Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
DUKUNGAN TEKNOLOGI MEKANISASI PADA PENGOLAHAN SUSU UNTUK SKALA USAHA KECIL MENENGAH
(Mechanization Technology in Dairy Processing in Small and Medium Scale Enterprises) Suparlan, A. Nurhasanah dan U. Budiharti Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong Situgadung Legok, Tangerang Tromol Pas 2 Serpong 15310
[email protected]
ABSTRACT The processing of milk in Indonesia is only performed by the dairy processing industry (IPS) large scale. This is because milk sterilization equipment in the market generally is imported at a relatively expensive. So that the processing of milk has not been much developed and the necessary support development of milk processing equipment and machines that fit your needs at the level of groups of farmers, dairy cooperatives or small scale enterprises. Therefore Indonesian Center for Agricultural Engineering Research and Development, Serpong in recent years has been to engineer and develop the tools and machinery to support the dairy processing appropriate to be applied at the level of dairy farmers or dairy cooperative in the small and medium scale enterprises. Machine tools that have been developed include the milking machine which is compatible with 50 liter milk cooling unit that can function properly and may suppress bacterial contamination is greater than 50% and reduce yield loss of 10%; Milk cooling equipment (Chiller) which can be used to temperature of 6°C in order to suppress the growth of bacteria in milk; Pasteurized milk tool which can be used at a temperature of 70°C for 20 - 30 minutes can reduce the bacterial content to achieve < 10 CFU/ml, and The sterilizer dairy continuous type, which uses cooking oil as a heating medium and single tube heat exchanger unit to sterilizing milk with quality that meets standards. Key words: Mechanisation, milk, small scale, chiler
99
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
ABSTRAK Proses pengolahan susu di Indonesia hanya dilakukan oleh i ndustri pengolahan susu (IPS) skala besar. Hal tersebut disebabkan karena peralatan sterilisasi susu yang ada dipasaran umumnya masih diimpor dengan harga yang relatif mahal. Sehingga proses pengolahan susu belum banyak berkembang dan diperlukan dukungan pengembangan alat dan mesin pengolahan susu yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan di tingkat kelompok peternak, koperasi susu atau IPS skala kecil. Oleh karena itu Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong dalam beberapa tahun terakhir telah merekayasa dan mengembangkan alat dan mesin untuk mendukung pengolahan susu yang sesuai untuk diterapkan di tingkat peternak sapi perah atau koperasi susu pada skala usaha kecil menengah. Alat mesin yang sudah dikembangkan diantaranya adalah mesin pemerah susu yang kompatibel dengan unit pendingin susu 50 liter yang dapat berfungsi dengan baik dan dapat menekan cemaran bakteri l ebih besar dari 50% serta menekan kehilangan hasil 10%; Alat pendingin susu (Chiller) yang dapat digunakan pada suhu 6°C agar menekan pertumbuhan bakteri di dalam susu; Alat pasteurisasi susu yang digunakan pada suhu 70°C selama 20 - 30 menit dapat menurunkan kandungan bakteri sampai mencapai < 10 CFU/ml; serta alat sterilisasi susu tipe kontinyu, yang menggunakan minyak goreng sebagai media pemanas dan unit penukar panas pipa tunggal (single tube heat exchanger) untuk mensterilisasikan susu dengan mutu yang memenuhi SNI. Kata kunci: Mekanisasi, susu, skala usaha kecil, pendingin PENDAHULUAN Susu merupakan sumber nutrisi utama seperti protein,
l emak, dan laktosa yang berguna bagi tubuh manusia. Kadar protein
susu segar mencapai 3,5% dengan kandungan
l emak 3,0 - 3,8% bahkan ada yang mencapai 5%. Karena kandungan nutrisinya yang tinggi maka susu segar menjadi
salah
satu
medium yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme, sehingga setelah diperah akan mudah 100
Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
mengalami kerusakan apabila proses pengolahannya tidak dilakukan secara benar.
Meskipun cemaran bakteri pada susu tidak dapat
dihindari, namun kita dapat menekan tingkat cemaran bakterinya sampai pada batas aman untuk dikonsumsi.
Standar cemaran bakteri pada susu yang diolah secara baik dan benar dengan mempergunakan teknologi canggih pada
saat ini adalah kurang dari 100.000 CFU/ml (standar susu Uni Eropa). Sedang tingkat cemaran bakteri pada susu yang diproduksi
di
I ndonesia
adalah 10
6
CFU/mI (standar
penerimaan susu di IPS), dengan catatan dibawah 10 6 CFU/mI akan diberi bonus sedang diatas angka tersebut
akan kena pinalti yang besarannya sesuai dengan tingkat pencemaran.
Cemaran bakteri pada susu dapat tejadi mulai dari
proses pemerahan, pengangkutan atau transportasi, dan penyimpanan.
Proses pemerahan merupakan penyebab
cemaran terbesar yang tak terhindarkan, karena proses
pemerahan di tingkat peternak masih dilakukan secara manual
dengan kondisi kandang selama pemerahan
berlangsung kurang terjaga kebersihannya. Cemaran juga dapat disebabkan selama proses pengangkutan. Hal ini
terjadi jika alat transportasi yaitu " milk can" yang digunakan
kurang bersih dan selama pengangkutan terjadi peningkatan suhu susu sampai batas suhu optimum bagi perkembangan bakteri (31'C). Keadaan ini akan terus berlangsung kecuali
10 1
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
suhu susu dapat diturunkan dan dijaga pada suhu aman (<
SC).
