No. 18/29/DPM
Jakarta, 29 November 2016
SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta, dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/12/PBI/2016 tentang Operasi Moneter (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5919), perlu diatur kembali ketentuan pelaksanaan mengenai kriteria dan persyaratan surat berharga, peserta, dan lembaga perantara dalam Operasi Moneter dalam Surat Edaran Bank Indonesia sebagai berikut: I.
KETENTUAN UMUM Dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan: 1.
Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang mengenai perbankan, yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional.
2.
Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengelolaan moneter melalui OPT dan Koridor Suku Bunga (Standing Facilities).
3.
Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disingkat OPT adalah kegiatan transaksi di pasar uang dan pasar valuta asing yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Bank dan/atau pihak lain dalam rangka Operasi Moneter.
4.
Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) yang selanjutnya disebut Standing Facilities adalah kegiatan penyediaan dana Rupiah (Lending Facility) dari
Bank Indonesia kepada Bank
dan
penempatan …
2
penempatan dana Rupiah (Deposit Facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka Operasi Moneter. 5.
Lending Facility adalah penyediaan dana Rupiah dari Bank Indonesia kepada Bank dalam rangka Operasi Moneter.
6.
Deposit Facility adalah penempatan dana Rupiah oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka Operasi Moneter.
7.
Surat Berharga adalah surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, SBN, dan surat berharga lain yang digunakan dalam transaksi
Operasi
Moneter
sebagaimana
dimaksud
dalam
ketentuan ini. 8.
Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disingkat SBI adalah Surat Berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
9.
Sertifikat Deposito Bank Indonesia yang selanjutnya disingkat SDBI adalah Surat Berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek yang dapat diperdagangkan hanya antar-Bank.
10. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disingkat SBN adalah SUN dan SBSN. 11. Surat Utang Negara yang selanjutnya disingkat SUN adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Utang Negara. 12. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah SBN yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara.
13. Obligasi …
3
13. Obligasi Negara adalah SUN yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran bunga secara diskonto. 14. Surat Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat SPN adalah SUN yang berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan, dengan pembayaran bunga secara diskonto. 15. Zero Coupon Bond yang selanjutnya disingkat ZCB adalah Obligasi Negara tanpa kupon, dengan pembayaran bunga secara diskonto. 16. Obligasi Negara Ritel yang selanjutnya disebut ORI adalah Obligasi Negara yang pada pasar perdana dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui agen penjual. 17. SBSN Ritel atau dapat disebut Sukuk Negara Ritel adalah SBSN yang dijual kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia melalui agen penjual. 18. SBSN Jangka Panjang adalah SBSN yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran imbalan berupa kupon dan/atau secara diskonto. 19. SBSN Jangka Pendek atau Surat Perbendaharaan Negara Syariah adalah SBSN yang berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran imbalan berupa kupon dan/atau secara diskonto. 20. Transaksi
Repurchase Agreement
yang
selanjutnya disebut
Transaksi Repo adalah transaksi penjualan Surat Berharga oleh peserta
Operasi
Moneter
kepada
Bank
Indonesia
dengan
kewajiban pembelian kembali oleh peserta Operasi Moneter sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. 21. Transaksi Reverse Repo adalah transaksi pembelian Surat Berharga oleh
Peserta OPT dari
Bank Indonesia,
dengan
kewajiban penjualan kembali oleh Peserta OPT sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. 22. Transaksi Outright adalah transaksi pembelian dan penjualan Surat Berharga oleh peserta Operasi Moneter kepada Bank Indonesia secara putus tanpa kewajiban penjualan dan pembelian kembali oleh peserta Operasi Moneter. 23. Sistem …
4
23. Sistem
Bank
Indonesia-Real
Time
Gross
Settlement
yang
selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah infrastruktur yang digunakan
sebagai
sarana
transfer
dana
elektronik
yang
setelmennya dilakukan seketika per transaksi secara individual sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan transaksi, penatausahaan surat berharga dan setelmen dana seketika. 24. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya
disingkat
BI-SSSS
adalah
infrastruktur
yang
digunakan sebagai sarana penatausahaan transaksi dengan Bank Indonesia dan transaksi pasar keuangan, serta penatausahaan surat berharga, yang dilakukan secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
penyelenggaraan
transaksi,
penatausahaan
surat
berharga dan setelmen dana seketika. 25. Sistem
Bank
Indonesia–Electronic
Trading
Platform
yang
selanjutnya disebut Sistem BI-ETP adalah infrastruktur yang digunakan sebagai sarana transaksi dengan Bank Indonesia dan transaksi pasar keuangan yang dilakukan secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan transaksi, penatausahaan surat berharga dan setelmen dana seketika. II.
