PERAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DI DALAM KELUARGA DALAM MENGHADAPI KECEMASAN PENSIUN
Dwi Kurniati ABSTRAK Skripsi ini berjudul Peran Komunikasi Antarpribadi di dalam Keluarga dalam Menghadapi Pensiun (Studi Kasus pada Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan). Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana peran komunikasi antarpribadi dalam keluarga menjelang masa pensiun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan analisa kualitatif. Teknik Pengumpulan Data yang digunakan yakni melalui wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Teknik penentuan subjek penelitian ditetapkan di lapangan dimana pembatasannya ditentukan berdasarkan tingkat kejenuhan data yang diperoleh. Teknik pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling. Subjek penelitian yaitu karyawan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan yang akan menghadapi masa pra pensiun yang berjumlah 10 orang. Kemudian yang dijadikan subjek penelitian sebanyak 4 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai Juli 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi antarpribadi didalam keluarga ternyata tidak terjalin dengan baik pada saat menjelang pension. Kata Kunci : Komunikasi Antarpribadi, Keluarga, Kecemasan Pensiun.
PENDAHULUAN Bekerja merupakan salah satu aktifitas manusia, walaupun bekerja tidak hanya menghasilkan uang, tetapi bekerja dapat memberikan status individu dan individu dapat berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Bekerja merupakan bentuk dari aktivitas yang mendapat dukungan sosial yang berupa penghargaan lingkungan masyarakat terhadap aktivitas kerja maupun dukungan individu yang melatar belakangi aktivitas kerja itu sendiri seperti kebutuhan untuk aktif, kebutuhan untuk berproduksi, kebutuhan untuk memperoleh harga diri, serta kebutuhan yang lainnya, sehingga pada hakikatnya bekerja merupakan kebutuhan bagi manusia. Pada kenyataannya pekerjaan yang dilakukan tidak akan berlangsung selamanya, karena ada batasan usia tertentu dalam bekerja yang disebut dengan masa pensiun. Pensiun merupakan suatu proses berakhirnya masa kerja rutin dan dimulainya masa istirahat karena masa kerja secara aktif telah selesai dan berakhir. Masa pensiun cukup memprihatinkan karena adanya persepsi yang kurang tepat dalam memaknai masalah pensiun. Pensiun memaksa individu untuk 1
memaksa suatu peningkatan dalam ruang lingkup pengambilan keputusan tentang kehidupan pribadi seseorang. Masa pensiun yang dimaksud adalah masa pensiun wajib, dimana individu terpaksa melakukan pensiun karena organisasi tempat individu bekerja menetapkan usia tertentu sebagai batas usia seseorang untuk berhenti bekerja tanpa pertimbangan suka atau tidak. Masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang yang sudah melekat begitu lama. Sehingga masa pensiun ini sering menimbulkan masalah psikologis baru bagi yang menjalaninya, karena banyak dari mereka yang tidak siap menghadapi masa ini. Ketidaksiapan menghadapi masa pensiun pada umumnya timbul karena adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan tertentu. Perubahan yang diakibatkan oleh masa pensiun ini memerlukan penyesuaian diri. Proses penyesuaian diri yang paling sulit adalah pada masa pensiun. Dukungan sangat dibutuhkan oleh individu yang akan memasuki masa pensiun, baik dari teman kerja, keluarga, pasangan hidup dan teman di lingkungan sekitarnya. Dukungan sosial dapat menimbulkan pengaruh positif seperti dapat mengurangi kecemasan dan memelihara kondisi psikologis yang berada dalam tekanan. Dukungan sosial bagi individu yang akan memasuki masa pensiun merupakan hal yang penting, karena individu tersebut merasa dicintai, diperhatikan dan merasa tidak sendirian dalam menghadapi masa pensiun. Dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada dukungan sosial dari keluarga yang dapat diperoleh dari komunikasi antar pribadi yang dilakukan keluarga. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai sesuatu yang unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikam
2
bersifat pribadi. Komunikasi dan interaksi pribadi dianggap paling ampuh untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain karena dari pengaruh yang ditimbulkannya terjadi sebuah proses psikologis yang akhirnya bermuara pada proses sosial. Salah satu bentuk komunikasi antarpribadi yang paling sederhana dapat kita amati di dalam keluarga. Bagaimanapun, dalam sebuah keluarga komunikasi merupakan hal yang amat penting untuk menjaga hubungan antar pribadi tiap anggota keluarga. Dengan membangun dan membina komunikasi antarpribadi yang baik diantara anggota keluarga, khususnya orangtua dan anak, maka akan tercipta pula hubungan yang baik. Komunikasi yang perlu dilakukan adalah komunikasi yang bersifat integratif, dimana ayah, ibu dan anak terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan dan menghindari model komunikasi yang bersifat dominatif atau suka menguasai pembicaraan. Selanjutnya diharapkan komunikasi orangtua dengan anaknya banyak bersifat mendorong, penuh penghargaan, penuh dukungan dan perhatian. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan adalah salah satu bank di jalan Iskandar Muda no. 173 Medan. Sampai tahun 2011 jumlah karyawan nya sebanyak 55 orang. Diantara beberapa yang ada sedang akan menhadapi pensiun berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa karyawannya mengungkapkan bahwa kecemasan yang terjadi muncul karena adanya ketakutan akan ketidaktercukupinya kebutuhan-kebutuhan keluarganya baik untuk kebutuhan sehari-hari ataupun kebutuhan mendadak atau tidak terduga seperti salah satu anggota keluarga sakit. Pada umumnya mereka beranggapan bahwa apabila mereka masih aktif bekerja mereka akan mendapat fasilitasfasilitas yang dapat meringankan kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan mendadak atau tidak terduga. Selain itu juga ada anggapan akan mendapat bantuan baik moril maupun materil dari rekan-rekan sekantor. Saat masa pensiun mereka merasa cemas sekalipun mendapatkan uang pensiun karena masih ada anggapan bahwa jumlah uang yang diterima kurang memenuhi kebutuhankebutuhannya.
3
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah peran Komunikasi Antarpribadi di dalam keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan?”. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana peran komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan. b. Untuk mengetahui bagaimana intensitas komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pnnsiun pada karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan. c.. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong kecemasan menghadapi pensiun pada karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan. URAIAN TEORITIS Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas-diri, untuk membangun kontak sosial orang di sekitar kita dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir atau berperilaku seperti apa yang kita inginkan. Namun tujuan dasar kita berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita. Gordon I. Zimmerman merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, kita berkomunikas untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita. Untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan kepenasaranan kita akan
4
lingkungan dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi,
yang
melibatkan
pertukaran
informasi
yang
kita
perlukan
untuk
menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Mediamorfosis atau perkembangan komunikasi manusia menurut Roger Fidler melalui 3 tahapan proses, yaitu sbb : 1. Komunikasi/bahasa lisan dan mediamorfosis besar yang pertama. 2. Komunikasi/bahasa tulisan dan mediamorfosis besar kedua. 3. Komunikasi/bahasa
digital
dan
mediamorfosis
besar
ketiga.
