30
Edward Personal Preferance Schedule dan Jefferson Scale of Physician Emphaty pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan DokterTingkat IV Agustina Arundina Triharja Tejoyuwono,1 Mardhia,2 Didiek Pangestu Hadi3 1
Departemen Kedokteran Komunitas, Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN Departemen Mikrobiologi Medik, Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN 2 Departemen Fisiologi Medik Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN 2
Abstrak Latar Belakang : Hubungan antara dokter dan pasien secara yuridis dapat dimasukkan dalam golongan kontrak yang didasarkan atas rasa saling percaya. Pada masa pendidikan di fakultas kedokteran, pendidikan empati mahasiswa dipengaruhi oleh kecerdasan emosional, pilihan karir, jenis kelamin , masa studi dan prestasi akademik yang akan mempengaruhi kinerja lulusan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai nilai Edward Personal Preferance Schedule (EPPS) dan Jefferson Scale of Physician Emphaty (JSPE) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) tingkat IV. Metode : penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional, dengan menggunakan kuesioner EPPS dan JSPE. Hasil : 60 subjek mahasiswa yang ikut dalam penelitian sebagian besar adalah perempuan. Pada hasil penilaian EPPS, mahasiswa memiliki penilaian yang kurang pada kemampuan berinteraksi dan penyesuaian diri. Akan tetapi empati dan kemampuan mengendalikan emosi baik, dan sangat baik pada fleksibilitas. Pada penilaian JSPE sebagian besar memiliki skor empati rendah dengan nilai dibawah median 101 dan sebagian besar dialami oleh mahasiswa perempuan. Berdasarkan hasil hubungan EPPS dan JSPE, mahasiswa dengan skor empati rendah memiliki kemampuan berinteraksi dan penyesuaian diri yang kurang. Hal ini juga dialami oleh mahasiswa dengan skor empati yang tinggi dimana kemampuan empati dan penyesuaian diri juga kurang. Namun fleksibilitas dan kemampuan mengendalikan diri baik sampai dengan baik sekali. Kesimpulan : Perlu dibangun rasa empati dan sikap yang beretika dalam tindakan yang mencerminkan profesionalisme guna menciptakan hubungan antara dokter dan pasien yang baik sejak masa perkuliahan di Kedokteran. Kata Kunci: EPPS, JSPE, Mahasiswa kedokteran Background : Doctor-patient relationship depend on trust. In medical school, education of empathy affected by emotional intelligent, career aspect, gender, academic achievment and time of study. The research purpose was to examine Edward Personal Preferance Schedule (EPPS) and Jefferson Scale of Physician Emphaty (JSPE) on fourth grade medical student. Methods : Descriptive cross-sectional questionnaire was used in this research. Held in medical school of Universitas Tanjungpura on 60 students of Foundation Clinical Practice (FCP) programmed. Results : Majority subject of this research was female. From the EPPS result, student has low ability in affiliate and adaptation with others. However, the empathy and emotion controlling was good and very good in flexibility. Additionally on JSPE, mostly students have low empathy score (median < 101), particularly in female students. Based on descriptive analyzed between EPPS and JSPE, students with low empathy score also have less ability to interaction and adaption. Furthermore, this also happened to students with high empathy score, they have low ability in empathy and adaptation, although the flexibility and emotion control was very good. Discussion : Emphaty and ethics development are needed since early year in medical school to develop better doctor-patient relationship since college. Keywords: EPPS, JSPE, Medical Students
Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015
31
PENDAHULUAN
malpraktik dokter diakibatkan masalah
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
komunikasi antar dokter-pasien.1-4
(SKDI) pertama kali disahkan oleh
Komunikasi minimal yang diperlukan
Konsil kedokteran Indonesia (KKI)
adalah
tahun 2006 dan digunakan sebagai
memperlihatkan ketulusan dan empati
acuan
uji
kepada pasien, keramahan yang wajar,
bersifat
terbuka dan jujur. Hubungan antara
nasional. Berdasarkan SKDI Tahun
dokter dan pasien secara yuridis dapat
2012,
dimasukkan dalam golongan kontrak
dalam
kompetensi
pengembangan
dokter
kompetensi
yang
seorang
dokter
dengan
sikap
yang
dibangun dengan pondasi yang terdiri
yang didasarkan atas rasa
atas profesionalitas yang luhur, mawas
percaya.
