PENGARUH DZIKIR MENJELANG TIDUR TERHADAP KUALITAS TIDUR LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI MULIA 01 JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH QOYS MUHAMMAD IQBAL AL-HALAJ AL HALAJ 109104000016
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2014 M
ii
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP Nama
: Qoys Muhammad Iqbal Al-Halaj
Tempat, Tanggal Lahir
: Cirebon, 30 Maret 1991
Status Pernikahan
: Belum Menikah
NIM
: 109104000016
Alamat
: Jl. Raya Labuan KM.13, Kp. Cisantri Rt/ Rw: 03/05, Kec. Cipeucang, Kab. Pandeglang-Banten
Telepon
: 085695654269
Email
:
[email protected]/
[email protected]
Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri Panguragan I
[1997-1999]
2. SD Negeri Purwaraja II
[1999-2000]
3. SD Negeri Panguragan I
[2000-2002]
4. SD Negeri CurugBarang II
[2002-2003]
5. SMP Negeri I Pandeglang
[2003-2006]
6. SMA NegeriI Pandeglang
[2006-2009]
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2013 Qoys Muhammad Iqbal Al-Halaj, NIM: 109104000016 Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur xviii + 120 halaman + 19 tabel + 6 gambar + 8 lampiran
ABSTRAK Gangguan tidur merupakan satu dari syndrom geriatric yang dapat mengakibatkan kualitas tidur yang buruk. Dzikir Menjelang Tidur (DMT) memiliki kesamaan dengan meditasi dengan titik fokus konsentrasinya adalah Allah kegiatan DMT terdiri dari berwudhu, do’a, dan dzikir untuk membangkitkan respon relaksasi yang diharapkan dapat memperbaiki skor kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan control group. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling dengan 30 responden yang terbagi menjadi 15 responden kelompok intervensi dan 15 responden kelompok kontrol. Intervensi diberikan selama 7 hari berturut-turut. Evaluasi skor kualitas tidur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index. Perbedaan skor kualitas tidur masing-masing kelompok diuji dengan uji t berpasangan dan perbedaan kualitas tidur antara kelompok kontrol dan intervensi di uji dengan uji t tidak berpasangan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang kuat antara dzikir dengan kualitas tidur kelompok intervensi pada sebelum dan sesudah melakukan DMT (p=0,000; α=5%; η=0,75). Tidak terdapat perbedan rerata skor kualitas tidur yang bermakna pada kelompok kontrol (p=0,136; α=5%). Terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,000; α=5%; η=0,357). Dari kekuatan pengaruhnya, DMT memiliki pengaruh yang kuat terhadap peningkatan kualitas tidur pada kelompok intervensi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi perawat yang berada dirumah sakit maupun dikomunitas untuk memasukkan DMT ke dalam program yang diterapkan dalam meningkatkan kualitas tidur lanjut usia.
Kata kunci: lanjut usia, dzikir menjelang tidur, kualitas tidur Daftar Bacaan: 93 (1975-2013)
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE SCHOOL OF NURSING ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduates Thesis, January 2014 Qoys Muhammad Iqbal Al-Halaj, NIM: 109104000016 The Effect of Dhikr Prior Sleeping Toward Elderly’s Quality of Sleep in Panti Sosial Trena Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur xviii +120 pages +19 tables + 6 images + 8 attachments
ABSTRACT Sleep disturbance is one of the geriatric syndrome that can lead to poor sleep quality. Sleeping Towards Dhikr (DMT) has in common with the focal point of concentration meditation is Allah which DMT’s activities are performed ablution, prayer, and remembrance to evoke the relaxation response which is expected to improve sleep quality. This study aimed to identify the effect of dhikr prior sleeping to quality of sleep in the elderly at Panti Sosial Trena Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur. This study used a quasi-experiment design with control group. The sampling technique used random sampling with 30 respondents which were divided into 15 respondents as intervention group and 15 respondents as control group.Intervention administered for seven consecutive days. Evaluation of sleep quality scores using the Pittsburgh Sleep Quality Index questionnaire. Differences sleep quality score of each group tested by paired t test and differences in sleep quality between the control and intervention groups tested with unpaired t test. The results of this study indicate there is a strong influence of the dhikr with the quality of the sleep intervention group before and after DMT (p=0.000; α=5%; η=0.75). There is no significant effect mean score of sleep quality in the control group (p=0.136; α=5%). There was differences in the mean scores meaningful sleep quality between the intervention group and the control group (p=0.000; α= 5%; η=0.357). The power of DMT has a strong influence on the improvement of the quality of sleep in the intervention group. The results of this study are expected to be consideredby the nurses who work in the hospital or in the community to apply the DMT programapplied in improving sleep quality of elderly.
Keywords : elderly, dhikr prior sleeping, quality of sleep Reading List : 93 (1975-2013)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur Lanjut Usia Di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk seminar proposal penelitian sebelum melakukan penelitian. Shalawat serta salam semoga selalu tecurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua makhluk dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Khusus untuk peneliti, Nabi Muhammad-lah sebagai inspirasi bagi peneliti dalam menentukan judul proposal skripsi, karena setiap kata, ucap, langkah, dan perbuatan beliau adalah teladan bagi seluruh makhluk di alam semesta. Dalam penyusunan proposal skripsi ini, banyak kesulitan dan hambatan yang peneliti hadapi. Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar biasa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini, peneliti ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak yang tidak terhingga, kepada: 1.
Bapak Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
2.
Bapak Waras Budi Utomo S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep selaku Dosen Penasehat Akademik peneliti yang telah membimbing dan memberikan nasehat selalu kepada peneliti selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Ibu Tien Gartinah, M.N.
selaku pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran selama membimbing peneliti dan memberikan banyak masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada peneliti. 5.
Ibu Ita Yuanita, S.Kp, M. Kep. selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran selama membimbing peneliti dan banyak memberikan masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada peneliti.
6.
Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk pada bangku kuliah
7.
Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensireferensi sebagai bahan rujukan skripsi.
x
8.
Walikota Jakarta Timur dan pihak PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timuryang telah memberikan kesempatan dan perizinan dalam melakukan penelitian.
9.
Walikota Jakarta Selatan dan pihak PSTW Budi Mulia 04 Jakarta Selatan yang telah memberikan kesempatan dan perizinan dalam melakukan uji validitas dan reliabilitas.
10. Seluruh civitas akademika FKIK maupun non-FKIK yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas do’a, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada peneliti. Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat memperbaiki proposal skripsi ini. Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Jakarta, Januari 2014
Qoys Muhammad Iqbal Al-Halaj
xi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Aku adalah menifestasi dari ketiadaan yang telah Engkau adakan. Melalui engkau, wahai Nabi Muhammad saw, Allah memberikan inspirasi dalam skripsi ini Melaui engkau, wahai Mimi, Allah mengajarkan apa itu cinta, kasih, sayang, rindu, keikhlasan, kekhawatiran, kepedulian dan perhatian Melalui engkau, wahai Mamo, Allah Mengajarkan kepadaku apa itu arti hidup, ketegaran, kesabaran, kebenaran, tanggungjawab dan hakikat dari kehidupan Yaa Rabb, jadikan segala apa yang telah Engkau Ajarkan melalui wali hamba mengalir kedalam darah hamba, meresap keseluruh tubuh hamba dan tertaman dan mencengkeram kuat pada hati hamba Ya Rabb, golongkan kedua waliku ke dalam hamba-hamba-Mu yang pada akhirat nanti mampu melihat Wajah-Mu dengan penuh kebahagian dan kegembiraan Tiada kebahagian yang paling indah bagi hamba selain dapat melihat WajahMu dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan di akhirat nanti karena aku adalah bentuk ketiadaan yang telah Engkau adakan Alhamdulillahirabbil’alamiin
xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................
i
PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................................................
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................
vi
ABSTRAK ........................................................................................................................... vii ABSTRACT ......................................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .........................................................................................................
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................................. xii DAFTAR ISI........................................................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... xvi DAFTAR ISTILAH ............................................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xviii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................. B. Rumusan Masalah ............................................................................ C. Pertanyaan Penelitian ...................................................................... D. Tujuan Penelitian ............................................................................. E. Manfaat Penelitian ........................................................................... F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................
1 7 8 8 9 10
TINJAUAN TEORI A. Tidur ................................................................................................. 1. Pengertian .................................................................................... 2. Fisiologi Tidur ............................................................................. 3. Fungsi Tidur ................................................................................ 4. Kualitas Tidur .............................................................................. 5. Instrumen Pengukur Kualitas Tidur ........................................... B. Lanjut Usia ...................................................................................... 1. Pengertian .................................................................................... 2. Perubahan pada Lanjut Usia ........................................................ 3. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia .............................................. C. Meditasi ............................................................................................ 1. Pengertian................................................................................... 2. Klasifikasi Meditasi ................................................................... 3. Respon Tubuh terhadap Meditasi............................................... 4. Manfaat Meditasi ....................................................................... 5. Meditasi dan Dzikir ....................................................................
11 11 11 15 16 19 22 22 23 24 31 31 31 34 35 36
xiii
D. Dzikir................................................................................................ 1. Pengertian................................................................................... 2. Keutaman Dzikir ........................................................................ 3. Macam dan Bentuk Dzikir ......................................................... 4. Dzikir Menjelang Tidur.............................................................. E. Penelitian Terkait ............................................................................ F. Kerangka Teori.................................................................................
37 37 38 41 43 48 50
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ............................................................................. 51 B. Hipotesis .......................................................................................... 53 C. Definisi Operasional......................................................................... 54
BAB IV
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian .............................................................................. B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... C. Populasi Penelitian .......................................................................... D. Sampel Penelitian ............................................................................ E. Instrumen Penelitian......................................................................... F. Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................... G. Alur Penelitian ................................................................................ H. Cara Kerja Penelitian ....................................................................... I. Teknik Analisis Data ....................................................................... J. Etika Penelitian ................................................................................
56 57 58 59 62 69 74 75 86 89
BAB V
HASIL PENELITIAN A. Analisis Preliminari........................................................................... 92 B. Analisis Univariat ............................................................................. 94 C. Analisis Bivariat ............................................................................... 97
BAB VI
PEMBAHASAN A. Pembahasan ....................................................................................... 105 B. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 116
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ....................................................................................... 118 B. Saran .................................................................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL Nomor Tabel Judul Tabel Hal 2.1 Perbandingan Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index dan Sleep Quality Scale .................................................................................. 21 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 54 4.1 Waktu dan Kegiatan Penelitian ...................................................... 58 4.2 DistribusiPertanyaan Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index ................................................................................................ 65 4.3 DistribusiPernyataan Kuesioner Geriatric Depression Scale ........ 67 4.4 Distribusi Pertanyaan Kuesioner Mini Mental State Examination ..................................................................................... 68 4.5 Distribusi Hasil Uji Validitas Pertanyaan Kuesioner PSQI ............ 71 4.6 Distribusi Hasil Uji Validitas Pernyataan Kuesioner GDS ............ 72 4.7 Pedoman Interpretasi Nilai η dan r menurut Kriteria Cohen (1988) .................................................................................. 89 5.1 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data ............................................. 93 5.2 Distribusi Usia Responden ............................................................. 94 5.3 Distribusi Jenis Kelamin Responden .............................................. 95 5.4 Distribusi Komponen Kualitas Tidur pada Responden ................... 96 5.5 Distribusi Skor Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol........ 97 5.6 Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Kontrol pada Pretest dan Posttest ......................................................................... 98 5.7 Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadapa Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Intervensi pada Pretest dan Posttest ............................................................................................ 99 5.8 Distribusi Jumlah Responden Kelompok Intervensi yang Mengalami Perubahan Skor PSQI antara pretest dan posttest ....... 100 5.9 Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadapa Perbedaan Median Komponen Kualitas Tidur Kelompok Intervensi pada Pretest Dan Posttest ..................................................................................... 101 5.10 Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol pada Posttest .............................................. 104
xv
DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar 2.1 2.2 3.1 4.1 4.2 5.1
Judul Gambar Siklus Tidur Orang Dewasa Normal ............................................ Kerangka Teori ............................................................................. Kerangka Konsep Penelitian......................................................... Desain Penelitian .......................................................................... Alur Penelitian ............................................................................. Perubahan Rerata Skor Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Intervensi dan kelompok Kontrol .........................................................................................
xvi
Hal 15 50 51 56 74
103
DAFTAR ISTILAH ACE
: Angiotensin-Converting Enzim
CAM
: Complementary and Alternative Medicine
EDS
: Excessive Daytime Sleepiness
EEG
: Electroencephalography
GAI-SF
: Geriatric Anxiety Inventory-Shot Form
GDS
: Geriatric Depression Scale
MMSE
: Mini Mental State Examination
Md
: Median
NREM
: Non-Rapid Eye Movement
OSA
: Obstructive Sleep Apnea
PLMS
: Periodic Limb Movements in Sleep
PSQI
: Pittsburgh Sleep Quality Index
PSTW
: Panti sosial Tresna Wredha
RAS
: Reticular Activating System
RBD
: REM-sleep Behavior Disorder
RLS
: Restless Legs Syndrome
REM
: Rapid Eye Movement
SD
: Standar Deviasi (simpang baku/ sb)
SWS
: Slow Wave Sleep
UIN
: Universitas Islam Negeri
WBS
: Warga Binaan Sosial
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8
Lembar Persetujuan Subjek Penelitian Kuesioner Penelitian Prosedur Dzikir Menjelang Tidur Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil Penelitian Daftar Urut Undian Responden Surat Izin Studi Pendahuluan dan Penelitian Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas
xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penduduk terbanyak ketiga se-Asia, dengan jumlah lanjut usia pada tahun 2010 (di atas 60 tahun) sebanyak 16.713.926 orang atau 6.93% dari jumlah total seluruh penduduk Indonesia. Jumlah usia 50-59 sebanyak 20.695.843 orang yang merupakan calon lanjut usia dalam beberapa tahun ke depan. Kenaikan angka usia harapan hidup dari 65.6 tahun (pada tahun 1998) menjadi 71 tahun, maka jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia akan semakin meningkat (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Manusia dalam rentang hidupnya memiliki 8 tahap perkembangan, dan tahap perkembangan yang terakhir adalah lanjut usia. Lanjut usia itu sendiri merupakan periode perkembangan manusia yang dimulai pada usia 60 tahun atau 70 tahun dan berakhir sampai kematian (Santrock, 2006). Tahap perkembangan lanjut usia dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolisme sel-sel tubuh yang menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh (Stockslager & Schaeffer, 2008) serta terjadi penurunan kekuatan dan kesehatan (Santrock, 2006). Salah satu keluhan yang dirasakan terkait tidur adalah kesulitan untuk tidur (Potter & Perry, 2011), sering terbangun saat tidur malam (Meiner & Annette, 2006) dan merasa tidak segar saat terbangun dari tidur (Wold, 2008).
1
2
Cuellar et. al. (2007 dalam Potter& Perry, 2011) menemukan bahwa lebih dari 50% lanjut usia (65 tahun ke atas) melaporkan memiliki gangguan tidur. Lanjut usia memiliki kualitas tidur yang buruk, yaitu sebanyak 77.7% dari 301 responden (Lo & Lee, 2010), karena seiring bertambahnya usia, semakin menurun persentasi tidur REM (Rapid Eye Movement) dan SWS (Slow Wave Sleep) pada tidur lanjut usia (Ohayon et.al. 2004 dalam Crowley, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Khasanah dan Hidayati (2012) pada lanjut usia di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri menemukan bahwa dari 97 subjek penelitian, 68 subjek penelitian (70.1%) memiliki kualitas tidur buruk. Menurut usia, persentase subjek penelitian yang memiliki kualitas tidur buruk yang berusia 60 sampai 74 tahun dan 75 sampai 89 tahun secara berturut-turut adalah 65.3% dan 85.7%. Tidur adalah kebutuhan dasar manusia. Menurut hirarki kebutuhan dasar manusia Maslow (1970 dalam Potter & Perry, 2011; Kozier, et. al. 1998), tidur menempati tingkatan yang paling dasar, yaitu pada area kebutuhan fisiologis yang menunjukkan bahwa tidur sangatlah penting bagi manusia, seperti halnya udara, makan, minum, istirahat, aktifitas, menjaga suhu tubuh, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. Kebutuhan tidur yang tidak dapat terpenuhi dengan baik, maka akan mengalami kesulitan dalam memenuhi dan mencapai kebutuhan dasar manusia pada tingkatan yang selanjutnya, yaitu keamanan dan kenyamanan, cinta dan rasa memiliki, harga diri, bahkan sampai yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri (Potter & Perry, 2011).
3
Tidur yang buruk juga berhubungan dengan meningkatnya gejala depresi tetapi hanya pada gejala fungsionalnya (contohnya penurunan konsentrasi) dan bukan alam perasaannya (contohnya sedih). Masalah pada tidur bisa berkontribusi terhadap perbedaan kemampuan antar lanjut usia, tetapi hanya pada kemampuan fungsi kognitif area tertentu (Nebes et.al., 2009). Kesulitan terhadap tidur akan menyebabkan rasa mengantuk di esok harinya. Mengantuk merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina serta secara ekonomi mengurangi produktifitas seseorang (Coll, 2001 dalam Rahayu, 2007), ini dikarenakan orang yang mengantuk mengalami disorientasi terhadap lingkungan sekitar, selain itu juga orang yang mengantuk mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi serta merasa lelah sehingga lebih cenderung ingin beristirahat bila dibandingkan untuk bekerja (Wold, 2008). Gangguan pada tidur berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas (Crowley, 2010). Gangguan tidur pada lanjut usia berhubungan dengan risiko jatuh (Wold, 2008). Hill et.al. (2007) melaporkan bahwa dari 150 subjek penelitian, 44% melaporkan pernah jatuh tahun lalu. Tiga puluh enam dari yang melapor ini mengalami luka ringan karena jatuh, 20% mengalami jatuh berulang. Menurut waktu kejadian jatuhnya, 83% jatuh pada siang hari dan 17% pada malam hari. Seseorang yang kesulitan untuk tidur, maka akan mengalami gangguan keseimbangan saat berjalan atau berpindah berpindah (Wold, 2008) kesulitan dalam melihat, dan meminum obat (Rahayu, 2007). Maka dari itu, sangatlah penting upaya penanganan gangguan tidur untuk mencegah dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari gangguan tidur.
4
Penanganan gangguan tidur dapat dilakukan secara famakologis dan nonfarmakologis, tetapi terapi farmakologis memiliki efek samping yang berbahaya, seperti dapat terjadi toleransi dosis dan jika pengobatan dihentikan gejala dapat muncul kembali (Zion & Israel, 2009), merasa mengantuk di pagi harinya dan jika pengobatan diberikan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan amnesia anterograde (Trevor & White, 2007). Trevor & Way (2007) mengatakan bahwa pemakaian jangka panjang terapi hipnotik bersifat irasional dan sangat membahayakan. Penelitian terkait upaya peningkatan kualitas tidur melalui terapi nonfarmakologis dilaporkan oleh King et. al. (2008) yang melaporkan bahwa program latihan fisik dengan intensitas menengah selama 12 bulan pada lanjut usia menunjukkan dampak yang positif bagi kesehatan, dalam hal tidur dapat meningkatkan kualitas tidur. Latihan fisik ini juga mempersingkat waktu untuk tertidur dan merasa cukup istirahat pada pagi harinya. Ziv, Rotem, Arnon, dan Haimov (2008) mengatakan bahwa relaksasi musik lebih efisien meningkatkan tidur bila dibandingkan dengan latihan relaksasi otot progresif (progressive muscular relaxation). Kedua jenis relaksasi ini dilakukan selama 40 menit. Musik yang diperdengarkan adalah lagu yang pelan diiringi musik piano dengan musik latarnya biola dan lonceng yang semakin pelan selama 10 menit dan diulang 4 kali. Respon relaksasi yang efektif bisa dimunculkan melalui meditasi (Potter & Perry, 2011). Meditasi adalah memusatkan konsentrasi pada satu titik (Edelman & Mandle, 2010). Meditasi dapat dilakukan dengan cara mendengarkan musik, mengucapkan kalimat sakral, latihan pernapasan dan
5
lain-lain (Potter & Perry, 2011). Latihan meditasi dapat memberikan rasa nyaman dari nyeri kronis, insomnia, kecemasan, dan depresi serta dapat membantu mengatasi efek terapi yang tidak nyaman (Bormann et. al., 2008; Wachholtz & Pargament, 2008). Terdapat suatu ibadah didalam islam yang dalam pelaksanaannya memiliki kesamaan dengan meditasi, yaitu dzikir. Dzikir adalah semua amal atau perbuatan baik yang lahir maupun batin, yang membawa seseorang untuk mengingat Allah dan mendekat (taqarrub) kepada-Nya, salah satu kegiatannya adalah mengucapkan sesuatu secara berulang-ulang dalam kondisi dan waktu tertentu (Irham, 2011). Menurut peneliti terdapat kesamaan antara dzikir dan meditasi, yaitu keduanya memfokuskan konsentrasi pada satu titik, khusus untuk dzikir satu titik yang dijadikan titik fokus konsentrasinya adalah Allah. Membaca kata secara berulang-ulang juga memiliki manfaat terapeutik yang sama layaknya meditasi dan latihan relaksasi (Eliopoulos, 2005), salah satunya meningkatkan suasana hati dan menurunkan kecemasan (Hanlon, Blackman, Glick, 2009). Sebagaimana firman Allah swt:
ُﷲ َﺗ ْط َﻣﺋِنﱡ ْاﻟﻘُﻠُوب ِ ﷲ ۗ أَ َﻻ ِﺑ ِذ ْﻛ ِر ﱠ ِ ِﯾن آ َﻣ ُﻧوا َو َﺗ ْط َﻣﺋِنﱡ ﻗُﻠُو ُﺑ ُﮭ ْم ِﺑ ِذ ْﻛ ِر ﱠ َ اﻟﱠذ “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’d [13]:28). Rasulullah saw pun menganjurkan kita agar berdzikir kepada Allah. Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw., beliau berkata:”… Dan barangsiapa yang berbaring, kemudian ia tidak dzikir kepada Allah maka ia
6
juga akan mendapat kerugian di hadapan Allah.” (HR. Abu Dawud). Sebagai seorang muslim, tentunya dianjurkan untuk mengikuti sunnah Rasulullah saw, dan mengikuti segala tutur kata dan perilaku dari beliau. Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS: alAhzab [33]:21). Prinsip perawat dalam perawatan lanjut usia adalah berusaha membantu lanjut usia dalam mencapai tingkat kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang optimal secara keseluruhan. Melalui perannya sebagai pendidik, perawat memberikan informasi terkait kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas tidur pada lanjut usia, dan melalui perannya sebagai pemberi pelayanan kesehatan, perawat mengikutsertakan lanjut usia dan sekaligus meningkatkan kemandirian lanjut usia dalam upaya peningkatan kualitas tidur. Sebagai innovator, perawat melakukan penelitian dan pengembangan terkait praktik-praktik keperawatan, misalnya dalam upaya peningkatan kualitas tidur lanjut usia (Eliopoulos, 2005). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 10 orang WBS (Warga Binaan Sosial) di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur pada bulan April 2013 didapatkan sembilan WBS mengatakan merasa tidurnya tidak nyenyak dan tujuh dari sembilan WBS tersebut tertidur di keesokan harinya. Enam dari sepuluh WBS tersebut terbangun 2 kali/ lebih ketika tidur malam hari. Sepengetahuan penulis, sekarang ini belum ditemukan data terkait hubungan
7
dan pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
B. Rumusan Masalah Jumlah lanjut usia yang mengalami gangguan tidur semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia (Khasanah & Hidayanti, 2012). Kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas (Crowley, 2010). Berbagai studi terkait kualitas tidur lanjut usia dan metode terapi penanganan gangguan tidur pada lanjut usia baik yang farmakologis dan nonfarmakologis telah banyak dilakukan, tetapi penanganan farmakologis memiliki efek samping yang berbahaya (Trevor & White, 2007; Zion & Israel, 2009). Penanganan nonfarmakologis yang dilakukan dengan menggunakan respon relaksasi sebagai terapi penanganan gangguan tidur Respon relaksasi yang efektif bisa dimunculkan melalui meditasi (Potter & Perry, 2011). Terdapat suatu ibadah didalam islam yang dalam pelaksanaannya memiliki kesamaan dengan meditasi, yaitu dzikir karena sama-sama mengfokuskan pada satu titik (Edelman & Mandle, 2010; Irham, 2011). Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai hubungan dan pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia belum ditemukan. Dengan demikian masalah penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
8
C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana karakteristik responden (usia dan jenis kelamin) lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur. 2. Bagaimana gambaran komponen kualitas tidur (kualitas tidur subjektif, tidur laten, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi di siang hari) pada responden. 3. Bagaimana perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah pengamatan pada kelompok kontrol. 4. Bagaimana perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur pada kelompok intervensi. 5. Apakah terdapat perbedaan skor kualitas tidur antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur. 6. Apakah terdapat pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur pada lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur. 7. Apakah terdapat perbedaan skor komponen kualitas tidur (kualitas tidur subjektif, tidur laten, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi di siang hari) antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur pada kelompok intervensi.
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
9
2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden (usia dan jenis kelamin) lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur. b. Mengidentifikasi gambaran komponen kualitas tidur (kualitas tidur subjektif, tidur laten, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi di siang hari) pada responden di PSTW Mulia 01 Jakarta Timur. c. Mengidentifikasi perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah pengamatan pada kelompok kontrol. d. Mengidentifikasi perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur pada kelompok intervensi. e. Mengidentifikasi perbedaan skor kualitas tidur antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur. f. Mengidentifikasi perbedaan skor komponen kualitas tidur (kualitas tidur subjektif, tidur laten, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi di siang hari) antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur pada kelompok intervensi.
E. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan Keperawatan Bagi pelayanan keperawatan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat intervensi keperawatan di rumah sakit
10
ataupun di panti jompo untuk pasien lanjut usia yang memiliki kualitas tidur yang buruk. 2. Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk memperkaya pengetahuan dan keperluan referensi ilmu keperawatan gerontik tentang praktik melakukan dzikir menjelang tidur dan pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia. 3. Peneliti Lain Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan penelitian selanjutnya mengenai dzikir atau kualitas tidur.
F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah keperawatan gerontik, khususnya untuk melihat variabel dzikir menjelang tidur terhadap variabel kualitas tidur lanjut usia. Kualitas tidur memperlihatkan efektifitas tidur, bila kualitas tidur baik maka efektifitas tidur semakin baik. Sampel penelitian adalah lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur. Penelitian dilakukan di wilayah PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur pada bulan November sampai Desember 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, desain kuasi eksperimen dengan two group pretest-posttest design. Intervensi dzikir menjelang tidur dilakukan selama 7 hari berturut-turut. Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner Pittsbrugh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur skor kualitas tidur sebelum dan sesudah intervensi (setelah 7 hari intervensi).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tidur 1.
Pengertian Tidur Potter dan Perry (2011) mendefinisikan tidur sebagai suatu keadaan berulang-ulang dimana terdapat perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Meiner dan Annette (2006) menambahkan bahwa selain keadaan perubahan status kesadaran yang berulang-ulang selama periode tertentu, tidur juga merupakan kegiatan yang alami, dimana tubuh dan pikiran mengalami istirahat secara fisiologis. Memperjelas pendapat Meiner dan Annette, Kozier et.al. (1998) menyatakan bahwa pada saat tidur, persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan mengalami penurunan. Menurut Mosby’s Dictionary (2006) pada saat tidur aktifitas otot skeletal berkurang dan metabolisme tubuh melambat.
2.
Fisiologi Tidur Tidur adalah sebuah siklus dari proses yang fisiologis dan diganti dengan periode terjaga yang lebih lama (Potter & Perry, 2011), karena tidur adalah sebuah siklus fisiologis, tentunya ada yang mengatur siklus tidurbangun. Siklus tidur-bangun mengikuti irama sirkadian, yaitu irama yang terjadi selama 24 jam (Potter & Perry, 2011; Tortora & Derrickson, 2009; Meiner & Annette, 2006), atau siklus siang-malam tubuh (Wold, 2008). Bagian hipotalamus, yaitu suprachiasmatic nucleus diyakini yang mengatur irama sirkadian (Tortora & Derrickson, 2009; Neikrug & Israel, 2010; Meiner
11
12
& Annette, (2006); Klein et.al., (1991) dalam Crowley, 2010). Irama sirkadian dipengaruhi oleh cahaya (Neikrug & Israel, 2010; Zeitzer, Ruby, dan Heller, 2012), suhu, stres, dan aktivitas sosial (Potter & Perry, 2011). Sekresi melatonin secara alami membantu irama sirkadian pada siklus tidur bangun, yaitu membantu peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tidur secara perlahan (Pandi-Perumal et. al., 2007 dalam Potter & Perry, 2011) dan melatonin disekresi saat tingkat kecerahan cahaya berkurang (Wold, 2008). Tidur dan terjaga merupakan dua proses yang sangat berbeda (Jones, 2005 dalam Potter & Perry, 2011). Kedua proses ini diatur dua mekanisme serebral yang bergantian untuk mengaktivasi dan menekan pusat pengaturan tidur dan terjaga (Potter & Perry, 2011). Reticular Activating System (RAS) yang merupakan bagian reticular formation berfungsi untuk mempertahankan keadaan terjaga (Tortora & Derrickson, 2009), sedangkan syaraf di parasimpatis adalah pusat pengontrol dalam mempertahankan keadaan tidur (Potter & Perry 2011), karena selama tidur aktivitas saraf parasimpatis meningkat sedangkan aktivitas saraf simpatis menurun (Tortora & Derrickson, 2009) Wold (2008) mengatakan bahwa keadaan terjaga dikendalikan oleh neurotransmiter norepinepfrin, sedangkan keadaan tidur dikendalikan oleh neurotransmiter serotonin. Pendapat Wold diperkuat oleh Tortora dan Derrickson (2009), bahwa norepinefrin berperan dalam proses terbangun dari tidur dan serotonin berperan dalam poses tidur, karena melatonin yang membantu jam biologis tubuh atau irama sirkadian pada siklus tidur merupakan senyawa turunan dari serotonin.