(dalam
Purba,2006:3-4)
Defenisi Komunikasi Mendefinisikan komunikasi merupakan hal yang menantang. Katherine Miller (2005) menggarisbawahi hal ini dengan menyatakan bahwa “terdapat begitu banyak konseptualisasi mengenai komunikasi, dan konseptualisasi ini telah mengalami banyak perubahan dalam bertahun-tahun terakhir ini”. Sarah Trenholm (1991) menyatakan bahwa walaupun studi mengenai komunikasi telah ada berabad-abad, tidak berarti bahwa komunikasi telah dipahami dengan baik. Sebagaimana halnya dengan sebuah koper, istilah ini sesak dijejali dengan ide-ide dan makna-makna yang aneh. Fakta bahwa beberapa ide ini sebenarnya sudah pas dan sering kali diabaikan, sehingga menyebabkan koper berisi konseptualisasi ini terlalu berat untuk diangkat. (West, 2009:4-5)
Prinsip Komunikasi Tidak banyak dibahas para ahli tentang prinsip komunikasi. Para ahli lebih banyak disibukkan pada perdebatan proses dalam komunikasi. Esensi dari komunikasi sendiri adalah pesan. Pesan yang di stimulus oleh komunikator dimaknai sama oleh komunikan. Kesamaan dalam komunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan itu
5
disebut kerangka pengalaman (field of experience) yang menunjukkan adanya kesamaan antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa atau simbol. A
B
Gambar 2.2 Kesamaan Dalam Komunikasi Dari gambar di atas, kita dapat menarik tiga prinsip dasar komunikasi, yakni: 1. Komunikasi hanya terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing similar experiences). 2. Jika daerah tumpang tindih (the field of experience) menyebar menutupi lingkaran A atau B, menuju terbentuknya satu lingkaran yang sama, makin besar kemungkinannya tercipta proses komunikasi yang mengena (efektif). 3. Tetapi kalau daerah tumpang tindih ini makin mengecil dan menjauhi sentuhan kedua lingkaran, atau cenderung mengisolasi lingkaran masing-masing, maka komunikasi yang terjadi sangat terbatas. Bahkan besar kemungkinannya gagal dalam menciptakan suatu proses komunikasi efektif. (Cangara, 2006:20-21)
Unsur-Unsur Komunikasi Unsur-unsur dalam komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dan saling melengkapi satu sama lain dalam sebuah rangkaian sistem yang memungkinkan berlangsungnya suatu aktivitas komunikasi. Aktivitas komunikasi sebagai suatu proses memiliki berbagai defenisi yang beraneka ragam mulai dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Semakin kompleks suatu teori atau defenisi semakin memerlukan unsur-unsur atau elemen komunikasi yang semakin kompleks pula. (Purba, 2006:39).
6
Pesan Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. (Cangara, 2006:23) Encoding-Decoding Sebagai komunikator akan melakukan fungsi encode (encoding) dan pada saat itu disebut encoder sedangkan komunikan melakukan fungsi decode (decoding) yang disebut sebagai decoder. Ketika akan melakukan kegiatan untuk menghasilkan pesan. Pesan bersumber dari gagasan atau ide. Pada saat menerjemahkan gagasan, ide, buah pikiran tersebut ke dalam bentuk kode-kode tertentu sebagai kata-kata tertulis maupun lisan, gambar, gerak-gerik, maupun isyarat yang disengaja dipilih untuk menyampaikan pesan tersebut, maka kita sedang melakukan proses encoding. Tindakan menerima pesan tersebut misalnya membaca, mendengarkan, melihat, mengamati dan selanjutnya memberikan penafsiran atau interpretasi terhadap pesan tersebut. Dalam hal ini berarti komunikan sedang terlibat dalam proses decoding. (Purba, 2006:42) Saluran (channel) Saluran (channel) adalah media yang dipergunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Saluran yang merupakan mata rantai yang harus dilalui pesan untuk sampai kepada tujuan berbeda-beda tergantung jenis proses komunikasi yang berlangsung dan jarang sekali menggunakan hanya satu saluran saja. Dalam komunikasi tatap muka (face to face) proses penyampaian ide, gagasan atau perasaan seseorang dapat menggabungkan pemakaian beberapa saluran yang berbeda-beda secara simultan.
7
Umpan Balik (feedback) Umpan balik memainkan peranan amat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator. Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Umpan balik positif adalah tanggapan atau response atau reaksi komunikan yang menyenangkan komunikator sehingga komunikasi berjalan lancer. Sebaliknya, umpan balik negatif adalah tanggapan komunikan yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya. (Effendy, 2002:14) Efek (effect) Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. (Cangara, 2006:25) Lingkungan (environment) Adalah sebuah situasi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu komunikasi. Situasi Lingkungan terjadi karena adanya 4 faktor : Lingkungan Fisik(Letak Geografis dan Jarak) Lingkungan Sosial Budaya (Adat istiadat, bahasa, budaya, status sosial) Lingkungan Psikologis (Pertimbangan Kejiwaan seseorang ketika menerima pesan) Dimensi Waktu (Musim, Pagi, Siang, dan Malam). (Cangara, 2006:26-27) Proses Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi ada dua tahap yaitu Primer dan Sekunder.
