,698 55,2135 76,9189
Standard Error 13,9964 12,6327 11,7850 11,1586 10,6574 10,2377 9,87564 9,55660 9,27114 9,01272 7,26564 6,29124 5,75645 5,58131 5,75024 6,27947 7,24928 8,99264 9,25073 9,53584 9,85454 10,2163 10,6356 11,1364 11,7625 12,6098 13,9729
95,0% Fiducial CI Lower Upper -50,2805 6,01125 -29,2586 21,5232 -15,9555 31,3996 -5,97035 38,8515 2,13511 44,9297 9,02052 50,1169 15,0460 54,6766 20,4309 58,7696 25,3188 62,5014 29,8096 65,9451 62,8336 91,8807 86,0730 111,155 105,327 128,228 122,662 144,847 139,293 162,169 156,377 181,412 175,661 204,642 201,604 237,658 205,049 242,149 208,781 247,036 212,875 252,420 217,435 258,445 222,623 265,330 228,702 273,434 236,155 283,419 246,032 296,721 261,545 317,742
Table of Percentiles Percent 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40 50 60 70 80 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99
Percentile -17,8465 -0,0815466 11,1897 19,6687 26,5656 32,4360 37,5832 42,1919 46,3833 50,2416 78,9113 99,5841 117,248 133,759 150,269 167,933 188,606 217,276 221,134 225,325 229,934 235,081 240,952 247,849 256,328 267,599 285,364
15 Lampiran 3 Probit Analysis: mortalitas (ekor); n (ekor); versus konsentrasi (µg/mL) minyak daging buah Pala. Probit Analysis: response versus konsentrasi Distribution:
Normal
Response Information Variable response
Value 1 0 Total
Count 201 179 380
(Event)
Frequency: mortalitas Estimation Method: Maximum Likelihood * NOTE * 31 cases were used * NOTE * 8 cases contained missing values or was a case with zero frequency. Regression Table Variable Constant konsentrasi Natural Response
Standard Error 0,162879 0,0012312
Coef -1,66975 0,0151616
Z -10,25 12,31
P 0,000 0,000
0
Log-Likelihood = -141,420 Goodness-of-Fit Tests Method Pearson Deviance
Chi-Square 15,9953 16,2285
DF 4 4
P 0,003 0,003
Tolerance Distribution Parameter Estimates Parameter Mean StDev
Estimate 110,131 65,9562
Standard Error 5,55734 5,35620
95,0% Normal CI Lower Upper 99,2384 121,023 56,2511 77,3358
Standard Error 13,8733 12,5488 11,7252 11,1162 10,6289 10,2206 9,86805 9,55726 9,27900 9,02691 7,31386 6,34024 5,78049 5,55734 5,66011 6,11131 6,99412 8,63243 8,87761 9,14897 9,45284 9,79840 10,1996 10,6796 11,2808 12,0958 13,4098
95,0% Fiducial CI Lower Upper -75,2171 -19,5346 -54,1008 -3,75709 -40,7361 6,28623 -30,7035 13,8625 -22,5585 20,0410 -15,6387 25,3127 -9,58222 29,9458 -4,16904 34,1039 0,745327 37,8942 5,26098 41,3912 38,4966 67,6962 61,9377 87,1881 81,4178 104,393 99,0162 121,083 115,951 138,436 133,376 157,696 153,050 180,954 179,505 214,040 183,016 218,542 186,820 223,443 190,991 228,843 195,638 234,885 200,924 241,791 207,117 249,921 214,709 259,939 224,769 273,286 240,567 294,382