13
National Sleep Foundation (2006 dalam Potter & Perry 2011) menyatakan
bahwa
yang
mengatur
siklus
tidur-bangun
adalah
neurotransmiter adenosin. Tortora dan Derrickson (2009) menambahkan bahwa adenosin akan berikatan dengan reseptor A1, dan menghambat saraf kolinergik pada RAS mengeluarkan asetilkolin (yang dapat mengaktifkan RAS), sehingga mendorong untuk tertidur. Pada saat aktif, RAS akan membantu meneruskan impuls saraf ke sebagian besar wilayah korteks serebral, baik secara langsung maupun melalui thalamus, sehingga korteks serebral menjadi aktif. Kondisi ini yang disebut sebagai keadaan terjaga atau sadar. Penurunan aktivitas RAS dapat menyebabkan tidur karena tidak ada impuls yang diteruskan ke korteks serebral. RAS menerima impuls dari retina, yaitu cahaya (melalui suprachiasmatic nuclei); auditori, yaitu suara; nociceptor, yaitu nyeri; sentuhan maupun tekanan dari kulit; proprioceptor & vestibular, yaitu pergerakan dan keseimbangan tubuh, tetapi tidak menerima impuls dari saraf olfaktori (penghidu), sehingga impuls-impuls diatas dapat mengaktivasi RAS, dan sebaliknya bila impuls diatas berkurang maka akan menurunkan aktivitas RAS (Tortora & Derrickson, 2009). Saat seorang individu mencoba untuk tertidur, ia menuju ruangan yang gelap, tenang, temperatur ruangan yang nyaman dan kemudian menutup matanya, maka stimulus yang menuju RAS berkurang (Potter & Perry 2011). Mata yang tertutup dapat menurunkan stimulus cahaya yang ditangkap retina, penurunan stimulus cahaya ini akan diteruskan ke suprachiasmatic nuclei dan pada akhirnya menstimulasi kelenjar pineal untuk meningkatkan sekresi
14
melatonin. Penurunan aktifitas RAS akan menurunkan aktifitas korteks serebral ditambah dengan peningkatan kadar melatonin yang membuat mengantuk dan pada akhirnya tertidur (Tortora & Derrickson, 2009). Individu tersebut tidak akan terbangun sampai menyelesaikan siklus tidur yang biasa dialaminya atau sampai ada rangsangan dari lingkungan yang akan menstimulasi aktivitas RAS untuk aktif, sehingga nantinya akan terbangun. (Potter & Perry 2011). 1) Tahap-Tahap Tidur Tahap tidur normal terdiri dari 2, yaitu tidur non-rapid eye movement (NREM) dan tidur rapid eye movement (REM). Selama NREM, seseorang yang tidur akan mengalami peningkatan empat tahap NREM selama 90 menit dari siklus tidurnya. Dari tahap 1 sampai 4, kualitas tidur semakin meningkat (Potter & Perry, 2011). Tidur REM merupakan tahap tidur yang terjadi kira-kira disetiap 90 menit terakhir dari siklus tidur dan tidak terpisah dari siklus tidur (Potter & Perry, 2011; Montgomery & Shepard, 2010). 2) Siklus Tidur Pola tidur yang normal yang rutin dimulai dengan presleep yaitu perubahan dari keadaan sadar sampai menjadi mengantuk, dan lamanya 10 – 30 menit, kemudian memasuki tidur dan menyelesaikan 4 – 6 siklus tidur (Potter & Perry, 2011; Wold, 2008). National Sleep Foundation (2006, dalam Potter & Perry 2011) mengungkapkan bahwa setiap siklus tidur berlangsung selama 90 – 110 menit, sedangkan Wold (2008) mengatakan setiap siklus tidur berlangsung selama 60 – 120 menit. Pola
15
siklus tidur meningkat dari tahap 1 sampai 4 tidur NREM, kemudian menjadi berbalik dari tahap 4 ke 3 dan ke 2 tahap NREM serta diakhiri dengan tidur REM. Setelah itu dimulai siklus tidur yang baru (Potter & Perry, 2011) Presleep NREM stage 1 NREM stage 2
REM sleep
NREM stage 3
NREM stage 2 NREM stage 3
NREM stage 4 Gambar 2.1. Siklus tidur orang dewasa normal (Potter & Perry: Basic Nursing 30:852, 2011)
3.
Fungsi Tidur Tujuan tidur sampai sekarang masih belum jelas. Salah satu teori mengatakan bahwa tidur adalah waktu untuk melakukan perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga selanjutnya (McCance and Huether, 2006 dalam Potter & Perry 2011). Selama waktu tidur NREM tahap 4, tubuh mengeluarkan hormon pertumbuhan untuk perbaikan dan memperbaharui epitel dan sel-sel khusus, misalnya sel otak (Jones, 2005; McCance and Huether, 2006 dalam Potter & Perry 2011). Tidur REM tampak sangat penting untuk jaringan otak dan pemulihan kognitif (Bussye, 2005 dalam Potter & Perry 2011). Pada orang dewasa penyimpanan ingatan lebih besar terjadi pada keadaan tidur bila dibandingkan dalam keadaan terjaga dan sebanding dengan jumlah tidur gelombang pendek
16
(Scullin, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Cribbet MR et. al. (2012) menemukan bahwa kualitas tidur yang lebih baik mungkin memiliki efek positif pada kesehatan orang dewasa akhir dengan cara mengurangi penuaan sel. 4.
Kualitas Tidur Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk mempertahankan tidurnya dan mendapatkan jumlah tidur yang cukup untuk tidur REM dan tidur NREM (Kozier et. al., 1998). Kualitas tidur mencakup aspek kuantitas tidur seperti durasi tidur, tidur laten, frekuensi terbangun, dan aspek subjektif seperti dalam atau ketenangan tidur (Buysse et. al., 1988). Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur adalah: 1) Penyakit fisik Banyak penyakit yang menyebabkan timbulnya rasa sakit, sulit bernapas, mual, atau pun menyebabkan gangguan mood dan semua hal di atas bisa menyebabkan gangguan tidur (Potter & Perry 2011). Bansil, Elena, Robert, dan Paula (2011) menemukan bahwa dari 3587 penderita hypertensi, didapat 7.5% mengalami gangguan tidur, 33.0% mengalami tidur pendek, dan 52.1% mengalami kualitas tidur yang buruk. Tambahan bahwa 6.5% yang mengalami gangguan tidur, bersamaan juga mengalami tidur pendek dan kualitas tidur yang buruk. 2) Obat-obatan dan zat tertentu Resep obat terhadap tidur lebih sering menyebabkan gangguan pada tidur dibandingkan keuntungannya. Obat-obatan tersebut antara lain
17
hipnotik,
diuretik,
penghambat
beta-adrenergik,
narkotik,
benzodiazepam, antihistamin dan dekongestan (Potter & Perry 2011). 3) Gaya hidup Menurut Institute of Medicine (2006, dalam Potter & Perry 2011), mengatakan bahwa perubahan gaya hidup dapat menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas tidur, seperti jumlah jam kerja yang bertambah, banyak pekerjaan, menghabiskan banyak waktu untuk menonton televisi atau menggunakan internet. 4) Pola tidur yang biasa dan Mengantuk yang Berlebihan pada Siang hari (EDS) Mengantuk menjadi hal yang patologis bila terjadi saat individu harus bekerja atau ingin terjaga. Orang yang mengalami kehilangan tidur sementara karena kegiatan sosial dimalam hari atau jam kerja yang bertambah biasanya menyebabkan mengantuk di keesokan harinya (Potter & Perry 2011). 5) Latihan fisik dan kelelahan Orang-orang
yang mengalami kelelahan tingkat menengah
biasanya mendapatkan tidur yang nyenyak, khususnya bila kelelahannya didapat dari latihan fisik atau menikmati pekerjaannya (Potter & Perry 2011). Wang et. al. (2012) melaporkan bahwa latihan fisik akut dapat membuat tidur lebih nyenyak, meningkatkan jumlah waktu tidur, dan mengurangi terbangun saat tidur.
18
6) Asupan makanan dan kalori National Sleep Foundation (2002, dalam Eliopoulus 2005) melaporkan bahwa meminum satu gelas kopi sesudah makan malam dapat menganggu kemapuan seseorang dalam mencapai tidur yang memuaskan, efeknya bisa mulai dirasakan 15-20 menit setelah meminum bahkan sampai 4 jam kemudian. Ini disebabkan karena kafein yang terkandung dalam kopi dapat berikatan dengan reseptor A1 dan mencegah adenosin berikatan dengan reseptor A1 sehingga tidak dapat merangsang untuk tidur (Tortora & Derrickson, 2009). Schwab et. al. (2005, dalam Potter & Perry, 2011) mengatakan bahwa penambahan berat badan memperbesar risiko obstructive sleep apnea karena perbesaran jaringan lunak pada saluran napas atas. 7) Stres emosional Masalah atau situasi yang sangat mengkhawatirkan dapat mengganggu tidur (Potter & Perry 2011). Cemas berhubungan dengan kesulitan untuk tertidur dan tidurnya menjadi terputus-putus, sedangkan depresi berhubungan dengan terbangun lebih awal tapi bisa berhubungan dengan hypersomnia (Wold, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Su K et. al. (2012) melaporkan bahwa stres kerja pada guru Sekolah Menengah Atas memiliki pengaruh negatif secara langsung terhadap kualitas tidur mereka, sikap menejeman emosi yang negatif dan menekan emosi memiliki peran yang sangat penting antara stres kerja dan kualitas tidur.
19
8) Lingkungan Lingkungan tempat individu tidur memiliki pengaruh dalam kemampuan seseorang untuk tertidur maupun mempertahankan tidurnya. Ventilasi yang baik, temperatur yang sesuai dan pencahayaan yang redup atau gelap diperlukan untuk tidur yang nyenyak. Selain itu ukuran, empuk dan posisi tempat tidur juga mempengaruhi kualitas tidur. (Potter & Perry 2011) 9) Kegaduhan Cmiel et. al. (2004,
dalam Potter & Perry 2011) melaporkan
bahwa kegaduhan mempengaruhi aktivitas yang dapat menyebabkan terbangun dan tidur menjadi terpotong-potong. Beberapa orang memerlukan kesunyian agar bisa tertidur, dan ada orang yang membutuhkan suara musik yang pelan atau televisi untuk bisa tertidur. 5.
Instrumen Pengukur Kualitas Tidur Kualitas tidur seperti yang di ungkapkan oleh Kozier et. al (1998) adalah
kemampuan
individu
untuk
mempertahankan
tidurnya
dan
mendapatkan jumlah tidur yang cukup untuk tidur REM dan tidur NREM. Metode-metode yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur bisa menggunakan EEG yang merekam aktivitas gelombang otak dan atau menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur kualitas tidur karena kuesioner dapat mengkaji masalah kesehatan yang kompleks dengan cepat dan akurat, skala penilaian pada kuesioner dapat menyediakan informasi dan pemahaman yang lebih spesifik untuk setiap individu yang di
20
ukur, sangat membantu dalam memantau proses perubahan individu (efek dari suatu pengobatan atau terapi) terutama sebagai catatan penting mengenai apa yang dirasakan oleh individu sebagai antisipasi jika individu tersebut lupa. Skala tidur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala tidur yang telah dikembangkan oleh para peneliti yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dibidangnya, mempertajam metode pengukuran yang telah peneliti pilih secara cermat untuk menilai ciri karakteristik dari suatu kondisi tertentu (Shahid et. al., 2012). Menurut Shahid et. al. (2012) terdapat 102 kuesioner yang terkait tidur. Dari 102 kuesioner tersebut terbagi lagi kedalam 3 kelompok, yaitu: a.
Kuesioner umum yaitu kuesioner yang mengkaji tidur secara umum seperti rasa kantuk (Epworth Sleepiness Scale/ ESS), kewaspadaan (Toronto Hospital Alertness Test/ THAT), menilai irama sirkadian (Owl Lark Self-Test).
b.
Kuesioner yang spesifik yaitu kuesioner yang digunakan untuk mengkaji tidur secara spesifik, lebih fokus untuk mengkaji gangguan pada tidur seperti insomnia (Athens Insomnia Scale), sleep apnea (kuesioner STOPBang), sindrom restless legs dan periodic limb movements in sleep/ restless legs syndrome (kuesioner Restless legs).
c.
Kuesioner bidang lain yang berhubungan dengan tidur seperti penilaian ketergantungan alkohol (CAGE), kecemasan (Zung Anxiety scale), fungsi kognitif (Mini-Mental State Examination/ MMSE), dan lain sebagainya. Kuesioner bidang lain merupakan kuesioner yang mengkaji hal-hal
yang mempengaruhi dan/ atau dipengaruhi oleh tidur seseorang. Misalnya
21
kecemasan dan konsumsi alkohol dapat mempengaruhi tidur, misalnya cemas berhubungan dengan kesulitan untuk tertidur dan tidurnya menjadi terputusputus (Potter & Perry 2011; Wold, 2008). Masalah tidur pada lanjut usia bisa berkontribusi terhadap perbedaan fungsi kognitif area tertentu (Nebes et. al., 2009). Penelitian ini menggunakan kuesioner yang mengkaji kualitas tidur dan beberapa
kuesioner
bidang
lain
yang
berhubungan
dengan
tidur.
Sepengetahuan peneliti terdapat dua kuesioner yang dapat mengukur kualitas tidur, yaitu Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan Sleep Quality Scale (SQS). Berikut ini penjelasan singkat terkait dua kuesioner tersebut: Tabel 2.1 Perbandingan Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index dan Sleep Quality Scale
N
Deskripsi
Pittsburgh Sleep Quality
o
kuesioner
Index (PSQI)
1
Tujuan
Menilai kualitas tidur Memiliki
18
Sleep Quality Scale (SQS) Menilai
kualitas
pertanyaan Memiliki
28
tidur. item
yang terbagi kedalam 7 pertanyaan dan terdiri atas 6
2
komponen, yaitu:
komponen, yaitu:
Kualitas tidur subjektif;
Gejala
tidur laten; durasi tidur;
kebugaran
efisiensi tidur yang biasa;
masalah saat memulai tidur
gangguan tidur; penggunaan
dan mempertahankan tidur;
obat tidur; dan disfungsi di
kesulitan bangun dari tidur;
siang hari.
dan kepuasan terhadap tidur.
disiang setelah
hari; tidur;
Populasi
Telah dilakukan uji validasi Telah dilakukan uji validasi
yang diujikan
pada usia 24-83 tahun dan pada usia 18-59 tahun berbagai
populasi
yang
mengalami gangguan tidur 3
Administrasi
Waktu
yang
dibutuhkan Waktu
yang
dibutuhkan
22
untuk pengisian 5-10 menit untuk pengisian 5-10 menit, dan dapat dilakukan secara dan dapat dilakukan secara mandiri. 4
mandiri. 0.83 Reliabilitas
0.92
Reliabilitas
dan validitas
dan 0.85 untuk pengukuran dan 0.81 untuk pengukuran berulang
internal
internal
Reliabilitas
secara
Kemampuan mendiagnosa kemampuan 86.5%
global. berulang.
sensitifitas Validitas konstruknya baik 89.6%
dan Memiliki korelasi yang kuat
spesifisitas dengan
hasil
pengukuran
(kappa=0.75, PSQI (r = 0.72, P = 0.000)
p<0.001)
dalam
membedakan kualitas tidur yang baik dan buruk. 5
Penilaian
Skala Likert dan pertanyaan Skala Likert. terbuka.
Sumber: Buysse, D.J., Reynolds III, C.F., Monk, T.H., Berman, S.R., & Kupfer, D.J.The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrument for Psychiatric Practice and Research. Journal of Psychiatric Research 1989, 28(2), 193-213 Yi, H., Shin K and Shin C. Development of The Sleep Quality Scale. J Sleep Res. 2006 Sep; 15, 3 :309-16
B. Lanjut Usia 1.
Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia merupakan periode perkembangan terakhir manusia yang dimulai pada usia 60 tahun atau 70 tahun dan berakhir sampai kematian (Santrock, 2006). Menurut UU No 13/1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. WHO (1999) membagi lanjut usia berdasarkan usia kronologis menjadi 4 kelompok, yaitu usia pertengahan (45-59 tahun), lanjut usia (60-74 tahun),
23
lanjut usia tua (75-90 tahun), dan lanjut usia sangat tua (90 tahun ke atas) (Azizah, 2011). Eliopoulos (2005) menambahkan bahwa lanjut usia renta adalah 85 – 100 tahun dan untuk lanjut usia yang berusia diatas 100 tahun digolongkan menjadi lanjut usia elit. 2.
Perubahan pada Lanjut Usia Manusia dalam rentang hidupnya memiliki 8 tahap perkembangan, dan tahap perkembangan yang terakhir adalah lanjut usia. (Santrock, 2006). Lanjut usia mengalami perkembangan pada aspek fisik, kognitif, dan psikososial (Potter & Perry, 2011). d.
Perkembangan fisik Perubahan fisik selama lanjut usia bukanlah berhubungan dengan penyakit tetapi merupakan proses yang normal (Potter & Perry, 2011) perubahannya meliputi seluruh sistem dalam tubuh, yaitu sistem kulit, sistem muskuloskeletal, sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, sistem hematopoesis dan limfatik, sistem gastrointestinal, sistem perkemihan, sistem persarafan, indera khusus, sistem endokrin, sistem reproduksi dan genital (Wold, 2008).
e.
Perkembangan kognitif Kemampuan kognitif tediri dari kecerdasan, ingatan, bahasa dan membuat keputusan (Wold, 2008). Kecerdasan, menurut Horn (1980, dalam Santrock, 1995) terdiri menjadi Crystallized Intelligence dan Fluid Intelligence. crystallized intelligence yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan verbal yang dimiliki individu dan meningkat seiring dengan usia, sedangkan fluid intelligence yaitu kemampuan
24
seseorang untuk berpikir asbtrak dan menurun secara pasti sejak masa dewasa tengah. Kemampuan mengingat jangka pendek mengalami penurunan dan kemampuan untuk menyimpan informasi baru kedalam ingatan jangka panjang juga mengalami penurunan, karenanya bagi lanjut usia yang ingin mempelajari informasi atau keterampilan yang baru membutuhkan waktu yang jauh lebih lama (Potter & Perry, 2011). f.
Perkembangan psikososial Lanjut usia beradaptasi terhadap bebagai perubahan yang muncul selama masa penuaan. Menurut Elbersole et. al. (2008, dalamPotter & Perry, 2011) perubahan
yang sering terjadi meliputi pensiun,
kesukarelaan, dan kehilangan pasangan hidup. Meskipun perubahan ini pasti
terjadi,
setiap
lanjut
uisa
memiliki
kemungkinan
untuk
perkembangan baru dalam memenuhi pola kehidupannya. 3.
Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Menurut Kuchel (2009), pada lanjut usia terdapat suatu istilah yang disebut Syndrom Geriatric, yaitu sekumpulan masalah klinik yang paling umun ditemukan pada lanjut usia. Yang termasuk sindrom geriatrik adalah frailty, delirium, fall, sleep disorders, dizziness, syncope, pressure ulcers, incontinence, elder mistreatment. Satu sindrom geriatrik dapat menyebabkan sindrom geriatrik yang lain, sehingga pengobatan dan perawatan menjadi lebih sulit (Healthinaging.org, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Hill et. al. (2007) menemukan bahwa gangguan tidur pada lanjut usia berhubungan dengan risiko jatuh, dari 150 subjek penelitian, 44% melaporkan pernah jatuh
25
tahun lalu, sedangkan menurut waktu kejadian jatuhnya, 83% jatuh pada siang hari dan 17% pada malam hari. a. Perubahan Tidur pada Lanjut Usia Penuaan juga berhubungan dengan peningkatan keluhan tidur dan gangguan tidur kronis yang mengakibatkan aktivitas di siang hari menjadi buruk dan peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan (Zion & Israel, 2009). Pada lanjut usia, irama sirkadian menjadi lebih lemah, tidak dapat menyesuaikan dan kehilangan tinggi rendahnya irama sirkadian. Salah satu
hipotesis
mengatakan
suprachiasmatic
nuclei
mengalami
kemunduran dan mengalami kelemahan fungsi sehingga membuat irama sirkadian lanjut usia menjadi terganggu. Penurunan tinggi rendahnya irama sirkadian dapat meningkatkan frekuensi terbangun di malam hari dan mengantuk yang amat sangat di siang hari (Neikrug & Israel, 2010). Pada lanjut usia terjadi penurunan hormon serotonin
(Meltzer
et.al., 1998) sehingga menurunkan jumlah melatonin yang merupakan derivat dari serotonin (Tortora & Derrickson, 2009). Crowley (2011) melaporkan kemunduran tentang irama sirkadian seperti suhu tubuh, kortisol dan melatonin. Penurunan kadar melatonin di malam hari dapat menyebabkan gangguan irama sirkadian, khususnya menjadi lebih maju. Hal ini menyebabkan banyak lanjut usia merasa mengantuk dan tertidur lebih awal di malam hari dan terbangun lebih awal di pagi hari (Crowley, 2011; Wold, 2008). Rata-rata orang lanjut usia (70 tahun ke atas) tidurnya hanya 6 jam setiap malam, yang mana lebih sedikit 1.5 jam dari tidur orang dewasa
26
normal. Lanjut usia mengalami penurunan jumlah waktu tidur dan siklus normal tidur (Wold, 2008). Siklus tidur lanjut usia lebih lama pada tahap 1 tidur NREM dan lebih singkat pada tahap 3 dan 4 tidur NREM (beberapa lanjut usia tidak memiliki tahap 4 tidur NREM) serta tahap tidur REM cenderung menjadi singkat. (Potter & Perry, 2011; Wold, 2008; Woodward, 2012). Hal ini menunjukkan lanjut usia mengalami kelemahan dalam mempertahankan tidur serta mencapai tidur yang dalam (Woodward, 2012). Peningkatan frekuensi terbangun saat tidur di malam hari pada lanjut usia dapat membuat jumlah total jam tidur menjadi berkurang (Meiner & Annette, 2006). Jumlah waktu tidur yang sebenarnya lebih sedikit dibandingkan jumlah waktu yang dihabiskan selama di tempat tidur (Wold, 2008) dan peningkatan istirahat/ tidur selama siang hari (Cuellar dkk 2007 dalam Potter & Perry, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Hill et. al. (2007) melaporkan dari 150 subjek penelitian yang berusia 73 - 89 tahun, didapatkan karakteristik-karekteristik tidurnya, yaitu 15% kualitas tidur yang buruk, 23% tidak nyenyak, 8% terbangun tapi mengantuk, 44% tertidur saat siang hari, 65% terbangun 2 kali/ lebih pada malam hari. b. Macam-macam Gangguan Tidur Menurut Malow (2005, dalam Potter & Perry 2011), gangguan tidur adalah suatu kondisi yang bila tak ditangani dapat menganggu tidur pada malam hari dan mengakibatkan munculnya masalah seperti insomnia, gerakan atau sensasi abnormal saat tidur, gangguan pernapasan
27
terkait tidur, atau rasa mengantuk berlebihan di siang hari. Berikut ini adalah gangguan-gangguan pada tidur: 1) Insomnia Insomnia adalah suatu gejala yang dialami oleh pasien yang kesulitan untuk tertidur yang kronis, sering terbangun dari tidur, dan/ atau tidur yang pendek atau tidur yang tidak memulihkan. (Eadinger and Means, 2005 dalam Potter & Perry, 2011). Insomnia adalah keluhan karena berkurangnya kuantitas tidur dan/ atau kualitas tidur yang buruk sehingga mengakibatkan perasaan tidurnya tidak menyegarkan (Zion & Israel, 2009). Insomnia dibagi atas gangguan inisiasi (kesulitan untuk tertidur), gangguan mempertahankan tidur, dan di akhir tidur (terbangun lebih pagi) (Wold, 2008). Seseorang dengan insomnia mengeluh merasa mengantuk berlebihan di siang hari, serta kuantitas dan kualitas tidur yang tidak cukup (Potter & Perry, 2011), jika terjadi secara kronis maka dapat menyebabkan iritabilitas dan penurunan kemampuan untuk berkonsentrasi (Wold, 2008). 2) Sleep Apnea Sleep apnea adalah gangguan pada seseorang yang tidak bisa tertidur dan bernapas dalam waktu yang bersamaan. Kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama 10 detik sampai 1 menit bahkan ada yang sampai 2 menit. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Obstructive Sleep Apnea (OSA) yang diakibatkan relaksasi otot dan jaringan pada cavum oral dan tenggorokan selama tidur sehingga
28
bisa menyebabkan sumbatan (sebagian atau total) (Potter & Perry, 2011). 3) Periodic limb movements in sleep/ Restless legs syndrome Periodic limb movements in sleep (PLMS) atau gerakan periodik anggota badan dalam tidur dicirikan dengan sekumpulan gerakan sentakan kaki secara berulangyang terjadi kira-kira setiap 20 sampai 40 detik pada malam hari.Gerakan ini terjadi rata-rata 0.5 sampai 5 detik dan menyebabkan terbangun singkat secara berulang-ulang. Restless legs syndrome (RLS) atau sindrom kaki tak nyaman ini ditandai oleh dysesthesiapada kaki, biasanya digambarkan oleh pasien sebagai “sensasi seperti ada yang merayap merangkak”' atau sebagai “kesemutan” yang hanya bisa dipulihkan dengan gerakan yang kuat.Sensasi ini muncul pada malam hari atau pada saat merasa tenang atau nyaman (Zion & Israel, 2009). 4) Circadian rhythms sleep disorder Gangguan tidur yang disebabkan oleh perubahan pada irama sirkadian yang dapat mengakibatkan terbangun lebih lama dimalam hari, kehilangan keteraturan siklus tidur-bangun, dan merasa sangat mengantuk disiang hari. Lanjut usia yang mengalami gangguan irama sirkadian akan tertidur lebih awal dimalam hari dan terbangun lebih awal dipagi hari, karena temperatur inti tubuh turun lebih awal di malam hari dan naik kembali sekitar 8 jam kemudian (Zion & Israel, 2009).
29
5) Rapid eye movement sleep behavior disorder Rapid eye movement (REM) sleep behavior disorder (RBD) adalahhasil dari terjadinya tonus otot rangka secara sebentar selama tidur REM (Zion & Israel, 2009). Parasomnias, menurut Thorpy (2005, dalam Potter & Perry, 2011) adalah gangguan tidur yang memperlihatkan gerakan abnormal pada saat tidur, perilaku, emosi, persepsi dan mimpi yang di akibatkan oleh perubahan sistem saraf otonom dan otot skeletal selama tidur. c.
Penatalaksaan Gangguan Tidur 1) Farmakologis Hanya ada beberapa dari gangguan tidur pada lanjut usia yang penanganannya efektif dengan menggunakan obat-obatan, meskipun ada yang dikombinasikan dengan penanganan non-farmakologis. a) PLMS dan RLS bisa diobati dengan salah satu agen dopaminergik (ropinorole, pramipexole, carbidopa/levodopa), benzodiapzepin (clonazepam
dan tempazepam) atau agen
opiat
(codein,
propoxyphene, dan hydrochloride) (Zion & Israel, 2009). b) RBD diberikan dengan salah satu obat berikut ini, seperti clonazepam, trisiklik antidepresan, agen dopaminergik, atau melatonin (Zion & Israel, 2009). c) Insomnia,
terapi
farmakologisnya
meliputi
antidepresan,
antihistamin, antipsikotik, dan sedatif hipnotif. Selain itu benzodiazepin generasi lama bisa digunakan sebagai terapi jangka pendek untuk insomnia (Zion & Israel, 2009).
30
Pengobatan farmakologis memiliki beberapa efek samping yang dapat dirasakan, seperti: a) Benzodiazepin, jika digunakan pada malam hari dapat terjadi toleransi dosis yang mengakibatkan peningkatan jumlah dosis pemakaian dari dosis sebelumnya agar mendapatkan efek yang sama dengan pemakaian sebelumnya. Efek yang lain adalah dapat membuat merasa mengantuk di pagi harinya dan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan amnesia anterograde (Trevor & White, 2007), meskipun generasi baru memiliki efek samping diatas yang lebih kecil, tetapi pemakaian jangka panjang terapi hipnotik bersifat irasional dan sangat membahayakan (Trevor & Way, 2007). b) Clonazepam mengakibatkan mengantuk di siang hari, selain itu jika pemakaian obat dihentikan maka gejala dan keluhan tidur akan muncul kembali (Zion & Israel, 2009). c) Dopaminergik, dapat membuat tertidur secara mendadak saat melakukan aktivitas sehari-hari. 2) Non-Faramakologis Penanganan gangguan tidur secara non-farmakologis beragam tergantung gangguan tidur yang dialami, secara umum meliputi positive airway pressure, surgical interventions, oral appliances, diet dan gaya hidup, bright-light therapy, sleep hygiene, stimulus-control therapy, sleep-restriction therapy, cognitive-behaviors therapy (Zion & Israel, 2009), dan Complementary and Alternative Medicine
31
(CAM) yang salah satu jenisnya adalah meditasi (Hanlon, Blackman, Glick, 2009). Meditasi adalah konsentrasi serta pemfokusan perhatian dan kesadaran seseorang sambil tetap menjaga sikap yang pasif. (Anselmo, 2005). Fokus konsentrasi dapat dilakukan dengan menyalakan lilin, sabda/ kata, frase, napas, atau sebuah kesadaran yang tenang dari apa yang terjadi saat ini (Edelman & Mandle, 2010). Meditasi bermanfaat untuk meningkatkan mood, menurunkan kecemasan dan meningkatkan tidur (Hanlon, Blackman, Glick, 2009).
C. Meditasi 1. Pengertian Meditasi adalah memusatkan konsentrasi pada satu titik. (Edelman & Mandle, 2010). Meditasi adalah konsentrasi serta pemfokusan perhatian dan kesadaran seseorang sambil tetap menjaga sikap yang pasif (Anselmo, 2005). Mason (2012) mengatakan bahwa meditasi adalah memusatkan pikiran pada salah satu suara, suatu kata yang diucapkan berulang, suatu gambar, suatu konsep atau perasaan. Secara keseluruhan perhatian harus tertuju pada suatu objek yang pilih untuk memusatkan konsentrasi. Jika beberapa pemikiran lain masuk menyelinap saat meditasi, maka pemikiran tersebut dihentikan dan kembali ke objek meditasi. 2.
Klasifikasi Meditasi Meditasi adalah satu dari berbagai macam Complementary and Alternative Medicine (CAM), yang merupakan jenis pengobatan kedokteran
32
dan kesehatan yang berbasis pada pasien yang dalam praktiknya diluar bidang kedokteran konvensional. CAM memiliki lima domain, dalam hal ini meditasi termasuk ke dalam domain intervensi pikiran-tubuh. Domain intervensi pikiran-tubuh adalah domain yang menerapkan teknik yang dirancang untuk memfasilitasi kemampuan pikiran seseorang agar dapat mempengaruhi gejala dan fungsi tubuh seseorang (Hanlon, Blackman, Glick, 2009). Meditasi itu sendiri terbagi atas beberapa jenis, yaitu a. Meditasi Konsentrasi Jenis meditasi yang pertama adalah meditasi konsentrasi. Pada jenis ini, fokus konsentrasi pada pernapasan, gambar, atau pun suara. Suara atau mantra lebih sering digunakan. Ketika akan berkonsentrasi, anda menggunakan salah satu media di atas untuk dijadikan titik fokus dan anda dapat menjernihkan pikiran dan memungkinkan untuk kesadaran yang lebih tinggi dan jelas (Mason, 2012). b. Meditasi Pernapasan Praktik meditasi yang sederhana dan relaksasi yang dalam adalah konsentrasi pada irama pernapasan (Anselmo, 2005). Ketika merasa relaks dan nyaman maka pernapasan menjadi lebih lambat dan dalam, sebaliknya ketika merasa cemas atau stres maka pernapasan menjadi cepat. Dengan demikian, pengaturan pernapasan dapat memfokuskan pikiran dan dapat mengendalikan pikiran menjadi lebih efektif (Mason, 2012).
