DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA (LANSIA) DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA (PSTW) BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh: Nur Intan Saputri 1112054100011
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M
DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA (PSTW) BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar sarjana sosial (S. Sos)
Oleh:
Nur Intan Saputri 1112054100011
Pembimbing
~~ Nurhayati
1~.Si
NIP.l9740809 199803 2 002
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SY ARIF HIDAY A TULLAH JAKARTA 1437 HI 2016 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Dukungan Keluarga bagi Lanjut Usia (LANSIA) di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur (Studi Kasus Nenek Sutinem) telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UTN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 19 September 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kesejahteraan Sosial (S.Sos) pada Program ,Studi Kesejahteraan Sosial. Jakarta, 19 September 2016 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Penguji I
Penguji II
NIP.19771127 2007101 001
Pembimbing
s SE M.Si NIP.19740809 19 803 2 002
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata (S 1) Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan hasil karya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain dalam (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
ABSTRAK Nur Intan Saputri Dukungan Keluarga bagi Lanjut Usia (LANSIA) di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Penelitian ini penting karena suatu hari nanti saya akan menjadi lanjut usia (Lansia). Lanjut usia (Lansia) merupakan sebuah siklus hidup manusia yang hampir pasti dialami setiap orang. Kenyataan saat ini, setiap kali menyebut kata lansia yang terbesit di benak kita adalah seseorang yang tidak berdaya. Alasannya karena angka usia harapan hidup yang tinggi, kemungkinan terjadinya peningkatan jumlah lansia suatu saat nanti akan semakin besar. Dalam Islam mengajarkan kepada setiap anak untuk senantiasa menghormati,menyayangi dan patuh terhadap perintah orang tua. Tidak boleh berani melawan kepada orang tua bahkan menelantarkan mereka. Oleh karena itu lanjut usia (Lansia) sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan dukungan khususnya keluarga. Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang hidup dimana didalamnya terdapat sebuah informasi, saran, bantuan nyata dan sikap yang diberikan oleh keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana dukungan keluarga yang diberikan kepada lanjut usia (Lansia) di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta timur. Metode yang peneliti gunakan dalam skripsi ini ialah metodologi penelitian kualitatif dimana dalam teknik pengumpulan data peneliti melakukan wawancara dan observasi.Teknik pemilihan informan yang peneliti gunakan ialah purposive sampling dan snowball sampling dimana peneliti menunjuk pekerja sosial terlebih dahulu untuk dapat memberikan informasi yang peneliti butuhkan,lalu pekerja sosial tersebut akan merujuk informan lainnya yang dapat membantu peneliti dalam memilih klien sesuai dengan kriteria yang telah peneliti tetapkan, yakni berdasarkan lansia yang tinggal di panti karena keinginan keluarga dan masih memiliki keluarga. Adapun hasil temuan yang peneliti dapatkan mengenai dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga kepada lansia adalah cukup baik. Dimana nenek Sutinem mendapatkan dukungan seperti dukungan fisiologis, dukungan psikologis, dan dukungan sosial dari keluarga. Meskipun begitu nenek Sutinem merasa dibuang oleh keluarganya. Alasan Sutinem tinggal di panti karena Sutinem memiliki hubungan tidak baik dengan menantunya sering bertengkar jadi anaknya menempatkan ibunya di panti.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim Assalamu’alaikum Wr. Wb Segala puji senantiasa peneliti panjatkan atas segala karunia Allah SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuh cinta dan kasih serta mengajarkan manusia untuk mencintai sesama manusia hanya karena Allah semata. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, para keluarga, para sahabatnya, serta para umatnya yang insya Allah hingga kini terus mencintainya. Skripsi dengan judul “Dukungan Keluarga Bagi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Ciracas Jakarta Timur (Studi Kasus Nenek Sutinem)”. Merupakan salah satu wujud upaya peneliti dalam mengetahui dukungan keluarga bagi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Ciracas Jakarta Timur. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang peneliti miliki. Oleh karena itu segala kritikan dan masukan yang bertujuan membangun sungguh merupakan suatu yang sangat berharga dan membantu peneliti dalam membuat skripsi ini karenanya, sudah sepantasnya peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D, selaku Wadek Bid. Akademik, Ibu Dr. Roudhonah, M.Ag, selaku Wadek Bid. Adkum, Bapak Dr. Suhaimi, M.Si, selaku Wadek Bid. Kemahasiswaan. 2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida M.Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, Hj. Nunung Khairiyah MA, selaku Sekretaris Program Studi, dan para
ii
dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah banyak ilmu dan pengalamannya kepada penulis. 3. Ibu Nurhayati Nurbus M.Si selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya dalam membantu dan memberikan pengarahan serta bimbingannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing peneliti selama melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Seluruh pegawai Perpustakaan Dakwah dan Perpustakaan Utama atas pelayanan dan tersedianya buku-buku yang peneliti butuhkan dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak Akmal Towe selaku Ketua Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Ciracas Jakarta Timur 7. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur yang telah mengizinkan peneliti dalam melakukan penelitian. 8. Para staff dan petugas PSTW yang telah bersedia di wawancarai oleh peneliti. 9. Bapak dan Mama peniliti yang selalu menjadi penyemangat dan terimakasih untuk kasih sayangmu selama hidupku dan akhirnya cita-cita kalian agar penulis menjadi sarjana sudah penulis penuhi 10. Terimakasih untuk kedua kakak ku perempuan yang hebat serta kakak iparku dan terus memberikan dukungan serta doa, aku menyayangi kalian. 11. Spesial buat kak R yang selalu ada memberi dukungan untuk peneliti sampai saat ini peneliti ucapkan terimakasih banyak. 12. Sahabat tersayang peneliti, Baety Mubarokah, Nia Waliani, Rina Gustina dan Ester Kartika Sari yang telah amat sangat peneliti kasihi dan sayangi serta selalu menerima penulis apa adanya dengan segala kekurangan yang ada pada diri peneliti. Semoga kita selalu selamanya bersahabat. 13. Teman-teman tercinta Kesejahteraan Sosial angkatan 2012 yang telah memberi dukungan selama ini.
iii
14. Teman-teman Pratikum I bersama Wawan, Erik, Mila, Fanhari, Halim dan teman-teman Pratikum II bersama Rosidah, Nafisah, Annisa, Hikmah, Angga, Fanhari dan Fajri terimakasih atas semua kerja samanya. 15. Terimakasih untuk kakak, adik-adik, dan teman-teman di LDK Syahid tercinta. 16. Kawan seperjuangan di UIN Jakarta yaitu Keluarga Besar Asy-Syams. 17. Seluruh pihak yang telah membantu dalam peyusunan laporan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah mendukung baik secara lansung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terimakasih peneliti kepada kalian.
Peneliti tidak mampu memberikan balasan apa-apa atas segala asa yang diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya dengan iringan doa semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat, baik bagi penulis mahasiswa kesejahteraan sosial juga pembaca lainnya. Ridho dan keikhlasan dari para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi selalu penulis harapkan, semoga ilmu yang diberikan kepada kami dapat bermanfaat untuk pengabdian di masyarakat.
Ciputat, 19 September 2016 Penulis
Nur Intan Saputri
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. .
ii
DAFTAR ISI ................................................................................................
v
DAFTAR TABEL .........................................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Tinjauan Pustaka .........................................................................
10
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
11
D. Perumusan Masalah ....................................................................
12
E. Tujuan Penelitian.........................................................................
12
F. Manfaat Penelitian .....................................................................
12
G. Metodologi Penelitian ................................................................
13
BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................
25
A. Dukungan Keluarga............................................. ......................
25
1. Pengertian Dukungan Keluarga .................................................
25
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga .......
26
3. Bentuk Dukungan Keluarga ..................................................
28
4. Sumber Dukungan Keluarga .................................................
30
5. Fungsi Dukungan Keluarga ...................................................
30
B. Dukungan Sosial ........................................................................
32
1. Pengertian Dukungan Sosial ................................................
32
2. Jenis-jenis Dukungan Sosial ................................................
32
3. Komponen Dukungan Sosial ...............................................
33
4. Manfaat Dukungan Sosial ....................................................
36
C. Lansia .........................................................................................
37
1. Pengertian Lanjut Usia .........................................................
37
2. Kebutuhan Lanjut Usia ........................................................
38
3. Hak dan Kewajiban Lanjut Usia ..........................................
40
v
4. Karakteristik Lanjut Usia .....................................................
41
5. Tugas Perkembangan Lanjut Usia .......................................
44
D. Teori Fungsional ........................................................................
45
E. Teori Proses Menua....................................................................
47
1. Teori Biologis ......................................................................
47
2. Teori Sosial ..........................................................................
48
3. Teori Penarikan Diri .............................................................
53
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ...........................................
55
A. Latar Belakang Pendirian Lembaga ..........................................
55
B. Tujuan, Visi dan Misi Lembaga .................................................
56
C. Falsafah Lembaga ......................................................................
57
D. Struktur Organisasi Lembaga .....................................................
59
E. Program ......................................................................................
61
F. Jangkauan Layanan ....................................................................
66
G. Sumber Daya Manusia ...............................................................
68
H. Sarana dan Prasarana Lembaga ..................................................
69
Kemitraan Dengan Pihak Luar ...................................................
74
BAB IV HASIL PENELITIAN & ANALISA .........................................
76
A. Profil (Informan) .......................................................................
76
B. Bentuk Dukungan Keluarga .......................................................
79
C. Fungsi Dukungan Keluarga........................................................
84
D. Komponen Dukungan Sosial .....................................................
88
E. Kebutuhan Lanjut Usia ..............................................................
93
F. Kateristik Lanjut Usia ................................................................
96
I.
BAB V PENUTUP.…………………………………………....................
114
A. Kesimpulan ................................................................................
114
B. Saran ...........................................................................................
116
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL 1. Table 1.1 Informan…………………………………………........................18 2. Table 1.2 Struktur Organisasi PSTW………………………………………41 3. Table 1.3 Data Jumlah Lanjut Usia………………………………………...51
vii
1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keluarga mempunyai peran yang penting dalam keperawatan karena keluarga menyediakan sumber-sumber yang penting untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi dirinya dan orang lain dalam keluarga. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cidera, perpisahan) akan mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga dalam hal tertentu. Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan. Orang-orang yang termasuk keluarga adalah ibu, bapak, dan anak-anaknya. Ini disebut keluarga batih (nuclear family). Keluarga yang diperluas (extended family) mencakup semua orang dari satu keturunan dari kakek dan nenek yang sama, termasuk keturunan suami dan
istri.
mensosialisasi
Keluarga
mempunyai
fungsi
atau mendidik anak, dan
untuk
berkembang
menolong serta
biak,
melindungi
yang lemah, khususnya orang yang telah lanjut usia.1 Adapun kewajiban keluarga pada lansia yakni memberikan perhatian pada lanjut usia dan mengupayakan lansia agar tidak terlalu tergantung pada orang lain dan mampu membantu diri sendiri. Hal ini sejalan dengan kedudukan dan peranan lansia dalam keluarga yang dianggap sebagai orang
1
Kusdwiratri Setiono, Psikologi Keluarga (Bandung : P.T Alumni, 2011) cet. 1h. 24.
2
yang harus dihormati dan dihargai apalagi dianggap memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat. Direktorat
Lansia
diantaranya yaitu
Home
Kemsos Care,
RI Day
memiliki Care,
beberapa
Nursing
program
Care,
Family
Support, UEP (Usaha Ekonomi Produktif), dan JSLU (Jaminan Sosial Lanjut Usia) diganti ASLUT (Asistensi Lanjut Usia Terlantar). Pada program Home Care ini adalah bentuk pelayanan bagi lanjut usia yang berada
di
rumah
dengan
didampingi
oleh
seseorang
pendamping
dalam pemenuhan kebutuhannya. Pendamping ditunjuk oleh provinsi yang nantinya akan membimbing atau merawat kakek dan nenek yang ada
di
keluarga
rumah. dan
Program
masyarakat
ini
bertujuan
dalam
upaya
meningkatkan
peran
serta
meningkatkan
kesejahteraan
lanjut usia, meningkatkan kerja sama dan partisipasi aktif Lembaga Kesejahteraan Sosial dalam pelayanan pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di rumah dan memberikan pendampingan terhadap lanjut usia yang mempunyai hambatan fisik, mental, sosial, ekonomi, dan spiritual sehingga lanjut usia dapat mengatasi masalahnya dan dapat hidup secara wajar. Anggaran dari kemensos untuk program Home Care adalah sebesar Rp. 1.200.000 Pada program Day Care ini adalah program pelayanan harian lanjut usia yang dilakukan oleh LKS jangkauan untuk kakek dan nenek yang masih memiliki potensi dan memiliki keluraga tinggal di
3
sekitar LKS. Mereka diberikan kegiatan tidak saja untuk pengisian waktu
luang,
melainkan
untuk
meningkatkan
produktivitas
seperti
membuat keset. Pada program Nursing Care adalah bentuk pelayanan perawatan yang dilakukan di dalam LKS ada juga yang di panti. Nursing Care adalah program terbaru pada tahun 2015. Fasilitas perawatan jangka panjang membutuhkan biaya, fasilitas dan tim yang lengkap seperti perawat yang tinggal dipanti. Kakek atau nenek yang di rawat di rumah sakit perawatan jangka lama untuk pengobatan medis sudah dinyatakan sembuh tapi secara psikologis belum maka dikembalikan
ke
panti
dengan
syarat
di
panti
tersebut
memiliki
peralatan yang lengkap. Salah satu panti yang ada program Nursing Carenya adalah Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan di cibubur. Family Support adalah pelayanan bagi kakek atau nenek yang tinggal di keluarga atau anaknya yang sangat miskin otomatis kakek atau nenek tersebut juga miskin dan kebutuhan gizi atau makanan nya kurang mencukupi.
Anggaran dana yang dikeluarkan sebesar Rp.
3.000.000 sekali bantuan. Program ini memiliki tujuan memberikan bantuan
dan
peningkatan
dukungan peran
kepada
keluarga
guna
lanjut
usia
memperkuat
potensial ketahanan
melalui sosio-
4
ekonomi yang memungkinkan lanjut usia terlindungi dari resiko sosial sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan.2 Program UEP (Usaha Ekonomi Produktif) diperuntukan untuk lansia yang masih potensial Kemensos memberikan bantuan berupa dana sebesar Rp.1.500.000 sekali bantuan. Diharapkan bisa membuka usaha sendiri seperti berjualan tempe goreng. Pertumbuhan penduduk Lansia di seluruh dunia berjalan sangat cepat dibandingkan dengan kelompok usia lain. Pertumbuhan Lansia di Negara berkembang, jumlah penduduk usia 60 tahun ke atas diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Sementara Indonesia berada di urutan keempat setelah China, India, dan Jepang. Penduduk lansia di Indonesia tahun 2000 berjumlah 14,4 juta (7,8%), pada tahun 2005 berjumlah 18,2 juta orang atau 8,2%. Pada tahun 2007 penduduk lansia Indonesia berjumlah 18,7 juta (8,42%), tahun 2010 meningkat menjadi 9,77% dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi dua kali lipat berjumlah 28,8 juta (11,34%).3 Peningkatan jumlah ini akan membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, baik pada diri yang bersangkutan, keluarga dan masyarakat. Secara individu, proses penuaan (aging process) merupakan proses alami
2
Kementrian Sosial RI, Petunjuk Pelaksanaan Uji Coba Family Support Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia (Jakarta :2014) h.7 3 Universitas Pendidikan Indonesia , “Pertumbuhan Lanjut Usia,”artikel diakses pada 12 Januari 2016 dari http://repository.upi.ac.id/bistream/123456789/39240/3/Chapter%2011.pdf
5
yang tidak dapat dielakkan, berpengaruh terhadap segi kehidupan fisik, mental, sosial maupun spiritual.4 Dalam ketentuan-ketentuan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan Lansia, mengenai pengertian lanjut usia, yaitu seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.5 Asas peningkatan kesejahteraan lanjut usia adalah keimanan, dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kekeluargaan, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam kehidupan. Dengan arah agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan. Ajaran Islam sangat jelas menegaskan tentang keharusan kita berbuat baik kepada kedua orang tua, bahkan ketika mereka berusia lanjut. Diantaranya adalah tercantum dalam Surah Al Israa‟ (17; 23-24)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya 4
Dadang Hawari, Sejahtera di Usia Senja (Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007) h. 6 5 Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1 Pasal 1
6
atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekalikali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada kedua-nya perkataan yang baik.” Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil!” Oleh karena itu sangat disayangkan apabila ada seseorang yang sampai menelantarkan mereka, bahkan sampai melakukan kekerasan serta tidak peduli akan keberadaan mereka, walau bagaimanapun mereka adalah seseorang yang perlu mendapatkan perhatian, sekaligus pelayanan yang memadai untuk keberlangsungan hidup para orang tua atau lansia yang terlantar. Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam dan berkata, „Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?‟ Nabi Shalallaahu „alaihi wasallam menjawab, „ibumu! Dan orang tersebut kembali bertanya, „kemudian siapa lagi?‟ Nabi shalallaahu „alaihi menjawab, „Ibumu!‟ Dan orang tersebut kembali bertanya, „kemudian siapa lagi?‟ Nabi shalallaahu „alaihi menjawab, „Ibumu!‟ orang tersebut bertanya kembali, „kemudian siapa lagi,‟ Nabi shalallaahu „alaihi menjawab, „kemudian ayahmu.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadist tersebut menunjukan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu „alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalam mnghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya.
7
Maka
dengan
adanya
lembaga
pemerintah
yang
khusus
menanggulangi masalah lansia terlantar ini, diharapkan dapat membangun dan melahirkan perubahan dalam masyarakat yang lebih maju. Lembaga Pemerintah atau Panti Sosial ini sebagai pusat kegiatan pelayanan sosial yang sangat ditunggu peran aktifnya oleh masyarakat untuk menjawab persoalan yang dapat meresahkan masyarakat. Pelaksanaan pemberdayaan Panti Sosial Tresna Werdha dalam menanggulangi lansia yang mempunyai program pemberdayaan berupa pelayanan sosial seperti pembinaan keagamaan, olahraga, pelatihan keterampilan dalam proses pelaksanaan pemberdayaan. Pelatihan keterampilan seperti menjahit, membuat keset, membuat tempat tisu dari mute-mute, serta membuat bunga yang terdapat di Panti Sosial Tresna Werdha ini dapat memberikan kemampuan pada mereka sangat penting suatu karya atau hasil yang berguna dan bermanfaat yang membuat lansia bisa berlatih hidup mandiri dalam berperilaku, serta mempunyai jiwa yang kreatif Elizabeth B. Hurlock menggambarkan secara umum kondisi lanjut usia yaitu, keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus tergantung pada orang lain. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal
8
atau pergi jauh dan atau cacat. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah. Belajar unuk memperlakukan anak sudah besar sebagai orang dewasa. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk orang dewasa. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang berusia lanjut dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang erat dengan kegiatan yang lebih cocok.6 Oleh karena itu, lanjut usia ini memerlukan perhatian khusus dari semua pihak, mengingat populasinya yang terus meningkat mereka juga berpotensi dapat menimbulkan permasalahan yang akan mempengaruhi lanjut usia lain. Seperti masalah yang timbul ketika manusia sudah menjadi lansia adalah lansia sering dinilai tidak kreatif, kembali kemasa anak-anak, egois, keras kepala, suka mencela, bingung, kurang menjaga kebersihan, dan kurang merasa bahagia. Dukungan keluarga dan masyarakat luas sangat penting bagi anggota keluarganya yang berada di panti. Dengan dukungan sosial (social support) dari semua pihak, terutama dari orang-orang terdekat, diharapkan dapat membuat individu menjadi memiliki rasa aman, berani mengambil keputusan, dan mengungkapkan idenya tanpa rasa takut. Dengan kata lain, individu tersebut akan cenderung memiliki rasa confidence.
6
H. 387.
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1984) Cet. 4
9
Peneliti melihat dukungan keluarga perlu untuk diketahui dukungan apa saja yang dibutuhkan dipanti sosial tresna werdha kepada para lansiannya dalam pengembangan diri lansia. Alasan peneliti meneliti nenek Sutinem adalah karena ia termasuk kriteria informan yang peneliti butuhkan yaitu ditempatkan di panti kerana keinginan keluarga dan masih memiliki keluarga. Dan mengapa yang dipilih nenek Sutinem berdasarkan data yang ada di panti bahwa ada 81 nenek dan 69 kakek yang tinggal di panti seperti nenek Sutinem karena ini rujukan juga dari pekerja sosial. Fokus kegiatan yang akan peneliti teliti adalah mengenai dukungan keluarga lansia, dengan demikian peneliti mengambil judul tulisan “DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA DI
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 3 JAKARTA
TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)”.
10
B. TINJAUAN PUSTAKA Penulis menemukan judul skripsi yang membahas tentang Lansia yang di tulis oleh Sarjana Universitas Islam Negeri Jakarta. Akan tetapi setelah penulis membaca beberapa skripsi tersebut ada perbedaan yang sangat signifikan, sehingga dalam penulisan skripsi ini nantinya tidak ada timbul kecurigaan plagiasi. Untuk itu dibawah ini penulis akan kemukakkan judul skripsi yang di tulis, anatara lain: 1. Judul :Pelayanan Kematian Bagi Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Margaguna Penulis: Wahyudi Jurusan: Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, Universitas Islam Negeri. Perbedaan Fokus Penelitian: Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitianya adalah pelayanan kepada lanjut usia sebelum kematian dan yang menjadi perbedaannya adalah pada tempat penelitian perbedaaanya skripsi ini meneliti di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna sedangkan penulis meneliti di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Ciracas. 2. Judul : Hubungan antara Senam Kesegaran Jasmani Lansia dengan Fungsi Kognitif dan Keseimbangan Tubuh di Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh Denpasar Penulis : Lanawati Jurusan : Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana Denpasar
11
Perbedaan Fokus Penelitian : Pada skripsi ini menulis tentang hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh di posyandu lansia desa Dauh Puri Kauh Denpasar Sedangankan perbedaan fokus yang penulis teliti lebih kepada peran dukungan keluarga lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 3. Judul : Pendekatan Pekerja Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia di Sasana Tresna Werdha Budhi Mulia Cipayung Jakarta Timur Penulis : Bagus Gede Bhayu Dharma Putra Jurusan : Kesejahteraan Sosial, Universitas Muhammadiyah Jakarta Perbedaan Fokus Penelitian : Pada skripsi ini menulis tentang pekerja sosial dalam usaha kesejahteraan sosial yang bertempatkan di sasana tresna werdha budhi mulia cipayung Jakarta timur perbedaan fokus yang penulis teliti lebih kepada peran dukungan keluarga yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3
C. PEMBATASAN DAN MASALAH Untuk menfokuskan penulisan dan memudahkan dalam penelitian maka penulis membatasi permasalahan penelitian hanya pada: Peran dukungan keluarga bagi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur .
12
D. PERUMUSAN MASALAH Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang masalah ini, maka berikut ini diajukan pertanyaan penelitian yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana dukungan keluarga bagi lansia nenek Sutinem yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur? 2. Bagaimana peran PSTW dalam memberikan dukungan keluarga bagi lansia nenek Sutinem?
E. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: Mengetahui tentang dukungan keluarga bagi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur dan mengetahui peran PSTW dalam memberikan dukungan keluarga bagi lansia.
F. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian diharapkan memiliki manfaat: 1. Secara Akademis a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan bahan acuan untuk penelitian-penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
13
b. Memberikan wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti khususnya, sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat.
2. Secara Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya bagi Panti Sosial tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur dalam memberikan informasi mengenai peran dukungan keluarga yang seperti apa yang dibutuhkan lansia. b. Penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan mengenai peran dukungan keluarga pada lansia di Panti Sosial tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur dan diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumbangan yang berguna dalam memperkaya koleksi dalam ruang lingkup karya-karya penelitian lapangan.
G. METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini penulis mengunakan metodologi penelitian kualitatif, metode penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuam-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi
14
lainnya.7 Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk melakukan penelitian terhadap kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, organisasi, perubahan sosial, atau hubungan kekerabatan. Denzin dan Liconln mendefinikan penelitian kualitatif sebagai berikut. 8 Qualitative research is multimethod, involving an interpretive, naturalistic approach to is subject matter. This means qualitative reserarchers study in their natural setting, attempting to make sense of or interpret phenomena in terms of the meanings people bring to them. Qualitative research involves studied use and collection of a variety of empirical materials-case study, personal exsperience, introspective, live story, interview, observational, historical, interactional, and visual texts-that describe routine and problematic moment and meaning in individuals lives. Definisi ini menyarankan suatu pendekatan apriori yang didasarkan pada asumsi filosofis ( pendekatan naturalistis interpretif) pada penelitian kualitatif dan sumber-sumber informasi jamak dan pendekatan naratif yang tersedia bagi peneliti. Penelitian kualitatif memiliki Karakteristik, yaitu: 1. Naturalistik, penelitian memiliki latar aktual sebagai sumber langsung data; 2. Data deskrptif, penelitian kualitatif. Data yang dikumpulkan mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka; 3. Berurusan dengan proses, penelitian kualitatif lebih berkonsetrasi pada proses daripada dengan hasil atau produk; 4. Induktif, penelitian kualitatif cenderung menganalisis data
7 8
Basrowi dan Suwardi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Aneka Cipta, 2008), h. 1 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisi Data (Jakarta: Rajawali Press, 2011) h.1
15
secara induktif (dari bawah keatas); 5. Makna, makna adalah kepedulian yang esensial pada pendekatan kualitatif.9 Penelitian studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya kepada satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif. Studi kasus bisa dilakukan terhadap individu, seperti yang lazimnya dilakukan oleh para ahli psikologi analisis; juga bisa dilakukan terhadap kelompok, seperti yang dilakukan oleh beberapa ahli Antropologi, Sosiologi, dan Psikologi Sosial. Pada tipe penelitian ini, seseorang atau suatu kelompok yang diteliti, permasalahannya ditelaah secara komprehensif, mendetail, dan mendalam; berbagai variabel di telaah dan di telusuri, termasuk juga kemungkinan hubungan antarvariabel yang ada. Karenanya, penelitian sesuatu kasus, bisa jadi melahirkan pernyataan-pernyataan yang bersifat eksplanasi. Akan tetapi “eksplanasi” yang demikian itu, tidak dapat diangkat sebagai suatu generalisasi. Latar belakang kehidupan dan lingkungan seseorang pecandu narkotika, kehidupan intern sebuah gang, pembentukan militansi pada sesuatu kelompok radikal, faktor-faktor yang melatarbelakangi tingginya swadaya pembangunan di sesuatu desa, merupakan beberapa contoh dari topic telaahan suatu studi kasus.10
9
Ibid, h.2 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h. 22
10
16
2. Macam dan Sumber Data Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai semua hal yang berkaitan dengan semua tujuan penelitian. 11 Menurut Lofland yang dikutip oleh Basrowi dan Suwandi dalam bukunya, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan.12 Data menurut pembagian asalnya terbagi menjadi: (a) Data literer, merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis seperti dari buku teks, majalah, koran, dan tulisan di Internet; (b) Data dokumenter, data yang diperoleh dari dokumen-dokumen seperti: data dokumenter tertulis, data dokumenter terekam, data dokumenter verbal, data dokumenter Material-Budaya; (c) Data laboratoris, data yang diperoleh dari hasil laboratorium; (d) Data empiris, merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli di lapangan yang dilakukan berdasarkan investigasi langsung kepada informan.13 Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga sumber data, pertama literer sumber data ini penulis mendapatkanya melalui bukubuku, internet dan dokumentasi tertulis dari Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur. Kedua, sumber yang berbentuk Dokumenter yang penulis gali dari dokumentasi tertulis dan dokumentasi foto yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur. Ketiga, melalui data Empiris yang penulis gali melalui observasi, dan 11
M. Idrus , Metode Penelitian Ilmu Sosial (Yogyakarta: Erlangga, 2009) h.61. Basrowi dan Suwandi,Memahami penelitian Kualitatif, h.169. 13 M. Idrus, Metode Penelitian ilmu Sosial,(Yogyakarta : Erlangga, 2009) h.83. 12
17
wawancara pengurus Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur. Menurut derajat sumbernya data terbagi menjadi dua yaitu, data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber asli (langsung dari sumber informan) yang memiliki informasi atau data tersebut. Sedangkan data sekunder adalah yang diperoleh dari sumber kedua (bukan orang pertama, bukan asli) yang memiliki informasi atau data.14 Data yang akan digunakan oleh penulis adalah Pertama, data primer yang diperoleh melalui wawancara dan observasi kepada pengurus dan para lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur kemudian data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan menghubungkan masalah yang dikaji. Kedua, data sekunder adalah data yang diperoleh dengan jalan mengadakan studi dokumenter yang berhubungan dengan masalah yang diajukan. Data primer dan sekunder adalah kedua metode yang harus dipadukan satu sama lain sehingga dalam penelitian tidak terjadi timpang dalam mendapatkan hasilnya.
14
M. Idrus,” Metode Penelitian ilmu Sosial” (Yogyakarta : Erlangga, 2009) h.86
18
3. Tehnik Pengumpulan Data a. Studi lapangan Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam melakukan studi lapangan adalah, Observasi dan Wawancara. 1. Observasi Adapun observasi ilmiah adalah perhatian terfokus terhadap
gejala,
kejadian
atau
sesuatu
dengan
maksud
menafsirknya, mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya, dan menemukan kaidah-kaidah yang mengaturnya.15 Observasi dapat dilakukan dengan mengamati hal-hal yang berkembang di . Metode observasi yang penulis gunakan adalah metode observasi terus terang atau tersamar, dimana penulis dalam melakukan penelitian atau mengumpulkan data menyatakan secara terus terang kepada sumber data bahwa penulis sedang melakukan penelitian.16
Sesungguhnya yang dimaksud dengan metode
observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data
penelitian
melalui
pengamatan
dan
penginderaan.17
15 16
h. 228
17
M.Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Erlangga, 2009) h.101 Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D , (Bandung: Alfabeta, 2011) Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007) h. 118.
19
2. Wawancara Wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang melakukan wawancara meminta informasi kepada orang yang diteliti. Wawancara terbagi menjadi dua, pertama wawancara tidak terstruktur atau dapat dikatakan juga wawancara yang bebas dimana peneliti tidak mengunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.18 Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode wawancara terstruktur (Structured interviw). Proses wawancara
terstruktur dilakukan dengan
menggunakan instrument pedoman wawancara tertulis yang berisi pertanyaan yang akan diajukan kepada informan.19 Wawancara ini dilakukan kepada Pengurus Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur, selain kepada pengurus Panti wawancara juga akan dilakukan kepada Warga Binaan Sosial yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan secara mendalam dilapangan terkait
18
Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D , (Bandung: Alfabeta, 2011),h. 140 19 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) h.162
20
proses pelaksanaan strategi pemberdayaan keterampilan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur. b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data-data sekunder, hal ini sangat penting untuk mendapatkan teori-teori dan data yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian. Selanjutnya studi kepustakaan dilakukan dengan cara mebaca buku sebagai referensi dan sumber-sumber ilmiah lainya yang memiliki hubungan secara mendasar. c. Analisa Data Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkrip wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman penulis mengenai
materi-materi
yang
telah
dikumpulkan.
Penulis
menggunakan metode analisis Kualitatif deskriptif, yaitu menganalisis data dari hasil wawancara, pengamatan, Dokumen dan angket yang dibagikan kepada informan. Metode analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data kualitatif secara jelas dan mengambil isinya dengan menggunakan
content analysis (analisis isi secara kualitatif).
Kemudian diinterprestasikan dengan mengunakan bahasa penulis
21
sendiri, dengan demikian akan nampak rincian jawaban atas pokok permasalahan yang diteliti. Tujuan akhir menganalisis data adalah untuk menarik kesimpulan, yang dalam penelitian kualitatif adalah menemukan konsep atau hubungan antarkonsep (teori).20 Konsep merupakan pernyataan singkat atau abstraksi dari sekumpulan data empirik. d. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, yang berada di Jalan Raya Ciracas No. 60, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016 sampai Agustus 2016.
20
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian (Malang :UMM Press, 2010) h. 64
22
Tabel 1.1 (Informan) Informasi yang dicari
Informan
Metode atau cara
Jumlah
1. Menggali informasi dukungan apa saja yang diberikan keluarga lansia 2. Menggali informasi peran dukungan apa saja yang diberikan panti 3. Menggali informasi dukungan apa saja yang diberikan keluarga lansia
Keluarga
Wawancara
1 orang
Wawancara
1 orang
Wawancara
1 orang
Lansia
Petugas Panti
Nenek Sutinem
23
BAB I : PENDAHULUA N Berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORI Teori yang digunakan adalah, teori dukungan keluarga. Bab ini memuat tentang pengertian dukungan keluarga, pengertian dukungan sosial, dan pengertian lansia. BAB III : PROFIL LEMBAGA Memuat tentang latar belakang berdirinya lembaga, visi dan misi lembaga, program-program yang dilaksanakan oleh Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur dan profil lembaga. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Pada bab ini adalah proses menganalisa dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur. Hasil temuan dianalisis pada bab ini sehingga diketahui apa peran panti dalam dukungan keluarga bagi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur.
24
BAB V: PENUTUP Bab ini merupakan akhir dari rangkaian pembahasan dalam penulisan skripsi yang berisi kesimpulan, dan saran-saran, yang didapat dari bab-bab sebelumnya yang kemudian diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiranlampiran.
25
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teknik-teknik yang dibahas mengenai dukungan keluarga, dukungan sosial, lanjut usia dan teori proses menua. A. DUKUNGAN KELUARGA 1. Pengertian Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan. Menurut Smet dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.21 Dukungan keluarga menurut Friedman adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
21
Universitas Sumatera Utara, “Konsep Dukungan Keliuarga” artikel diakses pada 17 Agustus 2016 dari http://repository.usu.ac.id/bistream/123456789/31622/3/Chapter%2011.pdf
26
emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. 22 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Menurut Purnawaman dalam Setiadi faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah : 1. Faktor Internal a. Tahap Perkembangan Artinya dukungan keluarga dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian
setiap
rentang
usia
(bayi-lansia)
memiliki
pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan berbeda-beda. b. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variable intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan
22
untuk
memahami
faktor
–faktor
yang
Universitas Udayana, “Dukungan Keluarga” artikel diakses pada tanggal 17 Agustus 2016 dari http://repository.unud.ac.id/bistream/123456789/38745/3/Chapter%2011.pdf
27
berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya. c. Faktor Emosional Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stress dalam perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit, mungkin ia menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan. d. Spiritual Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, menyangkut nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup. 2. Faktor Eksternal a. Praktik di Keluarga Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
28
Misalnya : klien juga akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarga melakukan hal yang sama. b. Faktor Sosial Faktor sosial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. c. Latar Belakaang Budaya Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan nilai dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.23
3. Bentuk Dukungan Keluarga Gallo dan Reichel yang dikutip oleh Indriyani membagi jenis-jenis dukungan keluarga menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu : 1) Dukungan Fisiologis Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan dalam bentuk pertolongan-pertolongan dalam aktivitas sehari-hari yang mendasar, seperti dalam hal mandi, menyiapkan makanan dan memperhatikan gizi, toileting, menyediakan tempat tertentu atau ruangan khusus, merawat seseorang bila sakit, membantu kegiatan 23
Mutiara “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Frekuensi kunjungan Antenatal Care” artikel di akses pada 17 juli 2016 http://repository.uinjkt.ac.id/bistream/123456789/39240/3/Chapter%2011.pdf
29
fisik sesuai kemampuan, seperti senam, menciptakan lingkungan yang aman dan lain-lain. 2) Dukungan Psikologis Dukungan psikologis yakni ditunjukan dengan memberikan perhatian dan kasih sayang pada anggota keluarga, memberikan rasa aman, membantu menyadari, dan memahami identitas. Selain itu, meminta pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan waktu bercakap-cakap untuk menjaga komunikasi yang baik dengan intonasi
atau
nada
bicara
jelas,
dan
sebagainya.
Stolte
menyebutkan bahwa keluarga memiliki fungsi proteksi yang melingkupi selain memenuhi kebutuhan makanan dan tempat tinggal, juga memberikan dukungan dan menjadi tempat yang aman dari dunia luar. 3) Dukungan Sosial Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan individu untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian, perkumpulan arisan, memberikan kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan sesuai dengan keinginan sendiri, tetap menjaga interaksi dengan orang lain, dan memperhatikan norma-norma yang berlaku.24
24
Ibid.
30
4. Sumber Dukungan Keluarga Menurut Gallo dan Reichel dikutip oleh Indriyani terdapat tiga komponen sumber dukungan, yaitu sebagai berikut : 1) Sistem pendukung informal meliputi keluarga dan temanteman. 2) Sistem pendukung formal meliputi tim keamanan sosial setempat, program-program medikasi, dan kesejahteraan sosial. 3) Sistem pendukung semiformal meliputi bantuan-bantuan dan interaksi sosial yang disediakan oleh organisasi lingkungan sekitar.
5. Fungsi Dukungan Keluarga Fungsi dukungan keluarga menurut Friedman ada beberapa fungsi, yaitu : a. Dukungan Informasional Keluarga
berfungsi
sebagai
sebuah
kolektor
dan
disseminator (penyebar) informasi dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu
31
stressor
karena
informasi
yang
diberikan
dapat
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi. b. Dukungan Penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantanya memberikan support, penghargaan dan perhatian. c. Dukungan Instrumental Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita kelelahan. d. Dukungan Emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya
kepercayaan,
didengarkan.
perhatian,
mendengarkan
dan
32
B. DUKUNGAN SOSIAL 1. Pengertian Dukungan Sosial Menurut Cohen dan Syme dukungan sosial di pahami sebagai bentuk dukungan sosial yang bersifat menolong dengan ,melibatkan aspek emosi, informasi, bantuan instrumental dan penghargaan.25 Sarason, Lerin dan Basham mendefinisikan dukungan sosial sebagai suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dengan demikian individu mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintai.26 Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan perhatian, perasaan nyaman dan bantuan yang didapat individu dari orang lain atau kelompok sehingga menimbulkan perasaan bahwa seseorang merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. 2. Jenis-jenis Dukungan Sosial Dalam menjelaskan konsep dukungan sosial, kebanyakan peneliti sependapat
untuk
membedakan
jenis-jenis
yang
berlainan.
House
membedakan empat jenis dukungan sosial, yaitu:27
25
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), Teknologi Pengembangan Masyarakat (Bandung: STKS, 2008), h.62. 26 Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), Teknologi Pengembangan Masyarakat (Bandung: STKS, 2008), h.63. 27 Ibid, h.63
33
a. Dukungan emosional Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. b. Dukungan penghargaan Dukungan
penghargaan
terjadi
lewat
ungkapan
hormat
(penghargaan) positif untuk orang tersebut, dorongan maju atau persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain. c. Dukungan instrumental Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung contohnya seperti memberikan uang kepada orang atau menolong dengan pekerjaan. d. Dukungan informasi Dukungan informasi mencakup pemberian nasehat, petunjukpetunjuk, saran-saran dan umpan balik.
3. Komponen Dukungan Sosial Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dibagi ke dalam berbagai komponen yang berbeda-beda. Weiss mengemukakan adanya 6 (enam) komponen dukungan sosial yang disebut sebagai The Social Provision Scale dimana masing-masing komponen dapat berdiri sendiri-sendiri, namun
34
satu sama lain saling berhubungan dan digunakan sebagai pengukuran pada dukungan sosial. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:28 a. Kerekatan emosional (emostional attachment). Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh kerekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tentram, aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling seringa dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, namun juga diperoleh melalui hubungan yang akrab dengan kerabat. b. Integrasi sosial (social integration) jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh perasaan memiliki di dalam kelompoknya yang memungkinkan untuk membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Sumber dukungan semacam ini memungkinkan seseorang mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok. c. Penghargaan atau pengakuan (reassurance of worth) pada dukungan sosial jenis ini seseorang akan mendapatkan pengakuan atas kemampuan dan keahlian serta mendapat penghargaan dari
28
Zainuddin Sri, “Dukungan Sosial Pada Lansia,” Jurnal Psikologi, 13 April 2016, h.3
35
orang lain atau lembaga terhadap kompetensi, keterampilan dan nilai yang dimiliki seseorang. Sumber dukungan sosial semacam in dapat berasal dari keluarga atau instansi dimana ia bekerja. d. Hubungan yang dapat diandalkan untuk mendapatkan bantuan yang nyata (reliable alliance), yaitu dalam dukungan sosial jenis ini agar mendapat dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika individu membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial ini bersumber pada umumnya diberikan oleh anggota keluarga. e. Saran atau informasi (guidance), yaitu dukungan sosial jenis ini adalah memungkinkan mendapatkan informasi, saran atau nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial ini bersumber dari guru, mentor, pembimbing, atau sosok orang tua. f. Kemungkinan membantu (Opportunity for naturance) yaitu suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal adalah perasaan dibutuhkan orang lain. Dukungan yang menimbulkan perasaan dalam diri individu bahwa ia bertanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain. Dukungan ini sering diperoleh dari anak, cucu dan pasangan hidup.
36
4. Manfaat Dukungan Sosial Menurut Brownell dan Schumaker ada tiga pengaruh atau manfaat dasar dari dukungan sosial diantaranya, pengaruh langsung, tidak langsung, dan interaktif.29 a. Pengaruh langsung Yaitu terciptanya hubungan interpersonal dan hubungan yang bersifat menolong dan hubungan tersebut dapat memfasilitasi terbentuknya prilaku yang lebih sehat. b. Pengaruh tidak langsung Yaitu membantu individu menhadapi dan mengatasi stressor yang datang dengan cara membantu individu mengatasi stress yang datang, dengan mencoba membantu individu mempelajari cara pemecahan masalah dan mengontrol masalah-masalah kecil sebelum menjadi masalah besar. c. Pengaruh interaktif Berupa dampak yang diinterprestasikan untuk meredam atau memperbaiki
dampak-dampak
yang
merugikan
dengan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas terhadap sumber-sumber coping.
29
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), Teknologi Pengembangan Masyarakat (Bandung: STKS, 2008), h.63,
37
C. LANJUT USIA 1. Pengertian Lanjut Usia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dikatakkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.30 Lanjut Usia adalah seseorang baik wanita maupun laki-laki yang telah berusia 60 tahun keatas, dimana Lanjut Usia secara fisik dapat dibedakan atas dua yaitu lanjut usia potensial maupun lanjut usia tidak potensial.31 Menurut kamus besar bahasa Indonesia Lanjut Usia adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60 tahun ke atas.32 Menurut Nugroho Wahyudi proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.33 Lanjut Usia digolongkan menjadi dua yaitu lanjut usia potensial dan juga lanjut usia tidak potensial. Lanjut Usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa. Kemudian Lanjut Usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
30
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007,) h. 275. 31 Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, “Lanjut Usia,” artikel diakses pada 12 Januari 2016 dari http://rehsos.go.id/modules.php?name=showpage&pid=6 32 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007,) h. 280. 33 Universitas Pendidikan Indonesia , “Pertumbuhan Lanjut Usia,”artikel diakses pada 13 Januari 2016 dari http://repository.upi.ac.id/bistream/123456789/39240/3/Chapter%2011.pdf
38
bergantung pada bantuan orang lain.34 Jadi dapat disimpulkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas.
2. Kebutuhan Lanjut Usia Adapun yang menjadi kebutuhan lanjut usia pada umumnya adalah :35 a. Kebutuhan Jasmani Kebutuhan secara jasmani atau fisik dan disebut juga biologic atau fisiologik merupakan kebutuhan vital, karena apabila tidak terpenuhi akan kebutuhan ini manusia terancam akan menimbulkan kegoncangan keseimbangan mental. Kebutuhan jasmani antara lain pelayanan pemenuhan kesehatan, makanan dan gizi, perumahan sandang, olahraga dan alat bantu.
b. Kebutuhan Mental dan Psikis Aspek psikis atau mental terjadinya kemunduran intelegensia dan emosi. Kebutuhan psikis atau mental spiritual dimasudkan membantu lanjut usia agar memiliki sikap mental yang positif bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungannya. Kebutuhan psikis meliputi pelayanan konseling an pembelaan yang
34
Undang-Undang Online, “Undang-undang Kesejahteraan Lansia nomor 13 tahun 1998,” artikel diakses pada 17 Februari 2015 dari file:///C:User/Acer/Downloads/Undang-Undang-tahun1998-13-98%20(3).pdf 35 Achmadi Jayaputra, Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia, (Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Depsos RI, 2005) h. 44-45.
39
berkaitan dengan rasa aman, tentram, adanya hubungan dengan Tuhan, dekat dengan teman dan mempunyai hubungan baik dengan lingkungannya. Sebagai salah satu cara mendekatkan diri dengan Tuhan, lanjut usia diajak beribadah, menghadiri pengajian dan upacara-upacara keagamaan atau upacaraupacara lainnya.
c. Kebutuhan Sosial dan Ekonomi Pendekatan dengan cara memberikan kesempatan seluasluasnya kepada lanjut usia diluar lingkungan keluarga. Pelayanan sosial lanjut usia dapat memberikan kesan bagi lanjut usia merasa dirinya semakin tua dan berguna. Kebutuhan sosial antara lain pelayanan bimbingan sosial, rekreasi, sosialisasi dan perlindungan. Sedangkan kebutuhan ekonomi hanya dapat dilakukan lanjut usia yang masih produktif. Bentuk pelayanan terhadap kesempatan kerja, membantu Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan masuk dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB).
Kebutuhan dasar bagi lanjut usia diarahkan terwujudnya kesejahteraan sosial lanjut usia yaitu terpenuhinya kebutuhankebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan tersebut dimaksudkan dalam rangka menopang kelangsungan hidup
40
manusia, dengan kata lain lanjut usia yang hidup sejahtera apabila terpenuhi kelima kebutuhan dasar tersebut.
3. Hak dan Kewajiban Lanjut Usia Lanjut Usia merupakan warga Negara yang memiliki hak yang sama dengan warga Negara lainnya. Disebutkan dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dan juga disebutkan dalan undang-undang tersebut sebagai penghormatan dan penghargaan kepada Lanjut Usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi:36 a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual. b. Pelayanan kesehatan. c. Pelayanan kesempatan kerja. d. Pelayanan pendidikan dan pelatihan. e. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas,sarana dan prasarana umum. f. Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum. g. Perlindungan sosial h. Bantuan sosial 36
Undang-Undang Online, “Undang-undang Kesejahteraan Lansia nomor 13 tahun 1998,” artikel diakses pada 17 Februari 2015 dari file:///C:User/Acer/Downloads/Undang-Undang-tahun1998-13-98%20(3).pdf
41
Selain hak lanjut usia juga memiliki kewajiban yang telah disebutkan dalam undang nomor 13 tahun 1998 dimana lanjut usia mempunnyai kewajiban yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sesuai dengan peran dan fungsinya , lanjut usia berkewajiban untuk : a. Membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya dalam rangka menjaga martabat dan meningkatkan kesejahteraannya. b. Mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan, dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus. c. Memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus.
4. Karakteristik Lanjut Usia Adapun karakteristik usia lanjut yaitu : 1. Merupakan periode penurunan (kemunduran) Penurunan tersebut disebabkan sebagian oleh factor fisik, seperti perubahan-perubahan sel tubuh karena ketuaan dan sebagiansebagian lagi oleh factor psikologis, seperti sikapnya terhadap orang lain dan terhadap kerja.
42
Mereka yang telah pensiunan tidak mempunyai minat apa-apa mudah menjadi depresi dan berantakan, akhirnya kondisi fisik dan mentalnya menjadi cepat menurun dan akhirnya meninggal. Motivasi kelihatannya memegang peran yang penting, yang kurang bermotivasi untuk mempelajari hal-hal baru atau mengikuti akan mengalami kemunduran yang lebih cepat.37 2. Ada perbedaan individual dalam efek ketuaan Reaksi orang terhadap masa tua berbeda-beda, ada yang menganggap pension merupakan masa yang menyenangkan, karena sekarang yang bersangkutan dapat hidup dengan lebih santai, namun ada pula yang menganggap pension sebagai hukuman. 3. Banyak terdapat streotip mengenai usia lanjut seperti misalnya adanya humor-humor dalam majalah-majalah mengenai usia lanjut yang menggambarkan masa tua tidak menyenangkan.
