REMEDIASI KESALAHAN SISWA TENTANG BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE TUTOR SEBAYA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika
Oleh DWIKE PUJI RAHAYU YEHANA MEKEL 202009103
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013
i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesengsaraan, dan bertekunlah dalam doa ! (Roma 12:12) Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN ! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan tuah. (Yeremia 17:7-8) Di antara bebatuan dan tempat keraspun selalu ada celah sempit.. dimana harapan dan peluang dapat bertumbuh. Sebesar apapun permasalahan yang kita hadapi kembali lagi pada firman Allah dan jadilah pribadi yang “BERTAHAN, SABAR dan PERCAYA”. Sesuatu yang BAIK.. datang bagi mereka yang PERCAYA.. Sesuatu yang LEBIH BAIK.. datang bagi mereka yang BERSABAR.. Dan, seuatu yang TERBAIK.. PASTI datang bagi mereka yang TIDAK PERNAH MENYERAH !
Persembahan untuk : TUHAN YESUS KRISTUS. alm. Kakek, alm. Papa dan alm. Om yang telah membesarkanku selama masa hidupnya. Nenek dan Mama yang telah memberikan dukungan dan doa yang tulus untukku. Mbak Winda, mas Bean, Ponakanku “Ayiel ‘n Iyell” yang selalu membuatku tersenyum setiap hari. Theofelus Galih Saputro, S.Pd yang telah memberikan doa, motivasi dan kasih sayang. Math Edu 2009 dan almamater yang saya banggakan.
v
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan penyertaan-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar besarnya atas segala bimbingan dan kerjasama semua pihak terutama kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan penyertaan-NYA dalam penulis menyelesaikan skripsi. 2. Dra. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd. selaku Dekan FKIP UKSW yang telah memberi izin bagi pelaksanaan program ini. 3. Kriswandani, S.Si, M.Pd. selaku Kaprogdi S1 Pendidikan Matematika FKIP UKSW yang telah memberi izin dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Novisita Ratu, S.Si, M.Pd selaku Dosen Pembimbing utama yang telah membimbing dan memberi pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini. 5. Wahyudi, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah membimbing dan memberi pengetahuan dan pengarahan kepada penulis dalam menyusun skripsi yang baik. 6. Ign. Wijayanto, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Pangudi Luhur Salatiga, yang telah memfasilitasi dan memberikan ijin kepada penulis untuk mengambil data di sekolah tersebut. 7. F.r Supriyatno, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika SMP Pangudi Luhur Salatiga yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan waktu mengajarnya kepada penulis untuk mengambil data. 8. Bapak/Ibu guru dan staf SMP Pangudi Luhur Salatiga yang membantu dan memperlancar penulis dalam mengambil data. 9. Siswa siswi SMP Pangudi Luhur Salatiga, yang telah ikut serta dalam proses pengambilan data. Terimakasih dukungannya. Sukses untuk kalian semua. 10. Seluruh dosen Pendidikan Matematika yang telah membantu dan memberikan pelajaran-pelajaran yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Matematika. 11. Alex Herlina Sudarti dan Alm. Wentuk Samel Mekel yang telah memberikan kasih sayang dan dukungannya secara finansial, moral, semangat dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih mah, pah. 12. Yohanes Bintara Kurniawan, SE,M.Acc Akt dan Windarti Sigar Mekel yang telah mendukung dalam penulis menyelesaikan skripsi ini. vi
13. Julius Ariel Fernando Kurniawan dan Gabriel Diego Morientes Kurniawan yang selalu membuat penulis tersenyum setiap hari. 14. Alm. Joko Supriyono, Sri Sulastri, Alno Feri Kurniawan, S.Kep, Ruly Ayu Dwi Setyowati, S.Kom dan Anggraeni Ayu Tri Widiastuti yang telah memberikan semangat bagi penulis. 15. Theofelus Galih Saputro, S.Pd yang telah memberikan semangat, perhatian, serta motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 16. Keluarga Pdt. Stefanus Kawiyono yang telah memberikan kata-kata motifasi sehingga membuat penulis tetap semangat. 17. Sahabat Son.Of.King yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan bagi penulis. 18. Sahabat Army.Of.God yang selalu mendoakan dan memberikan semangat bagi penulis. 19. Sahabat (Marta, Naomi, Ayu, Sila, Ruth, Gerrin, Feri, Revo dan Yayan) yang memberikan semangat bagi penulis. 20. Sahabat Vaganza (cik Gaby, mbak Megha, Devi, Shinta dan Debora) yang memberikan semangat bagi penulis. 21. Teman-teman Math Edu 2009 yang telah berjuang bersama-sama dan memberikan penulis semangat serta rasa kekeluargaan yang tinggi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 22. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu demi kelancaran dalam menyelesaikan laporan ini. Salatiga, ... Juni 2013
Penulis
vii
ABSTRAK Mekel, Dwike Puji Rahayu Yehana. 2013. Remediasi Kesalahan Siswa Tentang Bangun Ruang Kubus Dan Balok Dengan Menggunakan Metode Tutor Sebaya Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013.
Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Kristen Satya Wacana. Pembimbing : Novisita Ratu, S.Si, M.Pd dan Wahyudi, S.Pd, M.Pd. Penelitian ini dilatarbelakangi dari kesalahan weakness in process skill yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tentang kubus dan balok. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan remediasi dengan menggunakan metode tutor sebaya agar dapat memperbaiki kesalahan siswa tentang bangun ruang kubus dan balok kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan desain penelitian “One Group Pre test-Pos test Design”. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga, dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik tes. Instrumen penelitian berupa 7 soal uraian. Teknik analisis data dibagi dalam 4 tahap, yaitu analisis hasil pre tes, analisis proses remediasi, analisis hasil pos tes, dan membandingkan hasil pre tes dan pos tes. Analisis hasil remediasi berdasarkan dari jawaban pertanyaan siswa pada pre tes, interaksi siswa yang terjadi pada saat remediasi dan dari soal latihan secara bertahap sampai tidak ditemukan lagi kesalahan yang diremediasi. Hasil penelitian ini diperoleh temuan sebagai berikut : pre tes yang dilaksanakan sebelum remediasi menunjukkan terjadi kesalahan weakness in process skill yaitu 77 kesalahan dengan prosentase 50%. Kesalahan tersebut antara lain kesalahan proses mengubah bentuk akar, kesalahan proses dalam menggunakan akar pada teorema phytagoras, kesalahan proses menggunakan teorema phytagoras, kesalahan dalam mengkuadratkan. Proses pembelajaran remediasi dilakukan dengan metode tutor sebaya dimana guru berperan sebagai fasilitator. Setelah proses pembelajaran remidiasi ini selesai dilanjutkan latihan-latihan. Latihan pertama masih ditemukan 37 kesalahan, latihan kedua ditemukan 12 kesalahan dan latihan ketiga tidak ditemukan lagi kesalahan weakness in process skill. Hasil pos tes menunjukan bahwa 100% siswa tidak melakukan kesalahan weakness in process skill sehingga dapat disimpulkan bahwa remediasi dengan menggunakan metode tutor sebaya dapat memperbaiki kesalahan weakness in process skill siswa dalam menyelesaikan soal tentang bangun ruang kubus dan balok.
Kata kunci : remediasi kesalahan bangun ruang kubus dan balok, tutor sebaya. viii
DAFTAR ISI Halaman Judul………………………………………………………………...... Halaman Persetujuan……………………………………………………...... Halaman Pengesahan……………………………………………………...... Pernyataan……………………………………………………………………...... Motto dan Persembahan………………………………………………...... Kata Pengantar………………………………………………………………..... Abstrak…………………………………………………………………………...... Daftar Isi…………………………………………………………..................... Daftar Tabel ........................................................................... Daftar Gambar………………………………………………...................... Daftar Lampiran……………………………………………………………...... BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………………………….............. B. Rumusan Masalah………………………………………............. C. Tujuan Penelitian…………………………………………............ D. Manfaat Penelitian………………………………………............ BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori…………………….……………………………............ 1. Tipe-tipe Kesalahan ……………................................ 2. Remediasi ............................................................. a. Pengertian Remediasi………...………….............. b. Tujuan Remediasi ……………..……….................. c. Fungsi Remediasi .......................................... 3. Jenis-jenis Kegiatan Remediasi ............................. 4. Metode Tutor Sebaya ........................................... a. Pengertian Tutor Sebaya ............................... b. Langkah-langkah Tutor Sebaya ...................... c. Kelebihan dan Kelemahan Tutor Sebaya ....... 5. Belajar Tuntas ....................................................... B. Tinjauan Materi ……………………………………................... 1. Materi Bangun Ruang Kubus dan Balok ................ 2. Peta Konsep …………….……………………………............. C. Kerangka Berpikir…………………….…………….................. D. Hipotesis Tindakan .................................................... BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……………………………………………............ B. Tempat, Subjek dan Waktu Penelitian …………............ C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................. 1. Teknik Pengumpulan Data .................................... 2. Insrumen Pengumpulan Data ............................... ix
i ii iii iv v vi viii ix xi xii xiii 1 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 9 9 10 12 13 14 14 14 16 17 19 19 19 19 20
D. Prosedur Penelitian ……………………………………............. 1. Persiapan .............................................................. 2. Pelaksanaan Pre tes .............................................. 3. Evaluasi Jawaban Pre tes ...................................... 4. Pengajaran Remediasi .......................................... 5. Pemberian Pos tes ................................................ 6. Membandingkan Hasil Pre tes dan Pos tes ........... E. Teknik Analisis Data ................................................... 1. Analisis Hasil Pre tes ............................................ 2. Analisis Proses Remediasi ..................................... 3. Analisis Hasil Pos tes ........................................... 4. Membandingkan Hasil Pre tes dan Pos tes ......... 5. Wawancara ........................................................... BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Data ……………………………………………............ 1. Deskriptif Hasil Pre tes .......................................... 2. Deskriptif Proses Remediasi ................................. 3. Deskriptif Hasil Pos tes ........................................ B. Analisis Data .............................................................. 1. Analisis Data Pre tes ............................................ 2. Analisis Data Pos tes ............................................. 3. Perbandingan ........................................................ C. Pembahasan ......…………………….................................. BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan…………………………………………………….............. B. Saran……………………………………………………………............ DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………......... LAMPIRAN
x
23 23 23 23 23 24 24 24 24 24 24 25 25 27 27 28 35 35 35 37 38 39 43 43 45
DAFTAR TABEL Tabel 1. Blue Print Instrumen Observasi............................................. Tabel 2. Blue Print Instrumen Pengumpulan Data.............................. Tabel 3. Hasil Kesalahan Pre tes Siswa Secara Umum …................... Tabel 4. Pembahasan Proses Remediasi 1 dengan Menggunakan Metode Tutor Sebaya ……………………………....…....................... Tabel 5. Pembahasan Latihan 1 Proses Remediasi 2 dengan Menggunakan Metode Tutor Sebaya ………………................... Tabel 6. Pembahasan Latihan 2 Proses Remediasi 3 dengan Menggunakan Metode Tutor Sebaya ……………………............... Tabel 7. Tabel Hasil Latihan dalam Proses Remediasi Kesalahan Weakness in process skill ……………………............... Tabel 8. Tipe Tipe Kesalahan Weakness in proses skill dalam Menyelesaikan Soal tentang Kubus dan Balok ............ Tabel 9. Hasil Kesalahan Weakness In Process Skill Pos tes Siswa……………………………………………............................ Tabel 10. Perbandingan Pre tes dengan Pos tes Kesalahan Weakness In Process Skill …………………................
xi
20 22 27 29 31 33 35 36 38 39
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Konsep...................................................................... Gambar 2. Kerangka Berpikir…..…………………………………...................... Gambar 3. Tipe-tipe Kesalahan Pre tes ………………………..................... Gambar 4. Tipe Kesalahan Weakness in proces skill dalam menyelesaikan soal tentang kubus dan balok ………........... Gambar 5. Tipe-tipe Kesalahan Pos tes .............................................
