Edisi 1 : Jan - Mar ‘13
Ir. Dadet Pramadihanto,M.Eng.,Ph.D, Ir. Gigih Prabowo, MT., dan Dr. Zainal Arief, ST, MT.
LANGKAH MENUJU PENS 01,
PEMILIHAN DIREKTUR PADATKAN BULAN PEBRUARI HINGGA MEI
Pemilihan Direktur rutin dilaksanakan empat tahun sekali. Pada periode 2013-2017 mendatang, proses penjaringan dan pemilihan dilaksanakan sejak Januari 2013. Tiga nama tercatat sebagai calon Direktur PENS, yaitu Ir. Dadet Pramadihanto,M.Eng.,Ph.D, Ir. Gigih Prabowo, MT., dan Dr. Zainal Arief, ST, MT.
Serangkaian acara sosialisasi hingga pemilihan menambah padatnya aktivitas di PENS. Pasca sosialisasi oleh tim Panitia Penjaringan dan Pemilihan Calon Direktur (P3CD), Selasa 13 Februari dilaksanakan penyampaian visi dan misi Calon Direktur PENS. Acara yang terbagi dalam dua sesi baik untuk dosen karyawan ataupun mahasiswa ini mampu membawa banyak partisipasi di dalamnya. Beragam pertanyaan yang diajukan oleh civitas, baik secara kuantitas maupun kualitas menunjukkan perhatian dan partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Dan, ketiga calon tentu memiliki karakteristik dan sudut pandang yang berbeda dalam menyusun visi misi untuk empat tahun ke depan. Pemaparan dilakukan sesuai nomor urut calon direktur dalam pemilu. Calon pertama, Ir. Dadet Pramadihanto, M.Eng.Ph.D menyampaikan visinya “PENS menuju Pusat Unggulan Emerging Technology melalui Kualitas Tridharma dan Layanan Prima”. Dalam presentasinya, Dadet mambahas tentang Kemandirian PENS, Tugas PENS berdasarkan UU PT dan KKNI. Penjabaran seputar bidang Akademik, bidang Administrasi dan Keuangan, bidang Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni, serta bidang Kemitraan dan Penelitian juga menjadi pokok penting dalam presentasinya. Dan, sejalan dengan kemandirian akan diupayakan pengaturan pada struktur organisasi PENS. Lebih jauh lagi, Dadet menitik beratkan terhadap peningkatan kualitas di masing-masing divisi di PENS di samping pencitraan PENS sebagai lembaga mandiri yang dimulai tahun ini (PENS 01). Disambung pemaparan kedua oleh Ir. Gigih Prabowo, MT. dengan visi “Menjadi Centre of excelent pendidikan teknik profesional bidang elektro baik skala Nasional maupun Internasional”. Dijabarkan dalam bentuk misi yang memuat beberapa poin penting diantaranya, Menghasilkan teknisi yang profesional dan berpikiran terbuka yang siap bersaing di era pasar
Proses Perhitungan Suara
bebas, dengan cara menyediakan atmosfir pendidikan yang berkualitas ; Sebagai sumberdaya politeknik Nasional, PENS terlibat secara aktif dalam pembangunan dan peningkatan sistem pendidikan Politeknik di Indonesia ; Melaksanakan penelitian berorientasi aplikasi sebagai solusi masalah industri sekaligus melayani masyarakat; keduanya merupakan aktifitas sinerjik PENS sebagai penyelenggara pendidikan profesional ; Membangun dan mengimplementasikan nilai-nilai etika moral akademis. Tidak jauh berbeda, orientasi calon nomor 2 dalam kertas suara ini adalah pencitraan PENS keluar yang menonjolkan tiga hal utama yakni Skill, Knowledge, Attitude. Juga kolerasi antara proses mengajar, mengabdi
dan meneliti yang bisa menghasilkan lulusan teknik terbaik setiap tahunnya. Dr. Zainal Arief, ST, MT. sebagai calon direktur nomor 3 melanjutkan paparan yang berjudul Bersama Wujudkan PENS yang Dinamis dan Harmonis. Melandaskan visinya “Menjadi pusat unggulan pendidikan rekayasa teknologi di bidang emerging technology baik skala nasional maupun internasional.” Beliau juga menyampaikan poin misi seperti Menghasilkan lulusan yang profesional dan berpikiran terbuka yang siap bersaing di era pasar bebas, dengan cara menyediakan atmosfir akademik yang berkualitas; Sebagai sumber daya Politeknik nasional, terlibat secara aktif dalam pembangunan dan peningkatan sistem pendidikan Politeknik di Indo
nesia; Melaksanakan penelitian berorientasi aplikasi sebagai solusi masalah industri sekaligus melayani masyarakat; Membangun dan mengimplementasikan nilai-nilai etika moral akademis. Hal tersebut tak lepas dari program yang akan dijalankan calon ini nantinya yaitu dengan mengarah pada tiga pilar kebijakan nasional dan rencana jangka panjang PENS. Pasca penyampaian visi-misi, tahap berikutnya adalah pemungutan suara yang dilaksanakan pada Selasa (19/2). Bertempat di Hall D4 kegiatan ini diikuti oleh seluruh warga PENS serta perwakilan dari mahasiswa. Sesuai aturan, pemilihan Direktur PENS tidak hanya diputuskan dari hasil perhitungan suara, namun juga rapat senat. Kendati perolehan skor pemilu tertinggi saat itu adalah kandidat nomer 2, yaitu Ir. Gigih Prabowo MT. Namun tidak menutup kemungkinan adanya perubahan pada ra-