SURAT BERHARGA DALAM OPERASI MONETER 1.
Kriteria Surat Berharga yang dapat digunakan dalam Operasi Moneter adalah sebagai berikut: a.
Surat Berharga dalam mata uang Rupiah: 1)
diterbitkan oleh Bank Indonesia, dan/atau Negara Republik Indonesia;
b.
2)
tercatat di BI-SSSS; dan
3)
tidak sedang diagunkan.
Surat Berharga dalam valuta asing: 1)
diterbitkan oleh pemerintah negara lain yang bank sentralnya memiliki kerja sama dengan Bank Indonesia antara …
5
antara lain
dalam bentuk
cross border collateral
arrangement; 2)
sesuai denominasi asal negara penerbit;
3)
tercatat pada aktiva peserta Operasi Moneter yang tercatat pada rekening surat berharga milik peserta Operasi Moneter di lembaga kustodian yang disepakati;
2.
4)
memiliki peringkat investasi (investment grade); dan
5)
tidak sedang diagunkan.
Jenis Surat Berharga yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam angka 1 terdiri atas: a.
SBI;
b.
SDBI;
c.
SBN, yang terdiri atas: 1)
SUN, meliputi SPN dan Obligasi Negara termasuk ZCB dan ORI; dan
2)
SBSN, meliputi SBSN Jangka Pendek dan SBSN Jangka Panjang termasuk SBSN Ritel; dan
d.
Surat berharga jangka pendek atau jangka panjang yang diterbitkan oleh pemerintah negara lain (sovereign bond).
3.
Syarat Penggunaan Surat Berharga a.
Surat Berharga dalam valuta asing sebagaimana dimaksud dalam butir 1.b hanya digunakan dalam Transaksi Repo dalam rangka OPT.
b.
Untuk Transaksi Repo dalam rangka OPT dan Lending Facility: 1)
SBI Memiliki sisa jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari kerja pada saat second leg Transaksi Repo.
2)
SDBI Memiliki sisa jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari kerja pada saat second leg Transaksi Repo.
3)
SBN Memiliki sisa jangka waktu paling singkat 3 (tiga) hari kerja pada saat second leg Transaksi Repo. c.
Untuk …
6
c.
Untuk
Transaksi
Repo
dalam
rangka
OPT
dapat
menggunakan surat berharga dalam valuta asing yang memiliki sisa jangka waktu paling singkat 30 (tiga puluh) hari kalender pada saat second leg Transaksi Repo. d.
SBN yang diperoleh Peserta Operasi Moneter dari Bank Indonesia dalam Transaksi Reverse Repo dapat digunakan kembali dalam transaksi di pasar sekunder.
e.
Dalam hal peserta Operasi Moneter melakukan transaksi di pasar sekunder sebagaimana dimaksud dalam huruf d, transaksi dimaksud dilakukan dengan tetap memperhatikan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas yang berwenang.
III.
HARGA
DAN
HAIRCUT
SURAT
BERHARGA
DALAM
OPERASI
MONETER 1.
Harga dan haircut Surat Berharga yang digunakan dalam Operasi Moneter ditetapkan dan diumumkan oleh Bank Indonesia di Sistem BI-ETP, BI-SSSS, dan/atau sarana lain.
2.
Harga Surat Berharga sebagaimana dimaksud dalam angka 1 ditetapkan sebagai berikut: a.
Harga
SBI
ditetapkan
oleh
Bank
Indonesia
dengan
mempertimbangkan antara lain rata-rata tertimbang tingkat diskonto saat penerbitan dan sisa jangka waktu setiap seri SBI. b.
Harga SDBI ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan mempertimbangkan antara lain rata-rata tertimbang tingkat diskonto saat penerbitan dan sisa jangka waktu setiap seri SDBI.
c.