xii
15 16 27 37 38
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Lampiran B Lampiran C Lampiran D Lampiran E Lampiran F Lampiran G Lampiran H Lampiran I Lampiran J Lampiran K
: Materi : RPP : Lembar Soal Pre tes dan Pos tes : Kunci Jawaban Pre tes dan Pos tes : Lembar Soal Latihan : Kunci Jawaban Latihan : Lembar Observasi : Dokumentasi : Data Hasil Wawancara : Surat Ijin Penelitian : Surat Keterangan Penelitian
xiii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar belakang Ilmu dasar yang mendukung kemajuan dan perkembangan IPTEK adalah matematika. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soejadi (2000) bahwa matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang tidak perlu disangsikan lagi merupakan tiang topang perkembangan IPTEK. Matematika di samping dapat berkembang mandiri, juga berkembang atas tuntunan keperluan bidang-bidang lain. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, memiliki peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Begitu pentingnya membangun kemampuan berpikir matematika, maka matematika diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif (Agusari, 2010). Matematika terdiri dari empat wawasan luas yaitu aljabar, aritmatika, geometri, dan analisis. Supatmono (2009) kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dikarenakan siswa tidak membangun sendiri tentang pengetahuan konsep-konsep matematika tetapi cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika tanpa mengetahui makna yang terkandung pada konsep tersebut sehingga pada saat siswa menyelesaikan masalah matematika siswa sering melakukan kesalahan dan tidak menemukan solusi penyelesaian masalahnya. Materi dalam matematika yang berkaitan dengan konsep adalah geometri. Berdasarkan survei dari Programme for International Student Assessment (PISA) 2000/2001 diperoleh bahwa siswa sangat lemah dalam geometri, khususnya dalam pemahaman ruang dan bentuk (Untung, 2008). Geometri pada tingkat SMP kelas VIII adalah tentang bangun ruang kubus dan balok. Sunarsi (2009) menyatakan bahwa didalam penekanan pemahaman konsep siswa dalam matematika dewasa ini sering mengalami kesulitan. Contohnya kesalahan dalam menangkap bahasa atau konsep, menerapkan rumus-rumus dan kesalahan dalam perhitungan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika dapat dikatakan masih sangat rendah. Data dari Trends in Mathematics and Science Study (dalam Supriyoko, 2008) prestasi belajar matematika Indonesia secara umum berada pada peringkat 35 dari 46 negara peserta yang melibatkan lebih dari 200.000 siswa. Rata-rata nilai seluruh siswa dari seluruh negara adalah 467 sedangkan rata-rata nilai 5000-an siswa indonesia sebagai sampel studi hanyalah 411 (Zakaria, 2012). Data tersebut terlihat jelas bahwa kemampuan matematika siswa indonesia secara umum sangatlah rendah. Hasil penelitian dari Sunarsi (2009) di SMP Negeri 2 Karanganyar, rata-rata nilai siswa pada materi bangun ruang termasuk rendah. Siswa yang tidak tuntas 1
2 belajar ada 50 % dari 24 siswa jika dilihat dari tingkat ketuntasan siswa pada tahuntahun sebelumnya untuk materi ini. Berdasarkan informasi dan pengalaman dari guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Karanganyar, siswa sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal tentang bangun ruang, salah satunya adalah kesalahan dalam perhitungan. Banyak juga siswa yang masih salah dalam memasukkan rumus, sehingga siswa masih melakukan kesalahan proses dalam mengerjakan soal tentang bangun ruang. Hal ini dapat disebabkan karena siswa lebih cenderung hanya menghafalkan rumus, kurang memahami konsep secara benar. Saputro (2012) dalam penelitiannya tentang Kesalahan-Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Kubus Dan Balok Kelas VIII Di SMP 04 Bopkri Kelet-Keling Jepara Tahun Ajaran 2011/2012, ditemukan kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tentang diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal pada bangun ruang kubus dan balok, serta untuk mengetahui hal apa saja dibalik kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal tentang diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal pada bangun ruang kubus dan balok adalah tipe kesalahan reading error ada 16,67%. Tipe kesalahan reading comprehesion difficulaty ada 17,28%. Tipe kesalahan transform error ada 0%. Tipe kesalahan weakness in proses skill ada 20,37%. Tipe kesalahan encoding error ada 2,47%. Tipe kesalahan corelles error ada 11,11%. Prosentase jumlah kesalahan siswa sehingga soal yang tidak dikerjakan siswa ada 32,10%. Prosentase tipe kesalahan terbanyak yang dilakukan siswa adalah prosentase kesalahan siswa tipe weakness in proses skill ada 20,37%. Hasil yang ditemukan ini akan diteliti juga di SMP Pangudi Luhur Salatiga, untuk mengetahui apakah kesalahan weakness in proses skill ditemukan di SMP Pangudi Luhur. Weakness in proses skill adalah salah satu tipe kesalahan yang dikemukakan oleh Newman (1980), kesalahan dalam ketrampilan proses. Jika hal ini dibiarkan terus maka akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari, memahami konsep dan menyelesaikan soal-soal matematika. Salah satu cara memperbaiki kesulitan tersebut adalah dengan melakukan remediasi kesalahan matematika, khususnya pada pokok bahasan kubus dan balok. Blair (1982) remediasi adalah satu bentuk pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaharui teknik untuk mengikis segala kebiasaan dan tingkah laku yang tidak sesuai bagi murid-murid lamban dan mengalami kesenjangan belajar. Remediasi adalah kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran. Remediasi merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan berdasarkan diagnosa yang menyeluruh, dimaksudkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami siswa dalam belajar, sehingga dapat mengoptimalisasikan prestasi belajar. Dengan kata lain, kegiatan perbaikan yang dilakukan merupakan segala usaha yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis dan sifat kesulitan belajar, menemukan faktor-faktor penyebabnya, dan kemudian mengupayakan alternatif-alternatif pemecahan masalah kesulitan
3 belajar, baik dengan cara pencegahan maupun penyembuhan, berdasarkan data dan informasi yang lengkap dan objektif (Mukhtar dan Rusmini, 2008). Informasi yang sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Saputro (2012) dalam penelitiannya di SMP 04 Bopkri Kelet-Keling Jepara yang menemukan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok juga ditemukan di SMP Pangudi Luhur. Berdasarkan wawancara secara lisan terhadap guru mata pelajaran matematika menyatakan bahwa, siswa di SMP Pangudi Luhur Salatiga khususnya siswa kelas VIII masih ditemukan banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika tentang bangun ruang kubus dan balok. Kesalahan-kesalahan yang masih dilakukan oleh siswa, salah satunya adalah kesalahan dalam ketrampilan proses dan kesalahan dalam notasi. Siswa juga sering melakukan kesalahan dengan ceroboh dalam perhitungan matematika. Banyak juga siswa yang melakukan kesalahan dalam membaca soal dan memahami soal, sehingga membuat siswa melakukan kesalahan dalam mengubah soal matematika ke dalam model matematika. Berdasarkan kesalahan-kesalahan yang diinformasikan guru mata pelajaran matematika di SMP Pangudi Luhur Salatiga, guru berpendapat perlunya proses remediasi pada materi bangun ruang kubus dan balok, maka akan dilakukan remediasi yang bertujuan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan geometri khususnya bangun ruang. Mukhtar dan Rusmini (2008) metode dalam kegiatan remediasi adalah metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan belajar, mulai dari tingkat identifikasi kasus sampai dengan tindak lanjut. Metode yang digunakan dalam pengajaran remediasi berupa perlakuan pengajaran ini tentunya tidak berbeda dengan metode-metode yang digunakan dalam proses pembelajaran pada umumnya. Metode tutor sebaya adalah salah satu metode yang akan digunakan dalam proses kegiatan remediasi tentang bangun ruang kubus dan balok. Metode tutor sebaya, siswa bukan hanya dijadikan obyek pembelajaran tetapi menjadi subyek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar tempat bertanya bagi temannya. Siswa yang sudah paham akan belajar untuk menghargai dan menolong siswa yang belum mengerti sebaliknya siswa yang kurang paham tidak akan malu atau segan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahaminya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan judul remediasi kesalahan siswa tentang bangun ruang kubus dan balok dengan menggunakan metode tutor sebaya kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga tahun ajaran 2012/2013. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah remediasi menggunakan metode tutor sebaya dapat memperbaiki kesalahan siswa
4 tentang konsep bangun ruang kubus dan balok kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga. C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai adalah memperbaiki kesalahan siswa dengan remediasi menggunakan metode tutor sebaya tentang konsep bangun ruang kubus dan balok kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, calon guru, dan siswa pada umumnya. Manfaat yang penulis harapkan adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, pemikiran dan informasi yang berhubungan dengan soal bangun ruang kubus dan balok. Sehingga dapat dijadikan sumber atau referensi tentang metode remediasi yang didasarkan pada kesalahan yang dilakukan oleh siswa khususnya tentang bangun ruang kubus dan balok. Serta dapat dijadikan sumber referensi dalam memberikan remediasi menggunakan metode tutor sebaya kepada siswa apabila masih ditemukan kesalahan-kesalahan siswa dalam soal tentang bangun ruang kubus dan balok. 2. Manfaat praktis a. Manfaat praktis dari penelitian ini bagi guru adalah sebagai bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran pada materi bangun ruang kubus dan balok, sehingga kesalahan sejenis dapat diperbaiki. b. Manfaat praktis dari penelitian ini bagi siswa adalah dapat memahami lagi pelajaran karena sudah mengerti kesalahankesalahan yang dilakukan, sehingga membuat hasil belajarnya lebih baik. c. Selain itu, manfaat praktis yang lain dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian lain yang sejenis.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tipe-tipe Kesalahan Penyebab kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika menurut Suhertin (2007) dikarenakan siswa tidak menguasai bahasa, contohnya siswa tidak paham dengan pertanyaan dalam soal matematika, siswa tidak memahami arti kata, siswa tidak menguasai konsep dan kurang menguasai teknik berhitung. Lerner (1988) mengemukakan berbagai kesalahan umum yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika, yaitu kurangnya pengetahuan tentang simbol, kurangnya pemahaman tentang nilai tempat, penggunaan proses yang keliru, kesalahan perhitungan, dan tulisan yang tidak dapat dibaca sehingga siswa melakukan kekeliruan karena tidak mampu lagi membaca tulisannya sendiri. Menurut Sriati (1994), kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika adalah kesalahan terjemahan dalam mengubah informasi ke ungkapan matematika atau kesalahan dalam memberi makna suatu ungkapan matematika, kesalahan konsep adalah kesalahan memahami gagasan abstrak, kesalahan strategi adalah kesalahan yang terjadi jika siswa memilih jalan yang tidak tepat yang mengarah ke jalan buntu, kesalahan sistematik adalah kesalahan yang berkenaan dengan pemilihan yang salah atas teknik ekstrapolasi, kesalahan tanda adalah kesalahan dalam memberikan atau menulis tanda atau notasi matematika, kesalahan hitung adalah kesalahan menghitung dalam operasi matematika. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika menurut Newman (Clement, 1980) antara lain adalah yang pertama, reading error yaitu kesalahan membaca, siswa melakukan kesalahan dalam membaca kata-kata penting dalam pertanyaaan atau siswa salah dalam membaca informasi utama, sehingga siswa tidak menggunakan informasi tersebut untuk menyelesaikan soal. Reading comprehesion difficulty yaitu kesalahan jenis kedua dalam memahami soal. Siswa sebenarnya sudah dapat memahami soal, tetapi belum menangkap informasi yang terkandung dalam pertanyaan, sehingga siswa tidak dapat memproses lebih lanjut solusi dari permasalahan. Transform error yaitu kesalahan jenis ketiga yang disebut juga kesalahan transformasi. Siswa gagal dalam memahami soal-soal untuk diubah ke dalam kalimat matematika yang benar. Weakness in proses skill yaitu kesalahan jenis keempat yang disebut juga kesalahan dalam keterampilan proses. Siswa dalam menggunakan kaidah atau aturan sudah benar, tetapi melakukan kesalahan dalam melakukan penghitungan atau komputasi. Encoding error yaitu kesalahan jenis kelima yang disebut juga kesalahan 5
6 dalam menggunakan notasi. Siswa dalam hal ini melakukan kesalahan dalam menggunakan notasi yang benar. Corelles error yaitu kesalahan keenam yang disebut juga kesalahan karena kecerobohan atau kurang cermat. Kesalahan dalam proses penyelesaian sering dijumpai dalam menyelesaikan soal matematika. Suhertin (dalam Wicaksono, 2010), berpendapat bahwa kesalahan jenis keempat yaitu kesalahan weakness in proses skill sangat berkaitan dengan masing-masing kesalahan, karena dari siswa salah membaca soal, mengubah model matematika, kesalahan dalam notasi maupun kesalahan siswa dalam hal ceroboh dapat berakibat fatal dalam siswa melakukan kesalahan proses itu sendiri. Penyebab kesalahan– kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal–soal matematika salah satunya disebabkan karena siswa tidak menguasai bahasa penyampaian materi dari guru contohnya siswa tidak paham dengan pertanyaan dalam soal matematika, tidak memahami arti kata, tidak menguasai konsep dan kurang menguasai teknik berhitung. Bahasa yang sering digunakan guru sehari-hari dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajarpun menggunakan bahasa Indonesia, dan terkadang siswa tidak dapat memahami apa yang diajarkan oleh guru. Dan terbukti bahwa bahasa sangat penting dalam hal menyelesaikan soal matematika. Siswa lebih mudah memahami dan mengerti bila bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari yang dilakukan siswa, dengan kata lain bahasa teman sebayanya yaitu bahasa jawa. Dari bahasa dapat membuat siswa mudah dalam mempelajari dan menyelesaikan soal matematika, sehingga siswa tahu letak kesalahan yang dilakukan siswa. 2. Remediasi a. Pengertian Remediasi Remediasi merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajar sehingga mencapai standar minimal ketuntasan yang ditetapkan. Sudrajat (2007) menyatakan bahwa untuk memahami konsep penyelenggaraan metode remediasi, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan yang diberlakukan berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006 dan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 6 tahun 2007 dengan menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Ischak dan Warji (1982), remediasi adalah kegiatan perbaikan yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan siswa (Kartono, 2007).
7 b. Tujuan Remediasi Tujuan guru melaksanakan kegiatan remediasi adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Secara umum tujuan kegiatan remediasi adalah memperbaiki kesalahan siswa. Secara khusus kegiatan remediasi bertujuan membantu siswa menuntaskan penguasaan kompetensi yang telah ditetapkan (Kartono, 2007). c. Fungsi Remediasi Warkitri, dkk (dalam Kartono, 2007) menyebutkan enam fungsi kegiatan remediasi, yaitu: fungsi korektif, pemahaman, penyesuaian, pengayaan, akselerasi, dan terapiutik. 1) Fungsi Korektif Kegiatan remediasi mempunyai fungsi korektif dalam kegiatan pembelajaran karena melalui kegiatan remediasi guru memperbaiki cara mengajar dan siswa memperbaiki cara belajar. Berdasarkan hasil analisis kesulitan belajar siswa, guru memperbaiki berbagai aspek proses pembelajaran, mulai dari rumusan indikator hasil belajar, materi, pengalaman belajar dan evaluasi serta tindak lanjut. 2) Fungsi pemahaman Kegiatan remediasi diharapkan terjadi proses pemahaman baik bagi guru dan siswa. Bagi seorang guru untuk melaksanakan kegiatan remediasi, terlebih dahulu harus memahami kelebihan dan kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Sebelum seorang guru menentukan jenis kegiatan remediasi yang akan dilakukan, guru terlebih dahulu mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakannya. Bagi siswa, kegiatan remediasi diharapkan siswa dapat memahami kelebihan dan kelemahan cara dan sikap belajarnya. Dengan pemahaman ini, diharapkan siswa akan memperbaiki sikap dan cara belajarnya sehingga dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik. 3) Fungsi Penyesuaian Kegiatan remediasi memiliki fungsi penyesuaian, yaitu dalam remediasi seorang guru dalam melaksanakan pembelajarannya harus menyesuaikan dengan karakteristik siswa. Dalam menentukan hasil belajar siswa dan materi pembelajaran disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru harus menerapkan kekuatan yang dimiliki individu siswa melalui penerapan berbagai metode dan alat /media pembelajaran. 4) Fungsi Pengayaan Kegiatan remediasi memilki fungsi pengayaan bagi proses pembelajaran karena melalui kegiatan remediasi guru
8 memanfaatkan sumber belajar, metode pembelajaran, alat bantu pembelajaran yang lebih bervariasi dari pada pembelajaran biasa. 5) Fungsi Akselerasi Kegiatan remediasi memiliki fungsi akselerasi terhadap proses pembelajaran, karena melalui kegiatan remediasi guru dapat mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. 6) Fungsi Terapiutik Kegiatan remediasi mempunyai fungsi terapiutik karena melalui kegiatan remediasi guru dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa yang berkaitan dengan aspek sosial pribadi. Kegiatan remediasi dengan melakukan pengajaran ulang menggunakan metode tutor sebaya. Melalui kegiatan pengajaran ulang menggunakan metode tutor sebaya guru dapat memperbaiki cara mengajarnya dan siswa dapat memperbaiki cara belajarnnya. Selama ini metode pembelajaran cenderung bersifat guru menjelaskan dan siswa menerima penjelasan dari guru. Mukhtar dan Rusmini (2008) metode tutor sebaya merupakan suatu metode mengajar yang dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa secara kelompok, siswa bukan hanya dijadikan obyek pembelajaran tetapi menjadi subyek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar tempat bertanya bagi temannya. Dengan demikian siswa yang sudah paham akan belajar untuk menghargai dan menolong siswa yang belum mengerti sebaliknya siswa yang kurang paham tidak akan malu atau segan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahaminya. 3. Jenis-Jenis Kegiatan Remediasi Kegiatan–kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar diantaranya sebagai berikut (Kartono, 2007). a. Melaksanakan pembelajaran kembali Melalui bentuk kegiatan ini seorang guru melaksanakan pembelajaran kembali materi yang belum dikuasai siswa. b. Melakukan aktivitas fisik, misal tutor sebaya, atau praktek Kegiatan remediasi ini yaitu dengan melakukan praktek atau tutor sebaya misalnya pada materi bangun ruang kubus dan balok. c. Kegiatan Kelompok Diskusi kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan kelompok dapat efektif dalam membantu siswa, jika diantara anggota kelompok ada siswa yang benar-benar menguasai materi dan mampu memberi penjelasan kepada siswa lainnya.
9 d. Tutorial Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remediasi. Dalam kegiatan ini seorang guru meminta bantuan kepada siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Siswa yang dijadikan tutor bisa berasal dari kelas yang sama atau dari kelas yang lebih tinggi. e. Menggunakan sumber belajar lain Penggunaan sumber belajar lain yang relevan dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Misalnya guru meminta untuk mengunjungi ahli atau praktisi yang berkaitan dengan materi yang dibahas. Atau juga siswa diminta membaca sumber lain dan bahkan kalau mungkin mendatangkan anggota masyarakat yang mempunyai keahlian yang sesuai dengan materi yang dipelajari. Penelitian ini, dilakukan kegiatan remediasi dengan mengajarkan kembali (re-teaching) dengan menggunakan metode tutor sebaya. Metode ini juga dapat digunakan untuk membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, karena melalui kegiatan pengamatan dan mencoba melakukan sendiri, maka besar peluang siswa untuk dapat memahami suatu materi khususnya bangun ruang kubus dan balok. 4. Metode Tutor Sebaya a. Pengertian Tutor Sebaya Djalil (1997) menyatakan bahwa pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama. Suherman (2003) menyatakan bahwa tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Winataputra (1999) menyatakan bahwa tutor sebaya adalah seorang teman atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru (sesuai kriteria menjadi tutor sebaya) dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pengajaran dengan tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep. Tutor sebaya akan menunjukkan keuntungan dengan menggunakan potensi siswa yang mampu menyerap pelajaran dengan cepat yaitu memudahkan interaksi antar sesamanya, siswa yang belum menguasai materi pelajaran akan termotivasi untuk memperbaiki tingkat penguasaanya terhadap bahan pelajaran. Komunikasi antar mereka akan berjalan lancar karena menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Beberapa pendapat lain mengenai tutor sebaya, diantaranya adalah:
10 a) Supriyadi (1985) mengemukakan bahwa, Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang peserta didik yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi. b) Ischak dan Warji (1987) mengemukakan bahwa, Tutor sebenarnya adalah sekelompok peserta didik yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. c) Semiawan, dkk (1987) mengemukakan bahwa, Tutor sebaya adalah peserta didik yang pandai dapat memberikan bantuan belajar kepada peserta didik yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman sekelasnya di luar sekolah. Tutor sebaya dapat disimpulkan sebagai sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya ataupun minta bantuan. Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang justru sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam persiapan ini, antara lain mereka berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap teman sebaya, mencari perannya sendiri mengembangkan kecakapan intelektual dan konsepkonsep yang penting, mendapatkan tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial. Dengan demikian beban yang diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk mendapatkan perannya, bergaul dengan orang lain dan bahkan mendapatkan pengetahun dan pengalaman b. Langkah-langkah Tutor Sebaya Hamalik (1998) menyatakan tahap-tahap kegiatan remediasi di kelas dengan menggunakan metode tutor sebaya terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Tahap–tahap kegiatan pembelajaran di kelas dengan tutor sebaya dalam kelompok kecil diterapkan, maka langkah-langkahnya sebagai berikut, (a) Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan satu pertemuan yang didalamnya mencakup judul penggalan tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas yang harus diselesaikan. (b) Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahas kepada peserta didik. (c) Guru menentukan beberapa
11 orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor sebaya. Jumlah tutor sebaya yang di tunjuk disesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk. (d) Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, yaitu dari 4-6 orang peserta didik dan diusahakan kelompok yang dibentuk tersebut adalah kelompok yang heterogen. (e) Peserta didik yang pandai (para tutor sebaya) disebar ke setiap kelompok untuk memberi bantuannya. (f) Guru memonitoring dan membimbing terus kapan tutor maupun peserta didik yang lain membutuhkan pertolongan. Guru memonitoring tutor dengan berkunjung dan menanyakan kesulitan yang dihadapi setiap kelompok pada saat mereka diskusi maupun praktikum di kelas. (g) Jika ada masalah, tutor memberitahu peserta didik yang kurang paham dan jika ada masalah yang tidak dapat terpecahkan, tutor dan peserta didiknya meminta bantuan kepada guru. (h) Guru mengadakan evaluasi. Pada tahap evaluasi, sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal latihan kepada anggota kelompok (selain tutor) untuk mengetahui apakah tutor sudah menjelaskan tugasnya atau belum, dan mengingatkan siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan sebelumnya di rumah. Pendapat lain, Djamarah (2005) langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran matematika yang menerapkan bimbingan belajar kelompok dengan tutor sebaya adalah sebagai berikut, (a) Memilih tutor sebanyak 4-5 orang dengan syarat, (i) Termasuk dalam peringkat 10 terbaik berdasarkan nilai rapor atau nilai evaluasi sebelumnya. (ii) Dapat menguasai materi pelajaran. (b) Mengelompokkan sisiwa menjadi beberapa kelompok. (c) Pengelompokan dilakukan menurut tingkat kecerdasan siswa, yaitu setiap kelompok terdiri dari siswa pandai, sedang dan kurang. (d) Membahas beberapa contoh soal yang berhubungan dengan materi yang diajarkan. (e) Memberikan bimbingan sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa dengan bantuan tutor sebaya. (f) Mengisi lembar observasi, pengamatan, dan pengidentifikasian siswa selama kegiatan belajar mengajar antara lain: absent, dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Zaini (dalam Suyitno, 2004) langkah-langkah pembelajaran tutor sebaya adalah sebagai berikut, (a) Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri. Materi pengajaran dalam sub materi. (b) Bagilah siswa menjadi kelompok kecil heterogen, sebanyak sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa yang pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor.(c) Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor. (d) Beri waktu yang cukup untuk persiapan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. (e) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub
12 materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama. (f) Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klasifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan. Langkah-langkah pembelajaran tutor sebaya menurut Suparno (2007) yaitu, (a) Guru memberikan petunjuk pada tutor bagaimana mendekati temannya dalam hal memahami materi. (b) Guru menyampaikan pesan kepada tutor-tutor agar tidak selalu membimbing teman yang sama. (c) Guru membantu agar semua siswa dapat menjadi tutor sehingga mereka merasa dapat membantu teman belajar. (d) Tutor sebaiknya bekerja dalam kelompok kecil, campuran siswa berbagai kemampuan (heterogen) akan lebih baik. (e) Guru memonitoring terus kapan tutor maupun siswa yang lain membutuhkan pertolongan. (f) Guru memonitoring tutor sebaya dengan berkunjung dan menanyakan kesulitan yang dihadapi setiap kelompok pada saat mereka diskusi di kelas maupun praktikum. (g) Tutor tidak mengetes temannya untuk grade, biarkan hal ini dilakukan guru. Dari beberapa langkah-langkah tutor sebaya diatas, penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut, (a) Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran dan memberi motivasi pentingnya mempelajari materi ini. (b) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, terdiri dari 4-6 orang. Masing-masing kelompok memiliki tingkat kecerdasan yang heterogen, dan salah satu orang yang memiliki tingkat kecerdasan paling tinggi menjadi tutor. (c) Masing-masing kelompok saling berdiskusi dibantu oleh tutor masing-masing kelompok. (d) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi, sesuai sub materi yang diperoleh. Guru menjadi nara sumber dimana tutor tidak mampu menjawab. (e) Guru memberikan evaluasi kepada masingmasing siswa selain tutor, untuk mengkonfirmasi apakah tutor sudah menyampaikan tugasnya dalam membimbing teman sebayanya. (f) Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. c. Kelebihan dan kelemahan Tutor Sebaya Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006) ada beberapa kelebihan dari kegiatan tutor sebaya ini adalah (a) Ada kalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada guru. (b) Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang dibahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah serta menghafalkannya kembali. (c) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran. (d) Mempererat hubungan sesama peserta didik sehingga mempertebal perasaan sosial.
13 Pendapat lain, Drajati (2009) ada beberapa kelebihan dari pembelajaran tutor sebaya ini adalah (a) Bagi peserta didik, dengan belajar bersama teman sebaya, dia merasa ada teman yang dapat membantu dirinya dalam memecahkan masalahnya. Sering terjadi peserta didik agak atau bahkan sulit untuk mengungkapkan kesulitan yang dialaminya kepada guru yang mengajar. Hal ini dapat disebabkan salah satunya malu jika bertanya. Dengan adanya belajar dengan teman sebaya, maka faktor malu ini agak berkurang, karena peserta didik merasa temannya tidak menggurui dan merasa nyaman dengan teman yang dianggap paham dengan konsep dan penjelasan atas suatu materi. (b) Bagi guru, dengan adanya belajar dengan teman sebaya, akan memudahkan atau meringankan kerja guru. Terkadang peserta didik mengalami kesulitan dengan bahasa yang digunakan oleh guru, sehingga tidak dimengerti oleh peserta didik tersebut. Disini, guru diharapkan menjadi fasilitator yang dapat menjembatani adanya kekurangan komunikasi antara peserta didik dengan guru. Selain itu, belajar dengan metode teman sebaya, guru mendapatkan gambaran jelas tentang peta kelas. Guru akan paham peserta didik yang mempunyai kepandaian luar biasa, menengah dan peserta didik yang kurang paham. Oleh karena itu, perlakuan atau treatment yang diberikan akan sesuai, sehingga semua peserta didik akan mencapai hasil yang optimal. (c) Peserta didik yang belajar dengan teman sebaya, akan lebih percaya diri untuk belajar. Dengan begitu, peserta didik akan belajar secara mandiri secara perlahan. Pembelajaran tutor sebaya menurut Yamin (2008) memiliki beberapa kekurangan yaitu, (a) Diperlukan waktu yang cukup banyak, bahkan diperlukan waktu di luar jam pembelajaran di sekolah. (b) Terbatasnya peserta didik yang dapat dilatih dalam satu periode tertentu. Suparno (2007) tutor sebaya memiliki kekurangan yaitu Kekurangan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu dalam penerapan tutor sebaya, tidak semua siswa bisa menjawab pertanyaan teman sebayanya sehingga siswapun bingung, dan tidak semua siswa mau belajar dengan temannya. 5. Belajar Tuntas Belajar tuntas berdasarkan beberapa ahli pendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (2000) bahwa belajar tuntas artinya penguasaan penuh. Penguasaan penuh ini dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi tersebut. Suhertin (2007) belajar tuntas (mastery Learning) adalah sau konsep belajar yang menitikberatkan kepada penguasaan penuh atau learning for mastery. Penguasaan penuh atau mastery dalam pembelajaran
14 yang berarti menguasai atau memperoleh kecakapan khusus. Mastery adalah sebuah pernyataan tentang penguasaan dengan sempurna terhadap tujuan akhir pembelajaran. sebagaimana dikemukakan terdahulu, para pendidik berkewajiban memegang konsep dalam memperlakukan kemampuan peserta didik sampai pada taraf memiliki kemampuan, yaitu: (1) menerapkan kecakapan dalam kehidupannya dan keadaanya sendiri; (2) menampilkan kecakapan tanpa bantuan; (3) mengkonsolidasikan beberapa perilaku yang mempunyai ciri-ciri tersendiri kepada tindakan yang mengarah kepada menampilkan kecakapan. Ketiga unsur ini sangat esensial dalam memaknai mastery. Banyamin S Bloom (dalam Yamin, 2008) menyebutkan tiga strategi dalam belajar tuntas yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar, dan mengimplementasikan dalam pembelajaran klasikal dengan memberi bumbu untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual yang menliputi: 1) corrective technique , pengajaran remediasi yang dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh siswa, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya; 2) memberikan tambahan waktu kepada siswa yang membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas). B. Tinjauan Materi 1. Materi Bangun Ruang Kubus dan Balok SK : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagianbagiannya, serta menentukan ukurannya. KD : Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas. Indikator : Menyelesaikan soal-soal tentang diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal pada kubus dan balok. 2. Peta Konsep Peta konsep menurut Novak (dalam Kadir, 2007), adalah suatu proses yang melibatkan identifikasi konsep-konsep dari suatu materi pelajaran dan pengaturan konsep-konsep tersebut dalam suatu hirarki, mulai dari yang paling umum, kurang umum dan konsep-konsep yang lebih spesifik. Peta konsep merupakan alat yang digunakan untuk mengungkapkan skema pemikiran maupun kerangka pemikiran seseorang akan suatu hal. Peta konsep menggambarkan hubungan antara konsepkonsep dan terdiri atas kumpulan konsep-konsep serta pernyataanpernyataan.