pat senat tanggal 28 Februari 2013. Rapat yang dilaksanakan secara tertutup di Ruang Sidang D4 lantai 2 ini turut dihadiri oleh Prof. Dr. Ir. Triyogi Yuwono, DEA. selaku Rektor ITS, ketiga Calon Direktur PENS, Pembantu Direktur (PD) I-IV, Kepala Departemen, Kepala Prodi, Perwakilan Prodi, dan beberapa Dosen yang tergabung dalam Senat PENS, serta perwakilan karyawan. Lebih terbuka dibanding dahulu, Menteri maupun Rektor datang langsung dan melakukan voting dengan bobot 35% sementara 65% untuk senat. Dari hasil rapat senat ini didapatkan hasil Dr. Zainal Arief, ST, MT dengan nomor urut tiga memperoleh angka suara dari senat sebanyak 30 suara, disusul kandidat nomor satu Ir. Dadet Pramadihanto, M.Eng, PhD sebanyak 14 suara, lalu 8 Suara untuk nomor dua Ir. Gigih Prabowo, MT dan 1 suara abstain atau tidak sah. Pasca pengumuman, baik Dr. Zainal Arief,
ST, MT yang baru saja terpilih sebagai orang nomor satu di PENS maupun kandidat lainnya menerima ucapan selamat dari civitas akademika. “Terimakasih atas amanah ini, untuk membuat baik kita tak bisa lakukan sendiri, butuh kerjasama dari bawah hingga atas. Dan pertama kali yang akan saya lakukan adalah memperbaiki jendela kita, website PENS,” ungkap Dr. Zainal Arief, ST, MT. Sosok direktur baru yang diharapkan juga tetap memberikan wadah bagi kreatifitas dan prestasi PENS ke depan, serta sebagai pemimpin sekaligus pengayom masyarakat PENS dan penentu arah pengembangan PENS ke depan. Pasca kegiatan ini, Ir. Dadet Pramadihanto, M.Eng, Ph.D akan tetap meneruskan tugasnya sebagai Direktur hingga pelantikan Dr. Zainal Arief, ST, MT yang diagendakan pada 18 Mei 2013. (nan/hum)
Penerimaan Sertifikat dari PICEE atas kemenangan dalam ESC 2013 Dok ESC Crew
Anneyong!!hamsahamnida! Kata-kata khas Korea tersebut popular di kalangan mahasiswa PENS beberapa bulan belakangan ini, apalagi dengan hadirnya ruangan BEE PROJECT yang ada di depan lab robot yang memberikan kesan “Korean campus”. Fenomena tersebut merupakan “imbas” dari kedatangan mahasiswa dan mahasiswi dari Korea dalam Engineering Service Corp (ESC) 2013 yang berlangsung di bulan Januari lalu. ESC 2013 dihadiri oleh 49 mahasiswa yang berasal dari sembilan Universitas Korea, diantaranya Pusan National University, Gyeongnam National Univerity of Science And Technology, Gyeongsang National Univerity, Tomgmyong Univeristy, Dongseo University, Donga Univerity, Silla Univerity, Inje Univerity, Handong Global University dan dari malaysia Univeritas Techology of Malaysia. Selama satu minggu kegiatan ESC, dimana para peserta membuat sebuah inovasi terbarukan untuk membantu permasalahan lingkungan di kampung Tegal Mulyorejo Baru, keluar satu tim pemenang yang inovasi nya dianggap efisien dan kreatif. Adalah Mossyad Awang Carano, Ahmad Alfan Rusdiyanshah, Siti Nor Aishah binti Abdul Rahim, Oh Young Jin, Song Young Seok yang tergabung dalam tim
KIMCHI merupakan pemenang dari kegiatan ESC 2013 kali ini. Tim yang beranggotakan 3 mahasiswa Korea Selatan, 1 Mahasiswa Malaysia, dan 2 Mahasiswa PENS ini mendapatkan tiket menuju Korea untuk menghadiri Final Briefing ESC 2013 selama 6 hari yang diadakan di PNU( Pusan National University). Dalam final briefing yang di adakan di PNU. Didampingi oleh Profesor Young Bong Seo dan beberapa Staffnya tim pemenang ESC 2013 di haruskan untuk mempresentasikan laporan hasil inovasi mereka yang diimplementasikan di masyarakat TMB, Surabaya. “Presentasi report tim kami berlangsung sangat lancar dan kegiatan final briefing ini cukup menyenangkan,” ujar Mossyad, salah satu tim KIMCHI. 2 Mahasiswa PENS beserta pembimbingnya, Achmad Subkhan dan Eko Henfri ini berkesempatan menginap di Shangnam International Hotel, Korea. Setelah menjalani kegiatan Final Briefing ESC, rombongan tim pemenang ini mendapatkan kesempatan untuk berjalan-jalan mengelilingi Korea Selatan. Mulai dari pengalaman perjalanan mereka di pantai Haeundae, Busan, pantai yang sangat terkenal di Korea Selatan.
