Membaca karya ini, ibarat kembali ke putaran masa muda. Kembali menemui perasaan dalamnya jatuh cinta. Terasa kembali degupan jantung itu ; Pun, pahitnya empedu tersakiti. Di sini pula terkandung nilai spritualitas tak kentara, ditambah multi aspek lainnya yang menggenapkan „rasa‟. Dengan latar belakang yang penulis miliki, buku ini menuliskan nuansa perjalanannya, namun kita yang penuh membacanya pun tercelupkan. Hati-hati dengan perasaan anda, virus Manifestasi Putih akan menjalar, tak terasa, tanpa disadari…. (Zezen Zaelani, Ksatria dari Benteng, Best Friend) “Manifestasi Putih” ……….. Sekantung besar buah pikiran Kang Ermet yang disuarakan oleh tawa dan tangis. Jujur mengalir selayaknya “Putih” itu sendiri…. Good Job, Bro! (Ridwan Yusup, Ksatria dari Abdi Negara, Best Friend) Menyenangkan rasanya ketika bisa mencuri waktu untuk menikmati sebuah karya. Terutama karya yang tercipta dari/dengan perasaan dan kenangan, ketekunan dan keinginan, serta harapan. Selalu membuat saya kagum, ketika sebuah kata terangkai menjadi sebuah kalimat yang penuh arti. Membuat tersenyum, tergelak, dan merenung. All the best for you, Sir. Semoga buku pertama ini menjadi awal yang baik untuk buku-buku selanjutnya :) (Widiya Yuli, Private Psy, Adik/Teman Sejawat)
Puisinya bagus banget, tapi kok, dikit banget? Padahal kalau orang denger/baca pasti bakal sedikit kecewa, karena orang pasti hanya sekejap menikmati alunan buaian puisimu. Ok, banget. Panteslah jadi Pujangga. Ngomong2, itu pengalaman atau curahan hati yang sebenarnya? Eh, sorry, itu mah rahasia yah? He he. (Wina Andriani, The Cicalengkans, Ex Teman Sejawat)
Duduk Berdua Di Belakang Sekolah Duduk berdua Di belakang sekolah Ada cerita Ada tawa Ada rasa Di masing-masing jiwa Tertahan Ada pohon yang terdiam Ada angin yang semilir Ada semut yang nguping Duduk berdua Di belakang sekolah 18 Juli 1997
Di Mana Puisiku Kini? Tahukah, saat aku lelah untuk memahami Dan jalan yang aku lalui tak indah lagi Aku ingin mengentaskan semua ini Sebenarnya aku pun terkubur dalam janji-janjiku terucap Tapi ada saatnya aku membenci pada janji-janji mengendap Bila janji-janji itu terlalu indah untuk kupercaya Jangan lagi jangan saja Aku ingin menulis lagi 8 September 2001
Membumikan Shalatku Aku ingin membumikan shalatku pada tiap mesjid Karena setiap mesjid yang berbeda adalah keindahan Aku hendak menyujudkan kening hitamku pada harumnya sajadah Tak hanya ruku yang tertatih atau itidal yang terlihat lemah Aku ingin yang terbaik untuk Tuhan-ku Dan mataku ingin membasah saat meminta Aku hanya ingin membumikan shalatku Itu saja 19 September 2001
Sajak Suatu Malam Malam ini kau akan jadikan aku Seorang lelaki Dan aku kan jadikanmu Seorang perempuan 24 Februari 2001
Ode Dari Pemuja Cinta Katanya, “Cinta adalah nyawa yang membuat aku merasakan denyut nadi” Aku adalah biasan sempurna sekali lagi Lihatlah di hatinya, banyak sekali ruang yang tak pernah ia minta “Aku hanya dititipi ruang-ruang ini” katanya Lalu bila nyawa itu mati, terperi, pergi dan terkadang berjanji (tak pasti) Dia gila dan berputar-putar Lalu berteriak “PEMUJA CINTA TAK PERNAH MENANGIS DI MEJA KERJA!!” “PEMUJA CINTA TAK PERNAH MENANGIS DI MEJA KERJA!!” Teriaknya sekali lagi Padahal biasanya dia memukul dinding keras-keras sampai benar-benar kesakitan, Meracau, mengigau, berteriak atau menangis sekalipun Lalu dia tertidur Besok masuk kerja 20 September 2001
TENTANG PENULIS ERMET Natasuwarha alias Raden Mas Edi Tarmedi Natasuwarha atau Edi Tarmedi, lahir pada tanggal 30 Agustus 1979 di Bandung. Pernah meraih Diploma dari AMIK Al-Masoem Jatinangor Sumedang Jurusan Manajemen Informatika, lulus tahun 2000. Lalu melanjutkan studi S1 di STIE Gema Widya Bangsa Bandung, Konsentrasi Manajemen Pemasaran dan lulus sebagai Sarjana Ekonomi tahun 2009. Penulis adalah praktisi Perbankan Syariah. Berbagai macam jabatan pernah dipegangnya, antara lain ; teller, penanggung jawab kantor kas, account officer, customer service, bagian administrasi, koordinator marketing, kepala kantor kas, HRD sampai bagian funding. Saat ini Penulis bekerja untuk BPR Syariah terkemuka di Jawa Barat. Ayah dari Zalfa Yunan Alifia ini aktif menulis puisi sejak SMP dan menulis lagu serta cerpen sejak SMA. Pernah meraih Penghargaan sebagai Juara 1 Lomba Baca Puisi pada Milad PT Masoem yang ke 29, sekitar Bulan Juni 2002. Selain Adolf Hitler, Penulis sangat mengagumi Iwa K dan Liam Gallagher of Oasis. Website ; editarmedi.page.tl www.wix.com/edifasis/editarmedi www.yolasite.com/edicalonkades Email ;
[email protected] [email protected] [email protected]