diri dan pengembangan diri, serta
profesionalisme sebagai bagian dari
komunikasi efektif, dan ditunjang oleh
komunikasi menjadi hal yang penting
pilar berupa pengelolaan informasi,
untuk meningkatkan hubungan tenaga
landasan
kesehatan dan pasien terutama dari
ilmiah
ilmu
kedokteran,
Oleh
keterampilan klinis, dan pengelolaan
pendekatan
masalah
profesionalisme.5,6
kesehatan.
menunjukkan
Hal
ini
saling
sebab
empati,
itu
etika
dan
pentingnya
Hal ini menjadi tantangan profesi
profesionalitas yang ditunjang oleh
kedokteran dan kesehatan dimana
pengetahuan.
penguatan
penelitian
Berdasarkan sekitar
80%
data kasus
dalam
profesionalisme,
Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015
aspek mawas
perilaku diri
dan
32
pengembangan diri dan komunikasi
memiliki kerangka acuan pendidikan
efektif sebagai dasar dari kompetensi
yang
tenaga kesehatan Indonesia sangat
praktek
diperlukan. Oleh sebab itu pada SKDI
dihadapkan pada interaksi hubungan
2012, profesionalitas luhur menduduki
dokter terhadap pasien, masyarakat,
poin pertama, sehingga seorang dokter
teman sejawat dan diri sendiri.8
diharapkan
memiliki
terintegrasi.Sedangkan klinik
METODE
mawas diri dan pengembangan diri,
penelitian
komunikasi
deskriptif
efektif, landasan
kesehatan
karakteristik
yang baik dalam profesionalitas luhur,
informasi,
tenaga
pada
pengelolaan ilmiah
ilmu
menggunakan cross
desain
sectional, dengan
membandingkan antara hasil
EPPS
kedokteran, keterampilan klinis dan
dan JSPE secara deskriptif. Penilaian
kesehatan.7
EPPS dilakukan oleh psikolog pada
pengelolaan
masalah
Pendidikan profesionalisme juga harus
lima
diberikan
tenaga
penyesuaian
diri,
kemampuan
kesehatan yang mencakup nilai-nilai,
berinteraksi,
empati,
kemampuan
perilaku, sikap etika dan empati dan
mengendalikan
dan
fleksibilitas
hal ini harus menjadi bagian dari
dengan kategori antara kurang sekali
kepribadian seorang tenaga kesehatan.
sampai
Akan
Pengumpulan data JSPE dilakukan
pada
tetapi
saat
semua
ini
pendidikan
variabel
penilaian
dengan
baik
menggunakan
yaitu:
sekali.
profesionalisme pada tenaga kesehatan
dengan
masih bersifat individual dan belum
dengan kategori skor empati rendah:
Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015
kuesioner
33
dibawah median dan skor empati
2010.
Berdasarkan
jenis
kelamin
tinggi: diatas median.
53.33% (32)
Subjek dalam penelitian adalah 60
dalam penelitian adalah perempuan
mahasiswa tahun IV pada Tahun
dan
Ajaran Ganjil 2013/2014 yang sedang
Berdasarkan
mengikuti modul FCP dan mengikuti
menggunakan
rangkaian pelatihan etika, empati dan
keseluruhan
profesionalisme terhadap peningkatan
penilaian kurang pada kemampuan
kepribadian dalam konteks humaniora.
berinteraksi (30%) dan penyesuaian
Subjek dalam penelitian ini telah
diri (38.33%), akan tetapi baik pada
mengikuti kaidah etika penelitian9 dan
empati
dengan meminta persetujuan subjek
mengendalikan
terlebih dahulu (informed consent).
Sedangkan 30% mahasiswa memiliki
mahasiswa yang ikut
46.67%
(28)
laki-laki.
hasil
penilaian
EPPS,
secara
mahasiswa
memiliki
(30%),
dan
kemampuan
diri
(38.33%).
fleksibilitas dengan penilaian baik HASIL
sekali.