15
Bangun Ruang Sisi Datar
Kubus
Balok
Definisi Kubus
Definisi Balok
Unsur-unsur Kubus :
Prisma
Limas
Unsur-unsur Balok :
1. Sisi 2. Rusuk 3. Titik Sudut 4. Diagonal sisi 5. Diagonal ruang 6. Bidang diagonal
1. 3. 5.
Sisi 2. Rusuk Titik Sudut 4. Diagonal sisi Diagonal ruang 6. Bidang diagonal
Diagram 2.1 PetaKonsep
16 C. Kerangka Berpikir Tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tentang diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal kubus dan balok
Reduksi Data
Penyajian data
Banyak kesalahan
Tipe-tipe kesalahan yang dilakukan siswa
Reading error
Reading comprehesion difficulaty
Transform error
Weakness in proses skill
Encoding error
Corelles error
Kesimpulan Data
Pembelajaran Remediasi menggunakan metode tutor sebaya
Tutor sebaya akan menunjukkan keuntungan dengan menggunakan potensi siswa yang mampu menyerap pelajaran dengan cepat yaitu memudahkan interaksi antar teman sebayanya.
Kesalahan siswa dapat diperbaiki dengan cara remediasi dengan menggunakan metode tutor sebaya
Diagram 2.2 KerangkaBerpikir
17 D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah remediasi menggunakan metode tutor sebaya dapat memperbaiki kesalahan siswa tentang konsep bangun ruang kubus dan balok kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga tahun ajaran 2012/2013.
18
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini mengunakan penelitian tindakan deskriptif kualitatif, dikarenakan peneliian ini lebih mengutamakan pada proses tindakan remediasi daripada hasil, sehingga penelitian ini tidak menggunakan statistik melainkan data dianalisis secara kualitatif (Bintoro, 2010). Jenis penelitian yang digunakan untuk meremediasi kesalahan siswa tentang bangun ruang kubus dan balok adalah penelitian tindakan dengan menggunakan desain penelitian dalam bentuk One Group Pre test-Pos test Design (Sugiyono, 2011). Dalam desain ini, kepada sampel percobaan dikenakan dua kali pengukuran. Pengukuran pertama dilakukan sebelum perlakuan diberikan, dan pengukuran kedua dilakukan sesudah perlakuan dilaksanakan. Soal-soal diagnosa (pre tes) kepada sampel diberikan oleh peneliti pada saat perlakuan diberikan. Setelah diketahui kesalahan sampel dalam menjawab soal (terjadi kesalahan dalam menyelesaikan soal), diberi remediasi dengan metode tutor sebaya yang diupayakan dapat memperbaiki kesalahan siswa. Untuk mengetahui keberhasilan remediasi yang dilakukan, diberikan Pos tes pada sampel yang sama. Berdasarkan Pre tes, remediasi dan Pos tes, dilakukan analisis proses dan analisis hasil dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif (Nazir dalam Rochman, 2011). B. Tempat, Subjek dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur Salatiga yang terletak di Jalan Diponegoro 90 Salatiga. Subjek yang diteliti adalah anak kelas VIII C pada semester II Tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 28 siswa yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 15 April 2013 sampai 27 April 2013. C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes. Teknik tes adalah cara pengumpulan data dengan memberikan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan penelitian kepada subjek penelitian. Teknik tes pada penelitian ini adalah pre tes dan pos tes. Tahapan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah : a. Pre tes Pre tes adalah tes awal yang diberikan kepada sampel untuk mendiagnostik atau mengetahui siswa yang mengalami kesalahan tentang bangun datar kubus dan balok. Adapun soal-soal diperoleh dari hasil skripsi Saputro (2012) yang meneliti kesalahan-kesalahan 19
20 siswa dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok, yang berjumlah 7 soal. Soal tersebut digunakan karena pada penelitian sebelumnya telah diuji validitas isi dan realibilitasnya. b. Remediasi dengan tutor sebaya Hamalik (1998) menyatakan bahwa tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif. Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Metode tutor sebaya adalah kegiatan bantuan perbaikan yang diberikan oleh teman-teman yang sekelas dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tutor sebaya ini tidak harus merupakan siswa yang paling pandai dikelas, tetapi tentunya siswa tersebut sudah menguasai terhadap bahan atau materi kubus dan balok yang akan ditutorkan (Mukhtar dan Rusmini, 2008). c. Pos tes Pos tes adalah tes akhir yang diberikan kepada sampel setelah mengikuti pembelajaran dan dievaluasi. Jenis soal pos tes sama persis dengan soal pre tes. Remediasi dikatakan berhasil jika sudah tidak ditemukan lagi kesalahan weakness in proses skill, dengan kata lain prosentase kesalahan weakness in proses skill 0%. 2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen dalam penelitian ini ada dua instrumen, yaitu : a. Instrumen observasi pada penelitian ini berbentuk questioner dan dilakukan oleh guru mata pelajaran. Instrumen ini bertujuan untuk mengobservasi proses pembelajaran remediasi yang dilakukan. Blue print instrumen observasi dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Blue Print Instrumen Observasi Tahap Apersepsi dan Motivasi
Eksplorasi
Indikator
Aspek yang dinilai
Guru menjelaskan tujuan dari 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberi pembelajaran dan memberi motivasi motivasi pentingnya kepada siswa tentang pentingnya mempelajari materi ini. mempelajari materi yang akan dipelajari. Guru membagi siswa dalam 2. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok sesuai dengan metode tutor beberapa kelompok, terdiri sebaya, masing-masing kelompok dari 4-6 orang. Masing-masing terdiri dari 4 anggota. kelompok memiliki tingkat kecerdasan yang heterogen, 3. Guru memberikan penjelasan umum dan salah satu orang yang tentang materi ajar atau prosedur memiliki tingkat kecerdasan kegiatan yang harus dilakukan oleh
21 paling tinggi menjadi tutor.
Elaborasi
Konfirmasi
Kegiatan Penutup
siswa.
Masing-masing kelompok saling berdiskusi dibantu oleh tutor masing-masing kelompok.
4. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan strategi yang sesuai secara lancar, dimana salah satu siswa menjadi tutor.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi, sesuai sub materi yang diperoleh. Guru menjadi nara sumber dimana tutor tidak mampu menjawab. Guru memberikan evaluasi kepada masing-masing siswa selain tutor, untuk mengkonfirmasi apakah tutor sudah menyampaikan tugasnya dalam membimbing teman sebayanya.
5. Guru memonitoring dan membimbing terus kapan tutor maupun peserta didik yang lain membutuhkan pertolongan, selama proses tutor dilaksanakan.
Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari.
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =
6. Guru memberi latihan soal kepada siswa (selain tutor) untuk mengkonfirmasi materi yang telah dipelajari.
7. Interaksi antara guru dan siswa dalam menarik kesimpulan atas materi yang telah dipelajari. 8. Guru memberi motifasi kepada siswa agar lebih memahami materi yang telah dipelajari.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑥100 8𝑥4
b. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa 7 soal essay. Soal-soal tersebut diperoleh dari hasil skripsi Saputro (2012) yang meneliti kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok. Soal tersebut digunakan karena pada penelitian sebelumnya telah diuji validitas isi dan realibilitasnya. Blue print instrumen pengumpulan data dapa dilihat pada Tabel 3.2.
22 Tabel 3.2 : Blue Print Instrumen Pengumpulan Data KD
Indikator
Mengidentifikasi sifat-
Menyebutkan
sifat
unsur-unsur kubus,
kubus,
balok,
prisma dan limas serta
Instrumen
balok.
bagian-bagiannya. Mengidentifikasi sifat-
2. Isilah tabel di bawah ini dengan
sifat
memperhatikan gambar di atas !
kubus,
balok,
prisma dan limas serta
Unsur Balok
bagian-bagiannya.
Sisi
Mengidentifikasi sifat-
Titik Sudut
sifat
Rusuk
kubus,
balok,
prisma dan limas serta
Diagonal sisi
bagian-bagiannya.
Diagonal Ruang
Jumlah
Bidang Diagonal Menyelesaikan
1. Dari gambar kubus di bawah
persoalan
rusuknya adalah 8 cm, tentukan :
tentang
unsur-unsur kubus dan balok. Menyelesaikan persoalan
a. b. c. d.
Panjang rusuk AE Panjang diagonal sisi AC Panjang diagonal ruang CE Luas bidang diagonal ACG
tentang
unsur-unsur kubus dan balok. 5 cm
3.
6 cm 8 cm Dari gambar balok di atas,
tentukan : a. b. c. d.
Panjang rusuk AE Panjang diagonal sisi AC Panjang diagonal ruang CE Luas bidang diagonal ACGE
23 Menyelesaikan soal
4. Diketahui suatu kubus dengan
tentang
luas salah satu sisinya 144 cm dan diagonal sisinya 12 2 cm. Hitunglah : a. Panjang rusuk kubus b. Diagonal ruang kubus 5. Suatu kubus dengan diagonal sisi 8 2 cm dan diagonal ruangnya 8 3 cm tentukan luas bidang diagonalnya! 6. Diketahui suatu kubus dengan
sifat-sifat
kubus dan balok.
Mengidentifikasi sifat-
Menyelesaikan soal
sifat
aplikasi
kubus,
balok,
prisma dan limas serta bagian-bagiannya.
tentang
kubus dan balok.
2
2
luas salah satu sisinya 144 cm dan diagonal sisinya 12 2 cm. Hitunglah : c. Panjang rusuk kubus d. Diagonal ruang kubus 7. Suatu kubus dengan diagonal sisi 8 2 cm dan diagonal ruangnya 8 3 cm tentukan luas bidang diagonalnya!
D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Peneliti mempersiapkan soal-soal yang akan dipakai untuk mendiagnosa apakah sampel mengalami kesalahan tentang bangun ruang kubus dan balok. Soal sebanyak 7 nomor diambil dari soal-soal pada skripsi Saputro (2012) yang meneliti kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok. Soal tersebut digunakan karena pada penelitian sebelumnya telah diuji validitas isi dan realibilitasnya. 2. Pelaksanaan Pre tes Soal-soal pre tes yang telah disiapkan diberikan kepada sampel. Soal-soal pre tes secara lengkap dapat dilihat pada blue print instrumen. 3. Evaluasi Jawaban Pre tes Setelah dilakukan pre tes jawaban terkumpul dievaluasi. Evaluasi ini digunakan untuk menentukan sampel yang mengalami kesalahan tentang bangun ruang kubus dan balok. Adapun jawaban dan alasan pre tes siswa secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. 4. Pengajaran Remediasi Siswa yang mengalami kesalahan tentang bangun ruang kubus dan balok diberikan pengajaran remediasi dengan menggunakan metode tutor sebaya. Sebelum proses pengajaran remediasi dilaksanakan, lebih dahulu disiapkan RPP untuk proses pembelajaran remediasi.
24 5. Pemberian Pos tes Soal yang serupa dengan pre tes diberikan kepada siswa, digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa mengalami pembentukan konsep baru. 6. Membandingkan Hasil Pre tes dan Pos tes E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dibagi dalam 5 tahap, yaitu analisis hasil pre tes, analisis proses remediasi, analisis hasil pos tes, membandingkan hasil pre tes dan pos tes dan wawancara. 1. Analisis Hasil Pre tes Analisis data pre tes pada penelitian ini terdiri dari 3 tahapan. Tahap pertama adalah reduksi data, kedua penyajian data, ketiga verifikasi (pengecekan) data dan penarikan kesimpulan. a. Reduksi data Reduksi data adalah pemilahan dan penyederhanaan data. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari penumpukan data atau informasi yang sama dari siswa. b. Penyajian data Data yang disajikan berupa jenis-jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tentang diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal pada kubus dan balok beserta faktor-faktor penyebabnya. c. Verifikasi (pengecekan) data dan penarikan kesimpulan Verifikasi data dan penarikan kesimpulan dilakukan selama kegiatan analisis berlangsung sehingga diperoleh suatu kesimpulan apabila kurang dari 100% siswa menjawab benar maka dapat disimpulkan terjadi kesalahan dalam soal tersebut. Proses remediasi yang dilakukan adalah untuk memperbaiki prosentase kesalahan terbanyak sampai prosentase kesalahan terbanyak itu menjadi 0%. 2. Analisis Proses Remediasi Analisis hasil remediasi berdasarkan : a. Jawaban pertanyaan siswa pada pre tes. b. Interaksi siswa yang terjadi pada saat remediasi. c. Mengerjakan soal latihan secara bertahap sampai tidak ditemukan lagi kesalahan yang diremediasi, apabila 100% dari siswa menguasai materi yang disampaikan (tidak mengalami kesalahan) maka remediasi dikatakan berhasil. 3. Analisis Hasil Pos tes Analisis hasil pos tes menggunakan tahapan yang sama dengan analisis hasil pre tes, yaitu reduksi data atau pemilahan data hasil pos tes, penyajian data hasil pos tes yang berupa jenis-jenis kesalahan weakness in proses skill yang masih dilakukan siswa dan penarikan kesimpulan atau
25 verifikasi data apabila 100% siswa menguasai materi yang disampaikan (tidak mengalami kesalahan) maka remediasi dikatakan berhasil. 4. Membandingkan Hasil Pre tes dan Pos tes Hasil pre tes dan pos tes dibandingkan untuk mekonfirmasi proses remediasi yang diterapkan berhasil atau tidak, apabila prosentase kesalahan terbanyak pada hasil pre tes sudah tidak ditemukan lagi pada pos tes dengan kata lain prosentase kesalahan pada pos tes 0% maka dapat disimpulkan bahwa proses remediasi yang dilakukan berhasil. 5. Wawancara Wawancara dilakukan setelah hasil pre tes dan evaluasi siswa dianalisis. Hasil wawancara tersebut bertujuan untuk mengetahui letak kesalahan yang dilakukan oleh siswa. wawancara juga termasuk teknik pendukung data guna sebagai panduan dalam menganalisis hasil pre tes dan evaluasi yang dilakukan siswa.