33
c. Meditasi Kesadaran Berbeda dengan metode konsentrasi, meditasi kesadaran tidak fokus pada satu objek, tetapi rentang fokus di perlebar agar lebih banyak objek yang bisa masuk. Kita akan lebih menyadari segala sesuatu disekitar anda, termasuk perasaan, yang dilihat, yang didengar, bau dan suara. Anda tidak harus bereakasi dengan objek tadi, tetapi hanya apapun yang terjadi dalam pikiran anda, karenanya anda tidak terlibat dengan objek-objek tersebut dan mulai menjadi tenang (Mason, 2012). d. Meditasi Berjalan Meditasi ini membutuhkan tubuh dalam praktiknya, bisa dilakukan dengan berjalan bolak-balik baik di luar atau di kamar. Perhatikan pergerakan kaki, pernapasan, dan tubbuh anda saat berjalan, dan rasa atau saat kaki anda menyentuh tanah. Ketika pikiran anda mengembara, berusahalah agar kembali ke proses berjalan dan bernapas (Mason, 2012). Esensi dari meditasi berjalan adalah berjalan seolah-olah sedang menanam perdamaian dalam setiap langkah yang dilakukan (Nhat 1996 dalam Anselmo 2005). e. Meditasi Mantra Sederhana Kata atau frase yang di ulang-ulang ketika duduk dalam meditasi, dan pemilihan kata di lakukan oleh guru yang berpengalaman dan beberapa tradisi. Jika melakukannya sendirian, maka dapat menggunakan kata/ frase yang memiliki pengaruh dan dapat memilih untuk mengulanginya dengan suara yag keras atau hanya di dalam pikiran saat bermeditasi (Mason, 2012).
34
f. Meditasi Konsep Praktik meditasi yang melibatkan kontemplasi ide atau skenario. Contohnya “meditasi pada ketidak kekalan,” dimana berfokus pada sifat ketidak kekalan segala sesuatu yang dimulai dengan pikiran dan perasaan saat mereka datang dan pergi. Teknik ini digunakan untuk memandu untuk memahami rasionalisasi pikiran anda dan tidak ikut terbawa oleh konsep tersebut (Mason, 2012). 3.
Respon Tubuh Terhadap Meditasi Hubungan antara pikiran dan materi, antara jiwa dan tubuh merupakan hubungan yang tidak dapat dipisahkan (Effendi, 2002), keduanya saling mempengaruhi. Ketika merasa cemas atau khawatir maka tubuh merasakan perubahan seperti jantung berdebar-debar, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, pernapasan menjadi lebih cepat, pupil melebar, aktivitas kelenjar keringat meningkat, konstriksi aliran darah perifer (ekstremitas terasa dingin), dan lain sebagainya (Tortora & Derrickson, 2009; Anselmo, 2005; Effendi, 2002). Hal tersebut merupakan perubahan tubuh yang dipengaruhi kejiwaan, dalam hal ini respon syaraf simpatis yang memegang peran. Sama halnya dengan cemas, insomnia dan depresi berhubungan dengan aktivitas saraf simpatik (respon fight-or-flight) yang lebih dominan (Hanlon, Blackman, Glick, 2009). Intervensi pikiran-tubuh telah menunjukkan hasil dapat menggeser aktivitas saraf otonom menjadi parasimpatis (respon rest and digest) yang lebih aktif (Hanlon, Blackman, Glick, 2009), telah disebutkan bahwa salah satu jenis intervensi pikiran-tubuh adalah meditasi. Selama menjalani
35
meditasi dapat memunculkan respon relaksasi (Potter & Perry, 2011) yang berlawanan dengan respon saraf simpatik (respon fight-or-flight) (Anselmo, 2005). Respon relaksasi dapat meningkatkan aliran darah perifer (ekstremitas terasa hangat), hambatan listrik pada kulit, produksi gelombang alfa lambat, dan aktivitas sel natural killer. Relaksasi juga dapat menurunkan konsumsi oksigen, pembuangan karbon dioksida, kadar asam laktat darah, kecepatan dan volume pernapasan, kecepatan denyut jantung, ketegangan otot rangka, kadar epinefrin, asam lambung dan motilitasnya, aktivitas kelenjar keringat, dan tekanan darah (khususnya bagi penderita hipertensi) (Anselmo, 2005; Effendi, 2002). 4.
Manfaat Meditasi Meditasi memiliki banyak sekali manfaat, diantaranya adalah: a. Meditasi memungkinkan untuk dapat fokus, menyelesaikan tugas dengan metode yang lebih baik dan lebih cepat (Mason, 2012). b. Meditasi memungkinkan untuk memperbaiki tingkat stres, dengan berkurangnya stres maka dapat membuat keputusan yang tepat dan efektif dalam menyelesaikan suatu perkara. Meditasi bermanfaat untuk meningkatkan mood, menurunkan kecemaan dan meningkatkan tidur (Hanlon, Blackman, Glick, 2009). c. Meditasi membuat komunikasi menjadi lebih efektif melalui kata-kata yang lebih efektif (Mason, 2012). d. Meditasi dapat meningkatkan status kesehatan termasuk membantu memperbaiki kondisi jantung, tekanan darah dan lain-lain (Mason, 2012) e. Meditasi meningkatkan kesehatan pikiran (Mason, 2012).
36
Penelitian yang dilakukan oleh Peck, Lester, Lasky, dan Bootzin (2012) menemukan bahwa keterampilan meditasi kesadaran berhubungan dengan peningkatkan persepsi terhadap tidur, seperti penurunan perasaan kurang nyenyak saat tidur, penurunan jumlah terbangun saat tidur, dan peningkatan kualitas tidur. 5.
Meditasi dan Dzikir Mason (2012) mengatakan bahwa meditasi adalah memusatkan pikiran pada salah satu suara, suatu kata yang diucapkan berulang, suatu gambar, suatu konsep atau perasaan. Secara keseluruhan perhatian harus tertuju pada suatu objek yang pilih untuk memusatkan konsentrasi. Irham (2011) mengatakan bahwadzikir merupakan sebuah aktifitas berupa ucapan lisan, perbuatan atau pun getaran hati dengan tujuan untuk berpaling dari keadaan lupa dan lalai dengan cara selalu mengingatnya Allah. Dzikir
dan
meditasi
memiliki
kesamaan,
yaitu
memfokuskan
konsentrasi pada satu titik, khusus untuk dzikir satu titik yang dijadikan fokus konsentrasinya adalah Allah. Kegiatan membaca berulang-ulang (misalnya membaca kalimat dzikir) merupakan salah satu kegiatan untuk berkonsentrasi (Edelman & Mandle, 2010). Edelman & Mandle (2010) menambahkan bahwa doa merupakan salah satu bentuk dari meditasi, yang dalam praktiknya berfokus pada kata-kata suci. Anselmo (2005) mengatakan bahwa doa keterpusatan, praktik meditasi yang berfokus pada kata-kata atau suara memiliki kesamaan cara dengan transcedental meditation yang menggunakan mantra (kata suci sansekerta).
37
Penelitian yang dilakukan Maimunah dan Retnowati (2011) tentang pengaruh pelatihan relaksasi dzikir untuk mengatasi kecemsan ibu hamil pertama, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek yang mengikuti pelatihan relaksasi dzikir mengalami penurunan kecemasan yang signifikan pada p=0,008 (p<0,01) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan penyataan Eliopoulos (2005), yaitu membaca kata secara berulang-ulang atau kegiatan keagamaan yang terkait dengan doa dapat memberikan manfaat terapeutik yang sama seperti meditasi dan latihan relaksasi.
D. Dzikir 1.
Pengertian Dzikir Sudirman Tebba (2004) mengatakan bahwa dzikir adalah menyebut Allah dengan membaca tasbîh (subhânallâh), tahlîl (Lâ ilâha illahâh), tahmîd (Alhamdulillâh), taqdîs (Quddûsun), takbîr (Allâhu Akbar), hauqalah (Lâ hâulâ wa lâ quwwata illâ billâh), hasbalah (Hasbiyallâh)dan membaca doa ma’tsur, yaitu doa-doa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy (dalam Tebba, 2004) mengartikan bahwa salah satu bentuk dzikir adalah mengerjakan taat kepada Allah. Dzikir berasal dari bahasa arab, yakni kata dzakara, yadzkuru, dan dzikran yang berarti mengingat. Secara umum dzikir ialah semua amal atau perbuatan baik yang lahir maupun batin, yang membawa seseorang untuk mengingat Allah dan mendekat (taqarrub) kepada-Nya. Dari segi bahasa,
38
dzikir berarti menyebut, yakni mengucapkan sesuatu dengan lisan secara berulang-ulang dalam kondisi dan waktu tertentu, sedangkan dari segi istilah, dzikir adalah aktivitas yang meliputi tiga hal. Pertama, ucapan lisan, gerak raga, atau getaran hati. Kedua, usaha untuk menyingkirkan keadaaan lupa dan lalai (ghaflah) dengan selalu mengingat-Nya. Ketiga, memasuki suasana musyahadah (penyaksian secara langsung) dengan mata hati, didorong oleh rasa cinta yang mendalam kepada Allah (Irham, 2011). 2. Keutamaan Dzikir Segala sesuatu didunia ini, yang hidup maupun yang tidak hidup sesungguhnya sedang berdzikir, mengingat dan menghubungkan diri dengan sumber kehidupan, yaitu Allah swt. Masing-masing tentu melakukannya dengan cara dan metode sendiri, yang telah diajarkan pada mereka. Aliran angin yang berhembus, gemiricik air yang mengalir, matahari dengan sinar dan hangatnya, api dengan panasnya, rembulan dengan cahayanya merupakan sebagian dari tasbih itu. Demikian juga kicauan burung, desiran ular, raungan serigala, bahkan perputaran elektron mengelilingi inti atomsampai perputaran bulan pada bumi, tetesan air hujan sampai badai, halilintar, gempa bumi sampai meletusnya gunung berapi mengeluarkan lahar merupakan bentuk tasbih alam Kepada Rabbnya. Sebagaimana dalam firman Allah berikut ini:
”Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan
39
memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun,” (QS. Al-Isra [17]: 44) Dzikir adalah amal para hamba Allah yang paling utama, dan ditekankan lebih dari seratus kali di dalam Alquran (Kabbani, 1998).Irham (2011) mengelompokkan 4 keutamaan tentang berdzikir, yaitu: Pertama, Allah mengutamakan dzikir dibanding dengan yang lain, sebagaimana firman Allah: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (AlQur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Ankabut [29]: 45) Kedua, Allah memerintahkna kita agar memperbanyak dzikir kepadaNya tanpa ada batasan jumlahnya. “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyakbanyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 41). Ketiga, Dia memerintahkan agar dzikir dilakukan secara terus menerus, kapan pun dan dimanapun. “Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. AlAhzab [33]: 42). “(Yaitu) orang-orang yang menyebut (nama) Allah ketika berdiri, duduk dan berbaring.” (QS. Al-‘Imran [3]: 191)
40
Keempat, Allah berjanji bahwa Dia juga akan berdzikir kepada orang yang berdzikir kepada-Nya, sebagaimana firman berkut ini: “Ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingatmu” (QS. Al-Baqarah [2]: 152) Sedangkan hadits-hadist yang menegaskan tentang perlunya dzikir adalah: a. “Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jemaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekatiKu sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari. (Shahih Muslim No.4832) b. Rasulullah saw menyebut-nyebut Allah setiap waktu (saat). (HR. Muslim) c. Apabila kamu melewati taman-taman surga makan dan minumlah sampai kenyang. Para sahabat lalu bertanya, "Apa yang dimaksud tamantaman surga itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Kelompok dzikir (Kelompok orang yang berdzikir atau majelis taklim)." (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
41
d. Maukah aku beritahu amalanmu yang terbaik, yang paling tinggi dalam derajatmu, paling bersih di sisi Robbmu serta lebih baik dari menerima emas dan perak dan lebih baik bagimu daripada berperang dengan musuhmu yang kamu potong lehernya atau mereka memotong lehermu? Para sahabat lalu menjawab, "Ya." Nabi saw., berkata,"Zikrullah." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) Sebenarnya semua ibadah adalah mengingat Allah atau menunjang untuk mengingat Allah. Dalam sholat, seseorang berdiri mengucapkan takbir, membaca Al Quran, mengucapkan tasbih sewaktu ruku’ dan sujud, mengucapkan hamdalah dan shalawat kepada Rasulullah saw., kemudian selesai sholat dilanjutkan dengan mengucapkan kalimat-kalimat istighfar, tasbih, hamdalah, takbir dan doa kepada-Nya, semua itu merupakan tindakan perbuatan untuk mengingat Allah swt (Salim, 2006). 3.
Macam dan Bentuk Dzikir Al-Qadhy bin ‘Iyadh (dalam Prasetya dkk, 2005) menyebutkan dua bentuk dzikir, yaitu dzikir lisan (az-dzikr bi al-lisan mujarradan) dan dzikir dengan hati (az-dzikr bi al-qalb). Dzikir dengan hati dibagi menjadi dua, yaitu tafakkur tentang keagungan Allah di seluruh alam semesta dan mengingat di dalam hati perintah dan larangan Allah disetiap urusan. Menurut Mahmud Samiy (dalam Irham, 2011), dzikir kepada Allah terdiri atas tiga bagian, yaitu dzikir lisan, dzikir hati, dan dzikir anggota badan. Sebagaimana firman Allah: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang
42
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata); Ya Tuhan Kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau maka periharalah kami dari siksa api neraka.”(Ali- Imran [3]: 191) Dengan demikian, maka dzikir kepada Allah secara umum dapat diklasifikasikan menjadi bentuk atau jenis. Hal ini didasarkan pada aktivitas apa yang digunakan untuk mengingat Allah, yaitu: dzikir lisan, dzikir hati, dzikir anggota tubuh. Dzikir lisan adalah ungkapan penyucian (tasbih), pujian (tahmid), pengagungan (tamjid) (Kabbani, 2007). “Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (QS. Al-Muzammil [73]: 8). Sedangkan dalam sebuah hadist: Nabi saw bersabda, “basahi lidahmu dengan selalu berdzikir.” (Ahmad, Tirmidzi, Ibn Majah, Ibn Hibban menyatakan bahwa hadist ini hasan). Dzikir hati mencakup perenungan atas dalil yang menunjukkan Zat dan sifat-sifat Allah, perenungan atas kewajiban yang mencakup atas perintah dan larangan sehingga orang dapat memperhatikan hukum-hukum yang berkaitan dengannya, dan perenungan atas rahasia makhluk Allah. (Kabbani, 2007) “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi” (Ali- Imran [3]: 191) “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu di dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan
43
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. AlAnfal [7]: 205) Dzikir anggota tubuh mencakup ketekunan anggota tubuh (mata, telinga, mulut, tangan, da kaki) dalam ketaatan, berbuat kebajikan, dan membersihkan dari segala dosa dan maksiat. Dengan makna seperti inilah, Allah menamakan shalat sebagai dzikir(Irham, 2011; Kabbani, 2007) “Apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari jumat, maka bersegeralah kamu mengingat (dzikr) Allah.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 9) 4. Dzikir Menjelang Tidur Telah disebutkan dalam ayat Al-Qur’an bahwa dzikir dilakukan pada waktu pagi dan petang dan dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring, karena dzikir selain dalam bentuk lisan, juga bisa dalam bentuk ibadah kepada Allah. Dari hal ini, dzikir menjelang tidur bisa terbagi atas doa sebelum tidur, dzikir sebelum tidur dan sunah-sunah yang biasa Rasulullah saw. yang biasa dilakukan sebelum tidur. Karena mengikuti sunah Rasulullah saw., merupakan salah satu jenis ibadah kepada Allah. Sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) yaitu orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. AlAhzab [33]: 21) Berikut ini adalah dzikir-dzikir sebelum tidur yang dilakukan oleh Rasulullah saw (Al-Hilali, 2005; Nada, 2007), yaitu
44
1) Menghadirkan niat yang benar ketika tidur Seorang muslim, di anjurkan untuk menghadirkan niat yang benar ketika tidur, agar tidurnya bisa menjadi ibadah dihadapan Allah swt. dan bisa mendatangkan pahala. 2) Berwudhu’ Seperti sabda Rasuluulah saw., “Jika engkau mendatangi pembaringanmu, maka berwudhu’lah seperti engaku hendak mengerjakan shalat, kemudian berbaringlah pada sisi tubuhmu yang sebelah kanan ..,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 3) Mengibas pembaringan/ tempat tidur dengan ujung kain dan mengucapkan “bismillah” Sebelum tidur, hendaklah seseorang mengibaskan tempat tidurnya dengan kain sebanyak tiga kali sambil mengucapkan “Bismillah.” Sikap ini berdasarkan sabda Nabi saw. “Jika salah seorang dari kamu mendatangi pembaringannya, hendaklah
ia
mengibasnya
dengan
ujung
pakaiannya
dan
mengucapkan: ‘Bismillah.’ Sebab ia tidak tahu apa yang terjadi atas pembaringannya sepeninggalnya. Kemudian, hendaklah ia berbaring di atas tubuhnya yang ssebelah kanan...” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra.) 4) Meniup tangan lalu membaca al-Mu’awidzaat dan mengusapkannya ke seluruh tubuh
45
Sesungguhnya Nabi saw. mendatangi pembaringannya, beliau merapatkan kedua telapak tangannya, kemudian menghembus padanya lalu membaca “Qul huwallaahu ahad, Qul a’uudzubirabbil falaq, Qul a’uudzubirabbinnas.” Sesudah itu, beliau mengusapkan kedua tangan beliau ke sekujur tubuhnya, yang mampu beliau usap. Rasulullah memulainya dari atas kepala kemudian bagian depan tubuhnya dan beliau melakukannya sebanyak tiga kali. (HR.Al-Bulhari dan Muslim dari ‘Aisyah ra.) 5) Meletakkan tangan kanan di bawah pipi dan berdo’a Sesungguhnya apabila Rasulullah saw hendak tidur, beliau meletakkan tangan kanan dibwah pipi, kemudia berdo’a sebanyak tiga kali: “Ya Allah, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu” (HR. Abu Dawud dari Hafsah ra.) 6) Berdzikir kepada Allah Hendaklah berdzikir dengan dzikir-dzikirdan do’a-do’a yang diriwayat oleh Nabi saw. Apabila Rasulullah saw., mendatangi pembaringannya pada malam hari, beliau meletakkan tangan dibawah pipi dn membaca: “Ya, Allah dengan menyebut nama-Mu aku hidup dan menyebut nama-Mu aku mati” Adapun jika bangun, beliau mengucapkan:
46
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kematian kami dan kepada-Nyalah kami dibangkitkan.” (HR. Al-Bukhari [7359] dari dari Abu Dzarr dan [7344] dari Hudzaifahra; dan diriwayatkan oleh Muslim [2710] dari al-Bara’ ra.) Dari Abu Hurairah ra., berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah saw., berkata kepada ‘Ali dan Fatimah ra: “Maukah kalian aku ajarkan kabaikan yang lebih baik daripada yang kalian minta? Jika kalian mendatangi pembaringan, maka bertasbihlah 33 kali, bertahmidlah
33
kali,
dan
bertakbirlah
34
kali.
Maka
sesungguhnya itu lebih baik bagi kamu berdua daripada pelayan.”(HR. Abu Dawud [5067]) 7) Membaca ayat kursi Sesungguhnya syaitan pernah mendatangi Abu Hurairah ra, dan berkata kepadanya:”Jika engkau mendatangi pembaringanmu, maka bacalah ayat Kursi sampai selesai. Dengan demikian, sesungguhnya engkau berada dalam lindungan Allah swt sehingga tidak ada sayaitan yang dapat mendekatimu hingga engkau mendapati pagi hari.” Ketika Abu Huraira mengabarkan hal itu kepada Nabi saw, beliau berkata kepadanya:”Dia telah berkata benar kepadamu meskipun ia seorang pendusta.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah ra.)
47
8) Beristighfar atas dosa-dosa yang telah dilakukan pada hari itu Hendaklah seorang muslim memohon ampun kepada Allah ketika hendak tidur karena bisa saja ia melakukan perbuatan-perbuatan maksiat pada hari itu. Sesungguhnya istighfar kepada Allah swt akan menghapus dosa-dosa, Insya Allah. 9) Do’a terakhir yang hendaknya di baca sebelum tidur Nabi saw bersabda: “Jika engkau mendatangi pembaringanmu ... kemudian bacalah: ‘Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menghadapakan wajahku kepada-Mu, aku menyandarkan punggungku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-Mu dengan rasa senang dan takut kepada-Mu, sesungguhnya tiada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari ancaman-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada Kitab yang telah Engkau turunkan serta Nabi yang Engkau utus.’ Apabila kamu meninggal pada malam itu, maka kamu meninggal di atas fitrah (Islam). Maka jadikanlah kalimat itu sebagai hal terakhir yang kamu ucapkan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 10) Berdzikir kepada Allah jika terbangun atau terkejut dari tidur Apabila Rasulullah saw terbangun pada malam hari, beliau mengucapkan: “Tiada ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan, Rabb pencipta langit dan bumi serta apa-apa
48
yang ada di antara keduanya, Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (HR. Al-Hakin dan dishahihkan serta disetujui oleh adz-Dzahabi; Ibnus Sunni dan Ibnu Nashr dari ‘Aisyah ra.)
E. Penelitian Terkait 1. Penelitian yang dilakukan oleh Po-Ju Chen (2008) dengan judul pengaruh musik pilihan subjek penelitian dengan musik pilihan peneliti terhadap kualitas tidur subjektif lanjut usia di atas 60 tahun. Metode yang digunakan adalah dua grup eksperimen pretest-postest, dengan jumlah subjek penelitian 31 orang yang dipilih secara random. Subjek penelitian diperdengarkan musik selama 45 menit setiap malam selama 3 minggu. Dengan menggunakan PSQI di dapatkan hasil bahwa kualitas tidur meningkat
pada
subjek
penelitian
yang
mendengarkan
musik
dibandingkan yang tidak mendengarkan musik serta tidak ada perbedaan peningkatan kualitas tidur pada subjek penelitian yang mendengarkan musik yang pilihnya sendiri atau yang pilih oleh peneliti. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyo (2013) mengenai pengaruh Latihan Pasrah Diri terhadap perbaikan kualitas tidur pada lanjut usia dengan simtom depresi. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen yang dilakukan di posyandu lansia kecamatan Manisrenggo antara bulan Agustus-Desember 2012. Kualitas di ukur dengan menggunakan kuesioner PSQI. penurunan skor PSQI dan komponen sleep disturbances setelah dilakukan LPD dibanding sebelum dilakukan LPD pada kelompok
49
perlakuan (p<0,05). Tidak didapat perbaikan skor PSQI pada kelompok kontrol (p>0,05). Kesimpulan. Didapatkan adanya perbaikan kualitas tidur dan komponen sleep disturbances pada kelompok perlakuan, tidak didapatkan perbaikan pada kelompok control. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Maimunah & Retnowati (2011) dengan judul pengaruh pelatihan relaksasi dengan dzikir untuk mengatasi kecemasan ibu hamil pertama. Metode yang digunakan adalah dua group eksperimen. Hasil yang didapatkan bahwa kelompok yang mendapat pelatihan dzikir mengalami penurunan kecemasan yang signifikan pada p=0.008 dibandingkan kelompok kontrol.
50
B. Kerangka Teori Lanjut Usia
Perubahan aspek fisik
Perubahan Sistem Saraf Pusat dan Perifer Perubahan suprachiasmatic nuclei
Perubahan pada kortisol
Penurunan Sekresi melatonin
Gangguan Irama Sirkadian Penyakit fisik Obat-obatan dan zat tertentu Gaya hidup Pola tidur yang biasa dan EDS Latihan fisik dan kelelahan Asupan makanan dan kalori Stres emosional Lingkungan Kegaduhan
Positive Airway Pressure
Surgical interventions
Diet dan gaya hidup
Gangguan Tidur
Farmakologis
Kualitas Tidur (Buruk)
Terapi NonFarmakologis
BrightLight therapy
Oral appliances
Stimuluscontrol therapy
Meditasi (Dzikir)
Sleep hygiene
SleepRestriction Therapy
CognitiveBehaviors Therapy
Respon relaksasi Gambar 2.2 Kerangka Teori modifikasi dari teori Potter & Perry (2011), (Zeizer et.al.., [1999]; Niggemayer et.al, [2004]; Monk, [2005] dalam Crowley 2011), Edelman & Mandle (2010), Tortora & Derrickson (2009), Hanlon, Blackman, Glick, (2009), Zion & Israel, (2009), Anselmo, (2005), Irham (2011), Eliopoulos (2005).
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu: 1. Variabel utama adalah dzikir menjelang tidur 2. Variabel tergantung adalah kualitas tidur lanjut usia yang diukur dengan kuesioner PSQI 3. Variabel yang hanya berhubungan dengan variabel kualitas tiduryaitu penyakit fisik, obat-obatan dan zat tertentu, gaya hidup, pola tidur yang biasa dan mengantuk disiang hari, latihan fisik dan kelelahan, asupan makanan dan kalori, stres emosional, lingkungan, dan kegaduhan. Kualitas tidur
Dzikir menjelang tidur
-
Gaya hidup Penyakit fisik Obat-obatan dan zat tertentu Pola tidur yang biasa dan EDS Latihan fisik dan kelelahan Stres emosional (cemas dan depresi) Asupan makanan dan kalori Lingkungan Kegaduhan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Keterangan
: Variabel utama Variabel tergantungn Variabel berpotensi perancu yang dikontrol
51
52
Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengidentifikasi apakah dzikir menjelang tidur berpengaruh terhadap kualitas tidur lanjut usia. Variabel-variabel yang hanya berhubungan dengan variabel kualitas tidur akan dilakukan proses kontrol dengan tujuan untuk meminimalisir pengaruh variabel tersebut terhadap hasil pengukuran kualitas tidur setelah dilakukan intervensi dzikir menjelang tidur selama penelitian berlangsung. Metode kontrolnya meliputi restriksi dan matching (Dahlan, 2010) yaitu: 1. Variabel penyakit fisik (Diabetes Mellitus), stres emosional, obat-obatan dan zat tertentu akan dikontrol dengan menggunakan metode restriksi. Metode ini digunakan karena tidak semua lanjut usia memiliki penyakit Diabetes Mellitus, stres emosional, dan meminum obat-obatan dan zat tetentu sehingga lanjut usia yang memiliki variabel-variabel tersebut tidak masukkan sebagai responden. Proses restriksi lebih di jelaskan pada kriteria inklusi dan eksklusi. 2. Variabel gaya hidup, pola tidur yang biasadan EDS, latihan fisik dan kelelahan, asupan makanan dan kalori, lingkungan,dan kegaduhan dikontrol dengan menggunakan metode matching. Seluruh subjek penelitian tinggal di PSTW dimana semua aktifitas, kegiatan, pola makan WBS serta lingkungan PSTW diatur oleh PSTW tersebut sehingga setiap WBS memiliki aktifitas, kegiataan dan pola makan yang sama (kecuali WBS yang mengalami kelemahan fisik atau gangguan kejiwaan) serta lingkungan tempat tinggal yang sama. Untuk memilah lanjut usia yang tidak mengalami kelemahan fisik menggunakan kuesioner indeks Katz.
53
B. Hipotesis Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara peneliti terhadap pertanyaan penelitian. Jenis hipotesis yang diambil adalah hipotesis dua arah, karena peneliti tidak menentukan secara spesifik jenis pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kalitas tidur (Dahlan, 2010), maka hipotesis penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usiadi PSTW Budi Mulya 01 Jakarta Timur.
54
C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel 1
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Pengukuran
Hasil Ukur
Kualitas
Kualitas tidur adalah kemampuan
Kuesioner PSQI yang
Skor untuk setiap
Hasil ukur
Tidur
seseorang untuk untuk
dibuat oleh D.J Bussye,
komponen adalah 0
didapat dengan
mempertahankan tidurnya dan
Reynolds, Monk, Berman
sampai 3.
menjumlahkan
mendapatkan jumlah tidur yang
dan Kupfer (1989), yang
skor setiap
cukup.
telah diterjemahkan
komponen
kedalam bahasa Indonesia.
dengan skor total
Kuesioner ini terdiri dari
0 sampai 15.
10 pertanyaan yang terbagi ke dalam 5 komponen.
Semakin tinggi skor maka semakin buruk kualitas tidur.
Skala Ukur Ordinal
No
Variabel
2
Dzikir menjelang
Definisi Operasional
Alat Ukur
Semua kegiatan sebelum tidur dengan tujuan untuk selalu mengingat Allah ketika menjelang
tidur
tidur, yang terdiri dari: Berwudhu’; mengibas tempat tidur dengan kain sambil membaca bismillah 3x; membaca ta’awudz, al-Fatihah, ayat kursi, al-Ikhlas 3x, al-Falaq 3x, an-Naas 3x kemudian meniupkannya ketelapak tangan dan mengusapkannya ke seluruh tubuh; membaca do’a sebelum tidur (bismika allahuma .. dan Ya Allah, aku menyerahkan..) dilanjut dengan dzikir tasbih 33x , tahmid 33x, takbir 33x, dan diteruskan dengan membaca istighfar sampai tertidur.