Kegiatan dilakukan pada bulan
Fleksibilitas (Change) adalah
Oktober sampai dengan November
kemampuan untuk menggarap hal-hal
2013, dengan pembagian mahasiswa
baru,
tiap angkatan adalah masing-masing 1
bertemu teman baru, berubah dari satu
mahasiswa dari angkatan 2007 dan
pekerjaan ke pekerjaan lain dan senang
2008. 12 mahasiswa dari angkatan
berpindah-pindah
2009 dan 48 mahasiswa dari angkatan
(Nurturance)
mengalami
Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015
peristiwa
tempat.
adalah
baru,
Empati
kemampuan
34
untuk memberi bantuan, menolong
kebebasan diri untuk berbuat sesuatu,
sesame, memperlakukan orang dengan
mengambil keputusan yang tidak biasa
baik dan simpatik, memaafkan orang
dilakukan orang lain, menghindari
lain,
pendapat
menyenangkan
orang
lain,
orang
dan
menghindari
berbaik hati kepada orang lain dan
tanggung jawab, membantah pendapat
bersimpatik.
diri
orang lain, ingin menjadi pemimpin
kebutuhan/dorongan
bagi orang lain, mendikte apa yang
Penyesuaian
(Achievement)
untuk mencapai hasil kerja sebaik
mesti dikerjakan orang lain.
mungkin, melaksanakan tugas yang
Berdasarkan jenis kelamin dari
menuntut keterampilan dan usaha,
total
mengerjakan tugas sebaik mungkin,
mahasiswa
menyelesaikan masalah yang rumit
penilaian kurang pada kemampuan
dan ingin mengerjakan sesuatu lebih
penyesuaian
baik dari yang lain, kemampuan
kemampuan
berinteraksi
mengerjakan
namun memiliki kemampuan empati
pekerjaan bersama-sama, membentuk
yang baik (18.33%). Sedangkan pada
persahabatan baru, membuat kawan
mahasiswa
sebanyak
penilaian
(Afiliasi)
mungkin,
mengerjakan
subjek
ditemukan perempuan
diri
memiliki
(43.75%)
berinteraksi
baik
bahwa
dan
(34.38%),
laki-laki
memiliki
pada
kemampuan
pekerjaanbersama-sama, akrab dengan
mengendalikan emosi (23.33%) dan
kawan,
fleksibilitas
dan
kemampuan
(20%),
untuk
mengendalikan emosi (Autonomy dan
menggambarkan hasilnya lebih jelas
Dominance)
dapat dilihat pada tabel 1.
yaitu
menyatakan
Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015
35
Pada hasil penilaian JSPE, 55% (33)
empati yang rendah daripada laki-laki-
mahasiswa memiliki skor empati yang
laki, seperti yang dapat kita lihat pada
rendah dimana kurang dari nilai
gambar 1.
median 101, dan 45% (27) lainnya
Berdasarkan hasil hubungan antara
memiliki
tinggi.
EPPS dan JSPE ditemukan bahwa
Berdasarkan jenis kelamin perempuan
pada mahasiswa dengan skor empati
lebih banyak yang memiliki skor
yang rendah memiliki kemampuan
skor
empati
Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015
36
11.67% dengan kategori kurang dan baik sekali. Kategori kurang terhadap
berinteraksi yang kurang (16.67%),
penyesuaian diri sama pada kedua
akan tetapi baik pada kemampuan
kelompok JSPE akan tetapi baik pada
empati (20%) dan mengendalikan
kemampuan mengedalikan diri dan
emosi (23.33%) dan baik sekali pada
baik
fleksibilitas (15%).
fleksibilitas.
Pada mahasiswa dengan skor empati tinggi, memiliki kemampuan berinteraksi
baik
(15%).
sekali
menggambarkan
pada Tabel lebih
kemampuan 2
akan
jelas
hasil
hubungan persilangan EPPS dan JSPE.