4. Sikap sosial terhadap lanjut usia Umumnya terdapat sikap sosial terhadap orang-orang usia lanjut yang kurang positif. Mereka bukannya dihormati dan dihargai karena pengalamannya, melainkan sikap mereka membuat para orang tua usia lanjut ini merasa tidak lagi dibutuhkan oleh kelompok sosial,
37
Elizabeth B. Hurlock, “Psikologi Perkembangan”, (Jakarta: Erlangga, 1984) h.380
43
lebih dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu, namun ada perbedaan sikap antara budaya yang berbeda-berbeda pula, ada kelompok etnik yang menghargai tinggi terhadap usia lanjut. Disamping itu kelas sosial juga mempengaruhi sikap sosial itu. 5. Usia lanjut mempunyai status kelompok minoritas Sebagai akibat dari sikap sosial yang negative terhadap usia lanjut mereka cenderung dibatasi dalam interaksi sosialnya dan hanya mempunyai kekuatan atau kekuasaan yang terbatas. Mereka menjadi warga Negara kelas dua, hal mana mempengaruhi penyesuaian dirinya secara sosial maupun pribadi. Sering mereka lalu bersikap defensive, juga tidak jarang menjadi korban dari orang-orang yang jahat atau beritikad jelek. 6. Usia lanjut diikuti dengan perubahan-perubahan peran Berhubungan kelompok usia lanjut dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda, mereka lalu kurang mempunyai peran yang aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial dan masyarakat maupun dalam dunia bisnis. Sebagai akibatnya peran-peran yang dapat dimainkan menjadi berkurang atau berubah sifatnya. Hal ini juga dapat mengembangkan sikap rendah diri dan dendam yang akhirnya mempengaruhi pula penyesuaian sosial dan pribadinya.
44
7. Penyesuaian diri yang tidak baik Sikap sosial yang negative dan kurangnya pemberian penghargaan (rewerds) terhadap jasa-jasa orang lanjut usia di masa lalu, yang tercermin dari cara kelompok sosial memperlakukan mereka, maka tidak heran bila pada lanjut usia ini timbul konsep diri yang negative 5. Tugas Perkembangan Usia Lanjut Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang dari pada kehidupan orang lain. Hal ini sering diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang pernah dilakukan di dalam maupun di luar rumah. Bagi beberapa orang berusia lanjut kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial dan kewajiban sebagai warga negara sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun setelah pensiun. Sebagaimana halnya tugas perkembangan yang ada dan harus dijalani oleh periode-periode sebelumnya, individu-individu yang berada pada periode lanjut usia juga memiliki tugas perkembangan yang harus dilalui dengan sebaik-baiknya. Diantara tugas perkembangan yang hendaknya dilalui para lansia adalah : 1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan berkurangnya kesehatan.
45
2. Meyesuaikan diri dengan masa pension dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga. 3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup. 4. Menjalin hubungan dengan orang-orang seusianya. 5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan. 6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan harmonis.38 D. Teori Fungsional Beberapa tokoh utama pengembang dan pendukung teori fungsional pada zaman modern ini bisa disebut antara lain Talcott Parsons. Robert K. Merton dan Neil Smelser. Teori Fugsional dalam menjelaskan perubahanperubahan yang terjadi di masyarakat mendasarkan pada tujuh asumsi (Lauer). 1. Masyarakat harus dianalisis sebagai satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari berbagai bagian yang saling berinteraksi. 2. Hubungan yang ada bisa bersifat satu arah atau hubungan yang bersifat timbal balik. 3. Sistem sosial yang ada bersifat dinamis, di mana penyesuaian yang ada tidak perlu banyak merubah sistem sebagai satu kesatuan yang utuh.
38
Yudrik Jahja, “Psikologi Perkembangan”, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 318
46
4. Integrasi yang sempurna di masyarakat tidak pernah ada, oleh karenanya di masyarakat senantiasa timbul keteganganketegangan
dan
penyimpangan-peyimpangan.
Tetapi
ketegangan-ketegangan dan penyimpangan-penyimpangan ini akan dinetralisir lewat proses pelembagaan. 5. Perubahan-perubahan akan berjalan secara gradual dan perlahan-perlahan
sebagai
suatu
proses
adaptasi
dan
penyesuaian. 6. Perubahan adalah merupakan hasil penyesuaian dari luar, tumbuh oleh adanya diferensiasi dan inovasi. 7. Sistem diintegrasikan lewat pemilikan nilai-nilai yang sama. Menurut teori fungsional, masyarakat sebagai suatu sistem memiliki struktur yang terdiri dari banyak lembaga, di mana masing-masing lembaga memiliki fungsi sendiri-sendiri. Struktur dan fungsi, dengan kompleksitas yang berbeda-beda, ada pada setiap masyarakat, baik masyarakat modern maupun masyarakat primitive. Misalnya lembaga keagamaan berfungsi membimbing pemeluknya menjadi anggota masyarakat yang baik dan penuh pengabdian untuk mencapai kebahagian dunia dan akherat. Lembaga keluarga berfungsi menjaga keberlangsungan perkembangan jumlah penduduk.39
39
Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, (Yogyakarta :Tiara Wacana, 1992) h. 26
47
E. Teori Proses Menua Menurut Maryam, ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan : 1. Teori Biologis Teori biologis mencakup teori : -
Teori genetik dan mutasi Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Pada teori biologis dikenal istilah „pemakaian dan perusakan‟ (wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah (pemakaian). Pada teori ini juga di dapatkan terjadinya peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
-
Immunology slow theory Menurut Immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
48
-
Teori Stres Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak
dapat
mempertahankan
kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. -
Teori Radikal Bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal
bebas
(kelompok
atom)
yang
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi. -
Teori Rantai Silang Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau using menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi sel.
2. Teori Sosial Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu :
49
-
Teori Interaksi Sosial Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar halhal yang dihargai masyarakat. Mauss, Homans, dan Blau mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar lain Simmons, mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk
mempertahankan
status
sosialnya
atas
dasar
kemampuannya untuk melakukan tukar menukar. Menurut Dowd, interaksi antara pribadi dan kelompok merupakan upaya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian hingga sedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau kelompok lainnya. Pada lansia, kekuasaan dan prastisenya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang,
yang
tersisa
hanyalah
harga
diri
dan
kemampuan mereka untuk mengikuti perintah. Pokokpokok interaksi sosial adalah sebagai berikut: masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai
50
tujuannya masing-masing, dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu, untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor harus mengeluarkan biaya, aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian, hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya. -
Teori Aktivitas Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore dan Lemon yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasaan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi dilain sisi dapat dikembangkan misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, seorang duda atau janda, serta karena ditinggal wafat pasangan hidupnya. Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya. Pokok-pokok teori aktivitas adalah: moral dan kepuasan berkaitan
dengan
interaksi
sosial
dan
keterlibatan
51
sepenuhnya dari lansia di masyarakat; kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia. -
Teori Kesinambungan Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia. Pokok-pokok teori kesinambungan adalah sebagai berikut: lansia tidak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalamannya di masa lalu, lansia harus memilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan; peran lansia yang hilang tak perlu diganti; lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk beradaptasi.
-
Teori Perkembangan Havighurst dan Duvali menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan (developmental tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan lansia yaitu: penyesuaian terhadap penurunan kemampuan fisik dan psikis; penyesuaian
52
terhadap pensiun dan penurunan pendapatan; menemukan makna kehidupan; mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan; menemukankepuasan dalam hidup berkeluarga; penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia; menerima dirinya sebagai seorang lansia. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Pokok-pokok dalam teori perkembangan adalah sebagai berikut: masa tua merupakan
saat
lansia
merumuskan
seluruh
masa
kehidupannya; masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru, yaitu pensiun dan/atau menduda/menjanda; lansia harus menyesuaikan diri sebgai akibat perannya yang berakhir dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya. -
Teori Stratifikasi Usia Wiley menyusun stratifikasi usia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban, dan hak mereka
53
berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya. Pokok-pokok dari teori stratifikasi usia adalah sebagai berikut: arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat, terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok, terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro. Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik (Maryam). 3. Teori Penarikan Diri (Disengagement Theory) Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry. Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Para lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu : kehilangan peran, hambatan kontak sosial, berkurangnya komitmen. Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang berhasil apabila
54
ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada
persoalan
pribadi
serta
mempersiapkan
diri
dalam
menghadapi kematiannya. Pokok-pokok teori menarik diri adalah sebagai berikut : pada pria, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa pensiun. Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa serta meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah; lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini, karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas. Tiga aspek utama dalam teori ini adalah proses menarik diri yang terjadi sepanjang hidup. Proses ini tidak dapat dihindari serta hal ini harus diterima oleh lansia dan masyarakat.40
40
Universitas Veteran Jakarta, “Landasan Teori Lansia” artikel diakses pada 28 September 2016 dari http://library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/0810211095/Bab.2.pdf.pdf
55
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Latar Belakang Pendirian Lembaga Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Ciracas adalah cabang dari Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. Yang merupakan salah satu lembaga yang dilindungi oleh Dinas Sosial yang memberikan pelayanan dan rehabilitas sosial kepada lanjut usia (Lansia) terlantar dijalanan, rumah sakit dan dari kalangan miskin untuk diberikan hak yang sesuai berupa bimbingan konseling, layanan kesehatan, resosialisasi dan bimbingan keterampilan bagi para lansia yang masih potensial, agar dapat meningkatkan kemampuan, motivasi dan perannya dan memperkuat kembali keberfungsian sosialnya. Keberhasilan pembangunan meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya usia harapan hidup dan jumlah lanjut usia. Semakin meningkatnya tuntutan kehidupan kebutuhan ekonomi khususnya di kota-kota besar menyebabkan terjadinya pergeseran nilai dalam keluarga. Kondisi ini mengarah kepada semakin berkurangnya perhatian keluarga terhadap lansia karena keterbatasan waktu yang tersedia. Akibatnya banyak lansia terlantar dan harus hidup sendiri tanpa perhatian serta pendampingan keluarga serta tidak dapat melakukan aktifitas yang bermakna dalam mengisi hari tuanya, selanjutnya keberadaan lansia menjadi beban bagi keluarga. Kondisi ini menuntut Pemerintah
56
Daerah untuk memberikan pelayanan sosial kepada lansia sehingga dapat menghindarkan mereka dari keterlantaran dari berbagai aspek. PSTW Budi Mulia 3 merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. PSTW (Panti Sosial Tresna Werdha) Budi Mulia 3 yaitu dibangun pada akhir tahun 2001 dengan luas bangunan 2.445 m2 diatas lahan seluas 8.665 m2 dan selesai pada bulan November 2002 yang di kukuhkan menjadi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Ciracas melalui SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 63 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta. Dan daya tampung PSTW Budi Mulia 3 Ciracas sebanyak 150 orang Lansia terdiri dari 2 wisma pria (Cendrawasih dan Garuda) dan tiga wisma wanita (Anggrek, Mawar, dan Melati).
B. Tujuan, Visi dan Misi Lembaga •
Tujuan
Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas hidup dan keberfungsian sosial lanjut usia terlantar, sehingga dapat membuat hari tuanya dengan mengikuti ketentraman lahir dan batin.
57
•
Visi PSTW Budi Mulia 3 :
“Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia Ciracas sebagai puasat layanan Lansia terdepan di Provinsi DKI Jakarta” •
Misi PSTW Budi Mulia 3 :
Melayani Lansia secara Holistik yang meliputi : Biologis, Psikologis, Sosial, dan Spiritual. 1) Meningkatkan lanjut usia terlantar dalam kehidupan yang normative 2) Meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas hidup lanjut usia 3) Meningkatkan keberfungsian sosial lanjut usia 4) Meningkatkan pelayanan sosial lanjut usia terlantar 5) Meningkatkan peran serta keluarga, masyarakat dan dunia usaha
C. Falsafah Lembaga Adapun dasar-dasar hukum yang dipakai di PSTW Budi Mulia, diantaranya : 1. Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. 2. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 3. Undang-Undang
No.
11
tahun
2009
tentang
Pokok-Pokok
Kesejahteraan Sosial. 4. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan provinsi sebagai Daerah Otonom. 5. Peraturan Gubernur No. 104 tahun 2009 tentang organisasi dan Kerja Dinas Sosial Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
58
6. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 63 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta.
59
D. Struktur Organisasi Lembaga Tabel 1.2 (Tabel Struktur Organisasi PSTW Budi Mulia 3 Ciracas)
KEPALA PANTI Drs. H. Akmal Towe, M.Si
SATPEL BAG TATA USAHA Dra. Utari, M.Si
SATPEL PELAYANAN Farida Noviyanti, SH
SATPEL KEPERAWATAN Irwan Santoso, SH
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Adapun Job Description yang dilakukan oleh pengurus di PSTW Budi Mulia 3 adalah :
60
1. Ketua Panti Bertugas
memonitoring
segala
pekerjaan
setiap
divisi/seksi. Disamping itu, kepala panti juga melaksanakan tugas manajerial dan teknis operasional pelayanan dan rehabilitas social seusuai dengan Peraturan Perundang Undangan yang berlaku.
2. Tata Usaha Dalam tugasnya melakukan urusan surat menyurat, kepegawaian, menyusun laporan keuangan, menginput datadata keuangan, transparasi dana perlengkapan, serta sarana dan prasarana Panti.
3. Sie.Perawatan Merupakan divisi yang membantu pekerja social untuk melakukan seleksi terhadap calon WBS berdasarkan segi moralitas dan kesehatannya. Sekso perawatan juga berfungsi sebagai bagian yang mengatur masalah sandang, pangan, kebersihan
lingkungan,
kerapihan
wisma
dan
WBS,
pemberian obat-obatan dan Vitamin bagi WBS yang membutuhkan.
61
4. Sie. Bimbingan Penyaluran Merupakan divisi yang mengawasi jalannya program yang telah disepakati oleh dinas dan pihak panti seperti bimbingan rohani, senam, kerajinan tangan dan kesenian, layanan konseling dan case conference
5. Kelompok Jabatan Fungsional Pekerja sosial/ jabatan fungsional merupakan divisi yang melakukan
assessment,
intervensi
klien,
identifikasi,
registrasi, seleksi dan penerimaan serta penjelasan program kepada WBS. Dalam hal pengambilan keputusan, PSTW Budi Mulia 3 mengambil keputusan dengan system non direktif (secara tidak langsung) karena pengambilan keputusan dilakukan secara bermusyawarah antara ketua panti dengan para staff panti. E. Program Di PSTW BM 3 perencanaan program dibuat oleh Dinas dan cenderung untuk jangka panjang dan sifatnya tetap, tidak berubah. Dalam perencanaannya masing-masing dari kepala Panti hadir untuk rapat tentang manajemen program lalu direalisasikan kebawah (staff panti). Sayangnya manajemen program yang ada di PSTW belum berjalan secara optimal.
62
Adapun program yang dibuat bedasarkan keputusan dari Dinas dan kepala Panti diantaranya kelas Angklung, dimana di semua Panti Sosial Tresna Werdha memiliki program yang sama tergantung bagaimana mereka menerapkannya atau tidak. Pelayanan sosial dan kesehatan, seperti bimbingan konseling dan keterampilan juga merupakan perencanaan dari Dinas yang disepakati bersama oleh masing-masing kepala panti, hanya untuk keterampilannya ingin seperti apa diserahkan kembali kepada pihak panti. Di sisi lain terdapat pula program yang dibuat oleh kebijakan panti yang perencanannya disusun oleh Sie.Bimbingan dan Penyaluran panti dan disepakati bersama oleh pihak panti yang berkaitan, seperti adanya kegiatan panggung gembira, kegiatan senam seminggu dua kali untuk menyehatkan tubuh para lansia agar tidak mudah terkena stroke dan jantung, kegiatan bimbingan rohani Islam dan Kristen di setiap hari Selasa dan Kamis, latihan rebana untuk para lansia kakung dan keterampilan menjahit dan meronce bunga untuk para lansia perempuan bagi mereka yang masih potensial. Program di PSTW memiliki system Top-Down, yang dibuat langsung oleh Dinas kepada masing-masing Panti. Disamping itu, manajemen program yang ada di PSTW ada juga yang menggunakan system Bottom-Up. Salah satu contohnya ialah program keterampilan menjahit dan meronce bunga yang diusulkan oleh pihak panti ke Dinas. PSTW BM 3 memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia terlantar dalam bentuk pembinaan fisik berupa olahraga dan pemeriksaan
63
kesehatan, pembinan mental spiritual yang berupa bimbingan rohani Islam dan Kristen yang diadakan seminggu dua kali, bimbingan sosial yang dimasudkan agar WBS dapat mengenali peran dan fungsi sosialnya di lingkungan panti, bimbingan keterampilan meliputi kerajinan tangan dan kesenian, rekreasi dan hiburan. Pelaksanaan program diantara Program-program inti yang terdapat di PSTW Budi Mulia 3, terdapat pula program-program yang diselenggarakan untuk memperingati hari-hari besar seperti, Hari Kartini, Isra Mi‟raj, Ulang Tahun Jakarta, Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) dan sebagainya. Seperti halnya pada peringatan acara Hari Kartini, pihak Panti biasanya mengadakan acara lomba busana kebaya (Fashion Show) bagai para WBS (Warga Binaan Sosial) Panti yang masih potensial. Lalu pada acara hari besar keagamaan seperti halnya Isra Mi‟raj biasanya pihak panti mengadakan acara peringatan dengan mengunang Ustadz untuk memberikan khotbahnya bagi para WBS panti yang beragama muslim. Pada acara peringatan HLUN pun pihak panti bekerja sama dengan kepala panti Werdha lainnya untuk mengadakan acara. Adapun program-program yang ada di PSTW Budi Mulia 3 diantarnya adalah: a. Adanya
pelatihan-pelatihan
seperti
keterampilan
menjahit,
membuat keset dan meronce bunga dari sedotan khusus bagi para lansia yang masih potensial. Hal tersebut dapat berfungsi untuk mengembangkan kreatifitas para lansia.
64
b. Kegiatan bermain Angklung sebagai terapi pemulihan para lansia yang memiliki riwyat penyakit stroke. Disisi lain bermain Angklung juga dapat membantu mennggabungkan fungsi otak kiri (lewat syair lagu) dan otak kanan (tangga nada), sehingga dapat menjadi jembatan otak untuk menjadi aktif dan tidak mudah lupa (membantu meningkatkan memori). c. Ada kegiatan Bimbingan Rohani seminggu 2 kali setiap hari Senin dan Kamis, baik rohani agama Islam (Pengajian) maupun Kristen. d. Kegiatan Panggung Gembira. Disini para lansia dituntut untuk bebas berekspresi, tidak peduli suaranya merdu atau tidak, tujuannya dapat melatih rasa kepercayaan diri lansia untuk mau berjoget dan riang gembira bersama. e. Pelatihan rebana untuk para lansia kakung dan perempuan, membantu untuk melatih gerakan otot tangan dan sebagai salah satu tujuan untuk memperkenalkan salah satu musik Indonesia. f. Kegiatan Senam yang dilakukan seminggu 2 kali, tujuannya agar dapat memberfungsikan syaraf dan motoric para lansia, terutama bagi mereka yang merupakan penderita jantung, stroke, dan diabetes.
65
1.
Jadwal Kegiatan WBS PSTW Budi Mulia Ciracas Jadwal Kegiatan Mingguan Hari
Jadwal Kegiatan Harian
Kegiatan
Jam
Kegiatan
Bimbingan
04.00
Bangun Pagi/Mandi
Rohani/Keagamaan
04.45
Sholat Subuh
Olahraga, Bim. Kesenian,
05.30
Jalan Kaki Pagi
dan Panggung Gembira
06.00
Sarapan Pagi
Senin
Selasa
Kegiatan Yang Bimbingan
07.00 Terjadwal
Rabu Rohani/Keagamaan
Kamis
Jum‟at
12.00
Sholat Dzuhur
12.30
Makan Siang
13.30
Istirahat Siang
15.00
Sholat Ashar
15.30
Makan Sore
Bimbingan
16.00
Istirahat Sore
Rohani/Keagamaan
18.00
Sholat Magrib
19.00
Sholat Isya
20.00
Istirahat Malam
Bimbingan Keterampilan
Olahraga dan TAK
Sabtu
Minggu
Aktifitas Mandiri
66
2. Alur pelayanan dan penerimaan penghuni panti: Persyaratan penerimaan a. Usia diatas 60 tahun keaatas b. Warga DKI Jakarta c. Surat Keterangan RT, RW, Keluraham, Kepolisian, Instansi terkait d. Sehat jasmani dan rohani e. Bersedia mematuhi tata tertib panti
3. Tata tertib penghuni dan pengurus panti Bagian keamanan panti terdapat petugas keamanan sebanyak 7 orang petugas yang bekerja secara bergilir sesuai shift nya. Diadakan patroli setiap 3 jam sekali untuk mengecek keamanan lingkungan sekitar panti. Tata tertib keamanan untuk para WBS antara lain: -
WBS dilarang berada diluar panti atau pos security selama jam kerja
-
Untuk WBS yang ingin berpergian jauh harus memiliki surat ijin dari penanggung jawab
-
kerjasama yang baik dengan para staff, pramu jajaran, untuk menciptakan lingkungan yang bersih, aman dan nyaman.
F. Jangkauan Layanan Adapun target layanan PSTW Budi Mulia 3 diantaranya yaitu lansia terlantar yang berusia 60 tahun ke atas, Penduduk DKI Jakarta, ada surat
67
pengantar dari RT/RW dan Kelurahan dan rekomendasi dari suku Dinas Sosial wilayah. Gambaran umum Klien yang terdapat di PSTW Budi Mulia 3 sebagian besar merupakan hasil jaringan polisi Pamong Praja (SATPOL PP). Ada beberapa juga yang merupakan rujukan dari panti-panti lain karena panti tersebut tidak memiliki fasilitas yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan klien, ada juga yang beralasan karena WBS tersebut sudah tidak bisa mengikuti aturan dan tata tertib yang sudah di tetapkan di Panti sebelumnya. 10% dari penyaluran Klien merupakan rujukan dari keluarga kandungnya sendiri. Sebagian besar keluarga yang menitipkan ayah/ibu mereka di Panti karena keluarga tersebut tidak memiliki biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, merawatnya dan memberikan hak-hak yang seharusnya bisa didapatkan oleh setiap orang, yakni kasih saying. Mereka merupakan keluarga yang pada umumnya dari keluarga bermasalah, dan banyak yang tidak memiliki anak, sehingga ketika mereka sudah berusia lanjut, tidak ada satupun sanak saudara yang dapat menampung keberadaan lansia di dalam keluarganya dikarenakan memang mereka sudah tidak memiliki sanak saudara lagi dan hanya tinggal mereka seorang diri. Mayoritas dari mereka para lansia yang sudah tidak memiliki sanak saudara dirujuk oleh pihak RT/RW ataupun Kelurahan setempat yang mengurus langsung surat-surat penyaluran lansia tersebut ke tempat yang lebih mulia, yakni PSTW dimana lansia-lansia tersebut nantinya dapat bisa diberdayakan kembali, tidak terluntang-lantung
68
dijalanan dan dapat menikmati masa tuanya walaupun tidak dengan keluarga kandungnya. Jadi, dapat dikatakan katagori lansia yang berada di PSTW Budi Mulia 3, 90% mereka merupakan lansia terlantar dan 10% berasal dari keluarga miskin. Ada 150 WBS yang terapat di PSTW Budi Mulia 3. Data WBS berdasarkan psikologis yang telah diamati oleh PSTW BM 3 pada tahun 2014, hampir 67% WBS yang berada di PSTW BM 3 menderita gangguan psikotik, 33% mengalami gangguan dimensia, dan 100% tidak memiliki gangguan. Data penyakit yang dominan yang dialami oleh para WBS Lansia di PSTW BM 3 ialah Rheumatoid Arthritis sebanyak 35%, Chardiovascular 60%, diabetes sekitar 20%, Psikogeriatri 85%. Dan data WBS berdasarkan Agama yaitu 80% beragama muslim dan 20% non muslim. G. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) Pembagian kerja setiap kepala seksi sebagian besar tidak berdasarkan kompetensi melainkan berdasarkan pengabdian dan pengalaman. Misalnya staff pada bagian keperawatan yang bertugas sebagai pendamping wisma tidak harus berlatar belakang pendidikan perawatan. Tetapi pengabdian dan pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi pendamping wisma. Meskipun seperti itu, ada beberapa posisi yang mengharuskan memiliki latar belakang sesuai dengan bidang yang bersangkutan seperti untuk mengisi posisi pekerja sosial di panti harus berlatar belakang kesejahteraan sosial dan memiliki SK.