Table of Percentiles Percent 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40 50 60 70 80 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99
Percentile -43,3065 -25,3269 -13,9194 -5,33801 1,64229 7,58363 12,7930 17,4574 21,6995 25,6043 54,6204 75,5431 93,4208 110,131 126,840 144,718 165,641 194,657 198,562 202,804 207,468 212,678 218,619 225,599 234,181 245,588 263,568
16 Lampiran 4 Hasil analisis GCMS minyak daun pala. Library Search Report Data Path Data File Acq On Operator Sample Misc ALS Vial Abundance
: : : : : : :
C:\msdchem\1\data\ SAMPEL 1.D 26 Oct 2015 11:12 MAMAN DAUN PALA IPB 1 Sample Multiplier: 1
TIC: SAMPEL 1.D\data.ms
3.5e+07
5.888 6.472 5.938 6.370
3e+07
7.137
2.5e+07 6.859 2e+07 7.193 1.5e+07
1e+07
5000000
5.00
8.237 6.772 8.088 6.925 6.112 7.554 5.750 7.8218.404 6.00
7.00
8.00
9.00
18.177 10.038 15.659 12.593 10.35511.227 12.214 13.73314.489 16.493 17.11417.940 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
Time-->
Pk# RT Area% Library/ID Ref# CAS# Qual _____________________________________________________________________________ 1 5.750 0.47 C:\Database\WILLEY09TH.L .alpha.-Thujene $$ Bicyclo[3.1.0]h 44880 002867-05-2 94 ex-2-ene, 2-methyl-5-(1-methylethy 2 5.884 12.23 C:\Database\WILLEY09TH.L .ALPHA.-PINENE, (-)- $$ Bicyclo[3. 44919 000080-56-8 97 1.1]hept-2-ene, 2,6,6-trimethyl- ( CAS) 3 5.934 6.75 C:\Database\WILLEY09TH.L .ALPHA.-PINENE, (-)- $$ Bicyclo[3. 44920 000080-56-8 97 1.1]hept-2-ene, 2,6,6-trimethyl- ( CAS) 4 6.111 1.19 C:\Database\WILLEY09TH.L Camphene $$ Bicyclo[2.2.1]heptane, 44855 000079-92-5 92 2,2-dimethyl-3-methylene5 6.371 14.35 C:\Database\WILLEY09TH.L Sabinene $$ Bicyclo[3.1.0]hexane, 44905 003387-41-5 96 6 6.471 27.82 C:\Database\WILLEY09TH.L 2-.BETA.-PINENE $$ Bicyclo[3.1.1]h 44951 000127-91-3 96 eptane, 6,6-dimethyl-2-methylene(CAS 7 6.773 1.85 C:\Database\WILLEY09TH.L l-Phellandrene $$ 1,3-Cyclohexadie 44637 000099-83-2 91 ne,2-methyl-5-(1-methylethyl-(CAS) 8 6.857 4.64 C:\Database\WILLEY09TH.L .DELTA.3-Carene $$ Bicyclo[4.1.0]h 44984 013466-78-9 97 ept-3-ene, 3,7,7-trimethyl- (CAS) 9 6.924 1.60 C:\Database\WILLEY09TH.L .alpha.-Terpinene $$ 1,3-Cyclohexa 44603 000099-86-5 96 diene, 1-methyl-4-(1-methylethyl)-
17 10
7.134
11
7.193
12
7.553
13
7.822
14
8.090
15
8.233
16
8.401
17
10.037
18
10.355
19
11.228
20
12.218
21
12.595
22
13.736
23
14.491
24
15.657
25
16.496
26
17.116
27
17.939
28
18.173