Pada
kemampuan empati, kedua kelompok memiliki penilaian yang sama yaitu
Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015
37
PEMBAHASAN lingkungan kerja dokter. Empati ini Seorang dokter memerlukan diperlukan dalam komunikasi dokter empati
yang
tinggi
agar
dapat dengan pasien, dokter dengan keluarga
memahami kondisi pasien dan pasien, dokter dengan teman sejawat Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015
38
maupun dokter dengan tenaga medis
empati mahasiswa tahun pertama.13
lainnya.
juga
Meskipun
komponen
suatu
mahasiswa
dalam
praktik
Selain
merupakan
itu
profesionalisme
empati
kedokteran.10 Salah satu waktu yang
pada
penelitian
pada
tahun
Chen, pertama
memiliki skor empati yang lebih tinggi dari tahun ke empat.14
tepat untuk mengajarkan mengenai
Skor empati ini dapat dinilai
empati seorang dokter adalah saat
dengan
masa perkuliahan atau pembelajaran
menggunakan JSPE maka dapat dilihat
kedokteran.11
kemampuan
Beberapa
Dengan
empati
penilaian
seorang
penelitian
mahasiswa terhadap kasus klinik yang
menunjukkan bahwa semakin lama
muncul di lingkungan kerjanya kelak.
seorang
mempelajari
Loureiro15 menyatakan bahwa empati
empati saat perkuliahan, maka skor
dapat diajarkan di Fakultas Kedokteran
empati yang dimiliki oleh mahasiswa
sejak awal
juga
Pada
dijadikan model penilaian terhadap
penelitian Kataoka, menunjukkan hasil
motivasi dari mahasiswa kedokteran
skor empati yang semakin meningkat
untuk kuliah di Fakultas Kedokteran.
dari mahasiswa tahun pertama hingga
Hal ini dikarenakan hubungan antara
tahun
hasil
JSPE.
mahasiswa
akan
semakin
ke-enam.12
tinggi.
Begitu
juga
penelitian yang dilakukan oleh Eunice, yang menunjukkan skor empati pada tahun ke-enam lebih tinggi dari skor
perkuliahan dan bisa
“orientasi masyarakat” dan “empati” berhubungan erat. Menurut
Hojat,3
perempuan
memiliki skor empati yang lebih tinggi
Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015
39
dibandingkan dengan laki-laki karena
laki. Akan tetapi ketika terjadi kondisi
memiliki
menyenangkan,
tertentu, maka perempuan akan lebih
bersahabat, ramah dan bijaksana Akan
termotivasi untuk menghadapi kondisi
tetapi
tersebut serta lebih mudah dan lebih
sifat
berdasarkan
data
penelitian
perempuan memiliki skor empati yang
tinggi
lebih rendah dari laki-laki, hal ini
dalam menghadapi kondisi tersebut
menunjukkan tidak ada perbedaan
dibandingkan laki-laki.
antara
perempuan
rasa
empati
laki-laki
Berdasarkan dari data penilaian
berdasarkan
skor empati yang didapatkan bahwa
JSPE. Hasil penelitian ini sama dengan
skor empati mahasiswa yang berada di
tehadap
skor
dan
memunculkan
empati
Chen14
Kataoka12,
bawah median sebanyak 33 orang
namun bertentangan dengan penelitian
(55%). Hal ini menunjukkan bahwa
Madiseh.16
hampir dari seluruh mahasiswa yang
penelitian
yang
dilakukan
Perbedaan
oleh
disebabkan
karena
nantinya akan masuk ke kepaniteraan
dan
secara
klinik memiliki empati yang kurang.
signifikan mengurangi impuls yang
Hal ini menjadi pertimbangan dan
dikirim oleh mirror neuron. Mirror
bahan
neuron berhubungan secara fisiologis
kepaniteraan
kondisi
dengan menurut
ini
dan
cemas
empati.4
stress
Selain
Decety,17
secara
itu
pula
normal
evaluasi
meningkatkan
dalam
kegiatan
selanjutnya
dan
pengawasan
kepada
mahasiswa kepaniteraan klinik.