69
Rasio pekerja sosial yang ada di panti dengan WBS adalah 3 : 150 yang sudah tersertifikasi dan sudah memiliki SK untuk menjadi peksos. Pekerjaannya pun menjadi jabatan fungsional, seperti assessment, intervensi klien dan lain-lain. Artinya, pekerja sosial di PSTW BM 3 hanya berjumlah 3 orang, sedangkan pekerja sosial tersebut harus menangani kurang lebih 150 WBS yang ada di panti. Pengembangan kompetensi, dalam hal pelatihan untuk para staff ataupun Tenaga Pelayanan Sosial (TPS) yang ada di PSTW BM 3 diselenggarakan oleh Kementrian Sosial (Kemensos) dan Dinas Sosial (Dinsos) dengan waktu yang tidak menentu tetapi rutin dilaksanakan. Tempat pelaksanaan di BPPKS (Balai Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial) yang terletak di Lembang, Jawa Barat. Untuk biaya pelatihan, jika Kemensos utama yang berfungsi sebagai ruang kantor dan tempat dilaksanakannya case conference, maupun rapat-rapat untuk para staff.
H. Sarana dan Prasarana Lembaga 1. Gedung PSTW Budi Mulia 3 merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. PSTW (Panti Sosial Tresna Werdha) Budi Mulia 3 yaitu dibangun pada
70
akhir tahun 2001 dengan luas bangunan 2.445 m2 diatas lahan seluas 8.665 m2 dan selesai pada bulan November 2002. Sarana dan prasarana yang ada di PSTW BM 3, terdiri dari gedung kantor utama, di dalam gedung kantor utama yang berfungsi sebagai ruang kantor dan tempat dilaksanakannya case conference, maupun rapat-rapat untuk staf. 2. Wisma untuk para WBS terdiri dari: a. Cendrawasih Di Ruangan cendrawasih terdapat 8 kamar di dalamnya, terdiri dari 33 Tempat tidur dengan kamar mandi didalamnya untuk MCK. Keadaan kamar pada ruangan cendrawasih bersih dan tertata dengan baik. Disudut ruangan terdapat klinik pengobatan untuk WBS memerikasakan kesehatan dirinya. b. Garuda Di ruang garuda terdapat 8 kamar, terdiri dari 26 tempat tidur dengan satu kamar mandi didalamnya untuk MCK. Keadaan kamar mandi bersih ada tempat pembuangan sampah pada masingmasing kamar WBS. c. Anggrek Di Ruangan Anggrek terdapat 2 kamar besar dengan masingmasing kamar yang terdiri dari anggrek 1 memiliki 13 tempat tidur, dan kamar anggrek 2 memiliki 14 kamar tidur dan satu
71
kamar mandi didalamnya untuk MCK keadaan kamar pada ruangan anggrek bersih dan tertata dengan baik. d. Melati Di Ruangan melati memiliki 4 kamar, terdiri dari 31 tempat tidur dengan satu kamar mandi didalamnya untuk MCK. Keadaan kamar mandi bersih, ada tempat pembuangan sampah pada masing-masing kamar. e. Mawar Di ruangan Mawar terdapat 4 kamar, terdiri dari 28 tempat tidur dengan dua kamar mandi didalamnya untuk MCK. Keadaan kamar mandi bersih ada tempat pembuangan sampah pada masingmasing kamar WBS. 3. Ruangan-ruangan yang ada di panti PSTW Budi Mulia 3 terdiri dari : a. Poliklinik : poliklinik ini berfungsi memeriksa kesehatan para WBS yang dilakukan oleh dokter, bidan dan psikiatri (untuk kejiwaan). Poliklinik ini juga dijadikan sebagai posyandu lansia. b. Aula : sebagai tempat berkumpul melakukan kegiatan panti dan tempat
penerimaan tamu atau menyelenggarakan
kegiatan
kunjungan. c. Ruang konsultasi : ruang ini dijadikan untuk melakukan konseling dengan psikolog maupun dengan pekerja sosial. d. Ruang taman bacaan.
72
e. Ruang pemulasaran jenazah : ruang ini diperuntukkan untuk mengurus jenazah WBS dari mulai dimandikan hingga dikafankan. f. Ruang keterampilan : ruang ini dijadikan tempat melakukan kegiatan keterampilan. g. Mushola : berada di depan rumah dinas, seperti mushola pada umunya terdapat tempat wudhu, tempat sholat laki-laki dan perempuan. Biasa digunakan oleh para WBS untuk sholat dan kegiatan pengajian yang dilaksanakan setiap hari senin dan rabu jam 10, serta kegiatan yasinan setiap malam Jum‟at h. Dapur : terdapat dibagian samping ruang TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) untuk WBS. Keadaan dapur cukup bersih dan menjaga kesehatan makanan untuk diberikan WBS. Di dalam dapur terdapat petugas yang memasak makanan untuk WBS dengan menu masakan yang bervariasi sesuai dengan kesehatan gizi lansia. i. Asrama TPS (Tenaga Pelayanan Sosial) : ruang ini digunakan untuk tempat istirahat sementara bagi para TPS. j. Rumah Dinas : berada di belakang panti, bersebelahan dengan mushola. Terdapat 2 lantai dan dipergunakan untuk para pegawai panti. k. Lapangan : lapangan ini digunakan untuk melakukan kegiatan panti seperti senam, sekaligus dijadikan lahan parkir untuk para tamu dan staff. Di panti terdapat sarana olahraga yaitu lapangan futsal dan badminton, WBS jarang menggunakannya karena jarak
73
antara kamar dan lapangan olahraga sedikit jauh. Kebanyakan dari WBS hanya menggunakan sarana olahraga seperti senam pada lansia yang diadakan setiap hari selasa dan jum‟at di bagian halaman depan panti. l. Kantin : di dalam panti terdapat kantin yang menjual aneka minuman dengan makanan/snacknya. Kantin yang terdapat di dalam panti lebih sering dikunjungi oleh para pegawai
dan
mahasiswa praktek. m. Peternakan : di dalam panti terdapat beebrapa peternakan kambing yang berjumlah 4 ekor, ada juga kolam ikan yang berisi ikan mujair dan ikan bawal, serta kandang ayam. Masing-masing peternakan diurus oleh WBS sendiri dan dibantu oleh pegawai panti untuk menyalurkan hobi dan kesukaannya dalam merawat binatang.
74
Berikut ini adalah tabel mengenai lanjut usia (WBS) berdasarkan jenis kelamin, sebagai berikut: Tabel 1.3 Data jumlah lanjut usia/WBS berdasarkan jenis kelamin No.
Jenis Kelamin
Jumlah
1.
Perempuan
89 orang
2.
Laki-laki
61 orang
I. Kemitraan Dengan Pihak Luar Hubungan lembaga dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan cukup baik, terbukti dengan adanya PHLU (Pelayanan Harian Lanjut Usia) yang dimana di panti terdapat posyandu lansia yang dapat digunakan oleh warga sekitar panti khususnya lansia di RT.07 karena di daerah sekitar belum memiliki layanan posyandu lansia. Maka dari itu panti dengan warga sekitar RT.07/06 bekerja sama dalam hal posyandu. Begitu juga bila ada kegiatan seperti senam, maka warga sekitar dapat mengikuti senam bersama-sama. Kerja sama yang telah dilakukan oleh PSTW Budi Mulia 3 Ciracas, dalam rangka pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada lansia, yaitu :
75
a. Dinas sosial, Dinas ketentraman dan ketertiban Satpol PP dalam pengiriman calon WBS (lansia terlantar) dan menindak lanjuti hasil razia yang dilaksanakan. b. RSKD Duren Sawit Satelit dalam hal pasien gangguan jiwa (psikotik) c. RSUD Budi Asih dan dalam hal memberikan pelayanan kesehatan kepada lansia d. Puskesmas Ciracas, dalam hal memberikan layanan kesehatan lansia. e. PUM (Panti Usada Mulia) dalam bentuk perawatan untuk lansia yang sakit. f. PSBI Bangun Daya (Panti Sosial Bina Insan) panti penampungan sementara WBS yang akan dikirim ke setiap panti. Di PSBI juga terdapat Lansia yang Psikotik.
76
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
Berdasarkan hasil temuan penulis dapat diperoleh suatu informasi mengenai dukungan keluarga. Pada bab ini, hasil temuan penulis dijelaskan melalui teori bentuk dukungan keluarga yang dikemukakan oleh Friedman. Adapun sub bab yang akan dibahas diantaranya ialah mengenai profil informan, macam-macam bentuk dukungan keluarga, serta komponen dukungan sosial. A. Profil (Informan) Salah satu yang dipilih menjadi informan adalah salah satu lansia terlantar yang berada di panti tetapi masih memiliki keluarga. Di bawah ini dapat dilihat ringkasan data diri menjadi informan. 1. Sutinem Saat ini Sutinem berusia 73 tahun. Dari kecil berpendidikan sekolah 4 SD. Memiliki bapak seorang petani yang berjualan kacang dan ibu juga seorang petani. Saat usia 12 tahun ibunya nenek Sutinem meninggal. Nenek Sutinem mulai belajar masak untuk petani yang bekerja di sawah. Setelah itu bapak nenek Sutinem sakit udah tua lalu meninggal di Purbalingga. Nenek Sutinem adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Sekarang saudara nenek Sutinem sudah meninggal semua. Nenek Sutinem memiliki tiga anak laki-laki yang berada di Pasar Rebo satu, di
77
Purbalingga satu dan di Sumatera satu. Sebenarnya nenek Sutinem memiliki anak 4 namun yang satu sudah meninggal. Namanya Rahmat Aris, Agus Waluyo, Sutrisno dan Riyadi yang sudah meninggal. Nenek Sutinem pernah tinggal juga di Pasar Rebo saat tahun 2013. Awal nenek Sutinem bisa masuk panti karena anak nenek Sutinem yang menempatkan nenek Sutinem disini. Alasan pak Rahmat menempatkan ke panti karena ketidak cocokan nenek Sutinem dengan menantunya, nenek Sutinem sering berantem dengan menantunya. Suami nenek Sutinem sudah meninggal saat umur 84 tahun. Nenek Sutinem pernah bekerja berjualan kopi mentah saat di Purbalingga. Pak Rahmat Aris kemarin sempat menjenguk nenek Sutinem udah sebulan setengah sebelum puasa. Nenek Sutinem tinggal di panti sudah dua tahun kurang lebih. 2. Anak Sutinem Anak pertama nenek Sutinem di Pasar Rebo namanya Rahmat Aris. Rahmat Aris ini memiliki tiga anak. Anak yang pertama bernama Rizki Ramadhan berumur sepuluh tahun. Anak yang kedua namanya Kana Tegar berumur delapan tahun kelas 2 SD. Anak yang ketiga bernama Zanita Okta Nurjannah berumur enam tahun setengah mau masuk SD. Memiliki pekerjaan sebagai ojek online yaitu Grabbike. Rumahnya kontrak di Pasar Rebo. Istrinya bekerja di Catering.
78
Anak kedua nenek Sutinem tinggal di Jambi namanya Adi Sutrisno. Kerja sebagai pesuruh di kantor pajak. Istrinya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Memiliki dua anak lelaki. Anak yang pertama bernama Imam. Anak yang ke dua bernama Ibrahim. Setelah itu anak ketiga nenek Sutinem Agus Waluyo tinggal di Purbalingga. Dulunya bekerja sebagai satpam namun sekarang sudah tidak bekerja lagi karena sakit-sakitan dan harus menjalani cuci darah rutin dua kali seminggu sakit gagal ginjal. Istrinya bekerja sebagai karyawan pabrik industri rambut palsu. Memiliki dua anak laki-laki. Anak yang pertama berusia tujuh tahun dan anak yang kedua berusia empat tahun. 3. Bu Purba Ibu Purba berusia 51 tahun. Tempat tanggal lahirnya di Taruntung 14 Juli 1965. Bu Purba anak ke 8 dari 9 bersaudara. Nama saudara yang ke satu Bernad Purba kerja pensiunan guru SMPN sekarang tinggal di ciputat. Saudara ke dua Berliana Purba ikut suami pegawai negeri tinggal di Taruntung. Saudara ke tiga Sofar Purba kerja supir Jakarta –Medan. Saudara ke empat Galih Purba kerja jadi pemborong di Taruntung. Saudara ke lima Linda Purba guru menjahit sambil membuka toko menjahit di Taruntung. Saudara ke enam sudah meninggal. Saudara ke tujuh Sabarohtuah Purba menjadi ibu rumah tangga. Ke 8 ibu Mangiring Purba sendiri kerja jadi pegawai pns. Saudara ke sembilan Asimah Ulil Purba kerjanya di bidan pulo mas. Orang tua Bu Purba sekarang bapaknya
79
berumur 89 tahun sudah tidak bekerja namun dahulunya adalah pemborong proyek bangunan sekolah sedangkan ibunya sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu dulunya pedagang kopi. Pendidikan ibu Purba dari SD sampai SMA di Sumatera. Lalu melanjutkan kerja sambil kuliah di Jakarta mengambil S1 di Widuri. Ibu purba memiliki dua anak yang pertama bernama Meilita Kusumadiani mau masuk kuliah. Arisil Irmawan baru mau masuk SMA. Rumah tempat tinggal ibu Purba di kavling cipayung. Motto hidup ibu Purba bekerja untuk menyekolahkan anak. Pekerjaan suami ibu Purba adalah menjadi pegawai PNS di Departemen Sosial. B. Bentuk Dukungan Keluarga Sesuai dengan teori Gallo dan Reichel yang dikutip oleh Indriyani membagi jenis-jenis dukungan keluarga menjadi 3 (tiga) jenis pada bab II halaman 23 : a. Dukungan Fisiologis Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan dalam bentuk pertolongan-pertolongan dalam aktivitas sehari-hari yang mendasar, seperti dalam hal mandi, menyiapkan makanan dan memperhatikan gizi, toileting, menyediakan tempat tertentu atau ruangan khusus, merawat seseorang bila sakit. Seperti yang diutarakan anaknya kepada ibunya : “Ibu dipanti jaga kesehatan ya, jangan sampai sakit. Kalo ada kegiatan olahraga kalo bisa ibu ikut. Agar ibu sehat terus jangan lupa makan sehari tiga kali yang bergizi. Terkadang
80
saya suka bilang gitu pada ibu saya saat saya menengokin di panti.”41 Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya dukungan fisiologis yang diberikan oleh keluarga kepada nenek. Dalam hal ini nenek mendapat perhatian dari anak pertamanya yaitu Rahmat Aris dalam memperhatikan gizi. “Dukungan fisiologis kalo di wbs disini ya di arahkan ada yang masak ada yang menyajikan petugas mengajak untuk mengikuti kegiatan senam dan dalam hal makanan juga memperhatikan gizi.”42 Petugas panti memberikan tahu bahwa terdapat dukungan fisiologis juga dari panti berupa menyiapkan makanan dan memperhatikan gizi. b. Dukungan Psikologis Dukungan psikologis adalah dukungan berupa kehangatan, kepedulian maupun ungkapan empati yang akan menimbulkan keyakinan bahwa ibu merasa dicintai dan diperhatikan, yang pada akhirnya dapat berpengaruh kepada keberhasilan. Seperti yang diutarakan pak Rahmat kepada ibunya : “iya saya suka nanyain apa ibu sedang sakit atau tidak? Terus gimana makannya disini? Apa tadi malam ibu tidurnya nyeyak? Saya sering menanyakan itu pada ibu saya”43
41
Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar Rebo, 20 Juni 2016 42 Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 43 Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar Rebo, 20 Juni 2016
81
Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya dukungan psikologis yang diberikan oleh keluarga kepada nenek. Dalam hal ini nenek mendapat perhatian dari anak pertamanya yaitu Rahmat Aris. “Ya saya rutin menengok ibu di panti. Sebulan sekali bahkan bisa lebih dari itu. “44 Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya dukungan psikologis yang diberikan oleh keluarga kepada nenek. Dalam hal ini nenek dapat berkomunikasi dengan keluarga dengan cara bertemu langsung karena keluarga sudah meluangkan waktu untuk nenek. “Ya dengan dia datang dia udah ada perhatiannya. Ya itu jika dia datang bagaimana mak sehat gak mak. Bagaimana keadaan mama disini.”45 “Ya memberikan rasa aman. Ya kalo sakit diobatin. Jika laper dikasih makan. Lalu dikasih baju juga. Kebutuhannya dipenuhi. Makanya kakek dan nenek disini pada betah.”46 “Ada peran panti dalam membina hubungan keluarga lansia tersebut. Seperti waktu itu pernah keluarga lansia dipanggil kesini diundang oleh kepala pembinaan. Terus bagi yang punya keluarga juga dianjurkan menengok anggota lansianya yang ada disini. Kalo bisa kita menggali data kita ada juga home visit kita assessment wbs dan keluarganya. Kalo jadwal kunjungan kita tidak ada khusus tapi syarat hanya diberikan anggota keluarganya agar kakek atau nenek tinggal di panti sering-sering ditengok minimal sebulan sekali jadwal dia sempet nengoknya kapan misalnya di hari libur sabtu atau minggu silahkan saja. Ditengok anggota kelurganya dengan 44
Ibid Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 46 Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 45
82
melapor petugas piket. Kita ada peraturan sebenarnya anggota keluarga yang datang sini tidak boleh masuk wisma tetapi hanya menunggu di ruang tamu, di gazebo di taman atau di loby.”47
Petugas panti juga menilai jika adanya dukungan psikologis dari keluarga yaitu bentuk perhatian keluarga kepada nenek dengan cara anaknya menengoki ibunya di panti dan menanyakan kabar keadaan ibunya. Peran panti juga memberikan dukungan psikologis yaitu rasa aman kepada nenek sutinem di panti. “Ya jelas pernah menengok nenek sebulan sekali. Diskusi yang pernah melakukan adalah membicarakan tentang kehidupan keluarga.”48 Nenek juga melakukan diskusi dengan keluarga untuk meluangkan waktu menjaga komunikasi baik dengan keluarga. c. Dukungan Sosial Dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang di dapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Seperti yang diutarakan anaknya kepada ibunya :
47 48
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016
83
”Saya juga sering mengingatkan kepada ibu saya untuk mengikuti kegiatan pengajian agar hatinya selalu tenang dan tentram dalam mengingat Allah SWT”49 Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga kepada nenek. Dalam hal ini nenek mendapat saran dari anak pertamanya yaitu Rahmat Aris untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian “Petugas selalu mengajak kegiatan pengajian. Waktunya hari senin ada ceramah dengan ust. samatrin, rabu ada baca quran deng pak zainudin, malam jumat yasinan.”50 “Iya saya tetap menjaga interaksi dengan orang lain dengan cara memberikan senyuman. Ya kadang saya ramah dengan orang lain. Ya saya patuh terhadap norma yang berlaku di panti.”51 Nenek selalu diajak oleh petugas panti untuk mengikuti kegiatan pengajian. Jadi nenek mendapatkan dukungan sosial dari panti. Nenek juga tetap menjaga interaksi dengan orang lain dan bersikap patuh terhadap norma yang berlaku di panti. “Fasilitas kesehatan ada tetapi tidak semua rumah sakit bisa di rujuk tergantung rumah sakit yang merujuk.” Petugas panti tidak memberikan kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan sesuai dengan keinginan sendiri karena semua sudah diatur oleh panti dan yang bisa merujuk adalah rumah sakit.
49
Wawancara pribadi dengan. bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar Rebo, 20 Juni 2016 50 Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 51 Ibid
84
C. Fungsi Dukungan Keluarga Fungsi dukungan keluarga menurut Friedman ada beberapa fungsi, sesuai teori pada bab II halaman 24 yaitu : a. Dukungan Informasional Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran, atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, jenis informasi ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah. Seperti diutarakan pak Rahmat kepada ibunya : “ibu dipanti jaga kesehatan ya, jangan sampai sakit. Kalo ada kegiatan olahraga kalo bisa ibu ikut. Agar ibu sehat terus jangan lupa makan sehari tiga kali. Terkadang saya suka bilang gitu pada ibu saya saat saya menengokin di panti.”52 Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya dukungan informasi yang diberikan oleh keluarga kepada nenek. Dalam hal ini nenek mendapat nasehat dari anak pertamanya yaitu Rahmat Aris. “Ya jika lagi berantem ya dileraikan agar supaya tidak bertengkar lagi. Namanya juga manusia mempunyai kesalahan. Nenek disini kan berasal dari gelandangan ada yang tinggal di ubin jadi kadang ada aja yang membuat masalah. Kita arahkan kita tanya dulu kenapa nenek berantem misalnya begini begini ya tidak usah berantem kita pisahkan.”53 Peran dukungan panti dalam dukungan informasi yaitu memberikan nasehat jika ada lansia yang sedang berantem.
52
Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar Rebo, 20 Juni 2016 53 Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
85
“Ya panti meleraikan jangan bertengkar. Ada juga kegiatan konseling dimana bisa bercerita tentang masalah pribadi lalu diberikan arahan.”54 Peran panti dalam mengungkapkan masalah yaitu dengan adanya kegiatan konseling dimana lansia bisa bercerita tentang masalah pribadinya lalu akan diberikan arahan oleh petugas. b. Dukungan Penilaian Dukungan ini bisa berbentuk penilaian yang positif, penguatan (pembenaran)
untuk
melakukan
sesuatu,
umpan
balik
atau
menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang sedang dalam keadaan stress. Seperti yang diutarakan pak Rahmat kepada Ibunya : “iya saya suka nanyain apa nenek sedang sakit atau tidak? Terus gimana makannya disini? Apa tadi malam nenek tidurnya nyeyak? Saya sering menanyakan itu pada ibu saya”55
Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya dukungan penilaian yang diberikan oleh keluarga kepada nenek. Dalam hal ini nenek mendapat perhatian dari anak pertamanya yaitu Rahmat Aris. “Ya kalo seandainya dalam kegiatan dia rajin jika dalam
kegiatan keagamaan wah hebat nenek sudah duluan datang 54
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar Rebo, 20 Juni 2016 55
86
atau jika ada kegiatan panggung gembira dia nyanyi jadi kami memberikan pujian kepada dirinya”56 Dari pemaparan informasi diatas terlihat bahwa adanya dukungan penilaian yang diberikan oleh panti kepada nenek. Yaitu memberikan penghargaan berupa pujian kepada nenek yang rajin mengikuti kegiatan. “Ya semuanya dibimbing. Dalam membimbing pelayanan kesehatam, pelayanan agama dsb.”57 Dari pemaparan informasi diatas terlihat bahwa adanya dukungan penilaian yang diberikan oleh panti kepada nenek. Yaitu berupa bimbingan pelayanan kesehatan ataupun pelayanan keagamaan. c. Dukungan Instrumental Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Seperti yang di utarakan nenek Sutinem : “iya pernah. Ngasih Rp.30.000 atau ngasih Rp. 50.000 kalo ada rezeki.”58
56
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 58 Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 57
87
Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya dukungan materi yang diberikan oleh keluarga berupa uang. Dalam hal ini nenek mendapatkan uang dari anak pertamanya yaitu Rahmat Aris. “Ya seandaianya jika ada kegiatan apabila ia masih sakit dia tidak perlu ikut kegiatan namun istirahat yang cukup.” Petugas panti menyarankan lansia untuk istirahat jika lansia tersebut sakt. Jadi kebutuhan instrumental terpenuhi karena kebutuhan untuk istirahat tercukupi. d. Dukungan Emosional Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat di kontrol. Seperti yang diutarakan anaknya kepada Ibunya : “iya saya suka nanyain apa nenek sedang sakit atau tidak? Terus gimana makannya disini? Apa tadi malam nenek tidurnya nyeyak? Saya sering menanyakan itu pada ibu saya”59 Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya dukungan penilaian yang diberikan oleh keluarga kepada nenek. Dalam hal ini nenek mendapat perhatian dari anak pertamanya yaitu Rahmat Aris.
59
Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar Rebo, 20 Juni 2016
88
“Ya petugas harus mendengarkan keluhan kakek dan nenek. Jika sudah didengarkan ya baru kita ceramahin. Baru kami memberikan apa yang mereka butuhkan.”60 “Ya adanya kegiatan konseling disitu panti mendengarkan keluhan nenek. Dan keluhan nenek didengarkan oleh panti.”61 Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat adanya dukungan penilaian yang diberikan oleh panti kepada nenek. Adanya dalam bentuk mendengarkan dan di dengarkan.
