EFEK ACTIVE STRETCHING OTOT PLANTAR FLEXOR ANKLE TERHADAP PENURUNAN NYERI FASCIITIS PLANTARIS
SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi
Disusun Oleh : DONNY HENDARTO J 120 131 035
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
MOTTO “Allah SWT Maha Tahu dan Selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Jadikan Kerja Kita Sebagai Ibadah Kita. Untuk rezeki Biarlah Allah SWT yang Akan Mencukupinya” (Donny Hendarto,Fisioterapis Yogyakarta) “Sukses Itu Milik Kalian yang mau Berjuang, Bukan Mereka yang Cuma Mengandalkan Faktor Keturunan “ (Hipwee.com) Mandiri dari sekarang….. atau selanjut nya menyesal !. (Mr. Mujianto, Fisioterapis BALI) Dengan berwirausaha. Untuk Keluar Dari Zona Nyaman. RENCANAKAN, ILUSTRASIKAN. LAKSANAKAN. FOKUS. KOREKSI. INOVASI. EVALUASI. BERSIAP UNTUK SUKSES. DUNIA AKHERAT (Mr. Totok Budi Santoso, FISIOTERAPI. PD III FIK UMS)
v
PERSEMBAHAN
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulilah atas berkat rahmad, hidayah serta karunia-Nya yang membuat hamba menjadi semangat, memiliki kekuatan, ketabahan dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
Saya persembahkan cinta dan kasih sayang ini kepada Allah SWT, Nabi Besar Muhammad SAW, Kedua Orangtua ku tercinta Papa H. Drs. Sukiman Ngadiman, MM. Almarhum Mama Hj. Dra. Paniyah, MM. Semua saudaraku, Mami Tari,
Almarhum Bapak mertua dan Ibu Mertua, BIDADARI SURGA Istriku tersayang Nindah Kesuma Sari, AMKep yang setia serta kesabaran mendampingi, Jagoanku Kesyanida Najwa Hendarto dan Hanan Dzaka Hendarto, kedua orangtua ku Bapak Yosef Sumartono, BSc dan ibu sekeluarga, Yang menjadi motivasi dan Inspirasi dan tiada hentinya memberikan semangat, doa kepada penulis. Terimakasih yang tidak terhingga untuk dosen pembimbingku, Bapak Totok Budi Santoso, S,Fis, MPH dan Bapak Agus Widodo, S.Fis, M.Fis
Teruntuk semua saudara ku di Kelas Fisioterapi Transfer FIK UMS angkatan 2013, terimakasih atas suka duka ini, canda tawa, “Kita Memang Luar Biasa”. Seluruh Bapak Ibu Dosen dan staf Fisioterapi FIK UMS, terimakasih untuk semua ilmu dan pengetahuan yang diberikan, semoga keikhlasan bapak ibu mendapat hadiah terbaik dari Allah SWT. “SALAM FISIOTERAPI, MELAYANI SEPENUH HATI”
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahirabbil’alamin, dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimphkan karunia, rahmad dan hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “EFEK ACTIVE STRETCHING OTOT
PLANTAR
FLEXOR
ANKLE
TERHADAP
PENURUNAN
NYERI
FASCIITIS PLANTARIS” Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana fisioterapi pada Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak. 1. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiadji. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Bapak Dr. Suwaji, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3. Ibu Isnaini Herawati, S.Fis, M.Sc selaku Kaprodi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 4. Bapak Totok Budi Santoso, S.Fis, M.PH selaku pembimbing I dan Bapak Agus Widodo, S.Fis, M.Fis selaku pembimbing I dan II. Penulis
vii
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Segenap Bapak Ibu dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Terimakasih atas seluruh ilmu yang diberikan kepada penulis. 6. Keluargaku. Papa, Almarhum Mama, Mami Tari. Istriku Tersayang dan jagoanku, bapak Yosef sumartono beserta ibu. Terimakasih atas seluruh kasih sayang, dukungan, motivasi serta doa yang tiada henti tercurah. 7. Seluruh saudara dikelas S1 Fisioterapi transfer 2013. Terimakasih atas semuanya, cinta kasih sayang, kebahagian serta pengorbanan. 8. Bunda ririt, bang dedi genzo super, diaz, nurlizan, taufik, dedi supri, margha, dewik, latif, widhi, miftah. Terimakasih terbesarku, Doa terbaik untuk saudaraku ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Untuk ini penulis mengharapkan saran beserta masukan yang membangun demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Oktober 2015 Penulis
viii
ABSTRAK PROGRAM STUDI S 1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Skripsi, Oktober 2015 33 Halaman DONNY HENDARTO EFEK ACTIVE STRETCHING OTOT PLANTAR FLEXOR ANKLE TERHADAP PENURUNAN NYERI FASCIITIS PLANTARIS (Dibimbing Oleh: Totok Budi Santoso, S.Fis., MPH dan Agus Widodo, S.Fis, M.Fis) Latar belakang : Fasciitis plantaris merupakan peradangan pada fascia plantaris. Faktor yang menyebabkan adalah umur, berat badan, aktivitas, trauma. Gejala awal yang dialami timbulnya nyeri pada bagian belakang tumit. Active Stretching pada otot plantar flexor ankle merupakan salah satu metode terapi latihan yang dapat diterapkan untuk mengurangi nyeri fasciitis plantaris. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek active stretching otot plantar flexor ankle untuk menurunkan nyeri fasciitis plantaris. Metode : Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimental design dengan desain one group pre test and post test design, jumlah sampel 18 orang. Cara pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan judgment sampling. Tehnik judgment sampling dilakukan ketika seorang peneliti memilih anggota-anggota sampel untuk menyesuaikan diri dengan beberapa kriteria. Serta menggunakan system drop out. Sistem drop out dilakukan apabila responden tidak melakukan metode latihan rutin akan gugur/tidak digunakan. Hasil : data yang diperoleh berdistribusi tidak normal, uji statistik menggunakan uji wilxocon test untuk uji hipotesis, di peroleh nilai p = 0,001 atau nilai p < 0,05 yang berarti ada efek pemberian active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris. Kesimpulan : adanya efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris. Kata kunci : Nyeri fasciitis plantaris, active stretching, plantar flexor ankle
ix
ABSTRACT S1 PHYSIOTHERAPY STUDY PROGRAM HEALTH SCIENCES FACULTY MUHAMMADIYAH UNIVERSITY SURAKARTA Thesis, October 2015 33 Pages DONNY HENDARTO THE EFFECTS OF ACTIVE STRETCHING OF ANKLE PLANTAR FLEXOR MUSCLE TOWARD THE DECREASE OF PLANTAR FASCIITIS PAIN (Supervised By Totok Budi Santoso, S.Fis., MPH and Agus Widodo, S.Fis, M.Fis) Background: plantar fasciitis is an inflammation of the plantar fascia. Factors that cause this plantar fasciitis are age, weight, activity, and trauma. The initial symptoms are experienced the onset of pain in the back of the heel. Active stretching of the plantar flexor muscles of the ankle is one of exercise methods therapy that can be applied to reduce the pain of plantar fasciitis. Objective: This study was aimed to determine the effects of the active stretching of the ankle plantar flexor muscles to reduce plantar fasciitis pain. Methods: This study applied a pre-experimental design by using one group pre test and post test design, the sample size are 18 people. The sample was determined by using purposive sampling of judgment sampling. Judgmental sampling is a non-probability sampling technique where the researcher selects units to be sampled based on their knowledge and professional judgment. Results: The data obtained are not normally distributed, statistical test of Wilcoxon test for the hypotheses, obtained value of p = 0.001 or p <0.05, means that there is a significant effects of active stretching of ankle plantar flexor muscles toward fasciitis pain reduction. Conclusion: active stretching of the ankle plantar flexor muscles has show significant effect toward the fasciitis pain reduction. Keywords: plantar fasciitis pain, active stretching, ankle plantar flexor
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………..………
i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………...
ii
HALAMAN PENGESAHAN.………………………………………………...
iii
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………..….....
iv
MOTTO ……………………………………………………………………….
v
PERSEMBAHAN …………………………………………………………….
vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… vii ABSTRAK …………………………………………………………………….
ix
ABSTRACT …………………………………………………………………..
x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….
xi
DAFTAR GAMBAR …..…………………………………………………….. xiii DAFTAR TABEL ….…………………………………………………………. xiv DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….
xv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….