8
METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti (Mulyana, 2001: 201). Pengertian lain studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis (Kriyantono, 2006:66). Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Semua hasil pengamatan di tuangkan dalam pembahasan. Hasil wawancara nanti nya akan dianalisis dan disimpulkan sebagai hasil penelitian. Subjek Penelitian Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasil riset lebih bersifat kontekstual dan kausatik, yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu penelitian dilakukan. Karena itu, pada riset kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut subjek penelitian atau informan, yaitu orang-orang yang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset. Disebut subjek riset –bukan objek- karena informan dianggap mengkonstruksi realitas, bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner (Kriyantono, 2006:161). Pengambilan subjek peneletian atau informan dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan purposive sampling. Secara bahasa, kata purposive berarti sengaja. Jadi, kalau sederhananya, purposive sampling berarti teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil.
9
Subjek penelitiannya adalah karyawan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan yang akan menghadapi masa pra pensiun yang berjumlah 10 orang, kemudian yang dijadikan subjek peneliti sebanyak 4 orang. Proses ini baru berakhir bila peneliti merasa data telah jenuh, artinya peneliti merasa tidak lagi menemukan sesuatu yang baru dari wawancara (Kriyantono, 2006: 158). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Wawancara Peneliti menentukan komunikasi antarpribadi keluarga yang masih karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Mudan Medan. Pelaksanaan pengumpulan data (pendekatan dengan responden) digunakan dengan cara observasi dan wawancara. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2011 sampai dengan Juli 2012. Konteks komunikasi antarpribadi paling penting, memiliki empat dimensi. Pertama, dimensi fisik yaitu lingkungan fisik yang merupakan tempat berlangsungnya komunikasi, seperti ruangan, jalan, kebun, dan sebagainya. Kedua dimensi sosial yang merujuk pada bentuk hubungan status antara peserta yang terlibat dalam komunikasi, khususnya peran apa yang dimainkan seseorang saat ia berkomunikasi dengan orang lain. Konteks ini berkaitan pula dengan norma serta latar belakang budaya diman komunikasi itu sedang berlangsung. Ketiga dimensi psikologis yang meliputi aspek-aspek seperti suasana formal atau nonformal, serius atau santai saat komunikasi berlangsung. Keempat, dimensii waktu yang berkaitan dengan saat dimana Komunikasi tepat untuk dilakukan, misalnya mempertimbangkan kapan saat yang tepat untuk mulai berbicara atau memotong pembicaraan orang lain. Tetapi terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap tingkah laku dan pergaulan terhadap tingkah laku dan pergaulan responden atau keluarga responden tersebut. Setelah cukup lama mengenal dan terjalin keakraban dengan para keluarga responden, peneliti mengutarakan maksud peneliti untuk mewancarai para keluarga responden untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi dan interaksi
10
diantara mereka yang dilakukan dengan kesediaan membuka diri sehingga bisa tercipta sebuah hubungan akrab diantara keluarga dan kemudian membahas yang berkaitan dengan pensiun pada karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Mudan Medan. Responden I Nama : Dian irdayanti Usia
: 54 tahun Masa pensiun sering menimbulkan perasaaan tidak berguna bagi individu
yang akan memasuki masa pensiun baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Mestinya pensiun adalah dambaan semua orang. Karena semakin lama bekerja akan semakin lelah sehingga membutuhkan istirahat. Tetapi pada kenyataannya orang takut bila menghadapi masa pensiun, mereka takut kehilangan masa keberartiannya. Pandangan negatif tentang pensiun menyebabkan individu cenderung menolak datangnya masa pensiun. Penolakan tersebut ditandai dengan adanya perasaan cemas. Pada saat menghadapi masa pensiun ada gejala fisiologis yang sering muncul diantaranya merasa mudah lelah ketika bekerja, jantung berdebardebar, kepala pusing, kadang-kadang mengalami gangguan tidur. Sedangkan gejala psikologisnya yaitu rendah diri, tidak dapat memusatkan perhatian, timbulnya perasaan kecewa sehingga dapat mempengaruhi interaksi dengan orang lain. Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peran atau pengaruh serta bantuan yang diberikan oleh orang yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Dukungan sosial memiliki peranan penting untuk mencegah dari ancaman kesehatan mental. Individu yang memiliki dukungan sosial yang lebih kecil, lebih memungkinkan mengalami konsekuensi psikis yang negatif. Keuntungan individu yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi akan menjadi individu lebih optimis dalam menghadapi kehidupan saat ini maupun masa yang akan datang, lebih terampil dalam memenuhi kebutuhan psikologi dan memiliki sistem yang lebih tinggi, serta tingkat kecemasan yang lebih rendah, mempertinggi interpersonal skill (keterampilan interpersonal),