26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Data 1. Deskriptif Hasil Pre tes Hasil dari pre tes di SMP Pangudi Luhur ditemukan kesalahankesalahan siswa dalam menyelesaikan soal kubus dan balok. Hasil kesalahan pre tes siswa ini berdasarkan dengan tipe-tipe kesalahan siswa menyelesaikan soal matematika menurut Newman (Clement, 1980) dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Kesalahan Pre tes Siswa Secara Umum Butir Soal RE RCD WPS TE EE CE Total
1
2
3
4
5
6
7
4 1 18 0 10 2 35
1 2 0 0 1 2 15
3 4 16 0 3 2 28
0 3 20 0 6 2 31
0 1 8 0 9 0 14
0 1 9 0 7 3 20
0 1 6 0 7 3 12
Total Kesalahan 8 13 77 0 43 14 155
Prosentas e 5% 8% 50% 0% 28% 9% 100%
Keterangan RE : Reading error RCD : Reading comprehesion difficulty WPS : Weakness in proses skill TE : Transform error EE : Encoding error CE : Corelles error
Total Kesalahan
Tipe-Tipe Kesalahan Pre Test 100 80 60 40 20 0
Total Kesalahan
RE
RCD
WPS
TE
EE
CE
8
13
77
0
43
14
Gambar 4.1 Tipe-tipe Kesalahan Pre tes 27
28 2. Deskriptif Proses Remediasi Proses remediasi yang dilakukan di SMP Pangudi Luhur Salatiga menggunakan metode tutor sebaya. Proses remediasi ini berlasung dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama berlangsung selama 2 kali 45 menit, pertemuan kedua berlangsung selama 1 kali 45 menit dan pertemuan ketiga berlangsung selama 1 kali 45 menit. a. Pertemuan Pertama ( 2 x 45 menit ) Sebelum pertemuan pertama telah dipilih tujuh siswa dari hasil pre tes terbaik. Ketujuh siswa tersebut dianjurkan untuk mempelajari soal-soal pre tes yang sudah diberikan dan kesalahankesalahan yang terjadi pada saat pre tes. Pertemuan pertama dimulai dengan dipanggilnya ketujuh siswa yang sudah dipilih sebelumnya di depan kelas yang akan berperan sebagai tutor. Kemudian dibagi tujuh kelompok sesuai dengan jumlah tutor yang dipilih sebelumnya. Tutor kemudian diberi pengarahan untuk menjadi tutor mengajari, membahas dan menjelaskan soal-soal pre tes yang diberikan sebelumnya dan cara mengerjakan yang tepat kepada teman-teman sekelompoknya agar tidak ditemukan lagi kesalahan-kesalahan yang ditemukan sebelumnya pada waktu pre tes. Satu kelompok berisi satu tutor dan 3 anggota kelompok. Masing-masing tutor masuk kedalam masing-masing kelompok, dan selanjutnya tutor mulai memberikan penjelasan dengan teman satu kelompoknya tentang soal-soal pre tes yang diberikan serta menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan soalsoal tentang kubus dan balok tanpa ditemukan kesalahan-kesalahan yang sama dengan kesalahan-kesalahan yang ditemukan saat pre tes. Kesalahan terbanyak yang ditemukan saat pre tes adalah weakness in process skill. Tutor menjelaskan proses penghitungan yang benar dalam mencari diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal dengan menggunakan teorema phytagoras dengan benar. Tutor juga menjelaskan bagaimana cara menghitung akar kuadrat yang benar agar tidak terjadi kesalahan weakness in process skill lagi dalam menyelesaikan soal-soal tentang kubus dan balok, karena kebanyakan kesalahan weakness in process skill ditemukan karena kesalahan proses penghitungan dalam mencari diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal dengan menggunakan teorema phytagoras. Pembahasan dan penjelasan tutor dapat dilihat pada Tabel 4.2.
29 Tabel 4.2 Pembahasan Proses Remediasi 1 dengan Menggunakan Metode Tutor Sebaya Kesalahan Weakness In Penjelasan Tutor Process Skill Pada soal 1c ditulis𝐶𝐸 2 = 𝐴𝐸2 + 𝐴𝐶 2 2
𝐶𝐸 2 = 82 + 8 2 𝐶𝐸 2 = 64 + 64 2 𝐶𝐸 = 128 2 =8 4 Kesalahan siswa adalah siswa salah dalam proses 2
mengubah 8 2 , sehingga menjadi 64 2 padahal seharusnya adalah seperti rumus (𝑎𝑏 2 ) = 𝑎2 𝑏 2 2
2
8 2 = (82 × 2 ) = (64 x 2) = 128
Panjang diagonal sisi 𝐴𝐶 = 8 − 6 = 2𝑐𝑚. Seharusnya untuk mencari panjang AC harus menggunakan teorema phytagoras 𝐴𝐶 2 = 𝐴𝐵2 + 𝐵𝐶 2 bukan hanya mengalikan bilangan yang diketahui pada gambar. 𝐴𝐶 2 = 𝐴𝐵2 + 𝐵𝐶 2 𝐴𝐶 2 = 82 + 62 𝐴𝐶 2 = 64 + 36 𝐴𝐶 2 = 100 𝐴𝐶 = 100 = 10𝑐𝑚
Jawaban siswa soal 4b dalam proses menghitung 2
122 + 12 2 = 144 + 144 2 = 1288 2 Proses ini kurang tepat karena proses penjumlahan antara 144 + 144 2 = 1288 2 tidak jelas proses pemberian akar pada hasil penjumlahan 1288 2 Proses penghitungan diagonal ruang seharusnya adalah 𝐷𝑅 2 = 𝑟 2 + 𝐷𝑆 2 𝐷𝑅2 = 122 + 12 2 𝐷𝑅 2 = 144 + 288
2
30 𝐷𝑅 = 332 = 8 3𝑐𝑚 Jawaban siswa nomor 5 adalah 𝐿. 𝐵𝐷 = 8 2 × 8 = 64 𝑐𝑚. Rumus yang digunakan siswa sudah tepat dan proses memasukan angka dalam rumus juga sudah tepat. Tetapi dalam proses mengalikan 8 2 × 8, siswa masih kurang tepat sehingga diperoleh hasil 64 cm. Hasil dari proses penghitungan yang tepat adalah 8 2 × 8 = 64 2 𝑐𝑚.
Kesalahan siswa adalah hasil dari proses teorema phytagoras 125 = 25 5 = 5 2 yang tanpa diketahui 125 = 25 5 dan 25 5 = 5 2 seharusnya adalah 𝐷𝑅2 = 𝐷𝑆𝑎2 + 𝑡 2 𝐷𝑅2 = 102 + 52 𝐷𝑅2 = 100 + 25 𝐷𝑅 = 125 𝐷𝑅 = 25 × 5 𝐷𝑅 = 25 × 5 𝑐𝑚 𝐷𝑅 = 5 5 𝑐𝑚
Jawaban siswa pada soal nomor 7 adalah Luas Bidang ACGE =13 6 = 78 Proses yang benar adalah 𝑙 = 𝐿. 𝐴𝐵𝐶𝐷 ∶ 𝑝 𝑙 = 60 ∶ 12 𝑙 = 5 𝑐𝑚 Setelah diketahui 𝑙 = 5 𝑐𝑚 maka tahap selanjutnya mencari 𝐴𝐶 𝐴𝐶 2 = 𝑝2 + 𝑙 2 𝐴𝐶 2 = 122 + 52 𝐴𝐶 2 = 144 + 25 𝐴𝐶 = 169 𝐴𝐶 = 13 𝑐𝑚 Dan Selanjutnya adalah Luas ACGE = 𝐴𝐶 × 𝐶𝐺 = 13 × 6 = 78𝑐𝑚2
31 Guru memberikan latihan-latihan soal tentang kubus dan balok setelah tutor-tutor selesai menjelaskan pada masing-masing kelompoknya. Latihan-latihan tersebut diberikan secara bertahap kepada siswa yang pada pre tesnya ditemukan kesalahan weakness in process skill. Dari latihan pertama ini masih ditemukan hasil 37 kesalahan weakness in process skill. Pembahasan laihan 1 dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Pembahasan Latihan 1 Proses Remediasi 2 dengan Menggunakan Metode Tutor Sebaya Kesalahan Weakness In Penjelasan Tutor Process Skill Kesalahan siswa pada nomor 4 adalah 2
152 + 15 2 225 + 225. 2 450. 2 Kesalahan pertama adalah proses siswa mengubah 2
15 2 menjadi
225. 2
2
padahal
seharusnya15 2 = 225 × 2 Kesalahan kedua adalah proses pengakaran 225+225. 2 = 450. 2 . Tidak jelas diketahui dari proses penjumlahan 225 + 225. 2 tiba-tiba menjadi 450. 2. Tidak diketahui mengapa muncul 450 padahal 450 adalah hasil penjumlahan 225+225. Seharusnya untuk menghitung diagonal ruang adalah 2
𝐷𝑅 2 = 152 + 15 2 𝐷𝑅 2 = 225 + (225 × 2) 𝐷𝑅 2 = 225 + 450 𝐷𝑅 2 = 675 𝐷𝑅 = 675 𝐷𝑅 = 225 × 3 𝐷𝑅 = 225 × 3 𝐷𝑅 = 15 3𝑐𝑚 Jawaban siswa pada soal nomor 5 adalah 2
4 3 −4 2 = 48 – 32 = 16 =4
32 Kesalahan siswa adalah siswa mengubah 4 2 menjadi 32 padahal 4 2 tidak dikuadratkan. Seharusnya adalah 2
4 22 = 42 × 2 = 16 × 2 = 32 Dan cara yang benar adalah 2
𝑟 2 = 4 3 − 4 22 𝑟 2 = 48 – 32 𝑟 2 = 16 𝑟 =4 Luas bidang diagonalnya adalah 𝐿 = 𝑟 × 𝐷𝑆 𝐿 =4×4 2 𝐿 = 16 2𝑐𝑚2 = 42 + 32 = 16 + 9 = 25 =5 Diagonal sisi alas balok = 52 + 52 = 25 + 25 = 50 = 5 2 = 52 Kesalahan siswa adalah siswa salah dalam menggunakan teorema phytagoras dan penggunaan akar, siswa tidak menggunakan akar saat mengubah 25 = 5 dan 50 = 5 2 = 52 Seharusnya 25 = 5 dan 50 = 5 × 2 = 5 2 Proses penyelesaian yang benar adalah Diagonal sisi alas balok adalah 𝐷𝑆𝑎2 = 42 + 32 𝐷𝑆𝑎2 = 16 + 9 𝐷𝑆𝑎 = 25 𝐷𝑆𝑎 = 5 𝑐𝑚 Diagonal ruang balok adalah 𝐷𝑅 2 = 𝐷𝑆𝑎2 + 𝑡 2 𝐷𝑅 2 = 52 + 52 𝐷𝑅 2 = 25 + 25 𝐷𝑅 = 50 𝐷𝑅 = 25 × 2 𝐷𝑅 = 25 × 2 𝑐𝑚 𝐷𝑅 = 5 2 𝑐𝑚
33 Peran guru disini hanya sebagai fasilitator. Pembelajaran remediasi dengan metode tutor sebaya ini berlangsung dengan baik dikarenakan tutor telah melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai tutor dengan memberikan penjelasan tentang soal-soal kubus dan balok dan bagimana cara menyelesaikan soal-soal tentang kubus dan balok agar tidak terjadi kesalahan yang sama dengan kesalahan yang ditemukan pada waktu dilaksanakan pre tes. b. Pertemuan Kedua (1 x 45 menit ) Pertemuan kedua adalah melanjutkan dari pertemuan pertama yaitu setelah ditemukan 37 kesalahan weakness in process skill pada hasil latihan pertama yang diberikan guru, maka tahap selanjutnya adalah tutor menjelaskan kembali kepada beberapa siswa yang hasil latihan pertama masih melakukan kesalahan weakness in process skill. Guru memberikan latihan kedua kepada beberapa siswa yang masih melakukan kesalahan weakness in process skill dan ternyata masih ditemukan 12 kesalahan weakness in process skill. Tahap selanjutnya, guru beserta tutor menjelaskan kembali kepada siswa yang pada latihan kedua masih mengalami kesalahan weakness in process skill. Pembahasan latihan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Pembahasan Latihan 2 Proses Remediasi 3 dengan Menggunakan Metode Tutor Sebaya Kesalahan Weakness In Penjelasan Tutor Process Skill = 42 + 32 =16+9 = 25 Diagonal ruang balok = 52 + 52 =25+25 = 50 = 5 2 =25 Kesalahan siswa adalah siswa salah dalam menggunakan teorema phytagoras yaitu hasil penjumlahan dari 16+9= 25 tidak di akar yaitu seharusnya menjadi 25 = 5. Kesalahan siswa yang lain adalah tidak menggunakan akar saat mengubah 50 = 5 2 = 25. Seharusnya 50 = 25 × 2 = 5 2 Proses penyelesaian yang benar adalah Diagonal sisi alas balok adalah
34 𝐷𝑆𝑎2 = 42 + 32 𝐷𝑆𝑎2 = 16 + 9 𝐷𝑆𝑎 = 25 𝐷𝑆𝑎 = 5 𝑐𝑚 Diagonal ruang balok adalah 𝐷𝑅 2 = 𝐷𝑆𝑎2 + 𝑡 2 𝐷𝑅 2 = 52 + 52 𝐷𝑅 2 = 25 + 25 𝐷𝑅 = 50 𝐷𝑅 = 25 × 2 𝐷𝑅 = 25 × 2 𝑐𝑚 𝐷𝑅 = 5 2 𝑐𝑚 = 122 + 52 = 144 + 25 = 125 = 13 Kesalahan siswa adalah dalam proses penggunaan akar pada teorema phytagoras ditemukan hasil dari 144 + 25 = 125, padahal pada penjumlahan tidak tertulis 144 + 25 tetapi hasil penjumlahan tersebut menjadi 125. Selain itu ditemukan kesalahan penjumlahan hasil penjumlahan 144+25. Seharusnya hasil penjumlahan 144+25= 169. Kesalahan lainnya juga ditemukan yaitu hasil akar 125 = 13 padahal seharusnya 125 = 5 3. Proses yang benar adalah 𝑙 = 𝐿. 𝐴𝐵𝐶𝐷 ∶ 𝑝 𝑙 = 144 ∶ 12 𝑙 = 12 𝑐𝑚 Setelah diketahui 𝑙 = 12 𝑐𝑚 maka tahap selanjutnya mencari 𝐴𝐶 𝐴𝐶 2 = 𝑝2 + 𝑙 2 𝐴𝐶 2 = 122 + 122 𝐴𝐶 2 = 144 + 144 𝐴𝐶 = 288 𝐴𝐶 = 144 × 2 𝐴𝐶 = 12 2 Dan Selanjutnya adalah Luas ACGE = 𝐴𝐶 × 𝐶𝐺 = 12 2 × 5 = 60 2 𝑐𝑚2
35 c. Pertemuan Ketiga (1 x 45 menit ) Latihan yang ketiga diberikan guru setelah tahap penjelasan ketiga selesai dilakukan dan hasil dari latihan ketiga yang diberikan oleh guru adalah tidak ditemukan lagi kesalahan weakness in process skill pada hasil latihan siswa. Proses ini bertujuan untuk mengetahui apakah semua siswa telah berhasil mempelajari kubus dan balok setelah diberi penjelasan dari tutor-tutor pada tiap masing-masing kelompok dengan cara presentasi kelompok dari masing-masing tutor. Guru kemudian memberi tambahan penjelasan dan menyimpulkan materi dari apa yang sudah disampaikan oleh masingmasing tutor kepada siswa yang lain. Pertemuan berikutnya adalah guru melakukan pos tes sebagai pemantapan bahwa siswa telah memahami materi kubus dan balok dengan baik dan untuk mengetahui apakah masih akan ditemukan kesalahan weakness in process skill lagi pada waktu siswa mengerjakan soal-soal tentang kubus dan balok. Hasil latihan dalam proses remediasi dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Tabel Hasil Latihan dalam Proses Remediasi Kesalahan weakness in process skill No. Latihan 1 Latihan 2 Latihan 3 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 4 11 0 0 5 13 0 0 6 13 7 0 7 0 5 0 Total 37 12 0 Kesalahan 3.