Suhu rendah hanya dapat dicapai dengan
menggunakan alat penyimpanan suhu rendah yang disebut cooling unit.
Penyimpanan susu pada cooling unit sebenarnya tidak
100% aman, hal tersebut disebabkan oleh susu yang
disimpan berasal dari beberapa peternak yang dikumpulkan pada satu bak penyimpanan yang mengakibatkan terjadi
saling mencemari antara susu dari peternak satu dengan yang lain. Hal ini sangat merugikan bagi peternak yang
menghasilkan susu dengan kandungan bakteri rendah,
mengingat harga jual susu sangat ditentukan oleh tingkat kandungan cemaran bakteri.
Untuk mempertahankan kualitas dan masa simpan, susu
segar harus diberi perlakuan panas yang berfungsi untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme yang
dapat menyebabkan kerusakan susu. Pada daerah iklim tropis, susu setelah diperah tidak dapat disimpan selama
l ebih dari 3 jam pada suhu kamar ( GEDAM et al., 2007). Oleh karena itu, setelah diperah susu harus segera didinginkan atau
diberi
perlakuan
panas
agar
kualitasnya
tidak
mengalami penurunan. Namun, karena keterbatasan alat prosesing
susu
di
tingkat
kelompok peternak (mesin
pendingin) mengakibatkan tingginya tingkat kerusakan susu
yaitu mencapai 30% dari total produksi susu di Indonesia.
Karena kualitas susu yang dihasilkan peternak rendah, maka 102
Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
mengakibatkan harga jual susu juga rendah. Harga jual susu
di tingkat peternak sapi perah berkisar antara Rp. 3100 Rp. 3700 per liter.
Untuk meningkatkan harga jual susu dan mengurangi
tingkat kerusakan susu di tingkat peternak atau kelompok peternak sapi perah, maka perlu dilakukan perbaikan dalam prosesing susu mulai dari tahap pemerahan, pengangkutan,
penyimpanan pada suhu dingin, dan perlakuan panas. Perlakuan panas merupakan tahap pengolahan susu yang
berfungsi untuk mematikan mikroorganisme patogen dan mengurangi jumlah bakteri yang menyebabkan kerusakan
susu segar. Perlakuan panas dapat dilakukan dengan cara pasteurisasi atau sterilisasi.
Pasteurisasi susu dilakukan
pada suhu 63 - 72'C selama 15 detik sampai 30 menit. Susu
hasil pasteurisasi harus disimpan pada suhu rendah (5 6'C) dan memiliki umur simpan hanya 14 hari. Mesin pasteurisasi susu umumnya hanya dimiliki oleh Industri
Pengolahan Susu (IPS) dan merupakan produk import
dengan kapasitas prosesing diatas 3 ton susu/jam, dengan harga
yang
sangat
mahal
sehingga
belum
banyak
berkembang di tingkat kelompok peternak atau koperasi susu.
Salah satu alternatif perlakuan panas pada susu segar
yang sesuai dengan kondisi di Indonesia yang beriklim tropis
adalah dengan cara sterilisasi pada suhu tinggi ( Ultra High Temperature) yaitu pemanasan susu pada suhu 121 10 3
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
149°C dan dalam waktu singkat (0,5 - 8 detik) (ASTAWAN,
2005; ADAMS dan Brawley, 1981). BROWNING et al. (2001) melaporkan bahwa Ultra High Temperature (UHT) susu
pada suhu 135°C selama 10 detik memberikan hasil paling
optimal. Sterilisasi susu dan produk susu cair lainnya dapat
memberikan suatu keuntungan dibandingkan dengan proses pasturisasi terutama penghematan energi yang dihasilkan dari
penghapusan
kebutuhan
alat
pendingin
untuk
penyimpanan susu. Susu hasil sterilisasi dikemas dalam kemasan yang cukup steril dan dapat disimpan pada suhu
kamar atau kondisi tidak berpendingin dalam waktu 2 - 3
bulan (SAHOO et al., 2002; TRANS et al., 2008). Sehingga pengolahan susu UHT nampak menjadi metode terbaik
karena cocok dengan kondisi di Indonesia yang terkait
dengan kondisi iklim tropis dan keterbatasan fasilitas alat pendingin untuk penyimpanan susu di beberapa daerah
sentra produksi susu.
Namun demikian proses pengolahan susu sterilisasi di
I ndonesia hanya dilakukan oleh industri pengolahan susu
(IPS) skala besar seperti Ultra Jaya dan Indo Milk. Hal tersebut disebabkan karena peralatan sterilisasi susu yang
ada dipasaran umumnya masih diimpor dengan harga yang
relatif mahal. Di samping itu media panas yang digunakan untuk proses sterilisasi adalah menggunakan uap panas (steam) yang dihasilkan oleh boiler, dengan menggunakan sistem penukar panas tipe pipa atau pelat. Sehingga proses 104
Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
pengolahan susu sterilisasi belum banyak berkembang di tingkat kelompok peternak, koperasi susu atau IPS skala kecil.