D. Komponen Dukungan Sosial Berdasarkan hasil temuan peneliti, terdapat komponen dukungan sosial. Hal ini dapat terlihat dari teori komponen dukungan sosial yang dikemukakan oleh Weiss pada bab II halaman 28. a. Kerekatan emosional (emostional attachment). Kerekatan emosional merupakan hubungan emosional yang dekat antara dua
orang dengan karakteristik adanya kasih
sayang antara dua pihak, dan keduanya menginginkan untuk mempertahankan kedekatan itu. Seperti yang diutarakan nenek Sutinem di panti : “Memperoleh kerekatan emosional dengan cara satu kamar. Dengan cara Makan bersama. Ikut kegiatan bersama. Dan sholat bersama.”62 60
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 62 Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. di Panti 17 Juni 2016 61
89
Adanya bentuk kedekatan antara lansia dengan lansia lainnya. Dengan cara tinggal hidup bersama dan mengikuti kegiatan bersama. Hal ini menimbulkan rasa damai diantara mereka yang tinggal di panti. Dukungan sosial semacam ini menimbulkan
seseorang
untuk
memperoleh
kerekatan
(kedekatan) emosional sehingga memperoleh rasa aman.
b. Integrasi sosial (social integration). Integrasi sosial ialah sebuah proses sosial individu atau kelompok
yang terjadi
karena
suatu
perbedaan
fisik,
emosional, budaya dan prilaku. Seperti yang diutarakan pekerja sosial di panti : “Ya rasa kebersamaan tinggal di panti sudah tumbuh. Ya jika sudah kenal ya sudah sayang. Seperti sering mengikuti kegiatan bersama.”63 Lansia tersebut merasa memiliki keluarga baru selama tinggal di panti. Jadi lansia tersebut memiliki rasa dimiliki dalam suatu kelompok keluarga di panti. Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Dukungan semacam ini menimbulkan rasa nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok.
63
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
90
“Melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Iya misalnya dengan mengikuti kegiatan keterampilan bersama.”64
c. Penghargaan atau pengakuan (reassurance of worth). Penghargaan adalah suatu cara yang digunakan oleh seseorang untuk memberikan suatu penghargaan kepada seseorang karena sudah mengerjakan suatu hal yang benar, sehingga seseorang itu bisa semangat lagi dalam mengerjakan tugas tersebut. Seperti yang diutarakan pekerja sosial di panti : “Kita bawa kakek atau nenek yang mandiri ke tempat HLUN yaitu di Ancol mengikuti kegiatan disana seperti pentas seni menampilkan angklung, joget ya bersenang-senanglah. Sekitar 30 orang yang ikut kegiatan program HLUN.”65
Dalam hal ini saat kegiatan acara program HLUN (Hari Lanjut Usia Nasional) yang bertepatkan tanggal 29 Mei. Biasa mengadakan
kegiatan
pentas
seni.
Disini
para
lansia
menampilkan keahlian yang mereka miliki seperti bermain angklung. Jadinya mereka merasa mendapatkan pengakuan atau penghargaan atas kemampuan yang mereka miliki. Pada dukungan sosial jenis ini seseorang akan mendapatkan pengakuan atas kemampuan dan keahlian serta mendapat
64 65
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
91
penghargaan
dari
orang
lain
atau
lembaga
terhadap
kompetensi, keterampilan dan nilai yang dimiliki seseorang.
d. Hubungan yang dapat diandalkan untuk mendapatkan bantuan yang nyata (reliable alliance). Jenis dukungan sosial ini bersumber pada umumnya diberikan oleh anggota keluarga. Dukungan sosial dapat berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika individu
membutuhkan
bantuan
tersebut.
Seperti
yang
diutarakan oleh nenek Sutinem : “Ya kadang-kadang ada. Ya ada duit, kue , baju. Kemarin dua puluh lima ribu dari sekolah SMA depok. Tapi saya ga nerima karena saya naik duluan keatas.”66 Bantuan nyata yang bisa diberikan oleh keluarga adalah dalam berbentuk uang untuk jajan lansia. Biasanya saat ada acara kunjungan dari lembaga atau yayasan yang berkunjung ke panti lalu memberikan uang dalam amplop. Jenis dukungan sosial ini bersumber pada umumnya diberikan oleh anggota keluarga. “Iya saya memberikan uang kepada ibu saya saat menengok jika ada rezeki ya saya kasih.”67 66 67
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar
Rebo, 20 Juni 2016
92
e. Saran atau informasi (guidance). Saran merupakan sebuah solusi yang ditunjukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Saran harus bersifat membangun, mendidik, dan secara objektif sesuai dengan topik yang dibahas. Seperti yang diutarakan pekerja sosial di panti : “Ya adanya kegiatan konseling dimana wbs bisa bercerita mengungkapkan masalahnya masing-masing lalu psikolog bisa memberikan arahan kepada wbs tersebut.” Dalam hal ini saat kegiatan konseling. Dimana para lansia bisa menceritakan keluh kesahnya selama ia hidup. Lalu ada pembimbing yang memberikan saran atau nasehat untuk para lansia yang mengalami masalah. Dukungan sosial jenis ini adalah memungkinkan mendapatkan informasi, saran atau nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial ini bersumber dari guru, mentor, pembimbing, atau sosok orang tua.
f. Kemungkinan membantu (Opportunity for naturance) Dukungan ini menimbulkan perasaan dalam diri individu bahwa ia bertanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain.
93
Dukungan ini sering diperoleh dari anak, cucu, dan pasangan hidup. Seperti yang diutarakan pekerja sosial di panti : “Ya panti tanggung jawab terhadap kesejahteraan nenek banyak misalnya dalam hal kesehatan, keamanan, dan kebersihan.”68 “Ya saya rutin menengok nenek di panti. Sebulan sekali bahkan bisa lebih dari itu.”69 Anak yang masih memilliki tanggung jawab terhadap neneknya di panti dengan cara selalu menjenguknya. Dukungan yang menimbulkan perasaan dalam diri individu bahwa ia bertanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain. Dukungan ini sering diperoleh dari anak, cucu dan pasangan hidup. E. Kebutuhan Lanjut Usia Adapun yang menjadi kebutuhan lanjut usia pada umumnya sesuai teori pada bab II halaman 31 adalah : a. Kebutuhan Jasmani Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan yang dimanfaatkan untuk keperluan
jasmani
seperti
menjaga,
melindungi,
memelihara,
mengembangkan, dan membangun pertubuhan jasmani manusia. Seperti yang diutarakan oleh nenek Sutinem :
68
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar Rebo, 20 Juni 2016 69
94
“Ada pelayanan kesehatan. Ada kegiatan olahraga. Ada perumahan sandang dan pelayanan kebutuhan makanan yang bergizi.”70 Disini nenek sering mengikuti kegiatan olahrga secara teratur. Nenek juga mengonsumsi makanan yang bergizi atau makanan sehat setiap harinya. Kebutuhan jasmani antara lain pelayanan pemenuhan kesehatan, makanan dan gizi, perumahan sandang, olahraga dan alat bantu. “Ya perumahan dia tinggal disini. Ya makan sehari 3 kali. Pelayanan kesehatan jika sakit di obatin. Ya kebutuhan jasmani dan rohani tercukupi.”71 b. Kebutuhan Mental dan Psikis Kebutuhan mental merupakan kebutuhan yang dibutuhkan seseorang untuk mendapatkan sesuatu bagi jiwanya secara kejiwaan. Seperti yang di utarakan oleh nenek Sutinem : “Ya jelas ada yang mengajak kegiatan pengajian atau upacara keagamaan dan saya rutin mengikuti kegiatan pengajian di mesjid”.72 “Ya kita motivasi dan kita mengarahkan. Ya pasti itu petugas mengajak kegiatan keagamaan.”73 Nenek rutin menghadiri kegiatan pengajian di masjid. Ini sebagai memenuhi kebutuhan mental atau psikis nya agar hati tetap tenang dan tidak mudah stress. Kebutuhan psikis atau mental spiritual dimasudkan membantu lanjut usia agar memiliki sikap mental yang positif bagi diri
70
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 72 Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 73 Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 71
95
sendiri, keluarga dan lingkungannya. Kebutuhan psikis meliputi pelayanan konseling an pembelaan yang berkaitan dengan rasa aman, tentram, adanya hubungan dengan Tuhan, dekat dengan teman dan mempunyai hubungan baik dengan lingkungannya. Sebagai salah satu cara mendekatkan diri dengan Tuhan, lanjut usia diajak beribadah, menghadiri pengajian dan upacara-upacara keagamaan atau upacaraupacara lainnya.
c. Kebutuhan Sosial dan Ekonomi Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan akan saling berinteraksi antara manusia yang satu dengan manusia lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti yang diutarakan oleh nenek Sutinem : “Ada pelayanan bimbingan sosial, ada penyuluhan, ada rekreasi setahun dua kali. Ada kebutuhan ekonomi misalnya barang keterampilan di jualin saat bazar.”74 “Kebutuhan sosial ya kan dia bersosialisasi di masyarakat dia juga berteman ada bimbingan sosial, ada kegiatan rekreasi juga. Ya namanya juga orang tua tidak bisa dipaksakan namun mengarahkan untuk mengikuti kegiatan seperti membuat keset yang nanti akan di jual saat bazaar.”75 Program rekreasi yang diadakan oleh panti setiap setahun dua kali sangat bermanfaat bagi lansia agar lansia tidak jenuh. Nenek juga pernah mengikuti kegiatan rekreasi yaitu saat pergi ke Ancol. Pendekatan dengan cara memberikan kesempatan seluas-luasnya 74 75
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
96
kepada lanjut usia diluar lingkungan keluarga. Kebutuhan ekonomi yang diadakan adalah seperti adanya bazar saat ada acara di Aula. Disini lansia membuat kreasi seperti keset, bunga ataupun serbet yang dijual saat bazar.
F. Karakteristik Lanjut Usia Adapun karakteristik usia lanjut sesuai teori pada bab II halaman 34 yaitu: 1. Merupakan periode penurunan (kemunduran) Penurunan tersebut disebabkan sebagian oleh factor fisik, seperti perubahan-perubahan sel tubuh karena ketuaan dan sebagiansebagian lagi oleh factor psikologis, seperti sikapnya terhadap orang lain dan terhadap kerja. “Katarak, kurang lebih tiga bulan. Awalnya gejalanya sering pusing atau bingung punya anak baru terus keluar air mata.” 76
Terjadinya penyakit yang dialami nenek yaitu sakit katarak dan harus dioperasi di rumah sakit Kantor Pajak. Hal ini menjelaskan bahwa terjadi penurunan di bagian mata nenek. Mata dan telinga merupakan dua organ tubuh yang paling banyak digunakan setiap saat di banding indera lainnya. Oleh karena itu keduanya merupakan organ
76
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016
97
yang paling banyak dipengaruhi oleh pertambahan usia, walaupun perubahan fungsi seluruh organ tubuh juga terjadi. “Ya kalo ibu sutinem sehat saja. Ya soalnya ibu lagi banyak kegiatan jadi kurang tahu. Ya memang ibu sutinem mengalami penurunan di matanya karena sakit katarak.”77
4. Ada perbedaan individual dalam efek ketuaan Reaksi orang terhadap masa tua berbeda-beda, ada yang menganggap pension merupakan masa yang menyenangkan, karena sekarang yang bersangkutan dapat hidup dengan lebih santai, namun ada pula yang menganggap pension sebagai hukuman. Seperti yang di utarakan pekerja sosial di panti : “Ya biasa saja tidak sebagai hukuman masa tuanya dianggap santai ya kita jalani saja ya enjoy saja dia bilang seperti itu dia sudah betah di panti.”78 Menurut petugas panti reaksi sutinem terhadap masa tuanya ia menganggap masa tua merupakan masa yang menyenangkan, karena sekarang yang bersangkutan dapat hidup dengan lebih santai, namun mungkin ada pula orang lain yang menganggap sebagai hukuman.
77 78
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
98
5. Berbagai streotipe (pandangan) orang lanjut usia Banyak terdapat streotip mengenai usia lanjut seperti misalnya adanya humor-humor dalam majalah-majalah mengenai usia lanjut yang menggambarkan masa tua tidak menyenangkan. Seperti yang di utarakan pekerja sosial di panti : “Pandangan saya mengenai lanjut usia sekarang udah 51 tahun mulai sekarang sudah berhati-hati dalam segala hal permintaan saya kalo bisa jangan merepotkan keluarga nantinya. Rentan penyakit sudah mengalami kemunduran saat lanjut usia nanti.”79 Pandangan petugas panti mengenai usia lanjut sebagai usia yang rentan penyakit sudah mengalami
kemunduran dalam hal
kehilangan penglihatan, pendengaran, pengecapan dsb. Petugas panti juga berharap agar di masa tua nya nanti tidak merepotkan orang lain maupun keluarganya nanti. 6. Sikap sosial terhadap lanjut usia Mereka
seharusnya
dihormati
dan
dihargai
karena
pengalamannya, melainkan sikap mereka membuat para orang tua usia lanjut ini merasa tidak lagi dibutuhkan oleh kelompok sosial, lebih dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu, namun ada perbedaan sikap antara budaya yang berbeda-berbeda pula, ada kelompok etnik yang menghargai tinggi terhadap usia lanjut. Disamping itu kelas
79
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
99
sosial juga mempengaruhi sikap sosial itu. Seperti yang di utarakan oleh pekerja sosial di panti : “Ya kita hormati ya kita banggakan dia jadi kita membanggakan lansia seperti yang muda membantu lansia yang ingin minum misalnya dikasih minum. Agar mereka semangat lagi jadi yang namanya orang tua ya harus dihormatin.”80 Petugas di panti mereka masih berprilaku baik pada lansia yang tinggal di panti sering kali mereka mengajak lansia untuk bersenang-senang dengan adanya kegiatan panggung gembira atau kegiatan
lainnya.
Petugas
panti
juga
mengehormati
dan
membanggakan lansia yang berada di panti. 7. Usia lanjut mempunyai status kelompok minoritas Lanjut Usia menjadi warga Negara kelas dua, hal mana mempengaruhi penyesuaian dirinya secara sosial maupun pribadi. Sebagai akibat dari sikap sosial yang negative terhadap usia lanjut mereka cenderung dibatasi dalam interaksi sosialnya dan hanya mempunyai kekuatan atau kekuasaan yang terbatas. “Usia lanjut mempunyai status kelompok minoritas ya gak masalah. Dia kan bersikap baik jika menjalani hidupnya biasa saja tidak macam-macam ya tidak apaapa. Wbs itu kan manusia biasa. Tenaga juga tidak kuat lagi. Pendengaran sudah berkurang. Asal orang tua itu diperhatiin dan diurusinlah.”
80
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
100
Lansia memiliki status kelompok minoritas ya tidak masalah menurut pekerja sosial asalkan orang tua tersebut diperhatikan dan di urusin. 8. Usia lanjut diikuti dengan perubahan-perubahan peran Berhubungan kelompok usia lanjut dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda, mereka lalu kurang mempunyai peran yang aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial dan masyarakat maupun dalam dunia bisnis. Sebagai akibatnya peran-peran yang dapat dimainkan menjadi berkurang atau berubah sifatnya. Hal ini juga dapat mengembangkan sikap rendah diri dan dendam yang akhirnya mempengaruhi pula penyesuaian sosial dan pribadinya. Seperti yang di utarakan oleh pekerja sosial : “Waktu pertama-tama dulu agak angkuh agak sombong agak darah tinggi tapi sekarang sudah biasa. Untuk apa yang disombongkan disini anak juga tidak kerja. Menurut saya dia sudah baik.” Perubahan peran pada lansia sebaiknya atas keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. 9. Penyesuaian diri yang tidak baik Sikap sosial yang negative dan kurangnya pemberian penghargaan (rewerds) terhadap jasa-jasa orang lanjut usia di masa lalu, yang tercermin dari cara kelompok sosial memperlakukan
101
mereka, maka tidak heran bila pada lanjut usia ini timbul konsep diri yang negative. Seperti yang di utararakan oleh pekerja sosial : “Terhadap lanjut usia yang memiliki konsep diri yang negative. Kalo disini sih biasa saja. Ada yang gelandangan ada yang telantar ada yang miskin. Apa sih yg harus disombongkan orang sama-sama makan nasi.” Perlakuan petugas panti lansia yang memiliki konsep diri yang buruk atau negative disama ratakan dengan wbs lainnya. G. Hak dan Kewajiban Lanjut Usia a. Hak Lanjut Usia Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan. Seperti yang di utarakan pekerja sosial : “Ada pelayanan keagamaan dan mental spiritual seperti kegiatan pengajian. Ada pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kesehatan ke dokter. Ada pelayanan kesempatan kerja seperti membantu memotong sayuran di dapur. Adanya pendidikan dan pelatihan cara bagaimana mencuci tangan dari mahasiswa kegiatan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok). Kalo bantuan hukum soalnya disini tidak sampe ke hukum disini tidak ada bantuan hukum paling bantuan sosial. Adanya kemudahan dalam penggunaan fasilitas, saran, dan prasarana umum. Dan adanya perlindungan sosial dan bantuan sosial.”81 Dari pemaparan informan diatas bahwa terdapat hak lanjut usia yang terpenuhi seperti pelayanan keagamaan dan mental spiritual, 81
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
102
pelayanan kesehatan, pelayanan kesempatan kerja, pendidikan dan pelatihan, kemudahan dalam penggunaan fasilitas, saran, dan prasarana umum, dan adanya perlindungan sosial dan bantuan sosial. Namun bantuan hukum tidak ada. Oleh sebab itu, kebutuhan para lanjut usia tidak hanya terbatas pada perawatan medis dan kesehatan. Namun kebutuhan sosial dan ekonomi mereka seperti jaminan dan hak-hak lansia, serta kebutuhan mental seperti perhatian dan menjaga martabat mereka sangat lebih diperlukan. Sehingga para lansia selalu berada dalam kesehatan fisik dan mentalnya dengan baik. b. Kewajiban Lanjut Usia Lanjut usia mempunyai kewajiban yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Seperti yang di utarakan pekerja sosial : “Tidak ada generasi penerus disini. Adanya umur 60 tahun keatas yang tinggal di panti. Ya bercerita tentang pengalaman ya ada yang kita ambil dari mereka.”82 Dari pemaparan informan diatas bahwa ada kewajiban lanjut usia yaitu berbagi pengalaman yang dimilikinya. Dalam pandangan islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya dari sisi bahwa mereka adalah harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan
82
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
103
pemikiran. Oleh sebab itu, mereka harus dihormati, dicintai, dan diperhatikan serta pengalaman-pengalamannya harus dimanfaatkan. H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Menurut Purnawaman dalam Setiadi faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah : 1. Faktor Internal a. Tahap Perkembangan Tahap perkembangan merupakan suatu proses yang pasti d alami oleh setiap individu. Perkembangan dapat diartikan sebagai
perubahan
yang
sistematis,
progresif
dan
berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat di artikan pula sebagai perubahanperubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya. Seperti yang di utarakan oleh pekerja sosial : “Perkembangan kesehatan ibu sutinem. Ya sehat sehat saja. Waktu itu pernah sakit katarak tapi sudah dioperasi. Ya tapi namanya orang tua sering sakit pusing, cepat lelah gitu tapi kalo dia sehat saja. Masih ikut aktif mengikuti kegiatan di panti.”83 Perubahan kesehatan berbeda-beda dari tahun ketiap tahun. Sebelum masuk ke panti nenek masih sehat. Setelah dua tahun
83
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
104
di panti ternyata nenek mengalami sakit katarak dan harus dioperasi.
Adanya
dukungan
keluarga
yaitu
keluarga
menjenguk nenek di panti. “Kalo aku dari kecil sehat terus jarang sakit. Sakit rematik terus kalo megang ini lama-lama ga kerasa kalo megang sayur ga kerasa rasanya nyeri. Sakit katarak ini gak enak melihat arab kaya garis-garis pandangan saya semenjak dioperasi jadi penurunan matanya. Tahun 2013 masuk ke panti sehat.”84
b. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan Pendidikan yaitu sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku, dan akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya. Seperti yang di utarakan pekerja sosial : “Ya yang lain nya kan klo sakit lansung berobat. Kalo saya ya saya rasakan sakitnya ya besok mbah ada klinik gitu aja. Kalo disini diperiksa cuma ditanya. Iya saya juga menjaga kesehatan dengan olahraga, makan makanan yang bergizi 4 sehat 5 sempurna.”85 Meskipun nenek tidak tamat sekolah dasar tetapi nenek selalu menjaga kesehatannya dengan cara nenek selalu berpikir untuk makan makanan yang sehat dan bergizi. 84 85
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. di Panti 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016
105
“Ya bisa menjaga kesehatan dirinya. Ya perawat juga mengarahkan dan makanan sudah diatur oleh panti.”86 Menurut petugas panti meskipun nenek sutinem tidak tamat SD tetapi ia masih bisa untuk menjaga kesehatan dirinya dengan dibantu oleh pihak panti seperti diatur makanannya. Adanya kegiatan olahraga itu juga dapat menjaga kesehatan dirinya. c. Faktor Emosional Faktor emosional merupakan suatu factor dalam suatu keadaan atau kondisi untuk mencapai tingkat kedawasaan dari perkembangan emosional seperti anak-anak, kematangan emosional seringkali berhubungan dengan control emosi. Seseorang yang telah matang emosinya memiliki kekayaan dan keanekaragaman ekspresi emosi, ketepatan emosi dan control emosi. Hal ini berarti respon-respon emosional seseorang disesuaikan dengan situasi stimulus, namun ekspresi tetap memperhatikan kesopanan sosial. Seperti yang di utarakan nenek Sutinem : “Ya namanya sakit susah kepengen sembuh ya berobat menjalani pengobatan. Perasaan lagi sakit ya ga enak, tidur ga nyenyak, mau makan ga enak ya macam yang dirasa lah.”87
86 87
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016
106
Nenek menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit. Tetapi nenek mampu melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit, adanya gejala penyakit pada dirinya dan ia mau menjalani pengobatan. “Ya kalo dia lagi sakit ya dia mengeluh namanya juga manusia tapi kan pegawai atau petugas membawa dia ke dokter. Petugas menelpon ke dokter terus dokter itu memberikan arahan kasih obat ini. Dan dia mau menjalani pengobatan.”88 Pekerja sosial menilai respon emosional yang dimiliki oleh nenek sutinem baik karena saat ia sakit, ia masih mau menjalani pengobatan. d. Spiritual Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material. Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan makna hidup. Seperti di utarakan nenek Sutinem : “Ya saya maunya ya bersatu saja. Kalo anak saya maunya persatuan ma orang tua. Tapi kena gangguan itu bini itu susah diajak persatuan maunya menang menang sendiri. Saya pernah berantem emosi megang gelas terus pecah soalnya bini nya susah diajak persatuan dari dulu. Jadi hubungan dengan menantu 88
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
107
kurang baik. Hubungan sama teman saya ada yang harmonis ada yang tidak. Hubungan yang akrab saya dengan mbah Halimah dan mbah Kokom. Hubungan yang tidak akrab dengan mbah Azizah.”89 Nenek dalam menjalani kehidupannya masih berhubungan baik dengan keluarga namun nenek memiliki hubungan tidak harmonis dengan menantunya. Nenek memiliki hubungan akrab dengan mbah Halimah dan mbah Kokom namun nenek juga memiliki hubungan tidak harmonis dengan mbah Azizah. Nenek memiliki kemampuan untuk mencari harapan dan arti dalam hidupnya. “Jika ke anaknya sih akur namun ke menantunya tidak akur. Makanya jika sutinem tinggal bersama anaknya menantu tidak menerima dia lebih baik cerai katanya dari pada disini. Makanya kita lihat keadaan juga anaknya pengangguran termasuk golongan ekonomi yang lemah jadi terima di panti ini. Kalo hubungan ma temennya baik juga namun dia darah tinggi merasa dia masih bisa merasa kuat ada rasa tinggi hati yang saya lihat.”90 Hal ini diperkuat oleh petugas panti bahwa nenek memiliki hubungan tidak harmonis dengan menantunya. Namun masih memiliki hubungan baik dengan teman-temannya di panti. Dalam pandangan Islam ajaran berbakti kepada orang tua ini menempati urutan kedua setelah ajaran menyembah kepada Allah SWT. Dalam Al-quran surat Al-isra ayat 23-24 berisikan
89 90
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
108
tentang kewajiban anak harus berbuat baik kepada ibu dan bapaknya sampai berumur lanjut usia. Dan anak juga harus berkata baik kepada kedua orang tuanya. Birr al-walidayn merupakan bentuk ketaatan yang bisa membuat kedua orang tua menjadi ridha, hatinya tenang dan bergembira. Jika berjauhan anak memperlakukan orangtua bisa dengan cara menyambung silaturahmi seperti yang dilakukan pak Rahmat dengan menjenguk ibunya di panti atau dengan cara menelponnya. Dalam hadist juga menjelaskan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Karena kesulitan dalam menghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, kesulitan saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Meskipun menantunya memiliki hubungan tidak baik terhadap ibunya tetap saja seharusnya menantu bisa bersikap baik kepada ibunya dengan ikut menjenguk mertuanya di panti. 4. Faktor Eksternal a. Praktik di Keluarga Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya : klien juga akan melakukan tindakan pencegahan
109
jika keluarga melakukan hal yang sama. Seperti yang di utarakan oleh nenek Sutinem : “Iya merasa diperhatikan dengan cara ya nengokin. Kemarin pas aku lagi sakit dia pas datang kesini aku lagi gaenak badan. Dalam tindakan pencegahan kalo minum madu dan vitamin kadang-kadang.”91 Keluarga memberikan dukungan biasanya dengan memberikan perhatian dalam
menjaga
kesehatannya
dengan cara
menengokin nenek saat nenek sedang sakit. Nenek juga melakukan tindakan pencegahan agar tidak mudah sakit yaitu dengan caram minum madu dan vitamin. “Dukungan keluarga ya dia datang menjengukin ibunya ke panti sebulan sekali. Ya kalo sering-sering kan biayanya juga anaknya pengangguran. Jadi emang orang susah anaknya tapi tetap datang ke panti untuk menjenguk ibunya.”92 Petugas panti juga melihat bahwa keluarga menjenguk ibunya di panti dalam sebulan sekali.