Harga SBN dan
surat
berharga dalam valuta asing
ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan mempertimbangkan antara lain harga pasar masing-masing jenis dan seri SBN serta surat berharga dalam valuta asing (sovereign bond). 3.
Haircut merupakan faktor pengurang terhadap harga Surat Berharga.
4.
Haircut terhadap Surat Berharga sebagaimana dimaksud dalam angka 1 ditetapkan sebagai berikut: a.
untuk …
7
a.
untuk SBI sebesar 0% (nol persen);
b.
untuk SDBI sebesar 0% (nol persen);
c.
untuk SBN yang terdiri atas:
d.
1)
SUN sebesar 5% (lima persen);
2)
SBSN sebesar 6,5% (enam koma lima persen);
untuk surat berharga dalam valuta asing (sovereign bond) diumumkan
oleh
Bank
Indonesia
pada
tanggal
perubahan
haircut
pelaksanaan transaksi. 5.
Bank
Indonesia
dapat
melakukan
sebagaimana dimaksud dalam angka 4 dan mengumumkan perubahan tersebut melalui Sistem BI-ETP, BI-SSSS, Sistem Laporan Harian Bank Umum (LHBU), dan/atau sarana lain. 6.
Dalam hal terjadi transaksi penjualan Surat Berharga secara outright oleh peserta Operasi Moneter karena kegagalan setelmen second leg Transaksi Repo atau Lending Facility,
harga Surat
Berharga yang digunakan dalam perhitungan nilai setelmen outright adalah harga Surat Berharga pada tanggal Transaksi Outright paling tinggi sebesar harga Surat Berharga pada transaksi first leg. 7.
Dalam hal terjadi transaksi pembelian Surat Berharga secara outright oleh peserta Operasi Moneter karena kegagalan setelmen second leg Transaksi Reverse Repo, harga Surat Berharga yang digunakan dalam perhitungan nilai setelmen outright adalah harga Surat Berharga pada tanggal Transaksi Outright paling rendah sebesar harga Surat Berharga pada transaksi first leg.
8.
Dalam hal terjadi penjualan Surat Berharga dalam valuta asing oleh Bank Indonesia karena kegagalan setelmen second leg Transaksi Repo, harga Surat Berharga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga penjualan Surat Berharga dalam valuta asing oleh Bank Indonesia pada tanggal penjualan.
IV.
PERHITUNGAN …
8
IV.
PERHITUNGAN NILAI SETELMEN TRANSAKSI OPERASI MONETER MENGGUNAKAN SURAT BERHARGA DALAM RUPIAH 1.
Perhitungan Nilai Setelmen Transaksi Lending Facility, Transaksi Repo dengan Surat Berharga dalam Rupiah, dan Transaksi Reverse Repo a.
Nilai setelmen Surat Berharga adalah sebesar nilai nominal Surat Berharga yang di-repo-kan atau di-reverse repo-kan.
b.
Nilai setelmen dana untuk setelmen first leg dihitung sebagai berikut: 1)
SBI, SDBI, SPN, ZCB, dan SBSN Jangka Pendek Nominal Surat Nilai Berharga yang Harga Surat Setelmen = × ( − Haircut) Di-repo-kan atau Berharga First Leg Di-reverse repo-kan
2)
Obligasi Negara termasuk ORI dan SBSN Jangka Panjang Nominal Surat Nilai Accrued Berharga yang Harga Surat Setelmen = [ x ( -Haircut)] + Interest/ Di-repo-kan atau Berharga First Leg Imbalan Di-reverse repo-kan
Keterangan: Harga
: harga
Surat
Berharga
sebagaimana
Surat
diumumkan pada Sistem BI-ETP dan
Berharga
BI-SSSS pada tanggal transaksi Lending Facility, Transaksi Repo, atau Transaksi Reverse Repo
Haircut
: haircut sebagaimana diumumkan dalam Sistem
BI-ETP
dan
BI-SSSS
pada
transaksi Lending Facility, Transaksi Repo, atau Transaksi Reverse Repo Accrued
: hak atas kupon atau imbalan Surat
Interest
Berharga yang dihitung sejak 1 (satu)
atau
hari
Accrued
kupon atau imbalan terakhir sampai
Imbalan
dengan tanggal setelmen first leg