(CAS) 8.05 C:\Database\WILLEY09TH.L dl-Limonene $$ Cyclohexene, 1-meth 44710 000138-86-3 98 yl-4-(1-methylethenyl)- (CAS) $$ N esol 5.76 C:\Database\WILLEY09TH.L .beta.-Phellandrene $$ Cyclohexene, 44787 000555-10-2 97 3-methylene-6-(1-methylethyl)- CAS) 1.26 C:\Database\WILLEY09TH.L .gamma.-Terpinene $$ 1,4-Cyclohexa 44669 000099-85-4 96 diene, 1-methyl-4-(1-methylethyl)(CAS) 0.20 C:\Database\WILLEY09TH.L 5-Isopropyl-2-methylbicyclo[3.1.0] 75747 017699-16-0 96 hexan-2-ol # 1.86 C:\Database\WILLEY09TH.L .ALPHA.-TERPINOLENE $$ Cyclohexene 44772 000586-62-9 98 , 1-methyl-4-(1-methylethylidene)(CAS) 2.80 C:\Database\WILLEY09TH.L Linalool $$ 1,6-Octadien-3-ol, 3,7 75348 000078-70-6 94 -dimethyl- (CAS) $$ Linalol $$ all o-Ocimenol 0.35 C:\Database\WILLEY09TH.L Linalool $$ 1,6-Octadien-3-ol, 3,7 75359 000078-70-6 91 -dimethyl- (CAS) $$ Linalol $$ all o-Ocimenol 0.76 C:\Database\WILLEY09TH.L 3-Cyclohexen-1-ol, 4-methyl-1-(1-m 75504 000562-74-3 97 ethylethyl)- (CAS) $$ 4-Terpineol 0.36 C:\Database\WILLEY09TH.L 3-CYCLOHEXENE-1-METHANOL, .ALPHA., 75522 010482-56-1 95 .ALPHA.,4-TRIMETHYL-, (S)0.08 C:\Database\WILLEY09TH.L linalyl acetate $$ 1,6-OCTADIEN-3- 170457 000115-95-7 91 OL, 3,7-DIMETHYL-, ACETATE 0.13 C:\Database\WILLEY09TH.L Bicyclo[2.2.1]heptan-2-ol, 1,7,7-t 170364 005655-61-8 99 rimethyl-, acetate, (1S-endo-(CAS) 1.06 C:\Database\WILLEY09TH.L 1,3-Benzodioxole, 5-(2-propenyl)89928 000094-59-7 98 (CAS) $$ Safrole $$ Safrol $$ Safr Ene 0.24 C:\Database\WILLEY09TH.L .alpha.-Cubebene $$ (-)-.alpha.-Cu 191914 017699-14-8 98 bebene $$ .alpha.-cububene $$ ALPH A-CUBEBENE 0.46 C:\Database\WILLEY09TH.L .alpha.-Copaene $$ Copaene (CAS) $ 191910 003856-25-5 99 $ Copaen $$ (-)-.alpha.-Copaene 0.78 C:\Database\WILLEY09TH.L trans-Caryophyllene $$ l-Caryophyl 191500 000087-44-5 99 lene $$ (-)-Caryophyllene $$ Caryo phyllene 0.08 C:\Database\WILLEY09TH.L .alpha.-Caryophyllene $$ .alpha.-H 191411 006753-98-6 99 umulene $$ Humulene .alpha.-Humulene (CAS) $$ Humulene 191406 006753-98-6 96 $$ .alpha.-Caryophyllene $$ ALPHA -HUMULENE 1,4,7,-Cycloundecatriene, 1,5,9,9- 192211 999192-21-1 96 tetramethyl-, Z,Z,Z0.04 C:\Database\WILLEY09TH.L Germacrene D $$ 8-Isopropyl-1-meth 191954 023986-74-5 99 yl-5-methylene-1,6-cyclodecadiene 0.10 C:\Database\WILLEY09TH.L .delta.-Cadinene (CAS) $$ (+)-.del 191638 000483-76-1 99 ta.-Cadinene $$ Cadina-1(10),4-die ne (CAS) 4.74 C:\Database\WILLEY09TH.L MYRISTCIN $$ 1,3-BENZODIOXOLE, 4-M 158293 000607-91-0 99 ETHOXY-6-(2-PROPENYL)ATSIRI.M Wed Nov 18 13:22:58 20
18 Lampiran 5 Hasil analisis GCMS minyak daging buah pala. Library Search Report Data Path Data File Acq On Operator Sample Misc ALS Vial
: : : : : : :
C:\DATA GCMS PYRO\DATA 2015\MAHASISWA\S1 IPB\MAMAN\ SAMPEL 2.D 26 Oct 2015 11:46 MAMAN DAGING PALA IPB 1 Sample Multiplier: 1
Search A b u n d a n Libraries: c e
C:\Database\Willey9 N11.L
Minimum Quality:
0