Untuk meningkatkan kualitas susu, harga jual dan nilai
tambah di tingkat kelompok peternak atau koperasi susu
maka perlu dukungan pengembangan alat dan mesin pengolahan susu yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan kelompok peternak atau koperasi susu. Oleh karena itu, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong
dalam beberapa tahun terakhir telah merekayasa dan mengembangkan alat dan
mesin
untuk
mendukung
pengolahan susu yang sesuai untuk diterapkan di tingkat peternak sapi perah atau koperasi susu pada skala usaha kecil menengah.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MEKANISASI PENGOLAHAN SUSU Pengembangan alat dan mesin pengolahan susu telah
dilakukan oleh BBP Mekanisasi Pertanian Serpong, Badan Litbang Pertanian,
Kementan sejak tahun 2007 sampai
dengan 2010. Alat mesin yang sudah dikembangkan
diantaranya adalah mesin pemerah susu yang kompatibel
dengan unit pendingin susu, alat pendinginan susu (chiller),
alat pasteurisasi susu, serta unit alat sterilisasi susu. Hasil rekayasa dan pengembangan alat mesin pengolahan susu secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
10 5
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Alat pemerah susu kompatibel dengan cooling unit Unit alat pemerah susu kompatibel dengan cooling unit
telah direkayasa dengan kapasitas unit pendingin sebesar 50 liter. Unit alat ini dapat digunakan untuk pemerahan susu di tingkat peternak sapi perah sistem komunal. Unit alat
pemerah susu terdiri dari double bucket, pompa vakum, pulsator
dan rangkaian selang pemerah susu yang
digerakkan oleh generator dengan bahan bakar bensin serta unit pendingin yang berfungsi untuk mendinginkan susu hasil
pemerahan. Cooling unit terdiri dari bak pendingin, koil pendingin, katup ekspansi dan kondensor. Prototipe unit alat pemerah susu kompatibel dengan ditunjukkan dalam Gambar 1.
cooling unit seperti
Unit alat pemerah susu kompatibel dengan cooling unit
memiliki dimensi keseluruhan, panjang 2000 mm, lebar 1400
mm, dan tinggi 1500 mm. Sedangkan dimensi bagian alat pemerah susu memiliki panjang 1200 mm, lebar 750 mm,
dan tinggi 1100 mm. Tenaga penggerak berupa satu unit generator berkapasitas2800 bensin.
Watt dengan bahan bakar
Sumber tenaga tersebut dan unit alat pemerah
susu 750 Watt. Kapasitas alat pemerah susu sebesar 2,9 liter/menit, dengan efisiensi pemerahan susu sebesar 95%.
Kapasitas tangki pendingin sebesar 50 liter susu. Suhu air
pendingin 2'C, dengan laju penurunan suhu susu di dalam
pendingin mencapai 15 C/jam. Efisiensi pendinginan sebesar 17,5% dan konsumsi bahan bakar sebesar 1 liter/jam. 106
Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
Gambar 1.Prototipe unit alat pemerah susu kompatibel dengan cooling unit digunakan untuk mensuplai unit pendingin sebesar 750 Watt Proses
pemerahan susu dapat dilakukan secara
bersamaan untuk 2 ekor sapi dengan waktu pemerahan 5 -
7 menit untuk setiap dua ekor sapi dengan potensi susu 5 7 liter per ekor. Sedangkan untuk sapi dengan potensi susu 10 liter per ekor memerlukan waktu 9 - 10 menit untuk 2 ekor
sapi. Proses pemerahan sapi dengan menggunakan alat
pemerah secara keseluruhan lebih efisien dibandingkan dengan pemerahan secara tradisional.
Hasil pengujian terhadap kinerja alat pemerah susu
menunjukkan bahwa kapasitas pemerahan susu lebih besar
3,7 kali dibandingkan dengan pemerahan manual. Kapasitas pemerahan susu dengan alat pemerah mencapai 2,9
liter/menit sedangkan pemerahan secara manual adalah 0,77 liter/menit. Hasil pengujian terhadap kualitas susu
menunjukkan bahwa penggunaan alat pemerah susu
kompatibel dengan cooling unit kapasitas 50 liter dapat menurunkan
cemaran
bakteri
l ebih
dari
50% serta
10 7
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
kehilangan hasil 10%. Hasil pengujian kinerja alat pemerah
susu dan pengujian kualitas susu hasil perahan disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Kinerja alat pemerah susu Perlakuan pemerahan Manual Otomatis Otomatis dan pendingin
Kapasitas (1/ menit) 0,77 2,9 2,9
Susu (°C) 38 38 8
Protein ( %)
Lemak ( %)
2,99 3,08 3,08
4,13 3,54 4,47
SNF ( %) 8,36 8,53 8,75
Tabel 2. Hasil analisa kualitas susu hasil perahan Perlakuan pemerahan Manual
Mesin pemerah
Mesin pemerah dan pendingin
Kadar abu ( %)
TPC (CFU/ml)
E. Coli (APM/ml)
0,48
6,5 x 10 4
<3
0,75
0,64
7,3 x 104 1,6 x 10
4
<3 <3
Berdasarkan Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa jumlah
bakteri
(TPC) dalam susu dengan ketiga perlakuan
memberikan hasil yang cukup signifikan, akan tetapi untuk
kandungan bakteri E. Coli, memberikan hasil yang sama pada ketiga perlakuan, yaitu masing- masing sebesar < 3
APM/m!. Jumlah bakteri (TPC) pada pemerahan secara
manual mempunyai nilai yang tertinggi yaitu sebesar 7,3 x 10 4 CFU/ml, sedangkan pada pemerahan menggunakan alat pemerah saja sebesar 6,5 x 104 108
CFU/ml, dan pada
Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
menggunakan sistim bank ice, sehingga susu yang telah
dipasturisasi dapat dipertahankan kualitasnya di dalam ruang pendingin.