1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………..
1
B. Rumusan masalah …………………………………………………
3
C. Tujuan Penelitian ………………………………………….............
3
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………...
3
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………………
5
A. Kerangka Teori ……………………………………………………
5
1. Anatomi dan Biomekanik Kaki ……………………………….
5
xi
2. Patofisiologi Fasciitis Plantaris ………………………………..
7
3. Pemeriksaan Fasciitis Plantaris ………………………………… 10 4. Diagnosa Fasciitis Plantaris …………………………………….. 10 5. Pengobatan Fasciitis Plantaris ………………………………...... 11 6. Prognosis Nyeri Fasciitis Plantaris …………………………....... 11 7. Nyeri Fasciitis Plantaris ………………………………………… 11 8. Terapi Latihan Active Stretching Otot Plantar Flexor Ankle ….. 13 9. Pengukuran Nyeri Dengan Visual Analog Scale (VAS) ……….. 16 B. Kerangka Pikir ……………………………………………………... 17 C. Kerangka Konsep …………………………………………………. 17 D. Hipotesa …………………………………………………………… 18 BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………
19
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………
19
B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………….
19
C. Populasi dan Sampel ……………………………………………… 20 D. Variabel Penelitian ………………………………………………..
21
E. Definisi Konseptual ……………………………………………….. 21 F. Definisi Operasional ………………………………………………
22
G. Jalannya Penelitian ………………………………………………..
23
H. Tehnik Analisis Data ……………………………………………...
24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………..
25
A. Gambaran Umum …………………………………………………
25
B. Karakteristik Responden ………………………………………….
26
C. Hasil Analisis Data ………………………………………………..
28
D. Pembahasan ……………………………………………………….
29
E. Keterbatasan Penelitian …………………………………………...
31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………
32
A. Kesimpulan ………………………………………………………..
32
B. Saran ………………………………………………………………
32
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Otot Plantar Flexor Ankle ……………………………………...… Gambar 2.2 Aponeurosis Plantaris ……………………………………………
5 7
Gambar 2.3 Latihan calf stretch ……………………………………….…….... 14 Gambar 2.4 Latihan peregangan dengan counter top ………………………... 15 Gambar 2.5 Latihan Achilles tendon stretch ..………………………………... 15 Gambar 2.6 Visual Analoque Scale ………………………………………..…. 16 Gambar 2.7 Kerangka Pikir ………………………………………………….. 17 Gambar 2.8 Kerangka Konsep ………………………………………………. 17 Gambar 3.1 Rancangan penelitian one grup pre – test – post – test …………. 19
xiii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia …………………….… 26 Tabel 4.2 Karakteristik Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin ………………... 26 Tabel 4.3 Karakteristik Hasil Pengukuran Nyeri VAS – Pre ………………... 27 Tabel 4.4 Karakteristik Hasil Pengukuran Nyeri – Post …………….............. 27 Tabel 4.5 Mean Derajat Nyeri VAS Pre dan Post …………………………..
28
Tabel 4.6 Analisis Statistik Wilcoxon signed ranks test……………………..
28
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
A. DATA PENELITIAN B. SURAT KETERANGAN 1. Surat Persetujuan Menjadi Responden 2. Surat Ijin Penelitian 3. Surat Selesai Penelitian 4. Lembar Konsultasi Skripsi C. DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
xv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dari survei pre penelitian yang dilakukan di Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta, pada periode bulan Januari – Maret tahun 2015, keluhan nyeri pada tumit dan telapak kaki menempati posisi ke-3 setelah nyeri pinggang bawah dan lutut. Dari 26 orang pasien dengan keluhan nyeri pada tumit, Sebanyak 18 orang pasien
terdiagnosa nyeri tumit karena di sebabkan oleh fasciitis plantaris,
selebihnya akibat dari calcaneus spur. Fasciitis plantaris adalah suatu kasus dimana terjadinya peradangan pada fascia plantaris. Simpai Fascia plantaris berjalan dari tulang tumit ke setiap tulang tulang jari-jari kaki, berfungsi sebagai penyokong telapak kaki terutama mempertahankan lengkung kaki. Bila ada tekanan yang tiba-tiba merentangkan jari-jari atau mendatarkan lengkung kaki, fascia plantaris dapat robek (Wibowo, 1994). Fasciitis plantaris sering terjadi pada usia 40 – 70 tahun, tetapi pada seseorang yang mempunyai kelainan bentuk kaki (abnormal foot) yaitu telapak kaki datar (flat foot) bisa terjadi pada usia kurang dari 40 tahun. Bila dibandingkan dengan laki-laki, wanita lebih sering mengalaminya. Sebanyak 43 % terjadi pada pekerja yang berdiri lebih dari 6 jam sehari. Sebanyak 70 % terjadi pada orang kegemukan atau obesitas, dan lebih dari 50 % pada orang berusia diatas 50 tahun. Fasciitis plantaris dapat disebabkan oleh faktor, antara lain :
2
obesitas, flaat foot dan pes cavus, tightness otot gastrocnemius atau soleus, pengguna sepatu hak tinggi dan degenerative (Wibowo, 1994). Salah satu gejala awal yang di rasakan pada kondisi fasciitis plantaris adalah timbulnya nyeri. Nyeri pada fasciitis plantaris biasanya timbul secara bertahap, tetapi dapat juga terjadi dengan tiba-tiba dan langsung nyeri hebat. Nyeri sering terjadi pada pagi hari, dibagian belakang tumit dan pada saat berjalan maka nyeri akan meningkat (Wibowo, 2011). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Digiovani dkk, 2001 disimpulkan bahwa analisa dilakukan terhadap responden yang diberikan intervensi active stretching otot plantar flexor ankle didapatkan hasil yang signifikan dalam hal penurunan nyeri pada fasciitis plantaris. Demikian sama hal nya yang akan dilakukan peneliti kali ini mencoba untuk menggunakan
modalitas latihan
peregangan active stretching otot plantar fleksor ankle tanpa mengkombinasikan dengan modalitas lain sehingga diharapkan dapat dicapai efek yang lebih spesifik untuk mengurangi nyeri pada kondisi plantar fasciitis. Latihan peregangan Active stretching (peregangan aktif) adalah metode latihan yang dilakukan pasien sendiri dengan diberitahukan terlebih dahulu latihannya oleh fisioterapis (Kisner, 2007). Latihan ini bertujuan untuk terjadinya pelepasan adhesion dan meningkatkan fleksibilitas pada fascia. Kekuatan yang dihasilkan dari kontraksi ini menghasilkan kontraksi memanjang pada tendon dan fascia sehingga secara perlahan akan terjadi penguluran pada tendon dan fascia. Dengan adanya peningkatan kelenturan pada tendon maka pada fasciitis plantaris diharapkan fascia plantaris atau apponeurosis plantaris akan lebih fleksibel
3
sehingga nyeri dapat berkurang. Pemberian active stretching juga dapat melepaskan perlengketan dalam apponeurosis plantaris dan abnormal cross link, sehingga dapat melepaskan jaringan fibrous dan mengurangi iritasi terhadap saraf tipe C dan A yang menimbulkan nyeri regang, serta meningkatkan jumlah sel darah merah, sehingga terjadi peningkatan kadar hemoglobin darah, yang mengakibatkan fasilitasi kapasitas darah dalam membawa oksigen dan peningkatan aliran darah serta metabolisme lokal (Digiovani dkk, 2001).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas,
peneliti ingin
mengetahui apakah ada pengaruh active stretching otot plantar fleksor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh active stretching otot plantar fleksor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Dapat Sebagai pedoman ilmiah untuk menambah pengetahuan tentang ilmu terapi latihan fisioterapi dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menambah wawasan dalam perkembangan ilmu rehabilitasi medis.
4
2. Manfaat praktis Dapat dijadikan pedoman ilmiah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu dalam rangka mengembangkan metode serupa sehingga dapat bermanfaat bagi praktisi medis dan masyarakat pada umumnya.
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teori 1.
Anatomi dan Biomekanik Kaki a. Persarafan, otot pergelangan kaki Persarafan pergelangan kaki berasal dari plexus lumbalis dan plexus sacralis. Persarafan yang berfungsi mengontrol pergerakan pergelangan kaki yaitu n. tibialis, n. fibularis profundus dan n. fibularis superficialis. Saraf sensoris berasal dari n. suralis dan n. saphenus (Gibson, 2002).
Gambar 2.1 Otot Plantar Flexor Ankle (Netter, 1998)
6
Otot yang berperan untuk gerakan plantar fleksi ankle yaitu m. gastrocnemius dan m. soleus, dibantu m. tibialis posterior, m. flexor halusis longus dan m. flexor digitorum longus (Faiz, 2002). b. Osteologi pergelangan kaki Kaki dibentuk dari gabungan beberapa tulang : talus, calcaneus, cuboid, navicular, 3 ossa cuneiform, metatarsal I-V, phalanges I-V, 4 ossa phalanges distal, 3 phalanges middle dan 2 ossa sesamoid di bagian plantar (Netter, 1998). c. Persendian pada pergelangan kaki Persendian pergelangan kaki terdiri dari sendi tibiofibularis distal joint, merupakan pertemuan os tibia dan os fibula, yang merupakan syndesmosis sehingga pergerakannya terbatas. Sendi taloclularis joint (upper ankle joint), yang dibentuk oleh ujung distal os tibia dan os fibula serta bagian atas tulang talus. Sendi subtalaris joint (talocalcanea joint) yang dibentuk oleh talus dan calcaneus. d. Ligament Plantar fascia Ligamen plantar fascia atau aponeurosis plantaris yang berupa lapisan jaringan ikat tebal dan kuat pada telapak kaki (Gibson, 2002). Ligamen ini berjalan secara transversal dari tuberositas medial kalkaneus kearah caput ossa metatarsal I-V telapak kaki, berfungsi sebagai penyangga bagian lengkung kaki (Cooper, 2007).
7
2.2 Aponeurosis plantaris (Netter, 1998) 2.
Patofisiologi fasciitis plantaris a. Definisi Fasciitis plantaris adalah suatu kasus dimana terjadinya peradangan pada fascia plantaris (Siburian, 2008). Fasciitis plantaris diawali dengan adanya lesi pada soft tissue disisi tempat perlengketan appneurosis
8
plantaris yang letaknya dibawah tuberositas calcaneus. Adanya radang pada sisi tempat perlengketan fascia akan menimbulkan cidera, inflamasi dan nyeri pada fascia plantaris (Cooper, 2007). b. Gejala Gejala terjadinya fasciitis plantaris adalah
nyeri tajam dibagian
dalam telapak kaki di daerah tumit. Nyeri tumit yang cenderung bertambah buruk pada beberapa langkah pertama setelah bangun tidur, pada saat naik tangga atau pada saat jinjit, nyeri tumit setelah berdiri lama kemudian bangkit dan berjalan. Area nyeri terdapat di bagian medial atau lateral calcaneus atau dibagian lunak dari apponeurosis plantaris dari bagian inferior tuberositas di calcaneus (Wibowo, 2011). c. Faktor penyebab dan faktor resiko Secara anatomi, pada saat kita berjalan, semua berat badan kita bertumpu pada tumit yang kemudian tekanan ini akan disebarkan ke ligamen plantar fascia. Sehingga ligamen tersebut akan tertarik ketika kaki melangkah, tegang, berulang terus menerus, sehingga terasa nyeri ringan yang akhirnya mengalami inflamasi pada tuberositas calcaneus dan robekan kecil di serabut ligamen plantar fascia akan menjadi teriritasi atau meradang (Cooper, 2007). Faktor resiko terjadinya fasciitis plantaris adalah : obesitas, kelainan bawaan pada arcus plantaris berupa flaat foot dan pes cavus, tightness m. gastrocnemius dan m. soleus, penggunaan alas kaki high heels, serta faktor degenerative, calcaneal spur / heel spur (Wibowo, 2011). Pada pasien
9
dengan obesitas akan terjadi peningkatan beban fascia pada saat stance phase. Pronasi yang berlebihan pada sendi subtalar akan menyebabkan eversi yang berlebihan pada calcaneus. Eversi yang berlebihan tersebut akan menyebabkan tarikan pada fascia plantaris selama fase foot flat, sedangkan kaki dengan bentuk pes capus terjadi peningkatan arcus pada fore foot dan hind foot sehingga tekanan oleh berat badan akan serap oleh plantar fascia. Tightnes calf muscles menyebabkan adanya pembatasan kemampuan dari mid foot untuk melakukan supinasi serta terjadinya pengurangan pencapaian dorsal fleksi pada saat terminal stance dan preswing. Pada seseorang yang gemar menggunakan sepatu hak tinggi dimana tendon Achilles yakni tendon yang melekat pada tumit akan berkontraksi/tegang dan memendek. Faktor degenerative dimana akan terjadinya perubahan musculoskeletal di usia lanjut sehingga akan berpengaruh pada kemampuan fascia plantaris untuk meregang. Lengkung telapak kaki yang datar atau terlalu melengkung dapat mengakibatkan distribusi berat badan tidak seimbang diterima oleh kedua kaki dan menyebabkan stress tambahan pada plantar fascia. d. Epidemiologi Fasciitis plantaris bisa terjadi pada semua umur terutama pada usia pertengahan dan usia lanjut. Lebih beresiko karena faktor seperti pekerjaan atau aktivitas yang lebih banyak berdiri atau berjalan, obesitas, kehamilan, diabetes melitius, aktivitas fisik yang berlebihan seperti atlit, penggunaan sepatu kurang tepat (Carter, 2001), ini bisa terjadi pada pria maupun
10
wanita, namun frekuensinya yang besar terjadi adalah pada wanita umur 40-60 tahun. Hal ini disebabkan faktor-faktor seperti obesitas, kehamilan serta perubahan hormon (Wibowo, 2011). Pada pasien obesitas akan terjadi peningkatan beban fascia yang berpengaruh pada arcus dimana terletak ligament plantar fascia. Sedangkan pada kehamilan terjadi perubahan hormon, berat badan yang bertambah dan pembengkakan yang dialami dapat menyebabkan ligamen pada tubuh termasuk di kaki mengendur, ini dapat menyebabkan permasalahan mekanikal dan peradangan (Wibowo, 2011). 3.
Pemeriksaan Fasciitis plantaris Proses pemeriksaan diawali dengan anamnesa pasien. Diperoleh data pasien mengeluhkan ada nya nyeri dibagian medial atau lateral tumit. Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik berupa tes cepat, positif nyeri gerak saat gerakkan dorsal fleksi ankle. Dalam inspeksi dinamis diperoleh antalgic gait (Wolf, 1994). Tes khusus berupa stretch test dilakukan pada posisi dorsal fleksi ankle, dan hasil didapat nyeri regang pada fascia plantaris. Palpasi dilakukan didaerah fascia plantaris diperoleh titik nyeri tekan pada sisi medial atau lateral dari tuberositas calcaneus (Wolf, 1994).
4.