sesudah
tanggal
pembayaran
3)
Obligasi …
9
3)
Obligasi Negara termasuk ORI dan SBSN Jangka Panjang dalam hal terdapat pembayaran kupon atau imbalan Surat Berharga pada 1 (satu) hari kerja setelah tanggal setelmen first leg Nominal Surat Nilai Accrued Berharga yang Harga Surat Setelmen = [ × ( − 𝐻𝑎𝑖rcut)] -Interest/ Di-repo-kan atau Berharga First Leg Imbalan Di-reverse repo-kan
Keterangan : Harga
: harga
Surat
Berharga
sebagaimana
Surat
diumumkan pada Sistem BI-ETP dan
Berharga
BI-SSSS pada tanggal transaksi Lending Facility, Transaksi Repo, atau Transaksi Reverse Repo
Haircut
: haircut sebagaimana diumumkan dalam Sistem
BI-ETP
dan
BI-SSSS
pada
transaksi Lending Facility, Transaksi Repo, atau Transaksi Reverse Repo Accrued
: hak atas kupon atau imbalan Surat
Interest
Berharga yang dihitung sejak tanggal
atau
setelmen first leg sampai dengan tanggal
Accrued
pembayaran kupon atau imbalan Surat
Imbalan
Berharga
pada
1
(satu)
hari
kerja
sesudah tanggal setelmen first leg c.
Nilai setelmen dana untuk setelmen second leg dihitung sebagai berikut: Bunga Transaksi Nilai Nilai Setelmen = Setelmen + Repo/Reverse Repo/ Second Leg First Leg Lending Facility
Bunga Transaksi Repo Rate/ Nilai Repo/Reverse Repo/ = Setelmen x Reverse Repo Rate/ x Jangka waktu 360 First Leg Lending Facility Rate Lending Facility
Keterangan …
10
Keterangan: Jangka
: jangka waktu Lending Facility, Transaksi Repo,
waktu 2.
atau Transaksi Reverse Repo
Perhitungan Nilai Setelmen Transaksi Outright a.
Nilai setelmen Surat Berharga adalah sebesar nilai nominal Surat Berharga yang ditransaksikan secara outright.
b.
Nilai
setelmen
dana untuk
transaksi
pembelian
atau
penjualan Surat Berharga secara outright sebagai berikut: 1)
SPN, ZCB, dan SBSN Jangka Pendek Harga Nilai Nominal Setelmen = Surat × Surat Outright Berharga Berharga
2)
Obligasi Negara termasuk ORI, dan SBSN Jangka Panjang Harga Nominal Nilai Setelmen Accrued Interest/ = [ Surat × Surat ] + Outright Imbalan Berharga Berharga
Keterangan: Harga
Surat : harga Surat Berharga sebagaimana
Berharga
ditetapkan Bank Indonesia dalam hal Transaksi Outright dilakukan dengan mekanisme lelang, dan/atau harga Surat
Berharga
berdasarkan
kesepakatan para pihak dalam hal Transaksi Outright dilakukan dengan mekanisme nonlelang Accrued
: hak atas kupon atau imbalan Surat
Interest atau
Berharga yang dihitung sejak 1 (satu)
accrued
hari sesudah tanggal
imbalan
kupon atau imbalan terakhir sampai
pembayaran
dengan tanggal setelmen Transaksi Outright
3)
Obligasi …
11
3)
Obligasi Negara termasuk ORI, dan SBSN Jangka Panjang Dalam Hal Terdapat Pembayaran Kupon atau Imbalan Surat Berharga pada 1 (satu) Hari Kerja Sesudah Tanggal Setelmen Transaksi Outright Harga Nominal Nilai Setelmen Accrued Interest/ = [ Surat × Surat ] Outright Imbalan Berharga Berharga
Keterangan : Harga Surat :
harga Surat Berharga sebagaimana
Berharga
ditetapkan Bank Indonesia dalam hal Transaksi Outright dilakukan dengan mekanisme lelang, dan/atau harga Surat
Berharga
berdasarkan
kesepakatan para pihak dalam hal Transaksi Outright dilakukan dengan mekanisme nonlelang Accrued
:
hak atas kupon atau imbalan Surat
Interest atau
Berharga yang dihitung sejak tanggal
accrued
setelmen Transaksi Outright sampai
imbalan
dengan tanggal pembayaran kupon atau imbalan Surat Berharga pada 1 (satu) hari kerja sesudah tanggal Transaksi Outright
3.