55
Cara Pengukuran
Hasil
Skala
Ukur
Ukur
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimental, karena peneliti dengan sengaja memberikan perlakuan (dzikir menjelang tidur) kepada responden dengan tujuan untuk mempelajari efek dari perlakuan yang diberikan tersebut dan ingin membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel dan tidak melakukan kontrol secara ketat (Kasjono & Yasril, 2009; Agung, 2002). Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan eksperimen ulang random
(randommized
pretest-postest
control
group
design)
yang
menggunakan dua kelompok subjek penelitian, yaitu satu kelompok diberi perlakuan (T+) dan satu kelompok yang tidak diberi perlakuan/ plasebo (T-), keduanya diberikan kuesioner sebanyak 2 kali. Kuesioner sebelum eksperimen (O1 dan O3) disebut pretest dan kuesioner setelah eksperimen (O2 dan O4) disebut posttest. Pretest dan posttest dilakukan dengan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia. (T+)
O1
Dzikir menjelang tidur
O2
(T-)
O3
Dzikir yang biasanya dibaca
O4
Gambar 4.1 Desain Penelitian
56
57
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Wredha (PSTW) Budi Mulia 01 Jakarta Timur dengan alamat Jl. Raya Cipayung Rt. 05/02 Kelurahan Cipayung, Jakarta Timur. Pemilihan PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur sebagai lokasi penelitian adalah karena di PSTW tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap skor kualitas tidur lanjut usia. Hasil studi pendahuluan sebelumnya dari 10 WBS didapatkan sembilan orang mengatakan merasa tidurnya tidak nyenyak. Enam dari sepuluh WBS tersebut mengatakan terbangun 2 kali/ lebih ketika tidur malam. Wisma (ruangan yang disediakan panti untuk WBS/ Warga Binaan Sosial) yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah wisma Asoka, wisma Bougenfil, dan wisma Flamboyan karena pada wisma-wisma tersebut dihuni oleh para WBS yang mandiri dan tidak mengalami gangguan mental. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 November sampai 14 Desember 2013. Berikut ini adalah tahapan kegiatan dalam penelitian ini:
58
Tabel 4.1 Waktu dan Kegiatan Penelitian
2013 Kegiatan Penelitian
November (Minggu ke-) 1 2 3 4 5
Desember (Minggu ke-) 1 2 3 4
Kontrak Observasi Skrining (pretest) Pelatihan dzikir menjelang tidur Intervensi dzikir menjelang tidur Pengukuran posttest
Kontrak waktu penelitian dengan pengurus PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur dilakukan pada tanggal 25 November 2013. Observasi tempat penelitian (lingkungan dan kondisi setiap wisma pada saat siang dan malam hari) dilakukan dari tanggal 26 sampai 28 November 2013. Skrining/ pemilahan (data pretest) calon subjek yang berpotensi menjadi subjek penelitian dilakukan dari tanggal 26 sampai 4 Desember 2013. Pelatihan dzikir menjelang tidur dilakukan pada tanggal 4 dan 5 Desember 2013. Intervensi dzikir menjelang tidur dilakukan dari tanggal 6 sampai 12 Desember 2013. Pengukuran kembali (data posttest) skor kualitas tidur dilakukan dari tanggal 13 sampai 14 Desember 2013.
C. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Kosjono & Yasril, 2009; Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
59
lanjut usia yang tinggal di lingkungan Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur dengan jumlah 200 WBS.
D. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya akan diteliti dan di anggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Subagyo & Djarwanto, 2009). Syarat menjadi sampel harus memiliki kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi, karena penelitian tidak menggunakan randomisasi, sehingga tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. 1. Kriteria Inklusi a. Lanjut usia yang berusia ≥ 60 tahun b. Beragama islam c. Dapat melihat dan mendengar dengan baik d. Bersedia menjadi responden dan mengikuti prosedur penelitian sampai tahap akhir. 2. Kriteria Eksklusi a. Lanjut usia yang tidak kooperatif b. Mengundurkan diriketika penelitian berlangsung c. Memiliki skor total kualitas tidurnya nol (hasil Pittsburgh Sleep Quality Index = 0) d. Mengalami depresi berat (hasilGeriatric Depression Scale ≥ 12). e. Mengalami kecemasan (hasil Geriatric Anxiety Inventory-Shot Form skor ≥ 3)
60
f. Memiliki kerusakan fungsi kognitif yang berat (hasil Mini Mental State Examination ≤ 17) g. Mengkonsumsi obat-obatan dan zat tetentu (hipnotik, diuretik, penghambat beta-adrenergik, narkotik, benzodiazepam, antihistamin dan dekongestan). h. Terbiasa meminum kopi dimalam hari. i. Memiliki ketergantungan dalam melakukan aktivitas kehidupan seharihari (hasil kuesioner Indeks Katz ≤ 2) j. Memiliki kelainan kejiwaan dan penyakit penyerta (Diabetes Mellitus). Untuk mendiagnosis apakah lanjut usia mengalami kelainan kejiwaan dan penyakit penyerta, peneliti menanyakan ke pihak PSTW. Khusus penyakit penyerta peneliti juga menanyakannya langsung kepada lanjut usia dan mengecek jenis obat-obatan yang dikonsumsi (kuesioner penelitian). 3. Besar Sampel Menurut Roscoe (1975 dalam Hill, 1998; Uma Sekaran, 2006) untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20 sedangkan untuk penelitian secara umum, maka sampel minimal adalah 30. Menurut Burns & Susan (2005) jumlah sampel pada penelitian kuasi eksperimen sebanyak 10 – 20 orang. Pada penelitian ini mengambil jumlah sampel 30 orang yang terdiri dari 15 orang kelompok intervensi dan 15 orang kelompok kontrol.
61
4. Teknik Pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik random sampling, dimana setiap WBS memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden (termasuk menjadi kelompok intervensi dan/ kelompok kontrol). Sebelum melakukan pengambilan sampel, peneliti melakukan pemilahan terlebih dahulu untuk mendapatkan sample frame, tahapannya meliputi identifikasi calon subjek yang berpotensi masuk ke dalam penelitian, informed consent, pemilahan/ skrining dan penilaian lebih lanjut (alur penelitian). Sample frame merupakan lanjut usia yang memiliki kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi. Penelitian ini juga menggunakan proses matching yang bertujuan untuk mengurangi variabel perancu baik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol maupun antar sesama responden yang bisa membuat hasil penelitian ini menjadi bias. Proses matching untuk sesama responden sudah dilakukan semenjak pemilihan tempat penelitian sampai pada tahap pnilaian lebih lanjut (alur penelitian), yaitu: a. Gaya hidup, gaya hidup pada WBS memiliki kesamaan yang disesuaikan dengan jadwal kegiatan di PSTW itu sendiri. b. Pola tidur yang biasa, pada PSTW jadwal tidur WBS ditentukan oleh PSTW dan diberlakukan bagi seluruh WBS (mematikan lampu kamar, pergi ke tempat tidur, bahkan pintunya ditutup). c. Latihan fisik dan kelelahan, di PSTW memiliki jadwal kegiatan yang sama diberlakukan bagi para WBS (jadwal senam, panggung
62
gembira, dll), kecuali bagi WBS yang mengalami hambatan dalam beraktivitas. Indeks Katz digunakan untuk membedakan lanjut usia yang mengalami dan yang tidak mengalami hambatan dalam beraktivitas. d. Asupan makanan dan kalori, setiap WBS di PSTW mendapatkan pola makan yang sama (jumlah, jenis dan waktu). e. Lingkungan, lingkungan PSTW memungkinkan untuk setiap responden memiliki lingkungan (temperatur, ventilasi, pengaturan cahaya) yang sama, selain itu satu kamar memiliki banyak tempat tidur sehingga lingkungan setiap WBS adalah sama. f. Kegaduhan, di PSTW satu kamar memiliki banyak tempat tidur, sehingga kegaduhan yang ada dapat dirasakan oleh setiap subjek yang tinggal di kamar tersebut. Tujuan membuat sample frame dan proses matching karena peneliti ingin meminimalisasi keanekaragaman faktor perancu yang menyertai saat penelitian berlangsung. Setelah mendapatkan data calon subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi selanjutnya dilakukan undian dengan melempar koin untuk menentukan pembagian kelompok intervensi dan kelompok kontrol. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah kuesioner atau angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep yang telah dibuat. Instrumen penelitian terdiri dari 5 bagian, yaitu:
63
1. Data personal responden Nama, usia dan jenis kelamin responden 2. Pola makan dan riwayat kesehatan Frekuensi konsumsi kopi, riwayat penyakit sebelumya, keluhan kesehatan saat ini, dan obat-obatan yang rutin dikonsumsi. 3. Kuesioner Pengukur Kualitas Tidur/ Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) Dari hasil analisis perbandingan sebelumnya antara kuesioner PSQI dan SQS, peneliti memilih menggunakan PSQI karena memiliki reliabilitas internal 0.83 dan untuk pengukuran berulang secara global reliabilitas internalnya 0.85. Kemampuan sensitifitas mendiagnosa 89.6% dan kemampuan spesifisitas 86.5% (kappa=0.75, p<0.001) dalam membedakan kualitas tidur yang baik dan buruk. PSQI dapat digunakan untuk mengkaji lanjut usia (≥ 60 tahun) dan dijadikan sebagai acuan dalam uji korelasi hasil penilaian SQS terhadap hasil penilaian PSQI yang menunjukkan bahwa hasil penilaian PSQI lebih baik dibanding SQS (Buysse, et.al., 1989; Yi, Shin K and Shin C, 2006). Kuesioner PSQI dibuat oleh D.J Bussye, Reynolds, Monk, Berman dan Kupfer (1989) yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh seorang translator dengan latar pendidikan Sastra Inggris di UIN Syarif Hidayatullah dan dikonsulkan kepada pembimbing untuk meminimalisir terjadinya perbedaan persepsi. Peneliti juga sudah meminta izin kepada D.J. Bussye melalui via email untuk menggunakan PSQI
64
sekaligus menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia dan D.J.Bussye memberikan izin kepada peneliti. Kuesioner ini bertujuan untuk mengukur kualitas tidur lanjut usia dalam satu bulan terakhir, meskipun ada yang menggunakannya untuk satu hari ataupun satu minggu. Kuesioner ini terdiri dari 4 pertanyaan terbuka dan 14 pertanyaan yang menggunakan skala Likert karena rentang jawaban pertanyaan dari positif ke negatif. Setiap pertanyaan memiliki skor 0 sampai 3, dengan skor total semua pertanyaan 0 sampai 21. Kuesioner ini hanya bisa membedakan kualitas tidur yang buruk atau baik, kualitas tidur dikatakan buruk bila skor total ≥ 5 dan kualitas tidur dikatakan baik bila skor total < 5. PSQI terdiri dari tujuh komponen, yaitu sebagai berikut: (1) Kualitas tidur subjektif adalah persepsi sesorang terhadap tidurnya dan diukur dengan meminta pendapat seseorang menilai kualitas tidurnya. (2) Tidur laten merupakan waktu yang dimulai dari mencoba untuk tidur sampai awal tidur yang sebenarnya atau jumlah waktu yang dibutuhkan untuk tertidur. (3) Durasi tidur adalah jumlah waktu yang sebenarnya seseorang tidur dan menunjukkan jumlah jam tidur setiap malam. (4) Efisiensi tidur adalahrasio dari total waktu tidur terhadap jumlah waktu ditempat tidur. Diukur dengan membagi jumlah jam tidur dengan jumlah jam seseorang menghabiskan diatas tempat tidur dan dikali 100%. (5) Gangguan tidur adalah ketika seseorang mengalami kesulitan untuk tidur atau bangun lebih awal dari yang diingkan. (6) Penggunaan obat tidur diartikan sebagai memakai bantuan farmakologis untuk tidur. (7) Disfungsi di siang hari
65
didefinisikan sebagai seseorang yang merasa tidak cukup istirahat disiang hari (Buysse et al. (1989); Lai (2001); Tan (2008) dalam Chen, 2008). PSQI memiliki tingkat konsisten internal dan koefisien reabilitas (alpha cronbach) 0,83 untuk ketujuh komponen diatas dan memiliki tingkat sensitifitas 89,6% dan spesifitas 86,5 % (Buysse et al., 1989), tetapi peneliti akan melakukan uji validitas dan reabilitas kembali karena telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Tabel 4.2 Distribusi Pertanyaan Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index
Komponen Kualitas Tidur No Nama Kualitas tidur C1 subjektif
Pertanyaan 9
C2
Tidur laten
2 dan 5a
C3
Durasi tidur
4
C4
Efisiensi tidur yang biasa
1,3, dan 4
C5
Gangguan tidur
5b sampai 5j
Penggunaan 6 obat tidur Disfungsi di C7 7 dan 8 siang hari Skor total seluruh komponen C6
Cara menghitung skor Skor #9 Skor #2 (≤15 mnt=0; 16-30 mnt =1; 31-60 mnt =2; > 60 mnt = 3) + skor #5a (hasil penjumlahan keduanya setara 0=0; 1-2=1; 34=2; 5-6=3) skor #4 (>7=0; 6-7=1; 56=2; <5=3) (total jam tidur)/(total waktu di tempat tidur) x 100 >85%=0; 75%-84%=1; 65%-74%=2; <65%=3 Jumlah skor #5b sampai #5j (0=0; 1-9=1; 10-18=2; 1927=3)
Skor 0-3
0-3
0-3
0-3
0-3
Skor #6
0-3
Skor #7 + skor #8 (0=0; 1-2=1; 3-4=2; 5-6=3)
0-3 0-21
66
4. Kuesioner bidang lain yang berhubungan dengan tidur Kuesioner ini digunakan untuk memperakurat proses pemilahan responden dan proses matching, yaitu Geriatric Depression Scale (menilai tingkat depresi), Mini Mental Status Examination (menilai fungsi kognitif), Geriatric Anxiety Inventory-Short Form (menilai kecemasan) dan Indeks Katz (menilai kemandirian beraktivitas). Cemas berhubungan dengan kesulitan untuk tertidur dan tidurnya menjadi terputus-putus, sedangkan depresi berhubungan dengan terbangun lebih awal (Wold, 2008) Wang et. al. (2012) melaporkan bahwa latihan fisik akut dapat membuat tidur lebih nyenyak, meningkatkan jumlah waktu tidur, dan mengurangi terbangun saat tidur. Peneliti akan melakukan proses matching kepada responden agar depresi, kecemasan dan latihan fisik (perbedaan tingkat kemandirian beraktivitas) tidak menjadi variabel yang membiaskan hasil pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia. Pada penelitian ini juga akan diberikan suatu perlakuan sehingga untuk lebih memudahkan proses pelatihan dan proses penelitian (melaksanakan dzikir menjelang tidur) maka dipilih responden yang tidak memiliki kerusakan fungsi kognitif yang berat dan memiliki tingkat kemandirian yang mandiri dalam beraktivitas. Berikut ini penjelasan dari setiap kuesioner diatas: a.
Geriatric Depression Scale (GDS) Kuesioner GDS dibuat oleh Yesavage (1986) yang digunakan untuk mengakji tingkat depresi pada lanjut usia. Peneliti juga telah meminta izin kepada Yesavage via email untuk menggunakan
67
kuesioner ini dalam penelitian dan Yesavage pun mengizinkan. Alasan peneliti memilih kuesioner GDS adalah karena GDS bertujuan untuk mengukur depresi pada lanjut usia. Kuesioner ini terdiri dari 15 pertanyaan yang menggunakan skala Guttman, setiap pertanyaan memiliki skor 0 sampai 1, dengan skor total semua pertanyaan 0 sampai 15. Jika skornya 0-4= tidak depresi; 5-8= depresi ringan; 911= depresi menengah; 12-15= depresi berat. GDS memiliki koefisien reliabilitas internal (Alpha Cronbach) 0.84 dan tingkat sensitivitas 92% dan spesifitas 89% (Sheikh & Yesavage (1986) dalam Greenberg, 2012) Tabel 4.3 Distribusi Pernyataan Kuesioner Geriatric Depression Scale
Nomor pertanyaan
Jawaban dan skor
2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, Jika dijawab “iya” bernilai 1; 14, dan 15
Jika dijawab “tidak” bernilai 0.
1, 5, 7, 11, dan 13
Jika dijawab “iya” bernilai 0;
Skor 0-10
0-5
Jika dijawab “tidak” bernilai 1. Skor Total
b.
0-15
Mini Mental Status Examination (MMSE) MMSE dikembangkan oleh Marshal F Folstein, Susan SF dan Paul R McHugh (1975) yang bertujuan untuk mengkaji gangguan fungsi kognitif pada lanjut usia. Kuesioner ini terdiri dari 11 pertanyaan yang mengkaji 5 area fungsi kognitif. Setiap area memiliki skor bervariasi dari 1-5, jumlah skor tertinggi adalah 30. Skor 23 – 18 berarti meiliki kerusakan fungsi kognitif ringan, skor ≤ 17 berarti
68
memiliki kerusakan fungsi kognitif berat. MMSE memiliki tingkat reliabilitas (Alpha Cronbach) 0.887 (Folstein, Susan SF dan McHugh, 1975). Tabel 4.4 Distribusi Pertanyaan Kuesioner Mini Mental State Examination
No
Komponen
1
Orientasi
0-10
2
Registrasi
0-3
3
Atensi dan kalkulasi
0-5
4
Mengingat
0-3
5
Bahasa
0-9
Skor total
c.
Skor
0-30
Geriatric Anxiety Inventory-Short Form (GAI-SF) GAI-SF dikembangkan oleh GJ. Byrne dan NA. Pachana (2011) dan merupakan bentuk singkat yang terdiri dari 5 pertanyaan yang diambil dari Geriatric Anxiety Inventory/ GAI (dikembangkan oleh Pachana, et.al, 2007) yaitu pertanyaan 1, 6, 8, 10, dan 11. GAI adalah kuesioner yang digunakan untuk mengkaji kecemasan pada lanjut usia dan terdiri dari 20 pertanyaan. Peneliti memilih kuesioner GAI-SF karena peneliti ingin melakukan skrining/ pemilahan pada lanjut usia yang mengalami kecemasan yang kemudian akan dieksklusikan. Kuesioner GAI-SF memiliki tujuan yang lebih spesifik yaitu untuk studi epidemologi dan survei. (Pachana & Byrne, 2011; Pachana et. al. 2007). Peneliti juga telah meminta izin kepada Byrne dan Pachana via email dan diberikan izin untuk menggunakan kuesioner GAI-SF dan
69
menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Kuesioner ini diterjemahkan oleh translator dengan latar pendidikan Sastra Inggris di UIN Syarif Hidayatullah dan dikonsulkan kepada pembimbing untuk meminimalisir terjadinya perbedaan persepsi. Pertanyaan pada kuesioner GAI-SF menggunakan skala Guttman, setiap pertanyaan memiliki skor 0 sampai 1, skor 0 untuk jawaban “tidak” dan skor 1 untuk jawaban “iya”. Jika skor total ≥ 3, maka dikategorikan mengalami cemas. GAI-SF memiliki koefisien reliabilitas (Alpha Cronbach) 0.81 dan tingkat sensitivitas 75% dan spesifitas 87% (Byrne & Pachana, 2011). d.
Indeks Katz Indeks Katz merupakan kuesioner yang biasa digunakan untuk mengkaji kemampuan individu beraktivitas secara mandiri dalam kegiatan sehari-hari. Indeks Katzmengkaji 6 fungsi yaitu mandi, berpakaian, makan, berpindah, ke kamar mandi dan buang air (BAK dan BAB). Terdapat 6 pertanyaan, setiap pertanyaan memiliki nilai 01 sehingga total skor 0-6. Jika skor ≤ 2 dikategorikan ketergantungan; skor 3-6 dikategorikan mandiri (Wallace & Shelkey, 2007).
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk mencegah kesalahan mengenai informasi yang bersifat subjektif dan agar kuisiner benar-benar mengukur apa yang hendak di ukur, maka alat ukur yang digunakan harus valid dan reliabel (Dahlan, 2010). Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan pada tanggal 12 sampai 15 November 2013
70
diPanti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 04 Jakarta Selatan. Uji dilakukan pada 30 WBS (Warga Binaan Sosial) yang berusia 60 sampai 91 tahun (terdiri dari 14 laki-laki dan 16 perempuan) dan yang tergolong kedalam kelompok WBS mandiri. 1. Uji Validitas Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti keandalan instrumen dalam mengumpulkan data dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Arikunto, 2010; Nursalam, 2008; Notoatmodjo, 2006). Uji validitas pada semua kuesioner menggunakan rumus Pearson Product Moment dengan bantuan software di komputer. Hasil penghitungan tiaptiap item akan dibandingkan dengan r tabel nilai product moment. Jika r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf signifikansi 5% maka instrumen yang diujicobakan dinyatakan valid (Arikunto, 2010; Hidayat, 2008). Cara pengujian validitas ini dengan melakukan uji korelasi antar nilai tiap item pertanyaan terhadap skor total nilai kelompok. Nilai r tabel untuk jumlah responden 30 adalah n-2 = 0,31; jika r hitung > r tabel pada setiap pertanyaan dari kuesioner maka kuesioner dinyatakan valid. a. Hasil uji validitas kuesioner PSQI Terdapat16 pertanyaan yang dilakukan uji validitas dan terdapat 6 pertanyaan yang tidak valid karena nilai korelasinya (r pearson correlation) dibawah 0.31, yaitu pada pertanyaan Q2 (0.018), Q4 (0.178), Q5B (0.218), Q5C (0.19), Q5F (0.258), dan Q8 (-0.022). Semua pertanyaan yang tidak valid dieliminasi. Jumlah pertanyaan yang valid adalah 10 pertanyaan dengan rentang nilai r pearson
71
correlation 0,367 sampai 0,491. Distribusi pertanyaan kuesioner PSQI yang valid dan tidak valid (nomor lebih tebal) sebagai berikut: Tabel 4.5 Distribusi Hasil Uji Validitas Pertanyaan Kuesioner PSQI
No 1 2 3 4
Komponen Kualitas tidur subjektif Tidur laten Durasi tidur Efisiensi tidur yang biasa
5
Gangguan tidur
6 7
Penggunaan obat tidur Disfungsi di siang hari
Pertanyaan 9 2 dan 5a 4 1,3, dan 4 5b, 5c, 5d, 5e, 5f, 5g, 5h, 5idan 5j 6 7 dan 8
Mengeliminasikan pertanyaan yang tidak valid membuat 2 komponen kualitas tidur yang tidak bisa dinilai, yaitu komponen durasi tidur dan efisiensi tidur yang biasa, maka dari itu kuesioner PSQI ini tidak bisa menilai kualitas tidur (membagi menjadi kategorik kualitas tidur baik atau buruk) tetapi hanya bisa menilai skor kualitas tidur (semakin tinggi skor kualitas tidur maka semakin buruk kualitas tidurnya dan sebaliknya semakin kecil skor kualitas tidur semakin baik kualitas tidurnya.) b. Hasil Uji validitas kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) Terdapat 15 pertanyaan yang dilakukan uji validitas dan terdapat 2 pertanyaan yang tidak valid karena nilai korelasinya (r pearson correlation) dibawah 0.31, yaitu pada pertanyaan Q5 (0.042) dan Q9 (0.021). Kedua pertanyaan tersebut dieliminasi. Jumlah pertanyaan yang valid adalah 13 pertanyaan dengan rentang nilai r pearson correlation 0.416 sampai 0.734. Distribusi pertanyaan kuesioner GDS yang valid dan tidak valid (nomor lebih tebal) sebagai berikut:
72
Tabel 4.6 Distribusi Hasil Uji Validitas Pertanyaan Kuesioner GDS
No Nomor pertanyaan Jawaban dan skor 1 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, Jika dijawab “iya” bernilai 1; dan 15 Jika dijawab “tidak” bernilai 0. 2 1, 5, 7, 11, dan 13 Jika dijawab “iya” bernilai 0; Jika dijawab “tidak” bernilai 1. c. Hasil Uji validitas kuesioner Mini Mental Status Examination (MMSE) Dari hasil uji validitas terdapat 1 pertanyaan yang tidak valid karena nilai korelasinya (r pearson correlation) dibawah 0.31 yaitu pada pertanyaan Q7 (0.073) yang kemudian dieliminasi. Jumlah pertanyaan yang valid adalah 10 pertanyaan dengan rentang nilai r pearson correlation 0.428 sampai 0.738. d. Hasil Uji validitas kuesioner Geriatric Anxiety Inventory-Short Form (GAI-SF) Terdapat 5 pertanyaan yang dilakukan uji validitas dan semua pertanyaan dinyatakan valid karena nilai korelasinya (r pearson correlation) diatas 0.31. Rentang nilai r pearson correlation pada semua pertanyaannya adalah 0.664 sampai 0.834. e. Hasil Uji validitas kuesioner Indeks Katz Kuesioner Indeks Katz tidak bisa di analisis karena memiliki nilai variabel yang konstan. Ini dapat disebabkan oleh responden yang digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas merupakan lanjut usia yang tergolong dalam kelas mandiri sehingga hasil pengukuran Indeks Katz didapat nilai yang konstan (mandiri semua).
73
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Notoatmodjo, 2006). Teknik pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Crombach (α), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha dengan bantuan software komputer. Suatu instrumen dari variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach> 0.60 (Hidayat, 2008). Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) dari kuesioner PSQI sebelum pertanyaan yang tidak valid dihilangkan adalah sebesar 0.477 dan sesudah pertanyaan yang tidak valid dieliminasi didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) sebesar 0.605. Pada kuesioner GDS hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) sebelum pertanyaan yang tidak valid dihilangkan adalah sebesar 0.799 dan sesudah pertanyaan yang tidak valid dieliminasi didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) sebesar 0.848. Pada kuesioner MMSE hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) 0.696 dan sesudah pertanyaan Q7 dihilangkan nilai Alpha Cronbach (α) menjadi 0.713. Hasil uji reliabilitas untuk kuesioner GAI-SF didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) 0.799. Kuesioner indeks Katz tidak bisa di analisis karena memiliki nilai variabel yang konstan. Ini dapat disebabkan oleh responden yang digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas merupakan lanjut usia yang tergolong dalam kelas mandiri sehingga hasil pengukuran Indeks Katz didapat nilai yang konstan (mandiri semua).
74
Berdasarkan semua hasil validitas dan uji reabilitas untuk kelima kuesioner diatas dapat dinyatakan bahwa kelima kuesioner tersebut reliabel dan dapat digunakan karena Alpha Cronbach> 0,60.
G. Alur Penelitian Persiapan penelitian
(1)
Identifikasi subjek yang berpotensi masuk ke dalam penelitan Informed consent Tidak bersedia
Tidak memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
(2)
(3)
Bersedia Pemilahan/ skrining
(4)
Penilaian lebih lanjut
(5)
Memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Random
Kelompok intervensi
Pelatihan dzikir menjelang tidur
Kelompok intervensi (7 hari)
(6)
Kelompok kontrol
(7)
Kelompok kontrol (7 hari)
(8)
75
Pengumpulan data post-test
Analisis data
(9)
(10)
Gambar 4.2 Alur Penelitiaan
H. Cara Kerja Penelitian 1. Persiapan penelitian a. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing dan penguji, peneliti mengajukan surat permohonan izin uji validitas dan reliabilitas kuesioner kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada Kepala Bagian Kesatuan Bangsa dan Politik Walikota Jakarta Selatan dan kepala PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Selatan untuk mendapatkan perizinan melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner di PSTW Budi Mulia 04 Jakarta Selatan. Lanjut usia PSTW Budi Mulia 01 Jakarta dijadikan sebagai tempat uji uji validitas dan reliabilitas didasarkan karena terdapatnya kesamaan karakteristik dengan lanjut usia yang ada di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur. Setelah mendapat surat perizinan uji validitas dan reliabilitas kuesioner dari Walikota Jakarta Selatan, peneliti menyerahkan surat tersebut bersamaan dengan surat izin dari intitusi pendidikan kepada bagian terkait yang untuk diproses kepada kepala PSTW Budi Mulia 04 Jakarta Selatan. Setelah kedua surat izin tersebut disetujui oleh
76
kepala PSTW Budi Mulia 04 Jakarta Selatan, peneliti langsung melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Kuesioner yang diujikan adalah PSQI, GDS, MMSE, GAI-SF, dan Indeks Katz. Uji validitas dilakukan dari tanggal 12 – 15 November 2013 kepada 30 lanjut usia yang tergolong lanjut usia mandiri. Hasil analisis pengujian kuesioner dikonsulkan kembali kepada pembimbing. b. Pengajuan perizinan ke PSTW yang akan di teliti Sebelumnya peneliti telah mengajukan surat permohonan izin studi pendahuluan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada Kepala Bagian Kesatuan Bangsa dan Politik Walikota Jakarta Timur untuk mendapatkan perizinan melakukan studi pendahuluan di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur. Menurut pegawai yang bertugas di Bagian Kesatuan Bangsa dan Politik Walikota Jakarta Timur mengatakan bahwa surat izin ini sudah meliputi segala macam kegiatan penelitian, penyebaran angket, poling pendapat, maupun perizinan tempat penelitian, sehingga surat ini bisa dijadikan sebagai perizinan studi pendahuluan dan perizinan tempat penelitian. Setelah mendapat surat perizinan penelitian dari Walikota Jakarta Timur, peneliti menyerahkan surat tersebut kpada bagian terkait untuk diproses kepada kepala PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur. Setelah disetujui oleh kepala PSTW Budi Mulia 04 Jakarta
77
Selatan, peneliti langsung membuat kontrak kegiatan penelitiaan dan melaksanakan rangkaian kegiatan penelitian tersebut. c. Pelatihan tim penelitian Pelatihan (menyamakan persepsi) dilakukan kepada ahli agama (yang biasa mengisi kegiatan keagamaan di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur). Tujuan pemilihan ahli agama yang sudah khusus di PSTW diharapkan sudah terjalin rasa saling percaya WBS terhadap ahli agama sehingga dapat memudahkan proses pelatihan dan pengarahan dzikir menjelang tidur. Jumlah ahli agama yang bertugas di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur ada 4 orang, tetapi peneliti hanya memilih satu, yaitu Ustadz Ahyar. Pemilihan ini didasarkan karena Ustadz Ahyar memiliki rumah tugas yang berada didalam lingkungan PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur sehingga akan lebih mengoptimalkan saat proses penelitian berlangsung. Penyamaan persepsi dilakukan pada tanggal 25 November 2013 dirumah tugas ahli agama. Kegiatan penyamaan persepsi meliputi menjelaskan dan mendemonstarsikan jenis-jenis dzikir yang dipakai dalam peneltitian ini, dinyatakan memadai apabila ahli agama mampu menyebutkan dan mempraktikkan kembali pelatihan yang diberikan. Dari hasil pengamatan peneliti, ahli agama mampu menjelaskan kembali dan mempraktikkan kembali dzikir menjelang tidur. d. Observasi lingkungan tempat penelitian Observasi lingkungan tempat penelitian (setiap wisma) dan dilakukan pada waktu siang dan malam hari selama 3 hari berturut-
78
turut, yaitu dari tanggal 26 sampai 28 November 2013. Observasi meliputi kegaduhan setiap wisma, kondisi penerangan ruangan dimalam hari, ventilasi ruangan, dan tempat tidur WBS (ukuran, empuk dan posisi tempat tidur). Hasil observasi setiap wisma didapatkan bahwa kegaduhan ruangan terjadi pada wisma Bougenfil (pada observasi hari kedua) karena ada salah satu WBS yang menyalakan radio dengan suara yang keras didalam ruangan wisma, sedangkan pada wisma yang lain tidak terdapat kegaduhn. Pada malam hari kondisi penerangan setiap wisma selalu dimatikan semua atau dimatikan sebagian sehingga tercipta suasana pencahayaan yang gelap atau redup. Setiap wisma memiliki jumlah jendela yang sama dan memiliki blower berjumlah 8 dimana 4 terpasang di dinding depan atas dan 4 dinding belakang atas wisma. Tempat tidur untuk setiap WBS terbuat dari bahan yang sama dengan ukurannya yang sama juga. Posisi tempat tidur disusun secara paralel dengan formasi 4 baris paralel (seperti barak) di ruangan utama dan terdapat 1 baris paralel yang lebih pendek pada ruangan tambahan (setiap wisma memiliki 1 ruangan tambahan). 2. Identifikasi subjek yang berpotensi masuk ke dalam penelitian Identifikasi subjek yang berpotensi masuk ke dalam penelitian dilakukan pada tanggal tanggal 26 November 2013 dengan hasil bahwa pemilahan/ skrining pada subjek yang berpotensi masuk ke dalam penelitian akan dilakukan pada WBS yang tinggal di wisma Asoka, Bougenfil dan Flamboyan. Menurut data informasi dari pihak PSTW,
79
WBS yang tinggal di wisma Cempaka, Dahlia, dan Edelweis adalah WBS yang tergolong ke dalam WBS yang mengalami gangguan mental dan WBS yang harus dibantu dalam beraktivitas sehari-hari (tidak mandiri) sehingga tergolong ke dalam WBS yang tidak berpotensi masuk ke dalam penelitian. 3. Informed consent Peneliti dibantu oleh petugas yang bersangkutan melakukan perkenalan dan pendekatan kepada WBS. Informed consent dilakukan oleh peneliti kepada WBS secara satu per satu. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian, alasan dipilihnya WBS, prosedur penelitian, manfaat, resiko potensial, kompensasi, dan penjagaan rahasia. Kemudian peneliti meminta persetujuan kepada WBS untuk dilakukan pemilahan dan jika bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar tanda tangan pada kolom yang tersedia. 4. Pemilahan/ skrining Bagi WBS yang bersedia menandatangai lembar informed consent, dilanjutkan dengan mengisi kuesioner. Pada saat pengisian kuesioner, peneliti mendampingi setiap WBS satu per satu dan menjelaskan setiap pertanyaan yang ada di kuesioner agar memudahkan WBS dalam memahami dan menjawabnya. Pemilahan/ skrining dilakukan pada tanggal 26 sampai 4 Desember 2013. Waktu pengisian kuesioner kurang lebih selama 10 sampai 30 menit untuk setiap WBS. Hasil kegiatan ini dijadikan sebagai data pretest dan untuk penilaian lebih lanjut.