Cooler tank
Heat exchanger
Feed d !ct Milk t ank Feed Pimp
Gambar 2. Alat pasterurisasi susu Alat pendingin susu ( Milk Chiller) Rekayasa dan pengembangan chiller susu didasarkan
adanya kebutuhan akan chiller susu di tingkat peternak,
yang disebabkan oleh sistim pengembangan peternak sapi perah di Indonesia, yang mengakibatkan tingkat kerusakan
susu sangat tinggi. Dari penelitian ini telah dihasilkan chiller
susu (kapasitas 50 liter/jam). Pada pengujian yang dilakukan menunjukkan
mesin
pendingin
susu (chiller)
dengan
kapasitas 50 liter susu mampu menurunkan suhu susu dari 23,8'C menjadi 6'C dalam waktu 25 menit dengan laju
° penurunan suhu 0,712 C/menit dengan efisiensi sistem ice
bank sebesar 21%. Mekanisme kerja alat adalah sebagai 11 1
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
berikut,
pertama pedinginan air pada sistem
ice bank
mencapai suhu 2 C, setelah itu susu masuk ke sistem *
penyaluran untuk didinginkan pada "ice
bank chamber",
dengan mekanisme pindah panas pada penukar kalor, maka suhu susu akan turun mendekati temperatur pada Agitator atau pengaduk digunakan pada
ice bank.
"ice bank chamber"
untuk mempercepat pindah panas serta meratakan suhu air di dalam "ice bank". Kapasitas mesin ini adalah 50 liter/jam, sistem penukar kalornya adalah tipe sirip dengan sistem pendingin air dan kebutuhan listrik 1 HP atau 0,75 KW.
Gambar 3. Skema Lay Out Chiller Susu
Condensing unit
11 2
Penampung susu
Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
Penukar kalor
Evaporating unit
I ce bank chamber
Agitator
Gambar 4. Komponen utama chiller susu
Tabel 3. Dimensi chiller susu Uraian
Panjang
Unit keseluruhan
Dimensi (mm)
3300
Unit penukar kalor
Unit penampung susu
2022 900
Lebar
Tinggi
740
680
740
490
755 755
Unit alat sterilisasi susu tipe kontinyu Prototipe unit alat sterilisasi susu tipe kontinyu hasil
rekayasa BBP Mektan pada tahun 2009 seperti terlihat pada Gambar 5. Unit sterilisasi susu dirancang untuk dapat bekerja
secara
kontinyu
atau terus
menerus dengan
menggunakan media pemanas dari minyak goreng. Adapun sumber pemanas utamanya adalah menggunakan kompor gas LPG. Kapasitas alat unit sterilisasi tipe kontinyu
dirancang sebesar 100 liter per jam yang disesuaikan
dengan kebutuhan di tingkat koperasi susu atau kelompok peternak. Secara garis besar prototipe alat sterilisasi susu
terdiri dari 10 komponen utama yaitu: a) tabung susu segar; b) unit kotak penukar panas; c) unit pendingin; d) tabung
penampung susu hasil sterilisasi; e) kerangka utama; f) unit
11 3
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
pemanas utama; g) unit kotak pengontrol (panel box); h) tabung penampung air; i) pompa susu dan j) pompa air.
Tabung penampung susu berfungsi sebagai penampung
susu yang akan disterilisasi dan terbuat dari bahan plat stainless steel tipe 316, tebal 1,2 mm, dengan ukuran tinggi
0,75 m dan diameter 0,5 m, dengan volume tabung 0,137 m3.
Bagian
bawah tabung dibuat mengerucut untuk
pengeluaran.
Di bagian atas tabung dilengkapi dengan
mempermudah proses pengaliran susu ke dalarn pipa bukaan untuk menuangkan susu ke dalam tabung dan bagian bawah dilengkapi dengan pipa pengeluaran dan stop kran yang berfungsi untuk mengontrol debit aliran susu.
Unit kotak penukar panas berfungsi sebagai pemanas
dalam proses sterilisasi susu. Bagian ini berbentuk kotak
empat persegi panjang, dengan panjang 113 cm, lebar 38 cm, tinggi 49 cm. Pada bagian dalam kotak penukar panas
terdapat 2 jenis pipa penukar panas, yaitu pipa aliran susu dan pipa aliran udara panas. Pipa aliran susu terbuat dari pipa stainless steel
berdiameter 1,9 cm dan disusun
sedemikian rupa sehingga membentuk U bertingkat, yang
terdiri dari 7 batang pipa dengan panjang masing-masing 110 cm sehingga total panjangnya 770 cm. Sedangkan pipa aliran udara panas berdimaeter 7,5 cm dengan total panjang pipa
sebesar 550 cm dan dilengkapai dengan pipa
pembuangan sisa panas (cerobong asap). Panas dari
kompor pemanas dialirkan melalui pipa pemanas. Panas 11 4
Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
dari pipa pemanas digunakan untuk memanaskan minyak goreng. Selanjutnya panas dari minyak digunakan untuk memanaskan pipa aliran susu. Sumber pemanas utama
adalah kompor gas bertekanan tinggi dengan konsumsi gas sekitar 1,3 kg/jam. Pada bagian ini dilengkapi dengan kontrol
suhu
C
(thermocontroller)
pemanas.