Diagnosa Fasciitis plantaris Diagnosa secara umum diperoleh dari pemeriksaan riwayat serta gangguan fisik pasien (Digiovani, 2001). Pemeriksaan foto rontgen ankle
11
joint dan calcaneus untuk memperoleh data apa ada bone spur. Pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh data apa ada Rhematoid arthtritis. 5.
Pengobatan Fasciitis plantaris Penggunaan NSAID (Non steroid Anti inflammation Drugs) seperti ibuprofen (advil, motrin) untuk menghambat reaksi peradangan dan nyeri digunakan sebagai anti inflamasi dan analgesic. Methylprednisolon topical untuk menurunkan peradangan dan menurunkan permeabilitas kapiler. Aspirin untuk menurunkan respon peradangan dan efek sistemik yang mengawali terjadinya peradangan lanjut (Meliala, 2001).
6.
Prognosis nyeri Fasciitis plantaris Semua bentuk penekanan berlebih yang diberikan pada fascia plantaris akan menghasilkan tarikan atau peregangan pada insertio medial tuboresitas calcaneus, hal ini akan menyebabkan kegagalan pada periosteal dan selanjutnya avulse dari periosteum pada tuboresitas calcaneus kemudian avulse tersebut akan diikuti oleh pengisian kalsium sehingga akan terbentuk calcaneal spur/heel spur (Wibowo,1994). Menurut Wibowo, 2011 pada kebanyakan kasus, nyeri dari plantar fasciitis ini akan menghilang dengan sendirinya tanpa pembedahan atau pengobatan invasive lainnya.
7.
Nyeri Fasciitis Plantaris a. Teori Nyeri Reseptor nyeri perifer (nosiseptor) terdapat disetiap struktur kutan, somatic dalam maupun visera tubuh. Adanya rangsangan noksius baik
12
aktual maupun potensial memicu nosiceptor untuk melepas zat-zat kimiawi endogen yang kemudian akan mentransduksi rangsangan tersebut menjadi impuls nyeri (Parjoto, 2006). Terdapat 3 macam reseptor nyeri yaitu kemoreseptor, mekanoreseptor, termoreseptor. Kemoreseptor peka terhadap rangsangan kimiawi dan impuls nyerinya akan diteruskan melalui serabut C. Mekanoreseptor dan termoreseptor peka terhadap rangsangan mekanik dan thermal, impuls akan diteruskan oleh serabut A delta (Widiastuti, 1996 dikutip Parjoto, 2006). Impuls nyeri setelah melalui proses tranduksi dan transformasi (menjadi
rentetan
potensial
aksi)
ditingkat
reseptor,
kemudian
ditransmisikan melalui serabut C dan atau serabut A delta menuju ke cornu posterior medulla spinalis (Parjoto, 2006). Disini serabut-serabut tersebut membentuk suatu berkas nyeri dibagian ventral dan membentuk sinaps yang berada di substansia gelatinosa (SG) rolandi yang merupakan tempat terjadinya system relai / teori gerbang control (Newton, 1990 dikutip Parjoto, 2006). b. Mekanisme nyeri Nyeri fasciitis plantaris diawali adanya lesi pada soft tissue disisi tempat perlengkatan plantar aponeurosis yang letaknya dibawah dari tuberositas calcaneus atau pada facia plantaris bagian medial calcaneus akibat dari penekanan dan penguluran yang berlebihan. Hal itu menimbulkan aksi potensial dari ujung saraf nocisensorik (serabut saraf A-delta dan C) yang menghantarkan impuls nyeri ke cornu dorsalis
13
medulla spinalis lalu ke otak, dan diotak impuls tersebut di interprestasikan sebagai nyeri (Siburian, 2008). 8.
Terapi latihan active stretching otot plantar flexor ankle Terapi Latihan active stretching (peregangan aktif) adalah metode latihan yang dilakukan oleh pasien secara mandiri dengan diberitahukan terlebih dahulu latihannya oleh fisioterapi (Kisner, 2007). Terapi latihan active stretching pada otot plantar flexor ankle bertujuan untuk terjadinya pelepasan adhesion dan meningkatkan fleksibilitas fascia plantaris, kekuatan yang dihasilkan dari kontraksi ini menghasilkan kontraksi memanjang pada tendon dan fascia. Sehingga akan secara perlahan akan terjadi penguluran pada tendon dan fascia dan jaringan disekitarnya. Respon fisiologis pemberian metode ini terhadap fasciitis plantaris adalah melepaskan perlengketan dalam appeneorosus plantaris dan abnormal cross link sehingga mengurangi iritasi terhadap A delta dan saraf tipe C yang menimbulkan nyeri regang serta meningkatkan jumlah sel darah merah sehingga terjadi peningkatan kadar hemoglobin darah yang mengakibatkan fasilitasi kapasitas darah dalam membawa oksigen dan peningkatan aliran darah serta metabolisme lokal. Sehingga dapat mempercepat proses perbaikan jaringan yang rusak akibat fasciitis plantaris, serta dapat mempercepat proses inflamasi menuju perbaikan jaringan. Dengan ada peningkatan kelenturan pada tendon maka pada fasciitis plantaris diharapkan fascia plantaris atau apponeurosis plantaris akan lebih fleksibel sehingga nyeri dapat berkurang.
14
Metode active stretching otot plantar flexor ankle yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan : a. Latihan calf stretch Posisi : pasien menghadap dinding, berdiri sekitar dua, tiga kaki dari tembok, lakukan dorongan dengan tangan responden pada tembok. Dengan kaki yang sakit dibelakang dan kaki lainnya didepan. Dorong tembok, jadikan kaki yang didepan sebagai tumpuan, sementara meregangkan kaki yang belakang, tumit kaki yang belakang menempel dilantai. Dosis : tahan posisi selama 10 detik, pengulangan 10 (sepuluh) kali, dan dilakukan 3 (tiga) kali sehari.
2.3 Latihan calf stretch (Ordine dkk, 2011)
b. Latihan peregangan dengan counter top Posisi : pasien menghadap depan dengan memegang counter top. Letakkan kaki terpisah dengan satu kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut sampai dalam posisi jongkok tahan. Tahan posisi tumit dilantai selama 10 detik. Dosis : Tahan posisi tumit dan kaki yang meregang 10 detik,
15
kemudian rileks, luruskan kembali. Ulangi 10 (sepuluh) kali. Lakukan 3 (tiga) kali sehari.
2.4 Latihan peregangan dengan counter top (Belis, 2001)
c. Latihan Achilles tendon stretch Posisi : posisikan ke-2 distal telapak kaki bertumpu pada anak tangga. Tekan tumit pelan kebawah sampai terprovokasi nyeri ditelapak kaki. Dosis : tahan posisi 10 (sepuluh) detik, istirahat, ulangi gerakan 10 kali. Lakukan 3 (tiga) kali sehari.
2.5 Latihan Achilles Tendon Stretch (Belis, 2001)
16
9.
Pengukuran nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS) Pengukuran nyeri dengan VAS dilakukan dengan cara yaitu terapis membuat garis lurus sepanjang 100 mm dengan diberi angka 0 mm pada satu ujung dan angka 100 mm pada ujung yang lain. Kemudian terapis menerangkan pada pasien bahwa angka 0 mm menunjukkan rasa tidak nyeri dan angka 100 mm menunjukkan rasa nyeri yang sangat hebat dan tidak dapat ditahan lagi oleh pasien. Kemudian pasien diminta untuk menunjukkan satu titik pada garis tersebut yang kira-kira menggambarkan letak nyeri yang dirasakan pasien. Panjang garis yang dimulai dari titik tidak nyeri/angka nol sampai dengan titik yang ditunjuk pasien menunjukkan derajat / besarnya nyeri yang dirasakan pasien. Besar nyeri diukur dalam satuan millimeter (Crichton, 2001).