Deskriptif Hasil Pos tes Hasil pos tes setelah dilakukan proses remediasi adalah tidak ditemukannya kesalahan weakness in process skill dari kesalahan-kesalahan pada hasil pos tes siswa.
B. Analisis Data 1. Analisis Data Pre tes Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah teknik tes. Teknik ini digunakan untuk mengetahui jenis-jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal. Penelitian ini dipilih dari 28 siswa kelas VIIIC SMP
36 Pangudi Luhur Salatiga sebagai responden. Banyak kesalahan-kesalahan siswa yang ditemukan dalam menyelesaikan soal-soal tentang diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal pada kubus dan balok setelah hasil pre tes diteliti dan dikoreksi. Analisis ini dikelompokkan berdasarkan tipe-tipe kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika menurut Newman (Clement, 1980) yaitu tipe kesalahan reading error, reading comprehesion difficulaty, transform error, weakness in proses skill, encoding error, corelles error dalam materi kubus dan balok. a. Tipe 4 : Weakness in process skill Pada tipe kesalahan weakness in proces skill atau yaitu kesalahan dalam ketrampilan proses, masih banyak siswa yang melakukan kesalahan weakness in proses skill. Pemaparan secara rinci tipe kesalahan weakness in proces skill yang dilakukan siswa kelas VIIIC SMP Pangudi Luhur Salatiga dalam menyelesaikan soal mengenai diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal pada materi bangun ruang kubus dan balok dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Tipe Kesalahan Weakness in proces skill dalam menyelesaikan soal tentang kubus dan balok No 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Prosentas e
Weakness in process skill 18 0 16 20 8 9 6 77
Kesalahan lain 17 6 12 11 10 11 11 78
50%
50%
Total 35 15 28 31 14 20 12 155
Prosentase kesalahan weakness in proces skill soal nomor 1 dari total kesalahan soal nomor 1 ada 51% dan 49% melakukan kesalahan lain. Prosentase kesalahan weakness in proces skill dari total kesalahan soal nomor 2 ada 0% dan 100% kesalahan lain. Soal nomor 3 dari total kesalahan yang ditemukan, prosentase kesalahan weakness in proces skill ada 57% dan 43% kesalahan lain. Soal nomor 4 dari total kesalahan yang ditemukan, prosentase kesalahan weakness in proces skill ada 65% dan 35% kesalahan lain. Soal nomor 5 dari total kesalahan yang ditemukan, prosentase kesalahan weakness in proces
37 skill ada 29% dan 71% kesalahan lain. Soal nomor 6 total kesalahan yang ditemukan, prosentase kesalahan weakness in proces skill ada 45% dan 55% kesalahan lain. Soal nomor 7 total kesalahan yang ditemukan, prosentase kesalahan weakness in proces skill ada 8% dan 92% kesalahan lain.
Weakness In Process Skill 78,5 78 78
77,5 77
Total Kesalahan
77
76,5 Weakness In Process Skill
Kesalahan lain
Gambar 4.6 Tipe kesalahan Weakness in proces skill dalam menyelesaikan soal tentang kubus dan balok Gambar tipe kesalahan 4 (Weakness in proses skill) diketahui ada 77 kesalahan weakness in proces skill yang dilakukan siswa dengan prosentase 50%; 78 tipe kesalahan lain yang dilakukan siswa dengan prosentase 50%. 2. Analisis Data Pos tes Pos tes dilakukan setelah remediasi dengan menggunakan metode tutor sebaya di SMP Pangudi Luhur dan kesalahan-kesalahan siswa yang ditemukan dalam menyelesaikan soal-soal tentang diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal pada kubus dan balok setelah diteliti dan dikoreksi. Kesalahan-kesalahan siswa digolongkan menurut jenis-jenis kesalahannya setelah memilah dan mengelompokan hasil pekerjaan siswa yang salah dan siswa yang benar. Kemudian dipilah dan dikelompokkan kembali kedalam tipe kesalahan Weakness In Process Skill dan tipe kesalahan lainnya dilihat pada Tabel 4.7.
38 Tabel 4.7 Hasil Kesalahan Weakness In Process Skill Pos tes Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Prosentase
Weakness in process skill 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Kesalahan lain 7 0 8 3 6 5 8 37 100%
Total 7 0 8 3 6 5 8 37
Hasil Pos Tes Kesalahan Weakness In Prosess Skill Siswa 40 30 20 10 0
37 0
Total Kesalahan
Weakness in process skill
Kesalahan lain
Gambar 4.7 Tipe-tipe Kesalahan Pos tes Tabel dan gambar diatas adalah hasil pos tes yang menunjukkan bahwa tipe weakness in process skill tidak lagi menjadi tipe kesalahan terbanyak seperti pada waktu dilakukan pre tes. Prosentase tipe kesalahan weakness in process skill saat dilakukan pre tes ada 50% dan setelah dilakukan remediasi, prosentasenya berubah menjadi 0%. Prosentase untuk tipe-tipe kesalahan lain adalah 100%. Hal ini menunjukkan bahwa proses remediasi untuk mengurangi kesalahan weakness in process skill berhasil dilaksanakan. 3. Perbandingan Perbandingan antara pre tes dan pos tes yang dilakukan oleh siswa kelas VIIIC SMP Pangudi Luhur Salatiga dapat dilihat pada Tabel 4.8.
39
Tabel 4.8 Perbandingan Pre tes dengan Pos tes Kesalahan Weakness In Process Skill
Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Prosentase
Kesalahan Weakness in process skill Pre tes Pos tes 18 0 0 0 16 0 20 0 8 0 9 0 6 0 77 0 50% 0%
Jadi dari perbandingan kesalahan weakness in process skill pada saat pre tes dan pos tes pada Tabel di atas, dapat dilihat bahwa proses remediasi dengan metode tutor sebaya berhasil membuat kesalahan weakness in process skill pada pre tes tidak ditemukan lagi pada pos tes. C. Pembahasan Hasil analisis terkait, proses remediasi dengan metode tutor sebaya dapat memperbaiki kesalahan weakness in process skill yang dilakukan siswa pada pre tes sebelumnya antara lain adalah kesalahan proses mengubah bentuk akar, kesalahan proses dalam menggunakan akar pada teorema phytagoras, kesalahan proses menggunakan teorema phytagoras, kesalahan dalam mengkuadratkan. Kesalahan-kesalahan tersebut tidak ditemukan lagi pada saat dilakukan pos tes. Hal ini dikarenakan siswa lebih mudah belajar dan cepat memahami penjelasan dari teman sebayanya karena menggunakan bahasa yang seumuran dengan mereka dan mudah dipahami dibandingkan dengan penjelasan dari guru yang dianggap menggunakan bahasa penyampaian materi yang sulit untuk dimengerti siswa. Salah satu contoh bahasa penjelasan dari tutor adalah menggunakan bahasa sehari-hari yaitu bahasa jawa. Berikut contoh kutipan percakapan antara tutor dengan anggota kelompoknya. : “Ngene lo... mau kan meh golek 125 ki piro, pertama coba ndelok angka sing paling mburi, 5 kan ? Nah.. sko kno coba 125 dibagi 5 hasile piro ?” Anggota : “Hasile 25. Terus diapake ?” Tutor : “Nah, teko kui tinggal dikei akar wae to..” Anggota : “Maksudmu tarik akar pie ?” Tutor
40 Tutor Anggota Tutor Anggota Tutor Anggota Tutor Anggota Tutor Anggota Tutor Anggota Tutor
: “Mau kan aku wis takok to, 125 dibagi 5 piro? Trus, mbok jawab 25.. yowis to, tinggal dikei akar wae dadi 25 × 5.” : “ Koq iso ?” : “Eh, lha ra percoyo.. coba saiki nik ra percaya saiki itungen 25 x 5 piro ?” : “125 to!” : “Lha podo to.. kan emang meh golek 125 to ?” : “Ow... iya dink!” : “Hmm... kui rung rampung.” : “ Wealah... lha trus diapake neh?” : “Saiki dipisah dadi 25 × 5. Sampe kene wis mudeng ?” : “ Iyo. Terus ?” : “ Yo, tinggal digoleki to 25 piro ?” : “ 5.” : “ lha.. mau kan gek 25. Padahal kan iseh ana 5. Dadi hasile 5 5.”
Hasil kutipan percakapan di atas menunjukkan bahwa siswa lebih mudah memahami materi dari penjelasan teman sebayanya dikarenakan tutor menggunakan bahasa-bahasa atau kata-kata sehari-hari yang mudah dimengerti oleh siswa. Siswa juga lebih berani bertanya apabila siswa belum memahami apa yang disampaikan oleh tutor. Hal ini dibuktikan dari kutipan percakapan di atas terjadi tanya jawab antara tutor dan anggotanya tentang proses menarik akar kuadrat. Penelitian yang dilakukan oleh Saputro (2012) tentang analisis kesalahan matematika dalam menyelesaikan soal kubus dan balok pada siswa kelas VIII di SMP BOPKRI Kelet-Keling, Jepara yang menunjukkan bahwa penyebab siswa melakukan kesalahan dikarenakan penjelasan guru yang menggunakan metode ceramah dan menggunakan kata-kata atau kalimat yang sulit dipahami oleh siswa, siswa tidak menguasai bahasa penyampaian materi dari guru contohnya siswa tidak paham dengan pertanyaan dalam soal matematika, tidak memahami arti kata, tidak menguasai konsep dan kurang menguasai teknik berhitung. Kaitan lainnya dengan penelitian tersebut yaitu proses analisis data pre tes ini menggunakan proses analisis yang sama dengan penelitian sebelumnya yaitu tentang pengelompokan tipe-tipe kesalahan menurut Newman (1980). Kesalahan terbanyak yang ditemukan pada penelitian sebelumnya sama dengan kesalahan yang ditemukan saat dilakukan pre tes yaitu kesalahan weakness in process skill. Tujuan dari penelitian proses remediasi ini untuk memperbaiki kesalahan konsep weakness in process skill siswa dalam menyelesaikan soal tentang bangun ruang kubus dan balok. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Ischak dan Warji (1982) yaitu, remediasi adalah kegiatan perbaikan yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Hal ini sejalan juga dengan apa yang dikatakan oleh Kartono (2007) yang menyatakan bahwa remediasi adalah
41 kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan siswa. Metode yang digunakan dalam proses remediasi adalah metode tutor sebaya. Metode tutor sebaya ini, sesuai dengan metode yang dikemukakan oleh Winataputra (1999) yang menyatakan bahwa tutor sebaya adalah seorang teman atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru (sesuai kriteria menjadi tutor sebaya) dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pengajaran dengan tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep. Penelitian ini sejalan dengan Arofah (2010) tentang upaya meningkatkan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran remedial dengan menggunakan metode tutor sebaya di Madrasah Aliyah Ibnul Qoyyim Yogyakarta yang menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sesuai dengan indikator keberhasilan. Hasil proses remediasi dengan menggunakan metode tutor sebaya dalam menyelesaikan soal tentang bangun ruang kubus dan balok, dapat diketahui dari hasil pos tes. Hasil pos tes menunjukkan bahwa tidak ditemukan lagi kesalahan weakness in process skill seperti pada hasil pre tes yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa proses remediasi dengan menggunakan metode tutor sebaya telah berhasil memperbaiki kesalahan weakness in process skill, sehingga tidak ditemukan lagi kesalahan weakness in process skill pada saat diberikan pos tes tentang bangun ruang kubus dan balok.
42
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Proses pembelajaran remediasi dengan metode tutor sebaya berhasil memperbaiki kesalahan tipe weakness in process skill yang merupakan kesalahan siswa tentang konsep bangun ruang kubus dan balok kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga tahun ajaran 2012/2013.. Hasil pos tes yang ditemukan bahwa kesalahan weakness in process skill yang sebelumnya 50% dari total semua kesalahan saat pre tes menjadi 0% dari total kesalahan saat pos tes. B. Saran 1. Guru diharapkan untuk dapat menemukan metode remediasi lain yang didasarkan pada kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika. 2. Guru diharapkan dapat membuat proses pembelajaran matematika yang menarik sehingga siswa dapat menerima materi dengan baik dan kesalahan yang dilakukan oleh siswa dapat diperbaiki. 3. Siswa diharapkan dapat memahami lagi pelajaran dengan baik karena sudah mengerti kesalahan-kesalahan yang dilakukan sehingga hasil belajarnya menjadi lebih baik.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan lagi menemukan cara-cara lain untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang lain yang dilakukan siswa
43
44
Daftar Pustaka Agusari, Asri. 2010. Efektifitas Penggunaan Model Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) dan Model VARMA (Vector Auto Regresif Moving Average) dalam Hasil Belajar Materi Persamaan Garis Lurus Kelas VIII Semester I SMP Agus Salim Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. IKIP PGRI Semarang. Arofah, Khusnul. 2010. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Remedial Dengan Menggunakan Metode Tutor Sebaya Di Madrasah Aliyah Ibnul Qoyyim Yogyakarta Kelas X. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Blair, RW. ED. 1982. Innovative Approaches To Language Teaching. Rowley: Newbury House Publishersn, inc. Clements, M, N. 1980. Analysing Children’s Error on Mathematical Taks. Education Studies in Mathematics. 11. 1-12. Djalil Aria dkk. 1997. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta : Depdikbud. Djamarah, Bahri S. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Bahri Syaiful dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Drajati, Nur Arifah. 2009. Peer Learning, Sebuah Alternatif Dalam Mengoptimalkan http : Potensi Siswa. SMA Lab School. Sumber: //belajardanmengajar.blogspot.com/2009/01/peerlearning_23.html. Diunduh tanggal 15 Maret 2013. Hamalik, Oemar. 1998. Media Pendidikan. Bandung. Citra Aditya Bakti. Ischak dan Warji R. 1982. Program dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta. Penerbit Liberty. Kadir. 2007. Analisis Penelitian Eksperimen Psikologi dan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas. Kartono, Kartini. 2007. Perkembangan Psikologi Anak. Jakarta: Erlangga. Lerner, W. J. 1988.Learning Disabilities (Theories, Diagnosis and Teaching Strategis). USA Hougton Mifflin Company. Mukhtar dan Rusmini. 2008. Pengajaran Remedial Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta. Penerbit PT Nimas Multima. Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Rochman, Abdi. 2011. Pembelajaran Remidiasi Untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa Dalam Mata Pelajaran IPA Pada Topik Gaya Gravitasi Di Kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 04 Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 45
46 Saputro, Theofelus Galih. 2012. Kesalahan-Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Kubus dan Balok Kelas VIII di SMP 04 Bopkri Kelet-Keling Jepara Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Semiawan, Cony dkk. 1987. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: Gramedia. Soedjadi, R. 2000. Kiat-Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Depdiknas. Sriati, Arti. 1994. Kesulitan Belajar Matematika Pada Siswa SMA (Pengkajian Diagnosa). Jurnal Kependidikan Jogjakarta. Sudrajat, Ahmad. 2007. Media Pembelajaran. Http: //www.AhmadSudrajat.woodpress.com/bahan ajar/media pembelajaran. Diunduh tanggal 15 Maret 2013. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. Suherman, Erman. 2003. Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Suhertin, Andewi. 2007. Belajar Tuntas. Jurnal Lentera Pendidikan. Sunarsi, Anis. 2009. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pada Materi Luas Permukaan Serta Volume Prisma dan Limas Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Karangayar Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Supatmo, Catur. 2009. Matematika Asyik. Jakarta : Grasindo. Suparno, P. 2007. Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Supriyadi, Dedi. 1985. Interaksi Guru Dan Siswa. IKIP Bandung. Supriyoko. 2008. Memajukan Matematika Indonesia. Http://www.sinarharapan.co.id/berita/0804/12/opio/html. Diunduh tanggal 15 Maret 2013. Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Untung, T.S. 2008. Permasalahan Pembelajaran Geometri Ruang SMP dan Alternatif Pemecahannya. Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Wicaksono, Agung. 2010. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pada Pokok Bahasan Logaritma di SMK Kristen Satya Wacana Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Winataputra, Udin S. 1999. Strategi Belajar Matematika. Jakarta. Universitas Terbuka. Yamin, Martinis. 2008. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik ”Implementasi KTSP & UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen”. Gaung Persada Press. Jakarta. Indonesia.
47 Zakaria, Bobby. 2012. Tipe-Tipe Kesalahan Disebalik Pemikiran Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Segi Empat Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
LAMPIRAN A MATERI KUBUS
Diagonal Sisi
Diagonal sisi / bidang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut berhadapan pada sebuah sisi kubus.
Panjang diagonal sisi AC = BD = EG = HF = AF = BE = CH = DG = AH = DE = BG = CF Diagonal Ruang Diagonal ruang sebuah kubus adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut berhadapan dalam kubus. Diagonal ruang kubus berpotongan di tengah-tengah kubus. Panjang diagonal ruang AG = BH = CE = DF. Terdapat 4 buah diagonal ruang pada sebuah kubus dengan panjang sama.
Bidang Diagonal Bidang diagonal kubus adalah bidang yang memuat dua rusuk berhadapan dalam suatu kubus. Bidang diagonal kubus berbentuk persegi panjang. Terdapat 6 buah bidang diagonal, yaitu : ACGE, BDHF, ABGH, CDEF, ADGF, BCHE Bidang diagonal ACGE = BDHF = ABGH = CDEF = ADGF = BCHE
Bagian-Bagian Kubus Jika diketahui rusuk kubus ABCD.EFGH berikut adalah a cm, maka: Panjang Diagonal Bidang
Panjang Diagonal Ruang
Luas Bidang Diagonal
BALOK
Diagonal Sisi
Coba perhatikan Gambar. Ruas garis AC yang melintang antara dua titik sudut yang saling berhadapan pada satu bidang, yaitu titik sudut A dan titik sudut C, dinamakan diagonal sisi bidang balok ABCD.EFGH.
Diagonal Ruang Sekarang perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar. Pada kubus tersebut, terdapat ruas garis HB yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu ruang. Ruas garis tersebut disebut diagonal ruang. Bidang Diagonal
Bagian-bagian Balok Jika diketahui balok dengan panjang p cm dan lebar l cm serta tinggi t cm maka: Diagonal Ruang b-h dan Diagonal Bidang b-g 1. Panjang Diagonal Bidang
2. Panjang Diagonal Ruang
3. Luas Bidang Diagonal Bidang Diagonal a-b-g-h
LAMPIRAN B RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP Pangudi Luhur Salatiga Mata Pelajaran : Matematika Kelas
: VIII (Delapan)
Semester
: II/ Genap
Standar Kompetensi
: 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar
: 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.
Indikator
:
Menyelesaikan
soal-soal tentang
diagonal
sisi,
diagonal ruang dan bidang diagonal pada kubus dan balok. Alokasi Waktu
: 4 × 45 menit ( 3 Pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menyelesaikan soal-soal tentang diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal pada kubus dan balok. Karakter siswa yang diharapkan
Ketelitian
Rasa ingin tahu
Tanggung jawab
Bekerja sama
Saling Menghargai
:
i B. Materi Ajar Kubus dan Balok C. Metode Pembelajaran Tutor Sebaya D. Langkah-langkah Kegiatan PERTEMUAN I (90 menit) Pendahuluan (5 menit)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberi memotivasi siswa tentang pentingnya mempelajari materi ini.
Guru memilih 7 siswa dari hasil pretes terbaik untuk menjadi tutor.
Kegiatan Inti (80 menit) Eksplorasi (15 menit) 1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, terdiri dari 4-6 siswa berdasarkan metode tutor sebaya yaitu guru membagi kelompok dengan salah satu anggotanya mempunyai kriteria untuk menjadi tutor pada kelompok tersebut. Masing-masing kelompok memiliki tingkat kecerdasan yang heterogen. 2. Guru memberikan pengarahan pada masing-masing tutor untuk menjelaskan materi kepada masing-masing kelompok tentang diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal pada kubus dan balok untuk didiskusikan dalam masing-masing kelompok. Elaborasi (30 menit) 1. Masing-masing kelompok berdiskusi mengenai sub-sub materi yang telah dibagi kepada setiap kelompok dibantu oleh tutor sebayanya. 2. Masing-masing kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi secara berurutan sesuai dengan tugas yang telah diberikan. 3. Guru bertindak sebagai nara sumber dimana siswa sebagai tutor tidak mampu menjawab pertanyaan dari teman sebayanya.
Konfirmasi (35 menit) 1. Guru memberi latihan soal kepada siswa selain tutor, untuk mengkonfirmasi materi yang telah dipelajari. 2. Guru bersama-sama siswa menarik kesimpulan dan memberi penegasan atas materi yang telah dipelajari hari ini. Penutup (5 menit)
Guru memberi motifasi siswa agar lebih memahami materi yang telah dipelajari.
PERTEMUAN II (45 menit) Pendahuluan (2 menit)
Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya mengenai kubus dan balok.
Kegiatan Inti (40 menit) Eksplorasi (5 menit) 1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, terdiri dari 4-6 orang berdasarkan metode tutor sebaya yaitu guru membagi kelompok dengan salah satu anggotanya mempunyai kriteria untuk menjadi tutor pada kelompok tersebut. Masing-masing kelompok memiliki tingkat kecerdasan yang heterogen. Elaborasi (15 menit) 1. Masing-masing kelompok berdiskusi dan saling bertukar pikiran mengenai latihan soal yang telah diberikan kepada setiap kelompok dibantu oleh tutor sebayanya. 2. Guru bertindak sebagai nara sumber dimana siswa sebagai tutor tidak mampu menjawab pertanyaan dari teman sebayanya.
Konfirmasi (20 menit) 1. Guru memberi latihan soal kedua yang sama seperti pertemuan sebelumnya kepada siswa yang masih melakukan kesalahan, untuk mengkonfirmasi materi yang telah dipelajari. 2. Guru bersama-sama siswa menarik kesimpulan dan memberi penegasan atas materi yang telah dipelajari. Penutup (3 menit)
Guru memberi tahu kepada siswa, bahwa pada pertemuan berikutnya akan ada tes materi kubus dan balok bagi siswa yang masih membuat kesalahan.
PERTEMUAN III (45 menit) Pendahuluan (2 menit)
Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya mengenai kubus dan balok.
Kegiatan Inti (40 menit) Eksplorasi (5 menit) 1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, terdiri dari 4-6 orang berdasarkan metode tutor sebaya yaitu guru membagi kelompok dengan salah satu anggotanya mempunyai kriteria untuk menjadi tutor pada kelompok tersebut. Masing-masing kelompok memiliki tingkat kecerdasan yang heterogen. Elaborasi (15 menit) 1. Masing-masing kelompok berdiskusi dan saling bertukar pikiran mengenai latihan soal yang telah diberikan kepada setiap kelompok dibantu oleh tutor sebayanya. 2. Guru bertindak sebagai nara sumber dimana siswa sebagai tutor tidak mampu menjawab pertanyaan dari teman sebayanya.
Konfirmasi (20 menit) 1. Guru memberi latihan soal ketiga yang sama seperti pertemuan sebelumnya kepada siswa yang masih melakukan kesalahan, untuk mengkonfirmasi materi yang telah dipelajari. 2. Guru bersama-sama siswa menarik kesimpulan dan memberi penegasan atas materi yang telah dipelajari. Penutup (3 menit)
Guru memberi tahu kepada siswa, bahwa pada pertemuan berikutnya akan ada tes materi kubus dan balok.
E. Alat dan Sumber Belajar Alat : Papan Tulis Spidol Alat peraga Kubus dan Balok Lembar kerja siswa (LKS) Sumber : BSE, yaitu Matematika Konsep dan Aplikasinya 2 karangan Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni. LKS, yaitu Buku Kerja Sama Siswa MATEMATIKA pengarah Drs. Theodorus Suwariyanto M.A. FIC. Referensi lain.
LAMPIRAN C SOAL PRETES DAN POSTES
Nama
:
1. Dari gambar kubus di bawah rusuknya adalah 8 cm, tentukan : e. Panjang rusuk AE f.
Panjang diagonal sisi AC
g. Panjang diagonal ruang CE h. Luas bidang diagonal ACGE 2. Isilah tabel di bawah ini dengan memperhatikan gambar di bawah ini ! Unsur Balok
Jumlah
Sisi Titik Sudut Rusuk Diagonal sisi Diagonal ruang Bidang diagonal 3. Dari gambar balok di bawah, tentukan : a.
Panjang rusuk AE
b.
Panjang diagonal sisi AC
c.
Panjang diagonal ruang CE
d.
Luas bidang diagonal ACGE
5 cm 6 cm 8 cm
4. Diketahui suatu kubus dengan luas salah satu sisinya 144 cm 2 dan diagonal sisinya 12 2 cm. Hitunglah :
a. Panjang rusuk kubus b. Diagonal ruang kubus 5. Suatu kubus dengan diagonal sisi 8 2 cm dan diagonal ruangnya 8 3 cm tentukan luas bidang diagonalnya! 6. Diketahui suatu balok dengan luas sisi alas balok 48 cm 2 dan lebar balok 6 cm tingginya 5 cm. Hitunglah : a. Diagonal sisi alas balok b. Diagonal ruang balok jika diagonal sisi alas dan tinggi balaok sudah diketahui. 7. Hitunglah luas bidang diagonal ACGE jika diketahui panjang balok 12 cm dan luas sisi alas ABCD 60 cm 2 dan tinggi balok adalah 6 cm!
-Selamat MengerjakanGod Bless You
LAMPIRAN D KUNCI JAWABAN PRETES DAN POSTES 1. a. Panjang rusuk AE = 8 cm b. Panjang diagonal sisi AC
AC AB 2 BC 2 AC 8 2 8 2 AC 64 64 AC 128 AC 64x2 AC 8 2cm c. Panjang diagonal ruang CE
CE AC 2 AE 2 CE
8 2
2
82
CE 128 64 CE 192 CE 8 3cm d. Luas bidang diagonal ACGE L ACGE ACxAE
8 2 x8 64 2cm 2
2. Unsur Balok
Jumlah
Sisi
6
Titik Sudut
8
Rusuk
12
Diagonal sisi
12
Diagonal Ruang
4
Bidang Diagonal
6
3. a. Panjang rusuk AE = CG = 5cm b. Panjang diagonal sisi AC
AC AB 2 BC 2
AC 8 2 6 2 AC 64 36 AC 100
AC 10cm c. Panjang diagonal ruang CE
CE AC 2 AE 2 CE 10 2 5 2 CE 100 25 CE 125 CE 5 5cm d. Luas bidang diagonal ACGE L ACGE ACxAE
10x5 50cm 2
4. a. Panjang rusuk kubus = 144 12cm b. diagonal ruang kubus
diag .sisi 2 rusuk 2
12 2
2
12 2
288 144 432 144x3 12 3cm
5. rusuk
diag .ruang 2 diag .sisi 2
8 3 8 2 2
2
192 128
64 = 8 cm Luas bidang diagonal kubus = rusuk x diag. sisi =8x 8 2 = 64 2cm
2
6. a. panjang balok = luas sisi alas : lebar balok = 48 : 6 = 8 cm Diagonal sisi alas balok
panjang 2 lebar 2
82 6 2 64 36 100
10cm
b. Diagonal ruang balok
diag .sisi 2 tinggi 2
10 2 5 2 100 25
125 5 5cm 7. lebar balok = luas sisi alas ABCD : panjang = 60 : 12 = 5 cm Diagonal sisi AC =
AC AB 2 BC 2
AC 12 2 5 2 AC 144 25 AC 169
AC 13cm Luas bidang diagonal ACGE = AC x GE(tinggi) = 13 x 6 = 78cm 2
LAMPIRAN E LEMBAR SOAL LATIHAN
Nama
:
1. Dari gambar kubus di bawah rusuknya adalah 10 cm, tentukan : a. Panjang rusuk AE b. Panjang diagonal sisi AC c. Panjang diagonal ruang CE d. Luas bidang diagonal ACG 2. Isilah tabel di bawah ini dengan memperhatikan gambar di bawah ini ! Unsur Balok
Jumlah
Sisi Titik Sudut Rusuk Diagonal sisi Diagonal ruang Bidang diagonal 3. Dari gambar balok di bawah, tentukan : a. Panjang rusuk AE
15 cm
b. Panjang diagonal sisi AC 9 cm
c. Panjang diagonal ruang CE d. Luas bidang diagonal ACGE
12 cm
4. Diketahui suatu kubus dengan luas salah satu sisinya 225 cm 2 dan diagonal sisinya 15 2 cm. Hitunglah :
a. Panjang rusuk kubus b. Diagonal ruang kubus 5. Suatu kubus dengan diagonal sisi 4 2 cm dan diagonal ruangnya 4 3 cm tentukan luas bidang diagonalnya! 6. Diketahui suatu balok dengan luas sisi alas balok 12 cm 2 dan lebar balok 3 cm tingginya 5. Hitunglah : a. Diagonal sisi alas balok. b. Diagonal ruang balok jika diagonal sisi alas dan tinggi balok sudah diketahui. 7. Hitunglah luas bidang diagonal ACGE jika diketahui panjang balok 12 cm dan luas sisi alas ABCD 144 cm 2 dan tinggi balok adalah 5 cm!
-Selamat MengerjakanGod Bless You
LAMPIRAN F KUNCI JAWABAN LATIHAN
1. a. Panjang rusuk AE = 10 cm b. Panjang diagonal sisi AC
AC AB 2 BC 2
AC 10 2 10 2 AC 100 100
AC 200 AC 100x2
AC 10 2cm c. Panjang diagonal ruang CE
CE AC 2 AE 2 CE
10 2
2
10 2
CE 200 100 CE 300
CE 10 3cm d. Luas bidang diagonal ACGE L ACGE ACxAE
10 2 x10 100 2cm 2
2. Unsur Balok
Jumlah
Sisi
6
Titik Sudut
8
Rusuk
12
Diagonal sisi
12
Diagonal Ruang
4
Bidang Diagonal
6
3. a. Panjang rusuk AE = CG = 15cm b. Panjang diagonal sisi AC
AC AB 2 BC 2
AC 12 2 9 2 AC 144 81
AC 225
AC 15cm c. Panjang diagonal ruang CE
CE AC 2 AE 2 CE 15 2 15 2 CE 225 225 CE 450 CE 15 2cm d. Luas bidang diagonal ACGE L ACGE ACxAE
15x15 225cm 2
225 15cm
4. a. Panjang rusuk kubus = b. diagonal ruang kubus
diag .sisi 2 rusuk 2
15 2
2
15 2
450 225 675 225x3 15 3cm
5. rusuk
diag .ruang 2 diag .sisi 2
4 3 4 2 2
2
48 32 16 = 4 cm Luas bidang diagonal kubus = rusuk x diag. sisi =4x 4 2 = 16 2cm
2
6. a. panjang balok = luas sisi alas : lebar balok = 12 : 3 = 4 cm Diagonal sisi alas balok
panjang 2 lebar 2
4 2 32 16 9
25
5cm
b. Diagonal ruang balok
diag .sisi 2 tinggi 2
52 52 25 25
50 5 2cm 7. lebar balok = luas sisi alas ABCD : panjang = 144 : 12 = 12 cm Diagonal sisi AC =
AC AB 2 BC 2 AC 12 2 12 2
AC 144 144
AC 288
AC 12 2cm Luas bidang diagonal ACGE = AC x GE(tinggi) 12 2 x 5 = 60 2cm
2
LAMPIRAN G
LAMPIRAN H DOKUMENTASI
PROSES PEMILIHAN TUTOR
PROSES PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA
PENELITI MENDAMPINGI TUTOR SEBAYA
PROSES REMEDIASI TUTOR SEBAYA
LAMPIRAN I DATA HASIL WAWANCARA Wawancara adalah salah satu teknik dalam penelitian ini. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memeriksa kebenaran hasil analisa jawaban tes siswa dan untuk mengetahui penyebab siswa dalam melakukan kesalahan weakness in process skill. Wawancara ini dilakukan terhadap siswa yang hasil evaluasinya telah dianalisis. Berikut adalah petikan wawancara yang telah dilakukan dengan siswa. Dalam petikan wawancara ini, P adalah peneliti sedangkan S adalah siswa yang diwawancarai.
PRE TES
`
P
: Ini rumusnya udah bener. Tapi sekarang coba dihitung lagi apa benar 2
8 2 = 64 2 . S
: Iya bu ( siswa menghitung)
S
: bener kok bu.
P
: kamu yakin coba diteliti lagi.
S
:sudah bu.
P
: Ok kita bahas, 8 2 = 82 × ( 2)2 = 64 × 2 = 128
S
:lho kok bisa ( 2)2 = 2 bu?
2
P
: iya kan ( 2)2 = 2 × 2 akar dikalikan akan itu akarnya menjadi hilang jadi hasilnya 2.
S
: ow gitu ya bu, sekarang saya ngerti bu terimakasih bu.
P
: Ini punya kamu kok AC kamu kurangi 8-6=2
S
: itu kan teorema phytagoras bu. Makanya AC=8-6=2
P
: apakah itu benar proses teorema phytagoras?
S
: iya bu cuma mungkin saya salah seharusnya masih ada proses selanjutnya.
P
: terus proses seharusnya bagaimana?
S
: 8 dan 6 nya di kuadratkan bu.
P
: berari prosesnya yang kamu lewatin apa?
S
: proses kuardat sama akarnya bu sama itu salah tandanya bu seharusnya ditambah bukan dikurang.
P
: ok itu benar.
P`
:coba lihat kesalahan apa yang kamu lakukan dalam soal yang kamu kerjakan ini ?
S
: hehe, salah perhitungan bu.
P
: yang mana, coba kamu tunjukan ?
S
: ini bu.
P
: sudah tau salahnya berarti seharusnya jawaban yang benar gimana ?
S
: gak tau bu.
P
:sekarang coba perhatikan hasil yang kamu dapat 64 padahal langkah sebelumnya ada 2.
S
: iya bu 8 x 8 kan 64 ?
P
: iya memang benar 8 x 8 64. Tapi itu kan 8 2 x 8 ?
S
: oh iya bu saya salah proses bu. Saya belum mengkalikan 2 . berarti seharusnya 64 2 ya bu.
P
: nah itu, besok lagi jangan lupa. Dan jangan diulangi lagi ya.
P
: kesalahan apa yang kamu lakukan pada soal ini?
S
: ga tau bu.
P
: lho kok ga tau? Coba perhatikan jawaban kamu yang b proses apakah itu sudah benar?
S
: iya bu kan udah saya kuadratkan itu 122 + (12 2)2 = 144 + 144 2.
P
: terus perhatikan 2 nya belum kamu kuardratkan padahal (12 2)2 Bukan hanya 12 nya yang dikuadratkan tetapi 2 nya juga, selain itu kenapa hasil dari 144 + 144 2 = 1288 2 dan kenapa ada akar disitu.
S
:Oh saya salah proses bu proses pengakarannya seharusnya tidak langsung seperti itu, seharusnya
2 dikuadratkan dulu dan dijumlahkan dengan
benar baru setelah itu hasilnya di akar bu. P
: Nah itu tau, besok jangan diulangi lagi ya.
P
: perhatikan jawaban proses teorema phytagoras pada jawaban kamu.
S
:kenapa bu?
P
: proses apa yang menurutmu masih salah pada jawwaban kamu ini?
S
: proses memberi tanda akar ya bu?
P
: benar proses pemberian akar kamu tidak ada sehingga tidak jelas proses 125 = 25 5 = 5 2. Seharusnya adalah 125 = 25 × 5 = 5 5
P
: Proses apa yang salah dengan hasil pekerjaan kamu ini?
S
: Proses penghitungan luasnya ya bu?saya seharusnya mengalikan 13 x 6 = 78 bukan mengakarnya bu.
P
: lha itu kamu tau terus kenapa kamu mengakarnya?
S
: karena proses pencarian luas saya kira sama dengan proses phytagoras tapi tetap saya kalikan hasilnya bu.
REMEDIASI LATIHAN 1
P
: Kesalahan apa yang kamu lakukan?
S
:uda bener kok bu?
P
: ada satu proses yang kamu lupa yaitu proses mengkuadratkan akar dua.
S
:ow itu juga dikuadratkan ya bu?
P
:Iya bukan hanya 15 nya saja yang dikuadratkan tetapi akar duanya juga.
S
: hasilnya terus berapa bu kalau akar dua dikuadratkan?
P
: akar yang dikuadratkan itu akarnya dihilangkan.
P
: proses apa yang kurang pada pekerjaanmu ini?
S
: uda bener kan bu prosesnya menggunakan teorema phytagoras.
P
: ok teorema phytagoras memang benar tapi ada kesalahan pertama kamu 2
proses menjawabnya tiba-tiba langsung 4 3 − 4 2. Kedua pada empat akar dua tidak dikuadratkan.
S
: ow iya bu saya sebenarnya bingung proses pengkuadratan pada teorema phyagoras.
P
: tapi sekarang udah tidak bingung kan?
S
: iya bu.
P
: ini kenapa kok 25=5 dan 50 = 5 2 = 52 proses apa yang kamu lewatkan disini?
S
: proses pengakaran bu?
P
: jadi seharusnya proses pengakaran itu kmu tulis biar jelas sehingga tidak disalahkan jawaban kamu, kalau seperti ini kan jawaban kamu jadi salah karena ada proses yang kamu lewati.
REMEDIASI LATIHAN 2
P
: langsung saja kesalahan apa yang kamu lihat pda jawaban kau ini atau proses apa yang kurang pada jawaban kamu ini?
S
: kurang tau bu.
P
: proses yang kamu kurangi adalah setelah kamu jumlahkan 16+9=25 setelah itu proses selesai, padahal proses terakhir dari teorema phytagoras adalah mengakarkan hasil dari penjumlahan tersebut.
S
: saya belum mengerti bu.
P
: maksudnya setelah kamu jumlahkan dan hasilnya 25 ada proses yang belum dilakukan yaitu mengakarkan 25 tersebut.
S
:ow iya bu sekarang saya mengerti.
P
:Kesalahan apa yang kamu temukan pada jawaban kamu ini?
S
: ga tau bu.
P
: kesalahan kamu adalah proses penjumlahan 144+25. Kenapa hasilnya menjadi semakin kecil kan dijumlahkan.
S
: saya salah menjumlahkan bu.
P
: satu lagi proses penghitungan akar kamu dari mana kamu dapatkan 125 = 13.
S
:saya sebenarnya tidak mengerti bu bagaimana proses mengakarkan bilangan yang bukan bilangan kuadrat bu.
P
: seharusnya proses yang harus kamu lakukan adalah dengan mencari faktor dari 125 yang merupakan bilangan kuadrat yaitu 25. Jadi prosesnya adalah 125 = 25 × 5 = 5 5.
S
: ow ternyata cuma gitu ya bu, gampang ternyata.
LAMPIRAN J SURAT IJIN PENELITIAN
LAMPIRAN K SURAT KETERENGAN PENELITIAN