O C 0 G
untuk
Keterangan: 1. Tabung penampung susu segar 2. Unit kotak penukar panas 3. Unit pendingin 4. Tabung penampung susu UHT 5. Kerangka utama
mengontrol suhu
media
6. Unit pemanas utama 7. Unit kontrol panel (Box panel) 8. Tabung penampung air 9. Pompa susu segar 10. Pompa air
Gambar 5. Prototipe unit mesin sterilisasi susu tipe kontinyu Unit
pendingin
berfungsi untuk mendinginkan susu
setelah proses sterilisasi selesai. Susu yang keluar dari pipa penukar
panas kemudian dilewatkan ke dalam pipa
pendingin agar suhu susu turun sampai sekitar 65'C. Sistem
11 5
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
pendingin menggunakan pipa ganda (double tube) dengan media pendingin air. Pipa pendingin berdiameter 7,5 cm
dengan panjang 248 cm dan bagian tengahnya terdapat pipa
saluran susu berdiameter 1,9 cm sepanjang 248 cm. Pada bagian pipa pendingin dilengkapi dengan pipa pemasukan dan pengeluaran air yang berfungsi untuk mengalirkan air ke dalam pipa secara kontinyu.
Tabung penampung susu hasil sterilisasi terbuat dari
bahan stainless steel tipe 316, dengan tebal plat 1,2 mm.
Ukuran tabung berdiameter 35 cm dan tinggi 50 cm, dapat menampung susu sebanyak 35 liter, sehingga mudah untuk dipindah-pindahkan. Tabung penampung susu berjumlah 2 unit.
Kerangka utama berfungsi untuk menopang komponen-
komponen mesin sterilisasi seperti tabung susu dan unit
kotak penukar panas. Kerangka utama terbuat dari besi siku dan besi stall ukuran 40 x 40 mm, dan dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk menopang komponenkomponen utama alat sterilisasi. Di samping itu pada bagian
tabung penampung susu segar dilengkapi dengan tangga
yang berfungsi untuk memasukkan susu segar yang akan disterilisasi ke dalam tabung pengumpan.
Pompa susu tipe sentrifugal berfungsi untuk mengalirkan
dan mendorong susu dari tabung susu ke dalam pipa penukar panas. Pompa ini terbuat clan bahan stainless steel,
dengan kapasitas pemompaan maksimal 40 liter/menit dan 11 6
Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
pemerahan menggunakan alat pemerah yang kompatibel
dengan cooling unit sebesar 1,6 x 10 4 CFU/ml. Jumlah TPC pada pemerahan manual adalah 4,6 (empat koma enam)
kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan pemerahan
dengan alsin yang kompatibel dengan cooling unit. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja alsin pemerah yang kompatibel
dengan cooling unit dapat memberikan nilai tambah kepada
peternak, karena dengan semakin rendahnya nilai TPC maka akan meningkatkan harga jual susu.
Namun demikian dalam penerapan dan ujicoba alat
pemerahan susu secara mekanis di tingkat peternak masih
menghadapi kendala terkait dengan beberapa faktor antara
l ain adaptasi operator dengan alat pemerah susu, standar operasional alat, dan adaptasi hewan ternak yang diperah.
Terkait dengan adaptasi operator dengan alat pemerah susu dan standar operasional alat perlu dilakukan pelatihan agar
operator dapat terampil dalam pengoperasian alat sehingga penggunaan
alat
l ebih
efisien.
Pemerahan
dengan
menggunakan alat pemerah berpengaruh terhadap volume
susu sapi yang dihasilkan, terutama pada masa adaptasi.
Pada tahap adaptasi, sapi cenderung mengalami stress
yang dapat mengakibatkan susu sapi agak susah keluar sehingga untuk melakukan pemerahan perlu dilakukan
pengikatan kaki sapi. Oleh karena itu, adaptasi mesin
terhadap sapi perlu dilakukan terus menerus sehingga
pemerahan sapi dilakukan dalam kondisi sapi tidak tertekan, 10 9
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
tidak stres dan tanpa diikat kakinya sehingga air susu sapi dapat keluar dengan lancar. Alat pasteurisasi susu
Salah satu cara untuk mempertahankan kualitas susu
adalah dengan proses pasturisasi, pada proses ini bakteri
yang telah ada pads saat proses pemerahan daps` ditekan menjadi < 10 CFU, dan dengan sistim kemas yang baik dan
penyimpanan pada suhu rendah susu dapat dipertahankan kesegarannya
selama
16
hari.
Penelitian
Teknologi
Mekanisasi Pasturisasi Susu dirancang untuk memenuhi kebutuhan peternak sapi perah akan alat dan mesin pasturisasi, tambah
yang diharapkan dapat meningkatkan nilai
penjualan
susu
serta
mengantisipasi
akan
melimpahnya produk susu yang tidak tertangani, akibat
menurunnya pembelian susu oleh Industri Pengolahan Susu. Kapasitas alat yang dihasilkan BBP Mekanisasi Pertanian
tahun 2006 adalah 50 liter per jam. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 70°C selama 20 - 30 menit.
Alat pasturisasi terbuat dari bahan stainless steel tipe
316.
Sambungan menggunakan sambungan jepit yang
mudah dibuka, sehingga alat dapat dibersihkan dengan cepat sebelum digunakan dan setelah digunakan. Mengingat
jumlah kalori yang dibutuhkan untuk memanaskan susu
cukup besar maka pemanasan susu menggunakan uap yang dihasilkan oleh boiler. Penukar kalor menggunakan tipe sirip. Guna mendinginkan susu setelah selesai dipasturisasi 11 0
Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
kebutuhan daya penggerak pompa 100 Watt. Sedangkan pompa air berkekuatan 125 pemompaan
Watt dengan kapasitas
maksimal 42 liter/menit,
berfungsi
untuk
mengalirkan air dari tangki penampung air ke dalam pipa penukar panas pada saat sebelum dan setelah proses sterilisasi
susu dilakukan.