G
Gambar 2.6 Visual Analogue Scale (VAS)
17
B. Kerangka Pikir
Faktor Resiko : Obesitas, Flaat foot, pes capus, Tightness m.gastrocnemius, m. soleus, Alas kaki tinggi/high heel
Faktor Resiko : Degenerative Kehamilan Hormon Jenis Kelamin profesi
Fasciitis Plantaris
Gangguan Gerak dasar dan Gerak Fungsional Active stretching otot plantar flexor ankle
Nyeri
Nyeri berkurang
Gambar 2.7 Kerangka Pikir
C. Kerangka Konsep
Active Stretching otot plantar flexor ankle
Nyeri Fasciitis Plantaris
Gambar 2.8 Kerangka Konsep
18
Keterangan gambar : Intervensi Active stretching otot Plantar flexor ankle memberikan efek pada nyeri fasciitis plantaris.
D. Hipotesa Hipotesis pada penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian intervensi active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.
19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah pre eksperimental, dengan desain penelitian one group pre-test-post-test design, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh latihan active stretching pada otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris. S - - - 01 - - - X1 - - - 02
Gambar 3.1 Rancangan penelitian one grup pre-test-post-test Keterangan gambar : S
: subyek yang dilakukan penelitian
01
: pengukuran tingkat nyeri dengan VAS sebelum dilakukan latihan
active stretching otot plantar flexor ankle 02
: pengukuran tingkat nyeri dengan VAS setelah dilakukan latihan
active stretching otot plantar flexor ankle X1
: perlakuan latihan active stretching otot plantar flexor ankle
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat
penelitian
dilaksanakan
di
Klinik
Fisioterapi
Kalasan
Yogyakarta, dengan waktu pelaksanaan penelitian pada tanggal 20 april 2015 s.d 15 mei 2015. Penelitian dilakukan selama 4 (empat) minggu.
20
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pasien di Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta dengan kondisi fasciitis plantaris. Jumlah populasi 26 (dua puluh enam) orang. 2. Sampel a. Teknik pengambilan sampel Metode pengambilan sampel menggunakan motode purposive sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut : 1) Kriteria Inklusi (penerimaan) a) Responden menderita nyeri pada area plantar fascia yang telah dipilih berdasarkan prosedur assesment fisioterapi serta tes khusus berupa stretch test. b) Responden bersedia mengikuti jalannya penelitian dan berkenan bekerja sama hingga penelitian berakhir 2) Kriteria Eksklusi (penolakan) a) Responden Sedang mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit atau mendapatkan terapi modalitas lain dalam 10 hari sebelumnya b) Sedang mengalami gangguan menstruasi / hamil trimester pertama c) Responden dengan kondisi cidera ligament
21
d) Nyeri yang disertai dengan penyakit lain pada telapak kaki misal menderita osteoforosis, kanker & tumor e) Responden dengan lesi meniscus dan fraktur pada area plantar fascia. 3) Kriteria Dropout a) Responden mengundurkan diri dari program penelitian b) Responden tidak hadir di Klinik Fisioterapi Kalasan sekurangkurangnya 4 kali berturut-turut c) Responden tidak melakukan metode yang sudah diberikan peneliti kepada pasien untuk diterapkan dirumah sekurangkurangnya 3 hari berturut-turut b. Besar sampel penelitian Jumlah sampel penelitian ini adalah 18 (delapan belas) orang. D. Variabel Penelitian Variabel penelitian dibagi dalam 2 jenis, yaitu : 1.
Variabel bebas (independent variable) yaitu latihan active stretching
2.
Variabel terikat (dependent variable) yaitu nyeri fasciitis plantaris
E. Definisi Konseptual 1. Latihan Active Stretching Terapi latihan active stretching (peregangan aktif) yang dilakukan oleh pasien secara mandiri dengan diberitahukan terlebih dahulu latihannya oleh fisioterapi (Kisner, 2007). 2. Nyeri Fasciitis Plantaris
22
Penekanan
dan
penguluran
pada
fascia
plantaris
dapat
menimbulkan aksi potensial dari ujung saraf nocisensorik (serabut saraf A-delta dan C) yang menghantarkan impuls nyeri ke kornu dorsalis medulla spinalis lalu ke otak, dan diotak impuls tersebut di interprestasikan sebagai nyeri (Periatna dan Gerhaniawati, 2006). F. Definisi Operasional 1. Latihan Active stretching Terapi latihan active stretching (peregangan aktif) yang dilakukan oleh pasien secara mandiri dengan diberitahukan terlebih dahulu latihannya oleh fisioterapi (Kisner, 2007). Metode yang diterapkan pada active stretching otot plantar flexor ankle meliputi latihan calf stretch, latihan peregangan dengan counter top, latihan Achilles stretch. Dosis yang diberikan : waktu utntuk menahan posisi yang berikan selama 10 detik, frekuensi pengulangan 10 kali/sesi. Dilakukan 3 kali / hari. 2. Nyeri Fasciitis plantaris Nyeri fasciitis plantaris terdapat pada tempat perlengkatan plantar aponeurosis yang letaknya dibawah dari tuberositas calcaneus atau pada facia plantaris bagian medial calcaneus. Proses pemeriksaan diawali dengan anmanesa pasien. Diperoleh data pasien mengeluhkan adanya nyeri dibagian medial atau lateral tumit. Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik berupa tes cepat, didapat positif nyeri gerak saat gerakkan dorsal fleksi ankle. Dalam inspeksi dinamis diperoleh antalgic gait (Wolf, 1994). Tes khusus berupa stretch test
23
dilakukan pada posisi dorsal fleksi ankle, dan hasilnya didapat nyeri regang pada fascia plantaris. Palpasi dilakukan didaerah fascia plantaris diperoleh titik nyeri tekan pada sisi medial atau lateral dari tuberositas calcaneus. Pengukuran nyeri dilakukan dengan menggunakan VAS, berupa garis lurus yang panjangnya 10 cm, dengan penggambaran verbal pada masing-masing ujungnya, angka 0 (tanpa nyeri) sampai angka 10 untuk nyeri terberat, dengan Nilai VAS 0 - < 4 = nyeri ringan, 4 - < 7 = nyeri sedang, 7 - 10 = nyeri berat (Meliala, 2001). G. Jalannya Penelitian Dalam penelitian ini peneliti melakukan tahapan sebagai berikut : 1. Peneliti melakukan observasi terlebih dahulu di Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta 2. Peneliti menentukan populasi, teknik pengambilan sampel responden 3. Peneliti melaporkan hasil yang diperoleh dari observasi kepada Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta 4. Mengajukan izin pada Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Manajemen Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta 5. Peneliti melakukan perkenalan kepada responden sekaligus mendapatkan tanda tangan sebagai bukti persetujuan dari responden (informed consent) untuk bersedia menjadi responden penelitian
24
6. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang proses yang akan dilakukan, tujuan dan manfaat penelitian, metode intervensi fisioterapi yang dipakai pada kondisi responden yang diterapkan ketika di klinik fisioterapi, dan program latihan mandiri yang akan dilakukan dirumah 7. Awal pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari senin tanggal 20 april 2015. Sebelum melakukan program latihan active stretching pada otot plantar flexor ankle, peneliti melakukan pengukuran nyeri pre dengan skala VAS sebelum melakukan tindakan pada semua sampel. 8. Penelitian dilakukan selama 4 minggu, dimulai pada hari senin tanggal 20 april 2015 dan berakhir pada tanggal 15 mei 2015 dengan frekuensi kunjungan 3 kali/minggu yaitu pada hari senin, rabu, jum’at. 9. Pelaksanaan pengukuran nyeri post tindakan dengan skala VAS dilakukan pada hari jumat tanggal 15 mei 2015. 10. Peneliti mendokumentasi hasil penelitian yang dilakukan. H. Teknik Analisis Data Uji analisa yang digunakan untuk mengetahui efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris antara data pre (sebelum penelitian) dan post (setelah penelitian) menggunakan uji non parametric yaitu wilcoxon test dengan nilai probabilitas p < 0,05 yang mengandung arti bermakna yaitu ada efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.