Gembok Cinta di Namsan Seoul Tower Dok : ESC Crew
Seluruh pengalaman mereka selama di Korea ini merupakan pengalaman yang sangat berkesan. Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, tiba di hari terakhir kunjungan mereka ke Korea perpisahan di bandara Kimhae, Busan, terasa sangat mengharukan. Para peserta beserta dosen saling berpelukan dan bertukar hadiah sebagai kenang-kenangan. Bahkan dari mereka merencanakan untuk mengadakan reuni di masa mendatang. ESC merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh PENS, dimana kegiatan ini bekerjasama dengan universitas Korea dalam menciptakan inovasi-inovasi teknologi terbarukan untuk masyarakat. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini mahasiswa PENS bisa memacu diri mereka untuk bekerjasama dan berbagi ilmu. Selain itu trainning untuk menjadi “The Real Engineer” yang di ajarkan dalam kegiatan ESC ini diharapkan bisa membuat para peserta bisa menciptakan sebuah inovasi teknologi untuk membantu lingkungan sekitar. “Saya sangat berterimakasih untuk kesempatan yang diberikan, sehingga saya bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman baru di kegiatan ESC ini, untuk mahasiswa PENS lain, AYO!! Tetap semangat, ikuti ESC di tahun depan!,” ujar Ahmad Alfan Rusdiyanshah. (nan/hum)
Berfoto didepan Namsan Seoul Dok : ESC CrewTower
Dari pantai Haeundae mereka menuju Busan Tower, menara yang terkenal digunakan untuk syuting beberapa drama Korea ini terletak di Yongdusan Park, Busan, Korea Selatan. Di Busan tower ini, para peserta dapat menikmati pemandangan indah kota Busan dari atas. Perjalanan berlanjut menuju ke SeokGuram dan Bulguksa yg berada di kota GyeongJu, yang jaraknya sekitar 3 jam dari Busan dgn naik kereta. Tim KIMCHI yang notabene anggotannya merupakan mahasiswa dari 3 negara berbeda bisa cepat membaur dan mengakrabkan dengan menggunakan bahasa inggris dan sedikit belajar menggunakan bahasa Korea dalam percakapan sederhana. Salah satu orang tua dari teman satu tim mereka yang berasal dari Korea menunjukkan keramahan warga korea dengan memberikan pengalaman mencicipi kuliner khas Korea yaitu Kimchi, asinan sayuran-red. “Kimchi di Korea merupakan hidangan khas dan wajib bagi seluruh restoran di sini, tapi rasanya kurang cocok di lidah saya. Saya lebih suka gal dung ha kim jjigae dan nak bo ji em, tumis gurita goringred” aku Mossyad. Selain mencicipi kuliner Korea mereka juga berkesempatan melihat fenomena yang sangat terkenal di Korea bahkan dunia, yaitu “gembok cinta” yang terpasang di sepanjang pagar di dekat Namsan Tower, di pusat kota Seoul. Menurut mitos pasangan yang memasangkan gembok ke gerbang dan menuliskan nama mereka, akan menjadikan cinta mereka abadi untuk selamanya. Tempat “gembok cinta” berada ini merupakan tujuan favorit bagi para turis yang mengunjungi Korea, sering ditemui pasangan yang memasangkan gembok cinta mereka dan berfoto disana setelahnya, terdapat ribuan gembok terpasang berjajar di sepanjang pagar bahkan beberapa diantaranya sudah berkarat. Selebihnya mereka menghabiskan sisa waktu mereka untuk berburu souvenir khas Korea untuk keluarga dan teman-teman yang ada di Indonesia.