Hal ini dimaksudkan untuk
membersihkan bagian dalam dari pipa penukar panas dari kotoran atau sisa-sisa susu yang masih menempe~ pada bagian dalam dinding pipa sehingga tidak terjadi pengerakan l emak susu.
Bak penampung air berfungsi untuk menampung air
bersih yang digunakan untuk membersihkan pipa aliran susu
sebelum dan setelah proses sterilisasi dilakukan. Bak penampung air berbentuk tabung yang terbuat dari bahan
PVC. Pada bagian atas tutup tabung dipasang pompa air yang berfungsi untuk mengalirkan air dari dalam tabung ke
dalam pipa sterilisasi. Tabung ini mampu menampung air sebanyak 100 liter.
Mekanisme kerja alat sterilisasi susu Langkah pertama adalah menyalakan kompor pemanas,
kemudian mengatur suhu sterilisasi pada suhu ± 135°C.
Panas dari kompor disalurkan ke dalam pipa saluran udara panas dan digunakan untuk memanaskan minyak goreng
( media pemanas) yang ada di dalam unit kotak penukar panas.
Pemanasan
media pemanas (minyak goreng)
11 7
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
dilakukan sampai suhunya mencapai sekitar 175°C. Panas dari
minyak
goreng
selanjutnya
digunakan
untuk
memanaskan pipa sterilisasi susu. Setelah suhu media
pemanas (minyak goreng) mencapai 175°C, Iangkah selanjutnya adalah mengalirkan air ke dalam pipa penukar
panas (pipa sterilisasi) selama 5 - 10 menit, dengan tujuan
untuk membersihkan kotoran yang ada di dalam pipa dan
mengatur aliran cairan yang akan disterilkan dengan mengecek debit aliran air yang keluar dari pipa sterilisasi.
Pengaturan debit aliran dilakukan dengan mengatur besar kecilnya bukaan stop kran pada ujung pengeluaran pipa
sterilisasi. Setelah debit aliran yang diinginkan tercapai dan
suhu media pemanas dan suhu sterilisasi stabil, maka aliran air ke dalam pipa sterilisasi segera dimatikan dengan
mematikan pompa air. Setelah itu segera pompa susu dihidupkan untuk mengalirkan susu ke dalam pipa sterilisasi sehingga proses sterilisasi susu siap dilakukan. Atur suhu sterilisasi susu dengan mengatur debit aliran susu yang
keluar dari ujung pipa sterilisasi. Makin kecil debit aliran susu maka suhu sterilisasi yang dicapai makin tinggi, dan
sebaliknya makin besar debit aliran susu maka suhunya makin rendah.
Setelah proses sterilisasi selesai pompa susu segera
dimatikan dan stop kran aliran susu ditutup. Selanjutnya pompa air dihidupkan untuk mengalirkan air ke dalam pipa sterilisasi yang berguna untuk membersihkan sisa susu di 11 8
Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
dalam pipa agar tidak terjadi pengerakan. Disamping itu juga untuk membersihkan kotoran sehingga pipa sterilisasi selalu
dalam keadaan bersih. Pengerakan susu di bagian dalam
pipa dapat menghambat proses transfer panas dari media
pemanas ke dalam pipa sterilisasi, sehingga akan menurunkan suhu sterilisasi yang dapat dicapai. Menurut NEMA dan DATTA (2005) pengerakan susu merupakan
penyebab utama penurunan laju perpindahan panas secara progresif pada sterilisasi susu UHT, yang menghasilkan
penurunan suhu susu di bagian pengeluaran. Untuk mengatasi penurunan suhu tersebut dan memperpanjang
waktu pengoperasian sebelum pengolahan dihentikan untuk
membersihkan endapan di dalam pipa penukar panas
dilakukan dengan meningkatkan suhu uap pangs. Menurut SANDU dan SINGH (1991) dikatakan bahwa akibat pengerakan
maka diperlukan pembersihan pada pipa
penukar panas paling tidak sehari sekali. VISSER dan JEURNINK (1997) memberikan kajian aspek ekonomi dari
pengerakan dan pembersihan penukar panas dalam industri susu.
Kinerja unit alat sterilisasi susu
Hasil pengujian lapang terhadap prototipe unit sterilisasi
susu tipe kontinyu ditunjukkan dalam Tabel 4. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata suhu media pemanas ( minyak goreng) selama proses sterilisasi susu berlangsung
berkisar 178,2°C. Dengan suhu media pemanas tersebut
119
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
maka proses sterilisasi susu berlangsung pada suhu sekitar 129,1°C. Besarnya suhu sterilisasi selain ditentukan oleh
suhu media pemanas, juga ditentukan oleh laju aliran susu yang
masuk ke dalam pipa sterilisasi dan perbedaan
kenaikan suhu susu sebelum dan scat proses sterilisasi.
Rata-rata suhu awal susu pada saat masuk ke unit sterilisasi
sekitar
57,8°C. _Sehingga terjadi kenaikan suhu susu
sebelum dan saat sterilisasi susu sebesar 71,3°C.