seorang
Madiseh,et al16 menjelaskan
perempuan tidak lebih baik dari laki-
bahwa pada mahasiswa kedokteran di
kemampuan
empati
Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015
40
Iran yang mendapatkan pengajaran
kasus medis dan masyarakat sehari-
dengan sistem kurikulum konvensional
hari. Pada penelitian Hojat, yang
dan
membandingkan
sangat
terstruktur
yang
JSPE
dan
disertaijadwal perkuliahan yang padat
Interpersonal Reactivity Index (IRI)
tanpa
pelatihan
menunjukkan bahwa ada korelasi yang
komunikasi, menunjukkan rendahnya
erat antara penilaian JSPE dan IRI
empati mahasiswa kedokteran kepada
untuk
pasien. Sebagai akibat yang timbul
tenaga medis terhadap permasalahan
adalah hubungan yang dipengaruhi
klinik di rumah sakit. 18Pada penelitian
oleh
akan
empati lainnya dengan menggunakan
seorang dokter, bukan suatu hubungan
Balanced Emotional Empathy Scale
dokter-pasien dikarenakan rasa empati
(BEES) menunjukkan emotional dan
dokter kepada pasien.
cognitif empati memiliki hubungan
disertai
kebutuhan
dengan
masyarakat
Penelitian ini juga melihat
lebih
mendekatkan
kemampuan
yang positif.19
nilai EPPS dari mahasiswa. Penilaian EPPS
mendekatkan
Selain melalui kurikulum yang
pada
memasukkan materi empati dalam
penilaian emotional performance diri
pendidikan kedokteran, salah satu cara
sendiri sebagai bagian dari masyarakat
untuk
meningkatkan
umum.Membandingkan
empati
mahasiswa
kedua
kemampuan
adalah
dengan
penilaian ini dengan tujuan melihat
pelatihan empati. Salah satu pelatihan
secara dalam kemampuan berempathy
yang
mahasiswa jika dihadapkan dengan
mahasiswa kedokteran adalah dengan
pernah
Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015
diberikan
kepada
41
gerakan Yoga. Gerakan yoga yang
seseorang,
diajarkan
kepada
mahasiswa
ketidakstabilan mood seseorang,
kedokteran,
ternyata
menunjukkan
yang pada akhirnya akan berdampak
terhadap
kepada menurunnyya tingkat stress
adanya
peningkatan
kecemasan
dan
kesadaran diri mahasiswa kedokteran
seseorang dan meningkatkan
terhadap permasalahan internal dan
empati
keputusan diri sendiri. Pada awal
minggi pelatihan Yoga.22
penelitian
diketahui
kemampuan
empati
bahwa mahasiswa
seseorang
dalam
21
skor
delapan
Pada tahap kepaniteraan klinik juga,
mahasiswa
kedokteran akan
kedokteran rata-rata kurang. Setelah
langsung
diberikan pelatihan gerakan Yoga,
permasalahan kesehatan secara nyata,
dilakukan penilaian ulang terhadap
mulai menghadapi masyarakat dan
skor empati tiap mahasiwa kedokteran.
pasien, menghadapi dokter konsulen
Hasil yang didapatkan adalah skor
serta
empati mereka meningkat di atas rata-
medis
rata. Pelatihan yoga dan pelatihan
tingkah laku, dan kemampuan kognitif
sejenisnya yang dapat meningkatkan
secara tidak langsung akan diuji, dan
mind-body
dapat
practice
akan
meningkatkan regulasi diri dan empati mahasiswa
kedokteran.20
Pelatihan
berinteraksi
bekerjasama lain.
dengan
Komunikasi,
dilihat
keberhasilan
dengan
tenaga empati,
dari
pembelajaran selama pendidikan di kedokteran.23 Oleh sebab itu pelatihan
Yoga atau yang sejenisnya diketahui
mengenai
akan
profesionalisme terhadap peningkatan
menurunkan
rasa
tegang
etika,
Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015
empati
dan
42
kepribadian perlu diberikan sejak awal
2. 3.
perkuliahan di kedokteran.
KESIMPULAN
4.
Empati merupakan suatu kemampuan manusia untuk mengerti pandangan dan
pengertian
orang
lain
dan
5. 6.
mengkomunikasikan
pengertian 7.
terhadap pandangan dan perasaan orang lain. Pemberian perkuliahan mengenai
etika,
empati
dan
profesionalisme
sejakawal
akan
mengembangkan
keterampilan
dan
8.
9.