Outbond Peserta ESC di Ubaya Training Center Dok : ESC Crew
Acara diawali dengan “Experience the Culture” yang dilaksanakan di Trawas, Mojokerto pada tanggal 26 Januari lalu. Selain mengikuti kegiatan outbound team building, peserta juga diajari untuk bermain alat musik tradisional gamelan. Sementara, keesokan harinya dilanjutkan dengan Opening Ceremony di Hall Gedung baru PENS. Masing-masing negara peserta pun unjuk kebolehan menampilkan keseniannya. Peserta tambahan dari Malaysia menambah semarak kegiatan yang berlangsung hingga 1 Februari ini. “Saya berharap bisa mengikuti acara ini setiap tahun, karena ini merupakan yang pertama bagi mahasiswa Malaysia. Acara ini sangat bermanfaat mengingat implementasi alatnya sangat bagus dan bisa membantu lingkungan sekitar,” ujar Mr. Helmi salah satu manager dari University of Technic Malaysia. Kegiatan yang diikuti oleh empat puluh Sembilan mahasiswa terdiri dari sebelas universitas yang berbeda, diantaranya: DariKorea : Pusan National University, Gyeongnam National Univerity of Science And Technology, Gyeongsang National Univerity, Tomgmyong Univeristy, Dongseo University, Donga Univerity, Silla Univerity, Inje Univerity, Handong Global University. Dari Malaysia : Univeritas Techology of Malaysia. Dari Indonesia : Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Para peserta dari 3 negara
pun saling bertukar informasi. Mulai dari bahasa, kebudayaan, hingga makanan tradisional. Mereka wajib memaparkan karya-karya yang diharapkan nanti dapat diimplementasikan pada lingkungan Tegal Mulyorejo Baru (TMB) di hari berikutnya. ESC kali ini hadir dengan konsep yang lebih kreatif melalui Bebee Style Coffee (BSC) sebagai home base peserta. Sebuah tempat mirip food court, yang diharapkan mampu menyemai ide peserta, serta menunjang aktifitas Engineering Services Corps (ESC). Selain sebagai tempat transit dan diskusi, BSC juga digunakan sebagai sekretariat kegiatan ESC yang lengkap dengan konter penjualan souvenir khusus peserta ESC. Jual beli souvenir di BSC ini terkesan unik karena menggunakan alat tukar berupa koin bee. Nilai koin berkisar antara 1 bee hinga 10 bee. Dan, untuk mendapatkan koin ini mereka harus menyelesaikan permasalahan yang diberikan setiap harinya. Peserta ESC terbagi dalam sepuluh tim, diantaranya KIM, KIMCHI, Kimcheese, Imaco, A+, Running man, Five idiot, smile, Bee big. Tiap tim wajib meriset dan membuat satu produk terapan, sehingga total tercipta sepuluh produk. Kemudian, produk-produk ini selama dua hari dipamerkan di Hall Gedung baru PENS, dengan sasaran pengunjung seluruh warga PENS dan perwakilan warga TMB. Disini mulai dapat terlihat ide-ide
Penutupan ESC 2013 bersama Direktur PICEE, Direktur PENS dan Peserta ESC
kreatif para peserta ESC dalam membuahkan produk yang sederhana namun bermanfaat dan berdaya guna tinggi. Kegiatan ini pun diakhiri dengan Closing ceremony. Dalam sambutannya, Direktur PENS, Ir. Dadet Pramadihanto, M.Eng, Ph.D. berharap agar acara ESC dapat mengakrabkan dan membangun kerjasama antara 3 negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Korea. Senada dengan Direktur PENS, Mr. Lim O Kaung Pembimbing mahasiswa Korea dan Mr. Helmi Pembimbing mahasiswa Malaysia ingin agar kegiatan serupa dapat dilaksanakan lagi di tahun mendatang. Tarian Garuda dan atraksi perkusi serta tarian tradisional Korea, Samunori ikut menyemarakkan Closing Ceremony. Selain itu, seluruh peserta dan dosen-dosen pembimbing kegiatan ESC bersama-sama menyanyikan lagu Heal the World dan menarikan tarian populer Korea Gangnam Style. Acara ESC ini mendapatkan respon positif baik dari warga maupun para peserta dari Malaysia dan Korea. “Saya senang bisa mengikuti program di sini dan belajar bahasa Indonesia. Waktu selama satu minggu ini terasa sangat singkat bagi kami. Ada baiknya jika waktu riset dan pengerjaan produk diperpanjang sedikit sehingga kami bisa memberikan hasil yang lebih maksimal lagi,” ujar Han Jung Su, mahasiswa teknik Elektro, Pusan National University. (ade/hum)
A garden requires patient labor and attention. Plants do not grow merely to satisfy ambitions or to fulfill good intentions. They thrive because someone expended effort on them. Liberty Hyde Bailey
Taman Tengah PENS
Satu prestasi membanggakan kembali dipersembahkan oleh mahasiswa PENS. Tim EEPIS Green Organization (EGO) berhasil menjadi The Big Six dalam Youth Competition for Disaster Education beberapa waktu yang lalu. Kompetisi yang diselenggarakan oleh Japan Foundation, Jakarta ini merupakan salah satu bentuk kerjasama antara pemerintah Jepang dan Indonesia dalam pengetahuan penanganan bencana alam.