Accrued interest atau imbalan sebagaimana dimaksud dalam butir 1.b.2), butir 1.b.3), butir 2.b.2) dan butir 2.b.3) dihitung dengan rumus perhitungan accrued interest atau imbalan per unit sebagai berikut: AI = N ×
C a × n E
Keterangan: AI
:
Accrued interest atau imbalan per unit
N…
12
N
:
Nominal Surat Berharga per unit yaitu Rp 1.000.000 (satu juta Rupiah)
C
:
Nilai kupon atau imbalan
n
:
Frekuensi pembayaran kupon atau imbalan dalam setahun
a
:
Jumlah hari sebenarnya (actual days)
E
:
jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal dimulainya periode kupon
atau
imbalan
sampai
dengan
tanggal
pembayaran kupon atau imbalan berikutnya. 4.
Pelunasan SBI Sebelum Jatuh Waktu (Early Redemption) Dalam hal terjadi kegagalan setelmen Transaksi Repo jatuh waktu yang menggunakan SBI atau Lending Facility jatuh waktu yang menggunakan SBI, nilai tunai setelmen dihitung sebagai berikut: Nilai nominal × 360 Nilai tunai = early redemption 360+(Tingkat diskonto × Sisa jangka waktu)
Keterangan: Nilai
:
nilai nominal SBI yang di-early redemption
:
rata-rata tertimbang tingkat diskonto pada saat
nominal Tingkat Diskonto Sisa
SBI diterbitkan :
jumlah
hari
sebenarnya
(actual
days)
yang
jangka
dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal gagal
waktu
setelmen
transaksi
Operasi
Moneter
sampai
dengan tanggal jatuh waktu SBI (maturity date) 5.
Pelunasan SDBI Sebelum Jatuh Waktu (Early Redemption) Early redemption terhadap SDBI dilakukan dalam hal terjadi kegagalan
setelmen
menggunakan
SDBI,
Transaksi
Repo
jatuh
waktu
yang
Lending
Facility
jatuh
waktu
yang
menggunakan SDBI, atau terjadi transaksi antara Bank dengan pihak selain Bank yang menggunakan SDBI, dengan perhitungan setelmen nilai tunai sebagai berikut: Nilai …
13
Nilai nominal × 360 Nilai tunai = early redemption 360+(Tingkat diskonto × Sisa jangka waktu)
Keterangan: Nilai
: nilai nominal SDBI yang di-early redemption
nominal Tingkat
: rata-rata tertimbang tingkat diskonto pada saat
diskonto Sisa
SDBI diterbitkan
jangka : jumlah hari sebenarnya (actual days) yang
waktu
dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal gagal
setelmen
transaksi
Operasi
Moneter
sampai dengan tanggal jatuh waktu SDBI (maturity date) V.
PERHITUNGAN NILAI AGUNAN DAN NILAI SETELMEN TRANSAKSI OPERASI MONETER MENGGUNAKAN SURAT BERHARGA DALAM VALUTA ASING 1.
Nilai nominal Surat Berharga dalam valuta asing yang diagunkan pada setelmen first leg dihitung sebagai berikut: Nilai nominal Surat Berharga dalam = valuta asing yang diagunkan
Nilai setelmen first leg Harga Kurs ×( − Haircut) Surat Berharga transaksi
Keterangan: Nilai setelmen first leg Kurs transaksi
: besarnya
nominal
Rupiah
yang
dimenangkan pada saat setelmen first leg : kurs tengah
dari kurs transaksi Bank
Indonesia pada tanggal transaksi Harga Surat Berharga
: harga
Surat
diumumkan transaksi
Berharga pada
saat
untuk Surat
sebagaimana pelaksanaan
Berharga dalam
valuta asing (sovereign bond)
Haircut …
14
Haircut
: haircut sebagaimana diumumkan oleh Bank Indonesia pada saat pelaksanaan transaksi untuk Surat Berharga dalam valuta asing (sovereign bond)
2.
Kurs Kurs yang digunakan dalam perhitungan nilai setelmen atas transaksi yang menggunakan Surat Berharga dalam valuta asing adalah kurs transaksi Bank Indonesia pada tanggal transaksi.