25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta berdiri pada tanggal 1 november 2013, beralamat di Jl. Kalasan – Piyungan KM 1 Bendungan 1/13 Tirtomartani Kalasan Sleman DI Yogyakarta Indonesia. Jadwal praktek hari senin sampai dengan sabtu pukul 13.00 sampai dengan pukul 21.00 WIB. Berdasarkan data yang terdapat di Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta periode bulan Januari – Maret 2015, keluhan nyeri pada tumit dan telapak kaki menempati posisi ke-3 (tiga) setelah nyeri pinggang bawah dan nyeri lutut. Dengan jumlah pasien 26 orang pasien dengan keluhan nyeri tersebut. Setelah melakukan pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga terpilih 18 orang pasien. Pengolahan data hasil penelitian ini diawali dengan deskripsi data. Penelitian ini dilakukan di Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta dengan subyek adalah pasien yang menderita nyeri tumit yang disebabkan oleh fasciitis plantaris, pada tanggal 20 april 2015 – 15 mei 2015. Sampel penelitian berjumlah 18 (delapan belas) orang, yang diberi perlakuan terapi latihan active stretching otot plantar flexor ankle. Dengan desain penelitian one group pre-test-post-test design, uji non parametric dengan wilcoxon test.
B. Karakteristik Responden 1. Distribusi Subyek Berdasarkan Usia
26
Pengelompokan usia responden pada tabel dibawah ini sesuai dengan
pembagian
karakteristik
usia
menurut
WHO
yang
mengelompokan usia 30 - 40 tahun sebagai kelompok usia pertengahan (middle age) dan usia 41 – 60 tahun sebagai kelompok usia lanjut (elderly). Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No
Usia
Jumlah
Presentase
1
30 – 40 tahun (middle age)
8 orang
44 %
2
41 – 51 tahun (elderly age)
10 orang
56 %
Jumlah
18 %
100 %
Sumber : Olah Data 2015 Berdasarkan data tabel diatas didapatkan pasien dengan umur 30 – 40 tahun sebanyak 8 orang dan umur 41 – 51 tahun sebanyak 10 orang. 2. Distribusi Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase
1
Laki – laki
9
50%
2
Perempuan
9
50%
18
100 %
Jumlah
Sumber : Hasil Olah Data, 2015 Berdasarkan data tabel diatas didapatkan bahwa pasien laki-laki berjumlah 9 orang dan perempuan berjumlah 9 orang. 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri Fasciitis Plantaris
27
Pada penelitian ini pengukuran derajat nyeri fasciitis plantaris menggunakan parameter alat ukur yaitu VAS (Visual Analoque Scale). Hasil penelitian pengukuran nyeri fasciitis plantaris dengan VAS dipaparkan dibawah ini. Tabel 4.3 Karakteristik Hasil Pengukuran Nyeri VAS – Pre No VAS pre
Frekuensi
Persentase
1.
7,4 – 7,5
3
16,7%
2.
7,6 – 7,7
2
11,1%
3.
7,8 – 7,9
4
22,2%
4.
8,0 – 8,1
3
16,7%
5.
8,2 – 8,3
6
33,3%
18
100 %
Jumlah Sumber : Hasil Olah Data, 2015
Tabel 4.4 Karakteristik Hasil Pengukuran Nyeri VAS – Post No VAS Post
Frekuensi
Persentase
1.
0,7 – 1,1
1
5,6%
2.
1,2 – 1,6
5
27,8%
3.
1,7 – 2,1
4
22,2%
4.
2,2 – 2,6
4
22,2%
5.
2,7 – 3,1
4
22,2%
18
100 %
Jumlah Sumber : Hasil Olah Data, 2015
28
Untuk membuktikan efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris adalah dengan menghitung adanya perbedaan mean pre dan post pengukuran derajat nyeri dengan skala VAS. Pengolahan statistic mean pre dan post derajat nyeri fasciitis plantaris VAS pada penatalaksanaan active stretching otot plantar flexor ankle menggunakan wilcoxon test sebagai berikut : Tabel 4.5 Mean Derajat Nyeri VAS Pre dan Post Active Stretching otot Plantar Flexor Ankle N
Mean
Std
Min Dev
Pre 18 Post18 Selisih
7,9500 2,0500 5,9000
.30341 .66266 .35925
7.40 .70 -6.7
Max Dev 8.3 3.102 5.198
Sumber : Hasil Olah Data, 2015 Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil penurunan nyeri setelah diberikan penatalaksanaan latihan active stretching otot plantar flexor ankle pada kondisi fasciitis plantaris, yaitu dari mean 7,9500 menjadi 2,0500 dengan selisih 5,9000. C. Hasil Analisis Data Tabel 4.6 Analisis Statistik Wilcoxon signed ranks test Efek Active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri Fasciitis plantaris Post - Pre Z Asymp. Sgn. (2-tailed) Sumber : Hasil Olah Data, 2015
-3,728 ,000
29
Analisis data
memperoleh hasil nilai Z = -3,728 dan p = 0.000
atau p < 0.05 mengandung arti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya ada efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.
D. Pembahasan Berdasarkan tabel 4.1 interval usia dalam penelitian adalah 30 – 51 tahun, dengan persentase 30 – 40 tahun sebesar 44 % dan 41 – 51 tahun sebesar 56 %. Hasil penelitian menyatakan bahwa responden usia 41 - 51 tahun menjadi interval usia yang paling banyak menderita fasciitis plantaris. Menurut Wibowo (2011) fasciitis plantaris sering terjadi pada usia 40 – 70 tahun. Sedangkan menurut Carter (2001) plantar fasciitis bisa terjadi pada semua usia terutama pada usia pertengahan dan usia lanjut. Pada rentang usia tersebut akan terjadi perubahan kimiawi dalam sel dan jaringan tubuh khususnya pada cross-link seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Connective tissue juga akan kehilangan banyak kandungan seperti collagen, elastin, glycoprotein, hylauronic acid dan contractile protein (Siburian, 2008). Berdasarkan tabel 4.2 didapat sampel penelitian laki-kali berjumlah 9 orang dan
perempuan sebanyak 9 orang.
Menurut Wibowo (2011) plantar
fasciitis dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Penelitian dilakukan selama 4 (empat) minggu dengan pemberian tindakan active Steretching otot plantar flexor ankle dengan frekuensi 3 (tiga) kali dalam 1 minggu. Intervensi dimulai tanggal 20 april 2015 dan berakhir tanggal 15 mei 2015.