Penjelasan tentang Kisuna Bond di Jepang Dok : Widya
Sementara 6 pemenangnya, yang terdiri dari HIMAPSI Unsyiah Aceh, KORSA dari Bandung, Book for Mountain dan PMR-mania Community dari Yogyakarta, EEPIS Green Organization (EGO) dari Surabaya, dan Situlung-tulung Team dari Makassar, diberi kesempatan untuk bertukar pengalaman melalui program KIZUNA di Jepang selama sepuluh hari, tanggal 17-27 Februari 2013 lalu. Tim yang beranggotakan Robiatul Kamelia, Fitri Ayu Wulandari, Widya Wahyudi Sugiarto, dan Rifqi Fauz ini memanfaatkan informasi penanganan bencana yang ada di Indonesia. Ide tentang pembuatan sistem informasi ini didasari dari keinginan mereka untuk menangani bencana dengan kemampuan/background yang mereka punya, dalam bidang teknik. Berlatar belakang dengan kenyataan yang dialami oleh Indonesia dan Jepang, dimana kedua negara tersebut memiliki karakteristik kebencanaan yang sama, ternyata keduanya juga berbagi kewasp-
adaan yang sama akan arti penting pendidikan kebencanaan untuk menciptakan masyarakat yang tahan terhadap bencana. Setelah gempa bumi dan tsunami, The Great East Japan Earthquake di area Tohoku, Jepang pada tanggal 11 Maret 2011 lalu, masyarakat pun menyadari bahwa terdapat nilai dan pengetahuan penting yang dapat dipelajari dari sebuah situasi krisis. Nilai-nilai dan ilmu pengetahuan yang dapat dipergunakan dalam mempersiapkan bencana yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Di bawah bimbingan Ir. Wahjoe Tjatur Sesulihatien, MT. mereka membuat sebuah sistem informasi bencana yang dapat diakses di sahana. eepis-its.edu sebagai pusat informasi bencana yang terjadi di Indonesia. Dalam situs tersebut terdapat aplikasi Geograpic Informatic System (GIS) dalam bentuk V-class yang terdiri atas langkah-langkah pembelajaran GIS. Aplikasi ini dapat diakses oleh siswa setingkat Sekolah Menengah Atas, meski juga diselipkan game dalam bentuk android yang bisa diakses oleh anak-anak. Nilai positif dari program ini tidak hanya terletak di dalam pengalaman dan pengetahuan yang dapat dipelajari oleh peserta program dari Jepang, akan tetapi juga dari terciptanya ikatan dengan adanya kesadaran akan pentingnya hubungan persahabatan antara generasi muda di kedua negara, Indonesia dan Jepang, terutama di dalam proses rekonstruksi bencana dan di dalam ketahanan bencana. Pada akhir program KIZUNA, para peserta diharuskan untuk membuat action plan berdasarkan dari apa yang telah mereka dapatkan selama 10 hari kunjungan di Jepang. Action plan tersebut dilaksanakan di Indonesia ketika mereka sudah sampai kembali di Indonesia. Pasca kegiatan ini, dibentuklah forum
EGO menerangkan bahwa website 28idea.com bertujuan untuk mengintegrasikan setiap kegiatan tim atau organisasi sejenis lainnya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dengan adanya website tersebut, dia dan rekannya lebih mudah mengetahui berbagai informasi maupun kegiatan kebencanaan yang sudah atau akan dilakukan. “Selain itu, setahu saya, belum ada website di Indonesia yang secara khusus berisi informasi tentang kegiatan kebencanaan, terutama di kalangan anak muda. Sehingga 28idea.com menjadi website yang unik karena diisi oleh berbagai macam latar belakang pendidikan yang berbeda. Saya berharap dengan adanya website ini, anak muda Indonesia lebih sadar akan bahaya bencana sehingga masyarakat Indonesia lebih siap menghadapi bencana setiap saat,” imbuh mahasiswi prodi TI ini.