80
5. Penilaian lebih lanjut Penilaian lebih lanjut dilakukan setiap malam sesudah kegiatan pemilahan. Peneliti melakukan penilaian lebih lanjut terhadap data hasil pemilihan/ skrining(tahap 4) meliputi: mengelompokkan yang memiliki kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi. Berikut ini nama obatobatan yang paling sering dikonsumsi oleh WBS (tidak semua WBS mengkonsumsi obat tersebut), yaitu: a. Captopril
(Angiotensin-Converting
Enzim
(ACE)-inhibitor),
berfungsi menghambat ACE yang menghidrolisis angiotensin I menjadi Agiotensin II dan menon-aktifkan bradikinin (Benowitz, 2007; Davey 2005), sehingga tidak mempengaruhi norepinefrin dan epinefrin dalam tubuh WBS. Jadi dapat disimpulkan bahwa ACEinhibitor tidak berpengaruh terhadap tidur dan tidak menjadi biar penelitian. b. Allupurinol (Obat hiperurisemia dan gout) yang bekerja mengurangi jumlah total asam urat dalam tubuh dengan cara menghambat kerja enzim xanthine oxidase (Furst & Ulrich 2007; Davey 2005). c. Piroksikam
(Nonsteroidal
Anti-Inflammatory
Drugs/
NSAID)
berfungsi sebagai penghambat selektif cyclooxygenase dan biasanya digunakan untuk reumatik (Furst & Ulrich 2007). d. Dexamethason (Steroid Anti-Inflammatory Drugs/ SAID) yang berfungsi untuk mengurangi gejala dari proses inflamasi (Chrousos, 2007).
81
e. Simvastatin (Obat untuk Hiperlipidemia) penghambat kompetitif enzim
HMG-CoA reductase dam digunakan untuk mengurangi
kadar trigliserida plasma dan meningkatkan HDL (Malloy & Kane, 2007). f. Nifedipin (calcium channel blocker) berfumgsi menghambat influks kalsium ke dalam sel otot polos arteri (Benowitz, 2007). g. Metformin (Biguanid) digunakan untuk penderita Diabetes Mellitus untuk menurunkan kadar glukosa darah, menurunkan glukogenesis, menurunkan absorpsi glukosa dan meningkatkan mengubah glukosa menjadi laktat di saluran pencernaan, dan meningkatkan glikolisis (Nolte & Karam, 2007). Selain obat-obatan di atas, WBS juga ada yang mengkonsumsi sangobion dan vitamin. WBS yang tidak mengkonsumsi obat Metformin (karena memiliki penyakit Diabetes Mellitus), obat tidur (benzodiazepam, hipnotif, antihistamin), dekongestan, narkotik dan diuretik akan dimasukkan menjadi responden. Bagi WBS yang memiliki skor total kualitas tidurnya nol dan/ atau tidak memiliki kriteria inklusi dan/ atau memiliki kriteria eksklusi maka tidak akan dimasukkan ke dalam responden. Hasil penilaian lebih lanjut didapatkan 30 WBS yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi, yaitu 8 WBS dari wisma Flamboyan, 16 WBS dari wisma Asoka, dan 6 WBS dari wisma Bougenfil.
82
6. Random Bagi 30 WBS yang lolos tahap penilaian lebih lanjut (sample frame), dilakukan undian dengan cara melempar koin untuk menentukan masuk kelompok intervensi atau kelompok kontrol. Proses randomisasi meliputi: a. Membuat daftar WBS yang lolos pada penilaian lebih lanjut; b. Membagi menurut nomor urutan ganjil-genap; c. Nomor urut ganjil dilakukan pelemparan koin, dimana bila sisi gambar garuda yang muncul nomor urut ganjil dimasukkan ke dalam kelompok kontrol dan jika sisi gambar bunga melati yang muncul maka kelompok nomor urut ganjil dimasukkan ke dalam kelompok
intervensi
(peraturan
ini
langsung
menentukan
kelompok nomor urut genap juga). Gambar yang muncul adalah bunga melati sehingga nomor urut ganjil di masukkan ke dalam kelompok kontrol. Dari hasil randomisasi didapatkan kelompok intervensi terdiri dari 2 WBS dari wisma Flamboyan, 10 WBS dari wisma Asoka dan 3 WBS dari wisma Bougenfil. Kelompok kontrol terdiri dari 6 WBS dari wisma Flamboyan, 6 WBS dari wisma Asoka dan 3 WBS dari wisma Bougenfil 7. Pelatihan dzikir menjelang tidur Pelatihan dzikir menjelang tidur dilakukan pada tanggal 4 dan 5 Desember 2013 di mushola yang ada di dalam lingkungan PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur dan ditujukan hanya untuk kelompok intervensi. Pelatihan dipimpin oleh ahli agama yang sebelumnya telah dilakukan
83
penyamaan persepsi oleh peneliti. Selama pelatihan peneliti mengamati jalannya pelatihan dan menambahkan apabila ada proses tahapan dzikir menjelang tidur yang terlewat. Hasil pengamatan menemukan bahwa responden mampu mempraktikkan kembali dzikir menjelang tidur. 8. Intervensi dzikir menjelang tidur Intervensi dzikir menjelang tidur dilakukan dari tanggal 6 sampai 12 Desember 2013. Dzikir menjelang tidur dilakukan setiap menjelang tidur malam sampai tertidur selama 7 hari berturut-turut. Alasan peneliti mengambil lama waktu intervensinya 7 hari karena pada penelitian sebelumnya, Peck et.al. (2012) mengenai meditasi kesadaran yang dilakukan selama 7 hari.Modul dzikir menjelang tidur disajikan dalam bentuk 2 bahasa yaitu bahasa Arab dan transliterasinya dalam bahasa Indonesia serta terdapat terjemahannya. Dzikirnya tersebut terdiri dari: a. Berwudhu’; b. Mengibas tempat tidur dengan kain sambil membaca bismillah 3kali; c. Kemudian duduk di samping tempat tidur dan membaca ta’awudz, alFatihah, ayat kursi, al-Ikhlas 3 kali, al-Falaq 3 kali, an-Naas 3 kalikemudian meniupkannya ketelapak tangan dan mengusapkannya ke seluruh tubuh; d. Kemudian berbaring ditempat tidur menghadap kiblat atau ke arah kanan dengan meletakkan tangan kanan dibawah pipikanan kemudian membaca do’a sebelum tidur : “Ya, Allah dengan menyebut nama-Mu aku hidup dan menyebut nama-Mu aku mati.”
84
e. Dan membaca do’a: “Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menghadapkan wajahku kepada-Mu, aku menyandarkan punggungku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-Mu dengan rasa senang dan takut kepada-Mu,
sesungguhnya
tiada
tempat
berlindung
dan
menyelamatkan diri dari ancaman-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada Kitab yang telah Engkau turunkan serta Nabi yang Engkau utus.” Dilanjutkan dengan dzikir tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, takbir 34 kali, dan diteruskan dengan membaca istighfar sampai tertidur. f. Jika responden terbangun atau terkejut dari tidur, maka membaca do’a ini kemudian mencoba untuk tidur lagi. Rasulullah saw terbangun pada malam hari, beliau mengucapkan: “Tiada ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan, Rabb pencipta langit dan bumi serta apa-apa yang ada di antara keduanya, Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” g. Adapun jika bangun dari tidur, maka responden membaca: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kematian kami dan kepada-Nyalah kami dibangkitkan.” Untuk kelompok kontrol hanya membaca do’a sebelum tidur yang biasanya dibaca oleh setiap anggota kelompok kontrol sebelum tidur, sehingga peneliti tidak memberikan perlakuan khusus.
85
9. Pengumpulan (posttest) dan Pengolahan Data Pada penelitian ini proses pengumpulan data meliputi 2 cara, yaitu a. Penilaian kuesioner dengan menggunakan PSQI. Sesudah 7 hari melakukan dzikir, kemudian kelompok intervensi dan kelompok kontrol diukur kembali dengan menggunakan kuesioner PSQI, data pada tahap ini dijadikan sebagai data posttest. Pengukuran kembali (data posttest) skor kualitas tidur dilakukan dari tanggal 13 sampai 14 Desember 2013. b. Pengamatan
langsung
(observasi)
dan
menanyakan
kembali.
Pengamatan dilakukan setiap malam hari selama 7 hari berturut-turut untuk mengobservasi responden yang melakukan dzikir menjelang tidur dan mencatatnya pada lembar catatan. Kemudian setiap pagi peneliti menanyakan kembali terkait kegiatan dzikir menjelang tidur responden, ini lebih dikhususkan kepada responden yang tidur lebih awal sebelum peneliti sempat mengobservasi. Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data (Hidayat, 2008), meliputi: a. Editing yaitu upaya memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh. Editing dilakukan dengan pencocokan hasil kuesioner dengan hasil pengamatan pada lembar observasi. b. Coding yaitu memberikan kode terhadap data dan di kelompokkan sesuai dengan kategorik-kategorik yang ada, karena analisis penelitian ini menggunakan perangkat lunak statistik dari komputer.
86
c. Data entry yaitu memasukkan data yang telah diedit ke dalam perangkat lunak tersebut. 10. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensi. Pada saat menganalisis data peneliti menggunakan bantuan perangkat lunak penghitungan statistik pada komputer.
I. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yangdigunakan pada penelitian ini ada 2, yaitu: 1. Teknik analisis statistik univariat Teknik analisis yang menyajikan data (karakterisitk dalam populasi yang menggambarkan ciri populasi) dalam bentuk yang lebih mudah dan lebih cepat dipahami (Dahlan, 2012; Subagyo & Djarwanto, 2009; Hidayat, 2007). Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini adalah persentase usia, jenis kelamin, keluhan tidur, dan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah intervensi untuk setiap kelompok (kelompok intervensi dan kelompok kontrol) dan disajikan dalam bentuk tabel (Dahlan, 2012). Setiap variabel data akan dilakukan uji distribusi (sebaran data) dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk (karena jumlah sampel penelitian <50, yaitu 15 per kelompok) dengan nilai kemaknaan (p) >0,05. Jika distribusi data normal, maka mean dijadikan ukuran pemusatan dan standar deviasi sebagai ukuran penyebaran dan dilanjutkan dengan uji parametrik pada analisis inferens. Jika distribusi data tidak normal, maka
87
median dijadikan ukuran pemusatan dan minimum dan maksimum sebagai ukuran penyebaran serta dilakukan uji nonparametrik pada analisis inferensi. Untuk data skor numerik akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik (Dahlan, 2012). 2. Teknik analisis statistik bivariat Teknik analisisinferensi digunakan untuk membahas analisis dan membuat kesimpulan dari hasil analisis yang telah dibuat (Subagyo & Djarwanto, 2009; Hidayat, 2007). Untuk melihat pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur, maka peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi perubahan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur dan membandingkan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan rerata skor kualitas tidur (numerik) dan skor komponen PSQI antara pengukuran sebelum dan sesudah intervensi (berpasangan), jika distribusi data normal, teknik analisis yang digunakan adalah analisis t berpasangan dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05) dan jika distribusi data tidak normal maka menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05) untuk masing-masing kelompok (intervensi dan kontrol) (Dahlan, 2012). Untuk mengidentifikasi perbedaan rerata skor kualitas tidur (numerik) antara kelompok intervensi dan kontrol (tidak berpasangan), terlebih dahulu dilakukan uji distribusi data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk (karena jumlah sampel penelitian <50, yaitu 30 responden;
88
gabungan dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol) dengan nilai kemaknaan (p) > 0,05. Jika distribusi data normal maka akan dilakukan uji t tidak berpasangan dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05) dan jika distribusi data tidak normal maka akan dilakukan uji Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05). Uji Levene’s dilakukan untuk melihat kesamaan varians dengan syarat jika nilai p > 0,05, maka varians data dinyatakan sama. Kesamaan nilai varians adalah bukan syarat mutlak untuk uji t tidak berpasangan, sehingga varians boleh sama atau berbeda (Dahlan, 2012). Peneliti juga melakukan uji ukuran pengaruh (effect size) yaituuji statistik yang menunjukkan besaran relatif dari perbedaan antara rerata, atau jumlah total varians dalam variabel dependen yang diprediksi dari pengetahuan
terkait
tingkat
variabel
independen
(Tabachnick
&
Fidell2007 dalam Pallant 2007). Uji statistik efek ukuran yang biasa digunakan adalah uji eta (η) pada uji parametrik dan uji koefisien phi (r) pada uji nonparametrik (Pallant, 2007; Dahlan, 2009). Uji eta (η) yaitu pengujian yang menunjukkan proporsi varians dalam variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Uji eta bertujuanuntuk mengidentifikasi seberapa kuat hubungan dzikir menjelang tidurterhadap penurunanskor kualitas tidur lanjut usia. Uji koefisien phi (r) menunjukkan kekuatan hubungan antar variabel. Masing-masing nilai uji tersebut memiliki rentang dari 0 sampai 1. Khusus untuk pedoman uji r yang digunakan pada penelitian ini adalah pedoman dari Cohen (1988 dalam pallant, 2007) karena pada penelitian ini hanya ada 2 kategorik
89
yaitu dzikir menjelang tidur dan yang tidak dzikir menjelang tidur. Berikut ini tabel interpretasinya: Tabel 4.7 Pedoman Interpretasi Nilai ηdan r menurut Kriteria Cohen (1988)
Kekuatan Hubungan Lemah Sedang Kuat
Uji Parametrik (η) 0,01 ≤ η< 0,06 0,06 ≤ η< 0,14 η ≥ 0,14
Uji Non Parametrik (r) 0,1 ≤ r< 0,3 0,3 ≤ r< 0,5 r ≥ 0,5
Sumber: Cohen (1988)Statistical power,. analysis for the behavioral sciences, dalam Pallant 2007.
J. Etika Penelitian Pada penelitian ini, peneliti mengacu pada isu ilmiah dan isu etik. Peneliti menyusun penelitian ini berdasarkan prinsip konsisten, important dan valid agar etis berdasarkan isu ilmiah. Ketika peneliti melakukan penyusunan pertanyaan penelitian dan tujuan, masalah penelitian, hipotesis, pemilihan desain penelitian, penentuan rumus besar sampel, dan rencana analisis data dan hasil penelitian memiliki keselarasan dan kesesuaian satu dengan yang lain (konsisten). Penyusunan latar belakang, rumusan masalah dan manfaat penelitian, peneliti melihat aspek pentingnya penelitian ini dilakukan dan manfaatnya bagi ilmu pengetahuan dan praktik keperawatan (Dahlan, 2010). Dalam memilih metode pengambilan sampel yang sesuai dengan tujuan, metode pengontrolan variabel perancu yang sesuai dengan jenis dan jumlah variabelnya, upaya meminimalisasi drop out, instrumen yang digunakan (validitas dan reliabilitas), metode pengumpulan data yang digunakan, serta alur penelitian dipertimbangkan dan dipilih dengan seksama dan teliti agar bisa mendapatkan data yang valid. Dengan memperhatikan ketiga aspek isu ilmiah,
90
maka penelitian ini diharapkan tidak menyalahi syarat ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Dahlan, 2010). Berdasarkan segi isu etika, agar penelitian ini menjadi etis peneliti memperhatikan tiga acuan utama etika, yaitu prinsip keadilan, prinsip manfaat, dan prinsip menghormati orang lain (Dahlan, 2010; Hidayat, 2007). 1. Prinsip manfaat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan manusia dan juga mempertimbangkan aspek risiko dengan aspek manfaat serta tidak memberikan/ menimbulkan kekerasan dan kerugian pada manusia baik saat intervensi dilakukan (responden) atau pun ketika hasil penelitian ini diterapkan dalam pelayanan kesehatan. 2. Prinsip menghormati manusia, karena sebagai makhluk yang mulia yang harus dihormati dan memiliki hak-hak azasi, maka manusia berhak untuk menentukan pilihan untuk ikutsertaatau tidak menjadi responden, sehingga penelitian ini mengedepankan aspek kesukarelaan bagi setiap responden. 3. Prinsip keadilan, prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan perlakuansecara adil bagi seluruh responden (tidak condong ke kelompok intervensi atau sebaliknya ke kelompok kontrol atau ke segelintir responden), hak menjaga privasi, dan tidak berpihak dalam perlakukan terhadap manusia. (Dahlan, 2010; Hidayat, 2007). Setelah penelitian selesai, peneliti akan memberikan informasi dan demontrasi tentang dzikir menjelang tidur kepada kelompok kontrol. Peneliti juga mempertimbangkan masalah etik yang terdiri dari informed consent, tanpa nama, dan kerahasiaan. Informed consent merupakan bentuk
91
persetujuan antara peneliti dan responden dengan memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta dampaknya. Anonimity (tanpa nama) merupakan memberikan jaminan dalam penggunaan responden dengan cara hanya menuliskan kode pada saat pengolahan data dan hasil penelitian yang akan disajikan (pada saat mengisi lembar kuesioner dan pengumpulan, peneliti mencantumkan nama agar memudahkan saat mengidentifikasi dan mengolah data pretest dan posttest). Confidentialty (kerahasiaan) memberikan jaminan kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007). Dengan memperhatikan aspek isu etis tersebut, peneliti membuat sebuah informed consent yang didalamnya terdapat penjelasan (informed) terkait penelitian, isu etika, masalah etik kepada calon responden dan bagian persetujuan (consent) sehingga calon responden dapat mempertimbangkan dengan bijak dalam memutuskan dirinya untuk ikut serta atau tidak dalam penelitian ini tanpa ada unsur keterpaksaan (Dahlan, 2010).
BAB V HASIL PENELITIAN
Bab ini akan mendeskripsikan secara lengkap hasil penelitian pengaruh dzkir menjelang tidur terhadap skor kualitas tidur lanjut usia. Terdapat kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang nantiya akan dibandingkan rerata skor kualitas tidur masing-masing kelompok. Penelitian ini dilakukan selama 7 hari dengan intervensi 7 hari berturut-turut setiap malam (6 sampai 12 Desember 2013).
A. Analisis Preliminari Setiap variabel sebelum di analisis secara univariat maupun bivariat terlebih dilakukan pengujian kenormalan distribusi data. Pengujian ini sangat penting karena normal atau tidaknya distribusi data mempengaruhi pemilihan penyajian data dan jenis uji yang dipakai dalam uji hipotesis. Uji kenormalan distribusi pada penelitian ini menggunakan metode analitis karena lebih objektif dibandingkan metode plot dan histogram. Metode analitis juga lebih sensitif dibandingkan dengan menghitung nilai koefisien korelasi, rasio skewness dan rasio kurtosis. Metode analisis yang dipilih adalah uji ShapiroWilk karena jumlah responden ≤ 50, yaitu 30 responden. Distribusi data dinyatakan normal jika nilai kemaknaan (p) > 0,05 (Pallant, 2007; Dahlan, 2009).
92
93
Tabel 5.1 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data, Desember 2013
Variabel
Shapiro-Wilk (p) 0,011 0,000
Distribusi data tidak normal Distribusi data tidak normal
0,854 0,410
Distribusi data normal Distribusi data normal
Interpretasi Hasil
Usia Jenis kelamin Skor kualitas tidur pada kelompok Intervensi 1. Pretest 2. Posttest Skor kualitas tidur pada kelompok kontrol a. Pretest b. Posttes Kelompok Intervensi (pretest) Komponen 1 Komponen 2 Komponen 5 Komponen 6 Komponen 7
0,571 0,201
Distribusi data normal Distribusi data normal
0,000 0,000 0,001 (tidak bisa diuji) 0,000
Distribusi data tidak normal Distribusi data tidak normal Distribusi data tidak normal Distribusi data tidak normal
Kelompok Intervensi (posttest) Komponen 1 Komponen 2 Komponen 5 Komponen 6 Komponen 7
(tidak bisa diuji) 0,000 0,000 (tidak bisa diuji) 0,000
Distribusi data tidak normal Distribusi data tidak normal Distribusi data tidak normal
Tabel 5.1 menunjukkan variabel komponen PSQI pada kelompok intervensi pada pretest (komponen 6) dan posttest (komponen 1 dan 6) tidak bisa diuji karena data pada variabel-variabel tersebut adalah konstan. Variabel skor kualitas tidur kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada pengakuran pretest dan posttest memiliki distribusi data yang normal sehingga memenuhi syarat untuk menggunakan uji parametrik (uji t berpasangan dan uji t tidak berpasangan). Variabel dari setiap komponen PSQI pada kelompok intervensi pada pengukuran pretest dan posttest memiliki distribusi data yang
94
tidak normal karenanya tidak memenuhi syarat untuk uji parametrik, sehingga menggunakan uji nonparammetrik (uji Wilcoxon).
B. Analisis Univariat Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan terhadap variabelvariabel karakteristik responden (usia dan jenis kelamin), keluhan tidur dan skor kualitas tidur setiap kelompok. Untuk variabel kategorik akan disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase sedangkan variabel numerik akan disajikan dalam bentuk ukuran pemusatan dan penyebaran. 1. Karakteristik Responden Pertanyaan
pertama
pada
penelitian
ini
adalah
bagaimana
karakteristik responden (usia dan jenis kelamin) sebelum terbagi menjadi 2 kelompok, berikut hasil penelitian untuk karakteristik responden: a.
Usia Pada penelitian hanya menggunakan responden yang berusia diatas 60 tahun karena disesuaikan dengan tujuan dari penelitian mengenai kualitas tidur pada lanjut usia. Berikut ini adalah distribusi usia responden: Tabel 5.2 Distribusi Usia Responden, Desember 2013
Variabel
Rerata
Median
Usia
69,40
68,50
Simpang Minimum Baku 6,605 62
Maksimum 87
Tabel 5.2 menunjukkan distribusi usia gabungan kelompok intervensi dan kelompok kontrol, didapatkan bahwa median usia
95
responden adalah 68,50 (SD 6,605) dengan usia terendah 62 tahun dan usia tertinggi 87 tahun. b.
Jenis Kelamin Berikut ini tabel yang menyajikan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin untuk setiap kelompok (intervensi dan kontrol) maupun kelompok gabungan: Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden,Desember 2013
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Kelompok
Frekuensi
Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol
2 6 13 9
Total
Frekuensi Total
Persentase
8
26,7%
22
73,3%
30
100%
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden terbanyak terdiri dari perempuan dengan jumlah 22 orang (73%) sedangkan laki-laki hanya 8 orang (26,7%). Jumlah responden perempuan terbanyak berada pada kelompok intervensi sebanyak 13 orang dan jumlah responden lakilaki yang paling sedikit berada di kelompok intervensi sebanyak 2 orang. 2. Komponen Kualitas Tidur Responden Pertanyaan kedua penelitian ini adalah bagaimana gambaran komponen kualitas tidur (kualitas tidur subjektif, tidur laten, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi di siang hari) pada responden. Pengukuran komponen kualitas tidur pada penelitian ini diambil dari data jawaban terhadap pertanyaan PSQI, berikut ini hasilnya:
96
Tabel 5.4 Distribusi Komponen Kualitas Tidur pada Responden, Desember 2013
K1
K2
K5
K6
K7
Komponen Kualitas Tidur
n
Median (Min-Maks)
Rerata (Standar Deviasi)
Kualitas Tidur Subjektif Pretest Posttest
30 30
1 (0-3) 0 (0-3)
1,17 (0,648) 0,57 (0,728)
Tidur Laten Pretest Posttest
30 30
2,5 (0-3) 0 (0-3)
2,00 (1,203) 1,07 (1,258)
Gangguan Tidur Pretest Posttest
30 30
1 (0-2) 1 (0-2)
1,23 (0,568) 1,07 (0,490)
Penggunaan Obat Tidur Pretest Posttest
30 30
0 (0-0) 0 (0-0)
0,00 (0,000) 0,00 (0,000)
Disfungsi di Siang Hari Pretest Posttest
30 30
0 (0-3) 0 (0-3)
0,90 (1,269) 0,87 (1,252)
Tabel 5.4menunjukkan data dari gabungan kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Komponen kualitas tidur subjektif pada pengukuran pretest nilai median adalah 1 (0-3) sedangakn nilai median posstest adalah 0 (0-3), sehingga memiliki penurunan median sebesar 1. Komponen tidur laten pada pengukuran pretest nilai median adalah 2,5 (0-3) sedangakn nilai median posstest adalah 0 (0-3), sehingga memiliki penurunan median sebesar 2,5. Komponen gangguan tidur pada pengukuran pretest nilai median adalah 1 (0-3) sedangkan nilai median posstest adalah 0 (0-3), sehingga memiliki penurunan median sebesar 1. Komponen penggunaan obat tidur pada pengukuran pretest nilai median adalah 0 (0-0) sedangakn nilai median posstest adalah 0 (0-0), sehingga tidak memiliki perubahan
97
nilai median. Komponen disfungsi di siang hari pada pengukuran pretest nilai median adalah 0 (0-3) sedangakn nilai median posstest adalah 0 (0-3), sehingga tidak memiliki perubahan nilai median. 3. Skor Kualitas Tidur Berikut ini adalah frekuensi dan persentase dari skor PSQI seluruh responden. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Skor Kualitas Tidur Responden pada Pengukuran Pretest dan Posttest, Desember 2013
Skor Kualitas Tidur Pengukuran Pretest: 0 1 – 10 11 – 20 21 -30 Pengukuran Posttest: 0 1-10 11-20 21-30 Total
Frekuensi
%
0 20 10 0
0 66,7 33,3 0
1 24 5 0
3,3 80,0 16,7 0
30
100%
Pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa pada pengukuran pretest sebanyak 20 lanjut usia (66,7%) memiliki skor kualitas tidur dalam rentang skor 1 sampai 10, sedangkan pada pengukuran posttest sebanyak 24 lanjut usia (80%) memiliki skor kualitas tidur dalam rentang skor 1 sampai 10.
C. Analisis Bivariat Sesuai dengan pertanyaan keenam pada penelitian ini, analisa bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap skor kualitas tidur lanjut usia, kemudian dilakukan uji ukuran pengaruh untuk
98
melihat seberapa kuat pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap penurunan skor kualitas tidur pada lanjut usia. 1. Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Kontrol pada Pretest dan Posttest Pertanyaan ketiga pada penelitian ini adalah bagaimana perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah pengamatan pada kelompok kontrol. Berikut ini adalah perbedaan rerata skor kualitas tidur kelompok kontrol
pada
pengukuran
pretest
dan
posttest
dan
sekaligus
mengidentifikasi kemaknaan perbedaannya. Analisis yang digunakan adalah uji t berpasangan. Tabel 5.6 Perbedaan Rerata Skor kualitas Tidur Kelompok Kontrol pada pretest dan posttest, Desember 2013
Pre-test Post-test
n
Rerata ± s.b.
Perbedaan rerata ± s.b.
IK 95%
p
t
Eta
15 15
7,27 ± 2,81 8,40 ± 3,69
1,13 ± 2,77
0,40 – 2,67
0,136
-1,582
0,15
Dari tabel 5.6 terlihat bahwa nilai significancy 0,136 (p> 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur yang bermakna pada kelompok kontrol setelah 1 minggu pengamatan. Rerata skor kualitas tidur pada kelompok kontrol pada pengamatan pretest didapatkan 7,27 (SD 2,81), sedangkan pada pengamatan posttest rerata skor kualitas tidur untuk kelompok kontrol adalah 8,40 (SD 3,69) dan memperoleh perbedaan skor rerata sebesar 1,13. Dari faktor peluang saja mampu menerangkan sebesar 13,6% (> 5%) untuk memperoleh perbedaan
99
rerata skor kualitas tidur sebesar 1,13, maka hasil ini dianggap tidak bermakna. 2. Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadap Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Intervensi pada Pretest dan Posttest Mengacu pada pertanyaan keempat pada penelitian ini adalah bagaimana perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur pada kelompok intervensi. Berikut ini adalah perbedaan rerata skor kualitas tidur kelompok intervensi (dzikir menjelang tidur) pada pengukuran pretest dan posttest dan sekaligus mengidentifikasi kemaknaan perbedaannya. Analisis yang digunakan adalah uji t berpasangan. Tabel 5.7 Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadap Perbedaan Rerata Skor kualitas Tidur Kelompok Intervensi pada pretest dan posttest, Desember 2013
Pre-test Post-test
N
Rerata ± s.b.
Perbedaan Rerata ± s.b.
IK 95%
P
T
eta
15 15
10,93 ± 4,49 4,00 ± 2,23
6,93 ± 4,09
4,66 – 9,20
0,000
6,555
0,75
Dari tabel 5.7 terlihat bahwa nilai significancy 0,000 (p< 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur yang bermakna pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur selama 7 hari berturut-turut. Rerata skor kualitas tidur pada kelompok intervensi pada pengamatan pretest didapatkan 10,93 (SD 4,50), sedangkan ada pengamatan posttest, untuk kelompok intervensi memiliki nilai rerata skor kualitas tidur 4,00 (SD 2,23) dan memperoleh perbedan skor rerata 6,93. Dari faktor peluang saja mampu menerangkan
100
sebesar 0,00% (< 5%) untuk memperoleh perbedaan rerata skor kualitas tidur sebesar 6,93 sesudah melakukan dzikir menjelang tidur selama 7 hari berturut-turut, maka hasil ini dianggap bermakna. Dari sisi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai eta sebesar 0,75 (η> 0,14; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor kualitas tidur. Mengacu pada pertanyaan penelitian yang ke tujuh, analisis juga dilakukan terhadap 5 komponen PSQI untuk mengidentifikasi perbedaan median serta kemaknaannya setiap komponen kualitas tidur pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur. Jenis uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon karena distribusi data dari setiap komponenn kualitas tidak normal. Tabel 5.8 Distribusi Jumlah Responden Kelompok Intervensi yang Mengalami Perubahan Skor PSQI antara pretest dan posttest, Desember 2013
Jumlah responden dengan skor
Komponen kualits tidur
Menurun
Meningkat
Tetap
15
0
0
Tidur laten
14
0
1
Gangguan tidur
8
0
7
0
0
15
5
1
9
Kualitas tidur subjektif
Penggunaan obat tidur Disfungsi disiang hari
Tabel 5.8 menunjukkan perubahan skor komponen kualitas tidur dari sebelum dan setelah melakukan dzikir menjelang tidur. Sebanyak 15
101
responden mengalami penurunan skor pada komponen kualitas tidur setelah melakukan dzikir menjelang tidur yang menunjukkan bahwa mengalami peningkatan kualitas tidur secara subjektif. Sebanyak 14 responden mengalami penurunan skor komponen tidur laten yang menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden mengalami tidur lebih cepat setelah melakukan dzikir menjelang tidur. Pada komponen gangguan tidur sebanyak 8 responden setelah melakukan dzikir menjelang tidur mengalami penurunan frekuensi gangguan tidur. Komponen penggunaan obat tidur tidak terjadi perubahan karena sebelum penelitian sudah dilakukan proses homogenisasi semua responden tidak meminum obat tidur. Pada komponen disfungsi disiang hari, sebanyak 9 responden tidak mengalami perubahan skor antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur. Tabel 5.9 Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadap Perbedaan Median Skor Komponen Kualitas Tidur Kelompok Intervensi pada pretest dan posttest, Desember 2013
n
Median (min-maks)
Z
Sig. (2-tailed)
r
K1
Kualitas tidur subjektif Pretest Posttest
15 15
1 (1-3) 0 (0-0)
-3,531
0,000
0,644
K2
Tidur laten Pretest Posttest
15 15
3 (1-3) 0 (0-2)
-3,345
0,001
0,610
K5
Gangguan tidur Pretest Posttest
15 15
2 (0-2) 1 (0-2)
-2,828
0,005
0,516
K6
Penggunaan obat tidur Pretest Posttest
15 15
0 (0-0) 0 (0-0)
0,000
1,000
0,000
Komponen Kualitas Tidur
102
K7
Disfungsi siang hari Pretest Posttest
15 15
0 (0-3) 0 (0-3)
-1,913
0,056
Tabel 5.9 menunjukan bahwa hanya terdapat 3 pertanyaan yang memiliki perbedaan yang bermakna (p <0,05) antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur selama 7 hari berturut-turut, yaitu pertanyaan K1 (p = 0,000); K2(p = 0,001); dan K5 (p = 0,005). Pada komponen K1, terjadi penurunan skor median dari sebelum intervensi/ pretest (Md=1) terhadap sesudah intervensi/ posttest (Md=0). Pada penghitungan ukuran hubungan (r) didapatkan nilai r=0,644 (r > 0,5; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor pada komponen K1 dalam hal ini meningkatkn kualitas tidur subjektif. Pada komponen K2, terjadi penurunan skor median dari sebelum intervensi/ pretest (Md= 3) terhadap sesudah intervensi/ posttest (Md=0). Pada penghitungan ukuran hubungan (r) didapatkan nilai r= 0,610 (r > 0,5; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor pada komponen K2 dalam hal ini menurunkan frekuensi tidak bisa tidur lebih dari 30 menit. Pada komponen K5, terjadi penurunan skor median dari sebelum intervensi/ pretest (Md= 2) terhadap sesudah intervensi/ posttest (Md=1). Pada penghitungan ukuran hubungan (r) didapatkan nilai r= 0,516(r > 0,5; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
0,349
103
kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor pada komponen K5 dalam hal ini menurunkan frekuensi gangguan tidur. 3. Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadap Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pertanyaan kelima pada penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan skor kualitas tidur antara kelompok kontrol dan kelompok intervensipada lanjut usia. Berikut ini merupakan grafik perubahan rerata skor kualitas tidur pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dalam pengukuran pretest dan posttest sesuai dengan pada tabel 5.6 dan tabel 5.7. Gambar 5.1 Perubahan Rerata Skor kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol, Desember 2013
Rerata skor PSQI antar kelompok 12 10 8
kelompok intervensi
6 4
kelompok kontrol
2 0 pretest
postest
Berikut ini adalah perbedaan rerata skor kualitas tidur kelompok intervensi (dzikir menjelang tidur) dengan kelompok kontrol pada pengukuran posttest dan mengidentifikasi kemaknaan perbedaannya. Analisis yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan sekaligus menjawab pertanyaan kelima. Meninjau dari hasil Levene’s Test (uji kesamaan varians) didapatkan nilai significancy = 0,095, karena nila p
104
Levene’s Test> 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa varians data kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah sama. Karena varians data sama, maka untuk melihat hasil uji t tidak berpasangan memakai hasil baris pertama (equal variances assumed). Berikut ini adalah tabel hasil ujit tidak berpasangan pada baris equal variances assumed: Tabel 5.10 Perbedaan Rerata Skor kualitas Tidur Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol pada Pengukuran posttest, Desember 2013
Kelompok
n
Intervensi Kontrol
15 15
Rerata ± simpang baku 4,00 ± 2,23 8,40 ± 3,69
Perbedaan rerata (IK 95%) 4,40 (2,11 – 6,68)
p
T
Eta
0,000
-3,942
0,357
Dari tabel 5.10 terlihat bahwa nilai significancy 0,000 (p< 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur yang bermakna antara kelompok intervensi (melakukan dzikir menjelang tidur) dan kelompok kontrol (tidak melakukan dzikir menjelang tidur). Ini terlihat dari faktor peluang saja mampu menerangkan sebesar 0,000% untuk memperoleh perbedaan rerata skor kualitas tidur antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebesar 4,40. Karena faktor peluang mampu menerangkan hasil yang diperoleh < 5% maka hasil ini dianggap bermakna. Dari sisi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai eta sebesar 0,357 (η> 0,14; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap perbedaan rerata skor kualiatas tidur kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
BAB VI PEMBAHASAN
Irham (2011) mengatakan bahwa dzikir merupakan sebuah aktifitas berupa ucapan lisan, perbuatan atau pun getaran hati dengan tujuan untuk berpaling dari keadaan lupa dan lalai dengan cara selalu mengingatnya Allah. Mason (2012) mengatakan bahwa meditasi adalah memusatkan pikiran pada salah satu suara, suatu kata yang diucapkan berulang, suatu gambar, suatu konsep atau perasaan. Kegiatan membaca berulang-ulang (misalnya kalimat dzikir) merupakan salah satu kegiatan untuk berkonsentrasi (Edelman & Mandle, 2010) dan dapat memberikan manfaat terapeutik yang sama seperti meditasi dan latihan relaksasi (Eliopoulos, 2005). Meditasi dan doa merupakan salah satu jenis dari intervensi pikiran-tubuh (Hanlon, Blackman, Glick, 2009). Dapat disimpulkan bahwa dzikir dan meditasi memiliki kesamaan, yaitu memfokuskan konsentrasi pada satu titik, khusus untuk dzikir satu titik yang dijadikan fokus konsentrasinya adalah Allah serta dapat memberikan efek seperti latihan relaksasi. Intervensi pada penelitian ini juga merupakan dzikir karena terdapat suatu kegiatan membaca surat Al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq, an-Naas yang masingmasing di baca berulang-ulang sebanyak 3 kali, membaca lafadz tasbih, tahmid yang dibaca sebanyak 33 kali serta lafadz takbir yang dibaca 34 kali dan ditutup dengan membaca istighfar sampai tertidur. Dalam kegiatan dzikir menjelang tidur juga terdapat membaca do’a sebelum tidur. Menurut Edelman & Mandle (2010) do’a merupakan salah satu bentuk dari meditasi yang dalam praktiknya berfokus pada kata-kata suci.
105
106
Skor kualitas tidur gabungan kelompok intervensi dan kelompok kontrol antara pengukuran pretest dan posttest, menunjukkan bahwa pada pengukuran posttest terjadi peningkatan jumlah lanjut usia yang berada di rentang skor kualitas tidur 1-10 sebanyak 4 orang, terdapat 1 lanjut usia yang berada pada skor kualitas tidur 0 dan terdapat penurunan sebanyak 5 orang pada rentang skor 1120. Semakin kecil skor kualitas tidur menandakan bahwa kualitas tidur semakin meningkat, sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan kualitas tidur lanjut usia pada pengukuran posttest. Selama menjalani meditasi dapat memunculkan respon relaksasi (Potter & Perry, 2011) yang berlawanan dengan respon saraf simpatik (respon fight-orflight) karena menggeser aktivitas saraf otonom menjadi saraf parasimpatis (respon rest and digest) yang lebih aktif (Hanlon, Blackman, Glick, 2009; Anselmo, 2005). Respon relaksasi dapat meningkatkan aliran darah perifer (ekstremitas terasa hangat), hambatan listrik pada kulit, produksi gelombang alfa lambat, dan aktivitas sel natural killer. Relaksasi juga dapat menurunkan konsumsi oksigen, pembuangan karbon dioksida, kadar asam laktat darah, kecepatan pernapasan, kecepatan denyut jantung, ketegangan otot rangka, kadar epinefrin, asam lambung dan motilitasnya, aktivitas kelenjar keringat, dan tekanan darah (khususnya bagi penderita hipertensi) (Anselmo, 2005; Effendi, 2002), respon perubahan ini yang membuat tidur lanjut usia membaik. Syaraf di parasimpatis adalah pusat pengontrol dalam mempertahankan keadaan tidur (Potter & Perry 2011) dan selama tidur aktivitas saraf parasimpatis meningkat sedangkan aktivitas saraf simpatis menurun (Tortora & Derrickson, 2009). Epinefrin dan norepinefrin merupakan hormon katekolamin yang disekresi
107
oleh medula adrenal (dengan perbandingan 80% epinefrin, 20% norepinepfrin). Ini dapat dipahami karena sekresi hormon katekolamin distimulasi oleh saraf simpatis, (Tortora & Derrickson, 2009). Wold (2008) mengatakan bahwa keadaan terjaga dikendalikan oleh neurotransmiter norepinepfrin. Tortora dan Derickson (2009) menambahkan bahwa norepinefrin berperan dalam membangunkan dari tidur nyenyak dan dilepaskan oleh sel saraf simpatis pada postganglionic, sehingga jika kadar norepinefrin menurun dapat membuat tidur lebih nyenyak. Ketika melakukan dzikir menjelang tidur, terjadi peningkatan aktifitas saraf parasimpatis dan penurunan aktifitas saraf simpatis sehingga memudahkan untuk tertidur dan mempertahankan tidur nyenyak dan menurunkan frekuensi terbangun ditengah malam. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur yang bermakna (p=0,000) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dari sisi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai eta sebesar 0,357 (η> 0,14; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap perbedaan rerata skor kualitas tidur kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Perbedaan ini dibuktikan dari terdapat perbedaan rerata sebesar 4,40 antara kelompok kontrol dan intervensi. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurcahyo (2013) mengenai pengaruh Latihan Pasrah Diri terhadap Kualitas tidur lanjut usia dengan simptom depresi, yang menemukan bahwa terjadi penurunan/ perbaikan skor pada kelompok intervensi (p<0,05) antara sebelum dan setelah perlakuan.
108
Hanlon, Blackman, dan Glick (2009) mengatakan bahwa meditasi bermanfaat
untuk
meningkatkan
mood,
menurunkan
kecemasan
dan
meningkatkan tidur. Sesuai dengan firman Allah:
ُﷲ َﺗ ْط َﻣﺋِنﱡ ْاﻟﻘُﻠُوب ِ ﷲ ۗ أَ َﻻ ِﺑ ِذ ْﻛ ِر ﱠ ِ ِﯾن آ َﻣ ُﻧوا َو َﺗ ْط َﻣﺋِنﱡ ﻗُﻠُو ُﺑ ُﮭ ْم ِﺑ ِذ ْﻛ ِر ﱠ َ اﻟﱠذ “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28). Hubungan antara pikiran dan materi, antara jiwa dan tubuh merupakan hubungan yang tidak dapat dipisahkan (Effendi, 2002), keduanya saling mempengaruhi, jadi ketika jiwa menjadi tenang maka tubuh pun akan merespon dengan menjadi tenang juga. Respon relaksasi yang didapat dari melakukan dzikir menjelang tidur membuat lanjut usia merasa tenang dan nyaman pada saat hendak tidur dan menurunkan stimulus yang menuju RAS berkurang (Potter & Perry 2011) sehingga menurunkan aktifitas korteks serebral (Tortora & Derrickson, 2009) dan pada akhirnya mempermudah lanjut usia untuk tertidur. Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak diberikan perlakuan oleh peneliti dan bertujuan sebagai pembanding kelompok intervensi dalam mengidentifikasi pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur. Dalam penelitian ini, kelompok kontrol dibiarkan membaca dzikir yang biasa dibaca sebelum tidur (bagi yang biasa membaca) sehingga tidak terjadi perubahan kegiatan menjelang tidur, hal ini yang membuat kelompok kontrol tidak mengalami perubahan skor kualitas tidur yang bermakna (p>0,05) pada pengukuran pretest dan posttest.
109
Sesuai dengan hasil penelitian Oktora (2013) yang menemukan bahwa kualitas tidur kelompok kontrol (tidak mendengarkan murottal Al Qur’an sebelum tidur) tidak mengalami perbedaan yang bermakna (p>0,05) pada pengukuran pretest dan posttest. Penelitian Nurcahyo (2013) yang menemukan tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) antara skor kualitas tidur pada kelompok kontrol (tidak melakukan Latihan Pasrah Diri). Ini membuktikan bahwa pada kelompok kontrol tidak terjadi perbedaan yang bermakna karena tidak ada perubahan pada (aktifitas/ kebiasaan) antara pengukuran pretest dan posttest. Pada kelompok intervensi terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur dari 10,93 (pretest) menjadi 4,00 (posttest) yang berarti terdapat pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap penurunan skor kualitas tidur. Pada analisis terhadap setiap komponen kualitas tidur didapatkan 3 komponen yeng memiliki perbedaan skor yang bermakna (p<0,05) antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur selama 7 hari berturut-turut, yaitu kualitas tidur subjektif (p = 0,000); tidur laten (p =0,001); dan gangguan tidur (p = 0,005). Pada penghitungan ukuran hubungan (r) komponen kualitas tidur subjektif didapatkan nilai r= 0,644 (r > 0,5; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor pada komponen kualitas tidur subjektif dalam hal ini meningkatkn kualitas tidur subjektif. Respon relaksasi yang didapatkan dari melakukan dzikir menjelang tidur membuat lanjut usia merasa tenang dan nyaman pada saat hendak tidur dan menurunkan stimulus yang menuju RAS berkurang (Potter & Perry 2011; Hanlon, Blackman, Glick, 2009; Anselmo, 2005) sehingga menurunkan aktifitas korteks
110
serebral dan saraf parasimpatis yang lebih aktif dan penurunan aktifitas saraf simpatis sehingga terjadi penurunan kadar neurotransmiter norepinefrin (Tortora & Derrickson, 2009). Keadaan ini membuat RAS sulit untuk di aktifasi dan pada akhirnya dapat mempertahankan kondisi tidur yang nyenyak. Kondisi tidur yang nyenyak dapat membuat persepsi terhadap kualitas tidur menjadi meningkat. Pada penelitian ini sebanyak 14 responden dengan hasil skor komponen kualitas tidur subjektif setelah melakukan dzikir menjelang tidur lebih rendah daripada sebelum melakukan dzikir menjelang tidur, 1 responden yang tidak mengalami perubahan skor komponen kualitas tidur subjektif, dan 0 responden yang memiliki skor komponen kualitas tidur subjektif yang lebih tinggi setelah melakukan dzikir menjelang tidur. Hal ini menunjukkan bahwa 14 (93.33%) responden mengalami peningkatan kualitas tidur secara subjektif setelah melakukan dzikir menjelang tidur dan 0 responden yang mengalami penurunan komponen kualitas tidur secara subjektif setelah melakukan dzikir menjelang tidur. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Peck, Lester, Lasky, dan Bootzin (2012) menemukan bahwa kemampuan meditasi kesadaran yang dilakukan selama satu minggu berhubungan dengan peningkatan persepsi terhadap tidur, seperti penurunan perasaan kurang nyenyak saat tidur (p=0,01) dan peningkatan kualitas tidur. Pada penghitungan ukuran hubungan pada komponen tidur laten (r) didapatkan nilai r= 0,610 (r > 0,5; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor pada komponen tidur laten dalam hal ini menurunkan frekuensi tidak bisa tidur lebih dari 30 menit.
111
Tidur laten merupakan waktu yang dimulai dari mencoba untuk tidur sampai awal tidur yang sebenarnya atau jumlah waktu yang dibutuhkan untuk tertidur (Buysse et al. (1989); Lai (2001); Tan (2008) dalam Chen, 2008). Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden dengan hasil skor komponen tidur laten setelah melakukan dzikir menjelang tidur lebih rendah daripada sebelum melakukan dzikir menjelang tidur, 1 responden yang tidak mengalami perubahan skor komponen tidur laten, dan 0 responden yang memiliki skor komponen tidur laten yang lebih tinggi setelah melakukan dzikir menjelang tidur. Hal ini menunjukkan bahwa 14 (93.33%) responden mengalami penurunan frekuensi tidak bisa tidur dalam 30 menit setelah melakukan dzikir menjelang tidur dan 0 responden yang mengalami peningkatan frekuensi tidak bisa tidur dalam 30 menit setelah dzikir menjelang tidur. Insomnia (kesulitan untuk tertidur dan terbangun lebih cepat) berhubungan dengan aktivitas saraf simpatis (respon fight-or-flight) yang lebih dominan (Hanlon, Blackman, Glick, 2009). Selama menjalani meditasi terjadi peningkatan aktifitas saraf parasimpatis dan penurunan aktifitas saraf simpatis (Potter & Perry, 2011; Hanlon, Blackman, Glick, 2009; Anselmo, 2005), yang membuat lanjut usia yang melakukan dzikir menjelang tidur dapat tertidur lebih mudah dan cepat. Pada penghitungan ukuran hubungan komponen gangguan tidur (r) didapatkan nilai r= 0,516 (r > 0,5; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor pada komponen gangguan tidur dalam hal ini menurunkan frekuensi gangguan tidur.
112
Gangguan tidur adalah ketika seseorang mengalami kesulitan untuk tidur atau bangun lebih awal dari yang diinginkan tertidur (Buysse et al. (1989); Lai (2001); Tan (2008) dalam Chen, 2008). Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 8 responden dengan hasil skor komponen gangguan tidur setelah melakukan dzikir menjelang tidur lebih rendah daripada sebelum melakukan dzikir menjelang tidur, 7 responden yang tidak mengalami perubahan skor komponen gangguan tidur, dan 0 responden yang memiliki skor kompopnen gangguan tidur yang lebih tinggi setelah melakuakn dzikir menjelang tidur. Hal ini menunjukkan bahwa 8 (53,33%) responden mengalami penurunan frekuensi gangguan tidur setelah melakukan dzikir menjelang tidur dan 0 responden yang mengalami peningkatan frekuensi gangguan tidur setelah melakukan dzikir menjelang tidur. Penurunan frekuensi gangguan tidur ini dapat disebabkan karena respon relaksasi maupun dari posisi tidur pada saat dzikir mnejelang tidur. Gangguan tidur mendengkur terjadi karena hilangnya tonus otot saluran pernapasan atas, jaringan pada cavum oral dan tenggorokan serta posisi selama tidur dapat menyebabkan sumbatan sebagian atau total (OSA) dan dapat menyebabkan mendengkur (Potter & Perry, 2011; Wolkove et.al., 2007). Dzikir menjelang tidur pada penelitian ini terdapat suatu kegiatan dimana posisi tubuh selama tidur miring ke arah kanan dan menghadap ke kiblat (jika posisi tempat tidur memungkinkan untuk menghadapa kiblat, jika tidak hanya miring kanan saja), ini memungkin jaringan pada cavum oral dan tenggorokan tidak
terjatuh dan
menyumbat di tenggorokan sehingga tidak terjadi sumbatan pada saluran pernapasan yang dapat menimbulkan suara mendengkur.
113
Hal ini sesuai dengan penelitian Ng R (2012) yang menemukan bahwa keparahan tingkat OSA lebih sering terjadi pada posisi supine (tidur telentang) daripada posisi tidur tidak supine (p<0,005). Penelitian Kim, Lim, Lee, and Hong (2012) menemukan bahwa skor Apnea Hipopnea Index (AHI) pada penderita OSA yang tidur pada posisi non-supine lebih rendah (setengah kali) dibandingkan penderita OSA yang tidur pada posisi supine. Gangguan tidur yang lain adalah terbangun terlalu pagi dan sering terbangun saat tidur. Penurunan aktifitas saraf simpatis sebagai selama melakukan dzikir menjelang tidur dapat menurunkan kadar epinefrin dan norepinefrin (Tortora & Derrickson, 2009; Anselmo, 2005; Effendi, 2002).
Hal ini yang
membuat tidur lanjut usia yang berdizikir menjelang tidur menjadi lebih nyenyak dan menurunkan frekuensi terbangun ditengah malam. Penelitian yang dilakukan oleh Peck, Lester, Lasky, dan Bootzin (2012) menemukan bahwa kemampuan meditasi kesadaran yang dilakukan selama satu minggu berhubungan penurunan jumlah terbangun saat tidur (p=0,02). Penelitian Nurcahyo (2013) yang menemukan terdapat penurunan/ perbaikan skor komponen gangguan tidur yang bermakna (p<0,05) pada kelompok intervensi antara sebelum dan setelah melakukan Latihan Pasrah Diri yang terdiri dari latihan pernapasan dan dzikir. Penelitian Oktora (2013) mengenai pengaruh terapi murottal Al qur’an terhadap kualitas tidur lanjut usia yang menemukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kualitas tidur sebelum dan setelah mendengarkan murottal Al Qur’an (p=0,000). Pada penghitungan ukuran hubungan pada komponen penggunaan obat tidur (r) didapatkan nilai r= 0,000 (r< 0,1; Kriteria Cohen, 1988) yang
114
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara dzikir menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor pada komponen penggunaan obat tidur. Karena pada penelitian ini komponen penggunaan obat tidur dilakukan homogenisasi seluruh responden tidak meminum obat tidur, sehingga hasilnya adalah 0. Pada penghitungan ukuran hubungan pada komponen disfungsi disiang hari (r) didapatkan nilai r= 0,349 (0,3 ≤ r < 0,5; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sedang antara dzikir menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor pada komponen disfungsi disiang hari dalam hal ini menurunkan frekuensi mengantuk atau ketiduran saat beraktivitas disiang hari, meskipun hasil uji t berpasangan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Sebanyak 5 responden dengan hasil skor komponen disfungsi disiang hari setelah melakukan dzikir menjelang tidur lebih rendah daripada sebelum melakukan dzikir menjelang tidur, 9 responden yang tidak mengalami perubahan skor komponen disfungsi disiang hari, dan 1 responden yang memiliki skor komponen disfungsi disiang hari yang lebih tinggi setelah melakukan dzikir menjelang tidur. Hal ini menunjukkan bahwa 5 (30%) responden mengalami penurunan frekuensi mengantuk atau ketiduran saat beraktivitas di siang hari setelah melakukan dzikir menjelang tidur. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya aktifitas para lanjut usia. Reticular Activating System (RAS) yang merupakan bagian reticular formation yang berfungsi untuk mempertahankan keadaan terjaga (Tortora & Derrickson, 2009). Irama sirkadian dipengaruhi oleh cahaya (Neikrug & Israel, 2010; Zeitzer, Ruby, dan Heller, 2012), suhu, stres, dan aktivitas sosial (Potter &
115
Perry, 2011). Pada saat lanjut usia beraktifitas (senam, makan, panggung gembira, menyuci, dan mengerjakan keterampilan) maka terdapat stimulus/ rangsangan yang yang diterima oleh retina (cahaya); auditori (suara musik); nociceptor (sentuhan atau tekanan dari kulit, saat mencuci); proprioceptor& vestibular (pergerakan dan keseimbangan tubuh saat beraktifitas) kemudian stimulus tersebut diteruskan ke RAS sehingga mengaktivasi RAS. RAS kemudian meneruskan impuls saraf ke sebagian besar wilayah korteks serebral, baik secara langsung maupun melalui thalamus, sehingga korteks serebral menjadi aktif (keadaan keadaan terjaga atau sadar). Sebaliknya pada saat berkurangnya/ tidak ada aktifitas (lanjut usia lebih memilih duduk di serambi wisma atau tidur-tiduran di tempat tidur meskipun tidak mengantuk) karena aktifitasnya berkurang maka stimulus ke RAS berkurang yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan aktifitas RAS (Tortora & Derrickson, 2009), maka terjadi penurunan impuls saraf yang dikirimkan ke sebagian besar wilayah korteks serebral yang menyebabkan korteks serebral menjadi kurang aktif (keadaan tidak terjaga). Kegiatan rutinitas di panti yang terbatas (1-3 kegiatan perhari; hari Sabtu dan Minggu tidak ada kegiatan dari panti) sehingga lanjut usia tidak memiliki aktifitas yang bisa diikuti sepanjang hari dan lebih lebih memilih untuk dudukduduk atau tiduran jika tidak ada kegiatan panti (kecuali yang mengikuti kegiatan keterampilan). Terlebih lagi jika lanjut usia memilih untuk tidur-tiduran didalam ruangan wisma, dapat menurunkan stimulus cahaya yang ditangkap retina. Penurunan stimulus cahaya ini akan diteruskan ke suprachiasmatic nuclei dan pada akhirnya menstimulasi kelenjar pineal untuk meningkatkan sekresi melatonin. Penurunan aktifitas RAS akan menurunkan aktifitas korteks serebral
116
ditambah dengan peningkatan kadar melatonin yang membuat mengantuk dan pada akhirnya tertidur (Tortora & Derrickson, 2009). Penelitian ini sesuai dengan penelitian Araújo and Ceolim (2009) yang mengatakan bahwa mengantuk disiang hari disebabkan oleh kurangnya aktifitas disiang hari dan tidak adanya stimulus dari lingkungan yang menuntut perhatian para lanjut usia. Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kita percaya sebesar 95% jika pengukuran dilakukan pada populasi yang terdiri dari kelompok lanjut usia yang berdzikir menjelang tidur dengan kelompok lanjut usia yang tidak berdzikir menjelang tidur, akan diperoleh perbedaan skor kualitas tidur sebesar antara 2,11 sampai 6,68. Jika pengukuran dilakukan kepada satu populasi lanjut usia dan bertujuan melakukan antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur selama 7 malam berturut-turut maka dapat ditemukan perbedaan skor kualitas tidur sebesar 4,66 sampai 9,20. Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan penelitian, yaitu: 1. Jumlah responden yang standar untuk penelitian eksperimen (15 responden untuk setiap kelompok; n=30). Hal ini disebabkan karena banyak calon responden yang tidak lolos dalam tahap seleksi/ skrining, seperti ada yang menderita DM, luka gangren, cemas, depresi, gangguan fungsi kognitif berat, mengkonsumsi obat tidur, meminum kopi di sore/ malam hari, mengalami gangguan kejiwaan, dan lain sebagainya. 2. Pengambilan data untuk gangguan tidur tidak dilakukan dengan observasi secara langsung, tetapi dari menanyakannya kepada responden dan kepada lanjut usia yang tempat tidurnya berdekatan dengan responden.
117
3. Houthrone effect, responden mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan pada penelitian ini adalah dzikir menjelang tidur memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas tidur lanjut usia dimana kualitas tidur lanjut usia yang melakukan dzikir menjelang tidur mengalami peningkatan. Berikut ini adalah rincian kesimpulan pada penelitian ini: 1. Karakteristik responden kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada penelitian ini secara keseluruhan adalah usia responden berkisar dari 62 sampai 87 tahun, jumlah responden laki-laki sebanyak 8 orang dan jumlah responden perempuan sebanyak 22 orang. 2. Gambaran komponen kualitas tidur, yaitu komponen kualitas tidur subjektif, tidur laten, dan gangguan tidur mengalami peningkatan antara pengukuran pretest dan posttest. Gambaran komponen penggunaan obat tidur dan disfungsi disiang hari cenderung tidak berubah antara pengukuran pretest dan posttest. 3. Skor kualitas tidur kelompok kontrol pada pengukuran pretest lebih rendah (7,27) daripada pengukuran posttest (8,40), yang berarti kualitas tidur kelompok kontrol pada pengukuran pretest lebih baik dibandingkan pada pengukuran posttest. 4. Skor kualitas tidur kelompok intervensi pada pengukuran pretest (10,93) lebih tinggi daripada pengukuran posttest (4,00), yang berarti kualitas tidur
118
119
kelompok intervensi setelah melakukan dzikir menjelang tidur menjadi lebih baik dibandingkan sebelum melakukan dzikir menjelang tidur. 5. Pada pengukuran pretest, kualitas tidur kelompok intervensi lebih buruk dibandingkan kelompok kontrol. Pada pengukuran posttest kualitas tidur kelompok intervensi lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan rerata skor kualitas tidur yang bermakna sebelum dan sesudah pengamatan pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur yang bermakna sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur pada kelompok intervensi. 6. Terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur yang bermakna antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol, dimana skor kualitas tidur kelompok intervensi (4,00) lebih rendah yang berarti memilikikualitas tidur yang lebih baik daripada kelompok kontrol (8,40). 7. Terdapat perbedan skor komponen kualitas tidur yang bermakna pada komponen kualitas tidur subjektif (Md pretest=1; Md posttest=0), tidur laten (Md pretest=3; Md posttest=0) dan gangguan tidur (Md pretest=2; Md posttest=1) antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur, dimana skor sesudah lebih baik dibandingkan skor sebelum melakukan dzikir menjelang tidur.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diajukan antara lain:
120
1. Bagi Pelayanan Keperawatan Dzikir menjelang tidur diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi perawat khususnya yang berada dipelayanan baik dirumah sakit maupun dikomunitas untuk mempromosikan manfaat dzikir menjelang tidur. Dari hasil penelitian ini, dzikir menjelang tidur dapat dimasukkan ke dalam program sabagai salah satu cara yang diterapkan dalam meningkatkan kualitas tidur lanjut usia yang muslim. 2. Bagi Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan agar informasi hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk memperkaya pengetahuan dan keperluan referensi ilmu keperawatan gerontik tentang praktik melakukan dzikir menjelang tidur dan pengaruhnya terhadap kualitas tidur lanjut usia. 3. Bagi Penelitian Dari hasil penelitian ini, dapat dilakukan penelitian lanjutan, meliputi: a. Melakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan/ instrumen PSQI yang itemnya lengkap. Penelitian lanjutan dengan proprosi jumlahn responden penelitian laki-laki dan perempuan yang sama serta proporsi jumlah responden yang sama dari setiap wisma. b. Pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap skor tingkat keparahan insomnia pada lanjut usia dengan gejala insomnia.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I Gusti Ngurah. Statiska: Analisis Hubungan Kausal Berdasarkan Data Kategorik. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002 Araújo, Claudia Lysia Oliveira and Maia Filomena Ceolim. Sleep Quality of Elders Living in Long-Term Care Institutions. 2009. Diakses pada tanggal 28 Desember 2013 dari http://www.scielo.br/pdf/reeusp/v44n3/en_10.pdf Arikunto, Suharsini. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2010 Al-Hilali, Abu Usamah Salim bin ‘Ied. Syarah Riyadush Shalihin, Jilid II. Penerjemah M. Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005 Azizah, Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011 Anselmo, Jeanne. Relaxation: The First Step to Restore, Renew, and self-Heal, in Dossey, Barbara M., Lynn Keegan., Cathie E.G. Holistic Nursing: A Handbook for Practice, 4th ed. USA: Jones and Bartlett Publisher, 2005 Barilla, HE., Perlis ML., Grander MA., Gehrnab P. Relationship Between Age and Insomnia Symptoms. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0058; pg A23 Bansil, Pooja., Elena VK., Robert KM., Paula WY. Associations Between Sleep Disorder, Sleep Duration, Quality of Sleep and Hypertension: Resulth From the National and Nutrition Examination Survey, 2005 to 2008. J Clinical Hypertension 2011 Oct; 13 (10): 1751-7176 Benowitz, Neal L. Cardiovascular-Renal Drugs: Antihypertensive Agents., in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007 Bormann JE, Throp S, Wetherell JL, and Golshan S. A Spiritually Based Group Intervention For Combat Veterans With Posttraumatic Stress Disorder: Feasibility Study. J Holist Nurs. 2008 Jun; 26, 2: 109-16 Burns, Nancy and Grove K Susan. The Practice of Nursing Research Conduct, Critique and Utilization. USA: Elsevier, 2005 Buysse, D.J., Reynolds III, C.F., Monk, T.H., Berman, S.R., & Kupfer, D.J. The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrument for Psychiatric Practice and Research. Journal of Psychiatric Research 1989, 28(2), 193-213 Byrne, GJ and Pachana NA. Development and Validation of a Short Form of The Geriatric Anxiety Inventory – The GAI-SF. Int Psychogeriatr. 2011 Feb; 23, 1: 125-31. Diakses pada tanggal 5 November 2013 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20561386
Chen, Po-Ju. The Influence of Participant-Selected Versus Experimenter-Chosen Music On Subjective Sleep Quality of People Over 60 Years of Age. ProQuest Dissertations and Theses; 2008; pg. n/a Chen, Mei-Li., Li-Chan Lin., Shiao-Chi Wu., and Jaung-Geng Lin. The Effectiveness of Acupressure in Improving the Quality of Slepp of Institutionalized Resident. J Gerontology 1999 Aug; 54A, 8; pg. M389 Chrousos, George P. Adrenocorticosteroids & Adrenocortical Antagonists., in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007 Crowley, Kate. Sleep and Sleep Disorders in Older Adults. Springer Science + Business Media, LCC. 2010 Nov; 010-9154-6 Dahlan, M. Sopiyudin. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan Berdasarkan Prinsip IKVE (1741), Seri Evidence Based Medicine 3, 2th ed. Jakarta: Sagung Seto, 2010 Dahlan, M. Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Seri Evidence Based Medicine 2, 3th ed. Jakarta: Salemba Medika, 2010 Dahlan, M. Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Seri Evidence Based Medicine 1, 5th ed. Jakarta: Salemba Medika, 2012 Davey, Patrick. At a Glance: Medicine., alih bahasa Annisa Rahmalia, Cut Novianty. Jakarta: Erlangga 2005 Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Hikmah: Al-Quran Terjemahannya. Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008
dan
Edelman, Carole Lium and Carol Lynn Mandle. Health Promotion Throughout the Life Span, 7th ed. Canada: Mosby Elsevier, 2010 Effendi, Tjiptadinata. Meditasi: Jalan Meningkatkan Kehidupan Anda. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002 Eliopoulos, Charlotte. Gerontological Nursing. 6th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2005 Folstein, Marshal F., Susan S. Folstein dan Paul R McHugh. “Mini Mental State” A Practical Method For Grading The Cognitive State of Patients For The Clinician. J. Psychiat, Res 1975; 12; 189-198 Furst, Daniel E. And Robert W. Ulrich. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs, Disease-Modifying Antirheumatic Drugs, Nonopioid Analgesics, & Drugs Used in Gout., in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007
Greenberg, Sherry A. How to try this: The Geriatric Depression Scale (GDS). USA: New York University; 2012 Hanlon, Joseph T., Marc R Blackman and Ronald M Glick. Complementary and Alternative Medicine, in Jeffrey B Halter et al. Hazzard’s: Geriatrics Medicine and Gerontology, 6th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, 2009 Hasan, M Iqbal. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif), 2th ed. Jakarta: PT Bumi Aksara: 2005 Hasnelidawati. Pola Tidur pada Lansia di Puskesmas Poyalansek Kota Payakumbuh Sumatera Barat 2012. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, 2013. Diakses pada tanggal 29 Desembr 2013 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39060/7/Cover.pdf Health in Aging. A Guide to Geriatric Syndromes: Common and Often Related Medical Conditions in Older Adults. Diakses pada tanggal 25 April 2013 dari http://www.healthinaging.org/files/documents/tipsheets/geri_syndromes1. pdf Hidayat, A. Aziz Alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, 2th ed. Jakarta: Salemba Medika, 2007 Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Medika Salemba, 2008 Hill, Elizabeth L et al. Sleep Disturbances and Falls in Older People. Medical Scienses: J Gerontology 2007 Jan; 62A, 1, pg 62 Hill, Robin. What Sample Size is “Enough” in Internet Survey Research. IPCT: An Electronic Journal for the 21st Century 1998 July; 6, no. 3-4 Irham, M Iqbal. Panduan Meraih Kebahagiaan Menurut Al-Qur’an. Jakarta: Penerbit Hikmah, 2011 K, Su., Zhang Y., Wang C., Wu Y. Occupational Stress And Sleep Quality Of Senior High School Teachers: Affect And Emotion Rehulation As Intermediate Variables. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0219; pg A79 Kabbani, M. Hisyam. Ensiklopedia Akidah Ahlusunah: Energi Dzikir dan Salawat. Penerjemah Zaimul Am. Jakarta: Serambi, 2007 Kasjono, Heru Subaris dan Yasril. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan, 1th ed. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009 Kementrian Kesehatan RI. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2012.
Khasanah, Khusnul dan Wahyu Hidayati. Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial “MANDIRI” Semarang. J Nursing Studies 2012; 1, 1; pg. 189-196 Kim, T., Lim H., Lee S., Hong S., The Role of Sleep Position in Obstructive Sleep Apnea Syndrome in Korean People. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0461; pg A158 King, Abby C., et al. Effects of Moderate-Intensity Exercise on Polysomographic and Subjective Sleep Quality in Older Adults With Mild to Moderate Sleep Complaints. J Gerontology 2008 Sep; 63A, 9; pg. 997 Kozier, Barbara E et al. Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice. Updated 5th ed. California: Addison Wesley Longman Inc, 1998. Kuchel, George A. Aging and Homeostatic Regulation, in Jeffrey B Halter et al. Hazzard’s: Geriatrics Medicine and Gerontology, 6th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, 2009 Lachs, Mark S. Elder Mistreatment, in Jeffrey B Halter et al. Hazzard’s: Geriatrics Medicine and Gerontology, 6th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, 2009 Lo, Cathrine MH and Paul H Lee. Prevalence and Impacts of Poor Sleep on Quality of Life and Associated Faktors of Good Sleepers in a Sample of Older Chinese Adults. BioMed Central 2010; 10:72 M, Scullin. The Link Between Slow-Wave Sleep And Memory Changes From Younger Adults To Older Adults. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0243; pg A87 Meltzer, C.C., Gwenn Smith., Steven T. DeKosky. Serotonin in Aging, Late-Life Depression, and Alzheimer’s Disease: The Emerging Role of Functional Imaging. Neurophichopharmacology 1998; 18, 6. Diakses pada tanggal 29 Desember 2013 dari http://www.nature.com/npp/journal/v18/n6/full/1395175a.html Maimunah, Annisa dan Sofia Retnowati. Pengaruh Pelatihan Relaksasi Dengan Dzikir untuk Mengatasi Kecemasan Ibu Hamil Pertama. J Psikologi Islam 2011; 8, 1; 1-22 Mallow, Mary J and Jhon P. Kane. Agents Used in Hyperlipidemia., in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007 Mason, Abigail. Meditation for Beginners: Secret Meditating Techviques Unlock Your Hidden Potential. 2012 Meiner, Sue E and Annette G Lueclenotte. Gerontologic Nursing, 3th ed. Philadelphia: Mosby, 2006
Montgomery, Paul and Lindsay D Shepard. Insomnia in Older People. Review in Clinical Gerontology 2010 20; 205-218 Mosby. Mosby’s Dictionary of Medicine, Nursing & Health Professions, 7th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier, 2006 MR, Cribbet., Carlisle M, Cawthon RM, Uchino BN, Williams P, Smith TW, Gunn HE Light KC. Cellular Aging Restorative And Processes: Sleep Quality Moderates The Association Between Age And Telomere Length In A Sample of Middle-Age And Older Adults. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0044; pg A19 Nada, ‘Abdul ‘azin bin Fathi as-Sayyid. Enslikopedi Adab Islam Menurut AlQur’an dan As-Sunnah, Jilid II. Penerjemah Abu Ihsan Al-Atrasi. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2007 Nebes, Robert D et al. Self-Repored Sleep Quality Predicts Poor Cognitive Perfomance in Health Older Adults. J Gerontology 2009 Mar; 64B, 3 Neikrug, Ariel B and Sonia Ancoli-Israel. Sleep Disorder in the Older Adult – A Mini-Review. J Gerontology 2010;56:181-189 Ng, R. Prevalence and Effects of BMI and Sleep Posisition on Severity of OSA In Chinese and Non-Chinese Patients. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0399; pg A138-A139 Nolte, Martha S., and Jhon H. Karam. Pancreatic Hormone & Antidiabetic Drugs., in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007 Notoatmodjo, Soekidjo. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta. 2006 Nurcahyo, Ihsan. Pengaruh Latihan Pasrah Diri Terhadap Perbaikan Kualitas Tidur Pada Usia Lanjut Dengan Simtol Depresi. Tesis Fakulatas Psikologi Universitas Gajah Mada, 2013 diakses pada tanggal 31 Desember 2013 dari http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&a ct=view&typ=html&buku_id=59548&obyek_id=4
Nursalam, Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Ilmu Keperawatan, 2th ed. Jakarta : 2008 Oktora, Sasongko Priyo Dwi. Pengaruh Terapi Murottal Al Qur’an Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. 2013 Pachana, NA., Byrne GJ., Siddle H., Koloski N., Harley E., and Arnold E. Development and Validation of The Geriatric Anxiety Inventory. Int
Psychogeriatr. 2007 Feb; 19, 1: 103-14.Diakses pada tanggal 5 November 2013 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Pachana%2C+N.+A.%2C+Byrne%2 C+G.+J.%2C+Siddle%2C+H.%2C+Koloski%2C+N.%2C+Harley%2C+E.%2C+%26+Ar nold%2C+E.+%282007%29.+Development+and+validation+of+the+Geriatric+Anx iety+Inventory.+International+Psychogeriatrics%2C+19%2C+103%E2%80%93114
Pallant, Julie. SPSS Survival Manual: A Step by Step Guide to Data Analysis using SPSS for Windows, 3th ed. USA: Open University Press (McGrawHill), 2007 Potter, Patricia A and Anne Griffin Perry. Basic Nursing, 7th ed. Canada: Mosby, 2011 Prasetya, Nurul Huda dkk. Menyingkap Tabir Hati: Bermikraj dengan Shalat Menggapai Ilahi. Medan: Lembaga Spiritual ‘Hidayah At-Ta’ajjub’, 2005 Rahayu, Rejeki A. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia. Dalam Sudoyo, Aru W dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, 4th ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007 Salim, Ahmad Husain A. Terapi Al-Quran Untuk Penyakit Fisik dan Psikis Manusia. Asta Buana Sejahtera : Jakarta, 2006 Santrock, John W. Life-Span Development, 10th ed. New York: McGraw-Hill, 2006 Shahid, Azmeh., Kate Wilkinson, Shai Marcu, and Colin M. Shapiro. STOP, THAT and One Hundred Other Sleep Scales. USA: Springer Science+Business Media, 2012 Smith, Carole A. How to try this: Evaluating Sleep Quality in Older Adults. American Journal of Nursing 2008; 108, 5; pg 42-50 Stockslager, Jaime L dan Liz Schaeffer. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik, 2th ed., Penerjemah Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC, 2008 Subagyo, Pangestu dan Djarwanto. Statistika Induktif, 5th ed. Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 2009 T, Peck., Lester A., Lasky R., Bootzin RR. The Paradoxical Effects of Mindfulness Meditation on Subjective And Objective Measures of Sleep. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0237; pg A84 Tebba, Sudirman. Nikmatnya Dzikir & Doa, Jalan Menuju Keselamatan Dunia – Akhirat. Tangerang: Penerbit Kalam Pustaka, 2004 Tortora, Gerard J and Bryan Derrickson. Principles of Anatomy and Physiology, 12th ed. USA: Jhon Wiley & Sons, 2009 Trevor, Anthony J and Walter L. Way. Sedative-Hypnotic Drugs, in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International
Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007 Trevor, Anthony J and Paul F. White. General Anesthetics, in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007 Uma Sekaran. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat, 2006 Wachholtz, AB and Pargament KI. Migraines and Meditation: Does Spirituality Matter?. J Behav Med. 2008 Aug; 31, 4 : 351-66 Wang C, Chung S., Jin H., Zhang Y. Metabolic Equivalent Play An Important Role Between Exercise And Sleep. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0156; pg A57 Wallace, Meredith and Mary Shelkey. How to try this: Katz Index of Independence in Activities of Daily Living (ADL). USA: New York University; 2007 Wold, Gloria Hoffmann. Basic Geriatric Nursing. Canada: Mosby Elsevier, 2008 Woodward, Michael. Sleep In Older People. Review in Clinical Gerontology 2012; 22 ; 130-149 Yi, H., Shin K and Shin C. Development of The Sleep Quality Scale. J Sleep Res. 2006 Sep; 15, 3 :309-16 Yusuf, Ahmad M. Ekslikopedi Tematis ayat al-Qur’an dan Hadits. Jilid 6. Jakarta: Widya Cahaya, 2009. Zeitzer, J., Ruby NF., Heller H. Light Flashes Phase Human Circadian Rhythms During And Without Distrbing Sleep. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0171; pg A63 Zion, Mairaw Cohen and Sonia Ancoli Israel. Sleep Disorders, in Jeffrey B Halter et al. Hazzard’s: Geriatrics Medicine and Gerontology, 6th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, 2009 Ziv, Naoimi., Tomer Rotem., Zahi Arnon., Iris Haimov. The effect of Music Relaxation versus Progressif Muscular Relaxation on Insomnia in Older People and Their Relationship to Personality Traits. J Music Therapy 2008 Fall; 45, 3; pg. 360
Nomor Responden
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENGARUH DZIKIR MENJELANG TIDUR TERHADAP KUALITAS TIDUR LANJUT USIA DI PSTW BUDI MULIA 01 JAKARTA TIMUR
Assalamu’alaikum wr. wb. Nama : Qoys M Iqbal Al-Halaj NIM
: 109104000016
Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melaksanakan penelitian terkait penulisan skripsi mengenai “Pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia” yang merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Ilmu Keperawatan. Tujuan Penelitian: Untuk mengidentifikasi kualitas tidur lanjut usia sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang tidur. Alasan subjek diminta untuk ikut serta: Karena lanjut usia yang memiliki kualitas tidur yang buruk lebih banyak dibandingkan dewasa, remaja, maupun anak-anak. Prosedur: Prosedur penelitian meliputi beberapa tahap, yaitu: a. Mengidentifikasi subjek yang berpotensi masiuk kedalam penelitian Pada tahap ini, kakek/ nenek akan diberikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur dan sesuai dengan pengalaman dan yang dirasakan
kakek/nenek,
sehingga
hasilnya
dapat
memberikan
gambaran yang sesuai dengan apa yang akan diteliti. b. Penilaian lebih lanjut Hasil pengisian dari tahap satu akan dilakukan pengelompokkan dan diseleksi sesuai dengan syarat-syarat yang ada pada penelitian ini. c. Membuat persetujuan kedua untuk bersedia sebagai subjek penelitian
Bagi kakek/ nenek yang lolos tahap penilaian lebih lanjut akan dilakukan persetujuan kedua, karena akan diikutsertakan pada penelitian lagi. d. Pencocokan Bagi kakek/ nenek yang menyetujui, akan dilakukan pembagian kelompok
menjadi
2, pembagian
kelompok
didasarkan
pada
pertimbangan peneliti. e. Dzikir menjelang tidur (terlebih dahulu melakukan penyamaan persepsi terhadap dzikir menjelang tidur yang digunakan pada penelitian ini). Setelah dilakukan penyamaan persepsi, selama 1 minggu brturut-turut, kakek/ nenek melakukan dzikir menjelang tidur yang akan dipimpin oleh ahli agama PSTW. Setelah 1 minggu, kakek/nenek mengisi pertanyaan PSQI kembali. Risiko potensial Resiko yang mungkin dialami oleh kakek/ nenek adalah merasa jenuh, bosan, lelah, dan ketidaknyamanan untuk melakukan dzikir menjelang tidur selama 1 minggu berturut-turut. Manfaat langsung bagi subjek Dapat mengetahui dzikir menjelang tidur yang disunahkan oleh Rasulallah saw. Kompesasi Kakek/ nenek bisa mengajukan pengunduran diri kapan saja tanpa ada konsekuensi apapun. Penjagaan rahasia data Memberikan jaminan kerahasian hasil penelitian, baik informasi (identitas subjek penelitian) maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Infomasi tambahan: Penelitian membutuhkan subjek penelitian sebanyak 30 orang.
Lembar Persetujuan Saya mengerti sepenuhnya risiko dan manfaat dari keikutsertaan saya pada penelitian ini dan menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai subjek penelitian dan keikutsertaan saya ini merupakan atas dasar kesukarelaan tanpa ada unsur paksaan. Tanggal Jam
: :
Nama Subjek : Usia :
Qoys m. Iqbal A.
Lampiran 2
BAGIAN 1 1. Data personal responden Nama
:
Usia
:
Jenis kelamin
:
2. Pola makan dan riwayat kesehatan a. Apakah mengkonsumsi kopi? Ya/ tidak Berapa kali dalam sehari? Pada waktu kapan minum kopinya? b. Riwayat penyakit sebelumnya c. Keluhan kesehatan saat ini d. Obat-obatan yang rutin dikonsumsi Tolong sebutkan nama dan dosisnya!
Tekanan darah
:
:
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) Petunjuk: Bentuk pertanyaan berkenaan dengan kebiasaan tidur anda selama sebulan terakhir. Jawaban anda harus sesuai dengan kebiasaan tidur pada siang dan malam selama sebulan terakhir. Silahkan jawab semua pertanyaan dibawah ini. Selama sebulan terakhir, 1. Kapan anda biasanya pergi tidur? 2. Kapan anda biasanya bangun di pagi hari? 3. Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda mengalami gangguan tidur karena: a. b. c. d. e. f. g.
Tidak dapat tertidur dalam 30 menit Tidak dapat bernafas dengan nyaman Batuk atau mendengkur dengan keras Merasa sangat kepanasan Mimpi buruk Kesakitan Tolong jelaskan alasan lainnya, termasuk seberapa sering anda mengalami gangguan tidur karena alasan ini:
4. Selama sebulan yang lalu, seberapa sering anda mengkonsumsi obat-obatan (menurut resep dokter atau “obat warung”) untuk membantu anda agar tertidur? 5. Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda mengalami gangguan saat makan, atau saat beraktivitas?
Tidak pernah selama sebulan terakhir
Kurang dari sekali dalam seminggu
1/ 2 kali dalam seminggu
3 kali/ lebih dalam seminggu
Sangat baik (0) 6. Selama sebulan terakhir, berapa lama anda membutuhkan waktu untuk tidur secara keseluruhan?
Baik (1)
Buruk (2)
Sangat buruk (3)
Yesavage Geriatric Depression Scale Tulislah tanda centang (√) pada jawaban terbaik yang sesuai dengan apa yang anda rasakan selama satu minggu terakhir! No
Pertanyaan
1
Apakah anda merasa nyaman dalam kehidupan ini?
2
Apakah anda mengalami perubahan dalam melakukan aktifitas dan hobi anda?
3
Apakah anda merasa hidup ini hampa?
4
Apakah anda sering merasa bosan?
6
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan Anda alami?
7
Apakah anda merasa bahagia sepanjang waktu?
8
Apakah anda merasa sendirian/ kesepian?
10
Apakah anda mempunyai masalah dengan daya ingat?
11 Apakah anda merasa senang dengan kehidupan saat ini? 12
Apakah anda merasa tidak berharga/ tidak berguna?
13
Apakah anda saat ini bersemangat?
14
Apakah anda merasa situasi anda tidak ada harapan?
15
Apakah anda merasa orang lain lebih baik dari anda?
Total jumlah :
Ya
Tidak
Mini Mental Examination State Skor maks 5
5
3
5
3
2
3
1
1
Skor pasien
Pertanyaan
Keterangan
Tahun berapa sekarang... (1) Bulan apa selkarang... (1) Hari apa sekarang... (1) Musin apa sekarang... (1) Tanggal berapa sekarang... (1) Dimana kita sekarang, negara apa... (1) Kota apa... (1) Kabupaten/ kecamatan mana... (1) Diruang mana... (1) Dilantai berapa... (1) Pemeriksa menyebutkan tiga bend, inta klien untuk mengulangi nama masingmasing benda. Misalnya almari, sepatu, buku. Satu detik untuk satu benda (nilai satu untuk setiap jawaban) ....(1) ....(1) ....(1) Hitung mundur dari 100 ke bawah dengan pengurangan 5, berhenti setelah 75 (nilai 1 untuk tiap jawaban benar) .... (1) .... (1) ..... (1) .... (1) ..... (1) Tanyakan kembali 3 nama benda yang tadi telah disebutkan di atas (nilai 1 untuk setiap jawaban benar) .... (1).... (1).... (1) Apakah benda ini (lihat klien menunjuk dan menyebutkan nama benda, misal menunjuk pensil dan menyebut pensil; tunjukkan 2 macam benda) .... (1) .... (1) Minta klien untuk mengikuti perintah berikut terdiri dari 3 langkah: ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh dilantai” .... (1) ambil kertas ditangan anda .... (1) lipat dua .... (1) taruh dilantai
Orientasi waktu
Katakan: Silakan baca tulisan ini dan lakukan apa yang anda katakan “TUTUP MATA ANDA” Perintahkan klien untuk menulis satu kalimat
Membaca
Orientasi tempat
Registrasi
Atensi dan Kalkulasi
Mengingat
Menamai
Pemahaman
Menulis
1
Perintahkan klien untuk menggambar dibawah ini
Skor total:
Skor > 23 berarti memiliki fungsi kognitif normal Skor 23 – 18 berarti meiliki kerusakan fungsi kognitif ringan, Skor ≤ 17 berarti memiliki kerusakan fungsi kognitif berat
Menggambar
Geriatric Anxiety Inventory Short Form Tulislah tanda centang (√) pada jawaban terbaik yang sesuai dengan apa yang anda rasakan selama satu minggu terakhir!
No
Pertanyaan
1
Saya merasa cemas berulang kali
6
Hal-hal kecil banyak mengganggu/ menyusahkan saya
8
Saya pikir saya adalah orang yang khawatiran
10
Saya sering merasa grogi/ gugup
11
Pikiran-pikiran saya sendiri sering membuat saya gelisah
Jumlah jawaban iya:
Jawaban Iya Tidak
Indeks Katz Aktifitas
Mandi
Berpakaian
Toilet
Berpindah
Mengontrol
Makan
Mandiri
Tergantung
(1 poin) Tidak ada pengawasan, bimbingan atau bantuan pribadi
(0 poin) Dengan pengawasan, bimbingan, bantuan pribadi atau bantuan total
(1 poin) mandi sendiri sampai selesai atau membutuhkan bantuan hanya untuk salah satu bagian tubuh seperti punggung, kemaluan atau cacat kaki dan tangan ketika mandi. (1 poin) mengambil pakaian dari lemari dan laci dan memakai baju dan mengancingkannya dan meletakkan gantungannya di luar. Hanya butuh bantuan untuk mengikat tali sepatu. (1 poin) pergi ke toilet, keluar masuk, mengganti pakaian dan membersihkan kemaluan tanpa bantuan. (1 poin) naik dan turun dari tempat tidur atau dari kursi tanpa bantuan. Menggunakan alat bantu untuk berpindah. (1 poni) Mampu mengontrol diri ketika buang air kecil dan buang air besar.
(0 poin) ketika mandi membutuhkan bantuan lebih dari satu bagian tubuh, di dalam atau di luar bak mandi atau shower. Benar-benar butuh bantuan ketika mandi. (0 poin) butuh bantuan ketika berpakaian hingga selesai.
(1 poin) menyuapkan makanan dari piring ke mulut tanpa bantuan. Makanan telah disiapkan oleh orang lain.
Skor Total : ...
(0 poin) butuh bantuan ketika pergi ke toilet, membersihkan diri atau menggunakan sorong atau meja berlaci (commode) (0 poin) membutuhkan bantuan ketika pindah dari tempai tidur ke kursi atau membutuhkan bantuan keseluruhan. (0 poin) tidak dapat mengontrol diri sebagian atau keseluruhan ketika buang air besar dan buang air kecil. (0 poin) memerlukan bantuan untuk menyuapi ketika makan.
Lampiran 3
PEDOMAN DZIKIR MENJELANG TIDUR
Tahapan Dzikir Menjelang Tidur
Khusus untuk penelitian: Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur Lanjut Usia di PSTW Budi Mulya 01 Jakarta Timur
Sebelum pergi ke tempat tidur, setiap responden melakukan tahapan-tahapan dzikir sebagai berikut: 1. Berwudhu’; 2. Mengibas tempat tidur dengan kain sambil membaca bismillah, sebanyak 3 kali;
ِ اﷲ اﻟ ﱠﺮﺣﻤ ِ ﺑِﺴ ِﻢ ٣× ﺎن اﻟ ﱠﺮِﺣ ْﻴ ِﻢ ْ َ ْ
Bismillaahirrahmaanirrahiim (3 kali) Disusun oleh: Qoys M. Iqbal A. (109104000016)
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
3. Kemudian duduk di samping tempat tidur dan membaca: a. Ta’awudz:
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
ِ َﺸﻴﻄ ِ ِأَﻋُﻮذُ ﺑ ﺎﷲ ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠ ﺎن اﻟ ﱠﺮِﺟ ْﻴ ِﻢ ْ
A’udzubillahi minasy syaitonirrajiim
Jakarta “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang
2013
terkutuk.”
b. al-Fatihah
(4) Maaliki
yaumiddiin,
Yang menguasai di hari Pembalasan.
(1) Bismillaahirrahmaanirrahiim. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
(5) Iyyaka
na'budu wa-iyyaaka nasta'iin.
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada
(2) Alhamdu
lillaahi rabbil 'aalamiin
Engkaulah kami meminta pertolongan.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
(6) Ihdinash
(3) Arrahmaanirrahiim. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang..
shiraatal mustaqiim.
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(7) Syiraatalladziina
an’amta ‘alayhim,
ghayril maghduubi 'alaihim waladdhaaalliin.
(yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat
c. Ayat kursi (QS : Al-Baqarah : 255)
Allahu
laa
ilaaha
illa
huwal
hayyul
qayyumu. Laa ta’khudzuhuu sinatuw wa laa nauum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil
ardhi. Man dzal ladzii yasfa’u ‘indahuu illaa
d. al-Ikhlas, sebanyak 3 kali
bi idznihi. Ya’lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum. Wa laa yuhiithuuna bi syaiin min ‘ilmihii illaa bi maasyaa-a. Wasi’a Bismillahirrahmaanirrahiim.
ِ اﷲ اﻟ ﱠﺮﺣﻤ ِ ﺑِﺴ ِﻢ ﺎن ْ َ ْ اﻟ ﱠﺮِﺣ ْﻴ ِﻢ
kursiyyuhussamaawaati wal ardha. Wa laa
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
ya-udhuu hifzhuhumaa wahuwal ‘aliyyul
Penyayang
azhiim. (QS : Al-Baqarah : 255)”
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di
(1) Qul huwallaahu ahad. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi
Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
(2) Allaahush shamad
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha
sesuatu.
Tinggi lagi Maha besar.
(1) qul a’uudzu birabbilfalaq, Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh,
(3) Lam yalid walam yuulad.
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
(4) Wa lam yakun lahukufuwan ahad Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
(2) min syarri maa khalaq, Dari kejahatan makhluk-Nya,
e. al-Falaq, sebanyak 3 kali
Bismillahirrahmaanirrahiim, Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
(3) wamin syarri ghaasiqin idzaa waqab, Dan dari kejahatan malam apabila Telah gelap gulita,
(4) wamin syarrinnafatsatifil ‘uqad,
Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul
(5) wamin syarri haasidin idzaa hasad
(2) Malikinnaas,
Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."
Raja manusia.
f. an-Naas, sebanyak 3 kali
(3) Ilaahinnaas, Sembahan manusia.
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang
"Aku
berlidung
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
(1) Qul a'uudzu birabbinnaas, Katakanlah:
(4) Min syarril waswaasilkhannaas,
kepada
memelihara dan menguasai) manusia.
Tuhan
(yang
(5) Alladziiyuwaswisufiishuduurinnaas, Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.
(6) Minaljinnatiwannaas Dari (golongan) jin dan manusia
Kemudian
meniupkannya
ke
telapak
tangan
dan
mengusapkannya ke seluruh tubuh; dimulai dari wajah, kepala, tangan, badan, punggung dan kaki.
4. Berbaring ditempat tidur dengan meletakkan tangan dibawah pipi kemudian membaca do’a sebelum tidur :
ت ُ ﻚ اَ ُﻣ ْﻮ َ َوﺑِ ْﺴ ِﻤ,ﻚ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ اَ ْﺣﻴَﺎ َ ﺑِﺎ ْﺳ ِﻤ
Bismika Allahuma ahyaa wabismika amuutu
“Ya, Allah dengan menyebut nama-Mu aku hidup dan menyebut nama-Mu aku mati.”
5. Dan membaca do’a:
ﺖ َو ْﺟ ِﻬﻲ َ ﺖ ﻧَـ ْﻔ ِﺴﻲ إِﻟَْﻴ ُ َوَو ﱠﺟ ْﻬ،ﻚ ُ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ أَﺳﻠَ ْﻤ ﺖ أ َْﻣ ِﺮي ْ َوﻓَـ َﻮ،ﻚ َ ت ﻇَ ْﻬ ِﺮي إِﻟَْﻴ ُ ْْﺠﺄ َ إِﻟَْﻴ ُ ﺿ َ َوأَﻟ،ﻚ
ْﺤﺄَ َوﻻَ َﻣ ْﻨ َﺠﻰ َ َر ْﻏﺒَﺔً َوَرْﻫﺒَﺔً إِﻟَْﻴ،ﻚ َ إِﻟَْﻴ َ ﻻَ َﻣﻠ،ﻚ ،ْﺖ َ ِﺖ ﺑِ ِﻜﺘَﺎﺑ َ ﻚ إِﻻﱠ إِﻟَْﻴ َ ِﻣ ْﻨ َ ﻚ اﻟﱠ ِﺬي أَﻧَِﺰﻟ ُ آﻣ ْﻨ َ ،ﻚ ﻓَِﺈ ﱠن ِﻣ ﱠ،ْﺖ ﻚ َ ِﺖ ِﻣ ْﻦ ﻟَْﻴـﻠَﺘ َ َوﺑِﻨَﺒِﻴﱢ َ ﻚ اﻟﱠ ِﺬي أ َْر َﺳﻠ ِ ِ اﺟ َﻌﻠ ُْﻬ ﱠﻦ آ َﺧ َﺮ َﻣﺎ ﺗَـﺘَ َﻜﻠﱠ ُﻢ َ ْﻓَﺄَﻧ ْ َو،ﺖ َﻋﻠَﻰ اﻟْﻔﻄ َْﺮة .ﺑِ ِﻪ
Allahumma aslamtu nafsii ilaika, wawajjahtu wajhii ilaika, wa aljaktu zhahrii ilaika, wafawwadhtu amrii ilaika, raghbatan warahbatan ilaika,
laa malja-a
walaa manja minka illaa ilaika, aamantu bikitaa
bikalladzii anzalta, wabinabiyyikalladzii arsalta, fain
b. Tahmid 33x,
mitta min laylatika fa-anta ‘alalfithrati, waj’alhunna
٣٣×
aakhira maa tatakallamubihi. Alhamdulillaah “Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku
ِ اَﻟْﺤﻤ ُﺪ ِل اﷲ َْ
“Segala Puji Bagi Allah.”
menghadapkan wajahku kepada-Mu, aku menyandarkan punggungku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-
c. Takbir 34x,
Mu dengan rasa senang dan takut kepada-Mu, sesungguhnya tiada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari ancaman-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada Kitab yang telah Engkau turunkan serta Nabi yang Engkau utus.”
٣٤× Allaahu akbar “Allah Maha Besar.”
d. Membaca istighfar sampai tertidur
6. Membaca dzikir: a. Tasbih 33x,
٣٣× Subhanallaah “Maha Suci Allah.”
اﷲُ أَ ْﻛﺒَـ ُﺮ
ِ ﺳ ْﺒﺤﺎَ َن اﷲ ُ
Astaghfirullaahal’azhiimi
أﺳﺘَـﻐْ ِﻔ ُﺮ اﷲَ اْ َﻟﻌ ِﻈ ْﻴ ِﻢ ْ
“Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung.”
7. Adapun jika bangun dari tidur, maka membaca do’a:
ِ ِِ َﺣﻴَﺎﻧَﺎ ﺑَـ ْﻌ َﺪ َﻣﺎ أ ََﻣﺎﺗَـﻨَﺎ َوإِﻟَْﻴ ِﻪ ْ ْﺤ ْﻤ ُﺪ ﻟﻠّﻪ اﻟﱠﺬي أ َ اَﻟ
ﺸ ْﻮُر ُ اﻟﻨﱡ
Alhamdu lillaahiladzii ahyanaa ba’damaa amaa tanaa
Laa
ilaaha
illallahu
waahiduqahharu,
rabbussamawaati wal ardhi wamaa baynahumaa ‘aziizulghaffaaru. “Tiada ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan, Rabb pencipta langit dan bumi serta apa-apa yang ada di antara keduanya, Yang Maha
wailayhinnusyuuru
Perkasa lagi Maha Pengampun.”
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kematian kami dan kepada-Nyalah kami dibangkitkan.”
8. Jika terbangun atau terkejut dari tidur, maka membaca do’a ini kemudian mencoba untuk tidur lagi.
ِ ﻻَ إِﻟﻪ إِﻻﱠ اﷲ اﻟﻮ ب ﻬ ﻘ اﻟ ﺪ اﺣ ﱠ َر ﱡ،ﺎر َ ُ َ ُ َ ُ ِ ﺴﻤﻮ ِ ات َو ْاﻷَ ْر ض َوَﻣﺎ ﺑَـ ْﻴـﻨَـ ُﻬ َﻤﺎ اﻟ َْﻌ ِﺰﻳْـ ُﺰ َ َ اﻟ ﱠ ﺎر ُ اﻟﻐَﱠﻔ
Daftar Pustaka Al-Hilali, Abu Usamah Salim bin ‘Ied. Syarah Riyadush Shalihin, Jilid II. Penerjemah M. Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005 Nada, ‘Abdul ‘azin bin Fathi as-Sayyid. Enslikopedi Adab Islam Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, Jilid II. Penerjemah Abu Ihsan Al-Atrasi. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2007
Lampiran 4
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) Validitas PSQI Q5A Q5A
Pearson Correlation
Q5D 1
Sig. (2-tailed) N Q5D
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Q5E
Q5J
Q6
Q7
Q9
TOTAL
.169
.161
.197
.290
.752
.598
.812
.058
.914
.373
.396
.297
.119
.006
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
-.046
-.007
.170
.451
.807
.969
.370
.012
1
.752
.309
.188
.276
.037
.443
.097
.321
.140
.846
.014
.491
**
-.021
*
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.309
1
-.064
.172
.099
.454
*
.012
.194
.281
.421
Sig. (2-tailed)
.598
.097
.735
.363
.601
.012
.950
.305
.133
.020
Pearson Correlation
*
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.045
.188
-.064
1
.120
.357
.021
.031
-.054
.447
.812
.321
.735
.526
.053
.911
.871
.778
.013
.026
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.102
.429
*
.040
.006
.284
30
30 .405
**
.276
.172
.120
Sig. (2-tailed)
.058
.140
.363
.526
.591
.018
.834
.974
.129
.006
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.021
.037
.099
.357
.102
1
-.270
.144
.227
.044
.431
.914
.846
.601
.053
.591
.148
.447
.228
.816
.017
Sig. (2-tailed) N
30
30
Pearson Correlation
.169
.443
Sig. (2-tailed)
.373
.014
*
30
30
30
30
30
30
30
30
*
.021
.429
*
-.270
1
.239
.229
.443
.012
.911
.018
.148
.203
.224
.014
.454
*
.488
*
.351
Pearson Correlation
1
*
Pearson Correlation N
Q5J
Q5I
.351
30
N
Q5I
Q5H
-.045
.100
Sig. (2-tailed) Q5H
-.060
Q5G
.100
Pearson Correlation N
Q5G
30
Q5E
-.060
*
30 .477
**
.008
N Q6
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.161
-.046
.012
.031
.040
.144
.239
1
.393
*
-.087
.367
Sig. (2-tailed)
.396
.807
.950
.871
.834
.447
.203
.032
.649
.046
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
1
-.038
.450
.841
.013 30
N Q7
Pearson Correlation
.197
-.007
.194
-.054
.006
.227
.229
.393
Sig. (2-tailed)
.297
.969
.305
.778
.974
.228
.224
.032
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
.284
.044
.443
*
-.087
-.038
1
.129
.816
.014
.649
.841
N Q9
Pearson Correlation
.290
.170
.281
.447
Sig. (2-tailed)
.119
.370
.133
.013
N TOTAL
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.491
**
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .605
10
*
30 .421
*
30 .405
*
30 .488
**
30 .431
*
30 .477
**
30 .367
*
30 .450
*
*
**
.007 30
30
**
1
.484
.006
.012
.020
.026
.006
.017
.008
.046
.013
.007
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliabilitas PSQI
30 .451
.484
*
30
Kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Validitas GDS Q1 Q1
Pearson Correlation
Q2 1
Sig. (2-tailed) N Q2
Q3
Q7
.224
.452
.167
.235
.012
.379
Q8
.539
**
.002
Q10
Q11
Q12
*
.272
.371
.046
.146
.043
.367
*
Q13
.484
**
.007
Q14
Q15
TOTAL
**
.177
.400
.000
.350
.028
.667
*
.676
**
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1
.299
.342
.367
*
.223
.196
.191
.199
.397
*
.134
.189
.117
.109
.064
.046
.237
.298
.312
.293
.030
.481
.317
.539
.003
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1
**
.000
**
**
.183
.415
*
*
.149
**
**
.002
1.000
.000
.008
.334
.023
.028
.432
.000
.006
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1
*
*
.342
.277
.308
.323
.302
.213
**
.012
.018
.064
.138
.098
.081
.105
.258
.001
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Sig. (2-tailed)
.046 30
30
Pearson Correlation
.224
.299
Sig. (2-tailed)
.235
.109
30
30
30
Pearson Correlation
.452
*
.342
**
Sig. (2-tailed)
.012
.064
.002
30
30
30
N
Q6 *
*
.367
N Q4
.046
.367
Q4
30
Pearson Correlation N
Q3 *
.539
.539
30
.452
.614
.429
.478
.402
.632
.488
.592
30 .521
.670
.682
**
**
**
Q6
Pearson Correlation
.167
.367
*
.000
.452
Sig. (2-tailed)
.379
.046
1.000
.012
N Q7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Q8
30
30
**
.223
.002
.237
.539
30
30
*
.196
.046 30
Pearson Correlation
.367
Sig. (2-tailed) N
30 .614
**
.000
*
1
.049
.367
*
.272
-.093
.311
-.167
.000
.400
.797
.046
.146
.626
.094
.379
1.000
.028
30
30
30
30
30
*
.049
1
.419
*
.280
.018
.797
.021
.134
.429
30
30
30
**
.342
.367
.298
.008
.064
.046
.021
30
30
30
30
30
.478
*
30
30
30
1
.191
.199
.312 30
30
.191
.183
.277
.272
.280
.191
Sig. (2-tailed)
.146
.312
.334
.138
.146
.134
.312
30
30
30
30
30
**
.199
.227
.008
.293
.227
30
30
Q11 Pearson Correlation
.371
.199
.415
*
.308
-.093
Sig. (2-tailed)
.043
.293
.023
.098
.626
N Q12 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Q13 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30 .484
**
.007
30 .397
*
.030
30
30
30
*
.323
.311
.028
.081
.094
.402
.473
30 .515
**
.004
1 30
.196
.004
.299
.002
.481
.074
.001
.000
30
30
30
30
30
30
.227
.226
.408
*
.000
.356
.227
.230
.025
1.000
.053
.002
30
30
30
30
30
30
.244
**
.263
.284
.001
.161
.129
.194
.557
30 .208
.002
.230
.194
30
30
30
30
-.167
.196
.134
.408
.000
.481
.432
.105
.379
.299
.481
30
30
30
30
30
30
30
**
.213
.000
**
.331
.000
.293
1
.271
30 .489
**
.006
30
**
30
1
30
.000
30 .704
.331
30
.302
**
30
30
30
.001
30 .599
.022
.134
.244
.149
**
*
**
30
30
30 .555
.416
30 .536
.226
.134
.554
**
30 .408
*
.025
30 .688
.552
.464
**
**
**
.010 30 .734
**
.000
30
30
30
30
30
30
**
.208
1
.000
.024
.451
.025
.001
.271
1.000
.899
.012
30
30
30
30
30
30
30
.000
.263
**
.000
1
.309
*
.557
.189
Sig. (2-tailed)
.350
.317
.000
.258
1.000
.001
.074
1.000
.161
.006
1.000
.097
.007
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Q15 Pearson Correlation
.400
*
.117
**
**
*
**
**
.356
.284
.408
*
.024
.309
1
Sig. (2-tailed)
.028
.539
.006
.001
.028
.000
.001
.053
.129
.025
.899
.097
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
N
.592
.400
.599
.554
.486
**
.177
.488
.489
*
Q14 Pearson Correlation N
.555
30
**
**
**
.632
30 .515
30 .536
30 .667
.008
*
.272
*
**
30 .419
Q10 Pearson Correlation N
30 .473
*
.658
**
.000 30
30
TOT Pearson Correlation AL Sig. (2-tailed)
.676
**
.521
**
.670
**
.552
**
.464
**
.734
**
.451
*
.486
**
.658
**
.002
.010
.000
.012
.007
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
13
Case Processing Summary N
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
.688
.000
Kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE)
Total
**
.000
N of Items
a
.704
.022
Cronbach's
Excluded
*
.000
Reliability Statistics
Valid
.416
.000
Reliabilitas GDS
Cases
**
.003
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.848
.682
.000
N
Alpha
**
1 30
Validitas MMSE Correlations Orientasi waktu Orientasi waktu
Pearson Correlation
.011
.
.087
.785
.
.123
Menulis *
Mengambar
TOTAL
.454
*
.362
.052
.656**
.012
.049
.786
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
.a
.295
.133
.a
.184
.517**
.633**
.398*
.711**
Sig. (2-tailed)
.011
.
.113
.482
.
.330
.003
.000
.030
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
.a
Pearson Correlation
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.318
.295
.a
1
.318
.a
.791**
.308
.379*
.253
.738**
Sig. (2-tailed)
.087
.113
.
.087
.
.000
.098
.039
.178
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.052
.133
a
.318
1
.
a
.350
.127
.076
.126
.428*
.785
.482
.
.087
.
.058
.504
.688
.508
.018
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
.a
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.
30
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.288
.184
.a
.791**
.350
.a
1
.266
.199
.174
.638**
Sig. (2-tailed)
.123
.330
.
.000
.058
.
.155
.293
.359
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.454*
.517**
.a
.308
.127
.a
.266
1
.426*
.618**
.676**
Sig. (2-tailed)
.012
.003
.
.098
.504
.
.155
.019
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.362*
.633**
.a
.379*
.076
.a
.199
.426*
1
.473**
.644**
N
N
N Menulis
.288
.
Membaca
30
N
Membaca
-.052
.
Pemahaman a
1
Sig. (2-tailed)
Pemahaman
.318
.455
Menamai
30
N
Menamai
Mengingat
a
30
N
Mengingat
*
Atensi dan kalkulasi
.455*
Sig. (2-tailed) Atensi dan kalkulasi
Registrasi
Pearson Correlation N
Registrasi
1
Sig. (2-tailed) N
Orientasi tempat
Orientasi tempat
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
.049
N Mengambar
.
.039
.688
.
.293
.019
.008
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.052
.398*
.a
.253
.126
.a
.174
.618**
.473**
1
.482**
Sig. (2-tailed)
.786
.030
.
.178
.508
.
.359
.000
.008
N TOTAL
.000
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.656**
.711**
.a
.738**
.428*
.a
.638**
.676**
.644**
.482**
1
.000
.000
.
.000
.018
.
.000
.000
.000
.007
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant. **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliabilitas MMSE Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .713
10
.007
30
Kuesioner Geriatric Anxiety Inventory-Short Form (GAI-SF) Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total a.
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Validitas GAI-SF Correlations Q1 Q1
Pearson Correlation
Q2 1
Sig. (2-tailed) N Q2
.400
Sig. (2-tailed)
.029 30 *
*
Q4
.400
.029
.029
.055
.029
.000
30
30
30
30
30
1
**
.354
.100
.002
.055
.599
.550
30
30
**
1
Sig. (2-tailed)
.029
.002
30
30
30
.354
**
.354
TOTAL
.354
.400
Pearson Correlation
Q5
*
.400
Pearson Correlation
N Q4
*
Pearson Correlation
N Q3
30
Q3
.400
.550
.530
30 .530
**
*
30 .550
**
.707
.664
**
**
.000 30 .834
**
.003
.002
.000
30
30
30
1
**
.530
.739
**
Sig. (2-tailed) N Q5
.055
.003
30
.003
.000 30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.400
*
.100
**
**
1
Sig. (2-tailed)
.029
.599
N TOTAL
.055
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.707
**
30 .664
Cronbach's Alpha
N of Items .779
5
30 .834
**
.003 30 .739
**
.707
**
.000 30
30
**
1
.707
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
.002
.530
.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliabilitas GAI-SF
**
.550
30
Kuesioner Indeks Katz Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Validitas Indeks Katz Correlations Mandi Mandi
Pearson Correlation
Berpakaian .
a
Toilet .
Sig. (2-tailed) N Berpakaian
Pearson Correlation
N Pearson Correlation
Berpindah
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
a
Eliminasi .
a
Makan .
a
TOTAL .
a
.
a
.
.
.
.
.
30
30
30
30
30
30
30
a
a
a
a
a
a
.
.
.
. 30 .
Sig. (2-tailed) N
Berpindah .
.
Sig. (2-tailed)
Toilet
a
a
30 .
a
.
.
a
.
.
.
.
30
30
30
30
30
.
a
.
30
30
30
a
a
a
.
.
.
. .
.
.
.
.
.
30
30
30
.
a
.
a
.
a
.
a
.
.
.
.
30
30
30
30
1
a
a
30
.
.
1.000
**
.
.
.000
30
30
30
Eliminasi
Pearson Correlation
.
Sig. (2-tailed) N Makan
Pearson Correlation
Pearson Correlation
N
.
a
.
a
.
.
30
30
30
30
a
.
a
.
a
.
a
.
a
30 .
a
.
30
30
.
a
.
a
30
30
30
30
30
30
30
a
a
a
**
a
a
1
.
.
1.000
.
. .
.
.
.
.000
.
.
30
30
30
30
30
30
Each of the following component variables has zero variance and is removed from the scale: Mandi, Berpakaian, Toilet, Mengontrol Eliminasi, Makan Too many items are deleted from the scale. This command is not executed. Reliability Statistics a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings. 6
.
.
Warnings
-5.271E-14
a
.
Reliabilitas Indeks Katz
N of Items
.
.
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
a
a
.
a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
Cronbach's Alpha
.
. .
Sig. (2-tailed)
a
.
Sig. (2-tailed)
TOTAL
.
. .
N
a
30
Lampiran 5
HASIL PENELITIAN Karakteristik Subjek Penelitian Uji normalitas distribusi data Tests of Normality Shapiro-Wilk Statistic Usia Jenis kelamin
Df
Sig.
.906 .554
30 30
.011 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Usia Statistics Usia N
Valid
30
Missing Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Minimum Maximum
0 69.40 68.50 a 62 6.605 43.628 .889 .427 .205 .833 62 87
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown klasifikasi usia Frequency Valid
Lanjut usia Lanjut usia tua Total
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
24
80.0
80.0
80.0
6
20.0
20.0
100.0
30
100.0
100.0
Jenis Kelamin Case Processing Summary Cases Valid N Kelompok * Jenis kelamin
Percent
30 100.0%
Missing N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent
30 100.0%
Jenis kelamin * Kelompok Crosstabulation Kelompok Intervensi Jenis kelamin
22
11.0
11.0
22.0
% within Jenis kelamin
59.1%
40.9%
100.0%
% within Kelompok
86.7%
60.0%
73.3%
% of Total
43.3%
30.0%
73.3%
2
6
8
4.0
4.0
8.0
% within Jenis kelamin
25.0%
75.0%
100.0%
% within Kelompok
13.3%
40.0%
26.7%
6.7%
20.0%
26.7%
Count Expected Count
% of Total Total
Total
9
Expected Count
Laki-laki
Kontrol
13
Perempuan Count
15
15
30
15.0
15.0
30.0
50.0%
50.0%
100.0%
100.0% 100.0%
100.0%
Count Expected Count % within Jenis kelamin % within Kelompok % of Total
50.0%
50.0%
100.0%
Komponen Kualitas Tidur Pada Responden (pretest-posttest) Statistics Kualitas Tidur Subjektif (pretest) N
Valid
Missing Mean Median Mode Std. Deviation Variance Minimum Maximum
Tidur Laten (pretest)
Gangguan Tidur (pretest)
Penggunaan Obat Tidur (pretest)
Disfungsi di Siang Hari (pretest)
30
30
30
30
30
0 1.17 1.00
0 2.00 2.50
0 1.23 1.00
0 .00 .00
0 .90 .00
1 .648
3 1.203
1 .568
0 .000
0 1.269
.420 0 3
1.448 0 3
.323 0 2
.000 0 0
1.610 0 3
Statistics Kualitas Tidur Subjektif (posttest) N
Tidur Laten (posttest)
Gangguan Tidur (posttest)
Penggunaan Obat Tidur (posttest)
Disfungsi di Siang Hari (posttest)
Valid
30
30
30
30
30
Missing
0 .57 .00
0 1.07 .00
0 .97 1.00
0 .00 .00
0 .87 .00
0 .728
0 1.258
1 .490
0 .000
0 1.252
.530 0 3
1.582 0 3
.240 0 2
.000 0 0
1.568 0 3
Mean Median Mode Std. Deviation Variance Minimum Maximum
Skor Kualitas Tidur Skor Kualitas Tidur (pretest) Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1-10
20
66.7
66.7
66.7
11-20
10
33.3
33.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Skor Kualitas Tidur (posttest) Frequency Valid
0
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
3.3
3.3
3.3
1-10
24
80.0
80.0
83.3
11-20
5
16.7
16.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Skor PSQI Kelompok Intervensi dan Kontrol (pretest dan posttest) Uji Normalitas distribusi data Skor PSQI Tests of Normality Shapiro-Wilk Statistic Kelompok Intervensi (pretest) Kelompok Intervensi (posttest) Kelompok Kontrol (pretest) Kelompok Kontrol (posttest)
Df
.970 .942 .953 .921
Sig. .854 .410 .571 .201
15 15 15 15
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Case Processing Summary Cases Valid N Kelompok Intervensi (pretest) Kelompok Intervensi (posttest) Kelompok Kontrol (pretest) Kelompok Kontrol (posttest)
Missing
Percent 15 15 15 15
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
N
Total
Percent 0 0 0 0
.0% .0% .0% .0%
N
Percent 15 15 15 15
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Statistics Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Intervensi (pretest) Intervensi (posttest) Kontrol (pretest) Kontrol (posttest) N
Valid
Missing Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Minimum Maximum
15
15
15
15
0 10.93 12.00 13 4.496 20.210 -.303 .580 -.345 1.121 2 18
0 4.00 4.00 a 3 2.236 5.000 -.133 .580 -.982 1.121 0 7
0 7.27 7.00 6 2.815 7.924 .174 .580 -.257 1.121 3 13
0 8.40 9.00 9 3.699 13.686 -.532 .580 -.493 1.121 1 13
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Uji t berpasangan Skor PSQI Kelompok Kontrol pada pengukuran pretest dan posttest Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Skor PSQI kelompok kontrol (pretest)
7.27
15
2.815
.727
Skor PSQI kelompok kontrol (posttest)
8.40
15
3.699
.955
Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1 Skor PSQI kelompok kontrol (pretest) Skor PSQI kelompok kontrol (posttest)
-1.133
Std. Deviation
2.774
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
.716
-2.670
Upper
.403
t
Sig. (2tailed)
df
-1.582
14
.136
Uji t berpasangan skor PSQI Kelompok Intervensi pada pengukuran pretest dan posttest Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Skor PSQI kelompok intervensi (pretest)
10.93
15
4.496
1.161
Skor PSQI kelompok intervensi (posttest)
4.00
15
2.236
.577
Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1 Skor PSQI kelompok intervensi (pretest) Skor PSQI kelompok intervensi (posttest)
6.933
Std. Deviation 4.096
Std. Error Mean 1.058
95% Confidence Interval of the Difference Lower 4.665
Upper 9.202
t 6.555
Sig. (2tailed)
df 14
.000
Uji Wilcoxon Kelompok Intervensi pada pengukuran pretest dan posttest (5 komponen PSQI) Uji Normalitas data pada 5 komponen PSQI Warnings K6pre is constant. It will be included in any boxplots produced but other output will be omitted. K1post is constant. It will be included in any boxplots produced but other output will be omitted. K6post is constant. It will be included in any boxplots produced but other output will be omitted. b,c,d
Tests of Normality Shapiro-Wilk Statistic K1pre K2pre K5pre K7pre K2post K5post K7post
.663 .716 .744 .720 .596 .631 .394
df
Sig. 15 15 15 15 15 15 15
.000 .000 .001 .000 .000 .000 .000
a. Lilliefors Significance Correction b. K6pre is constant. It has been omitted. c. K1post is constant. It has been omitted. d. K6post is constant. It has been omitted.
Uji Wilcoxon Kelompok Intervensi pada pengukuran pretest dan posttest (setiap komponen PSQI) Statistics K1pre N
K2pre
Valid
Missing Mean Median Std. Deviation Minimum Maximum
K5pre
K6pre
K7pre
15
15
15
15
15
0 1.47 1.00
0 2.47 3.00
0 1.47 2.00
0 .00 .00
0 .87 .00
.743 1 3
.743 1 3
.640 0 2
.000 0 0
1.187 0 3
Statistics K1post N
K2post
K5post
K6post
K7post
Valid
15
15
15
15
15
Missing
0 .00 .00
0 .40 .00
0 .93 1.00
0 .00 .00
0 .27 .00
.000 0 0
.737 0 2
.458 0 2
.000 0 0
.799 0 3
Mean Median Std. Deviation Minimum Maximum
Wilcoxon Ranks N K1post - K1pre
Negative Ranks
K5post - K5pre
K6post - K6pre
0
8.00
120.00
.00
.00
d
7.50
105.00
e
.00
.00
c
Ties
0
Total
15
Negative Ranks
14
Positive Ranks
0
f
Ties
1
Total
15
Negative Ranks
8
g
4.50
36.00
Positive Ranks
0
h
.00
.00
j
.00
.00
k
.00
.00
m
3.90
19.50
1.50
1.50
i
Ties
7
Total
15
Negative Ranks
0
Positive Ranks
K7post - K7pre
Sum of Ranks
b
15
Positive Ranks
K2post - K2pre
Mean Rank a
0
l
Ties
15
Total
15
Negative Ranks
5
Positive Ranks
1
n
Ties
9
o
Total
15
a. K1post < K1pre
i. K5post = K5pre
b. K1post > K1pre
j. K6post < K6pre
c. K1post = K1pre
k. K6post > K6pre
d. K2post < K2pre
l. K6post = K6pre
e. K2post > K2pre
m. K7post < K7pre
f. K2post = K2pre
n. K7post > K7pre
g. K5post < K5pre
o. K7post = K7pre
h. K5post > K5pre c
Test Statistics K1post - K1pre Z Asymp. Sig. (2-tailed)
K2post - K2pre a
-3.531
.000
K5post - K5pre a
-3.345
.001
a. Based on positive ranks. b. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. c. Wilcoxon Signed Ranks Test
K6post - K6pre a
-2.828
.005
.000
K7post - K7pre b
1.000
a
-1.913
.056
Uji t tidak berpasangan skor PSQI antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol Group Statistics Dzikir menjelang tidur
N
Skor PSQI Kelompok Intervensi Kelompok kontrol
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
15
4.00
2.236
.577
15
8.40
3.699
.955
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Skor PSQI Equal variances assumed Equal variances not assumed
2.977
Sig.
t
.095 -3.942
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower
df
Upper
28
.000
-4.400
1.116 -6.686
-2.114
-3.942 23.025
.001
-4.400
1.116 -6.709
-2.091
Lampiran 6
Daftar Urut Undian Responden
No 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Kelompok Intervensi Inisial/ Usia Wisma Ibu D/ 68 thn Asoka Ibu Y/ 68 thn Bougenfil Ibu SH/ 62 thn Asoka Ibu M/ 70 thn Asoka Bpk. N/ 63 thn Flamboyan Ibu P/ 65 thn Asoka Ibu R/ 80 thn Asoka Ibu R/ 87 thn Asoka Ibu S/ 65 thn Bougenfil Bpk. K/ 69 thn Flamboyan Ibu Y/ 79 thn Asoka Ibu SM/ 72 thn Bougenfil Ibu R/ 64 thn Asoka Ibu F/ 64 thn Asoka Ibu NS/ 77 thn Asoka
No 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Kelompok Kontrol Inisial/ Usia Wisma Ibu S70 thn Asoka Ibu NS/ 62 thn Bougenfil Ibu M/ 54 thn Asoka Bpk. AK/ 71 thn Flamboyan Bpk. C/ 72 thn Flamboyan Ibu S/ 70 thn Bougenfil Ibu R/ 63 thn Asoka Ibu K/ 62 thn Asoka Bpk. MH/ 69 thn Flamboyan Bpk. D/ 80 thn Flamboyan Ibu M/ 70 thn Asoka Ibu A/ 63 thn Asoka Ibu W/ 78 thn Bougenfil Bpk. J/ 74 thn Flamboyan Bpk. S/ 82 thn Flamboyan
Lampiran 7
Lampiran 8