11
memiliki kemampuan untuk mencapai apa yang diinginkan dan lebih dapat membimbing individu untuk beradaptasi dengan stress. Dukungan sosial sebagai informasi atau nasehat, verbal, nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial didapat melalui kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Gottlieb dalam Smet, 1994, hal 135) sehingga dapat melindungi seseorang atau bahkan sekelompok orang dari perilaku negatif dan stress. Bahwa dukungan sosial juga mengacu pada bantuan emosional, instrumental, dan finansial yang diperoleh dari jaringan sosial seseorang. Pensiunan merupakan seseorang yang (biasanya) karena usia telah berhenti bekerja dari suatu pekerjaan yang biasa dilakukan selama puluhan tahun, seseorang yang tidak lagi melakukan aktivitas produktif secara rutin dan digaji. Perubahan kondisi demikian akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, akan memutuskan jaringan sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang terutama adalah menghilangnya identitas diri seseorang yang sudah melekat begitu lama sebagai seorang karyawan BRI. Pada masa ini seseorang akan mengalami perubahan secara keseluruhan dalam pola kehidupannya. Perubahan pola kehidupan dapat membuat sebagian orang mengalami kecemasan pada saat menghadapi masa pensiun ini, karena masa pensiun sering menimbulkan perasaaan tidak berguna bagi individu yang akan memasuki masa pensiun baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Mestinya pensiun adalah dambaan semua orang. Karena semakin lama bekerja akan semakin lelah sehingga membutuhkan istirahat. Tetapi pada kenyataannya orang takut bila menghadapi masa pensiun, mereka takut kehilangan masa keberartiannya. Pandangan negatif tentang pensiun menyebabkan individu cenderung menolak datangnya masa pensiun. Penolakan tersebut ditandai dengan adanya perasaan cemas. Pada saat menghadapi masa pensiun ada gejala fisiologis yang sering muncul diantaranya merasa mudah lelah ketika bekerja, jantung berdebardebar, kepala pusing, kadang-kadang mengalami gangguan tidur. Sedangkan
12
gejala psikologisnya yaitu rendah diri, tidak dapat memusatkan perhatian, timbulnya perasaan kecewa sehingga dapat mempengaruhi interaksi dengan orang lain. Hasil wawancara dengan responden mengungkapkan bahwa kecemasan yang terjadi muncul karena adanya ketakutan akan ketidaktercukupinya kebutuhan-kebutuhan keluarganya baik untuk kebutuhan sehari-hari ataupun kebutuhan mendadak atau tidak terduga seperti salah satu anggota keluarga sakit ataupun ketika akan menyelenggarakan resepsi pernikahan putra-putrinya. Pada umumnya mereka beranggapan bahwa apabila mereka masih aktif bekerja mereka akan mendapat fasilitas-fasilitas yang dapat meringankan kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan mendadak atau tidak terduga. Selain itu juga ada anggapan akan mendapat bantuan baik moril maupun materil dari rekan-rekan sekantor. Saat masa pensiun mereka merasa cemas sekalipun mendapatkan uang pensiun karena masih ada anggapan bahwa jumlah uang yang diterima kurang memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Individu yang akan memasuki masa pensiun memerlukan dukungan sosial, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku sosial. Dukungan sosial dapat berasal dari teman kerja, keluarga, pasangan hidup dan teman di lingkungan sekitarnya. Dukungan sosial dapat menimbulkan pengaruh positif seperti dapat mengurangi kecemasan dan memelihara kondisi psikologis yang berada dalam tekanan. Dukungan sosial bagi individu yang akan memasuki masa pensiun merupakan hal yang penting, karena individu tersebut merasa dicintai, diperhatikan dan merasa tidak sendirian dalam menghadapi masa pensiun. Kecemasan pada masa pensiun sering muncul pada setiap individu yang sedang menghadapinya karena dalam menghadapi masa pensiun dalam dirinya terjadi goncangan perasaan yang begitu berat karena individu harus meninggalkan pekerjaannya.
Kesimpulan Kasus Responden awalnya mengalami ketakutan dan kecemasan membayangkan bagaimana akan memasuki masa pensiun. Perasaan takut dan kecemasan itu bisa
13
hilang karena responden berusaha membentuk dan membina hubungan baik dengan komunikasi dengan keluarga. Pengungkapan diri yang ia lakukan dimulai terciptanya hubungan antar pribadi keluarga yang baik antara dirinya dengan teman rekan kerja yang lain. Pengungkapan diri pun ia lakukan kepada orang yang juga merespon baik terhadapnya. Jika orang itu tidak melakukan asebaliknya maka untuk kemudian ia tidak akan melakukan pengungkapan diri yang lebih dalam lagi. Tetapi bila hubungan keluarga hanya sebatas pada komunikasi antarpribadi yang bersifat dangkal, artinya hanya sebatas basa-basi saja maka ia tidak akan bisa melakukan pengungkapan diri yang lebih jauh pada orang tersebut. Pembahasan Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling efektif mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Komunikasi antarpribadi bersifat dialogis. Artinya arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya. Sepanjang kehidupan manusia lahir sampai menjelang kematian sering kali akan menghadapi kecemasan, ini merupakan hal yang wajar. Orang yang tidak mempunyai rasa cemas akan digolongkan abnormal, sebab tidak memiliki atau kehilangan rasa yang telah dianugerahkan Allah. Namun, apabila individu tidak bisa mengatur rasa cemasnya ini akan berubah menjadi stress yang berkepanjangan dan akan membahayakan jiwa serta menghambat kesuksesan. Pensiun merupakan hal yang tidak bisa dielakkan bagi para karyawan bank negeri yang berstatus tinggi atau rendah. Tibanya masa pensiun, berarti berakhirnya karier dibidang pekerjaan yang membawa perubahan dalam hidup individu. Individu yang menghadapi pensiun dituntut untuk berperilaku dengan cara-cara baru sehingga banyak hal yang harus dipelajari kembali. Hal ini tidak mudah karena situasi baru sering terasa asing bagi individu. kecemasan pada
14
orang yang menghadapi pensiun merupakan keprihatinan atau kekhawatiran pada sesuatu yang tidak pasti dan tidak dapat diprediksi sebagai akibat datangnya masa pensiun. Respon kecemasan tersebut digambarkan sebagai suatu perasaan terancam yang disertai oleh keadaan emosi yang terganggu dan pada akhirnya akan mempengaruhi penyesuaian dirinya. Respon kecemasan pada individu yang akan pensiun berbeda-beda antara satu orang dan lainnya, tetapi bisa dikatakan tidak jauh berbeda dengan reaksi kecemasan pada umumnya. Pensiun berarti kehilangan aktivitas rutin yang selama ini dikerjakan. Mempunyai aktivitas yang disenangi dan dapat memberikan kepuasan selain pekerjaan pokok dapat membantu untuk mengadakan penyesuaian sehubungan dengan kehilangan pekerjaan. Kecemasan menghadapi pensiun adalah suatu gejala atau reaksi psikologis dan fisiologis yang bersifat subjektif dan tidak menyenangkan yang terjadi pada individu yang sedang menghadapi masa pensiun berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi pensiun, antara lain menurunnya pendapatan, hilangnya status, berkurangnya interaksi sosial dengan teman kerja, datangnya masa tua dan tidak adanya pekerjaan sampingan. Perencanaan yang dibuat sebelum pensiun termasuk pola atau gaya hidup yang dilakukan akan memberikan kepuasan dan rasa percaya diri pada individu yang bersangkutan. Bagaimanapun juga, perencanaan untuk masa pensiun bukanlah sesuatu yang berlebihan karena banyak aspek kehidupan yang harus disiapkan dan dipertahankan. Selain itu, memelihara kesehatan dan menjalani kehidupan standar sejak sebelum pensiun juga mempunyai pengaruh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi pensiun adalah: a. Menurunnya pendapatan atau penghasilan, termasuk didalamnya adalah gaji, tunjangan fasilitas dan masih adanya anak-anak yang belum mandiri yang membutuhkan biaya atau masih adanya tanggungan keluarga. b. Hilangnya status, baik status jabatan seperti pangkat dan golongan maupun status
sosialnya,
termasuk
didalamnya
adalah
hilangnya
wewenang
penghormatan orang lain atas kemampuannya dan pandangan masyarakat atas kesuksesannya.
15
c. Berkurangnya interaksi sosial dengan teman kerja. Kerja memberikan kesempatan
untuk
bertemu
orang-orang
baru
dan
mengembangkan
persahabatan, namun dengan tibanya masa pensiun hal ini kurang bisa dilakukan karena kondisi fisik dan ekonomi yang tidak memungkinkan sehingga tidak berhubungan seperti dulu. d. Datangnya masa tua, yaitu terutama menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan. Penyebab menurunnya kekuatan fisik yaitu suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tetapi karena proses menua yang mempengaruhi turunnya kekuatan dan tenaga. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang peran komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : 1.
Terdapat peran komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh keluarga dalam menghadapi masa pensiun. Walaupun dalam hal ini komunikasi didalam keluarga tidak terjalin terlalu baik mengenai pensiun namun pihak keluarga terlihat cukup merespon setiap keluhan dan kekhawatiran yang dialami oleh subjek peneliti ketika sedang berkumpul bersama keluarga. Hal ini terlihat bahwa subjek peneliti memiliki kepercayaan diri yang baik dalam menyelesaikan pekerjaan, mempunyai keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan prestasi, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri walaupun menjelang pensiun. Karena subjek peneliti memiliki kepercayaan diri yang baik ia akan terhindar dari kecemasan dalam berkomunikasi dengan keluarga.
2.
Dalam komunikasi antarpribadi dengan keluarga, subjek peneliti harus membiasakan diri untuk lebih terbuka dalam
berkomunikasi terutama
mengenai masa pensiun. Selain lebih terbuka, pihak keluarga juga harus bisa turut merasakan apa yang dialami oleh subjek peneliti yang disebut dengan berempati. Memberikan dukungan dengan cara selalu memberikan semangat dan respon yang baik terhadap apa yang diceritakan subjek peneliti, akan
16
membuat ia merasa tidak terlalu khawatir ataupun cemas yang berlebihan menjelang pensiun. Hal ini akan menimbulkan perasaan positif pada diri subjek peneliti sehingga ia akan terus berusaha untuk bersifat terbuka dan melakukan pengungkapan diri terhadap keluarga. Dalam berkomunikasi pun, keluarga harus menciptakan kesamaan dengan jangan terlalu membuat jarak yang berarti sehingga subjek peneliti merasa seorang diri dalam menghadapi pensiun. 3.
Faktor-faktor pendorong kecemasan dalam menghadapi pensiun antara lain kehilangan pekerjaan, kehilangan aktifitas rutin yang selama ini dikerjakan. Dan kemudian disertai dengan menurunnya pendapatan, hilangnya status sosial, berkurangnya interaksi dengan teman kerja, datangnya masa tua dan tidak ada nya pekerjaan sampingan yang merupakan faktor paling kuat yang membuat subjek peneliti merasa cemas dalam menghadapi pensiun.
Saran 1.
Komunikasi antar pribadi mempunyai berbagai macam manfaat. Melalui komunikasi antar pribadi kita bisa mengenal diri sendiri dan orang lain. Melalui komunikasi antar pribadi kita bisa mengetahui dunia luar. Melalui komunikasi antarpribadi kita bisa menjalin hubungan yang lebih bermakna. Melalui komunikasi antarpribadi kita bisa melepaskan ketegangan. Melalui komunikasi antarpribadi kita bisa mengubah niali nilai dan sikap seseorang. Melalui komunikasi antarpribadi seseorang bisa memperoleh hiburan dan menghibur orang lain, dan sebagainya. Singkatnya komunikasi antarpribadi mempunyai berbagai macam kegunaan.
2.
Hadapi pensiun dengan rileks, karena ketegangan dan kecemasan tidak akan menjadikan segalanya menjadi lebih baik. Hasil penelitian ini dapat membantu untuk menghindari kecemasan menghadapi pensiun. Pegawai negeri sipil yang akan pensiun sebaiknya membuat perencanaan dan persiapan sebelum pensiun, sebagai contoh dengan memikirkan bisnis atau usaha baru, atau mulai memikirkan untuk menekuni pekerjaan baru yang lebih cocok dengan usia anda disertai optimisme bahwa hidup anda akan menjadi jauh lebih baik lagi dari sebelumnya; jangan membiarkan diri anda
17
menganggur dan melamun karena akan membangkitkan emosi dan pikiran negatif; lakukanlah kegiatan sosial yang menarik; hilangkan kesepian dan libatkan diri pada orang-orang terdekat; kurangi atau hilangkan kebiasaan buruk 3.
Menjelang masa pensiun tiba hendaknya instansi terkait memberikan pelatihan-pelatihan wirausaha yang dapat dimanfaatkan setelah pensiun pada pegawai yang hendak pensiun.
4.
Bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian ini lebih lanjut kiranya dapat melakukan pengembangan-pengembangan, antara lain mengganti metode penelitian dan teknik analisis data, sehingga diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Buku Arikunto, Suharimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Bungin, Burhan. 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Press Conel. dkk. 1994. Impact of Social Support, Social Cognitif Variabels and Perceived Threat On Depression Among Adult with Diabetes. Journal of Health Psychology vol.13 Effendi, Onong Uchana. 2002. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Flippo, E.B. 1994. Manajemen Personalia. Jakarta: Erlangga Gunarsa D. dan Y. Singgih D. Gunarsa. 2004. Psikologis Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia Hall, C.S. 1995. Freud: Seks, Obsesi, Trauma dan Katarsis. Alih Bahasa: Landung R. Simatupang. Jakarta: Delapratasa Hurlock, E.B. 1996. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Terjemahan Soedjarwo & Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga
18
Jim Taylor & Shel Taylor, Psychological Approaches to Sports Injury Rehabilitation, 1997, An Aspen Publication Kartono, Kartini. 2002. Patologi Sosial 3: Gangguan Gangguan Kejiwaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Kritner, R. dan Kinichi, A, Organizational Behavior, 2nd edition, 1992, Richard Irwin Inc. Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. PT Citra Aditya Bakti: Bandung Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. 2005. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Narwoko, J. Dwi. 2007. Sosiologi:Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press Oktavia, L. Hubungan Antara Dukungan Sosial yang diterima secara nyata dengan ada atau tidaknya gangguan depresi. Jurnal Psikologi Indonesia vol.8 Purba, Amir Dkk. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan: USU Press Robert Priest. 1992. Bagaimana mengatasi dan mencegas stres dan Depresi. Semarang: Prize Prahara Robert Priest, Anxiety and Depression, 1987, Martin Dunitz Ltd Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Dengan Contoh Analistik Statistik. Bandung: Rosdakarya Rogers E. M dan F.F Shoemaker, Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach, 1971, The Free Press
19
Safaria, Triantoro dan Nofrans Eka S. 2009. Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta: PT. Bumi Aksara Shinta, E. Perilaku coping dan dukungan sosial pada pemuda pengangguran. Studi Deskriptif Terhadap Pemuda Pengangguran di Perkotaan. Jurnal Indonesia no.1 Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: PT. Pustaka LP3S Indonesia Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Soehartono, Irawan. 2006. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana. Umar, Husein. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Widjajanto, Joannes. 2009. PHK dan Pensiun Dini. Jakarta: Penebar Swadaya Sumber Lain mki.idionline.org, di akses pada tanggal 14 Februari 2011pukul 15.30 WIB psikologi_unissula.com diakses pada tanggal 25 April 2011 pukul 08.46 WIB www.scribd.com/doc/91602808/Teori-Self-Disclosure-Johari-Windows pada tanggal 25 Agustus 2012 pukul 14.00 WIB
diakses
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=85867, diakses pada tanggal 27 Agustus 2012 pukul 07:43 WIB http://www.atmajaya.ac.id/content.asp?f=7&katsus=16&id=532, 28 Agustus 2012 pukul 10:23 WIB.
20