T IC : S A M P E L 2 .D \ d a ta .m s 3 .8 e + 0 7 3 .6 e + 0 7
5 .8 9 7 6 .4 8 6
3 .4 e + 0 7 3 .2 e + 0 7
6 .3 5 1
1 8 .3 2 2
3 e + 0 7 2 .8 e + 0 7
7 .5 7 6 7 .1 3 5
2 .6 e + 0 7 2 .4 e + 0 7
6 .9 3 3
2 .2 e + 0 7
8 .1 0 6
2 e + 0 7 1 .8 e + 0 7 7 .1 9 1
1 .6 e + 0 7 1 .4 e + 0 7 1 .2 e + 0 7
6 .8 5 0
1 e + 0 7
1 0 .0 6 6
8 0 0 0 0 0 0 6 .7 6 5
1 2 .6 1 5
6 0 0 0 0 0 0 1 0 .3 7 8
4 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0
1 6 0 6 5 .67. 4
8 .2 1 9 8 .98. 0 11 7 3
6 .0 0
8 .0 0
1 0 .0 0
1 8 .5 7 3 1 2 . 2 111633.14 .164947.172.7454 8.3084 71 6 . 7 19 75 . 9 3 4 1 2 .0 0
1 4 .0 0
1 6 .0 0
1 8 .0 0
2 0 .0 0
2 3 .8 9 4 2 2 .0 0
T im e - - >
Pk# RT Area% Library/ID Ref# CAS# Qual _____________________________________________________________________________ 1 5.74 0.34 C:\Database\Willey9 N11.L .alpha.-Thujene $$ Bicyclo[3.1.0]h 45038 002867-05-2 91 ex-2-ene, 2-methyl-5-(1-methylethy l)- (CAS) 2 5.90 8.74 C:\Database\Willey9 N11.L .ALPHA.-PINENE, (-)- $$ Bicyclo[3. 45078 000080-56-8 97 1.1]hept-2-ene, 2,6,6-trimethyl- ( CAS) 3 6.11 0.62 C:\Database\Willey9 N11.L Camphene (CAS) $$ Bicyclo[2.2.1]he 45019 000079-92-5 97 ptane, 2,2-dimethyl-3-methylene- ( CAS) 4 6.35 7.09 C:\Database\Willey9 N11.L Sabinene $$ Bicyclo[3.1.0]hexane, 45064 003387-41-5 96 4-methylene-1-(1-methylethyl)- (CA S) 5 6.49 13.69 C:\Database\Willey9 N11.L 2-.BETA.-PINENE $$ Bicyclo[3.1.1]h 45110 000127-91-3 96 eptane, 6,6-dimethyl-2-methylene(CAS) 6 6.76 1.33 C:\Database\Willey9 N11.L l-Phellandrene $$ 1,3-Cyclohexadie 44786 000099-83-2 97 ne, 2-methyl-5-(1-methylethyl)- (C AS) 7 6.85 2.09 C:\Database\Willey9 N11.L .DELTA.3-Carene $$ Bicyclo[4.1.0]h 45143 013466-78-9 97 ept-3-ene, 3,7,7-trimethyl- (CAS)
19 8
9 10
11
12
13
14
6.93
7.13 7.19
7.58
8.11
8.22
8.80
15
9.17
16
10.07
17 18
19 20
21
22
10.38 12.22
12.61 13.50
13.68
14.24
23
14.49
24
15.04
25
16.80
26
17.93
27
18.32
28
18.58
29
23.89
4.97 C:\Database\Willey9 N11.L .alpha.-Terpinene $$ 1,3-Cyclohexa diene, 1-methyl-4-(1-methylethyl)(CAS) 6.41 C:\Database\Willey9 N11.L dl-Limonene $$ Cyclohexene, 1-meth yl-4-(1-methylethenyl)- (CAS) 4.00 C:\Database\Willey9 N11.L .beta.-Phellandrene $$ Cyclohexene , 3-methylene-6-(1-methylethyl)- ( CAS) 7.10 C:\Database\Willey9 N11.L .gamma.-Terpinene $$ 1,4-Cyclohexa diene, 1-methyl-4-(1-methylethyl)(CAS) 5.12 C:\Database\Willey9 N11.L .ALPHA.-TERPINOLENE $$ Cyclohexene , 1-methyl-4-(1-methylethylidene)(CAS) 0.94 C:\Database\Willey9 N11.L .ALPHA.-TERPINOLENE $$ Cyclohexene , 1-methyl-4-(1-methylethylidene)(CAS) 0.17 C:\Database\Willey9 N11.L D-Fenchyl alcohol $$ Bicyclo[2.2.1 ]heptan-2-ol, 1,3,3-trimethyl- (CA S) 0.05 C:\Database\Willey9 N11.L (anti)-7-Hydroxy-nor-bornene 3.86 C:\Database\Willey9 N11.L 3-Cyclohexen-1-ol, 4-methyl-1-(1-m ethylethyl)- (CAS) $$ 4-Terpineol 2.68 C:\Database\Willey9 N11.L 3-Cyclohexene-1-methanol, .alpha., .alpha.,4-trimethyl-, (S)- (CAS) 0.10 C:\Database\Willey9 N11.L Bicyclo[2.2.1]heptan-2-ol, 1,7,7-t rimethyl-, acetate, (1S-endo)- (CA S) 4.58 C:\Database\Willey9 N11.L Safrole $$ 1,3-Benzodioxole, 5-(2propenyl)0.10 C:\Database\Willey9 N11.L Citronellyl propionate $$ 6-Octen1-ol, 3,7-dimethyl-, propanoate (C AS) 0.18 C:\Database\Willey9 N11.L 2-Carene $$ Bicyclo[4.1.0]hept-2-e ne, 3,7,7-trimethyl- $$ .delta.-2Carene 0.39 C:\Database\Willey9 N11.L Geranyl acetate $$ 2,6-Octadien-1ol, 3,7-dimethyl-, acetate, (E)- ( CAS) 0.23 C:\Database\Willey9 N11.L 8-ISOPROPYL-1,3-DIMETHYLTRICYCLO[4 0.28 C:\Database\Willey9 N11.L Methyleugenol $$ Benzene, 1,2-dime thoxy-4-(2-propenyl) 0.27 C:\Database\Willey9 N11.L Phenol, 2-methoxy-4-(1-propenyl)$$ Isoeugenol $$ Phenol, 2-methoxy 0.05 C:\Database\Willey9 N11.L .delta.-Cadinene (CAS) 23.03 C:\Database\Willey9 N11.L CROWEACIN 0.83 C:\Database\Willey9 N11.L MYRISTCIN $$ 1,3-BENZODIOXOLE, 4-M ETHOXY-6-(2-PROPENYL)0.77 C:\Database\Willey9 N11.L Benzyl benzoate $$ Benzoic acid, p henylmethyl ester (CAS)
44775 000099-86-5 98
44868 000138-86-3 98 44946 000555-10-2 97
44827 000099-85-4 96
44926 000586-62-9 98
44924 000586-62-9 97
76209 001632-73-1 96
16472 998016-47-2 72 75920 000562-74-3 97 75950 000098-55-5 91 171892 005655-61-8 99
90468 000094-59-7 98 215685 000141-14-0 91
45133 000554-61-0 93
171748 000105-87-3 83
194178 000947-59-1 98 125984 000093-15-2 99 94286 000097-54-1 98 193503 000483-76-1 98 159585 000484-34-4 99 159580 000607-91-0 96 216023 000120-51-4 97
20
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lebak pada tanggal 06 Maret 1991, sebagai anak ke empat dari empat bersaudara pasangan Bapak Sarim dan Ibu Cicin. Penulis adalah alumnus dari SD N 2 Neglasari, SMP N 2 Cibeber dan SMA N 1 Cibeber. Penulis melanjutkan Pendidikan Tinggi di Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2011. Penulis mengambil tugas akhir dengan bidang minat kimia hasil hutan dibawah bimbingan Ibu Anne Carolina, SSi MSi. Selama kuliah, penulis mendapatkan beasiswa Bidik Misi dari DIKTI. Penulis aktif dan berpartisipasi di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan sebagai pengurus divisi budaya, olahraga, dan seni (2013-2014) serta di Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan sebagai pengurus divisi kewirausahaan (2012-2014) dan ketua pelaksana Fortech Cup (2012-2013). Selain itu penulis juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman sebagai pengurus divisi fasilitas dan properti (2012-2013).