Tabel 4. Unjuk kerja prototipe unit sterilisasi susu tipe kontinyu. Kinerja unit sterilisasi susu
Hasil
Bobot susu masuk (kg)
72,0
Bobot susu keluar (kg)
68,9
Suhu media pemanas/minyak goreng (°C)
178,2
Suhu susu awal (°C)
57,8 129,1
Rata-rata suhu susu sterilisasi (°C) Waktu proses sterilisasi (menit)
Kapasitas unit sterilisasi susu (input, kg/jam) Kapasitas kg/jam)
unit
sterilisasi
susu
(output,
Rendemen susu hasil sterilisasi (%)
31,7
136,3 130,4
95,7
Debit aliran susu (kg/jam)
130,4
Konsumsi gas LPG (kg/jam)
Rata-rata suhu susu setelah pendinginan
1,9
69,4
Debit aliran susu selama proses sterilisasi rata-rata
sekitar
2,17
kg/menit
(130,4
kg/jam).
Menurut
SATYANARAYANA et al. (1995) dinyatakan bahwa laju aliran
susu yang meningkat telah menurunkan suhu susu sterilisasi 12 0
Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
dan tekanan balik dari cairan (susu). Walaupun koefisien transfer
panas
keseluruhan
(overall
heat
transfer
coefficients) meningkat dengan meningkatnya laju aliran karena peningkatan turbulensi aliran, kuantitas susu yang
l ebih besar tidak mampu mencapai suhu sterilisasi. Lebih
l anjut dikatakan bahwa aspek lain dari sterilisasi adalah pengaruh
pemanasan yang lebih lama pada suhu
pengeluaran susu karena pengerakan pada permukaan penukar panas telah mempengaruhi performennya.
Hasil pengujian lapang memperlihatkan bahwa kapasitas
kerja (input) alat sterilisasi susu sebesar 136,3 kg/jam.
Besarnya kapasitas kerja alat sangat tergantung dari beberapa faktor antara lain debit aliran susu yang mengalir ke dalam pipa sterilisasi, suhu awal bahan dan suhu sterilisasi. Dengan debit aliran susu 2,17 kg/menit dan suhu
susu pemasukan 57,8°C diperoleh kapasitas kerja alat (output) sebesar 130,4 kg/jam, dengan suhu sterilisasi mencapai 129,1°C. Untuk menaikkan suhu sterilisasi dapat
dilakukan dengan menurunkan debit aliran susu yang keluar dari pipa sterilisasi dan menaikkan suhu media pemanas. Untuk menaikkan suhu sterilisasi dapat dilakukan dengan
menurunkan debit aliran susu sampai mencapai sekitar 1,67 kg/menit atau dengan menaikkan suhu media pemanas
melalui peningkatan konsumsi gas LPG pada kompor pemanas. Rata-rata konsumsi gas LPG selama proses sterilisasi berlangsung adalah 1,85 kg/jam.
12 1
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Penggunaan unit pendingin susu sistem penukar panas
pipa ganda ( double tube heat exchanger) dapat menurunkan
suhu susu hasil sterilisasi dari suhu rata-rata 129,1°C turun menjadi sekitar 69,4°C. Suhu susu hasil sterilisasi yang keluar dari unit pipa pendingin rata-rata sekitar 69,4°C. Media pendingin yang digunakan adalah air. Kualitas susu hasil sterilisasi Kualitas susu hasil sterilisasi untuk beberapa jenis
sampel yang berbeda seperti diperlihatkan dalam Tabel 2. Ada tiga macam sampel susu sterilisasi yang dihasilkan
selama uji lapang dan satu macam susu UHT dalam kemasan botol yang dijual di pasaran digunakan sebagai
pembanding. Berdasarkan hasil analisa kandungan nutrisi susu terlihat bahwa susu hasil sterilisasi yang dihasilkan
mempunyai kandungan nutrisi yang tidak jauh berbeda
dengan kandungan nutrisi dari susu segarnya. Namun demikian
ada
sedikit
penurunan
pada
kandungan
karbohidrat dari susu sterilisasi rasa vanila. Sedangkan
kalau dibandingkan dengan kualitas susu UHT kemasan botol yang di jual di pasar, kandungan lemak dan protein dari susu
sterilisasi
Berdasarkan
yang dihasilkan nilainya lebih tinggi.
SNI
01-3950-1998
disebutkan
bahwa
kandungan lemak dan protein pada susu UHT masingmasing dipersyaratkan
minimal sebesar 2,4 dan 2,0%.
Sedangkan cemaran logam timbal (Pb) dan arsen (As) 12 2
Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
masing-masing maksimal 0,30 mg/kg (ppm) dan 0,10 mg/kg
(ppm). Dengan demikian susu UHT yang dihasilkan telah dapat memenuhi persyaratan SNI.
Kandungan mikroba dan unsur beracun pada susu hasil
sterilisasi terlihat bahwa tidak ada perbedaan di antara jenis susu yang berbeda. Kandungan bakteri pada susu sterilisasi
hampir dapat dikatakan tidak ada, hal ini menunjukkan keefektifan dari proses sterilisasi. Hal ini berbeda dengan
jumlah kandungan bakteri pada susu hasil pasturisasi. Pada
susu hasil pasteurisasi masih terdapat sejumlah kandungan mikroba tertentu namun aman untuk dikonsumsi. Sistemnya
dapat dibedakan menjadi dua cars, pertama pasturisasi
LTLT (Low Temperature Long Time) yang menggunakan
suhu sekitar 63'C dalam waktu 25 s/d 30 menit, dan kedua pasteurisasi
HTST
( Hight
Temperature
Short
Time)
menggunakan suhu tinggi berkisar 72 - 75'C selama 15 - 25
detik ( GRAND et al., 2002; GAO et al., 2002). Cara ini cukup efektif untuk menekan jumlah bakteri yang terdapat dalam
susu. KAMENI et al. (2002) melaporkan bahwa dengan proses pasturisasi susu pada suhu 74'C selama 10 menit
dapat menghasilkan susu dengan tanpa aktivasi peroxidase dan jumlah total bakteri < 10.000 cfu/mL.
123
Tabel 5. Kualitas susu hasil sterilisasi dan susu UHT kemasan botol
Sample Susu segar
Susu UHT hasil pengujian Susu UHT coklat kemasan botol
Proksimat
Lemak ( %)
Karbohidrat ( %)
Protein ( %)
2,58 2,12
2,36
Jenis analisis
3,65
Air ( %)
82,81
Abu ( %)
TPC (cfu/g)
8,86
3,66
84,19
10,99
2,69
83,55
10,45
Uji kandungan mikroba dan unsur beracun
< 10
E. coli (cfu/g)
negatif
S. aureus (cfu/g)
Coliform (apm/g)
Pb (ppm)
As (ppm)
0,7
< 10
negatif
negatif
<2
ttd
ttd
0,65
< 10
negatif
negatif
<2
ttd
ttd
0,7
negatif
<2
ttd: tidak terdeteksi; TPC: Total Plate Count; E. coli: Escherichia coli (patogen); S. aureus: Staphylococcus aureus; Pb: Timbal; As: Arsen
ttd
ttd
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
i ndustri kecil pengolahan susu atau kelompok peternak sapi perah. Besarnya kapasitas kerja unit alat sterilisasi susu
adalah 130 kg/jam, dengan suhu sterilisasi yang dapat dicapai adalah 129,5°C. Debit aliran susu selama proses sterilisasi sebesar 2,19 kg/jam dan rendemen susu yang
dihasilkan sebesar 95%. Rata-rata konsumsi bahan bakar
gas LPG adalah 1,85 kg/jam. Susu UHT yang dihasilkan memiliki kualitas yang tidak jauh berbeda dengan susu UHT
yang dijual di supermarket.
DAFTAR PUSTAKA ADAMS, D.M. and T.G. BRAWLEY. 1981. Journal Dairy Sci. 64:
1951 - 1957.
2007. I nfovet, Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. http://infovet.blogspot.com/2007/08/ sapi-perah.html. Diakses pada tanggal 15 September 2008.
ANONIMUS.
ASTAWAN, M. 2005. Proses UHT: Upaya Penyelamatan Gizi
pada Susu.
E., M. LEWIS and D. MACDOUGALL. 2001. Predicting Safety and Quality Parameter for UHTProcessed Milks. I nternational Journal of Dairy Technology. 54 (3): 111 - 120.
BROWNING,
K. RAHN and J. ODUMERU. 2002. Effect of Pasteurization on Survival of Mycobacterium Paratuberculosis in Milk. Journal of Dairy Science. 85: 3198 - 3205.
GAO, A., L. MUTHARIA, S. CHEN,
GEDAM, K., R. PRASAD and V.K. VIJAV. 2007. The Study on UHT Processing Milk: A Versatile Option for Rural
126
Sector. Word Journal of Dairy & Food Science. 2 (2): 49-53.
Dukungan Teknologi Mekanisasi pada Pengolahan Susu untuk Skala 15 ekor
GRAND, I.R., E.I. HITCHINGS, A. MCCARTNEY, F. FERGUSON and M.T. ROWE. 2002. Effect of Commercial Scale High Temperature Short Time Pasteurization on the Viability of Mycobacterium Paratuberculosis in Naturally Infected Cow's Milk. Applied and Environmental Microbiology. Vol. 62 (2): 602 - 607.
KAMENI, A., H. IMELE and N.J. MBANYA. 2002. An Alternative Heat Treatment for Milk Pasteurization in Cameron. I nternational Journal of Dairy Technology. 55 (1): 40 43. NEMA, P.K. and A.K. DATTA. 2005. A Computer Based Solution to Check the Drop in Milk Outlet Temperature Due to Fouling in a Tubular Heat Exchanger. Journal of Food Engineering. 71: 133 - 142.
SAHOO, P.K., MD.I.A. ANSHARI and A.K. DATTA. 2002. Computer-Aided Design and Performance Evaluation of an Indirect Type Helical Tube Ultra-High Temperature ( UHT) Milk Sterilizer. Journal of Food Engineering. 51: 13- 19. SANDU, C. and R. K. SINGH. 1991. Energy Increase in Operation and Cleaning Due to Heat Exchanger Fouling i n Milk Pasteurization. Food Technology. 84 - 91.
SATYANARAYANA, CH. V.V., A.K. DATTA and B.P. MISHRA. 1995. Design and Testing of a Small Scale Indirect Type Ultra High Temperature (UHT) Milk Strerilizer. Journal of Food Engineering. 26: 379 - 387.
TRAN, H., N. DATTA, M.J. LEWIS and H.C. DEETH. 2008. Predictions of some product parameters based on the processing conditions of ultra-high-temperature milk plant. International Dairy Journal. 18: 939 - 944.
VISSER, H. and T. J. M. JEURNINK. 1997. General Aspect of Fouling and Cleaning. Bulletin of the IDF. 328: 5 - 6.
127