10.
kesadaran professional kedokteran dan bioetika untuk meningkatkan kinerja dan dedikasi lulusan dalam bekerja di
11.
masyarakat demi keselamatan pasien.
12.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia. Standar Kompetensi Perawat Indonesia. Persatuan Perawat Nasional Indonesia Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Keperawatan Indonesia Jakarta; 2010.
13.
14.
Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia; 2012. Hojat M, Vergare MJ, Maxwell K, Brainard G, Herrine SK, Isenberg GA, et al. The devil is in the third year : a longitudinal study erosion of empathy in medical schools. Acad Med 2009; 84:1182-91. Neumann M, Edelhauser F, Tauschel D, Fischer M, Wirtx M, Woopen C, et al. Empathy decline and its reasons: a systematic review of studies with medical students and residents,. Acad Med. 2011; 86:996-1009. Budianto H. Panduan praktis etika profesi dokter. Jakarta: Sagung Seto; 2009. Guwandi J.Dokter, Pasien dan Hukum. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia.Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: Asosiasi Institusi Pendidikan kedokteran Indonesia; 2012 Passi V, Doug M,Peile ED, Thistlethwaite J, Johnson N,. Developing medical professionalism in futuredoctors: a systematic review. International Journal of Medical Education. 2010; 1:19-29. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan. Jakarta; 2011. Hojat M, Gonnella JS, Nasca TJ, Mangione S, Veloksi JJ, Magee M,. The jefferson scale of physician empathy: further psychometric data and differences by gender and specialty at item level. Academic medicine. 2002; 77:10. Sajid MS. Bioethics and medical education. Scottish Medical Journal. 2008; 53(2): 62-3. Kataoka HU, Koide N, Ochi K, Hojat M, Gonnella JS, Measurement of empathy among japanese medical student : psychometrics and scres differences by gender and level of medical education. Acad med sept. 2009; 84(9):1192-7. Eunice M, Saigueira A, Costa P, Costa M, Empathy in senior ear and first year medical students : a cross Setional Study. BMC med Educ. 2011; 11(52):1-7. Chen D, Lew R, Hershman W, Orlander J., A cross Sectional Measurement of
Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015
43
15.
16.
17.
18.
medical student empathy. JGIM 2007; 22(10):1434-8. Loureiro J, Goncalves-Pereira M, Trancas B, Caldas-de-Almeida JM, Castro-Caldas A. Emphaty in the doctor-patient relationship as viewed by firt year medical student : data on validity and sensibility t change of the Jefferson Measure in Portugal. Acta Med Port Dec. 2011; 24(2): 431-42. Madiseh R, Tavakol M, Dennick R, Nasiri J, Empathy in irian medical students: a preeliminary psychometric analiysis and differences by gender and year of medical school. Med Teach. 2010; 32(11):e471-8 Decety J, Ickes W, editor. The social neuroscience of empathy. London: A Bradford book; 2009 Hojat M, Mangione S. Kane GC, Gonnella JS. Relationships between Scores of the jefferson scale of physician empathy (JSPE) and the interpersonal reactivity index (IRI). Med Teach 2005; 27(7): 625-8.
19. Dehning S, Gasperi S, Tesfaye M, Girma E, Mayer S, et a,. Empathy without borders? cross-cultural heart and mindreading in first year medical student. Ethiop J Health Sci, 2013; 23(2): 113-22. 20. Bond AR, Mason HF, Lemaster CM, Shaw SE, Mullin CS, Holick EA, Saper RB. Embodied health : the effects of a mind-body cource for meical students. Med Educ. 2013; 18:20699 21. Rosenzweig S, Reibel DK, Greeson JM, Brainard GC, Hojat M. Mindfullnessbased stress reduction lowers psychological distress in medical students. Teach Learn Med. 2003;15 : 88-92. 22. Shapiro SL, Schwartz GE, Bonner B.Effect of mindfullness-based stress reduction on medical and premedical students. J Beh med. 1998;21:581-99. 23. Eunice M, Saigueira A, Costa P, Costa M. Empathy in senior ear and first year medical students : a cross Setional Study. BMC med Educ. 2011; 11(52):1-7.
Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 1 Nomor 1. Januari 2015