30
Pada tabel 4.3 sebelum dilakukan tindakan terapi didapatkan interval nyeri paling tinggi 8,2 - 8,3 skala VAS dengan frekuensi 6 orang dan paling rendah berada pada interval 7,4 – 7,5 skala VAS dengan frekuensi 3 orang. Dengan adanya nyeri tinggi, pasien akan cenderung membatasi gerakan yang akan berpotensi menimbulkan nyeri. Termasuk gerakan mengulur sehingga pasien akan malas melakukan gerakan. Mengakibatkan adanya gangguan saat melakukan aktivitas sehari-hari (Siburian, 2008). Pada tabel 4.4 diketahui ada pengaruh efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris. Karena pada tabel 4.4 diperoleh nyeri paling tinggi, turun pada interval 2,7 – 3,1 skala VAS. Pada tabel 4.5. diperoleh nilai Z = -3,728 dan p = 0,001, sehingga nilai p < 0,05 maka ada pengaruh pemberian active stretching otot plantar flexor ankle
terhadap
penurunan nyeri pada penderita nyeri fasciitis plantaris. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Digiovani (2001) dinyatakan bahwa setelah melakukan analisa terhadap responden yang diberikan intervensi active stretching otot plantar flexor ankle didapatkan hasil yang signifikan dalam hal penurunan nyeri pada fasciitis plantaris. Proses fisiologis active stretching otot plantar flexor ankle terhadap mekanisme pengurangan nyeri fasciitis plantaris dimulai dengan terlepasnya perlengketan dalam appeneurosus plantaris dan abnormal crosslink sehingga mengurangi iritasi terhadap serabut saraf A delta dan tipe C yang menimbulkan nyeri regang serta meningkatkan sel darah merah sehingga terjadi peningkatan kadar hemoglobin darah yang mengakibatkan fasilitasi kapasitas darah dalam
31
membawa oksigen dan peningkatan aliran darah serta metabolisme lokal. Sehingga akan mempercepat proses perbaikan jaringan yang rusak akibat fasciitis plantaris, serta dapat mempercepat proses inflamasi menuju perbaikan jaringan. Dengan adanya peningkatan kelenturan pada tendon maka pada fasciitis plantaris diharapkan fascia plantaris atau apponeurosis plantaris akan lebih fleksibel sehingga nyeri dapat berkurang (Rica, 2011)
E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini sudah dilakukan secara maksimal dan cermat tetapi masih ada keterbatasan di luar jangkauan peneliti diantaranya sebagai berikut: 1. Peneliti hanya menggunakan satu grup perlakuan tanpa group kontrol karena keterbatasan waktu dan kesulitan mendapatkan subyek
dalam
penelitian sehingga penelitian ini memiliki kelemahan. 2.
Peneliti tidak dapat mengendalikan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari subyek, tidak bisa mengontrol tingkat ketegangan pikiran (stress), penggunaan obat dan alat terapi lain serta nutrisi yang berpengaruh terhadap perubahan derajat nyeri serta hobi subyek.
32
32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Peneliti memberikan penatalaksanaan terapi latihan active stretching otot plantar flexor ankle pada kasus fasciitis plantaris yang menyebabkan terjadi nya nyeri pada tumit atau telapak kaki. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan setelah dianalisis dengan uji Wilcoxon dapat diambil suatu kesimpulan ada efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris. sehingga berpengaruh terhadap kemampuan gerak fungsional dasar dan gerak fungsional aktivitas yang melibatkan persendian ankle secara umum. Namun dalam penelitian ini hanya mengambil satu variable saja yaitu nyeri.
B. Saran Peneliti memberikan saran untuk fisioterapis bahwa modalitas terapi latihan metode active stretching otot plantar flexor ankle merupakan salah satu pilihan untuk membantu pasien yang mengalami nyeri akibat fasciitis plantaris. tehnik ini dapat dilakukan sesuai dengan kondisi pasien, bisa diterapkan di klinik fisioterapi atau juga sebagai homeprogram/edukasi yang dapat dilakukan di rumah atau lingkungan aktivitas pasien.
33
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menggunakan kelompok kontrol sehingga hasil lebih berkualitas, dengan waktu penelitian lebih lama dan jumlah sampel yang lebih banyak, serta penatalaksanaan dosis latihan dan kedisplinan responden, sehingga akan diperoleh hasil yang lebih baik dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Belis, Andrew. 2001. A Patient’s Guide to Plantar Fasciitis (Heel Pain). Fort Myers Bijur PE, Silver W, Gallagher J. 2001. Reliability of the Visual Analog Scale for Measurement of Acute Pain. Academic Emergency Medicine Carter, 2001. The Theory and Therapy Of Osteoarthritis. New York : Thieme Stutgart Crichton, N. 2001. Visual Analoge Scale dalam journal of clinical nursing. Di ambil pada tanggal 20 januari 2015 dari http://www.blackwellpublishing.com/ Cooper, Grant. 2007. Therapeutic Uses of Botulinum Toxin. Springer Science and business media. Halaman 75-77 Digiovani, Benedict F, dkk. 2001. Tissue Specific Plantar Fascia Streching Exercise Enhances Outcomes in Patients With Chronic Heel Pain. The journal of Bone and Joint Surgery, Incorporated Faiz, Omar dan Moffat, David. 2002. At a Glande Series Anatomi. Jakarta : Erlangga. Halaman 111 Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Keefe, FJ. 1996. Contribution of Pain Behavior Assestment and Pain Assestment to The Develoment of Pain Clinics, in : Cohon Treatment Centers at a crossroads A Practical and Conseptual Reappraisal. Seattle : IASP Press Kisner, C. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and Techniques. Third Edition. F.A. Philadelphia. Davis Company Meliala, L, dkk 2001. Prinsip Terapi Farmaka Nyeri. Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI. Halaman 191 – 212 Netter, Frank dan Colacino, Sharon. 1998. Atlas Of Human Anatomy. Pharmateutical Division. CIBA – GEIGY Corporation Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Ordine, Romulo Renan, dkk. 2011. Effectiveness Of Myofascial Trigger Point Manual Therapy Combined With a Self-stretching Protocol For The Management Of Plantar Heel Pain : A Randomized Controled Trial.
Journal Of Orthopaedic and Sport Physical Therapy. Volume 41 Number 2 Parjoto, Slamet. 2006. Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. IFI Cabang Semarang Periatna, Heri dan Gerhaniawati, Liza. 2006. Perbedaan Pengaruh Pemberian Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Ultrasound Underwater dengan Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Ultrasound Gel terhadap Penurunan Nyeri Pada kasus Plantar Fascitis. Jurnal Fisioterapi Indonusa. Volume 6. Nomor 1 Rica, Theresia. Kombinasi Intervensi Terapi Latihan dan Ultrasound (US) Lebih Baik Daripada Masase dan Ultrasound (US) untuk penurunan Nyeri pada Kondisi Plantar Fascitis. Universitas Udayana Denpasar Bali : Program Studi Fisioterapi Siburian, 2008. Penyakit Plantar Fascitis. Dalam : Soeparman, Waspadji S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Wibowo, Hardianto. 1994. Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Wibowo, Suryo. 2011. 100 Question and Answer : Asam Urat. Penerbit : Elex Media Komputindo Wolf de, A.N dan Mens, J.M.A. 1994. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh Diagnostik Fisis Dalam Praktek Umum. Cetakan ke 2. Bohn Stafleu Van Loghum : Houten Zaventem
LAMPIRAN
DOKUMENTASI PENELITIAN
GAMBAR LATIHAN
JENIS LATIHAN
Latihan Achilles Tendon Stretch
Latihan peregangan dengan counter top
Latihan Calf Stretch
KLINIK FISIOTERAPI KALASAN YOGYAKARTA Jl. Alternatif Kalasan – Piyungan KM 1 Bendungan 1/13 Tirtomartani Kalasan Sleman DI Yogyakarta INDONESIA Telp (0274) 496850 Efek Active Stretching Otot Plantar Flexor Ankle Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Bernadeta Yuanita Endang Siti Maisaroh Imron Tri suciwati Mustaqim Sumarni Susilo Adi Tartik Lusianingsih Dionisius Yuliani Hendardi A Bagas Dedi Suparlan Yosef
Keterangan : P : Perempuan L : Laki-laki
Jenis Kelamin P P P P L P L P L P P L P L L L L L
Usia
VAS Pre 20/4/2015
VAS Post 15/5/2015
40 42 49 39 35 46 39 49 40 42 45 42 43 35 37 38 45 41
8,1 8,2 8,3 8,1 7,8 8,3 7,5 8,3 7,7 8,1 8,3 7,9 8,2 7,4 7,7 7,8 7,9 7,5
2,5 2,4 2,1 2,3 1,8 3,1 1,5 3,1 0,7 2,8 2,7 1,2 2,1 1,4 1,5 1,9 2,2 1,6
Keterangan Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun
KLINIK FISIOTERAPI KALASAN YOGYAKARTA Jl. Alternatif Kalasan – Piyungan KM 1 Bendungan 1/13 Tirtomartani Kalasan Sleman DI Yogyakarta INDONESIA Telp (0274) 496850 Efek Active Stretching Otot Plantar Flexor Ankle Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris SAMPEL
Terapi 1 20-4-2015
Terapi 2 22-4-2015
Terapi 3 24-4-2015
Terapi 4 27-4-2015
Terapi 5 29-4-2015
Terapi 6 1-5-2015
P 40
8,1 6,1
8,1 5,7
7,8 5,4
6,5 5,1
6,3 4,8
6,1 4,5
P 42
8,2 5,9
7,8 5,5
7,5 5,2
7,3 4,8
6,8 4,5
6,6 4,3
P 49
8,3 5,6
8,1 5,2
7,6 4,8
7,2 4,5
6,8 4,2
6,4 3,9
P 39
8,1 5,4
7,7 5,1
7,4 4,9
7,1 4,6
6,8 4,2
6,4 3,9
L 35
7,8 5,9
7,5 5,6
7,1 5,2
6,8 4,7
6,5 4,4
6,1 3,9
P 46
8,3 5,8
8,3 5,6
8,1 5,3
7,7 5,1
7,3 4,8
6,8 4,5
L 39
7,5 4,5
7,5 4,1
7,1 3,8
6,7 3,6
6,3 3,3
6,1 3,1
P 49
8,3 5,8
7,9 5,5
7,5 5,1
7,1 4,8
6,8 4,6
6,4 4,3
L 40
7,7 4,6
7,5 4,3
7,1 3,9
6,8 3,6
6,4 3,3
6,1 2,9
P 42
8,1 5,8
8,1 5,6
7,8 5,3
7,4 4,9
7,1 4,6
6,8 4,4
P 45
8,3 5,4
7,9 5,1
7,4 4,9
7,1 4,7
6,7 4,4
6,2 4,2
L 42
7,9 5,1
7,6 4,8
7,2 4,4
6,8 4,1
6,6 3,8
6,2 3,5
P 43
8,2 5,3
8,1 5,2
7,8 4,9
7,4 4,6
7,1 4,3
6,8 3,9
L 35
7,4 5,5
7,1 5,1
6,8 4,7
6,6 4,4
6,2 4,1
5,8 3,7
L 37
7,7 4,9
7,5 4,8
7,2 4,5
6,8 4,1
6,5 3,7
6,1 3,3
L 38
7,8 4,9
7,8 4,7
7,5 4,4
7,2 4,1
6,9 3,8
6,7 3,6
L 45
7,9 5,2
7,6 4,9
7,4 4,6
7,1 4,3
6,9 4,1
6,6 3,8
L 41
7,5 4,6
7,3 4,3
7,1 4,1
6,9 3,8
6,6 3,6
6,3 3,2
Terapi 7 4-5-2015
Terapi 8 6-5-2015
Terapi 9 8-5-2015
Terapi 10 11-5-2015
Terapi 11 13-5-2015
Terapi 12 15-5-2015
5,7 3,9
5,5 3,7
5,2 3,4
4,9 3,2
4,6 2,8
4,3 2,5
6,3 4,1
5,9 3,8
5,6 3,4
5,2 3,1
4,8 2,7
4,5 2,4
6,1 3,6
5,7 3,3
5,3 2,9
4,9 2,7
4,6 2,4
4,2 2,1
5,8 3,7
5,5 3,4
5,1 3,1
4,8 2,8
4,5 2,6
4,1 2,3
5,7 3,5
5,2 3,1
4,8 2,7
4,6 2,3
4,1 2,1
3,8 1,8
6,4 4,2
5,9 3,9
5,6 3,7
5,1 3,4
4,7 3,2
4,2 3,1
5,8 2,9
5,4 2,7
4,9 2,4
4,4 2,1
4,1 1,9
3,8 1,5
6,1 4,1
5,7 3,9
5,4 3,7
5,1 3,5
4,8 3,3
4,4 3,1
5,7 2,6
5,4 2,2
4,9 1,9
4,6 1,6
4,1 1,2
3,8 0,7
6,5 4,1
6,1 3,8
5,8 3,5
5,3 3,3
4,9 3,1
4,5 2,8
5,8 3,9
5,4 3,6
5,1 3,4
4,8 3,1
4,3 2,9
3,9 2,7
5,8 3,1
5,4 2,7
4,8 2,2
4,4 1,9
3,9 1,6
3,5 1,2
6,4 3,7
5,9 3,4
5,6 3,1
5,2 2,8
4,9 2,5
4,5 2,1
5,5 3,3
5,1 2,9
4,7 2,6
4,5 2,3
4,2 1,8
3,9 1,4
`5,9 3,1
5,6 2,7
5,2 2,4
4,8 2,1
4,4 1,8
4,1 1.5
6,4 3,3
6,1 3,1
5,8 2,9
5,6 2,6
5,2 2,2
4,9 1,9
6,3 3,5
6,1 3,3
5,8 3,1
5,6 2,9
5,3 2,5
4,9 2,2
5,9 2,9
5,6 2,7
5,3 2,4
5,1 2,2
4,9 1,8
4,6 1,6
Frequencies Statistics JenisKelamin N
Valid
18
Missing
0
JenisKelamin Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
Laki-laki
9
50.0
50.0
50.0
Perempuan
9
50.0
50.0
100.0
18
100.0
100.0
Total
Frequencies Statistics Umur N
Valid
18
Missing Mean Std. Deviation Minimum Maximum
0 41.50 4.162 35 49
Umur Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
35
2
11.1
11.1
11.1
37
1
5.6
5.6
16.7
38
1
5.6
5.6
22.2
39
2
11.1
11.1
33.3
40
2
11.1
11.1
44.4
41
1
5.6
5.6
50.0
42
3
16.7
16.7
66.7
43
1
5.6
5.6
72.2
45
2
11.1
11.1
83.3
46
1
5.6
5.6
88.9
49
2
11.1
11.1
100.0
Umur Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
35
2
11.1
11.1
11.1
37
1
5.6
5.6
16.7
38
1
5.6
5.6
22.2
39
2
11.1
11.1
33.3
40
2
11.1
11.1
44.4
41
1
5.6
5.6
50.0
42
3
16.7
16.7
66.7
43
1
5.6
5.6
72.2
45
2
11.1
11.1
83.3
46
1
5.6
5.6
88.9
49
2
11.1
11.1
100.0
18
100.0
100.0
Total
Descriptives Descriptive Statistics N Umur Valid N (listwise)
Minimum 18 18
35
Maximum 49
Mean 41.50
Std. Deviation 4.162
Descriptives Descriptive Statistics N Pre Test Post Test Valid N (listwise)
Minimum 18 18 18
7.40 .70
Maximum 8.30 3.10
Mean 7.9500 2.0500
Std. Deviation .30341 .66266
NPar Tests Descriptive Statistics N Pre Test Post Test
Mean 18 18
Std. Deviation
7.9500 2.0500
Minimum
.30341 .66266
Maximum
7.40 .70
8.30 3.10
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Post Test - Pre Test
Mean Rank 9.50
171.00
b
.00
.00
Negative Ranks
18
Positive Ranks
0
c
Ties
0
Total
18
a. Post Test < Pre Test b. Post Test > Pre Test c. Post Test = Pre Test
b
Test Statistics
Post Test - Pre Test Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
a
-3.728 .000
Sum of Ranks
a
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA LENGKAP
: DONNY HENDARTO
TEMPAT TANGGAL LAHIR
: BELITANG, 5 NOVEMBER 1982
AGAMA
: ISLAM
ALAMAT
: BENDUNGAN 1/13 TIRTOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA
NO TELP
: 0813 286 46 334
EMAIL
:
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN : TK ABA BELITANG SD NEGERI 04 BELITANG TAMAT TAHUN 1996 SMP NEGERI 1 BELITANG TAMAT TAHUN 1999 SMU NEGERI 1 BELITANG TAMAT TAHUN 2001 DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAMAT TAHUN 2004