Youth Competition for Disaster Education merupakan sebuah kompetisi untuk mahasiswa aktif program diploma, sarjana, dan pasca-sarjana Indonesia yang ditujukan untuk meningkatkan kewaspadaan dan ketahanan terhadap bencana. Dilaksanakan 5 Desember 2012 lalu di Hall The Japan Foundation, Jakarta. Secara total, terdapat 139 tim yang terlibat dalam kompetisi ini. Mereka terdiri atas 556 mahasiswa aktif yang berasal dari 25 kota/ kabupaten di seluruh wilayah Indonesia. (and/hum)
Anddy Vebby Setiaawan
dan jaringan dari pemuda-pemuda, tidak hanya Indonesia tetapi juga mencakup Internasional. Forum tersebut diharapkan bisa menjadi sarana untuk bertukar informasi dan pengetahuan terkait dengan kebencanaan. Keenam tim peserta pun diminta untuk mempersiapkan konten website 28idea.com dan juga mempromosikan peluncuran website melalui berbagai media yang ada termasuk jaringan media sosial, seperti Facebook dan Twitter. Website ini secara resmi diluncurkan pada tanggal 11 Maret 2013 pada pukul 12:46 (waktu Jakarta) atau 14:46 (waktu Tokyo) bersamaan dengan tanggal dan waktu terjadinya gempa bumi Jepang dua tahun silam, yaitu 11 Maret 2011 pukul 14:46 (waktu Tokyo). Mereka pun sudah menyiapkan hastag tersendiri untuk peluncuran website ini, yaitu #klik28idea. Robiatul Kamelia, anggota tim
Peserta Youth Competition for Disaster Education Dok : Widya
Tampilan Pendeteksi Uang Palsu
Melihat kondisi, Anddy sapaan akrab Anddy Vebby Setiawan menggagas tugas akhir berjudul mesin pendeteksi upal. Berbekal keahlianya di bidang Teknologi Informasi dan sedikit pengetahuan di bidang mikrokontroler Anddy berhasil menyelesaikan tugas akhirnya ini dengan memuaskan. Alat pendeteksi uang palsu ini dibuat dengan sistem pengenalan keabsahan uang kertas, melalui metode seleksi warna. Prosesnya memakai metode histogram interseksi dan pengenalan nominal uang dengan metode integral proyeksi. Terdapat beberapa cara untuk mengetahui keabsahan uang kertas. Di antaranya dapat diperhatikan seperti adanya tanda air (watermark) dan electrotype, benang pengaman (security thread), cetak intaglio (cetakan kasar), gambar saling isi (rectoverso),
tinta berubah warna (optical variable ink), tulisan mikro (micro text), tinta tidak tampak (invisible ink), dan gambar tersembunyi (latent image). Guna mengenali keabsahan uang, fitur yang dimanfaatkan oleh Anddy meliputi tanda air (watermark) dan electrotype serta benang pengaman (security thread). Sementara pada proses pengenalan nominal uang, fitur yang diamati yaitu angka pada nominal uang. Hasilnya, sistem mampu memberikan informasi status keabsahan dan mengenali besar nilai nominal uang. Menurut Anddy, kesulitan pembuatan alat ini terletak pada pengenalan keaslian uang. Tidak hanya pada benang pengaman, tapi juga terdapat fitur lain yang melekat pada logo bank. Pengalaman unik yang dialaminya selama membuat vending machine ini
adalah tidak semua orang memalsukan uang nominal Rp. 50.000,- ke atas. “Berdasarkan temuan, meski kebanyakan orang memalsukan uang 50 ribuan ke atas, tapi kenyataannya ada juga yang malsuin pecahan 2 ribu dan 5 ribuan, “katanya sembari menahan tawa. Anddy berharap penelitianya ini dapat dilanjutkan dan disempurnakan oleh adik kelasnya yang akan mengambil TA. “Saya menyadari alat buatan saya ini masih jauh dari sempurna. Beberapa masih butuh perbaikan seperti pada alat untuk output uangnya,”ujar lulusan TI 2012 yang telah berkarya di PT TELKOM ini. (rar/hum)
HEXAR: Pioneer Robot Penjinak BOM di Indonesia
Kontribusi PENS dalam dunia robotika, tidak terlepas dari visinya sebagai Center of Excellence. Telah banyak karya bernuansa robotik yang dihasilkan oleh peneliti muda maupun dosendosen di PENS, mulai dari robot-robot berbau edukasi dan entertainment, hingga robot penjinak bom sekaligus peluncur roket bernama HEXAR.
Adanya aksi teror di Indonesia membuat mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) tertantang untuk membuat robot penjinak bom. Dibidani oleh Defense Technology and Research Centre (DTRC) PENS yang bekerja sama dengan Kementrian Pertahanan Nasional, Kementerian Pendidikan Nasional serta Kementrian Riset dan Teknologi, terlahirlah HEXAR. HEXAR berfungsi sebagai pengganti manusia untuk mendekati objek atau sasaran yang membahayakan. Dalam sebuah uji coba, Hexar terbukti dapat mengintai dan mendekati sasaran berupa bom pada lokasi yang tersembunyi. Istimewanya, ia juga bisa merekam suasana dengan empat kamera di tiap sudutnya. Bahkan, dapat merusak rangkaian bom sebelum bom diledakkan, karena ia dibekali senjata taktis anti teror serta air softgun. Kedua senjata ini berfungsi untuk mengurai rangkaian bom agar tidak meledak. Berbahan alumunium dengan tinggi kurang lebih 1,5 meter, HEXAR sekilas tampak seperti tank. Keistimewaan yang lain, HEXAR memiliki enam roda yang memungkinkannya dapat berjalan di segala medan. Dibutuhkan waktu sekitar 2 tahun untuk merakit HEXAR, dengan total dana yang digelontorkan sebesar 300 juta Rupiah. Menurut mahasiswa yang turut merakit HEXAR, Ryan Adzadi, robot ini bisa dikendalikan melalui komputer dan dapat menempuh jarak hingga 10 kilometer. “HEXAR memiliki semacam alat penjepit (gripper) untuk membawa bahan peledak. Dan sangat menarik karena unik dan commpatible di segala medan. Robot ini sengaja didesain untuk menjinakkan bom, serta dapat digunakan untuk membantu polisi menangani aksi terorisme,” tegas Ryan. Menurut pembimbingnya, Dr. Ir. Endra Pitowarno, M.Eng, robot penjinak bom tersebut masih merupakan rintisan atau sebagai bahan pengembangan pendidikan. “Karena rintisan, kami masih ingin mengembangkannya melalui riset. Belum ada rencana elasnya.
Kini, HEXAR telah menjadi ikon Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia. Meski penelitian terhadap HEXAR sudah dianggap selesai, namun ke depannya Endra berharap dapat mengembangkan accesoris fungsi pendukung robot, seperti satelit, rescue (unman system), dan roket dengan vertical take off system.
untuk memproduksinya secara massal,” jelasnya. Kini, HEXAR telah menjadi ikon Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia. Meski penelitian terhadap HEXAR sudah dianggap selesai, namun ke depannya Endra berharap dapat mengembangkan accesoris fungsi pendukung robot, seperti satelit, rescue (unman system), dan roket dengan vertical take off system. Bagi Endra, HEXAR tidak serta merta tercipta. Beberapa robot pendahulunya seperti Solar Power Mobot atau robot cerdas bertenaga surya (1994-2000), kemudian dilanjutkan dengan GP Mobot (2007-2009), turut menginspirasi HEXAR (2009-2011). Belum adanya mobil pengangkut
khusus yang dilengkapi dengan komputer dan alat-alat penunjang lainya -seperti komunikasi satelit, menyebabkan HEXAR sampai saat ini belum diterjunkan di lapangan secara langsung. Endra pun berharap kelak PENS menjadi miniatur NASA di Indonesia dengan ribuan karya cipta mahasiswa yang mewarnai dunia robotika internasional. Sesuai misi Laboratorium Robotic Vehicle yang dipimpinnya yaitu dengan selalu mengedepankan wawasan global/ internasional dan berfikir positif demi kemajuan teknologi nasional, Laboratorium Kendaraan Ro Robotic Vehicle yang dipimpinnya yaitu dengan selalu mengedepankan wawasan global/ internasional dan berfikir positif demi kemajuan teknologi nasional, Labora-
torium Kendaraan Robotik aktif mendukung program kajian, praktek dan pengembangan produk sistem robotika berbasis wahana atau kendaraan robotik darat, laut dan udara. (rar/hum)
Adalah Furiyani Nur Amalia, alumni jurusan Telekomunikasi PENS tahun 2006. Alumni yang akrab disapa Furi ini mulai merintis karirnya sebagai karyawan di PT XL Axiata, Tbk. selepas lulus. Setahun kemudian perempuan kelahiran Probolinggo ini memutuskan untuk mengabdikan diri sebagai bagian dari korps pengajar muda Indonesia dalam program Indonesia Mengajar. Sekembalinya dari profesi mulia itu sekarang Furi bekerja sebagai peneliti untuk Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. Selama kuliah di PENS Furi aktif di beberapa organisasi kampus seperti HIMA, BEM dan juga ENT (EEPIS News and Networking Team). Gadis yang fasih berbahasa Mandarin dan Jepang ini juga pernah menerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik selama kuliah. Makna sukses bagi Furi adalah ketika dirinya dapat bermanfaat untuk orang lain. Sejak kecil, dia bercita-cita ingin menjadi petugas pemadam kebakaran. Meski tak lama kemudian furi kecil beralih cita-cita menjadi arsitektur. “Pernah juga ingin jadi petugas PLN, dan seterusnya berganti terus. Depend on kejadian yang menginspirasi saya saat itu,“ kenangnya. Mimpi dan cita-citanya pun muncul lagi ketika dia memilih untuk mengabdikan diri menjadi pengajar muda di Sangihe, Sulawesi Utara. Setahun berkutat sebagai tenaga pendidik di sebuah pulau yang jauh dari kata modern dan
cukup, Furi justru menemukan hal lain. Bagaimana tidak, selama itu dirinya hidup bersama keluarga, murid, dan masyarakat pulau yang sangat madani. Dimana anak-anak mempunyai banyak mimpi, namun betapa sulit untuk menyatukannya dalam suatu wadah. “Anak-anak ini sebenarnya cerdas, namun mereka tidak tahu kalau mereka hidup di Indonesia. Jadi, mereka tak mengenal teman-temannya di luar pulau yang sebenarnya adalah saudara se-Indonesia nya juga, “sesal
Furi. Menurutnya, sebagian orangorang di sisi lain Indonesia dengan teknologi yang lebih maju pun terkesan tidak tahu ada wilayah Sangihe. “Informasi di media maupun buku-buku yang ada dimana-mana rasanya kurang mengangkat Sangihe. Sehingga masih banyak orang yang tidak tahu bahwa ada bagian dari wilayah Indonesia yang bernama Sangihe,”imbuhnya. Baginya mengajar di Sangihe bukan sekedar menerangkan kepada murid, sehingga yang tadinya tidak bisa
Furiyani Nur Amalia di Tempat Pembakaran Kopra
menjadi bisa, atau bahkan membagi pengetahuan pada masyarakat sekitar. “Ada resilience dan endurance, dimana saya harus tetap survive, menjaga diri serta selalu konsisten dengan pilihan yang sudah saya ambil. Belajar memimpin diri sendiri dan juga belajar menjadi bagian yang dipimpin” ujarnya. Bagi gadis kelahiran 1 Maret ini, impian terbesarnya saat ini adalah dapat membangun perusahaan telekomunikasi sekaligus membangun rumah belajar. “Rumah belajar itu harus dilengkapi dengan perpustakaan yang besar dan kelas yang menyenangkan. Ada perangkat telekomunikasi canggih sehingga anak Indonesia dimana pun bisa berinteraksi dengan teman-temannya di Indonesia. Bahkan saling berbagi informasi, kegiatan atau sekedar cerita dengan anak-anak di seluruh dunia,” kata Furi menerawang. Pernah dalam sebuah percakapan dengan seseorang yang telah menjadi inspirator hidupnya Furi mengutarakan tentang mimpinya. “Beliau mengatakan sesuatu yang membuat saya untuk run one more mile to reach it. Begini nase-
hatnya: Furi, to do everything you must have plan. Oh ya, not only plan but many plans and of course backup plans too. But to do your plans you must do it with action. Not only action, but hard-workaction. Projected what is next for your future. But remember! It won’t go anywhere without your action,” tegasnya. Sebuah kesuksesan dapat dilihat dari berbagai sisi. Menyadari bahwasanya kita dapat menjadi orang terpandang jika kita berhasil ‘melakukan sesuatu’. ”Saya sempat menyesal saat seusia ini, mengapa dulu saya tak menorehkan banyak prestasi yang sebenarnya bisa saya lakukan. Mengapa saya dulu tak melakukan inovasi yang sebenarnya itu sangat penting sekarang. Mengapa tak berusaha me’rampok’ sebanyak-banyaknya ilmu dosen yang sebenarnya amat berharga,” sesalnya. Sejatinya sebuah mimpi itu muncul dari lingkungan sekitar. Dimana kita harus pandai dalam menemukan ‘keunikan’ diri sebagai amunisi untuk bersaing dengan tangangan hidup yang sebenarnya setelah lulus nanti. Untuk mahasiswa
Furiyani Bersama Siswa SDN inpres Beeng darat
PENS yang saat ini masih mendapatkan kesempatan untuk ‘belajar’ Furi juga berpesan agar mahasiswa benarbenar dapat belajar dan fokus dengan apa yang dicita-citakan setelah lulus. “Jangan malu bertanya ke dosen, minta pertimbangan ke beliau, kalau bisa sampai beliau bosan melayani kalian. Jika kalian puas dengan apa yang kalian lakukan sekarang, berkacalah apakah kepuasan ini dinikmati untukmu atau orang lain juga. Tetap semangat dan jangan pernah puas ya teman. Jangan sombong dan jangan terlalu tinggi hati. Salam dari ibukota untuk kalian yang seharusnya lebih luar biasa, “pesannya mengakhiri wawancara. Menjadi Pengajar Muda merupakan profesi dan cita-cita mulia demi menyelamatkan mimpi dan cita-cita ‘peri-peri’ kecil penerus bangsa Indonesia. Di PENS, tiap tahun banyak alumni yang mendaftar sebagai Pengajar Muda Indonesia. Semangat menjadi seorang ‘Pengajar Muda Indonesia’ seakan tak pernah pupus dan terus dikobarkan di Indonesia. Semoga langkah kecil dan mulia ini dapat menjadi solusi untuk membangun Indonesia yang lebih baik ke depannya.