3.
Nilai setelmen dana untuk setelmen second leg dihitung sebagai berikut: Nilai Nilai Bunga setelmen = setelmen + Transaksi Repo second leg first leg Nilai Jangka waktu Bunga = setelmen × Repo rate × Transaksi Repo 360 first leg
Keterangan: Jangka waktu VI.
: jangka waktu Transaksi Repo
KRITERIA DAN PERSYARATAN PESERTA DAN LEMBAGA PERANTARA OPERASI MONETER 1.
Peserta Operasi Moneter a.
Bank
Indonesia
Moneter
dengan
menetapkan
kriteria
mempertimbangkan
Peserta aspek
Operasi
kapasitas,
kapabilitas, dan reputasi. b.
Peserta Operasi Moneter dalam Rupiah adalah Bank yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1)
berstatus aktif sebagai peserta di Sistem BI-ETP, BISSSS, dan Sistem BI-RTGS;
2)
memiliki rekening giro Rupiah di Bank Indonesia;
3)
memiliki rekening surat berharga di BI-SSSS; dan
4)
tidak sedang dikenakan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter.
c.
Peserta Operasi Moneter dalam valuta asing adalah Bank devisa, yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1)
memiliki rekening giro valuta asing di Bank Indonesia; 2) memiliki …
15
2)
memiliki rekening giro Rupiah di Bank Indonesia;
3)
tidak sedang dikenakan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter; dan/atau
4)
memiliki rekening surat berharga di lembaga kustodian yang ditunjuk Bank Indonesia, untuk transaksi Operasi Moneter dengan Surat Berharga dalam valuta asing yang tidak ditatausahakan di Bank Indonesia.
d.
Peserta Operasi Moneter wajib: 1)
menyediakan: a)
dana Rupiah di rekening giro di Bank Indonesia; dan/atau
b)
Surat Berharga di rekening Surat Berharga di BISSSS,
yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen transaksi Operasi Moneter; dan/atau 2)
mentransfer: a)
dana valuta asing ke rekening Bank Indonesia di bank koresponden; dan/atau
b)
Surat Berharga dalam valuta asing ke rekening Surat Berharga di Bank Indonesia atau ke rekening surat
berharga
Bank
Indonesia
di
lembaga
kustodian yang ditunjuk oleh Bank Indonesia, yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen transaksi Operasi Moneter. e.
Peserta Operasi Moneter melakukan transaksi Operasi Moneter untuk kepentingan diri sendiri.
f.
Peserta Operasi Moneter terdiri atas Peserta OPT dan Peserta Standing Facilities.
g.
Bank
Indonesia
dapat
menunjuk
Peserta
OPT
yang
memenuhi kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia untuk mendukung pelaksanaan transaksi Operasi Moneter. h.
Penunjukan Peserta OPT sebagaimana dimaksud dalam huruf g dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam huruf a. 2.
Lembaga …
16
2.
Lembaga Perantara a.
Lembaga
perantara
melakukan
transaksi
OPT
untuk
kepentingan peserta Operasi Moneter. b.
Lembaga perantara sebagaimana dimaksud dalam huruf a terdiri atas: 1)
pialang pasar uang Rupiah dan valuta asing; dan
2)
perusahaan efek yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia sebagai dealer utama.
c.
Perusahaan efek sebagaimana dimaksud dalam butir b.2) hanya dapat menjadi lembaga perantara dalam Transaksi Repo, Transaksi Reverse Repo, dan transaksi pembelian atau penjualan SBN secara outright di pasar sekunder.
d.
Persyaratan lembaga perantara adalah sebagai berikut: 1)
berstatus aktif sebagai peserta Sistem BI-ETP; dan
2)
tidak sedang dikenakan sanksi terkait izin usaha oleh Bank Indonesia dan/atau otoritas pengawas yang berwenang.
VII. KETENTUAN PENUTUP Pada saat Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/38/DPM tanggal 16 November 2015 perihal Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta, dan Lembaga Perantara, dalam Operasi Moneter dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada 29 November 2016.
Agar …
17
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Demikian agar Saudara maklum.
BANK INDONESIA,
DODDY ZULVERDI KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER