PENGARUH PEMBERIAN KINESIO TAPING DAN ES TERHADAP PENURUNAN NYERI SPRAIN ANKLE PADA PEMAIN FUTSAL
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Fisioterapi Fakultas kesehatan
Oleh: RESTU AJI NUGRAHA J120141061
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN KINESIO TAPING DANES TERHADAP PENU RUNAN NYERI SPRAIN ANKLE PADA PEMAIN FUTSAL
Sk:ripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dalam seminar sk:ripsi Program Studi SI Fisioterapi Fakultas Umu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh :
J 120141061
Telah disetujui oleh: Pembimbing
Wahyuni , S.KM, M.Kes
i
ii
iii
PENGARUH PEMBERIAN KINESIO TAPING DAN ES TERHADAP PENURUNAN NYERI SPRAIN ANKLE PADA PEMAIN FUTSAL ABSTRAK Latar Belakang: Cidera yang sering terjadi di lapangan futsal adalah sprain ankle, karena permainan futsal sering menggunakan gerakan yang melibatkan kaki. Modalitas yang dapat digunakan salah satunya adalah dengan kinesio taping dan es untuk membantu proses pengurangan nyeri dalam berbagai kondisi dan salah satunya kondisi nyeri ankle. Tujuan Penelitian: ini yaitu untuk mengetahui manfaat kinesio taping dan es terhadap penurunan nyeri sprain ankle pada pemain futsal. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimental dengan metode one group pre and post test without control design. Dalam penelitian ini digunakan satu kelompok subjek penelitian, tanpa menggunakan perbandingan grup kontrol untuk mengetahui pengaruh aplikasi kinesio taping dan es terhadap sprain ankle. Pengukuran untuk nyeri dilakukan dengan VAS, sedangkan untuk mengetahui pengaruh aplikasi kinesio taping dan es terhadap sprain ankle digunakan analisa data dengan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil Penelitian: Hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, dimana nilai (Asymp. Sig 2 tailed) yang di dapat adalah sebesar 0,039 di mana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 (sig 0,039<0,05) sehingga keputusan hipotesis adalah menerima H1 atau yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok pre-test dan post-test. Kesimpulan: Terdapat pengaruh yang signifikan dari aplikasi kinesio taping dan es terhadap sprain ankle. Kata Kunci: Kinesio taping, es, sprain ankle, VAS, pemain futsal.
ABSTRACT Background: Injuries that often happen in the futsal field is ankle sprain, since the player of futsal often use movements that involve legs. Several modalities that can be applied are Kinesio taping and ice to assist in the reduction of pain in a variety of conditions such as ankle sprain. Research Objective: This research was done to determine the benefits of kinesio taping and ice on the sprain ankle reduction of futsal players. Research Method: This research is a Quasi Experimental of one group pre and post test method without control design. This research applied one group of research subjects, without using control group to determine the effect of kinesio taping and ice application on the sprain ankle. The measurements of pain was done by using VAS, whereas to determine the effect of the application of Kinesio taping and ice on ankle sprain was done by using data analysis of Wilcoxon Signed Rank Test. Results: The results obtained from the statistic test of Wilcoxon Signed Rank Test, show the value of (Asymp. Sig 2 tailed) is 0,039 which is less than the 1
critical limit of 0.05 (sig 0.039 <0.05), therefore, H1 is accepted, that there is a significant difference between the groups pre-test and post-test. Conclusion: There is a significant effect of kinesio taping and ice application on the sprain ankle. Keywords: Kinesio taping, ice, sprain ankle, VAS, futsal player 1. PENDAHULUAN Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masingmasing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola kegawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepak bola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasigaris, bukan net ataupapan (Tenang, 2008). Bermain futsal memang sungguh mengasyikkan, semua orang bisa mengikutinya hanya dengan menyewa lapangan futsal yang kini banyak tersedia, salah satunya adalah di kota Demak, banyak sekali kita temui lapangan futsal dengan berbagai corak dan bentuk lapangan. Seseorang tidak harus ahli untuk bisa mengikuti olahraga ini. Meskipun begitu, futsal merupakan olahraga yang perlu penanganan tepat terutama
dalam
pelaksanaannya,
karena
apabila
tidak
mendapatkan
penanganan yang tepat, bisa terjadi cedera pada pemain tersebut.Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah penggunaan sepatu, pemanasan, permainan dan pendinginan (Tenang, 2008). Cidera yang sering terjadi di lapangan futsal adalah sprain ankle, karena permainan futsal sering menggunakan gerakan yang melibatkan kaki. Gerakan pada kaki yang salah atau benturan fisik antar pemain saat berebut bola bisa menyebabkan terjadinya cidera, cidera pada ankle bisa juga terjadi oleh karena kesalahan saat menumpu, dimana saat pemain menendang atau melompat berebut bola tidak jarang membuat tubuh dan kaki pemain tidak seimbang dan menyebabkan tumpuan kaki tidak sempurna pada lantai/ tanah dan terjadilah cidera ankle atau disebut sprain ankle (Santos, 2009). Cidera di ligament atau otot komplek pada pergelangan kaki atlet atau olahragawan adalah salah satu cidera paling umum terjadi lebih dari 23.000 tahun. Diperkirakan bahwa keluar dari 23.000, 55% tidak mencari 2
perawatan medis. Ligament yang dikompromikan selama keseleo pergelangan kaki lateral yang termasuk ligament anterior talofibular dan ligament calcaneo fibular. Inversi digambarkan sebagai gerakan kaki sehingga merubah telapak kaki kedalam (Bernier, 2014). Sprain ankle, bagi yang suka berolah raga pasti sering mendengarnya, bahkan mengalaminya. Cedera ini akan sangat menjengkelkan jika kita mengalaminya bertepatan dengan adanya suatu pertandingan, pasalnya kita tidak akan bisa memperkuat tim saat sedang menderita cidera ini, apalagi saat turnamen, baik futsal, basket, badminton, maupun olahraga lainnya. Daerah pergelangan kaki itu tempat bertemunya tiga tulang, tulang kering (tibia), tulang kaki (fibula), dan talus (tulang telapak) yang dihubungkan oleh ligamen otot. Saat ligamen mengalami over-stretching atau peregangan berlebihan, itulah yang menyebabkan cedera. Saat cedera, pembuluh darah di sekitar kaki sehingga terjadi peningkatan aliran darah, sel darah putih jadi banyak dan terjadi peradangan. Saraf di sekitarnya bakalan lebih sensi, sehingga bahlan nyeri kalau kita tekan-tekan. Penyebab utamanya adalah gerakan yang salah, bisa gara-gara salah tumpuan saat berlari dan bergerak atau pendaratan saat melompat. Kepleset juga bisa. Strain Angkle terjadi ketika otot atau tenden kita terlalu renggang. Sedangkan Sprain Angkle, merupakan cedera yang lebih serius, dimana terjadi ketika ada peregangan pada ligamen (jaringan ikat yang menghubungkan antar tulang). Mayoritas cedera engkel/ ankle adalah sprain dimana 85% orang mengalaminya. Dan 45%-nya terjadi ketika berolahraga, salah satunya futsal. Kebanyakan cedera ankle (sekitar 85%) adalah inversion injury yaitu kaki tertekuk ke arah dalam, sehingga terjadi peregangan pada ligament bagian luar. Ini biasa terjadi ketika kiper menangkap bola sambil melompat dan tumpuan atau pijakannya salah. Sedangkan cedera engkel yang dikarenakan oleh kaki tertekuk ke arah luar jarang terjadi, dikarenakan posisi anatomis kaki kita. Dalam menangani cedera engkel sering kali kita sebagai teman, malah menekuk kakinya seperti orang yang terkena kram hal ini malah bisa dikatakan salah. Karena sebenarnya ada 4 langkah penangan yang benar untuk cedera engkel, langkah-langkahnya seperti yang telah saya sebutkan di atas, RICE yaitu Rest, Ice, Compression, Elevation 3
(Comfort & Abrahamson, 2010). Pemberian ice pada kasus sprain ankle akut selama 10-15 menit membantu mengurangi nyeri dan pembengkakan. Penelitian yang dilakukan Bleakley et al (2004), tentang penanganan cedera dengan menggunakan es didapatkan hasil bahwa pengobatan menggunakan es terhadap jaringan lunak yang cedera dapat menurunkan nyeri dan menghilangkan pembengkakan. Terapi dingin dianjurkan selama satu sampai tiga hari setelah cedera (tergantung pada beratnya) atau pada fase cedera akut. Selama waktu ini, pembuluh darah di sekitar jaringan yang terluka membuka, nutrisi dan cairan masuk kedarah untuk membantu penyembuhan jaringan. Selain itu, Kinesio taping, metode yang dirancang untuk memfasilitasi tubuh, proses penyembuhan alami dan menyediakan dukungan dan stabilitas di persendian otot tanpa pembatasan jangkauan gerak dapat digunakan untuk mengobati berbagai ortopedi, neuromusculer, neurologis dan kondisi medis. Kase menyatakan bahwa kinesio tape mempunyai khasiat kesehatan yang berperan penting dalam performa altet setelah mengalami cedera. Baginya, kinesio tape memainkan peranan penting untuk efisiensi dari metode rehabilitasi otot maupun sendi setelah cedera. Kinesio tape sangat efektif disaat pemain
cedera,
karena kinesio
tape
mampu
mengembalikan
sistem
neuromuscular hingga seperti sedia kala disamping itu kinesio tape juga mampu meringankan rasa sakit, dan juga mempercepat proses penyembuhan (Kase, 2013). Kinesio taping telah didesain untuk membuat penguluran longitudinal sepanjang 55-60% dari panjang saat istirahatnya. Derajat penguluran ini kira-kira sama dengan kualitas elastisitas kulit manusia. Taping tidak didesain untuk mengulur secara horizontal. Gulungan rata-rata kinesio taping dapat memanjang 35% panjang saat istirahatnya. Kualitas elastisitas dari kinesio taping efektif untuk 3-5 hari sebelum polimer elastisnya berkurang (Kase, 2013).
4
2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis quasi experiment. Desain penelitian ini menggunakan one group pre test dan post test design dengan memberikan 1 perlakuan yang dibagi dengan sample dalam kelompok. Dalam kelompok semua individu diberikan aplikasi tapping. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016 dan tempat pelaksanaan pengambilan responden adalah di lapangan Rizky Futsal Gaji Demak.
3. HASIL PENELITIAN diperoleh rerata pada umur responden, yaitu 22,25 dengan responden terbanyak adalah yang berumur 23 tahun dan 21 tahun, masing-masing berjumlah 2 orang (20%). Umur responden tertua adalah 23 tahun, sedangkan umur responden termuda adalah 21 tahun, standar deviasi menunjukkan ± 0,957 dan dari data pada tabel 4.1 dari umur 21 nyeri sebelum perlakuan 8 turun menjadi 2, umur 22 nyeri sebelum perlakuan 8 turun menjadi 2, umur 23 nyeri sebelum perlakuan 7 turun menjadi 1, disini dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian kinesio taping dan es dapat menurunkan nyeri sprain ankle pada pemain futsal dengan sighnifikan. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan Terdapat pengaruh signifikan dari aplikasi kinesio taping dan es terhadap sprain ankle pada pemain futsal yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi Pvalue 0,039, dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai tingkat signifikansi, yaitu 0,05 (0,039< 0,05), yang berarti bahwa terdapat pengaruh antara aplikasi kinesio taping dan es terhadap sprain ankle.
5
5. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnyan diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian ini dengan mengikutsertakan faktor-faktor lainnya, yaitu jadwal pemain futsal dan berat badan pemain futsal. 2. Bagi penderita sprain ankle agar dapat menggunakan kinesio taping dan es atau jenis-jenis terapi nyeri lainnya dalam mengurangi nyeri dengan bantuan tenaga fisioterapi. 3. Bagi para praktisi fisioterapi untuk meningkatkan pengetahuan tentang modalitas fisioterapi pada sprain ankle dan sesuai dengan problem yang dialami dan telah didukung bukti ilmiah.
Daftar Pustaka Bernier P. 2014. Ministry in the Church: A Historical and Pastoral Approach. Jakarta : Gramedia. Comfort P.& Abrahamson E. 2010. Sport Rehabilitation and Injury Prevention. Waley Backwell. Dos Santos MJ. 2009. Functional Ankle Instability and A Reactive Avoid An Ankle Sprain. International Journal ProQuest Information and Learning Company. Evans, Ronald C. 2008. Ilustrated Orthopedic Physical Assessment Third Edition. Canada : Mosby Elsevier. Farrell M, Dempsey J, Smeltzer S.C, Bare B.C. 2014. Textbook of Medical surgical Nursing. 1920994645, 9781920994648. Kase, K., Tatsuyuki, H. and Tomoki, O. 2013. Development of KinesioTMtape .KinesioTMTapingPerfect Manual 3nd.Kinesio Taping Association610,117-118.Tokyo : Ken Ikai Co. Ltd. Karwacinska, Justyna et. all. 2012. Original Research Article : Effectiveness of Kinesio Taping on Hypertrophic scars, Keloids and Scar Contractures. Poland : Elsevier. Luciano, A.P., Lara, L.R. 2012. Epidemiological Study Of Foot And AnkleInjuries In Recreational Sports. ActaOrtop Bras: Vol. 20(6):339-42. 6
Magee,J.David. 2013. Musculoskeletal Rehabilitation Series Orthopedic Physical Assessment Sixth Edition. Canada : Elsevier. Notoatmodjo S. 2012. MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Partridge, C. 2007. Recent Advances in Physiotherapy. Wagenigen : Wiley Custom. R.Putz, R. Pabst. 2007. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Jilid Kedua, Edisi 22. Jakarta. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Tenang,D.J. 2008. Mahir Bermain Futsal. Bandung : Mizan Trisnowiyanto, B. 2012. Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
7