b. Faktor Sosial Faktor sosial meliputi pendidikan, suku dan dukungan keluarga. Faktor sosial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan
91 92
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
110
dan bereaksi terhadap penyakitnya. Seperti di utarakan bu Purba di panti : “Ya petugas yang mengasih pengetahuan. Ya petugas panti mengajak ke rumah sakit yang menolongin dan peduli.”93 Faktor sosial yang terjadi saat nenek mengalami sakit katarak petugas panti peduli terhadap kesehatan nenek. Dengan cara menemani nenek ke rumah sakit agar nenek merasa tenang tidak cemas.
c. Latar Belakang Budaya Ilmu budaya dasar merupakan ilmu yang mempelajari tentang nilai-nilai, kebudayaan, dan berbagai macam masalah yang di hadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan nilai dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi. Seperti di utarakan oleh nenek sutinem : “Setiap hari saya olahraga secara teratur setelah olahraga saya istirahat tidur. Lalu tidak lupa minum vitamin.”94 Latar belakang budaya dalam memberikan dukungan pada kesehatan pribadi nenek adalah dengan cara nenek selalu mengikuti kegiatan olahraga yang biasa diadakan di panti. 93 94
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016
111
I. Teori Proses Menua Teori proses menua menurut Maryam, ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, sesuai teori pada bab II halaman 47 yaitu : 1. Teori Biologis Menjelaskan proses fisik penuaan. Termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahanperubahan dalam tubuh termasuk perubahan molecular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara kuat dan melawan penyakit. Seperti yang di utarakan pekerja sosial : “iya nenek Sutinem mengalami penyakit katarak mungkin
dulunya
karena
kekurangan
gizi
dan
menyebabkan kerusakan pada organ tubuh yaitu pada matanya.”95 Biologis yang dialami oleh nenek Sutinem adalah perubahan dalam sistem organ tubuh yang mengalami penyakit katarak akibat kekurangan gizi. 2. Teori Sosial Di dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang berinteraksi dengan orang lain secara pribadi maupun kelompok. Interaksi dalam berbagai
95
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
112
aspek kehidupan akan menghasilkan timbal balik sebagai proses sosial. Seperti yang di utarakan pekerja sosial : “Nenek Sutinem masih menjalin interaksi dengan baik bersama teman-temannya namun di memiliki darah tinggi merasa dia masih bisa merasa kuat ada rasa tinggi hati yang saya lihat.”96 Kemampuan nenek Sutinem dalam menjalin interaksi soial dengan temannya masih terjalin dengan baik merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya tersebut. 3. Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory) Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Seperti yang di utarakan pekerja sosial di panti : “Jika ke anaknya sih akur namun ke menantunya tidak akur. Makanya jika sutinem tinggal bersama anaknya menantu tidak menerima dia lebih baik cerai katanya dari pada disini. Makanya kita lihat keadaan juga
96
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
113
anaknya pengangguran termasuk golongan ekonomi yang lemah jadi terima di panti ini.”97 Hal ini menunjukan bahwa nenek sutinem mengalami hambatan sosial dengan anaknya. Karena nenek Sutinem harus tinggal di panti dan tidak bersama lagi dengan anaknya. 4. Teori Fungsional Masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Upaya untuk menghubungkan sebisa mungkin dengan setiap fitur, adat, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif. Seperti yang di utarakan pekerja sosial : “iya lembaga keagamaan disini berfungsi membimbing lansia menjadi lebih baik lagi dan mengabdi untuk mencapai kebahagian dunia dan akherat.”98 Menurut pekerja sosial lembaga di panti berfungsi sesuai fungsinya dimana lembaga keagamaan berfungsi sebagai membimbing lansia menjadi lebih baik lagi dan mengabdi untuk mencapai kebahagian dunia dan akherat
97 98
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
114
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini yang dilaksanakan dapat
disimpulkan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dukungan
sosial
merupakan
kenyamanan,
perhatian
dan
penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan. Keluarga lansia masih memberikan dukungan sosial terhadap lansia yang tinggal di panti. Melalui dukungan sosial yang diberikan baik dari keluarga, maupun dari pengurus panti dapat meminimalisir rasa kesepian pada lansia. Masih terjalinnya hubungan yang baik meskipun lansia telah tinggal dalam panti. 2. Dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga kepada lansia adalah cukup baik. Dapat dilihat dari adanya dukungan-dukungan yang diberikan dimana dalam hal ini peneliti bagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan teori jenis dukungan keluarga menurut Gallo dan Reichel, diantaranya terdapat bentuk dukungan fisiologis seperti nenek yang mendapat perhatian dari anaknya dalam memperhatikan gizi. Dalam bentuk dukungan psikologis seperti nenek yang mendapat perhatian dari anaknya. Dan dalam bentuk
115
dukungan sosial seperti nenek mendapat saran dari anak pertamanya untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian. 3. Peran panti dalam memberi dukungan keluarga lansia yaitu membina hubungan keluarga lansia tersebut. Seperti keluarga lansia dipanggil ke panti diundang oleh kepala pembinaan. Jika lansia sakit
pihak
panti
juga
menelpon
pihak
keluarga
untuk
mengabarinya. Terus bagi yang punya keluarga juga dianjurkan menengok anggota lansianya yang ada di panti. Kalo bisa petugas panti menggali data ada juga home visit assessment warga bina sosial dan keluarganya. Kalo jadwal kunjungan tidak ada khusus tapi saran hanya diberikan anggota keluarganya agar kakek atau nenek tinggal di panti sering-sering ditengok minimal sebulan sekali jadwal dia sempet nengoknya kapan misalnya di hari libur sabtu atau minggu silahkan saja. Ditengok anggota kelurganya dengan melapor petugas piket. Di panti ada peraturan sebenarnya anggota keluarga yang datang ke panti tidak boleh masuk wisma tetapi hanya menunggu di ruang tamu, di gazebo di taman atau di loby
B.
Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran
yang sekiranya bisa menjadi bahan masukan bagi lembaga terkait. :
116
1. Keluarga perlu meningkatkan dukungan keluarga kepada lansia baik itu dukungan keluarga fisiologis, dukungan psikologis dan dukungan sosial untuk menjaga atau mempertahankan kemandirian lansia semaksimal mungkin. 2. Petugas panti perlu bekerja sama dengan para kader lansia untuk menginformasikan pentingnya dukungan keluarga sehingga dapat dijadikan bahan penyuluhan kepada keluarga yang memiliki lansia dan juga pihak panti memberikan edukasi kepada keluarga agar lansia tetap pada keluarga. 3. Bagi peneliti selanjutnya perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh lansia dan pengetahuan keluarga terhadap dukungan yang diberikan. Serta pengaruh dukungan keluarga terhadap kesehatan lansia tersebut. Penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan serta dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya yang ingin mengembangkan dengan metode atau pendekatan penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU Basrowi dan Suwandi, Memahami penelitian Kualitatif. Jakarta: Aneka Cipta, 2008 Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group, 2007 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Press, 2011 Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Pers, 2010 Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik Jakarta: Bumi Aksara, 2013 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian Malang : UMM Press, 2010 Hawari, Dadang. Sejahtera di Usia Senja Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007 Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan. Jakarta : Penerbit Erlangga, 1984 Idrus, M, Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga, 2009 Jayaputra, Achmadi, Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia, Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Pengembangan Sosial, Depsos RI, 2005
Sosial,
Badan
Pelatihan
dan
Jahja, Yudrik, “Psikologi Perkembangan”, Jakarta: Kencana, 2011
Kementrian Sosial RI, Petunjuk Pelaksanaan Uji Coba Family Support Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Jakarta :2014
Notoatmodjo, Soekidjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni Jakarta: Rineka Cipta, 2007
Setiono, Kusdwiratri, Psikologi Keluarga Bandung : P.T Alumni, 2011 Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D . Bandung: Alfabeta, 2011 Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, Yogyakarta :Tiara Wacana, 1992
INTERNET
Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, “Lanjut Usia,” artikel diakses pada 12 Januari 2016 dari http://rehsos.go.id/modules.php?name=showpage&pid=6 Mutiara “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Frekuensi kunjungan Antenatal Care” artikel di akses pada 17 juli 2016 http://repository.uinjkt.ac.id/bistream/123456789/39240/3/Chapter%2011.pdf Universitas Pendidikan Indonesia , “Pertumbuhan Lanjut Usia,”artikel diakses pada 12 Januari 2016 dari http://repository.upi.ac.id/bistream/123456789/39240/3/Chapter%2011.pdf
Undang-Undang Online, “Undang-undang Kesejahteraan Lansia nomor 13 tahun 1998,” artikel diakses pada 17 Februari 2015 dari file:///C:User/Acer/Downloads/Undang-Undang-tahun-1998-1398%20(3).pdf Universitas Sumatera Utara, “Konsep Dukungan Keliuarga” artikel diakses pada 17 Agustus 2016 dari http://repository.usu.ac.id/bistream/123456789/31622/3/Chapter%2011.pd f Universitas Udayana, “Dukungan Keluarga” artikel diakses pada tanggal 17 Agustus 2016 dari http://repository.unud.ac.id/bistream/123456789/38745/3/Chapter%2011.p df Universitas Veteran Jakarta, “Landasan Teori Lansia” artikel diakses pada 28 September 2016 dari http://library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/0810211095/Bab.2.p df.pdf UNDANG-UNDANG Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1 Pasal 1
SKRIPSI / TESIS / DISERTASI Bagus. 2013. “Pendekatan Pekerja Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia di Sasana Tresna Werdha Budhi Mulia Cipayung Jakarta Timur”. Program Sarjana. Universitas Muhammadiyah Jakarta. Tanggerang. Lanawati. 2015. “Hubungan antara Senam Kesegaran Jasmani Lansia dengan Fungsi Kognitif dan Keseimbangan Tubuh di Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh Denpasar” Program Pascasarjana. Universitas Udayana Denpasar. Bali. Wahyudi. 2011, “Pelayanan Kematian Bagi Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Margaguna”. Program Sarjana. Universitas Islam Negeri. Tanggerang.
PEDOMAN WAWANCARA DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA di PANTI TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Informan (Kakek/ Nenek) I.
II.
III.
Waktu dan Tempat Hari dan Tanggal
:
Tempat
:
Identitas Informan Nama
:
Agama
:
Usia
:
Pertanyaan 1. Bagaimana dengan keluarga apakah mereka sering menjenguk kakek/nenek? Minimal berapa bulan sekali? 2. Nenek sakit mata kenapa ? 3. Di rumah sakit mana tempat operasi kakek/nenek ? 4. Siapa yang nganterin atau nungguin kakek/nenek saat di rumah sakit ? 5. Siapa yang membayar berobat kakek/nenek ? 6. Siapa saja yang perhatian sama kakek/nenek saat sedang sakit ? 7. Bagaimana harapan kakek/nenek terhadap keluarga ? 8. Bagaimana kabar anak-anak kakek/nenek ? 9. Bagaimana cara kakek/nenek untuk menjaga kesehatan ? 10. Bagaimana bentuk kepedulian/perhatian yang sering diberikan oleh keluarga?
11. Apa keluarga pernah memberikan uang kepada nenek? 12.
Bagaimana tahap perkembangan atau perubahan kesehatan yang dialami ibu sutinem?
13.
Apa pengetahuan yang nenek miliki tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya ?
14.
Bagaimana respon emosional nenek selama nenek sakit ?
15.
Bagaimana hubungan nenek dengan keluarga atau teman ?
16.
Bagaimana aspek spiritual nenek dalam menjalani kehidupan ?
17.
Apa nenek merasa diperhatikan oleh keluarga dalam menjaga kesehatan ?
18.
Apa reaksi factor sosial yang terjadi jika nenek sakit ?
19.
Apa kebiasaan yang nenek lakukan dalam menjaga kesehatan pribadi ?
20.
Apa dukungan fisiologis yang nenek dapatkan selama di panti ?
21.
Apa dukungan psikologis yang nenek dapatkan dari keluarga ?
22.
Apa anggota keluarga pernah melakukan diskusi, melungkan waktu untuk nenek ?
23.
Apa dukungan sosial yang nenek dapatkan di panti ?
24.
Bagaimana pergaulan sehari-hari nenek dengan lingkungan sekitar ?
25.
Bagaimana yang terjadi keamanan sosial setempat dan program-program medikasi ./ pengobatan di panti ?
26.
Bagaimana bantuan-bantuan yang diberikan dari pihak luar untuk panti ?
27.
Apa bentuk nasehat, usulan, saram, petunjuk dan pemberian informasi yang diberikan kepada nenek ?
28.
Apa peran panti dalam mengungkapkan suatu masalah yang dialami nenek ?
29.
Apa bentuk support, penghargaan, dan perhatian yang diberikan panti kepada nenek ?
30.
Apa panti memberikan bimbingan atau membimbing nenek ?
31.
Bagaimana panti memberikan dukungan instrumental kepada nenek ?
32.
Bagaimana panti memberikan dukungan emosional dalam hal adanya kepercayaan, mendengarkan dan didengarkan kepada nenek?
33.
Bagaimana panti bisa memberikan rasa tentram, aman dan damai kepada nenek?
34.
Bagaimana nenek memperoleh kerekatan emosional / hubungan yang akrab
dengan kerabat ? 35.
Bagaimana cara nenek memiliki rasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok ?
36.
Apakah nenek ,melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama?
37.
Bagaimana cara nenek mendapat penghargaan atau pengakuan dari panti ?
38.
Apa bantuan nyata yang diberikan panti kepada nenek ?
39.
Saran atau informasi apa yang sering diberikan kepada nenek ?
40.
Nasehat apa yang diberikan dalam mengatasi permasalah yang dihadapi oleh nenek ?
41.
Apa tanggung jawab panti terhadap kesejahteraan nenek?
42.
Apa kebutuhan jasmani yang diberikan kepada nenek ?
43.
Apa kebutuhan mental dan psikis yang diberikan kepada nenek?
44.
Apa kebutuhan sosial dan ekonomi yang diberikan kepada nenek ?
45.
Apa nenek mendapatkan hak-hak sebagai berikut ? -pelayanan keagamaan dan mental spiritual -pelayanan kesehatan -pelayanan kesempatan kerja -pelayanan pendidikan dan pelatihan -kemudahan dalam penggunaan fasilitas, saran, dan prasaran umum -kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum -perlindungan sosial -bantuan sosial
46.
Apa nenek melaksanakan kewajiban sebagai lansia seperti ? -membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana -mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus -memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus.
47.
Apakah nenek diberikan fasilitas kesehatan sesuai dengan keinginan sendiri
48.
Apakah tetap mengjaga interaksi orang lain dan mengikuti norma-norma yang berlaku?
PEDOMAN WAWANCARA DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA di PANTI TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Informan (Keluarga Lansia) I.
II.
III.
Waktu dan Tempat Hari dan Tanggal
:
Tempat
:
Identitas Informan Nama
:
Agama
:
Usia
:
Pekerjaan
:
Pertanyaan 1. Apakah keluarga sering menjenguk kakek/nenek? Minimal berapa bulan sekali? 2. Bagaimana sikap keluarga saat kakek/nenek yang sedang sakit setelah operasi ? 3. Bagaimana cara keluarga untuk memberi motivasi dalam menjalani hidup ini ? 4. Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan dan fasilitas yang diberikan di panti ? 5. Bagaimana bentuk perhatian bapak/ibu terhadap orang tua ? 6. Apakah keluarga memberikan bentuk bantuan langsung seperti memberikan uang kepada orang tua ? 7. Bagaimana saat lansia menghadapi permasalahan apakah keluarga membantu memberikan solusi atau nasehat ?
8. Apa pesan yang bapak sampaikan saat bapak menengok ibu ? 9. Apa bapak suka mengingatkan ibu untuk mengikuti kegiatan di panti ?
PEDOMAN WAWANCARA DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA di PANTI TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Informan (Petugas Panti) I.
II.
III.
Waktu dan Tempat Hari dan Tanggal
:
Tempat
:
Identitas Informan Nama
:
Agama
:
Usia
:
Pertanyaan 1. Bagaimana bentuk dukungan yang diberikan Panti untuk lansia yang sedang sakit ? 2. Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap keluarga yang tidak mau mengurus orang tuanya tetapi lebih memilih memasukannya ke panti ? 3. Bagaimana cara panti agar kakek/nenek disini sehat selalu ? 4. Bagaimana cara panti menasehati terhadap kakek/nenek yang sering merokok ? 5. Bagaimana cara panti menasehati terhadap kakek/nenek yang pacaran ? 6. Bagaimana bentuk kepedulian/perhatian yang diberikan Panti untuk lansia yang sudah tidak bisa beraktivitas lagi ? 7. Bagaimana cara panti memberikan penghargaan terhadap lansia yang rajin mengikuti kegiatan ? 8.
Bagaimana yang terjadi hubungan emosional saat progam dinamika kelompok ?
9. Bagaimana yang terjadi hubungan emosional saat progam dinamika kelompok ? 10. Bagaimana peran panti dalam dukungan keluarga bagi lansia ? 11. Bagaimana tahap perkembangan kesehatan yang dimiliki ibu sutinem ? 12. Bagaimana peran panti dalam hal perubahan kesehatan yang dimiliki ibu sutinem ? 13. Apakah pihak keluarga menelpon panti saat ibu sutinem sakit ? 14. Apa yang ibu ketahui tentang tingkat pengetahuan seseorang yang tidak tamat SD ? 15. Apa menurut ibu dengan tidak tamat SD bisa menjaga kesehatan dirinya ? 16. Apa peran panti dalam menambah tingkat pengetahuan lansia tentang kesehatan ? 17. Bagaimana factor emosional ibu sutinem terhadap ancaman penyakit ? 18. Bagaimana peran panti selama ibu sutinem sakit ? 19. Bagaimana ibu melihat hubungan ibu sutinem dengan keluarga atau temannya? 20. Bagaimana ibu melihat aspek spiritual yang ibu sutinem miliki ? 21. Apa ibu melihat dukungan keluarga yang terjadi pada keluarga ibu sutinem? 22. Apa ibu tahu jika keluarga memperhatikan kesehatan ibu sutinem ? 23. Apa faktor sosial yang terjadi jika ibu sutinem mengalami sakit? 24. Apa latar belakang budaya / kebiasaan dalam memberikan dukungan untuk kesehatan pribadi lansia ? 25. Apakah sebelum masuk ke panti ada orientasi/pengenalan tempat kepada ibu sutinem? 26. Bagaimana dukungan fisiologis yang diberikan panti kepada ibu sutinem ? 27. Apa ibu tahu jika keluarga memberikan perhatian dan kasih sayang kepada ibu sutinem ?
28. Apa petugas panti meminta pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan waktu bercakap-cakap untuk menjaga komunikasi yang baik dengan ibu sutinem ? 29. Apa peran panti memberikan rasa aman kepada ibu sutinem ? 30. Apa bentuk perhatian panti kepada ibu sutinem ? 31. Apa pihak panti nmenyarankan ibu sutinem untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian ? 32. Apa pihak panti memberikan kesempatan kepada ibu sutinem untuk memilih fasilitas kesehatan sesuai dengan keinginan sendiri ? 33. Bagaimana pihak panti melihat ibu sutinem dalam menjaga interaksi dengan orang lain dan memperhatikan norma-norma yang berlaku ? 34. Bagaimana ibu melihat pergaulan sehari-hari ibu sutinem dengan lingkungannya ? 35. Bagaimana yang terjadi keamanan sosial setempat dan program-program medikasi/pengobatan kesehatan ? 36. Bagaimana bantuan-bantuan yang diberikan dari pihak luar untuk panti ? 37. Apa bentuk nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi yang diberikan kepada ibu sutinem ? 38. Apa peran panti dalam mengungkapkan suatu masalah yang dialami ibu sutinem? 39. Apa bentuk support, penghargaan, dan perhatian yang diberikan panti kepada ibu sutinem? 40. Apa panti memberikan bimbingan atau membimbing ibu sutinem ? 41. Bagaimana panti memberikan dukungan instrumental kepada ibu sutinem? 42. Bagaimana panti memberikan dukungan emosional dalam hal adanya kepercayaan, mendengarkan dan di dingerkan kepada ibu sutinem ?
43. Bagaimana panti bisa memberikan rasa tentram, aman, dan damai, kepada ibu sutinem ? 44. Bagaimana ibu sutinem memperoleh kereketan emosional / hubungan akrab dengan kerabat ? 45. Bagaimana cara ibu Sutinem memiliki rasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok? 46. Apakah ibu sutinem melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersamasama? 47. Bagaimana cara ibu sutinem mendapat penghargaan atau pengakuan dari panti? 48. Apa bantuan nyata yang diberikan panti kepada ibu sutinem ? 49. Saran atau informasi apa yang sering diberikan kepada ibu sutinem ? 50. Nasehat apa yang diberikan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi ibu sutinem ? 51. Apa tanggung jawab panti terhadap kesejahteraan ibu sutinem? 52. Apa kebutuhan jasmani yang diberikan kepada ibu sutinem ? apa tercukupi ? 53. Apa kebutuhan mental dan psikis yang diberikan kepada ibu sutinem ? 54. Apa kebutuhan sosial dan ekonomi yang diberikan panti pada ibu sutinem ? 55. Apa yang ibu ketahui tentang periode penurunan yang dialami ibu sutinem ? 56. Apa yang ibu lihat dari ibu sutinem tentang reaksi terhadap masa tuanya ? 57. Apa pandangan ibu tentang lanjut usia ? 58. Apa sikap sosial yang terjadi terhadap lanjut usia ? 59. Apa menurut ibu usia lanjut yang mempunyai status kelompok minoritas? 60. Apa perubahan peran yang terjadi pada ibu sutinem ?
61. Bagaimana menurut ibu tentang lanjut usia yang memiliki konsep diri yang negative akibat penyesuaian diri yang tidak baik ? 62. Apa ibu sutinem mendapatkan hak-hak sebagai berikut ? -pelayanan keagamaan dan mental spiritual -pelayanan kesehatan -pelayanan kesempatan kerja -pelayanan pendidikan dan pelatihan -kemudahan dalam penggunaan fasilitas, saran, dan prasaran umum -kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum -perlindungan sosial -bantuan sosial 63. Apa ibu sutinem melaksanakan kewajiban sebagai lansia seperti ? -membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana -mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus -memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus. 64. Apa fungsi lembaga keagamaan di panti ini ?
TRANSKIP WAWANCARA DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA di PANTI TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Informan (Kakek/ Nenek) Nama
: Sutinem
Waktu
: Pukul 09.00
Hari dan Tanggal
: Jumat, 17-06-2016
Tempat
: di kamar lansia Wisma Mawar
Agama
: Islam
Usia
: 73 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: Tidak tamat Sekolah Dasar
No. Pertanyaan
Jawaban
1.
Bagaimana dengan keluarga apakah
Sering menjenguk. Sebulan sekali oleh
mereka sering menjenguk
anak pertama saya Rahmat Aris.
kakek/nenek?
2.
Nenek sakit mata kenapa ?
Katarak, kurang lebih tiga bulan. Awalnya gejalanya sering pusing atau bingung punya anak baru terus keluar air mata.
3.
Di rumah sakit mana tempat operasi
Rumah sakit kantor pajak
kakek/nenek ?
4.
Siapa yang nganterin atau nungguin
Ga tentu, kadang bergilir. Pak yono,
kakek/nenek saat di rumah sakit ?
bu Azizah, bu Halimah petugas panti.
Banyaklah kadang anak cowok.
5.
Siapa yang membayar berobat
Gak bayar, gratis dari kantor pajak
kakek/nenek ?
6.
7.
Siapa saja yang perhatian sama
Ya disini semua tolong pertolongan.
kakek/nenek saat sedang sakit ?
Ya petugas panti.
Bagaimana harapan kakek/nenek
Sebetulnya saya bingung, kadang
terhadap keluarga ?
ngikutin anak, anak nya masih ngontrak belum mandiri. Warisan juga ga dikasih. Tapi saya berharap bisa kembali ke keluarga saya lagi.
8.
Bagaimana kabar anak-anak
Sehat
kakek/nenek ?
9.
Bagaimana cara kakek/nenek untuk
Ya makanan saya berpikir agar tidak
menjaga kesehatan ?
menimbulkan penyakit. Makan secara teratur dan berolahrga. Terus saya juga pantang makan kacang. Suka makan buah-buahan dan sayuran.
10.
Bagaimana bentuk
Cukup. Nge nengokin ke panti.
kepedulian/perhatian yang sering diberikan oleh keluarga?
11.
12.
Apa keluarga pernah memberikan uang
iya pernah. Ngasih Rp.30.000 atau
kepada nenek?
ngasih Rp. 50.000 kalo ada rezeki.
Bagaimana tahap perkembangan atau
Kalo aku dari kecil sehat terus jarang
perubahan kesehatan yang dialami ibu
sakit. Sakit rematik terus kalo megang
sutinem?
ini lama-lama ga kerasa kalo megang sayur ga kerasa rasanya nyeri. Sakit katarak ini gak enak melihat arab kaya garis-garis pandangan saya semenjak dioperasi jadi penurunan matanya. Tahun 2013 masuk ke panti sehat.
13.
Apa pengetahuan yang nenek miliki
Ya yang lain nya kan klo sakit lansung
tentang kesehatan untuk menjaga
berobat. Kalo saya ya saya rasakan
kesehatan dirinya ?
sakitnya ya besok mbah ada klinik gitu aja. Kalo disini diperiksa cuma ditanya. Iya menjaga kesehatan dengan olahraga, makan makanan yang bergizi 4 sehat 5 sempurna.
14.
Bagaimana respon emosional nenek
Ya namanya sakit susah kepengen
selama nenek sakit ?
sembuh ya berobat menjalani pengobatan. Perasaan lagi sakit ya ga enak, tidur ga nyenyak, mau makan ga enak ya macam yang dirasa lah.
15.
Bagaimana hubungan nenek dengan
Ya saya maunya ya bersatu saja. Kalo
keluarga atau teman ?
anak saya maunya persatuan ma orang tua. Tapi kena gangguan itu bini itu susah diajak persatuan maunya menang menang sendiri. Saya pernah berantem emosi megang gelas terus pecah soalnya bini nya susah diajak persatuan dari dulu. Jadi hubungan dengan menantu kurang baik. Hubungan sama teman saya ada yang harmonis ada yang tidak. Hubungan yang akrab saya dengan mbah halimah dan mbah kokom. Hubungan yang
tidak akrab dengan mbah azizah. 16.
Bagaimana aspek spiritual nenek dalam
Ya jadi tentram dan damai jadi ga
menjalani kehidupan ?
gampang marah. Saya sering tadarusan baca quran ma pak zainudin, yasinan setiap malam jumat, menjalankan juga sholat 5 waktu dan kadang sholat malam di masjid jam 3.
17.
Apa nenek merasa diperhatikan oleh
Iya merasa diperhatikan dengan cara
keluarga dalam menjaga kesehatan ?
ya nengokin. Kemarin pas aku lagi sakit dia pas datang kesini aku lagi gaenak badan. Dalam tindakan pencegahan kalo minum madu dan vitamin kadang-kadang.
18.
Apa reaksi factor sosial yang terjadi
Ya petugas yang mengasih
jika nenek sakit ?
pengetahuan. Ya petugas panti mengajak ke rumah sakit yang menolongin dan peduli.
19.
Apa kebiasaan yang nenek lakukan
Setiap hari saya olahraga secara teratur
dalam menjaga kesehatan pribadi ?
setelah olahraga saya istirahat tidur. Lalu tidak lupa minum vitamin.
20.
Apa dukungan fisiologis yang nenek
Ya mendapat dukungan fisiologis
dapatkan selama di panti ?
yang menolong aktivitas sehari-hari saya. Saya nyuci kumpulin setelah kumpul ada yang giling kadangkadang sudah dijemur jadi perawat membantu mencuci pakaian. Perawat juga menciptakan rasa aman dan nyaman di panti
21.
Apa dukungan psikologis yang nenek
Jelas memberikan kasih sayang
dapatkan dari keluarga ?
kepada orang tua. Iya keluarga juga memberikan perhatian.
22.
Apa anggota keluarga pernah
Ya jelas pernah menengok nenek
melakukan diskusi, melungkan waktu
sebulan sekali. Diskusi yang pernah
untuk nenek ?
melakukan adalah membicarakan tentang kehidupan keluarga.
23.
Apa dukungan sosial yang nenek
Petugas selalu mengajak kegiatan
dapatkan di panti ?
pengajian. Waktunya hari senin ada ceramah dengan ust. samatrin, rabu ada baca quran deng pak zainudin, malam jumat yasinan.
24.
Bagaimana pergaulan sehari-hari nenek
Ya ada yang cocok dan ada yang tidak
dengan lingkungan sekitar ?
cocok. Saya memiliki hubungan yang akrab dengan mbah kokom dan mbah haliman sedangkan hubungan yang kurang harmonis adalah dengan mbah azizah.
25.
Bagaimana yang terjadi keamanan
Ya kurang aman. Saya pernah
sosial setempat dan program-program
kehilangan baju baru lagi ada 2 dari
medikasi ./ pengobatan di panti ?
tamu. Program medikasi di panti pelayanan cukup baik.
26.
Bagaimana bantuan-bantuan yang
Ya kadang-kadang ada. Ya ada duit,
diberikan dari pihak luar untuk panti ?
kue , baju. Kemarin dua puluh lima ribu dari sekolah SMA depok. Tapi saya ga nerima karena saya naik duluan keatas.
27.
28.
Apa bentuk nasehat, usulan, saram,
Ya nasehat itu dari pengajian dalam
petunjuk dan pemberian informasi yang
ceramah, Misalnya dalam bulan
diberikan kepada nenek ?
ramadhan harus meningkatkan ibadah.
Apa peran panti dalam mengungkapkan
Ya panti meleraikan jangan
suatu masalah yang dialami nenek ?
bertengkar. Ada juga kegiatan konseling dimana bisa bercerita tentang masalah pribadi lalu diberikan
arahan. 29.
Apa bentuk support, penghargaan, dan
Diberikan hadiah kaos dalam kegiatan
perhatian yang diberikan panti kepada
acara 17 agustus.
nenek ? 30.
Apa panti memberikan bimbingan atau
Ya semuanya dibimbing. Dalam
membimbing nenek ?
membimbing pelayanan kesehatam, pelayanan agama dsb.
31.
Bagaimana panti memberikan
Setiap hari makanan yang diberikan
dukungan instrumental kepada nenek ?
kurang enak makanan untuk orang banyak. Ya istirahat tercukupi.
32.
33.
34.
Bagaimana panti memberikan
Ya adanya kegiatan konseling disitu
dukungan emosional dalam hal adanya
panti mendengarkan keluhan nenek.
kepercayaan, mendengarkan dan
Dan keluhan nenek didengarkan oleh
didengarkan kepada nenek?
panti.
Bagaimana panti bisa memberikan rasa
Ya jangan pada berantem tidak ada
tentram, aman dan damai kepada
perselisihan. Adanya satpam
nenek?
memberikan rasa aman.
Bagaimana nenek memperoleh
Memperoleh kerekatan emosional
kerekatan emosional / hubungan yang
dengan cara satu kamar. Dengan cara
akrab dengan kerabat ?
Makan bersama. Ikut kegiatan bersama. Dan sholat bersama.
35.
36.
Bagaimana cara nenek memiliki rasa
Iya mengikuti kegiatan bersama
memiliki dan dimiliki dalam kelompok
misalnya kegiatan olahraga dan
?
kegiatan keterampilan.
Apakah nenek ,melakukan kegiatan
Melakukan kegiatan yang sifatnya
yang sifatnya rekreatif secara bersama-
rekreatif secara bersama-sama. Iya
sama?
misalnya dengan mengikuti kegiatan keterampilan bersama.
37.
Bagaimana cara nenek mendapat
Bersikap baik kepada petugas panti.
penghargaan atau pengakuan dari panti
Rajin mengikuti kegiatan agar
?
mendapat pujian.
38.
Apa bantuan nyata yang diberikan panti Ya bantuan kesehatan, makanan, kepada nenek ?
bersihan mandi, ya bantuin cuci mencuci.
39.
Saran atau informasi apa yang sering
Informasi tentang kegiatan di panti
diberikan kepada nenek ?
seperti kegiatan pengajian, kegiatan keterampilan dan kegiatan olahraga.
40.
41.
Nasehat apa yang diberikan dalam
Sabar, tawakal masudnya kuat, jangan
mengatasi permasalah yang dihadapi
putus asa dan jangan larut dalam
oleh nenek ?
masalah.
Apa tanggung jawab panti terhadap
Ya panti tanggung jawab terhadap
kesejahteraan nenek?
kesejahteraan nenek banyak misalnya dalam hal kesehatan, keamanan, dan kebersihan.
42.
Apa kebutuhan jasmani yang diberikan
Ada pelayanan kesehatan. Ada
kepada nenek ?
kegiatan olahraga. Ada perumahan sandang dan pelayanan kebutuhan makanan yang bergizi.
43.
Apa kebutuhan mental dan psikis yang
Ya jelas ada yang mengajak kegiatan
diberikan kepada nenek?
pengajian atau upacara keagamaan dan saya rutin mengikuti kegiatan pengajian di mesjid.
44.
Apa kebutuhan sosial dan ekonomi
Ada pelayanan bimbingan sosial, ada
yang diberikan kepada nenek ?
penyuluhan, ada rekreasi setahun dua kali. Ada kebutuhan ekonomi misalnya barang keterampilan di jualin saat bazar.
45.
Apa nenek mendapatkan hak-hak
Terdapat pelayanan keagamaan dan
sebagai berikut ?
mental spiritual, pelayanan kesehatan,
-pelayanan keagamaan dan mental
pelayanan kesempatan kerja,
spiritual
pelayanan pendidikan dan pelatihan,
-pelayanan kesehatan
kemudahan dalam penggunaan
-pelayanan kesempatan kerja
fasilitas, saran, dan prasaran umum
-pelayanan pendidikan dan pelatihan
perlindungan sosial namun tidak ada
-kemudahan dalam penggunaan
kemudahan dalam layanan dan
fasilitas, saran, dan prasaran umum
bantuan hukum
-kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum -perlindungan sosial -bantuan sosial 46.
Apa nenek melaksanakan kewajiban
Iya memberi keteladanan dengan
sebagai lansia seperti ?
bersikap baik pada semua orang.
-membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana -mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus -memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus. 47.
48.
Apakah nenek diberikan fasilitas
Tidak memiliki fasilitas kesehatan
kesehatan sesuai dengan keinginan
dengan keinginan sendiri. Semua
sendiri ?
sudah diatur petugas panti
Apakah tetap mengjaga interaksi orang
Iya saya tetap menjaga interaksi
lain dan mengikuti norma-norma yang
dengan orang lain dengan cara
berlaku?
memberikan senyuman. Ya kadang saya ramah dengan orang lain. Ya saya patuh terhadap norma yang berlaku di panti.
TRANSKIP WAWANCARA DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA di PANTI TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Informan (Keluarga Lansia) Nama
: Rahmat Aris
Waktu
: Pukul 10.00
Hari dan Tanggal
: Senin, 20-06-2016
Tempat
: di rumah pak Rahmat Aris
Agama
: Islam
Usia
: 43 Tahun
Pekerjaan
: Ojek Online
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: Kuliah sampai semester 7
No. Pertanyaan
Jawaban
1.
Bagaimana dengan keluarga apa sering
Ya saya rutin menengok ibu di panti.
menjenguk kakek/nenek?
Sebulan sekali bahkan bisa lebih dari itu. Terakhir menengok sebelum bulan puasa minggu kemarin.
2.
Bagaimana sikap keluarga saat
Kalo sakit terus terang saat ini saya
kakek/nenek sedang sakit ?
yang paling besar untuk sekarang jadi anak pertama sebenarnya anak kedua namun anak pertama sudah meninggal. Ya saya yang paling bertanggung jawab kalau untuk apapun keadaannya sebenarnya termasuk dipanti itu kan saya yang
menitipkan disana dengan prosedur yang ada terus itu sudah saya pertimbangkan untuk jalan terakhir yang saya tempuh dan saya berfikir itu jalan yang lebih baik daripada tidak disana.
3.
Alasan apa yang membuat keluarga
Pertama begini ibu saya itu untuk
menitipkan nenek di panti ?
cara berfikir secara psikologis cara bersosialisasi dengan saudara atau anak menantu atau tetangga itu kayaknya agak unik beda dengan kebanyakan orang umum. Jadi hal yang saya membuat keputusan tinggal disana karena dengan saudara tidak akur dengan menantu tidak akur terus saya coba kostkan berhubungan baik dengan ibu kost dengan tetangga mungkin sifatnya hanya sementara sebulan dua bulan setelah itu saya mendengar ada masalah lagi akhirnya kurang disukai oleh lingkungan. Saya pinggirkan lagi bingung akhirnya inilah jalan terakhir.
4.
Bagaimana tanggapan bapak/ibu
Kalo fasilitas panti sejauh ini saya
terhadap pelayanan dan fasilitas yang
menanyakan ke ibu saya sepertinya
diberikan di panti ?
bagus Cuma karena keunikan tadi dari sifat ibu saya jadi tetap saja ada beberapa hal yang saya dengar agak
kurang harmonis terutama antara ibu saya dengan satu kamarnya. Kalo dengan petugasnya saya belum pernah mendengar kalo ada masalah.
5.
Bagaimana bentuk perhatian bapak/ibu
Iya saya suka nanyain apa ibu sedang
terhadap orang tua ?
sakit atau tidak? Terus gimana makannya disini? Apa tadi malam ibu tidurnya nyeyak? Saya sering menanyakan itu pada ibu saya
6.
7.
Apakah keluarga memberikan bentuk
Iya saya memberikan uang kepada
bantuan langsung seperti memberikan
ibu saya saat menengok jika ada
uang kepada orang tua ?
rezeki ya saya kasih.
Bagaimana saat lansia menghadapi
Kalo untuk ibu saya itu meskipun
permasalahan apakah keluarga
cerita ada permasalahan terutama
membantu memberikan solusi atau
hubungan dengan temannya
nasehat ?
jangankan saya sebagai anak orang yang dekat disana seperti satpam seperti siapa yang memberikan bantuan memberikan masukan atau solusi tapi ibu saya susah kalo untuk menerima masukan orang lain kecuali orang lain itu dianggap yang teladan.
8.
Apa pesan yang bapak sampaikan saat
Iya seperi ibu dipanti jaga kesehatan
bapak menengok ibu ?
ya, jangan sampai sakit. Kalo ada kegiatan olahraga kalo bisa ibu ikut. Agar ibu sehat terus jangan lupa
makan sehari tiga kali yang bergizi.. Terkadang saya suka bilang gitu pada ibu saya saat saya menengokin di panti.
9.
Apa bapak suka mengingatkan ibu untuk
Iya saya juga sering mengingatkan
mengikuti kegiatan di panti ?
kepada ibu saya untuk mengikuti kegiatan pengajian agar hatinya selalu tenang dan tentram dalam mengingat Allah SWT
TRANSKIP WAWANCARA DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA di PANTI TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Informan (Petugas Panti) Nama
: Purba
Waktu
: Pukul 09.30
Hari dan Tanggal
: Jumat, 17-06-2016
Tempat
: di ruang tamu
Agama
: Kristen
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: Sarjana Sosial
No.
Pertanyaan
Jawaban
1.
Bagaimana bentuk dukungan yang
Ya kalo sakit ya diobatin kaya sekarang
diberikan Panti untuk lansia yang
ini kan ada puskesmas jadwalnya
sedang sakit ?
seminggu sekali terus kalo parah ya dirujuk ke rumah sakit kalo masih bisa ditangani disini ya dikasih obat yang sesuai seandainya kita takut kasih obat perawat menelpon dokter langsung.
2.
Bagaimana tanggapan bapak/ibu
Ya keluarganya kurang care ke orang
terhadap keluarga yang tidak mau
tua banyak juga masyarakat kaya gitu
mengurus orang tuanya tetapi lebih
tapi ada juga anak yang mau mengurus
memilih memasukannya ke panti ?
orang tuanya gitu soalnya banyak masyarakat istri yang kerja suami gak kerja ini mama nya laki-laki terus dia hanya numpang saja dia itu kata menantu perempuan udah masukin aja panti kadang banyak juga kaya itu bukan hanya menantu anak juga ada yang seperti itu jadi menurut orang ya macam-macam. Ya orang tua kita harus urus sendiri.
3.
Bagaimana cara panti agar kakek/nenek
Ya dikasih makan yang benar. Ya
disini sehat selalu ?
dikasih obat yang benar. Ya kakek atau nenek rentan penyakit gabisa sehat kaya anak muda.
4.
Bagaimana cara panti menasehati
Memberikan nasihat sudah pasti kita
terhadap kakek/nenek yang sering
soalnya di DKI tidak boleh merokok
merokok ?
sembarangan apalagi kaya kakek itu temanya pada puasa dia malah merokok. Sebenarnya kita juga arahkan tapi namanya kakek atau nenek udah pikun kadang budek.
5.
Bagaimana cara panti menasehati
Ya kita mengarahkan memberikan
terhadap kakek/nenek yang pacaran ?
nasihat tidak boleh kaya begitu nek udah tua begini begini kita arahkan yang bagus. Pernah dikasih sanksi sebuah ancaman kalo pacaran lagi akan dipindahkan ke panti lain.
6.
Bagaimana bentuk kepedulian/perhatian
Apabila dia mau makan di suapin jika
yang diberikan Panti untuk lansia yang
mau mandi dimandiin dikasih bedak
sudah tidak bisa beraktivitas lagi ?
jika mau minum dikasih minum
dijemur.
7.
8.
Bagaimana cara panti memberikan
Ya kadang kita kasih hadiah juga.
penghargaan terhadap lansia yang rajin
Kadang kita banggain dia atau
mengikuti kegiatan ?
memberikan pujian wah kakek hebat.
Bagaimana yang terjadi hubungan
Ya berjalan ya tapi kan namanya kakek
emosional saat progam dinamika
atau nenek ya pendengarannya kurang
kelompok ?
jalannya juga lelet harus ada kesabaran dari kita dibuat senang ajah.
9.
Bagaimana saat acara program HLUN ?
Kita bawa kakek atau nenek yang mandiri ke tempat HLUN yaitu di Ancol mengikuti kegiatan disana seperti pentas seni menampilkan angklung, joget ya bersenangsenanglah. Sekitar 30 orang yang ikut kegiatan program HLUN.
10.
Bagaimana peran panti dalam dukungan
Ada peran panti dalam membina
keluarga bagi lansia ?
hubungan keluarga lansia tersebut. Seperti waktu itu pernah keluarga lansia dipanggil kesini diundang oleh kepala pembinaan. Terus bagi yang
punya keluarga juga dianjurkan menengok anggota lansianya yang ada disini. Kalo bisa kita menggali data kita ada juga home visit kita assessment wbs dan keluarganya. Kalo jadwal kunjungan kita tidak ada khusus tapi syarat hanya diberikan anggota keluarganya agar kakek atau nenek tinggal di panti sering-sering ditengok minimal sebulan sekali jadwal dia sempet nengoknya kapan misalnya di hari libur sabtu atau minggu silahkan saja. Ditengok anggota kelurganya dengan melapor petugas piket. Kita ada peraturan sebenarnya anggota keluarga yang datang sini tidak boleh masuk wisma tetapi hanya menunggu di ruang tamu, di gazebo di taman atau di loby.
11.
Bagaimana tahap perkembangan
Perkembangan kesehatan ibu sutinem.
kesehatan yang dimiliki ibu sutinem ?
Iya nenek Sutinem mengalami penyakit katarak mungkin dulunya karena kekurangan gizi dan menyebabkan kerusakan pada organ tubuh yaitu pada matanya.. Ya tapi namanya orang tua sering sakit pusing, cepat lelah gitu tapi kalo dia sehat saja. Masih ikut aktif mengikuti kegiatan di panti.
12.
Bagaimana peran panti dalam hal
Peran panti dalam kesehatan ya kalo di
perubahan kesehatan yang dimiliki ibu
panti disini ya biasanya sekali
sutinem ?
seminggu ada dokter dari puskesmas ada juga dokter dari terapi juga psikolog nya ada juga apabila dia sakit dikasih obat dari sini apabila parah dilihat juga perkembangan nya dari dokter apabila dia sakit dirujuk ke rumah sakit apa ke rumah sakit duren sawit apa ke budi asih.
13.
Apakah pihak keluarga menelpon panti
Bukan keluarga yang menelpon tapi
saat ibu sutinem sakit ?
pihak panti yang menelpon keluarga jika seandainya ibu sutinem sakit telepon ke anaknya jika ibunya sakit agar ditengok kan jadi bukan keluarga yang menelpon jadi keluarga tidak tahu yang tahu kan panti
14
Apa yang ibu ketahui tentang tingkat
Yang namanya tidak tamat SD tinggal
pengetahuan seseorang yang tidak tamat di panti sudah tua ya ada keluhan nya SD ? 15.
sakit. Ya gitu ajah.
Apa menurut ibu dengan tidak tamat SD Ya bisa menjaga kesehatan dirinya. Ya bisa menjaga kesehatan dirinya ?
perawat juga mengarahkan dan makanan sudah diatur oleh panti.
16.
Apa peran panti dalam menambah
Ya kan ada terapi-terapi ada
tingkat pengetahuan lansia tentang
pemeriksaan dokter ada petugas
kesehatan ?
perawat mengamati wbs apabila dia sakit ada juga TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) jadi mahasiswa mengadakan kegiatan bagaimana dengan pendengaran dia, bagaimana dengan kesehatannya dia, bisa mendengar atau tidak.
17.
Bagaimana faktor emosional ibu
Ya kalo dia lagi sakit ya dia mengeluh
sutinem terhadap ancaman penyakit ?
namanya juga manusia tapi kan pegawai atau petugas membawa dia ke dokter. Petugas menelpon ke dokter terus dokter itu memberikan arahan kasih obat ini. Dan dia mau menjalani pengobatan.
18.
Bagaimana peran panti selama ibu
Peran panti dalam kesehatan ya kalo di
sutinem sakit ?
panti disini ya biasanya sekali seminggu ada dokter dari puskesmas ada juga dokter dari terapi juga psikolog nya ada juga apabila dia sakit dikasih obat dari sini apabila parah dilihat juga perkembangan nya dari dokter apabila dia sakit dirujuk ke rumah sakit apa ke rumah sakit duren sawit apa ke budi asih.
19.
Bagaimana ibu melihat hubungan ibu
Jika ke anaknya sih akur namun ke
sutinem dengan keluarga atau
menantunya tidak akur. Makanya jika
temannya?
sutinem tinggal bersama anaknya menantu tidak menerima dia lebih baik cerai katanya dari pada disini. Makanya kita lihat keadaan juga anaknya pengangguran termasuk golongan ekonomi yang lemah jadi terima di panti ini. Nenek Sutinem masih menjalin interaksi dengan baik bersama teman-temannya namun di memiliki darah tinggi merasa dia masih bisa merasa kuat ada rasa tinggi hati yang saya lihat.
20.
Bagaimana ibu melihat aspek spiritual
Kalo aspek spiritual dia mengikuti
yang ibu sutinem miliki ?
kegiatan keagamaan klo ada pengajian dia ikut pokoknya dia rajin dan tekun dalam mengikuti kegiatan di panti. Petugas mengarahkan dia masih mau.
21.
Apa ibu melihat dukungan keluarga
Dukungan keluarga ya dia datang
yang terjadi pada keluarga ibu sutinem?
menjengukin ibunya ke panti sebulan sekali. Ya kalo sering-sering kan biayanya juga anaknya pengangguran. Jadi emang orang susah anaknya tapi tetap datang ke panti untuk menjenguk ibunya.
22.
Apa ibu tahu jika keluarga
Ya kalo ibu sutinem sudah diserahkan
memperhatikan kesehatan ibu sutinem ?
ke panti. Jadi panti yang melihat makanya ada dokter, terapi, dan perawat-perawat.
23.
Apa faktor sosial yang terjadi jika ibu
Faktor sosial ya reaksi sosial yang
sutinem mengalami sakit?
terjadi dia tidak mengikuti kegiatan di panti. Ya namanya sakit jadi istirahat dulu.
24.
25.
Apa latar belakang budaya / kebiasaan
Ya kita petugas mengarahkan jadi
dalam memberikan dukungan untuk
makanan sudah diatur. Adanya juga
kesehatan pribadi lansia ?
kebiasaan kegiatan olahraga.
Apakah sebelum masuk ke panti ada
Tidak ada orientasi paling dari
orientasi/pengenalan tempat kepada ibu
kelurahan pekerja sosial yang melihat
sutinem?
keadaan rumah dia orang mampu atau tidak jadi bisa masuk ke panti atau tidak.
26.
Bagaimana dukungan fisiologis yang
Dukungan fisiologis kalo di wbs disini
diberikan panti kepada ibu sutinem ?
ya di arahkan ada yang masak ada yang menyajikan petugas mengajak untuk
mengikuti kegiatan senam dan dalam hal makanan juga memperhatikan gizi. 27.
Apa ibu tahu jika keluarga memberikan
Ya dengan dia datang dia udah ada
perhatian dan kasih sayang kepada ibu
perhatiannya. Ya itu jika dia datang
sutinem ?
bagaimana mak sehat gak mak. Bagaimana keadaan mama disini.
28.
Apa petugas panti meminta pendapat
Ya melakukan bercerita-cerita sebagai
atau melakukan diskusi, meluangkan
pekerja sosial memperhatikan wbs
waktu bercakap-cakap untuk menjaga
dengan cara menanyakan bagaimana
komunikasi yang baik dengan ibu
keadaan kakek dan nenek. Saling
sutinem ?
perhatian ke mereka menanyakan bagaimana betah atau tidak di panti.
29.
Apa peran panti memberikan rasa aman
Ya memberikan rasa aman. Ya kalo
kepada ibu sutinem ?
sakit diobatin. Jika laper dikasih makan. Lalu dikasih baju juga. Kebutuhannya dipenuhi. Makanya kakek dan nenek disini pada betah.
30.
Apa bentuk perhatian panti kepada ibu
Ya mengurusin ibu sutinem. Ya jika
sutinem ?
sakit diobatin. Jika tidak punya baju ya dikasih baju dikasih sepatu untuk keperluan dia.
31.
Apa pihak panti nmenyarankan ibu
Iya udah pasti harus mengikuti
sutinem untuk mengikuti kegiatan
pengajian mau ngapain lagi sudah tua.
spiritual seperti pengajian ? 32.
Apa pihak panti memberikan
Fasilitas kesehatan ada tetapi tidak
kesempatan kepada ibu sutinem untuk
semua rumah sakit bisa di rujuk
memilih fasilitas kesehatan sesuai
tergantung rumah sakit yang merujuk.
dengan keinginan sendiri ? 33.
Bagaimana pihak panti melihat ibu
Ya namanya petugas melihat biasa saja
sutinem dalam menjaga interaksi
normal ya namanya orang hidup
dengan orang lain dan memperhatikan
bagaimana nakal tidak. Dia patuh tidak
norma-norma yang berlaku ?
melawan sesuai norma. Jika dia melanggar ya masih bisa diomongin ya emang nenek mau dibalikin ke anaknya lagi.
34.
Bagaimana ibu melihat pergaulan
Ya biasa saja sehat. Ya kadang
sehari-hari ibu sutinem dengan
berantem nya ibu sutinem. Ya nenek
lingkungannya ?
sudah tua harus sadar malu. Ya di leraikan.
35.
Bagaimana yang terjadi keamanan
Untuk keamanan sosial setempat ada
sosial setempat dan program-program
satpam, ada yang piket, ada penjaga
medikasi/pengobatan kesehatan ?
barang. Kalo program kesehatan disini sudah terjamin sekali seminggu ada dokter. Ada dokter terapis dua orang. Ada perwat-perawat setiap kamar ada.
36.
Bagaimana bantuan-bantuan yang
Bantuan dari pihak luar kadang ada
diberikan dari pihak luar untuk panti ?
belum tentu seminggu sekali ya kadang dia bawa makanan langsung ke wbs. Ada juga bawa amplop ya sepuluh ribu atau lima belas ribu. Ada yang memberikan handuk ataupun baju.
37.
Apa bentuk nasehat, usulan, saran,
Ya jika lagi berantem ya dileraikan agar
petunjuk dan pemberian informasi yang
supaya tidak bertengkar lagi. Namanya
diberikan kepada ibu sutinem ?
juga manusia mempunyai kesalahan. Nenek disini kan berasal dari gelandangan ada yang tinggal di ubin jadi kadang ada aja yang membuat masalah. Kita arahkan kita tanya dulu kenapa nenek berantem misalnya begini begini ya tidak usah berantem kita pisahkan.
38.
Apa peran panti dalam mengungkapkan
Ya adanya kegiatan konseling dimana
suatu masalah yang dialami ibu
wbs bisa bercerita mengungkapkan
sutinem?
masalahnya masing-masing lalu psikolog bisa memberikan arahan kepada wbs tersebut.
39.
Apa bentuk support, penghargaan, dan
Ya kalo seandainya dalam kegiatan dia
perhatian yang diberikan panti kepada
rajin jika dalam kegiatan keagamaan
ibu sutinem?
wah hebat nenek sudah duluan datang atau jika ada kegiatan panggung gembira dia nyanyi jadi kami memberikan pujian kepada dirinya
40.
41.
Apa panti memberikan bimbingan atau
Ya semua wbs harus dimbing tidak
membimbing ibu sutinem ?
hanya ibu sutinem saja.
Bagaimana panti memberikan dukungan Ya seandaianya jika ada kegiatan instrumental kepada ibu sutinem?
apabila ia masih sakit dia tidak perlu ikut kegiatan namun istirahat yang cukup.
42.
Bagaimana panti memberikan dukungan Ya petugas harus mendengarkan emosional dalam hal adanya
keluhan kakek dan nenek. Jika sudah
kepercayaan, mendengarkan dan di
didengarkan ya baru kita ceramahin.
dingerkan kepada ibu sutinem ?
Baru kami memberikan apa yang mereka butuhkan.
43.
44.
Bagaimana panti bisa memberikan rasa
Kalo di keluarga kan malah berantem.
tentram, aman, dan damai, kepada ibu
Jika di panti kan dia tenang kalo laper
sutinem ?
dikasih makan, kalo sakit diobatin.
Bagaimana ibu sutinem memperoleh
Ya dia hidup disitu tinggal disitu kan
kereketan emosional / hubungan akrab
sudah otomatis. Jadi akrab saja. Sudah
dengan kerabat ?
hidup bersama sudah satu penderitaan. Sudah biasa mengikuti kegiatan bersama.
45.
Bagaimana cara ibu Sutinem memiliki
Ya rasa kebersamaan tinggal di panti
rasa memiliki dan dimiliki dalam
sudah tumbuh. Ya jika sudah kenal ya
kelompok ?
sudah sayang. Seperti sering mengikuti kegiatan bersama.
46.
47.
Apakah ibu sutinem melakukan
Ya seperti mengikuti kegiatan
kegiatan yang sifatnya rekreatif secara
keterampilan bersama. Membuat keset
bersama-sama?
membuat manik-manik dll.
Bagaimana cara ibu sutinem mendapat
Ya kaya kemarin kegiatan 17 agustus
penghargaan atau pengakuan dari panti?
ada nya lomba kebersihan, ada lomba makan kerupuk, ada lomba gundu di sendok, jadi ada kegiatanlah ada masukin pensil ke botol ya kalo dia juara ya dia dapat hadiah.
48.
49.
Apa bantuan nyata yang diberikan panti
Ya namanya dia hidup di panti ya
kepada ibu sutinem ?
makan disini minum dan berobat.
Saran atau informasi apa yang sering
Ya seandainya jika dia berantem dia
diberikan kepada ibu sutinem ?
diberi saran. Ya informasi seperti kegiatan sehari hari yang ada di panti.
50.
Nasehat apa yang diberikan dalam
Mau mengatur anaknya kerja namun
mengatasi permasalahan yang dihadapi
kenyataan hidup kan nyari kerja susah.
ibu sutinem ?
Ya menesahati ibu sutinem agar memahami anaknya jika mencari pekerjaan itu susah namun anaknya sudah berusaha.
51.
52.
Apa tanggung jawab panti terhadap
Ya makan dan berobat jadi layaknya
kesejahteraan ibu sutinem?
hidup.
Apa kebutuhan jasmani yang diberikan
Ya perumahan dia tinggal disini. Ya
kepada ibu sutinem ? apa tercukupi ?
makan sehari 3 kali. Pelayanan kesehatan jika sakit di obatin. Ya kebutuhan jasmani dan rohani tercukupi.
53.
Apa kebutuhan mental dan psikis yang
Ya kita motivasi dan kita mengarahkan.
diberikan kepada ibu sutinem ?
Ya pasti itu petugas mengajak kegiatan keagamaan.
54.
Apa kebutuhan sosial dan ekonomi
Kebutuhan sosial ya kan dia
yang diberikan panti pada ibu sutinem ?
bersosialisasi di masyarakat dia juga berteman ada bimbingan sosial, ada kegiatan rekreasi juga. Ya namanya juga orang tua tidak bisa dipaksakan namun mengarahkan untuk mengikuti kegiatan seperti membuat keset yang nanti akan di jual saat bazaar.
55.
Apa yang ibu ketahui tentang periode
Ya kalo ibu sutinem sehat saja. Ya
penurunan yang dialami ibu sutinem ?
soalnya ibu lagi banyak kegiatan jadi kurang tahu. Ya memang ibu sutinem mengalami penurunan di matanya karena sakit katarak.
56.
Apa yang ibu lihat dari ibu sutinem
Ya biasa saja tidak sebagai hukuman
tentang reaksi terhadap masa tuanya ?
masa tuanya dianggap santai ya kita jalani saja ya enjoy saja dia bilang seperti itu dia sudah betah di panti.
57.
Apa pandangan ibu tentang lanjut usia ?
Pandangan mengenai lanjut usia sekarang udah 51 tahun mulai sekarang sudah berhati-hati dalam segala hal permintaan saya kalo bisa jangan merepotkan keluarga nantinya. Rentan penyakit sudah mengalami kemunduran saat lanjut usia nanti.
58.
Apa sikap sosial yang terjadi terhadap
Ya kita hormati ya kita banggakan dia
lanjut usia ?
jadi kita membanggakan lansia seperti yang muda membantu lansia yang ingin minum misalnya dikasih minum. Agar
mereka semangat lagi jadi yang namanya orang tua ya harus dihormatin. 59.
Apa menurut ibu usia lanjut yang
Usia lanjut mempunyai status
mempunyai status kelompok minoritas?
kelompok minoritas ya gak masalah. Dia kan bersikap baik jika menjalani hidupnya biasa saja tidak macammacam ya tidak apa-apa. Wbs itu kan manusia biasa. Tenaga juga tidak kuat lagi. Pendengaran sudah berkurang. Asal orang tua itu diperhatiin dan diurusinlah.
60.
Apa perubahan peran yang terjadi pada
Waktu pertama-tama dulu agak angkuh
ibu sutinem ?
agak sombong agak darah tinggi tapi sekarang sudah biasa. Untuk apa yang disombongkan disini anak juga tidak kerja. Menurut saya dia sudah baik.
61.
Bagaimana menurut ibu tentang lanjut
Terhadap lanjut usia yang memiliki
usia yang memiliki konsep diri yang
konsep diri yang negative. Kalo disini
negative akibat penyesuaian diri yang
sih biasa saja. Ada yang gelandangan
tidak baik ?
ada yang telantar ada yang miskin. Apa sih yg harus disombongkan orang sama-sama makan nasi.
62.
Apa ibu sutinem mendapatkan hak-hak
Ada pelayanan keagamaan dan mental
sebagai berikut ?
spiritual seperti kegiatan pengajian.
-pelayanan keagamaan dan mental
Ada pelayanan kesehatan seperti
spiritual
pemeriksaan ke dokter. Ada pelayanan
-pelayanan kesehatan
kesempatan kerja seperti membantu
-pelayanan kesempatan kerja
memotong sayuran di dapur. Adanya
-pelayanan pendidikan dan pelatihan
pendidikan dan pelatihan cara
-kemudahan dalam penggunaan
bagaimana mencuci tangan dari
fasilitas, saran, dan prasaran umum
mahasiswa kegiatan TAK (Terapi
-kemudahan dalam layanan dan bantuan
Aktivitas Kelompok). Kalo bantuan
hukum
hukum soalnya disini tidak sampe ke
-perlindungan sosial
hukum disini tidak ada bantuan hukum
-bantuan sosial
paling bantuan sosial. Adanya kemudahan dalam penggunaan fasilitas, saran, dan prasarana umum. Dan adanya perlindungan sosial dan bantuan sosial.
63.
Apa ibu sutinem melaksanakan
Tidak ada generasi penerus disini.
kewajiban sebagai lansia seperti ?
Adanya umur 60 tahun keatas yang
-membimbing dan memberi nasihat
tinggal di panti. Ya bercerita tentang
secara arif dan bijaksana
pengalaman ya ada yang kita ambil dari
-mengamalkan dan mentransformasikan
mereka.
ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus -memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus. 64.
Apa fungsi lembaga keagamaan di panti
iya lembaga keagamaan disini
ini ?
berfungsi membimbing lansia menjadi lebih baik lagi dan mengabdi untuk mencapai kebahagian dunia dan akherat
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Telp./Fax: (62-21) 7432728/74703580 Email:
[email protected]
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id
Nom or Lampi ran Hal
Un.O I/ F5 / PP.00 .9/15 12 '2 016
.lak:1rta. 26 April 2016
lzin Penelitian (SI
Kepada Yth, Kepala Kesbangpol .Jakarta Timur di Tempat
Assalamu 'a!aikum Wr. Wb. Dekan Fakultas llmu Dakwah clan llmu Komunikasi UIN Syarif Hiclayatullah Jakarta menerangkan bahwa : Nama Nomor Pokok Tempat/Tangga l Lahir Semester J urusan/Konsentrasi A lamat Te lp .
Nur lntan Saputri I I I 2054 I 000 I I Bekasi, 07 .lanuari 1995 V Ill (Delapan) Kesejahteraan Sosial .II. Tanjung IX BS.28 No.5 Kranggan Permai 089615336671
aclala h benar mahasiswa aktifpacla Fakultas llmu Dak\.vah clan lilllu Komunik
JVassulo11111 'o/oikiun Wr. W/J. Dekan
Tembusan : I. Wakil Dekan Biclang Akademik 2. Ketua .lurusa n/ Procli Kesej<Jhteraan Sosial
~KAN
Sertlf.cated No: QSC 01109
Komite Akreditasi Nasional Ltmbaga Sertiflkui Sblwn Uutu LSSM-002..KlN
KEl\1ENTERIAN AGA1\1A UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN lLl\tlU KOMUNIKASI Telp./Fax: (62-21) 7432728/ 74703580 Email:
[email protected]
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id
Nom or Lampi ran Hal
Jakarta. 11 Maret 2 0 16
Un.O 1/F5/PP.00.9/650/20 16 Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth, Pimpinan PSTW Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur
di Tern pat
Assalamu 'alaikum Wr. Wb. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UrN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa: Nama Nomor Pokok Tempat/Tanggal Lahir Semester J urusan/Konsentrasi Alamat Telp.
: Nur Intan Saputri 1112054100011 Bekasi, 07 Januari 1995 VIII (Delapan) Kesejahteraan Sosial Jl. Tanjung IX BS.28 No. 5 Kranggan Permai 089615336671
adalah benar mahasiswa aktif pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UrN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangka penulisan skripsi berjudul Peran Mahasiswa Pratikan dalam Meningkatkan Keikutsertaan Pemberdayaan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW). Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak!Ibu/Sdr. dapat menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud. Demikian, ata5 ke1:i 3sama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum TFr .lf'[· Dekan
Tem busan: I . Oekan 2. Ketua Konsentrasi Kesejahteraan Sosial
KEI\:1ENTERIAN AG.A IVfA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telp./Fax: (62-21) 7432728/ 74703580 Email:
[email protected]
Jl.lr. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuiniakarta.ac.id
Nomor: Un.01/F5/PP.00.9/724/2016 Lamp 1 ( satu) bundel Hal Bimbingan Skripsi
Jakarta, 14 Maret 2016
Kepada Yth.
Nurhayati Nurbus, SE., M.Si. Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu 'alaikum Wr. Wb. Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut, Nama Nomor Pokok Jurusan Semeste1 Telp. J udul Shipsi
Nur Intan Saputri 1112054100011 Kesejahteraan So sial (Kessos) VIII (Delapan) Peran Mahasiswa Praktikan dalam Meningkatkan Keikutsertaan Pemberdayaan Lansia di PSTW Budi Mulia 3.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skri psinya selama 6 (enam) bulan dari tanggal 14 Maret 2016 s.d. 14 September 2016. Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb. an. Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik
Tembusan: 1. Dekan 2. Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial (Kessos)
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NE·GERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telp./Fax: (62-21) 7432728 I 747035 80 Email:
[email protected]
Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Indonesia Website : W\Vw.fidkom.uinjkt. ac.id
Nomor Lampi ran Hal
: Un.01/F5/PP.00 .9/I Z I~ /2016 : 1(satu) Berkas Sk ri psi : Uj ia n Skripsi Kepada Yth . : 1. Dr. Hj . Roudhonah, MA 2. Hj. Nunung Khairiyah , MA 3. Siti Napsiyah . MSW 4. Ahmad Zaky, M.Si 5. Nurkhayati Nurbus, M.Si di Jakarta
Jakarta, b
September 2016
Ketua/Penguji Sekretaris Penguji Penguji Pembimbing
Assa/amu 'alaikum Wr. Wb. Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjuk Bapakllbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi , Nama Tempat Tanggallahir NIM Jurusan Judul Skripsi
: Nur lntan Saputri : Bekasi , 7 Januari 1995 : 1112054100011 : Kesejahteraan Sosial (KESSOS) : Dukungan Keluarga Bagi Lansia di PSTW Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur ( Studi Kasus Nenek Sutinem) .
Ujian tersebut akan dilaksanakan pada : Hari!Tanggal Waktu Tempat
Sen in, 19 September 2016 : Pk . 10.00 s.d. 11 .00 WIB : Ruang Munaqasah (Lantai 7B)
Untuk menunjang kelancaran uj ian dimaksud , bersama ini kami kirimkan naskah skripsi yang akan diujikan, guna dipelajari/diteliti sebagaimana mestinya . Demikian penunjukan ini di sampaikan . Atas perhatian Bapak/lbu , karn i ucapkan terima kasih Wassalam,
.Ed, Ph.D 10330 199803 1 004 Tembusan 1. Dekan 2. Kasubbag . Umum Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komun ikasi
Aj kd/MI
KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR NOMOR
i18
TAHUN 2016
TENTANG PEMBERIAN IZIN PENELITIAN KEPADA PENELITI ATAS NAMA NUR INTAN SAPUTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA · KEPALA KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA ADMINJSTRASJ JAKARTA TIMUR,
Menimbang
a.
bahwa sehubungan dengan Surat Kepala Kantcir Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Administrasi Jakarta Timur Nomor: 105/-1.862.81 Tanggal 2 Mei 2016; b. bahwa sehubungan dengan akan dilaksanakannya per.elitian oleh Nur lntan Saputri di PS1W Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Kepala . Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Administrasi Jakarta Timur tentang Pemberian lzin Penelitian kepada Peneliti atas nama Nur Intan Saputri;
Mengingat
1.
2.
3. 4. 5.
Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan llmu Pengetahuan dan Teknologi; Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta sebagai lbukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; Undang - Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan lnformasi Publik; Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang.- Undangan; Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
6.
7.
8.
9.
10. 11.
12. 13,
14.
15.
16.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2006 tentang Perizinan Melakukan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing dan Orang Asing; Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah; Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah; · Peraturan Gubemur Nomor 211 Tahun 2009 tentang Prosedur Pengelolaan Surat Masuk, Pembuatan Naskah Dinas dan Prosedur Surat · Keluar Satuan Administrasi Pangkal Pemerintah Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta; Peraturan Gubemur Nomor 47 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan lzin Penelitian; Peraturan Gubemur Nomor 55 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta Nomor 7 Tahun 2016 Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan . Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan T erpadu Satu Pintu; Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta Nomor 104 Tahun 2014 tentang Kop Naskah Dinas, Stempel dan Papan Nama Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; · Keputusan Gubemur Nomor 194 Tahun 201~ tentang Tata Naskah Dinas. MEMUTUSKAN
Menetapkan
KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TiMUR TENTANG PEMBERIAN IZIN PENELITIAN KEPADA PENELITI ATAS NAMA NUR INTAN SAPUTRI
KESATU
Memberikan 1z1n penelitian kepada Peneliti atas nama Nur lntan Saputri sebagai peneliti dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
KEDUA
lzin sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU adalah Penelitian tentang " Peran Dukungan Keluarga Lansia di PTSW Budi Mulia Ciracas Jakarta Timur "pada bulan Mei s.d Juli 2016.
KETIGA
Pemegang izin sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU wajib menyampaikan laporan tertulis kepada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Administrasi Jakarta Timur tentang kegiatan yang telah dilaksanakan paling lama 1 bulan setelah habis masa berlakunya izin untuk mendapatkan rekomendasi publikasi.
KEEMPAT
Peneliti dapat melakukan publikasi hasil penelitian jika laporan sebagaimana dimaksud pada diktum KETIGA telah diterima dan mendapatkan rekomendasi publikasi.
KELIMA
Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta. pada tanggal !I Mei 2016
Tembusan : 1. Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta 2. Walikota Kota Administrasi Jakarta Timur 3. · Kepala PSTW Budi Mulia Ciracas Jakarta Timur
4. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi U!N Syarif Hidayatullah Jakarta
DOKUMENTASI PENELITIAN SAAT MELAKUKAN PENELITIAN DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR
Gambar 1.1
(Gambar 1.1 : Peneliti melakukan wawancara dengan pekerja sosial ibu Purba, S.Sos yang berperan sebagai pekerja sosial di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur. Peneliti mewawancarai pekerja sosial untuk mengetahui peran panti dalam dukungan keluarga lansia.)
Gambar 1.2
(Gambar 1.2 : Peneliti melakukan Home Visit ke rumah salah satu keluarga WBS yang berada di panti karena peneliti ingin melakukan wawancara untuk keperluan penelitian.)
Gambar1.3
(Gambar 1.3 : Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu WBS yaitu Omah Sutinem masih memiliki keluarga yang tinggal di Pasar Rebo)
Gambar 1.4
(Gambar 1.4 : Kegiatan diatas adalah semua kegiatan yang membuat para WBS di PSTW berfungsi kembali atau menjadikan WBS di hari tuanya bermanfaat merasakan ketentraman lahir dan batin dengan segala kegiatan ataupun hiburan yang ada di panti. PSTW juga memberikan bimbingan individu maupun bimbingan kelompok kepada para WBS.